SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB XII. PANEN DAN PASCAPANEN
Rizka Novi Sesanti
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
BAB XII. PANEN DAN PASCAPANEN
A.
Kompetensi Inti: Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
B.
Kompetensi Dasar: - Menangani panen tanaman pangan dan hortikultura - Menangani pascapanen hasil tanaman pangan dan hortikultura\
C.
Uraian Materi
1.
Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya berdasarkan
umur, waktu, dan cara sesuai dengan sifat dan atau karakter produk. Istilah biasanya digunakan sebagai penanda berakhirnya kegiatan budidaya di lahan. Penanganan saat panen sangat penting diperhatikan agar produk dari budidaya yang dihasilkan dapat maksimal.Penanganan saat panen yang salah dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga mencapai 20%.
Kehilangan hasil tersebut umumnya disebabkan karena
penentuan waktu panen dan cara panen yang kurang tepat. a. Identifikasi ciri-ciri tanaman siap panen Waktu dan cara pemanenan hasil budidaya sangat bergantung spesies tanaman dan menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi mutu produk hasil panen. Panen yang dilakukan terlalu dini atau terlambat dari waktu yang seharusnya akan mengakibatkan penurunan kualitas produk. Penentuan saat panen berperan penting bagi kegiatan selanjutnya terhadap penangana pascapanen produk.Secara umum untuk menentukan waktu panen dapat dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu (1) perhitungan, (2) sifatisik, dan (3) sifatkimia
1
1)
Perhitungan: Penentuan saat panen berdasarkan perhitungan dapat dilakukan dengan menghitung hari setelah terjadi antesis.Yaitu terjadinya penyerbukan pada bunga betina oleh bunga jantan.Namun untuk menentukan kapan waktu terjadi penyerbukan bunga betina oleh bunga jantan sulit dideteksi, sehingga banyak orang menggunakan perhitungan berdasarkan hari setelah bunga mekar atau berdasarkan hari setelah tanam.Untuk tanaman tahunan (perennial plant) umumnya perhitungan yang digunakan adalah berdasarkan hari setelah antesis atau setelah bunga mekar.Namun untuk tanaman setahun (annual plant) penentuan saat panen banyak menggunakan perhitungan hari setelah tanam.
Masing-masing tanaman memiliki batasan perhitungan yang berbeda dalam menentukan
waktu
panen.Berbeda
spesies
berbeda
penentuan
waktu
panennya.Selain jenis tanaman, lokasi budidaya juga berpengaruh terhadap penentuan waktu panen.Sebagai contoh tanaman duku di Lampung dipanen pada umur buah antara 120—123 HSA (hari setelah antesis) (Widodo et al., 2000), sedangkan duku di Palembang dapat dipanen pada pada umur 118 HSA.Pada tanaman semangka penentuan saat panen dapat dihitung berdasarkan hari setelah tanam, yaitu berkisar antara 60—100 HST (hari setelah tanam) tergantung dari varietas dan lokasi penanaman.Sedangkan pada tanaman melon dapat dipanen pada umur 90 hari atau 3 bulan HST.Pada tanaman cabe yang ditanam di dataran rendah dapat dipanen pada umur 75—80 HST, sedangkan tanaman cabe yang ditanam di dataran tinggi dipanen pada umur 90—200 HST.
2)
Sifat fisik: Selain berdasarkan perhitungan, pemanenan hasil budidaya juga dapat dilakukan dengan melihat berdasarkan perubahan sifat fisik yang terjadi, seperti ukuran buah (bobot, diameter, panjang, dan volume), sifat fisik permukaan buah, atau bentuk khusus yang terdapat pada buah.Penentuan saat panen berdasarkan sifat fisik buah membutuhkan kejelian, mengingat setiap komoditas memiliki karakter fisik yang berbeda-beda.Penentuan waktu panen berdasarkan ukuran buah sangat berisiko menghasilkan produk dengan mutu yan tidak optimal. Hal tersebut karena ukuran buah akan mencapai maksimal sebelum proses pematangan bagian 2
dalamnya mencapai maksimal. Sebagai contoh untuk melakukan pemanenan buah melon dapat dilakukan dengan melihat cirii fisik berupa net pada permukaan kulit tampak jelas dan kasar, warna kulit hijau kekuningan dan mengeluarkan aroma, dan daun terdekat dengan buah telah mengering. Sedangkan ciri buah semangka non-biji siap dipanen, antara lain warna dan tekstur kulit buah terlihat bersih dan jelas, karena lapisan lilin telah hilang, warna ujung buah sudah coklat kekuningan atau tangkai buah tampak retak-retak, sulur kecil yang terletak di belakang tangkai buah telah berubah dari hijau menjadi coklat tua dan mongering, bila buah ditepuk terdengar suara berat. Adapun ciri buah semangka yang belum masak adalah bila buah diketuk terasa tegang, berirama atau nyaring.Sedangkan ciri buah semangka terlalu masak, antara lain, kulit buah berwarna seperti lumpur serta bergaris-garis seperti jaring, buah ditepuk terdengar suara berat dan bergetar.
