SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB IX. PENGENDALIAN GULMA
Rizka Novi Sesanti
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB IX. PENGENDALIAN GULMA
A.
Kompetensi Inti: Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
B.
Kompetensi Dasar: Mengendalikan gulma tanaman pangan dan hortikultura
C.
Uraian Materi
1.
Definisi dan batasan gulma Gulma merupakan tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui
manfaatnya yang keberadaannya tidak dikehendaki dan dianggap merugikan bagi manusia. Kerugian yang dirasakan oleh manusia adalah karena keberadaan gulma dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya, mengurahi hasil dan mutu dari tanaman budidaya, dan menambah biaya pengeluaran dalam budidaya tanaman. Gulma dianggap sebagai ancaman yang serius dalam budidaya tanaman yang dilakukan oleh manusia. Terjadinya persaingan lahan antara gulma dengan manusia merupakan alasan utama mengapa gulma dianggap sebagai ancaman. Gulma serinngkali tumbuh pada areal budidaya tanaman, padahal pada area budidaya manusia mengharapkan bersih dari tumbuhan lain selain yang dibudidayakan agar tanaman yanng dibudidayakan dapat tumbuh optimal dan memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Gulma dianggap sebagai ancaman yang serius bagi manusia karena gulma mudah sekali beradaptasi, mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Selain itu, gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering sampai daerah yang lembab bahkan tergenangpun masih dapat bertahan. Dari sisi perkembang biakan, gulma yang terdiri dari beberapa
jenis memiliki
kemampuan untuk berkembanbiak dan
memperbanyak diri dengan sangat cepat.
Ada kelompok gulma yang dapat
1
berkembangbiak secara generatif dengan menggunakan biji atau secara vegetatif dengan menggunakan bagian-bagian dari gulma, seperti menggunakans stolon, akar, dan rimpang. Inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan (berkompetisi) dengan tanaman budidaya. Gulma juga dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, hal ini pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak. Dalam berkompetisi dengan tanaman budidaya tumbuhan gulma juga ada yang mengeluarkan bau dan rasa yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat pada sekitar tempat tumbuhnya. Zat itu berbentuk senyawa kimia seperti cairan berupa toksin (racun) yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tanaman lain yang ada disekitar gulma tersebut, (kejadian tersebut dikenal juga dengan peristiwa allelopati). Terdapat banyak sekali jenis gulma yang ada saat ini yang keberadaannya dianggap sebagai ancaman bagi manusia. Terdapat beberapa kelompok gulma yang saat ini telah berhasil diidentifikasi oleh para ahli dibidang gulma, yaitu (1) berdasarkan habitat, (2) berdasarkan sifat hidup atau umur, (3) berdasarkan daerah asal, (4) berdasarkan kesamaan respon terhadap herbisida, (5) berdasarkan tempat tumbuh, (6) berdasarkan sifat gangguannya, (7) berdasarkan kelompok tanaman budidaya, (8) berdasarkan kondisi (sifat) lahan tempat tumbuh, (9) berdasarkan bentu daun, a. Berdasarkan habitat Berdasarkan habitatnya, gulma digolongkan menjadi dua yaitu gulma obligat dan fakultatif. Gulma obligat yaitu gulma yang hidup pada tempat yang sudah ada campur tangan manusia, seperti pada daerah pemukiman dan pertanian. Sebagai contoh, gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan gulma ceplukan (Physalis angulmata) hidup pada habitat pertanian. Gulma fakultatif adalah gulma yang hidup pada tempat yang sudah ataupun belum ada campur tangan manusia. Sebagai contoh, gulma bawang liar (Allium sp.), pakis-pakisan (Ceratoptoris sp.dan Nephrolepsis sp.)
2
b. Penggolongan Gulma Berdasarkan Sifat Hidup (umur) Berdasarkan sifat atau umur hidupnya, gulma digolongkan menjadi gulma semusim (annual), gulma tahunan (perennial), dan gulma dwitahunan (biannual).Gulma semusim adalah gulma yang siklus hidupnya tidak lebih dari satu tahun (annual), contohnya gulma gulma babadotan (Ageratum conyzoides). Gulma tahunan adalah gulma yang dapat hidup lebih dari satu tahun hingga beberapa tahun (perennial), sepertiChromolaena odorata,
Lantana camaradan, Imperata cylindrica. Gulma
dwitahunan adalah gulma yang memiliki siklus hidup dua tahun, umumnyaterdapat di daerah temperate, contoh: Cyperus iria. c.
