ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CWB (Crop Water Balance) DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT, JAWA BARAT
Oleh : SUPRIYANTO F14102020
2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CWB (Crop Water Balance) DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT, JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : SUPRIYANTO F14102020
Dilahirkan pada tanggal 24 Mei 1984 di Pati Tanggal lulus: 11 September 2007
Menyetujui, Dosen Pembimbing Akademik
Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS. NIP. 130 358 746 Mengetahui, Ketua Departemen Teknik Pertanian
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS. NIP. 131 671 603
2
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Supriyanto, dilahirkan di Pati pada tanggal 24 Mei 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sulewi dan Ibu Suwarti. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 02 Tanjungsekar. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 01 Pucakwangi dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 01 TayuPati dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama studi penulis aktif pada beberapa organisasi, antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa Fateta (BEM-F) sebagai staf departemen Kesejahteraan Mahasiswa periode 2005-2006. Aktif di Ikatan Kelurga Mahasiswa Pati (IKMP) periode 2002-2005. Penulis juga pernah menjadi koordinator asisten mata kuliah Mekanika Fluida periode 2005-2006. Penulis telah melakukan Praktek Lapangan di Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Seluna Kudus, Kab. Kudus dengan judul “Mempelajari Pengelolaan Sumber Daya Air di waduk Kedung Ombo Purwodadi Jawa Tengah”.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan Salam saya haturkan kepada beliau Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) dengan Menggunakan Program CWB (Crop Water Balance) di Perkebunan PT. Condong Garut, Jawa Barat”. Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu penulis sehingga dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. 2. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT dan Ir. Meiske Widyarti, M. Eng selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis. 3. Kedua orang tuaku tercinta (Sulewi dan Suwarti) atas segala limpahan kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materiil. 4. Paman, Kakak dan adik-adik, teman-temanku tercinta (L.Jam, Kak Sutaryono, Baqiyus, Mbak Suparni, Mas Yasir, Huda, Kak Hasan,) atas yang telah memberikan semangat dan motivasi pada penulis. 5. PT. Condong Garut yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Pak Jajang, Pak Ade, Pak Suryaman, Pak Rudi, Pak Sucipto Pak, Toni, Staf PT. Condong Garut, Ibu Mila, Pak Budi, beserta Staf Balitklimat Bogor, Pak Udin, Pak Tris dan Pak Arif yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini. 7. Angga dan Hendri selaku teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian. 8. Rofian dan Ratih yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsinya. 9. Rekan-rekan TTA dan teman-teman TEP 40 lainnya.
4
10. Amri, Anne, dan Yakuza Crew (Momon, Topan, Dedi, Yudi, Ali) yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis. 11. Sahabat-sahabatku: Bagus, Giyo, Man_Ragilo, Teguh dan Azmi. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, September 2007
Penulis
5
Supriyanto. F14102020. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Program CWB (Crop Water Balance) Di Perkebunan PT. Condong Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS. RINGKASAN
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat serta sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Tanaman kelapa sawit berbuah sepanjang tahun namun terdapat bulan-bulan dimana terjadi panen puncak dan panen rendah. Variasi produksi tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Faktor-faktor lainnya juga turut mempengaruhi seperti tanah, komposisi, umur tanaman, bahan tanaman dan manajemen. Dari beberapa faktor di atas, air juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah air irigasi yang diberikan dan kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sedikit maupun berlebihan dapat berakibat buruk bagi tanaman. Tanaman sangat peka terhadap kekurangan air, hal ini dapat mengakibatkan pengurangan dalam pembentukan dan perluasan daun. Jika hal tersebut terjadi, maka fotosintesis tanaman akan terganggu dan terjadinya penurunan produktivitas tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi kebutuhan air tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Crop Water Balance (CWB) dan menentukan masa tanam yang terbaik tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Crop Water Balance (CWB). Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan Juli 2007 di perkebunan PT. Condong Garut. Penelitian dilakukan menggunakan program CWB (Crop Water Balance) dengan data input tanah, iklim dan tanaman (kelapa sawit). Pengambilan data tanah dari perkebunan, data iklim dari stasiun klimatologi Lapan Pameungpeuk dan data tanaman berasal dari literatur. Data input yang didapat kemudian dipakai untuk menjalankan program CWB melalui software WARM yang ada di Balitklimat Bogor. Output dari program ini merupakan informasi tentang kebutuhan air/irigasi dan masa tanam yang terbaik beserta grafiknya. Berdasarkan analisis tanah yang dilakukan dari lima afdeling yang ditanami tanaman kelapa sawit (afdeling Condong, Tarisi, Cibogo, Gunung Sulah dan Gataga) dapat diketahui bahwa untuk afdeling Cibogo, Gataga, dan Tarisi termasuk dalam tekstur tanah Silty Clay. Sedangkan untuk afdeling Condong termasuk dalam tekstur tanah Silt Clay Loam, dan afdeling Gunung Sulah termasuk tekstur tanah Silt. Berdasarkan data iklim (1997-2006) yang didapat curah hujan untuk daerah Pameungpeuk mempunyai rata-rata 1461.5 mm/tahun.
6
Analisis yang dilakukan hanya pada tahun-tahun tertentu yaitu pada tahun dengan curah hujan sedang (1999), tahun dengan curah hujan tinggi (2005) dan tahun dengan curah hujan rendah (2002), serta dilakukan pada afdeling yang mempunyai tekstur tanah berbeda, yaitu afdeling Condong dengan tekstur tanah Silt Clay Loam, afdeling Tarisi dengan tekstur tanah Silt Clay, dan afdeling Gunung Sulah dengan tekstur tanah Silt. Masa tanam yang terbaik ditentukan dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang bernilai 1 atau mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil dengan batas maksimum 20%. Hasil dari simulasi program CWB tahun 1999 untuk afdeling Condong, Tarisi, dan Gunung Sulah didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 dan 11 Juni, serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 172,000 liter air/ha/hari; 120,000 liter air/ha/hari dan 160,000 liter/ha/hari. Sedangkan tahun 2002 untuk afdeling Condong , Tarisi didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 21 Juni, dan untuk afdeling Gunung Sulah masa tanam terbaiknya tanggal 11 juni, serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 152,000 liter air/ha/hari; 160,000 liter air/ha/hari dan 176,000 liter/ha/hari. Hasil dari simulasi program CWB tahun 2005 untuk afdeling Condong , Tarisi, dan Gunung Sulah didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 Mei, 11 Mei, dan 1 Mei, untuk afdeling Condong tidak diperlukan tambahan air irigasi. Sedangkan untuk afdeling Tarisi dan Gunung Sulah masing-masing sebesar 40,000 liter air/ha/hari, dan 84,000 liter/ha/hari. Kebutuhan air tanaman yang ditanam di tahun 2005 relatif kecil. Hal ini disebabkan karena tingginya curah hujan di tahun 2005. Topografi di wilayah perkebunan kelapa sawit cenderung tidak teratur sehingga sulit untuk diterapkannya sistem irigasi yang efisien yaitu irigasi tetes. Irigasi diberikan hanya pada pembibitannya saja, sedangkan untuk tanaman yang sudah dipindah ke lapangan kebutuhan airnya hanya mengandalkan curah hujan daerah setempat. Produksi tanaman kelapa sawit di perkebunan PT. Condong tiap tahun bervariasi tergantung dari kondisi tahun tersebut. Untuk tahun 2002 produksi tandan yang dihasilkan sangat optimal dan mencapai 97% dari perkiraan, sedangkan untuk tahun 2005 produksi tandan kurang sesuai dengan yang diharapkan yaitu hanya 72% dari yang diprediksikan. Jumlah curah hujan setahun dapat berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kemarau panjang bisa menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga pada 19-21 bulan berikutnya (abortus bunga) dan keguguran buah pada 5-6 bulan berikutnya. Keadaan iklim juga besar pengaruhnya terhadap kelancaran panen dan banyaknya produksi yang diperoleh. Hal ini berkaitan dengan proses pengangkutan hasil panen ke pabrik. Ketika hujan, proses pemanenan atau pengangkutan hasil panen otomatis akan tertunda.
7
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .............................................................................................. I. PENDAHULUAN ................................................................................. A. Latar Belakang ................................................................................ B. Tujuan ............................................................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ A. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ............................. 1. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit .................................................... 2. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit .................................................. B. Program CWB dan WARM .............................................................. 1. Program CWB .............................................................................. 2. Program WARM .......................................................................... C. Kebutuhan Air Tanaman .................................................................. 1. Neraca Air .................................................................................... 2. Indeks Kecukupan Air .................................................................. 3. Kehilangan Hasil Relatif Tanaman ............................................... 4. Hubungan Indeks Kecukupan Air dengan Kehilangan Hasil Relatif ............................................................... III. METODE PENELITIAN ...................................................................... A. Waktu dan Tempat ........................................................................... B. Alat dan Bahan ................................................................................ C. Data dan Informasi yang Diperlukan ................................................ D. Metode Pengumpulan Data ............................................................... E. Metode Analisis Data ....................................................................... 1. Database Jenis Tanaman ............................................................... 2. Database Tanah ............................................................................ F. Tahapan Kerja Penelitian Secara Umum ........................................... IV. KEADAAN UMUM PERKEBUNAN CONDONG ............................... A. Kondisi Lapangan PT. Condong Garut ............................................. B. Sejarah Berdirinya PT. Condong Garut ............................................. C. Administrasi Wilayah ....................................................................... 1. KondisiTopografi Afdeling ........................................................... 2. Kondisi Tanah .............................................................................. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... A. Data Analisis Tanah dan Data Iklim ................................................. B. Waktu Tanam Terbaik dan Analisis Kebutuhan Air Berdasarkan dari Program CWB ....................................................... C. Kesesuaian Sistem Irigasi untuk Daerah Perkebunan PT. Condong Garut ....................................................... D. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air ................................................ VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. A. Kesimpulan ...................................................................................... B. Saran ................................................................................................ VII. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... VIII. LAMPIRAN ........................................................................................
i 1 1 4 5 5 7 9 15 15 16 18 18 20 21 21 23 23 23 23 24 24 24 25 29 30 30 30 32 32 32 34 34 38 55 57 62 62 63 64 66
8
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Perkebunan kelapa sawit ............................................................. Gambar 2. Areal pembibitan kelapa sawit .................................................... Gambar 3. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan di afdeling Condong .................................................................... Gambar 4. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan di afdeling Cibogo ...................................................................... Gambar 5. Metode alur pikir WARM ........................................................... Gambar 6. Metode alur pikir CWB ............................................................. Gambar 7. Sampel tanah yang akan diuji pF ................................................. Gambar 8. Pengambilan sampel tanah .......................................................... Gambar 9. Grafik total curah hujan .............................................................. Gambar 10. Metode input data WARM ........................................................ Gambar 11. Metode simulasi WARM .......................................................... Gambar 12. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling Condong ..................................................................... Gambar 13. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling Tarisi ............................................................................ Gambar 14. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling G. Sulah ....................................................................... Gambar 15. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling Condong ....................................................................... Gambar 16. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling Tarisi ............................................................................ Gambar 17. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling G. Sulah ....................................................................... Gambar 18. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling Condong ....................................................................... Gambar 19. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling Tarisi ............................................................................ Gambar 20. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling G. Sulah ....................................................................... Gambar 21. Areal perkebunan dengan kontur yang tidak teratur ................... Gambar 22. Tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan ......................
8 11 12 13 27 28 35 36 36 39 40 41 43 44 46 48 49 51 52 54 57 58
9
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Parameter karakteristik tanaman ..................................................... Tabel 2. Parameter database fisik tanah ........................................................ Tabel 3. Kadar air di lima afdeling kelapa sawit ........................................... Tabel 4. Kapasitas lapang dan titik layu permanen ....................................... Tabel 5. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling Condong............................................................................. Tabel 6. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling Tarisi ................................................................................. Tabel 7. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling G. Sulah ............................................................................ Tabel 8. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002 afdeling Condong............................................................................ Tabel 9. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002 afdeling Tarisi ................................................................................. Tabel 10. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Juni 2002 afdeling G.Sulah ............................................................................ Tabel 11. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005 afdeling Condong .......................................................................... Tabel 12. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Mei 2005 afdeling Tarisi ............................................................................... Tabel 13. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005 afdeling G. Sulah .......................................................................... Tabel 14. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2002 .............................. Tabel 15. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2005 .............................. Tabel 16. Pengaruh curah hujan terhadap persentase potensi produksi ..........
25 26 34 35 42 43 45 47 48 50 52 53 54 59 60 61
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta perkebunan PT. Condong Garut ......................................... Lampiran 2. Peta tanah perkebunan PT. Condong Garut ............................... Lampiran 3. Peta batas afdeling perkebunan PT. Condong Garut .................. Lampiran 4. Peta kerja perkebunan PT. Condong Garut ............................... Lampiran 5. Tabel taksasi dan realisasi produksi kelapa sawit ...................... Lampiran 6. Tabel tekstur tanah .................................................................... Lampiran 7. Tabel data hasil análisis tanah .................................................. Lampiran 8. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Februari 2007 ................. Lampiran 9. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Maret 2007 ..................... Lampiran 10. Keadaan produksi kelapa sawit bulan April 2007 .................... Lampiran 11. Keadaan luas areal dan jumlah pohon kelapa sawit bulan April 2007 ................................................. Lampiran 12. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 1 Juni 1999 .............................................................................. Lampiran 13. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 21 Juni 2002 ............................................................................ Lampiran 14. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 1 Mei 2005 ............................................................................. Lampiran 15. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 1 Juni 1999 .............................................................................. Lampiran 16. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 21 Juni 2002 ............................................................................ Lampiran 17. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 11 Mei 2005 ........................................................................... Lampiran 18. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 1 Juni 1999 .............................................................................. Lampiran 19. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 11 Juni 2002 ............................................................................ Lampiran 20. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 1 Mei 2005 ............................................................................. Lampiran 21. Tabel data iklim harian Januari-April tahun 2007 ................... Lampiran 22. Struktur organisasi perkebunan PT. Condong Garut ...............
66 67 68 70 71 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 92
11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat serta sebagai sumber perolehan devisa negara (Fauzi et al., 2002). Kebutuhan dalam negeri akan minyak nabati cukup besar dan akan terus meningkat, sebagai akibat kenaikan jumlah penduduk. Sementara itu konsumsi minyak nabati per kapita per tahun di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan di negara tetangga. Konsumsi rata-rata minyak dan lemak per kapita di Indonesia hanya 10.9 kg/tahun, jika dibandingkan dengan Filipina (12.3 kg/tahun) atau Malaysia (16.8 kg/tahun) (Moll, 1987). Malaysia dan Indonesia tetap merupakan negara pengekspor utama dengan peluang peningkatan ekspor masing-masing sekitar 3.2% dan 6.5% per tahun. Dari sudut alokasi pangsa pasar, Indonesia diperkirakan masih menguasai pasar untuk negara-negara di beberapa Eropa Barat seperti Inggris, Italia, Belanda, dan Jerman. Malaysia lebih banyak menguasai pasar China (1.8 juta ton), India (1.7 juta ton), EU (1.5 juta ton), Pakistan (1.1 juta ton), Mesir (0.5 juta ton), dan Jepang (0.4 juta ton). Seperti kebanyakan harga produk primer pertanian, harga CPO relatif sulit untuk diprediksi dengan akurasi yang tinggi. Harga cenderung fluktuatif dengan dinamika yang perubahan yang relatif sangat cepat. Dengan kesulitan tersebut, maka proyeksi harga yang dilakukan lebih pada menduga kisaran harga untuk periode 2000-2005. Jika tidak ada shock dalam perdagangan dan produksi, maka harga CPO di pasar internasional pada periode tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan situasi harga tahun 2001 yang dengan rata-rata sekitar US$ 265/ton. Di samping itu, mulai menurunnya stok pada periode menjelang 2005 juga mendukung perkiraan tersebut.
