i
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH
ANDARI TITISARI A24060337
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
RINGKASAN ANDARI TITISARI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH).
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, mulai tanggal 1 Maret sampai 3 Juli 2010 di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Tujuan kegiatan magang yaitu memperluas pengetahuan mengenai aspek teknis dan manajerial perkebunan teh, memahami proses kerja di lapangan serta mendapatkan keterampilan dan pengalaman kerja. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini yaitu mengetahui pengelolaan pemangkasan tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah dan meningkatkan keterampilan di bidang pemangkasan tanaman teh. Pengamatan dan pengumpulan data menggunakan metode langung dan metode tidak langsung. Metode langsung untuk memperoleh data primer, sedangkan metode tidak langsung untuk memperoleh data sekunder. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial perkebunan. Metode tidak langsung dilakukan dengan cara studi pustaka Unit Perkebunan Bedakah (rencana kerja dan anggaran pendapatan, laporan bulanan dan tahunan kebun, laporan manajemen kebun, peta perkebunan dan arsip kebun lainnya). Aspek
teknis
yang
dilaksanakan
meliputi
kegiatan
pembibitan,
pemeliharaan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan TM (Tanaman Menghasilkan), pemetikan pucuk daun teh dan sekilas tentang pengolahan pucuk daun teh. Pemeliharaan tanaman terdiri atas pembentukan bidang petik, pengendalian
gulma,
pemupukan,
pemangkasan,
pengendalian
penyakit,
pemeliharaan saluran air dan lubang tadah. Aspek manajerial yang dilaksanakan yaitu
sebagai
pendamping
pembimbing
(pemetikan
dan
pemeliharaan),
pendamping kepala blok dan pendamping asisten kepala bagian kebun.
iii Pengamatan khusus dilakukan pada aspek pemangkasan. Kegiatan pemangkasan membutuhkan pengelolaan yang baik karena berpengaruh terhadap produksi
pucuk
teh
perkebunan.
Penentuan
pelaksanaan
pemangkasan
dikembalikan pada tujuan perkebunan yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, kriteria yang tepat dalam pelaksanaan pemangkasan adalah kebijakan kebun. Tipe pangkasan produksi yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah adalah pangkasan bersih. Gilir pangkas di Unit Perkebunan Bedakah yaitu empat tahun sesuai dengan pedoman pemangkasan untuk daerah dataran tinggi (> 1 200 m dpl). Luas areal yang dipangkas setiap tahun adalah 25 % dari total luas tanaman menghasilkan yang dibagi menjadi dua semester. Semester I (Februari – April) luas areal yang direncanakan untuk dipangkas sebesar 60 – 70 %, sedangkan semester II (Oktober – November) luas areal yang dipangkas merupakan sisa areal yang dipangkas pada semester I sebesar 30 – 40 %. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan sabit pangkas. Sistem upah tenaga kerja menggunakan sistem upah borongan yaitu tenaga pemangkas dibayar berdasarkan prestasi kerja masing-masing.
PRUNING MANAGEMENT OF TEA (camellia sinensis (L.) O. Kuntze) AT UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH Andari Titisari¹ dan Adolf Pieter Lontoh² ¹Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB (A24060337) ²Staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract The apprentice was conducted at Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Central Java from March until July 2010. The assignment composed of several work, ie, did as field worker for two months, as assistant foreman for one month, as assistant block leades for two weeks and assistant of field lead assistant for two weeks. The general objective is to expand knowledge of apprenticeship students about the technical and managerial aspects of the tea plantations, get skills and work experience. The specific objective of this apprentice is to study the activity of pruning management of tea plant and increase student skills in the field of pruning. Pruning activities require proper management as influenced shoot production of tea plantations. The purpose of pruning is to keep plant growth in the vegetative phase, to stimulate growth of new shoots so that the bud is harvested in large quantities and good quality as well as removing the damaged parts of plants or undesirable that can inhibit the growth of shoots. Determination of the implementation of pruning on the plantation purpose of obtaining the maximum profit. Therefore the right criteria in the implementation of pruning is productivity. Keyword : tea, pruning, produvtivity
iv
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Andari Titisari A24060337
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
v Judul
: PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN
TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
BEDAKAH,
PT
WONOSOBO, JAWA TENGAH Nama
: ANDARI TITISARI
NIM
: A24060337
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP 19570711. 198111. 1. 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101. 198703. 1. 003
Tanggal persetujuan :
TAMBI,
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 14 Januari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Supardjo dan Ibu Srini. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1994 di SD Negeri 1 Gabus, Pati dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Winong, Pati dan lulus tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Pati dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) kemudian tahun berikutnya diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura dengan minor Ekonomi Pertanian. Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) tahun 2009 di Desa Pamijen, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan kegiatan magang di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) 0. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah”. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua tercinta, kakak dan adik-adik tersayang atas cinta kasihnya. 2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi. 3. Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan yang membangun bagi penulis. 4. Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi dan DR. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji atas saran yang telah diberikan pada penulis. 5. Direksi PT Tambi atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. 6. Ir. Bagus Nugroho selaku Pimpinan Unit Perkebunan Bedakah, Bapak Purwandi dan Bapak Sudiono selaku pembimbing lapang atas bantuan dan bimbingannya selama penulis melaksanakan kegiatan magang. 7. Adis, Trisna dan Vivi atas persahabatan yang indah selama ini serta teman-teman AGH 43 atas dukungan dan kekompakannya. 8. Tina, Riyas, Reni, Noe, Selly, Irma, Ovi terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Bogor, November 2010 Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xii
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang..................................................................................... Tujuan ..................................................................................................
1 3
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
4
Botani Tanaman Teh............................................................................ Syarat Tumbuh..................................................................................... Budidaya Tanaman Teh....................................................................... Pemangkasan .......................................................................................
4 4 5 6
METODE MAGANG ...................................................................................
7
Tempat dan Waktu............................................................................... Metode Pelaksanaan ............................................................................ Pengumpulan dan Pengamatan Data ................................................... Pengolahan Data ..................................................................................
7 7 7 10
KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH .............................
11
Sejarah Perkebunan ............................................................................. Letak Wilayah Administratif ............................................................... Kondisi Tanah dan Iklim ..................................................................... Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................ Kondisi Tanaman dan Produksi........................................................... Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas................................... Ketenagakerjaan .................................................................................. Kesejahteraan Karyawan .....................................................................
11 12 13 13 14 14 15 17
PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG.........................................................
18
Aspek Teknis ....................................................................................... Aspek Manajerial.................................................................................
18 45
PEMBAHASAN ...........................................................................................
48
ix Tipe Pangkasan.................................................................................... Tinggi Pangkasan................................................................................. Waktu Pemangkasan............................................................................ Luas Areal Pangkasan.......................................................................... Alat Pangkas ........................................................................................ Teknik Pemangkasan ........................................................................... Kriteria Pemangkasan.......................................................................... Tenaga Pangkas ................................................................................... Keterampilan Pemangkas .................................................................... Pertumbuhan Tunas ............................................................................. Pengelolaan Sisa Pangkasan ................................................................
48 49 50 51 53 54 55 60 61 64 65
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
66
Kesimpulan .......................................................................................... Saran ....................................................................................................
66 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
68
LAMPIRAN..................................................................................................
70
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Tahun 2010.................................
13
2. Produksi dan Produktivitas Teh UP Bedakah Tahun 2005 – 2009 .................................................................
14
3. Kondisi Tenaga Kerja UP Bedakah Tahun 2010.............................
16
4. Kebutuhan Pupuk TBM Tahun 2010...............................................
26
5. Kebutuhan Pupuk TM Tahun 2010..................................................
27
6. Isi Polybag Mutu Teh Kering UP Bedakah .....................................
44
7. Rata-rata Tinggi Pangkasan dan Diameter Bidang Pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala......................................
49
8. Rencana Luas Areal Pangkas UP Bedakah Tahun 2010 .................
52
9. Rencana dan Realisasi Pangkasan UP Bedakah Tahun 2005 – 2009 .................................................................
53
10. Gilir Pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala.........................
56
11. Rata-rata Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tanaman Sebelum Pemangkasan Pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala ...........................................................
56
12. Persentase Pucuk Burung Blok Bismo, Argopuro dan Mandala............................................................................
57
13. Kapasitas Pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani..............
60
14. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Usia Pemangkas......................................................................
62
15. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Lama Kerja Pemangkas ..........................................................
63
16. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Pemangkas..............................................
64
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Naungan Kolektif dan Bedengan Pembibitan .....................................
18
2. Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Kimia .....................................
24
3. Kegiatan Pemupukan TBM .................................................................
28
4. Pangkasan Bersih ................................................................................
29
5. Pemetikan Menggunakan Ibu Jari dan Telunjuk.................................
36
6. Penimbangan Pucuk di Kebun ............................................................
38
7. Sabit Pangkas ......................................................................................
54
8. Diagram Produktivitas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Berdasarkan Tahun Pangkas Tahun 2009...............................
58
9. Grafik Pertumbuhan Tunas .................................................................
64
xii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ........................................................
71
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Pembimbing di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ........................................................
73
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Kepala Blok di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ........................................................
74
4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ......................................
75
5. Peta Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ...........................................................................
76
6. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2000 – 2009 .................................................................
77
7. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ........................................................
78
8. Realisasi Gilir Pangkas Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2006 – 2010 .................................................................
79
9. Luas Areal Berdasarkan Jenis Tanaman di Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010 ..................................
80
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh berasal dari famili Theaceae, genus Camellia, spesies (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Tanaman teh merupakan tanaman perkebunan yang termasuk dalam bagian tanaman penyegar. Teh yang biasanya dikonsumsi sebagai minuman penyegar diperoleh dari pengolahan pucuk daun tanaman teh. Menurut Setyamidjaja (2000), tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah subtropis yaitu daerah di pegunungan Himalaya dan daerah-daerah yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India serta Birma. Meskipun berasal dari daerah subtropis namun daerah penyebarannya juga meliputi daerah tropis, dingin dan panas. Daerah pertanaman teh di Indonesia pada umumnya terletak di dataran tinggi (pegunungan) meskipun diusahakan pula di dataran rendah. Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah iklim dan tanah sehingga dalam penanamannya harus memperhatikan kedua faktor tersebut (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Teh merupakan bagian dari komoditas perkebunan yang menyumbang devisa bagi negara. Oleh karena itu, keberadaannya harus selalu diperhatikan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan (2009), volume ekspor teh sering mengalami pasang surut. Pada tahun 2005 volume ekspor teh Indonesia masih mencapai 102 389 ton dengan nilai ekspor 121 777 juta US$. Akan tetapi, tahun 2006 volume ekspor teh mengalami penurunan. Indonesia hanya mampu mengekspor 95 338 ton dengan nilai ekspor 134 515 juta US$. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2007 volume teh yang diekspor hanya sebesar 83 658 ton dengan nilai ekspor 125 243 juta US$. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan volume ekspor teh sebesar 96 209 ton dengan nilai ekspor 158 958 juta US$. Penurunan volume ekspor antara lain disebabkan oleh produktivitas perkebunan teh nasional yang relatif masih rendah. Pada tahun 2009 produktivitas perkebunan teh nasional diperkirakan hanya sebesar 1 432 kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Produktivitas kebun sangat dipengaruhi oleh
2 penerapan teknik budidaya yang tepat. Kendala lain yang mempengaruhi penurunan volume ekspor teh yaitu mutu teh yang dihasilkan belum memenuhi standar internasional. Rendahnya mutu teh yang dihasilkan menyebabkan produk teh Indonesia kalah bersaing dengan produk teh yang dihasilkan oleh sejumlah negara pesaing. Salah satu upaya teknik budidaya untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanaman adalah melalui pemeliharaan tanaman dengan cara pemangkasan. Hal ini disebabkan oleh tanaman teh dibudidayakan untuk diambil pucuknya sehingga pemangkasan diperlukan untuk merangsang pertumbuhan pucuk. Apabila tanaman teh dibiarkan tumbuh secara alami tanpa dipangkas maka ketinggiannya dapat mencapai 14 m. Tanaman teh dengan ketinggian tersebut akan sedikit menghasilkan pucuk dan pemetikan akan sulit dilakukan. Tanaman teh harus dibentuk menjadi perdu yang memiliki bidang petik luas sehingga dapat dipetik dengan mudah dan diperoleh jumlah pucuk yang banyak (Setyamidjaja, 2000). Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006), tujuan pemangkasan yaitu mengusahakan
agar
pertumbuhan
tanaman
tetap
pada
fase
vegetatif,
mengusahakan agar perdu tetap rendah sehingga pemetikan mudah dilakukan, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga pucuk teh yang dipanen dalam jumlah besar dan berkualitas baik, membuang bagian tanaman yang rusak atau tidak dikehendaki yang dapat menghambat pertumbuhan tunas. Beberapa tujuan pemangkasan tersebut merupakan suatu usaha dalam rangka mencapai produksi pucuk yang tinggi. Kegiatan pemangkasan harus dilakukan oleh tenaga kerja terampil untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam pelaksanaannya. Pemangkasan yang dilakukan dengan tidak baik dan hati-hati dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman teh. Oleh karena itu, keterampilan pemangkas diperlukan untuk memperkecil kerusakan pada tanaman.
3 Tujuan Tujuan umum kegiatan magang adalah memperluas pengetahuan mahasiswa mengenai aspek teknis dan manajerial perkebunan teh, memahami proses kerja di lapang serta mendapat keterampilan dan pengalaman kerja. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari pengelolaan pemangkasan tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah dan meningkatkan keterampilan mahasiswa di bidang pemangkasan tanaman teh.
4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis adalah salah satu tanaman perdu. Cabang tanaman banyak, mulai dari bawah sampai atas, kuat dan tidak mudah patah. Bila tanaman teh ditanam jarang kemudian dibiarkan tumbuh begitu saja akan menjadi sebuah pohon yang besar. Oleh karena itu, tanaman teh selalu ditanam pada jarak yang sempit dan dilakukan pemangkasan berkali-kali. Daun teh berupa daun tunggal, berwarna hijau, helai daun berbentuk lanset, ujung daun meruncing, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi. Daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam (Adisewojo, 1982). Bunga teh merupakan jenis bunga sempurna dan menyerbuk sendiri. Pada sebuah tanaman hanya sekitar 2 % dari keseluruhan bunga yang berhasil membentuk biji. Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga dan berdinding tebal. Warna buah semakin tua semakin kusam dan kasar. Biji buah berwarna cokelat, memiliki tiga ruang, kulit buahnya tipis, berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain (Setyamidjaja, 2000).
Syarat Tumbuh Ketinggian tempat yang baik bagi pertumbuhan tanaman teh yaitu 250 – 2 000 m di atas permukaan laut (m dpl). Tanaman teh yang ada di Indonesia umumnya ditanam pada ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl (Setyamidjaja, 2000). Berdasarkan Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006), daerah perkebunan teh di Indonesia menurut ketinggian tempat terbagi atas tiga daerah yaitu perkebunan daerah rendah (< 800 m dpl), perkebunan daerah sedang (800 – 1 200 m dpl) dan perkebunan daerah tinggi (> 1 200 m dpl). Daerah pertanaman untuk tanaman teh harus memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sebesar 2 000 – 2 500 mm. Hal ini
5 disebabkan tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Curah hujan mempengaruhi kelembaban di suatu tempat. Kelembaban yang dibutuhkan oleh tanaman teh berkisar 80 % dan suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar 13 – 25 ºC (Setyamidjaja, 2000). Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan semakin cepat bila sinar matahari intensif sepanjang curah hujan mencukupi. Areal pertanaman teh harus memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik. Tanah yang baik sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah tanah yang gembur, subur, kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas dan mempunyai derajat keasaman (pH) 4.5 – 6.0 (Setyamidjaja, 2000).
Budidaya Tanaman Teh Tanaman teh dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif. Pada perbanyakan generatif digunakan bahan tanaman asal biji, sedangkan perbanyakan vegetatif digunakan bahan tanaman asal stek berupa klon. Stek yang digunakan adalah stek daun yang diambil dari daun ke-tiga hingga ke-sembilan. Tanaman yang digunakan adalah tanaman umur lima sampai enam bulan setelah pemangkasan yaitu sebelum tunas-tunas di ketiak daun mulai berkembang (Spillane, 1992). Perbanyakan tanaman teh secara vegetatif merupakan salah satu cara untuk mempertahankan sifat-sifat baik tanaman induk (klon) karena tidak terjadi perubahan sifat genotip (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh dapat ditanam dengan berbagai jarak tanam sesuai dengan kemiringan lahan. Menurut Tobroni dan Adimulyo (1997), lahan datar hingga kemiringan 15 % jarak tanamnya 120 cm x 90 cm, kemiringan lahan 15 – 30 % jarak tanamnya 120 cm x 75 cm dan kemiringan lahan lebih dari 30 % jarak tanamnya 120 cm x 60 cm. Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk di kebun teh. Beberapa jenis hama penting yang menjadi masalah yaitu Helopeltis, ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat penggulung pucuk, ulat api dan tungau jingga. Adapun penyakit yang berbahaya
6 yaitu cacar daun teh (blister blight). Cara pengendalian sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi kebun teh masing-masing (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemangkasan Kegiatan pemangkasan tanaman teh pada dasarnya bertujuan merangsang pembentukan tunas-tunas baru yang lebih banyak sehingga pemetikan dapat segera dilakukan. Menurut Setyamidjaja (2000), pada umumya terdapat lima jenis pangkasan yang dilakukan oleh suatu perkebunan yaitu pangkasan indung, pangkasan bentuk, pangkasan produksi, pangkasan dalam dan pangkasan leher akar. Pangkasan indung dan pangkasan bentuk merupakan pangkasan yang dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) bertujuan membentuk bidang petik tanaman. Pangkasan produksi merupakan pangkasan pada tanaman menghasilkan (TM) dan memiliki beberapa tipe yaitu pangkasan kepris, pangkasan bersih, pangkasan ajir atau jambul dan pangkasan setengah bersih. Pangkasan produksi dilaksanakan berdasarkan siklus pangkas yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Pangkasan dalam dan leher akar merupakan jenis pangkasan yang dilakukan untuk meremajakan kebun secara cepat. Pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanaman teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam melakukan pemilihan tipe pangkasan harus tepat (Johan, 2006). Menurut Tobroni dan Kurniayu (1988), tanaman yang baik untuk dipangkas yaitu apabila persediaan cadangan makanan yang tersimpan dalam akar dalam jumlah cukup dan keadaan lingkungan mendukung bagi pertumbuhan tunas baru. Cadangan makanan dalam akar dimanfaatkan oleh tanaman untuk penyembuhan luka pangkasan, memecahkan dormansi tunas dan mempercepat pertumbuhan tunas.
7
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama empat bulan mulai tanggal 1 Maret 2010 sampai 3 Juli 2010.
