1
PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
APRILIA SUMARNO A24060559
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2
RINGKASAN APRILIA SUMARNO. Pengelolaan Pemupukan pada Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO). Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun manajemen sehingga dapat mengetahui, memahami, dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan, khususnya di perusahaan perkebunan dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Tujuan khusus dari magang adalah mempelajari dan menganalisis pengelolaan pemupukan pada tanaman teh. Magang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2010 di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah bekerja secara langsung di lapangan, pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data. Mahasiswa berfungsi sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor (pembimbing), pendamping kepala blok, dan pendamping asisten kepala bagian kebun selama kegiatan magang dilaksanakan. Kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu pembibitan, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, porokan, pembuatan lubang tadah dan guludan, gosok lumut, batas kebun, pemeliharaan pohon pelindung, pemetikan dan pengolahan pucuk teh. Pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan yang berpengaruh langsung terhadap produksi pucuk teh. Penerapan prinsip “4T” yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara menentukan keberhasilan pemupukan. Keberhasilan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi terlihat pada hasil produksinya. Ketepatan jenis, waktu, dan cara pemupukan diamati secara langsung di lapangan kemudian dibandingkan dengan teori. Ketepatan dosis diamati dengan mengambil sampel untuk kemudian dibandingkan dengan rekomendasi. Hasil analisis dari data primer tersebut menunjukkan baik jenis, waktu, cara, maupun dosis sudah sesuai dengan rekomendasi.
3 Dosis pupuk yang diterapkan antara rekomendasi dan realisasi tidak berbeda nyata meskipun dalam realisasi jumlah pupuk yang diberikan lebih sedikit. Dosis pupuk yang baik untuk peningkatan produksi adalah dosis pupuk dengan persentase N 7.98 %. Keberhasilan pemupukan tidak selalu terlihat pada produksi pucuk teh karena masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi pucuk teh.
4
PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
APRILIA SUMARNO A24060559
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
5
Judul
: PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Nama
: APRILIA SUMARNO
NRP
: A24060559
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Ir. Supijatno, M.Si NIP. 19610621 198601 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
6
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Karanganyar, Surakarta pada tanggal 17 April 1988 dari pasangan Bapak Sumarno dan Ibu Sumini. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Tingkat pendidikan yang pernah dijalani yaitu Taman Kanakkanak Pertiwi Jaten, Surakarta, Jawa Tengah dan meneruskan pada tingkat Sekolah Dasar Negeri VI Klampok, Banjarnegara, Jawa Tengah. Penulis menempuh pendidikan di SLTP Negeri 2 Klampok, Banjarnegara dan melanjutkan di SMA Negeri 1 Banjarnegara, Jawa Tengah. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama satu tahun penulis menjalani masa pendalaman materi di Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Penulis diterima di Departemen Agronomi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dengan minor Ekonomi Pertanian pada tahun kedua. Penulis aktif mengikuti kegiatan yang diadakan oleh institusi. Penulis ikut berperan
dalam
beberapa
kepanitiaan
yang
diadakan
oleh
organisasi
kemahasiswaan. Tahun 2007 penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman. Penulis juga aktif sebagai pengurus dalam Badan Eksekutif Mahasiswa tahun 2008. Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2009 – 2010. Penulis menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Ilmu Tanaman Pangan tahun 2009 dan 2010.
7
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga terselesaikannya kegiatan magang di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Dengan selesainya kegiatan magang maka telah selesai juga penyusunan skripsi ini. Skripsi berjudul Pengelolaan Pemupukan pada Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Terimakasih disampaikan kepada: 1.
Kedua orang tua dan kakak yang telah memberikan dorongan yang tulus, baik moril maupun materiil.
2.
Ir. Supijatno, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Dr. Ir. Ade Wachjar, MS dan Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi.
4.
Ir. Diny Dinarti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
5.
Ir. Eviati Kusuma Dewi, S.S selaku Kepala Bagian Kebun dan Bapak Muhamad Subandi selaku Asisten Kepala Bagian Kebun yang telah membimbing selama kegiatan magang berlangsung.
6.
Dina, Novrian, Bani, Vivi, dan Titis selaku tim magang teh yang telah memberikan bantuan, semangat, dorongan, dan saran selama magang dan penyusunan skripsi.
7.
Kustiyana, Nida, Hapshoh, Silvia, dan Yulitha selaku teman dekat penulis, serta teman-teman AGH 43 atas kebersamaannya, dukungan, dan saran, semoga ikatan kita selalu terjaga baik.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4 Botani Tanaman Teh ........................................................................................... 4 Ekofisiologi Teh .................................................................................................. 4 Pemupukan pada Teh .......................................................................................... 5 Pupuk Daun ......................................................................................................... 7 METODE MAGANG ............................................................................................. 9 Tempat dan Waktu .............................................................................................. 9 Metode Pelaksanaan ............................................................................................ 9 Pengumpulan Data ............................................................................................ 10 Pengolahan Data ................................................................................................ 11 KEADAAN UMUM ............................................................................................. 13 Letak Geografis atau Letak Wilayah Administratif .......................................... 13 Keadaan Iklim dan Tanah.................................................................................. 13 Luas Area dan Tata Guna Lahan ....................................................................... 14 Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................................... 15 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................................... 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................................................ 20 Aspek Teknis ..................................................................................................... 20 Pembibitan ..................................................................................................... 20 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan .......................................................... 21 Pemeliharaan Pohon Pelindung ......................................................................31 Pemetikan....................................................................................................... 32 Pengolahan Teh Hitam di Unit Perkebunan Tambi ....................................... 35 Aspek Manajerial .............................................................................................. 40 Pembimbing Pemeliharaan ............................................................................ 40 Pembimbing Pemetikan ................................................................................. 41 Kapala Blok ................................................................................................... 42 Asisten Kepala Bagian Kebun ....................................................................... 43 PEMBAHASAN ................................................................................................... 44 Prosedur Gudang ............................................................................................... 44 Jenis Pupuk ........................................................................................................ 45 Dosis Pupuk ....................................................................................................... 46
v Waktu Pemupukan ............................................................................................ 47 Cara pemupukan ................................................................................................ 48 Perlengkapan atau Alat Pemupukan .................................................................. 49 Faktor Tenaga Kerja .......................................................................................... 49 Pelaksanaan Pemupukan ................................................................................... 50 Hubungan Dosis Pupuk dan Produksi Pucuk Teh dengan Tahun Pangkas ....... 52 Hubungan Produktivitas dengan Dosis Pupuk .................................................. 53 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 55 Kesimpulan ........................................................................................................ 55 Saran .................................................................................................................. 55 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 57 LAMPIRAN .......................................................................................................... 59
viii
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Dosis Pemupukan untuk Tanaman Teh Menghasilkan dengan Target Produksi Minimal 2 000 kg Teh Kering/ha/tahun ……
5
2.
Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 ......
14
3.
Luas Area Tanaman Menghasilkan Tiap Blok di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 ……………………………...
15
Produksi dan Produktivitas Teh Unit Perkebunan Tambi Tahun 2005 – 2009 ..................................................................
16
Rencana dan Realisasi Produksi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009 …………………………………………………..
17
6.
Kondisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan Tambi 2010 …….
19
7.
Jumlah Pupuk Rekomendasi dan Realisasinya di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2005 – 2009 ……………………...
24
8.
Dosis Pupuk Tiap Tanaman Teh pada Setiap Blok ………….
24
9.
Jumlah Tenaga Kerja dan Prestasi Kerja Pemupuk di Unit Perkebunan Tambi …………………………………………...
25
Jumlah Kecukupan Tenaga Pemupuk di Blok Tanah Hijau Bulan Maret 2010 ……………………………………………
25
Realisasi Pemupukan (%) dan Realisasi Produksi (%) Unit Perkebunan Tambi …………………………………………...
28
4. 5.
10. 11.
ix
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Stek yang Ditanam ……………………………………………...
21
2.
Rumah Pembibitan ……………………………………………..
21
3.
Grafik Hubungan Dosis Pupuk dengan Tahun Pangkas Tanaman Teh Blok Tanah Hijau Tahun 2005 – 2009…………..
26
Grafik Hubungan Produksi Pucuk Teh dengan Tahun Pangkas Tanaman Teh Blok Tanah Hijau Tahun 2005 – 2009 ………….
27
Grafik Hubungan Dosis Pupuk dengan Produksi Pucuk Teh Unit Perkebunan Tambi Tahun 2005 – 2009 …………………...
27
6.
Susunan Pohon Pelindung Mata 9 ……………………………...
31
7.
Susunan Pohon Pelindung Mata 13 …………………………….
31
8.
Lubang Pupuk …………………………………………………..
48
9.
Denah Lubang Pupuk …………………………………………..
49
10.
Gulma di Sekitar Lubang Pupuk..................................................
51
11.
Pemberian Pupuk dengan Takaran ……………………………..
52
4. 5.
x
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ………………………………………………………...
60
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah …………………………………………………..
62
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten/Kepala Blok di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ...........................................................
63
Keadaan Curah Hujan Bulanan di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2000 – 2009 ……………………………………………
64
5.
Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tambi …………………
65
6.
Hasil Analisis t-Student pada Taraf 5% untuk Dosis Pupuk Per Pohon ……………………………………………………..
65
Produksi Pucuk Teh Basah dan Dosis Pupuk di Unit Perkebunan Tambi tahun 2005 – 2009……………………….
65
2.
3.
4.
7.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk tanaman penyegar yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Tiga kandungan utama dalam daun teh antara lain senyawa polifenol yang dikenal sebagai katekin, zat nutrisi yang terdiri dari berbagai mineral dan vitamin, serta alkaloid antara lain kafein, dan theofilin. Selain itu, daun teh juga mengandung minyak atseri, thiamin, dan pigmen klorofil (Wibowo, 2007). Senyawa katekin dapat meningkatkan daya tahan terhadap virus dan bakteri. Vitamin B-kompleks yang terkandung dalam daun teh bermanfaat menjaga kesehatan mulut, lidah, dan bibir, serta flouride yang baik untuk gigi (Ghani, 2002). Minuman teh juga sangat digemari oleh masyarakat di dunia karena mempunyai rasa yang khas. Luas area perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 127 712 ha dengan total produksi 153 971 ton, sehingga produktivitasnya 1 205.6 kg/ha/tahun. Luas area perkebunan teh terbesar dimiliki oleh perkebunan besar negara dengan luas 60 539 ha (47.4 % dari luas total) dengan produksi sebesar 38 593 ton. Luas area perkebunan teh yang dimiliki oleh perkebunan besar swasta mencapai 38 946 ha (30.5 % dari luas total) dengan produksi sebesar 78 354 ton. Luas area perkebunan teh yang dimiliki oleh perkebunan rakyat adalah 28 227 ha (22.1 % dari luas total) dan produksinya sebesar 37 024 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Industri teh nasional menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 triliun dan menyumbang devisa bersih sekitar US $ 110 juta per tahun (Suprihatini, 2005). Menurut Spillane (1992) keuntungan dari komoditas teh dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu dari segi perekonomian dapat menyumbang devisa negara yang cukup besar. Berdasarkan segi kesejahteraan masyarakat industri teh memberikan kesempatan kerja, menambah pendapatan masyarakat daerah, dan menunjang gerak pembangunan daerah. Berdasarkan segi lingkungan dapat mengurangi erosi dan memperindah lingkungan. Selain itu, dari segi
2 kesehatan teh menawarkan minuman yang menyehatkan dengan harga yang terjangkau. Indonesia merupakan negara penghasil teh nomor tujuh di dunia setelah China, India, Kenya, Sri Langka, Turki, dan Vietnam (FAO, 2010). Tahun 2005, volume ekspor teh Indonesia mencapai 102 389 ton. Volume ekspor tersebut menurun hingga 95 338 ton dan 83 658 ton pada tahun 2006 dan 2007. Volume ekspor pada tahun 2008 mengalami peningkatan mencapai 96 209 ton, akan tetapi volume ekspornya belum setara dengan tahun 2005 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Penurunan volume ekspor disebabkan adanya berbagai permasalahan antara lain, daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia yang cukup lemah, komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan negara pengimpor, dan negara-negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor teh yang memiliki pertumbuhan impor teh tinggi (Suprihatini, 2005). Permasalahan daya saing teh di Indonesia meliputi kualitas dan produktivitas. Para produsen teh di Indonesia selalu berusaha meningkatkan kualitas dan produktivitas. Menurut Spillane (1992), produsen teh dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang dapat menghambat perkembangan produksi tehnya. Masalah yang sekarang semakin mendesak adalah semakin mahalnya harga pupuk dan mesin-mesin pengolahan teh serta tuntutan kenaikan upah buruh. Produksi teh dapat ditingkatkan dengan memperbaiki teknik budidayanya. Pemupukan merupakan salah satu teknik budi daya yang mempengaruhi produksi teh. Menurut Setyamidjaja (2000) pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman teh. Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Peningkatan produksi dapat ditentukan dengan melihat produksi pada tahun-tahun sebelumnya. Dosis pupuk yang akan diaplikasikan pada tanaman teh ditetapkan berdasarkan target produksi yang akan dicapai. Oleh karena itu, pemupukan harus dilakukan dengan tepat, meliputi tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, dan tepat cara. Menurut Ghani (2002) pemupukan pada tanaman teh
3 dilakukan dengan memberikan pupuk makro (N, P, K, Mg, dan Ca) dan pupuk mikro (Zn, Fe, Mn, dan Cl). Pemberian pupuk tersebut dapat diaplikasikan melalui tanah dan daun. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini yaitu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun manajemen sehingga dapat mengetahui, memahami, dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan, khususnya di perusahaan perkebunan dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Tujuan khusus dari magang adalah mempelajari dan menganalisis pengelolaan pemupukan pada tanaman teh.
