PENGELOLAAN TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L. Gaud) DENGAN ASPEK KHUSUS IDENTIFIKASI FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN SERAT RAMI DI PERKEBUNAN PT. AGRINA PRIMA WONOSOBO, JAWA TENGAH
Oleh: Sudarman A01499059
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN SUDARMAN. Pengelolaan Tanaman Rami (Boehmeria nivea L. Gaud) dengan Aspek Khusus Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendemen Serat Rami di Perkebunan PT. Agrina Prima Wonosobo, Jawa Tengah (Dibimbing oleh M. A. CHOZIN dan DWI GUNTORO) Kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari pengelolaan tanaman rami (Boehmeria nivea L. Gaud) terutama pada aspek identifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi rendemen serat di perkebunan PT. Agrina Prima Wonosobo, Jawa Tengah. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai bulan Februari hingga Juni 2003. PT. Agrina Prima merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha budidaya dan pengolahan tanaman rami. PT. Agrina Prima berkantor pusat di Jakarta, sedangkan perkebunannya ada di Wonosobo, Jawa Tengah. Perkebunan rami PT. Agrina Prima dipimpim oleh seorang kepala Wilayah Usaha Budidaya (Wilud) dibantu olah tiga kepala bagian yaitu : Bagian Diversifikasi, Bagian Budidaya dan Bagian Dekortikasi. Perkebunan rami PT. Agrina Prima terdiri dari kebun inti dan plasma. Lahan yang digunakan sebagai kebun inti merupakan lahan sewa dengan jangka waktu 8 tahun. Sedangkan lahan plasma merupakan lahan milik petani penanam rami. Luas lahan inti pada tahun 2003 adalah 12.97 ha sedangkan luas lahan plasma adalah 39.53 ha. Rata- rata produksi china grass yang dicapai perkebunan rami PT. Agrina Prima selama tahun 2001 sampai 2003 adalah 1 092.42 kg/bulan. Kegiatan yang diselenggarakan di perkebunan rami PT. Agrina Prima dibagi kedalam tiga bagian yaitu diversifikasi, budidaya dan dekortikasi. Masing- masing bagian saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap bagian dipimpin oleh satu orang kepala bagian. Secara finansial usahatani rami layak untuk dikembangkan. Pola usaha II merupakan alternatif untuk menggantikan pola penge mbangan rami yang selama ini kurang berkembang, yaitu petani mengembangkan tanaman rami sampai dihasilkan china grass.
Fator- faktor yang diamati meliputi kelompok rami, panjang batang, pemupukan,
umur
panen,
ketinggian
tempat
dan
tenggang
waktu
pengolahan. Setiap faktor diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap batang hasil panen yang diperoleh dari kebun inti maupun kebun plasma. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil
pengamatan
menunjukkan
bahwa
faktor- faktor
yang
mempengaruhi rendemen serat rami adalah jenis rami dan ketinggian tempat. Sedangkan yang tidak mempengaruhi rendemen serat rami antara lain panjang batang, umur panen, pemupukan dan tenggang waktu pengolahan.
PENGELOLAAN TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L. Gaud) DENGAN ASPEK KHUSUS IDENTIFIKASI FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN SERAT RAMI DI PERKEBUNAN PT. AGRINA PRIMA WONOSOBO, JAWA TENGAH
Laporan Magang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: Sudarman A01499059
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: PENGELOLAAN TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L. Gaud) DENGAN ASPEK KHUSUS IDENTIFIKASI FAKTOR- FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
RENDEMEN SERAT RAMI DI PERKEBUNAN PT. AGRINA PRIMA W O N O S O B O , J A W A T E N G A H Nama
: SUDARMAN
NRP
: A01499059
Program Studi
: AGRONOMI
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. M. A. Chozin, MAgr.
Dwi Guntoro, SP. MSi
NIP: 130 536 690
NIP: 132 176 851
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP: 130 422 698
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Juli 1979 di Ciamis, Jawa Barat sebagai putra pertama dari 3 bersaudara, dari keluarga Bapak Sahri dan Ibu Marpu'ah. Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri IV Sindanghayu, Banjarsari, Ciamis masuk tahun 1987 dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1996 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama
Negeri
1
Banjarsari,
Ciamis.
Pada
tahun
1996
penulis
berkesempatan belajar di Sekolah Menengah Umum Plus Cisarua, Bandung yang dibiayai oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan pada tahun 1999 lulus dari sekolah tersebut. Pada tahun 1999 penulis mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR Segala Puji hanya bagi Allah atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi-Nya
yang mulia shalallahu'alaihi wassalam, juga kepada
keluarganya, para sahabatnya serta kepada siapa saja yang mengikuti kebaikan mereka sampai hari kiamat. Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Tanaman Rami (Boehmeria nivea L. Gaud) dengan Aspek Khusus Identifikasi Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Rendemen Serat Rami di Perkebunan PT. Agrina Prima Wonosobo, Jawa Tengah” merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. M. A. Chozin, MAgr. selaku dosen Pembimbing I yang telah bersedia membimbing penulis disela-sela kesibukan beliau sebagai Wakil Rektor I. 2. Dwi Guntoro, SP, MSi. sebagai dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan semangat kepada penulis. 3. Seluruh keluarga tercinta terutama Bapak dan Ibu atas do'a restu dan dorongannya kepada penulis. 4. Kepada istri tercinta yang telah sekuat tenaga mendorong penulis untuk menyelesaika skripsi ini. 5. Direktur PT. Agrina Prima yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Magang ini. 6. Bapak Arif Budiono selaku kepala Wilud Wonosobo yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan kegiatan Magang ini. 7. Kepala
Bagian
Diversifikasi,
Budidaya
dan Dekortikasi
yang
telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam kegiatan di lapangan, dan 8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bogor, Januari 2006 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
v
PENDAHULUAN ............................................................................................. Latar Belakang ....................................................................................... Tujuan ....................................................................................................
1 1 3
METODOLOGI ................................................................................................ Waktu dan Tempat ................................................................................ Metode Pelaksanaan ..............................................................................
4 4 4
HASIL MAGANG ............................................................................................ 6 Keadaan Umum Perkebunan ................................................................. 6 Sejarah Perkebunan ......................................................................... 6 Letak Geografis ................................................................................ 7 Elevasi dan Topografi ....................................................................... 7 Areal Konsesi dan Tataguna Lahan .................................................. 7 Jenis Tanah dan Iklim ....................................................................... 8 Keadaan Pertanaman ........................................................................ 9 Pabrik Pengolahan dan Produksi ...................................................... 9 Diversifikasi ...................................................................................... 11 Organisasi PT. Agrina Prima ................................................................. Struktur Organisasi dan Personalia ................................................... Fasilitas dan Sistem Pengupahan ...................................................... Pengelolaan Pelaksanaan Kegiatan dan Tenaga Kerja .....................
12 12 13 14
Pembibitan ............................................................................................. Pengambilan Rhizom ........................................................................ Pencucian, Pemotongan dan Penyemaian ......................................... Pemeliharaan .....................................................................................
14 15 15 16
Teknik Budidaya ................................................................................... Pengolahan Tanah ........................................................................... Penanaman ........................................................................................ Penyulaman ...................................................................................... Pemangkasan Kosmetik .................................................................... Pemupukan ....................................................................................... Pewiwilan ......................................................................................... Penyiangan dan Pendangiran ............................................................ Pengairan .......................................................................................... Drainase ............................................................................................ Panen ................................................................................................ Pengendalian Hama ..........................................................................
17 17 18 19 19 19 20 21 21 22 23 24
Pengolahan Rami ................................................................................... 25
Analisis Kelayakan Usahatani Rami ..................................................... Biaya Investasi .................................................................................. Biaya Operasional ............................................................................. Penerimaan ....................................................................................... Analisis Finansial ..............................................................................
31 31 32 32 33
Aspek Khusus ....................................................................................... Kelompok Rami ................................................................................ Panjang Batang ................................................................................. Pemupukan ....................................................................................... Umur Panen ...................................................................................... Ketinggian Tempat ........................................................................... Tenggang Waktu Pengolahan ...........................................................
33 33 34 34 34 35 35
PEMBAHASAN UMUM ................................................................................. Aspek Manajerial .................................................................................. Disiplin Kerja dan Jam Kerja ........................................................... Pengelolaan Tugas di Perkebunan .................................................... Pengadaan Tenaga Kerja .................................................................. Kendala di lapangan ..........................................................................
37 37 37 37 38 38
Aspek Teknis ........................................................................................ Produktivitas ..................................................................................... Pembibitan ........................................................................................ Persiapan Tanam ............................................................................... Pelaksanaan Tanam .......................................................................... Pemeliharaan Tanaman ..................................................................... Panen ................................................................................................. Pengolahan Batang ...........................................................................
39 39 39 40 40 41 42 42
Aspek Finansial .................................................................................... 44 Aspek Khusus ....................................................................................... Kelompok Rami ................................................................................ Panjang Batang ................................................................................. Pemupukan ....................................................................................... Umur Panen ...................................................................................... Ketinggian Tempat ........................................................................... Tenggang Waktu Pengolahan ...........................................................
45 45 46 47 48 48 49
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 51 Kesimpulan ............................................................................................ 51 Saran ...................................................................................................... 51 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53 LAMPIRAN ...................................................................................................... 55
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman Teks
1.
Perkembangan Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT) .....................
1
2.
Impor Rami dalam Bentuk Serat dan Benang Tahun 2000 – 2004 ............
2
3.
Luas Areal Produksi Perkebunan Rami PT. Agrina Prima ........................
8
4.
Status, Jumlah Petani dan Luas Areal Tanam Milik Petani .......................
8
5.
Produksi China Grass PT. Agrina Prima ...................................................
11
6.
Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Perkebunan PT. Agrina Prima .......
13
7.
Rekapitulasi Biaya Operasional Usahatani Rami .......................................
32
8.
Prediksi Penerimaan Usahatani Rami ........................................................
33
9.
Rendemen Serat pada Dua Kelompok Rami ..............................................
34
10. Rendemen Serat pada Perbedaan Ukuran Panjang Batang ........................
34
11. Rendemen Serat pada Tanaman dengan Pemupukan dan Tanpa Pemupukan ..... 34 12. Rendemen Serat pada Beberapa Umur Panen ............................................
35
13. Rendemen Serat pada Beberapa Ketinggian Tempat .................................
35
14. Rendemen Serat pada Beberapa Tenggang Waktu Pengolahan .................
35
15. Perbedaan Karakteristik Batang Rami Kelompok A1 dan A2 ...................
46
Lampiran 1.
Hasil Uji-T Rendemen Serat pada Dua Kelompok Rami ..........................
56
2.
Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Perbedaan Ukuran Panjang Batang .........................................................................................................
56
3.
Hasil Analisis Ra gam Rendemen Serat pada Tanaman dengan Pemupukan dan Tanpa Pemupukan .............................................................................. 56
4.
Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Beberapa Umur Panen.........
56
5.
Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Beberapa Ketinggian Tempat.....
56
6.
Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Beberapa Tenggang Waktu Pengolahan .................................................................................................
56
7.
Asumsi Usahatani Rami Pola Usaha I ........................................................
57
8.
Biaya Investasi Pola Usaha I ......................................................................
57
9.
Komponen Biaya Variabel per Hektar Pola Usaha I ..................................
57
10. Biaya Operasional Usahatani Rami Pola Usaha I ......................................
58
11. Proyeksi Penerimaan Usahatani Rami Pola Usaha I ..................................
59
12. Proyeksi Arus Kas Usahatani Rami Pola Usaha I ......................................
60
13. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha I ........................................................
60
14. Asumsi Usahatani Rami Pola Usaha II ......................................................
61
15. Biaya Investasi Pola Usaha II .....................................................................
61
16. Biaya Penyusutan Pola Usaha II ................................................................
61
17. Komponen Biaya Variabel per Hektar Pola Usaha II ................................
62
18. Biaya Operasional Usahatani Rami Pola Usaha II .....................................
63
19. Proyeksi Penerimaan Usahatani Rami Pola Usaha II .................................
64
20. Proyeksi Arus Kas Usahatani Rami Pola Usaha II ....................................
65
21. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha II .......................................................
65
22. Jurnal Kegiatan Magang .............................................................................
66
23. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Wonosobo Tahun 1999 – 2001 ............................................................................................................
71
24. Deskripsi Beberapa Klon Tanaman Rami ..................................................
72
25. Blangko Absensi dan Upah Tenaga Kerja ................................................
73
26. Blangko Jadwal Panen ...............................................................................
74
27. Sebaran Lokasi Budidaya Rami Saat Ini ....................................................
75
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1.
Pabrik Pengolahan .....................................................................................
10
2.
Pengambilan Rhizom .................................................................................
15
3.
Pemotongan Rhizom ..................................................................................
16
4.
Pemupukan Dasar ......................................................................................
18
5.
Pemupukan ................................................................................................
20
6.
Keadaan Tanaman Akibat Kekurangan Air ...............................................
22
7.
Pemanenan..................................................................................................
24
8.
Pengendalian Hama ...................................................................................
25
9.
Dekortikasi .................................................................................................
26
10. Perendaman ................................................................................................
26
11. Pemerasan ..................................................................................................
27
12. Brushing .....................................................................................................
28
13. Penjemuran ................................................................................................
28
14. Pengepakan ................................................................................................
29
15. Mesin Openner Milik KOPSERINDO ......................................................
30
16. Perbedaan Keadaan Serat Akibat Perbedaan Waktu Pengolahan ..............
36
Lampiran 1.
Diagram Proses Pengolahan Rami .............................................................. 76
2.
Peta Lahan Inti Kebun Kalikajar I & II ....................................................... 77
3.
Peta Lahan Inti Kebun Kalikajar III & IV ................................................... 78
4.
Peta Lahan Inti Sigug & Sapuran ................................................................ 79
5.
Peta Lahan Inti Sedayu ................................................................................ 80
6.
Peta Lahan Inti Cengang ............................................................................. 81
7.
Struktur Organisasi PT. Agrina Prima ........................................................ 82
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara pengekspor tekstil dan produk tesktil utama dunia, pada saat ini masih mengalami ketergantungan impor bahan baku serat alam maupun benang dalam jumlah yang sangat besar. Impor bahan baku hampir 99% dari total kebutuhan sebesar 1 900 000 ton. Padahal nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia menempati nilai tertinggi pada sektor non- migas dan menyumbangkan devisa sebanyak 15% dari total devisa yang diterima melalui sektor non- migas. Data nilai ekspor tekstil dan produk tesktil Indonesia tahun 2001 – 2003 disajikan pada Tabel 1 (KOPSERINDO, 2005). Tabel 1. Perkembangan Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT) Deskripsi Thn. 2001 Thn. 2002 Jumlah Perusahaan (unit) 2 665 2 646 Kapasitas Produksi (ton) 6 037 448 6 079 874 Produksi : Nilai (milyar rupiah) 89 417 82 411 Vulume (ton) 5 156 842 4 200 006 Ekspor : Nilai (US$ juta) 7 648.3 6 888.5 Volume (ton) 1 717 430 1 758 675 Sumber : Asosiasi Pertekstilan Indonesia dalam KOPSERINDO (2005)
Thn. 2003 2 654 5 789 834 82 285 4 193 554 7 033.5 1 773 244
Ketergantungan Indonesia terhadap impor bakan baku serat alam memberikan peluang bagi pengembangan serat rami sebagai salah satu bahan
serat
tekstil.
Rami
memiliki
potensi
yang
besar
untuk
dikembangkan di Indonesia, mengingat pengembangan kapas memerlukan kesesuaian lahan yang khusus dan pengendalian hama yang intensif (Moerdoko, 1993). Rami merupakan tanaman yang menghasilkan serat dari kulit batangnya. Secara visual, serat rami yang telah diproses (setelah degumming), dipotong- potong serta dibuka, mirip dengan serat kapas atau polyester, bahkan warnanya dapat lebih putih dan kemilau (Sastrosupadi dan Isdijoso, 1993).
2
Kebutuhan serat rami di dunia masih sangat besar. Menurut hasil riset Lembaga Serat Rami Dunia dan Switzerland pada tahun 1985 – 2000, kebutuhan serat rami dunia diperkirakan 400 000 ton – 500 000 ton per tahun. Namun sejauh ini pasokan dari China, Brazil dan Filipina baru sebesar 120 000 ton – 150 000 ton per tahun. Dengan demikian masih ada kekurangan sebanyak 350 000 ton per tahun. Dengan asumsi 6 kali panen setahun, Indonesia bisa memasok kekurangan itu dengan areal 58 333 hektar. Ini merupakan potensi yang besar untuk menggerakkan ekonomi rakyat melalui koperasi (NAF ED, 2002). Menurut KOPSERINDO (2005), kebutuhan serat rami di Indonesia sendiri belum dapat tercukupi dari produksi dalam negeri, namun sampai saat ini masih sulit untuk memperoleh data kebutuhan serat rami untuk kebutuhan industri TPT dalam negeri. Indone sia masih mengimpor rami dalam bentuk serat dan benang. Impor rami dalam bentuk serat dan benang tahun 2000 – 2004 disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Impor Rami dalam Bentuk Serat dan Benang Tahun 2000 – 2004 Deskripsi Komoditi
Thn. 2000 Thn. 2001 Vol Nilai Vol Nilai (kg) US$ (kg) US$ 11 100 62 715 -
Thn. 2002 Thn. 2003 Thn. 2004 Vol Nilai Vol Nilai Vol Nilai (kg) US$ (kg) US$ (kg) US$ -
Ramie and vegetable textile fibres Other ramie 11 100 62 715 and vegetable textile fibres Ramie Yarn 139 541 195 465 18 058 203 304 554 3 590 48 733 379 1823 189 12 865 Jumlah 150 641 258 180 29 158 266 019 554 3 590 48 733 379 1823 189 12 865 Sumber : Statistik Impor BPS dalam KOPSERINDO (2005)
Saat ini pengembangan rami telah dilakukan di beberapa daerah seperti Sumatra Utara, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Luas lahan rami yang telah dikembangkan sampai dengan tahun 2005 adalah 550 ha. Semuanya merupakan daerah pengembangan rami yang berada dibawah pembinaan KOPSERINDO. PT. Agrina Prima merupakan salah satu perkebunan rami di Indonesia. Perkebunan ini dikembangkan dengan pola Inti Plasma. Namun
3
dalam pelaksanaannya mengalami banyak kendala. Pada bidang budidaya kendala yang dihadapi diantaranya adalah jenis tanaman yang belum seragam, ketinggian tempat yang bervariasi, waktu pengolahan yang terlambat serta teknik budidaya yang kurang baik di tingkat petani. Keadaan seperti ini dapat mempengaruhi rendemen serat yang dihasilkan. Produktivitas serat selain ditentukan oleh produksi batang basah juga ditentukan oleh rendemen serat yang dimiliki. Dengan melihat keadaan tersebut maka perlu dilakukan studi untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap rendemen serat rami yang dihasilkan. Tujuan 1. Mempelajari teknik budidaya rami mulai dari persiapan bahan tanaman sampai panen 2. Mempelajari proses pengolahan rami hingga dihasilkan serat kasar (china grass) 3. Mengetahui sistem pengelolaan budidaya rami yang meliput i tenaga kerja serta proses alur kerja dari setiap kegiatan di perkebunan PT. Agrina Prima 4. Mendapatkan pengetahuan praktis, pengalaman dan keterampilan kerja di bidang perkebunan 5. Mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi rendemen serat.
METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan Magang dilaksanakan selama 4 bulan, mulai 18 Februari sampai 18 Juni 2003. Adapun lokasi magang bertempat di perkebunan rami PT. Agrina Prima, tepatnya di Desa Cengang, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Metode Pelaksanaan Pelaksanaan kegitan magang di perkebunan PT. Agrina Prima meliputi mengumpulan data dan informasi, baik dengan cara langsung maupun tidak langsung. Data langsung diperoleh melalui percobaan, pengamatan dan ikut serta dalam kegitan di lapangan. Selama magang penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas dan pendamping Kepala Bagian dari setiap kegiatan yang dilakukan karyawan harian lepas. Pekerjaan yang dilakukan meliputi seluruh kegiatan yang ada di perkebuanan PT. Agrina Prima yaitu pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan proses pengolahan rami sampai dihasilkan china grass. Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang diduga mempengaruni rendemen serat rami dilakukan dengan mengambil contoh batang dari faktor- faktor yang diamati. Faktor- faktor yang diamati antara lain : kelompok rami, panjang batang, pemupukan, umur panen, ketinggian tempat dan tenggang waktu pengolahan. Adapun langkah- langkah kerja yang dilakukan sebagai berikut : 1. Kelompok Rami Data diperoleh dengan mengambil contoh rendemen dari Kelompok A1 dan A2 yang masuk ke bagian dekortikasi. Masing- masing contoh diulang 3 kali dengan bobot masing- masing 3 kg. Tanaman yang dijadikan contoh adalah yang panjang batangnya mencapai 170 – 180 cm.
5
2. Panjang Batang Panjang batang yang dijadikan contoh adalah 100 cm, 150 cm dan 200 cm. Data rendemen diperoleh dengan mengambil contoh batang yang masuk ke bagian dekortikasi. Masing- masing contoh diulang 3 kali dengan bobot masing- masing 3 kg. 3. Pemupukan Rendemen diperoleh dengan mengambil contoh batang yang masuk ke bagian dekortikasi. Contoh tanaman yang dipupuk berasal dari kebun inti (Kalikajar IV) dengan dosis 7 g (Urea : KCl = 4:3)/rumpun sedangkan rendeman pada tanaman tanpa pemupukan diperoleh dari lahan petani (Bojasari). Masing- masing contoh diulang 3 kali dengan bobot masingmasing 3 kg. 4. Umur Panen Rendemen diperoleh dengan mengambil contoh batang dari kapling C43 yang dipanen secara bertahap yaitu pada umur 60 hari, 65 hari, 70 hari dan 75 hari. Masing- masing contoh diulang 3 kali dengan bobot masingmasing 3 kg. 5. Ketinggian Tempat Contoh batang diambil dari kebun petani yang terletak di Desa Kalimendong
(Leksono) dengan ketinggian 450 m dpl, Desa Bojasari
(Kretek) dengan ketinggian 800 m dpl, dan
Desa Sigedang (Kejajar)
dengan ketinggian 1 500 m dpl. Masing- masing ketinggian dibuat 3 ulangan dengan bobot 3 kg. 6. Tenggang Waktu Pengolahan Data diperoleh dengan menyimpan batang panen yang masuk ke bagian dekortikasi selama 0 hari (langsung diolah), 1 hari (disimpan 1 hari), 2 hari (disimpan 2 hari) dan 3 hari (disimpan 3 hari). Masing- masing contoh diulang 3 kali dengan bobot masing- masing 3 kg. Data hasil identifikasi kemudian dibandingkan dengan menggunakan analisis ragam, dilanjutkan dengan uji Tukey’s pada taraf 5%. Sedangkan informasi dan data sekunder yang dikumpulkan meliputi laporan mingguan, bulanan dan tahunan perusahaan, sejarah perusahaan, lokasi perkebunan, keadaan
iklim,
keadaan
kesejahteraan karyawan.
tanaman
dan
produksi,
manajemen
dan
HASIL MAGANG Keadaan Umum Perkebunan Sejarah Perkebunan PT. Agrina Prima didirikan pada tanggal 11 Juni 1999 di Jakarta. Perusahaan mengkhususkan usahanya di bidang budidaya tanaman rami serta proses produksinya. Sebagai langkah awal PT. Agrina Prima membuka lahan rami di Desa Cengan Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Pengembangan budidaya tanaman rami oleh PT. Agrina Prima dimaksudkan untuk : a. Pemanfaatan lahan tidur untuk usaha budidaya tanaman rami seluas 500 hektar, b. Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat, c. Meningkatkan kesejahteraan dan kekuatan perekonomian rakyat daerah berdasarkan agroindustri, dan d. Menjaga keutuhan lingkungan alam. Dari maksud di atas, maka tujuan atau sasaran pokok dari PT. Agrina Prima antara lain : a. Bekerja sama dengan pihak lain seperti Pemerintah Daerah (Pemda), petani
dan
pihak
lain
dengan
pola
kerjasama
yang
saling
menguntungkan, b. Secara bertahap mengembangkan luasan areal budidaya rami seluas 500 ha hingga tahun 2004, c. Menggunakan bibit unggul dari kebun rami di Wonosobo serta teknik budidaya yang telah dikuasai oleh PT. Agrina Prima, dan menghasilkan keuntungan finansial yang layak bersama- sama khususnya dengan para mitra kerjasama. Pada tahun 2001 PT. Agrina Prima mulai melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu Koperasi Pengembang Serat Alam Indonesia (KOPSERINDO), beberapa BUMN, Pemda Wonosobo dan para petani untuk memperluas areal perkebunan rami. Dalam kerjasama tersebut PT. Agrina Prima bertindak sebagai inti dan petani sebagai plasma.
7
PT. Agrina Prima mulai melakukan penjualan dalam bentuk serat kasar (china grass) pada tahun 2001 dan mendapat tanggapan yang positif dari pihak pembeli. Mereka membutuhkan serat rami setiap bulan minimal 12.5 ton atau setara dengan 50 - 60 ha kebun rami. Letak Geografis Perkebunan Rami PT. Agrina Prima berlokasi di Kabupaten Wonosobo. Perkebunan tersebut terbagi menjadi kebun inti dan kebun plasma. Kebun inti berlokasi di Desa Cengang, Siguk dan Sedayu yang berada di Kecamatan Sapuran, dan Desa Kalikajar yang berada di Kecamatan Kalikajar, sedangkan lahan plasma berlokasi di Kecamatan Sapuran, Leksono, Kalikajar, Kretek, Wonosobo, Kejajar, dan Kepil. Pabrik pengolahan rami terletak di Desa Cengang Kecamatan Sapuran yang berjarak ± 13 km dari Kota Wonosobo ke a rah Purworejo. Elevasi dan Topografi Elevasi dan topografi perkebunan rami pada lahan inti hampir seragam yaitu memiliki kemiringan ± 3% dan topografi berupa pegunungan. Lahan inti berada pada ketinggian ± 800 m dpl, sedangkan elevasi dan topografi pada lahan plasma lebih beragam. Pada lahan plasma elevasi berkisar antara ± 3% sampai 15% dengan topografi berupa dataran dan pegunungan, serta berada pada ketinggian antara ± 450 sampai 1 500 m dpl. Areal Konsesi dan Tataguna Lahan Lahan inti yang dimiliki PT. Agrina Prima merupakan lahan sewa dari petani dengan jangka waktu 8 tahun. Luas areal yang telah disewa adalah 27 ha, namun kemudian mengalami penurunan sehingga tahun 2003 luas yang dimiliki tinggal ± 12.79 ha. Data luas areal dan tataguna lahan sampai bulan Mei 2003 disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan luas areal produksi di atas, dapat dilihat bahwa perkebunan rami PT. Agrina Prima telah mengalami penurunan luas areal sebanyak 14.21 ha atau 52.63%. Penurunan luas areal ini berpengaruh terhadap produksi serat yang dihasilkan.
8
Tabel 3. Luas Areal Produksi Perkebunan Rami PT. Agrina Prima No. 1 2 3 4 5 6
Unit
Luas Areal Produksi (ha) 2.25 0.38 7.26 0.56 0.75 1.59
Luas Nilai Kontrak (ha) 3.5 2.0 20.0 1.5 -
Sapuran Siguk Kalikajar Sedayu Emplasemen Lahan yang rusak dan tidak digunakan Jumlah 12.79 27.0 Sumber: Kantor Wilayah Urusan Budidaya (Wilud) Wonosobo, PT. Agrina Prima 2003
PT. Agrina Prima juga bekerja sama dengan petani sebagai plasma, mengembangkan budidaya rami dengan bantuan modal dari PT. Pertamina dan PT. Jasa Marga. Perkebunan rami di Wonosobo juga bertambah luas dengan adanya Proyek Kawasan Industri dan Perkebunan (KINBUN) yang merupakan proyek dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Wonosobo yang diantaranya berupa pengembangan budidaya rami. Data luas areal tanam milik petani disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Status, Jumlah Petani dan Luas Areal Tanam Milik Petani Status Jumlah Petani (orang) Pinjaman Jasa Marga 12 Pinjaman Pertamina 12 Swadaya 11 Proyek KINBUN 67 Jumlah 102 Sumber: Kantor Wilud Wonosobo, PT. Agrina Prima 2003.
Luas Lahan (ha) 10.06 5.82 0.55 23.10 39.53
Luas areal milik petani mengalami penurunan. Luas areal milik petani pada bulan Agustus 2002 yang aktif mencapai 80 ha, namun pada bula n Mei 2003 luas areal milik petani yang aktif tinggal ± 39.59 ha, berarti telah mengalami penurunan sebanyak 50.51%. Jenis Tanah dan Iklim Jenis tanah yang terdapat di perkebunan rami berbeda- beda di setiap lokasi. Untuk Kecamatan Kepil dan Sapuran jenis tanahnya adalah Regosol, Kecamatan Kalikajar, Wonosobo dan Kejajar jenis tanah Andosol
serta
untuk
Kecamatan
Leksono
jenis
tanah
Podsolik.
9
Sedangkan untuk Kecamatan Kretek
jenis tanahnya sebagian Andosol
dan sebagian Regosol (BPS Kab. Wonosobo, 2001). Derajat kemasaman (pH) lahan perkebunan milik PT. Agrina Prima berada antara 6.3 – 6.7. Wilayah Wonosobo memiliki tipe iklim B menurut Oldeman dengan curah hujan berkisar antara 2 270 sampai 4 835 mm/tahun dan hari hujan 188 hari hujan/tahun. Suhu udara berkisar antara 14.3 sampai 26.5 °C. Data curah hujan dan hari hujan Kabupaten Wonosobo 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel Lampiran 23. Keadaan Pertanaman Tanaman rami di kebun PT. Agrina Prima dibagi dalam dua kelompok yaitu A1 dan A2. Rami yang dimasukkan dalam kelompok A1 adalah klon Pujon 10, Indocina dan Jawa Timur, sedangkan yang dimasukkan dalam kelompok A2 adalah klon Florida dan Pujon 501. Rami kelompok A1 memiliki ciri- ciri yaitu rendemen yang tinggi, kulit batang tebal, menghasilkan rhizom sedikit dan batang berongga. Sedangkan rami kelompok A2 memiliki ciri- ciri yaitu rendemen lebih rendah, kulit batang tipis, menghasilkan rhizom banyak, dan batang padat (tidak berongga). Rami kelompok A1 merupakan jenis rami yang paling disukai. Kelompok A1
memberikan
hasil
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
kelompok A2, namun untuk perbanyakan tanaman dalam jumlah yang banyak akan mengalami kesulitan karena rhizom yang dihasilkan sedikit. Sebagian besar tanaman rami yang ditanam di perkebunan PT. Agrina Prima adalah kelompok A1, terutama banyak ditanam di kebun Kalikajar, sedangkan di kebun Sapuran sebagian besar ditanami kelompok A2. Pada kegiatan peremajaan, lahan- lahan yang sebelumnya ditanami rami kelompok A2 mulai diganti dengan rami kelompok A1. Pabrik Pengolahan dan Produksi PT. Agrina Prima memiliki pabrik pengolahan sendiri. Pabrik pengolahan serat mulai dibangun pada tahun 1999. Pada awal pendirian pabrik, pengolahan serat tidak menggunakan mesin tetapi melalui
10
berbagai percobaan mulai dari perenda man batang basah (secara tradisional),
penggunaan
bakteri
(bakterisasi)
hingga
akhirnya
menggunakan mesin serat (dekortikator). Pengolahan menggunakan mesin dekortikator mulai dilakukan pada tahun 2001. Proses produksi yang telah dilakukan yaitu sampai dihasilkan serat kasar (china grass). Peralatan
produksi
yang
dimiliki
PT.
Agrina
Prima
untuk
menghasilkan serat kasar (china grass) terdiri dari enam unit mesin dekortikator, enam bak perendaman (untuk merendam serat hasil dekortikasi), satu unit mesin peras, satu unit mesin brusher, dan satu unit rumah jemur. Mesin- mesin tersebut diproduksi sendiri di Jakarta.
Gambar 1. Pabrik Pengolahan Mulai bulan Mei 2003 PT. Agrina Prima merintis kerjasama dengan KOPSERINDO untuk menghasilkan serat siap pintal (staple fibers). Dalam kerjasama ini PT. Agrina Prima memproduksi serat rami sampai tahap degumming, tahap selanjutnya dilakukan di pabrik pengolahan serat rami milik KOPSERINDO yang berlokasi di Desa Pecekelan, Kecamatan Sapuran. PT. Agrina Prima selain mengha silkan produk utama (china grass), juga menghasilkan bibit dan kompos dari limbah hasil dekortikasi.
11
Tabel 5. Produksi China Grass PT. Agrina Prima Bulan Thn. 2001 (kg) Thn. 2002 (kg) Januari * 1 800 Februari * 1 791 Maret * 2 150 April * 1 085 Mei * 1 830 Juni * 1 601 Juli * 1 260 Agustus 775 615 September 600 300 Oktober 1 700 15 November 900 350 Desember 1 250 475 Total 5 225 13 272 Rata-tara(/bln) 1 045 1 106 Keterangan : * = Data tidak ada Sumber : Kantor Wilud PT. Agrina Rima, Wonosobo 2003
Thn. 2003 (kg) 825 1 434 * * * * * * * * * * 2 259 1 129.5
Produksi china grass yang dicapai PT. Agrina Prima selama 2001 – 2003 terlihat mengalami fluktuasi. Produksi terendah terjadi pada bulan Oktober 2002. Rata-rata produksi china grass yang dihasilkan PT. Agrina Prima mulai Agustus 2001 sampai Februari 2003 adalah 1 092.42 kg/bulan. Diversifikasi PT. Agrina Prima selain memiliki unit pengolahan serat juga memiliki unit diversifikasi. Unit ini bertugas menangani kegiatan pembibitan dan melakukan berbagai percobaan guna mendapatkan berbagai macam produk turunan dengan bahan baku yang berasal dari tanaman rami. Unit ini dibangun sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Usaha diversifikasi yang telah dilaksanakan adalah penjualan bibit, namun tidak disediakan setiap saat. Bibit tanaman rami akan diproduksi, jika perusahaan menerima pesanan. Usaha diversifikasi lainnya adalah pebuatan kompos dengan memanfaatkan limbah hasil kegiatan dekortikosi.
12
Organisasi PT. Agrina Prima Struktur Organisasi dan Personalia Struktur organisasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting pada suatu perusahaan. Dari struktur organisasi dapat diketahui dengan jelas kedudukan (pemisahan tanggung jawab) dan hubungan antara bagian satu dan bagian lainnya, serta diharapkan dapat terjalin kerjasama yang baik dalam menjalankan visi dan misi perusahaan. Perkebunan rami Wonosobo dipimpin oleh seorang kepala Wilud yang bertugas mengelola dan melaksanakan tugas dengan arahan dari direksi dan sekaligus memiliki wewenang tertinggi di tingkat kebun. Kepala Wilud dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari membina, membimbing
dan
mengkoordinasikan
bawahan.
Ia
bersama - sama
bawahannya melaksanakan program kerja dan menjalin hubungan baik dengan
masyarakat
serta pemerintah setempat. PT. Agrina Prima
mendirikan kantor perwakilan di Wonosobo untuk membantu kelancaran kerja serta sebagai representasi perusahaan di daerah Wonosobo. Kepala Wilud dibantu oleh beberapa staf diantaranya Kepala Bagian Administrasi dan Umum, Kepala Bagian Diversifikasi, Kepala Bagian Budidaya dan Kepala Bagian Dekortikasi. Kepala Bagian Administrasi dan Umum bertugas melaksanakan kegiatan administrasi di tingkat kantor dan di tingkat kebun, serta membantu tugas- tugas Kepala Wilud Wonosobo. Kepala Bagian Diversifikasi bertugas menyelenggarakan kegiatan usaha- usaha diversifikasi dari tanaman rami yang meliputi kegiatan pembibitan, pemanfaatan daun kering, pembuatan benang dan lain- lain. Kelapa Bagian Budidaya bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan pengarahan kepada bawahan sehingga kegiatan budidaya dapat terselenggara sesuai dengan yang direncanakan. Kepala Bagian Budidaya dibantu oleh satu orang Supervisor Lahan Inti dan dua orang Supervisor Lahan Plasma yang bertugas melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan di tingkat lapangan sehingga kegiatan budidaya dapat terselenggara sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kepala Bagian Dekortikasi bertugas memberikan bimbingan, pengarahan dan pengawasan kepada para pekerja di wilayah unit kerjanya.
