PENGARUH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENGELOLAAN AIR DI KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) MUSTIKA ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Oleh Agus Frans Manalu A34104008
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENGELOLAAN AIR DI KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) MUSTIKA ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Agus Frans Manalu A34104008
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: PENGARUH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENGELOLAAN AIR DI KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) MUSTIKA ESTATE, PT. SAJANG
HEULANG,
MINAMAS
PLANTATION
TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Nama Mahasiswa
: Agus Frans Manalu
NRP
: A34104008
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Eko Sulystio, Msi NIP. 131 667 779
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didi Soepandi. M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
AGUS FRANS MANALU. Pengaruh Hujan terhadap Produktifitas dan Pengelolaan Air di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Mustik Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Di Bawah Bimbingan EKO SULYSTIONO). Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 10 Februari hingga 9 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan umum kegiatan magang adalah untuk membandingkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan keadaan nyata dilapangan, menambah pengetahuan, wawasan dan melatih penulis menngenai pengelolaan kelapa sawit dilapangan baik dari segi teknis maupun segi manajerial. Tujuan khusus magang adalah untuk mengamati pengelolaan air di perkebunan Mustika Estate. Kegiatan yang dilakukan penulis selama mengikuti magang meliputi kegiatan teknis dilapangan. Penulis menjadi Buruh Harian Lepas (BHL) delama dua bulan yang meliputi kegiatan pengendalian lalang secara kimiawi dan manual, pemupukan, perawatan jalan, Berantas Tanaman Penggangu (BTP), sensus daun dan panen. Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asistensi. Pengelolaan air di pembibitan menggunakan irigasi dengan sistem manual yakni menggunakan tenaga manusia. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Sumber air di areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) berasal dari air hujan dan aliran sungai yang melintas di perkebunan Mustika Estate. Terjadi air yang berlebih di perkebunan Mustika Estate saat terjadi curah hujan yang tinggi, menyebabkan terganggunya operasional kebun seperti panen dan perawatan. Perlu dilakukan penataan ulang alat-alat penyiraman di pembibitan karena banyak air yang terbuang. Mengatasi masalah banjir, perlu dilakukan pelebaran outlet kebun atau penambahan outlet kebun. Penutup tanah yang terdapat di areal kebun perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk mencegah erosi permukaan tanah.
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Mangiring Manalu dan Ibu Lermin Sianturi. Penulis mempunyai tiga saudara laki-laki dan satu saudara perempuan. Penulis dilahirkan di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada tanggal 29 Agustus 1986. Pendidikan penulis diawali di TK GKPI Kota Tarutung pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1992. Penulis melanjutkan pendidikan di SD No. 175742 Lumban Rihit Kecamatan Sipoholon selama enam tahun dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 2 Tarutung, Kecamatan Tarutung pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Tarutung, Kecamatan Tarutung pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004. Tahun 2004, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, Komisi Pelayanan Khusus dari tahun 2005 sampai dengan 2008. Selama periode 2005/2006, 2006/2007 penulis menjadi kakak asisten agama Kristen Protestan IPB dan pada periode 2007/2008, penulis menjadi Koordinator Asisten Agama Kristen Protestan IPB untuk angkatan 44. Pada waktu yang sama penulis juga aktif di Napososbulung Huria Kristen Batak Protestan (NHKBP) Bogor dan organisasi daerah Parsadaan Anak Rantau Tarutung (PARTARU) Bogor. Karya Ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui magang selama empat bulan yaitu dari Februari sampai Juni 2008 di Kebun Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation. Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan yang berjudul “Pengaruh Hujan terhadap Produktifitas dan Pengelolalaan Air di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis), Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation. Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan” di bawah bimbingan Dr. Ir. Eko Sulystio, MS.
KATA PENGANTAR
Penulis mungucapkan syukur kepada Allah Bapa di Sorga atas penyertaanNya dan berkat yang diberikan kepada penulis selama penulis mengikuti magang dan dapat menyelesaikan skripsi ilmiah dengan judul “Pengaruh Hujan terhadap Produktifitas dan Pengelolalaan Air di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis), Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan” Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada banyak pihak yang telah membantu penulis selama menyusun skripsi ini dan menyelesaikan perkuliahan. Penulis terkhusus mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak M. Manalu dan Ibu L. Sianturi buat dukungan dan kasih sayangnya selama mengikuti perukuliahan hingga menyelesaikan studi, juga kepada adikadikku Suryana atas dukungan dan doanya kepada penulis terutama 2 tahun terkahir ini, juga kepada Pernando, Penata dan Daniel yang kusayangi atas dukungannya. 2. Dr. Ir. Eko Sulystiono, MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc selaku dosen pembimbing akademik penulis selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor. 4. Dosen Penguji Dr. Ir. Suwarto, MS dan Ir. Heni Purnamawati, MSc Agr atas saran dan masukannya dalam penyempurnaan skripsi penulis. 5. Merika S Sinaga buat dukungan,doa, perhatian dan motivasinya yang begitu besar kepadaku sehingga dapat melalui kegiatan magang ini dengan baik. TBKAsK. 6. Lasyono (Eks Manajer Mustika Estate) yang telah menyambut penulis dan menyediakan fasilitas kepada penulis selama mengikuti magang. 7. Dodik Prayitno selaku Manajer Mustika Estate beserta keluarga yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti magang. Terimakasih buat
nasehat-nasehat mengenai kehidupan, cerita pengalaman hidup di kebun, dan pelajaran yang begitu banyak mengenai kelapa sawit dan atas pinjaman bukubuku. 8. Trimiyatno selaku asisten Divisi IV yang pertama mengenalkan kebun Mustika kepada penulis, juga kepada Slamet, Suwaryo sebagai pembimbing di lapangan serta arahan-arahan kepada penulis dan Sumardi selaku Kasie yang membimbing administrasi. 9. Seluruh crew Kebun Mustika Estate mulai dari pegawai, karyawan dan sopir. 10. Pak Hotlan dan Bu Yos atas perhatian kepada penulis selama mengikuti magang, dan menerima penulis seperti keluarga sendiri di Kebun Mustika Estate dan mengajak pergi ke gereja. 11. Teman-teman magang : Sarimanah dan Cindy terimakasih buat suka dan duka selama magang serta perhatiannya. 12. Teman-teman di Pondok Dame (Landes, Supardi, Debby, Benardo, Tumpal, Maryo, Adrinus) dan Pondok Malea (Ricard, Saut, Mario, Christian), terimakasih buat pertemanan dan persahabatan selama perkuliahan. 13. Teman-teman di Kopelkhu, terimakasih buat doa dan dukungan-dukungannya. 14. Patner di Koordinator Asisten Agama Morintara, juga patner asisten (Jesika dan Rohani) buat kerbersamaan dan adik-adik asistenku atas doanya (Simson, Mebunai dan Troas) serta teman-teman asistensi agama Me Neftoah. 15. Parsadaan Anak Rantau Tarutung Bogor yang telah menyambut penulis pertama kali di Bogor. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan memberkati dan mengaruniakan anugerahNya dan damai sejahtera selalu menyertai kita. Bogor,
Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................... PENDAHULUAN ..........................................................................
1
Latar Belakang ...................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................... 2 METODOLOGI …............................................................................................ 3 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5 Botani Kelapa Sawit .............................................................................
5
Pengelolaan Air ....................................................................................
7
Air Hujan ..............................................................................................
8
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ..................................................... 9 Lokasi Kebun.......................................................................................... 9 Kondisi Umum Kebun............................................................................ 9 Keadaan Topografi,Tanah dan Iklim ..................................................... 10 Topografi ......................................................................................
10
Tanah ............................................................................................
10
Iklim .............................................................................................
12
Areal Tata Guna Lahan ......................................................................... 12 Struktur Organisasi Kebun .................................................................... 13 Ketenagakerjaan .................................................................................... 14 Lingkungan Sosial Kebun dan Sekitar Kebun ...................................... 16 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .................................................. 17 Aspek Teknis ......................................................................................... 17 Pembibitan ....................................................................................... 18 Pre-nursery ............................................................................... 19 Main Nursery ............................................................................ 19 Penanaman .............................................................................. 19 Penyiraman ............................................................................. 20
Pemupukan .............................................................................
22
Pengendalian HPT .................................................................. 24 Pengendalian Gulma .............................................................. 25 Tanaman Belum Menghasilkan .................................................... 25 Penanaman ............................................................................. 26 Pemancangan ....................................................................... 26 Pembuatan Lubang Tanam dan Penanaman ........................ 29 Perawatan ................................................................................ 30 Pengendalian Gulma ............................................................ 30 Pengendalian Gulma Secara Manual ................................ 30 Pengendalian Gulma Secara Kimiawi .............................. 31 Sensus Daun/ Kesatuan Contoh Daun .............................. 33 Tanaman Menghasilkan ................................................................ 35 Perawatan ................................................................................ 35 Pengendalian Gulma ............................................................ 36 Pengendalian Gulma Secara Kimiawi .............................. 36 Pengendalian Gulma Secara Manual ................................
39
Rawat Jalan .......................................................................... 40 Pemupukan ............................................................................... 40 Pemupukan an organik .......................................................... 41 Penguntilan ......................................................................... 41 Pelangsiran .......................................................................... 42 Penaburan Pupuk................................................................. 42 Pemupukan Organik .............................................................. 44 Pemanenan................................................................................. 45 Pengangkutan Buah ................................................................... 46 Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik .............................................. 47 Stasiun Penerimaan Buah .....................................................
47
Stasiun Rebusan (Strelizer) ...................................................
48
Stasiun Bantingan (Stripper) .................................................
48
Stasiun Pencacahan (Digester) dan Pengempresan ..............
48
Stasiun Pemisahan Biji dan Kernel ......................................
49
Stasiun Pemurnian (Clarifier) ................................................... 49 Aspek manajerial .................................................................................. 51 Pendamping Mandor ....................................................................... 51 Pendamping Asisten......................................................................... 57 PEMBAHASAN .............................................................................................. 61 Pengelolaan Air di TBM dan TM ............................................................61 Pengaruh Curah Hujan terhadap Produktifitas Kelapa Sawit dan Ketersediaan air...................................................................................... 61 Curah Hujan ..................................................................................... 61 Interpretasi Data Hujan dan Defsit Air ............................................ 65 Konservasi Air Secara Mekanis ............................................................. 70 Konservasi Air Secara Biologis .............................................................. 76 Pengairan di Pembibitan. ........................................................................ 77 Sistem Pengairan .............................................................................. 78 Pemakaian Air.................................................................................. 79 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 81 Kesimpulan ........................................................................................... 81 Saran ..................................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83
DAFTAR TABEL
Hal 1. Luas Keadaan Topografi Kebun Mustika Estate ........................................ 10 2. Jenis Tanah di Kebun Mustika Estate........................................................
11
3. Pembagian SPL per Divisi ……………………………………………….. 11 4. Tata Guna Lahan Kebun Mustika Estate..................................................... 13 5. Jumlah Staf dan karyawan non staf di Kebun Mustika Estate....................
16
6. Pemesanan Kecambah Kelapa Sawit .........................................................
18
7. Dosis Pemupukan di Main Nursery ............................................................ 23 8. Norma Pemancangan .................................................................................. 28 9. Norma Kerja Semprot.................................................................................... 37 10. Norma Kerja Semprot Piringan ....................................................................38 11. Norma Kerja Pengendalian Gulma Manual ................................................. 39 12. Ketentuan Premi Panen dan Basis Borong Mustika 2008 .......................... 45 13. Kriteria Faktor Pembatas Hujan untuk Kelapa Sawit ................................. 63 14. Defisit Air Kebun Mustika Tahun 2007 ..................................................... 65 15. Kemiringan Lahan di Kebun Mustika Estate ............................................... 72 16. Persen Penutupan Tanah di TBM .................................................................76 17. Pemakaian Air di Pembibitan ...................................................................... 80
DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Main Nursery di Pembibitan KKPA 3 ………………………………………. 19 2. Penanaman Bibit di Main Nursery ................................................................... 20 3. Penyiraman di Pembibitan .............................................................................. 21 4. Tanaman Belum Menghasilkan Kebun Mustika Estate ................................. 26 5. Lay Out Hasil Pemancangan ………………………………………………… 28 6. Penanaman Kelapa Sawit ................................................................................ 30 7. Penyemprotan Piringan di TBM …………………………………………….. 32 8. Lay Out Teknis Kerja Semprot Piringan di TBM ........................................... 33 9. TBM Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyemprotan .................................... 33 10. Pengambilan Daun .......................................................................................... 35 11. Semprot Piringan di TM ………………………………………………….. 38 12. Pengendalian Gulma Secara Manual ............................................................. 40 13. Penguntilan Pupuk di Gudang ........................................................................ 42 14. Pemupukan Dolomit ....................................................................................... 43 15. Aplikasi Janjangan Kosong di Lapangan ....................................................... 44 16. Kegiatan Pemotongan Buah ........................................................................... 46 17. Memuat Buah ke dalam Truk ........................................................................ 47 18. Pabrik Angsana Factory .................................................................................. 50 19. Grafik Curah Hujan Kebun Mustika Estate.................................................... 62 20. Grafik Curah Hujan Tahunan Kebun Mustika Estate .................................... 63 21. Komponen Alat Pengukur Curah Hujan di Kebun Mustika Estate ................ 64 22. Grafik Curah Hujan Harian Kebun Mustika Estate ........................................ 64 23. Grafik Produktifitas Kebun Mustika Estate ................................................... 66 24. Grafik Cadangan Air dalam Tanah ................................................................. 67 25. Grafik Kelebihan Air di Kebun Mustika Estate ............................................. 67 26. Grafik Defisit Air di Kebun Mustika Estate ................................................... 68 27. Banjir di Main Road D23 ................................................................................ 70 28. Parit Drainase .................................................................................................. 71 29. Air yang Meluap ke Areal Tanaman ............................................................... 74
30. Penyusunan Pelepah Kelapa Sawit pada Tanaman Menghasilkan ............... 75 31. Aplikasi Jenjangan Kosong pada Tanaman Menghasilkan ........................... 75 32. Tanaman Penutup Tanah pada Tanaman Belum Menghasilkan ................... 77
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman asli Nigeria, Afrika Barat meskipun sebagian mengatakan berasal dari Brazilia karena spesies kelapa sawit banyak ditemukan di hutan Brazilia. Meskipun demikian tanaman kelapa sawit dapat tumbuh subur di luar negara asalnya seperti Indonesia, Malaysia, Papua Nugini dan Thailand (Lubis, 2002). Kondisi pasar minyak sawit dunia pada saat ini sangat menguntungkan secara ekonomis. Hal ini didukung semakin meningkatnya kebutuhan akan minyak nabati. Pada tahun 2002/2003, konsumsi minyak hayati mencapai 129.95 juta ton dan pada tahun 2007 diperkirakan mencapai 153.84 juta ton. Peningkatan kebutuhan akan minyak nabati ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi sehingga harga CPO dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 harga CPO sebesar US$ 600 per ton pada bulan Mei dan diperkirakan akan terus naik hingga mencapai US$800 per ton pada tahun berikutnya. (Oil World, 2006) Pada saat ini, tanaman kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan andalan negara Indonesia karena dapat menghasilkan devisa negara yang cukup besar. Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit dunia bersama dengan Malaysia. Luas perkebunan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Pada tahun 2006, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 6 074 926 ha. Peningkatan produksi CPO juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003, produksi CPO sebesar 10 440 834 ton, pada tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 12 232 657 ton, pada tahun 2005 mengalami peningkatan lagi dengan produksi CPO 13 123 667 ton, dan pada tahun 2006 produksi CPO mencapai 15 900 000 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007). Melihat kebutuhan akan kelapa sawit yang semakin meningkat, diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produktifitas kelapa sawit. Peningkatan produktifitas kelapa sawit dapat dilakukan di areal pertanaman, seperti perluasan areal perkebunan kelapa sawit, peningkatan teknis budidaya serta memperhatikan
bulan-bulan pada masa panen puncak dan panen rendah. Tidak berbeda jauh dengan tanaman budidaya lainnya, kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal (Lubis, 1992). Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan kelapa sawit. Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kelapa sawit adalah air. Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air. Defisit air yang tinggi menyebabkan produksi turun drastis dan baru normal pada tahun ketiga dan keempat karena merusak perkembangan bunga sebelum anthesis dan pada bunga yang telah anthesis menyebabkan kegagalan matang pandan (Lubis, 1992). Terjadi kekurangan air mengakibatkan fotosintesis tanaman akan terganggu karena tejadi pengurangan dalam pembentukan dan perluasan daun. Hal ini menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun. Kekurangan air yang terjadi akan menganggu pertumbuhan dan produktifitas kelapa sawit 2–3 tahun ke depan. Ketersediaan air juga mempengaruhi pemupukan terhadap tanaman karena air berperan dalam melarutkan unsur hara yang diberikan terhadap tanaman.
Tujuan Tujuan umum magang adalah: 1.
Membandingkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan keadaan nyata di lapangan.
2.
Menambah pengetahuan dan wawasan serta melatih penulis untuk mengikuti pekerjaan di lapangan.
Tujuan khusus magang 1.
Menganalisis pengaruh pengelolaan air di perkebunan kelapa sawit.
2.
Menganalisis teknis penggunaan air di pembibitan kelapa sawit
3.
Menganalisis pengaruh curah hujan, irigasi serta drainase di perkebunan kelapa sawit terhadap Tanaman Belum Menghasilkan dan Tanaman Menghasilkan.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari hingga 9 Juni 2008 di Kebun Mustika Estate (MTE), PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Desa Mustika, Kecamatan Kuranji, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.
Metode Pelaksanaan Saat melakukan kegiatan magang, ada dua aspek kegiatan penulis lakukan yaitu aspek teknis dan aspek manajerial. Kegiatan aspek teknis meliputi kegiatan di lapangan yaitu sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) sedangkan aspek manajerial meliputi kegiatan sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten. Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer meliputi seluruh kegiatan teknis di lapangan dan dipusatkan terhadap pengairan yang meliputi pengukuran penggunaan air pada irigasi di pembibitan, pengukuran parit, pengukuran ketinggian air di parit, serta pengukuran curah hujan selama empat bulan terakhir (Februari – Juni 2008) Pengambilan data primer ini dilakukan dengan pengukuran langsung, melakukan wawancara dengan mandor-mandor dan staf kebun. Penulis juga melakukan kegiatan teknis langsung di lapangan. Kegiatan teknis yang dilaksanakan meliputi pencatatan prestasi kerja penulis, prestasi kerja karyawan, penggunaan bahan dan alat yang dipakai yang terkait dengan pekerjaan. Kegiatan tercantum di jurnal harian yang terdapat pada Lampiran 1. Pengambilan data sekunder yang dilakukan meliputi pengambilan curah hujan sepuluh tahun terakhir, produktifitas kebun, struktur organisasi kebun serta data-data lainnya yang mendukung kegiatan magang. Metode pengambilan data sekunder dilakukan melalui studi literatur tentang kebun yang ada di kantor divisi dan kantor besar. Pengamatan pengairan dilakukan di pembibitan yang merupakan milik KKPA 3, divisi II dan divisi IV yang terdapat banyak daerah rendahan atau rawa.