12
Secara umum, ada dua sumber permintaan (peluang pasar) untuk CPO Indonesia yaitu konsumsi domestik dan ekspor. Setelah sebelumnya meningkat dengan laju sekitar 8% per tahun, peluang konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan akan meningkat dengan laju antara 6% pada tahap awal dan menurun menjadi sekitar 4% pada akhir dekade mendatang (Gambar 1). Untuk periode 2000-2005, konsumsi domestik diperkirakan meningkat dengan laju 5%-6% per tahun. Selanjutnya, untuk periode 2005-2010, laju peningkatan konsumsi diperkirakan adalah 3%-5% per tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka konsumsi domestik pada tahun 2005 dan 2010 masing-masing adalah 3.92 juta ton dan 4.58 juta ton. Selain mengandalkan pasar domestik, pasar ekspor merupakan pasar utama CPO Indonesia. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7-8% per tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya tingkat pajak ekspor. (http://www.ipard.com/art_perkebun/0030504wrs.asp) Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol (Sastrosayono, 2003). Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Pada tahun 2003 luas areal kelapa sawit adalah 5.2 juta ha dengan total produksi sebesar 10.4 juta ton dan volume ekspor sebesar 7.0 juta ton dalam bentuk CPO (Crude Palm Oil) (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006 dalam Purba, 2007). Jumlah tersebut cukup besar sebagai sumber pendapatan negara, mengingat tingginya harga kelapa sawit di pasaran internasional saat ini, selain itu sumber daya alam yang mendukung dan sarana produksi yang tersedia dapat meningkatkan pendapatan pekebun di beberapa daerah (Lubis, 1994). Hal tersebut dapat memotivasi perkebunanperkebunan kelapa sawit untuk terus meningkatkan produksinya.
13
Menurut Hermawan (1997 dalam Purba, 2007), minyak kelapa sawit untuk produk kosmetik memberikan keuntungan karena produk kosmetik tersebut akan bebas dari senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik yang berbahaya bagi kulit manusia. Minyak kelapa sawit juga mengandung komponen minor yang sangat diperlukan kulit seperti betakaroten dan alpha tokoferol. Produk kosmetik dari bahan baku minyak kelapa sawit secara alami cukup stabil dan tidak menimbulkan hidrogenase. Untuk memenuhi kebutuhan akan kelapa sawit, maka dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi minyak sawit yaitu dengan meningkatkan pengolahan di pabrik, memperluas areal pertanaman dan memperbaiki sistem budidaya yang biasa dilakukan. Tanaman kelapa sawit berbuah sepanjang tahun namun terdapat bulan-bulan dimana terjadi panen puncak dan panen rendah. Variasi produksi tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Faktor-faktor lainnya juga turut mempengaruhi seperti tanah, komposisi umur tanaman, bahan tanaman dan manajemen (Lubis, 1992). Dari beberapa faktor di atas, air juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah air irigasi yang diberikan, dan kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sedikit maupun berlebihan dapat berakibat buruk bagi tanaman (Ismantika, 1998). Menurut Sheriff (1992), tanaman sangat peka terhadap kekurangan air, hal ini dapat mengakibatkan pengurangan dalam pembentukan dan perluasan daun. Jika hal tersebut terjadi, maka fotosintesis tanaman akan terganggu dan terjadinya penurunan produktivitas tanaman. Ketersediaan air juga sangat berpengaruh kegiatan pemupukan karena air berperan sabagai zat pelarut yang melarutkan unsur hara sehingga dapat diserap oleh tanaman. Defisit air lebih dari 200 mm/tahun akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman terganggu yang berlangsung 2-3 tahun ke depan.
14
B. Tujuan 1. Memperoleh informasi kebutuhan air tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Crop Water Balance (CWB). 2. Menentukan masa tanam yang terbaik tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Crop Water Balance (CWB).
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa
sawit
(Elaeis
guineensis
Jacq.)
termasuk
kelas
monocotyledone, ordo Palmaes, famili palmaceae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis. Menurut Lubis (1992). Tanaman kelapa sawit diperkirakan berasal dari Guina, pantai barat Afrika. Tanaman ini memiliki nama latin Elaeis guineensis Jacq. dengan taksonomi sebagai berikut : Divisi
: Tracheophyta
Sub-divisi : Pteropsida Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas : Monocotyledone Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Sub-famili : Cocoideae Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, kelapa sawit dibedakan dalam beberapa varietas diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, Macrocarya dan Diwikka-wikka. Perbedaan ketebalan tempurung dan daging buah pada tiga varietas pertama, yaitu Dura memiliki tempurung tebal (28mm) dengan daging buah yang relatif tipis (35%-50% terhadap daging buah), Pisifera memiliki tempurung yang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tempurungnya, tetapi memiliki daging buah yang tebal atau lebih tebal dari daging buah Dura dan Tenera memiliki tempurung yang tipis (0.5-4mm) dengan daging buah yang sangat tebal (60-96% terhadap buah); sedangkan berdasarkan warna kulit buah, kelapa sawit dibedakan dalam beberapa varietas diantaranya Nigrescens, Virescens dan Albescens (Fauzi et al.,2002). Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer yang tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah, akar sekunder, tersier, dan kuarter yang tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah 16
bahkan akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Akar tersier dan kuarter merupakan bagian perakaran paling dekat dengan permukaan tanah. Kedua jenis akar tersebut banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar (caliptra). Bulu-bulu akar tersebut paling banyak ditemukan pada jarak 2-2.5 m dari pangkal batang dan sebagian besar berada di luar piringan. Pada bagian tersebut tanahnya akan lebih remah dan lembab sehingga merupakan lokasi yang paling sesuai untuk penyebaran pupuk (Fauzi et al.,2002). Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup sampai ratusan tahun, sehingga keberadaannya di lapang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama (Komalaningtyas, Ikhwan dan Asmono, 2000 dalam Marliani 2006). Sastrosayono (2003) menambahkan bahwa tanaman sawit secara alamiah bisa mencapai umur 100 tahun. Akan tetapi, tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan harus diremajakan sebelum mencapai umur 100 tahun, karena produksi buahnya sudah menurun. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit adalah 25-35 tahun. Batang kelapa sawit tidak berkambium karena termasuk tanaman monokotil dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertumbuhan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat (fauzi et al., 2002). Kelapa sawit mirip daun kelapa, yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5-9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah pada batang dirumuskan dengan rumus daun (phyllotaxys) 3/8, pada setiap 3 putaran terdapat 8 daun. Letak daun kesembilan berada di garis lurus dari daun pertama. Di bagian pangkal pelepah daun terdapat duri-duri
17
yang sangat tajam. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit dapat mengeluarkan 20-24 lembar daun (Sastrosayono, 2003). Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masingmasing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina, yaitu dengan melihat bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung rata dan garis tengah lebih besar (fauzi et al., 2002). Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat berumur 18 bulan setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbah (Lumpur) banyak. Buah kelapa sawit menempel di karangan yang disebut tandah buah. Dalam satu tandan terdiri atas puluhan sampai ribuan buah. Tandan buah akan mencapai pertumbuhan maksimal pada umur 4.5-5 bulan. Pada umur tersebut sudah mulai dibentuk zat-zat minyak yang disusun dalam sel-sel pengisi di sela-sela sabut buah. Persamaan dengan pembentukan minyak, warna kulit buah akan berubah dari ungu menjadi oranye merah. Perubahan warna kulit buah yang terjadi saat turun hujan menyebabkan buah-buah tersebut akan terlepas dari tandannya (rontok). Berdasarkan buah-buah yang berjatuhan tersebut dapat ditentukan kriteria tingkat kemasakan buah (Sastrosayono, 2003). 1. Ekologi tanaman kelapa sawit Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar Lintang utara-Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (dpl). Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari (fauzi et al., 2002). Curah hujan optimum yang diperlukan
18
tanaman kelapa sawit rata-rata 1800-4000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit juga memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-28 C. kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik membantu proses penyerbukan. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Akan tetapi, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat fisik dan sifat kimia tanah. Sifat fisik tanah yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit adalah tanahnya gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 persen, debu 10-40 persen, liat 20-50 persen. Sedangkan sifat kimia tanah yang diperlukan diantaranya adalah pH optimum tanah antara 5.0-5.5 (fauzi et al.,2002). Berikut gambar areal perkebunan kelapa sawit yang tumbuh di daerah perkebunan PT. Condong Garut.
Gambar 1. Perkebunan kelapa sawit.
19
2. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit a. Penyediaan benih Penyediaan benih dilakukan oleh balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA). Dalam penyediaan benih ini balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih. Syarat-syarat pohon induk yang baik adalah :
Pertumbuhan vegetatifnya lambat.
Produksi tinggi.
Persentase buah per tandan sekitar 60-70 %.
Kadar minyak dalam daging buah 60 % dan kadar minyak per tandan sekitar 27 %.
Bentuk pohonnya baik dan sudut pelepahnya tidak sempit.
Tumbuh subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit.
b. Pengecambahan benih Hartley (1970) dalam http:elearning.unej.ac.ad, menyebutkan beberapa cara pengecambahan benih, antara lain cara kering. Pengecambahan cara kering, urutan pekerjaannya sbb : 1. Pengupasan buah. Buah dikupas untuk memperoleh benih yang terlepas dari sabutnya. Pengupasan buah kelapa sawit dapat menggunakan mesin pengupas. 2. Perendaman benih. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang baru. 3. Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17 %. 4. Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan 20
merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C. 5. Benih diperiksa setiap 3 hari sekali (2 kali per minggu) dengan membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air (gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21 – 22 % untuk benih Dura dan 28 – 30 % untuk Tenera. Contoh benih dapat diambil untuk diperiksa kelembabannya. 6. Bila telah ada benih yang berkecambah, segera semaikan pada pesemaian perkecambahan. 7. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit. c. Pembibitan Pembibitan
kelapa
sawit
dengan
benih
yang
telah
dikecambahkan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : 1. Cara dua tahap (prenursery dan nursery) 2. Cara satu tahap (langsung ke nursery) Melalui cara 1 atau 2, bibit baru siap dipindahkan ke lapangan (kebun) apabila telah berumur 11 – 12 bulan. Pelaksanaan pembibitan hendaknya di areal harus datar dan rata, dekat dengan sumber air dan letaknya sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang akan ditanami agar mudah diawasi. Sebelum dilakukan pemindahan bibit ke lapangan sebaiknya lahan pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam
21
gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman (misalnya tersedia springkle irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan. Berikut merupakan gambar areal pembibitan kelapa sawit.
Gambar 2. Areal pembibitan kelapa sawit. d. Pemindahan bibit ke lapangan Pemindahan bibit ke lapangan dilakukan apabila bibit telah berumur 8 bulan dapat dipindahkan ke areal / lapangan pertanaman, tetapi umumnya bibit dipindah ke lapang pada umur 10 – 14 bulan. Pemindahan bibit ke lapangan harus diusahakan agar bibit tidak rusak dan polybagnya tidak pecah. Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan :
Bekas hutan (bukaan baru, new planting)
Bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi)
Bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting)
Cara menanam bibit yang ada pada polybag sbb.:
Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
22
Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
Buatlah keratin vertikal pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.
Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.
Bibit dari polybag biasanya langsung ditanam di samping pohon kelapa sawit yang sudah tidak produktif lagi, seperti pada gambar berikut :
Gambar 3. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan di afdeling Condong.
23
Gambar 4. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan di afdeling Cibogo. e. Pemeliharaan dan Pemangkasan Daun Pemeliharaan yang dilakukan antara lain dengan melakukan penyulaman pada tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Bibit yang dipakai untuk menyulam harus seumur dengan tanaman yang disulam. Selain penyulaman juga dilakukan penanaman tanaman penutup tanah (tanaman kacangan, Legume Cover Crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma. Jenis-jenis tanaman kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah
Centrosema pubescens,
Pueraria
javanica.
