Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH Plucking Management of tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) in Unit of Tambi Plantation PT. Tambi, Wonosobo, Center Java Mariyatul Qibtiyah 1, Supijatno2 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 1
Abstract The objective of this internship is to increase technical and managerial skill. The internship was conducted at Unit of Tambi Plantation, PT. Tambi, Wonosobo, Center Java from 12 February until 12 June 2009. The methods of this internship is the direct and indirect methods. Direct methods is conducted by following all the practice in the estate while indirect methods are conducted by the collect all of information, archives and files estate. Plucking is important activity in tea platation. It was caused by influence of operational quantity and quality. Plucking represent the way of intake produce in tea garden, in the form of sprout fulfilling processing conditions and function also as effort forming crop condition capable to be high productive by kontinyu. Plucking technique in Plantation Unit of Tambi determined by skill of all picker. so that training of picker skill require to be conducted because good picker skill use the scissors and also manual and very having an effect on to quality of optimum production and sprout. Key word : Management, Plucking, Tea PENDAHULUAN Latar Belakang Teh merupakan salah satu tanaman penyegar yang diminati banyak orang karena rasa dan aromanya yang khas. Selain dapat memberi kesegaran, teh mempunyai banyak manfaat untuk tubuh karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat, dan karoten), mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian (2007), konsumsi teh di Indonesia mengalami penurunan yakni pada tahun 2002 konsumsi teh 14.80 gram per minggu dan pada tahun 2005 sedikit mengalami penurunan menjadi sebesar 13.70 gram per minggu. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat minum teh untuk kesehatan dan didukung adanya berbagai promosi, maka konsumsi teh di Indonesia diharapkan akan meningkat sesuai dengan tingkat konsumsi teh per kapita per tahun di negara-negara produsen teh seperti India, China, dan Srilanka. Menurut Setiawati dan Nasikun (1991), teh mempunyai arti penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan sumber devisa non migas yang cukup besar serta banyak menyerap tenaga kerja. Indonesia merupakan produsen teh terbesar keenam setelah Cina, India, Sri Langka, Kenya, dan Turki. Indonesia mempunyai beberapa daerah yang berpotensi besar dalam pengembangan komoditas teh karena syarat tumbuhnya yang cocok di Indonesia, yang tersebar di seluruh propinsi di Sumatra, Jawa kecuali DKI Jakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan. Luas penanaman teh lebih didominasi oleh perkebunan rakyat yakni sebesar 61 735 ha (46, 58%), perkebunan besar negara 42 747 ha (32,25%) dan perkebunan besar swasta 28 049 ha (21,16%) (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2007). Memburuknya kinerja ekspor teh di Indonesia pada lima tahun terakhir berkorelasi positif terhadap produksi (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007). Pangsa teh menurun dan harga teh Indonesia relatif rendah. Produksi teh PBN (Perkebunan Besar Negara) tahun 2007 sebesar 68 666 ton per tahun, jauh lebih rendah dari tahun 2005 yang mencapai 89 959 ton per tahun, dan untuk produksi teh PBS (Perkebunan Besar Swasta) tahun 2007 yaitu 27 653 ton per tahun dan lebih rendah dari produksi tahun 2005 yang mencapai 38 386 ton per tahun, namun untuk Perkebunan Rakyat (PR) produksi teh mengalami kenaikan pada tahun 2005 yang sebesar 37 746 ton per tahun menjadi 40 929 ton per tahun pada tahun 2007 (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2007). Teknik budidaya dan pengolahan yang tidak tepat dapat menurunkan mutu baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga akan menurunkan produksi (Purnama, 2007). Upaya meningkatkan mutu, produksi dan daya saing di pasaran teh dunia dapat dilakukan dengan
