PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI Julistia Bobihoe dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi ABSTRAK Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus menerus meningkat, lahan sawah irigasi masih tetap menjadi andalan dalam usaha peningkatan produktivitas padi di Provinsi Jambi. Program intensifikasi khusus dan supra insus padi sawah yang diterapkan selama ini tidak mampu lagi meningkatkan produksi padi secara nyata. Pada beberapa dekade terakhir ini, produktivitas padi cenderung melandai bahkan menurun pada beberapa daerah sentra produksi. Suatu terobosan peningkatan produktivitas padi sawah pada lahan irigasi telah dilaksanakan diberbagai lokasi di Indonesia melalui pengembangan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Kegiatan ini dilaksanakan di desa Sri Agung Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi pada MH 2006/2007. Penerapan teknologi dengan pendekatan PTT antara lain : penggunaan benih unggul, umur bibit muda, sistim tanam jajar legowo, penggunaan bahan organik, pemupukan Urea dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) serta pengendalian hama dan penyakit (PHT). Hasil pengkajian dengan pendekatan PTT varietas Ciherang memperoleh hasil 5,07 t/ha, Tukad Balian 4,65 t/ha sedangkan non PTT varietas Ciherang memperoleh hasil 3,15 t/ha GKG dan varietas Tukad Balian memperoleh hasil 3,21 t/ha GKG. Dari hasil analisis usahatani dengan pendekatan PTT varietas Ciherang dan Tukad Balian masing-masing memperoleh keuntungan sebesar Rp. 5.189.340 (B/C Ratio 2,04) dan Rp. 4.332.000 (B/C Ratio 1,87), sedangkan non PTT varietas Ciherang dan Tukad Balian masing-masing memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.755.000 (B/C Ratio 1,02) dan Rp. 2.875.000 (B/ C Ratio 1,80). Dari hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa introduksi paket teknologi padi sawah dengan pendekatan PTT dapat meningkatkan produktivitas sekitar 1,5 - 1,9 ton/ha GKG. Kata Kunci : PTT, Varietas Unggul Baru (VUB), Lahan Sawah Irigasi, Sri Agung PENDAHULUAN Sub sektor tanaman pangan memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional. Peranan sub sektor tanaman pangan telah terbukti secara meyakinkan memberikan andil yang cukup besar bukan saja terhadap ketahanan pangan tetapi juga terhadap perekonomian. Dalam krisis ekonomi sub sektor ini telah memperlihatkan ketangguhannya dengan tetap tumbuh positif sementara sub sektor lainnya mengalami pertumbuhan negatif. Sub sektor ini menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hilir yang kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar (Hafsah, 2003). Pembangunan pertanian pangan khususnya padi sawah masih terfokus pada upaya peningkatan produksi yang harus dibarengi pengembangan usahatani berbasis agribisnis, agar dapat meningkatkan pendapatan petani. Tanaman padi merupakan komoditas tanaman pangan penting di Provinsi Jambi sehingga komoditas ini menjadi prioritas dalam menunjang program pertanian. Namun produktivitas tanaman padi masih relatif rendah yang penanamannya tersebar di daerah dataran tinggi dan dataran rendah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, 2005). Pada tahun 2005, luas panen padi sawah di Provinsi Jambi adalah 129.082 ha dengan total produksi 518.140 ton dan produksi rata-rata 3,93 ton/ha (BPS, 2005). Dari data tersebut terlihat bahwa sistem intensifikasi padi sawah yang selama ini diterapkan belum mampu meningkatkan produksi dan produktivitas. Berdasarkan hasil survey Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dilaksanakan BPTP Provinsi Jambi bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jambi, pada beberapa kabupaten yang mempunyai irigasi teknis, produktivitas padi masih dapat ditingkatkan dari rata-rata 3,63 ton/ha menjadi 5-6 ton/ha. Rendahnya produktivitas padi di Provinsi Jambi terutama disebabkan ; a) pengolahan tanah yang kurang sempurna, b) penggunaan benih tidak bermutu, dimana petani biasanya menggunakan benih dari tanaman sebelumnya yang tidak murni lagi, benih bermutu /
