PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
BANI KURNIAWATI A24061019
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN BANI KURNIAWATI. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO). Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama empat bulan, dimulai tanggal 1 Maret – 3 Juli 2010. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang adalah bekerja secara aktif di lapang dan pengumpulan data primer melalui praktek kerja langsung, pengamatan di lapang, wawancara, dan diskusi langsung maupun tidak langsung dengan staf dan karyawan perkebunan, serta pengumpulan data sekunder melalui arsip kebun dan laporan manajemen (bulanan, triwulan, semester, dan tahunan). Pelaksanaan teknis lapang yang diikuti meliputi pembibitan, pembentukan bidang petik (centering), pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, penggemburan tanah (porokan), pembuatan lubang tadah dan saluran air, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pemetikan, dan proses pengolahan pucuk Pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan rampasan (gendesan). Alat-alat yang biasa digunakan pemetik dalam kegiatan pemetikan adalah keranjang, sramben (celemek plastik), penutup kepala, waring gendong dan waring kantong, sarung tangan, sepatu boot, dan gunting petik. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan yaitu 2.5 – 3 bulan dengan tinggi petikan jendangan berkisar antara 20 – 22 cm di atas luka pangkas, serta dengan frekuensi jendangan 6 kali petikan sebelum pemetikan produksi telah sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Tinggi bidang petik akan semakin meningkat dengan bertambahnya umur pangkas tanaman. Rata-rata tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Bedakah berkisar antara 70 – 90 cm dari permukaan tanah. Gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret – Mei 2010 berbeda-beda berkisar antara 12 – 17 hari sesuai dengan ketinggian tempat masing-masing blok. Jumlah tenaga pemetik pada Unit Perkebunan Bedakah masih kurang mencukupi kebutuhan. Kebutuhan tenaga pemetik pada tahun 2010
mencapai 282 orang, akan tetapi jumlah tenaga pemetik yang ada hanya 235 orang. Kapasitas petik dari Bulan Maret – Juni 2010 mencapai 60.85 kg. Nilai ini sudah berada di atas basic yield yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah yaitu sebesar 45 kg. Faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas pemetik adalah usia dan lama pengalaman bekerja di kebun, sedangkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kapasitas pemetik. Sistem transportasi pucuk di Unit Perkebunan Bedakah menggunakan truk dengan kapasitas optimum yang ditentukan yaitu 2 500 kg pucuk untuk satu kali pengangkutan. Analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan secara berkala pada nomor-nomor tertentu pada semua blok. Analisis petik yang diikuti dilaksanakan di tiga blok, yaitu Blok Bismo, Mandala, dan Argopuro pada tahun pangkas yang berbeda, serta diketahui bahwa persentase pucuk medium akan semakin menurun dengan bertambahnya umur pangkas. Analisis pucuk yang dilakukan pada bulan Maret – Juni 2010 di Unit Perkebunan Bedakah menunjukkan bahwa pucuk memenuhi syarat olah (MS) yang dihasilkan dari masing-masing blok hampir sama berkisar antara 47 – 51 % dan belum memenuhi syarat minimal pengolahan yaitu minimal pucuk yang dihasilkan 55 % memenuhi syarat olah. Hal ini disebabkan masih terdapat banyak pucuk kasar sehingga kurang memenuhi syarat olah.
PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
BANI KURNIAWATI A24061019
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
: PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TAN TEH (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Nama
: BANI KURNIAWATI
NRP
: A24061019
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Ir. Supijatno, M.Si NIP. 19610621 198601 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kulon Progo pada tanggal 3 Agustus 1988. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Kisrodi dan Ibu Musiyam. Tahun 2000 penulis lulus dari SDN 1 Bojanegara, kemudian pada tahun 2003, penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Banjarnegara. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Banjarnegara, dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selanjutnya pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB dengan Minor Ekonomi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kepanitiaan pada berbagai kegiatan kampus serta secara aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Lapangan IPB pada tahun 2006 – 2007. Penulis juga mendapatkan Beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik (PPA) sejak tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melakukan kegiatan magang di Departemen Pertanian Kabupaten Banjarnegara selama satu bulan dan pada tahun 2009 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Pruwatan, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes selama dua bulan. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan kegiatan magang di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama empat bulan sebagai bahan penyelesaian tugas akhir.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi dengan judul ”Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah”. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih disampaikan kepada: 1. Kedua orang tua serta adik-adik yang telah memberikan dorongan yang tulus, baik moril maupun materiil. 2. Bapak Ir. Supijatno, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Bapak Ir. A. Pieter Lontoh, MS selaku dosen penguji. 4. Bapak Willy Bayuardi Suwarno, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. 5. Direksi PT Tambi yang berkenan memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan magang. 6. Bapak Ir. Bagus Nugroho selaku Pimpinan Unit Perkebunan Bedakah dan Bapak Purwandi, serta Bapak Sudiyono selaku pembimbing lapang yang telah membimbing dan memberikan bantuan selama kegiatan magang. 7. Bapak Meggie Satriya HC,SE dan Bapak Sutikno selaku asisten kepala bagian kantor dan kepala bagian pabrik atas saran dan bimbingannya. 8. Bapak Sumono, Ibu Lastri, dan seluruh kepala blok serta pembimbing di Unit Perkebunan Bedakah atas ilmu yang diberikan selama kegiatan magang. 9. Bapak Pamuji Rahayu beserta keluarga yang telah menerima penulis dengan baik selama kegiatan magang. 10. Vivi, Titis, Lia, Dina, dan Aan atas bantuan dan kebersamaannya selama kegiatan magang. 11. Triastanto Ambaryadi atas bantuan, dukungan, serta doanya selama ini.
12. Kustiyana, Nida, Miko, Dimas, Heny, Haphsoh, Nurman, Dodo, Lely, Afiff, Winda, Asil, Litta, Anto, Helmy, serta rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura Angkatan 43 atas kebersamaannya selama tiga tahun terakhir. 13. Penghuni Wisma Eky (Mbak Ita, Mbak Eka, Vivi, Sabti, Endah, Ivo, Yuli, Itha, Ochie, Arin, Vita, Dinda, Betari, Bambel, Iin, dan Ayu) atas persahabatan yang terjalin selama ini. 14. Anggota FOSMA (Forum Silaturahmi Mahasiswa) dan FKA (Forum Komunikasi Alumni) Banjarnegara atas indahnya kebersamaan dalam proses pencarían makna hidup. 15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, November 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………...
vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...
viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………
ix
PENDAHULUAN …………………………………………………….. Latar Belakang……………………………………………………. Tujuan …………………………………………………………….
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………. Botani Tanaman Teh ……………………………………………... Pemetikan Tanaman Teh ………………………………………… Gilir dan Hanca Petikan ………………………………………….. Kapasitas dan Kebutuhan Tenaga Pemetik ………………………. Produksi dan Mutu Teh …………………………………………... Analisis Mutu Pucuk Teh ………………………………………...
3 3 4 5 6 7 8
METODE MAGANG …………………………………………………. Tempat dan Waktu ……………………………………………….. Metode Pelaksanaan …………………………………………....... Pengamatan dan Pengumpulan Data ……………………………... Analisis Data dan Informasi ………………………………….......
10 10 10 11 13
KONDISI UMUM PERKEBUNAN…………………………………... Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi…………………………… Letak Administratif ………………………………………………. Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim……………………………. Luas Area dan Tata Guna Lahan…………………………………. Keadaan Tanaman dan Produksi………………………………….. Struktur Organisasi dan Personalia……………………………….. Ketenagakerjaan …………………………………………………. Sistem Pengupahan……………………………………………….. Kesejahteraan Karyawan………………………………………….
15 15 16 16 17 17 19 20 23 23
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG…………………………... Aspek Teknis……………………………………………………... Pembibitan………………………………………………... Pembentukan Bidang Petik (Centering)………………….. Pemupukan………………………………………………... Pemangkasan……………………………………………... Gosok Lumut……………………………………………... Penggemburan Tanah (Porokan)…………………………. Pembuatan Lubang Tadah dan Saluran Air……………….. Pengendalian Hama dan Penyakit………………………… Pengendalian Gulma………………………………………
25 25 25 27 28 31 32 33 34 35 36
Halaman Pemetikan…………………………………………………. Proses Pengolahan Teh Hitam……………………………. Aspek Manajerial…………………………………………………. Asisten Kepala Bagian Kebun……………………………. Kepala Blok………………………………………………. Pembimbing Pemeliharaan……………………………….. Pembimbing Pemetikan…………………………………...
38 47 53 53 53 54 55
PEMBAHASAN……………………………………………………….. Tinggi Petikan Jendangan………………………………………… Waktu dan Frekuensi Pelaksanaan Pemetikan Jendangan…........... Tinggi Bidang Petik……………………………………..………... Gilir Petik ………………………………………………………… Hanca Petik………………………………………………………………. Jumlah Tenaga Pemetik Riil ……………………………………... Kapasitas Pemetik…………………………………………............ Sarana Panen dan Transportasi…………………………………… Analisis Petik……………………………………………………... Analisis Pucuk…………………………………………….............
56 56 56 57 58 59 60 61 63 64 64
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………... Kesimpulan……………………………………………………….. Saran………………………………………………………………
66 66 66
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………......
68
LAMPIRAN……………………………………………………………
70
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Luas Area dan Tata Guna Lahan Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan RKAP Tahun 2010…………………………………..
17
Produksi dan Produktivitas Teh di Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2005 – 2009. ………………………………………………
18
Produktivitas Kering Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2009…………………………..
19
Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja serta Tingkat Pendidikan di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret 2010………............
21
Dosis Pupuk untuk Tanaman Teh Belum Menghasilkan (TBM) di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2010…………….................
29
Dosis Pupuk untuk Tanaman Teh Menghasilkan (TM) di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2010……………………………
29
Waktu dan Frekuensi Pemetikan Jendangan, Tinggi Pangkasan, dan Tinggi Pemetikan Petikan Jendangan di Beberapa Blok di Unit Perkebunan Bedakah ………………………………......................
38
Tinggi Bidang Petik Tanaman Teh di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan Tahun Pangkas ………………………………………
39
Gilir Petik Masing-masing Blok di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret – Mei 2010……………………………………………
40
10. Hanca Petik pada Masing-masing Blok di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret – Mei 2010………………....................................
41
11. Tenaga Kerja Riil dan Kebutuhan Tenaga Kerja di Masing-masing Blok di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2010………………..
42
12. Kapasitas Pemetik Rata-rata di Unit Perkebunan Bedakah Bulan Maret – Juni 2010.………………………………………………...
44
13. Pengaruh Usia terhadap Kapasitas Pemetik ……………………...
44
14. Pengaruh Lama Bekerja terhadap Kapasitas Pemetik…………….
45
15. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kapasitas Pemetik……...
45
16. Hasil Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas pada Beberapa Blok di Unit Perkebunan Bedakah………………………………………..
46
17. Hasil Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Bedakah pada bulan Maret – Juni 2010…………………………………………………
48
2. 3. 4.
5. 6. 7.
8.
9.
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman
Jumlah Hari Orang Kerja (HOK) Pemetikan Tercurah/ha/hari Berdasarkan Tahun Pangkas pada Tahun 2009...............................
22
Produktivitas Kering/HOK Pemetikan Tercurah Berdasarkan Tahun Pangkas pada Tahun 2009....................................................
22
3.
Kegiatan Penanaman Stek di Pembibitan ………………………..
26
4.
Kegiatan Pembentukan Bidang Petik (Centering I)………….........
28
5.
Kegiatan Pemupukan melalui Daun ……………………………..
31
6.
Kegiatan Pemangkasan pada Tanaman Teh ……………………...
32
7.
Kegiatan Penggemburan Tanah (Porokan)…………………………
33
8.
Kegiatan Pembuatan Lubang Tadah ……………………………..
34
9.
Hama Ulat Api yang Menyerang Daun Teh ……………………...
35
10. Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Manual pada Area TBM................................................................................................
37
11. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia pada Area TM..........
37
12. Sistem Pemetikan Berjajar atau Giring ……………………..........
42
13. Kegiatan Pemetikan Produksi dengan Menggunakan Tangan……
43
Pemetikan Produksi dengan Menggunakan 14. Kegiatan Gunting…………………………………………………………...
43
15. Kegiatan Penimbangan Pucuk……………………………............
45
2.
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ……………………………………………………………
71
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pembimbing di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah…………………………………………
73
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala Blok dan Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah..............................
74
Curah Hujan dan Hari Hujan di Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2000 – 2009 ……………………………………............................
75
5.
Peta Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010………………...........
76
6.
Luas Area Tanaman Teh di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2010………………………………………….……............
77
2.
3.
4.
7.
Struktur Organisasi Unit Perkebunan Bedakah PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ……………...............................
78
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman subtropis yang telah lama dikenal oleh manusia. Daerah pertanaman teh yang cocok adalah daerah pegunungan yang berudara sejuk dan terletak pada garis lintang antara 30o LU – 30o LS. Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah iklim dan tanah. Curah hujan tahunan yang diperlukan adalah 2 000 – 2 500 mm dan merata sepanjang tahun. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman teh berkisar antara 13 – 25 oC dan diikuti oleh cahaya matahari yang cerah. Kelembaban relatif untuk siang hari tidak kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Industri komoditas teh merupakan salah satu komoditas penting dari sektor perkebunan yang memberikan kontribusi besar dalam menambah devisa negara. Komoditas teh di Indonesia diusahakan oleh perkebunan besar negara (PBN), perkebunan besar swasta (PBS), dan perkebunan rakyat (PR). Produksi teh total Indonesia pada tahun 2008 mencapai 153 971 ton dengan luas area perkebunan teh sebesar 127 712 ha, serta produktivitasnya mencapai 1 205.6 kg/ha/tahun. Volume ekspor teh Indonesia pada tahun 2008 sebesar 96 209 ton dengan nilai ekspor mencapai US $ 158 958 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Menurut FAO (2010) pada tahun 2008 Indonesia menduduki peringkat ketujuh sebagai produsen teh terbesar di dunia setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam. Pada tahun 2005 volume ekspor teh Indonesia mencapai 102 389 ton. Volume ekspor tersebut menurun hingga tahun 2007 dimana pada tahun 2006 volume ekspor teh sebesar 95 338 ton dan pada tahun 2007 sebesar 83 658 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Penurunan volume ekspor disebabkan adanya berbagai permasalahan salah satunya yaitu mutu teh yang dihasilkan Indonesia masih banyak yang belum memenuhi standar internasional. Munculnya negara-negara baru produsen teh juga menyebabkan persaingan pasar semakin ketat, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dalam teknik budi daya untuk
2 meningkatkan produksi dan mutu teh. Peningkatan kualitas atau mutu teh dilakukan untuk menghasilkan pucuk teh bermutu tinggi (Supit, 2009). Pucuk teh yang bermutu tinggi merupakan bahan baku untuk menghasilkan teh yang bermutu tinggi. Teh yang bermutu tinggi adalah teh yang banyak diminati oleh konsumen dan hanya dapat dibuat oleh bahan baku pucuk teh yang bermutu tinggi dengan pengolahan yang benar serta penggunaan mesin-mesin yang memadai. Salah satu cara untuk meningkatan produksi dan mutu teh adalah dengan memperbaiki sistem pemetikan yang lebih efisien sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Menurut Setyamidjaja (2000) pemetikan teh adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering berdasarkan syarat-syarat pengolahan dan ketentuanketentuan sistem petikan yang berlaku. Pemetikan juga berfungsi sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar tanaman mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Kualitas pucuk teh sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sistem pemetikan, gilir petik, organisasi dan ketenagakerjaan pemetikan, serta sarana panen dan transportasi. Pengelolaan pemetikan yang baik adalah pemetikan hasil yang tidak mengganggu kesehatan tanaman yang dipetik dan lingkungannya, sehingga diperoleh hasil yang maksimal baik kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas. Oleh karena itu, pemetikan harus dilakukan dengan baik dan tepat. Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperluas wawasan, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh pengalaman baik dalam aspek teknis maupun manajerial pada berbagai tingkatan yang ada di perkebunan. Kegiatan magang secara khusus bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pengelolaan pemetikan di perkebunan teh.
3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 – 9 m. Tanaman teh dipertahankan dengan ketinggian hingga 1 m dengan pemangkasan secara berkala pada perkebunan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak (Ghani, 2002). Klasifikasi tanaman teh adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophytae
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Guttiferae
Famili
: Theaceae
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis (L.) O. Kuntze
Menurut Iskandar (1988) pada saat ini ada dua varietas teh yang terkenal yaitu Camellia sinensis var sinensis (jat China) dan Camellia sinensis var assamica (jat Assam). C. sinensis var sinensis memiliki ciri daun kecil, tegak, kaku, keras, hijau gelap, permukaan daun tidak mengkilap, dan panjangnya 0.03 – 0.06 m, sedangkan C. sinensis var assamica daunnya lebih lemas, hijau muda, agak terkulai, permukaan daun mengkilap, dan panjangnya 0.15 – 0.20 m. Teh memiliki bunga yang muncul di ketiak daun pada cabang-cabang dan ujung daun, bunganya tunggal dan ada yang tersusun dari rangkaian terkecil. Bunga teh memiliki kelopak yang terdiri dari 5 – 6 daun kelopak. Namun pada perkebunan teh jarang sekali terlihat bunga teh karena tanaman teh sering dipangkas. Buah teh berwarna hijau kecoklatan dengan biji berwarna cokelat. Tanaman teh mengalami pertumbuhan tunas yang silih berganti. Tunas tumbuh pada ketiak daun atau pada bekas ketiak daun. Tunas yang tumbuh kemudiaan diikuti dengan pembentukan daun (Adisewojo, 1982).
4 Pemetikan Tanaman Teh Pemetikan teh adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditas perdagangan. Pemetikan harus dilaksanakan menurut syarat-syarat pengolahan dan ketentuan-ketentuan sistem petikan yang berlaku. Pemetikan juga berfungsi sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar tanaman mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan Pemetikan teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan (Setyamidjaja, 2000). Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas dan bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Pemetikan jendangan dilaksanakan 2 – 3 bulan setelah pemangkasan produksi dan apabila 60 % area yang dipangkas memenuhi syarat untuk dijendang. Pemetikan jendangan dianggap cukup bila tunas sekunder telah dipetik dan bidang petik telah melebar dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup. Pemetikan produksi atau disebut juga pemetikan biasa adalah pemetikan yang dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan dan terus berlangsung secara rutin hingga tiba giliran pemangkasan produksi berikutnya (Setyamidjaja, 2000). Nazaruddin dan Paimin (1993) menyatakan bahwa hasil yang dapat dipetik bukan hanya sembarang petik, tetapi perlu menggunakan rumusan petikan yang sudah ditentukan. Hal ini dilakukan agar produksi teh tetap bermutu tinggi dan tanaman tidak rusak karenanya. Sistem pemetikan tanaman teh dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu petikan halus, petikan medium, dan petikan kasar. Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan pada kebun yang akan dipangkas produksi dimana semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah akan dipetik. Tujuan pemetikan gendesan adalah memanfaatkan tunastunas dan daun-daun muda yang ada pada perdu, karena apabila tidak dipetik akan terbuang dengan dilaksanakannya pemangkasan. Pelaksanaan pemetikan gendesan dimulai satu minggu sebelum pemangkasan dilaksanakan (Setyamidjaja, 2000).
