ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
INDRIANI NOVITA PRATIWI A24070131
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
INDRIANI NOVITA PRATIWI. Analisis Pemetikan dan Pengaruhnya terhadap Mutu Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH). Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai tanggal 14 Februari sampi 14 Juni 2011 di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman mengenai aspek pemetikan daun teh serta menambah dan mengembangkan keterampilan di lapangan dan membandingkan dengan teori yang telah didapat di bangku kuliah. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek - aspek pemetikan dan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap analisis pemetikan sehingga dihasilkan pucuk teh yang bermutu. Penulis melaksanakan kegiatan magang dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti langsung segala kegiatan yang telah dijadwalkan oleh perusahaan, metode tidak langsung dilakukan dengan mengambil data sekunder yang bersumber dari arsip maupun laporan-laporan dari kantor. Kegiatan langsung yang dilakukan penulis meliputi kegiatan yang bersifat teknis maupun manajerial. Kegiatan yang bersifat teknis dilakukan selama satu bulan dengan menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) diantaranya: pemeliharaan pembibitan, pmeliharaan TBM dan TM serta pemetikan. Kegiatan yang bersifat manajerial meliputi satu bulan menjadi pendamping mandor dan dua bulan menjadi pendamping kepala blok. Selama menjadi pendamping mandor kegiatan yang dilakukan diantaranya membantu mengawasi pekerja dan membuat laporan harian atau mingguan. Sedangkan selama menjadi pendamping kepala blok kegiatan yang dilakukan diantaranya membantu mengawasi mandor, membentu pembuatan laporan upah dan belajar mengenai pembuatan RKAP. Kegiatan pemetikan di UP (Unit Perkebunan) Tanjungsari menerapkan jenis pemetikan medium dan memiliki gilir petik yang masih bervariasi antara 8 - 19 hari.
Jumlah tenaga pemetik yang dimiliki sudah mencukupi kebutuhan tenaga pemetik bahkan cenderung berlebih. Kondisi tanaman di UP Tanjungsari sedang dalam kondisi yang tidak sehat sehingga diadakan Program Recovery yang bertujuan untuk menyehatkan tanaman kembali. Program Recovery ini berisi beberapa kegiatan yang umumnya tidak dilakukan dalam budidaya tanaman teh, tetapi dilakukan di UP Tanjungsari agar tanaman dapat sehat kembali. Analisis pemetikan di UP Tanjungsari terdiri dari analisis petik yang dilakukan oleh mandor di kebun dan analisis pucuk yang dilakukan di pabrik pengolahan. Rata rata dari analisis petik pada masing-masing blok selama bulan Maret-Mei 2011 adalah 44.41 % dan termasuk dalam petikan medium. Analisis pucuk untuk masing-masing blok selama bulan Maret - Mei 2011 berkisar antara 33.89 % - 45.95 % untuk pucuk memenuhi syarat olah (MS). Analisis pemetikan diantaranya dipengaruhi oleh gilir petik, ketinggian tempat, tahun pangkas dan jenis klon. Gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik akan semakin luas. Hal ini karena semakin pendek gilir petik maka pertumbuhan peko semakin banyak sehingga hanca petik juga semakin luas. Ketersediaan pucuk ini harus diimbangi dengan penanganan yang tepat setelah pemetikan agar mutu pucuk tetap terjaga dari saat pemetikan sampai pucuk sampai di pabrik dan diolah. Ketersediaan pucuk juga mempengaruhi kapasitas pemetik, semakin banyak ketersediaan pucuk maka kapasitas pemetik juga akan semakin besar. Ketepatan kegiatan pemetikan harus didukung oleh sarana panen dan transportasi agar kegiatan panen dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan perusahaan. Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas adalah tahun pangkas. Produktivitas berdasarkan tahun pangkas di UP Tanjungsari mencapai puncaknya pada tahun pangkas ketiga yaitu rata-rata untuk ketiga blok adalah 2 562.68 kg/ha/th. Produktivitas tanaman mulai menurun pada tahun pangkas keempat sehingga pada tahun pangkas keempat tanaman perlu dipangkas untuk menaikkan produksi dan produktivitasnya. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh kembali dan mengahsilkan pucuk - pucuk baru yang berkualitas.
ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
INDRIANI NOVITA PRATIWI A24070131
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO
Nama
: Indriani Novita Pratiwi
NIM
: A24070131
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. NIP. 19570711 198111 1 001
Mengetahui. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus : .....................................
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang propinsi Jawa Tengah pada tanggal 30 November 1989. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Endro Pranoto dan Ibu Tri Setyo Nurhaeni. Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 1 Pamotan pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Pamotan dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Rembang dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Fakultas Pertanian Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif pada Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) sebagai sekertaris. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan beberapa kegiatan, diantaranya SERI A, Festival Tanaman, Agrosportment dan Seminar Pertanian Nasional. Pada tahun 2010 penulis menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Manajemen Air dan Hara Tanaman. Tahun 2010 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan kegiatan magang di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi yang berjudul Analisis Pemetikan dan Pengaruhnya terhadap Mutu Pucuk Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tanjungsari, Wonosobo, Jawa Tengah. Melalui kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu, Bapak dan Adik atas doa, perhatian, dukungan dan semangatnya yang tidak pernah berhenti. 2. Bapak Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan masukannya selama ini. Bapak Ir. Supijatno, MSi selaku dosen penguji dan Ibu Dr. Ani Kurniawati, SP., MSi selaku dosen wakil urusan departemen. Bapak Dr. Ir. Herdhata Agusta selaku pembimbing akademik. 3. Direksi PT Tambi, Bapak Dwi Sujarwo selaku Pimpinan Unit Perkebunan Tanjungsari dan Bapak Yoyo selaku Kepala Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi. Bapak Muhni selaku Kepala Bagian Kebun Unit Perkebunan Tanjungsari yang telah bersedia menjadi Pembimbing Lapang penulis. 4. Pak Zunaidi, Pak Kholik, Pak Yani dan Pak Suradi selaku kepala blok yang telah banyak memberikan pengalaman. 5. Ibu Wati dan segenap staf Kantor Kebun maupun Kantor Induk Unit Perkebunan Tanjungsari. Keluarga Ibu Lis dan Pak Jaman serta masyarakat implasmen atas segala keramahan dan keterbukaan hati menerima penulis di Unit Perkebunan Tanjungsari. 6. Teman hati dan tempat berbagi, Bagus, Siska, Evi, Pipit, Marcha atas semua dukuangan, doa, semangat dan kebahagiaan yang sudah dilewati selama ini. 7. Teman berbagi selama 4 bulan, Qori serta teman seperjuangan Walad dan Asim atas semangat dan dukungan yang selalu diberikan.
8. Teman - teman Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 44 atas semangat dan dukunganya selama ini. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
xii
PENDAHULUAN ................................................................................................... Latar Belakang .............................................................................................. Tujuan ............................................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... Botani Teh ...................................................................................................... Syarat Tumbuh ............................................................................................... Pemetikan ....................................................................................................... Analisis Pemetikan .........................................................................................
3 3 3 4 6
METODE MAGANG ............................................................................................. Waktu dan Tempat ......................................................................................... Metode Pelaksanaan ....................................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data .............................................................. Pengolahan Data ............................................................................................
7 7 7 8 10
KEADAAN UMUM ............................................................................................... Sejarah Kebun ................................................................................................ Letak Wilayah Administratif ......................................................................... Keadaan Iklim dan Tanah .............................................................................. Luas Areal dan Tata Guna Lahan................................................................... Kedaan Tanaman, Produksi dan Pemasaran .................................................. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...................................................... Program Recovery ..........................................................................................
11 11 12 12 13 13 15 17
PELAKSANAAN DI LAPANG ............................................................................. Aspek Teknis.................................................................................................. Aspek Manajerial ...........................................................................................
19 19 37
PEMBAHASAN...................................................................................................... Analisis Petik ................................................................................................. Analisis Pucuk................................................................................................ Gilir Petik dan Hanca Petik ............................................................................ Kapasitas Pemetik .......................................................................................... Kebutuhan Tenaga Pemetik ...........................................................................
40 40 46 48 50 51
Halaman Sarana Panen dan Transportasi ................................................................................ Produktivitas berdasarkan Umur Pangkas ...............................................................
53 55
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... Kesimpulan .................................................................................................... Saran...............................................................................................................
57 57 58
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
59
LAMPIRAN ............................................................................................................
61
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Tahun 2011 ..................................
13
2.
Luas Areal dan Jenis Klon Tanaman Teh Tahun 2011 ......................
14
3.
Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Pucuk Basah dan Kering Tahun 2006 - 2010 .............................................................................
15
4.
Tingkatan dan Jumlah Karyawan .......................................................
17
5.
Kebutuhan Pupuk Tunggal Tahun 2011 ............................................
24
6.
Dosis dan Jenis Herbisida ..................................................................
26
7.
Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret-Mei 2011 ................
40
8.
Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik ..............................................
42
9.
Analisis Petik Berdasarkan Dua Ketinggian ......................................
43
10. Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas .......................................
44
11. Analisis Petik Berdasarkan Jenis Klon ..............................................
45
12. Analisis Pucuk Bulan Maret - Mei 2011............................................
47
13. Kapasitas Pemetik Bulan Maret – Mei 2011 .....................................
50
14. Kebutuhan Tenaga Pemetik (TP) UP Tanjungsari.............................
52
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Rumah Naungan.................................................................................
19
2.
Bedeng yang Masih Disungkup .........................................................
21
3.
Bedeng yang Telah Dibuka Sungkupnya ...........................................
21
4.
Kegiatan Pemupukan Tanah ..............................................................
23
5.
Alat-alat yang Digunakan dalam Pemupukan ....................................
24
6.
Gulma di Areal TM ............................................................................
26
7.
Daun yang Terkena Hama Penggulung Pucuk ..................................
28
8.
Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit ......................................
29
9.
Kegiatan Gacok di Areal TBM ..........................................................
30
10. Pucuk Peko.........................................................................................
32
11. Pucuk Burung.....................................................................................
32
12. Kegiatan Pemetikan Produksi ............................................................
33
13. Kegiatan Pemangkasan ......................................................................
36
14. Hasil Pangkasan Jambul ....................................................................
36
15. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas ............................
56
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas ...................
62
2.
Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor ........................
64
3.
Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Kepala Blok .................
66
4.
Peta Kebun Unit Perkebunan Tanjungsari .........................................
69
5.
Deskripsi Klon ...................................................................................
70
6.
Rencana dan Realisasi Produksi dan Produktivitas 2006 - 2010 .......
71
7.
Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah dan Kering Januari - Mei 2011 ..........................................................................................
71
8.
Data Curah Hujan UP Tanjungsari Tahun 2001 - 2010 .....................
72
9.
Analisis Pucuk UP Tanjungsari Tahun 2010 .....................................
73
10. Analisis Pucuk UP Tanjungsari Bulan Januari - Mei 2011 ...............
73
11. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tanjungsari ............................
74
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara - negara Cina Selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis (PPTK, 2006). Menurut Setyamidjaja (2000) tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684 berupa biji teh dari Jepang. Biji teh ini dibawa oleh seorang warga Jerman bernama Andreas Cleyer dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Sekarang teh telah banyak dibudidayakan dalam bentuk perkebunan, baik yang dikelola oleh negara maupun swasta. Komoditas teh merupakan tanaman yang menyegarkan dan menyehatkan sehingga mempunyai peranan yang sangat strategis dalam perekonomian Indonesia. Komoditas teh Indonesia sudah sangat terkenal dan memiliki keunggulan dibandingkan produk serupa dari China, bahkan sumbangan devisa dari ekspor teh nasional pada tahun 2010 mencapai USD 110 juta (Rp 1 trilyun) per tahun (PTPN VIII, 2010). Peran lain dari subsektor perkebunan teh selain menyumbang devisa bagi negara adalah penyediaan lapangan kerja bagi sebagian penduduk Indonesia. Hal ini dikarenakan pada umumnya letak perkebunan teh berada di pedesaan atau lebih tepatnya pegunungan. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2007), diperkirakan perkebunan teh melibatkan kurang lebih 286 000 tenaga kerja dan mampu mendorong berkembangnya ekonomi di wilayah tersebut. Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2007 adalah 133 734 ha dengan produksi 150 623 ton dan produktivitas sebesar 1 363 kg/ha/th. Volume ekspornya mencapai 83 658 ton, sedangkan volume impornya mencapai 10 336 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Pada tahun 2009 luas areal perkebunan teh Indonesia mengalami penurunan menjadi 123 506 ha tetapi didukung dengan kenaikan produksi menjadi 156 901 ton dan produktivitas sebesar 1 432 kg/ha/th (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).
2
Peningkatan produksi tanaman teh dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang baik dan benar agar diperoleh pucuk teh yang bermutu tinggi baik secara kualitas maupun kuantitas. Pucuk teh merupakan bahan baku dalam pengolahan teh, baik teh hitam maupun teh hijau (PPTK, 2006). Mutu pucuk hasil pemetikan, yaitu kehalusan dan keseragaman jenis pucuk dipengaruhi oleh panjang daur pemetikan (Mahmud dan Sukasman, 1988). Kualitas pucuk juga dapat ditingkatkan dengan memperhatikan cara dan jenis pemetikan serta manajemen tenaga kerja. Pemetikan sendiri merupakan suatu cara pemungutan pucuk tunas yang masih muda yang selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi dan mutu jadi. Waktu pemetikan menentukan kualitas teh yang diproduksi. Umur tanaman perlu diperhatikan agar pemetikan dapat dilakukan pada waktu yang tepat dan dihasilkan teh yang berkualitas. Sistem dan waktu pemetikan juga harus disesuaikan agar dihasilkan produksi yang berkualitas tinggi. Melalui sistem pemetikan yang dilaksanakan, diharapkan dapat mempertahankan kualitas dan kuantitas hasil panen (Setyamidjaja, 2000).
Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai aspek pemetikan daun teh serta menambah dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh di lapangan dan membandingkannya dengan teori yang didapat di bangku kuliah. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek aspek pemetikan dan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap analisis petik.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Teh Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk kedalam famili Theaceae, kelas Dicotyledone dan genus Camellia (Eden, 1965). Tanaman teh berasal dari daerah subtropis pada 250 LU - 350 LS dan 950 BT - 1050 BT yang terletak diantara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2000). Tanaman ini akan tumbuh baik di daerah dataran tinggi meskipun tidak menutup kemungkinan tanaman teh juga dapat tumbuh di dataran rendah tetapi dengan mutu yang kurang baik. Tanaman teh berbentuk pohon dan biasanya dipangkas ketika tingginya mencapai 90 - 120 cm. Menurut Putri (2002) ketinggian tanaman teh berbeda beda, untuk teh Cina ketinggiannya dapat mencapai 2.75 m, sedangkan teh jenis Assamica mencapai 6 - 8 m. Akar tanaman teh merupakan akar tunggang yang panjang, daunnya berbentuk bulat telur terbalik dengan tepi yang bergerigi.
Syarat Tumbuh Ketinggian optimum untuk tanaman teh adalah 700 - 1 200 m dpl, sebagaimana yang terlihat di beberapa perkebunan teh di Jawa barat. Tanaman teh yang tumbuh pada ketinggian lebih dari 1 200 m dpl akan menghasilkan produksi optimum setelah tanaman berumur 10 tahun (Fordham, 1977). Menurut Ghani (2002) semakin tinggi daerah penanaman teh maka semakin tinggi pula mutunya. Lingkungan fisik yang baik diperlukan untuk pertumbuhan tanaman teh. Kondisi iklim yang mendukung akan mempengaruhi mutu daun teh. Tanaman teh memerlukan curah hujan tahunan sekitar 2 000 mm - 2 500 mm dan suhu harian berkisar 130 C - 150 C. Kelembaban relatif yang dibutuhkan untuk siang hari tidak kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1992). Kondisi tanah juga turut menentukan mutu daun teh. Tanah dengan kedalaman olah tinggi, berdrainase baik serta kaya unsur hara sangat cocok untuk areal perkebunan teh. Adisewojo (1982) menambahkan tanaman teh dapat tumbuh
4
pada berbagai jenis tanah di daerah pegunungan tinggi, tanah pegunungan tua, tanah laterik merah dan merah tua yang terbentuk bukan dari endapan laut.
