PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH
Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Ika Wulan Ermayasari A24050896
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
IKA WULAN ERMAYASARI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR). Peningkatan produksi kakao di Indonesia baik dari segi kualitas maupun kuantitas dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Cara intensifikasi dilakukan dengan memperbaiki teknik budidaya dan teknik pengolahan hasil. Teknik budidaya tanaman kakao dapat diperbaiki dengan beberapa cara, salah satunya dengan melakukan pemangkasan yang ideal dan optimum. Pemangkasan yang optimum bertujuan untuk mendapatkan indeks luas daun (ILD) yang optimum sehingga menunjang tercapainya produksi yang maksimal. Tujuan umum dilakukannya magang adalah menambah pengetahuan yang berhubungan dengan pertanaman kakao, meningkatkan keterampilan, dan mendapatkan pengalaman kerja lapangan, baik aspek teknis maupun aspek manajerial. Tujuan khusus dilakukannya magang adalah mengkaji aspek teknis pengelolaan pemangkasan tanaman kakao dalam pencapaian target produksi. Selain itu, mengkaji permasalahan yang dihadapi beserta pemecahannya. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa selama empat bulan dari bulan Februari sampai dengan Juni 2009. Metode yang dilaksanakan adalah bekerja langsung sebagai buruh harian lepas (BHL) selama sepuluh minggu, sebagai pendamping mandor selama tiga minggu, dan sebagai pendamping asisten afdeling atau sinder selama tiga minggu. Penulis juga mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari pengamatan langsung dan diskusi dengan staf serta karyawan terkait, sedangkan data sekunder didapat dari laporan manajemen tahunan, semesteran, triwulanan, dan bulanan perusahaan. Pemangkasan yang dilakukan selama penulis mengikuti kegiatan magang adalah jenis pangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan rotasi tiga sampai empat kali dalam setahun bergantung pada perencanaan kegiatan dan anggaran yang ditetapkan.
Akan tetapi pelaksanaan pemangkasan terlambat karena keterbatasan-keterbatasan kebun. Dalam pelaksanaan pemangkasan masih banyak ditemukan kerusakan tanaman akibat kesalahan pemangkasan. Kerusakan yang ditimbulkan adalah batang pecah dan kulit terkelupas. Penulis melakukan analisis uji t persentase keberhasilan pemangkasan dengan parameter alat pangkas yang digunakan dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan, tidak terdapat pengaruh nyata terhadap persentase keberhasilan pemangkasan baik dengan perbedaan alat pangkas yang digunakan maupun jenis kelamin. Kerusakan tanaman tersebut dapat menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pemangkas melalui penjelasan atau pelatihan tentang cara memangkas yang baik dan benar. Pengawasan untuk kegiatan pemangkasan juga perlu ditingkatkan agar didapat hasil yang baik dan target yang diharapkan dapat tercapai.
Judul Skripsi :
PENGELOLAAN
PEMANGKASAN
TANAMAN
KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Nama
:
IKA WULAN ERMAYASARI
NIM
:
A24050896
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Dr. Ir. Ade Wachjar, MS.) NIP 19550109 198003 1 008 Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr) NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 16 Januari 1988. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Sudiweko dan Ibu Sri Wulan. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri VI Batujajar tahun 1999, kemudian penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan di SLTP Negeri I Batujajar pada tahun 2002, dan penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 2 Cimahi pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima menjadi mahasiswa di IPB dengan sistem mayor minor melalui jalur USMI. Pada tahun 2006 penulis masuk di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah Bandung (Pamaung). Pada tahun 2006-2007, penulis menjadi anggota BEM-KM.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dalam meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS, sebagai pembimbing skripsi. 2. Bapak Dr Ir Darda Efendi, MSi dan Bapak Dr Ir Suwarto, MSi sebagai dosen penguji. 3. Seluruh Direksi PT Sumber Abadi Tirtasantosa. 4. Bapak Adam Gunadi sebagai Administratur Kebun Rumpun Sari Antan I yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di tempat tersebut. 5. Ir. Suprapto sebagai pembimbing lapangan. 6. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan moril maupun materil. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan seluruh pihak yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL....................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xii
PENDAHULUAN.................................................................................... Latar Belakang.................................................................................. Tujuan...............................................................................................
1 1 3
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... Botani dan Morfologi........................................................................ Syarat Tumbuh.................................................................................. Pemangkasan.....................................................................................
4 4 5 5
METODE MAGANG.............................................................................. Tempat dan Waktu............................................................................ Metode Pelaksanaan.......................................................................... Pengumpulan Data dan Informasi..................................................... Analisis Data dan Informasi..............................................................
7 7 7 8 9
KEADAAN UMUM................................................................................ Sejarah Kebun................................................................................... Letak Geografis................................................................................. Keadaan Tanah dan Iklim................................................................. Luas Areal dan Tataguna Lahan....................................................... Keadaan Pertanaman dan Produksi................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.........................................
11 11 11 12 12 13 15
PELAKSANAAN MAGANG................................................................. Aspek Teknis..................................................................................... Pengendalian Gulma..................................................................... Pengendalian Hama dan Penyakit................................................. Pemangkasan ................................................................................ Pemupukan ................................................................................... Pemanenan ................................................................................... Pengolahan Hasil........................................................................... Aspek Manajerial.............................................................................. Pendamping Mandor..................................................................... Pendamping Asisten Afdeling....................................................... Sistem Manajemen Kebun Tingkat Afdeling................................
17 17 17 19 23 32 34 39 46 46 47 48
PEMBAHASAN .....................................................................................
50
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
58
LAMPIRAN.............................................................................................
59
DAFTAR TABEL
No.
1.
2.
3. 4.
5. 6. 7. 8.
Halaman
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2009...................................................................................
13
Luas Areal dan Populasi Tanaman Kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2009......................................................................
14
Produksi dan Produktivitas Kebun Rumpun Sari Antan I Periode Lima Tahun Terakhir (2004-2008)..................................
14
Produktivitas Biji Kakao Kering pada Berbagai Bentuk Usaha Perkebunan Tahun 2004-2008......................................................
15
Hasil Pengamatan Persentase Keberhasilan Pemangkasan Berdasarkan Alat Pangkas dan Jenis Kelamin .............................
30
Perbedaan Rendemen (Biji Kakao Kering) BCK Hasil Pencucian dan Tanpa Pencucian...................................................
45
Pengaruh Alat Pangkas yang Digunakan terhadap Persentase Keberhasilan Pemangkasan..........................................................
53
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Persentase Keberhasilan Pemangkasan di Afdeling C..........................................................
54
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Kimia.................................
18
2.
Buah yang Terserang Hama dan Penyakit......................................
19
3.
Penyemprotan Helopeltis antonii....................................................
21
4.
Bantalan Bunga Tanaman Kakao....................................................
25
5.
Wiwilan yang Tidak Dibuang Habis...............................................
26
6.
Kegiatan Pemangkasan Pemeliharaan Tanaman Kakao.................
26
7.
Alat- alat Pangkas...........................................................................
27
8.
Contoh Cabang yang Harus Dipangkas..........................................
28
9.
Benalu yang Harus Dibuang...........................................................
29
10.
Pemangkasan Batang yang Masih Produktif..................................
31
11.
Kerusakan Tanaman Akibat Pemangkasan yang Salah..................
31
12.
Pengadukan Pupuk Urea, SP-18, dan MOP....................................
33
13.
Distribusi Pupuk di Lapangan.........................................................
34
14
Kegiatan Pemanenan Buah Kakao..................................................
38
15.
Pemecahan Buah Kakao.................................................................
38
16.
Proses Penerimaan di Pabrik dan Fermentasi Biji Kakao Basah....
41
17.
Pengeringan dengan Sinar Matahari...............................................
42
18.
Samoan Dryer.................................................................................
43
19.
Analisis (Biji Kakao Kering) BCK.................................................
44
20.
Perbedaan Fisik Biji Kakao Kering (BCK) Hasil Pencucian dan Tanpa Pencucian Biji......................................................................
45
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
Halaman
Peta Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah.............................................
60
2.
Fisiografi dan Tanah Kebun Rumpun Sari Antan I......................
61
3.
Curah Hujan Bulanan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 1999-2008.....................................................................................
62
Bagan Struktur Organisasi Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Tahun 2008.....................................
63
5.
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa.....
64
6.
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa
66
7.
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa..................................................................................
67
Hasil Pemangkasan yang Dilakukan Karyawan di Afdeling OB, Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah..................................................................
68
Hasil Pemangkasan yang Dilakukan Karyawan di Afdeling OC, Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah..................................................................
68
Contoh Blanko Laporan Perincian Pekerjaan Harian (LPPH) Perawatan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah.............................................
69
Contoh Blanko Laporan Perincian Pekerjaan Harian (LPPH) Panen Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah.............................................
70
12.
Contoh Surat Pengantar Buah Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah.....................
71
13.
Contoh Bukti Permintaan Barang Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah...............
72
4.
8.
9.
10.
11.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002 perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006). Biji kakao yang telah difermentasi dijadikan bubuk yang disebut cokelat bubuk. Cokelat dalam bentuk bubuk banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lain–lain. Kulit buah dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak (Balai Pertanian dan Pengembangan Pertanian, 2006). Volume ekspor kakao tahun 2002 sebesar 465 ribu ton lebih dengan nilai US $ 701 juta lebih. Volume ekspor kakao tahun 2007 sebesar 503 ribu ton lebih dengan nilai US $ 924 juta lebih (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Data tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan volume ekspor kakao dengan nilai ekspor kakao per satuannya meningkat. Akan tetapi dari tahun ke tahun produktivitas nasional mengalami penurunan, walaupun ada peningkatan tidak signifikan. Dengan demikian Indonesia akan mengalami kerugian bila tidak ada upaya peningkatan produktivitas kakao. Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mendapat prioritas pengembangan melalui program revitalisasi perkebunan. Keadaan iklim dan tanah yang tersedia banyak yang sesuai untuk pertumbuhan
kakao
dan
memungkinkan
pengembangan
pembangunan
perkebunan kakao di Indonesia. Akan tetapi pengembangan pembangunan perkebunan kakao di Indonesia menghadapi beberapa masalah.
Masalah kakao di Indonesia adalah rendahnya mutu dan produktivitas yang dihasilkan. Luas areal perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2002 adalah 914 051 ha dan tahun 2007 meningkat menjadi 1 379 279 ha. Produksi biji kakao kering pada tahun 2002 adalah 571 155 ton meningkat pada tahun 2007 menjadi 740 006 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Akan tetapi, peningkatan luas lahan dan produksi tidak disertai dengan peningkatan produktivitas. Produktivitas kakao kering nasional dari tahun 2002-2007 mengalami penurunan dari 624.86 kg/ha/tahun menjadi 536.51 kg/ha/tahun. Penurunan
produktivitas tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bidang teknis budidaya dan pengolahan hasil, belum menggunakan klon unggul dan terdapatnya serangan hama dan penyakit, dan banyak perusahaan-perusahaan besar negara serta swasta yang melakukan konversi dari komoditi kakao ke komoditi perkebunan lainnya. Peningkatan produksi kakao di Indonesia baik dari segi kualitas maupun kuantitas dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Cara intensifikasi dilakukan dengan cara memperbaiki teknik budidaya dan teknik pengolahan hasil. Peningkatan produksi dengan cara ekstensifikasi dilakukan dengan cara perluasan lahan. Teknik budidaya tanaman kakao dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Salah satu perbaikan yang dapat dilakukan adalah pemangkasan yang ideal dan optimum. Pemangkasan kakao bertujuan untuk mencapai efisiensi pemanfaatan sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga tanaman mampu mencapai produktivitas yang tinggi, yaitu mendekati potensi yang dimiliki (Abdoellah dan Soedarsono, 1996). Pemangkasan yang tidak optimal menyebabkan rendahnya produktivitas buah kakao. Pemangkasan merupakan aspek budidaya yang berpengaruh secara langsung terhadap produksi dan produktivitas buah kakao. Menurut Pujiyanto (1998) minimumnya pemangkasan dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan bentuk tajuk tidak teratur. Pada dasarnya, pemangkasan kakao bertujuan untuk memperoleh angka indeks luas daun (ILD) optimal agar hasil bersih fotosintesis maksimal. Fotosintesis yang optimal akan meningkatkan produksi buah. Selain itu juga
pemangkasan kakao memacu pertumbuhan tunas dan daun-daun baru. Daun-daun baru dibutuhkan untuk menjadi produsen asimilat yang kuat dan hormon pembungaan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Pemangkasan dimaksudkan untuk memperoleh bentuk kanopi yang baik dan meningkatkan penetrasi cahaya ke dalam kanopi. Kanopi yang ideal adalah apabila
sebagian
besar
percabangan
dapat
menerima
cahaya
matahari
(percabangan yang berorientasi vertikal). Kanopi yang ideal bertujuan untuk mendapatkan ILD yang optimum bagi pertanaman. Peranan ILD sangat penting dalam menentukan kecepatan laju fotosintesis. Jumlah karbohidrat hasil fotosintesis kanopi kakao meningkat sesuai dengan meningkatnya nilai ILD, akan tetapi hanya sampai pada batas dimana peningkatan bahan kering tanaman berada pada titik optimal ILD. ILD yang optimal cenderung akan menghasilkan produksi yang maksimal (Winarsih, 1985). ILD yang optimum bagi pertanaman kakao adalah 3.7-5.7 (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Tujuan Secara umum tujuan magang adalah untuk : (1) menambah pengetahuan yang berhubungan dengan pertanaman kakao; (2) meningkatkan keterampilan; dan (3) mendapatkan pengalaman kerja lapangan, baik dalam aspek teknis maupun aspek manajerial dengan cara menghayati dan memahami profesi dan manajemen produksi tanaman kakao di lapangan serta mengetahui praktik kerja nyata di lapangan secara langsung. Secara khusus tujuan magang adalah mengkaji aspek teknis dan pengelolaan pemangkasan tanaman kakao dalam pencapaian target produksi. Selain itu, mengkaji permasalahan yang dihadapi beserta pemecahannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk dalam famili Sterculiaceae. Genus Theobroma berasal dari Dunia Baru dan merupakan tanaman langka yang tersebar dari Mexico sampai Peru, dengan center of origin adalah di atas lembah sungai Amazon. Tanaman kakao tingginya sekitar 4 - 15 m dengan akar tunggang yang tumbuh vertikal ke bawah. Akar-akar lateral di atas akar tunggang (pada hipokotil bagian bawah) pada kedalaman 15 - 20 cm dari permukaan tanah dan perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanah terutama drainase dan aerasi tanah (Wachjar, Hariyadi, dan Winasa, 2009). Tanaman kakao adalah tanaman caulifloral yaitu jenis tanaman yang membentuk bunga dan buah pada batang dan cabang. Ditinjau dari tipe pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh ke arah atas dan samping. Cabang yang tumbuh secara vertikal disebut cabang orthotrop dan cabang yang tumbuh secara horizontal disebut cabang plagiotrop (Siregar, Riyadi, dan Nuraeni, 2002). Cheesman dalam Wood dan Lass (1985) menyatakan bahwa kakao dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Criollo, Forastero, dan Trinitario. Kakao varietas Criollo pertumbuhannya kurang kuat, daya hasil lebih rendah dibandingkan dengan Forastero, dan relatif mudah terserang hama dan penyakit. Permukaan kulit buah Criollo kasar, berbenjol-benjol, dan alur-alurnya jelas. Kulit buah tebal tetapi lunak sehingga mudah dipecah. Kadar lemak dalam biji lebih rendah daripada Forastero, tapi ukuran bijinya lebih besar, bentuknya lebih bulat, dan memberikan citarasa khas yang baik. Lama fermentasi bijinya lebih singkat dibandingkan dengan varietas Forastero. Kelompok kakao Trinitario merupakan hibrida Criollo dengan Forastero. Sifat morfologi dan fisologinya sangat beragam, demikian juga dengan daya dan mutu hasilnya. Dalam tata niaga, kelompok Trinitario dapat masuk ke dalam kakao mulia dan lindak, bergantung pada mutu bijinya. Menurut Wachjar et al. (2009) ditinjau dari segi komersil hanya ada dua tipe yang dapat dimanfaatkan, yaitu Criollo dan Forastero. Tipe Criollo termasuk
kakao yang bermutu tinggi atau kakao mulia yang memiliki ciri-ciri endospermnya berwarna putih, kulit buah tipis, dan mudah diiris, bentuk biji bulat penuh, ujung buah berbentuk tumpul, proses fermentasi lebih cepat, dan rasa tidak terlalu pahit. Sedangkan tipe Forastero umumnya termasuk dalam kakao bermutu rendah yang disebut kakao lindak/bulk cacao. Meskipun mutunya rendah, tipe ini produksinya tinggi serta lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Proses fermentasi lebih lama dan rasanya lebih pahit.
