PENGELOLAAN BENIH REKALSITRAN TANAMAN PERKEBUNAN Sukarman dan Melati Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111
[email protected]
ABSTRAK Benih rekalsitran meliputi sebagian besar benih tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis sangat penting. Daya simpan relatif singkat, dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Berbeda dengan benih orthodok yang mempunyai daya simpan sampai beberapa tahun. Benih rekalsitran juga peka terhadap penurunan kadar air dan suhu penyimpanan yang rendah (dibawah 10 0C). Oleh karena itu benih harus dikelola sebaik mungkin agar viabilitas dan vigornya tidak cepat menurun. Dalam makalah ini akan ditelaah cara pengelolaan benih rekalsitran khususnya benih tanaman perkebunan (kakao, karet, kopi, pala dan cengkeh) untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih yang diawali dari panen, prosesing (ekstrasi buah), pengeringan, penyimpanan, invigorasi, pemanfaatan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan cara pengelolaan benih rekalsitran untuk menigkatkan viabilitas dan vigor benih. Secara umum benih harus segera dipanen setelah benih mencapai masak fisiologis, diproses dan dikeringkan dengan kadar air benih tidak lebih rendah dari 30% tergantung spesiesnya. Benih disimpan pada suhu tidak lebih rendah dari 15 oC, dengan kelembaban (Rh 80%). Perlakuan benih dengan skarifikasi, pemberian GA3, KNO3 pada dosis yang tepat dapat meningkatkan viabilitas benih. Sebaliknya, penggunaan paclobutrazol dapat menghambat laju pertumbuhan benih semai yang cepat pertumbuhannya sehingga dapat memperpanjang daya simpan benih semai. Kata kunci: Benih, rekalsitran, pengelolaan, viabilitas, vigor
PENDAHULUAN Pada awalnya daya simpan benih digolongkan menjadi singkat dan lama. Benih yang tergolong daya simpannya singkat yaitu benih yang masih mampu hidup setelah tiga tahun disimpan, sedangkan benih yang tergolong daya simpan lama, yaitu benih yang masih tumbuh sampai 15 tahun penyimpanan. Akan tetapi, sejalan dengan kemajuan ilmu fisiologi benih, telah terjadi perubahan paradigma pengelompokan benih yang berdasarkan tingkat toleransi benih terhadap penurunan kadar air/desication. Beberapa spesies masih hidup, meskipun dikeringkan sampai kadar air benih rendah, dari spesies ini termasuk dalam golongan benih berumur panjang (Long live seeds). Sedangkan benih yang sangat peka terhadap penurunan kadar air, termasuk dalam golongan benih berumur
pendek (shorth live seeds). Adanya perbedaan toleransi benih terhadap pengeringan, maka pengelompokan benih lebih ditekankan pada tingkat toleransi benih terhadap pengeringan. Daya simpan benih akan meningkat, bila suhu penyimpanannya 5 OC dan kadar air benih diturunkan sampai 5%, sehingga disebut toleran terhadap pengeringan (desication tolerance). Sebaliknya benih rekalsitran akan menurun viabilitasnya, bila kadar air benih diturunkan dibawah kadar air kritis dan suhu penyimpanannya di bawah 15 OC. Golongan tersebut termasuk dalam golongan benih yang peka terhadap penurunan kadar air rendah (desication intolerance). Tanaman yang menghasilkan benih rekalsitran biasanya benihnya berukuran relatif besar, tidak mengering drastis pada saat masak. Kadar
37
Prosiding Seminar Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat
