SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB IX PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB IX. PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN
1.1 Kompetensi Inti: Memahami,
menerapkan,
dan
menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kerja agribisnis tanaman perkebunan 1.2 Kompetensi Dasar: Melaksanakan pengendalian penyakit tanaman perkebunan 1.3 Uraian Materi Tanaman sering mengalami gangguan dari organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi mereka merusak tanaman dengan mengganggu proses-proses dalam tubuh tanaman sehingga mematikan tanaman. Oleh karena itu, tanaman yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk mengendalikan penyakit, sering dinggunakan zat kimia anti penyakit. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan jamur disebut fungsida. Pengendalian penyakit menggunakan pestisida harus secara hati-hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada penyakit. Oleh karena itu pengguna pestisida anti penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin. Jenis-jenis penyakit yang menyerang tanaman sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tanaman banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan virus. A. Penyakit Tanaman Kelapa Sawit a. Penyakit busuk akar Penyakit di pre nursery ádalah penyakit busuk akar oleh patogen Rhizoctonia sp., Pythium sp., Fusarium sp. Gejala penyakit ditandai dengan memucatnya daun dan selanjutnya tanaman akan mengalami kelayuan serta terjadi pembusukan akar 1
(Gambar 18).
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menghindari perlukaan akar,
atau dengan menggunakan biofungisida berbahan aktif Trichoderma sp dengan dosis 10 g/polibeg, atau menggunakan fungisida lainnya. b. Penyakit busuk daun Penyakit busuk daun (antraknosa) disebabkan oleh patogen Botryodiplodia palmarum, Glomerella cingulata, Melanconium elaeidis.
Gejala penyakit ini dimulai dengan
munculnya bercak kecil yang tembus cahaya yang selanjutnya membesar dan berwarna kecoklatan dan akhirnya daun menjadi busuk (Gambar 19 ). Pengendalian dilakukan dengan pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, dan penyemprotan dengan fungisida secara rotasi dengan Dithane M-45 0,2%, Benlate 0,3%, dan Antracol 0,2% dengan interval satu minggu. c. Penyakit bercak daun Penyakit bercak daun disebabkan oleh patogen Curvularia eragrostidis, Drechslera halotes, Cochiobolus carbonus. Gejala penyakit dimulai dengan munculnya bercak kecil tersebar secara acak .
Bercak yang yang sangat banyak dan berdekatan
menyebabkan daun seperti kering atau clorosis (Gambar 20 ). Pengendalian dilakukan dengan pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, dan penyemprotan dengan fungisida
Bercak Daun
Gambar 1. Bibit terserang penyakit bercak daun 2
d. Penyakit busuk pangkal batang Penyakit utama yang menyerang TM adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Infeksi dan penularan penyakit terjadi melalui kontak antara bagian yang sehat dengan sumber infeksi atau melalui spora. Gejala penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun, adanya akumulasi beberapa daun tombak yang tidak membuka, pelepah daun bagian bawah menggantung (sengkleh), dan muncul badan buah (Fruiting body) di pangkal batang (Gambar 46 ). Gejala yang khas adalah terjadinya pembusukan pada pangkal batang yang diikuti dengan tumbangnya pohon. Pengendalian penyakit BPB dapat dilaku-kan melalui sanitasi sumber inokulum yaitu akar dan batang yang terinfeksi dan pemberian agens antagonis Trichoderma sp pada lubang tanam. e. Penyakit karat daun Penyakit karat daun (red rust) disebabkan oleh patogen Cephaleuros virescen. Biasanya patogen ini menyerang daun-daun tua pada TM berumur > 5 tahun. Munculnya penyakit karat daun dipicu oleh tingginya curah hujan dan kelembaban udara serta banyak dan beragamnya inang di sekitar kebun. Gejala terlihat dengan adanya bercak-bercak kemerahan pada pelepah-pelepah bawah dan pada permukaan anak daun. Pengendalian dilakukan dengan menunas pelepah secara teratur dan benar, dan penyemprotan fungisida tembaga dosis 2,5—5 g/2 liter air dengan rotasi satu minggu. Penyakit busuk tandan disebabkan oleh patogen Marasmius palmivorus.
Gejala
serangan terlihat adanya miselium dan tubuh buah pada bunga atau tandan buah kelapa sawit. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan mengurangi kelembaban udara melalui penunasan yang teratur, membuang tandan yang busuk karena tidak dipanen, menyemprot dengan fungisida.
