PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH
MARTINI AJI A24070083
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
MARTINI AJI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah (Dibimbing oleh SUPIJATNO).
Kegiatan magang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah, selama empat bulan mulai tanggal 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan pemangkasan tanaman teh yang dilaksanakan di kebun, baik secara teknis maupun manajerial, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh pengalaman kerja di lapang. Metode yang digunakan adalah kerja aktif dengan mengikuti kegiatan–kegiatan yang dilakukan di kebun, serta pengumpulan data primer dan data sekunder. Metode kerja aktif dilakukan dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan dengan melakukan kegiatan teknis budidaya sampai pengolahan hasil; sebagai pendamping mandor selama satu bulan dengan kegiatan melakukan pengawasan terhadap kinerja KHL; dan sebagai pendamping kepala bagian kebun (asisten kebun) selama dua bulan dengan kegiatan mempelajari pengelolaan kebun mulai dari perencanaan sampai pengevaluasian pelaksanaan kegiatan. Pemangkasan
merupakan
salah
satu
kegiatan
budidaya
dalam
pemeliharaan tanaman teh dengan menjadikan bidang petik rendah untuk memudahkan pemetikan. Pemangkasan merupakan salah satu rangkaian pemeliharaan tanaman yang cukup penting untuk dilakukan. Pangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan bersih dengan standar tinggi pangkasan yang digunakan PT Rumpun Sari kemuning sekitar 55-65 cm dengan sistem pemangkasan berjenjang. Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning menggunakan sabit pangkas. Sabit yang digunakan tajam agar meminimalisir kerusakan cabang. Luka pangkasan menghadap ke arah dalam dengan sudut kemiringan 45o. Gilir pangkas yang ditetapkan di Kebun Rumpun Sari Kemuning berkisar antara 3-4 tahun. Luas areal yang dipangkas sekitar 30% per tahun dari
ii
total luas areal TM yang terbagi dalam dua semester, tetapi dalam pelakasanaannya target belum sepenuhnya tercapai. Tenaga pemangkas yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning bersifat borongan. Prestasi kerja tenaga pemangkas Kebun Rumpun Sari Kemuning lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan kebun. Produksi utama tanaman teh adalah pucuk. Pertumbuhan tunas dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kesuburan tanah, suhu, dan intensitas penyinaran. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tunas serta memperbaiki kondisi tanaman. Serasah hasil sisa pangkasan diletakkan di antara tanaman teh untuk menambah bahan organik tanah.
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Martini Aji A24070083
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
:
PENGELOLAAN
PEMANGKASAN
TANAMAN
TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN
RUMPUN
SARI
KARANGANYAR, JAWA TENGAH Nama
:
MARTINI AJI
NIM
:
A24070083
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Supijatno, MSi NIP. 19610621 198601 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
KEMUNING
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Kudus, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 6 Februari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, putri dari Bapak Aji Prasetyo dan Ibu Sumarni. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD Muhammadiyah Pasuruhan Lor pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri I Kudus dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan ke SMA Negeri I Kudus dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Pada tahun 2010 hingga 2011 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Agronomi.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah SWT atas rahmat dan karunia–Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1). Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini, yaitu: 1. Kedua orang tua, kakak, dan adik yang telah memberikan dukungan yang tulus baik moril maupun materiil. 2. Ir. Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik. 4. Dosen-dosen pengajar IPB yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan yang menunjang dalam pembuatan skripsi ini. 5. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di Kebun Rumpun Sari Kemuning. 6. Administrasi manajer PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar beserta staf, atas bimbingan, arahan, dan pengalaman selama pelaksanaan kegiatan magang. 7. Qori, Ami, Ira, Ima, Alfia, Anggie, rekan-rekan Departemen Agronomi dan Hortikultura Angkatan 44, serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dan dukungan. Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
PENDAHULUAN....................................................................................... Latar Belakang......................................................................................... Tujuan ......................................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. Botani Tanaman Teh ............................................................................... Syarat Tumbuh ........................................................................................ Pemangkasan ...........................................................................................
3 3 3 4
METODE MAGANG ................................................................................. Tempat dan Waktu .................................................................................. Metode Pelaksanaan ................................................................................ Pengumpulan Data................................................................................... Pengolahan Data ......................................................................................
7 7 7 7 10
KEADAAN UMUM ................................................................................... Sejarah Berdirinya Perusahaan ................................................................ Letak Geografis dan Administratif .......................................................... Keadaan Iklim dan Jenis Tanah ............................................................... Luas Areal dan Tata Guna Lahan ............................................................ Keadaan Tanaman dan Produksi ............................................................. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...............................................
11 11 12 13 13 14 15
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG............................................... Aspek Teknis ........................................................................................... Pemeliharaan........................................................................................ Pemetikan............................................................................................. Pengolahan ...........................................................................................
18 18 18 29 32
Aspek Manajerial..................................................................................... Mandor Pemeliharaan .......................................................................... Mandor Panen ...................................................................................... Mandor Pabrik ..................................................................................... Asisten Kebun ......................................................................................
38 38 39 39 39
PEMBAHASAN ......................................................................................... Waktu Pangkas ........................................................................................ Gilir Pangkas........................................................................................ Tinggi dan Diameter Tanaman ............................................................ Persentase Pucuk Burung.....................................................................
41 41 41 42 43
vii
Tingkat Produksi ..................................................................................
43
Luas Areal Pemangkasan ........................................................................ Alat Pangkas ............................................................................................ Jenis Pangkasan ....................................................................................... Tinggi Pangkasan ...............................................................................
44 45 46 47
Tenaga Pemangkas .................................................................................. Pertumbuhan Tunas ................................................................................. Pengelolaan Sisa Pangkasan ....................................................................
47 49 50
PENUTUP ................................................................................................... Kesimpulan .............................................................................................. Saran ........................................................................................................
52 52 53
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
54
LAMPIRAN ................................................................................................
56
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011 .............................................................................. 14
2.
Komposisi Klon Tanaman Teh di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011 .............................................................................. 14
3.
Produksi dan Produktivitas Teh di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2008-2010 ...................................................................... 15
4.
Jumlah Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011................................................................................................ 17
5.
Tinggi dan Diameter Hasil Pangkasan di Tiga Blok Kebun Rumpun Sari Kemuning ................................................................ 20
6.
Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan pada Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning ................................... 21
7.
Persentase Pucuk Burung Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning .......................................................................................... 21
8.
Gilir Pangkas Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning .................................................................................................. 22
9.
Kapasitas Kerja Pemangkas Perkebunan Rumpun Sari Kemuning .................................................................................................. 23
10.
Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Lama Kerja Pemangkas........................................................ 23
11.
Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Usia Pemangkas ................................................................... 24
12.
Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemangkas ........................................... 24
13.
Serasah Sisa Pangkasan Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning .......................................................................................... 25
14.
Luas Areal Pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning Tahun 1998-2010 .................................................................... 45
15.
Perbandingan Persentase Kerusakan Cabang pada Beberapa Kebun ........................................................................................ 48
x
16.
Realisasi Pelaksanaan Pemangkasan di Tiga Blok PT Rumpun Sari Kemuning............................................................................ 49
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Pemangkasan di PT Rumpun Sari Kemuning ................................
22
2.
Serangan Tungau Jingga ................................................................
26
3.
Serangan Empoasca sp. ..................................................................
26
4.
Serangan Ulat Penggulung Pucuk ..................................................
27
5.
Serangan Thrips (tengah) ...............................................................
27
6.
Serangan Cacar Teh........................................................................
28
7.
Pelaksanaan Penyemprotan HPT di PT Rumpun Sari Kemuning ..
29
8.
Pelaksanaan Pemetikan di PT Rumpun Sari Kemuning ................
32
9.
Proses Pelayuan ..............................................................................
33
10.
Press Roll .......................................................................................
34
11.
Endless Chain Presser (ECP) ........................................................
35
12.
Rotary Dryer ..................................................................................
35
13.
Ball Tea ..........................................................................................
36
14.
Produksi Basah Pucuk Teh di Kebun Rumpun Sari Kemuning .....
44
15.
Sabit Pangkas .................................................................................
46
16.
Pangkasan Bersih ...........................................................................
47
17.
Pertumbuhan Tunas Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning .......................................................................................
50
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian di PT Rumpun Sari Kemuning ................................................................
57
Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Rumpun Sari Kemuning ................................................................
58
Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kebun di PT Rumpun Sari Kemuning ......................................................
59
4.
Peta Kebun PT Rumpun Sari Kemuning .......................................
61
5.
Data Curah Hujan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2001-2010 ......................................................................................
62
6.
Struktur Organisasi PT Rumpun Sari Kemuning ..........................
63
7.
Produksi Teh di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008-2010 ..
64
8.
Rencana dan Realisasi Pemangkasan Kebun Rumpun Sari Kemuning Tahun 2010 dan 2011 ..................................................
65
2. 3.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang juga diusahakan di wilayah Indonesia. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah yang berbatasan dengan China, India, dan Burma. Meskipun tanaman ini kalah bersaing dengan produk tanaman perkebunan lain, tetapi tanaman teh juga menjadi salah satu penyumbang bagi devisa negara non-migas pada sektor perkebunan. Luas areal perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 127 712 ha, yang terdiri dari 47.40% perkebunan rakyat, 30.49% perkebunan besar negara, dan 22.14% perkebunan besar swasta. Luas areal sementara pada tahun 2009 mencapai 127 411 ha, sedangkan estimasi tahun 2010 seluas 127 384 ha dengan masih didominasi perkebunan rakyat. Produksi teh Indonesia tahun 2008 mencapai 153 971 ton dengan produktivitas 1 206 kg/ha, produksi sementara tahun 2009 mencapai 151 520 ton dengan produktivitas 1 187 kg/ha, dan estimasi produksi tahun 2010 sebesar 149 764 ton dengan produktivitas 1 176 kg/ha. Ekspor teh Indonesia mencapai 96 209 ton dengan nilai US$ 158 958 pada tahun 2008 (Ditjenbun, 2009). Daun teh muda mengandung Catechin dan Caffein. Unsur kimia inilah yang menjadikan teh sebagai minuman yang dapat menyehatkan apabila diminum secara rutin dan teratur. Prospek industri teh di pasar dunia semakin cerah dengan digalakkannya back to nature terhadap konsumsi makanan dan minuman di berbagai negara Asia dan Eropa (Bina UKM, 2010). Potensi pasar ekspor yang terbuka luas ini tidak berarti hanya diperoleh Indonesia saja, tetapi juga beberapa negara produsen teh dunia lainnya seperti India, Sri Lanka, dan Kenya. Menurut data FAO (2009), pada tahun 2008 Indonesia menempati peringkat ke tujuh negara produsen teh setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam. Untuk itu, Indonesia harus aktif mencari peluang ekspor dengan menembus pasar baru yang potensial seperti Negara-negara Timur Tengah dan Mesir. Produsen teh harus meningkatkan produktivitas dan mempertahankan mutu agar dapat bersaing dengan produsen teh dunia yang ada.
2 Pembudidayaan tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif haruslah dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan berkesinambungan. Semakin panjang masa vegetatif tanaman teh menunjukkan semakin panjang pula masa produksi tanaman. Pemangkasan dapat dilakukan untuk mempertahankan fase vegetatif tersebut. Pemangkasan
merupakan
salah
satu
kegiatan
budidaya
dalam
pemeliharaan tanaman teh dengan menjadikan bidang petik rendah untuk memudahkan pemetikan.
Pemangkasan sangat
penting
dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman. Ada beberapa tujuan pemangkasan, antara lain untuk membentuk bidang petik seluas mungkin guna merangsang pertumbuhan tunas–tunas baru, sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak. Selain itu, juga dapat menyehatkan tanaman dengan membuang bagian– bagian yang sudah rusak, baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Tujuan Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan pemangkasan tanaman teh yang dilaksanakan di kebun, baik secara teknis maupun manajerial, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh pengalaman kerja di lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk genus Camellia yang berasal dari famili Theaceae. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Cina, India, dan Burma (Siswoputranto, 1978). Ada dua varietas utama tanaman teh, Camellia sinensis var sinensis dan Camellia sinensis var assamica. Camellia sinensis var sinensis berasal dari daerah antara Tibet dan Tiongkok. Varietas tersebut adalah yang pertama ditanam di Indonesia. Batang Camellia sinensis var sinensis jika dibiarkan tumbuh bisa mencapai tinggi 3–8 m. Daun–daunnya lebih kecil dibandingkan dengan daun Camellia sinensis var assamica, berwarna hijau tua, dan ujung daunnya agak tumpul. Hasil daun tidak terlalu tinggi, tetapi kualitasnya baik. Camellia sinensis var assamica bersal dari India, batangnya lebih tinggi dan besar dibandingkan Camellia sinensis var sinensis, dan jika dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12-20 m. Daunnya lebar, berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan berwarna hijau tua mengkilap, hasilnya banyak, dan kualitasnya baik (Adisewojo, 1982). Bunga teh termasuk bunga sempurna yang mempunyai putik (calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus berlilin, berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan benang sari (anther) kuning bersel kembar berukuran 2-3 mm keatas. Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Awalnya buah berwarna mengkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Biji teh berwarna coklat beruang tiga, berkulit tipis, serta berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio, akar, dan tunas (Setyamidjaja, 2000). Syarat Tumbuh Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman ini dapat
4 tumbuh subur di daerah dengan ketinggian 200-2 000 m dpl. Pada daerah-daerah dataran rendah umumnya tanaman teh kurang memberi hasil yang baik. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman teh tidak tahan kekeringan dan menuntut curah hujan minimal 1 200 mm yang merata sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978). Suhu udara yang baik untuk tanaman teh yaitu suhu harian yang berkisar antara 13-25 oC dengan kelembaban minimum 70% (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Pemangkasan Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang sangat tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan. Bidang petik tanaman teh haruslah rendah untuk memudahkan pemetikan. Perdu dengan bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan pemangkasan. Pemangkasan antara lain bertujuan untuk membuang cabang– cabang yang tidak dikehendaki yang menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak, menyehatkan tanaman dengan membuang bagian yang rusak baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama dan penyakit sehingga mampu meringankan biaya pengendalian hama dan penyakit, serta mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Tinggi pangkasan pada daerah dataran rendah (< 800 m dpl) 60-70 cm, pada daerah dataran sedang (800-1 200 dpl) 50-60 cm, sedangkan pada daerah dataran tinggi (> 1 200 dpl) 50-60 cm. Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm (Ditjenbun, 2010). Waktu Pemangkasan Ada dua pengertian tentang waktu pemangkasan, yaitu gilir pangkas dan jadwal kebun untuk melakukan pemangkasan dalam satu tahun. Pemangkasan dapat dilaksanakan pada saat cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh faktor yang optimum. Menurut Sukasman (1988), waktu
5 pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Mei-Juni (akhir musim hujan) dan bulan Oktober-November (menjelang musim hujan). Gilir Pangkas Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan berikutnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Panjang pendeknya daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain letak ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman, dan tinggi pangkasan sebelumnya (Setyamidjaja, 2000). Daur pangkas yang optimal ditentukan oleh produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu, hal ini terjadi apabila produktivitas
rata-rata
persatuan
umur
pangkas
tertentu
sama
dengan
produktivitas tanaman pada umur pangkas tertentu. Gilir pangkas yang tepat untuk suatu kebun tertentu belum tentu tepat untuk kebun yang lain (Suwardi, 1991). Jenis Pemangkasan Tinggi pangkasan pada kebun produktif (TM) umumnya berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk akan menjadi rendah sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan, sedangkan apabila lebih tinggi dari 70
cm
akan
menyulitkan
dalam
pelaksanaan
pemangkasan.