Metode Pelaksanaan Penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping pembimbing (pemetikan dan pemeliharaan) selama satu bulan, pendamping kepala blok selama dua minggu dan pendamping asisten kepala bagian kebun selama dua minggu. Kegiatan sebagai KHL yaitu melaksanakan semua kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun meliputi pembibitan, pemetikan, pembentukan bidang petik, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, porokan, pengendalian penyakit, pemeliharaan saluran air dan lubang tadah. Kegiatan sebagai pendamping pembimbing dan pendamping kepala blok yaitu mengawasi kegiatan yang sedang berlangsung di kebun dan membantu mengerjakan laporan kerja harian. Kegiatan sebagai pendamping asisten kepala bagian kebun yaitu mempelajari cara pengelolaan perkebunan mulai dari aspek teknis hingga manajerial. Keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan penulis tertera dalam jurnal harian pada Lampiran 1 – 4.
Pengumpulan dan Pengamatan Data Metode pengumpulan dan pengamatan data dalam melaksanakan kegiatan magang meliputi metode langsung untuk memperoleh data primer dan metode tidak langsung untuk memperoleh data sekunder. Metode langsung dilakukan dengan bekerja langsung di lapangan atau wawancara dan diskusi dengan narasumber terkait. Metode tidak langsung dilakukan dengan studi pustaka Unit
8 Perkebunan Bedakah (rencana kerja dan anggaran pendapatan, laporan bulanan dan tahunan kebun, laporan manajemen kebun, peta perkebunan dan arsip kebun lainnya). Aspek khusus yang diamati selama melaksanakan kegiatan magang adalah pemangkasan sehingga data pengamatan difokuskan pada kegiatan tersebut. Data primer pemangkasan diperoleh melalui pengamatan di lapangan atau wawancara dan diskusi dengan narasumber terkait. Data sekunder diperoleh dari laporan dan arsip kebun meliputi data luas areal pangkas, gilir pangkas, waktu pemangkasan dan tingkat produktivitas teh yang dihasilkan oleh Unit Perkebunan Bedakah. Penulis mengamati beberapa blok dengan jumlah tanaman contoh yang diambil adalah 15 tanaman contoh dari beberapa patok secara acak pada nomor kebun yang akan dipangkas dalam suatu blok. Beberapa variabel pemangkasan yang diamati selama kegiatan magang meliputi : a) Pengamatan sebelum pemangkasan 1. Tinggi tanaman atau tinggi bidang petik tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari permukaan tanah sampai puncak bidang petik setiap tanaman contoh. 2. Diameter bidang petik Pengamatan dilakukan dengan mengukur bidang petik kedua arah yaitu timur – barat dan utara – selatan dari bidang petik setiap tanaman contoh kemudian diambil rata-rata keduanya dengan rumus : DBP =
diameter (utara-selatan) + diameter (timur-barat) 2
3. Persentase pucuk burung
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pucuk burung dan pucuk peko yang berasal dari pemetikan gendesan pada setiap tanaman contoh. Adapun rumus yang digunakan : % pucuk burung =
jumlah pucuk burung x 100 % jumlah pucuk (burung + peko)
b) Pengamatan saat pemangkasan 1. Luas areal pangkas
Perhitungan berdasarkan luas areal pangkasan yang telah ditetapkan.
9 2. Tinggi pangkasan Pengukuran dilakukan dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan pada setiap tanaman contoh yang telah dipangkas. 3. Diameter bidang pangkas Pengamatan dilakukan dengan mengukur bidang pangkas kedua arah yaitu timur – barat dan utara – selatan dari setiap tanaman contoh kemudian diambil rata-rata keduanya dengan rumus : DBP =
diameter (utara-selatan)+ diameter (timur-barat) 2
4. Tenaga Pemangkas
Pengamatan dilakukan terhadap kebutuhan tenaga kerja per hari dan kapasitas pemangkas. Tenaga pemangkas dihitung berdasarkan jumlah tenaga pangkas riil dengan menghitung langsung atau wawancara dengan pembimbing. Hasil pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus sebagai berikut : Σ pemangkas per hari =
luas areal pangkas (ha) hari kerja efektif 1 bulan × kapasitas standar
Kapasitas standar adalah luas areal yang harus dicapai pemangkas dalam satu hari kerja. 5. Persentase kerusakan cabang akibat pemangkasan Pengamatan dilakukan terhadap 20 orang tenaga pemangkas berdasarkan klasifikasi usia, lama kerja dan tingkat pendidikan. Setiap tenaga pemangkas diambil lima tanaman contoh hasil pangkasan. Perhitungan persentase kerusakan cabang dilakukan dengan menghitung jumlah cabang bekas pangkasan yang pecah atau rusak pada setiap tanaman contoh menggunakan rumus sebagai berikut : % kerusakan=
Σ cabang pangkasan yang rusak atau pecah ×100% Σ cabang pada pangkasan total
6. Alat pangkas Alat pangkas yang digunakan diamati pada saat kegiatan pemangkasan berlangsung atau wawancara dengan pembimbing pemeliharaan.
10 7. Tipe pangkasan Pengamatan dilakukan secara langsung di lapang didampingi oleh pembimbing pemeliharaan dan kepala blok. c) Pengamatan setelah pemangkasan 1. Tinggi tunas Pengamatan tinggi tunas dilakukan dengan cara mengukur tunas mulai dari pangkal tunas sampai titik tumbuh. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai lima minggu setelah pemangkasan hingga delapan minggu setelah pemangkasan (5 – 8 MSP). Pengamatan dilakukan terhadap 15 tanaman contoh dari beberapa patok secara acak pada Blok Bismo dan Argopuro.
Pengolahan Data Pengolahan data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif terhadap data primer dan sekunder. Pengolahan data deskriptif kuantitatif menggunakan rataan, persentase dan uji t-student. Uji t-student digunakan untuk data persentase kerusakan cabang akibat pemangkasan berdasarkan keterampilan pemangkas. Peubah pengamatan diolah pada taraf nyata 5 % (Walpole, 1997). Adapun rumus t – student yang digunakan : t-student =
(x̅₁-x̅₂)
1 1 Sp² n₁ + n 2
Keterangan
:
x̄₁ , x̄₂
= rata-rata pengamatan 1 & 2
S₁² , S₂²
= ragam contoh 1 & 2
n₁ , n₂
= jumlah pengamatan 1 & 2
Sp
= simpangan baku gabungan
(n1 -1) S21 + (n2 - 1) S22 Sp = n1 + n2 - 2
Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel ; ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan derajat bebas (n₁ + n₂ - 2).
11
KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah NV John Peet & Co yang berkedudukan di Jakarta. Pada saat perang dunia II Hindia Belanda diduduki oleh Jepang. Nama perusahaan diganti menjadi Sai Bai Kigyo Kodan (SKK) kemudian diganti menjadi Sai Bai Kigyo Rengokai (SKR) yang berkedudukan di Semarang. Perusahaan diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia setelah proklamasi 17 Agustus 1945 di bawah koordinasi Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berkantor di Surakarta. Para karyawannya diangkat menjadi pegawai perkebunan negara. Tahun 1949 terjadi konferensi meja bundar (KMB) di Den Haag yang dilanjutkan dengan penyerahan kedaulatan oleh pemerintah Belanda kepada pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia mengembalikan perusahaan kepada pemilik semula yaitu Bagelen Thee En Kina Maatschappij yang dikelola oleh mantan pegawai PPN. Pada tanggal 21 Mei 1952 berdasarkan keputusan Gubernur No. AGR 36/1951/6/11/24, mantan pegawai PPN mendirikan kantor bersama yang diberi nama Perkebunan Gunung. Pada tangggal 29 April 1954 dilakukan penyerahan di Jakarta. Bagelen Thee En Kina Maatschappij dijual kepada NV Eks PPN Sindoro Sumbing yang didirikan oleh mantan pegawai PPN dengan akta notaris Raden Sujadi di Magelang tanggal 17 Mei 1954 No. 17 untuk memperkuat penyerahan. Pelaksanaan jual beli dilakukan di depan notaris Rd. Mr. Soewandi di Jakarta tanggal 26 November 1954 No. 1156 sehingga perkebunan resmi menjadi PT NV Eks Sindoro Sumbing. Pada tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan di kebun Tanjungsari yang diselenggarakan oleh perusahaan dan dihadiri oleh instansi terkait dari jajaran kepala desa hingga tingkat kabupaten. Pertemuan tersebut berhasil meraih kesepakatan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo dengan PT NV Eks
12 PPN Sindoro Sumbing. Kesepakatan tersebut yaitu kedua belah pihak bekerja sama mengelola perkebunan dengan membentuk perusahaan baru yang modalnya 50 % dari PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing dan 50 % dari Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perkebunan Tambi. Nama PT NV Perkebunan Tambi lebih dikenal sebagai PT Perkebunan Tambi.
Letak Wilayah Administratif PT Perkebunan Tambi terdiri atas tiga unit perkebunan yaitu Unit Perkebunan Tambi (UP Tambi), Unit Perkebunan Bedakah (UP Bedakah) dan Unit Perkebunan Tanjungsari (UP Tanjungsari). Unit Perkebunan Bedakah terletak di sebelah barat lereng Gunung Sindoro, Dusun Bedakah, Desa Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Jarak dari ibu kota kabupaten ± 15 km ke arah timur laut Wonosobo. Jarak dari jalan raya menuju Unit Perkebunan Bedakah ± 5 km. Unit Perkebunan Bedakah berada pada ketinggian 1 250 – 1 950 m dpl. Lokasi Unit Perkebunan Bedakah berbatasan dengan tanah Perhutani di sebelah utara, Desa Pagerejo di sebelah selatan, Desa Candiasan di sebelah timur, Desa Damarkasian di sebelah barat. Unit Perkebunan Bedakah memiliki enam blok kebun yaitu Bismo, Rinjani, Argopuro, Mandala, Kembang dan Muria. Unit kerja administratif Unit Perkebunan Bedakah tersebar di empat desa : 1) Desa Candiasan meliputi unit kerja Blok Rinjani; 2) Desa Tlogomulyo meliputi unit kerja Blok Bismo, pabrik pengolahan teh hitam, kantor induk dan kantor kebun; 3) Desa Damarkasian meliputi unit kerja Blok Argopuro, Mandala dan Muria; 4) Desa Sojopuro meliputi unit kerja Blok Kembang. Peta Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 5.
13 Kondisi Tanah dan Iklim Jenis tanah pada umumnya Andosol dan Regosol dengan pH 4.5 – 6.5. Topografi lahan adalah lahan pegunungan yang landai, bergelombang dan berbukit. Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2000 – 2009) berkisar 2 372 – 4 971 mm dengan rata-rata 3 377.4 mm/th dan hari hujan berkisar 110 – 182 hari dengan rata-rata 139 hari hujan/th. Iklim berdasarkan curah hujan menurut Schimdt-Ferguson adalah tipe B. Rata-rata bulan kering 2.7 bulan dan rata-rata bulan basah 8.5 bulan. Kelembaban udara sekitar 87 – 93 %, sedangkan suhu udara 18 – 20 ºC. Data curah hujan tertera pada Lampiran 6.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun 2010, luas keseluruhan Unit Perkebunan Bedakah adalah 355.27 ha. Luas areal tanaman menghasilkan (TM) sebesar 304.12 ha yang terbagi dalam enam blok dan luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM) 19.30 ha. Sisa luas areal digunakan untuk sarana dan prasarana penunjang perkebunan. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Bedakah tahun 2010 tertera pada Tabel 1: Tabel 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Tahun 2010 Uraian Tanaman Menghasilkan Tanaman Belum Menghasilkan Replanting Kebun perbanyakan Pembibitan Lapangan Tanaman Acacia Jalan Pabrik dan gudang Kantor Emplasemen Curah atau alur Jumlah Sumber : RKAP Unit Perkebunan Bedakah, 2010
Luas Areal (ha) 304.12 19.30 8.44 0.64 0.47 2.84 0.50 8.47 0.72 0.03 6.97 2.77 355.27
14 Kondisi Tanaman dan Produksi Unit Perkebunan Bedakah termasuk kebun teh dataran tinggi (high land tea plantation). Komoditas teh yang dihasilkan terdiri atas jenis teh yang berasal dari tanaman teh klonal dan seedling. Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman adalah 120 cm x 75 cm. Populasi tanaman untuk setiap jenis tanaman klon rata-rata 10 000 pohon/ha, sedangkan jenis tanaman seedling 7 000 pohon/ha. Klon yang dibudidayakan adalah TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Pasir Sarongge, Kiara dan Cinyiruan. Produksi pucuk teh Unit Perkebunan Bedakah dalam kurun waktu lima tahun terakhir mencapai 3 242 527.6 kg/tahun. Pemasaran teh ± 70 – 80 % untuk tujuan ekspor, sedangkan sisanya dipasarkan di pasar lokal. Negara yang menjadi tujuan ekspor adalah negara-negara Eropa, Amerika dan Timur Tengah. Produksi dan produktivitas teh dalam kurun waktu lima tahun terakhir tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Teh UP Bedakah Tahun 2005 – 2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Luas TM (ha) 292.09 300.09 308.23 308.23 303.05
Produksi Pucuk (kg) 3 157 144 2 874 009 3 383 313 3 587 799 3 210 373 3 242 527.60
Produksi Kering (kg) 685 611 631 312 731 933 774 606 702 430 705 178.40
Produktivitas (kg/ha/th) 2 300 2 140 2 395 2 514 2 318 2 333.40
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010
Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas Unit Perkebunan Bedakah dipimpin oleh pimpinan perkebunan yang secara langsung membawahi asisten kepala bagian kebun, asisten kepala bagian kantor dan kepala bagian pabrik. Pimpinan unit perkebunan diangkat oleh Direksi PT Tambi.
15 Pimpinan
Unit
Perkebunan
bertugas
memimpin,
merencanakan,
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas sebagai pemimpin umum perkebunan. Beberapa tugas pemimpin umum perkebunan adalah mengelola kebun dan kegiatan kebun, mengelola kegiatan pabrik dan kantor serta kegiatan lain yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pemimpin umum perkebunan. Pimpinan Unit Perkebunan membawahi secara langsung asisten kepala bagian kantor, kepala bagian pabrik dan asisten kepala bagian kebun. Asisten kepala bagian kantor bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan kantor perkebunan. Kegiatan kantor meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan perkebunan, pembukuan, pengarsipan, sumber daya manusia dan masalah umum perkebunan serta kegiatan kantor lainnya. Kepala bagian pabrik bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian pabrik. Kegiatan bagian pabrik meliputi kegiatan pengolahan hasil kebun dan kegiatan pabrik lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan. Kepala bagian pabrik dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala urusan pengolahan, pembimbing pelayuan, pembimbing penggilingan, pembimbing pengeringan, pembimbing sortasi dan kepala gudang. Asisten kepala bagian kebun bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan bagian kebun. Kegiatan bagian kebun meliputi kegiatan pengelolaan kebun, lahan dan kegiatan kebun lainnya. Struktur organisasi Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 7.
Ketenagakerjaan Tenaga kerja di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas karyawan I, II (A, B, C, D) dan karyawan tetap atau lepas. Karyawan I meliputi pimpinan unit perkebunan, asisten kepala bagian kantor, kepala bagian pabrik, asisten kepala bagian kebun dan sebagian kepala blok. Karyawan II meliputi karyawan
16 pelaksana, karyawan tetap dan karyawan lepas. Karyawan tetap adalah karyawan yang diangkat oleh pimpinan unit perkebunan dengan persetujuan direksi. Karyawan lepas adalah karyawan yang tidak terikat dengan perusahaan dan pekerjaannya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Kondisi tenaga kerja Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kondisi Tenaga Kerja UP Bedakah Tahun 2010 No
Uraian
Tenaga Kerja L
P
Tingkat Pendidikan
total
S2
S1
D3
SLTA
SLTP
SD
TTSD
total
Jamsostek 1
6
Karyawan I Karyawan II D Karyawan II C Karyawan II B Karyawan II A Pemetikan
7
Pemeliharaan
34
2
36
0
0
0
5
4
25
2
36
8
Kantor/Pabrik
20
2
22
0
0
0
5
2
15
0
22
140
210
350
1
3
0
35
25
257
29
350
2 3 4 5
Jumlah
10
1
11
1
3
0
7
0
0
0
11
19
1
20
0
0
0
4
6
10
0
20
9
0
9
0
0
0
7
1
1
0
9
17
3
20
0
0
0
3
6
11
0
20
31
7
38
0
0
0
4
6
22
6
38
0
194
194
0
0
0
0
0
173
21
194
Non Jamsostek 9
Pemetikan
4
0
4
0
0
0
0
0
2
2
4
10
Pemeliharaan
0
2
2
0
0
0
0
0
0
2
2
11
Kantor/Pabrik
2
2
4
0
0
0
3
1
0
0
4
Jumlah
6
4
10
0
0
0
3
1
2
4
10
146
214
360
1
3
0
38
26
259
33
360
Total
Sumber : Kantor Induk Unit Perkebunan Bedakah, 2010
Sistem penggajian untuk karyawan I dan II ditetapkan oleh direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan dan UMK (Upah Minimum Kabupaten) yang berlaku. Sistem penggajian untuk karyawan tetap berdasarkan keputusan pimpinan unit perkebunan dengan
17 besar gaji berdasarkan jumlah hari kerja, sedangkan untuk karyawan harian lepas ditetapkan berdasarkan prestasi kerja. Pembagian gaji untuk karyawan I dilakukan setiap bulan pada tanggal 1, karyawan II setiap bulan pada tanggal 3, sedangkan untuk karyawan harian tetap dan lepas dilakukan tiga kali dalam sebulan yaitu setiap tanggal 3, 13, 23. Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah enam hari dengan lama kerja 7 jam/hari. Jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam/hari diberlakukan shift kerja dan pekerjaan di luar jam kerja dihitung lembur.
Kesejahteraan Karyawan Unit Perkebunan Bedakah menyediakan beberapa fasilitas bagi karyawan antara lain jamsostek, implasemen, tempat ibadah, balai pelayanan kesehatan, koperasi, pakaian kerja, gratifikasi, THR (Tunjangan Hari Raya), kendaraan bermotor, rekreasi dan tempat olahraga. Balai pelayanan kesehatan beroperasi setiap hari senin dan kamis. Karyawan yang mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu karyawan I, II serta keluarganya (tiga orang anak), sedangkan bagi karyawan lepas dan pensiunan hanya untuk dirinya. Perusahaan juga memberikan cuti kerja selama 14 hari dalam satu tahun bagi karyawan. Perusahaan memberikan satu stel pakaian kerja setiap tahun. Kendaraan bermotor diberikan kepada karyawan sesuai dengan tugas dan jabatannya. Kegiatan rekreasi dilaksanakan setiap tahun. Perusahaan juga menyediakan sarana angkutan antar jemput bagi anak sekolah dengan menggunakan truk. Keberadaan koperasi karyawan ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup karyawan.
