PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN TEH (CameIlia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN BATANG, JAWA TENGAH
Oleh
RESTU PUJI MUMPUNI A34104021
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN RESTU PUJI MUMPUNI. Pengelolaan Pemupukan pada Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO). Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Pagilaran Batang, Jawa Tengah dari bulan Februari hingga Juni 2008. Magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di lapangan kerja menyangkut aspek teknis maupun manajemen dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Sedang tujuan khusus dari magang ini adalah mempelajari dan menganalisis pengelolaan pemupukan teh di Kebun Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan. Analisa yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara pemupukan dengan produktivitas yang dihasilkan, dalam hal ini digunakan data sekunder dengan membandingkan total jumlah unsur hara dari program pemupukan dan produksi pucuk teh selama 6 tahun terakhir. Analisa menggunakan regresi dan diolah dengan software SPSS13. Hasil pelaksanaan magang menambah keterampilan dan pengetahuan penulis tentang kegiatan teknis dan manajemen di perkebunan dan dalam prakteknya pengelolaan pemupukan dari segi prosedur gudang cukup rapi dan tercatat, pemilihan jenis dan dosis sudah sesuai dengan rekomendasi, waktu pemupukan semester pertama belum sesuai dengan rekomendasi dan semester kedua sudah sesuai dengan curah hujan dan iklim yang direkomendasikan, cara pemupukan melalui tanah sudah sesuai tetapi pemupukan lewat daun belum efektif, alat pemupukan kurang efektif digunakan. Dilihat dari prestasi kerja yang tinggi, pelaksanaan dan pengelolaan di lapangan serta pembagian kerja, mandor telah melakukan pengelolaan tenaga kerja pemupukan dengan efektif dan efisien. Hasil dari mempelajari dan menganalisa pengelolaan pemupukan di Kebun Pagilaran dapat disimpulkan bahwa selain sistem manajemen yang baik, ketersediaan pupuk di kebun dan pengawasan pelaksanaan pemupukan perlu menjadi perhatian yang serius untuk meningkatkan ketepatan pemupukan.
PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN TEH (CameIlia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN BATANG, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh RESTU PUJI MUMPUNI A34104021
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN TEH (CamelIia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN BATANG, JAWA TENGAH
Nama Siswa
: Restu Puji Mumpuni
Nomor Pokok
: A34104021
Program Studi : Agronomi
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc NIP. 131 578 794
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 22 November 1986 dari pasangan Bapak Mudjiman dan Ibu Sutini. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis masuk pendidikan Taman Kanak - kanak Pelita 1 Mudal, pada tahun 1991. Kemudian masuk ke Sekolah Dasar pada tahun 1992 di SDN Mudal 1, Boyolali dan lulus tahun 1998. Lulus dari SMPN 1 Boyolali tahun 2001. Kemudian lulus dari SMAN 1 Boyolali, Jawa Tengah tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama di IPB, Penulis aktif sebagai pengurus FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Boyolali), sebagai pengurus FKRD (Forum Komunikasi Rohis Departemen) selama dua periode yaitu 2005-2006 di Departemen Kemuslimahan dan 2006-2007 di Departemen Ekonomi, sebagai pengurus Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) selama dua periode yaitu 20052006 sebagai staf Pengembangan Pertanian, dan 2006-2007 sebagai Ketua Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan sebagai pengurus KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) komisariat IPB periode 2005-2006 di Departemen Pengabdian Masyarakat. Penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar pada semester ganjil tahun 2006-2007 dan tahun 2007-2008, sebagai asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) pada semester ganjil tahun 2006-2007 dan tahun 2007-2008, sebagai asisten praktikum mata kuliah Ilmu Tanaman Pangan (ITP) dan mata kuliah Ekologi Pertanian pada tahun 2007. Selama di IPB penulis mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia (BI) dari tahun 2006 hingga 2008.
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayat, dan kasih sayangNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan lancar yang berjudul “Pengelolaan Pemupukan Pada Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah”. Tidak lupa sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga. Skripsi merupakan tugas dalam menyelesaikan studi di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada : 1. Bapak, Ibu, Dik Wisnu, dan Dik Bima serta seluruh keluarga besar Trah Soijayan atas do’a dan kasih sayangnya kepada penulis. 2. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan nasehat, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga memperlancar penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Ade Wahjar MS dan Dr. Ir. Ahmad Junaedi MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi ini. 4. Ir. Purwono, MS selaku pembimbing akademik atas nasehat dan bimbingannya selama penulis melaksanakan studi di IPB. 5. Direksi dan seluruh karyawan PT. Pagilaran yang telah memberi kesempatan dan bimbingan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan magang. 6. Keluarga Pak Nurhan, Pak Syafii, Pak Sungkowo, Mak Surip dan Bu Ratmi atas kebaikannya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini. 7. Mercy Bientri Yunindanova yang telah menjadi sahabat terbaik penulis selama di IPB. Desty, Tri, Nita, Uni Dina, Bubun, Opi, Mbak ii’, Via, Anggi, Gita, Vitria, Ican, Ardi, Didik, Santo, Adrinus dan seluruh Agronomi 41 atas kebersamaan, bantuan dan semangatnya selama ini. 8. Saras dan Hendro teman seperjuangan selama magang.
9. La Sapienza’ers, PETA 41, Horti 41, PMTTB 41 dan AGH 42. 10. Tim KKP desa Tanggeran, Tonjong, Brebes (Rolas, Tiche, Poppy, Els, Titin dan Fendi). Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis selama kuliah dan penyelesaian tugas akhir ini.
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
x
PENDAHULUAN ........................................................................................ Latar Belakang .................................................................................. Tujuan...............................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... Botani Tanaman Teh ......................................................................... Ekofisiologi Teh................................................................................ Budidaya Tanaman Teh..................................................................... Pemupukan pada Tanaman Teh .........................................................
3 3 3 4 5
METODE MAGANG ................................................................................... Tempat dan Waktu ............................................................................ Metode Pelaksanaan .......................................................................... Pengumpulan Data ............................................................................ Pengolahan Data ...............................................................................
8 8 8 9 10
KEADAAN UMUM KEBUN....................................................................... Sejarah PT. Pagilaran ........................................................................ Letak Geografis dan Administrasi ..................................................... Keadaan tanah, Topografi dan Iklim .................................................. Luas Areal Konsesi dan Pertanaman.................................................. Ketenagakerjaan ................................................................................ Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan ............................................... Keadaan Tanaman dan Produksi........................................................
11 11 13 13 14 15 16 17
PELAKSANAAN MANAJEMEN KEBUN ................................................. Struktur Organisasi............................................................................ Administrasi Kebun .......................................................................... Pelaksana Pengelola Perkebunan .......................................................
18 18 19 20
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN TEH........ Pembibitan ........................................................................................ Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)........................ Pengendalian Gulma ......................................................................... Pemangkasan .................................................................................... Pemupukan ....................................................................................... Pemetikan ......................................................................................... Pemeriksaan Teh dan Pengolahan Teh Hitam ....................................
24 24 26 29 31 35 42 45
PEMBAHASAN ........................................................................................... Prosedur Gudang ............................................................................... Jenis Pupuk ....................................................................................... Dosis Pemupukan ..............................................................................
56 56 57 58
Waktu Pemupukan ............................................................................ Cara Pemupukan ............................................................................... Alat Pemupukan ................................................................................ Faktor Tenaga Kerja .......................................................................... Pelaksanaan Pemupukan ................................................................... Pemupukan dan Produksi ..................................................................
59 60 61 62 62
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... Kesimpulan ....................................................................................... Saran .................................................................................................
67 67 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
68
LAMPIRAN .................................................................................................
70
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman Teks
1. Dosis Pemupukan dalam kg/ha/tahun untuk TM .......................................
7
2. Pembagian Areal Perkebunan PT. Pagilaran dan Pemanfaatannya .............
15
3. Jumlah Tenaga Kerja PT. Pagilaran ..........................................................
16
4. Target dan Realisasi Pembabadan Bulan Januari - April 2008 ...................
31
5. Pelaksanaan Pemangkasan Bulan Januari - April 2008 ..............................
33
6. Realisasi Takaran Pupuk Dalam 1 Karung Pupuk PMLT (25 kg) ..............
36
7. Realisasi Pemberian Pupuk per Pohon ......................................................
37
8. Realisasi Penutupan Kembali Lubang Pupuk ............................................
39
9. Realisasi Pemupukan Bulan Februari 2008 ...............................................
41
10. Realisasi Pemupukan Bulan April 2008 ..................................................
41
11. Pengamatan Pelayuan Tanggal 5 April 2008 ...........................................
47
12. Spesifikasi Produk Teh Hitam PT. Pagilaran ...........................................
52
13. Rekapitulasi Sidik Ragam Regresi dan Variabel Produksi Pucuk Teh......
63
14. Realisasi Pemupukan Bagian Kayulandak ...............................................
66
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT. Pagilaran ......................................
74
2. Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun 1997 – 2007 .........................
77
3. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) Dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran............................................................................
79
4. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) Dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak ........................................................................
80
5. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) Dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Andongsili .........................................................................
81
6. Produksi dan Produktivitas PT. Pagilaran Bagian Kebun Kayulandak .......
82
7. Produksi dan Produktivitas PT. Pagilaran Bagian Kebun Andongsili.........
83
8. Struktur Organisasi Unit Produksi Pagilaran .............................................
84
9. Sidik Ragam Regresi Produksi Pucuk Teh ................................................ 10. Pendugaan Parameter Produksi Pucuk Teh ..............................................
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1. Pembuatan Got Panjang ...........................................................................
27
2. Pemberian Limbah Teh Sebagai Tambahan Bahan Organik ......................
27
3. Tanaman Teh Sebelum dan Sesudah Kerik Lumut ....................................
34
4. PMLT Planttaplus .......................................................................................
36
5. Peralatan Pemupukan ................................................................................
38
6. Pelaksanaan Pemupukan ...........................................................................
39
7. Pupuk Daun Supermax ..............................................................................
40
8. Pemupukan Daun ......................................................................................
40
9. Proses Penimbangan Pucuk .......................................................................
45
10. Withering through dan Kotak Pelayuan (KPL) ........................................
47
11. Bubuk Hasil Keluaran Theewan II dan III ...............................................
53
12. Bubuk Hasil Keluaran Vibro I dan IV .....................................................
53
13. Kemasan Paper Sack, Karung Plastik dan Kardus ...................................
54
16. Grafik Pola Curah Hujan Kebun Pagilaran ..............................................
59
17. Grafik Produktivitas Bagian Kayulandak 10 Tahun terakhir ....................
65
Lampiran 1. Peta PT. Pagilaran, Unit Produksi Pagilaran ..............................................
85
PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) diduga berasal dari Asia Tenggara. Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 dan sampai sekarang merupakan komoditas ekspor non-migas yang penting. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu penghasil teh kelima terbesar setelah India, China, Sri Langka dan Kenya (Ditjenbun, 2006). Secara umum pengembangan teh mempunyai prospek ditinjau dari harga, ekspor dan pengembangan produk. Disamping produk yang bersifat konvensional seperti daun teh kering untuk minuman atau penyegar, teh juga dapat diproses untuk bahan keperluan industri farmasi dan suplemen (teh jamu, cafein, catechin, teaflavin, tearubigin, dan fluoride), campuran makanan (makanan ringan, permen, kue dan es krim), dan bahan industri komestik (parfum, deodoran, minyak wangi, dll) serta bahan biopestisida (disinfektan dan saponin). Total luas perkebunan teh Indonesia pada tahun 2004 adalah seluas 142 766 ha dengan produksi 164 445 ton dan pada tahun 2005 luas perkebunan teh tersebut meningkat menjadi 142 847 ha dengan produksi mencapai 165 076 ton (Ditjenbun, 2006). Data di atas adalah total areal dan produksi perkebunan dari Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Total volume ekspor teh Indonesia terus menurun, pada tahun 2005 ekspor teh Indonesia mencapai 100 ribu ton. Jumlah ekspor kemudian menjadi 95 ribu ton pada 2006. Walaupun volume ekspor Indonesia mengalami penurunan, harga rata-rata ekspor teh mengalami kenaikan 28 persen tiap tahun. Tahun 2005 total ekspor senilai US$ 105 450 per ton daun kering dan pada tahun 2006 total ekspor sebesar US$ 134 610 per ton daun kering (Drajat, 2008). Peningkatan produktivitas tanaman diperlukan untuk menghadapi pasar ekspor yang makin ketat dalam persaingan mutu dan teknologi dari negara produsen teh. Salah satu usahanya melalui efisiensi usaha perkebunan. Peningkatan produktivitas tanaman dilakukan melalui perbaikan teknologi bercocok tanam secara berkelanjutan salah satunya dengan pemupukan.
Pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara dalam tanah dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman teh baik unsur makro maupun mikro, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (Leiwakabessy, 2004). Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan produksi yang tinggi. Salah satunya yang perlu mendapatkan perhatian adalah efisiensi pemupukan. Pengelolaan pemupukan perlu diperhatikan dalam usaha efisiensi pemupukan. Pengelolaan pemupukan yang efektif dan efisien dapat dilakukan melalui sistem “pemupukan empat tepat” yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat jenis. Tepat dosis mengacu pada penggunaan pupuk yang tepat pada kombinasi dan takaran yang sesuai dengan tingkat produksi yang akan dicapai. Tepat jenis mengacu pada jenis pupuk yang dipakai, apakah pupuk tunggal atau pupuk majemuk yang akan digunakan. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara pokok dan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara (Sarif, 1985). Tepat waktu pemupukan dengan berpedoman pada curah hujan dan jangka waktu diantara dua pemupukan serta waktu penyerapan pupuk. Tepat cara pemupukan adalah dengan menabur pada tanah datar sampai landai, dengan rorak pada tanah miring dan garitan keliling pada tanaman yang belum menghasilkan (PPTK, 1997). Sistem pemupukan empat tepat ini sangat diperlukan sehingga perlu sistem pengelolaan yang tepat.
Tujuan Kegiatan magang mempunyai tujuan umum
yaitu
meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di lapangan kerja baik menyangkut aspek teknis maupun manajemen sehingga dapat mengetahui, memahami dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan, khususnya di perusahaan perkebunan dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Tujuan khusus dari magang ini adalah mempelajari dan menganalisis pengelolaan pemupukan teh di Kebun Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh termasuk famili Theaceae dan genus Camellia yang memiliki sekitar 82 spesies, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara. Tanaman yang berbentuk pohon ini tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun, tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan pemetikan, sehingga tingginya hanya 90-120 cm. Secara umum tanaman teh memiliki perakaran yang dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan hanya sedikit memiliki kemampuan menembus tanah yang keras. Akar teh berupa akar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang. Batang teh bercabang-cabang dengan diameter batang mencapai 40 cm, dan tinggi batang mencapai 8-10 m. Daun teh merupakan daun tunggal yang duduknya di tangkai hampir berseling. Helai daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan bertulang menyirip, panjang daun 25-34 cm dan lebarnya 5-10 cm, tepi daun lancip atau bergerigi. Daun yang tumbuh pada ujung-ujung tunas biasanya berwarna hijau muda dan bertangkai lunak. Bunga teh termasuk bunga sempurna terdiri dari daun kelopak sebanyak 5 helai dan benang sari sejumlah 10 helai. Bunga tumbuh pada ketiak daun atau ketiak daun sisik, baik tunggal maupun majemuk. Warnanya putih bersih dan berbau wangi lembut. Buah teh berupa buah kotak berwarna hijau kecoklatan. Satu buah berisi satu sampai enam biji. Buah yang masak dan kering akan pecah dengan sendirinya serta bijinya ikut keluar. Biji teh yang masih muda warnanya putih dan bila sudah tua warnanya coklat sampai coklat tua (Astra Agro Lestari, 1997). Ekofisiologi Teh Tanaman teh merupakan tanaman sub tropis yang dapat tumbuh baik pada daerah 40o LU hingga 33o LS. Tanaman teh tumbuh pada ketinggian 450 – 1 500 m dpl. Dengan suhu yang sejuk antara 13o – 30o C, dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 % (PPTK, 1997). Persyaratan penting lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan teh, yaitu curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Jumlah curah hujan
yang dibutuhkan antara 2 000- 2 500 mm/tahun, dimana jumlah hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm. Tanah merupakan faktor yang cukup menentukan bagi pertumbuhan tanaman teh. Tanah yang memenuhi syarat untuk pertanaman teh adalah tanah yang subur, gembur dan mengandung bahan organik yang cukup minimal 8 %, tidak bercadas, kemiringan lahan < 35 % (rata, landai) serta memiliki derajat kemasaman (pH) antara 4,5 – 5,6. Umumnya tanah yang baik untuk pertumbuhan teh terletak di lereng-lereng gunung berapi yang biasa dinamakan tanah Andosol (vulkanis muda). Selain Andosol masih ada beberapa jenis tanah lain yang cocok untuk ditanami teh, yaitu tanah Latosol dan tanah Podzolik (PPTK, 1997).
Budidaya Tanaman Teh Menurut Ghani (2002) dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitan merupakan titik kritis yang menentukan proses selanjutnya. Sekali salah dalam menentukan jenis atau klon yang ditanam maka perlu waktu puluhan tahun untuk menggantinya karena umumnya tanaman teh diremajakan setelah berumur 50 tahun. Penyediaan
bahan
tanam
(pembibitan)
pada
budidaya
teh
dapat
dilaksanakan dari biji dan stek. Pembibitan asal stek telah demikian populer, karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan tanam (bibit) dalam jumlah banyak. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 2 tahun yang mempunyai ukuran batang lebih besar dari pensil (PPTK, 1997). Pada saat di pembibitan dilakukan pemeliharaan intensif seperti pemupukan, pemberantasan hama penyakit, penyiraman dan penyiangan. Pada pelaksanaan penanaman bibit teh, hal-hal yang harus diperhatikan adalah penetuan jarak tanam yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam, teknik penanaman dan penanaman tanaman pelindung yang diperlukan. Jarak tanam antar barisan tanaman 120 cm, dan jarak tanam dalam barisan beragam 60 – 90 cm. pengajiran adalah memasang ajir pada tempat-tempat yang akan ditanami bibit teh, sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Budidaya selanjutnya seperti pemeliharaan rorak, penyulaman, pengendalian gulma,
pengendalian hama penyakit, pemupukan, pembentukan bidang petik dengan pemangkasan dan gosok lumut. Dalam budidaya teh, pemetikan merupakan ujung tombak produksi. Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh. Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan.