5 Gilir dan Hanca Petikan Pusat Penelitian Teh dan Kina (1997) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya yang pada area yang sama, dihitung dengan hari. Panjang pendeknya gilir petik bergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk sangat dipengaruhi oleh umur pangkas tanaman, ketinggian tempat, iklim, dan kesehatan tanaman. Semakin tua umur pangkas maka pertumbuhan akan semakin lambat, sehingga mengakibatkan semakin panjang gilir petik. Menurut Iskandar (1988) letak perkebunan yang semakin tinggi dari permukaan laut, maka tanaman akan semakin lambat pertumbuhannya. Tanaman teh akan mengalami pertumbuhan yang semakin melambat pada saat musim kemarau jika dibandingkan dengan musim hujan. Tanaman teh yang semakin sehat, maka semakin cepat pertumbuhan pucuk, sehingga semakin pendek gilir petik bila dibandingkan dengan tanaman yang kurang sehat. Gilir petik di daerah dataran tinggi lebih panjang daripada di dataran rendah, demikian pula semakin halus sistem petikan maka semakin pendek interval petik, apalagi bila jumlah daun yang ditinggalkan lebih sedikit. Hanca petikan adalah luas area yang harus selesai dipetik pada satu hari. Hanca petik diatur berdasarkan gilir petik, kapasitas rata-rata pemetik, dan blok kebun. Semakin pendek gilir petik, maka luas hanca petikan akan semakin besar, demikian pula sebaliknya. Pengaturan hanca petik harus mempertimbangkan keseragaman pucuk yang dihasilkan setiap hari dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang, baik umur pangkas tahun pertama, kedua, ketiga, maupun keempat. Kestabilan komposisi pucuk sangat diharapkan dalam pengolahan agar mutu teh menjadi stabil setiap harinya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Gustiya (2005) menyatakan bahwa pada Perkebunan Jolotigo, PTPN IX di Pekalongan rata-rata hanca petik sebesar 2.26 patok/hari orang kerja (HOK) dengan gilir petik yang ditetapkan yaitu 7 hari. Menurut Martlin (2005) pada Perkebunan Rumpun Sari Medini di Kendal, besarnya hanca petikan masingmasing jenis petikan berbeda-beda. Rata-rata hanca petikan jendangan sebesar
6 2.80 patok/HOK, rata-rata hanca petikan produksi sebesar 1.51 patok/HOK, dan rata-rata hanca petikan gendesan sebesar 1.78 patok/HOK dengan gilir petik yang dilaksanakan berkisar antara 10 – 14 hari. Menurut Anggorowati (2008) pada Perkebunan Rumpun Sari Kemuning di Karanganyar rata-rata hanca petikan untuk petikan jendangan dan petikan produksi berbeda. Rata-rata hanca petikan jendangan sebesar 1.50 patok/HOK, sedangkan rata-rata hanca petikan produksi sebesar 0.75 patok/HOK. Perbedaan ini disebabkan oleh pucuk yang dipanen jumlahnya lebih sedikit pada blok yang dilakukan pemetikan jendangan dibandingkan blok yang dilakukan pemetikan produksi, sedangkan gilir petik yang diterapkan sudah sesuai dengan standar yaitu 10 – 12 hari. Kapasitas dan Kebutuhan Tenaga Pemetik Menurut Nazaruddin dan Paimin (1993) kapasitas pemetik adalah jumlah pucuk yang dipetik seorang pemetik dalam satu hari kerja. Kapasitas pemetik antar pemetik bervariasi bergantung pada cara pemetikannya. Setiap pemetik kapasitas petiknya juga dapat berubah-ubah setiap harinya karena dipengaruhi oleh populasi tanaman, cuaca, dan banyaknya pucuk yang dapat dipetik. Gustiya (2005) menyatakan bahwa pada Perkebunan Jolotigo, PTPN IX di Pekalongan rata-rata kapasitas pemetik mencapai 16.62 kg/hari. Menurut Martlin (2005) pada Perkebunan Rumpun Sari Medini di Kendal rata-rata kapasitas pemetik sebesar 26.87 kg/hari, sedangkan menurut Anggorowati (2008) pada Perkebunan Rumpun Sari Kemuning di Karanganyar rata-rata kapasitas pemetik sebesar 22 kg/hari. Pusat Penelitian Teh dan Kina (1997) mengemukakan bahwa agar diperoleh hasil petikan yang maksimal maka salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah pengaturan tenaga pemetik. Selanjutnya (Setyamidjaja, 2000) menambahkan bahwa tenaga pemetik memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara optimal. Jumlah tenaga pemetik yang tersedia serta keterampilan dari tenaga pemetik dalam melaksanakan pemetikan perlu diperhitungkan dalam melaksanakan pemetikan. Kebutuhan tenaga pemetik dapat dihitung dengan mengetahui terlebih dahulu rata-rata produksi pucuk/ha/tahun,
7 persentase absensi pemetik dalam satu tahun (A), rata-rata kapasitas petik setiap hari kerja (HK), serta jumlah hari kerja efektif (HKE) dalam satu tahun. Gustiya (2005) menyatakan bahwa rasio tenaga kerja pemetik pada Perkebunan Jolotigo, PTPN IX di Pekalongan sudah ditetapkan yaitu 1.00, sehingga kebutuhan tenaga pemetik yang dibutuhkan untuk luas area produktif sebesar 174.9 ha adalah 175 orang/hari. Menurut Martlin (2005) rasio tenaga kerja pemetik pada Perkebunan Rumpun Sari Medini di Kendal sebesar 1.25. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Medini dengan luas area produktif sebesar 284.71 ha adalah 356 orang/hari. Jumlah tenaga pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Medini adalah 318 orang/hari untuk luasan tersebut, dengan demikian berarti kebutuhan tenaga pemetik yang diperlukan masih kurang mencukupi. Menurut Putri (2008) rasio tenaga kerja pemetik pada Perkebunan Rumpun Sari
Kemuning di Karanganyar sebesar 1.34. Hal ini menunjukkan
bahwa kebutuhan tenaga pemetik teh di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dengan luas area produktif sebesar 391.97 ha adalah 525 orang/hari. Jumlah tenaga pemetik di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 520 orang/hari dan telah sesuai dengan kebutuhan tenaga pemetik. Produksi dan Mutu Teh Nazaruddin dan Paimin (1993) mengemukakan bahwa kerapatan tanaman teh dapat berpengaruh terhadap produksi pada saat tajuk-tajuk perdu belum saling menutupi. Hal ini juga berarti bahwa area tanaman dengan jarak tanam yang lebih rapat pada awal produksi akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan area tanaman yang jarang, akan tetapi setelah tajuknya saling menutup maka produksinya akan sama. Usaha memperoleh hasil pucuk yang sebanyak-banyaknya
dengan
kualitas
pucuk
yang
dikehendaki
perlu
memperhatikan banyak faktor, salah satunya pemetikan. Segala tindakan teknis terhadap tanaman hanya akan memberikan hasil yang maksimal apabila pemetikan dilaksanakan dengan baik dan tepat. Menurut Adisewojo (1982) produksi yang tinggi akan dicapai dengan pemetikan kasar dan gilir petik yang pendek (6 – 7 hari), sedangkan produksi
8 yang rendah terjadi pada pemetikan halus dengan gilir petik panjang (14 – 15 hari). Semakin kasar pemetikan maka semakin tinggi pula produksinya, sedangkan semakin halus pemetikan maka produksinya akan semakin rendah. Petikan kasar akan memberikan produksi lebih tinggi dengan mutu pucuk rendah, sedangkan petikan halus memberikan produksi lebih rendah dengan mutu pucuk yang tinggi. Oleh karena itu, petikan halus, medium, maupun kasar akan memberikan pengaruh terhadap mutu pucuk. Analisis Mutu Pucuk Teh Menurut Nazaruddin dan Paimin (1993) analisis mutu pucuk teh merupakan alat kontrol yang efektif bagi kesehatan tanaman, pekerjaan pemetikan dan penanganan pucuk teh jadi, sejak di kebun, sampai datang ke pabrik. Selain itu juga dapat menjadi dasar kontrol mutu hasil olahan. Pemeriksaan pucuk yang dihasilkan pada suatu waktu tertentu perlu dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pemetikan, baik cara maupun hasilnya melalui analisis hasil petikan yang dilakukan setiap hari. Analisis hasil petikan ada dua jenis, yaitu analisis petik dan analisis pucuk. Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Analisis petik ditujukan untuk mengetahui sistem pemetikan yang dilakukan serta mengetahui kondisi pucuk di lapang. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada pucuk memenuhi syarat olah (MS) dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) yang dinyatakan dalam persen untuk mengetahui mutu pucuk yang dihasilkan apakah sudah sesuai dengan syarat-syarat yang dibutukan untuk tujuan pengolahan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Menurut Gustiya (2005) pada Perkebunan Jolotigo, PTPN IX di Pekalongan tidak dilakukan analisis petik karena kurangnya tenaga ahli dan hanya dilakukan
analisis
pucuk.
Berdasarkan
analisis
pucuk
yang
dilakukan
menghasilkan 56.47 % pucuk memenuhi syarat olah (MS). Martlin (2005) menyatakan bahwa pada Perkebunan Rumpun Sari Medini di Kendal setelah dilakukan analisis petik dapat diketahui bahwa petikan yang dilakukan rata-rata menghasilkan 67.8 % petikan kasar sedangkan untuk analisis pucuk dihasilkan
9 rata-rata 34 % pucuk memenuhi syarat olah (MS). Menurut Anggorowati (2008) pada Perkebunan Rumpun Sari
Kemuning di Karanganyar setelah dilakukan
analisis petik dapat diketahui bahwa petikan yang dilakukan rata-rata menghasilkan 52 % petikan medium dan untuk analisis pucuk dihasilkan rata-rata 66.66 % pucuk memenuhi syarat olah (MS).
10
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret – 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan melalui empat tahap. Tahap pertama dilakukan di lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pembibitan, pembentukan bidang petik (centering), pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, penggemburan tanah (porokan), pembuatan lubang tadah dan saluran air, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pemetikan, dan proses pengolahan pucuk. Selain itu juga dilakukan pencatatan bahan yang digunakan, prestasi kerja mahasiswa, serta hasil kerja yang dicapai pada setiap kegiatan. Tahap kedua dilaksanakan selama satu bulan berikutnya, yaitu sebagai pendamping pembimbing petik maupun pemeliharaan yang
pembimbing baik
mengawasi beberapa pekerja
sesuai pekerjaanya masing-masing, membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang dilakukan. Tahap ketiga dilaksanakan selama dua minggu berikutnya, yaitu sebagai pendamping kepala blok. Tugas dari pendamping kepala blok adalah mengawasi pembimbing baik pembimbing petik maupun pemeliharaan sesuai pekerjaannya masing-masing, membuat rencana kerja dan anggaran blok, membuat laporan blok, dan melakukan analisis terhadap kegiatan lapang tingkat blok. Tahap keempat dilaksanakan selama dua minggu berikutnya, yaitu sebagai pendamping asisten kepala bagian kebun. Tugas dari pendamping asisten kepala bagian kebun adalah mengawasi beberapa kepala blok sesuai tugas masing-masing, membuat rencana kerja dan anggaran kebun, membuat laporan kebun, dan melakukan analisis terhadap kegiatan lapang tingkat kebun. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping pembimbing, pendamping kepala blok, dan pendamping asisten kepala bagian kebun tercantum pada Lampiran 1, 2, dan 3.
11 Data primer diperoleh melalui praktek kerja langsung, pengamatan di lapang, wawancara, dan diskusi langsung maupun tidak langsung dengan staf dan karyawan perkebunan. Data sekunder diperoleh melalui laporan manajemen (bulanan, triwulan, semester, dan tahunan) dan arsip kebun. Data sekunder terdiri dari luas area petik, produksi tiap blok, hari orang kerja (HOK) pemetikan tercurah/ha/hari, analisis pucuk, dan kapasitas pemetik (basic yield). Data pendukung lainnya yaitu letak geografis, keadaan iklim, keadaan tanah, konsesi dan tata guna lahan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, serta realisasi produksi lima tahun sebelumnya. Selain itu, juga dilakukan studi pustaka baik melalui laporan penelitian, jurnal, dan sumber lain sehingga dapat menilai keberhasilan yang dicapai oleh perusahaan. Pengamatan dan Pengumpulan Data Peubah yang diamati pada kegiatan magang dengan aspek pengelolaan pemetikan tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, adalah sebagai berikut : 1. Tinggi petikan jendangan Mengukur tinggi tunas yang telah dipetik jendangan dari permukaan bidang pangkas. Pengukuran dilakukan terhadap lima tanaman contoh yang dipilih secara acak pada blok yang sedang dilakukan pemetikan jendangan. 2. Waktu pelaksanaan dan frekuensi pemetikan jendangan Mencatat umur tanaman setelah pemangkasan sampai dilaksanakannya pemetikan jendangan serta mencatat frekuensi pelaksanaan pemetikan jendangan hingga sebelum dilakukan pemetikan produksi. 3. Tinggi bidang petik Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan setelah pemetikan produksi yang dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman yang berbeda umurnya yaitu umur 1 – 4 tahun setelah pangkas. Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah hingga bidang petik. Pengukuran dilakukan terhadap 10 tanaman contoh yang dipilih secara acak pada blok yang sedang dilakukan pemetikan produksi.
12 4. Gilir petik Melakukan pengamatan langsung di kebun dan melakukan wawancara dengan pembimbing petik maupun asisten kepala bagian kebun. 5. Hanca petik Hanca petik dapat diketahui dengan rumus : Hanca petik =
Luas area tanaman menghasilkan Gilir petik
Data luas area tanaman menghasilkan diperoleh berdasarkan data sekunder pada perkebunan, setelah itu dibagi dengan gilir petik yang dilakukan di lapang 6. Jumlah tenaga pemetik riil Data diperoleh dari pengamatan langsung dan laporan jumlah pemetik dari kantor. 7. Kapasitas petik Melakukan pengamatan terhadap hasil pemetikan selama empat bulan (Maret – Juni 2010), lalu dibandingkan dengan basic yield yang ditetapkan perusahaan. 8. Sarana panen dan transportasi Mengamati secara langsung dari awal penimbangan setelah pemetikan dan pengangkutan hasil petikan hingga sampai ke pabrik. 9. Analisis petik Analisis petik dilakukan setelah pemetikan pucuk teh di lapang dengan cara mengambil sampel pucuk masing-masing sebanyak satu genggam dari semua pemetik pada satu blok, campur secara merata, dari sampel tersebut diambil 200 g untuk dipisah-pisahkan sesuai rumus petik (petikan halus: p+1 dan p+2m; petikan medium: p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m; petikan kasar: p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t, dan b+4t) kemudian hasil pemisahan ditimbang. Angka persentase (%) jenis pucuk diperoleh dengan membandingkan berat masing-masing kelompok pucuk yang bersangkutan dengan bobot total sampel.
10. Analisis pucuk
13 Pengambilan sampel pucuk yang dianalisis pucuk dilakukan di pabrik, dengan cara mengambil pucuk di 10 tempat secara acak dengan cara tangan dimasukkan ke dalam hamparan pucuk dan pucuk diangkat dari
dalam atau dari bawah ke atas. Pucuk yang diambil tadi dicampur secara merata, kemudian diambil 200 gram pucuk untuk dianalis dianalisis is.
Jumlah
sampel dihitung dengan kelipatan 500 kg pucuk (setiap 500 kg pucuk
mengambil satu sampel, satu sampel = 200 gram). Pucuk yang telah ditimbang, kemudian dipisah-pisahkan antara yang memenuhi syarat olah (p+1, p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m,b+2m, b+3m) dengan pucuk yang
tidak memenuhi syarat olah (b+1t, b+2t, b+3t, b+4t, p+4, b+4m, lembaran tua, dan tangkai tua) berdasarkan rumus petik medium tanpa melihat kerusakan pucuk. Pucuk yang memenuhi syarat olah dan yang tidak memenuhi syarat olah ditimbang masing-masing dan dinyatakan dalam
persen (%). Pucuk yang terserang ulat penggulung pucuk tidak disertakan dalam analisis, justru menjadi pengurang pembaginya.
Analisis Data dan Informasi Data tinggi petikan jendangan serta pengaruh usia, lama bekerja, dan tingkat pendidikan terhadap kapasitas pemetik dianalisis dengan menggunakan uji
hipotesis t-student dengan rumus sebagai berikut :
T hitung = x – µ
atau
T hitung =
S/ Dengan Sp =
Keterangan
:
x
: nilai tengah contoh
µ
: nilai tengah populasi
S
: simpangan baku
n
: jumlah contoh
14
Sp
,
: nilai tengah contoh 1 dan 2
,
: ragam contoh 1 dan 2
,
: jumlah contoh 1 dan 2 : simpangan baku gabungan Nilai berbeda nyata apabila T hitung > T tabel dan tidak berbeda nyata
apabila T hitung < T tabel, T tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan db (n1 + n2 – 2) (Walpole, 1995). Sedangkan data primer dan sekunder lainnya dianalisis secara deskriptif.
15
KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT
Perkebunan
Tambi
adalah
perusahaan
swasta.
Pada
masa
perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865 perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Hindia Belanda dan disewakan kepada D. Van den Sluijs (Kebun Tanjungsari) dan kepada W.D Jong (Kebun Tambi dan Bedakah). Pada Bulan Maret tahun 1865 kebun yang disewakan tersebut dibeli oleh Mr. P. Van den Berg, A.W. Hole, dan Ed. Yacobson dan kemudian mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pada saat Perang Dunia II Hindia Belanda diduduki oleh Jepang. Bagelen Thee En Kina Maatschappij dikuasai oleh Jepang dan diubah namanya menjadi SKK (Sai Bai Kigyo Kodan) selanjutnya diganti menjadi SKR (Sai Bai Kigyo Rengokai) yang berkedudukan di Semarang. Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Kebun Tambi, Bedakah, dan Tanjungsari diambil alih oleh PPN (Pusat Perkebunan Negara) yang berkantor di Surakarta. Tanggal 19 Desember 1948 terjadi serangan militer Belanda, sehingga pabrik dan kebun-kebun dibumihanguskan agar tidak dikuasai oleh Belanda. Tahun 1949 terjadi Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag yang dilanjutkan dengan acara penyerahan kedaulatan oleh pemerintah Belanda kepada pemerintah
Indonesia.