18
PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG Aspek Teknis
Pembibitan Unit Perkebunan Bedakah memiliki lokasi pembibitan yang berada di Blok Bismo seluas 0.47 ha. Bangunan pembibitan (naungan kolektif) terbuat dari anyaman bambu sebagai atap (rigen) dan dinding (ketep), sedangkan tiang penyangganya menggunakan batang bambu. Ketinggian bangunan pembibitan sekitar 2 m dan jarak antar tiang penyangga bangunan 3 m x 3.5 m. Intensitas sinar matahari yang masuk dalam bangunan pembibitan ± 25 % dan kelembaban > 80 %. Bangunan pembibitan dilengkapi dengan saluran air, bak air dan jalan kontrol. Saluran air dibuat di sekeliling bangunan pembibitan sedalam 60 cm dan lebar 40 cm untuk menjaga agar drainase tetap baik. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1 m, panjang sesuai dengan kebutuhan ± 16 – 20 m serta jarak antar bedengan 80 cm. Bedengan disungkup menggunakan plastik sungkup tetapi sebelumnya harus dibuat kerangka sungkup. Rangka sungkup terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran dengan ketinggian ± 60 cm di atas permukaan tanah. Naungan kolektif dan bedengan pembibitan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Naungan Kolektif dan Bedengan Pembibitan
19 Media tanam pembibitan berasal dari tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (sub soil) dengan pH 4.5 – 6.0. Tanah diayak menggunakan ayakan berdiameter 1 cm untuk membersihkan tanah dari benda asing (akar tanaman dan batu) serta memecah gumpalan tanah yang terlalu besar. Setiap 1 m³ top soil dicampur dengan tawas 1 kg, SP 36 1.25 kg, KCl 500 g, Kieserit 250 g, Dithane M-45 300 g dan Basamid 200 g, sedangkan untuk sub soil setiap 1 m³ tanah dicampur dengan tawas 1 kg, Dithane M-45 300 g, Basamid 200 g kemudian ditimbun selama 20 hari. Tanah yang telah siap digunakan segera dimasukkan ke dalam polybag transparan berukuran 22 cm x 12 cm serta diberi lubang di bagian sisi bawah kanan dan kiri masing-masing lima lubang. Tanah lapisan atas diisikan 2/3 pada bagian bawah polybag, sedangkan tanah lapisan bawah diisikan 1/3 pada bagian atas polybag. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan akar menuju bagian tanah yang banyak mengandung unsur hara. Kondisi tanah harus lembab, tidak boleh terlalu kering atau basah. Polybag yang berisi tanah disusun di atas bedengan yang sebelumnya telah dilapisi serasah daun sebagai bahan organik tambahan dan menjaga kelembaban tanah. Bedengan ditutup menggunakan plastik sungkup dengan ukuran lebar 2 m dan panjang sesuai panjang bedengan. Polybag yang telah tersusun disiram air bersih dan disemprot menggunakan Dithane M-45 2 g/l kemudian dibiarkan ± 10 – 15 hari. Bahan stek yang digunakan berasal dari klon Gambung 3, Gambung 4 dan Gambung 7. Klon yang dominan digunakan sebagai bahan stek adalah klon Gambung 7 karena tahan terhadap penyakit cacar daun teh. Ranting stek (stekres) diambil dari kebun perbanyakan 4 – 5 bulan setelah pemangkasan. Satu minggu sebelum pengambilan stekres dilakukan tipping dengan tujuan memacu perkembangan tunas dan menguatkan helaian daun. Pengambilan stekres dilakukan dengan memotong setinggi 15 cm dari bidang pangkas. Syarat stekres yaitu sehat, berwarna hijau tua, daun mulus dan pertumbuhan daun mengarah ke atas. Stek yang dipakai untuk pembibitan berasal dari bagian tengah stekres yang berwarna hijau tua, sedangkan bagian pangkal (warna cokelat) dan bagian ujung
20 (warna hijau muda) tidak digunakan untuk stek. Bagian tengah stekres yang digunakan untuk stek biasanya terdiri atas 4 – 5 helai daun. Metode stek yang digunakan adalah single node cutting. Single node cutting adalah stek satu buku dengan internode (ruas) di atas ketiak daun 0.5 cm dan di bawah ketiak daun 3 – 4 cm. Stek dipotong dengan kemiringan 45º dan 1/3 bagian dari daun dihilangkan untuk mengurangi terjadinya penguapan. Stek direndam menggunakan Dithane M-45 2 g/l selama lima menit kemudian ditanam menghadap sinar matahari dan tidak saling menutupi. Penyiraman menggunakan air dan insektisida Lanate 2 g/l dilakukan setelah semua stek selesai ditanam. Penyiraman menggunakan air bertujuan membersihkan tanah yang menempel pada daun, sedangkan insektisida untuk mengendalikan serangan hama. Bedengan disungkup kembali menggunakan plastik sungkup yang baru untuk mencegah penularan hama dan penyakit serta penyinaran matahari dapat merata. Sungkup diusahakan agar tertutup rapat untuk menghindari kebocoran baik di atas maupun sisi bedengan dan dijaga kebersihannya. Pemeliharaan bibit meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama, pemeliharaan saluran drainase, pembukaan sungkup dan penjarangan naungan. Pengendalian gulma dilakukan dengan membersihkan gulma di polybag atau sekitar bedengan secara manual. Pengendalian hama mulai dilakukan saat bibit berumur enam bulan. Pemeliharaan saluran drainase dengan cara menguras saluran air untuk memperlancar drainase. Pembukaan sungkup plastik dibagi menjadi tiga tahap dan diikuti dengan penjarangan atap naungan. Pembukaan sungkup pertama pada saat bibit berumur 3.5 – 4 bulan dengan membuka ¼ bagian sungkup selama dua jam setiap hari mulai pukul 7 – 9 pagi selama 20 hari. Pembukaan kedua, sungkup dibuka ½ bagian selama tiga jam setiap hari mulai pukul 7 – 10 pagi selama 20 hari. Pembukaan ketiga, sungkup dibuka semua selama empat jam mulai pukul 7 – 11 pagi selama 20 hari. Pengamatan terhadap pertumbuhan stek dilakukan setiap hari. Atap rumah pembibitan dibuka saat bibit mencapai umur 6 – 7 bulan. Seleksi bibit pertama dilakukan pada umur 7 bulan berdasarkan tinggi tanaman dengan kriteria bibit A,
21 B, C. Bibit kelas A mempunyai tinggi minimal 20 cm dengan jumlah daun 4 – 6 lembar, bibit B 15 – 20 cm dengan jumlah daun 3 – 4 lembar, sedangkan bibit C 10 – 15 cm dengan jumlah daun 2 – 3 lembar. Bibit A merupakan bibit yang baik untuk ditanam di lapangan dengan lima helai daun, tinggi minimal 25 cm dan kondisi bibit sehat. Seleksi bibit tahap kedua dilakukan pada umur sembilan bulan dengan cara mengumpulkan bibit berdasarkan kriteria pada seleksi tahap pertama. Bibit yang telah siap untuk disalurkan atau ditanam yaitu bibit yang telah berumur 12 bulan dan tinggi tanaman minimal 25 cm. Kegiatan pembibitan yang diikuti oleh penulis adalah pengisian polybag dan penanaman stek. Prestasi kerja karyawan untuk pengisian polybag dan penanaman stek adalah 700 polybag dan 1 500 tanaman. Prestasi kerja penulis untuk pengisian polybag dan penanaman stek adalah 350 polybag dan 500 tanaman.
Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman bertujuan menjaga tanaman tumbuh dengan baik, menjaga kesuburan tanah serta mengawetkan tanah sehingga produksi tetap stabil dan diharapkan meningkat. Pemeliharaan tanaman di Unit Perkebunan Bedakah meliputi pemeliharaan TBM dan TM yaitu pembentukan bidang petik, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pemeliharaan saluran air dan lubang tadah serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pembentukan bidang petik (centering). Pembentukan bidang petik di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan cara centering. Alat yang digunakan adalah gunting centering dan alat ukur. Centering dilakukan dalam dua tahap yaitu centering I dan centering II. Centering I dilakukan saat bibit tanaman berumur 4 – 6 bulan setelah ditanam di lapangan. Bibit dipotong setinggi 15 – 20 cm dari permukaan tanah. Tujuan centering I adalah memotong cabang yang tumbuh ke atas yang mengalahkan pertumbuhan cabang ke samping. Empat sampai enam bulan berikutnya akan tumbuh cabang yang mengarah ke atas dan cabang yang muncul dari ketiak daun pada batang utama. Centering II dilakukan untuk menekan pertumbuhan cabang yang mengarah ke atas. Cabang
22 yang tumbuh mengarah ke atas dipotong setinggi 25 – 30 cm dari permukaan tanah. Pada saat tanaman telah mencapai ketinggian 60 – 70 cm maka dilakukan cut a cross setinggi 45 cm di atas permukaan tanah. Centering harus dilakukan dengan hati-hati dan selektif. Pelaksanaan centering dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan tanaman. Tanaman minimal memiliki dua batang sekunder saat dilakukan centering I. Pada tanaman yang tumbuh kerdil dan kurang kuat maka tidak dilakukan centering. Luka centering diusahakan halus agar tunas dapat tumbuh dengan baik. Penulis mengikuti kegiatan centering I di Blok Rinjani. Standar prestasi kerja yang berlaku untuk kegiatan centering adalah 0.12 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing 0.12 ha/HK dan 0.10 ha/HK. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma bertujuan mengendalikan populasi gulma agar kerugian yang ditimbulkan dapat ditekan. Populasi gulma yang tidak terkendali akan merugikan tanaman karena terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Jenis gulma yang dominan tumbuh di pertanaman teh Unit Perkebunan Bedakah antara lain Ageratum conyzoides (wedusan), Borreria alata, Melastoma malabathricum, Emilia sonchifolia (jawi rowo), Clidemia hirta, Impatiens plathypetala (pacar air), Eleusine indica (suket lulang), Setaria plicata, Imperata cylindrica, Commelina nudiflora dan Paspalum conjugatum. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual (manual weeding) dan kimia (chemical weeding). Pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis gulma, kondisi tanaman dan tahun pangkas. Populasi gulma paling banyak ditemui pada areal TBM dan areal TM yang selesai dipangkas karena sebagian besar permukaan tanah terbuka. Hal ini disebabkan oleh frame tanaman masih sempit. Permukaan tanah yang terbuka memudahkan sinar matahari masuk ke dalam areal tanaman sehingga laju pertumbuhan gulma semakin cepat. Pengendalian gulma secara manual adalah mengendalikan gulma dengan tangan atau memotong dengan alat. Teknis pelaksanaan pengendalian gulma secara manual dilakukan menurut baris tanaman dan dimulai dari topografi sulit ke topografi mudah. Pengendalian gulma secara manual pada areal TBM disebut
23 streep weeding. Alat yang digunakan yaitu kored. Kegiatan ini dilakukan tiga kali dalam satu tahun. Pengendalian gulma secara manual pada areal TM disebut babad bokor. Alat yang digunakan adalah parang. Pembersihan gulma harus dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai akar tanaman. Babad bokor dilakukan menjelang pemupukan yaitu dua kali dalam setahun dari tahun pangkas I sampai IV. Apabila populasi gulma melimpah maka dapat dilakukan hingga tiga kali dalam setahun. Gulma yang telah dibersihkan dimanfaatkan sebagai mulsa dan penambah unsur hara dalam tanah. Penulis mengikuti kegiatan babad bokor di Blok Muria dan Argopuro, sedangkan kegiatan streep weeding di Blok Bismo. Standar prestasi kerja yang berlaku untuk kegiatan babad bokor dan streep weeding yaitu 0.04 ha/HK. Prestasi kerja karyawan untuk masing-masing kegiatan tersebut adalah 0.04 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 0.02 ha/HK untuk masing-masing kegiatan. Pengendalian gulma secara kimia adalah mengendalikan gulma dengan menggunakan bahan kimia (herbisida). Alat yang digunakan adalah hand sprayer berkapasitas 15 l dan kebutuhan air 375 l/ha. Herbisida yang digunakan meliputi herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik non selektif dan herbisida kontak. Herbisida sistemik yang digunakan yaitu Rambo berbahan aktif glyphosat, sedangkan herbisida kontak yang digunakan yaitu Noxone berbahan aktif paraquat diklorida. Pengendalian gulma secara kimia hanya pada areal TBM I dan III karena Unit Perkebunan Bedakah tidak memiliki areal TBM II. Herbisida yang digunakan pada TBM I adalah herbisida sistemik dengan dosis 3 l/ha dan konsentrasi 0.80 %, sedangkan TBM III dengan dosis 2 l/ha dan konsentrasi 0.53 %. Aplikasi penyemprotan TBM I dan III yaitu tiga kali dalam satu tahun untuk setiap nomor kebun. Pada areal TM, pengendalian gulma secara kimia berdasarkan tahun pangkas tanaman. Herbisida sistemik digunakan pada tahun pangkas I dengan dosis 3 l/ha dan konsentrasi 0.80 %, sedangkan tahun pangkas II, III, IV dengan dosis 2 l/ha dan konsentrasi 0.53 %. Penggunaan herbisida kontak pada tahun pangkas II, III, IV dengan dosis 1.50 l/ha dan konsentrasi 0.40 %. Aplikasi penyemprotan dua kali dalam satu tahun untuk masing-masing nomor kebun di
24 semua tahun pangkas. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Kimia Penyemprotan dilakukan pagi hari saat cuaca cerah di bawah daun pemeliharaan atau setinggi gulma ± 30 cm di atas permukaan tanah. Penyemprotan dilakukan dari lokasi tersulit menuju lokasi yang mudah dengan dua langkah satu kali pompa. Pelaksanaan penyemprotan dilakukan secara hati-hati untuk menghindari kontak antara herbisida dengan tanaman teh. Tenaga kerja penyemprotan dibagi menjadi dua yaitu tenaga pengangkut air dan tenaga semprot. Penulis mengikuti kegiatan pengendalian gulma secara kimia di Blok Bismo. Standar prestasi kerja yang berlaku untuk pengendalian gulma secara kimia adalah 0.32 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing 0.32 ha/HK dan 0.20 ha/HK. Pemupukan. Pemupukan adalah pemberian unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan seimbang sesuai kebutuhan tanaman. Tujuan pemupukan untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus memenuhi kaidah 4 T yaitu
25 tepat jenis, tepat cara, tepat dosis dan tepat waktu. Pemupukan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat tanah dilakukan dengan cara menabur pupuk ke dalam lubang pupuk. Areal yang akan dipupuk harus bersih dari gulma. Pembuatan lubang pupuk dilakukan 1 – 2 hari sebelum pemupukan dan setiap tanaman memiliki satu lubang pupuk. Lubang pupuk pada TBM dibuat dengan cara ditugal, sedangkan untuk TM dengan cara dikoak menggunakan kored atau cangkul. Kedalaman lubang sekitar 10 cm, sedangkan jarak dari batang bawah tanaman ± 10 – 15 cm. Pembuatan lubang pupuk berbeda-beda sesuai topografi lahan. Apabila lahan yang dipupuk datar hingga landai maka lubang pupuk dibuat di antara baris tanaman (lubang pupuk terdapat di kanan-kiri tanaman dalam satu baris tanaman). Apabila lahan yang dipupuk miring maka lubang pupuk berada di sebelah atas tanaman. Lubang pupuk harus segera ditutup setelah pupuk dimasukkan untuk menghindari penguapan. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan. Waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan adalah pada kondisi curah hujan 60 – 200 mm per minggu. Curah hujan kurang dari 60 mm per minggu menyebabkan pupuk tidak terurai dengan baik, sedangkan curah hujan lebih dari 200 mm per minggu menyebabkan pupuk hilang tercuci aliran air. Kondisi curah hujan di lapangan tidak dapat diperkirakan secara pasti sehingga bila pemupukan telah berlangsung dan terjadi hujan maka pemupukan harus dihentikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari hanyutnya pupuk oleh air hujan sehingga pemupukan tidak efektif. Jenis pupuk yang digunakan yaitu Urea, Rock Phospat, KCl dan Kieserit dengan kandungan masing-masing unsur adalah Urea (46 % N), Rock Phosphat (30 % P₂O5), KCl (60 % K₂O), Kieserit (27 % MgO). Komposisi perbandingan N:P:K:Mg yaitu 5:1:2:0.5. Pemberian dosis pupuk per lubang untuk setiap areal yang dipupuk berbeda-beda sesuai dengan jumlah pupuk, populasi tanaman dan luas areal yang dipupuk.
26 Kebutuhan pupuk tanah untuk setiap blok berbeda-beda sesuai dengan target produksi yang akan dicapai dan rekomendasi N yang ditetapkan oleh direksi PT Tambi. Unsur N adalah unsur yang paling banyak dibutuhkan tanaman teh untuk pertumbuhan pucuk. Apabila tanaman teh kekurangan unsur N maka pertumbuhan pucuk burungnya lebih banyak dibandingkan pucuk peko. Unit Perkebunan Bedakah menggunakan N 12 % untuk TBM dan N 11 % untuk TM. Kebutuhan pupuk TBM untuk setiap blok hampir sama karena target produktivitas diasumsikan sama. Asumsi produktivitas untuk TBM I adalah 1 750 kg/ha/th, TBM II 2 000 kg/ha/th dan TBM III 2 250 kg/ha/th. Pemupukan hanya dilakukan pada areal TBM I dan III karena Unit Perkebunan Bedakah tidak memiliki areal TBM II. Areal TBM I terdapat di Blok Rinjani, Bismo, Mandala, Kembang, sedangkan TBM III terdapat di Blok Argopuro dan Muria. Pemupukan TBM dilakukan empat kali dalam satu tahun. Pelaksanaan semester I dilakukan dua kali aplikasi pada bulan Februari dan April. Pelaksanaan semester II dilakukan dua kali aplikasi pada bulan Oktober dan Desember. Kebutuhan pupuk TBM kg/ha/aplikasi tahun 2010 tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Kebutuhan Pupuk TBM Tahun 2010 Jenis Pupuk
I 114.13 35.00 35.00 19.44
Urea Rock Phospat KCl Kieserit
TBM ( kg/ha/aplikasi) II 240.00 40.00 40.00 22.22
III 146.74 45.00 45.00 25.00
Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010
Kebutuhan pupuk TM antar blok berbeda sesuai dengan target produksi pucuk basah yang akan dicapai. Pemupukan TM dilakukan dua kali dalam satu tahun. Semester I dilakukan satu kali aplikasi antara bulan Maret dan April, sedangkan
semester
II
dilakukan
satu
kali
aplikasi
antara
bulan
Oktober dan November. Kebutuhan pupuk TM kg/ha/aplikasi masing-masing blok tahun 2010 tertera pada Tabel 5.