Pemupukan pada Teh Penggunaan pupuk adalah salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman. Di antara berbagai hara utama, Unsur N adalah yang paling banyak digunakan. Unsur nitrogen memberikan pengaruh cepat dan nyata terhadap hasil pucuk, unsur fosfat pengaruhnya kecil, dan kalium tidak jelas. Wibowo (1990) mengemukakan usulan pemupukan yang dianjurkan untuk klon TRI 2024 dengan jenis tanah Andosol yaitu dengan dosis 207 kg N + 32 kg P2O5 + 60 kg K2O sehingga perbandingan kandungan unsur N:P:K = 6 :1 :2. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman tetapi jika terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan. Menurut Soepardi (1983), dari 3 unsur yang biasanya diberikan sebagai pupuk (unsur N, P, K), nitrogen memberikan pengaruh yang paling mencolok dan cepat. Nitrogen terutama merangsang pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau daun. Hampir pada seluruh tanaman nitrogen merupakan pengatur penggunaan kalium, fosfor dan unsur lainnya. Bila tanaman kekurangan nitrogen maka akan tumbuh kerdil dan sistem perakaran terbatas, daun menjadi kuning dan hijau kekuning-kuningan dan cenderung cepat rontok. Unsur P diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer, H2PO4dan sebagian kecil HPO42-, sangat sedikit yaitu ± 20 % dari yang diberikan. Tetapi unsur ini sangat penting artinya bagi pertumbuhan tanaman. Unsur P berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP, juga berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel. Unsur ini menentukan
pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah serta biji (Leiwakabessy, 1999). Menurut Soepardi (1983) masalah utama fosfor adalah: (1) jumlahnya sedikit yang terdapat dalam tanah, (2) ketidaktersediaan fosfor yang sudah ada dalam tanah, (3) adanya fiksasi P. Menurut Leiwakabessy (2004) menyatakan pada pH rendah absorpsi bentuk H2PO4- akan meningkat. Aktivitas ion H2PO4dan HPO42- yang berasal dari pupuk P berhubungan erat dengan reaksi tanah. Pada keadaan masam, ion H2PO4- lebih tersedia daripada bentuk HPO42-. Pada tanah alkali, fosfor mengendap terutama disebabkan oleh senyawa kalsium. Pada pH 6 - 7 ketersediaan fosfor mencapai maksimum. Kalium tanah dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu (1) kalium tidak tersedia, merupakan kalium yang menempati bagian struktur mineral felspatik, (2) kalium yang terlambat tersedia, merupakan kalium yang terdapat dalam beberapa mineral seperti illit, (3) kalium yang tersedia, yaitu kalium larut dalam tanah dan dapat dipertukarkan. Ketersediaan kalium bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu mineral liat, KTK, jumlah kalium yang dapat dipertukarkan, kapasitas fikasasi K, kedalaman perakaran, kelembaban tanah, aerasi, suhu tanah, Ca dan Mg dan pengolahan tanah. Peranan utama kalium bagi tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim, membuat tanaman tahan terhadap berbagai penyakit, merangsang pertumbuhan akar, menghilangkan pengaruh buruk nitrogen, mengurangi kematangan yang dipercepat oleh fosfor, sebagai unsur esensial dalam pembentuk dan pengisian klorofil (Soepardi, 1983). Pemupukan daun ekonomis digunakan sebagai pengganti apabila pada saat yang sama tidak mungkin diberikan pupuk melalui tanah misalnya pada saat musim kemarau. Pemupukan pada saat stomata tertutup tidak efektif. Oleh karena itu, waktu paling ideal untuk memupuk adalah pagi hari hingga pukul 09.00 dan sore hari setelah pukul 16.00 (Ghani, 2002). Dalam kultur teknis tanaman teh pemupukan dipengaruhi oleh iklim, tanah dan pengelolaan tanah. Dosis pemupukan untuk tanaman menghasilkan dengan target produksi 2 000 kg teh kering/ha/tahun (APPI, 1997) dapat dilihat pada Tabel. 1.
Tabel 1. Dosis Pemupukan Tanaman Teh Menghasilkan (TM) Jenis pupuk
Hara
Dosis Optimal (kg/ha/tahun)
Aplikasi (kali / tahun)
Urea, Za
N
250-350
3–4
TSP, PARP
P2O5
60-120
1–2
15-40
1–2
MOP, ZK
K2O
60-180
2–3
Kieserit
MgO
30-75
2–3
Seng sulfat
ZnO
5-10
7 – 10
Efisiensi penggunaan pupuk dapat ditingkatkan dengan memperbesar daya sangga tanah, memperbesar perlindungan tanaman, dan penggunaan pupuk hayati. Untuk memperbesar daya sangga tanah adalah dengan cara meningkatkan bahan organik, penutupan tanah dengan mulsa dan pencegahan erosi. Upaya memperbesar perlindungan tanaman dapat ditempuh dengan cara penanaman tanaman pelindung sementara pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), penanaman pohon pelindung tetap pada perkebunan teh yang mempunyai elevasi < 900 m dan penanaman tanaman penghalang angin (wind breaker) di perkebunan yang bertiup angin dengan kecepatan > 10 knot (Wibowo, 1990). Perkebunan teh umumnya melaksanakan kegiatan pemupukan pada tanaman yang umur pangkasnya masih muda, pada waktu tersebut tanaman teh masih gundul sehingga memudahkan kegiatan pemupukan dan diharapkan tanaman teh cepat bertunas. Berdasarkan berbagai penelitian, produksi dan kualitas pucuk teh yang baik dihasilkan pada tanaman dengan tinggi pangkasan 60 cm yang dipupuk 2 minggu setelah pemangkasan (Rachmiyati, 2001).
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Magang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2008 sampai 10 Juni 2008 di Kebun Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.
Metode Pelaksanaan Kegiatan yang dilaksanakan oleh penulis selama magang adalah: 1. Melaksanakan kegiatan di lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas. 2. Melaksanakan kegiatan manajemen sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling, serta membantu dalam kegiatan administrasi kebun sesuai dengan prosedur kerja, kewajiban dan wewenangnya. Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan. Jurnal kegiatan penulis selama magang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL adalah pekerjaan pembibitan, pemeliharaan TBM, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pemetikan dan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pihak perkebunan. Selain itu selama menjadi KHL juga melaksanakan hal-hal sebagai berikut : menghitung prestasi kerja, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan, serta target luasan yang akan dikerjakan oleh pekerja. Pekerjaan yang dilakukan oleh penulis pada saat berstatus sebagai pendamping mandor adalah melakukan kegiatan pengelolaan pekerjaan yang meliputi pengawasan, menghitung prestasi kerja, tenaga kerja yang dibutuhkan, mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan, dan pembuatan laporan. Pada saat menjadi pendamping asisten afdeling bertugas dan bertanggung jawab membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja tingkat afdeling, membuat laporan asisten afdeling, mempelajari manajerial tingkat kebun dan membuat jurnal harian.
Pengumpulan Data Data yang diambil dalam kaitannya dengan pengelolaan pemupukan adalah sebagai berikut: 1. Prosedur gudang pemupukan dalam manajemen distribusi pupuk. 2. Jenis pupuk yang diaplikasikan dan dasar pemilihannya. 3. Dosis atau jumlah pupuk yang digunakan. 4. Waktu pelaksanaan pemupukan dilihat dari faktor iklim yang tepat untuk pemupukan. 5. Cara pelaksanaan pemupukan 6. Alat atau perlengkapan pemupukan. 7. Faktor tenaga kerja dilihat dari faktor keterampilan, prestasi dan manajemen. 8. Pelaksanaan pemupukan. 9. Hubungan antara pemupukan dan produktivitas.
Data primer diperoleh dari praktek kerja langsung, pengamatan di lapangan, wawancara, dan diskusi dengan karyawan kebun terutama dalam pengelolaan pemupukan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen, arsip kebun dan dokumentasi lainnya. Data sekunder tersebut meliputi letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna lahan, keadaan tanaman (jenis tanaman, umur tanaman, dan populasi tanaman), struktur organisasi dan ketenagakerjaan, rencana dan realisasi pemupukan, produksi dan produktivitas pucuk basah bulanan maupun tahunan, dan peta lokasi. Data sekunder digunakan sebagai bahan untuk menganalisis kesesuaian pupuk dengan produksi yang dihasilkan dan sebagai bahan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berkaitan dengan pengumpulan secara angka dan manajemen. Studi pustaka dilakukan baik melalui laporan penelitian, jurnal, dan sumber lain sehingga bisa menilai keberhasilan yang dicapai perusahaan.
Pengolahan Data Hubungan antara pemupukan dan produktivitas dalam hal ini digunakan data sekunder dengan membandingkan total jumlah pupuk yang diaplikasikan dalam program pemupukan dan produksi selama 6 tahun terakhir pada tiap blok tahun tanam. Data yang didapat dianalisis dengan uji regresi dengan menggunakan Software SPSS 13 untuk mengetahui pengaruh jumlah pupuk dan produksi teh yang dihasilkan.
PELAKSANAAN MANAJEMEN KEBUN
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas terdiri dari tindakantindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemantauan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain (Stoner et al., 1996). Dalam pelaksanaan magang ini, penulis melaksanakan kegiatan manajemen selama 2 bulan terakhir yaitu sebagai pendamping mandor selama 1 bulan dan sebagai pendamping asisten afdeling atau kepala bagian selama kurang lebih 3 minggu. Dalam aspek manajemen penulis mempelajari struktur organisasi kebun, administrasi kebun serta tugas dan wewenang tiap pelaksana pengelola kebun.
Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan kerangka hubungan kerja yang mengatur wewenang dan kegiatan pengaturan kerja supaya segala sesuatu yang menjadi tujuan organisasi akan dapat tercapai dengan efisien. Stuktur organisasi yang digunakan oleh PT. Pagilaran adalah struktur organisasi garis. Organisasi garis merupakan organisasi sederhana dengan ciri mata rantai vertikal, antara berbagai tingkatan organisasi menerima perintah melalui rantai komando (Stoner et al., 1996). Struktur organisasi PT. Pagilaran terdiri atas berbagai badan organisasi. Badan organisasi tertinggi di PT. Pagilaran adalah dewan guru tetap yaitu Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Dewan guru tetap menunjuk direktur utama, kemudian direktur utama menunjuk direktur umum dan komersial, direktur produksi dan pimpinan kebun. Pemegang kekuasaan tertinggi di kebun terletak pada pimpinan kebun yang bertanggung jawab langsung kepada direksi yang berdomisili di Yogyakarta. Pimpinan kebun dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa staf operasional yang mengepalai setiap bagian yang terdiri dari 8 bagian, struktur organisasi PT. Pagilaran dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8., 8 bagian di Kebun Pagilaran yaitu :
1. Bagian Pabrik 2. Bagian Teknik 3. Bagian Penelitian dan Pengembangan 4. Bagian Kantor Induk 5. Bagian Kebun Pagilaran 6. Bagian Kebun Andongsili 7. Bagian Kebun Kayulandak 8. Bagian Agrowisata Tiap kepala bagian dibantu oleh pengawas, mandor besar, mandor, dan bagian tata usaha untuk melaksanakan tugasnya di tiap bagian.
Administrasi Kebun Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang menunjang pelaksanaan manajemen kebun dalam hal pencatatan, pengolahan dan pengarsipan data kebun baik berupa data finansial maupun non finansial. Tujuan dari kegiatan administrasi adalah agar seluruh kegiatan di kebun dapat diawasi dan diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap bagian di Kebun Pagilaran memiliki bagian tata usaha untuk melaksanakan kegiatan administrasi di tiap bagiannya. Tahap awal dari kegiatan administrasi adalah perencanaan (Planning). Kegiatan perencanaan tersebut adalah pembuatan rencana anggaran dan kerja tahunan yang di dalamnya terdapat juga rencana kerja bulanan. Rencana anggaran dan kerja tahunan adalah rangkuman rencana kerja dan anggaran biaya seluruh kegiatan kebun selama satu tahun. Rencana ini diajukan oleh tiap-tiap bagian kebun yang merupakan data jenis pekerjaan, kebutuhan barang / bahan dan biaya yang diperlukan, nilainya diusahakan tidak melebihi dari anggaran yang ditetapkan pihak direksi. Setiap bagian kebun mengajukan rencana anggaran dan kerja tahunan tersebut ke pimpinan kebun yang kemudian diperiksa, dikoreksi dan dibahas, kemudian diajukan ke pihak direksi. Setelah disetujui, maka rencana tersebut diberikan kepada mandor besar sebagai pelaksana dengan koordinasi pengawas dan mandor-mandor di bawahnya.
Permintaan modal kerja dilakukan satu bulan dua kali pada awal dan pertengahan bulan, yang merupakan pengajuan biaya operasional dan investasi selama setengah bulan sebelumnya meliputi penggunaan bahan, dan gaji karyawan.
Pelaksana Pengelola Kebun Karyawan Tingkat Staf Karyawan staf adalah karyawan yang pengangkatan dan penempatannya diatur langsung oleh direksi. Karyawan yang tergolong staf adalah: pimpinan kebun, kepala bagian kebun, kepala bagian teknik, kepala bagian pabrik, kepala bagian kantor induk, kepala bagian penelitian dan pengembangan dan kepala bagian agrowisata. Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing staf adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan Kebun Pimpinan kebun atau kepala unit produksi bertugas melaksanakan kebijakan direksi serta bertanggung jawab atas pelaksanaannya di unit produksi yang meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan bagian tanaman, pengolahan, teknik, administrasi dan keuangan, kesehatan dan personalia. Diminta maupun tidak diminta menyampaikan, mengajukan, masukan, pendapat dan saran kepada direksi mengenai upaya peningkatan, perbaikan, dan penyempurnaan pengelolaan perusahaan. Wewenang yang dimiliki pimpinan kebun adalah mengatur pelaksanaan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien termasuk melakukan koordinasi dengan bagian lain, serta bertanggung jawab kepada direksi. 2. Kepala Bagian Kebun Tugas kepala bagian kebun antara lain melakukan perencanaan dan monitoring, bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan di bidang tanaman mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Menyampaikan dan mengajukan pendapat dan masukan kepada kepala unit produksi mengenai peningkatan, perbaikan, dan penyempurnaan pengelolaan bagian kebun. Wewenang yang dimiliki kepala bagian kebun adalah mengatur pelaksanaan tugas pekerjaannya
secara efektif dan efisien, termasuk melakukan koordinasi dengan bagian lain. kepala bagian kebun bertanggung jawab kepada kepala unit produksi dalam melaksanakan tugasnya . 3. Kepala Bagian Pabrik Bertanggung jawab terhadap kelancaran pengolahan, pengiriman produksi dan bertanggung jawab kepada kepala unit produksi. 4. Kepala Bagian Teknik Bertanggung jawab terhadap transportasi, instalasi listrik, mesin-mesin pengolahan dan bertanggung jawab kepada kepala unit produksi. 5. Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Mengamati perubahan iklim dan cuaca, melakukan pemuliaan tanaman, mengadakan pencegahan dan pemberantasan hama penyakit, mengadakan penelitian dan memberikan alternatif-alternatif yang dapat meningkatkan produksi teh. 6. Kepala Bagian Kantor Induk Melayani tata usaha umum, administrasi, produksi dan keuangan, membawahi balai pengobatan, gudang persediaan bahan bakar dan bertanggung jawab kepada kepala unit produksi. 7. Kepala Bagian Agrowisata Bertanggung jawab terhadap pengelolaan obyek dan paket wisata, pengelolaan akomodasi dan konsumsi dan bertanggung jawab kepada kepala unit produksi.
Karyawan Tingkat Non Staf 1. Pengawas Kedudukan Pengawas berada langsung di bawah kepala bagian kebun, Tugas seorang pengawas adalah melakukan perencanaan dan bertanggung jawab atas pelaksanaaan dan pengawasan dalam mengelola bagian tugas kewajibannya. Diminta atau tidak diminta menyampaikan, mengajukan masukan, pendapat kepada kepala bagian kebun mengenai upaya peningkatan, perbaikan atau penyempurnaan pengelolaan bagian kebun. Wewenang pengawas adalah mengatur pelaksanaan tugas pekerjaan secara efektif dan efisien termasuk
melakukan koordinasi dengan kepala bagian kebun. Dalam melaksanakan tugasnya pengawas bertanggung jawab kepada kepala bagian kebun. 2. Mandor Besar Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan di Kebun Pagilaran dipimpin oleh seorang mandor besar (manbes) pemeliharaaan yang bertanggung jawab kepada kepala bagian kebun. Manbes pemeliharaan bertugas membuat rencana kegiatan pemeliharaan bulanan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemeliharaan kebun sesuai dengan program yang telah tercantum dalam rencana tahunan kepada masing-masing mandor dan melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan kebun baik yang sedang, yang sudah maupun yang akan dilaksanakan. Hasil pekerjaan akan dilaporkan kepada kepala bagian yang kemudian dibukukan oleh bagian tata usaha. Dalam melaksanakan tugasnya manbes pemeliharaan dibantu oleh beberapa mandor yang nantinya bertanggung jawab pada kegiatan pemeliharaan seperti pemangkasan, kerik lumut, kubur ranggas, penggarpuan, pembabadan, pemupukan, dll. 3. Mandor Besar Pemetikan Kegiatan pemetikan di Kebun Pagilaran dipimpin oleh seorang mandor besar (manbes) pemetikan, yang bertanggung jawab kepada kepala bagian kebun. Manbes pemetikan membawahi 10- 15 mandor petik, dimana masing-masing mandor petik bertanggung jawab mengawasi 1-2 blok kebun. Manbes pemetikan bertugas membuat rencana kegiatan pemetikan selama satu bulan, membuat rencana gilir petik untuk masing-masing blok kebun, memonitor produksi basah harian masing-masing mandor, memonitor hasil analisa pucuk masing-masing mandor, dan hari kerja (HK). Tugas lainnya adalah memeriksa absensi tiap mandor, mengadakan pengarahan kepada masing-masing mandor baik mengenai kegiatan pemetikan maupun tentang informasi dari kepala bagian kebun. 4. Karyawan Harian Tetap Karyawan harian tetap adalah karyawan yang telah diangkat oleh pimpinan kebun, diberi gaji berdasarkan jumlah hari kerja dalam sebulan dan diberikan 2 kali setiap tanggal 10 dan 25. Karyawan harian tetap diangkat dari karyawan kontan atau lepas. Seluruh pengawas, mandor besar dan sebagian
mandor sudah diangkat menjadi karyawan harian tetap. Untuk bisa diangkat menjadi karyawan tetap, para pekerja harus melalui beberapa tes yang dilakukan oleh pimpinan kebun. Karyawan harian tetap digaji berdasarkan golongan karyawannya mulai dari golongan I sampai VID. Untuk gaji karyawan golongan I adalah sebesar Rp. 550 000,-, dengan jam kerja selama 7 jam kerja setiap harinya. 5. Karyawan Harian Lepas (kontan) Karyawan harian kontan merupakan karyawan yang bekerja atas tanggungan mandor besar dengan pemberian upah setiap tanggal 5 dan 20. Sebagian besar pemetik, pekerja pemeliharaan dan pabrik masih berstatus karyawan harian kontan (pekerja kontan). Jam kerja pemetik adalah mulai pukul 07.00-14.00 atau dua kali pemetikan, dan istirahat pukul 10.00-11.00. Upah atau gaji pemetik berdasarkan hasil pucuk teh yang didapat per hari, dengan harga pucuk perkilogram adalah Rp. 390,-. Jika rata-rata pemetik sehari mendapatkan 35 kg, maka dalam 1 bulan mereka mendapatkan Rp. 382 800. Pekerja pemeliharaan dan pabrik mendapatkan upah atau gaji berdasarkan jam kerja, para pekerja ini dibagi menjadi 2 berdasarkan jam kerjanya yaitu 5 jam kerja dan 7 jam kerja. Untuk pekerja yang bekerja 5 jam kerja, upah perharinya Rp. 13 650,sehingga dalam 1 bulan mereka mendapatkan Rp. 354 900,-. Untuk pekerja yang bekerja 7 jam kerja, upah perharinya Rp. 18 300,- sehingga dalam 1 bulan mereka mendapatkan Rp. 475 800,-. Upah atau gaji tersebut ternyata masih berada di bawah UMK atau Upah Minimum Kabupaten sebesar Rp 600 000,-. Walaupun di bawah UMK, seluruh pekerja dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan ditunjang adanya fasilitas ketenagakerjaan yang diberikan oleh perusahaan seperti rumah karyawan dengan listrik dan air gratis, layanan kesehatan gratis, tempat penitipan anak dan TK-SD gratis.
