By : asr, ewd, mrq – oct 2013
TANAMAN PERKEBUNAN DAN INDUSTRI
Tanaman penghasil bahan pendukung utama bagi kebutuhan hidup manusia Tanaman penghasil devisa negara Budidaya tanaman dalam skala luas Penggunaan teknologi – budidaya dan proses pasca panen SDM interdiciplinary & educated Menyerap banyak TK Aspek keamanan – perbatasan negara
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DI INDONESIA Reseach and Development Institution of Plantation in Indonesia N NAMA LEMBAGA O Institutions .
ALAMAT Address
NOMOR Telephone/ FAX
ASSOSIASI PENELITIAN PERKEBUNAN INDONESIA (APP1) The Indonesian Estate Crops research Assosiation
Jl.Salak I.A Bogor 16151
Tlp.0251 - 315985 Fx. 0251 - 315985
PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) The Oil Palm Research Center
Jl. Brigjen Katamso 51,Kampung Baru, Kotak Pos1103 Medan 2001
Tlp. 061 764850,762466 Fx. 061 - 762488
Kelapa sawit /Oil Palm
PUSAT PENELITIAN KARET The Rubber Research Center
Kotak Pos 1415, Medan 20014
Tlp. 061 - 985045 Fx. 061 - 985045
Karet /Rubber
3
Jl. Pang. Besar Sudirman 90 Jember 68118
Tlp.0331 57130,57132 87278,85864 Fx. 0331 - 571318
Kopi dan Kakao/ Coffe and Cocoa
4
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO (PUSLITKOKA) The Coffee and Cocoa Research Centre
PUSAT PENELITIAN TEH DAN KINA (PPTK) The Tea and Quinine Research Center
Jl. Ir. H. Juanda 107, Kotak Pos 1103 Bandung 40010
Tlp.0225928185,5928782 Fx. 022- 5928186
Teh dan Kina/ Tea and Quinine
UNIT PENELITIAN BIO TEKNOLOGI PERKEBUNAN (BIOTEK-BUN) The Estate Crop Biotechnology Research Units
Jl. Taman Kencana I Bogor 16151
Tlp.0251- 324048, 327449 Fx. 0251- 328516
Bio Teknologi Perkebunan Estate Biotechnology
1
2
5
6
KOMODITI Commodities
NAMA LEMBAGA Institutions
ALAMAT Address
NOMOR Telephone/ FAX
KOMODITI Commodities
PUSAT PENELITIAN PERKEBUNAN GULA INDONESIA (P3GI) The Indonesian Sugar Cane Estate Crops Research Center
Jl. Pahlawan 25 Pasuruan 67126
Tlp. 0343- 421086, 421087 Fx. 0343- 421178
T e b u/ Sugar Cane
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN INDUSTRI (PUSLITBANGTRI) Center of Research and Development of Industrial Plants
Jl.Tentara Pelajar I Bogor
Tlp. 0251-313083, 336194, 421087 Fx. 0251- 336194
Tanaman Industri / Industrial Plants
BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBATOBATAN (BALITRO) House of Research of Spices and Medicinal Plants
Jl.Tentara Pelajar I Bogor
Tlp. 0251-313083, 336194, 421087 Fx. 0251- 336194
Tanaman Rempah danObat-obatan/ Spices and Medicinal Plants
BALAI PENELITIAN TEMBAKAU DAN TANAMAN SERAT ( BALITTAS) House of Research of Tobacco and Fiber Crops
Jl. Raya Karang Ploso Malang Kotak Pos 199
Tlp. 0431- 491447
Tembakau dan Tanaman Serat / Tobacco and Fiber Crop
BALAI PENELITIAN KELAPA DAN PALMAE LAINNYA (BALITKA) House of Research of Coconut and The Others Palmae
Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado
Tlp. 0431- 851470 Fx. 0431- 851587
Kelapa dan Palma lain Coconut and The Others Palma
Bidang Usaha Perkebunan terdiri atas 2 : 1. Usaha Budidaya Perkebunan adalah : serangkaian kegiatan pengusahaan tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan pra tanam, penanaman, pemeliharaan tanaman dan pemanenan termasuk perubahan jenis tanaman. Usaha budidaya perkebunan terdiri dari: a. Usaha Budidaya Tanaman Skala Kecil (UBTSK) adalah usaha perkebunan dengan luas areal kurang dari 25 hektar; b. Usaha Budidaya Tanaman Skala Besar (UBTSB) adalah usaha perkebunan dengan areal 25 hektar atau lebih.
2. Usaha Industri Perkebunan : Serangkaian kegiatan pengolahan produksi tanaman perkebunan yang bertujuan untuk memperpanjang daya simpan atau meningkatkan nilai tambah.