Sumber: http://tokonasa.net/teknik-budidaya-buah-melon/ http://demak-ku.blogspot.co.id/2012/06/menanam-semangka-dalam-2-bulan.html Gambar 1. Net yang telah terbentuk sempurna menandakan buah melon siap panen (kiri) dan buah dengan ukuran maksimal menandakan buah semangka siap panen Pada beberapa tanaman buah memiliki ciri fisik khusus yang menandakan bahwa buah tersebut layak panen, seperti pada tanaman nangka, sejalan dengan perkembangan kematangan buahnya dengan ukuran buahnya yang semakin membesar, duri-duri buah nangka akan turut membesar dan melebar. Pada buah mangga Arumanis ciri khusus yang menandakan buah siap panen adalah seiring dengan peningkatan kematangan buahnya ujung buah mangga arumanis akan membentuk dagu yang semakin nyata. 3
Sumber: http://infobuahmangga.blogspot.co.id/2013/03/si-manis-mangga-arumanis.html Gambar 2. “Dagu” pada ujung buah menandakan buah mangga arumanis siap panen
Sumber:http://tehnik-budidaya.blogspot.co.id/2013_11_01_archive.html
Gambar 3. Duri yang membesar menandakan buah nangka siap panen
3)
Sifat kimia: Penggunaan sifat kimia produk sebagai indikator waktu panen sangat penting peranannya pada pemrosesan buah daripada sayuran, di dalamnya merupakan perbandingan asam dan gula, kandungan bahan padatan terlarut, serta kandungan pati dan minyak. Kandungan asam malat pada buah apel akan menurun dan kandungan gula akan meningkat saat buah memasuki masak optimum.
4
Secara umum untuk memudahkan penentuan saat panen produk dapat menggunakan panca indra manusia, diantaranya adalah: -
Penglihatan untuk menentukan panen dengan dasar warna, ukuran dan bentuk
-
Rabaan untuk menentukan panen dengan dasar tekstur, kekerasan, dan kelunakannya
-
Penciuman untuk menentukan panen dengan dasar aroma
-
Rasa untuk menentukan saat panen dengan dasar rasa, seperti manis, asam, atau pahit
-
Pendengaran untuk menentukan saat panen dengan dasar suara atau bunyi saat dipukul atau digerakkan. Penentuan panen selain melalui perhitungan, sifat fisik, dan sifat kimia dapat juga
dilakukan dengan pertimbangan indeks ketuaan.Indeks ketuaan adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan waktu panen, yaitu apakah suatu produk sudah dapat dipanen atau belum. Ada beberapa macam indeks ketuaan yang dapat digunakan untuk menentukan waktu panen, dan untuk beberapa jenis hortikultura biasanya akan lebih baik bila digunakan lebih dari satu macam indeks ketuaan, karena hasilnya akan lebih akurat. Indeks ketuaan panen dapat bersifat subyektif (S) atau obyektif (O), dan dapat digolongkan ke dalam metoda destruktif (D) atau non-destruktif (N). Sedangkan berdasarkan obyek pengamatannya, penggolongan indeks ketuaan panen adalah sebagai berikut: a.
Indeks ketuaan visual (bersifat S dan N) - Berdasarkan warna kulit: misalnya jeruk, duku, manggis, pepaya, nenas, rambutan, tomat, semangka. - Berdasarkan ukuran: mislanya asparagus, ketimun, jeruk, bunga potong - Berdasarkan bentuk: mislanya lengkungan pada buah pisang dan lekukan pada buah mangga. - Berdasarkan karakteristik permukaan: formasi kutikel pada buah tomat dan anggur, pola jaring-jaring pada buah melon, semburat warna kuning/merah pada buah mangga. 5
- Berdasarkan bagian tanaman yang mengering: daun yang mengering pada tanaman pisang, pucuk yang mengering pada bawang merah, bawang putih, jahe, dan kentang. b.
