Kakao (Theobroma cacao)
JENIS DAN MANFAAT TANAMAN KAKAO
2.1 Jenis kakao • Criollo (Criollo Amerika Tengah dan Amerika Selatan) biji kakao bermutu sangat baik kakao mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa atau edel cocoa. Forastero biji kakao bermutu sedang ordinary cocoa atau bulk cocoa. Trinitario yang merupakan hibrida alami dari Criollo dan Forastero sehingga menghasilkan biji kakao yang dapat termasuk fine flavour cocoa atau bulk cocoa. Jenis Trinitario yang banyak ditanam di Indonesia adalah Hibrid Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybrida (Kakao lindak).
2.2 Manfaat
Untuk pengobatan telah dipraktekan sejak abad ke-15 (meredakan demam, sesak nafas dan lemah jantung). Abad ke 16-20, lebih dari 300 resep obat yang dibuat dengan menggunakan bahan kakao. Tiga peranan penting konsisten yaitu : 1. untuk melangsingkan berat tubuh. 2. menstimulasi system syaraf pasien yang lemah dan sangat letih. 3. memperbaiki pencernaan di perut, menstimulasi fungsi ginjal dan memperbaiki fungsi usus besar.
- Kakao: salah satu komoditas andalan
perekonomian Indonesia - Keadaan iklim dan tanah cukup optimum: berpotensi besar - Indonesia mrpk produsen ke-3 terbesar - Pangsa pasar produk kakao dan cokelat meningkat - Perbaikan mutu & pengolahan (ekspor, industri kecil) - Booming pengembangan kakao 25 tahun terakhir - Konsumsi olah meningkat terus - Produksi juga harus meningkat - Banyak tanaman tua (+ 30 % total areal)
Propinsi No
Tahun 1999
1
Nangro Aceh D
2
Sumatera Utara
3
2000
2001
2002
2003*)
Pertunbuhan2003 0ver 2002 (%)
3.595
10.642
10.634
12.615
12.668
0,42
42.219
45.718
49.556
49.690
49.775
0,17
Sumatera Barat
4.628
4.865
7.332
7.481
7.523
0,56
4
Riau
4.754
2.678
1.113
1.135
1.168
2,91
5
Jambi
603
232
622
619
639
3,23
6
Sumatera Selatam
177
72
139
135
147
8,89
7
Bangka Belitung
-
47
53
44
44
0,00
8
Bengkulu
1.063
1.821
2.121
2.977
3.027
1,68
9
Lampung
5.684
6.217
9.842
10.962
11.040
0,71
11
Jawa Barat
5.890
3.649
4.220
3.620
3.735
3,18
12
Banten
-
804
996
1.473
1.510
2,51
13
Jawa Tengah
1.880
1.089
2.151
2.336
2.378
1,80
14
DI. Yogyakarta
131
255
255
320
331
3,44
15
Jawa Timur
14.802
14.618
15.332
15.364
15.430
0,43
16
Bali
3.440
4.424
4.818
5.388
5.534
2,71
17
NusaTenggara Barat
527
579
781
1.544
1.666
7,21
18
NusaTenggaraTimur
14.925
4.495
5.323
6.097
6.119
0,36
19
Kalimantan Barat
1.513
1.246
1.626
1.903
1.926
1,21
20
Kalimantan Tengah
117
44
9
11
12
9,09
21
Kalimantan Selatan
229
201
121
129
135
4,65
22
Kalimantan Timur
12.254
12.247
21.214
21.888
21.908
0,09
23
Sulawesi Utara
1.568
2.376
1.060
1.488
1.504
1,08
24
Gorontalo
-
251
1.254
1.561
1.588
1,73
25
Sulawesi Tengah
73.533
60.453
56.825
59.294
59.358
0,11
26
Sulawesi Selatan
120.659
151.630
225.289
232.850
232.919
0,03
27
Sulawesi Tenggara
33.973
70.291
80.946
94.843
95.044
0,21
28
Maluku
6.224
848
4.764
4.764
4.800
0,76
29
Maluku Utara
-
5.754
14.802
15.119
15.199
0,53
30
Irian Jaya
13.087
13.596
13.569
15.495
15.512
0,11
Tabel 2. Perkembangan luas area dan produksi kakao di Indonesia tahun 1990-2002 Produksi (ton ha-1)