Penggolongan Gulma Berdasarkan Daerah Asal Berdasarkan daerah asal, gulma dibedakan menjadi gulma domestik dan gulma
eksotik. Gulma domestik adalah gulma asli di suatu tempat/daerah, contohnya gulma alang-alang (Imperata cylindrica) di Indonesia. Gulma eksotik yaitu gulma yang berasal dari daerah lain,contohnya eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan gulma kiambang (Salvinia molesta) berasal dari negara lain. d. Penggolongan Gulma Berdasarkan Kesamaan Respon terhadap Herbisida Berdasarkan kesamaan respon terhadap herbisida, gulma dibedakan menjadi tiga golongan yaitu gulma rumput-rumputan (grasses), gulma berdaun lebar (broadleave), dan gulma teki (sedges). Gulma rumputan atau disebut sebagai gulma berdaun pita merupakan gulma dari kelompok graminae yang memiliki ciri-ciri tulang daun sejajar tulang daun utama, panjang dan lebar daun jelas berbeda. Contoh gulma golongan rumput antara lain Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, dan masih banyak lagi. Gulma golongan teki merupakan gulma dari famili Cyperaceae dengan ciri utama penampang batangnya segitiga. Gulma berdaun lebar sebagian besar merupakan dikotil tetapi ada beberapa golongan monokotil, seperti eceng gondok dan lidah buaya.
3
e.
Penggolongan Gulma Berdasarkan Tempat Tumbuh Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma digolongkan menjadi gulma darat
(terestrial) dan gulma air (aquatic), dan menumpang pada tumbhan lain (aerial weeds). Gulma terrestrial adalah gulma yang tumbuh di daratan, seperti Cyperus rotundus. Gulma aquatic adalah gulma yang tumbuh di air/perairan, seperti eceng gondok (Eichornia crassipes),kayu apu (Pistia stratiotes). Gulma aerial weeds bersifat epifit atau parasit dengan cara tumbuh menempel pada tumbhan lain, seperti tali putri (Cuscua sp.), benalu, dan sebagainya. f.
Penggolongan Gulma Berdasarkan Sifat Gangguannya (Kompetisinya) Berdasarkan sifat gangguannya, gulma digolongkan menjadi gulma biasa (common
weed) dan gulma ganas (noxius weed). Gulma biasa (common weed) adalah gulma yang menyebabkan gangguan kurang nyata pada tanaman budidaya. Gulma ganas (noxious weed) adalah golongan gulma yang gangguannya nyata.
Gulma dianggap memiliki
gangguan yang nyata karena cara perbanyakan vegetatif dan ataupun generatif berlangsung cepat, laju pertumbuhan vegetatif sangat tinggi, propagulma (alat perkembangbiakannya) mempunyai dormansi yang ekstrim, mampu bertahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. g.
Penggolongan Gulma Berdasarkan Kelompok Tanaman Budidaya Berdasarkan jenis tanaman budidaya yang menjadi tempat tumbuhnya, gulma
digolongkan menjadi gulma tanaman pangan, gulma tanaman hortikultura, gulma tanaman perkebunan, dan gulma tanaman padi sawah.
2.
Persaingan gulma dengan tanaman budidaya
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya adalah sebagai berikut: 4
a.
Terjadinya kompetisi Persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan
nutrisi di dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air, dan persaingan ruang tempat tumbuh. b.
Zat Toksin Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah allelopati. c. Sebagai tempat hidup atau inang Sebagai tempat hidup maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya. d. Mempersulit pekerjaan Mempersulit pekerjaan diwaktu panen dan pascapanen maupun pada saat pemupukan. e. Menurunkan kualitas produksi Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya.
3.
Gulma pada tanaman pangan dan hortikultura Berdasarkan jenis tanaman budidaya yang menjadi tempat tumbuhnya, gulma
dapat diglongkan menjadi beberapa golongan, diantaranya adalah gulma pada tanaman pangan dan hortikultura. Penggolongan tersebut kadang-kadang bersiifat rancu karena
5
beberapa gulma dapat tumbuh disemua areal tanaman budidaya dan tidak ada yang spesifik gulma yang hanya tumbuh pada areal tanaman jagung saja atau pada areal tanaman cabai saja. Namun demikian ada beberapa jenis gulma yang seringkali tumbuh pada areal budidaya tanaman pangan dan hortikultura, seperti: a.
Gulma pada tanaman pangan Kehadiran gulma seringkali menjadi permasalahan utama karena gulma dapat
menjadi pesaing tanaman budidaya dalam mendapatkan nutrisi, cahaya matahari, dan tempat tumbuh.