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN TEH
Pembibitan Kebun Pagilaran memiliki tempat pembibitan yang menyediakan bibit hasil stek dan biji. PT. Pagilaran juga memiliki koleksi tanaman teh poliklonal yang terletak di Kebun Andongsili dan Pagilaran. Biji poliklonal disemaikan di sekitar lokasi pembibitan, biji yang digunakan adalah biji illegitum yaitu induk betina diketahui. Biji ini berasal dari biji yang jatuh dari kebun poliklonal kemudian berkecambah, biji tersebut kemudian ditanam dalam polybag. bibit dari biji ini dipindahkan ke lapangan setelah berumur 5 bulan agar beradaptasi dengan lingkungan. Seleksi bibit atau pemisahan antara bibit yang mati dan yang sehat dilaksanakan setiap bulan. Bibit mati disulam kembali dan yang sehat dikumpulkan. Bibit sehat tersebut dikelompokkan berdasarkan klon yang dilihat dari bentuk daun setelah 7 bulan. Luas kebun poliklonal adalah 2,5 ha, saat ini telah berumur 31 tahun dan ditanami 7 jenis klon teh unggulan dengan jarak tanam segitiga ganda 6 m x 6 m. Klon yang terdapat disini diantaranya Malabar 2, SA 40, PS 1, TRI 2025, Cinyiruan 143, SKM 118, dan Kiara 8. Diantara 7 klon tersebut TRI 2025 merupakan klon paling unggul karena produksinya paling tinggi yaitu 3 ton teh kering atau sekitar 15 ton teh basah, TRI 2025 agak tahan terhadap cacar dibandingkan dengan TRI 2024. Lokasi pembibitan dipilih daerah yang dekat dengan pohon induk dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman, dekat dengan jalan untuk transportasi, dekat dengan sumber tanah untuk pengisian polybag dan drainase baik serta lebih baik miring ke timur agar terkena sinar matahari pagi. Setelah pemilihan lokasi maka lahan untuk pembibitan harus dibersihkan dari semua gulma atau dileb sedalam 20-30 cm diamkan selama 8-12 hari. Pelaksanaan pembibitan berikutnya adalah penyiapan bahan tanam, penyiapan media, tahap-tahap pembibitan dan terakhir seleksi bibit. Dalam penyiapan bahan tanam yaitu stek satu buku atau Single node cutting, stek
diperoleh dari kebun bibit yang sebelumnya dipangkas 4 bulan sebelum pengambilan stek. Proses penyiapan media tanam adalah pertama pilih tanah sub soil dan top soil, pisahkan kemudian diayak. Setelah diayak tanah dicampur obat dan pupuk. Top soil dicampur dengan tawas 600 g, KCl 500 g, TSP 500 g, Dithane M-45 400 g sedang untuk sub soil tawas 800-1 000 g untuk menstabilkan pH dan Dithane M-45 300 g, ukuran polybag yang digunakan 12 x 15 cm. Polybag diisi dengan 2/3 top soil di bawah dan 1/3 subsoil di atas. Kenyataan di lapang dilakukan hanya dengan perkiraan. Polybag yang sudah diisi tanah (bekong) diatur dalam bedengan dengan lebar 90 - 100 cm dan panjang sesuai lokasi atau kebutuhan. Jarak antar bedengan 60 cm untuk mempermudah pemeliharaan. Tahap-tahap pembibitan berikutnya adalah penanaman stek satu buku yang sebelumnya telah direndam dalam larutan 2 gram Dhitane M45. Daun stek dipotong separuh untuk mengurangi respirasi. Stek ditanam dalam polibag dengan arah daun searah untuk memberi ruang untuk daun lain. Kemudian dibuat kerangka sungkup dengan tinggi 40 cm dan panjang kurang lebih 180 cm. Dibuat naungan dengan tinggi 180 cm dan dilapisi dengan paku andam atau Glicinia litearis, tanaman ini dipilih karena paling lama tahan terhadap hujan maupun panas serta baik untuk naungan 25-30 % pada pembibitan. Penyulaman dilakukan sekitar 2-3 minggu kemudian, setelah itu sungkup ditutup hingga didapat kelembaban 80 %, lakukan penyiraman sesekali. Setelah 2 minggu, untuk penyesuaian stek dibuka selama 2 jam pada jam 07.00-09.00 pagi kemudian 2 minggu kemudian dibuka lagi 4 jam, begitu seterusnya hingga stek dapat dibuka seluruhnya dan telah menyesuaikan diri. Setelah dibuka dilakukan penyiangan, pemupukan dengan urea secara tebar, pemupukan daun dan pengendalian hama dan penyakit. Setelah bibit stek berada di bedengan selama 9 bulan, stek dapat ditanam di lapang, yaitu ketika sudah ada kurang lebih 6 daun pada stek Seleksi bibit didasarkan pada tinggi tanaman dan jumlah daun,untuk kriteria bibit kelas A panjangnya lebih dari 25 cm dan memiliki 6 daun, kelas B 20-25 cm, dan kelas C kurang dari 25 cm. Persentase bibit siap salur adalah antara 6070 % di lapang dan di pembibitan sekitar 80-90 %. Pekerjaan pembibitan dikerjakan oleh pekerja harian dan sebagian besar pekerjanya adalah perempuan.
Upah para pekerja tersebut adalah Rp.13 650 per 5 jam kerja. Saat ini pembibitan sedang membuat bibit dari klon pagilaran. Berdasarkan pengamatan penulis pada stek yang berumur satu bulan daya berkecambahnya rata-rata 48,33 %, sedang untuk bibit yang berumur 4 bulan daya berkecambahnya 80,67 %.
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah tanaman teh yang masih muda dan berumur di bawah 2-4 tahun. Pemeliharaan pada TBM merupakan kegiatan yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, berikut adalah pemeliharaan TBM di masing-masing afdeling di Pagilaran.
Pemeliharaan TBM di Kebun Pagilaran. Tanaman Belum Menghasilkan di Kebun Pagilaran baru berumur tiga bulan, dan masih akan diperluas. Lahan yang digunakan merupakan konversi dari tanaman kopi. Tahap awal dalam penanaman tanaman teh adalah pembentukan teras, karena lahan yang digunakan berbentuk lereng. Teras dibuat minimal 1 baris per teras, teras harus mengacu pada jarak barisan untuk memudahkan pemetikan produksi nantinya, panjang teras minimal 1 meter, jarak tanam yang digunakan 120 X 60 cm dengan sistem double row maupun single row. Tanaman ditanam pada awal musim penghujan dengan pengolahan tanah yang intensif dengan penggemburan tanah rutin tiap tahun, pembabadan gulma tiap dua bulan sekali, setelah itu dibuat rorak pada umur tanaman 3 bulan, jarak antar rorak 2 - 4 meter dengan kedalaman 60 cm, panjang 2 m dan lebar 40 cm, dalam 1 patok kurang lebih ada 16 rorak. Diantara teras dibuat got panjang untuk menampung air hujan dan mencegah erosi serta mengurangi pencucian hara tanah, dibuat diantara 2 patok dengan lebar 60 cm dan dalam 60 cm, panjang got disesuaikan dengan panjang barisan, gambar pembuatan got panjang dapat dilihat pada Gambar 1. Setelah itu ditanam tanaman naungan sementara (Tephrosia sp) dengan jarak tanam 1 x 1 m dengan tujuan untuk mengurangi cahaya matahari langsung, menambah hara tanaman dan mengurangi erosi, ditanam juga tanaman naungan tetap seperti suren dan saman. Tanaman naungan sementara dipertahankan selama
2 tahun karena setelah itu akan mengganggu bidang petik dan tanaman sudah tidak terlalu memerlukan naungan lebih. Pemupukan pertama pada tanaman teh yang belum menghasilkan dilakukan 3 bulan setelah penanaman dengan dosis per perdu 6 g pupuk PMLT. Pelaksanaan pemupukan dengan menggunakan tugal. Pemupukan dilakukan dengan membuat lubang di sekitar tanaman teh dengan jarak kurang lebih 7-8 cm dibuat dua lubang dengan tugal kemudian masukkan pupuk di dalam lubang tersebut. Standar pemupukan untuk seorang pekerja adalah 1 ha per hari. Pupuk yang digunakan merupakan pupuk tablet PMLT, pupuk ini dipilih selain karena praktis tanpa harus mencampur, harganya murah serta karena keterbatasan pasokan dari direksi. Klon yang ditanam pada TBM di Kebun Pagilaran ini adalah klon pagilaran 11 dan 4 yang merupakan klon milik Pagilaran hasil persilangan bagian Penelitian dan Pengembangan Pagilaran. Selain dipupuk dengan pupuk anorganik, tanaman teh di Kebun Pagilaran juga menggunakan limbah pabrik teh untuk tambahan bahan organik tanah yang diletakkan diantara barisan tanaman dapat dilihat pada Gambar 2. TBM yang diberi limbah teh. Limbah pabrik teh hanya digunakan pada tanaman TBM karena jumlahnya terbatas.
Gambar 1. Pembuatan Got Panjang
Gambar 2. Pemberian Limbah Teh Sebagai Tambahan Bahan Organik
Pemeliharaan TBM Andongsili TBM bagian Andongsili berumur kurang lebih 3 tahun dengan keadaan tanaman perlu banyak pemyulaman karena tanaman mati kekeringan, disini masih menggunakan banyak tanaman pelindung sementara yang bernama lokal pukhli (Tephrosia sp). Tanaman TBM perlu pemeliharaan lebih terutama penyiangan dan pemupukan, penyiangan tidak hanya dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan tetapi jika sebelum 3 bulan tersebut rumput telah tinggi maka perlu dibabat dengan mengunakan sabit, penyiangan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terkena tanaman teh yang masih muda. Kebersihan gulma sangat mempengaruhi tanaman teh pada tahap awal pertumbuhannya. Penggemburan tanah dilakukan secara rutin dengan menggunakan cangkul. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan, tiap perdu mendapat 9 g pupuk PMLT. Kebutuhan pupuk ini tidak boleh telat diberikan karena akan mempengaruhi pertumbuhan teh. TBM di Andongsili tidak dibuat terasering maupun rorak karena keadaan yang tidak memungkinkan. Tanaman teh ini jika pertumbuhannya baik dapat mulai dipetik pada tahun ketiga dengan sebelumnya diberi perlakuan pembentukan bidang petik baik dengan bending atau merundukkan batang utama maupun dengan centering atau memenggal batang utama agar terbentuk tunas samping, centering dilakukan setelah tanaman berumur 1 tahun dengan memotong batang utama dengan gunting setinggi 15-20 cm dari tanah. Sedang bending cukup dilakukan dengan merundukkan batang utama kesamping dengan menggunakan bekas ranting teh. Cara bending keuntungannya tunas baru teh cepat terbentuk, cepat rapat dan penuh tetapi bekas tarikan akan cepat busuk atau terkena penyakit sehingga ketika berumur 25 atau 30 tahun akan mati sedang centering keuntungannya lebih tahan lama dan tanaman teh lebih kokoh tetapi tunas baru terbentuknya cukup lama. Luas TBM Andongsili sekitar 6,25 Ha.
Pemeliharaan TBM Kayulandak. Klon yang ditanam di TBM Kebun Kayulandak adalah Klon Gambung yang memiliki ciri khas tahan hama dan penyakit, tetapi rakus pupuk dan mudah rontok daunnya pada musim kemarau. Penulis ditunjukkan kegiatan pembentukan
bidang petik yang dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan yaitu dengan bending dan centering. Tanaman di kayulandak seluruhnya menggunakan centering karena tidak terlalu membutuhkan tenaga trampil, efisien, dan mudah dilakukan dengan gunting centering serta proses pembentukan cabangnya cepat. Pembentukan bidang petik dengan centering minimal dilakukan 20 cm dari tanah, jika belum tumbuh ranting dapat dipancing dulu dengan memotong bagian ujung batang. Proses pembentukan cabang pada centering lebih lama karena dilakukan sebanyak 4-5 kali, centering dapat dilakukan serendah mungkin agar ranting merata dan batang utama lebih kuat, pada centering harus ada 4 arah batang terisi ranting jika cabang yang mengisi cukup kemudian bisa dipotong 15 cm dari atas luka lama dan dipilih tunas yang mengarah keluar. Ranting yang lurus dipancing dari atas atau dilukai dan 4 arah pertumbuhnnya disesuaikan, cabang yang muda dibiarkan, cabang diturunkan lagi jika tunas tumbuh. Tanaman muda akan dilakukan cut a cross setelah berumur 4 tahun yaitu proses pemangkasan awal tanaman muda agar pembentukan ranting untuk produksi berikutnya lebih banyak. Kegiatan bending awalnya harus membuat ranting untuk membending dahulu kemudian tanaman dibending dengan ketinggian 10-20 cm agar tunas baru tumbuh, setelah tumbuh pucuk baru dibuat bending lagi dari ranting yang baru. Realisasi di lapang kadang batang belum bengkok tetapi ranting untuk membending sudah rapuh sehingga batang tanaman tegak lagi. Pemupukan pada TBM dilakukan 4 kali dengan memberi 8 g pupuk PMLT per batang. Penyiangan pada tanaman TBM 3 kali per tahun.
Pengendalian Gulma Tujuan
dari
pengendalian
gulma
pada
dasarnya
bukan
untuk
memusnahkan tetapi untuk menekan pertumbuhan gulma sehingga tidak merugikan bagi tanaman pokok. Dalam pengendalian gulma juga dikenal dengan ambang ekonomi yaitu batasan atau ambang populasi gulma yang apabila batasan tersebut dilewati maka akan menghambat pertumbuhan tanaman pokok sehingga merugikan. Jenis gulma dominan yang tumbuh di kebun pagilaran antara lain babadotan (Ageratum conyzoides), harendong (Clidemia hirta), kakawatan
(Cynodon dactylon), Paspalum conjugatum, Centrosema pubescens, Comellina difusa dan Oplisminus compesitus. Usaha pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Pagilaran ada dua cara yaitu pengendalian gulma secara manual yang dilakukan dengan pembabadan gulma yang terletak di permukaan tanah, di bawah perdu teh dan gulma yang tumbuh di tepi jalan dengan menggunakan sabit. Pekerjaan pembabadan ini tenaga kerja yang diperlukan sekitar 15-20 orang yang bekerja dengan pengawasan satu mandor pemeliharaan. Prestasi kerja per orang adalah 2 patok per hari atau sekitar 800 m2, untuk prestasi kerja penulis saat melakukan kegiatan penyiangan adalah 80 m2 di blok Garjito II. Cara kedua adalah pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik. Herbisida yang biasa digunakan adalah Round up dengan dosis 3,5 L/Ha. Hasil aplikasi dapat dilihat dimana tanaman yang disemprot mengering dan mati. Alat yang digunakan dalam aplikasi adalah knapsack sprayer. Pengendalian gulma dengan kimia ini biasanya dilakukan pada tanaman yang berumur satu tahun pangkas, maka setiap blok akan dilakukan penyemprotan herbisida 4 tahun sekali tetapi penulis tidak mengikuti kegiatan ini. Jadwal pelaksanaan pengendalian gulma secara manual maupun secara kimia telah ditetapkan oleh mandor besar pemeliharaan per bulan untuk masingmasing blok dengan melihat umur pangkasnya yaitu, untuk blok yang umurnya 1 tahun pangkas maka frekuensi pembabadan 4 x/tahun, untuk blok yang umurnya 2 tahun maka frekuensi pembabadan 3 x/tahun, untuk yang 3 tahun 3 x/tahun dan terakhir untuk blok yang umurnya 4 tahun maka pembabadan cuma 2 x/tahun. Rata-rata realisasi pelaksanaan pengendalian gulma secara manual dapat terlaksana dengan baik dan sesuai target kebun, dapat dilihat dari Tabel 4. adalah target dan realisasi pelaksanaan pengendalian gulma secara manual (Pembabadan) di Kebun Pagilaran pada bulan Januari - April 2008.
Tabel 4. Target dan Realisasi Pembabadan Bulan Januari - April 2008 No. Blok Kebun
Umur
pks Target (Ha)
Tenaga Realisasi (Ha)
(bulan)
(orang)
1.
Garjito IIIB
22
3,180
3,180
28
2.
Sijanggel
12
8.500
8.500
117
3.
Sanderan IV
5
12.190
12.190
84
4.
Garjito I
14
4.520
4.520
60
5.
Sanderan II
43
4.360
3.360
41
6.
Beji I
31
4.142
4.142
60
7.
Keteleng
8
13.151
13.151
181
8.
Sukowero
8
8.010
8.010
110
9.
Kwarasan I
17
13.000
13.000
176
Sumber : Kantor Kebun Pagilaran
Pemangkasan Pemangkasan bertujuan untuk menurunkan bidang petik, agar tanaman lebih mudah untuk dipetik, memperluas bidang petik, merangsang pertumbuhan tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang besar, dan mempertahankan fase vegetatif tanaman. Alat yang digunakan untuk memangkas adalah sabit khusus pangkas yang tajam. Pemangkasan dilakukan oleh tenaga ahli pangkas karena pekerjaan ini memerlukan ketelitian dan ketepatan, karena berpengaruh terhadap pembentukan tunas teh yang baru. Standar kerja pemangkasan yang ditetapkan oleh kebun adalah perorang 1 patok per hari atau 400m2 per hari, upahnya menggunakan sistem borongan.
Sistem pangkasan Sistem pemangkasan di kebun pagilaran menggunakan sistem pangkas bersih, dalam pangkas bersih cabang atau ranting dengan diameter kurang dari 1 cm harus dipangkas tapi dalam prakteknya masih ada ranting kecil yang tertinggal hal ini mungkin disebabkan pekerja yang kurang teliti dan atau ketergesagesaan karena pemangkasan adalah pekerjaan borongan. Pangkas bersih ini naik lebih tinggi dari pangkasan sebelumnya yaitu sebagai contoh jika sekarang dipangkas
55 cm maka gilir pangkas berikutnya naik menjadi 60 cm, begitu seterusnya hingga 65 cm kemudian kembali ke 50 cm lagi. Pangkas dilakukan miring 45o dan mengikuti kemiringan lahan tetapi penentuan tinggi pangkasan tidak selalu mengikuti aturan diatas tergantung kebijakan pimpinan kebun dan kepala bagian kebun, sebelum pelaksanaan pemangkasan dibuat contoh pangkasan dari mandor besar pemeliharaan dan mandor pemangkasan dengan pengawasan dari pimpinan kebun, kepala bagian dan pengawas. Kebun bagian Kayulandak selain menggunakan sistem pangkas bersih juga dilakukan sistem pangkas jambul yang prinsipnya sama seperti pangkas bersih tetapi masih menyisakan beberapa cabang yang tidak dipangkas. Pangkas jambul dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pucuk agar lebih cepat sistem ini dipilih karena klon tersebut rentan kekeringan dengan menyisakan 1-2 batang yang tidak dipangkas akan memancing pertumbuhan tunas baru lebih cepat. Jika tunas baru telah muncul, 2-3 bulan kemudian batang yang tadi disisakan dipangkas, karena sudah tidak dibutuhkan lagi dan agar tumbuh tunas baru lagi. Untuk kebun Andongsili seluruhnya menggunakan pangkas bersih.
Daur pangkas Daur pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya dan di Kebun Pagilaran digunakan 4 tahun sekali.
