i
PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTA SENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH
ANISA WINDHITA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Anisa Windhita NIM A24100129
ABSTRAK ANISA WINDHITA. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. Dibimbing oleh SUPIJATNO. Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek pemetikan. Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah pada bulan Februari sampai Juni 2014. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang terbagi atas dua yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan secara aktif mengikuti dan mengamati kegiatan teknis di lapangan dan wawancara. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan laporan manajemen, arsip kebun dan jurnal penelitian teh. Hasil magang menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, kapasitas pemetik, gilir dan hanca petik, dan sarana transportasi telah sesuai standar PPTK Gambung. Analisis petik dan analisis pucuk masih perlu peningkatan agar kuantitas dan kualitas pucuk yang optimal. Pemangkasan mesin lebih efektif daripada pemangkasan manual dinilai dari bobot brangkasan dan manajemen waktu. Produksi dan HOK masih memerlukan jumlah tenaga kerja dalam memenuhi target produksi. Kata kunci:
bobot brangkasan, Kemuning, teh
pemetikan,
Perkebunan
Rumpun
Sari
ABSTRACT ANISA WINDHITA. Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Plucking at Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Central Java. Supervised by SUPIJATNO. Internship activities was conducted in order to improve knowledge, field experience, and to study tea management aspect which is related to tea plucking. Internship activities was conducted at Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Central Java from February until June 2013. Internship was conducted by direct and indirect methods. Direct method was conducted by doing and observing the field activity and interview actively. Indirect method was conducted by collecting management report, company archive and journal of tea research. Results showed that the height and diameter of pluck surface, maintenance foliage, the capacity of plucker, plucking round management and plucking area and transportation were complied to PPTK Gambung standart. The increase in supervision of plucking analysis and shoots analysis were really important to get an optimal quality and quantity of tea shoots. Machine pruning more effective than manual pruning related to weights of pruning and time management. Production and HOK still need more employee to reach production target. Keywords:
plucking, Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, tea, weights of pruning
3
PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTA SENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH
ANISA WINDHITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
5
Judul Skripsi : Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah Nama : Anisa Windhita NIM : A24100129
Disetujui oleh
Dr Ir Supijatno, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
7
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari sampai Juni 2013 berjudul Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, adik dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Supijatno M Si selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Ir Ade Wachjar MS dan Dr Ani Kurniawati SP MSi selaku dosen penguji, Prof Dr Ir M A Chozin MAgr selaku dosen pembimbing akademik, serta Bapak Sandy Soebakir dan Bapak Dwi Koranto sebagai pembimbing selama magang. Penghargaan juga disampaikan kepada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada teman-teman Edeilweiss AGH 47, Rumah Waras, Sahabat Kepik Detara Foundation dan Twisty atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat, amin. Bogor, September 2014 Anisa Windhita
9
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Botani Teh
2
Pemetikan
3
Analisis Hasil Petikan
3
METODE MAGANG
4
Tempat dan Waktu
4
Pelaksanaan
4
Pengamatan dan Pengumpulan Data
5
Pengolahan Data
7
KEADAAN UMUM
8
Sejarah Umum Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
8
Letak Geografi dan Letak Wilayah Administratif
9
Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim
9
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
10
Keadaan Tanaman dan Produksi
10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
11
Sistem Pengupahan
11
Kesejahteraan Karyawan
11
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
12
Aspek Teknis
12
Aspek Manajerial
28
PEMBAHASAN
30
Bidang Petik
30
Tebal Daun Pemeliharaan
31
Bobot Brangkasan Daun Pangkas
31
Analisis Petik dan Analisis Pucuk
32
Gilir Petik
33
Hanca Petik
33
Tenaga dan Kapasitas Pemetik
34
Sarana Transportasi Pucuk
35
Produksi dan HOK Pemetik berdasarkan Umur Pangkas
35
SIMPULAN DAN SARAN
36
Simpulan
36
Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
37
RIWAYAT HIDUP
52
11
DAFTAR TABEL 1 Produksi dan produktivitas teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2009-2013 2 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan tingkat serangan hama dan penyakit 3 Diameter bidang petik berdasarkan umur pangkas di Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 4 Bobot brangkasan daun pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014 5 Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan April 2014 6 Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 7 Gilir petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 8 Hanca petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-Mei 2014 9 Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 10 Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 11 Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 12 Perbandingan jumlah pemetik di lapang dengan perhitungan berdasarkan hasil perhitungan 13 Produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2013
10 15 19 20 20 21 21 21 22 22 22 23 23
DAFTAR GAMBAR 1 Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b) 2 Pengendalian gulma secara manual (a) dan kimiawi (b) 3 Serangan ulat penggulung pucuk (a), penggulung daun (b), dan penyakit blister blight (c) 4 Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) 5 Alat petik ani-ani (a), waring (b), dan keranjang petik (c) 6 Kegiatan timbang di kebun (a) dan timbang di pabrik (b) 7 Tinggi bidang petik berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014 8 Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun pangkas di Unit 9 Produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2013 10 Proses penghamparan pucuk teh (a) ; proses pelayuan pucuk teh ke dalam mesin (b); dan mesin pelayuan teh Rotary Panner(c) 11 Press Roll 12 Endless Chain Presser (ECP)
12 13 14 16 17 18 18 19 24 24 25 26
13 14 15 16
Rotary Dryer (RD) Ball Tea Meksy Layer (a) dan Middle Ton (b) Winnower
26 27 27 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor PT Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 4 Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 5 Peta lokasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 6 Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2004-2013 7 Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar tahun 2014 8 Luas Areal per blok Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 9 Struktur Organisasi Perusahaan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar 10 Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar bulan Mei 2014 11 Produksi Teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 20102013 12 Rencana dan Realisasi Produksi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011-2013
39 40 41 42 43 44 45 46 49 49 50 51
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Teh merupakan salah satu tanaman penyegar yang diminati banyak orang karena rasa dan aromanya yang khas. Selain dapat memberi kesegaran, teh mempunyai banyak manfaat untuk tubuh karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat, dan karoten), mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Teh sebagai komoditas penyumbang devisa mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi negara. Indonesia menempati posisi ke sembilan negara eksportir teh dunia dengan nilai ekspor 166 717 (1000 US$) (FAO 2011) Salah satu penyebab menurunnya ekspor teh nasional adalah karena produksi teh yang terus menurun akibat adanya konversi kebun teh. Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2005 adalah 139 121 ha sedangkan pada tahun 2011 luas perkebunan teh Indonesia menurun menjadi 123 938 ha. Produksi pada tahun 2005 mencapai angka 166 091 ton daun kering sedangkan pada tahun 2011 produksi menurun sampai 150 776 ton daun kering. Produktivitas teh pada tahun 2005 mencapai 1.193 ton ha-1 sedangkan pada tahun 2011 produktivitas 1.216 ton ha-1. Penurunan luasan areal perkebunan teh akan menimbulkan penurunan produksi tanaman teh. Produksi teh dapat mempengaruhi volume ekspor teh. Pada data ekspor impor teh terdapat penurunan volume ekspor teh pada tahun 2005 dari 102 389 ton menjadi 75 450 ton pada tahun 2011. Data impor pada tahun 2005 memiliki volume impor 5 479 ton mengalami kenaikan pada tahun 2011 mencapai 19 812 ton. Data tersebut menunjukkan bahwa produksi dan luasan areal perkebunan teh akan mempengaruhi volume kebutuhan ekspor dan impor perkebunan teh Indonesia (Ditjenbun 2012). Kualitas pucuk teh yang memenuhi kriteria ekspor impor dapat ditentukan oleh budidaya tanaman teh yang baik dan aspek pemetikan pada setiap perkebunan. Pertanaman teh yang diusahakan di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m diatas permukaan laut (dpl), dataran sedang 800-1 200 m diatas permukaan laut (dpl), dan dataran tinggi lebih 1 200 m diatas permukaan laut (dpl). Ketinggian tempat tanam dapat mempengaruhi kualitas daun teh, terutama kadar polifenol dan ukuran serat daun. Syarat tumbuh tanaman teh adalah daerah pegunungan yang berudara sejuk dan terletak pada garis lintang 30° LU-30° LS khatulistiwa. Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah iklim dan tanah. Curah hujan tahunan yang diperlukan adalah 2 000-2 500 mm merata sepanjang tahun, dengan jumlah hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm bulan-1. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman teh adalah suhu harian yang berkisar antara 13-25° C dan diikuti oleh cahaya matahari yang cerah. Kelembaban relatif untuk siang hari tidak kurang dari 70% (PPTK Gambung 1997). Untuk menunjang pertumbuhan tanaman teh memerlukan tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas, dan mempunyai derajat keasaman antara 4.5-6.0 (Setyamidjaja 2000). Pemetikan merupakan suatu cara pengambilan daun muda dan tunas yang dilakukan secara terus menerus sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh.
2 Kualitas pemetikan teh dipengaruhi oleh waktu pemetikan (Setyamidjaja 2000). Waktu pemetikan dengan gilir dan hanca petik yang tepat akan menghasilkan produksi yang optimal. Sistem pemetikan meliputi gilir petik, hanca petik, kapasitas petik, dan jumlah tenaga petik yang dibutuhkan. Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman teknis maupun manajerial tanaman teh. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari dan menganalisis aspek pemetikan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap analisis pemetikan tanaman teh yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk ke dalam famili Theaceae, kelas Dicotyledone dan genus Camellia (Eden 1965). Tanaman teh berasal dari daerah antara Tibet dan Tiongkok sebelah selatan. Camellia sinensis adalah yang pertama ditanam orang Indonesia. Tanaman teh berasal dari daerah subtropis pada 25° LU-35° LS dan 95° BT-105° BT yang terletak di antara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja 2000). Tanaman teh memiliki akar tunggang yang panjang. Akar cabang tidak banyak dan tidak panjang. Secara umum tanaman teh memiliki sistem perakaran yang dangkal. Batang dan dahan tanaman teh mengayu dan keras. Daun teh adalah daun tunggal berseling. Helai daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan bertulang menyirip. Bunga teh adalah bunga tunggal yang keluar dari ketiak daun di cabang-cabang dan ujung batang. Bunga teh memiliki kelopak yang terdiri dari 5-6 helai daun kelopak berwarna putih dan berbau harum (Adisewojo 1982) Tanaman teh mempunyai dua periode pertumbuhan pucuk, yaitu periode peko dan burung. Kedua periode tersebut saling bergantian pertumbuhannya. Perubahan pertumbuhan teh dinamakan flushing (periode peko) untuk pertumbuhan intensif/aktif dan periode dorman (periode burung) untuk pertumbuhan inaktif. Lama masa flushing ke flushing berikutnya ±35 hari. Lamanya stadium peko dan burung setiap tanaman berbeda-beda, bahkan masa bertunas untuk satu tanaman pun berbeda-beda (Setyamidjaja 2000). Lamanya periode aktif dan inaktif (istirahat) suatu tanaman teh sangat erat hubungannya dengan keadaan hara tanaman. Indikator semakin baik keadaan hara tanaman, maka periode aktifnya semakin lama. Sebaliknya, semakin buruk keadaan hara tanaman, maka periode dorman makin lama.
3 Pemetikan Pemetikan merupakan suatu cara pengambilan daun muda dan tunas yang dilakukan secara terus menerus sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan pengolahan hasil yang berlaku. Pemetikan berfungsi sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja 2000). Kriteria daun yang dipetik adalah daun muda yang masih menggulung disertai bulu-bulu putih halus atau ranting muda. Daun-daun itu masih tipis, lemah dan berwarna hijau muda. Daun-daun teh yang sudah tua umumnya tebal, kaku dan berwarna hijau tua (Adisewojo 1982). Pucuk yang dipetik merupakan fotosintat tanaman yang berasal dari zat pati. Pemetikan pucuk p+2, p+3 akan lebih kecil kehilangan zat patinya daripada pucuk p+4 atau lebih. Kehilangan zat pati akibat dipetik tidak akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu (maintenance foliage) cukup memadai untuk melakukan fotosintesis. Ketebalan daun pemeliharaan yang efektif melakukan fotosintesis 4-5 lapis dengan ketebalan 15-20 cm. Tebal daun pemeliharaan juga berfungsi menyebarkan hasil fotosintesis ke bagian pucuk tanaman dan akar tanaman (PPTK 2006). Pemetikan harus memperhatikan gilir petik dan hanca petik karena dapat menentukan produksi dan mutu teh. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama dinyatakan dalam hari. Kecepatan pertumbuhan pucuk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur pangkas, iklim, ketinggian tempat dan keadaan tanam. Hanca petik adalah luas areal yang pemetikannya harus diselesaikan dalam satu hari oleh pemetik. Pengaturan hanca dan gilir petik harus memperhatikan keseragaman pucuk karena akan berpengaruh pada mutu pucuk yang dipanen. Hanca petik diatur berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, luas areal blok kebun dan daur petik. Semakin pendek gilir petik maka semakin luas hanca petiknya (PPTK 2006). Analisis Hasil Petikan Hasil teh diperoleh dari daun muda dan tunas tanaman teh yang telah dipetik. Pucuk teh tersebut harus diperiksa dan dianalisis sebelum teh diolah yang akan menentukan kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk tersebut sering disebut dengan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri atas dua macam yaitu (1) analisis petik dan (2) analisis pucuk (PPTK 2006) 1. Analisis petik Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis petik adalah untuk melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, menilai sistem pemetikan yang dilakukan, siklus petik dan keterampilan pemetik. 2. Analisis pucuk Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Selain itu, pemisahan pucuk juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam
4 persen. Tujuan analisis pucuk yaitu menilai pucuk yang akan diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh rakyat) dan dapat memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan. Kualitas pucuk tanaman teh dipengaruhi oleh kondisi tanaman teh dengan mengamati berbagai aspek morfologi tanaman. Aspek-aspek tanaman yang dapat mempengaruhi pemetikan antara lain: 1. Tinggi bidang petik Tinggi bidang petik tanaman teh merupakan hal penting dalam menunjang pelaksanaan pemetikan karena mempengaruhi kapasitas pemetik dan pucuk yang dihasilkan. Tinggi bidang petik yang ideal untuk tanaman teh adalah berkisar antara 80-110 cm (Johan dan Dalimoenthe 2009). 2. Tebal daun pemeliharaan Lapisan daun teh yang telah masak fisiologis dan berada dibawah bidang petik teh yang berfungsi sebagai sebagai daerah fotosintesis dan menyebarkan hasil fotosintesis ke bagian pucuk. Tebal daun pemeliharaan yang efektif untuk melakukan fotosintesis adalah 4-5 lembar daun atau 15-20 cm (Puslitbangbun 2010). 3. Diameter bidang petik Pertumbuhan tanaman teh akan mempengaruhi lebar diameter bidang petik tanaman teh. Lebar diameter bidang petik tanaman teh akan meningkat sesuai dengan umur pangkas tanaman teh.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah selama empat bulan dari tanggal 10 Februari sampai dengan tanggal 10 Juni 2014. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pelaksanakan metode langsung dengan mengikuti semua kegiatan teknis di kebun meliputi pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM), pemetikan, administrasi dan manajerial. Metode tidak langsung dilaksanakan dengan mengambil data sekunder dari arsip-arsip serta laporan-laporan yang ada di perusahaan. Bulan pertama dilaksanakan dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), kemudian pada bulan kedua bekerja sebagai pendamping mandor, pada bulan ketiga dan keempat bekerja sebagai pendamping asisten afdelling. Aspek khusus pelaksanaan magang adalah pengelolaan pemetikan tanaman teh, sehingga pada waktu kerja melakukan pengamatan pemetikan tanaman teh untuk mendapatkan data primer maupun sekunder. Pelaksanaan magang dibagi dalam tiga tahapan kegiatan sesuai dengan status pekerjaan yang dilakukan saat magang. Kegiatan yang dilakukan selama
5 magang adalah kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL) yang mengerjakan aspek teknis di lapangan. Kegiatan manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari sebagai pendamping pembimbing (mandor) hingga sebagai pendamping asisten kebun. Kegiatan pada bulan pertama bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) adalah melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan (pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan, pemangkasan), pemetikan dan pengolahan hasil, membuat laporan harian dan mengisi jurnal harian kegiatan (Lampiran 1). Kegiatan yang dilakukan pada bulan kedua adalah menjadi pendamping mandor. Pekerjaan yang dilakukan meliputi menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengisi jurnal kegiatan harian (Lampiran 2). Kegiatan yang dilakukan pada bulan ketiga adalah sebagai pendamping asisten kebun, yaitu membantu asisten dalam mengawasi kerja mandor dan pekerja, membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Kegiatan yang dilakukan pada bulan keempat adalah sebagai pendamping asisten afdeling. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu analisis basah dan analisis kering teh, pengamatan tanaman dan membantu menyusun laporan harian di kantor manajemen (Lampiran 4). Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan dalam kegiatan magang adalah pemetikan teh secara langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan pada aspek pemetikan. Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan-laporan bulanan dan tahunan kebun serta arsip perusahaan. Data sekunder yang diambil dari perusahaan diantaranya data mengenai luas areal perusahaan, topografi, curah hujan lima tahun terakhir, produksi dan produktivitas serta standar perusahaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan aspek pemetikan. Pengamatan data primer yang dibutuhkan sebanyak tiga ulangan dengan lima buah tanaman contoh. Data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan aspek pemetikan teh antara lain: Data Primer 1. Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh merupakan hal penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan karena mempengaruhi kapasitas pemetik dan pucuk yang dihasilkan. Tinggi bidang petik diukur dari atas permukaan tanah hingga permukaan bidang petik tanaman teh. 2. Diameter Bidang Petik Diameter bidang petik akan terus mengalami pertambahan ukuran seiring dengan bertambahnya umur setelah pangkas. Diameter bidang petik akan terus mengalami pertambahan ukuran seiring dengan bertambahnya
6
3.
