ANALISIS PENDAPATAN PUCUK TEH (Studi Kasus: Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur)
Ratna Dewi Stania
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
ANALISIS PENDAPATAN PUCUK TEH (Studi Kasus: Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur)
Ratna Dewi Stania
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Analisis Pendapatan Pucuk Teh (Studi Kasus: Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur)” yang ditulis oleh Ratna Dewi Stania NIM 103092029653 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.
Menyetujui, Penguji I
Penguji II
Ir. Mudatsir Najamuddin, MM.
Ir. Siti Rochaeni, M. Si.
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Elpawati, Ir., MP.
Ir. Junaidi, M. Si. Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. NIP. 150317956
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si. NIP. 131861314
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA PERGURUAN
TINGGI
ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 11 Desember 2008
Ratna Dewi Stania 103092029653
RINGKASAN
RATNA DEWI STANIA, Analisis Pendapatan Pucuk Teh (Studi Kasus: Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur). (Di bawah bimbingan ELPAWATI dan JUNAIDI).
Perkebunan Indonesia mempunyai jenis komoditas perkebunan yang beragam, salah satunya adalah teh. Pada awalnya teh digunakan sebagai tanaman hias dan kemudian pemanfaatannya berkembang menjadi bahan minuman. Kandungan utama teh yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan tubuh adalah polifenol. Selain berperan dalam bidang kesehatan, peran lain komoditas teh dalam perekonomian nasional cukup strategis, yaitu sebagai penghasil devisa, dampak berantai yang besar terhadap perkembangan industri lain, sumber pendapatan petani, dan fungsi konservasi lingkungan. Dalam pengembangannya, komoditas teh masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan, beberapa diantaranya seperti produktivitas tanaman belum optimal, peningkatan biaya produksi, harga jual teh rendah, dan tingkat konsumsi teh per kapita di dalam negeri masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, (2) Mengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge. Penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini merupakan perkebunan teh yang berfungsi sebagai tempat penelitian dan juga berfungsi sebagai salah satu sumber pendapatan untuk mendanai secara mandiri kegiatan penelitiannya. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui jumlah pendapatan pucuk teh perusahaan dengan menghitung biaya produksi pucuk teh, penerimaan pucuk teh, dan pendapatan pucuk teh. Selanjutnya analisis marjin keamanan dilakukan untuk mengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai perusahaan dengan menghitung nilai titik impasnya terlebih dahulu. Pada tahun 2006 bulan Juli sampai bulan Desember, total biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 286.499.245,- yang merupakan jumlah antara total biaya tetap sebesar Rp 50.323.572,- atau 17,57 % dengan total biaya tidak tetap sebesar Rp 236.175.673,- atau 82,43 % dari total biaya produksi. Total penerimaan yang diperoleh perusahaan adalah Rp 297.938.400,-, sedangkan total pendapatan yang diperoleh adalah Rp 11.439.155,-. Disamping itu, pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan Desember, total biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 707.802.062,- yang merupakan jumlah antara total biaya tetap sebesar Rp 128.470.083,- atau 18,15 % dengan total biaya tidak tetap sebesar Rp 579.331.979,- atau 81,85 % dari total biaya produksi. Total penerimaan yang diperoleh adalah Rp 879.713.900,-, sedangkan total pendapatan yang diperoleh perusahaan adalah Rp171.911.838,-. Marjin keamanan yang dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai ini menjelaskan bahwa penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina
Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar 202.298kg atau atau Rp 242.756.841,. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Sementara itu, marjin keamanan pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan Desember yaitu sebesar Rp 503.469.826,- yang artinya penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 503.469.826,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007 adalah 261.176kg atau Rp 376.244.074,-. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Berdasarkan penjelasan tersebut, keadaan perusahaan berada dalam kondisi aman dari kerugian karena nilai marjin keamanannya masih berada di atas nilai titik impas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pendapatan pucuk teh di Pusat Penelititan Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai dengan bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 11,439,155,-. Pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan Desember, pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun percobaan Pasir Sarongge adalah sebesar Rp 171,911,838,-. (2) Marjin keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai ini menjelaskan bahwa penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar 202.298kg atau atau Rp 242.756.841,. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Marjin keamanan pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan Desember yaitu sebesar Rp 503.469.826,- yang artinya penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 503.469.826,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007 adalah 261.176kg atau Rp 376.244.074,-. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Berdasarkan penjelasan tersebut, keadaan perusahaan berada dalam kondisi aman dari kerugian karena nilai marjin keamanannya masih berada di atas nilai titik impas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan. Skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Budidaya Teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.
2.
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M. Si selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan.
3.
Achmad Tjahja Nugraha, SP, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis yang telah banyak membantu dalam kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.
4.
Kedua pembimbingku Dr. Elpawati, Ir. MP dan Ir. Junaidi, M. Si yang telah mencurahkan tenaga, waktu, dan pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini.
5.
Ir. Mudatsir Najamuddin, MM dan Ir. Siti Rochaeni, M. Si selaku penguji yang telah banyak memberikan saran kepada penulis untuk memperbaiki skripsi ini.
6.
Ir. Nyanjang Rusmana selaku pimpinan Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian
dan banyak membantu memberikan informasi untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini. 7.
Ibu Pupu dan Ibu Nita “kembar tapi tak sama” yang selalu bersedia aku telepon untuk memberikan informasi selama penyusunan skripsi ini (tetap terus latihan main zumanya ya). Rindu dengan moment-moment waktu kita (aku, fe, Bu Pupu, Bu Nita) foto-foto, ngerekam gaya gorila dan ngobrol bareng. Hehehe..
8.
Bapak Bae, Bapak Andut, dan Kang Ano yang sudah nganterin aku ke Gambung dan pulangnya nge-Baso walaupun hujan besar; Bapak Endang, Bapak Encep, Bapak Amin, Bapak Jun, dan keluarga besar Kebun Percobaan Pasir Sarongge yang sudah banyak membantu dan memberi aku semangat selama penelitian disana.
9.
Keluarga Bapak Ajang, alm. Bapak Ahmad (aku sedih karena ternyata waktu aku selesai penelitian disana itu terakhir kali kita ngobrol), Bu Ipah, dan si kembar Tita-Teti yang sudah menyediakan tempat untuk aku nge-Kos, memberikan strawberi-raspberi, dan memberi aku rasa nyaman. Kalian sudah seperti keluarga aku juga. Terima kasih atas doa-doanya.
10.
Para Dosen di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi bantuan kepada penulis.
11.
Pimpinan dan pengelola perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
12.
Kedua orang tuaku Mama-Abah untuk dukungan dan kasih sayangnya yang tak terbatas, serta bantuan finansialnya. Maafkan bila selama ini telah tidak sadar bersikap
dan
berucap
yang
salah
(Heeeheee
^.^).
Semoga
dengan
terselesaikannya skripsi ini, menjadi awal bagi ku untuk menjadi lebih giat lagi. Aaamiin.
13.
Kakakku Teh Melly, Teh Nita, dan Ratih atas bantuan finansial dan dorongannya. Kang Boy, Atot, Tia (thx boleh pinjem camdinya), Dini, Dinda yang turut mewarnai kehidupanku, Puri (yang ngefans berat sama RAN. Heeee,,, thanks ya laptopnya), dan Lima Laskar keponakanku yang suka tebar pesona: (Teteh Shafa “mongpidu” yang cantik, baik, penyayang; Fathia “mathia mombustik” yang lucu, cerewet, tomboy; ade Rio yang ganteng, sudah bisa berjalan, genit; Si mungil Daisy yang pinter, lucu, paling suka makanan orang dewasa, seneng jalan-jalan; dan ade Nabil yang baru lahir (ganteng deh).
14.
Murda dan Abe teman seperjuangan’45 (yeeee.....akhirnya kita berhasil!!), MazDas (si Bos), Teman-teman Agribisnis ’03 yang telah wisuda (Naina, Lizmut, Femon, Ephotz, Dedew, AtiQus, Ofi, Wahyu, Isal, Bang Ochid, Agus, Achay, Fidut, Iwan) terimakasih untuk apapun itu; Ojai, Adit, Mba Echa, Chaur, RiaChan, Panda, Yupi, Dongdod, Nico (ayo semangat!!!).
15.
Teman-teman Agribisnis angkatan ’04 Intan (tetangga jauh), Iwa (orang yang suka aneh. Heee...), dan teman-teman Agribisnis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
16.
Teman-teman
(Nunu, Ema”,
Yoedi,
menanyakan kabar aku. Thanks for that.
dan Agus
“ISTN”) yang sering
Penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan dalam penulisan nama dan gelar pada pihak-pihak tersebut. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua itu diserahkan. Semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT. Aamin.
Wassalaamu’alaikum, Wr, Wb.
Jakarta, 11 Desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................
Halaman x
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................
4
1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................
5
1.5. Batasan Masalah ........................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis .......................................................................
6
2.1.1. Agribisnis Teh ................................................................
6
2.1.1.1. Agribisnis Hulu (up stream-off farm agribusiness) .................. 2.1.1.2. Usahatani (on farm agribusiness) .................................... 2.1.1.3. Agribisnis Hilir (down stream-off farm agribusiness) .............. 2.1.1.4. Sarana Pendukung (Supporting Institution) .................................
8 8 14 15
2.1.2. Usahatani ........................................................................
16
2.1.2.1. Pendapatan Usahatani ..................................... 2.1.2.2. Marjin Keamanan (Margin of Safety) .............
19 20
2.2. Kerangka Pemikiran ...................................................................
21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
23
3.2. Sumber Data ................................................................................
23
3.3. Metode Pengumpulan Data .........................................................
24
3.4. Metode Analisis Data ................................................................
24
3.4.1. Analisis Kuantitatif .........................................................
24
3.4.1.1. Analisis Pendapatan ........................................ 3.4.1.2. Marjin Keamanan (Margin of Safety) ..............
24 25
3.5. Definisi Operasional ...................................................................
27
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Perusahaan .......................................................................
28
4.2. Keadaan Tanah dan Iklim ............................................................
28
4.3. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ......................................
28
4.4. Visi, Misi dan Fungsi Perusahaan ...............................................
31
4.4.1. Visi Perusahaan ............................................................... 4.4.2. Misi Perusahaan .............................................................. 4.4.3. Fungsi Perusahaan ...........................................................
31 31 32
4.5. Struktur Organisasi Perusahaan ...................................................
33
4.6. Sarana dan Fasilitas Perusahaan ..................................................
38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Pendapatan Pucuk Teh ................................................
39
5.1.1. Biaya Produksi Pucuk Teh ............................................ 5.1.2. Penerimaan Pucuk Teh .................................................. 5.1.3. Pendapatan Pucuk Teh ..................................................
39 50 52
5.2. Marjin Keamanan (Margin of Safety) ........................................
54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .................................................................................
57
6.2. Saran ...........................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
59
LAMPIRAN .......................................................................................................
62
DAFTAR TABEL
1. Rata-rata Tingkat Konsumsi Teh Dunia Tahun 2003 ................................
Halaman 3
2. Dosis Bahan Campuran Media Tanah untuk Pembibitan Teh ....................
10
3. Produksi Teh di Perkebunan Teh Indonesia Tahun 2002-2005 ..................
14
4. Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia Tahun 2002-2005 .......................
15
5. Penggunaan dan Luas Lahan PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge Tahun 2006 dan Tahun 2007 ......................................................................
31
6. Komposisi Tenaga Kerja Kebun Percobaan Pasir Sarongge Tahun 2006 dan Tahun 2007 ............................................................................................
37
7. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 ...................................................
40
8. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 ..................................................................................................
41
9. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Januari-Desember Tahun 2007 ..................................................................................................
45
10. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 ..........................................................
49
11. Penerimaan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 ....................................................................
50
12. Pendapatan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 .....................................................................
52
13. Marjin Keamanan Bulan Juli-Desember Tahun 2006 .................................
54
14. Marjin Keamanan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 .............................
56
DAFTAR GAMBAR
1. Perkembangan Harga Teh di JTA, CTA, dan MTA (US $ cent/kg) ............
Halaman 2
2. Sistem Agribisnis .........................................................................................
7
3. Kerangka Pemikiran Peneliti ........................................................................
22
4. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ..............................................................................................
36
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan yang Digunakan dalam Penelitian .................................
Halaman 62
2. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Tahun 2006 ..................................
64
3. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Tahun 2007 ..................................
65
4. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Tahun 2006 .......................
66
5. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Tahun 2007 .......................
67
6. Biaya Tenaga Kerja Harian Pucuk Teh Tahun 2006 ...................................
68
7. Biaya Tenaga Kerja Harian Pucuk Teh Tahun 2007 ...................................
69
8. Biaya Pupuk Pucuk Teh Tahun 2006 ..........................................................
70
9. Biaya Pupuk Pucuk Teh Tahun 2007 ..........................................................
71
10. Biaya Pestisida Pucuk Teh Tahun 2006 ......................................................
72
11. Biaya Pestisida Pucuk Teh Tahun 2007 ......................................................
74
12. Biaya Peralatan Pucuk Teh Tahun 2006 ......................................................
76
13. Biaya Peralatan Pucuk Teh Tahun 2007 ......................................................
77
14. Biaya Pengangkutan Pucuk Teh Tahun 2006 ..............................................
78
15. Biaya Pengangkutan Pucuk Teh Tahun 2007 ..............................................
78
16. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Tahun 2006 .............................................
79
17. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Tahun 2007 .............................................
80
18. Penerimaan Pucuk Teh Tahun 2006 ............................................................
81
19. Penerimaan Pucuk Teh Tahun 2007 ............................................................
82
20. Pendapatan Pucuk Teh Tahun 2006 ............................................................
83
21. Pendapatan Pucuk Teh Tahun 2007 ............................................................
84
22. Perhitungan Nilai Titik Impas Bulan Juli-Desember Tahun 2006 ...............
85
23. Perhitungan Nilai Titik Impas Bulan Januari-Desember Tahun 2007 .........
86
24. Perhitungan Marjin Keamanan Bulan Juli-Desember Tahun 2006 .............
87
25. Perhitungan Marjin Keamanan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 .......
88
26. Surat Keterangan Penelitian ........................................................................
89
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perkebunan Indonesia mempunyai jenis komoditas yang beragam, salah satunya adalah teh. Pada awalnya teh digunakan sebagai tanaman hias dan kemudian pemanfaatannya berkembang menjadi bahan minuman. Kandungan utama teh yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan tubuh adalah polifenol. Beberapa manfaat yang diberikan oleh kandungan polifenol ini diantaranya adalah: (1) Mengurangi risiko penyakit jantung; (2) Membunuh sel tumor; (3) Menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru; (4) Menghambat pertumbuhan sel kanker usus; (5) Menghambat pertumbuhan sel kanker kulit; dan (6) Membantu melancarkan proses pencernaan makanan (Nitha, 2005; 1). Selain berperan dalam bidang kesehatan, komoditas teh juga memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai penghasil devisa, dampak berantai yang besar terhadap perkembangan industri lain, sumber pendapatan petani, dan fungsi konservasi lingkungan (Radius, 2007; 1). Dalam pengembangannya, komoditas teh masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan. Beberapa kendala dan tantangan tersebut diantaranya seperti produktivitas tanaman belum optimal, peningkatan biaya produksi, harga jual teh rendah, dan tingkat konsumsi teh per kapita di dalam negeri masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain (Deptan, 2007; 1).