Luas area (ha) Tahun
Perkebu nan rakyat
Perkebu nan besar negara
Perkebu nan besar swasta
1
2
3
4
1990
252.237
57.600
1991
299.988
1992
Perkebu nan rakyat
Perkebu nan besar negara
Perkebu nan besar swasta
5
6
7
8
9
47.653
357.490
97.418
27.016
19.913
142.347
64.406
79.658
444.062
119.284
35.463
20.152
174.899
352.911
62.437
81.658
496.006
145.563
35.993
25.591
207.147
1993
376.636
65.525
93.124
535.285
187.529
40.638
29.892
258.059
1994
415.522
69.760
111.729
597.011
198.001
42.086
29.894
269.981
1995
428.614
66.021
107.484
602.119
231.992
40.933
31.941
304.866
1996
488.815
63.025
103.491
655.331
304.013
36.456
33.530
373.999
1997
380.811
62.455
85.791
529.057
263.846
35.644
30.729
330.219
1998
436.576
58.261
77.716
572.553
368.887
46.307
32.733
448.927
1999
534.670
59.990
73.055
667.715
304.549
37.064
25.826
367.475
2000
641.133
52.690
56.094
749.917
363.628
34.790
22.724
421.142
2001*)
656.617
5.690
56.094
765.401
370.099
35.100
23.065
428.264
2002**)
668.116
5.690
56.095
776.900
374.960
35.356
23.195
433.411
Keterangan: *:data sementara,
Jumlah
Jumlah
**: data Estimasi ( Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004)
Tabel 3 Perkembangan produksi kakao di beberapa negara tahun 1830-2000 Produksi (000 ton) Negara 1830
1850
1900
1950
1970
2000
Ekuator
4,9
5,5
23
32
60
78
Venezuela
4,4
5,4
9
17
18
-
Brasil
2,9
3,5
18
153
179
130
Trinidad
0,8
1,7
12
9
4
-
Sao Tome
-
-
17
8
10
-
Ghana
-
-
1
262
386
447
Nigeria
-
-
-
110
303
157
Pantai Gading
-
-
-
56
177
1.252
Kamerun
-
-
-
47
110
117
Indonesia
-
-
-
-
-
419
13
18
115
805
1.481
2.600
Total
Sumber: Wood (1970), Gill dan Duffus (1992), ICCO (1992) (dalam Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004)
PRODUKSI KAKAO DUNIA Produksi dunia
2.814.600 ton
Afrika
1.913.400 ton
Asia & Oseania
479.400 ton
(Indonesia
385.000 ton)
(Malaysia
35.000 ton)
(Papua NG
38.800 ton)
Amerika Latin
421.800 ton
Cocoa Atlas 2002
produksi dunia 1600
Poly. (produksi dunia)
produksi dunia (000 t)
1400 1200 1000 800 600
y = -0.2038x 3 + 1220x 2 - 2E+06x + 2E+09 R2 = 0.8491
400 200 0 1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
Tabel 4. Konsumsi biji kakao dunia tahun 1900-2000 Tahun
Konsumsi (000 ton)
1900
103
1910
206
1920
382
1930
495
1940
711
1950
793
1960
941
1970
1.357
1980
1.573
1990
2.207
2000
2.965
Sumber: Wood (1970), Gill dan Duffus (1992), ICCO (1992) (dalam Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004)
PERKAKAOAN DUNIA 1. KONSUMSI DUNIA KONSUMSI PER KAPITA 0.530 kg/org 0.967 kg/org (Cina, India & Indonesia tidak dihitung) KONSUMSI PER WILAYAH Eropa 1.868 kg/org (Swis 10.6; Portugal 1.5) Amerika 1.197 kg/org (AS 4.9; Brazil 0.9) Asia & Oseania 0.106 kg/org (Jepang 1.9; Australia 6.4) Afrika 0.134 kg/org
icco/2003
GRINDINGS (KONSUMSI-OLAH) DUNIA Konsumsi-olah dunia
Amerika Latin Europa
3.052.800 ton
837.100 ton 1.195.600 ton
Eropa Timur & Rusia
189.500 ton
Afrika
419.000 ton
Asia & Oseania
411.700 ton
(Indonesia
83.000 ton)
(Malaysia
125.000 ton)
(Singapura
49.700 ton)
3500
Produksi dan konsumsi olah kakao dunia