Tipe-tipe
pemangkasan yang ada antara lain kepris, jambul, dan bersih (PPTK Gambung, 2009). Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting, dan dilakukan pada ketinggian 60-70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (“ngamangkok”) dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran > 1 cm untuk memperbaiki percabangan, dan dilaksanakan pada ketinggian 45-60 cm. Pangkasan jambul merupakan pangkasan bersih dengan ketinggian 45-60 cm, dengan meninggalkan dua cabang yang berdaun di sisi
6 perdu (ajir atau jambul) dengan jumlah daun 50-100 lembar, dan dilaksanakan menjelang pemetikan jendangan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Kriteria Saat Pangkas Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila tanaman terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (PPTK Gambung, 2009). Kriteria pemangkasan antara lain produksi telah menurun, tinggi bidang petik > 120 cm, persentase pucuk dorman > 70% , dan kandungan pati akar > 13%. Pucuk burung adalah pucuk yang mengandung tunas dalam keadaan dorman sehingga dalam beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Kadar pati di akar cukup tinggi saat persentase pucuk burung tinggi, karena pada saat ini tanaman mengakumulasikan hasil fotosintesis di dalam akar. Semakin tinggi persentase pucuk burung menyebabkan daun yang memenuhi syarat untuk dipetik menjadi berkurang karena semakin tingginya persaingan antar pucuk untuk mendapatkan fotosintat. Tingkat produksi tanaman yang memiliki umur pangkas tua akan menurun karena jumlah daun tua semakin banyak dengan kemampuan fotosintesis yang telah mulai berkurang sehingga pucuk yang dihasilkan lebih sedikit. Cadangan makanan (pati) berperan sangat besar terhadap penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas-tunas baru. Pati umumnya terdapat dalam akar, cabang, dan ranting. Cadangan zat pati dalam akar yang rendah (< 12%) menyebabkan tanaman teh akan mati apabila dipangkas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilakukan di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2011. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilakukan dengan bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping kepala bagian kebun (asisten kebun) selama dua bulan. Kegiatan yang dilakukan dapat bersifat fleksibel sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di kebun. Selama pelaksanaan magang juga dilakukan pengambilan data baik primer maupun sekunder. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL (Lampiran 1) adalah melaksanakan
kegiatan
teknis
budidaya
meliputi
pengendalian
gulma,
pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemetikan, dan pengolahan hasil. Kegiatan sebagai pendamping mandor (Lampiran 2) yaitu melakukan pengawasan pelaksanaan kerja KHL. Kegiatan sebagai pendamping kepala bagian kebun (Lampiran 3) adalah mempelajari cara mengelola kebun mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan, serta evaluasi dalam pengelolaan kebun. Pengumpulan Data Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan lapang selama mengikuti pelaksanaan kegiatan di kebun dengan aspek pemangkasan serta hasil wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan dan staf, sedangkan data sekunder didapat dari hasil laporan atau arsip kebun. Data sekunder yang diperlukan berupa data mingguan dan bulanan, meliputi luas areal, topografi, organisasi dan manajemen kebun, luas pangkasan per tahun, serta kebutuhan tenaga.
8 Pengamatan lapangan dilakukan pada 10 tanaman contoh dengan enam kali ulangan. Data hasil pengamatan lapang difokuskan pada kegiatan pemangkasan dengan beberapa parameter yang diamati, yaitu: a.
Pengamatan Sebelum Pemangkasan 1. Tinggi Tanaman Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai ke pucuk tanaman. 2. Diameter Bidang Petik Pengukuran dilakukan pada kedua arah bidang petik masing–masing tanaman contoh yaitu utara–selatan dan timur–barat kemudian dirata–rata. Rumus yang digunakan: Diameter Bidang Petik = 3. Persentase Pucuk Burung Pengamatan dilakukan dengan menghitung pucuk burung dan pucuk peko, kemudian dihitung persentase pucuk burung dengan rumus: % Pucuk Burung = Perhitungan dilakukan pada tanaman dengan menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu dengan diameter 75 cm, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang berada di atas bidang petik dalam lingkaran tersebut dihitung jumlahnya.
b. Pengamatan pada Saat Pemangkasan 1. Luas Areal Pangkasan Pengamatan dilakukan berdasarkan realisasi luas pangkasan yang riil dilakukan di kebun. 2. Tinggi Pangkasan Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan.
9 3. Diameter Bidang Pangkas Pengukuran dilakukan pada kedua arah bidang pangkas masing–masing tanaman contoh yaitu utara–selatan dan timur–barat kemudian dirata–rata. Rumus yang digunakan: Diameter Bidang Pangkas = 4. Serasah Hasil Pangkasan Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang serasah sisa pangkasan. 5. Persentase Kerusakan Akibat Pangkasan Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel beberapa orang tenaga kerja, masing-masing tenaga diamati 10 tanaman yang dipangkas. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang bekas pangkasan yang pecah atau rusak dengan menggunakan rumus: % Kerusakan = 6. Komposisi Batang Pengamatan dilakukan dengan menghitung keragaman diameter batang pada tanaman yang telah dipangkas. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang berdiameter > 2 cm dan < 2 cm. 7. Kebutuhan Tenaga Pangkas per Hari Pehitungan dilakukan berdasarkan jumlah tenaga pangkas riil dengan menghitung secara langsung maupun wawancara dengan mandor. Hasil pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus: ∑ Pemangkas = Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif (hari) Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh seorang pemangkas 8. Jenis Pangkasan Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung pada saat pemangkasan atau wawancara dengan pembimbing kebun.
10 c.
Pengamatan Setelah Pemangkasan Pengamatan yang dilakukan setelah pemangkasan adalah pertumbuhan
tunas. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tunas mulai pangkal tunas sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali mulai 2 minggu setelah pemangkasan (MSP) hingga hingga 4 minggu berikutnya. Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh yang diambil secara acak dengan 5 tunas per tanaman. Pengamatan juga dilakukan dengan menghitung jumlah tunas yang tingginya 15 cm pada tanaman yang belum dilakukan pemetikan jendangan pertama. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji t–student dengan taraf nyata 5%. Pengujian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerusakan cabang akibat pemangkasan berdasarkan keterampilan tenaga kerja. Rumus yang digunakan yaitu: t–student =
dengan Sp = keterangan: = rata–rata hasil pengamatan kriteria 1 dan2 = ragam contoh Kriteria 1 dan 2 = jumlah pengamatan kriteria 1 dan 2 Sp
= simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (n1 + n2 – 2) (Walpole, 1993).
KEADAAN UMUM
Sejarah Berdirinya Perusahaan PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan teh hijau yang berlokasi di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning ini sebelumnya merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda yang dulu bernama NV. Cultur Maatshcapij Kemuning. Kepemilikan tanah selama masa penjajahan diatur dalam Undang-Undang Agraria Belanda pasal 62 tahun 1870 yang memutuskan bahwa pada tanggal 11 April 1925 pemerintah Belanda memberika Hak Guna Usaha (HGU) selama 50 tahun kepada Johan De John dan Vanmender Voor di Den Haag, Belanda. Lahan HGU seluas 1 051 ha yang terletak di Kecamatan Ngargoyoso (812 172 ha) dan di Kecamatan Jenawi (238 828 ha) tersebut ditanami kopi dan teh. Pengelolaan tanaman perkebunan tersebut dilimpahkan pada Firma Watering and Labour yang berkedudukan di Bandung, Jawa Barat. Tahun 1942-1945, setelah penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang, pengelolaan perusahaan diambil alih oleh pemerintah Jepang sampai tahun 1945. Pada masa tersebut tanaman tidak terawat dan perusahaan tidak menghasilkan keuntungan komersial sehingga lahannya ditanami palawija dan jarak oleh masyarakat setempat. Pada tahun 1945 Jepang kalah dalam perang, sehingga kepemilikan perkebunan dikelola oleh Keraton Mangkunegaran Surakarta yang dipimpin oleh Ir. Sarsito sampai tahun 1948. Tahun 1948-1950 perkebunan teh dikelola oleh Pemerintah Militer Republik Indonesia dan hasilnya digunakan untuk membiayai perang. Perkebunan NV. Cultur Maatshcapij diserahkan kembali kepada pemiliknya yang berlangsung tanggal 19 Mei 1950 samapai 30 Desember 1052, bersamaan dengan adanya Perjanjian Meja Bundar. HGU Perusahaan Perkebunan Kemuning kemudian dicabut dari NV. Cultur Maatshcapij berdasarkan Undangundang No. 3/52/RI tanggal 1 Januari 1953. Karyawan dari Perusahaan Perkebunan Kemuning membentuk koperasi secara intern yang bernama
12 “Koperasi Perusahaan Perkebunan Kemuning”. Koperasi ini dibubarkan pada tahun 1965 karena para pengurusnya banyak yang terlibat G 30 S/PKI dan Perkebunan Kemuning untuk sementara diambil alih oleh Kodam IV Diponegoro. PT Rumpun dibentuk pada tanggal 3 November 1971 dengan adanya SK Mendagri No. 17/HGU/NIA/1971 di bawah Yayasan Rumpun Diponegoro. Pada tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua yaitu: 1. PT Rumpun Antan dengan komoditi karet, kopi, kelapa, randu, dan cengkeh yang terdiri atas beberapa kebun, antara lain: a. Kebun Carui/Kebun Darmo Kradenan di Purwokerto b. Kebun Samudra di Banyumas c. Kebun Carui/Rejidadi di Cilacap d. Kebun Jati di Semarang e. Kebun Sluwak di Pati 2. PT Rumpun Teh dengan komoditi kopi dan teh yang terdiri atas tiga kebun, yaitu: a. Kebun Kemuning di Karanganyar, Surakarta b. Kebun Medini di kendal c. Kebun Kaligintung di Semarang PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra Agro Niaga pada tanggal 1 April 1990. Pengelolaan manajerialnya diserahkan kepada PT Astra Agro Niaga yang sekarang dikenal dengan nama PT Astra Agro Lestari, sedangkan PT Rumpun, yang kemudian namanya diganti menjadi PT Rumpun Sari Kemuning, mengendalikan produksinya. Pada tanggal 1 Mei 2004 terjadi pemindahan kepemilikan saham dari PT Astra Agro Lestari ke PT Sumber Abadi Tirtasentosa (SAT) hingga saat ini. Letak Geografis dan Administratif PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perkebunan teh yang dikelola PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang terletak di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. PT Rumpun Sari Kemuning berada di sebelah barat Lereng Gunung Lawu, ± 40 km dari stasiun
13 Balapan Surakarta dan ± 8 km dari Tawangmangu. PT Rumpun Sari Kemuning terletak 7.4o-7.6o LS dan 11.1o-11.25o BT dengan ketinggian 700-1 300 m dpl. Batas-batas wilayah perkebunan teh Rumpun Sari Kemuning yaitu sebelah timur dengan Perhutani Gunung Lawu daerah hutan Waranata, sebelah barat dengan perkebunan karet PTPN XVII, sebelah utara dengan Kecamatan Jenawi, dan sebelah selatan dengan Desa Nggadungan, Kecamatan Ngargoyoso. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki kantor pusat di Jalan Pemuda No. 145 Semarang, Jawa Tengah. Kantor perwakilannya terletak di Jalan Podang Raya Blok OR-1 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Peta lokasi Kebun Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Jenis Tanah Jenis tanah di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah latosol dan andosol dengan pH rata-rata 6.4 di Afdeling OA dan 5.15 di afdeling OB. Iklim tropis dengan curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir (2001 – 2010) 3 649 mm per tahun dengan 151 hari hujan per tahun. Suhu rata-rata di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 23oC dengan kelembaban rata-rata 89%. Kebun Rumpun Sari Kemuning memiliki tipe iklim B menurut Schmidth-Ferguson dengan rata-rata bulan basah 8.2, bulan lembab 1.1, dan bulan kering 2.7. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 5. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas total areal perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah 437.82 ha. Luas areal terbagi dalam lahan produktif dan non-produktif. Lahan produktif merupakan areal tanaman teh, albizia, dan lahan cadangan. Lahan non-produktif meliputi jalan, jurang, makam, parit/sungai, implasemen, dan lahan yang tidak bisa ditanami. Lahan yang digunakan untuk areal tanaman teh dibagi menjadi dua afdeling yaitu Afdeling OA yang terdiri atas 13 blok dan Afdeling OB terdiri atas 14 blok. Luas areal dan tata guna lahan PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1.