Pemetikan Pemetikan merupakan cara pengambilan hasil tanaman teh berupa pucuk daun yang dilakukan secara teratur dan terus menerus sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh. Pemetikan berfungsi membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja, 2000). Teknik pemetikan teh yang efektif dan efisien sangat menentukan maksimal atau tidaknya produksi teh (Anggorowati, 2008). Mutu pucuk teh yang dipetik berhubungan dengan sistem pemetikan yang diterapkan oleh perkebunan teh. Hal - hal yang harus diperhatikan dalam pemetikan adalah gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah jarak waktu antara satu
pemetikan
dengan
pemetikan
selanjutnya
yang
dipengaruhi
oleh
pertumbuhan tunas dan kecepatan pertumbuhan pucuk. Hanca petik adalah luas areal pemetikan yang harus diselesaikan oleh pemetik dalam satu hari (Qibtiyah, 2009). Menurut Adisewojo (1982), pemetikan teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, dengan tujuan membentuk bidang petik. Setelah tiga sampai lima kali pemetikan jendangan, selanjutnya dapat dilakukan pemetikan produksi. Pemetikan produksi bertujuan untuk mendapatkan pucuk untuk pengolahan serta membentuk kondisi tanaman agar mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Sedangkan pemetikan gendesan merupakan pemetikan pucuk daun teh yang dilakukan beberapa bulan sebelum tanaman dipangkas dengan tujuan mengurangi kehilangan produksi akibat pemangkasan. Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa selain jenis pemetikan, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemetikan tanaman teh, diantaranya :
5
1. Jenis petikan Jenis petikan merupakan jenis/macam pucuk yang dihasilkan dalam pelaksanaan pemetikan. Ada tiga jenis petikan yang umum dikenal, yaitu : a. Petikan halus, merupakan pucuk yang yang dihasilkan dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m). Rumus petiknya p+1 atau b+1m. b. Petikan medium, merupakan pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda. Rumus petiknya p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m. c. Petikan kasar, merupakan pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t). Rumus petiknya p+4 atau lebih, b+(1+4)t. 2. Giliran petik Gilir atau daur petik adalah selang atau jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan lainnya yang dihitung dalam hari. Faktor faktor yang mempengaruhi gilir petik diantaranya : a. Umur pangkas, semakin tua umur pangkas maka makin panjang daur petiknya. b. Iklim, gilir petik pada musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan. c. Elevasi, makin tinggi ketinggian suatu kebun dari permukaan laut, makin panjang gilir petiknya. d. Kesehatan
tanaman,
makin
sehat
tanaman,
makin
cepat
pertumbuhannya. 3. Hanca petik Hanca petik ataupun areal petik adalah luas areal pemetikan yang harus selesai dipetik oleh pemetik dalam satu hari.
6
4. Tenaga pemetik Jumlah tenaga pemetik (TP) dapat dihitung dengan rumus : pucuk produksi ha x rendemen th x 100 pemetik kapasitas HKE /th ha
A %
dengan A merupakan persentase absensi pemetik dalam satu tahun.
Analisis Pemetikan Kegiatan analisis pemetikan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan pemetikan yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan suatu perusahaan atau belum. Ada dua macam analisis pemetikan yaitu analisis petik dan analisis pucuk (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Analisis Petik Analisis petik adalah pemisahan pucuk berdasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Kegunaan analisis petik adalah untuk menilai kondisi tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan baik daur maupun cara pemetikan, serta menilai keterampilan pemetik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Analisis Pucuk Analisis pucuk merupakan kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian muda dan tua serta bagian yang rusak yang dinyatakan dalam persen. Pucuk yang rusak yaitu pucuk yang sobek, terlipat maupun terperam. Tujuan analisis pucuk adalah untuk menilai kondisi pucuk yang akan diolah, menentukan harga pucuk serta memperkirakan mutu teh jadi yang dihasilkan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Analisis pucuk juga dapat digunakan untuk menentukan premi yang diterima pemetik apabila persentase pucuk yang memenuhi syarat olah memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan.
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan dari tanggal 14 Februari sampai tanggal 14 Juni 2011 di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Metode Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan magang di Unit Perkebunan Tambi, PT. Tanjungsari, Wonosobo, Jawa Tengah dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Penulis melaksanakan metode langsung dengan mengikuti semua kegiatan teknis di kebun meliputi pembibitan, pemeliharaan TM maupun TBM, pemetikan, administrasi serta manajerial. Metode tidak langsung dilaksanakan dengan mengambil data sekunder dari arsip - arsip serta laporan laporan yang ada di perusahaan. Kegiatan yang dilakukan penulis dimulai secara bertahap yang diawali dengan menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan. Selama menjadi KHL, penulis melakukan semua kegiatan di bawah pimpinan mandor meliputi pembibitan sampai pemetikan sesuai dengan kegiatan yang telah dijadwalkan perusahaan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 1. Satu bulan berikutnya penulis bekerja sebagai pendamping mandor. Kegiatan yang dilakukan adalah mengawasi pekerjaan karyawan setiap hari serta mencatat prestasi kerja karyawan pada setiap aspek pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Dua bulan terakhir di perusahaan, penulis bekerja sebagai pendamping kepala blok/afdeling. Pendamping kepala blok/afdeling bertugas membantu mengawasi dan mengontrol mandor dan karyawan. Kegiatan lain yang dilakukan penulis ketika menjadi pendamping kepala blok/afdeling diantaranya membantu pembuatan laporan upah karyawan serta membantu admisitrasi kantor kebun yang berkaitan dengan prestasi karyawan. Selama menjadi pendamping kepala
8
blok/afdeling, penulis tidak hanya melakukan aspek teknis di kebun, tetapi juga mempelajari aspek manajerial di kantor kebun. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping kepala blok/afdeling dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan yang dilakukan untuk aspek khusus dalam kegiatan magang ini adalah pemetikan daun teh secara langsung di lapangan. Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan atau mengikuti kegiatan pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan - laporan dan arsip perusahaan. Data sekunder yang diambil dari perusahaan diantaranya data mengenai luas areal perusahaan, topografi, curah hujan lima tahun terakhir, produksi dan produktivitas lima tahun terakhir, serta standar perusahaan dan hal hal lain yang berhubungan dengan aspek khusus yang akan diamati. Pengamatan dilakukan pada tiap blok berdasarkan tahun pangkas sesuai dengan data - data primer yang dibutuhkan sebanyak tiga kali ulangan untuk masing-masing tahun pangkas. Peubah - peubah yang diamati meliputi: 1. Analisis petik Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau rumus petik. Masing - masing pemetik diambil segenggam pucuknya untuk kemudian dicampur dan diambil sebanyak 200 gr dan dipisahkan sesuai rumus petiknya, kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam persen. Analisis petik dilakukan dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi : • Petikan halus
: p+1, p+2m
• Petikan medium
: p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m
• Petikan kasar
: p+4 atau lebih, b+(1 – 4t)
• Petikan rusak
: pucuk yang tidak terpetik sempurna atau terkena hama penyakit
9
2. Analisis pucuk Analisis pucuk dilakukan sendiri oleh penulis di kebun dikarenakan UP Tanjungsari tidak memiliki pabrik pengolahan. Analisis pucuk dilakukan dengan memisahkan pucuk berdasarkan bagian muda dan tua yang dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang sama seperti pengambilan sampel untuk analisis petik. Setelah dilakukan analisis petik kemudian dilakukan analisis pucuk. Analisis pucuk di UP Tanjungsari meliputi : • Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3,b+1m, b+2m, b+3m • Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 – 5)t 3. Gilir petik dan hanca petik Gilir petik merupakan waktu dilaksanakannya pemetikan, dari satu pemetikan ke pemetikan selanjutnya. Hanca petik merupakan luas areal yang harus selesai dipetik oleh pemetik dalam satu hari. Pengamatan gilir petik dilakukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan pada masing - masing blok, pengamatan hanca petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan hanca petik menggunakan rumus : Luas areal petik/hari
= luas areal yang dipetik gilir petik
Hanca seorang pemetik
= luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik
4. Kapasitas petik Kapasitas petik adalah kapasitas pemetik per hari dalam satu kemandoran. Kapasitas petik diamati selama tiga bulan dari bulan Maret - Mei 2011. 5. Kebutuhan tenaga petik (TP) Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu :
10
Kebutuhan TP = [produktivitas kering x rendemen] x (100+absensi) % Kapasitas pemetik x HKE/th 6. Sarana panen dan transpotasi Sarana panen dan transportasi diamati langsung sesuai dengan kondisi di kebun. 7. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas didapat dari arsip atau laporan tahunan perusahaan.
Pengolahan Data Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat hasil pengamatan primer dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan maupun standar baku yang berlaku pada pemetikan teh. Analisis deskripstif kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji t student pada taraf nyata 5 %, rata-rata dan persentase. t–student =
dengan Sp =
keterangan: = rata – rata pengamatan 1 dan 2 = ragam contoh 1 dan 2 = jumlah pengamatan 1 dan 2 Sp
= simpangan baku gabungan Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila
thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (n1 + n2 – 2) (Walpole, 1990).
KEADAAN UMUM
Sejarah Kebun PT Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintah Hindia Belanda yang pada tahun 1856 disewakan kepada pengusaha swasta dari Belanda yang bernama D. Nander Ships dan W. D. Jong. Pada tahun 1880-an, PT Tambi dibeli oleh Mr. M.P. Van Den Berg, A.W. Holle dan Ed. Jacobson yang kemudian secara bersama-sama mendirikan Bagelan Thee en Kina Maatschappi (BTKM) di Wonosobo. Kepengurusan dan pengelolaankebun tersebut kemudian diserahkan kepada Firma Jhon Peet and Co yang berkedudukan di Jakarta. Pada saat awal kedatangan bangsa Jepang, kebun Tanjungsari digunakan sebagai penjara bagi orang Jepang. Kemudian setelah Indonesia merdeka PT Tambi (kebun Bedakah, Tambi dan Tanjungsari) diambil alih oleh pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah koordinasi Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berpusat di Surakarta. Kantor perkebunan Bedakah dan Tanjungsari pada saat itu dipusatkan di Magelang. Berdasarkan hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) pada November 1949 maka UP Bedakah, Tambi dan Tanjungsari dikembalikan kepada pemilik semula yaitu BTKM. BTKM tidak segera mengelola ketiga kebun tersebut, sehingga para mantan pegawai PPN membentuk kantor bersama yang dinamakan Perkebunan Gunung pada tanggal 21 Mei 1951. Akhirnya pada tanggal 17 Mei 1954 BTKM menjual ketiga perkebunan tersebut dan berdirilah PT NV ex PPN Sindoro Sumbing. Pada tahun 1957 tercapai kesepakatan antara Pemerintah Daerah Wonosobo dengan PT NV ex PPN Sindoro Sumbing, yaitu dengan membagi kepemilikan modal masing - masing 50 % untuk Pemerintah Daerah Wonosobo dan 50 % untuk PT NV ex PPN Sindoro Sumbing. Berdasarkan kesepakatan ini dibentuklah perusahaan baru dengan nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi atau disingkat PT NV Tambi dengan akte Notaris Raden Sujadi di Magelang pada tanggal 13 Agustus 1957 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman pada tanggal 10 April No. 5/30/25 yang kemudian diterbitkan pada lembaran berita Negara nomor 63 tanggal 12 Agustus 1960.
12
Seiring dengan perkembangannya, maka perusahaan membangun tiga pabrik pengolahan teh yaitu UP Bedakah, UP Tambi dan UP Tanjungsari. Sejak tahun 1991, UP Tanjungsari hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan teh basah atau pergudangan pucuk daun teh. Pengolahan pucuk yang dihasilkan UP Tanjungsari diolah pada UP Tambi. Pada bulan Mei 2010 kepemilikan modal PT Tambi berpindah dari PT NV ex PPN Sindoro Sumbing ke PT Indo Global dengan 50 % modal lainnya masih dikelola oleh Pemerintah Daerah Wonosobo.
Letak Wilayah Administratif Unit Perkebunan Tanjungsari merupakan salah satu Unit Perkebunan yang dikelola oleh PT Tambi. Unit Perkebunan Tanjungsari terletak di lereng Gunung Sumbing dan berjarak 14 km dari kota Wonosobo ke sebelah tenggara. Secara administratif UP Tanjungsari terletak di Kecamatan Sapuran dan Kecamatan Kalikajar dengan kantor UP Tanjungsari yang terletak di Desa Sedayu, Kecamatan Sapuran, Wonosobo. Batas administratif dari UP Tanjungsari adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Sedayu, Kedalon, Karangduwur dan Purwojiwo. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sedayu dan Jolontoro. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Ngadisalam, Purwojiwo dan Tempuran Timur. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jolontoro, Ngadisalam dan Sapuran. UP Tanjungsari terdiri dari tiga blok yang letaknya saling berdekatan satu sama lain (Lampiran 4). Ketiga blok tersebut adalah : •
Blok Kutilang, dengan ketinggian 800 - 1040 m dpl
•
Blok Murai, dengan ketinggian 780 - 800 m dpl
•
Blok Gelatik , dengan ketinggian 700 - 780 m dpl
Keadaan Iklim dan Tanah Rata-rata curah hujan di Unit Perkebunan Tanjungsari selama sepuluh tahun terakhir (2001 - 2010) adalah 4 050.7 mm per tahun dengan kisaran curah hujan 2 951 mm - 5 762 mm per tahun. Jumlah hari basah rata - rata dalam
13
sepuluh tahun terakhir adalah 163.6 hari per tahun. Berdasarkan data curah hujan UP Tanjungsari selama sepuluh tahun terakhir, kondisi iklim di UP Tanjungsari menurut Schmidt Ferguson termasuk dalam tipe iklim B (Lampiran 8). Jenis tanah di UP Tanjungsari adalah tanah latosol atau tanah dengan syarat olah. Jenis tanah ini menyebabkan kondisi tanaman UP Tanjungsari berbeda dengan kondisi tanaman di UP lain yang memiliki jenis tanah andosol.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal UP Tanjungsari secara keseluruhan adalah 208.07 ha dengan teh sebagai komoditi tunggal. Luas areal untuk tanaman menghasilkan yaitu 161.30 ha, sedangkan luas areal untuk tanaman belum menghasilkan yaitu 16.88 ha. Selain untuk areal TBM dan TM luas UP Tanjungsari juga mencakup areal replanting yaitu 14.94 ha dan areal pembibitan dengan luas 0.80 ha. Luas areal dan tata guna lahan secara keseluruhan di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Tahun 2011 No
Penggunaan Lahan
Luas Areal (ha)
1
Tanaman teh
2
Pembibitan
0.80
3
Emplasmen/kantor
2.78
4
Agrowisata
3.33
5
Jalan besar
4.37
6
Lapangan
1.10
7
Kebun perbanyakan
1.57
8
Kebun buah
1.00
Jumlah
193.12
208.07
Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari
Keadaan Tanaman, Produksi dan Pemasaran Tanaman teh yang terdapat di UP Tanjungsari merupakan tanaman yang berasal dari stek (klonal) dan seedling. Perbandingan luas areal untuk bahan
14
tanam stek dan seedling adalah 85.8 % dari luas keseluruhan kebun untuk bahan tanam klon dan 14.2 % dari luas keseluruhan kebun untuk bahan tanam seedling. Klon yang terdapat di UP Tanjungsari adalah TRI 2024, TRI 2025, Gambung 7, RB (Ranca Bolang) 3, CIN 143, TB (Tambi) Merah dan PS (Pasir Sarongge). Klon yang paling banyak ditanam adalah TRI 2024 sebanyak 50.08 % dari total luas UP Tanjungsari, sedangkan klon unggulan adalah Gambung 7 (Lampiran 5). Jarak tanam untuk tanaman teh di UP Tanjungsari adalah 120 cm x 75 cm dengan populasi tanaman 10 000 tanaman/ha untuk tanaman klonal dan 3500 tanaman/ha untuk seedling. Sebaran jenis bahan tanaman teh (klon/seedling) yang terdapat di UP Tanjungsari pada masing - masing blok dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Areal dan Jenis Klon Tanaman Teh Tahun 2011 Jenis Klon No
Blok
Luas
1 Kutilang
TRI TRI CIN TB GB 7 RB 3 Seedling PS 2024 2025 143 Merah ……………………………(ha)…………………………………….. 65.55 23.35 0.64 24.93 0.22 16.34 0.00 0.07 0.00
2 Murai
65.26 44.17
0.00 14.16
0.80
5.89
0.12
0.00 0.12
3 Gelatik
66.28 31.19
0.00 29.13
0.00
5.76
0.12
0.08 0.00
Jumlah
197.09 98.71
0.64 68.22
1.02
27.99
0.24
0.15 0.12
Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari
Produktivitas pucuk tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir di UP Tanjungsari dicapai pada tahun 2008, yaitu produktivitas pucuk basah yang mencapai 11 576 kg/ha dan produktivitas pucuk kering sebesar 2 472 kg/ha. Rencana dan realisasi produksi dan produktivitas tahun 2006 - 2010 dapat dilihat pada Lampiran 6. dan rencana dan realisasi produksi pucuk basah dan kering bulan Maret – Mei 2011 dapat dilihat pada Lampiran 7. Luas areal, produksi pucuk basah dan pucuk kering di UP Tanjungsari dari tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata – rata produktivitas teh kering di UP Tanjungsari dari tahun 2006 – 2010 tergolong tinggi yaitu 2 279 kg/ha lebih tinggi dari produktivitas teh pada perkebunan milik negara yang hanya mencapai 1 432 kg/ha pada tahun 2009.