Industri gula pasir Industri rokok/ cerutu Industri CPO Industri teh hitam dan hijau Industri kopi, kakao, lada, panili Industri pengupasan kapas Industri lain utk perpanjang daya simpan
Penguasaan lahan usaha budidaya perkebunan untuk satu perusahaan atau group perusahaan :
Luas maksimum lahan usaha perkebunan adalah 20.000 hektar dalam satu provinsi atau 100.000 hektar untuk seluruh Indonesia kecuali perkebunan tebu. Luas maksimum lahan usaha perkebunan tebu adalah 60.000 hektar dalam satu provinsi atau 150.000 hektar untuk seluruh Indonesia. Luas maksimum utk usaha budi daya perkebunan di atas tdk berlaku bagi perusahaan perkebunan yang pemegang saham mayoritas nya Koperasi Usaha Perkebunan dan yg sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki Negara.
Pola Usaha Perkebunan di Indonesia : Perkebunan Besar Milik Negara (PTPN) Perkebunan Besar Swasta (PT / CV
/perorangan) Perkebunan milik rakyat (PIR)
Tebu (Saccharum officinarum L.) LATAR BELAKANG DAN BERBAGAI MASALAH DALAM BUDIDAYA TANAMAN
• Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L) merupakan
tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat didalam batang terdapat zat gula. • Gula merupakan komoditas vital strategik dalam ekonomi
pangan Indonesia dan salah satu bahan kebutuhan pokok masyarakat (basic needs) dan bahan baku industri makanan/minuman. • Keberadaan gula terkait manfaat sosial-ekonomi, sehingga
berbagai regulasi diberlakukan.
yang
bahkan
terlalu
rigid
pernah
• Indonesia pernah menjadi negara pengekspor gula kedua
terbesar dunia setelah Cuba (1928) • Namun pada 1999 pengimpor terbesar kedua setelah Rusia
Kondisi industri gula Indonesia PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIK YANG SANGAT CEPAT, RADIKAL DAN BAHKAN DINAMIS (INTERNAL + EKSTERNAL). KONSUMSI GULA INDONESIA 12 KG/KAPITA/TAHUN 2004 – KEBUTUHAN SEMUA JENIS GULA 3,4 JUTA TON (KONSUMSI LANGSUNG 2,4 JUTA TON + INDUSTRI/RAFINASI 700.000 TON + RAW SUGAR 300.000 TON UNTUK INDUSTRI MONOSODIUM GLUTAMAT) PADA SAAT INI TERDAPAT 58 PG (JAWA 46 + LUAR JAWA 12 PG) PG DI JAWA BERBASIS TEBU RAKYAT SEHINGGA SARAT PERMASALAHAN SOSIAL ; SEDANGKAN DI LUAR JAWA UMUMNYA MENGGUNAKAN LAHAN KONSESI MILIK SENDIRI. MASALAH ?
HUBUNGAN LUAS AREA DAN PRODUKSI TEBU DI INDONESIA LUAS AREA (Ha) 600000
PRODUKSI (Ton) 2500000
500000
2000000
400000 1500000 300000 1000000 200000 500000
100000
0
19 9 19 5 9 19 6 9 19 7 98 19 9 20 9 0 20 0 0 20 1 02 20 0 20 3 0 20 4 0 20 5 06
0
TAHUN LUAS AREA
PRODUKSI
JUMLAH (TON)
HUBUNGAN PRODUKSI, EKSPORT DAN IMPORT TEBU DI INDONESIA 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2003 EKSPORT
2004 2005 TAHUN IMPORT
2006 PRODUKSI
PERBANDINGAN PRODUKSI GULA DI JAWA & LUAR JAWA TAHUN 2007
URAIAN
TOTAL
Areal (Ha) Prod. Tebu (Ton)
428.401 33.289.452
Produktiv. Tebu (Ton/Ha) Rendemen (%) Produktiv Hablur (Ton/Ha) Prod. Hablur (Ton)
JAWA
77,7 7,35 5,71 2.448.143
LUAR JAWA
276.280
152.121
22.896.864
10.392.587
82,9
68,3
6,91
8,33
5,73
5,69
1.582.692
865.450
STRATEGI PENCAPAIAN PRODUKSI GULA TAHUN 2008 KONDISI 2007
Produksi : 2,4 Jt. Ton
1
LANGKAH OPERASIONAL
STRATEGI
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
• • • • •
Rasionalisasi/penataan varietas Penerapan tehnologi budidaya Percepatan bongkar/rawat ratoon Efisiensi hara & penggunaan ppk organik Suplesi air (embung & pompa)
• Kebun bibit untuk PG baru • Optimalisasi/ Pemanfaatan lahan
2
PERLUASAN AREAL
3
REVITALISASI INDUSTRI GULA BERBASIS TEBU
• Rehab/peningkatan kapasitas giling PG • Optimalisasi/efisiensi hari giling • Pemanfaatan idle capacity PG
4
KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN
• Penataan/ penguatan kelemb Risbang (P3GI) • Penguatan kelembagaan usaha petani • Penyiapan/ pengembangan SDM • Fasilitasi KKP-E/ SP3/ Guliran PUMK
5
KEBIJAKAN TATANIAGA
• Pengaturan/ penetapan HPP • Stabilisasi harga (impor, Operasi Pasar, dll)
SASARAN 2008 DAN 2009
Produksi 2008 2,69 Jt. Ton
Produksi 2009 3,3 Jt. Ton
TEKNOLOGI BUDIDAYA • BIBIT UNGGUL • PENGOLAHAN LAHAN : SISTEM REYNOSO DAN LAHAN KERING • PEMUPUKAN • PENGAIRAN • PENYIANGAN • ROGRES (PEMBUANGAN DAUN BAWAH) • PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT • PANEN TEPAT WAKTU
NTRA PRODUKSI GULA – TANAMAN TEBU DI PULAU JAWA SEJA HIR ABAD 19 ( 1890 an )
RJADI PERUBAHAN DARI PENGOLAHAN OLEH PABRIK GULA NJADI PENGOLAHAN BERSAMA PETANI (TEBU RAKYAT)
HAN TANAMAN TEBU DI JAWA BERALIH DARI LAHAN SAWAH KE HAN TEGALAN/LAHAN KERING
NGEMBANGAN TEBU DIARAHKAN KE LUAR JAWA : LAMPUNG D LAWESI SELATAN
RJADI PERUBAHAN TEKNOLOGI BUDIDAYA
Varietas tebu dapat dibedakan menjadi 3,yaitu:
1. Varietas Genjah (masak awal),mencapai masak optimal < 12 bulan. 2. Varietas Sedang (masak tengahan),mencapai masak optimal pada umur 12-14 bulan. 3. Varietas Dalam (masak akhir),mencapai masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan.
KOMPOSISI VARIETAS KBD 2012/2013 DI PG BONE SULSEL
KOMPOSISI
No
SIFAT KEMASAKAN
VARIETAS LUASAN
1
MASAK AWAL
66%
Cenning, CM 2012
2
MASAK TENGAH
28%
KK, VMC 76-16
3
MASAK LAMBAT
7%
BZ.121, Q.81 20
KOMPOSISI VARIETAS TG 2011/2012 DI PG. CAMING - SULSEL No. A 1 2 3 4 5 6 B 7 8 9 C 10 11 12
Varietas Masak Awal Cenning CM 2012 Ps 921 PSBM 901 ROC B SR 02 Jumlah Masak Tengah Ps 83-1477 Ps 851 PSJT Jumlah Masak Lambat Q 81 Triton BL Jumlah Total HGU
Luas (Ha)
Ku/Ha
Ku Tebu
% Luas
541,82 1.984,43 78,30 222,84 99,20 120,94 3.047,53
462 489 470 546 357 461 482
250.317 969.673 36.783 121.599 35.400 55.802 1.469.575
13,54 49,59 1,96 5,57 2,48 3,02 76,15
32,40 43,60 4,50 80,50
423 453 561 447
13.702 19.749 2.523 35.975
0,81 1,09 0,11 2,01
45,10 807,44 21,27 873,81 4.001,84
411 459 390 455 476
18.516 370.971 8.296 397.782 1.903.331
1,13 20,18 0,53 21,84 100,00
TEBU KEPRASAN (RATOON) - Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD). - Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu. Sebelum mengepras , sebaiknya tanah yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak – petak tebu secara berurutan. Setelah dikepras siramkan SUPER NASA (dosis sama seperti di atas). Lima hari atau seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun ke-1 dan pembersihan rumput – rumput. - Lakukan penyemprotan POC NASA dan HORMONIK pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan dosis seperti di atas.Pemeliharaan selanjutnya sama dengan tanam tebu pertama.
PANEN : TEBU DIPANEN KETIKA MENCAPAI UMUR KEMASAKAN (MASAK AWAL, TENGAH, AKHIR) KADAR SUKROSE TERTINGGI (RENDEMEN) TEBU – BERSIH – SEGAR - MANIS
Jenis Lahan
Produksi tebu rata2 (kuintal per hektar)
Rendemen rata2
Hasil Hablur rata2 (kuintal per hektar)
Sawah
1.504 (max. 2.093)
8,07 % (max. 8,86 %)
121,4 (max. 169,2)
Tegal
1.250 (max. 2.112)
7,58 % (max. 8,25 %)
97,3 (max. 97,3)
Pola Keprasan 1.222 (max. 2.012)
7,81 % (max. 8,74 %)
94,5 (max. 152,1)
TEKNOLOGI PRODUKSI
BIBIT Tanaman tebu ditanam dari bibit yang berasal dari
perbanyakan vegetatif. Sistem pembibitan tebu : - menggunakan batang pucuk tanaman tebu - saat ini dikembangkan metode : Single Bud Planting ( SBP )
Single Bud Planting (SBP) Bud chips adalah Salah satu alternatif pembibitan
tebu untuk mengurangi masa bibit dan meningkatkan kualitas bibit tebu yang ditanam dengan memotong/mengambil tunas ketiak tangkai tebu.