4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) tergolong dalam famili Theaceae dan genus Camellia. Tanaman teh berasal dari Cina dan menyebar sampai ke daerah tropis dan subtropis (Eden, 1965). Menurut Adisewojo (1982) Camellia sinensis mempunyai banyak varietas, akan tetapi varietas yang terkenal adalah varietas sinensis dan varietas assamica. Menurut Setiawati dan Nasikun (1991), teh varietas sinensis mempunyai ciri-ciri, antara lain tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil, pendek, ujungnya agak tumpul dan berwarna hijau tua. Sedangkan teh varietas assamica mempunyai ciriciri, antara lain tumbuh cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya lebar, panjang dan ujungnya runcing serta berwarna hijau mengkilat. Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) tanaman teh mempunyai daun yang bergerigi dengan tulang daun menyirip dari tepi dan berpangkal pada ujung daun yang runcing. Pohon teh mempunyai akar yang cukup panjang, masuk jauh ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Bunga teh dapat tumbuh di ketiak daun, di cabang–cabang, atau di ujung batang. Bunga teh merupakan bunga tunggal, berwarna putih, berbau harum dengan mahkota sebanyak 5 - 6 helai. Pada umumnya buah teh mempunyai tiga butir biji meskipun tidak jarang dijumpai buah yang berbiji dua atau tunggal. Biji–biji yang masih muda berwarna putih dan berwarna coklat tua bila sudah tua. Ekofisiologi Teh Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik pada iklim subtropis yaitu pada daerah 43° LU hingga 27° LS. Tanaman teh tumbuh pada ketinggian antara 400 – 1 500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman teh adalah 13 – 25° C dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 %. Persyaratan penting lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan teh, yaitu curah hujan yang cukup tinggi dan merata
5 sepanjang tahun. Curah hujan yang dibutuhkan antara 2 000 – 2 500 mm/tahun (Setyamidjaja, 2000). Tanah merupakan faktor yang cukup menentukan bagi pertumbuhan tanaman teh. Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik yang cukup, tidak bercadas, serta memiliki derajat keasaman (pH) antara 4.5 - 6.0. Umumnya tanah yang baik untuk pertumbuhan teh terletak di lereng-lereng gunung berapi yang biasa dinamakan tanah Andosol (vulkanis muda). Selain Andosol masih ada beberapa jenis tanah lain yang cocok ditanami teh, yaitu tanah Latosol dan tanah Podzolik (Setyamidjaja, 2000). Pemupukan pada Teh Menurut Wibowo (2007) perbandingan pupuk N : P2O5 : K2O pada tanaman teh adalah 6 : 1 : 2 untuk tanah Andosol, 5 : 1 : 2 untuk tanah Latosol, dan 5 : 1 : 2 untuk tanah Podzolik. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (1997) memberikan pedoman umum dosis pemupukan teh seperti tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Dosis Pemupukan untuk Tanaman Teh Menghasilkan dengan Target Produksi Minimal 2 000 kg Teh Kering/ha/tahun Jenis pupuk Urea, ZA TSP, PARP
Hara N P2O5
MOP, ZK Kieserit Seng Sulfat
K2O MgO ZnO
Keterangan :
* **
Dosis Optimal (kg/ha/th) 250-350 60-120* 15-40** 60-180 30-75 5-10
Aplikasi setahun (kali) 3-4 1-2 1-2 2-3 2-3 7-10
= untuk jenis tanah Andosol/Regosol = untuk jenis tanah Latosol/Podsolik
Menurut Lingga (1998) peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Secara fisiologi, nitrogen berfungsi membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Selain itu, nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis. Daun teh merupakan produk utama tanaman teh sehingga
6 pertumbuhan vegetatif dari tanaman teh tersebut selalu ditingkatkan dalam teknik budidayanya. Dengan demikian, pemberian pupuk yang paling diutamakan adalah pupuk nitrogen. Menurut Lingga (1998) unsur fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Jika secara fisiologis, fosfor berfungsi membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Fungsi utama kalium (K) adalah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Selain itu kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Menurut Setyamidjaja (2000) nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur makro yang dibutuhkan tanaman teh yaitu unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman teh. Selain unsur makro, unsur mikro seperti magnesium (Mg) juga diperlukan bagi tanaman teh. Oleh karena itu, pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman teh dapat berupa pupuk majemuk atau pupuk campuran dari bahan baku pupuk tunggal dengan imbangan N : P : K : Mg : unsur mikro sesuai dengan rekomendasi pupuk bagi suatu daerah. Menurut Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan antara lain tingkat kesuburan tanah aktual dan daya serap tanaman. Tingkat kesuburan tanah aktual diketahui melalui analisis tanah sedangkan daya serap tanaman diketahui melalui penelitian terhadap pupuk di lapangan. Tingkat kesuburan tanah aktual dan daya serap tanaman sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: 1. Iklim Faktor iklim yang berperan adalah curah hujan dan sinar matahari. Curah hujan yang berlebihan dapat mengakibatkan pencucian unsur hara, penghanyutan, dan erosi. Sinar matahari dapat mempercepat proses penguraian bahan organik, sehingga pada tanah-tanah yang terbuka kandungan bahan organiknya cepat menurun. Air hujan dapat memobilisir unsur hara apabila dalam batas yang wajar, sehingga dapat memperbesar daya serap tanah.
7 2. Tanah Keserasian tanah untuk tanaman teh didasarkan kepada kemiringan lahan, kedalaman lapisan olah, serta kandungan unsur hara P-total, N-total, dan bahan organik. 3. Pengelolaan Tanah Pengelolaan tanah pada tanaman teh terdiri dari pengolahan tanah, pengendalian erosi, dan pemupukan. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (1997) menyatakan bahwa waktu pemupukan yang terbaik adalah pada kondisi curah hujan 60 - 200 mm per minggu, sehingga pupuk yang diberikan terlarut dengan baik tetapi tidak sampai hilang tercuci. Cara pemupukan yang tepat adalah dengan memberikan pupuk pada daerah perakaran yang aktif pada jarak 30 - 40 cm dari perdu tanaman teh dengan kedalaman 10 - 15 cm dari permukaan tanah. Untuk mencapai hal tersebut, cara pemberian pupuk dapat dilakukan pada rorak untuk lahan yang miring, dalam garitan keliling pada tanaman yang belum menghasilkan, atau dengan penaburan pada tanah yang datar sampai landai serta kebun yang telah menutup. Marsono dan Sigit (2001) menyatakan bahwa cara pembenaman cocok diterapkan pada tanaman tahunan karena bertujuan agar pupuk tersebut tidak terbuang percuma jika dilakukan penyiraman. Pupuk Daun Pupuk daun merupakan pupuk yang cara pengaplikasiannya melalui penyemprotan ke daun. Kelebihan dari pengaplikasian pupuk daun ini adalah penyerapan haranya berjalan lebih cepat sehingga tanaman lebih cepat menumbuhkan pucuknya dan tanah tidak rusak. Keuntungan lain dari pupuk daun adalah di dalamnya terkandung unsur hara mikro yang mayoritas tidak terkandung pada pupuk yang diberikan melalui akar (Lingga dan Marsono, 2006). Pupuk daun ekonomis digunakan sebagai pengganti apabila pada saat yang sama tidak mungkin diberikan pupuk melalui tanah, misalnya pada musim kemarau. Pupuk daun masuk melaui stomata yang terdapat di atas dan bawah permukaan daun. Permukaan daun atas (epidermis atas) memiliki stomata sangat
8 sedikit selebihnya daun dilapisi lilin yang disebut kutikula. Lapisan ini berperan sebagai pelindung terhadap menguapnya air dari daun. Stomata pada bagian bawah daun (epidermis bawah) jumlahnya lebih banyak. Sesuai dengan posisi stomata tersebut, cara memupuk daun adalah dengan mengarahkan semprotan ke permukaan daun bagian bawah. Pemupukan pada saat stomata tertutup tidak efektif, oleh karena itu waktu yang ideal untuk memupuk adalah pagi hari hingga pukul 09.00 dan sore hari setelah pukul 16.00 (Ghani, 2002).
9
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai 30 Juni tahun 2010. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor (pembimbing) selama satu bulan serta satu bulan sisanya bertugas sebagai pendamping kepala blok dan pendamping asisten kepala bagian kebun. Jurnal kegiatan magang dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL adalah pekerjaan pembibitan, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, porokan, pembuatan lubang tadah dan guludan, gosok lumut, batas kebun, pemeliharaan pohon pelindung, pemetikan, dan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pihak perkebunan. Selain itu, selama menjadi KHL juga melaksanakan hal-hal berikut: menghitung prestasi kerja, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan, serta menghitung luasan yang dikerjakan oleh pekerja. Pencatatan prestasi kerja dilakukan sebagai bahan perbandingan dengan prestasi kerja karyawan dan standar kerja kebun. Aspek manajerial dipelajari pada saat menjadi pendamping mandor, pendamping kepala blok, dan pendamping asisten kepala bagian kebun. Pekerjaan pada saat berstatus sebagai pendamping mandor adalah melakukan kegiatan pengelolaan pekerjaan yang meliputi pengawasan, menghitung prestasi kerja, membuat perencanaan alat, bahan, tenaga kerja, dan biaya untuk pekerjaan yang dilakukan, dan pembuatan laporan. Pada saat menjadi pendamping kepala blok dan pendamping asisten kepala bagian kebun, tugasnya adalah bertanggung jawab membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja tingkat afdeling atau blok,
10 membuat laporan, mempelajari manajerial tingkat kebun, dan membuat jurnal harian. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan praktik kerja langsung di lapangan dari proses teknis sampai manajemen budi daya tanaman teh. Pengumpulan data primer juga dapat diperoleh dari wawancara dan diskusi dengan karyawan kebun. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan, arsip kebun dan pustaka yang sudah ada di perkebunan yang mencakup keadaan umum perusahaan, keadaan iklim perkebunan (curah hujan), tata guna lahan, produksi setiap blok, jenis pupuk, dosis pupuk setiap blok, waktu pemupukan, jumlah hari orang kerja (HOK) yang tercurah tiap blok dan produktivitas tiap blok tiap tahun. Studi pustaka diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh. Khusus data pemupukan diutamakan data dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan mengamati proses pemupukan berdasarkan empat prinsip tepat yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, dan tepat cara. Beberapa pengamatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut: 1.
Ketepatan dosis dan ketepatan jenis. Pengamatan dilakukan dengan wawancara kepada mandor dan para pekerja setiap kali ada kegiatan pemupukan pada setiap blok. Pengamatan dosis pupuk dilakukan dengan cara menimbang pupuk yang digunakan beberapa pekerja. Selain itu, dilakukan pencatatan dosis pupuk yang digunakan tiap hektar.
2.
Luas area yang dipupuk. Data luas area pemupukan diperoleh dengan menghitung jumlah patok (1 patok = 400 m2) setiap nomor kebun yang telah dilakukan pemupukan.
3.
Cara pemupukan yang dilakukan pekerja. Pengamatannya dilakukan dengan memperhatikan pekerja yang sedang memupuk dan mencatat data yang diperoleh. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan rekomendasi.
11 4.
Waktu pemupukan. Mencatat waktu pemberian pupuk dengan mencari informasi dan mencatat setiap blok perkebunan yang akan dilakukan pemupukan.
5.
Jumlah
tenaga
kerja
pemupuk
antara
laki-laki
dan
perempuan.
Pengamatannya dilakukan dengan cara mewawancarai mandor dan dihitung sendiri oleh mahasiswa serta mencatat data yang diperoleh. 6.
Kapasitas pemupuk. Perhitungan kapasitas pemupuk (ha) dilakukan dengan membagi luasan lahan total yang dipupuk dengan total pekerja. Pengolahan Data Pengolahan data sekunder khususnya data dosis pupuk tiap nomor kebun
dihubungkan dengan pola pemangkasan pada perkebunan tersebut. Besarnya dosis pupuk yang digunakan juga dihubungkan dengan data produksi teh tiap nomor kebun per tahun. Data sekunder tersebut diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk melihat korelasinya. Sebagai contoh, data pemakaian dosis pupuk tiap nomor kebun tersebut dikelompokkan ke dalam umur pangkasnya masing-masing. Hal ini dilakukan, karena tiap nomor kebun mempunyai umur pangkas yang berbeda-beda yaitu umur I sampai IV tahun setelah pangkas. Dengan demikian, dosis pupuk yang dipakai setiap umur setelah pangkas pada tanaman teh menunjukkan perbedaan. Pengolahan data primer dilakukan dengan menggunakan uji t-student yang dilakukan pada variabel dosis pupuk dengan menggunakan hipotesis: Ho
: µ = µo
H1
: µ ≠ µo
Ada pun rumus t-student yang digunakan yaitu: t-student =
x µo S/ n
dengan, S=
( xi x) i n 1
n
12 Keterangan: = nilai tengah contoh µo
= nilai tengah pada rekomendasi
n
= ulangan
S
= Simpangan baku
xi
= nilai contoh
Nilai akan berbeda nyata apabila thitung > ttabel pada taraf nyata 0.05 dan nilai tidak berbeda nyata akan terjadi apabila thitung < ttabel pada taraf nyata 0.05.
13
KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200 - 2 100 m dpl. Jarak dari kota Wonosobo ± 16 km ke arah utara dan di lereng Gunung Sindoro. Batas-batas area Perkebunan Tambi adalah sebagai berikut : -
Utara
: Dusun Tambi, Desa Kejajar, Perhutani
-
Timur
: Dusun Sikatok, Desa Canggal, Perhutani
-
Selatan
: Dusun Kalitengah, desa Tlogo, Perhutani
-
Barat
: Desa Maron, Perhutani
Unit Perkebunan Tambi terbagi menjadi empat blok, yaitu: 1. Blok Taman, yang terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. 2. Blok Pemandangan, yang terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. 3. Blok Tanah Hijau, yang terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. 4. Blok Panama, yang terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Keadaan Iklim dan Tanah Curah hujan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir (2000 – 2009) adalah 3 372.5 mm per tahun dan rata-rata hari hujannya adalah 154 hari per tahun. Ratarata bulan kering 3.1 dan rata-rata bulan basah 7.9, sehingga tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth – Ferguson adalah tipe C (Lampiran 4). Suhu di Unit Perkebunan Tambi berkisar antara 17 - 23° C dengan kelembaban udara berkisar antara 80 - 95 %. Jenis tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan pH 4.5 5.0. Keadaan drainase di lahan Unit Perkebunan Tambi adalah sedang sampai
14 dengan cepat. Topografi lahan pada umumnya adalah datar sampai berbukit dengan tingkat kemiringan 0 sampai dengan > 45 %. Luas Area dan Tata Guna Lahan Luas keseluruhan area Unit Perkebunan Tambi berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2010 adalah 273.17 ha. Area tanaman keseluruhannya adalah 245.85 ha yang meliputi area tanaman tua menghasilkan (TTM) dan area tanaman muda menghasilkan (TMM). Area non tanaman antara lain untuk jalan, emplasemen, pabrik, lapangan, agrowisata dan alur jurang. Data penggunaan lahan di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 No. I.
II.
Uraian Tanaman Teh 1. Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) 2. Tanaman Muda Menghasilkan (TMM) 3. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 4. Replanting Jumlah Lain-Lain 1. Pembibitan 2. Emplasemen dan kantor 3. Pabrik 4. Agrowisata 5. Jalan Besar 6. Alur Jurang 7. Lapangan 8. Tanaman Akasia Jumlah Jumlah Total
Luas Area (ha) 70.78 175.07 245.85 1.5 11.29 1.66 2.05 7.88 2.25 0.69 27.32 273.17
Sumber: RKAP Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Unit Perkebunan Tambi terbagi atas empat blok dengan luas area masingmasing blok berbeda. Tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi keseluruhannya merupakan tanaman menghasilkan yang terbagi atas tanaman tua menghasilkan (TTM) seluas 70.78 ha dan tanaman muda menghasilkan (TMM) seluas
15 175.07 ha. Tabel 3 menyajikan luas area TM pada masing-masing blok berdasarkan RKAP Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010. Tabel 3. Luas Area Tanaman Menghasilkan Tiap Blok di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Luas Area (ha) TTM TMM 11.77 46.12 15.60 61.16 20.57 49.28 22.84 18.51 70.78 175.07
No Blok 1 2 3 4
Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau Jumlah
Jumlah (ha) 57.89 76.76 69.85 41.35 247.55
Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010
Keadaan Tanaman dan Produksi Bahan tanaman yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi berasal dari klonal dan seedling. Tanaman asal klonal biasanya merupakan tanaman baru yang diusahakan oleh perusahaan. Tanaman asal seedling umumnya tanaman tua menghasilkan yang merupakan peninggalan jaman Belanda yang umurnya sudah puluhan tahun. Tanaman teh asal klonal yang ditanam di Unit Perkebunan Tambi antara lain Cin 143, TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Ranca Bolang 3, Ranca Bolang 8, dan Tambi Merah (TB Merah). Sedangkan, tanaman teh asal seedling yang ditanam adalah Assamica, Malabar Pasir Sarongge (MPS), Kiara 8, dan Hibrid. Populasi untuk bahan tanam yang berasal dari klonal berkisar 11 000 tanaman/ha dengan jarak tanam 120 cm x 75 cm. Sedangkan populasi untuk bahan tanam yang berasal dari seedling berkisar 8 000 tanaman/ha. Jarak tanam pada area seedling tidak diketahui jelas karena merupakan peninggalan jaman Belanda. Klon yang diunggulkan di Unit Perkebunan Tambi adalah Gambung 3, 4 dan 7 karena lebih tahan penyakit cacar daun, tahan kondisi kekeringan dan produksi pucuknya yang tinggi. Klon TRI 2024 dan TRI 2025 sangat rentan terhadap cacar daun tetapi mempunyai cita rasa yang disukai oleh konsumen. Gambung 4 dan 7 mempunyai ciri bentuk yang hampir sama yaitu daun besar dan bulat, tetapi perbedaannya adalah Gambung 4 daunnya terlihat lebih kusam dan Gambung 7 daunnya terlihat mengkilat. Ciri Gambung 3 adalah daun
16 besar meruncing seperti daun mangga dan terlihat mengkilat. Klon TRI 2024 dan TRI 2025 mempunyai ciri yang hampir sama yaitu mempunyai frame yang besar karena merupakan tanaman tua. Klon TRI 2024 mempunyai daun yang sempit dan meruncing serta warnanya terlihat hijau kekuningan. Klon TRI 2025 mempunyai daun bulat dan sedikit lebih lebar dari TRI 2024 serta warna daunnya terlihat hijau tua. Pemasaran produksi yang dilakukan oleh Unit Perkebunan Tambi sebagian besar diekspor ke berbagai negara, seperti India, Jepang, Uni Emirat Arab, USA, dan Rusia. Untuk pemasaran dalam negeri biasanya dalam jumlah sedikit. Tabel 4 menyajikan rincian produksi dan produktivitas teh di Unit Perkebunan Tambi selama 5 tahun terakhir. Produktivitas teh kering mengalami kenaikan dan penurunan pada kisaran tahun 2005 sampai 2009 (Tabel 4). Tahun 2009 produktivitasnya paling rendah yaitu 2 285.25 kg/ha/thn. Hal ini disebabkan penurunan kualitas tanaman teh akibat kesalahan teknik pemetikan. Dengan demikian, rata-rata produktivitas teh kering selama kurun waktu 5 tahun terakhir adalah 3 024.38 kg/ha/thn. Tabel 4. Produksi dan Produktivitas Teh Unit Perkebunan Tambi Tahun 2005 – 2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Rata-rata
Luas TM (ha) 230.58 235.65 222.72 247.55 247.55 1 089.46 217.89
Produksi Basah Kering .................(kg/tahun)............. 3 256 525 693 165 2 985 587 649 890 3 058 485 673 587 3 388 798 730 316 2 624 055 565 715 15 169 480 3 284 096 3 033 896 656 819
Produktivitas Basah Kering ...........(kg/ha/tahun).......... 14 123.18 3 006.00 12 669.58 2 757.86 13 732.42 3 024.00 13 689.34 2 950.17 10 600.10 2 285.25 13 923.85 15 121.92 13 923.97 3 024.38
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi (2010)
Penurunan produktivitas teh di Unit Perkebunan Tambi tahun 2009 dapat dilihat pada rencana dan realisasi produksi pucuk basah. Unit Perkebunan Tambi merencanakan target produksi pucuk basah pada tahun 2009 sebesar 3 437 000 kg, sedangkan realisasi produksi yang tercapai adalah 2 624 055 kg atau sebesar 76.35 % dari produksi yang telah direncanakan. Rencana dan realisasi produksi teh pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.
