Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi Sawah
Petunjuk Teknis
PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU PADI SAWAH Penulis ; Dahono
Editor : Ahmad Misbah, SP, Deddy Hidayat, SP.t , Sahrul Hadi Nasution, SP, Muhammad Nasir Lay Out : Ardiyansyah Sumber Dana : DIPA LPTP KEPRI TA 2012 Oplah : 1500 EXP
L P T P Kepulauan R i a u
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi Sawah
KATA PENGANTAR Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah merupakan teknologi yang memiliki dua komponen yaitu teknologi dasar
dan
teknologi
pilihan.
Teknologi
dasar
adalah
:
(1)
Penggunaan Varietas unggul yang adaptif, (2) Penggunaan benih bermutu, (3) Penggunaan bibit muda, (4) Penggunaan jumlah bibit dan sistem tanam teratur,
(5) Pemupukan P dan K berdasarkan
PUTS, (6) Pemupukan N berdasarkan BWD, (7) Penggunaan bahan organik, (8) Pengairan berselang, (9) Pengendalian gulma secara terpadu, (10) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dan (11) Penanganan panen dan pascapanen. Sedangkan teknologi pilihan adalah (1) Pengolahan tanah sesuai dengan musim tanam; (2) Umur bibit muda saat dipindahkan (<21 hari setelah semai, HSS); (3) Tanam bibit sebanyak 1-3 batang per rumpun; (4) Perbaikan aerasi tanah/penyiangan; (5) Pengairan sesuai anjuran; dan (6) Panen sesuai anjuran (tepat waktu dan gabah segera dirontok) Buku
petunjuk teknis ini berisi pengetahuan tentang
budidaya tanaman padi sawah dengan teknologi PTT yang dapat di jadikan pedoman bagi petani padi sawah, praktisi dan lingkup instansi terkait
Tanjungpinang, September 2012
Dahono L P T P Kepulauan R i a u
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi Sawah
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ……………………………………………………….. Ii DAFTAR ISI …………………………………………………………...
Iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
Iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
V
PENDAHULUAN………………………………………………………..
1
KOMPONEN TEKNOLOGI DASAR................................... 4 -
Penggunaan Varietas unggul ............................... Benih Bermutu ................................................... Penggunaan Bibit Muda....................................... Penentuan Jumlah Bibit dan Cara Tanam ............. Pemupukan P dan K ........................................... Pemupukan N Berdasarkan BWD.......................... Penambahan Bahan Organik................................ Pengairan Berselang ........................................... Pengendalian Gulma Secara Terpadu.................... Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu............ Penanganan Panen dan Pasca Panen....................
4 5 7 7 8 12 15 18 20 22 28
KOMPONEN TEKNOLOGI PILIHAN................................ - Pengolahan Lahan.............................................. - Persemaian........................................................ - Tanam............................................................... - Pemeliharaan..................................................... - Panen................................................................ PENUTUP................................................................... BAHAN BACAAN..........................................................
29 29 30 31 32 33 33 34
L P T P Kepulauan R i a u
i
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi Sawah
DAFTAR TABEL Halaman 1
Kebutuhan pupuk SP 36 berdasarkan analisis tanah dengan PUTS ………………………………………………………..
9
2
Kebutuhan pupuk KCl berdasarkan analisis tanah dengan PUTS............................................................
10
3
Kebutuhan pupuk N diberikan berdasarkan BWD.........
15
L P T P Kepulauan R i a u
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi Sawah
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Sistim tanam legowo 4 :1 dan 2 : 1............................
8
2
Perangkat uji tanah sawah (PUTS)..…………………………
9
3
Contoh Penggunaan Bagan warna pada penentuan status hara P........ ...................................................
11
4
Contoh Penggunaan Bagan warna pada penentuan
12
status hara K........ ................................................... 5
Bagan Warna Daun...................................................
15
6
Penyiangan Padi Sawah dengan Menggunakan Gasrok
21
L P T P Kepulauan R i a u
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
PENDAHULUAN Kebutuhan padi dalam bentuk beras di Indonesia setiap tahunnya jumlah
meningkat seiring dengan pertambahan
penduduk. Laju pertumbuhan penduduk meningkat
sebesar 1,36 % pertahun pada periode 2000-2006, sementara konsumsi
perkapita
diasumsikan
tetap
137
kg,
maka
diproyeksikan konsumsi beras 34 juta ton pada tahun 2015 dan 36 juta ton pada tahun 2020. Jumlah penduduk di Propinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011 mencapai 1.679.163 jiwa berarti diproyeksikan kebutuhan beras mencapai 230.045 ton sementara produksi beras baru mencapai 747,6 ton dengan rata-rata produksi kurang dari 3 t/ha, berarti Provinsi Kepulauan Riau masih kekurangan beras sebanyak 229.297 t/tahun. Dalam
upaya peningkatan
khususnya padi tentang
pertanian
sangat diperlukan pengetahuan praktis
pembudidayaan
mendapatkan
produksi
mutu
tanaman.
fisiologis
yang
Sedangkan tinggi
untuk
diperlukan
penanganan pra dan pasca panen yang baik. Penanganan kedua fase
tersebut
meliputi teknik bercocok tanam,
pengendalian hama /penyakit, pengendalian gulma, waktu panen, cara panen, processing dan penyimpanan.
