PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH
INTEN PRAMITA SUBAGJO A24052645
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
INTEN PRAMITA SUBAGJO A24052645
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
INTEN PRAMITA SUBAGJO. Pengelolaan Ketenagakerjaan pada Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO) Kegiatan magang yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 bertujuan agar penulis memiliki kemampuan dan dapat memperluas wawasan dalam hal pengelolaan perkebunan. Tujuan khususnya adalah mengetahui dan memahami pengelolaan perkebunan teh khususnya dalam hal pengelolaan tenaga kerja pada pemetikan. Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor/mandor besar selama satu bulan dan pendamping asisten kepala bagian kebun selama satu bulan. Selain itu dilakukan juga pengumpulan data primer melalui observasi lapang terhadap pengelolaan kebun, wawancara dengan karyawan di lapang dan pengumpulan data sekunder melalui laporan berkala, arsip kebun, dan data penunjang lain. Kebutuhan tenaga petik di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 235 orang sedangkan pada saat ini terdapat 224 orang. Kekurangan tenaga petik dapat diatasi oleh para pemetik yang memiliki kapasitas di atas rata-rata. Pemetik di Unit Perkebunan Tambi memiliki potensi berproduktivitas tinggi karena 69 % merupakan tenaga petik berusia produktif. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi adalah seluas 0.088 ha/pemetik dengan rata-rata kapasitas pemetik mencapai 48.82 kg. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh usia dan pengalaman kerja tetapi tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Berdasarkan usia pemetik, kapasitas pemetik tertinggi pada pemetik dengan usia 15-45 tahun. Berdasarkan pengalaman kerja, kapasitas pemetik tertinggi pada pemetik dengan pengalaman kerja > 10 tahun. Produksi pucuk basah dan hari orang kerja untuk kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi paling tinggi terdapat pada kelompok tanaman dengan umur dua tahun setelah pangkas. Semakin tinggi umur tanaman setelah pangkas maka kapasitas petik per pemetik semakin rendah. Analisis petikan menunjukkan bahwa petikan kasar masih mendominasi pucuk yang dipetik yaitu sebesar 52.25 %. Analisis pucuk memenuhi syarat olah (MS) yang ditentukan oleh Unit Perkebunan Tambi yaitu sebesar 50 % sedangkan rata-rata hasil analisis pucuk MS di Unit Perkebunan Tambi mencapai sebesar 50.48 % dan pucuk tidak memenuhi syarat olah (TMS) sebesar 49.52 %. Upah rata-rata per hari yang diperoleh pemetik adalah sebesar Rp 12 205,-.
Judul
:PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Nama
: INTEN PRAMITA SUBAGJO
NRP
: A24052645
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir Supijatno, MSi NIP. 19610621.198601.1.001
Mengetahui, Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc NIP. 19610202.198601.1.001
Tanggal Lulus
:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 20 Agustus 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Subagjo Suhargijantanto dan Ibu Ihat Solihat. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1993 di TK Amaliah, CiawiBogor. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Amaliah, Ciawi-Bogor pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Ciawi, Bogor dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Bogor, program akselerasi dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun 2006, penulis diterima pada Mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dan Minor Pengembangan Usaha Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Agriaswara (paduan suara IPB). Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada tahun 2008 di Desa Batursari, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah.
Pada Tahun 2009 penulis
melaksanakan magang di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengelolaan Ketenagakerjaan pada Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat tugas akhir untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua atas kasih sayang baik moril maupun materil dan adik untuk kasih sayangnya. 2. Ir Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan saran selama kegiatan magang dan dalam penyusunan skripsi. 3. Dr Ir Ahmad Junaedi, MSc dan Dwi Guntoro, SP, MSi selaku dosen penguji. 4. Dr Ir Darda Effendi selaku dosen pembimbing akademik. 5. Direksi PT Perkebunan Tambi yang berkenan memberikan kesempatan untuk kegiatan magang. 6. Tuyitno, SE selaku pembimbing lapang dan segenap karyawan Unit Perkebunan Tambi yang telah membimbing dan membantu penulis selama kegiatan magang berlangsung. 7. Semua rekan-rekan AGH 42 atas kekompakan dan kebersamaannya.
Bogor, Agustus 2009 Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang………………...……………………….……............. Tujuan……………………………………………………......……….
1 3
TINJAUAN PUSTAKA Teh…………………………………..……………………….............. Pemetikan……………………………………………………............. Ketenagakerjaan……………………………………………………..
4 5 6
METODE MAGANG Tempat dan Waktu……………………………………………........... Metode Pelaksanaan…………………………………………………. Pengamatan dan Pengumpulan Data………………………………… Pengolahan Data……………………………………………………...
7 7 8 9
KEADAAN UMUM Sejarah Perkebunan………………………………………………….. Letak Administratif…………………………………………..……… Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim................................................. Luas Areal dan Tata Guna Lahan……………………………............. Keadaan Tanaman dan Produksi…………………………..………… Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan……………….…………...
10 11 11 12 12 14
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis……………………………………………...…………. Aspek Manajerial.................................................................................
18 42
PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Tenaga Petik................................................... Hanca Petik………………………………………………..………… Kapasitas Pemetik…………………………………………...……..... Analisis Petikan………………………………………...……………. Analisis Pucuk………………………………………......…………… Produksi Setelah Pangkas……………………………..…..…………. Sistem Upah dan Premi………………………………...………….....
46 48 49 52 52 53 55
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…………………………………………..………………. Saran…………………………………………………..……………...
58 58
DAFTAR PUSTAKA………………………………..……………............
60
LAMPIRAN……………………………………………...………………..
62
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Luas Pertanaman dan Produksi pada Perkebunan Teh……………...
1
2. Volume dan Nilai Ekspor Teh Indonesia Tahun 2003-2007..............
2
3. Penggunaan Lahan di UP Tambi Tahun 2009…...............................
12
4. Produksi dan Produktivitas Teh di UP Tambi Tahun 2004-2008......
13
5. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah di UP Tambi Periode Januari-Mei 2009.................................................................. 6. Jumlah dan Komposisi Karyawan di UP Tambi Tahun 2009............
14 16
7. Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan Rasio Pemetik……………………………………………………….
30
8. Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Tambi Bulan Januari-Mei Tahun 2009.........................................................................................
31
9. Persentase Analisis Petikan pada Setiap Blok....................................
34
10. Selisih Timbangan Bobot Pucuk di Kebun dan di Pabrik pada Bulan Januari-Mei 2009....................................................................
35
11. Analisis Pucuk Rata-rata Bulan Februari-Mei 2009 di UP Tambi.....
37
12. Jumlah Pemetik di UP Tambi.............................................................
46
13. Komposisi Pemetik berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan dan Pengalaman..................................................................................
47
14. Hanca Petik per Hari di UP Tambi.....................................................
49
15. Kapasitas Pemetik berdasarkan Usia Pemetik...................................
50
16. Kapasitas Pemetik berdasarkan Pengalaman Kerja...........................
51
17. Kapasitas Pemetik berdasarkan Latar Belakang Pendidikan.............
51
18. Produksi Pucuk Basah berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi...................................................................
53
19. Hari Orang Kerja berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi.......................................................................................
54
20. Hubungan antara Produksi Pucuk Basah dengan HOK berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi..............................
55
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia.....................................
19
2. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Manual...................................
20
3. Kegiatan Pemupukan melalui Tanah..................................................
21
4. Kegiatan Pemupukan melalui Daun...................................................
22
5. Kegiatan Pemangkasan Bersih...........................................................
24
6. Lubang Tadah.....................................................................................
25
7. Kegiatan Pembuatan Guludan............................................................
26
8. Kegiatan Pemetikan dengan Gunting................................................
28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Unit Perkebunan Tambi.................................................................
63
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor dan Pendamping Mandor Besar di Unit Perkebunan Tambi.....................
65
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Tambi.............................
67
4. Curah Hujan Unit Perkebunan Tambi Tahun 1999-2008..................
69
5. Format Laporan Kegiatan Kepala Blok.............................................
70
6. Format Laporan Kegiatan Mandor Pemeliharaan..............................
71
7. Format Laporan Mandor Pemetikan..................................................
72
PENDAHULUAN
Latar Belakang Perkebunan sebagai bagian agribisnis, memiliki kekhasan yang tidak dimiliki jenis usaha lain. Meski prinsip-prinsip umum manajemen sumber daya manusia (SDM) berlaku pada sektor perkebunan, namun kondisi yang melingkupinya mempengaruhi perilaku, sistem nilai, dan budaya sendiri. Kemampuan memahami karakter SDM, akan membantu mengenal lebih mendalam struktur dan sistem pengelolaan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman pembinaan SDM tersebut (Ghani, 2003). Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai kontribusi penting dalam perdagangan khususnya sebagai sumber devisa non migas dan telah lama dikenal oleh masyarakat dunia. Perkebunan teh menyerap tenaga kerja tertinggi dibandingkan perkebunan lain. Menurut Iskandar (1988), indeks tenaga kerja di perkebunan teh termasuk tinggi yaitu 1.5-2. Berdasarkan Tabel 1, luas penanaman teh sebagian besar dimiliki oleh perkebunan rakyat yaitu sebesar 61 735 ha atau sebesar 46.58 % dari keseluruhan luas penanaman. Luas penanaman yang dimiliki perkebunan besar negara sebesar 42 747 ha atau 32.25 %. Perkebunan swasta memiliki luas pertanaman yang paling sedikit yaitu 28 049 ha atau sebesar 21.61 % dari seluruh luasan pertanaman. Tabel 1. Luas Pertanaman dan Produksi pada Perkebunan Teh Jenis Perkebunan Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Swasta Total
Luas Penanaman (ha) 61 735 42 747 28 049 132 531
Produksi Teh (ton/tahun) 40 929 68 666 27 653 136 248
Produktivitas (ton/ha/tahun) 0.66 1.61 0.98 1.03
Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2007
Luas pertanaman yang begitu besar tidak diikuti dengan produksi yang besar juga pada perkebunan rakyat. Perkebunan rakyat yang memiliki luas
pertanaman terbesar hanya dapat memproduksi teh 40 929 ton per tahun (produktivitas 0.66 ton/ha/tahun). Perkebunan besar negara dapat memproduksi teh sebesar 68 666 ton per ha (produktivitas 1.61 ton/ha/tahun). Perkebunan swasta yang memiliki luasan terkecil dapat memproduksi 27 653 ton per ha (produktivitas 0.98 ton/ha/tahun) (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Perkembangan ekspor teh Indonesia selama kurun waktu 2003-2007 mengalami fruktuasi. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa volume ekspor teh dan nilai ekspor pada kurun waktu 2003-2005 mengalami kenaikan sedangkan pada kurun waktu 2006-2007 mengalami penurunan.
Penurunan volume ekspor
disebabkan oleh berkurangnya lahan produksi yang berdampak pada penurunan produksi. Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Teh Indonesia Tahun 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
Volume Ekspor (ton) 88 176 99 576 102 284 78 219 76 347
Nilai Ekspor (juta US$) 95 116 121 93 91
Sumber: BPS (2008)
Usaha perkebunan di Indonesia masih diproduksi secara manual dengan mengandalkan tenaga kerja.
Sebagai negara yang memiliki penduduk cukup
banyak, kemampuan sektor ini menyerap tenaga kerja masih sangat diharapkan. Pada bidang perkebunan yang padat karya, masalah SDM memiliki porsi perhatiaan besar dibandingkan dengan pengendalian proses (Ghani, 2003). Render dan Heizer (2001) menyatakan bahwa ada beberapa kunci yang dapat meningkatkan produktivitas total suatu perusahaan, yaitu tenaga kerja, modal, produksi, organisasi, dan pemasaran. Adapun unsur yang paling mampu memberikan keuntungan terbesar adalah tenaga kerja.
Salah satu kontribusi
penting yang diberikan oleh tenaga kerja adalah tenaganya karena hal ini akan memberikan nilai tambah untuk perusahaan. Tenaga kerja merupakan aset utama perusahaan yang menjadi perencanaan dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status, dan latar belakang pendidikan, usia, dan jenis kelamin
yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi perusahaan.
Kualitas dan
kuantitas karyawan harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan agar efektif dan efisien menunjang tercapainya tujuan (Dessler, 2004). Untuk memecahkan masalah utama dalam pengusahaan teh, yaitu biaya produksi yang semakin tinggi dan rendahnya produksi, maka diperlukan efisiensi proses produksi. Teknik budidaya dan pengelolaan pemetikan yang tidak tepat dapat menurunkan mutu teh baik secara kualitas maupun kuantitas. Upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu teh yaitu dengan cara perbaikan sistem pemetikan dan pengelolaan tenaga pemetik yang lebih efisien sehingga dapat mencapai hasil maksimum (Nazaruddin dan Paimin, 1993).
Tujuan Kegiatan magang ini bertujuan agar penulis dapat memperluas wawasan dan dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui rencana kerja yang dilakukan di lapangan baik secara teknis maupun manajerial sehingga penulis dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku perkuliahan dengan kenyataannya di lapang. Tujuan khususnya adalah mengetahui dan memahami pengelolaan perkebunan teh khususnya dalam hal pengelolaan tenaga kerja pada pemetikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Teh Tanaman teh (Camellia sinensis L.) termasuk famili Theaceae. Teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman. Pada tahun 2737 sebelum masehi (SM) teh sudah dikenal di Cina. Bahkan sejak abad ke-4 masehi (M) telah dimanfaatkan sebagai salah satu komponen ramuan obat (Muljana, 1983). Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang terletak pada 250 LU-350 LU dan 950 BT-1050 BT. Daerah ini terletak antara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2000). Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis mulai dari pantai sampai pegunungan dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh maka semakin tinggi mutunya (Ghani, 2002). Tanaman teh berbentuk pohon, tingginya bisa mencapai belasan meter, namun tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas sampai tinggi 90-120 cm untuk memudahkan pemetikan. Tanaman teh pada umumnya mencapai umur empat tahun untuk dapat dipetik secara terus-menerus dan memberikan hasil daun teh yang cukup besar selama kurang lebih 40 tahun, baru kemudian peremajaan (Ghani, 2002). Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang telah lama dikenal oleh manusia. Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah iklim dan tanah. Curah hujan tahunan yang diperlukan untuk tanaman teh adalah 2 000 mm–2 500 mm dan merata sepanjang tahun, dengan jumlah hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm. Suhu udara yang baik untuk tanaman ini adalah suhu harian yang berkisar antara 130C dan 150C dan diikuti oleh cahaya matahari yang cerah. Kelembaban relatif untuk siang hari tidak kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1992).
Pemetikan Teh merupakan tanaman dengan hasil akhir berupa daun dan dipungut dengan cara dipetik. Pemetikan merupakan ujung tombak produksi. Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan (Ghani, 2003). Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian hasil dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Menurut Tobroni dan Adimulyo (1983), pemetikan selain bertujuan untuk memetik daun-daun yang cocok diolah juga merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Pemetikan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dan memerlukan keterampilan khusus agar didapatkan mutu dan produksi teh tanpa menekan pertumbuhan tanaman. Ghani (2002) menemukan bahwa pemetikan berpengaruh pada kesehatan pohon, kelestariaan produksi, dan mutu teh. Menurut
Sukasman
(1989),
tanaman
teh
dibudidayakan
untuk
menghasilkan pucuk, yaitu daun muda dan tunas apikal. Mutu pucuk teh yang dipetik berhubungan dengan sistem pemetikan yang diterapkan pada suatu perkebunan. Subarna dan Rosyadi (2000) menyatakan bahwa pemetikan pada tanaman teh dapat dilakukan baik secara manual dengan tenaga manusia dan secara mekanis dengan menggunakan gunting petik ataupun mesin petik. Pemetikan ini dibedakan menjadi tiga cara yaitu, pemetikan kasar, pemetikan medium dan pemetikan halus.
Pemetikan banyak dilakukan oleh
tenaga manusia yang sebagian besar tenaga wanita karena pemetikan teh umumnya dilakukan secara teliti. Untuk menghasilkan mutu teh yang baik perlu dilakukan pemetikan halus, yaitu hanya memetik pucuk daun (peko) dan dua daun di bawahnya. Ada pula perusahaan yang melakukan pemetikan medium dengan pemetikan halus dan ditambah satu daun di bawahnya. Pemetikan kasar yaitu memetik pucuk daun (peko) dengan tiga atau lebih daun di bawahnya, termasuk batangnya. Pemetikan kasar sering dilakukan di beberapa perkebunan rakyat (Siswoputranto, 1978).
Ketenagakerjaan Tenaga kerja sangat menentukan produktivitas suatu produk. Spillane (1992) menyatakan bahwa kurang intensifnya pengawasan pada tahap pemetikan teh akan berdampak pada penurunan mutu komoditas teh. Menurut Stoner (2004) tenaga kerja merupakan faktor yang paling penting dan strategis mengingat peranannya sebagai pelaksana fungsi manajemen terhadap sumber daya lain. Pekerjaan yang bersifat padat karya membutuhkan perhatian lebih pada pengelolaan tenaga kerja. Pada pengusahaan komoditas, seperti teh, tenaga kerja mengambil hampir setengah dari total biaya produksi.