4.
5.
6.
7.
8.
umur setelah pangkas. Diameter bidang petik tanaman teh diukur garis tengah lingkaran bidang permukaan tanaman teh. Diameter bidang petik diukur dari dua arah yang berbeda, kemudian dirata-ratakan agar hasilnya lebih akurat. Tebal Daun Pemeliharaan Tebal daun pemeliharaan berfungsi sebagai daerah fotosintesis dan menyebarkan hasil fotosintesis ke bagian pucuk dan akar. Tebal daun pemeliharaan diukur dari mulai tumbuhnya daun pertama hingga permukaan bidang petik. Bobot Brangkasan Daun Pangkas Pemangkasan dilakukan apabila produksi mengalami penurunan setengah dari produksi tahun sebelumnya. Biomass hasil pangkasan diikat dan dikumpulkan. Brangkasan hasil pangkasan tanaman teh kemudian ditimbang. Biomass hasil pangkasan ini dapat menentukan umur dan intensitas pemangkasan pada tanaman teh. Analisis Petik Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau rumus petik. Analisis petik dilakukan dengan tiga kali ulangan dengan mengambil sampel sejumlah 200 g. Masing-masing pemetik diambil segenggam pucuknya untuk kemudian dicampur dan diambil sebanyak 200 g dan dipisahkan sesuai rumus petiknya, kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam persen. Analisis petik dilakukan dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi : Petikan halus : p+1, p+2m Petikan medium : p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+(1-4t) Petikan rusak : daun lembaran dan tangkai Analisis Pucuk Analisis pucuk dilakukan dengan memisahkan pucuk berdasarkan bagian muda dan tua yang dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara yang sama seperti pengambilan sampel analisis petik. Analisis pucuk dilakukan setelah proses analisis petik. Analisis pucuk meliputi: Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 – 5)t Hanca Petik Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Pengaturan hanca petik setiap blok masing-masing ditentukan oleh pembimbing petik atau asisten kebun. Nilai hanca petik dapat diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut:
Kapasitas Petik Kapasitas petik adalah banyaknya pucuk yang mampu dipetik oleh tenaga petik dalam satu hari kerja. Pemetikan dapat dilakukan secara manual
7
9.
dengan standar kapasitas pemetik. Kapasitas petik biasanya dilakukan pada pemetikan per hari dalam satu kemandoran. Kapasitas petik diamati selama empat bulan dari bulan Februari sampai Juni 2014. Tenaga Petik Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu :
Data Sekunder 1. Gilir Petik Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada areal yang sama dinyatakan dalam hari. Pengamatan gilir petik dilakukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan pada masing-masing blok dengan rata-rata luas 20 hektar, pengamatan hanca petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan gilir petik menggunakan rumus :
2.
3.
Sarana Panen dan Transportasi Pucuk Kegiatan pemetikan merupakan kegiatan utama pada perkebunan teh. Sarana panen dan transportasi ini meliputi proses pengangkutan hasil pucuk setelah dipetik dari kebun menuju ke tempat pengolahan. Berbagai hal yang menunjang kegiatan pemetikan harus diperhatikan agar kegiatan pemetikan dapat berjalan maksimal dan menghasilkan pucuk optimal. Produksi dan HOK berdasarkan Umur Setelah Pangkas Produksi merupakan hasil suatu komoditas tanaman. Produksi tanaman teh dilakukan dengan pemetikan daun teh secara berkala. Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria untuk melakukan pemangkasan. Data produksi dan jumlah HOK yang dihasilkan pada suatu hasil pemanenan atau pemetikan teh dapat diperoleh dari data sekunder perusahaan. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas didapatkan dari arsip atau laporan tahunan perusahaan. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat hasil pengamatan primer dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan maupun standar baku yang berlaku pada pemetikan teh. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji t student pada taraf nyata 5 %, rata-rata dan persentase.
8
Nilai berbeda nyata apabila t hitung>t tabel dan tidak berbeda nyata apabila t hitung
KEADAAN UMUM Sejarah Umum Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Perkebunan teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dirintis oleh bangsa Belanda pada masa penjajahan dengan nama NV Culture Mascave dengan pusat pengolaan di Belanda. Berdasarkan Undang Undang pemerintah Belanda mengenai Hak Guna Usaha (HGU), Belanda memberikan kepemilikan kepada kakak beradik warga Belanda kebun di Kecamatan Ngargoyoso dengan luas 812.127 ha dan kebun di Kecamatan Jenawi dengan luas 238.828 ha sehingga luas kebun teh total 1 051 ha. Lahan tersebut ditanami kopi dan teh yang pengolahannya diserahkan kepada Firma Watering dan Labor yang berkedudukan di Belanda yang diberi nama Culture Maatschapij Kemuning. Pada waktu tentara Jepang masuk Indonesia pada tahun 1942, perkebunan teh NV Culture Maatschapij Kemuning pengelolaannya berpindah tangan ke pemerintah Jepang hingga tahun 1945. Selama tiga tahun pemerintah Jepang tidak melanjutkan pengelolaan kebun sehingga banyak tanaman yang tidak terawat. Oleh masyarakat setempat lahan perkebunan teh tersebut ditanami palawija. Pada tahun 1945 setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II kemudian Indonesia merdeka, perkebunan teh tersebut dikelola oleh Mangkunegaran Surakarta yang dipimpin oleh Ir Sarsito hingga tahun 1948. Pada tahun 1948-1950 Kebun Kemuning diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan hasil produksinya digunakan untuk membiayai perjuangan Indonesia. Pada tanggal 19 Mei 1950 dengan adanya Konverensi Meja Bundar (KMB) akhirnya perkebunan Kemuning diserahkan kembali ke NV Culture Maatschapij Kemuning hingga tanggal 19 Desember 1952. Selanjutnya perusahaan teh diserahkan pada Koperasi Perkebunan Kemuning. Namun koperasi ini hanya bertahan sampai bulan September 1965 dikarenakan pengurusnya banyak terlibat G30/SPKI sehingga sebagian lahan dan kebun teh dikelola oleh KODAM IV Diponegoro. Pada tanggal 3 November 1971 berdasarkan SK Mendagri No.17/HGU/DA/71 pengolahan kebun teh kemuning diserahkan kepada Yayasan Rumpun Diponegoro dan dibentuk PT Rumpun. Pada tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua bagian yaitu: a. PT Rumpun Antan dengan komoditas karet, kopi, kelapa, cengkeh dan randu yang tersebar dalam beberapa kebun antara lain Kebun Dharmo Kradenan di
9 Purwokerto, Kebun Carui/Rejodadi di Cilacap, Kebun Samudra di Banyumas, Kebun Cluwak di Pati, dan Kebun Jati Pabengan di Semarang. b. PT Rumpun dengan komoditas teh dan kopi yang terdiri atas tiga kebun yaitu Kebun Medini di Kendal, Kebun Kaligitung di Semarang, dan Kebun Kemuning Karanganyar di Surakarta. Pada tanggal 1 April 1990 PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra Agro Niaga yang berada di Jakarta. Pada tanggal 1 Mei 2004 Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menjadi hak perorangan. PT Astra Agro Niaga ingin lebih berkonsentrasi menangani perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu, saham perkebunan non kelapa sawit ditawarkan untuk dijual kepada pihak lain. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dibeli oleh Bapak Ketut Gede Yudantara yang berasal dari Bali. Kemudian Bapak Ketut Gede Yudantara ini bekerja sama dengan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (SATS). PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS) merupakan salah satu perusahaan divisi agro dan perkebunan di bawah Yudiko Group yang merupakan perusahaan multinasional. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning hanya menangani masalah pengolahan produk dan pengiriman produk pada konsumen. Sedangkan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa yang menangani masalah manajemen pemasaran, dan hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan. Letak Geografi dan Letak Wilayah Administratif Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning merupakan satu unit perkebunan besar teh hijau di Kelurahan Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Perkebunan teh ini terletak antara 11.1º BT-11.25° BT dan 7.4º LS-7.6º LS dengan ketinggian lahan antara 800-1 540 m diatas permukaan laut (dpl). Batas administratif Perkebunan Teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jenawi; sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nggadunga, Kecamatan Ngargoyoso; sebelah timur berbatasan dengan Daerah hutan pinus Wonomarto; sebelah barat berbatasan dengan Kebun Karet PTP XVIII Kebun Batu Jamus. Peta lokasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 5. Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki jenis tanah latosol dengan pH tanah 4.6-5.5 dengan topografi lahan berbukit dan curam dengan tingkat kemiringan 30-40o. Jenis tanah lain yang terddapat di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning antara lain : a. Laterit, merupakan bahan andesit yang dihembuskan gunung berapi yang letaknya 800 meter di atas permukaan laut (m dpl) b. Tuff Liparit, adalah tanah berpasir (pasir kasar dan halus) dari bahan yang dihembuskan gunung berapi, letaknya 100-900 meter di atas permukaan laut (m dpl) c. Andesit tua terdiri atas campuran tanah liat, abu, dan pasir. Letaknya antara 800-900 meter di atas permukaan laut (m dpl) Curah hujan di Unit Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berdasarkan data curah hujan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir (2004-2014)
10 3 648.15 mm per tahun dan hari hujan rata-rata 152.72 hari hujan dengan jumlah rata-rata 9.09 bulan basah (BB) dan 2.00 bulan kering (BK) (Lampiran 6). Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe B. Suhu harian pada tahun 2013 di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 21.5º C dengan kelembapan udara (RH) berkisar 68-87% dan intensitas penyinaran 40-55%. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Berdasarkan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Ngargoyoso Karanganyar memiliki luas areal 437.82 ha dengan areal tanam 391.97 ha yang kemudian dibagi menjadi dua afdeling, yaitu Afdeling OA dan Afdeling OB. Afdeling OA seluas 222.26 ha dengan areal tanam 214.26 ha terdiri atas 13 blok. Afdeling OB seluas 215.56 ha dengan areal tanam 177.71 ha terdiri atas 15 blok. Luas areal dan tata guna lahan Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 tercantum pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Keadaan Tanaman dan Produksi Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mempunyai beberapa klon teh yang dibudidayakan antara lain : Klon TRI (Tea Research Institute of Ceylon, Srilangka) 2024, TRI 2025, Gambung (Puslitbun Gambung, Indonesia), dan CIN (Perkebunan Cinyiruan, Indonesia). Tanaman teh di Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning didominasi oleh klon TRI 2025. Jarak tanam yang digunakan di Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 120 cm x 60 cm dengan populasi rata-rata 11.430 pohon ha-1. Produksi pucuk teh selama lima tahun terakhir (2009-2013) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi dan produktivitas teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2009-2013 Produksi Produktivitas Basah Kering Basah Kering ……..(kg)…….. .….(kg ha-1 th-1)… 2009 328.23 3 894 935 866 237 11 866.48 2 639.12 2010 336.81 4 102 126 911 783 12 179.35 2 707.11 2011 349.87 3 531 519 794 213 10 093.80 2 270.02 2012 359.13 3 211 059 722 243 8 941.22 2 011.09 2013 355.93 3 181 312 715 428 8 938.03 2 010.02 Rata-rata 345.99 3 584 190 801 981 10 403.78 2 327.42 a Sumber : Kantor Kebun dan Pabrik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun
Luas TM (ha)
Produksi teh di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mencapai angka 3 584 190 kg daun teh basah dan produksi kering mencapai angka 801 981 kg daun teh kering. Produktivitas basah mencapai angka 10 403.78 kg teh basah dan produktivitas kering mencapai 2 327.42 kg ha-1 tahun-1 daun teh kering. Produktivitas teh kering diUnit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning lebih tinggi dibandingkan dengan angka produktivitas nasional yakni 2 011.091 kg ha-1 (Ditjenbun 2012) sehingga Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki standar peluang tinggi untuk mencapai target tahunan perkebunan teh nasional.