L P T P Kepulauan R i a u
1
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Akibat menurunnya luas lahan sawah produktif terutama di Jawa,
mendesak dilakukannya pembukaan sawah baru di
luar Pulau Jawa termasuk di Provinsi Kepulauan Riau. Masalah
pembukaan
sawah
baru
yang
akan
muncul
diantaranya adalah: 1) masalah efisiensi air dan pelumpuran, 2) produktivitas tanah rendah, 3) adanya perubahan kimia tanah yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman akibat penggenangan,
seperti
keracunan
besi
atau
mangan
(Nursyamsi et. al,. 1995). Penggunaan varietas unggul baru yang toleran dengan masalah lahan bukaan baru merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2007). Menurut
Hapsah
et
al,
(2005)
bahwa
peningkatan
produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan VUB (varietas unggul baru). Penambahan bahan organik ke dalam lahan sawah dapat menurunkan kadar Fe dan meningkatkan hasil gabah kering 22,5%. Pemberian 1 t kapur/ha dan 5 t pupuk kandang/ha serta pemupukan NPK dapat meningkatkan hasil padi 1-2 t/ha. Pemberian bahan organik pada lahan sawah dapat
memperbaiki
kesuburan
tanah,
meningkatkan
ketersediaan hara dan membantu menetralisir keracunan Fe. Pengapuran diberikan pada lahan sawah yang memiliki pH awal <4. Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah dan L P T P Kepulauan R i a u
2
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
mempercepat pencucian besi terlarut. Jerami padi sisa hasil panen setiap musim
tanam dikembalikan sebagai sumber
bahan organik. Disamping
penggunaan
pupuk
yang
tepat
dan
seimbang juga dapat dilakukan pengairan berselang antara penggenangan menanggulangi
dan
pengeringan
keracunan
Pengeringan selama
besi
sehingga pada
lahan
dapat sawah.
6 dan 9 hari setelah tanam dapat
meningkatkan hasil gabah sebesar 3 kali lipat. Penggunaan VUB, pemupukan berimbang, pemberian bahan
organik
dan
pengapuran
secara
parsial,
telah
disosialisasikan oleh Badan Litbang sejak tahun 2001 melalui inovasi
teknologi
yang
dikenal
dengan
model
PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu) dengan mengintroduksikan beberapa komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.
L P T P Kepulauan R i a u
3
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
KOMPONEN TEKNOLOGI DASAR Komponen teknologi yang dianjurkan dalam penerapan model PTT padi sawah di sentra produksi padi di Provinsi Kepulauan Riau adalah: (1) Penggunaan Varietas unggul yang adaptif, (2) Penggunaan benih bermutu, (3) Penggunaan bibit muda, (4) Penggunaan jumlah bibit dan sistem tanam teratur, (5) Pemupukan P dan K berdasarkan PUTS, (6) Pemupukan N berdasarkan BWD, (7) Penggunaan bahan organik, (8) Pengairan berselang, (9) Pengendalian gulma secara terpadu, (10) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dan (11) Penanganan panen dan pascapanen. Komponen teknologi 1-7 merupakan penciri model PTT dan dapat diterapkan bersamaan. Penggunaan varietas Unggul Varietas merupakan salah satu teknologi utama yang mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dan berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2007). Kontribusi nyata
varietas unggul terhadap peningkatan
produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian swasembada beras pada tahun 1984. Varietas sebagai salah satu komponen produksi telah memberikan sumbangan sebesar 56% dalam peningkatan produksi, yang pada dekade L P T P Kepulauan R i a u
4
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
1970-2000 mencapai hampir tiga kali lipat. Oleh karena itu, maka salah satu titik tumpu utama peningkatan produksi padi adalah perakitan dan perbaikan VUB (Balitpa, 2004). Hapsah (2005) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas padi dapat
diupayakan melalui penggunaan VUB.
Beberapa
varietas yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian memiliki potensi
hasil
tinggi.
Varietas
yang
digunakan
untuk
pertanaman padi adalah varietas unggul baru yang bermutu dan berlabel serta mempunyai peluang pasar dan sesuai dengan referensi masyarakat disekitarnya. Beberapa varietas unggul baru toleran lahan sawah
bukaan baru diantaranya
adalah Banyuasin, Batang Piaman, Batang Lembang, IR66,
IR64, Sentanur, Ciujung, Batanghari, Dendang, Indragiri, Punggur, Martapura, Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur, Mendawak, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4 , Inpara 5, Inpara 6, Benih Bermutu Benih padi yang baik untuk digunakan dalam proses produksi pertanian pada dasarnya harus memiliki mutu yang tinggi. Benih yang baik dan bermutu tinggi akan menjamin pertanaman yang bagus dan hasil panen yang tinggi dan ini dicerminkan oleh tingginya tingkat kemurnian benih.