Syarat Tumbuh Menurut Urquhart (1960) kakao dapat tumbuh pada daerah di antara 20 °LU – 20 °LS. Untuk pertumbuhannya, suhu harian yang baik bagi tanaman ini minimum 15 °C dan suhu tahunan rata-rata tidak boleh kurang dari 21 °C. Wood dan Lass (1985) menyatakan bahwa suhu maksimal untuk pertumbuhan tanaman kakao berkisar antara 30 – 32 °C dan minimal pada 18 – 21 °C dan batas terendah suhu bulanan minimal 15 °C dengan suhu minimal mutlak 10 °C. Untuk curah hujan, tanaman kakao tumbuh dengan baik bila curah hujannya 1 500 – 2 000 mm/tahun, dengan bulan kering tidak boleh lebih dari tiga bulan. Persyaratan penting lainnya adalah tanah. Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6 – 7.5. Menurut Siregar et al.(2002) tanah yang kandungan bahan organiknya tinggi, dapat meningkatkan laju pertumbuhan. Sedangkan menurut Urquhart (1960) secara ekologi, penampakan seluruh tanaman kakao menyerupai tanaman di dataran rendah hutan tropis. Batas wilayah penanaman kakao adalah pada 20 °LU sampai dengan 20 °LS.
Pemangkasan Pemangkasan merupakan suatu kegiatan dalam budidaya kakao yang didefinisikan sebagai tindakan pembuangan cabang-cabang yang tidak produktif seperti tunas air, cabang cacing, cabang gantung, cabang sakit, cabang kering, dan cabang kipas/sapu. Pemangkasan kakao merupakan salah satu upaya agar laju fotosintesis berlangsung optimal, hasil bersih fotosintesis maksimal, dan distribusi fotosintat
ke organ-organ yang membutuhkan berlangsung lancar. Proses tersebut dan faktor-faktor yang berpengaruh perlu dipahami sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemangkasan yang baik dan benar. Pemangkasan yang tepat perlu dilakukan agar diperoleh iklim mikro yang sehat dan produksi tinggi. Pemangkasan yang tepat berarti hasil bersih fotosintesis maksimal dan efisiensi yang tinggi dalam pembagian asimilat melalui pengaturan percabangan, sehingga jumlah buah yang dihasilkan optimal. Pemangkasan yang berlebihan (terlalu berat) menyebabkan cabang-cabang lemah dan mati, serta meningkatkan kepekaan tanaman terhadap hama dan penyakit. Tetapi, pemangkasan yang kurang (terlalu ringan) menyebabkan iklim mikro tidak sehat sehingga dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit, serta jumlah yang dihasilkan sedikit (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Pemangkasan tanaman kakao memiliki tujuan (1) untuk memperoleh kerangka dasar (frame) percabangan tanaman kakao yang baik; (2) mengatur penyebaran cabang dan daun-daun produktif di tajuk agar merata; (3) membuang bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti tunas air serta cabang sakit, patah, menggantung, dan cabang balik; (4) memacu tanaman membentuk daun baru yang potensial untuk sumber asimilat; (5) menekan risiko terjadinya serangan hama dan penyakit; dan (6) meningkatkan kemampuan tanaman untuk menghasilkan buah.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilakukan di Kebun Kakao Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah selama empat bulan, yaitu mulai dari bulan Februari sampai dengan Juni 2009.
Metode Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama magang meliputi kegiatan budidaya tanaman kakao dan manajerial kebun. Metode yang dilaksanakan adalah bekerja langsung sebagai buruh harian lepas (BHL) selama sepuluh minggu, sebagai pendamping mandor selama tiga minggu, dan sebagai pendamping asisten afdeling atau sinder selama tiga minggu. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi BHL adalah meliputi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan aspek teknis di lapangan, yaitu pengendalian gulma secara kimiawi, pemupukan, pemangkasan, wiwilan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pengolahan biji buah kakao di pabrik. Selain itu juga mengisi jurnal harian yang ditandatangani oleh pembimbing lapangan. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor meliputi perencanaan kegiatan harian, pengorganisasian karyawan, pengawasan dan pengendalian kegiatan di lapangan, serta membuat laporan harian. Selain itu, penulis juga mempelajari mekanisme pengeluaran dan pengajuan barang, serta sistem pembagian upah dan premi bagi buruh harian lepas. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping asisten afdeling adalah membantu penyusunan rencana kerja dan anggaran bulanan dari perusahaan, membuat laporan asisten afdeling, pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja, menganalisis permasalahan yang timbul dan mencari solusinya. Selain itu juga mempelajari manajerial di tingkat kebun dan membuat jurnal harian di tingkat afdeling.
Pengumpulan Data dan Informasi Selama kegiatan magang penulis juga melakukan pengamatan dan wawancara atau diskusi dengan karyawan perusahaan untuk mendapatkan data primer. Data primer yang dikumpulkan adalah data atau informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pemangkasan di Kebun Kakao Rumpun Sari Antan I, sedangkan data sekunder yang berkaitan dengan pengamatan penulis dan pertanaman kakao di perusahaan tersebut didapat dari laporan manajemen perusahaan (laporan tahunan, semesteran, triwulanan, dan bulanan). Pengamatan yang dilakukan oleh penulis meliputi: a. Jenis pangkasan, mengamati jenis pangkasan yang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I selama bulan Februari sampai dengan Juni 2009. b. Alat pangkas, mengamati alat-alat apa saja yang digunakan oleh pemangkas di Kebun Rumpun Sari Antan I serta mengamati alat yang paling efisien dan tidak menimbulkan kerusakan tanaman yang cukup besar bagi tanaman yang dipangkas. c. Waktu atau rotasi pemangkasan, mencari informasi tentang waktu pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Antan I dan disesuaikan dengan perencanaan kegiatan pemangkasan yang sudah dibuat. d. Luas areal pemangkasan, menghitung rata-rata luas areal pemangkasan yang dapat dikerjakan dalam waktu satu hari oleh seorang pemangkas. e. Prestasi kerja pemangkas, dilakukan dengan cara menghitung kemampuan pemangkas dalam sehari dapat memangkas berapa pohon. f. Keberhasilan
pemangkasan,
mengamati
dan
menghitung
persentase
keberhasilan pemangkasan berdasarkan beberapa kriteria jumlah cabang yang dipangkas. Penulis menentukan beberapa sampel tenaga kerja untuk dapat mengamati parameter-parameter tersebut di atas. Penulis melakukan pengambilan sampel di dua afdeling yang berbeda, yaitu Afdeling B dan Afdeling C. Sampel tenaga kerja pemangkas Afdeling B sebanyak 4 orang dengan masing-masing pemangkas memangkas 20 tanaman. Sampel tenaga kerja pemangkas di Afdeling C sebanyak 6 orang dengan masing-masing memangkas 5 tanaman. Perbedaan jumlah pengambilan sampel disesuaikan dengan ketersediaan tenaga kerja di lapangan.
Selanjutnya tenaga kerja pemangkas dikelompokkan berdasarkan alat pangkas yang digunakan dan jenis kelamin. Berdasarkan alat pangkas yang digunakan, ada tenaga pemangkas yang menggunakan gergaji galah dan cungkring,
lalu
dibandingkan
persentase
keberhasilan
pemangkasannya.
Berdasarkan jenis kelamin ada laki-laki dan perempuan, kemudian dibandingkan persentase keberhasilan pemangkasannya.
Analisis Data dan Informasi Keberhasilan pemangkasan tanaman kakao dinyatakan dalam persen, yaitu dengan menghitung jumlah cabang-cabang berdiameter ≤ 2.5 cm yang dipangkas, cabang-cabang sakit, cabang-cabang kering, cabang-cabang berdiameter ≥ 2.5 cm, dan cabang-cabang yang rusak akibat pemangkasan. Kriteria cabang yang rusak adalah cabang atau batang pecah dan kulit batang terkelupas akibat pemangkasan yang salah. Berikut adalah cara perhitungan persentase keberhasilan pemangkasan (Arifin, 2007).
Keberhasilan pemangkasan (%) =
(
)
100 %
Keterangan : Σa
: jumlah cabang berdiameter ≤ 2.5 cm yang dipangkas
Σb
: jumlah cabang yang sakit yang dipangkas
Σc
: jumlah cabang yang kering yang dipangkas
Σd
: jumlah cabang berdiameter > 2.5 cm yang dipangkas
Σe
: jumlah cabang yang rusak yang dipangkas Data keberhasilan pemangkasan yang didapat melalui pengamatan penulis
diolah dengan menggunakan Excel dan Minitab. Rata-rata keberhasilan pemangkasan dengan menggunakan alat gergaji galah dibandingkan dengan pemangkasan yang menggunakan cungkring. Selain itu juga membandingkan keberhasilan pemangkasan rata-rata pemangkas laki-laki dan pemangkas perempuan. Perbandingan juga dilakukan dengan uji t untuk menguji beda nyata antara alat pangkas yang digunakan dan jenis kelamin pemangkas.
KEADAAN UMUM
Sejarah Kebun Kebun Rumpun Sari Antan I awalnya merupakan perusahaan milik Inggris, yaitu NV Handel Mij Ja Wattie & Co. Ltd yang kantor pusatnya berlokasi di Tanah Abang Barat 40 Jakarta. Tanaman yang diusahakan adalah karet dengan status tanah Hak Ertpacht Verpending. Perusahaan NV Handel Mij Ja Wattie & Co. Ltd diambil alih oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 17 September 1963, kemudian diserahkan ke Departemen Pertanian dan Agraria. Perkebunan Rumpun Sari Antan I diserahterimakan kepada PT Rumpun pada tanggal 9 Januari 1968 dengan badan usaha milik Kodam IV/Diponegoro dan mulai dikelola pada tanggal 1 Maret 1969. PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra Agro Niaga pada tahun 1990 membentuk tiga PT Rumpun, yaitu PT Rumpun Sari Antan, PT Rumpun Sari Medini, dan PT Rumpun Sari Kemuning. Pada tahun 1998 PT Astra Agro Niaga kemudian melakukan pengembangan usaha dan berubah nama menjadi PT Astra Agro Lestari Tbk. Pada bulan Mei 2004, PT Rumpun dipindahtangankan pengelolaannya dari PT Astra Agro Lestari Tbk. ke PT Sumber Abadi Tirtasantosa (SATS). Komoditas yang diusahakan adalah kakao dan karet.
Letak Geografis Perkebunan Rumpun Sari Antan I terletak di Desa Kutasari, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Jarak kebun dari Kecamatan Cipari sekitar 45 km dan dari Kabupaten Cilacap sekitar 80 km. Kebun Rumpun Sari Antan I berbatasan wilayah dengan beberapa desa, yaitu sebelah barat berbatasan dengan Desa Sidasari, sebelah timur berbatasan dengan Desa Mekarsari, sebelah utara berbatasan dengan PTPN IX Kawung, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cidadap. Peta wilayah Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Cilacap, Jawa Tengah dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keadaan Tanah dan Iklim Kebun PT Rumpun Sari Antan I memiliki topografi berombak sampai bergelombang dengan kemiringan 0 - 40 persen. Jenis tanahnya Podsolik Merah Kuning dengan pH berkisar 3.9 - 4.9. Kebun Rumpun Sari Antan I terletak pada ketinggian 20 – 90 m di atas permukaan laut. Data fisiografi dan tanah Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Lampiran 2. Rata-rata curah hujan tahunan 10 tahun terakhir (1999-2008) sebesar 2 470.8 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 126.8 hari/tahun. Rata-rata bulan basah 7.5 bulan dan rata-rata bulan kering 3.4 bulan. Tipe iklim di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah tipe iklim C menurut Schmidth-Ferguson. Data curah hujan Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Lampiran 3.
Luas Areal dan Tataguna Lahan Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki areal konsesi seluas 1 050.32 ha. Areal tersebut terbagi menjadi areal kakao seluas 452.82 ha, areal karet seluas 292.99 ha, areal produktif yang tidak digunakan seluas 248.84 ha, dan areal non produktif seluas 55.67 ha. Areal produktif yang tidak digunakan merupakan areal rencana pertanaman karet pada tahun berikutnya, sorjan, dan lahan kering. Areal non produktif terdiri atas emplasment, sawah/rawa, jalan, sungai, dan mata air. Luas areal konsesi dan tata guna lahan Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat secara jelas pada Tabel 1. Kebun PT Rumpun Sari Antan I terbagi menjadi lima afdeling, yaitu Afdeling A, B, C, D, dan E, tetapi karena alasan efisiensi perusahaan maka terjadi penggabungan afdeling. Afdeling yang ada digabungkan menjadi tiga afdeling, yaitu Afdeling A, B, dan C. Afdeling A merupakan gabungan Afdeling A dan B, Afdeling B merupakan gabungan Afdeling C dan D, serta Afdeling E berubah menjadi Afdeling C.
Tabel 1. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2009 Areal Produktif Areal Produktif Areal Non Kosong Produktif Kakao Karet ..........................................(ha).......................................... 289.45 127.49 23.93 124.47 13.56 449.77 221.55 148.80 45.56 33.86 311.10 103.78 120.26 78.81 8.25 1 050.32 452.82 292.99 248.84 55.67 Luas Areal
Afd.
A B C Total
Sumber : Kantor Induk Kebun Rumpun Sari Antan I (2009)
Keadaan Pertanaman dan Produksi Tanaman kakao yang ditanam di Kebun Rumpun Sari Antan (RSA) I merupakan klon hibrida antara varietas Forastero dan Criollo, tapi cenderung bersifat kakao lindak. Benihnya berasal dari PT London Sumatera. Tanaman kakao ditanam dengan tahun tanam yang berbeda-beda, mulai tahun 1990 sampai dengan 1994. Umur produktif tanaman kakao adalah 19-25 tahun. Dengan demikian dari tahun tanam yang diketahui seharusnya pertanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I perlu dilakukan peremajaan. Jarak tanam yang digunakan di kebun tersebut 3 m x 2.5 m, sehingga populasi tanaman dalam satu hektar 1 333 pokok. Akan tetapi karena ada beberapa sebab, seperti mati terkena penyakit dan rencana konversi (siwingan) sehingga populasi tanaman kakao di Kebun RSA I tidak mencapai jumlah yang seharusnya. Selain populasi, luas areal pertanaman kakao di Kebun RSA I mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya konversi lahan pertanaman kakao menjadi pertanaman karet. Luas areal dan jumlah populasi tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan 1 dapat dilihat pada Tabel 2. Tanaman naungan yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Albizzia falcata dan kelapa (Cocos nucifera), tapi jumlahnya dari tahun ke tahun semakin sedikit karena adanya penjarangan naungan. Tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I bahkan terlihat seperti tidak menggunakan tanaman naungan karena jumlah tanaman naungannya yang sudah sangat sedikit.