17 Tabel 5. Rencana dan Realisasi Produksi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009 Uraian Luas area TM (ha) Produksi pucuk basah (kg) Produksi teh kering (kg) Produktivitas
Rencana 247.55 3 437 000 739 000 2 985.25
Realisasi 247.55 2 624 055 565 715 2 285.25
Persentase Tercapai (%) 76.35 76.55 76.55
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Tambi dipimpin oleh seorang direktur yang berasal dari salah seorang pemegang saham atau wakil yang berasal dari pemerintah daerah Wonosobo sesuai dengan kesepakatan. Hal ini terkait kepemilikan saham yang sebagian dipegang oleh perorangan dan sebagian dipegang oleh pemerintah daerah Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pemimpin yang diangkat oleh Direksi PT Tambi. Seorang Pemimpin Unit Perkebunan Tambi bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi setiap kegiatan pengelolaan dan administrasi bagian kebun, pabrik dan kantor untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif. Pemimpin Unit Perkebunan Tambi secara langsung membawahi kepala bagian kantor, kepala bagian kebun, asisten kepala bagian pabrik, asisten kepala bagian kebun beserta seluruh jajarannya. Kepala bagian kantor bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan kantor berupa pengelolaan keuangan, pembukuan, sumber daya manusia dan masalah umum lainnya dalam ruang lingkup Unit Perkebunan Tambi. Asisten kepala bagian pabrik bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan administrasi, teknik dan pengolahan teh di pabrik. Kepala bagian kebun bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebun dan tanaman, ketenagakerjaan di kebun serta administrasi kebun. Struktur organisasi Unit Perkebunan Tambi disajikan pada Lampiran 5.
18 Tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi terdiri atas karyawan lepas/borong, karyawan II dan karyawan I. Tingkatan karyawan mulai dari yang tinggi sampai dengan yang rendah adalah karyawan I, karyawan II, dan karyawan lepas/borong. Karyawan borong tetap adalah tenaga pelaksana kegiatan di kebun yang tidak terikat oleh perusahaan seperti tenaga pemetik dan pemeliharaan. Upah seorang karyawan borong tetap dibayar berdasarkan hasil kerja atau pendapatan yang diperolehnya dalam satuan tertentu (patok, ha, m, kg). Sistem pengupahan karyawan borong dilaksanakan setiap sepuluh hari sekali dan biasanya dilaksanakan pada tanggal 3, 13 dan 23. Karyawan II terdiri atas karyawan II A, II B, II C dan II D. Karyawan II merupakan karyawan tetap yang mempunyai hubungan terikat dengan perusahaan. Syarat untuk menjadi karyawan II harus memiliki ijasah minimal SLTP, telah melalui tahapan sebagai karyawan borong, dikaderkan oleh atasan, mengikuti tes kesehatan dan ujian tertulis mengenai pengetahuan jabatan, Bahasa Indonesia, pengetahuan umum dan etika. Calon karyawan yang lulus tes jabatan pertamanya adalah karyawan II A. Kenaikan jabatan dari tahap A ke B sampai E dapat dipertimbangkan dengan melihat jabatan, peningkatan prestasi, dan masa kerja karyawan tersebut di perusahaan Karyawan I merupakan jabatan paling tinggi di Unit Perkebunan Tambi dan merupakan golongan pegawai. Syarat untuk menjadi karyawan I antara lain ijasah minimal SLTA, selama bekerja berprestasi sehingga layak untuk dipromosikan, mengikuti tes kesehatan dan tertulis serta membuat sebuah karya tulis yang kemudian dipresentasikan. Karyawan I biasanya setingkat dengan pimpinan, wakil pimpinan, kepala bagian kantor, kepala bagian pabrik, dan asisten kepala bagian kebun. Gaji yang dibayarkan kepada karyawan II dan karyawan I ditetapkan berdasarkan upah minimal kabupaten (UMK). Tahun 2010 UMK Wonosobo adalah Rp 715 000,00 dan merupakan gaji pokok masing-masing karyawan. Selain itu, karyawan II juga akan mendapatkan fasilitas serupa dengan karyawan borong ditambah dengan tunjangan cuti, bonus dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Gaji karyawan II dibayarkan satu bulan sekali dan biasanya
19 pada tanggal 3. Fasilitas yang diperoleh karyawan I sama dengan karyawan II ditambah dengan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), tunjangan hari raya (THR), pelayanan kesehatan, tunjangan cuti, bonus dan Dana Pensiun (Dapen). Jumlah dan komposisi tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 6. Indeks tenaga kerja (ITK) pada Unit Perkebunan Tambi adalah 1.27 orang/ha. Tabel 6. Kondisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan Tambi 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Status
Karyawan I Karyawan II E Karyawan II D Karyawan II C Karyawan II B Karyawan II A Pekerja Lepas Gabungan Jumlah:
Tenaga Tingkat Pendidikan Jumlah Jumlah L P S2 S1 D3 SLTA SLTP SD TTSD …………………………………………(orang)…………………………………………. 6 2 8 3 5 8 3 3 2 1 3 15 1 16 8 4 4 16 8 1 9 1 3 2 3 9 26 26 13 4 8 1 26 46 7 53 6 9 29 9 53 61 171 232 2 18 171 41 232 165 182 347 3 1 39 37 216 51 347
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi (2010)
20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan di Blok Panama. Bibit teh yang digunakan berasal dari stek batang sehingga mempunyai keuntungan sifat unggulnya sama dengan pohon induknya. Bahan stek (stekres) diambil dari tanaman teh dengan tahun pangkas I. Tanaman teh yang akan dijadikan bahan stek dipangkas 4 bulan sebelum pembibitan stek dimulai. Pemeliharan kebun untuk bahan stek antara lain pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan tanah, dan pemupukan daun. Pengendalian gulma dilakukan secara kimiawi yang dilakukan dua kali dengan menggunakan herbisida yang berbahan aktif Glifosat dengan dosis 3 l/ha. Babad gulma juga dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan parang. Pengendalian penyakit dilakukan untuk mencegah penyakit busuk daun dengan menggunakan fungisida yang berbahan aktif Mankozeb 80 % dengan dosis 250 g/ha. Pemupukan tanah dilakukan 3 kali aplikasi dengan komposisi N : P2O5 : K2O (6 : 1 : 3). Dosis pupuk yang digunakan adalah Urea 225 kg/ha, Rock Phospate 38.5 kg/ha, dan KCl 113 kg/ha. Pupuk daun yang diaplikasikan adalah ZnSO4 dan Pupuk Pelengkap Cair (PPC). Seminggu sebelum pengambilan
bahan stek, dilakukan tipping atau
pemetikan pucuk. Batang stek yang cukup matang dipotong setinggi 15 cm dari bidang
pangkas.
Pemotongan
stekres
dari
tanaman
dilakukan
dengan
menggunakan gunting pangkas. Stekres dipotong setiap ruasnya dengan menggunakan pisau tajam dan menyisakan satu lembar daun. Batang stekres dipotong dengan kemiringan 45°. Stekres yang telah jadi, direndam ke dalam larutan Mankozeb 80 % ditambah larutan Atonik 0.025 %. Batang stek kemudian ditanam di dalam polybag yang dinamakan bekong. Arah penanaman batang stek pada intinya daunnya tidak boleh saling menghalangi datangnya arah cahaya matahari (Gambar 1). Bekong yang telah ditanami stek diletakkan pada suatu bedengan dan ditutup dengan menggunakan sungkup dari plastik. Bedengan
21 tempat batang stek tersebut diletakkan di dalam rumah pembibitan (Gambar 2). Luas rumah pembibitan tersebut adalah 0.4 ha dan terdapat 108 bedengan. Setiap bedeng berukuran 10 m2 dan terdapat ± 1 300 bibit. Tenaga kerja di pembibitan sistemnya adalah borongan yaitu upah 1 hari ditetapkan oleh perusahaan untuk setiap pekerja pembibitan tanpa berdasarkan prestasi kerjanya. Selama mengikuti kegiatan pembibitan, penulis melakukan kegiatan pengisian polybag selama 1 hari dan penanaman stek selama 2 hari. Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada kegiatan pengisian polybag adalah 250 polybag/HK. Pada kegiatan penanaman stek, rata-rata prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 2 105 polybag/HK.
Gambar 1. Stek yang Ditanam
Gambar 2. Rumah Pembibitan
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Produksi pucuk teh yang tinggi dengan kualitas yang baik dapat diperoleh jika didukung dengan kondisi kebun yang sehat. Kebun yang sehat akan diperoleh jika dilakukan pemeliharaan secara rutin. Pemeliharaan yang umum dilakukan di perkebunan teh antara lain pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, dan konservasi lahan terpadu. Pengendalian gulma. Gulma yang umum tumbuh di Unit Perkebunan Tambi antara lain Ageratum conyzoides, Erechites valerianifolia, Impatien platypetala, Richardia Brasiliensis, Commelina benghalensis, Centela asiatica, Oxalis corniculata, Panicum paludosum, Sida rombifilia, Eclipta prostata, dan remujung. Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan metode kultur teknis, manual, dan kimiawi.
22 Metode kultur teknis yang diterapkan adalah dengan menanam tanaman pupuk hijau seperti Tephrosia spp. dan Crotalaria spp. di antara barisan tanaman teh. Cara lain yang dilakukan adalah penerapan seluruh teknis bercocok tanam teh secara benar dan tepat. Salah satu contoh bercocok tanam teh yang tepat adalah melaksanakan petikan rata agar tajuk tanaman tumbuh melebar dan rapat menutup tanah sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma dengan menggunakan metode manual yaitu dengan metode babad. Babad gulma terutama dilaksanakan pada saat sebelum dilakukan pemupukan tanah yaitu pada bulan Januari – Maret dan bulan Agustus – Oktober. Babad gulma dilakukan pada gulma-gulma yang cenderung sulit mati apabila disemprot herbisida. Babad gulma biasanya dilakukan dengan menggunakan parang. Pengecualian untuk gulma Impatien platypetala
(pacar air) yang
dilakukan dengan mencabut sampai tercabut akarnya. Standar prestasi kerja pekerja babad gulma adalah 0.08 ha/HK atau 2 patok/HK. Babad gulma dilakukan penulis selama 2 hari dengan rata-rata prestasi kerja sebesar 0.05 ha/HK. Pengendalian gulma secara kimiawi dilaksanakan dua kali aplikasi per tahun untuk semua nomor kebun yaitu pada bulan Februari – April dan September – November. Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak dan sistemik. Herbisida sistemik yang biasanya diaplikasikan pada tanaman teh tahun pangkas IV adalah herbisida berbahan aktif Glifosat dengan merk dagang Rambo dan Roundup. Dosis herbisida Rambo yang digunakan adalah 3 l/ha sedangkan dosis Roundup yang digunakan adalah 2 l/ha. Area teh pada tahun pangkas I, II, dan III herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak yang berbahan aktif Paraquat dengan merk dagang Noxon. Dosis herbisida Noxon yang digunakan adalah 2 l/ha. Standar prestasi kerja penyemprot gulma adalah 0.9 ha/HK. Pengendalian gulma secara kimiawi dilaksanakan selama 3 hari oleh penulis dengan rata-rata prestasi kerja 0.53 ha/HK. Pemupukan. Pemupukan di Unit Perkebunan Tambi menggunakan pupuk anorganik dan pupuk semi organik. Cara pengaplikasian kedua pupuk tersebut melalui daun yang dikenal dengan pupuk daun dan melalui tanah yang dikenal
23 dengan pupuk tanah. Khusus untuk pupuk semi organik diaplikasikan hanya melalui daun. (1) Pupuk daun Pemupukan daun dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pucuk daun teh. Pupuk daun yang biasa digunakan di Unit Perkebunan Tambi selama bulan Februari sampai November adalah ZnSO4. Pupuk ini berbentuk bubuk berwarna kuning kehijauan dan dosis ZnSO4 yang diaplikasikan adalah 1 kg/ha/aplikasi. Selain ZnSO4, pupuk daun yang digunakan adalah PPC yang berupa pupuk cair semi organik. Bentuk pupuk ini berupa cairan yang berwarna hijau tua. PPC diberikan pada musim kemarau yaitu pada bulan Juli – September dengan 6 kali aplikasi dan dosis yang digunakan 1 – 1.5 l/ha. Pelaksanaan pemupukan daun di Unit Perkebunan Tambi biasa diaplikasikan pada pukul 07.00 – 11.00 WIB. Alat yang digunakan adalah mist blower dan knapsack sprayer. Mist blower digunakan pada tanaman teh yang sedang berproduksi sedangkan knapsack sprayer digunakan pada tanaman teh yang baru tumbuh pucuknya setelah dipangkas. Cara pengaplikasian dengan menggunakan mist blower yaitu sudut corong dengan tanaman teh adalah 45°. Arah corong tersebut harus searah dengan arah angin. Penyemprotan pupuk daun biasanya dilakukan setelah tanaman teh dipetik. Standar prestasi kerja kegiatan pemupukan daun adalah 1 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan pemupukan daun selama 2 hari dengan rata-rata prestasi kerja 1 ha/HK. (2) Pupuk Tanah Kegiatan pemupukan melalui tanah pada tahun 2010 dilaksanakan dua tahap. Semester I dilaksanakan pada bulan Februari – April dan semester II dilaksanakan pada bulan Oktober – November. Berdasarkan RKAP tahun 2010 jenis pupuk yang digunakan adalah Urea ( N 46 %), Rock Phospate (P2O5 30 %), KCl (K2O 60 %), dan Kieserite (MgO 27 %) dengan perbandingan unsur haranya 5 : 1 : 2 : 0.5. Dosis pupuk ditetapkan berdasarkan persentase N, yaitu sebesar 9.44 %. Dasar pemberian pupuk pada tanaman teh tahun pangkas I dan IV adalah 90 %, sedangkan tanaman teh tahun pangkas II dan III adalah 110 %. Pemupukan
24 dilaksanakan dengan cara dibenam sekitar tanaman dengan jarak lubang 20 cm dari tajuk tanaman dan kedalaman lubang 10 – 15 cm. Dosis pupuk yang ditetapkan oleh perusahaan terdapat perbedaan dalam realisasinya. Tabel 7 menyajikan jumlah pupuk antara rekomendasi dan realisasi dan terlihat bahwa jumlah masing-masing jenis pupuk tidak ada yang sama antara rekomendasi dan realisasi. Akan tetapi, pelaksanaan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dapat dikatakan cukup baik karena dosis yang diberikan tidak berbeda nyata antara rekomendasi dan realisasi. Tabel 7. Jumlah Pupuk Rekomendasi dan Realisasinya Perkebunan Tambi Tahun 2005 – 2009 Jenis Pupuk Urea Rhock Phospate KCl Kieserite
Rekomendasi Realisasi ……………(kg)…............. 130 113a 124 273a 35 351a 34 339a 35 888a 33 283a 22 524a 19 114a
di
Unit
Persentase (%) 95.51 97.13 92.74 84.86
Sumber : Laporan Tahunan UP Tambi Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji-t 5 %
Dasar pemberian dosis pupuk tiap tanaman teh disesuaikan dengan umur pangkasnya. Data dosis pupuk per tanaman teh setiap tahun pangkas dapat dilihat pada Tabel 8. Takaran dosis pupuk yang diberikan di lapangan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi (kecuali Blok Panama). Penyebab perbedaan ini salah satunya adalah tidak digunakannya alat takar oleh beberapa pekerja. Tabel 8. Dosis Pupuk Tiap Tanaman Teh pada Setiap Blok Tahun Pangkas I II III IV
Pemandangan Real Rek 37a 40a
Dosis Pupuk Per Pohon (g) Tanah Hijau Taman Real Rek Real Rek 49a
Panama Real Rek
50a 47a
50a 48a
40a
Sumber: Hasil Pengamatan Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji-t 5 % Real = Realisasi Rek = Rekomendasi
25 Berdasarkan Tabel 8, analisis t-student yang dihasilkan menyatakan tidak terdapat perbedaan antara dosis rekomendasi dengan aplikasi di lapangan. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 6. Tenaga kerja pemupukan di Unit Perkebunan Tambi merupakan tenaga kerja borongan atau karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja dan prestasi kerja pemupuk pada keempat blok dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.