Indeks ketuaan fisik (bersifat S dan N) - Berair: jagung manis - Mudah terbuka: jenis kacang polong - Mudah dilepaskan dari tanamannya: belewah - Kekerasan, kepadatan, kekompakan: melon, kubis, selada - Berat jenis: mangga, durian, kentang - Bunyi bergaung bila diketuk: semangka, nangka, durian - Mempunyai aroma kuat: nangka, durian - Struktur daging: seperti jeli pada tomat, berwarna tua pada beberapa buah
c.
Indeks kimia (bersifat O dan D) - Jumlah padatan terlarut: apokat, melon, anggur - Kadar lemak: apokat - Kadar air: jeruk - Kadar asam: jeruk, mangga - Kadar karbohidrat: apel, pear, mangga - Kadar gula: apel, pear, mangga, anggur
d.
Indeks fisiologis (bersifat O, N, dan D) - Laju respirasi dan produksi etilen: pisang, mangga, pepaya, tomat, markisa - Konsentrasi etilen: apel, pear, markisa
e.
Indeks perhitungan (bersifat O dan N) - Unit panas: mangga, kacang kapri, jagung manis - Hari sejak pembungaan: mangga, manggis - Hari sejak pembentukan buah: durian, melon, rambutan - Hari sejak bunga mekar: jeruk, mangga - Hari sejak penanaman: jenis umbi
6
b. Teknik Panen Cara pemanenan produk sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan.Cara pemanenan produk pertanian berbeda0beda tergantung dari jenis tanaman. Secara umum penentuan cara panen dapat dilakukan berdasarkan (1) sifat fisik buah, (2) ketinggian tanaman, dan (3) sifat khusus lainnya. 1)
Sifat fisik buah: Masing-masing jenis tanaman memiliki karakter yang berbeda sehingga penentuan cara panen berbeda pula. Sifat fisik yang dimiliki dapat berupa bentuk buah, tebal atau tipisnya kulit, ada atu tidaknya getah, ada atau tidaknya tandan buah, dan lainnya. Buah dengan bentuk kulit berduri seperti durian dan angka akan toleran jika saat panen dijatuhkan dari pohonya. buah dengan kulit tebal akan toleran jika dijatuhkan dari pohon, namun buah yang memiliki kulit tipis harus dihindari cara panen dengan menjatuhkan buah secara langsung dari pohon karena akan menyebabkan buah rusak. Bagaimanapun pemanenan buah dengan cara dijatuhkan secara langsung dari pohoon harus dihindari untuk menghindari kerusakan buah. Buah yang memiliki getah seperti mangga mutlak harus memerlukan perlakuan khusus saat panen untuk menghindari getah menempel pada kulit buah yang dapat mengurangi kualitas buah.
Perlakuan untuk
menghindari getah menempel di kulit buah adalah dengan memetik buah dengan tangkainya atau sesegera mungkin memasukkan buah yang telah dipanen kedalam air untuk menghilangkan getah. Sedangkan buah yang bertandan seperti rambutan mutlak harus dipanen keseluruhannya dalam satu tandan, tidak boleh dirontokkan buahnya hanya meninggalkan tandannya saja. Pada tanaman cabe yang mudah sekali mengalami penurunan bobot dan kerusakan, pemanenan buah cabe sebaiknya dipetik sekaligus dengan tangkainya untuk memperpanjang umur simpan. Buah yang dipetik adalah yang berwarna oranye hingga merah. 2)
Ketinggian tanaman: Tanaman yang memiliki pohon tinggi sehingga sulit untuk melakukan pemanenan.Pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan galah, tangga, atau dengan memanjat pohonnya.Yang harus diperhatikan adalah semaksimal mungkin menghindari buah rusak.Hindari menjatuhkan buah secara langsung dari pohon untyuk menghindari kerusakan buah. 7
3)
Sifat khusus lainnya: Tanaman buah yang memiliki sifat khusus diantaranya adalah duku.