13
Berdasarkan sifat hubungan kerjanya, tenaga kerja di perkebunan PT. Agrina Prima terdiri atas karyawan tetap dan karyawan harian lepas atau borongan. Karyawan tetap terdiri dari Kepala Wilud, Kepala Bagian Diversifikasi, Kepala Bagian Budidaya, Kepala Bagian Dekortikasi dan Supervisor sedangkan selainnya adalah karyawan harian lepas atau borongan yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan ketersediaan pekerjaan yang harus diselesaikan. Jumlah tenaga kerja di perkebunan PT. Agrina Prima tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Perkebunan PT. Agrina Prima Karyawan
Jumlah
Staf Kepala Wilud Kabag Administratur dan Umum Kabag Diversifikasi Kabag Budidaya Kabag Dekortiksi Supervisor Lahan Inti Supervisor Lahan Plasma I Supervisor Lahan Plasma II Karyawan Harian Lepas Sumber: Kantor Wilud PT. Agrina Prima, Wonosobo 2003
1 1 1 1 1 1 1 1 Sesuai dengan kebutuhan
Fasilitas dan Sistem Pengupahan Perusahaan selalu berusaha mensejahterakan para karyawannya dengan memberikan berbagai fasilitas menurut kemampuan yang dimiliki perusahaan. Fasilitas yang diberikan perusahaan diantaranya kendaraan dinas, pendidikan, tunjangan hari raya dan hak- hak lainnya yang diatur dalam peraturan
perusahaan.
PT.
Agrina
Prima
dalam
rangka
menunjang
pengembangan perusahaan dan sumberdaya manusia, memerlukan tenagatenaga terampil dan berpengalaman luas yang dapat menguasai tugas di bidang masing- masing. Oleh karena itu, perusahaan juga menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada para karyawannya. Sistem pengupahan diberikan setiap bulan dalam bentuk gaji. Pemberian gaji antara tingkat pimpinan, pelaksana dan harian berbeda. Pada tingkat pimpinan gaji diberikan melalui bank dan dikirim (transfer) ke
14
rekening masing- masing, sedangkan untuk tingkat pelaksana dan harian diberikan langsung kapada karyawan melalui masing- masing kepala bagian. Pengelolaan Pelaksanaan Kegiatan dan Tenaga Kerja Perencanaan kegiatan di bagian budidaya setiap hari dilakukan oleh kepala
bagian
kemudian diinstruksikan
kepada
supervisor.
Supervisor
menginstruksikan langsung kepada para pekerja secara lisan. Supervisor lahan inti mengatur pekerja sesuai dengan tempat, jenis kegiatan, jumlah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan setiap hari. Supervisor mengawasi kinerja para tenaga kerja. Hasil kerjanya kemudian dievaluasi dan dilaporkan kepada kepala bagian. Sedangkan Supervisor lahan plasma tugasnya membuat prediksi panen, menyusun jadwal panen, dan memberikan penyuluhan kepada petani. Kegiatan di PT. Agrina Prima sebagian besar dilakukan secara harian kecuali kegiatan panen yang dilakukan secara borongan. Borongan panen merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkesinambungan terdiri dari pemanenan, pengendalian gulma (manual) dan pemupukan. Pengadaan tenaga kerja untuk setiap kegiatan berasal dari lokasi di sekitar perkebunan. Pembibitan Pembibitan adalah suatu kegiatan perbanyakan bahan tanam baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk memenuhi pesanan dari luar. Tanaman rami dapat diperbanyak dengan biji, stek batang dan rhizoma. Pada pengembangan secara luas umumnya digunakan stek rhizoma sebagai bahan perbanyakan. Penggunaan stek rhizoma selain mudah juga memiliki kestabilan sifat. Pembibitan yang dilakukan di kebun rami PT. Agrina Prima diambil dari stek rhizoma. Rhizoma yang digunakan berasal dari lahan produksi yang ada di kebun inti maupun kebun plasma. Pengadaan bibit yang berasal dari petani diperoleh dengan dua cara yaitu perusahaan mengambil sendiri rhizoma di lahan petani atau perusahaan menerima rhizoma dari petani sudah dalam bentuk
potongan.
Tahapan
kegiatan
pembibitan
yang
dilakukan
di
PT. Agrina Prima terdiri dari pengambilan rhizoma, pencucian, pemotongan, penyemaian dan pemeliharaan.
15
Pengambilan Rhizoma Pengambilan rhizoma dilakukan pada saat panen atau beberapa hari setelah panen. PT. Agrina Prima tidak memiliki kebun pembibitan khusus. Permintaan bibit yang ada selama ini dipenuhi dari kebun produksi, baik dari kebun inti maupun plasma. Pengambilan rhizom diambil dengan cara memotong rhizoma yang menjulur di luar rumpun utama atau jika rumpun utamanya sudah besar, maka sebagian diambil untuk perbanyakan. Pengambilan rhizoma pada rumpun yang sudah besar dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman tersebut. Tenaga kerja yang digunakan dalam pengambilan rhizoma berkisar 10 sampai 20 orang tergantung luasan lahan dan potensi rhizoma yang bisa diambil. Prestasi kerja karyawan pada kegiatan pengambilan rhizoma adalah 0.0173 ha/HOK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.0130 ha/HOK.
Gambar 2. Pengambilan Rhizom. Rhizoma yang diambil adalah yang sudah cukup tua yang ditandai dengan rhizoma berwarna coklat, cukup keras dan berasal dari batang yang
sudah
pernah
dipanen.
Tanaman
sebaiknya te lah berumur lebih dari
yang
diambil
rhizoma nya
dua tahun, namun pelaksanaan di
lapangan pada umur lebih dari satu tahun sudah diambil rhizoma nya. Pencucian, Pemotongan dan Penyemaian Rhizoma yang telah diambil dari lahan kemudian dibersihkan dalam air mengalir kemudian dipotong- poton menggunakan golok atau pisau. Alat
16
yang digunakan harus tajam sehingga hasil potongan rhizoma tidak pecah. Panjang potongan yang digunakan di perkebunan PT. Agrina Prima adalah ± 5 cm (10 sampai 15 mata tunas). Menurut Setyobudi et al. (2000) panjang rhizoma yang baik adalah 4 sampai 8 cm. Semakin panjang rhizoma semakin sedikit sulaman yang dibutuhkan, namun hal itu akan kesulitan jika bibit yang tersedia dalam jumlah terbatas. Rhizoma yang telah dipotong- potong kemudian disemai dalam kotak pesemaian dengan mata tunas menghadap ke atas. Kotak persemaian terbuat dari papan, dengan ukuran 32 cm x 40 cm x 25 cm. Media yang digunakan untuk penyemaian adalah serbuk gergaji.
Gambar 3. Pemotongan Rhizom Tujuan
penyemaian
menggunakan
kotak
semai
adalah
agar
memudahkan dalam proses pengiriman dan mengurangi tingkat kerusakan. Jumlah tenaga pemotong yang dibutuhkan sekitar 2 - 15 orang tergantung volume rhizoma yang akan dipotong. Prestasi kerja karyawan pada kegiatan pemotongan adalah 3 267 stek/HOK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 2 897 stek/HOK. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan bibit yang dilakukan meliputi kegiatan penyiraman, pemberian pupuk daun dan fungisida. Kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk menjaga kelembaban media dan bahan tanaman serta mengendalikan hama dan penyakit jika diperlukan.
17
Kelembaban yang terjaga memungkinkan pertumbuhan tunas dan dalam waktu ± 5 hari sudah mulai muncul tunas baru. Namun bila kelembaban tidak terjaga, maka dalam waktu 1 - 2 hari, stek dapat menunjukkan kelayuan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer. Pupuk yang digunakan dengan nama dagang
Petrovita tersedia dalam bentuk cair.
Petrovita merupakan pupuk cair lengkap yang mengandung unsur hara makro dan mikro. Konsentrasi pupuk yang digunakan adalah 10 ml/tangki. Selain pupuk daun juga ditambah fungisida untuk mengendalikan jamur yang menyerang persemaian. Fungisida yang digunakan dengan nama dagang Agrifos 400 AS dengan bahan aktif asam fosfit 400 g/l. Konsentrasi fungisida yang digunakan adalah 10 ml/tank. Teknik Budidaya Pengolahan Tanah Tanaman rami membutuhkan tanah yang gembur, kaya akan unsur hara dan tidak menghendaki air yang menggenang. Lahan yang digunakan untuk pertanaman rami dapat berupa tegalan atau lahan sawah. Pada lahan sawah setelah dibajak perlu dibuat bedengan- bedengan dan drainase agar tidak ada air yang menggenangi tanaman. Sedangkan pada lahan tegalan setelah dibajak/dicangkul perlu dibuat saluran irigasi dan drainase untuk mengatur ketersediaan air bagi tanaman. Pada lahan tegalan tidak perlu dibuat bedengan (Sjafei, 1988). Penanaman dengan pola bedengan masih digunakan di kebun inti, namun secara bertahap pola tersebut diganti tanpa bedengan. Pengolahan tanah yang diterapkan di kebun PT. Agrina Prima adalah secara borongan. Setelah tanah diolah kemudian dibagi menjadi beberapa kapling (petak), selanjutnya dibuat alur pupuk dengan jarak sesuai jarak tanam yang digunakan. Pupuk yang diberikan berupa pupuk dasar yaitu urea, KCl dan pupuk kandang. Urea dan KCl diberikan sebanyak ± 7 g/lubang tanam dengan perbandingan 4:3, sedangkan pupuk kandang diberikan sebanyak ± 350 g/lubang tanam. Prestasi kerja karyawan pada kegiatan pemupukan adalah 0.016 ha/HOK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.0173 ha/HOK.
18
Gambar 4. Pemupukan Dasar Penanaman Penanaman rhizom dilakukan pada lubang tanam yang dibuat dengan menggunakan pencong kemudian stek ditanam miring 45º dan sepertiga bagiannya berada di atas permukaan tanah. Rhizom yang ditanam sebaiknya yang telah memiliki tunas serta memiliki perakaran yang baik. Jarak tanam yang digunakan di kebun inti adalah 75 cm x 25 cm, 70 cm x 30 cm, 80 cm x 30 cm, 60 cm x 50 cm dan 90 cm x 30 cm. Sedangkan jarak tanam yang direkomendasikan kepada petani dan sekarang mulai digunakan di kebun inti adalah 70 cm x 30 cm. Penanaman dilakukan minimal satu minggu setelah pemberian pupuk dasar. Waktu penanaman yang baik adalah pada awal musim hujan untuk mengurangi kegagalan akibat kekurangan air. Apabila pada saat penanaman tidak turun hujan, maka perlu dilakukan pernyiraman. Kegiatan penanaman selama kegiatan magang dilakukan pada kapling yang telah dibongkar. Bibit yang digunakan adalah bibit A1 yang diambil dari rumpun yang sengaja dibongkar sebagian dan ditambah bibit yang berasal dari persemaian. Penanaman dilakukan oleh tenaga harian lepas. Prestasi kerja karyawan pada kegiatan penanaman adalah 0.0101 ha/HOK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.0122 ha/HOK.
19
Penyulaman Penyulaman bertujuan untuk menggantikan tanaman yang mati, tidak
tumbuh
atau
pertumbuhannya
tidak
normal.
Penyulaman
menggunakan bibit yang berasal dari rhizom yang telah disemai. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 10 sampai 14 hari setelah penanaman. Penyulaman pada tanaman yang telah dewasa biasanya tidak dilakukan karena biasabya kurang berhasil. Sulaman sering kali tercabut pada saat panen karena tidak diberi tanda. Petanirami di Wonosobo umumnya tidak melakukan penyulaman. Pemangkasan Kosmetik Selama tiga sampai lima bulan setelah penanaman, tanaman dibiarkan tidak dipangkas untuk memberikan kesempatan supaya perakaran tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pertumbuhan tanaman pertama seringkali tidak serempak, sehingga tinggi tanaman tidak seragam. Pemangkasan kosmetik biasanya dilakukan pada saat tanaman telah berumur tiga sampai lima bulan, agar pertumbuhan tanaman menjadi seragam. Pemangkasan kosmetik dilakukan dengan memangkas batang tepat pada permukaan tanah. Dengan cara ini diharapkan tunas yang tumbuh nantinya memiliki pertumbuhan yang serempak dan merata. Batang rami hasil pangkas kosmetik tidak dapat diambil seratnya karena kandungan serat yang dimiliki masih rendah. Batang tersebut kemudian dikembalikan ke lahan untuk dijadikan kompos. Pemupukan Tanaman rami merupakan tanaman yang rakus akan unsur hara. Tanaman ini memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat dipanen setiap dua bulan (Rukmana, 2003). Dalam setahun rami dapat dipanen sampai enam kali dengan syarat ketersediaan air selalu dijaga. Pemupukan
dilakukan
bersamaan
dengan
pemanenan
dan
merupakan rangkaian dari kegiatan borongan panen. Pupuk ditempatkan pada lubang- lubang yang dibuat dengan menggunakan pencong kemudian ditutup dengan tanah. Dosis pupuk yang digunakan di kebun PT. Agrina
20
Prima adalah ± 7 g/rumpun, campuran urea dan KCl (4:3 ), atau kurang lebih 145 kg urea/ha dan 100 kg KCl/ha. Menurut Rukmana (2003) dosis pemupukan rami setiap kali panen adalah 100 kg – 150 kg urea/ha, 25 kg – 50 kg TSP/ha dan 50 kg – 100 kg KCl/ha. Selain itu tanah juga memerlukan penambahan unsur hara mikro Cu (CuSO4 ) sebanyak 10 kg/ha, untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan hasil serat kering.
Gambar 5. Pemupukan Pemupukan fospat tidak dilakukan di kebun PT. Agrina Prima. Pupuk fospat dinilai lebih bermanfaat untuk pembentukan buah, sedangkan rami yang dimanfaatkan adalah batangnya. Namun demikian pemupukan fospat sebaiknya tetap dilakukan. Pupuk fospat dibutuhkan tanaman untuk membentuk ATP sebagai sumber energi bagi metabolisme tanaman. Selain pupuk anorganik juga diberikan pupuk kandang dengan dosis 350 g/lubang tanam/tahun atau sekitar ± 14 ton/ha/tahun. Menurut Sastrosupadi et al. (1991) pemberian pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha/tahun ditambah pupuk anorganik (100 kg Urea + 25 kg TSP + 50 kg KCl) /ha/panen pada tanah Latosol telah menunjukkan produksi yang baik yaitu menghasilkan china grass 941.33 kg/ha/th. Pewiwilan Pewiwilan merupakan kegiatan mengurangi jumlah tanaman dalam suatu rumpun. Populasi tanaman yang terlalu tinggi menyebabkan adanya
21
kompetisi antar tanaman dalam memperoleh sinar matahari, air dan unsur hara, sehingga produktivitas tanaman menjadi rendah. Pewiwilan juga dilakukan untuk membuang tanaman yang pertumbuhannya tidak normal dan tunas yang tumbuh tidak pada pangkal batang, akibat pemangkasan yang tidak rata dengan permukaan tanah. Penambahan jumlah batang dalam setiap rumpun terus terjadi selama pertumbuhan tanaman. Pada awal pertumbuhan biasanya jumlah batang dalam setiap rumpun ± 3 batang. Sedangkan jumlah batang per rumpun yang dipelihara pada tanaman yang telah berumur dua sampai tiga tahun rata-rata 8 batang per rumpun. Oleh karena itu pewiwilan dilakukan agar dihasilkan produksi bobot batang rami yang tinggi. Pada pertanaman baru yang belum dilakukan pangkas kosmetik tidak dilakukan pewiwilan. Waktu pewiwilan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur dua sampai tiga minggu setelah panen. Tanaman yang kurang baik dibuang dengan cara dicabut dengan tangan atau pencong. Pemotongan harus hati- hati supaya tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman yang ditinggalkan. Penyiangan dan Pendangiran Penyiangan bertujuan untuk mengendalikan gulma agar tidak merugikan
tanaman,
sedangkan
pendangiran
bertujuan
untuk
menggemburkan tanah, sehingga menyediakan struktur tanah yang baik bagi tanaman. Penyiangan gulma biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemanenan, sedangkan pendangiran dilakukan setelah tanaman dipanen atau tergantung kondisi di lapangan. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang ada disekitar tanaman, sedangkan pendangiran dilakukan dengan cara menggali tanah yang berada di antara barisan tanaman dan membuang rhizom yang tumbuh di antara barisan tanaman. Gulma yang tumbuh juga dibersihkan kemudian ditimbun di antara barisan tanaman sebagai kompos. Pengairan Tanaman rami merupakan tanaman yang membutuhkan curah hujan 100 sampai 150 mm/bulan. Hal ini identik dengan pengairan sebanyak 1 000 sampai 1 500 m3 /ha/bulan (Dirjenbun, 1986). Pada kondisi air yang
22
selalu tersedia rami dapat dipanen 5 – 6 kali/tahun, namun jika air tidak tersedia sepanjang tahun, frekuensi panennya bisa turun hingga 3 – 4 kali/tahun. Menurut Disbun (1993) tanaman rami pada musim kemarau masih dapat hidup meskipun pertumbuhannya mengalami stagnasi sehingga produksi yang diha silkan menjadi rendah bahkan tidak dapat dipanen.