1
Harga teh di Jakarta Tea Auction (JTA) lebih rendah dari tempat lelang lainnya. Sebagai pembanding, sejak tahun 1990 harga teh di Jakarta Tea Auction (JTA) selalu lebih rendah dari Colombo Tea Auction (CTA). Negara Sri Lanka dijadikan sebagai pembanding karena kondisi pertehannya (Agroklimat, klon, teh orthodox) menyerupai Indonesia (PPTK, 2007; 44). Pada tahun 2007 harga jual teh Indonesia sebesar US $ 1,2dollar/kg atau US $ 120cent/kg, lebih rendah dibandingkan dengan harga jual teh Sri Lanka sebesar US $ 3,4dollar/kg atau US $ 340cent/kg (Detikhot, 2008; 1). Berikut merupakan gambar perkembangan harga teh di Jakarta Tea Auction (JTA), Colombo Tea Auction (CTA), dan Mombasa Tea Auction (MTA).
Gambar 1. Perkembangan Harga Teh di JTA, CTA, dan MTA (US $ cent/kg) Sumber: (Santoso dan Suprihatini, 2006; 242)
2
Di samping itu, tingkat konsumsi teh di Indonesia rata-ratanya masih rendah, yaitu 0,2kg/kapita/tahun bila dibandingkan dengan negara lain seperti Irlandia mencapai 3,5kg/kapita/tahun, Inggris mencapai 2,5kg/kapita/tahun, Pakistan dan India berturut-turut 1,0kg/kapita/tahun dan 0,6kg/kapita/tahun. Perbandingan tingkat konsumsi teh tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Tingkat Konsumsi Teh Dunia Tahun 2003 No.
1. 2.
Negara Irlandia Inggris
Konsumsi rata-rata (kg/kapita/tahun) 3,5 2,5
3.
Pakistan
1,0
4. 5.
India Indonesia
0,6 0,2
Sumber: (Sibuea, 2003; 1)
Menghadapi tantangan ke depan yang semakin kompetitif maka perlu upaya pengkajian untuk mempertahankan teh sebagai komoditas perdagangan. Upaya tersebut dapat berupa (Ghani, 2002; 5): 1. Meningkatkan produktivitas tanaman dan tenaga kerja melalui penemuan klon baru yang unggul dan sistem mekanisasi yang menghemat penggunaan tenaga manusia. 2. Menciptakan kualitas teh jadi sesuai sasaran pasar yang beragam. 3. Upaya menciptakan biaya produksi yang bersaing. 4. Meningkatkan kualitas mencari pasar baru melalui kampanye generik dan strategi pasar yang andal.
3
Dalam kondisi pertehan nasional seperti yang telah dijelaskan di atas, peneliti melakukan analisis pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge sebagai salah satu perkebunan yang mempunyai kegiatan budidaya dan pengolahan teh untuk mengetahui pendapatan pucuk tehnya dan mengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai oleh perusahaan, sehingga diketahui apakah usahanya menguntungkan atau merugikan dan sampai seberapa besar keuntungan atau kerugian tersebut.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berapakah pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge? 2. Berapakah marjin keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge. 2. Mengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge.
4
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai: 1. Proses pembelajaran bagi penulis dalam melakukan suatu penelitian. 2. Informasi mahasiswa sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
1.5.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Dalam penelitian ini, produk usahatani yang dianalisis adalah pucuk teh basah karena pucuk teh basah merupakan produk utama dari Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge. 2. Data produksi dan keuangan diambil dalam kurun waktu 1 tahun 6 bulan mulai bulan Juli tahun 2006 sampai bulan Desember tahun 2007 karena pada bulan Juli tahun 2006 perusahaan baru mulai menjual teh dalam bentuk pucuk basah.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teoritis
2.1.1. Agribisnis Teh
Rahim
dan
Hastuti
(2007;
189)
menjelaskan
bahwa
agribisnis
(agribusiness) berasal dari kata yaitu agri (agriculture) dan bisnis (usaha komersial). Downey dan Erickson (1987; 5) membagi agribisnis menjadi tiga sektor yang saling tergantung secara ekonomis, yaitu sektor masukan (input), produksi (farm), dan sektor keluaran (output). Sektor masukan menyediakan perbekalan kepada para pengusaha tani untuk dapat memproduksi hasil tanaman dan ternak. Termasuk ke dalam masukan ini adalah bibit, makanan ternak, pupuk, bahan kimia, mesin pertanian, bahan bakar, dan banyak perbekalan lainnya. Sektor usahatani memproduksi hasil tanaman dan hasil ternak yang diproses dan disebarkan kepada konsumen akhir oleh sektor keluaran. Menurut Krisnamurthi (2000; 2), agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari beberapa subsistem, yaitu (1) subsistem pengadaan sarana produksi pertanian; (2) subsistem produksi usahatani; (3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian (agroindustri); (4) subsistem pemasaran hasil pertanian; dan (5) subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian. Subsistem kedua dan sebagian dari subsistem pertama dan ketiga di atas merupakan on-farm agribusiness, sedangkan subsistem lainnya merupakan off-farm agribusiness seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.
6
Agribisnis hulu (up stream-off farm agribusiness)
Usahatani (on farm agribusiness)
Agribisnis hilir (down stream-off farm agribusiness)
Saprodi pertanian
Budidaya
Pengolahan Pemasaran
Supporting Institution (pendukung)
Gambar 2. Sistem Agribisnis (Sumber: Krisnamurthi, 2000; 3)
Agribisnis mencakup banyak sektor, seperti sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman perkebunan yang banyak tumbuh di Asia Tenggara dan kini telah ditanam dilebih dari tiga puluh negara. Teh menempati posisi kedua sebagai minuman terpopuler setelah air putih. Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut (LRPI, 2006; 1): Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies
: Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Theaceae : Camellia : Camellia sinensis L.
Tahap dalam sistem agribisnis terdiri dari empat tahap yaitu agribisnis hulu, usahatani, agribisnis hilir dan sarana pendukung. Tahap dalam sistem agribisnis teh secara lebih rinci dijabarkan dalam sub-bab di bawah ini.
7
2.1.1.1.Agribisnis Hulu (up stream-off farm agribusiness)
Agribisnis hulu merupakan bagian pengadaan saprodi (sarana produksi) pertanian seperti benih/bibit, pupuk, pestisida, peralatan, dan sarana lain (Rahim dan Hastuti, 2007; 193). Secara umum, sarana produksi yang digunakan untuk menunjang kegiatan budidaya teh terdiri dari benih/bibit teh, pupuk NPK dan pupuk daun, pestisida, peralatan seperti cangkul, polibag, gunting stek, sprayer, masker, sarung tangan, plastik sungkup, waring, dan sarana lain seperti tempat naungan pembibitan.
2.1.1.2.Usahatani (on farm agribusiness)
Proses dalam budidaya teh harus melalui beberapa tahap, yaitu tahap pembibitan, penanaman, pengelolaan tanaman (penjarangan dan penyulaman, penanaman
pohon
pelindung/penaungan,
pembentukan
bidang
petik,
pemangkasan, pemupukan), dan pemetikan. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan budidaya teh yaitu kesesuaian syarat tumbuh yang dikehendaki seperti tanah, suhu udara, curah hujan, intensitas cahaya matahari, kelembaban, dan ketinggian tempat. Tanah yang serasi atau memenuhi syarat untuk tanaman teh ialah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-5,6. Umumnya tanah yang baik untuk pertumbuhan teh terletak di lereng-lereng gunung berapi yang biasa dinamakan tanah Andisol (vulkanis muda). Di samping tanah Andisol masih ada jenis tanah lain yang serasi bersyarat untuk ditanami teh, yaitu tanah Latosol dan
8
tanah Podzolik. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh adalah suhu harian yang berkisar antara 13-25ºC yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 %. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, sehingga curah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000mm/tahun. Teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100m dpl sampai di ketinggian lebih dari 1.000m dpl (LRPI, 2006; 5).
a.
Pembibitan
Tanaman teh dapat diperbanyak dengan biji dan setek daun. Namun dari segi produksi, sebaiknya tanaman diperbanyak dengan setek daun. Sebelum melakukan pembibitan, terlebih dahulu dibuat naungan pembibitan dengan ukuran tinggi 2m di atas permukaan tanah, luasnya tergantung kebutuhan. Tiang ditancapkan berbaris dengan jarak 2,5m x 3m . Atap dibuat sesuai dengan keadaan setempat dengan intensitas cahaya matahari 25-30 % (LRPI, 2006; 22). Ranting setek dapat diambil 4 bulan setelah pangkas dari pohon induk, kemudian dipotong setinggi 15cm dari bidang pangkas. Ranting setek yang digunakan adalah yang baik, sehat, berwarna hijau daun tua, tidak terdapat bekas serangan hama/penyakit dan pertumbuhan mengarah ke atas. Setek yang dipakai adalah bagian tengah ranting yang berwarna hijau tua dan memiliki satu helai daun, dipotong dengan kemiringan 45º ke arah luar dan panjangnya 3-4cm. Kemudian setek direndam di dalam larutan Dithane M-45 sebanyak 15-25 gram/liter selama 1-2 menit (LRPI, 2006; 33).
9
Media tanah yang digunakan berasal dari 2/3 bagian lapisan top soil dan 1/3 bagian lapisan sub soil yang telah disaring dengan saringan 1-2cm. Media tanah sebelumnya dicampur dengan pupuk, fungisida dan tawas dengan dosis seperti yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Dosis Bahan Campuran Media Tanah untuk Pembibitan Teh Bahan campuran
TSP KCl Dithane M-45 Tawas
Dosis/ m 3 tanah Top soil Sub soil 500g 500g 400g 300g 600g 1000g
Keterangan
Fumigasi Bila pH terlalu tinggi
Sumber: (LRPI, 2006; 37)
Media tanah dimasukkan ke dalam polibag ukuran 12 x 25cm dan diberi lima lubang berdiameter 0,5-1cm kemudian polibag disusun didalam bedengan (1m bedengan untuk 156-168 polibag). Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram air. Polibag yang sudah siap dapat ditanami stek dengan posisi daun tegak, searah, dan tidak saling tindih. Setelah penanaman, siram bedengan dan tutupi dengan plastik lalu ujungnya ditimbun tanah. Plastik ditutup selama 3 bulan, dibuka jika hanya perlu pemeliharaan dan ditutup kembali. Bibit diseleksi pada saat berumur 6 atau 7 bulan (LRPI, 2006; 38). Dalam pemeliharaan, penyulaman dapat dilakukan pada bibit yang sudah berumur 1 minggu. Pemupukan pada bibit dilakukan setelah bibit berumur 4 bulan dengan pupuk daun 15cc/liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu sekali. Perlakuan pengendalian hama/penyakit dengan menutup sungkup plastik
10
bila ada serangan, menyemprot Dithane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2 % (LRPI, 2006; 40).
b.
Penanaman
Persiapan lahan untuk penanaman, yaitu membersihkan rumput-rumput yang terdapat di sekitar lahan lalu dibakar, membuat lubang tanam sedalam lebih kurang 20cm agar sisa-sisa akar yang berasal dari tanaman sebelumnya dapat dibersihkan. Sehari sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi pupuk dasar yaitu 11 gram urea, 5 gram TSP dan 5 gram KCl. Lubang tanam dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman dengan ukuran 20cm x 20cm x 20cm (LRPI, 2006; 55). Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai. Pada kemiringan lahan datar s/d 15 %: jarak tanam 120cm x 90cm, jumlah 9.260 pohon, penanaman baris tunggal lurus. Pada kemiringan lahan 15-30 %: jarak tanam 120cm x 75cm, jumlah 11.110 pohon, penanaman baris tunggal lurus. Pada kemiringan lahan > 30 %: jarak tanam 120cm x 60cm, jumlah 13.888 pohon, penanaman sesuai kontur. Setelah lubang tanam siap, sobek polibag bagian bawah dan bagian sisi, lalu tarik ujung polibag bawah ke bagian atas sehingga tanaman terbuka. Masukkan ke dalam lubang tanam, timbun dan padatkan tanah disekeliling batang (LRPI, 2006; 53).
c.
Pengelolaan Tanaman 1.
Penyulaman Tanaman mati diganti dengan tanaman baru dengan bibit yang sama,
penyulaman dimulai dua minggu setelah tanam sampai dua bulan
11
menjelang kemarau. Bibit sulaman yang diperlukan pada tahun pertama adalah 10 % dan tahun ke dua adalah 5 %. Pada tahun ke tiga, tanaman teh mulai menghasilkan (LRPI, 2006; 60).
2.
Penanaman Pohon Pelindung (Penaungan) Pohon pelindung berfungsi sebagai penahan angin, penstabil kondisi
lingkungan,
dan
sumber
pupuk
hijau
yang
pangkasan
daunnya
dihamparkan di antara tanaman teh. Mulsa dapat juga diberikan melalui penanaman rumput guatemala. Tanaman pelindung ditanam 1 tahun sebelum tanaman teh ditanam. Tanaman pelindung yang digunakan dapat berupa Leucaena glabrata, Media azedarach (mindi), atau tanaman pelindung lainnya (LRPI, 2006; 95).
3.
Pembentukan Bidang Petik Pembentukan bidang petik adalah perlakuan untuk membentuk perdu
dengan percabangan yang ideal dengan bidang petik yang luas, menghasilkan pucuk sebanyak-banyaknya dalam waktu yang cepat. Pembentukan bidang petik dilakukan dengan pemangkasan (centring), perundukan (bending),dan kombinasi (centring-bending) (LRPI, 2006; 61).
4.
Pemangkasan Jika tanaman teh tidak dipangkas, maka tanaman akan tumbuh
berkembang menjadi pohon tinggi, tidak akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan. Untuk dapat melakukan
12
pemetikan dengan mudah, maka bidang petik teh harus rendah. Bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan pemangkasan (LRPI, 2006; 67).
5.
Pemupukan Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung tanah untuk
peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis pupuk yang digunakan seperti Urea, SP-36, KCl, TSP, dan Kiserit. Pemupukan dilakukan pada musim penghujan, hal ini dilakukan agar pupuk cepat meresap ke dalam tanah dan langsung diserap oleh akar. Dalam Ghani (2002; 60) dijelaskan, pupuk daun ekonomis digunakan sebagai pengganti apabila tidak memungkinkan diberi pupuk melalui tanah.
d.
Pemetikan
Pemetikan biasanya disebut juga sebagai panen. Umumnya tanaman teh diremajakan kembali setelah berumur 50 tahun. Tanaman teh memasuki saat dipetik ketika berumur 3 tahun. Daun yang dipetik adalah peko (pucuk yang tumbuh aktif), burung (pucuk yang sedang istirahat), dan kepel (daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh). Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antara 6-12 hari. Secara keseluruhan, produksi teh yang dihasilkan di perkebunan teh Indonesia pada tahun 2002 sampai tahun 2005 secara berturut-turut yaitu sebesar 165.194 ton, 169.821 ton, 167.136 ton, dan 167.276 ton. Produksi teh yang
13
dihasilkan di perkebunan teh Indonesia tahun 2002 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Produksi Teh di Perkebunan Teh Indonesia Tahun 2002-2005
No.
