SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XIII PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB XIII. PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN PERKEBUNAN
1.1 Kompetensi Inti: Memahami,
menerapkan,
dan
menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kerja agribisnis tanaman perkebunan 1.2 Kompetensi Dasar: 1. Melaksanakan pemanenan tanaman perkebunan 2. Melaksanakan pasca panen tanaman perkebunan 1.3 Uraian Materi Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas seperti kakao, kopi, teh, tembakau dan lain-lain, sering disebut pengolahan primer, bertujuan menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dan lain-lain. A. Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit Pelaksanaan panen adalah prioritas yang sangat tinggi pada suatu perkebunan. Hal ini penting karena kehilangan atau kerusakan buah akan berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan.
Pelaksanaan panen yang teratur dan bersih meng-hasilkan
minyak dan kernel dengan fraksi yang besar, serta menjaga mutu dengan tingkat asam lemak bebas (ALB) yang rendah. Jadi secara umum pengelolaan panen adalah bagaimana menentukan waktu panen yang tepat untuk mendapatkan kandung-an minyak yang tinggi dengan kadar ALB yang rendah sesuai dengan standar yaitu < 3,5%.
1
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Untuk mengetahui apakah suatu areal tertentu sudah mencapai produksi optimum atau belum diperlukan data pembanding dari suatu areal/blok yang dipeli-hara secara opttimal. Sistem ini kenal dengan istilah Praktik manajemen terbaik (PMT) yang akan memberikan data produksi dari blok tanaman yang dipelihara secara optimal. 1) Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen ditentukan dengan melihat perubahan warna dan buah yang membrondol dari tandan. Proses perubahan warna pada tandan buah adalah dari kehitaman/ungu menjadi orange. Kriteria berdasarkan buah yang membrondol adalah 2 brondolan/kg tandan untuk tandan buah yang beratnya > 10 kg, dan 1 brondolan/kg tandan untuk tandan buah yang beratnya < 10 kg. Mutu buah panen ditentukan berdasarkan fraksi matang panen yang terdiri atas 7 kelas (Tabel 25). Fraksi panen ini sangat penting untuk menilai rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas (ALB). Semakin tinggi fraksi matang panen rendemen minyak semakin tinggi, tetapi mutu minyak semakin jelek karena naiknya kadar ALB yang tinggi. Hubungan antara fraksi, rendemen, dan mutu minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 1. Fraksi matang panen pada tanaman kelapa sawit Fraksi panen 00 0 1 2 3 4 5
Kreteria matang buah Tidak ada buah membrondol, buah berwarna hitam pekat 1—12,5% buah luar membrondol, buah berwarna hitam kemerahan 12,5—25% buah luar membrondol, buah berwarna kemerahan 25—50% buah luar membrondol, buah berwarna merah mengkilat 50—75% buah luar membrondol, buah berwarna orange 75—100% buah luar membrondol, buah berwarna dominan orange Buah bagian dalam ikut membrondol
Derajat kematangan Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang Matang Lewat matang Lewat matang
2
Tabel 2. Hubungan fraksi matang panen, rendemen minyak, dan ALB Fraksi matang panen 0 1 2 3 4 5
Rendemen minyak 16,0 21,4 22,1 22,2 22,2 22,9
Kadar ALB 1,6 1,7 1,8 2,1 2,6 3,8
2) Pelaksanaan Panen Pemotongan buah merupakan kegiatan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak (Crude palm oil=CPO) dan inti kelapa sawit (kernel) atau minyak kernel (Palm kernel oil=PKO). Dengan demikian pengelolaan panen meliputi pengambilan buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyakbanyaknya dengan cara dan waktu yang tepat (rotasi dan transport) tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Dalam kegiatan panen untuk mencapai hasil yang optimal seperti yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dijelaskan tentang beberapa kegiatan, yaitu persiapan panen, kreteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen.