L P T P Kepulauan R i a u
5
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Syarat benih bermutu 1. Murni, jelas nama varitasnya dan bersertifikat 2. Berdaya tumbuh tinggi dan memiliki vigor yang baik 3. Gabah sehat, bernas dan seragam 4. Dipanen dari tanaman yang sehat 5. Bersih tidak tercampur dengan varietas lain dan biji gulma Benih kualitas baik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Untuk menentukan daya kecambah benih padi yang bermutu diperoleh dengan cara : 1. Rendamlah benih dalam larutan ZA 20 g/ltr air atau larutan 20 g garam/ltr air 2. Lalu masukkan benih yang akan ditanam ke dalam wadah larutan garam atau ZA 3. Setelah benih dimasukkan lihat bila ada benih yang mengapung dibuang. 4. Benih yang terbenam dicampur dengan pestisida berbahan aktif fipronil (Regent) dengan dosis 12,5 ml/kg benih untuk pencegahan penggerek batang.
L P T P Kepulauan R i a u
6
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Penggunaan Bibit Muda Penanaman bibit muda bertujuan untuk mendapatkan jumlah anakan lebih banyak dibandingkan menggunakan bibit tua, namun untuk daerah yang endemik keong mas tidak dianjurkan. Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit tanaman yang baik, tanaman di pesemaian perlu diberi pupuk, terutama pupuk organik atau pupuk kandang dan pupuk urea. Penentuan Jumlah Bibit dan Cara Tanam Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik, disarankan untuk : 1. Gunakanlah bibit kurang dari 3 bibit per rumpun agar
persaingan
antar bibit dalam memperoleh
unsur hara, cahaya air dan udara berkurang 2. Gunakanlah jarak tanam dengan sistem
jajar
legowo 2:1 atau 4:1 (Gambar 1) atau jarak tanam (20 x 10 cm) x 40 cm. Populasi tanaman system tanam legowo 2:1 sama dengan model tegel 20 cm x 20 cm (25 rumpun/m2), sedangkan legowo 4:1 lebih banyak (36 rumpun/m2).
L P T P Kepulauan R i a u
7
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Gambar 1. Sistim tanam legowo 4 :1 dan 2 : 1 Keuntungan sistem tanam jajar legowo adalah : (1). Semua barisan rumpun tanaman yang berada pada pinggiran biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir) (2). Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah (3). Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air (4). Penggunaan pupuk lebih efisien dan efektif Pemupukan P dan K Untuk penggunaan pupuk SP36 dan KCl dapat dilakukan berdasarkan hasil analisis PUTS (perangkat uji tanah sawah) yang ditampilkan pada Gambar 2. Penggunaan pupuk SP36 diberikan seluruhnya pada saat tanam (Tabel 1), sedangkan pupuk KCl diberikan
½ bagian pada saat tanam dan
½
bagian saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam ( HST) yang ditampilkan pada Tabel 2. L P T P Kepulauan R i a u
Pupuk tersebut diberikan 8
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
dengan cara disebar merata ke seluruh permukaan petakan dengan cara menutup saluran air yang masuk dan keluar. Tabel 1. Kebutuhan pupuk SP 36 berdasarkan analisis tanah dengan PUTS Rekomendasi kg SP-36/ha
Hasil pengukuran dengan PUTS Rendah
Sedang
Tinggi
100*
75
50
* Diaplikasikan 1 kali pada saat tanam
Gambar 2. Perangkat uji tanah sawah (PUTS)
L P T P Kepulauan R i a u
9
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Tabel 2. Kebutuhan pupuk KCl berdasarkan analisis tanah dengan PUTS Rekomendasi K (KCl/ha)
Kadar hara K dalam tanah Rendah
Sedang
Tinggi
Tanpa jerami
100*
50*
50*
Dengan jerami
50*+ jerami 5 t/ha
jerami 5 t/ha
jerami 5 t/ha
*Diaplikasikan 2 kali (½ sbg ppk dasar dan ½ saat promordia), terutama bila takarannya tinggi Cara Menggunakan PUTS untuk Penetapan Status P 1. Ambil tanah pada areal/hamparan yang seragam sedalam 0-20 cm dengan bor tanah atau cangkul dengan cara diagonal atau sistimatik atau zigzag atau acak. Untuk 1 ha diambil 5-8 titik kemudian dikompositkan menjadi 1 sampel bobot + 0,5 kg 2. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula (0,5 cm ) tanah yang diambil dengan spet, diamsukkan ke dalam tabung reaksi 3. Tambahkanlah 3 ml pereaksi P-1 kemudian diaduk sampai merata dengan pengaduk kaca 4. Tambahkanlah 5-10 butir atau seujung pereaksi P-2, dikocok selama 1 menit
spatulla
5. Diamkanlah selama + 10 menit 6. Bandingkalanlah dengan bagan warna yang tersedia dalam perangkat PUTS (Gambar 3) L P T P Kepulauan R i a u
10
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Gambar 3. Contoh penggunaan Bagan Warna pada penentuan status hara P. Cara Menggunakan PUTS untuk penetapan K dalam tanah 1. Ambil tanah pada areal/hamparan yang seragam sedalam 0-20 cm dengan bor tanah atau cangkul dengan cara diagonal atau sistimatik atau zigzag atau acak. Untuk 1 ha diambil 5-8 titik kemudian dikompositkan menjadi 1 sampel bobot + 0,5 kg 2. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula (0,5 cm ) tanah yang diambil dengan spet, diamsukkan ke dalam tabung reaksi 3. Tambahkanlah 2 ml pereaksi K-1 kemudian diaduk sampai merata dengan pengaduk kaca 4. Tambahkanlah 1 tetes pereaksi K-2 kemudian dikocok selama 1 menit
L P T P Kepulauan R i a u
11
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
5. Tambahkanlah 1 tetes pereaksi K-3 kemudian dikocok sampai merata 6. Diamkanlah selama +
10 menit
7. Bandingkalanlah dengan bagan warna yang tersedia dalam perangkat PUTS (Gambar 4)
Gambar 4. Contoh penggunaan Bagan Warna pada penentuan status hara K. Pemupukan N berdasarkan BWD Bagan Warna Daun (BWD) adalah suatu alat yang digunakan
untuk menentukan kebutuhan hara N tanaman
dengan membandingkan warna daun tanaman dengan warna pada panel, terdiri atas 4 kotak skala warna mulai dari hijau L P T P Kepulauan R i a u
12
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
muda
(skala
mendapatkan
2)
sampai
hijau
pertumbuhan
tua
tanaman
(skala yang
g
5).