Kurangnya jumlah tanaman naungan menyebabkan tanaman kakao terkena sinar matahari langsung, terutama bila setelah dilakukan pemangkasan. Tabel 2. Luas Areal dan Populasi Tanaman Kakao di Kebun Rumpun Sari Antan 1, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2004-2008 Tahun Sensus 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Luas Areal (ha) 882.79 882.79 882.79 626.60 626.60 452.82
Jumlah Tanaman (tanaman) 435 488 415 985 355 593 355 466 355 466 288 999
Populasi Tanaman (tanaman/ha) 493 471 402 567 567 638
Sumber : Kantor Induk Kebun Rumpun Sari Antan I (2009)
Produksi biji kakao kering tertinggi selama periode 2004 sampai dengan 2008 dicapai pada tahun 2005, yaitu 724 180 kg dengan produktivitas 820.33 kg/ha. Pada tahun 2005 tersebut merupakan pencapaian produksi dan produktivitas tertinggi, tapi rendemennya paling rendah, yaitu 37.02 persen. Rendemen tertinggi selama periode tersebut dicapai pada tahun 2006, yaitu 40.75 persen. Produksi dan produktivitas kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I selama periode lima tahun terakhir (2004-2008) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Kebun Rumpun Sari Antan I Periode Lima Tahun Terakhir (2004-2008) Luas Jumlah Tahun areal pokok (ha) 2004 882.79 435 488 2005 882.79 415 985 2006 882.79 355 593 2007 626.60 355 466 2008 626.60 355 466 Rata-rata
Produksi BCB (kg) 1 275 044 1 956 114 1 125 106 1 019 741 876 387 1 250 478
Produksi Produktivitas Rendemen BCK BCK (%) (kg) (kg/ha) 497 219 563.24 38.99 724 180 820.33 37.02 458 425 519.29 40.75 383 863 612.61 37.64 334 092 533.18 38.12 479 556 609.73 38.50
Keterangan: BCB = biji kakao basah BCK = biji kakao kering Sumber : Kantor Induk Kebun Rumpun Sari Antan I (2009)
Pada periode tahun 2004-2008, bila dibandingkan produktivitas (BCK) kakao pada setiap bentuk usaha perkebunan, maka produktivitas kakao di Kebun
Rumpun Sari Antan I lebih tinggi dibandingkan dengan perkebunan rakyat (PR) dan produktivitas nasional, akan tetapi lebih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS). Produktivitas tanaman kakao (BCK) pada berbagai bentuk usaha perkebunan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produktivitas Biji Kakao Kering pada Berbagai Bentuk Usaha Perkebunan Tahun 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
PR PBN PBS PN PT RSA I ................................................(kg/ha)................................................ 634.72 667.99 593.21 634.03 563.24 641.66 665.73 621.90 641.64 820.33 575.75 690.68 638.84 582.51 519.29 527.48 604.14 691.55 536.52 612.61 528.74 631.17 682.56 538.10 533.18 581.67 651.94 645.61 586.56 609.73
Keterangan: PR = perkebunan rakyat PBN = perkebunan besar negara PBS = perkebunan besar swasta PN = produktivitas nasional Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) dan Kantor Kebun Rumpun Sari Antan I (2009)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Rumpun Sari Antan I dipimpin oleh seorang administratur yang membawahi langsung tiga orang asisten afdeling, kepala tata usaha (KTU), kepala teknik, kepala pabrik, dan koordinator hama dan penyakit tanaman (HPT). Masing-masing asisten afdeling memimpin tiga mandor, yaitu mandor panen, mandor rawat kakao, dan mandor karet. Koordinator HPT membawahi seluruh mandor hama dan penyakit dari masing-masing afdeling. KTU membawahi krani database, personalia, keuangan, poliklinik kebun, supir administratur, dan gudang. Kepala teknik membawahi mandor teknik, kepala pabrik juga langsung membawahi mandor transport, mekanik, supir, dan krani teknik. Tenaga kerja di Kebun Rumpun Sari Antan I dibagi menjadi empat golongan, yaitu staf, karyawan bulanan tetap, karyawan harian tetap, dan karyawan harian lepas. Staf berjumlah 8 orang, karyawan bulanan tetap berjumlah 31 orang, dan jumlah karyawan harian tetap 38 orang. Jadi, jumlah total karyawan
di PT Rumpun Sari Antan I ada 77 orang. Karyawan harian lepas jumlahnya tidak tetap sesuai dengan kegiatan yang ada di lapangan. Staf terdiri atas administratur, asisten afdeling, kepala pabrik, kepala teknik, dan koordinator HPT. Karyawan bulanan tetap adalah karyawan yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh perusahaan, dipekerjakan secara tetap, dan menerima upah bulanan tetap tidak bergantung pada jumlah hari kerja. Karyawan harian lepas adalah karyawan yang tidak terikat dengan perusahaan, bekerja sesuai dengan panggilan mandor dan kegiatan yang ada di lapangan. Hal tersebut yang menyebabkan jumlah karyawan harian lepas setiap bulannya tidak pasti. Karyawan harian lepas menerima upah sesuai dengan pekerjaan dan jumlah hari kerja. Bagan struktur organisasi Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Lampiran 4. Fasilitas untuk karyawan yang disediakan oleh Kebun Rumpun Sari Antan I terdiri atas jaminan sosial, kesehatan, tempat ibadah, sekolah, perumahan, dan keamanan. Karyawan bulanan tetap juga tergabung dalam asuransi tenaga kerja (ASTEK) yang meliputi tunjangan asuransi kecelakaan, kematian, dan santunan hari tua. Upah karyawan di Kebun Rumpun Sari Antan I diberikan berdasarkan Upah Minimum Kota (UMK) yang berlaku. Karyawan bulanan tetap akan mendapatkan tunjangan 100 % dari perusahaan. Jadi, apabila ada karyawan bulanan tetap yang sakit, maka seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan.
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan (RSA) I meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, wiwil, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pengolahan hasil. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara rutin sesuai dengan rotasi dan perencanaan budget yang sudah dibuat baik secara tahunan, tri wulanan, bulanan, dan harian. Kegiatan penulis selama magang dilaksanakan dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7.
Pengendalian Gulma Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air antara tanaman kakao dan gulma. Selain itu, pengendalian gulma juga bertujuan untuk memudahkan melakukan kegiatan perawatan (wiwil, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit tanaman) serta pemanenan. Kondisi pertanaman yang penuh dengan gulma akan menyebabkan banyak kehilangan hasil produksi, buah yang jatuh tidak dapat dipungut oleh pemanen karena tertutup oleh gulma. Kegiatan pengendalian gulma di Kebun Rumpun Sari Antan 1 dilakukan dengan dua cara, yaitu pengendalian secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma secara manual dilakukan bila gulma sudah tidak mungkin dikendalikan secara kimia. Pengendalian gulma secara manual dilakukan satu kali setahun, sedangkan pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan rotasi dua kali setahun. Gulma yang banyak ditemui di areal pertanaman kakao Kebun RSA 1 terdiri atas Chromolaena odorata (kirinyuh), Mikania micrantha (sembung rambat), Cleome rotidosperma (cacabean), Ageratum conyzoides (babadotan), Borreria alata (rumput setawar), Clidemia hirta (harendong), Imperata cylindrica (alang-alang), Scleria sumatrensis (kerisan), Urena lobata (pulutan), Mimosa pudica (putri malu), Cyperus kylingia (teki), Peperomia pelucida (rangu-rangu), dan Stacytarpheta indica (ekor tikus).
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan penyemprotan herbisida Rhodiamine dengan menggunakan knapsack sprayer yang berkapasitas 15 liter. Rhodiamine merupakan herbisida berbahan aktif 2,4 D dimetil amina 866 g/l. Herbisida tersebut merupakan herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan pekat yang dapat larut dalam air, berwarna kuning coklat muda, berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Dosis herbisida yang digunakan 1.3 l/ha, dengan konsentrasi 0.27 %, dan volume semprot 500 l/ha. Nozel yang digunakan VLV 200, terbuat dari tembaga berwarna kuning keemasan. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Kimia Penyemprotan gulma tidak dilakukan secara total, melainkan hanya strip weeding. Strip weeding adalah pengendalian gulma sepanjang barisan tanaman kakao secara kimia dengan areal semprot 1 m dari tanaman. Satu baris tanaman disemprot oleh dua orang tenaga kerja, satu orang dari sebelah kanan dan yang lainnya dari sebelah kiri. Penyemprotan tersebut harus dilakukan bersamaan, tidak boleh terputus. Bila ada salah satu knapsack sprayer yang sudah kosong, maka penyemprot yang lainnya harus menunggu sampai diisi kembali. Penyemprotan harus bersamaan agar hasil semprotan merata. Hasil semprotan dapat dilihat setelah 5-7 hari dari aplikasi awal. Gulma yang telah disemprot akan berwarna kuning kecoklatan, berarti gulma tersebut mati. Tapi bila masih ada belang-belang hijau berarti penyemprotan yang dilakukan tidak merata. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimia selama satu hari dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja pengendalian gulma di Kebun Rumpun
Sari Antan I 1.5 ha/HK. Prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan tersebut 0.93 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 1.12 ha/HK.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit sangat penting karena berpengaruh terhadap produksi. Hama dan penyakit harus terkendali dan dijaga agar selalu berada di bawah ambang batas ekonomi. Hama penting yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Helopeltis antonii, sedangkan penyakit penting yang ditemui adalah busuk buah kakao yang disebabkan oleh Phytopthora palmivora. Pengendalian hama dan penyakit di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan. Buah kakao yang terserang hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 2.
(b) Buah yang Terserang Phytopthora palmivora
(a) Buah yang Terserang Helopeltis antonii
Gambar 2. Buah yang Terserang Hama dan Penyakit Pengendalian yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I yaitu dengan cara
penyemprotan
insektisida
dan
fungisida.
Aplikasi
penyemprotan
menggunakan dua alat yang berbeda. Alat yang digunakan untuk penyemprotan insektisida berupa knapsack sprayer berkapasitas 15 liter, tapi biasanya penyemprot hanya mengisi 10 liter. Alat yang digunakan untuk aplikasi penyemprotan fungisida berupa mist blower yang berkapasitas 12 liter dan menggunakan mesin. Pembedaan alat tersebut bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan bahan.
Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan Helopeltis antonii adalah Emcindo 500 EC. Emcindo merupakan insektisida berbahan aktif BPMC 500 g/l dan merupakan insektisida kontak. Dosis insektisida yang digunakan 0.6 l/ha, konsentrasi 0.1 %, dan volume semprot 600 l/ha. Akan tetapi karena populasi tanaman di Kebun RSA 1 jumlahnya setengah dari jumlah yang seharusnya maka volume semprot yang digunakan juga setengahnya. Aplikasi penyemprotan insektisida tersebut bersifat selektif, maksudnya penyemprotan tidak dilakukan secara total ke seluruh tanaman, tapi penyemprotan hanya dilakukan untuk tanaman-tanaman yang ditemukan hamanya atau serangan baru hama tersebut. Dengan begitu penggunaan insektisida lebih efisien dan tepat sasaran. Fungisida yang digunakan untuk tindakan preventif penyakit busuk buah kakao adalah Sidazeb 80 WP. Sidazeb 80 WP merupakan fungisida kontak berbentuk tepung berwarna kuning keabu-abuan (suspensi). Dosis fungisida yang digunakan 0.68 kg/ha, konsentrasi 1.7 g/l, dan volume semprot 400-500 l/ha. Volume semprot tersebut merupakan volume semprot anjuran label, tapi karena jumlah populasi di PT RSA 1 setengah dari jumlah yang seharusnya maka volume semprot yang digunakan juga setengahnya. Aplikasi penyemprotan Sidazeb 80 WP menggunakan mist blower. Penyemprotan dilakukan secara total karena sebagai tindakan preventif agar cendawan yang bertebaran dapat dikendalikan dan tidak menyerang buah yang ada. Mist blower menggunakan bahan bakar bensin dengan kapasitas satu unit mist blower 1.5 l. Penggunaan olinya adalah 1 : 20, maksudnya penggunaan 1 l oli untuk penggunaan 20 l bensin. Untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao, pada rotasi pertama dilakukan penyemprotan ke seluruh blok secara total. Pada rotasi selanjutnya, penyemprotan dilakukan hanya pada blok-blok yang dianggap endemik busuk buah. Selain pengendalian secara kimia, untuk penyakit yang disebabkan oleh Phytophtora palmivora dilakukan juga pengendalian secara manual, yaitu dengan mengambil buah-buah busuk yang masih menggantung di pohon. Buah busuk yang terserang bila tidak segera diambil dan dimusnahkan dapat menyerang buah lainnya yang masih sehat. Setelah diambil, buah-buah busuk tersebut dikubur dengan kedalaman 30 cm. Selain itu, untuk mengurangi serangan penyakit busuk
buah, kulit buah hasil panen juga dikubur atau ditumpuk di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Aplikasi penyemprotan juga perlu diperhatikan, baik untuk penyemprotan H. antonii maupun P. palmivora yang harus dilakukan per baris. Penyemprotan per baris bertujuan agar tidak banyak pohon yang terlewat dan belum tersemprot, karena apabila ada satu tanaman saja yang terlewat maka pengendalian akan siasia karena itu berarti hama dan penyakit belum tuntas pengendaliannya dan dapat menyerang tanaman lain yang masih sehat. Penyemprotan H. antonii dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Penyemprotan Helopeltis antonii Pengendalian hama dan penyakit tanaman di Kebun Rumpun Sari Antan I selain secara kimia dan manual, juga dilakukan pendeteksian hama dan penyakit secara dini yang disebut early warning system (EWS). Early warning system dilakukan sebagai tindakan deteksi hama dan penyakit sejak dini. Tujuan dilakukannya EWS adalah agar sasaran penyemprotan dapat dilakukan dengan tepat sehingga tidak membuang-buang bahan dengan mengendalikan secara total. Dengan adanya laporan EWS jumlah kebutuhan material dapat diperkirakan, begitu juga konsentrasi yang akan digunakan. Berdasarkan laporan EWS maka hama dan penyakit yang ditemukan dapat dimusnahkan sejak awal tanpa harus menunggu hingga serangan meningkat. Berdasarkan hasil early warning system pada bulan Januari-April, serangan H. antonii cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh sistem penyemprotan yang belum tepat. Penyemprotan dilakukan secara acak sehingga banyak sekali tanaman terserang yang tidak tersemprot dan akhirnya menyerang
tanaman lain yang masih sehat. Selain itu penyemprot juga belum paham untuk membedakan mana tanaman yang harus disemprot dan tidak perlu disemprot, karena sebelumnya penyemprotan hama tersebut tidak dilakukan secara selektif melainkan secara total. Penyemprotan hama secara total menyebabkan penggunaan material boros, tapi hama tidak mati karena tidak tepat sasaran. Meningkatnya serangan hama H. antonii juga disebabkan oleh rotasi penyemprotan yang terlambat sehingga penyemprotan tiap blok akhirnya tidak selesai. Pada rotasi pertama seharusnya penyemprotan di seluruh blok dapat diselesaikan, tapi karena pengawasan kurang terhadap pekerja maka satu blok tidak dapat tuntas dalam jumlah hari yang sudah ditentukan. Hal tersebut menyebabkan masih tersisanya blok-blok yang harusnya disemprot pada rotasi pertama mundur menjadi rotasi kedua, padahal siklus hidup hama sudah harus diputus sebelum memasuki rotasi kedua. Dengan demikian pengendalian tidak dapat dilakukan secara maksimal. Early warning system dilakukan sebanyak dua rotasi dalam sebulan. Laporan EWS rotasi pertama akan menjadi dasar pengendalian hama dan penyakit pada rotasi kedua, selanjutnya laporan EWS rotasi kedua akan menjadi dasar pengendalian hama dan penyakit pada rotasi pertama bulan berikutnya. Pengendalian tidak dilakukan berdasarkan urutan blok melainkan berdasarkan laporan EWS blok mana yang memiliki intensitas serangan hama dan penyakit yang paling tinggi. Kegiatan EWS dilakukan dengan cara mengambil beberapa sampel tanaman dalam satu blok, untuk Kebun Rumpun Sari Antan I jumlah tanaman contoh yang diambil sebanyak 5 % dari total populasi blok. Tanaman contoh tersebut kemudian diamati, ada hama atau penyakit yang menyerang atau tidak. Tanaman yang terserang dicatat gejalanya. Selanjutnya setelah diamati seluruh tanaman contoh, dihitung intensitas serangan hama atau penyakit di blok tersebut. Selain menghitung intensitas serangan, dihitung juga luas serangannya.