a. Persiapan panen Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen sehingga dapat menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Persiapan panen meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan tenaga meliputi jumlah tenaga kerja dan ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen dan umur tanaman. Secara umum tenaga panen berkisar antara 0,08—0,09 HK/ha. Kebutuhan alat pengangkut disesuaikan dengan produksi dan jarak tempuh dari kebun ke pabrik. 3
Peralatan panen yang digunakan adalah chisel (dodos), kampak, dan egrek. Sara panen meliputi jalan panen/jalan pikul, tangga panen, dan TPH. Sarana panen, seperti jalan pikul dibuat setiap dua barisan tanaman dengan lebar 1 m, sedangkan TPH dibuat secra bertahap. Pada tahap awal dibuat satu TPH untuk 3 jalan pikul (6 baris tanaman), kemudian satu TPH untuk 2 jalan pikul, dan satu TPH untuk setiap jalan pikul. Ukuran TPH 3 m x 2 m. Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama.
Rotasi panen yang sesuai dengan
perkembangan buah adalah 7 hari. Secara umum panen tandan buah kelapa sawit dilakukan 5 hari seminggu (Senen s/d Jumat) disebut sistim panen 5/7. Rotasi panen tergantung kerapatan buah dan kapasitas pemanen sehingga apabila produksi tinggi hari panen ditambah b.Sistem ancak panen Penentuan sistim ancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersedian tenaga kerja. Sistem ancak panen terdiri atas dua sistim yaitu ancak tetap dan ancak giring. Sistem ancak tetap adalah setiap pemanen diberi ancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu. Kelebihan sistim ini buah matang tidak tertinggal di pohon dan brondolan dikutip kerena pemanen bertanggung jawab terhadap ancaknya dan mudah dikontrol kualitasnya. Sedangkan kelemahannya adalah buah terlambat sampai di TPH sehingga akan terlambat juga sampai di pabrik Sistem ancak giring adalah setiap pemanen diberi ancak per baris tanaman dan digiring bersama-sama. Kelebihan sistim ini pelaksanaan panen lebih cepat dan buah cepat sampai di TPH sehingga buah cepat sampai di pabrik. Sedangkan kekurangan sistim ini adalah pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada buah dan brondolan yang tertingga, pemanen memotong buah tanpa memotong pelepah, dan pengontrolan kualitas lebih sulit. Saat pemanenan, nomor ancak (pancang panen) harus selalu terpasang di jalan pikul (pasar tikus) yang akan diancaknya. Hal ini perlu untuk memudahkan pengontrolan oleh asisten, mandor-I, maupun mandor panen. Pemotongan buah biasanya diikuti 4
pemotongan pelepah di bawah tandan buah , yaitu untuk tanaman tua dibolehkan memotong semua pelepah yang menyangga tandan buah, tetapi pada tanaman muda pemotongan buah harus dilakukan tanpa pemotongan pelepah. c. Kerapatan panen Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen (AKP) dipakai untuk memprediksi produksi, kebutuhan tenaga panen, kebutuhan truk, dan pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan perhitungan kerapatan panen adalah untuk memprediksi produksi tanaman, menetapkan angka kerapatan panen (AKP), dan jumlah pemanen. Perhitungan perkiraan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah pohon (JP), AKP (tandan) dan rerata berat tandan (RBT) atau P = AKP x RBT x JP, dimana: AKP
= jumlah tandan matang panen : jumlah pohon yang diamati
Jumlah pemanen = perkiraan produksi : prestasi pemanen. Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri atas 2 yaitu: Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada dua baris tanaman di tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak dipakai. Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati. d. Cara panen Tugas pemanen adalah mengamati buah matang panen di pohon, memotong tandan buah matang panen, dan mengutip brondolan serta membawa TBS ke TPH. Tandan buah dipotong tandas (mepet) dengan menggunakan chisel (untuk umur tanaman yang akan dipanen 3—5 tahun), kampak (6—8 tahun), atau egrek (>8 tahun). Alat-alat panen dapat dilihat pada Gambar 48. Tangkai bekas potongan pada TBS dibuang dengan membentuk potongan seperti huruf V, sehingga tidak ada tangkai tandan yang terbawa ke pabrik. 5
Jika jumlah pelepah kurang dari standar pelepah yang harus dipertahankan tidak dilakukan pemotongan pelepah, tetapi jika jumlah pelepah lebih dari standar (48—56) pelepah yang menyangga buah tersebut di potong. Pelepah yang ditunas dipoptong menjadi 2—3 bagian dan diletakkan di gawangan mati. Buah diangkut ke TPH dan disusun membentuk baris (5—10/baris) dengan tangkai menghadap ke atas, serta diberi tanda kode pemanen.pada bekas potongan tangkai. Hindari perlukaan pada TBS sehingga dapat meningkatkan kadar ALB. Secara umum persentase ALB setelah dipotong 0,2— 0,7% dan setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi 0,9—1,0% setiap 24 jam. Berondolan yang ada di piringan pohon dan ketiak pelepah dikutip dan diangkut ke TPH dengan menggunakan karung. Brondolan ditumpuk di sebelah tumpukan tandan dan diberi alas . Tandan dan brondolan harus bersih dari pasir, sampah, tangkai tandan dan kotoran lainnya.