Gambar 6. Keadaan Tanaman Akibat Kekurangan Air Pengairan di kebun PT. Agrina Prima hanya mengandalkan air hujan dan saluran irigasi tradisional. Keadaan ini mengakibatkan tanaman rami mengalami kekurangan air pada saat musim kemarau. Kekurangan air mengakibatkan produktivitas tanaman dan frekuensi panen menurun. Penurunan produksi terjadi seperti pada musim kemarau tahun 2002 yang menyebabkan hampir semua lahan rami milik PT. Agrina Prima tidak dapat dipanen. Untuk mengatasi kekurangan air sebaiknya dibuat embung/kolam penampungan air. Embung tersebut selain dapat digunakan untuk pengairan pada saat musim kemarau dan berfungsi menyediakan air untuk kegiatan dekortikasi, sehingga kegiatan produksi tidak terganggu. Drainase Tanaman rami meskipun memerlukan air dalam jumlah banyak tetapi tidak menyukai keadaan yang tergenang. Tanaman rami jika
23
tergenang dalam waktu yang relatif lama akan menyebabkan pertumbuhan terganggu (Dirjenbun, 1986). Drainase diperlukan untuk membuang kelebihan air yang ada di sekitar pertanaman. Drainase di kebun PT. Agrina Prima sudah dibuat dengan baik sehingga tidak terjadi genangan pada saat terjadi hujan lebat. Selain itu lahan perkebunan rami memiliki tanah yang gembur dan mudah merembeskan air, sehingga air tidak mudah menggenangi pertanaman. Panen Panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 60 hari setelah pemangkasan kosmetik. Panen berikutnya biasanya dilakukan setiap 60 sampai 65 hari setelah panen (HSP). Pada kondis i tertentu kadang- kadang dilakukan pada umur 70 – 75 HSP. Rotasi panen disesuaikan dengan kapasitas mesin dekortikator. Panen harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu saat tanaman dalam keadaan yang optimum. Waktu panen yang tepat dapat diketahui dengan memperhatikan ciri- ciri sebagai berikut: 1. Batang
telah
mencapai
tinggi
yang
optimum,
ditandai
dengan
munculnya bunga, 2. Sepertiga batang bagian bawah telah berwarna coklat, 3. Batang bagian tengah mudah dipatahkan dan mengandung serat sampai ke pucuk, ditandai dengan bagian ujung dipatahkan (± 20 cm dari pucuk) batang tidak putus, 4. Tunas- tunas baru mulai muncul dari pangkal batang. Apabila panen dilakukan pada saat tanaman masih terlalu muda, maka rendemen dan produksi serat rendah, sebaliknya apabila panen terla lu tua, maka akan menyulitkan proses dekortikasi. Menurut Dirjenbun (1986) pemangkasan dilakukan ± 5 cm di atas permukaan tanah agar bonggol tanaman tidak tercabut. Namun cara ini membutuhkan dua
kali kerja karena harus memangkas bonggol yang
tertinggal sehingga rata dengan permukaan tanah. Rotasi panen disesuaikan dengan kapasitas mesin dekortikator. Kegiatan panen yang dilakukan meliputi beberapa tahap yaitu: perontokan
24
daun, pencabutan batang yang tumbuh diantara barisan tanaman, pemangkasan dan pengangkutan.
Gambar 7. Pemanenan Kegiatan perontokan daun bertujuan untuk membersihkan batang dari daun, sehingga akan memudahkan dalam pemangkasan, pengangkutan hasil dan dekortikasi. Perontokan dilakukan dengan menggunakan tangan, yaitu tangan menggenggam batang rami pada bagian bawah daun kemudian ditarik ke atas sehingga daun ikut tercabut. Pada saat perontokan batang harus bersih dari daun, bunga, gulma dan kotoran lainnya, setelah itu dilakukan pemangkasan. Semua batang dipangkas, kecuali tunas yang baru muncul. Pemangkasan sebaiknya rata dengan permukaan tanah untuk menghindari tumbuhnya tunas- tunas lateral di atas permukaan tanah. Pemanenan di kebun PT. Agrina Prima dilakukan secara borongan. Satu orang tenaga borongan panen menangani 1 kapling dengan luasan ± 450 m2 . Tenaga borongan panen selain memanen juga bertanggung jawab membersihkan gulma dan melakukan pemupukan. Upah tenaga borongan panen diberikan berdasarkan bobot batang basah yang diperoleh. Tiap kilogram batang basah mendapatkan upah Rp 50.-. Pengendalian Hama Hama yang banyak menyerang tanaman rami adalah dari ordo Lepidoptera seperti ulat rami, ulat jengkal dan ulat penggulung daun.
25
Hingga saat ini hama tanaman rami di kebun PT. Agrina Prima belum dianggap sebagai masalah yang serius.
Gambar 8. Pengendalian Hama Pengendalian hama dilakukan dengan cara kimia menggunakan insektisida dengan nama dagang Sumialpha 25 EC , bersifat racun kontak dan perut dengan bahan aktif erfenvalerat . Konsentrasi yang digunakan adalah ± 10 ml/tangki. Pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur dua sampai tiga minggu. Jika serangan terjadi pada tanaman yang telah berumur 1 bulan atau setelah muncul bunga, maka tidak dilakukan pengendalian. Hal ini untuk mengurangi biaya, karena pada saat itu pertumbuhan tanaman sudah maksimum. Sedangkan jika serangan terjadi pada tanaman yang sudah hampir panen, maka serangan tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Prestasi kerja karyawan pada kegiatan pengendalian hama adalah 7 500 m2 , sedangkan penulis adalah 7 082.5 m2 /HOK. Pengolahan Rami Proses pengolahan batang rami yang ada di pabrik perkebunan PT. Agrina Prima sampai dihasilkan serat kasar dilakukan melalui beberapa tahapan : Dekortikasi Dekortikasi merupakan proses awal pemisahan serat dari batang dengan menggunakan mesin yang disebut dekortikator. Prinsip kerja mesin dekortikator yaitu batang rami digiling melewati bagian pemukul yang
26
berupa batangan besi yang disusun membentuk silinder. Putaran silinder pemukul yang tinggi menyebabkan batang hancur, sekaligus memisahkan serat dari kulit dan batangnya.
Gambar 9. Dekortikasi Tenaga kerja yang dibutuhkan pada kegiatan dekortikasi sebanyak empat sampai delapan orang tergantung volume batang yang harus diolah. Prestasi kerja karyawan pada kegiatan ini adalah ± 800 kg/HOK. Penulis pada kegitan ini tidak melakukan dekortikasi. Perendaman Perendaman bertujuan untuk mengurangi kandungan getah (gum) yang masih melekat pada serat hasil dekortikasi. Perendaman dilakukan pada bak perendaman yang berukuran panjang 200 cm, lebar 60 cm dan tinggi 70 cm. Serat direndam selama 1 – 2 hari dengan menggunakan air biasa.
Gambar 10. Perendaman
27
Pemerasan Pemerasan dilakukan dengan menggunakan mesin peras dengan cara melewatkan serat diantara 2 silinder yang digerakkan dengan motor. Pemerasan bertujuan untuk membuang air serta gum yang terbawa bersama serat, sekaligus membantu menguraikan serat sebelum masuk ke mesin brusher. Pemerasan dilakukan sebanyak 5 – 7 kali. Tenaga kerja yang biasa digunakan di bagian pemerasan ada dua orang dengan prestasi kerja 5 288 kg batang basah/HOK sedangkan prestasi kerja penulis pada kegiatan ini adalah 4 655 kg batang basah/HOK.
Gambar 11. Pemerasan Brushing Prinsip kerja mesin ini adalah melewatkan serat di atas putaran silinder sebanyak 3 kali atau lebih, dimana permukaan silinder diberi tonjolan dari plat segi tiga yang diletakkan tegak lurus dengan arah putaran silinder. Dengan cara ini diharapkan serat-serat yang tadinya masih menempel akan terurai sehingga akan memudahkan dalam proses penjemuran. Brushing biasanya dilakukan oleh satu sampai dua orang dengan prestasi kerja 5 096 kg batang basah/HOK sedangkan prestasi kerja penulis pada kegiatan ini adalah 3 055 kg batang basah/HOK.
28
Gambar 12. Brushing Penjemuran Penjemuran dilakukan di rumah jemur menggunakan para- para yang terbuat dari bambu selama 2 – 3 hari atau tergantung keadaan cuaca. Jika penyinaran matahari cukup terik, penjemuran dapat dilakukan dalam waktu 1 hari. Penjemuran biasanya dilakukan oleh 2 - 3 orang dengan prestasi kerja 4 202 kg batang basah/HOK dan prestasi kerja penulis sebesar 3 079 kg batang basah/HOK.
Gambar 13 . Penjemuran Packing Serat yang telah kering kemudian dikemas dengan berat 25 kg/bal. Pengepakan bertujuan untuk memudahkan dalam pengangkutan serat dan mengetahui jumlah serat yang dikirim/tersedia. Kegiatan pengepakan dikerjakan oleh satu orang tenaga kerja.
29
Gambar 14. Pengepakan Tahap selanjutnya dari proses pengolahan rami dilakukan di pabrik- pabrik pengolahan rami yang lebih besar yang terdiri dari beberapa tahapan, sebagai berikut : Deguming Deguming bertujuan untuk membersihkan serat dari getah (gum), pektin, lignin dan lainnya melalui proses kimiawi, sekaligus menguraikan serat secara individu hingga menjadi lunak, kuat dan tetap utuh. Deguming dilakukan dengan merebus serat 1 – 2 kali dalam larutan alkalin (NaOH), dengan konsentrasi tertentu selama 45 menit setelah mencapai suhu 70 ºC, atau lebih kurang 2 – 3 jam, kemudian dicuci bersih dan dikeringkan. Serat hasil proses ini disebut Deguming Fibers. Shoftening Serat rami meskipun telah melalui proses deguming tetap masih kaku karena masih terdapat sisa- sisa gum, pektin, dan lignin. Untuk itu diperlukan proses pelemasan atau penghalusan baik secara kimiawi maupun secara mekanis agar serat tersebut dapat diproses untuk dijadikan serat siap pintal. Proses shoftening secara mekanis dilakukan menggunakan mesin shoftener.
30
Cutting dan Opening Setelah melalui proses shoftening serat kemudian dipotong- potong menggunakan mesin cutter sehingga menghasilkan serat yang lebih pendek. Hal ini untuk menyesuaikan dengan mesin opener yang digunakan. Mesin openner yang ada umumnya bukan mesin opener khusus rami namun hasil modifikasi dari mesin opener jenis serat kapas. Mesin
opener
menguraikan
serat
menjadi
serat
individual
serta
membuang sisa- sisa kotoran yang masih melekat yang tidak terbuang pada saat pencucian. Serat hasil proses opening disebut Staple Fibers, sudah menyerupai kapas. Stretching and Combing Stretching and Combing yaitu suatu proses mekanis dan kimiawi untuk membuka serat agar menjadi serat individual, terlepas satu sama lain kemudian
menyisirnya
agar
searah.
Selanjutnya
serat
dihaluskan
menggunakan minyak agar nampak bersinar. Hasil proses ini adalah Long Fiber Ramie Top. Carding, Drawing and Spinning Carding, Drawing and Spinning
yaitu proses mekanis untuk
menjadikan serat terurai, searah dan sejajar hingga mudah dipintal. Tahap selanjutnya adalah proses pemintalan untuk merubah serat menjadi benang.
Gambar 15. Mesin Openner Milik KOPSERINDO
31
Analisis Kelayakan Usahatani Rami Penentuan jenis usaha tertentu yang akan dilakukan harus didasarkan atas keuntungan yang akan diperoleh, tanpa mengabaikan manfaat yang tidak dapat diukur sebagai dampak dari adanya kegiatan usaha tersebut. Karena itu, perlu dilakukan perencanaan usaha dalam bentuk analisis kelayakan sebelum usaha tersebut dijalankan. Analisis yang biasa digunakan dalam menilai kelayakan suatu usaha adalah analisis finansial. Mugnisjah (2002) menyatakan bahwa suatu usaha dikategorikan layak
atau tidak didasarkan kepada kriteria - kriteria kelayakan yaitu :
NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), BCR (Benefit Cost Ratio) dan PBP (Payback Period). Nilai NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi. Suatu usaha akan dikatakan layak jika NPV positif. IRR menunjukkan persentase keuntungan
yang
akan
diperoleh
tiap
tahun
atau
menunjukkan
kemampuan suatu usaha dalam mengembalikan bunga bank apabila usaha tersebut memperoleh kredit dari bank. Suatu usaha dikatakan layak jika IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku. BCR menunjukkan berapa kali lipat keuntungan yang akan diperoleh dari besarnya investasi yang dikeluarkan. Suatu usaha akan dikatakan layak jika memiliki nilai BCR lebih besar dari satu. PBP adalah jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik usaha tersebut. Dalam menyusun analisis fina nsia l usahatani rami digunakan dua pola usahatani. Pola Usaha I yaitu budidaya rami untuk menghasilkan batang basah saja dan Pola Usaha II adalah budidaya rami untuk menghasilkan china grass. Luas lahan yang digunakan dalam menyusun analisis usahatani adalah 3 hektar, disesuaikan dengan kapasitas 1 unit mesin dekortikator. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya - biaya
yang
dikeluarkan
untuk
memulai suatu usaha. Biaya investasi untuk usaha ini meliputi sewa lahan, bangunan, mesin, peralatan dan bibit. Bangunan yang diperlukan
32
yaitu tempat dekortikasi dan rumah penjemuran. Tempat dekortikasi terbuat dari bambu dan atap terbuat dari seng dengan luas 10 m2 . Rumah penjemuran terbuat dari bambu dan atap terbuat dari plastik dengan luas 20 m2 . Mesin yang diperlukan meliputi mesin dekortikator dan pompa air dengan daya 300 watt. Sedangkan alat- alat yang diperlukan diantaranya: spreyer dengan kapasitas 14 Liter, parang dan pencong. Biaya investasi yang diperlukan untuk Pola Usaha I adalah sebesar Rp 15 000 000.- , sedangkan untuk Pola Usaha II adalah Rp 78 535 000.-. Uraian biaya investasi untuk kedua pola usaha tersebut disajikan pada Tabel Lampitan 8 dan 15. Biaya Operasional Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan agar suatu usaha yang telah dibangun dapat berjalan sebagaimana mestinya. Biaya tersebut meliputi : pupuk, pestisida, tenaga gerja dan bahan baker. Rata- rata biaya operasional yang diperlukan untuk Pola Usaha I adalah Rp 18 349 125.- sedangkan untuk Pola Usaha II adalah Rp 40 668 114.-. Rekapitulasi Biaya Operasional Usahatani Rami disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Rekapitulasi Biaya Operasional Usaha tani Rami Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Rata-rata
Biaya Operasional Pola Usaha I (Rp) Pola Usaha II (Rp) 19 830 000 38 631 000 17 730 000 37 137 000 18 306 000 41 596 152 18 306 000 41 596 152 18 306 000 41 596 152 18 306 000 41 596 152 18 306 000 41 596 152 18 306 000 41 596 152 147 396 000 325 344 912 18 424 500 40 668 114
Penerimaan Penerimaan yang diperoleh berasal dari hasil penjualan batang basah atau china grass ditambah dengan penjualan bibit. Harga jual batang basah adalah Rp 125.- sedangkan harga jual china grass adalah Rp 7 500.-/kg.
33
Dengan asumsi tersebut maka rata- rata penerimaan yang diperoleh dari Pola Usaha I adalah sebesar Rp 33 637 500.-, sedangkan dari Pola Usaha II adalah Rp 159 126 750.-. Rekapitulasi Penerimaan Usahatani Rami disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Penerimaan Usaha tani Rami Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Rata-rata
Penerimaan Pola Usaha I (Rp) Pola Usaha II (Rp) 6 840 000 14 364 000 22 800 000 47 880 000 29 460 000 179 850 000 35 160 000 191 820 000 40 860 000 203 790 000 40 860 000 203 790 000 46 560 000 215 760 000 46 560 000 215 760 000 269 100 000 1 273 014 000 33 637 500 159 126 750
Analisis Finansial Setelah semua biaya investasi, biaya opesioal dan penerimaan dihitung, maka dapat disusun proyeksi aliran kas usahatani rami yang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12 dan 20. Dari proyeksi aliran kas tersebut dapat diketahui NPV, IRR, BCR dan PBP dari usaha yang akan dijalankan. Dengan asumsi suku bungan 18%, maka diperoleh nilai NPV untuk Pola Usaha I sebesar Rp 38 973 566.41, IRR sebesar 33%, PBP selama 3.70 tahun dan BCR sebesar 1.66. Sedangkan nilai NPV untuk Pola Usaha II sebesar Rp 628 919 764.80, IRR sebesar 63.96%, PBP selama 2.87 tahun dan BCR sebesar 2.64. Aspek Khusus Kelompok Rami Rami yang ditanam di perkebunan PT. Agrina Prima terdiri dari kelompok A1 dan A2. Kelompok A1 memiliki rendemen 3.6%, sedangkan A2 memiliki rendemen 2.6% (Tabel 9). Hasil analisis menunjukkan bahwa
34
kelompok rami berpengaruh nyata terhadap rendemen serat. Kelompok A1 memiliki rendemen yang lebih tinggi dibandingkan kelompok A2 (Tabel 9). Tabel 9. Rendemen Serat pada Dua Kelompok Rami Kelompok Rami A1 A2
Rendemen (%) 3.6 ± 0.4a 2.6 ± 0.1b
Panjang Batang Batang rami hasil panen di perkebunan PT. Agrina Prima panjangnya tidak seragam. Panjang batang minimum yang diharapkan adalah 100 cm. Namun demikian, hasil analisis menunjukkan bahwa panjang batang tidak berpengaruh terhadap rendemen serat. Rendemen serat berkisar antara 3.8 sampai 3.9% (Tabel 10). Tabel 10. Rendemen Serat pada Perbedaan Ukuran Panjang Batang Panjang Batang 100 150 200
Rendemen (%) 3.8 ± 0.7 3.8 ± 0.3 3.9 ± 0.0
Pemupukan Kurangnya pengetahuan petani tentang teknik budidaya rami yang baik menyebabkan tanaman rami tidak tumbuh optimum. Petani umumnya tidak melakukan pemupukan dalam membudidayakan tanaman rami. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pemupukan tidak berpengaruh terhadap
rendmen serat. Rendemen serat berkisar antara 3.4 – 3.9%. Terdapat kecenderungan bahwa pemupukan meningkatkan rendemen serat (Tabel 11). Tabel 11. Rendemen Serat pada Tanaman dengan Pemupukan dan Tanpa Pemupukan Perlakuan 7 g NK (1:1) 0 g NK (1:1)
Rendeman (%) 3.9 ± 0.3 3.4 ± 0.3
35
Umur Panen Pemanenan di perkebunan PT. Agrina Prima biasanya dilakukan pada umur 60 – 65 hari, namun kadang- kadang lebih dari 65 hari, tergantung kondisi di lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur panen tidak berpengaruh terhadap rendemen serat. Rendemen serat berkisar antara 2.3 – 2.8% (Tabel 12).