27 Tabel 5. Kebutuhan Pupuk TM Tahun 2010
Blok
Luas (ha)
Target Produksi (kg)
Rinjani Bismo Argopuro Mandala Muria Kembang
39.87 60.91 53.95 55.16 53.25 40.98
457 000 745 000 563 000 580 000 615 000 426 000
Urea 294.64 314.42 268.26 270.30 296.90 267.22
Jenis Pupuk Rock KCl Phospat kg/ha/aplikasi 90.36 90.36 96.42 96.42 82.26 82.26 82.89 82.89 91.04 91.04 81.95 81.95
Kieserit 50.20 53.56 45.70 46.00 50.58 45.52
Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010
Tahapan kegiatan pemupukan adalah kepala blok mengajukan permintaan pupuk sesuai kebutuhan kepada kepala gudang melalui persetujuan asisten kepala bagian kebun. Pencampuran pupuk dilakukan di gudang oleh tenaga pencampur sehari sebelum pemupukan untuk memperlancar proses pemupukan di lapangan. Pupuk yang telah dicampur kemudian dimasukkan ke dalam karung dengan kapasitas 50 kg. Pupuk dikeluarkan dari gudang pada pagi hari di hari pemupukan berlangsung. Pengeluaran pupuk dari gudang diawasi langsung oleh kepala gudang, kepala blok dan pembimbing pemeliharaan. Pupuk dikeluarkan dari gudang oleh tenaga kerja yang ada kemudian diangkut oleh truk sampai ke kebun yang akan dipupuk. Pupuk yang ada di karung kemudian dibagi-bagikan ke dalam ember kecil dengan kapasitas 5 kg. Tenaga kerja pemupukan terdiri atas tenaga laden (pengangkut pupuk) dan tenaga penabur. Tenaga laden bertugas mengangkut pupuk ke barisan tanaman yang akan dipupuk dan mengisi ember penabur. Tenaga penabur bertugas menabur pupuk ke dalam lubang pupuk dan menutup lubang tersebut. Pemupukan dilakukan dengan sistem giring (pemupuk berjajar searah barisan tanaman). Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3. Permasalahan teknis yang ditemui di lapangan saat kegiatan pemupukan yaitu penaburan pupuk tidak menggunakan takaran dan lubang pupuk tidak ditutup kembali setelah ditaburi pupuk. Kegiatan pemupukan diawasi langsung oleh kepala blok, mandor pemeliharaan dan petugas keamanan blok. Penulis
28 mengikuti kegiatan pemupukan TM di Blok Rinjani, Bismo, Mandala dan Kembang. Standar prestasi kerja untuk Blok Bismo adalah 0.12 ha/HK, sedangkan Blok Rinjani, Mandala dan Kembang adalah 0.20 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis di Blok Bismo masing-masing 0.12 ha/HK dan 0.10 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis di Blok Rinjani, Mandala serta Kembang masing-masing 0.20 ha/HK dan 0.10 ha/HK.
Gambar 3. Kegiatan Pemupukan TBM Pada TBM I tidak dilakukan pemupukan lewat daun tetapi diganti dengan kegiatan pemupukan STS (Super Top Soil) dosis 10 l/ha pelaksanaannya dua kali dalam satu tahun setelah pemupukan lewat tanah. Pemupukan lewat daun pada TBM III dan TM menggunakan ZnSO4 (Zinc Sulphate) dengan dosis 1 kg/ha. Pada TBM III diaplikasikan empat kali dalam setahun, sedangkan pada TM diaplikasikan dua kali dalam sebulan tepatnya 2 – 3 hari setelah pemetikan. Alat yang digunakan untuk tanaman tahun pangkas I yaitu handsprayer, sedangkan TBM III dan tahun pangkas II, III, IV menggunakan mist blower berkapasitas 10 l. Kebutuhan air 200 l/ha bila menggunakan mist blower dan 375 l/ha bila menggunakan handsprayer. Penyemprotan dilakukan di atas bidang petik tanaman sekitar 10 – 15 cm searah dengan arah angin dan dimulai dari lokasi yang sulit menuju lokasi yang mudah. Pelaksanaan kegiatan pemupukan
29 TM lewat daun bersamaan dengan kegiatan pengendalian penyakit. Tenaga kerja pemupukan lewat daun dibagi menjadi dua yaitu tenaga pengangkut air dan tenaga semprot. Penulis melakukan kegiatan pemupukan lewat daun dan pengendalian penyakit pada tanaman menghasilkan di Blok Bismo. Standar prestasi kerja untuk kegiatan pemupukan lewat daun dan pengendalian penyakit adalah 1 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing 1 ha/HK dan 0.30 ha/HK. Pemangkasan.
Pemangkasan
bertujuan
mengusahakan
pertumbuhan
tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif, memelihara bidang petik tetap rendah sehingga memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik seluas mungkin serta membuang beberapa cabang yang tidak produktif. Tipe pangkasan produksi yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah adalah pangkasan bersih (Gambar 4). Ketinggian pangkasan yang ditetapkan adalah 50 – 65 cm di atas permukaan tanah. Sistem pangkasan yang diterapkan yaitu sistem pangkasan yang selalu naik 5 cm lebih tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali setelah tinggi pangkasan mencapai ketinggian 65 cm. Alat yang digunakan terdiri atas sabit pangkas, batu asah dan alat ukur.
Gambar 4. Pangkasan Bersih Kegiatan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan dalam dua semester. Semester pertama yaitu antara bulan Februari dan April, sedangkan semester kedua antara bulan Oktober dan November. Luas areal pangkasan Unit Perkebunan Bedakah tiap tahun adalah 25 % dari total luas areal tanaman
30 menghasilkan yang dibagi menjadi dua semester. Semester I luas areal yang dipangkas yaitu 60 – 70 %, sedangkan luas areal yang dipangkas untuk semester II merupakan sisa dari luas areal yang belum dipangkas pada semester I yaitu 30 – 40 %. Penulis mengikuti kegiatan pemangkasan di Blok Bismo, Argopuro dan Mandala. Standar prestasi kerja yang berlaku adalah 0.04 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 0.04 ha/HK dan 0.009 ha/HK. Gosok lumut. Gosok lumut bertujuan membersihkan lumut serta paku-pakuan yang menempel pada tanaman. Batang tanaman teh mudah ditumbuhi lumut dan paku-pakuan karena kondisi lingkungan tumbuhnya yang lembab. Lumut dan paku-pakuan yang terlalu banyak menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan batang tanaman menjadi keropos. Tanaman yang berasal dari seedling lebih mudah ditumbuhi lumut dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari klon. Hal ini disebabkan tanaman seedling merupakan tanaman tua. Bentuk tanaman seedling lebih meruah, rimbun, batang dan cabang tanaman tertutup sehinggga mengakibatkan kondisi tanaman semakin lembab. Alat yang digunakan adalah sapu kecil yang terbuat dari ranting kayu atau bambu dan karung plastik (bagor) bekas. Kegiatan gosok lumut dilakukan secepatnya satu minggu setelah pemangkasan agar kesempatan tumbuh tunas lebih cepat. Penulis melakukan kegiatan gosok lumut di Blok Mandala, Rinjani dan Argopuro. Standar prestasi kerja kegiatan gosok lumut adalah 0.02 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 0.02 ha/HK. Porokan. Porokan berfungsi menggemburkan tanah sehingga penyerapan air dapat berjalan dengan baik. Porokan dilakukan satu kali dalam empat tahun pada tanaman yang telah dipangkas. Alat yang digunakan yaitu garpu porok. Porokan dilakukan di antara barisan tanaman dengan jarak ± 30 cm dari batang bawah. Hal ini dilakukan agar garpu porok tidak melukai akar tanaman teh. Garpu porok ditekan pada tanah hingga kedalaman ± 20 – 30 cm kemudian diangkat dengan posisi miring (45º) agar tanah mudah terangkat. Penulis mengikuti kegiatan porokan di Blok Argopuro dan Bismo. Standar prestasi kerja porokan adalah 0.04 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 0.04 ha/HK dan 0.02 ha/HK.
31 Pemeliharaan saluran air dan lubang tadah. Saluran air berfungsi melancarkan aliran air agar tidak terlalu besar memasuki areal pertanaman yang dapat berakibat fatal (tanah longsor) dan melancarkan jalannya air menuju lubang tadah. Pemeliharaan saluran air dilakukan dua kali dalam setahun (pada awal atau akhir musim hujan). Alat yang digunakan untuk pemeliharaan saluran air adalah cangkul. Lubang tadah dikenal dengan istilah rorak dibuat pada saat TBM I. Ukuran lubang tadah yaitu panjang 2 m, lebar 30 cm, kedalaman 30 cm di sela-sela baris setiap 2 – 3 barisan tanaman. Fungi lubang tadah adalah menyimpan dan melancarkan air yang masuk ke areal tanaman. Alat yang digunakan untuk membuat lubang tadah yaitu cangkul, sabit dan lempag. Pemeliharaan lubang tadah dilakukan dua kali dalam setahun untuk TBM I, II dan III, sedangkan TM satu kali dalam empat tahun. Pelaksanaannya dilakukan saat awal dan akhir musim hujan. Caranya yaitu mengangkat atau menguras tanah yang telah memenuhi lubang dengan menggunakan cangkul. Pemeliharaan lubang tadah sangat penting dilakukan pada tanaman yang telah dipangkas (50 % dari areal pangkas) karena sudah banyaknya lubang tadah yang tertutup oleh serasah daun. Penulis mengikuti kegiatan pemeliharaan lubang tadah di Blok Argopuro. Standar prestasi kerja yang berlaku untuk kegiatan pemeliharaan lubang tadah adalah 0.04 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 0.04 ha/HK dan 0.005 ha/HK. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan cara memetik daun atau pucuk yang terserang hama. Keberadaan hama di Unit Perkebunan Bedakah tidak terlalu mengganggu tanaman yang dapat mengakibatkan penurunan produksi. Hama pengganggu yang sering menyerang tanaman teh adalah ulat jengkal (Hyposidra talaca), ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), ulat penggulung daun (Hommona coffearia) dan ulat api (Setora nitens). Penyakit yang menyerang tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah sebagian besar adalah cacar daun teh. Cacar daun teh disebabkan oleh spora jamur Exobasidium vexans Massee. Bagian yang diserang yaitu daun atau ranting muda. Spora berkembang pesat bila kelembaban udara > 80 % dan
32 intensitas sinar matahari kurang. Serangan cacar terhadap kebun teh tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun tapi pada umumnya terjadi saat musim hujan. Akan tetapi, bila penyakit ini tidak dilakukan pengendalian maka akan menimbulkan kerugian. Pengendalian penyakit di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan secara kultur teknis dan kimia. Pengendalian penyakit dengan cara kultur teknis yaitu mengurangi ranting pohon pelindung agar intensitas sinar matahari lebih banyak, pemangkasan dilakukan sejajar dengan kemiringan tanah, pengaturan daur petik kurang dari sembilan hari dan penanaman jenis tanaman klon tahan penyakit cacar. Pengendalian penyakit secara kimia menggunakan fungisida kontak yaitu Kocide 77 WP dengan dosis 200 g/ha. Alat yang digunakan yaitu mist blower. Penyemprotan dilakukan 2 – 3 hari setelah pemetikan atau dua kali dalam sebulan. Penulis melakukan kegiatan pengendalian penyakit pada tanaman menghasilkan dan pemupukan lewat daun di Blok Bismo. Standar prestasi kerja untuk kegiatan pengendalian penyakit adalah 1 ha/HK. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 1 ha/HK dan 0.3 ha/HK.
Pemetikan Tanaman teh dibudidayakan untuk diambil daun mudanya yang disebut pucuk. Pemetikan adalah pengambilan sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda dan memenuhi syarat olah menjadi produk teh kering. Pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan rutin setiap hari dan telah ditentukan jenis petikan, gilir petik serta hanca petik masing-masing blok. Jenis pemetikan. Jenis pemetikan yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah adalah pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah pemangkasan. Tujuan dari pemetikan jendangan yaitu membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar potensi produksi tanaman tinggi. Pemetikan jendangan dapat dilakukan apabila 60 % areal telah memenuhi syarat yaitu tinggi pucuk ± 10 – 25 cm dari
33 luka pangkas. Tunas yang tumbuh ke atas dipetik, sedangkan tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik dapat melebar. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan di Unit Perkebunan Bedakah pada umumnya 2 – 3 bulan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan 5 – 6 kali gilir petik kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan. Pemetikan ini dilakukan secara rutin terus menerus hingga menjelang pemetikan gendesan. Pemetikan produksi dilakukan dengan cara memetik pucuk manjing atau masak petik. Pucuk manjing adalah pucuk yang memenuhi syarat pengolahan sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditetapkan yaitu petikan medium. Berdasarkan daun yang ditinggalkan pada ranting yang dipetik, pemetikan produksi dibedakan menjadi pemetikan ringan, pemetikan sedang dan pemetikan berat. Pemetikan ringan apabila daun yang ditinggalkan pada perdu, satu atau dua daun di atas kepel (k+1, k+2). Pemetikan sedang apabila daun yang ditinggal pada bagian tengah perdu tidak ada tetapi pada bagian pinggir perdu ditinggalkan satu daun di atas kepel (bagian tengah k+0, bagian pinggir k+1). Pemetikan berat apabila petikan tidak meninggalkan daun sama sekali pada perdu di atas kepel (k+0) bahkan kepelnya ikut terpetik. Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas dan tertutup oleh sisik. Sisik ini mulai berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh. Daun kepel dalam rumus petikan ditulis dengan huruf “k”. Pemetikan gendesan adalah pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas. Semua pucuk yang memenuhi syarat olah dipetik tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan. Selama di kebun masih ada pucuk yang dapat dipetik maka pemetikan gendesan tetap dilakukan. Jenis petikan. Jenis petikan adalah jenis pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan berdasarkan daun yang diambil terdiri atas petikan halus, petikan medium dan petikan kasar. Petikan halus apabila pucuk yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan satu daun (p+1) dan pucuk peko dengan dua daun muda (p+2m). Petikan medium apabila pucuk yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan dua atau tiga daun (p+2, p+3), pucuk peko dengan
34 tiga daun muda (p+3m) dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (b+1m, b+2m, b+3m). Petikan kasar apabila pucuk yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan empat daun (p+4), pucuk peko dengan empat daun muda (p+4m) dan pucuk burung dengan beberapa daun tua [(b+(1 – 4t)]. Pucuk peko adalah pucuk yang memiliki tunas aktif berbentuk runcing terletak pada ujung pucuk. Rumus petikan pucuk peko tertulis dengan huruf “p”. Pucuk burung adalah pucuk yang memiliki tunas tidak aktif (dorman) berbentuk titik terletak pada ujung pucuk. Rumus petikan pucuk burung ditulis dalam huruf “b”. Jenis petikan yang dilakukan bergantung pada kebijakan perkebunan sesuai dengan jenis produk teh kering yang akan dihasilkan. Jenis petikan yang diterapkan oleh Unit Perkebunan Bedakah adalah petikan medium dengan bidang petik rata. Gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama dihitung dalam hari. Gilir petik bertujuan menjaga mutu pucuk. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk bergantung pada umur pangkas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Semakin tua umur pangkas maka makin lambat pertumbuhan pucuk sehingga gilir petik makin panjang. Semakin tinggi ketinggian tempat dari permukaan laut maka makin lambat pertumbuhan pucuk sehingga gilir petik makin panjang. Pada musim kemarau pertumbuhan tunas semakin lambat sehingga gilir petik makin panjang dibandingkan dengan saat musim penghujan. Tanaman yang sehat makin cepat pertumbuhan pucuknya sehingga gilir petiknya semakin pendek dibandingkan dengan tanaman yang kurang sehat. Unit Perkebunan Bedakah menetapkan gilir petik 10 – 12 hari. Hanca petik yaitu luas areal yang harus dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari. Tujuan penetapan hanca petik adalah menentukan luas areal yang dapat dipetik dalam satu hari. Hanca petik ditentukan berdasarkan luas areal yang dipetik, gilir petik dan jumlah tenaga kerja. Hanca petik sangat dipengaruhi oleh jumlah tenaga pemetik yang tepat. Bila tenaga pemetik mencukupi kebutuhan maka hanca petik yang telah ditetapkan dapat terlaksana sehingga dapat
35 menghindari terjadinya pucuk yang terlambat petik (kaboler) atau terlalu cepat (belum manjing). Sistem pemetikan. Unit Perkebunan Bedakah menerapkan sistem pemetikan berjajar atau giringan. Setiap dua baris tanaman dipetik oleh seorang pemetik. Pemetik berjajar mulai dari tempat yang paling jauh menuju tempat penimbangan pucuk. Pembimbing pemetikan mengawasi kegiatan pemetikan dengan cara bergerak dari ujung ke ujung barisan tanaman teh. Sistem ini memudahkan pembimbing dalam melakukan pengawasan petikan, bidang petik dan keterampilan pemetik. Perlengkapan pemetikan. Perlengkapan yang harus dibawa oleh pemetik meliputi sarung tangan, penutup tubuh dari plastik, penutup kepala (caping), sepatu boot, gunting petik, keranjang petik dan waring persegi. Sarung tangan berguna untuk melindungi tangan saat pemetikan. Penutup tubuh dari plastik berfungsi melindungi tubuh agar tidak basah. Gunting petik digunakan oleh pemetik saat melakukan kegiatan pemetikan dengan gunting. Keranjang petik berkapasitas 5 kg digunakan untuk menampung pucuk teh hasil petikan. Keranjang petik tidak boleh diletakkan di atas tanaman karena dapat merusak bidang petik. Waring persegi merupakan tempat untuk menyimpan pucuk terbuat dari plastik jala berbentuk persegi yang dapat diikat ujung-ujungnya. Apabila pucuk dalam keranjang telah penuh maka pucuk dikumpulkan dalam waring persegi berkapasitas 25 kg. Setiap pemetik rata-rata memiliki dua buah waring persegi. Pengisian pucuk ke dalam waring persegi sering kali melebihi kapasitas maksimalnya. Hal ini dapat terjadi karena lokasi pemetikan jauh dari tempat penimbangan dan hasil petikan melimpah, sedangkan jumlah waring tidak mencukupi. Pelaksanaan pemetikan. Pelaksanaan pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah dimulai pukul 06.00 – 13.00 WIB tetapi pelaksanaannya dapat melebihi ketentuan bergantung pada kondisi pucuk di lapangan. Apabila kondisi pucuk di lapangan melimpah maka pemetikan akan berlangsung lebih lama dan penimbangan dilakukan dua kali. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya pucuk kaboler (terlambat petik). Pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan
36 secara manual menggunakan ibu jari dan telunjuk (Gambar 5) atau menggunakan gunting petik sesuai kondisi pucuk di kebun. Pemetikan yang khusus menggunakan tangan adalah pemetikan jendangan pertama. Tenaga kerja yang melakukan kegiatan pemetikan jendangan dipilih dari tenaga pemetik yang terampil.