15
Tabel 3. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Pucuk Basah dan Kering Tahun 2006 - 2010 Tahun
Luas TM
…(ha)… 2006 197.11 2007 197.11 2008 197.11 2009 197.11 2010 179.39 Rata - rata
Produksi Pucuk Basah ……(kg)….. 1 841 527 2 179 072 2 281 931 2 051 817 1 920 638 2 054 997
Produktivitas Teh Basah ..(kg/ha/th).. 9 342 11 055 11 576 10 409 10 706 10 618
Produksi Teh Kering …..(kg)….. 395 719 467 999 487 392 441 746 412 937 441 158
Produktivitas Teh Kering ..(kg/ha/th).. 2 007 2 374 2 474 2 241 2 301 2 279
Sumber : Arsip Kantor Kebun UP Tanjungsari
Produk teh yang dihasilkan oleh UP Tanjungsari adalah teh hitam, tetapi pengolahan teh tidak dilakukan di UP Tanjungsari, melainkan di UP Tambi. Pemasaran teh hitam PT Tambi dilakukan baik untuk skala lokal maupun internasional. Pemasaran skala lokal produk teh hitam PT Tambi hanya dilakukan untuk daerah Wonosobo dan sekitarnya dan dipasarkan dalam bentuk daunt eh kering dan teh celup. Pemasaran skala internasional dilakukan dengan ekspor ke berbagai Negara yaitu Amerika, Arab Saudi, Rusia, Belanda, India dan Jepang.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Unit Perkebunan Tanjungsari dipimpin oleh seorang pemimpin UP yang bertanggungjawab secara langsung kepada direksi PT Tambi (Lampiran 11). Tugas dari seorang pemimpin UP adalah memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas karyawan UP. Selain bertanggungjawab kepada direksi, dalam pelaksanaan tugasnya seorang pemimpin UP juga membawahi secara langsung kepala bagian kantor dan kepala bagian kebun. Bagian kantor dipimpin oleh seorang kepala sub bagian (Kasubag) kantor yang bertugas mencatat administrasi kantor maupun kebun di dalam pembukuan keuangan. Kasubag kantor membawahi bendahara, bagian pembukuan dan bagian administrasi lainnya.
16
Bagian kebun dipimpin oleh seorang kepala bagian kebun yang bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi segala kegiatan di kebun. Kepala bagian kebun membawahi kepala blok , kepala proteksi tanaman dan bagian administrasi kebun. Kepala blok membawahi pembimbing (mandor) petik, pemeliharaan dan pembibitan. Kepala proteksi tanaman bertugas merencanakan dan mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan proreksi tanaman. Bagian administrasi kebun bertugas mengerjakan laporan laporan yang masuk dari pembimbing petik, pemeliharan dan pembibitan. Selain bagian kantor dan bagian kebun, di UP Tanjungsari terdapat juga kepala seksi keamanan yang bertugas mengatur pelaksanaan tugas - tugas pengamanan di lingkungan perkebunan. Terdapat juga kepala seksi workshop pool yang bertugas mengawasi pelaksanaan teknis mesin, listrik dan mengkoordinasi transportasi dalam rangka kegiatan bagian kantor maupun bagian kebun. Selanjutnya terdapat kepala seksi tata lingkungan di UP Tanjungsari yang bertugas menjaga dan memelihara lingkungan di UP Tanjungsari. Karyawan yang terdapat di UP Tanjungsari seluruhnya berjumlah 255 orang. Karyawan - karyawan tersebut terbagi atas tiga tingkatan yaitu karyawan I, karyawan II dan karyawan borong tetap. Karyawan I merupakan karyawan yang oleh perusahaan ditetapkan menjadi karyawan I berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan dari perusahaan. Karyawan II adalah karyawan yang oleh perusahaan ditetapkan menjadi karyawan II berdasarkan masa kerja dan prestasi tertentu dibidangnya. Karyawan II statusnya berada di bawah karyawan I dengan gaji yang dibayar tiap bulan dan terdiri atas karyawan II A, II B, II C, II D dan II E. Karyawan borong tetap adalah karyawan yang upahnya dibayarkan menurut hasil kerja yang telah dilakukan. Selain ketiga tingkatan karyawan di atas, di UP Tanjungsari terdapat juga karyawan lepas yaitu karyawan yang jumlahnya tidak tetap sesuai dengan kebutuhan jumlah tenaga kerja dalam suatu kegiatan yang dilakukan. Tingkatan dan jumlah karyawan di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 4.
17
Tabel 4. Tingkatan dan Jumlah Karyawan Tingkatan Karyawan Karyawan I Karyawan II Karyawan II A Karyawan II B Karyawan II C Karyawan II D Karyawan II E Karyawan Borong Tetap Pemeliharaan Petikan Jumlah Total
Jumlah 9 10 11 5 17 1 56 146 255
Sumber : Arsip Kantor Induk UP Tanjungsari Tahun 2011
Setiap karyawan di UP Tanjungsari mendapat fasilitas - fasilitas diantaranya gaji, bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan cuti, asuransi keselamatan kerja, pendidikan, perumahan dan rekreasi. Karyawan yang telah berumur 55 tahun atau masa kerjanya lebih dari 20 tahun di UP Tanjungsari dapat mengajukan pensiun kepada perusahaan.
Program Recovery Produktivitas tinggi merupakan tujuan utama dari PT Tambi, termasuk UP Tanjungsari. Produktivitas yang tinggi tidak akan tercapai apabila kondisi tanaman sedang tidak sehat seperti yang terjadi pada UP Tanjungsari. Kondisi tanaman yang tidak sehat diantaranya ditunjukkan dengan gejala serangan cacar daun teh atau blister blight yang cukup tinggi sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman serta tebal daun pemeliharaan yang kecil. Hal ini menyebabkan produksi tanaman menurun sehingga diperlukan tindakan untuk memperbaiki kondisi tanaman agar dapat berproduksi secara optimal. Salah satu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tanaman agar produksi dapat meningkat adalah melalui Program Recovery, yaitu program perbaikan kesehatan tanaman agar nantinya produksi kembali naik sesuai dengan apa yang telah ditargetkan perusahaan.
18
Program
Recovery
berisi
perlakuan
-
perlakuan
tertentu
yang
direkomendasikan oleh Tim Konsultan dari Gambung sebagai tim yang dipercaya menangani Program Recovery. Alasan utama perlu diadakannya Program Recovery adalah kondisi tanaman yang sebagian besar tidak sehat, baik terserang penyakit maupun hama tanaman yang mengakibatkan produktivitas turun. Adanya Program Recovery ini diharapkan dapat menyehatkan kembali tanaman sehingga produktivitasnya kembali naik. Program Recovery hanya dilaksanakan pada nomor - nomor kebun yang kondisinya dinilai tidak sehat, pada nomor kebun yang kondisi tanamannya sehat kegiatan pemeliharaan maupun pemetikan dilakukan sebagaimana biasa. Perlakuan - perlakuan yang diberikan pada tanaman selama Program Recovery diantaranya gabar dan skipping. Gabar yaitu membiarkan pucuk tidak dipetik selama 2 - 3 kali siklus petik yang sudah ditetapkan. Skipping yaitu cara pemetikan yang bertujuan untuk meratakan bidang petik agar pertumbuhan pucuk dalam dapat lebih cepat dan serempak. Program Recovery mulai dilaksanakan dari bulan Januari 2011 sampai waktu yang tidak ditentukan yaitu ketika tanaman dinilai sudah dalam kondisi yang baik. Dampak bagi perusahaan dengan adanya Program Recovery dapat dilihat pada kapasitas pemetik yang terus meningkat dari bulan Maret – Mei 2011. Hal ini menunjukkan kondisi tanaman mulai membaik yang ditandai dengan peningkatan kapasitas pemetik yang berarti peningkatan produksi. Program Recovery tidak selalu menunjukkan dampak yang baik bagi perusahaan maupun karyawan. Adanya tindakan gabar menyebabkan pergeseran gilir petik, sehingga dalam beberapa hari pemetik tidak dapat melakukan kegiatan pemetikan yang berakibat berkurangnya pendapatan (upah). UP Tanjungsari masih akan melanjutkan Program Recovery setidaknya sampai satu tahun ke depan dengan tetap melakukan evaluasi demi mencapai target produksi yang telah ditetapkan.
PELAKSANAAN DI LAPANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan di Unit Perkebunan Tanjungsari terletak pada blok Gelatik nomor kebun 16 dengan luas 5 500 m2. Tanaman teh yang ditanam di areal pembibitan semuanya berasal dari bahan stek, dengan klon Gambung 7. Bahan stek berasal dari pohon induk yang ada di areal pembibitan. Tanaman yang akan dijadikan bahan dipotong (cutting) menggunakan cutter. Satu minggu sebelum di cutting, dilakukan tiping atau membuang pucuk dari tanaman induk agar daun lebih kaku, lebuh cepat bertunas dan lebih hijau. Bahan stek dipotong sepanjang 4 cm dan apabila daun terlalu lebar, dapat dipotong. Sebelum ditanam, bahan stek dicelupkan (deeping) terlebih dahulu ke dalam larutan Atonik dengan dosis 1 ml/l air dan larutan Dithane dengan dosis 1 g/ml. Pada areal pembibitan terdapat 188 bedeng yang sebagian besar merupakan bedeng untuk tanaman teh, sedangkan sisanya merupakan bedeng untuk tanaman pelindung teh yaitu tanaman Saman atau Samanea saman. Jarak antar bedeng adalah 60 cm dengan lebar masing - masing bedeng 1 m. Pembibitan pada tanaman teh dilakukan dalam sebuah rumah naungan. Bagian atas dari rumah naungan berupa rigen atau anyaman bambu dengan tiang penyangga dari bambu. Keadaan rumah naungan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Rumah Naungan
20
Media tanam terdiri dari tanah top soil dan sub soil yang masing-masing telah diayak sebelumnya. Setelah tanah diayak, lapisan top soil dicampur dengan Rock fosfat sebanyak 1.2 kg/m2, KCl 0.5 kg/m2, Kiserit 250 g, Tawas 1 kg, Dithane 250 g dan Basamit 150 g. Pemberian tawas berfungsi untuk menetralkan tanah agar tidak terlalu basa, sedangkan basamit berfungsi untuk fumigasi. Selanjutnya untuk tanah sub soil dicampur dengan Tawas sebanyak 1 kg, Dithane 250 g dan Basamit 150 g. Kemudian tanah top soil maupun sub soil didiamkan selama satu bulan untuk selanjutnya diisikan ke polybag. Perbandingan tanah sub soil dan top soil adalah 3:1 dengan tanah sub soil diletakkan di lapisan atas polybag dan tanah top soil di lapisan bawah polybag. Hal ini bertujuan agar akar stek yang nantinya tumbuh dapat langsung menuju ke top soil yang lebih subur yang berada di lapisan bawah polybag. Penanaman bahan stek ke dalam polybag pada bedengan dilakukan dengan memperhatikan arah matahari dan posisi sungkup. Bahan stek yang ditanam di tengah bedengan diusahakan menghadap ke arah matahari. Bahan stek di pinggir bedengan diusahakan tidak terkena sungkup plastik, yaitu dengan memposisikan tegak lurus dengan posisi bahan stek yang ditanam di tengah bedeng. Hal ini agar pertumbuhan stek yang berada di pinggir tidak terganggu sungkup plastik di sampingnya. Pemeliharaan pada areal pembibitan dimulai dengan penyungkupan selama 3.5 bulan. Pemupukan pada tanaman yang disungkup dilakukan pada tahap awal saat pencampuran media tanam. Penyungkupan selama 3.5 bulan tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Penyiraman hanya dilakukan ketika kondisi tanah di polybag benar - benar kering. Apabila curah hujan cukup, maka selama 3.5 bulan sungkupan tidak perlu disiram. Setelah berumur 3.5 bulan, sungkupan mulai dibuka tetapi hanya setengah bagian saja. Hasil sungkupan selama 3.5 bulan dibuka selama 2 jam untuk rentang waktu 2 minggu pertama. Selanjutnya, 2 minggu berikutnya sungkupan dibuka selama 4 jam, 2 minggu berikutnya dibuka selama 6 jam, sampai pada 2 minggu terakhir sungkupan di buka selama 8 jam. Kemudian sungkup mulai bisa dibuka secara keseluruhan. Bedeng yang masih disungkup dan yang telah dibuka sungkupnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.
21
Gambar 2. Bedeng yang Masih Disungkup
Gambar 3. Bedeng yang Telah Dibuka Sungkupnya
Setelah sungkupan dibuka, pemeliharaan dilanjutkan dengan pemberian pupuk daun Atonik dan Starmax dengan dosis 2 ml/l. Pemberian pupuk daun ini dilakukan 2 minggu sekali secara berselang seling antara Atonik dan Starmax. Bibit mulai dapat diseleksi setelah berumur 7 bulan dan dipisahkan berdasarkan grade nya. Grade terdiri atas 3 jenis, yaitu grade A yaitu tanaman dengan jumlah daun 6 atau lebih, grade B yaitu tanaman yang mempunyai daun dengan jumlah kurang dari 6 dan grade C yaitu tanaman yang mepunyai jumlah daun antara 1 - 2. Kriteria bibit siap salur adalah bibit dengan grade A yang tingginya minimal 25 cm dan mempunyai batang dengan diameter 2 - 3 cm atau sebesar pensil. Kegiatan yang dilakukan penulis selama di pembibitan adalah pindah bibit dan penyiangan gulma di polybag. Semua kegiatan pembibitan diawasi oleh seorang mandor pembibitan. Prestasi kerja karyawan untuk kegiatan pindah bibit adalah 500 polybag/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 150 polybag/HK. Prestasi kerja karyawan untuk kegiatan penyiangan gulma di polybag adalah 660 polybag/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 100 polybag/HK.
Penyulaman Penyulaman merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman teh yang dilakukan pada TBM 1, TBM 2 dan TBM 3. Jumlah bibit yang akan digunakan untuk penyulaman bervariasi tergantung dari kondisi tanaman di lapangan. Kegiatan penyulaman dilakukan segera setelah bibit diketahui ada yang tidak
22
tumbuh, rusak atau terserang hama penyakit. Pada UP Tanjungsari terdapat toleransi terhadap jumlah bibit sulaman untuk masing-masing TBM. Jumlah bibit yang digunakan untuk menyulam pada TBM 1 maksimal 15 % dari populasi, pada TBM 2 jumlah bibit untuk menyulam maksimal 10 % dari populasi dan untuk TBM 3 jumlah bibit untuk menyulam maksimal 7 % dari populasi. Kegiatan penyulaman di TBM diawasi oleh mandor pemeliharaan. Alat yang digunakan pekerja selama kegiatan penyulaman adalah cangkul. Penulis melakukan kegiatan penyulaman pada areal TBM 1 seluas 1.86 ha. Prestasi kerja penulis adalah 0.85 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.19 ha/HK.