Kelebihan SBP Ukurannya lebih kecil, mudah diangkut dan bahan benih
lebih irit. Ada tambahan pendapatan gula. Dengan mempraktekkan single bud planting harga benih dapat ditekan. Penurunan laju kematian tanaman. Memudahkan pelaksanaan operasional budidaya karena jarak tanam yang lebar. Metode ini memberikan produksi lebih tinggi. Jarak tanam lebih lebar → sinar matahari dan sirkulasi udara cukup sehingga pertumbuhan lebih baik.
Kekurangan SBP Diperlukan modal awal pembibitan yang tinggi. Harus ada inovasi peralatan pembibitan baru. Peningkatan SDM karena merupakan teknologi baru
di Indonesia.
Syarat dan Prinsip SBP SYARAT PEMBIBITAN Bibit berasal dari kebun sehat Daya perkecambahan > 95% Kemurnian bibit > 95% Umur bibit 6-7 bulan Bebas hama penyakit Merupakan jenis unggul PRINSIP SINGLE BUD PLANTING Pengembangan pembibitan menggunakan chip/potray dengan satu mata tunas Transplanting lebih cepat Menerapkan jarak tanam lebar (60 cm) di lapangan Menyediakan kelembaban yang cukup dan menghindari penggenangan air
Metode Pembibitan SBP Batang tebu berumur + 6 Bulan, pelepah daun luar diambil
dan pucuk dipotong. Seleksi bibit untuk menentukan terhadap kemurnian dan keseragaman daya tumbuh. Pengambian Mata Bibit : Secara Mekanis dengan Budchiper (pisau berbentuk pipa dengan diameter kurang lebih 2,5 cm) dengan mengambil mata secara berputar melubangi bibit. Masuk proses Hot Water Tratment (HWT) dengan memasukkan mata tunas ke cairan anti bakteri/jamur. Mata bibit tersebut ditanam di baki lebar (1 x 0,5 cm) yang diisi media campuran tanah dan kompos ( 1 : 1) dengan populasi padat (pre nursery) sampai berumur 10-15 hari.
Setelah itu dipindahkan ke baki khusus yang
mempunyai tabung kerucut tempat tumbuh tanaman dengan media tanah dicampur kompos Baki ditata dalam bedengan, disiram secara rutin dengan springkler selama 2 bulan. Setelah itu tanaman bisa dicabut untuk dipindahkan ke kebun. 1 Ha cukup 9.000 bibit. Dengan PKP kebun 1,65 m, dalam 1 Hektar panjang row = 6.060 m. Standar jumlah bibit =9.000 tunas. Maka jarak tanam = 6.060 m : 9.000 = 0,67 m
Langkah-langkah pembibitan dengan metode SBP
Sustainable Sugarcane Initiative (SSI) di India Sustainable Sugarcane Initiative (SSI) adalah metode produksi tebu yang menggunakan sedikit benih, sedikit air dan pemanfaatan optimal pupuk dan lahan untuk mencapai hasil lebih. Didorong oleh petani, SSI merupakan alternatif untuk benih, air dan ruang konvensional budidaya Tebu intensif.
Prinsip SSI • Tanam bibit muda (umur 25-35 hari) • Menjaga jarak tanam (5x2 meter) • Memberikan kelembaban yang cukup melalui teknologi irigasi yang efisien yaitu tanpa irigasi alur dan irigasi tetes bawah permukaan • Berlatih tumpangsari dengan pemanfaatan yang efektif dari tanah
Keunggulan SSI • Dengan berlatih SSI, biaya benih dapat dikurangi hingga 75% • Penurunan angka kematian tanaman • Peningkatan panjang dan berat masing-masing tebu • Sangat mudah untuk mengangkut bibit muda untuk jarak yang lebih jauh • operasi Intercultural dapat dilakukan dengan mudah karena jarak yang lebih lebar
konvensional Metode SSI PerbedaanMetode metode konvensional dan SSI
Keterangan Benih
48.000 tunas per hektar
5.000 tunas per hektar
Penanaman
Penanaman langsung ke mata tunas ke lapang.