Dengan demikian,
pengendalian biaya melalui efisiensi, kontrol mutu, dan peningkatan produktivitas akan nyata pengaruhnya pada biaya pokok produksi, kualitas, dan delivery produk (Ghani, 2003).
Perkebunan teh sebagai penyedia lapangan kerja yang luas
memerlukan jumlah tenaga kerja yang cukup besar. Tenaga kerja sebagai aspek yang sangat penting dalam sebuah perkebunan memerlukan penanganan yang sangat baik (Gumilar, 2004). Pemetikan menyerap paling banyak biaya dan tenaga kerja. Ghani (2002) menyatakan tenaga kerja pemetik mengambil porsi 80-90 % tenaga atau 70-80 % dari total tenaga kerja perkebunan teh, sedangkan biaya pemetikan menghabiskan 65-75 % dari total biaya tanaman atau 40-50 % dari total biaya produksi kebun di luar biaya penyusutan aktiva. Menurut Ghani (2002), pemetik di perkebunan teh untuk satu kemandoran sebanyak 35-40 orang. Gumilar (2004) menyatakan standar kapasitas pemetik di Perkebunan Parakan Salak PTPN VIII adalah sebesar 34 kg/HK. Berdasarkan penelitian Hartopo (2005), standar kapasitas pemetik di PT Tambi Unit perkebunan Bedekah adalah 45 kg/HK. Penelitian yang dilakukan Gustiya (2005) di PTPN IX Pekalongan, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pemetik yaitu usia pemetik dan pengalaman kerja di kebun.
Usia pemetik < 40 tahun dengan
pengalaman lebih dari 10 tahun memiliki kapasitas petik yang paling tinggi. Surastri (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pemetik teh yaitu tingkat pendidikan, pengalaman kerja, usia pemetik dan jenis kelamin.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari 12 Februari 2009 sampai 12 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi bekerja secara aktif dalam kegiatan-kegiatan di kebun dengan melakukan pengamatan langsung keadaan lapangan atau teknis budidaya maupun manajerial, pengumpulan informasi dan data primer. Metode tidak langsung meliputi pengumpulan data sekunder dan studi pustaka. Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil melalui observasi lapang terhadap pengelolaan kebun dan wawancara serta diskusi dengan karyawan di lapang khususnya mengenai ketenagakerjaan. Pengumpulan data sekunder melalui laporan berkala, arsip kebun, dan data penunjang lainnya. Data sekunder yang diambil adalah data curah hujan, cuaca dan iklim, peta lokasi, luas lahan, produksi dan produktivitas. Selama kegiatan magang, penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor (mandor dan mandor besar) selama satu bulan dan pendamping asisten kepala bagian kebun selama satu bulan. Sebagai KHL, penulis bekerja langsung di pemeliharaan tanaman (pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, konservasi tanah dan pohon pelindung), pemetikan dan pengolahan.
Mahasiwa mengisi
jurnal harian kegiatan sebagai KHL seperti tercantum pada Lampiran 1. Pengumpulan data primer lebih banyak diambil ketika penulis bekerja sebagai KHL karena mahasiswa intensif bertemu dengan pemetik yang merupakan objek yang diamati dalam kegiatan magang. besar,
penulis
melakukan
Sebagai pendamping mandor/mandor
perencanaan,
pengawasan
dan
mengorganisir
pelaksanaan kerja KHL serta mengisi jurnal harian sebagai mandor/mandor besar yang tercantum pada Lampiran 2. Sebagai pendamping asisten kepala bagian kebun, penulis mempelajari cara-cara mengelola kebun (kegiatan manajerial), membina dan membimbing bawahan.
Mahasiswa pun mengisi jurnal harian
kegiatan magang sebagai asisten kepala bagian kebun pada Lampiran 3. Pengamatan dan Pengumpulan Data Parameter yang diamati pada kegiatan magang dengan aspek tenaga kerja pemetikan adalah sebagai berikut : 1. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Data yang diambil adalah jumlah tenaga kerja berdasarkan level kerjanya pada tingkat kebun. Pada tingkat pemetik data komposisi tenaga kerja yang akan dicari meliputi jumlah pemetik, jenis kelamin, usia tenaga kerja, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja. 2. Hanca Petik Hanca petik adalah luas areal petik yang selesai dipetik dalam satu hari. Data yang akan diambil adalah luasan yang dipetik oleh seorang pemetik per hari. Data pengamatan akan dikumpulkan selama pelaksanaan kegiatan pemetikan. 3. Kapasitas pemetik Data diperoleh dari data primer yaitu kapasitas pemetik (dalam kg) dalam satu hari. Data ini diperoleh dari keseluruhan tenaga pemetik dalam satu kemandoran. 4. Analisis petikan dan analisis pucuk Analisis petikan ialah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk yaitu petikan halus, medium dan kasar.
Analisis pucuk dilakukan dengan
mengelompokkan pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan yang tidak memenuhi syarat (TMS).
Diambil sampel 200 gram dari setiap kemandoran.
Data
pengamatan akan dikumpulkan selama pelaksanaan kegiatan pemetikan. 5. Produksi setelah pangkas Data yang diambil adalah kelompok blok tanaman berdasarkan umur pangkasnya yaitu 1 tahun setelah pangkas, 2 tahun setelah pangkas, 3 tahun setelah pangkas dan 4 tahun setelah pangkas serta produksi pucuk basah dan jumlah HOK yang dicurahkan pada setiap blok.
6. Sistem Upah dan Premi Pemetikan Data yang diambil yaitu sistem pengupahan dan premi serta jumlah/besaran upah dan premi berlaku di perkebunan. Dari data-data di atas pembahasan akan diarahkan kepada perbedaan produktivitas pemetik berdasarkan : •
Usia. Usia dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 15-45 tahun dan pemetik dengan usia ≥ 45 tahun
•
Latar belakang pendidikan.
Latar belakang pendidikan dikelompokkan
menjadi tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan lulusan sekolah dasar (SD) •
Pengalaman kerja. Pengalaman kerja dikelompokkan menjadi pemetik yang bekerja selama ≤ 10 tahun dan > 10 tahun Selain itu akan dilihat juga penggunaan tenaga kerja berdasarkan umur setelah
pangkas yang dihubungkan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.
Pengolahan Data Data produktivitas pemetik yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t-student dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Thitung =
( x1 − x2 ) 1 1 Sp. + n1 n2
2
dengan
Keterangan
:
x1 , x 2
: Nilai tengah contoh 1 dan 2
2
S1 , S 2 n1 , n2 Sp
2
(n − 1) S1 + (n − 1) S 2 Sp = n1 + n2 − 1
2
: Ragam contoh 1 dan 2 : Jumlah contoh 1 dan 2 : Simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thit>ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thit
KEADAAN UMUM Sejarah Perkebunan
PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta. Dari pertama kali didirikan, PT Perkebunan Tambi mengalami beberapa perubahan dalam hal kepemilikan. Pada Tahun 1865 perusahaan ini dimiliki oleh pemerintah Hindia Belanda dan disewakan kepada D.Van den Sluijs (kebun Tanjungsari) dan kepada W.D Jong (kebun Tambi dan Bedakah). Tetapi pada bulan Maret tahun 1865, perusahaan ini dibeli dan berpindah kepemilikan kepada Mr.P.Van den Berg, A.W Holle dan Ed.Yacobson yang kemudian dijadikan perusahaan yang bernama Bangelen Thee en Kina Maattchappij. Perusahaan ini dikuasai Jepang pada saat PD II dan beberapa kali diubah namanya menjadi SKK (Sai Bai Kigyo Kodan) yang kemudian menjadi SKR (Sai Bai Kigyo Rengokoi) yang berada di Semarang.
Tetapi setelah Indonesia
merdeka, kebun Tambi, Bedakah dan Tanjungsari diambil alih oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berkantor di Surakarta. Pada tahun 1949 terjadi KMB di Den Haag yang dilanjutkan dengan acara penyerahan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Hal ini berdampak pada perusahaan yang akhirnya dipindahtangankan kepada Bangelen Thee en Kina Maattchappij (sebagai pemilik semula). Tetapi pada tahun 1951, para mantan pegawai PPN melanjutkan pengelolaan perusahaan ini karena usaha perkebunan sudah cukup lama tidak dilanjutkan oleh Bangelen Thee en Kina Maattchappij. Pengelolaan kebun ini dilegalkan dengan keluarnya SK Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 8 Juni 1952. PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing (yang didirikan oleh mantan pegawai PPN) mengadakan kegiatan jual beli dari Bangelen Thee en Kina Maattchappij pada tanggal 17 Mei 1954. Setelah itu PT NV Eks Sindoro Sumbing mengadakan kesepakatan dengan Pemerintah Daerah Wonosobo untuk bersama-sama mengelola perkebunan dengan membentuk perusahaan baru pada tanggal 13 Juli 1957. Dalam pertemuan ini dicapai kata sepakat bahwa perusahaan yang awalnya bernama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi menjadi PT Perkebunan Tambi
yang modalnya 50 % dari PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing dan 50 % dari Pemerintah Daerah. PT Perkebunan Tambi memiliki kebun yang berjauhan. Untuk mengatasi biaya transportasi yang besar maka PT Perkebunan Tambi membangun tiga Unit Perkebunan yaitu Unit Perkebunan (UP) Tambi, UP Bedakah dan UP Tanjungsari. Namun pada tahun 1981, UP Tanjungsari sudah tidak melakukan kegiatan pengolahan sendiri dan pucuknya diolah di UP Tambi dan Bedakah. Tiap-tiap Unit Perkebunan ditempatkan kantor perwakilan yang mempunyai hak otonomi untuk mengurus rumah tangga UP sendiri. Untuk memudahkan koordinasi antar Unit Perkebunan dan memudahkan hubungan kerjasama dengan para relasi maka kantor Direksi dibangun di pusat kota Wonosobo, tepatnya di Jalan Tumenggung Jogonegoro nomor 39.
Letak Administratif
Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. UP Tambi berada pada ketinggian 1 000–2 100 meter di atas permukaan laut (m dpl). Jarak yang ditempuh untuk mencapai Unit perkebunan ini yaitu ± 16 km dari kota Wonosobo ke arah Utara dan di lereng sebelah barat Gunung Sindoro. Unit Perkebunan Tambi terbagi menjadi empat blok yang letaknya terpisah yaitu : − Blok Taman terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar dengan ketinggian
1 300-1 500 meter dari permukaan laut (m dpl) − Blok Pemandangan terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar dengan
ketinggian 1 500-2 100 m dpl − Blok Tanah hijau terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung dengan
ketinggian 1 000-1 250 m dpl − Blok Panama terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung dengan ketinggian
tempat 1 250-1 500 m dpl.
Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim
Jenis tanah Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan pH 4.5-5.0. Topografi lahan UP Tambi adalah datar sampai berombak dengan kemiringan 0-
45 %. Curah hujan selama 10 (sepuluh) tahun terakhir (1998-2008) berkisar antara 2 385-3 187 mm dengan rata-rata 2 929.82 mm per tahun dan hari hujan berkisar 113-215 hari dengan rata-rata 159.1 hari per tahun. Rata-rata bulan kering 2.5 dan rata-rata bulan basah 7.7. Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth Ferguson adalah tipe B. Data curah hujan selama sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 4. Suhu udara di UP Tambi berkisar antara 15-23
0
C
dengan kelembaban udara 85-90 %.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas keseluruhan areal Unit Perkebunan Tambi pada tahun 2009 adalah 273.17 ha dengan luas areal Tanaman Menghasilkan 247.55 ha.
Tanaman
menghasilkan terdiri dari dua areal yaitu Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) dan Tanaman Muda Menghasilkan (TMM). Luas areal Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) yaitu 71.68 ha dan luas areal Tanaman Muda Menghasilkan (TMM) yaitu 175.87 ha.
Sisa areal lahan terbagi untuk agrowisata, emplasment, jalan besar,
alur jurang dan lapangan. Data penggunaan lahan Unit Perkebunan Tambi tahun 2009 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Penggunaan Lahan di UP Tahun 2009 No Uraian A. Tanaman Teh 1 Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) 2 Tanaman Muda Menghasilkan (TMM) Jumlah A B. Lain-lain 1 Agrowisata 2 Emplasment 3 Jalan Besar 4 Alur Jurang 5 Lapangan Jumlah B A+B
Luas Areal (ha) 71.68 175.87 247.55 1.89 12.95 7.84 2.25 0.69 25.62 273.17
Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009
Keadaan Tanaman dan Produksi
Komoditas yang dibudidayakan adalah teh yang terdiri dari jenis seedling dan klonal antara lain Hybrid, Assamica, Cin 143, TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Pasir Sarongge (PS), Malabar Pasir Sarongge (MPS),
Kiara, dan variertas klon lokal yaitu Tambi Merah (TB Merah). Unit Perkebunan Tambi termasuk ke dalam kebun dataran tinggi dengan populasi untuk jenis seedling rata-rata 8 000-10 000 tanaman per hektar dengan jarak tanam 130 cm x 90 cm atau tidak beraturan dan populasi untuk tanaman jenis klonal yaitu 11 000 tanaman per hektar dengan jarak tanam 120 cm x 75 cm. Produksi pucuk basah Unit Perkebunan Tambi rata-rata selama kurun waktu lima tahun terakhir (2004-2008) mencapai 3 216 384 kg/tahun, produksi teh kering 659 455 kg/tahun dan produktivitasnya 2 972.17 kg/ha/tahun. Jika dibandingkan dengan PT Rumpun Saru Medini, Kendal, Jawa Tengah yang memiliki produktivitas teh kering 1 933 kg/tahun (Martlin, 2005) dan rata-rata produktivitas pekebunan swasta lain yang hanya berproduktivitas 980 kg/ha (Tabel 1) maka PT Perkebunan Tambi memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Rincian produksi dan produktivitas teh yang telah dicapai dari tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Jangkauan pemasaran teh yang dihasilkan yaitu 80% untuk ekspor, 15 % untuk memenuhi kebutuhan perusahaan lain dan 5% untuk lokal.
Pemasaran untuk ekspor meliputi Amerika Serikat, Kanada, Ukraina,
Jerman, Rusia, India dan Jepang. Tabel 4. Produksi dan Produktivitas Teh di UP Tambi Tahun 2004-2008 Tahun
Luas TM (ha)
2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata
222.72 230.58 235.65 247.55 247.55
Produksi Pucuk Basah (kg) 2 872 723 3 308 899 2 985 587 3 574 912 3 338 798 3 216 384
Produksi Pucuk Kering (kg) 673 587 693 195 649 890 773 098 730 316 659 455
Produktivitas Teh Kering (kg/ha/tahun) 3 024.00 3 006.00 2 757.86 3 123.00 2 950.00 2 972.17
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2009
Pada bulan Januari-Mei 2009, UP Tambi menargetkan produksi pucuk basah sebesar 1 483 000 kg. Realisasi pencapaian produksi sebesar 1 198 283 kg pucuk basah atau 80.8 % dari target yang ditetapkan.
Rincian rencana dan
realisasi produksi pucuk basah di UP Tambi periode Januari-Mei 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah di UP Tambi Periode Januari-Mei 2009 Blok Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Total
Produksi Pucuk Basah Rencana (kg) Realisasi (kg) 367 000 288 507 457 000 395 360 236 000 206 073 423 000 308 343 1 483 000 1 198 283
Pencapaian % 78.61 86.51 87.32 72.89 80.80
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2009
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur Organisasi dan Personalia
Struktur Organisasi di Unit Perkebunan Tambi ditetapkan berdasarkan SK Direksi dengan penetapan jabatan-jabatan dalam setiap organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan perusahaan.
Berdasarkan
struktur organisasi, UP Tambi dipimpin oleh seorang Pimpinan UP yang diangkat oleh Direksi. Dalam pelaksanaan pekerjaannya, Pimpinan UP Tambi dibantu oleh kepala bagian kantor, kepala bagian kebun dan kepala urusan pabrik. Peraturan hak dan kewajiban karyawan terdapat dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang disepakati oleh pihak Direksi PT Perkebunan Tambi sebagai pihak pengusaha dan Korp Karyawan Tambi (KKT) sebagai wakil pekerja. Adapun tanggung jawab dan fungsi masing-masing jabatan adalah sebagai berikut : Pimpinan Unit Perkebunan Pimpinan Unit Perkebunan Tambi bertanggung jawab kepada Direksi. Pimpinan Unit Perkebunan Tambi membawahi Kepala Bagian (Kabag) Kebun, Kabag Pabrik dan Kabag Kantor.
Fungsi jabatan ini adalah memimpin,
merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas sebagai Pimpinan Unit Perkebunan termasuk dalam kegiatan pengelolaan kebun dengan jabatan sebagai Pimpinan Unit Perkebunan dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Kepala Bagian Kebun Kepala Bagian Kebun bertanggung jawab kepada Pimpinan Unit Perkebunan.