Pemupukan Pemupukan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman guna meningkatkan produksi pucuk. Pemupukan di UP Tanjungsari dibedakan atas pemupukan pada daun dan pemupukan pada tanah. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan 4 tepat yaitu tepat waktu, tepat cara, tepat dosis dan tepat jenis. Pemupukan pada daun dilakukan dengan penyemprotan pada daun menggunakan alat semprot yaitu mist blower yang memiliki kapasitas 12 l untuk 1 kali gendong dan dapat diaplikasikan untuk 1.5 patok (600 m2). Pupuk yang digunakan yaitu ZnSO4 dengan dosis 1 kg/ha. Pupuk dilarutkan kedalam air sebanyak 200 l/ha. Aplikasi pupuk daun dilakukan 1 bulan sekali pada tanaman yang telah selesai dipetik. Pelaksanaan pemupukan daun harus memperhatikan arah angin. Pupuk yang disemprotkan melalui mist blower harus searah dengan arah angin sehingga tidak mengenai pekerja yang melakukan penyemprotan. Pada nomor kebun yang akan disemprot dipasang bendera yang bertujuan untuk mengetahui arah angin. Alat - alat keselamatan kerja yang digunakan oleh pekerja yang akan melakukan pemupukan daun adalah baju lapang, masker, kacamata, sarung tangan serta helm. Pemupukan pada tanah dilakukan dengan membenamkan pupuk disamping perdu tanaman. Jarak antara perdu dan lubang untuk pupuk kurang
23
lebih 20 cm. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk Urea, SP 36, KCl dan Kiserit (N, P, K, Mg). Masing-masing pupuk ini mempunyai perbandingan sebesar 6 : 1 : 2 : 0.5 dengan kandungan unsur Nitrogen, Phospat, Kalium dan Magnesium di dalamnya sebesar 46 : 36 : 60: 27. Selain beberapa pupuk di atas, ditambahkan juga Belerang sebanyak 1 kali dalam 1 tahun pada aplikasi pupuk tanah. Pemupukan pada tanah dilakukan 2 kali dalam setahun, atau 1 kali pada tiap semester. Pelaksanan pemupukan pada tanah dilakukan secara berpasangan antara tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja pria bertugas membuat lubang di samping perdu untuk pupuk, diikuti dengan tenaga kerja wanita di belakangnya yang bertugas memasukkan pupuk kedalam lubang dan menutup/menimbunnya dengan tanah. Pupuk yang digunakan untuk pemupukan tanah telah dicampur di gudang, kemudian diangkut menggunakan truk menuju nomor kebun yang akan dipupuk. Kegiatan ini dilakukan secara beriringan oleh 10 pasang pekerja pria dan wanita. Kegiatan pemupukan tanah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kegiatan Pemupukan Tanah Dosis pupuk tanah berbeda untuk areal TBM dan TM. Pada areal TBM pupuk tanah pertama kali diberikan pada saat penanaman dan dibenamkan
24
langsung bersama dengan bibit kedalam tanah. Pemupukan tanah di UP Tanjungsari berdasarkan rekomendasi tim konsultan menggunakan analisis tanah dan analisis daun. Kebutuhan pupuk tiap blok di UP Tanjungsari berbeda tergantung dari luas areal dan populasi tanaman, sehingga dosis pupuknya menjadi seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kebutuhan Pupuk Tunggal Tahun 2011 Kebutuhan Pupuk
Blok
Luas (ha)
Kutilang Murai Gelatik
25.29 26.84 39.52
Urea SP 36 KCl Kiserit Belerang ……………………………(kg)……………………………… 6 900 3 149 1 692 2 818 632 15 191 7 488 3 489 1 851 3 140 671 16 639 11 026 5 137 2 726 4 623 988 24 500
Jumlah
91.65
25 414
11 775
6 269
10 581
Jumlah Pupuk
2 291
56 330
Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari
Kegiatan pemupukan diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan. Alat yang digunakan pekerja selama melakukan kegiatan pemupukan adalah sramben, cangkul dan ember plastik. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan tanah adalah 0.15 ha/HK, sedangkan untuk kegiatan pemupukan daun 0.014 ha/HK Beberapa alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan tanah dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Alat-alat yang Digunakan dalam Pemupukan Tanah
25
Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang pertumbuhanya tidak diinginkan dan dapat merugikan tanaman utama. Gulma di perkebunan teh harus dikendalikan agar pertumbuhannya tidak menganggu dan menurunkan produksi tanaman teh. Pengendalian gulma di UP Tanjungsari dilakukan secara manual (manual weeding) dan secara kimiawi (chemical weeding). Pengendalian secara manual dilakukan pada areal TBM 1, hal ini dikarenakan tanaman pada TBM 1 masih rentan terhadap zat - zat kimia yang terdapat pada herbisida. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara babad bersih (clean weeding) untuk areal TM, babad bokor dan strip weeding untuk areal TBM. Babad bersih yaitu pengendalian gulma dengan membersihkan seluruh gulma di sekitar perdu maupun diantara larikan perdu sampai benar-benar bersih. Babad bokor adalah pengendalian gulma secara manual dengan membersihkan gulma hanya pada lingkaran di bawah perdu, sedangkan strip weeding adalah membersihkan gulma pada baris tanaman dan meletakkannya diantara baris tanaman dengan tujuan untuk mencegah erosi. Pengendalian gulma secara manual di UP Tanjungsari dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Pengendalian gulma secara kimiawi (chemical weeding) yang terdapat di UP Tanjungsari dilakukan pada areal TBM 2, 3 dan areal TM menggunakan jenis alat semprot yaitu knapsack sprayer yang telah diisi dengan herbisida. Herbisida yang digunakan terdiri dari herbisida sistemik dan herbisida kontak. Herbisida sistemik digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun sempit atau jenis rumput - rumputan. Herbisida kontak digunakan untuk mengendalikan jenis gulma berdaun lebar. Pengendalian gulma di UP Tanjungsari dilakukan secara bergantian antara pengendalian gulma secara manual maupun pengendalian gulma secara kimia. Pada areal TBM 2, 3 dan areal TM pengendalian gulma secara kimia dilakukan 2 kali dalam setahun, sedangkan pengendalian gulma secara manual dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Pada areal TBM 1 hanya dilakukan pengendalian gulma secara manual menggunakan strip weeding. Pengendalian gulma di TBM 1
26
tidak menggunakan clean weeding agar tidak terjadi erosi pada areal TBM 1, dengan pengendalian strip weeding diharapkan gulma yang terkumpul diantara barisan dapat mencegah erosi. Contoh gulma yang tumbuh di areal TM dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Gulma di Areal TM UP Tanjungsari Aplikasi herbisida sistemik baru terlihat hasilnya setelah 2 minggu, sedangkan pada herbisida kontak hasilnya dapat langsung dilihat pada waktu aplikasi saat itu juga yang ditandai dengan gejala terbakar. Contoh herbisida sistemik yang digunakan di UP Tanjungsari adalah Rambo, sedangkan contoh herbisida kontak adalah Noxone. Pengendalian gulma secara kimiawi di UP Tanjungsari dilakukan 2 kali dalam setahun dan dilakukan diantara pengendalian gulma secara manual. Dosis dan jenis herbisida di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Dosis dan Jenis Herbisida No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Herbisida Rambo Round Up Parakol Noxone Gamaxone
Bentuk
Jenis Herbisida
Cair Cari Cair Cair Cair
Sistemik Sistemik Kontak Kontak Kontak
Sumber : Arsip Kantor Kebun UP Tanjungsari Tahun 2011
Dosis ……(l/ha)…… 2-3 3 3-4 1.5 - 2.5 1.5 - 2.5
27
Selama melakukan kegiatan pengendalian gulma, penulis melaksanakan pengendalian gulma baik secara manual maupun kimiawi. Secara manual, penulis melakukan kegiatan babad yaitu babad bokor, sedangkan secara kimiawi penulis melakukan kegiatan penyemprotan gulma dengan herbisida sistemik yaitu Rambo. Kegiatan pengendalian gulma diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan. Prestasi kerja penulis untuk pengendalian gulma secara manual yaitu 0.07 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.08 ha/HK. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yaitu 0.24 ha/HK dan prestasi kerja karyawan adalah 0.75 ha/HK.
Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Serangan hama dan penyakit dapat mengakibatkan daun teh rusak dan gugur sehingga tanaman terlihat meranggas bahkan sampai menyebabkan kematian tanaman. Pengendalian hama dan penyakit merupakan upaya untuk menekan pertumbuhan hama maupun penyakit sehingga dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan pada tanaman, yang berdampak pada menurunnya produksi tanaman. Hama yang menyerang tanaman teh di UP Tanjungsari adalah Empoasca sp., ulat api, ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun. Hama Empoasca sp. menyerang daun teh dan mengakibatkan tulang daun berwarna coklat. Hama ini berwarna hijau muda dan berukuruan kecil, banyak hidup di bagian bawah daun. Hama Empoasca sp. di UP Tanjungsari banyak dijumpai ketika pagi hari, terutama saat matahari belum terbit. Saat tanaman digoyang - goyangkan akan tampak Empoasca sp. yang berterbangan muncul dari bawah permukaan daun. Saat inilah paling tepat dilakukan pengendalian hama Empoasca sp. karena ketika matahari sudah mulai terbit, hama ini akan turun ke bawah tanaman sehingga kurang efektif apabila dilakukan pengendalian dengan penyemprotan. Hama Empoasca sp. di UP Tanjungsari dikendalikan secara kimiawi menggunakan insektisida sistemik merek dagang Amida dengan dosis 0.10 l/ha. Selain itu pengendalian hama Empoasca sp. juga dilakukan menggunakan
28
insektisida kontak merek dagang Crowen dengan dosis 0.30 l/ha. Penggunaan insektisida sistemik dan kontak menyesuaikan dengan kondisi di lapang, yaitu besar kecilnya serangan Empoasca sp. dalam satu nomor kebun. Hama ulat api, ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun di UP Tanjungsari dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Pengendalian secara manual dilakukan dengan memetik daun yang telah diserang ulat, atau dapat juga dilakukan dengan mengambil satu per satu ulat yang menempel di daun karena jumlah ulat yang menyerang biasanya tidak terlalu banyak. Untuk pengendalian secara kimia dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida sistemik merek dagang Lanet maupun Metindo dengan dosis yang sama yaitu 0.50 kg/ha. Daun yang terkena hama ulat penggulung pucuk dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Daun yang Terkena Hama Penggulung Pucuk Penyakit yang menyerang tanaman teh di UP Tanjungsari adalah blister blight atau cacar daun teh yang disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans. Serangan awal dari cendawan ini ditandai dengan bercak berwarna kuning transparan pada permukaan daun. Selanjutnya pada fase serangan selanjutnya akan timbul benjolan - benjolan berwarna transparan pada daun teh yang nantinya akan berwarna coklat kehitaman dan kering sehingga menyebabkan daun menjadi rapuh. Pengendalian untuk penyakit cacar daun dilakukan secara kimia dengan fungisisda sistemik maupun kontak. Pada serangan cacar yang dirasa berat, digunakan fungisida kontak merek dagang Probox atau Kozide dengan dosis yang
29
sama yaitu 0.10 kg/ha. Untuk serangan yang ringan digunakan fungisida sistemik yaitu Conazol atau Mensyl dengan dosis yang sama yaitu 0.15 l/ha Aplikasi penyemprotan untuk pengendalian hama dan penyakit di UP Tanjungsari dilakukan dengan jenis alat semprot yaitu mist blower dan power sprayer. Aplikasi penyemprotan dilakukan setelah nomor yang akan disemprot selesai dipetik sehingga aplikasinya mengikuti siklus petik yang ada. Waktu pelaksanaan penyemprotan adalah pagi hari mulai pukul 06.30 sampai 11.00. Penyemprotan dihentikan ketika turun hujan karena fungisida maupun insektisida yang disemprot akan terbawa air hujan. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit menggunakan power sprayer yang dilakukan di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit Para pekerja yang melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit secara kimia diharuskan menggunakan perlengkapan keselamatan kerja seperti helm, baju lapang, masker, sepatu boot serta sarung tangan. Kegiatan ini diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan. Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada blok Gelatik dengan prestasi kerja sebesar 0.014 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.84 ha/HOK.
Penggemburan Tanah di TBM (Gacok) Areal TBM merupakan areal yang nantinya diharapkan akan menghasilkan produksi pucuk yang tinggi. Hal ini menyebabkan areal TBM memerlukan
30
pemeliharaan yang lebih intensif dari pada areal TM. Salah satu tindakan pemeliharaan yang penting dilakukan pada areal TBM adalah gacok. Gacok merupakan tindakan penggemburan tanah yang dilakukan pada areal TBM. Tindakan gacok bertujuan untuk menggemburan tanah, memperbaiki aerasi, memperluas bidang akar tanaman dan menyiangi gulma. Alat yang digunakan untuk kegiatan gacok berupa garpu kecil yang berukuran seperti cangkul. Kegiatan gacok di areal TBM dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Kegiatan Gacok di Areal TBM Penulis melakukan kegiatan gacok dengan prestasi kerja sebesar 0.01 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.08 ha/HK. Kegiatan gacok biasa dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan waktu kerja dari pukul 07.00 11.00 dengan diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan.
Pemeliharaan Saluran Air Kegiatan pemeliharaan di UP Tanjungsari tidak hanya dilaksanakan pada areal TBM maupun areal TBM saja. Pemeliharaan juga dilakukan pada areal di sekitar saluran air (sungai). Saluran air merupakan area dimana terdapat sumber air yang dapat dimanfaatkan dalam beberapa kegiatan yang ada di lapang diantaranya pemupukan daun dan pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan saluran air yang dilakukan di UP Tanjungsari diantaranya meliputi kegiatan membersihkan gulma di sekitan saluran air, memotong cabang -
31
cabang tanaman teh yang menjulur sampai ke saluran air serta membersihkan daerah di sekitar saluran air dari ranting - ranting tanaman teh yang berserakan. Beberapa gulma yang terdapat di daerah sekitar saluran air adalah Clidemia hirta, Micania micrantha, Cromolaena odorata, Ageratum conizoides, Melastoma malabatricum dan Cyperus sp. Prestasi kerja penulis selama mengikuti kegiatan pemeliharaan saluran air adalah 0.0036 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 001 ha/HK. Kegiatan pemeliharaan saluran air diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan.
Pemetikan Pemetikan merupakan cara pemungutan pucuk teh yang telah memenuhi syarat - syarat pengolahan. Pemetikan harus menyisakan pucuk pada perdu yang nantinya berfungsi sebagai penyedia pucuk untuk dipetik pada siklus berikutnya. Tujuan pemetikan adalah untuk mendapatkan pucuk teh yang berkualitas serta mempertahankan ketersediaan pucuk untuk pemetikan selanjutnya. Kerataan bidang petik juga harus diperhatikan agar pada pemetikan selanjutnya tetap dihasilkan produksi yang tinggi. Cara pemetikan dapat dilakukan dengan menggunakan tangan (manual), gunting maupun mesin. Pemetikan menggunakan tangan memerlukan tenaga pemetik dalam jumlah banyak dan memakan waktu yang lebih lama. Pemetikan dengan gunting tidak terlalu membutuhkan tenaga pemetik lebih banyak dan dinilai lebih efektif. Pemetikan dengan mesin untuk saat ini belum banyak diterapkan di perkebunan - perkebunan teh di Indonesia. Pemetikan di UP Tanjungsari dilakukan dengan menggunakan gunting karena dinilai lebih efektif jika berkaitan dengan lamanya kegiatan pemetikan di lapangan. Jenis pemetikan yang dilakukan di UP Tanjungsari meliputi pemetikan gendesan (rampasan), pemetikan jendangan dan pemetikan produksi. Pemetikan gendesan yaitu pemetikan yang dilakukan sebelum tanaman dipangkas. Pemetikan gendesan tidak memperhatikan rumus petik karena hanya bertujuan mengambil semua pucuk yang masih memenuhi syarat olah sebelum tanaman dipangkas. Selain itu pemetikan gendesan bertujuan agar pucuk - pucuk yang masih
32
memenuhi syarat olah tidak tidak ikut terbuang pada saat pemangkasan dilakukan. Pemetikan gendesan di UP Tanjungsari dilakukan satu hari sebelum tanaman dipangkas yaitu pada bulan Februari - April. Pemetikan
jendangan
yaitu
pemetikan
yang
dilakukan
setelah
pemangkasan yang bertujuan membentuk bidang petik pada tanaman. Tanaman mulai dapat dijendang ketika telah muncul tunas sekitar 15 cm dari bekas pangkasan.
Pemetikan
jendangan
dilakukan
oleh
tenaga
terampil
dan
menggunakan tangan. Siklus atau gilir petik untuk pemetikan jendangan di UP Tanjungsari adalah 10 - 14 hari dan dilakukan sebanyak empat kali pemetikan. Alat yang digunakan pada pemetikan jendangan yaitu alat ukur berbentuk salib yang berfungsi menentukan ketinggian bidang petik yang akan dibentuk. Pemetikan produksi yaitu pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan dan dilakukan secara terus menerus sesuai dengan siklus yang telah ditetapkan oleh kebun. Pemetikan produksi bertujuan mendapatkan hasil pucuk yang berkualitas dan siap olah dengan memperhatikan rumus petik yang berlaku. Kerataan bidang petik dan ketersediaan pucuk juga harus diperhatikan dalam pemetikan produksi agar pada siklus petik selanjutnya tetap dihasilkan produksi yang tinggi. Siklus petik di UP Tanjungsari rata-rata adalah 10 - 14 hari dengan jenis petikan medium. Pucuk peko dan pucuk burung dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.
Gambar 10. Pucuk Peko
Gambar 11. Pucuk Burung
33
Kegiatan pemetikan di UP Tanjungsari dilaksanakan pada pagi hari antara pukul 05.30 - 09.00 atau sesuai dengan kondisi pucuk yang akan dipetik. Apabila pucuk dalam kondisi baik dan dalam jumlah yang banyak, maka pelaksanaan waktu pemetikan menjadi lebih lama, begitu juga sebaliknya. Pemetikan dilakukan oleh tenaga pemetik perempuan secara bersamaan dengan diawasi oleh seorang mandor petik. Luas areal yang dipetik setiap harinya di UP Tanjungsari berbeda-beda. Luas areal yang dipetik serta siklus/gilir petik mempengaruhi hanca pemetik. Hanca adalah luas areal yang harus dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari. Hanca petik di UP Tanjungsari rata - rata adalah 2 patok. Hanca petik mempengaruhi kapasitas pemetik dalam satu hari. Kapasitas petik yaitu banyaknya pucuk yang mampu dipetik oleh pemetik dalam satu hari. Standar kapasitas petik di UP Tanjungsari yaitu 60 kg. Standar ini akan mudah tercapai ketika kondisi pucuk tanaman baik dan dalam jumlah tinggi. Alat yang digunakan oleh tenaga petik dalam melakukan kegiatan pemetikan produksi adalah gunting petik, sramben, keranjang serta waring asok. Terdapat dua jenis waring dalam kegiatan pemetikan yaitu waring asok dan waring angkut. Kegiatan pemetikan produksi dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Kegiatan Pemetikan Produksi
34
Selama
menjadi
Kayawan
Harian Lepas
(KHL)
penulis
hanya
melaksanakan kegiatan pemetikan produksi. Hal ini dikarenakan ketika penulis menjadi KHL, kegiatan pemetikan jendangan dan gendesan sedang tidak dilaksanakan di UP Tanjungsari. Kegiatan tersebut baru dilaksanakan ketika penulis telah menjadi asisten kepala blok/afdeling. Prestasi kerja penulis ketika melaksankan kegiatan pemetikan produksi adalah 4 - 5.5 kg.