Tabel 12. Rendemen Serat pada Beberapa Umur Panen Umur Panen 60 HSP 65 HSP 70 HSP 75 HSP
Rendemen (%) 2.3 ± 0.3 2.8 ± 0.3 2.4 ± 0.1 2.7 ± 0.3
Ketinggian Tempat Perkebunan rami PT. Agrina Prima tersebar mulai dari ketinggian 450 m dpl sampai 1 500 m dpl. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketinggian tempat berpengaruh nyata terhadap rendemen serat. Ketinggian 450 m dan 800 m dpl menunjukkan hasil rendemen yang lebih tinggi dibandingkan ketinggian 1 500 m dpl. Pada ketinggian 450 dan 800 m dpl rendemen serat berada pada kisaran 3%, sedangkan pada ketinggian 1 500 m dpl rendemen serat menunjukkan penurunan menjadi 2.1% (Tabel 13). Tabel 13. Rendemen Serat pada Beberapa Ketinggian Tempat Ketinggian Tempat (m dpl) Rendemen (%) 450 3.3 ± 0.3a 800 3.4 ± 0.3a 1 500 2.1 ± 0.1b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji-Tukey’s 5 %
Tenggang Waktu Pengolahan Jadwal panen yang bersamaan di beberapa lokasi kadang- kadang menyebabkan batang rami terlambat diolah. Keterlambatang pengolahan dapat mencapai 2 sampai 3 hari. Hasil analis menunjukkan bahwa
36
tenggang waktu pengolahan tidak berpengaruh terhadap rendemen serat. Rendemen serat berkisar antara 3.8 – 4.5% (Tabel 14). Namun demikian, secara visual menunjukkan penurunan kualitas serat. Serat yang dihasilkan banyak mengandung serpihan kayu dan kulit. Selain itu warna serat juga menjadi berwarna kecoklatan dan kusam (Gambar 16). Tabel 14. Rendemen Serat pada Beberapa Tenggang Waktu Pengolahan Tenggang Waktu Pengolahan (HSP) 0 1 2 3 Keterangan : HSP : Hari Setelah Panen
H0
H1
Rendemen (%) 3.8 ± 0.3 3.8 ± 0.2 4.1 ± 0.4 4.5 ± 0.2
H2
H3
Gambar 16. Perbedaan Keadaan Serat Akibat Perbedaan Waktu Pengolahan
PEMBAHASAN UMUM Aspek Manajerial Perkebunan rami Wonosobo merupakan unit produksi PT. Agrina Prima yang berkantor Pusat di Jakarta. PT. Agrina Prima merupakan perkebunan swasta yang didirikan dengan modal dasar Rp 2 milyar. Disiplin Kerja dan Jam Kerja Setiap perusahaan dalam menjalankan bidang usahanya tidak terlepas dari visi dan misi perusahaan. Supaya visi dan misi dapat tercapai, maka diperlukan disiplin kerja di seluruh bagian. Penerapan disiplin kerja di perkebunan PT. Agrina Prima ditandai dengan diberlakukannya jam kerja. Jam kerja dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 15.30 WIB, dengan istirahat pukul 09.00 – 09.30 WIB dan 12.00 – 13.00 WIB, kecuali hari Jum’at, istirahat ke- 2 pukul 11.30 – 13.00 WIB, dan dalam seminggu terdapat 6 hari kerja. Tenaga kerja di bagian pembibitan dan budidaya, pada pagi hari sebelum mulai bekerja berkumpul terlebih dahulu (± 15 menit) untuk menerima pengarahan dari kepala bagian atau supervisor. Instruksi juga kadang- kadang diberikan sehari sebelum pelaksanaan kegiatan, sedangkan untuk tenaga kerja di bagian pabrik/pengolahan dapat langsung bekerja sesuai bagiannya masing- masing. Pengelolaan Tugas di Perkebunan Perencanaan kegiatan yang dilakukan sehari- hari merupakan hasil kesepakatan antara kepala Wilud dan masing- masing kepala bagian, dimana perincian pelaksanaan kegiatan diserahkan kepada kepala bagian. Hasil kegiatan tersebut kemudian dilaporkan secara berkala kepada kepala Wilud. Untuk mengevaluasi kinerja masing- masing bagian, maka setiap bulan diadakan rapat untuk membahas permasalahan- permasalahan yang dihadapi. Masing- masing kepala bagian bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan teknis di lapang, melakukan pengawasan dan bertanggung jawab terhadap ketertiban administrasi di masing- masing bagian.
38
Pengadaan Tenaga Kerja Terlaksananya kegiatan di lapang salah satunya ditentukan oleh adanya tenaga kerja. Pengadaan tenaga kerja berada di bawah tanggung jawab kepala bagian. Buruh yang bekerja umumnya adalah masyarakat di sekitar perkebunan. Cara kepala bagian mendapatkan tenaga kerja yaitu dengan menghubungi salah seorang tenaga kerja yang secara informal diangkat sebagai ketua. Ketua inilah yang kemudian memilih siapa saja yang mendapat giliran bekerja. Sistem ini memudahkan bagi kepala bagian dalam melakukan tugasnya. Kendala di Lapangan Kendala yang dihadapi pekebunan rami PT. Agrina Prima adalah terjadinya penyusutan luas lahan baik di lahan inti maupun plasma. Luas lahan inti telah mengalami penyusutan sebanyak 52.63% atau 14.21 ha. Penyusutan la han terjadi akibat kurang kuatnya perjanjian antara PT. Agrina Prima sebagai penyewa
dengan petani sebagai pemilik lahan.
Perjanjian sewa- menyewa dilakukan dengan melibatkan makelar tanah, sehingga antara kedua belah pihak tidak terjadi kesepakatan secara langsung. Keadaan ini mengakibatkan sebagian petani mengambil kembali sebagian lahan yang disewakan ke perusahaan padahal menurut perjanjian yang ada saat itu belum waktunya untuk menga mb il lahan tersebut. Penyusutan luas lahan plasma terjadi sebanyak 50.51% atau 40.41 ha. Hal itu disebabkan oleh beberapa permasalahan yang timbul pada tingkat petani seperti: 1. Modal merupakan pinjaman dari PT. Pertamina atau PT. Jasa Marga dengan jangka waktu pengembalian 3.5 tahun, 2. Luas lahan yang diusahakan petani tidak sesuai dengan luas lahan yang diajukan dalam proposal pengajuan p injaman dan tidak diketahui secara tepat luasan lahan yang diusahakan petani, 3. Petani
plasma
tidak
menerapkan
teknik
budidaya
yang
direkomendasikan PT. Agrina Prima, 4. Petani plasma menjadikan tanaman rami sebagai tanaman alternatif sehingga pengelolaannya bersifat ekstensif,
39
5. Lokasi yang jauh serta terpencar- pencar menyebabkan sulit diadakan penyuluhan, 6. Harga jual batang basah sebesar Rp 125.- /kg dinilai oleh petani masih rendah karena belum menutupi biaya operasional (pemeliharaan) , sehingga mereka menyatakan mengalami kerugian. Aspek Teknis Produktivitas Produktivitas yang telah dicapai PT. Agrina Prima setiap bulannya ratarata 1 092.42 kg. Pada tahun 2002 terjadi penurunan produksi dimulai pada bulan Agustus sampai Oktober 2002. Penurunan tersebut disebabkan pada saat itu terjadi kemarau panjang yang mengakibatkan tanaman rami tidak dapat dipanen. Pada bulan berikutnya, produksi kembali menunjukkan kenaikan. Menurut Disbun (1993) pada musim kemarau meskipun tanaman rami masih dapat hidup namun pertumbuhannya dapat mengalami stagnasi sehingga produksi yang dihasilkan menjadi rendah bahkan tidak dapat dipanen. Pembibitan Kegiatan pembibitan di perkebunan rami PT. Agrina Prima didasarkan pada permintaan atau adanya kebutuhan. Jika tidak ada permintaan atau kebutuhan, kegiatan pembibitan tidak dilaksanakan. Pengadaan bibit sampai bibit siap ditanam berada di bawah tanggung jawab Bagian Diversifikasi. Jika pengadaan bibit tersebut hanya untuk keperluan sendiri terkadang ditangani langsung oleh Bagian Budidaya Rhizoma untuk pembibitan diambil dari lahan produksi baik dari lahan inti maupun plasma. Panjang stek rhizoma yang digunakan adalah 5 cm. Ukuran tersebut dinilai telah mencukupi bagi pertumbuhan optimum tanaman rami dan dinilai ekonomis dari segi biaya. Menurut Setyobudi et al. (2000) panjang stek rhizoma yang baik dan efisien untuk penanaman rami adalah 4 – 8 cm. Stek yang terlalu pendek menyebabkan daya tumbuh bibit rendah, sedangkan stek yang panjang meskipun memiliki daya tumbuh yang baik tapi akan menyulitkan dalam proses pengadaan bibit.
40
Bibit
yang
dihasilkan
perkebunan
PT.
Agrina
Prima
tidak
dibedakan berdasarkan klon tanaman, melainkan dibedakan berdasarkan kelompok rami yang ada di perkebunan PT. Agrina Prima. Bibit rami hanya dibedakan menjadi kelompok A1 dan A2. Pengelompokkan ini didasarkan pada kemiripan sifat dari beberapa klon rami yang ditanam di perkebunan PT. Agrina Prima. Hal ini menjadikan tanaman yang tumbuh tidak akan seragam. Persiapan Tanam Persiapan tanam yang dilakukan di perkebunan PT. Agrina Prima meliputi kegiatan pengolahan tanah dan pemupukan dasar. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak satu kali. Tanah diolah dengan cara dibajak dengan kedalaman ± 20 cm dan dilakukan 2 bulan sebelum penanaman. Pengolahan tanah tersebut sesuai dengan anjuran Dirjenbun (1986) yaitu pembajakan tanah dilakukan dengan kedalaman 15 – 25 cm, dilakukan sebanyak 1 – 2 kali tergantung keadaan setempat dan dilaksanakan 1 – 3 bulan sebelum waktu penanaman. Pemupukan dasar yang dilaksanakan di perkebunan PT. Agrina Prima didasarkan pada jumlah populasi tanaman. Setiap titik tanam diberi 350 g pupuk kandang, 4 g urea dan 3 g KCl. Pupuk fosfat tidak diberikan dalam budidaya tanaman rami di perkebunan PT. Agrina Prima karena pupuk fosfat berfungsi pada pembentukan bunga, buah dan biji, sedangkan tanaman rami yang dimanfaatkan adalah bagian vegetatifnya yaitu kulit. Tanaman rami membutuhkan pupuk fosfat dalam jumlah sedikit dan dapat dipenuhi dari pupuk tanah dan pupuk kandang yang diberikan. Namum dalam literaturliteratur tentang budidaya rami seperti yang dikemukakan Dirjenbun (1986), Sastrosupadi et al.(1991), Sastrosupadi dan Isdijoso (1993) semuanya mencantumkan pupuk fosfat sebagai paket pemupukan rami meskipun dalam jumlah yang sedikit.
Pelaksanaan Tanam Penanaman
rami
dilakukan
seminggu
setelah
dilakukan
pemupukan dasar. Kegiatan penanaman dilakukan oleh tenaga harian.
41
Menurut Dirjenbun (1986) penanaman yang terbaik adalah pada saat awal musim hujan, untuk mengurangi kegagalan karena kekurangan air. Penanaman dilakukan pada alur yang sebelumnya telah diberi pupuk dasar. Bibit yang ditanam adalah bibit yang telah memiliki tunas dan telah tumbuh akar. Bibit diletakkan pada lubang dengan posisi miring ± 45º kemudian ditimbun dengan tanah dan
1/3 bagian berada di atas
permukaan tanah. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan pemangkasan kosmetik. Penyulaman dilakukan sekitar 2 minggu setelah penanaman. Bahan sulaman diambil dari bibit yang telah dipersiapkan (cadangan) untuk penyulaman sehingga tanaman dapat tumbuh seragam. Penyulaman kadang- kadang dilakukan pada tanaman yang sudah dewasa. Namun, cara ini biasanya kurang berhasil karena tanaman hasil sulaman tersebut sering tercabut pada saat pemanenan. Pada lahan plasma kegiatan penyulaman hampir tidak dilakukan. Mereka umumnya membiarkan tanaman rami tumbuh tanpa melakukan pemupukan. Pemupukan dan pengendalian gulma merupakan suatu rangkaian kegiatan borongan panen. Setelah tanaman selesai dipanen dan gulma dibersihkan, kegiatan terakhir adalah pemupukan. Pupuk yang diberikan terdiri dari urea dan KCl. Pupuk fosfat tidak digunakan pada budidaya rami di perkebunan PT. Agrina Prima. Pada lahan plasma tanaman rami umumnya tidak diberi pupuk. Pemupukan umumnya hanya dilakukan pada awal tanam saja, setelah itu tanaman dibiarkan tanpa dipupuk. Petani tidak melakukan pemupukan dengan alasan bahwa hasil panen rami tidak menutupi biaya operasional. Pengendalian hama di perkebunan PT. Agrina Prima dilakukan secara kimia. Pengendalian hama dalam budidaya tanaman rami mutlak perlu dilakukan karena tanaman rami selalu tersedia di lahan, sehingga hama pada tanaman rami akan terus berpindah- pindah dari lahan yang telah dipanen ke lahan yang belum dipanen. Pengendalian hama dilakukan pada saat tanaman masih muda yaitu pada umur 4 – 6 minggu karena pada
42
saat itu tanaman masih mengalami pertumbuhan. Jika pengendalian baru dilakukan pada saat tanaman sudah dewasa yaitu pada umur 7 – 8 minggu, maka pengendalian tersebut sudah terlambat. Pada umur 7 – 8 minggu pertumbuhan tanaman sudah mulai berhenti dan serangan hama pada saat ini sudah tidak berpengaruh besar tehadap produktivitas tanaman. Insektisida yang digunakan dalam pengendalian hama adalah insektisida racun kotak dan lambung dengan merek dagang Sumialpha 25 EC. Pada tingkat plasma sebagian besar tidak melakukan pengendalian hama. Panen Kegiatan pemanenan dilakukan secara borongan dengan upah berdasarkan bobot batang yang diperolehnya. Setiap kilogram batang basah diberi upah Rp 50,- . Mereka memperoleh upah sekitar Rp 15 000.sampai Rp 22 500.-. Tenaga borongan panen selain memanen batang juga harus membersihkan gulma dan melakukan pemupukan. Panen biasanya dilakukan pada umur 60 – 65 hari, namun kadangkadang pemanenan dilakukan melebihi umur yang telah ditetapkan. Batang yang terlalu tua akan menyulitkan proses dekortikasi dan kualitas seratnya menurun karena kandungan pektin dan ligninnya meningkat. Keterlambatan waktu panen biasanya terjadi pada lahan plasma. Alat transportasi yang terbatas kadang- kadang menjadi pembatas bagi kegiatan penen, terutama jika waktu panen di lahan plasma terjadi secara bersamaan. Selain itu pemakaian mesin dekortikator yang tidak maksimum juga kadang- kadang memaksa terjadinya pengunduran waktu panen dari jadwal yang telah ditetapkan. Masalah transportasi sebenarnya bisa diatasi dengan
menyewa
kendaraan
tambahan.