Gambar 5. Pemetikan Menggunakan Ibu Jari dan Telunjuk Pemetikan menggunakan gunting dilakukan bila produksi pucuk melimpah. Keuntungan menggunakan gunting petik adalah pekerjaan pemetikan dapat selesai lebih cepat sesuai luas areal yang telah ditentukan untuk dipetik. Kondisi pucuk yang melimpah bila dipetik menggunakan tangan akan menyebabkan banyaknya pucuk yang tidak terpetik. Akan tetapi, kelemahan menggunakan gunting petik adalah banyaknya pucuk yang belum manjing ikut terpetik dan pemetikan yang dilakukan termasuk dalam pemetikan berat. Pucuk yang memenuhi syarat dan semua pucuk burung yang berada di atas bidang petik harus dipetik. Pemetikan tidak boleh dilakukan dengan cara dirampas menggunakan lima jari (dijambret) karena dapat menimbulkan kerusakan pada bidang petik. Pemetikan yang dilakukan dengan memetik pucuk di bawah bidang petik (dirogoh) juga tidak dibenarkan karena akan menyebabkan bidang petik tidak rata. Apabila pemetikan dilakukan menggunakan tangan maka
37 pucuk dalam genggaman tangan tidak boleh terlalu banyak karena akan mengakibatkan kerusakan pucuk. Kapasitas pemetik. Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang mampu dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Standar kapasitas pemetik (basid yield) Unit Perkebunan Bedakah berbeda-beda sesuai dengan cara pemetikan yang dilakukan. Standar kapasitas pemetik bila menggunakan tangan yaitu 45 – 50 kg, sedangkan bila menggunakan gunting petik yaitu 75 – 100 kg. Kapasitas pemetik antar blok berbeda dan berubah-ubah tiap harinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kondisi cuaca, populasi tanaman, keterampilan pemetik, kondisi pucuk dan topografi kebun. Kapasitas pemetik dapat mencapai standar bahkan melebihi bila keberadaan faktor-faktor tersebut saling mendukung. Penulis melakukan kegiatan pemetikan di Blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Muria. Kapasitas petik rata-rata yang diperoleh penulis selama mengikuti kegiatan pemetikan menggunakan gunting adalah 46 kg, sedangkan kapasitas petik rata-rata manual adalah 26 kg. Kapasitas petik yang diperoleh penulis masih di bawah standar yang berlaku karena kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh penulis. Penimbangan dan pengangkutan pucuk. Pucuk yang telah dikumpulkan di dalam waring persegi, selanjutnya dipindahkan ke dalam waring kantong dari pabrik dengan kapasitas 35 kg. Penimbangan pucuk dilakukan dua kali yaitu di kebun dan pabrik. Penimbangan di kebun dapat dilakukan satu sampai dua kali sesuai kondisi pucuk. Kegiatan penimbangan pucuk di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan oleh juru timbang menggunakan alat timbang gantung (Gambar 6). Pada umumnya penimbangan di kebun dilakukan sampai dua kali untuk mengejar target produksi atau bila dirasa pucuk yang akan dipetik pada suatu nomor kebun dalam jumlah banyak. Apabila penimbangan pucuk satu kali maka dilakukan pada pukul 12.00 – 13.00 WIB, sedangkan bila dua kali maka dilakukan pada pukul 10.00 – 11.00 WIB dan 14.00 – 15.00 WIB. Data berat pucuk dicatat dalam buku klat pemetikan. Buku klat merupakan buku laporan harian yang dimiliki oleh pembimbing. Total hasil penimbangan, nomor kebun
38 dan jumlah tenaga kerja dicatat pada buku pengantar daun yang dipegang oleh pembimbing pemetikan.
Gambar 6. Penimbangan Pucuk di Kebun Pucuk yang telah ditimbang disusun dalam bak truk kemudian diangkut ke pabrik. Mutu pucuk teh sangat dipengaruhi oleh penanganan pucuk dari kebun hingga pabrik. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang baik selama pengangkutan. Penanganan tersebut meliputi sanitasi angkutan, waring disusun dengan rapi dan tidak berdesakan, tidak ada barang lain yang diangkut kecuali waring berisi pucuk, berat pucuk yang diangkut harus sesuai dengan kapasitas angkutan, waring yang telah disusun dalam bak truk ditutup dengan menggunakan penutup dari plastik (terpal). Pengangkutan pucuk harus dilakukan secepatnya untuk mengurangi kerusakan. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut pucuk adalah truk berkapasitas 4 600 kg. Permasalahan teknis yang ditemui di lapangan selama pengangkutan pucuk : 1) waring disusun berdesak-desakan; 2) truk masih mengangkut penumpang sehingga banyak pucuk daun yang terinjak; 3) sarana jalan belum memadai menyebabkan lamanya waktu perjalanan.
Pengolahan Pucuk Teh Pengolahan pucuk teh yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah pengolahan teh hitam orthodox dengan sistem ortodhox rotorvane. Pengolahan
39 teh dimulai dari penerimaan pucuk segar dari kebun dan analisis pucuk. Kegiatan selanjutnya adalah pelayuan, penggulungan, penggilingan, sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penggudangan. Penerimaan pucuk segar. Pucuk sebagai bahan baku pengolahan harus dijaga kualitasnya agar dapat diproses. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi, komunikasi dan kerja sama antara bagian kebun dengan bagian pabrik. Pucuk teh yang berasal dari kebun diturunkan dari bak truk kemudian dilakukan penimbangan sebelum memasuki ruang pelayuan. Penimbangan ini bertujuan mengetahui selisih antara timbangan di kebun dengan timbangan pabrik, menentukan isi tiap Withering Through (WT) agar sesuai dengan kapasitas dan persen pucuk layu. Pucuk dari kebun diusahakan tidak mengalami kerusakan karena kerusakan pucuk mengakibatkan rendahnya mutu teh yang dihasilkan. Kerusakan pucuk di antaranya disebabkan oleh penanganan pucuk selama kegiatan pemetikan, pengaturan jam penimbangan dan penanganan transportasi dari kebun menuju pabrik. Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk antara pucuk yang memenuhi syarat olah (pucuk muda) dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (pucuk tua) yang dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis pucuk untuk mengetahui kualitas pucuk dan menentukan upah pemetik. Analisis pucuk untuk pengolahan teh hitam yang baik adalah > 60 % (MS > 60 %) namun Unit Perkebunan Bedakah menerapkan standar MS > 55 %. Pucuk MS merupakan pucuk yang memenuhi syarat olah berdasarkan rumus petik tanpa melihat kerusakan pucuk dan penyakit. Peralatan yang digunakan untuk analisis pucuk antara lain timbangan analisis, kotak analisis pucuk dan tampah. Kegiatan analisis diawali dengan pengambilan contoh pucuk. Contoh pucuk diambil dari pucuk yang terhampar dalam Withering Through pada 10 titik secara acak. Pengambilan contoh pucuk menggunakan tangan yang dimasukkan ke dalam hamparan pucuk dan pucuk diangkat dari bawah. Pucuk yang diangkat dari 10 titik diletakkan di atas tampah kemudian dicampur secara merata dan diambil 200 g. Jumlah contoh dihitung dengan kelipatan 500 kg (setiap 500 kg pucuk diambil satu contoh seberat 200 g).
40 Contoh pucuk dipisahkan antara yang memenuhi syarat olah (p+1, p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m) dengan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (p+4, p+4m, lembaran tua dan tangkai tua). Pucuk yang memenuhi syarat olah dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah ditimbang terpisah dan dinyatakan dalam persen. Cara menghitung rata-rata analisis dari setiap blok kebun untuk setiap penimbangan adalah dengan menjumlahkan hasil analisisnya dibagi jumlah berapa kali analisis dilakukan. Rata-rata analisis pucuk dalam satu hari di setiap blok kebun dilakukan dengan cara : (1) mengalikan rata-rata analisis pucuk dari setiap penimbangan dengan jumlah produksinya; (2) menjumlahkan hasil perkalian tersebut dari penimbangan pertama hingga akhir kemudian dibagi jumlah produksi blok tersebut. Rata-rata analisis pucuk untuk perkebunan dalam satu hari dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkalian antara rata-rata analisis dengan jumlah produksi pucuk untuk setiap blok kebun kemudian dibagi seluruh jumlah produksi pucuk kebun yang diterima pabrik pada hari tersebut. Pelayuan. Pelayuan merupakan proses pertama dalam pengolahan teh hitam. Pada proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan fisik dan kimia. Perubahan fisik ditandai dengan menurunnya kandungan air sel sehingga pucuk menjadi lemas dan lentur. Perubahan kimia terjadi dengan adanya perubahan senyawa-senyawa hasil metabolisme tanaman yang terkandung di dalam sel-sel daun. Peralatan pelayuan antara lain Withering Through, (WT), thermometer wet dan dry, mesin pemanas/Heat Exchanger (HE), hot air ducting (saluran udara panas), van (sumber aliran udara) dan alat kebersihan. Kapasitas tiap WT berkisar 1 200 – 1 300 kg berjumlah 13 buah dengan ukuran 24 m x 1.8 m x 1 m. Pucuk yang telah ditimbang segera dibeberkan di atas WT dengan ketebalan 30 – 35 cm. Tujuan pembeberan pucuk adalah meratakan pucuk dalam WT sehingga aliran udara yang masuk pada tumpukan pucuk menjadi lancar. Pucuk yang telah dibeberkan selanjutnya dialiri udara segar untuk menghilangkan panas dan air dalam pucuk selama ± 1 jam kemudian diganti dengan aliran udara panas. Suhu yang dianjurkan 26 – 27 ºC dan kelembaban
41 60 – 75 %. Lama pemanasan minimal 12 jam tetapi bisa lebih bergantung pada kondisi pucuknya. Pembalikan pucuk atau jaga layu dilakukan setiap 5 – 6 jam sekali dan setiap jam diukur kelembaban udara, suhu serta diperiksa tingkat kelayuannya. Tujuan pembalikan pucuk yaitu memperoleh tingkat kelayuan yang merata. Kriteria pucuk yang siap turun layu adalah pucuk teh berwarna hijau kekuningan, tangkai pucuk bila dilenturkan tidak patah, pucuk lemas bila dipegang dan memberikan aroma khas. Penimbangan dilakukan kembali setelah pucuk turun layu untuk mengetahui tingkat kelayuan dan kapasitas yang dibutuhkan untuk pengisian Open Top Roller (OTR) pada proses penggilingan. Tingkat kelayuan pucuk dikenal dalam dua istilah yaitu persentase layu dan derajat layu. Persentase layu merupakan angka perbandingan dalam persen antara berat pucuk layu dan berat pucuk basah. Persentase pucuk layu mencerminkan penurunan berat pucuk teh atau banyaknya kandungan air yang hilang setelah pucuk menjadi layu. Persentase pucuk layu sangat dipengaruhi oleh adanya air di atas permukaan daun teh segar. Dengan demikian, persentase layu tidak mencerminkan kandungan air yang terdapat di dalam pucuk teh layu. Derajat layu adalah angka perbandingan dalam persen antara berat teh kering dan berat pucuk layu. Tingkat kelayuan yang dinyatakan dalam derajat layu erat kaitannya dengan kandungan air dalam pucuk layu. Kegiatan pelayuan dibagi menjadi empat shift : (1) shift pertama, pukul 07.00 – 16.00 WIB terdiri atas enam orang pembeber pucuk, tiga orang pemilih pucuk dan seorang pembimbing; (2) shift kedua, pukul 17.00 – 24.00 WIB terdiri atas dua orang jaga layu dan seorang pembimbing; (3) shift ketiga, pukul 24.00 – 07.00 WIB terdiri atas dua orang jaga layu dan seorang pembimbing; (4) shift keempat, pukul 05.00 – 13.00 WIB terdiri atas empat orang tenaga turun layu dan seorang pembimbing. Penggulungan. Alat yang digunakan untuk proses penggulungan pucuk layu yaitu Open Top Roller (OTR) berkapasitas 350 kg. Lama penggulungan ± 45 menit. Mesin OTR terdiri atas dua perangkat utama yaitu cones berfungsi untuk membolak-balik pucuk dan batten yang berfungsi supaya daun
42 mengelinting. Perputaran mesin searah jarum jam. Proses penggulungan akan membuat daun memar dan dinding sel rusak sehingga cairan sel ke luar di permukaan dengan merata serta memudahkan proses penggilingan untuk mendapatkan bubuk sebanyak-banyaknya. Penggilingan. Tujuan penggilingan adalah membuat partikel menjadi lebih kecil sesuai dengan ukuran mutu yang dikehendaki. Pucuk yang telah digulung dimasukkan ke dalam mesin penggiling yaitu Rotor Vane (RV). Hasil dari penggilingan adalah bubuk basah yang kemudian dipisah-pisahkan menjadi beberapa jenis bubuk basah pada sortasi basah. Sortasi basah. Tujuan sortasi basah yaitu memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan proses pengeringan dan sortasi kering. Keseragaman bubuk memberikan hasil fermentasi sempurna dan pengeringan yang merata. Alat yang digunakan dalam sortasi basah meliputi Rotary Roll Breaker (RRB), mesin ayakan dengan mesh (jumlah lubang per inchi persegi pada ayakan) yang berbeda sesuai dengan mutu (jenis bubuk) yang diinginkan, ghogi, conveyor, slove moving, exhaust fan, air humidifier, nampan alumunium dan alat kebersihan. Hasil sortasi basah yaitu bubuk (bagian halus) meliputi bubuk I, bubuk II, bubuk III, bubuk IV dan badag (bagian kasar). Bubuk dan badag ditampung menggunakan nampan alumunium dan dihamparkan dengan ketebalan 7 – 10 cm kemudian disusun dalam troly. Kondisi suhu ruangan selama proses penggulungan, penggilingan dan sortasi basah yaitu 22 – 23 ºC dan kelembaban udara 90 – 95 %. Oksidasi enzimatis. Oksidasi enzimatis adalah peristiwa bertemunya senyawa polifenol dengan bantuan udara sehingga menghasilkan perubahan warna, aroma dan rasa. Bubuk dan badag dimasukkan ke dalam ruang fermentasi dengan suhu ruangan 21 – 22 ºC atau tidak lebih dari 25 ºC (Dry 23 ºC dan Wet 22 ºC) dan kelembaban > 90 %. Lama proses fermentasi dihitung sejak pucuk layu digiling dalam OTR sampai bubuk akan dimasukkan ke dalam mesin pengering yaitu 120 menit. Tenaga kerja yang berada dalam proses penggulungan, penggilingan, sortasi basah dan oksidasi enzimatis berjumlah sembilan orang dan seorang pembimbing.
43 Pengeringan. Pengeringan bertujuan menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dan menurunkan kadar air hingga 3 – 4 % sehingga daya simpannya lebih lama. Peralatan yang digunakan yaitu Endless Chain Pressure (ECP), main fan, burner, tray, Heat Exchanger (HE), spreader dan alat kebersihan. Proses pengeringan dimulai dengan menyalakan burner untuk memanaskan heater selama 30 – 60 menit. Suhu pengeringan terdiri atas dua macam yaitu suhu masuk (inlet) 95 – 97.5 ºC dan suhu keluar (outlet) 45 – 50 ºC. Mesin pengering yang dimiliki berjumlah dua unit dengan kapasitas yang berbeda. Unit I untuk mengeringkan bubuk I dan II dengan kapasitas 170 – 180 kg/jam, sedangkan unit II untuk mengeringkan bubuk III, IV dan badag dengan kapasitas 270 – 280 kg/jam. Waktu yang dibutuhkan selama proses pengeringan sekitar 20 – 30 menit. Pengeringan teh harus dijaga kesinambungannya agar hasil pengeringan homogen dalam tingkat kekeringannya serta kesinambungan bubuk yang akan dikeringkan harus stabil. Teh yang sudah keluar dari ECP ditampung dalam nampan dengan keadaan yang masih panas sehingga harus dibiarkan terlebih dahulu di tempat yang bersih dan tidak lembab dalam beberapa waktu. Hasil keringan teh kemudian ditimbang menurut jenis bubuk dan badag. Penimbangan dilakukan untuk menghitung rendemen sehingga diketahui derajad layu. Kegiatan pengeringan dipimpin oleh seorang pembimbing yang membawahi empat orang tenaga kerja. Sortasi kering. Kegiatan sortasi meliputi : (1) memisahkan teh kering menjadi beberapa grade (mutu) sesuai dengan standar perdagangan teh; (2) menyeragamkan bentuk, ukuran dan warna setiap grade; (3) membersihkan teh dari serat, debu, dan benda asing lain. Alat yang digunakan antara lain bubble tray (memisahkan partikel yang memanjang dan berbentuk butiran atau bulat), vibrex (mengangkat serat dan partikel yang ringan), chota (memisahkan partikel teh sesuai ukuran standar atau sesuai jenisnya), crusher (memperkecil partikel teh menjadi ukuran yang lebih kecil), winnower (memisahkan teh dari benda asing atau teh ringan dengan yang berat). Kegiatan sortasi kering dipimpin oleh seorang pembimbing yang membawahi delapan orang tenaga kerja.
44 Pengepakan dan penggudangan. Pengepakan bertujuan melindungi produk dari kerusakan, memudahkan transportasi, efisiensi dalam penyimpanan di gudang dan memudahkan dalam membedakan tiap mutu teh. Teh yang telah melalui tahap sortasi kemudian dikemas dalam karung plastik atau polybag berukuran 20 cm x 75 cm x 110 cm. Isi polybag untuk masing-masing mutu teh yang dihasilkan Unit Perkebunan Bedakah tertera pada Tabel 6. Polybag yang telah terisi kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan. Penggudangan bertujuan memudahkan dalam penyimpanan teh, membuat teh lebih tahan lama dan memudahkan proses pemasaran. Kondisi ruangan harus bersih, sirkulasi udara baik (tidak lembab), kering dan aman. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggudangan yaitu tinggi tumpukan polybag tidak lebih dari 10 tumpuk. Kapasitas tumpukan sekitar 10 polybag x 8 polybag. Pada bagian bawah tumpukan polybag dialasi dengan kayu (± 30 cm dari lantai). Jarak dinding dengan tumpukan polybag sekitar 50 – 60 cm supaya sirkulasi udara lancar sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi. Tabel 6. Isi Polybag Mutu Teh Kering UP Bedakah Mutu I
II
III
Grade BOP BOPF PF Dust BT BM PF II Dust II BP II BT II Dust III BM III Dust IV Bohea
Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Bedakah, 2010
Isi Polybag (kg) 50 51 55 60 45 60 55 60 50 50 60 50 60 30 – 35
45 Aspek Manajerial
Asisten Kepala Bagian Kebun Asisten kepala bagian kebun merupakan pimpinan dari beberapa kepala blok
yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan unit perkebunan.
Asisten kepala bagian kebun mengawasi kinerja kepala blok dan blok secara keseluruhan, memeriksa perencanaan anggaran tiap blok dan menerima laporan hasil kerja kepala blok setiap hari. Laporan tersebut berguna untuk mengetahui kinerja kepala blok serta memberikan masukan terhadap permasalahan yang dihadapi. Jumlah asisten kepala bagian kebun Unit Perkebunan Bedakah adalah dua orang. Satu orang membawahi Blok Rinjani, Muria, Kembang dan satu orang membawahi Blok Bismo, Argopuro, Mandala. Penulis membantu mengawasi hasil produksi dan kinerja setiap kepala blok pada saat bekerja sebagai pendamping asisten kepala bagian kebun.
