Bul. Agrohorti 3 (3) : 350 – 356 (2015)
Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar* dan Supriadi Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia Telp.&Faks. 62-251-8629353 e-mail
[email protected] * Penulis untuk korespondensi:
[email protected] Disetujui 14 November 2015 /Published online 12 Desember 2015
ABSTRACT The research was conducted in Kendal, Central Java from February until June 2011. Activities performed during the research is a field worker for one month, as assistant foreman for one month, as assistant chief of the estate for two month. The purpose of the research is to improve knowledge, gain work experience and studying the management aspects of pruning tea, both technical and managerial aspects. Pruning is maintenance activities to rejuvenate the tea plant for increase the production of shoots. Pruning activity of tea in Kendal, Central Java was good enough. The type of pruning that do is half clear production pruning. The results showed that the pruning implemented by 107 cm high of picking flied, 112 cm diameter of picking field, 61 cm high of pruning and 60 cm diameter of pruning, the percentage of bird shoots has reached 89%. Although the provisions of the garden pruning can not always be applied throughout the whole field, but the management always strive for the implementation of the field approached the standard operating procedures (SOP). Keywords: maintenance, pruning management,rejuvenate, tea ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Kendal, Jawa Tengah dari bulan Februari sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian dilakukan dengan cara mengikuti semua kegiatan di kebun baik aspek teknis maupun aspek manajerial diantaranya menjadi seorang Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan bekerja sebagai pendamping bagian kepala kebun selama dua bulan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman kerja, dan pembelajaran terhadap aspek manajemen pemangkasan teh menurut aspek teknis dan manajerial. Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan untuk meremajakan tanaman teh untuk meningkatkan produksi pucuk. Kegiatan pemangkasan tanaman teh di Kendal, Jawa Tengah sudah cukup baik. Jenis pemangkasan yang dilaksanakan adalah pemangkasan produki setengah bersih,. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemangkasan dilaksanakan dengan tinggi bidang petik 107 cm, diameter bidang petik 112 cm, tinggi pangkasan 61 cm dan diameter pangkas 60 cm, persentase pucuk burung telah mencapai 89 %. Meskipun ketentuan-ketentuan kebun mengenai pemangkasan tidak selalu dapat diterapkan secara menyeluruh dilapangan, tetapi pihak manajemen selalu mengusahakan agar pelaksanaan dilapangan mendekati standar operasional prosedur (SOP). Kata kunci: manajemen pemangkasan, pemeliharaan, peremajaan, teh
Pengelolaan Pemangkasan Teh..
350
Bul. Agrohorti 3 (3) : 350 – 356 (2015)
PENDAHULUAN Komoditas teh merupakan salah satu komoditas ekspor non migas dan merupakan salah satu sumber devisa penting di sub sektor perkebunan. Tanaman teh akan tumbuh sehat dan berproduksi tinggi jika teknik budidaya dilakukan dengan benar. Pertumbuhan teh harus dipertahankan pada fase vegetatif karena hasil produksinya dalam bentuk pucuk. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas teh, salah satunya adalah dengan melakukan pemangkasan. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan dalam budidaya teh dengan menjadikan bidang petik tetap rendah agar pemetikan mudah dilakukan. Kegiatan pemangkasan bertujuan membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang besar (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan. Untuk dapat melakukan pemetikan dengan mudah, maka perdu atau bidang petik teh harus rendah. Perdu atau bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan pemangkasan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman kerja pada kondisi lapangan yang sebenarnya, mempelajari budidaya tanaman teh, khususnya pemangkasan teh, baik aspek teknis maupun manajemennya, mempelajari permasalahan yang dihadapi perkebunan dan potensi sumber daya serta mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut khususnya mengenai pengelolaan pemangkasan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di salah satu perkebunan teh di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, mulai bulai Februari sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian dilakukan dengan cara mengikuti semua kegiatan di kebun baik aspek teknis maupun aspek manajerial yaitu ikut bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping kepala bagian kebun selama dua bulan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) yaitu kegiatan pengendalian gulma, pengendalian hama dan 351