perbaikan sistem pemetikan yang lebih efisien sehingga mendapat hasil yang maksimal. Kualitas pucuk teh dipengaruhi oleh jenis-jenis cara pemanenan. Pemanenan atau yang biasa dikenal dengan pemetikan merupakan pekerjaan penting dalam budidaya teh dan membutuhkan biaya serta tenaga kerja yang banyak. Pemetikan merupakan cara pengambilan produksi di kebun teh, berupa pucuk yang memenuhi syarat-syarat pengolahan dan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman yang mampu berproduksi tinggi secara kontinyu. Melalui sistem petikan yang dilaksanakan, diharapkan dapat mempertahankan kualitas dan kuantitas hasil panen (Setyamidjaja, 2000). Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang ini antara lain yaitu meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis lapangan dengan melaksanakan kegiatan setara karyawan harian lepas (KHL), meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan di lapang, dan melatih mahasiswa bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan magang ini yaitu mengetahui pengelolaan pemetikan yang tepat untuk mendapatkan pucuk teh yang baik secara kualitas maupun kuantitas. METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan Februari sampai bulan Juni dan berlokasi di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang digunakan selama kegiatan magang adalah metode kerja aktif (langsung) dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan teknis kebun mulai dari pembibitan, pemeliharaan tanaman, pemetikan, pasca panen, administrasi serta manajerial. Pengamatan terhadap objek kegiatan kebun juga harus dilakukan terutama pada aspek pemetikan dan produksi. Kegiatan yang dilakukan meliputi beberapa tahap jenjang status pekerja mulai dari Karyawan Harian Lepas (KHL), pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten afdeling selama satu bulan. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan melalui studi pustaka kebun (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan). Aspek magang secara khusus yang dipelajari di perkebunan adalah pengelolaan pemetikan dengan rincian kegiatan diantaranya yaitu mengikuti pelaksanaan pemetikan,
mengamati dan mempelajari teknis pelaksanaan, mengamati kondisi tanaman, mempelajari aspek manajemen pemetikan dan pelaksanaan pengawasan pemetikan, mengikuti proses pengumpulan hasil, dan mengikuti analisis petik dan analisis pucuk untuk mengetahui kualitas pucuk yang diperoleh pemetik. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diterima langsung melalui pengamatan, wawancara, dan diskusi dengan staf dan karyawan perkebunan yang berhubungan dengan teknik budidaya khususnya aspek pemetikan yang meliputi tinggi bidang petik, tebal daun pemeliharaan, potensi pucuk, dan jumlah tenaga pemetik. Data sekunder diperoleh dari laporanlaporan, arsip kebun dan pustaka yang sudah ada di perkebunan yang mencangkup keadaan umum perusahaan, keadaan iklim perkebunan (curah hujan, penyinaran matahari), tata guna lahan, pola produksi, kapasitas pemetik, tenaga pemetik, dan produktivitas. Studi pustaka diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh. Pengamatan Peubah-peubah yang akan diamati selama kegiatan magang adalah sebagai berikut; Sebelum melakukan pemetikan Tebal daun pemeliharaan Pengukuran tebal daun pemeliharaan dimulai dari pertumbuhan daun terbawah sampai permukaan bidang petik. Sampel yang diambil untuk pengamatan ini yaitu 10 tanaman contoh dipilih acak di tiap Blok. Frekuensi pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali. Potensi pucuk Dilakukan dengan menghitung jumlah pucuk peko dan pucuk burung. Sampel yang diambil untuk pengamatan ini yaitu 5 tanaman contoh dipilih acak di tiap Blok. Frekuensi pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali. Tinggi bidang petik Dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan bidang pangkas sampai permukaan bidang petik. Pengukuran tinggi bidang petik diamati dengan mengambil sampel 10 tanaman contoh dipilih acak di tiap Blok. Frekuensi pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas Merupakan data sekunder dengan melihat produktivitas berdasarkan umur tanaman setelah pangkas (1 tahun setelah pangkas, 2 tahun setelah pangkas, 3 tahun setelah pangkas, dan 4 tahun setelah pangkas). Saat melakukan pemetikan Jumlah tenaga pemetik Menghitung jumlah tenaga pemetik pada tiap Blok. Setelah melakukan pemetikan Analisis pucuk dan analisis petikan Analisis pucuk dihitung dengan menimbang pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan pucuk tidak memenuhi syarat (TMS). Sedangkan analisis petikan dilakukan dengan memisahkan jenis pucuk atau rumus petik. Diambil sampel 250 gram untuk pengamatan ini dari setiap Blok. Kapasitas pemetik Melihat kapasitas tiap pemetik tiap Blok. Data sekunder. Sistem Transportasi pucuk Mengamati proses penanganan pucuk sebagai bahan baku olahan dengan melihat jumlah unit kendaraan yang diperlukan, kapasitas angkut, dan jenis angkutan yang digunakan untuk pengangkutan pucuk. KONDISI UMUM PERUSAHAAN Lokasi dan Kondisi Geografis Unit Perkebunan Tambi terletak ±16 km dari kota Wonosobo kearah utara dan di lereng gunung Sindoro sebelah Barat. Unit Perkebunan Tambi terdiri dari 4 blok yang letaknya saling berjauhan dan saling berpisah.