Blok Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau
Jumlah Tenaga Kerja dan Prestasi Kerja Pemupuk di Unit Perkebunan Tambi Jumlah Tenaga Pemupuk (orang) 15 30 28 18
Prestasi Kerja Pemupuk (ha/HK) 0.19 0.16 0.08 0.15
Keterangan: Laporan Bulanan UP Tambi
Standar prestasi kerja pada kegiatan pemupukan adalah 0.15 ha/HK. Berdasarkan Tabel 9, blok yang tepat standar prestasi kerjanya adalah Blok Tanah Hijau. Penulis melakukan kegiatan pemupukan selama 6 hari dengan rata-rata prestasi kerja 0.1 ha/HK. Variasi jumlah kecukupan tenaga kerja pemupuk yang ada di Blok Tanah Hijau dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Kecukupan Tenaga Pemupuk di Blok Tanah Hijau Bulan Maret 2010
5 6 8 9 11 12 13
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 18 18 18 18 17 16 12
Luas Area (ha) 2.66 3.00 2.80 2.43 1.67 2.27 1.94
Prestasi Kerja (ha/HK) 0.15 0.17 0.16 0.14 0.10 0.14 0.16
15
12
2.26
0.19
19
17
2.00
0.12
20
20
2.71
0.14
21
15
2.47
0.16
23 10 1.73 Rata-Rata 15 2.3 Keterangan: Laporan Bulanan Blok Tanah Hijau
0.17 0.15
Tanggal
Standar Prestasi Kerja (ha/HK)
0.15
26 Tabel 10 menunjukkan bahwa hampir pada setiap kegiatan pemupukan jumlah tenaga kerjanya tidak selalu sama dengan ketentuan, tetapi rata-rata prestasi kerja yang diperoleh tenaga kerja tersebut sudah sesuai dengan standar. Jumlah tenaga kerja paling banyak adalah 20 orang dan jumlah tenaga kerja paling sedikit adalah 10 orang. Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman teh berdasarkan tahun pangkasnya membentuk suatu grafik yang menyerupai parabola. Gambar 3 menyajikan data pemberian dosis pupuk selama lima tahun berdasarkan tahun pangkasnya di Blok Tanah Hijau. Gambar 3 menunjukkan bahwa dosis untuk semua jenis pupuk mengalami kenaikkan mulai dari tahun pangkas I sampai
Dosis (kg/ha)
dengan tahun pangkas IV. 550.0 500.0 450.0 400.0 350.0 300.0 250.0 200.0 150.0 100.0 50.0 0.0
Urea Rock Phospate KCl Kieserit I
II
III
IV
Tahun Pangkas
Gambar 3. Grafik Hubungan Dosis Pupuk dengan Tahun Pangkas Tanaman Teh Blok Tanah Hijau Tahun 2005-2009 Gambar 4 menyajikan data produktivitas teh berdasarkan tahun pangkasnya di Blok Tanah Hijau. Produktivitas pucuk teh mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak sesuai tahun pangkasnya. Berdasarkan Gambar 4, produktivitas pucuk teh pada tahun pangkas I lebih besar daripada tahun pangkas II. Produktivitas pucuk teh mengalami kenaikkan mulai dari tahun pangkas III sampai tahun pangkas IV. Kenaikkan produktivitas pada tahun pangkas IV biasanya disebabkan adanya pemetikan kasar secara besar-besaran sebelum dilaksanakan pemangkasan.
Produktivitas pucuk (kg/ha)
27 12000 11500 11000 10500 10000 9500 I
II
III
IV
Tahun Pangkas
Gambar 4. Grafik Hubungan Produksi Pucuk Teh dengan Tahun Pangkas Tanaman Teh Blok Tanah Hijau Tahun 2005 - 2009 Pemberian pupuk salah satunya bertujuan untuk mencapai target atau rencana produksi yang telah ditetapkan. Pengaruh pemberian pupuk terhadap produksi tanaman teh dapat dilihat pada Gambar 5. Target produksi pada tahun 2006 sampai dengan 2009 mengalami kenaikan tetapi dosis pupuk yang digunakan mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2005. Pemberian dosis pupuk tertinggi terjadi pada tahun 2005 dan dosis pupuk terendah terjadi pada tahun 2008. Produksi pucuk teh realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2007 dan produksi pucuk teh realisasi terendah terjadi pada tahun 2009. Besarnya dosis
4000000
300000
3500000
250000
3000000 200000
2500000 2000000
150000
1500000
100000
Dosis Pupuk (kg)
Produksi Rencana (kg)
Produksi Realisasi (kg)
pupuk secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.
1000000 50000
500000 0
0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 5. Grafik Hubungan Dosis Pupuk dengan Produksi Pucuk Teh Unit Perkebunan Tambi Tahun 2005-2009
28 Persentase keberhasilan pemupukan secara nyata mempengaruhi produksi pucuk teh. Tabel 11 menyajikan persentase realisasi pemupukan terhadap persentase realisasi produksi. Tahun 2005 merupakan tahun dengan tingkat keberhasilan pemupukan tertinggi (99 %) dengan persentase keberhasilan produksi mencapai 112.02 %. Rata-rata keberhasilan pemupukan dan keberhasilan produksi yang dicapai selama lima tahun adalah 95.16 % dan 97.20 %. Tabel 11. Realisasi Pemupukan (%) dan Realisasi Produksi (%) Unit Perkebunan Tambi Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Realisasi Pemupukan (%) 99.99 97.83 99.62 82.30 96.05 95.16
Realisasi Produksi (%) 112.02 88.90 108.23 100.49 76.34 97.20
Sumber : Laporan Tahunan UP Tambi
Pemangkasan. Pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi merupakan jenis pemangkasan setengah bersih, tetapi untuk varietas yang memungkinkan seperti Gambung dilakukan pemangkasan bersih. Pangkasan setengah bersih merupakan pangkasan dengan membuang ranting-ranting kecil berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) yang berada di bagian tengah-tengah perdu sedangkan yang berada di sisi perdu dibiarkan. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas yang rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kebun yang tidak melakukan pemangkasan setengah bersih maupun pemangkasan bersih. Hal ini dapat dilihat pada hasil pangkasan yang masih terdapat ranting-ranting berukuran kurang dari 1 cm di tengah maupun di sisi perdu. Hasil pangkasan yang tidak bersih menyebabkan tunas tumbuh dengan cepat tetapi tunas tersebut kecil dan banyak. Tumbuhnya tunas yang kecil tersebut disebabkan oleh banyak ranting-ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm yang tidak terpangkas.
29 Daur pangkas yang diterapkan di kebun adalah empat tahun. Daerah perkebunan teh yang mempunyai ketinggian tempat > 1 200 m memang tepat menerapkan daur pangkas 4 – 5 tahun. Luas area pangkas adalah 25 % dari total luas area TM dari keempat blok. Pelaksanaan pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan melalui dua tahap yaitu semester I dengan area yang dipangkas 70 % dan semester II dengan area yang dipangkas 30 %. Pengecualian untuk Blok Pemandangan pemangkasan dilakukan satu kali yaitu 100 % pada semester I. Hal ini disebabkan ketinggian tempat Blok Pemandangan paling tinggi diantara ketiga blok yang lain. Apabila pemangkasan dilakukan dua kali maka pemangkasan pada semester II akan menghadapi musim kemarau. Cara pemangkasan tanaman teh yang biasa dilakukan adalah memotong batang/cabang/ranting rata dengan membentuk sudut 45° menghadap ke dalam perdu. Pemangkasan batang/cabang/ranting tidak boleh pecah atau rusak dan bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah. Alat yang digunakan untuk memangkas tanaman teh adalah sabit khusus untuk memangkas. Tinggi pangkasan dari awal tanaman dipangkas tingginya 45 cm hingga 65 cm. Tinggi pangkasan 45 cm merupakan pangkasan bentuk yaitu perubahan dari TBM ke TM. Pangkasan selanjutnya tingginya 50 cm dan setiap tahunnya naik 5 cm mencapai 65 cm kemudian turun lagi 50 cm. Standar kapasitas kerja pemangkas berdasarkan prestasi kerjanya adalah 0.03 ha/HK. Pemangkasan dilakukan penulis selama 3 hari sehingga rata-rata prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 0.021 ha/HK. Pengendalian hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit mengakibatkan kerusakan tanaman dan kemunduran produksi yang cukup berarti. Hama yang pada umumnya ada di Unit Perkebunan Tambi antara lain Helopeltis spp., ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat penggulung pucuk, dan ulat api. Pengendalian hama tidak dilakukan secara kimiawi tetapi dilakukan secara kultur teknis. Pengendalian kultur teknis yang dilakukan dengan cara pemetikan secara bersih daun yang terkena hama tersebut. Jenis penyakit yang sangat mempengaruhi produksi pucuk teh di Unit Perkebunan Tambi adalah cacar daun. Penyebab penyakit cacar daun adalah
30 cendawan Exobasidium vexans. Pengendalian penyakit cacar daun dilaksanakan pada bulan Januari – April dan September – Desember. Penyemprotan dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal 8 hari sebelum pemetikan berikutnya. Fungisida yang digunakan untuk mengendalikan penyakit cacar daun adalah Tembaga oksiklorida 50 % dengan dosis 0.10 – 0.15 kg/ha/aplikasi dan Tembaga hidroksida 77 % dengan dosis 0.2 kg/ha/aplikasi. Standar prestasi kerja kegiatan pengendalian cacar daun adalah 1 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan pengendalian cacar daun selama 2 hari dengan rata-rata prestasi kerja 5.52 ha/HK. Porokan. Kegiatan porokan dilaksanakan setelah dilakukan pemangkasan. Pelaksanaan porokan maksimal satu bulan setelah pangkas dan biasanya dilaksanakan pada bulan Maret – April dan Oktober - Desember. Tujuan dilakukan porokan adalah untuk memperbaiki struktur tanah supaya pori-pori di dalam tanah terbuka lebih lebar sehingga aerasi udara dan air menjadi lancar. Tujuan yang lain adalah memutus akar-akar yang saling bersilangan dan untuk merangsang pertumbuhan perakaran baru. Alat yang digunakan untuk memorok adalah porok yang berbentuk seperti garpu. Standar prestasi kerja kegiatan morok adalah 1 patok/HK atau 0.04 ha/ HK. Penulis melakukan kegiatan morok selama 2 hari dengan rata-rata prestasi kerja 0.03 ha/HK. Pembuatan lubang tadah dan guludan. Lubang tadah dan guludan dibuat pada area yang telah dipangkas yang dilaksanakan secara zig-zag pada setiap baris tanaman. Lubang tadah ini berfungsi sebagai penampung air sehingga tidak terjadi pengikisan tanah pada saat hujan. Guludan dibuat pada area tepi kebun bertujuan untuk menahan air agar tidak keluar dari kebun. Lubang tadah dibuat pada setiap 2 – 4 baris tanaman dengan jarak 3 m (3 tanaman). Gosok lumut. Tanaman teh asal seedling setelah satu minggu dipangkas dilakukan gosok lumut (lumutan). Lumutan merupakan pekerjaan membersihkan lumut dan tanaman jenis paku-pakuan yang tumbuh menempel pada tanaman teh. Adanya lumut yang menempel di tanaman teh ini dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tunas baru. Standar prestasi kerja kegiatan gosok lumut adalah 0.04 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan gosok lumut selama 2 hari dengan rata-rata prestasi kerja 0.031 ha/HK.
31 Batas kebun. Batas kebun merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada area tepi kebun yang digunakan untuk pembatas tanaman teh. Tanaman yang digunakan untuk batas kebun adalah pohon gondani. Pohon tersebut sebagian besar digunakan untuk membatasi area perkebunan teh dengan kebun bukan milik perusahaan. Pemeliharaan batas kebun tersebut dilakukan dengan merempel atau membersihkan cabang-cabang yang sudah mengganggu pertumbuhan tanaman teh yang berada di pinggir. Pemeliharaan Pohon Pelindung Jenis pohon pelindung yang ditanam di Unit Perkebunan Tambi antara lain Acacia decurens, Acacia marensis, Albazia falcata, Leucaena diversifolia (Lamtoro merah), Grivellia robusta (Silver oak), Maesopsis eminii (Saman), dan Tonona sureni (Suren). Penanaman pohon pelindung tersebut menggunakan sistem mata 9 dan mata 13. Maksud dari mata 9 atau 13 adalah pada luasan 400 m2 kebun teh terdapat pohon pelindung sebanyak 9 atau 13. Susunan pohon pelindung yang berjumlah 9 adalah di bagian pinggir terdapat 8 pohon pelindung dan di bagian tengah terdapat 1 pohon pelindung (Gambar 6). Mata 13 susunannya sama dengan mata 9 hanya saja di bagian arah diagonalnya terdapat 4 pohon pelindung (Gambar 7).