Pindah tanam bud chips umur25-35 hari
Jarak tanam
45-75 cm
125 cm & Jajar Legowo
Kebutuhan air
Lebih banyak
Lebih hemat
Laju Kematian
Tinggi
Rendah
Ruang untuk timpang sari
Sedikit
Tinggi
Konsep Peningkatan Rendemen Tebu di Indonesia 1. Penataan Varietas dan Pembibitan 2. Waktu Tanam dan Pengaturan Kebutuhan Air 3. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu 4. Pemupukan Berimbang 5. Penentuan Awal Giling 6. Tebang, Muat dan Angkut 7. Analisa Kemasakan
Kendala 1. Sistem bagi hasil 2. Transfer tebu,
3. Penentuan kualitas tebu 4. Variabilitas usahatani 5. PG luar Jawa mis PG. Bone & Caming di Sulsel
dengan pola iklim equatorial (curah hujan hampir merata sepanjang tahun)
Solusi PG di Jawa 1. Perubahan Sistem Bagi Hasil 2. Konsolidasi Lahan Pabrik Gula 3. Pembentukan Sistem Blok
PG dengan pola iklim equatorial : 1. Pemilihan varietas yang sesuai 2. Pengaturan masa tanam & panen 3. Pembuatan saluran irigasi
Ton Cane Day (TCD) Ton Cane Day adalah kapasitas pabrik untuk
melakukan proses giling per hari (Ton/hari). Perhitungan TCD diperlukan untuk menjamin kontinuitas bahan baku tebu selama masa operasi suatu pabrik gula (PG). Masa giling suatu PG berlangsung sekitar 180 hari kerja (3 bulan) Setiap PG mempunyai kapasitas TCD berbedabeda.
Contoh kasus PG Candi Baru Sidoarjo mempunyai kapasitas TCD =
2000 ton/hari. Produktifitas tebu/ha untuk lahan sawah =120 ton/ha dan lahan kering 80 ton/ha Bila masa giling 3 bulan → kebutuhan bahan baku selama masa giling : 180 hr x 2000 ton = 360.000 ton bahan baku tebu Bila asumsi produktifitas rata-rata 100 ton/ha → diperlukan luas lahan : 360.000/100 = 3.600 ha Lahan tanaman tebu dapat dipenuhi dengan : Tebu Sendiri (TS) dan/atau Tebu Rakyat (TR).
PG. BONE SULSEL, AGUSTUS 2012
TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN BUDIDAYA TANAMAN
1. Berasal dari tanaman tembakau dan bersifat genetik, terutama nikotin. Nikotin dapat mengakibatkan ketagihan dan gangguan pada jantung serta paru-paru.
WHO mencanangkan FCTC (Framework of Convention of Tobacco Control)
bertujuan : melindungi generasi saat ini dan mendatang dari kehancuran kesehatan, lingkungan, sosial dan ekonomi akibat tembakau dan terbukanya asap tembakau
PP No. 19/2004 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan antara lain berisi ketentuan agar produsen rokok memperhatikan kandungan tar dan nikotin pada produk rokok yang dihasilkan.
KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI HASIL TEMBAKAU ADANYA TATA NIAGA CENGKEH BPPC TH.1991 S/D Th 1998
300
Akibat kebijakan cukai produksi turun s/d 50 Milyar batang, pulih setelah 5 tahun
Multi dimensi krisis
250
225 223 226 228 220 214 191
200
150 120
131
141 145
155 154 158
200
Pemerintahan Habibie atas arahan IMF mulai melakukan kebijakan cukai yang berlebihan. Awal dari hilangnya potensi IT .
169
201
212
237 222 222 44.3
190
60
260 48.8
36.5
40
33.0 29.1 30
26.3 23.1
18.0
100
50
20
13.6 10.1 50
7.2
10
4.0 4.4 2.6 2.9 3.2 1.2 1.4 1.5 1.7 1.9 2.1 2.3
Volume PRODUKSI
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
1988
1987
0 1986
0 Pendapatan CUKAI 10/31/2013
48
KOMPAS. 24 MARET 2012 (Nasrudin Djoko Surjono FE UI – Simposium Biaya Rokok pada Konferensi Dunia tentang Rokok atau Kesehatan, Singapura 22 Maret 2012)
INDONESIA : PRODUSEN ROKOK TERBESAR KE 5 DUNIA (1. CHINA, 2. RUSIA, 3. USA, 4. JAPAN)
INDONESIA : 1200 INDUSTRI ROKOK BESAR & KECIL 5 INDUSTRI ROKOK BESAR DI P JAWA MENYUMBANG 80 % CUKAI
TAHUN
PRODUKSI (milliar btg)
TARGET CUKAI (Trilliun Rp)
PENDAPATAN CUKAI (Trilliun Rp)
2010
249,1
55,86
63,29
2011
258,6
65,38
73,25
2015
260*
