PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH
ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi,PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembinmbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013 Rosiantim Lydia Septianingrum A24080155
ABSTRAK ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM. Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH. Kegiatan magang ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan tanaman teh terhadap aspek khusus yaitu pemangkasan dan menambah wawasan serta pengalaman kerja nyata. Magang ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Mei 2012 di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Tujuan dari pengelolaan pemangkasan adalah mempelajari pemangkasan yang baik dan tepat, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman teh. Unit Perkebunan Tambi menggunakan jenis pangkasan produksi dan tipe pangkasan tengah bersih. Waktu pelaksanaan kegiatan pemangkasan kurang sesuai dengan waktu yang direncanakan karena kekurangan tenaga pemangkas. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan ketepatan pemangkasan yaitu kondisi tanaman, jenis pangkasan yang sesuai dengan kondisi tanaman, waktu pemangkasan yang tepat, alat pangkas yang tepat dan keterampilan tenaga kerja. Akibat dari pemangkasan yang kurang tepat yaitu kerusakan cabang pada tanaman teh, diameter dan tinggi bidang petik yang tidak sesuai dan laju pertumbuhan tunas menjadi lambat menyebabkan produksi menurun. Kerusakan cabang yang cukup tinggi di Blok Taman disebabkan oleh penggunaan alat pangkas mekanis yaitu mesin pangkas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan yang baik dan pembinaan keterampilan tenaga pemangkas. Kata kunci : teh, pemangkasan, Tambi, Camellia sinensis
ABSTRACT ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM. Tea Crop Pruning (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) at Plantation Unit Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Central Java. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH. Apprenticeship aims to analyze the management of the tea plant against specific aspects of the cuts and add insight and real work experience. Internship was conducted from February to May 2012 in Plantation Unit Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Central Java. The purpose of pruning is to study the management of a good and proper pruning, so as to improve the quality and quantity tea plants. Plantation Unit Tambi using pruning type of production and the type of clipping middle clean. Less time of trimming activities in accordance with the planned time due less of man power of trimmer. The factors that affect the success and accuracy of trimming the plant conditions, in accordance with the type of clipping crop conditions, while proper pruning, proper pruning tools and skills of the workforce. As a result of the lack of proper pruning branches that damage the tea plant, diameter and height fields are not appropriate quotation and shoot growth rate becomes slow causing production to decline. Branch damage is quite high at Block Park caused by the use of the machine tool mechanical pruning cut. Therefore it is necessary for good supervision and coaching skills that are appropriate in order to get good results and proper clipping. Keyword : tea, pruning, Tambi, Camellia sinensis
PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH
ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Judul skripsi : Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Nama : Rosiantim Lydia Septianingrum NIM : A24080155
Disetujui oleh
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur atas segala berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat diselesaikannya skripsi magang ini sebagai tugas akhir. Skripsi magang yang berjudul Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah merupakan salah satu syarat kelulusan. Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012. Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua (Binsar Simanjorang dan MG. Sutarminingsih) yang tidak pernah lelah memberikan doa, dukungan dan pendapat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, ucapan terimakasih kepada Bapak Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, pendapat dan dukungan selama peyusunan skripsi ini dan kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Bapak Ir. Bambang Jatmiko selaku Pimpinan Unit Perkebunan Tambi dan Bapak Tuyitno, SE serta Bapak Muhammad selaku Asisten kebun yang telah memberikan ilmu, pengarahan, pendapat, dukungan, dan motivasi kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan magang ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Dengan diselesaikannya skripsi magang ini, diharapkan dapat mendukung kelulusan dan penyelesaian masa studi penulis, serta skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.
Bogor, Agustus 2013 Rosiantim Lydia Septianingrum
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Teh Syarat Tumbuh Budidaya Tanaman Teh Pemangkasan METODE MAGANG Tempat dan Waktu Pelaksanaan Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Penanaman Pemeliharaan Tanaman Pemetikan Pengolahan Pucuk Teh Hitam (Pabrik) Aspek Manajerial Kepala Sub Bagian Kebun Kepala Blok Asisten Pembimbing PEMBAHASAN Jenis dan Tipe Pangkasan Waktu Pemangkasan Luas Areal Pemangkasan Alat Pangkas Tinggi dan Diameter Pangkasan Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung Kerusakan Cabang pada Pemangkasan Kebutuhan Tenaga Kerja Pemangkasan Keterampilan Tenaga Pemangkas
vii vii viii 1 1 2 2 2 3 3 4 5 5 5 6 7 7 7 8 8 9 9 10 11 11 11 12 13 19 23 28 28 29 29 30 30 31 32 32 33 34 35 35 37 37
Pertumbuhan Pucuk Setelah Pemangkasan Jenis Gulma yang Terdapat di Areal Perkebunan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
39 40 42 42 42 43 44
DAFTAR TABEL 1. Topografi tanah Unit Perkebunan Tambi 2012 2. Luas areal lahan dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi 2012 3. Produksi dan produktivitas Unit Perkebunan Tambi Tahun 2007 – 2011 4. Jenis insektisida dan dosis yang digunakan di UP Tambi 2012 5. Jumlah tenaga kerja dan rata-rata kapasitas pemetik berdasarkan keadaan di lapang dan hasil perhitungan rasio pemetik di UP Tambi 2012 6. Selisih timbangan kebun dan pabrik Unit Perkebunan Tambi 2012 7. Analisis pucuk Unit Perkebunan Tambi 2012 8. Rencana luas areal pangkasan setiap tahun pangkas masing-masing blok kebun di Unit Perkebunan Tambi 2012 9. Rata-rata tinggi pangkasan dan diameter bidang pangkas Blok Taman dan Blok Pemandangan di Unit Perkebunan Tambi 10. Rata-rata tinggi dan diameter bidang petik Blok Taman dan Blok Pemandangan di Unit Perkebunan Tambi 11. Jumlah dan persentase pucuk burung di Unit Perkebunan Tambi 12. Jumlah dan persentase cabang rusak saat dilakukan pemangkasan 13. Jumlah tenaga pemangkas secara teori dan riil di Blok Taman dan Blok Pemandangan Unit Perkebunan Tambi 2012 14. Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan usia 15. Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan lama bekerja 16. Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan tingkat pendidikan 17. Rata-rata tinggi pucuk setelah pemangkasan di Blok Taman dan Blok Pemandangan Unit Perkebunan Tambi 18. Jenis gulma di Unit Perkenunan Tambi
9 9 10 18
22 24 25 32 33 34 35 36
37 38 38 38 39 41
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pembibitan Pengendalian gulma Pemupukan Alat pemetikan Penimbangan pucuk teh di areal kebun Penimbangan pucuk teh di pabrik Mesin Ayakan Alat Pangkas Tanaman Teh setelah pemangkasan
12 14 15 22 23 24 28 33 36
10. Grafik Laju Pertumbuhan Tunas 11. Jenis Gulma
40 41
DAFTAR LAMPIRAN 1. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 2. Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten bagian kebun di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 4. Peta kebun Unit Perkebunan Tambi Blok Panama dan Blok Pemandangan 5. Peta kebun Unit Perkebunan Tambi Blok Taman dan Blok Tanah Hijau 6. Data curah hujan Unit Perkebunan Tambi 2002 - 2011 7. Struktur organisasi Unit Perkebunan Tambi 2012
45 48 49 50 51 52 53
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 spesies, terutama di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30o sebelah utara maupun selatan garis khatulistiwa. Selain dikonsumsi sebagai minuman, tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias. Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jenderal Champyus di Jakarta. Kemudian, pada tahun 1826, tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya di Bogor (PPTK 2006). Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia, yang terbagi menjadi dua macam berdasarkan hasil pengolahannya yaitu teh hitam dan teh hijau (Pusat Studi Industri dan Perdagangan 1999). Perbedaan kedua macam teh ini disebabkan karena adanya perbedaan cara pengolahan dan peralatan yang digunakan. Dalam proses pengolahan teh hitam dilakukan proses fermentasi (oksidasi enzimatis) yang cukup, sedangkan pengolahan teh hijau tidak memerlukan proses tersebut. Produksi teh di Indonesia masih dapat ditingkatkan. Pada tahun 2011, produksi teh Indonesia mencapai 150 776 ton dan produkstivitas 1 477 kg/ha dengan luas areal 123 938 ha, sedangkan tahun 2012 angka sementara produksi teh yaitu 150 949 ton dan produktivitas 1 472 kg/ha dengan luas areal 124 294 ha (BPS 2012). Dalam rangka peningkatan produksi dan diimbangi dengan kualitas yang baik, maka perlu diperhatikan teknis dalam pengelolaan perkebunan yaitu persiapan lahan, pemeliharaan, pemanenan sampai ke bagian pengolahan. Aspek teknis budidaya yang kurang tepat dan efektif, dapat menurunkan produktivitas dan kualitas tanaman teh. Dalam budidaya tanaman teh, pemangkasan merupakan pekerjaan yang sangat penting. Menurut PPTK 2006, tujuan dari kegiatan pemangkasan yaitu mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada masa vegetatif, mengusahakan agar bidang petik tetap rendah sehingga mempermudah dan mempercepat dalam pengumpulan hasil (panen), merangsang pertumbuhan tunastunas baru yang lebih banyak, memperbaiki bentuk tanaman, dan membuang cabang-cabang yang tidak dikehendaki yang dapat menghambat pertumbuhan tunas baru/muda. Hingga saat ini, belum diketahui cara pemangkasan yang paling baik, karena suatu cara pemangkasan yang baik di kebun yang satu, belum tentu baik di kebun yang lain (Adisewojo 1982). Apabila hasil produksi suatu perkebunan semakin meningkat, maka cara pemangkasan yang dilakukan sudah cukup baik, karena tujuan utama dari pemangkasan itu sendiri yaitu agar tanaman teh mengeluarkan pucuk lebih banyak dan memudahkan dalam pemungutan hasil. Pemangkasan yang dilakukan di perkebunan teh biasanya merupakan pangkasan produksi, dimana jenis pangkasan produksi terdiri atas pangkasan indung, pangkasan bentuk, pangkasan kepris, pangkasan bersih, pangkasan tengah bersih, pangkasan ajir, pangkasan dalam dan pangkasan leher akar (PPTK 2006).
2
Keberhasilan dari kegiatan pemangkasan di samping ditentukan oleh waktu, jenis dan daur pangkasan, serta cara pemangkasan dan keterampilan tenaga pemangkas. Pemangkasan yang tidak baik, dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman yang dapat menyebabkan kehilangan hasil. Oleh karena itu, tenaga kerja harus terlatih dan terampil dalam melakukan kegiatan pemangkasan. Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang adalah untuk meningkatkan kemampuan, menambah pengalaman, dan memperluas wawasan mengenai teknik budidaya tanaman teh dalam proses kerja secara nyata. Tujuan khusus kegiatan magang ini yaitu mempelajari dan menganalisis aspek pemangkasan tanaman teh, faktor yang menyebabkan kerusakan cabang saat pemangkasan, serta laju pertumbuhan tunas.
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Teh Tanaman Teh (Camellia) berasal dari dataran subtropis dengan ketinggian tempat lebih dari 800 m di atas permukaan laut (m dpl) yang merupakan tanaman perdu dengan cabang yang banyak, sehingga jika dibiarkan tumbuh tanaman teh dapat mencapai ketinggian 6 – 9 m. Bagi perusahaan perkebunan teh, tanaman teh jika dibiarkan tidak akan menghasilkan produksi, sehingga dilakukan pemangkasan. Pemangkasan dilakukan untuk menjaga agar tanaman teh tetap dapat menghasilkan pucuk teh yang akan diolah dan mempermudah dalam melakukan pemetikan/pemungutan pucuk daun teh. Tanaman teh yang berasal dari stek umumnya dapat dipetik setelah berumur 1,5 – 2 tahun. Pemeliharaan yang dilakukan dengan baik, tepat dan teratur dapat memberikan hasil pucuk daun teh yang baik dan berkualitas (Adisewojo 1982). Tanaman teh memiliki akar tunggang yang panjang, dengan akar cabang disekelilingnya. Apabila akar tunggang terputus, maka akar cabang akan tumbuh dan seolah-olah menggantikan akar tunggang (Adisewojo 1982). Akar tanaman teh cukup peka terhadap keadaan fisik tanah dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah (Setyamidjaja 2000). Daun teh merupakan daun tunggal yang letaknya pada tangkai hampir berselingan. Helai daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan bertulang daun menyirip. Tepi daun licin dan bergerigi. Pada bagian bawah daun-daun muda diseliputi bulu-bulu halus yang mengkilat. Bunga tanaman teh merupakan bunga tunggal yang keluar dari ketiak daun, mempunyai kelopak sebanyak 5 – 6 helai, berwarna putih dan berbau harum, serta memiliki benang sari cukup banyak yaitu lebih dari 100 butir. Buah teh dinamakan buah kotak yang jika telah masak dan kering buah akan pecah, sehingga biji yang ada di dalamnya jatuh ke luar (Adisewojo 1982). Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga dan berdinding tebal. Warna buah
3
semakin tua, semakin kusam. Biji teh berwarna coklat, memiliki tiga ruang, kulit buahnya tipis, berbentuk bundar (Setyamidjaja 2000). Syarat Tumbuh Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh iklim dan tanah. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu suhu udara, curah hujan, sinar matahari, dan ketinggian tempat. Tanaman teh menghendaki suhu udara yang sejuk. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar antara 13 – 25 0C, diikuti sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif (Rh) tidak kurang dari 70%. Tanaman teh akan terhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 130C dan di atas 30 0C serta kelembaban relatif (Rh) kurang dari 70% (PPTK 2006). Tanaman teh tidak tahan kekeringan. Tanaman ini tumbuh baik di daerah dengan curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Jumlah curah hujan per tahun lebih dari 2 000 mm (Muljanto dan Yudono 1998). Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh, semakin banyak sinar matahari yang diterima oleh tanaman teh, maka semakin cepat pertumbuhannya apabila diikuti pula dengan curah hujan yang cukup. Semakin banyak sinar matahari, semakin tinggi suhu udara. Oleh karena itu, untuk mengatasi sinar matahari yang berlebihan, digunakan pohon pelindung (PPTK 2006). PPTK (2006) menyatakan bahwa ketinggian tempat untuk daerah pertanaman teh yaitu dari 400 – 2 000 m dpl, terbagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah (< 800 m dpl), dataran sedang (800 – 1 200 m dpl) dan dataran tinggi (> 1 200 m dpl). Perbedaan suhu udara sangat erat kaitannya dengan ketinggian tempat dan berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan perdu teh. Daerah dataran rendah tanaman teh hanya dapat tumbuh agak baik di bawah pohon pelindung. Komposisi tanah di dataran rendah umumnya juga kurang baik untuk tanaman teh, sebab biasanya tidak gembur dan kurang subur (Adisewojo 1982). Oleh karena itu, hasil teh dari dataran tinggi mempunyai aroma dan mutu yang lebih baik dibandingan teh dari dataran rendah. Tanah yang baik dan sesuai untuk tanaman teh yaitu memenuhi syarat sebagai berikut yaitu tanah yang subur, gembur dan mengandung bahan organik yang cukup ; tidak memiliki lapisan cadas yang sulit ditembus oleh akar, dengan derajat kemasaman (pH) antara 4.5 – 5.6 ; drainase baik dengan kemiringan lahan < 35% (landai) (PPTK 2006). Jika kemiringan antara 30% - 60%, masih dapat diupayakan dengan melakukan perlakuan khusus seperti penanaman dalam barisan lebih rapat dengan pola kontur. Pada umumnya tanah yang baik untuk pertumbuhan teh terletak di lereng gunung berapi dengan jenis tanah Andosol. Budidaya Tanaman Teh Perkembangan teknologi perbanyakan tanaman teh telah mengalami kemajuan yang sangat cepat. Saat ini tanaman teh dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif yaitu menggunakan biji. Biji yang akan digunakan sebagai sumber bahan tanam, hendaknya diperoleh dari kebun biji yang dipelihara secara khusus sebagai penghasil biji. Pemeliharaan kebun biji yang kurang baik, dapat menurunkan kualitas biji yang dihasilkan. Selain itu, biji teh yang telah dihasilkan umumnya tidak langsung ditanam, tetapi
4
harus disimpan terlebih dahulu. Perlu diketahui, bahwa biji teh lekas kehilangan kekuatan tumbuhnya, jika cara menyimpannya tidak benar (Adisewojo 1982). Ketidakseragaman sifat tanaman hasil perbanyakan dengan biji mendorong berkembangnya teknologi perbanyakan secara vegetatif yaitu dengan stek daun. Perbanyakan dengan cara ini akan menghasilkan tanaman yang seragam (Ghani 2002). Perbanyakan dengan stek juga merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit di lapangan dalam jumlah banyak dan diharapkan membawa sifat unggul dari induknya. Stek yang digunakan didapatkan dari kebun perbanyakan yang dipelihara secara khusus. Ranting stek (stekres) mulai dapat diambil dari kebun perbanyakan pada empat bulan setelah dilakukan pemangkasan. Tanda stekres dapat diambil (matang) ialah apabila pangkal stekres sepanjang ± 10 cm berwarna coklat (PPTK 2006). Stek diambil dari ranting stek sepanjang ± 1 ruas dan mempunyai 1 helai daun. Stek yang dapat dipakai adalah bagian tengah ranting stek yang berwarna hijau tua, sedangkan yang berwarna coklat (bagian pangkal) dan hijau muda (bagian ujung) tidak dipakai sebagai stek. Bibit teh yang telah siap kemudian ditanam dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan kondisi dan kemiringan areal pertanaman. Menurut Ghani (2002), jarak tanam tanaman teh yaitu 120 cm x 70 cm, sedangkan menurut PPTK (2006), jarak tanam dibagi menjadi tiga yaitu kondisi datar sampai kemiringan 150 berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan 150 – 300 berjarak tanam 120 cm x 75 cm dan kemiringan lebih dari 300 berjarak tanam 120 cm x 60 cm. Bibit teh yang telah ditanam termasuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang perlu dipelihara sampai akhirnya tanaman tersebut siap untuk dipetik. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TBM meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pembentukan bidang petik, pemupukan, dan pemangkasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara benar dan tepat, agar tanaman teh dapat menghasilkan pucuk teh yang diharapkan. Selanjutnya, setelah menjadi Tanaman Menghasilkan (TM), perlakukan pemeliharaan disesuaikan dengan keadaan tanaman. Pemangkasan Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon perdu yang tinggi dan tidak akan menghasilkan pucuk, sehingga salah satu cara agar tanaman teh tetap berproduksi yaitu dilakukan pemangkasan. Pemangkasan merupakan tindakan kultur teknis untuk mempertahankan tanaman tetap dalam fase vegetatif, sehingga dapat menghasilkan pucuk yang banyak (Johan 2005). Menurut Adisewojo (1982) dan PPTK (2006), jenis-jenis pangkasan yang dilakukan pada tanaman teh yaitu pangkasan indung, pangkasan bentuk, pangkasan kepris, pangkasan bersih, pangkasan ajir, pangkasan tengah bersih, pangkasan dalam dan pangkasan leher akar. Pada TBM dilakukan pemangkasan bentuk yang bertujuan untuk membentuk percabangan dan bidang petik. Kemudian, pada TM dilakukan pangkasan produksi yaitu pangkasan kepris, pangkasan ajir, pangkasan bersih dan pangkasan tengah bersih. Jenis pangkasan produksi yang dilakukan dan dipilih, disesuaikan dengan kondisi dari areal pertanaman teh. Daur pangkasan yang dilakukan pada areal tanaman teh, dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Semakin
5
tinggi letak kebun dari permukaan laut, makin lambat pertumbuhan tanaman teh, sehingga makin lama bidang petik menjadi tinggi, berarti daur pangkasan makin panjang (PPTK 2006). Pemangkasan menyebabkan tanaman teh kehilangan sebagian cabang dan daun sehingga proses asimilasi yang akan membentuk bahan makanan juga berkurang. Di samping itu, pemangkasan juga menyebabkan luka, sehingga untuk penyembuhan luka dibutuhkan energi yang cukup. Energi tersebut didapatkan dari cadangan makanan (pati) yang terdapat pada batang dan akar. Johan (2005) mengatakan bahwa kegiatan pemangkasan menyebabkan cadangan pati hilang bersama-sama daun pemeliharaan yang dipangkas. Apabila kadar pati dalam akar kurang dari 12 % saat pemangkasan, maka tanaman teh akan mati, sehingga dalam hal menentukan tinggi rendahnya pangkasan harus mempertimbangkan kesehatan tanaman. Tanaman yang sehat akan lebih tahan terhadap pangkasan. Semakin lemah kondisi tanaman teh, semakin tinggi pangkasan yang dilakukan. Kekurangan cadangan pati pada saat pemangkasan, dapat menyebabkan kematian pada tanaman teh, karena cadangan pati merupakan zat yang membantu menyembuhkan luka pangkasan dan merangsang pertumbuhan tunas baru. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat pati dalam tanaman mempunyai peranan besar terhadap keberhasilan pemangkasan.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan magang ini berlangsung selama tiga bulan mulai dari tanggal 13 Februaru 2012 sampai 13 Mei 2012, bertempat di PT Tambi Unit Perkebunan Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu penulis bekerja sebagai tenaga kerja harian lepas (KHL) selama tiga minggu. Kegiatan yang dilakukan antara lain pembibitan, penanaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemangkasan dan pemetikan. Tahap kedua dilakukan tiga minggu berikutnya yaitu sebagai pendamping pembimbing (mandor). Salah satu tugas sebagai pendamping pembimbing antara lain membantu mengawasi para pekerja dan mengerjakan laporan harian. Tahap ketiga yaitu bekerja sebagai pendamping kepala kebun selama enam minggu. Salah satu tugas sebagai asisten kebun antara lain mengawasi pembimbing dalam mengerjakan tugasnya, memeriksa laporan harian dan bulanan blok kebun dan mempelajari pengelolaan perkebunan. Keseluruhan kegiatan magang yang dilaksanakan ditulis dalam jurnal harian pada Lampiran 1 – 3.