Pelaksanaan pangkasan Kegiatan pangkasan di lapangan dipimpin oleh 4 orang mandor pangkas yang masing-masing membawahi 1 kegiatan pangkasan. Keempat mandor tersebut adalah mandor pangkas, mandor kubur ranggas, mandor kerik lumut dan mandor penggarpuan. Masing-masing mandor membawahi kurang lebih 20 oarang pekerja. Mandor pangkasan berada di bawah pengawasan mandor besar pemeliharaan. Tabel 5. Memperlihatkan realisasi pelaksanaan pemangkasan pada awal tahun 2008.
Tabel 5. Pelaksanaan Pemangkasan Bulan Januari - April 2008 No Blok Kebun
Umur pks (bln)
Target (Ha)
Realisasi
Tenaga (orang)
1
Beji II
45
15,205
13,205
371
2
Kebun jati II
47
12,300
12,300
308
3
Beji II
45
1,955
1,955
59
Sumber : Kantor Kebun Pagilaran
Paket pangkasan Paket pangkasan adalah pekerjaan-pekerjaan yang mengikuti pekerjaan pangkasan antara lain: 1. Penanganan sisa pangkasan. Untuk menghindari sengatan matahari langsung pada batang atau cabang yang terbuka maka sisa pangkasan ditutupkan pada perdu yang baru dipangkas selama kurang lebih 10 hari . 2. Kubur ranggas yaitu mengubur ranting dan cabang bekas pangkasan, setelah kurang lebih 10 hari di atas perdu teh maka daun daun teh telah rontok dan ranggas-ranggas tsb telah boleh dibenamkan di sekitar pertanaman teh yang berfungsi mengembalikan bahan organik tanah sehingga menyuburkan kembali tanah dan memberikan hara lebih untuk tanaman teh. Langkah-langkah kubur ranggas yaitu pertama pilih larikan antara barisan tanaman teh yang agak lebar kemudian buat lubang pada larikan dengan kedalaman kurang lebih 60 cm kemudian masukkan ranting-ranting bekas pemangkasan ke dalam lubang kemudian tutup kembali lubang tersebut. alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah cangkul. Standar kerja kubur ranggas adalah 1 patok per hari perorang. 3. Kerik lumut. Kegiatan ini dilaksanakan setelah kubur ranggas. Kerik lumut dilakukan karena biasanya pada perdu teh tumbuh lumut, beberapa jenis paku-pakuan dan pakis yang dapat mengganggu proses pembentukan tunas baru. Lumut tersebut dapat dibuang dengan menggunakan tangan atau dengan menggunakan bekas waring. Standar kerja kerik lumut adalah 1 patok per hari untuk setiap pekerja. Pada prakteknya tingkat kebersihan kerik lumut masih kurang dari 60 %. Hal ini mungkin disebabkan karena pekerjaan ini adalah borongan sehingga para pekerja hanya mengejar
target harian. Pada Gambar 3. adalah gambar tanaman teh jika kerik lumut bersih 100 %. Tanaman teh yang bersih dari lumut proses pembentukan tunas lebih cepat.
Gambar 3. Tanaman Teh Sebelum dan Sesudah Kerik Lumut
4. Penggarpuan. Kegiatan penggarpuan adalah kegiatan terakhir dari pemangkasan, kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan porok atau garpu dengan cara membalik tanah. Tujuan kegiatan ini adalah menggemburkan tanah, menjaga aerasi tanah, dan memutus sebagian akar teh, karena akar teh juga memerlukan regenerasi agar terbentuk akar serabut yang baru. Kegiatan ini tidak digunakan cangkul agar akar yang terpotong terkendali. Sebelum penggarpuan dilakukan pembabadan gulma terlebih dahulu. Standar pekerja penggarpuan adalah 1 patok per orang perhari. Kebun bagian Andongsili pemangkasannya agak berbeda dengan di Kebun Pagilaran. Disini pelaksanaan kerik lumut dilakukan tepat setelah pemangkasan. hal ini karena jumlah tenaga kerja yang terbatas untuk melaksakan pemangkasan. Jika kubur ranggas dilakukan terlebih dahulu dengan tenaga yang sedikit maka akan memakan waktu yang lama sehingga tunas segera muncul. Ketika tunas muncul belum dilakukan kerik lumut maka pertumbuhan tunas akan terhambat sehingga kerik lumut dilakukan terlebih dahulu. Pemangkasan di Kayulandak kegiatannya hampir sama dengan di Kebun Pagilaran, tetapi kadang disesuaikan dengan kebutuhan contohnya kegiatan kerik lumut biasanya dilakukan setelah kubur ranggas tetapi kadang juga dilakukan tepat setelah pemangkasan.
Pemupukan Pemupukan di kebun Pagilaran dilaksanakan dengan dua cara yaitu pemupukan akar dan daun. Tujuan dari pemupukan secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk mencapai produksi yang optimal. Pemupukan daun lebih khususnya untuk mempertebal daun teh. Tanah sebagai pemberi unsur hara langsung kepada tanaman akan mengalami penurunan kemampuan fungsi karena pengeksplotasian oleh tanaman. Oleh karena itu untuk pemenuhan kebutuhan akan tanaman dan tercapainya produksi yang optimal perlu adanya pengolahan tanah melalui pemberian pupuk baik itu pupuk organik maupun anorganik.
Prosedur gudang pemupukan. Pupuk sebagai salah satu bagian dari sarana produksi tanaman dalam budidaya tanaman teh memerlukan tempat penyimpanan, hal ini karena jumlah yang dibutuhkan cukup besar dan pelaksanaannya dilakukan dalam beberapa kali aplikasi, selain itu juga perlu penjagaan keamanan. Kebun Pagilaran memiliki gudang untuk penyimpanan pupuk dan kebutuhan kebun lainnya, penanggung jawab bagian ini adalah kepala gudang yang masih berada di bawah bagian kantor induk, dan tiap afdeling juga memiliki gudang penyimpanan. Distribusi pupuk diawasi oleh satpam. Pupuk diangkut dari gudang ke kebun dengan truk. Pelaksanaan pemupukan harus melalui ijin kepala bagian untuk mengambil pupuk di gudang yang kemudian pelaksanaan dilakukan oleh mandor besar dan mandor pemeliharaan.
Jenis Pupuk Pupuk yang digunakan selama 10 tahun terakhir di PT. Pagilaran yaitu 1997-2006 adalah pupuk PMLT (Pupuk Majemuk Lepas Terkendali). Jenis pupuk PMLT yang digunakan adalah PMLT Planttaplus yang dipasok dari PT. Saraswanti Anugerah Makmur. Pupuk PMLT tersebut berbentuk briket seberat kurang lebih 1,2 g/batir, dalam 1 karung berisi 25 Kg PMLT. Bentuk PMLT Planttaplus dapat dilihat pada Gambar 4. Kandungan unsur dalam PMLT yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P2O5), Kalium (K2O), Magnesium (MgO), Sulfur (S), dan seng (Zn) dengan
perbandingan 26:5:11:5:2:1. Penentuan perbandingan kandungan pupuk PMLT tersebut merupakan rekomendasi pupuk yang diajukan oleh konsultan dari direksi yang kemudian diberikan kepada perusahaan pemasok pupuk. Dasar pemilihan pupuk tablet selain mengurangi kerepotan mencampur, lebih praktis dan murah juga karena pupuk tablet pelepasan zat haranya perlahan-lahan sehingga mencukupi kebutuhan tanaman maksimal 1 tahun.
Gambar 4. PMLT Planttaplus Dosis Pupuk PT. Pagilaran menggunakan pupuk PMLT dengan dosis yang telah ditentukan oleh pihak direksi dengan bantuan konsultan berdasarkan produksi yang dihasilkan dan kebutuhan tanaman teh. Hasil ketetapan dosis pemupukan tanaman teh adalah sebagai berikut yaitu untuk pembibitan 6-9 g per polibag, Tanaman TBM 200-300 g per pohon per tahun sedang tanaman TM 300-450 g per pohon per tahun. Untuk setiap kali pemupukan TM satu perdu pohon dipupuk 45 g PMLT sesuai takaran pupuk, tetapi di lapang berdasarkan pengamatan penulis realisasinya dalam satu karung pupuk PMLT 25 kg rata-rata hanya memupuk 307 perdu teh yang artinya dalam satu perdu 81 g pupuk, hal ini dapat terjadi karena pekerja memberikan pupuk tidak sesuai dengan takaran 45 g. Tabel 6. menunjukkan hasil pengamatan saat penulis menjadi pendamping mandor. Tabel 6. Realisasi Takaran Pupuk Dalam 1 Karung Pupuk PMLT (25 kg) Blok kebun Sirebut II
Ulangan
Jumlah perdu
Rata-rata pupuk per perdu (g)
I
309
80,9
II
306
81,7
307
81,3
Rata-rata Sumber:Hasil Pengamatan
Jika per pohon minimal per tahun 300-450 g PMLT maka setiap pohon mendapatkan 157-235 g N, 30-45 g P2O5, 66-99 g K2O, g MgO, 13-20 S, dan 69 Zn. Berikut adalah tabel realisasi pemberian pupuk per pohon dihitung berdasarkan data pemupukan per tahun pada salah satu blok di kebun Pagilaran. Bisa dilihat pada Tabel 7., pada tahun 2006 walaupun hanya satu kali pemupukan dosis yang digunakan sudah sesuai dengan rekomendasi pemupukan untuk kebutuhan hara selama satu tahun.
Tabel 7. Realisasi Pemberian Pupuk per Pohon Aplikasi di lahan per pohon (g) No
Kandungan
Rekomendasi (g) 2002
2003
2004
2005
2006
320
202
320
260
160
1 N
157-235
2 P2O5
30-45
62
39
62
50
31
3 K2O
66-99
136
86
135
110
68
4 MgO
30-45
62
39
62
50
31
5 S
13-20
24
16
24
20
13
6 Zn
6-9
12
8
12
10
6
Sumber: Direksi PT Pagilaran
Waktu Pemupukan Pemupukan di Kebun Pagilaran dibagi dalam dua semester yaitu semester pertama pada sekitar bulan Februari-April, dan semester kedua SeptemberNovember yaitu sekitar sebelum dan sesudah musim penghujan. Normalnya tanaman dipupuk 2-3 kali dalam satu tahun tetapi karena keterbatasan dana, kebun hanya dipupuk 1 kali dalam satu tahun mulai tahun 2003.
Cara Pemupukan Cara pemupukan di PT. Pagilaran adalah dengan cara dibenam. Cara dibenam dilaksanakan dengan pembuatan lubang pupuk di sekitar perdu teh, satu lubang untuk satu pohon. Cara dibenam ini dilaksanakan di seluruh topografi lahan, walaupun lahannya berupa lereng yang curam pemupukan tetap dilakukan dengan dibenam. Lubang pupuk dibuat satu lubang untuk satu pohon dengan jarak
dari batang kurang lebih 40 cm dan kedalaman kurang lebih 15 cm. Sebelum dipupuk dilakukan pembabadan gulma di lahan tersebut. Pada areal tanaman yang tajuknya telah menutup pemupukan tetap dilakukan dengan cara dibenam, biasanya pada areal seperti ini prestasi kerjanya lebih rendah dibandingkan pada areal yang tajuknya belum menutup antar perdu karena pembuat lubang dan pemupuk harus lebih teliti. Kebun Pagilaran tidak menggunakan cara broadcast dalam pemupukan, hal ini untuk mencegah pencucian dan kehilangan hara akibat air hujan karena di Pagilaran beriklim basah.
Alat Pemupukan Peralatan yang digunakan untuk pemupukan lewat akar antara lain celemek, ember, cangkul dan takaran pupuk dapat dilihat pada Gambar 5. Tetapi di lapang beberapa orang penabur malas menggunakan takaran pupuk ketika tidak diawasi mandor. Mereka lebih suka menggunakan tangan dengan alasan lebih cepat, sehingga pemberian pupuk per pohon menjadi tidak sesuai dengan dosis. Pengawasan yang lebih ketat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut. Alat yang digunakan untuk pemupukan daun adalah celemek, dirigen air, knapsack sprayer 15 L dan mist blower 12 L.
Gambar 5. Peralatan Pemupukan
Pelaksanaan pemupukan Pelaksanaan pemupukan diawasi oleh Kepala Bagian kebun, Mandor Besar pemeliharaan, satpam, dan beberapa mandor pemeliharaan. Pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan sangat ketat karena di lapang sering terjadi kelalaian pekerja seperti lubang pupuk yang tidak ditutup kembali dan bahkan ada
tanaman teh yang tidak dipupuk. Berdasarkan pengamatan penulis pada pemupukan di blok Jemanen persentase lubang pupuk yang tidak ditutup kembali mencapai 26 %, dan berdasarkan pengamatan di blok Pekandangan IB, persentase jumlah tanaman yang tidak tertutup karena kelalaian pekerja adalah 35 %.
Tabel 8. Realisasi Penutupan Kembali Lubang Pupuk Blok kebun
Populasi per patok Jumlah 2
lubang % Penutupan lubang
(400 m )
yang tidak ditutup
pupuk
Jemanen
357
92
74 %
Pekandangan IB
385
135
65 %
Sumber: Hasil pengamatan Pelaksanaan cara pemupukannya dibagi yaitu dengan beriringanan dari tepi jalan dimana ada yang mencangkul untuk membuat lubang pupuk kemudian diikuti oleh orang yang memasukkan pupuk dan menutupnya (pemupuk) dan dibelakangnya diikuti oleh orang yang nambah pupuk ke ember. Sebagai contoh pada pemupukan di blok Beji II dengan menggunakan tenaga pemupuk 58 orang maka pembagiannya adalah 5 pasang orang sebagai pemikul pupuk, 21 orang membuat lubang, 21 orang memasukkan pupuk, 5 orang nambah pupuk ke dalam ember, dan 1 orang mencari karung. Pemupukan tersebut dalam satu hari ditargetkan dapat menyelesaikan 8 ha lahan dan menghabiskan pupuk sejumlah 2,75 ton. Standar pelaksanaan pemupukan
dalam 1 hektar dalam 1 hari
diselesaikan oleh 7-8 pekerja. Prestasi kerja yang dicapai 0,5 ha/HK. Gambar 6. memperlihatkan pelaksanaan pemupukan pada blok Beji II dengan pengawasan dari mandor-mandor pemeliharaan.
Gambar 6. Pelaksanaan Pemupukan
Pemupukan daun Pupuk daun yang digunakan adalah Supermax (pada pemupukan di blok Sirebut II) Supermax adalah pupuk cair organik berwarna hijau kehitaman, kemasannya dapat dilihat pada Gambar 7. Supermax memiliki kandungan hara sebagai berikut: 15,2 % N, 6,1 % P, 7,14 % K, 0,08 % Fe, 0,05 % Cu, 1,2 % Ca, 0,08 % Mg, 0,04 % Mn, dan 0,08 % Zn, dengan konsentrasi yang digunakan 3 cc/liter selain itu juga ditambahkan 3 cc urea/liter yang fungsinya sebagai perekat pada daun dan untuk menambah zat hara atau unsur N. Standar pemupukan oleh para pekerja adalah 1 orang 0.5 hektar, dalam satu hari kerja. Alat yang digunakan adalah tangki air dan knapsack sprayer yang berkapasitas 15 liter. Untuk 1,5 – 2 patok lahan yaitu kurang lebih 800 m2. Pemupukan lewat daun ini seharusnya dilakukan tiap bulan tetapi juga harus memperhatikan cuaca jika musim penghujan intervalnya bisa lebih sedikit. Sedang pada musim kemarau bisa sebulan sekali. Jarak dengan hujan minimal 4 jam. Sebelum menggunakan knapsack sprayer di kebun kayulandak menggunakan power spayer tetapi karena membutuhkan tenaga yang lebih banyak, keluar biaya untuk BBM serta mesin yang rusak maka pemupukan dilakukan kembali memakai knapsack sprayer. Air untuk mengencerkan pupuk sebaiknya telah disediakan pada sore hari sebelum memupuk agar pada pagi harinya pekerja dapat memulai pekerjaan sesuai tepat waktu. Pelaksanaan pemupukan daun, pekerja dibagi menjadi 2 regu dimana regu pertama menyiapkan air dan larutan pupuk kemudian regu yang kedua memupuk. Dalam menyemprot beberapa pekerja berjejer di lahan agar tidak ada tanaman teh yang terlewat dari pupuk. Pemupukan daun di kebun pagilaran menggunakan 2 mist blower kapasitas 12 L dan 2 knapsack sprayer dengan kapasitas 15 L.
Gambar 7. Pupuk daun Supermax
Gambar 8. Pemupukan Daun
Pemupukan pada semester pertama tahun 2008 mengalami hambatan karena pasokan pupuk dari direksi terbatas dengan alasan ketiadaan dana, sehingga pada semester pertama tahun ini baru seperdelapan lahan yang dapat dipupuk. Sebagai contoh di bagian afdeling Pagilaran dari 45 blok kebun, ternyata baru dapat terpupuk 8 blok. Bahkan ada keterlambatan pasokan sehingga pupuk baru dikirim pada bulan April. Berikut adalah tabel pelaksanaan pemupukan pada bulan Januari- April 2008 di bagian kebun Pagilaran.
Tabel 9. Realisasi Pemupukan Bulan Februari 2008 No. Blok Kebun
Umur pks Target (bulan)
(Ha)
Realisasi
Tenaga
Jumlah pupuk
(orang)
PMLT (Kg)
(Ha) 1.
Kebunjati II
19
9.860
9.860
48
2 400
2.
Pulosari III
17
2.526
2.526
18
532
3.
Pulosari II
16
7.833
7.833
55
2 832
Tenaga
Jumlah pupuk
(orang)
PMLT (Kg)
Sumber : Kantor Kebun Pagilaran
Tabel 10. Realisasi Pemupukan Bulan April 2008 No. Blok Kebun
Umur pks Target (bulan)
(Ha)
Realisasi (Ha)
1.
Beji II
1
15.205
15.205
115
4 375
2.
Jemanen II
6
15.314
8.500
63
3 250
Sumber : Kantor Kebun Pagilaran
Upah Pemupukan Sistem pengupahan pemupukan daun dan tanah dilakukan dengan sistem harian. Sistem harian ini artinya pekerja dibayar berdasarkan jumlah hari kerja dengan waktu 5 jam kerja. Sistem harian dipilih untuk kegiatan pemupukan agar para pekerja tidak berorientasi target luasan yang harus dipupuk sehingga tidak tergesa-gesa dalam memupuk. Kenyataan di lapang, mandor tetap memberikan target luasan per hari. Upah harian tersebut sebesar Rp. 13 650,-
Pemetikan Pemetikan merupakan cara pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat pengolahan. Pemetikan selain sebagai kegiatan yang betujuan untuk pengambilan produksi, juga merupakan suatu usaha membentuk kondisi tanaman
agar
mampu
meningkatkan
produksi
secara
optimal
dan
berkesinambungan. Pemetikan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dan memerlukan suatu keterampilan khusus agar didapatkan mutu dan produksi teh tanpa menekan pertumbuhan tanaman. Daun muda dan tunas apikal merupakan hasil yang diambil dari pemetikan tanaman teh. Mutu pucuk yang dipetik berhubungan dengan sistem pemetikan yang diterapkan pada suatu perkebunan, yaitu dengan melihat jenis petikan, rumus petik, standar pemetikan, hanca petik dan gilir petik.