Perkebunan
Tambi,
Bedakah,
dan
Tanjungsari
dikembalikan kepada pemilik semula yaitu Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Para mantan pegawai PPN melanjutkan pengolahan kebun tersebut pada tahun 1951 karena Bagelen Thee En Kina Maatschappij sudah cukup lama tidak menjalankan usaha perkebunan tersebut. Tanggal 8 Juni 1952 dikeluarkan SK Gubernur Jawa Tengah yang melegalkan usaha dari para mantan pegawai PPN. Tanggal 17 Mei 1954 dilakukan jual beli dari Bagelen Thee En Kina Maatschappij kepada PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing yang didirikan oleh mantan pegawai PPN. Tanggal 13 Juli 1957 dicapai kesepakatan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo dengan PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing untuk secara bersama-sama mengelola perkebunan dengan membentuk perusahaan baru yang modalnya 50 % dari PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing dan
16 50 % dari Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi di Magelang pada tanggal 13 Agustus 1957 dan pengesahan menteri kehakiman pada tanggal 10 April 1958 Nomor J.A5/30/25. PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi yang saat ini berkembang menjadi PT Perkebunan Tambi memiliki tiga unit perkebunan dan satu unit kantor direksi dengan kondisi dan lokasi yang berbeda. Letak Administratif PT Perkebunan Tambi terdiri dari tiga unit perkebunan, yaitu Unit Perkebunan Bedakah, Tambi, dan Tanjungsari. Unit Perkebunan Bedakah memiliki area yang paling luas dibandingkan unit perkebunan yang lain, yaitu 355.27 ha dan terdiri dari enam blok yaitu: Bismo, Rinjani, Mandala, Argopuro, Kembang, dan Muria. Kantor induk Unit Perkebunan Bedakah terletak di Desa Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Unit Perkebunan Bedakah terletak di sebelah barat lereng Gunung Sindoro dengan ketinggian antara 1 227 – 1 950 meter di atas permukaan laut (m dpl). Unit kerja administratif Unit Perkebunan Bedakah untuk kantor kebun, kantor induk, pabrik pengolahan, dan kebun meliputi empat desa, yaitu: (1) Desa Tlogomulyo, unit kerja meliputi Blok Bismo, pabrik pengolahan teh hitam, kantor induk, dan kantor kebun, (2) Desa Candiasan, unit kerja meliputi Blok Rinjani, (3) Desa Damar Kasian, unit kerja meliputi Blok Argopuro, Mandala, dan Muria, (4) Desa Sojopuro, unit kerja meliputi Blok Kembang. Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim Jenis tanah di Unit Perkebunan Bedakah adalah Andosol dan Regosol dengan pH 4.5 – 6.5 serta dengan topografi lahan pada umumnya landai sampai bergelombang atau berbukit dengan tingkat kemiringan 0 – > 45 %. Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2000 – 2009) berkisar 2 372 – 4 971 mm dengan rata-rata 3 377 mm per tahun dan hari hujan berkisar antara 110 – 182 hari dengan rata-rata 137 hari hujan per tahun. Rata-rata bulan kering adalah 2.7 bulan dan rata-rata bulan basah adalah 8.5 bulan. Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe B. Suhu udara di Unit Perkebunan
17 Bedakah berkisar antara 18 – 20 oC dengan kelembaban udara (RH) berkisar antara 87 – 93 %. Keadaan curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 4. Luas Area dan Tata Guna Lahan Berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun 2010, luas keseluruhan Unit Perkebunan Bedakah adalah 355.27 ha, dengan tanaman menghasilkan (TM) seluas 304.12 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 19.30 ha, replanting seluas 8.44 ha, dan sisanya untuk pembibitan, jalan, emplasemen, dan lain-lain. Luas area dan tata guna lahan Unit Perkebunan Bedakah tahun 2010 terdapat pada Tabel 1, sedangkan peta lokasi Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 1. Luas Area dan Tata Guna Lahan Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan RKAP Tahun 2010 Uraian Tanaman Menghasilkan (TM) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Replanting Kebun Perbanyakan Pembibitan Lapangan Tanaman Acasia sp. Jalan Pabrik dan Gudang Kantor Emplasemen Curah atau Alur Total
Luas Area (ha) 304.12 19.30 8.44 0.64 0.47 2.84 0.50 8.47 0.72 0.03 6.97 2.77 355.27
Sumber: Diolah dari RKAP Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah merupakan tanaman yang berasal dari klon dan seedling. Jenis-jenis klon yang ada di Unit Perkebunan Bedakah adalah TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Kiara, Cin 143, Pasir Sarongge, Kiara 8, dan MPS. Luas area tanaman klon maupun seedling dapat dilihat pada Lampiran 6.
18 Unit Perkebunan Bedakah termasuk kebun teh dataran tinggi (high land tea plantation). Jarak tanam untuk tanaman klon yaitu 120 cm x 75 cm. Populasi untuk setiap jenis tanaman klon rata-rata 10 000 pohon/ha, sedangkan populasi untuk jenis tanaman seedling rata-rata 7 000 – 8 000 pohon/ha. Klon Gambung merupakan klon yang dominan dibudidayakan serta digunakan sebagai bahan tanam untuk kebun yang akan dilakukan replanting karena tahan terhadap penyakit cacar daun teh (blister blight) serta memiliki produktivitas yang tinggi. Produksi pucuk basah di Unit Perkebunan Bedakah selama kurun waktu lima tahun (2005 – 2009) rata-rata mencapai 3 245 534 kg/tahun dan produktivitas kering rata-rata mencapai 2 349 kg/ha/tahun. Produksi dan produktivitas tanaman teh yang dapat dicapai dari tahun 2005 – 2009 tercantum pada Tabel 2, sedangkan produktivitas kering berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan Bedakah pada tahun 2009 tercantum pada Tabel 3. Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Teh di Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2005 – 2009 Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Luas TM (ha)
289.07 295.01 303.99 308.23 303.05 Rata-rata
Produksi Basah Kering ……….kg/tahun………… 3 157 144 685 611 2 874 009 631 312 3 383 313 731 933 3 587 799 774 606 3 210 373 702 430 3 245 534 705 794
Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah 2010
Produktivitas Basah Kering ……...kg/ha/tahun………. 10 808.81 2 372 9 577.16 2 140 10 976.59 2 395 11 640.01 2 514 10 593.54 2 319 10 724.85 2 349
19 Tabel 3. Produktivitas Kering Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2009 Blok Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria Produktivitas UP Bedakah
Tahun Pangkas I II III IV ………………………...(kg/ha/tahun)…………………………. 2 223 2 381 3 499 2 725 1 841 3 111 3 158 2 550 1 278 2 315 1 996 2 649 1 726 1 559 2 883 2 619 1 366 2 224 1 760 2 516 1 962 2 220 2 247 2 818
1 732
2 302
2 591
2 646
Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah 2010
Produktivitas kering tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah semakin meningkat dengan bertambahnya umur pangkas. Produktivitas kering tertinggi yaitu pada tanaman teh tahun pangkas IV yaitu mencapai 2 646 kg/ha/tahun. Hal ini dikarenakan perbedaan ketinggian pada beberapa blok. Pada blok-blok yang letaknya lebih tinggi maka pertumbuhan pucuk terjadi secara lambat dan akan semakin meningkat seiring bertambahnya umur pangkas. Selain itu, sebagian besar tanaman teh tahun pangkas IV merupakan klon Gambung yang memiliki produktivitas tinggi. Meskipun produktivitas tanaman teh tahun pangkas IV masih cukup tinggi, tetapi pada tahun berikutnya tanaman tersebut harus dipangkas karena menyesuaikan dengan siklus pangkas yang ditentukan yaitu setiap empat tahun sekali. Struktur Organisasi dan Personalia Unit Perkebunan Bedakah dipimpin oleh seorang pimpinan unit perkebunan yang diangkat oleh Direksi PT Tambi. Pimpinan unit ini membawahi kepala bagian kebun, kepala bagian pabrik, dan kepala bagian kantor. Akan tetapi untuk saat ini posisi kepala bagian kebun dan kepala bagian kantor tidak ada sehingga digantikan oleh asisten kepala bagian kebun serta asisten kepala bagian kantor. Struktur organisasi PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah ditetapkan berdasarkan SK Direksi. Struktur organisasi Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 7.
20 Pimpinan Unit Perkebunan Bedakah bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan kebun, operasional pabrik, kantor, dan kegiatan kebun lainnya, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pemimpin umum perkebunan dalam rangka mendukung usaha perusahaan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pimpinan unit perkebunan bertanggung jawab secara langsung kepada direktur. Kepala bagian kantor bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan kantor perkebunan termasuk dalam kegiatan pengelolaan keuangan perusahaan, pembukuan, pengarsipan, sumber daya manusia dan masalah umum perkebunan serta kegiatan kantor lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kepala bagian pabrik bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan tugas pada bagian pabrik termasuk kegiatan pengelolaan hasil kebun, pengolahan dan produksi, pemeliharaan infrastruktur pabrik, dan kegiatan pabrik lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kepala bagian pabrik dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh pembimbing pelayuan, pembimbing penggilingan, pembimbing pengeringan, pembimbing sortasi, kepala urusan pengolahan, dan kepala gudang. Kepala bagian kebun bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian kebun termasuk dalam pengelolaan kebun, lahan, dan kegiatan lainnya, dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Ketenagakerjaan Tenaga kerja di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas karyawan I, karyawan II (A,B,C,D), dan karyawan tetap maupun lepas. Karyawan tetap adalah karyawan yang diangkat oleh pemimpin unit perkebunan yang disetujui oleh direksi. Karyawan lepas adalah karyawan yang tidak terkait dengan perusahaan, pekerjaannya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Jumlah dan komposisi tenaga
21 kerja serta tingkat pendidikan karyawan di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret 2010 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja serta Tingkat Pendidikan di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret 2010 No
Status
Tenaga Tingkat Pendidikan Kerja Jml Jml L P S2 S1 D3 SLTA SLTP SD TTSD ……………………………..orang….………………..……………….
1
Karyawan I
10
1
11
1
3
0
7
0
0
0
11
2
Karyawan II D
19
1
20
0
0
0
4
6
10
0
20
3
Karyawan II C
9
0
9
0
0
0
7
1
1
0
9
4
Karyawan II B
17
3
20
0
0
0
3
6
11
0
20
5
Karyawan II A
31
7
38
0
0
0
4
6
22
6
38
6
Petik
4
194
198
0
0
0
0
0
175
23
198
7
Pemeliharaan
34
4
38
0
0
0
5
4
25
4
38
8 38
3 26
15 259
0 33
26 360
22 4 26 0 0 0 Total 146 214 360 1 3 0 Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah 2010 8
Kantor/Pabrik
Indeks tenaga kerja (ITK) merupakan penggunan tenaga kerja dalam luasan lahan tertentu. Nilai ITK di suatu perkebunan akan mencerminkan perkebunan tersebut berjalan secara efisien atau tidak. Berdasarkan Tabel 4, Unit Perkebunan Bedakah memiliki 360 orang karyawan, akan tetapi belum termasuk karyawan tidak tetap. Karyawan tidak tetap di Unit Perkebunan Bedakah berjumlah 101 orang, sehingga jumlah seluruh karyawan di Unit Perkebunan Bedakah adalah 461 orang. Jika dihubungkan dengan luas area Unit Perkebunan Bedakah sebesar 355.27 ha, maka ITK Unit Perkebunan Bedakah yaitu sebesar 1.30 orang/ha. Kegiatan pemetikan pucuk daun teh merupakan kegiatan yang menyerap banyak tenaga kerja. Berdasarkan data dari kantor kebun Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2009, maka jumlah hari orang kerja (HOK) pemetikan tercurah/ha/hari berdasarkan tahun pangkas dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan produktivitas kering/HOK pemetikan tercurah berdasarkan tahun pangkas dapat dilihat pada Gambar 2.
22
Jumlah Hari Orang Kerja (HOK) Pemetikan Tercurah/ha/hari
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 I
II
III
IV
Tahun Pangkas
Gambar 1. Jumlah Hari Orang Kerja (HOK) Pemetikan Tercurah/ha/hari Berdasarkan Tahun Pangkas pada Tahun 2009
Produktivitas Kering (kg)/HOK Pemetikan Tercurah
8.20 8.10 8.00 7.90 7.80 7.70 7.60 7.50 7.40 7.30 7.20 I
II
III
IV
Tahun Pangkas
Gambar 2. Produktivitas Kering/HOK Pemetikan Tercurah Berdasarkan Tahun Pangkas pada Tahun 2009 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa jumlah hari orang kerja (HOK) pemetikan tercurah/ha/hari di Unit Perkebunan Bedakah semakin meningkat dengan bertambahnya umur pangkas. Jumlah hari orang kerja (HOK) pemetikan tercurah/ha/hari paling tinggi pada tanaman teh tahun pangkas IV yaitu rata-rata mencapai 13 HOK/ha/hari. Hal ini dikarenakan sebagian besar tanaman teh tahun
23 pangkas IV merupakan tanaman yang berasal dari klon Gambung yang memiliki produktivitas tinggi sehingga membutuhkan HOK yang lebih tinggi. Produktivitas kering/HOK pemetikan tercurah semakin meningkat hingga tahun pangkas III, kemudian menurun pada tahun pangkas IV (Gambar 2). Pada tahun pangkas III produktivitas kering/HOK pemetikan tercurah paling tinggi yaitu rata-rata mencapai lebih dari 8.10 kg/HOK pemetikan tercurah dan pada tahun pangkas IV terjadi penurunan produktivitas kering/HOK pemetikan tercurah. Sistem Pengupahan Sistem pengupahan untuk karyawan I dan II di Unit Perkebunan Bedakah ditetapkan oleh direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan dan besarnya upah minimum kota (UMK) yang berlaku. Upah untuk karyawan tetap dan lepas ditetapkan berdasarkan surat keputusan direksi yang disesuaikan dengan anggaran yang ada dan besarnya UMK yang berlaku serta prestasi kerja. Upah untuk karyawan lepas besarnya berdasarkan prestasi kerja. Pembagian upah untuk karyawan I dilakukan satu bulan sekali pada tanggal 1 setiap bulannya. Pembagian upah untuk karyawan II dilakukan satu bulan sekali pada tanggal 3 setiap bulannya, dan untuk karyawan harian lepas dilakukan tiga kali yaitu setiap tanggal 3, 13, dan 23 pada setiap bulannya. Kesejahteraan Karyawan Unit Perkebunan Bedakah menyediakan fasilitas-fasilitas bagi karyawan antara lain berupa perumahan, Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), tempat ibadah, balai pelayanan kesehatan, koperasi, kendaraan bagi karyawan yang memiliki jabatan tertentu, dan tempat olahraga. Balai pelayanan kesehatan beroperasi dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dan Kamis yang dilayani oleh dokter perusahaan. Karyawan yang mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu karyawan I, II (berlaku untuk keluarga dengan maksimum tiga anak), sedangkan bagi pensiunan dan karyawan harian lepas hanya bagi yang bersangkutan. Tunjangan hari raya (THR) juga diberikan satu kali dalam setahun menjelang Hari Raya Idul Fitri.
24 Perusahaan juga memberikan cuti kerja bagi karyawan selama 14 hari dalam satu tahun. Perusahaan memberikan pakaian kerja sebanyak satu pasang yang diberikan satu kali dalam setahun. Perusahaan juga menyediakan sarana angkutan dengan menggunakan truk untuk antar jemput bagi anak sekolah.
25
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan tahap awal dari budi daya tanaman. Tujuan dari pembibitan adalah mempersiapkan bahan tanam yang akan digunakan baik untuk peremajaan maupun untuk penanaman baru dalam rangka mempertahankan produktivitas. Lokasi pembibitan Unit Perkebunan Bedakah terdapat pada Blok Bismo dengan luasan 0.47 ha. Bangunan pembibitan atau naungan kolektif terbuat dari anyaman bambu dengan panjang dan lebar sesuai kebutuhan serta tinggi 2 m. Jarak antar tiang pada naungan kolektif adalah 4 m x 3 m dengan gawangan mengarah ke arah timur – barat. Bedengan dibuat di dalam naungan kolektif dengan ukuran panjang 16 – 20 m dan lebar 0.9 m. Parit dibuat di antara bedengan dengan lebar 0.8 m. Bedengan ditutup dengan menggunakan sungkup plastik transparan dengan tinggi 60 cm, lebar 2 m, dan panjang plastik disesuaikan dengan panjang bedengan. Bahan stek yang digunakaan adalah stek satu buku (single node cutting) yang diambil dari klon Gambung 3, 4, dan 7 dari kebun perbanyakan. Kegiatan pembibitan terdiri atas persiapan kebun perbanyakan, pembuatan naungan kolektif, pembuatan sungkup, pencampuran tanah, pengisian polybag, fumigasi, penanaman dan perawatan sungkup, buka tutup sungkup, pemeliharaan bibit dengan cara penyiangan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan lewat tanah dan daun, serta penambahan tawas. Kegiatan pembibitan yang terakhir yaitu seleksi bibit. Tanah sebagai media tanam diayak terlebih dahulu untuk menghindari bercampurnya akar tanaman dan batu, serta membantu memecahkan gumpalan tanah yang terlalau besar. Media tanah untuk stek terdiri dari tanah yang berasal dari lapisan atas (top soil) dan lapisan bawah (sub soil). Bahan yang digunakan untuk campuran top soil yaitu setiap 1 m³ tanah top soil dicampur dengan 1 kg tawas, 1.25 kg SP-36, 500 g KCl, 250 g Kieserit, 300 g Dithane M-45, dan 200 g Basamid, sedangkan untuk setiap 1 m3 tanah sub soil dicampur dengan 1 kg tawas dan 300 g Dithane M-45, kemudian ditimbun selama 20 hari.
26 Pengisian tanah ke polybag dilakukan dengan memasukkan top soil terlebih dahulu sebanyak 2/3 bagian kemudian sub soil sebanyak 1/3 bagian. Polybag yang sudah siap kemudian ditata pada bedengan. Bedengan dilapisi dengan rerumputan atau daun-daun hijau untuk menjaga kelembaban tanah dan menjaga drainase. Sebelum sungkup ditutup sementara, terlebih dahulu polybag disiram dengan air bersih serta disemprot menggunakan Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l. Setelah itu sungkup ditutup sementara menggunakan plastik selama 10 – 15 hari. Stek yang akan ditanam dipotong-potong sehingga hanya memiliki satu daun dengan panjang ruas di bawah daun kurang lebih 2.5 cm dengan kemiringan 45º, serta daun dipotong kurang lebih 1/3 bagian. Stek yang telah dipotong kemudian direndam di dalam larutan Dithane M-45 sebanyak 2 g/l air dan Atonik 2.5 ml/l air kurang lebih selama lima menit. Bahan stek ditanam di polybag dengan posisi bakal tunas menghadap pada satu arah yaitu mengarah ke arah timur agar mendapatkan penyinaran matahari yang cukup, serta bakal tunas tidak saling menutupi. Semua setek yang telah ditanam di polybag lalu disiram menggunakan air bersih dengan tujuan untuk membersihkan tanah yang melekat di daun serta menambah kelembaban tanah. Stek yang ditanam di polybag lalu disemprot dengan Lannate dengan dosis 2 g/l air untuk memberantas hama, kemudian ditutup dengan sungkup plastik selama 3.5 – 4 bulan. Kegiatan penanaman stek dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kegiatan Penanaman Stek di Pembibitan
27 Pembukaan sungkup dilakukan setelah bibit berumur empat bulan dengan tujuan agar tanaman bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru dengan baik. Pembukaan sungkup dilakukan secara bertahap. Tahap pertama sungkup dibuka 1/4 bagian dari pukul 07.00 – 09.00 selama 20 hari. Tahap selanjutnya sungkup dibuka 1/2 bagian dari pukul 07.00 – 10.00 selama 20 hari, dan dibuka semua dari pukul 07.00 – 11.00 selama 20 hari. Bibit yang telah berumur tiga bulan setelah sungkup dibuka, kemudian dilakukan seleksi pertama berdasarkan ketinggian bibit. Seleksi bibit terdiri dari tiga kelas yaitu bibit kriteria A apabila tingginya mencapai lebih dari 12 cm, kriteria B apabila tingginya 7 – 12 cm, dan kriteria C apabila tingginya kurang dari 7 cm. Bibit yang tingginya kurang dari 7 cm disungkup kembali untuk pertumbuhan yang lebih optimal. Tiga bulan setelah seleksi bibit pertama maka dilakukan seleksi bibit kedua dengan kriteria juga berdasarkan ketinggian bibit. Seleksi bibit kedua juga terdiri dari tiga kelas yaitu bibit kriteria A apabila tingginya mencapai lebih dari 15 cm, kriteria B apabila tingginya 12 – 15 cm, dan kriteria C apabila tingginya kurang dari 12 cm. Tiga bulan setelah seleksi tahap kedua maka bibit siap untuk disalurkan dengan kriteria bibit yang sehat, perakaran kuat, tinggi mencapai 20 – 25 cm, serta daun berjumlah 4 – 5 lembar. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat pengisian tanah ke dalam polybag adalah 400 buah polybag/HK. Standar kerja yang berlaku yaitu 750 buah polybag/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan yaitu 700 buah polybag/HK. Pada saat penanaman stek prestasi kerja yang diperoleh adalah 500 buah polybag/HK. Standar kerja yang berlaku yaitu 1 800 buah polybag/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan yaitu 1500 buah polybag/HK. Pembentukan Bidang Petik (Centering) Pembentukan bidang petik di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan centering. Tujuan dari centering adalah untuk membentuk perdu dengan percabangan yang ideal dan bidang petik yang luas agar dapat menghasilkan pucuk yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Kegiatan centering terdiri dari dua tahap, yaitu centering I dan II. Centering I dilakukan pada saat tanaman sudah berumur 4 – 6
bulan setelah tanam dengan cara memotong batang
utama/primer yang telah memenuhi syarat yaitu minimal memiliki diameter
28 batang 0.7 mm dengan ketinggian 15 – 20 cm dari permukaan tanah, serta meninggalkan minimal dua batang sekunder. Kegiatan pembentukan bidang petik (centering I) dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kegiatan Pembentukan Bidang Petik (Centering I) Centering II dilakukan 4 – 6 bulan setelah centering I dengan cara memotong cabang sekunder dengan ketinggian 30 – 35 cm di atas permukaan tanah. Hal ini dilakukan untuk memacu pertumbuhan cabang teh ke samping agar semakin banyak dan dapat melebar. Alat yang digunakan pada saat kegiatan centering adalah gunting centering. Setelah dilakukan centering II, maka 4 – 6 bulan berikutnya dilakukan cut a cross dengan ketinggian 45 cm dari permukaan tanah. Setelah 2 – 3 bulan setelah cut a coss maka tunas-tunas akan tumbuh, kemudian dilakukan pemetikan tunas (tipping) dengan ketinggian 15 – 20 cm dari luka pangkas. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat kegiatan centering I di Blok Rinjani adalah 0.1 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.16 ha/HK dan standar kerja yang berlaku adalah 0.12 ha/HK. Pemupukan Pemupukan adalah kegiatan memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Oleh sebab itu pemupukan harus dilakukan secara tepat, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, maupun tepat waktu.