Produksi
Produksi/Pengolahan (000 ton)
3000
Pengolahan
2500
2000
1500
1000
500
0 1955
1960
1965
1970
1975
1980 Tahun
1985
1990
1995
2000
2005
Tabel 4. Ekspor dan import kakao Indonesia tahun 1990 - 2000 Tahun
Ekspor
Impor
Volume (ton)
Volume *)(ton)
Nilai (000 US$)
Volume (ton)
Volume *) (ton)
Nilai (000 US$)
1
2
3
4
5
6
7
1990
119.725
118.192
127.091
640
305
1.664
1991
145.217
146.068
149.918
1.054
875
1.026
1992
176.001
180.099
158.835
1.780
1.415
3.492
1993
228.799
234.594
210.934
1.641
1.099
5.220
1994
231.168
237.888
279.930
2.438
2.044
6.044
1995
233.593
240.632
309.328
3.588
2.491
8.478
1996
322.858
332.292
373.927
4.262
2.902
9.765
1997
265.949
274.526
419.066
6.410
6.073
9.981
1998
334.807
276.879
502.906
7.709
4.349
13.046
1999
419.874
330.404
423.273
11.840
7.796
15.699
2000
424.089
325.445
341.860
18.252
11.979
11.953
*) setara kakao biji Sumber: Badan pusat Statistik ( dalam Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004)
II. STRATGI PENGEMBANGAN KAKAO MASA DEPAN KAKAO NASIONAL Booming perkembangan kakao sejak awal 1980-an, saat ini areal telah lebih dari 900 ribu ha Laju pertambahan areal selama 20 thn terakhir 38.000 ha/th. Tanaman tua (>25 tahun) LEBIH DARI 300 ribu ha Laju kenaikan produksi selama 20 thn terakhir 25 ton/th dan laju ini relatif konstan
- Penurunan produksi yang drastis dapat terjadi bila tidak ada penanganan khusus terhadap tanaman tua - Laju perubahan produksi tergantung pada cara penanganan tanaman tua
Areal Kakao Indonesia PR
900000
PBN
PBS
Areal
800000 700000
Luas (ha)
600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
Produksi Kakao Indonesia
500000
PR
PBN
PBS
Total
450000 400000
Produksi (ton)
350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
Ekspor
Poly . (Ekspor)
Ekspor (ton)
450000 400000
y = -45.091x + 270311x - 5E+08x + 4E+11
350000
R = 0.9761
3
2
2
300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
Impor
20000
y = 14.553x 3 - 86864x 2 + 2E+08x - 1E+11 R2 = 0.9814
15000
Impor (ton)
Poly . (Impor)
10000
5000
0 1984 -5000
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
700
600
Produksi (000 ton)
500
400
300
200
100
0 1980
1985
1990
1995
2000
-100 Tahun
2005
2010
2015
MASALAH UTAMA 1. Produktivitas aktual masih rendah 2. Serangan PBK & VSD 3. Kualitas biji rendah
SEJARAH DAN MORFOLOGI KAKAO • Hutan-hutan tropis di Amerika Tengah + Amerika Selatan bagian utara. • Suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec) mengusahakan tanaman kakao sebagai bahan makanan dan minuman • Spanyol datang tahun 1519 suku Astek yang dikenal sebagai penanam yang mengusahakan tanaman kakao. • Tahun 1525 orang-orang Spanyol menanam kakao di Trinidad. • Belanda juga tercatat sebagai penanam kakao di Asia. • Pengenalan pertama kakao pada orang-orang Eropa pada tahun 1528. • Di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun 1560 di Minahasa, Sulawesi. • Ekspor dari Manado ke Manila mulai tahun 1825 hingga 1838 sebanyak 92 ton. • Tahun 1919 Indonesia masih ekspor hingga 30 ton, tetapi setelah tahun 1928 ekspor terhenti.