B. Penyakit Tanaman Karet Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada tanaman karet 3
umumnya lebih besar diban- dingkan dengan serangan hama. Selain karena kerusakan akibat serangan penyakit, kerugian lain adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulanginya. Karenanya, upaya pencegahan harus mendapat perhatian penuh, serta pengamatan dini secara terus-menerus sangat penting. Penyakit pada tanaman karet dengan kerugian besar umumnya disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus kerugiannya tidak begitu besar. Penyakit tanaman karet menyerang dari wilayah akar, batang, bidang sadap, hingga daun. a. Penyakit Akar Putih. Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang-lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah tersebut akan mengering dan berwarna cokelat. Gejala-gejala lain serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daundaun dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun-daun tersebut selanjutnya gugur dan ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tanaman yang sakit akan menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya. Memastikan secara dini tanaman karet terserang penyakit akar putih atau tidak, bisa dilakukan pemeriksaan tajuk dan akar dengan bantuan mulsa. Akar
putih
termasuk
penyakit
berbahaya
jika
dilihat dari akibat yang
ditimbulkannya. Prevalensi serangan penyakit tertinggi terjadi pada tanaman muda berumur 2 - 4 tahun, meskipun bisa juga menyerang tanaman berumur enam tahun.
Serangan pada umur tiga tahun bisa mengakibatkan kematian dalam
waktu enam bulan sejak terinfeksi dan pada umur enam tahun menyebabkan kematian setelah setahun terserang. 4
Infeksi penyakit akar putih terjadi karena persinggungan akar sehat dengan sisa-sisa akar tanaman lama yang mengandung spora cendawan ini. Penyebarannya bisa dengan bantuan angin yang menerbangkan spora ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa tanaman yang mati akan membentuk koloni. Dari tunggul ini jamur menjalar ke akar dan akhirnya menginfensi akar-akar sehat di sekitarnya. b. Penyakit Akar Merah Jika penyakit akar putih cenderung menyerang tanaman muda (berumur 2 - 4 tahun), penyakit akar merah justru lebih banyak menyerang tanaman dewasa atau bahkan yang mulai menua. Meskipun berbahaya, kematian tanaman baru terjadi lima tahun setelah terinfeksi. Gejala yang bisa dilihat dari serangan penyakit ini adalah terjadinya perubahan warna daun dari hijau menjadi hijau pucat suram, menguning, dan akhirnya berguguran. Disebut dengan penyakit akar merah karena jika tanah di daerah perakaran tanaman yang sakit dibongkar akan terlihat miselia jamur berwarna merah muda sampai merah tua di akar-akarnya. Miselia tersebut menempel sangat erat dan mengikat butiran tanah, sehingga menjadi seperti berkerak. Jika sudah kering, miselia tersebut akan berwarna putih, tetapi kalau dibasahi dengan air akan kembali berwarna merah. Infeksi terjadi jika akar tanaman sehat bersentuhan dengan akar tanaman sakit atau akar yang mengandung spora cendawan penyebab penyakit akar merah. Infeksi juga terjadi jika spora jatuh di leher akar karena tiupan angin. Pencegahan dan pengendalian penyakit ini sama dengan pencegahan dan pengendalian penyakit akar putih. c. Jamur Upas. Penyakit jamur upas disebabkan oleh cendawan Corticium salmonicolor yang memiliki empat tingkat perkembangan. Tahap pertama atau sering disebut dengan tahap sarang laba-laba adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna putih di permukaan kulit. Tahap selanjutnya akan berkembang membentuk sekumpulan benang jamur, biasa disebut dengan tahap bongkol. Pada tahap ketiga atau tahap kortisium, terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda. Tahap terakhir atau tahap nekator adalah 5
terbentuknya lapisan tebal berwarna merah tua. Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman, sehingga cabang dan tajuk mudah patah. Gejala penyakit ini adalah munculnya benang-benang berwarna putih seperti sutera di pangkal atau bagian atas percabangan. Dalam perkembangannya, benang-benang tersebut membentuk lapisan kerak berwarna merah dan akhirnya menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Batang
yang
terinfeksi
akan
mengeluarkan
cairan lateks berwarna cokelat
kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lama-kelamaan kulit tanaman yang
terinfeksi akan
membusuk,
berwarna
hitam, mengering, dan