Pengamatan pengairan di pembibitan dilakukan dengan pengukuran air yang dipakai selama penyiraman bibit. Pengamatan yang dilakukan di divisi II dan divisi IV meliputi pangamatan jaringan drainase berupa parit-parit alam dan buatan, areal rendahan dan areal-areal yang mengalami pasang surut. Pengamatan tentang parit dilakukan di divisi II dengan melakukan pengukuran ketinggian air pada saat terjadi hujan dan tidak terjadi hujan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tropis. Tanaman kelapa sawit di perkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat namun ada juga yang menyatakan dari Amerika Selatan yakni Brazilia. Spesies Elaeis melanococca diduga berasal dari Amerika Selatan dan Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Fauzi, et al.,2002). Tanaman kelapa sawit diduga berasal dari Brazilia, Amerika Selatan karena ditemukan banyak spesies kelapa sawit di hutan Brazilia dibandingkan Afrika (Sastrosayono, 2003). Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah : Divisi
: Tracheophyta
Sub Divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoidae
Famili
: Palmae
Sub Famili
: Cocoidae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropik basah dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan antara 2 000-2 500 mm dan menyebar merata sepanjang tahun (Fauzi et al., 2002). Untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman kelapa sawit perlu penambahan air paling sedikit 150 mm/bulan (Umana dan Chincilla, 1991 dalam Tim Faperta IPB_PPKS Medan, 2006). Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu dengan batang tidak mempunyai kambiun dan umumnya tidak bercabang. Pada tanaman muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh daun. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Pertumbuhan tinggi batang kelapa sawit adalah 25-45 cm/tahun. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat. Ketebalan batang tergantung pada kekuatan
pertumbuhan daun-daunnya. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkat bahan makanan (Fauzi et al., 2002). Daun kelapa sawit mirip dengan daun kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersisip dan bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 7.5–9 m dengan jumlah anak daun tiap pelepah berkisar 250–400 helai. Setiap bulannya akan tumbuh dua lembar daun. Helaian daun makin lama makin erat sehingga semakin lama daun akan semakin melengkung ke arah bawah. Daun yang tua akan semakin menutup sehingga daun yang paling muda akan ternaungi oleh daun yang berada di atasnya. Kedudukan daun pada batang dirumuskan dengan rumus daun (phytalotaxi 3/8) yaitu pada setiap tiga putaran terdapat delapan daun. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm/helai (Sastrosayono, 2003). Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoccious) artinya bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman, akan tetapi tidak dalam satu tandan yang sama. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina. Kadang-kadang pada kelapa sawit terbentuk rangkaian bunga hermaprodit terutama pada tanaman yang masih muda. Rangkaian bunga terdiri dari batang poros cabang-cabang yang meruncing yang disebut spikelet. Jumlah spikelet dalam satu rangkaian bunga betina mencapai 200 buah, pada bunga jantan lebih banyak yaitu 700–1 200 buah (Fauzi et al., 2002). Pada tanaman muda, bunga jantan yang dihasilkan sekitar 4–6 tandan bunga/tahun dan pada tanaman dewasa dapat mencapai 7–10 tandan bunga/tahun. Tanaman muda dapat menghasilkan bunga betina sebanyak 15-25 tandan bunga/tahun. Bunga-bunga tersebut akan muncul pada akhir tahun (Sastrosayono, 2003). Buah kelapa sawit disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh dengan baik dan subur dapat menghasilkan buah serta siap dipanen yang pertama pada umur 3.5 tahun. Jika dihitung mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap dipanen kurang lebih 5-6 bulan. Pada tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan 20-22 tandan/tahun. Tanaman yang semakin tua produktivitasnya akan menurun menjadi 12–14 tandan/tahun. Jumlah per tandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1 600 buah. Panjang buah antara
2-5 cm dan berat sekitar 20-25 gram/buah. Pada tahun pertama, berat tandan sekitar 3-6 kg, tetapi semakin tua berat tandan bertambah yaitu 25-35 kg/tahun (Fauzi et al., 2002). Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20–24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit sehingga buah yang terbentuk semakin menurun. Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat umur delapan belas bulan setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan limbah banyak. Oleh karena itu pada perkebunan kelapa sawit dilakukan kastrasi agar tidak menjadi buah (Sastrosayono, 2003).
Pengelolaan Air Menurut Sulistyono (2006), pengelolaan air dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana memelihara ketersediaan air berdasarkan keseimbangan dalam neraca air dan dari siklus hidrologi untuk kelangsungan kehidupan. Pengembangan sumberdaya air adalah usaha untuk menjadikan sumber air yang belum dapat dimanfaatkan secara langsung menjadi dimanfaatkan serta menambah nilai guna air. Pengembangan sumberdaya air meliputi pengembangan sumberdaya air hujan, air tanah, air bumi dan air permukaan. Rorak merupakan lubang yang digali untuk menangkap air dan tanah tererosi sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi. Rorak dapat dibuat dengan ukuran kedalaman 60 cm, lebar 40 cm dan panjang 200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng (Arsyad, 1989) Pengelolaan air dapat dilakukan dengan prinsip pengawetan tanah dan air. Prinsip pengawetan tanah dan air terdiri dari memperbaiki tanah dan air (lingkungan) yang telah rusak, merawat dan memelihara tanah dan air (lingkungan). Prinsip pengawetan tanah dan air dikelompokkan menjadi pengawetan secara mekanik, biologi, dan kimiawi (Winarna et al., 2005).
Air Hujan Menurut Siregar et al (2006) hujan adalah jumlah air dari curah hujan yang jatuh dan tertampung pada bidang datar tanpa mengalami penguapan, peresapan dan pengaliran dalam jangka waktu tertentu (seperti harian, bulanan dan tahunan). Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal, apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh proses penguapan, pengaliran dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan dinyatakan dalam tinggi air (mm) diukur dengan penakar hujan dengan luas moncong 100 cm2 (Siregar et al, 2006). Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan Intensitas hujan adalah curah hujan yang jatuh pada jangka waktu tertentu. Biasanya satuan yang digunakan untuk intensitas curah hujan mm/menit atau cm/menit. Asdak (2004) menjelaskan hujan akan terjadi jika didahului dengan berlangsungnya kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh, kemudian terjadi kondensasi atas partikelpartikel uap air kecil di atmosfer serta partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk kemudian jatuh ke bumi karena gaya gravitasi.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Lokasi Kebun Kebun Mustika Estate (MTE) berada di Desa Mustika, Kecamatan Kuranji, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Perjalanan yang ditempuh untuk mencapai kebun MTE yaitu sekitar 250 km ke arah timur Banjarmasin hingga mencapai Desa Betung. Kemudian perjalanan dilanjutan ke arah utara dengan menempuh jarak + 25 km. Secara geografis, lokasi Kebun MTE terletak pada koordinat 3,467 LS – 3,561 LS dan 115,650 BT – 115,775 BT. Kebun MTE dikelilingi oleh beberapa desa, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Tibarau Panjang, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Karang Mulya dan Kebun KKPA 2, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ringkit dan Kebun KKPA 2, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Mustika (sebelah timur divisi I), Desa Giri Mulya, Desa Kuranji, Desa Waringin Tunggal dan Kebun KKPA 3. Peta lokasi Kebun MTE dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kondisi Umum Kebun Kebun Musika Estate (MTE) merupakan salah satu unit kebun dari Minamas Plantation. Kebun MTE mulai melakukan penanaman pada tahun 1995 dan memiliki luas 5 079 ha (HGU) dengan empat divisi. Karakter kebun MTE secara fisik berbeda-beda untuk setiap divisi. Divisi I merupakan areal yang bergelombang dan hampir tidak ada areal datar dalam cakupan yang luas. Divisi II merupakan areal datar dan mengandung banyak batuan putih di beberapa blok. Batuan putih yang cukup banyak tersebut menjadi salah satu mata pencaharian penduduk sekitar kebun. Areal datar juga dimiliki oleh Divisi III dengan rawa yang sering meluap jika terjadi hujan. Divisi IV pun berupa areal datar dengan sumberdaya alam berupa intan dan terdapat areal eks pendulangan intan dan emas yang menyebabkan kondisi tanah menjadi rapuh.
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim
Topografi Kondisi topografi Kebun Mustika Estate beragam, mulai dari yang datar sampai bergelombang. Kondisi topografi divisi I hampir keseluruhan arealnya bergelombang sedangkan di divisi II dan III memiliki topografi areal datar dan berawa. Divisi IV arealnya juga berupa areal datar dan terdapat banyak rendahan serta lubang-lubang eks pendulangan. Peta areal marjinal topografi Kebun Mustika Estate terdapat di Lampiran 3. Tabel 1 menunjukkan data luas keadaan topografi di Kebun Mustika Estate.
Tabel 1. Luas Kebun Mustika Estate Menurut Keadaan Topografi Uraian
Div I
Div II
1243
53
0
0
1296
Datar (Berbatu)
0
103
5
75
183
Datar (Berpasir)
0
123
140
915
1178
Datar
0
599
940
1002
2541
Areal eks pendulangan
0
0
0
110
110
Gelombang
Div III Div IV
Total
Sumber: Kantor Besar MTE, 2008
Tanah Kebun Mustika Estate memiliki karakteristik lahan yang beragam. Jenis tanah yang diteliti Minamas Research Centre (MRC) dikelompokkan menjadi empat ordo yaitu Ultisol, Alfisol, Oxisol dan Inceptisol. Tiap ordo tanah diklasifikasikan menjadi lima seri tanah yaitu: MM-02 Tyoic Hapluduts, MM-09 Lithic Eutrudox, MM-19 Plinthic Hapludox, MM-20 Humic Endoaquepts dan MM-23 Plinthic Eutrudox. Tanah di Mustika dibagi menjadi lima Satuan Peta Lahan (SPL). Berikut disajikan jenis tanah Mustika pada tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tanah di Kebun Mustika SPT
Jenis tanah
Luas
Seri tanah Ha
%
1
Ultisol
MM – 02
1532
29
2
Alfisol
MM – 09
798
15
3
Oxisol
MM – 19
187
4
4
Inceptisol
MM – 20
2320
44
5
Oxisol
MM - 23
134
3
Tambang emas
190
4
Okupasi
55
1
Sumber: Survei Tanah Mustika Estate, 2007
Penggolongan kelas lahan berdasarkan SPL menunjukkan kelas lahan tiap SPL berbeda. Pembagian kelas lahan tersebut terdiri dari kelas lahan S2 (sesuai atau suitable) untuk SPL 1, SPL 5 dan SPL 7. Kelas lahan S3 (kurang sesuai atau moderately suitable) untuk SPL 2, SPL 3, SPL 4 dan SPL 6. Faktor pembatas kelas lahan di Kebun Mustika Estate adalah faktor iklim yaitu curah hujan yang kurang merata sepanjang tahun sehingga menyebabkan menurunnya kesuburan tanah. Berikut table 3 menunjukkan pembagian SPL per divisi
Tabel 3. Pembagian SPL per Divisi Divisi I
II
Satuan Peta Lahan
Seri Tanah
Slope(%)
SPL 1
MM-02
3-8
SPL 2
MM-02
8-17
SPL 1, SPL 3, SPL 4, SPL
MM-02
0-3
MM-02
0-3
MM-23
0-3
5, SPL 7 III
SPL 1, SPL 3, SPL 4, SPL 5, SPL 7
IV
SPL 6
Sumber: Survei Lahan Mustika Estate, 2007
Iklim Berdasarkan tipe iklim menurut Schmidt & Ferguson, kebun Mustika Estate termasuk dalam tipe iklim Tipe C (agak basah) dengan nilai Q = 47 %. Temperatur rata-rata tahunan di kawasan kebun Mustika berkisar antara 28-320C. Iklim di Mustika juga terdiri dari bulan basah dan bulan kering. Berdasarkan data curah hujan tahun 1998 hingga 2007, bulan basah (curah hujan > 200 mm) di Mustika terjadi pada bulan November hingga Maret dengan rata-rata curah hujan 2 331 mm, sedangkan bulan kering (curah hujan < 200 mm) terjadi pada Juli hingga Oktober.
Areal Tata Guna Lahan Kebun Mustika Estate merupakan perkebunan inti yang memiliki luas konsesi 5 079 ha (HGU 5 216 ha). MTE dibagi dalam empat divisi yang masingmasing memiliki luas: Divisi I seluas 1 243 ha, Divisi II seluas 652 ha, Divisi III seluas 940 ha dan Divisi IV seluas 1 002 ha. Menurut data tahun 2008, areal yang berada di divisi I, II dan III merupakan tanaman menghasilkan sedangkan divisi IV merupakan areal tanaman belum menghasilkan. Penggunaan lahan di Kebun Mustika Estate digunakan untuk penanaman kelapa sawit, prasarana dan areal yang tidak dapat diusahakan seperti rawa-rawa atau rendahan. Selain itu juga terdapat areal-areal eks pendulangan emas dan intan yang terdapat di divisi IV. Penanaman kelapa sawit yang ada di Kebun Mustika Estate terdiri dari 10 jenis tahun tanam (1995,1996,1997,1998,1999,2000,2005,2006,2007, dan 2008). Tiap divisi mempunyai emplasment seperti perumahan, kantor dan traksi. Penggunaan areal Kebun Mustika Estate dapat dilihat pada Tabel 4.
Stuktur Organisasi Kebun Perkebunan Mustika Estate merupakan salah satu unit kebun Minamas Plantation yang berada di Area Sebamban. Seluruh kebun yang berada di Area Sebamban dipimpin oleh seorang General Manajer (GM). Kebun-kebun yang dibawahi oleh GM Area Sebamban adalah Angsana Estate, Gunung Sari Estate,
Pantai Bunati Estate, Mustika Estate, KKPA 1, KKPA 2, KKPA 3, KKPA 4, dan KKPA 5. Masing-masing kebun dipimpin oleh seorang manajer.
Tabel 4. Tata Guna Lahan Kebun Mustika Estate Uraian I. Areal yang diusahakan 1. Tanaman Menghasilkan (TM) TT. 1995 TT. 1996 TT. 1997 TT. 1998 TT. 1999 TT. 2001 Sub total TM 2. Tanaman belum menghasilkan (TBM) TT. 2004 TT. 2005 TT. 2006 Sub total TBM A. Tanaman Baru (TB) B. Pembukaan lahan (Land Clearing) C. Pembibitan D. Areal prasarana Emplasemen/pondok Jalan, jembatan Pabrik Total Areal Prasarana Total I II. Areal yang mungkin bisa diusahakan (extension) E. Cadangan F. Okupasi Total II III. Areal yang tidak dapat di Usahakan G. Tanah Desa H. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus Total III Luas seluruh areal
Divisi I
Luas areal per Region (Ha) Divisi II Divisi III Divisi IV
Total
155 948 140 1243
63 250 60 107 140 32 652
304 93 184 168 160 31 940
-
522 1291 384 275 300 63 2835
-
-
-
696 306 215 1217
696 306 215 1217 1 142 94 189 60 343 4538 120 120 421 421 5079
Sumber: Kantor Besar Mustika, 2008
Unit Kebun dipimpin oleh tingkat staf yaitu seorang manajer yang membawahi Kepala Administrasi, Senior Asisten, Asisten Divisi. Kepala Administrasi membawahi pegawai di kantor besar. Senior asisten membawahi Traksi, Divisi, Satpam, Poliklinik. Asisten Divisi membawahi karyawan yang ada pada divisi masing-masing. Struktur organisasi tingkat non-staf pada divisi terdiri dari kerani dan mandor dengan atasan asisten divisi atau senior asisten. Tingkat non-staf di luar divisi yaitu kepala mekanik, mandor traksi, kerani traksi, kepala poliklinik, kepala
gudang dan kepala satpam dengan atasan Senior Asisten. Mantri buah dan mantri tanaman dibawahi langsung oleh manajer. Bagan struktur organisai Kebun Mustika terdapat pada Lampiran 4.
Ketenagakerjaan Kegiatan kebun dan operasional kebun dilaksanakan secara menyeluruh oleh semua karyawan kebun mulai dari tingkat staf dan non-staf. Tiap jabatan di dalam kebun mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Tingkat staf paling tinggi di dalam unit kebun dipegang oleh manajer. Manajer bertanggungjawab penuh untuk seluruh kegiatan operasional yang ada di dalam kebun. Manajer juga membuat kebijakan di dalam kebun untuk mencapai produksi yang tinggi dan biaya yang rendah. Manajer dibantu oleh beberapa orang staf yaitu senior asisten, asisten dan kepala administrasi dalam menjalankan tugasnya. Senior asisten bertugas untuk menjalankan operasional salah satu divisi kebun, traksi, poliklinik, gudang dan keamanan kebun. Tugas asisten dan senior asisten dalam menjalankan operasional divisi kebun sama. Tugas yang dilaksanakan berupa pertanggungjawaban langsung kepada manajer untuk seluruh kegiatan divisi baik teknis di lapangan maupun administrasi divisi. Asisten juga bertugas untuk melakukan administrasi yang teratur di divisi, melakukan pembinaan sumberdaya manusia terhadap karyawan yang dipimpin, penyusunan budget divisi dan mengendalikan biaya operasional divisi yang dibawahi. Senior asisten atau asisten dibantu oleh mandor I dan mandor-mandor dalam menjalankan kegiatan teknis di lapangan. Selain itu, senior asisten/asisten memberi pengarahan dan instruksi kerja kepada seluruh mandor untuk pelaksanaan kegiatan kebun dan juga melakukan pengawasan terhadap pekerjaan di divisinya. Kegiatan ini dilakukan setiap hari supaya kegiatan tersebut terkontrol dan terarah. Senior asisten/asisten dibantu oleh mandor I untuk membuat Rencana Kerja Harian sedangkan mandor-mador melakukan pengawasan langsung terhadap pekerjaan karyawan di lapangan. Kegiatan administrasi di divisi dibantu oleh kerani divisi dan kerani produksi. Kerani divisi bertugas untuk mengerjakan administrasi yang dibuat oleh asisten serta membuat laporan harian divisi dan
melaporkannya ke kantor besar. Kerani produksi bertugas untuk mencatat secara detail mengenai produksi divisi setiap hari. Kegiatan ini harus dilakukan secara up to date untuk mempermudah asisten dalam pengecekan produksi. Kepala adminstrasi bertugas untuk menangani seluruh kegiatan administrasi dan keuangan kebun. Di samping itu, kepala administrasi juga bertugas membuat laporan unit kebun dan laporan persediaan barang yang ada di kebun untuk setiap bulannya. Kepala Administrasi dibantu oleh kasir, pembukuan, mantri tanaman dan mantri buah. Karyawan non-staf di Kebun Mustika Estate terdiri Serikat Kerja Unit (SKU) dan tenaga borongan. Karyawan SKU merupakan karyawan tetap perkebunan yang bertugas melaksanakan teknis pekerjaan yang ada di kebun, baik di lapangan maupun di kantor. Karyawan SKU terdiri dari SKU bulanan dan SKU harian. Pihak perusahaan memberikan fasilitas kepada seluruh karyawan untuk mendukung kelancaran operasional kebun. Fasilitas tersebut sengaja diletakkan di dalam kebun dengan tujuan memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaan. Fasilitas yang terdapat di Kebun Mustika Estate berupa perumahan, fasilitas air, listrik, poliklinik, koperasi, mesjid, mess dan sarana olahraga, seperti lapangan sepakbola, bola voli dan bulu tangkis. Selain itu, diberikan pula fasilitas transportasi bagi anak-anak karyawan untuk sekolah. Kegiatan kerja di Kebun Mustika Estate dimulai pukul 05.30 WITA yaitu dengan lingkaran pagi yang diikuti oleh supervisi di tiap divisi dan dipimpin oleh asisten divisi. Lingkaran pagi untuk karyawan dimulai pukul 06.00 WITA dipimpin oleh asisten atau mandor I. Kegiatan kerja pada hari biasa dimulai pada pukul 07.00 WITA dan selesai pukul 14.00 WITA, sedangkan untuk hari Jumat, kegiatan kerja dimulai pukul 07.00 WITA dan selesai pukul 12.00 WITA. Jumlah staf dan karyawan yang terdapat di Kebun Mustika Estate tertera pada tabel 5.
Tabel 5 Jumlah Staf dan karyawan non staf di Kebun Mustika Estate No
Jabatan
Jumlah (orang)
1
Estate Manager
1
2
Senior Asisten
1
3
Asisten
2
4
Kepala Administrasi
1
5
SKU Bulanan
5
6
SKU Harian
393
Total
472
Sumber : Kantor Besar Mustika, 2008
Lingkungan Sosial Kebun dan Sekitar Kebun Kelancaran operasional kebun dapat juga dilihat dari kondisi sosial atau kehidupan di dalam kebun. Keberagaman asal-usul karyawan merupakan hal yang harus diperhatikan supaya kehidupan sosial di kebun tetap terjaga. Karyawan Kebun Mustika Estate berasal dari berbagai macam daerah. Karyawan yang paling banyak berasal dari Jawa, Banjar, Bali, Flores dan Timor. Pada umumnya karyawan merupakan penduduk transmigrasi ke daerah Kalimantan dan penduduk yang sengaja didatangkan dari Jawa. Bahasa yang umum digunakan adalah Bahasa Jawa. Mayoritas agama yang dianut adalah agama Islam, di samping itu terdapat juga agama Hindu, dan agama Kristen. Kehidupan sosial di dalam Kebun Mustika Estate berjalan dengan baik dan terbina. Kebun Mustika Estate dikelilingi oleh beberapa desa. Desa-desa tersebut terdiri dari desa transmigrasi dan desa penduduk asli. Desa yang ada di sekitar Mustika adalah Desa Mustika, Desa Ringkit, Desa Pacakan, Desa Kuranji, Desa Waringin Tunggal dan Desa Giri Mulya. Suku yang mendiami desa-desa tersebut adalah suku Jawa, Bali, Sunda dan Banjar.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan magang yang dilaksanakan oleh penulis dibagi dalam dua aspek yaitu aspek teknis dan aspek manajerial. Pada aspek teknis, penulis secara langsung mengikuti kegiatan atau pekerjaan teknis di lapangan. Dalam hal ini penulis menjadi Buruh Harian Lepas (BHL). Pada aspek manajerial, penulis menjadi pengawas pekerjaan para karyawan. Penulis bertindak sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten.