Dalam struktur organisasi, Kepala Bagiam Kebun membawahi
Asisten Kepala Bagian Kebun. memimpin,
merencanakan,
Fungsi dari Kepala Bagian Kebun yaitu
mengatur,
mengkoordinasi
dan
mengawasi
pelaksanaan tugas bagian kebun Unit Perkebunan termasuk dalam kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Kepala Bagian Pabrik Kepala Bagian Pabrik bertanggung jawab kepada Pimpinan Unit Perkebunan. Kabag Pabrik membawahi Kepala Urusan Pengolahan, Kepala Seksi Teknik Pabrik dan Pelaksana Administrasi Pabrik. Fungsi Kabag Pabrik yaitu memimpin,
merencanakan,
mengatur,
mengkoordinasi
dan
mengawasi
pelaksanaan tugas bagian pabrik termasuk dalam kegiatan dalam kegiatan pengolahan hasil kebun, dan kegiatan pabrik lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Kepala Bagian Kantor Kepala Bagian Kantor bertanggung jawab kepada Pimpinan Unit Perkebunan. Kabag Kantor membawahi Kepala Seksi Bendahara, Kepala Seksi Pembukuan, Kepala Seksi Arsip dan Kepala Seksi Keamanan. Kabag Kantor berfungsi memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan tugas kegiatan kantor Unit Perkebunan termasuk dalam kegiatan kantor lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Jumlah karyawan tetap di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 349 orang. Karyawan tetap di Unit Perkebunan Tambi terdiri dari beberapa golongan yaitu karyawan I, karyawan II (A,B,C,D) dan karyawan borong. Karyawan-karyawan tersebut terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan. Jumlah dan komposisi karyawan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2009 disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah dan Komposisi Karyawan di UP Tambi Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7
Status Karyawan I Karyawan II E Karyawan II D Karyawan II C Karyawan II B Karyawan II A Karyawan Borong Jumlah
JK
Jml
L 7 3 11 12 26 43 62
P 2 1 1 7 174
164
185
9 3 12 13 26 50 236
S2 -
S1 1 -
D3 2 1 -
349
0
1
3
Pendidikan SLTA SLTP 6 2 7 2 4 4 13 4 4 7 20 11 38
28
Jml SD 1 3 4 8 29 181
TTSD 1 10 42
9 3 12 13 26 50 236
226
53
349
Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009
Sistem Pengupahan
Berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) pasal 18, gaji karyawan I dan karyawan II ditentukan oleh Direksi dengan mengacu pada Upah Minimum Kota (UMK). Untuk upah minimum karyawan II ditentukan berdasaskan UMK Wonosobo yaitu sebesar Rp 667 000.00/bulan. Sistem pengupahan karyawan borong berdasarkan upah borong per satuan dari setiap jenis pekerjaan yang diborongkan ditentukan dengan cara mengkalibrasi setiap jenis pekerjaan tersebut sehingga pekerja yang prestasinya normal dapat mencapai minimal sama dengan upah minimum karyawan II. Berdasarkan PKB pasal 19, upah karyawan I dan II dibayarkan satu bulan sekali yaitu pada tanggal 3. Upah karyawan borong dibayarkan setiap sepuluh hari sekali, yaitu pada tanggal 3, 13, dan 23. Selain itu pada setiap awal bulan (biasanya tanggal 3), setiap karyawan I, karyawan II dan karyawan borong tetap, diberikan natura oleh perusahaan berupa teh. Jumlah dan jenis teh dibedakan berdasarkan jabatan masing-masing karyawan.
Kesejahteraan Karyawan
Untuk menunjang kesejahteraan karyawan, Unit Perkebunan Tambi menyediakan fasilitas-fasilitas yaitu rumah dinas (untuk karyawan I dan II), Jamsostek, tempat ibadah, tempat olahraga, dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dilayani oleh dokter perusahaan seminggu dua kali yaitu pada hari rabu dan hari sabtu. Pelayanan kesehatan ini berlaku untuk karyawan I dan II (berlaku keluarga maksimal tiga anak), serta karyawan borong tetap dan pensiunan hanya untuk yang bersangkutan.
Perusahaan setiap tahun memberikan satu stel pakaian, cuti selama 14 hari, THR (Tanggungan Hari Raya) dan tunjangan cuti sebesar 1 (satu) bulan gaji. Selain itu perusahaan juga memberikan bonus dari kelebihan target produksi tahunan jika melebihi target perusahaan, gratifikasi atau laba usaha, premi, uang penghargaan sebesar 1-2 kali gaji jika masa kerja sudah mencapai 20 tahun dan mendapat DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja) kepada karyawan I dikelola di bawah pengawasan Departemen Keuangan dan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) untuk karyawan II dikelola oleh BNI.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Aspek teknis terbagi menjadi dua kegiatan yaitu aspek teknis kebun dan aspek teknis pabrik/pengolahan teh. Aspek teknis kebun terdiri dari kegiatan pembibitan, pemeliharaan tanaman menghasilkan dan pemetikan.
Kegiatan
pembibitan dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah sedangkan di Unit Perkebunan Tambi saat ini tidak ada pembibitan.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
Sejak tahun 2007, semua tanaman di Unit Perkebunan Tambi sudah termasuk dalam golongan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan pemeliharaan tanaman pun hanya difokuskan pada tanaman menghasilkan dengan tujuan agar tanaman tumbuh optimal dan dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan terdiri dari kegiatan pengendalian gulma, pemupukan
baik
melalui
tanah
maupun
daun,
pengendalian
penyakit,
pemangkasan, dan konservasi tanah.
Pengendalian Gulma
Gulma adalah semua jenis tanaman yang mengganggu keberadaan pada budidaya tanaman utama.
Tujuan pengendalian gulma yaitu untuk menekan
pertumbuhan gulma yang menyebabkan kerugian bagi tanaman pokok (tanaman teh). Jenis gulma yang paling dominan tumbuh di Unit Perkebunan Tambi yaitu Impatiens platypetala (pacar air), Ageratum conyzoides (wedusan/bandotan), Erechtites valerianifolia (sintrong), Cyperus sp, Borerria alata (kentangan), Chromolaena odorata (kirinyuh). Pengendalian gulma di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara kimiawi (chemical weeding), dan dengan cara manual/babad. Pelaksanaan pengendalian gulma dalam periode satu tahun dilakukan dua kali untuk kegiatan manual dan dua kali untuk kegiatan kimiawi dengan cara berseling satu sama lain.
Pengendalian gulma dengan cara kimiawi dilaksanakan untuk seluruh nomor kebun tahun pangkas I-IV. Dalam satu tahun dilakukan dua kali aplikasi yaitu pada bulan Februari-Mei dan September-November.
Herbisida yang
digunakan yaitu herbisida yang bersifat kontak dan sistemik. Herbisida kontak yang digunakan berbahan aktif paraquat dengan dosis 1.5 liter/ha.
Herbisida kontak ini diaplikasikan pada tanaman dengan tahun
pangkas III dan IV yang dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada bulan Februari-Mei dan September-Oktober. Herbisida sistemik yang digunakan berbahan aktif glifosat dengan dosis 2 liter/ha. Herbisida sistemik ini diaplikasikan pada tanaman dengan tahun pangkas I dan II yang dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada bulan FebruariApril dan September-Oktober.
Pengendalian dengan menggunakan herbisida
sistemik dan kontak dilakukan pada 50 % dari luas total semester I dan 50 % dari luas total semester II. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimia di Blok Taman dan Tanah Hijau. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 0.7 ha /HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.78 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.4 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia Pengendalian gulma dengan cara manual/babad, dilakukan dengan cara membabad gulma dengan menggunakan parang/sabit atau pun mencabut gulma dengan tangan yang berada di atas bidang petik.
Pembabadan dengan
menggunakan parang/sabit dilakukan dengan circle weeding dan clean weeding.
Pengendalian gulma dengan cara manual atau babad dilakukan untuk semua nomor kebun dengan tahun pangkas I-IV. Dalam satu tahun pengendalian gulma ini dilakukan hanya dua kali aplikasi yaitu pada bulan Januari-Maret dan Agustus-Oktober. Kegiatan ini dilakukan pada 50 % dari luas total semester I dan 50 % dari luas total semester II yang berselingan dengan pengendalian kimiawi (chemical weeding). Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual di Blok Taman. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 0.04 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.04 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.01 ha /HK. Kegiatan pengendalian gulma secara manual dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Manual
Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan oleh tanaman. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan ini harus dilakukan dengan dosis, cara, waktu dan jenis yang tepat. Jenis dan kebutuhan pupuk setiap Unit Perkebunan ditentukan olah Direksi PT Tambi berdasarkan anggaran yang tersedia.
Pemupukan di Unit
Perkebunan Tambi dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan melalui tanah dan pemupukan melalui daun. Dosis pupuk tanah yang diberikan untuk setiap blok berbeda-beda tergantung kepada produktivitas tanaman, populasi tanaman, keluasan nomor kebun dan aplikasi berdasarkan tahun setelah pangkas.
Pemupukan melalui tanah dilakukan dua kali aplikasi dalam satu tahun, yaitu pada semester I (Februari-Maret) dan semester II (Oktober-November). Penggunaan N pada kegiatan pemupukan sebesar 8 % dengan jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (46 % N), Rock Phospate (30 % P205), KCl (60 % K20), dan Kiserit (27 % MgO) dengan komposisi 5:1:2:0.5. Aplikasi per hektar untuk tahun pangkas I dan tahun pangkas IV adalah 90 % dan untuk tahun pangkas II dan tahun pangkas III adalah 110 % dari total bahan blok masing-masing. Kegiatan pemupukan melalui tanah dilakukan dengan cara dibenamkan sekitar tanaman kurang lebih 20-25 cm dari pangkal batang perdu teh dengan kedalaman lubang pupuk 10-15 cm. Penempatan pupuk bergantian pada semester I dan semester II yaitu di depan dan di samping sejajar tanaman. Penulis melakukan kegiatan pemupukan melalui tanah di Blok Taman, Pemandangan, Tanah Hijau dan Panama. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 0.12 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.086 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.025 ha /HK. Kegiatan pemupukan melalui tanah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kegiatan Pemupukan melalui Tanah Pupuk daun yang digunakan adalah ZnS04, ZA, dan KCl. Dosis ZnS04 yang digunakan adalah 2.5 kg/ha yang dilaksanakan 3 (tiga) bulan/tahun dengan aplikasi pada bulan Februari, April, dan Agustus.
Pupuk ZA dan KCl
dilaksanakan 4 (empat) bulan/tahun yang diaplikasikan pada bulan Mei, Juni, Juli, dan September. Alat yang digunakan yaitu dengan knapsack sprayer dan mist blower.
Penulis melakukan kegiatan pemupukan melalui daun di Blok Tanah Hijau. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 1.152 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 1.152 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.348 ha /HK. Kegiatan pemupukan melalui daun dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kegiatan Pemupukan melalui Daun
Pengendalian Penyakit
Keberadaan penyakit tanaman teh sangat merugikan dan jika tidak dikendalikan dapat menurunkan produksi secara ekonomi. Maka dari itu pengendalian penyakit mendapatkan perhatian yang besar. Penyakit yang paling sering dijumpai di Unit Perkebunan Tambi ini yaitu penyakit cacar daun teh (Blister blight). Penurunan produksi yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat mencapai 50 %. Penyakit cacar daun teh ini disebabkan oleh cendawan dari filum Basidiomycota yaitu Exobasidium vexans. Penyebarannya dilakukan melalui spora yang dapat diterbangkan oleh angin, serta dapat juga terbawa oleh serangga dan manusia. Perkembangan penyakit cacar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelembaban udara, sinar matahari, angin, ketinggian tempat dan sifat tanaman. Jika kelembaban udara tinggi yaitu sekitar 80-90 %, sinar matahari terhambat dan juga tiupan angin yang kurang maka penyakit ini dapat berkembang dengan cepat. Selain itu semakin tinggi letak kebun, kabut suhu rendah, kelembaban makin tinggi sehingga semakin tinggi potensi terserang penyakit ini. Jika pada tanaman tersebut banyak terdapat bulu pada peko dan
stomata sedikit maka dapat mempertinggi ketahanan terhadap penyakit cacar contohnya pada klon Gambung, Tambi Merah, MPS, Cin 143, dll. Pengendalian terhadap penyakit cacar daun teh dilakukan melalui dua cara yaitu cara mekanis/kultur teknis dan dengan cara kimiawi. Cara mekanis/kultur teknis dilakukan dengan pengendalian gulma, pemangkasan ranting dan cabang tanaman pelindung yang terlampau rimbun, pengaturan pemangkasan menjelang musim kemarau dan daur petik yang pendek. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida dengan dosis 0.2 kg/ha dan penggunaan air sebanyak 150 l/ha. Aplikasi dilakukan pada bulan Januari-April dan SeptemberDesember.
Pengendalian penyakit biasanya dilakukan bersamaan dengan
pemupukan melalui daun. Alat yang digunakan yaitu mist duster/mist blower berkapasitas 10-12 l.
Penyemprotan dilakukan dengan memperhatikan sudut
antara bidang petik tanaman teh dengan mulut semprot, dipertahankan 45
0
agar
mist yang dihasilkan dapat mencapai jarak yang optimum dan dapat tersebar rata pada daun teh. Penyemprotan diusahakan tidak melawan arah angin. Penyemprotan dilakukan sehabis melakukan pemetikan dan batas maksimal 6 (enam) hari sebelum pemetikan kembali. Penulis melakukan kegiatan pengendalian penyakit cacar di Blok Tanah Hijau. Standar prestasi kerja yang berlaku di perusahaan yaitu 1.152 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 1.152 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.348 ha /HK.
Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi adalah pangkasan produksi dengan jenis pangkasan bersih yang bidang pangkasnya rata dengan kemiringan tanah. Kegiatan pemangkasan bertujuan untuk meremajakan tunas agar selalu pada fase vegetatif, mempermudah pemeliharan, mempermudah pemetikan, meningkatkan produksi, dan memudahkan pemetik agar tajuk dapat dijangkau. Kegiatan pemangkasan ini dilakukan tanpa ajir dengan kenaikan ratarata 5 cm diatas luka lama atau ajir menurut kondisi tanaman setempat. Pemangkasan dilakukan dengan ketinggian 50-60 cm dari permukaan tanah.
Kegiatan pemangkasan dilakukan pada seluruh blok.
Pada Blok
Pemandangan kegiatan pemangkasan ini dilakukan 100 % pada semester I. Untuk Blok Taman, Panama dan Tanah Hijau 60-70 % pada semester I dan 30-40 % pada semester II. Pelaksanaan pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan dengan cara mengelilingi sisi perdu searah jarum jam (tidak diizinkan setengahsetengah memangkas perdu). Ranting yang berdiameter kurang dari 1 cm dibuang atau diwiwil. Luka pangkas saling berhadapan ke dalam seperti mangkok, bagian tengah lebih rendah daripada tepi dengan luka pangkas membentuk sudut 45 0. Selain itu cabang dengan arah melintang dihilangkan juga. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan selama lima hari di Blok Taman, Pemandangan, Tahan Hijau, dan Panama. Standar prestasi yang berlaku pada perusahaan yaitu 0.04 ha/HK. Prestasi karyawan yaitu sebesar 0.056 ha/HK sedangkan prestasi rata-rata mahasiswa yaitu 0.0054 ha/HK.
Kegiatan
pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kegiatan Pemangkasan Bersih
Konservasi Tanah
Konservasi
tanah
yaitu
suatu
usaha
untuk
melindungi
atau
mempertahankan dan meningkatkan lapisan dan kesubuan tanah serta mengatur dan mengurangi hilangnya sumber daya air akibat faktor alam. Konservasi tanah di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan cara pembuatan lubang tadah, guludan dan porokan.
Lubang Tadah. Kegiatan pembuatan lubang tadah disesuaikan dengan
kemiringan/kontur lahan. Semakin miring lahan maka pembuatan lubang tadah semakin banyak. Tujuan dari pembuatan lubang tadah yaitu untuk menahan dan mengurangi laju air yang menyebabkan terkikisnya lapisan tanah (erosi). Alat yang digunakan untuk membuat lubang tadah yaitu cangkul. Teknik pembuatan lubang tadah yaitu menggali tanah sedalam 25 cm dengan lebar sekitar 20 cm atau selebar cangkul.
Panjang dari pembuatan lubang tadah ini
menyesuaikan dari panjang barisan tanaman.
Pembuatan lubang tadah ini
biasanya setiap 8 baris. Tetapi jika lahan semakin miring, pembuatan lubang tadah dapat dibuat setiap 2-4 baris tanaman. Pembuatan lubang tadah ini dilakukan pada semua blok dengan luasan 61.79 ha (pada lahan yang baru selesai dipangkas). Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari-Maret dan Oktober-November. Mahasiswa melakukan kegiatan pembuatan lubang tadah pada Blok Panama.
Standar prestasi yang berlaku pada perusahaan yaitu 0.04 ha/HK
Prestasi karyawan yaitu sebesar 0.04 ha/HK sedangkan prestasi mahasiswa yaitu 0.01 ha/HK. Gambar lubang tadah dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Lubang Tadah
Pembuatan Guludan. Pembuatan guludan dilakukan pada areal paling bawah
dan kanan kiri lahan yang memungkinkan keluarnya air dari dalam lahan. Tujuan dari pembuatan guludan yaitu mengusahakan agar laju air tidak keluar dari lahan
dan unsur organik tetap pada lahan tersebut. Ukuran tinggi guludan yaitu sekitar 60 cm. Mahasiswa melakukan kegiatan pembuatan guludan pada Blok Panama. Standar prestasi yang berlaku pada perusahaan yaitu 0.04 ha/HK.