Sedangkan
penggunaan
dekortikator yang belum maksimum bisa diatasi dengan cara menambah tenaga kerja atau dengan menambah jam kerja (lembur). Pengolahan Batang Pengolahan batang rami sampai dihasilkan serat kasar (china grass) meliputi tahapan dekortikasi, perendaman, pemerasan, brushing dan penjemuran. Masing- masing tahapan memiliki fungsi tersendiri. Kegiatan dekortikasi sebaiknya dilakukan segera setelah batang dipanen. Batang
43
yang
masih
segar
memudahkan
dalam
proses
dekortikasi
dan
menghasilkan serat yang lebih bersih dibandingkan dengan serat yang dihasilkan dari batang yang sudah mulai layu. Waktu panen yang bersamaan di beberapa lokasi kadang- kadang menyebabkan terjadinya penumpukan batang selama beberapa hari. Batang yang telah dipanen jika tidak segera diolah semakin lama akan semaking layu. Selain itu, penumpukan batang selama beberapa hari juga dapat menyebabkan terjadinya pembusukan. Jika terjadi penumpukan sebaiknya segera dilakukan kerja lembur supaya batang dapat segera diolah. Panen yang serempak di beberapa lokasi banyak terjadi di lahan plasma karena selama ini pada lahan plasma tidak dilakukan pengaturan jadwal panen. Warna serat yang dihasilkan sangat dipengaruhi cara dalam melakukan dekortikasi. Menurut Winarto (1993), serat rami terikat oleh lapisan pektin, yaitu suatu bahan perekat yang berpengaruh negatif terhadap warna serat. Lapisan pektin ini harus dibuang sebelum serat rami dapat dipintal menjadi benang. Selain itu kulit rami mengandung banyak tanin dengan kadar yang bervariasi tergantung dari klon rami. Tanin merupakan senyawa kimia yang berwarna coklat yang sangat aktif dan akan berubah menjadi hitam apabila terkena udara dan sinar matahari. Tanin bila bersinggungan dengan garam besi akan segera menjadi biruhitam. Penyiraman air pada saat dekortikasi yang dilanj utkan dengan pembilasan memberikan hasil serat yang paling baik. Setelah proses dekortikasi, proses selanjunya adalah perendaman, pemerasan, brushing dan penjemuran. Perendaman dilakukan selama 1 – 2 hari menggunakan air tanpa ada bahan tambahan bertujuan untuk mengurangi (melarutkan) gum yang masih melekat pada serat hasil dekortikasi. Perendaman yang terlalu lama akan menyebabkan pelapukan. Setelah itu dilakukan pemerasan yang dilakukan oleh 1 – 2 orang tenaga kerja tergantung jumlah serat yang harus diperas. Pemerasan bertujuan mengurangi kandungan air setelah direndam beberapa hari. Selain itu pemerasan juga bertujuan membantu membuang kotoran (pektin, tanin dan lain- lain) yang masih melekat pada serat, sekaligus melunakkan serat sehingga memudahkan dala m proses selanjutnya. Kegiatan brushing
44
dilakukan oleh 1 – 2 orang tenaga kerja, bertujuan membersihkan serat dari serpihan- serpihan batang yang masih melekat dan menguraikannya sehingga memudahkan dalam proses penjemuran. Penjemuran dilakukan selama 2 – 3 hari tergantung keadaan cuaca dan dilakukan pada rumah jemur. Setelah kering kemudian serat dikemas menjadi bentuk bal dengan berat 25 kg/bal. Aspek Finansial Kriteria kelayakan yang digunakan dalam analisis finansial pada usahatani rami adalah NPV, BCR, IRR dan PBP. Dengan asumsi suku bunga 18%, maka diperoleh nilai NPV untuk Pola Usaha I sebesar Rp 38 973 566.41, IRR sebesar 33%, PBP selama 3.70 tahun dan BCR sebesar 1.66. Sedangkan nilai NPV untuk Pola Usaha II sebesar Rp 628 919 764.80, IRR sebesar 63.96%, PBP selama 2.87 tahun dan BCR sebesar 2.64. Suatu usaha akan dikatakan layak jika nilai NPV positif, IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku dan BCR lebih besar dari satu. Suatu usaha
yang
dikatakan
layak
secara
finansia l belum
tentu
dapat
berkembang di suatu daerah. Untuk mengetahui apakah usaha tersebut akan dapat berkembang, maka perlu dibandingkan dengan usahatani yang selama ini banyak dikembangkan di daerah tersebut. Berdasarkan hasil analisis finansial menunjukkan bahwa kedua pola usaha rami layak untuk dikembangkan karena telah memenuhi kriteria kelayakan yaitu NPV positif, IRR lebih besar dari suku bunga dan BCR lebih besar dari satu. Tanaman rami merupakan tanaman yang membutuhkan curah hujan 100 – 150 mm/bulan. Hal ini identik dengan pengairan sebanyak 1 000 sampai 1 500 m3 /ha/bulan (Dirjenbun, 1986). Pada kondisi air yang selalu tersedia rami dapat dipanen 5 – 6 kali/tahun, namun jika air tidak tersedia sepanjang tahun, frekuensi panennya bisa turun hingga 3 – 4 kali/tahun. Keadaan ini menjadikan tanaman rami bersaing dengan tanaman pangan atau
hortikultura
karena
pada
daerah
tersebut
umumnya
banyak
diusahakan tanaman pangan dan hortikultura. Petani rami di Wonosobo selama ini hanya menghasilkan batang basah serta bibit. Pengembangan rami pada lahan sawah di Wonosobo kurang bisa berkembang dengan baik
45
karena selama ini petani di Wonosobo lebih tertarik menanam tanaman panan seperti padi dan jagung. Biaya yang diperlukan untuk budidaya tanaman pangan seluas
3 ha
dengan pola Padi I – Padi II – Jagung adalah Rp 11 394 000.- per tahun, sedangkan untuk budidaya rami sebesar Rp 18 424 500.- per tahun. Keuntungan yang diperoleh dari budidaya tanaman pangan dengan pola tanam Padi I – Padi II dan Jagung adalah Rp 22 805 412.- per tahun, sedangkan keuntungan yang diperoleh dari budidaya rami dengan Pola Usaha I adalah Rp 13 338 000.- per tahun. Dari sini terlihat bahwa biaya yang diperlukan untuk budidaya tanaman pangan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman rami, sedangkan keuntungan yang diperoleh dari budidaya rami lebih kecil. Oleh karena itu sangat logis jika petani lahan sawah tidak tertarik menanam rami meskipun secara finansial budidaya rami layak diusahakan. Agar petani tertarik mengembangkan tanaman rami, maka keuntungan yang diperoleh dari budidaya rami harus lebih besar dari usaha budidaya yang selama ini mereka laksanakan. Alternatif lain yang bisa diusahakan adalah petani mengusahan rami dengan Pola Usaha II, yaitu petani mengusahakan tanaman rami sampai dihasilkan china grass. Biaya yang diperlukan untuk mengusakan rami dengan Pola Usaha II adalah Rp 40 668 114.- per tahun dengan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 98 824 886.- per tahun. Dengan Pola Usaha II diharapkan petani akan tertarik
mengusahakan
tanaman
rami
karena
secara
finansial
layak
diusahakan serta keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada mengusahakan tanaman pangan. Aspek Khusus Kelompok Rami Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok rami berpengaruh nyata terhadap rendemen serat. Kelompok A1 menunjukkan hasil rendemen yang lebih tinggi (3.6%) dibandingkan kelompok A2 (2.6%). Perbedaan tingkat rendemen antara A1 dan A2 terjadi karena masingmasing kelompok memiliki karakter batang yang berbeda. Perbedaan karakter batang yang dijadikan acuan dalam pengelompokan rami di perkebunan PT. Agrina Prima dapat dilihat pada Tabel 16
46
Tabel 15. Perbedaan Karakteristik Batang Rami Kelompok A1 dan A2 A1 - Batang berongga dan mudah pecah dengan jari - Kulit batang tebal - Diameter batang rata-rata 15 mm - Tinggi batang rata-rata 180 cm - Tunas lateral sedikit sehingga serat tidak banyak yang putus
A2 - Batang padat dan susah dipecah dengan jari - Kulit batang lebih tipis - Diameter batang rata-rata 10 mm - Tinggi batang rata-rata 165 cm - Tunas lateral banyak tumbuh pada ketiak daun sehingga banyak serat yang terputus.
Secara visual, perbedaan yang paling besar yang menyebabkan perbedaan rendemen A1 dan A2 adalah ketebalan kulit dan kepadatan batang.
Kelompok A1 memiliki batang berongga dan kulit tebal,
sedangkan kelompok A2 memiliki batang padat dan kulit tipis. Dengan demikian kelompok A1 memiliki karakter yang lebih unggul dibandingkan kelompok A2. Keunggulan karakter yang dimiliki kelompok A1 menjadikan kelompok
A1
lebih
berpotensi
untuk
dikemba ngkan.
Rami
yang
digolongkan ke dalam kelompok A1 adalah Pujon 10, Indocina dan Jawa Timur. Menurut Setyobudi et al. (1993) masih ada Pujon 13 yang berpotensi hasil lebih tinggi untuk dibudidayakan. Panjang Batang Hasil
analisis
menunjukkan
bahwa
panjang
batang
tidak
berpengaruh terhadap rendemen serat. Hal ini menunjukkan bahwa potensi serat pada bobot batang yang sama memiliki tingkat rendemen yang sama, meskipun panjang batangnya berbeda. Panjang batang merupakan salah satu dari komponen produksi serat rami. Panjang batang yang dikehendaki adalah tidak kurang dari 100 cm. Oleh karena itu, panjang batang tetap diperhatikan dalam budidaya tanaman rami. Batang yang pendek (kurang dari 100 cm) akan menyulitkan da lam prose dekortikasi, sehingga batang terseb ut dibuang. Semakin banyak batang rami yang kurang dari 100 c m, maka akan semakin banyak batang rami yang terbuang, sehingga akan menurunkan produktivitas serat.
47
Batang rami yang kurang dari 100 cm ditemukan baik di lahan inti maupun plasma. Keadaan ini terjadi akibat pemangkasan yang kurang baik pada saat panen atau kurangnya perawatan tanaman. Pemangkasan yang terlalu tinggi akan menyebabkan banyak tumbuhnya tunas- tunas lateral sehingga pertumbuhannya tidak maksimal. Tunas yang tumbuh diatas permukaan tanah umumnya memiliki batang yang kecil dan pendek. Jumlah batang yang kecil dan pendek dapat dikurangi dengan melakukan pewiwilan dan pemangkasan yang baik pada saat panen. Pemangkasan harus rata dengan permukaan tanah sehingga tunas yang tumbuh diharapkan memiliki batang yang besar dan tinggi (Sjafei, 1988). Pewiwilan dilakukan untuk membuang tunas- tunas yang pertumbuhannya tidak normal. Sehingga tunas yang tumbuh nantinya adalah tunas- tunas yang memiliki sifat batang yang baik. Pemupukan Hasil analisis menunjukkan bahwa pemupukan tidak berpengaruh terhadap rendmen serat. Hal ini me nunjukkan bahwa pemupukan dan tanpa pemupukan menghasilkan rendemen yang sama secara statistik. Pemupukan tetap perlu dilakukan meskipun tidak berpengaruh terhadap
rendemen
serat.
Pemupukan
merupakan
upaya
untuk
mempertahankan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan bagi tanaman tumbuh dengan baik. Tanaman rami sebagai tanaman dengan pertumbuhan yang cepat membutuhkan unsur hara yang banyak, karena itu tanaman rami disebut tanaman yang rakus unsur hara. Menurut Sastrosupadi dan Isdijoso (1993), tanaman rami pada asalnya merupakan tanaman yang rakus akan unsur hara. Setiap 2 bulan tanaman rami dipanen. Dari batang yang dipanen hanya 2.5 - 4 % serat yang bisa dihasilkan, berarti 96 % - 97.5 % adalah bagian yang tidak dimanfaatkan. Jika bahan tersebut tidak dikembalikan ke lahan, maka semakin lama unsur hara dalam tanah akan semakin berkurang, sehingga suatu saat akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Oleh karena itu pemupukan tetap diperlukan dalam budidaya tanaman rami.
48
Umur Panen Pemanenan di perkebunan PT. Agrina Prima dilakukan pada umur 60 – 65 hari, namun kadang-kadang lebih dari 65 hari, tergantung kondisi di lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur panen tidak berpengaruh terhadap rendemen serat. Dengan demikian tanaman rami yang berumur 75 hari masih dapat dipanen, namun dari segi kualitas serat yang dihasilkan perlu dilakukan penelitian tersendiri. Menurut Sastrosupadi dan Isdijoso (1993), panen tepat pada waktunya harus diperhatikan. Panen yang terlalu muda selain rendah produktivitasnya, juga rendah mutunya terutama kekuatan seratnya. Sedangkan jika dipanen terlalu tua, maka serat menjadi kaku dan rapuh karena meningkatnya kandungan lignin dan pektin. Pada batang yang terlalu tua kandungan airnya sudah mulai berkurang, sehingga bahan serat dan bukan serat saling mengikat lebih erat. Selain itu, batang yang dihasilkan sudah keras sehingga menyulitkan dalam proses dekortikasi. Penentuan waktu panen harus dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu saat tanaman dalam keadaan yang optimum. Waktu panen yang tepat dapat diketahui dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Batang telah mencapai tinggi yang optimum 2. Sepertiga batang bagian bawah telah berwarna coklat 3. Batang bagian tengah mudah dipatahkan dan mengandung serat sampai ke pucuk 4. Tunas- tunas baru mulai muncul dari pangkal batang. Ketinggian Tempat Hasil analisis menunjukkan bahwa ketinggian tempat berpengaruh nyata terhadap rendemen serat. Ketinggian 450 m dan 800 m dpl menunjukkan hasil rendemen yang lebih tinggi dibandingkan ketinggian 1 500 m dpl. Pada ketinggian 450 m dan 800 m dpl tanaman rami memiliki rendemen yang lebih tinggi, serat lebih kuat, pertumbuhan lebih cepat dan karakter batang normal. Sedangkan pada tanaman rami yang ditanam pada ketinggian 1 500 m dpl memperlihatkan tingkat rendemen yang
49
lebih rendah, serat mudah putus, dan pertumbuhan lebih lambat. Secara visual perbedaan ketinggian mempengaruhi perbedaan karakter tanaman. Perubahan kerakter pada tanaman rami tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan iklim antara ketinggian 450 m dpl dan 800 m dpl dengan ketinggian 1 500 m dpl. Pada ketinggian 1 500 m dpl menunjukkan adanya penurunan suhu, berkurangnya
lama
penyinaran matahari, akibat letak kebun yang berada di lereng gunung dan kabut yang seringkali turun. Suhu udara di lokasi perkebunan rami berkisar antara 14.3 – 26.5 °C. Suhu di permukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya ketinggian tempat (Handoko, 1995). Keadaan ini menurut Fitter dan Hay (1991) dapat mengakibatkan berkurangnya kecepatan pertumbuhan tanaman dan proses metabolisme jika suhu lingkungan tersebut berada di bawah kisaran suhu optimumnya. Suhu optimum bagi tanaman rami menurut Santoso (1996) adalah 24 ºC – 30 ºC. Selain suhu, cahaya juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Fitter dan Hay (1991) secara fisiologis, cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh cahaya langsung adalah melalui fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Daerah
pegunungan
di
Indonesia
umumnya
mempunyai
kelembaban nisbi yang tinggi karena suhu yang rendah, sehingga kapasitas udara untuk menampung air relatif kecil (Handoko, 1995). Selain itu, kelembaban yang tinggi mengakibatkan transpirasi tanaman menjadi lebih lambat (Tjondronegoro et al,, 1999). Tenggang Waktu Pengolahan Hasil analisis menunjukkan bahwa tenggang waktu pengolahan tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen serat. Namun secara visual, terdapat perbedaan yang jelas antara serat yang dihasilkan dari batang yang segera diolah dengan serat yang dihasilkan dari batang yang tertunda pengolahannya.
50
Semakin lama batang tidak diolah, maka kadar air nya semakin menurun sehingga akan menyulitkan proses dekortikasi. Kadar air yang rendah menyebabkan kualitas serat dihasilkan menurun, ditandai dengan semakin banyaknya kotoran (kulit dan kayu) yang melekat pada serat. Selain itu warna serat juga menjadi berwana kecoklatan dan kusam. Kualitas serat yang baik akan diperoleh jika batang rami segera diolah sete lah batang dipanen. Menurut Disbun (1993) proses dekortikasi harus segera dilakukan, paling lambat 2 x 24 jam
setelah batang
dipanen.
kualitas
menurun.
Keterlambatan
pengolahan
menyebabkan
serat
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara umum manajemen di perkebunan rami PT. Agrina Prima telah berjalan dengan baik. Setiap kepala bagian bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
teknis di lapang, melakukan pengawasan dan
bertanggung jawab terhadap ketertiban administrasi di masing- masing bagian. Kendala yang dihadapi adalah terjadinya penyusutan luas lahan, baik di lahan inti maupun plasma. Produksi china grass yang dicapai PT. Agrina Prima mengalami fluktuasi. Produksi terendahterjadi pada bulan Oktober 2002, setelah itu produksi menunjukkan peningkatan kembali. Kegiatan yang diselenggarakan di perkebunan rami PT. Agrina Prima dibagi dalam tiga bagian, yaitu: diversifikasi, budidaya dan dekortikasi. Masing- masing bagian saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap bagian dipimpin oleh satu orang kepala bagian. Secara finansial usahatani rami layak untuk dikembangkan. Pola usaha II, yaitu petani mengembangkan tanaman rami sampai dihasilkan china
grass,
merupakan
alternatif
untuk
menggantika n
pola
pengembangan rami yang selama ini kurang berkembang. Hasil
pengamatan
menunjukkan
bahwa
faktor- faktor
yang
mempengaruhi rendemen serat rami adalah jenis rami dan ketinggian tempat. Sedangkan yang tidak mempengaruhi rendemen serat rami antara lain panjang batang, umur panen, pemupukan dan tenggang waktu pengolahan. Saran 1. PT. Agrina Prima sebaiknya menggunakan lahan milik pemerintah daerah dengan status Hak Guna Usaha (HGU), untuk menghindari pengambilan kembali lahan oleh petani sebelum masa sewa lahan berakhir. 2. Penyuluhan kepada petani perlu lebih diintensifkan terutama tentang pentingnya teknik budidaya yang baik. 3. Sebaiknya lahan yang ditanami rami A2 secara bertahap diganti dengan rami A1.
52
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh ketinggian tempat terhadap produktivitas dan mutu serat rami. 5. Perlu dilakukan penelitian tentang klon-klon rami apa saja yang cocok dikembangkan pada kawasan yang akan dijadikan pengembangan rami.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Stasistik Kabupaten Wonosobo. 2001. Wonosobo Dalam Angka. Hal: 1 – 19. [Dirjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 1986. Petunjuk Teknis Tanaman Rami. Jakarta. 46 hal. [Disbun] Dinas Perkebunan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. 1993. Pengalaman mengembangkan rami di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Rami. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang. Hal: 17 – 21. Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 421 hal. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustakajaya. Jakarta. 192 hal. [KOPSERINDO] Koperasi Pengembang Serat Alam Indonesia. 2005. Laporan Tahun 2005. Jakarta Moerdoko, W. 1993. Rami pemasaran dan prospeknya. Prosiding Seminar N asional Rami. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang. Hal: 22 – 38. Mugnisjah, W.Q. 2002. Manajemen Produksi Tanaman: 4. Kelayakan dan Perencanaan Proyek. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. [NAFED] National Agency for Export Development. 2002. 8 Kawasan Kembangkan Budidaya Rami. Http://www.nafed.go.id/indo/berita/ index.php?artc=544. [27 September 2002]. Santoso, B. 1996. Pengaruh faktor iklim terhadap pertumbuhan dan hasil china grass rami. Buletin Sintesis. Semarang. 7 (7) : 68 – 72. Rukmana, H. R. 2003. Rami Budidaya dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarya. 39 hal. Sastrosupadi, A., Soenardi dan Budi Santoso. 1991. Pengaruh paket pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan rami (Boehmeria nivea L. Gaud) pada tanah latosol Sukabumi. Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. 6 ( 1) : 63 – 75. Satrosupadi, A. dan S. H. Isdijoso. 1993. Teknologi budidaya rami. Prosiding Seminar Nasional Rami. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang. Hal: 1 – 16.
54
Setyobudi, U., D. I. Kangiden dan Rr. Srihartati. 1993. Koleksi plasma nutfah rami di Balittas. Prosiding Seminar Nasional Rami. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang. Hal: 45 – 55. Setyobudi, U., Adji Sastrosupadi dan Rr. Sri Hartati. 2000. Pengaruh panjang stek rhizoma beberapa klon rami terhadap pertumbuhan dan hasil serat. Jurnal Agrotropika. Lampung. 6 (l) : 19 – 25. Sjafei, P. M. 1988. Budidaya Tanaman Rami (Boehmeria nivea). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tjondronegoro, P. D., S. Harran dan Hamim. 1999. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Jilid I. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. 116 hal. Winarto. 1993. Upaya menghindari warna coklat pada serat rami (china grass) pada saat keluar dari mesin dekortikator. Prosiding Seminar Nasional Rami. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang. Hal: 90 – 95.