catatan : * ramalan pembelian rokok oleh masyarakat 2010 : 165 trilliun
BIAYA KESEHATAN AKIBAT ROKOK YANG DITANGUNG NEGARA 2010: Rp 1,85 Trilliun (Biaya RS kelas C II) JATIM : KONSUMSI ROKOK TERTINGGI DI INDONESIA PENGENDALIAN PRODUKSI ROKOK YANG BERSIFAT ADITIF DAN MERUSAK KESEHATAN : - MENAIKKAN CUKAI ROKOK - SAAT INI CUKAI ROKOK DI INDONESIA SEKITAR 10 – 20 % (?) - CUKAI ROKOK DI TURKI : 74 – 89 % APAKAH KENAIKAN CUKAI ROKOK AKAN MENURUNKAN KONSUMSI ROKOK ? - TIDAK SIGNIFICANT - JATIM 2009 : KONSUMSI TURUN DARI 16,15 MENJADI 14,62 btg/hr - BUKAN BERHENTI MEROKOK TTP MENGGANTI ROKOK DARI YANG MAHAL KE ROKOK MURAH, BAHKAN MEMBUAT SENDIRI
The main types of tobacco Flue Cured tobacco
Burley tobacco
Cigar tobacco
Oriental tobacco
Sun-cured tobacco
Dark fire-cured tobacco
The size of whole leaf tobacco
Orintal Tobacco Leaf
SUN-CURING (PENGOLAHAN DENGAN PENJEMURAN) DAUN TEMBAKAU SORTASI PEMERAMAN
PERAJANGAN PANAS MATAHARI
PENJEMURAN
UAP AIR
TEMBAKAU RAJANGAN PREBLENDED/AGING RACIKAN
ROKOK
1-2 TAHUN CAMPURAN 10-15 JENIS TEMBAKAU DAN CENGKEH
PENGOLAHAN DGN UDARA PANAS BUATAN (PENGOVENAN) DAUN TEMBAKAU SORTASI PENGGLANTANGAN
NAIK OVEN UDARA PANAS
PENGOVENAN
UAP AIR
KROSOK FC KERING-ULANG PEMOTONGAN RACIKAN (PREBLENDED) AGING/FERMENTASI
RACIKAN
ROKOK
1-2 TAHUN CAMPURAN 10-15 JENIS TEMBAKAU DAN CENGKEH
HUBUNGAN LUAS AREA DAN PRODUKSI TEMBAKAU DI INDONESIA LUAS AREA (Ha) 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
PRODUKSI (Ton) 12000 10000 8000 6000 4000 2000
19 95 19 9 19 6 9 19 7 98 19 99 20 00 20 01 20 0 20 2 03 20 04 20 05 20 06
0
TAHUN LUAS AREA
PRODUKSI
JUMLAH (TON)
HUBUNGAN PRODUKSI, EKSPORT DAN IMPORT TEMBAKAU DI INDONESIA 50000 40000 30000 20000 10000 0 2003 EKSPORT
2004 2005 TAHUN IMPORT
2006 PRODUKSI
TEKNOLOGI PRODUKSI
Tobacco types based on planting season NA-Oogst : tobacco rainy season is planted
in the dry season and harvested in the rainy season and usually used as the raw material manufacture of cigars as wrapper, wider, and filler. Based on its cultivation system, it consists of traditional Na-Oogst, early-plant Na-Oogst, and Shade Grown Tobacco Voor-Oogst; tobacco dry season is planted
Shade grown tobacco
in the end of rainy season and harvested in the dry season and generally used as the raw material of cigarettes having thicker leaves than Na-oogst. Flue-cured, Dark fire-cured, Sun-cured, Oriental, Burley are Voor-Oogst tobacco Shade grown tobacco
Agricultural Technologies Seed Tobacco is a transplanted
crop and seedling production is similar in most countries, except where greenhouses are widely used. In conventional seedbed production, seedlings are started from tiny seeds (about 12 000 per g) sown by hand on well prepared soil beds and manually removed for transplanting to the field after reaching a height of 15 to 20 cm.
Agricultural Technologies Seedling: Seedbed In tropical climates, seedling beds are usually covered
with perforated plastic or woven materials/dried plant materials to preserve soil moisture and reduce disturbance of seeds or seedlings by heavy rains or mulched with gravel, sand, rice hulls and other materials
Agricultural Technologies Seedling: Seedbed The rate of seeding not only
determines the number of seedlings in a plant bed, it also determines seedling quality. Excessive seeding rates result in reduced stem diameter, slower growth and poor survivability in the field. Lower than optimum seeding rates often result in 'bunchy' seedlings that have short stems and large leaves. One seedling per 5 cm × 5 cm plant bed area provided the best quality seedling. Therefore, a seeding rate of 0.5 gm per 10 m2 should be adequate.