Tahun
Produksi (ton)
1
2002
165.194
2
2003
169.821
3
2004
167.136
4
2005
167.276
Sumber: (Ditjenbun, 2007; 1)
2.1.1.3.Agribisnis Hilir (down stream-off farm agribusiness)
Agribisnis hilir merupakan kegiatan yang terdiri dari atas agroindustri (pengolahan hasil-hasil pertanian) dan pemasaran agribisnis (Rahim dan Hastuti, 2007; 194). Pada agribisnis teh, secara umum pucuk teh basah dapat diolah menjadi teh hijau dan teh hitam. Proses yang dilalui untuk pengolahan pucuk teh basah menjadi teh hijau, yaitu terdiri dari proses pelayuan, proses penggulungan daun, proses pengeringan, dan proses sortasi. Sedangkan untuk pengolahan pucuk teh basah menjadi teh hitam melalui proses pelayuan, proses penggulungan daun, proses fermentasi, proses pengeringan, dan proses sortasi. Produk teh yang dijual di pasar internasional umumnya bukan berasal dari satu kebun atau pabrik, melainkan ramuan (blend) dari beberapa pabrik bahkan beberapa negara. Hal itu terjadi karena setiap perkebunan memiliki ciri mutu yang khas, sedangkan citra mutu yang dijual ke konsumen mensyaratkan kombinasi mutu yang harus dipenuhi oleh ramuan beberapa sifat khas. Atas dasar itu, dalam
14
perdagangan teh dikenal pedagang perantara atau disebut blender (peramu) dan packer (pembungkus: yang memasarkan langsung ke konsumen). Kondisi pemasaran demikian, menempatkan produsen pada posisi tawar yang kurang menguntungkan. Kelebihan pasokan serta kuatnya dominasi blender dan packer mengakibatkan penentuan harga dikendalikan oleh pembeli (Ghani, 2002; 3). Pemasaran teh di pasar internasional dilakukan melalui sistem pelelangan (auction), pembeli memilih dan menawar teh berdasarkan contoh dari produsen, kemudian penawar tertinggi berhak membeli teh tersebut (Ghani, 2002; 4). Di Indonesia, produksi teh yang diekspor ke pasar internasional mengalami penurunan dari tahun 2002 sebesar 100.184 ton menjadi 88.894 ton tahun 2003, sedangkan pada tahun 2004 meningkat menjadi 98.572 ton dan ekspor teh Indonesia tahun 2005 menjadi 102.389 ton. Berikut ini merupakan Tabel 4, yaitu tabel perkembangan ekspor teh Indonesia tahun 2002 sampai tahun 2005.
Tabel 4. Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia Tahun 2002-2005 No. 1
Tahun 2002
Ekspor (ton) 100.184
2
2003
88.894
3
2004
98.572
4
2005
102.389
Sumber: (Yanuar, 2007; 1)
2.1.1.4.Sarana Pendukung (Supporting Institution)
Sarana pendukung dalam agribisnis teh terdiri atas Pusat Penelitian, Asosiasi Teh Indonesia, dan Dewan Teh Indonesia yang bertujuan untuk
15
mewadahi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders) agribisnis teh baik di hulu maupun hilir, memfasilitasi dan memperjuangkan kepentingan industri teh Indonesia dalam mewujudkan sistem dan usaha agribisnis teh yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan (Deptan, 2007; 1).
2.1.2. Usahatani
Menurut Rahim dan Hastuti (2007; 158), pengertian usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan
produksi
yang tinggi sehingga pendapatan
usahataninya meningkat. Prof. Bachtiar Rivai dalam Hernanto (1991; 7) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan
kepada
produksi
di
lapangan
pertanian.
Organisasi
ini
ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Sedangkan menurut Makeham dan Malcolm (1991; 13), usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian. Makeham dan Malcolm (1991; 7) menjelaskan di Indonesia ada dua situasi usahatani: 1. Dimana sebagian besar tenaga kerja, keterampilan dan uang berasal dari rumah tangga yang sama, dan sebagian besar produksi dikonsumsikan di keluarga yang sama, dengan sedikit surplus yang dijual ke pasar.
16
2. Usahatani yang sepenuhnya komersial, membeli banyak masukan dan menjual hampir semua produk. Menurut
Rahim
dan Hastuti (2007;
36), beberapa
unsur
yang
mempengaruhi produksi komoditas pertanian adalah: 1. Lahan pertanian Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh unsur produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. 2. Tenaga kerja Tenaga kerja merupakan unsur penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Usahatani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil biasanya menggunakan tenaga kerja keluarga. Sedangkan usahatani berskala besar menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan memiliki tenaga kerja ahli. Ghani (2002; 71) menambahkan bahwa dalam budidaya teh, tenaga kerja pemetikan menyerap biaya yang paling banyak dengan porsi sebesar 65-75 % dari total biaya tenaga kerja (biaya tanam), sedangkan jumlah tenaga kerja pemetikan memiliki porsi 70-80 % dari total tenaga kerja di perkebunan teh. 3. Modal Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal terutama kegiatan dalam proses produksi. Dalam kegiatan proses tersebut modal
17
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian dimana biaya produksi yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi. Sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. 4. Pupuk Selain air sebagai konsumsi pokoknya, tanaman juga membutuhkan pupuk sebagai
tambahan
makanan
pokok
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangannya. 5. Pestisida Pestisida dibutuhkan tanaman untuk mencegah dan membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Adimulya (2006; 32) menambahkan bahwa, serangan hama terhadap tanaman akan meningkat pada musim kemarau. Sedangkan penyakit akan menyerang tanaman pada musim hujan. 6. Bibit Bibit menetukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya lebih berkualitas sehingga harganya dapat bersaing di pasar. 7. Teknologi Penggunaan teknologi dapat membantu dalam segala bidang, termasuk juga membantu dalam bidang pertanian salah satunya dalam proses panen atau pasca panen.
18
8. Manajemen Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluation).
2.1.2.1.Pendapatan Usahatani
Pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 2006; 57). Analisis pendapatan usahatani dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat apakah suatu usahatani menguntungkan atau merugikan, sampai seberapa besar keuntungan atau kerugian tersebut (Soekartawi, 2006; 82). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2006; 54). Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kwintal, ikat, dan sebagainya (BPS, 2006; 6). Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Makeham dan Malcolm (1991; 93), biaya produksi merupakan jumlah dari dua komponen: (i) biaya tetap, yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan di atas lahan (biaya ini harus dibayar apakah
19
menghasilkan sesuatu atau tidak). Dalam Hernanto (1991; 179), biaya yang tergolong dalam kelompok ini antara lain: pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan kerbau, pemeliharaan pompa air, traktor dan lain sebagainya. Total biaya produksi adalah total biaya tidak tetap ditambah dengan total biaya tetap; (ii) biaya tidak tetap, yang secara langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai. Dalam Hernanto (1991; 179), biaya yang tergolong dalam kelompok ini antara lain: biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen, biaya pengolahan tanah baik yang merupakan kontrak maupun upah harian, dan sewa tanah.
2.1.2.2.Margin Keamanan (Margin of Safety)
Menurut Rahim dan Hastuti (2007; 128), secara umum margin adalah sisa, untung bersih, garis tepi, batas, dan kelonggaran. Marjin keamanan atau margin of safety (MOS) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Marjin pengaman penjualan ini menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan mengalami kerugian (Simamora, 1999; 169). Untuk mengetahui nilai marjin keamanan, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu nilai titik impas penjualan. Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas (break-even), yaitu apabila hasil penjualan yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya yang telah dikorbankan, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian. Dari
20
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa titik impas atau break even point (BEP) adalah suatu cara yang digunakan untuk mengetahui atau merencanakan pada volume produksi atau volume penjualan berapakah suatu perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian (Jumingan, 2006; 183).
2.2.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pendapatan pucuk teh segar di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur. Pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya produksi. Penerimaan ini berasal dari total produksi dikali dengan harga jual. Sedangkan biaya produksi berasal dari jumlah antara total biaya tetap dan total biaya tidak tetap. Setelah diperoleh hasil analisis pendapatan usahatani, lalu dilakukan perhitungan marjin keamanan atau margin of safety (MOS) untuk menilai sejauh mana tingkat penjualan boleh turun sebelum mengalami kerugian. Alur kerangka pemikiran peneliti dapat dilihat pada Gambar 3.
21
Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Komoditas Teh
Biaya Produksi biaya tetap biaya tidak tetap total biaya
Penerimaan total produksi harga jual
Analisis Pendapatan Marjin Keamanan (Margin of Safety)
Hasil
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Peneliti
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge yang berlokasi di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2008. Pemilihan
lokasi tersebut
dilakukan
secara sengaja
(purposive)
dengan
pertimbangan bahwa Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini merupakan perkebunan teh yang berfungsi sebagai tempat penelitian dan juga berfungsi sebagai salah satu sumber pendapatan untuk mendanai secara mandiri kegiatan penelitiannya.
3.2.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari artikel mengenai teh, literatur mengenai budidaya teh, usahatani, marjin keamanan, dokumen perusahaan seperti data volume produksi dan biaya produksi yang berasal dari laporan keuangan perusahaan bulan Juli tahun 2006 sampai bulan Desember tahun 2007 yang diolah dan digunakan dalam perhitungan pendapatan dan marjin keamanan perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data yang diperlukan melalui beberapa cara, yaitu: 1. Observasi Observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian sehingga diperoleh gambaran tentang aktivitas usahatani teh. 2. Wawancara Wawancara dilakukan kepada pimpinan dan staf bagian administrasi sehingga
diperoleh informasi mengenai gambaran perusahaan dan
penjualan pucuk teh. Daftar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4.
Metode Analisis Data
3.4.1. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif diperoleh dari analisis pendapatan untuk mengetahui jumlah pendapatan pucuk teh perusahaan dan selanjutnya menganalisis marjin keamanan untuk mengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai perusahaan sebelum perusahaan mengalami kerugian.
3.4.1.1.Analisis Pendapatan
Pendapatan
adalah selisih
antara
penerimaan
dan
semua
biaya.
Penerimaan berasal dari perkalian antara total produksi dengan harga jual. Sedangkan biaya produksi berasal dari jumlah antara total biaya tidak tetap dan
24
total biaya
tetap.
Perhitungan
penerimaan
dirumuskan
sebagai
berikut
(Soekartawi, 2006; 54): Penerimaan = Total produksi x Harga
Perhitungan biaya produksi dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2006; 56): Biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC): n
∑ X Px i
i
i =1 Dimana: Xi
: Jumlah input yang membentuk biaya
Pxi : Harga input n : Macam input Total biaya produksi (TC): TC = FC + VC Sedangkan
untuk
perhitungan
pendapatan
dirumuskan
sebagai
berikut
(Soekartawi, 2006 ; 58): Pendapatan = Penerimaan total – Total biaya
3.4.1.2.Marjin Keamanan (Margin of Safety)
Perhitungan marjin keamanan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Simamora, 1999; 169): MOS
= Penjualan – Titik Impas (penjualan)
25
M arg in of Safety x 100% Penjualan
Persentase MOS =
Semakin besar nilai MOS, maka semakin baik bagi perusahaan. Karena semakin tinggi nilai MOS maka toleransi terhadap penurunan volume penjualan / penerimaan juga tinggi. Untuk menghitung nilai titik impas atau break even point (BEP) digunakan rumus seperti berikut (Jumingan, 2006; 191): BEP ( penjualan) =
FC VC 1− S
Dimana: BEP
: Penjualan pada titik impas (dalam rupiah)
FC
: Biaya tetap keseluruhan (fixed cost)
VC
: Biaya variabel keseluruhan (variable cost) S : Hasil penjualan keseluruhan
1
: Konstanta BEP ( produksi) =
FC P −V
Dimana: BEP
: Penjualan pada titik impas (dalam unit) P : Harga jual per unit
V
: Biaya variabel per unit
26
3.5.
Definisi Operasional
1. Total Biaya Produksi (Total Cost) adalah jumlah total biaya, baik yang bersifat tetap maupun tidak tetap. 2. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang jumlahnya selalu sama dan tidak dipengaruhi oleh volume (kapasitas) produksi. 3. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume (kapasitas) produksi. 4. Penerimaan atau penjualan adalah nilai produksi yang diperoleh dari hasil perkalian volume produksi total dengan harga jual. 5. Harga jual adalah harga transaksi antara petani/penghasil dan pembeli untuk setiap komoditas. 6. Pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi.
27
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1.
Lokasi Perusahaan
Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge terletak di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kebun Percobaan Sarongge berjarak
16km
dari kota
Cianjur dengan
ketinggian
tempat
1.120–1.200m dpl.
4.2.
Keadaan Tanah dan Iklim
Keadaan tanah di Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah berjenis andisols (tanah dewasa) dan entisols (tanah muda), derajat keasaman (pH) 4,5 – 5,5 dan topografi tanah datar sampai melandai dengan kemiringan lahan < 35 %. Keadaan iklim dengan curah hujan rata-rata 3.794mm/th, rata-rata hari hujan 199 hari/tahun dan suhu lingkungan 26 ºC.
4.3.
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Pada tahun 1893, R. J. Kerkhoven dari Soekaboemische Landbouw Vereniging (Asosiasi Pertanian Sukabumi) mengadakan kerja sama dengan Dr. Treub, Direktur Kebun Raya Bogor, untuk melakukan penelitian lebih mendalam khusus terhadap tanaman teh. Kemudian pada tahun 1902 dibentuk Balai Penelitian Budidaya Teh (Proefstation voor de Theecultuur) yang dipimpin oleh Dr. Nanningar.
28
Pada perkembangannya, dalam upaya untuk meningkatkan kembali penelitian teh dan kina, maka tahun 1964 Badan Pimpinan Umum Pusat Perkebunan Negara Aneka Tanaman (BPU-PPN Aneka Tanaman) mendirikan Pusat Penelitian Budidaya Teh dan Kina. Pusat Penelitian Budidaya Teh dan Kina dibentuk kembali oleh Departemen Pertanian menjadi Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung berdasarkan
SK
Menteri
Pertanian
tanggal
10
Januari
1973
No.