14 Tabel 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011 Luas Areal (ha) Penggunaan Areal Areal tanaman teh Albizia Jalan Jurang Makam Parit/sungai Implasemen Lahan cadangan Lahan yang tidak bisa ditanami Total
Afdeling OA
Afdeling OB
207.12 6.48 6.22 0.84 0.19 0.75 0 0.03 0.63 222.26
176.58 15.31 4.47 3.51 0.35 6.45 4.34 0.44 4.11 215.56
Sumber : Arsip Kantor
Keadaan Tanaman dan Produksi Teh yang ditanam di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sebagian besar merupakan tanaman yang berasal dari stek. Klon yang ditanam adalah TRI 2025, CIN 143, dan Gambung. Klon yang banyak ditanam adalah TRI 2025. Tanaman teh yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning merupakan tanaman menghasilkan yang berumur 17-20 tahun. Komposisi masing-masing klon dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Klon Tanaman Teh di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011 Afdeling OA OB Total Rata-rata
Luas Tanam (ha) 207.12 176.58 383.70
TRI 2025 196.12 176.58 372.70
Klon (ha) CIN Gambung 143 8 3 0 0 8 3
Jumlah Pohon 2 345 198 1 925 138 4 270 336
Populasi (pohon/ha) 11 323 10 902 11 129
Sumber : Arsip Kantor
Produksi rata-rata pucuk teh yang dihasilkan PT Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2008-2010 adalah 3 969 ton pucuk basah dan 882 ton pucuk kering dengan produktivitas rata-rata 2 284 kg/ha. Produktivitas PT Rumpun Sari
15 Kemuning lebih tinggi dibandingkan produktivitas nasional sebesar 1 206 kg/ha dan produktivitas perkrbunan besar swasta yaitu 1 309 kg/ha pada tahun 2008 (Ditjenbun, 2009). Produksi dan Produktivitas PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2008-2010 tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Teh di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2008-2010
Tahun
Produksi (kg)
Luas Areal (ha)
Basah
2008 391.97 2009 383.70 2010 383.70 Total Rata-rata
3 912 125 3 894 935 4 102 126 11 909 186 3 969 729
Kering 869 085 866 237 911 783 2 647 105 882 368
Produktivitas (kg/ha) 2 217 2 258 2 376 6 851 2 284
Rendemen (%) 22.22 22.24 22.23 66.68 22.23
Sumber : Arsip Kantor
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi perusahaan merupakan kerangka hubungan kerja yang mengatur wewenang dan kegiatan pengaturan kerja agar tujuan organisasi dapat tercapai. Pengaturan kebijakan dan kontrol menejemen berada pada direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa. PT Rumpun Sari kemuning dikepalai oleh seorang administratur yang membawahi kepala tanaman, asisten tanaman, kepala pabrik, kepala tata usaha, dan Koordinator HPT. Struktur organisasi PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 6. PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dipimpin oleh seorang administratur yang mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan dalam bidang tanaman, pengolahan, dan administrasi perusahaan. Administratur diangkat, diberhentikan, dan bertanggung jawab langsung kepada direksi. Administratur dibantu oleh kepala tanaman, asisten tanaman, kepala pabrik, dan kepala tata usaha dalam melaksanakan tugasnya. Kepala tata usaha bertanggung jawab terhadap pekerjaan di kantor kebun dan anggaran biaya kebun dengan melakukan pengecekan bersama administratur. Kepala tata usaha bertugas membuat laporan konsolidasi dari semua kegiatan berdasarkan realisasi dan rencana yang ditetapkan. Kepala tata usaha menjalankan
16 tugas dengan dibantu oleh bagian personalia, bagian umum, bagian keuangan, dan bagian tanaman. Pelaksanaan kegiatan bagian tanaman yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning berada di bawah tanggung jawab kepala tanaman dan asisten tanaman. Kepala tanaman dan asisten tanaman bertugas mengelola dan mengkoordinir semua kegiatan yang dilakukan di kebun baik teknis maupun administrasi sesuai dengan kebijakan administratur sehingga kualitas dan kuantitas produksi tercapai. Asisten tanaman juga bertugas mengevaluasi pekerja di lapangan dan mengontrol kerja mandor. Kapala pabrik mempertanggungjawabkan segala bentuk tanggung jawab yang diberikan berdasarkan SOP dan rencana kerja bulanan serta berkoordinasi dengan pihak kebun tentang hal-hal yang berhubungan dengan subtansi kerja pabrik, sepeti panen, transportasi, infrastruktur, dan lain-lain. Kepala pabrik berkoordinasi dengan administratur dalam hal yang berhubungan dengan koordinasi head office. Kepala pabrik melaksanakan tugas dengan dibantu oleh kerani pabrik, mandor pengolahan, mandor sortasi, mandor timbang, mandor pengepakan, kerani timbang, dan laboran. Ketenagakerjaan Penggolongan tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning terdiri atas staf, bulanan lokal, pekerja harian tetap (PHT), dan pekerja harian lepas (PHL). Karyawan staf terdiri dari administratur, kepala pabrik, kepala tata usaha, kepala tanaman, dan asisten tanaman. Karyawan bulanan lokal terdiri atas tenaga administrasi, mandor, bagian analisa, tenaga mekanik, supir, dan sebagian satpam. Karyawan PHT meliputi tenaga pengolahan, sortasi, dan pengepakan, serta sebagian satpam, sedangkan karyawan PHL meliputi tenaga panen, tenaga HPT, dan tenaga rawat. Jumlah tenaga kerja yang ada di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 4. Hari kerja karyawan yang berlaku di PT Rumpun Sari Kemuning umumnya 6 hari dengan lama kerja 7 jam per hari. Jam kerja bagi karyawan kebun adalah 5 jam per hari, untuk tenaga panen berlaku 7 hari kerja dengan lama
17 jam kerja 6 jam. Pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam per hari ,seperti yang dilakukan di pabrik, diberlakukan shift kerja yang dibagi dalam tiga shift. Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011 Departemen Status Staf Bulanan lokal PHT PHL Jumlah Sumber : Arsip Kantor
Umum 1 10 1 7 19
Tanaman 4 23 0 536 563
Pabrik 1 13 51 16 81
Total 6 46 52 559 663
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi dengan menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah dalam lingkungan pertumbuhan tanaman agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan meliputi pemupukan, pengendalian gulma dan hama penyakit, serta pemangkasan. Kegiatan tersebut juga dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning agar produksi pucuk bisa optimal. Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning diberikan melalui akar dan daun. Pemupukan dilakukan dengan sistem gang dan tuntas per blok. Pemupukan dilaksanakan tiga priode dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Juni, dan Oktober. Pemberian jumlah pupuk didasarkan hasil analisa daun dan tanah yang dilakukan di laboratorium. Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui kadar unsur yang terkandung sehingga memudahkan mengetahui apabila terdapat kekurangan suatu unsur. Pupuk yang diberikan melalui akar adalah pupuk Urea dan MOP dengan kandungan unsur N dan K. Unsur-unsur ini berperan dalam pertumbuhan vegetatif, dalam hal ini pertumbuhan pucuk. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk dapat dimanfaatkan dalam waktu singkat karena pupuk tersebut bersifat fast release. Jumlah kebutuhan pupuk masing-masing blok tidak sama. Pada pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi tanaman. Pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO 4 dengan dosis 3 kg per ha. Pupuk daun ini diberikan untuk menambah unsur hara mikro pada tanaman. Pupuk daun diaplikasikan bersamaan dengan penyemprotan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan menggunakan alat mistblower dengan kapasitas 14 l per tangki. Pemupukan dilakukan pada pagi hari. Pupuk diangkut menggunakan truk dari gudang ke areal yang akan dipupuk. Pencampuran pupuk langsung di blok
19 yang akan dipupuk. Tenaga kerja untuk pemupukan dibagi dalam tiga pekerjaan yaitu sebagai pencampur, pelangsir, dan penabur pupuk. Pendistribusian pupuk oleh tenaga pelangsir untuk mempercepat para penabur pupuk agar kegiatan pemupukan berjalan lebih efektif. Pencampuran pupuk biasanya dikerjakan oleh laki-laki dan kemudian langsung memasukkan pupuk ke dalam karung untuk diangkat oleh para pelangsir. Tenaga langsir biasanya juga dilakukan laki-laki, tetapi terkadang juga dilakukan oleh tenaga wanita jika jumlah penabur sudah banyak. Penabur pupuk dikerjakan oleh tenaga wanita. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemupukan antara lain ember, terpal, sekop, dan karung. Pemupukan dilakukan mulai pukul 06.00 WIB sampai selesai. Standar kebutuhan tenaga pemupukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah 1.5 HK per ha, dalam pelaksanaan sebagai karyawan harian lepas, prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 0.013 ha. Pengendalian gulma. Jenis gulma dominan yang terdapat di Kebun Rumpun Sari Kemuning yaitu gulma berdaun lebar dan rumput. Gulma yang ditemukan antara lain, Melastoma malabathricum (sengganen), Clidemia hirta (harendong), Eupatorium inulifolium (kirinyuh), Rubus rosaefolius (gucen), Comellina difusa (tali sahit), Mikania micrantha, dan Imperata cylindrica (alangalang). Pengendalian gulma-gulma tersebut dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian
secara
manual
meliputi
pembabadan
dan
pendongkelan.
Pembabadan dilakukan pada gulma lunak, sedangkan pendongkelan dilakukan pada gulma berkayu. Alat yang digunakan para tenaga antara lain sabit dan batu asah. Standar prestasi kerja yang ditetapkan di PT Rumpun Sari Kemuning untuk pengendalian gulma manual adalah 10 HK per ha. Pada saat bekerja menjadi karyawan harian lepas, prestasi kerja penulis rata-rata 0.01 ha sedangkan prestasi kerja karyawan 0.4 ha. Pelaksanaan pengendalian gulma manual ini dilakukan mulai pukul 06.30 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida purna tumbuh sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat, dengan dosis 1.5 l/ha dan konsentrasi 4 ml/l air. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan pada saat
20 kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat 3-5 hari kemudian. Pada pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, dan tepat konsentrasi, untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi penyemprotan dilakukan dua kali dalam setahun. Standar HK yang digunakan adalah 2 HK per ha. Prestasi kerja yang berhasil dicapai penulis adalah 0.01 ha, sedangkan karyawan 2.4 ha. Pelaksanaan penyemprotan dimulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Pemangkasan. Pangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan bersih yaitu pangkasan dengan bidang pangkas rata tetapi bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok). Pangkasan dilakukan dengan membuang cabang, ranting, dan daun sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama saja. Standar tinggi pangkasan yang digunakan PT Rumpun Sari Kemuning sekitar 55-65 cm dengan sistem pemangkasan berjenjang. Hasil pengamatan tinggi dan diameter pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tinggi dan Diameter Hasil Pangkasan di Tiga Blok Kebun Rumpun Sari Kemuning Blok A15 B04 B05
Pangkasan
Umur Pangkas (bulan)
5 kali 6 kali 6 kali Rata-rata
46 42 59
Tinggi Pangkasan (cm) Diameter (cm) Pengamatan Standar 56.68 59.62 63.67 59.99
60 65 65 63
52.69 58.77 69.67 60.38
Sumber : Hasil Pengamatan Langsung
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dilaksanakan pemangkasan antara lain tinggi tanaman, diameter bidang petik, persentase pucuk burung, dan kondisi tanaman. Pada umumnya, semakin tua umur pangkasan tanaman teh semakin tinggi pula tinggi tanaman, diameter bidang petik, dan persentase pucuk burung. Penulis melakukan pengamatan terhadap tinggi dan diameter tanaman, serta persentase pucuk burung pada tiga blok yang akan dipangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning yang dilakukan pemangksan.
21 Tabel 6 merupakan hasil pengamatan lapangan tinggi dan diameter tanaman yang dilakukan pada tanaman teh sebelum dilakukan pemangkasan. Pengamatan dilakukan selama enam hari pada 10 tanaman contoh setiap harinya. Hasil
pengamatan menunjukkan rata-rata
tinggi
bidang petik sebelum
pemangkasan lebih kecil dibandingkan dengan standar, dengan diameter tanaman rata-rata 120.84 cm. Tabel 6. Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan pada Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning Blok B04 B05
Umur Pangkas (bulan) 42 59 Rata-rata
n 6 6
Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan
Standar
108.45 124.73 116.59
120 120
Diameter (cm) 124.61 117.06 120.84
Sumber : Hasil Pengamatan Langsung Ket : n = Ulangan
Tabel 7 merupakan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pucuk burung pada tanaman yang akan mengalami pemangkasan. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per hari selama enam hari. Rata-rata persentase pucuk burung pada dua blok tidak berbeda nyata, sehingga dapat dikatakan perbedaan umur pangkas pada Blok B04 dan B05 tidak berpengaruh terhadap persentase pucuk burung. Tabel 7. Persentase Pucuk Burung Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning Blok B04 B05
Umur Pangkasan (bulan)
Pucuk Burung (%)
42 47 Rata-rata
74.3 tn) 76.2 tn) 75.25
Sumber : Hasil Pengamatan Langsung Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Gilir pangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning berkisar 3-4 tahun. Luas areal yang dipangkas sekitar 30% per tahun dari total luas areal TM dan dibagi dalam dua semester. Waktu pangkas semester I pada bulan Februari sampai Juni (60-75% target setahun) dan semester II bulan September sampai November
22 (25-40 % target setahun). Gilir pangkas terakhir pada Blok A15, B04, B05 Kebun Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Gilir Pangkas Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning Blok
Luas Areal (ha)
A15 B04 B05
14.87 14.15 16.05
Waktu Pemangkasan Sebelumnya Mei-07 Nov-07 Mei-07
Waktu Pangkas Berikutnya Rencana Realisasi Jan-11 Feb-11 Jun-11 Mei-11 Mar-11 Apr-11
Gilir Pangkas 45 Bulan 42 Bulan 47 Bulan
Sumber : Arsip Kantor
Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning menggunakan sabit pangkas. Luka pangkasan menghadap ke arah dalam dengan sudut kemiringan 45o. Kerusakan cabang akan mengakibatkan pertumbuhan tunas baru pada cabang tersebut terhambat. Oleh karena itu, sabit yang digunakan harus tajam sehingga meminimalisir kerusakan cabang akibat pemangkasan tersebut. Pelaksanaan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pemangkasan di PT Rumpun Sari Kemuning Tenaga pemangkas yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning bersifat borongan. Standar prestasi kerja tenaga pemangkas yang ditetapkan Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah 0.04 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.0008 ha. Kapasitas kerja tenaga pemangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning seperti pada Tabel 9.
