PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI SULAWESI TENGGARA PENGERTIAN Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang memiliki efek sinergistik. Artinya tiap komponen teknologi tersebut saling menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Penerapan PTT didasarkan pada 4 prinsip yaitu
Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman,tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu Sinergis: PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi Spesifik Lokasi: PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat. Partisipatif: berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani, melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium tanaman. PTT menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu: 1. 1.Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi. 2. 2.Benih bermutu dan berlabel 3. 3.pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan hara tanaman dan status hara tanah spesifik lokasi 4. 4.Pengendalian hama/penyakit secara terpadu (PHT) Komponen Teknologi Pilihan: 1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas antara 1-3 bibit per rumpun. 2. Peningkatan populasi tanaman 1
3. Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah. 4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang 5. Pengendalian gulma 6. Panen tepat waktu 7. Perontokan gabah sesegera mungkin. Varietas Unggul Gunakan VUB yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan kualitas serta rasa nasi diterima pasar. Tanam VUB secara bergantian untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit.Saat ini telah tersedia berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, mempunyai produktivitas tinggi dan sesuai permintaan konsumen. Beberapa VUB yang direkomendasikan di Sulawesi Tenggara Tahun 2014 disajikan pada Tabel Varietas Anjuran
No Kabupaten/Kota Eksisting
VUB
1
Konawe
Mekongga,Cisantana,Ciherang Cigeulis
Inpari 3,11,13,15,16
2
Kolaka
Mekongga,Cisantana,Ciherang,Cigeulis
Inpari 3,6,13,15.16
3
Konawe Selatan
Ciherang, Mekongga,Cisantana,Cigeulis
Inpari 3,6,11,15,16
4
Bombana
Mekongga,Cisantana,Ciherang,Cigeulis
Inpari 3,8,13,15,16
5
Kolaka Utara
Mekongga,Cisantana,Cimelati
Inpari 3,6,8,10,13,15
6
Konawe Utara
Mekongga,Konawe,Ciherang
Inpari 3,6,8,15
7
Kolaka Timur
Mekongga,Cisantana,Cigeulis,Ciherang
Inpari 3,6,13,15
8
Muna
Ciherang,Cisantana
Inpari 3,6,8,10,13,15
9
Buton
Cisantana
Inpari 3, 13,15
10
Buton Utara
Mekongga,Konawe,Ciherang
8,10,13,15,
11
Kota Kendari
Mekongga,Cisantana
Inpari 3,6,11
12
Kota Baubau
Cisantana
Inpari 3,8,11
2
Deskripsi Varietas Unggul Baru
Varietas Unggul Baru
Umur tanaman (hari)
Rata-rata hasil (t/ha) GKG
Potensi Hasil (t/ha) GKG
Inpari 3
110
6,05
7,52
Cocok pada sawah irigasi sampai ketinggian 600 m dpl
Inpari 6
118
6,82
12,0
Cocok pada sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl
Inpari 7
110-115
6,23
8,7
Cocok pada sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl
Inpari 8
125
6,41
9,3
Cocok pada sawah irigasi sampai ketinggian 600 m dpl
Inpari 10
108-116
5,08
7,00
Dapat ditanam di MH maupun MK, irigasi berselang 5-7 hari sekali
Inpari 11
108
6,52
8,80
Cocok pada sawah tadah hujan dataran rendah sampai 600 m dpl
Inpari 13
103
6,59
8,00
Cocok pada sawah tadah hujan dataran rendah sampai 600 m dpl
Inpari 15
117
6,1
7,5
Cocok pada sawah tadah hujan dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl
Inpari 16
118
6,3
7,6
Cocok pada sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl
Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Varietas
Benih Bermutu Benih bermutu adalah benih dengan vigor tinggi dan bersertifikat. Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara:
Merendam benih dalam larutan garam dengan menggunakan indicator telur. Telur diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat kepermukaan. Kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang.
3
Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 lt air). Masukan benih ke dalam larutan garam, kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang.
Keuntungan menggunakan benih bermutu
Benih tumbuh cepat dan serempak Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat Pada saat ditanam pindah, bibit tumbuh lebih cepat Jumlah tanaman optimum, sehingga akan memberikan hasil yang tinggi.