LAMPIRAN
PLANT
DECORTICATION
Proses penyeratan untuk memisahkan serat dengan batang kayu
China Grass (Serat Rami Mentah) DEGUMMING
Proses pembersihan serat dari getah/pectin, gums, waxes dan foreign matter lainnya
DRYING
Pengeringan melalui Centrifuges dan Hot Air Dryer/dijemur
Ramie Tow (Serat Rami setelah Degumming) SOFTENING M/C
SFT MACHINE
Penghalusan Serat (Fiber Softening & Dressing)
Special Fiber Treatment
Pemotongan serat dengan Fiber Cutter
CUTTING
AUTO VEDEER OPENING WILLOW CARDING WILLOW ROLLER CARD
OPENER (2X) FLAT ATAU UNION CARD (BENTUK WEB)
Proses pembukaan serat melalui Line Automatic Fiber Opener (Import)
RAMIE STEPLE FIBER (Serat Rami Siap Pintal) STORAGE CHAMBER
BALING PRESS
RING SPIN
OPEN END SPIN
RING TYPE
MOTOR TYPE
NON WOVEN SPIN
Penyimpanan sementara
Pengepakan dalam bentuk bale
JET SPIN AIR JET TYPE
Gambar Lampiran 1. Diagram Proses Pengolahan Rami
Keterangan : A, B, C dan D menunjukkan Blok 1, 2, 3, … menunjukkan nomor kavling Gambar Lampiran 2. Peta Lahan Inti Kebun Kalikajar I & II
Keterangan : A, B, C dan D menunjukkan Blok 1, 2, 3, … menunjukkan nomor kavling Gambar Lampiran 3. Peta Lahan Inti Kebun Kalikajar III & IV
Keterangan : A, B dan C menunjukkan Blok 1, 2, 3, … menunjukkan nomor kavling Gambar Lampiran 4. Peta Lahan Inti Sigug & Sapuran
Keterangan : A dan B menunjukkan Blok 1, 2, 3, … menunjukkan nomor kavling Gambar Lampiran 5. Peta Lahan Inti Sedayu
Keterangan : A, B, C, D dan E menunjukkan Blok 1, 2, 3, … menunjukkan nomor kavling Gambar Lampiran 6. Peta Lahan Inti Cengang
DEWAN DIREKSI
DIREKSI
Manajer Umum & Pengembangan
Sie. Keuangan
Kepala Wilud Wonosobo
KA. Bagian Adm & Umum
KA. Bagian Dekortikasi
Supervisor Lahan Inti
KA. Bagian Budidaya
KA. Bagian Diversifikasi
Supervisor Lahan Plasma
Gambar Lampiran 7. Srtuktur Organisasi PT. Agrina Prima
Tabel Lampiran 1. Hasil Uji- T Rendemen Serat pada Dua Kelompok Rami A1 A2 T-Value = 4,28 P-Value = 0,051 DF =2
N
Mean
StDev
SE Mean
3
3.583
0.378
0.22
3
2.583
0.144
0.083
Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Perbedaan Ukuran Panjang Batang Sumber
DF
SS
MS
F
P
Perlakuan
2
0.007
0.004
0.02
0.982
Galat
6
1.196
0.199
Total
8
1.203
Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Tanaman dengan Pemupukan dan Tanpa Pemupukan Perlakuan Pemupukan Tanpa Pemupukan T-Value = 2,13 P-Value = 0,123 DF =2
N
Mean
StDev
SE Mean
3
3.917
0.270
0.16
3
3.423
0.296
0.17
Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Beberapa Umur Panen Sumber
DF
SS
MS
F
P
Perlakuan
3
0.6042
0.2014
3.22
0.083
Galat
8
0.5000
0.0625
Total
11
1.1042
Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Beberapa Ketinggian Tempat Sumber
DF
SS
MS
F
P
Perlakuan
2
3.0709
1.5354
27.65
0.001
Galat
6
0.3331
0.0555
Total
8
3.4040
Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Rendemen Serat pada Beberapa Tenggang Waktu Pengolahan Sumber
DF
SS
MS
F
P
Perlakuan
3
0.6693
0.2231
2.72
0.125
Galat
7
0.5744
0.0821
Total
10
1.2437
ANALISIS FINANSIAL US AHATANI RAMI DENGAN POLA USAHA I Tabel Lampiran 7. Asumsi Usahatani Rami Pola Usaha I No. 1 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13
Keterangan Luas Lahan
Jumlah
Satuan hektar
3
Jarak Tanam Bibit yang digunakan adalah Pujon 10 / Indochina Jumlah Titik Tanam (per petak) Jumlah Bibit per Lubang Tanam Populasi Tanaman yang Hidup Pemupukan Umur Panen Frekuensi Panen Panen, pengendalian gulma dan pemupukan merupakan satu rangkaian kegiatan Harga jual batang basah
cm2
80 x 30 40000 1 80% 2 2 5
titik tanam bibit bulan sekali bulan kali/tahun
125
rupiah
Tabel Lampiran 8. Biaya Investasi Pola Usaha I No. 1
Keterangan Bibit Total Investasi
Volume 40 000
Satuan pcs
Harga Rp 125
Rp Rp
Jumlah 5 000 000 5 000 000
Tabel Lampiran 9. Komponen Biaya Variabel per Hektar Pola Usaha I No.
Komponen Biaya Variabel
1
Pupuk Kandang
2 3
Urea KCl
4
Tenaga Kerja (Per Panen) - Pemupukan Dasar - Penanaman - Pangkas Kosmetik/Bentuk - Panen pengendalian gulma dan pemupukan
5
Vol
Satuan
Harga
Jumlah
10 000
kg
Rp
150
Rp
1 500 000
900 600
kg kg
Rp 1 150 Rp 2 500
Rp Rp
1 035 000 1 500 000
100 100
HOK HOK
Rp 9 000 Rp 7 000
Rp Rp
900 000 700 000
25
HOK
Rp 9 000
Rp
225 000
25
HOK
Rp 15 000
Rp
375 000
57 15
HOK HOK
Rp 8 000 Rp 8 000
Rp Rp
456 000 120 000
Bibit Pengambilan Rhizom Pemotongan
Tabel Lampiran 10. Biaya Operasional Usahatani Rami Pola Usaha I No. I.
II.
Komponen Biaya
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
TahunV
Tahun VI
Tahun VII
Tahun VIII
Pupuk - Pupuk Kandang
Rp
4 500 000
Rp 4 500 000
Rp
4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
- Urea
Rp
3 105 000
Rp 3 105 000
Rp
3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
- KCl
Rp
4 500 000
Rp 4 500 000
Rp
4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
- Jumlah Biaya Pemupukan
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 5 625 000
Tenaga Kerja - Pemupukan Dasar
Rp
2 700 000
- Penanaman
Rp
2 100 000
- Pangkas Kosmetik/Bentuk - Penen pengendalian gulma dan pemupukan
Rp
675 000
Rp
2 250 000
Rp
5 625 000
Rp 5 625 000
Rp 5 625 000
Rp 5 625 000
Rp 5 625 000
Rp 5 625 000
- Pengambilan Rhizom
Rp
456 000
Rp
456 000
Rp
456 000
Rp
456 000
Rp
456 000
Rp
456 000
- Pemotongan
Rp
120 000
Rp
120 000
Rp
120 000
Rp
120 000
Rp
120 000
Rp
120 000
- Jumlah Biaya Tenaga kerja
Rp
7 725 000
Rp 5 625 000
Rp
6 201 000
Rp 6 201 000
Rp 6 201 000
Rp 6 201 000
Rp 6 201 000
Rp 6 201 000
Jumlah Biaya Operasional
Rp 19 830 000
Rp 17 730 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Total Biaya Operasaional
Rp 147 396 000
Rata-rata
Rp 18 424 500
Tabel Lampiran 11. Proyeksi Penerimaan Usahatani Rami Pola Usaha I No. I.
Keterangan
Tahun I
Tahun II
- Batang per rumpun
3
- Bobot batang (kg) - Rumpun
Tahun IV
TahunV
Tahun VI
Tahun VII
Tahun VIII
- Tamanan Tumbuh
- Harga Batang Basah (Rp) - Jumlah Penerimaan Batang
Rp
5
6
7
7
8
8
0.095
0.095
0.095
0.095
0.095
0.095
0.095
0.095
40 000
40 000
40 000
40 000
40 000
40 000
40 000
3
3
3
3
3
3
3
3
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
2
5
5
5
5
5
5
5
54 720
182 400
228 000
273 600
319 200
319 200
364 800
364 800
125
125
125
125
125
125
125
- Frekuensi panen - Total panen
4
40 000
- Luas lahan
II.
Tahun III
Produksi Batang
6 840 000
Rp 22 800 000
Rp 28 500 000
Rp 34 200 000
Rp 39 900 000
Rp 39 900 000
Rp 45 600 000
125 Rp 45 600 000
Produksi Bibit - Stek Rhizom (pcs)
32000
- Harga (Rp)
32000
30
- Jumlah Penerimaan Bibit
Rp
Jumlah Penerimaan
Rp
Total Penerimaan
Rp 269 100 000
6 840 000
Rata-rata
Rp 33 637 500
Rp 22 800 000
960 000
Rp 29 460 000
32000
30 Rp
960 000
Rp 35 160 000
32000
30 Rp
960 000
Rp 40 860 000
32000
30 Rp
960 000
Rp 40 860 000
32000
30 Rp
960 000
Rp 46 560 000
30 Rp
960 000
Rp 46 560 000
Tabel Lampiran 12. Proyeksi Arus Kas Usahatani Rami Pola Usaha I No.
Komponen
I.
Cash Inflow - Penerimaan
II.
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Rp
Rp 22 800 000
Rp 29 460 000
Rp 35 160 000
6 840 000
Tahun VI
Tahun VII
Tahun VIII
Rp 40 860 000
Rp 40 860 000
Rp 46 560 000
Rp 46 560 000
Cash Outflow Investasi
Rp 15 000 000
Biaya Operasional
Rp 19 830 000
Rp 17 730 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 34 830 000
Rp 17 730 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Rp 18 306 000
Laba/rugi
Rp -27 990 000
Rp 5 070 000
Rp 11 154 000
Rp 16 854 000
Rp 22 554 000
Rp 22 554 000
Rp 28 254 000
Rp 28 254 000
Akumulasi
Rp -27 990 000
Rp -22 920 000
Rp -11 766 000
Rp 5 088 000
Rp 27 642 000
Rp 50 196 000
Rp 78 450 000
Rp 106 704 000
Laba Total
Rp 106 704 000
Laba Rata-rata
Rp 13 338 000
Total Pengeluaran
Tabel Lampiran 13. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha I No 1 2 3 4
TahunV
Uraian NPV IRR (18%) PBP(Tahun) BCR
Nilai Rp 38 973 566.41 33% 3.70 1.66
ANALISIS FINANSIAL USAHATANI RAMI DENGAN POLA USAHA II Tabel Lampiran 14. Asumsi Usahatani Rami Pola Usaha II No. 1 2
Umur Ekonomi Luas Lahan
Keterangan
Jumlah 8 3
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jarak Tanam Bibit yang digunakan adalah Pujon 10 / Indochina Kebutuhan bibit per hektar Populasi tanaman yang hidup Jumlah Bibit per Lubang Tanam Pemupukan Umur Tanaman Belum Menghasilkan Umur Panen Frekuensi Panen
12 13 14
Panen, pengendalian gulma dan pemupukan merupakan satu rangkaian kegiatan Rendemen Serat Harga China Grass
80 x 30 40000 80% 1 2 6 2 5
3.5% 7500
Satuan tahun hektar cm2 titik tanam bibit bulan sekali bulan bulan kali/tahun
rupiah
Tabel Lampiran 15. Biaya Investasi Pola Usaha II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Tempat Dekortikator Rumah Penjemuran Sewa Lahan (8 tahun) Mesin Dekortikator Pompa Air Pipa PVC Knapsack Parang Pencong/Penggali Bibit Total
Volume 1 1 3 1 1 4 1 3 3 120 000
Satuan unit unit hektar unit unit batang unit unit unit pcs
Harga/Satuan Rp 1 000 000 Rp 4 000 000 Rp 2 000 000 Rp 9 500 000 Rp 500 000 Rp 25 000 Rp 300 000 Rp 25 000 Rp 20 000 Rp 125
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Jumlah 1 000 000 4 000 000 48 000 000 9 500 000 500 000 100 000 300 000 75 000 60 000 15 000 000 78 535 000
Tabel Lampiran 16. Biaya Penyusutan Pola Usaha II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peralatan Tempat Dekortikator Rumag Penjemuran Sewa Lahan (8 tahun) Mesin Dekortikator Pompa Air Pipa PVC Knapsack Parang Pencong/Penggali Bibit Akumulasi Penyusutan per tahun
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Nilai 1 000 000 4 000 000 48 000 000 9 500 000 500 000 100 000 300 000 75 000 60 000 15 000 000
Umur 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penyusutan/th Rp 125 000 Rp 500 000 Rp 6 000 000 Rp 1 187 500 Rp 62 500 Rp 12 500 Rp 37 500 Rp 9 375 Rp 7 500 Rp 1 875 000 Rp 9 816 875
Tabel Lampiran 17. Komponen Biaya Variabel per Hektar Pola Usaha II No.
Komponen Biaya Variabel
Vol
Satuan
Harga/ Satuan
Jumlah
1
Pupuk Kandang
10 000
kg
Rp
150
Rp 1 500 000
2
Urea
900
kg
Rp
1 150
Rp 1 035 000
3
KCl
600
kg
Rp
2 500
Rp 1 500 000
4
Pestisida
L
Rp 200 000
Rp
5
Tenaga Kerja (Per Panen)
2
400 000
- Pengolahan Tanah
200
HOK
Rp
10 000
Rp 2 000 000
- Pemupukan Dasar
100
HOK
Rp
10 000
Rp 1 000 000
- Penanaman
100
HOK
Rp
8 000
Rp
800 000
- Penyulaman
50
HOK
Rp
8 000
Rp
400 000
- Pangkas Kosmetik/Bentuk
25
HOK
Rp
10 000
Rp
250 000
- Pengendalian Hama - Panen pengendalian gulma dan pemupukan
2
HOK
Rp
10 000
Rp
20 000
25
HOK
Rp
20 000
Rp
500 000
- Dekortikator
37.5
HOK
Rp
10 000
Rp
375 000
6
Bahan Bakar (Per panen)
260
Liter
Rp
1 650
Rp
429 000
7
Produksi Bibit 32000
pcs
Rp
10
Rp
320 000
50
box
Rp
5 000
Rp
250 000
0.0384
m3
Rp
10 000
Rp
384
0.5
Liter
Rp 100 000
Rp
50 000
0.25
Liter
Rp 200 000
Rp
50 000
- Pengambilan Rhizom
57
HOK
Rp
8 000
Rp
456 000
- Pemotongan
15
HOK
Rp
8 000
Rp
120 000
- Pemeliharaan
30
HOK
Rp
8 000
Rp
240 000
- Rhizom - Kotak Semai - Serbuk Gergaji - Pupuk Cair - Paestisida
Tabel Lampiran 18. Biaya Operasional Usahatani Rami Pola Usaha II No. I.
Komponen Biaya
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
Tahun VI
Tahun VII
Tahun VIII
Pupuk - Pupuk Kandang
Rp
4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
- Urea
Rp
3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
Rp 3 105 000
- KCl
Rp
4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Rp 4 500 000
Jumlah Biaya Pemupukan
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
Rp 12 105 000
II.
Pestisida
Rp
1 200 000
Rp 1 200 000
Rp 1 200 000
Rp 1 200 000
Rp 1 200 000
Rp 1 200 000
Rp 1 200 000
Rp 1 200 000
III.
Tenaga Kerja - Pengolahan Tanah
Rp
6 000 000
- Pemupukan Dasar
Rp
3 000 000
- Penanaman
Rp
2 400 000
- Penyulaman
Rp
1 200 000
- Pangkas Kosmetik/Bentuk
Rp
750 000
- Pengendalian Hama
Rp
240 000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
- Penen pengendalian gulma dan pemupukan
Rp
4 500 000
Rp 9 000 000
Rp 9 000 000
Rp 9 000 000
Rp 9 000 000
Rp 9 000 000
Rp 9 000 000
Rp 9 000 000
- Dekortikator
Rp
3 375 000
Rp 6 750 000
Rp 6 750 000
Rp 6 750 000
Rp 6 750 000
Rp 6 750 000
Rp 6 750 000
Rp 6 750 000
Jumlah Biaya Tenaga Kerja
Rp 21 465 000
Rp 16 110 000
Rp 16 110 000
Rp 16 110 000
Rp 16 110 000
Rp 16 110 000
Rp 16 110 000
Rp 16 110 000
IV.
Bahan Bakar (BBM)
Rp
3 861 000
Rp 7 722 000
Rp 7 722 000
Rp 7 722 000
Rp 7 722 000
Rp 7 722 000
Rp 7 722 000
Rp 7 722 000
V.
Biaya Operasional Produksi Bibit - Rhizom
Rp
-
Rp
-
Rp
960 000
Rp
960 000
Rp
960 000
Rp
960 000
Rp
960 000
Rp
960 000
- Kotak Semai
Rp
-
Rp
-
Rp
750 000
Rp
750 000
Rp
750 000
Rp
750 000
Rp
750 000
Rp
750 000
- Serbuk Gergaji
Rp
-
Rp
-
Rp
1 152
Rp
1 152
Rp
1 152
Rp
1 152
Rp
1 152
Rp
1 152
- Pupuk Cair
Rp
-
Rp
-
Rp
150 000
Rp
150 000
Rp
150 000
Rp
150 000
Rp
150 000
Rp
150 000
- Paestisida
Rp
-
Rp
-
Rp
150 000
Rp
150 000
Rp
150 000
Rp
150 000
Rp
150 000
Rp
150 000
- Pengambilan Rhizom
Rp
-
Rp
-
Rp 1 368 000
Rp 1 368 000
Rp 1 368 000
Rp 1 368 000
Rp 1 368 000
Rp 1 368 000
- Pemotongan
Rp
-
Rp
-
Rp
360 000
Rp
360 000
Rp
360 000
Rp
360 000
Rp
360 000
Rp
360 000
- Pemeliharaan
Rp
-
Rp
-
Rp
720 000
Rp
720 000
Rp
720 000
Rp
720 000
Rp
720 000
Rp
720 000
Jumlah Biaya Produksi Bibit
Rp
-
Rp
-
Rp 4 459 152
Rp 4 459 152
Rp 4 459 152
Rp 4 459 152
Rp 4 459 152
Rp 4 459 152
Jumlah Biaya Operasional Total Biaya Rata-rata
Rp 38 631 000 Rp 325 344 912 Rp 40 668 114
Rp 37 137 000
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
360 000
360 000
360 000
360 000
360 000
360 000
360 000
Tabel Lampiran 19. Proyeksi Penerimaan Usahatani Rami Pola Usaha II No. I.
Keterangan
Tahun I
- Batang per rumpun
3
- Bobot batang (kg)
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
Tahun VI
Tahun VII
Tahun VIII
4
5
6
7
7
8
8
0.095
0.095
0.095
0.095
0.095
0.095
0.095
0.095
- Populasi Hidup
32 000
32 000
32 000
32 000
32 000
32 000
32 000
32 000
- Luas lahan (ha)
3
3
3
3
3
3
3
3
- Frekuensi panen
2
5
5
5
5
5
5
5
- Total panen (kg)
54 720
182 400
228 000
273 600
319 200
319 200
364 800
364 800
- Rendemen
3.50%
3.50%
3.50%
3.50%
3.50%
3.50%
3.50%
3.50%
1 915
6 384
7 980
9 576
11 172
11 172
12 768
12 768
- China Grass (kg) - Harga China Grass (Rp/kg) - Jumlah Penerimaan Serat II.