14/Kpts/Um/I/1973 yang berisi tentang penyelenggaraan penelitian bidang teh dan kina. Pada saat itu kewenangan pengelolaan perkebunan negara (PT Perkebunan IXXXII) masih dipegang oleh Departemen Pertanian sampai dengan tahun 1990an. Hal tersebut memudahkan pengalokasian dana untuk pusat penelitian. Seiring pengalihan pemerintahan, Menteri Pertanian menginstruksikan kepada Biro Tata Usaha Badan Usaha Milik Negara (termasuk di dalamnya PT Perkebunan (PTP) yang kini menjadi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I-XIV) agar PT Perkebunan berasosiasi membentuk Asosiasi Penelitian Perkebunan. Selanjutnya, asosiasi ini diberikan kewenangan mengelola pusat-pusat penelitian perkebunan yang selama ini mendapatkan dana dari PT Perkebunan Nusantara. Pembentukan asosiasi baru dilakukan tahun 1989 dengan nama Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I). Seiring dengan telah terbentuknya AP3I, Menteri Pertanian menerbitkan Surat Keputusan Nomor 823/Kpts/KB/110/II/1989 yang berisi tentang menyerahkelolakan aset berbagai penelitian perkebunan untuk dikelola AP3I yang kini menjadi Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI), termasuk Balai Penelitian Teh dan Kina (BPTK)
29
yang kemudian namanya dirubah menjadi Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (Puslitbun Gambung). Selanjutnya pada tahun 2002, Pusat Penelitian Teh dan Kina berada di bawah Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) – Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI). Pendirian Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produksi serta memecahkan permasalahan yang timbul atau diduga akan timbul di bidang pengusahaan komoditas tersebut. Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung memiliki tiga kebun percobaan yang diarahkan untuk menghasilkan dana, disamping melakukan kegiatan penelitian. Kebun Percobaan Pasir Sarongge merupakan salah satu kebun percobaan yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung diantara dua kebun percobaan lainnya, yaitu Kebun Percobaan Cinchona Pangalengan Bandung Selatan dan Kebun Percobaan Simalungun Pematang Siantar Sumatera Utara. Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini sendiri sudah berdiri sejak tanaman teh telah ditanam tahun 1902. Jenis kegiatan yang ada di Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini adalah budidaya teh, pengolahan teh hijau, dan penyewaan wisma. Sedangkan produk yang dihasilkan adalah pucuk teh basah (sebagai produk utama) dan bahan stek tanaman (cutting). Kebun Percobaan Pasir Sarongge memiliki total luas lahan 72,300ha. Tanah tersebut digunakan sebagai lahan Tanaman Teh Menghasilkan (TM), Tanaman Teh Belum Menghasilkan (TBM), Kebun Induk, Kebun Kina,
30
Pembibitan, Kebun sayur (ex), Emplasemen, dan Jalan Kebun. Luas dari setiap penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penggunaan dan Luas Lahan PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge Tahun 2006 dan Tahun 2007
Penggunaan Lahan
Tanaman Teh Menghasilkan (TM) Tanaman Teh Belum Menghasilkan (TBM) Kebun Induk Kebun Kina Pembibitan Kebun sayur (ex) Emplasemen Jalan Kebun Total
Luas Lahan (ha) 2006 2007 57,405 58,780 5,125 3,875 2,875 2,875 0,750 0,750 0,250 0,125 1,000 1,000 3,780 3,780 1,115 1,115 72,300 72,300
Sumber: Dokumentasi PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge
4.4.
Visi, Misi dan Fungsi Perusahaan
4.4.1. Visi Perusahaan
Visi perusahaan adalah menjadikan Pusat Penelitian Teh dan Kina sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang terkemuka dan berguna bagi masyarakat yang bergerak di bidang agro industri teh dan kina. Sedangkan Visi perusahaan pada tahun 2020 adalah menjadi lembaga penelitian teh dan kina yang terkemuka di Asia pada 2020.
4.4.2. Misi Perusahaan
1. Mengefektifkan
dan
mengefisienkan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan komoditi teh dan kina, sehingga dapat mengatasi masalah yang timbul saat ini maupun yang diduga akan timbul dimasa mendatang.
31
2. Menghasilkan paket teknologi, kebijakan dan manajemen perkebunan yang dapat menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar dalam negeri dan luar negeri. 3. Menjadi tulang punggung dan motor penggerak bagi pengembangan agro industri teh dan kina.
Selain itu, misi perusahaan pada tahun 2020 adalah menghasilkan inovasi untuk kemajuan industri teh dan kina nasional dengan cara: 1. Menciptakan,
merekayasa,
dan
mengembangkan
teknologi
dan
rekomendasi kebijakan di bidang pertehan dan perkinaan. 2. Meningkatkan dan memelihara kepuasan Stakeholder dalam penggunaan teknologi dan pemanfaatan layanan yang dihasilkan oleh PPTK, Gambung. 3. Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK pertehan dan perkinaan. 4. Membangun PPTK, Gambung, menjadi lembaga yang mandiri dan memiliki citra yang baik.
4.4.3. Fungsi Perusahaan
1. Media penelitian dan pengembangan agroindustri teh dan kina. 2. Sumber plasma nutfah teh dan kina. 3. Ajang pendidikan dan latihan budidaya teh dan kina. 4. Kebun contoh (show room) komiditi teh dan kina. 5. Sumber pendapatan untuk mendanai secara mandiri kegiatan penelitian.
32
4.5.
Struktur Organisasi Perusahaan
Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Kebun Percobaan Pasir Sarongge dipimpin oleh seorang pimpinan yang membawahi tiga bagian penanggungjawab urusan yang terdiri dari seorang penanggungjawab administrasi, seorang mandor besar
kebun,
dan
seorang
penanggungjawab
pabrik.
Penanggungjawab
administrasi membawahi tiga bagian, terdiri dari bagian administrasi kantor induk, eksploitasi wisma, dan keamanan. Mandor besar kebun juga membawahi tiga bagian, yaitu bagian pemetikan, pemeliharaan, dan penelitian. Sedangkan penanggungjawab pabrik membawahi bagian pengolahan, pemeliharaan mesin, dan pool kendaraan. Tugas dari setiap penanggungjawab di dalam struktur organisasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah sebagai berikut: 1. Pimpinan a. Memimpin dan mempertanggungjawabkan seluruh karyawan kebun dan parik termasuk administrasi secara keseluruhan juga penelitian atau pesemaian. b. Mengelola personil Kebun Percobaan Pasir Sarongge sesuai peraturan Pusat Penelitian Teh dan Kina. c. Mengadakan hubungan dan pelayanan keluar maupun kedalam sesuai fungsi Kebun Percobaan Pasir Sarongge sebagai kebun penelitian. d. Membuat RAB Tahunan sesuai rencana kerja yang akan dilaksanakan. e. Menerima laporan dari masing-masing bagian yang ada di Kebun Percobaan Pasir Sarongge.
33
f. Menentukan perubahan kerja dan personil kerja untuk mencapai efisiensi kerja tanpa pertentangan dengan fungsi kebun sebagai kebun contoh. g. Memelihara hubungan kerja yang baik antara bagian satu dengan lainnya di lingkungan Kebun Percobaan Pasir Sarongge maupun dengan lingkungan Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. h. Menjaga nama baik Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada khususnya dan Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung umumnya. 2. Penanggungjawab Administrasi a. Mengawasi pelaksanaan tugas di lingkungan kantor administrasi. b. Memeriksa administrasi pengeluaran teh hijau. c. Bersama kepala pimpinan menyusun RAB Tahunan. d. Memeriksa bukti keluar masuk keuangan Kebun Percobaan Pasir Sarongge. e. Memeriksa buku laporan harian, buku jualan mandor, daftar upah setiap bulan sebelum dilaksanakan pembayaran upah. f. Dalam batas tertentu mewakili kepala pimpinan apabila tidak ada di tempat atau berhalangan hadir. 3. Mandor Besar Kebun a. Mengkoordinir kegiatan kebun (pemetikan dan panen petik, dan pemeliharaan). b. Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu empat orang mandor. c. Membuat rencana kerja kebun dan realisasi kerja pemetikan.
34
d. Bersama dengan kepala pimpinan mengontrol kebun dan memeriksa buku jualan mandor. e. Melaporkan hasil kerja kepada kepala pimpinan. f. Bersama dengan kepala pimpinan menentukan harga jualan untuk pekerja borongan pemeliharaan. 4. Penanggungjawab Pabrik a. Mengkoordinir pekerjaan pabrik atau pengolahan, teknik bengkel dan kendaraan. b. Memelihara peralatan, perlengkapan saran dan prasarana pabrik atau pengolahan. c. Bersama dengan TU dan mandor mengawasi administrasi gudang teh hijau. d. Dalam batas tertentu mewakili kepala pimpinan apabila tidak ada di tempat atau berhalangan hadir.
35
Struktur organisasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
PIMPINAN
PENJAB. ADM
MB. KEBUN
PENJAB. PABRIK
Gambar 4. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Jumlah keseluruhan tenaga kerja di Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada tahun 2006 adalah 124 orang, terdiri dari seorang pimpinan, 19 orang tenaga kerja bulanan, 57 orang tenaga kerja harian tetap, dan 47 orang tenaga kerja harian musiman. Tenaga kerja harian untuk bagian perkebunan teh berjumlah 78 orang, terdiri dari 58 orang tenaga kerja pemetikan, 16 orang tenaga kerja pemeliharaan, dan empat orang tenaga kerja pembibitan. Sedangkan tahun 2007, jumlah
36
keseluruhan tenaga kerja Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah sebanyak 112 orang, terdiri dari seorang pimpinan, 20 orang tenaga kerja bulanan, 53 orang tenaga kerja harian tetap, dan 38 orang tenaga kerja musiman. Tenaga kerja harian bagian perkebunan teh berjumlah 72 orang, terdiri dari 55 orang tenaga kerja pemetikan, 14 orang tenaga kerja pemeliharaan, dan tiga orang tenaga kerja pembibitan. Secara umum, komposisi tenaga kerja di Kebun Percobaan Pasir Sarongge dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Komposisi Tenaga Kerja Kebun Percobaan Pasir Sarongge Tahun 2006 dan Tahun 2007
Status Tenaga Kerja Pimpinan Tenaga Kerja Bulanan Tenaga Kerja Harian : • Tetap • Musiman
Total
2006 1 19
2007 1 20
57 47 124
53 38 112
Sumber: Dokumentasi PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Perbedaan antara tenaga kerja harian tetap dengan tenaga kerja harian musiman adalah pembayaran upah yang diberikan perusahaan. Tenaga kerja harian musiman tidak mendapatkan upah minggu, artinya perusahaan hanya memberi upah sesuai dengan hari aktif mereka bekerja saja (pada hari minggu tenaga kerja musiman tidak mendapat upah). Sedangkan tenaga kerja harian tetap mendapatkan upah minggu, artinya perusahaan memberikan upah sesuai hari aktif mereka bekerja dan pada hari minggu saat hari libur pun mereka juga mendapatkan upah. Ketika tenaga kerja harian musiman diseleksi untuk diangkat
37
menjadi tenaga kerja harian tetap, aspek yang diperhatikan oleh perusahaan sebagai dasar petimbangan adalah kinerja dan pendidikan. Aktifitas hari kerja yang berlangsung di kantor dalam satu minggu adalah mulai hari senin sampai hari jum’at, sejak pukul 07.00 pagi sampai pukul 15.00 sore.
4.6.
Sarana dan Fasilitas Perusahaan
Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge memiliki sarana penunjang kegiatan produksi teh, seperti (1) kantor yang berfungsi sebagai tempat proses administrasi. Kantor tersebut terdiri dari ruang kerja pimpinan, ruang kerja karyawan, ruang penyimpanan dokumen dan komputer, ruang tamu, ruang dapur, dan ruang toilet; (2) pabrik pengolahan teh hijau. Di dalam ruangan pabrik ini dibagi menjadi ruang kantor pabrik dan ruang pengolahan yang di dalamnya terdapat alat penimbang pucuk, dua buah mesin pelayuan, tiga buah mesin penggulungan, dan dua buah mesin pengeringan; (3) gudang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan teh kering; dan (4) satu unit kendaraan dinas dan satu unit kendaraan truk pengangkut. Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge juga memiliki fasilitas lapangan olahraga dan wisma penginapan. Di dalam wisma terdapat ruang pertemuan atau ruang sidang, ruang mushalla, ruang tv, meja biliard, ruang toilet, dan ruang kamar. Sedangkan fasilitas yang disediakan untuk para karyawan adalah jaminan kesehatan rujukan ke poliklinik dan rumah sakit terdekat.
38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Analisis Pendapatan Pucuk Teh
Pendapatan pucuk teh yang dianalisis adalah mulai bulan Juli tahun 2006 hingga bulan Desember tahun 2007 karena pada bulan Juli tahun 2006 perusahaan baru mulai menjual teh dalam bentuk pucuk basah. Pendapatan pucuk teh merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan pucuk teh. Setelah diketahui jumlah pendapatan pucuk tehnya, kemudian peneliti melakukan perhitungan marjin keamanan (margin of safety) untuk mengetahui sejauh mana tingkat penjualan boleh turun sebelum perusahaan mengalami kerugian.
5.1.1. Biaya Produksi Pucuk Teh
Biaya produksi pucuk teh terdiri dari biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variable cost), dan total biaya produksi (total cost). 1.
Biaya Tetap (fixed cost) Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah
tanaman yang dihasilkan di atas lahan (biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak). Berdasarkan penelitian Hartono (2002; 46), biaya tenaga kerja tetap merupakan komponen dari biaya tetap. Komponen biaya tetap dalam penelitian ini adalah biaya tenaga kerja bulanan (tenaga kerja tetap). Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini adalah milik pemerintah, sehingga penggunaan tanah yang dimiliki tidak dikenakan biaya pajak tanah ataupun sewa tanah. Pada Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini juga
tidak terdapat biaya penyusutan karena biaya penyusutan dikeluarkan dan diolah oleh perusahaan pusat di Gambung. Tabel 7 di bawah ini merupakan pengeluaran biaya tetap pucuk teh pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007.
Tabel 7. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007
Komponen Biaya Tetap
2006
2007
Tenaga kerja bulanan
Jumlah (Rp) 50.323.572
Rata-rata/ bulan (Rp) 8.387.262
Jumlah (Rp) 128.470.083
Rata-rata/ bulan (Rp) 10.705.840,25
Total Biaya Tetap
50.323.572
8.387.262
128.470.083
10.705.840,25
Sumber: Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge (diolah), 2006-2007
Jumlah tenaga kerja bulanan tahun 2006 yang berhubungan dengan proses budidaya teh ini terdapat 11 orang tenaga kerja bulanan, sehingga hanya 11 orang tersebut yang dimasukkan ke dalam perhitungan biaya tetap ini. Total biaya tenaga kerja bulanan yang dikeluarkan oleh perusahaan pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 50.323.572,- dengan biaya ratarata per bulan sebesar Rp 8.387.262,-. Total biaya tetap per bulannya dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan total biaya tenaga kerja bulanan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 128.470.083,- dengan biaya rata-rata per bulannya yaitu sebesar Rp 10.705.840,25,-. Rata-rata gaji tenaga kerja bulanan pada tahun 2007 mengalami kenaikan, penetapan kenaikan gaji ini ditetapkan atas dasar kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan pusat. Total biaya tetap per bulannya dapat dilihat pada Lampiran 3.
40
2.
Biaya Tidak Tetap (variable cost) Biaya tidak tetap merupakan biaya yang secara langsung berkaitan dengan
jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai. Sesuai dengan penjelasan dalam Hernanto (1991; 179) mengenai penggolongan biaya, yang termasuk kedalam biaya tidak tetap dalam penelitian ini antara lain biaya tenaga kerja harian, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya peralatan, biaya pengangkutan, dan biaya lain-lain. Sumber dana untuk setiap penggunaan komponen dalam produksi pucuk teh yang digunakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge berasal dari perusahaan pusat di Gambung. Sedangkan untuk bibit, perusahaan tidak mengeluarkan biaya karena bibit yang digunakan berasal dari pohon induk teh yang ada di kebun. Komponen dan biaya tidak tetap pucuk teh disajikan pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006
Tenaga kerja harian Pupuk Pestisida Peralatan Pengangkutan Lain-lain
Jumlah (Rp) 210.644.899 187.575 12.640.173 2.947.750 9.405.276 350.000
2006 Rata-rata/bulan (Rp) 35.107.483,17 31.262,50 2.106.695,50 491.291,67 1.567.546 58.333,33
Total Biaya Tidak Tetap
236.175.673
39.362.612,17
No.