Berikut adalah perhitungan intensitas dan luas serangan hama dan penyakit secara matematis. IS =
Σ
100 %
LS = IS x luas areal total blok yang diamati
Keterangan: IS : Intensitas Serangan (%) LS : Luas Serangan (ha) Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit selama 8 hari dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja Kebun Rumpun Sari Antan I untuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit 1.43 ha/HK. Prestasi kerja penulis selama melakukan kegiatan tersebut rata-rata 2.07 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan dalam melakukan kegiatan tersebut rata-rata 3.29 ha/HK. Selain kegiatan pengendalian hama dan penyakit, penulis juga mengikuti kegiatan early warning system selama 4 hari dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja dari Kebun Rumpun Sari Antan I untuk kegiatan tersebut 11.11 ha/HK, prestasi kerja karyawan dalam melakukan kegiatan EWS 12.58 ha/HK. Penulis tidak melakukan kegiatan tersebut sendirian melainkan ikut bersama-sama dengan petugas EWS.
Pemangkasan Pemangkasan merupakan kegiatan membuang dan memotong cabangcabang negatif, yaitu cabang mati, cabang kering, dan cabang sakit, serta membuang cabang yang tidak produktif. Pemangkasan bertujuan untuk menciptakan iklim mikro yang tepat bagi pertumbuhan tanaman, sehingga intensitas cahaya dapat masuk ke areal pertanaman dengan baik. Selain itu juga, suhu dan kelembaban di sekitar pertanaman dapat selalu terjaga. Kondisi yang stabil akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan hama serta penyakit sehingga produksi dapat meningkat.
Pemangkasan pada tanaman kakao ada beberapa jenis, yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk merupakan jenis pemangkasan yang bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik, biasanya jenis pangkasan tersebut dilakukan pada saat tanaman kakao masih muda (menjelang fase produktif). Pemangkasan pemeliharaan
merupakan
pemangkasan
yang
dilakukan
untuk
tujuan
mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk dan membuang cabangcabang
negatif,
wiwilan
termasuk
dalam
pemangkasan
pemeliharaan.
Pemangkasan produksi bertujuan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan. Pembuangan tunas air (wiwil). Wiwil merupakan kegiatan pembuangan tunas-tunas baru, baik yang tumbuh di atas maupun di bawah jorquette tanaman kakao. Tujuan kegiatan wiwil adalah mengoptimalkan pertumbuhan generatif tanaman, karena wiwilan akan menyerap banyak fotosintat sehingga menghambat pertumbuhan generatif tanaman tersebut. Pertumbuhan generatif yang optimal diharapkan dapat meningkatkan produksi. Kegiatan wiwil di Kebun Rumpun Sari Antan 1 dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan. Kegiatan wiwil dilakukan sedapat mungkin sesuai dengan rotasi yang telah ditentukan, karena pertumbuhan wiwilan sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan batang atau cabang primer dan sekunder. Wiwilan yang terlambat dibuang akan mengeras dan mengayu, bila terjadi hal seperti itu wiwil akan semakin sulit dibuang. Hal tersebut akan menyebabkan semakin besarnya kemungkinan merusak bantalan bunga karena wiwilan harus dibuang dengan menggunakan golok dan cungkring. Bantalan bunga yang rusak akibatnya fatal, bunga tidak akan muncul sehingga menurunkan produksi. Bantalan bunga pada tanaman kakao dapat dilihat pada Gambar 4. Selain itu, bila wiwilan tidak segera dibuang akan semakin banyak fotosintat yang diserap oleh wiwilan. Hal tersebut akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan generatif karena fotosintat yang dihasilkan akan terbagi ke banyak cabang, salah satunya wiwilan tersebut. Akan tetapi, ada saatnya wiwilan harus dipertahankan dan tidak boleh dibuang, yaitu pada saat ada cabang yang sakit, tumbang/patah, dan sudah tidak produktif lagi. Wiwilan yang dipelihara berfungsi sebagai pengganti cabang-cabang tersebut.
Gambar 4. Bantalan Bunga Tanaman Kakao Wiwil dilakukan dengan beberapa alat, yaitu golok/pisau wiwil dan cungkring wiwil. Cara wiwil yang baik dilakukan dengan tidak menggunakan alat dan hanya menggunakan tangan. Wiwilan yang masih muda sangat mudah dibuang dengan tangan karena masih lunak sehingga tidak akan melukai bantalan bunga. Bila wiwilan sudah tua dan mengayu maka kegiatan wiwil harus dilakukan dengan menggunakan alat. Wiwilan yang ada di bawah dan masih terjangkau oleh tangan, dibuang dengan menggunakan golok/pisau wiwil, sedangkan wiwilan yang letaknya di atas dan sudah tidak dapat dijangkau dengan tangan lagi dibuang dengan menggunakan cungkring wiwil. Cungkring wiwil adalah pisau wiwil yang disambung dengan bambu sepanjang 2 m. Wiwil harus dilakukan dengan hati-hati, tidak boleh melukai bantalan bunga karena akan menghambat proses pembungaan berikutnya. Selain itu wiwilan juga harus dibuang habis sampai pangkalnya tanpa menyisakan sedikitpun batangnya karena akan merangsang tumbuhnya tunas air yang baru. Walaupun demikian pembuangan wiwilan harus tetap hati-hati tanpa merusak bantalan bunga. Wiwilan yang tidak dibuang habis sampai pangkalnya sehingga merangsang tumbuhnya tunas air baru dapat dilihat pada Gambar 5. Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I merupakan jenis pemangkasan pemeliharaan sekaligus produksi. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan sebanyak tiga hingga empat kali rotasi dalam setahun bergantung pada budget yang tersedia, sedangkan pemangkasan produksi dilakukan dengan rotasi satu kali setahun. Pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juni, sedangkan pemangkasan produksi dilakukan pada bulan Oktober-November.
Gambar 5. Wiwilan yang Tidak Dibuang Habis Kegiatan pemangkasan yang utama adalah kegiatan pemangkasan pemeliharaan. Kebun Rumpun Sari Antan I menerapkan prinsip pemangkasan sering, ringan, dan rutin (SRR). Pemangkasan dilakukan sering, tetapi selektif memangkas cabang-cabang yang ringan serta dilakukan rutin sesuai dengan rotasi yang telah ditetapkan kebun. Pemangkasan ringan adalah pemangkasan terhadap cabang-cabang yang diameternya ≤ 2.5 cm. Kegiatan pemangkasan pemeliharaan di PT RSA I dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kegiatan Pemangkasan Pemeliharaan Tanaman Kakao Cabang-cabang yang harus dibuang berupa cabang-cabang kering, cabang sakit, cabang cacing, cabang kipas, dan cabang-cabang yang tidak produktif. Pemangkasan tidak dilakukan sembarangan melainkan harus memperhatikan dan benar-benar mempertimbangkan cabang-cabang mana saja yang seharusnya dibuang.
Peralatan pangkas. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemangkasan adalah alat yang digunakan untuk memangkas. Alat-alat yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan, kondisi tanaman, dan harus tajam. Peralatan pangkas yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I terdiri atas gergaji galah, cungkring, dan golok. Masing-masing alat tersebut memiliki spesifikasi untuk memangkas cabang-cabang tertentu yang sesuai dengan bentuk dan jangkauannya. Gergaji galah digunakan untuk memangkas cabang-cabang yang diameternya ≥ 2.5 cm dan letaknya tinggi sehingga tidak dapat dijangkau dengan golok. Cungkring selain digunakan sebagai alat panen juga dapat digunakan sebagai alat pangkas. Cungkring digunakan untuk memangkas cabang-cabang yang diameternya ≤ 2.5 cm dan letaknya tinggi. Golok digunakan untuk memangkas cabang-cabang baik yang ukurannya ≤ 2.5 cm maupun ≥ 2.5 cm dan letaknya di bawah jorket atau masih dapat dijangkau dengan tangan karena tidak terlalu tinggi. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) Golok dan Cungkring
(b) Cungkring dan Gergaji Galah
Gambar 7. Alat-alat Pangkas Peralatan pangkas tersebut harus dalam keadaan tajam pada saat memangkas, karena bila alat yang digunakan tidak tajam maka tingkat kerusakan kulit batang yang dipangkas akan semakin besar. Pemangkasan yang dilakukan diusahakan tidak merusak kulit batang karena bila kulit batang rusak maka asimilat yang terbentuk untuk pertumbuhan dan perkembangan buah dan bunga
akan terserap ke arah pemulihan batang. Dengan demikian pertumbuhan generatif secara fisiologis akan terhambat. Pelaksanaan pemangkasan. Pemangkasan yang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I dari bulan Februari sampai dengan Juni merupakan pemangkasan
pemeliharaan.
Pemangkasan
pemeliharaan
bertujuan
mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti cabang sakit, patah, dan tunas air. Selain itu juga untuk merangsang pembentukan daun baru, bunga, dan buah. Pemangkasan yang dilakukan dengan mengurangi sebagian daun yang rimbun di tajuk tanaman dengan memotong ranting-ranting yang terlindung dan yang menaungi, memotong cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan cabang yang diameternya ≤ 2.5 cm. Daun yang menggantung dan menghalangi aliran udara dan masuknya sinar matahari juga dipotong sehingga cabang
kembali
terangkat.
Pemangkasan
yang
dilakukan
mengalami
keterlambatan rotasi akibat beberapa faktor pembatas di perusahaan, hal tersebut menyebabkan pemangkasan pada rotasi berikutnya lebih banyak dilakukan terhadap cabang-cabang yang diameternya sudah ≥ 2.5 cm. Contoh cabang yang harus dipangkas dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Contoh Cabang yang Harus Dipangkas Penulis melakukan kegiatan pemangkasan di Afdeling B. Pemangkasan di Afdeling B selain membuang cabang-cabang sakit, patah, tunas air, dan cabangcabang yang tidak produktif, pemangkasan juga dilakukan terhadap benalu yang
banyak menempel pada tanaman kakao. Benalu atau parasit bila tidak dibuang akan merugikan tanaman karena menyerap nutrisi tanaman. Benalu yang harus dibuang dapat dilihat pada Gambar 9. Keterampilan pemangkas juga harus diperhatikan. Seorang pemangkas harus mengetahui cabang-cabang yang seperti apa yang harus dibuang dan yang mana yang tidak boleh dibuang karena untuk menggantikan cabang yang sudah tua. Pemangkas yang kurang terampil akan mengakibatkan produktivitas kerja karyawan yang rendah karena masih bingung untuk memangkas cabang yang mana. Selain itu juga tingkat kerusakan kulit batang akan lebih besar bila pemangkas belum paham cara memangkas yang baik dan benar. Dengan begitu manajemen pemangkasan harus dilakukan dengan baik dan benar.
Gambar 9. Benalu yang Harus Dibuang Standar Kebun Rumpun Sari Antan I untuk pemangkasan adalah pemangkas dapat memangkas cabang-cabang yang harus dibuang dengan tingkat kerusakan yang seminimal mungkin dan produktivitas kerja yang setinggitingginya. Perbedaan alat pangkas yang digunakan juga sangat mempengaruhi tingkat kerusakan tanaman. Kerusakan tanaman akibat pemangkasan merupakan salah satu kriteria untuk menghitung persentase keberhasilan pemangkasan. Untuk mengetahui alat yang lebih baik untuk mengurangi tingkat kerusakan tanaman akibat pemangkasan dan pemangkas yang lebih baik berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari data hasil pengamatan penulis pada Tabel 5. Hasil pengamatan untuk keberhasilan pemangkasan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Kegiatan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Antan I biasanya diikuti dengan para pencari kayu bakar. Dengan adanya pencari kayu bakar yang
mengikuti pemangkas menyebabkan pemangkas terdorong untuk memotong cabang-cabang yang besar, bahkan cabang jorket pun dipotong. Padahal cabangcabang tersebut masih produktif dan tidak seharusnya dipotong. Walaupun pemangkas sudah paham mana yang harus dipangkas dan mana yang tidak boleh dipangkas, tapi banyak juga pemangkas yang melakukan penyimpangan sehingga tidak menghiraukan lagi ketentuan-ketentuan cabang yang harus dipangkas atau tidak. Tabel 5. Hasil Pengamatan Persentase Keberhasilan Pemangkasan Berdasarkan Alat Pangkas dan Jenis Kelamin Alat yang Digunakan
Pemangkas
Jenis Kelamin
Keberhasilan Pemangkasan (%)
1 P 84.34 2 P 84.13 3 P 80.73 4 L 69.77 Rata-rata 79.76 1 L 92.11 2 L 81.08 3 P 88.89 Gergaji Galah dan Golok 4 L 93.22 5 P 82.35 6 L 89.74 Rata-rata 87.89 Sumber : Pengamatan langsung penulis di Afdeling B dan C, Kebun Rumpun Sari Antan I (2009) Cungkring dan Golok
Salah satu contoh kesalahan pemangkas adalah memangkas batang yang masih produktif dan terdapat buah di batang tersebut (Gambar 10). Kesalahan tersebut dapat menyebabkan buah mati karena tidak memiliki sumber fotosintat untuk pertumbuhan selanjutnya.
Gambar 10. Pemangkasan Batang yang Masih Produktif
Pemangkasan yang salah akan menyebabkan kerusakan kulit batang kakao. Kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan terhambatnya proses fisiologis tanaman karena tanaman yang rusak batangnya berarti melukai batang tersebut. Luka yang timbul akibat pemangkasan yang salah menyebabkan hasil fotosintat yang seharusnya untuk perkembangan bunga atau buah akan terserap banyak untuk proses penyembuhan luka. Oleh karena itu, perlu ditekankan kepada para pemangkas untuk melakukan pemangkasan secara cermat, tepat, dan hati-hati. Contoh cabang yang pecah dan kulit batang yang terkelupas akibat pemangkasan yang salah dapat dilihat pada Gambar 11.
(a) Cabang yang Pecah
(b) Kulit Ranting Terkelupas
Gambar 11. Kerusakan Tanaman akibat Pemangkasan yang Salah Penulis melakukan kegiatan pemangkasan selama 6 hari dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja yang ditetapkan oleh Kebun Rumpun Sari Antan I untuk kegiatan pemangkasan 0.20 ha/HK. Prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan pemangkasan rata-rata 0.14 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan dalam melakukan kegiatan pemangkasan rata-rata 0.21 ha/HK. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur-unsur hara tertentu di dalam tanah yang tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman yang diusahakan. Dengan dilakukannya pemupukan diharapkan dapat
meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman. Kegiatan pemupukan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan sebanyak dua rotasi dalam setahun, biasanya dilakukan pada saat menjelang semester I dan II.
Kebun Rumpun Sari Antan I menggunakan beberapa jenis pupuk, yaitu Urea, SP-18, dan MOP. Dosis pupuk yang diberikan untuk tiap afdeling dan blok berbeda-beda. Rekomendasi pemupukan berdasarkan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember satu tahun sebelumnya. Rekomendasi tersebut dapat diberikan setelah dilakukan analisis daun dan tanah dari masing-masing blok di tiap afdeling yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I. Dosis pupuk rata-rata per pokok per semester di Afdeling B adalah 72 g Urea, 166 g SP-18, dan 32 g MOP. Sedangkan dosis pupuk rata-rata per pokok di Afdeling C adalah 70 g Urea, 158 g SP-18, dan 30 g MOP. Kegiatan pemupukan dimulai dari pencampuran tiga jenis pupuk di gudang. Pupuk yang akan ditabur esok hari dicampur sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan untuk blok tersebut. Sebelum dicampur, tiap karung pupuk dipukul-pukul terlebih dahulu dengan menggunakan kayu agar tidak ada pupuk yang menggumpal. Ketiga jenis pupuk tersebut kemudian diaduk jadi satu dan diusahakan tercampur rata serta tidak ada pupuk yang menggumpal. Setelah rata, pupuk yang sudah dicampur tersebut dimasukkan ke dalam karung lagi dengan bobot masing-masing 50 kg. Kemudian pupuk ditumpuk lagi di dekat pintu gudang agar keesokan harinya mudah untuk dimasukkan ke dalam mobil pengangkut pupuk. Pengadukan pupuk yang dilakukan sehari sebelum pupuk ditebar dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Pengadukan Pupuk Urea, SP-18, dan MOP Pupuk yang sudah disiapkan keesokan paginya dinaikkan ke dalam mobil pengangkut pupuk untuk diantar ke afdeling. Pupuk yang sudah sampai di afdeling diletakkan di tempat-tempat yang sudah ditentukan agar memudahkan
pelangsiran. Pupuk yang ada kemudian dilangsir ke masing-masing penabur pupuk. Penabur menggunakan ember plastik untuk menampung pupuk, selain itu juga setiap penabur memiliki takaran pupuk masing-masing yang telah dikalibrasi sehingga tidak ada kelebihan atau kekurangan dosis pupuk per pokok. Takaran tersebut dibuat sendiri oleh para penabur dengan sebelumnya melihat contoh takaran yang sudah dikalibrasi oleh mandor. Aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara ditabur ke dalam tanah kemudian ditutup lagi. Dalam kegiatan pemupukan di Kebun Rumpun Sari Antan I ada tiga kelompok pekerja, yaitu pelangsir, pembuat lubang pupuk, dan penabur. Sebelum pupuk ditabur, dibuat lubang terlebih dulu yang lebarnya 20 cm dan kedalaman 15-25 cm dengan menggunakan cangkul oleh tim pembuat lubang pupuk. Kemudian pupuk ditabur ke dalam lubang yang telah dibuat dan ditutup lagi untuk menghindari penguapan dan erosi bila hujan. Kegiatan distribusi pupuk dari pelangsir ke penabur dapat dilihat pada Gambar 13. Untuk pemupukan di tempat yang topografinya berbentuk lereng, lubang untuk pupuk dibuat di bagian atas lereng dekat pohon. Hal tersebut bertujuan agar bila hujan turun, pupuk yang sudah diberikan tidak terbawa air ke bawah sehingga mubazir. Akan tetapi kenyataannya di lapangan banyak penabur yang lupa untuk menutup lubang setelah pupuk ditabur. Penabur melakukan pemupukan per baris agar tidak ada pokok yang terlewat untuk dipupuk. Apabila lahannya berlereng maka penaburan dilakukan sesuai dengan arah kontur.