Gulma yang tumbuh pada lahan tanaman padi sawah dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi serta dapat menyebabkan kehilangan hasil. Kompetisi antara gulma dan tanaman padi sawah terjadi mulai tanaman padi mulai tanam hingga tanaman padi siap untuk dipanen. Persaingan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan pengisian bulir padi akan sangat besar pengaruhnya terhadap pengurangan hasil padi. Gulma yang sering ditemukan pada tanaman padi sawah umumnya memiliki karakter yang tahan terhadap air dan kekeringan. Dengan demikian gulma pada lahan padi sawah memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi pada semua kondisi yang terjadi di lahan persawahan.
Bahkan secara alami gulma pertumbuhannya lebih cepat dari
tanaman yang dibudidayakan. Secara umum gulma pada lahan padi sawah dapat digolongkan menjadi gulma berdaun lebar, teki, dan rumput. Gulma berdaun lebar yang sering tumbuh pada areal lahan padi sawah diantaranya adalah eceng gondok, genjer, kiyambang, dan lainnya. Gulma jenis teki yang sering tumbuh pada areal lahan padi sawah adalah teki . Sedangkan gulma jenis rumput yang sering ditemui pada lahan padi sawah adalah padi-padian, jawan, dan lainnya. Gulma yang sering ditemui pada lahan tanaman padi adalah sebagai berikut: Echinochloa crusgalli, Cyperus rotundus, Cyperus irri, Cyperus difformis, Eclipta alba, Celosia argentia, Dactylotenium aegypticum, Setaria glauca, Scripus spp., Panicum spp., Paspalum spp. 6
Echinochloa colona
Ischaemum rugosum
Amaranthus spinosus Ageratum conyzoides L
Cyperus iria L.
Sumber: http://agropedia.iitk.ac.in/content/important-weeds-rice Gambar: beberapa gulma pada tanaman padi
b.
Gulma pada tanaman hortikultura Produk hortikultura merupakan komoditas pertanian yang bernilai tinggi,
penyumbang zat gizi utama dan vitamin mineral pada menu manusia, berumur setahun atau tahunan.
Hampir seluruh manusia memanfaatkan produk hortkultura untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari sayuran, buah-buahan, hingga tanaman hias. Keberadaan gulma pada pertanaman hortikultura dapat menjadi lebih penting dan perlu lebih diperhatikan karena sifat tersebut. Persaingan sarana tumbuh yang ditimbulkan antara gulma dan tanaman akan terasa lebih besar pada tanaman hortikultura.
7
Gulma yang tumbuh di lahan pertanaman hortikultura tidak spesifik pada setiap komoditas. Pada umumnya gulma yang menyerang tanaman hortikultura hampir sama dengan gulma yang tumbuh pada areal penanaman tanaman pangan. Berikut adalah beberapa jenis gulma yang tumbuh pada areal pertanaman beberapa komoditas hortikultura: Bawang merah
: Echinochloa colonum, Digitaria spp., Eleusine indica, Cyperus rotundus,
Ageratum
conyzoides,
Alternanthera
sessilis,
Amaranthus spp., Amaranthus spinosus, Cleome rutidospermae, Portulaca oleraceae Pisang
: Setaria plicata, Panicum repens, Eleusine indica, Ottochloa nodosa,
Paspalum
conjugatum,
Cyperus
spp.,
Ageratum
conyzoides, Borreria alata, Cleome rutidospermae, Mimosa invisa Nanas
: Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Panicum repens, Eleusine indica, Digitaria spp., Brachiaria eruciformis, Brachiaria mutica, Cyperus spp. Richardia brasiliensis, Borreria alata, Elephantropus
scaber,
Amaranthus
spinosus,
Chromolena
odorata, Cleome rutidospermae, Commellina diffusa, Euphorbia spp.
4.
Pengendalian gulma Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya adalah
pengendalian gulma secara Mekanis/Fisik, pengendalian gulma secara mekanis, pengendalian gulma secara kimia. a.
