PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP*
Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Peran penting sector pertanian di titik beratkan pada penyediaan pangan bagi manusia dan hewan. Pemerintah mentapkan 4 sukses program pembangunan pertanian yaitu swasembada pangan, swasembada bekelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan dan peningkatan daya saing export, serta peningkatan kesejahteraan petani. Namun kondisi saat ini menyulitkan bidang pertanian untuk dapat mewujudkan terpenuhinya kebutuhan akan pangan. Lahan-lahan pertanian yang sudah semakin sempit, peningkatan permintaan hasil komoditas pertanian seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, serta kondisi perubahan iklim yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya tanaman. Adanya perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim menyebabkan peningkatan populasi hama dan penyakit yang sangat mengganggu produksi hasil pertanian. Hama dan penyakit yang sering muncul dalam budidaya pertanaman terutama tanaman pangan padi adalah antara lain : Penggerek batang padi, wereng cokelat, wereng hijau, walang sangit, tikus, keong mas, Hawar daun Bakteri, Blas, tungro dan masih banyak lagi jenis-jenis hama lainnya yang sangat mengganggu dalam pengelolaan tanaman terpadu. (Syam M, dkk 2011) Dalam pengelolaan budidaya pertanian terutama tanaman pangan yang menjadi kebutuhan pokok dunia secara global dan Indonesia khusunya, perlu diperhatikan aspek-aspek penting yang memiliki pengaruh besar dalam kesuksesan produksi tanaman pangan. Untuk mewujudkan itu semua dikembangkan Pengelolaan tanaman terpadu. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan dalam budidaya yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu secara terpadu. Pengelolaan yang diterapkan mempertimbangkan hubungan sinergis dan komplementer antar komponen (Suyamto, dkk. 2006). Dasar pertimbangan dipilihnya pengelolaan tanaman terpadu sebagi strategi pencapaian target produksi tanaman pangan adalah hasil
Penyuluh Pertanian Pertama, Set. Bakorluh NTB
penelitian kerjasama internasional Reversing Trends of Declining Productivity of Rice (RTDP) yang dikoordinasikan oleh IRRI serta berbagai penelitian komponen teknologi yang dilakukan selama ini. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah pelandaian/penurunan produktivitas padi sawah di areal intensifikasi memang benar terjadi, tetapi relative mudah dikoreksi antara lain melalui : (1) Pemupukan organik di samping pemupukan anorganik, (2) Pengeringan petakan sawah dalam jangka pendek untuk menggilir silih berganti rejim air dari kondisi reduktif ke kondisi oksidatif, (3) Pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah (Suyamto, dkk. 2006) Teknologi yang dianjurkan dalam pendekatan PTT adalah teknologi yang bersifat umum yang seyogyanya diterapkan oleh petani, yaitu (1) Benih bermutu dari varietas unggul yang cocok (baik dari segi daya hasil, cita rasa, umur, maupun ketahan terhadap hama dan penyakit tertentu) untuk lokasi setempat. (2) Pengembalian sisa tanaman (jerami) dan pemberian pupuk kandang bila memungkinkan. (3) Pemupukan anorganik sesuai dengan ketersediaan hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman. (4) Penggunaan bibit muda (umur 2-3 minggu) 1-3 bibit per rumpun. (5) Pengairan berselang (intermitten) bila memungkinkan, dan (6) Penanganan panen dan pascapanen secara tepat. Pemilihan benih bermutu merupakan penentu pertama dalam keberhasilan pengelolaan tanaman terpadu. Benih yang baik dan bermutu akan mengurangi resiko kegagalan panen, karena benih yang baik dan bermutu lebih tahan terhadap perubahan iklim dna gangguan dari hama maupun penyakit tanaman. Beberapa varietas benih yang dikembangkan dalam penerapan Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang memiliki keunggulam masing-masing, di antaranya adalah Inpari 1, inpari 6, inpari 7, inpari 10, dan inpari 13.(Suprihatno B, dkk 2012) Pengembalian sisa tanaman memberikan efek positif dalam peningkatan kadar organic tanah, perbaikan struktur tanah yang dapat mengurangi jumlah penggunaan pupuk anorganik yang berpengaruh terhadap pengurangan biaya pengelolaan. Pemupukan yang berbasis spesifik lokasi dan lebih memperhatikan pemupukan dengan bahan-bahan organic akan sangat membantu pengurangan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan-bahan