Untuk
baik,
petani
cenderung menggunakan pupuk nitrogen secara berlebihan. Hal ini selain tidak efisien juga dapat menyebabkan tanaman peka terhadap hama dan penyakit serta mudah rebah. Agar pemupukan efisien dan efektif, maka penggunan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan nitrogen tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun/BWD (Leaf Color Chart/LCC). BWD membantu mengetahui apakah tanaman perlu segera diberi pupuk nitrogen atau tidak dan berapa takaran yang perlu diberikan. Selain itu, penggunaan BWD dapat menghemat pemakaian pupuk nitrogen sekitar 15-20% dari takaran yang umum digunakan petani. Waktu pemupukan nitrogen berdasarkan sistem tanam (tanam pindah atau tanam benih langsung) tidak sama,
dimana pada sistem tanam
pindah dimulai pada umur 14 HST (hari setelah tanam), sedangkan pada sistem tanam benih langsung pada umur 21 HSS (hari setelah sebar), seperti pada Tabel 3.
L P T P Kepulauan R i a u
13
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
Cara Penggunaan Bagan Warna menentukan pupuk Nitrogen adalah :
Daun
(BWD)
g
untuk
1. Pilihlah secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun 2. Letakkanlah
bagian tengah daun di atas BWD
(Gambar 5) dan bandingkan antara warna daun dengan warna pada panel. Jika warna daun berada diantara 2 skala, gunakan nilai rata-ratanya, misalnya 3,5 untuk warna antara 3 dan 4 3. Sewaktu mengukur warna daun dengan BWD, jangan menghadap sinar matahari, sebab pantulah sinar matahari dari daun padi dapat berpengaruh pada pengukuran warna daun 4. Pilihlah waktu pembacaan daun pada pagi atau siang hari, hindari menilai warna daun dengan BWD di tengah terik matahari 5. Lakukanlah pengukuran pada waktu yang sama dan oleh orang yang sama 6. Jika enam atau lebih dari sepuluh daun yang diamati warnanya berada dalam batas kritis yaitu di bawah skala 4, maka tanaman perlu segera diberi pupuk N susulan sesuai dengan tingkat
hasil di tempat
bersangkutan
L P T P Kepulauan R i a u
14
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Gambar 4. Bagan warna daun Tabel 3. Kebutuhan pupuk N diberikan berdasarkan BWD Nilai warna
Tingkat hasil (GKG)
daun dengan
5 t/ha
BWD*
Takaran Urea (kg/ha)
6 t/ha
7 t/ha
8 t/ha
2–3
75
100
125
150
>3 – 4
50
75
100
125
>4 – 5
0
0 – 50
50
50
* Pupuk N dasar tanpa pembacaan BWD: 20 – 30 kg/ha Penambahan Bahan Organik Penambahan bahan organik ke dalam lahan sawah dapat menurunkan kadar Fe dan meningkatkan hasil gabah kering 22,5%. Pemberian 1 t kapur/ha dan 5 t pupuk kandang/ha serta pemupukan NPK dapat meningkatkan hasil padi 1-2 t/ha. Pemberian bahan organik pada lahan sawah L P T P Kepulauan R i a u
15
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
dapat
memperbaiki
kesuburan
tanah,
g
meningkatkan
ketersediaan hara dan membantu menetralisir keracunan Fe . Pengapuran diberikan pada lahan sawah pada pH awal <4. Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, mempercepat pencucian besi terlarut. Jerami padi sisa hasil panen setiap musim tanam dikembalikan sebagai sumber bahan organik. Bahan organik merupakan bahan-bahan yang berasal dari
limbah hasil tanaman, limbah hasil ternak, produk
sampingan (by product), tandan kosong sawit, sampah rumah tangga, pupuk hijau atau tanaman leguminose. Kandungan hara dalam
bahan organik tergolong
lengkap,
namun
jumlahnya rendah dan agak lambat tersedia sehingga diperlukan dalam jumlah yang banyak.