Blok Taman, terletak di Desa Tambi, kecamatan Kejajar kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat mencapai 1300-1500 mdpl. Blok Pemandangan, terletak di desa Sigedang, kecamatan Kejajar, kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1500-2100 mdpl. Blok Panama, terletak di desa Tlogo, kecamatan Garung, kabupaten Wonosobo dengan ketimggian tempat 1250-1500 mdpl. Blok Tanah Hijau, terletak di desa Jengkol, kecamatan Garung, kebupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1000-1250 mdpl. Topografi dan Iklim Topografi tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah berombak sampai berbukit dengan kemiringan 0 - 45%. Jenis tanahnya merupakan tanah andosol yang berdrainase sedang sampai cepat dengan kedalaman solum berkisar 40-70 cm dan pH tanah berkisar 4.5-5.0. Ketinggian tempat di Unit Perkebunan Tambi berkisar antara 1 200-2 100 mdpl dengan suhu 15°-23° dan kelembaban udara 80%-95%. Berdasarkan data curah hujan tahun 2008, curah hujan rata-rata yakni mencapai 257 mm/bulan. Curah hujan tahunan selama 10 tahun terakhir berkisar 2 385-3 187 mm dengan rata-rata 2 970 mm. Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth Ferguson adalah tipe B. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas keseluruhan Unit Perkebunan Tambi berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) pada tahun 2009 adalah 273.17 ha dengan luas areal Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) sebesar 71.68 ha dan areal Tanaman Muda Menghasilkan (TMM) sebesar 175.87 ha dengan sisa luas areal diperuntukkan bagi jalan, emplasmen, pabrik, lapangan dan agrowisata. Keadaan Tanaman dan Produksi Klon-klon teh yang dibudidyakan di Unit Perkebunan Tambi antara lain yaitu Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025, Tambi Merah, Malabar Pasir Sarongge (MPS), Pasir Sarongge, Kiara, dan Seedling (hibrid dan Assam). Populasi rata-rata di Unit Perkebunan Tambi mencapai 11 000 pohon per ha untuk jenis klon dan 8 000-10 000 pohon per ha untuk jenis seedling dan ditanam dengan jarak tanam 120 cm x 75 cm untuk jenis klon dan 130 cm x 90 cm untuk jenis seedling. Produksi dan produktivitas di Unit Perkebunan Tambi berfluktuasi selama lima tahun terakhir (2004-2008). Rata-rata produksi pucuk teh di Unit Perkebuanan Tambi selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 3 252 861 kg/tahun, produksi teh kering 703 113 kg/tahun, dan produktivitas kering sebesar 3 004.37 kg/ha/tahun. Produktivitas teh di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 1.83 % yakni pada tahun 2007 mencapai 1 126 kg/ha/tahun dan pada tahun 2008 mencapai 1 147 kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Menurut Surastri (2006), Rata-rata produktivitas kering di PT. Sumber Abadi Sentosa Medini mencapai 2 296.8 kg/ha/tahun. Menurut Gustiya (2005), Ratarata produktivitas kering di PTPN IX Jolotigo mencapai 1 268.66 kg/ha/tahun Data tersebut menunjukkan bahwa produktivitas teh kering yang dihasilkan oleh Unit Perkebunan Tambi menunjukkan nilai yang tinggi karena mencapai 3 004.37 kg/ha/tahun. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tambi dikepalai oleh seorang Pimpinan Unit Perkebunan yang diangkat oleh Direksi PT. Tambi. Pemimpin Unit Perkebunan Tambi dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari dibantu oleh Kepala bagian kantor, Asisten Kepala Bagian Kebun, dan kepala Urusan Pabrik. Pelaksanaan pekerjaan di Unit Perkebunan Tambi dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu: 1. Bagian kebun, tugasnya adalah mengusahakan produksi pucuk sebagai bahan baku teh seoptimal mungkin dengan segala aspek pekerjaan pendukungnya.
2.
3.
Bagian pabrik, tugasnya mengelola hasil dari bagian kebun menjadi teh siap jual sesuai dengan permintaan pasar Bagian kantor/umum, tugasnya adalah melaksanakan pekerjaan administrasi dan masalah perkantoran lainnya sebagian dari kegiatan suatu usaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN Teknik pemetikan yang efektif dan efisien sangat menentukan baik atau tidaknya produksi teh. Pemetikan yang baik dilakukan pada pucuk-pucuk yang telah masak (manjing) dan telah memenuhi syarat olah. Pemetikan yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman menjadi merana sehingga akan menurunkan produksi. Jenis Petikan Terdapat beberapa jenis petikan dari pelaksanaan pemetikan diantaranya : Petikan ringan ; apabila daun yang ditinggalkan pada perdu, daun kepel dengan minimal satu daun atau kepel. Petikan medium/sedang ; apabila dalam satu perdu terdapat cara pemetikan ringan dan petikan berat. Petikan berat ; apabila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya daun kepel atau daun kepel juga dipetik. Kriteria Pemetikan Kriteria pemetikan yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi sebagai bahan baku yang layak diolah adalah pucuk standar petikan medium, keadaan pucuk segar dan bebas dari kontaminasi yang dapat merusak pucuk. Jenis Pemetikan Beberapa jenis pemetikan