Tandan kosong jangan dibawa ke pabrik, tinggal kan di lapangan
(gawangan mati). e. Kapasitas panen Kapasitas panen bergantung pada produksi tanaman per hektar yang dihubung-kan dengan umur tanaman (tinggi), topografi, kerapatan pohon, dan premi yang dise-diakan serta musim panen (puncak/kecil). Berdasarkan umur dan produksi tanaman, maka dapat diberikan standar kapasitas pemanen yang disebut basis borong (BB) atau prestasi normal (PN). Secara umum basis borong dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kapasitas dan basis borong pemanen Produksi TBS (ton/ha/thn) <2,5 3,0-6,0 6,0-12,0 12,0-18,0 18,0-22,0 22,0-25,0 >25,0
Kapasitas kerja/hari (kg/HK) 400 500 600 700 800 900 900
BB /PN (kg) 250 300 350 400 400 450
f. Premi panen
6
Pembuatan dan penetapan sistem premi panen harus didasarkan pada biaya panen per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi sebelumnya. Besaran premi panen diusahakan tetap sesuai dengan anggaran, tetapi tetap menarik bagi pemanen. Memberikan penghargaan berupa uang atas kelebihan prestasi kerjanya, dalam bentuk harga TBS per kg dari TBS kelebihan BB yang disebut nilai prestasi mutu (NPM) dan nilai premi kerajinan (NPK). Bagi pemanen yang prestasi kerjanya tidak memenuhi standar diberi sangsi. Pemeriksaaan hasil panen di lakukan di lapangan dan di TPH. Pemeriksaan di lapangan meliputi : tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tidak dikumpul, brondolan tertinggal di piringan pohon/jalan pikul, buah tertinggal di pelepah, tebasan dan rumpukan pelepah. Pemeriksaan di TPH meliputi: tandan afkir, tandan mentah, huruf V, susunan tandan, kebersihan tandan dan brondolan. Pemeriksaan mengguna-kan sampel yang diambil pada setiap 2 jalan pikul per ancak panen, sedangkan pada TPH diambil sampel sebanyak 10-20 tandan/pemanen. Pemeriksaan dilakukan oleh mandor panen, mandor I, kerani, dan asisten. Pencatatan jumlah tandan buah di TPH dilakukan bersama-sama dengan krani panen dan mandor panen, kemudian dilaporkan kepada mandor I, selanjutnya kepada asisten untuk permintaan pengangkutan kepada seksi transport.