Beberapa manfaat bahan organik adalah : 1. Meningkatkan kadar bahan organik tanah 2. Memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah 3. Meningkatkan keragaman, populasi dan aktivitas mikroba 4. Menyediakan hara makro dan mikro Penggunaan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang dan hasil samping tanaman, biasanya bila akan digunakan membutuhkan waktu yang lama untuk terdekomposisi, untuk mempercepat
proses
L P T P Kepulauan R i a u
dekomposisi
bahan
organik
perlu
16
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
dilakukan pengomposan. Ada 2
g
cara yang dapat dilakukan
dalam pengomposan yaitu dengan cara aerob dan anaerob, namun
yang
Pengomposan minggu,
umum
dilakukan
biasanya
adalah
memerlukan
secara
waktu
aerob.
sekitar
2-4
tergantung jenis bahan organik dan dekomposer
yang digunakan. Pengomposan jerami secara aerob pada jerami padi adalah sebagai berikut : 1. Siapkan tempat pembuatan kompos yang terlindung dari hujan dan cahaya matahari langsung 2. Cacahlah jerami dengan ukuran 3-5 cm 3. Tumpuk jerami selapis demi selapis setebal 20 cm hingga setinggi 1,25 m, dan setiap lapisan dibasahi air secukupnya dan disiram dengan larutan mikroba selulotik
atau
lignolotik
yang
berperan
sebagai
dekomposer (Orgadec, Probion, stardec, M.dec, Orlitani dan EM4) 4. Basahilah bahan (jerami) dengan kelembaban sekitar 30-40% (bila bahan dikepal air tidak keluar dan bila kepalan dilepas bahan baku akan mekar) 5. Tumpuklah jerami yang sudah diberi decomposer dan kemudian
ditutup dengan plastik atau terpal warna
gelap 6. Suhu kompos diukur secara berkala setiap 3 hari dengan mempertahankan suhu sekitar L P T P Kepulauan R i a u
50-80
o
C
17
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
tergantung decomposer yang dipakai. Jika suhu lebih tinggi lakukan pembalikan dan penyiraman 7. Kompos yang sudah matang berwarna kecoklatan dengan suhu sama dengan suhu sebelum dilakukan pengomposan (+ 30
o
C, kelembaban 40-60%, dan
tidak mengeluarkan bau 8. Waktu yang dibutuhkan untuk pengomposan sekitar 2 sampai 4 minggu, tergantung jenis bahan baku dan dekomposer yang digunakan Pengairan Berselang Pengairan berselang (intermittent irrigation) yaitu pengaturan air di lahan sawah dalam kondisi kapasitas lapang dan tergenang secara bergantian, dengan tujuan : (a). Efisiensi penggunaan air (b). Terjadinya oksidasi dan reduksi sehingga system kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara dan berkembang lebih dalam (c). Mencegah timbulnya keracunan besi (d). Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S (e). Mengaktifkan jasad renik mikroba (f) Mengurangi kerebahan (g) Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif
L P T P Kepulauan R i a u
18
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
(h) Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen (i) Memudahkan pembenaman pupuk (j) Memudahkan pengendalian hama Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan air secara berselang dalam satu musim tanam adalah ketersediaan air dan sifat fisik tanah. Untuk daerah yang ketersediaan airnya cukup, lakukan pengairan bergilir selang 3 hari, sedangkan untuk lokasi yang ketersediaan airnya terbatas
pengairan bergilir sampai 5 hari. Demikian
juga untuk jenis tanah bepasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek. Cara pengelolaan air secara berselang adalah sebagai berikut : 1. Lakukan pergiliran pengairan selang 3-5 hari sejak bibit berumur 3 MST (tergantung ketersediaan air) dengan tinggi genangan sekitar 3-5 cm sampai fase anakan maksimal 2. Mulai dari fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi secara terus menerus. 3. Sekitar 10-15 hari sebelum panen, petakan sawah dikeringkan
L P T P Kepulauan R i a u
19
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Pengendalian Gulma secara Terpadu Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara Mekanik dan kimia. Pengendalian dengan mekanik dilakukan dengan cara : 1. Pengolahan tanah secara sempurna 2. Mencabut gulma dengan tangan 3. Menggunakan landak/gasrok Sedangkan pengendalian gulma dengan kimia adalah : Menggunakan herbisida, baik sitemik maupun kontak. Keuntungan penyiangan secara mekanik adalah: (a) Ramah lingkungan (b) Tidak membutuhkan biaya pembelian herbisida (c) Meningkatakan aerasi tanah dan merangsang pertumbuhan akar tanaman (d) Meningkatkan efisiensi pemupukan Cara penyiangan dengan mekanik adalah sebagai berikut : (a) Lakukanlah saat tanaman berumur 10-15 HST (b) Lakukanlah 2 kali (umur 10-15 HST dan 20-40 HST) (c) Lakukanlah pada kondisi tanah macak-macak (tinggi air 2-3 cm) (d) Lakukanlah dengan dua arah yaitu di antara barisan tanaman dan di dalam barisan tanaman L P T P Kepulauan R i a u
20
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Gambar 5. Penyiangan padi sawah dengan menggunakan Gasrok
Penyiangan dengan meggunakan alat Landak atau Gasrok Manfaat: 1. Ramah lingkungan 2. Hemat tenaga kerja 3. Meningkatkan jumlah udara di dalam tanah 4. Merangsang pertumbuhan akar Penyiangan dengan alat landak atau gasrok dilakuakan menjelang
umur
21
hari
setelah
tanam.