Persemaian Kebutuhan benih 25 kg per hektar. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih, kemudian direndam dalam air selama 24 jam, selanjutnya diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Luas persemaian sebaiknya 400 m2 ( 4 % dari luas tanam). Lebar bedengan pembibitan 1-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga mengurangi kerusakan bibit. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm. Persiapan Lahan Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) atau minimal atau tanpa olah tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur tanah. Dua minggu sebelum pengolahan tanah ditaburkan bahan organic secara merata di atas hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang sebanyak 2 ton/ ha atau kompos jerami sebanyak 5 ton/ha. Penanaman Waktu Tanam No
Kabupaten
Waktu Tanam MT I
MT II
Cara Tanam
1
Konawe
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
2
Kolaka
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
3
Konawe Selatan
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
4
Bombana
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo 4
5
Kolaka Utara
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
6
Konawe Utara
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2, 4 dan II Atabela Berlegowo
7
Kolaka Timur
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
8
Muna
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
9
Buton
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
10
Buton Utara
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
11
Kota Kendari
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
12
Kota Baubau
Januari Mg I dan Mei Mg I dan II Tanam Pindah Legowo 2,4 dan II Atabela Berlegowo
Cara Tanam Tanam bibit muda (< 21 HSS, hari setelah sebar) sebanyak 1-3 bibit per rumpun, akan menghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada derah endemis keong mas gunakan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST ( hari setelah tanam ). Pada saat tanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan sitem jajar legowo 2:1 atau 4:1, karena populasinya lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding system jajar tegel. Cara tanam berselang seling 2 baris tanam dan 1 baris kosong (legowo 2:1) atau 4 baris tanam dan 1 baris kosong ( legowo 4:1). Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar titik 20-25 cm. Setalah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20x20 cm atau 25x25 cm), pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam pada barisan ganda yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10 cm. Kekurangan bibit untuk baris berikutnya diambilkan dari persemaian. Keuntungan cara tanam jajar legowo antara lain:
Menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir, sehingga semua tanaman mendapat efek samping. Tanaman yang mendapat efek samping, produksinya lebih tinggi. Tanam sistem legowo menguntungkan dalam pengendalian hama dan gulma,memudahkan saat aplikasi pupuk. Peningkatan produktivitas Legowo 0,5 t/ha. 5
No
Cara Tanam
Populasi tanaman/ha
% terhadap populasi model tegel
1
Tegel 20x20 cm
250.000
100
2
Tegel 22x22 cm
206.661
100
3
Tegel 25x25 cm
150.000
100
4
Legowo 2:1 (10x20 cm)
333.333
133
5
Legowo 3:1 (10x20 cm)
375.000
150
6
Legowo 4:1 (10x20 cm)
400.000
160
7
Legowo 2:1 (12,5x25 cm)
213.000
133
8
Legowo 3:1 (12,5x25 cm)
240.000
150
9
Legowo 4:1 (12,5x25 cm)
256.000
160
Selain cara tanam pindah, saat ini telah berkembang cara tanam benih langsung (tabela) dengan menggunakan alat tanam benih langsung (atabela) yang terbuat dari bahan paralon. Disarankan dalam penanaman menggunakan atabela paralon juga dibuat berlegowo 2 atau legowo 4, dengan cara menutup lubang benih yang diinginkan. Pengairan Berselang Pemberian air berselang (intermittent) adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diairi dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air Pada hari ke 6 lahan sawah diairi kembali dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai anakan maksimal. Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian bulir, petakan sawah digenangi terus. Sejak 10-15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase buruk, pengeiran berselang tidak perlu dilakukan.