Analisis Petik dan Analisis Pucuk Analisis petik dan analisis pucuk tidak selalu dilakukan di UP Tanjungsari. Hal ini dikarenakan pengolahan pucuk tidak dilakukan di UP Tanjungsari yang disebabkan tidak adanya pabrik untuk melakukan analisis pucuk sehingga analisis pucuk dilakukan di pabrik pengolahan yaitu di UP Tambi. Tetapi analisis petik sesekali dilakukan oleh mandor untuk mengontrol kebun. Penulis melakukan analisis petik dan analisis pucuk sendiri di Kantor Kebun UP Tanjungsari. Analisis petik dilakukan dengan memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang kemudian dinyatakan dalam persen. Pucuk diambil dari pemetik, masing - masing segenggam dari tiap pemetik dalam 1 kemandoran. Pucuk ini kemudian dicampur dan ditimbang sebanyak 200 g. Pucuk sebanyak 200 g inilah yang kemudian dipisahkan berdasarkan rumus petiknya, yaitu p+1/p+2, p+3, p+4, p+5, b+1, b+2, b+3, b+4, b+5 dan seterusnya. Berdasarkan rumus petik inilah dapat ditentukan jenis petikan yaitu petikan halus, medium dan kasar. Jenis petikan yang dipakai di UP Tanjungsari yaitu petikan medium. Batas toleransi maksimal yang ada di UP Tanjungsari untuk jenis petikan adalah 10 % untuk petikan halus, 70 % untuk petikan medium dan 20 % untuk petikan kasar. Analis pucuk dilakukan dengan memisahkan pucuk berdasarkan ketentuan memenuhi syarat atau tidak (pucuk tua dan muda). Cara pengambilannya sama dengan analisis petik, setelah pucuk dianalisis petik, selanjutnya dilakukan analisis pucuk. Pucuk yang tua dimasukkan dalam kelompok pucuk yang tidak memenhi syarat olah, sedangkan pucuk muda yaitu pucuk yang memenuhi syarat olah. Pucuk yang memenuhi syarat olah yaitu pucuk dengan rumus petik p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m. Ciri - ciri pucuk muda yaitu batang yang masih
35
muda serta daun yang masih belum membuka sempurna atau masih berukuran setengah dari daun penyerta. Batas toleransi pucuk memenuhi syarat di UP Tanjungsari adalah 50 - 55 %. Tujuan dari analisis petik adalah untuk menilai kondisi kebun dan menilai keterampilan pemetik. Sedangkan tujuan dari analisis pucuk adalah untuk menentukan hasil teh jadi di pabrik dan menentukan hasil premi pemetik. Analisis pucuk UP Tanjungsari tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 9, sedangkan analisis pucuk untuk bulan Januari – Mei 2011 dapat dilihat pada Lampiran 10.
Pemangkasan Pemangkasan yaitu kegiatan memangkas perdu tanaman teh sampai ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Kegiatan pemangkasan dilakukan apabila tanaman sudah mulai menurun produksinya serta banyak yang mati dan terserang penyakit. Siklus pemangkasan di perkebunan teh dilakukan empat tahun sekali. Kegiatan pemangkasan di UP Tanjungsari dilakukan pada nomor kebun yang dinilai memenuhi syarat untuk dipangkas. Luas areal yang dipangkas di UP Tanjungsari setiap tahunnya ditetapkan sebanyak 25 % dari total luas areal kebun. Hal ini bertujuan agar luas areal yang dipangkas tidak mengganggu produksi sehingga produksi tetap bisa dijaga dengan baik. Selama satu tahun pemangkasan dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada bulan Februari - April, tetapi untuk tahun ini berdasarkan rekomendasi dari Tim Konsultan, pemangkasan di UP Tanjungasari mulai dilakukan pada bulan April. Tinggi pangkasan di UP Tanjungsari untuk pangkasan pertama adalah 45 cm di atas permukaan tanah. Pangkasan selanjutnya dilakukan di atas pangkasan sebelumnya atau sekitar 50 - 55 cm dari permukaan tanah, sehingga tinggi pangkasan adalah 45 - 55 cm di atas permukaan tanah. Pemangkasan yang dilakukan di UP Tanjungsari adalah pangkasan jambul yaitu pangkasan yang masih menyisakan satu cabang dengan jumlah daun 100 - 200 helai. Tujuan dari pangkasan jenis ini adalah untuk menyisakan dapur bagi perdu sehingga dapat menunjang pertumbuhan tunas selanjutnya.
36
Kegiatan pemangkasan dilakukan oleh 10 pekerja selama 3 - 3.5 jam. Pemangkasan pada batang tanaman teh dilakukan dengan sekali tebas dengan arah tebasan miring sebesar 45 derajat. Alat yang digunakan untuk memangkas yaitu parang dan parang yang digunakan harus tajam agar dapat memangkas dengan sekali tebas. Apabila pangkasan tidak dilakukan dalam sekali tebas maka pangkasan akan menghasilkan tunas dalam jumlah sedikit. Arah pangkasan yang miring bertujuan agar pertumbuhan tunas dapat lebih cepat dan melebar. Hampir semua pekerja dapat melakukan kegiatan pemangkasan, tetapi tidak semua pekerja dapat melakukan kegiatan pemangkasan dengan baik dan benar. Hanya pekerja yang dapat memangkas dengan sekali tebas dengan hasil pangkasan yang rapi yang dapat dipekerjakan sebagai tenaga pemangkas di UP Tanjungsari. Kegiatan pemangkasan dan hasil pangkasan yang dilakukan di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14.
Gambar 13. Kegiatan Pemangkasan di UP Tanjungsari
Gambar 14. Hasil Pangkasan Jambul di UP Tanjungsari
Ketika penulis menjadi KHL, kegiatan pemangkasan belum dilakukan di UP Tanjungsari sehingga penulis tidak melakukan kegiatan pemangkasan. Kegiatan pemangkasan baru dilakukan ketika penulis telah menjadi asisten kepala blok.afdeling. Standar di UP Tanjungsari untuk kegiatan pemangkasan adalah satu orang pekerja mampu melakukan pangkasan seluas 800 m2 (2 patok) atau dengan PK sebesar 0.16 ha/HK. Tetapi realisasi di lapangan, karyawan hanya mampu mengerjakan 400 m2 (1 patok) atau dengan PK sebesar 0.04 ha/HK.
37
Setelah tanaman dipangkas kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah lumutan, yaitu membersihkan lumut - lumut yang menempel pada batang yang telah dipangkas. Lumut - lumut ini apabila dibiarkan akan menyebabkan batang tanaman menjadi rapuh dan mudah roboh. Setelah lumutan kegiatan selanjutnya adalah porokan atau kegiatan menggemburkan tanah. Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah agar lapisan tanah bagian dalam dapat terbuka, demikian juga dengan lapisan tanah bagian atas agar dapat berganti menjadi bagian bawah. Ada dua jenis porokan yaitu porok ungkat dan porok balik. Porok ungkat yaitu kegiatan porokan tanpa membalik lapisan tanah, sedangkan porok balik yaitu kegiatan porokan yang dilakukan sampai tanah benar - benar terbalik. Kegiatan porokan yang dilakukan di UP Tanjungsari adalah kegiatan porok ungkat. Standar prestasi kerja karyawan di UP Tanjungsari untuk kegiatan lumutan maupun porokan sama dengan standar untuk kegiatan pemangkasan. Tidak ada prestasi kerja dari penulis untuk kegiatan lumutan dan porokan dikarenakan kegiatan lumutan belum dilakukan ketika penulis menjadi KHL. Prestasi kerja karyawan maupun standar perusahaan dalam melakukan kegiata lumutan dan porokan sama dengan prestasi kerja untuk kegiatan pemangkasan.
Aspek Manajerial Asisten Mandor Mandor merupakan jabatan yang berada langsung di bawah kepala blok. Tugas mandor adalah membimbing dan mengawasi pekerja dalam melaksanakan pekerjaan di lapang. Setiap mandor bertanggung jawab terhadap tugasnya dengan memberikan laporan harian tiap kali suatu pekerjaan selesai dilakukan. Kemandoran yang terdapat di UP Tanjungsari adalah mandor petik, mandor pemeliharaan, mandor proteksi tanaman serta mandor pembibitan. Mandor Petik. Kegiatan pemetikan diawasi langsung oleh seorang mandor petik. Mandor petik bertugas mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan pemetikan, melakukan penimbangan hasil petikan, melakukan absensi terhadap terhadap pemetik, membuat laporan hasil petikan serta menentukan siklus petik sesuai dengan kondisi di lapang.
38
Mandor petik bertanggungjawab kepada kepala blok atas kesesuaian antara kondisi pucuk dengan siklus petik yang dijalankan. Mandor petik harus memastikan tidak ada pucuk yang kaboler (terlambat petik). Kondisi pucuk harus benar - benar diketahui oleh mandor petik, sehingga siklus petik (gilir petik) dapat ditentukan. Setelah kegiatan pemetikan selesai, mandor petik harus menimbang pucuk yang telah dipetik dan mencatat pendapatan pucuk dari masing-masing pemetik. Hasil timbangan ini kemudian dimasukkan ke dalam buku laporan harian yang selanjutnya diserahkan kepada bagian administrasi untuk dicatat dan dilaporkan kepada kepala kebun atau pemumpin UP. Jumlah mandor petik yang ada di UP Tanjungsari secara keseluruhan adalah 7 orang. Mandor Pemeliharaan. Mandor pemeliharaan bertugas mengawasi dan mengarahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan kebun. Kegiatan
yang
diawasi
oleh
mandor
pemeliharaan
meliputi
kegiatan
pemangkasan, lumutan, porokan, pemupukan, pengendalian gulma, pemeliharaan saluran air, pemeliharaan pohon pelindung serta pemeliharaan batas kebun. Mandor pemeliharaan bertanggungjawab untuk melaporkan segala kegiatan pemeliharaan yang telah dilakukan di kebun. Laporan ini berisi jumlah tenaga kerja, luas areal yang dipelihara serta jumlah upah yang harus diberikan. Laporan diserahkan kepada bagian administrasi untuk dicatat dan dilaporkan kepada kepala blok maupun pemimpin UP. Jumlah mandor pemeliharaan yang ada di UP Tanjungsari sebanyak 3 orang dengan rincian 1 orang mandor untuk tiap - tiap blok. Mandor Proteksi Tanaman. Mandor proteksi tanaman bertanggung jawab langsung kepada kepala proteksi tanaman. Tugas mandor proteksi tanaman adalah mengawasi dan mengarahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan proteksi tanaman, seperti pengendalian hama dan penyakit serta pupuk daun. Setelah kegiatan proteksi tanaman selesai dilakukan, mandor proteksi tanaman bertanggungjawab membuat laporan atas kegiatan yang telah dilakukan. Laporan ini berisi nama kegiatan, jumlah pekerja, luas areal yang dikerjakan, jenis dan dosis yang digunakan serta upah yang diterima pekerja. Laporan diserahkan kepada bagian administrasi untuk kemudian dilaporkan kepada kepala kebun atau
39
pemimpin UP. Jumlah mandor proteksi tanaman yang ada di UP Tanjungsari adalah 3 orang dengan rincian 1 orang mandor untuk masing - masing blok. Mandor Pembibitan. Pembibitan merupakan faktor penting yang menunjang keberlangsungan sebuah perkebunan. UP Tanjungsari memiliki rumah pembibitan yang menyediakan bibit untuk ditanam sehingga tidak perlu mendatangkan bibit dari luar. Mandor pembibitan di UP Tanjungsari bertugas mengawasi dan mengarahkan jalanya segala kegiatan dibagian pembibitan maupun kebun buah. Kegiatan ini meliputi penanaman bibit, pemindahan bibit, pengisian polybag, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan rumah naungan, pemeliharaan kebun buah serta kegiatan pemeliharaan lainnya. Mandor pembibitan harus bertanggung jawab dalam penyediaan bibit untuk disalurkan ke kebun. Setelah kegiatan di rumah pembibitan maupun kebun buah selesai dilakukan, mandor pembibitan harus membuat laporan harian yang diserahkan kepada bagian administrasi untuk selanjutnya dilaporkan kepada kepala blok maupun kepala kebun. Jumlah mandor pembibitan di UP Tanjungsari adalah 1 orang.
Asisten Kepala Blok UP Tanjungsari memiliki 3 orang kepala blok sesuai dengan jumlah blok yang ada. Kepala blok bertugas mengawasi, mengarahkan dan mengkoordinasikan segala kegiatan di kebun dan memastikan semua kegiatan berjalan sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kepala blok bertanggungjawab kepada Kepala Sub Bagian Kebun atas segala kegiatan yang berlangsung di kebun. Tugas lain dari Kepala Blok adalah membuat rencana kegiatan baik yang bersifat mingguan maupun bulanan serta menentukan anggaran biaya yang dibutuhkan. Penulis menjadi asisten kepala blok selama 2 bulan dan bertugas membantu mengawasi dan mengontrol berbagai kegiatan yang ada di kebun. Penulis juga membantu dalam membuat laporan mingguan mengenai uraian kegiatan yang telah dilakukan, jumlah tenaga kerja serta besarnya upah yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja.
PEMBAHASAN
Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun dan menilai keterampilan pemetik. Persentase pucuk kasar, medium, halus maupun pucuk rusak yang ada pada analisis petik dapat menunjukkan jenis petikan yang diterapkan suatu perusahaan. Kegiatan analisis petik dilakukan pada beberapa tempat agar hasilnya mewakili kondisi kebun dan keterampilan pemetik secara keseluruhan. Analisis petik hanya dilakukan sesekali di UP Tanjungsari oleh mandor untuk mengontrol kondisi kebun. Penulis melakukan analisis petik sendiri di kebun setelah kegiatan pemetikan selesai dilakukan. Pengamatan untuk analisis petik dilakukan pada semua blok dari bulan Maret - Mei 2011. Analisis petik dilakukan penulis secara menyeluruh pada semua blok dengan jenis klon Gambung 7, TRI 2024 dan seedling. Jenis petikan dari analisis petik pada bulan Maret - Mei di UP Tanjungsari yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 Bulan
Maret April Mei Rata - rata
Jenis Petikan Kasar Medium Halus Rusak ….…………………………………(%)……..……………………………. 31.57 46.84 5.86 15.10 31.61 44.15 7.00 17.24 34.64 42.24 6.34 16.98 32.61 44.41 6.40 16.44
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011)
Jenis pemetikan yang dilakukan di UP Tanjungsari adalah petikan medium dengan standar persentase petikan medium sebesar 70 %. Persentase petikan medium sebesar 44.41 %,lebih besar dari persentase petikan kasar sehingga jenis petikan di UP Tanjungsari sudah termasuk dalam petikan medium meskipun belum mencapai standar. Menurut Andriyani (2010) persentase petikan medium di
41
UP Bedakah tahun 2010 adalah 50.96 %. Nilai ini lebih besar daripada persentase petikan medium di UP Tanjungsari karena di UP Bedakah kondisi tanaman masih baik dan tidak banyak terserang hama penyakit. Persentase rata-rata petikan halus selama bulan Maret - Mei 2011 adalah 6.40 %, sedangkan toleransi petikan halus di UP Tanjungsari adalah 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan pemetik kurang dalam melakukan kegiatan pemetikan. Semakin tinggi persentase pucuk halus menunjukkan bahwa semakin banyak pucuk yang belum waktunya terpetik ikut terpetik. Pucuk yang belum waktunya terpetik di UP Tanjungsari yaitu pucuk dengan rumus p+1 dan p+2. Pucuk ini harus tetap dipertahankan pada bidang petik agar dapat tumbuh menjadi pucuk-pucuk yang siap dipetik untuk gilir petik selanjutnya. Persentase pucuk rusak di UP Tanjungsari cukup besar yaitu 16.44 %. Hal ini disebabkan UP Tanjungsari menerapkan cara pemetikan menggunakan gunting sehingga banyak pucuk yang tidak terpetik sempurna (rusak, robek). Pengamatan anaisis petik di UP Tanjungsari dilakukan sesekali dan ketika penulis melakukan pengamatan analisis UP Tanjungsari sedang tidak melakukan analisis petik karena sedang dalam Program Recovery. Pengamatan analisis petik yang dilakukan penulis di UP Tanjungsari dilakukan bersamaan dengan adanya Program Recovery yang bertujuan untuk menyehatkan tanaman kembali sehingga pengambilan data dilakukan pada tanaman yang sedang dalam kondisi tidak sehat.
Gilir Petik Penentuan gilir petik pada tanaman teh didasarkan pada pertumbuhan pucuk (Suwardi, 2000). Pucuk yang telah memenuhi syarat harus segera dipetik agar tidak kaboler (terlambat petik). Pucuk yang kaboler akan menyebabkan jumlah pucuk burung lebih banyak daripada pucuk peko, sehingga analisis petiknya akan menunjukkan persentase pucuk kasar yang tinggi. Pengamatan analisis petik berdasarkan gilir petik untuk mengetahui pengaruh gilir petik terhadap analisis petik. Pengamatan dilakukan pada masing-masing blok yang memiliki gilir petik yang berbeda. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan
42
untuk masing - masing blok dan dilakukan sesuai gilir petik yang berlaku pada masing-masing blok. Hasil analisis petik yang dilakukan penulis berdasarkan gilir petik dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik Gilir Petik Blok
Rencana
Realisasi
Jenis Petikan Petikan Kasar
Petikan Medium
Petikan Halus
Petikan Rusak
……………………(%)…………………… Kutilang
10-12 hari
8-17 hari
31.79
45.38
6.27
16.56
Murai
9-11 hari
10-16 hari
31.51
45.35
6.87
16.28
Gelatik
8-10 hari
10-19 hari
32.31
43.09
7.00
16.81
31.87
44.61
6.71
16.55
Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011)
Semakin panjang gilir petik, maka pertumbuhan pucuk burung akan semakin besar dan pucuk akan kaboler. Semakin panjang gilir petik juga akan menyebabkan mutu pucuk makin kasar dan jenis pucuk tidak seragam (Mahmud dan Sukasman, 1988). Hal ini menyebabkan persentase petikan kasar akan lebih tinggi untuk blok dengan gilir petik yang lebih panjang daripada blok yang memilki gilir petik yang lebih pendek. Tabel 8 menunjukkan bahwa pada Blok Gelatik semakin panjang gilir petik maka petikan kasar akan semakin besar yaitu 32.31 %, demikian juga untuk petikan medium akan semakin besar jika gilir petiknya semakin pendek. Berdasarkan Tabel 8 analisis petik berdasarkan gilir petik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk petikan kasar maupun medium karenakan perbedaan gilir petik pada masing – masing blok yang tidak terlalu signifikan. Pengamatan dilakukan pada ketiga blok yang memiliki jenis klon yang bervariasi diantaranya Gambung 7, TRI 2024 dan seedling sehingga hal ini juga ikut mempengaruhi hasil pengamatan.