20 m
20 m Gambar 6. Susunan Pohon Pelindung Mata 9
Gambar 7. Susunan Pohon Pelindung Mata 13
Pemeliharaan yang rutin dilakukan adalah memangkas cabang atau ranting yang mengganggu datangnya cahaya matahari pada tanaman teh. Kegiatan tersebut dinamakan merempel dan alat yang digunakan adalah sabit. Standar prestasi kerja kegiatan pemeliharaan pohon pelindung adalah 1.5 ha/HK. Penulis
32 melakukan kegiatan pemeliharaan pohon pelindung selama 1 hari dengan prestasi kerja 0.31 ha/HK. Pemetikan Pemetikan pada tanaman teh adalah upaya memungut dan mengumpulkan pucuk yang ada pada perdu teh yang sesuai dengan tujuan pengolahan. Jenis pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi selama satu daur pangkas terdiri dari petikan produksi dan petikan jendangan. Petikan jendangan dilakukan pada tanaman teh tahun pangkas I. Pemetikan jendangan mulai dapat dilakukan apabila 60 % area telah memenuhi syarat untuk dijendang. Jenis petikan pada pemetikan jendangan adalah petikan medium dengan rumus p + 2 atau pucuk burung dengan satu atau dua daun muda (b + 1m atau b + 2m). Tinggi bidang petik jendangan dari luka pangkasan tergantung pada tinggi rendahnya pangkasan. Tinggi bidang petik jendangan berkisar antara 10 – 25 cm bergantung pada tinggi pangkasannya. Alat ukur yang digunakan membantu pengukuran tinggi petikan jendangan disebut caplak. Pemetikan produksi dilakukan pada tanaman teh yang telah melalui pemetikan jendangan. Macam petikan yang diutamakan dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi antara lain petikan halus, petikan medium, dan petikan kasar. Petikan halus merupakan petikan jika pucuk yang dipetik adalah peko dengan satu atau dua lembar daun muda. Petikan medium merupakan petikan jika pucuk yang dipetik adalah peko dengan dua lembar daun atau tiga lembar daun muda dan pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda. Petikan kasar merupakan petikan jika pucuk yang dipetik berjumlah tiga lembar daun atau lebih daun, pucuk burung dengan satu, dua, dan tiga lembar daun tua. Rumus petikan halus adalah p+1 dan p+2m, rumus petikan medium adalah p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m, rumus petikan kasar adalah p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t. Jenis petikan yang menjadi standar di Unit Perkebunan Tambi adalah jenis petikan medium. Teknik pemetikan ada dua cara, yaitu pemetikan secara manual dan pemetikan dengan bantuan gunting petik. Jika terdapat banyak pucuk burung pada bidang petik tanaman teh, pemetikan dilakukan menggunakan gunting petik. Pemetikan menggunakan gunting petik juga bertujuan agar hanca petik tercapai,
33 mempermudah pemetikan daun yang telah kaboler (lewat petik), membentuk bidang petik yang rata, serta mengurangi kerusakan pada luka petik. Pemetikan secara manual dilakukan jika banyak daun tanggung di atas bidang petik dan menghindari pemetikan yang terlalu berat. Jenis pemetikan gendesan adalah jenis pemetikan yang termasuk pemetikan produksi yang dilakukan sebelum tanaman dipangkas dengan memetik semua pucuk daun yang memenuhi syarat olah tanpa memperhatikan daun yang ditinggal di atas perdu. Jenis petikan pada pemetikan gendesan adalah petikan berat. Siklus petik yang diterapkan untuk Blok Taman, Panama, dan Pemandangan adalah 10 – 13 hari sedangkan untuk Blok Pemandangan 12 – 14 hari. Blok Pemandangan siklusnya lebih panjang dikarenakan lokasinya lebih tinggi daripada ketiga blok lainnya. Lamanya siklus petik tergantung dari pertumbuhan pucuk. Kecepatan tumbuh pucuk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur pangkas, iklim, elevasi atau ketinggian tempat, dan kesehatan tanaman. Hanca petik adalah luasan petik yang harus selesai dalam satu hari. Hanca petik ditentukan berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, siklus petik, kondisi tanaman, topografi dan musim. Semakin pendek siklus petik maka luas lahan yang dapat dipetik per hari semakin luas. Pengaturan hanca petik harus pula mempertimbangkan keseragaman pucuk yang dihasilkan setiap hari dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang. Luas area yang akan dipetik dapat ditentukan berdasarkan rumus:
Luas area petik / hari =
Hanca satu pemetik =
luas area yang dipetik daur petik
luas area yang dipetik (ha) / hari x jumlah patok/ha jumlah tenaga petik
Pengaturan hanca petik ditentukan oleh masing-masing pembimbing petik. Dalam satu hari, pemetik harus menyelesaikan luasan petik tersebut. Apabila hanca petik dapat diselesaikan, maka siklus petik pun tercapai sehingga mutu
34 pucuk yang dihasilkan baik. Pada realisasi pelaksanaan di lapangan, hanca petik yang telah direncanakan seringkali tidak sama. Hanca yang tidak tercapai tersebut akan diselesaikan pada hari berikunya. Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang dihasilkan oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh keadaan cuaca, kondisi tanaman, topografi kebun, keterampilan pemetik, populasi tanaman di blok yang akan dipetik, dan umur pangkas tanaman. Standar
prestasi kerja
kegiatan pemetikan adalah 50 kg/HK. Penulis melakukan kegiatan pemetikan selama 13 hari dengan rata-rata prestasi kerja 36.87 kg/HK. Tenaga petik mempunyai peranan sangat penting dalam mencapai hasil petikan yang optimum. Keterbatasan tenaga kerja petik sering terjadi di perkebunan teh karena upah tenaga yang relatif rendah. Dalam hubungannya dengan pemetikan menggunakan tenaga pemetik, perlu dipertimbangkan mengenai kebutuhan jumlah tenaga kerja yang tersedia dan keterampilannya dalam melaksanakan pemetikan. Perhitungan rasio pemetik harus diketahui ratarata kapasitas petik/HK dalam satu tahun, jumlah hari kerja (HK) dalam satu tahun, persentase (%) absensi dalam satu tahun (A), dan rata-rata produksi pucuk/ha/tahun. Rasio tenaga pemetik =
produksi pucuk/ha/tahun x (100 + A)% kapasitas petik/HK/hari x HK satu tahun
Sistem pengupahan pemetik di Unit Perkebunan Tambi ditentukan oleh besarnya jumlah bobot basah pucuk teh masing-masing pemetik dalam satu hari dan analisis pucuk teh. Penetapan harga bobot basah pucuk teh per kilogram di Blok Taman, Panama, dan Tanah Hijau adalah Rp 210,00. Harga bobot basah pucuk teh per kilogram di Blok Pemandangan adalah Rp 240,00. Apabila analisis pucuk minimal 50 % dari standar tercapai, pemetik mendapatkan premi sehingga harga pucuk basah per kilogram menjadi Rp 240,00 Blok Taman, Panama, dan Tanah Hijau dan Rp 260,00 di Blok Pemandangan. Pelaksanaan pemetikan yang pada umumnya dilakukan oleh pemetik dimulai berkisar antara pukul 06.00 – 09.30 WIB untuk penimbangan pertama dan 10.00 – 13.00 WIB untuk penimbangan kedua. Waktu penimbangan tersebut
35 ditetapkan tergantung kondisi pucuk dan hanca petik yang harus tercapai. Pemetikan dilakukan dengan menggunakan sistem giringan setelah adanya perubahan manajemen yang baru. Sistem pemetikan yang lama adalah sistem sawahan. Sistem giringan yang dimaksud adalah pemetik berbaris pada masingmasing barisan tanaman dan satu pemetik harus memetik semua tanaman dalam barisan tersebut. Sistem pemetikan sawahan yaitu sistem pemetikan berdasarkan wilayah petik masing-masing pemetik. Teknis pelaksanaan pemetikan adalah pucuk teh yang telah masak (manjing) dan pucuk burung di atas bidang petik harus dipetik bersih. Pucuk nanggung atau cadangan ditinggal dan cakar yang berada di atas bidang petik harus dibuang. Tanaman yang biasanya dipetik menggunakan gunting petik adalah tanaman dengan tahun pangkas III dan IV, tanaman teh asal seedling, dan tanaman yang rentan terkena penyakit cacar daun seperti klon TRI 2024 dan TRI 2025. Hasil petikan dimasukkan ke dalam waring masing-masing pemetik kemudian dilakukan penimbangan di kebun. Pucuk teh yang telah ditimbang diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. Pucuk teh yang telah sampai ke pabrik dilakukan penimbangan lagi dan analisis pucuk sebelum dimulai pengolahan. Pengolahan Teh Hitam di Unit Perkebunan Tambi Pengolahan pucuk teh di Unit Perkebunan Tambi menghasilkan teh hitam. Teh hitam merupakan hasil olahan pucuk teh yang mengalami tahap fermentasi. Tahapan pengolahan teh hitam dimulai dari penerimaan pucuk segar dari kebun, pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi dan pengepakan. Penerimaan pucuk segar dari kebun. Penerimaan pucuk segar dari kebun ditimbang di pabrik. Penimbangan di pabrik bertujuan untuk mengetahui rendemen atau nilai susut yang terjadi pada pucuk sepanjang perjalanan dan mengetahui persentasi layu. Pucuk yang telah ditimbang kemudian diangkut menggunakan trolly menuju ke bak pelayuan (Withering Through). Withering Through berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 24 m, lebar 1.8 m dan tinggi 1 m. Terdapat 17 unit Withering Through di pabrik Unit Perkebunan Tambi yang masing-masing kapasitasnya 1 500 kg. Pucuk-pucuk segar tersebut
36 kemudian dihamparkan di dalam bak pelayuan sambil dilakukan pembeberan. Pembeberan bertujuan untuk memecah gumpalan-gumpalan pucuk teh bekas genggaman para pemetik, sehingga memudahkan udara segar menembus sela-sela pucuk dan menghilangkan aroma tidak enak dari pucuk teh. Pelayuan. Pelayuan merupakan proses persiapan fisik pucuk teh segar agar lebih mudah saat diolah. Pelayuan bertujuan untuk menguapkan sebagian kandungan air dari pucuk teh secara perlahan sehingga menjadi lentur dan lemas menjadikan mudah digiling dan menciptakan aroma segar. Proses pelayuan dilaksanakan setelah pembeberan pucuk selesai. Pemberian udara segar pada pucuk teh sesaat setelah dilakukan pembeberan. Tujuan pemberian udara segar adalah memberikan kesempatan pucuk daun untuk melakukan respirasi atau mengeluarkan udara panas akibat dari naiknya suhu pucuk selama berada dalam waring maupun selama pengangkutan. Pemberian udara panas dilakukan pada jam ke-6 setelah dilakukan pembeberan dan dilakukan pembalikan setiap 6 jam sekali. Pemberian udara panas bertujuan untuk mengkondisikan suhu ruangan pelayuan berkisar pada suhu 26° C dengan kelembaban relatif (RH ) 70 – 77 %. Pengiraban dilakukan setelah pucuk layu mencapai 50 %. Pucuk-pucuk layu tersebut diangkut dalam keranjang berkapasitas 50 kg dengan menggunakan trolly menuju cerobong yang terhubung pada mesin Open Top Roller (OTR). Penggilingan. Penggilingan bertujuan untuk mememarkan pucuk, memeras cairan sel, membentuk penampilan dan membentuk fisik teh menjadi menggulung. Proses penggilingan merupakan awal terjadinya fermentasi pada pucuk teh. Mesin-mesin yang digunakan selam proses penggilingan antara lain Open Top Roller (OTR), Rotorvane (RV), Rotary Roll Breaker (RRB), dan ghoogi. Open Top Roller (OTR) adalah mesin yang berfungsi untuk menggulung dan memecahkan sel pada pucuk yang sudah layu. Terdapat tiga unit OTR di pabrik Unit Perkebunan Tambi dengan kapasitas 350 kg. Lamanya waktu yang diperlukan proses di OTR adalah 45 menit. Rotorvane (RV) adalah mesin yang
37 berfungsi untuk memperkecil partikel teh dan memeras cairan sel. Rotary Roll Breaker (RRB) adalah mesin yang berfungsi untuk mengayak bubuk basah. Pemisahan bubuk diawali dari OTR 1 dilakukan sortasi menggunakan RRB 1 menghasilkan bubuk 1, kemudian melewati RV 1 masuk RRB 2 menghasilkan bubuk 2, kemudian melewati RV 2 dan masuk RRB 3 menghasilkan bubuk 3 dan masuk mesin ghoogi. Hasil mesin ghoogi adalah bubuk 4 sedangkan bubuk yang tidak lolos ayakan keluar dari ujung ghoogi menghasilkan badag. Pada mesin RRB ukuran nomor mesh ayakan dapat diganti sesuai dengan yang diinginkan. Biasanya menggunakan mesh nomor 7 - 7 - 8 atau 6 - 6 - 7 jika ingin menghasilkan grade Pekoe Souchon (PS) dan Broken Pekoe Souchon (BPS). Pemasangan ayakan dengan nomor mesh yang tepat sangat membantu diperolehnya grade yang diinginkan. Selama proses penggilingan, suhu ruangan tidak boleh melebihi 25o C dan kelembaban dalam ruangan penggilingan berkisar 90 - 95 %. Kelembaban dapat diatur dengan menggunakan Humidifier yang berbentuk blower. Fermentasi dan Oksidasi. Fermentasi atau oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi senyawa polifenol pada pucuk teh dengan bantuan enzim polifenol oxidase. Tujuan dari proses fermentasi yaitu untuk menghasilkan warna partikel teh, aroma dan rasa. Suhu ruangan fermentasi diatur tidak boleh lebih dari 25o C dengan kelembaban 90 - 95 %. Untuk mempertahankan kelembaban di ruang fermentasi digunakan humidifier. Waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi adalah 120 menit, terhitung sejak pucuk masuk ke mesin OTR sampai ke mesin pengeringan. Khusus di ruangan fermentasi, bubuk basah dibiarkan mengalami fermentsi selama 30 menit agar proses fermentasi lebih sempurna. Pengeringan.
Pengeringan
bertujuan
untuk
menghentikan
proses
fermentasi. Proses pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam bubuk teh sehingga teh kering akan tahan lama dalam penyimpanan, aman dari gangguan jamur dan serangga (hama gudang). Terdapat tiga unit alat pengering di pabrik Unit Perkebunan Tambi yaitu dua unit Two Circuit Dryer berkapasitas 250 kg/jam dan satu unit Three Circuit Dryer berkapasitas 300 kg/jam.
38 Bubuk yang akan dikeringkan diletakkan di atas trays dan diatur ketebalannya dengan menggunakan baling-baling atau spreader sesuai kebutuhan. Secara perlahan trays bergerak memasuki alat pengering dan setelah sampai ujung penggerak, teh akan jatuh dan kemudian keluar dari mesin pengering. Panas untuk pengeringan diperoleh dari kompor (burner), kemudian merambat ke dinding tungku dalam ruang pembakaran dan mengalir ke dalam pipa api oleh tarikan main fan dan masuk ke mesin pengering. Suhu inlet yang dibutuhkan dalam proses pengeringan adalah rata-rata berkisar 94 – 98° C. Sisa udara panas yang digunakan untuk mengeringkan bubuk teh disebut suhu outlet. Suhu outlet berkisar antara 45 – 50° C. Hasil keringan teh sebelum masuk ke ruang sortasi harus ditimbang sebagai dasar untuk menghitung rendemen teh yang dihasilkan. Tujuan lain dari penimbangan tersebut adalah untuk mengetahui kapasitas mesin pengering, mengetahui hasil kering, dan derajat layu. Sortasi. Sortasi adalah kegiatan memisahkan teh bubuk kering berdasarkan jenis-jenis tertentu sesuai dengan kehendak konsumen. Tujuan sortasi antara lain menyeragamkan bentuk, ukuran dan warna masing-masing grade serta membersihkan teh dari serat, tangkai, debu dan benda asing. Berikut mesin-mesin yang digunakan selama proses sortasi beserta fungsinya antara lain :
Bubble Tray : berfungsi untuk memisahkan bubuk teh kering menjadi fraksi kasar dan halus.
Vibrex
: mesin yang akan mengangkat serat dan partikel yang ringan
berdasarkan daya magnetik silinder besi.
Chota
: mesin berupa ayakan yang berfungsi untuk memisahkan bubuk
teh kering menjadi partikel sesuai jenisnya/grade.
Crusher
: mesin yang akan memperkecil ukuran bubuk teh kering.
Winower
: mesin yang akan menyaring bubuk teh kering berdasarkan
berat jenisnya serta membersihkan debu dan benda asing. Pabrik Unit Perkebunan Tambi memiliki tiga unit mesin sortasi yang fungsinya hampir sama serta terdapat vibrex, crusher dan chota pada masingmasing unit. Mesin tersebut disebut dengan line I, line II dan line III.
39 Bubuk teh kering pertama kali dipisahkan pada mesin bubble tray. Pada bubble tray terdapat 5 corong yang masing-masing corong akan menghasilkan bubuk 1, 2, 3, 4 dan 5. Bubuk 1 dan 2 akan disortasi di line I, bubuk 3 dan 4 akan disortasi pada line II sedangkan bubuk 5 akan disortasi di line III. Selain menerima bubuk 3 dan 4 line II juga menerima hasil chota I berupa BOP grof, hasil chota 2 dan 3 berupa BP 2, serta hasil samping dari line I dan line II. Pada chota line I terdapat 5 corong yang akan menghasilkan bubuk teh kering jenis dust, BOP, BOPF, PF dan BOP grof. Pada chota line II, terdapat 4 corong yang akan menghasilkan bubuk teh kering jenis dust, BOPF, PF dan BP 2. Sedangkan pada chota line 3 terdapat 4 corong yang akan menghasilkan bubuk teh kering jenis dust, PF, BP 2 dan BTL. Hasil chota pada line I, II dan III langsung dibawa ke minower untuk disortasi lebih lanjut. Jenis-jenis yang dapat disortasi di minower yaitu dust, BOP, BOPF dan PF. Khusus jenis BTL yang dihasilkan dari chota line 3 dapat langsung dikemas, sedangkan BOP grof dan BP 2 masih disortasi ulang pada line II. Teh hitam yang dihasilkan di pabrik Unit Perkebunan Tambi, dibedakan menjadi tiga grade yaitu : 1. Grade I
: PS (Pekoe Souchon), BPS (Broken Pekoe Souchon), BOP (Broken
Orange Pekoe), BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning), PF(Pekoe Fanning), dust, BP (Broken Pekoe), BT ( Broken Tea) dan BM (Broken Mixed). 2. Grade II
: PF 2, Dust 2, BP 2, BT 2, BM 2 dan Fanning 2.