mengelupas. Bagian kayu di bawah kulit akan rusak dan menghitam. Pada serangan yang lebih parah, tajuk percabangan akan mati dan mudah patah oleh tiupan angin. d. Kanker bercak Penyakit kanker bercak muncul akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora yang memiliki benang-benang hifa berwarna putih yang kurang jelas dilihat dengan mata telanjang. Jamur ini berkembang biak dengan spora yang bisa bertahan hidup lama di dalam tanah. Gejala serangan penyakit ini tidak mudah dikenali karena serangannya dimulai dari bawah kulit. Kulit yang sakit baru terlihat jika dilakukan pengerokan kulit batang atau kulit cabang, yaitu adanya warna cokelat kemerahan dengan bercak-bercak besar meluas ke samping, kambium, dan bagian kayu. Bagian yang sakit biasanya mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kemerahan dengan bau busuk. Kadang-kadang
terjadi
pengumpulan
lateks
di bawah kulit, sehingga membuat
kulit batang pecah dan membuka. Di bagian terbuka tersebut sering dimasuki serangga penggerek batang. Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada kulit batang di luar bidang sadap atau kulit percabangan, sehingga tanaman akan merana dan akhirnya mati. Penyakit ini lebih banyak menyerang tanaman karet di kebun-kebun berkelembaban
tinggi
atau
terletak di daerah beriklim basah. Angin dan hujan bisa menjadi sarana penyebaran penyakit ini. Angin menerbangkan 6
spora dan percikan air hujan di tanah dekat tanaman bisa memindahkan spora dari tanah ke batang tanaman sehat. Agar pengendalian penyakit dapat dilakukan sedini mungkin, selama musim hujan seminggu sekali harus dilakukan pemeriksaan tanaman. e. Busuk pangkal batang Cendawan Botrydipbdia theobromae adalah biang keladi penyakit busuk pangkal batang. Jamur ini memiliki badan buah penghasil spora dalam jumlah banyak yang terdapat di kulit batang yang terinfeksi. Spora akan menyebar karena angin atau hujan untuk menginfeksi tanaman sehat. Penyakit busuk pangkal batang lebih sering menyerang tanaman karet muda yang siap disadap, yaitu tanaman berumur empat tahun dengan prevalensi mencapai 66%. Pada tanaman berumur tiga tahun, prevalensi serangan mencapai 30% dan pada tanaman berumur lebih dari lima tahun kemungkinannya 0%. Munculnya penyakit busuk pangkal batang dipicu oleh kondisi tanaman yang jelek akibat kekurangan air karena kemarau yang berkepanjangan atau tanaman terluka oleh alat-alat pertanian. Spora cendawan akan berkembang pada kelembaban tinggi dan suhu udara rendah. Gejala serangan penyakit busuk pangkal batang agak sulit
dikenali,
sehingga
diperlukan ketelitian atau kecermatan. Di pangkal batang kulit terlihat kering dan pecah-pecah, padahal kayu di bagian atasnya masih utuh dan baik. Lama-kelamaan kulit pecah-pecah tersebut menghitam, bagian kayu rusak, dan menjalar ke atas. Bagian yang rusak dan terlihat seperti terbakar tersebut tingginya mencapai satu meter atau lebih bisa menyebabkan tanaman mudah patah karena tidak kuat menyangga tajuk. f. Kanker garis Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama dengan biang keladi kanker bercak, yakni Phytophthora
palmivora.
Infeksi
cendawan
ini mengakibatkan
kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan di bekas bidang sadap lama, sehingga penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Penyakit ini umumnya 7
berjangkit di kebun-kebun berkelembaban tinggi, terletak di wilayah beriklim basah, serta di kebun- kebun yang penyadapannya terlalu dekat dengan tanah. Gejala serangan penyakit kanker garis dapat dilihat dari adanya selaput tipis putih dan tidak begitu jelas menutup alur sadap. Jika dikerok atau diiris, di bawah kulit yang terletak di atas irisan sadap terlihat garis-garis tegak berwarna cokelat kehitaman. Dalam perkembangannya, garis-garis ini akan menyatu membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur di kulit pulihan. Pada beberapa kasus, di bawah kulit yang baru pulih akan terbentuk gumpalan lateks yang bisa menyebabkan pecahnya kulit. Dari pecahan kulit ini akan keluar tetesantetesan lateks berwarna cokelat yang berbau busuk. Karena rusak, pemulihan kulit akan terhambat. Agar pengendalian penyakit bisa dilakukan sedini mungkin, perlu dilakukan pemeriksaan yang cermat pada seluruh tanaman setiap hari sadap selama musim hujan. g. Penyakit Gugur Daun Oidium Penyakit gugur daun Oidium merupakan penyakit utama pada tanaman karet, penyakit ini disebut juga penyakit embun tepung, menyebabkan kerugian di perkebunan karet baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman telah menghasilkan (TM). Selain tanaman belum dan telah menghasilkan, jamur ini juga menyerang tanaman di persemaian, pembibitan, dan kebun entres.