Apek Teknis Kegiatan teknis memiliki peranan penting dalam berjalannya suatu perkebunan kelapa sawit. Hal ini dikarenakan kegiatan tersebut sangat berpengaruh terhadap produktivitas perkebunan kelapa sawit. Kegiatan teknis perkebunan kelapa sawit meliputi kegiatan panen, pemeliharaan dan pemupukan. Pemeliharaan di perkebunan kelapa sawit dimulai dari tahap pembibitan, tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa pengendalian gulma, pengendalian HPT, perbaikan jaringan drainase dan perawatan jalan. Selain itu, pemupukan juga merupakan faktor penting dalam peningkatan produksi kelapa sawit. Pemupukan dilakukan secara rutin untuk menjamin ketersediaan hara di dalam tanah. Kegiatan pemanenan berupa panen dan pengangkutan TBS sampai ke pabrik. Pemeliharaan, pemupukan dan pemanenan harus berjalan dengan baik karena ketiga hal tersebut merupakan hal yang saling mendukung dan menentukan. Pelaksanaan kegiatan teknis oleh penulis selama mengikuti magang di Kebun Mustika Estate yaitu dengan bekerja sebagai BHL. Kegiatan sebagai BHL dilakukan selama dua bulan yang meliputi kegiatan di pembibitan, tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Kegiatan di pembibitan meliputi penanaman di main nursery, pemupukan, penyiraman, pengendalian HPT dan pengendalian gulma. Kegiatan di TBM meliputi kegiatan perawatan yaitu semprot piringan, semprot lalang, gawangan manual dan sensus daun. Kegiatan di tanaman menghasilkan meliputi kegiatan panen, perawatan baik pemupukan secara
anorganik maupun organik, semprot lalang, semprot piringan, dongkel anak kayu dan rawat jalan.
Pembibitan Pembibitan merupakan bagian penting dari perkebunan kelapa sawit. Perlakuan terhadap bibit kelapa sawit pada pembibitan sangat menentukan produktivitas kelapa sawit saat sudah menghasilkan. Pembibitan memerlukan penjadwalan yang tepat dalam setiap kegiatan, mulai dari pemesanan bibit, penyediaan, pengecambahan, persemaian. Jadwal pemesanan kecambah kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Pemesanan Kecambah Kelapa Sawit (Bulan) X – 24
X – 12
X–0
a. Pemesanan kecambah b. Rencana kecambah diterima c. Program tanam Sumber : Vadamikum Minamas, 2004 Keterangan : X = Bulan Penanaman Kecambah
Pembibitan di perkebunan kelapa sawit terdiri atas pembibitan dua tahap (double stage) dan pembibitan satu tahap (single stage). Pembibitan dua tahap (double stage) meliputi tahapan pembibitan pendahuluan (pre-nursery) dan tahapan pembibitan utama (main-nursery). Pembibitan satu tahap (single stage) merupakan tahapan pembibitan yang langsung menanam bibit di polybag besar (large bag) pada main-nursery. Pada awal penanaman, jaraknya dibuat berdekatan, setelah 2-3 bulan bibit tersebut dijarangkan sama seperti pembibitan dua tahap dalam tahapan main-nursery. Pembibitan di PT. Sajang Heulang menggunakan pembibitan dua tahap (double- stage). Pada saat penulis mengikuti kegiatan magang, pembibitan berada di kebun plasma yaitu di Kebun KKPA 3. Luas awal pembibitan mencapai 60 ha tetapi saat penulis mengikuti kegiatan magang luas pembibitan tinggal 35 ha.
Penyusutan luas pembibitan ini dikarenakan tidak ada lagi program pembibitan lanjutan. Disamping itu juga pihak kebun akan membangun pabrik di areal pembibitan. •
Pembibitan Pendahuluan (Pre-nursery) Kegiatan pre-nursery merupakan tahapan pembibitan pendahuluan.
Kegiatan di pre-nursery meliputi pembuatan bedengan, mengisi baby bag dengan tanah dan menyusun dengan rapi di dalam bedengan, menanam kecambah serta melakukan perawatan. Pada saat penulis melakukan kegiatan magang, tahapan pre-nursery sudah tidak dilakukan lagi. Penulis hanya mendapat pengarahan dari asisten pembibitan mengenai pre-nursery yang ada di KKPA 3. •
Pembibitan utam (main-nursery) Main-nursery merupakan kegiatan tahapan pembibitan utama pada double
stage. Kegiatan ini dilakukan setelah pre-nursery. Bibit yang ada di pre-nursery selanjutnya dipindahkan ke main-nursery. Kegiatan pada tahapan main-nursery meliputi penanaman di polybag, penyiraman, pemupukan, pengendalian HPT dan pengendalian gulma. Gambar 1 adalah main-nursery pada pembibitan KKPA 3.
Gambar 1. Main Nursery dipembibitan KKPA 3
Pada kegiatan penanaman bibit di main nursery, tanah yang digunakan dicampur dengan Rock phosphate. Tanah tersebut dimasukkan ke large bag dengan ukuran standar 40 cm x 50 cm, tebal 20,2 mm, berwarna hitam dengan sistem duduk. Rata-rata berat tanah yang dimasukkan ke dalam polybag adalah 20
kg. Selanjutnya, bibit yang yang telah siap di pre-nursery dipindahkan ke mainnursery. Large bag yang telah terisi dengan tanah dibuat lubang seukuran dengan besar baby bag dari pre nursery. Alat yang digunakan untuk membuat lubang tersebut disebut dengan ponjo. Alat tersebut terbuat dari pipa paralon berdiameter 4 inci. Pemindahan bibit dari baby bag ke large bag harus dilakukan dengan hatihati karena perakaran bibit di pre-nursery sangat rentan dengan kerusakan. Pembukaan bibit dilakukan dengan cara menyayat bagian pinggir baby bag dari atas sampai ke bawah. Setelah baby bag lepas, bibit tersebut dimasukkan ke large bag yang sudah siap, lalu diisi dengan tanah dan jangan terlalu ditekan kuat agar perakaran bibit tidak rusak. Pada kegiatan ini, penulis hanya melakukan percobaan tanpa ada prestasi kerja. Kegiatan penanaman dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Penanaman bibit di main nursery
Penyiraman merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembibitan. Pembibitan kelapa sawit memerlukan kelembaban yang cukup agar memperoleh pertumbuhan yang bagus. Penyiraman harus dilakukan secara rutin pada pagi dan sore hari. Tiap bibit rata-rata memerlukan 2-3 liter air per hari. Jika curah hujan pada malam sebelumnya di atas 10 mm, maka penyiraman di pagi hari tidak perlu dilakukan lagi. Sistem penyiraman di pembibitan pada umumnya ada empat jenis yaitu: 1) Overhead sprinkler System (OSS); 2) pipa sprinkler clayfat; 3) penyiraman tangan; dan 4) Travelly irrigator. Penyiraman di pembibitan harus
mendapatkan pengawasan yang benar. Penyiraman diawasi agar penyiraman tidak menyebabkan erosi di large bag, tidak disiram terlalu banyak dan semua areal pembibitan disiram merata. Penyiraman di PT Sajang Heulang menggunakan sistem penyiraman tangan atau penyiraman manual. Penyiraman bibit secara manual menggunakan pipa berdiamaeter 1 inci. Sumber air di pembibitan tersebut diperoleh dari kolam yang berada di belakang kantor pembibitan. Air dipompa dengan menggunakan mesin diesel yang dinyalakan setiap pagi dan sore hari. Air yang dihisap kemudian ditampung di menara air. Menara air terdiri dari 10 drum penampung yang berdaya tampung 1 000 liter per drum. Selanjutnya, air tampungan tersebut disalurkan ke pembibitan melalui pipa primer berdiameter 6 inci, lalu ke pipa sekunder berdiameter 3 inci dan terakhir ke selang yang berdiameter 1 inci. Penyiraman di pembibitan dilakukan oleh beberapa tenaga kerja dengan menggunakan selang 1 inci. Pipa tersebut ditarik sambil menyiram ke pembibitan. Pada gambar 3 penulis melakukan kegiatan penyiraman sebanyak 3 blok. Kendala yang ditemui penulis saat melakukan penyiraman adalah kesulitan karena harus menarik selang supaya dapat menjangkau bibit yang akan disiram. Disamping itu, selang dapat merusak bibit yang sudah tumbuh. Selang juga tidak mempunyai penutup di ujung selang sehingga pengeluaran air tidak dapat dikontrol dengan baik. Prosedur penyiraman adalah seperti ditunjukkan pada diagram Gambar 4.
Gambar 3 Penyiraman di Pembibitan
Periksa penakar hujan
Curah hujan < 10 mm
Curah hujan > 10 mm
Atur katup untuk areal tertentu
Tidak perlu penyiraman
Hidupkan pompa
Periksa dan beri tanda saluran Pengeluaran air yang rusak Ganti bagian yang rusak
Hidupkan kembali pompa
Kirim bagian yang rusak ke bengkel
Berikan air kepembibitan Gambar 4. Prosedur penyiraman di pembibitan
Pemupukan Pemupukan pada pembibitan bertujuan untuk menyediakan nutrisi hara yang cukup untuk bibit kelapa sawit selama pembibitan serta menjamin pertumbuhan yang optimum. Pemupukan di pembibitan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh departemen riset perusahaan. Pupuk yang biasa digunakan di pembibitan utama atau main-nursery adalah pupuk majemuk. Pupuk majemuk tersebut berupa NPKMg dan NPKMg +unsur mikro. Pemberian dosis pupuk di pembibitan berbeda untuk setiap umur tanaman. Pemberian pupuk ekstra juga dapat diberikan jika terdapat ciri-ciri tanaman yang tidak sesuai dengan tanaman normal. Akan tetapi, pemberian pupuk ekstra baru bisa dilakukan setelah bibit berumur diatas umur 8 bulan. Peralatan yang digunakan di pemupukan pembibitan utama adalah ember, karung, dan sendok dengan takaran yang telah ditetapkan.
Pada saat penulis mengikuti kegiatan pemupukan, pupuk yang digunakan adalah pupuk ekstra yang bertujuan untuk mencegah kuning daun. Pupuk ekstra yang diberikan adalah pupuk urea dan MOP dengan perbandingan 1 : 1. Dosis normal untuk setiap pokok tanaman adalah 5 gr/pokok, jika terdapat tanaman yang sudah mengalami kuning daun dan pertumbuhan mulai abnormal akan diberikan pupuk ekstra dengan dosis 10 gram/pokok. Teknis pengaplikasiannya adalah dengan menaburkan setengah lingkaran dan tidak boleh menyentuh daun untuk mencegah terjadi kerusakan daun atau plamolisis. Pada saat penulis melakukan kegiatan pemupukan, kendala yang ditemui penulis adalah belum adanya takaran yang tepat yang digunakan karyawan saat pengaplikasian pupuk, takaran yang digunakan berbeda-beda. Hal ini disebabkan perkebunan tidak memberikan alat standart untuk pemupukan. Penggunaan pupuk ekstra juga belum tepat waktu karena umur pembibitan belum mencapai 8 bulan, padahal pemupukan ekstra baru diperbolehkan setelah bibit mencapai umur 8 bulan atau lebih. Disamping itu, setelah pemupukan dilakukan pula penyiraman sehingga urea cepat larut dan larutan urea tersebut menyentuh daun yang dapat menyebabkan kerusakan daun. Pemberian dosis pupuk di pembibitan utama adalh seperti pada tabel 7.
Tabel 7. Dosis Pemupukan di main nursery Umur • • • • • •
Minggu ke 13 dan 15 Dosis/pokok Minggu ke 17 dan 19 Dosis/pokok Minggu ke 21,23,25 dan 27 Dosis/pokok Minggu ke 29 dan 31 Dosis/pokok Minggu ke 33,35,37 dan 39 Dosis/pokok Minggu ke 41,43,45,47,49 Dosis/pokok
Jenis Pupuk NPKMg NPKMg NPKMg NPKMg NPKMg NPKMg
Sumber: Kantor Pembibitan KKPA 3
Perbandingan 15,15,6,4 4 gr 12,12,17,2 5 gr 12,12,17,2 7,5 gr 12,12,17,2 10 gr 12,12,17,2 15 gr 12,12,17,2 18 gr
Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) Tujuan pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan di pembibitan adalah untuk mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan serta menghambat pertumbuhan pada bibit. Pengendalian HPT dapat dilakukan secara kimiawi yaitu dengan penyemprotan pestisida maupun pengendalian secara manual yaitu dengan mengutip langsung hama yang menyerang pembibitan. Penyemprotan di pembibitan harus dilakukan secara tepat waktu dan efektif. Pestisida yang digunakan untuk pengendalian HPT di pembibitan KKPA 3 adalah Decis 2,5 EC dan Dithane M-45. Decis 2,5 EC berbahan aktif Deta metrin 25 g/l dan merupakan insektisida racun kontak. Decis 2,5 EC digunakan untuk mengendalikan hama ulat api (Thosea asigna) pada kelapa sawit. Dosis yang diberikan untuk pengendalian di pembibitan adalah 0.25 – 0.3 l/ha. Jika terjadi serangan hama yang melewati ambang batas, maka dilakukan penyemprotan dengan volume tinggi. Dithane M-45 merupakan fungisida 80 WP yang berbahan aktif mankozek 80%. Fungisida tersebut merupakan fungisida protektif berbentuk tepung berwarna kuning keabu-abuan yang dapat disuspensikan untuk mengendalikan penyakit di pembibitan seperti penyakit bercak daun Fusarium sp. Gloeosporium sp., Pestalotiopsos sp. Konsentrasi formulasi dan volume semprot yang diberikan 2 g/l air. Penyemprotan dilakukan tergantung tingkat serangan. Apabila terlihat serangan di pembibitan dengan interval satu minggu akan dilakukan penyemprotan lanjutan dengan konsentrasi tinggi. Penyakit yang paling sering ditemukan di pembibitan KKPA 3 adalah apogonia, jamur, antraknosa dan curvularia. Alat semprot yang digunakan di pembibitan KKPA 3 adalah Solo 425 TM dengan empat jenis nozel (biru, kuning, merah dan hitam), drum berkapasitas 200 liter. Pada saat penulis melakukan kegiatan penyemprotan di pembibitan, bahan yang digunakan adalah Dithane M-45 dengan menggunakan kap SOLO 425 TM dengan nozel biru. Prosedur penggunaan Dithane M-45 sebagai berikut, Dithane M-45 sebanyak 800 gram dicampur dengan air 200 liter. Pencampuran dilakukan di
dalam drum. Kemudian dibagi ke kap SOLO 425 TM yang berkapasitas sepuluh liter. Pengaplikasian di lapangan menggunakan sistem mata lima yaitu menyemprot bibit sekali jalan langsung menyemprot lima baris. Norma kerja penyemprotan adalah 5 000 bibit. Prestasi kerja penulis yaitu dengan menyemprot 345 bibit. Pada saat melakukan penyemprotan, karyawan belum menggunakan alat pelindung diri seperti penggunaan masker, sarung tangan dan baju semprot.
Pengendalian gulma Pengendalian gulma merupakan kegiatan membersihkan gulma atau tanaman pengganggu di pembibitan. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara kimiawi dan manual. Gulma yang banyak terdapat di pembibitan KKPA 3 adalah Cynodon dactilon Pada saat penulis melakukan kegiatan magang, pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut langsung gulma-gulma yang ada di lapangan dan di dalam polybag. Penulis hanya melakukan kegiatan percobaan pengendalian gulma. Penulis tidak mempunyai prestasi kerja.
Pemancangan dan Pembuatan Lubang Tanam Pemancangan Pemancangan bertujuan untuk menghasilkan pertanaman kelapa sawit dengan jarak tanam yang teratur sehingga setiap tanaman kelapa sawit memperoleh sinar matahari, nutrisi dan air yang sama. Disamping itu, pemancangan juga bertujuan untuk membuat lubang tanam sesuai populasi yang direncanakan dan sebagai pedoman untuk menanam kacangan dan membuat sarana (jalan, parit, teras kontur). Pemancangan dilakukan di areal yang layak ditanami, baik areal bergelombang maupun areal datar. Pemancangan membutuhkan ketelitian agar didapat hasil pemancangan yang baik. Setiap pemancangan biasanya terdiri dari lima orang yang mempunyai tugas masing-masing. Pembagian tugas tersebut yaitu satu orang sebagai tukang teropong, dua orang sebagai tukang pancang dan dua orang sebagai tukang tarik tali. Alat yang digunakan untuk pemancangan diantaranya tali sebanyak dua buah dengan panjang 100 m yang telah ditandai
dengan ukuran yang ditetapkan, pancang panjang sebagai patokan dan pancang pendek untuk dipancang di tiap lubang tanam. Penulis melakukan kegiatan pemancangan di divisi IV dengan luas satu ha. Populasi tanaman per hektar yang direncanakan adalah 135-136/ha sehingga jarak tanam yang digunakan yaitu segitiga sama sisi 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan lebar gawangan (interrow) delapan meter. Pemancangan diawali dengan penentuan titik utama yaitu dengan menarik garis lurus dari tanaman yang sudah ada. Penarikan garis lurus dilakukan dari lima arah. Arah titik ditentukan sesuai dengan arah mata angin yaitu Utara-TimurSelatan-Barat. Titik utama ini dipancang dengan pancang induk setinggi 2.5 meter yang diberi bendera putih agar terlihat dari jauh dan dibentuk siku dengan rumus phytagoras. Pada sudut yang telah terbentuk akan ditarik garis lurus sejauh seratus meter ke arah timur untuk menentukan titik kedua. Kemudian dilakukan lagi pembentukan siku yang sama dengan penentuan siku di titik pertama. Selanjutnya ditentukan titik ketiga sejauh seratus meter ke arah utara. Penentuan titik keempat dilakukan dengan menarik titik pertemuan pertama dan ketiga sejauh seratus meter dari masing-masing titik. Langkah selanjutnya yaitu dengan menarik tali sepanjang seratus meter yang telah ditandai dengan jarak delapan meter dari titik I ke titik IV dengan arah utaraselatan. Setelah itu, dipasang ajir setiap delapan meter sesuai tanda pada tali. Kegiatan tersebut dilakukan kembali di titik II ke titik III. Kemudian dilakukan penarikan tali dari titik I ke titik II dengan arah timur-barat. Tali yang digunakan disini adalah tali yang telah ditandai dengan jarak antar titik 9.2 m. Pada tali tersebut juga diberikan tanda warna yang berbeda secara berselang-seling yaitu putih dan merah. Jarak antar warna yang sama adalah 9.2 m dan jarak antar warna putih dan merah yang berdekatan adalah 4.6 m. Pengajiran kemudian dilakukan dengan jarak 9.2 m mengikuti tanda pada tali. Selanjutnya tali tersebut digeser dengan arah selatan-utara. Jika pada baris pertama pemancangan ajir dilakukan pada titik berwarna merah, maka pemancangan ajir pada baris kedua dilakukan pada titik berwarna putih. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang hingga selesai pemancangan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan pemancangan dengan sistem
mata lima. Jika mata lima sudah benar berarti pemancangan dilakukan dengan benar. Penulis melakukan kegiatan pengajiran dalam bentuk tim sebanyak tujuh orang. Luas areal satu ha diselesaikan selama tiga jam yang dimulai dari jam tujuh hingga jam sepuluh pagi. Pada saat melakukan kegiatan pemancangan, mata lima yang terbentuk tidak sempurna karena terdapat satu baris tanaman yang melenceng. Hal ini disebabkan oleh tidak tepatnya penarikan tali dalam menentukan jarak tanam 9.2 meter. Norma kerja untuk pemancangan disajikan dalam tabel norma kerja pemancangan. Lay Out pemancangan dapat dilihat pada gambar 5.