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data Data yang diamati dan dikumpulkan dalam kegiatan ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari kerja langsung di lapangan, pengamatan di lapangan, wawancara dan diskusi langsung dengan staf dan karyawan kebun. Data sekunder yaitu data dan informasi yang mendukung pelaksanaan magang dan pengamatan yang dilakukan. Data sekunder yang mendukung antara lain kondisi iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman, produksi, struktur organisasi dan manajemen kebun, peraturan/norma baku serta SOP perusahaan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun, arsip kebun, dan arsip kebun lainnya. Dalam kegiatan magang ini, dilakukan pengamatan dan pengumpulan data dari aspek khusus yaitu pemangkasan pada tanaman teh di Perkebunan Teh PT Tambi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Pengamatan dilakukan terhadap dua blok kebun. Data masing-masing blok kebun diambil tiga ulangan yang masing-masing ulangan terdiri dari 15 tanaman contoh. Parameter yang diamati adalah sebagai berikut : Pengamatan Sebelum Pemangkasan 1.
2.
3.
Tinggi tanaman / tinggi bidang petik Ketinggian tanaman diukur dari permukaan tanah hingga puncak bidang petik pada setiap tanaman contoh (dalam cm). Diameter bidang petik Panjang diameter bidang petik diukur memanjang dari arah utara-selatan dan timur-barat pada setiap tanaman contoh. DBP = Diameter utara-selatan (cm) + diameter barat-timur (cm) 2 Persentase pucuk burung Persentase pucuk burung diukur dengan menghitung jumlah pucuk burung dan pucuk peko dari pemetikan gendesan pada setiap tanaman contoh. % pucuk burung = Jumlah pucuk burung x 100% Jumlah pucuk total
Pengamatan Saat Pemangkasan 1.
2.
3.
Tinggi pangkasan Tinggi pangkasan yaitu ketinggian bidang pangkasan dari permukaan tanah sampai ke luka bekas pangkasan pada setiap tanaman contoh (dalam cm). Diameter bidang pangkas Diameter bidang pangkas diukur memanjang dari kedua arah yaitu utaraselatan dan timur-barat pada setiap tanaman contoh. DBP = Diameter utara-selatan (cm) + diameter timur-barat (cm) 2 Persentase kerusakan akibat pemangkasan Persentase kerusakan cabang yaitu menghitung jumlah cabang yang rusak/ pecah akibat kesalahan pemangkasan pada setiap tanaman contoh. % kerusakan =Σ cabang yang rusak / pecah x 100% Σ cabang pengkasan total
7
4. 5. 6. 7.
8.
9.
Luas areal pangkasan Luas areal pelaksanaan pemangkasan diukur dan dicatat (dalam ha). Tipe / jenis pangkasan Menganalisis jenis / tipe pangkasan yang dilakukan di perkebunan. Waktu pemangkasan Waktu yang tepat untuk dilakukan pemangkasan. Kebutuhan tenaga kerja pemangkas Menghitung kebutuhan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan pemangkasan per hari. Σ pemangkas/hari = Luas areal pangkas (ha) Hari kerja efektif 1 bulan x kapasitas standar Keterampilan tenaga pemangkas Menganalisis beberapa hal yang mempengaruhi keterampilan tenaga pemangkas seperti usia, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Alat pangkas Pengamatan terhadap alat yang digunakan selama pemangkasan berlangsung.
Pengamatan Setelah Pemangkasan 1.
2.
Pertumbuhan pucuk setelah pemangkasan Mengukur pertumbuhan pucuk pada tanaman yang telah dipangkas dan menghitung jumlah pucuk yang tumbuh. Pengamatan mulai dilakukan pada minggu ketiga sampai kedelapan setelah pangkas (MSP). Jenis gulma dominan Mengamati jenis gulma yang dominan di areal pertanaman tanaman teh. Analisis Data dan Informasi
Pengolahan data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif terhadap data primer. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan dan perhitungan statistik secara sederhana untuk membandingkan pengamatan primer. Analisis kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan kondisi kegiatan dan pengamatan penulis.
KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan yang dimiliki Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1865, yang pengelolaannya disewakan kepada pengusaha swasta yaitu D. Van den Sluijs (Kebun Tanjungsari) dan W. D. Jong (Kebun Tambi dan Bedakah). Pada bulan Maret 1880, seluruh kebun tersebut dibeli oleh Mr. P. Van den Berg, A. W. Hole, dan Ed. Yacobson, yang selanjutnya mereka mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pada saat Perang Dunia II, Hindia Belanda diduduki oleh Jepang, sehingga nama perusahaan diubah menjadi Sai Bai Kigyo Rengokai (SKR). Tanaman teh pada masa itu banyak diganti
8
dengan tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian dan jarak. Perusahaan tersebut kemudian diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN) berkantor di Surakarta. Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi serangan militer Hindia Belanda, sehingga kebun dan pabrik dibumihanguskan oleh para penduduk Indonesia agar tidak dikuasai oleh Belanda. Kemudian, pada tahun 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan keputusan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia. Perkebunan dijual kepada NV Eks PPN Sindoro Sumbing. Peresmian perjanjian jual beli perusahaan terjadi pada 26 November 1954, sehingga status Perkebunan Tambi, Bedakah dan Tanjungsari resmi menjadi PT NV Eks Sindoro Sumbing. Pada tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan di Kebun Tanjungsari yang kemudian dicapai kesepakatan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo dan PT NV Eks Sindoro Sumbing bersama-sama mengelola perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan baru dengan modal masingmasing pihak sebesar 50%. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi tanggal 13 Agustus 1957 dan pengesahan menteri kehakiman tanggal 18 April 1958 No. JA5/30/25 yang diterbitkan pada lembaran Berita Negara tanggal 12 Agustus 1960 Nomor 65. PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi yang saat ini lebih dikenal PT Tambi memiliki tiga unit perkebunan beserta kantor unit perkebunan dan satu unit direksi. Kantor direksi dibangun di pusat kota Wonosobo, tepatnya Jalan Tumenggung Jogonegoro No.39, Wonosobo. Pada tahun 2010 saham PT Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra (IGP). PT Tambi saat ini sedang mengembangkan potensi keindahan alam perkebunan sebagai kawasan wisata agro dengan nama Wisata Agro Perkebunan Teh Tambi (Sumber dari arsip Kantor Kebun Unit Perkebunana Tambi, PT Tambi 2012) Letak Wilayah Administratif Unit Perkebunan Tambi (UP Tambi) adalah salah satu unit produksi PT Perkebunan Tambi berlokasi di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. UP Tambi terletak 16 km dari kota Wonosobo ke arah utara dan dekat lereng Gunung Sindoro bagian barat. UP Tambi memiliki ketinggian tempat antara 1 200 – 2 100 m dpl. UP Tambi memiliki 4 blok yang letaknya saling terpisah yaitu Blok Pemandangan, Blok Taman, Blok Panama dan Blok Tanah Hijau. Blok Pemandangan berlokasi di Desa Sigedang, Kec. Kejajar dengan ketinggian antara 1 500 – 2 100 m dpl. Blok Taman berlokasi di Desa Tambi, Kec. Kejajar dengan ketinggian antara 1 300 – 1 500 m dpl. Blok Panama berlokasi di Desa Tlogo, Kec. Garung dengan ketinggian antara 1 250 – 1 500 m dpl. Blok Tanah Hijau berlokasi di Desa Jengkol, Kec. Garung dengan ketinggian antara 1 000 – 1 250 m dpl. UP Tambi merupakan perkebunan dataran tinggi. Peta Unit Perkebunan disajikan dalam Lampiran 4 dan 5. Keadaan Iklim dan Tanah UP Tambi memiliki Stasiun Meteorologi Tambi yang terletak di Blok Taman untuk mengukur curah hujan. Berdasarkan data 10 tahun terakhir (2002 -
9
2011), UP Tambi mempunyai curah hujan antara 2 236 – 4 717 mm per tahun dengan rata-rata 3 104.4 mm per tahun dan hari hujan berkisar 113 – 238 hari per tahun dengan rata-rata 162.90 hari per tahun. Tipe iklim menurut Schmidt Ferguson adalah tipe B. Data curah hujan dapat dilihat dalam Lampiran 6. Jenis tanah di UP Tambi pada umumnya yaitu tanah Andosol, memiliki pH 4.5 – 6.5. Topografi areal perkebunan datar hingga berbukit dengan tekstur tanah lempung. Data topografi tanah UP Tambi tersaji dalam Tabel 1. Tabel 1 Topografi tanah Unit Perkebunan Tambi 2012 Lereng Bentuk Luas (ha) % Luas 0–8 Datar 13.06 5.00 8 – 15 Landai 125.90 48.20 15 – 25 Berombak 96.90 37.10 25 – 45 Berbukit 25.34 9.70 Total 261.20 100.00 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, 2012
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun 2012, luas keseluruhan UP Tambi adalah 274.07 ha. Luas areal TM yaitu sebesar 238.57 ha dan TBM/replanting yaitu sebesar 8.18 ha, sedangkan sisa keluasan digunakan untuk pembibitan, kebun perbanyakan, pabrik, agrowisata, serta sarana dan prasarana penunjang. Data luas lahan dan tata guna lahan98 secara lengkap tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2 Luas areal lahan dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi 2012 Penggunaan TTM (Tanaman Tua Menghasilkan) TMM (Tanaman Muda Menghasilkan) Replanting Pembibitan Kebun Perbanyakan Emplasemen / kantor Pabrik Agrowisata Jalan besar Alur / jurang Lapangan Total
Luas (ha) 63.54 175.03 8.18 0.90 0.60 11.29 1.66 2.05 7.88 2.25 0.69 274.07
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, 2012
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman teh yang ada di UP Tambi berasal dari klonal dan seedling. Jarak tanam yang digunakan yaitu 120 cm x 75 cm, sedangkan saat ini dikembangkan
10
mesin petik dengan jarak penanaman tanaman teh yaitu 100 cm x 80 cm dengan jarak antar dua baris 140 cm sebagai jalan pemetikan dengan mesin. Populasi tanaman teh rata-rata 10 000 pohon/ha. Jenis klon yang dibudidayakan di UP Tambi yaitu TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Kiara, Asam, Cin, Hibrid dan TB Merah. Produksi basah yang dihasilkan selama lima tahun terakhir (2007 – 2011) mencapai rata-rata 3 116 782.6 kg/tahun. Pada beberapa waktu yang lalu, pemasaran teh UP Tambi, tidak hanya lokal dan dalam negeri tetapi juga melakukan ekspor ke luar negeri. Negara tujuan ekspor antara lain di wilayah Timur Tengah, Amerika dan Eropa. Seiring dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan pemasaran, saat ini hanya dipasarkan secara lokal dan dalam negeri. Keluasan UP Tambi tidak berubah dari tahun 2007 hingga 2012. Data produksi dan produktivitas tahun 2007 - 2011 tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3 Produksi dan produktivitas Unit Perkebunan Tambi tahun 2007 – 2011 Produksi pucuk Produktivitas Tahun (kg) (kg/ha/tahun) 2007 3 574 912.0 3 160 2008 3 378 798.0 2 944 2009 2 624 015.0 2 328 2010 2 849 208.0 2 625 2011 3 156 980.0 2 858 Rata-rata 3 116 782.6 2 783 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, 2012
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan UP Tambi dipimpin oleh seorang Kepala Unit Perkebunan yang secara langsung membawahi kepala bagian yang terdiri dari kepala bagian kebun, kantor dan pabrik. Kepala UP diangkat langsung oleh Direksi PT Tambi. Kepala UP memiliki tugas dan kewajiban untuk memimpin, merencanakan, mengawasi, mengkoordinasikan dan mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan, baik dari segi administrasi, kebun, hingga bagian pabrik. Kepala UP bertanggung jawab langsung kepada direksi. Kepala bagian kantor, kebun dan pabrik memiliki tugas umum yang sama yaitu bertugas untuk merencanakan, mengatur, mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan masing-masing bagian. Kegiatan kantor meliputi administrasi, keuangan, pembukuan, pengarsipan, ketenagakerjaan dan masalah umum di perkebunan. Kegiatan yang dilakukan di pabrik yaitu melakukan proses pengolahan, dimulai dari penimbangan pucuk, pelayuan, penggilingan, oksidasi, pengeringan, sortasi, pengepakan dan penggudangan. Masing-masing kegiatan dari proses pengolahan, memiliki pembimbing yang membantu kepala bagian pabrik dalam melakukan pelaksanaan dan pengawasan. Kegiatan bagian kebun meliputi pengelolaan lahan, pengelolaan kebun, pembukuan data kebun dan kegiatan spesifik kebun lainnya. Masing-masing kegiatan memiliki pembimbing untuk membantu Kepala bagian kebun. Struktur organisasi disertakan dalam Lampiran 7.