Colopogonium mucunoides
Pemeliharaan
yang
berpengaruh
dan
terhadap
pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah pembuatan piringan yang bertujuan
untuk
mempermudah
penyemprotan
pestisida
dan
pengendalian gulma disekitar tanaman. Pemupukan merupakan salah satu pemeliharaan yang paling penting untuk memperoleh hasil yang terbaik. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K,Mg dan B (Urea, TSP, Kcl, Kiserit dan Borax). Dosis pupuk yang digunakan tergantung dari umur tanaman dan
24
juga disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut : Urea
: 0,40 – 0,60 kg
TSP
: 0,25 – 0,30 kg
KCl
: 0,20 – 0,50 kg
Kiserit
: 0,10 – 0,20 kg
Borax
: 0,02 – 0,05 kg
Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September – Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan pada akhir musim hujan (Maret – April) untuk pemupukan yang kedua. Pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan panenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur / tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan antara lain : Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16 – 20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada
umur 20 – 28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan
setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus
25
sependek
mungkin
(mepet),
agar
tidak
mengganggu
dalam
pelaksanaan panenan. (http://elearning.unej.ac.ad) B. Program CWB dan WARM Program ini dibuat oleh CIRAD, Perancis pada tahun 2001. Program ini digunakan untuk mendukung penyusunan data kebutuhan air tanaman. Oleh karena itu, program ini dapat pula dicoba dipergunakan untuk penelitian kebutuhan air tanaman sawit yang akan dilakukan di perkebunan Condong Garut. Kekeringan pada lahan tadah hujan akan memberikan dampak pada penurunan produksi dan bahkan kegagalan panen. Pada tingkat pengambilan kebijakan perlu disusun strategi antisipasi untuk mengatasi masalah ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menyediakan
informasi
mengenai
pengaruh
iklim
terhadap
pertanaman setempat (bersifat lokal) baik untuk: 1) mengetahui kondisi pertanaman yang ada (monitoring/evaluasi), 2) menentukan waktu tanam terbaik (prediksi/evaluasi) dan 3) menentukan dosis (volume dan interval) irigasi suplementer yang perlu diaplikasikan. Untuk membantu proses tersebut diperlukan suatu sistem informasi agroklimat dengan memadukan unsur iklim, tanaman dan tanah dengan pengembangannya. Untuk monitoring dan perencanaan pertanaman perpaduan yang ada diharapkan dapat dijadikan alat bantu penyusunan skenario pengaturan waktu tanam dan irigasi sehingga dapat disusun perencanaan usaha tani dengan hasil yang diharapkan. 1. Program CWB Program CWB-ETo (Crop Water Balance) merupakan suatu penyederhanaan sistem yang teratur antara unsur iklim (curah hujan dan evapotranspirasi), tanah, tanaman, dan produksi kedalam bentuk makro software excel. Tujuan dari program ini adalah a) Menghitung indeks kecukupan air tanaman pangan setiap skenario tanggal tanam
26
b) Menghitung persentase kehilangan hasil tanaman pangan setiap skenario tanggal tanam c) Menentukan saat tanam berdasarkan indeks kecukupan air dan persentase kehilangan hasil. Akan tetapi, dalam penggunaannya program ini kurang praktis dan rumit karena melalui beberapa tahapan yang panjang dimana sistem informasi iklim, tanaman, dan tanah diinput ke MS-Acces, sementara untuk memprediksi hasil dan karakteristik kendala air kita harus berpindah ke dalam format excel. Data masukan yang digunakan dalam analisis dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu : a) Data iklim harian, yang meliputi curah hujan, suhu udara maksimum, suhu udara minimum, suhu udara rata-rata dan evapotranspirasi (ETo). b) Data tanaman, yang meliputi tanggal tanam, umur tanaman, umur pada setiap fase pertumbuhan tanaman (initial, crop development, mid season dan late), umur pada setiap fase fenologi (instalation, vegetative stage, flowering,
yield
formation dan ripening), ketinggian tanaman
maksimum, kedalaman akar maksimum, koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air dan koefisen tanaman (Kc) pada setiap fase. c) Data tanah, yang meliputi kadar air kapasitas lapang, kadar air titik layu permanen, total air tersedia dan total evaporasi. 2. Program WARM Untuk menyederhanakan proses pada program CWB (Water and Agroclimate
Management
Program)
yang
kurang
praktis
dan
pengembangan output, maka dilakukan kegiatan redesain buletin agroklimat sehingga dihasilkan software yang lebih mudah digunakan (user friendly) dan memiliki manfaat yang lebih luas. Software program ini dibuat dengan cara memodifikasi program CWB oleh Balitklimat. Tujuan dari program ini adalah menduga pengaruh iklim terhadap berbagai tanaman. Dalam program WARM dapat dilakukan skenario penentuan tanggal tanam terbaik dan skenario penentuan irigasi. Skenario irigasi
27
(volume dan interval irigasi) ditentukan dengan menggunakan batasan seperti : irigasi diberikan pada saat tidak terjadi hujan, irigasi diberikan pada saat transpirasi aktual tanaman lebih rendah dari transpirasi potensialnya sehingga mengakibatkan potensi kehilangan hasil melebihi batas toleransi (5%-20%). WARM dibangun dari kelompok database yang memuat informasi data iklim, tanah dan tanaman (merupakan data input) yang terintegrasi dalam program neraca air tanaman. Parameter masukan yang digunakan pada program ini adalah database ikim, database tanaman, database pola tanam dan database kondisi tanah. Sedangkan keluarannya berupa perencanaan waktu tanam dan penentuan volume serta interval irigasi. Kelebihan yang dimiliki oleh program WARM antara lain : Lebih mudah di-update dan di-maintain Mempunyai data koleksi Balitklimat (74 stasiun) yang telah terintegrasi dengan Database Iklim Nasional – Balitklimat secara spasial dan temporal Pengoperasian WARM yang user friendly karena didukung konsep WIZARD (tuntunan per langkah) Mempunyai simulasi pemberian air suplementer berdasarkan skenario: Interval tetap Kehilangan hasil per hari Persentase kebutuhan irigasi Selain kelebihan yang dimilikinya, program WARM juga masih memiliki beberapa kekurangan seperti : Beberapa istilah dan singkatan yang digunakan dalam pengoperasian WARM masih dalam bahasa inggris sehingga memerlukan pengetahuan lanjut mengenai CWB (Crop Water Balance) versi Cirad, Prancis (tersedia dalam Panduan WARM format doc) Algoritma Simulasi Hujan masih menggunakan pendekatan rata-rata (mean) dan peluang kemungkinan hujan secara manual Tidak didukung sistem operasi dibawah Windows XP Home Tidak mendukung tanaman yang berusia lebih dari 365 hari 28
Tidak mentolerir data iklim kosong Program ini merupakan penyempurnaan dari program neraca air yang sudah ada dengan penambahan beberapa model, yaitu penentuan waktu tanam dan pemberian irigasi optimal. Perangkat lunak ini diharapkan lebih mudah digunakan dan luaran yang dihasilkan lebih bermanfaat untuk perencanaan pertanian. C. Kebutuhan Air Tanaman Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) adalah besarnya jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk berproduksi atau secara umum menunjukkan jumlah total evaporasi dari bahan yang digunakan oleh tanaman. Kebutuhan air tanaman biasa disebut evapotranspirasi. Menurut Doorenbos dan Pruit (1977), kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengimbangi evapotranspirasi tanaman sehat (Etc) yang tumbuh pada suatu lahan yang luas, kondisi air tanah dan kesuburan tanah tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi potensial pada lingkungan pertumbuhannya. Besarnya kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup iklim, tanah, teknik budidaya, dan irigasi yang digunakan. Kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi oleh fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Umumnya pada fase vegetatif tanaman memerlukan air dalam jumlah yang besar. Kekurangan air pada periode tertentu akan mengurangi hasil, yaitu pada awal pertumbuhan akan mengurangi hasil sampai 50%, awal fase pembungaan akan mengurangi hasil 25%. Pada dasarnya kebutuhan air tanaman dapat dihitung dengan metode pengukuran langsung atau dengan metode pendugaan. Metode pengukuran langsung menggunakan panci evaporasi dan lysimeter yang didasari pada prinsip neraca air. 1. Neraca Air Neraca air (water balance) mudah berubah baik menurut ruang maupun waktu, karena mengikuti siklus hidrologi. Menurut Sastrodarsono
29
dan Takeda (1983), neraca air merupakan penjelasan hubungan aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow) dari proses sirkulasi untuk suatu periode tertentu di suatu daerah. Neraca air tanaman dapat dituliskan sebagai berikut: P I D Ro E T S
Keterangan: P : Curah hujan
E : Evaporasi
I
T : Transpirasi
: Irigasi
D : Drainase
S : Cadangan air dalam tanah
Ro : Runoff
a) Evapotranspirasi Potensial (ETp) ETp merupakan konsep yang dikembangkan oleh Penman yang membatasi laju penguapan terbesar dari suatu komunitas tanaman. Ada tiga hal utama dari konsep ini, yaitu : tajuk tanaman menutupi tanah secara sempurna, air tanah cukup, dan tanaman cukup pendek. Ketiga batasan tersebut pada prinsipnya adalah untuk memaksimalkan laju evapotranspirasi, sehingga hanya ada satu nilai evapotranspirasi potensial untuk kondisi cuaca tertentu yang hanya ditentukan oleh unsur-unsur cuaca. ETp menggambarkan laju maksimum kehilangan air suatu pertanaman yang ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan penutupan tajuk tanaman pendek yang rapat dengan penyediaan air yang cukup. b) Evapotranspirasi Aktual (ETa) Berdasarkan keadaan air tanah, dikenal dua istilah yaitu ETp dan ETa. ETp adalah evapotranspirasi yang terjadi pada keadaan kapasitas lapang, sedangkan ETa terjadi pada saat keadaan air tanah sebenarnya. Besarnya ETa tidak selalu lebih rendah dari ETp. Besarnya nilai ETa dipengaruhi oleh keadaan permukaan evaporasi dan ketersediaan air. 30
c) Evapotranspirasi Maksimum (ETmax) Evapotranspirasi maksimum (Etmax) adalah evapotranspirasi maksimal yang dilakukan oleh tanaman
yang dapat diartikan juga
sebagai evapotranspirasi tanaman (ETc). Menurut Doorenbos dan Pruit (1977), untuk menduga evapotranspirasi maksimal tanaman ada beberapa tahap, yaitu : Menentukan evapotranspirasi acuan (ETo) Menentukan koefisien tanaman (Kc) Menghitung evapotranspirasi tanaman (Etmax atau ETc) Menjelaskan adanya pengaruh iklim lokal Untuk mengetahui besarnya nilai Etmax diperlukan nilai koefisien tanaman (Kc), dimana nilai Kc menunjukan nilai karakteristik dari suatu tanaman dalam menentukan besarnya kebutuhan air. Kc juga merupakan fungsi dari tahap-tahap fenologi taanaman yang nilainya beragam
diantara
tiap-tiap
kelompok
tanaman
dan
tahap
perkembangannya. Koefisien tanaman (Kc), menujukkan hubungan antara ETo dan ETmax, sementara itu nilai ETo dapat didekati dengan nilai ETp. Doorenbos, evapotranspirasi
J.
and
Pruit,
W.
maksimal/tanaman
O.
(1977)
berdasarkan
menghitung fungsi
dari
evapotranspirasi acuan dengan parameter karakteristik tanamannya, yang digambarkan dengan persamaan berikut: ETcrop = Kc x ETo Dimana : ETcrop : Evapotranspirasi tanaman Kc
: Koefisien Tanaman
ETo : Evapotranspirasi acuan
2. Indeks Kecukupan Air Indeks kecukupan air merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat
kebutuhan air oleh tanaman. Nilai tersebut
dicerminkan oleh rasio antara ETa dan ETmax. Indeks kecukupan air
31
dapat digunakan sebagai evaluasi apakah sistem suatu tanaman yang ada sudah efisien dalam memanfaatkan air. Ada dua konsep yang melatarbelakangi analisis ETa/ETmax, yaitu (a) hubungan antara tanaman dan air yang merupakan fungsi linear pada umumnya relevan digunakan untuk menduga penurunan hasil tanaman ketika tanaman mengalami strees air yang diakibatkan oleh cekaman air. (b) kekurangan air (cekaman air) yang terjadi pada fase kritis tanaman akan mengakibatkan penurunan hasil yang lebih besar dibandingkan jika terjadi pada fase lainnya. 3. Kehilangan Hasil Relatif Tanaman Kehilangan hasil disebabkan oleh cekaman air yang sangat ditentukan oleh tingkat intensitas cekaman air. kekurangan air pada fase vegetatif tidak berakibat langsung terhadap penurunan hasil, tetapi hanya menurunkan pertumbuhan sumber asimilasi seperti pada daun dan batang. Sedangkan kekurangan air pada fase pembungaan dapat berdampak langsung terhadap penurunan hasil. Perhitungan nisbah ETa secara runut waktu dalam suatu hamparan memungkinkan untuk dapat mempresentasikan keragaman spasial dan temporal indeks kecukupan air di suatu wilayah. Untuk menekan resiko terjadinya kekeringan dan penurunan hasil tanaman, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengantisipasi terjadinya cekaman air pada fase kritis melalui penyusunan masa tanam. 4. Hubungan Indeks Kecukupan Air dengan Kehilangan Hasil Relatif Prediksi hasil tanaman kaitannya dengan defisit air. Untuk memprediksi potensi penurunan hasil pada tanaman akibat kekurangan air telah dibuat satu model linier fungsi produksi tanaman yang telah disusun oleh FAO (Doorenbos dan Kassam, FAO vol. 33, 1987).
1 Ya / Ym Ky 1 Etci .ETc Dimana : Ya : Produksi tanaman actual (t/ha) 32
Ym : Produksi tanaman maksimum yang diharapkan
Etc i : Evapotranspirasi tanaman actual (mm/hari) Etc : Evapotranspirasi potensial (pada kondisi standar dimana tidak ada stres air) (mm/hari) Ky : Faktor respon produksi (-) Ky adalah faktor yang mendeskripsikan penurunan produksi relatif sehubungan dengan penurunan Etc yang diakibatkan oleh kondisi defisit air. Nilai Ky untuk setiap tanaman adalah berbeda dan bervariasi selama masa pertumbuhannya. Pada umumnya penurunan produksi akibat defisit air selama fase vegetatif dan pemasakan relatif kecil, sementara itu selama fase pembungaan dan pembentukan hasil nilai Ky lebih besar.
33
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Condong Garut Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan April sampai Juli 2007. B. Alat Dan Bahan Dalam pelaksanaan penelitian, peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan antara lain : buku-buku literatur yang menunjang kegiatan penelitian, GPS, kamera foto yang digunakan untuk mendokumentasikan objek-objek yang diperlukan pada penyajian laporan, perangkat
lunak
(software)
MS
Excel
dan
Crop
Water
Balance
Evapotranspiration (CWB-Eto) yang dikeluarkan oleh CIRAD Perancis tahun 2001, program Arc view. C. Data dan Informasi Yang Diperlukan Jenis data yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini , antara lain : i.
Data iklim harian, yang meliputi : curah hujan, suhu udara maksimum, suhu udara minimum, suhu udara rata-rata, kecepatan angin rata-rata, dan evapotranspirasi potensial (perhitungan FAO Penman-Monteith).
ii.
Data agronomi (primer dan sekunder) antara lain : umur tanaman initial, fase vegetatif, waktu pembungaan, waktu pengisian buah, waktu pemasakan biji, waktu panen, ketinggian maksimum tanaman, kedalaman akar tanaman maksimum, koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air (diasumsikan 50%) dan koefisien tanaman pada tiap fase.
iii.
Data primer tanah, antara lain : kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen, total air tersedia (TAW), total evaporasi (TEW), dan readly evaporative water (REW).
iv.
Data penunjang, meliputi : Peta Perkebunan PT. Condong, Peta Tanah Perkebunan PT. Condong, Garut Jawa Barat.
34
D. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan untuk kegiatan penelitian tugas akhir dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : 1. Pengamatan langsung (observation) Dalam metode ini dilakukan pencatatan sekaligus penyimpulan sementara terhadap suatu objek yang diamati. 2. Wawancara (interview) Metode ini yaitu dengan mengadakan wawancara langsung (facing interview) dengan pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan informasi terhadap data-data yang dibutuhkan. 3. Pendokumentasian (documentation) Metode ini yaitu dengan mengadakan pencatatan ulang terhadap data-data yang sebelumnya telah diambil melalui metode wawancara maupun metode pengamatan langsung, sekaligus pengambilan data visual (gambar) yang dapat menunjang dalam penyajian laporan. 4. Studi pustaka (library research), yaitu dengan mempelajari buku-buku, buletin-buletin, ataupun karya ilmiah yang berkaitan dengan judul dan data sekunder yang dibutuhkan. E. Metode Analisis Data Program CWB-Eto merupakan suatu penyederhanaan sistem (model) yang teratur antara unsur iklim (curah hujan dan evapotranspirasi), tanah, tanaman, dan produksi (hasil tanaman) ke dalam bentuk makro dalam software excel. 1. Database Jenis Tanaman Database tanaman memuat parameter karakteristik tanaman tertentu yang menggambarkan satu siklus pertumbuhan tanaman dari awal fase pertumbuhan (inisial) sampai dengan pemasakan (panen). Adapun fase pertumbuhan yang diukur meliputi kondisi perakaran, tinggi tanaman dan durasi tanaman per fase (contoh : padi memerlukan waktu 10 hari dari fase inisial ke fase vegetatif). Data-data tersebut akan mempengaruhi besarnya
35
volume air yang ditranspirasikan melalui tanaman, dan volume air yang dapat diambil dari tanaman. Data-data tanaman yang dikumpulkan dalam database tanaman disajikan dalam Tabel 1. Pada program yang dibuat, data tanaman mengacu pada referensi tanaman yang telah diobservasi FAO. Data tersebut perlu divalidasi untuk wilayah setempat. Data berbagai jenis tanaman hasil observasi FAO, disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Parameter karakteristik tanaman. No. Simbol
Keterangan
Satuan
1
NBD
Lama pertumbuhan fase – fase fisiologis
Hari
2
Kc
Koefisien tanamn
3
SWS
Kepekatan terhadap cekaman air dalam hubungannya dengan fase fisiologis
4
Zrootmax
Kedalaman perakaran maksimum
m
5
Hmax
Tinggi tanaman maksimum
m
Sumber : Buletin Agroklimat, 2001. 2. Database Tanah Database tanah memuat informasi kondisi fisik tanah yang menggambarkan ketersedian air
tanah. Data fisik tanah yang terdapat
dalam database tanah disajikan pada Tabel 2.
36
Tabel 2. Parameter database fisik tanah. No. Simbol
Keterangan
Satuan
1
Jenis
Jenis tanah
-
2
Soil
Kedalaman maksimum tanah / solum
m
max 3
FC
Kandungan air tanah pada kapasitas lapang
m3/m3
4
WP
Kandungan air tanah pada titik layu permanen
m3/m3
5
Zevap
Kedalaman maksimum air yang tanah yang m bisa terevaporasi
6
Rewper Kedalaman
air
tanah
yang
bisa m3/m3
ditranspirasikan tanaman Sumber : Buletin Agroklimat, 2001. Water and Agroclimate Resource Management (WARM) adalah salah satu perangkat lunak yang berfungsi sebagai alat bantu yang dapat mempermudah pengguna untuk mengetahui kondisi pertanian dengan melibatkan tiga faktor yaitu iklim tanah dan air. Tahapan dari program WARM adalah dengan mengekstrak data iklim, sistem pertanaman, jenis tanaman dan tekstur tanah. Kemudian data tersebut menjadi input program neraca air tanaman yang dikembangkan untuk evaluasi sistem pertanaman, penentuan skenario pemberian irigasi dan untuk penentuan waktu tanam terbaik. Berikut merupakan diagram alir tahapan program WARM yang disajikan dalam Gambar 5.
37
Mulai
Database Iklim, Sistem pertanaman
Jenis tanaman, Kondisi tanah
Perhitungan Neraca air tanaman Hasil monitoring dan evaluasi tanaman Pilihan
Perencanaan waktu tanam
Penentuan volume dan interval irigasi
Mulai
Analisis stasiun iklim Yes
No
Mulai
Selesai AnalisisJenis Pilihan frequensi tanaman CH, ETP, tanaman
Pilih Jenis Pilihan Jenis tanaman, tanaman CH, ETP, Irigasi
Neraca air (run setahun)
Neraca air (run setahun)
Waktu tanam terbaik
Volume dan interval Irrigasi
Jenis tanaman lain Y/N
Jenis tanaman lain Y/N
No
Yes
Selesai
No
Yes
Selesai
Gambar 5. Metode alur pikir WARM.