29 Pemupukan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui tanah dan melalui daun. Pemupukan melalui tanah dilaksanakan dua kali (awal dan akhir musim hujan) untuk tanaman teh menghasilkan (TM) dan empat kali (Bulan Februari, April, Oktober, dan Desember) untuk tanaman teh belum menghasilkan (TBM) dalam setahun. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (46 % N), Rock Phospat (30 % P2O5), KCl (60 % K2O), dan Kieserit (27 % MgO). Rekomendasi dosis pupuk dari direksi PT Tambi ditetapkan dengan perbandingan N : P : K : Mg = 5 : 1 : 2 : 0.5 dengan kadar N % = 12 % untuk TBM dan kadar N % = 11 % untuk TM. Dosis pupuk untuk TBM pada setiap blok sama karena target produktivitas keringnya diasumsikan sama. Dosis pupuk untuk TBM dan TM di Unit Perkebunan Bedakah pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Dosis Pupuk untuk Tanaman Teh Belum Menghasilkan (TBM) di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2010 Umur TBM (tahun) I II III
Target Jenis Pupuk Produktivitas N P2O5 K2O MgO Kering …………….…..…………....kg/ha/tahun….………….……………… 1 750 210 42 84 21 2 000 240 48 96 24 2 250 270 54 108 27
Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah 2010
Tabel 6. Dosis Pupuk untuk Tanaman Teh Menghasilkan (TM) di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2010 Target Jenis Pupuk Produktivitas N P2O5 K2O MgO Kering …………….…..…………....kg/ha/tahun….………….…………….. Bismo 2 630 289.30 57.86 115.72 28.93 Rinjani 2 464 271.04 54.21 108.42 27.10 Mandala 2 261 248.71 49.74 99.48 24.87 Argopuro 2 244 246.84 49.37 98.74 24.68 Kembang 2 235 245.85 49.17 98.34 24.59 Muria 2 483 273.13 54.63 109.25 27.31 Blok
Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010
30 Dosis pupuk untuk TM pada masing-masing blok di Unit Perkebunan Bedakah berbeda-beda. Perbedaan dosis ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain berdasarkan target produktivitas dalam setahun, jenis tanaman (seedling atau klon), serta produktivitas pada masing-masing blok. Menurut PPTK Gambung (1997) dosis umum pemupukan untuk tanaman menghasilkan dengan target produktivitas minimal 2 000 kg teh kering/ha/tahun sebesar 250 – 350 kg N/ha/tahun, 60 – 120 kg P2O5/ha/tahun, 60 – 180 kg K2O/ha/tahun, dan 30 – 75 kg MgO/ha/tahun. Penggunaan jenis pupuk N dan K20 di Unit Perkebunan Bedakah telah sesuai dengan dosis anjuran dari PPTK Gambung, sedangkan penggunaan jenis pupuk P2O5 dan MgO masih kurang dan belum sesuai dengan dosis anjuran dari PPTK Gambung. Pemupukan dilakukan dengan sistem giring yaitu pemupuk berjajar searah barisan tanaman untuk mempermudah dalam pengawasan serta menghindari tertinggalnya barisan tanaman yang tidak dipupuk. Kegiatan pemupukan dilaksanakan dari topografi tinggi ke rendah, dengan cara menabur pupuk pada lubang (koakan) yang telah dibuat sehari sebelumnya kemudian ditutup dengan tanah. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat pemupukan melalui tanah pada tanaman menghasilkan di Blok Bismo, Rinjani, Mandala, dan Kembang adalah 0.04 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.12 ha/HK dan standar kerja yang berlaku yaitu 0.12 ha/HK Pemupukan melalui daun menggunakan ZnSO4 (Zinc sulphate) dengan dosis 1 kg/ha dengan konsentrasi 0.5 %. Tujuan dari pemberian pupuk daun adalah untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh daun. Pemberian pupuk daun dilakukan setelah pemupukan melalui tanah atau 1 – 2 hari setelah dilakukan pemetikan. Alat yang digunakan untuk pemupukan melaui daun pada tanaman tahun pangkas I yaitu knapsack sprayer sedangkan tahun pangkas II, III, dan IV menggunakan mist blower berkapasitas 10 l. Penyemprotan dilakukan sekitar 15 – 20 cm di atas bidang petik tanaman dan dimulai dari lokasi yang sulit menuju lokasi yang mudah. Pemupukan melalui daun biasanya dilakukan bersamaan dengan pengendalian penyakit. Kegiatan pemupukan melalui daun dapat dilihat pada Gambar 5.
31
Gambar 5. Kegiatan Pemupukan melalui Daun Prestasi kerja yang diperoleh pada saat pemupukan melalui daun yang dilakukan di Blok Bismo adalah 0.1 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.5 ha/HK dan standar kerja yang berlaku yaitu 0.5 ha/HK. Pemangkasan Pemangkasan bertujuan untuk membentuk bidang petik, menjaga bidang petik agar tetap rendah sehingga memudahkan dalam pemetikan dan merangsang keluarnya tunas-tunas baru, serta mengusahakan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif dan menghindari fase generatif. Pemangkasan juga berfungsi untuk membuang cabang-cabang yang tidak dikehendaki yang dapat menghambat pertumbuhan tunas-tunas baru. Pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah pemangkasan produksi dengan tipe pemangkasan bersih, yaitu pemangkasan dengan membuang semua ranting yang berukuran kurang dari 1 cm beserta semua daun-daunnya, sehingga yang tertinggal hanya cabang dan rantingranting utama dengan maksud untuk memperbaiki percabangan. Tinggi pangkasan
bersih
yang digunakan berkisar 50 – 65 cm dari
permukaan tanah. Standar tinggi pangkasan yaitu pangkasan selalu naik 5 cm lebih tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali menjadi 50 cm lagi setelah dipangkas 65 cm. Pelaksanaan pemangkasan pada Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dalam dua semester. Alat yang digunakan untuk pemangkasan yaitu menggunakan sabit pangkas. Gilir pangkas di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan setiap empat tahun sekali disesuaikan dengan kondisi tanaman, ketinggian tempat, persentase pucuk burung, musim, dan ketinggian tanaman. Luka bekas pangkasan tidak boleh pecah
32 maupun rusak karena dapat menghambat pertumbuhan tunas baru. Kegiatan pemangkasan pada tanaman teh dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kegiatan Pemangkasan pada Tanaman Teh Bidang pangkas dibuat sejajar dengan permukaan tanah atau sesuai dengan kontur tanah. Cabang dan ranting sisa pangkasan diletakkan di atas tanaman selama 2 – 4 minggu atau hingga kering. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan pada tanaman yang telah dipangkas akibat sengatan sinar matahari langsung. Cabang dan ranting yang telah kering kemudian diletakkan di antara barisan tanaman sebagai bahan organik. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat pemangkasan yang dilakukan di blok Argopuro, Mandala, dan Bismo adalah 0.006 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.04 ha/HK dan standar kerja yang berlaku yaitu 0.04 ha/HK. Gosok Lumut Unit Perkebunan Bedakah termasuk daerah perkebunan teh dataran tinggi, sehingga memiliki kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Kondisi ini memungkinkan untuk terbentuknya lumut dan paku-pakuan pada tanaman teh, terutama pada tanaman seedling. Hal ini dikarenakan tanaman seedling merupakan tanaman tua yang bentuknya lebih meruah dan rimbun sehingga batang dan cabang tanaman tertutup sehingga mengakibatkan kondisi tanaman semakin lembab. Lumut dan paku-pakuan dapat memacu perkembangbiakan penyakit cacar daun teh dan pertumbuhan gulma di sekitar tanaman, menyebabkan keroposnya bagian batang dan ranting tanaman, mengganggu pernapasan kulit
33 batang dan ranting tanaman, serta menghambat pertumbuhan tunas baru, sehingga membuat tanaman menjadi tidak sehat bahkan dapat mengakibatkan kematian. Gosok lumut bertujuan untuk membersihkan lumut dan paku-pakuan yang menempel pada tanaman untuk mengurangi kerusakan atau pembusukkan pada batang sehingga pertumbuhan tunas tidak terhambat. Pembersihan lumut dilakukan satu minggu setelah dilaksanakannya pemangkasan. Alat yang digunakan untuk membersihkan lumut yaitu menggunakan ranting tanaman teh yang dirangkai menyerupai sapu lidi. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat gosok lumut yang dilakukan di Blok Mandala dan Argopuro adalah 0.01 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.02 ha/HK dan standar kerja yang berlaku sebesar 0.02 ha/HK. Penggemburan Tanah (Porokan) Penggemburan tanah atau porokan dilakukan pada tanaman teh yang telah dipangkas dan berkisar antara 10 – 20 hari setelah pemangkasan. Tujuan dari porokan ini adalah untuk memperlancar sirkulasi udara di dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan dapat menyerap air dengan baik. Alat yang digunakan adalah garpu porok atau garpu besar. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hatihati agar garpu porok tidak mengenai akar tanaman. Porokan dilakukan dengan ujung garpu porok ditancapkan di tanah dengan posisi agak miring dan tidak boleh mengenai akar tanaman. Garpu porok kemudian ditekan dengan kaki hingga kedalaman 20 – 30 cm, setelah itu garpu diangkat dengan posisi miring sehingga tanah terangkat. Kegiatan penggemburan tanah (porokan) dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Kegiatan Penggemburan Tanah (Porokan)
34 Prestasi kerja yang diperoleh pada saat penggemburan tanah (porokan) di Blok Bismo dan Blok Argopuro adalah 0.01 ha/HK, sedangkan. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.04 ha/HK dan standar kerja yang berlaku yaitu 0.04 ha/HK. Pembuatan Lubang Tadah dan Saluran Air Lubang tadah adalah suatu lubang yang dibuat di sekitar tanaman teh untuk menampung dan sebagai tempat peresapan air pada saat musim hujan sehingga tanah tidak tercuci atau erosi. Selain itu, lubang tadah adalah sebagai tempat penampungan bahan organik dari guguran daun teh, serta dapat memperbaiki aerasi tanah. Air yang diserap oleh lubang tadah dapat digunakan untuk cadangan pada saat musim kemarau. Pembuatan lubang tadah dilakukan pada saat TBM I dan pemeliharaannya dilakukan sekitar empat tahun sekali pada saat tanaman selesai dipangkas dengan cara menggali tanah yang telah memenuhi lubang tadah karena telah tertutup oleh serasah daun. Lubang tadah dibuat dari ujung pertanaman teh pada setiap dua baris tanaman sesuai dengan kemiringan lahan dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 30 cm, serta kedalamannya 30 cm. Alat yang digunakan yaitu cangkul, sabit dan lempag. Kegiatan pembuatan lubang tadah dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kegiatan Pembuatan Lubang Tadah Pembuatan saluran air bertujuan untuk melancarkan aliran air menuju lubang tadah serta menjaga agar aliran air yang masuk ke pertanaman teh tidak terlalu besar, sehingga kelongsoran tanah serta erosi yang berlebihan dapat dicegah. Alat yang digunakan untuk membuat saluran air adalah cangkul dan sabit. Saluran air dibuat di pinggiran batas antar nomor kebun, serta melihat dari mana aliran air tersebut mengalir paling deras sehingga bisa dialirkan ke dalam
35 lubang tadah. Pemeliharaan saluran air dilakukan selama dua kali dalam setahun (pada awal dan saat musim hujan). Prestasi kerja yang diperoleh pada saat pembuatan lubang tadah di Blok Argopuro adalah 0.005 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.04 ha/HK dan standar kerja karyawan yang berlaku adalah 0.04 ha/HK. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam mencapai peningkatan produksi teh. Hama penting yang menjadi masalah di Unit Perkebunan Bedakah antara lain ulat api (Setora nitens), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostome), ulat penggulung daun (Homona coffearia), ulat jengkal (Hyposidra talaca), dan tungau jingga (Brevipalpus phoenicis). Hama di Unit Perkebunan Bedakah tidak begitu dikendalikan secara intensif, sebab secara ekonomi tidak menurunkan produksi pucuk. Hama ulat api yang menyerang daun teh dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Hama Ulat Api yang Menyerang Daun Teh Pengendalian hama dilakukan dengan cara memetik pucuk/daun atau mengambil langsung bagian yang terkena serangan hama. Pengendalian hama tidak dilakukan secara kimia karena dapat menambah anggaran biaya, selain itu juga akan mempengaruhi mutu daun. Penggunaan bahan kimia lebih sering digunakan untuk pengendalian penyakit terutama penyakit cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh biasanya terjadi pada musim hujan dengan kelembaban udara relatif tinggi dan intensitas penyinaran matahari relatif sedikit. Gejala serangan dimulai dengan adanya bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan
36 garis tengah kurang lebih 0.25 mm, kemudian bercak membesar dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin berwarna hijau dan membentuk tonjolan pada permukaan daun. Pusat bercak menjadi berwarna coklat lalu mengering, dan bercak dapat terlepas sehingga dapat terbentuk lubang. Usaha pengendalian penyakit yang dilakukan adalah secara kultur teknis dan secara kimia. Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan mengurangi ranting pohon pelindung agar sinar matahari yang masuk lebih banyak, bidang petik dibuat rata sesuai topografi, sanitasi kebun, dan pengaturan daur petik yang tepat. Pengendalian penyakit secara kimiawi menggunakan fungisida tembaga hidroksida seperti Kocide dengan dosis 200 g/ha. Penyemprotan fungisida untuk tanaman tahun pangkas II, III, dan IV dilakukan dengan menggunakan mist blower dengan kapasitas 10 l dan dilaksanakan 1 – 2 hari setelah dilakukan pemetikan, sedangkan untuk tanaman tahun pangkas I menggunakan knapsack sprayer dengan tujuan efisiensi penggunaan fungisida.