yang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi diantaranya yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. a. Pemetikan Jendangan Pemetikan Jendangan adalah pemetikan yang pertama kali dilakukan setelah tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang lebar. Pemetikan jendangan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan sebanyak 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi. Pemetik yang melaksanakan pemetikan jendangan merupakan tenaga yang telah terampil dan pemetikan dilakukan secara selektif. Penulis mengikuti kegiatan pemetikan jendangan selama dua hari sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dan prestasi kerja yang diperoleh sebesar 3 kg. b. Pemetikan Produksi Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan dan dilakukan apabila bidang petik sudah dalam keadaan rata baik rata dalam barisan maupun antar barisan tanaman. Ketebalan daun pemeliharaan dan tinggi bidang petik harus diperhatikan. Rata-rata tinggi bidang petik dan ketebalan daun pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1. Penulis melaksanakan kegiatan pemetikan produksi sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama 11 hari dengan prestasi kerja 2 -11 kg per hari. Sedangkan prestasi kerja standar karyawan adalah 55 kg. Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa semakin lama umur pangkas tanaman teh maka bidang petik akan semakin tinggi dan dapat diketahui juga bahwa rata-rata tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tambi masih dibawah ketentuan. Hal ini karena kurang adanya pengawasan saat pemangkasan sehingga ukuran tinggi pangkasan yang seharusnya 50 cm - 60 cm dibuat lebih rendah. Tinggi bidang petik untuk tanaman umur tahun pangkas ke-I mencapai 65-70 cm dan untuk tanaman umur tahun pangkas ke-II mencapai 70-85 cm dengan pertambahan tinggi tanaman tiap tahun ±15 cm (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1992). Pada tiap Blok di Unit Perkebunan Tambi, rata-rata tebal daun pemeliharaan telah mendekati ketentuan. Namun, rata-rata tebal daun pemeliharaan di Blok pemandangan lebih tebal dibanding di ketiga Blok lainnya. Hal ini disebabkan karena letak Blok Pemandangan yang curam sehingga menyulitkan pemetik memetik pucuk. Akibatnya banyak pucuk
yang terlambat dipetik (kaboler) dan daun pemeliharaan menjadi semakin tebal. Tabel 1. Rata-rata Tinggi Bidang Petik dan Ketebalan Daun Pemeliharaan di Beberapa Blok di Unit Perkebunan Tambi Blok Umur Tinggi Bidang Tebal Daun Setelah Petik Pemeliharaan Pangkas Rata- Ragam Ratarata rata Ragam (cm) (cm) Taman I 55.8 7.9 20.9 7.2 II 60.1 14.2 24.5 12.6 III 73.1 2.3 24.3 4.2 IV 79.5 44.0 23.3 13.7 Pemandangan I 55.3 1.9 21.1 3.4 II 69.0 43.6 25.5 12.7 III 82.7 1.9 27.8 28.5 IV 87.8 22.9 29.1 38.6 Panama I 54.8 3.7 21.6 3.9 II 62.8 14.3 25.2 10.7 III 69.0 6.1 25.2 18.3 IV 89.8 44.0 22.6 15.7 Tanah Hijau I 55.4 0.8 18.9 1.8 II 61.9 2.3 22.7 5.5 III 69.3 2.2 20.5 5.1 IV 90.8 4.4 24.6 19.9 UP Tambi I 55.3 0.1 20.6 1.4 II 63.4 14.9 24.4 1.5 III 73.5 40.8 24.4 9.1 IV 86.9 26.3 24.9 8.5 Sumber: Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di tiap Blok (Tabel 1) terlihat adanya hubungan antara umur tanaman setelah pangkas dengan tebal daun pemeliharaan. Pada Blok Pemandangan dan Tanah Hijau terlihat bahwa semakin lama umur setelah pangkas maka daun pemeliharan akan semakin tebal. Akan tetapi keadaan berbeda terlihat pada Blok Taman dan Panama, pada kedua Blok ini tanaman pada umur tahun pangkas ke-IV memiliki tebal daun pemeliharaan yang tipis jika dibandingkan dengan tanaman pada umur tahun pangkas ke- II dan ke-III. Tipisnya daun pemeliharaan di kedua Blok ini disebabkan oleh cara pemetikan yang dilakukan oleh para pemetik. Pemetikan dengan gunting (alat) yang terlalu berat secara terus-menerus akan menyebabkan lapisan daun pemeliharaan akan semakin menipis karena pemetik sering kali melakukan pemetikan secara tidak selektif, tidak memperhatikan pucuk yang seharusnya dipetik dan pucuk yang seharusnya ditinggal. c. Pemetikan Gendesan Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas dengan cara memetik habis semua pucuk yang memenuhi syarat olah tanpa memperhatikan bagian daun yang ditinggalkan pada perdu. Pelaksanaan pemetikan gendesan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan seminggu sebelum pemangkasan produksi. Gilir Petik/Siklus Petik Gilir petik/siklus petik yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi yaitu 12-14 hari untuk Blok Pemandangan dan Taman dan 8-12 hari untuk Blok Panama dan Tanah Hijau. Gilir petik/siklus petik sangat dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa potensi tumbuh pucuk di Blok Pemandangan dengan ketinggian 1 500-2 100 m dpl lebih lama jika dibandingakan potensi tumbuh pucuk di Blok lainnya yang letak ketinggian kebunnya lebih rendah. Persentase pucuk burung pada tanaman umur tahun pangkas ke- IV lebih tinggi dibanding persentase pucuk burung pada tanaman tahun pangkas ke-I, ke-II dan ke-III. Hal ini disebabkan karena makin tua umur pangkas tanaman teh, maka semakin banyak ranting-ranting dan cabang-cabang tanaman yang tumbuh sehingga semakin besar pula persaingan antar pucuk untuk mendapatkan fotosintat dan dalam keadaan ini, tanaman akan banyak menghasilkan pucuk dorman. Pada tanaman umur tahun pangkas ke-I dan ke-II, potensi tumbuh pucuk peko menunjukkan persentase yang