Prestasi
karyawan yaitu sebesar 0.04 ha/HK sedangkan prestasi mahasiswa yaitu 0.01 ha/HK. Kegiatan pembuatan guludan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Kegiatan Pembuatan Guludan Porokan. Kegiatan porokan dilakukan empat tahun sekali pada lahan yang baru
dipangkas. Tujuan dari kegiatan porokan ini adalah untuk menggemburkan tanah. Pembuatan porokan dilakukan di setiap baris tanaman dan sela-sela tanaman. Alat yang digunakan untuk membuat porokan yaitu garpu. Jenis porokan yang dilakukan yaitu porok ungkad.
Pelaksanaan porok
ungkad yaitu dilakukan
dengan cara menancapkan garpu ke tanah, ditekan sampai batas atas garpu lalu mengangkat garpu ke arah atas tapi tidak sampai membalik tanah. Mahasiswa tidak langsung melakukan kegiatan porokan tetapi hanya ikut mengawasi kegiatan pengawasan (ketika menjadi pendamping kepala blok). Kegiatan pengawasan porokan dilakukan di Blok Pemandangan.
Pohon Pelindung
Pohon pelindung sangat dibutuhkan oleh tanaman teh.
Tujuan dari
penanaman pohon pelindung antara lain mengatur suhu dan kelembaban tanah, mengurangi dan mencegah hilangnya bahan organik (pupuk hijau), mengurangi
penguapan air dari tanah dan daun. Selain itu fungsi pohon pelindung yaitu sebagai penahan angin, mengurangi radiasi sinar ultraviolet dan mengurang erosi. Pohon pelindung ada dua macam yaitu pohon pelindung permanen dan pohon pelindung sementara. Pohon pelindung permanen diutamakan pada lahan yang masih kosong dan kurang tanaman pelindung. Contoh dari pohon pelindung permanen yaitu mintoa, segon, lamtoro, lamtoro merah, akasia dan saman. Pohon pelindung sementara mempunyai fungsi sebagai pupuk hijau. Penanaman pohon pelindung sementara pada lahan yang baru dilakukan pemangkasan dan pohon pelindung ini dapat dipangkas pada umur 1-2 tahun.
Tanaman pelindung
sementara yang digunakan di UP Tambi yaitu Crotalaria sp, Sisbania sp dan Tephrosia sp. Pemeliharaan pohon pelindung dilakukan dengan cara merempel yaitu memotong cabang atau ranting yang berada di atas bidang petik. Mahasiswa melakukan pemeliharaan pohon pelindung satu kali pada Blok Taman. Standar prestasi yang berlaku pada perusahaan yaitu 600 pohon/HK Prestasi karyawan yaitu sebesar 600 pohon/HK sedangkan prestasi rata-rata mahasiswa yaitu 100 pohon/HK.
Mahasiswa tidak langsung melakukan
penanaman pohon pelindung tetapi hanya ikut mengawasi saja.
Mahasiswa
mengawasi penanaman pohon pelindung sementara pada Blok Tanah Hijau.
Pemetikan
Pemetikan yaitu kegiatan pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan atau syarat olah yang berada di atas bidang petik secara berkesinambungan.
Tujuan kegiatan pemetikan ini yaitu membentuk kondisi
tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkelanjutan.
Prinsip petik
adalah produksi diperoleh secara optimal dengan kapasitas petik maksimal tanpa mengabaikan aspek kesehatan tanaman, mutu daun, dan produksi yang berkesinambungan.
Jenis Pemetikan
Jenis pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi adalah pemetikan jendangan dan
pemetikan produksi.
Pemetikan jendangan yaitu
pemetikan pada tahap awal yang dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM)
setelah pemangkasan.
Tujuan pemetikan jendangan ini adalah memperluas
bidang petik dan membentuk daun pemeliharaan. Pemetikan jendangan dilakukan jika 70 % areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Indikator yang bisa dijadikan patokan untuk dapat melakukan petik jendangan yaitu apabila pembentukan daun sekunder minimal 3 lembar dan tebal daun pemeliharaan minimal sekitar 15-20 cm dari luka pangkas. Siklus petik yang diterapkan untuk pemetikan jendangan adalah sekitar 6-8 kali pemetikan dengan siklus 6 hari, setelah itu dilanjutkan dengan pemetikan produksi. Pemetikan produksi yaitu pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan dengan pembentukan bantalan daun yang telah mencukupi sampai tanaman menjelang dipangkas kembali. Tujuan dari pemetikan produksi yaitu menghasilkan pucuk semaksimal mungkin. Berdasarkan rumus petik, petikan yang ditentukan oleh PT Perkebunan Tambi yaitu petikan medium dengan rumus p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, b+3m.
Berdasarkan alat yang digunakan,
pemetikan yang digolongkan menjadi petik tangan (manual) dan petik gunting. Kegiatan pemetikan dengan gunting dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kegiatan Pemetikan dengan Gunting
Jenis Petikan
Jenis petikan adalah macam pucuk yang dihasilkan dari kegiatan pemetikan. Berdasarkan rumus daun, jenis petikan digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu petikan halus, petikan medium, dan petikan kasar. Rumus petikan halus yaitu p+1, p+2m, dan b+1m. Petikan medium memiliki rumus yaitu p+2m,
p+3m, p+3, b+1m, dan b+2m. Rumus petikan kasar yaitu p+4, p+5, b+1, b+2, b+3 dan seterusnya. Standar petikan yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Tambi adalah petikan medium. Petikan medium diterapkan oleh perusahaan karena petikan ini menghasilkan kualitas teh yang baik dengan kuantitas yang cukup tinggi. Perusahaan tidak menerapkan petikan halus karena walau kualitas yang dihasilkan sangat baik tetapi kuantitasnya rendah, sedangkan petikan kasar menghasilkan kualitas yang rendah.
Kedua petikan tersebut tidak sesuai dengan prinsip
perusahaan yang berorientasi bisnis. Persentase yang dikehendaki yaitu 70 % petikan medium, 5 % petikan halus, 15 % petikan kasar dan 10 % lembaran/tangkai (petikan rusak).
Siklus Petik
Siklus petik yaitu jangka waktu dari saat pemetikan ke pemetikan yang berikutnya (jangka waktu antar dua gilir pemetikan) pada suatu areal kebun yang dinyatakan dalam hari. Siklus petik dipengaruhi oleh klon, kesuburan tanah, kesuburan tanaman, iklim, cuaca, umur tanaman setelah pangkas, dan ketinggian tempat. Dari kombinasi faktor-faktor tersebut maka dapat ditentukan siklus petik pada suatu areal kebun. Siklus petik di Unit Perkebunan Tambi berbeda-beda untuk setiap blok. Blok Taman dan Pemandangan melaksanakan siklus petik 12-15 hari sekali. Hal ini dikarenakan pertumbuhan pucuk pada kedua blok lebih lambat dibandingkan blok lain. Pada blok Pemandangan, siklus petik bisa mencapai 15 hari jika hanca tidak terjangkau. Blok Tanah Hijau dan Panama melaksanakan siklus petik 9-12 hari. Pengaturan siklus petik ditentukan oleh mandor petik.
Hanca Petik
Hanca petik yaitu luas areal yang selesai dipetik dalam satu hari oleh seorang pemetik. Hanca petik ini mempengaruhi siklus petik. Semakin pendek siklus petik maka semakin luas hanca petik. Pengaturan hanca petik ditentukan oleh mandor pemetikan. Luas areal petik, jumlah pemetik serta rasio pemetik dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan Rasio Pemetik Blok
Luas Areal Petik (Ha) 58.05 76.80 41.35 71.35 247.55
Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Total
Siklus Petik (hari) 13 14 9 12 12
Jumlah Pemetik (orang) 55 69 36 64 224
Rasio (ha/HK) 0.075 0.074 0.115 0.086 0.085
Sumber : Diolah dari data Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2009
Untuk mengetahui luas areal yang dapat diselesaikan Unit Perkebunan Tambi dan hanca pemetik dalam satu hari, maka dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut : Luas areal/hari = Luas Areal Produktif Siklus petik+1 = 247.55 = 19.04 ha/hari 12+1 Hanca Pemetik =
Luas Areal/hari
Jumlah Pemetik (orang) = 19.04 ha
= 0.085 ha/orang atau 2.125 patok/orang
224 orang Berdasarkan perhitungan hanca petik di atas, diketahui bahwa hanca petik per hari yang harus diselesaikan Unit Perkebunan Tambi adalah 19.04 ha. Jika dihubungkan dengan jumlah pemetik, maka diketahui bahwa hanca petik per pemetik yaitu seluas 0.085 ha.
Kapasitas Pemetik
Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang dapat dipetik per hari oleh pemetik yang dinyatakan dalam kilogram. Kapasitas pemetik ini dipengaruhi oleh keterampilan pemetik, masa/lama kerja, usia pemetik, iklim, populasi tanaman dan topografi lahan. Rata-rata kapasitas pemetik pada bulan Januari sampai Mei tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Tambi Bulan Januari-Mei Tahun 2009 Bulan Taman Januari Februari Maret April Mei Rata-rata
32.39 62.76 49.93 32.92 66.22 48.84
Kapasitas Pemetik (kg/HK) Pemandangan Tanah Hijau 46.72 32.38 42.19 58.12 70.87 62.29 43.88 33.71 63.98 68.87 53.53 51.07
Rata-rata Panama 21.79 36.02 60.88 26.51 67.25 42.49
33.32 49.77 60.99 33.70 66.34 48.82
Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Tambi 2009
Mahasiswa melakukan kegiatan pemetikan sebanyak 14 (empat belas) kali. Kegiatan sebagai pemetik ini dilakukan di Blok Taman, Pemandangan, Tanah Hijau, dan Panama. Kapasitas petik rata-rata yang diperoleh mahasiswa yaitu 8 kg/HK. Kapasitas petik ini lebih kecil dibandingkan standar kapasitas petik yang berlaku yaitu 55 kg/HK. Hal ini dikarenakan mahasiswa kurang berpengalaman dan belum terampil dalam melakukan kegiatan pemetikan.
Sistem Pemetikan
Sistem pemetikan yang diterapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah sistem hanca petik. Sistem hanca petik ini dibagi menjadi sistem hanca petik kelompok dan sistem hanca petik individu. Sistem hanca petik kelompok maksudnya pemetik dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok akan dibagi areal petik yang harus diselesaikan. Sistem hanca petik kelompok individu maksudnya sama dengan sistem sawahan kelompok tetapi di dalam kelompok akan dibagi lagi areal petik per individu, sehingga setiap individu mempunyai tanggung jawab areal masing-masing. Sistem hanca petik kelompok dilaksanakan pada Blok Panama, sedangkan sistem hanca petik kelompok individu diterapkan pada Blok Taman, Pemandangan, dan Tanah Hijau. Keuntungan dari sistem hanca petik yaitu pemetik lebih memiliki motivasi kerja yang tinggi karena sudah mempunyai tanggung jawab areal sendiri, produktivitas per individu pemetik lebih mudah untuk dinilai.
Pemetik juga akan
lebih berhati-hati dalam memetik karena jika tidak, pada siklus berikutnya kuantitas serta kualitas pucuk/daun yang baik tidak dapat berkesinambungan dan
hal itu akan merugikan pemetik sendiri. Kerugian dari sistem ini yaitu mandor pemetikan harus lebih teliti dalam pengawasan karena letak areal petik yang diawasi tersebar.
Pelaksanaan Pemetikan
Sebelum melaksanakan kegiatan pemetikan, yang harus dilakukan adalah menyiapkan peralatan pemetikan.
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan
pemetikan yaitu sramben/celemek plastik, sepatu boot, junak/keranjang, waring lembar, waring kantong dan gunting petik.
Pada saat pemetikan, pemetik
menggendong keranjang berkapasitas 5 kg untuk menyimpan pucuk dan keranjang tidak boleh disimpan di atas perdu teh. Jika keranjang sudah penuh, maka pucuk segera dipindahkan ke waring lembar.
Jika pucuk akan dibawa ke
pabrik maka pucuk dipindahkan ke waring kantong. Waktu pelaksanaan kegiatan pemetikan yaitu pukul 06.00-12.00 WIB. Jika pucuk di lapangan sedang tipis maka kegiatan pemetikan dilakukan pada pukul 06.00-10.00 WIB. Jika pucuk di lapangan sedang melimpah maka kegiatan pemetikan dilakukan pukul 06.00-15.00 WIB atau pun bisa lebih tergantung dari kondisi pucuk di lapangan. Setiap kegiatan pemetikan, luas areal yang telah direncanakan untuk dipetik harus benar-benar diselesaikan.
Hal ini untuk
menghindari pucuk yang terlambat dipetik (kaboler), hanca dan siklus petik yang tidak teratur serta perkembangan hama dan penyakit yang dapat merugikan kualitas pucuk. Kegiatan pemetikan dilakukan dengan dua cara yaitu pemetikan manual (tangan) dan pemetikan gunting.
Pemetikan manual dilakukan dengan cara
ditaruk yaitu memetik pucuk dengan ibu jari dan telunjuk satu per satu. Pemetikan yang dilarang adalah pemetikan dengan cara dijambret yaitu dilakukan dengan lima jari tangan. Pemetikan gunting dilakukan dengan alat bantu gunting petik. Pemetikan gunting dilaksanakan ketika keadaan pucuk di lapangan sedang melimpah dan tidak terjangkau dengan manual serta banyak terdapat pucuk yang terlambat dipetik (kaboler).
Untuk pelaksanaan pemetikan gunting, harus
dilakukan secara hati-hati supaya cadangan pucuk tidak terambil.
Pada kegiatan pemetikan, pucuk/daun yang dipetik yaitu yang telah manjing dan pucuk burung diatas bidang petik harus bersih. Hal yang dilarang untuk dilakukan ketika sedang melakukan pemetikan yaitu memetik pucuk yang belum manjing dan peko atau burung yang berada di bawah bidang petik (merogoh), menggenggam pucuk dalam kepalan tangan terlalu lama dan menjejalkan pucuk dalam junak/keranjang. Jalannya kegiatan pemetikan harus sesuai dengan kontur barisan tanaman dan dilakukan dari barisan paling bawah/ paling jauh dari tempat penimbangan hasil (TPH).
Analisis Petikan
Analisis petikan adalah mengelompokkan pucuk hasil pemetikan berdasarkan rumus petik sesuai klasifikasi yang ditentukan dan dinyatakan dalam persen (%). Analisis petikan dilakukan di kebun. Tujuan dilakukan analisis petikan yaitu mengetahui keterampilan pemetik, kondisi kebun, peramalan jadwal petik dan mutu hasil akhir. Analisis petikan tidak dilakukan di Unit Perkebunan Tambi.
Untuk
mengetahui keterampilan pemetik dan kondisi pucuk di lapang, maka mahasiswa melakukan analisis petikan sendiri. Analisis dilakukan dengan cara mengambil segenggam pucuk yang telah dibeberkan pada bak pelayuan di pabrik. Pengambilan pucuk ini diambil dari sepuluh tempat yang berbeda pada bak pelayuan tersebut. Pucuk yang telah terambil kemudian dicampur, lalu diambil sampel 200 gram. Sampel tersebut dikelompokkan berdasarkan rumus petik. Kegiatan yang dilakukan kemudian adalah menghitung persentase masing-masing pucuk sesuai dengan rumus petiknya dengan cara bobot pucuk setiap rumus petik dibandingkan dengan bobot total sampel (200 gram). Hasil analisis petikan pada setiap blok dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Persentase Analisis Petikan pada Setiap Blok Blok Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Rata-rata
Petikan Halus 2.50 3.00 3.50 1.00 2.50
Persentase (%) Petikan Petikan Medium Kasar 25.00 51.50 26.50 54.00 26.00 58.00 27.50 45.50 26.25 52.25
Pucuk Rusak 21.35 16.50 12.50 26.00 19.00
Sumber : Pengamatan langsung di Lapang
Penimbangan dan Perlakuan Pucuk Basah di Kebun
Penimbangan pucuk basah dilakukan setelah truk pengangkut pucuk yang membawa waring kantong datang.
Penimbangan dapat dilakukan 1-2 kali
tergantung keadaan pucuk di lapang. Lokasi penimbangan diusahakan sedekat mungkin dengan lokasi pemetikan. Kegiatan penimbangan biasanya dilakukan di brak yaitu tempat khusus penimbangan pucuk di lapangan.
Penimbangan
dilakukan oleh juru timbang dan pendapatan/kapasitas pemetik ditulis di klat petik oleh mandor pemetikan. Pucuk dari waring lembar dipindahkan ke waring kantong.
