PRODUKTIVITAS PADI GOGO MELALUI PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN Nurmili Yuliani, Khairatun Napisah dan Arief Darmawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas padi gogo melalui penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan, yang meliputi keragaan agronomis dan hasil.Pengkajian dilaksanakan pada bulan Pebruari Mei 2011, di lahan kering Desa Muara Ninian, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan.Penerapan PTT yang diintroduksikan meliputi VUB, Benih bermutu/bersertifikat, cara tanam benih ditugal 1-2 butir perlubang, jarak tanam legowo 2:1, pemberian pupuk secara berimbang, dan pengendalian hama dan penyakit. Dari hasil pengkajian terlihat bahwa varietas Batutegi memberikan hasil tertinggi yaitu 3,39 ton/ha diikuti oleh Towuti 2,57 ton/ha, Limboto 2,48 ton/ha, ,Situ Bagendit 1,93 ton/ha, dan yang paling rendah adalah Situ Patenggang 1,88 ton/ha. Kata kunci : padi gogo,produktivitas, PTT
Pendahuluan Salah satu strategi dalam mencapai sasaran Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) adalah dengan peningkatan produktivitas dan pengamanan produksi.Upaya yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan tersebut yaitu dengan menerapkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Selain itu pendekatan yang dilakukan yaitu dengan menerapkan komponen yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi setempat, dengan memperhatikan efisiensi input produksi yang memperhatikan penggunaan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga hasil padi meningkat yang pada akhirnya peningkatan petani juga dapat meningkat (Dirjentan, 2007). Saat ini produksi beras nasional sebagian besar ditopang oleh lahan sawah irigasi.Semakin jenuhnya produktivitas lahan sawah irigasi, maka perlu diperhitungkan tentang intensifikasi padi gogo.Adopsi teknologi padi gogo sering ditentukan oleh stabilitas hasil dan pemasaran.Selama ini peran padi gogo dalam swasembada pangan masih belum diperhitungkan, dimana upaya peningkatan produksi padi lebih terfokus pada lahan sawah irigasi, karena peluang keberhasilan intensifikasi padi sawah irigasi lebih besar dari padi gogo (Fagi, et al., 2004). Tingkat produktivitas padi gogo umumnya rendah, karena tingkatkesuburan tanah (N, P, K, Ca, Mg, dan Mo)yang rendah, kemasaman tinggi, dan memiliki tingkat ketersedian Al dan Mn yang tinggi. Secara fisik tanah ini memiliki kapasitas menahan air yang rendah dan mudah tererosi (Harahap et al., 1995). Rendahnya produktivitas padi gogo disebabkan Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 243
juga antara lain kondisi iklim dan tanah yang bervariasi, penerapan teknologi budidaya yang belum optimal terutama dalam pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, terutama penyakit blas serta penggunaan varietas unggul (Toha, 2005) Varietas unggul padi berperan besar dalam mengubah sistem pertanian subsistem menjadiusahan pertanian komersial, dengan kemampuan produksinya yang tiga kali lipat lebih tinggidibandingkan varietas lokal (Suprihatno,et al., 2009).Berbeda dengan paket teknologi yang diterapkan pada lahan sawah, paket teknologi padi gogo disesuaikan dengan permasalahan di lahan kering (Badan Litbang Pertanian, 2008).Pengembangan padi gogo dengan penerapan PTT di lahan kering dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi masalah ketahanan pangan, karena berpeluang dapat meningkatkan produktivitas padi. Menurut Toha (2007) paket utama PTT padi gogo menyangkut aspek penggunaan benih bermutu, varietas unggul yang adaptif, cara tanam dan pengaturan populasi, penggunaan bahan organik, pengaturan dosis dan cara pemberian pupuk (pemupukan N berdasarkan bagan warna daun (BWD), pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah (mengikuti rekomendasi pemupukan). Dengan menerapkan PTT padi gogo, terutama komponen varietas unggul baru yang sesuai, diharapkan dapat mempercepat adopsi teknologi oleh petani lahan kering dan mempercepat kenaikan hasil.Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas padi gogo melalui penerapan PTT di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Metodologi Pengkajian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2011, di lahan kering Desa Muara Ninian, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan. PTT yang diintroduksikan meliputi (1) VUB Batutegi,Limboto, Towuti,Situ Patenggang, dan Situ Bagendit, varietas ini dipilih karena varietas unggul padi gogo adaptif pada lingkungan spesifik (toleran kekeringan, tahan penggerek batang dan penyakit blas) (2) Benih bermutu/bersertifikat, (3) cara tanam benihditugal 1-2 butir perlubang. (4) jarak tanam legowo 2:1, (5) Pemberian pupuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.140/2007 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi,yaitu : urea 200 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 50 kg/ha,(6)pengendalian hama dan penyakit. Karakteristik tanaman yang diamati: Tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabahisi dan hampa per malai, Produksi (GKG). Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok untukkarakter agronomis yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah gabah isi, gabahhampa, panjang malai dan produksi, data dianalisis menggunakan uji DMRT taraf 5%.