23 Tabel 9. Kapasitas Kerja Pemangkas Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Blok A15 B04 B05
Luas Pangkasan (ha) 9.87 14.15 6.05 Rata-rata
Hari Kerja (HK) Rencana 247 354 151
Realisasi 129 168 109
Prestasi Kerja (ha/HK) Standar 0.04 0.04 0.04 0.04
Riil 0.08 0.08 0.06 0.07
Sumber : Arsip Kantor
Keterampilan tenaga pemangkas dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain lama kerja, usia, dan tingkat pendidikan pemangkas. Pengamatan dilakukan juga dengan melihat hasil kerja pemangkas yang dikelompokkan berdasarkan kriteria tersebut. Tabel 10 menunjukkan hasil pengamatan kerusakan cabang berdasarkan lama kerja pemangkas. Pengambilan contoh pengamatan terhadap keterampilan pemangkas berdasarkan lama kerja dilakukan terhadap 10 orang yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama yaitu para pemangkas yang telah bekerja sebagai tenaga pangkas selama ≥ 10 tahun, dan kelompok kedua < 10 tahun. Masing-masing pemangkas diambil 10 tanaman contoh. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa lama kerja tidak berpengaruh terhadap besarnya kerusakan cabang hasil pemangkasan yang dilakuakan oleh pemangkas. Tabel 10. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Lama Kerja Pemangkas Lama kerja ≥ 10 tahun < 10 tahun
∑ Tenaga Pemangkas 5 5
% Kerusakan 12.65 tn) 14.94 tn)
Komposisi Cabang (%) ≥ 2 cm < 2 cm 28.92 tn) 71.08 tn) tn) 22.62 77.58 tn)
Sumber: Hasil Pengamatan Langsung Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Hasil pengamatan terhadap kerusakan cabang hasil pangkasan oleh pemangkas berdasarkan usia pemangkas seperti pada Tabel 11. Pengamatan dilakukan pada 10 orang tenaga pemangkas yang dikelompokkan menjadi pemangkas yang berusia ≥ 50 tahun dan < 50 tahun. Usia para pemangkas ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap kerusakan cabang.
24 Tabel 11. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Usia Pemangkas Usia ≥ 50 tahun < 50 tahun
∑ Tenaga Pemangkas 5 5
% Kerusakan 13.13 tn) 11.05 tn)
Komposisi Cabang (%) ≥ 2 cm < 2 cm 29.09 tn) 70.91 tn) tn) 18.26 81.88 tn)
Sumber: Hasil Pengamatan Langsung Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Tenaga pemangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning sebagian hanya lulusan sekolah dasar (SD), namun ada juga beberapa yang menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), dan sebagian lagi tidak menyelesaikan pendidikan di tingkat SD. Pada pengamata keterampilan tenaga pemangkas berdasarkan latar belakang pendidikan diambil dua kelompok yaitu tenaga yang lulus SD dan tidak lulus SD. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 tenaga dan masing-masing tenaga diambil 10 tanaman contoh. Persentase kerusakan dan komposisi batang berdasarkan tingkat pendidikan tenaga pemangkas hasil pengamatan lapang tercantum pada Tabel 12. Hasil pengamatan terlihat bahwa tingkat pendidikan tenaga tidak memberikan pengaruh terhadap persentase kerusakan dan komposisi batang hasil pangkasan. Tabel 12. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemangkas Pendidikan SD TTSD
∑ Tenaga Pemangkas 5 5
% Kerusakan 11.93 tn) 17.35 tn)
Komposisi Cabang (%) ≥ 2 cm < 2 cm tn) 25.43 74.57 tn) tn) 28.11 71.89 tn)
Sumber: Hasil Pengamatan Langsung Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Serasah hasil sisa pangkasan diletakkan diantara tanaman teh untuk menambah bahan organik tanah. Serasah sisa pangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning pada blok A15, B04, dan B05 tercantum pada Tabel 13. Semakin banyak Serasah hasil pangkasan, maka penambahan bahan organik tanah untuk kebun juga semakin tinggi. Serasah sisa pangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning rata-rata mencapai 24 160 kg per ha. Pada Tabel 12 terlihat bahwa Serasah sisa pangkasan blok A15 lebih tinggi dibandingkan blok b04, padahal luas areal pangkasan blok B04 lebih luas. Hal ini mungkin dikarenakan umur
25 pangkas blok A15 lebih tua dibandingkan blok B05, jadi secara umum tanamannya lebih besar sehingga jumlah serasah pengkasannya pun lebih banyak. Tabel 13. Serasah Sisa Pangkasan Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning Blok A15 B04 B05
Luas Areal Pangkas (ha) 9.87 14.15 6.05 Rata-rata
Serasah Pangkasan (kg/ha) 25 125 24 230 23 125 24 160
Sumber : Hasil Pengamatan Langsung
Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang di Kebun Rumpun Sari Kemuning antara lain tungau jingga, Empoasca sp., ulat penggulung, dan Thrips, sedangkan penyakit yang menyerang yaitu cacar teh. Pengendalian dilakukan untuk mengurangi dan menekan pertumbuhan populasi hama dan penyakit tersebut samapai batas ambang ekonomi sehingga tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi. Pengendalian dilakukan oleh tim hama dan penyakit dengan cara menyemprot tanaman menggunakan insektisida. Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) pada Gambar 2 merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman teh yang dapat menyebabkan daun menjadi berwarna kemerah-merahan dan kering kemudian rontok sehingga tinggal rantingranting perdu teh. Serangan hama ini biasanya dikenal dengan nama mithe. Pada awal serangan terdapat bercak-bercak kecil pada pangkal daun dan membentuk koloni pada pangkal daun sekitar petiolus. Hama ini menyerang tanaman sepanjang tahun dan semakin meningkat apabila kondisi memungkinkan pada musim kemarau. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan memangkas ringan atau berat perdu teh yang diserang, pengendalian gulma yang bisa menjadi inang tungau tersebut, penggunaan musuh alami seperti Ambyiseius, atau dengan menggunakan insektisida.
26
Gambar 2. Serangan Tungau Jingga Empoasca sp. merupakan hama yang paling banyak menyerang tanaman teh di Kebun Rumpun Sari Kemuning dibandingkan hama lainnya. Empoasca sp. Sebenarnya merupakan hama utama pada kapas, namun sekarang hama ini juga banyak menyerang tanaman teh. Serangan ringan hama ini menyebabkan daun menjadi klorosis (perubahan warna menjadi coklat tua) yang kemudian pinggiran daun sebagian mengeriting. Pada serangan berat sebagian besar daun muda berwarna kuning kusam, mengeriting dan sebagian terjadi kematian pinggiran daun. Biasanya ditemukan banyak serangga baik yang dalam fase nimfa maupun dewasa. Penyebaran hama ini cukup cepat karena dapat terbang dari satu tanaman ke tanaman lain, selain itu juga karena terbawa angin, terbawa oleh alat petik dan pakaian pemetik, serta dari gulma yang menjadi inang. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pada perdu yang terserang dan areal sekitarnya. Gejala serangan Empoasca sp. terlihat seperti Gambar 3.
Gambar 3. Serangan Empoasca sp. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) menyebabkan pucuk daun teh menggulung sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Ulat ini menyerang tanaman sepanjang tahun terutama pada pucuk tanaman teh yang baru tumbuh.
27 Pengendalian hama ini dilakukan dengan pemetikan pucuk yang terserang atau bisa juga menggunakan musuh alami seperti Apanteles. Serangan ulat penggulung pucuk terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Serangan Ulat Penggulung Pucuk Hama lain yang juga banyak menyerang di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah Thrips. Thrips menyerang pada bagian tangkai daun muda yang mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak menggulung ke atas dan pertumbuhannya tidak normal. Kerusakan hama ini dapat menurunkan hasil sebesar 30-60%. Thrips akan berkembang sangat cepat apabila suhu di sekitar tanaman meningkat. Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Alfametrin atau Alfasipermetrin. Serangan Thrips terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Serangan Thrips (tengah) Penyakit cacar teh (Blister blight) seperti pada Gambar 6 merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan karena dapat menurunkan produksi, baik kualitas maupun kuantitas, hingga mencapai 50%. Penyakit ini menyerang pada daun dan ranting yang masih muda. Penyakit cacar teh disebabkan oleh jamur
28 Exobasidium vexan Massee melalui spora yang diterbangkan oleh angin maupun terbawa oleh manusia. Awalnya terbentuk bintik kecil yang kemudian menjadi bercak, lama-kelamaan bercak tersebut semakin membesar dan menonjol membentuk spora. Pusat bercak menjadi coklat dan akhirnya mati. Bercak terlepas sehingga terbentuk lubang. Spora akan berkembang dengan pesat apabila kelembaban udara relatif tinggi dan sinar matahari kurang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah ketinggian kebun serta sifat tanaman itu sendiri. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida.
Gambar 6. Serangan Cacar Teh Pendeteksian dini (Early Warning System) terhadap serangan hama dan penyakit perlu dilakukan untuk mengetahui persentase serangan yang terjadi di kebun. Pelaksanaan deteksi dengan mengambil contoh tiga tanaman secara acak dalam tiap patok, sehingga dalam luasan 1 ha terdapat 75 tanaman yang diamati serangannya. Adanya deteksi tersebut akan diketahui Intensitas Serangan (IS) dan Luas Serangan (LS). Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut: IS (%) = LS (ha) = IS (%) × Luas blok Pendeteksian dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan hama dan penyakit. Kategori serangan dibedakan menjadi ringan, sedang, dan berat, untuk hama Empoasca sp. dan ulat penggulung pucuk masuk dalam kategori ringan apabila IS < 5%, sedang apabila IS 5-15%, dan berat apabila > 15%. Kategori serangan tungau jingga dikatakan rendah apabila IS < 10%, sedang apabila IS 10-20 %, dan berat apabila IS > 20%.
29 Pendeteksian ini akan mempermudah pengendalian yang akan dilakukan. Penyemprotan
untuk
mengendalikan
serangan
hama
dan
penyakit
ini
menggunakan alat mistblower yang memiliki kapasitas 14 l. Pestisida yang digunakan antara lain dari insektisida dengan bahan aktif Imidakloprid untuk mengendalikan Empoasca sp. dan pestisida dengan bahan aktif Bifentrin untuk mengendalikan tungau jingga. Tenaga kerja dibagi dalam tiga tugas, yaitu sebagai penyemprot, pelangsir, dan pencampur. Standar prestasi kerja yang ditetapkan kebun Rumpun Sari Kemuning adalah 2 HK/ha. Prestasi kerja yang mampu dicapai penulis adalah 2 tangki mistblower. Pelaksanaan penyemprotan dimulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Pelaksanaan penyemprotan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pelaksanaan Penyemprotan HPT di PT Rumpun Sari Kemuning Pemetikan Pemetikan merupakan pengambilan pucuk teh yang memenuhi syaratsyarat pengolahan. Pemetikan juga berfungsi sebagai upaya untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan sebisa mungkin tidak merusak tanaman agar pertumbuhan pucuk selanjutnya menghasilkan kualitas yang baik. Keadaaan daun pemeliharaan perlu diperhatikan agar tunas yang akan muncul tumbuh dengan baik. Jenis pemetikan. Pemetikan dilakukan setelah perdu dipangkas sampai periode pangkas berikutnya. Pemetikan yang dilakukan selama masa satu gilir pangkas antara lain pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan gendesan. Pemetikan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah jendangan dan pemetikan produksi.