Komponen Biaya Tidak Tetap
1 2 3 4 5 6
(%)
89,19 0,08 5,35 1,25 3,98 0,15 100
Sumber: Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge (diolah), 2006
41
Berdasarkan Tabel 8 di atas, biaya tenaga kerja harian yang dikeluarkan oleh perusahaan pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 210.644.899,- atau 89,19 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 35.107.483,17,-. Tenaga kerja harian ini berasal dari bagian pembibitan dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (PTBM), pemeliharaan kebun induk, pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM), serta pemetikan. Dari beberapa bagian tersebut, pemetikan mempunyai jumlah pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar Rp 150.786.935,- atau 71,58 % dari total biaya tenaga kerja harian dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya Rp 25.131.155,83,- seperti yang terlihat pada Lampiran 6. Besarnya pengeluaran tersebut sesuai dengan penjelasan dalam Ghani (2002; 71) yang menyebutkan bahwa dalam budidaya teh, tenaga kerja pemetikan menyerap biaya yang paling banyak begitupun dengan jumlah tenaga kerjanya. Jumlah tenaga kerja pemetikan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah 58 orang atau 74.35 % dari total tenaga kerja perkebunan sebanyak 78 orang. Rata-rata standar upah pemetikan tahun 2006 untuk tenaga kerja harian tetap adalah Rp 434,096,- dan untuk tenaga kerja harian musiman sebesar Rp 378,750,-. Pada pupuk, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 187.575,- atau 0,08 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 31.262,50,-. Pengeluaran biaya pupuk ini digunakan untuk bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM). Pemupukan yang diberikan melalui tanah sudah diberikan pada bulan April, dan bulan Mei (semester awal) tahun 2006 dan dilakukan sebanyak dua kali. Pemupukan tanah pada bulan Januari dan
42
bulan Juli yang digunakan berasal dari sisa dana yang ada. Pengeluaran biaya pupuk tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8. Kecilnya biaya pupuk yang dikeluarkan perusahaan dikarenakan tidak adanya biaya untuk pemupukan tanah pada bulan Juli sampai bulan Desember (semester dua), sedangkan idealnya pupuk diberikan sebanyak empat kali aplikasi. Selain tidak ada dana pemupukan, karena pada bulan Juli sudah memasuki musim kemarau, maka perusahaan menggunakan pupuk daun yang diberikan untuk blok-blok tanaman tertentu saja agar lebih ekonomis. Dalam Ghani (2002; 60) dijelaskan, pupuk daun ekonomis digunakan sebagai pengganti apabila tidak memungkinkan diberi pupuk melalui tanah. Pengeluaran perusahaan untuk pestisida adalah sebesar Rp 12.640.173,atau 5,35 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya sebesar
Rp
pemeliharaan
2.106.695,50,-. kebun
induk,
Pestisida dan
ini
digunakan
pemeliharaan
untuk pembibitan,
tanaman
menghasilkan.
Pengaplikasian pestisida banyak digunakan pada bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) yaitu sebesar Rp 11.876.739,- dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 1.979.456,50,-. Adimulya (2006; 32) menjelaskan, serangan hama terhadap tanaman akan meningkat pada musim kemarau karena angin membantu penyebaran hama. Sedangkan penyakit akan menyerang tanaman pada musim hujan karena ketika musim hujan, maka kelembaban akan meningkat sehingga memicu pertumbuhan jamur yang menimbulkan penyakit. Pada Lampiran 10 terlihat di bulan Juli sampai bulan September pembelian pestisida untuk pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) lebih besar dibandingkan
43
dengan bulan Oktober sampai bulan Desember, hal tersebut dikarenakan musim kemarau sehingga menyebabkan serangan hama yang lebih banyak dari bulanbulan sebelumnya. Biaya peralatan yang dikeluarkan pada bulan juli sampai bulan Desember tahun 2006 dalam penelitian ini terdiri dari plastik sungkup, paku, bambu, kawat, tali rapia, plastik polibag, bilik carang, waring, sarung tangan, dan buku untuk pencatatan. Jumlah biaya peralatan yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp 2.947.750,- atau 1,25 % dengan biaya rata-rata per bulannya Rp 491.291,67,-. Pada bulan Agustus perusahaan banyak mengeluarkan biaya untuk pembelanjaan peralatan keperluan pembibitan. Biaya peralatan yang dikeluarkan dapat dilihat pada Lampiran 12. Di samping itu, biaya pengangkutan yang dikeluarkan perusahaan adalah RP 9.405.276,- atau 3,98 % dengan jumlah biaya rata-rata per bulan yaitu Rp 1.567.546,-. Biaya pengangkutan dikeluarkan untuk pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik. Komponen yang termasuk kedalam biaya pengangkutan di penelitian ini adalah biaya upah pengemudi, bahan bakar, dan biaya pemeliharaan kendaraan. Pada bulan Desember biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar Rp 2.570.874,-. Hal ini
dikarenakan
besarnya
biaya
untuk
pemeliharaan
truk
sebesar
Rp 1.331.667,-. Secara lebih rinci, biaya pengangkutan dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan jumlah biaya lain-lain dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 350.000,- atau 0,15 % dengan jumlah biaya rata-rata per bulan sebesar
44
Rp 58.333,33,-. Biaya lain-lain yang dikeluarkan merupakan biaya dari bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM). Komponen dan biaya tidak tetap pucuk teh bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007 terdiri dari biaya tenaga kerja harian, pupuk, pestisida, peralatan, pengangkutan, dan biaya lain-lain sesuai pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Januari-Desember Tahun 2007
Tenaga kerja harian Pupuk Pestisida Peralatan Pengangkutan Lain-lain
Jumlah (Rp) 487.346.537 25.033.242 38.064.520 1.883.682 25.131.023 1.872.975
2007 Rata-rata/bulan (Rp) 40.612.211,42 2.086.103,50 3.172.043,33 156.973,50 2.094.251,92 156.081,25
Total Biaya Tidak Tetap
579.331.979
48.277.664,92
No.
Komponen Biaya Tidak Tetap
1 2 3 4 5 6
(%)
84,12 4,32 6,57 0,33 4,34 0,32 100
Sumber: Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge (diolah), 2007
Berdasarkan Tabel 9 di atas, pada tahun 2007 biaya tenaga kerja harian yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 487.346.537,- atau 84,12 % dari total biaya tidak tetap
dengan
jumlah
biaya
rata-rata
per
bulannya
adalah
sebesar
Rp 40.612.211,42,-. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tersebut adalah untuk bagian pembibitan dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (PTBM), pemeliharaan kebun induk, pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM), serta bagian pemetikan. Sama seperti dengan tahun 2006, pada tahun 2007 ini komponen biaya tenaga kerja harian bagian pemetikan memiliki jumlah pengeluaran yang paling besar yaitu Rp 353.938.959,- atau 72,62 % dari total
45
biaya tenaga kerja hariannya dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 29.494.913,25,-. Pada tahun 2007, rata-rata standar upah pemetikan untuk tenaga kerja harian tetap mengalami kenaikan menjadi Rp 620.758,- dan upah tenaga kerja harian musiman menjadi Rp 570.750,-. Penetapan kenaikan standar upah ini ditetapkan atas dasar kebijakan perusahaan pusat. Jumlah tenaga kerja bagian pemetikan pada tahun 2007 berkurang menjadi 55 orang atau 76,38 % dari total tenaga kerja di perkebunan sebanyak 72 orang. Persentase jumlah tenaga kerja pemetikan tahun 2007 mengalami kenaikan karena diikuti dengan berkurangnya tenaga kerja perkebunan dari bagian pembibitan menjadi tiga orang dan bagian pemeliharaan menjadi 14 orang. Bila dibandingkan dengan tahun 2006 selama satu tahun, berkurangnya jumlah tenaga kerja pemetikan tahun 2007 menyebabkan biaya tenaga kerja pemetikan yang dikeluarkan menjadi berkurang juga. Biaya dari komponen tenaga kerja harian ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Total pengeluaran biaya pupuk tahun 2007 sebesar Rp 25.033.242,- atau 4,32 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulan sebesar Rp 2.086.103,50,-. Biaya pupuk tersebut digunakan pada pemeliharaan kebun induk dan paling banyak digunakan pada tanaman menghasilkan (PTM). Penggunaan pupuk yang diberikan melalui tanah pada bulan Maret merupakan pengeluaran yang paling besar, pupuk tersebut merupakan gabungan dua aplikasi pemupukan dengan bulan sebelumnya. Pemupukan urea pada bulan Oktober yang diberikan untuk tanaman menghasilkan berasal dari sisa dana yang ada saja. Sama seperti dengan bulan Juli sampai bulan Desember (semester dua) tahun 2006, pada bagian tanaman menghasilkan tidak diberikan pupuk tanah dikarenakan tidak
46
adanya dana untuk membeli pupuk sehingga perusahaan menggunakan pupuk daun untuk blok-blok tanaman tertentu saja. Biaya pupuk daun bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) pada tahun 2007 lebih besar dari tahun 2006, karena harga pupuk daun tahun 2007 mengalami kenaikan. Biaya pupuk tahun 2007 dapat dilihat di Lampiran 9. Di samping itu, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembelian pestisida adalah sebesar Rp 38.064.520,- atau 6,57 % dari total biaya tidak tetap dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 3.172.043,33,-. Biaya pestisida yang dikeluarkan untuk bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) mulai bulan Oktober sampai bulan Desember lebih besar dibandingkan dengan bulanbulan sebelumnya, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut sudah memasuki musim hujan yang menyebabkan kelembaban meningkat sehingga memicu pertumbuhan jamur yang menimbulkan penyakit dan menyerang tanaman produksi. Pengaplikasian pestisida diterapkan pada pembibitan, pemeliharaan kebun induk dan paling banyak dilakukan pada pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) karena tanaman
menghasilkan
merupakan tanaman
produksi. Rincian pengeluaran biaya pestisida dapat dilihat pada Lampiran 11. Pada tahun 2007 perusahaan mengeluarkan biaya untuk pembelian peralatan seperti plastik sungkup dan polibag yang digunakan di bagian pembibitan. Sedangkan paku, sprayer, alat kompa, sarung tangan, masker, buku pencatatan,
dan
lain-lain
digunakan
di
bagian
pemeliharaan
tanaman
menghasilkan (PTM). Total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.883.682,atau 0,33 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya
47
sebesar Rp 156.973,50,-. Pengeluaran biaya peralatan ini digunakan untuk pembibitan dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) seperti terlihat pada Lampiran 13. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan adalah RP 25.131.023,- atau 4,34 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya yaitu Rp 2.094.251,92,-. Biaya pengangkutan dikeluarkan untuk pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik. Pada bulan Desember biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar Rp 4.876.830,-. Hal ini dikarenakan besarnya biaya untuk pemeliharaan truk sebesar Rp 3.365.500,-. Secara lebih rinci, biaya pengangkutan dapat dilihat pada Lampiran 15. Sedangkan biaya lain-lain yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.872.975,- atau 0,32 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya ratarata per bulannya Rp 156.081,25,-. Biaya lain-lain yang dikeluarkan pada tahun ini merupakan biaya dari bagian pembibitan, pemeliharaan kebun induk, pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM), dan pemetikan. 3)
Total Biaya Produksi (total cost) Total biaya produksi adalah total biaya tidak tetap ditambah dengan total
biaya tetap. Total biaya produksi bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 286.499.245,- dengan jumlah persentase total biaya tetap sebesar 17,57 % dan total biaya tidak tetap sebesar 82,43 % dari total biaya produksi. Besarnya persentase biaya tidak tetap ini dikarenakan biaya tenaga kerja harian yang besar sebesar 73,52 % dari total biaya produksi. Di samping itu, total biaya tidak tetap tahun 2007 memiliki persentase lebih besar yaitu 68,85 %
48
daripada persentase total biaya tetap sebesar 18,15 %. Sama halnya seperti pada tahun 2006, komponen biaya tidak tetap yang memiliki pengeluaran paling besar adalah biaya tenaga kerja harian karena jumlah tenaga kerja yang diserap juga banyak. Di bawah ini merupakan Tabel 10, yaitu tabel total biaya produksi pucuk teh bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007.
Tabel 10. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007
No. 1
Biaya Produksi
2006 Jumlah (Rp)
(%)
2007 Jumlah (Rp)
(%)
Biaya Tetap - Tenaga kerja bulanan
50.323.572
17,57
128.470.083
18,15
2
Total Biaya Tetap
50.323.572
17,57
128.470.083
18,15
3
Biaya Tidak Tetap 210.644.899
73,52
487.346.537
68,85
187.575
0,07
25.033.242
3,54
- Pestisida
12.640.173
4,41
38.064.520
5,38
- Peralatan
2.947.750
1,03
1.883.682
0,27
- Pengangkutan
9.405.276
3,28
25.131.023
3,55
350.000
0,12
1.872.975
0,26
- Tenaga kerja harian - Pupuk
- Lain-lain 4
Total Biaya Tidak Tetap
236.175.673
82,43
579.331.979
81,85
5
Total Biaya Produksi
286.499.245
100
707.802.062
100
Bedasarkan hasil perhitungan total biaya produksi dari bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007, diketahui bahwa komponen biaya dari total biaya produksi yang paling besar dikeluarkan oleh perusahaan adalah komponen biaya tenaga kerja, maka
49
dana yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih diutamakan kepada pemenuhan upah tenaga kerja. Seperti yang dijelaskan oleh Ghani (2002; 117) bahwa budidaya teh memiliki karakteristik khas di antaranya padat karya. Dengan demikian kemampuan mengelola tenaga kerja menjadi sangat penting.
5.1.2. Penerimaan Pucuk Teh
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara total produksi dengan harga jual. Berikut merupakan Tabel 11, yaitu tabel penerimaan pucuk teh bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007.
Tabel 11. Penerimaan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007
Tahun
Produksi
Harga
Penerimaan
Rata-rata Penerimaan
(Kg)
(Rp/Kg)
(Rp)
(Rp/bulan)
2006
248.282
1.200
297.938.400
49.656.400
2007
676.703
1.300
879.713.900
73.309.491,67
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa jumlah penerimaan pucuk teh Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah Rp 297.938.400,- dengan rata-rata penerimaan per bulannya sebesar Rp 49.656.400,-. Hasil produksi pucuk teh adalah sebanyak 248.282kg berasal dari kebun tanaman menghasilkan (TM) seluas 57,030ha. Pucuk teh dari kebun tanaman menghasilkan (TM) tersebut belum berproduksi secara maksimal, sehingga produksi pucuk teh tidak dapat terambil semua dari
50
keseluruhan lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 57,405ha. Sementara itu, harga pucuk teh per bulan tahun 2006 adalah Rp 1.200,- per kg. Penerimaan per bulannya dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 18. Pada tahun 2007, hasil produksi pucuk teh adalah sebanyak 676.703kg yang berasal dari kebun tanaman menghasilkan (TM) seluas 58,250ha. Pucuk teh dari kebun tanaman menghasilkan (TM) tersebut tidak dapat terambil semua dari keseluruhan lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 58,780ha. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya tenaga kerja bagian pemetikan dan banyaknya hari libur ketika sudah waktunya pemetikan pucuk teh basah. Bila dibandingkan dengan tahun 2006 selama satu tahun, maka hasil produksi pucuk teh tahun 2007 mengalami peningkatan karena luas lahan tanaman menghasilkan (TM) pada tahun 2007 juga meningkat, seperti yang dijelaskan dalam Rahim dan Hastuti (2007; 36) bahwa secara umum dikatakan semakin luas lahan (yang ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Sementara itu, harga pucuk teh per bulan tahun 2007 adalah sebesar Rp 1.300,- per kg. Dari hasil perkalian antara jumlah produksi pucuk teh dengan harga pucuk teh, diperoleh hasil penerimaan sebesar Rp 879.713.900,- dan rata-rata penerimaan per bulannya adalah Rp 73.309.491,67,-. Penerimaan per bulannya dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 19.