(a) Kegiatan Pelangsiran Pupuk
(b) Distribusi Pupuk dari Pelangsir ke Penabur
Gambar 13. Distribusi Pupuk di Lapangan
Penulis mengikuti kegiatan pemupukan di dua afdeling, yaitu Afdeling B dan C. Penulis melakukan kegiatan pemupukan selama 14 hari, 5 hari di Afdeling B dan 9 hari di Afdeling C dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja Kebun Rumpun Sari Antan I untuk kegiatan pemupukan 0.48 ha/HK untuk Afdeling B dan 0.33 ha/HK untuk Afdeling C. Perbedaan standar kerja antara dua afdeling tersebut disebabkan oleh kondisi lahan di Afdeling C lebih sulit karena berbukit-bukit sehingga standar kerjanya lebih rendah daripada di Afdeling B yang kondisi lahannya tidak terlalu berbukit. Prestasi kerja penulis selama mengikuti kegiatan pemupukan di Afdeling B rata-rata 0.25 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan di Afdeling B rata-rata 0.42 ha/HK. Prestasi kerja penulis selama melakukan kegiatan pemupukan di Afdeling C rata-rata 0.20 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan dalam melakukan kegiatan tersebut rata-rata 0.39 ha/HK.
Pemanenan Panen merupakan inti dari suatu kegiatan budidaya tanaman. Panen buah kakao dilakukan apabila buah sudah memenuhi kriteria kematangan. Tujuan pemanenan adalah untuk mendapatkan biji kakao basah dengan jumlah tinggi dan bermutu baik. Kegiatan pemanenan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan setiap hari karena buah yang dipanen selalu ada setiap hari walaupun jumlahnya tidak terlalu besar. Kegiatan pemanenan dilakukan mulai dari persiapan panen. Persiapan panen dilakukan oleh mandor panen. Persiapan panen meliputi pembagian hanca bagi tiap pemanen yang ada. Luas hanca berubah-ubah bergantung pada keadaan buah. Bila sedang panen raya hanca dipersempit, tapi apabila buah sedang tidak banyak maka hanca diperluas. Selain pembagian hanca, mandor juga sudah menentukan blok mana yang akan dipanen pada hari tersebut. Bila sedang panen raya karena kerapatan panen tinggi maka blok yang harus dipanen pada hari tersebut lebih sempit, sedangkan bila sedang tidak panen raya atau kerapatan panennya rendah maka blok yang dapat dipanen lebih luas. Rata-rata luas areal satu hanca panen pada saat kerapatan tinggi adalah 1.5 ha. Rotasi panen juga dapat berubah-ubah sesuai dengan kerapatan panen. Rotasi panen diperpendek
pada saat panen raya menjadi 4-5 hari, sedangkan bila sedang tidak panen raya rotasi panen dapat mencapai 7-8 hari. Berikut ini merupakan contoh perhitungan kerapatan panen (KP) di Afdeling B. Diketahui Blok B18 Luas
: 12.15 ha
Populasi
: 10 710 pokok
Sample 10 %
: 1 071
Indeks biji
: 12 pod/kg BCB
Jumlah buah
: 321 pod
Standar panen/HK
: 50 kg
KP = Σ
Σ
ℎ 321
= 1 071
100 % 100 %
= 29.97 % BCB yang dipanen = =
Σ 29.97 % 10 710 12
= 267.5 kg Kebutuhan tenaga pemanen = =
/ 267.5 50
= 5.35 HK = 5 HK Perhitungan kerapatan panen biasanya dilakukan sehari sebelum dilakukan pemanenan di lokasi yang ditentukan. Dengan mengetahui kerapatan panen suatu blok dapat diketahui jumlah pemanen yang dibutuhkan untuk blok atau pada hari tersebut. Sistem panen di Kebun Rumpun Sari Antan I menggunakan sistem hanca tetap, tetapi dapat fleksibel bergantung pada ketersediaan buah di lapangan yang dapat dipanen (kerapatan panen). Bila sedang panen raya (kerapatan panen tinggi) luas hanca dipersempit, sebaliknya bila tidak sedang panen raya (kerapatan panen rendah) luas hanca diperluas. Pada saat panen raya pun tiap blok tidak memiliki
kerapatan panen yang sama. Ada blok-blok yang kerapatan panennya tinggi, tetapi ada juga blok yang kerapatan panennya rendah. Alasan tersebut yang menyebabkan tenaga kerja di rotasi agar tidak selalu panen di blok yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk pemerataan upah pemanen. Tenaga kerja pemanen di Afdeling B dibuat berkelompok dengan jumlah anggota per kelompok adalah dua orang. Dua orang pemanen tersebut memiliki tugas masing-masing sebagai pemetik dan pemecah buah sekaligus mengeluarkan bijinya. Bila kerapatan panen tinggi maka satu hanca dipanen oleh 2-3 kelompok, sedangkan bila kerapatan panen rendah maka satu hanca hanya dipanen oleh satu kelompok. Pemanenan yang dilakukan di tempat yang jauh dari tempat pengumpulan hasil, ditambah satu tenaga kerja laki-laki sebagai pelangsir biji kakao basah dari tempat pemecahan buah ke tempat pengumpulan hasil. Alat-alat yang digunakan pemanen adalah cungkring, pisau panen, dan karung. Pemanen bertugas memetik buah kakao yang sudah memasuki kriteria matang, memecah kulitnya, mengeluarkan bijinya, kemudian dikumpulkan di tempat yang sudah ditentukan sebagai tempat pengumpulan hasil (TPH). Biasanya TPH terletak di pinggir jalan agar mudah diangkut oleh mobil pengangkut biji kakao basah (BCB). Pemanenan merupakan kegiatan utama dari suatu budidaya tanaman karena akan menentukan kuantitas dan kualitas yang diinginkan dan sudah ditetapkan. Kebun Rumpun Sari Antan I menetapkan buah kakao yang sudah ada semburat kuningnya atau matang 60 % sudah memasuki kriteria matang dan boleh dipanen. Buah yang dipanen diusahakan tepat matang, karena bila terlalu matang atau kurang matang dapat menurunkan kualitas akhir produk dan mempengaruhi rendemen.
Pemanenan
yang
terlambat
akan
mengakibatkan
biji
yang
berkecambah, sedangkan bila terlalu cepat pemanenan akan menghasilkan biji kering yang kurang kuat aromanya. Buah kakao tipe Forastero bila masih muda warnanya hijau dan bila sudah matang warnanya kuning, sedangkan buah kakao tipe Criollo kulitnya saat masih muda berwarna merah, bila sudah matang warnanya berubah menjadi kuning jingga. Cungkring yang digunakan pemanen sebaiknya tajam dan tidak merusak bantalan buah. Pada saat memetik buah diusahakan tidak melukai atau merusak
batang/cabang yang ditumbuhi buah, karena bila terluka bunga tidak mau tumbuh lagi di tempat tersebut. Oleh karena itu, harus diusahakan memotong buah tepat pada batang/cabang yang ditumbuhi buah dan tidak ada sisa tangkai. Bila ada sisa tangkai pada tempat tersebut, dapat menghalangi pertumbuhan bunga berikutnya. Buah yang sudah dipetik dimasukkan ke dalam karung, kemudian ditumpuk di suatu tempat hingga menjadi tumpukan buah. Setelah hanca yang ditetapkan sudah selesai dipetik, pemanen mulai memecah buah menggunakan pisau panen. Pada saat memecah buah, pemanen melakukannya secara hati-hati agar tidak ada biji yang terbelah karena terkena pisau panen. Setelah buah dipecah, biji dikeluarkan dari kulitnya dan dimasukkan ke dalam karung. Plasenta harus dibuang karena akan mengurangi rendemen. Buah yang busuk atau terserang penyakit dan hama dipisahkan dari buah yang sehat. Karung untuk biji yang sehat dipisahkan dengan karung biji yang terserang hama dan penyakit. Kegiatan pemetikan atau pemanenan buah dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Kegiatan Pemanenan Buah Kakao Pemecahan buah dilakukan langsung di kebun, kulit buah ditumpuk di tempat yang terkena sinar matahari langsung agar tidak menjadi tempat bersarangnya hama dan penyakit. Kulit buah yang ditumpuk tersebut merupakan sumber bahan organik setelah terdekomposisi. Untuk pencegahan terjadinya serangan hama dan penyakit, Kebun Rumpun Sari Antan I biasanya menyemprot tumpukan kulit buah kakao dengan fungisida. Kegiatan pemecahan buah kakao di lapangan dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Pemecahan Buah Kakao Ada beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh pemanen di lapangan, yaitu tidak memanen buah yang letaknya tinggi walaupun masih dapat dijangkau oleh cungkring. Penyimpangan yang lain adalah pemanen tidak mau memanen buah yang letaknya di pinggir sungai dan buah yang ukurannya kecil. Penyimpangan-penyimpangan tersebut yang menyebabkan kehilangan hasil produksi. Selain kesalahan atau penyimpangan yang disengaja, ada juga kesalahan yang tidak disengaja oleh pemanen, yaitu tidak teliti memanen buah yang ada sehingga ditemukan banyak buah matang tinggal di pohon. Bila pada rotasi berikutnya buah pada pohon tersebut baru dipanen keadaannya sudah terlalu matang atau bahkan sudah busuk. Buah yang lewat matang (over ripening) dapat menurunkan rendemen biji kakao. Selain itu buah yang lewat matang dan busuk dapat menjadi sumber penyakit bagi pertanaman di sekitarnya. Setelah biji kakao basah (BCB) terkumpul, dilakukan penimbangan bersama antara pemanen dengan mandor panen untuk mengetahui berapa BCB yang didapat oleh pemanen tersebut dan untuk menentukan upah. Penimbangan tidak dilakukan dengan menggunakan alat timbang, melainkan pemanen menggunakan takaran ember plastik hitam berkapasitas 6 kg. Setelah dihitung hasil BCB yang didapat pada hari tersebut, mandor panen langsung mengantar BCB ke pabrik. Mandor panen harus membawa surat pengantar buah saat membawa BCB ke pabrik. BCB setiba di pabrik ditimbang kembali. Bobot BCB hasil timbangan di afdeling akan berbeda dengan hasil timbangan di pabrik. Oleh karena itu, Kebun Rumpun Sari Antan I menetapkan batas maksimal selisih bobot BCB dari afdeling ke pabrik sebesar 10 persen. Akan tetapi, apabila selisih antara bobot
BCB dari Afdeling ke pabrik lebih dari 10 % tidak diberikan sanksi kepada mandor panen. Penulis melakukan kegiatan pemanenan selama 3 hari dengan 5 jam kerja/hari. Penulis melakukan kegiatan tersebut di dua afdeling, yaitu Afdeling A dan C. Standar basis panen di Kebun Rumpun Sari Antan I pada bulan April adalah 50 kg. Prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan pemanenan di Afdeling A rata-rata 25 kg, sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata 49.5 kg. Prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan pemanenan di Afdeling C 25 kg, sedangkan prestasi kerja karyawan 71 kg.
Pengolahan Hasil Pengolahan kakao sangat menentukan kualitas biji yang dihasilkan. Pengolahan hasil bertujuan untuk menghasilkan biji kakao yang berkualitas tinggi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, memiliki aroma dan citarasa yang tinggi sesuai dengan permintaan konsumen. Tahapan kegiatan pengolahan biji kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I meliputi penimbangan, fermentasi, pembalikan pada saat fermentasi, penjemuran dan pengeringan, sortasi, dan packing. Penimbangan biji basah. Tahapan pertama kegiatan pabrik adalah penerimaan BCB dari kebun dan dilakukan penimbangan. Setelah penimbangan dilakukan analisis mutu BCB dengan komponen kriteria mutu terdiri atas plasenta, biji mentah, biji ex. Phytopthora, biji terpotong, biji berkecambah, dan biji pipih. Pengambilan biji sampel dilakukan dengan mengambil 0.5 kg BCB dari tiap karung secara acak. Kebun Rumpun Sari Antan I menetapkan standar analisis mutu BCB untuk masing-masing kriteria mutu adalah plasenta ≤ 0.4 %, biji muda ≤ 0.3 %, biji ex. Phytopthora ≤ 0.35 %, biji terpotong ≤ 0.3 %, biji berkecambah ≤ 0.1 %, dan biji pipih ≤ 0.1 persen. Fermentasi. Setelah BCB ditimbang dan dianalisis kemudian dimasukkan ke dalam kotak fermentasi. Proses fermentasi bertujuan untuk menumbuhkan citarasa, aroma, dan warna yang baik karena selama berlangsung proses fermentasi terjadi perubahan secara fisik, kimawi, dan biologi pada biji. Selama fermentasi akan terjadi penguraian senyawa polifenol, protein, dan gula oleh
enzim yang akan menghasilkan senyawa pembentuk aroma, perbaikan rasa, dan perubahan warna. Peti fermentasi yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah peti fermentasi dua tingkat dan merupakan peti dangkal karena tingginya hanya 40 cm, panjang 2 m, dan lebarnya 1.25 m. Peti tersebut terbuat dari kayu, memiliki lubang-lubang kecil di sisi dan bawah peti. Lubang tersebut berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara sehingga fermentasi yang terjadi sempurna. Salah satu
bagian
dindingnya
dibuat
pintu-pintu
yang
dapat
dilepas
untuk
mempermudah pembalikan biji kakao dari satu peti ke peti lainnya. Peti fermentasi yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki kapasitas 800 kg dan 1 000 kg. Kebun Rumpun Sari Antan I menerapkan fermentasi selama empat hari. Dua hari pertama biji difermentasi di peti atas kemudian dilakukan pembalikan, biji dipindahkan ke peti bawah selama dua hari. Pembalikan dilakukan dengan tujuan untuk meratakan fermentasi. Selama proses fermentasi, permukaan bagian atas peti ditutup dengan menggunakan karung goni, tujuannya untuk mempertahankan suhu biji selama fermentasi. Setelah empat hari biji dikeluarkan dari peti fermentasi dan segera dijemur. Kegiatan setelah penerimaan BCB dari afdeling ke pabrik dapat dilihat pada Gambar 16.