Pencatatan dan
pelaporan meliputi jumlah tandan/TPH, TPH (jumlah dan nomor), dan nomor blok, sehingga dapat diketahui kebutuhan truk. Buah diangkut ke pabrik ,diperiksa dan ditimbang. Hasilnya dilaporkan ke afdeling bersangkutan. Buah yang telah dipanen harus terangkut ke pabrik pada hari itu juga (jangan meninggalkan buah di kebun). B. Panen dan Pasca Panen Karet Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan tinggi 260 cm dari permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. 7
Oleh sebab itu, penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan maka produksi lateks akan berkurang. Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhati-kan faktor kesehatan tanaman. Beberapa aturan yang perlu diper-hatikan dalam penyadapan adalah sebagai berikut: 1) Penentuan Matang Sadap Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau kematangan pohon karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangannya adalah dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima tahun dengan masa produksi selama 25 - 35 tahun. Namun, hal ini dianggap tidak tepat karena adanya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi tidak tampak dan tidak bisa dikontrol oleh manusia. Seandainya memungkinkan, pohon karet yang masih berumur di bawah lima tahun pun sudah bisa disadap. Akan tetapi, hampir semua tanaman rata-rata bisa disadap di atas umur lima tahun. Melihat kekurangan seperti yang diuraikan di atas maka penentuan matang sadap dengan memperhatikan umur
tanaman
hanya
dijadikan
sebagai
dasar,
bukan sebagai patokan mutlak. Artinya, umur menjadi dasar untuk melihat kematangan pohon dengan cara lainnya, yaitu mengukur lilit batang. Pengukuran lilit batang merupakan cara yang dianggap paling tepat untuk menentukan matang sadap. Pohon karet siap sadap adalah pohon yang sudah memiliki tinggi satu meter dari batas pertautan okulasi atau dari permukaan tanah untuk tanaman asal biji dan memiliki lingkar batang atau lilit batang 45 cm. Kebun karet mulai disadap bila 55% pohonnya sudah menunjukkan matang sadap. Jika belum mencapai 55% maka sebaiknya penyadapan ditunda. Penyadapan yang dilakukan sebelum mencapai persentase tersebut akan mengurangi produksi lateks dan akan mempengaruhi pertumbuhan pohon karet. Kebun yang dipelihara dengan baik biasanya memiliki 60 - 70% jumlah tanaman berumur 5 - 6 tahun yang berlilit batang 45 cm. 8
2) Pelaksanaan Penyadapan Kulit
karet
yang
akan
disadap
harus
dibersihkan terlebih dahulu agar
pengotoran pada lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam pelaksanaan penyadapan ada hal- hal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan, dan pemulihan kulit bidang sadap.
a. Ketebalan irisan sadap Lateks akan mengalir keluar jika kulit batang diiris. Aliran lateks ini semula cepat, tetapi lambat laun akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti sama sekali. Lateks berhenti mengalir karena pembuluhnya tersumbat oleh lateks yang mengering. Jenis klon berpengaruh pada cepat lambatnya penyumbatan pada pembuluh lateks. Untuk mengalirkan lateks kembali, pembuluh lateks harus dibuka dengan cara mengiris kulit pohon karet. Pengirisan kulit tidak perlu tebal. Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti akan mempercepat habisnya kulit batang karet yang produktif sehingga masa produksinya menjadi singkat. Tebal irisan yang dianjurkan adalah 1,5 - 2 mm. Konsumsi kulit per bulan atau pertahun ditentukan oleh rumus sadap yang digunakan. Contoh rumus sadap: S/2, d/2, 100%; S/l, d/4, 100%; atau S/2, d/3, 67%. Arti dari rumus tersebut adalah S/2 berarti penyadapan setengah lingkaran batang pohon, d/2 artinya pohon disadap 2 hari sekaii, dan 100% artinya intensitas sadapan. Bila disadap setiap 2 hari sekali maka kulit karet yang terpakai 2,5 cm/bulan atau 10 cm/kuartal atau 30 cm/tahun. Jika disadap 3 hari sekali maka kulit karet yang terpakai adalah 2 cm/bulan atau 8 cm/kuartal atau 24 cm/tahun. Agar lebih mudah dikontrol maka pada bidang sadap atau biasanya