berlabel sulit diperoleh tepat waktu, dan c) penggunaan pupuk yang tidak berimbang (Endrizal, dkk. 2003). Disamping permasalahan teknologi produksi, input produksi yang ketersediaannya kadangkadang sulit dan tidak tepat waktu serta tepat jenis yang sangat menghambat kelancaran pengembangan usahatani padi di lahan irigasi. Untuk itu dalam peningkatan produktivitas padi diperlukan pembenahan kelembagaan penunjang seperti KUD, jasa keuangan dan lembaga penyuluhan. Dibandingkan dengan potensi produksi dan lahan yang tersedia, produksi yang dicapai saat ini masih bisa ditingkatkan mengingat produksi padi sangat penting karena disamping untuk mencukupi konsumsi di Provinsi Jambi juga dapat memenuhi sebagian kebutuhan provinsi tetangga. Salah satu upaya peningkatan produksi padi di daerah adalah dengan mengintroduksikan inovasi teknologi padi dan kelembagaan usahatani pada lahan irigasi. KARAKTERISTIK WILAYAH PENGKAJIAN Desa Sri Agung merupakan sentra produksi padi sawah di Provinsi Jambi yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Tungkal Uulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan daerah yang memiliki luas wilayah 1.607 ha yang terdiri dari pemukiman 200 ha, sawah irigasi 1050 ha (yang ditanami 750 ha), sawah tadah hujan 25 ha, ladang 100 ha, perkebunan rakyat 200 ha (kelapa sawit), dan lain-lain 32 ha. Usahatani dominan di desa ini adalah sawah irigasi dengan luas tanam 750 ha, tanaman palawija yang diusahakan adalah kedelai yang ditanam sesudah padi dengan luas 50 ha. Desa Sri Agung dengan topografi datar terletak pada ketinggian 10 – 15 m dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2600 mm/tahun dengan 7 bulan basah (Januari, Maret, April, Agustus, September, Nopember dan Desember) dan 5 bulan kering (Mei, Juni, Juli, Oktober dan Pebruari). Jenis tanah di desa Sri Agung termasuk Podsolik Merah Kuning dengan tekstur lempung, liat dan berpasir dan mempunyai pH antara 4,9 – 5. Berdasarkan sifat dan ciri tanah yang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman padi adalah : 1) pH antara 5,5 -6,5, 2) tekstur tanah lempung, berdrainase baik, 3) tipe mineral liat 1 : 1 dan bahan induk kaya akan hara dan basa, 4) kandungan bahan organik sedang, 5) ketersediaan hara makro dan mikro cukup (Anwar, dkk, 2007) PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) Agar usahatani padi menguntungkan maka perlu diupayakan agar komoditas ini bisa kompetitif dengan komoditas lain. Salah satu usaha yang dilakukan adalah menekan biaya produksi per kilogram padi atau gabah serendah mungkin. Tantangan ini dapat dijawab dengan penerapan rekayasa teknologi dan sosial melalui pendekatan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) yang terdiri dari PTT, SIPT dan KUAT pada lahan sawah irigasi yang menghasilkan produktivitas tinggi dengan biaya produksi tetap atau lebih rendah dari yang dilaksanakan petani (Zaini, dkk, 2006). Konsep Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) adalah pengelolaan tanaman terpadu dengan mengintegrasikan paket teknologi dengan potensi biofisik, sodial dan ekonomi untuk perbaikan kesejahteraan rumah tangga dan pembangunan wilayah. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. Melalui usaha ini diharapkan : (1) kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, (2) pendapatan petani padi dapat ditingkatkan, dan (3) usaha pertanian padi dapat terlanjutkan. Penerapan PTT dalam intensifikasi padi merupakan penyempurnaan dari konsep sebelumnya yang dikembangkan untuk menunjang peningkatan hasil padi seperti Supra Insus. Bahkan Food and Agriculture Organization (FAO) telah mengadopsi Pengelolaan Tanaman Terpadu sebegai penyempurnaan dari Pengelolaan hama Terpadu (PHT) (Badan Litbang Pertanian, 2007). Ada empat prinsip dalam penerapan PTT, yaitu : (1) PTT bukan merupakan teknologi, tetapi merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, lahan dan air dapat dikelola sebaik-baiknya, (2) PTT memanfaatkan teknologi pertanian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi, (3) PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial ekonomi petani, (4) PTT bersifat partisipatif yang berarti petani turut serta menguji dan memilih teknologi yang sesuai dengan keadaan setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran.