11
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan kegiatan penyediaan bahan tanaman teh. Tujuan dari pembibitan yaitu mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria layak tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru (new planting) ataupun peremajaan (replanting). Penyediaan bibit tanaman teh dapat berasal dari biji dan stek. Pembibitan teh asal biji, memerlukan biji yang baik dan tepat agar menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi. Beberapa kelebihan yang dimiliki dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji yaitu tanaman asal biji mempunyai daya adaptabilitas yang luas, mempunyai potensi produksi yang tinggi dan adanya keanekaragaman perdu yang terjadi secara alami sehingga mempunyai pengaruh terhadap zat yang terkandung di dalam pucuk. Pembibitan teh dengan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak, dengan keyakinan bahwa sifatnya akan mengikuti sifat dari pohon induknya. Hal tersebut harus didukung dengan melakukan pemeliharaan kebun induk. Kebun induk yang akan dipergunakan harus dijaga kemurnian klonnya, potensi produksi dan kualitas. Keberhasilan pembibitan dengan stek dipengaruhi oleh mutu bahan stek, persiapan yang tepat, pengelolaan media tanam, pemilihan lokasi yang tepat dan tenaga kerja yang terampil. UP Tambi melaksanakan pembibitan dengan cara stek. Lokasi pembibitan berada di Blok Panama dengan luas 0.90 ha dan kebun perbanyakan dengan luas 0.60 ha. Bangunan rumah pembibitan terbuat dari bambu, dengan atap terbuat dari paranet. Syarat lokasi pembibitan yang baik yaitu dekat sumber air, drainase baik, intensitas matahari yang cukup, kelembaban terjaga, aman, diusahakan mengarah ke arah timur, dan tanah yang ada memenuhi syarat. Klon perbanyakan yang diambil steknya yaitu Gambung 7, karena klon ini memiliki produksi yang baik dan tahan hama penyakit dibanding dengan klon lain yang ada di UP Tambi. Kebun perbanyakan sebagai tempat untuk menghasilkan bahan stek yang akan digunakan, sehingga harus dipelihara dengan lebih teliti kesehatan maupun kebersihannya. Pemangkasan pada kebun perbanyakan dilakukan empat bulan sebelum pengambilan bahan stek, dengan cara pangkasan tengah bersih. Kemudian dilakukan pemeliharaan kebun perbanyakan ± 4 bulan, antara lain, penyiangan terhadap gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit yang bersifat pencegahan pada kebun perbanyakan. Media tanam yang digunakan terdiri dari top soil dan sub soil yang telah dicampur pupuk kandang, dengan perbandingan antara top soil dengan sub soil yaitu 2:1. Setiap meter kubik top soil juga dicampur dengan 1.25 kg SP-36, 500 g KCl, 250 g Kieserit, 1 kg tawas dan 400 g Dithane, sedangkan pada sub soil dicampur dengan 1 kg tawas dan 400 g Dithane. Kemudian, media tanam difumigasi menggunakan Basamid dengan dosis 100 – 150 g/m3. Setelah selesai, media tanam dimasukkan ke dalam polybag. Kebun perbanyakan yang telah dipelihara selama 3-4 bulan, siap untuk diambil cutting. Ciri-ciri ranting yang telah siap di cutting yaitu ranting yang cukup matang dengan ketinggian ± 15 cm
12
dari bidang pangkasan, tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, lembaran daun berjumlah ± 8 lembar, serta tumbuh sehat, tegar, daun mulus dan pertumbuhannya mengarah ke atas. Stek yang diambil yaitu potongan ranting yang terdapat satu lembar daun dengan jarak 1 cm di atas daun dan 3-4 cm di bawah daun. Potongan ranting tersebut direndam dalam larutan ZPT untuk mempercepat pertumbuhan tunas, selama ± 5-10 menit. Potongan ranting stek yang telah siap ditanam ke dalam polybag dengan arah daun menghadap sinar matahari, serta dimiringkan dengan tujuan tunas baru dari ketiak daun akan tumbuh mengarah lurus ke atas. Polybag yang telah berisi stek disusun di atas bedengan yang telah disiapkan sebagai tempat meletakkan polybag, dengan lebar bedengan 90 cm dan panjang disesuaikan dengan lokasi, biasanya ± 10 m. Kemudian masing-masing bedengan disungkup dengan plastik bersih dibantu dengan bambu sebagai tiang penyangga. Sungkup diusahakan tertutup rapat dan dapat dibuka setelah 3-4 bulan. Jika kondisi tertentu, misalnya tumbuh gulma, maka sungkup dibuka untuk membersihkan gulma secara manual. Selama pembibitan, dilakukan kegiatan pemeliharaan seperti penyiraman air secara teratur, diusahakan tidak terlalu basah karena dapat tumbuh gulma dan jamur. Saluran air antar bedengan diperbaiki agar drainase tetap baik. Keberhasilan mendapatkan bibit tanaman teh yang siap tanam ± 60% – 75%. Bibit teh siap untuk ditanam setelah berumur ± 1-1.5 tahun dari pembibitan. Bibit yang masih disungkup dapat dilihat pada Gambar 1.
a.
b.
Gambar 1 Pembibitan : a) lokasi pembibitan; b) bibit dalam sungkup Penanaman Tahapan pertama yang dilakukan sebelum penanaman yaitu persiapan lahan. Tanah diolah sampai kedalaman ± 30 cm, agar pertumbuhan akar mengarah ke dalam tanah, sehingga akar akan dapat menyerap air dan mineral lebih dalam. Tanah juga dibersihkan dari sisa-sisa akar dan gulma yang bisa menjadi sumber hama dan penyakit. Persiapan lahan dilakukan ± 2-3 bulan sebelum penanaman agar tanah telah matang. Kegiatan persiapan selanjutnya yaitu melakukan pencangkulan untuk menggemburkan, membalik tanah dan meratakan. Tahapan kedua dilakukan pengukuran, pematokan dan pengajiran. Pengajiran dilakukan dengan alat water pass, dimana titik pertama diambil dari tempat yang telah siap, paling tinggi dan yang paling sulit. Cara kerja dari water pass yaitu mengikuti kontur dari lahan, titik awal akan menjadi titik patokan untuk barisan berikutnya. Alat bantu pengukuran lubang tanam yaitu menggunakan caplak dengan jarak tanam 75 cm x 120 cm, sedangkan penanaman untuk mesin
13
petik memiliki jarak tanam yang berbeda yaitu 80 cm x 100 cm dan jarak antar dua barisan tanaman 140 cm yang digunakan sebagai jalanan untuk mesin petik. Tahap ketiga yaitu pembuatan lubang tanam yang dilakukan 1 – 2 minggu sebelum tanam, dengan besar lubang tanam 20 cm x 20 cm x 40 cm. Kemudian selanjutnya, dilakukan penanaman bibit yang telah di seleksi. Kriteria bibit yang siap tanam yaitu umur bibit minimal 1 tahun, tinggi bibit ± 25 – 30 cm, jumlah daun minimal 5 lembar berwarna hijau tua, tidak ada gejala-gejala hama maupun penyakit, perakaran tunggang yang baik dan tidak ada pembengkakan kalus, serta kenampakan visual bibit sehat, kekar, jagur dan tidak rontok. Pada saat penanaman, untuk memacu pertumbuhan maka perlu diberikan pupuk dasar yang dicampurkan dengan tanah yang berasal dari pembuatan lubang tanam. Kemudian tanah tersebut dimasukkan kembali untuk menutup lubang tanam yang telah berisi bibit tanaman teh. Cara penanaman bibit asal stek yaitu pertama, membuka polybag secara perlahan agar tidak merusak akar tanaman dan menghindari retaknya tanah dalam polybag. Kedua, bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan lurus dan lubang tanam ditutup dengan tanah yang telah dicampurkan pupuk dasar. Tanah disekitar bibit dipadatkan dengan menggunakan tangan, bukan dengan diinjak, kemudian tanah diratakan. Tahapan berikutnya yaitu pembuatan lubang tadah hujan secara selang seling pada baris tanaman teh. Semakin miring lahan penanaman, maka semakin banyak lubang tadah yang dibuat. Selanjutnya, melakukan penanaman tanaman pelindung sementara dan tetap, untuk mendukung pertumbuhan tanaman teh. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman teh dimaksudkan agar tanaman teh dapat tumbuh dengan baik, sehat dan kesuburannya terjaga, sehingga menghasilkan produksi yang stabil dan maksimal. Kegiatan pemeliharaan tanaman teh meliputi pembentukan bidang petik, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, porokan, pemeliharaan saluran air dan lubang tadah, pengendalian hama dan penyakit, serta pemeliharaan tanaman pelindung. Pembentukan bidang petik. Pembentukan bidang petik adalah perlakuan teknis terhadap TBM untuk membentuk perdu dengan percabangan ideal, sehingga dapat menghasilakan pertumbuhan pucuk yang baik dan relatif cepat. Pembentukan bidang petik di UP Tambi dilaksanakan dengan cara centering. Tujuan dari centering yaitu untuk membuat bidang petik yang lebih luas dan ideal agar dapat menghasilkan pucuk yang relatif cepat dan banyak. Centering I dilakukan pada saat tanaman telah berumur 3 – 4 bulan di lapangan yaitu dipangkas setinggi ± 15 – 20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun. Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50 – 60 cm yaitu kira-kira 7 – 9 bulan setelah pangkasan pertama dan telah memiliki batang yang kuat tumbuh ke atas, maka dilakukan pemotongan (centering II) dengan ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping. Selanjutnya, setelah 3 – 4 bulan saat percabangan baru telah tumbuh setinggi 60 – 70 cm, dilakukan pemangkasan selektif setinggi 45 cm dan tunas-tunas yang tumbuh setelahnya dibiarkan sampai akhirnya siap dipetik jendangan dengan ketinggian tanaman 60 – 65 cm. Kegiatan centering ini harus dilakukan secara hati-hati dan selektif. Kondisi dari tanaman sangat mempengaruhi keberhasilan dari centering. Alat untuk centering juga harus dipersiapkan dengan benar yaitu gunting centering.
14
Luka dari centering diperkirakan halus, sehingga tidak memberikan pelukaan yang dapat mengakibatkan tanaman menjadi sakit. Keuntungan pembuatan bidang petik dengan cara centering yaitu lebih mudah untuk dilakukan dan biaya yang relatif murah, sedangkan kelemahan dari cara ini yaitu biaya pemeliharaan tinggi, perakaran dapat mengalami gangguan, dan dibutuhkan tenaga ahli. Pengendalian gulma. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan kehadirannya tidak dikehendaki bagi tanaman yang sedang dibudidayakan. Tujuan dari pengendalian gulma adalah menekan kerugian yang dapat ditimbulkan dengan kehadiran gulma tersebut. Kegiatan pengendalian gulma ini perlu dilakukan menjelang pemupukan dan gulma tersebut dapat dimanfaatkan sebagai mulsa serta penambah unsur hara. Pengendalian gulma yang dilaksanakan di UP Tambi yaitu dengan cara manual/mekanis (manual weeding) dan kimia (chemical weeding). Pengaplikasian yang dilakukan yaitu secara manual satu kali dan secara kimia dua kali atau secara manual dua kali dan secara kimia satu kali selama satu tahun untuk masingmasing blok. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan dan jenis gulma yang ada di areal tanaman teh. Pengendalian manual yaitu mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman teh dengan tangan, parang atau kored. Pengendalian secara manual lebih dikenal dengan nama babad bokor. Pengendalian gulma secara manual harus dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai tanaman teh. Pengendalian secara kimia yaitu mengendalikan gulma dengan menggunakan herbisida, dapat berupa herbisida kontak dan sistemik. Jenis herbisida sistemik yang digunakan UP Tambi yaitu Bio up, Roundup dan Rambo, sedangkan herbisida kontak yang digunakan yaitu Paracol dan Noxon. Dosis yang digunakan yaitu untuk Bio up 1.25 l/ha , Roundup 1.5 l/ha , dan Rambo 3 l/ha, sedangkan untuk dosis herbisida kontak yaitu Paracol 1 l/ha dan Noxon 1.5 l/ha, pada setiap pengaplikasian. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara kimia yaitu hand sprayer dan power sprayer. Alat tambahan lainnya yaitu drum air, mesin diesel, selang, ember dan pengaduk herbisida. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan pada pagi hari dan cara penyemprotannya yaitu menyemprot di bawah daun pemeliharaan. Penyemprotan dilakukan dari areal yang paling sulit dan paling banyak gulma. Aplikasi penyemprotan gulma ini perlu dilakukan secara hati-hati terutama untuk menghindari terjadinya kontak herbisida dengan tanaman teh, sehingga perlu dilakukan pengawasan dengan baik. Kegiatan pengendalian gulma dapat dilihat dalam Gambar 2.
a.
b.
Gambar 2 Pengendalian gulma : a) pencampuran obat; b) penyemprotan
15
Pemupukan. Pemupukan menjadi salah satu kegiatan penting dalam budidaya tanaman, karena apapun jenis tanamannya pasti membutuhkan makanan berupa unsur hara dan mineral, begitu pula dengan tanaman teh. Unsur hara sesungguhnya ada di dalam tanah, tetapi ketersediaannya semakin lama semakin berkurang karena pemakaian dan penyerapan oleh tanaman. Unsur hara dalam tanah juga dapat berkurang karena proses pencucian air hujan dan penguapan, sehingga perlu dilakukan pemupukan untuk menambah ketersediaan unsur hara. Pemupukan bertujuan memenuhi kebutuhan tanaman teh akan unsur-unsur hara, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman teh semakin meningkat. Pelaksanaan pemupukan harus dilakukan dengan 4 tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis. Pemupukan di UP Tambi dilaksanakan dalam dua cara yaitu pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat tanah dilaksanakan dalam dua semester, yaitu semester I pada bulan Februari – April dan semester II pada bulan Oktober – November. Pemupukan lewat tanah dilakukan dengan menebar pupuk yang telah dicampur ke dalam lubang pupuk yang telah dibuat. Pupuk diberikan antar 2 baris tanaman yaitu setiap dua tanaman teh, diberi satu lubang pupuk dengan kedalaman ± 10 cm dan jarak lubang dengan tanaman ± 20 cm dari tajuk. Areal tanaman teh yang akan dipupuk, harus terbebas dari gulma agar tidak terjadi kompetisi unsur hara antara tanaman teh dengan gulma. Pembersihan gulma dilakukan satu minggu sebelum pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan lewat tanah yaitu Urea (46% N), SP-36 (36% P2O5), KCl (60% K2O) dan Kieserit (27% MgO) dengan perbandingan 5 : 1 : 2 : 0.5. Jumlah pupuk yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi rata-rata yaitu Urea 426 kg/ha/tahun, SP-36 136 kg/ha/tahun, KCl 167 kg/ha/tahun, dan Kieserit 80 kg/ha/tahun. Pelaksanaan pemupukan dilakukan pada saat cerah dan tidak hujan agar pupuk tidak larut ataupun tercuci air hujan, tepatnya saat kondisi curah hujan berkisar antara 60 – 200 mm. Pemupukan harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk menekan kehilangan pupuk. Permasalahan teknis yang terjadi di lapangan yaitu penaburan pupuk tidak pada lubang, lubang pupuk tidak ditutup kembali dan tidak menggunakan takaran. Permasalahan ini menyebabkan pemupukan kurang efektif dan terjadi penguapan dari pupuk yang tidak ditutup, sehingga pupuk terbuang sia-sia. Penyebabnya karena kurangnya pengawasan dari pembimbing pemeliharaan, kepala blok dan keamanan blok. Kegiatan pemupuka dapat dilihat dalam Gambar 3.
a.
b.
Gambar 3 Pemupukan : a) pencampuran pupuk; b) penyemprotan
16
Pemupukan lewat daun merupakan salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan pucuk. Pelaksanaannya baru terprogram dan terjadwal pada tahun 2012 dengan tujuan meningkatkan hasil produksi. Jenis pupuk yang digunakan yaitu Zinksulfat dan PPC (Pelengkap Pupuk Cair). Jenis PPC yang digunakan yaitu Carolite dan Gren-asri (GA) dengan dosis masing-masing 0.5 l/ha. Pengaplikasian GA dengan dosis 0.5 l/ha dicampur dengan Urea dengan dosis 125 g/ha dan air yang digunakan untuk membuat larutan ± 250 ml. Cara pengaplikasian Zinksulfat hampir sama dengan GA. Penyemprotan pupuk lewat daun yang tepat yaitu disemprot pada bagian bawah daun agar dapat langsung diserap oleh stomata yang sedang terbuka. Jika penyemprotan lewat bawah sulit dilakukan, diperbolehkan lewat bagian atas daun, tetapi langsung menyentuh pucuk daun. Saat yang baik dilakukan penyemprotan yaitu saat stomata sedang membuka, berkisar antara pukul enam pagi sampai pukul sembilan pagi, maksimal pukul sepuluh. Jika melewati pukul sepuluh, stomata daun diperkirakan telah menutup dan pemupukan akan terbuang. Alat yang digunakan untuk pemupukan lewat tanah yaitu ember, gelas takar, sarung tangan dan masker, sedangkan pemupukan lewat daun yaitu drum air, ember, gelas ukur, selang, pengaduk, mesin diesel dan power sprayer. Pemangkasan. Kegiatan pemangkasan dilakukan agar tanaman teh menghasilkan pucuk yang banyak dan memudahkan dalam pemetikan. Pemangkasan yang dilakukan di UP Tambi merupakan pangkasan dengan jenis pangkasan tengah bersih. Pangkasan tengah bersih adalah pangkasan dengan membuang ranting-ranting kecil berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) yang berada di tengah perdu, sedangkan yang berada di sisi perdu dibiarkan. Tinggi pangkasan berkisar antara 50 - 60 cm. Pembuatan luka pangkas yang baru tidak boleh pada luka pangkas sebelumnya. Kegiatan pemangkasan dibagi dalam dua semester, yaitu semester I dilakukan pada bulan Februari – Mei dan semester II dilakukan pada bulan Oktober – November. Pelaksanaan pemangkasan untuk Blok Pemandangan 100 % dilakukan pada semester I, sedangkan untuk ketiga blok lainnya yaitu Blok Taman, Blok Panama dan Blok Tanah Hijau pada semester I dilakukan ± 70 %, sedangkan sisanya ± 30 % dilakukan pada semester II. Hal ini disebabkan Blok Pemandangan memiliki ketinggian antara 1 500 – 2 100 m dpl dan merupakan blok yang paling tinggi, sehingga apabila dilakukan pemangkasan dalam dua semester akan menyebabkan pertumbuhan yang kurang maksimal dan pada semester II untuk lokasi ini dapat menyebabkan tanaman rentan terhadap penyakit cacar daun (blister blight). Gilir pangkas / siklus pangkas untuk UP Tambi yaitu empat tahun sekali, disesuaikan dengan kondisi tanaman, ketinggian tempat, dan produktivitas tanaman. Cabang dan ranting sisa pangkasan dapat diletakkan di atas tanaman yang telah dipangkas, terutama pada awal-awal setelah pemangkasan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan karena sinar matahari langsung yang mengenai luka pangkasan. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan yaitu sabit pangkas, batu asah dan alat ukur ketinggian pangkasan. Alat untuk pemangkasan tersebut perlu dipersiapkan dengan baik, karena katajaman alat sangat mempengaruhi hasil pangkasan. Dalam pemangkasan, perlu diperhatikan kerataan, arah kemiringan dan luka pangkas yang tidak pecah. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tunas selanjutnya.