diberi
kulit
pohon
karet
tanda-tanda pembatas untuk melakukan pengirisan. Tanda-tanda ini
biasanya dibuat untuk konsumsi per kuartal atau per 2 bulan dengan jumlah tanda 2 3 buah. b. Kedalaman irisan sadap Jika tebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada saat penyadapan maka tebalnya irisan sangat berpengaruh pada jumlah berkas pembuluh 9
lateks yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak berkas pembuluh lateks yang terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari lapisan kambium memiliki pembuluh lateks terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan dilakukan sedalam mungkin, tetapi jangan sampai menyentuh lapisan kambiumnya. Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1 - 1,5 mm dari lapisan kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam penyadapan lapisan kam
10
Pemulihan kulit pada bidang sadap perlu diperhatikan. Salah dalam penentuan rumus sadap dan penyadapan yang terlalu tebal atau dalam akan menyebabkan pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal ini akan berpengaruh pada produksi ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan pendahuluan dilakukan dengan baik dan memenuhi syarat maka kulit akan pulih setelah enam tahun. Dalam praktik, kulit pulihan bisa disadap kembali setelah sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan setelah delapan tahun untuk kulit pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kulit pulihan untuk disadap kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum sudah mencapai 7 mm. 3) Frekuensi dan Intensitas Sadapan Frekuensi sadapan merupakan selang waktu penyadapan dengan satuan waktu dalam hari (d), minggu (w), bulan (m), dan tahun (y). Satuan ini tergantung pada sistem penyadapannya. Bila penyadapan dilakukan terus- menerus setiap hari maka penyadapan tersebut ditandai dengan d/1. Sedangkan bila dilakukan dengan selang dua hari maka waktunya ditandai dengan d/2, demikian seterusnya. Pada sadapan berkala atau secara periodik, lamanya penyadapan ditandai dengan bilangan yang dibagi, sedangkan lamanya putaran atau rotasi sampai kulit disadap kembali
ditandai
dengan
bilangan
pembagi. Sebagai contoh : 3 w/9 berarti
disadap selama 3 minggu dalam waktu 9 minggu atau masa istirahatnya 6 minggu. Pada sadapan yang berpindah tempat, kulit batang disadap pada dua bidang sadap yang berbeda dengan cara bergantian menurut selang waktu tertentu.Tanda dari sistem ini adalah perkalian dua faktor yang ditulis di antara tanda kurung. Kedua faktor itu adalah jumlah bidang sadap yang terpakai dan nilai bagi dari lamanya penyadapan. Sedangkan angka pembaginya adalah lamanya rotasi sadapan. Perlu diperhatikan bahwa intensitas sadap 400%, disebut intensitas penyadapan berat atau sadapan mati. Pohon yang baru saja disadap biasanya intensitas sadapnya sebesar 67% dan baru bisa mencapai 100% pada tahun ketiga. 4) Sistem Eksploitasi Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis 11
menguntungkan, dan berkesinambungan dengan memperhati-kan kesehatan tanaman. Saat ini dikenal dua sistem eksploitasi, yaitu konven- sional dan stimulasi. Sistem eksploitasi konvensional merupa-kan sistem sadap biasa tanpa perangsang (stimulan), sedangkan
sistem
eksploitasi
stimulasi merupakan sistem sadap kombinasi
dengan menggunakan perangsang. Selain kedua sistem sadap tersebut, ada pula sistem sadap lain yang disebut sistem sadap tusuk atau sistem sadap mikro. Sistem ini merupakan sistem tusukan pada jalur kulit yang telah diberi perangsang. a. Sistem eksploitasi konvensional Sistem ini paling luas penggunaannya, baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat. Sistem ini memiliki kelebihan, antara lain tidak tergantung pada perang-sang
dan
pertumbuhannya.