airnya lebih tinggi dari 30%, dan biasanya tidak mempunyai masa dormansi. Benih rekalsitrant meliputi beberapa tanaman perkebunanan yang berperan penting dalam perekonomian, misalnya, kakao, kopi, karet, kelapa, kelapa sawit, pala, cengkeh dan sebagainya. Pada umumnya benih tersebut mempunyai daya simpan yang relatif singkat dari beberapa hari sampai beberapa minggu, serta peka terhadap penurunan kadar air dibawah 30% dan suhu penyimpanan dibawah 15 OC. Berbeda dengan benih orthodoks yang daya simpanya dapat mencapai beberapa tahun, serta tahan terhadap pengeringan sampai kadar air benih 5% dan suhu penyimpanan rendah (5 OC). Mengingat pentingnya benih rekalsitran dalam perekonomian, namun daya simpannya relatif singkat, maka upaya meningkatan daya simpan benih rekalsitran terus dilakukan. Benih rekalsitran mempunyai karakter yang berbeda di dalam maupun diantara spesies. Demikian pula toleransinya terhadap kadar air benih waktu benih terlepas dari kulit benih, proses pengeringan, daya simpan pada kondisi kering, dan responnya terhadap penyimpanan suhu rendah (Berjak dan Pamente, 1999). Sebagian besar benih rekalsitran, mempunyai kotiledon mencapai 98-99% dari struktur benih, dengan bobot 1000 benih lebih dari 500 g. Kotiledon terlindung oleh lapisan tipis kulit benih dan perikarp yang keras. Sebagai konsekuensi dari ukuran benih yang besar, maka kehilangan air dari dalam benih relatif lambat dibandingkan benih orthodok. Pergerakan air di dalam benih lambat serta penguapan air dari benih selama proses pengeringan juga lambat. Kadar air benih rekalsitran bervariasi diantara individu benih. Bentuk dan ukurannya umumnya sangat bervariasi di dalam spesies bahkan di dalam buah yang sama, beberapa benih dilindungi
38
Bogor, 29 April 2015
oleh lapisan basah, yang sering dapat dimakan dan berfungsi untuk mencegah terjadinya dehidrasi (Roberts dan Chin, 1980). Makalah ini akan menelaah fisiologi dan karakter benih rekalsitran serta cara pengelolaan benih rekalsitran khususnya benih tanaman perkebunan (kakao, kopi, karet, pala, cengkeh) yang diawali dari fisiologi benih rekalsitran, penentuan panen, prosesing, penyimpanan, invigorasi dan pembenihan, dengan tujuan untuk menginformasikan cara pengelolaan benih rekalsitran untuk meningkatkan viabilitas dan vigor benih.
KATEGORI BENIH REKALSITRAN Berdasarkan daya hidup dan tingkat toleransinya terhadap pengeringan, benih rekalsitran dapat dikelompokkan sebagai berikut (1) Kurang rekalsitran yaitu benih yang masih banyak mengandung air sehingga perkecambahan terus berlangsung, meskipun tidak ada tambahan air, benih masih mampu hidup untuk jangka waktu yang lama, dan tahan terhadap penyimpanan suhu rendah, contoh benih adalah Aucaria sp dan Querus sp), (2) Moderat rekalsitran yaitu benih rekalsitran yang tidak toleran kehilangan air, dan lebih cepat berkecambah dibandingkan dengan spesies sebelumnya. Akan tetapi, bila tidak ada penambahan air, perkecambahan berlangsung lambat, viabilitasnya benih dapat bertahan sampai beberapa minggu. Contoh benih kakao (Theobrama cacao) dan karet (Hevea brasiliensis), (3) Sangat rekalsitran yaitu benih rekalsitran yang proses perkecambahannya berlangsung sangat cepat, meskipun tidak ada penambahan air. Benih ini dapat menahan hilangnya air sampai titik kandungan air di dalam benih tersebut menjadi faktor pembatas viabilitas benih selama penyimpanan, contohnya benih Avenia marina atau Syzygium sp (Adi Margono, 1997).
Sukarman dan Melati : Pengelolaan Benih Rekalsitran Tanaman Perkebunan
PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN BENIH Perkembangan pembentukan benih terjadi dalam empat fase yaitu (1) Pembelahan sel, (2) Pemanjangan dan pembesaran sel, (3) Pembentukan cadangan makanan (bobot basah dan kering benih meningkat cepat dan (4) Pemasakan. Masa transisi dari fase ketiga ke fase ke empat ditandai dengan tercapainya bobot kering benih yang maksimum. Perkembangan toleransi terhadap proses pengeringan, merupakan gambaran ontogeni dari benih orthodoks. Hal ini sangat berbeda dengan benih rekalsitran. yang tidak mempunyai proses pematangan benih karena benih tidak sempurna mencapai fase ketiga sebelum benih tersebut gugur, benih rekalsitran terus meningkat bobot keringnya, sampai benih rontok/jatuh, kadar air saat benih masak, berkisar 50-70%.