Serangan berat terjadi bila keadaan cuaca kering diselang-selingi oleh hujan yang singkat di malam hari atau kabut dipagi hari pada waktu tanaman membentuk daun muda (awal musim hujan). Patogen penyebab penyakit ini adalah jamur Oidium heveae. Penyakit ini mengakibatkan gugurnya daun muda yang baru terbentuk sesudah masa gugur daun alami. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, produksi lateks menurun dan biji yang dihasilkan sedikit. Kebun yang sering mendapat serangan berat adalah kebun yang terletak pada ketinggian di atas 200 meter dari permukaan laut. 8
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Merangsang pembentukan daun baru lebih cepat atau lebih awal, sehingga dapat terhindari dari serangan O. heveae pada saat musim hujan. Pembentukan daun baru dapat dirangsang dengan pemberian pupuk Nitrogen satu kali dosis anjuran. Pupuk nitrogen berfungsi untuk merangsang pembentukan daun baru lebih cepat atau lebih awal sehingga diharapkan daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu O. heveae menyerang pada awal musim hujan. 2. Melindungi tanaman dengan fungisida Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, belerang atau Tilt 250 EC. Pengunaan fungisida dilakukan seminggu sekali sebanyak 5 kali, dimulai pada waktu 10% pohon membentuk daun baru dan gejala Oidium mulai muncul. Pengunaan tepung belerang 10-15 kg/ha dilakukan dengan cara penghembusan dengan alat penghembus bermotor pada pagi hari agar fungisida mudah melekat pada permukaan daun yang masih basah dan tidak mudah diterbangkan oleh angin. Sedangkan pengunaan Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC atau Tilt 250 EC dilakukan dengan alat penyemprot bermotor atau alat pengabut. 3. Pada tanaman menghasilkan (TM) pengendalian menggunakan fungisida tidak ekonomis, biasanya serangan penyakit ini dibiarkan saja (tidak dikendalikan). Pada tanaman TM pengendalian dilakukan dengan pemberian pupuk ekstra pada awal dan akhir musim hujan.
h. Phytophthora Phytophthora tergolong penyakit daun, tetapi gejalanya justru terlihat pada buah yang berwarna hitam dan kemudian membusuk. Dari bagian ini penyakit akan menular ke daun dan tangkainya, sehingga beberapa minggu kemudian daun dan tangkai tersebut gugur. Daun yang berguguran tetap berwarna hijau, tetapi di sepanjang tangkainya terdapat bercak-bercak hitam dan gumpalan lateks. Cendawan Phytopthora botriosa atau Phytopthora palmivora adalah penyebab penyakit ini. Spora cendawan- cendawan ini banyak terdapat di pucuk tanaman, tetapi bisa juga 9
bertahan di daun yang gugur atau di dalam tanah. Penyakit ini umumnya berjangkit pada musim hujan dengan penularan melalui spora yang dibawa air hujan atau angin. Pencegahan penyakit phytopthora bisa dilakukan dengan tidak menanam klon-klon yang peka terhadap penyakit ini, seperti PB 86, PRIM 600, Tjir 1, atau PR 107. Pencegahan lain sekaligus pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan fungisida Cobox atau Cupravit dengan dosis dan frekuensi yang bisa dibaca di kemasannya. Penyemprotan sebaiknya menggunakan mist blower. i. Corynespora Penyebab
penyakit
corynespora adalah cendawan Corynespora casssiicola dengan
hifa berwarna hitam pucat yang kurang jelas terlihat di permukaan daun. Cendawan ini mempunyai inang yang banyak, seperti singkong, akasia, angsana, dan pepaya. Mulamula penyakit ini diketahui berjangkit di perkebunan karet di Malaysia pada tahun 1960. Dari Malaysia, penyakit ini menyebar ke India pada tahun 1961 dan pada tahun 1969 kedapatan menyerang perkebunan karet di Nigeria. Pada tahun 1980 penyakit ini masuk ke Sumatera Utara, tahun 1982 ke Jawa Tengah, dan 1984 ke Jawa Barat. Gejala serangan penyakit ini tampak dari daun muda yang berbercak hitam seperti menyirip, lemas, pucat, ujungnya mati, dan akhirnya menggulung. Serangan pada daun tua juga menunjukkan gejala berbercak hitam dan menyirip. Bercak ini akan meluas sejajar urat daun dan kadang-kadang tidak teratur.