Sedangkan
penyiangan berikutnya tergantung kepadatan gulma.
L P T P Kepulauan R i a u
21
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHT) Konsep PHT adalah suatu pendekatan pengelolaan secara ekologik yang multidisiplin dan memanfaatkan berbagai taktik pengendalian secara kompatibel dalam satu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan, sehingga tidak mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan dari beberapa cara pengendalian, diantaranya monitoring populasi dan kerusakan tanaman. Strategi pengendalian hama penyakit terpadu adalah: (1) Gunakanlah varietas tahan (2) Tanam tanaman yang sehat (3) Lakukanlah pengendalian secara kultur teknis, Seperti : a. Pola tanam tepat b. Pergiliran tanaman c. Waktu tanam yang tepat d. Pemupukan yang tepat e. Pengelolaan tanah dan irigasi f. Penggunaan tanaman perangkap g. Kebersihan lapangan L P T P Kepulauan R i a u
22
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
(4) Pengamatan berkala di lapangan (5) Pemanfaatan musuh alami (predator) (6) Pengendalian secara mekanik (7) Pengendalian secara fisik (8) Penggunaan pestisida Beberapa hama dan penyakit utama pada tanaman padi sawah dan cara pengendaliannya adalah sebagai berikut : Tikus (Rat) Untuk
pengendalian
Hama
tikus
dikendalikan sedini mungkin, yang dimulai sampai
tanaman
dipanen
secara
sebaiknya
dari pratanam
bersama-sama
dan
terkoordinasi. Pengendalian hama tikus terpadu didasarkan pada pemahaman ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan
terus
menerus
dengan
memanfaatkan
teknologi
pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pemasangan perangkap
bubu
di
persemaian
maupun
pertanaman
merupakan
salah satu cara yang dapat menekan populasi
tikus (Hasanuddin, 2003; Departemen Pertanian, 2007; Las et
al., 2002; Badan Litbang Pertanian, 2007).
L P T P Kepulauan R i a u
23
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Beberapa Strategi pengendalian hama tikus : 1. Terapkanlah pola tanam yang teratur dan waktu tanam serempak 2. Lakukanlah gropyokan massal dan penggunaan rodentisida pada saat pratanam/pengolahan tanah 3. Pagarlah saat tanaman padi dipersemaian 4. Buatlah perangkap dengan sistem bubu (trap barrier system). perangkap bubu linier (linier trap barrier system) 5. Sanitasi gulma pada habitat tikus 6. Pengendalian mekanis 7. Fumigasi sarang tikus 8. Pengunaan rodentisida Wereng Coklat (Brown Planthopper) Wereng coklat merupakan salah satu hama penting, terutama pada pertanaman yang dipupuk nitrogen dosis tinggi dan jarak tanam rapat. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan wereng coklat adalah dari pembibitan sampai fase matang susu. Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman menguning dan cepat sekali mongering, mengumpul pada satu lokasi,
melingkar yang disebut hopperburn. Ambang
L P T P Kepulauan R i a u
24
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
ekonomi wereng coklat adalah 15 ekor /rumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari. Beberapa strategi pengendaliannya wereng coklat adalah: (1)
Pengendalian secara kultural
(2)
Penanaman varietas yang tahan
(2)
Pemberian pupuk K
(3)
Penggunaan insektisida
Wereng Hijau (Green Leafhopper) Wereng hijau merupakan hama penting karena dapat menyebabkan (vector) virus tungro penyebab penyakit tungro. Fase pertumbuhan tanaman yang rentan terhadap serangan wereng
hijau
adalah
dari
fase
pembibitan
sampai
pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah 1. Tanaman menjadi kerdil 2. Anakan berkurang 3. Daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye Ambang ekonomi adalah 5 ekor wereng hijau/rumpun. Jika 2 tanaman bergejala tungro/1000 rumpun merupakan indikasi tungro telah ditularkan dan dapat merusakan tanaman. Siklus hidup 23-30 hari.
L P T P Kepulauan R i a u
25
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Cara pengendalian wereng hijau (1) Tanam varietas tahan wereng hijau (2) Lakukanlah pengendalian jika di lapang terlihat gejala (3) Semprotlah dengan insektisida Penggerek Batang Padi (Stem Borer) Penggerek batang padi merupakan hama yang sangat penting pada tanaman padi dan sering menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Tanda-tanda adanya penggerek batang dan cara penangglangannya : 1. Ngengat di pertanaman 2. Larva di batang 3. Anakan kerdil dan mati 4. Malai hampa 5. Serangan penggerek pada saat pembibitan sampai pembentukan malai 6. Siklus hidupnya 40-70 hari tergantung pada spesiesnya 7. Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10% rumpun terserang dan 4 kelompok telur/rumpun (pada fase bunting). L P T P Kepulauan R i a u
26
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
8. Gunakanlah Insektisida berbahan aktif : karbofuran, bensultap
(Bancol),
Bisultap
(Panzer,
Spontan),
Fipronil, dan Karbosulfan (Marshal) Ulat Tentara/Grayak (Armyworm) Tanda-tanda adanya Ulat Tentara dan cara penanggulangan 1. Ngengat dewasa aktif pada malam hari (makan, berpopulasi, dan berimigrasi) terutama pada cuaca yang berawan, dan sangat tertarik dengan cahaya 2. Kerusakan terjadi bagian atas tanaman, yang dimulai dari tepi daun,
memotong malai dan terjadi pada
semua stadia pertumbuhan tanaman 3. Gunakanlah
Insektisida berbahan aktif BPMC dan
karbofuran Hawar Daun Bakteri (Bacterial Leaf Blight) 1. Bercak berwarna kuning sampai putih, mulai dari salah satu atau kedua tepi daun rusak, dan berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun bahkan biasa mencapai pangkal daun dan pelepah daun pada varietas rentan 2. Infeksi dapat terjadi mulai dari fase pesemaian sampai awal fase pembentukan anakan. Pada fase pembibitan L P T P Kepulauan R i a u
27
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
3. Infeksi bakteri dapat menyebabkan bibit menjadi kering, dan bila sel bakteri menginfeksi tanaman melalui
akar
dan
pangkal
batang,
tanaman
menunjukkan gejala kresek. Seluruh daun dan bagian tanaman lainnya menjadi kering.