sesuai
dengan
keadaan
tanaman walaupun kurang baik
Sedangkan kelemahannya adalah kulit bidang sadap akan cepat
habis, kemungkinan kerusakan kulit bidang sadap lebih besar, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak, dan sangat sulit meningkatkan produksi jika diinginkan. Jangka waktu yang digunakan untuk sistem eksploitasi konvensional adalah 30 tahun. b. Sistem eksploitasi stimulasi Pelaksanaan sistem ini lebih berat dibanding sistem konvensional. Tidak semua klon karet bisa disebut baik jika disadap dengan sistem stimulan. Di antara banyak klon karet yang ada, masih ada yang tidak dapat memberi respons yang baik terhadap rangsangan. Sebagai patokan, jika kadar karet kering lateks lebih kecil dari 30% maka responsnya terhadap rangsangan tidak baik. Pemberian rangsangan dengan maksud meningkatkan produksi dapat dilakukan pada pohon karet yang telah berumur lebih dari 15 tahun. Jika menggunakan sistem sadap intensitas rendah (S/2, d/4, 50% atau S/2, d/3, 67%) penggunaan rangsangan bisa dimulai pada tanaman yang berumur 10 tahun. Pemberian
rangsangan
tanpa
menurunkan
intensitas
sadapan
akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama tanaman muda. Oleh karena itu, pemberian rangsangan pada tanaman muda tidak dianjurkan. Bahan perangsang lateks yang biasa dipakai adalah yang berbahan aktif ethephon dengan merek dagang Ethrel, ELS, dan Cepha. 12
Pemberian rangsangan pada pohon karet ada tiga cara. Masing-masing sebagai berikut: a) Untuk sadap bawah, bahan perangsang dioleskan tepat di bawah irisan sadapan. Sedangkan untuk sadap atas, bahan perangsang dioleskan tepat di atas irisan sadapan. Sebelum dioles dengan perangsang, kulit pohon perlu dikerok terlebih dahulu. b) Bahan perangsang dioleskan pada alur sadapan. c) Bahan perangsang dioleskan pada bidang sadap, yaitu pada lapisan kulit yang tersisa di atas kambium. Cara ini biasanya dilakukan pada tanaman yang akan diremajakan sekitar 5 tahun kemudian. Dari ketiga cara di atas, yang umum dilakukan oleh para penyadap adalah cara pertama. Jangka waktu pemberian rangsangan pada alur sadapan adalah dua minggu sekali atau sebulan sekali. Sedangkan pada kulit atau bidang sadap, rangsangan diberikan setiap bulan atau dua bulan sekali. Cara dan frekuensi pemberian rangsangan dapat mempengaruhi jumlah perangsang yang akan diberikan. Sebagai contoh, pada pemberian dua bulan sekali, jumlah perangsang yang dibutuhkan adalah 1,5 - 2 g. Jumlah bahan aktif setiap kali pemberian rangsangan dapat dihitung dengan rumus: (berat perangsang x % formulasi x 1.000 mg). Misalnya : Dalam 2 g Ethrel dengan formulasi 5% terdapat: (2 x 5/100 x 1.000) = 1.000 mg bahan aktif. Bahan perangsang yang diperlukan pada sistem alur sebanyak 0,5-1g setiap kali pengolesan. Dengan memper- hatikan frekuensi pemberian bahan perangsang dan rumus sadap maka lebar jalur atau bidang yang bisa diolesi dapat ditentukan.
Bila
pemberian setiap bulan sekali dengan rumus sadap S/2, d/2 maka lebar bidang pengolesan adalah 15 x 1 - 1,5 mm = 15-22,5 mm. Sedangkan bila pemberiannya setiap dua bulan sekali dengan rumus sadap yang sama maka lebar bidang pengolesannya adalah 30 x 1 - 1,5 mm = 30 – 45 mm. Yang perlu diperhatikan adalah setiap batas kulit yang diolesi harus diberi tanda. Walaupun kelihatannya pemberian rangsangan ini sangat mudah, tetapi hal-hal yang perlu diperhatikan didalam pemberian rangsangan sebagai berikut. (1) Jangan menggunakan intensitas sadapan lebih dari 13
100% pada setiap kali akan menggunakan bahan perangsang. (2) Jangan menggunakan bahan perangsang pada saat terjadi gugur daun dan pembentukan daun baru, atau pada pertengahan musim hujan. (3) Jangan menggunakan bahan perangsang pada tanaman karet yang kerdil, tanaman dengan pertumbuhan yang kurang baik, atau pada pemulihan kulit yang kurang baik. (4) Pemupukan dilakukan lengkap dengan dosis kalium : (K) yang lebih banyak
dari
biasanya
(tanpa
perangsang) pada waktu 4-6 bulan
sebelum distimulasi. Selama pelaksanaan stimulasi jangka panjang, pemupukan dilakukan lebih baik agar tanaman mampu mempertahankan atau meningkat-kan produksinya. (5) Pemberian
bahan
perangsang
hanya
dianjurkan
pada tanaman
berumur di atas 15 tahun atau pada kulit pulihan. (6) Jangan melakukan stimulasi terus-menerus selama masa produksi sebab akan menurunkan produksi dan tanaman menjadi lemah. Stimulasi dilakukan selama 6 tahun saat produksi karet masih maksimal. C. Panen dan Pasca Panen Kakao 1) Pemetikan dan Sortasi Buah a.