17
Gosok lumut. Kegiatan gosok lumut adalah salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah pemangkasan. Gosok lumut ini bertujuan untuk membersihkan lumut dan jenis tanaman paku-pakuan yang menempel pada batang tanaman teh, sehingga tidak menggangu pertumbuhan mata tunas baru. Jika tidak dibersihkan, lumut dan paku-pakuan akan mengganggu pertumbuhan tunas baru serta dapat menyebabkan keroposnya batang tanaman teh. Kegiatan gosok lumut di UP Tambi dilakukan 1 – 2 minggu setelah pemangkasan. Alat yang dapat digunakan antara lain sikat ijuk, sabut kelapa, sapu lidi, potongan bambu, atau ranting kayu. Porokan. Porokan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah pemangkasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggemburkan tanah yang berada di sekitar tanaman teh, memperlancar sirkulasi dan respirasi tanah, serta memperlancar laju aliran air. Alat yang digunakan yaitu garpu porok. Teknis melakukan kegiatan porokan yaitu garpu porok ditekan ke dalam tanah dengan posisi miring, kemudian tanah diangkat. Pada saat menekan garpu ke dalam tanah, harus dilakukan secara hati-hati agar garpu tidak melukai akar tanaman teh atau bahkan dapat membuat terputusnya akar tanaman. Kedalaman porokan ± 20 – 30 cm. Pengendalian hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang tanaman teh yaitu cacar daun teh (blister blight) dan jamur akar. Penyakit cacar daun teh sangat merugikan karena dapat menurunkan hasil produksi hingga 50 %. Penyebab penyakit cacar daun teh yaitu jamur Exobasidium vexans yang disebarkan melalui spora yang tertiup angin ataupun terbawa serangga. Spora akan berkembang pesat, apabila kelembaban udara relatif tinggi dan sinar matahari kurang. Penyakit ini menyerang daun dan ranting muda, umumnya pada pucuk peko, daun pertama, sampai daun kedua. Gejala awal yaitu munculnya bintik-bintik kecil yang tembus cahaya berdiameter ± 0.25 cm, kemudian bercak menjadi berwarna hijau kekuningan seperti terdapat benjolan pada daun. Bercak tersebut makin lama akan makin membesar dan dapat mencapai diameter 1 cm, serta menjadi berwarna coklat kehitaman. Jika sudah pada tingkat serangan berat, maka daun dapat mati yaitu bercak terlepas dan menjadi lubang pada daun. Cara pengendalian penyakit ini adalah secara kultur teknis adalah mengusahakan lingkungan sekitar kebun teh tidak sesuai dengan jamur penyebab cacar daun yaitu menurunkan kelembaban dengan mengurangi memangkas cabang pohon pelindung yang terlalu lebat, merawat kebun lebih intensif terutama agar gulma tidak terlalu lebat, pengaturan daur pangkas dan petik yang dapat memotong daur hidup spora jamur penyebab cacar dan menanam klon yang tahan terhadap penyakit cacar daun. Cara pengendalian lainnya secara kimiawi dengan menggunakan fungisida. Jenis fungisida yang digunakan di UP Tambi yaitu fungisida sistemik (Conazol dan Mancyl) dan kontak (Kocide dan Probox). Dalam penggunaan fungisida, bergantung pada intensitas serangan blister. Pada intensitas serangan ringan yaitu 5 – 20 % menggunakan Kocide dan Probox dengan dosis 0.1 l/ha, intensitas serangan sedang menggunakan Conazol, Mancyl, Kocide dan Probox dengan dosis antara 0.1 – 0.2 l/ha, sedangkan untuk intensitas serangan berat dapat menggunakan keempat jenis fungisida dengan dosis 0.15 – 0,3 l/ha. Penyemprotan dilakukan 2-3 hari setelah pemetikan. Penyakit tanaman teh lainnya yaitu jamur akar yang disebabkan beberapa macam jamur antara lain Ganoderma pseudoferreum, Proria hypolateritia dan
18
Rosellinia arcuata. Penyakit ini sangat sulit dicegah, sehingga apabila telah terserang, maka tanaman teh akan mati. Penyakit ini mudah sekali menyebar, sehingga jika terserang, tanaman yang terserang harus segera dimusnahkan. Gejala yang terlihat secara visual yaitu daun tanaman menjadi menguning diantara tanaman lain dan mudah rontok. Cara menanggulangi jamur akar yaitu menebang pohon yang terserang sampai ke akarnya dan melubangi daerah disekitar tanaman sampai tempat akar terpanjang. Jika memungkinkan, beberapa tanaman yang berada melingkar dengan tanaman yang terserang ikut ditebang, untuk menghindari kemungkinan sudah terserangnya gejala infeksi serangan awal. Selanjutnya diberikan serbuk pengapuran dan dibiarkan selama satu tahun. Sebaiknya dilakukan penyulaman tanaman yang seumur dan sejenis. Faktor penghambat lain yaitu gangguan hama. Hama yaitu berupa hewan serangga yang merupakan faktor penghambat dalam meningkatkan produksi. Hama yang menyerang areal pertanaman teh antara lain Helopeltis antonii, Empoasca flavencens, hama penggerek batang (Xyleborus fornicatus), ulat api (Setora nitens), ulat jengkal (Hyposida talaca), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) dan ulat penggulung daun (Homona coffearia). Helopeltis antonii berbentuk serangga dewasa seperti nyamuk berwarna hitam, memiliki tanduk dan bertelur berwarna putih. Bagian tanaman yang diserang oleh hama ini yaitu pucuk daun dan ranting muda. Ulat jengkal, ulat api, dan ulat penggulung daun menyerang bagian daun muda dan daun tua. Gejala yang ditunjukkan pada daun yaitu pinggiran daun teh bergerigi bekas gigitan, daun menjadi berlubang, bahkan dapat menyebabkan daun habis yang tertinggal hanya tulang daun, sedangkan ulat penggulung daun yaitu menggulung daun. Ulat penggulung pucuk hanya menyerang bagian pucuk saja yaitu menggulung bagian pucuk, sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pucuk. Hama penggerek batang berbentuk seperti kumbang, menyerang bagian cabang dan batang tanaman teh, sehingga menyebabkan patahnya cabang. Cara pengendalian yang dapat dilakukan yaitu secara mekanis, hayati, dan kimiawi. Pengendalian secara mekanis yaitu melakukan pemetikan pada bagian yang telah terserang oleh hama ataupun yang menunjukkan gejala terserang, mengumpulkan kepompong ulat api, mengambil telur yang ada di bagian bawah daun dan bila serangan cukup parah dapat dilakukan pemangkasan ringan. Cara pengendalian hayati dengan menggunakan musuh alami dari masing-masing hama, misalnya musuh alami untuk ulat penggulung pucuk yaitu Apanteles dan musuh alami ulat penggulung daun yaitu Elasmus homonae. Cara pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan insektisida yang sesuai dan diizinkan. Jenis insektisida yang digunakan di UP Tambi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis insektisida dan dosis yang digunakan di UP Tambi 2012 Jenis insektisida Bahan aktif Golongan Dosis (l/ha) Amida Imidakloprid Nitroguanidin 0.1 Carolite Rotiopos Organoposfate 0.5 Crown Cypermetrid Sintetik piretroid 0.3 Metindo Metomil Karbamat 0.5 Nimba Azadirahtin Regulator 0.5 Talstar Bipentrin Sintetik piretroid 0.5 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, 2012
19
Pohon pelindung. Pohon pelindung yang baik untuk pertanaman teh adalah pohon yang memberikan dampak ganda dan positif, serta mudah dalam pengelolaannya. Manfaat yang didapatkan dari tanaman pelindung/peneduh antara lain sebagai pohon penaung untuk menjaga iklim pada saat musim kemarau agar kelembabannya tetap stabil dan pada musim hujan untuk menahan erosi, sebagai pemecah angin, penambah bahan organik, mulsa, aerasi tanah, konservasi, menstabilkan kondisi lingkungan, mengurangi intensitas cahaya matahari, kelembaban udara dan tanah. Jenis tanaman pelindung yang umumnya digunakan yaitu pohon pelindung sementara antara lain Albizia falcata (Albisia/sengon), Leucaena glauca (Lamtoro) dan Acacia decurens (Akasia), serta pohon pelindung sementara antara lain Erythrina subumbrans (Dadap), Sesbania sp, Crotoraria sp dan Teprosia sp. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pohon pelindung yaitu ketinggian tempat, topografi lahan, dan kondisi lahan. Semakin rendah letak lahan pertanaman, maka semakin membutuhkan banyak tanaman pelindung. Intensitas cahaya matahari yang baik bagi tanaman teh yaitu 60%. Pada lahan miring dan terbuka sangat memerlukan pohon pelindung sebagai penahan angin. Pada lahan yang memiliki tingkat kesuburan rendah memerlukan jenis pohon pelindung yang memiliki perakaran dalam. Jika terlalu banyak pohon pelindung, dapat menyebabkan terserang blister, sedangkan jika terlalu sedikit, dapat menyebabkan kekeringan pada tanaman teh. Pemetikan Pemetikan adalah pemungutan/pengambilan hasil yaitu pucuk muda yang memenuhi syarat rumus petikan dan sesuai dengan tujuan pengolahan. Tujuan dari pemetikan yaitu agar tanaman tetap perpotensi dan terus berproduksi menghasilkan pucuk. Jenis pemetikan. Jenis pemetikan yang diterapkan di UP Tambi adalah pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada awal setelah pemangkasan. Tujuan dari pemetikan jendangan yaitu membentuk bidang petik yang lebar dan rata, serta membuat ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar menunjang pertumbuhan tanaman. Pemetikan jendangan dilakukan setelah tanaman yang telah selesai dipangkas memiliki ketinggian pucuk ± 10 – 15 cm dari bidang pangkas. Tunas yang tumbuh ke atas dipetik, sedangkan tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik dapat melebar. Pemetikan jendangan pada umumnya dilakukan secara manual agar dapat memilih pucuk-pucuk yang tepat dan telah benar-benar matang (manjing), sehingga dalam melakukannya harus tepat dan dipilih tenaga terampil dalam pemetikan. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan di UP Tambi pada umumnya dilakukan antara 3 – 4 bulan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan secara umum dilakukan sebanyak 6 – 10 kali petikan, sedangkan di UP Tambi hanya dilakukan sebanyak 4 – 5 kali petikan kemudian diteruskan pemetikan produksi. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan selesai dan dilakukan selama periode produksi sampai tanaman tersebut akan dipangkas kembali. Pemetikan produksi dilakukan secara rutin, sehingga terbentuklah siklus petik untuk setiap nomor kebun. Pemetikan produksi dilakukan dengan memetik pucuk yang telah masak petik (manjing) dan disesuaikan dengan rumus petikan. Pucuk yang terbilang matang yaitu pucuk
20
yang memenuhi syarat pengolahan dan rumus petikan telah ditetapkan oleh kebijakan kebun masing-masing. Pucuk cadangan ditinggalkan di kebun dan cakar ayam yang berada di atas bidang petik harus dibuang. Cakar ayam adalah bentuk pertumbuhan tunas berukuran kecil berjumlah lebih dari dua buah yang berasal dari satu ketiak daun yang sama. Berdasarkan daun yang tertinggal, pemetikan produksi dibedakan menjadi pemetikan ringan, sedang dan berat. Pemetikan ringan yaitu daun yang tertinggal satu atau dua lembar di atas daun kepel, pemetikan sedang yaitu daun yang tertinggal hanya dibagian pinggir perdu tanaman dan pemetikan berat yaitu tidak ada daun yang tertinggal sama sekali. Pemetikan yang dilakukan di UP Tambi umumnya adalah pemetikan sedang. Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan pada akhir sebelum dilakukan pemangkasan. Pada umumnya pemetikan gendesan dimaksudkan untuk menghabiskan pucuk yang terdapat di atas bidang petik, sehingga dalam pemetikannya tidak mengikuti rumus petik. Jenis petikan. Jenis petikan adalah macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu petikan halus, petikan medium dan petikan kasar. Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda, biasa ditulis dengan rumus petik p+1 dan b+1. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri pucuk peko dan pucuk burung dengan dua sampai tiga daun muda (p+2, p+3, b+2m, b+ 3m). Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dan burung dengan empat atau lebih daun muda (p+4 atau lebih dan b+4m atau lebih). Pucuk peko adalah kuncup tunas yang aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petik ditulis dengan huruf p. pucuk burung adalah tunas yang tidak aktif / dorman berbentuk kuncup kecil yang terletak diujung pucuk, dalam rumus petik ditulis dengan huruf b. Kepel adalah daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum membuka seluruhnya, dalam rumus petik ditulis dengan huruf m. Daun normal adalah daun yang tumbuh setelah daun kepel terbentuk, berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi, dalam rumus petik ditulis dengan angka. Daun tua adalah daun yang telah berwarna hijau tua yang biasanya menjadi daun pemeliharaan dan telah memiliki serat, dalam rumus petik ditulis dengan huruf t. Jenis petikan yang dilakukan di UP Tambi yaitu petikan medium dengan rumus petikan p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m dan meratakan bidang petik. Daur petik/siklus petik. Daur petik adalah rentang waktu antara pemetikan yang satu dengan pemetikan berikutnya, biasanya dihitung dalam satuan hari. Panjang pendeknya siklus petik dipengaruhi kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur pangkas, ketinggian tanaman, iklim dan kondisi kesehatan tanaman. Semakin tua umur pangkas tanaman, semakin lambat pertumbuhan pucuk dan semakin tinggi areal pertanaman teh, semakin lambat pertumbuhan pucuk, sehingga kedua hal ini menyebabkan siklus petik yang semakin panjang. Iklim yang berpengaruh terhadap siklus yaitu musim. Saat musim kemarau pertumbuhan akan semakin lambat, sehingga siklus petik semakin panjang, sedangkan sebaliknya pada musim hujan. Kondisi kesehatan tanaman juga menjadi parameter dalam kecepatan pertumbuhan pucuk. Jika tanaman sehat,
21
maka siklus petik akan semakin pendek, sedangkan jika tanaman kurang sehat, maka siklus petik akan semakin panjang bahkan dapat terjadi tidak dipetik untuk menambah tebal daun pemeliharaan. Siklus petik yang ditetapkan UP Tambi yaitu 15 – 20 hari, tetapi dalam pelaksanaan lapangan disesuaikan dengan kondisi dan ketinggian masing-masing blok. Blok Pemandangan melakukan siklus petik 27 – 30 hari, Blok Taman melakukan siklus petik 18 – 20 hari, Blok Tanah Hijau melakukan siklus petik 13 – 15 hari dan Blok Panama melakukan siklus petik 15 – 17 hari. Blok Pemandangan memiliki siklus paling panjang karena letaknya yang paling tinggi diantara blok lainnya. Blok Tanah Hijau memiliki siklus yang paling pendek karena letaknya yang paling rendah. Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang ada antara lain sistem sawahan dan sistem giringan. Sistem sawahan yaitu pembagian lahan petik seperti petakpetak sawah, masing-masing pemetik bertanggung jawab terhadap petak yang diberikan sehingga lebih mudah diketahui kesalahan pemetikan. Sistem pemetikan yang dilaksanakan di UP Tambi yaitu sistem giringan atau berjajar yaitu dalam dua baris tanaman (satu larikan) dipetik oleh satu pemetik. Para pemetik berjajar di setiap larikan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pemetik pada saat akan melakukan penimbangan dan pengangkutan pucuk. Kelebihan yang dimiliki dari sistem giringan yaitu kemudahan pembimbing pemetikan dalam melakukan pengawasan hasil petikan. Para pemetik dibagi dalam beberapa kelompok regu dan setiap pembimbing pemetikan mengatur 5 – 10 kelompok kecil, sehingga di dalam masing-masing blok kebun di UP Tambi memiliki 2 – 3 orang pembimbing pemetikan. Pembagian para pemetik dalam kelompok kecil, membuat pembimbing lebih mudah mengawasi kerusakan atau kesalahan dari pemetik. Kelemahan dari sistem giringan yaitu tidak adanya rasa tanggung jawab pemetik terhadap areal yang dikerjakannya. Pembimbing pemetikan akan sulit mengetahui pemetik yang melakukan kesalahan. Alat pemetikan. Pemetikan yang dilakukan di UP Tambi merupakan pemetikan semi mekanis dengan menggunakan gunting petik. Namun, karena kekurangan tenaga kerja, untuk tahun 2012 mulai dilakukan pemetikan dengan menggunakan mesin petik. Alat penunjang lainnya yaitu celemek plastik, penutup kepala, caping, sarung tangan, keranjang pucuk, waring lembaran (berbentuk seperti jala nelayan) dan sepatu boot. Waring lembaran berbentuk persegi seperti jala yang terbuat dari plastik untuk tempat menyimpan pucuk yang berada di keranjang pucuk berkapasitas ± 20 – 25 kg dan dapat diikat ujungnya. Dalam penyediaan alat pemetikan masih memiliki kekurangan. Setiap pemetik hanya mempunyai ± 2 waring lembaran, sehingga dalam pengisiannya sering melebihi kapasitas waring. Hal tersebut menyebabkan banyak sekali pucuk yang tercecer di areal pertanaman teh dan tidak terbawa ke pabrik. Alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.