Sumber
infeksi dapat berasal dari jerami yang terinfeksi, tunggul jerami, singgang dari tanaman yang terinfeksi, benih dan gulma inang. Cara pengendalian adalah : 1. Gunakanlah varietas tahan 2. Sanitasi
lingkungan
(tunggul
dan
jerami
yang
terinfeksi) 3. Gunakanlah
kompos
yang
sudah
terdekomposisi
sempurna 4. Gunakanlah benih/bibit yang sehat 5. Gunakanlah pupuk nitrogen secara tidak berlebihan Penanganan Panen dan Pasca Panen Penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik penyebabkan penurunan hasil mencapai sekitar 20 % dan menyebabkan penurunan mutu hasil padi.
L P T P Kepulauan R i a u
28
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan panen dan pascapanen (a) Panen dilakukan pada waktu yang tepat yaitu umur 95% malai telah menguning (b) Perontokan sesegera mungkin (c) Pengeringan, meliputi penjemuran gabah di lantai jemur; ketebalan gabah 5-7 cm; lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali (d) Kadar air gabah 12-14%) (e) Tempat penyimpanan gabah/beras harus bebas hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik KOMPONEN TEKNOLOGI PILIHAN Komponen
teknologi
pilihan
terdiri
dari
enam
komponen, yaitu: (1) Pengolahan tanah sesuai dengan musim tanam; (2) Umur bibit muda saat dipindahkan (<21 hari setelah semai, HSS); (3) Tanam bibit sebanyak 1-3 batang per rumpun; (4) Perbaikan aerasi tanah/penyiangan; (5) Pengairan sesuai anjuran dan (6) Panen sesuai anjuran (tepat waktu dan gabah segera dirontok) (Badan Litbang Pertanian, 2008). Pengolahan Lahan Pengolahan lahan I tanah dibajak dengan sempurna sampai kedalaman 15-20 cm, kemudian lahan digenangi
L P T P Kepulauan R i a u
29
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
dengan air 2-3 hari dan dikeringkan 7-10 hari. Pengolahan lahan ke II, lahan dibajak dan digenangi 2-3 hari, keringkan 710 hari. Pengolahan ke III tanah digaru, diratakan dan bersihkan.
Pemberian pupuk
kompos atau pupuk kandang
yang telah matang dan kapur dengan cara ditaburkan secara merata 1-2 minggu sebelum tanam dengan takaran kapur 2 t/ha dan takaran pupuk kandang 5 t/ha.
Pemberian
herbisida pratumbuh disemprot 5 hari sebelum tanam. Persemaian Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan persemaian : • Kualitas lahan untuk persemaian sama pentingnya dengan lahan untuk produksi benih, sehingga tata cara penyiapan lahannya sama dengan untuk produksi benih • Luas lahan untuk persemaian 4% dari luas pertanaman (400 m2 untuk tiap hektar pertanaman) • Gunakan pupuk kandang atau kompos dan pastikan tidak ada gulma dan biji-biji gulma • Tanah diolah sampai halus/gembur, bebas dari gulma, sisa gulma dan tanaman lain, buat bedengan dengan lebar 1,5 m dan panjang sesuai dengan kondisi lapangan • Benih yang telah mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 0,5-1 kg per 20 m2. L P T P Kepulauan R i a u
30
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
• Kebutuhan benih per hektar sekitar 10-20 kg. • Persemaian dibuat setelah pengolahan tanah pertama • Untuk menghindari serangan hama tikus sebaiknya dilakukan pemagaran dengan pagar plastik • Persemaian dipantau atau diawasi, agar perkembangan serangan hama/penyakit dapat terlihat • Apabila terdapat hama dan penyakit dalam persemaian dikendalikan dengan pestisida Tanam Penanaman merupakan awal kegiatan bercocok tanam yang sangat menentukan tingkat hasil yang dicapai, oleh karena itu bahan tanam berupa bibit sejak tanam sampai pembibitan harus benar-benar sehat, vigor dan memiliki umur yang tepat. Kegiatan penanaman diantaranya adalah penyediaan bibit, persiapan lahan, pengaturan air, pengukuran dan penanaman. • Bibit dipindahkan ke lapangan saat berumur kurang dari 21 hari setelah semai ( HSS) • Mencabut bibit dengan akar penuh dan batang tidak boleh patah • Bibit diikat untuk mempermudah pengangkutan dan pendistribusian kepetakan lainnya
L P T P Kepulauan R i a u
31
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
• Lahan untuk tanam harus sudah bersih dari gulma, tanaman lain serta Saat akan dilakukan penanaman kondisi air diusahakan macak-macak • Agar tanaman lebih rapi dan teratur, maka dilakukan pengukuran, sistem tanam yang dilakukan adalah sistem tanam jajar legowo 4 :1 atau 2 : 1 • Penanaman dilakukan dengan 1- 3 bibit/lubang tanam • Sisa bibit ditaruh di ujung barisan sebagai ‘dederan’ untuk bahan penyulaman Pemeliharaan Pemeliharaan penyiangan,
yang
perbaikan
dilakukan pematang,
adalah pengairan
penyulaman, berselang,
pemberantasan hama dan penyakit dengan konsep PHT yaitu secara fisik dan mekanis dan terakhir yaitu menggunakan pestisida kimia. Penyulaman dilakukan pada 7-10 HST dengan menggunakan bibit dari varietas
dan umur yang sama,
Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 14 dan 28 HST. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.