Teknik pengandalian gulma secara fisik Pengendalian gulma secara fisik adalah cara pengendalian gulma secara manual
dengan menggunakan tangan manusia tanpa menggunakan mesin. Pengandalian gulma secara fisik dapat dilakukan secara manual dengan mencabut gulma dengan 8
menggunakan tangan, memotong gulma dengan sabit, mengoret gulma dengan menggunakan cangkul, atau dengan cara, mencangkul gulma. Pengendalian gulma dengan cara mencabut gulma secara manual dengan menggunakan tangan memiliki kelebihan dapat mematikan gulma hingga keakar-akarnya. Pengendalian gulma dengan cara ini akan efektif jika luas lahan atau gulma yang tumbuh hanya sedikit, namun jika lahan yang luas serta gulma yang tumbuh sudah sangat banyak maka pengendalian dengan cara ini menjadi tidak efektif karena akan membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama. Pengendalian gulma dengan cara memotong gulma dengan menggunakan sabit sangat efektif dilakukan untuk mematikan terutama gulma daun lebar, sedangkan untuk gulma jenis rumput dan teki, pengendalian dengan cara ini hanya bersifat menghambat pertumbuhan gulma saja, setelah itu gulma akan kembali tumbuh. Pengendalian gulma dengan cara mengoret atau mencangkul dapat mematikan gulma secara cepat. Hampir seluruh jenis gulma dapat dikendalikan dengan cara ini. Namun demikian untuk lahan yang luas pengendalian dengan cara ini akan kurang efektif karena membutuhkan banyak tenaga kerja dan banyak waktu.
Sumber: http://www.bppjambi.info/dwnpublikasi.asp?id=204 Gambar. Pengendalian gulma secara fisik pada tanaman jagung b.
Pengendalian gulma secara mekanis Pengendalian gulma secara mekanis adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan mesin. Seperti penggunaan mesin pemotong rumput dan traktor untuk 9
membajak. Pengendalian gulma secara mekanis dengan menggunakan mesin pemotong rumput dapat dilakukan secara cepat, namun hanya bisa mematikan jenis gulma tertentu, terutama gulma jenis daun lebar, sedangkan untuk gulma jenis rumput dan teki menjadi kurang efektif karena gulma tidak mati dan akan segera tumbuh kembali. Pengendalian gulma secara mekanis dengan menggunakan traktor sangat efektif dilakukan, tertama untuk gulma yang tumbuh pada lahan yang belum ditanami tanaman budidaya. Pengendalian gulma dengan cara ini biasanya dilakukan pada saat pengolahan lahan sebelum ditanami tanaman budidaya. Pengendalian dengan cara ini sangat efektif mematikan beberapa jenis gulma dan dapat dilakukan secara cepat dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.
Namun demikian pengendalian gulma secara
mekanis dengan menggunakan traktor tidak dapat diaplikasikan pada lahan yang telah ditanami tanaman budidaya, terutama tanaman pangan dan hortikultura.
Sumber: http://e-belajaronline2.blogspot.co.id/2014/09/mesin-penyiangan-gulma-ataupower-weeder.html Gambar. Penyiangan gulma dengan mesin power weeder c.
Pengendalian gulma secara Kimia Pengendalian gulma secara kimia adalah dengan cara menggunakan bahan kimia
untuk mematikan gulma. Jenis bahan kimia yang digunakan adalah herbisida, yaitu bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma atau mematkan gulma.
10
Pengendalian gulma secara kimia sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan gulma, hampir seluruh jenis gulma dapat dikendalikan dengan 1q221 menggunakan herbisida.
Namun demikian penggunaan herbisida untuk
mengendalikan gulma harus dilakukan secara hati-hati karena dampak yang ditimblkan oleh herbisida pada gulma saa dengan yang diterima oleh tanaman budidaya. Penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma perlu pengetahuan antara lain jenis gulma yang disemprot, waktu aplikasi yang tepat, dosis yang tepat, teknik penyemprotan yang tepat pada gulma.
Sumber: http://aslilah.blogspot.co.id/2013/02/identifikasi-metode-pengendaliangulma.html Gambar. Pengendalian gulma secara kimia pada pertanaman kelapa sawit 5.
Herbisida, klasifikasi, dan menghitung kebutuhan larutan herbisida
a.
Herbisida Herbisida adalah bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat
pertumbuhan atau mematikan gulma. Efek yang ditimbulkan oleh herbisida tidak hanya berlaku pada gulma semata, namun dapat berlaku juga bagi tanaman yang dibudidayakan. Pada dosis yanng tinggi herbisida akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan, sedangkan pda dosis rendah herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan lainnya.
11
b.