11
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Organisasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dipimpin oleh seorang administratur atau manager yang diangkat oleh direksi PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (SATS). Administratur membawahi mandor HPT I, asisten tanaman, kepala sub bagian kantor (kepala tata usaha) dan kepala sub bagian pabrik/teknik. Struktur organisasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning ditetapkan berdasarkan SK Direksi. Struktur organisasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 9. Tenaga kerja di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri atas karyawan staf tetap dan staf bulanan, sedangkan karyawan non staf terdiri atas pekerja borong harian tetap dan pekerja borong harian lepas. Karyawan borong tetap adalah karyawan yang bekerja tetap di perusahaan dan mendapatkan fasilitas jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) dan asuransi kesehatan BPJS serta hadiah hari raya (HHR), sedangkan karyawan borong lepas pekerjaannya tidak terikat dengan perusahaan sehingga tidak mendapatkan asuransi tenaga kerja dan kesehatan. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar tahun 2014 berjumlah 518 orang (Lampiran 10) dengan luas areal 437.82 ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.18 orang ha-1 sedangkan standar indeks tenaga kerja 1.50-2.00 orang ha-1 (Iskandar 1998). Sistem Pengupahan Sistem pengupahan untuk karyawan yang terdiri atas staf, bulok, dan pekerja harian tetap ditetapkan oleh manajemen atas persetujuan direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan masing-masing dan besarnya disesuaikan dengan UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 1 060 000. Sistem pengupahan untuk karyawan harian lepas terdiri dari pekerja harian panen, pekerja harian rawat, pekerja harian EWS (Early Warning System), pekerja harian olah, pekerja harian bongkar muat, dan helper teknik. Upah pekerja panen diberikan dua kali dalam sebulan yaitu pada tanggal 5 dan 20 setiap bulannya. Karyawan mendapatkan upah satu bulan sekali setiap tanggal 1 setiap bulannya. Kesejahteraan Karyawan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menyediakan berbagai fasilitas bagi karyawan antara lain rumah dinas, asuransi tenaga kerja, asuransi kesehatan BPJS, dan tunjangan keluarga. Rumah dinas digunakan untuk tempat tinggal administratur, asisten, kepala tata usaha dan mandor. Asuransi kesehatan penuh dan tunjangan kerja diperuntukan bagi karyawan beserta keluarganya dengan pengelompokan besar tunjangan keluarga disesuaikan dengan status keluarga dan jumlah anak untuk setiap bulannya.
12
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menerapkan dua cara pemupukan yaitu melalui tanah Gambar 1(a) dan daun Gambar 1(b). Pemupukan dilakukan dengan sistem gang per blok. Pemupukan dilaksanakan tiga priode dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Juni, dan Oktober. Pemberian jumlah pupuk didasarkan hasil analisa daun dan tanah yang dilakukan di laboratorium. Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui kadar unsur yang terkandung sehingga memudahkan mengetahui apabila terdapat kekurangan suatu unsur.
a
b
Gambar 1 Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b) Pemupukan melalui tanah dilakukan untuk tanaman menghasilkan (TM). Pemupukan dilakukan sesuai dengan analisis produksi teh kering dan kondisi tanaman teh di kebun. Pemupukan dilakukan berdasarkan kebutuhan unsur hara pada tanaman pada setiap bloknya. Pupuk yang diberikan melalui akar adalah pupuk Urea dan MOP dengan kandungan unsur N dan K. Dosis pupuk urea pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 102.04 kg ha-1 sedangkan dosis pupuk MOP 30 kg ha-1. Unsur-unsur ini berperan dalam pertumbuhan vegetatif, dalam hal ini pertumbuhan pucuk. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk dapat dimanfaatkan dalam waktu singkat karena pupuk tersebut bersifat fast release. Jumlah kebutuhan pupuk masing-masing blok tidak sama. Pada pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi tanaman. Jenis pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO4 dengan dosis 3 kg ha-1. Pupuk daun ini diberikan untuk menambah unsur hara mikro pada tanaman. Pupuk daun diaplikasikan bersamaan dengan penyemprotan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan menggunakan alat mistblower dengan kapasitas 14 liter Pemupukan dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 06.00 WIB. Pupuk diangkut oleh truk dari gudang ke areal yang akan dipupuk. Pencampuran pupuk langsung di blok yang akan dipupuk. Tenaga kerja untuk pemupukan dibagi dalam tiga pekerjaan yaitu sebagai pencampur, pelangsir, dan penabur pupuk. Pendistribusian pupuk oleh tenaga pelangsir untuk mempercepat para penabur pupuk agar kegiatan pemupukan berjalan lebih efektif. Pekerja pupuk sebagian besar dilaksanakan oleh tenaga wanita. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemupukan antara lain ember, terpal, sekop, dan karung. Prestasi kerja yang diperoleh pada saat pemupukan daun (bersamaan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman) adalah 0.05 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah
13 0.125 ha HK-1. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menerapkan standar kerja untuk pemupukan melalui daun sebesar 0.125 ha HK-1. Pengendalian Gulma. Jenis gulma yang berada di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar antara lain Melastoma malabathricum (sengganen), Clidemia hirta (harendong), Eupatorium inulifolium (kirinyuh), Rubus rosaefolius (gucen), Comellina difusa (tali sahit), Mikania micrantha, dan Imperata cylindrica (alang-alang). Tujuan pengendalian gulma adalah menekan pertu/mbuhan gulma sehingga memperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk maksimal, dan kerugian yang serendah mungkin. Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual (manual weeding) dan kimiawi (chemical weeding) sesuai dengan keadaan gulma di kebun. Pengendalian gulma secara manual dilakukan setelah pangkasan yang disebut babad bokor dan dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan dengan mencabut gulma hingga akarnya. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang pemupukan tanah, dilaksanakan 2 kali pada setiap tanaman umur pangkas I-IV. Pengendalian gulma secara manual menggunakan alat bantu seperti sabit. Prestasi kerja saat babad bokor (manual weeding) adalah 0.01 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan saat babad bokor adalah 0.125 ha HK-1. Standar prestasi kerja karyawan pada saat manual weeding adalah 0.125 ha HK-1. Kegiatan pengendalian gulma secara manual (manual weeding) dapat dilihat pada Gambar 2(a) sedangkan pengendalian gulma secara kimiawi (chemical weeding) dapat dilihat pada Gambar 2(b).
a
b
Gambar 2 Pengendalian gulma secara manual (a) dan kimiawi (b) Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up), dengan dosis herbisida Round Up 1.5 l ha-1 dan konsentrasi 4 ml l-1 air. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat 3-5 hari kemudian. Pada pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, dan tepat konsentrasi untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi dalam satu tahun sebanyak 3 kali semprot dengan campuran hanya 1 jenis herbisida, sedangkan aplikasi chemist dilakukan 4 kali semprot apabila campuran lebih dari 1 jenis herbisida. Jenis herbisida lain yang digunakan adalah Prosat dan Gramaxon. Dosis yang digunakan masing-masing adalah dosis 2 l ha-1. Prestasi kerja saat melakukan chemical weeding adalah 0.2 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.48 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.5 ha HK-1.
14 Pengendalian Hama dan Penyakit. Hama utama yang menyerang tanaman teh di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah Empoasca sp., ulat penggulung pucuk (Laspeyresia leucastoma), ulat penggulung daun (Homona cofferia), Thrips sp., Helobelthis antonii dan mite (Scarlet mite; Brevipalpus phoenicis Geijsks). Gejala serangan yang ditimbulkan wereng hijau (Empoasca sp.) adalah lubang pada daun pemetikan. Wereng hijau menyerang pada musim kemarau. Gejala hama ulat penggulung pucuk (Laspeyresia leucastome) tampak pada pucuk daun menggulung sehingga pertumbuhannya terhambat. Dari sisi luar terlihat benang-benang sementara pada bagian bawah terlihat adanya kepompong. Serangan hama ulat penggulung pucuk biasanya menyerang pada musim hujan. Gejala yang ditimbulkan hama ulat penggulung daun (Homona coffearia) antara lain munculnya bercak noda berwarna cokelat kadang-kadang daun terlihat transparan karena tidak ada epidermisnya. Gejala hama Thrips sp. terdapat bercak noda cokelat yang menyerang daun muda dan daun tua. Gejala yang ditimbulkan oleh hama Helobelthis antonii daun mengkerut karena hama mengisap cairan batang dan daun muda. Serangan biasanya menyerang pada blok dataran tinggi diatas 1 000 m diatas permukaan laut (dpl). Gejala serangga mite (scarlet mite; Brevipalpus phoenicis Geijsks) menimbulkan pohon teh tampak kemerahmerahan, daun tua berguguran, dan produksi pucuk menurun. Hama Scarlet mite menyerang tanaman teh pada dini hari pukul 04.00-05.00 WIB dengan tanda lubang di permukaan daun sedangkan Scarlet mite merupakan kutu jingga pada musim kemarau. Penyakit yang sering menyerang tanaman teh yaitu penyakit cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit lain yang sering menyerang adalah jamur akar dan jamur merah. Pada jamur akar mempunyai gejala daun rontok sehingga tanaman kering kemudian mati, sedangkan gejala pada jamur merah mempunyai gejala akar yang berwarna merah pada perkebunan ini jarang terserang penyakit jamur merah. Serangan hama dan penyakit dapat dilihat gejala ulat penggulung pucuk Gambar 3(a), hama ulat penggulung daun Gambar 3(b), dan penyakit blister blight Gambar 3(c).
a
b
c
Gambar 3 Serangan ulat penggulung pucuk (a), penggulung daun (b), dan penyakit blister blight (c) Pengendalian penyakit cacar dapat dilakukan dengan cara mekanis dan sistemik. Cara mekanis dilakukan dengan memetik daun yang terserang sehingga dapat mengurangi sumber penularan baru karena pucuk teh yang terserang telah terpetik. Pengendalian secara sistemik berdasarkan pada tingkat serangan hama dan penyakit melalui sampling EWS (Early Warning System). Pelaksanaan EWS mengambil contoh tiga tanaman secara acak dalam tiap patok, sehingga dalam luas 1 ha terdapat 75 tanaman yang diamati serangannya. Adanya deteksi tersebut
15 akan diketahui intensitas Serangan (IS) dan Luas Serangan (LS). Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pendeteksian dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman teh. Kategori serangan dibedakan menjadi ringan, sedang, dan berat, untuk hama Empoasca sp., Scarlet mite, ulat penggulung pucuk dan Thrips, dan blister blight. Aplikasi fungisida dan insektisida dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan tingkat serangan hama dan penyakit Hama Penyakit Empoasca
Tingkat Serangan
Fungisida
Insektisida
Ringan < 5% Imidor Sedang 5-15% Confidor Berat >15% Abuki Scarlet mite Ringan <10% Kelthane Sedang 10-20% Kelthane Berat >20% Talstar Ulat penggulung Ringan < 5% Decis dan Thrips sp. Sedang 5-15% Marcis Berat >15% Rizotin Blister Blight Ringan < 5% Nordox Sedang 5-15% Cobox Berat >15% Dithane Sumber : Data EWS Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 2014
Dosis (ml ha-1) 188-375 94-188 75-150 281-421 455-750 470-940 188-375 188-375 375-750 75-100 75-100 75-100
Konsentrasi Fungisida dan Insektisida dari Tabel 2 diturunkan menjadi 50% konsentrasi dengan melarutkan dalam 375 ml air saat dibawa ke kebun. Dosis Fungisida dan Insektisida dilarutkan dalam 15 l air setiap hektarnya. Prestasi kerja adalah 0.05 ha HK-1. Standar kerja yang berlaku adalah 0.125 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.0125 ha HK-1. Pemangkasan. Pemangkasan dilakukan dengan metode pemangkasan manual dan pemangkasan mesin. Kegiatan pemangkasan manual dapat dilihat pada Gambar 4(a) sedangkan pemangkasan mesin dapat dilihat pada Gambar 4(b). Gilir pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan setiap 4-6 tahun disesuaikan dengan kondisi tanaman, ketinggian tempat, persentase pucuk burung, dan produksi kering yang dapat dihasilkan tanaman tersebut. Standar tinggi pangkasan yang ditetapkan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 50-55 cm. Pemangkasan dilakukan dengan metode manual dan mesin. Pangkas manual menggunakan alat bantu seperti sabit yang tajam agar hasil potongan tidak rusak. Pangkas mesin digunakan mesin pemotong rumput dimodifikasi dengan gear bentuk lingkaran dengan pisau gergaji. Perawatan pisau dilakukan dengan mengasah agar pisau mesin tetap tajam sehingga hasil potongan tidak rusak.