(a) Penerimaan BCB
(b) Proses Fermentasi
Gambar 16. Proses Penerimaan di Pabrik dan Fermentasi Biji Kakao Basah Pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan sinar matahari di atas anjang-anjang sepanjang 35 m dan lantai jemur berukuran 30 m x 3 m. Anjanganjang memiliki kapasitas 400-700 kg, sedangkan lantai jemur memiliki kapasitas 2 000 kg. Pada saat produksi sedang tinggi anjang-anjang dan lantai jemur penuh
dengan biji kakao hasil fermentasi (BCF), bahkan harus membuat lantai jemur darurat untuk menampung BCF agar tidak tercecer, tetapi bila produksi sedang rendah BCF yang sudah difermentasi diutamakan untuk dijemur di anjang-anjang. Lama penjemuran rata-rata dua hari. Tebal tumpukan BCF saat dijemur maksimal 3 cm atau setara dengan 3 tumpukan biji. Tebalnya tumpukan biji juga mempengaruhi lama pengeringan untuk mencapai kadar air yang diinginkan. Selama proses penjemuran dilakukan juga pembalikan agar keringnya merata. Pembalikan dilakukan sekali dalam sehari. Proses pengeringan dengan sinar matahari dapat dilihat pada Gambar 17. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan bila cuaca mendukung, tidak sedang musim hujan. Bila cuaca tidak memungkinkan (sering turun hujan tibatiba), BCF langsung dikeringkan ke Samoan dryer. Bila cuaca baik pengeringan BCF dengan sinar matahari dilakukan selama dua hari diteruskan dengan pengeringan di Samoan dryer selama tiga hari, tapi bila cuaca buruk pengeringan langsung dilakukan di Samoan dryer selama lima hari.
(a) Pengeringan Biji Kakao di Atas Anjang-anjang
(b) Pengeringan Biji Kakao di Atas Lantai Jemur
Gambar 17. Pengeringan dengan Sinar Matahari Samoan dryer merupakan alat pengeringan semi konvensional yang berbentuk bak terbuat dari tembok, beralaskan plat aluminium. Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki tujuh unit Samoan dryer dengan kapasitas yang berbeda sesuai dengan ukuran. Ada lima unit Samoan dryer berukuran panjang 8 m, lebar 3 m, dan tinggi dari plat aluminium 0.4 m, memiliki kapasitas 6 ton, dan ada Samoan dryer berukuran panjang 7 m, lebar 3 m, dan tinggi 0.4 m, dengan kapasitas 5 ton. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar.
Setiap unit Samoan dryer memiliki satu cerobong, dari semua Samoan dryer yang dimiliki Kebun Rumpun Sari Antan I ada lima Samoan dryer yang cerobongnya berdiameter 22 cm, sisanya memiliki cerobong dengan diameter 40 cm. Samoan yang cerobongnya berdiameter 22 cm dapat mengeringkan BCF lebih cepat dibandingkan dengan Samoan dryer yang cerobongnya berdiameter 40 cm. Hal tersebut disebabkan uap yang dihasilkan oleh Samoan dryer yang berdiameter 22 cm lebih panas dibandingkan dengan yang berdiameter 40 cm. BCF yang dikeringkan di Samoan dryer dilakukan pembalikan tiga kali dalam 24 jam. Ketebalan maksimal tumpukan BCF adalah 40 cm. Suhu maksimal samoan dryer pada hari pertama setelah dari penjemuran 60 °C, hari kedua 80 °C, dan hari terakhir 60 °C. Bila cuaca buruk dan langsung dikeringkan di Samoan dryer maka suhu maksimal hari pertama 60 °C, hari kedua sampai keempat 80 °C, dan hari kelima 60 °C. Biasanya untuk memperoleh 1 000 kg biji kakao kering (BCK) dibutuhkan 4-5 m3 kayu bakar. Pengeringan dilakukan hingga kadar air biji mencapai 7 persen. Samoan dryer dapat dilihat pada Gambar 18.
(a) Tungku Samoan Dryer
(b) Box Samoan Dryer
Gambar 18. Samoan Dryer Sortasi. Setelah pengeringan, tahapan berikutnya adalah sortasi. Sortasi merupakan kegiatan pengelompokan BCK berdasarkan ukuran dan memisahkan kotoran-kotoran yang tercampur. Sortasi BCK di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan secara mekanis dan manual. Sortasi mekanis menggunakan mesin ayakan mekanis tipe silinder yang berputar dengan kapasitas sortasi 500 kg/jam. Setelah disortasi secara mekanis akan dihasilkan BCK dengan grade IA, IC, dan under grade. Untuk BCK dengan grade IC setelah disortasi secara mekanis,
disortasi lagi secara manual untuk memisahkan antara biji pipih dan kotorankotoran yang masih tercampur. Kebun Rumpun Sari Antan I menetapkan standar untuk grade IA adalah 96 %, grade IC 3 %, dan under grade 1 %. Standar biji yang masuk grade IA adalah bila jumlah biji 86-100 biji/100 g, grade IB bila jumlah biji 101-110 biji per 100 g, grade IC bila jumlah biji 111-120 biji per 100 g, under grade bila jumlah biji 121-150 biji per 100 g, dan grade small bean bila jumlah biji > 150 biji per 100 g. Pengepakan (packing). Tahapan terakhir dari pengolahan hasil adalah packing atau pengepakan. BCK yang sudah disortasi dimasukkan ke dalam karung goni dengan bobot per karung 62.5 kg. Kemudian karung goni dijahit dan ditumpuk sesuai dengan grade mutu yang telah ditentukan. Tumpukan karung maksimal lima karung, tujuannya agar BCK tidak hancur karena beban tumpukan yang terlalu berat. Sebelum dikirim ke konsumen dilakukan pengambilan sampel BCK, yaitu sebanyak 0.5 kg per karung untuk dilakukan analisis mutu BCK. Analisis mutu BCK meliputi rendemen, kadar air, biji berjamur, biji tidak terfermentasi sempurna, biji berwarna ungu, biji pipih dan berkecambah, berbau asap, kotoran, serangga hidup, biji pecah, banyak biji per 100 g, benda asing, kotoran mamalia, dan biji yang berserangga. Analisis BCK dilakukan dengan cara memotong sampel BCK secara memanjang, kemudian diambil satu sisi dan diletakkan di papan kayu untuk analisis BCK. Selanjutnya diamati dan dihitung persentase masing-masing kriteria mutu. Analisis BCK yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Analisis Biji Kakao Kering (BCK)
Penulis melakukan kegiatan pengolahan hasil di pabrik selama 9 hari dengan 8 jam kerja/hari. Kegiatan pengolahan hasil yang dilakukan oleh penulis meliputi penerimaan BCB, pembalikan saat fermentasi, pengeringan, sortasi, dan pengepakan. Berdasarkan permintaan Kebun Rumpun Sari Antan I, penulis melakukan percobaan untuk membedakan rendemen dengan pencucian dan tanpa pencucian. Perbedaan rendemen BCK hasil pencucian dan tanpa pencucian dapat dilihat pada Tabel 6. Perbedaan fisik BCK hasil pencucian dan tanpa pencucian juga dapat dilihat pada Gambar 20. Tabel 6. Perbedaan Rendemen Biji Kakao Kering (BCK) Hasil Pencucian dan Tanpa Pencucian Perlakuan Bobot Biji Tanpa Pencucian (g) Bobot Biji dengan Hari Pencucian (g) Ul 1 Ul 2 Ul 3 H-1 1 250 1 250 1 250 3 750.0 H-3 1 147 1 145 1 105 H-4 1 130 1 114 1 102 3 346.0 ∆ bobot 120 136 148 404.0 H-6 577 559 622 1 719.5 H-8 494 478 487 1 259.0 Rendemen (%) 39.52 38.24 38.96 33.57 Rata-rata (%) 38.91 Keterangan. H-1 = hari pertama fermentasi H-3 = hari ketiga fermentasi, ketika pembalikan H-4 = hari keempat fermentasi H-6 = hari keenam setelah diangkat dari anjang-anjang H-8 = hari kedelapan setelah diangkat dari samoan dryer ∆ bobot = selisih bobot biji dari hari pertama sampai hari keempat Ul 1, 2, dan 3 = ulangan 1, 2, dan 3 Sumber : Pengamatan langsung penulis di Pabrik Kebun Rumpun Sari Antan I (2009)
Gambar 20. Perbedaan Fisik Biji Kakao Kering Hasil Pencucian (kiri) dan Tanpa Pencucian Biji (kanan)
Dari data percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa rendemen BCK tanpa pencucian lebih besar 5.34 % daripada rendemen BCK dengan pencucian. Bila konsumen tidak menginginkan kriteria khusus dengan pencucian maka akan lebih menguntungkan pengolahan hasil tanpa pencucian, karena bila ada 10 ton BCB, diberi perlakuan pencucian akan menjadi 3.357 ton BCK. Sedangkan bila BCB tersebut tidak diberi perlakuan pencucian maka BCK yang dihasilkan 3.891 ton, berarti terjadi kehilangan hasil sebesar 534 kg karena perbedaan rendemen. Apabila diasumsikan satu kg BCK memiliki harga Rp 20 000,00 maka kerugian perusahaan sebesar Rp 10 680 000,00. Dengan demikian perusahaan lebih memilih untuk menerapkan pengolahan hasil tanpa pencucian selama tidak ada komplain dari konsumen.
Aspek Manajerial Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis selama kegiatan magang berlangsung adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling.
Pendamping Mandor Selain kegiatan teknis, kegiatan manajerial kebun juga sangat mendukung berjalannya kegiatan-kegiatan yang ada di lapangan. Kegiatan di lapangan butuh pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan tanggung jawab pekerja. Dalam hal ini peran mandor sangat dibutuhkan. Mandor harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga dapat menguasai tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Setiap afdeling memiliki mandor rawat, mandor hama dan penyakit, dan mandor panen. Tugas utama mandor adalah sebagai pengawas setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tanggung jawabnya. Pekerjaan mandor sehari-hari adalah memimpin apel pagi yang dimulai dari pukul 05.30-06.00 WIB dihadiri oleh seluruh karyawan harian lepas, karyawan harian tetap, dan asisten afdeling. Dalam apel pagi mandor akan mengabsen para pekerja, memberikan pengarahan tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada hari ini, pembagian tugas atau hanca, evaluasi kegiatan hari kemarin, dan berdoa.
Pengawasan dilakukan dari awal bekerja sampai pekerjaan selesai, dengan melakukan pengamatan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pekerja, kemudian ditegur dengan baik dan diberi solusi bagaimana cara mengerjakan yang baik dan benar. Mandor bekerja dari pukul 06.00-13.00 WIB, tapi realisasinya mandor biasanya pulang dari kantor lebih dari pukul 13.00 WIB. Pengawasan pekerja bertujuan agar didapatkan hasil sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan serta pencapaian target tertentu. Selain pengawasan kegiatan, mandor juga harus mengawasi waktu yang digunakan oleh pekerja. Jangan sampai banyak waktu yang disia-siakan oleh pekerja untuk kegiatan-kegiatan yang tidak penting, karena apabila banyak waktu yang terbuang akan menyebabkan produktivitas pekerja tidak tercapai. Hal tersebut sangat merugikan perusahaan. Kedisiplinan dan ketepatan waktu sangat ditekankan di Kebun Rumpun Sari Antan I. Selama penulis menjadi pendamping mandor, penulis banyak belajar tentang bagaimana menguasai pekerja yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Penulis diajari untuk menguasai teknis lapangan yang baik dan benar oleh mandor. Mandor memberi kepercayaan kepada penulis untuk mengawasi beberapa kegiatan, seperti kegiatan wiwil, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pemangkasan, dan pemanenan. Penulis bekerja sebagai pendamping mandor rawat selama 8 hari dengan 5 jam kerja/hari, mengawasi rata-rata 5 orang pekerja, dan mengawasi areal ratarata seluas 4.68 ha/hari. Sebagai pendamping mandor hama dan penyakit selama 8 hari, mengawasi pekerja rata-rata 4 orang, dan mengawasi areal rata-rata seluas 3.55 ha/hari. Sebagai pendamping mandor panen selama 7 hari, mengawasi ratarata 26 orang pekerja, dan mengawasi areal rata-rata 13.23 ha/hari.
Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling merupakan orang pertama yang berperan dalam manajerial kebun di tingkat afdeling. Asisten afdeling bertugas untuk mengkoordinasikan segala kegiatan dengan mandor-mandornya. Selain itu juga bertugas mengecek perlengkapan dan material yang diperlukan kebun di
afdelingnya. Asisten afdeling dituntut untuk menguasai seluruh keadaan afdeling yang dipegangnya dan mencapai target yang ditetapkan perusahaan. Asisten afdeling memiliki kewajiban untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang ada di kebun setiap hari. Bentuk evaluasi dengan cara membuat laporan perincian pekerjaan harian (LPPH), baik kegiatan perawatan maupun panen. Pembuatan LPPH dilakukan setiap hari untuk mengetahui apakah target yang diinginkan tercapai pada hari tersebut. Bila target tidak tercapai, asisten afdeling harus mencari penyebab target tidak tercapai dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Pengelolaan kebun yang dilakukan oleh asisten afdeling merupakan pengelolaan kebun yang kompleks, meliputi pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kondisi dana yang diberikan pada tiap-tiap afdeling oleh perusahaan. Pengelolaan yang paling sulit adalah pengelolaan sumber daya manusia. Asisten afdeling yang tidak dapat mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya dengan baik, cenderung akan mengalami banyak masalah. Sumber daya manusia merupakan aspek sumber daya yang paling penting dalam setiap kegiatan, karena walaupun sumber daya alam tersedia melimpah dan sumber dana tercukupi tapi sumber daya manusia tidak terkendali dengan baik akan menjadi masalah bagi asisten afdeling. Tujuan dari seluruh pengelolaan tersebut adalah untuk tercapainya target yang ditentukan oleh perusahaan. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping asisten afdeling adalah membantu mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan, membuat perencanaan kegiatan, membuat laporan harian, melakukan pengawasan kebun secara keseluruhan, memberi pengarahan kepada pekerja bila dibutuhkan, dan ikut serta dalam rapat staf Kebun Rumpun Sari Antan I. Penulis bekerja sebagai pendamping asisten afdeling selama 17 hari dengan rata-rata 5 jam kerja/hari, jumlah mandor yang diawasi rata-rata 2 orang, dan luas areal rata-rata yang diawasi 46.33 ha/hari.
Sistem Manajemen Kebun Tingkat Afdeling Sistem manajemen kebun diawali dengan perencanaan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan output yang baik pula. Kebun Rumpun Sari Antan I
membuat perencanaan kegiatan dan budget untuk skala tahunan, semesteran, triwulanan, bulanan, dan harian. Perencanaan yang dilakukan meliputi kegiatan yang akan dilakukan, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan alat, kebutuhan material, dan target produksi mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan. Perencanaan tahunan dibuat satu tahun sekali dan dibuat sebelum pekerjaan dilaksanakan. Perencanaan tahunan dibuat berdasarkan sensus produksi, laporan pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya, dan standar kerja yang sudah ditetapkan perusahaan. Perencanaan berikutnya yang dibuat adalah perencanaan per semester, perencanaan tersebut lebih lengkap dan detail dibandingkan perencanaan tahunan karena perencanaan semesteran merupakan penjabaran dari perencanaan tahunan. Perencanaan tahunan dan semesteran dibuat oleh administratur bersama dengan asisten afdeling, kemudian diserahkan ke direksi untuk persetujuan anggaran. Perencanaan
triwulanan
merupakan
penjabaran
dari
perencanaan
semesteran, perencanaan bulanan merupakan penjabaran dari perencanaan triwulanan, dan yang terakhir perencanaan harian merupakan penjabaran perencanaan bulanan. Perencanaan triwulanan, bulanan, dan harian dibuat oleh asisten afdeling bersama dengan mandor-mandor di afdeling tersebut. Penulis dibimbing untuk dapat membuat perencanaan tahunan bersama dengan asisten afdeling. Asisten afdeling setiap hari harus membuat laporan perincian pekerjaan harian (LPPH). Tujuan pembuatan laporan tersebut adalah untuk mempermudah dalam mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dikerjakan pada hari tersebut. Dengan laporan tersebut dapat diketahui penyimpangan yang mungkin dapat terjadi. Dalam laporan tersebut tercantum penggunaan tenaga kerja hari ini, penggunaan material, produktivitas pekerja, dan cost yang harus dikeluarkan untuk upah para pekerja. Contoh blanko laporan perincian pekerjaan harian perawatan dan panen dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Contoh surat pengantar buah dan bukti permintaan barang juga dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13.
PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan kegiatan membuang dan memotong cabangcabang negatif, yaitu cabang mati, cabang kering, dan cabang sakit, serta membuang cabang yang tidak produktif. Pada dasarnya pemangkasan kakao dimaksudkan untuk memperoleh nilai ILD optimal agar hasil bersih fotosintesis maksimal (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Tanaman kakao bila tidak dipangkas tingginya dapat mencapai 10 m, sedangkan tinggi maksimal tanaman kakao sebagai tanaman budidaya 3-4 m. Oleh karena itu, pemangkasan menjadi kegiatan pemeliharaan yang penting bagi pertanaman kakao. Winarsih (1985) menyatakan bahwa indeks luas daun (ILD) mempunyai peranan penting dalam menentukan kecepatan fotosintesis/derajat asimilasi netto dan produksi, yang nilainya bergantung pada kondisi cahaya dan bentuk kanopi tanaman. Pada kisaran ILD yang optimal, produksi yang didapatkan juga maksimal. Manajemen pemangkasan ataupun naungan merupakan salah satu usaha untuk memelihara kondisi pertanaman agar berada pada ILD optimalnya, yakni apabila lebih dari 95 % luas daun menerima cahaya matahari. Tanaman kakao peka terhadap kondisi tanpa naungan dan tanpa pemangkasan, produksi tanaman kakao yang tidak dipangkas lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang dipangkas. Winarsih (1985) menyatakan bahwa nilai ILD kakao sering berubah-ubah menurut kondisi musim. Pada akhir musim kering tanaman hanya mempunyai flush yang paling muda, nilai ILD hanya 1.5, sedangkan setelah terjadi flush kanopi Upper Amazon sangat rimbun sehingga ILD dapat mencapai 8. ILD bagi kanopi yang baik biasanya dalam kisaran antara 4-6. Meskipun bukanlah suatu angka mati, tetapi ILD optimal tanaman kakao dinyatakan dalam kisaran nilai 3.75.7 (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Kebun Rumpun Sari Antan I tidak memiliki nilai ILD secara pasti dan sampai saat ini pemangkasan tanaman kakao berdasarkan feeling atau kriteria yang sifatnya kualitatif untuk mendapatkan ILD yang dianggap mendekati benar. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004) menyatakan kriteria kualitatif pemangkasan yang benar dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu pada siang
hari di lantai kebun terdapat bercak-bercak cahaya matahari, tetapi gulma tidak tumbuh lebat. Proporsi cahaya langsung yang sampai di lantai kebun maksimum 25 % dari luas areal. Suasana di dalam kebun tidak terlalu terang atau terlalu gelap. Pertumbuhan diameter batang kakao sama antara yang ditanam di bagian tengah dan di pinggir kebun. Bunga dan buah tumbuh merata di batang pokok dan cabang-cabangnya, serta tanaman yang berbuah merata di semua penjuru kebun. Pemangkasan selain bertujuan untuk mendapatkan ILD yang optimal bagi tanaman dapat juga untuk menciptakan iklim mikro yang baik bagi pertanaman kakao. Dengan pemangkasan, cahaya matahari dapat masuk ke dalam areal pertanaman secara optimal sehingga suhu dan kelembaban tanaman terjaga. Suhu dan kelembaban tanaman yang terjaga akan membuat kondisi yang tidak optimal bagi pertumbuhan hama dan penyakit. Dengan demikian secara tidak langsung pemangkasan juga dapat berfungsi untuk mengendalikan hama dan penyakit. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemangkasan adalah keberhasilan pemangkasan. Keberhasilan pemangkasan ditentukan oleh banyak faktor, di antaranya keterampilan pemangkas, alat yang digunakan untuk memangkas, kondisi tanaman yang dipangkas, dan waktu pemangkasan. Saat dan cara pemangkasan yang tidak tepat dapat mengakibatkan banyak buah yang mati (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Urquhart (1960) menyatakan bahwa pemangkasan yang berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan stagnasi pertumbuhan dengan konsekuensi penurunan hasil serta menginduksi tumbuhnya tunas air lebih banyak. Selain itu juga dapat menginduksi flush yang berlebihan dan dapat membuat tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Berdasarkan tujuannnya pemangkasan dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk dilakukan saat tanaman kakao muda telah membentuk jorket dan cabang-cabang primer sampai tanaman memasuki fase produktif. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan secara ringan dengan frekuensi 2-3 bulan. Pemangkasan produksi dilakukan dua kali setahun, yaitu pada akhir musim kemarau-awal musim hujan serta pada akhir musim kemarau (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Pemangkasan yang sedang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I pada bulan Februari-Juni 2009 adalah jenis pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan rotasi tiga hingga empat kali dalam setahun bergantung pada perencanaan dan anggaran yang tersedia. Pemangkasan biasanya dilakukan pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan. Pemangkasan pada akhir musim kemarau akan mempercepat penyembuhan luka tanaman akibat pangkasan dan merangsang terbentuknya pembungaan saat memasuki awal musim hujan. Kakao secara periodik mengalami flush sehingga tanaman menjadi rimbun apabila tidak dipangkas. Menurut Anwar dan Hutomo (1988), pemangkasan ringan yang dilakukan berulang-ulang lebih baik, karena daun dan tanaman akan berkembang dan tumbuh sempurna, sehingga tanaman tetap sehat dan produktif. Dengan frekuensi pemangkasan yang tepat serta tersedianya unsur hara dalam tanah
secara
berkesinambungan
akan
memperbaiki
pertumbuhan
dan
meningkatkan hasil tanaman. Winarsih (1990) menyatakan bahwa hingga saat ini frekuensi pemangkasan masih bervariasi bergantung pada kondisi tanaman, iklim, umur tanaman, dan sebagainya. Pelaksanaan pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I mengalami keterlambatan. Hal tersebut mengakibatkan jenis pangkasan bukan pangkasan ringan lagi, melainkan pangkasan berat karena banyak cabang yang berdiameter lebih dari 2.5 cm yang harus dipangkas. Pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan berubah seolah-olah menjadi pemangkasan produksi. Hal tersebut tentu saja menyebabkan banyak bunga dan pentil (cherelle) yang harus terpangkas karena tumbuh pada batang atau cabang yang harus dibuang. Buah yang ikut terbuang kebanyakan sudah memasuki size 1 dan 2. Dengan begitu akan banyak terjadi losses produksi karena banyak buah yang terbuang. Kerusakan tanaman akibat pemangkasan masih banyak ditemukan di Kebun Rumpun Sari Antan I. Kerusakan yang terjadi berupa pecahnya cabang atau ranting yang dipangkas dan terkelupasnya kulit cabang atau ranting yang dipangkas. Kerusakan tersebut disebabkan oleh kurangnya keterampilan pemangkas dan kurang tajamnya alat pangkas yang digunakan. Kerusakan
tersebut dapat menyebabkan semakin lamanya proses penyembuhan luka dan tanaman lebih mudah terserang hama dan penyakit karena dalam adanya luka. Pemangkas cenderung lebih mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas, sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak maksimal. Pemangkas tidak mempedulikan akibat yang ditimbulkan bila tanaman yang dipangkasnya luka. Hanya beberapa pemangkas yang membawa batu asahan untuk mengasah alat pangkas mereka, padahal batu asah cukup penting untuk menjaga ketajaman alat pangkas agar hasil pangkasan baik dan tidak merusak tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan penulis yang dapat dilihat pada Tabel 4, dapat diketahui persentase keberhasilan pemangkasan dengan menggunakan gergaji galah dan golok lebih besar 8.13 % dibandingkan dengan pemangkasan dengan menggunakan cungkring dan golok. Hal tersebut disebabkan pemangkasan dengan menggunakan gergaji galah, goncangan yang dihasilkan pada saat memangkas lebih kecil sehingga keadaan lebih stabil dan luka yang dihasilkan juga lebih sedikit. Sebaliknya pemangkasan dengan menggunakan cungkring membutuhkan tenaga pemangkas yang lebih terampil karena harus menggunakan teknik memangkas yang tepat. Pemangkasan dengan menggunakan cungkring lebih sering meleset dari sasaran sehingga luka yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan yang menggunakan gergaji galah. Selain melakukan pengamatan secara visual, penulis juga melakukan analisis data dengan menggunakan uji t untuk menguji hasil pengamatan persentase keberhasilan pemangkasan berdasarkan perbedaan alat pangkas. Penulis menganalisis data dengan uji t bertaraf 5 persen. Hasil uji t pengaruh alat pangkas yang digunakan terhadap persentase keberhasilan pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Alat Pangkas yang Digunakan terhadap Keberhasilan Pemangkasan Alat yang Digunakan 1. Cungkring dan golok 2. Gergaji galah dan golok Uji t Keterangan : tn tidak berbeda nyata
Keberhasilan Pemangkasan (%) 79.8 87.9 tn
Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan menunjukkan bahwa alat pangkas yang digunakan tidak memberikan perbedaan terhadap persentase keberhasilan pemangkasan. Itu berarti pemangkas dapat menggunakan cungkring atau gergaji galah sesuai dengan alat yang ada dimilikinya. Selain membandingkan persentase keberhasilan pemangkasan berdasarkan perbedaan alat, persentase keberhasilan pemangkasan juga dibandingkan berdasarkan jenis kelamin. Perbandingan berdasarkan jenis kelamin bertujuan untuk mengetahui apakah keberhasilan pemangkasan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Untuk itu penulis juga melakukan analisis data dengan menggunakan uji t bertaraf 5 persen. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Keberhasilan Pemangkasan di Afdeling C Keberhasilan Pemangkasan (%) 89.0 85.6 tn
Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Uji t Keterangan : tn tidak berbeda nyata
Hasil uji t (Tabel 8) menunjukkan bahwa persentase keberhasilan pemangkasan di Afdeling C antara pemangkas laki-laki dan perempuan tidak berbeda nyata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemangkas laki-laki dan perempuan memiliki keterampilan yang sama dalam memangkas. Dengan demikian
perusahaan
dapat
menggunakan
pemangkas
laki-laki
ataupun
perempuan tanpa khawatir akan menurunkan kualitas pangkasan. Penulis tidak melakukan uji t untuk membandingkan keberhasilan pemangkasan antara pemangkas laki-laki dan perempuan di Afdeling B disebabkan oleh sampel pemangkas yang diamati tidak mencukupi untuk dilakukan uji t. Penulis hanya mempunyai empat sampel dengan jumlah pemangkas laki-laki satu orang dan perempuan tiga orang. Akan tetapi dari Tabel 4, dapat dilihat persentase keberhasilan pemangkasan antara pemangkas laki-laki dan perempuan bedanya nyata. Pemangkas laki-laki memiliki keberhasilan pemangkasan sebesar 69.77 %, sedangkan pemangkas perempuan memiliki keberhasilan pemangkasan rata-rata 83.07 persen.
Keberhasilan pemangkasan yang dinyatakan dalam persen dihitung berdasarkan jumlah cabang yang berdiameter ≤ 2.5 cm yang dipangkas, cabang sakit, cabang kering, cabang yang berdiameter ≥ 2.5 cm, dan jumlah cabang yang rusak akibat pemangkasan. Kerusakan yang dimaksud adalah adanya cabang atau ranting yang pecah dan kulit cabang atau ranting yang terkelupas. Kebun Rumpun Sari Antan I tidak menetapkan standar untuk keberhasilan pemangkasan. Perusahaan hanya menekankan kepada mandor rawatnya agar mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan tanaman akibat pemangkasan. Dalam hal tersebut peran mandor sangat dibutuhkan untuk memberikan pengarahan dan penjelasan kepada para pemangkas untuk memangkas cabangcabang yang tepat dan tidak menyebabkan kerusakan tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Aspek-aspek yang menunjang kegiatan pengelolaan tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I tidak hanya meliputi aspek teknis melainkan juga aspek manajerial. Baik aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial pelaksanaannya selalu berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dengan tujuan dapat mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produktivitas Kebun Rumpun Sari Antan I pada periode 2004-2008 lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas nasional dan perkebunan rakyat. Akan tetapi produktivitas PT Rumpun Sari Antan I pada periode tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu populasi tanaman hanya separuhnya dari standar populasi, buah yang terserang hama dan penyakit sehingga banyak kehilangan produksi, kegiatan teknis seperti tidak dilakukan dengan maksimal, dan manajemen sumber daya manusia masih belum maksimal. Salah satu kegiatan perawatan yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas adalah dengan pemangkasan. Pemangkasan yang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I selama bulan Februari sampai dengan Juni adalah jenis pemangkasan pemeliharaan. Masih banyak ditemukan kesalahan teknik memangkas sehingga menghasilkan kerusakan tanaman akibat pemangkasan. Kerusakan yang ditimbulkan berupa cabang atau ranting pecah dan kulit terkelupas akibat pemangkasan. Pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Antan I mengalami keterlambatan rotasi sehingga terjadi pemangkasan yang tumpang tindih antara pemangkasan pemeliharaan dan produksi. Hal tersebut menyebabkan pemangkasan yang dilakukan tidak optimal. Selain itu, pemangkas banyak melakukan kesalahan dengan memangkas cabang-cabang yang masih produktif.