Kepala Blok Kepala blok merupakan pimpinan pembimbing pemetikan dan pembimbing pemeliharaan di sebuah blok. Pada Blok Bismo, kepala blok juga membawahi pembimbing pembibitan. Tugas kepala blok antara lain merencanakan, mengatur, dan mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan pendayagunaan lahan blok, membuat perencanaan anggaran biaya dalam pengelolaan blok, mengawasi pencapaian target hasil bloknya, membuat jadwal pemetikan dan pemeliharaan. Kepala blok yang terdapat di Unit Perkebunan Bedakah berjumlah enam orang yang membawahi masing-masing blok dan bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala bagian kebun. Penulis bekerja sebagai pendamping kepala Blok Rinjani, Bismo, Argopuro dan Mandala. Penulis mengawasi tugas dari pembimbing dengan mengontrol cara kerja dan laporan kegiatan.
46 Pembimbing Pembimbing merupakan pengawas langsung di lapangan di bawah pengawasan kepala blok dan asisten kepala bagian kebun. Seorang pembimbing selalu mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh kepala blok. Pembimbing yang berada di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas pembimbing pembibitan, pemetikan dan pemeliharaan. Penulis mengikuti kegiatan sebagai pembimbing pemetikan dan pemeliharaan selama melaksanakan kegiatan magang. Pembimbing pemetikan. Pembimbing pemetikan mengawasi pekerjaan pemetikan yang langsung berhubungan dengan tenaga kerja. Pembimbing pemetikan berkoordinasi dengan pengemudi truk mengenai jam penimbangan sehingga hasil pucuk dapat diantar tepat waktu ke pabrik. Pemetikan harus sesuai dengan siklus petik dan target produksi. Jumlah pembimbing pemetikan Unit Perkebunan Bedakah adalah 10 orang. Blok Rinjani, Bismo dan Argopuro masing-masing memiliki dua orang pembimbing, sedangkan Blok Mandala dan Kembang memiliki satu orang pembimbing yang dibantu oleh seorang calon karyawan. Penulis bekerja sebagai pendamping pembimbing pemetikan pada Blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Muria. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengabsen pekerja, mengarahkan pekerja, mengawasi pelaksanaan pemetikan, memotivasi pekerja, menimbang hasil pucuk, mengisi laporan kerja harian dan buku pengantar daun. Pembimbing pemeliharaan. Pembimbing pemeliharaan mengawasi semua kegiatan pemeliharaan meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian penyakit, penanaman dan pemeliharaan pohon pelindung, pembuatan dan pemeliharaan lubang tadah serta kegiatan pemeliharaan lainnya. Unit Perkebunan Bedakah memiliki lima orang pembimbing pemeliharaan masing-masing di Blok Rinjani, Bismo, Argopuro, Mandala dan Muria. Pembimbing pemeliharaan Blok Kembang status ketenagakerjaannya masih calon karyawan. Kendala yang dihadapi oleh pembimbing pemeliharaan adalah beragamnya jenis kegiatan pemeliharaan dan lokasi antar kegiatan pemeliharaan dalam satu
47 blok berbeda (berjauhan) sehingga pengawasan sulit dilakukan atau kurang efektif. Oleh karena itu, pembimbing pemeliharaan dibantu oleh pembimbing pengendalian penyakit (calon karyawan). Pembimbing pengendalian penyakit bertugas mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan pengendalian penyakit di kebun yang bertanggung jawab langsung kepada kepala blok. Jumlah pembimbing pengendalian penyakit di Unit Perkebunan Bedakah adalah empat orang masingmasing di Blok Bismo, Argopuro, Mandala, Muria, sedangkan untuk Blok Rinjani dan Kembang dirangkap oleh pembimbing pemeliharaan. Penulis bekerja sebagai pembimbing pemeliharaan pada Blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Muria. Jenis pekerjaan yang diawasi antara lain pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, pengendalian penyakit, pembuatan lubang tadah dan sulaman. Penulis membantu mengabsen pekerja, memberikan contoh pekerjaan, mengarahkan pekerja, memotivasi pekerja, mengawasi pelaksanaan kegiatan, mengontrol setiap pekerjaan dan membuat laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan blok).
48
PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan berkesinambungan. Semakin panjang fase vegetatif maka semakin panjang pula masa produktif tanaman. Tindakan kultur teknis untuk mempertahankan fase vegetatif di antaranya adalah pemangkasan (Johan dan Abas, 2002). Secara umum pemangkasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dan berkualitas baik.
Tipe Pangkasan Jenis pangkasan yang diamati adalah pangkasan produksi. Pangkasan produksi merupakan pangkasan pada tanaman menghasilkan yang dilakukan berulang kali dengan gilir pangkas tertentu. Jenis pangkasan produksi memiliki beberapa tipe yaitu pangkasan jambul, pangkasan kepris, pangkasan bersih dan pangkasan tengah bersih. Tipe pangkasan produksi yang diterapkan Unit Perkebunan Bedakah adalah tipe pangkasan bersih. Pangkasan bersih merupakan pangkasan dengan bidang pangkas rata dan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama saja (Setyamidjaja, 2000). Alasan Unit Perkebunan Bedakah menerapkan tipe pangkasan bersih karena dengan dibersihkannya ranting yang berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) dan cabang atau ranting yang tidak produktif maka cahaya matahari dapat masuk ke bagian bawah perdu sehingga membantu merangsang pertumbuhan tunas yang ada di bagian bawah. Tumbuhnya tunas-tunas baru di bagian bawah perdu akan menumbuhkan cabang-cabang yang lebih rendah dan kuat sehingga frame tanaman akan berkembang lebih baik. Sistem pangkasan yang diterapkan yaitu sistem pangkasan naik kontinyu. Pangkasan naik kontinyu yaitu pangkasan yang dilakukan selalu naik 5 cm lebih
49 tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali setelah ketinggian pangkasan mencapai 65 cm. Pangkasan pertama dilakukan pada ketinggian 50 cm di atas permukaan tanah. Sebagai ilustrasi sistem pangkasan naik kontinyu Unit Perkebunan Bedakah yaitu 50 – 55 – 60 – 65 – 50 cm. Tinggi pangkasan yang selalu naik setiap melakukan pemangkasan berarti menyiapkan cabang atau ranting yang tertinggal pada tanaman relatif lebih muda dari pangkasan sebelumnya. Cabang atau ranting yang relatif lebih muda akan lebih cepat membentuk atau menumbuhkan tunas baru sehingga akan lebih cepat dilakukan pemetikan kembali (Tobroni dan Adimulyo, 1997).
Tinggi Pangkasan Ketinggian pangkasan diukur dari permukaaan tanah sampai permukaan bidang pangkas. Menurut Dalimoenthe dan Johan (2009), pada umumnya tinggi pangkasan kebun produktif (TM) antara 40 cm dan 70 cm. Apabila tinggi pangkasan lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Akan tetapi, apabila tinggi pangkasan lebih dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan. Ketinggian pangkasan produksi yang ditetapkan Unit Perkebunan Bedakah adalah 50 – 65 cm. Penulis melakukan pengamatan ketinggian pangkasan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala yang menetapkan standar tinggi pangkasan 50 cm (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata Tinggi Pangkasan dan Diameter Bidang Pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala
Umur Pangkas (tahun) 4 4 5
Tinggi Diameter Tinggi Pangkasan Bidang n Pangkasan Realisasi Standar Pangkas .....................................(cm).......................................... 15 50 53.67 60.67 15 50 55.33 71.93 15 50 53.33 84.67
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Tanaman Contoh
50 Berdasarkan hasil pengamatan, tinggi pangkasan yang dilakukan oleh tenaga pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala tidak selalu sama dengan standar tinggi pangkasan yang ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tinggi pangkasan di lapangan dengan standar pangkasan antara lain keterampilan tenaga kerja, kondisi lahan dan penggunaan alat ukur yang tidak baku. Semakin terampil tenaga pemangkas dan semakin mudah lahan yang dipangkas maka tinggi pangkasan yang dihasilkan akan mendekati standar. Penggunaan alat ukur berpengaruh terhadap tinggi pangkasan yang dihasilkan. Pemangkas biasanya hanya menggunakan ukuran ketinggian lutut sebagai alat ukur. Pemakaian tinggi lutut sebagai alat ukur akan mempengaruhi ketepatan ketinggian pangkasan karena tinggi badan tiap pemangkas berbeda-beda.
Waktu Pemangkasan Waktu pemangkasan adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan pemangkasan sehingga diperoleh hasil optimal. Kegiatan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan dalam dua semester. Semester pertama yaitu antara bulan Februari dan April (menjelang akhir musim hujan), sedangkan semester kedua antara bulan Oktober dan November (awal musim hujan). Pemangkasan dilakukan pada bulan-bulan tersebut karena kondisi lingkungan mendukung yaitu curah hujan cukup tinggi sehingga kebutuhan air bagi tanaman dan suplai hara tercukupi. Pertimbangan dalam menentukan waktu pangkas secara agronomis berhubungan erat dengan kondisi tanaman dan lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan tunas. Penentuan waktu yang tepat dalam melaksanakan pemangkasan harus memperhatikan kondisi atau kesehatan tanaman (Sukasman, 1988). Perlakuan pemangkasan berarti menghilangkan sebagian organ yang membantu pertumbuhan tanaman. Bagian tanaman yang luka akibat pemangkasan membutuhkan energi untuk penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas. Energi tersebut berasal dari cadangan makanan yang berasal dari akar maupun hasil langsung dari proses fotosintesis (Tobroni, 1988). Menurut Johan (2006), tanaman
51 sebaiknya diistirahatkan sebelum dilakukan pemangkasan. Pengistirahatan tanaman dapat menaikkan kapasitas fotosintesis karena jumlah daun yang melakukan proses fotosintesis bertambah dan karbohidrat yang dihasilkan dapat disimpan sebagai cadangan makanan. Unit Perkebunan Bedakah tidak menerapkan perlakuan pengistirahatan tanaman. Pemetikan gendesan tetap dilaksanakan selama masih ada pucuk di kebun. Perlakuan pengistirahatan tanaman belum begitu diperlukan oleh Unit Perkebunan Bedakah. Hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah termasuk dalam perkebunan yang terletak di dataran tinggi (pegunungan). Tanaman teh yang berada di daerah dataran tinggi memiliki kandungan cadangan makanan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah dataran rendah (Tobroni dan Adimulyo, 1997). Menurut Sukasman (1988), lingkungan yang mendukung pelaksanaan pemangkasan adalah menjelang akhir musim hujan (April – Mei) dan awal musim hujan (September – Oktober) karena mendukung bagi pertumbuhan tunas. Curah hujan dan intensitas sinar matahari yang cukup serta suhu udara yang hangat sangat membantu pertumbuhan tunas-tunas baru. Pemangkasan tidak dilakukan saat musim kemarau (Juni – Agustus) karena suhu udara meningkat dan lingkungan menjadi kering, sedangkan antara bulan November dan Februari intensitas sinar matahari berkurang karena curah hujan tinggi dan lingkungan berkabut.
Luas Areal Pangkasan Unit Perkebunan Bedakah menetapkan luas areal pangkas per tahun adalah 25 % dari total luas areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi, pelaksanaan di lapang menunjukkan bahwa luas areal pangkasan disesuaikan dengan luas blok yang dipangkas. Dengan demikian, total areal yang dipangkas bisa lebih atau kurang dari 25 %. Setiap blok mempunyai kewenangan dalam pembagian luas areal yang dipangkas. Apabila produksi pucuk dianggap stabil pada musim kemarau maka pelaksanaan pangkasan dapat dilakukan 100 % semester I. Pada
52 gilir pangkas tahun ini semua blok melaksanakan pemangkasan dalam dua semester. Pembagian luas areal pangkasan bertujuan menjaga stabilitas produksi pucuk agar tidak terjadi fluktuasi antara saat flush dan saat minus (kemarau) serta menghindari serangan cacar daun teh (blister blight). Areal yang dipangkas pada semester I sudah dapat dipetik 2 – 3 bulan berikutnya (musim kemarau) sehingga produksi bulanan tetap stabil. Dengan demikian, pada saat flush produksi tidak terlalu tinggi dan saat minus tidak terlalu rendah. Cacar daun teh menyerang saat curah hujan tinggi, suhu udara rendah dan kelembaban tinggi. Pembagian areal pangkas yang lebih besar pada semeseter I dapat menekan serangan cacar serta areal tersebut dapat dipetik 2 – 3 bulan berikutnya (musim kemarau). Pembagian areal pangkas diatur menurut nomor kebun yang saling berdekatan untuk mempermudah pengawasan. Tabel 8 merupakan
data
rencana
luas
areal
pangkasan
beserta
nomor
kebun
masing-masing blok yang dipangkas tahun 2010. Tabel 8. Rencana Luas Areal Pangkas UP Bedakah Tahun 2010 Blok
Nomor Kebun
Luas (ha)
Rinjani Bismo Argopuro Mandala Muria Kembang Rata-rata
9, 10, 14, 15 12, 13, 15 2, 5, 6, 7 4, 9, 12 14, 11, 2, 5 11, 4, 6
39.87 60.91 53.95 55.16 53.25 40.98
Luas Areal Pangkas (ha) 11.95 16.86 12.25 13.33 12.26 7.47
Areal Pangkas (%) 29.97 27.68 22.70 24.16 23.02 18.23 24.30
Sumber : RKAP Unit Perkebunan Bedakah, 2010
Realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun tidak selalu sama dengan rencana yang telah ditetapkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kondisi kebun, iklim, dan ketersediaan tenaga kerja. Kondisi kebun yang masih menguntungkan secara ekonomi tidak dilakukan pangkasan atau luas areal pangkasan dikurangi. Pelaksanaan pemangkasan di kebun bergantung pada iklim yang mendukung karena berpengaruh pada kondisi tanaman. Ketersediaan tenaga kerja juga berpengaruh terhadap realisasi luas areal yang dipangkas.
53 Kebijakan realisasi luas areal yang dipangkas ada pada kepala blok dengan persetujuan asisten kepala bagian kebun. Rencana dan realisasi luas areal pangkasan Unit Perkebunan Bedakah tahun 2005 – 2009 tertera pada Tabel 9. Berdasarkan data yang diperoleh dalam kurun waktu lima tahun terakhir realisasi pangkasan hanya 22.20 % dari total luas areal tanaman menghasilkan. Tabel 9. Rencana dan Realisasi Pangkasan UP Bedakah Tahun 2005 – 2009 Tahun
Luas Areal TM (ha)
2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
292.09 300.09 303.99 308.23 303.05
Rencana Luas Areal Pangkasan ha % 74.44 25.48 76.06 25.93 72.16 23.73 77.55 25.16 74.39 24.55 74.92 24.97
Realisasi Luas Areal Pangkasan ha % 63.21 21.64 74.54 24.84 69.34 22.80 68.09 22.09 59.54 19.65 67.03 22.20
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010
Alat Pangkas Alat yang digunakan untuk memangkas adalah sabit pangkas (Gambar 7). Kunci utama agar pangkasan yang dihasilkan optimal yaitu ketajaman alat. Alat yang tajam dapat mengurangi kerusakan cabang hasil pangkasan. Batu asah digunakan untuk mengasah sabit pangkas agar tetap tajam dan halus. Alat ukur digunakan untuk mengukur ketinggian pangkasan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan alat ukur hanya pada satu tanaman yang dijadikan patokan pengukuran. Pemakaian alat ukur jarang digunakan
karena
dianggap
tidak
efisien
waktu.
Pemangkas
biasanya
menggunakan ukuran ketinggian lutut sebagai alat ukur. Pemakaian tinggi lutut sebagai alat ukur akan mempengaruhi ketepatan ketinggian pangkasan karena tinggi badan tiap pemangkas berbeda-beda.
54
Gambar 7. Sabit Pangkas
Teknik Pemangkasan Contoh pemangkasan diberikan oleh pembimbing pemeliharaan pada tenaga kerja pangkas. Pembimbing memberikan arahan bagaimana cara memangkas yang benar meliputi tipe pangkasan, standar tinggi pangkasan, luka pangkas dan teknik memangkas. Pemangkasan dilakukan dengan memperhatikan kondisi lahan atau sejajar dengan kemiringan lahan agar penyinaran matahari merata. Pemangkasan dilakukan memutar searah jarum jam atau dari kedua sisi tanaman. Arah luka pangkas ke arah dalam perdu dengan kemiringan 45º. Posisi pemangkas saat melakukan pangkasan dalam keadaan tegak dan kaki kiri di belakang kaki kanan. Pucuk ranting dipegang menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sabit pangkas. Pucuk ranting yang telah dipegang agak dilenturkan atau dilekukkan untuk mempermudah melakukan pangkasan. Bidang pangkas dibuat sejajar dengan permukaan tanah (kemiringan lahan) agar sinar matahari dapat merata. Sudut pangkas 45º supaya bila ada air hujan tidak menggenang di luka pangkas dan tidak terlalu lembab. Hasil pangkasan yang baik dapat dilihat dari kemiringan luka pangkasan 45º, luka pangkas berwarna hijau dan basah, ranting-ranting kecil dan tidak produktif dibersihkan serta arah luka pangkas mengarah ke dalam perdu. Luka pangkas
55 yang berwarna hijau dan mengeluarkan air menunjukkan bahwa tanaman tersebut dalam keadaan sehat.
Kriteria Pemangkasan Kriteria pemangkasan merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan pelaksanakan pemangkasan antara lain gilir pangkas, ketinggian tanaman, persentase pucuk burung, tingkat produktivitas dan kebijakan kebun. Faktor
yang
sering digunakan
dalam
menentukan pelaksanaan
pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah adalah kebijakan kebun.