16
a
b
Gambar 4 Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) Arah pemotongan tiap batang atau ranting dari dalam ke luar dengan kemiringan 450 dengan hasil ranting pangkasan seperti mangkok. Bidang pangkas harus sejajar dengan permukaan tanah (kontur tanah). Batang atau ranting sisa pangkasan manual lebih sering diambil penduduk sekitar sebagai bahan kayu bakar, sedangkan pada pangkas mesin hasil pangkasannya dibiarkan di atas bidang pangkas untuk mengurangi penguapan pada luka pangkas karena ranting cenderung pendek. Pemangkasan dipengaruhi oleh keterampilan pemangkas, ketajaman alat yang digunakan, akses kontur tanah dan ketinggian permukaan tanah. Pemangkasan manual dan mesin memiliki standar kerja yang sama. Pada pemangkasan mesin penulis hanya sebagai pengamat. Prestasi kerja yang dicapai oleh karyawan adalah 0.007 ha HK-1, sedangkan standar kerja perusahaan adalah 0.01 ha HK-1. Pemetikan. Pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning selama masa satu gilir pangkas antara lain pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan gendesan. Pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah jendangan dan pemetikan produksi. Pemetikan jendangan merupakan pemetikan awal yang dilakukan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan sekitar tiga bulan setelah dilakukan pemangkasan. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup sehingga diharapkan akan menghasilkan potensi pucuk yang tinggi. Pemetikan jendangan akan menentukan produksi. Apabila terjadi kesalahan dalam pemetikan jendangan akan berdampak pada kerusakan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi. Pemetikan dilakukan pada tunas yang memiliki ketinggian lebih dari 15 cm dari luka pangkasan. Alat yang digunakan yaitu salib, ani-ani, keranjang dan waring. Salib atau ani-ani digunakan untuk mengetahui pucuk yang telah siap untuk dipetik serta untuk membantu menyesuaikan bidang petik dengan topografi tanah. Ani-ani digunakan mengurangi kerusakan bidang petik sedangkan keranjang dan waring digunakan untuk menampung hasil pucuk. Pemetikan produksi merupakan pemetikan setelah jendangan. Pemetikan produksi merupakan pemetikan biasa yang dilakukan terus-menerus dengan gilir petik tertentu sampai dilakukan pemangkasan kembali. Pemetikan dilakukan pada pucuk yang sudah manjing atau memenuhi syarat, termasuk pucuk burung yang berada di atas bidang petik. Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang berlaku di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah sistem pekerja borongan. Metode pemetikan adalah metode giring per barisan tanaman teh. Pemetik pindah dari barisan satu ke
17 barisan lainnya yang belum dipetik apabila barisan sebelumnya telah diselesaikan. Kelebihan metode ini untuk mempermudah pengawasan pemetikan. Tenaga pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mengenakan celemek dari plastik ataupun kain, caping atau penutup kepala, sarung tangan, sepatu boots. Alat-alat yang digunakan dalam pemetikan antara lain waring, keranjang, tas kain serta ani-ani atau sabit (untuk batang yang keras). Kapasitas keranjang atau tas kain waring sekitar 5-10 kg. Jenis waring yang digunakan ada dua, waring lembaran dan waring karung. Waring merupakan tempat untuk menyimpan hasil petikan yang terbuat dari plastik jala. Waring lembaran merupakan milik pribadi yang memiliki kapasitas 30 kg sebagai tempat menyimpan hasil petikan seperti halnya keranjang namun kapasitasnya lebih besar sedangkan waring karung milik perusahaan yang berguna sebagai wadah pucuk saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Waring karung memiliki kapasitas 25-30 kg. Kegiatan pemetikan teh dapat dilihat pada alat petik ani-ani Gambar 5(a), waring pada Gambar 5(b), dan keranjang petik pada Gambar 5(c).
a
b
c
Gambar 5 Alat petik ani-ani (a), waring (b), dan keranjang petik (c) Sistem pengupahan kepada tenaga pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berdasarkan pada hasil pucuk basah yang dapat diperoleh tenaga petik dalam satu hari dan dipengaruhi oleh analisis pucuk sebagai premi. Upah diberikan dua kali setiap tanggal 5 dan 20 setiap bulannya. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menetapkan upah pucuk yang dipetik Rp 400 kg-1. Upah dasar pemetik berdasarkan premi dari analisis kemudian ditambah hasil petikan pucuk yang telah dilakukan. Kegiatan pemetikan mulai dilaksanakan pada pukul 06.00-13.00 WIB. Teknis dalam pemetikan adalah dengan memetik semua pucuk yang berada diatas bidang petik tanpa meninggalkan pucuk tanggung. Hal ini bertujuan agar bidang petik rata dan menjadikan tumbuhnya tunas baru yang seragam. Kegiatan penimbangan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan di kebun dan di pabrik. Penimbangan pertama dilakukan pukul 09.30 WIB dan penimbangan kedua dilakukan pukul 12.00 WIB. Penimbangan yang dilakukan di kebun dilaksanakan di tempat berkumpul para pemetik dan mandor. Penghitungan dilakukan dengan timbangan gantung yang dibawa oleh supir. Penimbangan dihitung oleh kerani timbang yang kemudian dicatat oleh kerani dan mandor blok terkait. Penimbangan di pabrik dilakukan dengan timbangan dengan skala lebih besar untuk menimbang pucuk setiap truk yang membawa pucuk dari kebun. Kegiatan penimbangan di Kebun dapat dilihat pada Gambar 6(a) dan penimbangan di Pabrik dapat dilihat pada Gambar 6(b).
18
a
b
Gambar 6 Kegiatan timbang di kebun (a) dan timbang di pabrik (b)
Tinggi bidang petik (cm)
Tinggi bidang petik Tinggi bidang petik pada perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tumbuh semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Gambar 7). Umur pangkas I tahun setelah pangkas memiliki tinggi 75.73 cm, umur pangkas II tahun setelah pangkas memiliki tinggi 86.27 cm, umur pangkas III tahun setelah pangkas memiliki tinggi 99.81 cm dan umur pangkas IV tahun setelah pangkas memiliki tinggi 106.06 cm. 120 100 80 60 40 20 0 I
II
III
IV
Tahun pangkas
Gambar 7
Tinggi bidang petik berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014
Diameter bidang petik Hasil pengamatan diameter bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tercantum pada Tabel 3. Diameter bidang petik umur pangkas I tahun setelah pangkas dengan diameter 84.2 cm, umur pangkas II tahun setelah pangkas dengan diameter 97.5 cm, umur pangkas III tahun setelah pangkas dengan diameter 105.5 cm, serta umur pangkas IV tahun setelah pangkas dengan diameter 130.4 cm. Dari hasil uji t pada pengamatan diameter bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdapat bahwa data lebar diameter bidang petik tidak memiliki perbedaan nyata berdasarkan umur pangkas. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan bahwa nilai tidak berbeda nyata.
19 Tabel 3 Diameter bidang petik berdasarkan umur pangkas di Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Blok
I
OA 3 OA 5 OA 14 OB 7 OB 11 OB 15 Rata-rata
82.7 85.6 87.5 83.4 82.8 83.1 84.2a
Diameter bidang petik pada tahun pangkas II III ……………….…(cm)……………… 97.8 100.8 96.4 102.1 98.6 102.7 97.3 109.1 96.6 109.9 98.2 108.3 97.5a 105.5a
IV 125.2 138.1 122.3 124.7 138.4 133.6 130.4a
Tebal daun pemeliharaan (cm)
Tebal daun pemeliharaan Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan tebal daun pemeliharaan yang meningkat seiring dengan bertambahnya umur pangkas yaitu umur pangkas I memiliki tebal daun 28.7 cm, umur pangkas II memiliki tebal daun 30.10 cm, umur pangkas III memiliki tebal daun 30.62 cm, serta umur pangkas IV memiliki tebal daun 32.3 cm. 33 32 31 30 29 28 27 26 I
II
III
IV
Tahun pangkas
Gambar 8 Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014 Bobot brangkasan daun pangkas Aplikasi pemangkasan pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan metode pemangkasan manual dengan sabit dan pemangkasan mesin menggunakan modifikasi mesin rumput. Hasil pengamatan bobot brangkasan setelah pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tercantum pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan hasil pengamatan bobot biomass tanaman teh setelah dipangkas menggunakan pangkasan manual dan pangkas mesin. Pemangkasan tanaman teh pada umur pangkas IV dengan intensitas pangkas tiga kali. Bobot brangkasan biomass pangkasan manual memiliki rata-rata 1.625±0.28 kg setiap pohon sedangkan bobot brangkasan biomass pangkasan mesin memiliki rata-rata 1.279±0.15 kg setiap pohon.
20 Tabel 4
Bobot brangkasan daun pangkas di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014
Blok Pangkas OA 4
Pengamatan I II III I II III I II III I II III
OA 11
OB 6
OB 9
Rata-rata
Bobot brangkasan daun pangkas (kg) Pangkas Manual Pangkas Mesin 1.85 1.35 1.90 1.45 1.95 1.35 1.55 1.25 1.65 1.25 1.60 1.05 1.75 1.35 1.85 1.40 1.65 1.30 1.35 1.10 1.25 1.20 1.15 1.30 1.625±0.28 1.279±0.15
Analisis petik Analisis petik dilakukan dengan mengambil hasil petikan secara acak dari seluruh pemetik dan kemandoran. Analisis petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan hasil analisis petik dengan petikan halus 1.9±0.37%, petikan medium 51.5±1.30%, petikan kasar 31.43±2.70%, dan petikan rusak 15.16±2.31%. Tabel 5
Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan April 2014
Blok mandor
Petikan halus 1.65 1.85 1.45 1.80 2.15 2.50 1.9±0.37
Komposisi pucuk (%) Petikan medium Petikan kasar 50.50 29.85 53.50 28.15 52.50 32.55 51.00 31.70 51.50 30.35 50.00 36.00 51.5±1.30 31.43±2.70
Petikan rusak 1 18.00 2 16.50 3 13.50 4 15.50 5 16.00 6 11.50 Rata-rata 15.16±2.31 Ketentuan : Petikan halus <5%; dan Petikan Medium 50% ( Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 2014) Keterangan : Petikan halus = p+1 dan p+2m Petikan medium = p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m Petikan kasar = p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t, dan b+4t atau lebih Petikan rusak = daun lembaran dan tangkai
Analisis pucuk Analisis pucuk dilakukan setiap hari dengan mengambil sampel pucuk teh secara acak dari setiap kemandoran. Pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk yang tidak memenuhi syarat ditimbang dan dihitung dalam persen. Hasil analisis pucuk bulan Januari-April 2014 dapat dilihat pada Tabel 6. Analisis pucuk pada Tabel 6 menunjukkan rata-rata 31.3% pucuk memenuhi syarat (MS) dan 68.7% pucuk tidak memenuhi syarat (TMS).
21 Tabel 6 Mandor
Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 Januari Februari Maret April Rata-rata TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS …………………………..(%)…………………………….. 32.8 67.2 22.8 77.2 30.6 69.4 32.6 67.4 29.7 70.3 32.8 67.2 30.8 69.2 34.3 65.7 34.5 65.5 33.1 66.9 33.2 66.8 26.3 73.7 28.6 71.4 32.4 67.6 30.1 69.8 34.3 65.7 26.8 73.2 39.4 60.6 33.2 66.8 33.4 66.5 28.6 71.4 30.8 69.2 30.4 69.6 31.2 68.8 30.2 69.7 32.3± 67.6± 27.5± 72.5± 32.6± 67.3± 32.8± 67.2± 31.3± 68.7± 2.17 2.17 3.83 3.83 4.29 4.29 1.20 1.20 1.78 1.78 MS
1 2 3 4 5 Rata-rata
Keterangan : Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 – 5)t
Gilir Petik Gilir petik yang digunakan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 9-10 hari. Gilir petik bisa meningkat apabila pucuk belum siap untuk dipanen. Pengamatan gilir petik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 7. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki rata-rata gilir petik 8.5±3.08 hari. Tabel 7
Gilir petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2014
Ketinggian Luas areal Luas areal petik hari-1 tempat (ha) (ha hari-1) (m dpl) OA 2 1080 20.76 1.5 OA 3 1100 19.50 2.0 OA 13 1060 14.83 2.5 OB 4 880 14.15 2.0 OB 8 1000 11.93 1.5 OB 14 820 18.85 3.4 Rata-rata 2.2±0.71 Standar gilir petik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 9-11 hari Blok
Gilir petik (hari) 14 10 6 7 8 6 8.5±3.08
Hanca petik Hanca pemetik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk, jumlah tenaga kerja dan topografi lahan. Penerapan hanca petik yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah sistem hanca giring. Hanca petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8
Blok OA 2 OA 3 OA 13 OB 4 OB 8 OB 14 Rata-rata
Hanca petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan JanuariMei 2014 Luas areal (ha)
Gilir petik (hari)
20.76 19.50 14.83 14.15 11.93 18.85 16.67
14 10 6 7 8 6 8.5±3.08
Jumlah pemetik (orang) 20 23 24 20 20 32 23.16±4.66
Hanca petik (ha hari-1 mandor-1) 1.49 1.95 2.48 2.02 1.49 3.14 2.09±0.63
Hanca per pemetik (ha hari-1) 0.07 0.08 0.10 0.10 0.07 0.10 0.09±0.01
22 Kapasitas petik Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan tangan manual, ani-ani dan sabit dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 60 kg/hari. Kapasitas pemetik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 9. Kapasitas pemetik pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning periode bulan Januari sampai April memiliki rata-rata 66.7±1.71 kg setiap pemetik. Standar kapasitas pemetik (basic yield) Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 60 kg setiap pemetik. Tabel 9
Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014
Mandor
Januari Februari Maret April Rata-rata …………………….(kg pemetik-1)………………………… 1 68.83 66.80 71.61 54.90 65.50 2 51.95 58.81 65.39 61.12 64.30 3 59.42 64.17 71.04 68.61 68.30 4 63.89 67.96 73.51 70.42 68.90 5 60.71 55.65 59.08 70.09 66.40 6 67.06 64.25 66.69 69.27 66.80 Rata-rata 65.31±6.08 66.27±4.76 69.55±5.30 65.74±6.33 66.70±1.71 a Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 2014
Setiap pemetik memiliki kapasitas petik tang berbeda. Pengamatan kapasitas petik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik. Data ditunjukkan dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik. Tabel 10
Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014
Usia Jumlah sampel Rata-rata kapasitas pemetik (tahun) (orang) (kg HK-1) 20-40 10 68.2a 41-55 10 62.6a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5%
Pengamatan kapasitas pemetik dilakukan terhadap pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berdasarkan pengalaman bekerja sebagai pemetik. Kapasitas pemetik berdasarkan lama bekerja sebagai pemetik teh dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak memiliki beda nyata pada kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja di perkebunan Rumpun Sari Kemuning. Data ditunjukkan dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik. Tabel 11 Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bulan Januari-April 2014 Lama kerja Jumlah sampel Rata-rata kapasitas pemetik (tahun) (orang) (kg HK-1) <15 10 58.3a >15 10 62.4a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5%
23 Tenaga petik Jumlah pemetik teh dengan menggunakan tangan manual atau ani-ani (Gambar 5) serta sabit maka rasio tenaga petik teh dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan jumlah tenaga pemetik dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik menurut rumus kebutuhan tenaga petik. Hasil perhitungan ini dapat digunakan sebagai perbandingan jumlah tenaga petik yang dibutuhkan oleh masing-masing luasan blok sampel. Tabel 12 Blok
OA 13 OA 6 OA 15 OB 3 OB 6 OB 4 Jumlah
Perbandingan jumlah pemetik di lapang dengan perhitungan berdasarkan hasil perhitungan Luas Areal (ha) 14.83 19.41 14.87 13.65 15.15 14.15 92.06
Jumlah tenaga petik (orang) Lapang Hasil Perhitungan 25 23 24 31 26 23 22 21 20 24 22 21 139±2.22 143±3.71
Produksi dan HOK berdasarkan Umur Setelah Pangkas Produksi perkebunan teh erat kaitannya dengan jumlah HOK pemetik tanaman teh. Data produksi dan jumlah HOK yang dihasilkan pada suatu hasil pemanenan atau pemetikan dapat diperoleh dari data sekunder kantor kebun maupun pabrik. Data produksi dan HOK dapat dlihat pada Tabel 13. Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dengan membandingkan prestasi tenaga petik dalam satuan kg HOK-1. Tabel 13
Produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2013
Umur Luas areal Produksi tahun-1 setelah produksi HOK (kg) pangkas (ha) I 69.55 581 618 18 976 II 86.53 1 032 319 31 402 III 64.03 606 742 17 126 IV 93.03 856 778 26 498 Rata-rata 78.30 769 364.25 23 500.5 a Sumber : Data Produksi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Prestasi (kg HOK-1) 31.19 32.65 36.88 32.80 33.38±2.44
Berdasarkan data Produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2014 terdapat grafik prestasi tenaga kerja dalam satuan (kg HOK-1). Prestasi tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan data produksi dan HOK pada Tabel 13 dapat digambarkan bahwa prestasi pekerja naik seiring dengan meningkatnya umur pangkas tanaman teh. Umur pangkas I memiliki prestasi 31.19 kg HOK-1; Umur pangkas II memiliki prestasi 32.65 kg HOK-1; umur pangkas III memiliki prestasi 36.99 kg HOK-1; dan umur pangkas IV memiliki prestasi 32.80 kg HOK-1.