penyakit, pemupukan, pemangkasan, serta pemetikan. Setelah ikut bekerja sebagai KHL, berikutnya ikut bekerja sebagai pendamping mandor. Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan apel, mengisi jurnal harian, serta mengawasi pekerja di lapang. Sebagai pendamping kepala bagian kebun, dipelajari dan melakukan perencanaan, pengawasan serta evaluasi dalam pengelolaan kebun. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui pengamatan dan bekerja langsung di lapangan serta wawancara langsung dengan karyawan selama kegiatan magang. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mempelajari laporan manajemen perkebunan (bulanan dan tahunan) dan studi pustaka. Peubah-peubah yang diamati selama penelitian dengan aspek pemangkasan terbagi ke dalam tiga fase, yaitu sebelum pemangkasan, saat pemangkasan dan setelah pemangkasan. Pengamatan sebelum pemangkasan meliputi : 1. Tinggi Bidang Petik Pengukuran tinggi bidang petik dari permukaan tanah sampai ke puncak bidang petik dengan menggunakan meteran, terhadap 5 tanaman contoh. 2. Diameter Bidang Petik (DBPt) Pengukuran bidang petik dari kedua arah timur – barat dan utara - selatan dari bidang petik, terhadap 5 tanaman contoh, kemudian diambil rata-rata dari kedua diameter bidang petik tersebut dengan rumus: DBPt
= (
)
(
)
3. Persentase Pucuk Burung Perhitungan jumlah pucuk burung dan pucuk peko yang terdapat pada perdu tanaman yang akan dipangkas produksi. Perhitungan jumlah pucuk burung dan pucuk peko dilakukan terhadap 5 tanaman contoh. %Pucuk burung =
(
)
x 100%
Penghitungan dilakukan pada tanaman dengan menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu dengan diameter 75 cm, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang berada di dalam lingkaran tersebut dihitung jumlahnya Supriadi dan Ade Wachjar
Bul. Agrohorti 3 (3) : 350 – 356 (2015)
6. Jenis Pangkasan Pengamatan pada saat pemangkasan meliputi: 1. Tinggi Pangkasan
Jenis pangkasan diamati baik secara langsung maupun wawancara dengan pembimbing kebun.
Pengukuran tinggi pangkasan dilakukan dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan pada tanaman yang telah dipangks dengan menggunakan tongkat ukur, terhadap 5 tanaman contoh.
7. Waktu Pemangkasan Data waktu pemangkasan diperoleh melalui wawancara dengan asisten manajer tanaman.
2. Luas Areal Pangkasan
8. Gilir Pangkas
Perhitungan berdasarkan target luas areal pangkasan yang telah ditetapkan kebun dan realisasi pangkasan yang dilakukan di kebun.
Data gilir pangkas diperoleh melalui wawancara dengan asisten manajer tanaman dan mempelajari laporan tahunan. Pengamatan Setelah Pemangkasan 1. Tinggi tunas baru Mengukur tunas mulai dari pangkal tunas sampai titik tumbuh. Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali mulai umur 2 minggu setelah pemangkasan (MSP) hingga 8 MSP. Pengamatan dilakukan terhadap 10 buah tunas pada 5 tanaman contoh yang diambil secara acak pada blok kebun. Pengolahan data dilakukan menggunakan persentase, uji t-student, dan rataan. Pengolahan data dengan menggunakan uji t–student pada taraf 0.05 untuk mengetahui pengaruh kerusakan cabang akibat pemangkasan berdasarkan umur pemangkas Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel ; ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan derajat bebas (n1 + n2 – 2) (Walpole, 1993).
3. Persentase Kerusakan Cabang atau Ranting Akibat Pangkasan Persentase kerusakan cabang atau ranting akibat pengkasan dihitung berdasarkan jumlah cabang atau ranting bekas pangkasan yang pecah atau rusak pada 5 tanaman contoh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : %Kerusakan =
∑
x 100%
4. Diameter Bidang Pangkas (DBPk) Diameter bidang pangkas diukur berdasarkan diameter bidang pangkas dari kedua arah timur – barat dan utara – selatan dari 5 tanaman contoh dan diambil rata-rata keduanya dengan rumus : DBPk =
(
)
(
Dihitung berdasarkan jumlah tenaga pangkas yang riil dengan menghitung langsung atau wawancara dengan mandor. Hasil pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus sebagai berikut: (
)
Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif Kapasitas standar = kemampuan yang harus dicapai seorang pemangkas
Pengelolaan Pemangkasan Teh..