1.2 Morfologi Tanaman Kakao 1.2.1 Batang dan Cabang Tanaman kakao bersifat dimorfisme (dua bentuk tunas vegetatif). Tunas tumbuh ke atas ortotrop /tunas air (wiwilan /chupon). Tunas tumbuh ke samping plagiotrop ( cabang kipas / fan).
Tanaman kakao yang tumbuh dari biji, setelah mencapai tinggi 0.9-1.5m akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette) tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao. Jorket didahului dengan berhentiya pertumbuhan tunas ototrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut, stipula (semacam sisik pada kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 0-60° dengan arah horizontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang primer (cabang plagiotrop) Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun.
1.2.2 Daun Dimorfisme Pada ortotrop, tangkai daun 7.5-10 cm, plogiotrop 2.5 cm, berbentuk silinder dan bersisik halus. Adanya dua persendian (articulation) yang terletak pada pangkal dan ujung daun. Dengan persendian ini daun kakao mampu bergerak sesuai dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus), dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa bisa mencapai lebih dari 30cm. permukaan daun licin dan mengkilap.
1.2.3 Bunga 1) Bersifat kauliflori (bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang). 2) Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushion). 3) Bunga kakao memiliki rumus K5C5A5+5G(5) bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertile, dan 5 daun buah yang bersatu. 4) Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota.
1.2.4 Buah Warna buah kakao sangat beragam, dasarnya dua macam warna. Buah muda berwarna hijau atau hijau agak putih masak akan berwarna kuning. Buah muda berwarna merah, jingga. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselangseling pada tipe Criollo dan Trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaaanya kasar. Sebaliknya pada tipe Forastero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis tetapi keras dan liat.
1.2.5 Biji. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah 2050 butir perbuah. Biji terbungkus oleh daging buah (pulpa) warna putih, rasanya asam manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan poros embrio.
SYARAT PERTUMBUHAN 3.1. Iklim a) Wilayah penanaman pada 10o LU s/d 10o LS distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. b) Areal penanaman yang ideal : daerah dg curah hujan 1.100-3.000 mm/tahun. c) Suhu udara ideal adalah 30-32oC (maks.) dan 18-21o C (minim). Iklim di Indonesia, suhu udara 25–26oC merupakan suhu udara rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. d) Cahaya matahari yang banyak menyoroti tanaman kakao akan menyebabkan lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relatif pendek. e) Daerah yang cocok adalah lahan yang berada pada ketinggian 200-700 m dpl
3.2. Media Tanam a) Pada tanah yang didominasi oleh mineral liat smektit dan berturut-turut diikuti oleh tanah yang mengandung khlorit, kaolinit dan haloisit. b) Tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki keasaman (pH) 6-7.5 (≥ 8s/d≤ 4) c) Air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Kedalam air tanah minimal 3 m. d) Kemiringan lahan sangat menentukan kedalaman air tanah. Pembuatan teras pada lahan miring 8% dan 25% masingmasing dengan lebar minimal 1 m dan 1,5 m. Sedangkan lahan yang miring > 40% sebaiknya tidak ditanami kakao.