24 Gambar 9
Produksi dan HOK Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2013 38
kg/HOK
36 34 32 30 28 I
II
III
IV
Tahun Pangkas Sumber : Laporan Produksi Kantor dan Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning
Pengolahan Hasil. Pengolahan teh merupakan proses yang diterapkan pada pucuk teh menjadi jenis teh yang dapat dikonsumsi. Produk teh kering yang dibuat oleh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah teh hijau. Proses pengolahan pucuk menjadi teh hijau melalui berbagai tahap antara lain pelayuan, penggilingan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi, dan pengepakan. Proses pembuatan teh hijau yaitu menghentikan proses oksidasi dengan menggunakan panas. Pelayuan. Pelayuan merupakan proses awal dalam produksi teh, oleh karena itu pelayuan menjadi kunci utama keberhasilan proses selanjutnya. Proses pelayuan pucuk teh yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan alat yang disebut Rotary Panner (RP). Pucuk basah dilayukan melalui Hong yang berputar secara terus-menerus. Kapasitas mesin pelayuan 350 kg jam-1 pucuk basah per unit. Putaran alat 45 rpm dan suhu yang digunakan 90º C-100º C. Mesin pelayuan yang dimiliki Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berjumlah dua unit. Kegiatan pelayuan meliputi penghamparan pucuk teh dapat dilihat pada Gambar 10(a); proses pelayuan pucuk teh ke dalam mesin dapat dilihat pada Gambar 10(b); dan mesin pelayuan teh Rotary Panner dapat dilihat pada Gambar 10(c).
a
b
c
Gambar 10 Proses penghamparan pucuk teh (a) ; proses pelayuan pucuk teh ke dalam mesin (b); dan mesin pelayuan teh Rotary Panner(c)
25 Pucuk dihamparkan sebelum masuk ke dalam mesin pelayuan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sirkulasi pucuk teh sebelum diolah. Pucuk masuk ke conveyor melalui tempat pengisian (feed hopper) diratakan dengan leaf spreader agar pucuk yang masuk mesin tidak menggumpal. Blower dipasang diatas conveyor untuk meniupkan udara ke dalam silinder. Pelayuan pucuk sekitar 5-7 menit. Pucuk yang dihasilkan adalah pucuk layu dengan warna hijau dan lentur atau lemas dengan kadar air ±70%. Aroma teh yang ditimbulkan harum dan tidak ada air yang keluar apabila diremas. Kerataan tingkat layu teh sangat menentukan kualitas teh. Penggilingan. Pucuk dari Rotary Panner masuk ke dalam Press Roll (PR). Press Roll (Jackson) adalah alat penggilingan yang berfungsi untuk membentuk daun teh menjadi gulungan gulungan kecil. Proses penggilingan ini akan meyebabkan daun mengeluarkan cairan yang berfungsi sebagai perekat daun yang menggulung. Sebelum masuk ke dalam alat Jackson, pucuk didinginkan dan ditimbang sesuai dengan kapasitas alat. Alat tersebut memiliki kapasitas sebesar 80 kg. Putaran Jackson 25 rpm selama 10-15 menit. Mesin memiliki kapasitas 400 kg jam-1. Mesin Press Roll dapat dilihat pada Gambar 11.
a
b
Gambar 11 Press Roll Alat penggiling dilengkapi dengan alat pengepres. Pengepres biasanya digunakan bila kondisi pucuk kurang baik misalnya banyak pucuk tua. Fungsi dari jackson adalah untuk mememarkan, menggulung, mengecilkan, dan meratakan daun teh sehingga nantinya akan terbentuk senyawa atau aroma teh dengan mutu baik. Setelah penggilingan, besar kemungkinan pucuk mengalami fermentasi. Oleh karena itu, pucuk harus segera dimasukkan ke alat pengeringan awal begitu proses penggilingan selesai dan tidak didiamkan. Hasil gilingan yang baik adalah daun tidak menjadi bubuk dan tidak ada air yang menetes dari alat. Bentuk gulungan dipengaruhi oleh kualitas bahan baku serta tingkat kelayuan pucuk. Pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air menjadi 3-5% sehingga meningkatkan daya simpan teh dan membantu menyempurnakan bentuk gulungan teh. Pengeringan yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu, pengeringan awal dengan Endless Chain Presser (ECP), Rotary Dryer dan Ball Tea. Endless Chain Presser (ECP) atau Belong atau pengeringan awal merupakan alat untuk mengurangi kadar air pucuk hingga 40-45%. Hasil dari gilingan Press Roll dimasukkan ke dalam ECP dengan menaruh bahan di atas trys-trys yang berjalan. Bahan yang masuk diratakan dengan ketebalan ±4 cm. Alat pengering ini terdiri dari empat tingkatan bak pengering yang berbeda kadar
26 panasnya, semakin ke bagian bawah, maka panasnya semakin menurun. Pengeringan awal menggunakan suhu 110º C-135º C. Panas yang digunakan adalah uap panas murni. Alat tersebut memiliki kapasitas 300-350 kg per jam. Mesin ECP yang dimiliki Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berjumlah dua unit. Mesin Endless Chain Presser dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Endless Chain Presser (ECP) Rotary Dryer seperti Gambar 13 merupakan alat pengeringan yang berfungsi sebagai pemanas lanjutan dari bahan yang keluar dari ECP. Bahan yang masuk ke Rotary Dryer sesuai dengan kapasitas alat yakni 100 kg tiap unit yang setara dengan satu troli. Alat ini menurunkan kadar air teh hingga 30%. Pengeringan dengan Rotary Dryer selama 30-40 menit. Suhu yang digunakan berkisar 70 ºC-85 ºC dengan putaran 25-30 rpm.
Gambar 13 Rotary Dryer (RD) Ball tea merupakan alat pengeringan akhir dari bahan atau pucuk teh sehingga didapatkan pucuk teh kering dengan kadar air ±3%. Bahan yang dihasilkan dari Rotary Dryer masuk ke Ball Tea sesuai dengan kapasitas alatnya. Ball Tea jumbo memiliki kapasitas per unitnya 500-700 kg bahan kering sedangkan untuk Ball Tea ukuran kecil kapasitas 250 kg bahan per unitnya. Ball Tea dioperasikan dengan putaran 16 rpm dan suhu pengeringan 125 oC-175 oC secara bertahap dan dilakukan selama 8-12 jam. Fungsi Ball Tea terutama untuk proses penggulungan bahan sehingga didapatkan mutu teh yang baik. Pemanasan menggunakan uap panas murni sehingga tidak ada bau asap karena dapat mempengaruhi aroma teh. Lama pengeringan juga tergantung dari kondisi bahan. Mesin Ball Tea ini juga digunakan untuk pemolesan teh kering yang sudah jadi agar lebih mengkilap dan memiliki gulungan yang sempurna. Mesin Ball Tea dapat dilihat pada Gambar 14.
27
Gambar 14 Ball Tea Sortasi. Sortasi teh kering dilakukan dengan mesin untuk mengelompokkan teh kering menjadi beberapa jenis mutu teh hijau sesuai dengan permintaan pasar. Sortasi yang dilakukan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning melalui beberapa tahapan. Alat yang digunakan yaitu Meksy Layer, Middle Ton, Winnower, Crusher, dan Stalk Separator. Pengelompokan teh di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdiri atas beberapa pengelompokan grade kualitas teh dapat dilihat pada Lampiran 11. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menetapkan jenis mutu teh hijau menjadi dua yaitu grade 1 dan grade 2. Grade 1 terdiri dari Peko Super Besar (PSB), Peko Super Kecil (PSK), dan Cun Mee (CM). Grade 2 terdiri dari Lokal 1, Lokal 2, kempring, Tulang, dan Dust. Meksy Layer merupakan alat pemisah bahan yang mengelompokkan teh kering menjadi beberapa bagian. Mesin ini menggunakan ayakan untuk memisahkan bahan dengan ukuran 10, 8, 6, 4, dan 2 mesh. Alat ini memisahkan bahan menjadi PSB, PSK, Lokal 1, dan dust. Middle Ton merupakan alat sortasi yang berfungsi untuk memisahkan tulang dan menyeragamkan partikel teh. Middle Ton digunakan untuk sortasi PSB dan PSK. Winnower berfungsi untuk memisahkan teh berdasarkan berat jenis. Stalk Separator digunakan untuk memisahkan tulang-tulang kecil, sedangkan Crusher berfungsi untuk memotong teh menjadi jenis yang dibutuhkan. Mesin Meksy Layer dapat dilihat pada Gambar 15(a); Mesin Middle Ton dapat dilihat pada Gambar 15(b). Mesin sortasi Middle Ton dan Winnower dapat dilihat pada Gambar 16.
a Gambar 15 Meksy Layer (a) dan Middle Ton (b)
b
28
Gambar 16 Winnower Pengepakan. Pengepakan teh kering bertujuan untuk melindungi kerusakan, memudahkan transportasi dan efisiensi tempat dalam penyimpanan gudang. Pengemasan teh kering yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan inner dan karung plastik, sedangkan untuk produks ekspor pengemasan ditambah dengan karung goni. Pengemasan dilakukan berulang-ulang agar produk tidak mengalami kerusakan karena transportasi. Berat isi masing-masing karung yaitu 50 kg untuk PSK, CM, dan dust; 45 kg untuk PSB; 35 kg untuk Lokal 1 dan Kempring; serta 25 kg untuk Lokal 2 dan tulang. Analisis teh kering. Analisis teh kering umumnya dilakukan berdasarkan pengujian organoleptik, antara lain rasa, aroma, dan warna. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui mutu teh kering yang dihasilkan dari proses pengolahan serta memperkirakan perolehan grade hasil teh kering. Analisa yang dilakukan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning selain organoleptik juga dilakukan pemisahan sampel teh kering untuk memperkirakan perolehan hasil berdasarkan grade yang ada. Aspek Manajerial Pelaksanaan aspek manajerial yang dilakukan selama magang di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar meliputi proses POAC yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengaturan), Actuating (pelaksanaan), dan Controlling (pengawasan). Planning (perencanaan) adalah upaya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan melakukan strategi yang tepat untuk mencapai target. Organizing (pengaturan) yaitu mengatur strategi yang telah direncanakan. Pengaturan strategi dalam perencanaan melibatkan seluruh anggota struktur organisasi perusahaan sistem dan lingkungan perusahaan, serta bertujuan agar semua pihak dapat bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan bersama. Actuating (pelaksanaan) yaitu proses pelaksanaan rencana atau strategi yang telah diatur agar bisa dijalankan oleh seluruh anggota perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. Semua anggota harus memiliki motivasi yang tinggi agar semua pihak dapat bekerja dapat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Controlling (pengawasan) yaitu upaya yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diatur, dan dilaksanakan telah sesuai dengan target yang diharapkan, sehingga tujuan bersama dapat dicapai.
29 Pembimbing. Pembimbing adalah orang yang bertaggung jawab terhadap berbagai kegiatan di lapang. Pembimbing berkoordinasi dengan asisten kebun dalam melaksanakan tugasnya sehingga kewenangan pembimbing dalam mengambil keputusan harus mendapat persetujuan dari asisten kebun. Pembimbing di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdiri atas pembimbing petik, pemeliharaan, dan kerani timbang. Pembimbing petik. Pembimbing petik adalah pembimbing yang bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatan di lapang mengenai pemetikan. Pembimbing petik melakukan planning (perencanaan) yaitu pada saat merencanakan gilir petik, menentukan areal yang harus dipetik, serta alat yang akan digunakan. Organizing (pengaturan) yang dilakukan berupa mengatur tenaga kerja dalam melakukan tugas (actuating) dengan merekap upah tenaga, berorganisasi dengan sopir mengenai waktu dan tempat dilakukan penimbangan, mencatat hasil penimbangan, mengisi dan membuat laporan dan absensi. Controlling (pengawasan) yang dilakukan adalah melakukan pengawasan terhadap kegiatan pemetikan. Jumlah total pembimbing petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki 14 orang dan membawahi 20-30 tenaga petik. Pembimbing pemeliharaan. Pembimbing pemeliharaan adalah pembimbing yang bertugas mengawasi pelaksanaan kegiatan pemeliharaan kebun meliputi pemupukan, weeding chemist, weeding manual, dan pemangkasan. Pembimbing pemeliharaan melakukan planning (perencanaan) yaitu pada saat merencanakan waktu dan areal pemeliharaan, serta alat dan bahan yang akan digunakan. Organizing (pengaturan) yang dilakukan berupa mengatur tenaga kerja dalam kegiatan pemeliharaan, melakukan komunikasi dengan pembimbing petik mengenai waktu dan komunikasi dengan sopir mengenai pengangkutan bahan serta alat pemeliharaan. Actuating (pelaksanaan) dilaksanakan dengan merekap upah tenaga kerja, mencatat luasan yang telah dikerjakan, mengisi dan membuat laporan pemeliharaan. Controlling (pengawasan) yang dilakukan adalah melakukan pengawasan selama kegiatan pemeliharaan berlangsung. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki 5 orang pembimbing pemeliharaan dan jumlah tenaga kerja yang bersifat musiman. Pembimbing proteksi. Pembimbing proteksi bertugas untuk mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan proteksi tanaman. Pembimbing proteksi melakukan planning (perencanaan) dengan melakukan identifikasi Early Warning System (EWS) untuk menentukan areal yang harus diberi perlakuan, alat dan bahan yang akan digunakan, berkoordinasi dengan pembimbing petik menentukan waktu pelaksanaan proteksi tanaman dan berkoordinasi dengan sopir mengenai transportasi bahan dan alat proteksi tanaman. Organizing (pengaturan) yang dilakukan adalah mengatur tenaga kerja dalam kegiatan proteksi tanaman, melakukan absensi serta memotovasi pekerja. Tugas yang dilaksanakan (actuating) yaitu merekap upah tenaga, merekap alat dan bahan yang telah digunakan, mengisi dan membuat laporan kegiatan proteksi tanaman. Controlling (pengawasan) yang dilakukan adalah melakukan pengawasan terhadap kegiatan proteksi tanaman. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki 2 orang pembimbing proteksi dan jumlah tenaga kerja yang bersifat musiman.