3. Grade III : Dust 3, BM 3, Dust 4 dan Bohea. Selain itu, di pabrik Unit Perkebunan Tambi juga memproduksi teh celup yang biasanya menggunakan bubuk teh kering jenis dust, fanning dan PF. Setelah dihasilkan beberapa jenis bubuk teh kering kemudian dilakukan pengemasan pertama. Bubuk teh kering dikemas dalam karung berkapasitas maksimal 60 kg. Setelah dikemas karung-karung yang telah diisi tersebut disusun di gudang berdasarkan jenis masing-masing. Tumpukan karung tidak boleh bersentuhan langsung dengan dinding dan lantai gudang. Pengepakan. Pengepakan merupakan upaya memberikan wadah pada produk teh dengan tujuan untuk melindungi teh dari kerusakan, mempermudah
40 pengangkutan dan efisien selama penyimpanan di gudang. Teh yang akan disimpan di gudang terlebih dahulu dikemas dalam karung plastik.
Kriteria
gudang yang baik sebagai tempat penyimpanan teh antara lain mempunyai suhu ruang sekitar 24º C dengan kelembaban kurang dari 70 % serta udara dapat mengalir dengan lancar. Lantai gudang dialasi kayu (pallet) setinggi 12 cm. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontak langsung antara teh dengan lantai yang dapat menyebabkan kerusakan teh. Pengepakan untuk saat ini pada umumnya menggunakan kemasan karung plastik yang dilapisi dengan kantong plastik jenis polietylen (PE) di dalamnya. Selain karung plastik, kemasan lainnya adalah kertas karton yang disesuaikan dengan jenis kemasan dan jenis teh itu sendiri. Teh yang dikemas menggunakan karton terlebih dahulu dimasukkan kedalam plastik PE sedangkan untuk teh celup bagian dalamnya dilapisi dengan aluminium foil agar tidak lembab. Aspek Manajerial Suatu perusahaan membutuhkan suatu manajemen dalam mengelola usahanya. Manajemen adalah sebuah proses yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pemantauan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Modal (Capital). Kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial mulai dijalani penulis pada dua bulan terakhir dari kegiatan magang yaitu sebagai pendamping pembimbing (mandor), pendamping kepala blok serta pendamping asisten kepala bagian kebun. Pembimbing Pemeliharaan Pembimbing pemeliharaan merupakan jabatan yang bertanggungjawab kepada kepala blok dan membawahi secara langsung buruh pemeliharaan. Pembimbing mengawasi
pemeliharaan pelaksanaan
berfungsi
kegiatan
mengatur,
pemeliharaan
mengkoordinasikan kebun,
termasuk
dan dalam
pengelolaan tenaga kerja, lahan dan kegiatan pemeliharaan lainnya, dalam rangka
41 mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Pembimbing
pemeliharaan
di
Unit
Perkebunan
Tambi
dalam
melaksanakan tugasnya berkoordinasi langsung dengan kepala blok. Pembimbing pemeliharaan harus merencanakan segala kebutuhan baik tenaga kerja maupun bahan, barang dan perlengkapan dalam kegiatan pemeliharaan kebun untuk kemudian diusulkan kepada kepala blok. Pembimbing pemeliharaan juga berkewajiban membuat laporan resmi, insidentil atau laporan lainnya seputar kegiatan pemeliharaan kebun kepada kepala blok. Pembimbing pemeliharaan memiliki wewenang dalam mengambil keputusan terhadap semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pemeliharaan kebun. Uraian tugas pembimbing pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi antara lain memimpin, mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas/pekerjaan buruh pemeliharaan, termasuk mengawasi efektivitas kerja (penggunaan waktu kerja, target kerja, dan prioritas pekerjaan). Pembimbing pemeliharaan juga mengawasi pencapaian target kerja, pencatatan hasil kerja, pencatatan kehadiran buruh serta bertanggung jawab dalam mengawasi pemeliharaan peralatan dan fasilitas kerja yang ada. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus mengacu pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang ada. Selama menjadi pendamping mandor pemeliharaan, penulis turut
mengawasi
beberapa
kegiatan
seperti
pemangkasan,
pemorokan,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit dan kegiatan pemeliharaan lainnya. Pembimbing Pemetikan Pembimbing pemetikan bertanggung jawab kepada kepala blok dan membawahi langsung kepada tenaga kerja pemetik. Pembimbing pemetikan mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemetikan tanaman, termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, lahan dan kegiatan pemeliharaan lainnya, dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.
42 Pembimbing pemetikan berkewajiban dalam memimpin, mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas/pekerjaan tenaga pemetik, termasuk mengawasi efektivitas kerja (penggunaan waktu kerja, target kerja, dan prioritas pekerjaan). Pembimbing pemetikan juga berkewajiban merencanakan, mengatur, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan
yang berhubungan dengan aktivitas
pemetikan tanaman baik
jadwal/siklus petik, pembagian kelompok, sistematika kerja dan lain sebagainya serta berkewajiban dalam pengawasan pencapaian target pekerjaan (pencapaian hanca petik per hari), pencatatan hasil pemetikan dan absensi tenaga pemetik. Jumlah pembimbing pemetikan di Unit Perkebunan Tambi sebanyak sembilan orang yang dibagi ke dalam empat blok. Blok Panama, Taman, dan Tanah Hijau masing-masing memiliki dua orang pembimbing petik sedangkan Blok Pemandangan memiliki tiga orang pembimbing petik. Jumlah pembimbing petik di setiap blok ditentukan oleh keluasan total dari setiap blok serta jumlah tenaga pemetik yang harus diawasi. Kepala Blok Kepala blok adalah pimpinan yang mengepalai suatu blok kebun dan bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala bagian kebun. Kepala blok memiliki fungsi dalam melaksanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan semua kegiatan blok seperti pembibitan, pemeliharaan, dan pemetikan termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja, tanaman, lahan dan kegiatan kebun lainnya, dalam rangka mendukung usaha perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tugas seorang kepala blok diantaranya adalah memimpin, mengatur, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi tugas/pekerjaan pembimbing petik, pembimbing pemeliharaan, dan pembimbing keamanan termasuk mengawasi efektivitas kerja, cara kerja, target, dan prioritas kerja. Kepala blok juga berkewajiban mengawasi pencapaian target bloknya baik target produksi maupun target kegiatan pemeliharaan. Kepala blok memiliki wewenang untuk mengambil keputusan semua hal yang berkaitan dengan kelancaran pengelolaan blok kebun dengan persetujuan dari kepala bagian kebun dan asisten kepala
43 bagian kebun. Setiap blok di Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang kepala blok yang dalam pelaksanaan tugasnya senantiasa berkoordinasi dengan kepala bagian kebun dan asisten kepala bagian kebun. Asisten Kepala Bagian Kebun Asisten kepala bagian kebun adalah pemimpin di suatu unit perkebunan yang langsung membawahi beberapa blok dan bertanggung jawab kepada kepala bagian kebun. Asisten kepala bagian kebun memiliki fungsi dalam membantu kepala bagian kebun dalam perencanaan pengaturan, pengkoordinasian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan kebun, lahan dan kegiatan lainnya dalam rangka mendukung semua tujuan perusahaan. Serangkaian tugas dari asisten kepala kebun antara lain adalah memimpin, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi tugas/pekerjaan kepala urusan dan para pelaksana di bawahnya. Selain itu, asisten kepala bagian kebun juga berperan dalam membantu pihak perusahaan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran pembiayaan semua kegiatan kebun serta memberikan petunjuk dan arahan kepada setiap kepala blok dalam merencanakan, menetapkan dan mengawasi pencapaian target setap blok. Asisten kepala bagian kebun senantiasa berkoordinasi dengan kepala blok dalam menerima, memeriksa, mengkoordinasikan, dan menyetujui laporan rutin dari setiap blok seperti laporan kegiatan pemetikan, laporan pemeliharaan serta laporan anggaran dan realisasi biaya untuk kemudian dikoordinasikan kepada kepala bagian kebun. Asisten kepala bagian kebun memiliki wewenang dalam mengambil keputusan mengenai semua hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan pengelolaan kebun dengan persetujuan dari kepala bagian kebun. Unit Perkebunan Tambi memiliki seorang asisten kepala bagian kebun yang secara teknis membawahi dua blok dari empat blok yang ada.
44
PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan.
Hal ini terkait dengan tujuan dan
manfaat dari
pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi adalah menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman teh sehingga menghasilkan produksi yang optimal. Manfaat pemupukan secara khusus ditujukan untuk tanah dan tanaman teh. Manfaat pemupukan untuk tanah adalah pengembalian unsur hara yang telah tereksploitasi oleh tanaman teh. Manfaat pemupukan untuk tanaman adalah terpenuhinya unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman teh. Alasan lain bahwa kegiatan pemupukan merupakan kegiatan penting adalah kegiatan ini membutuhkan biaya yang paling banyak sehingga harus dilakukan secara efektif dan efisien. Kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan dua metode, yaitu pemupukan tanah dan pemupukan daun. Pemupukan melalui tanah dilakukan dengan cara memberikan pupuk yang dibenamkan ke dalam tanah. Pemupukan daun dilakukan dengan cara memberikan pupuk yang disemprotkan ke daun teh. Prosedur Gudang Gudang penyimpanan pupuk yang ada di Unit Perkebunan Tambi ada dua yaitu gudang induk dan gudang kebun. Gudang induk terletak di area kantor induk Unit Perkebunan Tambi. Gudang kebun terletak di lokasi masing-masing kantor blok. Teknis pelaksanaan pemupukan dimulai dari gudang induk, gudang kebun, dan kebun. Pupuk diperoleh dari gudang induk atas permintaan kebun yang telah disetujui oleh kepala bagian kebun dan asisten kepala bagian kebun. Pupuk yang diperoleh disimpan di dalam gudang kebun masing-masing blok. Pencampuran pupuk dilakukan maksimal satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan pemupukan. Pencampuran pupuk dilakukan di dalam gudang kebun sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan.
45 Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung memberikan rekomendasi mengenai pencampuran pemupukan, yaitu tidak melebihi waktu 24 jam dari pengaplikasiannya. Dasar pencampuran pupuk dari PPTK Gambung memperhatikan hal-hal di bawah ini: 1.
Pupuk-pupuk yang mengandung amoniak (ammonium) tidak dapat dicampur dengan pupuk yang reaksinya alkalis/basa (kapur, fosfat alam) karena dapat menyebabkan mudah hilangnya nitrogen.
2.
Pupuk yang mengandung fosfat larut dalam air (TSP, Amonium phospate) tidak boleh dicampur dengan pupuk yang mengandung Ca karena dapat menekan larutnya asam phospate.
3.
Berbagai pupuk yang mudah larut dan higroskopis (Urea, KCl, pupuk-pupuk Nitrat) cenderung mengeras atau menggumpal setelah dicampur dengan beberapa pupuk tertentu (PPTK Gambung, 2002)
Unit Perkebunan Tambi dilihat dari segi waktu pencampuran pupuk tidak menyimpang dari rekomendasi. Namun dalam hal pencampuran pemupukan, kebun tidak mengikuti rekomendasi. Pencampuran pemupukan dilakukan dengan mencampurkan seluruh pupuk pada satu waktu. Jenis Pupuk Jenis pupuk yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah Urea, Rock phospate, KCl, dan Kieserite. Secara umum pemberian jenis pupuk tersebut dapat dikatakan tepat untuk tanaman teh. Unsur hara yang terkandung dalam keempat pupuk tersebut antara lain N, P, K, dan Mg yang merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman teh. Unsur S tidak setiap tahun diberikan karena belerang lebih dimanfaatkan untuk menambah kadar asam pada tanah. Unsur Zn diberikan ke tanaman teh dalam bentuk pupuk daun. Pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO4 dan Pupuk Pelengkap Cair (PPC). Kandungan hara dalam PPC antara lain N, P2O5, K2O, Ca, Mg dan beberapa unsur hara mikro seperti Fe, Cu, Zn, Mn, Al, dan S. Jenis pupuk yang direkomendasikan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P),
46 kalium (K), magnesium (Mg), dan seng (Zn) (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 1997). Unsur N pada tanaman teh merupakan unsur yang paling dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman teh; unsur P berperan sebagai stimulan dalam pembentukan akar dan jaringan meristem; unsur K pada tanaman teh mempunyai fungsi fisiologis khusus pada asimilasi zat arang; unsur Mg sebagai pengganti klorofil (Sutedjo, 2008). Unsur S selama ini masih belum dianggap penting bagi tanaman teh karena sering hanya dihubungkan dengan perlakuan untuk penurunan pH tanah dan pemberantasan penyakit akar (Wibowo, 2007). Unsur Zn yang terkandung dalam pupuk daun ZnSO4 berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas. Menurut Sutedjo (2008), diperkirakan bahwa persenyawaan-persenyawaan Zn berfungsi pada pembentukan hormon auksin dan penting bagi keseimbangan fisiologis. Dosis Pupuk Dosis pupuk merupakan masalah yang paling kritis dan menentukan dalam pemupukan teh. Penetapan dosis pupuk dipengaruhi oleh formula susunan hara dari pupuk, tingkat kesuburan kimia tanah, tingkat kehilangan hara setelah aplikasi pupuk akibat kesalahan metode aplikasi (faktor efektivitas pupuk), dan kelembaban saat aplikasi. Formulasi pupuk dibuat atas dasar target produktivitas dan kadar hara dalam pucuk teh (Wibowo, 2007). Penetapan dosis sebelumnya lebih ideal dilakukan analisis tanah atau analisis daun. Unit Perkebunan Tambi pada tahun 2010 dan sebelumnya belum menggunakan analisis tanah dan analisis daun dalam menetapkan dosis pupuk tetapi hanya berdasarkan target produksi yang akan dicapai. Pedoman penetapan dosis pupuk di Unit Perkebunan Tambi hanya ditetapkan berdasarkan persentase N. Persentase N ditentukan dengan menghitung produktivitas yang akan dicapai dan menyesuaikan biaya yang tersedia. Keberhasilan pemupukan terlihat produksi atau produktivitas pucuk teh. Tabel 7 menunjukkan ketepatan dosis pupuk yang berdasarkan rekomendasinya. Pelaksanaan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dapat dikatakan cukup baik
47 karena dosis yang diberikan tidak berbeda nyata antara rekomendasi dan realisasi. Pada umumnya semua jenis pupuk yang diaplikasikan di lapangan dosisnya lebih rendah daripada rekomendasi. Hal ini disebabkan anggaran biaya yang disediakan oleh perusahaan tidak mencukupi untuk membeli seluruh pupuk yang sesuai dengan rekomendasi. Selain itu, terbatasnya ketersediaan pupuk untuk tanaman perkebunan pada saat memasuki waktu dilaksanakannya kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi. Dasar pemberian dosis pupuk setiap tanaman teh berbeda berdasarkan tahun pangkasnya. Tanaman teh tahun pangkas II dan III dosis pupuknya 110 % dari dosis total sedangkan tanaman teh tahun pangkas I dan IV dosis pupuknya 90 % dari dosis total. Perbedaan ini mempunyai alasan yaitu tanaman teh tahun pangkas II dan III kondisinya sedang dalam produksi yang maksimal sehingga membutuhkan hara yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman teh tahun pangkas I dan IV. Tanaman teh tahun pangkas I merupakan tanaman pada kondisi setelah dilakukan pemangkasan sehingga produksinya belum optimal. Sedangkan tanaman teh tahun pangkas IV merupakan tanaman teh yang memasuki masa peremajaan sehingga produksi sudah mulai menurun. Tabel 8 menunjukkan dosis pupuk yang diberikan untuk setiap tanaman teh berdasarkan tahun pangkasnya. Tanaman teh tahun pangkas I dan IV sampel pupuk diambil di Bok Pemandangan dan Panama. Tanaman teh tahun pangkas II dan III sampel pupuk diambil di Blok Tanah Hijau dan Taman. Berdasarkan Tabel 8, terjadi perbedaan dosis antara rekomendasi dengan aplikasi di lapangan. Akan tetapi, analisis t-student yang dihasilkan menyatakan tidak terdapat perbedaan antara dosis rekomendasi dengan aplikasi di lapangan. Waktu Pemupukan Waktu pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan 2 kali dalam satu tahun yaitu pada semester I (Februari – April) dan Semester II (Oktober – November). Hal ini disebabkan adanya faktor curah hujan yang mempengaruhi keefektifan pupuk. Waktu yang tepat pelaksanaan pemupukan adalah akhir musim hujan dan awal musim hujan yaitu sekitar bulan Februari – April dan bulan
48 Oktober – November. Pelaksanaan pemupukan semester I curah hujannya sudah tidak terlalu tinggi. Curah hujan pada bulan tersebut adala 143 mm per minggu. Hal ini sudah sesuai dengan curah hujan standar untuk pelaksanaan pemupukan yaitu 60 - 200 mm per minggu (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 1997). Penyemprotan pupuk daun biasanya dilakukan setelah tanaman teh dipetik. Pengaplikasian pupuk daun dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00 WIB. Menurut Ghani (2002), waktu yang ideal untuk memupuk adalah pagi hari hingga pukul 09.00 dan sore hari setelah pukul 16.00 WIB. Cara pemupukan Ketepatan cara dan tempat dalam pelaksanaan pemupukan sangat berkaitan erat. Pemupukan dilaksanakan dengan cara dibenam sekitar tanaman dengan jarak lubang 20 cm dari tajuk tanaman dan kedalaman lubang 10 – 15 cm (Gambar 8). Peletakkan pupuk pada lubang bertujuan agar pupuk tidak mudah menguap dan terbawa erosi.