Tabel 8. Norma Pemancangan Norma (hk/ha)
*
x
v
Vv
Pancang kepala*
0.4
0.2
0.1
Pancang titik tanam**
1.3
1.0
0.8
Tim 5 orang
**
Tim 8 orang
Sumber: Buku Lapangan TBM, 1998
Berikut disajikan lay out hasil pemancangan. U
TBM
MAIN ROAD Gambar 5. Lay Out Hasil Pemancangan
Pembuatan lubang tanam dan penanaman Tujuan pembuatan lubang tanam adalah untuk menyediakan tempat penanaman kelapa sawit agar kelapa sawit di lapangan dapat tumbuh dengan baik dan benar. Lubang tanam juga bermanfaat untuk mempermudah peresapan pupuk
ke dalam tanah sehingga pupuk tersebut mudah diabsorbsi oleh kelapa sawit. Lubang tanam kelapa sawit yang standar adalah 90 cm x 90 cm x 90 cm. Pembuatan lubang tanam di tanah mineral dan tanah gambut berbeda. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis. Pembuatan lubang tanam dengan cara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia atau padat karya sedangkan pembuatan lubang tanam dengan cara mekanis menggunakan excavator. Pada saat penulis melakukan kegiatan pembuatan lubang tanam, penulis melanjutkan kegiatan pelubangan di areal yang telah dipancang seluas satu hektar pada Divisi IV. Jenis tanah yang akan dibuat lubang tanam adalah jenis tanah mineral. Lubang tanam yang dibentuk berukuran 60 cm x 60 cm x 40 cm. Setelah dilakukan pembuatan lubang tanam dilanjutkan dengan penanaman. Penanaman kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan penting di perkebunan kelapa sawit karena akan sangat menentukan produktifitas kelapa sawit kedepannya. Penanaman juga harus dilaksankan dengan baik untuk mengusahakan masa TBM yang singkat (panen pertama kurang dari tiga puluh bulan setelah tanam). Kegiatan penanaman dimulai dari pemancangan, pembuatan lubang tanam, dan tanam bibit. Kegiatan penanaman di Mustika Estate sudah tidak ada lagi. Meskipun demikian, Kebun Mustika Estate masih melakukan penyisipan tanaman. Kegiatan penanaman yang dilakukan penulis berada di Divisi IV dengan luas + 1 Ha. Teknis penanaman diawali dengan menabur pupuk Rock phospat sebagai pupuk dasar dengan tujuan menetralkan pH tanah. Dosis per lubang yang diberikan adalah 500 gr. Kemudian kelapa sawit ditanam dengan membuka large bag terlebih dahulu. Bola tanah pada kelapa sawit tidak boleh pecah saat penanaman. Setelah kelapa sawit dimasukkan, ditimbun dengan tanah sampai padat. Tanah yang pertama dimasukkan adalah top soil yang dilanjutkan dengan memasukkan lapisan tanah sub soil. Tanda bahwa kelapa sawit tersebut tertanam dengan benar adalah dengan melakukan penarikan, Jika kelapa sawit tidak dapat tertarik lagi, berarti penanaman yang dilakukan adalah benar. Sebagai langkah akhir, pada ujung atas kelapa sawit disangkutkan large bag yang menandakan bahwa large bag telah dibuka.
Norma kerja untuk pembuatan lubang tanam dan sekaligus menanam kelapa sawit adalah empat puluh lubang per hk. Prestasi kerja penulis saat melakukan pembuatan lubang tanam dan penanaman sebanyak tiga belas lubang tanam dan menanam sebanyak tujuh lubang tanam. Penanaman kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 6 berikut.
Penanaman ke lubang tanam
Sesudah ditanam
Gambar 6. Penanaman Kelapa Sawit
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tanaman belum menghasilkan merupakan awal dari kegiatan teknis kebun setelah bibit ditanam di lapangan. Kegiatan di TBM sangat menentukan kondisi perkebunan dalam jangka waktu panjang. TBM di perkebunan kelapa sawit diusahakan dengan masa TBM yang singkat. Kegiatan di TBM diawali dari penanaman kelapa sawit hingga pemeliharaan. Kegiatan penting di TBM adalah perawatan yang baik dan berkelanjutan serta mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan setelah TBM sehingga pada saat kelapa sawit sudah menghasilkan kegiatan panen dapat berjalan dengan baik. Gambar 7 adalah TBM di Kebun Mustika Estate.
Gambar 7. Tanaman Belum Menghasilkan Kebun Mustika Estate Pengendalian gulma Pengendalian gulma bertujuan untuk membuang gulma pesaing dalam mendapatkan hara, air dan cahaya matahari di perkebunan kelapa sawit serta menghindari kerusakan yang terjadi pada tanaman kelapa sawit. Kegiatan pengendalian ini harus dilakukan secara berkelanjutan karena gulma tidak dapat diberantas tetapi hanya dapat dikendalikan. Pengendalian gulma yang dilakukan yaitu pengendalian di piringan dan gawangan kelapa sawit, baik secara kimiawi dan manual.
o Pengendalian gulma secara manual Pengendalian gulma secara manual dilakukan jika kondisi areal yang dihadapi sulit, misalnya gulma sudah besar dan tinggi.. Tanda bahwa areal tersebut telah dibersihkan yaitu kelapa sawit TBM harus terlihat dengan jelas. Kegiatan pengendalian gulma secara manual di TBM Divisi IV yaitu gawangan manual. Pada saat melakukan kegiatan gawangan manual di TBM, alat yang digunakan adalah parang. Vegetasi gulma di gawangan mencapai seratus persen dan harus dibabat. Penulis melakukan kegiatan pembersihan gawangan dengan membersihkan anak kayu dan lalang yang sudah tinggi. Kondisi yang ditemui di
lapangan adalah gulma sudah lebih tinggi dari kelapa sawit. Hal ini menyebabkan kegiatan gawangan manual sulit dilakukan. Disamping itu, areal tersebut merupakan daerah rendahan dengan banyak genangan air sehingga sulit terjangkau. Pada saat terjadi curah hujan yang cukup tinggi, areal tersebut akan dengan cepat tergenang. Gulma yang umum ditemui adalah Melastoma malabathricum, Clidemia hirta serta Imperata cylindrica (Alang-alang). Prestasi kerja penulis adalah 0.2 ha/hk, sedangkan norma kerja karyawan adalah 2 hk/ha. Penulis tidak melakukan kegiatan selama satu hari penuh.
o Pengendalian Gulma secara Kimiawi Selain cara manual, kegiatan pengendalian gulma dapat pula dilakukan dengan cara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi lebih efisien dibandingan secara manual, terutama dalam segi tenaga kerja. Penyemprotan dilakukan secara selektif yaitu pada gulma tertentu yang dianggap merugikan untuk tanaman. Kegiatan penyemprotan di TBM meliputi penyemprotan lalang dan penyemprotan piringan. Kegiatan penyemprotan piringan bertujuan untuk mengendalikan gulma yang ada dipiringan. Penyemprotan piringan di TBM dilakukan sekaligus untuk membuka pasar rintis. Gulma yang dikendalikan adalah gulma yang berada di piringan yang berupa tanaman kacangan. Semprot piringan yang dilakukan di Kebun Mustika Estate menggunakan pestisida dengan merek dagang Basta 15. Basta 15 adalah herbisida sistemik purna tumbuh non selektif berbahan aktif Amonium glufosinat 150 g/l. Basta 15 berbentuk cairan yang berwarna biru kehijauan yang penggunaannya dicampur dengan air. Dosis penggunaan Basta 15 adalah 1.5 ml/l air. Alat semprot yang digunakan adalah Knapsack jenis SOLO 425 TM. Prosedur penyemprotan piringan adalah tiap tim terdiri dari tiga orang. Masing-masing tim menyemprot piringan hingga menyelesaikan satu pasar rintis. Saat melakukan penyemprotan piringan, dilakukan pula pembukaan pasar rintis. Teknis penyemprotan dalam tim yaitu orang pertama memulai penyemprotan pada pokok pertama, orang kedua masuk sambil membuka pasar rintis dan menyemprot pokok pertama pada baris di sebelah penyemprot pertama, lalu orang ketiga
masuk lagi sambil membuka pasar rintis dan menyemprot pokok kedua yang berada di depan penyemprot pertama. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang hingga pasar rintis tembus. Norma kerja penyemprotan piringan adalah 2 ha/hk sedangkan rata-rata norma kerja karyawan adalah 1.5-2 ha/hk. Prestasi penulis saat melakukan kegiatan penyemprotan piringan adalah 1 ha/hk. Penulis juga melakukan kegiatan pengisiian air dan pencampuran bahan di knapsack. Teknis penyemprotan dapat dilihat pada gambar 8 berikut.
Gambar 8. Penyemprotan piringan di TBM
Kendala yang ditemui penulis saat melakukan kegiatan penyemprotan piringan adalah sulitnya untuk mendapatkan air. Sumber air terkadang terlalu jauh dari areal penyemprotan sehingga prestasi kerja karyawan menurun karena harus berjalan jauh. Kualitas air yang ditemukan juga tidak sesuai denan standar penyemprotan. Penggunaan air yang tidak bersih mengakibatkan ketidakefektifan dan dapat menyebabkan knapsack cepat rusak. Gambar 9 menunjukkan teknis penyemprotan piringan di TBM.
Tim I Ket :
Tim II
Tim III
: Pokok Kelapa Sawit : Orang I : Orang II : Orang III Gambar 9. Lay Out Teknis Kerja Semprot Piringan di TBM
Berikut disajikan Gambar TBM sebelum dan sesudah dilakukan penyemprotan.
Sebelum Penyemprotan
Sesudah penyemprotan tujuh hari
Gambar 10. TBM Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyemprotan
Sensus Daun atau Kesatuan Contoh Daun Sensus daun merupakan kegiatan pengambilan contoh daun dari suatu areal atau blok. Pengambilan sampel daun ditujukan untuk menentukan pemberian unsur hara di areal tersebut. Kegiatan sensus daun dilaksanakan berdasarkan instruksi dari Departemen Riset perusahaan. Hasil dari sensus daun akan dikirim
ke Departemen Riset untuk diteliti dan selanjutnya Departemen Riset akan memberi rekomendasi pemupukan di areal atau blok tempat pengambilan daun. Alat yang digunakan dalam sensus daun adalah plastik hitam dan putih, pisau serta gunting. Teknis pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel daun yaitu pengambilan sampel daun dari tiga puluh pokok pada tiap blok. Hal yang dilakukan pertama adalah menentukan titik pertama pengambilan sampel yaitu pokok ke tiga pada baris ke tiga dari ujung blok. Pengambilan sampel untuk titik selanjutnya ditentukan berdasarkan ketentuan dari Departemen Riset. Departemen Riset memberikan ketentuan berdasarkan luas tiap blok, misalnya Departemen Riset memberikan pengambilan 9 x 10. Hal ini berarti pengambilan sampel berikutnya adalah pokok ke sepuluh dari titik sebelumnya pada baris yang sama, untuk titik berikutnya juga dilakukan dengan hal yang sama. Jika baris tersebut telah habis, maka baris pengambilan selanjutnya adalah sembilan baris dari baris pengambilan sebelumnya sedangkan penghitungan pokok tetap dihitung dari pokok pengambilan sebelumnya. Misalnya baris telah habis pada saat penghitungan ketiga, maka pengambilan sampel selanjutnya pada baris yang baru adalah pokok ke tujuh. Hal tersebut dilakukan hingga terambil sampel sebanyak tiga puluh sampel. Pada pokok sampel dilakukan pula pengamatan keadaan daun pokok untuk melihat kekurangan unsur hara. Jika terdapat ciri-ciri yang menunjukkan kekurangan hara, maka dilakukan ceklist pada tabel yang telah ditetapkan. Kekurangan unsur yang diperhatikan adalah N, P, K, Ca, Mg, dan B Teknis pengambilan contoh daun untuk tiap pokok adalah dengan mengambil daun pada pelepah ke tujuh belas yaitu dengan menghitung spiral ke tiga ke arah kanan dari daun yang baru membuka. Pada pelepah ke tujuh belas dicari ekor kodok dari pelepah tersebut. Ekor kodok merupakan pertemuan antara tulang daun yang keras dengan tulang daun yang lunak. Pada ekor kodok diambil daun sebanyak dua helai dari bagian atas ekor kodok dan dua helai dari bagian bawah ekor kodok kemudian daun tersebut dibuang bagian atas + 10 cm dan bagian pangkal daun + 15 cm. Lidi pada daun yang tersisa dibuang dan daun yang tertinggal dipotong kecil-kecil. Daun pada salah satu sisi lidi dimasukkan ke plastik hitam untuk dikirim ke Departemen Riset sedangkan daun pada sisi yang lain dimasukkan ke plastik putih dan digunakan sebagai cadangan.
Norma kerja sensus daun yang ditetapkan adalah 1 blok/hk. Prestasi penulis adalah 1 blok/hk. Penulis melakukan kegiatan sensus daun selama dua hari dan dilakukan secara tim bersama dengan teman-teman magang. Pengambilan daun dapat dilihat pada gambar 11 berikut
Gambar 11. Pengambilan sampel daun
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Tanaman menghasilkan merupakan masa puncak dari perkebunan kelapa sawit yang diharapkan dapat berproduksi tinggi tiap hektar dengan biaya produksi yang rendah. Tanaman menghasilkan perlu dijaga kondisinya supaya produksi tetap tinggi. Kegiatan yang dilakukan dalam mempertahankan agar produksi tetap tinggi yaitu dengan melakukan pemanenan yang baik, meminimalisasi kehilangan produksi (losses), melakukan perbaikan terhadap kesuburan tanah, melakukan perawatan dengan baik dan berkelanjutan. Performa dari suatu perkebunan dilihat dari produksi yang dapat dicapai oleh kebun tersebut. Kegiatan teknis di lapang yang dilakukan penulis selama mengikuti kegiatan magang adalah kegiatan perawatan yang meliputi pengendalian gulma dan rawat jalan, pemupukan dan pemanenan. Perawatan pada TM merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kondisi kelapa sawit agar dapat tumbuh dengan baik serta memudahkan kegiatankegiatan operasional kebun seperti pemanenan dan pemupukan. Perawatan pada Tanaman Menghasilkan meliputi pengendalian gulma baik secara manual dan
kimiawi, perawatan jalan, pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan perawatan ini harus dilakukan secara berkelanjutan supaya produksi kelapa sawit tetap tinggi.
Pengendalian Gulma Pengendalian gulma pada Tanaman Menghasilkan meliputi kegiatan pengendalian secara manual dan kimiawi. o Pengendalian Gulma secara Kimiawi Semprot gawangan merupakan penyemprotan khusus untuk pengendalian gulma di gawangan yang berupa gulma berdaun lebar dan lalang. Kebun Mustika Estate memiliki tim RB yang khusus menangani semprot gawangan yang dibawahi oleh satu mandoran. Frekuensi penyemprotan biasanya dilakukan setiap enam bulan sekali (dua kali dalam setahun). Alat yang digunakan dalam penyemprotan adalah knapsack RB 15 dengan kapasitas lima belas liter, nozzle yang biasa digunakan adalah Cone Nozzle, VLV 100 yellow, VLOV 200 red. Bahan obat yang digunakan oleh Kebun Mustika Estate adalah Gramoxone, Ally, dan Round Up. Gramoxone merupakan herbisida berbahan aktif parakuat dan Ally merupakan herbisida sistemik yang bersifat selektif dengan kandungan bahan aktif Metil Metsulfuron serta Round Up berbahan aktif isopropil amina glifosat. Tim RB dilengkapi dengan satu unit truk semprot yang berfungsi sebagai pembawa air bersih. Tim RB telah memakai baju pengaman, masker dari kain dan sarung tangan selama penyemprotan. Kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan penulis mengikuti adalah pengendalian lalang. Bahan yang digunakan adalah Round Up dengan dosis 0.2 cc/ha. Teknis penyemprotan yaitu mencampur Round Up dengan air yang dialirkan dari dalam tangki. Round Up tersebut sebelumnya telah dicampur air dengan perbandingan 1 : 1 agar Round Up tidak dicuri atau disalahgunakan. Penyemprotan di lapangan dilakukan secara selektif yaitu hanya menyemprot lalang saja. Norma kerja untuk kegiatan penyemprotan tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 9. Norma kerja semprot Norma (hk/ha
X
V
VV
Kondisi gulma ringan
0.3
0.1
0.05
Kondisi gulma berat
0.6
0.4
0.3
Sumber: Buku Lapangan Tanaman Menghasilkan., 1998
Penulis tidak mempunyai prestasi kerja karena kegiatan penyemprotan dilakukan saat penulis menjadi pendamping mandor dan hanya melakukan percobaan penyemprotan saja. Semprot piringan merupakan penyemprotan yang khusus menangani gulma di piringan. Pengendalian gulma di piringan bertujuan mengurangi kompetisi antara Tanaman Menghasilkan dengan gulma dalam hal pengambilan air, hara dan cahaya matahari. Disamping itu, pengendalian gulma di piringan juga membantu pemanen dalam mengutip brondolan sehingga kehilangan produksi (losses) dapat diminimalkan. Frekuensi pengendalian gulma di piringan dilakukan setiap dua bulan sekali (enam rotasi tiap tahun). Kebun Mustika Estate memiliki tim khusus yang menangani piringan, dibawahi oleh seorang mandor. Tim ini disebut tim MHS karena menggunakan alat semprot MHS sebagai alat penyemprotan. Alat yang digunakan dalam MHS adalah knapsack jenis Mikron Herbi Spray, berkapasitas lima liter, baterai kering enam volt, kain untuk tempat baterai, ember sebagai tempat mencampur bahan, alat pelindung diri seperti baju pengaman, masker dan sarung tangan. Bahan yang digunakan adalah Eagle dengan bahan aktif isopropil amina glifosat. Pada saat penulis mengikuti kegiatan penyemprotan piringan, bahan yang diaplikasikan berkonsentrasi 0.1 cc/ha. Teknis yang dilakukan yaitu mencampur bahan ke dalam lima belas liter air di dalam ember yang telah mempunyai ukuran tetap lalu dibagikan ke tiap knapsack penyemprot. Pengaplikasian di lapangan yaitu menyemprot piringan dengan cara mengelilingi pokok kelapa sawit. Pada piringan bersih, penyemprotan dapat dilakukan dengan cepat tetapi jika kondisi berat, penyemprotan dilakukan dengan lambat. Berikut gambar penyemprotan piringan
Gambar 12. Semprot Pirngan di TM
Norma kerja penyemprotan pringan dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 10. Norma kerja semprot piringan Liter campuran herbisida/hk
X
V
VV
2-6
180
240
280
>6
220
280
340
36
40
48
44
50
60
Alat Semprot Knapsak Umur Tanaman (tahun)
Alat Semprot CDA Umur Tanaman (tahun) 2-6 >6
Sumber: Buku Lapangan Tanaman Menghasilkan, 1998
Penulis tidak mempunyai prestasi kerja karena pada saat penulis mengikuti kegiatan MHS, penulis menjadi pendamping mandor. Penulis hanya melakukan kegiatan dengan menghabiskan satu knapsak berukuran lima liter. Semua karyawan sudah menggunakan alat pelindung diri seperti baju pengaman dan sarung tangan, sedangkan untuk masker dari kain belum semua menggunakannya. Kendala yang dihadapi saat mengikuti kegitan MHS yaitu terdapat beberapa blok yang sumber airnya jauh sehingga butuh waktu dalam pencampuran bahan. Selain itu, terdapat alat semprot karyawan yang rusak saat kerja sehingga butuh waktu untuk memperbaikinya. Perlu diberikan tempat khusus untuk membawa baterai kering. Karyawan kesulitan saat membawa baterai kering dengan
menggunakan kain dan kadang-kadang terjatuh sehingga dapat menyebabkan kerusakan. o Pengendalian Gulma secara Manual Pengendalian gulma secara manual merupakan kegiatan membersihkan gulma di gawangan, piringan maupun parit. Kegiatan pengendalian gulma secara manual disebut dengan Bongkar Tanaman Pengganggu (BTP). Kegiatan BTP meliputi dongkel anak kayu di gawangan, piringan maupun yang ada di pokok kelapa sawit serta kegiatan dongkel kentosan. Disamping itu, kegiatan BTP juga bertugas untuk membersihkan sungai atau parit yang biasa disebut dengan kegiatan cuci parit. Kegiatan pendongkelan anak kayu juga berfungsi membantu kegiatan pemanenan. Apabila anak kayu bersih, maka pengangkutan Tandan Buah Segar dari dalam areal ke jalan bisa lancar. Alat yang digunakan dalam kegiatan BTP adalah parang, cados (cangkul dodos) dan arit. Teknis pekerjaan di lapang yaitu satu baris dikerjakan oleh satu orang sambil membersihkan setengah gawangan mati kiri dan kanan. Penulis melakukan kegiatan dengan membersihkan piringan, gawangan dan mencabut tanaman pengganggu yang ada di pokok kelapa sawit. Norma kerja untuk pengendalian gulma secara manual tergantung dari kondisi lapangan yang dihadapi. Berikut tabel norma kerja pengendalian gulma secara manual.