tinggi, hal ini karena tanaman umur pangkas tahun ke-I baru saja dilakukan pemangkasan dan pemetikan jendangan sehingga kondisi tanaman sedang dalam keadaan sehat karena cabangcabang yang tidak dikehendaki dan mengganggu pertumbuhan tanaman baru saja dibuang sehingga dapat merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru yang mampu menghasilkan pucuk. Sedangkan, pada tanaman umur pangkas tahun ke-II, persentase pucuk peko lebih tinggi dibanding tanaman umur pangkas tahun ke IV karena fase peko pada tanaman umur pangkas tahun ke-II lebih lama dibanding tanaman umur pangkas tahun ke-IV. Keterampilan pemetik juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi potensi tumbuh pucuk dan lamanya periode memburung pada tanaman teh. Tabel 2. Potensi Tumbuh Pucuk di Unit Perkebunan Tambi dengan Diameter Bidang Petik 75 cm Blok Umur Potensi tumbuh Pucuk Setelah ∑ Pucuk Pucuk Pangkas Pucuk Burung Peko (%) (%) Taman I 93 2.2 97.8 II 116 48.3 51.7 III 160 44.4 55.6 IV 106 44.4 55.6 Pemandangan I 78 33.3 66.7 II 91 75.8 24.2 III 91 61.5 38.5 IV 175 88.6 11.4 Panama I 83 37.4 62.6 II 104 40.4 59.6 III 130 60.8 39.2 IV 101 76.2 23.8 Tanah Hijau I 71 29.6 70.4 II 94 29.8 70.2 III 113 32.7 67.3 IV 125 58.4 41.6 I 81 25.6 74.4 UP Tambi II 101 48.6 51.4 III 124 49.8 50.1 IV 127 66.9 33.1 Sumber: Pengamatan
Hanca Petik Pengaturan hanca petik bersifat kondisional maksudnya yaitu pengaturan hanca petik mempertimbangkan kondisi pucuk di lahan yang mencangkup keseragaman pucuk yang dihasilkan setiap hari dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang. Hanca petik per pemetik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hanca Petik per Pemetik di Unit Perkebunan Tambi Blok Hanca Petik/Pemetik (ha/HOK) Taman 0.072 Pemandangan 0.072 Panama 0.084 Tanah Hijau 0.112 Sumber : Perhitungan Rumus Hanca Petik per Pemetik
Luas areal yang akan dipetik dapat ditentukan berdasarkan rumus; Luas areal petik/hari = Luas areal yang dipetik Gilir Petik +1 Hanca satu pemetik = Luas areal petik/hari x jumlah patok/ha Jumlah tenaga petik Pengaturan hanca petik masing-masing Blok ditentukan oleh mandor petik. Akan tetapi realisasi peneyelesaian hanca petik di lahan dengan rencana yang ditetapkan sering kali tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu dan untuk mengatasi hal ini, biasanya hanca petik yang belum terselesaikan akan diselesaikan keesokan harinya. Kapasitas Pemetik Kapasitas pemetik tiap hari berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan cuaca, keadaan tanaman, topografi
kebun, keterampilan pemetik, populasi tanaman di blok yang akan dipetik, dan umur pangkas tanaman. Hubungan antar produksi pucuk basah dengan umur pangkas tanaman dapat dilihat di Tabel 4 dan hubungan antara produktivitas dengan umur pangkas tanaman dapat dilihat di Tabel 5. Tabel 4. Hubungan antara Umur Pangkas dan Produksi Pucuk Basah di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2008 Blok
Umur Pangkas keI
II
III
IV
.…………………………kg………………………...... Taman
208 442.27
239 704.18
202 976.66
261 351.92
Pemandangan
267 067.70
268 644.80
207 344.67
259 372.84
Panama
217 227.00
275 939.00
201 367.50
247 455.50
Tanah Hijau 89 055.00 158 738.00 134 843.00 Produksi 781 791.00 943 025.98 746 531.83 UP Tambi Sumber: Diolah dari Laporan Produksi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2008
124 345.00 892 525.26
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa produksi tertinggi di Unit Perkebunan Tambi terdapat pada tanaman umur pangkas tahun ke- II. Pada tanaman umur pangkas tahun ke- II. Kondisi pucuk sedang ada dalam jumlah yang banyak (flush) dan memiliki fase tumbuh peko yang lama. Selain itu kerapatan perdu pada tanaman umur pangkas tahun ke-II masih dapat dilewati dengan mudah oleh pemetik sehingga pelaksanaan teknis pemetikan dapat berjalan dengan baik dengan hasil yang dicapai tinggi. Produksi pucuk basah mengalami penurunan pada umur pangkas tahun ke-III. Hal ini disebabkan karena periode aktif tumbuh tanaman berkurang, karena secara fisiologis cabang atau ranting yang semakin tua fase pertumbuhannya akan beralih dari fase vegetatif ke fase generatif, pertumbuhan tunas dan pucuk akan berkurang karena sebagian energi yang ada akan digunakan untuk pembentukan bunga dan buah. Akan tetapi, pada Blok Taman produksi pada tanaman umur pangkas tahun ke-IV lebih besar dibanding produksi umur pangkas lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya penyesuaian wilayah pangkasan. Selain itu, keadaan ini juga disebabkan karena adanya penyesuaian kembali wilayah pada awalnya wilayah percontohan kembali disatukan ke wilayah Blok induk. Produksi pucuk terendah di Blok Taman terjadi pada tanaman umur pangkas tahun ke-III. Hal ini disebabkan karena pada tanaman umur pangkas ke-III merupakan jenis teh seedling yang memiliki density/kepadatan populasi lebih rendah dibanding jenis teh klonal. Populasi tanaman jenis teh seedling lebih sedikit yakni 8 000-10 000 pohon per ha, sedangkan populasi jenis teh klonal lebih besar yakni dapat mencapai 11 000 pohon per ha. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (1992), makin banyak populasi tanaman per satuan luas akan makin cepat tajuk tanaman saling menutup dan produksi yang tinggi juga dapat dicapai dalam waktu cepat. Tabel 5. Hubungan antara Umur Pangkas dan Produktivitas Kering di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2008 Blok Umur Pangkas keI II III IV ........................(kg/ha/tahun)....................... Taman 2 977 3 183 3 230 4 224 Pemandangan 3 307 3 059 2 244 2 694 Panama 2 547 3 303 2 414 3 106 Tanah Hijau 1 964 2 820 2 811 2 909 Produktivitas 2 778 3 113 2 605 3 181 UP Tambi Sumber: Diolah dari Laporan Produksi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2008
Pada Tabel 5. dapat dilihat hubungan antara umur pangkas dan produktivitas teh kering di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2008. Pada Tabel terlihat bahwa produktivitas tertinggi terdapat pada tanaman umur pangkas tahun ke-IV, hal ini karena tanaman umur pangkas tahun ke-IV memiliki luas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan luas areal tanaman umur pangkas lainnya. Standar kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi adalah 52-55 kg. Rata-rata kapasitas pemetik di beberapa Blok dari Bulan Januari-Mei 2009 dapat dilihat pada Tabel 6 dimana
rata-rata kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi adalah 50.22 kg. Nilai ini masih berada di bawah standar yang ditetapkan perkebunan. Tabel 6. Kapasitas Pemetik di Unit Perkebunan Tambi Bulan Januari-Mei 2009 Blok
Kapasitas Pemetik Maret April
Januari
Februari
Mei
Ratarata ……………...……………kg………………………………. Taman
32.44
63.59
50.79
33.47
67.30
49.52
Pemandangan
47.77
43.26
73.35
44.55
64.6
54.70
Panama
22.44
36.73
68.33
26.85
67.6
44.39
Tanah Hijau Rata-rata
33.26
59.38
64.94
34.60
69.20
52.27
33.97 50.74 64.35 34.80 67.17 Sumber: Laporan Produksi Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009
50.22
Rendahnya kapasitas pemetik ini disebabkan oleh beberapa faktor dintaranya yaitu kondisi pucuk di lapang, keterampilan dan kemampuan pemetik dan jam kerja yang dilakukan. Kemampuan dan keterampilan pemetik yang masih rendah menyebabkan teknis pemetikan tidak berjalan dengan baik seperti pemetikan dilakukan dengan cara dijambret (ngodok). Hal ini dapat menyebabkan kondisi tanaman menjadi terganggu, sehingga pertumbuhan pucuk untuk pemetikan berikutnya menjadi tidak merata dan hal ini dapat mempengaruhi kapasitas pemetikan. Tenaga Pemetik Pengaturan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi tidak hanya didasarkan pada jumlahnya tetapi juga pada keterampilan pemetik serta umur pangkas. Kebutuhan tenaga pemetik dapat diketahui melalui rasio tenaga pemetik dan produksi pucuk/ha/tahun. Perhitungan terhadap kebutuhan jumlah tenaga pemetik adalah sebagai berikut : target produksi kering/ha x konstanta Ratio TP = rendemen kapasitas pemetik x HKE/tahun =
2985.55 x 100/21.5
Pelaksanaan Pemetikan Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan pada pukul 06.00-09.30 WIB untuk penimbangan pertama dan pukul 10.00-13.00 WIB untuk penimbangan yang kedua. Waktu pemetikan ini dapat lebih cepat atau lebih lama tergantung pada kondisi pucuk dan kondisi cuaca. Jika kondisi pucuk manjing sedang melimpah maka pelaksanaan pemetikan dilakukan lebih lama sampai penimbangan kedua. Akan tetapi, jika kondisi pucuk sedang sedikit maka waktu pemetikan hanya sampai pada penimbangan pertama saja. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan siklus petik dan hanca petik. Analisis Petik Hasil analisis petikan di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarakan analisis petik di Unit Perkebunan Tambi didapat rata-rata pucuk halus 2.5%, pucuk medium 26.25%, pucuk kasar 52.25% serta pucuk rusak 19% (Tabel 8). Analisa pucuk MS yang ditetapkan oleh Unit Perkebunan Tambi adalah 50%. Tabel 8. Analisis Petikan di Unit Perkebunan Tambi Blok
Taman
+ 10%
= 0.95 Keterangan : TP = Tenaga Petik Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Petik Berdasarkan Keadaan di Lapang dan Perhitungan Melalui Rumus Ratio Pemetik di Unit Perkebunan Tambi Blok Jumlah Tenaga Jumlah Tenaga Petik di Lapang Petik Berdasarkan (orang) Rumus Ratio (orang) 55 69 64 36 224
Sarana Pemetikan Sarana pemetikan meliputi kelengkapan alat yang dimiliki oleh seorang pemetik diantaranya yaitu celemek plastik, sarung tangan, caping, waring kantong dan waring lembaran, sepatu boot, keranjang serta gunting petik.