Penyuluh Pertanian Pertama, Set. Bakorluh NTB
kimiawi, pengurangan ongkos produksi dan keluaran yang dihasilkan akan lebih sehat. Untuk penentuan penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, petani dapat meminta bantuan penyuluh agar melakuakan pengujian dengan menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) yang sudah tersedia di BPP, sehingga tidak terjadi pemborosan dalam penggunaan pupuk. Selain mengguanakan PUTS khusus untuk menguji ketersediaan N sudah disediakan BWD (Bagan Warna Daun), yakni mengetahui kadar N dengan mencocokkan daun tanaman dengan bagan warna daun (BWD). Penggunaan bibit muda dan pengurangan jumlah bibit perumpun memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan jumlah anakan yang nantinya sangat mempengaruhi peningkatan hasil produksi. Selain itu juga dapat mengurangi pengeluaran biaya karena penurunan kebutuhan benih dan bibit yang dibutuhkan dalam setiap hamparan. Keberhasilan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) juga memperhatikan penanganan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik akan mengakibatkan penurunan hasil produksi. Demikian halnya dengan kualitas juga sangat ditentukan oleh penanganan saat panen dan pasca panen. Waktu panen yang terlalu cepat atau terlambat akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil, demikian pula aspek lain seperti perontokan, pengeringan, dan penyimpanan hasil memerlukan teknologi tertentu sesuai dengan kondisi setempat. Teknologi lain yang bersifat opsional yang dapt juga diterapkan dalam pengelolaan tanaman terpadu misalnya system legowo bisa diterapkan sesuai dengan keinginan petani (legowo 2:1, atau 4:1, atau 6:1), penyiangan sesuai dengan kebiasaan petani, apakah akan menyiang dengan tangan, dengan landak atau dengan herbisida. Pengolahan tanah pun disesuaikan dengan kondisi setempat dan kebutuhan petani. Adakalanya petani dianjurkan untuk mengolah tanah secara sempurna, dan adakalanya pula cukup dengan pengolahan minimal atau bahkan tanpa olah tanah karena pertimbangan resiko kekeringan Dalam penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT), petani diberikan kebebasandalam memilih dan menentukan teknologi mana yang akan diterapkan. Dalam penerapan pengelolaan tanaman terpadu ini, petani di posisikan sebgai subyek. Bila ada teknologi baru maka akan diujikan bersama dengan petani, dan petani berhak menentukan pilihannya, setelah melihat langsung teknologi yang diterapkan di areal percobaan. Untuk memudahkan petani dalam penerapan pengelolaan
Penyuluh Pertanian Pertama, Set. Bakorluh NTB
tanaman terpadu, pemerintah memprogramkan SL-PTT (Sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu). SL-PTT menjadi salah satu program pemerintah dalam upaya peningkatan beras nasional, khusunya di sentra-sentra produksi beras. SL-PTT memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam peningkatan hasil produksi beras nasional. Dalam penerapan SL-PTT petani melihat langsung, belajar dari pengalaman sesama pelaku utama, sehingga lebih mudah dalam penyampaian informasi pengelolaan tanaman terpadu, dan petani tidak merasa dipaksa untuk menerapkan teknologi yang anjurkan. Selain itu juga dalam penerapannya pelaku utama mendapat bimbingan langsung dari para penyuluh, peneliti, dan petugas-petugas terkait sehingga pelaksanaan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dapat dikawal dengan baik, yang berdampak pada peningkatan hasil produksi. Untuk mensukseskan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) penyuluh, POPT, petani, peneliti bekerja bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, sehingga target-target yang sudah dicanangkan pemerintah dapat terwujud untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan masyarakat petani pada khususnya.
Penyuluh Pertanian Pertama, Set. Bakorluh NTB
Daftar Pustaka
Suprihatno, B. dkk. 2010 . Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian. Suyamto,dkk.2006. Tanya Jawab Pengelolaan Tanaman Terpadu. Pusat Penelitian dan Tanaman Pangan Syam. M, dkk. 2011. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara Pada Tanaman Padi. Pusat Penyuluhan Pertanian
Penyuluh Pertanian Pertama, Set. Bakorluh NTB
Penyuluh Pertanian Pertama, Set. Bakorluh NTB