30 Pemetikan jendangan merupakan pemetikan awal yang dilakukan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan sekitar tiga bulan setelah dilakukan pemangkasan. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup sehingga diharapkan akan menghasilkan potensi pucuk yang tinggi. Pemetikan jendangan akan menentukan produksi dikemudian hari sampai pangkasan selanjutnya. Apabila terjadi kesalahan dalam pemetikan jendangan akan berdampak pada kerusakan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi. Pemetikan dilakukan pada tunas yang memiliki ketinggian lebih dari 15 cm dari luka pangkasan. Alat yang digunakan yaitu salib, ani-ani, keranjang dan waring. Salib digunakan untuk mengetahui pucuk yang telah siap untuk dipetik serta untuk membantu menyesuaikan bidang petik dengan topografi tanah. Ani-ani digunakan agar kerusakan akibat pemetikan tidak terlalu parah dan tidak merusak bidang petik, sedangkan keranjang dan waring digunakan untuk menampung hasil pucuk. Pemetikan produksi merupakan pemetikan setelah jendangan. Pemetikan produksi merupakan pemetikan biasa yang dilakukan terus-menerus dengan gilir petik tertentu sampai dilakukan pemangkasan kembali. Pemetikan dilakukan pada pucuk yang sudah manjing atau memenuhi syarat, termasuk pucuk burung yang berada di atas bidang petik. Jenis petikan. Jenis petikan antara lain petikan halus, medium, kasar dan petikan kepel. Petikan halus merupakan petikan pucuk peko dengan satu atau dua daun muda, ataupun petikan pucuk burung dengan satu daun muda (p+1m, p+2m, b+1m). Petikan medium yaitu pucuk peko yang dipetik dengan 2-3 daun muda, ataupun pucuk burung yang dipetik dengan 1-3 daun muda (p+2, p+3m, b+1, b+2m, b+3m). Petikan kasar bila yang dipetik pucuk peko dengan tiga daun atau lebih, ataupun pucuk burung dengan 1-3 daun tua (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t). Petikan kepel apabila yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel. Jenis petikan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah petikan medium. Sebagian besar perkebunan teh di Indonesia juga menggunakan petikan medium. Gilir petik dan hanca petik. Gilir petik merupakan jangka waktu antara pemetikan ke pemetikan berikutnya di tempat yang sama, yang dinyatakan dalam
31 hitungan hari. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan tumbuh pucuk. Pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian tempat serta iklim. Gilir petik yang digunakan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah ± 10 hari. Gilir petik bisa meningkat apabila pucuk belum siap untuk dipanen. Hanca petik merupakan wilayah dalam suatu blok yang akan dipetik dalam satu hari. Ada dua sistem hanca, yaitu hanca tetap dan hanca giring. Hanca tetap dimana pemetik bertanggung jawab terhadap wilayah petiknya masing-masing, sedangkan hanca giring dimana para pemetik digiring dan diarahkan oleh mandor. Pengaturan hanca petik ini berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok kebun dan gilir petik. Semakin pendek gilir petik, semakin luas hanca petikan, begitu pula sebaliknya. Penerapan hanca petik yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah sistem hanca giring. Pelaksanaan pemetikan. Pemetikan di Kebun Rumpun Sari Kemuning dimulai sekitar pukul 06.00 WIB. Wilayah atau lokasi petik ditentukan oleh mandor. Pemetikan dimulai dari tempat yang jauh dari jalan atau tempat penimbangan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengangkutan pucuk ke truk. Sistem yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Kemuning yaitu sistem nyisir. Pada sistem ini sekelompok pemetik yang dipimpin oleh mandor berjajar seperti sisir bergerak ke depan searah barisan tanaman. Sistem ini dapat mempermudah pengawasan oleh mandor dan juga meminimalisir pucuk yang terlewat untuk dipetik. Bobot pucuk yang mampu dipetik oleh pemanen dalam satu hari kerja biasanya dikenal dengan kapasitas pemetik. Kapasitas pemetik di Kebun Rumpun Sari Kemuning berkisar antara 40-60 kg per hari, sedangkan kapasitas petik penulis 5 kg per hari. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh kondisi cuaca, kondisi pucuk, keterampilan pemetik dan topografi tanah. Hasil pucuk ditimbang untuk mengetahui perolehan masing-masing pemetik. Penimbangan di Kebun Rumpun Sari Kemuning dilakukan dua kali, pada jam 09.30 WIB dan 12.30 WIB. Penimbangan dilakukan oleh kerani timbang dan dicatat oleh mandor petik serta disaksikan oleh para pemetik. Kegiatan pemetikan di Kebun Rumpun Sari Kemuning seperti pada Gambar 8.
32
Gambar 8. Pelaksanaan Pemetikan di PT Rumpun Sari Kemuning Analisis pucuk. Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan bagian muda, bagian tua, dan rusak. Pucuk dianggap rusak jika daun terlihat sobek, terlipat, atau terperam. Analisis ini dinyatakan dalam persentase. Analisis yang dilaksanakan di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan oleh satu orang tenaga. Pucuk yang dianalisis merupakan hasil pucuk yang baru tiba di pabrik. Pengambilan pucuk sebanyak 200 g dari setiap kemandoran. Pucuk dibedakan menjadi pucuk halus, kasar. dan rusak. Pengujian pucuk halus dan pucuk kasar dengan mematahkan batang pucuk, apabila batang berbunyi „klik‟ maka bagian atas merupakan pucuk halus dan bagian bawah pucuk kasar. Hasil setiap kriteria tersebut ditimbang dan dipersentasekan. Pucuk dikatakan memenuhi syarat jika persentase pucuk halus mencapai 40% dan dikatakan tidak memenuhi syarat bila persentase pucuk kasar dan rusak sebesar 60%. Analisis pucuk ini berfungsi untuk menilai kondisi pucuk yang akan diolah, menentukan harga pucuk dan memperkirakan persentase mutu teh jadi yang akan dihasilkan. Pengolahan Pengolahan teh merupakan metode atau perlakuan yang diterapkan pada pucuk teh yang melibatkan beberapa tahapan hingga menjadi jenis teh yang diharapkan. Produk teh kering yang dibuat oleh PT Rumpun Sari Kemuning adalah teh hijau. Hasil produksi teh di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 7. Proses pengolahan pucuk menjadi teh hijau dengan tahapan sebagai berikut: pelayuan, penggilingan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi, dan pengepakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan teh adalah alat dan lingkungan kerja harus bersih. Proses pembuatan teh hijau yaitu dengan menghentikan proses oksidasi dengan menggunakan panas.
33 Pelayuan. Pelayuan merupakan proses awal dalam produksi teh, oleh karena itu pelayuan menjadi kunci utama keberhasilan proses selanjutnya. Proses pelayuan pucuk teh yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning menggunakan alat yang disebut Rotary Panner (RP). Pucuk basah dilayukan melalui Hong yang berputar secara terus-menerus. Kapasitas mesin pelayuan 350 kg per jam pucuk basah per unit. Putaran alat 45 rpm dan suhu yang digunakan 90 oC-100oC. Mesin pelayuan yang dimiliki PT Rumpun Sari Kemuning ada dua unit. Gambar 9 menunjukkan proses pelayuan yang berlangsung di PT Rumpun Sari Kemuning.
Gambar 9. Proses Pelayuan Pucuk dihamparkan sebelum masuk ke dalam mesin pelayuan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sirkulasi pucuk teh sebelum diolah. Pucuk masuk ke conveyor melalui tempat pengisian (feed hopper) diratakan dengan leaf spreader agar pucuk yang masuk mesin tidak menggumpal. Blower dipasang diatas conveyor untuk meniupkan udara ke dalam silinder. Pelayuan pucuk sekitar 5-7 menit. Pucuk yang dihasilkan adalah pucuk layu dengan warna hijau dan lentur atau lemas dengan kadar air ± 70%. Aroma teh yang ditimbulkan harum dan tidak ada air yang keluar apabila diremas. Kerataan tingkat layu teh sangat menentukan kualitas teh. Penggilingan. Pucuk dari Rotary Panner masuk ke dalam Press Roll (PR). Press Roll (Gambar 10), atau yang biasa disebut jackson merupakan alat penggilingan yang berfungsi untuk membentuk daun teh menjadi gulungangulungan kecil. Proses penggilingan ini akan menyebabkan daun mengeluarkan semacam cairan yang berfungsi sebagai perekat daun yang menggulung. Sebelum masuk ke dalam jackson, pucuk didinginkan dan ditimbang sesuai kapasitas alat.
34 Alat tersebut memiliki kapasitas hingga 80 kg. Putaran jackson 25 rpm selama 10-15 menit. Kapasitas yang dimiliki mesin 400 kg per jam.
Gambar 10. Press Roll Alat penggiling ini juga dilengkapi dengan alat pengepres. Pengepres biasanya digunakan bila kondisi pucuk kurang baik misalnya banyak pucuk tua. Fungsi dari jackson adalah untuk mememarkan, menggulung, mengecilkan, dan meratakan daun teh sehingga nantinya akan terbentuk senyawa atau aroma teh dengan mutu baik. Setelah penggilingan, besar kemungkinan pucuk mengalami fermentasi. Oleh karena itu, pucuk harus segera dimasukkan ke alat pengeringan awal begitu proses penggilingan selesai dan tidak didiamkan. Hasil gilingan yang baik adalah daun tidak menjadi bubuk dan tidak ada air yang menetes dari alat. Bentuk gulungan dipengaruhi oleh kualitas bahan baku serta tingkat kelayuan pucuk. Pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air menjadi 3-5% sehingga meningkatkan daya simpan teh dan membantu menyempurnakan bentuk gulungan teh. Pengeringan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu, pengeringan awal dengan Endless Chain Presser (ECP), Repeat Dryer dan Ball Tea. Endless Chain Presser (ECP) atau Belong atau pengeringan awal merupakan alat untuk mengurangi kadar air pucuk hingga 40-45%. Hasil dari gilingan Press Roll dimasukkan ke dalam ECP dengan menaruh bahan di atas trys-trys yang berjalan. Bahan yang masuk diratakan dengan ketebalan ± 4 cm.
35 Alat pengering ini terdiri dari empat tingkatan bak pengering yang berbeda kadar panasnya, semakin ke bagian bawah, maka panasnya semakin menurun. Pengeringan awal menggunakan suhu 110 oC-135oC. Panas yang digunakan adalah uap panas murni. Alat tersebut memiliki kapasitas 300-350 kg per jam. Mesin ECP (Gambar 11) yang dimiliki PT Rumpun Sari Kemuning berjumlah dua unit.
Gambar 11. Endless Chain Presser (ECP) Rotary Dryer seperti pada Gambar 12 merupakan alat pengeringan yang gunanya sebagai pemanas lanjutan dari bahan yang keluar dari ECP. Bahan yang masuk ke Rotary Dryer sesuai dengan kapasitas alat yakni 100 kg per unit yang setara dengan satu troli. Alat ini menurunkan kadar air teh hingga 30%. Pengeringan dengan Rotary Dryer selama 30-40 menit. Suhu yang digunakan berkisar 85oC-70oC dengan putaran 25-30 rpm.
Gambar 12. Rotary Dryer Ball tea merupakan alat pengeringan akhir dari bahan atau pucuk teh sehingga didapatkan pucuk teh kering dengan kadar air ± 3%. Bahan yang dihasilkan dari Rotary Dryer masuk ke Ball Tea sesuai dengan kapasitas alatnya.
36 Ball Tea jumbo kapasitas per unitnya 500-700 kg bahan kering, sedangkan untuk Ball Tea ukuran kecil kapasitas 250 kg bahan per unitnya. Ball Tea dioperasikan dengan putaran 16 rpm dan suhu pengeringan 125 oC-175oC secara bertahap dan dilakukan selama 8-12 jam. Fungsi Ball Tea terutama untuk proses penggulungan bahan sehingga didapatkan mutu teh yang baik. Pemanasan menggunakan uap panas murni sehingga tidak ada bau asap karena dapat mempengaruhi aroma teh. Lama pengeringan juga tergantung dari kondisi bahan. Mesin Ball Tea ini juga digunakan untuk pemolesan teh kering yang sudah jadi agar lebih mengkilap dan memiliki gulungan yang sempurna. Alat Ball Tea seperti pada Gambar 13.
Gambar 13. Ball Tea Sortasi.
Sortasi
teh
kering
dilakukan
dengan
mesin
untuk
mengelompokkan teh kering menjadi beberapa jenis mutu teh hijau sesuai dengan permintaan pasar. Sortasi yang dilakukan PT Rumpun Sari Kemuning melalui beberapa tahapan. Alat yang digunakan yaitu Meksy Layer, Middle Ton, Winnower, Crusher, dan Stalk Separator. PT Rumpun Sari Kemuning menetapkan jenis mutu teh hijau menjadi dua yaitu grade 1 dan grade 2. Grade 1 terdiri dari Peko Super Besar (PSB), Peko Super Kecil (PSK), dan Cun Mee (CM). Grade 2 terdiri dari Lokal 1, Lokal 2, kempring, Tulang, dan Dust. Meksy Layer merupakan alat pemisah bahan yang mengelompokkan teh kering menjadi beberapa bagian. Mesin ini menggunakan ayakan untuk memisahkan bahan dengan ukuran 10, 8, 6, 4, dan 2 mesh. Alat ini memisahkan bahan menjadi PSB, PSK, Lokal 1, dan dust. Middle Ton merupakan alat sortasi yang berfungsi untuk memisahkan tulang dan menyeragamkan partikel teh. Middle Ton digunakan untuk sortasi PSB dan PSK. Winnower berfungsi untuk
37 memisahkan teh berdasarkan berat jenis. Stalk Separator digunakan untuk memisahkan tulang-tulang kecil, sedangkan Crusher berfungsi untuk memotong teh menjadi jenis yang dibutuhkan. Pengepakan. Pengepakan teh kering bertujuan untuk melindungi teh dari kerusakan, memudahkan transportasi dan efisiensi tempat dalam penyimpanan digudang. Pengemasan teh kering yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning menggunakan inner dan karung plastik. Namun, untuk produk ekspor pengemasan ditambah dengan karung goni. Pengemasan dilakukan berulang-ulang agar produk tidak mengalami kerusakan karena transportasi. Berat isi masing-masing karung yaitu 50 kg untuk PSK, CM dan dust; 45 kg untuk PSB; 35 kg untuk Lokal 1 dan Kempring; serta 25 kg untuk Lokal 2 dan tulang. Analisis teh kering. Analisis teh kering umumnya dilakukan berdasarkan pengujian organoleptik, antara lain rasa, aroma, dan warna. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui mutu teh kering yang dihasilkan dari proses pengolahan serta memperkirakan perolehan grade hasil teh kering. Analisa yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning selain organoleptik juga dilakukan pemisahan sampel teh kering untuk memperkirakan perolehan hasil berdasarkan grade yang ada.
38 Aspek Manajerial Mandor Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi semua kegiatan pekerjaan kebun yang diarahkan untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TM teh antara lain pemupukan, pengendalian gulma dan hama penyakit tanaman, dan pemangkasan. Pengawasan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perencanaan yang telah dibuat dengan penerapan di lapang serta meminimalisir kesalahan pada saat pelaksanaan kegiatan. Mandor pemangkasan bertugas mengawasi kerja para pemangkas dan memastikan jumlah tenaga pangkas yang hadir, mengarahkan kerja para pemangkas, serta membuat laporan pelaksanaan kegiatan pangkas. Pada saat melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor pupuk, kegiatan yang dilakukan antara lain mengawasi kerja KHL. Apabila pengawasan tidak dilakukan dengan baik, peluang terjadinya penyimpangan, misalnya pencurian pupuk maupun penebaran pupuk yang tidak merata, dapat merugikan perusahaan. Pelaksanaan pengendalian gulma dilakukan dalam dua kegiatan yaitu dongkel anak kayu dan penyemprotan herbisida yang masing-masing kegiatan diawasi oleh mandor yang berbeda. Secara umum tugas dan tanggung jawab mandor-mandor tersebut hampir sama yakni melakukan perencanaan kegiatan, pengawasan dan pelaporan hasil kegiatan. Pada saat menjadi pendamping mandor dongkel anak kayu dan penyemprotan herbisida, kegiatan yang dilakukan antara lain, membantu mandor dalam perencanaan kegiatan dan pengawasan kerja KHL. Mandor hama dan penyakit tanaman bertugas membuat rencana pelaksanaan penyemprotan, melakukan pengarahan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penyemprotan, serta melakukan koordinasi dengan petugas EWS dalam mengendalikan hama dan penyakit. Pada saat menjadi pendamping mandor hama dan penyakit, kegiatan yang dilakukan penulis antara lain melakukan pengawasan terhadap kerja karyawan.