Waring
kantong diisi maksimal 25 kg karena jika lebih dari itu pucuk menjadi rusak. Setelah diisi, waring kantong diletakkan di tempat teduh untuk menghindari sinar matahari (sambil menunggu giliran ditimbang). Waring kantong yang telah terisi dilarang untuk disiram air, ditumpuk dan diduduki.
Pengangkutan Pucuk ke Pabrik
Prinsip pengangkutan pucuk yaitu semakin cepat pucuk sampai ke pabrik maka semakin baik. Kegiatan pengangkutan ini dilakukan dengan truk berkapasitas 2.5 ton. Truk harus dalam keadaan bersih dan dialasi dengan terpal untuk menghindari kontaminasi. Waring kantong (yang telah terisi) yang sudah ditimbang disusun di dalam truk. Penyusunan waring kantong harus longgar agar sirkulasi udara terjaga. Apabila terlalu padat maka akan mengakibatkan terjadi panas dan dapat merusak fisik daun yang mengakibatkan terjadinya fermentasi awal sehingga mutu teh menjadi turun. Pada saat pengangkutan pucuk dilarang
ada barang lain atau orang yang berada di atas truk selain petugas yang diperkenankan. Setelah selesai menyusun waring, maka atas truk ditutup terpal untuk menghindari sinar matahari langsung. Pengolahan Pucuk Teh
Produk yang dihasilkan oleh Unit Perkebunan Tambi adalah teh hitam. Teh hitam diolah melalui fermentasi. Sistem pengolahan yang dilakukan adalah sistem pengolahan teh hitan ortodox rotorvane. Pengolahan teh hitan ortodox rotorvane maksudnya teh hitam diolah melalui proses pelayuan, penggilingan, fermentasi (oksidasi enzimatis), pengeringan, sortasi kering hingga terbentuk teh jadi yang kemudian dapat dilakukan pengepakan.
Penerimaan Pucuk Segar dari Kebun
Sesampainya pucuk di pabrik, maka sesegera mungkin dilakukan penimbangan. Kegiatan penimbangan dilakukan oleh mandor pabrik. Tumpukan waring pada timbangan maksimal 5 waring. Setelah ditimbang waring dibongkar dan dimasukkan segera ke dalam bak pelayuan. Hasil timbangan ditulis pada klat penimbangan kemudian dihitung selisihnya dengan hasil penimbangan di kebun. Hasil penimbangan di pabrik biasanya lebih rendah dibandingkan hasil penimbangan di kebun karena kandungan air dalam pucuk teh menurun akibat proses penguapan selama berada dalam truk. Standar selisih bobot pucuk dari kebun ke pabrik yaitu ± 2 %. Selisih timbangan bobot pucuk di kebun dan di pabrik disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Selisih Timbangan Bobot Pucuk di Kebun dan di Pabrik pada Bulan Januari-Mei 2009 Bulan Januari Februari Maret April Mei Jumlah
Bobot Pucuk Kebun 172 883 235 320 300 492 167 634 341 535 1 217 864
Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Tambi 2009
Pabrik 169 541 230 807 294 799 164 848 338 288 1 198 283
Selisih (%) 1.93 1.91 1.89 1.66 0.95 1.60
Analisis Pucuk
Analisis pucuk yaitu pemisahan pucuk muda dan tua berdasarkan kriteria memenuhi syarat olah (MS) dan tidak memenuhi syarat olah (TMS) yang dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai kondisi pucuk daun teh yang akan diolah dan memperkirakan persentase mutu teh yang akan dihasilkan. Selain itu tujuan dari analisis pucuk yaitu menentukan premi pemetik dan menentukan apakah pemetik layak mendapatkan premi atau tidak. Analisis pucuk yang baik dan merupakan syarat pemetik mendapatkan premi yaitu pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) > 50 %. Pengambilan sampel pucuk yang akan dianalisis segera setelah pucuk dari blok kebun dibeber di kotak pelayuan dengan cara mengambil dari sepuluh tempat secara acak dengan cara tangan masuk ke dalam hamparan pucuk dan diangkat dari dalam/bawah ke atas. Sampel yang sudah terambil dicampur secara merata. Dari sampel tersebut, diambil pucuk sebanyak 200 gram untuk dianalisis. Jumlah sampel dihitung dengan kelipatan 500 gram (setiap 500 kilogram pucuk, 1 sampel=200 gram). Analisis pucuk dilakukan dengan cara menimbang 200 gram pucuk dengan kelipatan 500 kg untuk setiap penimbangan. Pucuk-pucuk tersebut dipisahkan berdasarkan pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) (p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m) dengan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) (b+1, b+2, b+3, lembaran dan tangkai) berdasarkan rumus petik medium dan tanpa melihat kerusakan pucuk. Kegiatan selanjutnya yaitu menimbang bagian pucuk yang memenuhi syarat olah maupun yang tidak memenuhi syarat olah secara terpisah dan dinyatakan dalam persen (%). Pucuk yang terserang penggulung daun dan penggulung pucuk, tidak ikut dianalisis. Cara menghitung rata-rata analisis pucuk dari setiap blok kebun untuk setiap penimbangan dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil analisisnya dibagi berapa kali analisis. Menghitung rata-rata analisis pucuk dari setiap penimbangan dengan jumlah produksinya kemudian menjumlahkan hasil perkalian tersebut dari penimbangan pertama dan selanjutnya dibagi jumlah produksi blok kebun tersebut hari ini. Untuk menghitung rata-rata analisis pucuk untuk Unit Perkebunan Tambi dengan cara menjumlahkan hasil perkalian antara rata-rata analisis dengan jumlah
produksi pucuk untuk setiap blok kebun kemudian dibagi jumlah seluruh produksi pucuk Unit Perkebunan Tambi hari ini. Kegiatan analisis ini dilakukan oleh dua orang tenaga analisis yang terampil. Analisis pucuk pada bulan Februari-Mei 2009 disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Pucuk Rata-rata Bulan Februari-Mei 2009 di UP Tambi Blok
Februari MS TMS Taman 53.43 46.57 Pemandangan 48.83 51.17 Tanah Hijau 48.69 51.31 Panama 50.42 49.58 Rata-rata 50.64 49.36
Maret MS TMS 51.99 48.01 50.75 49.25 44.89 55.11 46.42 53.58 48.45 51.55
April MS TMS 52.47 47.53 50.31 49.69 50.94 49.06 51.90 48.10 51.26 48.74
MS 51.70 53.25 50.77 50.39 51.56
Mei TMS 48.3 46.75 49.23 49.61 48.44
Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Tambi 2009
Pelayuan
Setelah pucuk selesai ditimbang, segera pucuk tersebut dibawa ke tempat pelayuan untuk dilakukan proses selanjutnya. Tujuan dari pelayuan yaitu untuk menguapkan sebagian kandungan air pucuk sehingga daun menjadi lentur, dan lemas serta mudah untuk digiling dan mendapatkan aroma segar pucuk layu. Peralatan
yang
digunakan
yaitu
Withering
Through
(WT)
berukuran
24mx1.8mx1m berkapasitas 1300-1500 kg (berjumlah 17 WT), Thermometer drywet, mesin pemanas/Heat Excharger (HE), Hot Air Ducting, Fan dan alat kebersihan. Hal yang pertama dilakukan adalah pembeberan pucuk setelah dari kebun secara merata dengan ketebalan 30 cm-45 cm dan kemudian dialirkan udara segar dengan suhu optimal 27
0
C dan kelembaban 60-75 %.
Tujuan dialirkan udara
segar yaitu untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dan bau asing. Setelah setengah dari ketebalan pucuk dalam WT telah layu merata maka dilakukan kegiatan pembalikan.
Tujuan dari pembalikan yaitu untuk
mendapatkan daun layu yang rata. Pembalikan pertama dilakukan kira-kira 4-6 jam setelah pembeberan dan pembalikan kedua dilakukan setelah kira-kira 4-6 jam setelah pembalikan pertama.
Udara segar tetap diberikan pada kegiatan
pembalikan. Pembalikan pucuk disebut juga jaga layu. Jaga layu ini dibagi
menjadi 4 (empat) shift yaitu shift I jam 05.00-13.00 WIB, shift II jam 09.0017.00 WIB, shift III jam 17.00-24.00 WIB dan shift IV jam 24.00-07.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan setelah pucuk layu yaitu turun layu. Kriteria pucuk yang akan di turunkan yaitu pucuk daun telah berwarna hijau kekuningkuningan, tangkai daun bisa dilenturkan tidak patah dan jika dikepal tidak cepat merekah dan mamberi aroma yang khas.
Penggilingan
Proses penggilingan.
selanjutnya
setelah
dilakukan
pelayuan
yaitu
kegiatan
Kegitan penggilingan bertujuan untuk pememaran pucuk dan
pemerasan cairan sel, pembentukan kenampakan serta membentuk fisik teh menggulung. Kegiatan penggilingan ini berlangsung ± 60 menit sampai sebelum bubuk diangkut ke ruang fermentasi. Alat yang digunakan yaitu Open Top Roller (OTR), Rotor Vane (RV), Rotary Roll Breaker (RRB), Press Cap Roller (PRC), Ghoogi, exhaus fan, termometer dry-wet, air humidifier, conveyor, dan alat kebersihan. Kegiatan yang pertama dilakukan adalah proses penggulungan dengan mesin OTR berkapasitas 350-375 kg.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
menggulung dan memecah sel pada pucuk teh layu. Kegiatan ini berlangsung selama ± 10 menit dengan suhu ruang giling tidak lebih dari 25 0 C (± 21-24 0 C) dan kelembaban pada kisaran 90-95 %. Hasil olahan OTR diangkut ke RV dan PCR. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah proses memperkecil partikel teh dan memeras cairan. Alat yang digunakan adalah RV. Selain itu digunakan juga mesin PCR dengan tujuan untuk memecahkan dan mengencet fraksi buyaran dan mengusahakan bubuk sebanyak mungkin jenis PS dan BPS.
Hasil dari
proses ini dimasukan ke mesin RRB untuk dilakukan proses pengayakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah memisahkan partikel besar dan kecil.
Bubuk yang
tersaring pada RRB adalah bubuk I. Bubuk yang tidak tersaring diolah kembali di RV II dan diayak di RRB II untuk menghasilkan bubuk III. Bubuk yang masih kasar diolah kembali dengan RV III dan dipotong dengan Betten. Bubuk hasil RVIII yang masih kasar diayak di mesin Ghoogi. Bubuk yang dihasilkan pada
Ghoogi ada dua yaitu bubuk IV dan Badag. Hasil dari proses ini dimasukkan ke baki dan disusun di dalam trolly untuk kemudian dimasukkan ke ruang fermetasi.
Oksidasi Enzimatis/Fermentasi
Fermentasi dilakukan setelah proses penggilingan. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghasilkan warna, aroma dan rasa teh yang prosesnya dibantu oleh enzim polifenol oxidase. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan ini adalah baki, trolly, air humidifier, termometer dan alat kebersihan. Setelah bubuk teh keluar dari mesin RRB, kemudian disusun dalam baki maka selanjutnya disimpan di ruang fermentasi. Air humidifier dijalankan hingga suhu mencapai ± 21-22
0
C dengan kelembaban lebih dari 90 %.
Proses
fermentasi memakan waktu 60-70 menit. Bubuk yang telah difermentasi diangkut ke ruang pengeringan.
Pengeringan
Pengeringan dilakukan setelah proses fermentasi.
Tujuannya untuk
menghentikan aktivitas enzim dan menurunkan kadar air hingga mencapai 3-4 %. Hal ini dilakukan agar teh kering tahan lama dalam penyimpanan. Peralatan yang digunakan yaitu two circuit dryer berkapasitas 250 kg/jam, three circuit dryer berkapasitas 300 kg/jam, baki, burner, termometer inlet dan outlet, Heat Excharger (HE) dan alat kebersihan. Kegitan yang pertama dilakukan adalah menyalakan burner 45 menit sebelum kegiatan pengeringan dilakukan, lalu mengatur kecepatan trays 20-25 menit (lamanya pengeringan). Selanjutnya memasukkan bubuk sesuai jadwal ketika suhu inlet telah mencapai 95-100
0
C. Memasukkan bubuk teh ke mesin
sebanyak dua baki dan jika habis diisi dua baki lagi dan begitu seterusnya. Bubuk 2 dan bubuk 3 dimasukkan ke mesin two circuit dryer dan bubuk badag dimasukkan ke mesin three circuit dryer. Ketika teh kering keluar suhunya (suhu outlet) 45-50 0 C. Kriteria teh jika telah cukup kering yaitu muncul aroma segar, jika diremas muncul suara ”kres”, tulang daun melenting jika dipatahkan dan daun menjadi bubuk jika diremas kuat. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini yaitu selama
20-25
menit.
Bubuk
hasil
pengeringan
ditransportasikan
ke
ruang
penjenis/sortasi.
Sortasi
Sortasi kering dilakukan setelah proses pengeringan.
Kegiatan sortasi
bertujuan untuk memisahkan, membersihkan dan memurnikan grade teh dari partikel benda lain. Selain itu sortasi berfungsi untuk menyeragamkan bentuk, ukuran dan warna masing-masing grade, memisahkan teh kering menjadi beberapa grade sesuai dengan standar perdagangan teh dan membersihkan teh dari serat, tangkai, debu dan bahan lain. Peralatan yang digunakan memiliki fungsi berbeda masing-masing yaitu : − Bubble Tray berfungsi untuk memisahkan partikel yang memanjang dan
berbentuk butiran bulat. − Vibro Screen berfungsi untuk meratakan partikel teh. − Vibrek berfungsi untuk mengangkat serat dan partikel yang ringan. − Chota berfungsi untuk memisahkan partikel teh berdasarkan ukuran standar
atau sesuai dengan jenisnya. − Crusher berfungsi untuk menggerus partikel teh menjadi lebih kecil
ukurannya. − Winnower berfungsi untuk memisahkan teh dari bagian benda asing atau teh
kering yang berat dan ringan. − Alat kebersihan untuk membersihkan teh yang berserakan hasil sortasi.
Jenis teh yang dihasilkan di Unit Perkebunan Tambi terbagi menjadi tiga grade, yaitu : − Grade I
: PS, BPS, BOP, BOPF, PF, DUST, BP, BT, dan BM.
− Grade II
: PF II, DUST II, BP II, BT II, BM II.
− Grade III : DUST III, BM III dan BOHEA.
Pengepakan/Pengemasan
Kegiatan pengepakan bertujuan untuk mempertahankan mutu teh dan menstandarkan isi karung/kemasan baik berat maupun jenisnya.
Selain itu
kegiatan ini bertujuan untuk melindungi produk dari kerusakan, memudahkan
dalam transportasi baik lokal mapun ekspor, efisien dalam penyimpanan di gudang dan sebagai alat promosi.
Peralatan yang digunakan yaitu tea bin,
papersack, karung bagor, plastik, kardus kemasan, lem, alas kayu, shrink tunnel dan itochi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan yaitu untuk partai besar (ekspor atau lokal), barang harus sama dengan contoh yang telah disepakati dan sesuai dengan jenis teh. Kemasan yang digunakan bebas dari racun dan kedap air serta kadar air tidak lebih dari 6 %. Marking atau label sesuai dengan ketentuan dan memperhatikan instruksi dari pembeli mengenai pengepakan. Selain itu karena teh merupakan produk yang higroskopik (mudah menyerap bau), maka kemasan yang digunakan berlapis-lapis, tidak boleh menyentuh dinding serta diberi alas palet.
Pengujian Mutu Teh
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mutu teh yang dihasilkan pada setiap proses. Alat yang digunakan adalah : − Timbangan dengan standar anak timbangan 2.84 gram dan 5.68 gram − Ketel biasa/ketel listrik untuk mendidihkan air − Kompor gas/listrik − Timer − Cangkit seduhan dengan tutup (ukuran 140 cc atau 280 cc) terbuat dari
porselen berwarna putih − Mangkok seduhan (bowl) berwarna putih terbuat dari porselen − Meja analisis − Alas berwarna putih − Ember penampungan ludah beroda (spiton) − Sendok seduhan berwarna putih dari porselen − Saringan teh mesh 60 − Kain Lap kering
Bahan yang digunakan yaitu air (mata air atau air murni) bersih dan teh hasil sortasi atau chop sampel atau contoh teh lainnya yang akan diuji.
Cara pengujian yang pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan sesuai kebutuhan. Timbang teh 5.68 gram. Masukkan dalam cangkir lalu seduh, tunggu lima menit, kemudian tuangkan ke dalam mangkok dengan cara disaring dengan saringan teh mesh 60.
Kemudian diamati warna air seduhan, diuji rasa dan
aromanya, dan diamati juga ampas seduhannya.
Setelah itu mengamati
kenampakan bentuk dan ukuran di atas alas berwarna putih.
Selanjutnya
menipiskan tebaran teh untuk lebih mempertajam pengamatan terhadap keragaman.