Tabel 11. Norma Kerja pengendalian gulma manual Norma (hk/ha)
X
V
VV
Kondisi gulma ringan
0.4
0.2
0.1
Kondisi Gulma berat
0.7
0.5
0.3
Sumber: Buku Lapangan Tanaman Menghasilkan, 1998
Kendala yang ditemui penulis saaat melakukan kegiatan BTP adalah masih terdapat karyawan yang bekerja tidak sesuai standar pekerjaan sehingga ada anak kayu atau pentosan yang tertinggal. Hal ini terjadi jika karyawan tidak mendapat pengawasan dari mandor. Gambar 13 memperlihatkan pengendalian gulma secara manual.
Gambar 13. Pengendalian gulma secara manual Rawat Jalan Jalan merupakan urat nadi dari suatu perkebunan kelapa sawit. Baik tidaknya suatu kebun kelapa sawit dapat juga dilihat dari kondisi jalan yang ada di kebun tersebut. Kondisi jalan yang tidak bagus menyebabkan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) akan terhalang. Perlu dilakukan perawatan jalan yang berkelanjutan karena jalan mempunyai batas pemakaian. Perawatan jalan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kondisi jalan di kebun tetap baik. Alat yang digunakan dalam perawatan jalan adalah cangkul, angkong untuk mengangkut batu serta parang. Teknis pelaksanaan perawatan jalan adalah dengan memperbaiki kondisi jalan rusak (jalan yang berlubang). Jalan yang berlubang diperbaiki dengan cara mengisi batu ke dalamnya. Jenis batu yang digunakan di Kebun Mustika Estate adalah batu laterit. Pada saat penulis mengikuti kegiatan rawat jalan, penulis melakukan kegiatan pengangkatan batu dan pengeringan jalan yang tergenang oleh air. Tidak terdapat ketentuan baku bagi norma kerja perawatan jalan karena disesuaikan dengan kondisi jalan yang diperbaiki. Penulis melakukan kegiatan rawat jalan selama dua hari.
Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit. Tujuan pemberian pupuk adalah untuk menjaga kondisi tanah sesuai syarat pertumbuhan kelapa sawit sehingga mampu mencapai produksi yang tinggi. Pemupukan juga berguna untuk meningkatkan ketahanan terhadap hama dan
penyakit. Pemupukan dilakukan sesuai dengan rekomendasi oleh Departemen Riset. Pupuk yang digunakan berupa pupuk anorganik dan pupuk organik seperti aplikasi jenjangan kosong (JJK), limbah effluent dan pelepah hasil tunasan. Pemupukan An-organik Pemupukan an-organik harus dilakukan dengan efisien dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari jenis pupuk yang digunakan, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi serta tempat pengaplikasian. Prinsip dasar pengaplikasian pupuk anorganik adalah tiap pokok mendapat jenis pupuk sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Pupuk an-organik yang diaplikasikan biasanya pupuk yang mengandung Nitrogen (N), Phospate (P), Kalium/potasium (K), Magnesium (Mg) dan Boron (B). Sistem pemupukan yang dilakukan di Kebun Mustika Estate adalah sistem Blok Manuring System (BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1-2 hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktifitas yang lebih tinggi. Prosedur pemupukan an-organik dimulai dari pengeluaran pupuk dari gudang, penguntilan pupuk, pelangsiran pupuk dan pengaplikasian di lapangan.
o Penguntilan Penguntilan merupakan kegiatan pembagian pupuk dari karung yang besar berukuran lima puluh kilogram ke karung yang lebih kecil dengan ukuran 16.5 kilogram. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan penaburan pupuk di lapangan. Kegiatan penguntilan dilakukan di tempat until yang berada di depan gudang pupuk. Pupuk yang dikeluarkan dari gudang dikumpulkan terlebih dahulu di tempat until kemudian diuntil oleh karyawan. Kegiatan yang dilakukan di tempat penguntilan adalah penakaran pupuk dan pemecahan pupuk yang menggumpal. Alat yang digunakan untuk penguntilan adalah tempat pupuk dengan takaran 16.5 kilogram, karung dan cangkul untuk mengumpulkan pupuk yang bertebaran. Kegiatan yang dilakukan penulis saat kegiatan penguntilan adalah mengeluarkan
pupuk dari gudang dengan menggunakan angkong. Teknis pengangkutan dari gudang yaitu membawa 250 kilogram atau lima sak pupuk dengan sekali bawa menggunakan angkong. Pupuk yang telah dikeluarkan dari gudang ditebarkan di lantai lalu dimasukkan ke dalam karung until dengan menggunakan takaran 16.5 kilogram. Norma kerja karyawan yang bertugas mengeluarkan pupuk dari gudang adalah 1.5 ton pupuk/hk, sedangkan norma kerja penguntil adalah 1,5 ton/hk. Prestasi kerja penulis adalah pengeluaran pupuk sebanyak 3.2 ton. Kegiatan penguntilan pupuk dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 14. Penguntilan Pupuk di Gudang
o Langsir pupuk Langsir pupuk merupakan kegiatan mengecer pupuk yang telah diuntil ke lapangan. Pelangsiran menggunakan Ford yang dimulai pada pagi hari. Tenaga kerja yang digunakan untuk pelangsiran adalah tenaga kerja borongan. Teknis pelaksanaan pelangsiran adalah tiap pasar rintis diberikan tiga karung until. Hal tersebut dilakukan hingga semua blok yang akan dipupuk terbagi semua.
o Penaburan pupuk Penaburan pupuk merupakan kegiatan penting dari pemupukan anorganik. Pemupukan harus dilakukan dengan benar, baik tempat penaburan maupun dosis tiap pokok. Alat yang digunakan dalam pemupukan adalah tempat gendong pupuk, kain untuk menggendong pupuk dan takaran penabur pupuk. Teknis
pengaplikasian pupuk adalah dengan menaburkan pupuk secara melingkar atau setengah lingkaran di ujung piringan. Penaburan tidak boleh terlalu dekat dengan pokok karena kurang efektif. Pupuk juga harus ditebarkan merata dan tidak boleh ada penggumpalan pupuk. Pupuk yang diaplikasikan pada saat penulis mengikuti kegiatan penaburan pupuk adalah pupuk dolomit sebagai pengganti pupuk kieserite. Pupuk dolomit merupakan pupuk alam yang dibuat dari batuan alam yang dihaluskan. Dosis yang diberikan adalah tiga kilogram per pokok. Teknis penaburan pupuk yaitu dengan menebarkan sebanyak dua takaran ke tiap pokok. Satu pasar rintis dikerjakan oleh satu orang karyawan hingga pasar tengah. Pemupukan pasar tengah selanjutnya dilakukan dari jalan di sebelah blok berikutnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pemupukan. Penulis tidak mempunyai prestasi kerja dan hanya melakukan pengawasan. Hal ini disebabkan penulis belum ahli dalam melakukan penaburan, sementara penaburan harus dilakukan dengan cepat. Norma kerja karyawan adalah 400-500 kg/hk. Kendala yang dihadapi adalah karyawan belum memberikan pupuk dengan dosis yang tepat. Pemberian dosis pada awal pemupukan sangat tinggi tiap pokoknya sehingga pupuk yang dibawa tinggal sedikit di akhir pemupukan dan dosis per pokok menjadi berkurang. Berikut gambar pengaplikasian pupuk di lapangan.
Gambar 15 Pemupukan Dolomit
Pemupukan Organik Pupuk organik merupakan pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah yang sifatnya mengalami pelapukan secara alami dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Pemupukan organik di perkebunan kelapa sawit pada umumnya berupa aplikasi jenjangan kosong (JJK) yang mempunyai kandungan hara utama berupa Kalium (K). Setiap satu ton JJK segar mengandung sejumlah hara yang setara dengan sekitar lima kilogram Urea, satu kilogram TSP, enam belas kilogram MOP dan empat kilogram Kiserite. Hara N dan P yang terkandung dalam JJK bersifat slow release atau pelapukan lambat dan memerlukan waktu pelapukan sekitar delapan bulan. Alat yang digunakan dalam pengaplikasian JJK adalah angkong dan gancu. JJK diangkut dari pabrik menggunakan truk pengangkut buah. Tiap truk rata-rata membawa 5-6 ton JJK dan dijatuhkan di pinggir jalan collection road pada blok yang akan diaplikasikan JJK. Teknis pengaplikasian JJK adalah JJK yang berada di pinggir jalan diangkut dengan angkong ke dalam areal, selanjutnya disusun rapi dengan ukuran 2 m x 2 m. Penyusunan dilakukan di atas pelepah atau di antara pokok di pasar mati tetapi tidak boleh dilakukan di piringan. Penyusunan JJK di lapangan hanya satu lapis (tidak boleh berlapis-lapis) untuk menghindari serangan hama Oryctes rhinoceros. Jika JJK disusun berlapis, maka media tempat tumbuh Oryctes rhinoceros akan semakin bagus karena hama tersebut lebih menyukai tempat yang lembab. Pada saat penulis mengikuti kegiatan aplikasi JJK, penulis melakukan pengisian angkong, mengantar ke areal dan menyusun JJK di lapangan. Norma kerja apliksai JJK adalah 8 titik/hk. Pretasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan. Berikut disajikan gambar aplikasi JJK di lapangan
Gambar 16. Aplikasi Janjangan Kosong di Lapangan
Pemanenan Panen merupakan kegiatan terakhir dari rangkaian kegiatan budidaya kelapa sawit. Pemanenan memerlukan teknik tersendiri dan pengorganisasian kerja yang baik agar dapat memanen semua buah yang matang di kebun dengan kehilangan (losses) seminimal mungkin serta dengan biaya yang rendah. Perlunya penanganan serius terhadap pemanenan dikarenakan sumber pendapatan bisnis kelapa sawit adalah hasil penjualan tandan buah segar (TBS). Parameter suatu perkebunan kalapa sawit juga dapat dilihat dari produktifitas buah. Baik
atau buruknya kegiatan pemeliharaan sebelumnya
tercermin dari kelancaran dan hasil pemanenan. Keberhasilan suatu panen dan pencapaian produksi yang tinggi tergantung pada jenis tanaman yang digunakan, kegiatan pemeliharaan tanaman, kegiatan potong buah yang tepat dan baik, produktifitas kerja pemotong buah, peralatan panen yang digunakan, sistem panen yang diterapkan, pengevakuasian buah ke pabrik dengan cepat (sarana transpor yang cukup baik, dari segi unit kendaraan maupun jalan), insentif yang diberikan, serta pengorganisasian pemanenan dari persiapan panen hingga pengevakuasian buah. Pada saat melakukan kegiatan panen yaitu kegiatan potong buah, penulis mengikuti kegiatan selama tiga hari, prestasi kerja penulis adalah 62 janjang. Penulis menggunakan dodos dan egrek sebagai alat panen. Norma kerja karyawan ditentukan berdasarkan tahun tanam. Tabel norma kerja dan basis borong potong buah di Kebun Mustika Estate dapat dilihat sebagai berikut
Tabel 12. Ketentuan Premi Panen dan Basis Borong Mustika 2008 Tahun
Basis
tanam Borong non
Basis Borong by DOL PO =
P1= 160% P2= 180 %
Premi Basis
Premi lebih
P0
P1
P2
Borong (Rp/kg)
DOL
140%
1995
90
126
144
162
2000
4000
6500
300
1996
100
140
160
180
2000
4000
6500
275
1997
110
154
176
198
2000
4000
6500
250
1998
120
168
192
216
2000
4000
6500
225
1999
130
182
208
234
2000
4000
6500
200
2001
140
196
224
252
2000
4000
6500
200
Sumber: Kantor Besar Mustika Estate, 2008
Berikut disajikan gambar pemotongan buah.
a. Menggunakan Egrek
b. Menggunakan dodos
Gambar 17. Kegiatan Pemotongan Buah
Pengangkutan Buah Pengangkutan buah merupakan kegiatan evakuasi buah yang sudah dipanen dari lapangan ke pabrik pengolah kelapa sawit. Kegiatan pengangkutan buah merupakan ujung dari kegiatan pemanenan di kebun. Kerani transpor bertanggung jawab terhadap kegiatan pengangkutan buah. Tenaga kerja terdiri dari kernek (pemuat buah) dan sopir pengangkut. Unit yang biasa digunakan untuk mengangkut buah di Kebun Mustika Estate adalah truk jenis Hino dan PS serta Ford. Prestasi kerja untuk pemuat adalah 3 ton/hk. Pada kegiatan muat buah, penulis hanya melakukan percobaan sedangkan prestasi kerja unit yaitu 11-12 ton/hk untuk truk jenis Hino dan 7-8 ton/hk untuk truk jenis PS. Kendala yang ditemui saat melakukan muat buah adalah masih terdapat brondolan yang tertinggal di TPH. Berikut disajikan gambar pengangkutan buah
Gambar 18
Memuat buah ke dalam truk
Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Tandan buah segar yang telah dipanen diangkut ke pabrik untuk diolah menjadi minyak mentah sawit (Curde Palm Oil) dan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Pengukuran kualitas buah yang berasal dari kebun dilakukan di parbik. Hasil pemeriksaaan mutu buah di parik berupa jumlah jenjang kosong, buah unripe, buah under ripe, buah ripe, buah over ripe, kotoran, buah fresh, kadar FFA. Pemeriksaan ini dilaporkan setiap hari ke kebun bersangkutan untuk dijadikan sebagai penilaian kinerja kebun. Pemeriksaan ini berguna untuk meningkatkan kualitas kerja pemanenan di kebun. Pada saat penulis mengikuti kegiatan sebagai Buruh Harian Lepas, penulis berkesempatan mengunjungi pabrik pengolahan sawit yaitu Angsana Factory. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah melihat cara pengolahan sawit dari awal hingga akhir sampai dihasilkan minyak mentah sawit. Berikut penjelasan secara umum mengenai proses pengolahan sawit yang ada di Angsana Factory. • Stasiun Penerimaan Buah Tandan buah segar yang datang dari kebun ditimbang di jembatan timbangan terlebih dahulu kemudian dikumpulkan di stasiun penerimaan buah. Buah yang datang ditampung di loading ramp. Buah yang berada di loading ramp dimasukkan ke dalam over conveyor lalu dimasukkan ke dalam lori-lori dimana tiap lori dapat menampung hingga lima ton. Lori-lori ini saling bergandengan dan
berjalan di atas rel dengan sistem dorong dan ditarik oleh mesin penarik. Setelah lori-lori penuh, lori menuju transfer carriage. Lori yang sudah penuh tersebut dimasukkan ke dalam stasiun perebusan. • Stasiun Rebusan (Sterilizer) Stasiun perebusan merupakan stasiun untuk mematikan kuman penyebab FFA, memudahkan proses pemecahan nut, memudahkan pemipilan brondolan dari jenjangan serta memudahkan pengempresan. Jumlah stasiun perebusan di Angsana Factory ada empat buah stasiun, tiap stasiun rebusan dapat menampung tujuh lori sehingga kapasitas dari satu stasiun buah adalah 35 ton TBS. Perebusan di stasiun perebusan terdiri dari tiga tahap puncak perebusan yaitu puncak pertama saat tekanan 1.8 ton, puncak kedua saat tekanan 2.3 ton dan puncak ketiga saat tekanan 2.8 ton. Suhu yang diperlukan untuk proses perebusan adalah 2300 C. Waktu yang dibutuhkan selama proses perebusan adalah 99 menit untuk satu kali perebusan yang terdiri dari 89 menit untuk perebusan dan 10 menit untuk buka/ tutup sterilize. • Stasiun Bantingan (Stripper) Stasiun banting (stripper) merupakan stasiun untuk memipil atau memisahkan brondolan dari jenjangan dan alat yang digunakan untuk pemipilan adalah thresher. Hasil TBS yang dibanting akan dipisahkan antar jenjangan kosong dan brondolan. Tempat pemisahan jenjangan kosong dan brondolan adalah under thresher conveyor. Jenjangan kosong akan dibuang sedangkan berondolan dibawa menuju fruit transverse conveyor, kemudian menuju fruit elevator dan ke distributing conveyor yang berfungsi membagi dan memasukkan berondolan ke dalam digester. • Stasiun pencacahan (Digester) dan Pengepresan Stasiun pencacahan merupakan stasiun untuk mencacah brondolan dan disiapkan untuk pengepresan. Pada stasiun pencacahan terdapat enam digester yang mempunyai mekanisme kerja yaitu brondolan diputar di atas pisau berputar
sambil mengalami pengepresan dengan alat screw press. Disgester mempunyai kapasitas olah 15 ton/jam dan mampu menghasilkan 3 500 minyak kasar. Setelah mengalami proses pengepresan akan menghasilkan fiber nut, dan akan dialirkan ke polishing drum untuk diproses dan memisahkan fiber dan nut. Sedangkan minyak kasar akan dialirkan ke penampungan minyak kasar (Crude Oil Quter) selanjutnya dialirkan Oil Tank. Setelah mengalami proses, minyak kasar di alirkan Continous Stelling Tank (CST) • Stasiun Pemisahan Biji dan Kernel Stasiun pemisahan biji dan kernel berfungsi memecahkan ampas pengepresan. Hasil pengepresan berupa fiber nut. Pemisahan menghasilkan fiber dan nut yang kemudian dibagi. Nut dialirkan ke dalam inclined nut conveyor lalu dialirkan ke nut hopper. Pengolahan nut dilakukan di ripped mill dan menghasilkan kernel dan cangkang yang kemudian dipisahkan. Cangkang biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk membangkitkan listrik tenaga uap di pabrik. • Stasiun Pemurnian (Clarifier) Minyak kasar yang ditampung di dalam continous stelling tank (CST) akan mengalami pemisahan minyak dan lumpur (sludge). Minyak hasil pemisahan dialirkan ke pure oil tank lalu dialirkan lagi ke vacum dryer dan ditampung di storage tank. Lumpur atau kotoran hasil pemisahan dengan minyak dialirkan ke brushtraiker lalu dialirkan ke buffer tank dan sludge centrifuge. Sludge yang diproses dalam sludge centrifuge akan menghasilkan minyak dan lumpur. Minyak yang dihasilkan dialirkan kembali ke continous stelling tank (CST) melalui sludge recovery sedangkan kotoran yang dihasilkan dibuang ke pembuangan limbah yang biasa disebut effluent. Berikut gambar pabrik Angsana Factory.
Gambar 19 Pabrik Angsana Factory
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Supervisi merupakan karyawan tingkat non staf yang bertugas membantu jalannya pekerjaan di lapangan dan administrasi di kantor. Supervisi terdiri dari mandor, kerani buah, kerani transport, kerani divisi, kerani kebun dan kerani traksi. Pekerjaan yang ditangani masing-masing supervisi berbeda-beda tetapi saling mempunyai keterkaitan satu sama lain. Supervisi merupakan ujung tombak dari suatu perkebunan kelapa sawit karena supervisi berhubungan langsung dengan karyawan dan bertugas langsung di lapangan. Supervisi juga bertugas melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh atasannya yaitu asisten divisi. Mandor mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan tugas di lapangan. Selain mengatur karyawan yang dibawahi, mandor juga harus mempunyai pengetahuan tentang tugas yang akan dikerjakan oleh karyawannya, mulai dari prosedur pekerjaan, prestasi kerja, kondisi lapangan yang dihadapi serta mencatat hasil pekerjaan hari itu. Mandor juga harus mempunyai pengetahuan mengenai kelapa sawit agar dapat melaksanakan tugas dengan baik serta mengerti kegiatan yang dikerjakan di lapangan. Supervisi yang berada di kantor divisi disebut kerani divisi. Kerani divisi bertugas membuat laporan harian, mingguan dan bulanan dalam divisinya. Kerani divisi juga bertugas membuat daftar hadir karyawan baik Serikat Kerja Unit (SKU) maupun Buruh Harian Lepas (BHL), melaporkan produksi harian, membuat taksasi harian, mengisi administrasi kantor baik adminitrasi harian maupun bulanan dan mencatat kegiatan harian divisi berupa kegiatan perawatan dan panen. Di samping itu, kerani juga bertugas menyerahkan laporan harian, produksi harian, kehadiran karyawan ke kantor besar serta menerima laporan dari kantor besar berupa laporan grading kebun dan produksi aktual. Kerani divisi bertanggung jawab kepada asisten divisi. Setiap divisi mempunyai mandor I yang bertugas untuk membuat kegiatan harian divisi, mengawasi seluruh pekerjaan di divisi baik perawatan maupun panen dan memastikan kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan perusahaan. Mandor I juga harus aktif melihat kondisi
lapangan di divisinya sehingga dapat melaporkan permasalahan yang ditemukan di lapangan. Pada kegiatan panen, mandor I juga harus memeriksa hancak panen, kualitas panen seperti brondolan yang tertinggal di lapangan, buah tinggal dan pemotongan pelepah. Tanggung jawab mandor baik mandor perawatan maupun mandor panen yaitu menghancak karyawan dan memberi prosedur pekerjaan pada hari tersebut. Mandor bertugas mengontrol pekerjaan dari awal hingga selesai, melaporkan kebutuhan tenaga kerja, melaporkan jumlah karyawan yang hadir maupun tidak hadir yang dicatat di dalam Buku Kegiatan Mandor (BKM), melaporkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pekerjaan serta melaporkan hasil pekerjaan pada akhir kerja. Mandor bertanggung jawab kepada asisten divisi. Pada setiap hari kerja, mandor wajib mengikuti lingkaran pagi yang dimulai pukul 05.30 WITA dan sudah harus berpakaian lengkap dan rapi. Lingkaran pagi dipimpin langsung oleh asisten atau mandor I. Mandor diberikan arahan dan tugas-tugas yang akan dilaksanakan pada hari tersebut. Setelah melakukan lingkaran pagi, setiap mandor melakukan lingkaran pagi bersama dengan para karyawan yang dipimpinnya untuk memberikan tugas dan pengarahan yang akan dikerjakan hari tersebut. Pekerjaan di lapangan dimulai pada pukul 07.00 WITA sampai dengan 14.00 WITA dan istirahat setengah jam untuk makan siang pada pukul 09.30 WITA. Ketentuan ini berlaku dari Hari Senin sampai Sabtu, kecuali Hari Jumat yaitu pekerjaan di lapangan selesai pukul 12.00 WITA. Selama melakukan kegiatan magang, penulis menjadi pendamping mandor. Kegiatan pendamping mandor meliputi kegiatan mandor pemupukan, mandor perawatan dan mandor panen.
Pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu bagian penting dalam perkebunan karena menyerap 16.8% dari biaya yang dibutuhkan untuk operasional kebun. Oleh karena itu pemupukan di lapangan harus benar-benar diawasi penggunaanya oleh mandor dan asisten. Perencanaan kerja pemupukan dilakukan sesuai dengan hasil Departemen Riset Perusahaan. Departemen Riset mengeluarkan data blokblok yang perlu dilakukan pemupukan. Asisten divisi membuat rencana kerja pemupukan dan diajukan pada manajer.
Selama pelaksanakan pemupukan, mandor bertugas menjalankan sistem pemupukan yang digunakan di Kebun Mustika Estate yaitu Blok Manuring System (BMS). Mandor juga bertugas membuat bon permintaan pupuk yang telah disetujui oleh asisten divisi. Mandor melapor ke kerani gudang supaya mengeluarkan pupuk sesuai dengan yang tertera di bon. Mandor dan kerani gudang mengawasi pekerjaan di gudang saat pengeluaran pupuk ke tempat penguntilan. Mandor pupuk mengawasi kegiatan pemupukan dari penguntilan, pelangsiran hingga pengaplikasian di lapangan. Mandor pemupukan harus benarbenar mengawasi kegiatan tersebut hingga tepat pengaplikasiannya dan melakukan pengecekan cara penyebaran pupuk di lapangan dengan mengisi formulir yang telah ditetapkan. Contoh folmulir terdapat pada Lampiran 5. Mandor pupuk berkoordinasi dengan kerani traksi untuk menyediakan transport pengangkutan pupuk ke lapangan. Hal ini dilakukan sehari sebelum pengangkutan supaya keesokan paginya ford telah siap. Hal ini dilakukan setiap hari selama pekerjaan pemupukan dilakukan. Pada saat pelangsiran, mandor menginstruksikan sopir ford ke blok yang akan dipupuk. Pada saat penulis melakukan kegiatan sebagai mandor pemupukan., penulis melakukan kegiatan tersebut selama empat hari. Penulis melakukan kegiatan pengawasan mulai pengeluaran pupuk dari gudang, penguntilan hingga pengaplikasian di lapangan. Pengeluaran pupuk dari gudang dilakukan oleh tenaga BHL, sedangkan penguntilan dilakukan oleh karyawan SKU. Penguntilan kadang-kadang juga dilakukan oleh tenaga borongan. Karyawan pemupukan merupakan tim kebun, terdiri dari karyawan Divisi II dan Divisi I. Norma kerja yang ditetapkan adalah 400-500 kilogram pupuk teraplikasi di lapangan. Pada saat penulis sebagai pendamping mandor pupuk, pupuk yang diberikan adalah Dolomite. Pelaksanaan pemupukan di Kebun Mustika Estate sudah berjalan dengan baik, meski masih terdapat beberapa kendala yang ditemui penulis di lapangan, seperti keefektifan kerja, jam kerja yang kurang efisien dan pengaplikasian di blok yang tidak seharusnya di pupuk. Pemupukan biasa dimulai setelah jam kerja lewat dari jam normal yaitu jam 07.00 WITA. Hal ini karena harus menunggu karyawan dari salah satu divisi sehingga kegiatan pemupukan tidak bisa dilakukan lebih
awal
dan
menyebabkan
ketidakefisienan
waktu.
Perlu
juga
dilakukan
pengkoordinasian yang teratur antara pengangkutan pupuk dengan mandor agar pelangsiran dilakukan lebih pagi karena pupuk kadang-kadang belum ada di lapangan walaupun jam kerja telah dimulai. Dalam hal ini mandor memberitahu berapa kebutuhan transport yang diperlukan. Norma kerja pemupuk juga perlu ditingkatkan melihat kondisi lapangan yang tidak terlalu berat sehingga tidak sesuai lagi dengan norma kerja yang sudah ada. Pemupuk terkadang pulang lebih cepat dan menyebabkan kurang efisien dalam hal tenaga kerja.
BTP (Bongkar Tanaman Pengganggu). BTP merupakan salah satu kegiatan perawatan di perkebunan kelapa sawit. Mandor BTP bertugas melakukan pengawasan pekerjaan dongkel anak kayu, rawat turnera dan pencucian parit. Pengawasan dilakukan dari awal hingga akhir pekerjaan. Mandor harus benarbenar mengecek langsung ke lapangan hasil pekerjaan tenaga kerja ke seluruh areal pekerjaan. Pada saat penulis mengikuti mandor BTP, penulis bertugas mengawasi pekerjaan dongkel anak kayu. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari. Jumlah karyawan yang diawasi oleh penulis yaitu empat orang pada hari pertama dan tiga orang pada hari kedua. Prestasi yang diperoleh yaitu lima hektar. Mandor mencatat dan melaporkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan setelah selesai pekerjaan. Hal-hal yang ditemui oleh penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu masih adanya anak kayu yang tertinggal. Terdapat beberapa karyawan yang tidak melakukan pekerjaan dengan baik apabila tidak diawasi sehingga terdapat pula anak kayu yang tidak didongkel tetapi dipotong meruncing. Hal ini banyak ditemukan di lapangan dan jika dilakukan terus-menerus akan mengakibatkan anak kayu semakin membesar dan melebar sehingga sangat mengganggu pekerjaan pemupukan dan pemanenan.
Semprot Gawangan. Penyemprotan merupakan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan tersebut berupa pengendalian lalang dan pengendalian gulma berdaun lebar. Mandor bertugas untuk melakukan pengawasan dari awal
hingga akhir pekerjaan. Kegiatan penyemprotan merupakan program tahunan yang telah ditentukan di awal semester. Pengaplikasi bahan-bahan harus sesuai dengan budget yang telah ditentukan. Asisten divisi mengajukan penggunaan obat ke manajer untuk disetujui. Mandor semprot bertugas mengambil obat dari gudang dengan memberi bon yang telah disetujui oleh asisten divisi. Mandor bertugas menghitung obat yang diaplikasikan di lapangan serta menghitung dosis yang diperlukan dalam penyemprotan. Mandor juga memberikan pengarahan kepada karyawan semprot dalam pelaksanaan tugasnya. Pada saat penulis mengikuti kegiatan sebagai pendamping semprot, penulis melakukan kegiatan ini selama empat hari.
Semprot Piringan. Semprot MHS merupakan salah satu pegendalian guma di kelapa sawit. Gulma yang dikendalikan yaitu gulma yang berada di piringan. Prosedur MHS sama dengan semprot alang-alang. Mandor bertugas memberikan pengarahan dan mengabsen karyawan serta membuat laporan pekerjaan. Di samping itu, mandor bertugas melakukan pengambilan obat dari gudang, menyediakan baterai untuk semprot MHS dan memeriksa peralatan semprot. Pada saat penulis mengikuti kegiatan sebagai mandor MHS, penulis melakukan kegiatan selama dua hari yang terdiri dari pengawasan terhadap kualitas kerja dan cara pengaplikasian di lapangan. Jumlah tenaga kerja yang diawasi adalah sepuluh orang. Prestasi kerja yang diperoleh yaitu seluas tiga puluh hektar dengan bahan yang digunakan adalah Eagle. Kendala yang ditemui penulis saat melakukan kegiatan pendamping mandor MHS adalah terdapat beberapa baterai yang rusak, alat peneyemprotan piringan tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemeriksaaan alat dan bahan. Mandor perlu memeriksa secara benar alat-alat yang akan digunakan dalam penyemprotan esok hari.
Panen. Panen merupakan bagian yang terait erat dengan produksi. Manajemen panen dalam perkebunan harus berjalan dengan baik karena dengan adanya manajemen panen yang baik akan diperoleh produksi yang tinggi dan berkualitas. Produksi merupakan parameter yang paling menentukan berhasi tidaknya suatu
perkebunan kelapa sawit sehingga diperlukan pengontrolan panen dari kegiatan pemotongan buah sampai evakuasi buah ke pabrik. Tingkat manajerial non staf yang berhubungan langsung dengan produksi terdiri dari mandor panen, kerani buah dan kerani transport. Mandor panen bertugas mengawasi kegiatan panen agar kegiatan pemotongan buah berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Mandor panen juga bertugas menghancak pemanen dan mencari tenaga kerja panen jika terjadi kekurangan tenaga panen. Dalam hal ini mandor panen berkoordinasi dengan mandor I. Pengawasan yang dilakukan meliputi kualitas pemotongan buah, brondolan yang tertinggal di piringan serta buah yang tertinggal di lapangan. Mandor panen juga memberi pengarahan kepada pemanen supaya memanen dengan baik serta mengisi administrasi panen. Kemudian melaporkan secara up to date agar dapat diperoleh perkembangan produksi setiap harinya. Mandor panen juga melakukan pengecekan mutu hancak potong buah. Contoh Pengecekan Mutu Hancak terdapat pada lampiran 6. Kerani buah mempunyai tugas untuk menyaring buah yang dipanen sebelum diangkut ke pabrik. Dalam hal ini, kerani buah harus jeli dalam melakukan penyaringan buah mentah dan buah masak yang dipanen. Disamping itu, kerani buah juga bertugas menghitung jumlah jenjangan yang dipanen oleh setiap pemanen dan menghitung berat brondolan yang dikutip oleh tiap pengutip brondolan. Kerani buah juga mengingatkan pemanen supaya memotong buah berbentuk V serta memeriksa buah yang sudah distempel. Kerani transport merupakan bagian akhir dari produksi di lapangan. Kerani transport bertugas mengevakuasi buah dari TPH ke pabrik. Buah yang dievakuasi harus bersih dari jenjangan kosong dan TPH harus bersih serta tidak ada brondolan tertinggal. Kerani transport juga mengatur unit yang akan mengangkut buah.
Penghancakan
transport
harus
dilakukan
dengan
teratur
supaya
pengangkutan dapat berjalan lebih efisien. Penulis mengikuti kegiatan sebagai pendamping mandor panen, pendamping kerani buah dan pendamping kerani transport. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengawasan pemotongan buah, mengingatkan pemanen jika ada buah yang tertinggal dan pemotongan pelepah terlalu banyak atau over pruning. Pada saat
mengikuti kegiatan sebagai pendamping kerani buah, penulis melakukan penghitungan buah yang dipanen dan penghitungan jumlah brondolan. Kendala yang dihadapi adalah masih terdapat pemanen yang memanen buah mentah sehingga diperlukan kegiatan pengarahan pada pemanen secara terus-menerus. Pada saat mengikuti kerani transport, penulis mengikuti pengawasan saat memuat buah. Jumlah pekerja yang diawasi sebanyak tiga orang. Kendala yang ditemui yaitu masih ada brondolan yang tertinggal di TPH dan pemuat kadang-kadang memuat jenjangan kosong. Kebijakan yang dilakukan oleh asisten divisi supaya kegiatan produksi berjalan dengan baik yaitu dengan menggunakan sistem denda yang disepakati bersama dalam meeting dengan mandor-mandor. Sistem ini diberlakukan supaya kinerja tiap mandor dapat berjalan dengan baik.
Pendamping asisten Staf dalam perkebunan terdiri dari manajer kebun, senior asisten, asisten dan kepala administrasi (kasie). Seluruh staf bertanggung jawab penuh selama 24 jam dalam menjaga dan mengelola kebun. Kebun mempunyai beberapa divisi yang masing-masing divisi dipimpin oleh seorang asisten. Asisten bertugas untuk mengelola divisi yang dipimpin yang dibantu oleh kerani divisi, kerani produksi, kerani buah, kerani transport, mandor panen dan mandor perawatan. Asisten bertanggung jawab kepada manajer atas kondisi dalam divisi yang dipimpinnya. Di samping mengelola kebun di lapangan, asisten bertugas mengelola kebun di kantor divisi yakni berupa administrasi divisi yang teratur dan membina serta menjaga karyawan yang dipimpin dalam hal pengembangan sumber daya manusia karyawan. Di samping itu, asisten bertugas menyusun budget divisi yang dipimpinnya. Pada saat mengelola kebun, asisten harus mampu menghasilkan produksi yang tinggi, kualitas yang bagus serta dapat mengendalikan biaya operasional kebun. Asisten juga harus mengetahui kondisi dan permasalahan yang dihadapi divisi yang dipimpin baik di lapangan, kantor, maupun keadaan sosial karyawan yang dipimpin.
Setiap staf harus mampu berpikir level kebun. Berpikir level kebun diawali dari mampu mengetahui kebijakan manajemen yang telah ditetapkan berupa visi dan misi perusahaan. Visi dan misi tersebut yaitu meningkatkan produktifitas dan efisiensi, menghasilkan Quality Palm Product sesuai standar dan cost price yang terkendali. Pada saat menjalankan kebijakan manajemen tersebut diatas, staf juga harus mengetahui bagaimana kondisi kebun yang dipimpin. Kondisi kebun tersebut berupa topografi kebun, curah hujan, tenaga kerja dan kultur kebun, infrastruktur yang ada di kebun dan kondisi pemeliharaan tanaman. Topografi kebun yakni keadaan kontur kebun yang meliputi keadaan kebun, baik kondisi bergelombang maupun datar sehingga dalam menentukan kebijakan dan membuat peraturan dapat disesuaikan dengan kondisi kebun. Hal ini agar diketahui medan kebun yang dihadapi. Pengetahuan tentang curah hujan diperlukan dengan alasan kelapa sawit sangat tergantung terhadap kondisi air yang didapat. Di samping itu, curah hujan juga berpengaruh terhadap produktifitas kebun. Apabila curah hujannya cukup maka pertumbuhan dan produktifitas kelapa sawit akan baik. Hal ini perlu diketahui staf sehingga dapat melakukan strategi-strategi yang tepat kedepannya. Tenaga kerja dan kultur kebun merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan kebun kelapa sawit. Seorang staf harus mampu menjaga kultur kebun yang telah terbentuk dan mampu mengatur karyawan yang dipimpin. Dalam hal ini, seorang staf harus mempunyai power atau kekuatan dalam memimpin karyawan kebun. Infrastruktur yang ada di kebun harus diketahui secara detail oleh staf kebun, baik kondisi jalan, unit-unit yang ada, sarana dan prasarana pendukung jalanya kegiatan kebun. Di samping itu, kondisi pemeliharaan tanaman pun perlu diketahui seorang staf. Pengetahuan tentang kondisi pemeliharaan tanaman bertujuan untuk membuat kebijakan dan strategi yang akan dilakukan ke depan dalam menjalankan kebun. Faktor lain yang mendukung jalannya perkebunan adalah lingkungan yang berupa keadaan sosial di sekitar kebun. Pengetahuan mengenai kehidupan sosial bermasyarakat sangat penting karena jalannya perkebunan harus mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Pembinaan hubungan yang baik dengan masyarakat juga sangat penting agar pendirian kebun mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Kondisi lingkungan yang penting untuk
diperhatikan adalah infrastruktur berupa jalan atau akses di sekitar kebun. Hal ini menjadi penting karena infrastruktur yang baik akan mendukung jalannya kebun dalam melakukan akses keluar. Kondisi kebun, kebijakan manajemen dan lingkungan merupakan faktorfaktor dasar untuk membuat kebijakan manajemen di kebun. Kebijakan manajemen kebun yang dibentuk terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pengawasan/kontrol
dan
leadership/kepemimpinan.
Seluruh
kebijakan manajemen tersebut merupakan kebijakan yang saling terkait dan saling mendukung dan dilaksanakan secara sistematis. Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan/kontrol merupakan kegiatan yang bergerak secara sistematis. Keempat komponen manajemen kebun tersebut dipimpin oleh leadership. Dalam hal ini lah staf harus mempunyai leadership yang kuat agar kebijakan-kebijakan manajemen yang telah ditetapkan dapat dijalankan dengan baik. Kegiatan selanjutnya dalam kerangka berpikir level kebun adalah sasaran kebun. Setelah membuat manajemen kebun, ditentukann sasaran-sasaran yang akan dicapai oleh kebun. Sasaran kebun tersebut berupa peningkatan produksi dengan losses minimal, target tanam dan pengelolaan kebun dengan prinsip ramah lingkungan. Sasaran kebun tersebut merupakan dasar perkebunan dalam mengambil langkah yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut. Langkah-langkah yang diambil untuk mencapai sasaran kebun adalah strategi. Strategi dibuat berdasarkan kebijakan manajemen, manajemen kebun dan sasaran kebun. Strategi yang dilakukan adalah strategi dalam rangka peningkatan produktifitas tenaga kerja dan lahan, strategi mengurangi biaya operasional kebun, strategi memperbaiki kulitas produksi dan strategi meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan. Staf harus mampu membuat dan menjalankan strategi untuk mencapai sasaran kebun. Strategi-strategi yang telah ditetapkan harus didukung dengan program kerja yang
jelas. Program kerja ini ditujukan agar strategi dapat berjalan secara
sistematis dan berkelanjutan. Di samping itu, adanya program kerja akan membantu staf dalam mengendalikan pekerjaan dengan baik. Tanpa adanya program kerja yang jelas, seluruh aspek berpikir level kebun mulai dari kebijakan
manajemen, manajemen kebun, sasaran kebun dan strategi yang dilakukan kebun tidak akan berjalan dengan baik karena pekerjaan yang dilakukan tidak mempunyai arah. Program kerja yang dilakukan dapat berupa perencanaan tenaga kerja, tanaman baru, program kerja produksi, program kerja pemeliharaan dan pemupukan, program kerja peningkatan infrastruktur dan program kerja pengendalian biaya. Program kerja yang dilakukan mendapat pengawasan agar terlihat proses pelaksanaan program kerja tersebut. Pengotrolan dilakukan oleh audit, Quality Assurance Departemen (QAD) dan pihak kebun. Pengontrolan program kerja ini berpengaruh terhadap budget kebun dan implementasi atau pelaksanaan kegiatan kebun. Adanya pengontrolan ini akan membuat kinerja semakin meningkat dan dilaksanakan dengan baik dan jujur. Tujuan akhir dari seluruh kegiatan kebun kelapa sawit adalah untuk mendapatkan produksi yang tinggi, menghasilkan kualitas tanaman yang bagus dan biaya opersional kebun yang rendah. Hal tersebut dapat tercapai jika pelaksanaan kerangka berpikir level kebun terlaksana dengan baik dan staf mampu menguasai hal tersebut. Bagan kerangka berpikir level kebun tercantum dalam lampiran 7. Pada saat mengikuti pendamping asisten, penulis diberi tugas melakukan penanaman kelapa sawit dengan luas dua hektar. Kegiatan dilakukan secara tim dengan rekan-rekan magang. Penulis melakukan kegiatan perencanaan mulai dari pelangsiran bibit, penanaman kacangan hingga penanaman. Penulis melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan.