Prestasi kerja yang
diperoleh pada saat pengendalian penyakit secara kimiawi di Blok Bismo yaitu 0.1 ha/HK. Standar kerja yang berlaku yaitu 0.5 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.5 ha/HK. Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak dikehendaki oleh manusia sehingga perlu diberantas atau dikendalikan. Jenis gulma yang tumbuh dominan di Unit Perkebunan Bedakah antara lain: Ageratum conyzoides (babandotan), Boreria alata, Impatiens plathypetala (pacar air), Erechtites valerianifolia (sintrong). Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual (manual weeding) dan kimia (chemical weeding) bergantung pada keadaan gulma yang tumbuh di kebun. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan mencabut dengan tangan atau memotong dengan alat pada area TBM maupun TM. Kegiatan pengendalian gulma secara manual (manual weeding) disebut dengan babad bokor. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara membersihkan gulma disekitar tanaman teh dan jalan kontrol dengan menggunakan parang atau sabit. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat kegiatan babad bokor di Blok Argopuro dan Blok Muria adalah 0.01 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar
37 0.04 ha/HK dan standar kerja yang berlaku adalah 0.04 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma secara manual pada area TBM dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Manual pada Area TBM Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca tumbuh yang bersifat sistemik dan kontak. Herbisida sistemik hanya digunakan pada tanaman teh tahun pangkas I dan TBM dan berbahan aktif gliphosat dengan dosis 2 l/ha dengan konsentrasi 0.53 %. Herbisida kontak hanya digunakan pada tanaman teh tahun pangkas II, III, dan IV dan berbahan aktif paraquat dengan dosis 1.5 l/ha dengan konsentrasi 0.4 %. Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia pada Area TM Penyemprotan dilakukan pada pagi hari dan pada saat cuaca cerah dimulai dari lokasi tersulit menuju lokasi yang mudah, serta harus dilakukan secara hatihati. Penyemprotan dilakukan di bawah bidang petik tanaman atau setinggi gulma,
38 sekitar 15 – 30 cm dari permukaan tanah untuk menghindari kontak antara herbisida dengan tanaman teh. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat kegiatan chemical weeding di Blok Bismo dan Muria adalah 0.2 ha/HK. Prestasi kerja karyawan 0.4 ha/HK dan standar kerja karyawan yang berlaku adalah 0.4 ha/HK. Pemetikan Pemetikan adalah kegiatan pengambilan pucuk teh yang memenuhi syarat olah dan berfungsi sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku (sistem pemetikan) agar kualitas dan kuantitas tanaman teh dapat terjaga. Jenis pemetikan. Jenis pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah terdiri dari pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan rampasan (gendesan). Pemetikan jendangan dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas dan 60 % area telah memenuhi syarat untuk dijendang, serta pertumbuhan tunasnya telah mencapai ketinggian kurang lebih 10 – 25 cm bergantung pada ketinggian pangkasan. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan pada umumnya 3 – 4 bulan setelah pemangkasan dengan frekuensi 4 – 6 kali petikan. Pada pelaksanaan pemetikan jendangan pada tiga blok yang dilakukan pengamatan menunjukkan bahwa ketinggian petikan jendangan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengamatan waktu dan frekuensi pemetikan jendangan, tinggi pangkasan, dan tinggi petikan jendangan pada tiga blok yang berbeda di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Waktu dan Frekuensi Pemetikan Jendangan, Tinggi Pangkasan, dan Tinggi Pemetikan Petikan Jendangan di Beberapa Blok di Unit Perkebunan Bedakah
Blok
Bismo Mandala Argopuro Sumber
Ketinggian Tempat (m dpl)
Umur setelah Pangkas (bulan)
Frekuensi Pemetikan Jendangan
1325 - 1353 2.50 6 1445 - 1743 3.00 6 1306 - 1420 3.00 6 : Data Primer Hasil Pengamatan
Pangkasan
Tinggi Petikan Jendangan Rencana
Pengamatan
……………..…..cm………………….. 54.78 20.00 20.39 49.45 20.00 20.87 47.87 20.00 21.06
39 Pemetikan jendangan bertujuan untuk membentuk bidang petik selebar mungkin dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Prestasi kerja yang dicapai pada saat pemetikan jendangan di Blok Bismo, Mandala, dan Argopuro adalah 10 kg/HK. Standar kerja yang berlaku yaitu 45 kg/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 50 kg/HK. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan dan dilakukan secara rutin terus menerus sampai menjelang tanaman dipangkas sesuai dengan gilir petik yang ditentukan serta jenis petikannya. Pemetikan produksi yang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah yakni dengan memetik pucuk yang sudah masak petik atau manjing. Pucuk manjing adalah pucuk yang memenuhi syarat pengolahan sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditetapkan. Standar petikan yang ditetapkan di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan rumus petiknya yaitu petikan medium yang terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, pucuk peko dengan tiga daun muda, pucuk peko dengan tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda (p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m). Prestasi kerja yang diperoleh pada saat pemetikan produksi adalah 12 kg/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 60 kg/HK dan standar kerja yang berlaku adalah 45 kg/HK. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah, semakin lama umur pangkas tanaman teh maka bidang petik akan semakin tinggi seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tinggi Bidang Petik Tanaman Teh di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan Tahun Pangkas Blok Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria UP Bedakah
Rata-rata Tinggi Bidang Petik Tahun Pangkas I II III IV …………………………….cm…………………………………. 72.96 ± 2.35 78.28 ± 2.72 81.06 ± 1.50 87.49 ± 2.58 70.27 ± 1.39 75.36 ± 2.60 82.35 ± 1.90 86.46 ± 3.64 71.06 ± 2.09 77.74 ± 3.05 83.87 ± 3.11 90.05 ± 2.66 70.02 ± 2.69 73.84 ± 3.63 79.89 ± 2.86 86.63 ± 4.61 72.04 ± 3.02 76.93 ± 2.91 84.56 ± 3.27 89.62 ± 3.16 78.23 ± 3.54 83.76 ± 2.89 70.63 ± 3.40 74.56 ± 4.21 71.16 ± 2.67 76.12 ± 3.51 81.66 ± 3.48 87.34 ± 3.83
Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan
40 Pemetikan rampasan (gendesan) adalah pemetikan yang dilakukan menjelang dilakukannya kegiatan pemangkasan, yaitu dengan cara memetik semua pucuk yang memenuhi syarat pengolahan tanpa memperhatikan rumus petik serta daun yang ditinggalkan. Tujuan dilaksanakanya pemetikan rampasan adalah untuk memanfaatkan tunas-tunas dan daun muda yang ada pada perdu, sebelum dilaksanakannya kegiatan pemangkasan. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat melakukan kegiatan pemetikan rampasan di Blok Bismo adalah sebesar 15 kg/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 60 kg/HK dan standar kerja yang berlaku adalah 45 kg/HK. Gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada area yang sama yang dinyatakan dalam hari. Panjang pendeknya gilir petik ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
umur pangkas, topografi, ketinggian
tanaman, iklim, dan kesehatan tanaman. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
pada tiap blok di Unit Perkebunan Bedakah, gilir petik pada tiap blok berbedabeda sesuai ketinggian tempat. Pengamatan gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Gilir Petik Masing-masing Blok di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret – Mei 2010 Blok Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria
Ketinggian Tempat …..…m dpl…...... 1325 – 1353 1227 – 1300 1445 – 1743 1306 – 1420 1353 – 1472 1743 – 1950
Gilir Petik Standar Pengamatan …...……………..hari………………….. 10 12 10 12 12 16 12 14 12 16 12 17
Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan
Hanca petik adalah luas area yang harus dipetik oleh pemetik dalam waktu satu hari. Hanca petik berkaitan dengan gilir petik.
Hanca petik diatur
berdasarkan blok kebun, kapasitas rata-rata pemetik, serta gilir petik. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik semakin luas begitu juga sebaliknya. Pengaturan gilir petik dan hanca petik merupakan tanggung jawab pembimbing
41 petik. Luas area petik, jumlah pemetik, serta hanca petik masing-masing blok di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hanca Petik pada Masing-masing Blok di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret – Mei 2010 Blok Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria
Luas Area Petik (ha) 60.91 39.87 55.16 53.95 40.98 53.25
Gilir Petik Pengamatan (hari) 12 12 16 14 16 17
Jumlah Pemetik (orang) 55 33 35 44 31 37
Hanca Petik (patok/HK) 2.31 2.52 2.46 2.19 2.07 2.12
Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010
Perlengkapan pemetikan. Tenaga pemetik di Unit Perkebunan Bedakah masing-masing dilengkapi dengan sramben (celemek plastik), penutup kepala, waring gendong, sarung tangan, sepatu boot, gunting petik, dan keranjang. Waring gendong merupakan tempat untuk menyimpan pucuk yang terbuat dari plastik jala berbentuk persegi yang dapat diikat ujung-ujungnya. Setiap pemetik rata-rata memiliki tiga buah waring gendong. Gunting petik digunakan oleh pemetik pada saat melakukan kegiatan pemetikan dengan gunting. Pucuk teh hasil petikan ditempatkan di dalam keranjang gendong dengan kapasitas keranjang 5 – 6 kg, setelah penuh ditempatkan pada waring gendong dengan kapasitas 20 – 25 kg. Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem berjajar atau giring (Gambar 12), dimana dua baris tanaman dipetik oleh seorang pemetik. Pemetik berjajar dari tempat yang jauh menuju tempat yang dekat dengan brak penimbangan. Tujuannya adalah untuk mempermudah pada saat penimbangan hasil serta pengangkutan hasil pucuk teh. Keuntungan dari sistem berjajar adalah agar pucuk yang telah manjing tidak banyak yang tertinggal dalam pemetikan, mempermudah dalam hal pengawasan oleh pembimbing petik (mandor), selain itu dengan sistem berjajar akan terlihat lebih teratur sehingga kerataan bidang petik menjadi lebih rata.
42
Gambar 12. Sistem Pemetikan Berjajar atau Giring Tenaga pemetik. Tenaga pemetik memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil petikan yang optimal. Tenaga kerja pemetik di Unit Perkebunan Bedakah berasal dari kampung-kampung di sekitar kebun. Kebutuhan tenaga pemetik dapat dicari dengan mengetahui rata-rata target produksi pucuk basah/ha/tahun, kapasitas petik/HK/hari, jumlah hari kerja efektif selama satu tahun, serta persentase absensi pemetik dalam setahun. Kebutuhan tenaga kerja pemetik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tenaga Kerja Riil dan Kebutuhan Tenaga Kerja di Masing-masing Blok di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2010
Blok
Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria Jumlah
Target Produksi Pucuk Basah (kg/tahun) 745 000 457 000 580 000 563 000 426 000 615 000 3 386 000
Luas Area (ha) 60.91 39.87 55.16 53.95 40.98 53.25 304.12
Rasio Tenaga Pemetik (orang/ha)
Tenaga Kerja Riil (orang)
Kebutuhan Tenaga Kerja (orang)
1.02 0.96 0.88 0.87 0.87 0.96 0.93
55 33 35 44 31 37 235
62 38 48 47 36 51 282
Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010
Pelaksanaan pemetikan. Pelaksanaan pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah dimulai sekitar pukul 06.00 – 13.00 WIB atau bergantung pada kondisi pucuk di lapang. Pemetikan dimulai dari lokasi yang jauh menuju lokasi yang dekat dengan tempat penimbangan agar mempermudah dalam pengangkutan pucuk oleh pemetik. Apabila kondisi pucuk di lapang melimpah maka pemetikan
43 berlangsung lebih lama dan penimbangan dilakukan dua kali. Setiap kegiatan pemetikan, pucuk yang memenuhi syarat dan semua pucuk burung yang berada di atas bidang petik harus dipetik. Pemetikan pucuk di Unit Perkebunan Bedakah menggunakan dua cara, yakni manual dengan tangan serta menggunakan gunting petik. Pemetikan secara manual dilakukan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk (ditaruk). Pemetikan pucuk yang khusus menggunakan tangan adalah pemetikan jendangan. Pemetikan tidak boleh dilakukan dengan cara dijambret karena dapat mengakibatkan kerusakan pada bidang petik. Kegiatan pemetikan produksi dengan menggunakan tangan dapat dilihat pada Gambar 13. Pemetikan menggunakan gunting (Gambar 14) dilakukan apabila kondisi pucuk di kebun melimpah dan jika dipetik menggunakan tangan akan menyebabkan banyaknya pucuk yang tidak terpetik. Pemetikan rampasan adalah pemetikan yang khusus menggunakan gunting. Pada pemetikan rampasan, semua pucuk yang memenuhi syarat olah pabrik dipetik seluruhnya tanpa memperhatikan rumus petikan.
Gambar 13. Kegiatan Pemetikan Produksi dengan Menggunakan Tangan
Gambar 14. Kegiatan Pemetikan Produksi dengan Menggunakan Gunting
44 Kapasitas pemetik. Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang mampu dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh kondisi iklim, populasi tanaman, keterampilan pemetik, serta topografi lahan. Basic yield adalah standar pucuk minimal yang harus dicapai oleh pemetik dalam waktu satu hari kerja. Standar kapasitas pemetik (basic yield) yang ditetapkan di Unit Perkebunan Bedakah adalah 45 kg. Kapasitas rata-rata pemetik di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret – Juni 2010 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kapasitas Pemetik Rata-rata di Unit Perkebunan Bedakah Bulan Maret – Juni 2010. Blok Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria Rata-rata
Kapasitas Pemetik Maret April Mei Juni Rata-rata .…………………..…………..kg/HOK……………………………. 75.68 29.42 50.64 40.69 49.11 50.46 59.11 50.68 49.43 52.42 102.77 41.54 70.00 41.58 63.97 125.07 29.73 81.72 36.84 68.34 94.15 54.14 50.09 53.87 63.06 92.96 69.76 69.50 40.63 68.21 90.18 47.28 62.11 43.84 60.85
Sumber : Data Produksi Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010
Tingkat produktivitas tenaga pemetik dapat diketahui dengan melakukan analisis terhadap 10 tenaga pemetik yang masing-masing digolongkan berdasarkan usia, lama bekerja, dan tingkat pendidikan pemetik. Usia dan lama bekerja berpengaruh terhadap kapasitas pemetik, sedangkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kapasitas pemetik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13, 14, dan 15. Tabel 13. Pengaruh Usia terhadap Kapasitas Pemetik Usia (tahun)
n (orang)
< 40 > 40
10 10
Rata-rata Kapasitas Pemetik (kg/HOK) 58.70a 49.80b
Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf 5%
45 Tabel 14. Pengaruh Lama Bekerja terhadap Kapasitas Pemetik Lama Bekerja (tahun)
n (orang)
< 10 > 10
10 10
Rata-rata Kapasitas Pemetik (kg/HOK) 49.40a 57.30b
Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf 5%
Tabel 15. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kapasitas Pemetik Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Sumber
n (orang) 10 10
Rata- rata Kapasitas Pemetik (kg/HOK) 46.20 47.50
: Data Primer Hasil Pengamatan
Penimbangan dan pengangkutan pucuk. Kegiatan penimbangan pucuk (Gambar 15) di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dua kali yaitu di kebun dan di pabrik. Penimbangan di kebun dilakukan satu sampai dua kali sehari bergantung pada kondisi pucuk di kebun. Penimbangan dilakukan oleh pembimbing petik serta dibantu oleh pemetik. Penimbangan dilakukan di brak penimbangan atau tempat penampungan hasil dengan menggunakan alat timbang gantung.
Gambar 15. Kegiatan Penimbangan Pucuk Apabila letak area yang dipetik jauh dari brak penimbangan maka penimbangan dilakukan di dekat truk. Data hasil penimbangan tersebut dicatat oleh pembimbing petik di dalam buku klat pemetikan. Data hasil total penimbangan, nomor kebun yang dipetik, serta jumlah tenaga pemetik dicatat dalam buku pengantar daun yang dibawa bersamaan dengan pengangkutan daun
46 ke pabrik. Pengangkutan pucuk di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan menggunakan empat truk pengangkutan yang digunakan untuk mengangkut pucuk dari enam blok dengan masing-masing truk berkapasitas optimum 2 500 kg. Sistem pengupahan. Standar pembayaran upah tenaga kerja pemetik di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan hasil pucuk basah yang dapat dipetik oleh pemetik pada hari tersebut dan dipengaruhi oleh hasil analisis pucuk. Upah tiap kg pucuk basah yang ditetapkan berkisar antara Rp 210,00 – Rp 230,00. Pemetik akan memperoleh premi Rp 30,00 per kg apabila pucuk basah yang dipetik memenuhi standar analisis pucuk minimal yaitu 55 %. Analisis petik. Analisis petik merupakan suatu kegiatan pemisahan pucuk hasil pemetikan yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik adalah untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan pemetikan, siklus petik, keterampilan pemetik, dan untuk menilai kondisi kesehatan tanaman. Analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan secara berkala pada nomor-nomor tertentu pada semua blok. Kegiatan analisis petik yang diikuti di kebun dilakukan di tiga blok, yaitu Blok Bismo, Mandala, dan Argopuro pada tahun pangkas yang berbeda. Hasil dari analisis petik pada beberapa blok di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas pada Beberapa Blok di Unit Perkebunan Bedakah Analisis Petik Tahun Pangkas
Bismo Halus
Medium
Mandala Kasar
Halus
Medium
Argopuro Kasar
Halus
Medium
Kasar
……………………………………………..%........................................................................... I
0.00
69.56
30.44
0.00
67.37
31.87
0.00
68.45
31.55
II
4.22
51.05
21.32
2.84
44.59
26.47
1.28
44.61
28.59
III
1.50
44.94
32.56
1.68
43.37
35.12
1.46
42.28
36.47
IV
0.78
42.40
37.69
0.00
40.26
36.29
0.00
40.73
38.49
Sumber : Data Primer Hasil Pengamatan Keterangan : Petikan halus : p+1 dan p+2m Petikan medium : p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t, dan b+4t
47 Proses Pengolahan Teh Hitam Kualitas bubuk teh yang dihasilkan sangat bergantung pada cara pengolahannya. Sistem pengolahan teh yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah pengolahan teh hitam secara orthodox dengan sistem orthodox rotorvane. Adapun tahapan pengolahan teh hitam yang dilakukan adalah penerimaan pucuk segar dari kebun, penimbangan pucuk segar, analisis pucuk, pelayuan, penimbangan pucuk layu, penggulungan, penggilingan, sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, dan pengepakan. Penerimaan pucuk segar dari kebun. Pucuk teh adalah bahan baku pengolahan di pabrik yang harus dijaga kualitasnya agar dapat menghasilkan teh yang bermutu tinggi. Pucuk teh yang berasal dari kebun diturunkan dari truk, selanjutnya dilakukan penimbangan sebelum pucuk memasuki ruang pelayuan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui selisih antara timbangan di kebun dengan timbangan di pabrik. Setelah dilakukan penimbangan, pucuk diangkut ke dalam ruang pelayuan. Analisis Pucuk. Analisis pucuk dilakukan sebelum proses pengolahan dimulai. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk berdasarkan daun muda yang memenuhi syarat olah (MS) dan daun tua yang tidak memenuhi syarat olah (TMS). Tujuan dari analisis pucuk adalah untuk mengetahui jenis petikan, mutu pucuk yang dihasilkan, menilai pucuk yang akan diolah, serta untuk menentukan upah petik untuk setiap pemetik. Analisis pucuk dalam pengolahan teh hitam yang baik adalah > 60 % pucuk memenuhi syarat olah (MS > 60 %). Pengambilan sampel pucuk yang akan dianalisis pucuk dilakukan secepatnya setelah pucuk dari blok kebun disebar di kotak pelayuan (Withering Through). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil pucuk teh di 10 tempat secara acak dengan cara memasukkan tangan ke dalam hamparan pucuk dan pucuk diangkat dari dalam atau dari bawah ke atas. Pucuk yang diambil tadi dicampur secara merata, kemudian diambil 200 gram pucuk untuk dianalisis. Jumlah sampel dihitung dengan kelipatan 500 kg pucuk (setiap 500 kg pucuk mengambil 1 sampel, 1 sampel = 200 gram). Pucuk yang telah ditimbang, kemudian dipisah-pisahkan antara yang memenuhi syarat olah (p+1, p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m)
48 dengan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (p+4, b+4m, b+1t, b+2t, b+3t, b+4t, lembaran tua, dan tangkai tua) berdasarkan rumus petik medium tanpa melihat kerusakan pucuk. Pucuk yang memenuhi syarat olah dan yang tidak memenuhi syarat olah ditimbang masing-masing dan dinyatakan dalam persen (%). Pucuk yang terserang ulat penggulung pucuk tidak disertakan dalam analisis, justru menjadi pengurang pembaginya. Analisis pucuk di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan setiap hari dan dilakukan di pabrik. Hasil analisis pucuk pada bulan Maret – Juni 2010 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret – Juni 2010 Analisis Pucuk Blok
Maret MS
TMS
April MS
Mei TMS
MS
Juni TMS
MS
TMS
………………………………………………%.......................................................................... Bismo
50.68
49.32
50.91
49.09
55.87
44.13
55.99
44.01
Rinjani
50.46
49.54
50.51
49.49
49.61
50.39
50.19
49.81
Mandala
46.10
53.90
47.53
52.47
47.88
52.12
50.25
49.75
Argopuro
46.49
53.51
52.35
47.65
50.06
49.94
54.64
45.36
Kembang
45.83
54.17
45.60
54.40
47.40
52.60
47.60
52.40
Muria
46.01
53.99
46.37
53.63
45.51
54.49
46.00
54.00
Rata-rata
47.67
52.33
48.57
51.43
49.79
50.21
51.02
48.98
Sumber : Buku Analisis Pucuk Bulan Maret – Juni 2010 Keterangan : Pucuk MS : p+1, p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m Pucuk TMS : p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t, b+4t, lembaran tua, dan tangkai tua
Pelayuan. Pelayuan adalah proses awal yang dilakukan pada pengolahan teh hitam dan bertujuan untuk menghasilkan pucuk layu yang siap untuk diolah pada proses berikutnya. Pada proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami perubahan fisik dan perubahan kimia. Perubahan fisik ditandai dengan menurunnya kandungan air sel sehingga pucuk menjadi lemas dan lentur. Perubahan kimia, terjadi dengan adanya perubahan senyawa-senyawa hasil metabolisme tanaman yang terkandung di dalam sel-sel daun. Peralatan yang digunakan pada proses pelayuan yaitu palung pelayuan (Withering Through), Thermometer Dry Wet, Vane (sumber aliran udara), mesin pemanas (Heat Exchanger), Hot Air Ducting Vane (saluran udara panas), serta alat kebersihan.