30 Asisten Kebun Asisten Kebun di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning bertanggung jawab langsung terhadap pemimpin Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning. Asisten kebun bertugas mengawasi kinerja pembimbing dan membuat perencanaan produksi teh, menyusun anggaran biaya produksi tanaman dan menerima laporan hasil kerja pembimbing setiap hari sehingga mengetahui perkembangan kinerja pembimbing dan mengetahui keadaan di kebun setiap hari serta menyusun Rencana dan Realisasi Produksi yang dapat dilihat pada Lampiran 12. Asisten kebun diharapkan mampu membimbing, mengarahkan dan membina bawahannya serta berbagi ilmu dan keterampilan yang dimiliki dalam mengelola kebun. Jumlah asisten kebun di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah satu orang yang membawahi afdeling OA dan afdeling OB.
PEMBAHASAN Bidang Petik Tanaman teh merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh liar hingga mencapai tinggi 10-15 m. Tanaman teh yang dipelihara untuk kegiatan produksi memiliki tinggi kurang lebih 1 m, dengan memiliki bidang petik yang rata (Wijerante dan Mohotti 2007). Seiring dengan bertambahnya umur pangkas tanaman teh akan bertambah tinggi bidang petiknya (Gambar 7). Tinggi bidang petik pada umur pangkas IV dengan tinggi 106.06 cm. Tinggi bidang petik tersebut ideal dibandingkan dengan pengamatan Martini (2011), yaitu tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dengan umur pangkas 4 tahun memiliki tinggi rata-rata 116.59 cm. Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) tinggi bidang petik yang ideal untuk tanaman teh adalah 80-110 cm, sedangkan menurut Puslitbangbun (2010) ketinggian bidang petik tidak ergonomis bagi pemetik adalah 120-140 cm. Tinggi bidang petik akan mempengaruhi kapasitas produksi basah pemetik dan hanca petik setiap harinya. Pertumbuhan tanaman teh akan mempengaruhi pertambahan diameter bidang petik tanaman teh. Pertumbuhan umur mempengaruhi lebar diameter bidang petik teh di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning. Diameter bidang petik paling besar dimiliki oleh tanaman dengan umur pangkas IV (Tabel 3). Diameter bidang petik rata-rata berdasarkan umur pangkas I-IV pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki rata-rata diameter 104.4±17.64 cm. Diameter bidang petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning lebih tinggi dibandingkan dengan diameter bidang petik di Unit Bedakah PT Tambi Wonosobo dengan nilai rata-rata diameter berdasarkan umur pangkas I-IV adalah 94.42 cm (Fathan 2013). Perbedaan besar lebar diameter disebabkan oleh tanaman yang diamati umumnya seedling karena dapat mempengaruhi lebar diameter bidang petik (Lelyana 2011). Lebar diameter bidang petik tanaman dipengaruhi oleh umur pangkas, kesehatan tanaman, serta jenis klon.
31 Tebal Daun Pemeliharaan Tebal daun pemetiharaan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berdasarkan umur pangkas (Gambar 8) memiliki rata-rata tebal daun pemeliharaan 30.43 cm. Tebal daun pemeliharaan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sudah efektif. Menurut PPTK Gambung (2006), ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang efektif untuk melakukan fotosintesis adalah setebal 4-5 lembar daun dan atau sekitar 15-20 cm. Johan (2005) menyatakan bahwa daun pemeliharaan dengan tebal daun sekitar 20 cm cukup optimal untuk pertumbuhan pucuk teh. Seiring dengan bertambahnya umur pangkas akan bertambah juga tebal daun pemeliharaannya. Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki tebal daun lebih dari tebal daun efektif yaitu lebih dari 20 cm. Besarnya tebal daun pemeliharaan ini akan berpengaruh pada penyebaran hasil fotosintesis yang kurang maksimal pada akar dan pucuk. Tebal daun pemeliharaan efektif pada daun kelima, sebaiknya dilakukan pemangkasan pada daun tua yaitu pada daun kelima dan keempat sehingga peluang tumbuhnya pucuk akan lebih besar. Fotosintesis akan optimal pada tebal daun pemeliharaan dengan 4-5 lapis atau 15-20 cm sehingga pada Unit Perkebunan Sari Kemuning memiliki tebal daun pemeliharaan yang terlalu tebal dari ketentuan daun yang optimal untuk fotosintesis. Oleh karena itu tebal daun pemeliharaan sebaiknya diturunkan dengan cara pemetikan daun teh diatas kepel (k+0) secara terus menerus dilakukan selama 5-6 bulan atau lebih sampai daun pemeliharaan menjadi ideal dengan tebal pemeliharaan 15-20 cm (PPTK Gambung 2006) Bobot Brangkasan Daun Pangkas Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning melakukan perawatan pangkas disesuaikan dengan jumlah produksi yang dihasilkan pada blok yang akan dipangkas. Giilir pangkas yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 4 tahun. Namun terkadang karena cost yang tinggi dan jumlah tenaga kerja yang kurang menyebabkan lamanya waktu pangkas sehingga gilir pangkas menjadi terlambat. Pemangkasan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan dua metode yakni dengan pangkas manual dan pangkas mesin yang dapat dilihat pada Gambar 4. Aplikasi pemangkasan dengan manual dan mesin akan berdampak pada hasil pemangkasan tanaman teh. Pada pangkasan manual memiliki hasil pangkasan seperti mangkok dengan pada batang bagian tengah lebih pendek sehingga akan menghasilkan bidang petik yang datar pada saat pemetikan jendangan dan ujung batang yang dipangkas memiliki batang runcing. Pada pangkasan menggunakan mesin menghasilkan ujung batang yang lurus dan permukaan lurus (tidak cekung di tengah) serta perlunya pengasahan mata pisau pada saat melakukan pemangkasan. Bobot brangkasan yang diamati pada pangkasan manual dan mesin pun berbeda. Berdasarkan pengamatan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki jumlah bobot yang berbeda. Pada pangkasan manual dan pangkasan mesin pada intensitas dan umur pangkas yang sama terdapat perbedaan bobot brangkasan. Pada bobot brangkasan pangkas manual memiliki rata-rata 1.625±0.28 kg sedangkan pada bobot brangkasan pangkas mesin memiliki rata-
32 rata 1.279±0.15 kg (Tabel 4). Pengamatan ini memiliki nilai lebih kecil dibandingkan dengan pengamatan di Kebun Tambak Sari PT Perkebunan Nusantara VIII dengan bobot brangkasan rata-rata sebesar 5.9 kg pohon-1 (Asrimelwati 2008). Perbedaan ini diduga disebabkan oleh nutrisi hara tanaman, gilir pangkas, tahun tanam dan keadaan tanah yang berbeda pada perkebunan Tambak Sari dan perkebunan Rumpun Sari Kemuning. Perbedaan bobot brangkasan pemangkasan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dikarenakan cara pangkas yang berbeda pada pangkas manual dan mesin. Pada pangkas manual dilakukan satu kali tahap pangkas sehingga brangkasan yang dihasilkan panjang dan berat. Pada pangkas mesin dilakukan dua kali. Tahap pangkas I dari tinggi 130 cm menjadi 70 cm terlebih dahulu kemudian tahap II dari tinggi tanaman 70 cm menjadi 50 cm sesuai dengan ketentuan pangkas Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning. Hal ini menunjukkan bahwa bobot brangkasan pada pangkas manual lebih berat karena tidak ada biomass yang tercecer di kebun sehingga nilai bobot biomassa lebih tinggi. Analisis Petik dan Analisis Pucuk Analisis petik merupakan kegiatan memisahkan pucuk yang dipetik berdasarkn rumus petiknya. Kegiatan analisis petik bertujuan untuk menilai kesesuaian keterampilan pemetik dalam melakukan pemetikan sesuai ketentuan perusahaan, menilai kesehatan tanaman, dan menilai kondisi kebun. Menurut Dalimoenthe (1999), analisis petik merupakan tahapan penilaian uji mutu. Presentase petikan halus dibawah 5% dan petikan medium 70% menunjukkan bahwa pemetikan dilakukan diatas bidang petik (PPTK Gambung 2010). Petikan kasar pada analisis pucuk menunjukkan bahwa kualitas pucuk yang kurang baik karena gilir petik yang terlambat dan serangan hama dan penyakit. Petikan rusak disebabkan karena adanya penjejalan pucuk teh saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki kebijakan analisis petik sendiri untuk memenuhi target perencanaan dari perusahaan. Presentase petikan halus dibawah 5% dan petikan medium 50% pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menunjukkan bahwa pemetikan dilakukan diatas bidang petik. Petikan dipengaruhi oleh cara pemetikan, kondisi tanaman, dan gilir petik. Pada analisis petik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, para pemetik sering memetik pucuk hingga diatas daun kepel agar pucuk yang akan tumbuh lebih cepat. Pemetik lebih mementingkan kuantitas yang ingin dicapai tanpa memperhatikan kualitas teh yang diolah (Amiri dan Hassanpour 2007). Nilai presentase pucuk kasar menunjukkan bahwa kebun tersebut menggunakan gilir petik daur panjang sedangkan presentase pucuk rusak menunjukkan penanganan pucuk selama pengangkutan dari kebun sampai pabrik (PPTK Gambung 2010). Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk berdasarkan pada pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS) untuk diolah dan dinyatakan dalam persen. Nilai pucuk MS belum memenuhi standar Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning yaitu minimal 35%. Pada analisis pucuk ini merupakan dasar pemberian premi kepada mandor dan pemetik dengan ketentuan 35% pucuk memenuhi syarat (MS). Hal ini disebabkan masih tingginya persentase pucuk kasar dan pucuk rusak, serangan penyakit, dan pengangkutan
33 pucuk dari kebun ke pabrik. Serangan penyakit menyebabkan pertumbuhan pucuk menjadi terhambat. Pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik yang melebihi kapasitas truk terkadang merusak kualitas pucuk karena pucuk di dalam waring dijejalkan, dipadatkan, dan ditumpuk melebihi kapasitas ruang truk. Faktor alam yang mempengaruhi pertumbuhan pucuk yaitu kabut yang mempengaruhi kelembaban dan penyebaran serangan hama penyakit sehingga membuat pucuk rusak, menggulung, dan rontok. Gilir Petik Panjang gilir petik bergantung pada kecepatan tumbuh pucuk yang dipengaruhi oleh iklim, umur pangkas, kesehatan tanaman dan ketinggian tempat. Ketinggian tempat dapat menentukan gilir petik tanaman teh. Pertumbuhan tanaman teh yang terletak di dataran tinggi memiliki kecepatan pertumbuhan pucuk yang lebih lambat karena tanaman teh mendapatkan intensitas cahaya dan suhu yang rendah serta kelembaban yang tinggi (PPTK Gambung 2010). Berdasarkan pengamatan dan data di kebun terlihat bahwa produksi pada blok yang terletak pada daratan tinggi diatas 1000 m dpl memiliki gilir petik lebih lama antara 8-14 hari, sedangkan opada blok dengan ketinggian kurang dari 1000 m dpl memiliki gilir petik 6-7 hari. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh luas lahan blok yang dipetik. Ketinggian tempat juga mempengaruhi kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi akan memacu pertumbuhan gulma sehingga menyebabkan persaingan dalam mendapatkan hara tanah. Penetuan gilir petik ini dapat digunakan sebagai perencanaan gilir petik bagi masing-masing mandor panen. Perencanaan gilir petik dapat digunakan untuk mengetahui nomor kebun/blok yang sudah layak dipetik serta sebagai sarana untuk mengatur strategi dalam mencapai target bulanan. Perbedaan rencana gilir petik dengan realisasi disebabkan karena jumlah tenaga petik tidak memadai karena sistem tnaga petik borongan dan pucuk teh yang tumbuh kurang seragam. Hanca Petik Penetapan hanca petik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk, tenaga petik dan topografi lahan. Semakin baik kondisi pucuk di lapang maka nilai hanca petik semakin besar, sedangkan jumlah tenaga petik berbanding terbalik dengan hanca petik (Fathan 2013). Penentuan hanca petik setiap blok ditentukan oleh masing-masing pembimbing petik. Nilai hanca petik pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sudah cukup baik bila dibandingkan dengan Unit Tambi PT Tambi Wonosobo yaitu sebesar 0.072 ha hari-1 (Rahmadona 2012) dan Unit Bedakah PT Tambi Wonosobo yaitu sebesar 0.030 ha hari-1 (Fathan 2013). Perbedaan ini karena luas areal memiliki perbandingan yang berbeda dan jumlah tenaga kerja yang masih kurang untuk beberapa blok sehingga menurunkan hanca petik. Pada saat musim sayuran, hajatan keluarga, dan pemilu (pemilihan umum) absen pemetik semakin banyak karena tenaga pemetik absen karena lebih memilih bercocok tanam dan acara keluarga sehingga hanca petik tidak dapat diselesaikan. Kondisi pucuk di lapang juga mempengaruhi hanca petik, jika kondisi dalam keadaan tidak baik akan menurunkan hanca petik. Lokasi dan topografi kebun akan mempersulit pemetikan dan pengangkutan pucuk menuju pabrik. Hanca
34 petik yang tidak dapat diselesaikan dalam sehari maka akan dilanjutkan pada hari selanjutnya. Apabila hal tersebut berlangsung terus menerus maka pucuk di kebun akan terlambat di petik sehingga kebun akan kaboler. Tenaga dan Kapasitas Pemetik Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar tahun 2014 berjumlah 518 orang (Lampiran 10) dengan luas areal 437.82 ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.18 orang/ha, lebih rendah dibandingkan standar indeks tenaga kerja menurut Iskandar (1998) yaitu 1.50-2.00 orang ha-1. Tenaga kerja petik merupakan salah satu faktor terpenting bagi suatu perusahaan agribisnis dalam bidang perkebunan teh (Ongong dan Ochieng 2013). Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki 28 blok yang terdiri dari 13 Blok Afdeling Atas (OA) dan 15 Afdeling Bawah (OB). Jumlah tenaga petik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning masih kurang karena kurangnya minat pekerja usia produktif pada pekerjaan sebagai pemetik teh. Hal ini dikarenakan upah sebagai pemetik masih minim dan banyaknya penduduk di sekitar perkebunan yang bekerja sebagai petani dan buruh yang bercocok tanam sayuran. Pada perbandingan hasil perhitungan dan lapang beberapa blok hampir sesuai dengan hasil penghitungan namun masih ada beberapa blok kekurangan tenaga petik sehingga dapat menurunkan pucuk yang dipetik. Kurangnya jumlah tenaga petik akan menyebabkan target tidak tercapai sehingga memperpanjang gilir petik yang telah direncanakan. Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan alat ani-ani atau salib, sabit, dan manual tangan dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 60 kg HK-1. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas pemetik sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Upaya yang perlu ditingkatkan adalah meningkatkan standar kapasitas pemetik (basic yield) menjadi lebih dari 60 kg HK-1 seperti pada Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi Wonosobo dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 70 kg HK-1 (Fathan 2013). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kapasitas pemetik tidak dipengaruhi oleh umur (Tabel 10) dan lama pengalaman kerja (Tabel 11), pada hal ini kapasitas pemetik dipengaruhi oleh keadaan pucuk di lapang, keterampilan pemetik, jumlah pokok tanaman teh, umur tahun pangkas, cuaca dan topografi kebun. Kondisi kebun sangat mempengaruhi produksi tanaman teh yang akan dipetik. Kodisi kebun yang sehat akan menghasilkan hasil pucuk produksi teh maksimal sedangkan kondisi kebun yang tidak sehat akan menurunkan hasil produksi pucuk teh. Kondisi kebun yang tidak sehat biasanya disebabkan oleh serangan hama Empoasca sp. dan serangan penyakit blister blight. Serangan Empoasca sp dan cacar air dapat menurunkan produksi sebesar 50% sehingga akan menurunkan kapasitas pemetik. Rendahnya kapasitas pemetik pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dapat dipengaruhi oleh jumlah tenaga petik yang kurang maksimal dalam mengambil hasil petikan tanaman teh.