Jenis pemetikan Jenis pemetikan yang dilakukan di Kebun Pagilaran meliputi pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gandesan. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal sesudah tanaman dipangkas dengan tujuan membentuk bidang petik agar tanaman menghasilkan produksi yang tinggi dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup. Pemetikan jendangan dilakukan 2-3 bulan setelah pangkas dan 60 % dari areal telah memenuhi syarat untuk dijendang yaitu tinggi bidang petik 15-20 cm dari bidang pangkas. Pemetikan ini dilakukan 5-6 kali rotasi petik dengan interval 10 hari, agar tinggi perdu rata maka pada saat dilakukan pemetikan jendangan digunakan alat ukur yang terbuat dari kayu berbentuk silang atau palang dengan panjang masing-masing kurang lebih 30 cm. Penulis mengikuti kegiatan pemetikan jendangan ini di blok Garjito II dengan hasil petik 3 kg pucuk, sedang para pekerja pemetik mendapatkan 50 kg pucuk pada timbangan pertama. Pemetikan produksi di kebun pagilaran adalah petikan medium. Rumus petik medium terdiri dari peko dengan dua daun muda (p+2), peko dengan tiga daun muda (p+3), pucuk burung dengan satu daun muda (b+1m), dan burung dengan dua daun muda (b+2m). Pemetikan produksi dilakukan secara terus menerus dengan gilir petik 10 hari. Penulis mengikuti kegiatan pemetikan
produksi ini di blok Kayulandak II dengan hasil petik 4,5 kg pucuk, sedang para pekerja pemetik mendapatkan 30-35 kg pucuk pada timbangan pertama. Pemetikan gandesan adalah pemetikan yang dilakukan sebelum tanaman dipangkas dengan memetik semua pucuk yang telah memenuhi syarat baik yang diatas bidang petik maupun yang ada di bawah bidang petik. Pemetikan ini biasanya dilakukan satu minggu sebelum pemangkasan dengan tujuan mencegah apabila ada pucuk yang layak terbuang pada saat pemangkasan.
Perlengkapan pemetikan Setiap pemetik di Kebun Pagilaran dalam melaksanakan kegiatannya dilengkapi dengan celemek yang terbuat dari karung, celemek plastik yang digunakan saat hujan, keranjang, pemes untuk metik, dan waring untuk menampung pucuk hasil petik. Kerusakan pucuk di lapang selain disebabkan oleh pucuk dalam genggaman terlalu banyak, pucuk yang disimpan dalam keranjang selalu ditekan dan penempatan dalam waring yang melebihi kapasitas.
Gilir petik dan Hanca petik Gilir petik adalah selang waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada satu blok yang dinyatakan dalam hari. Panjang pendeknya gilir petik ditentukan oleh kecepatan tumbuh pucuk yang dipengaruhi oleh iklim, dan ketinggian tempat serta kondisi tanaman. Tetapi di Kebun Pagilaran untuk gilir petiknya di ketiga afdeling ditetapkan 10 hari tidak menyesuaikan ketinggian dan keadaan pucuk. Hanca petik adalah areal yang akan dipetik dalam satu hari dalam satu blok. Hanca petik berkaitan dengan gilir petik. Pengaturan hanca petik dan rotasi petik ditentukan oleh mandor petik, dengan melihat jumlah pemetik, umur tanaman dan potensi tanaman.
Pelaksanaan pemetikan Pelaksanaan pemetikan di Kebun Pagilaran rata-rata dimulai pada pukul 06.00-14.00 istirahat pada saat penimbangan pertama sekitar pukul 10.00-11.00 pemetikan dilanjutkan hingga penimbangan kedua pada pukul 13.30. Pemetikan
di kebun seluruhnya menggunakan pemes untuk petik dan hasil pucuk yang didapat dimasukkan dalam keranjang rotan yang berkapasitas 4 kg, setelah pucuk dalam keranjang penuh pucuk teh ditempatkan ke dalam waring. Pucuk yang telah memenuhi syarat (manjing) dan semua pucuk burung yang berada di atas bidang petik harus dipetik. Pada pelaksanaan pemetikan ini selain untuk mengambil hasil tanaman berupa pucuk juga harus menjaga keadaan tanaman tetap baik dan membentuk bidang petik yang rata serta demi produksi yang berkesinambungan. Standar petikan harus sesuai bidang petik, pucuk burung harus dipetik karena jika tidak dipetik pucuk tidak dapat tumbuh lagi, cakar ayam dipetik jika berada diatas bidang petik dan dibuang.
Kapasitas pemetik Kapasitas pemetik adalah kemampuan pemetik untuk mengambil pucuk teh dalam tiap harinya. Kapasitas pemetik tiap pemetik di Kebun Pagilaran bervariasi tergantung dari kondisi pucuk yang dipengaruhi oleh kondisi iklim, keadaan tanaman, keterampilan pemetik dan topografi dari areal yang akan dipetik. Pada kondisi iklim yang baik (musim plus) setiap pemetik rata-rata mendapatkan 30-45 kg setiap kali timbangan, kondisi ini biasanya terjadi setelah musim penghujan antara bulan April atau Mei. Pada kondisi iklim yang kurang baik (musim min) tiap pemetik biasanya mendapatkan pucuk sekitar 15-25 kg setiap kali timbangan dan kondisi ini biasanya terjadi pada musim penghujan atau musim kemarau yang terlalu panjang.
Penimbangan dan pengangkutan pucuk Penimbangan dilakukan di kebun oleh tukang
timbang
kebun.
Penimbangan dilakukan dua kali setiap hari sekitar pukul 10.00 dan 13.30. Penimbangan dilakukan untuk setiap pemetik, hasil petikan kemudian dicatat dalam buku hasil untuk masing - masing mandor. Setelah ditimbang, pucuk dipindah ke dalam waring yang kemudian diangkut ke dalam truk untuk dibawa ke pabrik, upah pemetikan adalah Rp. 390 / kg, yang dibayarkan tiap 1 bulan 2 kali yaitu pada tanggal 5 dan 25. Gambar 9. memperlihatkan proses penimbangan pucuk di lapangan.
Gambar 9. Proses Penimbangan Pucuk
Pemeriksaan Teh dan Pengolahan Teh Hitam Sebelum pucuk teh diolah atau memasuki proses pelayuan harus dilakukan analisa pucuk yaitu pengelompokan pucuk hasil petikan berdasarkan rumus petikan yang diperoleh pemetik dari tiap mandor. Kegunaan analisa pucuk adalah mengevaluasi jenis petikan dan merupakan dasar pendugaan mutu hasil olahan. Analisa pucuk dilakukan saat truk datang membawa pucuk dari tiap mandor dan pucuk sampel diambil dari tiap waring pucuk secara acak. Pelaksanaan analisa pucuk untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut. v Contoh diambil secara acak dari waring tiap mandor saat penimbangan sebelum pucuk masuk ke Withering through. v Dari contoh yang diambil secara acak tersebut kemudian diambil 100 gram pucuk untuk dianalisa. v Dipisahkan antara petikan yang halus dan yang kasar. Petikan halus adalah p+2, p+3, p+4, b+1, lembaran muda, b+2m, b+3m. sedang pucuk kasar adalah b+2t, b+3t, lembaran tua dan potongan ranting. Setelah dipisahkan, timbang masing-masing pucuk. v Dari pucuk yang kasar dipisahkan antara ranting dan daun kemudian ditimbang v Kemudian dari semua daun dibedakan kerusakannya yaitu kerusakan berat dan ringan, dan ditimbang kembali. Pucuk yang rusak adalah pucuk yang telah mengalami fermentasi awal, lembaran daun patah atau terlipat-lipat dan tidak utuh Standar pucuk yang memenuhi syarat di Kebun Pagilaran adalah minimal 50 %.
Pengolahan teh di PT. Pagilaran adalah pengolahan teh hitam orthodox, dan berikut adalah urutan proses pengolahannya setelah dilakukan analisa pucuk.
A. Pelayuan Tinggi rendahnya kadar air yang terkandung dalam pucuk teh sangat berpengaruh terhadap jalannya reaksi kimia dan biokomia yang terdapat di dalamnya, kadar air yang terlalu banyak dapat menyebabkan pengenceran persenyawaan, sedangkan bila terlalu pekat tidak memungkinkan terjadinya reaksi kimia yang diinginkan. Tujuan pelayuan adalah memudahkan proses pengolahan berikutnya, mengurangi kadar air pucuk dan menciptakan rasa. Pucuk teh yang sudah layu memiliki ciri-ciri pucuk lentur dan lemas, warnanya kuning kehijauhijauan, baunya harum, terjadi penyusutan volume 50-52 %, pucuk jika diremas tidak patah dan bisa dibuat gumpalan yang jika dilepaskan akan terurai kembali Peralatan pelayuan terdiri atas palung pelayuan, blower, hitter atau kompor, peti angkut, timbangan, papan penyekat, kotak pelayuan dan terakhir alat pengukur suhu atau Hydimeter. Di Kebun Pagilaran memiiki 22 palung pelayuan, 25 blower, 2 hitter atau kompor dimana ada yang berbahan bakar BBM dan kayu, selama ini pelayuan di Pagilaran lebih sering memakai kayu untuk penghematan biaya. Alat berikutnya adalah 6 buah peti angkut, 4 timbangan, 6 papan penyekat, 3 kotak pelayuan atau KPL. Untuk kapasitas palung pelayuan adalah sekitar 1500 – 2000 kg pucuk segar per palung. Peti angkut memiliki kapasitas 100 kg pucuk. Suhu yang digunakan tidak boleh menghambat aktifitas kimia yang menyebabkan perubahan, meskipun dalam waktu yang singkat akan mencapai derajat layu yang diinginkan. Suhu udara yang digunakan dalam proses pelayuan tidak boleh melebihi 27oC atau 80o F, karena suhu diatas 80oC akan merusak proses kimia dalam pelayuan, jadi proses pelayuan harus dilakukan secara lambat berkisar 12 atau 18 jam. Pelayuan dilakukan dengan menggunakan Withering Through dengan diatasnya dihamparkan pucuk dengan ketebalan 30-35 cm dan dihembuskan udara panas yang terkontrol. Pucuk yang dibeberkan diatas through beratnya 30 kg/m2, dan pucuk tidak boleh menggumpal maka harus dilakukan balik wiwil. Udara yang digunakan untuk proses pelayuan harus udara yang bersih tanpa debu maupun bau dengan tingkat kelembaban yang rendah (udara kering).
Kapasitas total seluruh palung adalah 32.000 kg pucuk teh basah. Disini penulis juga melakukan pengamatan penyusutan pelayuan pada Tabel 11. dengan menggunakan KPL yang diletakkan di tiga palung, masing masing KPL dimasukkan pucuk teh basah dengan berat 6 kg yang kemudian diukur berat layunya, suhu dan kelembabannya.
Tabel 11. Pengamatan Pelayuan tanggal 5 April 2008 Sampel 1 pengamatan Massa (Kg)
Sampel 2
Suhu Rh Massa (oC) (%) (Kg)
Sampel 3
Suhu Rh Massa (oC) (%) (Kg)
Suhu Rh (oC) (%)
Awal
6
23
99
6
23
99
6
23,5
99
Akhir
4
19
88
4
19
88
3,5
23,5
87
Persentase
33,33%
33,33%
41,66 %
Sumber : Hasil pengamatan
Dari pengamatan diatas ternyata penurunan volume cuma 41,66 %, dan belum mencapai standar 50 %. Hal ini mungkin disebabkan karena pada saat pengamatan adalah musim penghujan sehingga keadaan lingkungan lebih lembab bisa dilihat di pengamatan ternyata kelembaban udaranya mencapai 99 %, untuk suhu pelayuan sudah sesuai standar.
Gambar 10. Withering through dan Kotak Pelayuan (KPL)
B. Penggulungan dan sortasi basah Tujuan dari proses penggulungan, penggilingan dan sortasi basah adalah mengecilkan pucuk teh layu menjadi partikel teh yang menggulung dengan ukuran tertentu, memeras cairan sel yang terdapat pada daun teh agar terjadi reaksi oksidasi enzimatis, memisahkan bubuk teh berdasarkan ukuran partikel sehingga diperoleh bubuk teh yang berukuran seragam, menguraikan gumpalangumpalan daun yang tidak dapat digilas dengan baik selama penggilingan dan menurunkan suhu bubuk teh basah hasil penggilingan. Alat penggulungan yang digunakan meliputi: penggulung tanpa tekanan (OTR), penggulung bertekanan (PCR) dan Rotor Vane (RV). Pelaksanaan penggulungan dengan cara memvariasi penggunaan ketiga alat tersebut sesuai dengan mutu bubuk yang diinginkan. Dalam pengolahan teh hitam di pabrik pabrik Pagilaran proses penggulungannya menggunakan pengolahan OrthodoxRotorvane. Prosesnya sebagai berikut: -
Pucuk layu ditimbang sesuai dengan kapasitas mesin giling
-
Penggilingan pertama menggunakan mesin OTR (Open Top Roller), yaitu mesin giling dengan ukuran 47 inchi atau 45 inchi tanpa press, jadi proses penggilingan pertama ini adalah benar-benar memilin pucuk layu agar selsel daunnya pecah dan air yang berisi zat-zat yang telah terkonsentrasi karena pelayuan akan keluar dan akan terjadi kontak dengan oksigen dari udara.
-
Lamanya proses penggilingan pertama ini berkisar antara 30-45 menit tergantung kualitas bahan baku pucuk maupun derajat layunya.
-
Setelah selesai proses penggilingan pertama, bubuk teh basah ini diayak (dilakukan sortasi basah) dengan menggunakan mesin Rotary Roll Breaker (RRB) yang dipasang kawat mesh no 5, 6, 6. Dibawah mesh itu masingmasing dipasang corong, dan hasilnya ditampung dalam baki alumunium secara terpisah. Bubuk teh yang dihasilkan dari pengayakan pertama ini disebut bubuk I (first dholl)
-
Bubuk teh yang tidak lolos mesh no 5, dan 6 partikelnya masih besar dan harus digiling lagi menggunakan mesin Press Roller selama 30 menit.
Tujuannya agar bubuk yang partikelnya masih besar dapat terpilin lagi dan didapat bubuk dengan partikel yang lebih kecil. -
Bubuk hasil gilingan Press Roller ini diayak lagi dengan mesin RRB yang kedua dan bubuk yang lolos mesh No.5 dan 6 ditampung dalam baki alumunium. Bubuk ini disebut bubuk II (second dhool)
-
Setelah diambil bubuk keduanya, Bubuk teh digiling lagi dengan menggunakan mesin Rotorvane, dengan maksud agar diperoleh jenis dust yang lebih banyak.
-
Setelah keluar dari Rotorvane langsung diayak dengan Rotary Roll Breaker No.3 dan dipasang ayakan no.6,6 dan 6 tadi digiling kembali dengan Rotorvane yang ke 2. Hasilnya diayak lagi juga dengan mesh no 6, 6 dan 6. Hasilnya disebut bubuk 4 (forth dhool) dan yang tidak lolos oleh ayakan disebut badag (Big bulk).
-
Bubuk teh yang tidak lolos dari ayakan terakhir ini biasanya tinggal tulang tulang daun saja dan disebut Badag atau big bulk.
-
Semua bubuk-bubuk teh yang sudah diayak tadi disimpan kedalam ruang fermentasi secara terpisah untuk proses selanjutnya. Hasil pengukuran suhu bubuk yang keluar dari PCR adalah 27oC, Suhu
bubuk yang baru keluar dari RRB adalah 23oC, suhu bubuk yang baru keluar dari RV adalah 30oC, dan suhu bubuk yang baru keluar dari OTR adalah 28oC. Jumlah OTR di PT pagilaran ada 6 buah, RRB 6 buah, PCR 3 buah dan Rotorvane 4 buah. Tetapi karena terjadi kerusakan beberapa alat, sehingga badag dihasilkan cukup banyak, peralatan yang rusak masih dalam proses perbaikan.
C. Fermentasi (Oksidasi
Enzimatis)
Fermentasi atau disebut juga oksidasi – enzimatis adalah proses biokimia yang akan mengakibatkan hasil akhir teh hitam menjadi enak, kuat dan beraroma harum. Oksidasi enzimatis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Suhu dan kelembaban ruang giling harus dikontrol dan dijaga agar kelembaban diatas 90 %, untuk itu biasanya digunakan Humidifier (alat pengabut air) dan suhu ruangan diatur tidak melebihi 25oC, Suhu yang terbaik untuk Oksidasi enzimatis adalah 26,7oC
Suhu berpengaruh terhadap kecepatan reaksi, jika suhu rendah maka fermentasi akan berjalan lambat, sedangkan jika suhu tinggi oksidasi enzimatis (fermentasi) akan berjalan cepat. Suhu di ruang fermentasi pabrik Pagilaran berkisar antara 22 – 23oC dan kelembaban udaranya antara 90 – 95 % atau lebih. Proses fermentasi dimulai dengan memasukkan atau menghamparkan bubuk teh yang telah di sortasi basah di atas baki alumunium. Baki ditempatkan pada rak atau trolly yang mempunyai kapasitas 10 baki alumunium. Pengisian baki dengan bubuk teh maksimum 6 cm. Berdasarkan pengamatan penulis ratarata ketebalan bubuk teh pada baki adalah 7,66 cm. Bubuk yang telah ditempatkan di dalam baki dibawa ke ruang fermentasi. Lama fermentasi dihitung sejak pucuk dimasukkan kedalam OTR sampai bubuk dimasukkan ke ruangan pengeringan. Untuk proses fermentasi di PT. Pagilaran waktu yang dibutuhkan antara 90-110 menit dihitung dari saat pucuk layu digiling.
D. Pengeringan Pengeringan bertujuan menghentikan oksidasi enzimatis dan menurunkan kadar air bubuk teh menjadi sekitar 3 – 3,3 %, sehingga teh dapat disimpan dalam waktu lama tanpa kehilangan rasa, aroma dan warna yang terbentuk selama proses oksidasi enzimatis (fermentasi). Satu jam sebelum bubuk teh hasil fermentasi masuk ke mesin pengering, mesin pengering dinyalakan untuk memanaskan mesin hingga dapat mencapai suhu 95 – 100oC. Mesin Pengering teh hitam disebut ECP (Endless Chain Pressure) Drier. Mesin ini dapat digunakan untuk bubuk yang kasar maupun yang halus tetapi tidak lembut sekali. Sumber panas dari pembakaran kayu bakar/solar. Pengeringan dengan ECP adalah sebagai berikut: -
ECP mampu mengeringkan 240 kg /jam per mesin. Suhu udara inlet berkisar 95-100oC dengan outlet berkisar 45-50 oC suhu inlet yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gosong (bakey) sedangkan suhu outlet yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kering di luar tetapi basah di dalam (Case Hardening).
-
Lamanya pengeringan 20-24 menit. Untuk mengatur suhu udara inlet digunakan Thermo control yang akan mengatur jalannya burner. Sedang suhu outlet diatur atas dasar tebal atau tipisnya pengisian mesin drier.
-
Pengeringan harus rata, dan kadar air teh kering harus didapat antara 2,53,5 %. Kadar air yang terlalu rendah < 2,5 % bisa gosong dan rendemennya rendah dan jika kadar airnya > 3,5 % pada waktu proses sortasi kering dan pengepakan maka kadar airnya dapat bertambah. Teh yang dipak, maksimum mempunyai kadar air 6 %, diatas itu akan beresiko Mouldy (jamuran) dan dapat kena klaim.
Pemeriksaan mutu hasil pengeringan dilakukan secara organoleptik yaitu dengan meremas dan mencium aroma bubuk teh kering. Apabila pengeringan berlangsung baik maka bubuk yang dihasilkan akan berwarna coklat kehitaman, tidak menggumpal dan aroma semakin tajam. Bubuk teh dinyatakan kering apabila kadar air bubuk teh setelah keluar dari pengering + 3 – 3,3 %. Pemeriksaan kadar air teh kering menggunakan infrared moisture balance. Caranya, bubuk dari pengering diambil 5 g, kemudian diletakkan pada alat untuk dites yang pada prinsipnya adalah menguapkan seluruh kadar air dalam bubuk, sehingga hasilnya adalah kadar air yang terkandung dalam bubuk. Hasil pengamatan penulis pada tes kadar air bubuk III adalah 3,4 %.