TEKNIS BUDIDAYA 4.1. Pembibitan Perbanyakan tanaman kakao lebih sering dilakukan dengan cara generatif karena bibit dihasilkan dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak. 4.1.1. Persyaratan Benih Buah bentuk normal, sehat dan masak di pohon warna kuning, jika diguncang timbul suara dan jika diketuk dengan tangan timbul gema. Bibit yang baik harus memenuhi persyaratan: a) Pertumbuhan bibit normal, yaitu tidak kerdil dan tidak terlalu jagur. b) Bebas hama dan penyakit serta kerusakan lainnya. c) Berumur 4–6 bulan.
4.1.2 Penyiapan Benih Buah dipotong membujur benih bagian tengah diambil 20-25. Bersihkan lendir buah direndam dengan fungisida. Benih dijemur di bawah sinar matahari. Benih yang baik memiliki daya kecambah sedikitnya 80%. 4.1.3 Teknik Penyemaian Benih a. Medium pasir Lokasi bedengan persemaian dibersihkan Ukuran bedengan 1,2 x 1,5 m panjang 10-15 m dan tinggi 10 cm arah utara-selatan. Tanah bedengan dicangkul 30 cm dirapikan lapisan pasir 5-10 cm, tepi bedengan diberi dinding penahan dari kayu/batu bata. Bedengan diberi naungan ( daun alang-alang, kelapa/tebu) tinggi atap di sisi Timur 1,5 m dan di sisi Barat 1,2 m. Benih dicelup ke dalam formalin 2,5% selama 10 menit dibenamkan (mata benih diletakkan di bagian bawah) ke dalam lapisan pasir sedalam 1/3 bagian dengan jarak tanam 2,5 x 5 cm. Benih disiram setiap hari selanjutnya dua kali sehari, disemprot insektisida jika perlu. b. Medium karung goni Tanah+batu bata (1 lapis)+ kr goni rangkap + kr goni tipis (tutup) Kr goni dicelup fungisida Dithane M 45 0,2% Jarak 2 x 3 cm 1200 benih/ kr goni Ditutup kr goni tipis dan siram setiap hari
4.1.4. Pemeliharaan pembibitan Campuran tanah subur, pupuk kandang dan pasir ( 2:1:1) diayak masukkan ke polybag 20 x 30 cm sampai 1-2 cm dr tepi atas polybag. Satu kecambah kakao (4-5 hr akar lurus) dimasukkan ke dalam lubang sedalam telunjuk, lalu lubang ditutup dengan media. Polybag ditempatkan di lokasi pembibitan dengan jarak 60 cm dalam pola segitiga sama sisi. Pembibitan dinaungi oleh pohon pelindung atau dibuat atap dari anyaman bambu Pembibitan disiram dua kali sehari kecuali jika hujan. Bibit dipupuk setiap 14 hari sampai berumur 3 bulan dengan ZA (2 gram/bibit) atau urea (1 gram/bibit) atau NPK (2 gram/bibit). Pupuk diberikan pada jarak 5 cm melingkari batang kecuali untuk urea yang diberikan dalam bentuk larutan. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida setiap 8 hari.
4.1.5 Pemindahan Bibit Umur 3 bulan, bibit dalam polybag dipindahkan ke lapangan dan naungan dikurangi secara bertahap. Bibit yang baik untuk ditanam di lapangan umur 4-5 bulan, tinggi 50-60 cm, daun 20-45 helai sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm dan sehat. Dengan jarak tanam 3 x 3 m, kebutuhan bibit untuk satu hektar adalah 1250 batang termasuk untuk penyulaman.
4.2. Pengolahan Media Tanam 4.2.1. Persiapan Lahan perkebunan kakao dapat berasal dari : hutan asli, hutan sekunder, tegalan, bekas tanaman perkebunan atau pekarangan. Lahan yang miring harus dibuat teras-teras agar tidak terjadi erosi. Areal dengan kemiringan 25-60% harus dibuat teras individu. 4.2.2. Pembukaan Lahan Cara penyiapan lahan dapat dengan cara pembersihan selektif dan pembersihan total. Alang-alang di tanah tegalan harus dibersihkan /dimusnahkan supaya tanaman kakao dan pohon naungan dapat tumbuh baik. Untuk memperlancar pembuangan air, saluran drainase yang secara alami telah ada harus dipertahankan dan berfungsi sebagai saluran primer. Saluran sekunder dan tersier dibangun sesuai dengan keadaan lapangan. 4.2.3. Pengapuran Tanah-tanah dengan pH < 5 diberi kapur berupa batu kapur sebanyak 2 ton/ha atau kapur tembok sebanyak 1.500 kg/ha.