Agricultural Technologies Transplanting It is essential that good quality
seedlings are used as transplants. They should be about 15 cm in height and free from any pests or diseases. Seedlings need to be placed into moist soil in the field with the terminal bud at least 2 to 3 cm above ground level When planting under hot and dry conditions, seedlings should be hardened by withholding water at least 14 days before planting Clipping of seedlings is generally done to improve uniformity
Agricultural Technologies Plant Populations There is a large variation in plant
population among the different tobacco types: dark air-cured and fire-cured
tobacco have the lowest populations of about 8.900 plants/ha Oriental the highest population of about 148.260 plants/ha flue-cured and burley have populations of about 15.000 plants/ha.
The optimum plant population is
often determined by leaf usability, or quality, rather than yield.
Agricultural Technologies Irrigation Water use by the •
plant increases to a maximum about 7 to 9 weeks after transplanting and then decreases as the plants mature. An estimate of crop water requirements (evapotranspiration, ET) can be obtained by relating the reference crop evapotranspiration (ET0) to that of the crop by using a crop coefficient (kc)
•
Crop coefficients are linearly related to the canopy cover until the first harvest, and as leaves mature they transpire less and the crop coefficients decline faster than the crop canopy Growth rates vary with the type of tobacco, the environmental conditions and irrigation regime or system used and, consequently, different crop coefficients have been reported
Agricultural Technologies Irrigation Papenfus and Quin (1984) divided the water requirements of a tobacco crop into three phases. In the first, which is from 2 to 5 weeks
after transplanting, the plant is sensitive to over-watering and has a small requirement for water. The second phase is from 5 weeks after planting. This stage is one of rapid growth and the crop needs frequent irrigation or rainfall. Water stress during this period will decrease the yield and quality of tobacco significantly The third phase extends over the remainder of the primed-leaf harvesting period, when the water used by the plant decreases significantly because there are fewer leaves and the rate of transpiration is reduced.
Agricultural Technologies Cultivation and Weed Management Tobacco cultivation serves three major purposes: 1. reduces weed growth, 2. improves soil aeration and water penetration, and 3. can be used to form a large row ridge (called 'ridge cultivation') which diverts some excess water to row middles and thus reduces the risks of drowning and loss of leachable nutrients.
Agricultural Technologies Nutrition The rate of growth and quantities of
nutrients taken up vary considerably and depend on the type of tobacco, soil type and fertility, management and cultural practices, and the environmental conditions.
• Generally, dark fire-cured and burley tobacco have a high nitrogen requirement and are mainly grown on fertile, medium-to heavy-textured soils; flue-cured tobacco requires less fertile soils and is grown on sands and sandy loams; while Oriental tobacco requires soils which are low in nitrogen and so infertile sands are the preferred soils
Agricultural Technologies Nutrition: Disorders Nitrogen deficiency
Phosporus deficiency
Manganese
Pottasium deficiency Calcium deficiency
Magnesium deficiency
Boron deficiency
Sulfur deficiency
High pH
Agricultural Technologies Nutrition: Nitrogen (an example) Nitrogen is a component of the nicotine
molecule and is important in the synthesis of this constituent of tobacco. The concentration of nitrogen in leaves is positively correlated with nicotine and negatively correlated with starch and sugar concentrations Excessive soil nitrogen will generally produce cured leaves which are dark brown to black in color, dry and chaffy, and have a strong and pungent smoke. An increase in nitrogen will increase the yield of tobacco, but quality is often reduced at high levels
Agricultural Technologies Nutrition: Nitrogen (an example) Main effects of N rate and soil moisture on some agronomic and chemical properties of flue-cured tobacco (Weybrew, et al., 1983).
Agricultural Technologies Topping Topping is the removal of the inflorescence
and uppermost leaves in order to stimulate the growth and development of the remaining top leaves. Topping increases the area, weight/unit area and nicotine concentration and decreases the filling value of the upper leaves •
• •
Leaves from topped plants have a higher concentration of starch than untopped plants, which results in an increased reducing sugar concentration in the cured leaves Topping significantly increases the concentration of nicotine in leaves and the earlier that plants are topped the greater the increase. The nicotine concentration of the cured leaf is usually increased by more than that of the reducing sugars and as a result of this the ratio of sugar:nicotine is decreased by about 30%
Agricultural Technologies Topping Dark air-cured and fire-
cured tobaccos are topped early and very low at 8 to 15 leaves in order to prolong the vegetative period and the accumulation of nutrients and nicotine. The resultant cured leaf tends to be large, heavy, oily, tough, leathery and dark in color. Flue-cured tobacco is
topped to about 18 leaves and the leaf has a moderate thickness, area and nicotine concentration.
Agricultural Technologies Suckering Immediately after topping, sucker
growth is very vigorous and has the largest influence on yield, quality and chemical composition
•
Nonsuckered tobacco was significantly lower in concentrations of duvatrienediols, and they concluded that a high degree of sucker control, whether chemical or manual, was important for high concentrations of duvatrienediols in harvested tobacco.