Hasil dan Pembahasan Kondisi Umum Kabupaten Balangan Kabupaten Balangan terletak pada 114o50’24” - 115o50’24” Bujur Timur dan 02 01’37” - 02o35’58” Lintang Selatan. Memiliki luas wilayah 1.878,30 km2, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tabalong, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pasir Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kotabaru, sebelah selatan berbatasan dengan Hulu Sungai Tengah, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Anonim, 2011) o
Nurmili Yuliani, Khairatun Napisah dan Arief Darmawan: Produktivitas padi gogo | 244
Topografi Kabupaten Balangan sebagian besar berada pada daerah yang landai dengan kemiringan 0-2 m yaitu sebesar 130.298 km2. Hanya sebesar 29.970 km2 saja kemiringan yang terletak di atas 40 m. Iklim diKabupaten Balangan termasuk tipe B menurut Schmidt dan Ferguson, dengan curah hujan rata-rata 1788,8 mm/bulan dengan jumlah rata-rata hari hujan 117,3 hari (Anonim, 2011) Pertumbuhan dan Hasil Varietas Padi Gogo Dari Lima varietas (VUB) padi gogo yang dicobakan, ternyata varietas Batutegi yang tertinggi,sedangkan tanaman terendah adalah varietas Situ Bagendit (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif beberapa varietas padi gogo No
Varietas
1
Batutegi
2
Limboto
3
Tinggi Tanaman (cm) 109,83a
Jumlah Anakan per Rumpun (btg) 3,33 a
103,37 a
6,67 a
Towuti
87,57b
7,00 b
4
Situ Patenggang
72,33c
6,00 a
5
Situ Bagendit
68,20a
5,33 a
KK% 7,479 26,552 Keterangan: Angka pada satu kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5%berdasarkan uji DMRT Tinggi tanaman dari lima varietas padi gogo tersebut yang berbedaberdasarkan uji DMRT adalah Towuti diantara empat varietas lain. Tinggi tanaman yang ideal bekisar antara 90-105 cm karena mudah dirawat danumumnya tahan rebah dan posisi daun tegak yang memudahkan seluruh permukan tanamanmendapatkan penyinaran matahari yang penting bagi fotosintesa dan menekan beberapa penyakitseperti jamur (Thamrin,et al, 2009).Berdasarkan kriteria tersebut maka varietas Batutegidan Limboto memiliki tinggi tanaman yang cukup ideal. Walaupun secara statistik jumlah rumpun diantara varietas tidak berbeda nyata, terlihat jumlah anakan per rumpun yang tertinggi adalah varietas Towuti, diikuti oleh Limboto, Situpatenggang, Situ Bagendit, dan yang paling rendah adalah Batutegi. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat produksi masing-masing varietas. Karakteristik agronomis yang berpengaruh langsung terhadap hasil gabah yaitu jumlah anakanproduktif, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan panjang malai. Terlihat di Tabel 2. Produksitertinggi dapat dilihat yaitu varietas Batutegi, diikuti varietas Towuti, Limboto, Situ Bagendit, dan yang paling rendah adalah Situ Patenggang.Rendahnya produksi varietasSitu Patenggang karena gabah hampa tinggi, bulir padi lebih kecil-kecil, dan tangkaibenih mudah patah.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 245
Tabel 2. Jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, panjang malai dan hasil GKG Panjang Jumlah Gabah Persentase Gabah Hasil Ton/Ha Malai (cm) Isi per Malai Hampa (%) (GKG) 1 Batutegi 42,43a 163,00a 4,56b 3,39a ab ab ab 2 Limboto 39,37 137,00 9,61 2,48ab ab a ab 3 Towuti 39,77 148,00 14,85 2,57ab b bc a 4 Situ Patenggang 33,50 113,67 21,85 1,88b ab c ab 5 Situ Bagendit 37,47 102,67 13,35 1,93b KK % 9,741 13,13 54,76 23,77 Keterangan: Angka pada satu kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT No