+ 10%
55 kg x 290
Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau Jumlah Total
tersebut kerena pembimbing petik sudah mengetahui areal petik masing-masing pemetik sehingga jika terdapat kesalahan pemetikan pembimbing dapat segera menegur pemetik dan memberitahu cara pemetikan yang benar. Selain itu, dengan sistem seperti ini dapat meningkatkan motivasi bagi pemetik karena pemetik merasa mempunyai tanggung jawab terhadap Blok tempat pemetikannya.
55 73 68 39 235
Sumber : Perhitungan Rumus Ratio Tenaga Pemetik
Jumlah tenaga kerja petik di Unit Perkebunan Tambi dapat diketahui melaui Tabel 7. Pada Tabel 7 menunjukkan UP Tambi kekurangan tenaga petik. Hal ini disebabkan karena banyak tenaga kerja pemetik yang memilih bekerja ditempat lain yang menawarkan upah lebih tinggi dari pada di perkebunan. Sistem Pemetikan Sistem pemetikan yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi merupakan sistem hanca petik. Maksud dari sistem pemetikan ini yaitu setiap pemetik yang telah terbagi dalam beberapa kelompok memiliki wilayah petik masing-masing sehingga pemetik melakukan pemetikan secara terpencarpencar. Wilayah petik bagi setiap pemetik ditentukan oleh pembimbing/mandor petik dengan pembagian jumlah patok yang disesuaikan dengan luas areal yang akan dipetik pada hari itu. Sistem hanca petik memiliki beberapa kelebihan, melalui sistem hanca petik ini pembimbing/mandor petik dapat dengan mudah mengetahui hal-hal yang terjadi di areal petikan
Pucuk halus 2.50
Komposisi Pucuk (%) Pucuk Pucuk medium kasar 25.00 51.50
Pucuk rusak 21.50
Pemandangan
3.00
26.50
54.00
16.50
Panama
3.50
26.00
58.00
12.50
Tanah Hijau
1.00
27.50
45.50
26.00
2.50
26.25
52.25
19.00
Rata-rata Sumber : Pengamatan
Penimbangan Pucuk di Kebun Penimbangan pucuk di Unit Perkebunan Tambi dapat dilakukan 1-2 kali sehari tergantung pada kondisi pucuk di lahan pada hari itu. Penimbangan tahap I dilakukan pada pukul 10.0011.00 WIB dan penimbangan tahap II dilakukan pada pukul 13.00-14.00. Kegiatan penimbangan harus mengacu pada prinsip dasar penimbangan yaitu semakin cepat dikirim ke pabrik maka semakin baik. Perlakuan Pucuk Setelah Penimbangan di Kebun Pucuk yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam waring masing-masing pemetik dan dimasukkan ke dalam truk dengan menyusun waring secara satu persatu. Penyusunan waring sebaiknya diupayakan longgar agar aerasi udara tetap terjaga, karena jika penyusunan pucuk terlalu rapat maka dapat menyebabkan pucuk lanas karena kondisi pucuk menjadi panas. Transportasi Pucuk Pengangkutan pucuk dari kebun sampai ke pabrik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pucuk teh yang dihasilkan. Sistem Transportasi pucuk di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan menggunakan truk yang memiliki berat kosong 2 955 kg dengan kapasitas angkut barang 4 615 kg dan kapasitas angkut orang sebanyak tiga orang. Kapasitas angkut pucuk yang optimal yaitu 2 500 kg atau setengah dari daya angkut kendaraan. Unit Perkebunan Tambi memiliki lima unit Truk yang dipakai untuk empat Blok. Frekuensi pengangkutan pucuk disesuaikan dengan frekuensi penimbangan dan kondisi pucuk di lapang. Frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan frekuensi penimbangan dan kondisi pucuk di lapang. Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata produksi pucuk per hari yang didapat
Unit Perkebunan Tambi tahun 2009 adalah 2 450 kg. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan kapasitas angkut truk pucuk seringkali melebihi ketentuan dalam sekali pengangkutan dan waring pucuk ditumpuk di dalam truk dengan cara dijejal. Hal ini dapat menyulitkan kegiatan pengangkutan, karena dapat menyebabkan waring terjatuh dari truk karena tumpukan yang terlalu tinggi dengan kapasitas angkut yang melebihi ketentuan. Kurangnya sarana pengangkutan dapat terlihat dengan adanya penjejalan pucuk. Penanganan pucuk seperti ini dapat menurunkan kualitas pucuk yang dihasilkan. Tabel 9. Realisasi Produksi Pucuk per Hari di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2009 Bulan Jumlah Produksi UP Produksi Pucuk Tambi per Hari per Blok Rencana Realisasi Januari 320 000 169 541 1 766.0 Februari 287 000 230 807 2 508.7 Maret 298 000 294 799 2 947.9 April 281 000 164 848 1 648.5 Mei 297 000 338 288 3 382.8 Rata-rata 296 600 239 656 2 450.8 Sumber : Laporan Produksi Unit Perkebunan Tambi Tahun2009
Saran Upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pemetikan adalah dengan meningkatkan produksi pucuk tanaman melalui pemeliharaan kebun yang intensif. Selain itu perlu diadakan pelatihan keterampilan mengenai teknis pemetikan kepada para pemetik karena keterampilan pemetik baik menggunakan gunting maupun manual dan sangat berpengaruh terhadap mutu pucuk. Kualitas produk yang baik dapat dicapai melalui kegiatan sortasi di kebun setelah pemetikan sebelum dikirim ke pabrik. Hal ini bertujuan agar standar petik medium dapat terpenuhi. Pengawasan kegiatan kebun baik kegiatan pemeliharaan maupun kegiatan pemetikan perlu ditingkatkan. Penanganan pucuk selama pengangkutan ke pabrik harus lebih di perhatikan untuk mengurangi kerusakan pucuk. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi pengangkutan pucuk ke pabrik, menyesuaikan kapasitas angkut pucuk dengan kapasitas angkut kendaraan, menambah jumlah truk dan disesuaikan dengan jumlah pucuk yang diperoleh, penyediaan waring yang cukup sehingga penggunaan waring dapat sesuai dengan kapasitas. Selain itu sanitasi dalam penanganan pucuk perlu diupayakan agar kemurnian pucuk tetap terjaga. Hal ini terkait dengan penerapan prinsip HACCP. DAFTAR PUSTAKA
Penimbangan di Pabrik Selisih timbangan antara penimbangan di kebun dengan penimbangan di pabrik selalu saja terjadi. Terjadinya selisih penimbangan ini antara lain disebabkan oleh penyinaran matahari dan penyiraman air hujan secara langsung. Batas toleransi selisih timbangan yang ditetapkan pihak kebun adalah 2 %.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. 7 hal.