39 Mandor Panen Tugas dan tanggung jawab mandor panen antara lain melakukan absensi tenaga petik, mengawasi kerja pemetik, melakukan peninjauan tentang pucuk yang dipetik dan pucuk yang tertinggal. Tugas mandor juga menentukan gilir petik, melakukan pencatatan hasil timbangan, serta membuat laporan harian mengenai produksi dan jumlah tenaga petik. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi pendamping mandor panen antara lain mengawasi kerja pemetik dan melakukan pencatatan hasil penimbangan pucuk. Mandor Pabrik Mandor pabrik terdiri dari mandor pengolahan, mandor sortasi, dan mandor pengepakan. Tugas dan tanggung jawab masing-masing mandor antara lain mengawasi para pekerja pabrik, memberikan pengarahan tentang pekerjaan yang harus dilakukan, serta membantu pekerja yang mengalami kesulitan. Pada saat menjadi penadamping mandor pabrik, penulis hanya melakukan pengawasan terhadap kerja karyawan. Asisten Kebun Tugas dan tanggung jawab asisten kebun yaitu bersama dengan administratur manajer menetapkan sasaran produksi atau rawat berdasarkan data tahun sebelumnya dengan pertimbangan-pertimbangan sesuai kondisi lapangan dan faktor lainnya; membuat rencana kerja blok mingguan dari dasar rencana bulanan; memberikan pengarahan tentang pekerjaan hari ini pada pagi hari kepada mandor atau supervisi sesuai SOP yang telah disepakati; memberikan pengarahan kepada mandor tentang pekerjaan esok hari dan evaluasi pekerjaan hari ini, mengevaluasi kerja para pekerja di lapang bersama para mandor untuk mengetahui norma yang sesuai; mengoreksi kerja harian yang disampaikan oleh para mandor untuk kemudian diserahkan kepada bagian administrasi untuk dijadikan data base dan rencana pembayaran; meeting koordinasi kegiatan dengan manajer tentang rencana berikutnya dengan memberikan laporan perihal yang dikerjakan di afdeling; mempertanggungjawabkan kondisi afdeling, biaya, produksi dan efisiensi serta bertanggung jawab penuh terhadap hal-hal yang
40 terjadi di afdeling; asisten kebun wajib menguasai blok yang ada dalam afdelingnya; serta melakukan pembinaan terhadap mandor sehingga diperoleh peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan di lapang. Pada kegiatan pemangkasan, tugas asisten kebun yaitu merencanakan, mengorganisasi, serta mengevaluasi pelaksanaan pemangkasan. Asisten kebun merencanakan pemangkasan sesuai dengan kondisi kebun, dan waktu pangkas sebelumnya. Perencanaan yang dilakukan meliputi penentuan blok dan luas areal yang akan dipangkas, penentuan kebutuhan tenaga, dan anggaran biaya. Asisten kebun menyerahkan pengorganisasian pelaksanaan pemangkasan kepada mandor pemeliharaan sesuai blok yang akan dilakukan pemangkasan. Pengevaluasian dilakukan oleh asisten kebun dengan mengecek tiap blok yang dilakukan pemangkasan dan laporan mandor pemeliharaan. Pada saat menjadi pendamping asisten kebun, kegiatan yang dilakukan oleh penulis antara lain mempelajari perencanaan kegiatan kebun, pengorganisasian perencanaan, serta mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.
PEMBAHASAN
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu. Apabila dibiarkan, tanaman teh akan tumbuh tinggi sehingga akan menyulitkan dalam pemetikan dan pemeliharaan tanaman. Dengan demikian, produksi akan turun dan target tidak dapat dicapai. Pada pelaksanaan magang dilakukan pengamatan pada pelaksanaan pemangkasan baik sebelum pemangkasan, pada saat pelaksanaan pemangkasan, dan setelah pemangkasan. Pengamatan sebelum pemangkasan dilakukan untuk melihat kesesuaian waktu pelaksanaan pemangkasan yang meliputi pengamatan pada tinggi tanaman, diameter tanaman, dan persentase pucuk burung. Pengamatan saat pangkas untuk melihat pelaksanaan pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning, sedangkan pengamatan setelah pemangkasan untuk mengetahui respon pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Waktu Pangkas Waktu pangkas merupakan saat yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan agar hasil pangkasan bisa optimal. Beberapa hal yang berhubungan dengan waktu pangkas antara lain gilir pangkas, kondisi tanaman, iklim, dan ketinggian tempat. Waktu yang tepat untuk melakukan pemangkasan adalah pada saat akhir musim penghujan karena pada saat itu frekuensi hujan tidak terlalu besar dan curah hujannya sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Apabila pemangkasan dilakukan pada musin kemarau akan menyebabkan kematian tanaman terutama pada tanaman yang berada di dataran rendah. Hal ini dikarenakan pada saat itu kondisi lingkungan menjadi kering, sehingga apabila dilakukan pemangkasan akan menyebabkan tanaman mengering karena ketersedian air untuk menyalurkan cadangan makanan tidak mencukupi. Gilir Pangkas Gilir pangkas merupakan jangka waktu antara pangkasan yang dahulu dengan pangkasan berikutnya dalam blok yang sama dan biasanya dinyatakan
42 dalam tahun. Penentuan gilir pangkas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman, dan tinggi pangkasan sebelumnya. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terletak pada ketinggian 700-1 300 m dpl menerapkan gilir pangkas 3-4 tahun dengan sistem petikan medium. Semakin tinggi letak suatu kebun maka gilir pangkasnya akan semakin lama, hal ini disebabkan oleh suhu dan intensitas matahari pada daerah dataran tinggi lebih rendah sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman semakin lambat (Setyamidjaja, 2000). Berdasarkan ketinggian, gilir pangkas pada tanaman teh yaitu daerah rendah (< 800 m dpl) dengan gilir pangkas berkisar 2-3 tahun, daerah sedang (800-1 200 m dpl) dengan gilir pangkas berkisar antara 3-4 tahun, dan pada daerah dataran tinggi (> 1 200 m dpl) gilir pangkasnya berkisar antara 4-5 tahun (PPTK Gambung, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum gilir pangkas yang ditetapkan PT Rumpun Sari Kemuning sudah cukup sesuai, tetapi pada daerah yang ketinggiannya > 1 200 m dpl seharusnya gilir pangkasnya 3-5 tahun. Apabila pengelolaan tanaman baik pada kebun yang ketinggian pangkasannya rendah dan pemanenan dengan sistem petikan berat, maka gilir pangkas kebun tersebut cinderung semakin panjang. Tinggi dan Diameter Tanaman Tanaman teh yang semakin tinggi dengan penutupan tajuk yang semakin lebar akan menyulitkan dalam proses pemetikan. Hal ini akan menyebabkan penurunan produksi sehingga target produksi tidak bisa dicapai. Menurut Sukasman (1988), untuk ukuran tinggi pemetik di Indonesia (155-165) tinggi bidang petik 120 cm merupakan tinggi maksimal. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman Blok B04 dan B05 adalah 116.59 cm dengan diameter rata-rata 120.84 cm. Pada Blok B04, tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dengan standar tetapi sudah dilakukan pemangkasan. Hal ini dikarenakan kondisi kebun yang kurang baik sehingga menyulitkan tenaga pemanen dalam mengambil pucuk. Diameter rata-rata kedua blok termasuk cukup lebar karena diameter yang melebihi 120 cm berarti
43 melebihi jarak tanaman yang umumnya 120 cm x 60 cm sehingga tingkat penutupan tajuk tanaman cukup tinggi. Persentase Pucuk Burung Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase rata-rata pucuk burung kedua blok 75.25%. Menurut Sukasman (1988), pemangkasan dilakukan pada saat persentase pucuk burung mencapai 70%. Hasil uji t-student juga menunjukkan bahwa persentase kedua blok tidak berbeda nyata sehingga secara umum pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning telah sesuai meskipun jika dilihat dari tinggi tanaman (Tabel 6) Blok B04 seharusnya belum dilakukan pemangkasan karena tinggi tanaman masih dibawah standar. Persentase pucuk burung pada tanaman akan semakin tinggi seiring dengan semakin tuanya umur tanaman sehingga periode burung juga semakin lama. Periode burung merupakan lamanya suatu pucuk berada dalam posisi dorman sehingga pertumbuhan pucuk baru juga semakin lama. Pada saat kondisi pucuk burung tinggi maka kadar pati di akar semakin banyak karena pada saat ini tanaman mengakumulasikan hasil fotosintesisnya di akar (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Tingkat Produksi Pemangkasan secara umum dilakukan bila tingkat produksi tanaman menurun. Hal ini dikarenakan semakin tua umur tanaman, pertumbuhannya akan beralih dari fase vegetatif ke fase generatif sehingga pertumbuhan pucuk menurun. Gambar 14 merupakan hubungan produksi dengan umur pangkas tanaman teh. Produksi tanaman meningkat seiring dengan bertambahnya umur pangkas pada tahun pertama sampai ketiga. Produksi maksimal berada pada umur tiga tahun setelah pemangkasan kemudian mulai menurun pada tahun keempat setelah pangkas. Penurunan produksi yang ditunjukkan pada Gambar 14 mungkin disebabkan karena beberapa hal misalnya ketinggian bidang petik yang menyulitkan pemetik memanen pucuk dan pertumbuhan pucuk lambat sehingga jumlah pucuk muda sedikit.
Produksi Basah (Kg)
44 1500000 1000000 500000 0 1
2
3
4
Umur Pangkas (tahun)
Gambar 14. Produksi Basah Pucuk Teh di Kebun Rumpun Sari Kemuning Persentase pucuk burung yang melebihi 70% (Tabel 7) dan diameter tanaman rata-rata (Tabel 6) yang cukup lebar akan menyebabkan pertumbuhan pucuk tidak maksimal, karena pucuk berada dalam fase dorman dan persaingan pucuk dalam mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan juga tinggi. Luas Areal Pemangkasan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menetapkan luas areal pemangkasan sebesar 30% per tahun dari total luas areal TM yang dibagi dalam dua semester. Waktu pangkas semester I pada bulan Februari sampai Juni (60-75% target setahun) dan semester II pada bulan September sampai November (25-40% target setahun). Penetapan luas areal pemangkasan sebelum tahun 2002 yakni sebesar 20%. Tabel 14 merupakan realisasi pelaksanaan pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning pada tahun 1998-2010 dengan persentase luas areal pemangkasan semester I 60% dan semester II 40%. Data realisasi Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaan pemangkasan belum sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan kebun yaitu sebesar 30% per tahun dari total luas areal TM. Rata-rata persentase luas areal pemangkasan tahun 2003-2010 yaitu 25.21%, dengan demikian target yang ditentukan oleh perusahaan belum sepenuhnya tercapai. Target dicapai hanya pada tahun 2004 sebesar 33.99% dan tahun 2008 sebesar 31.57% dalam periode 2003-2010. Hal ini terjadi karena pada saat pelaksanaannya waktu yang dibutuhkan para pemangkas melebihi waktu yang ditargetkan kebun sehingga
45 pelaksanaan pangkas pada blok lain juga tertunda. Penundaan ini berakibat luas areal pemangkasan lebih kecil dari target yang direncanakan sehingga ketentuan yang ditetapkan belum dapat terpenuhi. Seperti pada tahun 2010, kecilnya persentase luas areal pangkasan yakni hanya sebesar 21.91% , dengan luas area pangkasan 50.42 ha pada semester I dan 33.61 ha pada semester II, dikarenakan jadwal pemangkasan suatu blok melebihi waktu yang ditentukan. Rencana dan realisasi pemangkasan kebun Rumpun Sari Kemuning tahun 2010 dan 2011 tercamtum pada Lampiran 8. Tabel 14. Luas Areal Pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning Tahun 1998-2010
Tahun
Luas TM
1998 391.97 1999 391.97 2000 391.97 2001 391.97 2002 391.97 2003 391.97 2004 391.97 2005 391.97 2006 391.97 2007 391.97 2008 383.70 2009 383.70 2010 383.70 *) Rata-rata
Luas Pangkasan Semester I (ha) 39.36 53.89 71.35 38.50 18.72 55.76 79.93 68.87 29.03 56.62 72.67 57.05 50.42
Semester II (ha) 26.24 35.92 47.56 25.66 12.48 37.17 53.29 45.91 19.36 37.74 48.45 38.04 33.61
Total ha 65.60 89.81 118.91 64.16 31.20 92.93 133.22 114.78 48.39 94.36 121.12 95.09 84.03
% 16.74 22.91 30.34 16.37 7.96 23.71 33.99 29.28 12.35 24.07 31.57 24.78 21.90 25.21
Sumber : Arsip kantor Ket : *)Rata-rata Persentase Luas Areal Total Tahun 2003-2010
Alat Pangkas Alat pangkas yang biasa digunakan antara lain gergaji pangkas ataupun menggunakan sabit pangkas dan alat ukur. Pemotongan cabang/ranting yang berukuran lebih kecil dari ibu jari (diameter < 2 cm) digunakan gaet pangkas, sedangkan cabang/ranting yang berukuran lebih besar (diameter ≥ 2 cm) digunakan gergaji pangkas (Setyamidjaja, 2000). Sabit pangkas yang digunakan harus tajam agar batang/cabang yang dipangkas tidak rusak/pecah. Pelaksanaan
46 pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning menggunakan sabit pangkas (Gambar 15). Alat-alat pangkas yang digunakan dimiliki sendiri oleh para pemangkas.