49 Pembeberan pucuk dilakukan setelah penimbangan ulang dengan menyebar pucuk secara merata dengan ketebalan 30 – 35 cm pada withering through dan bertujuan untuk memecahkan tumpukan-tumpukan pucuk secara merata agar sirkulasi udara lancar. Jumlah Withering Through di Unit Perkebunan Bedakah berjumlah 13 buah dengan ukuran 24 m x 18 m x 1 m dan berkapasitas antara 1 200 – 1 300 kg. Pucuk yang telah merata kemudian segera dialirkan udara segar untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk. Dua jam setelah pemberian udara segar, pucuk diberikan udara panas untuk menghilangkan embun pada pucuk. Lamanya pemanasan bergantung pada cuaca dan kondisi pucuk, dan berkisar antara 12 – 18 jam. Suhu yang dianjurkan yaitu 26.7 ºC dan tidak boleh melebihi 28 ºC, dengan kelembaban udara 65 – 75 %. Pada saat pelayuan dilakukan pembalikan pucuk atau jaga layu untuk mendapatkan tingkat layu yang rata dan dilakukan setiap 5 – 6 jam sekali dan setiap jam diukur kelembaban udara, suhu, serta diperiksa tingkat kelayuannya. Kegiatan pelayuan selanjutnya adalah turun layu. Kriteria pucuk yang siap untuk turun layu adalah pucuk teh berwarna hijau kekuningan, tangkai pucuk bila dilenturkan tidak patah, pucuk lemas bila dipegang dan memberikan aroma yang khas. Penimbangan dilakukan kembali setelah pucuk turun layu untuk mengetahui tingkat kelayuan dan kapasitas yang dibutuhkan untuk pengisian Open Top Roller (OTR) pada proses penggilingan. Kegiatan pelayuan dibagi menjadi empat shift, yaitu: shift I, pukul 07.00 – 16.00 WIB terdiri dari enam orang pembeber pucuk, tiga orang pemilih pucuk dengan satu orang merangkap kegiatan menganalisis pucuk serta memilih pucuk dengan diawasi oleh satu pembimbing, shift II, pukul 17.00 – 24.00 WIB terdiri dari dua orang jaga layu dan satu pembimbing, shift III, pukul 00.00 – 07.00 WIB terdiri dari dua orang jaga layu dan satu pembimbing, dan shift IV, pukul 05.00 – 13.00 WIB terdiri dari empat tenaga turun layu dan satu pembimbing. Penggilingan dan sortasi basah. Pada proses penggilingan terdapat beberapa tahapan, yaitu penggulungan, penggilingan, dan sortasi basah. Alat yang digunakan pada penggilingan antara lain adalah Open Top Roller (OTR), Press Cup Roller (PCR), Rotorvane, Rotary Roll Breaker (RRB), dan Ghogi. Proses
50 penggulungan bertujuan untuk memperoleh bubuk sebanyak-banyaknya, serta memecah sel daun sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata melapisi pucuk. Penggulungan dilakukan dengan alat penggulung yang disebut Open Top Roller (OTR) selama 45 menit. Mesin OTR yang dimiliki pabrik di Unit Perkebunan Bedakah berjumlah empat buah dengan kapasitas masing-masing alat 350 kg. Suhu ruangan pada proses ini berkisar antara 22 – 23 ºC
dengan
kelembaban udara 90 – 95 %. Penggilingan pada pengolahan teh hitam bertujuan untuk mengecilkan gulungan menjadi partikel yang sesuai kehendak pasar, memotong hasil penggulungan menjadi ukuran lebih pendek dan memperoleh bubuk basah sebanyak-banyaknya, serta membentuk hasil keringan lebih keriting. Kegiatan penggilingan merupakan dasar dari proses fermentasi. Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan Rotorvane. Tujuan
sortasi
basah
yaitu
memperoleh
bubuk
yang
seragam,
memudahkan sortasi kering dan proses pengeringan. Alat yang digunakan untuk kegiatan sortasi basah adalah Rotary Roll Breaker (RRB), mesin ayakan dengan mesh (jumlah lubang per inchi persegi) pada ayakan yang berbeda sesuai dengan mutu (jenis bubuk) yang diinginkan, Ghogi, Conveyor, Slove Moving, Exhaust Fan, Air Humidifier, baki aluminium, dan alat kebersihan. Hasil sortasi basah yaitu bubuk (bagian halus) meliputi bubuk I, bubuk II, bubuk III, bubuk IV dan badag (bagian kasar). Ruangan yang digunakan untuk proses penggilingan memiliki kelembaban udara sekitar 90 – 95 % dengan suhu antara 22 – 23 °C. Desain ruangan yang demikian diperlukan sebagai syarat terjadinya proses oksidasi enzimatis secara optimum serta agar penggulungan pucuk dapat berlangsung dengan baik. Ruangan ini juga harus dijaga kebersihannya, dikarenakan kondisi pucuk yang memar dan basah merupakan kondisi yang rentan dengan kontaminasi bakteri dan mikroorganisme lainnya. Kebersihan alat juga perlu diperhatikan guna menghasilkan kualitas bubuk teh yang baik. Lama proses penggilingan secara menyeluruh adalah 120 menit. Setelah mengalami sortasi basah, bubuk difermentasi sehingga dihasilkan teh hitam dengan kualitas baik.
51 Fermentasi. Proses fermentasi pada bubuk teh bertujuan untuk menghasilkan perubahan warna, rasa, dan aroma. Bubuk dan badag yang telah diletakkan di baki aluminium dengan ketebalan antara 7 – 10 cm diletakkan selama kurang lebih 1 jam di ruang fermentasi. Suhu ruangan tidak boleh lebih dari 25 ºC dengan kelembaban udara lebih dari 90 %. Suhu dan kelembaban udara ruang fermentasi harus diatur agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Pengeringan. Pengeringan merupakan proses yang bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal dan untuk menurunkan kadar air teh hingga mencapai sekitar 3 % untuk memperpanjang umur simpan bubuk teh. Peralatan yang digunakan untuk pengeringan di Unit Perkebunan Bedakah adalah mesin EPC (Endless Chain Pressure), Dryer, Burner, Main Fan, Tray, dan Spreader. Unit Perkebunan Bedakah memiliki dua mesin pengering yang memiliki fungsi berbeda. Mesin I untuk mengeringkan bubuk I dan II dengan kapasitas mesin 170 – 180 kg teh kering/jam. Mesin II untuk mengeringkan bubuk III, IV, serta badag dengan kapasitas mesin 270 – 280 kg teh kering/jam. Waktu yang dibutuhkan dari bubuk masuk kemudian keluar mesin pengering sekitar 20 – 25 menit dan kadar air bubuk yang keluar dari mesin pengering adalah 3 – 4 %. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pengeringan adalah suhu masuk (inlet), suhu keluar (outlet), dan ketebalan bahan yang dikeringkan. Suhu inlet untuk proses pengeringan adalah 97 – 98 °C dan suhu outlet untuk pengeringan adalah 45 – 50 °C. Pengeringan membutuhkan waktu 20 – 30 menit dalam sekali proses. Sortasi kering. Sortasi kering dilakukan untuk menyeragamkan ukuran, densitas, dan bentuk teh kering. Selain itu, untuk menyesuaikan ukuran teh dengan standar yang telah ditetapkan dan menghilangkan kotoran dan partikelpartikel asing yang tidak diinginkan ada pada bubuk teh. Bubuk teh yang dihasilkan dari proses sortasi haruslah sesuai dengan keinginan pasar. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan beberapa perlakuan, seperti pengayakan, pemotongan, penghembusan angin, dan pengangkatan serat serta logam dengan menggunakan magnet (ebonit).
52 Alat yang digunakan dalam sortasi adalah Bubble Tray, Vibrex, Chota, Winower, dan Crusher. Buble Tray merupakan ayakan yang digunakan pada awal proses sortasi untuk memisahkan bubuk teh berdasarkan ukuran partikel. Setelah dari Buble tray, teh akan diolah di Vibrex. Pada Vibrex teh akan dibersihkan dari serat-serat, zat pengotor, dan logam-logam yang tidak diinginkan, pengangkatan dilakukan dengan menggunakan ebonit (sejenis magnet). Proses selanjutnya dilakukan pada Chota, pemisahan pada Chota berdasarkan pada ukuran partikel. Proses terakhir dilakukan pada Winower. Pada Winower proses sortasi berdasarkan berat jenis teh. Proses tersebut dilakukan dengan penghembusan udara ke dalam alat, sehingga partikel dengan berat jenis yang berbeda akan terpisah. Tahapan sortasi dibedakan berdasarkan jenis bubuk dan badag. Tahapan sortasi kering untuk bubuk I, II, III : Bubble Tray → Vibrex → Chota → Winower Tahapan sortasi kering untuk bubuk IV dan badag : Crusher → Bubble Tray → Vibrex → Chota → Winower Pengepakan teh jadi. Tujuan dari pengepakan adalah melindungi produk dari kerusakan baik dalam peyimpanan maupun pengangkutan, memudahkan transportasi, dan efisiensi dalam penyimpanan di gudang. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan polybag (karung plastik) setelah dilakukan sortasi kering. Pengemasan dengan menggunakan polybag terlebih dahulu dilapisi dengan plastik sejenis PE (Polyethylen) agar produk lebih aman dan tidak terkontaminasi. Penyimpanan teh di gudang dikelompokkan berdasarkan mutunya. Hal itu dilakukan untuk mempermudah proses pengeluaran teh dan mempermudah pengawasan. Penyimpanan teh terlebih dahulu dilapisi alas dari kayu untuk mencegah kenaikan kadar air pada teh kering. Tinggi tumpukan sebaiknya tidak lebih dari 10 tumpukan dengan kapasittas 10 polybag x 8 polybag. Kondisi gudang juga harus dijaga kelembaban dan kebersihannya, sehingga kualitas produk dapat terjaga.
53 Aspek Manajerial Asisten Kepala Bagian Kebun Asisten kepala bagian kebun merupakan pimpinan dari beberapa kepala blok. Asisten kepala bagian bagian kebun di Unit Perkebunan Bedakah bertanggung jawab langsung terhadap pimpinan Unit Perkebunan Bedakah dalam melaksanakan seluruh tugas yang diberikan oleh pimpinan Unit Perkebunan Bedakah. Asisten kepala bagian kebun berfungsi membantu kepala bagian kebun dalam
mencanakan,
mengatur
dan
mengkoordinasikan,
dan
mengawasi
pelaksanaan kegiatan bagian kebun termasuk dalam pengelolaan kebun, lahan, dan kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mncapai tujuan secara efektif dan efisien. Tugas dari asisten kepala bagian kebun yaitu mengawasi kinerja kepala blok secara keseluruhan dan mengecek perencanaan anggaran biaya tiap blok, serta menerima laporan hasil kerja kepala blok setiap hari sehingga dapat mengetahui perkembangan kinerja kepala blok serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Asisten kepala bagian kebun juga diharapkan mampu membimbing, membina, dan mengarahkan bawahannya, serta berbagi ilmu dan keterampilan dalam mengelola kebun guna meningkatkan kualitas kerja. Jumlah asisten kepala bagian kebun yang ada di Unit Perkebunan Bedakah ada dua orang, yaitu satu orang asisten membawahi Blok Bismo, Kembang, dan Mandala, serta satu orang asisten yang lain membawahi Blok Rinjani, Argopuro, dan Muria. Kepala Blok Kepala blok merupakan orang yang membawahi dan bertanggung jawab atas suatu blok. Kepala blok secara langsung bertanggung jawab kepada asisten kepala bagian kebun. Kepala blok dalam melaksanakan tugasnya tidak berhadapan langsung dengan tenaga kerja namun dengan pembimbing. Tugas kepala blok secara umum adalah merencanakan, mengatur, dan mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pendayagunaan lahan blok, membuat perencanaan anggaran biaya dalam bidang pengelolaan blok, mengawasi pencapaian target hasil blok, membuat jadwal petik, dan jadwal pemeliharaan.
54 Apabila terjadi kesalahan di lapang kepala blok tidak langsung menegur pakerja namun terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pembimbing. Hal ini dilakukan berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing dengan tujuan agar tercipta iklim kerja yang teratur dan harmonis. Selain itu kepala blok harus melakukan pengontrolan terhadap setiap jenis kegiatan di lapangan. Pembimbing Pemeliharaan Pembimbing pemeliharaan merupakan karyawan tetap yang mengawasi kegiatan pemeliharaan dan langsung berhubungan dengan tenaga kerja. Fungsi dari pembimbing pemeliharaan adalah mengatur, mengawasi, dan membimbing pelaksanaan kegiatan pemeliharaan kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, lahan dan kegiatan lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Pembimbing pemelihaan bertanggung jawab langsung kepada kepala blok. Tugas pembimbing pemeliharaan antara lain: menentukan area yang akan dilaksanakan pemeliharaan, mempersiapkan alat dan bahan, mengarahkan pekerja, mengawasi pelaksanaan kegiatan, memberi motivasi kepada pekerja, mengabsen dan mengontrol pekerja pada pagi hari dan pada siang hari, serta mencatat prestasi kerja pekerja. Pembimbing pemeliharaan juga bertugas membuat bon permintaan barang atau bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeliharaan seperti pupuk, herbisida, dan sebagainya. Bon tersebut diserahkan kepada kepala gudang setelah disetujui oleh kepala blok dan asisten bagian kebun. Selain itu, pembimbing pemeliharaan juga membuat buku laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan), merekap gaji pekerja setiap 10 hari dan menyerahkan ke bagian administrasi kantor. Pada masing-masing blok terdapat satu orang pembimbing pemeliharaan. Pembimbing pemeliharaan mengawasi semua kegiatan pemeliharaan, meliputi pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, serta kegiatan pemeliharaan lainnya. Kendala yang dihadapi oleh pembimbing pemeliharaan yaitu terkadang kekurangan dan kesulitan dalam mencari tenaga kerja karena kondisi tenaga kerja masih bersifat musiman serta kesulitan dalam mengarahkan pekerjaan kepada tenaga kerja karena tingkat pendidikan pekerja yang masih rendah. Selain itu, pembimbing pemeliharaan juga kesulitan dalam pengawasan
55 antara satu pekerjaan dengan pekerjaan pemeliharaan yang lain dikarenakan jarak antar nomor kebun yang relatif berjauhan. Pembimbing Pemetikan Pembimbing pemetikan mengawasi kegiatan pemetikan dan langsung berhubungan dengan tenaga pemetik. Tugas pembimbing pemetikan secara umum adalah menentukan area yang akan dipetik, mengabsen pekerja, mengatur dan mengawasi
pelaksanaan
pemetikan,
memberi
motivasi
kepada
pekerja,
menimbang hasil pucuk, berkoordinasi dengan sopir pengambil pucuk mengenai jam penimbangan dan tempat penimbangan, mengisi klat pengantar daun, serta membuat buku laporan pekerjaan harian dalam buku klat pemetikan. Pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan rencana siklus petik dan target produksi. Pembimbing pemetikan juga harus membuat laporan sepuluh harian dan laporan bulanan. Pembimbing pemetikan harus mampu menguasai teknis pemetikan, mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, mampu menentukan lokasi mana yang akan dipetik, mampu mengatur siklus petik, serta mampu mentukan target produksi yang harus dicapai tiap harinya agar mampu menutup target bulanan serta tahunan. Jumlah total pembimbing pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah sebanyak 12 orang. Dalam satu blok terdapat 2 orang pembimbing pemetikan yang membawahi kurang lebih 31 – 55 tenaga kerja.