51
5.1.3. Pendapatan Pucuk Teh
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 11.439.155,- dengan jumlah rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.906.525,83,-. Terlihat pada Lampiran 20, pada bulan Agustus sampai bulan Oktober jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan mengalami defisit karena pada bulan tersebut hasil produksi pucuk teh yang diperoleh rendah dan biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar daripada hasil penerimaan perusahaan. Jumlah pendapatan di bulan Agustus memiliki nilai defisit yang terkecil yaitu Rp -8.250.264,dibandingkan
bulan
September
Rp
-14.545.204,-
dan
bulan
Oktober
Rp -23.129.707,-, karena biaya untuk pembelian pestisida bulan Agustus Rp 2.275.380,- yang diaplikasikan kepada tanaman produksi lebih besar daripada bulan September Rp 2.169.186,- dan bulan Oktober Rp 1.222.903,- sehingga tanaman produksi yang terserang hama dapat lebih banyak terselamatkan. Sedangkan jumlah pendapatan yang memiliki nilai defisit terbesar adalah bulan Oktober, karena hasil produksi yang diperoleh paling rendah dan biaya untuk pembelian pestisida yang diaplikasikan pada tanaman produksi juga paling kecil akibat terbatasnya biaya untuk membeli pestisida. Berikut merupakan Tabel 12, yaitu tabel pendapatan pucuk teh bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007.
52
Tabel 12. Pendapatan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 Uraian
1
Penerimaan
2006 Jumlah (Rp) 297,938,400
2007 Jumlah (Rp) 879,713,900
2
Total Biaya Produksi
286.499.245
707.802.062
3
Jumlah Pendapatan
11,439,155
171,911,838
4
Rata-rata Pendapatan/bulan
1,906,525.83
14,325,986.50
No.
Di samping itu, pendapatan pucuk teh yang diperoleh pada tahun 2007 adalah Rp 171.911.838,- dengan jumlah rata-rata pendapatannya adalah sebesar Rp 14.325.986,50,-. Pada lampiran 21 dapat terlihat jumlah pendapatan di bulan Maret sebesar Rp -11.850.124,-, bulan Agustus sebesar Rp -12.331.102,-, bulan September sebesar Rp -34.946.474,-, dan bulan Oktober sebesar Rp -6.206.410,mengalami defisit. Besarnya total biaya produksi pada bulan Maret dikarenakan pada bulan
tersebut
perusahaan mengeluarkan
biaya
yang besar yaitu
Rp 77.388.324,- dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya untuk pembelian pupuk yang diaplikasikan pada pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM). Jumlah pendapatan perusahaan di bulan September memiliki nilai defisit yang terbesar yaitu Rp -34.946.474,- karena hasil produksi pucuk teh yang diperoleh paling rendah sebanyak 14.693Kg akibat musim kemarau. Namun secara keseluruhan pendapatan perusahaan dapat menutup kerugian pada beberapa bulan tersebut. Seluruh hasil penjualan produk dari setiap kebun percobaan yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina dikelola oleh perusahaan pusat di Gambung, termasuk penjualan pucuk teh dari Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini. Atas
53
dasar hal tersebut, ketika Pusat Penelitian Teh dan Kina mengalami defisit pemasukan maka Kebun Percobaan Pasir Sarongge yang memberikan sumbangan pemasukan besar pun akan ikut terkena dampaknya. Dampak tersebut dapat berupa seperti keterlambatan atau kekurangan dalam pemberian dana sebagai biaya untuk setiap penggunaan komponen dalam produksi pucuk teh dan keterlambatan perusahaan pusat dalam pemberian dana sebagai biaya untuk pembayaran gaji dan upah tenaga kerja.
5.2.
Marjin Keamanan (Margin of Safety)
Marjin keamanan atau margin of safety (MOS) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Marjin pengaman penjualan ini menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan mengalami kerugian. Dari perhitungan pendapatan usahatani, perusahaan memerlukan juga informasi mengenai berapa jumlah maksimal penurunan penjualan yang terjadi dimana perusahaan tidak mengalami kerugian. Marjin keamanan (Margin of Safety) ini dihitung berdasarkan selisih antara total penjualan dengan nilai penjualan pada titik impas. Untuk mengetahui nilai marjin keamanan, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu nilai titik impas penjualan. Titik impas atau BEP adalah volume penjualan dimana jumlah penerimaan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi. Marjin keamanan bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 13.
54
Tabel 13. Marjin Keamanan Bulan Juli-Desember Tahun 2006 No.
Uraian
Jumlah
1
Penerimaan
Rp 297.938.400
2
Total Biaya Produksi
Rp 286.499.245
3
Nilai Titik Impas
Rp 242.756.841
4
Volume Titik Impas
5
Marjin Keamanan
6
% Marjin Keamanan
202.298Kg Rp
55.181.559
18,52 %
Pada Tabel 13 dapat dilihat nilai titik impas (BEP) dan marjin keamanan (MOS) penjualan bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006. Sedangkan cara perhitungan nilai titik impas dan marjin keamanan tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 22 dan Lampiran 24. Pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006, marjin keamanan Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah sebesar Rp 55.181.559,- atau 18,52 % dari total penerimaannya, artinya
penjualan
perusahaan
boleh
mengalami
penurunan
sebesar
Rp 55.181.559,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar 202.298kg atau Rp 242.756.841,-. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Sementara itu pada Tabel 14, diketahui bahwa marjin keamanan Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007 adalah sebesar Rp 503.469.826,- atau 57,23 % dari total penerimaan, artinya penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 503.469.826,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007
55
adalah 261.176kg atau Rp 376.244.074,-. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Perhitungan nilai titik impas dan marjin keamanan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 23 dan Lampiran 25.
Tabel 14. Marjin Keamanan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 No.
Uraian
Jumlah
1
Penerimaan
Rp
879.713.900
2
Total Biaya Produksi
Rp
707.802.062
3
Nilai Titik Impas
Rp
376.244.074
4
Volume Titik Impas
5
Marjin Keamanan
6
% Marjin Keamanan
261.176Kg Rp
503.469.826 57,23 %
Berdasarkan keterangan Tabel 14 di atas, diketahui bahwa perusahaan masih berada dalam kondisi aman karena marjin keamanan yang berada di atas nilai titik impas. Semakin besar marjin keamanan maka semakin baik bagi perusahaan, karena semakin tinggi marjin keamanan maka toleransi terhadap penurunan volume penjualan / penerimaan juga tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika marjin keamanan rendah maka semakin besar kemungkinan bagi perusahaan mengalami kerugian.
56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendapatan pucuk teh di Pusat Penelititan Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai dengan bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 11.439.155,-. Pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan Desember, pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun percobaan Pasir Sarongge adalah sebesar Rp 171.911.838,-. 2. Marjin keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai ini menjelaskan bahwa penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar 202.298kg atau atau Rp 242.756.841,. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Marjin keamanan pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan Desember yaitu sebesar Rp 503.469.826,- yang artinya penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 503.469.826,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007 adalah 261.176kg atau Rp 376.244.074,-. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai
57
titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Berdasarkan penjelasan tersebut, keadaan perusahaan berada dalam kondisi aman dari kerugian karena nilai marjin keamanannya masih berada di atas nilai titik impas.
6.2.
Saran
Guna menjaga kelangsungan usahanya maka Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge diharapkan dapat mempertahankan pendapatannya dengan cara mengoptimalkan tenaga kerja perkebunan yang ada dan menambah kemampuan produksi pucuk tehnya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Adimulya, Vidya. Analisis Produksi Teh (Camellia sinensis L. O. Kuntze) di Kebun Jolotigo. PTPN IX, Pekalongan, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2006
Badan Pusat Statistik. Statistik Harga Produsen Tanaman Pangan dan Perkebunan Rakyat 2000-2005. (Jakarta: BPS, 2006).
Departemen Pertanian. Kerangka Pemikiran Pembentukan Dewan Teh Indonesia. 27 September 2007; 1hlm. http://ditjenbun.deptan.go.id/rempahbun/rempah//index2.php?option=com _content&do_pdf=1&id=24, 05 Nopember 2007, pk. 15.08 WIB.
Detikhot. Indonesia Coba Dongkrak Harga Teh. 24 Juli 2008; 1hlm. http://www.detikhot.com/read/2008/07/24/103834/977028/124/indonesiacoba-dongkrak-harga-teh, 18 Pebruari 2009, pk. 16.30 WIB.
Direktorat Jenderal Perkebunan. Produksi Teh di Seluruh Indonesia. 9 Maret 2007; 1hlm. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/2006/ProdTeh06.htm, 26 Januari 2009, pk. 15.11 WIB.
Downey, David W. & Steven P. Erickson. Manajemen Agribisnis, Ed ke-2. (Jakarta: Erlangga, 1987).
Ghani, Mohammad A. Buku Pintar Mandor Dasar-Dasar Budidaya Teh. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2002).
Hernanto, Fadholi. Ilmu Usahatani. (Jakarta: Penebar Swadaya,1991).
Jumingan. Analisis laporan Keuangan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).
Krisnamurthi, Bayu. Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis. (Bogor: Laboratorium Ekonomi dan Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor, 2000).
59
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh, Ed ke-3. (Bandung: Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Makeham, J.P. & L.R. Malcolm. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. (Jakarta: LP3ES, 1991).
Nitha.
Teh Hijau dan Manfaatnya. 27 September 2005; 1hlm. http://veenendaal.multiply.com/reviews/item/91, 9 September 2007, pk. 16.29 WIB.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum. (Dokumentasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, 2006).
Pusat Penelitian Teh dan Kina. Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum. (Dokumentasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, 2007).
Pusat Penelitian Teh dan Kina. Profil Kebun Percobaan Pasir Sarongge. (Dokumentasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, 2007).
Radius, Dwi B. Teh Sudah Selayaknya Menjadi Komoditas Unggulan Nasional. 21 April 2007; 1hlm. http://www.kompas.com/kompascetak/0704/21/Jabar/12315.htm, 11 Desember 2007, pk. 17.52 WIB.
Rahim, Abd. & D. R. D. Hastuti. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2007).
Santoso, Joko & R. Suprihatini. Perspektif Bisnis Komoditi Teh. Warta Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006; 17 [1-3]: 242.
Sibuea, Posman. Minum Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. 2003; 1hlm. http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/1010/kes1.html, 05 Juli 2007, pk. 13.01 WIB.
60
Simamora, Henry. Akutansi Manajemen. (Jakarta: Salemba Empat, 1999).
Soekartawi. Analisis Usahatani. (Jakarta: UI-Press, 2006). Yanuar. Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia. 22 Pebruari 2007; 1hlm. http://ditjenbun.deptan.go.id//images/stories/fruit/komoditi%20teh.pdf, 26 Januari 2009, pk. 14.38 WIB.
61
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan yang Digunakan dalam Penelitian 1. Bagaimana sejarah berdirinya Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ? 2. Apa visi, misi, dan fungsi dari Pusat Penelitian Teh dan Kina ini ? 3. Kegiatan apa sajakah yang ada di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ? 4. Produk apa saja yang dihasilkan Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ? 5. Berapa luas tanah perkebunan yang dimiliki Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ? 6. Berapa luas tanah dari setiap penggunaan lahan perkebunan ? 7. Atas kepemilikan siapakah tanah tersebut ? 8. Bagaimanakah struktur organisasi Pusat Penelitian teh dan Kina yang ada di Kebun Percobaan Pasir Sarongge ? 9. Apa tugas dari setiap penanggung jawab yang terdapat dalam organisasi Pusat Penelitian teh dan Kina yang ada di Kebun Percobaan Pasir Sarongge ? 10. Berapa jumlah seluruh tenaga kerja yang ada di Pusat Penelitian Teh dan Kina yang ada di Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini ? 11. Berapa jumlah seluruh tenaga kerja perkebunan ? 12. Bagaimanakah sistem pengangkatan tenaga kerja harian bagian perkebunan ? 13. Sarana dan fasilitas apa sajakah yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Sarongge ini ?
62
Lampiran 1. Lanjutan 14. Kepada siapa produksi pucuk teh basah Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini di pasarkan ? 15. Berapa harga jual pucuk teh basah pada tahun 2006 dan tahun 2007 ? 16. Berasal dari manakah biaya yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge untuk setiap penggunaan komponen dalam proses produksi pucuk teh ? 17. Berasal dari manakah bibit yang digunakan untuk penanaman ulang di kebun ? 18. Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam tahap pembibitan hingga tahap pemetikan ? 19. Apakah perusahaan mengeluarkan biaya penyusutan untuk setiap peralatan yang digunakan dalam proses produksi pucuk teh ? 20. Jika ya, berapa biaya penyusutan yang dikeluarkan dari setiap peralatan yang digunakan tersebut ? 21. Jenis pupuk apa saja yang digunakan dalam proses produksi pucuk teh ? 22. Berapa biaya untuk setiap jenis pupuk yang digunakan tersebut ? 23. Jenis pestisida apa saja yang digunakan dalam proses produksi pucuk teh ? 24. Berapa biaya untuk setiap jenis pestisida yang digunakan tersebut ? 25. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya teh di kebun ini ? 26. Berapa rata-rata standar upah yang diberikan kepada tenaga kerja harian di perkebunan ?
63
Lampiran 2. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Tahun 2006 Uraian Tenaga Kerja Bulanan
Januari
Pebruari
Maret
8,178,998
10,018,173
10,317,481
Pemel. Mesin
1,176,574
1,178,738
TOTAL
9,355,572
11,196,911
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
10,294,933
10,294,933
10,294,933
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
109,723,023
1,851,119
1,418,649
1,674,569
2,076,269
.
.
.
.
.
.
9,375,918
12,168,600
11,713,582
11,969,502
12,371,202
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
119,098,941
Keterangan : Uraian Tenaga Kerja Bulanan
Jumlah (Januari-Juni) 59,399,451
Pemeliharaan Mesin
9,375,918
Total Biaya Tetap
68,775,369
Rata-rata Biaya Tetap
11,462,561.15
Uraian
Jumlah (Juli-Desember)
Tenaga Kerja Bulanan
50,323,572
Total Biaya Tetap
50,323,572
Rata-rata Biaya Tetap
8,387,262
Nopember
Desember
Total
Lampiran 3. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Tahun 2007 Uraian Tenaga Kerja Bulanan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
8,386,559
10,247,723
10,792,967
10,792,967
10,792,967
10,792,967
TOTAL
8,386,559
10,247,723
10,792,967
10,792,967
10,792,967
10,792,967
Agustus
September
10,792,967
11,642,307
11,051,705
10,792,967
11,642,307
11,051,705
Oktober
Nopember
Desember
Total
11,051,705
11,051,705
11,073,544
128,470,083
11,051,705
11,051,705
11,073,544
128,470,083
Keterangan :
Uraian
Jumlah (Januari-Juni)
Tenaga Kerja Bulanan
61,806,150
Total Biaya Tetap
61,806,150
Rata-rata Biaya Tetap
10,301,025
Uraian
Jumlah (Juli-Desember)
Tenaga Kerja Bulanan
66,663,933
Total Biaya Tetap
66,663,933
Rata-rata Biaya Tetap
11,110,655.5
Lampiran 4. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Tahun 2006 No. 1
Uraian Tenaga Kerja Harian
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Total 515,534,717 23,421,156
36,994,743
45,068,934
54,116,088
47,819,800
59,944,037
60,946,216
37,565,726
32,559,119
26,535,996
32,287,282
40,706,811
40,989,965
2
Pupuk
1,089,800
.