38
Alur pikir dalam melakukan analisis dengan menggunakan program CWBETo adalah seperti pada Gambar 6. Sedangkan tahapan kerja penggunaan program CWB adalah sebagai berikut : a)
penentuan pola tanam untuk tanaman kelapa sawit dan tanah berdasarkan penyebaran pola wilayah hujan di Pameungpeuk, Garut.
b)
Analisis nisbah ETa/Etmax
c)
Analisis indeks kecukupan air berdasarkan nisbah ETa/Etmax
d)
Analisis kehilangan hasil relatif tanaman (Relatif Loss Yield/RLY)
TAW = KAKL - KATLP
MAW = TAW x kedalaman akar = SWC Jika ada CH
Jika tidak ada CH
SWCi = SWC + CH
SWCi =SWC
SWC/MAW Jika < 0
Ks
ETM = ETo x Kc
Jika = 1
SWC (1 p) * MAW
Ks = 1
ETR = ETM x Ks
Loop s/d 1 siklus tanaman
SWCi+1 = SWCi - ETR
ETR perfase.fe nologi ETM Potensi kehilangan hasil ditentukan dengan metode Doorenbos, 1979
Gambar 6. Metode alur pikir CWB.
39
Keterangan : TAW = Kandungan air tanah (Kapasitas Lapang – Titik Layu Permanen) SWC = Kandungan air tanah, bisa mengalami penambahan jika ada hujan ataupun irigasi ETo = Evapotranspirasi potensial ETR = Evapotranspirasi aktual Kc
= Koefisien tanaman
MAW= Jumlah air maksimum yang dapat dimanfaatkan tanaman Ks
= Koefisien stress tanaman terhadap air (faktor reduksi transpirasi) yang besarnya antara 0-1 dan tergantung pada ketersediaan air
P
= Batas toleransi kandungan air tanah, pada saat tanaman mulai mengalami reduksi transpirasi.
A
= Satu siklus tanaman
B
= Fase fenologi
F. Tahapan Kerja Penelitian Secara Umum Secara umum pelaksanaan penelitian tugas akhir ini yang berlokasi di PT. Condong Garut Jawa Barat, dan dilaksanakan dengan : (a) membuat perijinan pada direktur perkebunanan untuk melaksanakan kegiatan penelitian tugas akhir pada lokasi, (b) mencari informasi yang dalam mengenai tanaman kelapa sawit, (c) pengambilan sampel tanah dibeberapa afdeling, (d) analisis sampel tanah di laboratorium mekanika tanah dan ilmu tanah Faperta, (e) mengolah data dan (f) menyusun tugas akhir.
40
IV. KEADAAN UMUM PERKEBUNAN CONDONG
A. Kondisi lapangan PT. Condong Garut PT. Perkebunan Condong Garut merupakan salah satu pengolahan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit, pengolahan karet, namun sekarang ditambah lagi pengolahan nilam dan jarak pagar yang baru dikembangkan pada tahun 2005. Dalam upaya mempermudah serta memperlancar tugas dan tanggung jawab PT. Perkebunan Condong Garut telah membuat struktur organisasi. Hal ini dimaksudkan sebagaimana telah dikatakan oleh Hadi Boedianto, agar tenaga dapat bekerja secara harmonis dan efisien. (Hadi Boedianto, 1984 dalam Putri S, 2006) PT. Perkebunan Condong Garut dalam pengoperasian pengolahan mengolah 2 komoditi yaitu : komoditi kelapa sawit yang terletak di Cipaten, desa Cigadog Kecamatan Cikelet kabupaten Garut. Sedangkan pengolahan karet terdapat di dua lokasi pabrik yaitu : pengolahan karet Cimari dan pengolahan karet di Cikadondong. Namun saat ini sedang dilakukan pengembangan jarak dan nilam sehingga ada 4 komoditi yang ada sekarang. Kantor pusat terletak di Cimari desa Cigadog kecamatan Cikelet kabupaten Garut. Letak PT. Perkebunan Condong Garut terletak pada ketinggian 200 m diatas permukaan laut dengan letak tanaman kelapa sawit, jarak pagar, nilam dan karet yang berbukit-bukit dan terletak di sebelah selatan kota Garut. B. Sejarah Berdirinya PT. Perkebunan Condong Garut Awalnya perkebunan Condong adalah milik perusahaan swasta Inggris yang berkedudukan di London, sedangkan yang mengurusnya adalah N.V.J.WATTY. yang berkedudukan di Jakarta. Sejak tahun 1900 telah dibuka, namun secara resmi akte pendiriannya adalah tahun 1910. Tanaman pokoknya adalah karet. Pada penjajahan Jepang perkebunan ini dikuasai oleh Jepang. Namun setelah Jepang angkat kaki dari bumi Indonesia maka PT. Condong Garut kembali ke pemiliknya yaitu inggris, meskipun pelaksana-pelaksananya adalah orang-orang Belanda. PT. Condong Garut mengalami reorganisasi yaitu : 41
September 1963 : perkebunan ini dibawah pengawasan pemerintah karena Republik Indonesia bertentangan dengan pemerintah Inggris akibat beerdirinya Negara kerajaan Malaysia yang dianggap Negara buatan inggris. April 1964 : akibat konfrontasi dengan Malaysia, semua perusahaan Inggris dinasionalisasikan, perkebunan Condong masuk P.P Dwikora V. Mei 1968 : sebagai tindak lanjut pemulihan dengan inggris maka semua perusahaan inggris dikembalikan lagi. Perkebunan Condong dikembalikan lagi ke pemiliknya yang baru (NV TELOREJO UNITED PLANTATIONS LTD) dikuasakan kepada perusahaan swasta nasional yaitu PT. Air Murni. Juli 1969 : terjadi persengketaan antara NV Telogorejo sebagai pemilik dengan PT Air Murni sebagai pemegang kuasa, saling memperebutkan Perkebunan Condong. April 1970 : untuk melerai persengketaan keduanya, maka oleh pemerintah diambil alih perkebunan ini. Kemudian menunjuk PT Perkebunan XII untuk menguasai dan mengusahakan Perkebunan Condong. Maret 1972 : perkebunan diserahkan kembali kepada pemiliknya yang dalam hal ini pemilik yang baru yaitu PT Condong Garut. Persengketaan antara PT Air Murni dengan pemilik (PT Condong Garut) diselesaikan melalui pengadilan. PT Condong Garut dibawah Pimpinan Halim Sutanto. Mei 1975 : PT Condong Garut mengalami perubahan kepemilikannya yaitu dibawah PT REJOSARI BUMI dan YANITA INDONESIA. September 1991 : PT Condong Garut mengalami perubahan kepemilikan lagi yaitu dibawah PT PANCA PERMATA HARAPAN. Tahun 1972 merupakan hari jadi PT Condong Garut, hingga saat ini tahun 2007 menjadi perkebunan milik swasta.
42
C. Administrasi Wilayah 1. Kondisi Topografi afdeling Perkebunan Condong terletak di kota Garut bagian selatan propinsi Jawa Barat, adapun luas total perkebunan ini adalah sekitar 7000 Ha, dengan kondisi topografi curam dan bergelomba1212ng. Terdapat empat komoditas yang ada dalam perkebunan Condong Garut ini yaitu kelapa sawit, karet, nilam dan tanaman jarak pagar. Di dalam besarnya luasan perkebunan ini, maka luasan tersebut dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian kebun atau yang biasa disebut afdeling. Tanaman kelapa sawit terdapat di lima afdeling yaitu : 1. Afdeling Cibogo, dengan luas areal sebesar 586.42 ha 2. Afdeling Condong, dengan luas areal sebesar 781.10 ha 3. Afdeling Gataga, dengan luas areal sebesar 648.88 ha 4. Afdeling Gunung Sulah, dengan luas areal sebesar 841.03 ha 5. Afdeling Tarisi, dengan luas areal sebesar 627.77 ha Mengenai luas areal, jumlah tanaman dan hasil produksi kelapa sawit dapat dilihat dalam lampiran 4 s/d 7. 2. Kondisi Tanah Tanah di daerah perkebunan Condong Garut terbentuk dari bahan induk Volkan intermedier dengan bentuk wilayah termasuk berombak sampai bergelombang, tekstur tanah halus dan drainase sedang, tingkat curah hujan rata-rata setiap tahunnya sekitar 2000 mm/tahun. Tanah terdiri dari 3 fase yaitu cair, gas dan padat. Fase cair adalah air tanah yang mengisi sebagian atau seluruh dari ruangan kosong diantara partikel padat. Salah satu peran tanah dalam lingkungan adalah sebagai tempat penyimpanan air yang berhubungan dengan kation, anion, pelapukan bahan organik dan jasad mikro. Air tanah dijumpai dalam poripori mikro atau sebagai selaput di sekeliling partikel-partikel tanah. Air yang tidak tertahan akan mengisi pori-pori makro dan kemudian meresap ke bawah karena adanya gaya gravitasi. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kelima afdeling : Pengambilan contoh tanah sangat 43
menentukan kebenaran hasil analisis di laboratorium. untuk keperluan macam-macam analisis di laboratorium diperlukan contoh tanah tidak terganggu (tanah utuh) digunakan untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah seperti kerapatan isi, distribusi ruang pori, permeabilitas dan kurva pF. Contoh tanah agregat terganggu utuh juga digunakan untuk penetapan sifatsifat fisik tanah seperti kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen.
44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Analisis Tanah dan Data Iklim Terdapat lima afdeling yang ditanami tanaman kelapa sawit yaitu: afdeling Condong, Cibogo, Tarisi, Gunung Sulah, dan afdeling Gataga. Kelima afdeling tersebut mempunyai tekstur tanah yang berbeda-beda sekaligus kadar air yang berbeda pula. Hasil uji yang dilakukan terhadap sampel tanah dari kelima afdeling didapat kadar air yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar air di lima afdeling kelapa sawit. kod e L7 F8 K36 K32 K24 L30 K25 K10 K26 F27
lokasi
Condong Tarisi Cibogo Gn. Sulah Gataga
kedalama n
berat ring
berat tanah basah+rin g
0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40
(gr) 40.18 40.247 37.236 37.087 37.065 40.281 37.138 36.935 37.076 37.506
(gr) 105.55 131.23 119.19 110.28 119.19 122.55 107.99 113.40 122.13 118.56
Berat tanah kering+rin g
kadar air
KA ratarata
(gr) 91.934 99.041 95.888 89.154 96.46 97.241 91.41 94.387 99.449 98.93
(%) 26.30908 54.74878 39.72925 40.57464 38.26921 44.43294 30.54982 33.09371 36.36349 31.95819
(%) 40.5 3 40.1 5 41.3 5 31.8 2 34.1 6
Berdasarkan Tabel 3. diatas diketahui bahwa nilai kadar air untuk kelima afdeling yang ditanami kelapa sawit adalah berkisar antara 31 - 40%. Nilai tersebut dapat dikategorikan sebagai nilai normal tanah jenis liat dan bertekstur halus dan agak berpasir. Selain perhitungan kadar air juga dilakukan pengujian terhadap kapasitas lapang dan titik layu permanen yang terdapat di tiap-tiap afdeling. Nilai yang didapatkan merupakan bagian dari data tanah yang diperlukan untuk input program WARM. Pengujian dilakukan di laboratorium Mekanika Fisika Tanah (Dept. Teknik Pertanian) dan laboratorium Ilmu Tanah (Faperta).
45
Untuk mendapatkan nilai kapasitas lapang (pF 2.54) dan titik layu permanen (pF 4.2) dilakukan pengujian dengan alat pF meter. Seperti ditunjukkan oleh gambar berikut :
Gambar 7. Sampel tanah yang akan diuji pF. Berikut merupakan tabel kadar air sekaligus kapasitas lapang dan titik layu permanen. Tabel 4. Kapasitas lapang dan titik layu permanen. lokasi
kedalaman(cm)
Condong Tarisi Cibogo Gn. Sulah Gataga
Kapasitas Lapang Kadar air Kadar air rata(%) rata(%)
0-20
40.02
20-40
34.58
0-20
39.87
20-40
42.09
0-20
39.63
20-40
48.34
0-20
35.34
20-40
34.81
0-20
40.48
20-40
37.78
37.30
Titik Layu Permanen kadar air kadar air rata(%) rata (%) 26.80
25.89
24.98 40.98
27.33
27.50
27.66 43.99
28.45
32.43
36.42 35.08
26.27
26.72
27.17 39.13
27.87
28.66
29.45
Berdasarkan Tabel 4. nilai kapasitas lapang dan titik layu permanen hasil uji laboratorium untuk kelima afdeling tersebut maka akan didapatkan
46
jumlah ketersediaan air untuk tanaman yaitu dengan mencari selisih kapasitas lapang dan titik layu permanen. Sampel tanah diambil dengan menggunakan ring sampel ukuran 5 cm, dengan kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm. Tanah yang diambil dan dianalisis merupakan tanah yang tidak terganggu. Berikut gambar pengambilan sampel tanah yang dilakukan di salah satu afdeling.
Gambar 8. Pengambilan sampel tanah.
Tekstur tanah untuk afdeling Cibogo, Gataga, dan Tarisi termasuk dalam tekstur tanah Silty Clay. Sedangkan untuk afdeling Condong termasuk dalam tekstur tanah Silt Clay Loam, dan untuk tekstur tanah di afdeling Gunung Sulah termasuk tekstur tanah Silt.
47
Data iklim yang digunakan untuk input program diambil dari stasiun klimatologi terdekat dengan lokasi PT. Condong yaitu stasiun klimatologi Lapan Pameungpeuk. Data iklim yang diambil meliputi data kecepatan angin, curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara mulai Januari 1997 - April 2007. Berikut merupakan tabel curah hujan rata-rata tahunan.
Gambar 9. Grafik total curah hujan tahunan. Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi bila curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun dan dikatakan rendah bila kurang dari 1000 mm/tahun. Akan tetapi, tempat yang satu dengan tempat yang lain curah hujannya tidak sama (http://mysimplebiz.info/tutorial/isi/geografi3.htm). Berdasarkan grafik total curah hujan tahunan dapat diketahui bahwa tahun dengan curah hujan tinggi terjadi pada tahun 2000, 2001 dan 2005. Sedangkan tahun 1997, 2002, 2003, 2004 dan 2006 termasuk dalam tahun dengan curah hujan yang rendah. Sedangkan tahun 1998, 1999 termasuk dalam tahun dengan curah hujan sedang. Mulai dari tahun 1997 - 2006 didapatkan rata-rata curah hujan untuk wilayah Pameungpeuk sebesar 1461.5 mm/tahun. Dengan curah hujan tersebut tanaman kelapa sawit seharusnya kurang optimal dalam pertumbuhannya. Fauzi et al (2002) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit membutuhkan curah hujan antara 1800 - 4000 mm/tahun. Akan tetapi dalam kenyataannya tanaman kelapa sawit di PT. Condong dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan karena faktor pendukung lain misalnya keadaan tekstur tanahnya, teknik budidaya yang baik dan juga terdapatnya sumber
48
mata air dari pegunungan dan sungai Cimari yang terdapat di sekitar perkebunan PT. Condong sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi. Data iklim (Januari-April 2007) yang terdiri dari kecepatan angin, kelembaban, dan curah hujan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 20.
B. Waktu Tanam Terbaik dan Analisis Kebutuhan Air Berdasarkan dari Program CWB Waktu tanam yang terbaik perlu diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal dari tanaman kelapa sawit. Dengan menggunakan program CWB yang dijalakan dengan software WARM dapat diketahui kapan masa tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tahun-tahun tertentu mengingat perbedaan curah hujan yang terjadi.
49
Metode input data WARM
Gambar 10. Metode input data WARM.
50
Metode pada saat melakukan simulasi dengan program WARM
Gambar 11. Metode Simulasi WARM. Analisis yang dilakukan hanya pada tahun-tahun tertentu yaitu pada tahun dengan curah hujan sedang (1999), tahun dengan curah hujan tinggi (2005) dan tahun dengan curah hujan rendah (2002), serta dilakukan pada afdeling yang mempunyai tekstur tanah berbeda, yaitu afdeling Condong dengan tekstur tanah Silt Clay Loam, afdeling Tarisi dengan tekstur tanah Silt Clay, dan afdeling Gunung Sulah dengan tekstur tanah Silt. 1. Simulasi tahun 1999 dengan program CWB Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Condong tahun dengan curah hujan sedang (1999) didapatkan masa tanam terbaik tanaman kelapa sawit yaitu pada tanggal 1 Juni dan 11 Juni dengan
51
kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 12. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling Condong. Berdasarkan Gambar 12. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang bernilai 1 atau mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil dengan batas maksimum 20%. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 1999. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 1 Juni dan 11 Juni merupakan yang terbaik untuk tanggal tanam tanaman kelapa sawit di tahun 1999. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Juni 1999.