35 Sarana Transportasi Pucuk Kegiatan penimbangan dan pengangkutan pucuk dari kebun dilaksanakan dua kali sehari yaitu pukul 09.30 WIB dan pukul 12.00 WIB. Kegiatan penimbangan dilakukan dua kali di kebun dan di pabrik dapat dilihat pada Gambar 6. Pengangkutan pucuk di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan dengan truk dan mobil pickup. Transportasi truk mengangkut pada blok kebun yang melewati medan yang cukup sulit sedangkan pickup digunakan untuk mengambil pucuk pada blok yang lokasinya tidak jauh dari kantor kebun dan pabrik. Kapasitas angkut truk yang disewa oleh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 2 578 kg/truk sedangkan kapasitas pickup 1549 kg. Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menyewa truk berjumlah 3 unit dan mobil pickup milik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berjumlah 1 unit. Jumlah unit transportasi cukup untuk melakukan pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik meskipun kadang terdapat pucuk yang rusak karena adanya penjejalan waring pada saat pengangkutan pucuk teh. Transportasi pucuk pada truk dengan dijejalkan menyebabkan pucuk menjadi rusak sehingga menurunkan kualitas pucuk dan resiko terjatuhnya waring dari truk pada saat kapasitas melebihi kapasitas panen pucuk yang ditentukan (Amiri dan Hassanpour 2007). Pada pengamatan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning seringkali tidak menggunakan alas dan penutup (terpal) pada saat pengangkutan. Hal ini dapat merusak kualitas pucuk karena terkena sinar matahari langsung. Ketiadaan alas dan terpal untuk menutupi pucuk teh saat pengangkutan akan mempengaruhi kebersihan pucuk, karena fungsi penggunaan terpal dan alas adalah agar kebersihan pucuk tetap terjamin. Penggunaan terpa sebagai penutup berfungsi agar pucuk terhindar dari sinar matahari langsung dan air hujan. Produksi dan HOK Pemetik berdasarkan Umur Pangkas Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2013 menghasilkan produksi yang beragam menurut umur pangkasnya. Produksi yang dihasilkan tidak stabil berdasarkan umur pangkasnya. Hal ini kurang sesuai dengan ketentuan produksi. Produksi mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur tanaman teh. Hal ini juga yang menjadi ketentuan dalam kegiatan pemangkasan (Martini 2011). Kegiatan produksi erat kaitannya dengan HOK yang dibutuhkan pada saat kegiatan produksi pemetikan pucuk teh. Jumlah HOK menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan pemanenan pucuk teh. Pada pengamatan data Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terdapat ketidakstabilan jumlah HOK pada produksi blok dengan umur pangkas II. Jumlah HOK umur pangkas II yang dibutuhkan mengalami kenaikan. Prestasi merupakan perbandingan antara jumlah produksi dan jumlah HOK. Prestasi yang dihasilkan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mengalami kenaikan sampai umur pangkas III kemudian menurun pada umur pangkas IV. Penurunan prestasi pemetik pada umur pangkas IV disebabkan oleh menurunnya produksi pucuk teh pada umur pangkas IV. Perbedaan prestasi sangat terlihat pada umur pangkas II dan umur pangkas III. Prestasi tertinggi yang dapat dicapai pemetik pada tanaman teh dengan umur pangkas III. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan produksi teh dengan meningkatan jumlah pemetik.
36
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang pada mahasiswa dapat memberikan manfaat dalam melatih keterampilan melalui proses kerja nyata di bidang perkebunan dan agribisnis sehingga dapat meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial yang telah dimiliki. Kegiatan magang di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, pendamping asisten kebun, dan pendamping asisten afdeling. Pengelolaan pemetikan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sudah cukup baik apabila dilihat dari beberapa faktor seperti tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, dan kapasitas pemetik. Tinggi bidang petik tanaman sudah sesuai dengan ketentuan yang tidak melebihi 110 cm. Diameter bidang petik pada tanaman umur pangkas I-IV berkisar 84.2-130.4 cm. Tebal daun pemeliharaan pada tanaman umur pangkas I-IV berkisar antara 28.732.3 cm. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki masih kurang dari rasio tenaga petik pada enam blok sampel yaitu 143 orang dengan kapasitas pemetik sebesar 66.71±1.71 kg. Kedua faktor tersebut dapat menunjukkan peluang target produksi karena kapasitas sudah melebihi standar (60 kg HK-1). Hanca petik Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 2.093 ha/HK dan 0.009±0.01 ha HK-1. Gilir petik yang diterapkan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 8.5±3.08 hari, masih perlu peningkatan untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu 9-11 hari. Analisis petik memenuhi ketentuan karena pucuk medium sesuai dengan standar perusahaan (Petikan medium 50%). Analisis pucuk pada periode Januari-April 2014 adalag 31.3%, lebih kecil dibandingkan dengan standar yaitu 40% pucuk memenuhi syarat (MS). Sarana transportasi pucuk di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning menggunakan tiga unit truk dan satu unit pick up. Jumlah alat transportasi yang disewa sudah mencukupi proses pengangkutan meskipun sering dilakukan pemakasaan saat menumpuk waring. Produksi dan HOK pada Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning mengalami siklus yang sesuai dengan perkembangan produksi teh, namun kebutuhan HOK masih memerlukan jumlah pemetik untuk meningkatkan prestasi kerja pemetik. Saran Pemenuhan kebutuhan tenaga pemetik yang kurang dapat diselesaikan dengan penggunaan alat petik berupa gunting petik dengan tujuan agar lebih efisien dalam pemetikan namun juga dipertimbangkan nutrisi daun pucuk yang luka akibat pemakaian gunting petik. Pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik sebaiknya diberikan alas dan penutup untuk menjaga kebersihan pucuk dan terhindar dari sinar matahari langsung. Perkembangan tanaman teh dengan inovasi berupa pemilihan klon baru dan replanting tanaman teh di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning.
37
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Bandung (ID):Sumur Bandung. Amiri ME Hassanpour M. 2007. Determination of optimum harvestable length of shoots in tea (Camellia sinensis L.) based on the current shoot growth, ratherthan interval plucking. Journal Food, Agriculture, & Environtment. 5(2):122-124. Asrimelwati. 2008. Pengelolaan pemangkasan teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Kebun Tambak Sari PT Perkebunan Nusantara VIII Subang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dalimoenthe SL. 1999. Implikasi pemetikan secara mekanis terhadap produksi, mutu hasil olahan, dan kesehatan tanaman teh. Di dalam: Pusat Penelitian Teh dan Kina, editor. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999; Bandung, Indonesia. Bogor (ID): PPTK. hlm 229 – 232. [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik Perkebunan Indonesia 2011 – 2013: Teh. Jakarta (ID): Ditjenbun. Eden T. 1965. Tea. London (UK): Longmans Green and Co.Ltd. FAO. 2011. Top ten tea exporting countries in the world: Maps of the world [Internet]. [diunduh 2014 Agustus 22]; Tersedia pada: http://mapsoft heworld.com/world-top-ten/tea-exporting-countries.html Fathan J. 2013. Pengelolaan pemetikan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Iskandar SH. 1988. Budidaya Tanaman Teh Jurusan Budidaya Pertanian. Bogor (ID): IPB Press. Johan ME. 2005. Pengaruh tinggi pangkasan dan tinggi jendangan terhadap pertumbuhan dan hasil pucuk basah pada tanaman teh asal biji. Bogor (ID): Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 8(1-2) 43-48. Johan ME, Dalimoenthe SL. 2009. Pemetikan pada Tanaman Teh. Bandung (ID): PPTK. 24 halaman. Lelyana Q. 2011. Studi pengelolaan pemetikan pucuk daun teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di unit perkebunan tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Martini A. 2011. Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ongong JO, Ochieng A. 2013. Innovation in the tea industry: the case of kericho tea, Kenya. Global Journal of Management and Business Research. 13(1):11-12. [PPTK Gambung] Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. 2006. Implementasi teknologi untuk mencapai industri teh berkelanjutan. Di dalam: Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, editor. Prosiding Pertemuan Teknis Industri Teh Berkelanjutan; 12-13 September 2006; Agro Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Indonesia. Bogor (ID): PPTK Gambung. hlm 57 – 67.
38 [PPTK Gambung] Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. 1997. Kegunaan Data Iklim untuk Perkebunan Teh. Bandung (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. [PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Bandung(ID): Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. [Puslitbangbun] Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Teh. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian. Rahmadona L. 2012. Pengelolaan pemetikan teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setyamidjaja D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Yogyakarta (ID): Kanisius. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Ed ke–3. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to Statistics 3rd edition. 515 hlm. Wijeratne MA, Mohotti J. 2007. Ecophysiology of tea. Brazilian Journal Plant Physiology. 2:4-6.
39 Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar Tanggal
Uraian Kegiatan Penulis
10-2-2014 11-2-2014 12-2-2014 13-2-2014 14-2-2014 15-2-2014 16-2-2014 17-2-2014 18-2-2014 19-2-2014 20-2-2014 21-2-2014 22-2-2014 23-2-2014 24-2-2014 25-2-2014 26-2-2014 27-2-2014 28-2-2014 1-3-2014 2-3-2014 3-3-2014 4-3-2014 5-3-2014 6-3-2014 7-3-2014 8-3-2014 9-3-2014 10-3-2014
Tiba di Lokasi Orientasi Lapangan Orientasi Lapangan Weeding Manual Libur (Gunung Kelud) Libur (Gunung Kelud) Libur (Gunung Kelud) Weeding Chemist Weeding Chemist Pemangkasan Sakit Sakit Sakit Libur Pemupukan Pemupukan Proteksi Tanaman Proteksi Tanaman Pascapanen Libur Libur Pascapanen Pemetikan Pemetikan Pemetikan Pemetikan Libur Libur Pascapanen
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar (satuan/HK)
0.01 ha
0.125 ha
0.125 ha
0.2 ha 0.2 ha -
0.48 ha 0.48 ha 0.007 ha
0.5 ha 0.5 ha 0.01 ha
0.09 ha 0.03 ha 0.05 ha -
0.28 ha 0.135 ha 0.125 ha 0.125 ha
0.65 ha 0.63 ha 0.125 ha 0.125 ha
15 kg 10 kg 12 kg 11 kg
69 kg 65 kg 68 kg 67 kg
70 kg 70 kg 70 kg 70 kg
Lokasi
Kantor Induk Blok OA 3 Blok OA 11 Kebun Blok B 14 Blok B 14 Blok A 04 Blok A 3 Blok A 6 Blok B 7 Blok B 7 Pabrik Pabrik Blok B 7 Blok B 7 Blok B 15 Blok B 15 Pabrik
40 Lampiran 2 Tanggal
11-3-2014 12-3-2014 13-3-2014 14-3-2014 15-3-2014 16-3-2014 17-3-2014 18-3-2014 19-3-2014 20-3-2014 21-3-2014 22-3-2014 23-3-2014 24-3-2014 25-3-2014 26-3-2014 27-3-2014 28-3-2014 29-3-2014 30-3-2014 31-3-2014 1-4-2014 2-4-2014 3-4-2014 4-4-2014 5-4-2014 6-4-2014 7-4-2014 8-4-2014 9-4-2014 10-4-2014
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor PT Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar Uraian Kegiatan
Pangkas Weeding Manual Weeding Manual Weeding Manual Libur Libur Weeding Chemist Weeding Chemist Pangkas Pangkas Pengamatan Libur Libur Proteksi Tanaman Proteksi Tanaman Proteksi Tanaman Pemetikan Pemetikan Libur Libur Libur Pascapanen Pascapanen Pemetikan Pengamatan Libur Libur Pengamatan Pengamatan Hari Nasional Pengamatan
Jumlah KHL diawasi (orang) 2 orang 8 orang 6 orang 7 orang
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal Lama diawasi kegiatan (orang) (jam)
Lokasi
200 m2 1250 m2 1600 m2 1450 m2
7 6 6 6
Blok A 4 Blok B 7 Blok B 7 Blok B 15