22
a. a.
b.
Gambar 4 Alat pemetikan : a) dengan mesin petik; b) gunting petik Waktu pelaksanaan pemetikan. Kegiatan pemetikan di UP Tambi dilaksanakan pukul 06.00 – 10.00. Jika dilaksanakan penimbangan kedua, maka pemetikan dilanjutkan sampai pukul 13.00. Banyaknya penimbangan satu atau dua kali ditentukan oleh pembimbing pemetikan dan kondisi pucuk yang ada di lapangan. Jika kondisi pucuk di lapangan cukup banyak, maka penimbangan dibagi dalam dua kali penimbangan. Hal ini dimaksudkan agar pucuk yang telah dipetik tidak terlalu lama berada di lapangan, karena dapat menyebabkan kadar air turun akibat penguapan, kondisi daun rusak, layu dan memar. Kapasitas dan tenaga pemetik. Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang dapat dihasilkan oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh keadaan pucuk, kondisi tanaman, topografi kebun, dan keterampilan pemetik. Kapasitas standar seorang pemetik yaitu 50 – 60 kg dalam satu hari dengan menggunakan gunting petik. Tenaga pemetik sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil produksi. Keterbatasan jumlah tenaga petik akan menyebabkan hasil produksi yang didapatkan rendah. Jumlah tenaga petik yang sedikit, disebabkan oleh upah tenaga yang relatif masih rendah dan seharusnya disesuaikan dengan keluasan masing-masing blok kebun. Jumlah tenaga pemetik setiap blok dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah tenaga kerja dan rata-rata kapasitas pemetik berdasarkan keadaan di lapangan dan hasil perhitungan rasio pemetik di UP Tambi 2012 Jumlah tenaga Jumlah tenaga Rata-rata Blok pemetik di pemetik berdasarkan kapasitas pemetik lapangan (orang) rasio (orang) (kg/hari) Taman 39 46 70,05 Pemandangan 58 59 74,83 Panama 51 53 66,95 Tanah Hijau 30 32 76,21 Jumlah Tenaga 178 190 Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan, 2012
Penimbangan dan pengangkutan pucuk. Pucuk yang telah dikumpulkan oleh tenaga pemetik kemudian dimasukkan ke dalam waring kantong yang terbuat dari jala plastik berbentuk seperti karung. Waring kantong memiliki kapasitas 25 – 30 kg. Saat memasukkan ke dalam waring kantong diusahakan tidak melebihi kapasitas waring, karena akan menyebabkan kerusakan pucuk teh. Penimbangan
23
dilakukan oleh seorang juru timbang dan dicatat dalam Buku Jurnal Petik Harian masing-masing blok kebun. Buku Jurnal Petik Harian adalah buku laporan jumlah pucuk yang didapatkan oleh masing-masing pemetik setiap harinya. Jumlah pucuk yang didapatkan setiap pemetik harus dicatat, karena pengupahan disesuaikan dengan jumlah pucuk yang didapatkan masing-masing pemetik. Penimbangan yang dilakukan di kebun, dapat dilakukan lebih dari sekali. Setelah dilakukan penimbangan di lapang, pucuk teh dibawa ke pabrik menggunakan truk. Truk pengangkut pucuk berkapasitas standar 2500 kg. Dalam pengangkutan diusahakan tidak melebihi kapasitas standar untuk menghindari kerusakan pucuk teh. Teknis kegiatan penimbangan pucuk di lapang seperti terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Penimbangan pucuk teh di areal kebun Pengolahan Pucuk Teh Hitam (Pabrik) Pengolahan teh adalah proses mengubah pucuk teh segar menjadi pucuk teh kering dengan karakter mutu khas yang disukai konsumen. Dalam menghasilkan produksi teh kering, diperlukan kegiatan pengolahan yang tepat dan sesuai dengan beberapa faktor penentu yaitu bahan baku yang baik, proses pengolahan tepat, alat yang digunakan, tenaga kerja yang terampil dan pemasaran yang tepat. Di UP Tambi, pengolahan pucuk teh yang dilakukan adalah pengolahan teh hitam. Penerimaan dan penimbangan pucuk segar. Bahan baku dalam proses pengolahan teh yaitu pucuk teh segar. Pucuk teh segar yang berasal dari kebun dibawa ke pabrik kemudian dilakukan penimbangan. Pada saat ini, penimbangan pucuk di pabrik UP Tambi telah menggunakan jembatan timbang yaitu sebuah jembatan dimana truk yang masih membawa pucuk naik di atasnya. Selanjutnya, pada komputer yang tersambung dengan timbangan, akan menunjukkan berat dari truk yang didalamnya masih membawa pucuk. Pucuk teh segar kemudian dikeluarkan dari truk. Setelah selesai mengeluarkan pucuk teh, truk kembali menaiki jembatan timbang untuk mengetahui berat truk tanpa pucuk. Hasil selisih truk dengan membawa pucuk dan truk tanpa pucuk akan menjadi berat pucuk yang dibawa dari kebun ke pabrik. Cara penimbangan yang baru ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang sering terjadi yaitu besarnya selisih berat pucuk teh di kebun dengan berat pucuk teh di pabrik. Cara penimbangan ini baru dilaksanakan sejak pertengahan bulan April 2012. Data selisih timbangan kebun dan pabrik secara lengkap disajikan pada Tabel 6.
24
Tabel 6 Selisih timbangan kebun dan pabrik Unit Perkebunan Tambi 2012 Bulan
Blok
Januari
Februari
Maret
April
Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau
Hasil penimbangan (kg) Kebun Pabrik 76 038 75 187 99 205 97 897 63 295 61 647 40 621 40 472 80 161 79 178 107 085 105 245 110 601 109 173 61 477 60 760 91 939 91 117 113 851 111 767 89 285 87 354 56 175 55 420 59 696 59 310 91 131 90 419 76 029 73 933 51 859 51 439
Selisih (kg) -851 -1 310 -1 648 -149 -983 -1 840 -1 428 -717 -822 -3 084 -1 931 -755 -386 -712 -2 096 -423
Bobot (%) -1.12 -1.32 -2.60 -0.36 -1.23 -1.71 -1.29 -1.16 -0.89 -2.70 -2.16 -1.34 -0.64 -0.78 -2.75 -0.81
Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Tambi, 2012.
Pucuk teh dari kebun diusahakan agar tetap segar dan tidak mengalami kerusakan yang cukup tinggi, karena mutu teh hitam yang baik dapat dihasilkan dengan bahan baku yang masih segar. Hal yang menyebabkan kerusakan pucuk yaitu terkena matahari langsung cukup lama, menekan pucuk teh ke dalam waring terlalu kuat, menginjak pucuk dan kapasitas truk berlebihan saat pengangkutan. Kegiatan penimbangan pucuk di pabrik dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Penimbangan pucuk teh di pabrik Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk yang memenuhi syarat oleh (PMS) dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (PMTS), biasanya dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis pucuk yaitu untuk mengetahui kualitas pucuk yang dihasilkan oleh kebun dan menentukan upah pemetik. Standar PMS di Unit Perkebunan Tambi yaitu > 55 %, tetapi saat ini diadakan
25
kebijakan baru yaitu PMS > 50 % mulai tanggal 1 Mei 2012. Alat yang digunakan yaitu timbangan digital, kotak analisis pucuk dan keranjang. Pemisahan pucuk PMS dan PMTS didasarkan pada rumus analisi pucuk yang telah menjadi standar. Rumus pucuk yang termasuk PMS yaitu p+1, p+2m, p+2, p+3m, p+3,b+1m, b+2m dan b+3m, sedangkan yang termasuk PMTS yaitu p+4 atau lebih, b+4 atau lebih, lembaran tua dan tangkai tua. Pengambilan contoh yaitu setiap pucuk seberat 500 kg, diambil satu contoh seberat 200 g dengan 10 titik pengambilan contoh dari Withering Through dan berlaku kelipatannya. Cara menghitung analisis pucuk yaitu jumlah berat pucuk PMS dibagi jumlah berat total dikali 100 %. Rata-rata analisis pucuk yaitu menjumlahkan hasil analisis pucuk tiap contoh kemudian dibagi banyaknya contoh yang diambil. Data analisis pucuk selama bulan Januari – April 2012 disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Analisis pucuk Unit Perkebunan Tambi 2012 Bobot pucuk basah (kg)
Bulan Januari Februari Maret April
275 201 354 356 345 658 275 097
Komposisi pucuk (%) Memenuhi syarat Tidak memenuhi (PMS) syarat (PTMS) 39.82 60.18 48.43 51.57 42.70 57.30 49.90 50.10
Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Tambi, 2012
Pelayuan. Pelayuan merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan teh hitam bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam pucuk secara merata pada setiap bagian pucuk, sehingga menjadi layu dan siap diproses berikutnya. Dalam proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan fisik dan kimia. Perubahan fisik ditandai dengan berkurangnya kadar air yang membuat pucuk menjadi layu, sedangkan perubahan kimia yaitu meningkatnya konsentrasi polifenol dan enzim yang menentukan rasa dan aroma dari teh. Alat yang digunakan antara lain Withering Through (WT), mesin pemanas, termometer, kipas, alat kebersihan, trolly dan drum besar. Kapasitas WT yaitu 1200 – 1300 kg dan Unit Perkebunan Tambi memiliki 13 buah unit WT. Suhu yang dianjurkan berkisar 25 – 27 oC dan kelembaban 60 – 70%. Lamanya waktu pelayuan berkisar antara 12 – 18 jam dan pembalikan pucuk dilakukan stiap 5 – 6 jam sekali. Kriteria pucuk yang siap turun layu adalah pucuk teh yang berwarna hijau kekuningan, tangkai pucuk tidak patah bila dilenturkan, pucuk lemas bila dipegang, dan mengeluarkan aroma khas. Penggulungan dan penggilingan. Penggulungan merupakan tahap pengolahan untuk menyiapkan terbentuknya mutu, baik secara kimia maupun fisik. Penggulungan akan mengakibatkan daun memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata dan pada saat itu sudah terjadi oksidasi enzimatis. Alat penggulung yang dipakai di UP Tambi adalah Open Top Roller (OTR) 47 inchi dengan kapasitas 300 – 350 kg/OTR. Lama penggulungan yang dilakukan dalam OTR berkisar 40 – 45 menit. Penggilingan pada pengolahan teh hitam bertujuan untuk mengecilkan gulungan menjadi partikel yang sesuai kehendak pasar, memotong hasil penggulungan menjadi ukuran lebih pendek dan memperoleh bubuk basah
26
sebanyak-banyaknya. Di samping itu, penggilingan juga bertujuan untuk menggerus pucuk agar cairan sel keluar semaksimal mungkin dan membentuk hasil keringan yang lebih keriting. Alat penggilingan yang dipakai di UP Tambi adalah Rotorvane (RV) 15 inchi dengan kapasitas 1100 – 1250 kg/jam dan Press Cap Roller (PCR) 47 inchi dengan kapasitas 300 kg/PCR. Suhu yang digunakan dalam proses penggilingan berkisar antara 27 – 32 oC dengan kelembaban ruangan berkisar 90% – 95%. Lamanya proses penggilingan 25 – 40 menit. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses penggilingan antara lain yaitu pertama, kebersihan alat/mesin setiap selesai satu seri (rangkaian). Alat yang akan digunakan setiap satu seri harus dibersihkan dengan teliti dan benar bersih. Kedua, setiap mesin harus diisi sesuai dengan kapasitas masing-masing mesin. Ketiga, dilakukan pengawasan dan pemantauan terhadap temperatur dan kelembaban untuk setiap alat. Sortasi basah. Proses sortasi basah bertujuan untuk memperoleh bubuk yang seragam, memecahkan gumpalan bubuk, mendinginkan bubuk, meratakan proses oksidasi, memudahkan sortasi kering dan proses pengeringan. Mesin yang digunakan yaitu Rotary Roll Breaker (RRB) dan Ghogy. Dalam proses sortasi basah, diharapkan menghasilkan partikel bubuk yang kecil, sehingga digunakan mesin bernomor 7-7-7, 7-7-8, atau 6-6-7. Setiap hasil bubuk, diberi nomor sesuai dengan nomor urut gilingan dari mesin yang digunakan untuk menghasilkan bubuk tersebut. Ruangan yang digunakan sebagai tempat sortasi basah memiliki Rh ruangan 90 – 95% dan suhu 22 – 23 0C. Setelah bubuk teh melewati sortasi basah, bubuk teh difermentasi untuk mendapatkan kualitas teh yang baik. Oksidasi enzimatis. Proses oksidasi enzimatis telah dimulai pada awal penggulungan yaitu merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oksidasi. Tingkat oksidasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar air dalam bahan, temperatur dan kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan dan tersedianya oksigen. Suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan oksidasi enzimatis. Pada suhu mendekati 0 oC, oksidasi enzimatis masih dapat berjalan tetapi sangat lambat. Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kecepatan oksidasi. Hal ini disebabkan adanya aktivitas enzim yang semakin meningkat dan pada suhu 54 oC aktivitas enzim akan berhenti. Suhu oksidasi enzimatis tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kenampakkan luar dari bubuk, tetapi sangat berpengaruh terhadap cita rasa dan sifat mutu dalam bahan. Suhu yang baik pada proses oksidasi enzimatis yaitu 21 – 27 oC, yang paling baik adalah 26,7 oC. Oksidasi enzimatis selalu dilakukan pada kondisi udara yang lembab. Pada kondisi udara yang kurang lembab akan menghasilkan teh yang memiliki kenampakan gelap (dull), baik pada air seduhan maupun pada ampas seduhan, sehingga dapat menurunkan cita rasa. Akibat lain yaitu permukaan bubuk yang sedang dioksidasi terlihat kering. Kelembaban ruangan untuk oksidasi diusahakan lebih dari 90%, diatur dengan menggunakan Humidifier. Waktu dilakukannya proses oksidasi ini, terhitung sejak pucuk dimasukkan ke dalam OTR sampai bubuk dimasukkan ke dalam pengeringan berkisar 90 – 130 menit. Oksidasi enzimatis dapat dilakukan pada baki aluminium atau fiber yang disusun dalam rak troly. Ketebalan bubuk dalam baki diatur sekitar 5 cm. Keberhasilan dari proses oksidasi enzimatis antara lain ditandai adanya perubahan warna pada bubuk yaitu menjadi merah tembaga.
27
Pengeringan. Proses pengeringan merupakan salah satu tahap dalam pengolahan teh hitam yang cukup penting, karena mempengaruhi hasil jadi bubuk teh. Proses pengeringan perlu dilakukan secara teliti dan cermat agar sifat teh yang telah dihasilkan dari proses pengolahan sebelumnya dapat dipertahankan. Tujuan utama proses pengeringan adalah menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal dan mengurangi kadar air hingga 3 –4%. Lamanya proses pengeringan di UP Tambi yaitu ± 25 menit dengan suhu udara masuk (inlet) berkisar 90 - 98 oC dan udara luar (outlet) berkisar 45 - 50 oC. Kapasitas mesin pengering perlu diperhitungkan, karena dapat menentukan kapasitas pabrik dan kapasitas dari proses-proses pengolahan sebelumnya. Kapasitas mesin pengeringan ditentukan oleh kemampuan mesin dalam menguapkan air dalam bubuk teh per satuan waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas mesin pengeringan yaitu kadar air bubuk teh, suhu, volume udara panas, ketebalan pengisian dan kecepatan trays untuk tipe ECP (Endless Chain Pressure). Mesin ECP yang dimiliki UP Tambi terdiri dari dua tipe yaitu drierdengan tipe three circuit drier berkapasitas 300 kg bubuk teh/jam dan drierdengan tipe two circuit drier yang berkapasitas 250 kg bubuk teh /jam. Pengoperasian mesin ECP perlu diperhatikan dengan teliti. Prinsip kerja mesin pengering yaitu adanya pergerakan trays dimana bubuk teh yang diletakkan di atasnya akan ikut bergerak dan kemudian diratakan oleh spreader. Bubuk teh yang berada di atas trays akan bersentuhan dengan udara panas yang dihasilkan oleh heater sehingga air yang terkandung dalam bubuk teh akan menguap. Kecepatan dari trays harus sering diperiksa dan disesuaikan dengan lamanya pengeringan dan spreader diatur agar rata dan tidak miring serta ketebalan diatur agar hasil bubuk teh kering sesuai yang dikehendaki. Bubuk teh yang telah kering ditampung di dalam bak alumunium, kemudian dilakukan penimbangan. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui derajat layu dan rendemen teh kering. Derajat layu adalah persentase berat teh kering yang berasal dari mesin pengeringan, sedangkan rendemen teh kering adalah angka persentase berat teh kering dari mesin pengeringan terhadap berat basah. Beberapa permasalahan yang terjadi pada proses pengeringan antara lain case hardening yaitu bagian luar dari bubuk teh telah kering tetapi bagian dalamnya masih basah. Peristiwa ini disebabkan suhu outlet yang terlalu tinggi. Bakey atau over fired (gosong) disebabkan suhu inlet yang terlalu tinggi. Smokey (bau asap) disebabkan adanya kebocoran pada bagian alat pemanas. Teh kering kurang masak dapat terlihat dengan dicium atau diraba, penyebabnya yaitu terlalu tebalnya bubuk teh saat dimasukkan ke dalam mesin dan waktu pengeringan yang terlalu pendek. Permasalahan lain yaitu banyaknya bubuk teh yang jatuh ke bawah di dalam mesin pengeringan karena lubang trays yang terlalu besar, serta banyaknya bubuk teh yang berjatuhan di luar mesin pengeringan. Sortasi kering. Hasil teh kering yang berasal dari proses pengeringan masih heterogen, baik bentuk maupun ukuran. Selain itu, hasil teh kering tersebut masih mengandung debu, tangkai daun ataupun partikel kotoran yang akan berpengaruh terhadap mutu teh. Oleh karena itu, proses sortasi yang dilakukan di UP Tambi bertujuan untuk memisahkan dan mendapatkan bentuk dan ukuran teh yang seragam, memisahkan teh kering menjadi beberapa grade sesuai ukuran dan membersihkan dari partikel-partikel lain selain bubuk teh.