6
Pemupukan Anjuran pemupukan untuk tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara tahun 2014 mengacu pada Rekomenasi Pemupukan yang telah dikeluarkan oleh BPTP Sulawesi Tenggara. Acuan tersebut disajikan pada Tabel berikut Ini: Saat Pemupukan No
Kabupaten
Dosis Pupuk per ha
Pupuk Dasar
Pupuk Susulan
1
Konawe
Urea 150 kg, NPK 250 kg
NPK 250 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
2
Kolaka
Urea 150 kg, NPK 250 kg
NPK 250 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
3
Konawe Selatan
Urea 150 kg, NPK 300 kg
NPK 300 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
4
Bombana
Urea 175 kg, NPK 250 kg
NPK 250 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 125 kg (perhatikan BWD)
5
Kolaka Utara
Urea 150 kg, NPK 350 kg
NPK 350 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
6
Konawe Utara
Urea 150 kg, NPK 350 kg
NPK 350 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
7
Kolaka Timur
Urea 150 kg, NPK 300 kg
NPK 300 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
8
Muna
Urea 150 kg, NPK 300 kg
NPK 300 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
9
Buton
Urea 175 kg, NPK 250 kg
NPK 250 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 125 kg (perhatikan BWD)
10
Buton Utara Urea 150 kg,
NPK 350 kg dan Urea 50
35 HST Urea 100 kg
7
NPK 350 kg
kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
(perhatikan BWD)
11
Kota Kendari
Urea 150 kg, NPK 300 kg
NPK 300 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
12
Kota Baubau
Urea 150 kg, NPK 350 kg
NPK 350 kg dan Urea 50 kg pada umur 1-14 HST Tapin; 7-21 hst Tabela
35 HST Urea 100 kg (perhatikan BWD)
Pengendalian Gulma Secara Terpadu Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tenah sempurna, mengatur air di petakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida pertumbuhan gulma sudah tinggi. Pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan gasrok (landak) sangat dianjurkan, karena berfungsi ganda yaitu mencabut gulma dan menggemburkan tanah sawah. Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan pada kondisi air di petakan sawah dalam keadaan macak-macak atau tanah jenuh air. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu. Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan factor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit dinataranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman, sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat. Hama yang sering menyerang tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara adalah: Tikus, Penggerek Batang, Walang Sangit, Keong Mas, sedangkan penyakit tanaman padi yang umum di Sulawesi Tenggara adalah Hawar Daun Bakteri (HDB) dan Blast. a.Tikus Pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyokan masal, pemasangan pagar plastic. Gropyokan dilaksanakan dengan melibatkan semua anggota kelompoktani, berupa pembongkaran sarang tikus pada habitat utama seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan dan batas sawah dengan perkampungan. Pada derah endemi tikus, lindungi persemaian dengan memasang pagar plastik dan memasang dua bubu perangkap.Pada periode vegetatif lakukan sanitasi gulma pada habitat tikus, baik pada hamparan sawah mupun sekitar sawah agar tidak digunakan sebagai sarang tikus. Bila populasi tikus masih tinggi, lakukan fumigasi asap belerang pada tiap sarang aktif tikus. 8
b.Penggerek batang Stadia tananam yang rentan terhadap serangan penggerek batang adalah mulai pembibitan sampai pembentukan malai.Gejala kerusakan yang ditimbulkan mengakibatkan anakan mati. Pada stadia vegetatif serangan penggerek batang disebut sundep, sedangkan pada stadia generatif disebut beluk (malai hampa) Siklus hidupnya 40-70 hari. Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10 % anakan terserang, 4 kelompok telur per rumpun (pada fase bunting). Bila populasi tinggi (di atas ambang ekonomi) aplikasikan insektisida. Bila genangan air dangkal, aplikasikan insektisida butiran seperti karbofuran dan fipronil, dan bila genangan air tinggi aplikasikan insektisida cair seperti dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil. c.Walang Sangit Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Fase pertumbuhan tanaman padi yang rentan terhadap walang sangit adalah dari keluarnya malai sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur serta hampa. Ambang ekonomi walang sangit adalah lebih dari 1 ekor walang sangit per dua rumpun pada masa keluar malai sampai pembungaan. Cara pengendaliannya adalah:
Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam Tangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan. Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, terasi atau dengan kotoran ayam. Apabila serangan telah mencapai ambang ekonomi, lakukan penyemprotan dengan insektisida Lakukan penyemprotan pada pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
d.Keong Mas Waktu kritis untuk mengendalikan keong mas adalah pada saat 10 HST pindah atau 21 HSS benih. PHT pada keong mass bb: Pratanam: Ambil keong mas dan musnahkan secara mekanis Persemaian: Ambil keong mas dan musnahkan Stadia vegetatif : Tanam bibit yang agak tua (>21 hari) dan jumlah bibit yang lebih banyak, keringkan sawah sampai 7 HST, tidak aplikasi herbisida sampai 7 HST, ambil keong mas dan musnahkan; pasang saringan pada pemasukan air, buat caren keliling dan umpan dengan menggunakan daun gamal, daun talas, daun pepaya. Pasang ajir agar keong bertelur pada ajir, ambil dan musnahkan telur keong pada tanaman, dan aplikasikan pestisida anorganik dan nabati seperti saponin sebanyak 20 kg per ha sebelum tanam pada caren.