Agricultural Technologies Harvesting and Ripeness Flue-cured, Oriental
and cigar wrapper are the only tobacco types whose leaves are harvested (primed) in sequence as they ripen from the bottom to the top of the plant.
Agricultural Technologies Ripeness at Harvest The highest visual quality ratings are normally associated with ripe tobaccos Higher grade indices for ripe tobacco, and over-ripe tobaccos had higher grade indices than under-ripe tobaccos. The effects of ripeness on the agronomic, chemical and physical properties of flue-cured tobacco are somewhat variable, probably because of variable climatic conditions
Agricultural Technologies Curing: Flue cured (an example) Flue-curing requires 5 to 7 days for completion and removes about 97% of the moisture from the harvested leaf The most important changes as follows: 1. chlorophyll degradation which unmasks the yellow carotenoid pigments, 2. hydrolysis of starch to free sugars and partial respiration of these sugars to carbon dioxide, 3. hydrolysis of proteins into free amino acids and the subsequent reaction of free amino acids with free sugars as important to flavor and aroma; 4. thermal degradation of leaf surface diterpenes and sugar esters into more volatile compounds,
Agricultural Technologies Indonesian tobaccos curing style Cut-rag before curing 1. Yellowing
2. Cutting into fine strips 3. Adding polysaccharid es
5. Sun curing
4. spreading
Agricultural Technologies Indonesian tobaccos cured style
“Srintil” Temanggung
Kasturi jember
Madura
FC Lombok
GRADING combine scientific and intuitive to ensure costumer satisfaction as final goal
Dilihat
Dipegang
Dicium
Grade Base on
stalk position
Indonesian tobacco warehouse: bale, staple, aging
Madura
Temanggung
Mranggen
Base on
packaging we consider what the tobacco types are
Threshing and Re-drying
Remove stem, redry moisture contents of less than
15%, enhance the aging process….
Tobacco Uses A cigarette is a combination of cured and
finely cut tobacco, reconstituted tobacco and other additives rolled or stuffed into a paper wrapped cylinder. Many cigarettes have a filter on one end. More than 4,000 different chemicals have been found in tobacco and tobacco smoke. Among these are more than 60 chemicals that are known to cause cancer. • Cigar tobacco leaves are first aged for about a year and then fermented in a multi-step process that can take from 3 to 5 months. Fermentation causes chemical and bacterial reactions that change the tobacco. This is what gives cigars a different taste and smell from cigarettes. • Cigars contain higher level of nicotine than cigarettes.
Tobacco Uses Dissolvable Tobacco This type of tobacco is finely processed to
dissolve on the tongue or in the mouth. Varieties include strips, sticks,orbs and compressed tobacco lozenges. They are smoke and spit free, are held together by food-grade binders and look similar to a breath mint or candy. This product does contain nicotine. Smokeless tobacco products are known to cause significant health risks and are not a safe substitute for smoking tobacco. •
•
•
Electronic cigarette or E- cigarette (nicotine delivery system) The e-cigarette is a battery-powered device that contains a cartridge filled with nicotine, flavor and other chemicals. The e-cigarrette is not a tobacco product but a nicotine delivery system. Recent studies by the FDA show that the e-cigarette contains known carcinogens and toxic chemicals that are harmful to the user.
Tobacco Uses Hookah is a pipe used to smoke Shisha, a
combination of tobacco and fruit or vegetable that is heated and the smoke is filtrated through water exposes the user to 100 to 200 times the volume of smoke inhaled from a single cigarette •
Pipes are often reusable and consist of a chamber or bowl, stem and mouthpiece. Pipe smoking can also cause "hairy tongue," furry-looking bumps on the tongue that can become stained by tobacco, making the tongue look discolored or black
The two main types of smokeless tobacco in the United States are chewing tobacco and snuff. Chewing tobacco comes in the form of loose leaf, plug, or twist. Snuff is finely ground tobacco that can be dry, moist, or in sachets (tea bag-like pouches).
Thank You
For no nicotine consuming here
Home Contact Us Product Search this
Search
Subscribe to our feed
Archives o o o o o o o o o o
July 2011 June 2010 May 2010 October 2009 September 2009 July 2009 May 2009 April 2009 March 2009 February 2009
Nafas Nano Divine Cigarette Posted on March 12th, 2009 in Indirect Method (UVAL) to Detect Mercury
Solusi berakhir damai bagi Debat Rokok Semua perokok memahami bahwa tar dan nikotin dalam tembakau adalah racun, yang telah merupakan persoalan bagi dunia kesehatan(WHO ), sayangnya hal ini dikembangkan menjadi problem yang diperbesar dan dipojokkan tetapi bukan mencari solusi bagaimana menghilangkan racun di asapnya.