PENENTUAN WAKTU PANEN Penentuan kemasakan benih dapat didasarkan pada warna buah, kekerasan buah, rontok buah/biji, pecahnya buah dan sebagainya, namun tolak ukur tersebut kurang obyektif. Tolak ukur yang obyektif untuk penentuan kemasakan benih dapat ditentukan berdasarkan bobot kering maksimum benih. Delouche (1983) menyatakan bahwa saat masak fisiologis benih merupakan saat panen benih yang tepat karena pada saat tersebut benih mempunyai bobot kering dan vigor yang maksimum.
ada, daging buah berwarna kecoklatan, fuli bewarna merah darah/tua, dan kulit benih bewarna hitam/kecoklatan mengkilap. Cengkeh Berdasarkan morfogenesis buah, panen benih cengkeh sebaiknya dilakukan pada fase perkembangan benih ke VII dan ke VIII, yaitu dari buah yang berumur 78-91 hari, sejak bunga matang petik. Pada saat tersebut bentuk dan ukuran buahnya relatif sudah tetap. Tanda tercapainya masak fisiologis buah diantaranya warna buah merah kelam merata yang kemudian berkembang menjadi cokelat kehitaman, namun embrio masih terlindung oleh kedua kotiledon (Sutarno dan Utami 1984). Makadamia Benih makadamia mencapai masak fisiologis pada 147 hari setelah berbunga yang ditandai dengan warna kulit buah hijau tua, dan kulit benih berwarna cokelat. Warna bagian dalam kulit benih bagian atas berwarna cokelat dan bagian bawahnya berwarna putih. Pada saat itu embrio dalam kondisi bernas dan memenuhi ruang benih (Hasanah, 1995). Kemiri Benih kemiri mencapai masak fisiologis pada 38 minggu setelah antesis. Secara visual kulit buah berwarna cokelat dengan arilus berwarna kuning, antara lapisan endokarp dan kulit benih berwarna putih agak jingga, dan lapisan antara endokarp dan kulit benih berwarna jingga (Murniati, 1996).
Pala
Kakao
Sangadji et al. (2015) melaporkan waktu yang diperlukan pala dari pembuahan pala sampai panen di kepulauan Maluku berkisar 8-10 bulan. Menurut Emmyzar et al. (1989) benih pala dapat dipanen dari buah yang berumur 9 bulan. Ciri-cirinya yaitu kulit buah hampir atau sudah merekah bewarna kuning kusam, getah tangkai buah hampir tidak
Benih kakao mencapai masak fisiologis sekitar 150 hari setelah berbunga HSB dan dipanen pada 170 HSB (Niemenak et al., 2009), yang dicirikan dengan adanya perubahan warna kulit buah dari hijau ketika masih muda menjadi kuning, dan dari merah menjadi jingga. Masak fisiologis benih juga ditandai
39
Prosiding Seminar Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat
Bogor, 29 April 2015
dengan suara nyaring, bila benih diketuk (Syakir et al., 2012). Panen, pemetikan buah sebaiknya dilakukan dengan gunting pemanen, sabit, pisau bergerigi, hindari pemetikan buah menarik buah, karena akan merusak kulit batang, dan titik tumbuh. Kopi Benih kopi masak fisiologisnya bervariasi tergantung dari spesiesnya. Kopi Arabika masak fisiologis pada 210-250 hari setelah anthesis (HAS), saat itu kadar air embrio dan benih sekitar 50%, sedangkan kadar air buah sekitar 70%, yang ditandai dengan masaknya buah (Eira et al., 2006). Secara visual ditandai dengan perubahan warna buah dari hijau menjadi merah/merah ke hitam-hitaman. Panen dilakukan dengan cara memetik buah secara manual (Prastowo et al., 2012). Sedangkan kopi canephora, masak fisiologis 300-350 HAS, kopi dewevrei dan liberiica 360 HAS, kopi racemosa hanya 90 HSA (Eira et al., 2006).
Karet Benih karet mencapai masak fisiolgis pada saat buah telah berwarna cokelat, kekuningan, perikarpnya mulai retak, bobot benih sekitar 2,3 g, kadar air 34,55% dan daya tumbuh 95,00% (Wipharat Duang-Iat et al., 2013). Untuk memudahkan panen dilakukan dengan cara memungut benih yang sudah jatuh dari pohon setiap 1-2 hari sekali, dengan catatan sebulan sebelum benih jatuh dilakukan penyiangan, dan benih yang jatuh di areal pembatas tidak dipungut. (Lasminingsih, 2009). Secara singkat penentuan waktu panen disajikan pada Tabel 1.