E. Sortasi kering Sortasi merupakan proses memisahkan bubuk teh sesuai dengan standar produk pemasaran. Di pabrik Pagilaran dihasilkan 13 grade sebagai berikut: § First Grade §
: BOP, BOPK, PK, DUST, BT I, dan BP I
Secand Grade : BOP II, PF II, DUST II, BT II, BP II dan BOHEA
Tabel 12. menunjukkan spesifikasi dari tiap grade.
Tabel 12. Spesifikasi Produk Teh Hitam PT. Pagilaran Jenis
Bentuk
Warna
Tip
Tekstur
Bau
Serat
Benda asing
BOP
Keriting
Kehitaman
-
Tidak rapuh
Normal
-
-
BOPF
Keriting
Kehitaman
Ada sedikit
Tidak rapuh
Normal
-
-
PF
Butiran
Kehitaman
Jarang ada
Padat berisi
Normal
-
-
DUST
Butiran
Kehitaman
-
Padat berisi
Normal
-
-
FI
Butiran
Kehitaman
-
Padat ringan
Normal
-
-
BT
Flaky
Kehitaman
-
Ringan
Normal
Sedikit
-
BP
Choppy
Hitam kecklatan
-
Berat keras
Normal
-
-
BOP II
Keriting
Kecoklatan
-
Tidak rapuh
Normal
Sedikit
-
F II
Butiran
Kecoklatan
Jarang ada
Padat ringan
Normal
Jarang ada
-
BT II
Flaky
Kecoklatan
-
Ringan
Normal
Ada sedikit
-
DUST II
Butiran
Kecoklatan
-
Ringan
Normal
Ada sedikit
-
Merah
-
Ringan
Normal
Banyak
-
Bohea
Serat Panjang
Sumber : Bagian Sortasi Kering Pabrik Teh PT Pagilaran, 2008
Proses kerja sortasi kering dimulai dari bubuk dari pengering masuk ke Vibro terasan yang berfungsi menghilangkan serat, setelah itu bubuk hasil Vibro ke Chotta yang berfungsi menyeragamkan ukuran, kemudian Theewan yang betugas memisahkan bubuk teh berdasarkan berat jenis, dan terakhir Vibro finishing. Setiap alat memiliki beberapa corong, 4 corong dari seluruh alat sudah ditentukan gradenya yaitu corong 1 grade Dust, corong 2 grade PF, corong 3 BOPF, corong 4 BOP. Gambar 9. dan 10. menunjukkan contoh bubuk teh yang keluar dari Vibro, Chotta dan Thewaan.
Gambar 11. Bubuk Hasil Keluaran Theewan II dan III
Gambar 12. Bubuk Hasil Keluaran Vibro I dan IV
F. Pengemasan dan penyimpanan Pengemasan merupakan perlakuan terakhir dalam proses pengolahan teh hitam. Pengemasan bubuk teh kering agar sifat teh kering tidak berubah dan kadar air teh tidak mengalami kenaikan. Sebelumnya bubuk hasil sortasi kering harus melewati proses koreksi, kemudian disimpan dalam tea bin yang berkapasitas 2000-2500 kg bubuk teh berdasarkan grade. Jika akan dikemas bubuk teh dicampur berdasarkan grade di dalam tea bulker dan hasil pencampurannya masuk ke bahan pengemas. Bahan pengemas yang digunakan di pabrik teh PT. Pagilaran ada 3 macam yaitu : a. Paper Sack Paper sack yang digunakan terdiri dari 4 lapis kertas yaitu play standar (paling luar), weth strenght auto ply, high perfomance craft, dan aluminium foil. Fungsi pelapisan aluminium foil adalah untuk menjaga kualitas teh dari pengaruh luar. Banyaknya isian didalam paper sack berbeda-beda untuk tiap jenis teh, tergantung dengan besar kecilnya partikel bubuk teh kering yang akan dikemas. Paper sack digunakan untuk mengemas teh kering yang akan dieksport. Dalam
pengemasan teh kering dengan paper sack setelah dilakukan penimbangan, kemasan yang telah berisi teh kering dipadatkan dan dibentuk/dirapikan dengan mesin penggetar. b. Karung plastik Karung plastik yaitu lapisan dengan plastik di bagian dalam yang berfungsi untuk menjaga kualitas bubuk dari pengaruh luar. Pengisian bubuk dilakukan secara manual, dan setelah ditimbang kemudian dijahit secara manual. c. Dooz/kardus Dooz yang digunakan terlebih dahulu diberi lapisan yaitu plastik, ring karton, karton luar dan ban-tip. Pengemasan dooz di sesuaikan dengan permintaan konsumen (pasar). Biasanya Jepang menghendaki kemasan dengan kardus ini.
Gambar 13. Kemasan Paper Sack, Kemasan Karung dan Kemasan Kardus Hasil pengemasan kemudian disimpan di gudang, untuk kemasan dengan paper sack, tinggi tumpukan paper sack maksimal 210-220 cm dengan dialasi pallet yang dibuat khusus untuk paper sack dengan ukuran 112 X 112 X 15 cm. paper sack disusun dalam 1 chop 40 sack.
Pengendalian mutu produk akhir Untuk menjaga kualitas produk akhir agar sesuai dengan keinginan konsumen maka diperlukan serangkaian pengujian terhadap teh kering yang akan dipasarkan. Pengujian mutu produk akhir di PT. Pagilaran meliputi analisa kadar air, uji densitas dan uji organoleptik. 1. Uji kadar air (analisa kadar air) Pengujian kadar air dilakukan pada teh kering, yang bertujuan untuk memonitor kadar air teh kering apakah sudah sesuai dengan yang dikehendaki atau belum. Teh yang bermutu tinggi akan memiliki kadar air tidak lebih dari
3,5% untuk bubuk teh yang baru saja keluar dari mesin pengering dan + 6 – 7 % untuk bubuk teh hasil (sortasi kering sebelum dikemas). Uji kadar air ini dilakukan dengan menggunakan alat infra red Moistured Balance. 2.
Uji Densitas Tujuan dari uji densitas adalah untuk mengetahui ukuran partikel teh kering
sebelum pengemasan. Nilai densitas pucuk teh merupakan salah satu penentu mutu yang menentukan tingkat acceptability konsumen. Uji densitas dilakukan dengan cara mengambil sampel 100 gram bubuk teh yang kemudian dimasukkan dalam gelas ukur tanpa ketukan. Hasil yang terbaca pada gelas ukur merupakan nilai densitas bubuk teh per 100 gram. 3.
Uji Organoleptik Dilakukan dengan tester panelis kepala bagian pabrik. Pengujian dilakukan
pada teh keluar dari pengering dan produk teh jadi untuk mengetahui persepsi warna, rasa, aroma dan air seduhan, kenampakan teh kering serta kenampakan ampas seduhan teh hitam yang meliputi uji kenampakan, uji air seduhan, dan uji ampas seduhan.
PEMBAHASAN
Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan melalui berbagai cara, khususnya peningkatan ketepatan pemupukan dan perbaikan kondisi lahan. Ketepatan pemupukan mencakup jenis, dosis, cara, waktu dan kombinasi sedangkan perbaikan kondisi lahan dilakukan melalui aplikasi bahan organik dan pengendalian gulma (Syamsulbahri, 1996). Pemilihan jenis pupuk harus selalu mempertimbangkan aspek mutu, ekonomis dan pertimbangan teknis lainnya seperti kondisi lahan. Pengurangan atau penambahan dosis pupuk harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena akan berpengaruh terhadap keseimbangan hara yang tersedia bagi tanaman. Hal ini akan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Manajemen pemupukan di Kebun Pagilaran, dalam pelaksanaannya sudah cukup baik. Konsultan dan tingkat manajemen atas atau pihak direksi sebagai penentu atau pembuat rekomendasi pemupukan. Hasil rekomendasi digunakan sebagai dasar pembelian pupuk, dimana pembelian pupuk juga dilakukan oleh direksi baru kemudian dikirim ke gudang kebun. Pemupukan memerlukan biaya yang besar bahkan mencakup 60 % dari biaya pemeliharaan atau sekitar 30 % dari biaya produksi (Data kebun). Karena itu diperlukan pengelolaan pemupukan yang efektif dan efisien mulai dari gudang hingga diaplikasikan di lahan, pengelolaan tersebut meliputi prosedur gudang, jenis pupuk, dosis pupuk yang dipakai, waktu pemupukan, cara pemupukan, alat pemupukan dan pelaksanaan pemupukan.
Prosedur Gudang Gudang yang dimiliki PT. Pagilaran sudah cukup untuk penempatan persediaan pupuk untuk ketiga afdeling dan tiap afdeling atau bagian juga memiliki
gudang
penyimpanan
masing-masing.
Prosedur
gudang
yang
dilaksanakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pembukuan dan arsip-arsip yang ada di setiap kegiatan, baik pengambilan barang maupun penerimaan barang di gudang. Alur kerja penyampaian pupuk dari kantor direksi hingga ke kebun sudah baik, dimana pupuk dikirim ke kebun oleh perusahaan pemasok pupuk.
Jenis Pupuk Pemilihan jenis pupuk harus dipertimbangkan baik dari segi teknis maupun ekonomi (Wibowo,1997). Dasar pemilihan pupuk majemuk dari segi ekonomi lebih murah sehingga menghemat biaya, sedang keunggulan dari segi teknik antara lain pertama dapat mensuplai berbagai hara dalam satu kali aplikasi untuk mencukupi secara cepat kebutuhan hara makro dan mikro; kedua, efisien dalam penggunaan tenaga kerja serta waktu yang diperlukan karena pupuk majemuk dapat menghilangkan kerepotan dalam pencampuran pupuk; ketiga, ketersediaan hara pupuk majemuk berangsur-angsur yang menjamin efektifnya serapan hara dari tanah oleh tanaman; keempat, lebih murah dan mudah dalam transportasi; kelima, sedikit memerlukan gudang penyimpanan, dan terakhir lebih mudah dalam pengawasan saat aplikasi pemupukan di lahan. Peningkatan efisiensi pemupukan pada tanaman teh dapat
dilakukan dengan cara
meningkatkan efektifitas serapan hara dan memperkecil kehilangan pupuk, salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai kedua hal tersebut adalah penggunaan pupuk majemuk (Wibowo,1997). Pemilihan pupuk majemuk dalam program pemupukan di PT. Pagilaran sudah cukup efektif dan efisien. Menurut Leiwakabessy (2004) dari semua unsur hara, NPK adalah unsur yang paling umum ditambahkan sebagai pupuk sejak awal sejarah pemupukan, dan sekarang disadari bahwa ketiga unsur tersebut tidak selalu dapat menjamin produksi tanaman tetapi unsur-unsur lainnya turut berperan. Sehingga pupuk majemuk yang digunakan selain mengandung unsur NPK yang utama juga mengandung unsur Mg, S dan Zn. Jenis pupuk daun yang digunakan di kebun Pagilaran adalah Supermax yaitu pupuk cair organik berwarna hijau kehitaman yang memiliki kandungan hara sebagai berikut: 15,2 % N, 6,1 % P, 7,14 % K, 0,08 % Fe, 0,05 % Cu, 1,2 % Ca, 0,08 % Mg, 0,04 % Mn, dan 0,08 % Zn. Kelebihan Supermax ini, antara lain: Irit dan praktis, pupuk ini tanpa masa kadaluarsa, bergaransi dan bisa digunakan untuk tanaman pangan, sayuran, kebun, serta tanaman hias. Pemakaian pupuk Supermax juga bisa mengurangi pemakaian pupuk kimia secara bertahap.
Dosis Pupuk Dosis yang tepat dalam program pemupukan merupakan hal yang penting karena kekurangan dan kelebihan unsur hara akan merugikan tanaman. Metode yang digunakan sebagai dasar penentuan dosis pupuk yaitu berdasarkan analisis tanah, analisis daun, hasil-hasil percobaan pemupukan dan produksi yang dihasilkan. Selama 10 tahun terakhir PT Pagilaran menggunakan pupuk PMLT dengan dosis yang telah ditentukan oleh pihak direksi dengan bantuan konsultan berdasarkan produksi yang dihasilkan dan kebutuhan tanaman teh. Setiap kali pemupukan TM satu perdu pohon dipupuk 45 g PMLT sesuai takaran pupuk. Pada penggunan pupuk tunggal sering terjadi dosis pupuk yang tidak seragam tiap perdu akibat pencampuran pupuk yang kurang merata (Surastri, 2006). Keuntungan penggunaan pupuk PMLT dari segi dosis dapat menghindari dosis yang tidak seragam karena kandungan unsurnya telah disesuaikan. Mulai awal tahun 2003 pupuk yang ada di gudang mulai terbatas karena keterbatasan dana sehingga pelaksanaan pemupukan hanya satu kali pertahun, walaupun hanya dilaksanakan pemupukan satu kali per tahun tapi dosis yang digunakan sudah cukup memenuhi kebutuhan hara selama satu tahun. Perbandingan kandungan pupuk PMLT tersebut terlihat bahwa kandungan N sangat besar hal ini karena unsur N pada tanaman teh merupakan unsur yang paling dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman teh, sedang unsur P berperan sebagai stimulan dalam pembentukan akar dan jaringan meristem, unsur K berperan dalam meningkatkan absorbsi air dan memperlambat evaporasi, unsur Mg sebagai pengganti klorofil dan memegang peran dalam transportasi phospat dalam tanaman, unsur S berfungsi untuk membentuk klorofil, unsur lain yang terkandung adalah Zn yang berperan dalam mempertahankan bentuk pucuk standar dan mengatasi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman teh karena pengaruhnya yang cepat dan langsung pada tanaman sebagai bahan penekan serangan hama dan penyakit (Leiwakabessy, 2004). Dosis pemupukan TBM dan TM di kebun sudah sesuai dengan rekomendasi direksi dan PPTK Gambung yaitu
untuk tanaman TBM 200-300 g per pohon per tahun sedang untuk tanaman TM 300-450 g per pohon per tahun (APPI, 1997) Dosis pupuk daun yang digunakan adalah 3 cc per liter dan sebuah Knapsack Sprayer yang berkapasitas 15 liter atau mengandung 45 cc Supermax digunakan untuk memupuk 1,5 – 2 patok lahan yaitu kurang lebih 800 m2. Penyemprotan pupuk daun dengan konsentrasi 3 cc/liter memberikan peningkatan produksi pucuk basah (Rachmiyati, 2001).
Waktu Pemupukan Pemupukan di PT Pagilaran dibagi dalam dua semester yaitu semester pertama pada sekitar bulan Februari-April, dan semester kedua SeptemberNovember yaitu sekitar sebelum dan sesudah musim penghujan. Gambar 16. menyajikan data curah hujan bulanan dari tahun 1998-2007. Data tersebut menunjukkan bulan kering terjadi pada bulan Agustus.
Grafik Pola Curah Hujan Pagilaran 10 Tahun Terakhir 900 Curah Hujan (mm)
800 700 600 500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5
6 7 Bulan
8
9
10
11
12
Gambar 16. Grafik Pola Curah Hujan Kebun Pagilaran
Berdasarkan grafik diatas ketika dilaksanakan pemupukan pada semester pertama yaitu pada bulan Februari-April ternyata curah hujan masih tinggi berkisar 500-700 mm sedangkan pada pemupukan semester kedua yaitu pada
bulan September-November pelaksanaan pemupukan sudah sesuai yaitu pada curah hujan 100-200 mm. Waktu pemupukan yang tepat sangat penting karena irama penyerapan hara pada setiap tanaman berbeda. Tanaman teh yang dipetik tiap minggu memerlukan aliran hara yang teratur dan cukup. Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan pengadaan pupuk (Wibowo, 1997). Waktu pemberian pupuk disesuaikan dengan pola curah hujan setempat dan biasanya dipilih pada akhir musim hujan dan pedoman dalam penentuan waktu pemupukan adalah curah hujan tidak boleh kurang dari 60 mm/bulan dan tidak lebih dari 200 mm/bulan, karena manfaat pemupukan maksimal diperoleh saat curah hujan antara 60-200 mm/bulan. Curah hujan yang kurang dari 60 mm/bulan menyebabkan unsur hara dalam pupuk belum dapat diurai dengan sempurna, sebaliknya pada curah hujan lebih dari 200 mm/bulan terjadi pelarutan pupuk yang besar dan haranya terlarut dalam air (PPTK, 1997). Pemupukan di Pagilaran semester I belum memenuhi kriteria di atas tetapi pemupukan semester II telah sesuai rekomendasi. Pemupukan lewat daun di Kebun Pagilaran diutamakan pada blok tanaman yang umur pangkasnya lebih muda. Waktu yang ideal untuk pemupukan lewat daun adalah pagi hari hingga pukul 09.00 atau sore hari setelah pukul 16.00 karena pada saat tersebut stomata terbuka, sehingga pemupukan lebih efektif (Ghani, 2002). Pemupukan di Kebun Pagilaran dilakukan pada pagi hari dimulai dari pukul 07.00-11.00 sesuai dengan jam kerja kebun. Dilihat dari waktu pemupukan tersebut, pada pagi hari hingga pukul 09.00 pemupukan masih efektif tetapi setelah itu kurang efektif.
Cara Pemupukan Cara pemupukan menurut Wibowo (1997) bertujuan menempatkan pupuk pada daerah yang paling mudah dijangkau oleh akar aktif menurut pandangan umum. Pada pertanaman teh daerah perakaran aktif terletak di permukaan tanah sedalam 10-15 cm dan berjarak 30-40 cm dari batang (PPTK, 1997). Cara pemupukan di kebun dengan dibenam sesuai dengan rekomendasi, dengan cara tersebut hara akan diserap secara efektif oleh akar dan mengurangi kehilangan
pupuk akibat penguapan yang dapat terjadi jika pemupukan dilakukan dengan broadcast atau penaburan. Cara dibenam ini dilaksanakan di seluruh topografi lahan, walaupun lahannya berupa lereng yang curam pemupukan tetap dilakukan dengan dibenam. Pada areal yang tajuknya sudah menutup antar perdu juga tetap menggunakan cara dibenam sehingga pada areal seperti ini prestasi kerja tenaga pemupuk menjadi lebih rendah dibandingkan dengan areal yang tajuknya belum menutup. Kebun Pagilaran tidak menggunakan cara broadcast dalam pemupukan, hal ini untuk mencegah pencucian dan kehilangan hara akibat air hujan karena di Pagilaran termasuk beriklim basah, data curah hujan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Menurut Surastri (2006) kekurangan pemupukan dengan ditabur atau broadcast yaitu sering terjadinya pupuk yang ditabur para pekerja mengenai daun dan penaburan yang tidak merata sehingga banyak perdu yang tidak terpupuk. Pemupukan dengan cara dibenam dapat mencegah kesalahan-kesalahan akibat penaburan pupuk. Pupuk daun masuk melalui stomata, permukaan daun bagian atas memiliki jumlah stomata yang lebih sedikit selebihnya daun dilapisi lapisan lilin atau kutikula, jumlah stomata lebih banyak terdapat di bawah permukaan daun, sehingga pemupukan daun akan lebih efektif jika diarahkan ke permukaan daun bagian bawah (Ghani, 2002). Tetapi hal tersebut tidak dapat dilaksanakan di lapangan karena untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan, para pekerja biasanya menyemprot pupuk daun pada permukaan daun teh bagian atas, sehingga pemupukan menjadi tidak efektif dan efisien.