43
Ketinggian Tempat Kegiatan analisis petik sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pucuk. PPTK (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pucuk adalah ketinggian tempat atau elevasi. Berdasarkan hal inilah pengamatan analisis petik dilakukan pada dua nomor kebun dengan ketinggian yang berbeda. Pengamatan dilakukan pada ketinggian 1 040 m dpl dan ketinggian 700 m dpl pada jenis klon yang sama yaitu Gambung 7. Hasil analisis petik untuk dua ketinggian yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analis Petik Berdasarkan Dua Ketinggian Jenis Petikan
Ketinggian tempat (m dpl)
Gilir Petik (hari)
Bobot Contoh (g)
n
1040 700
8-17 10-14
200 200
3 3
Sumber Keterangan
Petikan Petikan Petikan Petikan Kasar Medium Halus Rusak ……………………(%)………………… 46.94 a 34.12 a 3.59 a 15.35 a 45.07 a 7.39 a 14.10 a 33.45 a
: Hasil Pengamatan Penulis (2011) : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada Uji – t taraf 5 % ; n : ulangan
Semakin tinggi suatu kebun dari permukaan laut, maka intensitas cahaya akan semakin berkurang. Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap pertumbuhan pucuk, semakin rendah intensitas cahaya maka pertumbuhan pucuk juga semakin lambat (Andriyani, 2010). Ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap gilir petik. Pertumbuhan pucuk yang lambat pada lokasi kebun yang lebih tinggi menyebabkan gilir petiknya juga semakin lama seperti yang terlihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa perbedaan ketinggian menunjukkan hasil yang berbeda untuk jenis petikan kasar, petikan medium, petikan halus maupun petikan rusak meskipun perbedaannya tidak nyata.
Tahun Pangkas Tanaman teh merupakan tanaman pohon yang apabila dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 14 m, sehingga kegiatan pemangkasan tanaman
44
teh merupakan tindakan pemeliharaan yang harus dilakukan dalam suatu perkebunan teh. Secara garis besar kegiatan pemangkasan teh bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman (Setyamidjaja, 2000). Kecepatan tumbuh pucuk tanaman yang telah dipangkas berbeda-beda tergantung pada umur pangkasnya sehingga analisis petik juga dilakukan berdasarkan tahun pangkas pada masing - masing blok. Hasil analisis petik berdasarkan tahun pangkas (TP) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas Blok Kutilang TP
K
M
H
Blok Murai R
K
M
H
Blok Gelatik R
K
M
H
R
……………(%)…………… ……………(%)…………… ……………(%)…………… 20.93 50.30 8.13 20.64 40.31 38.54 5.40 15.74 33.72 40.70 5.82 16.59 I 46.94 34.12 3.59 15.35 40.31 38.54 5.40 15.74 33.34 40.80 8.25 17.61 II III 27.10 49.80 7.94 15.18 25.49 46.46 8.67 19.39 33.45 45.07 7.39 14.10 IV 32.20 47.29 5.44 15.07 27.85 49.70 6.84 15.61 28.72 45.80 6.55 18.93 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011) Keterangan : K = petikan kasar TP = tahun pangkas M = petikan medium H = petikan halus R = petikan rusak
Hasil analisis petik pada Tabel 10 menunjukkan bahwa analisis petik untuk tahun pangkas pertama masih tergolong tinggi. Analisis petik pada tahun pangkas pertama yang paling tinggi terdapat pada blok Kutilang yaitu 50.30 %. Pada tahun pangkas kedua analisis petik yang paling tinggi terdapat pada blok Gelatik yaitu 40.80 %. Sedangkan analisis petik pada tahun pangkas ketiga yang paling tinggi terdapat pada blok Kutilang sebesar 59.80 % dan untuk tahun pangkas keempat blok Murai memiliki analisis petik yang tertinggi yaitu 49.70 %. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada blok Kutilang semakin tinggi tahun pangkasnya maka semakin kecil analisis petik untuk petikan mediumnya. Menurut Setyamidjaja (2000) semakin lama umur pangkas semakin sedikit pertumbuhan pucuk pekonya, tetapi pertumbuhan pucuk burungnya semain banyak. Pertumbuhan pucuk burung yang semakin bertambah ini menyebabkan
45
persentase petikan kasar juga semakin meningkat. Sebaliknya pada tahun pangkas pertama pertumbuhan pucuk peko terjadi lebih banyak sehingga analisis petik untuk petikan medium juga menghasilkan presentase yang lebih besar. Hasil analisis petik berdasarkan tahun pangkas pada blok Murai dan Gelatik berbanding terbalik dengan blok Kutilang. Analisis petik pada blok Murai dan Gelatik justru menunjukkan persentase analisis petik yang meningkat pada tahun pangkas ketiga dan keempat. Padahal seharusnya pada tahun pangkas ketiga dan keempat pertumbuhan pucuk burung lebih tinggi daripada pucuk peko. Hal ini salah satunya disebabkan oleh keterampilan pemetik dan gilir petik. Gilir petik pada blok Murai dan Gelatik yang cenderung lebih singkat daripada blok Kutilang menyebabkan persentase pucuk peko menjadi lebih besar daripada pucuk burung. Sehingga persentase analisis petik pada blok Murai dan Gelatik tetap tinggi meskipun pada tahun pangkas ketiga dan keempat, bahkan cenderung bertambah.
Jenis Klon Jenis klon yang ada di UP Tanjungsari diantaranya Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025 serta seedling dan klon - klon lain yang jumlahnya sedikit. Pengamatan analisis petik berdasarkan 2 jenis klon yaitu Gambung 7 dan TRI 2024. Pemilihan 2 klon ini dikarenakan kedua klon tersebut merupakan 2 klon yang paling banyak ditanam di UP Tanjungsari. Hasil analisis petik berdasarkan klon Gambung 7 dan TRI 2024 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Petik Berdasarkan Jenis Klon
Jenis Klon
Blok
Petikan Kasar
Jenis Petikan (%) Petikan Petikan Medium Halus
Petikan Rusak
………………………(%)……………………….. Gambung 7 TRI 2024
Kutilang Murai
20.93 32.38
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011)
50.30 46.70
8.13 6.56
20.64 14.36
46
Hasil analisis petik pada Tabel 11 menujukkan bahwa analisis petik untuk klon Gambung 7 lebih besar dibandingkan dengan TRI 2024. Analisis untuk petikan medium pada klon Gambung 7 sebesar 50.30 % sedangkan analisis petik pada klon TRI 2024 sebesar 46.70 %. Hal ini disebabkan karena klon Gambung 7 lebih tahan terhadap serangan penyakit blister blight atau cacar daun teh dibanding klon TRI 2024 (Astika et al., 2000). Ketahanan klon Gambung 7 terhadap serangan cacar membuat pertumbuhan pucuknya tidak terlalu terganggu. Berbeda dengan klon TRI 2024 yang rentan terhadap serangan penyakit cacar sehingga pertumbuhan pucuknya terganggu serta banyak pucuk yang masuk dalam kategori tidak memenuhi syarat olah. Pengamatan analisis petik terhadap 2 klon yang berbeda dilakukan pada blok yang berbeda pula yaitu blok Kutilang untuk klon Gambung 7 dan blok Murai untuk klon TRI 2024. Keterampilan pemetik pada kedua blok juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil analisis petik. Persentase petikan rusak pada blok Kutilang jauh lebih besar daripada blok Murai. Hal ini bisa disebabkan rata-rata usia pemetik blok Kutilang yang lebih muda daripada pemetik blok Murai, sehingga keterampilan pemetik blok Kutilang lebih rendah daripada blok Murai. Akibatnya persentase petikan rusak pada blok Kutilang lebih besar dari blok Murai yaitu sebesar 20.64 %.
Analisis Pucuk Analisis pucuk merupakan cara pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda atau pucuk yang memenuhi syarat olah dan yang tidak memenuhi syarat olah yang dinyatakan dalam persen (Setyamidjaja, 2000). Analisis pucuk akan menentukan mutu teh jadi di pabrik. Selain itu tujuan analisis pucuk juga untuk menentukan premi pemetik. Premi adalah harga petik yang dibayarkan kepada pemetik apabila hasil petikan telah melewati standar analisis pucuk yang diterapkan perusahaan. Kegiatan analisis pucuk dilakukan di pabrik, tetapi karena UP Tanjungsari tidak memiliki pabrik pengolahan maka penulis melakukan analisis pucuk sendiri
47
di kebun. Cara pengambilan pucuk untuk analisis pucuk sama dengan cara pengambilan pucuk untuk analisis petik. Setelah pucuk selesai dilakukan analisis petik, selanjutnya dilakukan analisis pucuk. Kegiatan analisis pucuk dilakukan pada masing - masing blok sebanyak tiga kali ulangan. Hasil analisis pucuk yang dilakukan penulis di masing-masing blok di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Analisis Pucuk Bulan Maret - Mei 2011 Blok
Kutilang Murai Gelatik Rata-rata Sumber Keterangan
Maret MS TMS ………(%)……... 34.84 55.23 47.77 45.95
65.16 44.77 52.23 54.05
April
Mei
MS TMS ………(%)……...
MS TMS ………(%)……...
51.80 45.96 45.97 47.91
48.20 54.04 54.03 52.09
42.56 36.87 35.76 38.39
57.44 63.13 64.24 61.61
Standar …(%)… 55.00 55.00 55.00
: Hasil Pengamatan Penulis (2011) : MS = p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m TMS = p+4, p+5, b+(1 – 5)t
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa analisis pucuk untuk tiap blok dari bulan Maret sampai Mei sangat bervariasi. Menurut Mahmud dan Sukasman (1988) penentuan analisis pucuk didasarkan pada dua parameter yaitu pucuk halus dan pucuk kasar . Pucuk halus termasuk dalam pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) dan pucuk kasar termasuk dalam pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (TMS). Analisis pucuk tertinggi di UP Tanjungsari dicapai pada bulan April yaitu sebesar 47.97 %. Analisis untuk masing - masing blok yang mencapai persentase tertinggi yaitu pada blok Murai bulan Maret sebesar 55.23 %. Analisis pucuk terendah untuk UP Tanjungsari terdapat pada bulan Mei yang hanya mencapai 38.89 %, hal dikarenakan pengamatan yang dilakukan penulis pada bulan Mei tidak mencakup secara keseluruhan. Pengamatan bulan Mei tidak dilakukan sampai akhir bulan melainkan hanya di minggu-minggu awal bulan Mei saja. Secara keseluruhan analisis pucuk di UP Tanjungsari selama bulan Maret sampai Mei belum memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan yaitu 55 %.
48
Hanya blok Murai saja yang bisa mampu memenuhi standar 55 % yaitu pada bulan Maret sebesar 55.23 %, sehingga hanya blok Murai saja yang pada bulan Maret mendapat premi. Analisis pucuk yang belum memenuhi standar ini dikarenakan kondisi tanaman di UP Tanjungsari yang sedang tidak sehat. Kondisi tanaman banyak yang terserang penyakit dan hama sehingga pertumbuhan pucuk pun terganggu. Hal inilah yang menyebabkan Program Recovery perlu dilakukan di UP Tanjungsari, sehingga pengamatan penulis dilakukan bersamaan dengan Program Recovery perusahaan. Persentase analisis pucuk yang semakin besar mengakibatkan premi yang diberikan kepada pemetik juga akan bertambah besar. Pemberian premi di UP Tanjungsari dilakukan apabila analisis pucuk telah mencapai standar 55 % atau lebih. Tetapi untuk analisis pucuk yang telah mencapai 50 % juga tetap diberikan premi walaupun harga preminya tidak setinggi untuk analisis pucuk yang mencapai 55 %.
Gilir Petik dan Hanca Petik
Gilir Petik. Gilir petik merupakan jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan yang lain. Panjang pendeknya gilir petik ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Semakin cepat pertumbuhan pucuk maka semakin pendek gilir petiknya. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh umur pangkas, iklim, elevasi/ketinggian tempat dan kesehatan tanaman (Setyamidjaja, 2000). Gilir petik yang tepat akan menentukan produksi dan produktivitas. Gilir petik di UP Tanjungsari bervariasi di masing - masing blok seperti terlihat pada Tabel 13. Realisasi gilir petik berbeda dengan rencana gilir petik yang ada. Perbedaan gilir petik antara rencana dan realisasi disebabkan beberapa hal. Salah satu hal utama yang menyebabkan adalah adanya Program Recovery di UP Tanjungsari yang mulai dilaksanakan dari bulan Januari 2011 sampai waktu yang belum ditentukan. Hal-hal yang dilakukan selama Program Recovery sering
49
dilakukan menyimpang dengan standar yang telah berlaku dengan tujuan untuk menyehatkan tanaman sehingga produktivitasnya naik. Salah satu contohnya adalah penggabaran yaitu membiarkan pucuk tidak dipetik selama 2 - 3 kali gilir petik sehingga gilir petik menjadi lebih lama dari rencana yang telah ditetapkan.
Hanca Petik Hanca petik merupakan luas areal yang harus dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari. Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa hanca petik diatur berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok kebun, daur/gilir petik serta topografi dan musim. Pembagian hanca petik harus tepat untuk menjamin kelancaran kegiatan pemetikan. Gilir petik sangat menentukan penentuan hanca petik, semakin pendek gilir petik makin luas hanca petiknya. Perhitungan hanca petik di UP Tanjungsari adalah sebagai berikut : Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik (ha) gilir petik (hari) = 165.10 ha
= 13.7 ha/hari
12 hari Berdasarkan perhitungan luas areal yang dipetik per hari, maka hanca petik per pemetik di UP Tanjungsari dapat dihitung sebagai berikut Hanca seorang pemetik
= luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik = 13.7 ha/hari x 25 patok/ha 170 = 2.01 patok/hari
Hasil perhitungan hanca petik menunjukkan bahwa hanca petik untuk seorang pemetik adalah 2.01 patok/hari. Artinya dalam satu hari seorang pemetik harus menyelesaikan areal petik seluas 2.01 patok (1 patok = 400 m2) atau sekitar 0.08 ha/hari. Hanca petik seorang pemetik secara riil di lapangan di UP Tanjungsari seluas 2 patok/hari. Hanca petik dipngaruhi oleh luas areal yang
50
dipetik dalam satu hari, semakin luas areal yang dipetik semakin luas pula hanca petiknya.
Kapasitas Pemetik Kapasitas pemetik adalah kapasitas pucuk yang mampu dipetik oleh pemetik dalam satu hari pada satu kemandoran. Kondisi pucuk di kebun sangat mempengaruhi kapasitas pemetik. Semakin banyak pucuk yang dihasilkan maka semakin besar juga kapasitas pemetik seorang pemetik. Menurut Tobroni (1983) faktor lain yang mempengaruhi kapasitas pemetik diantaranya keterampilan pemetik, topografi kebun, pengaturan hanca petik, kondisi fisik pemetik serta peran mandor dalam mengawasi dan membimbing pemetik dalam melakukan kegiatan pemetikan. Penulis mengambil data kapasitas pemetik pada masing-masing blok selama bulan Maret - Mei 2011. Pengambilan data dilakukan ketika kondisi kebun sedang tidak sehat dan dalam Program Recovery. Kapasitas pemetik bulan Maret Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kapasitas Pemetik Bulan Maret – Mei 2011
Blok Kutilang Murai Gelatik Rata-rata
Kapasitas pemetik Maret April Mei Rata-rata Standar ………………………………(kg/pemetik)…………………………… 28.67 32.83 43.67 35.06 60 23.67 38.00 44.67 35.44 60 33.33 42.50 59.67 45.17 60 28.56 37.78 49.33
Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa kapasitas pemetik di UP Tanjungsari pada bulan Maret 2011 secara keseluruhan belum mampu mencapai standar yang ditetapkan perusahaan yaitu 60 kg/pemetik. Hal ini dikarenakan pada bulan Maret kondisi pucuk di UP Tanjungsari sedang tidak sehat karena banyak terserang hama Empoasca, sp. Kondisi pucuk yang tidak sehat ini mempengaruhi
51
dalam penurunan produksi pucuk sehingga rata - rata kapasitas pemetik selama bulan Maret hanya 28.56 kg/pemetik, jauh dari standar yang ditetapkan perusahaan. Kapasitas pemetik mulai meningkat pada bulan April dengan rata - rata sebesar 37.78 kg/pemetik. Kondisi pucuk mulai terlihat lebih baik dibandingkan dengan kondisi pucuk pada bulan Maret. Kemudian pada bulan Mei kapasitas pemetik kembali mengalami peningkatan menjadi 49.33 kg/pemetik. Program Recovery yang diterapkan perusahaan sedikit banyak mulai menunjukkan hasil yang dapat dilihat dari kapasitas pemetik yang makin meningkat. Kapasitas pemetik tertinggi di bulan Mei ada pada blok Gelatik yaitu sebesar 59.67 kg/pemetik. Selain karena faktor kondisi pucuk, luasan areal yang dipetik juga mempengaruhi kapasitas pemtik. Semakin luas areal yang dipetik, pembagian hanca petik juga semakin luas sehingga kapasitas pemetik juga semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata kapasitas pemetik pada blok Gelatik yang selalu lebih besar daripada kapasitas pemetik pada blok Kutilang dan Blok Murai.