PROSESING BENIH Prosesing benih adalah seni dan ilmu untuk mendapatkan benih berkualitas tinggi, setelah benih di panen, yang mencakup kegiatan pengupasan, penyortiran dan pengeringan. Prosesing benih dilakukan
Tabel 1. Penentuan umur panen beberapa benih rekalsitran tanaman perkebunan Komoditas
Hari/minggu/bulan setelah anthesis (HSA/MSA/BSA)
Pala
8- 10 BSA.
Cengkeh Makadamia
78-91 hari, sejak bunga masak petik. 147 HSB
Kemiri
38 MSA
Kakao
150 HSB
Kopi Karet
210-250 HAS Belum diketahui
Tanda visual Kulit buah hampir atau sudah merekah berwarna kuning kusam, getah tangkai buah hampir tidak ada, daging buah bewarna kecoklatan, fuli bewarna merah darah/ tua, dan kulit benih hitam mengkilap. Warna buah merah kelam merata / cokelat kehitaman. Warna kulit buah hijau tua, endokarp berarna hijau tua, dan kulit benih berwarna cokelat. Warna bagian dalam kulit benih bagian atas berwarna cokelat dan bagian bawahnya berwarna putih Kulit buah berwarna cokelat dengan arilus berwarna kuning, antara lapisan endokarp dan kulit benih berwarna putih agak jingga, dan lapisan antara endokarp dan kulit benih berwarna jingga Terjadinya perubahan warna kulit buah dari hijau ketika muda menjadi kuning, dan dari merah menjadi jingga., dan suara nyaring, bila benih diketuk. Warna buah merah/merah ke hitam-hitaman Saat buah berwarna cokelat, kekuningan dan , perikarpnya mulai retak
Catatan : HSB= hari setelah berbunga, HSA= hari setelah antesis.
40
Sukarman dan Melati : Pengelolaan Benih Rekalsitran Tanaman Perkebunan
dengan cara yang berbeda tergantung jenis benihnya. Cengkeh: setelah panen buah cengkeh langsung dihampar di tempat lembab sejuk, mempunyai ventilasi baik, bila akan disemai buah dikupas, kemudian direndam dalam air selama 12 jam. Pala: benih dipisahkan dari buahnya, dan dikering anginkan, tetapi kadar air benih jangan kurang dari 45%. Sebelum dikecambahkan benih direndam dalam air selama satu satu malam kemudian disemai. Kemiri: benih dapat langsung atau dibiarkan selama tiga hari, kemudian dikupas dengan pisau, dicuci dengan air kemudian dikering anginkan. Makadamia: buah dikering anginkan sampai buahnya retak, kemudian dikupas dengan pisau dibersihkan dengan air bersih, dikeringkan dengan oven suhu 45 oC selama 8 jam. Kakao: buah dibelah, kemudian benihnya dibersihkan dari plasenta, dengan serbuk gergaji, tapi dijaga agar benih tidak terluka, kemudian di kering anginkan beberapa jam. Kopi: Prosesing benih kopi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara basah, semi kering dan kering. Cara basah yaitu buah kopi dibuang buahnya secara mekanis kemudian direndam dalam air selama 24 jam/fermentasi, kemudian dicuci dan dikeringkan di tempat teduh sampai tercapai kadar air benih 11-12% berdasarkan berat basah (enam hari). Cara semi kering yaitu modifikasi dari cara basah untuk menghilangkan residu lendir. Karet: Benih dipisahkan dari cangkang, dengan kayu, pemukul, dibersihkan dari kotoran, dan diseleksi berdasarkan bentuk, warna, ukuran dan klentingan (Putra et al., 2013; Lasminingsih et al. (2009). Cara kering yaitu buah kopi dikeringkan di tempat teduh sampai mencapai kadar air 11-12% (Selmar et
al., 2008). Tabel 2 menginformasikan cara prosesing benih rekalsitran tanaman perkebunan.