56
PEMBAHASAN Tinggi Petikan Jendangan Jenis pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah terdiri dari pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan rampasan (gendesan). Pemetikan jendangan merupakan pemetikan tahap awal setelah tanaman dipangkas yang bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan merata dengan daun pemeliharaan yang cukup sehingga tanaman memiliki potensi yang tinggi. Hal ini penting atau perlu diperhatikan karena pertumbuhan dan jumlah pucuk sangat dipengaruhi oleh tebal tipisnya daun pemeliharaan. Unit Perkebunan Bedakah menetapkan tinggi petikan jendangan dari bidang pangkasan bergantung pada tinggi rendahnya pangkasan: -
Pangkasan 45 – 50 cm, tinggi jendangan 15 – 20 cm
-
Pangkasan 50 – 55 cm, tinggi jendangan 15 – 20 cm
-
Pangkasan 55 – 60 cm, tinggi jendangan 10 – 15 cm
-
Pangkasan 60 – 65 cm, tinggi jendangan 10 – 15 cm Tinggi petikan jendangan pada blok yang dilakukan pengamatan yaitu
Blok Bismo, Mandala, dan Argopuro direncanakan 20 cm dari luka pangkas (Tabel 7). Pada pelaksanaannya pucuk dari tunas yang mengarah ke samping tidak boleh dipetik agar bidang petik cepat melebar. Tinggi petikan jendangan berkisar antara 20.39 – 21.06 cm dan telah sesuai dengan tinggi petikan jendangan yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah. Hal ini dikarenakan pemetikan jendangan dilakukan oleh tenaga pemetik yang terampil dan teliti dari masingmasing blok serta pengawasan yang baik oleh pembimbing petik pada saat pemetikan jendangan. Jumlah tenaga pemetik jendangan bergantung pada luas area yang akan dipetik pada masing-masing blok. Waktu dan Frekuensi Pelaksanaan Pemetikan Jendangan Pemetikan jendangan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan setelah tanaman dipangkas serta minimal 60 % luas area yang telah dipangkas tersebut memenuhi syarat untuk dijendang dengan rata-rata tinggi pucuk telah mencapai
57 20 – 25 cm dari luka pangkas. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan pada umumnya 2 – 3 bulan setelah pemangkasan dengan 4 – 6 kali gilir petik sebelum dilakukan pemetikan produksi Waktu dan frekuensi pelaksanaan pemetikan jendangan di beberapa blok yang dilakukan pengamatan telah sesuai dengan standar Unit Perkebunan Bedakah. Pelaksanaan pemetikan jendangan di Blok Bismo lebih cepat dibandingkan dengan Blok Mandala dan Argopuro. Pemetikan jendangan di Blok Bismo dilakukan pada saat 2.5 bulan setelah tanaman dipangkas, sedangkan pada Blok Mandala dan Argopuro dilakukan pada saat 3 bulan setelah tanaman dipangkas (Tabel 7). Hal ini disebabkan oleh perbedaan ketinggian pada masing-masing blok. Letak Blok Mandala dan Argopuro lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Bismo. Blok Bismo berada pada ketinggian 1 325 – 1 353 m dpl, sedangkan Blok Argopuro pada ketinggian 1 306 – 1 420 m dpl dan Blok Mandala pada ketinggian 1445 – 1743 m dpl. Pada blok yang letaknya lebih tinggi pertumbuhan tunas berlangsung lebih lambat karena terkait dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang rendah. Jika cahaya terlalu kecil dan suhu udara rendah maka pertumbuhan akan lambat. Semakin tinggi ketinggian suatu tempat maka waktu pelaksanaan pemetikan jendangan akan semakin lama. Tinggi Bidang Petik Tanaman teh jika dibiarkan tumbuh secara alami maka tingginya dapat mencapai 12 – 15 m. Hal ini tentu saja akan menyulitkan pemetikan. Oleh karena itu, tanaman teh perlu dipangkas setiap empat tahun sekali. Tinggi bidang petik merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan teknis pemetikan teh. Tinggi bidang petik yang melebihi 120 cm akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Bandung (1997) tinggi bidang petik untuk tanaman teh tahun pangkas I mencapai 65 – 70 cm dan untuk tanaman tahun pangkas II mencapai 70 – 85 cm, dengan pertambahan tinggi tanaman setiap tahun ± 15 cm. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tiap blok di Unit Perkebunan Bedakah, semakin lama umur pangkas tanaman teh maka bidang petik akan semakin tinggi (Tabel 8). Berdasarkan Tabel 8, rata-rata tinggi bidang
58 petik di Unit Perkebunan Bedakah untuk tanaman teh tahun pangkas I mencapai 71.16 ± 2.67 cm, tahun pangkas II mencapai 76.12 ± 3.51 cm, tahun pangkas III mencapai 81.66 ± 3.48 cm, dan tahun pangkas IV mencapai 87.34 ± 3.83 cm. Tinggi bidang petik tanaman pada tahun pangkas IV di Unit Perkebunan Bedakah lebih rendah dibandingkan tinggi bidang petik pada tanaman tahun pangkas IV di Perkebunan Parakan Salak, PTPN VIII, Sukabumi dan Perkebunan Jolotigo, PTPN IX, Pekalongan. Menurut Santiadi (2003) tinggi bidang petik pada tahun pangkas IV di Perkebunan Parakan Salak, PTPN VIII, Sukabumi mencapai 123.53 cm, sedangkan menurut Hapsari (2005) tinggi bidang petik pada tahun pangkas IV di Perkebunan Jolotigo, PTPN IX, Pekalongan mencapai 116.20 cm. Rendahnya tinggi bidang petik tanaman pada tahun pangkas IV di Unit Perkebunan Bedakah disebabkan oleh pemetikan yang relatif sering menggunakan gunting petik untuk mengatasi kekurangan tenaga pemetik yang ada. Pengunaan gunting petik yang terlalu sering dalam pemetikan dapat menyebabkan luka petik yang ditimbulkan terlalu banyak dan dalam sehingga tinggi bidang petik menjadi rendah, selain itu pembentukan tunas yang baru juga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemetikan dengan menggunakan tangan. Pemangkasan tetap dilaksanakan meskipun tinggi bidang petik tanaman tahun pangkas IV di Unit Perkebunan Bedakah belum terlalu tinggi dan masih bisa dijangkau oleh pemetik. Hal ini disebabkan karena semakin tua umur tanaman teh maka semakin pendek periode pekonya dan periode burung yang semakin panjang, sehingga menyebabkan semakin cepat peko tersebut berubah menjadi daun yang menghasilkan pucuk burung. Selain itu, pemangkasan dilakukan mengikuti siklus pemangkasan yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah yaitu setiap empat tahun sekali. Gilir Petik Gilir petik merupakan jarak antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada area yang sama. Gilir petik merupakan salah satu faktor yang menentukan produksi pucuk dan juga mempengaruhi mutu teh kering yang dihasilkan. Menurut Adisewojo (1982) gilir petik pendek akan memberikan produksi pucuk yang bermutu baik dengan jumlah produksi pucuk dalam setiap
59 kegiatan pemetikan lebih sedikit dibandingkan gilir petik yang panjang. Sedangkan gilir petik yang terlalu panjang akan menyebabkan mutu berkurang tetapi jumlah produksi pucuk dalam setiap kegiatan pemetikan relatif lebih banyak. Gilir petik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu iklim, ketersediaan tenaga pemetik, topografi, kondisi tanaman, dan jenis petikan. Menurut Tobroni (1988) kesesuaian gilir petik dengan umur pangkas sangat penting untuk diperhatikan agar diperoleh pucuk yang memenuhi syarat olah sehingga kualitas teh yang dihasilkan stabil. Standar gilir petik masing-masing blok di Unit Perkebunan Bedakah berbedabeda sesuai ketinggian masing-masing blok. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa pelaksanaan gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah pada bulan Maret – Mei 2010 melebihi standar yang ditetapkan (Tabel 9). Hal ini disebabkan oleh keterbatasan tenaga pemetik yang ada serta pertumbuhan pucuk. Keterbatasan tenaga pemetik menyebabkan hanca petikan tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan, sehingga gilir petik menjadi lebih panjang. Pada blok yang letaknya lebih tinggi, pertumbuhan pucuk berlangsung lebih lambat karena terkait dengan intensitas cahaya matahari yang rendah. Jika cahaya terlalu kecil dan suhu udara rendah maka pertumbuhan akan lambat. Semakin tinggi ketinggian suatu tempat maka gilir petiknya juga akan semakin bertambah. Gilir petik juga menjadi lebih panjang disebabkan oleh umur pangkas yang semakin tua dan terhambatnya pertumbuhan pucuk pada saat musim kemarau karena kekurangan air. Kesehatan tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan pucuk, semakin sehat tanaman maka pertumbuhan pucuk semakin cepat sehingga gilir petik menjadi semakin pendek. Pemetikan yang berat akan menyebabkan gilir petik yang lebih panjang karena pertumbuhan pucuk yang lambat, dan begitu pula sebaliknya. Hanca Petik Hanca petik adalah luas area yang harus dipetik oleh pemetik dalam waktu satu hari. Hal ini bertujuan agar gilir petik dapat terjaga kestabilannya. Hanca petik di Unit Perkebunan Bedakah ditentukan berdasarkan luas area, gilir petik tiap blok, serta banyaknya tenaga kerja. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik semakin luas,
begitu pula sebaliknya. Pengamatan
60 hanca petik masing-masing blok di Unit
Perkebunan Bedakah pada bulan Maret – Mei 2010 dapat dilihat pada Tabel 10. Jika dihitung berdasarkan rumus maka luas area yang dapat dipetik per hari di Blok Bismo adalah: Luas area petik/hari = Luas area yang dipetik Gilir petik = 60.91 ha 12 hari = 5.08 ha/hari Dari hasil perhitungan luas area yang dapat dipetik per hari, maka hanca petik per orang pada Blok Bismo adalah: Hanca petik per orang = luas area petik/hari x jumlah patok/ha Jumlah pemetik = 5.08 ha/hari x 25 patok/ha 55 orang = 2.31 patok/orang/hari Hanca petik setiap pemetik berbeda-beda setiap blok. Hal ini dipengaruhi oleh luas area yang dipetik, jumlah tenaga pemetik, serta lamanya gilir petik. Pada suatu area yang sama bila gilir petik dan banyaknya tenaga pemetik bertambah maka hanca petik semakin berkurang, demikian pula sebaliknya. Realisasi penyelesaian hanca petik di lahan dengan rencana yang ditetapkan sering kali tidak sama. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi pucuk yang banyak dan untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pemetikan lagi pada keesokan harinya pada hanca yang belum selesai dipetik. Jumlah Tenaga Pemetik Riil Tenaga pemetik sangat diperlukan dalam upaya pengumpulan hasil petikan di kebun teh. Perencanaan tenaga kerja pemetik di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan kebutuhan tenaga pemetik yang dihitung dari target produksi basah yang akan dicapai. Kebutuhan tenaga pemetik dapat dihitung dengan mengetahui terlebih dahulu rata-rata produksi pucuk/ha/tahun, persentase absensi pemetik dalam satu tahun (A), rata-rata kapasitas petik setiap hari kerja (HK), serta jumlah
61 hari kerja efektif (HKE) dalam satu tahun. Kebutuhan tenaga kerja pemetik dapat dilihat pada Tabel 11. Pada tahun 2010 Unit Perkebunan Bedakah menargetkan produksi pucuk basah sebesar 3 386 000 kg/tahun dengan luasan 304.12 ha, sehingga target produksi pucuk basah sebesar 11 134 kg/ha/tahun. Kapasitas petik standar yaitu 45 kg/HK, jumlah hari kerja efektif sebanyak 293 hari selama satu tahun, dan persentase absensi sebanyak 10 %. Jika dihitung berdasarkan rumus maka rasio tenaga kerja pemetik (TP) di Unit Perkebunan Bedakah adalah: Tenaga pemetik = =
x (100 + Absensi/tahun) % Produksi pucuk/ha/tahun Kapasitas petik/HK x HKE/tahun 11 134 kg/ha/tahun 45 kg/HK x 293 hari/tahun
x (100 + 10) %
= 0.93 orang/ha Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Bedakah pada tahun 2010 adalah 0.93 orang/ha. Hal ini berarti pada tahun 2010 kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Bedakah yang mempunyai luas lahan produktif sebesar 304.12 adalah 282 orang, sementara tenaga pemetik yang ada di Unit Perkebunan Bedakah hanya 235 orang. Hal ini berarti bahwa kebutuhan tenaga pemetik yang diperlukan untuk kegiatan pemetikan masih kurang mencukupi. Kurangnya tenaga pemetik dapat mempengaruhi produksi yang didapat, sehingga dengan jumlah tenaga pemetik yang terbatas maka target yang telah ditetapkan oleh kebun sulit tercapai. Kapasitas Pemetik Kapasitas pemetik adalah realisasi jumlah pucuk yang dapat dipetik oleh seorang pemetik dalam waktu satu hari kerja. Standar basic yield yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah adalah 45 kg. Kapasitas pemetik antara satu pemetik dengan pemetik lainnya sangat bervariasi bergantung pada keterampilan pemetik, kondisi pucuk di lapang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cuaca, populasi tanaman, serta topografi area yang dipetik. Kapasitas rata-rata pemetik di Unit Perkebunan Bedakah pada Bulan Maret – Juni 2010 dapat dilihat pada Tabel 12.
62 Dari Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pencapaian kapasitas pemetik dari Bulan Maret – Juni 2010 mencapai 60.85 kg. Nilai ini sudah berada di atas basic yield yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah yaitu sebesar 45 kg. Kapasitas pemetik yang cukup tinggi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi pucuk di lapang yang sangat baik, keterampilan pemetik yang cukup baik, dan waktu jam kerja yang relatif lebih panjang (7 – 8 jam), serta penggunaan gunting petik selama pemetikan. Untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga pemetik dilakukan analisis terhadap 10 tenaga pemetik yang masing-masing digolongkan berdasarkan usia, lama bekerja, dan tingkat pendidikan pemetik Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pemetik dan pembimbing petik, rata-rata kapasitas pemetik berdasarkan usia seperti terlihat pada Tabel 13. Berdasarkan hasil uji t-student, dapat diketahui bahwa usia berpengaruh terhadap kapasitas pemetik. Bertambahnya usia menyebabkan kemampuan pemetik dalam memetik teh berkurang. Pemetik yang berusia < 40 tahun rata-rata memperoleh hasil petikan yang lebih banyak (58.70 kg) dibandingkan dengan pemetik yang berusia > 40 tahun (49.80 kg). Hal ini dikarenakan kemampuan pemetik yang berusia < 40 tahun lebih optimal dan masih termasuk dalam usia produktif untuk melakukan kerja. Kemampuan dan stamina pemetik untuk memetik pucuk semakin menurun dengan bertambahnya usia. Pemetik yang berusia lanjut juga akan mengalami kesulitan dalam memetik pada daerah yang curam, sehingga kapasitas pemetiknya juga menurun Berdasarkan uji t-student (Tabel 14) diketahui bahwa lama pengalaman bekerja pemetik di kebun memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil yang diperoleh pemetik. Semakin lama pengalaman bekerja di kebun (> 10 tahun) akan memberikan hasil petikan yang lebih banyak dibandingkan dengan pemetik yang masa bekerjanya belum lama (< 10 tahun). Hal ini disebabkan oleh keterampilan yang dimiliki oleh pemetik yang sudah lama bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan pemetik yang belum lama bekerja. Rata-rata pemetik di Unit Perkebunan Bedakah berasal dari lingkungan sekitar kebun yang mayoritas tidak berpendidikan tinggi. Berdasarkan uji t-student diketahui bahwa tingkat pendidikan pemetik tidak mempengaruhi kapasitas pemetik (Tabel 15).
63 Sarana Panen dan Transportasi Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh. Pucuk harus bermutu tinggi, sehingga dapat dihasilkan teh dengan produk yang bermutu tinggi. Oleh karena itu, mutu pucuk harus diusahakan dan dipertahankan agar tetap tinggi sejak dari pemetikan, penyimpanan, maupun pengangkutan ke pabrik (Setyamidjaja, 2000). Pucuk teh yang telah dipetik memerlukan perlakuan khusus agar tetap segar sampai ke pabrik. Pada pelaksanaan panen diperlukan alat dan perlengkapan yang memadai seperti keranjang, sramben (celemek plastik), penutup kepala, sarung tangan, sepatu boot, gunting petik, waring gendong, dan waring kantong. Sarana
pemetikan
yang
lain
adalah
tempat
penimbangan
dan
penampungan pucuk sementara (brak timbang). Standar dari brak penimbangan yaitu bagian lantainya terbuat dari semen. Menurut Setyamidjaja (2000) pucuk jangan terkena sinar matahari secara langsung, sehingga sebelum pucuk diangkut ke pabrik, pucuk harus disimpan di tempat teduh. Jumlah brak penimbangan di Unit Perkebunan Bedakah masih kurang karena terkadang masih ditemui pucukpucuk teh yang tersimpan dalam waring berada di pinggir jalan dan tidak disimpan di brak penimbangan sebelum ditimbang. Waring gendong yang digunakan
untuk menyimpan pucuk sementara
memiliki kapasitas 20 – 25 kg, sedangkan waring kantong yang digunakan untuk mengangkut pucuk dari kebun ke pabrik berkapasitas 30 kg – 35 kg. Kelengkapan waring gendong dan waring kantong pada Unit Perkebunan Bedakah sudah mencukupi. Pengangkutan pucuk merupakan kegiatan mengangkut pucuk dari kebun ke pabrik dengan terlebih dahulu dilakukan penimbangan pucuk di kebun. Kegiatan pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pucuk yang dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan pengangkutan yang baik. Sistem transportasi pucuk di Unit Perkebunan Bedakah menggunakan truk dengan kapasitas angkut pucuk optimal 2 500 kg. Unit Perkebunan Bedakah memiliki empat unit truk yang digunakan untuk enam blok. Frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan frekuensi penimbangan dan keadaan pucuk di lapang. Pengangkutan pucuk dilaksanakan bergantung pada kondisi pucuk di lapang. Apabila di kebun terdapat banyak pucuk maka pengangkutan dilakukan
64 sebanyak dua kali, yaitu pukul 10.00 – 11.00 WIB dan pengangkutan berikutnya dilakukan pada pukul 13.00 – 17.00 WIB. Pada saat kondisi pucuk di kebun sedikit, maka pengangkutan dilakukan sekali pada pukul 12.00 – 13.00 WIB. Analisis Petik Analisis petik merupakan suatu kegiatan pemisahan pucuk hasil pemetikan yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik adalah untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan pemetikan, keterampilan pemetik, menilai kondisi kesehatan tanaman dan gilir petik yang dilaksanakan. Analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan secara berkala pada nomor-nomor tertentu pada semua blok. Analisis petik dilakukan setelah pemetikan pucuk teh dan dilakukan berdasarkan tahun pangkas, yaitu tahun pangkas I hingga tahun pangkas IV. Hasil dari analisis petik yang dilakukan pada tiga blok yang berbeda di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa hasil analisis petik di Blok Bismo lebih baik dibandingkan dengan Blok Mandala dan Blok Argopuro. Hal ini disebabkan oleh gilir petik di Blok Mandala dan Argopuro lebih panjang dibandingkan Blok Bismo. Kondisi kesehatan tanaman pada ketiga blok juga masih baik. Petikan medium dari hasil analisis petik pada tahun pangkas I masih tinggi, dan akan semakin menurun seiring dengan pertambahan umur pangkas. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya petikan medium yang dihasilkan yaitu cara pemetikan, tahun pangkas, serta gilir petik. Cara pemetikan yang kurang tepat, yaitu dimana pemetik hanya mengejar kuantitas dan kurang memperhatikan kualitas dapat menyebabkan rendahnya petikan medium yang dihasilkan. Semakin meningkatnya umur pangkas, maka pucuk medium yang dihasilkan juga semakin menurun disebabkan oleh banyaknya pucuk burung yang terbentuk seiring dengan bertambahnya umur pangkas. Gilir petik yang semakin panjang juga akan menyebabkan penurunan petikan medium yang dihasilkan Analisis Pucuk Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS) yang
65 dinyatakan dalam persen untuk mengetahui mutu pucuk yang dihasilkan apakah sudah sesuai dengan syarat-syarat yang dibutukan untuk tujuan pengolahan. Analisis pucuk di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan setiap hari dan dilakukan di pabrik. Standar minimal untuk pengolahan pucuk di Unit Perkebunan Bedakah adalah 55 % pucuk memenuhi syarat olah. Hasil analisis pucuk pada bulan Maret – Juni 2010 dapat dilihat pada Tabel 17. Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa rata-rata hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Bedakah pada bulan Maret – Juni 2010 berkisar antara 47 – 51 % pucuk memenuhi syarat olah (MS) dan belum memenuhi syarat minimal pengolahan yaitu minimal pucuk yang dihasilkan 55 % memenuhi syarat olah. Hal ini disebabkan masih terdapat banyak pucuk kasar sehingga tidak memenuhi syarat olah. Tingginya pucuk yang tidak memenuhi syarat olah dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya sistem pemetikan yang kurang sesuai, gilir petik yang terlalu panjang, serangan penyakit, serta perlakuan pucuk hasil petikan dari kebun ke pabrik. Sistem pemetikan ini sangat terkait dengan teknis pemetikan di lapang yaitu cara melakukan pemetikan. Pemetikan yang kurang teliti serta kurangnya pengawasan dari pembimbing petik terkadang dapat menyebabkan pemetik lebih mengejar kuantitas dan kurang memperhatikan kualitas pucuk. Gilir petik yang terlalu panjang akan menyebabkan daun menjadi kaboler dan apabila dipetik akan menghasilkan pucuk yang kurang memenuhi syarat olah. Serangan penyakit terutama cacar daun teh juga akan menyebabkan semakin tingginya pucuk yang tidak memenuhi syarat olah. Penyakit cacar daun teh biasanya terjadi pada musim hujan dengan kelembaban udara relatif tinggi dan intensitas penyinaran matahari relatif sedikit. Perlakuan pucuk hasil petikan selama di kebun yaitu terkadang waring yang digunakan oleh pemetik diisi dengan pucuk yang melebihi kapasitas waring dengan cara dijejalkan ke dalam waring oleh pemetik. Hal ini tentu saja akan meningkatkan persentase kerusakan pucuk. Selain itu, terkadang dalam pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik, alat angkut diisi melebihi kapasitas normal dengan cara waring-waring yang berisi pucuk dipadatkan dan dijejalkan pada alat angkut.
66
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah dapat memberikan pengalaman dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mengenai teknis lapangan dan aspek manajerial pada berbagai tingkatan kerja. Pengelolaan pemetikan merupakan hal penting dalam upaya tercapainya mutu teh yang tinggi, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengelolaan pemetikan pada Unit Perkebunan Bedakah sudah cukup baik, hal ini bisa
dilihat dari beberapa
indikator, yaitu waktu pelaksanaan pemetikan jendangan, frekuensi pemetikan jendangan, sarana panen dan transportasi yang memadai, dan analisis petik yang dilakukan secara berkala pada nomor-nomor tertentu pada semua blok, serta kapasitas pemetik yang
melebihi basic yield telah sesuai dengan standar yang ditetapkan
perusahaan. Faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas pemetik adalah usia dan lama pengalaman bekerja di kebun, sedangkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kapasitas pemetik. Gilir petik masing-masing blok berbeda dan semakin meningkat dengan bertambahnya ketinggian tempat. Pada suatu area yang sama bila gilir petik maupun banyaknya tenaga pemetik berkurang maka hanca petik semakin bertambah demikian pula sebaliknya. Kebutuhan tenaga pemetik mencapai 282 orang, akan tetapi jumlah tenaga pemetik yang ada masih kurang dan hanya berjumlah 235 orang. Analisis pucuk yang dilakukan pada bulan Maret – Juni 2010 pada Unit Perkebunan Bedakah menunjukkan bahwa pucuk memenuhi syarat olah (MS) yang dihasilkan dari masingmasing blok belum memenuhi syarat minimal pengolahan yaitu minimal pucuk yang dihasilkan 55 % memenuhi syarat olah. Hal ini disebabkan masih terdapat banyak pucuk kasar sehingga kurang memenuhi syarat olah. Saran Pengawasan kegiatan kebun, baik kegiatan pemeliharaan atau pemetikan perlu ditingkatkan. Pengawasan yang dilakukan oleh pembimbing petik pada saat pemetikan produksi perlu ditingkatkan agar sistem pemetikan dapat berjalan dengan benar sehingga analisis pucuk untuk pucuk memenuhi syarat olah (MS) dapat maksimal.