Alat Pemupukan Peralatan yang digunakan untuk pemupukan lewat akar belum digunakan secara maksimal, sebagai contoh beberapa orang penabur malas menggunakan takaran pupuk ketika tidak diawasi mandor, mereka lebih suka menggunakan tangan dengan alasan lebih cepat, sehingga pemberian pupuk per pohon menjadi tidak sesuai dengan dosis. Pengawasan yang lebih ketat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut. Sedang penggunaan peralatan pemupukan daun sudah cukup baik tetapi akan lebih baik jika para penyemprot memakai masker ketika
pengaplikasian pupuk daun sehingga dapat mengantisipasi pupuk daun yang terhirup oleh penyemprot.
Faktor Tenaga Kerja Manusia dalam hal ini tenaga kerja sebagai sumberdaya merupakan salah satu input dalam perusahaan yang perlu dikelola dengan baik (Stoner et al., 1996). Pekerjaan pemupukan adalah kegiatan yang menyerap banyak tenaga kerja karena dalam tiap semester seluruh areal perkebunan harus dipupuk dalam jangka waktu kurang lebih dua bulan. Tiap harinya minimal 8 ha kebun harus bisa terpupuk, untuk memenuhi tuntutan tersebut seluruh tenaga kerja pemeliharaan yang biasanya pembabadan, pemangkasan, penggarpuan dan penyemprotan dikerahkan untuk memupuk. Begitu juga dengan tenaga kerja petik sebagian juga diikutsertakan. Mandor menggilir pekerjaan yang tidak mendesak seperti pembabadan dan penyemprotan agar pekerjaan yang lain tidak terbengkalai. Prestasi kerja yang dicapai oleh para pekerja pemupukan adalah 0,5 ha/HK. Prestasi kerja Kebun Pagilaran ini tergolong tinggi jika di bandingkan dengan prestasi kerja Kebun PT. Abadi Tirta Sentosa yaitu 0,28 ha/HK (Surastri, 2006). Dilihat dari pelaksanaan dan pengelolaan di lapang serta pembagian kerja, mandor telah melakukan pengelolaan tenaga kerja pemupukan dengan efektif dan efisien.
Pelaksanaan Pemupukan Kegiatan pemupukan di Kebun Pagilaran lebih diutamakan pada tanaman yang umurnya paling muda dari waktu pangkas untuk memenuhi kebutuhan hara pada perdu dalam penyembuhan luka setelah pangkas. Pelaksanaan pemupukan diawasi oleh beberapa mandor pemeliharaan dan kepala bagian. Sistem pemupukan dilakukan dengan beriringan antara pembuat lubang dan pemupuk, agar tidak ada barisan pohon yang terlewat. Kegiatan pemupukan ini memerlukan pengawasan yang ketat dan tegas karena sering ada kecurangan yang dilakukan oleh para pekerja, seperti memupuk tidak sesuai takaran, lubang pupuk yang tidak ditutup kembali bahkan ada tanaman yang tidak terpupuk. Sistem berjajar yang digunakan juga sudah efektif untuk menghindarkan perdu teh yang terlewat dipupuk. Sistem ini merupakan sistem yang biasa
digunakan dalam pemupukan tanaman teh (Surastri, 2006). Jarak tanam tanaman teh 120 x 60 cm membentuk jalan antara barisan perdu yang digunakan pemupuk untuk baris jalan. Sistem ini merupakan sistem yang efisien untuk pemupukan dengan cara dibenam. Pelaksanaan pemupukan di lapang dilihat dari target dan realisasi sudah cukup baik walaupun sebenarnya tergantung pengadaan pupuk dari direksi. Pengawasan dari mandor masih perlu ditingkatkan agar mulai dari gudang hingga ke lahan tidak terjadi kecurangan oleh pekerja. Pengawasan saat pelaksanaan pemupukan di lapangan juga perlu ditingkatkan agar pekerja memupuk sesuai takaran dan menutup lubang pupuk kembali.
Pemupukan dan Produksi Pemupukan memang bukan faktor utama yang mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman, tetapi merupakan salah satu faktor produksi yang harus tetap dipertimbangkan agar produksi pucuk tetap berkesinambungan. Ada tidaknya pengaruh pemupukan terhadap produksi dapat dianalisis dengan membandingkan antara jumlah unsur hara yang diaplikasikan dan produksi pucuk teh yang dihasilkan. Analisis regresi mengenai hubungan antara jumlah hara dan produksi pada tiap blok tahun tanam dilakukan pada data yang diperoleh selama 6 tahun terakhir. Tabel 13. menggambarkan hubungan antara jumlah hara dan produksi pada tiap blok tahun tanam.
Tabel 13. Rekapitulasi Sidik Ragam Regresi dan Variabel Produksi Pucuk Teh Tahun Tanam
Regresi
R2
Persamaan
1925
tn
0,098
Y= 0,337x+7 926,937+ e
1953
tn
0,119
Y= 0,256x+7 822,151+ e
1974
tn
0,063
Y = 0,236x+9 815,921+ e
1987
*
0,615
Y= 0,450x+4 856,348+ e
1991
*
0,726
Y= 2,213x+7 739,143+ e
1992
*
0,620
Y= 0,127x+8 265,164+ e
Ket : * = nyata pada uji F 5 % tn = tidak nyata pada uji F 5 %
Dari Tabel 13. dapat terlihat bahwa pupuk tidak memberi pengaruh yang nyata pada produksi teh pada tahun tanam 1925, 1953 dan 1974. Pupuk memberikan pengaruh yang nyata pada tahun tanam 1987, 1991 dan 1992 yang berarti bahwa perubahan jumlah pemberian pupuk akan memberikan pengaruh terhadap jumlah produksi pucuk teh. Adanya pengaruh yang nyata jumlah pupuk terhadap produksi pucuk teh untuk blok tahun tanam 1987, 1991 dan 1992 diduga karena tanaman teh pada blok tersebut masih tergolong muda dan masih aktif melakukan pertumbuhan dan perkembangan sehingga responsif terhadap pemupukan. Hal ini berlawanan dengan tanaman teh pada blok tahun tanam 1925, 1953 dan 1974 yang kurang responsif terhadap pemupukan dan diduga karena faktor usia tanaman dan kesuburan tanah pada blok tahun tanam tersebut masih baik sehingga ketika terjadi pengurangan jumlah pupuk tidak mempengaruhi produksi pucuk yang dihasilkan. Selain pendugaan di atas, adanya pengaruh tidak nyata pupuk terhadap produksi disebabkan karena penyerapan hara oleh tanaman secara perlahan-lahan sehingga efeknya tidak dirasakan pada tahun yang sama dan kandungan bahan organik tanah masih tinggi sehingga ketika tidak dipupuk, tanaman masih tetap dapat berproduksi dengan baik. Program produksi tanaman teh memang seharusnya memperhatikan beberapa faktor lain selain unsur hara yang turut mempengaruhi produksi antara lain kondisi kebun, iklim, hama dan penyakit, manajemen perusahaan, pemeliharaan dan lain-lain (Ghani, 2002). Produksi dan produktivitas teh di Kebun Pagilaran dalam waktu 10 tahun terakhir mengalami fluktuasi. keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : kondisi kebun, iklim, pemupukan, pemeliharaan dan pemetikan (Eden, 1976). Produksi dan produktivitas teh di Kebun Pagilaran dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6. dan 7., bisa dilihat pada Gambar 17. memperlihatkan grafik produktifitas di salah satu bagian di Pagilaran.
Grafik Produktivitas Afdeling Kayulandak 10 Tahun Terakhir 12000 Produktivitas
10000 8000 6000 4000 2000 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun
Gambar 17. Grafik Produktivitas Bagian Kayulandak 10 Tahun terakhir Berdasarkan Gambar 17. terlihat bahwa produktivitas tertinggi pada tahun 1998 dan 2003, dan terendah pada tahun 2006. Diduga salah satu penyebab menurunnya
produktivitas
ditahun
2006
yaitu
berkurangnya
frekuensi
pelaksanaan pemupukan selama 2 tahun sebelumnya yaitu dari tahun 2003-2005 bisa dilihat pada Tabel 14. Selama tahun 1998-2001 aplikasi pemupukan di seluruh areal kebun adalah 3 kali aplikasi, sehingga mulai tahun 2000 dapat terlihat pengaruhnya terhadap produktivitas pucuk teh yang terus meningkat. Tetapi kemudian mulai tahun 2002 frekuensi pemupukan berkurang menjadi 2 kali aplikasi, tahun 2003 karena perusahaan kekurangan dana, aplikasi pemupukan dalam setahun cuma satu kali, bahkan setelah tahun 2004 tidak seluruh blok dapat terpupuk yang kemudian berdampak pada penurunan produktivitas pucuk. Bisa dilihat pada tahun 2006 produktivitas sangat rendah. Tanaman teh selalu diambil produksi pucuknya setiap rotasi petik sehingga secara kontinyu mengambil unsur hara dalam tanah, untuk tanaman seperti ini sebaiknya pelaksanaan pemupukan lebih sering. Dari Tabel 14. dapat disimpulkan berkurangnya realisasi pemupukan diikuti pula oleh menurunnya produktivitas pucuk. Dengan melihat realitas di kebun dapat dirasakan bahwa realisasi pemupukan memberikan pengaruh terhadap produktivitas pucuk teh. Tabel 14. memperlihatkan realisasi pemupukan selama 10 tahun terakhir di bagian Kayulandak.
Tabel 14. Realisasi Pemupukan Bagian Kayulandak. Tahun
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
% Blok terpupuk
100% 100% 100% 100% 100% 100% 85% 35% 85% 60%
Sumber: Kantor kebun Kayulandak
Pelaksanaan pemupukan (kali/tahun) 3 4 3 3 2 1 1 1 1 1
Rata-rata jumlah pupuk
Produktivitas
----------------kg/ha---------------1298,1 10 150.936 1542,1 8 360.325 1224,7 8 188.326 1225,0 9 045.685 1065,4 10 049.972 542,0 11 021.242 432,7 9 137.698 9 004.365 336,0 432,7 7 330.261 8 629.573 453,0
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pelaksanaan magang selain menambah keterampilan dan pengetahuan tentang kegiatan teknis di lapangan juga menambah pengetahuan tentang perencanaan dan manajemen kegiatan di kebun teh khususnya pada kegiatan pemupukan. Manajemen pemupukan di kebun Pagilaran dari segi prosedur gudang, cara pemupukan dan jenis pupuk sudah tepat dengan rekomendasi. Cara pemupukan dengan dibenam cukup efektif dan efisien untuk mempermudah penyerapan hara oleh akar. Pengelolaan tenaga kerja pemupukan yang digunakan cukup efektif jika dilihat dari prestasi kerja. Pemupukan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tahun tanam 1987, 1991 dan 1992 yang berarti bahwa perubahan jumlah pemberian pupuk akan memberikan pengaruh terhadap jumlah produksi pucuk teh. Pupuk tidak memberikan pengaruh nyata pada blok tahun tanam 1925, 1953 dan 1974. Hal ini mungkin disebabkan penyerapan hara oleh tanaman secara perlahan-lahan sehingga efeknya tidak dirasakan pada tahun yang sama. Program produksi tanaman teh seharusnya memperhatikan beberapa faktor lain selain unsur hara yang turut mempengaruhi produksi. Jika dilihat dari realitas di kebun, berkurangnya realisasi pemupukan mulai tahun 2003 ternyata mengakibatkan terus menurunnya produktivitas pucuk teh. Berkurangnya realisasi pemupukan terjadi karena adanya keterbatasan dana sehingga berakibat langsung terhadap ketersediaan pupuk di gudang.
Saran Peningkatan ketersediaan pupuk di kebun dan pengawasan pelaksanaan pemupukan perlu menjadi perhatian yang serius untuk meningkatkan ketepatan pemupukan. Penggunaan pupuk dari limbah pengolahan teh untuk pemupukan tanaman menghasilkan dapat digunakan sebagai alternatif penghematan pupuk anorganik.
DAFTAR PUSTAKA
Astra Agro Lestari. 1997. Brevet Dasar I Tanaman Teh. Astra Agro Niaga. Yogyakarta. 67 hal. Ditjenbun. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003-2005 Teh. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 24 hal. Drajat, A. 2008. Ekspor Teh Menurun Tiap Tahun. URL:http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=16528&kategori=15 Diakses tanggal 4 Agustus 2008. Eden, T.1976. Tea Third Edition. Longman Group Limited. London. 219 p. Ghani, M. A. 2002. Buku Pintar Mandor : Dasar-Dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134 hal. Leiwakabessy, F. M. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 207 hal. PT. Perkebunan XI. 1993. Vademecum Budidaya Teh. PT Perkebunan XI. Jakarta. 140 hal. PPTK. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (Eds 2). Gambung. 151 hal. Putra, D. A. 2004. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pucuk Teh (CameIia sinensis (L.) O. Kuntze). Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rachmiyati, Y. 2001. Pemupukan Pada Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 12 hal (Tidak dipublikasikan). Sarif, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 160 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri- Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 591 hal. Stoner, J. A, F. R. E Freeman, dan D. R. Gilbert Jr. 1996. Manajemen Jilid II. PT Prenhallindo. Jakarta. 320 hal. Surastri, T. Y. 2006. Analisis pemetikan Teh (CameIia sinensis (L.) O. Kuntze) Di Perkebunan Rumpun Sari Medini PT. Abadi Tirtasentosa, Boja, Kendal, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Gajahmada University Press. 318 hal.
Tanaman
Perkebunan
Tahunan.
Wibowo, Z. S. 1990. Rasionalisasi Pemupukan Tanaman Teh Dalam Rangka Peningkatan Produksi dan Penghapusan Subsidi Pupuk. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 23 hal. ____________ . 1997. Risalah Hasil Penelitian Teh. 1991-1995. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 210 hal.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT Pagilaran No
Status
1 UMUM
Tanggal 12-Feb-08 13-Feb-08
Lokasi
15-Feb-08 16-Feb-08 18-Feb-08 19-Feb-08 20-Feb-08
Orientasi pembibitan Orientasi kantor induk Pengukuran curah hujan dan orientasi pabrik Orientasi teknik Orientasi Kebun Pagilaran Pembibitan membuat bekong Membuat bekong Mengayak tanah
Pembibitan kantor induk Kebun dan Pabrik Bag Teknik Kantor Kebun Kebun bibit Kebun bibit Kebun bibit
21-Feb-08
Melubangi polibag
Kebun bibit
22-Feb-08
Mencampur tanah dengan pupuk dan dithane M-45
Kebun bibit
23-Feb-08
Mengayak sub soil
14-Feb-08
2 KHL
Uraian kegiatan
25-Feb-08 26-Feb-08 27-Feb-08 28-Feb-08
Mengangkut dan memasukkan top soil Menyiapkan polibag Memasukkan top soil ke polibag Mengangkut dan memasukkan sub soil ke polibag
Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis
50
10
5 jam kerja
5 jam kerja
Kebun bibit
0,5 m3
0,125 m3
Kebun bibit
500
168
Kebun bibit
500
70
Kebun bibit
500
205
Kebun bibit
5 jam kerja
29-Feb-08
Memasukkan sub soil
Kebun bibit
5 jam kerja
01-Mar-08
Menyeleksi bibit
Kebun bibit
5 jam kerja
03-Mar-08
Praktek pemangkasan awal
Kebun Pagilaran
04-Mar-08
Praktek pemangkasan
Blok Kebun Jati
400 m2
05-Mar-08 06-Mar-08 07-Mar-08 10-Mar-08 11-Mar-08 12-Mar-08 13-Mar-08 14-Mar-08 15-Mar-08 16-Mar-08
Kerik lumut Penggarpuan dan penyiangan Kubur ranggas Pemangkasan Pengenalan pemetikan Pemetikan Pemetikan Pemupukan TBM Pemetikan Penyiangan gulma
Blok Beji II Blok Beji II Blok Beji II Blok Kebun jati Blok Garjito II Blok Garjito II Blok Garjito II Pagilaran Blok Garjito II Blok Garjito II
400 m2 400 m2 400 m2 400 m2
17-Mar-08
Penggarpuan dan pemetikan
Blok Gondang
18-Mar-08
Penyiangan dan TBM
19-Mar-08
Kerik lumut
20-Mar-08
Pemetikan
Blok karang sari I Blok karang sari I Blok gondang
35-40 kg 40 kg 1 ha 35-40 kg 5 jam kerja
5 jam kerja 5 jam kerja 5 jam kerja 18 pohon 6 m2
1,8 kg 3 kg 3 kg 5 jam kerja
IA
3 PENDAMPING MANDOR
24-Mar-08 25-Mar-08
Pemeliharaan TBM Pemeliharaan TBM
26-Mar-08
Pemetikan
27-Mar-08 29-Mar-08 30-Mar-08 31-Mar-08
Pemetikan Pemupukan TM Pemupukan TM Pemupukan daun
Blok Jrakah II Blok Jrakah II Blok Kayulandak II Blok kemulan Blok Sirebut II Blok Sirebut II Blok Sirebut II
01-Apr-08
Analisa pucuk
Pabrik
5 jam kerja
02-Apr-08
Analisa pucuk
Pabrik
5 jam kerja
03-Apr-08 04-Apr-08 05-Apr-08 07-Apr-08 08-Apr-08 09-Apr-08 10-Apr-08 11-Apr-08 12-Apr-08 14-Apr-08 15-Apr-08 16-Apr-08 17-Apr-08 23-Apr-08 24-Apr-08 25-Apr-08
Supervisi Pelayuan Pelayuan (pengamatan) Pembibitan, penanaman stek Penggilingan dan sortasi basah Penggilingan dan sortasi basah Pengeringan Pengeringan Sortasi kering Sortasi kering Sortasi kering Pengepakan Uji organoleptik teh Pembibitan Pengamatan HPG Pengamatan HPG
26-Apr-08
Pengamatan Pucuk Klon
28-Apr-08 29-Apr-08 30-Apr-08 01-Mei-08 02-Mei-08 05-Mei-08 06-Mei-08
Pengukuran ketinggian Pemetikan Pemupukan Pengukuran ketinggian Pengukuran ketinggian Prosedur gudang Pemetikan
07-Mei-08
Pemupukan
08-Mei-08
Pengukuran ketinggian
09-Mei-08
Pengukuran ketinggian
10-Mei-08
Penggarpuan dan Babat
12-Mei-08
Pengukuran ketinggian
Pabrik Pabrik Pabrik Kebun bibit Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Kebun bibit Kebun Pagilaran Kebun Pagilaran Blok Sanderan II Kebun Pagilaran blok pagilaran II Blok Beji II Kebun Pagilaran Kebun Pagilaran Kantor Gudang Gondang III Blok Pekandangan IB Kebun Andongsili Kebun Andongsili Blok Dawuhan II Kebun Kayulandak
5 jam kerja 5 jam kerja
PENDAMPING 4 KEPALA AFDELING
13-Mei-08
Pengukuran ketinggian
14-Mei-08
Pemetikan jendangan
15-Mei-08
Pemetikan
16-Mei-08
Pemeliharaan
17-Mei-08
Pembukaan lahan
19-Mei-08
Pembibitan
20-Mei-08 21-Mei-08
Kontrol kebun Proses RKT kepala bagian
22-Mei-08
Pengumpulan data
26-Mei-08
Tugas kepala bagian
27-Mei-08 28-Mei-08 29-Mei-08
Pengambilan contoh tanah dan daun Pengambilan contoh tanah dan daun Pengambilan contoh tanah dan daun
30-Mei-08
Penanaman perdana
31-Mei-08
Prosedur tugas pengawas
Kebun Kayulandak Blok Sirebut IA Blok Pagergunung IA Blok Kayulandak Blok Kayulandak Penelitian dan Pengembangan Kebun Pagilaran Kebun Pagilaran Kantor Pagilaran Kebun Andongsili Kebun Andongsili Kebun Andongsili Kebun Kayulandak Kebun Kayulandak Kebun Kayulandak
Tabel Lampiran 3. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran I. Kebun Produksi No
Blok Kebun
1 Garito II
Luas (ha) 18,790
patok
Tahun Tanam
Populasi/ ha
469,75
2 Garito IIIB
3,180
79,75
1978/1998 1987
3 Gamblok I
7,270
181,75
1976
4 Gamblok II
10,280
257,00 1976
Pecundukan IIIA 6 Pecundukan IV
5,320
133,00
10,660
266,50
1973/1990
7 Kebunjati I
9,860
246,50
1974
8 Pulosari III
18,526
463,25
5
1972
1973/1990 9 Pulosari I
5,170
129,25
10 Gamblok III
11,630
290,75
1987/1999
1976/1977 11 Sijanggel
8,500
212,50 1977
Karangdadi I / II
9,093
254,75
13 Karangdadi III
7,500
187,50
14 Pecundukan I
12,400
310,00
12
1962/1977 1975/1976/1998
1987 15 Kebunjati II
12,300
307,50 1974
7,833
196,00
1974/1975
17 Pecundukan II Pecundukan 18 IIIB 19 Drejeg
11,420
285,50
4,630
115,75
6,210
20 Sanderan IV
16 Pulosari II
21 Garjito I
Klon
Ketinggian M dpl
Campur (biji, Kiara 8, TRI, 9.908 PSI)
850
9.900 TRI
875
7.922 Biji Campur (biji, Kiara 8, TRI, 7.422 PSI)
880
10.000 Biji/Kloon
860 820
6.858 Biji
820
8.717 Biji Campur (Biji, TRI, Kiara 8, 9.257 PSI)
780
9.697 TRI Campur (Biji, TRI, Kiara 8, 8.324 PSI) Campur (Biji, TRI, Kiara 8, 9.800 PSI) 8.325 Biji Biji, Kloon 8.772 Campuran TRI, PSI, Biji Tanaman lama 7.375 1 Ha Campur (Biji, TRI2024,2025, 8.739 PSI,Kiara)
730 780 880
875 890 880 860
730
8.550 Biji, Kiara
700
1925
7.000 Biji
840
1972
10.000 Biji
155,25
1980/1990
10.045 TRI
12,190
304,75
1961/1985/1988
4,520
113,00 1989/1999
22 Sanderan II
3,360
84,00
23 Beji I
4,142
116,00
1999 1899/1912
8.767 TRI Campur (biji 0,43 Ha, TRI 8.836 3,23 Ha) Gambung 7, 8 11.08 GPPS 1 7.322 Biji
840 860 900 860 870 1055
24 Beji II
15,205
425,75
1899/1912
5.884 Biji
1045
25 Kejawen IA
11,870
296,75
1992
8.316 TRI
1000
26 Jemanen I
10,710
267,75
1992
12.000 TRI
995
27 Keteleng
13,151
368,25
1925
28 Sanderan III
7,000
175,00
1984
29 Sukowero
8,010
200,25
1977/1978
30 Kwarasan I
13,000
325,00 1978
5.476 Biji, TRI 2 Ha
1050
10.005 TRI
920
9.887 Biji, TRI 2 Ha Campur (biji, Kiara 8, TRI, 9.477 PSI) Campur (TRI, 12.000 PSI, Kiara 8)
955 955
31 Kwarasan II
15,666
391,75
32 Jemanen II
15,314
383,00
33 Garjito IIIA
4,070
101,75
34 Pagilaran III
4,440
111,00
1988
9.418 TRI
900
11,580
289,50
1991
11.500 TRI
1050
6,250
156,25
1992
11.500 TRI
920
37 Depok IIA
11,070
276,75
1993
12.525 TRI
1100
38 Karangnongko
13,182
329,75
1980/1998
8.995 TRI, Biji
985
39 Kejawen II
10,000
250,00
1979/1980
13.600 Biji, SKM
1000
40 Giyanti IA
9,000
225,00
1979/1980
13.600 TRI, Biji
1030
41 Sirebut IIIA
14,268
356,75
1980
42 Pagilaran I
12,690
355,50
1899/1953
43 Pagilaran II
11,812
330,75
Jumlah
428,072
10901,50
35 Depok IA 36 Sanderan IA
II.