4.2.4 Pemupukan Pemupukan sebelum bibit ditanam dapat dilakukan guna untuk merangsang pertumbuhan bibit kakao. Lubang-lubang tersebut perlu diberi pupuk dengan pupuk Agrophos sebanyak 300 gram/lubang atau pupuk urea sebanyak 200 gram/lubang, pupuk TSP sebanyak 100 gram/lubang. Pupuk-pupuk tersebut diberikan 2 (dua) minggu sebelum penanaman bibit cokelat, kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah atas yang dicampur dengan pupuk kandang/ kompos.
4.3 Teknik Penanaman 4.3.1. Penentuan Pola Tanaman Tanaman kakao mutlak memerlukan pohon pelindung yang ditanam sebagai tanaman lorong diantara tanaman-tanaman kakao. a) Pohon pelindung sementara. Pohon ini diperlukan untuk melindungi tanaman kakao muda (belum berproduksi) dari tiupan angin dan sinar matahari. Jenis pohon yang dapat ditanam adalah pisang (Musa paradisiaca), turi (Sesbania sp.), Flemingia congesta atau Clotaralia sp. b) Pohon pelindung tetap Pohon ini harus dipertahankan sepanjang hidup tanaman kakao dan berfungsi sebagai melindungi tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan sinar matahari dan menghambat kecepatan angin. Jenis pohon yang cocok adalah Lamtoro (Leucena sp.), Sengon Jawa (Albizia stipula), Dadap (Erythrina sp.) dan Kelapa (Cocos nucifera) atau pinang ditanam dengan jarak tanam 6 x 3 m. Jarak tanam yang diajurkan adalah 3 X 3 m2 dengan kerapatan pohon 1.100 batang pohon/hektar. Jarak ini sangat ideal karena nantinya pohon akan membentuk tajuk yang seimbang sehingga tanaman tidak akan mudah tumbang.
4.3.2. Pembuatan Lubang Tanam Dibuat 2-3 bulan sebelum tanam dengan ukuran: a) 40 x 40 x 40 cm untuk tanah bertekstur sedang b) 60 x 60 x 60 cm atau 80 x 80 x 80 cm untuk tanah bertekstur berat c) 30 x 30 x 30 cm untuk tanah bertekstur ringan Lubang dipupuk dengan Agrophos 300 gram/lubang atau campuran urea 200 gram/lubang dan SP36 100 gram/lubang. Tutup kembali lubang tanam. 4.3.3. Cara Penanaman a) Polybag disayat pada bagian sisi dan bawah, keluarkan bibit dan media dalam keadaan utuh. b) Lubangi lubang tanam yang telah ditutup lagi tersebut selebar diameter polybag. Letakkan bibit sehingga permukaan media sejajar dengan tanah. c) Masukkan kembali tanah galian dan padatkan tanah di sekeliling bibit. d) Topang batang bibit dengan dua potong kayu/bambu. e) Untuk mencegah gangguan hewan, tanaman kakao harus diberi pagar pengaman dari bambu
4.4 Pemeliharaan Tanaman 4.4.1 Penjarangan dan Penyulaman Penyulaman dilakukan sampai tanaman umur 10 tahun. 3.4.2 Penyiangan Pengendalian gulma membabat tanaman pengganggu 50 cm dari pangkal batang atau dengan herbisida sebanyak 1,5-2,0 liter/ha yang dicampur dengan 500-600 liter air. Penyiangan yang paling aman mencabut tanaman pengganggu.