Gambar 8. Lubang Pupuk Satu lubang untuk 2 – 4 pohon yang diletakkan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya (Gambar 9). Perakaran tanaman teh yang masih aktif terletak pada jarak 30 – 40 cm dari perdu teh (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 1997). Dengan demikian cara pemupukan yang dilakukan oleh Unit Perkebunan Tambi sudah sesuai dengan rekomendasi.
49
Gambar 9. Denah Lubang Pupuk Penyemprotan pupuk daun dilakukan di atas permukaan daun teh. Cara pengaplikasian pupuk daun dengan menggunakan mist blower yaitu sudut corong dengan tanaman teh adalah 45°. Tujuannya adalah agar pupuk daun dapat menyebar merata di permukaan daun teh. Arah corong tersebut harus searah dengan arah angin. Menurut Ghani (2002), cara memupuk daun adalah dengan mengarahkan semprotan ke permukaan daun bagian bawah karena stomata pada bagian bawah daun (epidermis bawah) jumlahnya lebih banyak. Dengan demikian, secara teknis metode pengaplikasian pupuk daun kurang tepat. Perlengkapan atau Alat Pemupukan Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, peralatan pemupukan disediakan sendiri oleh para pekerja. Perlengkapan pemupuk antara lain ember, alat takar, cangkul, celemek, dan sarung tangan. Ember, alat takar, dan cangkul merupakan alat yang wajib dibawa pekerja yang bertugas sebagai penabur dan pengoak. Alat takar yang digunakan adalah gelas plastik yang ukurannya telah dibuat sesuai dengan dosis pupuk yang akan diberikan. Celemek dan sarung tangan merupakan perlengkapan pelindung bagi para pekerja. Alat yang digunakan dalam pemupukan daun adalah mist blower dan knapsack sprayer. Mist blower digunakan pada tanaman teh yang sedang berproduksi sedangkan knapsack sprayer digunakan pada tanaman teh yang telah tumbuh setelah dipangkas.
50 Faktor Tenaga Kerja Manajemen
tenaga
kerja
pemupuk
di
lapang
terdiri
dari
pengawas/pembimbing, penabur pupuk, penggali lubang (pengoak), langsir, dan laden.
Pengawas/pembimbing
bertugas
mengawasi
proses
pelaksanaan
pemupukan. Pengawas/pembimbing bertanggungjawab mengawasi 5 sampai 7 pasang pemupuk. Pemupuk terdiri dari penabur pupuk dan penggali lubang pupuk (pengoak). Langsir merupakan pekerjaan yang membawa pupuk dari truk sampai dengan tempat yang dekat dengan lahan yang akan dipupuk. Laden merupakan pekerjaan yang membawa pupuk dari tempat diletakkannya pupuk untuk dibagibagikan kepada para penabur pupuk. Standar prestasi kerja pada kegiatan pemupukan adalah 0.15 ha/HK. Berdasarkan Tabel 9, blok yang tepat standar prestasi kerjanya adalah Blok Tanah Hijau. Adapun prestasi kerja yang tidak sesuai standar tersebut tidak berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja pemupukan. Hal ini dikarenakan tenaga pemupuk di Unit Perkebunan Tambi sistem kerjanya adalah borongan. Prestasi kerja yang melebihi standar maka tenaga yang bekerja di lapang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah yang telah ditentukan. Sebaliknya, prestasi kerja yang lebih sedikit dari standar berarti jumlah tenaga yang bekerja di lapang lebih banyak dari jumlah yang ditentukan. Upah untuk satu tenaga kerja pemupuk di Unit Perkebunan Tambi adalah Rp 50 000,00 /ha. Jumlah pemupuk di Blok Tanah Hijau pada Tabel 10 jumlahnya bervariasi. Jumlah pemupuk paling sedikit adalah 10 orang yang bekerja pada tanggal 20 dan jumlah pemupuk yang paling banyak adalah 20 orang yang bekerja pada tanggal 20. Jumlah pemupuk yang berbeda-beda ini disebabkan adanya keterbatasan dalam ketersediaan tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan. Akan tetapi, adanya pengaturan luasan lahan yang sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja maka prestasi yang diperoleh tenaga kerja pemupuk sesuai dengan standar. Pelaksanaan Pemupukan Penetapan
lokasi
pemupukan
setiap
nomor
kebun
memerlukan
pertimbangan, seperti kebersihan kebun dan jumlah tenaga kerja. Kebersihan
51 kebun yang dimaksud adalah lahan yang akan dipupuk harus bersih dari gulma. Kebersihan kebun yang memenuhi syarat untuk pemupukan adalah minimal 10 % kebun bebas dari gulma. Jumlah tenaga kerja juga menentukan area yang akan dipupuk. Misalnya jumlah tenaga kerja yang sedikit maka area akan dipupuk sebelumnya telah ditetapkan pada area yang sempit dan mudah terjangkau. Sistem pemupukan menggunakan sistem giringan. Pengawas atau pembimbing bertugas mengontrol ketepatan pembuatan lubang pupuk dan takaran dosis pupuk. Pelaksanaan pemupukan di lapang pada kenyataannya sedikit berbeda dengan ketentuan. Hal pertama yang terlihat adalah saat pelaksanaan pemupukan areanya belum bersih dari gulma sehingga terjadi persaingan dalam penyerapan hara (Gambar 10). Ketidaksesuaian dengan ketentuan juga terlihat pada kedalaman lubang pupuk yang kurang dari ketentuan bahkan ada yang tidak dibuat lubang pupuk. Selain itu, penutupan lubang setelah peletakkan pupuk ada yang tidak dilakukan sehingga dapat menyebabkan pupuk hanyut terbawa air hujan dan pupuk lebih cepat menguap karena pemanasan matahari.
Gambar 10. Gulma di Sekitar Lubang Pupuk Takaran pupuk yang digunakan oleh Unit Perkebunan Tambi biasanya adalah wadah takar yang sudah disesuaikan banyaknya dengan dosis yang diperlukan. Akan tetapi, ada beberapa pekerja yang takarannya dengan menggunakan tangan yang didasarkan pada perkiraan. Hal ini menyebabkan dosis yang diberikan untuk tanaman tidak sesuai dengan ketentuan. Gambar 11 menunjukkan pemberian pupuk dengan wadah takar. Hal-hal yang tidak sesuai ketentuan tersebut menyebabkan ketidakefektifan pemupukan.
52
Gambar 11. Pemberian Pupuk dengan Takaran Hubungan Dosis Pupuk dan Produksi Pucuk Teh dengan Tahun Pangkas Berdasarkan Gambar 3, dosis masing-masing jenis pupuk di Blok Tanah Hijau mengalami kenaikan pada tanaman teh tahun pangkas I sampai dengan IV. Secara teori dosis pupuk yang diberikan pada tahun pangkas I dan IV lebih sedikit daripada dosis pupuk pada tahun pangkas II dan III. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya salah perhitungan ketika dalam menetapkan dosis pupuk. Sebab yang lainnya adalah terjadi kesalahan pencatatan pada laporan bulanan. Berdasarkan Gambar 4, produktivitas tanaman teh tidak sesuai dengan tahun pangkasnya. Tanaman teh tahun pangkas II seharusnya mempunyai produktivitas lebih tinggi daripada tanaman teh tahun pangkas I dan IV. Tanaman teh tahun pangkas IV juga seharusnya produktivitasnya lebih rendah daripada tanaman teh tahun pangkas II dan III. Hal ini disebabkan area di Blok Tanah Hijau untuk tanaman tua menghasilkan (TTM) lebih luas daripada area untuk tanaman muda menghasilkan (TMM). TTM merupakan tanaman teh asal seedling yang ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar daripada TMM. Populasi dari TTM tersebut lebih sedikit daripada populasi TMM. Produktivitas yang dihasilkan oleh TTM dapat lebih sedikit daripada produktivitas yang dihasilkan oleh TMM walaupun pada tahun pangkas II. Penyebab lain dari berbedanya grafik produksi terhadap tahun pangkas adalah data yang didapat kurang akurat. Data yang diperoleh tersebut tidak diolah melalui penghitungan secara benar setiap nomor kebun sehingga total produksi setiap nomor kebun tidak tepat. Data produksi
53 setiap nomor yang tidak tepat tersebut mengakibatkan produksi pucuk teh setiap nomor kebun tidak tepat juga. Hubungan Produktivitas dengan Dosis Pupuk Perbedaan dosis pupuk yang terlihat pada Gambar 5 disebabkan adanya perbedaan persentase kandungan N yang telah ditetapkan oleh Unit Perkebunan Tambi. Rekomendasi persentase pupuk N tahun 2005 sampai 2009 adalah 10.83 %, 8 %, 7.98 %, 8 %, dan 8 %. Presentase kandungan N tersebut ditetapkan dengan menghitung target produktivitas pucuk teh yang akan dicapai. Tahun 2005 pada Gambar 5 terlihat dosis pupuk yang digunakan paling tinggi yaitu 254 927 kg. Hal ini dikarenakan persentase N yang ditetapkan pada tahun 2005 juga paling tinggi. Tahun 2006 persentase N yang ditetapkan lebih rendah daripada tahun 2005 sehingga produksi pucuk teh yang dihasilkan juga rendah bahkan dibawah rencana. Selain dosis pupuk yang rendah ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produksi pucuk teh tahun 2006, diantaranaya adalah iklim. Menurut informasi asisten kepala bagian kebun, pada tahun 2006 terjadi kemarau yang panjang sehingga tanaman teh mengalami kekeringan. Cahaya matahari pada musim kemarau yang tinggi menyebabkan pupuk yang telah diberikan cepat menguap. Gambar 5 menunjukkan produksi pucuk teh tertinggi terlihat pada tahun 2007 dengan dosis pupuk 195 753 kg. Peningkatan produksi yang tinggi disebabkan pertambahan keluasan tanaman menghasilkan (TM). Tahun 2006 luas TM 232.65 ha dan tahun 2007 luas TM mencapai 247.55 ha. Menurut informasi asisten kepala bagian kebun, pada tahun 2007 keadaan tanaman teh dalam kondisi yang baik sehingga perlakuan jumlah pupuk yang lebih sedikit dari tahun sebelumnya menghasilkan produksi yang banyak. Dengan demikian, dapat dikatakan dosis pupuk yang baik untuk peningkatan produksi terjadi pada tahun 2007. Dosis pupuk dengan persentase N 7.98 % dapat meningkatkan produksi yang melebihi rencana. Berdasarkan Gambar 5, pada tahun 2008 dosis pupuk yang digunakan terlihat paling rendah yaitu 185 086 kg dengan persentse N 8 %. Produksi yang
54 dihasilkan pada tahun 2008 masih tergolong tinggi tetapi produksinya lebih rendah daripada tahun 2007. Hal ini disebabkan adanya penurunan dosis pupuk dan beberapa faktor yang kurang mendukung dalam proses produksi pucuk teh. Tahun 2009 dosis pupuk yang digunakan meningkat tetapi produksinya semakin menurun. Hal ini terjadi karena dimungkinkan pada tahun 2007 cara pemetikan yang dilakukan kurang benar sehingga terjadi eksploitasi pucuk teh. Eksploitasi pucuk teh tersebut menyebabkan kualitas tanaman menurun. Pemetikan yang di bawah standar atau pemetikan kasar akan menyebabkan daun pemeliharaan menipis. Daun pemeliharaan yang menipis tersebut akan menyebabkan tempat pengolah hara juga sedikit sehingga hasil fotosintat yang dihasilkan juga sedikit. Fotosintat yang sedikit akan menyebabkan banyak pucuk yang dorman atau banyak pertumbuhan pucuk burung. Banyaknya pucuk burung tersebut menyebabkan hasil produksi rendah jika tidak dilakukan pemetikan secara benar. Dengan demikian, pemberian pupuk yang tinggi tidak akan berpengaruh terhadap pucuk teh karena tempat pengolah unsur hara tersebut juga sedikit. Menurut Suwardi (1999), pemetikan pucuk tua menyebabkan produksinya banyak akan tetapi mutu pucuknya rendah. Akibat dari pemetikan pucuk tua maka penyembuhan luka bekas petikan memerlukan waktu yang lebih panjang sehingga pertumbuhan tunas selanjutnya menjadi lambat dan tanaman teh menjadi kurang sehat. Persentase realisasi pemupukan dapat dilihat juga dengan persentase realisasi produksi yang dicapai. Berdasarkan Tabel 11, persentase keberhasilan pemupukan tertinggi juga menghasilkan persentase keberhasilan produksi yang tertinggi juga. Tingkat keberhasilan pemupukan ini terlihat pada tahun 2005. Akan tetapi pada tahun-tahun yang lainnya tingkat keberhasilan pemupukan tidak selalu terlihat pada keberhasilan produksinya. Hal ini disebabkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi besarnya produksi pucuk teh. Faktor tersebut antara lain, iklim, keadaan tanaman, dan teknik budi daya tanaman teh yang lainnya.
55
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang di Unit Perkebunan Tambi dapat memberikan pengalaman dan menambah keterampilan mahasiswa dalam proses produksi pucuk teh sampai proses pengolahan pucuk teh. Mahasiswa mengerti dan memahami proses produksi secara khusus pada kegiatan pemupukan. Manajemen pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dari segi waktu dan cara maupun peletakkan pupuk sudah tepat sesuai dengan RKAP yang telah dibuat oleh perusahaan. Waktu pemupukan dilaksanakan pada semester I (Februari – April) dan semester II (Oktober – November). Pemupukan dilaksanakan dengan cara dibenam sekitar tanaman dengan jarak lubang 20 cm dari tajuk tanaman teh dengan kedalaman lubang 10 – 15 cm. Dosis dan jenis pupuk yang diberikan juga sudah sesuai dengan RKAP yaitu pupuk Urea, Rock Phospate, KCl, dan Kieserite dengan perbandingan unsur N : P2O5 : K2O : MgO yaitu 5 : 1 : 2 : 0.5. Perlengkapan atau alat pemupukan dikategorikan cukup efektif. Tenaga kerja yang digunakan efektif dilihat dari prestasi kerja yang mencapai 0.15 ha/ HK. Dosis pupuk yang diterapkan antara rekomendasi dan realisasi tidak berbeda nyata meskipun dalam realisasi jumlah pupuk yang diberikan lebih sedikit. Dosis pupuk yang baik untuk peningkatan produksi adalah dosis pupuk dengan persentase N 7.98 %. Keberhasilan pemupukan tidak selalu terlihat pada produksi pucuk teh karena masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi pucuk teh.