Pohon duku yang tinggi menyulitkan petani untuk memanen buahnya,
sehingga cara yang efektif adalah dengan memanjat pohon. Namun tanaman duku memiliki sifat khusus, yaitu bunga tanaman duku muncul di cabang atau batang, baik di sisi bawah atau di sisi atas. Kondisi demikian cara panennya mutlak tidak boleh dipanjat karena dikhawatirkan akan merusak bakal bunga. Cara panen yang tepat adalah dengan menggunakan tangga sehingga cabang atau batang tidak rusak.
Sumber: http://beritadaerah.co.id/tag/mangga/
Gambar 4. Penggunaan galah dengan keranjang dapat menghindari buah mangga jatuh saat pemanenan
c.
Penanganan panen Produk hortikultura dicirikan dengan kandungan air di vakuola selnya yang tinggi.
karena sifat air yang mampu menyerap energi dalam bentuk panas, energi panas tersebut dapat mempercepat
kerusakan
produk,
diperlukan
waktu
yang
lama
untuk
menghilangkan panas yang telah telanjur terjerap di dalam produk. Oleh karena itu upaya untuk mencegah banyaknya energi panas yang terjerap di dalam produk, pemanenan produk hortikultura sebaiknya dilakukan dalam kondisi cuaca tidak panas, misalnya pada pagi hari. Pemanenan buah yang telah terpapar sinar matahari patut untuk dihindari. Selain panas, yang harus dihindari dalam pemanenan produk hortikultura adalah saat buah masih dalam kondisi basah, misalnya memanen buah segera setelah 8
turun hujan. Hal tersebut akan menyebabkan penyakit pascapanen mudah berkembang dan buah mudah rusak 2. Pascapanen Pascapanen merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan pengumpulan hasil panen, proses penanganan hingga produk siap dikonsumsi oleh konsumen.Pascpanen menjadi faktor penting yang hars dilakukan, karena penanganan pascapanen yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan produk yang berarti kerugian bagi petani.Penanganan pascapanen produk tanaman pangan berbeda dengan penanganan produk hortikultura.Penanganan produk tanaman pangan umumnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan penangan produk hortikultura. Produk hortikultura umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar, sehingga untuk mempertahankan kesegaran tersebut membutuhkan penangan yang lebih rumit dibandingkan dengan penangan pascapanen tanaman pangan. a. Penanganan pascapanen tanaman pangan Tanaman pangan meskipun pada umumnya dikonsumsi melalui pengolahan setelah produk dikeringkan tetap memerlukan penangan pascapanen yang baik agar kehilangan hasil dapat diminimalisir. Penangan pascapanen tanaman pangan antar komoditi relatif berbeda, namun secara umum penangan pascapanen utama adalah melalui pengeringan. (1)
Penanganan pascapanen padi Penanganan pascapanen padi yang baik akan berdampak positif terhadap
kualitas gabah konsumsi, benih, dan beras. Oleh karena itu, penanganan pascapanen padi mutlak perlu dilakukan agar kualitas produk yang dihasilkan tertap terjaga.Secara umum penanganan pascapanen padi meliputi perontokan, pengeringan, pengangkutan, penggilingan, dan penyimpanan. -
Perontokan Perontokan bertujuan untuk melepaskan gabah dari malainya, dengan cara
memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai. Malai dapat dirontok secara 9
manual atau menggunakan alat dan mesin perontok. Proses perontokan gabah memberikan kontribusi cukup besar terhadap kehilangan hasil padi.