Tabel 2. Cara posesing benih rekalsitran tanaman perkebunan Komoditas Pala Cengkeh
Makadamia
Kemiri
Kakao
Kopi
Karet
Cara Buah dikupas dengan pisau, dicuci dan dikering anginkan di tempat teduh Buah dihampar di tempat lembab sejuk, ventilasi baik, bila akan disemai, buah dikupas, kemudian direndam dalam air selama 12 jam. Buah dikering anginkan sampai retak, kemudian dikupas dengan pisau dibersihkan, dikeringkan (oven suhu 45 o C selama delapan jam) Benih langsung atau dibiarkan selama tiga hari, kemudian dikupas dengan pisau, dicuci dengan air kemudian dikering anginkan. Buah dibelah, benihnya dibersihkan dari plasenta, dengan serbuk gergaji, di kering anginkan di tempat teduh beberapa jam. Buah kopi dikupas, kemudian direndam dalam air selama 24 jam, fermentasi, kemudian dicuci dan dikeringkan di tempat teduh selama enam hari (kadar air 11-12%) Memisahkan benih dari kotoran, memisahkan benih setiap klon berdasarkan bentuk, warna dan ukuran, memisahkan benih yang baik dengan cara klentingan
PENYIMPANAN Penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan mutu fisiologis/viabilitas benih untuk keperluan tanam. Selama penyimpanan benih akan mengalami kemunduran mutu fisiologis yang kecepatannya dipengaruhi oleh faktor genetik, mutu awal benih kadar air benih dan suhu ruang simpan (Sukarman, 2002). Benih rekalsitran daya simpannya relatif singkat dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Untuk mempertahankan mutu fisiologis benih, benih harus disimpan dengan kadar air yang relatif tinggi tergantung jenisnya dan pada ruang
41
Prosiding Seminar Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat
simpan yang sejuk. Untuk lebih jelasnya penyimpanan benih rekalsitran tanaman perkebunan disampaikan sebagai berikut: Cengkeh: Benih disimpan dalam kotak kayu berisi serbuk gergaji basah (Chaniago et al., 1981) atau disimpan pada suhu 15 0C dan (RH) > 80% (Sutarno, 1981). Pala: Benih dimasukkan dalam wadah porous kemudian disimpan ditempat lembab dan sejuk (15-20 0C). Kemiri: Benih di kemas dalam wadah porous, kemudian disimpan ditempat sejuk. Makadamia: Benih dengan kadar air awal 9-10%, dikemas dalam kantong kedap udara, disimpan diruang sejuk. Kemiri : Benih berkadar air 15-17% dikemas dalam kantong porous, disimpan di ruang sejuk. Kakao: Benih dengan kadar air>26 %, di masukkan dalam wadah porous dicampur dengan serbuk gergaji lama dan lembab serta fungisida, ditaruh di ruang sejuk (Sumampao, 2010 ; Minamor, 2013). Kopi: Benih dimasukkan dalam bok, kemudian disimpan pada ruang bersuhu 220C dan kelembaban nisbi 63% (Selmar et al., 2008). Karet: Benih dimasukkan dalam wadah porous dicampur dengan serbuk gergaji lama dan lembab serta fungisida, ditaruh di ruang
Bogor, 29 April 2015
sejuk 7-10 0C (Lasminingsih et al. (2009) atau dengan menggunakan PEG 6000 konsentrasi 15% sebagai pelapis benih dan fungisida berbahan aktif phyraclostrobin+metiram (Cabrio Top 60 WP) (Putra et al., 2013). Secara ringkas cara penyimpanan benih benih rekalsitran tanaman perkebunan dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk menjaga agar benih tidak mengalami kerusakan, diusahakan agar dalam proses pengeringan tidak melewati dibawah kadar air kritis serta disimpan di ruang yang sejuk dan berkelembaban tinggi. Informasi kadar air kritis dan hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan benih disampaikan pada Tabel 4.