Buah kakao dipetik apabila sudah cukup masak, yakni ditandai dengan adanya perubahan warna kulit buah. Buah ketika mentah berwarna hijau akan berubah menjadi kuning pada waktu masak, sedangkan yang berwarna merah akan berubah menjadi jingga pada waktu masak.
b. Pada satu tahun terdapat puncak panen satu atau dua kali yang terjadi 5 - 6 bulan setelah perubahan musim. Pada beberapa negara ada yang panen sepanjang musim. c.
Buah hasil pemetikan dipisahkan antara yang baik dan yang jelek. Buah yang jelek berupa buah yang kelewat masak, yang terserang hama penyakit, buah muda atau buah yang lewat masak. Frekuensi pemanenan ditentukan oleh jumlah buah yang masak pada satu periode pemanenan. Jumlah minimum fermentasi adalah 100 kg buah segar. Petani biasanya memanen 5 - 6 kali pada musim puncak panen dengan interval satu minggu. 14
2) Pemeraman dan Pemecahan Buah a. Pemeraman dilakukan selama 5 - 12 hari tergantung kondisi setempat dan pematangan buah, dengan cara (a). Mengatur tempat agar cukup bersih dan terbuka, (b). Menggunakan wadah pemeraman seperti keranjang atau karung goni, (c). Memberi alas pada permukaan tanah dan menutup permukaan tumpukan buah dengan daun-daun kering. Cara ini menurunkan
jumlah biji
kakao rusak dari 15% menjadi 5%. b. Pemecahan
buah
dapat
berpisau atau hanya
dilakukan
dengan
pemukul kayu,
pemukul
dengan pisau apabila sudah berpengalaman. Selama
pemecahan dilakukan sortasi buah dan biji basah. Buah yang masih mentah, yang diserang hama tikus atau yang busuk sebaiknya dipisahkan. c. Penyimpanan buah sebelum fermentasi hal yang baik dilakukan. Di Malaysia penyimpanan dan penghamparan buah sebelum fermentasi akan menghasilkan biji kakao yang bercita rasa coklat lebih baik. d. Kadar kulit buah berkisar 61.0 – 86.4% dengan rata-rata 74.3%. dan kadar biji segar 39.0%-13.6% dengan rata- rata 25.7%. e. Setelah pemecahan buah, biji superior dan inferior dimasukkan kedalam karung plastik dan ditimbang untuk menentukan jumlah hasil pemanenan. Di pabrik, biji ditimbang ulang untuk melihat bobot penyusutannya. Pemeriksaan mutu dilakukan sebelum difermentasi. 3) Fermentasi a. Fermentasi dilakukan untuk memperoleh biji kakao kering yang bermutu baik dan memiliki aroma serta cita rasa khas coklat. Citra rasa khas coklat ditentukan oleh fermentasi
dan
penyangraian.
Biji
yang
kurang fermentasi ditandai
dengan warna ungu, bertekstur pejal, rasanya pahit dan sepat, sedang yang berlebihan fermentasi akan mudah pecah, berwarna coklat seperti coklat tua, cita rasa coklat kurang dan berbau apek. b. Fermentasi dapat dilakukan dalam kotak, dalam tumpukan maupun dalam keranjang. Kotak dibuat dari kayu
dengan
lubang
didasarnya
untuk
membuang cairan fermentasi atau keluar masuknya udara. Biji ditutup dengan 15
daun pisang atau karung goni untuk mempertahankan panas. Selanjutnya diaduk setiap hari atau dua hari selama waktu 6-8 hari. Kotak yang kedalamannya 42 cm cukup diaduk sekali saja selama 2 hari. Tingkat keasamannya lebih rendah dibandingkan lebih dari 42 cm. Fermentasi tidak boleh
lebih dari 7 hari.