Cara
perontokan gabah dapat dikelompokkan menjadi iles/injak-injak, pukul/gedig, banting/gebot, menggunakan pedal thresher, dan menggunakan mesin perontok. Perontokan gabah dengan cara iles/injak-injak, pukul/gedig, banting/gebot, menggunakan pedal thresher dapat dengan mudah dilakukan oleh petani, namun melalui cara itu kehilangan hasil yang disebabkan perontokan padi dengan cara tersebut masih tergolong tinggi. Penggunaan
mesin
perontok
menghasilkan
gabah
rontok
sebesar
99%.Kapasitas mesin perontok bervariasi antara 523-1.125 kg/jam, bergantung pada spesifikasi atau pabrik pembuatnya.Penggunaan mesin perontok dapat menekan tingkat kehilangan hasi.Namun demikian alat mesin perontok harganya masih tergolong mahal, sehingga tidak semua petani mampu membeli msin perontok tersebut. -
Pengeringan Secara biologis, gabah yang baru dipanen masih hidup sehingga masih
berlangsung proses respirasi yang menghasilkan CO2 , uap air, dan panas sehingga proses biokimiawi berjalan cepat. Jika proses tersebut tidak segera dikendalikan maka gabah menjadi rusak dan beras bermutu rendah. Salah satu cara perawatan gabah adalah melalui proses pengeringan dengan cara dijemur atau menggunakan mesin pengering -
Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan gabah setelah panen dari sawah
ke rumah atau ke unit penggilingan padi untuk dikeringkan atau memindahkan beras dari penggilingan ke gudang atau ke pasar. Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan cukup rendah, berkisar antara 0,5-1,5%, meskipun demikian penanganan gabah selama pengangkutan tetap harus hati-hati. -
Penggilingan Kehilangan hasil dalam proses penggilingan disebabkan oleh gabah ikut
terbuang bersama sekam, gabah dan beras tercecer, beras menjadi hancur, atau tersangkut pada mesin penggilingan. Untuk mengurangi kehilangan hasil pada saat 10
penggilingan maka proses pengeringan harus sempurna, sehingga padi saat digiling tidak rusak. -
Penyimpanan Sebelum dikonsumsi atau dijual, beras disimpan dalam jangka waktu
tertentu.Penyimpanan dengan teknik yang baik dapat memperpanjang daya simpan dan mencegah kerusakan beras.Penyimpanan beras umumnya menggunakan pengemas, yang berfungsi sebagai wadah, melindungi beras dari kontaminasi, dan mempermudah pengangkutan.
(2)
Penanganan pascapanen jagung Kerusakan jagung akibat penanganan pasca panen yang salah dapat terjadi
pada setiap tahapan kegiatan karena Jagung membutuhkan penanganan yang cepat setelah panen.
Kegiatan pascapanen jagung meliputi beberapa hal, yaitu
pemisahan tongkol, -
Pemisahan tongkol dilakukan untuk memisahkan tongkol yang baik dan kurang baik. Dengan tujuan untuk menghindari penularan hama penyakit, menjaga kualitas jagung pipilan yang dihasilkan, dan memudahkan penanganan selanjutnya
-
Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.
-
Pengeringan
merupakan
kegiatan
kritis
selama
urutan
pemanenan
pengeringan yang kurang baik mengakibatkan turunnya mutu jagung. Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis terhenti dan mikroorganisme serta serangga tidak bisa hidup di dalamnya, meningkatkan daya simpan biji jagung, pengangkutan lebih ringan, sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi, jagung yang akan digunakan sebagai
benih,
pengeringan
dapat
meningkatkan
viabilitas
benih,
meningkatkan nilai ekonomi jagung, menghindari kontaminasi biji jagung dari 11
cendawan. Pada pengringan jagung, kadar air yang diinginkan adalah berkisar 9-12%. -
Penyortiran dan Penggolongan Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehingga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpulan.
-
Pengemasan bertujuan untuk memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan), erlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji jagung dari cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban udara yang tinggi, bocoran hujan.
-
b.
Penyimpanandilakukan hingga jagung siap untuk digunakan.
Penaganan pascapanen tanaman hortikultura Produk hortikultura merupakan produk yang umumnya dikonsumsi dalam
keadaan segar, sehingga membutuhkan penanganan yang ekstra hingga produk dikonsumsi.
Produk hortikultura yang telah dipanen hanya dapat dipertahankan
kualitasnya, atau setidaknya meminimalisir kerusakan hingga produk dikonsumsi. Penanganan produk hortikultura secara umum meliputi (1) panen, (2) sortasi, (3) grading, (4) pengemasan, (5) penyimpanan, dan (6) pengangkutan. 1)
Panen: Waktu dan cara panen yang tepat dapat menekan kerusakan. Untuk produk hortikultura waktu pemanenan yang baik adalah pada saat produk belum terpapar sinar matahari, yaitu pada pagi hari atau pada saat kondisi produk tidak basah.Setelah dipanen diusahakan produk sesegera mungkin diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
2)
Sortasi : Setelah produk dipanen dan diletakkan di tempat bersih dan teduh, selanjutnya dilakukan sortasi dan grading pada produk. Sortasi dilakukan untuk memisahkan produk-produk yang tidak diinginkan, seperti busuk, terlalu muda atau terlalu tua, memar, terserang hama atau penyakit. Sortasi dapat dilakukan saat
12
produk masih berada di kebun atau setelah diangkut ke gudang penyimpanan sementara. Sebagai contoh untuk sortasi pada buah cabe. Setelah panen buah dikulpulkan di tempat yang sejuk kemudian cabe dipisahkan antara cabe yang sehat dan terserang hama atau penyakit, dipisahkan antara cabe yang bentuknya normal dan tidak normal, dan dpisahkan jika ada tercampur dengan cabe varietas lain, seperti cabe kriting tercampur dengan cabe besar.