Analisis Pucuk Berdasarkan hasil rata-rata analisis pucuk Januari-Mei tahun 2009 di Unit Perkebuan Tambi untuk pucuk MS mencapai 50.85% dan TMS 49.15%. Jika dibandingkan dengan perkebunan lain, UP Tambi termasuk salah satu perkebunan yang memiliki persentase pucuk layak olah yang cukup bagus. Menurut Kusuma (2008), hasil analisis pucuk di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning untuk pucuk MS mencapai 42.14% dan TMS 57.86% untuk afdelling OB, untuk afdelling OA pucuk MS mencapai 41.31% dan TMS 58.69. Pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) dari hasil analisis pucuk di UP Tambi telah memenuhi ketetapan kebun.
Gustiya, R. 2005. Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kunzte) di Perkebunan Jolotigo, PTPN IX Pekalongan, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengelolaan dalam pemetikan merupakan hal penting dalam tercapainya mutu teh yang baik secara kuantitas maupun kualitas. Baik tidaknya pengelolaan pemetikan di suatu perkebunan teh dapat dilihat melalui beberapa indikator, salah satunya melalui tebal daun pemeliharaan. Rata-rata tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi berkisar antara 20.529.1 cm dari luka pangkas dan bertambah tinggi dengan semakin tuanya umur pangkas tanaman. Tinggi bidang petik tanaman umur pangkas satu tahun setelah pangkas masih dibawah ketentuan. Potensi tumbuh pucuk di tiap Blok berbedabeda dipengaruhi oleh ketinggian tempat, keadaan tanaman (genetis), dan teknis budidaya. Semakin tinggi tempat pertumbuhan pucuk semakin lambat. Semakin tua umur pangkas tanaman teh maka semakin banyak pucuk burung. Produksi tanaman menunjukkan penurunan saat tanaman berumur tiga tahun setelah pangkas yang dipengaruhi oleh jenis teh yang ditanam. Kapasitas pemetik masih di bawah Basic Yield. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya kondisi pucuk di lapang, keterampilan pemetik, dan jam kerja yang dilakukan. Hanca petik tiap pemetik tergantung pada luas areal masing-masing Blok, jumlah pemetik dan gilir petik. Analisa pucuk yang dilakukan pada bulan Januari-Mei 2009 telah memenuhi standar yang ditetapkan. Namun, dari hasil analisis petik yang dilakukan masih terdapat persentase pucuk rusak. Hal ini terlihat melalui sistem transportasi pucuk, dimana pada saat pucuk diangkut, kapasitas angkut pucuk melebihi kapasitas optimum yang ditentukan. Selain itu pengisian pucuk ke dalam waring juga melebihi kapasitas yang ditentukan
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Luas Areal, Produksi, Produktivitas Perkebunan Teh di Seluruh Propinsi Indonesia. http:// setjen.deptan.go.id/deptan/infoeksekutif/bun/2009/Prod -Teh 09.htm. accesed 28 Juli 2009
Kusuma, W . 2005. Analisis Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kunzte) di Perkebunan Rumpun ari Kemuning, PT. Sumber Abadi Tirta Sentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Purnama, D. 2007. Produksi teh Indonesia harus ditingkatkan. Tempo 11 September 2007: 10. Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2007. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 315 hal. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. APPI-Puslitbun Gambung. Bandung. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. 1997. Kegunaan Data Iklim untuk Perkebunan Teh. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung. 43 hal. Setiawati, dan Nasikun. 1991. Kajian sosial ekonomi, p. 169188. In Mubyarto (Ed.). Teh. Aditya Media. Yogyakarta Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal. Surastri, T. Y. 2006. Analisis Pemetikan Teh di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Medini PT. Sumber Abadi Sentosa, Boja, Kendal, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.