Kondisi Umum
)
5. Kebutuhan Tenaga Pemangkas Per hari
∑ Pemangkas/hari =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis tanah di Kabupaten Tegal Andosol, sebagian Regosol dan Latosol. Kemiringan lahan 15° sampai 80°, dan pH rata-rata 6.7. Rumpun Sari Medini berada pada ketinggian 950 – 1 775 meter di atas permukaan laut (dpl). Keadaan topografi lahan landai hingga bergelombang. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth – Ferguson, Kabupaten Tegal termasuk tipe iklim B dengan rata-rata curah hujan 10 tahun terakhir (2001 - 2010) adalah 4 060 mm dengan 191 hari hujan per tahun, rata-rata bulan basah 8.8 bulan dan bulan kering 2.4 bulan. Suhu rata-rata di teh adalah 26 °C dengan kelembaban berkisar 92 %. Luas areal Perkebunan teh di Kendal pada tahun 2010 adalah 534.91 ha. Luas areal dibagi menjadi dua kebun yaitu Kebun Medini (Blok 1 – 18) dan Kebun Kaligintung (Blok C1 – C10). Luas Kebun Medini adalah 386 82 ha, dengan areal teh 286 32 ha, luas areal cadangan atau 352
Bul. Agrohorti 3 (3) : 350 – 356 (2015)
konservasi 54.93 ha, dan luas areal non efektif 45.57 ha yang terdiri atas emplasemen 8.37 ha, jalan 20.23 ha, sungai atau jurang 16.97 ha. Luas Kebun Kaligintung yaitu 148 09 ha, dengan total areal efektif 125 42 ha, yang terdiri atas areal teh 23.00 ha, tanaman belum menghasilkan I (TBM I) 7.00 ha, TBM II sebesar 4.68 ha, luas areal tanaman selain teh (albazia, jati, dan petai) yaitu 47.79 ha, dan luas areal konservasi 42.95 ha. Tanaman teh di Kendal, Jawa Tengah sebagian besar merupakan tanaman yang berasal dari klonal (stek). Klon teh yang ditanam antara lain TRI 2024, TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon TRI 2025 merupakan klon yang paling banyak ditanam di Perkebunan Rumpun Sari Medini. Jarak tanam yang digunakan adalah 120 cm x 60 cm. Rata-rata produksi pucuk teh lima tahun terakhir (2006 – 2010) di Perkebunan Rumpun Sari Medini yaitu 2 934 355 kg/tahun dan produksi teh kering sebesar 659 951 kg/tahun, dengan rata-rata produktivitas pucuk basah mencapai 9 487 kg/ha/tahun dan produktivitas teh kering 2 133 kg ha-1 per tahun. Tinggi Bidang Petik Hasil pengamatan tinggi bidang petik dan diameter bidang petik pada Blok 4 di Kebun Rumpun Sari Medini yaitu diperoleh rata-rata tinggi bidang petik 107.4 cm dan diameter 112.2 cm, hal ini disebabkan gilir pangkas di Blok 4 belum mencapai empat tahun. Gilir pangkas di Blok 4 baru mencapai umur 34 bulan. Menurut Sukasman (1988) daur pemangkasan mempunyai hubungan erat dengan tinggi pemangkasan. Untuk daerah medium (600 – 1200 m) dengan tinggi pangkasan 45 – 50 cm, jendangan 20 cm dan laju kenaikan tinggi bidang petik 12 cm maka untuk mencapai tinggi bidang petik 120 cm akan diperlukan daur pangkas kira-kira empat tahun. Tinggi bidang petik hasil pengamatan belum memenuhi syarat untuk dipangkas. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) pemangkasan harus segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik, biasanya setelah tanaman mencapai ketinggian ± 125 cm. Kondisi pucuk di Blok 4 yang kurang produktif menjadi alasan pangkasan tetap dilaksanakan. Persentase Pucuk Burung Pucuk burung adalah pucuk yang berada dalam keadaan tidak aktif. Hasil pengamatan persentase pucuk burung pada Blok 4 mencapai 89 %, persentase pucuk burung yang tinggi 353