Sortasi tersebut untuk
mendapatkan produk yang benar-benar sesuai dengan yang diinginkan.
3)
Grading: Setelah disortasi perlakuan selanjutnya adalah dilakukan grading. Grading merupakan pemisahan produk berdasarkan mutu yang telah ditetapkan, misalnya berdasarkan ukuran, warna, diameter, dan tingkat kemasakan. Sebagai contoh untuk buah semangka grading dilakukan berdasarkan bobot buah menjadi beberapa tingkatan.Buah semangka dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu A, B, dan C. Buah semangka dikelompok kelas A apabila mempunyai ciri-ciri berat buah lebih dari 4 kg, kondisi fisik buah tidak cacat (sempurna), dan tingkat kemasakan bagus (tidak terlalu masak dan tidak terlalu muda). Kelas B apabila mempunyai ciriciri berat buah antara 2 - 4 kg, kondisi fisik buah tidak cacat (sempurna), dan tingkat kemasakan bagus (tidak terlalu masak dan tidak terlalu muda).Kelas C apabila mempunyai ciri-ciri berat buah kurang dari 2 kg, kondisi fisik buah tidak cacat (sempurna), dan tingkat kemasakan bagus (tidak terlalu masak dan tidak terlalu muda). Pelaksanaan grading dapat dilakukan baik secara manual dengan memisahkan satu per satu atau degan menggunakan mesin pemisah.Pada komoditas tertentu dengan volume produksi yang besar, pelaksanaan grading dilakukan dengan menggunakan mesin.Grading menggunakan mesin biasanya berasarkan ukuran bobt produk. Sebagai contoh grading pada jambu kristal grading dilakukan dengan menggunakan mesin yang dapat memisahkan buah jambu berdasarkan bobotnya.
13
Gambar 5. Grading buah jambu kristal dengan menggunakan mesin berdasarkan berat
4)
Pengemasan: kerusakan yang sering terjadi pada produk hortikultura adalah penurunan bobot akibat transpirasi, perubahan kandungan kimia produk akibat terjadinya respirasi, dan kerusakan produk akibat serangan hama atau penyakit. Untuk menghindari kerusakan maka laju transpirasi dan respirasi produk harus ditekan semaksimal mungkin, begitu juga dengan serangan ahma atau penyakit. Upaya untuk mengurangi laju transpirasi, respirasi, dan serangan hama atau penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan kemasan produk. Pengemasan produk pada dasarnya dilakukan untuk melindungi produk dari kerusakan atau kehilangan, memudahkan penanganan, meningkatkan pelayanan dalam pemasaran, dan membuat produk lebih menarik.Pada dasarnya Pengemasan harus mampu melindungi produk dari kerusakan yang terjadi selama distribusi dan pemasaran.Kemasan yang digunakan harus menyesuaikan dengan bentuk fisik produk, dapat berupa keranjang, kotak, atau plastik.Pengemasan produk hortikultura dapat dilakukan secara individu atau secara berkelompok tergantung dari bentuk fisik produk dan tujuan yang diinginkan. Berdasarkan fungsinya kemasan dibedakan menjadi dua, yaitu kemasan terbuka dan kemasan tertutup.Pada kemasan terbuka produk masih dapat berinteraksi dengan udara disekelilingnya.Kemasan terbuka bertujuan untuk memberikan perlindungan fisik produk dari benturan yang dapat menyebabkan 14
kerusakan produk.Contoh kemasan terbuka adalah kotak kayu untuk mengemas buah-buahan.Sedangkan kemasan tertutup produk tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan udara di sekelilingnya.Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan laju respirasi yang terjadi di dalam produk.Dalam proses respirasi sangat dibutuhkan O2, sehingga untuk mengurangi laju respirasi kadar O 2 harus dibatasi. Melalui kemasan tertutup O2 dari luar kemasan tidak dapat masuk kedalam kemasan sehingga produk yang ada di dalam kemasan dalam melakukan respirasi hanya mengandalkan kadar O2 yang ada di dalam kemasan. Setelah O 2 banyak digunakan untuk respirasi maka kadar O2 di dalam kemasan lama-lama akan menipis. Dengan menipisnya kadar O2 di dalam kemasan maka laju respirasi akan ikut menurun juga.