Varietas
Sesuai dengan deskripsi varietasnya, varietas padi gogo ini semuanya toleran terhadap blasdan sebagian besar termasuk berumur genjah.Berikut adalah deskripsi VUB padi gogo yang disajikan pada tabel 3. Tabel 3.Deskripsi varietas padi gogo
Batutegi
Umur Tanaman (hari) 112 – 120
Pulen
Rata-rata Hasil (ton/ha) 3,0
Limboto
115 – 125
Sedang
4,5
Lalat bibit, blas daun dan blas leher
Towuti
105 – 115
Pulen
4,0 – 6,0
Situ Patenggang
110 – 120
Sedang
4,6
Wereng coklat biotipe 2, rentan biotipe 3, agak tahan hawar daun bakteri strain III dan IV, blas Blas
Situ Bagendit
110 – 120
Pulen
4 – 5,5
Varietas
Tekstur Nasi
Ketahanan terhadap Penyakit Blas daun, blas leher, bercak daun cokelat
Blas, hawar daun bakteri strain III dan IV
Sumber : Balitpa dalam Ningsih, 2011
Kesimpulan 1. Introduksi VUB padi gogo yang sesuai dengan komponen PTT dapat meningkatkan hasil di Kabupaten Balangan. Varietas Batutegi memberikan hasil tertinggiyaitu 3,39 ton/ha diikuti oleh Towuti 2,57 ton/ha, Limboto 2,48 ton/ha, ,Situ Bagendit 1,93 ton/ha, dan yang paling rendah adalah Situ Patenggang 1,88 ton/ha. 2. Varietas unggul baru padi gogo yang memiliki daya adaptasi baik dengan produktivitas tinggi diharapkan dapat menggantikan varietas padi gogo lokal dalam meningkatkan produktivitas di padi gogo tingkat petani.
Nurmili Yuliani, Khairatun Napisah dan Arief Darmawan: Produktivitas padi gogo | 246
Daftar Pustaka Anonim. 2011. Geografi dan Iklim Kabupaten Balangan. http://www.balangankab.go.id. Diakses pada 16 Mei 2014. Badan Litbang Pertanian. 2008. Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman terpadu (PTT) Padi gogo.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Padi, 2010. Deskripsi Sederhana Varietas Padi tahun 1978-2010. Dalam Rina Dirgahayu Ningsih (Ed). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.113 Hal. Ditjen Tanaman Pangan. 2007. Pedoman Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Fagi, A.M., H.M. Toha, dan J.S. Baharsjah. 2004. Potensi Padi Gogo dalam Swasembada Beras, Ekonomi Padi dan Beras Indonesia.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertnian. Departemen Pertanian. Harahap, Z., dan E. Lubis. 1995. Pengembangan Padi Gogo sebagai Tanaman sela di Daerah Perkebunan.Prosiding Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan.Fak.Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Suprihatno, Bambang, dan Aan A. Daradjat. 2009. Kemajuan dan Ketersediaan Varietas Unggul Padi. Padi inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan.Buku 1.Dalam Suyamto, I Nyoman Widiarta, dan Satoto (Eds). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Hal.331-352. Thamrin, T., Rudy Soehendi, dan Yanter Hutapea. 2009. Keragaan Galur-galur Harapan Padi Gogo Lahan Kering di Sumatera Selatan.Prosiding Seminar Nasional. Hasil Penelitian Padi. Buku 1. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Hal 263-273. Toha, H.M., K. Permadi, Prayitno, I. Yuliardi.2005. Peningkatan Padi Gogo melalui Pendekatan Modlel Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT).Seminar Puslitbang. Tanaman Pangan. Bogor, Juli 2005.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Toha, H.M. 2007. Pengembangan padi gogo menunjang program P2BN. Apresiasi Hasil Penelitian Padi. Balai Besar Penelitian Padi. Hal.295 -323.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 247