PERLAKUAN BENIH Benih rekalsitran tidak mempunyai dormansi, tetapi ada beberapa benih yang kulitnya tebal (pala, kemiri) sehingga menghalangi proses imbibisi. Untuk memacu perkecambahan perlu di skarifikasi secara fisik yaitu dengan mengikir kulit benih, atau kimiawi dengan merendam dalam larutan 1% H2SO4 selama satu jam. Penggunaan GA3 dan KNO3 telah banyak dilakukan untuk memacu perkecambahan. Selain itu penggunaan vermikompos sebagai media penyemaian , dapat meningkatkan penampilan tanaman dan
Tabel 3. Cara penyimpanan benih rekalsitran tanaman perkebunan. Komoditas Pala Cengkeh Makadamia Kemiri Kakao Kopi Karet
42
Cara 0
Benih dimasukkan dalam wadah porous, disimpan ditempat lembab dan sejuk (15-20 C) 0 Benih disimpan dalam kotak kayu berisi serbuk gergaji lembab atau disimpan pada suhu 15 C dan (Rh) > 80 %. Benih berkadar air 10%, dikemas dalam kantong kedap udara, disimpan diruang sejuk. Benih berkadar air 15-17% dikemas dalam kantong porous, disimpan di ruang sejuk. Benih berkadar air>26 %, di masukkan dalam wadah porous dicampur dengan serbuk gergaji lama dan lembab serta fungisida, di simpan di ruang sejuk. 0 Benih dimasukkan dalam bok, kemudian disimpan di ruang suhu 22 C dan kelembaban 63 % Benih dimasukkan dalam wadah porous dicampur dengan serbuk gergaji serta fungisida, disimpan di 0 ruang sejuk 7-10 C
Sukarman dan Melati : Pengelolaan Benih Rekalsitran Tanaman Perkebunan
Tabel 4. Kadar air kritis benih rekalsitran tanaman perkebunan Tambahkan 1 kolom lagi acuan referencenya. Komoditas
Kadar air kritis (%)
Hal penting yang menyebabkan kerusakan benih
Pala Cengkeh Makadamia
< 45% Tidak lembab/ moist < 10%
Dijemur langsung dengan sinar matahari, ruang penyimpanan kering Dijemur langsung dengan sinar matahari, ruang penyimpanan kering o Dikeringkan dengan suhu 50 C
Kemiri Kakao Kopi arabika Karet
< 1 5% <23% < 12% <20
Dijemur langsung dengan sinar matahari, ruang penyimpanan kering O Dikeringkan dan suhu penyimpanan ≤ 8 C O Pengeringan dengan Rh 50% dan suhu penyimpanan 10 C -
memacu perkembangan bakteri yang antagonis terhadap Pseudomonas spp (Shani et al., 2008). Penggunaan paclobutrazol 250 ppm untuk menghambat laju pertumbuhan benih semai, sehingga dapat memperpanjang daya simpan benih semai telah dilakukan pada benih bakau (Syamsuwida dan Aminah, 2010).
PERAN DAN PROSPEK Pengelolaan benih tanaman perkebunan mempunyai peran yang penting untuk meningkatkan mutu benih, dan prospek yang menjanjikan untuk usaha perbenihan, mengingat kebutuhan benih tanaman perkebunan yang banyak dalam rangka menunjang program peremajaan tanaman maupun perluasan area pengembangan. Walaupun, beberapa komoditas tanaman perkebunan diperbanyak secara vegetatif (grafting), tetapi masih menggunakan benih sebagai batang bawah, sehingga menjadikan peran benih tidak akan surut/berakhir.
KESIMPULAN DAN SARAN Untuk mendapatkan benih tanaman perkebunan bermutu dan mempunyai viabilitas tinggi, benih harus segera di panen setelah benih mencapai masak fisiologis, segera dipisahkan dari buahnya, dicuci/ dibersihkan, dikering anginkan di tempat teduh (jangan lewat di bawah kadar air kritis), dikemas dalam kantong porous yang berisi campuran serbuk
gergaji lembab dan fungisida, selanjutnyan disimpan di ruang yang sejuk (15-20 OC).