PEMBAHASAN Pengelolaan Air di TBM dan TM Pengelolaan air di TBM dan TM merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk mengatur ketersediaan air di perkebunan, baik kekeringan (water defisit) maupun air berlebih. Pengelolaan air yang biasa dilakukan di perkebunan kelapa sawit berupa pengaturan keluar masuknya air di kebun, pengelolaan penutup tanah dan pembuatan parit drainase. Pengelolaan air dilakukan secara terus menerus karena ketersediaan air dalam tanah akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas kelapa sawit. Sumber pengairan di Kebun Mustika Estate berasal dari air hujan dan air dari sungai yang melintas di kebun tersebut. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, pengairan di Kebun Mustika Estate memiliki perubahan air yang fluktuatif. Kondisi air kurang jika terjadi musim kering dan terjadi perubahan yang cukup drastis terhadap ketersediaan air jika curah hujan tinggi. Gambar Peta Kebun Mustika Estate beserta aliran sungai terdapat di Lampiran 8.
Pengaruh Hujan terhadap Produktifitas Kelapa Sawit dan Ketersediaan Air Curah Hujan Hujan merupakan sumber air utama di perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan air hujan harus dilakukan secara tepat dan baik agar dapat menjaga persediaan air di dalam kebun. Kondisi hujan di Indonesia berbeda untuk tiap bulannya. Ada bulan-bulan yang mengalami hujan yang melimpah dan ada pula bulan-bulan hujan relatif sedikit. Hujan juga berpengaruh terhadap pembungaan kelapa sawit (Siregar, et al, 2006). Berdasarkan pola hujan, Kebun Mustika Estate masuk kategori Tipe Moonson. Hal ini dicirikan pola hujan di Kebun Mustika Estate memiliki satu puncak musim hujan. Curah hujan dalam sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 9. Gambar 20 adalah grafik curah hujan di Kebun Mustika Estate dalam sembilan tahun terakhir.
600 2000 500
2001 2002
400
2003 300
2004 2005
200
2006 2007
100
2008
Ju Ag l us t se pt O kt N ov D es
n Ju
r M ei
Ap
b M ar
Fe
Ja
n
0
Gambar 20. Grafik Curah Hujan Kebun Mustika
Grafik di atas memperlihatkan bahwa terjadi puncak musim hujan yaitu antara Bulan Januari hingga Mei, mengalami penurunan pada Bulan Juni hingga Oktober dan mulai naik lagi pada Bulan November. Pada Bulan Juni tahun 2006 dan 2007, terjadi peningkatan curah hujan yang cukup ekstrem dengan curah hujan mencapai 500 mm. Pada tahun tersebut terjadi banjir yang cukup besar di wilayah Kalimantan Selatan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim secara global pada tahun tersebut. Meskipun demikian puncak hujan di Kebun Mustika hanya terjadi sekali dalam satu siklus. Hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit. Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepanjang tahun merata (Siregar et. al, 2006). Tinggi rendahnya curah hujan dapat dilakukan sebagai evaluasi produksi untuk tahun-tahun ke depan. Faktor pembatas dari produksi kelapa sawit adalah iklim yang meliputi curah hujan, suhu dan cahaya matahari sedangkan faktor yang berhubungan langsung adalah tanah, biotik, kultur teknis dan pengelolaan panen. Kriteria faktor pembatas hujan untuk kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 13. Kriteria Faktor Pembatas Hujan untuk Kelapa Sawit Intensitas Faktor Pembatas
Komponen Hujan Curah
Hujan
Bukan
Pembatas
Pembatas
Pembatas
Pembatas
Ringan
Sedang
Berat
1700-3000
1450 – 1700
1250-1450
<1250
2-3
>3
(mm/tahun)
dan >3000
Bulan Kering
<1
1-2
Sumber: Hujan sebagai Faktor Penting untuk Perkebunan Kelapa Sawit, 2006
Curah hujan tahunan yang dimiliki oleh Kebun Mustika Estate berkisar antara 1700 – 3000 mm/tahun. Berikut disajikan grafik curah hujan tahunan Kebun Mustika Estate dalam sebelas tahun terakhir. Grafik Curah HUjan Tahunan Kebun Mustika 3500
Curah HUjan
3000 2500 2000 1500 1000 500
20 07
20 06
20 05
20 04
20 03
20 02
20 01
20 00
19 99
19 98
19 97
0
Tahun
Gambar 21. Grafik Curah Hujan Tahunan Kebun Mustika Estate
Grafik Curah Hujan Tahunan dan bulan kering Kebun Mustika Estate dalam sebelas tahun terakhir menunjukkan bahwa hujan sebagai faktor pembatas. Hal ini dikarenakan di Kebun Msutika Estate terdapat bulan-bulan kering lebih dari dua bulan yaitu bulan Juli hingga Oktober. Meskipun Kebun Mustika Estate memiliki curah hujan tahunan yang mendukung pertumbuhan tetapi penyebaran hujan tidak merata. Pengukuran curah hujan yang dilakukan di Kebun Mustika Estate memakai Penakar Hujan Tipe Observatorium (Ombrometer). Spesifikasi Penakar Hujan
meliputi mulut penakar yang telah dikalibrasi, mempunyai luas 100 cm2 dengan diameter 11,3 cm dan corong menyempit untuk menyalurkan air hujan ke dalam tabung kolektor. Air yang tertampung di penakar curah hujan diambil setiap pagi dan dilakukan pengukuran terhadapnya menggunakan gelas ukur pengukur curah hujan. Berikut disajikan gambar alat pengukur curah hujan di Kebun Mustika Estate.
Penampung Hujan
Corong Menyempit
Gelas Ukur Berkalibrasi
Gambar 22. Komponen Alat Pengukur Curah Hujan di Kebun Mustika Estate
Pengambilan curah hujan dilakukan di empat titik yang berada di tiap-tiap divisi. Pengukuran dilakukan dengan pengumpulan data dari seluruh divisi dan pengukuran curah hujan rata-rata. Kerapatan jaringan stasiun penakar curah hujan yang berada di Kebun Mustika Estate yaitu 1 : 1250, satu stasiun curah hujan mewakili 1250 ha. Curah hujan harian di kebun ini dapat dilihat dalam lampiran 10. Berikut grafik curah hujan harian di Kebun Mustika Estate dalam empat bulan terakhir. Cura hujan Harian Januari
50
Februari
45
Maret
Curah HUjan (mm)
40
April
35 30 25 20 15 10 5
31
27
29
23
25
19
21
15
17
13
9
11
5
7
1
3
0 Tanggal
Gambar 23. Grafik Curah Hujan Harian Kebun Mustika Estate
Interpretasi Data Hujan dan Defisit Air Defisit air merupakan terjadinya kekurangan cadangan air dalam tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air. Defisit air berpengaruh pada tidak terjadinya pemunculan bunga dari ketiak daun, bunga yang berdeferensiasi menjadi bunga jantan akan lebih tinggi dibandingkan bunga betina dan bunga betina yang sudah terbentuk dapat mengalami aborsi akibat kekurangan air dalam metabolisme tubuhnya ataupun buah cepat matang dalam waktunya (Siregar dkk, 2006). Penghitungan defisit air dilakukan berdasarkan hari hujan yang ada di Kebun Mustika Estate. Hal-hal yang berpengaruh dalam penghitungan defisit air adalah jumlah hari hujan per bulan, jumlah curah hujan (mm) per bulan. Berikut tabel perhitungan defisit air di Kebun Mustika Estate pada tahun 2007
Tabel 14. Defisit Air Kebun Mustika Tahun 2007 Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Jumlah Hari Hujan
Curah Hujan
Cadangan Awal
Evapotranspirasi
Keseimbangan
Cadangan Akhir
Drainase
Defisit Air
......................................mm/bulan................................................... 20 230 117 120 227 200 27 24 422 200 120 502 200 302 16 170 200 120 250 200 50 23 443 200 120 523 200 323 11 202 200 120 282 200 82 21 415 200 120 495 200 295 15 217 200 120 297 200 97 11 100 200 120 180 180 0 5 151 180 150 181 181 0 6 67 181 150 98 98 0 14 133 98 120 111 111 0 14 168 111 120 159 159 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber: Data Sekunder, 2008
Prinsip perhitungan defisit air adalah penyediaan air yang diserap oleh akar diasumsikan berkisar antara 0-200 mm. Apabila melewati ambang batas tersebut dapat diartikan bahwa telah terjadi jenuh air. Contoh perhitungan defisit air sebagai berikut : 9 Penghitungan defisit air pada bulan Januari 2007. Keseimbangan Air = (Curah Hujan + Cadangan Awal) - Evapotranspirasi
= (230+117) – 120 = 227 Cadangan air pada akhir bulan sebesar 200 mm, selebihnya yaitu 227 – 200
= 27 mm merupakan drainase atau aliran permukaan yang
dialirkan. Penghitungan Evapotranspirasi menurut Siregar et al.,(2006) diasumsikan : •
Hari Hujan > 10 maka evapotranspirasi 120 mm
•
Hari hujan < 10 maka evapotranspirasi 150 mm
Jika pada akhir bulan terjadi keseimbangan air melebihi 200 mm maka cadangan air pada akhir bulan tersebut adalah sebesar 200 mm dan sisanya merupakan drainase (Siregar et al., 2006). Berdasarkan perhitungan defisit air dalam enam tahun terakhir yaitu dari tahun 2002 hingga 2007, diperoleh berbagai hubungan pengaruh antara produksi dengan curah hujan, defisit air dan aliran drainase. Tabel produktifitas Kebun Mustika Estate dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 11. Grafiknya dapat dilihat dalam gambar 24 berikut: Grafik Produksi Kebun Mustika 7000 2003 2004 2005
6000
Ton
5000
2006 2007
4000 3000 2000 1000 0 jan
feb
mar
apr
mei
jun jul Bulan
agust sept
okt
nop
des
Gambar 24. Grafik Produktifitas Kebun Mustika Estate
Perolehan produksi Kebun Mustika Estate dalam lima tahun terakhir mengalami naik turun tetapi penyebaran produksi sepanjang tahun merata. Grafik di atas memperlihatkan bahwa rata-rata produksi Kebun Mustika Estate
mengalami peningkatan Bulan Februari hingga Juni dan akan mengalami penurunan pada periode Juli hingga Oktober. Pada tahun 2007 terjadi pergeseran puncak produksi yaitu pada Bulan November. Perubahan produksi ini dipengaruhi berbagai hal, terutama iklim seperti kondisi air di kebun. Faktor lain yang berpengaruh adalah pengelolaan teknis di lapangan seperti pemanenan dan pengevakuasian buah. Tabel penghitungan defisit air dapat dilihat pada lampiran 12. Berikut grafik drainase, defisit air dan kandungan air setiap bulannya selama enam tahun terakhir. Grafik Cadangan Air 250 200
2002
(mm)
2003 150
2004 2005
100
2006 2007
50
es D
ov
kt
N
O
Se pt
Ju li Ag us tu s
M ei Ju ni
Ap ril
Ja nu a Fe r i br ua ri M ar et
0
Bulan
Gambar 25. Grafik Cadangan Air dalam Tanah Grafik Kelebihan Air
450 400 350
mm
300 250
2002
200
2003
150
2004
100
2005 2006
50
2007
D es
N ov
kt O
Se pt
Ju li Ag us tu s
Ju ni
M ei
Ap ri l
Ja nu a Fe r i br ua ri M ar et
0
Bulan
Gambar 26. Grafik Kelebihan Air di Kebun Mustika Estate
Grafik Defisit Air
160
mm
140 120
2002
100
2003
80
2004 2005
60
2006 40
2007
20
D es
N ov
kt O
Se pt
J Ag uli us tu s
Ju ni
M ei
Ap ri l
Ja nu a Fe r i br ua ri M ar et
0
Bulan
Gambar 27. Grafik Defisit Air di Kebun Mustika Estate
Berdasarkan grafik cadangan air, kelebihan air dan defisit air terdapat masamasa yang mengalami masa ekstrem dan tidak. Grafik cadangan air memperlihatkan bahwa cadangan air tanah pada Januari hingga Juni mencapai 200 mm sedangkan pada kisaran Juli hingga Desember memperlihatkan cadangan air dalam tanah di bawah 200 mm dan bahkan mencapai nol pada bulan-bulan tertentu. Hal yang sama juga ditemui pada defisit air. Grafik memperlihatkan pada awal tahun yakni Januari hingga Juni tidak terjadi defisit air yang berarti tetapi pada bulan Juli hingga November terjadi defisit air dan puncak defisit air terjadi pada bulan September hingga November. Hal ini terjadi selama enam tahun terakhir. Grafik kelebihan air juga memperlihatkan bahwa terdapat kelebihan air yang cukup berarti pada awal tahun yaitu bulan Januari hingga Juni. Diambil contoh pada produksi bulan asgutus 2005, terjadi penurunan produksi yaitu tiga ribu ton. hal ini dipengaruhi oleh keadaan air atau hujan pada tiga tahun sebelumnya. Diperoleh curah hujan bulanan pada bulan agustus tiga tahun sebelumnya sebesar 56 mm. Pada bulan tersebut terjadi juga defisit air sehingga cadangan air dalam tanah tidak ada. Pengaruh air tersebut terhadap fisiologi pembentukan bunga adalah terjadi inisiasi pembentukan bakal bunga. Curah hujan yang rendah pada bulan tersebut menyebabkan banyak terbentuk bunga jantan. Kemudian diikuti dengan terjadinya gagal tandan. Hal-hal tersebutlah yang
menyebabkan berkuranganya produksi pada saat terjadi hujan dengan curah hujan yang rendah Baik defisit air, kelebihan air maupun cadangan air tanah dipengaruhi oleh curah hujan yang terdapat di Kebun Mustika Estate. Curah hujan bulanan dalam lima tahun terakhir memperlihatkan bahwa terjadi masa-masa puncak dengan curah hujan tinggi dalam tiga tahun terakhir pada bulan juni. Periode Juli hingga November merupakan masa dengan curah hujan rendah sehingga berpengaruh terhadap produksi kebun. Grafik produksi kebun memperlihatkan bahwa produksi kebun terendah terjadi pada periode Juli hingga November terutama pada Agustus hingga Oktober. Hal ini berpengaruh besar terhadap fase perkembangan bunga kelapa sawit. Pada musim hujan terjadi banyak pembentukan bunga betina sedangkan pada musim kering terjadi banyak pembentukan bunga jantan. Curah hujan yang rendah atau musim kering pada Bulan Juli hingga November memacu terbentuknya bunga jantan, sedangkan bunga betina sedikit, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi. Curah hujan rendah juga menyebabkan cekaman kekeringan sehingga dalam mempertahankan kandungan air, terjadi penutupan stomata pada siang hari yang pada akhirnya berpengaruh pula pada fotosintesis dan transpirasi yang mengakibatkan terjadinya aborsi bunga betina dan menunda pembukaan daun muda (pupus) atau dengan kata lain terjadi pengurangan bunga betina. Penurunan produksi pada musim kering juga disebabkan gugurnya tandan bunga yang telah mekar dan berpengaruh terhadap pembentukan jenis kelamin bunga. Gambaran mengenai kondisi pengairan di Kebun Mustika Estate pada awal tahun hingga pertengahan tahun yaitu terjadi curah hujan tinggi yang mengakibatkan kondisi kelebihan air. Pada pertengahan hingga akhir tahun terjadi curah hujan rendah yang menyebabkan defisit air atau kekeringan. Pada masa tersebut dapat dilakukan kegiatan menurut kondisi curah hujannya, misalnya pada pertengahan hingga akhir tahun dapat dilakukan kegiatan seperti perbaikan jalan yang merupakan masalah utama di Kebun Mustika Estate. Pemupukan juga dapat dilakukan dengan memperhatikan
kondisi curah hujan, pemupukan yang
optimum dilakukan pada curah hujan 100-200 mm/bulan, pemupukan minimum pada 60 mm/bulan dan pemupukan maksimum pada curah hujan 300 mm/bulan.
Berdasarkan grafik curah hujan dalam lima tahun terakhir, terlihat bahwa kondisi pemupukan yang ideal
yaitu pada Bulan Februari hingga April serta Bulan
Oktober hingga Desember. Kondisi kelebihan air pada awal hingga pertengahan tahun dapat menyebabkan banjir yang menghambat operasional kebun. Pada tahun 2006 terjadi banjir besar. Gambar banjir pada tahun 2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 28. Banjir di Main Road D23
Kondisi pengairan yang berlebih di kebun pada awal hingga pertengahan tahun disertai dengan produksi yang tinggi pada waktu tersebut. Diperlukan pengelolaan air untuk mengatasi kelebihan air yang terjadi di kebun. Hal ini juga berpengaruh terhadap transport yang dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman buah ke pabrik.
Konservasi Air Secara Mekanis Pengelolaan air di dalam kebun dapat dilakukan dengan konservasi air secara mekanis. Pengelolaan air secara mekanis yang dilakukan di Kebun Mustika Estate adalah dengan pembuatan parit drainase, aplikasi pelepah kelapa sawit, pembuatan rorak (sil pit) benteng dan aplikasi jenjangan kosong (JJK) sebagai mulsa. Kondisi Kebun Mustika Estate pada awal hingga pertengahan tahun memiliki aliran permukaan yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan konservasi air.
Drainase merupakan aliran air di permukaan tanah. Pengelolaan air permukaan sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap kondisi fisik tanah dan kandungan air yang terdapat di dalamnya. Drainase yang baik akan menjamin kondisi tanah dan kandungan air tanah terjaga sehingga pertumbuhan kelapa sawit bagus. Pengelolaan drainase dapat dilakukan dengan pengelolaan parit drainase dan pengelolaan penutup tanah. Peta jaringan drainase dapat dilihat pada lampiran 13. Parit drainase merupakan parit yang dibuat untuk mengalirkan air dalam volume yang besar jika terjadi kelebihan air dan menjaga ketersediaan air pada kondisi air pas atau kekurangan. Jenis parit yang ada di Kebun Mustika Estate ada dua yaitu parit alam dan parit buatan. Pembuatan parit buatan dilakukan berdasarkan topografi kebun dan kondisi tanah. Pembuatan parit di perkebunan kelapa sawit dilakukan sebelum penanaman kelapa sawit dimulai supaya pengaturan letak parit dapat dilakukan dengan mudah. Gambar parit drainase dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 29. Parit Drainase
Parit di Kebun Mustika Estate terdiri dari berbagai ukuran. Parit alam berukuran lebar enam meter dan mengalir melalui tengah kebun di divisi II, III dan IV sedangkan parit buatan terdiri dari ukuran 4 x 4 m, 2 x 2 m, 1 x 1 m. Parit untuk ukuran 2 x 2 m dibuat mengikuti jalan main road dan collection road, dan dibuat menuju parit alam. Gambar jaringan parit dapat dilihat pada gambar 30.
Air parit drainase di Kebun Mustika Estate mengalir dari arah barat ke timur menuju laut. Secara keseluruhan aliran parit lancar karena selalu dilakukan program cuci parit untuk membuang bahan-bahan yang menghalangi aliran drainase. Masalah utama dalam aliran drainase adalah sering terjadinya banjir saat kondisi hujan. Berdasarkan keadaan kebun, terdapat areal-areal penampungan air di dalam kebun yang cukup luas, areal tersebut berupa rawa atau rendahan. Kemiringan lahan pada areal tersebut yaitu 0-3% sehingga mengakibatkan air banyak tertampung di rawa. Setelah rawa tidak mampu menampung air, maka air tersebut akan meluap ke areal kebun di sekitar rawa.
Jalan Koleksi
J a l a n
Jalan Koleksi
U t a m a
Gambar 30. Lay Out Jaringan Parit di Dalam Blok Keterangan :
= Parit ukuran 4 x 4 m
= Parit ukuran 2 x 2 m = Parit ukuran 1 x 1 m = Anak Parit
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, Kebun Mustika Estate memiliki kemiringan lahan yang beragam. Kemiringan lahan di Mustika Estate berkisar antara 0-17 %, tabel 15 menunjukan persen kemiringan lahan di Kebun Mustika Estate beserta luasnya.