28
Proses sortasi dilakukan dengan menggunakan mesin sortasi yang memiliki beberapa ayakan dari yang kasar hingga yang halus, sehingga teh kering yang keluar dari mesin sortasi dapat digolongkan menjadi teh daun, teh remuk, dan teh halus. Teh daun terdiri atas Orange Pecco (OP), Pecco (P), Pecco Souchon (PS) dan Souchon (S). Teh remuk terdiri atas Broken Orange Pecco (BOP), Broken Pecco (BP) dan Broken Tea (BT), sedangkan teh halus terdiri atas Fanning (F) dan Dust (D). Produk teh yang dihasilkan oleh UP Tambi dibagi menjadi tiga mutu, yaitu mutu I terdiri atas BOP Grof, BOP, BOPF, PF, Dust, BP, BT dan BM. Mutu II terdiri dari PF II, Dust II, BP II, BT II dan BM II, sedangkan mutu III terdiri dari Dust III, BM III dan Bohea. Mesin ayakan yang digunakan untuk memisahkan teh berdasarkan grade, dapat dilihat dalam Gambar 7.
Gambar 7 Mesin ayakan Pengujian mutu teh. Hasil teh kering yang telah selesai di sortasi kemudian dilakukan pengujian terhadap mutu. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian organoleptik yang terdiri dari pengujian rasa, aroma, warna seduhan dan juga dilakukan pengujian berat kepadatan. Masing-masing variabel yang diuji memiliki kriteria, seperti kriteria warna seduhan untuk masing-masing jenis mutu teh. Pengujian dilakukan terhadap masing-masing grade yang dihasilkan dari proses sortasi. Ruangan untuk melakukan pengujian mutu teh yaitu ruangan khusus yang bersih dan diusahakan steril dari gangguan luar. Pengepakan dan penggudangan. Proses pengepakan dan penggudangan merupakan tahapan terakhir. Tujuan dari pengepakan yaitu untuk melindungi bubuk teh pada saat penyimpanan dan pengangkutan, serta agar hasil teh tidak berubah mutu dan kualitasnya. Pengepakan dilakukan di dalam plastik HE dan dibungkus dengan karung, serta diberi label kemasan (tanggal produksi, berat bersih dan jenis grade). Masing-masing grade dibungkus secara terpisah. Kadar air dalam bubuk teh yang telah jadi kurang dari 6 %. Ruang pengepakan berdampingan dengan ruang penggudangan agar lebih memudahkan dalam memindahkan bubuk teh kering yang telah dikemas. Aspek Manajerial Kepala Sub Bagian Kebun Kepala bagian kebun merupakan pemimpin untuk bagian kebun yang bertanggung jawab kepada Kepala UP atas seluruh blok kebun yang ada dan
29
membawahi secara langsung seluruh kepala blok kebun. Tugas dari kepala bagian kebun yaitu merencanakan dan mengawasi seluruh kegiatan kebun yang telah tercantum dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya Perkebunan (RKAP). Tugas selanjutnya dari Kepala bagian kebun yaitu memeriksa seluruh laporan yang berkaitan dengan kegiatan kebun yang dilakukan setiap blok kebun. Laporan-laporan tersebut berguna untuk mengetahui hasil kerja setiap blok dan sebagai bahan evaluasi permasalahan yang terjadi. Kepala bagian kebun yang ada di UP Tambi berjumlah dua orang yang masing-masing mengelola bagian berbeda. Satu orang mengelola aspek pemetikan tanaman teh, sedangkan yang lain mengelola aspek pemeliharaan tanaman teh. Penulis mendapatkan kesempatan untuk menjadi pendamping kepala bagian kebun dengan bertugas mengawasi kinerja dari setiap pekerja blok kebun. Kepala Blok Kepala blok merupakan pimpinan untuk masing-masing blok kebun, yang membawahi secara langsung para pembimbing (mandor) lapang. Tugas dari kepala blok yaitu merencanakan, melaksanakan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kebun pada setiap blok yang dikepalainya. Kegiatan kebun yang dimaksud yaitu pembibitan, pemeliharaan dan pemetikan. Kepala blok juga merencanakan anggaran biaya yang diperlukan oleh bloknya selama satu tahun. Kepala blok yang berada di UP Tambi berjumlah empat orang yang masing-masing membawahi satu blok kebun dan memiliki tanggung jawab langsung kepada kepala bagian kebun. Penulis bekerja sebagai pendamping kepala blok dengan mengawasi pembimbing lapang, baik aspek pemeliharaan maupun pemetikan. Asisten Pembimbing Pembimbing merupakan mandor atau pengawas lapangan yang bertanggung jawab kepada kepala blok dan kepala bagian kebun. Pembimbing bertugas mengawasi jalannya kegiatan kebun agar mengikuti petunjuk dan standar yang ditetapkan UP Tambi. Pembimbing yang ada di setiap blok kebun terdiri dari pembimbing pemetikan dan pemeliharaan. Penulis bekerja sebagai pendamping pembimbing pemetikan dan pemeliharaan secara bergantian di setiap blok kebun. Pembimbing pemeliharaan mempunyai tugas khusus mengelola pengawasan bagian pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan antara lain penanaman, pembentukan bidang petik, pembuatan rorak, pembuatan saluran air, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, penanaman pohon pelindung, pemangkasan, gosok lumut, pembuatan lubang tadah dan porokan. Masingmasing blok kebun memiliki satu orang pembimbing pemeliharaan dan satu orang asisten. Pembimbing pemetikan mempunyai tugas khusus mengelola pengawasan bagian pemetikan. Kegiatan pemetikan memiliki beberapa bagian yaitu perencanaan siklus petik, pembagian kelompok pemetik, mengajarkan cara pemetikan yang benar dan mengawasi kegiatan pemetikan. Setiap blok kebun memiliki jumlah pembimbing pemetikan yang berbeda-beda kira-kira 2-3 orang. Penulis bekerja sebagai pendamping pembimbing pemetikan dengan mengawasi kegiatan pemetikan.
30
Permasalahan dan kendala yang sering dihadapi oleh para pembimbing antara lain beberapa tenaga kerja yang sulit diatur dan sulit ditegur apabila melakukan kesalahan. Tenaga kerja yang sulit ditegur dapat menyebabkan kerugian bagi blok kebun, contohnya apabila ada tenaga kerja pemetik yang memetik tidak sesuai rumus petik, maka dapat menyebabkan hasil analisis pucuk di pabrik menjadi rendah.
PEMBAHASAN Pemangkasan perlu dilakukan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). Pada TBM pemangkasan bertujuan untuk memperlebar dan memperluas percabangan sehingga terbentuk bidang petik yang diharapkan, sedangkan pada TM bertujuan untuk menurunkan bidang petik agar memudahkan dalam pemetikan, memperluas frame/percabangan, membuang cabang yang tidak dikehendaki agar produksi tetap stabil, seimbang dan tanaman tetap dalam masa vegetatif. Pengamatan dilakukan terhadap dua blok kebun yaitu Blok Pemandangan dan Blok Taman. Pada kedua blok ini merupakan Tanaman Menghasilkan (TM). Dalam pelaksanaannya, pemangkasan di Blok Pemandangan dilakukan secara manual yaitu menggunakan sabit, sedangkan di Blok Taman dilakukan secara mekanis yaitu menggunakan mesin pangkas. Masing-masing pelaksanaan memiliki kelebihan dan kelemahan. Jenis dan Tipe Pangkasan Jenis pangkasan yang dilakukan di UP Tambi adalah pangkasan produksi. Pangkasan produksi adalah pemangkasan yang dilakukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) untuk meningkatkan produksi. Jenis pangkasan produksi mempunyai beberapa tipe pangkasan. Tipe pangkasan produksi yang dilaksanakan oleh UP Tambi adalah tipe pangkasan tengah bersih. Pangkasan tengah bersih adalah pangkasan dengan membuang ranting-ranting kecil yang memiliki ukuran diameter kurang dari 1 cm (sebesar pensil) yang berada di tengah-tengah perdu, sedangkan yang berada di sisi perdu dibiarkan. Tinggi pangkasan yang baik untuk tipe pangkasan tengah bersih yaitu antara 45 – 60 cm (PPTK 2006). Sistem pangkasan adalah urutan pelaksanaan berbagai pemangkasan dengan jarak waktu. Sistem pangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah sistem pangkasan tetap. Sistem pangkasan tetap yaitu pangkasan yang memiliki ketinggian relatif tetap berkisar 50 – 60 cm setiap dilakukannya pemangkasan (PPTK 2006). Pada sistem pangkasan tetap, setiap kali melakukan pemangkasan selalu pada ketinggian yang relatif sama dengan pangkasan sebelumnya. Pangkasan seperti ini memungkinkan terbentuknya benggul. Benggul yaitu terhambatnya pertumbuhan pada batang sehingga membentuk seperti bengkak/memar membuat batang tersebut tidak dapat tumbuh. Untuk menghindari benggul pada cabang, maka secara teknis pemangkasan ini tidak dilakukan tepat pada pangkasan terdahulu, tetapi dilakukan sedikit di bawah atau di atas luka
31
pangkas terdahulu. Apabila pada tanaman didapatkan adanya benggul, maka pemangkasan dilakukan dibawah benggul dengan maksud untuk menghilangkan benggul. Penghilangan benggul yang ada pada tanaman perlu dilakukan karena benggul membuat pengiriman cadangan makanan terhambat yang menyebabkan tunas tumbuh kecil dan lambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Jenis pangkasan dan sistem pangkasan yang telah diterapkan pada UP Tambi tidak menjadi hal yang mutlak, disesuaikan dengan melihat kondisi langsung di lapangan untuk setiap blok kebun. Waktu Pemangkasan Waktu pemangkasan adalah waktu yang tepat dan baik untuk pemangkasan. Pemangkasan di UP Tambi dilakukan dalam dua semester, yaitu semester I pada bulan Februari – Mei merupakan akhir musim hujan dan semester II pada bulan Oktober – November merupakan awal dari musim hujan. Pemangkasan dilakukan pada bulan-bulan tersebut karena diharapkan masih tersedia air, sehingga tidak terjadi kekeringan. Waktu pelaksanaan pemangkasan antara lain dipengaruhi oleh kondisi tanaman. Dalam keadaan normal, pemangkasan dilakukan jika hasil pucuk mulai menurun, pertumbuhan pucuk burung meningkat dan tanaman sudah terlalu tinggi sehingga sulit dilakukan pemetikan (Johan 2005). Ketepatan waktu pemangkasan dipengaruhi kondisi lokasi. Semakin sulit lokasi dijangkau, semakin lama waktu yang dibituhkan. Tobroni [A] (1982) mengatakan bahwa pemangkasan berarti membuang sebagian organ dari tanaman yang berfungsi untuk proses asimilasi dan menghasilkan makanan bagi tanaman, sehingga kesehatan tanaman harus benarbenar diperhatikan. Kesehatan tanaman sangat dipengaruhi persediaan zat pati dalam akar. Tanaman teh yang kadar patinya kurang dari 12 % akan merana bahkan dapat mati apabila dilakukan pemangkasan (PPTK 2006). Zat pati sangat dibutuhkan karena merupakan cadangan makanan yang menghasilkan energi untuk membantu proses penyembuhan luka pangkasan dan pertumbuhan tunas-tunas baru. Hal yang dapat dilakukan agar zat pati yang terkandung dalam akar tanaman cukup tinggi adalah dengan mengistirahatkan tanaman sesudah dipetik. Tujuannya adalah agar tanaman menghasilkan cadangan makanan yang lebih banyak. UP Tambi tidak melakukan metode pengistirahatan tanaman dan tidak melakukan pengujian kadar pati sebelum dilakukannya pemangkasan. Pemetikan gendesan dilakukan untuk menghabiskan pucuk yang masih ada ataupun tertinggal pada tanaman yang akan dipangkas. Kandungan zat pati dalam akar dipengaruhi beberapa faktor antara lain musim dan ketinggian tempat. Pada akhir musim hujan, cahaya matahari yang mulai meningkat akan menyebabkan suhu udara meningkat dan curah hujan mulai berkurang. Hal tersebut mengakibatkan cadangan pati dalam akar cukup tinggi dan kondisi lingkungan masih menyediakan air, sehingga menjadi waktu yang tepat untuk dilakukannya pemangkasan. Ketinggian tempat juga mempengaruhi cadangan zat pati. Suhu udara dan kelembaban yang tinggi di daerah rendah menyebabkan pucuk dan pernapasan menjadi lebih kuat dibandingkan dengan daerah dataran tinggi. Hal tersebut menyebabkan cadangan pati di daerah rendah selalu lebih rendah daripada daerah tinggi (PPTK 2006).
32
Luas Areal Pemangkasan UP Tambi memiliki luas lahan untuk areal pertanaman teh yaitu sebesar 238.57 ha. Dalam pembagian tahun pangkas, luas areal pangkas per tahun yang ditetapkan UP Tambi adalah 25 % dari luas total (Hapsari 2005). Akan tetapi, dalam pelaksanaannya tidak selalu sesuai dengan rencana. Rencana luas areal pangkas setiap tahun pangkas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rencana luas areal pangkasan setiap tahun pangkas masing-masing blok kebun di Unit Perkebunan Tambi 2012 Tahun pangkas (ha) Blok I II III IV Taman 12.31 12.73 13.14 15.05 Pemandangan 21.88 18.55 20.55 15.78 Panama 15.59 16.06 18.71 16.87 Tanah Hijau 12.27 7.17 12.31 9.60 Total 62.05 54.51 64.71 57.30 % luas 26.01 22.85 27.12 24.02 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi Penulis, 2012
Berdasarkan data dari Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa luas areal yang dipangkas tidak sesuai 25 % luasan total. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh kondisi kebun, lokasi per nomor kebun, cuaca dan ketersediaan tenaga kerja. Kondisi kebun yang berpengaruh adalah kesehatan tanaman dan kondisi pucuk saat akan dipangkas. Lokasi per nomor kebun terkadang sulit dijangkau, sehingga membutuhkan waktu lebih lama. Ketersediaan tenaga kerja berpengaruh apabila jumlah dari tenaga kerja tidak memenuhi standar yang seharusnya dimiliki untuk menyelesaikan keluasan areal pangkasan. Alat Pangkas Alat pangkas yang digunakan oleh UP Tambi yaitu mesin pangkas dan sabit. Ketajaman alat menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pemangkasan. Adisewojo (1982) mengatakan bahwa untuk memangkas hendaknya dipergunakan alat yang tajam, agar luka yang terbentuk licin. Luka yang tidak licin merupakan bahaya bagi tanaman teh yaitu cabang mudah dihinggapi penyakit. Alat yang kurang tajam juga dapat menyebabkan kerusakan pada cabang tanaman teh. Alat penunjang antara lain batu asah untuk mengasah alat pangkas, alat ukur untuk mengukur ketinggian hasil pangkasan dan solar sebagai bahan bakar mesin pangkas. Dalam pelaksanaan pemangkasan, alat ukur jarang sekali digunakan. Alat ukur yang digunakan adalah ukuran tinggi lutut tenaga kerja. Hal tersebut yang menyebabkan hasil ketinggian pangkasan tidak seragam. Jenis alat pangkas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 8.
33
a.
b.