Tahun II
Pemerimaan Serat
Rp
7 500
7 500
7 500
7 500
7 500
7 500
7 500
7 500
14 364 000
Rp 47 880 000
Rp 59 850 000
Rp 71 820 000
Rp 83 790 000
Rp 83 790 000
Rp 95 760 000
Rp 95 760 000
Penerimaan Bibit - Luas lahan (hektar)
3
3
3
3
3
3
3
3
- Populasi per hektar
32 000
32 000
32 000
32 000
32 000
32 000
32 000
32 000
- Produkstivitas bibit (10xpopulasi)
0
0
10 Rp
125
10 Rp
125
10 Rp
125
10 Rp
125
10 Rp
125
10
- Harga bibit per batang
Rp
125
Rp
125
Rp
125
- Jumlah Penerimaan Bibit
Rp
-
Rp
-
Rp 120 000 000
Rp 120 000 000
Rp 120 000 000
Rp 120 000 000
Rp 120 000 000
Rp 120 000 000
Jumlah Penerim aan
Rp
14 364 000
Rp 47 880 000
Rp 179 850 000
Rp 191 820 000
Rp 203 790 000
Rp 203 790 000
Rp 215 760 000
Rp 215 760 000
Total Penerimaan
Rp 1 273 014 000
Rata-rata
Rp 159 126 750
Tabel Lampiran 20. Proyeksi Arus Kas Usahatani Rami Pola Usaha II No.
Komponen
I.
Cash Inflow
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
Tahun VI
Tahun VII
Tahun VIII
Rp
14 364 000
Rp 47 880 000
Rp 179 850 000
Rp 191 820 000
Rp 203 790 000
Rp 203 790 000
Rp 215 760 000
Rp 215 760 000
Investasi
Rp
78 535 000
Akumulasi Penyusutan
Rp
9 816 875
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Biaya Operasional
Rp
38 631 000
Rp 37 137 000
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp 41 596 152
Rp
126 982 875
Rp 46 953 875
Rp 51 413 027
Rp 51 413 027
Rp 51 413 027
Rp 51 413 027
Rp 51 413 027
Rp 51 413 027
Laba/rugi
Rp
-112 618 875
Rp
926 125
Rp 128 436 973
Rp 140 406 973
Rp 152 376 973
Rp 152 376 973
Rp 164 346 973
Rp 164 346 973
Akumulasi
Rp
-112 618 875
Rp -111 692 750
Rp 16 744 223
Rp 157 151 196
Rp 309 528 169
Rp 461 905 142
Rp 626 252 115
Rp 790 599 088
Laba Total
Rp
790 599 088
Laba Rata-rata
Rp
98 824 886
- Penerimaan II.
Cash Outflow
Total Pengeluaran
9 816 875
Tabel Lampiran 21. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha II No 1 2 3 4
Uraian NPV (18%) IRR PBP (Tahun) BCR
Nilai Rp 628 919 764.80 63.96% 2.87 2.64
9 816 875
9 816 875
9 816 875
9 816 875
9 816 875
9 816 875
Tabel Lampiran 22. Jurnal Kegiatan Magang Tanggal
Status
Feb 19
Umum
Feb 20
Umum
Feb 21
Umum
Feb 22 Feb 22 Feb 23 Feb 24 Feb 25 Feb 26 Feb 27
Umum Umum KHL KHL KHL KHL KHL
Feb 28
KHL
Mar 01 Mar 02 Mar 03 Mar 04 Mar 05 Mar 06
KHL
Mar 07
KHL
Mar 08 Mar 09 10-13/Mar
KHL
Mar 14
KHL
KHL KHL KHL
KHL
Uraian Tiba di Lokasi Melapor kepada Kepala Wilud Wonosobo Mendiskusikan rencana kegiatan Meninjau lahan petani Menemui Ka. Bag. Budidaya, Ka. Bag. Diversivikasi dan Pembibitan, dan Ka. Bag. Produksi Mendiskusikan rencana kegiatan dengan Ka. Bag. Budidaya Mendiskusikan rencana kegiatan dengan Ka. Bag. Budidaya Mengikuti kegiatan pengambilan rhizom Mengikuti kegiatan pemotongan bibit Mengikuti kegiatan penyeleksian bibit dari petani Mengikuti kegiatan penyeleksian bibit dari petani Membuat kotak persemaian Mengikuti kegiatan pemotongan rhizom Pemeliharaan bibit dengan fungisida dan pupuk daun Mengikuti kegiatan pemeliharaan bibit dalam persemaian Hari libur Mengikuti kegiatan penyeleksian bibit dari petani Hari libur Membantu menyiapkan bahan percobaan pembibitan Membantu menyiapkan bahan percobaan pembibitan Membantu menyiapkan bahan percobaan pembibitan Mengambil data di kantor Wilud Membantu menyiapkan bahan percobaan pembibitan Hari libur Kembali ke Bogor untuk melaksanakan kolokium Tiba di Wonosobo Mengecek petak yang akan dijadikan percobaan
Lokasi
Prestasi Kerja (sat/HOK) Tenaga Kerja Mahasiswa
Wonosobo Wonosobo Sapuran Sapuran Sapuran Bojasari Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran
173 m2 2 307 pcs 3 745 pcs 3 750 pcs 45 kotak 1 637 pcs
130 m2 1 260 pcs 3 733 pcs 3 700 pcs 35 kotak 1 520 pcs
2 310 pcs
2 250 pcs
Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Wonosobo Sapuran Bogor Sapuran
Tanggal
Status
Mar 15 Mar 16 Mar 17
KHL
Mar 18
KHL
Mar 19 Mar 20 Mar 21 Mar 22 Mar 23 Mar 24 Mar 25 Mar 26
KHL KHL KHL KHL
Mar 27
KHL
Mar 28 Mar 29 Mar 30 Mar 31 Apr 01 Apr 02 Apr 03 Apr 04 Apr 05 Apr 06
KHL KHL
Apr 07
KHL
KHL
KHL KHL KHL
KHL KHL KHL KHL KHL
Uraian Berdiskusi dengan Kepala Wilud Wonosobo Hari libur Mengamati kegiatan panen Mengamati kegiatan panen Sensus lahan dan pertanaman Melakukan kegiatan pengendalian hama dengan insektisida Melakukan pengamatan tinggi, diameter dan bobot batang Melakukan penyulaman Melakukan pewiwilan dan pengendalian gulma secara manual Hari libur Sensus lahan dan pertanaman Membuat drainase lahan peremajaan Membuat alur tanam dan pupuk Membuat alur tanam Melaksanakan pemupukan dasar Melaksanakan pemupukan dasar Membuat alur tanam Hari libur Melakukan penanaman baru Melakukan penanaman baru Hari libur Meninjau lahan plasma di Batur Meninjau lahan plasma di Kec. Kejajar Sensus lahan dan pertanaman Hari libur Melakukan penanaman baru Supervisi dosen IPB
Lokasi
Prestasi Kerja (sat/HOK) Tenaga Kerja Mahasiswa
Wonosobo Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran
240.3 m2 284.2 m2 7087.5 m2 114 bibit 270 m2
102 bibit 250 m2
Sapuran Sapuran
135.4 m 41 m2 91.59 m2 141.3 m2 203 m2 470.4 m2
Sapuran Sapuran
439 pcs 577 pcs
Sapuran
Banjarnegara Sigedang Sapuran Sapuran Wonosobo
500 pcs
Tanggal
Status
Apr 08
KHL
Apr 09
KHL
Apr 10 Apr 11 Apr 12 Apr 13
KHL KHL KHL
Apr 14
KHL
Apr 15
KHL
Apr 16
KHL
Apr 17
KHL
Apr 18
KHL
Apr 19 Apr 20 Apr 21
KHL
Apr 22
KHL
Apr 23
KHL
Apr 24
KHL
Apr 25
KHL
Apr 26
KHL
Uraian Membantu Ka. Bag. Produksi di kantor Sensus lahan dan pertanaman Mengikuti pertemuan dengan petani plasma di Kalimendong Melakukan pewiwilan lahan percobaan Melakukan percobaan Melakukan percobaan Hari libur Mengawasi kegiatan dekortikasi Melakukan percobaan Mengawasi kegiatan dekortikasi Melakukan percobaan Melakukan kegiatan pemerasan serat Melakukan percobaan Melakukan kegiatan pemerasan serat Melakukan percobaan Melakukan kegiatan pemerasan serat Melakukan percobaan Hari libur Hari libur Melakukan kegiatan Brushing Melakukan percobaan Melakukan kegiatan Brushing Melakukan percobaan Melakukan kegiatan Brushing Melakukan percobaan Melakukan kegiatan penimbangan batang Melakukan kegiatan penimbangan batang Menguji besar potongan timbangan dari beberapa lokasi Melakukan kegiatan Brushing
Lokasi
Prestasi Kerja (sat/HOK) Tenaga Kerja Mahasiswa
Wonosobo Sapuran Leksono Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran
800 kg 750 kg
Sapuran Sapuran Sapuran
5 288 kg
4 655 kg
5 330 kg
4 560 kg
4 960 kg
3 505 kg
Sapuran
Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran
5 150 kg
4 160 kg
Tanggal
Status
Apr 27 Apr 28
Pendamping
Apr 29
Pendamping
Apr 30
Pendamping
May 01
Pendamping
May 02
Pendamping
May 03
Pendamping
May 04 May 05 May 06 May 07 May 08 May 09 May 10 May 11 May 12 May 13
Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping Pendamping
May 14
Pendamping
May 15
Pendamping
Uraian Hari libur Pembibitan (tidak ada kegiatan) Melakukan percobaan Pembibitan (tidak ada kegiatan) Melakukan percobaan Pembibitan (tidak ada kegiatan) Melakukan percobaan Pembibitan (tidak ada kegiatan) Melakukan percobaan Pembibitan (tidak ada kegiatan) Melakukan percobaan Pembibitan (tidak ada kegiatan) Melakukan percobaan Hari libur Mengikuti kegiatan pengambilan batang dari petani di Kalimendong Mengikuti kegiatan pengambilan batang dari petani Mengawasi kegiatan panen Mengawasi kegiatan panen Mengikuti kegiatan pengambilan batang dari petani Meninjau kebun inti di Sedayu Hari libur Mengikuti kegiatan pengambilan batang di Sigedang Mendampingi Supervisor menemui para petani plasma di Bojasari Mengawasi kegiatan panen Sensus lahan dan pertanaman Mengawasi kegiatan panen Melakukan percobaan
Lokasi
Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Leksono Wonosobo Sapuran Sapuran Wonosobo Sapuran Kejajar Kretek Sapuran Sapuran
Prestasi Kerja (sat/HOK) Tenaga Kerja Mahasiswa
Tanggal
Status
16-24/Mei
Pendamping
05/25/04 05/26/04
Pendamping
May 27
Pendamping
May 28
Pendamping
May 29 May 30 Jun 01 Jun 02
Pendamping Pendamping Pendamping
Uraian Kegiatan budidaya libur Melakukan percobaan Mengikuti pameran Hari libur Mengawasi kegiatan dekortikasi Membuat percobaan Mengawasi kegiatan penimbangan batang Membuat laporan penerimaan batang Mengawasi kegiatan penimbangan batang Membuat laporan penerimaan batang Mengawasi kegiatan brushing dan packing Berdiskusi dengan Kepala Bagian Produksi Hari libur
Lokasi
Sapuran Magelang Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran Sapuran
Prestasi Kerja (sat/HOK) Tenaga Kerja Mahasiswa
Tabel Lampiran 23. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Wonosobo tahun 1999 – 2001 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Jumlah BB Jumlah BK Keterangan
1992 CH HH 621 24 601 22 688 28 692 25 415 145 146 9 97 6 255 9 168 14 910 23 576 22 557 21 5444 218 11 -
1993 CH HH 598 17 346 16 682 25 527 24 260 13 221 12 17 2 107 6 83 8 184 10 457 17 707 25 4189 175 10 10 1 1
1994 CH HH 635 24 430 21 597 22 408 17 134 6 21 2 8 2 43 2 5 3 97 7 391 18 533 22 3302 146 7 4 -
1995 CH HH 513 21 579 20 613 24 465 19 279 15 312 17 125 7 17 4 36 4 292 17 822 25 473 25 4705 198 10 2 -
Tahun 1996 1997 CH HH CH HH 477 22 336 20 580 24 427 17 384 23 335 14 334 17 289 16 117 8 216 12 108 7 344 24 39 2 53 11 123 9 4 2 70 5 3 1 169 23 398 18 659 23 423 23 401 19 436 19 3861 182 3264 177 10 9 1 3 -
1998 CH HH 399 16 719 22 609 25 560 24 580 15 408 18 281 18 115 8 162 9 405 18 545 22 454 23 4937 218 12 -
1999 CH HH 679 26 447 21 350 19 420 18 226 13 159 12 57 6 63 4 50 3 373 15 660 22 496 21 3980 180 9 2 -
: CH HH BB BK
: Curah Hujan (mm) : Hari Hujan : Bulan Basah : Bulan Kering
Q = Rata-rata bulan kering x 100% = 1,4 x 100% = 14,4 % Rata-rata bulan basah 9,7 Tipe iklim B menurut Schmidt dan Ferguson
2000 CH HH 482 23 391 18 517 22 592 24 327 16 149 9 67 4 58 5 93 8 493 19 638 27 417 16 4224 191 9 1 -
2001 CH HH 480 22 347 17 629 24 439 19 161 11 144 11 159 13 93 9 789 26 514 22 219 17 4010 191 10 -
Tabel Lampiran 24. Deskripsi Beberapa Klon Tanaman Rami No.
Karakteristik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Bentuk daun Bentuk gerigi daun Permukaan daun Permukaan batang (berbulu) Bulu-bulu daun Warna batang tanaman muda Warna batang tanaman tua Warna helaian daun Warna urat utama daun Warna tangkai daun Warna pucuk daun Warna bunga jantan Warna bunga betina Tipe pembungaan Ukuran kelompok bunga Jenis kelamin bunga dalam satu tanaman Tipe pertumbuhan tanaman
Pujon 10 (A1) Ovate Besar lancip Bergelombang kasar Kasar Halus dan lebat Hijau Coklat Hijau Hijau Hijau Merah Hijau Merah Sedikit Kecil Jantan dan betina Indeterminate
Indocina (A1)
Jawa Timur (A1) Ovate Ovate Besar lancip Besar lancip Bergelombang sedang Bergelombang besar Halus sedang Sedang dan sedang Hijau Hijau Coklat Coklat Hijau Hijau Hijau Merah Hijau Merah Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Lebat Sedikit Kecil Kecil Jantan dan betina Jantan dan betina Semideterminate Semideterminate
Pujon 501-A (A2) Ovate Besar tumpul Bergelombang kasar Halus Sedang dan sedang Hijau Coklat Hijau Merah Merah Hijau Merah Merah Lebat Besar Jantan dan betina Determinate
Florida (A2) Ovate Besar lancip Bergelombang sedang Hijau Coklat Hijau Hijau Merah Hijau Merah Sedikit Kecil Betina -
Tabel Lampiran 25. Blangko Absensi dan Upah Tenaga Kerja DAFTAR ABSENSI DAN UPAH TENAGA KERJA Periode : ........., Bulan : ................................. 2003 LOKASI :
KODE ANGGARAN :
No.
Nama
Pa/ Pi
No.
Nama
Pa/ Pi
Tanggal 1/16
2/17
3/18
4/19
5/20
6/21
7/22
23
Jumlah Hari/Jam
Upah (Rp)
Tanda Tangan
Keterangan
15/31
Jumlah Hari/Jam
Upah (Rp)
Tanda Tangan
Keterangan
Tanggal 2/24
9/25
10/26
Wonosobo, ............................. 2003
Supervisor
11/27
12/28
13/29
14/30
Mengetahui,
Ka, Bagian
Tabel Lampiran 26. Blangko Jadwal Panen Lokasi :
Periode : Rencana
Tanggal
Blok
Kavling
Luas (m2 )
Batang (kg)
Blok
Bulan : Realisasi Luas Kavling (m2 )
Batang (kg)
2003
Keterangan
Jumlah
Wonosobo, .............................. 2003 Penaggung Jawab
Ka. Bag. Budidaya
Tabel Lampiran 27. Sebaran Lokasi Budidaya Rami Saat Ini No 1
2
Provinsi Lampung
Sumatra Selatan
LOKASI Kabupaten/Kota Kecamatan/Desa 1. Lampung Barat 1. Sumber Jaya/Liwa 2. Lampung Utara 2. Kota Bumi/Madukara 3. Way Kanan 3. Bara Datu/Tiuh Balak 4. Tanggamus 4. Talang Padang/Semendo 5. Pagar Alam 6. Lahat 7. Musi Rawas 8. Muara Enim 9. OKU
Nama Koperasi Koperasi Sindang Jaya Koptan Usaha Bersama Koperasi Sejahtera
5. Dempo Utara/Kerinjing 6. Kota Agung/Sukaraja 7. Karang Jaya/Bukit Ulu 8. Pulau Panggung/Cahaya Alam 9. Pulau Beringin/Ulu Danau 10. Muara Dua/Kisam 11. Muara Dua/Penanggungan
KSU Bumi Makmur KUD Persatuan KUD Bukit Layang Kopersi Tunggu Tumbang Koperasi Sinar Rakihan KSU Kisam Koperasi Mekakau Jaya
TAHUN / LUAS 2004 (ha) 2005 (ha) 20 0 20 0 20 0 20 20 20
20
20 20 20 20 20 20 20
20 100
3
Bengkulu
10. Rejang Lebong
12. Padang Ulak T./Belumai
KUD Belumai
20
20
4
Jambi
11. Muara Bungo
13. Muara Bungo
KSU Wana Lestari
0
20
5
Sumatra Utara
12. Toba Samosir 13. Dairi 14. Simalungun
14. Balige 15. Parbuluan 16. Gunung Malela
KSU Megoro Koptan Panambori Koperasi Megoro
0 0 0
20 20 20
6
Jawa Tengah
15. Wonosobo
17. Pacekelan Sapuran
Koptan Amanah
10
20
7
Jawa Barat Total
16. Garut
18. Wanaraja
Kopuntren Darussalam
* 270
* 280
Sumber : KOPSERINDO 2005 Catatan : Data yang terkumpul hanya lokasi budidaya rami yang tergabung dalam KOPSERINDO * data tidak ada di KOPSERINDO