Gilir Pangkas Gilir pangkas merupakan jangka waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya pada nomor blok yang sama. Menurut Setyamidjaja (2000), panjang pendeknya gilir pangkas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ketinggian tempat di atas permukaan laut. Pedoman umum gilir pangkas berdasarkann ketinggian tempat yaitu untuk daerah rendah (< 800 m dpl) gilir pangkas 2 – 3 tahun, daerah sedang (800 – 1 200 m dpl) gilir pangkas 3 – 4 tahun dan untuk daerah tinggi (> 1 200 m dpl) gilir pangkas 4 – 5 tahun. Unit Perkebunan Bedakah berada pada ketinggian > 1 200 m dpl termasuk daerah tinggi sehingga gilir pangkasnya 4 – 5 tahun. Kebijakan Unit Perkebunan Bedakah menetapkan gilir pangkas empat tahun untuk setiap nomor blok. Namun, pada pelaksanaannya kegiatan pemangkasan tidak selalu sesuai dengan ketentuan karena masih terdapat beberapa nomor blok dengan gilir pangkas lima tahun. Perbedaan gilir pangkas ini disebabkan oleh berbagai hal di lapangan yang secara ekonomi dan teknis menguntungkan bagi perkebunan. Menurut Sukasman (1988), penentuan panjang pendeknya gilir pangkas yang tepat harus dikembalikan pada tujuan industri yaitu memperoleh keuntungan maksimal. Penulis melakukan pengamatan gilir pangkas pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala (Tabel 10). Hasil pengamatan menunjukkan
56 bahwa gilir pangkas semua nomor Blok Bismo dan Argopuro empat tahun, sedangkan Blok Mandala terdapat satu nomor blok dengan gilir pangkas lima tahun. Data realisasi gilir pangkas Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 9. Gilir Pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok
Luas (ha)
No
Tinggi Tempat (m dpl)
Waktu Pemangkasan Sebelumnya
12 13 16.86 1325-1353 Feb 2006 15 2 5 Argopuro 12.25 1306-1420 Feb 2006 6 7 4 5.36 April 2005 Mandala 9 3.35 1420-1743 Maret 2006 12 4.62 Mei 2006 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010 Bismo
Waktu Pemangkasan Berikutnya Rencana Realisasi
Gilir Pangkas (tahun)
Feb 2010
Feb 2010
4
Feb 2010
Feb 2010
4
Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010
Jan 2010 Jan 2010 Feb 2010
5 4 4
Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tanaman Tinggi bidang petik tanaman diukur dari permukaan tanah sampai puncak bidang petik. Tabel 11 merupakan data rata-rata tinggi dan diameter bidang petik tanaman sebelum dilakukan pemangkasan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala. Tabel 10. Rata-rata Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tanaman Sebelum Pemangkasan Pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala Rata-rata
Umur Pangkas (tahun)
n
4 4 5
15 15 15
Rata-rata Tinggi Tanaman
Rata-rata Diameter Bidang Petik
....................................(cm).................................. 109.27 99.50 112.67 116.50 117.00 138.93 112.98 118.31
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Tanaman Contoh
57 Menurut Setyamidjaja (2000), pemangkasan akan dilakukan bila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik, biasanya setelah mencapai ketinggian 120 cm. Tinggi rata-rata pemetik teh Indonesia sekitar 150 – 160 cm sehingga bila tinggi bidang petik melebihi 120 cm akan menyulitkan pemetik dalam melakukan pemetikan. Berdasarkan data hasil pengamatan pada Tabel 11, rata-rata ketinggian bidang petik tanaman Blok Bismo, Argopuro dan Mandala belum mencapai 120 cm namun diameter bidang petiknya sudah melebar. Bidang petik yang terlalu lebar akan membuat pemetik kesulitan dalam bergerak karena kerapatan tanaman tinggi. Kerapatan tanaman yang terlalu tinggi akan menyebabkan kegiatan pemetikan terganggu. Oleh karena itu, meskipun tinggi bidang petik belum mencapai 120 cm tanaman harus dipangkas. Hal ini dikarenakan diameter bidang petik tanaman telah melebar selain itu, tanaman telah memasuki waktu untuk dipangkas.
Persentase Pucuk Burung Pucuk burung adalah pucuk yang memiliki tunas dalam keadaan dorman. Semakin tinggi umur pangkas, bidang petik semakin lebar, cabang atau ranting yang tidak produktif semakin bertambah sehingga jumlah pucuk muda yang dihasilkan semakin menurun, sedangkan jumlah pucuk burung semakin meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala rata-rata persentase pucuk burung mencapai 78.25 % saat mendekati waktu pangkas (Tabel 12). Tabel 11. Persentase Pucuk Burung Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala Rata-rata
Umur Pangkas (tahun) 4 4 5
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Contoh Tanaman
n
% Pucuk Burung
15 15 15
72.04 75.35 87.36 78.25
58 Menurut Sanusi (1988), semakin banyak bagian tanaman yang tidak produktif maka seluruh energi dan suplai hara digunakan untuk menyangga kelangsungan hidup bagian tanaman yang tidak produktif tersebut. Hal ini menyebabkan semakin sedikit energi yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk menghasilkan tunas atau pucuk muda sehingga banyak pucuk yang menjadi pucuk burung. Hasil pengamatan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala menunjukkan bahwa jumlah pucuk burung telah mencapai > 75 %. Dengan demikian, jumlah pucuk muda yang dihasilkan lebih rendah. Apabila pemangkasan tidak dilakukan maka persentase pucuk burung akan semakin meningkat sehingga akan mempengaruhi kualitas hasil petikan. Tabel 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi umur pangkas maka semakin banyak persentase pucuk burungnya. Hal ini dapat dilihat pada Blok Mandala. Persentase pucuk burung Blok Mandala lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Bismo dan Argopuro karena umur pangkas yang lebih tinggi.
Tingkat Produktivitas dan Kebijakan Kebun Produktivitas tanaman teh suatu blok berkaitan dengan tahun pangkas tanaman. Gambar 8 merupakan diagram tingkat produktivitas berdasarkan tahun
kg/ha/th
pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala. 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
tahun pangkas I tahun pangkas II tahun pangkas III tahun pangkas IV Bismo
Argopuro
Mandala
Blok Gambar 8. Diagram Produktivitas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Berdasarkan Tahun Pangkas Tahun 2009
59 Berdasarkan Gambar 8, Blok Bismo dan Argopuro memiliki pola diagram produktivitas yang sama. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun pangkas III tetapi tingkat produktivitasnya berbeda. Tingkat produktivitas Blok Bismo lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Argopuro maupun Mandala karena ketinggian tempat yang lebih rendah serta sebagian besar areal TM telah ditanami jenis tanaman klon terutama Gambung. Populasi klon Gambung telah mencapai lebih dari 50 % areal TM, sedangkan sisanya meliputi klon TRI 2024, TRI 2025 dan klon campuran (CIN 143, MPS, KPPS). Populasi jenis tanaman seedling di Blok Bismo mulai berkurang. Menurut Sriyadi et al (2008), klon Gambung memiliki potensi hasil yang tinggi yaitu 4 000 kg teh kering/ha dan tahan terhadap penyakit cacar daun teh. Pada Blok Argopuro, populasi jenis tanaman seedling lebih besar dibandingkan dengan jenis tanaman klon sehingga tingkat produktivitasnya agak rendah dibandingkan Blok Bismo. Meskipun jenis tanaman klon yang ditanam adalah klon Gambung namun keberadaannya belum mampu mendukung produktivitas blok karena umur tanaman yang relatif masih muda. Blok Mandala memiliki tingkat produktivitas yang rendah dibandingkan dengan Blok Bismo dan Argopuro. Faktor yang mempengaruhi yaitu letak kebun > 1 400 m dpl sehingga pertumbuhan pucuknya lebih lambat meskipun populasi jenis tanaman klon telah mendominasi areal TM. Oleh karena pertumbuhan pucuk yang lebih lambat maka produktivitas tertingginya dicapai saat tahun pangkas IV. Blok Mandala mengalami penurunan produktivitas pada tanaman tahun pangkas III. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh serangan cacar daun teh. Jenis tanaman yang memasuki tahun pangkas III adalah klon TRI. Sifat klon TRI yaitu lebih rentan terhadap serangan cacar daun teh sehingga kurang sesuai bila ditanam di Unit Perkebunan Bedakah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat produktivitas suatu blok berdasarkan tahun pangkas dipengaruhi oleh jenis tanaman dan letak ketinggian tempat. Produktivitas jenis tanaman seedling lebih rendah karena kondisi tanaman yang menua, sedangkan jenis tanaman TRI rentan terhadap serangan cacar daun teh. Letak ketinggian tempat mempengaruhi pertumbuhan pucuk. Semakin tinggi letak tempat di atas permukaan laut maka semakin lambat
60 pertumbuhan pucuknya. Letak ketinggian tempat setiap blok dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan data luas areal berdasarkan jenis tanaman untuk setiap blok tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 9. Kebijakan kebun sangat berpengaruh dalam menentukan pelaksanaan pemangkasan dengan beberapa pertimbangan antara lain pertimbangan produksi dan teknis. Pertimbangan produksi berdasarkan catatan produktivitas. Tanaman teh akan dipangkas bila sudah tidak menguntungkan ditandai dengan penurunan produktivitas yaitu kurang dari 2 000 kg/ha/th. Pertimbangan teknis adalah walaupun produktivitas secara ekonomi masih menguntungkan tapi tanaman harus tetap dipangkas karena telah memasuki waktu pangkas dan untuk menyeragamkan tahun pangkas. Unit Perkebunan Bedakah menetapkan gilir pangkas empat tahun. Apabila telah memasuki waktu pangkas maka tanaman tetap dipangkas meskipun masih memiliki potensi untuk berproduksi tinggi.
Tenaga Pangkas Tenaga pemangkas Unit Perkebunan Bedakah merupakan tenaga kerja borongan dengan upah Rp 9 000 – Rp 12 000/patok (0.04 ha). Penulis melakukan pengamatan terhadap kapasitas pemangkas pada Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani (Tabel 13). Tabel 12. Kapasitas Pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani Blok Bismo Argopuro Rinjani Jumlah Rata-rata
Luas Areal (ha) 0.75 0.26 0.20 1.21 0.40
Tenaga Pemangkas (HK) Teori *) 19 6 5 30 10
Riil 13 5 6 24 8
Sumber : Laporan Klat Pembimbing Pemeliharaan (Maret, 2010) Keterangan : *) Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Perhitungan
Kapasitas Pemangkas (ha/HK) Standar 0.04 0.04 0.04 0.04
Riil 0.057 0.052 0.033 0.142 0.047
61 Pada umumnya, pelaksanaan pemangkasan oleh tenaga kerja borong lebih memperhatikan segi kuantitatif daripada kualitatif. Hal ini disebabkan semakin banyak lahan yang dipangkas maka upah yang didapat semakin tinggi. Kapasitas pemangkas adalah luas areal yang dapat dipangkas oleh seorang pemangkas dalam satu hari kerja. Berdasarkan Tabel 13, rata-rata kapasitas pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kapasitas pemangkas riil Blok Bismo dan Argopuro lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan kebun meskipun jumlah tenaga kerja riil lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan teori. Hal ini dipengaruhi oleh jenis tanaman dan kondisi lahan yang dipangkas. Jenis tanaman yang dipangkas pada Blok Bismo merupakan jenis tanaman klon dengan kondisi lahan yang datar. Jenis tanaman klon mempunyai cabang yang lebih kecil serta bentuk tanaman yang ramping sehingga memudahkan dalam melakukan pemangkasan. Selain itu, tenaga kerja di lapang merupakan tenaga kerja terampil dan lebih mengejar kuantitas sehingga upah yang diperoleh semakin tinggi. Pada Blok Argopuro, jenis tanaman yang dipangkas merupakan jenis tanaman seedling yang mempunyai cabang lebih besar dan keras serta bentuk tanaman meruah sehinggga sedikit menyulitkan pemangkas dalam bekerja. Meskipun jenis tanaman yang dipangkas merupakan jenis tanaman seedling namun kondisi lahan relatif datar sehingga pemangkas tidak terlalu menemui kesulitan dalam bekerja. Pada Blok Rinjani, kapasitas pemangkas riil masih dibawah standar meskipun jumlah tenaga kerja riil lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan teori. Hal ini disebabkan tenaga kerja di lapangan kurang terampil sehingga pemangkasan kurang dapat dilakukan dengan baik.
Keterampilan Pemangkas Pemangkasan merupakan kegiatan yang membutuhkan keterampilan agar diperoleh
hasil
pangkasan
yang
baik.
Penulis
melakukan
pengamatan
keterampilan pemangkas berdasarkan klasifikasi usia, lama kerja dan tingkat
62 pendidikan terhadap kerusakan cabang hasil pangkasan. Pengamatan dilakukan terhadap 20 orang tenaga pemangkas yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 10 orang untuk setiap klasifikasi. Setiap tenaga pemangkas diambil lima tanaman contoh hasil pangkasan. Perhitungan persentase kerusakan cabang dilakukan dengan menghitung jumlah cabang bekas pangkasan yang pecah atau rusak pada setiap tanaman contoh.
Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Usia Pengamatan keterampilan pemangkas berdasarkan usia dilakukan terhadap pemangkas berusia 25 – 70 tahun yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemangkas berusia > 45 tahun, sedangkan kelompok kedua yaitu pemangkas berusia ≤ 45 tahun. Persentase kerusakan cabang berdasarkan klasifikasi usia pemangkas tertera pada Tabel 14. Tabel 13. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Usia Pemangkas Tingkat Usia tahun > 45 ≤ 45 Sumber Keterangan
Σ Tenaga Pangkas
% Kerusakan
10 10
6.60 tn 6.37 tn
: Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 14) tidak terdapat perbedaan persentase kerusakan cabang pangkasan antara pemangkas berusia ≤ 45 tahun dengan pemangkas berusia > 45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan pemangkas tidak dipengaruhi oleh usia. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa perbedaan persentase kerusakan cabang antara kedua kelompok usia pemangkas tidak berbeda nyata.
63 Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Lama Kerja Pengamatan keterampilan pemangkas berdasarkan lama kerja dilakukan terhadap pemangkas yang bekerja 1 – 20 tahun yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemangkas yang bekerja > 10 tahun dan kelompok kedua yaitu pemangkas yang bekerja ≤ 10 tahun. Persentase kerusakan cabang berdasarkan lama kerja pemangkas tertera pada Tabel 15. Tabel 14. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Lama Kerja Pemangkas Lama Kerja tahun > 10 ≤ 10 Sumber Keterangan
Σ Tenaga Kerja
% Kerusakan
10 10
5.97 tn 6.80 tn
: Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 15, persentase kerusakan cabang oleh pemangkas yang bekerja > 10 tahun lebih rendah dibandingkan dengan pemangkas yang bekerja ≤ 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemangkas yang bekerja > 10 tahun memiliki keterampilan pangkas yang lebih baik karena pengalaman kerja lebih banyak. Meskipun terdapat perbedaan persentase kerusakan cabang hasil pangkasan namun tidak berbeda nyata.
Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Tenaga kerja Unit Perkebunan Bedakah sebagian besar merupakan tenaga kerja tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan tamat sekolah dasar sehingga pengamatan dilakukan terhadap dua kelompok tenaga kerja tersebut. Kelompok pertama yaitu pemangkas tamatan Sekolah Dasar (SD), sedangkan kelompok kedua yaitu pemangkas yang tidak tamat Sekolah Dasar (TTSD). Persentase kerusakan cabang berdasarkan tingkat pendidikan pemangkas tertera pada Tabel 16.
64 Tabel 15. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Pemangkas Tingkat Pendidikan SD TTSD Sumber Keterangan
Σ Tenaga Kerja 10 10
% Kerusakan 6.06 tn 7.42 tn
: Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 16, persentase kerusakan cabang oleh pemangkas tamatan SD lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja tidak tamat SD (TTSD). Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja tamatan SD memiliki keterampilan memangkas yang lebih baik sehingga kerusakan cabang hasil pangkasan dapat ditekan. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa persentase kerusakan cabang tidak berbeda nyata meskipun terdapat selisih perbedaan persentase kerusakan cabang antara kedua kelompok.
Pertumbuhan Tunas Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan di Blok Bismo dan Argopuro dengan ketinggian tempat yang relatif sama ± 1 300 m dpl. Pengamatan dimulai pada saat tunas berumur 5 MSP. Grafik pertumbuhan tunas mulai 5 – 8 MSP dapat dilihat pada Gambar 9.
Tinggi Tunas (cm)
12 10 8 6
Bismo
4
Argopuro
2 0 5
6 7 Umur Setelah Pangkas (minggu)
8
Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Tunas
65 Berdasarkan Gambar 9, terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan tunas antara Blok Bismo dan Argopuro. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman. Blok Bismo menggunakan jenis tanaman dari klon campuran (TRI 2025 dan Gambung 7), sedangkan Blok Argopuro menggunakan jenis tanaman seedling. Perbedaan pertumbuhan tunas mulai terlihat pada 5 MSP. Kecepatan pertumbuhan tunas Blok Bismo lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Argopuro. Jenis tanaman yang berasal dari klon memiliki kecepatan pertumbuhan tunas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari seedling. Keunggulan tanaman yang berasal dari klon yaitu kecepatan tumbuhnya yang tinggi sehingga produksi lebih banyak. Di samping itu, umur tanaman klon lebih muda dibandingkankan dengan jenis tanaman seedling sehingga kondisi kesehatan tanaman lebih baik.
Pengelolaan Sisa Pangkasan Sisa pangkasan meliputi daun, cabang dan ranting. Sisa pangkasan di Unit Perkebunan Bedakah diletakkan di atas tanaman yang telah dipangkas selama 2 – 4 minggu. Tujuannya untuk menghindari panas sinar matahari secara langsung sehingga penguapan air pada cabang yang dipangkas dapat minimal dan cabang tidak kering. Daun yang rontok dari sisa pangkasan berfungsi sebagai humus yang dapat menyuburkan tanaman. Cabang atau ranting sisa pangkasan setelah kering diletakkan di samping tanaman sebagai penambah unsur hara alami. Menurut Pasaribu (1990), pemberian sisa (sampah) pangkasan berupa daun, ranting atau cabang akan meningkatkan sifat-sifat tanah di daerah perakaran menjadi lebih baik sehingga penyerapan hara oleh akar-akar tanaman lebih besar. Pengaruh pemupukan akan lebih baik dengan adanya perbaikan sifat-sifat tanah (fisika dan kimia).
66
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang yang diikuti penulis selama empat bulan memberikan manfaat dan pengetahuan dalam pengelolaan tanaman teh dari segi teknis dan manajerial. Pengetahuan mengenai pengelolaan tanaman teh mulai aspek teknis hingga manajerial penulis dapatkan sejak menjadi karyawan harian lepas hingga saat menjadi pendamping asisten kepala bagian kebun. Kondisi yang ditemui di lapang tidak selalu sama sehingga penerapan kebijakan belum bisa diterapkan secara total di lapang. Prestasi kerja penulis dalam melakukan pemangkasan masih di bawah standar prestasi kerja yang berlaku. Hal ini disebabkan oleh keterampilan penulis yang masih rendah. Pada umumnya pengelolaan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah berjalan dengan baik. Gilir pangkas yang ditetapkan sesuai dengan pedoman umum gilir pangkas berdasarkan letak tempat di atas permukaan laut. Penentuan pelaksanaan
pemangkasan
dikembalikan
pada
tujuan
perkebunan
yaitu
memperoleh keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, kriteria yang tepat dalam pelaksanaan pemangkasan adalah kebijakan kebun. Keterampilan pemangkas diperlukan untuk meminimalkan kerusakan cabang hasil pangkasan sehingga kualitas pangkasan yang dihasilkan lebih baik. Keterampilan pemangkas berdasarkan klasifikasi usia, lama kerja dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan cabang atau hasil pangkasan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan pemangkas di Unit Perkebunan Bedakah cukup baik. Pengawasan pembimbing pemeliharaan sangat diperlukan untuk mengawasi pelaksanaan pemangkasan di kebun oleh tenaga pangkas. Hal ini dimaksudkan agar teknik pemangkasan yang dilakukan sesuai dengan petunjuk yang digunakan. Jenis tanaman yang ditanam dalam suatu blok akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tunasnya. Jenis tanaman yang berasal dari klon, kecepatan pertumbuhan tunasnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang berasal
67 dari seedling. Keunggulan tanaman yang berasal dari klon yaitu kecepatan tumbuhnya yang tinggi sehingga produksi lebih banyak. Di samping itu, umur tanaman klon lebih muda dibandingkan seedling sehingga kondisi kesehatan tanaman lebih baik.