1979 1979 1980
1899/1953/1999
955 990
13.300 TRI, SKM Kiara 8, PSI, 9.392 Kiara
9.300 TRI
860
1075 940
7.400 Biji Biji, MPS 7, 11.015 GPPS, PS
915
Kebun Penelitian
1 Pecundukan II
1,170
29,25
1925
2 Sanderan II Jumlah Jumlah total
1,000 2,170 430.242
25,00 54,25 10.955,75
1999
7 Aneka Kloon Gambung 7, 8, 11.08 GGPS I
840 885
Tabel Lampiran 4. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak I. Kebun Dewasa No 1
Blok Kebun Pagergunung IA Pagergunung IB Pager pelah IA Pager pelah II Pager pelah IB Kemulan IA
Luas (ha)
patok
Tahun Tanam
15,715
440,020
16,143
452,004
1905/1923
7,000
196,000
1894/1914
9,143
256,004
13,000
364,000
15,179
7 Kemulan IB 8 Jrakah I
2 3 4
1905/1923
Populasi per ha 8.630 8.586 9.240
1894/1914
9.144
1894/1915
9.240
425,012
1903/1991
8.059
12,750
357,000
1903/1991
10.064
14,392
403,004
1903/1914
7.457
9 Jrakah III
3,538
88,450
1990
11.281
10 Jrakah II Kayulandak 11 I Kayulandak 12 II 13 Sirebut IA
3,678
91,950
1990
11.231
4,893
137,004
1904/1915
10.013
14,500
406,000
1904/1915
8.960
12,766
357,448
1901/1912
7.730
14 Depok IIB
8,786
246,008
1900/1909
8.195
15 Keteleng II
6,000
168,000
1925
8.160
16 Depok IB Plantongan 17 IA/I Plantongan 18 IB Plantongan 19 IA 20 Sirebut III
3,250
91,000
1900/1909
7.180
7,950
198,750
1991
10.429
11.822
331,016
1906/1910
7.978
9,000
252,000
1906/1909
7.180
13,287
332,175
1981
12.427
21 Sirebut II
2,750
77,000
1901/1912
4.404
22 Sirebut IB
11,250
315,000
1901/1912
9.720
23 Giyanti II
2,470
61,750
1991
11.189
5 6
JUMLAH II.
219,263 6.046,595
Populasi per Blok 135.616 138.600 64.680 83.600 120.120
Klon Biji Biji/PS Biji Biji Biji/PS
Ketinggian m dpl 1240 1240 1205 1260 1270
122.326 Biji/PS 128.310 Biji/PS
1470
109.991 Biji/PS 39.912 Klon
1460
1390
1340
41.309 Klon/PS
1285
48.993
1270
129.920
Biji Biji/RB
1260
98.686 Biji 72.000 Biji
1160
48.960 Biji 23.335 Biji
1170 1200
82.913
1140
94.320 64.620
TRI Biji Biji
165.120 TRI 12.111 Biji 109.350 Biji/PS 27.638 TRI
1190
1170 1170 1200 1205 1185 1090
1.962.430
Kebun Belum Menghasilkan
1 Jrakah II Jumlah total
8,75 228,013
218,75 6265,345
2003/2004
Gambung 13.059 114.270 7, 9, 11 2.076.700
1290
Tabel Lampiran 5. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Andongsili
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
III.
Blok Kebun Dawuhan IA Dawuhan IB Dawuhan II A Dawuhan II B Andong Silih Karang Sari I Karang Sari IIA Karang Sari II B Cikalong Gondang Ia Gondang Ib Gondang IIA Gondang IIB Gondang III Gondang IV Tenggung Karangmego IA Karangmego IB Karangmego II Pekandangan IA Pekandangan IA/1 Pekandangan IB Pekandangan IB/1 Pekandangan II Sitogog Bismo IA Bismo II Karangsari III Bismo III Bismo IB Jumlah
Ketinggian Luas(ha) Jumlahtanaman/ha Tahun Tanam m/dpl 8,50 5568 1925 12,00 5620 1925 7,00 5560 1925 12,00 5986 1925 12,25 7340 1915 14,50 6564 1915 10,25 6000 1915 11,00 5320 1915 15,25 5612 1905 8,50 5912 1926 8,00 6592 1926 9,50 5560 1926 7,834 5560 1926 4,76 4772 1926 7,25 5864 1926 14,00 7200 1900 10,75 6380 1905 6,75 6432 1905 15,00 7436 1905 16,50 8700 1899 11,50 9560 1899 8,00 8850 1899 13,00 9196 1899 8,50 5200 1899 6,00 7800 1900 6,25 7040 1910 8,25 4940 1910 11,75 11500 1915 11,25 11500 1900 11,75 11500 1990 303,594
1060 1050 1070 1125 1160 1070 1020 1010 1300 1120 1030 1080 1040 1020 1050 1105 1220 1210 1290 1280 1300 1215 1195 1115 1250 1145 1020 1000 930 1135
Kebun Belum Menghasilkan
1 Gondang III Jumlah total
6,25 310,094
11500
2004
1020
Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Regresi Produksi Pucuk Teh Tahun Tanam 1925 1953 1974 1987 1991 1992
Sumber Db Regresi 1 Galat 4 Regresi 1 Galat 4 Regresi 1 Galat 4 Regresi 1 Galat 4 Regresi 1 Galat 4 Regresi 1 Galat 4
Jumlah Kuadrat 2636493 19012139 1793188 13219418 1004229 14883162 8466847 3762783 16322852 4589358 894445 396037
Kuadrat Tengah F Hit Pr>F 2636493,041 0,555tn 0,498 4753034,768 1793187,898 0,543tn 0,502 3304858,412 1004229,383 0,27tn 0,631 3720790,576 8466486,630 9,00* 0,040 940695,802 16322851,99 14,227* 0,020 1147339,407 894445,880 8,55* 0,044 955699,470
Tabel lampiran 10. Pendugaan Parameter Produksi Pucuk Teh Tahun Tanam 1925 1953 1974 1987 1991 1992
Peubah Intersep Jml Hara Intersep Jml Hara Intersep Jml Hara Intersep
Db 1 1 1 1 1 1 1
Jml Hara Intersep Jml Hara Intersep Jml Hara
1 1 1 1 1
Penduga 7926,937 0,3337 7822,151 0,256 9815,921 0,236 4856,348 0,450 7739,143 2,213 5729,345 0,660
Galat Parameter 1912,759 0,452 1263,481 0,384 1358,391 0,454 892,567 0,150 4996,236 0,587 882,675 0,220
t Hit Baku 4,144 0,745tn 6,191 0,757tn 7,226 0,520tn 5,441 3,000* 1,549 3,772* 5,112 2,955*
Pr>T 0,014 0,498 0,003 0,502 0,002 0,631 0,006 0,040 0,196 0,020 0,005 0,044
Tabel Lampiran 8. Struktur Organisasi Unit Produksi Pagilaran
Mandor Besar Pengolahan
Kepala Bagian Pabrik
Kepala Bagian Teknik
Pengawas
Kepala TU Mandor Besar Sortasi dan Pengepakan Mandor Besar Mesin + Kendaraan
Pengawas
Kepala TU Mandor Besar Kontruksi & Listrik
Kepala Bagian Penelitian dan Antan
Pengawas
M. Penerimaan Pucuk M. Sortasi basah M. Pengolahan Teh Hijau
Juru Tulis M. Sortasi Kering M. Pengepakan M. PengepakanTeh Hijau
Mandor Juru Tulis Mandor
Mandor Besar Penelitian
M. Penelitian & Percobaan M. Pengepakan M. Antan Petik
Kepala TU
Juru Tulis
Mandor Besar Antan Korkam
Kepala Unit Produksi (Pimpinan Kebun)
Kepala Bagian Kantor Induk
Pengawas
Pakam Kepala TU
Juru Tulis
Kepala Sie Gudang
Juru Tulis M. Kesehatan Paglaran, Kayulandak, dan Andongsilih
Sie Kesehatan
Kepala Bagian Kebun Kayulandak
Kepala Bagian Kebun Pagilaran
Kepala Bagian Andongsili
Pengawas
Pengawas
Pengawas
Kepala Satpam
Mandor Besar Pemeliharaan
Mandor Pemeliharaan
Kepala TU
Juru Tulis
Mandor Besar Petik
Mandor Petik
Mandor Besar Pemeliharaan
Mandor Pemeliharaan
Kepala TU
Juru Tulis
Mandor Besar Petik
Mandor Petik
Mandor Besar Pemeliharaan
Mandor Pemeliharaan
Kepala TU
Juru Tulis
Mandor Besar Petik
Mandor Petik
Sub Bagian Keuangan/Sekretaris
Kepala Bagian Agrowisata
Sub Bagian Rumah Tangga Sub Bagian Penerima/Pengelola Tamu
Tabel Lampiran 2. Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun 1997 - 2007 1997 1998 1999 2000 2001 Bulan CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH Januari 1400 24 681 28 794 30 1146 29 741 27 Februari 647 24 538 27 843 26 227 17 688 28 Maret 375 28 655 29 492 23 475 25 637 22 April 603 21 576 25 472 25 703 27 667 24 Mei 308 15 613 17 386 14 496 21 545 12 Juni 170 7 453 19 340 17 230 9 298 19 Juli 12 2 504 25 211 14 224 11 357 14 Agustus 20 2 260 17 119 10 157 8 72 5 September 0 0 399 13 90 5 218 18 323 14 Oktober 119 9 524 25 569 24 598 27 916 27 November 334 21 640 26 856 30 976 29 831 28 Desember 995 30 570 24 579 28 210 10 520 26 Jumlah 4981 183 6413 275 5751 246 5660 231 6595 246 Rata- rata 415 28 987 42 885 38 871 35.5 1015 38 BK 3 0 0 0 0 BB 9 12 12 12 12 BL 0 0 1 0 1 Sumber : Bagian Penelitian dan Pengembangan PT Pagilaran, Februari 2008
2002 2003 2004 2005 CH HH CH HH CH HH CH HH 1018 27 407 17 536 25 385 21 1419 26 1167 24 736 25 465 26 1004 28 840 27 480 22 586 24 1068 23 260 20 699 23 699 23 261 16 348 16 685 24 332 16 117 7 266 9 107 10 292 23 119 12 18.5 2 305 17 193 14 49.5 5 91.5 5 0 0 54 11 50 4 179 14 105 16 352 19 50 5 231 9 159 15 378 23 454 26 837 25 326 22 393 24 938 26 752 30 626 29 540 31 6546 205 5396 198 4764 228 4669 255 1007 17 450 17 397 19 389 21 3 1 1 1 9 11 11 11 0 1 0 0
2006 CH HH 1208 28 556 26 225 20 490 26 413 21 108 9 8 3 2 2 3 2 43 12 252 20 823 20 4131 189 344 16 4 8 0
2007 CH HH 496 18 524 26 632 26 548 21 370 26 323 12 27 4 53 6 21 3 120 14 413 25 3527 321 4 8 0
Keterangan : CH : Curah Hujan
HH : Hari Hujan Q =
BK : Bulan Kering (<60 mm)
BB : Bulan Basah (>100 mm)
BL : Bulan Lembab(60-100 mm)
Rata rata Bulan Kering X 100 % = 1.41667 X 100 % = 15, 179 % (Tipe Iklim B Schmidth dan Ferguson = Basah) Rata-rata Bulan Basah
9.333
181 16
Tabel Lampiran 6. Produksi dan Produktivitas PT. Pagilaran Bagian Kebun Kayulandak
Tahun
Januari
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
145 765 119 672 128 846 223 133 173 272 230 630 150 809 161 594 141 383 181 052
Februari 215 833 124 009 87 126 68 482 143 773 133 221 128 016 183 997 87 649 7 808
Maret
April
163 189 161 073 174 341 107 307 164 314 181 041 162 604 131 445 220 786 116 635
174 603 184 028 160 266 209 586 190 662 179 417 146 175 157 448 170 591 120 038
Bulan Mei juni Juli Agustus September ------------------------Ton------------------------------217 173 182 995 196 342 169 790 226 431 120 328 170 849 124 872 154 223 178 867 154 750 168 711 137 887 151 348 174 466 119 738 238 898 143 374 147 234 201 938 223 680 212 121 154 591 191 325 204 832 233 951 190 164 225 872 211 112 228 577 194 862 165 457 160 456 145 630 169 337 208 923 172 922 155 811 175 344 84 170 124 240 186 931 120 837 89 247 121 022 194 862 157 294 16 495 179 545 162 117
Oktober 228 527 160 551 180 709 140 459 216 408 236 907 179 117 211 809 90 329 188 207
November Desember 158 238 184 401 146 876 192 605 182 642 150 825 200 452 144 109 109 682 240 861
168 765 150 237 130 071 190 630 211 745 214832 200 644 186 752 144 558 180 232
Jumlah 2 247 651 1 833 110 1 795 397 1 983 384 2 269 365 2 416 549 2 003 559 1 974 324 1 607 255 1 892 146
Produktivitas (ton/ha) 10 250.936 8 360.325 8 188.326 9 045.685 10 349.968 11 021.235 9 137.698 9 004.365 7 330.261 8 629.5727
Tabel Lampiran 7. Produksi dan Produktivitas PT. Pagilaran Bagian Kebun Andongsili
Tahun
Januari
Februari
Maret
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
189,259 154,876 175,300 266,761 211,375 249,681 188,621 186,339 158,128 232,930
300,967 170,782 125,839 71,240 123,114 186,326 157,355 220,089 121,103 192,885
198,941 210,403 224,818 168,282 170,825 189,479 174,314 166,035 254,249 140,842
Bulan April Mei juni Juli Agustus September -------------------------------Ton---------------------------------270,211 265,368 272,049 241,717 222,773 300,122 237,104 180,069 237,638 195,025 224,163 217,583 147,127 186,264 202,574 146,589 172,367 212,229 206,173 154,700 247,578 168,861 213,103 214,668 196,107 224,318 223,150 189,580 193,105 252,568 226,996 265,370 232,712 256,331 231,121 242,645 212,297 198,094 227,122 195,535 177,952 213,502 185,787 241,019 215,307 192,365 205,973 185,894 205,201 156,235 236,521 182,124 134,079 151,779 164,327 227,751 211,653 209,740 218,274 229,084
Oktober
November
Desember
282,825 238,853 213,413 213,627 243,318 298,213 228,019 262,701 126,254 257,724
191,080 211,546 168,932 190,788 234,985 181,492 255,628 181,781 178,591 292,328
241,695 208,350 164,903 214,537 231,425 241,068 240,992 236,358 243,680 229,726
Jumlah 2,977,007 2,486,392 2,140,355 2,330,318 2,282,495 2,801,434 2,469,431 2,479,648 2,147,944 2,607,264
Produktivitas (ton/ Ha) 9805.882 8189.859 7050.057 7675.771 7518.248 9227.567 8133.991 8167.645 7075.054 8587.996
Gambar Lampiran 1. Peta PT. Pagilaran, Unit Produksi Pagilaran.