Aspek Manajerial
Kegiatan yang dilakukan Mahasiswa setelah menjadi KHL, yaitu mengikuti kegiatan manajerial pada tingkatan tertentu. Kegiatan manajerial yang dilakukan adalah pendamping Mandor Pemeliharaan dan Petikan, pendamping Kepala Blok dan pendamping Asisten Kepala/Manajer Kebun. Adapun fungsi, tanggung jawab, wewenang dan tugas pokok masing-masing tahap manajemen adalah sebagai berikut :
Asisten Kepala Bagian Kebun
Asisten kepala bagian kebun (Askabagbun) bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Kebun. Askabagbun membawahi Kepala Blok dan Pelaksana Administrasi Kebun.
Fungsi Askabagbun adalah membantu Kepala Bagian
Kebun dalam merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian kebun UP termasuk dalam pengelolaan kebun, lahan dan kegiatan kebun lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Askabagbun berwenang mengambil keputusan semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pengelolaan kebun, lahan perkebunan, dan hal lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai pembantu Kepala Bagian Kebun, kecuali hal-hal prinsipil dan dapat mempunyai akibat yang luas harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Bagian Kebun. Tugas
pokoknya
yaitu
memimpin,
mengatur,
mengarahkan,
mengkoordinasikan dan tugas/pekerjaan Kepala Blok dan Pelaksana Administrasi kebun, termasuk dalam mengawasi efektifitas kerja (penggunaan waktu kerja, cara
kerja, terget kerja, prioritas pekerjaan), mengawasi kelengkapan administrasi dan menjamin kebenaran laporan dibuatnya.
Tugas Askabagbun juga menerima,
memeriksa, mengkoordinasikan dan menyetujui laporan-laporan dari Kepala Blok dan Pembantu Pelaksana Adminstrasi Kebun antara lain, laporan kegiatan dan rencana petik dan pemeliharaan, laporan anggaran dan realisasi biaya kegiatan blok, laporan kas, bahan, barang, sarana, peralatan kerja, rekapitulasi pekerjaan administrasi kebun, dan laporan-laporan yang lain. Selain itu Askabagbun juga menyiapkan dan melaporkan/mengkonsultasikan kepada Manajer/Kepala Bagian Kebun dalam hal laporan kegiatan dan administrasi kebun dan laporan-laporan umum yang berkaitan dengan tugasnya. Askabagbun di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 1 orang yang baru diangkat pada bulan Mei 2009. Selain tugas-tugas pokok di atas, kegiatan yang dilakukan Askabagbun yaitu melakukan kontrol kebun secara rutin, berdiskusi, bertukar pikiran dan juga memberi saran serta melakukan transfer ilmu kepada bagian-bagian di bawahnya sehingga tujuan dan stabilitas kerja dapat tercapai.
Kepala Blok
Kepala blok bertanggung jawab kepada Asisten Kepala Bagian Kebun. Kepala Blok membawahi Mandor Pemetikan dan Pemeliharaan. Kepala Blok mempunyai fungsi merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pembibitan (jika ada), pemeliharaan, pemetikan dan pengelolaan suatu blok, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, tanaman, lahan, dan kegiatan kebun lainnya, dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Kepala Blok berwenang mengambil keputusan tentang semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pengelolaan suatu blok yang menjadi tanggung jawabnya, kecuali hal-hal yang prinsipil dan dapat mempunyai akibat yang luas harus mendapatkan persetujuan dari Askabagbun. Tugas pokok yang dilakukan oleh Kepala Blok yaitu merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan pendayagunaan tanah/lahan blok, optimalisasi hasil bloknya, pendayagunaan tenaga kerja, perencanaan anggaran biaya dalam bidang pengelolaan blok, dan
mengawasi pencapaian target hasil bloknya. Selain itu Kepala Blok mengerjakan laporan kegiatan kebun setiap hari yang dilaporkan kepada Askabagbun yang dengan format laporan pada Lampiran 5. Kepala blok di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 4 (empat) orang yang terdiri dari kepala blok Taman, Tanah Hijau, Pemandangan dan Panama. Kepala Blok melakukan pertemuan rutin dengan Askabagbun seminggu sekali yaitu hari jum’at setelah melakukan kegiatan senam untuk berkonsultasi dan membahas kendala-kendala yang sedang terjadi di blok.
Mandor Pemeliharaan
Mandor pemeliharaan bertanggung jawab kepada Kepala Blok. Mandor Pemeliharaan membawahi buruh/pekerja pemeliharaan.
Fungsi dari Mandor
Pemeliharaan adalah mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegitan pemeliharaan kebun, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, lahan dan kegiatan pemeliharaan lainnya, dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Mandor Pemeliharaan berwenang mengambil keputusan semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegitan pemeliharaan yang dilakukan dan dalam hal-hal yang prinsipil dan dapat mempunyai akibat yang luas harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Blok. Tugas pokok yang dilakukan Mandor Pemeliharaan yaitu memimpin, mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasai tugas/pekerjaan buruh pemeliharaan dalam kegiatan di lapangan dan memberi petujuk dan saran kepada semua buruh di bawahnya.
Selain itu tugas pokok yang dilakukan adalah
mengawasi peralatan dan fasilitas kerja, pencapaian target hasil kerja dan juga membuat laporan presensi dan lembur, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dan laporan umum lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mandor Pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi berjumlah enam orang yang terdiri dari satu orang di Blok Taman, satu orang di Blok Panama, dua orang di Blok Pemandangan dan dua orang di Blok Tanah Hijau. Mandor Pemeliharaan mengerjakan laporan harian pada klat pemeliharaan dengan format yang disajikan pada Lampiran 6.
Mandor Pemetikan
Mandor Pemetikan bertanggung jawab kepada Kepala Blok dan membawahi buruh pemetikan (pemetik).
Fungsi Mandor Pemetikan yaitu
mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemetikan tanaman, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, lahan dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Mandor Pemetikan berwenang mengambil keputusan semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegitan pemetikan yang dilakukan dan dalam hal-hal yang prinsipil dan dapat mempunyai akibat yang luas harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Blok. Tugas pokok yang dilakukan oleh Mandor Pemetikan yaitu merencanakan, mengatur, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas pemetikan tanaman, baik jadwal waktu kerja, pembagian kelompok, sistematika kerja, dan mengawasi pencapaian target. Selain itu tugas pokok Mandor Pemetikan yaitu membuat laporan presensi, kegiatan pemetikan tanaman, administrasi dan permintaan barang, bahan, sarana, peralatan kerja, serta laporan umum yang berkaiatan dengan tugasnya. Mandor Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 9 orang yang terdiri dari dua orang di Blok Taman, dua orang di Blok Panama, dua orang di blok Tanah Hijau dan tiga orang di Blok Pemandangan. Kegiatan yang dilakukan mandor pemetikan setiap hari yaitu mengisi klat petik yang disajikan pada Tabel Lampiran 7.
Selain itu Mandor Pemetikan juga mempunyai tugas untuk
berkoordinasi dengan pengemudi dalam hal waktu pengambilan pucuk. Mandor Pemetikan juga mengawasi kegiatan penimbangan yang dilakukan oleh juru timbang agar penimbangan yang dilakukan adil.
PEMBAHASAN
Jumlah dan Komposisi Tenaga Petik
Pemetik memegang peranan penting dalam perkebunan teh. Oleh karena itu diperlukan perhitungan yang matang dalam menyediakan tenaga petik. Pemetik di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 224 orang dengan rincian pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah Pemetik di UP Tambi Blok
Jumlah Pemetik Tetap Tidak Tetap L P L P 3 46 4 2 5 47 1 6 28 8 6 48 1 9 14 169 6 35
Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Jumlah
Jumlah 55 69 36 64 224
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, 2009
Menurut Tobroni dan Adimulyo (1997), untuk mengetahui jumlah tenaga petik perlu diketahui kapasitas petik/HK dalam setahun, jumlah hari kerja setahun, produksi pucuk/ha/tahun, % (persen) absensi pemetik dalam 1 tahun (A) sehingga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : TP
=
Produksi pucuk /ha/tahun
x (100+A)
Kap petik/HK/tahun x HKE setahun Pada tahun 2009, UP Tambi menargetkan produksi pucuk basah/ha/tahun sebesar 13 884 kg/ha/tahun, kapasitas petik 55 kg/HK, jumlah hari kerja setahun yaitu 290 hari, dan persentase absensi 10 % sehingga kebutuhan tenaga pemetik dapat diketahui : TP
=
Produksi pucuk /ha/tahun Kap petik/HK/tahun x HKE setahun
=
13 884
x (100+10%)
55 x 290 = 0.95 orang/ha
x (100+A)
Dari perhitungan diatas dapat diketahui kebutuhan tenaga petik di UP Tambi dengan luas produktif 247.55 ha adalah sebanyak : Kebutuhan tenaga petik = Luas produktif UP Tambi x TP = 247.55 x 0.95 = ± 235 orang Dengan rincian kebutuhan pemetik per blok yaitu : Taman
= Luas produktif x rasio = 58.05 x 0.95 = 55 orang
Pemandangan = 76.80 x 0.95 = 73 orang Tanah Hijau
= 41.35 x 0.95 = 39 orang
Panama
= 71.35 x 0.95 = 68 orang
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kekurangan tenaga petik yaitu sebanyak 11 orang. Kekurangan tenaga petik ini dapat tertutupi oleh pemetik yang dapat memetik lebih dari standar yang ditentukan perusahaan sehingga jumlah pemetik yang ada sekarang dapat mencukupi dan menyelesaikan hanca per hari. Tenaga petik atau biasa disebut pemetik terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan, usia dan pengalaman kerja.
Data komposisi pemetik
disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Komposisi Pemetik berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan dan Pengalaman Blok
Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Jumlah
Jenis Kelamin (L/P) L P 7 48 6 63 36 6 57 19 204
Usia (tahun) 15-45 30 55 25 44 154
Pendidikan (TTSD/SD)
>45 TTSD 25 16 14 21 11 16 19 15 69 68
SD 39 48 20 48 155
Pengalaman (tahun) ≤ 10 23 27 12 19 81
> 10 32 42 24 34 132
Sumber : Diolah dari data Kantor Induk UP Tambi, 2009 Keterangan : L : Laki-laki TTSD : Tidak Tamat Sekolah Dasar P : Perempuan SD : Lulusan Sekolah Dasar
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa pemetik perempuan jumlahnya lebih banyak daripada pemetik laki-laki, karena kegiatan pemetikan membutuhkan ketelitian dan keterampilan. Dapat diketahui juga bahwa pemetik dengan usia 15-
45 tahun lebih banyak dibanding pemetik usia > 45 tahun. Kekurangan tenaga petik di atas dapat diatasi dengan jumlah pemetik produktif yang lebih banyak. Pemetik dengan pendidikan SD lebih banyak dibandingkan pemetik dengan pendidikan TTSD. Pemetik dengan pengalaman kerja > 10 tahun lebih banyak dibandingkan pemetik dengan pengalaman kerja ≤ 10 tahun. Hal ini menandakan bahwa di UP Tambi jarang diadakan perekrutan pemetik karena UP Tambi ingin mengoptimalkan produktivitas pemetik yang ada. Dari data yang tertulis di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa keadaan pemetik di Unit Perkebunan Tambi memiliki potensi berproduktivitas tinggi. Indeks tenaga kerja (ITK) merupakan penggunaan tenaga kerja dalam luasan lahan tertentu.
Nilai ITK di suatu perkebunan akan mencerminkan
perkebunan tersebut berjalan secara efisien atau tidak. Berdasarkan Tabel 6, Unit Perkebunan Tambi memiliki 349 orang karyawan tetapi belum termasuk karyawan tidak tetap. Karyawan tidak tetap di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 59 orang. Jadi jumlah seluruh karyawan di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 408 orang. Jika dihubungkan dengan luas areal UP Tambi yaitu 273.17 ha maka diperoleh proyeksi ITK Unit Perkebunan Tambi yaitu sebesar 1.5 orang/ha. Nilai ITK ini sesuai dengan standar yaitu 1.5-2 orang/ha. Hal ini menandakan bahwa penggunaan tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi sudah efisien.
Hanca Petik
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa rata-rata standar hanca yang harus diselesaikan oleh seorang pemetik dalam sehari yaitu 0.085 ha atau sekitar 2 1/8 patok. Tetapi hanca per harinya dapat berbeda-beda bergantung kepada kondisi kebun seperti topografi, umur pangkas dan keadaan pucuk dilapang. Selain itu hanca petik juga bergantung pada kemampuan seorang pemetik. Pemetik yang belum berpengalaman biasanya hanca petik yang dapat diselesaikan satu hari lebih sedikit dari standar hanca petik dan juga lebih kecil daripada hanca pemetik yang berpengalaman. Untuk mengetahui realisasi hanca petik per hari, dilakukan pengamatan setiap kali penulis melakukan kegiatan pemetikan. Rata-rata hanca petik per hari disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Hanca Petik per Hari di UP Tambi Blok Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Total
Luas Areal Petik (ha) 3.75 4 4.25 4.4 16.4
Jumlah Pemetik 43 60 27 56 186
Hanca (ha/orang) 0.087 0.067 0.157 0.078 0.088
Sumber : Pengamatan langsung di lapangan
Berdasarkan Tabel 14, hanca petik per hari yaitu 0.088 ha/orang lebih besar dari standar yaitu 0.085 ha/orang. Hal ini disebabkan karena perbedaan keterampilan pemetik.
Berdasarkan data komposisi pemetik pada Tabel 7
diketahui bahwa pemetik dengan pengalaman kerja > 10 tahun lebih banyak dibandingkan pemetik dengan pengalaman kerja ≤ 10 tahun. Dengan banyaknya pemetik yang terampil maka hanca petik yang diselesaikan dapat melebihi target. Selain itu di beberapa blok diberlakukan pembagian hanca petik per individu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pemetik sehingga pemetik yang hanya dapat menyelesaikan hanca yang rendah akan dibantu oleh pemetik yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan hanca lebih tinggi. Dengan begitu target luas areal yang direncanakan dapat selesai setiap harinya atau pun dapat melebihi target yang ditentukan.
Kapasitas Pemetik
Rata-rata kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi berdasarkan Tabel 8 adalah sebesar
48.82 kg.
Nilai ini lebih rendah dari standar kapasitas
pemetikan (basic yield) yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 55 kg. Hal ini disebabkan oleh jam kerja efektif yang digunakan yaitu 4-5 jam, lebih rendah dibandingkan standar jam kerja efektif yaitu 7 jam. Selain itu kapasitas pemetik dipengaruhi oleh kondisi pucuk di lapangan.
Kondisi pucuk di lapangan
dipengaruhi adanya periodesitas dalam pertumbuhan tanaman teh. Dengan begitu kondisi pucuk dipengaruhi oleh umur tanaman setelah pangkas. Semakin tinggi umur tanaman setelah pangkas maka periodesitas pucuk peko lebih rendah. Untuk mengetahui tingkat produktivitas dilakukan analisis terhadap 20 orang pemetik yang digolongkan berdasarkan usia, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan.
Kapasitas Pemetik berdasarkan Usia Pengambilan sampel berdasarkan hasil wawancara pemetik dan mandor pemetikan dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama yaitu pemetik yang berusia 15-45 tahun dan kelompok kedua yaitu pemetik yang berusia > 45 tahun. Hasil dari pengamatan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Kapasitas Pemetik berdasarkan Usia Pemetik Usia 15-45 tahun > 45 tahun
Jumlah Sampel (orang) 10 10
Kapasitas Pemetik (kg) 56.62 a 50.16 b
Sumber : Berdasarkan pengamatan langsung Keterangan : Angka pada kolom tiga yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5%.
Dari Tabel 15 diketahui bahwa kapasitas pemetik berusia 15-45 tahun lebih besar dibandingkan pemetik berusia > 45 tahun. Berdasarkan hasil uji tstudent diketahui bahwa nilai tengah kedua kelompok ini berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa usia pemetik berpengaruh nyata terhadap kapasitas pemetik. Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa pemetik berusia 15-45 tahun berpengaruh nyata terhadap kapasitas pemetik. Hal ini menunjukan pada umur produktif seperti ini, kondisi fisik pemetik masih baik sedangkan kondisi fisik pemetik berusia > 45 tahun sudah menurun. Selain itu untuk pemetik dengan usia > 45 tahun lebih sulit untuk menghadapi medan yang berat sehingga menyebabkan produktivitasnya menurun. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Pengalaman Kerja Pengalaman kerja atau masa kerja pemetik dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemetik dengan pengalaman kerja ≤ 10 tahun dan pengalaman kerja pemetik > 10 tahun.
Hasil pengamatan kapasitas pemetik berdasarkan
pengalaman kerja dapat dilihat pada Tabel 16. Dapat dilihat dari Tabel 16 kapasitas pemetik bagi pemetik yang sudah berpengalaman kerja > 10 tahun lebih besar daripada pemetik dengan pengalaman kerja ≤ 10 tahun. Berdasarkan hasil uji t-student diketahui bahwa nilai tengah kedua kelompok pemetik berbeda nyata. Hal ini menunjukan bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap kapasitas pemetik.
Tabel 16. Kapasitas Pemetik berdasarkan Pengalaman Kerja Pengalaman Kerja ≤ 10 tahun > 10 tahun
Jumlah Sampel (orang) 10 10
Kapasitas Pemetik (kg) 45.82 a 57.74 b
Sumber : Berdasarkan pengamatan langsung Keterangan : Angka pada kolom tiga yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5%.