Alternatif pilihan komponen teknologi dalam pendekatan PTT yang dilaksanakan antara lain : (1) pemilihan varietas unggul padi sawah, (2) penggunaan benih bermutu, (3) perlakuan benih dipersemaian, (4) sistem tanam jejer legowo, (5) penggunaan bahan organik (kompos atau pupuk kandang), (6) penggunaan pupuk nitrogen berdasarkan Bagan Warna Daun, (7) perbaikan panen dan pasca panen. Alternatif pilihan komponen teknologi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Kegiatan PTT Padi dilaksanakan pada MH 2006/2007 di desa Sri Agung Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi dengan melibatkan kelompok tani Sri Maju dan kelompok tani Karya Makmur dengan luas tanam 8 ha, varietas yang digunakan adalah VUB Ciherang dan Tukad Balian. Penyemaian dilaksanakan awal bulan Nopember dan penanaman pada minggu ke 3 dan ke 4 bulan Nopember 2006. Penanaman dilakukan dengan sistem tanam legowo 4 : 1 dan 6:1 dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Pertumbuhan awal padi dari masing-masing varietas menunjukkan keragaan yang cukup baik dan belum terlihat perbedaan antara pendekatan PTT dan non PTT. Pada fase vegetatif hama yang muncul seperti keong mas, orong-orong, sundep namun intensitas serangan rendah dan dapat dikendalikan oleh petani. Pada fase generatif penampilan padi varietas Ciherang dan Tukad Balian dengan pendekatan PTT memperlihatkan pertumbuhan lebih baik dibanding dengan non PTT. Serangan hama pada fase generatif adalah walang sangit, beluk dan burung sedangkan penyakitnya seperti bercak coklat, namun intensitas serangan hama dan penyakit rendah. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektida dan fungisida. Tabel 1. Komponen teknologi dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu di Desa Sri Agung Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi pada MH 2006/2007. No 1
Komponen Teknologi Varietas
2
Pesemaian
3 4 5 6 7
Jumlah benih Umur bibit Jumlah bibit/rumpun Cara tanam Pengelolaan air
8
Efisiensi pemupukan :
Urea
SP 36 KCl
9
Bahan Organik
10
Pengendalian hama/ penyakit
Teknologi PTT VUB Pesemaian basah, seed treatment 25-30 kg/ha 21 hari 1 – 3 batang Legowo 4 : 1 atau 6 : 1 Pengaturan drainase pada musim hujan
Non PTT IR 64, varietas yang tidak murni lagi Pesemaian basah, seed treatment 40-50 kg/ha > 30 hari 3 – 7 batang Tegel Pengaturan drainase pada musim hujan
•
•
• •
150 kg/ha (pemupukan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) 100 kg/ha, 100 kg/ha
1-2 t/ha kompos pupuk kandang • Pengendalian Hama Terpadu (PHT
50 kg/ha,
• •
0 – 50 kg/ha 0 – 50 kg/ha (Kebanyakan tidak pakai KCl) -----•
Pengendalian sudah terjadwal
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlakukan dengan pendekatan PTT memperlihatkan keragaan yang lebih baik dibandingkan dengan non PTT. Varietas Ciherang dan Tukad Balian dengan pendekatan PTT memperoleh produksi masing-masing 5,07 ton/ha GKG dan 4,65 ton/ha GKG sedangkan non PTT pada varietas Ciherang dan Tukad Balian memperoleh hasil masing-masing 3,15 ton/ha GKG dan 3,21 ton/ha GKG. Analisis Usahatani
Hasil analisis usahatani padi terlihat biaya produksi dengan pendekatan PTT lebih besar dibandingkan dengan non PTT. Perbedaan biaya produksi terutama pada pemakaian pupuk kandang. Dari hasil analisis finansial usahatani padi varietas Ciherang (Tabel 2) dengan pendekatan PTT memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding non PTT. Keuntungan yang diperoleh petani melalui pendekatan PTT sebesar Rp 5.189.340 dengan nilai R/C ratio 2,04. Sedangkan keuntungan melalui non PTT sebesar Rp 2.755.000 dengan nilai R/C ratio 1,7. Hasil analisis usahatani padi varietas Tukad Balian (Tabel 2) menunjukkan dengan pendekatan PTT mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding dengan non PTT. Keuntungan yang diperoleh melalui pendekatan PTT sebesar Rp 4.332.000 dengan nilai R/C ratio 1,87, sedangkan melalui non PTT keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 2.875.000 dengan nilai R/C ratio 1,80. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan PTT dengan penambahan biaya produksi dapat meningkatkan produksi padi baik varietas Ciherang maupun Tukad Balian. Tabel 2.
No A
B
C.