52
Tabel 5. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling Condong. Fase Phenologic stage length (days) Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Instalation
Vegetative
Flowering
Yield
Ripe
55 0
85 0
120 0
90 0
0 0
63.45
41.47
389.17
261
0
54.78
84.67
0
10.54
0
10.96
67.73
0
5.27
0
Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 1 Juni 1999, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 67.73%. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 100% dari total kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 368.27 mm (lihat Lampiran 12), atau 4.3 mm/hari atau 4.3 liter/m2/hari. Pemberian air dilakukan secara curah (penyiraman) pada areal perakaran tanaman dengan diameter 4 dan 5 m (http://balitklimat.litbang.deptan.go.id) Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 17.2 liter air/m2/hari, atau 172,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi sebesar 0% (lihat Lampiran 12). Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Tarisi tahun dengan curah hujan sedang (1999) didapatkan masa tanam terbaik tanaman kelapa sawit yaitu pada tanggal 1 Juni dan 11 Juni dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
53
Gambar 13. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling Tarisi. Berdasarkan Gambar 13. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang bernilai 1 atau mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 1999. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 1 Juni dan 11 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 1999. Berikut merupakan Tabel 6. analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Juni 1999. Tabel 6. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling Tarisi. Fase Phenologic stage length (days)
Instalation
Vegetative Flowering Yield
55
85
Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm)
0 75.72
0 48.67
Transp. Deficit (%)
46.04
82
0
6.17
0
9.21
65.6
0
3.08
0
Decrease of yield (%)
120
Ripe
90
0
0 0 389.17 273.75
0 0
54
Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 1 Juni 1999, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 65.6%. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 75% dari total kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 258.49 mm, atau 3 mm/hari atau 3 liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 12 liter air/m2/hari, atau 120,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi 3 liter/m2/hari tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan dari 65.6% menjadi 19.82% (lihat Lampiran 15). Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Gunung Sulah tahun dengan curah hujan sedang (1999) didapatkan masa tanam terbaik tanaman kelapa sawit yaitu pada tanggal 1 Juni dan 11 Juni dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 14. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling G. Sulah.
55
Berdasarkan Gambar 14. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 1999. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 1 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 1999. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Juni 1999. Tabel 7. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling G. Sulah. Fase Phenologic stage length (days) Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Instalation 55 0 49.06 65.04 13.01
Vegetative Flowering 85 0 35.89 86.73 69.38
Yield
120 90 0 0 389.17 243.61 0 16.5 0 8.25
Ripe 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 1 Juni 1999, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 69.38%. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 100% dari total kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 338 mm, atau 4 mm/hari atau 4 liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 16 liter air/m2/hari, atau 160,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi 3 liter/m2/hari tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan dari 69.38% menjadi 0% (lihat Lampiran 18).
56
2. Simulasi tahun 2002 dengan program CWB Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Condong tahun dengan curah hujan rendah (2002) didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 21 Juni dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 15. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling Condong. Berdasarkan Gambar 15. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tahun kering (tahun 2002) yaitu dengan cara mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 2002. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 21 Juni merupakan masa tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2002. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 21 Juni 2002.
57
Tabel 8. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002 afdeling Condong Fase Phenologic stage length (days) Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Instalation 55 0 60.46 57.4 11.48
Vegetative Flowering Yield 85 0 30.81 88.75 71
Ripe
120 90 0 0 357.71 200.44 4.99 20.84 4.99 10.42
0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 21 Juni 2002, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 71.00%. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 100%. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 324.39 mm, atau 3.8 mm/hari atau 3.8 liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 15.2 liter air/m2/hari, atau 152,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi sebesar 0.03% (lihat Lampiran 13). Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Tarisi tahun dengan curah hujan rendah (2002) didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 21 Juni untuk semua afdeling dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
58
Gambar 16. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling Tarisi. Berdasarkan Gambar 16. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 2002. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 21 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2002. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 21 Juni 2002. Tabel 9. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002 afdeling Tarisi. Fase Phenologic stage length (days) Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Instalation
Vegetative Flowering
55 0
85 0
71.49 49.64 9.93
37.26 86.4 69.12
120 0
Yield
Ripe
90 0
0 0
356.97 211.22 5.19 16.58 5.19 8.29
0 0 0
59
Berdasarkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 21 Juni 2002, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 69.12%. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 100%. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 341.08 mm, atau 4 mm/hari atau 4 liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2x2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 16 liter air/m 2/hari, atau 160,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan hasil dari 69.12% dapat ditekan menjadi sebesar 0% (lihat Lampiran 16). Simulasi menggunakan program CWB untuk Gunung Sulah tahun dengan curah hujan rendah (2002) didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 11 Juni dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 17. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling G. Sulah.
60
Berdasarkan Gambar 17. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 2002. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 11 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2002. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 11 Juni 2002. Tabel 10. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Juni 2002 afdeling G. sulah. Fase Phenologic stage length (days) Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Instalation Vegetative Flowering 55 0 36.86 73.73 14.75
85 0 11.21 95.84 76.67
Yield
120 90 0 0 346.99 189.97 7.79 27.38 7.79 13.69
Ripe 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 11 Juni 2002, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 76.67%. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 100%. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 374.92 mm, atau 4.4 mm/hari atau 4.4 liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 17.6 liter air/m2/hari, atau 176,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi sebesar 0.02% (lihat Lampiran 19).
61
3. Simulasi tahun 2005 dengan program CWB Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Condong tahun dengan curah hujan tinggi (2005) didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 Mei dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 18. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling Condong. Berdasarkan Gambar 18. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 2005. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 1 Mei merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2005. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Mei 2005.
62
Tabel 11. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005 afdeling Condong. Fase Phenologic stage length (days) Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Instalation Vegetative Flowering 55 0 78.83 39.05 7.81
85 0 142.22 41.13 32.9
Yield
120 90 0 0 390.1 257.12 1.34 14.47 1.34 7.23
Ripe 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 1 Mei tahun 2005 dengan kebutuhan airnya cukup dari air hujan saja. Mulai fase instalasi sampai fase pembentukan hasil hanya mengalami penurunan hasil yang relatif kecil. Jadi tambahan air irigasi tidak diperlukan lagi (Lampiran 14). Simulasi menggunakan program CWB untuk afeling Tarisi tahun dengan curah hujan tinggi (2005) didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 11 Mei tahun 2005 dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 19. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdelng Tarisi. Berdasarkan Gambar 19. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
63
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 2005. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 11 Mei merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2005. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 11 Mei 2005. Tabel 12. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Mei 2005 afdeling Tarisi. Fase Phenologic stage length (days) Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Instalation 55 0 91.7 29.04 5.81
Vegetative Flowering 85 0 165.24 33.83 27.06
Yield
Ripe
120 90 0 0 395.99 271.62 0.25 7.77 0.25 3.88
0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 12. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 11 Mei 2005, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 27.06%. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 50%. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 87.46 mm, atau 1 mm/hari atau 1 liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 4 liter air/m 2/hari, atau 40,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi sebesar 12.13% (lihat Lampiran 17). Simulasi menggunakan program CWB untuk Gunung Sulah tahun dengan curah hujan tinggi (2005) didapatkan masa tanam terbaik pada
64
tanggal 1 Mei dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 20. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling G. Sulah. Berdasarkan Gambar 20. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 2005. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 1 Mei merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2005. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Mei 2005. Tabel 13. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005 G. Sulah. Fase Phenologic stage length (days) Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Instalation 55 0 63.68 50.77 10.15
Vegetative Flowering Yield 85 0 125.01 48.25 38.6
120 90 0 0 381.08 229.15 3.63 23.77 3.63 11.89
Ripe 0 0 0 0 0
65
Berdasarkan Tabel 13. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 1 Mei 2005, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 38.6%. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 75%. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 180.74 mm, atau 2.1 mm/hari atau 2.1 liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 8.4 liter air/m2/hari, atau 84,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi sebesar 8.53% (lihat Lampiran 20). C. Kesesuaian Sistem Irigasi untuk Perkebunan Kelapa Sawit Tidak semua lahan sesuai untuk irigasi. Dalam memilih lahan yang sesuai untuk irigasi, penelitian mendalam harus dilakukan terhadap tanah. Sifat-sifat tanah yang menentukan adalah: Tekstur tanah sampai kedalaman beberapa kaki, Ada tidaknya lapisan impermeabel atau kerikil dalam kedalaman 1.5 hingga 1.8 meter, Akumulasi garam-garam terlarut yang meracun, Kemiringan dan kerataan permukaan tanah, dan Perilaku tanah setelah diirigasikan. Permukaan tanah harus rata karena kalau tidak, biaya perataan (leveling) sangat tinggi. Lereng yang seragam dengan kemiringan 3.1 m hingga 6.2 meter setiap mil atau sekitar 0.2% hinga 0.4% dapat dipergunakan, meskipun lereng yang lebih tajam dengan kemiringan >23% dapat dipergunakan juga. Lahan yang teriris oleh lembah-lembah yang curam sebaiknya dihindarkan (Hakim et al, 1986). Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metoda pemberian air irigasi adalah distribusi musiman hujan, kemiringan lahan dan bentuk permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah lapisan bawah. Metoda pemberian air irigasi dapat dikelompokkan kedalam (a) irigasi
66
permukaan, (b) irigasi lapisan bawah (permukaan), (c) sprinkler, (d) drip atau trickle. Irigasi permukaan mengalirkan airnya melalui saluran kedalam lahan yang dibatasi oleh galengan, baik secara merata menggenangi permukaan atau melalui selokan-selokan diantara guludan. Penggenangan ke seluruh permukaan lahan umumnya untuk tanaman padi, padang rumput dan sejenisnya, sedangkan irigasi selokan (furrow) umumnya untuk tanaman yang ditanam berlarikan dalam guludan seperti kentang, gula bit, ketela rambat, jagung, tanaman buah-buahan dan sejenisnya. Saluran utama biasanya memotong di tengah-tengah lahan pertanian, sedangkan untuk memasukkan air ke petakan dapat dilakukan dengan pintu air (untuk cara penggenangan) atau melalui tabung siphon (untuk irigasi selokan). Irigasi lapisan bawah merupakan cara pemberian air irigasi melalui pergerakan air ke atas dalam profil tanah dari aliran air yang berbeda beberapa puluh centimeter di bawah permukaan tanah. Irigasi curah sangat sesuai bagi daerah yang tanahnya mempunyai laju infiltrasi yang tinggi dan topografi wilayahnya tidak mungkin untuk diratakan, sehingga tidak menguntungkan bila diterapkan irigasi permukaan. Dengan irigasi curah, banyaknya air yang ditambahkan dapat dengan mudah dikontrol. Irigasi curah memungkinkan pengubahan total lingkungan pertumbuhan melalui pembasahan tanah dan tajuk tanaman. Akan tetapi, apabila diterapkan di perkebunan kelapa sawit kurang cocok mengingat tinggi tanaman yang mencapai 18 meter dan jarak tanaman yang cukup lebar yaitu 9 x 9 meter. Sehingga
banyak
memerlukan
biaya
untuk
pemasangan
maupun
perawatannya. Irigasi tetes (drip) merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskannya melalui pipa-pipa disekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi hampir seluruh air yang ditambahkan dapat diserap dengan cepat oleh akar pada keadaan kelembaban tanah yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang sangat efisien. Cara ini juga sangat adaptif pada daerah berlereng curam dimana cara irigasi lain tidak dapat diterapkan.
67
Areal perkebunan kelapa sawit yang berada di PT. Condong Garut mempunyai kontur yang tidak beraturan, berikut gambar daerah perkebunan kelapa sawit di perkebunan PT. Condong Garut :
Gambar 21. Areal perkebunan dengan kontur yang tidak teratur. Irigasi yang paling sesuai untuk kondisi daerah perkebunan PT. Condong berdasarkan keadaan lapangan adalah sistem irigasi tetes. Akan tetapi sistem irigasi tersebut sulit diterapkan disana mengingat luasnya areal perkebunan (kelapa sawit) dan tingginya biaya operasional untuk menerapkan sistem irigasi tersebut. Sistem pemberian air yang diberikan di PT. Condong hanya dilakukan untuk pembibitan tanaman kelapa sawit yaitu dengan cara menyemprotkan air melalui selang. Akan tetapi seharusnya pemberian air irigasi yang efisien adalah dengan irigasi tetes supaya bibit dapat tumbuh dengan optimal. Sedangkan untuk tanaman yang sudah dipindahkan ke lapangan tidak diberikan tambahan air irigasi, melainkan kebutuhan air tanaman hanya dicukupi dengan air yang berasal dari curah hujan saja. D. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air Islami dan Utomo (1995), menyatakan jika ketersediaan air dalam tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, maka tingkat hasil tanaman akan ditentukan oleh ketersediaan hara dan adanya serangan hama/penyakit. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
68
tanaman adalah temperatur dan radiasi yang diterima selama pertumbuhan tanaman. Secara umum temperatur menentukan kecepatan perkembangan tanaman dan
sebagai akibatnya
akan mempengaruhi lama periode
pertumbuhan tanaman. Sedangkan radiasi menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman karena radiasi merupakan sumber energi bagi tanaman. Dalam hal ini tanaman kelapa sawit tumbuh optimal pada temperatur 24 - 28 0C dan lama penyinaran matahari sebanyak 5-7 jam/hari. Perkebunan PT. Condong Garut mempunyai temperatur antara 20 300C, dengan temperatur tersebut tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik. Dengan curah hujan tahunan yang tidak terlalu kecil nilainya (1461.5 mm/tahun) maka tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Berikut merupakan gambar tanaman kelapa sawit yang sudah berbuah.
Gambar 22. Tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan. Produksi kelapa sawit yang dihasilkan oleh beberapa afdeling di PT. Condong Garut hasilnya cukup optimal, walaupun curah hujan tahunan kurang dari yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Berikut merupakan Tabel produksi tanaman kelapa sawit tahun 2002 dan tahun 2005, dengan estimasi produksi didapatkan dari nilai rata-rata produksi tanaman kelapa sawit tiap 5 tahunan di perkebunan PT. Condong Garut dari tahuntahun sebelumnya.
69
Tabel 14. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2002. TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT TAHUN 2002 BULAN
Estimasi (Kg)
Realisasi
Januari Februari Maret April Mei
937,800 571,100 527,500 790,500 1,039,200
Hari kerja 3032 2,858 2,939 3,199 3,084
Juni
1,256,800
2,799
1,642,140
385,340
92,508
18
Juli
1,316,200
294
253,680
-1,062,520
66,340
4
Agustus September Oktober November Desember
1,491,700 1,719,400 1,936,460 1,595,200 1,214,100
2,672 3,175 3,297 2,650 2,349
2,324,390 1,773,270 1,473,400 1,083,240 802,350
832,690 66,340 53,870 131,340 -463,060 112,868 -511,960 81,355 -411,750 66,340
35 14 13 13 12
Jumlah %
14,395,960
32,348
13,968,220 97
-427,740 914,254 3
186
Produksi 721,720 691,700 722,860 961,460 1,518,010
selisih +/-216,080 120,600 195,360 170,960 478,810
Tandan 45,148 45,260 48,089 70,067 88,599
BTR 16 15 15 14 17
Sumber : PT. Codong Garut. Berdasarkan Tabel 14. dapat diketahui bahwa pada tahun 2002 dengan curah hujan rendah hasil produksi tanaman kelapa sawit sangat optimal, mencapai 97% produk yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena tahun sebelumnya (2001) merupakan tahun dengan curah hujan tinggi (Gambar 9) sehingga proses pembentukan hasilnya (tandan buah) menjadi maksimal. Selain itu, faktor budidaya juga berpengaruh besar terhadap produksi tanaman kelapa sawit.