disebabkan telah dilakukan pemetikan yang salah dan pemetikan berat. Pemangkasan dapat dilakukan pada Blok 4. Menurut Sukasman (1988) pemangkasan dilakukan pada saat persentase pucuk burung mencapai 70 %. Tingginya jumlah pucuk burung juga mengindikasi tingginya zat pati hasil fotosintesis yang terakumulasi dalam akar tanaman teh. Makin aktif pertumbuhan pucuk tanaman atau makin banyak pertumbuhan pucuk, makin banyak pula zat pati yang dipakai, sehingga persediaan zat pati makin berkurang (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Apabila pemangkasan terlambat dilakukan maka jumlah pucuk burung akan semakin banyak. Pada kondisi menjelang pemangkasan jumlah pucuk burung akan semakin banyak dengan ukuran pucuk kecil dan bobot pucuk ringan (Sukasman, 1988). Tinggi Pangkasan Tinggi pangkasan adalah ketinggian pemangkasan dari permukaan tanah. Ketinggian pemangkasan yang dilaksanakan di Perkebunan Teh di Kendal yaitu 55 – 65 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan pertama dilakukan pada ketinggian 55 cm dan tinggi pangkasan pada tahun berikutnya akan naik setinggi 5 cm hingga mencapai ketinggian 65 cm kemudian setelah itu tinggi pangkasan diturunkan kembali menjadi 55 cm. Pemangkasan yang terlalu rendah akan menyulitkan pekerjaan pemetikan, karena cabang yang terlalu rendah menyulitkan gerakan pemetik dan pemetik harus bekerja dengan agak membungkuk (Sukasman et al., 1988). Hasil pengamatan tinggi pangkasan yang dilaksanakan di Kebun Teh di Kendal yaitu diperoleh rata-rata tinggi pangkasan 61 cm dengan diameter pangkasan 60 cm. Tenaga pemangkas dalam kegiatan pemangkasan masih memperhatikan ketentuan tinggi pangkasan yang diinginkan oleh pihak kebun. Rata-rata tinggi pangkasan yang dilakukan pemangkas masih dalam batas tinggi pemangkasan yang ditetapkan oleh pihak kebun yaitu 55 – 65 cm. Luas Areal Pangkasan Perkebunan Teh di Kendal, Jawa Tengah menetapkan luas areal pemangkasan sebesar 25 % per tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan (TM) yang dibagi dalam dua semester. Pemangkasan semester I dilaksanakan 60 % dan semester II sebesar 40 %. Realisasi luas areal pemangkasan di Perkebunan Teh di Supriadi dan Ade Wachjar
Bul. Agrohorti 3 (3) : 350 – 356 (2015)
Kendal, Jawa Tengah tahun 2006 – 2010 seperti
pada Tabel 1.
Tabel 1. Realisasi luas areal pemangkasan di Kebun Teh di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Tahun 20062010 Luas Areal TM (ha) 309.32 309.32 309.32 309.32 309.32
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Luas Areal Pangkas (ha) Rencana Realisasi 77.33 64.49 77.33 54.25 77.33 89.92 77.33 95.37 77.33 96.99 77.33 80.20
Persentase (%) Rencana Realisasi 25 20.96 25 17.63 25 29.22 25 30.99 25 31.35 25 26.03
Sumber: Arsip kantor
Data realisasi luas areal pemangkasan di Kebun Teh di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah menunjukkan realisasi luas areal pemangkasan rata-rata pada tahun 2006 – 2010 adalah ± 25 % dari luas areal tanaman menghasilkan. Pada
tahun 2008 – 2010 realisasi pemangkasan melebihi 25 %, hal ini dilakukan untuk menutupi luas areal pemangkasan pada tahun 2006 dan 2007 yang kurang dari 25 %.
Tabel 2. Persentase kerusakan cabang berdasarkan usia pemangkas ∑ Tenagan Pemangkas 8 7
Usia ≥ 60 tahun < 60 tahun
% Kerusakan 14.44tn) 12.57tn)
Sumber : Hasil pengamatan Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%
≥ 60 tahun tidak berbeda dengan tenaga pemangkas berusia < 60 tahun.
Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Usia Pengamatan dilakukan terhadap 15 pekerja yang dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu pemangkas berumur ≥ 60 tahun dan pemangkas yang berumur < 60 tahun. Setiap pemangkas masing-masing diamati 5 tanaman contoh. Hasil pengamatan tercantum pada Tabel 2. Perbedaan usia para tenaga pemangkas tidak mempengaruhi kerusakan dan keterampilan pemangkas, hal ini terlihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa tenaga pemangkas berusia
Kebutuhan Tenaga Pemangkas Tenaga pemangkas di Kebun Teh di Kendal, Jawa Tengah sebagian besar berasal dari masyarakat yang ada di sekitar kebun dan emplasemen. Agar pemetikan jendangan dapat dilakukan dengan serempak maka pihak kebun merencanakan pemangkasan dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 30 hari. Kapasitas kerja pemangkas di dua blok Perkebunan Teh ini tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Kapasitas tenaga pemangkas di dua blok Perkebunan Teh di Kendal, Jawa Tengah Tahun 2011 Blok 1 4
Luas Areal Pangkasan (ha)
Tenaga Pangkas (orang) Teori Riil
Prestasi Kerja (ha/HK) Standar Riil
5.84
Jumlah Rata-rata
18.20 24.04
18 24 12
15 26 13
0.04 0.08 0.04
0.042 0.086 0.043
Sumber : Arsip Kantor
Berdasarkan Tabel 3, jumlah tenaga kerja di dua blok menunjukkan bahwa kapasitas pemangkas melebihi kapasitas standar yang ditetapkan kebun, hal tersebut disebabkan tenaga pemangkas yang digunakan adalah dibayar Pengelolaan Pemangkasan Teh..
dengan sistem borongan dan upah yang diberikan cukup besar sehingga pekerja lebih bersemangat dalam menyelesaikan kegiatan pemangkasan. Pembayaran upah diberikan sesuai dengan jumlah patok yang berhasil dipangkas oleh pemangkas. 354
Bul. Agrohorti 3 (3) : 350 – 356 (2015)
Upah pangkasan adalah Rp.19 300,-/patok (400 m2). Blok 1 dapat diselesaikan dalam waktu 12 hari dan Blok 4 diselesaikan selama 29 hari. Jenis Pemangkasan Jenis pangkasan yang dilakukan di Perkebunan Teh di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah adalah pangkasan produksi dengan tipe pangkasan bersih dan pada bagian tengahnya ngamangkok. Luka pangkas diusahakan membentuk sudut ± 45° menghadap ke dalam perdu dan pemangkasan dilakukan pada ketinggian 55 cm. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata, tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok), dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil), dengan maksud memperbaiki percabangan. Pada kenyataannya di lapangan, pangkasan yang dilakukan oleh pekerja adalah pangkasan produksi dengan tipe pangkasan setengah bersih karena masih banyaknya ranting-ranting kecil yang ditinggalkan pada perdu hasil pangkasan, hal tersebut terjadi karena sistem upah borongan sehingga pemangkas lebih mengejar kuantitas dan kurang memperhatikan kualitas yang diinginkan pihak kebun. Waktu Pemangkasan Waktu pangkas adalah waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan, sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Dalam menentukan waktu yang tepat untuk
melaksanakan pemangkasan perlu diperhatikan kondisi tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan pati dalam akar, bila kadar patinya kurang dari 12 %, pemangkasan dapat mengakibatkan tanaman merana atau bahkan mati (Setyamidjaja, 2000) Pemangkasan di Perkebunan Teh di Kabupaten Kendal dilakukan dalam dua semester. Pemangkasan pada semester I dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni dan pemangkasan pada semester II pada bulan September sampai dengan Oktober. Luas areal yang dipangkas pada semester I adalah 60 % dari luas total areal yang akan dipangkas. Sedangkan luas areal yang dipangkas untuk semester II adalah 40 %, hal ini yang membuat waktu pemangkasan pada semester I lebih lama dibandingkan semester II. Menurut Sukasman (1988) waktu pemangkasan yang terbaik adalah antara bulan Mei dan Juni (akhir musim hujan) dan antara pertengahan bulan Oktober sampai November (menjelang musim hujan). Gilir Pangkas Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan sebelumnya dengan pemangkasan berikutnya pada blok yang sama dan dinyatakan dalam tahun. Gilir pangkas yang diterapkan di Kebun Teh di Kendal, Jawa Tengah yaitu 4 tahun. Gilir pangkas yang diterapkan bisa saja kurang atau melebihi 4 tahun, hal tersebut dilakukan atas pertimbangan produksi, jika tanaman teh secara ekonomis masih menguntungkan maka gilir pangkas dapat lebih dari 4 tahun.