D
Analisis usahatani padi (per ha) dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu di Desa Sri Agung Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi pada MH 2006/2007. Uraian
Biaya produksi (Rp) 1. Benih 2. Urea 3. SP36 4. KCl 5. Pupuk kandang 6. Round up 7. Score 8. Curater 9. Manuver Jumlah Biaya T Kerja (Rp) 1. Persiapan lahan 2. Persemaian 3. Tanam 4. Pemupukan 5. Penyianagan 6. Pengendalian H/P 7. Panen dan pasca panen Jumlah Total (A+B) Keuntungan 1. Produksi (kg/ha) 2. Harga (Rp/kg) 3. Penerimaan (Rp) 4. Keuntungan (Rp) R/C ratio
Ciherang PTT Non PTT
Tukad Balian PTT Non PTT
375.000 300.000 250.000 400.000 900.000 175.000 400.000 300.000 170.000 3.270.000
375.000 150.000 125.000 200.000 175.000 400.000 300.000 170.000 1.895.000
375.000 300.000 250.000 400.000 900.000 175.000 400.000 300.000 170.000 3.270.000
375.000 150.000 125.000 200.000 175.000 400.000 300.000 170.000 1.895.000
600.000 250.000 300.000 100.000 250.000 150.000 Bawon 50.000 1.700.000 4.970.000
600.000 250.000 300.000 50.000 250.000 150.000 Bawon 50.000 1.650.000 3.545.000
600.000 250.000 300.000 100.000 250.000 150.000 Bawon 50.000 1.700.000 4.970.000
600.000 250.000 300.000 50.000 250.000 150.000 Bawon 50.000 1.650.000 3.545.000
5079,67 2000 10.159.340 5.189.340 2,04
3150 2000 6.300.000 2.755.000 1,7
4651 2000 9.302.000 4.332.000 1,87
3210 2000 6.420.000 2.875.000 1,80
Respon Petani Dalam pengelolaan usahatani padi di desa Sri Agung dengan pendekatan PTT mendapat respon yang cukup tinggi dari petani. Hal ini terlihat dari keinginan petani untuk menerapkan dan mengembangkan komponen PTT pada usahatani padi, terutama penggunaan varietas unggul baru (VUB) padi, cara tanam legowo, pemupukan Urea dengan menggunakan Bagan warna Daun (BWD) dan pemanfaatan bahan organik (pupuk kandang). Penanaman dengan sistem tanam legowo 4:1 atau 6:1 sudah dilaksanakan petani, dimana dengan sistem legowo dapat meningkatkan produktivitas lahan dan produktivitas tanaman padi sekitar 25 - 35 % dari produktivitas yang diperoleh petani dengan sistem tanam tegel. Keuntungan dari sistim tanam legowo yang sudah dirasakan petani adalah pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah,
serangan hama dan penyakit berkurang, menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas dan penggunaan pupuk lebih efisien. Sistem tanam legowo sudah menyebar ke petani non koperator walaupun belum sempurna. Kendala pengembangan sistem tanam legowo adalah tenaga kerja, dimana mereka belum terbiasa menanam dengan sistem legowo dan biasanya menanam dengan sistem tegel, selain itu menanam padi sistem legowo waktunya lebih lama dibanding sistem tegel dan biaya tanam lebih tinggi dari sistem tanam tegel. Untuk komponen teknologi lainnya seperti pemberian pupuk organik/pupuk kandang dapat memperbaiki kondisi tanah dan petani menyadari akan manfaat pupuk tersebut dan penggunaan pupuk kandang sudah dilakukan oleh petani non koperator. Namun permasalahan yang timbul adalah sulit mendapatkan pupuk kandang dalam jumlah yang banyak/skala luas. Respon petani terhadap pemupukan berimbang sangat baik, karena petani menyadari tanpa pemupukan terlihat pertumbuhan dan produksi padi rendah. Kendalanya adalah ketersediaan pupuk Urea, SP 36 dan KCl terbatas, pada saat petani harus memupuk tanamannya. KESIMPULAN 1. Penerapan teknologi dengan pendekatan PTT untuk usahatani padi di lahan irigasi mendapat respon yang cukup tinggi dari petani, dengan beberapa komponen teknologi yang di anjurkan, diantaranya varietas unggul baru (VUB), sistim tanam legowo, pemupukan organik (pupuk kandang) dan an organik (urea) dengan Bagan Warna Daun (BWD). 2. Penerapan teknologi dengan pendekatan PTT menunjukkan peningkatan produksi padi antara 1,5-2 ton GKP/ha atau naik sekitar 30 % dan juga dapat meningkatkan pendapatan petani sekitar Rp. 2-3 juta atau sekitar 30 %.
DAFTAR PUSTAKA Anwar Khairil, 2007. Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan Untuk Mendukung Prima Tani di Desa Sri Agung, Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. BPS. 2005. Jambi Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jambi. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, 2005. Data Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pemerintah Provinsi Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Endrizal, Sitanggang D. Fachruddin dan Zaini., 2003. Hasil Studi Participatory Rural Apraisal pada Lahan Sawah Irigasi di Provinsi Jambi. Laporan hasil kegiatan BPTP Jambi kerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Jambi. Tidak di publikasikan. Hafsah, M. Jafar. 2003. Kebijaksanaan Peningkatan Produksi Padi Melalui Kegiatan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T). Prosiding Lokakarya Pelaksanaan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Zaini, Zulkifli, Elma Basri, Fauziah Y, Adriyani dan Arfi Irawati. 2006. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu padi Sawah di Lahan Irigasi Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian/Pengkajian Spesifik Lokasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.