Setelah difermentasi biji kakao segera dikeringkan. c. Fermentasi tumpukan dilakukan dengan cara menimbun atau menumpuk biji kakao segar di atas daun pisang hingga membentuk kerucut. Permukaan atas ditutup daun pisang atau lainnya yang memungkinkan udara masuk, kemudian ditindih dengan potongan kayu. Pada metode ini, fermentasi dilakukan selama 6 hari dengan pengadukan dua kali. Fermentasi harus dilakukan ditempat teduh agar terlindung dari hujan dan cahaya matahari langsung. d. Fermentasi
dalam
keranjang
dilakukan
didalam keranjang bambu atau
rotan yang telah dilapisi daun pisang dengan kapasitas lebih dari 20 kg. Permukaan biji ditutup daun pisang atau karung. Pengadukan dilakukan setelah 2 hari fermentasi. Caranya dipindahkan ke keranjang lain atau ditempat yang sama kemudian ditutup kembali. Lama fermentasi tidak boleh lebih dari 7 hari. 4) Perendaman dan Pencucian a. Pencucian
dilakukan
setelah
fermentasi
untuk mengurangi pulp yang
melekat pada biji. Biji direndam selama 3 jam untuk meningkatkan jumlah biji bulat dan penampilan menarik. Kadar kulit biji yang dikehendaki maksimum 12%, yang melebihi 12 % akan dikenai potongan harga. b. Saat ini telah dihasilkan mesin cuci kakao berkapasitas 2 ton biji segar/jam. Pencucian dimulai pukul 03.00 dan diakhiri pukul 10.00 sehingga kapasitas per hari adalah 14 ton. 5) Pengeringan dan Tempering a. Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi kadar air biji dari 60% menjadi 67% sehingga aman selama pengangkutan dan pengapalan. Pengeringan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan dilakukan dengan penjemuran, memakai alat pengering atau keduanya. 16
b. Penjemuran cara yang paling baik dan murah. Kapasitas per m2 lantai adalah 15 kg. Biji kakao dapat kering setelah 7-10 hari. Selama penjemuran hamparan biji perlu dibalikkan 1-2 jam sekali. Selama penjemuran biji dirawat
dengan
membuang serpihan kulit buah, plasenta, material asing dan biji yang cacat. c. Pada daerah yang curah hujannya agak tinggi dan produksi biji kakao banyak, penjemuran saja tidak cukup tapi diperlukan pengering mekanis. Pengolahan konvensional yang masih ditetapkan adalah penjemuran 1 hari dan pengeringan mesin selama 24 jam efektif, yaitu flat bed dryer yang dioperasikan suhu lebih dari 60oC. d. Tempering adalah proses penyesuaian suhu pada biji dengan suhu udara sekitarnya setelah dikeringkan, agar biji tidak mengalami kerusakan fisik pada tahap berikutnya. Biasanya ditempat gudang timbun sementara kapasitasnya 330 kg biji kakao kering/m2. Sortasi kemudian dilakukan lagi setelah 5 hari dan dilakukan pengemasan. 6) Sortasi Sortasi ditujukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat dan mengelompokkan biji berdasarkan kenampakan fisik dan ukuran biji. a. Biji kakao yang telah 5 hari kering disortasi b. Proses sortasi dilakukan secara manual 7) Pengemasan dan Penyimpanan a. Biji kakao kering dan bersih dikemas dalam karung bersih dan disimpan dalam gudang. b. Penyimpanan
dan
pengelolaan
biji
kakao
kering dilkakukan mengikuti
Standar Prosedur Operasional (SPO) penanganan biji kakao di kesportir, SPO fumigasi kakao di gudang, dan SPO fumigasi kakao di container.
17