70
Tabel 15. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2005. TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT TAHUN 2005 BULAN
Estimasi (Kg)
Realisasi
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1,326,280 1,035,080 1,089,570 1,043,980 1,279,500 1,114,300 879,790 1,397,990
Hari kerja 3170 3,011 3,214 3,228 2,932 2,774 2,384 2,814
September Oktober November Desember
1,874,310 1,977,680 1,586,170 1,715,350
2,576 3,614 3,226 4,080
793,740 1,293,380 1,192,340 1,392,840
Jumlah %
16,320,000
37,023
11,805,022 72
Produksi 1,266,451 985,240 932,350 982,481 970,800 810,270 566,100 619,030
selisih +/-59,829 -49,840 -157,220 -61,499 -308,700 -304,030 -313,690 -778,960
Tandan 91,187 70,698 66,407 76,917 78,881 60,970 42,483 42,084
BTR 14 14 14 13 12 13 13 15
-1,080,570 -684,300 -393,830 -322,510
49,252 77,439 72,495 80,054
15 17 16 17
-4,514,978 808,867 28
173
Sumber : PT. Condong Garut Berdasarkan Tabel 15. dapat diketahui bahwa pada tahun 2005 dengan curah hujan yang tinggi hasil produksi tanaman kelapa sawit kurang optimal dan mengalami penurunan hasil sebesar 28%. Hal ini disebabkan karena minimnya curah hujan ditahun sebelumnya (Gambar 9), sehingga proses pembentukan hasilnya menjadi terhambat. Akan tetapi, faktor lain seperti teknik budidaya juga sangat mentukan hasil panen dari tanaman kelapa sawit. Menurut Sunarko (2007) potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jenis atau varietas kelapa sawit, umur tananam, pemeliharaan tanaman, keadan iklim, serangan hama dan penyakit, serta jenis tanah atau kelas kesesuaian lahan. Kaitannya dengan program CWB maka iklim merupakan salah satu input yang berpengaruh terhadap hasil outputnya, yang merupakan suatu solusi dari suatu permasalahan yang ada di lapangan. Jumlah curah hujan setahun dapat berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kemarau panjang bisa
71
menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga pada 19 - 21 bulan berikutnya (abortus bunga) dan keguguran buah pada 5 - 6 bulan berikutnya. Keadaan iklim juga besar pengaruhnya terhadap kelancaran panen dan banyaknya produksi yang diperoleh. Hal ini berkaitan dengan proses pengangkutan hasil panen ke pabrik. Ketika hujan, proses pemanenan atau pengangkutan hasil panen otomatis akan tertunda. Tabel 16. Pengaruh curah hujan terhadap persentase potensi produksi. Curah hujan setahun (mm) >2500 2500-2000 <1500
Potensi produksi (%) 100 80 60-70
Sumber : Sunarko (2007)
72
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Perkebunan PT. Condong Garut, maka dapat disimpulkan : 1. Kadar air tanah PT. Condong Garut untuk afdeling yang ditanami tanaman kelapa sawit berkisar antara 35 - 43%. 2. Hasil dari simulasi program CWB tahun 1999 untuk afdeling Condong, Tarisi, dan Gunung Sulah didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 dan 11 Juni, serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 172,000 liter air/ha/hari; 120,000 liter air/ha/hari dan 160,000 liter/ha/hari. 3. Hasil dari simulasi program CWB tahun 2002 untuk afdeling Condong, Tarisi didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 21 Juni, dan untuk afdeling Gunung Sulah masa tanam terbaiknya tanggal 11 juni, serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 152,000 liter air/ha/hari; 160,000 liter air/ha/hari dan 176,000 liter/ha/hari. 4. Hasil dari simulasi program CWB tahun 2005 untuk afdeling Condong, Tarisi, didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 Mei, dan Gunung Sulah masa tanam terbaiknya tanggal 11 Mei, serta kebutuhan air untuk afdeling Condong tidak diperlukan tambahan air irigasi. Sedangkan untuk afdeling Tarisi dan Gunung Sulah masing-masing sebesar 40,000 liter air/ha/hari, dan 84,000 liter/ha/hari. 5. Masa tanam terbaik untuk tanaman kelapa sawit terdapat pada bulan Mei dan Juni untuk tahun normal, kering maupun tahun basah di wilayah PT. Condong Garut.
73
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian di Perkebunan PT. Condong Garut, maka saran yang diberikan adalah : 1. Dalam menjalankan program CWB data agronomi (input) harus diperhatikan supaya hasil outputnya lebih akurat. 2. Hasil keluaran (output) dari program CWB sangat membantu para pengguna di bidang pertanian sehingga akan lebih baik apabila dipublikasikan sebagai bentuk rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi irigasi. 3. Keadaan topografi wilayah harus diperhatikan untuk mempermudah perancangan sistem irigasi yang tepat di wilayah Perkebunan PT. Condong Garut. 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem irigasi di wilayah perkebunan PT. Condong Garut.
74
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G Richard, L.S. Pereira, D Raes and M. Smith. 1998. Crop Evapotranspiration, Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO No. 56. Doorenbos, J and Kassam, A. H. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper 33. FAO, Rome. Doreenbos, J. and Pruit, W. O. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water Requirements. FAO The United Nation. No. 24 Fauzi, et al., 2002. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Jakarta. 168 hal. Hakim, et al., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 488 hal. http://balitklimat.litbang.deptan.go.id [29 Agustus 2007]. http://elearning.unej.ac.ad [8 Juli 2007]. http://mysimplebiz.info/tutorial/isi/geografi3.htm [12 September 2007]. http://www.ipard.com/art_perkebun/0030504wrs.asp [12 September 2007]. Islami, T dan Utomo, H. W. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. Ismantika, N. 1998. Pengaruh Frekuensi Pemberian Air dan Dosis Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit Di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala, Pematang Siantar-Sumatera Utara. 435 hal. Lubis, A. U. 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 142 hal. Marliani, A. 2006. Pengaruh Dosis dan Kerapatan Aplikasi Pupuk Daun Super Sawit Terhadap Perkembangan Reproduksi dan Hasil Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Program Studi Agronomi, Faperta, IPB. Bogor. Moll, H. A. J. 1987. The Economic of Oil Palm. Wageningan,.288P. Purba, S. B. 2007. Pengelolaan Air Pada Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta, IPB, Bogor.
75
Putri, S. E. 2006. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar dengan Menggunakan Program CWB(Crop Water Balance) Sebagai Aplikasi Teknologi di Perkebunan PT. Condong Garut-Jawa Barat. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, Fateta, IPB. Bogor. Sastrodarsono, S dan Takeda, K. 1983. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramitha. Jakarta. Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hal. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
76
Lampiran 1. Peta perkebunan PT. Condong Garut.
77
Lampiran 2. Peta tanah perkebunan PT. Condong Garut.
78
Lampiran 2. Lanjutan (keterangan peta)
79
Lampiran 3. Peta batas afdeling perkebunan PT. Condong Garut.
80
Lampiran 4. Peta kerja perkebunan PT. Condong Garut.
81
Lampiran 5. Tabel taksasi dan realisasi produksi kelapa sawit TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT TAHUN 2001 BULAN
Estimasi (Kg)
Realisasi Hari kerja
Januari
Produksi
selisih +/-
Tandan
BTR
1,020,300
4189
1,766,370
746,070
115,422
15
Februari
767,000
2,587
841,720
74,720
56,588
15
Maret
795,000
3,353
1,113,490
318,490
75,811
15
April
906,100
2,504
720,790
-185,310
54,850
13
Mei
748,000
2,411
813,570
65,570
58,517
14
Juni
723,800
2,143
741,120
17,320
59,530
12
Juli
1,156,600
2,850
895,420
-261,180
51,903
17
Agustus
1,368,300
2,584
990,360
-377,940
54,053
18
September
1,574,300
2,831
1,366,770
-207,530
141,354
10
Oktober
1,678,400
2,750
1,412,770
-265,630
85,636
16
November
1,835,700
3,675
1,294,390
-541,310
78,858
16
Desember
1,510,500
3,221
857,740
-652,760
55,231
16
Jumlah
14,084,000
35,098
12,814,510
-1,269,490
887,753
14
%
91
9
177
82
Lampiran 5. Lanjutan TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT TAHUN 2003 BULAN
Estimasi (Kg)
Realisasi Hari kerja
Januari
Produksi
selisih +/-
Tandan
BTR
1,014,500
2835
737,320
-277,180
63,672
12
Februari
880,000
2,238
443,610
-436,390
43,564
10
Maret
571,680
2,144
431,420
-140,260
44,994
10
April
601,400
1,736
399,730
-201,670
37,528
11
Mei
445,630
1,738
460,210
14,580
36,326
13
Juni
350,900
1,748
436,100
85,200
29,671
15
Juli
326,460
1,234
284,800
-41,660
17,348
16
Agustus
479,860
1,717
574,190
94,330
35,764
16
September
677,950
2,307
1,295,870
617,920
83,925
15
Oktober
1,219,000
3,084
2,011,240
792,240
139,840
14
November
1,245,000
2,243
1,311,970
66,970
90,198
15
Desember
1,234,400
2,873
1,396,010
161,610
93,344
15
Jumlah
9,046,780
25,897
9,782,470
735,690
716,174
162
%
108
8
83
Lampiran 5. Lanjutan. TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT TAHUN 2004 BULAN
Estimasi (Kg)
Realisasi Hari kerja
Produksi
selisih +/-
Tandan
BTR
Januari
948,800
2784
1,160,560
211,760
84,989
14
Februari
817,800
2,486
838,000
20,200
57,354
15
Maret
787,100
3,002
841,520
54,420
77,344
11
April
635,200
2,869
740,030
104,830
70,084
11
Mei
671,100
2,456
685,380
14,280
65,529
10
Juni
641,400
2,494
549,590
-91,810
50,769
11
Juli
443,100
2,108
432,330
-10,770
31,918
14
Agustus
860,500
1,495
797,980
-62,520
57,576
14
September
1,294,600
2,572
1,445,720
151,120
99,069
15
Oktober
1,327,500
3,071
1,893,850
566,350
126,782
15
November
954,500
2,463
1,531,940
577,440
99,825
15
Desember
1,037,400
3,452
1,642,790
605,390
113,381
14
Jumlah
10,419,000
31,252
12,559,690
2,140,690
934,620
13
%
121
21
159
84
Lampiran 5. Lanjutan TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT TAHUN 2006 BULAN
Estimasi (Kg)
Realisasi Hari kerja
Produksi
selisih +/-
Tandan
BTR
Januari
1,412,450
3961
1,429,190
16,740
64,859
22
Februari
1,768,650
3,785
1,979,498
210,848
136,335
15
Maret
2,197,800
4,218
2,740,702
542,902
185,380
15
April
1,610,250
2,792
2,381,040
770,790
165,931
14
Mei
1,294,300
2,863
2,492,090
1,197,790
173,191
14
Juni
1,045,950
2,738
2,144,170
1,098,220
147,101
15
Juli
1,069,750
2,726
1,754,690
684,940
196,880
15
Agustus
1,060,300
2,706
1,776,490
716,190
98,905
18
September
1,521,950
2,828
1,515,150
-6,800
87,988
17
Oktober
1,597,650
2,283
966,690
-630,960
60,636
16
November
1,572,050
3,007
1,821,530
249,480
101,032
18
Desember
1,848,900
2,470
1,409,740
-439,160
77,855
18
Jumlah
18,000,000
36,377
22,410,980
4,410,980
1,496,093
197
%
125
25
85
Lampiran 5. Lanjutan TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT TAHUN 2007 BULAN
Estimasi (Kg)
Realisasi Hari kerja
Produksi
selisih +/-
Tandan
BTR
Januari
2,028,219
2890
1,566,450
-461,769
127,015
12
Februari
1,684,037
2,958
1,442,050
-241,987
112,557
13
Maret
1,696,456
April
1,594,404
Mei
1,398,807
Juni
1,361,227
Juli
1,236,084
Agustus
1,256,859
September
1,414,922
Oktober
1,959,216
November
2,351,440
Desember
2,160,639
Jumlah
20,142,310
5,848
3,008,500
-703,756
239,572
25
%
15
85
86
Lampiran 6. Tabel tekstur tanah. Tekstur tanah
Maksimum kedalaman tanah (m)
Sand
2
0.0 7
0.17
0.02
0.07
2
7
6
12
Clay
2
0.3 2
0.4
0.2
0.24
8
12
22
29
Silt clay
2
0.3
0.42
0.17
0.29
8
12
22
28
Loam
2
0.2
0.3
0.07
0.17
8
10
16
22
Sandy loam
2
0.1 8
0.28
0.06
0.16
6
10
15
20
Silt loam
2
0.2 2
0.36
0.09
0.21
8
11
18
25
Loamy sand
2
0.1 1
0.19
0.03
0.1
4
8
9
14
Silt clay loam
2
0.3
0.37
0.17
0.24
8
12
22
28
Silt
2
0.2 8
0.36
0.12
0.22
8
11
22
26
FC
WP
ZEAP
REWPER
Sumber : Allen et. al (1998)
87
Lampiran 7. Tabel data hasil analisis tanah. kode
L7 F8 K36 K32 K3 K22 K24 L30 L4 K11 F9 G6 F23 F3 K25 K10 K26 F27
lokasi
Condong Tarisi Cirenjeng Cibogo Bokor 1 (karet) Bokor 1 (jarak) Bokor 2 Gn. Sulah Gataga
0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40
berat ring (gr) 40.18 40.247 37.236 37.087 36.826 37.022 37.065 40.281
berat sample tanah + ring (gr) 115.55 131.23 119.19 110.28 125.00 117.92 119.19 122.55
berat sample tanah (gr) 75.37 90.98 81.95 73.19 88.17 80.90 82.13 82.27
Volume padatan + air (ml) 31.87 45.73 42.50 36.27 45.34 43.90 40.24 40.51
Volume udara (ml) 68.13 54.27 57.50 63.73 54.66 56.10 59.76 59.49
Volume padatan (ml) 26.36 27.43 23.91 22.38 25.96 22.42 25.38 25.31
Volume air (ml) 5.51 18.30 18.59 13.89 19.38 21.48 14.86 15.20
berat air (gr) 5.51 18.30 18.59 13.89 19.38 21.48 14.86 15.20
berat padatan (gr) 69.86 72.68 63.37 59.30 68.79 59.42 67.27 67.07
0-20 20-40
39.812 37.026
120.09 118.12
80.28 81.09
39.43 48.71
60.57 51.29
24.76 19.63
14.67 29.08
14.67 29.08
0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40
40.216 40.304 37.589 37.513 37.138 36.935 37.076 37.506
117.19 93.12 111.36 115.53 107.99 113.40 122.13 118.56
76.97 52.82 73.77 78.02 70.85 76.47 85.05 81.05
36.26 39.80 35.15 46.96 32.63 36.41 41.87 37.04
63.74 60.20 64.85 53.04 67.37 63.59 58.13 62.96
24.68 7.89 23.41 18.82 23.16 24.28 26.17 26.68
11.58 31.91 11.74 28.14 9.47 12.13 15.70 10.36
11.58 31.91 11.74 28.14 9.47 12.13 15.70 10.36
kedalaman
73.64 72.57 76.09 77.62 74.04 77.58 74.62 74.69
KA basis basah (%) 7.31 20.12 22.68 18.98 21.98 26.55 18.09 18.48
KA basis kering (%) 7.88 25.18 29.34 23.43 28.17 36.14 22.08 22.67
kejenuhan (%) 7.48 25.22 24.43 17.90 26.18 27.68 19.91 20.35
65.60 52.01
75.24 80.37
18.28 35.86
22.37 55.92
19.50 36.19
65.39 20.90 62.03 49.88 61.39 64.33 69.36 70.69
75.32 92.11 76.59 81.18 76.84 75.72 73.83 73.32
15.05 60.42 15.92 36.07 13.36 15.87 18.46 12.79
17.72 152.65 18.93 56.41 15.42 18.86 22.63 14.66
15.38 34.64 15.33 34.66 12.32 16.02 21.26 14.14
porositas
88
Lampiran 8. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Februari 2007.