.
11,082,282
11,061,499
.
52,575
.
45,000
10,000
14,000
66,000
3 4
Pestisida Peralatan
633,600 1,361,584
1,742,400 909,400
1,443,200 952,000
1,437,805 1,212,500
1,942,900 1,051,600
1,452,802 984,250
2,580,528 291,000
2,275,380 1,778,750
2,169,186 69,500
1,222,903 20,000
2,072,626 441,500
2,319,550 347,000
21,292,880
5
Listrik
2,022,300
2,405,470
2,549,560
2,213,168
3,691,490
2,542,814
.
.
.
.
.
.
15,424,802
6
Pengangkutan Bahan Bakar Pengolahan
1,916,516
2,262,073
2,226,404
2,006,316
1,583,776
1,884,115
1,598,780
1,409,753
1,340,660
1,146,260
1,338,949
2,570,874
21,284,476
7
8
48,969,300
33,928,432
46,263,700
41,194,000
43,928,800
47,074,407
.
.
.
.
.
.
Lain-lain
72,000
152,954
.
160,000
80,000
.
.
.
.
.
.
350,000
261,358,639 814,954
TOTAL
93,741,624
87,532,613
109,022,263
108,127,930
124,227,869
115,743,667
42,088,609
38,032,402
30,180,342
34,687,045
44,623,886
46,643,389
868,550,708
Keterangan : No. 1 2
Uraian Tenaga Kerja Harian Pupuk
3
Pestisida
4
Peralatan
5
Listrik
6
9,419,084
Pengangkutan
7
Bahan Bakar Pengolahan
8
Lain-lain
Jumlah (Januari-Juni)
No.
Uraian
Jumlah (Juli-Desember)
304,889,818
1
Tenaga Kerja Harian
23,233,581
2
Pupuk
210,644,899
8,652,707
3
Pestisida
12,640,173
187,575
6,471,334
4
Peralatan
2,947,750
15,424,802
5
Pengangkutan
9,405,276
11,879,200
6
Lain-lain
261,358,639 464,954
Total Biaya Tidak Tetap
632,375,035
Rata-rata Biaya Tidak Tetap
05,395,839.2
Total Biaya Tidak Tetap Rata-rata iaya Tidak etap
350,000 236,175,673 39,362,612.17
Lampiran 5. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Tahun 2007 No. 1
Uraian Tenaga Kerja Harian
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
34,125,318
44,084,349
41,380,462
44,834,581
45,679,073
412,500
796,648
21,853,078
99,000
.
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
37,642,523
40,014,000
33,215,210
36,883,474
35,209,881
48,591,620
45,686,046
487,346,537
.
490,000
79,000
536,000
767,016
.
.
25,033,242
Total
2
Pupuk
3
Pestisida
2,142,470
2,267,900
1,931,350
3,087,596
2,411,764
3,331,215
3,258,883
3,337,607
3,026,860
3,798,488
4,907,475
4,562,912
38,064,520
4
Peralatan
269,000
253,700
73,132
75,045
847,305
55,500
15,000
97,000
120,000
45,000
33,000
.
1,883,682
5
Pengangkutan
2,349,510
1,783,330
1,357,335
1,636,330
1,691,340
1,652,335
2,090,840
1,874,778
2,429,335
1,542,820
1,846,240
4,876,830
25,131,023
6
Lain-lain
641,775
519,200
.
152,000
.
.
.
560,000
.
.
.
.
1,872,975
TOTAL
39,940,573
49,705,127
66,595,357
49,884,552
50,629,482
42,681,573
45,868,723
39,163,595
42,995,669
41,363,205
55,378,335
55,125,788
579,331,979
Keterangan : No.
Uraian
1
Tenaga Kerja Harian
2
Pupuk
Jumlah (Januari-Juni)
No.
Uraian
247,746,306
1
Tenaga Kerja Harian
23,161,226
2
Pupuk Pestisida
3
Pestisida
15,172,295
3
4
Peralatan
1,573,682
4
Peralatan
10,470,180
5
Pengangkutan
1,312,975
6
Lain-lain
5
Pengangkutan
6
Lain-lain Total Biaya Tidak Tetap Rata-rata Biaya Tidak Tetap
299,436,664 49,906,110.67
Total Biaya Tidak Tetap Rata-rata iaya Tidak etap
Jumlah (Juli-Desember) 239,600,231 1,872,016 22,892,225 310,000 14,660,843 560,000 279,895,315 46,649,219.17
Lampiran 6. Biaya Tenaga Kerja Harian Pucuk Teh Tahun 2006 No.
Januari
2
Uraian Pembibitan dan PTBM Pemeliharaan Kebun induk
795,000
500,000
180,000
.
.
.
.
48,450
129,200
3
PTM
6,585,652
7,698,898
9,124,518
6,690,180
8,246,538
8,370,799
8,236,613
8,048,391
8,583,221
4
Pemetikan
24,995,821
30,944,235
39,614,424
35,488,353
46,319,823
45,030,527
28,681,189
22,454,022
16,528,588
23,713,513
5
Pengolahan
1
TOTAL
1,502,186
Pebruari 1,478,300
Maret 129,200
April 1,461,400
Juni
841,100
1,280,600
Juli
Agustus
September
647,924
2,008,256
Oktober
1,294,987
Nopember
1,310,384
Desember
1,243,491
986,079
620,103
905,767
4,164,318
6,643,282
6,639,003
8,348,495
31,918,550
27,491,073
3,116,084
4,447,501
5,067,946
4,179,867
4,536,576
6,264,290
.
.
.
.
.
.
36,994,743
45,068,934
54,116,088
47,819,800
59,944,037
60,946,216
37,565,726
32,559,119
26,535,996
32,287,282
40,706,811
40,989,965
Keterangan : • PTBM : Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan • PTM
Mei
: Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
Lampiran 7. Biaya Tenaga Kerja Harian Pucuk Teh Tahun 2007 No
Uraian Pembibitan dan PTBM Pemeliharaan Kebun Induk
Januari
3
PTM
4
1 2
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
847,894
908,355
871,239
439,140
482,655
191,060
222,070
188,060
893,492
495,352
869,167
1,308,160
64,600
618,500
2,561,000
66,020
.
.
.
749,737
325,585
473,091
6,350,443
8,010,433
8,405,219
9,070,185
10,014,525
9,736,524
11,380,528
10,363,110
10,023,554
8,228,725
7,390,976
7,379,972
8,134,466
6,343,741
Pemetikan
24,807,605
33,487,309
27,933,698
34,592,897
33,815,890
27,088,353
29,768,376
24,048,688
28,273,421
26,861,466
33,237,544
30,023,712
TOTAL
34,125,318
44,084,349
41,380,462
44,834,581
45,679,073
37,642,523
40,01 ,000
33,215,210
36,883,474
35,209,881
48,591,620
45,686,046
Keterangan : • PTBM : Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan • PTM
: Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
Lampiran 8. Biaya Pupuk Pucuk Teh Tahun 2006 No. A
Uraian
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (PTM)
1
Urea
2
SP36
3
KCl
4
512,000
.
.
4,914,432
5,350,125
.
32,575
.
.
.
.
.
.
.
.
4,290,000
3,900,000
.
20,000
.
.
.
.
.
577,800
.
.
1,877,850
1,811,374
.
.
.
.
.
.
.
Tawas
.
.
.
.
.
.
.
.
35,000
.
14,000
.
5
Kiserit
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
6
Bio tonic
.
.
.
.
.
.
.
.
10,000
10,000
.
.
7
Green asri
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
66,000
TOTAL
1,089,800
.
.
11,082,282
11,061,499
.
52,575
.
45,000
10,000
14,000
66,000
TOTAL
1,089,800
.
.
11,082,282
11,061,499
.
52, 75
.
45,000
10,000
14,000
66,000
B
Lampiran 9. Biaya Pupuk Pucuk Teh Tahun 2007 No. A
Januari
Pebruari
1
Urea
.
2
Green asri TOTAL
B
C
Uraian
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
PEMELIHARAAN KEBUN INDUK 301,648
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
33,000
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
301,648
33,000
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
767,016
.
.
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (PTM) 1
Urea
2
KCl
3
Green asri
4
Bio tonic
.
.
11,227,478
.
.
10,295,600
.
.
.
.
.
.
.
.
.
412,500
495,000
297,000
99,000
.
.
490,000
35,000
525,000
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
44,000
11,000
.
.
.
TOTAL
412,500
495,000
21,820,078
99,000
.
.
490,000
79,000
536,000
767,016
.
.
TOTAL
412,500
796,648
21,853,078
99,000
.
.
490,000
79,000
536,000
767,016
.
.
Lampiran 10. Biaya Pestisida Pucuk Teh Tahun 2006 No. A
Uraian
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
PEMBIBITAN 1
Dithane
.
.
.
.
.
.
2
Proklem
.
.
.
.
.
.
3
Trimaton
.
.
.
.
.
.
TOTAL
.
.
.
.
.
.
B
47,000 . 25,000 72,000
94,000 .
.
.
82,500
141,000
.
.
.
.
94,000
82,500
192,600
.
.
.
.
.
141,000
192,600
KEBUN INDUK. 1
BM fevosate
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
80,000
2
Pestisida
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
101,334
TOTAL
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
181,334
C
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (PTM) 1
Indafost
2
BM fevosate
598,400
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
35,200
1,302,400
774,400
704,000
.
1,088,000
448,000
384,000
.
.
.
.
3 4
Promax
.
330,000
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Talstar
.
110,000
550,000
200,000
.
55,000
724,009
350,000
700,000
300,000
350,000
400,000
5
Marvel
.
.
118,800
29,700
.
.
.
.
.
.
.
.
6
Decis
.
.
.
50,355
.
.
.
.
82,000
.
.
7
Neptune
.
.
.
453,750
1,040,400
259,447
288,280
862,125
287,375
.
396,550
453,200
8
Gerosin
.
.
.
.
600,000
.
660,000
.
165,000
.
594,000
561,000
50,355
9
Poksindo
.
.
.
.
302,500
.
.
.
.
.
.
.
10
Sidamethrin
.
.
.
.
.
.
318,739
253,919
271,143
294,573
210,243
150,000
11
Conpidor
.
.
.
.
.
.
.
277,336
138,668
69,330
.
.
Lampiran 10. Lanjutan
D
12
Metindo
.
.
.
.
.
.
.
54,000
324,000
324,000
270,833
109,666
13
Dithane
.
.
.
.
.
.
.
.
142,500
14
Kelthane
.
.
.
.
.
.
.
.
58,000
95,000
.
188,000
58,000
110,000
15
Padan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
70,000
16
Kocide
.
.
.
.
.
.
.
17
Pestisida
.
.
.
.
.
.
69,500
.
.
.
.
13,750
.
.
.
.
.
TOTAL
633,600
1,742,400
1,443,200
1,437,805
1,942,900
1,452,802
TOTAL
633,600
1,742,400
1,443,200
1,437,805
1,942,900
1,452,802
2,508,528
2,181,380
2,086,686
1,222,903
1,931,626
1,945,616
2,580,528
2,275,380
2,169,186
1,222,903
2,072,626
2,319,550
Lampiran 11. Biaya Pestisida Pucuk Teh Tahun 2007 No. A
Uraian
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
PEMBIBITAN 1
Dithane
141,000
94,000
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2
Conpidor
.
.
38,500
.
.
.
.
.
.
.
.
3
Pestisida
.
.
.
.
60,000
.
.
.
.
.
.
TOTAL
141,000
94,000
38,500
.
60,000
.
.
.
.
.
.
.
.
B
PEMELIHARAAN KEBUN INDUK 1
Decis
.
.
91,072.5
.
.
.
.
.
.
2
Omite
.
.
.
150,000
.
.
.
.
.
.
85,000
3
Kelthane
.
.
.
.
.
.
.
.
.
195,000
130,000
4
Kocide
.
.
.
.
.
.
.
.
.
30,800
.
5
Padan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
65,000
6
Conpidor
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
180,000
7
Carolite
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
55,000
TOTAL
.
.
91,073
150,000
.
.
.
.
.
225,800
515,000
.
.
.
.
. 55,000
C
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (PTM) 1
BM fevosate
912,000
.
.
.
.
.
2
Metindo
3
Albatros
113,070
.
169,605
703,796
390,894
335,055
.
.
110,000
110,000
132,000
627,000
561,000
.
.
.
507,000
1,053,000
.
.
4
.
Neptune
114,950
689,700
344,850
57,475
.
1,264,450
689,700
.
862,125
2,442,688
2,356,475
5
Sidamethrin
463,200
310,200
330,000
.
.
.
.
.
.
.
.
Lampiran 11. Lanjutan 6
Talstar
165,000
385,000
55,000
275,000
154,285
.
.
.
.
.
7
Decis
87,500
87,500
91,072.5
458,825
268,530
565,715 .
374,000
.
510,000
85,000
.
8
Kocide
13,750
27,500
.
.
30,800
.
.
.
.
.
.
9
.
Dithane
.
47,000
.
.
.
.
.
.
.
.
10
Meothrin
.
.
250,250
107,250
.
.
.
.
.
.
.
11
Sidafost
.
.
.
1,155,000
475,005
949,995
.
.
.
.
800,000
12
Omite
.
.
.
150,000
.
.
.
.
.
.
.
13
Trigon
.
.
.
30,250
822,250
.
.
.
.
.
.
14
Buldog
.
.
.
.
210,000
140,000
770,000
.
.
.
.
15
Crown
.
.
.
.
.
76,000
566,183
914,607
609,735
.
.
16
Conpidor
.
.
.
.
.
.
77,000
105,000
420,000
.
.
17
Carolite
.
.
.
.
.
.
275,000
1,100,000
330,000
935,000
1,155,000
18
Kelthane
.
.
.
.
.
.
.
165,000
185,000
.
26,000
TOTAL
2,001,470
2,173,900
1,801,778
2,937,596
2,351,764
3,331,215
3,258,883
3,337,607
3,026,860
3,572,688
4,392,475
4,562,912
TOTAL
2,142,470
2,267,900
1,931,350
3,087,596
2,411,764
3,331,215
3,258,883
3,337,607
3,026,860
3,798,488
4,907,475
4,562,912
D
Lampiran 12. Biaya Peralatan Pucuk Teh Tahun 2006 No. A
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
1
Paku
.
.
.
.
.
.
.
2
Tali rapia
.
.
.
.
.
.
3
Plastik sungkup
.
.
.
.
.
.
4
Plastik
.
.
.
.
.
.
236,000
5
Bilik carang
.
.
.
.
.
.
6
Kawat tali
.
.
.
.
.
.
7
Bambu tali
.
.
.
.
.
.
.
350,000
.
.
.
.
TOTAL
.
.
.
.
.
.