DAFTAR PUSTAKA Adimargono S. 1997. Recalcitrant seeds, identification and storage. Thesis in tropical plant production. Larenstein International Agricultural College. 66 p. Berjak PA and NW Pamenter. 1999 Review of recalcitrant seed physiology in relation to desication tolerance. Seed Science Research 9: 13-37. Chaniago D, Nurheru dan A Hamid. 1981. Pengaruh penyimpanan biji terhadap pertumbuhan bibit cengkeh. Pemberitaan Littri. VII(40): 1-4. Delouche JC. 1983. Seed maturation, p1-12. In J. C. Delouche and A.H.Boyd ed). Reference seed operation workshop secondary food crop. Seed Tech. Lab. Mississippi. Duang I Wippharat, V Wongvarodom, W Santipracha and S Sdoodee. 2013. Physiological quality and desication sensitivity of rubber (Hevea braziliensis seeds during fruit maturation Kasetart. J. (Nat. Sci ) 47: 818-827. Eira MTS, EAAM da Silva, RD de Castro, S Dussert, C Walter, JDB Bewley and WM Hilhorst. 2008. Coffee seed physiology. Brazil .J. Plant.Physiol. 18(1): 149-163. Emyzar, R Rosman dan H Muhamad. 1989. Tanaman pala. Perkembangan Penelitian Agronomi Tanaman Rempah dan Obat. Edisi Khusus Littro Vol. V No. 1. 5 hlm. Hasanah M. tanaman
1995. Pengelolaan perbenihan rempah dan obat. Makalah
43
Prosiding Seminar Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat
disampaikan dalam pelatihan managemen perbenihan tanaman rempah dan obat, tgl 2 Agustus 1995 di BLPP Ciawi. 36 hlm. Lasminingsih M, I Boerhendhy dan C Nancy. 2009. Pengelolaan bahan tanaman karet. 2009. Balai Penelitian Sembawa. Pusat Penelitian Karet. 57 hlm. Minamor AA. 2013. Effect of two fungicide (Caocobre and Ridomil) on germination and radicle elongation of cocoa (Theobroma cacao L.) sedlings.In. J. Pure.Appl.Sci and Technol. 15(1): 79-86. Murniati E. 1999. Informasi hasil penelitian pengaruh faktor internal dan eksernal terhadap viabilitas benih kemiri (Aleurites molucana wild). Keluarga benih VII(1): 59-65. Niemenak N, C Cilas, C Ohssius, H Bleiholder U Meire and R Lliberei. 2009. Phenological growth stages cacao plant Theobroma sp). Codification and Discription acording to BBCH Scale. Anal Aplied Biol 155: 1-24. Prastowo B, E Karnawati, Rubijo, Siswanto, C Indrawanto, SJ Munarso, J Pitono. 2012. Budidaya dan pasca panen kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 92 hlm. Putra GP, Charloq dan J Ginting. 2013. Respons morfologi benih karet (Hevea braziliensis Muel Arg.) tanpa cangkang terhadap pemberian PEG 6000 dalam penyimpanan pada dua masa pengeringan. Jurnal on line agroteknologi 2(1): 145-152. Roberts EH, HF Chin. 1980. Recalcitrant crop seeds. Tropical Press. SDN.BHD. 29. Jalan Riong. Kuala Lumpur. Malaysia. 152 p.
44
Bogor, 29 April 2015
Shani S, BK Sarma, DP Singh, HB Singh, KP Singh. 2008. Vermicompost enhances performance of plant growth-promoting rhizobacteria in Cicer arietinum rhizosphere againt Sclerotium rolfsii. Crop protection 27: 369-379. Sangadji S, Kaimudin, A Ala and SA Paembonan. 2015. Nutmeg: Uniqueness of flowering origin of species islands. International Journal Current Research In Bioscience and Plant Biology. 2(3): 14-18. Selmar D, G Bytop and SE Knopp. 2008. The storage of green coffee (Coffea arabica): Decrease viability and changes of potential aroma precursors. Ann Bot. 101(1): 31-38. Sukarman. 2002. Pengelolaan dan penanganan benih aneka tanaman perkebunan :Kasus jambu mete, makadamia, kemiri, melinjo dan tamarin. Perspectiif. Review Penelitian Tanaman Industri 1(2): 41-54. Sumampao DMF. 2010. Viabilitas benih kakao (Theobrama cacao L.), pada media simpan serbuk gergaji. Soil environtment. 8(3): 102105. Sutarno H dan NW Utami. 1984. Morfogenesis dan daya simpan benih cengkeh. Pemberitaan Littri. IX(49): 8-14. Syakir M, E Karnawati, J Pitono. 2012. Teknologi budidaya dan pasca panen kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 92 hlm. Syamsudia D dan A Minah. 2010. Metode penyimpanan semai bakau (Rhizopora apiculata) dengan berbagai kondisi tempat dan media simpan serta bahan penghambat pertumbuhan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 4(3): 125-136.