L P T P Kepulauan R i a u
32
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
PANEN Panen dilakukan bila tanaman padi sudah mulai menguning sekitar 95 % , secara umum pada umur 90-120 HST atau tergantung varietas yang digunakan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi. Sebelum panen dimulai, beberapa peralatan yang digunakan untuk panen
seperti
mesin
perontok
gabah
(thresher),
alat
pengeringan (lantai jemur) harus disiapkan dan dibersihkan agar tidak menjadi sumber kontaminasi. Untuk karung sebaiknya digunakan karung yang baru. Setelah panen sebaiknya
segera
dilakukan
perontokan
dan
kemudian
dilakukan penjemuran sampai kadar air mencapai maksimal 14 %, dan kemudian dibersihkan serta dikarungi untuk dsimpan. PENUTUP Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) atau Integrated Crop Management (ICM) memiliki dua komponen teknologi yaitu teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. PTT bersifat spesifik lokasi dan partisipatif merupakan pembeda utama dengan teknologi sebelumnya dan merupakan suatu paket.
Dalam
keinginan
penerapan
petani
dengan
teknologi
disesuaikan
dengan
mempertimbangkan
kondisi
lingkungan dan sosial budaya masyarakat setempat.
L P T P Kepulauan R i a u
33
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
BAHAN BACAAN Abdulrachman, S., E. Suhartatik, A. Kasno, dan D. Setyorini.2008. Modul Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan IRRI. 36 Hal. Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 40 Hal. Badan Litbang Pertanian. 2008. Modul Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi. Kerjasama badan Litbang Pertanian-IRRI. 36 Hal. BBP2TP. 2011. Juklak UPBS. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian. 2008a. Modul Pelatihan Dalam Rangka TOT SL-PTT Padi Nasional, Sukamandi, 24-29 Maret 2008. Departemen Pertanian. 2008b. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Panduan Pelaksanaan. 38 Hal.
Hapsah, M.D. 2005. Potensi, Peluang, dan Strategi Pencapaian Swasembada Beras dan Kemandirian Pangan Nasional. Hlm. 55-70. Dalam B. Suprihatno et al. (Ed.) Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Buku Satu. Balitbangtan, Badan Litbang Pertanian.
L P T P Kepulauan R i a u
34
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Hasanuddin, A. 2003. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi. Kerjasama Balitpa-BP2TP-BPTP SumutBPTP Jabar-BPTP Jateng-BPTP DIY-BPTP Jatim-BPTP NIBBPTP Sulsel-BPTP Kalitim-IRRI.71 Hal. IRRI. 2000. Use of Leaf Color Chart (LCC) For N Management in Rice. CRI MNI I Technology Brief No.2 (Revised 2000). Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, dan A. Gani. 2002. Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Badan Litbang Pertanian, Deptan. 37 Hal. Nursyamsi D. LR. Widowati, D. Setyorini dan J Sri Adiningsih. 2000. Pengaruh pengelolaan tanah, pengairan terpadu dan pemupukan terhadap produktifitas lahan sawah baru pada Inceptisols dan Ultisols Muaralabeliti dan tata karya. Jurnal Tanah dan Iklim 18 : 29-38. Suryana, A., Suyamto, S. Abdulrachman, I Putu Wardana, H. Sembiring, dan I Nyoman Widiarta. 2007. Petunjuk Teknis Lapang. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah irigasi. Badan Litbang Pertanian, Deptan. 40 Hal. Suwarno, B. Suprianto, Satoto, B. Abdullah, U S Nugraha, I N. Wisiarta. 2003. Panduan Teknis Produksi Banih dan Pengembangan Padi Hibrida dan Padi Tipe Baru. Penyunting Djuber Pasaribu dan Hermanto. Departemen. 29 Hal.
L P T P Kepulauan R i a u
35
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. Zaini, Z., Diah WS, dan M. Syam. 2004. Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BBP2TP, BPTP Sumatera Utara, BPTP NTB, Balitpa, IRRI. 57 Hal.
L P T P Kepulauan R i a u
36