Gambar 8 Alat pangkas : a) Mesin pangkas; b) Sabit Tinggi dan Diameter Pangkasan Tinggi pangkasan adalah ketinggian bidang pangkasan dari permukaan tanah hingga bekas luka pangkas yang baru. Pangkasan tengah bersih yang tepat memiliki ketinggian 45 – 60 cm. Tinggi pangkasan yang < 45 cm menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah, sehingga menyulitkan kegiatan pemetikan. Sebaliknya, jika > 70 cm akan menyulitkan kegiatan pemangkasan, tunas baru akan cepat tumbuh menjadi pucuk burung dan berukuran kecil, serta bidang petik cepat menjadi tinggi (PPTK 2006). Menurut Tobroni [B] (1982), semakin tinggi pangkasan, semakin rendah persentase kematian pada tanaman. UP Tambi menetapkan standar ketinggian pangkasan yaitu 50 – 60 cm. Penulis melakukan pengamatan ketinggian pangkasan dengan data pengamatan tersaji dalam Tabel 9. Tabel 9 Rata-rata tinggi pangkasan dan diameter bidang pangkas Blok Taman dan Blok Pemandangan di Unit Perkebunan Tambi Blok Taman Blok Pemandangan Ulangan N Tinggi Diameter Tinggi Diameter (cm) (cm) (cm) (cm) I 15 52.74 65.19 42.15 46.97 II 15 50.75 64.92 43.53 53.42 III 15 53.43 67.53 41.47 51.28 Rata-rata 52.31 65.88 42.38 50.56 Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012
Data yang didapatkan dari pengamatan menunjukkan bahwa pemangkasan yang dilakukan tidak selalu mengikuti standar yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kondisi kesehatan tanaman, tenaga kerja dan alat ukur ketinggian pangkasan. Kondisi kesehatan tanaman sangat mempengaruhi tinggi pangkasan. Apabila tanaman tersebut kurang sehat, maka tinggi pangkasan yang dilakukan tidak terlalu rendah. Hal tersebut untuk menghindari tanaman semakin sakit, bahkan mati. Oleh karena itu, tinggi pangkasan yang dilakukan selain mengikuti standar yang ditetapkan, juga ditentukan kondisi dari tanaman teh itu sendiri.
34
Faktor lain yaitu tenaga kerja. Keterampilan tenaga kerja yang berbedabeda menyebabkan hasil dari pangkasan pun berbeda, sehingga ketinggian pangkasan yang dihasilkan pun dapat berbeda. Semakin terampil tenaga kerja, hasil pangkasan semakin mendekati standar yang ditetapkan. Jumlah tenaga kerja juga menjadi permasalahan. Jumlah tenaga kerja yang kurang mencukupi dan waktu yang cukup singkat untuk dilakukan pemangkasan menyebabkan terkadang tenaga kerja tergesa-gesa dalam melakukan pemangkasan, sehingga tidak memenuhi standar yang ditetapkan. Faktor selanjutnya, yaitu alat ukur tinggi pangkasan. Dalam menentukan ukuran standar tinggi pangkas, seharusnya menggunakan alat ukur yang sama antar tenaga kerja, sehingga hasil tinggi pangkasan secara keseluruhan tenaga kerja dapat memenuhi standar. Namun, dalam melakukan pemangkasan, tidak tersedia alat ukur baku untuk mengukur tinggi pangkasan. Tenaga kerja hanya menggunakan pedoman ukuran tinggi pangkasan setinggi lutut. Hal tersebut menyebabkan hasil tinggi pangkasan antar tenaga kerja berbeda-beda, karena tinggi lutut masing-masing tenaga kerja berbeda-beda. Tinggi dan Diamater Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman sebelum pemangkasan yaitu ukuran tinggi tanaman dari permukaan tanah hingga puncak bidang petik, sedangkan diamater bidang petik yaitu ukuran rata-rata dari panjang bidang petik arah utara-selatan dan arah timur-barat. Pengukuran tinggi dan diameter bidang petik dilakukan sebelum kegiatan pemangkasan berlangsung. Data rata-rata tinggi dan diameter bidang petik Blok Pemandangan dan Blok Taman tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata tinggi dan diameter bidang petik Pemandangan di Unit Perkebunan Tambi Blok Taman Ulangan n Tinggi Diameter (cm) (cm) I 15 89.41 76.85 II 15 88.87 79.04 III 15 87.23 75.92 Rata-rata 88.50 77.27
Blok Taman dan Blok Blok Pemandangan Tinggi Diameter (cm) (cm) 91.43 91.65 93.60 87.50 91.33 82.87 92.12 87.34
Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012
Berdasarkan data pada Tabel 10 didapatkan data bahwa tinggi dari tanaman teh di Blok Pemandangan dan Blok Taman tidak lebih dari 100 cm. Menurut Johan (2005), pemangkasan pada umumnya dilakukan apabila produksi pucuk telah menurun dan pemetikan telah sulit dilakukan. Pemetikan yang sulit dilakukan yaitu apabila tinggi tanaman teh telah melebihi tinggi pemetik. Menurut Setyamidjaja (2000), batas tinggi tanaman hingga menjadi sulit dipetik adalah mencapai ketinggian 120 cm karena rata-rata tinggi pemetik teh berkisar antara 140 – 160 cm. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa tinggi tanaman pada Blok Pemandangan dan Blok Taman belum mencapai 120 cm dan diameter bidang petik pun tidak lebih dari 90 cm dapat dikatakan bahwa diameter belum
35
terlalu melebar, tetapi pemangkasan tetap dilakukan. Pemangkasan pada Blok Taman dan Blok Pemandangan tetap dilakukan karena telah memasuki siklus/gilir pangkas yaitu empat tahun sekali. Persentase Pucuk Burung Pucuk burung adalah tunas yang tidak aktif berupa kuncup kecil yang terletak pada ujung pucuk atau tunas yang berada dalam keadaan dorman. Menurut Tobroni [C] (1982), semakin tua umur pangkasan, semakin banyak bagian-bagian yang membutuhkan energi untuk pertumbuhan yang sering diikuti dengan penurunan keseimbangan jumlah hara. Keadaan inilah yang mengakibatkan periode pucuk burung menjadi lebih panjang. Jumlah dan persentase pucuk burung pada Blok Pemandangan dan Blok Taman dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan persentase pucuk burung di Unit Perkebunan Tambi Blok Taman Blok Pemandangan Ulangan n Jumlah pucuk % pucuk Jumlah pucuk % pucuk burung burung burung burung I 15 54.53 64.66 14.00 33.71 II 15 82.20 60.09 16.33 46.49 III 15 94.00 77.77 15.07 43.05 Rata-rata 76.91 67.51 15.13 41.08 Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012
Berdasarkan data pada Tabel 11, disimpulkan bahwa persentase pucuk burung pada Blok Pemandangan dan Blok Taman tidak lebih dari 75%. Dengan demikian, hasil produksi masih dalam batas yang diharapkan perusahaan. Bertambah banyaknya pucuk burung, jika keadaan tanaman dan syarat tumbuh kurang terpenuhi dengan baik (Adisewojo 1982). Beberapa syarat tumbuh yang tidak terpenuhi antara lain kurangnya hujan sehingga kebutuhan air tidak terpenuhi dan kurangnya kesuburan tanah. Letak kebun juga mempengaruhi jumlah pucuk burung. Semakin rendah lokasi areal tanaman teh, semakin banyak jumlah pucuk burung, sedangkan di lokasi yang cukup tinggi terjadi sebaliknya. Kerusakan Cabang pada Pemangkasan Pemangkasan sesungguhnya yaitu mengurangi beberapa bagian pada tanaman teh. Menurut Adisewojo (1982), cara pemangkasan yang benar yaitu memangkas dari bawah condong ke atas, sehingga terbentuk luka dengan kemiringan 450. Dengan demikian, air hujan yang jatuh pada luka pangkasan tidak terlalu lama berada di luka pangkasan, sehingga luka cepat mengering dan menghindari luka membusuk. Tindakan pemangkasan yang kurang tepat berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tunas dan akan menurunkan potensi produksi tanaman teh (Johan 2003). Dalam pelaksanaannya, dapat terjadi kerusakan hasil pangkasan. Kerusakan hasil pangkasan yang dimaksud adalah apabila cabang yang tersisa
36
pada tanaman pecah, retak dan hasil pangkasannya tidak rata. Kerusakan tersebut dapat terjadi apabila cara pemangkasan yang belum tepat dan alat yang digunakan kurang tajam. Alat yang tajam akan menghasilkan luka yang licin. Jika luka yang dihasilkan tidak licin yaitu cabang tersobek akan menyebabkan bagian tersebut mudah dihinggapi penyakit. Oleh karena itu, harus diperhatikan keterampilan tenaga pemangkas dan ketajaman alat yang digunakan dalam pemangkasan. Jumlah dan persentase cabang rusak dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12 Jumlah dan persentase cabang rusak saat dilakukan pemangkasan Blok Taman Blok Pemandangan Ulangan n Cabang % cabang Cabang % cabang rusak rusak rusak rusak I 15 33.27 73.27 1.47 10.14 II 15 15.87 53.72 2.20 13.25 III 15 18.07 62.88 2.47 13.36 Rata-rata 22.40 63.29 2.04 12.25 Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012
Pemangkasan yang dilakukan pada Blok Taman menggunakan alat pangkas yaitu mesin pangkas, sedangkan pada Blok Pemandangan menggunakan alat pangkas yaitu sabit. Berdasarkan Tabel 12, persentase cabang rusak pada Blok Taman mencapai 63.29%, sedangkan pada Blok Pemandangan hanya mencapai 12.25 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pangkasan di Blok Taman terdapat banyak sekali kerusakan cabang jika dibandingkan dengan Blok Pemandangan. Hal ini dapat disebabkan perbedaan alat pangkas yang digunakan. Hasil pangkasan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Tanaman Teh setelah pemangkasan : a) di Blok Taman ; b) di Blok Pemandangan Penggunaan sabit ternyata lebih kecil kemungkinan merusak cabang tanaman, karena dengan menggunakan sabit tenaga pemangkas dapat lebih teliti dalam memilih cabang yang akan dipangkas. Hasil luka pangkasannya pun lebih licin dibanding menggunakan mesin pangkas. Hal yang paling penting dalam pemangkasan menggunakan sabit yaitu keterampilan tenaga pangkas dalam menghasilkan luka pangkasan pada tanaman teh. Salah satu kendala pemangkasan dengan menggunakan sabit yaitu apabila tenaga pemangkas kurang tersedia, maka kegiatan pemangkasan akan berlangsung cukup lama.
37
Berbeda dengan sabit, penggunaan mesin pangkas memiliki kerugian yaitu kurang teliti dalam pemangkasan cabang tanaman, sehingga yang dilakukan hanya meratakan bidang pangkas tetapi tidak memperhatikan luka pangkasan pada cabang tertinggal. Selain itu, menggunakan mesin pangkas menyebabkan rantingranting yang berukuran 1 cm (sebesar diameter pensil) masih tertinggal pada tanaman. Keuntungannya yaitu tidak memerlukan banyak tenaga kerja, sehingga dapat mengatasi permasalahan kurangnta tenaga kerja. Permasalahan lain yang ditemui yaitu tenaga pemangkas mengejar kuantitas hasil pangkasannya agar memperoleh upah semakin tinggi. Hal ini menyebabkan tenaga pemangkas tidak memperhatikan hasil pangkasannya yang dapat membuat cabang rusak. Kebutuhan Tenaga Kerja Pemangkas UP Tambi memiliki tenaga pangkas yang merupakan tenaga kerja borongan yaitu dibayar sesuai dengan hasil pekerjaan setiap hari. Upah yang diterima oleh tenaga kerja sebesar Rp 14 000/patok, dengan luas per patok 400 m2. Data kebutuhan tenaga kerja pangkas tercantum dalam Tabel 13. Tabel 13 Jumlah tenaga pemangkas secara teori dan riil di Blok Taman dan Blok Pemandangan Unit Perkebunan Tambi 2012 Kapasitas Jumlah tenaga Luas areal Hari efektif pemangkas pemangkas (HK) Blok (ha) (hari) (ha/HK) Rencana* Riil Taman 5.66 26 0.04 5 2 Pemandangan 5.77 26 0.04 6 2 Jumlah 11.43 11 4 Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012 *rencana berdasarkan perhitungan
Kapasitas pemangkas adalah luas areal yang dapat diselesaikan pemangkas dalam satu hari kerja. Berdasarkan Tabel 13, rata-rata jumlah tenaga pangkas untuk Blok Taman dan Blok Pemandangan belum sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Hal ini berarti Blok Taman dan Blok Pemandangan masih kekurangan tenaga kerja pemangkas. Salah satu penyebab kurangnya tenaga kerja adalah upah yang masih terlalu rendah, akibat dari kekurangan tenaga ini yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan keluasan areal akan lebih lama dari waktu yang telah ditetapkan untuk kegiatan pemangkasan. Keterampilan Tenaga Pemangkas Pemangkasan yang tidak tepat menyebabkan kerusakan, pertumbuhan tunas lambat dan jumlah pucuk akan berkurang. Kegiatan pemangkasan harus dilakukan oleh tenaga terampil agar mendapatkan hasil pangkasan yang baik. Pengamatan dilakukan terhadap keterampilan tenaga pemangkas berdasarkan kualifikasi usia, lama bekerja dan tingkat pendidikan. Pengamatan keterampilan tenaga pemangkas berdasarkan usia pemangkas dapat dilihat pada Tabel 14.
38
Usia (tahun) ≤ 45 > 45
Tabel 14 Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan usia Blok Taman Blok Pemandangan % Kerusakan % Kerusakan Σ Tenaga Σ Tenaga cabang cabang 2 63.29 0 0 0 0 2 2.04
Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012
Pengamatan selanjutnya dilakukan berdasarkan kualifikasi lama bekerja tenaga pemangkas. Pengamatan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu tenaga pemangkas dengan lama bekerja kurang dari dua tahun dan kelompok kedua yaitu tenaga pemangkas dengan lama bekerja lebih dari dua tahun. Hasil pengamatan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan lama bekerja Blok Taman Blok Pemandangan Lama Kerja % Kerusakan % Kerusakan Σ Tenaga Σ Tenaga (tahun) cabang cabang ≤2 2 63.29 0 0 >2 0 0 2 2.04 Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012
Pengamatan terakhir dilakukan berdasarkan kualifikasi tingkat pendidikan dari tenaga pemangkas. Kelompok pengamatan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu tenaga pemangkas dengan tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan kelompok kedua yaitu tenaga pemangkas dengan tingkat pendidikan lulus (SD). Hasil pengamatan disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16 Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan tingkat pendidikan Blok Taman Blok Pemandangan Tingkat % Kerusakan % Kerusakan Pendidikan Σ Tenaga Σ Tenaga cabang cabang TTSD 0 0 2 2.04 SD 2 63.29 0 0 Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012
Berdasarkan ketiga tabel, dapat ditarik kesimpulan bahwa usia, lama bekerja dan tingkat pendidikan tenaga pemangkas sangat mempengaruhi hasil pangkasan tanaman teh. Pada Tabel 14, usia diatas 45 tahun ternyata menghasilkan persentase kerusakan cabang lebih kecil dari tenaga pemangkas usia kurang dari 45 tahun. Semakin tinggi usia, pengalaman yang telah didapat semakin banyak, sehingga kesalahan dalam pemangkasan dapat dihindari. Pada Tabel 15 dihasilkan yaitu semakin lama bekerja, maka persentase kerusakan cabang lebih kecil. Hal tersebut karena tenaga pemangkas yang telah bekerja lebih dari dua tahun, sehingga memiliki keterampilan yang lebih terlatih dan pengalaman yang lebih banyak. Berdasarkan Tabel 16, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu tamat Sekolah Dasar memiliki
39
persentase kerusakan yang tinggi, dibanding tenaga pemangkas yang tidak tamat Sekolah Dasar. Seharusnya, semakin tinggi tingkat pendidikan, akan membuat tenaga pemangkas lebih terampil. Hal ini karena tenaga yang tamat SD masih baru dalam bekerja, sehingga kurang berpengalaman. Pertumbuhan Pucuk Setelah Pemangkasan Hasil produksi yang diambil dari tanaman teh berupa pucuk. Pertumbuhan pucuk yang baik sangat diharapkan agar produksi terus meningkat. Salah satu tujuan pemangkasan adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, sehingga pucuk yang dihasilkan lebih banyak. Pertumbuhan tunas-tunas baru tersebut dipacu oleh cadangan makanan (zat pati) yang terdapat dalam akar tanaman teh, sehingga cadangan pati dalam tanaman menjadi salah satu faktor pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Menurut Tobroni (1982), waktu tumbuh tunas tercepat yaitu 23 hari setelah pemangkasan. Penulis melakukan pengamatan mulai pada minggu ketiga setelah dilakukan pemangkasan (3 MSP). Data tinggi pucuk dapat dilihat dalam Tabel 17. Tabel 17 Rata-rata tinggi pucuk setelah pemangkasan di Blok Pemandangan Unit Perkebunan Tambi Blok Tinggi pucuk (cm) N 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP Taman 45 0 0.07 0.95 4.41 Pemandangan 45 0 0.12 1.05 3.43
Taman dan Blok
7 MSP 7.23 7.73
8 MSP 10.83 12.09
Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan, 2012
Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat adanya perbedaan rata-rata tinggi pucuk. Penyebabnya yaitu klon tanaman, ketinggian tempat, cadangan makanan, kebersihan pangkasan dan ketersediaan air. Klon tanaman yang dipangkas pada Blok Taman adalah jenis TRI 2024 dan TRI 2025, sedangkan pada Blok Pemandangan adalah jenis klon Gambung 7. Perbedaan kecepatan tumbuh terlihat pada 5 MSP dan 6 MSP. Jenis tanaman yang berasal dari klon, lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan tanaman yang berasal dari seedling. Tobroni (1982) mengemukakan bahwa persediaan karbohidrat sebagai cadangan makanan juga menjadi faktor penentu kecepatan pertumbuhan tunas. Semakin berat tanaman dipangkas, makin banyak cadangan pati yang hilang bersamaan dengan bagian tanaman yang terbuang. Di lain pihak, mata tunas pada cabang yang tua memiliki sifat dorman yang lebih kuat. Oleh sebab itu, semakin berat tanaman dipangkas, semakin lambat pertumbuhan mata tunasnya (Johan 2005). Kondisi tanaman dan ketersediaan air mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tunas. Jika kondisi tanaman sehat dan air yang dibutuhkan tanaman tersedia, maka pertumbuhan tunas akan lebih cepat. Grafik laju pertumbuhan pucuk dapat dilihat pada Gambar 10.