7 orang 6 orang 2 orang 6 orang -
7.5 ha 7.67 ha 250 m2 400 m2 -
6 6 7 7 -
Blok A 15 Blok A 15 Blok B 9 Blok B 9 Blok A 5
4 orang 4 orang 40 orang 38 orang
2.5 ha 3.5 ha 4 ha 3.5 ha
6 6 7 7
Blower Manual Blower Mesin EWS Blok A 7 Blok A 9
A. 22 orang -
3 ha -
7 -
Analisis Kering Analisis Basah Blok A12 Blok B 9
-
-
-
Blok A 4 Blok B 7 PEMILU Blok B 8
41 Lampiran 3
Tanggal 11-4-2014 12-4-2014 13-4-2014 14-4-2014 15-4-2014 16-4-2014 17-4-2014 18-4-2014 19-4-2014 20-4-2014 21-4-2014 22-4-2014 23-4-2014 24-4-2014 25-4-2014 26-4-2014 27-4-2014 28-4-2014 29-4-2014 30-4-2014 1-5-2014 2-5-2014 3-5-2014 4-5-2014 5-5-2014 6-5-2014 7-5-2014 8-5-2014 9-5-2014 10-5-2014
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
Uraian Kegiatan Weeding Chemist Libur Libur Weeding Chemist Weeding Chemist Pemupukan Pemupukan Libur Libur Libur Pemupukan Pemupukan Weeding Chemist Weeding Chemist Weeding Chemist Libur Libur Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Libur Proteksi Tanaman Libur LIbur Pemetikan Pemetikan Pemetikan Pemetikan Pemetikan Libur
Prestasi kerja penulis Pembimbing Luas areal Lama diawasi diawasi kegiatan (ha) (jam) 1 orang 7.1 ha 3 jam
Blok A 2
1 orang 1 orang 2 orang 2 orang
6.8 ha 8.57 ha 15.8 ha 14.68 ha
3 jam 3 jam 3 jam 3 jam
Blok A 11 Blok A 12 Blok A 5 Blok B 7
2 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang
15.17 ha 14.82 ha 6.7 ha 8.4 ha 6.8 ha
3 jam 3 jam 3 jam 3 jam 3 jam
Blok A15 Blok A16 Blok A 4 Blok A 6 Blok B5
1 orang 1 orang 1 orang
5.1 ha 4.7 ha 6.13 ha
3 jam 3 jam 3 jam
Blok B 6 Blok B 6 Blok B 6
2 orang
8.6 ha
3 jam
Blok B 11
1 orang 1 orang 2 orang 2 orang
1.5 ha 1.85 ha 1.87 ha 2.3 ha
3 jam 3 jam 3 jam 3 jam
Blok B 14 Blok B 14 Blok B 7 Blok B 7 Blok B 15
Lokasi
42 Lampiran 4
Tanggal 11-5-2014 12-5-2014 13-5-2014 14-5-2014 15-5-2014 16-5-2014 17-5-2014 18-5-2014 19-5-2014 20-5-2014 21-5-2014 22-5-2014 23-5-2014 24-5-2014 25-5-2014 26-5-2014 27-5-2014 28-5-2014 29-5-2014 30-5-2014 1-6-2014 2-6-2014 3-6-2014 4-6-2014 5-6-2014 6-6-2014 7-6-2014 8-6-2014 9-6-2014
Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
Uraian Kegiatan Libur Pengamatan & Pemetikan Analisis Pucuk Basah Konsultasi Libur Pengambilan Data Supervisi Dosen Libur Analisis Pucuk Kering Pengamatan Pengambilan data Konsultasi Analisis Petik Libur Libur Pengambilan Data Analisis Kering Pengambilan Data Pemetikan Jendangan Libur Libur Pengamatan Analisis Petik Analisis Pucuk Pengambilan data Konsultasi Pamitan Pamitan Pulang
Prestasi kerja penulis Pembimbing Luas areal Lama kegiatan diawasi diawasi (jam) (ha)
Lokasi Kebun Pabrik Kantor Kantor Kantor Pabrik Kebun Kantor Kantor Blok A 4 Kantor Pabrik Kantor Kebun Kebun Pabrik Pabrik Kantor Kantor -
Lampiran 5 Peta lokasi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
43
44 Lampiran 6 Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning tahun 2004-2013 Bulan
2004 HH
2005
CH
HH
2006
CH
HH
2007
CH
HH
2008
CH
HH
2009
CH
HH
2010
CH
HH
2011
CH
HH
2012
CH
HH
2013
CH
HH
Rata-rata
CH
HH
CH
Januari
26
592
18
700
25
488
12
314
18
586
23
702
29
495
18
440
20
421
23
528
20.82
522.55
Februari
25
714
18
471
21
515
22
1018
20
441
22
632
21
592
19
476
16
654
23
542
21
606.95
Maret
22
405
21
419
20
212
15
476
26
755
17
407
25
792.5
16
491
20
454
18
400
20
481.91
April
14
235
16
351
21
394
22
766
13
224
15
327
14
142
19
558
13
500
19
495
15.91
372.91
Mei
17
345
7
80
17
693
7
96
9
266
18
316
22
436
13
262
9
230
21
363
13.73
281.57
Juni
3
56
9
235
3
27
8
238
2
34
8
139
11
237
3
34.5
2
28
15
157
6.182
110.73
Juli
8
244
9
124
1
2
3
22
0
0
4
36
9
136
3
26
0
0
10
131
4.273
65.5
Agustus
0
0
4
24
0
0
1
9
2
14
1
2
10
92
1
5
0
0
1
13
2
15.455
September
4
28.5
7
126
0
0
0
0
1
10
2
68
20
480
3
46
0
0
0
0
4
74.436
Oktober
4
62.5
13
132
1
3
7
75.5
16
317
4
209
16
407
7
80
6
75
9
112
8.636
146.77
November
17
579
11
315
9
66
15
395
11
505
16
301
20
720
22
572
21
686.5
14
166
15.64
420.09
Desember
19
579
23
616
29
748
23
1138
8
220
12
346
23
628
20
412
23
456
27
501
20.55
549.27
159
3839
156
3593
147
3147
135
4548
126
3371
142
3483
220
5158
144
3403
130
3505
180
3407
152.7
3648.1
Total BK BB
2
1
3
2
3
2
9 11 7 9 8 10 Sumber : Kantor Unit Perkebunan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar Keterangan : CH = Curah Hujan (mm) HH = Hari Hujan (mm) BB = Bulan Basah (CH>100) Rata-rata BB = 9.09 BK = Bulan Kering (CH<60) Rata-rata BK = 2.00 Q= Tipe Iklim B menurut Schmidth Ferguson
0
4
1
1
2.00
12
8
8
10
9.09
45 Lampiran 7 Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar tahun 2014 No
Keterangan
I
Areal Produktif The Albazia Cadangan Total Areal Produktif Areal Non Produktif Emplasemen Jalan Sawah Sungai/Parit Jurang Makam Sorjan Tidak bisa ditanami Total Areal Non Produktif Grand Total Jumlah Pokok Pokok Produktif Pokok Non Produktif Total Pokok
II
III
Luas Areal (ha) Afdeling OA Afdeling OB
Total
207.12 6.48 0.03 213.63
176.58 15.31 0.44 192.33
383.70 21.79 0.47 405.96
6.22 0.75 0.84 0.19
4.34 4.47 6.45 3.51 0.35
4.34 10.69 7.20 4.35 0.54
0.63 8.63 222.26
4.11 23.23 215.56
4.74 31.86 437.82
2 345 198 2 345 198
1 925 138 1 925 138
4 270 336 4 270 336
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
46 Lampiran 8 Luas Areal per blok Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar Areal Produktif Blok
Luas Areal
Tahun tanam
Luas areal (ha)
Albazia
Cada ngan
Populasi
AFDELING OA 1 17.58 1992 10.00 6.48 117 375 2 22.47 1992 20.76 254 675 3 20.55 1992 19.60 0.01 218 086 4 18.03 1991 16.84 187 489 5 15.89 1991 15.55 151 876 6 20.06 1992 19.41 223 582 11 8.25 1994 8.16 95 900 12 15.91 1991 15.64 201 222 13 15.19 1992 14.83 183 896 14 21.15 1991 20.50 0.02 238 987 15 15.17 1992 14.87 168 408 16 14.82 1993 14.57 177 967 17 17.19 1994 16.39 125 735 Ttl OA 222.26 207.12 6.48 0.03 2 345 198 Keterangan: SPH : Satuan per hektar Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
Areal Non Produktif SPH
11 738 12 268 11 127 11 134 9 767 11 519 11 752 12 866 12 400 11 658 11 325 12 215 7 671 11 323
Implase men -
Jalan
0.47 0.69 0.82 0.90 0.28 0.60 0.09 0.27 0.30 0.48 0.27 0.25 0.80 6.22
Jurang
0.22 0.12 0.15 0.06 0.05 0.06 0.15 0.03 0.84
Sungai
0.41 0.20 0.14 0.75
Makam
Tidak Bisa Ditanami
0.19 0.19
0.63 0.63
Total
1.10 1.71 0.94 1.19 0.34 0.65 0.09 0.27 0.36 0.63 0.30 0.25 0.80 8.63
Lampiran 8 (lanjutan)
Blok
Luas Areal
Tahun tanam
Luas areal (ha)
Albazia
Areal Produktif Cada POP ngan
AFDELING OB 1 11.00 11.00 2 11.16 1993 6.65 4.31 34 425 3 13.79 1993 13.65 149 744 4 16.07 1991 14.15 174 928 5 16.33 1991 16.05 197 616 6 15.93 1991 15.15 158 105 7 14.68 1991 11.08 126 615 8 19.35 1991 11.93 118 816 9 11.37 1991 10.56 110 887 10 12.40 1991 11.99 0.14 138 267 11 12.92 1991 12.80 147 581 12 15.45 1991 15.25 171 730 13 13.73 1993 9.15 0.30 71 108 14 19.47 1991 18.85 -227 554 15 11.91 1991 9.32 97 762 Ttl OB 215.56 176.58 15.31 0.44 1 925 138 Grand Ttl 437.82 383.70 21.79 0.47 4 270 336 Keterangan: SPH : Satuan per hektar Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
SPH
Implase men
Jalan
Areal Non Produktif Jurang Sungai
Makam
5 177 10 970 12 362 12 313 10 436 11 427 9 959 10 501 11 532 11 530 11 261 7 771 12 072 10 489 10 902 11 129
4.09
0.25 4.34 4.34
0.20 0.14 0.48 0.12 0.62 0.51 0.65 0.21 0.27 0.12 0.05 0.12 0.51 0.47 4.47 10.69
1.44 0.16 0.16 0.39
0.96 0.40 3.51 4.35
1.50 2.68
1.50 0.77 6.45 7.20
0.15 0.20 0.35 0.54
Tidak Bisa Ditanami 1.20 0.60 1.70 0.11 0.50 4.11 4.74
Total
0.20 0.14 1.92 0.28 0.78 3.60 7.42 0.81 0.27 0.12 0.20 4.28 0.62 2.59 23.23 31.86
47
48
Lampiran 9 Struktur Organisasi Perusahaan Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
Lampiran 10 Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar bulan Mei 2014 Status
Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan L P Jumlah S2 S1 D3 Staff 6 0 6 0 2 0 Bulok 40 2 42 0 0 2 Pekerja Harian Tetap 32 11 43 0 0 0 Jumlah 78 13 91 0 2 2 Pekerja Harian Panen 0 428 428 0 0 0 Pekerja Harian Rawat 39 28 67 0 0 0 Pekerja Harian EWS 1 0 1 0 1 0 Pekerja Harian Olah 14 5 19 0 0 0 Pekerja Harian Bongkar Muat 1 0 1 0 0 0 Helper Teknik 2 0 2 0 0 0 Jumlah 57 461 518 0 1 0 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
Jumlah SLTA 4 29 6 39 0 10 0 13 0 2 25
SLTP 0 8 15 23 0 23 0 6 1 0 30
SD 0 3 22 25 387 20 0 0 0 0 407
TTSD 0 0 0 0 41 14 0 0 0 0 55
6 42 43 91 428 67 1 19 1 2 518
49
50 Lampiran 11 Produksi Teh Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2010-2013 Total Produksi Kering Murni ………………………………………………………………………………(kg)……………………………………………………………... 2011 349.87 78 571 103 720 40 134 69 556 116 366 96 960 88 281 72 400 128 225 794 213 2012 359.13 76 667 100 131 40 792 60 520 90 368 101 521 83 643 70 345 98 256 722 243 2013 355.94 76 546 100 876 40 134 60 546 90 578 98 743 82 643 71 672 93 690 715 428 Jumlah 1064.94 231 784 304 727 121 060 190 622 297 312 297 224 254 567 214 417 320 171 2 231 884 Rata-rata 354.98 77 261.3 101 576 40 353.3 63 540.67 99 104 99 074.7 84 855.7 71 472.3 106 724 743 961 Sumber : Arsip Kantor dan Pabrik Ket : PSK = Peko Super Kecil PSB = Peko Super Besar CM = Cun Mee Tahun
Luas Areal (ha)
PSK
Grade 1 PSB
CM
Kempring
Lokal 1
Lokal 2
Grade 2 Tulang
Dust
Lampiran 12 Rencana dan Realisasi Produksi Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011-2013 Th.
P/A
2011
P A %
2012
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Total ………………………………………………………………………………………………(kg)……………………………………………………………… 374 100 313 200 387 200 417 600 400 200 369 700 339 300 295 800 243 600 391 500 408 900 408 900 4 350 000 293 490 223 485 305 225 309 048 349 579 336 480 301 099 243 700 258 822 274 785 260 843 374 963 3 531 519 78% 71% 79% 74% 87% 91% 89% 82% 106% 70% 64% 92% 81%
P 380 542 318 594 389 992 420 666 403 138 376 863 A 343 967 255 031 274 573 343 767 336 485 345 723 % 90% 80% 70% 82% 83% 92% 2013 P 342 736 302,135 326109 361 004 337 553 353 373 A 318 078 287 096 290 694 340 819 307 758 287 781 % 93% 95% 89% 94% 91% 81% Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar Keterangan: P = Planning (Rencana) A = Actual (Realisasi)
343 206 253 541 74% 279 508 253 702 91%
299 205 166 669 56% 212 484 158 465 75%
244 502 175 954 72% 205 230 209 418 102%
396 350 147 986 37% 243 960 167 604 69%
413 965 211 883 51% 335 646 231 162 69%
416 766 355 473 85% 350 262 328 735 94%
4 403 789 3 211 052 73% 3 650000 3 181 312 87%
51
52
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 3 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Nurhadi Pratikno dan Dra. Wiwik Mutasiningsih. Pada Tahun 2007 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1 Magelang dan lulus di SMA Negeri 1 Magelang pada tahun 2010. Penulis melanjutkan studi dengan kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) mengambil jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selain menjadi mahasiswa, penulis juga aktif di kegiatan Himpunan Mahasiswa Agronomi sebagai sekretaris dan menjadi anggota panitia pada kegiatan FESTA XXXII dan anggota Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi pada kegiatan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2013. Penulis aktif menjadi Anggota Pengurus Profesi dan Keahlian UKM LISES Gentra Kaheman pada tahun 2012. Penulis aktif menjadi volunteer LSM Lingkungan Detara Foundation dan menjadi volunteer pada acara TUNZA United Nation Environmental Program (UNEP) pada tahun 2012. Penulis telah menjadi Asisten Praktikum Dasar Komunikasi (KPM 210) pada tahun 2012-2013 dan menjadi Asisten Praktikum Dasar Agronomi (AGH 200) pada tahun 2013. Penulis telah melaksanakan kegiatan kuliah kerja profesi (KKP) pada tahun 2013 di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Pada tahun 2014 penulis melaksanan kegiatan magang di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah selama empat bulan sebagai penyelesaian tugas akhir.