Tabel 4. Gilir pangkas dari 5 blok di Perkebunan Teh di Kendal, Jawa Tengah Blok
Luas areal (ha)
Waktu Pangkas sebelumnya
2 7 11 14 4
12.79 17.07 18.20 16.72 18.20
Feb-07 Feb-05 Jan-06 April-04 Juni 2008
Waktu Pangkas Berikutnya Rencana Sep-10 Jan-10 Jan-10 Feb-08 April-11
Realisasi Sep-10 Jan-10 Nov-09 Maret-09 Mei-11
Gilir pangkas (bulan) 43 59 46 59 34
Sumber : Arsip Kantor
Perkebunan Teh di Kendal, Jawa Tengah terletak pada ketinggian antara 950 m – 1 775 m di atas permukaan laut (dpl) yang termasuk pada daerah sedang – tinggi dengan gilir pangkas 4 tahun. Menurut Suwardi (1991), penentuan daur pangkas dalam praktek pada umumnya masih didasarkan pada ketinggian tempat, yaitu daur pangkas 2.5 tahun jika tinggi tempat < 800 m di 355
atas permukaan laut, daur pangkas 2.5 – 3 tahun jika tinggi tempat 800 m – 1 200 m di atas permukaan laut, dan daur pangkas 3 – 5 tahun jika tinggi tempat > 1 200 m di atas permukaaan laut. Gilir Pangkas dari 5 Blok di Perkebunan Teh di Kendal tercantum pada Tabel 4.
Supriadi dan Ade Wachjar
Bul. Agrohorti 3 (3) : 350 – 356 (2015)
Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan di Blok 4 dan dilakukan 2 minggu sekali mulai 2 minggu setelah pemangkasan (MSP) hingga 8 MSP. Pengamatan dilakukan terhadap 10 buah tunas pada 5 tanaman contoh yang diambil secara acak pada blok kebun. Hasil pengamatan pertumbuhan tunas tercantum pada Gambar 1.
Jenis pangkasan yang dilaksanakan di Perkebunan Teh di Kendal, Jawa Tengah adalah pangkasan produksi dengan tipe produksi setengah bersih. Ketentuan-ketentuan mengenai pemangkasan yang telah ditetapkan kebun seringkali tidak dilaksanakan ketika di lapangan, sebagai contoh gilir pangkas yang melebihi atau bahkan kurang dari 4 tahun. Meskipun ketentuanketentuan kebun mengenai pamangkasan tidak selalu bisa diterapkan secara menyeluruh di lapangan, tetapi pihak manajemen selalu mengusahakan agar pelaksanaan di lapangan mendekati standard operational procedure (SOP). DAFTAR PUSTAKA Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Edisi ketiga. Gambung (ID).
Gambar
1.
Pertumbuhan tinggi tunas pemangkasan di Blok 4
setelah
Pertumbuhan tunas baru hasil pangkasan adalah tergantung pada cadangan hara pada cabang-cabang yang ditinggalkan. Menurut Nathaniel (1982) dalam Sukasman (1988) cadangan hara pada cabang-cabang tersebut dipengaruhi oleh besarnya cabang atau luas permukaan kulit cabang tersebut. Menurut Sukasman (1988) selain dipengaruhi oleh jumlah hara pada cabang, pertumbuhan tunas-tunas baru dipengaruhi oleh umur cabang. Makin tua umur cabang, tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan tunasnya. KESIMPULAN Pelaksanaan pemangkasan di Perkebunan Teh di Kendal, Jawa Tengah sudah cukup baik. Pemangkasan di dua blok pada bulan Januari dan Maret 2011 dapat selesai dalam waktu kurang dari 30 hari dengan kapasitas pemangkas melebihi kapasitas standar yang telah ditetapkan kebun. Untuk kegiatan pemangkasan, Perkebunan Teh di Kendal tidak kekurangan tenaga pemangkas.
Pengelolaan Pemangkasan Teh..
Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Yogyakarta (ID) : Kanisius. Sukasman. 1988. Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan. Prosiding Seminar Pemangkasan The 49-64 ha. Gambung (ID) : Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Sukasman, E., Johan., Mahmud, S. 1988. Pengaruh tinggi pemangkasan terhadap hasil pucuk dan pertumbuhan cabangcabang teh. Prosiding Seminar Pemangkasan The 19-29 hal. Gambung (ID) : Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Suwardi, E. 1991. Penentuan saat pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan (TM). Warta Teh dan Kina 2: 30-36 Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama.
356