Kebutuhan Tenaga Pemetik Tenaga petik menjadi faktor utama yang harus diperhatikan dalam suatu perkebunan. Kebutuhan tenaga pemetik yang tercukupi akan sangat membantu dalam kegiatan pengumpulan pucuk atau pemetikan. Seluruh tenaga petik di UP Tanjungsari terdiri dari wanita yang berjumlah 170 dan terbagi atas 6 kemandoran. Masing-masing kemandoran terdiri dari 25 - 30 tenaga petik. Pengamatan terhadap kebutuhan tenaga petik dilakukan dengan menghitung kebutuhan tenaga pemetik berdasarkan rumus kemudian membandingkannya dengan jumlah tenaga petik yang ada di kebun. Sebelum menghitung kebutuhan pemetik perlu diketahui terlebih dahulu produktivitas kering (kg/ha/th), luas areal TM, rendemen, absensi pemetik, kapasitas pemetik standar serta jumlah hari kerja dalam satu tahun. Contoh perhitungan kebutuhan tenaga pemetik di UP Tanjungsari adalah sebagai berikut :
52
Produktivitas kering (kg/ha/th) Luas areal TM (ha)
: 2 635 : 165.10
Rendemen : 21.5 % Absensi pemetik :8% Kapasitas pemetik standar (kg) : 60 Jumlah HKE (hari/th) : 293 Kebutuhan tenaga pemetik = [produktivitas kering x rendemen] x (100+absensi) %
Kapasitas pemetik x HKE = [2 635 kg/ha/th x (100/21.5)] x (100+8) % 60 kg x 293 hari/th = 0.75 orang/Ha = 0.75 orang/Ha x 165.10 Ha = 124 orang
Berdasarkan perhitungan di atas maka kebutuhan pemetik di UP Tanjungsari adalah 124 orang untuk luasan areal TM 165. 10 ha. Jumlah ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah riil tenaga pemetik yang dimiliki UP Tanjungsari yaitu sebanyak 170 orang. Artinya kebutuhan tenaga pemetik di UP Tanjungsari sudah terpenuhi bahkan cenderung berlebihan. Kebutuhan tenaga pemetik untuk masing - masing blok dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kebutuhan Tenaga Pemetik (TP) UP Tanjungsari Blok Kutilang Murai Gelatik Total
Luas TM (ha) 57.79 53.12 54.19 165.10
Produktivitas Kering (kg/ha/th) 2 407.08 2 634.88 2 877.47 7 919.43
TP Standar 40 40 44 124
TP di Lapangan 50 60 60 170
Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari Tahun 2010
Kebutuhan tenaga pemetik di UP Tanjungsari untuk masing-masing blok berdasarkan Tabel 14 telah melebihi standar yang berlaku. Jumlah tenaga pemetik yang banyak membantu dalam sistem pembagian hanca petik sehingga kegiatan pemetikan dapat diselesaikan tepat waktu dan tidak mengganggu gilir petik. Seharusnya dengan cara pemetikan yang diterapkan di UP Tanjungsari yaitu
53
dengan gunting petik, maka tenaga pemetik yang diperlukan tidak terlau banyak. Jumlah tenaga petik yang melebihi standar menyebabkan kegiatan pemetikan dapat berjalan dengan baik dan produksi dapat tetap terjaga. Kebutuhan tenaga pemetik yang melebihi standar ini tidak terlalu berpengaruh terhadap perusahaan terkait masalah upah. Hal ini karena dengan semakin banyaknya tenaga pemetik maka kapasitas pemetik akan berkurang sehingga upah yang diberikan kepada pemetik dengan jumlah yang melebihi standar tidak memberikan dampak buruk bagi perusahaan. Kelebihan tenaga pemetik ini juga disebabkan letak UP Tanjungsari yang memiliki kebun yang dikelilingi oleh beberapa desa sehingga untuk mendapatkan tenaga kerja sangat mudah. Kelebihan tenaga ini harus diimbangi dengan pengawasan yang maksimal dari para mandor agar jumlah tenaga pemetik yang banyak dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan mampu mencapai semua target perusahaan yang telah ditetapkan.
Sarana Panen dan Transportasi Kegiatan pemetikan merupakan kegiatan utama yang ada pada suatu perkebunan teh. Hal - hal yang menunjang dalam kegiatan pemetikan harus diperhatikan dengan baik agar kegiatan pemetikan dapat berjalan maksimal dan menghasilkan pucuk secara optimal. Persiapan terhadap segala sesuatu yang diperlukan selama kegiatan pemetikan harus diawasi kepala blok yang dibantu oleh mandor petik. Sarana panen dan saranan transportasi merupakan dual hal penting yang menunjang dalam kegiatan pemetikan. Sarana panen yang diperlukan selama kegiatan pemetikan adalah gunting petik, keranjang, waring, sramben dan caping. Gunting petik berfungsi sebagai alat petik karena pemetikan di UP Tanjungsari sejak tahun 1995 sudah tidak menggunakan cara pemetikan manual, melainkan menggunakan gunting petik. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) pemilihan gunting petik dianjurkan yang mempunyai bantalan. Keranjang berfungsi sebagai tempat pucuk yang dibawa oleh pemetik dipunggungnya (digendong). Saat pemetik mulai
54
menggunting pucuk dan pucuk sudah mulai menumpuk digunting, maka pucuk dimasukkan ke dalam keranjang di punggung pemetik dengan cara dilempar kebelakang melewati bahu. Satu keranjang dapat menampung 10 - 20 kg pucuk, dalam satu kali pemetikan seorang pemetik dapat mengumpulkan pucuk sebanyak 2 - 3 keranjang. Setelah keranjang penuh oleh pucuk maka pucuk dipindahkan ke waring atau sejenis kantong berbentuk persegi, baru setelah itu pemetik kembali untuk memetik lagi. Ada dua jenis waring yang digunakan oleh pemetik yaitu waring asok dan waring angkut. Waring asok adalah waring untuk menampung pucuk dari keranjang yang disediakan sendiri oleh pemetik. Kapasitas waring asok ini adalah 30 - 40 kg. Waring angkut adalah waring yang disediakan oleh perusahaan yang fungsi nya untuk memindahkan pucuk dari waring asok. Waring asok berbentuk lembaran persegi sedangkan waring angkut berbentuk kantong. Pucuk yang telah dipindahkan ke waring angkut inilah yang nantinya akan diangkut oleh truk menuju pabrik pengolahan. Sedangkan sramben merupakan alas yang diikatkan kebadan pemetik agar tidak basah ketika berada di celah – celah perdu teh dan caping yang digunakan sebagai topi yang membedakan antara pemetik satu kemandoran dengan kemandoran lainnya berdasarkan warnanya. Setelah kegiatan pemetikan selesai, truk pengangkut pucuk datang untuk mengambil pucuk. Truk pengangkut pucuk ini membawa waring angkut yang akan digunakan untuk memindahkan pucuk dari waring asok, kemudian pucuk ditimbang dan dibawa ke pabrik pengolahan. Sebelum mengangkut pucuk alas bak truk harus dibersihkan dan dilapisi dengan terpal. Begitu juga selama perjalanan dari kebun menuju pabrik pengolahan, pucuk harus ditutup dengan terpal untuk menghindari hujan. UP Tanjungsari memiliki tiga unit truk untuk masing-masing blok. Berat kosong truk adalah 2 950 kg dengan kapasitan maksimal adalah tiga orang. Truk pengangkut pucuk mampu mengangkut pucuk sebanyak 2 000 - 3 000 kg, bahkan ketika produksi pucuk sedang tinggi, daya angkut truk bisa bertambah dua kali lipat. Selain karena kenaikan produksi, daya angkut truk yang melebihi kapasitas
55
juga bisa disebabkan tidak beroperasinya salah satu truk karena rusak atau kekurangan supir. Akibatnya satu truk terpaksa digunakan untuk mengangkut produksi pucuk dari dua blok untuk menghemat waktu dan tenaga supir. Pada kondisi normal dimana semua supir dapat bekerja dan truk dalam kondisi layak operasi, maka hal ini dinilai sudah cukup memenuhi kebutuhan masing – masing blok. Kualitas pucuk salah satunya juga dipengaruhi dari sarana transportasi. Peletakan waring berisi pucuk yang ditumpuk di bak truk menyebabkan waring yang berada di posisi paling bawah mengalami kerusakan pucuk yang lebih besar. Cara memasukkan waring ke dalam bak truk juga harus diperhatikan agar kerusakan pucuk dapat dikurangi. Ghani (2002) menyatakan penyusunan pucuk di bak truk harus longgar agar aerasi udara terjaga. Kapasitas waring yang diangkut melebihi daya angkut truk menyebabkan petugas pengangkut terpaksa menginjak - injak/menjejalkan waring dan menumpuknya terlalu tinggi agar semua waring dapat terangkut oleh truk. Hal ini lah yang harus dikelola dengan baik oleh perusahaan sehingga kerusakan pucuk dapat dihindari dan dikurangi sebanyak mungkin.
Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas Produksi maupun produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kesehatan tanaman itu sendiri. Produktivitas yang tinggi akan menunjukkan kesehatan tanaman yang baik pula. Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman selain kesehatan tanaman itu sendiri, diantaranya iklim, bahan tanam, populasi tanaman serta umur/tahun setelah pangkas. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas di UP Tanjungsari pada masing - masing blok tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 15. Semakin tinggi umur pangkas tanaman teh maka produksinya akan semakin menurun. Hal ini menyebabkan tanaman dengan umur pangkas empat tahun perlu dipangkas karena produksinya sudah mulai menurun. Setyamidjaja (2000) mengemukakan bahwa produktivitas tertinggi tanaman teh dicapai pada
56
tahun pangkas kedua dan ketiga karena pada tahun pangkas ini pucuk peko aktif tumbuh. Pucuk burung pada tahun pangkas keempat tumbuh lebih dominan sehingga berpengaruh pada turunnya produktivitas.
Gambar 15. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas
Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa produktivitas tertinggi blok Gelatik dicapai pada tahun pangkas kedua sebesar 3 600.74 kg/ha/th. Produktivitas tertinggi blok Kutilang dicapai pada tahun pangkas pertama sebesar 2 456.89 kg/ha/th dan blok Murai mencapai produktivitas tertinggi pada tahun pangkas keempat sebesar 2 633.92 kg/ha/th. Rata - rata produktivitas tertinggi secara keseluruhan di UP Tanjungsari dicapai pada tahun pangkas ketiga yang mencapai 2 562.68 kg/ha/th. Produktivitas tanaman selain dipengaruhi oleh kesehatan tanaman dan jumlah pucuk juga dipengaruhi oleh luas areal tanaman. Semakin luas areal dan didukung oleh kondisi pucuk yang baik akan menyebabkan produksi meningkat. Kondisi pucuk yang baik dapat dilihat dari pertumbuhan pucuk yang seragam serta merata pada semua perdu tanaman. Produksi yang meningkat akan diikuti pula oleh peningkatan produktivitas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kondisi tanaman di UP Tanjungsari sedang tidak sehat sehingga Program Recovery perlu dikakukan dengan tujuan meningkatkan kondisi tanaman agar bisa berproduksi lebih tinggi. Tindakan yang dilakukan selama Program Recovery diantaranya gabar, skipping serta perubahan dosis pemupukan yang disesuaikan dengan kondisi tanaman. Kondisi tanaman yang tidak sehat ditandai dengan serangan penyakit cacar daun atau blister blight, serangan hama Empoasca sp. serta tebal daun pemeliharaan yang semakin kecil. Analisis petik di UP Tanjungsari selama bulan Maret - Mei 2011 termasuk dalam petikan medium sesuai dengan apa yang ditetapkan perusahaan. Rata – rata analisis petik selama bulan Maret – Mei 2011 adalah 31.87 % untuk petikan kasar, 44.64 % untuk petikan medium, 6.71 % untuk petikan halus dan 16.55 % untuk petikan kasar. Analisis petik di UP Tanjungsari dipengaruhi oleh gilir petik, ketinggian tempat, tahun pangkas dan jenis klon. Analisis pucuk di UP Tanjungsari bulan Maret – Mei 2011 belum mampu mencapai standar perusahaan (55%) karena kondisi pucuk yang tidak sehat dan dalam masa Recovery. Rata – rata analisis pucuk tertinggi adalah 47.91 % pada bulan april 2011. Gilir petik di UP Tanjungsari mengalami pergeseran antara rencana dan realisasi di lapangan karena adanya Program Recovery. Pergeseran ini menyebabkab realisasi gilir petik lebih lama dari rencana yang sudah ada. Hanca petik di UP Tanjungsari berdasarkan perhitungan adalah 2.01 patok/hari untuk seorang pemetik sedangkan hanca petik seorang pemetik secara riil di lapangan adalah 2 patok/hari. Hanca petik dipengaruhi oleh luas areal, semakin luas areal yang dipetik semakin luas pula hanca petiknya. Kapasitas pemetik di UP Tanjungsari bulan Maret – Mei 2011 belum mampu mencapai target perusahaan sebesar 60 kg/pemetik tetapi terus mengalami peningkatan dari bulan Maret – Mei 2011. Kapasitas pemetik tertinggi yaitu 49.33 kg/pemetik pada bulan Mei 2011. Jumlah tenaga pemetik di lapangan yang dimiliki UP Tanjungsari adalah 170 orang lebih besar daripada rasio kebutuhan tenaga pemetik sebesar 124 orang. Kelebihan tenaga pemetik ini salah satunya
58
disebabkan letak UP Tanjungsari yang dikelilingi pemukiman penduduk sehingga memudahkan dalam perekrutan karyawan. Sarana panen di UP Tanjungsari sudah dikelola dengan baik sehingga sangat membantu dalam kegiatan pemetikan. Sarana angkut yang dimiliki juga sudah mencukupi untuk masing-masing blok. Produktivitas di UP Tanjungsari mencapai nilai tertinggi pada tahun pangkas ketiga yaitu 2 562.68 kg/ha. Produktivitas dipengaruhi oleh luas areal dan kondisi pucuk di lapang.
Saran Kegiatan pengelolaan kebun di UP Tanjungsari perlu lebih ditingkatkan agar kondisi pucuk lebih baik dan produksi terus meningkat. Pengawasan tenaga kerja oleh para pembimbing/mandor juga perlu ditingkatkan agar semua kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kelebihan tenaga pemetik perlu dimanfaatkan sebaik mungkin agar tetap mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Kegiatan pengangkutan pucuk perlu dikelola lebih baik agar mutu pucuk yang sudah baik di kebun tidak menurun pada saat dibawa ke pabrik. Pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik diusahakan tidak melebihi kapasitas truk untuk menjaga mutu pucuk. Perlu adanya kerja sama antar kepala blok dengan kepala bagian kebun serta optimalisasi peran masing - masing agar dapat mencapai produksi yang telah ditargetkan.
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 193 hal. Andriyani, N S. 2010. Analisis Hasil Petikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal. Anggorowati. 2008. Analisis Pemetikan Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa tengah. Skripsi. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 75 hal. Astika, W., D. Muchtar, S. Danimihaja, B. Sriyadi, dan Sutrisno. 2008. Pelepasan Klon Teh Seri PPS 1, PPS 2, MPS 5, MPS 6, MPS 7, dan GPPS 1. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal 9. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Pedoman Teknis Budidaya Teh Yang Baik. Direktorat Jenderal Perkebunan. Direktorat budidaya Tanaman Rempah dan Penyegar. Jakarta. 48 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia : Teh (Camellia sinensis) 2008-2010. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 32 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. http://www.ditjenbun.deptan.go.id. [ 20 Juli 2011 ]. Eden, T. 1965. Tea. Longmans Green and Co. Ltd. London. 201 p. Fordham, R. 1977. Tea, p. 333-349. In P.T. Alvin and T.T. Kozlowski (Eds.). Echophysiology of Tropical Crops. Academic Press. New York. Ghani, M. A. 2002. Dasar – dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134 hal. Mahmud, S. dan Sukasman. 1988. Pengaruh daur pemetikan dan sistem pemetikan terhadap hasil pucuk teh. Buletin Penelitian Teh dan Kina 3 (1):1-8. PT. Perkebunan Nusantara VIII. 2010. Ekspor Teh Sumbang Devisa Rp 1 Trilyun. http://www.pn8.co.id. [20 Juli 2011] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. APPIPuslitbun. Bandung. 45 hal.