Hal tersebut di atas mengindikasikan bahwa semakin lama pemetik bekerja maka keterampilan pemetik semakin baik. Tingkat keterampilan yang memegang peranan penting dalam menentukan kecepatan memetik pucuk per satuan waktu untuk memperoleh hasil kerja yang lebih tinggi, berbanding lurus dengan lamanya bekerja sebagai pemetik. Kapasitas Pemetik Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Latar Belakang pendidikan pemetik digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemetik dengan latar belakang pendidikan pemetik tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan latar belakang pendidikan pemetik lulusan sekolah dasar (SD). Hasil pengamatan kapasitas pemetik berdasarkan latar belakang pendidikan dapa dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Kapasitas Pemetik berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Pendidikan TTSD SD
Jumlah Sampel (orang) 10 10
Kapasitas Pemetik (kg) 49.85 a 49.26 a
Sumber : Berdasarkan pengamatan langsung Keterangan : Angka pada kolom tiga yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 17, kapasitas pemetik dengan latar belakang pendidikan tidak tamat sekolah dasar (TTSD) lebih besar daripada pemetik dengan latar belakang pendidikan lulusan sekolah dasar (SD). Berdasarkan hasil uji t-student diketahui bahwa nilai tengah kedua kelompok pemetik tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukan bahwa latar belakang pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap kapasitas pemetik. Untuk melakukan pemetikan tidak diperlukan pendidikan yang tinggi tetapi yang dibutuhkan adalah keterampilan dan pengalaman kerja yang tinggi.
Analisis Petikan
Tujuan dari analisis petikan adalah mengetahui keterampilan pemetik dan kondisi kebun. Pengamatan analisis petikan dilakukan tiga kali pada setiap blok. Berdasarkan pengamatan dari Tabel 9 diketahui bahwa terdapat petikan halus sebanyak 2.5 %. Hal ini menunjukan bahwa pucuk tinggalan tidak terambil atau terbawa. Toleransi yang diizinkan untuk petikan halus yaitu ± 5 %. Petikan kasar mendominasi jumlah petikan dibandingkan petikan halus dan petikan medium. Hal ini bisa dikarenakan oleh dua hal. Pertama, jika petikan kasar didominasi oleh pucuk peko dengan rumus p+4m dan p+5m, maka pucuk di lapang dalam keadaan ngaboler/ terlewat siklus petiknya. Kedua, jika pucuk didominasi oleh pucuk burung dengan rumus b+3, b+4 dan b+5, hal ini menandakan bahwa pemetik kurang teliti dalam melakukan pemetikan. Toleransi keberadaan pucuk rusak yaitu < 10 %, tetapi pada kenyataannya terdapat 19 %. Hal ini menandakan pemetik kurang berhati-hati dalam memperlakukan pucuk. Untuk mengatasi hal tersebut maka pengawas harus lebih matang memperhitungkan siklus petik.
Selain itu para pengawas juga harus
meningkatkan kapasitas pengawasan dan tidak segan untuk menegur pemetik yang melakukan pemetikan kurang benar. Untuk itu perlu diadakan pelatihan untuk pemetik.
Analisis Pucuk
Analisis pucuk bertujuan untuk mengetahui kualitas pucuk dan menentukan upah pemetik beserta preminya. Standar analisis pucuk memenuhi syarat (MS) yang ditetapkan Unit Perkebunan Tambi yaitu minimal 50%. Berdasarkan hasil analisis pucuk rata-rata bulan Februari-Mei tahun 2009 pada Tabel 10 diketahui bahwa pucuk MS 50.48 % dan pucuk TMS 49.54 %. Persentase pucuk memenuhi syarat (MS) sebesar 50.46 % menandakan bahwa analisis UP Tambi sesuai/mencapai target analisis yang ditetapkan oleh perusahaan.
Hal ini menandakan pemetik berhak mendapatkan premi.
Jika
produksi per blok mencapai target dan analisis mencapai minimal 50 %, maka para petugas kebun berhak mendapatkan premi. Selain itu analisis pucuk ini
menandakan bahwa kondisi pucuk yang diolah merupakan pucuk dengan kualitas baik dan hasil pengolahan menghasilkan kualitas I dengan kuantitas > 55 %.
Produksi setelah Pangkas
Data produksi setelah pangkas diambil dari dua data yaitu data produksi pucuk basah dan data HOK tahun 2008.
Metode pengolahan datanya yaitu
dengan cara setiap nomor kebun pada setiap blok dikelompokan menjadi empat kelompok berdasarkan umur setelah pangkas kemudian dihitung produksi pucuk basah (kg/tahun). Produksi pucuk basah berdasarkan umur setelah pangkas pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Produksi Pucuk Basah berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi Blok Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Jumlah
Tahun setelah Pangkas 1 2 3 4 ...................................................kg............................................. 208 442.27 239 704.18 202 976.66 261 350.92 267 067.70 268 644.80 207 344.67 259 372.84 89 055.00 158 738.00 134 843.00 124 345.00 217 227.00 275 939.00 201 367.00 247 455.50 781 791.00 943 025.98 746 531.83 892 525.26
Sumber : Diolah dari Buku Penerimaan Pucuk di Kantor Pabrik UP Tambi Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 produksi tertinggi terdapat pada kelompok tanaman dengan umur dua tahun setelah pangkas. Hal ini disebabkan periode peko yang lebih panjang sehingga produksi tinggi. Jika pucuk peko dan pucuk burung dengan rumus daun pengiring yang sama, maka yang lebih berat adalah pucuk peko. Produksi pucuk basah terbesar kedua terdapat pada kelompok tanaman dengan umur empat tahun setelah pangkas. Produksi kelompok tanaman empat tahun setelah pangkas lebih besar dibanding umur tanaman tiga tahun setelah pangkas. Hal ini dikarenakan pada kelompok tanaman empat tahun setelah pangkas populasi tanaman sudah sangat rapat.
Selain itu pada tanaman umur tiga tahun setelah pangkas populasi
didominasi oleh tanaman jenis seedling, sehingga produksinya lebih rendah. Pengolahan data hari orang kerja (HOK) sama dengan pengolahan data produksi yaitu dengan mengelompokan setiap nomor kebun pada setiap blok menjadi empat kelompok berdasarkan umur setelah pangkas kemudian dihitung
HOK per harinya lalu diakumulasikan untuk setiap kelompok tanaman selama satu tahun. Hari orang kerja berdasarkan umur setelah pangkas pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Hari Orang Kerja berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi Blok Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Jumlah
Tahun setelah Pangkas 1 2 3 4 ...................................................HK.............................................. 3 324.92 4 097.67 3 162.23 4 091.97 3 358.35 5 279.43 4 298.36 4 331.01 1 614.42 2 232.10 1 814.19 2 423.40 3 118.27 4 155.16 4 510.63 4 130.81 11 415.96 15 764.36 13 785.41 14 977.19
Sumber : Diolah dari Buku Penerimaan Pucuk di Kantor Pabrik UP Tambi Tahun 2008
Hari orang kerja (HOK) dipengaruhi oleh luas areal yang dipetik, jumlah tenaga kerja, kondisi pucuk di lapangan dan topografi lahan. Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa di UP Tambi jumlah HOK terbesar terdapat pada kelompok tanaman dengan umur 2 (dua) tahun setelah pangkas. Hal ini disebabkan produksi pucuk pada tanaman dengan umur dua tahun setelah pangkas sedang optimal. Pada umur pangkas ini, periode pucuk peko lebih lama daripada pucuk burung, sehingga produksinya pun banyak. Jumlah HOK terbesar yang dicurahkan setelah kelompok tanaman dengan umur dua tahun setelah pangkas yaitu kelompok tanaman dengan umur 4 (empat) tahun setelah pangkas. Hal ini disebabkan perdu pada tanaman teh dengan umur empat tahun setelah pangkas sangat rapat sehingga menyulitkan pemetik untuk berjalan. Selain itu di beberapa blok, topografi lahan pada kelompok tanaman ini (empat tahun setelah pangkas pada tahun 2008) relatif lebih sulit, contohnya di Blok Tanah Hijau. Topografi lahan kelompok tanaman ini terletak di lereng dan juga jarak dengan brak penimbangan agak jauh, sehingga jam kerja terambil untuk menempuh perjalanan dari areal petik ke brak penimbangan. Pemetikan pada areal ini biasanya menggunakan gunting. Setelah pemetikan gunting, biasanya dilakukan sortasi. Kegiatan sortasi ini juga memakan jam kerja efektif. Waktu yang seharusnya dapat dioptimalkan untuk kegiatan pemetikan tetapi digunakan untuk melakukan sortasi.
Hari orang kerja yang dicurahkan terendah terdapat pada kelompok tanaman dengan umur satu tahun setelah pangkas. Hal ini disebabkan kira-kira selama tiga bulan (jangka waktu dari pemangkasan ke pemetikan jendangan) kelompok tanaman ini tidak dilakukan pemetikan.
Selain itu walaupun
pertumbuhan pucuk keseluruhan adalah pucuk peko, tetapi kerapatan perdunya masih rendah dan juga untuk kelompok tanaman tanaman ini pada pemetikan jendangan dilakukan oleh pemetik yang terampil saja (jumlah pemetik sedikit), sehingga HOK yang dicurahkan pun rendah. Untuk mengetahui pola produksi, maka dilihat hubungan antara produksi dengan HOK. Metodenya dilakukan dengan cara data produksi dibagi dengan HOK pada kelompok tanaman dengan umur setelah pangkas dan lokasi yang sama. Hubungan antara produksi dan hari orang kerja (HOK) berdasarkan Umur setelah pangkas pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Hubungan antara Produksi Pucuk Basah dengan HOK berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi Blok Taman Pemandangan Tanah Hijau Panama Rata-rata
Tahun setelah Pangkas 1 2 3 4 ....................................................kg/HK........................................ 62.69 58.49 64.19 63.87 79.52 50.88 48.24 59.89 52.16 71.11 74.33 51.31 69.66 66.41 44.64 59.90 66.01 61.72 57.85 58.74
Sumber : Pengolahan data langsung
Secara umum dapat dilihat pada Tabel 20 bahwa semakin tinggi umur tanaman setelah pangkas maka kapasitas petik per pemetik semakin rendah. Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa rata-rata kapasitas pemetik (kg/HK) tertinggi pada kelompok tanaman umur satu tahun setelah pangkas.
Hal ini
dikarenakan pada kelompok tanaman ini pertumbuhan pucuk tanaman sedang optimum dan didominasi oleh pucuk peko (karena baru dilakukan pemangkasan).
Sistem Upah dan Premi
Upah adalah kewajiban pengusaha yang diberikan sebagai hak pekerja semenjak adanya hubungan kerja sampai berakhirnya hubungan kerja. Berakhirnya hubungan kerja diantaranya meninggal dunia, berhenti bekerja atau
mengundurkan diri, diberhentikan/PHK, dan pensiun. Upah pemetik digolongkan pada upah karyawan borong yang diperhitungkan berdasarkan upah borong per satuan dari setiap jenis pekerjaan yang diborongkan ditentukan dengan cara mengkalibrasi setiap jenis pekerjaan tersebut sehingga pekerja yang prestasinya normal dapat mencapai minimal sama dengan upah minimum karyawan II. Selain melihat Upah Minimum Kota (UMK), upah pemetik ini juga dipertimbangkan berdasarkan biaya produksi dan harga jual teh dipasaran. Berdasarkan SK Direksi No 080/B/2008 tentang penyesuaian upah petik, maka upah petik setiap blok berbeda disesuaikan dengan tingkat kesulitan lokasi. Upah petik untuk Blok Taman, Tanah Hijau dan Panama sama yaitu Rp 210,-/kg. Perbedaan upah petik terdapat di Blok Pemandangan yaitu Rp 230,-/kg. Perbedaan upah ini disesuaikan dengan lokasi Blok Pemandangan yang paling tinggi dan topografi lahan yang lebih sulit dibandingkan blok yang lain. Selain itu 60 % tenaga petik berasal dari daerah di luar blok dengan jarak tempat tinggal pemetik ke Blok Pemandangan
± 15 km.
Untuk mengatasi hal tersebut
perusahaan menyediakan fasilitas jemput-antar untuk para pemetik. Premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah melampaui batas ketentuan yang ditetapkan pengusaha. Seseorang yang bekerja melebihi kewajibannya berhak memperoleh premi. Premi untuk pemetik diberikan jika kualitas pucuk memenuhi syarat olah (analisis pucuk MS) serendah-rendahnya adalah 50 %. Besaran premi yang diberikan untuk pemetik yaitu Rp 30,-/kg. Premi untuk pemetik diberikan per hari. Kapasitas pemetik rata-rata per hari (Tabel 8) adalah 48.82 kg dengan upah rata-rata per kg adalah Rp 220,-. Berdasarkan Tabel 11, rata-rata analisis pucuk MS adalah 50.48 % maka pemetik berhak mendapatkan premi sehingga upahnya adalah Rp 250,-/kg.
Upah per hari yang didapatkan oleh pemetik
berdasarkan data di atas adalah Rp 12 205,-. Berdasarkan SK Direksi tentang pemberian premi produksi dan pemupukan, para petugas di setiap blok berhak mendapatkan premi.
Premi
diberikan kepada para petugas kebun, jika pada akhir bulan produksi mencapai target yang ditentukan perusahaan dan analisis pucuk dalam 1 bulan minimal mencapai 50 %.
Untuk Blok Taman, Tanah Hijau, dan Panama, jika target produksi masuk dan analisis pucuk (pucuk yang MS) ≥ 50 % maka premi yang diberikan Rp 4,-/kg sedangkan jika analisis pucuk ≥ 55% maka premi yang diberikan Rp 8,-/kg. Untuk Blok Pemandangan jika target produksi masuk dan analisis pucuk mencapai ≥ 50 % premi yang diberikan Rp 8,-/kg sedangkan jika analisis pucuk ≥ 55 % premi yang diberikan Rp 12,-/kg. Premi diberikan kepada petugas-petugas kebun dengan rincian kepala blok mendapatkan 25 %, mandor pemetikan 36 %, mandor pemeliharaan 18 %, keamanan 8 %, dan lain-lain yang terkait (administrasi kebun) 13 %.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kebutuhan tenaga petik di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 235 orang sedangkan pada saat ini terdapat 224 orang. Kekurangan tenaga petik dapat diatasi oleh para pemetik yang memiliki kapasitas di atas rata-rata. Pemetik di Unit Perkebunan Tambi memiliki potensi berproduktivitas tinggi karena 69 % merupakan tenaga petik berusia produktif.
Hanca petik di Unit Perkebunan
Tambi adalah seluas 0.088 ha/pemetik dengan rata-rata kapasitas pemetik mencapai 48.82 kg. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh usia dan pengalaman kerja tetapi tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Berdasarkan usia pemetik, kapasitas pemetik tertinggi pada pemetik dengan usia 15-45 tahun. Berdasarkan pengalaman kerja, kapasitas pemetik tertinggi pada pemetik dengan pengalaman kerja > 10 tahun. Produksi pucuk basah dan hari orang kerja untuk kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi paling tinggi terdapat pada kelompok tanaman dengan umur dua tahun setelah pangkas. Semakin tinggi umur tanaman setelah pangkas maka kapasitas petik per pemetik semakin rendah. Analisis petikan menunjukkan bahwa petikan kasar masih mendominasi pucuk yang dipetik yaitu sebesar 52.25 %. Analisis pucuk memenuhi syarat olah (MS) yang ditentukan oleh Unit Perkebunan Tambi yaitu sebesar 50 % sedangkan rata-rata hasil analisis pucuk MS di Unit Perkebunan Tambi mencapai sebesar 50.48 % dan pucuk tidak memenuhi syarat olah (TMS) sebesar 49.52 %. Upah rata-rata per hari yang diperoleh pemetik adalah sebesar Rp 12 205,-.