Saran Dalam pelaksanaan teknis budidaya di lapangan diperlukan pengawasan yang lebih ketat agar target yang diharapkan dapat tercapai. Kepada para karyawan perlu ditekankan untuk tidak hanya memperhatikan kuantitas, tapi juga kualitas kerja. Dengan begitu standar kualitas kerja tetap terpenuhi dan target pun tercapai. Pemangkas yang melakukan kesalahan sebaiknya diberi teguran agar memperbaiki kembali tanaman yang rusak akibat pemangkasan. Selain itu juga diberikan sanksi kepada pemangkas yang melakukan kesalahan memangkas. Pemberian penghargaan terhadap karyawan yang kerjanya baik perlu diterapkan untuk meningkatkan semangat karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoelah, S dan Soedarsono. 1996. Penaung dan pemangkasan kakao, suatu tinjauan dari aspek iklim dan kesuburan tanah. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 12 (3) : 153-160. Anwar, S. dan T. Hutomo. 1988. Pengaruh pemangkasan dan pemupukan terhadap hasil tanaman kakao. Buletin Perkebunan, 19 (1) : 15-20. Arifin. 2007. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Perkebunan Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. www.litbang.deptan.go.id. [30 November 2009]. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Pujiyanto. 1998. Penentuan prioritas dalam merehabilitasi kebun kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 14 (3) : 238-244. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta. 328 hal. Siregar, T. H. S., S. Riyadi, dan L. Nuraeni. 2002. Cokelat Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 170 hal. Urquhart, D. H. 1960. Cocoa. 2nd edition. Longmans. Bournville. 293p. Wachjar, A., Haryadi, dan I. W. Winasa. 2009. Teknik Budidaya, Panen, dan Pasca Panen Kakao. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 57 hal. Winarsih, S. 1985. Indeks luas daun (ILD) dan hubungannya dengan pemangkasan dan naungan pada tanaman cokelat. Pelita Perkebunan, 1 (3) : 83-93. Winarsih, S. 1990. Hasil-hasil sementara pengaruh naungan dan pemangkasan terhadap daya hasil kakao. Pelita Perkebunan, 6 (2) : 47-51. Wood, G. A. R. and Lass. 1985. Cocoa. 4th edition. Longman (Pte) Ltd. Singapore. 618p.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Afdeling A
1 2 3
4 5
6 1 7
8 13
9
3
10 12
17
5
4
11 14
2 6 8
15
7
9
Afdeling B
10
16 11
12 13 14
15
16 18 1
LEGENDA Areal Kakao Areal Intercroping Areal Karet TBM I Areal Karet TBM II Areal Cadangan
22
2 3
3 4
Afdeling C
5 7
6
8
9 12
13
11 14
17 19
10
20 21
Lampiran 2. Fisiografi dan Tanah Kebun Rumpun Sari Antan I
Jenis Tanah Topografi Ketinggian
: Podzolik Merah - Kuning : Berombak sampai bergelombang, lereng 0 - 40 % : 20 - 90 m dpl
Tekstur Bahan Organik Pasir Debu Liat C N C/N No Kedalaman (cm) .................................(%).................................. 1 0-15 17.2 45.6 37.2 1.8 0.2 11.0 2 15-30 16.6 43.3 40.1 1.2 0.1 9.0 3 30-75 21.2 32.8 46.0 1.0 0.1 13.0 4 75-150 32.9 35.3 31.8 0.8 0.1 16.0
Potensial P2O5 K2O
Ca
Basa-Basa DD Mg K Na
Jumlah
KTK
....................................(mg/100 g).................................... 33.7 21.5 24.6 14.9 0.3 0.4 40.2 59.5 24.3 13.9 25.3 14.1 0.2 0.4 39.9 57.5 21.7 11.6 25.9 13.5 0.2 0.6 40.2 56.7 23.7 10.1 26.8 13.3 0.2 0.7 41.0 55.7
pH KB (%) 68.0 69.0 71.0 74.0
H2O
KCl
4.8 4.9 4.9 4.9
3.9 4.0 4.0 4.1
Lampiran 3. Curah Hujan Bulanan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 1999-2008 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
Bulan HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
413
9
144.5
13
201.0
15.2
303.1
19
294
19
438.5
19
280.0
14.9
292.1
17
372.5
20
184.5
19
422.0
16.4
356.0
239.0
19
213.8
20
224.5
14
213.0
12.9
218.7
171.0
12
86.5
14
375.5
2
16.0
7.8
150.3
11
84.5
5
31
8
73.5
2
10.5
5.6
56.6
6
112.0
1
3.0
1
2.0
0
0.0
2.9
29.8
3
21.5
0
0.0
1
1.0
2
6.0
1
4.6
5
170.5
0
0.0
0
0.0
4
14.5
2.6
42.8
87.5
14
345.0
2
14.5
6
360.5
21
274.0
10.6
250.9
641.0
14
314.0
10
66
12
241.0
26
781.0
17.8
377.5
775.0
22
497.5
24
469
17
385.0
21
163.5
19.1
388.4
2859.0
135
2793.0
2430.5
143
2381.5
126.8
2470.8
Januari
21
449.0
11
165.0
16
263.1
19
497.5
11
278.0
18
307.0
12
313.0
22
Februari
12
355.0
14
229.0
16
203.1
10
176.0
17
368.0
12
327.5
11
250.0
Maret
15
333.0
15
409.5
14
478.0
15
421.5
17
390.0
17
274.0
15
275.0
April
7
118.0
11
302.5
13
407.0
13
192.5
12
133.0
8
143.5
12
Mei
4
230.0
7
165.0
4
74.5
6
85.5
10
141.0
9
158.0
10
Juni
2
57.5
8
66.5
11
169.5
2
29.0
4
16.0
3
27.5
Juli
2
21.0
4
15.0
4
18.0
2
45.0
0
0.0
9
82.0
Agustus
0
0.0
4
17.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
September
0
0.0
6
19.2
4
68.5
1
1.0
4
118.0
5
36.0
Oktober
11
165.2
15
605.9
18
500.5
2
23.5
11
133.0
6
November
15
219.5
17
246.0
18
610.0
22
369.5
21
287.0
23
Desember
20
475.0
10
255.0
9
95.5
23
416.0
19
352.5
26
109
2423.7
122
2495.6
127
2887.7
115
2257.0
126
2216.5
136
Total
131
CH
HH
1963.3
127
CH
HH
BB
8
8
7
6
9
7
10
5
8
7
8
BK
4
3
2
5
3
3
1
5
3
5
4
Keterangan : HH CH BB BK
: Hari Hujan : Curah Hujan (mm) : Bulan Basah (> 100 mm) : Bulan Kering (< 60 mm)
Perhitungan Tipe Iklim (Q) Menurut Schmidth-Ferguson 100 %
Q= =
. .
100 %
= 44.16 % Berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir, Kebun Rumpun Sari Antan I termasuk ke dalam tipe iklim C.
Lampiran 4. Bagan Struktur Organisasi Kebun Rumpun Sari Antan 1, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Tahun 2008 Administratur ADAM GUNADI
Dankam Pujo Harsono Satpam Warsun Siswanto Sunardja Saiun. A Wibowo Sartiman
Koord. HPT
Ka. Afd. OA
Ka. Afd. OB
Ka. Afd. OC
Ka. Teknik
Ka. Pabrik
K T U
RISMAN
YURI WILARNO
SASTRA SANTOSO
SUPRAPTO, Sp
JATMIKO. H.P
SAMIYONO
DARYONO
Mandor Rawat Dedi Sofyan
Mandor Rawat Saring. W Suyanto
Mandor Rawat Bambang. S
Mandor Transport Prayitno
Mandor Pabrik Sutrisno Muhsinun Endro S
Mandor Karet Hermanto Agus Santoso
Mandor Karet Ari. S
Mandor Karet Sujiono
Mekanik Sudiyono
Mandor Panen Wawan K Kasim
Mandor Panen Samino Kiswoyo
Mandor Panen Sugimo
Pekerja Tursiman Wagiyah Carmin
Pekerja Bejo. H Tursino Sutardi Subini Nasiroh Sunarti
Pekerja Suro Karsono Bedi Slamet. K
Mandor HPT Afd. A Siswandi Suratno Afd. B Karseno Hendrik Afd. C Soetisno Satirman
Mandor Civil HR Suprapto Driver/Helper Ratum Kasimin Suwarto Krn. Teknik Nurhidayah
Operator Proses Usmanto Marwoto Rudin Muhidin Tarwin Suripto
Krn. I P/U Suprapto Krn. I Keu. Sri Wahyuadi Krn. I Gudang Sri Purwoko Database Sugiyato Ka. Polibun Didi Undianto Driver ADM Agus Sartono Office Boy Aris. S
Lampiran 5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa Tanggal
Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis
Karyawan
Standar
Lokasi
(satuan/HK) 11 Feb 12 Feb 13 Feb 14 Feb 16 Feb 17 Feb 18 Feb 19 Feb 20 Feb 21 Feb 23 Feb 24 Feb 25 Feb 26 Feb 27 Feb 28 Feb 02 Mar 03 Mar 04 Mar 05 Mar 06 Mar 07 Mar 10 Mar 11 Mar 12 Mar 13 Mar 14 Mar 16 Mar 17 Mar 18 Mar 19 Mar 20 Mar 21 Mar 23 Mar 24 Mar 25 Mar 27 Mar 28 Mar 15 Apr 16 Apr
Melapor ke kantor Orientasi Orientasi Orientasi Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemangkasan Pemupukan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Weeding chemical Pengendalian HPT Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pengendalian HPT Pemupukan Pemupukan Pemupukan Sensus pokok Pengendalian HPT EWS EWS EWS EWS Pengendalian HPT Pengendalian HPT Pengendalian HPT Pengendalian HPT Pengendalian HPT Panen Panen
0.35 ha 0.21 ha 0.19 ha 0.20 ha 0.14 ha 0.32 ha 0.15 ha 0.13 ha 0.15 ha 0.15 ha 0.93 ha 1.03 ha 0.21 ha 0.18 ha 0.18 ha 0.20 ha 0.22 ha 0.20 ha 1.62 ha 2.16 ha 1.80 ha 1.25 ha 3.18 ha 3.01 ha 2.54 ha 25 kg 25 kg
0.48 ha 0.33 ha 0.31 ha 0.48 ha 0.18 ha 0.52 ha 0.29 ha 0.25 ha 0.16 ha 0.20 ha 1.12 ha 2.60 ha 0.34 ha 0.37 ha 0.36 ha 0.42 ha 0.42 ha 0.36 ha 3.45 ha 0.40 ha 0.42 ha 0.46 ha 2.63 ha 7.29 ha 17.70 ha 17.56 ha 7.77 ha 2.96 ha 3.08 ha 4.33 ha 4.22 ha 3.05 ha 48 kg 71 kg
0.48 ha 0.48 ha 0.48 ha 0.48 ha 0.20 ha 0.48 ha 0.20 ha 0.20 ha 0.20 ha 0.20 ha 0.20 ha 1.50 ha 1.43 ha 0.33 ha 0.33 ha 0.33 ha 0.33 ha 0.33 ha 0.33 ha 1.43 ha 0.33 ha 0.33 ha 0.33 ha 1.43 ha 11.11 ha 11.11 ha 11.11 ha 11.11 ha 1.43 ha 1.43 ha 1.43 ha 1.43 ha 1.43 ha 50 kg 50 kg
Kantor Afd. B Afd. B Afd. B B18 B19 B19 B20 B19 B22 B19 C6 C6 C6 C6 B19 B15 C8 C7 C9 C11 C11 C10&C11 B15 C6 C3&C4 C5 B12 B14 B15 B16 B14 B17 B22 B22 B22 B20 B15 A5 C1
Lampiran 5. (Lanjutan) Tanggal
Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis
Karyawan
Standar
Lokasi
(satuan/HK) 18 Apr 26 Apr 27 Apr 28 Apr 29 Apr 02 Mei 03 Mei 04 Mei 05 Mei 06 Mei
Panen Pengolahan hasil Pengolahan hasil Pengolahan hasil Pengolahan hasil Pengolahan hasil Pengolahan hasil Pengolahan hasil Pengolahan hasil Pengolahan hasil
25 kg -
51 kg -
50 kg -
A6 Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik
Lampiran 6. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa
Tanggal
30 Mar 31 Mar 01 Apr 02 Apr 03 Apr 04 Apr 06 Apr 07 Apr 08 Apr 13 Apr 14 Apr 20 Apr 21 Apr 22 Apr 23 Apr 24 Apr 25 Apr 27 Apr 28 Apr 29 Apr 30 Apr 01 Mei 02 Mei
Kegiatan
Pengawasan wiwil Pengawasan wiwil Pengawasan wiwil Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan pangkas Pengawasan HPT Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan panen
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas areal BHL Lama yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (jam) (ha) (orang) 2 6.98 5 2 9.60 5 3 15.32 5 4 4.05 5 4 2.28 5 5 4.12 5 4 2.43 5 4 2.56 5 4 2.09 5 4 7.29 5 7 1.40 5 4 3.60 5 9 1.80 5 5 1.10 5 3 0.60 5 3 0.60 5 25 9.60 5 26 9.60 5 26 15.32 5 27 7.29 5 25 12.15 5 30 19.20 5 27 21.52 5
Lokasi
B20 B22 B13 B18 B18 B18 B18&B19 B19 B19 B15 B22 B18 B22 B22 B22 B22 B22 B22 B13 B15 B18 B22 B19
Lampiran 7. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa
Tanggal
Kegiatan
04 Mei
Pengawasan HPT dan panen Pengawasan HPT dan panen Pengawasan rawat dan panen Pengawasan rawat dan panen Pengawasan HPT dan rawat Pengawasan HPT dan panen Pengawasan pembuatan demplot Pengecekan demplot Pengawasan weeding chemical dan panen Pengawasan weeding chemical dan panen Pengawasan weeding chemical dan pangkas Pengawasan weeding chemical dan pangkas Pengawasan weeding chemical dan panen Pengawasan weeding chemical dan HPT Pengawasan HPT dan panen Pengawasan HPT dan pangkas Pengawasan HPT dan panen
05 Mei 06 Mei 07 Mei 08 Mei 11 Mei 12 Mei 13 Mei 14 Mei 15 Mei 16 Mei 18 Mei 19 Mei 20 Mei 22 Mei 23 Mei 25 Mei
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Mandor Areal Lama yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (jam) (orang) (ha) 2
37.00
5
2
51.03
5
2
61.83
5
2
43.03
5
2
34.19
5
2
58.42
5
7.29
5
2
7.29 52.87
5 5
2
52.94
5
2
52.94
5
2
58.21
5
2
52.01
5
2
51.17
5
2
51.03
5
2
58.42
5
2
57.87
5
Lokasi
B14, B15, B18 B14, B15, B20, B22 B15, B16, B19 B14, B16, B17 B15, B17, B18, B20 B16, B19, B22 B15 B15 B18, B19, B22 B16, B17, B18 B13, B16, B17, B19 B14, B18, B19, B20 B13, B14, B18, B20 B15, B16, B20, B22 B14, B15, B20, B22 B16, B19, B22 B13, B14, B15, B16
Lampiran 8. Hasil Pemangkasan yang Dilakukan Karyawan di Afdeling OB, Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Pemangkas 1 2 3 4
Jumlah Tanaman Sampel 20 20 20 20
Rata-rata Jumlah Cabang yang Dipangkas Cabang yang ø ≤ 2.5 cm 4.6 9.2 6.5 2
Cabang Sakit
Cabang Kering
0.7 1.7 0.2 1.4
0.5 1.4 0.7 0.4
Cabang yang ø > 2.5 cm 2.5 3.5 3.5 0.5
Rata-Rata Jumlah Kulit Cabang yang Rusak Akibat Dipangkas 1.3 2.5 2.1 1.3
Persentase Keberhasilan Pemangkasan 84.34 84.18 80.73 69.77
Lampiran 9. Hasil Pemangkasan yang Dilakukan Karyawan di Afdeling OC, Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Pemangkas 1 2 3 4 5 6
Jumlah Tanaman Sampel 5 5 5 5 5 5
Rata-rata Jumlah Cabang yang Dipangkas Cabang yang ø ≤ 2.5 cm 4.8 5.4 6 7 0.2 5.2
Cabang Sakit
Cabang Kering
0.2 0.6 0.2 -
0.6 1.2 1 0.8 0.2 2.6
Cabang yang ø > 2.5 cm 2 0.8 0.2 3.4 2.8 -
Rata-Rata Jumlah Kulit Cabang yang Rusak Akibat Dipangkas 0.6 1.4 0.8 0.8 0.6 0.8
Persentase Keberhasilan Pemangkasan 92.11 81.08 88.89 93.22 82.35 89.74
Lampiran 10. Contoh Blanko Laporan Perincian Pekerjaan Harian (LPPH) Perawatan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah PT RUMPUN SARI ANTAN - 1 LPPH PERAWATAN TM/TBM Afdeling :
Disetujui
Diperiksa
Dibuat
Manajer
KTU
Ka. Afdeling
Periode :
No
Item Kerja
Hasil Kerja
HK Blk Hi
Shi
Hi
Shi
HK/Ha Hi
Shi
Cost PK Hi
Shi
Material Jenis
Vol Hi
Shi
Dosis/Ha
Cost/PO
Cost/Ha
Total Cost PK + PO
Total Cost/Ha PK + PO
Hi
Hi
Hi
Hi
Hi
Shi
Shi
Shi
Shi
Shi
Lampiran 11. Contoh Blanko Laporan Perincian Pekerjaan Harian (LPPH) Panen Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah
PT RUMPUN SARI ANTAN – 1 LPPH PANEN Afdeling :
Disetujui
Diperiksa
Dibuat
Manajer
KTU
Ka. Afdeling
Periode :
No.
Item Kerja
Blok
HK
Rotasi Ke
Hi
Ha Shi
Hi
BCB Shi
Hi
Cost Shi
Hi
Kg/HK Shi
Hi
Shi
Cost/Kg Hi
Shi
Lampiran 12. Contoh Surat Pengantar Buah PT Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah PT RUMPUN SARI ANTAN – 1 SURAT PENGANTAR BUAH No. AFD
BLOK
AFD
TGL :
JUMLAH KARUNG AFD PABRIK
TH/TNM
KG AFD
PABRIK
KETERANGAN
ANALISA KUALITAS BCB Plasenta
Biji Mentah
Biji Phytoptora
TRANSPORT
SOPIR/OPERATOR
Keterangan : Lbr. 1 Kantor Induk (Putih) Lbr. 2 Pabrik (Kuning) Lbr. 3 Afdeling (Merah)
Biji Berkecambah
DITERIMA
KA. PABRIK
Biji Potong
KETERANGAN
DISERAHKAN
MDR. PROSES
ASS. AFD
MDR. PANEN
Lampiran 13. Contoh Bukti Permintaan Barang Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah PT. RUMPUN SARI ANTAN – 1 Nomor : Tanggal : BUKTI PERMINTAAN BARANG (BPB) BLOK
KODE
STATION/ALAT
BARANG
NAMA BARANG
SAT
QTY
KODE MAIN
KODE COST
KODE ASSET
Diminta
Diperiksa
Disetujui
Mengetahui
Pemohon
Kabag Gudang
KTU
Administratur