Gambar 15. Sabit Pangkas
Jenis Pangkasan Jenis pangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan bersih (Gambar 16) yakni pangkasan dengan bidang pangkas yang rata, tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok), dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berdiameter < 1 cm untuk memperbaiki percabangan. Pembentukan bidang pangkas yang agak rendah bagian tengahnya dikarenakan bagian tengah umumnya memiliki pertumbuhan pucuk yang lebih cepat dibandingkan dengan bagian samping. Luka pangkas pada cabang pangkasan membentuk sudut 45 oC dan menghadap ke arah dalam. Luka pangkas tersebut sebisa mungin tidak terlalu lebar dan tidak pecah/rusak. Apabila luka pangkasan terlalu lebar, penguapan pada luka pangkasan akan tinggi sehingga menyebabkan tanaman menjadi kering. Pertumbuhan tunas pada cabang/ranting pangkasan yang rusak/pecah akan terganggu, karena jaringan pada cabang/ranting yang rusak/pecah akan mati sehingga zat pati tidak dapat berjalan lancar.
47
Gambar 16. Pangkasan Bersih
Tinggi Pangkasan Tinggi pangkasan merupakan ketinggian bidang pangkas dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan. Kebun Rumpun Sari Kemuning menetapkan standar ketinggian pangkas 55-65 cm dengan sistem pangkasan berjenjang. Pada sistem tersebut pemangkasan dilakukan dengan menaikkan tinggi pangkasan (± 5 cm) melebihi pangkasan sebelumnya. Pada Blok A15, B04, dan B05 telah mencapai 5-6 kali pemangkasan. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata ketinggian pangkasan pada ketiga blok yaitu 59.99 cm. Rata-rata ketinggian pangkasan tersebut masih berkisar pada standar yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu 55-65 cm. Tenaga Pemangkas Pemangkasan merupakan kegiatan yang tidak hanya membutuhkan tenaga, tetapi juga keterampilan dan kecekatan. Pengamatan tentang keterampilan tenaga pemangkas dinilai dari persentase kerusakan cabang dan komposisi batang yang tersisa pada tanaman yang telah dipangkas. Pengamatan dilakukan pada tenaga dengan membaginya dalam tiga kriteria yaitu berdasarkan lama kerja (≥ 10 tahun dan < 10 tahun), usia (≥ 50 tahun dan < 50 tahun), dan pendidikan pemangkas (SD dan tidak tamat SD) pada tanaman yang telah dilakukan pemangkasan sebanyak 5-6 kali. Hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa keterampilan
48 tenaga yang bekerja ≥ 10 tahun tidak berbeda dengan pemangkas yang berkerja < 10 tahun. Tenaga pemangkas yang berusia < 50 tahun tingkat keterampilan ketelitiannya tidak lebih baik dari pemangkas yang berusia ≥ 50 tahun, begitu pula tenaga yang berpendidikan minimal SD tidak berbeda dengan pemangkas yang tidak tamat SD dalam hal keterampilan dan ketelitian memangkas. Persentase kerusakan cabang akibat pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning cukup tinggi jika dibandingkan dengan persentase kerusakan cabang pada Unit Perkebunan Tambi dan unit Perkebunan Bedakah. Persentase kerusakan cabang beberapa kebun seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Perbandingan Persentase Kerusakan Cabang pada Beberapa Kebun Kebun PT Rumpun Sari Kemuning Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi*) Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi**)
% Kerusakan 13.05 10.94 6.54
Sumber : *) = Raharja, 2010 **) = Titisari, 2010
Tenaga pemangkas Kebun Rumpun Sari Kemuning bersifat borongan dengan upah Rp. 18.000,- per patok (400 m2). Satandar HK yang ditetapkan untuk pemangkasan adalah 0.04 ha/HK. Jumlah tenaga pemangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning 12 orang. Pada Tabel 9 terlihat bahwa realisasi penggunaan HK lebih rendah dibandingkan dengan rencana kebutuhannya. Hal ini disebabkan karena sulitnya mencari tenaga pemangkas. Prestasi kerja para pemangkas juga lebih tinggi dari standar yang ditentukan kebun. Para pemagkas lebih cinderung mengejar kuantitas hasil pangkasan. Hal ini seharusnya menguntungkan bagi pihak kebun karena selain biaya yang dikeluarkan lebih kecil, waktu penyelesaian pemangkasan bisa lebih cepat. Pada pelaksanaan dilapangan terkadang pengerjaan pemangkasan pada suatu blok melebihi waktu yang ditentukan oleh kebun. Tabel 16 menunjukkan pelaksanaan pemangkasan pada tiga blok di afdeling OA. Tabel 16 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemangkasan melebihi waktu yang ditentukan yang seharusnya pelaksanaan pemangkasan dalam suatu blok
49 selesai dalam waktu kurang lebih satu bulan. Penambahan waktu ini dikarenakan keterbatasan tenaga pemangkas. Tabel 16. Realisasi Pelaksanaan Pemangkasan di Tiga Blok PT Rumpun Sari Kemuning Blok A17 A14 A15
Luas Areal Pangkasan (ha) 16.39 20.50 9.87
Target Penyelesaian 35 hari 43 hari 21 hari
Pelaksanaan Pemangkasan 6 bulan 2 bulan 2 bulan
Sumber : Arsip Kantor
Kebutuhan tenaga pemangkas per hari dapat dihitung menggunakan rumus: ∑ Pemangkas = Ket : HKE = Hari Kerja Efektif (hari) Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh seorang pemangkas Hasil perhitungan diatas, apabila hari kerja efektif tiap bulan rata-rata 25 hari dengan kapasitas standar 0.04 ha/HK, maka rata-rata kebutuhan tenaga pemangkas per hari pada Blok A15, B04, dan B05 seharusnya sekitar 10 orang, tetapi pada pelaksanaan di lapang sering jumlah tenaga pemangkas yang hadir kurang dari 10 orang. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat sekitar, apabila ada acara yang menyangkut sosial budaya masyarakat maka jumlah tenaga pemangkas bisa berkurang drastis sehingga waktu pelaksanaan pemangkasan bertambah lama. Selain itu kondisi kebun juga mempengaruhi, misalnya pada blok A17 yang merupakan kebun paling atas dan untuk menuju keblok tersebut sangat sulit. Dalam hal ini pengawasan dari pihak mandor sangat diperlukan agar para pemangkas bekerja secara efektif dan efisien. Pertumbuhan Tunas Pucuk merupakan bagian tanaman teh yang paling penting karena pemanenan teh dilakukan pada pucuk. Pertumbuhan tunas pucuk sangat mempengaruhi gilir petik tanaman teh. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan teh, semakin pendek gilir petiknya. Oleh karena itu dilakukan pemangkasan untuk
50 mempermuda cabang-cabang agar bertahan pada fase vegetatif. Umumnya tunas mulai pecah setelah berumur 21 hari setelah pemangkasan. Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan pada dua blok yaitu blok A15 dan blok B05. Kedua blok berada pada ketinggian 1 100 m dpl dengan jenis klon yang sama yaitu TRI 2025. Hasil pengamatan pertumbuhan tunas di Kebun Rumpun Sari Kemuning terlihat pada Gambar 17. Tinggi Tunas (cm)
15 10 A15
5
B05 0 5
6
7
Umur Pangkasan (MSP)
Gambar 17. Pertumbuhan Tunas Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning
Pertumbuhan tunas dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain kesuburan tanah, suhu, dan intensitas penyinaran. Grafik tersebut menunjukkan bahwa perumbuhan tunas pada Blok A15 lebih cepat dibandingkan dengan Blok B05. Pada Blok A15 ada beberapa tunas yang tingginya sudah 15 cm pada minggu ke-7, sedangkan pada Blok B05 belum. Hasil tinggi pangkasan (Tabel 5) Blok BO5 lebih tinggi dibandingkan Blok A15, seharusnya pertumbuhan tunas lebih cepat karena cadangan makanan tanaman di Blok BO5 lebih banyak tetapi hasil pengamatan menunjukkan sebaliknya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh perbedaan umur pangkasan. Umur pangkasan pada Blok B05
lebih lama
dibandingkan Blok A15 (Tabel 8). Semakin tua umur cabang, semakin kuat tingkat dormansi tunas sehingga menyebabkan pertumbuhan tunas semakin lama (Sukasman, 1988). Pengelolaan Sisa Pangkasan Areal pangkasan yang terbuka akan menyebabkan peningkatan penguapan tanah sehingga kelembaban tanah akan menurun, hal ini dapat menghambat aktivitas penyerapan air dan hara. Oleh karena itu cabang/ranting dan daun
51 pangkasan diupayakan untuk tidak ke luar dari areall pangkasan dan dimanfaatkan untuk menambah bahan organik dan unsur hara tanah. Menurut penelitian Johan (2003), serasah pangkasan teh 23 750 kg/ha, terdiri dari 77% cabang/ranting dan 23% daun, setara dengan 235 kg urea + 48 kg TSP + 106 kg ZA/ha Data pengamatan sisa pangkasan pada Tabel 13 terlihat bahwa serasah hasil pangkasan rata-rata blok A15 yang berumur 19 tahun, serta Blok B04 dan B05 yang berumur 20 tahun, mencapai 24 160 kg/ha. Apabila serasah-serasah pangkasan tidak diambil dari kebun maka hara yang bertambah setara dengan 239.7 kg urea + 48.96 kg TSP + 108.12 kg ZA/ha. Hal ini berarti dalam empat tahun kedepan penyediaan kebutuhan unsur-unsur hara khususnya N dan P dapat dibantu oleh sisa-sisa pengkasan yang telah terdekomposisi tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan Widayat (2008) menyebutkan bahwa sisa pangkasan yang digunakan sebagai mulsa pada takaran 10, 20, 30 ton/ha dapat meningkatkan produksi pucuk dan menekan pertumbuhan gulma. Apabila bahan pangkasan dikeluarkan dari kebun, maka produksi akan turun sebesar 11.4% (Rachmiati dan Wibowo, 1988). Kayu sisa pangkasan yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning biasanya diambil oleh penduduk, padahal sebagian besar serasah merupakan kayu, tetapi hal ini bagi pihak kebun dianggap tidak terlalu merugikan karena secara tidak langsung para pengambil kayu dianggap telah membantu pihak kebun dalam kegiatan beres cabang.
PENUTUP
Kesimpulan Pelaksanaan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning sudah cukup baik. Melalui kegiatan magang mahasiswa dapat lebih memahami proses kerja nyata di lapang serta dapat meningkatkan kemampuan dalam hal pengelolaan tanaman teh, baik pada aspek teknis maupun manajerial. Ketentuan yang ditetapkan kebun sudah cukup sesuai dengan pedoman umum pemangkasan meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari beberapa hal yang kurang sesuai, misalnya pergeseran gilir pangkas serta tinggi pangksan yang belum sesuai dengan ketentuan. Pergeseran gilir pangkas karena penambahan waktu pemangkasan di blok lain menyebabkan pengerjaan pemangkasan tidak sesuai rencana yang dibuat. Pemangkasan yang dilakukan pada Blok B04 dan B05 di Kebun Rumpun Sari Kemuning memiliki rata-rata tinggi tanaman 116.29 cm dengan diameter 120 cm. Persentase rata-rata pucukburung di Kebun Rumpun Sari Kemuning 75.25%. Kondisi pucuk burung pada perdu yang sudah lebih dari 70% menunjukkan tanaman teh telah memenuhi syarat untuk dipangkas. Pangkasan bersih yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning memiliki rata-rata tinggi pangkasan 59.99 cm dan diameter pangkasan rata-rata 60.38 cm. Keterampilan tenaga pemangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning secara umum hampir sama dan tidak menunjukkan perbadaan yang berarti. Tingkat kerusakan cabang akibat pemangkasan di Kebun Rumpun Sari kemuning yang mencapai 13.45%, cukup tinggi dibandingkan dengan kebun lain. Pertumbuhan tunas pada dua afdeling yang diamati menunjukkan bahwa pertumbuhan tunas pada Blok A15 lebih cepat jika dibandingkan dengan Blok B05. Serasah hasil pangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning sebanyak 24 160 kg/ha yang setara dengan 239.7 kg urea + 48.96 kg TSP + 108.12 kg ZA/ha.
53 Saran Pelatihan kepada para pemangkas perlu dilakukan agar keahlian dan keterampilan para pemangkas dapat ditingkatkan sehingga tingkat kerusakan dapat diperkecil. Pengawasan mandor terhadap kerja para pemangkas harus ditingkatkan agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan tenaga pemangkas segera dapat diperbaiki. Mandor juga sebaiknya menanamkan tanggung jawab kepada para pemangkas agar mengerjakan pekerjaannya tepat waktu sehingga pelaksanaan rencana pangkas dapat dilakukan tepat waktu. Serasah hasil pangkasan sebaiknya tidak dikeluarkan dari kebun untuk menambah unsur hara.
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 224 hal. Bina UKM. 2010. Peluang usaha perkebunan teh. http://binaukm.com. [19 September 2010]. Ditjenbun. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2008-2010: Teh. Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta. 31 hal. Ditjenbun. 2010. Budidaya teh organik. http://
[email protected]. [19 September 2010]. FAO.
2009. Food and Agricultural http://faostat.fao.org. [6 Juni 2011].
commodities
production:
Tea.
Johan, M.E. 2003. Pemanfaatan Serasah Pangkasan Untuk Menunjang Peningkatan Produksi Pucuk Bagi Kebun Teh Organik. Prosiding Simposium Teh Nasional. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 163166. PPTK Gambung. 2009. Pemangkasan pada Tanaman Teh. PPTK Gambung. Gambung. 15 hal. Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Edisi ketiga.Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 191 hal. Rachmiati, Y dan Z.S Wibowo.. 1988. Pengaruh Bahan Pangkasan dan Dosis Pupuk Setelah Pemangkasan Terhadap Produksi. Prosiding Seminar Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung: 49-64 hal. Raharja, N. 2010. Mananjemen Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Tambi, Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 82 hal. Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal. Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh Kopi Cokelat Internasional. PT Gramedia. Jakarta. 125 hal. Sukasman. 1988. Pemangkasan Pada Tanaman Teh Menghasilkan. Prosiding Seminar Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung: 4964 hal. Suwardi, E. 1991. Penentuan saat pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan (TM). Warta Teh dan Kina 2(3/4):32-36.