Afdeling 1. G. Sulah
Tahun tanam
1976/77 1977/78 2003/04
4
866
1,040
5
292
860
9
1,158
1,900
1976/77 1977/78 1993/94
715 58 140 115
23,690 1,624 3,994 5,169
305,510 27,310 67,210 107,400
751 70 208 172
14,719 1,294 3,848 6,350
189,590 20,140 59,970 132,200
1,466 128 348 287
38,409 2,918 7,842 11,519
495,100 47,450 127,180 239,600
2003/04
55
5,582
11,170
40
2,622
4,500
95
8,204
15,670
1977/78 1979/80 1980/81 1994/95
368 90 110 408 16
16,369 1,513 2,467 7,932 311
213,090 28,290 44,730 159,710 6,850
490 87 101 324 15
14,114 1,524 2,096 5,909 468
216,810 27,700 35,200 102,880 9,410
858 177 211 732 31
30,483 3,037 4,563 13,841 779
429,900 55,990 79,930 262,590 16,260
2003/04
31
2,350
4,920
29
1,566
3,180
60
3,916
8,100
1977/78 1978/79 1989/90
655 5 31 153
14,573 133 599 8,623
244,500 2,580 11,760 30,810
556 4 23 149
11,563 130 384 8,326
178,370 2,730 8,080 29,770
1,211 9 54 307
26,136 263 983 16,949
422,870 5,310 19,840 60,580
189 2,885
9,355 127,015
45,150 1,566,450
176 2,958
8,840 112,557
40,580 1,442,050
370 5,848
18,195 239,572
85,730 3,008,500
jumlah
jumlah 3. Tarisi
jumlah 4. Cibogo
jumlah 5. Condong
10,478 18,657 33,893 63,028 14,640 8,184
166,080 270,230 321,890 758,200 195,152 109,318
Hari Kerja 282 240 463 985 500 246
s/d Bulan ini
Hari Kerja 284 253 421 958 484 227
1976/77 1996/97 1998/99
2. Gataga
Bulan ini
s/d Bulan Lalu Tandan
TBS
Tandan
TBS
Hari Kerja
Tandan
TBS
7,241 22,685 33,395 63,321 10,181 4,246
117,280 311,960 387,460 816,700 133,168 55,562
566 493 884 1,943 984 473
17,719 41,342 67,288 126,349 24,821 12,430
283,360 582,190 709,350 1,574,900 328,320 164,880
2000/01 jumlah jumlah seluruhnya
89
Lampiran 9. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Marat 2007.
Afdeling 1. G. Sulah
s/d Bulan ini
Tandan
1976/77
566
17,719
283,360
312
8,467
140,420
878
26,186
423,780
1996/97
473
41,342
582,190
296
27,545
401,540
769
68,887
983,730
1998/99
884
67,288
709,350
418
42,237
496,700
1,302
109,525
1,206,050
1,923 126,349
1,574,900
1,026
78,249 1,038,660
2,949
204,598
2,613,560
TBS
Hari Kerja
Tandan
TBS
Hari Kerja
Tandan
TBS
1976/77
984
24,821
328,320
512
10,048
126,404
1,496
34,869
454,724
1977/78
473
12,430
164,880
205
6,053
76,156
678
18,483
241,036
2003/04
9
1,158
1,900
3
334
400
12
1,492
2,300
1,466
38,409
495,100
720
16,435
202,960
2,186
54,844
698,060
1976/77
128
2,918
47,450
70
1,400
21,170
190
4,318
68,620
1977/78
348
7,842
127,180
154
3,048
46,100
502
10,890
173,280
1993/94
287
11,519
239,600
210
9,276
191,910
497
20,795
431,510
2003/04
95
8,204
15,670
86
6,464
10,000
181
14,668
25,670
858
30,483
429,900
520
20,188
269,180
1,370
50,671
699,080
1977/78
177
3,037
55,990
116
1,817
30,900
293
4,854
86,890
1979/80
711
4,563
79,930
78
1,474
15,520
289
6,037
95,450
1980/81
732
13,841
262,590
342
5,342
90,420
1,074
19,183
353,010
1994/95
31
779
16,260
8
355
7,100
39
1,134
23,360
2003/04
60
3,936
9,100
51
3,562
6,130
111
7,478
14,230
1,711
26,156
423,870
595
12,550
150,070
1,806
38,686
572,940
1977/78
9
263
5,310
4
175
5,070
13
438
10,380
1978/79
54
983
19,840
19
494
14,790
73
1,477
34,630
1989/90
307
16,949
60,580
219
11,556
37,210
526
28,505
97,790
370
18,195
85,730
242
12,225
57,070
612
30,420
132,420
6,328 239,592
3,009,500
3,103
139,647 1,717,940
8,923
379,219
4,716,060
jumlah 3. Tarisi
Bulan ini
Hari Kerja
jumlah 2. Gataga
s/d Bulan Lalu
Tahun tanam
jumlah 4. Cibogo
jumlah 5. Condong
2000/01 jumlah jumlah seluruhnya
90
Lampiran 10. Keadaan produksi kelapa sawit bulan April 2007. Tahun tanam Afdeling 1. G. Sulah
Bulan ini
s/d Bulan Lalu Hari Kerja
Tandan
TBS
Hari Kerja
Tandan
s/d Bulan ini TBS
Hari Kerja
Tandan
TBS
1976/77
878
26,186
423,780
246
3,783
59,220
1,124
29969
483,000
1996/97
769
68,887
983,730
355
29,448
413,250
1,124
98335
1,396,980
1998/99
1,302
109,525
1,206,050
355
34,339
420,010
1,657
143864
1,626,060
2,949
204,598
2,613,560
956
67,570
892,480
3,905
272,168
3,506,040
1976/77
1,496
34,869
454,724
394
7,648
102,190
1,890
42517
557,414
1977/78
678
18,483
241,036
156
3,162
41,000
834
21645
282,036
2003/04
12
1,492
2,300
2
150
150
14
1642
2,450
2,186
54,844
698,060
552
10,960
143,340
2,738
65,804
841,900
1976/77
198
4,318
68,620
78
1,123
15,350
276
5,451
83,980
1977/78
502
10,890
173,280
197
2,148
29,390
699
13,038
202,670
1993/94
497
20,795
431,510
211
10,029
198,420
708
30,824
629,930
2003/04
181
14,668
25,670
42
2,337
3,320
223
17,005
28,990
1,378
50,671
699,080
528
15,637
246,480
1,906
66,318
945,570
1977/78
293
4,854
86,890
167
2,043
29,540
460
6897
116,430
1979/80
289
6,037
95,450
238
2,449
46,330
527
8486
141,780
1980/81
1,074
19,183
353,010
111
1,942
25,410
1,185
21125
378,420
1994/95
39
1,134
23,360
46
995
18,660
85
2129
42,020
2003/04
111
7,478
14,230
17
730
1,300
128
8,208
15,530
1,806
38,686
572,940
579
8,159
121,240
2,385
46,845
694,180
1977/78
13
438
10,380
6
216
4,870
19
654
15,250
1978/79
73
1,477
34,630
15
398
9,470
88
1875
44,100
1989/90
526
28,505
97,790
201
6,330
24,240
727
34835
122,030
jumlah
612
30,420
142,800
222
6,944
38,580
834
37,364
181,380
jumlah seluruhnya
8,931
379,219
4,726,440
2,837
109,270
1,442,120
11,768
488,499
6,169,070
jumlah 2. Gataga
jumlah 3. Tarisi
jumlah 4. Cibogo
jumlah 5. Condong
2000/01
91
Lampiran 11. Keadaan luas areal dan jumlah pohon kelapa sawit bulan April 2007.
Afdeling 1. G. Sulah
Tahun tanam
Jarak Luas Tanam Areal(ha) 9x9
203.51
21,643
1996/97
9x9
258.97
34,082
1998/99
9x9
378.55
Bulan lalu
Mati
Bulan ini
21,643
203.51
21,643
21643
348
33,734
258.97
34,082
348
33734
48,989
405
48,584
378.55
48,989
405
48584
841.03
104,714
753
103,961
841.03
104,714
753
103961
1,200
49,271
510.07
50,471
1200
49271
510.07
50,471
1977/78
9x9
131.48
9,239
9,239
131.48
9,239
9239
7.33
945
945
7.33
945
945
648.88
60,655
59,455
648.88
60,655
1,200
1200
59455
1976/77
9x9
65.43
5,812
5,812
65.43
5,812
5,812
1977/78
9x9
161.40
12,573
12,673
161.40
12,573
12,673
1993/94
9.24x9
142.96
15,488
15,488
142.96
15,488
15,488
257.98
30,049
146
30,638
257.98
30,049
146
30,638
627.77
63,922
146
64,611
627.77
63,922
146
64,611
2003/04 jumlah 1977/78
9x9
48.64
3,088
3,088
48.64
3,088
3,088
1979/80
9x9
112.99
10,258
10,258
112.99
10,258
10,258
1980/81
9x9
321.23
33,175
33,175
321.23
33,175
33,175
1994/95
9x9
20.00
2,150
2,150
20.00
2,150
2,150
2003/04
48.24
5,617
5,617
48.24
5,617
5,617
2006/2007
230.00
26,891
183
26,708
781.10
81,179
183
80,996
551.10
54,288
jumlah 5. Condong
Bulan ini
Jumlah tanaman menghasilkan (pohon)
9x9
jumlah
4. Cibogo
Mati
Luas Areal(ha)
1976/77 2003/04
3. Tarisi
Bulan lalu
1976/77
jumlah 2. Gataga
Jumlah tanaman(pohon)
-
54,288
1977/78
9x9
3.00
425
425
3.00
425
425
1989/90
9x9
34.63
4,330
4,330
34.63
4,330
4,330
2000/01
9x9
202.34
22,872
22,872
202.34
22,872
22,872
2004/05
9.31
971
971
2006/07
337.14
34,179
38,758
586.42
62,777
239.97
27,627
jumlah
-
67,356
-
27,627
92
Lampiran 12. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 1 Juni 1999. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 01, 1999 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : Silt Clay Loam Nama File Parameter : sawit_Condong99.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl.
Veg.
Flow.
Phenologic stage length (days)
55
Time elapsed (days)
55
85
Rainfall (mm)
81
124.6
161.7
300.1
140.32
Eto (mm) Crop Transp. (mm)
85
120
Yield
Ripe 90
0
120
90
0
962.8
467.3
0
454.6
322.4
0
270.41
389.17
291.75
0
Water management : 100.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
164.09
368.27
0
91.15
0
Actual crop Transp. (mm)
137.72
270.4
389.17
291.75
0
Transp. Deficit (%)
1.86
0.01
0
0
0
Decrease of yield (%)
0.37
0
0
0
0
Water management : 75.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
123.07
276.2
0
68.37
0
Actual crop Transp. (mm)
122.47
194.5
389.17
290.33
0
12.72
28.07
0
0.49
0
2.54
22.46
0
0.24
0
Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
Water management : 50.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
82.04
184.14
0
45.58
0
Actual crop Transp. (mm)
94.29
110.81
389.17
285.08
0
Transp. Deficit (%)
32.8
59.02
0
2.29
0
Decrease of yield (%)
6.56
47.22
0
1.14
0
Water management : 25.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
41.02
92.07
0
22.79
0
Actual crop Transp. (mm)
72.63
52.83
389.17
273.66
0
Transp. Deficit (%)
48.24
80.46
0
6.2
0
9.65
64.37
0
3.1
0
Decrease of yield (%) Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm)
0
0
0
0
0
Actual crop Transp. (mm)
63.45
41.47
389.17
261
0
Transp. Deficit (%)
54.78
84.67
0
10.54
0
Decrease of yield (%)
10.96
67.73
0
5.27
0
93
Lampiran 13. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 21 Juni 2002. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 21, 2002 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : Silt Clay Loam Nama File Parameter : sawit_Condong02.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl.
Veg.
Flow.
Phenologic stage length (days)
55
Time elapsed (days)
55
85
0
49.5
0
120
90
0
507.95
201.1
0
166.9
311.5
454
307.3
0
Crop Transp. (mm) Water management : 100.00% of crop water requirement
141.94
273.91
376.5
253.21
0
Applied irrigation (mm)
207.08
324.39
90.75
89.29
0
Actual crop Transp. (mm)
139.13
273.81
376.5
253.21
0
1.98
0.04
0
0
0
0.4
0.03
0
0
0
155.31
243.29
68.06
66.97
0
Actual crop Transp. (mm)
116.5
189.23
370.83
250.8
0
Transp. Deficit (%)
17.92
30.91
1.51
0.95
0
3.58
24.73
1.51
0.48
0
103.54
162.19
45.37
44.65
0
Actual crop Transp. (mm)
83.93
99.69
366.45
237.03
0
Transp. Deficit (%)
40.87
63.6
2.67
6.39
0
8.17
50.88
2.67
3.2
0
Applied irrigation (mm)
51.77
81.1
22.69
22.32
0
Actual crop Transp. (mm)
67.64
38.99
362.51
219.4
0
Transp. Deficit (%)
52.35
85.76
3.72
13.35
0
Decrease of yield (%)
10.47
68.61
3.72
6.68
0
0
0
0
0
0
60.46
30.81
357.71
200.44
0
57.4
88.75
4.99
20.84
0
11.48
71
4.99
10.42
0
Eto (mm)
Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : 75.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
Decrease of yield (%) Water management : 50.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
Decrease of yield (%) Water management : 25.00% of crop water requirement
120
Ripe 90
Rainfall (mm)
85
Yield
Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
94
Lampiran 14. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 1 Mei 2005. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : May 01, 2005 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : Silt Clay Loam Nama File Parameter : sawit_Condong05.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl. Phenologic stage length (days) Time elapsed (days)
Veg. 55
Flow. 85
Yield
120
Ripe
90
0
55
85
120
90
0
338.9
274.8
1469.2
355.5
0
166
272.1
446.2
339.6
0
Crop Transp. (mm) Water management : 100.00% of crop water requirement
129.35
241.57
395.41
300.61
0
Applied irrigation (mm)
136.66
186.42
45.51
135.19
0
Actual crop Transp. (mm)
Rainfall (mm) Eto (mm)
126.59
241.52
395.41
300.61
0
Transp. Deficit (%)
2.13
0.02
0
0
0
Decrease of yield (%) Water management : 75.00% of crop water requirement
0.43
0.02
0
0
0
102.5
139.81
34.13
101.4
0
Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm)
120.35
224.87
395.41
299.51
0
Transp. Deficit (%)
6.96
6.91
0
0.37
0
Decrease of yield (%) Water management : 50.00% of crop water requirement
1.39
5.53
0
0.18
0
68.33
93.21
22.75
67.6
0
103.59
190.14
395.41
294.32
0
19.92
21.29
0
2.09
0
3.98
17.03
0
1.05
0
Applied irrigation (mm)
34.17
46.6
11.38
33.8
0
Actual crop Transp. (mm)
89.26
153.34
394.03
278.79
0
Transp. Deficit (%)
30.99
36.52
0.35
7.26
0
6.2
29.22
0.35
3.63
0
0
0
0
0
0
Actual crop Transp. (mm)
78.83
142.22
390.1
257.12
0
Transp. Deficit (%)
39.05
41.13
1.34
14.47
0
7.81
32.9
1.34
7.23
0
Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : 25.00% of crop water requirement
Decrease of yield (%) Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm)
Decrease of yield (%)
95
Lampiran 15. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 1 Juni 1999. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 01, 1999 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : sc Nama File Parameter : sawit_Tarisi99.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl.
Veg.
Flow.
Phenologic stage length (days)
55
Time elapsed (days)
55
85
Rainfall (mm)
81
124.6
161.7
300.1
Crop Transp. (mm) Water management : 100.00% of crop water requirement
140.32
270.41
Applied irrigation (mm)
157.33
344.66
137.7
270.41
1.87
0
0.37
Yield
0
120
90
0
962.8
467.3
0
454.6
322.4
0
389.17
291.75
0
0
56.71
0
389.17
291.75
0
0
0
0
0
0
0
0
118
258.49
0
42.53
0
129.52
203.41
389.17
291.23
0
7.7
24.78
0
0.18
0
1.54
19.82
0
0.09
0
78.66
172.33
0
28.35
0
105.32
120.08
389.17
287.8
0
24.94
55.6
0
1.35
0
4.99
44.48
0
0.68
0
Applied irrigation (mm)
39.33
86.16
0
14.18
0
Actual crop Transp. (mm)
85.98
56.73
389.17
281.92
0
Transp. Deficit (%)
38.72
79.02
0
3.37
0
7.74
63.22
0
1.68
0
0
0
0
0
0
Actual crop Transp. (mm)
75.72
48.67
389.17
273.75
0
Transp. Deficit (%)
46.04
82
0
6.17
0
9.21
65.6
0
3.08
0
Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : requirement
75.00% of
crop water
Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : requirement
50.00% of
crop water
Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : requirement
25.00% of
Decrease of yield (%)
120
Ripe 90
Eto (mm)
85
crop water
Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm)
Decrease of yield (%)
96
Lampiran 16. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 21 Juni 2002. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 21, 2002 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : sc Nama File Parameter : sawit_Tarisi02.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl.