Pusat bercak berwarna
cokelat atau kelabu, kering, dan berlubang. Daun-daun tersebut menjadi kuning, cokelat kemerahan, dan akhirnya gugur. Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan menggunakan fungisida Mankozeb dan Tridemorf dengan dosis dan interval tertera di labelnya, terutama untuk tanaman yang belum disadap. Sementara itu, untuk tanaman yang telah disadap dan tingginya lebih dari delapan meter sebaiknya dilakukan pengabutan menggunakan Tridemorf atau Calixin 750 dengan dosis 500 ml/ hektar, seminggu sekali selama 3 - 4 minggu. j. Helminthosporium Cendawan Helminthosporium heveae dengan hifa berwarna putih dan spora berwarna 10
cokelat merupakan penyebab penyakit ini. Serangan penyakit ini sering terjadi pada musim kemarau, terutama pada tanaman yang terlalu banyak dipupuk nitrogen, kondisi lemah, dan kekurangan air. Penyebaran penyakit helminthosporium melalui spora yang diterbangkan angin, terbawa hujan, atau alat-alat pertanian mengandung spora yang mengenai tanaman sehat. Gejala infeksi penyakit ini adalah daun-daun muda menjadi hitam, menggulung, dan kemudian gugur. C. Penyakit Tanaman Kakao a. Penyakit busuk buah (Phytopthora palmivora) Penyakit busuk buah merupakan penyakit terpenting karena menyerang hampir di seluruh areal penanaman kakao dan kerugiannya dapat langsung dirasakan. Penyakit ini disebabkan oleh Phytopthora palmivora Bute, sejenis jamur yang dapat mempertahankan hidupnya dalam tanah bertahun-tahun. Pada musim kering spora hidup dalam tanah dalam bentuk siste yang mempunyai dinding tebal. Penyebaran jamur dari buah satu ke buah lain melalui berbagai cara ; percikan air hujan, persinggungan antara buah sakit
dan buah sehat, melalui binatang
penyebar seperti tikus, tupai atau bekicot. Kerugian yang disebabkan penyakit cukup besar persentase busuk buah di beberapa daerah mencapai 30-50%. Gejala penyakit ini dapat terlihat mulai dari buah muda sampai buah dewasa. Buah yang terinfeksi akan membusuk disertai bercak coklat kehitaman dengan batas yang jelas, gejala ini dimulai dengan ujung atau pangkal buah. Hal ini disebabkan adanya lekukan pada pangkal buah yang menjadi tempat tergenangnya air sehingga sopra menyebabkan infeksi mulai dari pangkal atau ujung buah tempat menggantung air. Pembusukan pada buah hanya berlangsung beberapa hari saja sehingga tidak dapat dipanen. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan memadukan tindakan sanitasi, penyemprotan fungisida dan memperbaiki lingkungan. Sanitasi dilakukan dengan memetik buah yang busuk dilakukan bersamaan dengan pemangkasan atau panen. Kemudian dibenamkan di bawah tanah sedalam 30 cm. Apabila musim hujan, sanitasi dilakukan seminggu sekali. Perbaikan lingkungan dilakukan dengan pengaturan dan pemangkasan pohon penaung. Di daerah yang sering tergenang air perlu pembuatan 11
saluran untuk memperbaiki drainase.
Gambar 1. Gejala penyakit busuk buah P. palmivora b. Penyakit vascular streak dieback (VCD) Oncobasidium theobromae Penyakit ini menyerang semua stadia tanaman, mulai dari pembibitan hingga stadium produktif. Penyakit menular dari satu pohon ke pohon lain melalui spora diterbangkan oleh angin pada tengah malam. Spora yang jatuh pada daun muda akan berkecambah apabila tersedia air dan tumbuh masuk ke jaringan Xylem. Setelah 3 - 5 bulan baru terlihat gejala daun menguning dengan bercak hijau, daun tersebut mudah gugur. Kerugian hasil karena penyakit VSD sangat bervariasi antara 3 - 60%. Gejala khusus yang terlihat adalah sari daun kedua atau ketiga dari titik tumbuh menguning dengan bercak- bercak berwarna hijau. Bila ranting dibelah membujur terlihat garis-garis coklat pada jaringan Xylem yang bermuara pada bekas duduk daun. Kalau dari bekas dudukan daun, potongan ranting dan potongan daun muncul benang berwarna putih maka dapat dipastikan penyebabnya O. theobromae. Pengendalian dilakukan dengan cara: penanaman jenis kakao yang toleran, pangkasan sanitasi dan eradikasi. Pada pembibitan yang masih sehat dilindungi dengan fungisida sistemik setiap 2 minggu. Pangkasan sanitasi adalah ranting sakit dipotong sampai batas garis coklat pada Xylem ditambah 30 cm. Hibrida dan klon toleran adalah 12
DR1 x Sca6, DR1 x Sca12, ICS60 x Sca6, Sca12 x ICS60, Sca6 x ICS6, klon DRC15, klon KEE2.
13