9
e.Penyakit Blast Blast dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Gejala khas pada daun yaitu berbentuk belah ketupat-lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran bercak sekitar 1-1,5 x 0,3-0,5 cm, berkembang menjadi berwarna abu-abu pada bagian tengahnya. Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan leher malai (neck blast), akan merubah leher malai yang terinfeksi menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk pada penggerek batang. Cara pengendaliannya adalah: 1. Gunakan varietas toleran blast secara bergantian 2. Gunakan pupuk nitrogen pada pemupukan pertama 0,3-0,5 dosis anjuran. 3. Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan tidak banyak embun dan hujan terus menerus 4. Gunakan fungisida yang berbahan aktif metal tiofanat, atau fosdifen dan kasugamisin. 5. Perlakuan benih PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN Panen Lakukan panen pada saat bulir-bulir padi telah menguning, tapi malai masih segar. Potong padi dengan sabit bergerigi, 30-40 cm di atas permukaan tanah. Gunakan plastic atau terpal sebagai alas tanaman tanaman padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok. Sebaiknya panen padi dilakukan oleh kelompok pemanen dan gabahdirontok dengan thresher. Apabila panen dilakukan pada pagi hari sebaiknya pada sore harinya langsung dirontok. Perontokan lebih dari 2 hari akan menyebabkan kerusakan beras. Saat ini telah beroperasi alat panen mesin, combine harvester di beberapa daerah di Sultra, dimana alat ini mampu menyelesaikan panen 2 jam/ha dengan hasil berupa gabah bersih. Kehilangan hasil panen dengan alat ini sangat rendah yaitu 1 %. Penanganan Pasca Panen. Gabah dijemur di atas lantai jenur dengan ketebalan 5-7 cm. Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekal. Pada musim hujan gunakan alat pengering (dryer) dan pertahankan suhu pengering 50 C untuk gabah konsumsi dan 42 C untuk benih. Pengeringan dilakukan sampai KA gabah mencapai 12-14 % untuk gabah konsumsi dan 10-12 % untuk benih. Gabah yang sudah kering dapat digiling dan disimpan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggilingan dan penyimpanan adalah: 1. Untuk mendapatkan beras berkualitas, perlu diperhatikan waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-14 %). 2. Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam lumbung/gudang, bebas hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik. 3. Simpan gabah pada kadar air kurang 14 % untuk konsumsi dan kurang dari 13 % untuk benih. 4. Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan digiling dikeringkan 10
ANALISA USAHATANI Analisis Usahatani Padi di Sulawesi Tenggara Tahun 2013. Sistem Tanam No.
Analisis Usahatani Padi Sawah
Tanam Pindah Jajar Tegel (Rp)
Tanam Pindah Jajar Legowo (Rp)
Tanam dengan Atabela (Rp)
I
Biaya Sarana Produksi
1
Benih 25 kg a Rp 5.000
125.000
125.000
125.000
2
Pupuk Urea 2 zak a Rp 90.000
180.000
180.000
180.000
3
Pupuk NPK 6 zak a Rp 125.000
750.000
750.000
750.000
4
Pestisida (macam-macam)
250.000
250.000
250.000
5
Herbisida (macam-macam)
300.000
300.000
300.000
6
Karung 50 lbr a Rp 3.000
150.000
150.000
150.000
7
Jumlah Biaya Sarana Produksi
1.755.000
1.755.000
1.755.000
II.
Upah Tenaga Kerja
1
Pengolahan Tanah
1.100.000
1.100.000
1.100.000
2
Persemaian 400 m2
300.000
300.000
-
3
Caplak/ha
300.000
300.000
-
4
Cabut bibit dan tanam
800.000
1.000.000
200.000
5
Pemeliharaan (Pemupukan, Pengendalian OPT, Gulma)
650.000
650.000
850.000
6
Panen
1.000.000
1.000.000
1.000.000
7
Jumlah Biaya tenaga kerja
4.150.000
4.350.000
2.950.000
8
Jumlah biaya seluruhnya
5.905.000
6.105.000
4.905.000
III
Produksi
5000 kg a Rp 3.000 = Rp 15.000.000
5500 kg a Rp 3.000 = Rp 16.500.000
5.300 kg a Rp 3.000 = Rp 15.900.000
IV
Keuntungan
9.095.000
10.395.000
10.995.000
V
R/C
2,5
2,7
3,2
(Suharno, Peneliti Sosek BPTP Sulawesi Tenggara) 11
DAFTAR PUSTAKA BBP2TP Bogor, 2008. Teknologi Budidaya Padi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. BPTP Sultra 2011, Petunjuk Teknis PTT Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara, Kendari. BPTP Sultra 2012. Laporan Hasil Pendampingan SLPTT Sultra. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sultra, Kendari. Puslitbangtan 2007. Masalah Lapang Hama, Penyakit, hara pada Padi. Kerjasama Puslitbangtan, BPTP Sultra dan IRRI. Suharno, Taufiq R,M, Amiruddin M, Rusdin. The Evaluation of Distribution Several New Superior Variety of Rice in Southeast Sulawesi.Proceeding International Seminar. Technology Innovation for Increasing Rice Production and Conserving Environment under Global Climate Change.ICRR-IAARD.
12