Sumber: https://kpricitrus.files.wordpress.com/2011/02/penyimpanan.jpg http://emarket.incubie.ipb.ac.id/index.php/viewlist/category/4
Gambar 6. Pengemasan buah jeruk secara terbuka (kiri) dan pengemasan buah tomat secara tertutup (kanan)
5)
Penyimpanan: Setelah dipanen dan menunggu produk untuk dikonsumsi maka produk tersebut harus disimpan terlebih dahulu.Semakin lama produk menunggu untuk dikonsumsi maka ancaman kerusakan produk akan semakin besar karena proses metabolesme di dalam produk masih terus berjalan meskipun produk telah
15
lama dipanen. Untuk menghindari kerusakan, selama penyimpanan kualitas produk harus dipertahankan semaksimal mungkin hingga produk dikonsumsi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas produk selama penyimpanan adalah dengan memodifikasi ruang penyimpanan agar produk tidak cepat rusak.Modifikasi ruang simpan yang dapat dilakukan adalah dengan memodifikasi suhu.
Suhu di ruang penyimpanan dibuat rendah agar proses
metabolesme yang terjadi di dalam produk dapat berkurang. Dalam prosesnya respirasi menghasilkan energi, energi tersebut biasanya berupa panas. Sehingga semakin tinggi suhu disekitar hingga batas tertentu akan membuat laju konsumsi O2 akan semakin besar sehingga mengakibatkan laju respirasi semakin cepat. Demikian juga sebaliknya semakin rendah suhu disekelilingnya maka laju respirasinya akan semakin rendah. Oleh karena itu modifikasii ruang simpan dengan suhu dingin seringkali digunakan untuk membuat produk lebih tahan lama dalam penyimpanan. Sebagai contoh pada penyimpanan buah semangka pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan kelembaban udara antara 80-85%.
Sumber: https://cdns.klimg.com/newshub.id/news/2015/09/01/15599/46207-rahasiasupermarket.jpg Gambar 7. Penyimpanan buah dengan perlakuan suhu dingin
Kendala yang sering dihadapi dalam penyimpanan dengan menggunakan suhu dingin adalah tidak semua produk hortikultra tahan terhadap suhu dingin, selain itu suhu minimal tiap-tiap ptoduk juga tidak sama, sehingga harus dicari suhu ideal
16
untuk menyimpanan tiap-tiap produk. Produk yang tidak tahan terhadap suhu rendah jurtru akan mengalami kerusakan yang diakibatkan suhu rendah, yang disebut dengan chilling injury. 6)
Pengangkutan: Pengangkutan dilakukan bisa saja dari kebun ke tempat penyimpanan atau dari tempat penyimpanan ke pasar.
Pengangkutan juga
memegang peranan penting dalam mempertahankan kualitas produk hortiultura setelah panen hingga dikonsumsi.Dalam mempertahankan kualitas produk setelah panen maka hendaknya transportasi yang dilakukan harus segera mungkin agar mencapai lokasi tujuan.Pengangkutan yang baik adalah yang dapat menghindari timbulnya faktor yang merugikan yang muncul akibat pengangkutan.Dalam mempertahankan kualitas, armada yang digunakan dalam pengakutan sebaiknya menggunakan mesin pendingin. Jenis armada yang dipilih, jarak tempuh, dan kondisi jalan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dibawa. Semakin dekat jarak tempuh maka akan semakin cepat sampai ke lokasi tujuan, semakin bagus kondisi jalan maka akan semakin cepat sampai ke lokasi tujuan. Jika kondisi jalan kurang baik, selain lama untuk sampai ke lokasi tujuan juga akan meningkatkan resiko kerusakan produk yang dibawa akibat benturan sesama produk.
Gambar 8. Moda transportasi berpendingin sangat ideal digunakan dalam pengangkutan
17