Saran Unit Perkebunan Tambi sebaiknya melakukan analisis tanah dan analisis daun untuk sebelum menetapkan jenis dan dosis pupuk yang akan diberikan untuk tanaman teh. Pengoptimalan pelaksanaan kegiatan pemupukan sebaiknya diimbangi dengan memberikan pupuk organik.
57
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, S. R. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 224 hal. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. 1997. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 151 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia 2007 – 2009:teh. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Eden, T. 1965. Tea. Longmans, Green and Co. Ltd. London. 205p. Food and Agricultural Organization. 2010. Tea. http://www.fao.org. [4 Juli 2010]. Ghani, M. A. 2002. Dasar-dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134 hal. Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Bogor. 163 hal. Lingga, P dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal. Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis, dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Depok. 96 hal. Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung. 2002. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Teh. Bandung. 58 hal. Setiawati, I. dan Nasikun. 1991. Teh Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta. 98 hal. Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 57 hal. Spillane, J. J. 1992. Komoditi Teh Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 274 hal. Suprihatini, R. 2005. Daya saing ekspor teh Indonesia di pasar teh dunia. Jurnal Agro Ekonomi 23(1):1-29. Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 174 hal. Suwardi, E. 1999. Pemetikan. Pelatihan Pemetikan Teh untuk Para Pengawas Panen. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 9 – 11 Maret dan 16 – 18 Maret. 1 – 7 hal.
58 Wibowo, Z. S. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan teh, 293-341. Dalam Mangoensoekarjo, S (Ed). Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
59
LAMPIRAN
60 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Tanggal
Prestasi Kerja
Uraian Kegiatan
Lokasi
Penulis Karyawan Standar …………(Satuan/HK)……………… 01-Mar-10
Observasi
02-Mar-10
Pemetikan Produksi Pengambilan Data Primer Pengambilan Data Primer Pengambilan Data Primer Pemupukan Daun
03-Mar-10 04-Mar-10 05-Mar-10 06-Mar-10 07-Mar-10
11-Mar-10
Libur Pengambilan Data Primer Pemupukan Pengendalian Gulma secara Kimiawi Pemangkasan
12-Mar-10
Pemetikan Produksi
13-Mar-10
Pemangkasan
14-Mar-10
Libur
15-Mar-10
08-Mar-10 09-Mar-10 10-Mar-10
-
-
-
17.6 kg
54 kg
50 kg
-
-
-
Panama
-
-
-
Panama
-
-
-
Taman
0.8 ha
1 ha
1 ha
-
-
-
-
-
-
0.09 ha
0.12 ha
0.15 ha
Pemadangan
0.5 ha
0.76 ha
0.9 ha
Pemadangan
0.038ha
0.05 ha
0.03ha
Pemandangan
Taman Pemandangan
Tanah Hijau
Pemandangan
15 kg
64 kg
50 kg
Taman
0.023 ha
0.135 ha
0.03ha
Panama
-
-
-
Pemupukan Libur Hari Raya Nyepi Pemetikan Produksi
0.1 ha
0.12 ha
0.15 ha
-
-
-
41 kg
76 kg
50 kg
Taman
0.1 ha
0.12 ha
0.15 ha
Taman
0.8 ha
2.3 ha
0.9 ha
Taman
-
-
-
Taman
21-Mar-10
Pemupukan Pengendalian Gulma secara Kimiawi Pengambilan Data Primer Libur
-
-
-
22-Mar-10
Pemupukan
0.1 ha
0.12 ha
0.15 ha
Tanah Hijau
23-Mar-10
Pemetikan
24-Mar-10
Pemangkasan
25-Mar-10
Pemupukan Daun Pengendalian Gulma secara Manual Pembibitan (Pengisian Polybag) Libur
16-Mar-10 17-Mar-10 18-Mar-10 19-Mar-10
20-Mar-10
26-Mar-10
27-Mar-10
28-Mar-10
Taman
37 kg
72 kg
50 kg
Tanah Hijau
0.002 ha
0.04 ha
0.03 ha
Tanah Hijau
1 ha
1.2 ha
1 ha
Tanah Hijau
0.1 ha
1.2 ha
0.08 ha
250 polybag
350 polybag
400 polybag
-
-
-
Taman
Panama
61 Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal
Prestasi Kerja
Uraian Kegiatan
Lokasi
Penulis Karyawan Standar ……………..(Satuan/HK)………… 29-Mar-10
02-Apr-10
Pembibitan (Pengisian Polybag ) Pembibitan (Penanaman Stek) Pemetikan Produksi Pembibitan (Penanaman Stek) Libur
03-Apr-10
Pemetikan Produksi
04-Apr-10
Libur
05-Apr-10 06-Apr-10
30-Mar-10 31-Mar-10 01-Apr-10
250 polybag 2097 polybag 12 kg 2112 polybag -
350 polybag 2600 polybag 60 kg 3900 polybag
400 polybag 2600 polybag 50 kg 3900 polybag
Panama Panama Panama Panama
-
-
28 kg
65 kg/HK
50 kg
-
-
-
Pemupukan
0.12 ha
0.12 ha
0.15 ha
Pemandangan
0.11 ha
0.12 ha
0.15 ha
Pemandangan
0.008 ha
0.05 ha
0.08 ha
Pemandangan
08-Apr-10
Pemupukan Pengendalian Gulma secara Manual Pemetikan Produksi
22 kg
90 kg
50 kg
Pemandangan
09-Apr-10
Pemetikan Produksi
8 kg
70 kg
50 kg
Pemandangan
10-Apr-10
Morok
0.02 ha
0.04 ha
0.04 ha
Pemandangan
11-Apr-10
Libur
12-Apr-10
Pemetikan Produksi
13-Apr-10 14-Apr-10 15-Apr-10
Pemetikan Jendangan
16-Apr-10
21-Apr-10
Pemetikan Produksi Pendamping di Agrowisata Libur Pengendalian Gulma secara Kimiawi Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) Pemetikan Produksi
22-Apr-10
Pemetikan Produksi
23-Apr-10
Pemetikan Produksi
46.73 kg
24-Apr-10
Pembuatan Drainase
0.005 ha
25-Apr-10
Libur Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) Pembersihan Lumut (Lumutan) Pemetikan Produksi Pembersihan Lumut (Lumutan) Pemetikan Produksi
-
-
-
5.83 ha
6.25 ha
1.1 ha
0.035 ha
0.04 ha
0.04 ha
Panama
55 kg
70 kg
50 kg
Panama
0.028 ha
0.04 ha
0.04 ha
Panama
46.73 kg
87 kg
50 kg
07-Apr-10
17-Apr-10 18-Apr-10 19-Apr-10 20-Apr-10
26-Apr-10 27-Apr-10 28-Apr-10 29-Apr-10 30-Apr-10
Panama
-
-
-
45 kg
65 kg
50 kg
Pemandangan
Morok
0.03 ha
0.4 ha
0.04 ha
Pemandangan
Rempelan
0.31 ha
1.55 ha
1.5 ha
Taman
23.36 kg
80 kg
50 kg
Taman
27.7kg
56 kg
50 kg
-
-
-
Taman Agrowisata Tambi
-
-
-
0.29 ha
1 ha
0.9 ha
Taman
5.21 ha
7.2 ha
1.1 ha
Tanah Hijau
49 kg
112 kg
50 kg
Tanah Hijau
50 kg
95 kg
50 kg
Tanah Hijau
76 kg
50 kg
Taman
0.04 ha
0.04 ha
Tanah Hijau
Tanah Hijau
Taman
62 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Tanggal
Kegiatan
01-Mei-10 02-Mei-10
Pembersihan Lumut
03-Mei-10
Prestasi Kerja Luas area Lama yang Kegiatan Diawasi (jam) (ha) 0.06 4.5
Lokasi
Blok Panama
-
-
-
53
3
3.5
9
0.9
5
05-Mei-10
Pemetikan Pengambilan Bahan Stek (Stekers) Pemorokan
53
2
3.5
Pemandangan
06-Mei-10
Pemetikan
60
1.99
3.5
Pemandangan
07-Mei-10
25
2
2
Taman
3
1
3
Pemandangan
-
-
-
2
1.2
3.5
Panama
11-Mei-10
Pemetikan Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) Libur Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) Pemupukan Pembibitan
5
0.6
3.5
Panama
12-Mei-10
Pemetikan
48
4
5.5
Panama
13-Mei-10
-
-
-
4
1
3.5
Panama
15-Mei-10
Libur Isa Al-Masih Pengendalian Gulma secara Kimiawi Pemetikan
48
3
5.5
Panama
16-Mei-10
Libur
-
-
-
17-Mei-10
Pemetikan
45
2.5
5
Taman
18-Mei-10
Pupuk Daun
3
1.93
4
Taman
19-Mei-10
12
1.28
4
Taman
3
2.13
3.5
Taman
21-Mei-10
Pemetikan Jendangan Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) Pemetikan
37
3
3
Taman
22-Mei-10
Pemetikan
37
3
3
Taman
23-Mei-10
Libur
-
-
-
24-Mei-10
Pupuk Daun
6
3
4
Tanah Hijau
25-Mei-10
25
3.37
6
Tanah Hijau
5
0.37
4
Tanah Hijau
27-Mei-10
Pemetikan Pengendalian Gulma secara Manual Pemetikan
24
2.33
6
Tanah Hijau
28-Mei-10
Pemetikan
47
1.65
4
Taman
29-Mei-10
Libur
-
-
-
30-Mei-10
Libur
-
-
-
31-Mei-10
Pemetikan
48
3.89
4
04-Mei-10
08-Mei-10 09-Mei-10 10-Mei-10
14-Mei-10
20-Mei-10
26-Mei-10
Libur
Jumlah KHL yang Diawasi (orang) 1
Pemandangan UP Bedakah
Taman
63 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten/Kepala Blok di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Prestasi Kerja Penulis Tanggal
01-Juni-10
Uraian Kegiatan
Jumlah Pembimbing yang Diawasi (orang) 1 2
Luas Area yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
04-Juni-10
Pemetikan Jendangan Pemupukan Pengendalian Gulma secara Manual Pemetikan
05-Juni-10
Pemetikan
3
3.75
6
06-Juni-10
-
-
-
3
0.9
5
08-Juni-10
Libur Seleksi Bibit Pohon Pelindung Pemetikan Produksi
2
3
5,5
Panama
09-Juni-10
Pemetikan Produksi
2
4
4.5
Panama
10-Juni-10
Pupuk Daun
2
2
4
Panama
11-Juni-10
3
3
5
Taman
2
2.5
3.5
Taman
13-Juni-10
Pemetikan Produksi Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) Libur
-
-
-
14-Juni-10
Pelayuan
-
-
-
Pabrik
15-Juni-10
Penggilingan
-
-
-
Pabrik
16-Juni-10
Pengeringan
-
-
-
Pabrik
17-Juni-10
Sortasi
-
-
-
Pabrik
18-Juni-10 19-Juni-10
Gudang Pengepakan
-
-
-
Pabrik Pabrik
20-Juni-10
Libur
-
-
-
21-Juni-10
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
-
-
-
Kantor
26-Juni-10
Pembuatan Laporan Harian Pemasukan Data Produksi Pemasukan Data Pemeliharaan Pembuatan Laporan Harian Pembuatan Laporan Harian Persiapan Persentasi
-
-
-
Kantor
27-Juni-10
Libur
-
-
-
28-Juni-10
Persiapan Persentasi
-
-
-
Kantor
29-Juni-10
Persentasi
-
-
-
Kantor
30-Juni-10
Perbaikan Laporan
-
-
-
Kantor
03-Juli-10
Libur
-
-
-
02-Juni-10 03-Juni-10
07-Juni-10
12-Juni-10
22-Juni-10 23-Juni-10 24-Juni-10 25-Juni-10
2 4.12
4 2
Panama Tanah Hijau
2
0.52
4.5
Pemandangan
3
3.75
2
Pemandangan Taman
UP Tanjung Sari
64 Lampiran 4. Keadaan Curah Hujan Bulanan di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2000 - 2009 Bulan
2000 CH
2001 HH
CH
2002 HH
CH
2003 HH
CH
2004 HH
CH
2005 HH
CH
2006 HH
CH
2007 HH
CH
2008 HH
CH
2009 HH
CH
Rata-rata CH HH
HH
Januari
455
23
635
21
448
28
585
27
375
20
407
18
713
19
195
3
523
17
1139
25
547.5
20.1
Februari
314
18
416
22
385
21
620
24
580
22
474
23
553
20
549
24
352
13
698
23
494.1
21 21.1
Maret
418
19
324
19
426
17
438
23
594
26
557
25
303
15
368
22
389
22
986
23
480.3
April
324
18
337
16
418
21
199
16
251
13
403
20
233
12
288
20
281
19
513
23
324.7
17.8
Mei
337
18
214
14
58
10
122
12
478
16
25
5
324
14
60
8
158
15
603
20
237.9
13.2
Juni
214
6
102
9
19
5
-
-
-
-
163
13
14
2
159
6
20
5
313
13
100.4
7.4 4.3
Juli Agustus September Oktober
102
5
86
7
28
9
-
-
78
5
81
7
17
1
13
2
2
1
3
2
41.0
86
3
-
-
-
-
80
6
6
1
38
4
10
1
13
1
76
10
3
2
31.2
3.5
-
3
35
3
15
3
72
10
49
5
114
7
13
1
7
2
19
5
13
4
33.7
4.3
35
19
425
19
114
15
45
6
138
9
81
4
69
7
253
6
271
13
143.1
10.9 16.6 21.0
November
425
25
210
23
536
19
283
8
151
9
151
9
170
8
170
20
524
26
1045
19
366.5
Desember
210
13
229
24
768
25
516
19
580
25
580
25
513
16
494
20
487
24
1342
19
571.9
Jumlah
2 920
170
3 013
177
3 101
158
3 029
3 187
148
3 131
165
2 944
113
2 385
135
3 084
163
6 929
186
3 372.5
BK
2
2
6
BB 9 9 6 Sumber : Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi 2010
Keterangan: CH : Curah Hujan HH : Hari Hujan BK : Bulan Kering (< 60 mm) Rata-rata BK = 3.1 BB : Bulan Basah (> 100 mm) Rata-rata BB = 7.9
160
153.75
2
4
2
4
3
3
3
3.1
8
7
9
7
7
8
9
7.9
Tipe iklim C menurut Schmidt – Ferguson Q = Rata-rata Bulan Kering × 100 % = 3.1 × 100% = Rata-rata Bulan Basah 7.9
39.24 %
65
Pimpinan UP Kepala Bagian Kantor
Kepala Bagian Agris
Kepala Seksi
Kepala Seksi
Kepala Seksi
Pembimbing
Pengawas
Kepala Bagian Kebun Asisten Kepala Bagian Kebun
Kepala Bagian Pabrik Asisten Kepala Bagian Pabrik
Lampiran 5. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tambi Lampiran 6. Hasil Analisis t-Student pada Taraf 5% untuk Dosis Pupuk Per Pohon Blok Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau
Mean 36.896 46.704 48.177 48.753
Probibility 0.204 0.363 0.108 0.794
Keterangan : Hasil hipotesis diterima karena P-value lebih besar daripada 0.05 pada taraf 5%.
Lampiran 7. Produksi Pucuk Teh Basah dan Dosis Pupuk di Unit Perkebunan Tambi tahun 2005 – 2009 Tahun
Luas (ha)
2005 2006 2007 2008 2009
232.65 232.65 247.55 247.55 247.55
Dosis Pupuk Produksi Rencana Realisasi Rencana Realisasi …………..………….(kg)……………………… 2 907 000 3 256 525 260 710 260 705 3 358 000 2 985 587 217 551 212 837 3 303 000 3 574 912 196 487 195 753 3 372 000 3 388 798 224 901 185 086 3 437 000 2 624 055 229 239 220 205.3
Sumber : Laporan Tahunan UP Tambi