Saran
Pengelolaan tenaga kerja pada pemetikan di Unit Perkebunan Tambi sudah cukup baik tetapi perlu diadakan pelatihan bagi pemetik agar kapasitas pemetik dapat ditingkatkan sehingga produksi secara kualitas dan kuantitas dapat tercapai. Para petugas di kebun khususnya pada bagian pemetikan, harus meningkatkan kapasitas pengawasan dan perhitungan siklus petik yang lebih matang supaya dihasilkan petikan yang sesuai dengan jenis petikan yang ditentukan perusahaan serta perlu mengadakan kegiatan analisis petikan. Selain itu para petugas kebun
tidak bosan untuk mengarahkan, memberi semangat kepada pemetik, memberi pujian/penghargaan kepada yang berprestasi di atas kapasitas yang ditentukan dan menegur serta memberi sanksi kepada pemetik yang melakukan penyimpangan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2008. Data ekspor-impor. http://www.litbang.deptan.go.id. [15 April 2008] Dessler, G. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. E. Tanya dan B. Supriyanto (Penerjemah). PT. Index, Gramedia. Jakarta. 302 hal. Terjemahan dari: Human Resuorce Management. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. 7 hal. Ghani, M.A. 2002. Buku Pintar Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134 hal. Ghani, M.A. 2003. Sumber Daya Manusia Perkebunan dalam Prespektif. Ghalia Indonesia. Jakarta. 152 hal. Gumilar, T. 2004. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Parakan Salak PTPN VIII Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal. Gustiya, R. 2005. Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Jolotigo, PTPN IX Pekalongan, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal. Hartopo, M. 2005. Pengelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Bedekah, Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal. Iskandar, S.H. 1988. Budidaya Tanaman Teh. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 52 hal. Martlin, A.F. 2005. Pengelolaan Tenaga Kerja dan Pengolahan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal. Muljana, W. 1983. Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Teh. CV. Aneka Ilmu. Semarang. 67 hal. Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 hal.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung, Bandung.136 hal. Render, B. dan J. Heizer. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. K. Ariyoto (Penerjemah). Salemba Empat. Jakarta. 581 hal. Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal. Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi, Cokelat Internasional. Gramedia. Jakarta. Spillane, J.J. 1992. Komoditas Teh: Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 276 hal. Stoner, J.A.F. 2004. Management. Prentice Hall International Inc. London, Inggris. 243 p. Subarna, R.N dan A.I Rosyadi. 2000. Pengaruh mekanisasi alat pertanian terhadap kebutuhan tenaga kerja, produktivitas, efisiensi biaya di perkebunan teh. Risalah Hasil Pertanian. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung, Bandung. Tahun Anggaran 1999/2000:21-31. Sukasman. 1989. Pemetikan dan hasil serta mutu hasil pucuk teh: pengaruh sistem pemetikan terhadap hasil pemetikan terhadap hasil pucuk dan kayu sampah pangkasan teh. Men. Bun. 57(3):65-69. Surastri, T.Y. 2006. Analisis Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Medina PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Boja, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal. Tobroni, M. dan S. Adimulyo. 1983. Pemetikan, hal. 128-137. Dalam Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. PPTK. Gambung, Bandung. Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Unit Perkebunan Tambi Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Lokasi Penulis Karyawan Standar 12/02/2009 Orientasi Lapang Kantor UP Tambi 13/02/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi 14/02/2009 Orientasi Lapang Blok Taman 16/02/2009 Orientasi Lapang Blok Taman 17/02/2009 Orientasi Lapang Blok Panama 18/02/2009 Orientasi Lapang Blok Pemandangan 19/02/2009 Orientasi Lapang Blok Taman 20/02/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi 21/02/2009 Orientasi Lapang Blok Taman 23/02/2009 Babad 0.0064 ha 0.04 ha 0.04 ha Blok Taman 24/02/2009 Chemical Weeding 0.32 ha 0.6 ha 0.96 ha Blok Taman 25/02/2009 Pemupukan 0.03 ha 0.06 ha 0.12 ha Blok Taman 26/02/2009 Pemupukan 0.03 ha 0.06 ha 0.12 ha Blok Taman 27/02/2009 Pemupukan 0.02 ha 0.06 ha 0.12 ha Blok Panama 28/02/2009 Pemupukan 0.02 ha 0.06 ha 0.12 ha Blok Panama 01/03/2009 Pemetikan Jendangan 2 kg 41 kg 55 kg Blok Taman 02/03/2009 Pemangkasan 0.001 ha 0.04 ha 0.03 ha Blok Taman 03/03/2009 Pemupukan 0.02 ha 0.18 ha 0.12 ha Blok Pemandangan 04/03/2009 Pertemuan Petugas Blok Taman 05/03/2009 Pemupukan 0.02 ha 0.06 ha 0.12 ha Blok Panama 06/03/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi 10/03/2009 Analisis Pucuk Pabrik 11/03/2009 Chemical Weeding 0.48 ha 0.96 ha 0.96 ha Blok Tanah Hijau 12/03/2009 Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) 0.348 ha 1.152 ha 1.152 ha Blok Tanah Hijau 13/03/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi 14/02/2009 Pemangkasan 0.001 ha 0.06 ha 0.04 ha Blok Tanah Hijau 15/03/2009 Pemetikan Produksi 3 kg 38 kg 55 kg Blok Taman
Paraf Pembimbing Lapang
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Penulis 16/03/2009 17/03/2009 18/03/2009 19/03/2009 20/03/2009 21/03/2009 23/03/2009 24/03/2009 25/03/2009 26/03/2009 27/03/2009 28/03/2009 30/03/2009 31/03/2009 01/04/2009 02/04/2009 03/04/2009 04/04/2009 05/04/2009 06/04/2009 07/04/2009 08/04/2009
Pemeliharaan Pohon Pelindung Pemupukan Pendamping Instruktur Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pengeringan Pelayuan Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Senam Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Sortasi Kering Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Pembuatan Guludan dan lubang tadah Senam Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Konsultasi dengan Pembimbing Pemetikan Produksi Pemetikan Jendangan
Prestasi Kerja Karyawan
Lokasi Standar
0.03 ha
0.2 ha
0,12
0.002 ha 0.001 ha 0.004 ha
0.06 ha 0.06 ha 0.06 ha
0.04 ha 0.04 ha 0.04 ha
11 kg 11 kg
92 kg 87 kg
55 kg 55 kg
11 kg 11 kg
109 kg 44 kg
55 kg 55 kg
3 kg 3 kg 5 kg 0.004 ha
33 kg 20 kg 20 kg 0.04 ha
55 kg 55 kg 55 kg 0.04 ha
3 kg 5 kg
15 kg 33 kg
55 kg 55 kg
3 kg 4 kg
23 kg 30 kg
55 kg 55 kg
Blok Taman Blok Pemandangan Agrowisata Blok Panama Blok Pemandangan Blok Pemandangan Pabrik Pabrik Blok Pemandangan Blok Pemandangan Lapangan Kantor UP Tambi Blok Pemandangan Blok Taman Pabrik Blok Taman Blok Panama Blok Panama Blok Panama Lapangan Kantor UP Tambi Blok Panama Blok Panama Pabrik Blok Tanah Hijau Blok Tanah Hijau
Paraf Pembimbing Lapang
Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor dan Pendamping Mandor Besar di Unit Perkebunan Tambi Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi Paraf Pembimbing Jumlah KHL Luas Areal Lama Lapang yang diawasi yang diawasi kegiatan (orang) (ha) (jam) 13/04/2009 Babad 5 0,16 4 Blok Taman 14/04/2009 Pembuatan Lubang 3 0,2 5 Blok Tanah Hijau 15/04/2009 Pemupukan Lewat Daun 2 1,32 4 Blok Tanah Hijau 16/04/2009 Pemangkasan 5 0,11 4 Blok Pemandangan 17/04/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi Pupuk Lewat Daun 3 2 4 Blok Taman 18/04/2009 Chemical Weeding 4 2 4 Blok Taman 19/04/2009 PHP 3 2 4 Blok Pemandangan 21/04/2009 Perbaikan Jalan Produksi 2 0,001 5 Blok Panama 22/04/2009 Pemeliharaan Pohon Pelindung 1 0,005 2 Blok Panama Pembuatan Guludan 2 0,04 2 Blok Panama 23/04/2009 Seleksi Bibit Pohon Pelindung 6 900 tanaman 5 UP Tanjungsari 24/04/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi Pemetikan Produksi 6 0,16 3 Blok Taman Babad 3 0,04 0,5 Blok Taman 25/042009 Pemetikan Jendangan 6 0,2 3 Blok Taman 27/04/2009 Pembibitan UP Bedakah 28/04/2009 Pemetikan Produksi 23 1 5,5 Blok Panama 29/04/2009 Pemetikan Produksi 22 1 4 Blok Panama 30/04/2009 Pemetikan Produksi 18 1 3,5 Blok Tanah Hijau 18 0,25 2 TR Buntu 01/05/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi Pemetikan Produksi 18 0,5 4,5 Blok Tanah Hijau 02/05/2009 Pemetikan Produksi 23 1 3,5 Blok Pemandangan
03/05/2009 Pemetikan Produksi Tabel Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan
05/05/2009 06/05/2009 07/05/2009
08/05/2009
10/05/2009 11/05/2009 12/05/2009 13/05/2009 14/05/2009 15/05/2009
16/05/2009
Penanaman Pohon Pelindung Pemetikan Produksi Porokan Babad Pemetikan Produksi Paguyuban Kebun Senam Pemetikan Produksi Diskusi dengan Pembimbing Petik Supervisi Pemetikan Produksi Administrasi Kebun Merapikan Jalan Produksi Pemupukan Konsultasi dengan Pembimbing Senam Penggilingan Oksidasi Enzimatis/Fermentasi Packing
23
1
4
Prestasi Kerja Penulis Jumlah KHL Luas Areal Lama yang diawasi yang diawasi Kegiatan (orang) (ha) (jam) 4 0,04 5 3 2 5 1 0,02 1 3 0,02 1 3 1 2,5
2
0,1
3
3
9 15
0,01 3
1
5 3 5 8
Blok Pemandangan Lokasi
Blok Tanah Hijau Blok Tanah Hijau Blok Pemandangan Blok Pemandangan Blok Pemandangan Blok Pemandangan Lapangan Kantor UP Tambi Blok Taman Blok Taman Kantor Induk UP Tambi Blok Pemandangan Kantor Blok Taman Blok Taman Blok Panama Pabrik Lapangan Kantor UP Tambi Pabrik Pabrik Pabrik
Paraf Pembimbing Lapang
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Tambi Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi Paraf Pembimbing Jumlah Mandor Luas Areal Lama Lapang yang diawasi yang diawasi Kegiatan (orang) (ha) (jam) 18/05/2009 Analisis Pucuk Pabrik 19/05/2009 Administrasi Kebun Kantor Kebun UP Tambi Pemetikan Produksi 3 2 3 Blok Panama 20/05/2009 Pupuk Lewat daun 3 0,08 1 Blok Taman Babad 2 0,02 1 Blok Taman Pemetikan Produksi 2 1 2 Blok Taman 21/05/2009 Pemetikan Produksi 3 3 5 Blok Tanah Hijau 22/05/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi Administrasi Kebun Kantor Kebun UP Tambi 25/05/2009 Administrasi Kebun Kantor Kebun UP Tambi 26/05/2009 Administrasi Kebun Kantor Kebun UP Tambi 27/05/2009 Administrasi Kebun Kantor Kebun UP Tambi 28/05/2009 Administrasi Kebun Kantor Kebun UP Tambi Pemetikan Produksi 3 1 3 Blok Panama 29/05/2009 Senam Lapangan Kantor UP Tambi Administrasi Kebun Kantor Kebun UP Tambi Konsultasi dengan Pabrik 30/05/2009 Pembimbing Pembuatan Laporan Pabrik 01/06/2009 Pendalaman Materi Kantor Kebun UP Tambi Pembuatan Laporan Pabrik 02/06/2009 Pendalaman Materi Kantor Kebun UP Tambi 03/06/2009 Administrasi Kebun Kantor Kebun UP Tambi Pembuatan Laporan Pabrik
Tabel Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan
04/06/2009 05/06/2009
06/06/2009 08/06/2009 09/06/2009 10/06/2009 11/06/2009 12/06/2009
Administrasi Kebun Penyerahan Laporan Senam Anjangsana dan Kontrol Kebun Administrasi Kebun Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Presentasi Senam Perpisahan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal yang diawasi yang diawasi (orang) (ha)
Lokasi Lama Kegiatan (jam) Kantor Kebun UP Tambi Pabrik Lapangan Kantor UP Tambi
3
1
4
Blok Taman Kantor Kebun UP Tambi Blok Tanah Hijau Blok Panama Blok Pemandangan Kantor Kebun UP Tambi Lapangan Kantor UP Tambi Kantor Kebun UP Tambi
Paraf Pembimbing Lapang
Lampiran 4. Curah Hujan Unit Perkebunan Tambi Tahun 1999-2008 Bulan
1999 2000 2001 CH HH CH HH CH HH Jan 307 30 455 23 635 21 Feb 232 25 314 18 416 22 Mar 205 26 418 19 324 19 Apr 128 29 324 18 337 16 Mei 107 12 178 18 214 14 Jun 90 10 83 6 102 9 Jul 65 7 57 5 86 7 Agst 18 3 16 3 0 0 Sept 13 2 17 3 35 3 Okt 165 15 413 19 425 19 Nov 759 29 447 25 210 25 Des 629 27 390 13 229 13 Total 2 718 215 3 112 170 3 013 177 BB 8 8 9 BK 2 3 1 Sumber : Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi 2009
2002 CH HH 448 28 385 21 426 17 418 21 58 10 19 5 28 9 0 0 15 3 0 0 536 19 768 25 3 101 158 6 4
Keterangan : CH : Curah Hujan (mm) HH : Hari Hujan BB : Bulan Basah (> 100 mm) BK : Bulan Kering (< 60 mm) Tipe Iklim B menurut Schmidth dan Ferguson
2003 CH HH 585 27 620 24 438 23 199 16 122 12 0 0 0 0 80 6 72 10 114 15 283 8 516 19 3 029 160 8 0
2004 CH 375 580 594 251 478 0 78 6 49 45 151 580 3 187 7 3
HH 20 22 26 13 16 0 5 1 5 6 9 25 148
2005 CH HH 407 18 474 23 557 25 403 20 25 5 163 13 81 7 38 4 114 7 138 9 151 9 580 25 3 131 165 9 2
2006 CH HH 713 19 553 20 303 15 233 12 324 14 14 2 17 1 10 1 13 1 81 4 170 8 513 16 2 944 113 7 4
2007 CH HH 197 13 549 24 368 22 288 20 60 8 159 6 13 2 12 1 7 2 69 7 170 10 494 20 2 385 135 7 3
Q = Rata-rata Bulan Kering x 100% Rata-rata Bulan Basah Q = 2.5 x 100 % = 33.33 % 7.7
2008 CH HH 523 17 352 13 389 22 281 19 158 15 20 5 2 1 76 10 19 5 253 16 524 26 487 24 3 084 173 8 3
Rata-rata CH HH 423.80 21.6 44735 21.2 402.22 21.4 286.20 18.4 172.40 12.4 65 5.6 42.70 4.4 25.60 2.9 35.40 4.1 170.30 8.7 340.10 16.6 518.60 21.8 2 929.82 159.1 7.7 2.5
Lampiran 5. Format Laporan Kegiatan Kepala Blok Blok : Taman Tanggal
05/05/0 9
Kegiatan
No Kebu n
Luas (ha)
Pemupukan
9
P K 4
Pemangkasa n PHP Lubang Tadah Babad
7
4
Chemical Weeding Pemetikan Jumlah
DK
Tenag a Kerja
Produks i (kg)
Upah (ribu
SS
L
P
-
7
13
-
Rupiah ) 120
3.7 8 2.5
7
-
-
78
2
0.2 4 4.5 2
3
-
-
30
4 3
4 4
2 0.1 6
2 3.8 4
4 7
-
-
25 40
1 5
4.5 4.5 -
4.5 -
5 5
45
1550
30 240 663
4
Keterangan PK : Pokok DK : Dikerjakan SS : Sisa L : Laki-Laki P : Perempuan
Mengetahui
Asisten Kepala Bagain Kebun
Lampiran 6. Format Laporan Kegiatan Mandor Pemeliharaan Blok : Pemandangan Bulan : April Tahun : 2009 Pemangkasan No
Nama
1. Kliwon 2. Tono 3. Kadir 4. Ramdan 5. Ridho 6. Wiro 7. Nerno No Kebun Luas Pokok Luas Dikerjakan Luas Sisa Upah
Tanggal Jumlah 1 2 3 4 5 ………………………..…..…ha…………..………...………. 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.20 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.20 0.02 0.02 0.02 0.02 0.08 0.04 0.04 0.04 0.04 0.16 0.02 0.02 0.02 0.02 0.08 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.20 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.20 8 8 8 8 8 4 3.78 3.54 3.36 3.06 0.24 3.78 78 000
0.24 3.54 78 000
0.18 3.36 50 500
0.22 3.06 71 500
0.24 2.82 78 000
Mengetahui
Kepala Blok
1.02 356 000
Lampiran 7. Format Laporan Mandor Pemetikan Blok : Panama Bulan : Maret Tahun : 2009 No
Nama 1
2
1. Arifin 2. Tego 3. Painah 4. Sulas 5. Parmi 6. Fitri 7. Minah 8. Turah 9. Giwon 10. Narsih No Kebun Tenaga Kerja Produksi
40 28 35 37 32 41 38 42 45 25 15 10 363
-
Upah (ribu rupiah)
80
-
0
Tanggal 3 4 5 6 7 8 9 10 ……………………………kg…………………………….. 60 55 45 54 62 71 51 46 40 38 39 41 55 45 42 40 36 43 47 40 45 44 40 50 65 47 49 30 43 38 39 55 60 50 34 51 42 40 59 55 51 52 32 40 36 47 50 59 56 34 43 41 46 65 49 53 49 65 67 57 70 75 60 23 41 45 49 51 50 48 49 1 2 3 4 5 6 7 8 8 10 10 8 10 10 5 10 323 466 422 350 546 586 250 496 71
103
92
77
120
129
Mengetahui
Kepala Blok
55
109
Jumlah 484 286 283 377 347 425 418 422 439 381 3862 850