60
Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Bandung. 191 hal. Putri, A A. 2008. Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber abadi Tirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hal. Qibtiyah, M. 2009. Pengelolaan Pemetikan Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 80 hal. Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal. Suwardi, E. 2000. Pemetikan. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Nasional 1999. Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung. Gambung, Bandung. 229-234. Tobroni, M. 1983. Pemetikan Pada Tanaman Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 45 hal. Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke - 3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi Penulis
Karyawan
Standar
……..……………….……..(satuan/HK)……………………………. Sampai di lokasi magang
15-02-2011
Libur
16-02-2011
Orientasi lapang, simulasi penanganan HPT dan penggunaan Power Sprayer
17-02-2011
Pembibitan (pindah bibit)
18-02-2011
Senam pagi
19-02-2011
Pembibitan (pemeliharaan)
20-02-2011
Libur
21-02-2011
UP Bedakah 150 polybag
500 polybag
600 polybag
Blok Gelatik Kantor induk
100 polybag
660 polybag
660 polybag
Blok Gelatik
Penyemprotan pupuk daun dan fungisida
0.014 ha
0.84 ha
1.67 ha
Blok Gelatik
22-02-2011
Penyulaman TBM 1
0.85 ha
0.19 Ha
23-02-2011
Pemetikan produksi
6 kg
37 kg
60 kg
Blok Gelatik
24-02-2011
Pemetikan produksi
7.5 kg
46 kg
60 kg
Blok Gelatik
25-02-2011
Senam pagi
26-02-2011
Pengendalian gulma secara manual
27-02-2011
Libur
28-02-2011 01-03-2011
Blok Gelatik
Kantor induk 0.003 ha
0.08 ha
0.16 ha
Blok Gelatik
Pemetikan produksi
10 kg
32 kg
60 kg
Blok Gelatik
Pemetikan produksi
5 kg
24 kg
60 kg
Blok Kutilang
62
14-02-2011
Lampiran 1. (Lanjutan) Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi Penulis
Karyawan
Standar
…………………………….(satuan/HK)……………..………………. 02-03-2011
Penyemprotan pupuk daun dan insektisida
Blok Kutilang
03-03-2011
Pemetikan produksi
5 kg
29 kg
60 kg
Blok Kutilang
04-03-2011
Pemetikan produksi
5.5 kg
30 kg
60 kg
Blok Kutilang
05-03-2011
Pengendalian gulma secara manual
0.07 ha
0.08 ha
0.16 ha
Blok Kutilang
06-03-2011
Libur
07-03-2011
Pengendalian gulma secara kimia
0.24 ha
0.75 ha
1.67 ha
Blok Kutilang
08-03-2011
Pemeliharaan saluran air
0.0036 ha
0.001 ha
0.002 ha
Blok Kutilang
09-03-2011
Simulasi skipping off
Blok Kutilang
10-03-2011
Skipping off
Blok Kutilang
11-03-2011
Senam pagi
Kantor induk
12-03-2011
Pemupukan tanah
13-03-2011
Libur
14-03-2011
Pemupukan tanah
15-03-2011
Pemeliharaan TBM 1 (gacok)
0.15 ha
0.3 ha
Blok Murai
0.01 ha
0.22 ha
0.44 ha
Blok Murai
0.01 ha
0.04 ha
0.08 ha
Blok Murai
63
Lampiran 2 . Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor Prestasi Kerja Penulis Tanggal
16-03-2011 17-03-2011 18-03-2011 19-03-2011 20-03-2011 21-03-2011 22-03-2011 23-03-2011 24-03-2011 25-03-2011 26-03-2011 27-03-2011 28-03-2011 29-03-2011 30-03-2011 31-03-2011 01-03-2011 02-04-2011 03-04-2011 04-04-2011 05-04-2011 06-04-2011 07-04-2011 08-04-2011 09-04-2011 10-04-2011
Uraian Kegiatan
Pemetikan produksi Pemetikan produksi Senam pagi Pemetikan produksi Libur Pengendalian hama penyakit Pemetikan produksi Pemetikan produksi Pengamatan Pemetikan produksi Pemetikan produksi Libur Pemangkasan tanaman induk Pemetikan produksi Diskusi penjualan teh Pemetikan produksi Pemetikan produksi Pemetikan produksi Libur Pemetikan produksi Pengamatan Pemetikan produksi Pengendalian gulma secara kimia Senam pagi Pemetikan produksi Libur
Lokasi
Jumlah KHL yang diawasi
Luas areal yang diawasi
Lama kegiatan
……(orang)……… 10 14
………(ha)……… 0.8 0.96
…….(jam)…… 3.5 3.5
5
0.29
2
Blok Gelatik Blok Gelatik Kantor induk Blok Gelatik
7 7 6
3.82 0.48 1.18
3 2 2
Blok Gelatik Blok Gelatik Blok Kutilang
8 10
0.57 1.12
2 3
Blok Gelatik Blok Gelatik
5 6
0.7 0.6
3.5 2
5 5 9
0.5 0.6 0.6
2 2.5 3
Blok Gelatik Blok Gelatik Kantor kebun Blok Gelatik Blok Kutilang Blok Gelatik
7
0.5
2
Blok Gelatik
6 2
0.39 1.41
2.5 3.5
5
0.68
2
Blok Murai Blok Gelatik Kantor induk Blok Kutilang
64
Lampiran 2. (Lanjutan) Prestasi Kerja Penulis Tanggal
11-04-2011 12-04-2011 13-04-2011 14-04-2011 15-04-2011 16-04-2011
Uraian Kegiatan
Pemetikan produksi Analisis petik Pemeliharaan lubang tadah Pemetikan produksi Senam pagi Pemetikan produksi
Jumlah KHL yang diawasi
Luas areal yang diawasi
……(orang)….... 9
………(ha)………. 0.7
8 5
0.62 0.38
……(jam)…… 4 6.5 4 3.5
7
1
3.5
Lama kegiatan
Lokasi
Blok Gelatik Agrowisata Blok Gelatik Blok Gelatik Kantor induk Blok Kutilang
65
Lampiran 3 . Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Kepala Blok Prestasi Kerja Penulis Tanggal
18-04-2011 19-04-2011 20-04-2011 21-04-2011 22-04-2011 23-04-2011 24-02-2011 25-04-2011 26-04-2011 27-04-2011 28-04-2011 29-04-2011 30-04-2011 01-05-2011 02-05-2011 03-05-2011 04-05-2011 05-05-2011 06-05-2011 07-05-2011 08-05-2011 09-05-2011 10-05-2011 11-05-2011 12-05-2011 13-05-2011
Uraian Kegiatan
Pemetikan produksi Pemupukan tanah Kunjungan ke pabrik pengolahan teh (UP Tambi) Pemetikan produksi Libur Pemetikan produksi Libur Pemetikan produksi Pemetikan produksi Pemupukan tanah Pemetikan produksi Senam pagi Pemetikan produksi Libur Pemetikan produksi Pemetikan produksi Pemetikan produksi Membantu administrasi Senam pagi Pemetikan produksi Libur Pemetikan produksi Pengendalian hama penyakit Pemetikan produksi Pemetikan produksi Senam pagi
Lokasi
Jumlah Mandor yang diawasi
Luas areal yang diawasi
Lama kegiatan
……(orang)…...
……(ha)…....
…….(jam)………
1 1
2 2.24
4 2.5 4
Blok Kutilang Blok Murai UP Tambi
1
1.89
3.5
Blok Murai
1
2
2.5
Blok Murai
1 1 1 1
2 2 2.72 2
3 3 3.5 3
1
4.16
2
Blok Murai Blok Gelatik Blok Gelatik Blok Kutilang Kantor induk Blok Kutilang
1 1 1
1.4 2 1.73
3 4 3 7
1
2
2.5
1 1 1 1
1 3.86 2 2
3 3 3 3.5
Blok Gelatik Blok Kutilang Blok Gelatik Kantor kebun Kantor induk Blok Murai Blok Murai Blok Murai Blok Murai Blok Gelatik Kantor induk
66
Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
14-05-2011 15-05-2011 16-05-2011
Membantu administrasi Libur Libur
17-05-2011 18-05-2011 19-05-2011 20-05-2011 21-05-2011 22-05-2011 23-05-2011 24-05-2011 25-05-2011 26-05-2011 27-05-2011 28-05-2011 29-05-2011 30-05-2011 01-06-2011 02-06-2011 03-06-2011 04-06-2011 05-06-2011 06-06-2011
Pemetikan produksi Membantu administrasi Membantu administrasi Pemetikan produksi Porokan Libur Membantu administrasi Pemeliharaan batas kebun Pemetikan produksi Membantu administrasi Senam pagi Pemetikan produksi Libur Pemetikan produksi Membantu administrasi Pembuatan laporan kegiatan magang Pembuatan laporan kegiatan magang Membantu administrasi Libur Membantu administrasi
Jumlah Mandor yang diawasi
Luas areal yang diawasi
……(orang)……...
……(ha)……
Lama kegiatan
Lokasi
…….(jam)……... 7
Kantor kebun
4
3
Blok Kutilang
1 1
2.54 0.06
7 7 2.5 3.5
Kantor kebun Kantor kebun Blok Gelatik Blok Murai
1 1
0.016 1.9
7 3.5 2 7
1
2
4
Kantor kebun Blok Gelatik Blok Murai Kantor kebun Kantor induk Blok Gelatik
1
1
3.5 7
Blok Gelatik Kantor kebun
7
Kantor kebun
7
Kantor kebun
1
67
Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja Penulis Tanggal
07-06-2011 08-06-2011 09-06-2011 10-06-2011 11-06-2011 12-06-2011 13-06-2011 14-06-2011
Uraian Kegiatan
Pembuatan laporan kegiatan magang Membantu administrasi Perbaikan laporan kegiatan magang Senam pagi dan presentasi Perbaikan laporan kegiatan magang Libur Membantu administrasi Pulang ke Bogor
Jumlah Mandor yang diawasi (orang)
Luas areal yang diawasi (ha)
Lama kegiatan (jam)
……(orang)……
……(ha)……...
……(jam)…... 7
Lokasi
Kantor kebun Kantor induk
7
Kantor kebun
68
69
Lampiran 4. Peta Kebun Unit Perkebunan Tanjungsari
Sumber : Arsip Kantor Induk UP Tanjungsari (2010)
70
Lampiran 5. Deskripsi Klon Gambung 7
Asal
: persilangan Mal 2 x PS 1
Varietas
: varietas assamica
Bentuk batang
: beralur pendek sedikit berkerak putih
Sistem percabangan
: baik, 47 - 600
Ruas tunas
: 1.3 – 5.3 cm
Warna batang
: coklat
Bangun batang
: eleptico oblongus
Ukuran daun
: 40.17 cm2
Tangkai daun
: 2 – 6 cm
Kedudukan daun
: 29 - 490
Pangkal daun
: runcing
Tulang daun
: 18 – 24 buah (9 – 12 pasang)
Tepi daun
: bergerigi kecil beraturan
Ujung daun
: meruncing
Muka daun
: bergelombang agak mengkilat
Warna daun
: hijau terang
Daging daun
: 0.22 mm
Buku pada peko
: 64.25/mm2
Pertumbuhan tunas setelah pangkas : cepat Potensi hasil
: 5.8 ton/ha/tahun
Perakaran
: baik sekali
Ketahanan terhadap hama
: tahan terhadap tungau
Ketahanan terhadap penyakit
: tahan terhadap cacar daun
Keterangan
: baik ditanam pada daerah rendah, sedang sampai tinggi
Pemulia
: Wenten Astika, D. Muchtar, S. Danimihardja, B. Sriyadi, dan Sutrisno
(Astika et al., 2000)
Lampiran 6. Rencana dan Realisasi Produksi dan Produktivitas UP Tanjungsari Tahun 2006 – 2010
Luas Areal (ha)
Tahun
Produksi
Produktivitas
Basah Rencana
Kering Realisasi
Rencana
Realisasi
Basah Rencana
Realisasi
Kering Rencana
Realisasi
2006
197.11
…………………………………(kg)…………………………… 2 707 000.00 1 841 527.00 480 000.00 395 719.00
2007
197.11
2 196 000.00
2 179 072.00
530 000.00
467 999.00
11 812.80
11 055.11
2 688.85
2 374.30
2008
197.11
2 195 000.00
2 281 931.00
472 000.00
487 392.00
12 633.82
11 576.94
2 394.60
2 472.69
2009
197.11
2 237 000.00
2 051 817.00
481 000.00
441 746.00
12 742.08
10 409.50
2 440.26
2 241.11
2010
179.39
2 005 000.00
1 920 638.00
431 000.00
408 670.00
11 699.15
10 706.49
2 402.59
2 301.90
Sumber
………………………(kg/ha)……………………… 14 569.43 9 342.64 2 435.19 2 007.60
: Arsip Kantor Kebun UP Tanjungsari
Lampiran 7. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah dan Kering UP Tanjungsari Bulan Januari - Mei 2011 Bulan Januari Februari Maret April Mei Sumber
Produksi Basah
Produksi Kering
Rencana Realisasi Rencana Realisasi …………………………………………………………(kg)…………………………………………………………. 173 000 123 023 37 000 26 468 171 000 111 229 37 000 23 916 179 000 119 796 39 000 23 733 174 000 153 858 37 000 33 079 177 000 182 489 38 000 39 235
: Arsip Kantor Kebun UP Tanjungsari
71
Lampiran 8. Data Curah Hujan Tahun 2001 – 2010 2001
Bulan
CH 586 426 863 630 343 333 223 22 139 1172 880 145 5762
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Bulan Basah
HH 29 21 29 23 12 17 14 2 7 24 25 21 224
2002 CH 618 199 940 744 247 84 44 0 34 29 499 1042 4480
11 1
Bulan Kering
HH 25 16 25 21 9 2 3 0 5 3 27 26 162
2003 CH 502 639 476 196 209 83 8 2 51 212 480 763 3621
8 4
HH 19 26 14 16 10 2 1 1 5 8 21 19 142
9 3
2004 CH 595 300 469 517 175 20 121 5 39 96 689 829 3855 9 3
HH 19 11 16 20 12 4 8 1 7 8 21 27 154
2005 CH 389 558 342 449 108 237 104 139 163 299 374 655 3817
HH 18 20 15 17 5 15 6 3 9 14 11 28 161
12 0
2006 CH 443 416 171 608 417 40 24 0 0 0 200 632 2951 7 5
HH 17 19 10 19 16 5 4 0 0 0 12 26 128
2007 CH 157 652 428 462 185 0 0 0 0 220 422 946 3472 8 4
HH 5 22 20 17 8 0 0 0 0 7 18 29 126
2008 CH 301 198 417 354 140 59 0 24 78 449 643 300 2963
HH 17 13 21 19 6 4 0 3 2 26 27 19 157
8 3
2009 CH 647 485 553 447 508 155 46 2 25 232 446 342 3888
HH 23 20 16 15 17 4 2 1 8 17 20 15 158
2010 CH 402 492 897 419 792 319 238 293 563 462 442 379 5698
9
12
3
0
HH 20 19 24 17 23 16 9 14 24 20 20 18 224
Sumber : Laporan Kantor Induk UP Tanjungsari
Rata-rata CH tahun 2001 – 2010 = 4 051 mm/th ; rata-rata HH = 163.6 Bulan basah
= curah hujan > 100
Bulan kering = curah hujan < 60 Q
= Rata-rata BK x 100% = 2.6 x 100% = 24.18 % , Tipe iklim B menurut Schmidt – Ferguson Rata-rataBB
9.3
72
Lampiran 9. Analisis Pucuk Tahun 2010 Analisis Pucuk Blok Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agus
Sep
Okt
Nov
Des
Rata-rata
…………………………………………………………………(%)…………………………………………………………………… ….. Kutilang
50.54
50.20
50.21
49.54
49.65
47.34
45.19
44.08
50.74
48.25
49.96
48.89
48.72
Murai
50.25
50.60
49.81
49.57
50.11
48.78
46.75
45.24
49.14
49.49
50.50
48.68
49.08
Gelatik
51.00
51.00
50.32
50.21
50.41
48.95
44.74
45.42
47.83
49.70
51.53
51.01
49.34
Rata-rata
50.60
50.60
50.11
49.77
50.06
48.36
45.56
44.91
49.24
49.15
50.66
49.53
49.05
Sumber : Laporan Kantor Induk UP Tanjungsari
Lampiran 10. Analisis Pucuk Bulan Januari - Mei 2011
Blok
Kutilang
Analisis Pucuk Jan Feb Mar Apr Mei …………………………………………………………(%)…………………………………………………………… ... 49.46 50.21 46.09 44.62 46.87
Murai
51.28
49.41
49.19
41.86
49.47
Gelatik
53.73
50.53
51.10
45.38
53.23
51.49
50.05
48.77
43.89
49.86
Rata-rata
Sumber : Laporan Kantor Induk UP Tanjungsari
73
Pemimpin UP
Kasubag Kantor
Kasi Umum
Umum dan Personalia
Pengepakan
Pengemudi Kendaraan
Kasubag Kebun
Bendahara
Gudang dan Pemel
RT
Akuntansi
Biaya & Investasi
Kamtib
Produksi & HPP
Satpam
Blok
Pembimbing Petik dan Pemeliharaan
Verifikasi
Keamanan Kebun
Keamana
Aangkutan Daun
Lampiran 11. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Sumber
: Arsip Kantor Induk UP Tanjungsari Tahun 2011
74