Saran Pengawasan pemangkasan di kebun harus tetap terjaga agar kapasitas standar pemangkas dapat tercapai. Pemangkas sebaiknya dilengkapi dengan alat ukur baku untuk menentukan standar tinggi pangkasan. Pelatihan bagi tenaga pemangkas sebaiknya dilakukan agar keterampilan pemangkas semakin baik. Penggunaan jenis tanaman klon terutama klon Gambung lebih diperbanyak karena memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi.
68
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R. S. 1982. Bercocok Tanam Teh (Camellia theifera). Cetakan Ketiga. Sumur Bandung. Bandung. 224 hal. Dalimoenthe, S. L. dan M. E. Johan. 2009. Pemangkasan Pada Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.15 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia : Teh (Camellia sinensis) 2008 – 2010. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 32 hal. Johan, M.E. 2006. Pengaruh istirahat petik pada pangkasan terhadap pertumbuhan tunas dan produktivitas jendangan. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 9 (3) : 63 – 68. Johan, M.E. dan T. Abbas. 2002. Kinerja pangkasan mesin dari berbagai macam pangkasan pada tanaman Teh. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 5 (1-2-3) : 30 – 34. Pasaribu. E. H. 1990. Pengaruh pemberian sampah pangkasan dan pemupukan nitrogen terhadap produksi pucuk basah tanaman teh setelah dipangkas. Bul. Penelitian Teh dan Kina. 4 (20) : 53 – 59. Pusat Penelitan Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Edisi Ketiga. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Pusat Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 191 hal. Sanusi. 1988. Peranan Pangkasan Rejuvinasi dalam Usaha Produktivitas Kebun. Prosiding Seminar Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal 31 – 38. Sukasman. 1988. Pemangkasan pada Tanaman Teh Menghasilkan. Prosiding Seminar Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal 49 – 64. Setyamidjaja, D. 2000. Teh : Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal. Spillane, J. J. 1992. Komoditi Teh : Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Cetakan Pertama. Kanisius. Yogyakarta. 273 hal. Sriyadi, B., W. Astika dan R. Suprihatini. 2008. Anjuran klon teh unggul untuk peremajaan. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Tahun 2008. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal 1 – 8.
69 Tobroni M, 1988. Pangkasan pada Tanaman Teh Muda. Prosiding Seminar Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal 39 – 48. Tobroni M, M dan S. Adimulyo. 1997. Pemangkasan, hal 62 – 67. Dalam Z.S. Wibowo (Ed.). Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Edisi ke-2. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Tobroni, M dan S. Kurniayu. 1988. Pengaruh Waktu dan Jenis Pangkas Terhadap Kandungan Pati Dalam Akar, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Prosiding Seminar Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal 65 – 76. Walpole, R. E. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.
70
LAMPIRAN
71 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Prestasi Kerja (Satuan/HK) Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi Penulis
01 Maret 2010 2 Maret 2010 3 Maret 2010 4 Maret 2010 5 Maret 2010 6 Maret 2010 7 Maret 2010 8 Maret 2010 9 Maret 2010 10 Maret 2010 11 Maret 2010 12 Maret 2010 13 Maret 2010 14 Maret 2010 15 Maret 2010 16 Maret 2010 17 Maret 2010 18 Maret 2010 19 Maret 2010 20 Maret 2010 21 Maret 2010 22 Maret 2010 23 Maret 2010 24 Maret 2010 25 Maret 2010 26 Maret 2010 27 Maret 2010 28 Maret 2010 29 Maret 2010 30 Maret 2010 31 Maret 2010
Kunjungan Kantor Induk Kunjungan Kantor Kebun Orientasi Kebun Orientasi Kebun Senam Pemetikan Produksi Libur Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemupukan TM Senam Pengisian Polybag Libur Babad Bokor Libur Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Senam Pemangkasan Libur Babad Bokor Penanaman Stek Pemupukan TM Pemupukan TM Senam Streep Weeding Libur Pupuk Daun & HPT Chemical Weeding Pemupukan TM
Karyawan Standar
Bismo Muria
35 kg
84 kg
45 kg
Bismo
0.004 ha 0.015 ha 0.015 ha 0.10 ha
0.04 ha 0.04 ha 0.04 ha 0.12 ha
0.04 ha 0.04 ha 0.04 ha 0.12 ha
Argopuro Bismo Bismo Bismo
350 polybag
700 polybag
750 polybag
Pembibitan
0.02 ha
0.04 ha
0.04 ha
Muria
42 kg
168 kg
60 kg
Muria
42 kg
168 kg
60 kg
Mandala
0.006 ha
0.04 ha
0.04 ha
Mandala
0.02 ha 500 0.13 ha 0.13 ha
0.04 ha 1500 0.20 ha 0.20 ha
0.04 ha 1800 0.20 ha 0.20 ha
Muria Pembibitan Rinjani Rinjani
0.02 ha
0.04 ha
0.04 ha
Bismo
0.30 ha
1 ha
1 ha
Bismo
0.20 ha
0.32 ha
0.32 ha
Muria
0.10 ha
0.12 ha
0.12 ha
Bismo
72 Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal 01 April 2010 02 April 2010 03 April 2010 04 April 2010 05 April 2010 06 April 2010 07 April 2010 08 April 2010 09 April 2010 10 April 2010 11 April 2010 12 April 2010 13 April 2010 14 April 2010 15 April 2010 16 April 2010 17 April 2010 18 April 2010 19 April 2010 20 April 2010 21 April 2010 22 April 2010 23 April 2010 24 April 2010 25 April 2010 26 April 2010 27 April 2010 28 April 2010 29 April 2010 30 April
Uraian Kegiatan Pemangkasan Libur Porokan Libur Lubang Tadah Pemupukan TM Pemupukan TM Gosok Lumut Senam Pemetikan Jendangan Libur Pemangkasan Babad Bokor Pemetikan Produksi Pemupukan TM Senam Porokan Libur Pemetikan Produksi Centering I Gosok Lumut Pemetikan Jendangan Senam Pemetikan Produksi Libur Pemetikan Jendangan Penyulaman Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Senam
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Lokasi Penulis 0.01 ha
Karyawan Standar 0.04 ha 0.04 ha
Mandala
0.02 ha
0.04 ha
0.04 ha
Argopuro
0.005 ha 0.10 ha 0.10 ha 0.02 ha
0.04 ha 0.20 ha 0.20 ha 0.02 ha
0.04 ha 0.20 ha 0.20 ha 0.02 ha
Argopuro Kembang Kembang Mandala
21 kg
84 kg
45 kg
Bismo
0.006 ha 0.04 ha
0.04 ha 0.04 ha
0.04 ha 0.04 ha
Mandala Argopuro
56 kg
168 kg
60 kg
Argopuro
0.08 ha
0.20 ha
0.20 ha
Mandala
0.02 ha
0.04 ha
0.04 ha
Bismo
42 kg
168 kg
60 kg
Muria
0.10 ha 0.02 ha
0.12 ha 0.02 ha
0.12 ha 0.02 ha
Rinjani Rinjani
21 kg
84 kg
45 kg
Bismo
56 kg
168 kg
60 kg
Argopuro
28 kg
84 kg
45 kg
Mandala
20 tanaman
40 tanaman
40 tanaman
Argopuro
28 kg
84 kg
45 kg
Bismo
42 kg
84 kg
45 kg
Mandala
73 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Pembimbing di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Tanggal
01 Mei 2010 02 Mei 2010 03 Mei 2010 04 Mei 2010 05 Mei 2010 06 Mei 2010 07 Mei 2010 08 Mei 2010 09 Mei 2010 10 Mei 2010 11 Mei 2010 12 Mei 2010 13 Mei 2010 14 Mei 2010 15 Mei 2010 16 Mei 2010 17 Mei 2010 18 Mei 2010 19 Mei 2010 20 Mei 2010 21 Mei 2010 22 Mei 2010 23 Mei 2010 24 Mei 2010 25 Mei 2010 26 Mei 2010 27 Mei 2010 28 Mei 2010 29 Mei 2010 30 Mei 2010
Kegiatan Pembuatan Lubang Tanam pada TBM Pupuk Daun dan Pengendalian Penyakit Libur Pemetikan Produksi Kunjungan ke UP Tanjungsari Pupuk Daun dan Pengendalian Penyakit Senam dan Diskusi Penyulaman Libur Pemetikan Produksi Babad Bokor Pemetikan Produksi Libur Senam dan Diskusi Pemetikan Produksi Pupuk Daun dan Pengendalian Penyakit Libur Pemupukan TBM Pemangkasan Pupuk Daun dan Pengendalian Penyakit Senam dan Diskusi Libur Libur Pemetikan Produksi Gosok Lumut Pelayuan Penggilingan Pengeringan Sortasi Kering dan Pengepakan Libur
Prestasi Kerja Luas Lama Jumlah areal yg Kegiatan KHL diamati (jam) (orang) (ha) 100 5 lubang 5
Lokasi
Argopuro
4
2
3
Bismo
14
3
7
Bismo
4
2
3
Mandala
6
1
5
Argopuro
23 8 22
2 0.32 2
7 5 7
Muria Mandala Mandala
36
2
7
Argopuro
4
2
3
Mandala
5 2
2.74 2
5 6
Argopuro Muria
4
2
2
Bismo
33 11 10 9 4
2 2
7 5
Rinjani Kembang Pabrik Pabrik Pabrik
9
Pabrik
74 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Kepala Blok di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Tanggal
31 Mei 2010 01 Juni 2010 02 Juni 2010 03 Juni 2010 04 Juni 2010 05 Juni 2010 06 Juni 2010 07 Juni 2010 08 Juni 2010 09 Juni 2010 10 Juni 2010 11 Juni 2010 12 Juni 2010
Uraian Kegiatan Pemetikan Produksi Pemetikan Produksi Pupuk Daun dan Pengendalian Penyakit Pemetikan Produksi Senam Pupuk Daun dan Pengendalian Penyakit Libur Pemetikan Produksi Pupuk Daun dan Pengendalian Penyakit Pemetikan Produksi Pemangkasan Senam Pemeliharaan Pohon Pelindung Sementara
Prestasi Kerja Luas Areal Jumlah yang Pembimbing diawasi (ha) (orang)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
2
4.62
7
Mandala
2
4.62
7
Mandala
1
2
3
Argopuro
2
3.57
7
Bismo
1
2
3
Argopuro
2
3
7
Kembang
1
2
2
Bismo
2
5.74
7
Mandala
1
3.59
5
Bismo
1
2
5
Rinjani
75 Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Tanggal
Uraian Kegiatan
13 Juni 2010 14 Juni 2010
29 Juni 2010
Libur Konsultasi dan Diskusi Konsultasi dan Diskusi Konsultasi dan Diskusi Konsultasi dan Diskusi Senam dan Diskusi Konsultasi dan Diskusi Libur Konsultasi dan Diskusi Konsultasi dan Diskusi Konsultasi dan Diskusi Konsultasi dan Diskusi Senam dan Diskusi Konsultasi dan Diskusi Libur Konsultasi dan Diskusi Pamitan
30 Juni 2010 1 Juli 2010 2 Juli 2010
15 Juni 2010 16 Juni 2010 17 Juni 2010 18 Juni 2010 19 Juni 2010 20 Juni 2010 21 Juni 2010 22 Juni 2010 23 Juni 2010 24 Juni 2010 25 Juni 2010 26 Juni 2010 27 Juni 2010 28 Juni 2010
Prestasi Kerja Penulis Lokasi Lama Luas Jumlah Areal yg Kegiatan Pembimbing (jam) diawasi yang diawasi (ha) (orang) Kantor -
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
-
-
-
-
Pamitan
-
-
-
Konsultasi Presentasi Laporan
-
-
-
Bismo, Mandala, Muria Argopuro dan Kembang Kantor Kantor
76
Lampiran 5. Peta Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
77 Lampiran 6. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2000 – 2009 2000
Bulan CH Januari
518
2001 HH 17
CH 277
2002 HH
CH
10
623
2003 HH 22
CH 286
2004 HH 20
CH
2005 HH
613
CH
20
581
2006 HH 19
CH
2007 HH
546
17
CH 159
2008 HH 7
CH 365
2009 HH 13
CH 497
Rata-rata HH 20
CH
HH
446.50
16.50
Februari
280
14
345
12
1024
17
261
14
565
19
518
16
432
17
409
13
171
7
552
21
455.70
15.00
Maret
503
17
413
14
570
17
314
13
377
16
439
16
306
12
478
19
560
18
484
14
444.40
15.60
April
83
7
483
14
402
17
484
17
220
11
388
17
508
20
462
22
418
18
452
21
390.00
16.40
Mei
457
15
322
11
207
10
95
4
78
4
83
5
198
7
176
10
209
10
325
19
215.00
9.50
Juni
13
3
101
6
107
11
75
3
11
2
327
13
37
3
123
7
30
2
114
8
93.80
5.80
Juli
110
7
44
5
269
12
40
3
0
0
49
8
4
1
34
3
14
2
33
4
59.70
4.50
9
2
101
4
11
3
4
1
107
4
131
6
2
1
23
3
95
5
1
1
48.40
3.00
Agustus September
85
7
53
7
161
8
18
6
119
8
148
7
7
2
23
2
19
3
28
12
66.10
6.20
Oktober
20
3
510
19
662
24
12
3
331
15
102
6
42
5
79
5
209
14
121
15
208.80
10.90
November
420
16
476
25
585
26
185
9
586
8
394
13
162
15
395
16
564
19
420
18
418.70
16.50
Desember
794
25
645
10
350
15
598
17
436
20
797
23
380
22
587
16
445
14
271
13
530.30
17.50
3292
133
3770
137
4971
182
2372
110
3443
127
3957
149
2624
122
2948
123
3099
125
3298
166
3377.40
137.40
Total BK
3
2
1
4
2
1
5
3
3
3
2.70
BB
7
10
11
6
9
10
7
8
8
9
8.50
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010 Keterangan: CH = Curah Hujan (mm) HH = Hari Hujan BK = Bulan Kering (CH < 60 mm) BB = Bulan Basah (CH > 100 mm) Rata-rata BK = 2.7 Rata-rata BB = 8.5 Q = Rata-rata Bulan Kering X 100 % = 2.7/8.5 X 100 % = 31.76 % Tipe iklim B menurut Schmidt – Ferguson
78 PIMPINAN UNIT PERKEBUNAN
KABAG KEBUN
KAUR PENGOLAHAN
ASISTEN KEBUN
KEPALA TEKNIS
KEPALA BLOK
PEMBIMBING PEMBIBITAN
PEMBIMBING PEMETIKAN
PEKERJA
KABAG KANTOR
KABAG PABRIK
PEMBIMBING PEMELIHARAAN
MANDOR PELAYUAN
MANDOR GILING
BENDAHARA
MANDOR PENGERINGAN
MANDOR SORTASI
PEMBUKUAN
MANDOR GUDANG
JURU TULIS
PEKERJA
Lampiran 7. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
KEAMANAN
EKSPEDISI
SATPAM
KEPALA GUDANG
PENGEMUDI
79 Lampiran 8. Realisasi Gilir Pangkas Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2006 – 2010 Blok
Ketinggian Tempat (m dpl)
Rinjani
1 227-1 300
Bismo
1 325-1 353
Argopuro
Mandala
Kembang
Muria
1 306-1 420
1 420-1743
1 353-1 472
1 743-1 950
2006
2007
No Kebun 9 10 11 14 15 12 13 15
3.32 2.51 2.4 3.76 2.36 3.59 6.84 4.98
3.32 2.51 0.96 3.76 2.36 3.59 6.84 4.98
2 5 6 7 9 10
3.08 3.00 3.04 3.13 3.35 3.05
3.08 3.00 3.04 3.13 3.35 3.05
Luas
Realisasi
No Kebun 1 2 13
1 2 3 4 4 11 8 1 5 8
2008
Luas
Realisasi
3.24 2.92 3.87
3.24 2.92 3.87
1.51 3.93 4.28 3.99 2.4 3.10 2.93 2.71 5.74 4.56
1.51 2.33 4.28 3.99 2.40 3.10 2.93 2.71 5.34 4.56
No Kebun 7 8 11 12
2009
Luas
Realisasi
2.75 1.66 2.40 2.93
2.75 1.66 1.44 2.93
10 11 9 14 12 14 15
3.44 2.79 2.80 4.72 6.33 3.08 4.72
3.44 2.79 2.80 4.22 6.33 3.08 4.72
1 6
3.81 3.31
2.85 3.31
7
4.52
4.52
12
4.62
4.62
2 1 2
3.57 3.46 2.86
3.57 3.46 1.80
3 5
2.44 4.50
2.44 4.50
12 13
3.35 3.00
3.35 3.00
4
2.16
2.16
7
3.70
3.70
14
2.62
2.62
3 2
3.66 3.06
3.66 1.46
6
3.09
3.09
8
4.66
4.66
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010
15
3.28
1.78
4 10 13
4.73 3.35 2.45
4.29 0.92 0.43
No Kebun 4 5 6
5 6 7 8 11 13 17 16 1 3
8 15
13 15 12
2010
Luas
Realisasi
2.59 2.79 2.77
2.59 2.79 2.77
3.71 5.44 6.06 2.98 3.07 5.91 3.35 3.82 3.81 5.27
2.55 3.02 6.06 2.98 3.07 5.91 3.35 3.82 0.96 5.27
3.85 3.28
2.45 3.82 4.18
2.74 1.48
2.45 4.15 3.58
No Kebun 9 10 14 15
Luas
Realisasi
3.32 2.51 3.76 2.36
3.32 2.51 semester II semester II
12 13 15
3.59 8.36 4.91
3.59 8.36 semester II
2 5 6 7 9 4
3.08 3.00 3.04 3.13 3.35 5.36
3.08 3.00 semester II
12
4.62
semester II
11 4
2.22 2.16
2.22 semester II
6
3.09
semester II
14 11 2 5
3.82 2.76 3.06 2.62
3.82 1.32 1.60 2.42
3.35 5.36
80 Lampiran 9. Luas Areal Berdasarkan Jenis Tanaman di Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010 Blok
Gb 3
Gb 4
Gb 7
TRI 2024
TRI 2025
Cin 143
Kiara
PS
Seedling
TBM
1.35
19.32 18.86 26.73 18.10
1.51 3.40 2.74 3.78 5.52 2.35
Replanting
Total
3.35 2.98
62.69 43.09 60.04 62.53 53.25 45.44
(ha) Bismo Rinjani Argopuro Mandala Muria Kembang
2.21 4.46 2.55 7.37 22.38 1.56
21.34 15.28 20.91 13.13 3.59 7.21
7.74 1.09 3.76 4.36 2.40 1.00
0.40
5.65 0.60
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010
7.70
12.56 12.26 7.98
1.12
0.25 0.34
1.03
0.08 22.63
2.11