Tabel 15. Kemiringan lahan di Kebun Mustika Estate Keterangan
Ha 0-3 % 3128 3-8 % 1647 8-17 % 196 Areal Tambang Emas dan Okupasi 245 Sumber: Laporan Akhir Survey Tanah MTE, 2007
Luas % 52 32 4 5
Terdapat kemiringan lahan 0-3% seluas 3 128 ha atau mencapai 52% dari luas kebun. Areal bergelombang terdapat di divisi I yang 100% merupakan areal bergelombang, sedangkan areal di divisi II, III, dan IV kondisinya rata. Areal rawa atau rendahan semuanya terdapat di areal yang mempunyai kemiringan lahan 0-3%. Hal ini menyebabkan terjadinya genangan air yang cepat naik pada kondisi curah hujan tinggi karena ketinggian areal rawa dan rendahan sama dengan areal yang ditanami. Rawa terdapat di ujung sebelah timur Kebun Mustika Estate. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, terdapat areal low land pasang surut yang luasnya mencapai 369 ha dan areal low land non pasang surut seluas 171 ha. Areal-areal tersebut berdekatan dengan rawa atau rendahan yang terdapat di divisi III dan divisi IV sedangkan areal low land non pasang surut terdapat di divisi IV. Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan di lapangan, yaitu di divisi IV G31, G32 dan G33 pada musim hujan dengan curah hujan tinggi pada tanggal 18 dan 19 April 2008 terjadi genangan yang cukup tinggi. Ketinggian air di areal yang ditanami mencapai 0.5 meter di G31 dan semakin mengarah ke utara mencapai satu meter sedangkan ketinggian air di parit mencapai dua meter lebih. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh lokasi areal tersebut yang berdekatan dengan rendahan atau rawa. Hal serupa juga terjadi di blok J34, terjadi genangan dengan rata-rata ketinggian 0.5 meter dan semakin dalam menuju arah rawa atau rendahan. Terjadinya genangan juga dipengaruhi secara tidak langsung oleh pasang laut. Anak sungai yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air kebun yaitu Sungai Bekarangan. Sungai tersebut berhubungan dengan Sungai Kusan yang aliran airnya langsung menuju ke laut. Terjadinya pasang laut menyebabkan ketinggian air permukaan di sungai meningkat sehingga mendorong permukaan sungai
meluap hingga ke kebun. Kondisi ini disertai dengan curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan volume air yang tertampung di kebun semakin meningkat dan pada akhirnya menyebabkan banjir. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya genangan di areal kebun adalah outlet atau kurangnya pengeluaran air dari kebun. Terdapat tiga aliran sungai besar dari dalam kebun menuju Sungai Bekarangan. Hal ini menyebabkan volume air di Sungai Bekarangan akan meningkat dan pada akhirnya diikuti juga dengan meningkatnya volume sungai-sungai yang berada di dalam kebun. Ketinggian air akan mempengaruhi kelancaran pembuangan air dari rawa, aliran yang lambat akibat daya tampung sungai berlebih menyebabkan rawa meluap dan berdampak ke areal kebun menjadi tergenang. Kondisi di atas juga berpengaruh pada saluran parit drainase yang berada di areal yang tidak terdapat rawa. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat areal yang tergenang di divisi II yang bebas dari rawa. Pengamatan ketinggian air di parit drainase dilakukan di divisi II blok D24. Pengamatan dilakukan di parit berukuran 4 x 4 m dan 2 x 2 m. Pada saat terjadi curah hujan tinggi, ketinggian parit 4 x 4 m mencapai tiga meter sedangkan parit 2 x 2 m mencapai dua meter. Pada saat tidak terjadi hujan sampai sepuluh hari, ketinggian parit 4 x 4 m mencapai 0.6 meter dan ketinggian parit 2 x 2 m adalah nol meter. Ketinggian air naik lagi pada saat terjadi hujan, ketinggian kembali mencapai tiga meter pada parit 4 x 4 m dan 1.5 meter pada parit 2 x 2 m. Pangamatan di blok D 25 menunjukkan bahwa pada saat musim hujan dengan curah hujan tinggi, air meluap sampai ke areal tanaman. Luas lahan yang tergenang mencapai 1.5 ha dan ketinggian air mencapai 0.7 meter, butuh waktu tiga hari supaya lahan tersebut dapat kering kembali. Daerah-daerah lain yang berada dekat dengan parit mengalami kebanjiran akibat air di parit meluap. Gambar air yang meluap sampai ke areal tanaman dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 30. Air yang Meluap ke Areal Tanaman
Kondisi tergenangnya areal kebun menyebabkan terhalangnya kegiatan operasional kebun, seperti pelaksanaan panen yang tertunda di areal yang tergenang, transportasi terhalang serta kondisi fisik tanah tidak bagus. Secara keseluruhan, jaringan drainase di Kebun Mustika Estate berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari air yang berjalan dengan baik dalam kondisi normal yaitu ketersediaan air cukup dan tidak berlebih. Konservasi air secara mekanis di Kebun Mustika Estate dilakukan juga dengan aplikasi pelepah kelapa sawit. Manfaat dari pengaplikasi pelepah terhadap pengelolaan
air
yaitu
dapat
mengurangi
kecepatan
aliran
permukaan,
meningkatkan kemampuan tanah dalam meresap air serta bermanfaat juga untuk memperbaiki sifat kima tanah akibat dari proses pelapukan. Teknis pengaplikasi pelepah yang dilakukan adalah dengan menyusun pelepah kelapa sawit di gawangan mati. Berikut disajikan gambar penyusunan pelepah kelapa sawit di gawangan mati.
Gambar 31. Penyusunan Pelepah Kelapa Sawit pada Tanaman Menghasilkan
Pembuatan rorak sil pit atau benteng juga merupakan kegiatan pengelolaan air. Kebun Mustika Estate membuat
rorak sil pit di divisi I yang mempunyai
kemiringan hingga 17%. Manfaat dari rorak sil pit ini adalah sebagai jebakan aliran permukaan yang mengalir searah lereng dan akan menampung massa tanah yang terikut. Pembuatan rorak sil pit terus dilakukan di Kebun Mustika Estate untuk mengatasi aliran permukaan di divisi I. Pengaplikasian janjangan kosong (JJK) juga merupakan kegiatan konservasi air. JJK berfungsi sebagai mulsa, pupuk organik dan dapat meningkatan unsur hara. JJk juga berguna untuk meningkatkan fisik tanah seperti struktur tanah, aerasi dan kemampuan menahan air (water holding capacity). Pengaplikasian JJK di Kebun Mustika Estate dilakukan setiap hari. Berikut disajikan gambar aplikasi JJK di Kebun Mustika Estate.
Gambar 32. Aplikasi Jenjangan Kosong pada Tanaman Menghasilkan
Konservasi Air Secara Biologis Kegiatan yang dilakukan dalam pengawetan air adalah pengelolaan penutup tanah. Penutup tanah bermanfaat untuk menjaga kondisi kelembaban tanah dari sinar matahari dan mengurangi erosi tanah yang disebabkan oleh aliran permukaan (Winarna et al., 2005). Penutup tanah dilakukan di areal Tanaman Belum Menghasilkan dan Tanaman Menghasilkan. Penutup tanah yang digunakan di Kebun Mustika Estate pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menggunakan Legum Crop Cover(LCC) dengan jenis tanaman Centrosema pubescens (CP) dan Pueraria javanica (PJ). Selain bermanfaat untuk mengendalikan gulma, tanaman penutup tanah berfungsi juga untuk menjaga kondisi kelembaban tanah, kondisi fisik tanah dan mengurangi
erosi permukaan tanah. Berikut tabel data persen penutupan tanah di berbagai blok di TBM (divisi IV).
Tabel 16. Persen penutupan tanah di TBM No
Blok
Penutupan Tanah (%) 1 H 25 100 2 H26 100 3 H27 100 4 H28 100 5 I26 100 6 I27 100 7 I28 100 8 I32 50 9 I33 45 Sumber: Pengamatan data di lapangan, 2008
Jenis Penutup tanah LCC LCC LCC LCC LCC LCC LCC LCC LCC
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar blok di divisi IV telah mempunyai tanaman penutup tanah. Keadaan ini didukung kondisi blok yang cukup bagus dengan topografi datar. Areal yang dekat dengan parit dan areal ex pendulangan mengalami pertumbuhan tanaman penutup tanah yang lambat karena pengaruh dari kondisi fisik tanah dan sering terjadi genangan pasang surut. Terjadinya genangan pasangan surut ini menyebabkan LCC tidak tumbuh dengan maksimal. Pada daerah areal ex pendulangan, kondisi fisik tanah menjadi buruk sehingga unsur hara yang di perlukan oleh LCC berkurang yang mnyebabkan pertumbuhan terhambat. Namun secara umum kondisi penutup tanah di areal TBM sudah cukup bagus dan perlu untuk dipertahankan hingga tanaman menghasilkan. Berikut disajikan gambar LCC pada TBM di divisi IV.
Gambar 33 . Tanaman Penutup Tanah pada Tanaman Belum Menghasilkan
Pada Tanaman Menghasilkan, penutupan tanah lebih banyak didominasi oleh jenis tanaman berupa Neprolepis yang berada digawangan mati dan rumput lunak. Pengamatan penutupan tanah dilakukan di divisi II. Beberapa blok tidak semua arealnya mempunyai tanaman penutup tanah karena kondisi blok tersebut berbatu. Blok-blok tersebut adalah blok D23, D24, D25. Secara umum persen penutupan tanah di Kebun Mustika Estate baik, hal ini perlu dijaga dan ditingkatkan.
Pengairan di Pembibitan Pengairan di pembibitan merupakan pemberian air terhadap bibit dalam menjaga ketersediaan air di pembibitan dan menjaga kelembaban selama pertumbuhan bibit kelapa sawit. Pengairan di pembibitan tidak boleh mengalami kekurangan karena akan menghambat pertumbuhan bibit kelapa sawit. Perencanaan pengairan di pembibitan dilakukan sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan. Perencanaan dilakukan dengan melihat areal pembibitan, keefektifan dan keefisienan penyiraman. Perencanaan yang dilakukan harus akurat dan tersusun dengan rapi. Pengairan di pembibitan KKPA-3, PT. Sajang Heulang memakai jenis penyiraman tangan atau penyiraman secara manual. Peralatan yang digunakan dalam sistem pengairan pembibitan adalah pompa air jenis putar, tangki air dengan instalasi tangki air diletakkan di menara air. Jenis tangki yang digunakan adalah tangki FRP (fiberglass reinforced plastic) berwarna orange. Inslatasi pemipaan menggunakan pipa enam inci sebagai pipa primer, pipa empat inci sebagai pipa sekunder dan selang dua inci sebagai pipa tersier. Air di pembibitan KKPA 3 digunakan juga untuk penyediaan air di emplasment KKPA 3. Penyiraman di pembibitan KKPA 3 dimulai jam 07.00 WITA sampai dengan jam 11.30 WITA dan jam 15.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA. Penyiraman di pembibitan dilakukan jika curah hujan pada hari
sebelumnya < 10 mm. Lay out sistem pengairan di Proyek Pembibitan KKPA 3 terdapat pada lampiran 14.
Sistem Irigasi Sistem irigasi merupakan jenis pengairan yang digunakan untuk menyalurkan air ke areal yang akan diberi pengairan. Instalasi pengaliran pipa di Proyek Pembibitan KKPA 3 menggunakan pengaliran ke atas yaitu air yang berada di waduk dialirkan ke penampungan atau tangki air menggunakan mesin pompa air lalu dialirkan ke pembibitan secara manual menggunakan selang. Proses pengaliran air dari waduk menggunakan mesin diesel yang di tempatkan di bangunan pompa. Pompa air yang efektif diletakkan dekat dengan sumber air untuk memudahkan pemeliharaan dan keefektifan pompa air. Pompa air yang berada di Proyek Pembibtan KKPA 3 ditempatkan dekat dengan sumber air yang berjarak dua meter. Sumber pengairan KKPA 3 berasal dari waduk atau rawa yang sumber airnya berasal dari air hujan dan aliran sungai. Penampungan air yang dialirkan oleh mesin pompa air ditampung di menara air. Menara air di Proyek Pembibitan KKPA 3 berupa tangki dengan jenis Fiberglas Reinforced Plastic (FRP). Tangki ini lebih banyak digunakan di menara air karena mempunyai beberapa keunggulan seperti jauh lebih ringan dari bahan tangki lainnya, mudah dibentuk dan diberi warna, tahan karat dan beberapa bahan kimia dan kurang merambatkan panas. FRP juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu kekuatannya jauh lebih rendah dibandingkan bahan tangki lainnya, koefisien muai termal cukup besar, bisa terjadi kelelahan (fatigue), dapat tumbuh algae (ganggang) dan kurang tahan terhadap alkali. Jumlah tangki yang berada di menara air sebanyak 10 buah tangki dengan kapasitas masing-masing 1 000 liter air. Tidak semua tangki terpakai karena terjadinya kerusakan di beberapa tangki yang disebabkan oleh kebocoran tangki. Penyaluran air ke areal pembibitan menggunakan pipa enam inci sebagai pipa utama atau pipa primer. Pipa utama berhubungan langsung dengan menara air lalu dialirkan ke pipa sekunder. Pipa sekunder yang ada di pembibitan berdiameter tiga inci dan dua inci. Pipa tersier atau pipa yang digunakan langsung menyiram pembibitan menggunakan selang berdiameter satu inci. Kondisi pipa
utama banyak tidak berfungsi karena banyak areal pembibitan tidak menggunakan pengairan lagi disebabkan bibitan sudah tua. Pipa utama yang berfungsi hanya digunakan untuk mengalirkan air ke bibitan dan ke emplasment.
Pemakaian Air Pemakaian air merupakan kegiatan pengaplikasian air yang tersedia ke pembibitan dan mengaplikasi secara efektif dan efisien. Pengaplikasi air di Proyek Pembibitan KKPA 3 menggunakan Sistem Penyiraman Tangan atau penyiraman manual. Penyiraman tangan digunakan karena luas areal pembibitan main nursery kurang dari satu hektar yakni 0.75 ha. Sistem irigasi mengalami permasalahan di pipa utama karena banyak yang sudah bocor. Kebutuhan air di pembibitan per hari sesuai dengan kebutuhan banyak bibit. Penyiraman menggunakan selang plastik yang mencapai tiga puluh meter dari pipa sekunder. Penyiraman dilakukan dengan menyiram langsung ke bibit di polybag. Teknis penyiraman dilakukan dari atas bibit atau tajuk dengan tujuan supaya tidak terjadi erosi tanah di large bag. Penyiraman tiap bibit memerlukan 2–3 liter air, penyiraman dilakukan dengan memperkiran jumlah air yang disiram. Berikut tabel pengamatan waktu yang dibutuhkan menyiram bibit.
Tabel 17. Pemakaian Air di Pembibitan Bibit
Waktu
Debit Air
Kecepatan Air
(detik)
(liter)
liter/detik
1
4
2.4
0.6
2
4
2.4
0.6
3
3
1.8
0.6
4
4
2.4
0.6
5
5
3.0
0.6
6
5
3.0
0.6
7
4
2.4
0.6
8
5
3.0
0.6
9
3
1.8
0.6
10
4
2.4
0.6
Rata-rata
4.1
2.46
0.6
Sumber: Data Primer, 2008
Pengambilan contoh penyiraman dilakukan pada sepuluh bibit. Data menunjukkan rata-rata penyiraman air di pembibitan yaitu 2.46 liter air. Penyiraman yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan bibit di main nursery yaitu 2-3 liter air/bibit. Air yang dihasilkan oleh pompa air digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan air di emplasment. Air yang ada di menara air di pembibitan disalurkan ke manara air yang di emplasment menggunakan pipa utama. Posisi ketinggian menara air yang ada di emplasment lebih rendah dari menara air yang ada di pembibitan. Selama proses pengaliran air dilakukan terjadi pembuangan air yang cukup banyak, hal ini terjadi karena volume air yang masuk ke menara air di pembibitan lebih banyak dari volume air yang keluar ke menara air di emplasment. Pembuangan air menyebabkan kerusakan yang cepat terhadap menara air yaitu berupa pembusukan terhadap bangunan menara air, menyebabkan erosi tanah di bawah menara serta biaya pompa air semakin besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan magang yang dilaksanakan di Kebun Mustika, Minamas Plantation memberi manfaat yang cukup banyak terhadap penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan mulai dari pembibitan hingga kegiatan di tanaman menghasilkan dijalankan dengan baik, walaupun tidak seluruh kegiatan teknis di lapangan tidak semua dilakukan. Kegiatan sebagai pendamping mandor juga dijalankan dengan baik, walaupun kegiatan hanya dilakukan di divisi II. Sumber air utama di Kebun Mustika hampir 100 % berasal dari air hujan dan sebagian kecil berasal dari aliran sungai. Tipe iklim di Kebun Mustika yaitu Tipe Iklim Moonson dengan hanya terjadi satu puncak curah hujan tinggi pada awal hingga pertengahan tahun. Kebun Mustika memiliki cira hujan yang merata sepanjang tahun tanpa ada perubahan iklim yang cukup ekstrem. Pengelolaan air di pembibitan menggunakan penyiraman secara manual, karena luas areal yang disiram tidak mencapai satu Ha. Penyiraman menggunakana pipa plastik dan diujungnya tidak terdapat gembor sehingga penyiraman hanya memperkirakan saja. Penggunaan air di pembibitan digunakan juga ke Emplasment, sehingga terjadi pembuangan air yang cukup banyak saat mengalirkan air ke Emplasment. Curah hujan yang tinggi pada awal tahun dan curah hujan yang rendah diawal pertengahan tahun menyebabkan perubahan volume air di Kebun Mustika berubah secara drastis. Pada saat curah hujan yang tinggi, sering terjadi genangan atau banjir yang menggenangi areal tanam. Tetapi pada musim kering menyebabkan ketersediaan air kurang dan mengalami defisit air. Untuk mengatasi hal tersebut, Kebun Mustika Estate membuat jaringan drainase, rorak sil pit, pengaplikasian JJK, penyusunan pelepah dengan, penanaman tanaman penutup tanah dengan tujuan untuk menjaga ketersediaan air pada musim kering dam mengurangi laju aliran permukaan saat terjadi air berlebih pada musim hujan. Kebun Mustika juga merupakan areal rendahan sehingga pada saat terjadi hujan dengan curah hujan tinggi, air yang datang dari hulu tertampung di Kebun
Mustika sehingga volume air meningkat dengan cepat. Sementara pengeluaran air dari Kebun Mustika sedikit.
Saran Perlu dilakukan penambahan outlet (pengeluaran air di kebun) supaya tidak terjadi peningkatan volume air pada saat musim hujan tinggi. Perlu juga dilakukan penambahan jaringan parit untuk menampung air yang meluap di areal pertanaman. Perlu juga dilakukan pengukuran topografi Kebun Mustika Estate secaradetail untuk melakukan penambahan jaringan drainase supaya lebih efektif. Jaringan pengairan di pembibitan perlu ditata ulang untuk meminimalisasi pembuangan air yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hal. Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statisktik Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit. Ditjenbun. Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widiastuti, I. Stayawibawa, R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit Edisi Revisi. Penebar Swasaya. Depok. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala, Pematang Siantar. Sumut. 435 hal Nukhoiry, R., M. A. Agustira, T. Wahyono, D. Koechtar, A. Kurniawan, I.Y. Harahap, A. D. Koedadiri. 2006. Seri Buku saku Pedoman Norma Kerja Perkebunan Kelapa Sawit pada Lahan Mineral. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan Prawirosukarto, S., E. Syamsuddin, W. Darmosarkoro, A. Purba. 2005. Seri Buku Saku Tanaman Penutup Tanah dan Gulma pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan Rankine, I., T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan Seri Tanaman Kelapa Sawit Pembibitan.Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. – Singapore. Rankine, I., T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan Seri Tanaman Kelapa Sawit Tanaman Belum Menghasilkan.Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. – Singapore. Rankine, I., T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan Seri Tanaman Kelapa Sawit Tanaman Mengahsilkan. Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. – Singapore. Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta Siregar, H. H., N. H. Darian, T. C. Hidayat, W. Darmosarkoro, I. Y. Harahap. 2006. Seri Buku saku Hujan sebagai Faktor Penting untuk Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan Sulystiono, E. 2006. Pengelolaan Air untuk Tanaman. Fakultas pertanian. IPB. Bogor. Susanto, A., R. Y. Purba, A. P. Dongoran, A. F. Lubis, A. E. Prasetyo. 2008. Seri Buku Saku Perstisida di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan
Tim Minamas. 2004. Vadamekum Minamas. Jakarta Umana dan Chincila. 2006. Tim Faperta IPB_PPKS Medan. IPB. Bogor Winarna, E. S. Sutarta, Sugiyono. 2005. Seri Buku Saku Pedoman Pengambilan Contoh Daun dan Tanah. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan Winarna, E. N. Ginting, E. S. Sutarta, P. Purba. 2005. Seri Buku Saku Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan www. Oilworld.com.2006