Veg.
Flow.
Yield
Ripe
Phenologic stage length (days)
55
85
120
90
0
Time elapsed (days)
55
85
120
90
0
0
49.5
507.95
201.1
0
166.9
311.5
454
307.3
0
141.94
273.91
376.5
253.21
0
Applied irrigation (mm)
200.29
341.08
57.77
112.76
0
Actual crop Transp. (mm)
139.22
273.91
376.5
253.21
0
Transp. Deficit (%)
1.92
0
0
0
0
Decrease of yield (%)
0.38
0
0
0
0
Applied irrigation (mm)
150.21
255.81
43.33
84.57
0
Actual crop Transp. (mm)
122.69
199.49
372.84
253.21
0
13.57
27.17
0.97
0
0
2.71
21.73
0.97
0
0
100.14
170.54
28.89
56.38
0
Actual crop Transp. (mm)
94.59
108.65
365.17
251.77
0
Transp. Deficit (%)
33.36
60.33
3.01
0.57
0
6.67
48.27
3.01
0.28
0
Applied irrigation (mm)
50.07
85.27
14.44
28.19
0
Actual crop Transp. (mm)
79.38
45.2
358.84
234.61
0
Transp. Deficit (%)
44.07
83.5
4.69
7.35
0
8.81
66.8
4.69
3.67
0
0
0
0
0
0
Actual crop Transp. (mm)
71.49
37.26
356.97
211.22
0
Transp. Deficit (%)
49.64
86.4
5.19
16.58
0
9.93
69.12
5.19
8.29
0
Rainfall (mm) Eto (mm) Crop Transp. (mm) Water management : 100.00% of crop water requirement
Water management : 75.00% of crop water requirement
Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : 50.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
Decrease of yield (%) Water management : 25.00% of crop water requirement
Decrease of yield (%) Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm)
Decrease of yield (%)
97
Lampiran 17. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 11 Mei 2005. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : May 11, 2005 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : sc Nama File Parameter : Sawit_Tarisi05.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl.
Veg.
Flow.
Yield
Ripe
Phenologic stage length (days)
55
85
120
90
0
Time elapsed (days)
55
85
120
90
0
Rainfall (mm)
367.9
496.2
1216.2
361
0
Eto (mm)
163.3
279.5
447.5
335.3
0
Crop Transp. (mm) Water management : 100.00% of crop water requirement
129.22
249.72
396.97
294.49
0
Applied irrigation (mm)
128.62
174.93
59.12
114.74
0
Actual crop Transp. (mm)
126.79
249.71
396.97
294.49
0
Transp. Deficit (%)
1.89
0
0
0
0
Decrease of yield (%) Water management : 75.00% of crop water requirement
0.38
0
0
0
0
96.47
131.2
44.34
86.06
0
Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm)
124.67
240.03
396.97
294.34
0
Transp. Deficit (%)
3.53
3.88
0
0.05
0
Decrease of yield (%) Water management : 50.00% of crop water requirement
0.71
3.1
0
0.02
0
64.31
87.46
29.56
57.37
0
115.71
211.86
396.97
291.31
0
10.46
15.16
0
1.08
0
2.09
12.13
0
0.54
0
32.16
43.73
14.78
28.69
0
102.88
178.29
396.97
284.14
0
20.39
28.6
0
3.51
0
4.08
22.88
0
1.76
0
0
0
0
0
0
91.7
165.24
395.99
271.62
0
29.04
33.83
0.25
7.77
0
5.81
27.06
0.25
3.88
0
Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : 25.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm) Actual crop Transp. (mm) Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%)
98
Lampiran 18. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 1 Juni 1999. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 01, 1999 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : Silt Nama File Parameter : sawit_G.Sulah99.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl.
Veg.
Flow.
Yield
Ripe
Phenologic stage length (days)
55
85
120
90
0
Time elapsed (days)
55
85
120
90
0
Rainfall (mm)
81
124.6
962.8
467.3
0
161.7
300.1
454.6
322.4
0
140.32
270.41
389.17
291.75
0
Applied irrigation (mm)
195.45
338
34.42
133.97
0
Actual crop Transp. (mm)
Eto (mm) Crop Transp. (mm) Water management : 100.00% of crop water requirement
137.27
270.41
389.17
291.75
0
Transp. Deficit (%)
2.17
0
0
0
0
Decrease of yield (%)
0.43
0
0
0
0
Applied irrigation (mm)
146.59
253.5
25.82
100.48
0
Actual crop Transp. (mm)
114.75
187.79
389.17
289.78
0
18.23
30.56
0
0.68
0
3.65
24.44
0
0.34
0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : 50.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
97.73
169
17.21
66.99
0
Actual crop Transp. (mm)
81.33
99.92
389.17
278.51
0
Transp. Deficit (%)
42.04
63.05
0
4.54
0
8.41
50.44
0
2.27
0
Decrease of yield (%) Water management : 25.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
48.86
84.5
8.61
33.49
0
Actual crop Transp. (mm)
58.88
47.94
389.17
261.49
0
Transp. Deficit (%)
58.04
82.27
0
10.37
0
Decrease of yield (%)
11.61
65.82
0
5.19
0
0
0
0
0
0
Actual crop Transp. (mm)
49.06
35.89
389.17
243.61
0
Transp. Deficit (%)
65.04
86.73
0
16.5
0
Decrease of yield (%)
13.01
69.38
0
8.25
0
Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm)
99
Lampiran 19. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 11 Juni 2002. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 11, 2002 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : Silt Nama File Parameter : sawit_G.Sulah02.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl.
Veg.
Flow.
Yield
Ripe
Phenologic stage length (days)
55
85
120
90
0
Time elapsed (days)
55
85
120
90
0
Rainfall (mm)
0
9.3
534.15
215.1
0
165.6
305.5
453.5
316.3
0
140.31
269.21
376.28
261.59
0
Applied irrigation (mm)
203.62
374.92
131.99
134.97
0
Actual crop Transp. (mm)
Eto (mm) Crop Transp. (mm) Water management requirement
:
100.00%
of
crop
water
136.75
269.15
376.28
261.59
0
Transp. Deficit (%)
2.54
0.02
0
0
0
Decrease of yield (%)
0.51
0.02
0
0
0
Applied irrigation (mm)
152.71
281.19
98.99
101.23
0
Actual crop Transp. (mm)
105.61
176.87
371.46
258.6
0
24.73
34.3
1.28
1.14
0
4.95
27.44
1.28
0.57
0
101.81
187.46
65.99
67.48
0
Actual crop Transp. (mm)
63.22
81.5
368.42
245.99
0
Transp. Deficit (%)
54.95
69.72
2.09
5.96
0
Decrease of yield (%)
10.99
55.78
2.09
2.98
0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : 50.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
Water management : 25.00% of crop water requirement Applied irrigation (mm)
50.9
93.73
33
33.74
0
Actual crop Transp. (mm)
42.64
25.34
360.51
220.3
0
Transp. Deficit (%)
69.61
90.59
4.19
15.78
0
Decrease of yield (%)
13.92
72.47
4.19
7.89
0
Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm)
0
0
0
0
0
Actual crop Transp. (mm)
36.86
11.21
346.99
189.97
0
Transp. Deficit (%)
73.73
95.84
7.79
27.38
0
Decrease of yield (%)
14.75
76.67
7.79
13.69
0
100
Lampiran 20. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 1 Mei 2005. Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : May 01, 2005 Nama Stasiun : Lapan Pameungpek Nama Tanah : Silt Nama File Parameter : sawit_G.Sulah05.txt Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350 Instl. Phenologic stage length (days)
Veg. 55
Time elapsed (days)
Flow. 85
Yield 120
Ripe 90
0
55
85
120
90
0
338.9
274.8
1469.2
355.5
0
166
272.1
446.2
339.6
0
Crop Transp. (mm) Water management : 100.00% of crop water requirement
129.35
241.57
395.41
300.61
0
Applied irrigation (mm)
156.75
240.99
68.72
173.15
0
Actual crop Transp. (mm)
126.74
241.51
395.41
300.61
0
2.02
0.03
0
0
0
0.4
0.02
0
0
0
Applied irrigation (mm)
117.56
180.74
51.54
129.86
0
Actual crop Transp. (mm)
115.63
215.81
394.39
295.21
0
10.6
10.66
0.26
1.8
0
2.12
8.53
0.26
0.9
0
Applied irrigation (mm)
78.37
120.5
34.36
86.57
0
Actual crop Transp. (mm)
91.64
174.63
391.22
281.91
0
Transp. Deficit (%)
29.15
27.71
1.06
6.22
0
5.83
22.17
1.06
3.11
0
Applied irrigation (mm)
39.19
60.25
17.18
43.29
0
Actual crop Transp. (mm)
75.23
137.43
386.66
259.44
0
Transp. Deficit (%)
41.84
43.11
2.21
13.7
0
8.37
34.49
2.21
6.85
0
0
0
0
0
0
Actual crop Transp. (mm)
63.68
125.01
381.08
229.15
0
Transp. Deficit (%)
50.77
48.25
3.63
23.77
0
Decrease of yield (%)
10.15
38.6
3.63
11.89
0
Rainfall (mm) Eto (mm)
Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : requirement
75.00%
of
crop
water
Transp. Deficit (%) Decrease of yield (%) Water management : requirement
Decrease of yield (%) Water management : requirement
50.00%
25.00%
of
of
Decrease of yield (%)
crop
crop
water
water
Water management : Without Irrigation Applied irrigation (mm)
101
Lampiran 21. Tabel data iklim harian Januari-April tahun 2007. Tanggal 1/1/2007 1/2/2007 1/3/2007 1/4/2007 1/5/2007 1/6/2007 1/7/2007 1/8/2007 1/9/2007 1/10/2007 1/11/2007 1/12/2007 1/13/2007 1/14/2007 1/15/2007 1/16/2007 1/17/2007 1/18/2007 1/19/2007 1/20/2007 1/21/2007 1/22/2007 1/23/2007 1/24/2007 1/25/2007 1/26/2007 1/27/2007 1/28/2007 1/29/2007 1/30/2007 1/31/2007 2/1/2007 2/2/2007 2/3/2007 2/4/2007 2/5/2007 2/6/2007 2/7/2007 2/8/2007 2/9/2007
2/10/2007
Kelembaban
Kec. Angin (m/dt)
Curah Hujan (mm)
Eto
83 75 88 91 93 92 97 84 83 87 83 81 81 83 78 81 83 79 86 86 76 83 84 87 85 88 82 75 81 82 86 96 92 85 89 90 92 97 92 97 95
4 4 3 4 13 11 6 4 3 7 2 4 2 4 3 6 8 4 3 6 6 6 8 2 2 4 2 5 6 2 2 1.3 1.3 3.1 1.5 3.7 3.3 3 3.7 1.2 1.2
1.5 0 0 5 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.5 1.5 0 0 1 0 2.5 88 0 0 0 0 7.5 0 0 0 0 0 4 1 0 3.5 0 2.5 11.5
3.7 3.7 3.7 3.7 3.5 3.5 3.4 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.9 3.8 3.7 3.7 3.8 3.7 3.7 3.8 3.8 3.8 3.9 3.8 3.9 3.8 3.7 3.8 3.8 3.9 4 4 3.9 3.9 3.8 3.9 3.8
102
Lampiran 21. Lanjutan Tanggal
Kelembaban
Kec. Angin (m/dt)
Curah Hujan (mm)
Eto
2/11/2007
98 93 98 92 91 97 89 90 93 97 94 95 92 92 92 90 93 97 92 92 95 97 89 93 92 97 93 88 84 86 92 95 89 94 92 94 89 86 87 92 89
1.7 1.1 4.2 3.9 1.3 3.8 4.3 1.1 3.6 1.5 1.9 1.3 3.6 3.6 1.5 2.5 3.3 1.3 2.2 1 3 3 3 3.7 1.5 3.9 3.7 2.9 4.3 5.6 1.5 1.1 3.3 1.5 3.4 1.5 3 1.7 3.2 4.4 2.6
4 40 2.5 0 0 2.5 0 0 1 37.5 0 37 2 9 0 0 0 2 0 0 0 0 3 19 0 11 0 0 0 0 26 0 37.8 0 10 0 0 0 0 4 4.5
3.8 3.8 4 3.8 3.9 4 3.9 3.9 3.9 3.9 3.9 3.8 3.8 3.9 3.9 3.8 3.9 3.8 3.8 3.8 3.9 3.8 3.9 3.7 3.9 3.8 3.6 3.9 3.9 3.8 3.9 3.8 3.8 3.8 3.8 3.7 3.7 3.8 3.7 3.7 3.8
2/12/2007 2/13/2007 2/14/2007 2/15/2007 2/16/2007 2/17/2007 2/18/2007 2/19/2007 2/20/2007 2/21/2007 2/22/2007 2/23/2007 2/24/2007 2/25/2007 2/26/2007 2/27/2007 2/28/2007 3/1/2007 3/2/2007 3/3/2007 3/4/2007 3/5/2007 3/6/2007 3/7/2007 3/8/2007 3/9/2007 3/10/2007 3/11/2007 3/12/2007 3/13/2007 3/14/2007 3/15/2007 3/16/2007 3/17/2007 3/18/2007 3/19/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/22/2007 3/23/2007
103
Lampiran 21. Lanjutan Tanggal
Kelembaban
Kec. Angin (m/dt)
Curah Hujan (mm)
Eto
3/24/2007
95 90 92 95 92
3.4 4.1 1.3 2 1
0 0 2.5 1 0
3.8 3.8 3.7 3.8 3.6
95 94 92 92 94 96 93 98 90 95 92 90 89 98 98 98 92 95 95 95 92 92 92 97 92 88 95 90 97 97 97 95 90
3.3 2 2 2 1.7 3.8 3.8 3.9 3.8 3.6 1.3 3.1 3.8 3.9 3.7 3.2 1.7 3 4 3 4.7 3.2 3.7 6.5 1.2 5.4 6.7 8.1 3.7 1.1 3.2 3.5 1.2
1 15 6 1.5 1.6 1.6 15 2 0 8 0 0 10 32.5 2 3 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 27 0 30 0 0
3.6 3.7 3.5 3.7 3.8 3.6 3.5 3.8 3.6 3.6 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.6 3.5 3.5 3.5 3.5 3.4 3.4 3.4 3.3 3.4 3.4 3.4 3.4 3.3 3.2 3.3 3.3 3.3
3/25/2007 3/26/2007 3/27/2007 3/28/2007 3/29/2007 3/30/2007 3/31/2007 4/1/2007 4/2/2007 4/3/2007 4/4/2007 4/5/2007 4/6/2007 4/7/2007 4/8/2007 4/9/2007 4/10/2007 4/11/2007 4/12/2007 4/13/2007 4/14/2007 4/15/2007 4/16/2007 4/17/2007 4/18/2007 4/19/2007 4/20/2007 4/21/2007 4/22/2007 4/23/2007 4/24/2007 4/25/2007 4/26/2007 4/27/2007 4/28/2007 4/29/2007 4/30/2007
104
Lampiran. 22 STRUKTUR ORGANISASI PERKEBUNAN PT CONDONG GARUT DIREKSI
R&D
SPI & PLH SPI BIDANG TANAMAN PABRIK TEKNIK QC & LAB
DIVISI PRODUKSI
BANGUNAN PLH
TANAMAN SAWIT
AFDELING G. SULAH
TANAMAN KARET
TEKNIK
PABRIK SAWIT ANEKA TANAMAN
AFDELING BOKOR
UMUIM SEKRETARIAT PRODUKSI
PABRIK KARET
PABRIK NILAN
PERSONALIA GATAGA
CIREJENG
TARISI
TANAMAN NILAM
CKKODONG
REBOISASI
KEUANGAN
TRANSPOR MAINTENANCE
JARAK
KEUANGAN
BENGKEL
PEMBUKUAN BANGUNAN
UMUM & RT
PAJAK
PENGADAAN
105
PEMASARAN