55 Titisari, A. 2010. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hal. Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statiistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal. Widayat, W. 2008. Pengaruh penggunaan mulsa terhadap fluktuasi populasi dan intensitas serangan Empoasca. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 11 (3): 4557.
LAMPIRAN
57 Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian di PT Rumpun Sari Kemuning Prestasi Kerja Status
Tanggal
Uraian Kegiatan
Penulis
Karyawan
Standar
Lokasi
…………….(satuan/HK)…………….. Sampai di Lokasi Magang
−
−
−
15-Feb-11
Libur
−
−
−
16-Feb-11
Orientasi
−
−
−
17-Feb-11
Pemupukan
0.01 ha
0.84 ha
0.67 ha
PT RSK A04
18-Feb-11
Pemupukan
0.01 ha
0.84 ha
0.67 ha
B15
19-Feb-11
Pemupukan
0.01 ha
1.2 ha
0.67 ha
A05
20-Feb-11
0.001 ha
0.4 ha
1 ha
A12
0.01 ha
0.4 ha
1 ha
A12
0.01 ha
0.4 ha
1 ha
A12
24-Feb-11
Libur Pengendalian Gulma manual Pengendalian Gulma manual Pengendalian Gulma manual Pengendalian Gulma Kimia
0.01 ha
2.4 ha
0.67 ha
B10
25-Feb-11
Pengendalian Gulma Kimia
0.01 ha
2.4 ha
0.67 ha
B10
26-Feb-11
Pengendalian Gulma Kimia
0.01 ha
2.4 ha
0.67 ha
B10
27-Feb-11
Libur
28-Feb-11
Pengendalian Gulma Kimia
0.01 ha
2.4 ha
0.67 ha
B10
01-Mar-11
Pemangkasan
0.01 patok
0.5 0patok
0.04 ha
A15
02-Mar-11
Pemangkasan
0.02 patok
0.5 patok
0.04 ha
A15
03-Mar-11
Pemangkasan
0.01 patok
0.5 patok
0.04 ha
A15
04-Mar-11
EWS
2 jam
4 jam
−
B15
05-Mar-11
Libur
06-Mar-11
Libur
07-Mar-11
EWS
2 jam
4 jam
−
A14
08-Mar-11
EWS
2 jam
4 jam
−
A14
09-Mar-11
Pengendalian HPT
1 tangki
15 tangki
15 tangki
A14
10-Mar-11
Pengendalian HPT
1 tangki
15 tangki
15 tangki
A14
11-Mar-11
Pengendalian HPT
2 tangki
15 tangki
15 tangki
A14
12-Mar-11
Pengendalian HPT
3 tangki
10 tangki
15 tangki
B05
13-Mar-11
Libur
14-Mar-11
Pemetikan
5 kg
22.6 kg
−
A13
15-Mar-11
Pemetikan
5 kg
21.3 kg
−
A13
16-Mar-11
Pemetikan
3 kg
20.7 kg
−
A14
17-Mar-11
Pemetikan
5 kg
20.5 kg
−
A14
18-Mar-11
Pengolahan
6 jam
6 jam
−
Pabrik
19-Mar-11
Pengolahan
6 jam
6 jam
−
Pabrik
20-Mar-11
Libur
21-Feb-11 22-Feb-11 23-Feb-11
KHL
PT RSK
14-Feb-11
58
Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Rumpun Sari Kemuning Prestasi Kerja Status
Tanggal
21-Mar-11 22-Mar-11 23-Mar-11 24-Mar-11 25-Mar-11 26-Mar-11 27-Mar-11 28-Mar-11 29-Mar-11 30-Mar-11 31-Mar-11
Pendamping Mandor
Uraian Kegiatan
∑ KH yang diawasi (orang)
Luas Areal yang diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
Pemupukan
25
14.83 ha
3 jam
A13
18
1.5 ha
5 jam
A17
18
1.5 ha
5 jam
A17
28
2.5 ha
5 jam
A17
4
2.73 ha
3.5 jam
B03
4
2.73 ha
4.5 jam
B03
6
2.73 ha
4.5 jam
B13
6
2.73 ha
4.5 jam
B13
2
−
2.5 jam
A15
−
3 jam
A17
Pengendalian Gulma manual Pengendalian Gulma manual Pengendalian Gulma manual Pengendalian Gulma Kimia Pengendalian Gulma Kimia Libur Pengendalian Gulma Kimia Pengendalian Gulma Kimia Pemangkasan Pemetikan Jendangan
01-Apr-11
Pemangkasan
4
−
2.5 jam
A15
02-Apr-11
Pemangkasan
2
−
1 jam
A15
03-Apr-11
Libur
04-Apr-11
EWS
−
−
3 jam
B12
05-Apr-11
EWS
−
−
3 jam
A05
06-Apr-11
EWS
−
−
3 jam
A06
6
5 jam
A05
6
5 jam
A05
6
5 jam
A05
07-Apr-11 08-Apr-11 09-Apr-11
Pengendalian HPT Pengendalian HPT Pengendalian HPT
10-Apr-11
Libur
11-Apr-11
Pemetikan
39
6 jam
A17
12-Apr-11
Pemetikan
28
6 jam
A17
13-Apr-11
Pemetikan
34
6 jam
A16
14-Apr-11
Pengolahan
13
2 jam
Pabrik
15-Apr-11
Pengolahan
13
2 jam
Pabrik
16-Apr-11
Pengolahan
13
2 jam
Pabrik
17-Apr-11
Libur
59 Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kebun di PT Rumpun Sari Kemuning Prestasi Kerja Status
Tanggal
Uraian Kegiatan
∑ KH yang diawasi (orang)
18-Apr-11
Pemupukan
19-Apr-11
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
17
3.5 jam
B09
Pemupukan
16
4 jam
A05
20-Apr-11
Pemupukan
30
3.5 jam
A06
21-Apr-11
Pemupukan
17
3.5 jam
B07
22-Apr-11
Libur
23-Apr-11
Izin
24-Apr-11
Libur
25-Apr-11
Pengamatan
−
−
−
B05
26-Apr-11
Pengamatan
−
−
−
B06
27-Apr-11
Pengamatan
−
−
−
B07
28-Apr-11
Pengamatan
−
−
−
B08
29-Apr-11
Pengamatan
−
−
−
B09
30-Apr-11
Pengamatan
−
−
−
B10
9
2 ha
4 jam
A17
7
2 ha
4 jam
A17
9
2 ha
4 jam
A17
9
1.5 ha
2 jam
A15
9
2 ha
4 jam
A15
1
2 jam
B04
01-Mei-11 Pendamping Asisten Kebun
02-Mei-11 03-Mei-11 04-Mei-11 05-Mei-11 06-Mei-11
Luas Areal yang diawasi (ha)
Libur Pengendalian Gulma Kimia Pengendalian Gulma Kimia Pengendalian Gulma Kimia Pengendalian Gulma Kimia Pengendalian Gulma Kimia
07-Mei-11
Pemangkasan
08-Mei-11
Libur
09-Mei-11
Pemangkasan
1
2 jam
B04
10-Mei-11
Pemangkasan
1
2 jam
B04
11-Mei-11
Pemangkasan
1
2 jam
B04
12-Mei-11
Pemangkasan
1
2 jam
B04
13-Mei-11
Pemangkasan
1
2 jam
B04
14-Mei-11
Pemangkasan
1
2 jam
B04
15-Mei-11
Libur
16-Mei-11
Izin
17-Mei-11
Libur
60 Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja Status
Pendamping Asisten Kebun
Tanggal
Uraian Kegiatan
∑ KH yang diawasi (orang)
18-Mei-11
Pemupukan
17
19-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
20-Mei-11
Pengamatan
−
−
−
21-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
OAOB
22-Mei-11
Libur
23-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
24-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
25-Mei-11
Pengamatan
−
−
−
26-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
27-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
28-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
OAOB OAOB B05 OAOB OAOB OAOB
29-Mei-11
Libur
30-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
31-Mei-11
Pengawasan
−
−
−
01-Jun-11
Pengamatan
−
−
−
02-Jun-11 03-Jun-11 04-Jun-11 05-Jun-11 06-Jun-11 07-Jun-11 08-Jun-11 09-Jun-11 10-Jun-11 11-Jun-11 12-Jun-11 13-Jun-11 14-Jun-11
Libur Administrasi Administrasi Libur Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Libur Administrasi Pamitan
− −
− −
− −
Kantor Kantor
− − − − − −
− − − − − −
− − − − − −
Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor
−
−
−
Kantor
Luas Areal yang diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam) 3.5 jam
Lokasi B03 OAOB
OAOB OAOB OAOB
61
Lampiran 4. Peta Kebun PT Rumpun Sari Kemuning
61
62
Lampiran 5. Data Curah Hujan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2001-2010 Tahun Bulan
2001 CH
2002 HH
CH
2003 HH
CH
2004 HH
CH
2005 HH
CH
2006 HH
CH
2007 HH
CH
2008 HH
CH
Jan
570
23
500
20
482
17
592
26
700
18
488
25
314
12
2009 HH
CH
586
18
Rata-rata
2010 HH
CH
702
23
HH
CH
HH
495
29
543
21
Feb
334
18
482
17
622
24
714
25
471
18
514.5
21
1 018
22
441
20
632
22
592
21
582
21
Mar
450
16
547
16
491
20
405
22
419
21
211.5
20
476
15
754.5
26
406.5
17
792.5
25
495
20
Apr
600
18
459
16
110
9
235
14
351
16
394
21
766
22
224
13
327
15
142
14
361
16
Mei
68
6
100
6
11.8
11
345
17
80
7
639
17
96
7
265.5
9
315.5
18
436
22
236
12
Jun
156
9
0
0
33
4
56
3
235
9
27
3
238
8
34
2
138.5
8
237
11
128
6
Jul
103
7
10
1
0
0
244
8
124
9
2
1
22
3
0
0
36
4
136
9
75
5
Ags
19
2
12
2
11
2
0
0
24
4
0
0
9
1
14
2
2
1
92
10
23
3
Sep
121
7
7
1
60.3
7
28.5
4
126
7
0
0
0
0
10
1
68
2
480
20
100
5
Okt
574
21
62
5
142
12
62.5
4
132
13
3
1
75
7
317
16
208.5
4
407
16
198
10
Nop
423
20
307
17
316
16
578.5
17
315
11
66
9
395
15
505
11
301
16
720
20
393
15
Des
388
12
429
24
399
19
587.5
19
615.5
23
748
29
1 138
23
220
8
346
12
628
23
550
19
Total
3806
159
2915
125
2678.1
141
3848
159
3592.5
156
3093
147
4547
135
3371
126
3483
142
5157.5
220
3684
153
BB
10
6
7
8
10
6
7
8
9
11
8.2
BL
1
2
1
1
1
1
2
0
1
1
1.1
3
1
5
3
4
2
0
2.7
BK Sumber Ket
1 4 4 : Arsip Kantor : CH = Curah Hujan (mm) HH = Hari Hujan (hari) BB = Bulan Basah (CH > 100 mm) BB = Bulan Lembab (CH 60-100 mm) BK = Bulan Kering (CH < 100 mm) Rata-rata BB = 8.2 Rata-rata BL = 1.1 Rata-rata BK = 32.7 Q= Tipe Iklim B Menurut Schmidt-Ferguson
62
63
Lampiran 6. Struktur Organisasi PT Rumpun Sari Kemuning Administratur
Kepala Tanaman
Asisten Tanaman
Mdr. Panen
Koord. HPT
Mdr. Rawat
Mdr. HPT
Kepala TU
Kepala Pabrik
EWS
Kr. Tanaman Kr. Timbang
Kr. Pabrik
Laboran Personalia
PHL
PHL
PHL Kr. Umum/Analisa Mdr. Olah
Mdr. Sortasi
Mdr. Mekanik
Mdr. Pengepakan
Kasir
Satpam
OB/Tk. kebun PHL/PHT PHL/PHT
PHL/PHT PHL/PHT
Driver
63
64
Lampiran 7. Produksi Teh di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008-2010 Produksi Kering (kg) Luas Areal (ha)
Tahun
Grade 1
Grade 2 Keringan murni
PSK
PSB
CM
Kempring
Lokal 1
Lokal 2
Tulang
Dust
2008
391.97
78 771
113 800
43 124
71 599
129 268
102 963
108 481
72 400
146 225
2009
383.70
80 677
112 131
52 792
76 520
137 369
104 521
115 646
76 305
110 276
2010
383.70
78 708
118 651
48 262
83 586
156 147
112 152
124 039
82 118
108 120
Total
238 156
344 582
144 178
231 705
422 784
319 636
348 166
230 823
364 621
Rata-rata
79 385
114 861
48 059
77 235
140 928
106 545
116 055
76 941
121 540
Sumber : Arsip Kantor dan Pabrik Ket : PSK = Peko Super Kecil PSB = Peko Super Besar CM = Cun Mee
64
65
Lampiran 8. Rencana dan Realisasi Pemangkasan Kebun Rumpun Sari Kemuning Tahun 2010 dan 2011 Tahun 2010
Afdeling OA
OB
2011
OA
OB
Luas Areal (ha)
Luas Areal Pangkas (ha) Total Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
207.12
Rencana
-
20.50
-
-
16.39
-
-
15.55
-
14.87
-
-
67.31
207.12
Realisasi
-
10.00
10.50
-
-
-
4.45
10.55
-
-
6.39
5.00
46.89
176.58
Rencana
11.99
-
15.15
-
-
16.05
-
-
18.85
-
-
-
62.04
176.58
Realisasi
15.15
-
-
-
-
6.00
-
5.00
-
5.00
-
5.99
37.14
207.12
Rencana
5.00
9.80
9.71
-
5.00
-
-
9.80
9.71
7.29
-
-
56.30
207.12
Realisasi
-
9.87
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9.87
176.58
Rencana
5.96
7.08
9.43
12.37
-
7.08
5.97
6.83
-
-
5.54
-
60.24
176.58
Realisasi
-
-
-
6.05
14.15
-
-
-
-
-
-
-
20.20
Sumber : Budget Rawat Tahunan PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2010-2011 Ket : Realisasi Pemangkasan Tahun 2011 Sampai Bulan Mei
65