236,000
1,765,000
52,500
20,000
417,500
335,440
Plastik
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
11,560
TOTAL
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
11,560
B
37,500
52,500
.
.
.
.
30,000
.
20,000
.
.
.
397,500
.
.
417,500
335,440
.
875,000
.
.
.
.
.
75,000
.
.
.
.
KEBUN INDUK 1
C
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (PTM) 1
Buku pencatatan
40,000
.
.
55,000
.
55,000
13,750
17,000
.
.
.
2
Sarung tangan
.
.
.
.
30,800
.
.
.
.
.
.
.
3
Waring
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
24,000
.
TOTAL
40,000
.
.
55,000
30,800
41,250
55,000
13,750
17,000
.
24,000
.
1,055,000
850,000
820,000
1,061,500
893,750
858,000
.
.
.
.
.
.
24,334
27,500
27,500
.
58,300
5,500
.
.
.
.
.
.
D
E
Uraian PEMBIBITAN
41,250
PENGEMASAN 1
Karung
2
Tali rapia
3
Plastik rupa-rupa
4
Plastik inner
.
31,900
49,500
30,000
.
79,500
.
.
.
.
.
.
242,250
.
55,000
66,000
68,750
.
.
.
.
.
.
.
TOTAL
1,321,584
909,400
952,000
1,157,500
1,020,800
943,000
.
.
.
.
.
.
TOTAL
1,361,584
909,400
952,000
1,212,500
1,051,600
984,250
291,000
1,778,750
69,500
20,000
441,500
347,000
Lampiran 13. Biaya Peralatan Pucuk Teh Tahun 2007 No. A
Uraian
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
1
Plastik sungkup
269,000
192,500
.
.
.
33,000
.
.
.
.
.
.
2
Plastik polibag
.
.
20,350
.
.
.
.
.
.
.
.
.
3
Peralatan
.
.
.
.
171,740
.
.
.
.
.
.
.
269,000
192,500
20,350
.
171,740
33,000
.
.
.
.
.
.
TOTAL B
C
Januari
PEMBIBITAN
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (PTM) 1
Paku
.
46,200
.
.
.
22,500
15,000
.
60,000
.
33,000
.
2
Buku pencatatan
.
.
32,432
75,045
16,215
.
.
.
60,000
45,000
.
.
3
Plastik 50x80
.
.
20,350
.
20,350
.
.
.
.
.
.
.
4
Sprayer
.
.
.
.
600,000
.
.
.
.
.
.
.
5 6
Alat kompa
.
.
.
.
39,000
.
.
.
.
.
.
.
Alat (masker, sarung tangan)
.
.
.
.
.
.
.
97,000
.
.
.
.
7
Peralatan
.
15,000
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TOTAL
.
61,200
52,782
75,045
675,565
22,500
15,000
97,000
120,000
45,000
33,000
.
TOTAL
269,000
253,700
73,132
75,045
847,305
55,500
15,000
97,000
120,000
45,000
33,000
.
Lampiran 14. Biaya Pengangkutan Pucuk Teh Tahun 2006 No.
Uraian
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
1
Upah
1,197,657
1,334,953
1,616,404
1,294,516
1,165,772
1,184,865
915,760
811,753
854,660
672,260
790,949
2
Bahan Bakar
353,128
645,120
430,000
559,000
172,000
636,000
507,500
430,000
430,000
258,000
473,000
430,000
3
Pemeliharaan
365,731
282,000
180,000
152,800
246,004
63,250
175,520
168,000
56,000
216,000
75,000
1,331,667
1,916,516
2,262,073
2,226,404
2,006,316
1,583,776
1,884,115
1,598,780
1,409,753
1,340,660
1,146,260
1,338,949
2,57 ,874
September
Oktober
TOTAL
809,207
Lampiran 15. Biaya Pengangkutan Pucuk Teh Tahun 2007 No.
URAIAN
1
Upah
2 3
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
839,510
973,830
989,335
973,830
1,004,840
989,335
1,004,840
974,278
Bahan Bakar
440,000
430,000
334,000
430,000
666,500
301,000
537,500
Pemeliharaan
1,070,000
379,500
34,000
232,500
20,000
362,000
548,500
TOTAL
2,349,510
1,783,330
1,357,335
1,636,330
1,691,340
1,652,335
2,090,840
Nopember
Desember
989,335
942,820
1,004,840
973,830
322,500
430,000
559,000
430,000
537,500
578,000
1,010,000
41,000
411,400
3,365,500
1,874,778
2,429,335
1,542,820
1,846,240
4,876,830
Lampiran 16. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Tahun 2006 No. A 1
Uraian
Januari
BIAYA TIDAK TETAP Tenaga Kerja Harian 36,994,743
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
T tal
45,068,934
54,116,088
47,819,800
59,944,037
60,946,216
37,565,726
32,559,119
26,535,996
32,287,282
40,706,811
40,989,965
1,089,800
.
.
11,082,282
11,061,499
.
52,575
.
45,000
10,000
14,000
66,000
515,5 4,717 23,421,156
Pestisida
633,600
1,742,400
1,443,200
1,437,805
1,942,900
1,452,802
2,580,528
2,275,380
2,169,186
1,222,903
2,072,626
2,319,550
21,528,880
Peralatan
1,361,584
909,400
952,000
1,212,500
1,051,600
984,250
291,000
1,778,750
69,500
20,000
441,500
347,000
9,183,084
2
Pupuk
3 4 5
Listrik
2,022,300
2,405,470
2,549,560
2,213,168
3,691,490
2,542,814
.
.
.
.
.
.
15,424,802
6
Pengangkutan Bahan Bakar Pengolahan
1,916,516
2,262,073
2,226,404
2,006,316
1,583,776
1,884,115
1,598,780
1,409,753
1,340,660
1,146,260
1,338,949
2,570,874
21,284,476
48,969,300
33,928,432
46,263,700
41,194,000
43,928,800
47,074,407
.
.
.
.
.
.
72,000
152,954
.
160,000
80,000
.
.
.
.
.
.
350,000
261,358,639 814,954
93,741,624
87,532,613
109,022,263
108,127,930
124,227,869
115,743,667
42,088,609
38,032,402
30,180,342
34,687,045
44,623,886
46,643,389
868,550,708
8,178,998
10,018,173
10,317,481
10,294,933
10,294,933
10,294,933
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
109,723,023
1,176,574
1,178,738
1,851,119
1,418,649
1,674,569
2,076,269
.
.
.
.
.
.
9,375,918
9,355,572
11,196,911
12,168,600
11,713,582
11,969,502
12,371,202
8,387,262
8, 87,2 2
8,387,262
8,387,262
8,387,262
8,387,262
119,098,941
102,415,415
97,666,574
119,719,552
118,839,453
135,253,604
127,255,806
50,475,871
46,410,264
38,547,604
43,073,707
52,961,148
55,030,651
987,649,649
7
8
B 1
2
C
Lain-lain Total Biaya Tidak Tetap BIAYA TETAP Tenaga Kerja Bulanan Pemel. Mesin Total Biaya Tetap Total Biaya Produksi
Lampiran 17. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Tahun 2007 No. A 1
Uraian
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
44,084,349
41,380,462
44,834,581
45,679,073
37,642,523
40,014,000
33,215,210
36,883,474
35,209,881
48,591,620
45,686,046
487,346,537
412,500
796,648
21,853,078
99,000
.
.
490,000
79,000
536,000
767,016
.
.
25,0 ,242 38,0 ,520
BIAYA TIDAK TETAP Tenaga Kerja 34,125,318 Harian
Total
2
Pupuk
3
Pestisida
2,142,470
2,267,900
1,931,350
3,087,596
2,411,764
3,331,215
3,258,883
3,337,607
3,026,860
3,798,488
4,907,475
4,562,912
4
Peralatan
269,000
253,700
73,132
75,045
847,305
55,500
15,000
97,000
120,000
45,000
33,000
.
1,883,682
5
Pengangkutan
2,349,510
1,783,330
1,357,335
1,636,330
1,691,340
1,652,335
2,090,840
1,874,778
2,429,335
1,542,820
1,846,240
4,876,830
25,1 ,023
6
Lain-lain Total Biaya Tidak Tetap
641,775
519,200
.
152,000
.
.
.
560,000
.
.
.
.
1,872,975
39,940,573
49,705,127
66,595,357
49,884,552
50,629,482
42,681,573
45,868,723
39,163,595
42,995,669
41,363,205
55,378,335
55,125,788
579,331,979
8,386,559
10,247,723
10,792,967
10,792,967
10,792,967
10,792,967
10,792,967
11,642,307
11,051,705
11,051,705
11,051,705
11,073,544
128,470,083
8,386,559
10,247,723
10,792,967
10,792,967
10,792,967
10,792,967
10,792,967
11,642,307
11,051,705
11,051,705
11,051,705
11,073,544
128,470,083
48,327,132
59,952,850
77,388,324
60,677,519
61,422,449
53,474,540
56,661,690
50,8 ,902
54,047,374
52,414,910
66,430,040
66,199,332
707,802,062
B 1
C
BIAYA TETAP Tenaga Kerja Bulanan Total Biaya Tetap Total Biaya roduks
Lampiran 18. Penerimaan Pucuk Teh Tahun 2006 No.
Uraian
1
Hasil Produksi (Kg)
2
Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Jumlah Produksi Total Penerimaan Rata-rata Penerimaan
Nopember
Desember
Total
11,639
14,810
14,383
12,928
14,158
16,807
46,634
31,800
20,002
16,620
73,758
59,468
333,007
9,250
10,076.92
9,228.57
9,200
9,323.84
9,263.28
1,200
1,200
1,200
1,200
1,200
1,200
.
107,660,750
149,239,185.2
132,734,522.3
118,937,600
132,006,926.7
155,687,947
55,960,800
38,160,000
24,002,400
19,944,000
88,509,600
71,361,600
1,094,205,331
Keterangan : Uraian
Oktober
Uraian
Jumlah (Januari-Juni) 84,725 796,266,931 132,711,155.2
Jumlah Produksi Total Penerimaan Rata-rata Penerimaan
Jumlah (Juli-Desember) 248,282 297,938,400 49,656,400
Lampiran 19. Penerimaan Pucuk Teh Tahun 2007 No.
Uraian
1
Hasil Produksi (Kg)
2
Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Jumlah Produksi Total Penerimaan Rata-rata Penerimaan
Nopember
Desember
Total
50,703
79,752
50,414
86,166
81,121
51,352
58,550
29,596
14,693
35,545
78,047
60,764
676,703
1,300
1,300
1,300
1,300
1,300
1,300
1,300
1,300
1,300
1,300
1,300
1,300
.
65,913,900
103,677,600
65,538,200
112,015,800
105,457,300
66,757,600
76,115,000
38,474,800
19,100,900
46,208,500
101,461,100
78,993,200
879,7 3,900
Keterangan : Uraian
Oktober
Uraian
Jumlah (Januari-Juni) 399,508 519,360,400 86,560,066.67
Jumlah Produksi Total Penerimaan Rata-rata Penerimaan
Jumlah (Juli-Desember) 277,195 360,353,500 60,058,916.67
Lampiran 20. Pendapatan Pucuk Teh Tahun 2006 No. 1 2
Uraian Total Penerimaan Total B. Produksi Total Pendapatan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Total
107,660,750
149,239,185.2
132,734,522.3
118,937,600
132,006,926.7
155,687,947
55,960,800
38,160,000
24,002,400
19,944,000
88,509,600
71,361,600
1,094,205,331
102,415,415
97,666,574
119,719,552
118,839,453
135,253,604
127,255,806
50,475,871
46,410,264
38,547,604
43,073,707
52,961,148
55,030,651
987,649,649
5,245,335
51,572,611.2
13,014,970.3
98,147
-3,246,677.3
28,432,141
5,484,929
-8,250,264
-14,545,204
-23,129,707
35,548,452
16,330,949
106,555,682
Keterangan : No.
Uraian
Jumlah (Januari-Juni)
No.
Uraian Total Penerimaan
297,938,400 286,499,245
1
Total Penerimaan
796,266,931
2
Total Biaya Produksi
701,150,404
2
Total Biaya Produksi
95,116,527
3
Total Pendapatan
15,852,754.53
4
Rata-rata Pendapatan
3 4
Total Pendapatan Rata-rata Pendapatan
Jumlah (Juli-Desember)
1
11,439,155 1,906,525.83
Lampiran 21. Pendapatan Pucuk Teh Tahun 2007 No. 1 2
Uraian Total Penerimaan Total B. Produksi Total Pendapatan
Januari
Pebruari
65,913,900
103,677,600
48,327,132 17,586,768
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
65,538,200
112,015,800
105,457,300
66,757,600
76,115,000
38,474,800
59,952,850
77,388,324
60,677,519
61,422,449
53,474,540
56,661,690
43,724,750
-11,850,124
51,338,281
43,034,851
13,283,060
19,453,310
September
Oktober
Nopember
Desember
Total
19,100,900
46,208,500
101,461,100
78,993,200
879,713,900
50,805,902
54,047,374
52,414,910
66,430,040
66,199,332
707,8 2,062
-12,331,102
-34,946,474
-6,206,410
35,031,060
12,793,868
171,911,838
Keterangan: No. 1
Uraian Total Penerimaan
Jumlah (Januari-Juni)
No.
Uraian
Jumlah (JuliDesember)
519,360,400
1
Total Penerimaan
360,353,500
Total Biaya Produksi
346,559,248
2
Total Biaya Produksi
361,242,814
2
3
Total Pendapatan
158,117,586
3
Total Pendapatan
4
Rata-rata Pendapatan
26,352,931
4
Rata-rata Pendapatan
13,794,252 2,299,042
Lampiran 22. Perhitungan Nilai Titik Impas Bulan Juli-Desember Tahun 2006 BEP ( penjualan) =
=
FC VC 1− S
Rp50,323,572 Rp 236,175,673 1− Rp 297,938,400
= Rp 242,756,841.4 = Rp 242,756,841 (dibulatkan)
BEP ( produksi) =
=
FC P −V Rp 50,323,572 Rp1,200 − Rp 951.24
= 202,297.6845 Kg = 202,298 Kg (dibulatkan)
Lampiran 23. Perhitungan Nilai Titik Impas Bulan Januari- Desember Tahun 2007
BEP ( penjualan) =
=
FC VC 1− S
Rp128,470,083 Rp579,331,979 1− Rp879,713,900
= Rp 376,244,074.1 = Rp 376,244,074 (dibulatkan)
BEP ( produksi) =
=
FC P −V Rp128,470,083 Rp1,300 − Rp 808.11
=
261,176.448 Kg
=
261,176 Kg (dibulatkan)
Lampiran 24. Perhitungan Marjin Keamanan Bulan Juli-Desember Tahun 2006 Marjin Keamanan
Persentase MOS
=
Penerimaan – Titik Impas (penjualan)
=
Rp 297,938,400 - Rp 242,756,841
=
Rp 55,181,559
=
M arg in of Safety x 100% Penjualan
=
Rp 55,181,559 x 100% Rp 297,938,400
=
18.52 %
Lampiran 25. Perhitungan Marjin Keamanan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 Marjin Keamanan
Persentase MOS
=
Penerimaan – Titik Impas (penjualan)
=
Rp 879,713,900 - Rp 376,244,074
=
Rp 503,469,826
=
M arg in of Safety x 100% Penjualan
=
Rp 503,469,826 x 100% Rp 879,713,900
=
57.23 %