67 Jumlah tenaga pemetik dan brak timbang seharusnya ditambah agar kebutuhan tenaga pemetik tercukupi, serta mutu pucuk yang dipetik dapat terjaga. Penggunaan gunting petik harus lebih optimal sebagai salah satu cara mengatasi kekurangan tenaga kerja, dengan tetap memperhatikan keadaan tanaman. Penanganan pucuk selama menjelang penimbangan hingga pengangkutan ke pabrik harus lebih diperhatikan untuk mengurangi kerusakan pucuk.
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 224 hal. Anggorowati. 2008. Analisis Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT. Sumber Abadi Tirtasentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 31 hal. Food and Agriculture Organization. 2010. Tea. http://www.fao.org. [18 September 2010] Ghani, M.A. 2002. Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134 hal. Gustiya, R. 2005. Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Jolotigo, PTPN IX Pekalongan, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal. Hapsari, G. 2005. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Jolotigo, PTPN IX, Pekalongan, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 84 hal. Iskandar, S.H. 1988. Budidaya Tanaman Teh. Pelatihan Guru Sekolah Menengah Teknologi Pertanian Bidang Studi Perkebunan. Jurusan Budi Daya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor. 40 hal. Malik, I. 2008. Ekspor Teh Indonesia Turun. http://www.tempo.co.id. [12 Maret 2009]. Martlin, A.F. 2005. Pengelolaan Pemetikan dan Pengolahan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal. Nazaruddin dan F. Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 199 hal. Pusat Penelitian Teh dan Kina. 1997. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. 144 hal.
58
69
Putri, A.A. 2008. Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT. Sumber Abadi Tirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hal. Santiadi, D. 2003. Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Parakan Salak, PTPN VIII, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. 66 hal. Setyamidjaja, D. 2000. Budi Daya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal. Supit, A. 2009. Keuangan Pasokan Teh Dunia Berkurang. http://www.ptpn7.com. [12 Maret 2009] Tobroni, M. 1988. Pemetikan pada Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. 48 hal. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.
59
LAMPIRAN
60
71 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Tanggal
Prestasi Kerja
Uraian Kegiatan
Lokasi
Penulis Karyawan Standar …………(Satuan/HK)……………… 01-Mar-10
-
-
-
Kantor induk
-
-
-
Kantor kebun
03-Mar-10
Kunjungan ke kantor Kunjungan ke kantor Orientasi kebun
-
-
-
Blok Bismo
04-Mar-10
Orientasi kebun
-
-
-
Blok Muria
05-Mar-10
Senam dan diskusi
-
-
-
06-Mar-10
Pemetikan produksi
12 kg
60 kg
45 kg
Lapangan + kantor Bismo No 10
07-Mar-10
Libur
-
-
-
-
08-Mar-10
Pemangkasan
0.006 ha
0.04 ha
0.04 ha
09-Mar-10
15 kg
60 kg
45 kg
10-Mar-10 11-Mar-10
Pemetikan rampasan Chemical weeding Pemupukan TM
Argopuro No 5 Bismo No 13
0.20 ha 0.04ha
0.40 ha 0.12 ha
0.40 ha 0.12 ha
Bismo No 7 Bismo No 14
12-Mar-10
Senam dan diskusi
-
-
-
-
13-Mar-10
Pengisian polybag
14-Mar-10
Libur
400 polybag -
700 polybag -
750 polybag -
15-Mar-10
Babad bokor
0.01 ha
0.04 ha
0.04 ha
16-Mar-10
Libur
-
-
-
17-Mar-10 18-Mar-10
Pemetikan produksi Pemetikan produksi
12 kg 15 kg
60 kg 60 kg
45 kg 45 kg
Muria No 3 Mandala No 1
19-Mar-10
Senam dan diskusi
-
-
-
-
20-Mar-10 21-Mar-10
Pemangkasan Libur
0.006 ha -
0.04 ha -
0.04 ha -
Mandala No 4 -
22-Mar-10
10 kg
50 kg
45 kg
Muria No 11
23-Mar-10
Pemetikan jendangan Penanaman stek Pemupukan TM Pemupukan TM
1500 tanaman 0.12 ha 0.12 ha
1800 tanaman 0.12 ha 0.12 ha
Pembibitan
24-Mar-10 25-Mar-10
500 tanaman 0.04 ha 0.04 ha
26-Mar-10
Senam dan diskusi
-
-
-
Rinjani No 13 Rinjani No 14 -
27-Mar-10
Pemetikan produksi
12 kg
60 kg
45 kg
Bismo No 11
28-Mar-10 29-Mar-10
0.1 ha
0.5 ha
0.5 ha
Bismo No 11
30-Mar-10
Libur Pupuk daun dan PHP Chemical weeding
0.20 ha
0.40 ha
0.40 ha
Muria No 3
31-Mar-10
Pemupukan TM
0.04ha
0.12 ha
0.12 ha
Bismo No 6
02-Mar-10
Pembibitan -
Muria No 8 -
61
72
Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal
Prestasi Kerja
Uraian Kegiatan
Lokasi
Penulis Karyawan Standar ……………..(Satuan/HK)………… 01-Apr-10
Pemangkasan
0.006 ha
0.04 ha
0.04 ha
Mandala No 12
02-Apr-10 03-Apr-10
Libur Porokan
0.01 ha
0.04 ha
0.04 ha
Argopuro No 16
04-Apr-10
Libur
-
-
-
-
05-Apr-10
Lubang tadah
0.005 ha
0.04 ha
0.04 ha
Argopuro No 3
06-Apr-10 07-Apr-10
Pemupukan TM Pemupukan TM
0.04 ha 0.04 ha
0.12 ha 0.12 ha
0.12 ha 0.12 ha
Kembang No 1 Kembang No 5
08-Apr-10
Gosok lumut
0.01 ha
0.02 ha
0.02 ha
Mandala No 4
09-Apr-10 10-Apr-10
Senam dan diskusi Pemetikan jendangan
10 kg
50 kg
45 kg
Lapangan+kantor Bismo No 6
11-Apr-10
Libur
-
-
-
-
12-Apr-10 13-Apr-10
Pemangkasan Babad bokor
0.006 ha 0.01 ha
0.04 ha 0.04 ha
0.04 ha 0.04 ha
Mandala No 4 Argopuro No 2
14-Apr-10
Pemetikan produksi
12 kg
60 kg
45 kg
Argopuro No 6
15-Apr-10
Pemupukan TM
0.04 ha
0.12 ha
0.12 ha
Mandala No 13
16-Apr-10 17-Apr-10
Senam dan diskusi Porokan
0.01 ha
0.04 ha
0.04 ha
Bismo No 13
18-Apr-10
Libur
-
-
-
19-Apr-10 20-Apr-10
Pemetikan produksi Centering I
12 kg 0.10 ha
60 kg 0.16 ha
45 kg 0.12 ha
Muria No 8 Rinjani No 3
21-Apr-10
Gosok lumut
0.01 ha
0.02 ha
0.02 ha
Argopuro No 9
22-Apr-10
Pemetikan jendangan
10 kg
50 kg
45 kg
Bismo No 6
23-Apr-10 24-Apr-10
Senam dan diskusi Pemetikan jendangan
10 kg
50 kg
45 kg
Argopuro No 4
25-Apr-10
Libur
-
-
-
26-Apr-10 27-Apr-10
Pemetikan jendangan Pemetikan produksi
10 kg 12 kg
50 kg 60 kg
45 kg 45 kg
Mandala No 4 Argopuro No 6
28-Apr-10
Pemetikan produksi
12 kg
60 kg
45 kg
Bismo No 13
29-Apr-10
Pemetikan produksi
15 kg
60 kg
45 kg
Mandala No 6
30-Apr-10
Senam dan diskusi
-
-
-
-
-
-
62
73 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pembimbing di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Tanggal
Kegiatan
Prestasi Kerja Jumlah Luas area Lama KHL yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (jam) (orang) (ha)
01-Mei-10
Pembuatan lubang tanam pada TBM
5
100 pohon
5
02-Mei-10
Libur
-
-
-
Lokasi
Argopuro No 9 -
03-Mei-10
Pupuk daun dan PHP
4
2.00 ha
3
Bismo No 14
04-Mei-10
Pemetikan produksi
14
3.00 ha
4
Bismo No 6
05-Mei-10
Kunjungan ke Tanjungsari
-
-
-
-
06-Mei-10
Pupuk daun dan PHP
4
2.00 ha
3
Mandala No 6
07-Mei-10
Senam dan diskusi
-
-
-
Lapangan+kantor
08-Mei-10
Penyulaman
6
1.00 ha
5
Argopuro No 3
09-Mei-10
Libur
-
-
-
10-Mei-10
Pemetikan produksi
23
2.00 ha
5
Muria No 3
-
11-Mei-10
Babad Bokor
8
0.32 ha
5
Mandala No 15
12-Mei-10
Pemetikan produksi
22
2.00ha
6
Mandala No 2
13-Mei-10
Libur
-
-
-
14-Mei-10
Senam dan diskusi
-
-
-
Lapangan+kantor
15-Mei-10
Pemetikan produksi
36
2.00 ha
5
Argopuro No 6
16-Mei-10
Libur
-
-
-
17-Mei-10
Pupuk daun dan PHP
4
2.00 ha
3
Mandala No 3
18-Mei-10
Pemupukan TBM
5
2.74 ha
6
Argopuro No 3
19-Mei-10
Pemetikan produksi
22
2.00 ha
6
Muria No 2
20-Mei-10
Pupuk daun dan PHP
4
2.00 ha
2
Bismo No 2
21-Mei-10
Senam dan diskusi
-
-
-
Lapangan+kantor
22-Mei-10
Libur
-
-
-
-
-
-
23-Mei-10
Libur
-
-
-
24-Mei-10
Pemetikan produksi
33
2.00 ha
6
Rinjani No 5
-
25-Mei-10
Gosok lumut
11
2.00 ha
5
Kembang No 10
26-Mei-10
10
-
-
Pabrik
27-Mei-10
Pelayuan dan analisis pucuk Penggilingan
9
-
-
Pabrik
28-Mei-10
Pengeringan
4
-
-
Pabrik
29-Mei-10
9
-
-
Pabrik
30-Mei-10
Sortasi kering dan pengepakan Libur
-
-
-
31-Mei-10
Pemetikan produksi
22
2 ha
6
Mandala No 12
63
74
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala Blok dan Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Prestasi Kerja Penulis
01-Juni-10
Pemetikan produksi
Jumlah Pembimbing yang Diawasi (orang) 2
02-Juni-10 03-Juni-10
Pupuk daun dan PHP Chemical weeding
1 1
0.08 ha 0.32 ha
5 5
Mandala No 11 Argopuro No 13
04-Juni-10
Senam dan Diskusi
-
-
-
Lapangan+kantor
05-Juni-10
Pupuk daun dan PHP Perbaikan jalan
1 1
2.00 ha 5m
1.5 5
Argopuro No 12 Jalan Argopuro
06-Juni-10
Libur
-
-
-
07-Juni-10
Pemetikan produksi
2
3.00 ha
7
Kembang No 8
08-Juni-10 09-Juni-10
Pupuk daun dan PHP Pemetikan jendangan
1 1
1.00 ha -
1.5 -
Bismo No 02 Argopuro No 3
10-Juni-10
Pemangkasan
1
0.04 ha
6
Bismo No 15
11-Juni-10 12-Juni-10
1
2.00 ha
5
Rinjani No 03
13-Juni-10
Senam dan diskusi Pemeliharaan tanaman pelindung sementara Libur
-
-
-
14-Juni-10
Konsultasi dan diskusi
-
-
-
Kantor
15-Juni-10 16-Juni-10
Konsultasi dan diskusi Konsultasi dan diskusi
-
-
-
Kantor Kantor
17-Juni-10
Konsultasi dan diskusi
-
-
-
Kantor
18-Juni-10 19-Juni-10
Senam dan diskusi Konsultasi dan diskusi
-
-
-
Lapangan+Kantor Kantor
20-Juni-10
Libur
-
-
-
-
21-Juni-10
Izin
-
-
-
-
22-Juni-10 23-Juni-10
Izin Sakit
-
-
-
-
24-Juni-10
Konsultasi dan diskusi
-
-
-
Kantor
25-Juni-10 26-Juni-10
Senam dan diskusi Konsultasi dan diskusi
-
-
-
Kantor Kantor
27-Juni-10
Libur
-
-
-
-
28-Juni-10 29-Juni-10
Konsultasi dan diskusi Pamitan
-
-
-
30-Juni-10
Pamitan
-
-
-
03-Juli-10
Presentasi
-
-
-
Kantor Bismo, Mandala, Muria Rinjani, Argopuro, Kembang Kantor
Tanggal
Uraian Kegiatan
Luas Area yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
9.15 ha
7
Bismo No 5,6
Lokasi
-
-
Lampiran 4. Curah Hujan dan Hari Hujan di Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2000 – 2009 Bulan
2000 CH
Januari
2001
HH
518
17
2002
2003
2004
2005
2006
2007
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
277
10
623
22
286
20
613
20
581
19
546
17
159
2008
HH 7
2009
Rata-Rata
CH
HH
CH
HH
CH
HH
365
13
497
20
447
16.5
Februari
280
14
345
12
1024
17
261
14
565
19
518
16
432
17
409
13
171
7
552
21
456
15.0
Maret
503
17
413
14
570
17
314
13
377
16
439
16
306
12
478
19
560
18
484
14
444
15.6
April
83
7
483
14
402
17
484
17
220
11
388
17
508
20
462
22
418
18
452
21
390
16.4
Mei
457
15
322
11
207
10
95
4
78
4
83
5
198
7
176
10
209
10
325
19
215
9.5
Juni
13
3
101
6
107
11
75
3
11
2
327
13
37
3
123
7
30
2
114
8
93.8
5.8
Juli
110
7
44
5
269
12
40
3
0
0
49
8
4
1
34
3
14
2
33
4
59.7
4.5
9
2
101
4
11
3
4
1
107
4
131
6
2
1
23
3
95
5
1
1
48.4
3.0
85
7
53
7
161
8
18
6
119
8
148
7
7
2
23
2
19
3
28
12
66.1
6.2
Agustus September Oktober
20
3
510
19
662
24
12
3
331
15
102
6
42
5
79
5
209
14
121
15
209
10.9
November
420
16
476
25
585
26
185
9
586
8
394
13
162
15
395
16
564
19
420
18
419
16.5
Desember
794
25
645
10
350
15
598
17
436
20
797
23
380
22
587
16
445
14
271
13
530
17.5
133
3770
137
4971
182
2372
110
3443
127
3957
149
2624
122
2948
123
3099
125
3298
166
3377
Total
3292
137.4
BK
3
2
1
4
2
1
5
3
3
3
2.7
BB
7
10
11
6
9
10
7
8
8
9
8.5
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah Keterangan
: CH = Curah hujan (mm) HH = Hari Hujan (mm) BK = Bulan Kering (CH < 60 mm) BB = Bulan Basah (CH > 100 mm) Rata-rata BK = 2.7 Rata-rata = 8.5 Q = Rata-rata Bulan Kering X 100 % Rata-rata Bulan Basah Tipe iklim B menurut Schmidt – Ferguson
= 2.7 X 100 % 8.5
= 31.76 %
75 75
UNITP ERKEBU NANBEDAKAH UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH BLOK MURIA Blok Kembang 2
BLOK MANDALA
11
5
12
4
11 10
6
13
3 9
8
7 8
2 77 1
6
22 10 10
33 44 10 11
14
12 12
13
14
12
15
14
14
15
13 13
17
11 12 16 11
16
13 13 13 i.
4
5
Blok Bismo 11
3
2 Blok Argopuro
16 16
15
Log R
15
66
11
9
7
88
7
14
9
6
9 9
55
6
4
3
1
10
8
6
5
10
9
1
8
12
6
5
4
7 14
U
Lap
Tanah Rakyat
3 15
2
14
13
12
15
Emplasemen Tempurung
1 Lap 10
h ka da Be
S
6
a lag Te
Pabrik
3 Blok Rinjani
13 11
2
9
an rak Pa ya a R an Jal
5 4
1
8 7
Lap
Emplasement B y. P M .C o m
Lampiran 5. Peta Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010
76 75
Lampiran 6. Luas Area Tanaman Teh di Unit Perkebunan Bedakah pada Tahun 2010 Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Blok
TBM I
Total Seedling
TRI 2024
TRI 2025
CIN 143
PS/KIPS
KIARA 8
MPS
Gambung 3
Gambung 4
Gambung 7
TM
Gambung 3
TBM III
Gambung 7
Gambung 3
Gambung 7
Total TBM
Replanting
Total Luas
…………………………………………………………………………………..….(ha)…………………………………………………………………………………… …………. Bismo
19.32
0.40
7.70
1.12
1.19
-
0.16
2.21
21.34
7.47
60.91
-
1.51
-
-
1.51
-
62.42
Rinjani
18.86
-
-
-
-
-
-
4.64
15.28
1.09
39.87
-
3.40
-
-
3.40
-
43.27
Mandala
18.10
-
12.56
0.25
-
-
-
7.37
13.13
3.75
55.16
-
3.78
-
-
3.78
2.98
61.92
Argopuro
26.73
-
-
-
-
-
-
2.55
20.91
3.76
53.95
-
-
-
2.74
2.74
3.35
60.04
Kembang
22.63
0.60
7.98
-
-
-
-
1.56
7.21
1.00
40.98
-
2.35
-
-
2.35
2.11
45.44
Muria
-
5.65
12.26
0.34
0.08
1.03
-
22.38
8.61
2.90
53.25
-
-
5.02
0.50
5.52
-
58.77
Luas Total
105.84
6.65
40.50
1.71
1.27
1.03
0.16
40.71
86.48
19.97
304.1 2
0.00
11.04
5.02
3.24
19.30
8.44
331.86
Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah 2010
77 75
PIMPINAN UNIT PERKEBUNAN
KABAG PABRIK
KABAG
KABAG KANTOR
KEBUN
KAUR PENGOLAHAN
ASISTEN KEBUN
BENDAHARA
KEPALA TEKNISI
KEPALA
PEMBUKUAN
EKSPEDISI
KEAMANAN
JURU TULIS
BLOK
PEMBIMBING
PEMBIMBING
PEMBIMBING
MANDOR
MANDOR
MANDOR
MANDOR
MANDOR
KEPALA
PEMBIBITAN
PEMELIHARAAN
PEMETIKAN
PELAYUAN
GILING
PENGERINGAN
SORTASI
GUDANG
GUDANG
PEKERJA
PENGEMUDI
SATPAM
PEKERJA
Lampiran 7. Struktur Organisasi di Unit Perkebunan Bedakah PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
78 75