40 14
Tinggi Pucuk (cm)
12 10 8 Taman
6
Pemandangan 4 2 0 3 MSP
4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP 8 MSP Umur Setelah Pemangkasan (minggu)
Gambar 10 Grafik Laju Pertumbuhan Tunas Jenis Gulma yang Terdapat di Areal Perkebunan Populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali di areal pertanaman teh akan membuat kompetisi dengan tanaman teh dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Jenis gulma tertentu diduga dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang bersifat racun. Populasi gulma yang tidak terkendali juga akan menyulitkan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, pemangkasan dan pemetikan (PPTK 2006). Permasalahan gulma sangat dirasakan kerugiannya pada areal TBM dan TM yang baru saja dipangkas. Hal ini disebabkan karena sebagian besar permukaan tanah terbuka dan langsung terkena cahaya matahari, sehingga laju pertumbuhan beberapa jenis gulma akan berlangsung cepat dan tanaman yang telah dipangkas akan kalah berkompetisi dalam memperebutkan unsur hara dan cahaya matahari, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman teh lambat. Tujuan dari pengendalian gulma adalah untuk menekan kerugian yang ditimbulkan akibat gulma menjadi serendah mungkin, agar laju pertumbuhan dan hasil produksi tanaman teh maksimal (PPTK 2006). Hal tersebut dikatakan juga oleh Ghani (2002) bahwa pengendalian gulma bukan untuk memusnahkan, tetapi menekan pertumbuhan gulma hingga tidak merugikan tanaman teh atau pada ambang batas ekonomi. Jenis gulma yang terdapat di UP Tambi dapat dilihat pada Tabel 18.
41
Tabel 18 Jenis gulma di Unit PerkebunanTambi Nama Gulma Nama Latin Sintrong / Lengko Erechties valerianifolia Urang aring Galinsoga parviflova Rondo lesu Richardia brasiliensis Rendengan Centela asiatica Lempuyangan Panicum paludosum Kentangan Borreria repens Asem-aseman Oxalis corniculata Babadotan Ageratum conycoides Ranti / Geworan Commelina benghalensis Remujung Orthosiphon stamineus Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Penulis, 2012
Jenis gulma pada Tabel 18 adalah yang banyak terdapat di UP Tambi. Jenis gulma yang banyak terdapat di areal UP Tambi yaitu Pacar air (Impatien platkypetala), Remujung (Orthosiphon stamineus) dan Rendengan (Centela asiatica). Kerugian yang diakibatkan oleh gulma adalah menghambat laju pertumbuhan TBM, mengakibatkan penurunan produksi pucuk hingga lebih dari 40 %, meningkatkan biaya pengendalian dan menurunkan kapasitas kegiatan pemetikan serta kegiatan pemeliharaan (PPTK 2006). Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. PPTK (2006) menyatakan bahwa pengendalian gulma terbagi menjadi tiga yaitu secara kultur teknis, secara manual dan secara kimiawi. UP Tambi melakukan pengendalian gulma secara manual dan kimiawi. Untuk lebih jelasnya, beberapa gambar gulma yang ada di UP Tambi ditampilkan pada Gambar 11.
a.
b.
c.
Gambar 11 Jenis Gulma : a) Commelina benghalensis ; b) Orthosiphon stamineus ; c) Centela asiatica
42
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Kegiatan magang yang dilakukan di UP Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah telah memberikan manfaat, wawasan, pengetahuan dan pengalaman, baik saat menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL), maupun saat menjadi pendamping mandor dan asisten sub bagian kebun. Seluruh kegiatan, pengetahuan dan pengalaman tersebut telah membuat penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. Pengelolaan pemangkasan teh sangat penting dalam budidaya tanaman teh di perkebunan. Pelaksanaan pemangkasan yang dilakukan dengan tepat akan memberikan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Jenis pemangkasan yang dilakukan UP Tambi adalah pangkasan produksi dengan tipe pangkasan yaitu pangkasan tengah bersih yang memiliki standar ketinggian 45 – 60 cm. Blok Taman dan Blok Pemandangan telah memenuhi standar ketinggian pangkasan. Waktu pelaksanaan pemangkasan di UP Tambi sudah tepat yaitu empat tahun sekali dalam dua semester pemangkasan yaitu bulan Februari – Mei dan Oktober – November. Pelaksanaan pemangkasan perlu disesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan. Luas areal yang dipangkas kurang sesuai dengan rencana areal pemangkasan yang telah ditetapkan dalam RKAP. Kerusakan cabang saat pemangkasan di Blok Taman memiliki persentase kerusakan yang cukup tinggi yaitu 63.29%, dibandingkan Blok Pemandangan dengan persentase 12.25% disebabkan perbedaan alat pangkas. Rata-rata tinggi pucuk di Blok Taman dan Blok Pemandangan tidak menunjukkan perbedaan ketinggian pucuk yang cukup jauh yaitu 10.83 cm dan 12.09 cm. Kurangnya tenaga pemangkas diatasi dengan penggunaan mesin pangkas. Jenis gulma yang dominan tumbuh di UP Tambi yaitu Pacar air (Impatien platkypetala), Remujung dan Rendengan (Cantela asiatica). Saran
Kegiatan pemeliharaan tanaman memerlukan peningkatan sistem pengawasan agar terlaksana dengan benar dan tepat. Perlu dilakukan pembinaan tenaga pemangkas, baik tenaga pemangkas mekanis (mesin pangkas) maupun tenaga pemangkas manual (sabit). Saran selanjutnya yaitu perlu dilakukan pengujian kesehatan terhadap tanaman teh sebelum pemangkasan dilakukan.
43
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh (Camellia sinensis). Bandung (ID) : Sumur Bandung. Ghani, M A. 2002. Dasar-Dasar Budidaya Tanaman Teh. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Hapsari, G. 2005. Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Jolotigo, PTPN IX, Pekalongan, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Johan, M E. 2003. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi teh. Prosiding Simposium Teh Nasional 2003 ; 15 Oktober 2003 ; Bandung, Indonesia. Bandung (ID) : Pusat Penelitian Teh dan Kina. Hlm 157-161. Johan, M E. 2005. Pengaruh tinggi pangkasan dan tinggi jendangan terhadap pertumbuhan dan hasil pucuk basah pada tanaman teh asal biji. Jurnal Penelitian Teh dan Kina (Indonesian Journal of Tea and Cinchona Research). 8(1-2) : 43-48. Muljanto D, Yudono P. 1998. Kemampuan tumbuh kembali pucuk tanaman teh yang dipangkas setelah tanaman mengalami cekaman kekeringan. Ilmu Pertanian (Agricultural Science). 6(2) : 28-33. Pusat Penelitian Teh dan Kina [PPTK]. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Bandung (ID) : Pusat Penelitian Teh dan Kina. Pusat Penelitian Teh dan Kina. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Bandung (ID) : Pusat Penelitian Teh dan Kina. Pusat Studi Industri dan Perdagangan (PSIP). 1999. Studi Prospek Perkebunan dan Industri Pengolahan Teh di Indonesia 1999-2001. Jakarta (ID) : Pusat Studi dan Perdagangan (PSIP). Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pasca Penen. Yogyakarta (ID) : Kanisius. Tobroni, M. 1982 [A]. Pengaruh Umur Pangkasan terhadap Pertumbuhan Kembali Tanaman Teh. Prosiding Simposium Teh IV 1982 ; 16-17 September 1982 ; Semarang, Indonesia. Semarang (ID) : Balai Penelitian Teh dan Kina. Hlm 157-163. Tobroni, M. 1982 [B]. Pengaruh Tinggi Pangkasan Beberapa Klon terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh. Prosiding Simposium Teh IV 1982 ; 16-17 September 1982 ; Semarang, Indonesia. Semarang (ID) : Balai Penelitian Teh dan Kina. Hlm 165-169. Tobroni, M. 1982 [C]. Pengaruh Berbagai Waktu Pelaksanaan Jendangan terhadap Produksi Tanaman Teh. Prosiding Simposium Teh IV 1982 ; 1617 September 1982 ; Semarang, Indonesia. Semarang (ID) : Balai Penelitian Teh dan Kina. Hlm 179-184.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Prestasi Kerja Tanggal Kegiatan Lokasi Penulis Karyawan Standar 13 - 2 – 2012 Perkenalan 14 - 2 – 2012 Orientasi Lapang Blok Taman Blok Taman Pemetikan 0. 75 kg 65 kg 50 kg Blok Taman (kebun 13) 15 - 2 – 2012 Pemangkasan Blok Taman (kebun 7) Pemetikan Gendesan Blok Taman (kebun 5) 16 - 2 – 2012 Pengamatan Blok Taman (kebun 7) 17 - 2 – 2012 Pengamatan Blok Taman (kebun 7) 18 - 2 – 2012 Pengajiran Blok Taman (kebun 1) Pemangkasan Blok Taman (kebun 7) 20 - 2 – 2012 Pengamatan Blok Taman (kebun 7) Orientasi Lapang Blok Blok Pemandangan 21 - 2 – 2012 Pemandangan Pemangkasan Blok Pemandangan (kebun 14) 22 - 2 – 2012 Pengamatan Blok Pemandangan (kebun 14) 23 - 2 – 2012 Pemetikan 1.0 kg 75 kg 50 kg Blok Pemandangan (kebun 1) 24 - 2 – 2012 Kantor Kebun (Data Sekunder) Kantor Kebun Pengamatan Blok Pemandangan (kebun 11) 25 - 2 – 2012 Pemangkasan Blok Pemandangan (kebun 14) 27 - 2 – 2012 Pengendalian Gulma Blok Pemandangan (kebun 4) Pemetikan dengan Mesin Petik Blok Pemandangan (kebun 3) 28 - 2 – 2012 Aplikasi Pupuk Daun Blok Pemandangan (kebun 2) 29 - 2 – 2012 Orientasi Blok Panama Blok Panama 2 2 2 Pemangkasan Manual 1m 400 m 400 m Blok Panama (kebun 1) 1 - 3 – 2012 Pemetikan 0.70 kg 55 kg 50 kg Blok Panama (kebun 1)
Lampiran 1 (Lanjutan) Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Tambi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 2 - 3 – 2012 Kantor Kebun (Data Sekunder) Pemetikan 5 - 3 – 2012 Pengamatan 6 - 3 – 2012 Pembibitan 7 - 3 – 2012 Pemangkasan Manual Orientasi Lapang Blok Tanah 8 - 3 – 2012 Hijau Rapat Koordinasi Analisis Petik dan Analisis Pucuk 9 - 3 – 2012 Administrasi Kebun 10 - 3 – 2012 Analisis Petik dan Analisis Pucuk Pemupukan 15 - 3 – 2012 Pengamatan Mengunjungi Kawasan 16 - 3 – 2012 Agrowisata dan Pabrik Teh 17 - 3 – 2012 Pemupukan 19 - 3 – 2012 Pelayuan Pucuk Teh 20 - 3 – 2012 Pelayuan Pucuk Teh Pengamatan Pemangkasan dan 21 - 3 – 2012 Pemetikan Penggilingan Teh 26 - 3 – 2012 Pengamatan 27 - 3 – 2012 Penggilingan Teh
0.50 kg
68 kg
0.001 ha/HK
0.06 ha/HK
2 patok
10 patok
Kantor kebun 50 kg Blok Panama (kebun 4) Blok Panama (kebun 1) Blok Panama (kebun 3) 0.04 ha/HK Blok Panama (kebun 1) Blok Tanah Hijau Kantor Blok Tanah Hijau Blok Tanah Hijau Kantor Kebun Blok Tanah Hijau 10 patok Blok Pemandangan (Kebun 7) Blok Pemandangan (Kebun 11) Agrowisata Tambi Blok Pemandangan (Kebun 8) Pabrik Pabrik Blok Taman dan Blok Pemandangan Pabrik Blok Panama dan Blok Tanah Hijau Pabrik
Lampiran 1 (Lanjutan) Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Tambi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 28 - 3 – 2012 29 - 3 – 2012 30 - 3 – 2012 31 - 3 – 2012 2 - 4 – 2012 3 - 4 – 2012 4 - 4 – 2012 5 - 4 – 2012
Pengeringan Teh Pengeringan Teh Sortasi Sortasi Pengepakan Teh Pengepakan Teh Pengamatan Pengamatan
Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Blok Taman dan Blok Pemandangan Blok Taman dan Blok Pemandangan
Lampiran 2. Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Prestasi Kerja Jumlah Tanggal Kegiatan Lokasi Karyawan Luas Areal Waktu yang diawasi 9 - 4 – 2012 Pemetikan Blok Pemandangan (Kebun 11) 10 - 4 – 2012 Pemeliharaan (Batas Kebun) 4 orang 6.00 ha 5 jam Blok Pemandangan (Kebun 9) Pemeliharaan (Pemangkasan) 2 orang 6.77 ha 3 jam Blok Pemandangan (Kebun 14) 11 - 4 - 2012 Pengamatan Blok Pemandangan (Kebun 11) Pengamatan di Pabrik Pabrik 12 - 4 - 2012 Rapat Koordinasi Kantor Blok Panama 13 - 4 - 2012 Pengamatan di Pabrik Pabrik Pengamatan di Pabrik Pabrik 14 - 4 - 2012 Supervisi Kantor Kebun Kantor Kebun (Data Sekunder) Kantor Kebun 16 - 4 - 2012 Penimbangan Pucuk Teh Blok Tanah Hijau 17 - 4 - 2012 Pemetikan 10 orang 0.77 ha 5 jam Blok Tanah Hijau (Kebun 8) 18 - 4 - 2012 Pendamping Agrowisata 193 orang 2.05 ha 5 jam Agrowisata Tambi 19 - 4 - 2012 Pemetikan 11 orang 0,89 ha 5 jam Blok Tanah Hijau (Kebun 8) 20 - 4 - 2012 Penimbangan Pucuk Teh Blok Pemandangan Penimbangan Pucuk Teh Blok Pemandangan 21 - 4 - 2012 Pengamatan Blok Pemandangan (Kebun 11)
Lampiran 3. Jurnal Harian sebagai Pendamping Asisten Bagian Kebun di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Prestasi Kerja Jumlah Tanggal Kegiatan Lokasi Karyawan Luas Areal Waktu yang diawasi Orientasi Lahan Kosong Kantor Kebun 23 - 4 - 2012 Penjelasan Kerja Asisten Kebun Kantor Kebun 24 - 4 - 2012 Administrasi Kebun (Kantor) Kantor Kebun Orientasi Lahan untuk Penelitian Blok Pemandangan 25 - 4 - 2012 Balitri Bogor 26 - 4 - 2012 Administrasi Kebun Kantor Kebun Kantor Kebun Kantor Kebun 27 - 4 - 2012 Analisis Petik Pabrik 28 - 4 - 2012 Penjelasan Kerja Asisten Kebun Kantor Kebun Penimbangan Pucuk 32 orang 1 jam Blok Panama 30 - 4 - 2012 Analisis Petik Kantor Kebun Pengawasan Mandor Pemetikan 3 orang 5 jam Blok Pemandangan 1 - 5 - 2012 Pembinaan Para Pemetik 35 orang 1 jam Blok Pemandangan 2 - 5 - 2012 Kunjungan Karyawan 2 orang Rumah Karyawan 3 - 5 - 2012 Pembagian Upah Karyawan 35 orang 1 jam Blok Pemandangan 4 - 5 - 2012 Pembagian Upah Karyawan 15 orang 30 menit Blok Pemandangan 5 - 5 - 2012 Administrasi Kebun Kantor Kebun 7 - 5 - 2012 Persiapan Presentasi 8 - 5 - 2012 Persiapan Presentasi 9 - 5 - 2012 Persiapan Presentasi
Lampiran 4. Peta Kebun Unit Perkebunan Tambi Blok Panama dan Blok Pemandangan
Lampiran 5. Peta Kebun Unit Perkebunan Tambi Blok Taman dan Blok Tanah Hijau
Lampiran 6. Data Curah Hujan Unit Perkebunan Tambi 2002 - 2011 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah curah hujan 1 tahun (mm) 2236 3534 3255 3131 2944 2385 3084 2410 4717 3348
Rata-rata curah hujan/tahun (mm) 14,71 19,97 22,14 18,98 26,05 17,67 17,83 14,70 19,82 20,29
Jumlah hari hujan 1 tahun (hh) 152 177 147 165 113 135 173 164 238 165
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 1 September 1990 dari pasangan Romanus Binsar Simanjorang dan Maria Goretti Sutarminingsih. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu lulus Taman Kanak-kanak Katolik Abdi Siswa Jakarta pada tahun 1996, lulus Sekolah Dasar Katolik Abdi Siswa Jakarta pada tahun 2002, lulus SLTP Katolik Abdi Siswa Jakarta pada tahun 2005, dan kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 65 Jakarta dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dengan jurusan Agronomi dan Hortikultura. Pada tahun pertama di IPB, penulis menjalani Perkuliahan Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Kemudian setelah menyelesaikan masa TPB, pada tingkat kedua penulis meneruskan perkuliahan sesuai jurusan yang telah didapatkan melalui SPMB. Penulis memilih Suporting Course (SC) sebagai penunjang studi pada mayor Agronomi dan Hortikultura. Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten untuk matakuliah Pendidikan Agama Katolik. Penulis juga pernah menjadi panitia kegiatan Santa Claus Day IPB, Perayaan Paskah se-Keuskupan Bogor, Masa Orientasi Mahasiswa Baru Departemen Agronomi dan Hortikultura, Stadium General Kapita Selekta, IPB Blogging Day, Natal CIVA IPB dan Agrosportment.