Klasifikasi herbisida Herbisida sebagai bahan kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
atau membunuh gulma digolongkan menjadi berapa golongan, diantaranya adalah (1) berdasarkan selektivitas, (2) berdasarkan waktu aplikasi, (3) berdasarkan tipe translokasi herbisida dalam tumbuhan. 1) berdasarkan selektivitas berdasarkan selektivitasnya herbisida digolongkan menjadi herbisida selektif dan nonselektif. Herbisida selektif adalah herbisida yang bersifat lebih beracun untuk tumbuhan tertentu daripada tumbuhan lainnya, diantaranya adalah herbisida dengan bahan aktif 2,4 D, ametrin, dan diuron. Herbisida nonselektif adalah herbisida yang beracun bagi semua spesies tumbuhan yang ada. Herbisida yang masuk kedalam kelompok ini adalah herbisida berbahan aktif glifosat dan paraquat. 2) Berdasarkan waktu aplikasi Berdasarkan waktu aplikasinya, herbisida digolongkan menjadi herbisida pratanam, pratumbuh, dan pascatumbuh. Herbisida pratanam adalah herbisida yang diaplikasikan sebelum tanaman ditanam, dalam pengaplikasiannya dapat dilakukan saat gulma telah tumbuh atau sebelum tumbuh. Herbisida pratumbuh adalah herbisida yang diaplikasikan pada permukaan tanah atau air sebelum gulma tumbuh. Herbisida yang dapat diaplikasikan sebagai herbisida pratumbuh diantaranya adalah herbisida yang memiliki bahan aktif ametrin, diuron, dan 2,4D. Kondisi tanaman bisa sebelum tanam atau setelah tanam.
Herbisida
pascatumbuh adalah herbisida yang diaplikasikan setelah gulma tumbuh. Kondisi tanaman bisa sebelum ditanam atau setelah ditanam. Herbisida yang dapat digunakan sebagai herbisida pascatumbuh diantaranya adalah glifosat dan paraquat. Pengaplikasian herbisida pasca tumbuh pada kondisi tanaman yang telah ditanam harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai herbisida yang kita aolikasikan justru mengenai tanaman yang kita budidayakan.
12
3) Berdasarkan tipe translokasi herbisida dalam tumbuhan Berdasarkan tipe translokasi herbisida dalam tumbuhan herbisida dibedakan menjadi herbisida sistemik dan herbisida kontak. Herbisida sistemik adalah herbisida yang ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak pertama dengan herbisida ke bagian lainnya, biasanya akan menuju titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuh paling aktif berlangsung. Contoh herbisida sitemik adalah herbisida dengan bahan aktif glifosat. Herbisida sistemik sangat efektif untuk mengendalikan gulma golongan daun lebar, rumput, dan teki. Herbisida kontak adalah herbisida yang mematikan gulma dengan cara mematkan bagian gulma yang terkena / kontak dengan herbisida. herbisida kontak adalah herbisida dengan bahan aktif paraquat.
Contoh Herbisida
kontak sangat efektif untuk mengendalikan gulma golongan daun lebar. Herbisida yang beredar dipasaran terdapat beberapa bentuk atau formulasi. Formulasi herbisida tersebut diantaranya adalah berbentuk cairan dan kering. Herbisida berbentuk cairan digolongkan menjadi herbisida emulsiviable concentrate (EC, WSC, atau E) atau berbentuk pekatan, herbisida dalam bentuk solution (S, AS, SL, WSC) atau larutan, dan herbisida berbentuk flowable (F, FW, atau L).
Herbisida dengan formulasi kering dibagi menjadi dua jenis, yaitu
berbentuk granule (G atau WG) atau butiran dan berbentuk wettable powders (WP, atau W) atau tepung. c.
Menghitung kebutuhan herbisida Dalam menghitung kebutuhan herbisida harus dipahami kandungan bahan aktif
yang biasanya tertera di kemasan. Sebagai contoh herbisida polaris 240 AS, maka yang dimaksud dari anggka tersebut 240 adalah jumlah kandungan bahan aktif (g/l), AS menunjukkan bentuk formulasi herbisida, yaitu herbisida berbentuk solution. Selain mengetahui kandungan bahan aktif, dalam menghitung kebutuhan herbisida yang harus diketahui selanjutnya adalah dosis yang dianjurkan untuk penggunaan herbisida tersebut kemudian dikonversi dengan luas lahan yang akan kita
13
aplikasikan herbisida. Sebagai contoh herbisida Polaris 240 AS dengan dosis anjuran 6 l/ha sedangkan lahan yang dimiliki petani hanya 0,5 ha. Maka herbisida yang dibutuhkan untuk menyemprot lahan seluas 0,5 ha adalah sebanyak (0,5 ha / 1 ha) x 6 l = 3 l. Seandainya petani mengharapkan herbisida, namun yang tersedia adalah herbisida yang dikehendaki tidak ada dan yang ada adalah herbisida lain, maka petani dapat megkonversi kebutuhan herbisida yang ada dengan herbisida yang diinginkan. Sebagai contoh petani mengharapkan herbisida Polaris 240 AS, namun yang ada adalah herbisida Round up 480 AS. Untuk menyemprotkan herbisida pada lahan 0,5 ha, maka herbisida Round up yang dibutuhkan adalah (240/480) x 6 l = 3 l.
14