4.4.3. Pemangkasan Untuk menjaga/ pencegahan serangan hama atau penyakit, membentuk pohon, memelihara tanaman dan untuk memacu produksi. a) Pemangkasan bentuk 1) Fase muda. Dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan dengan membuang cabang yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang letaknya merata ke segala arah untuk membentuk jorquette (percabangan) 2) Fase remaja. Dilakukan pada saat tanaman berumur 18-24 bulan dengan membuang cabang primer sejauh 30-60 cm dari jorquette (percabangan) b) Pemangkasan pemeliharaan. Membuang tunas yang tidak diinginkan, cabang kering, cabang melintang dan ranting yang menyebabkan tanaman terlalu rimbun. c) Pemangkasan produksi. Bertujuan untuk mendorong tanaman agar memiliki kemampuan berproduksi secara maksimal. Pemangkasan ini dilakukan untuk mengurangi kelebatan daun, dilakukan pada musim hujan
Pemupukan TBM Umur (bulan)
ZA (g/pohon)
TSP (g/pohon)
KCl Kieserit (g/pohon) (g/pohon)
2
50
-
-
-
6
75
50
30
25
12
100
-
-
-
18
150
100
70
50
24
200
-
-
-
Pemupukan TM
Umur (tahun)
ZA (g/pohon)
Urea (g/pohon)
TSP (g/pohon)
KCl (g/pohon)
3
2 x 100
2 x 50
2 x 50
2 x 50
4
2 x 100
2 x 100
2 x 100
2 x 100
5
2 x 250
2 x 125
2 x 125
2 x 125
4.4.5. Penyiraman Penyiraman pohon cokelat dilakukan pada tanaman muda terutama tanaman yang tak diberi pohon pelindung. 4.4.6. Penyemprotan Pestisida Dilakukan dengan dua tahapan, pertama untuk pencegahan sebelum diketahui ada hama yang benar-benar menyerang. Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Tahap kedua adalah usaha pemberantasan hama, selain jenis juga kadarnya ditingkatkan. Misal untuk pemberantasan digunakan insektisida berbahan aktif seperti Dekametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Sipermetrin (Cymbush 5 EC), Metomil Nudrin 24 WSC/Lannate 20 L) dan Fenitron (Karbation 50 EC). 4.4.7. Penyerbukan Buatan Dari bunga yang muncul hanya 5% yang akan menjadi buah, peningkatan persentase pembuahan dapat dilakukan dengan penyerbukan buatan. Bagian bunga yang mekar digosok denga bunga jantan yang telah dipetik sebelumnya, kemudian bunga ditutup dengan sungkup. Penggosokan dilakukan dengan jari tangan.
4.4.8 Rehabilitasi Tanaman Dewasa Tanaman dewasa yang produktivitas mulai menurun tidak ditebang untuk diganti tanaman baru, tetapi direhabilitasi dengan cara 1) okulasi tanaman dewasa dan 2) sambung samping tanaman dewasa. Cara yang kedua lebih unggul karena peremajaan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, murah dan lebih cepat berproduksi. Entres (bahan sambungan) diambil dari kebun entres atau produksi yang telah diseleksi, berupa cabang berwarna hijau, hijau kecoklatan, diameter 0,751,50 cm dan panjang 40-50 cm. dibuka setelah 34 minggu.
4.5. Hama dan Penyakit 4.5.1. Hama a) Penggerek cabang (Zeuzera coffeae) Bagian yang diserang adalah cabang berdiameter 3-5 cm. Gejala: cabang mati atau mudah patah. Pengendalian: membuang cabang yang terserang, kemudian dengan predator alami: jamur Beauveria bassiana. b) Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) Bagian yang diserang buah dan daun muda, kuncup bunga. Gejala: bercak kakao kehitaman berbentuk cekung berukuran 3-4 mm. Pengendalian: membuang bagian yang terserang. Predator: belalang sembah, kepik predator. Selain itu gunakan insektisida Baytroid 50EC, Lannate 25 WP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75 SP. c) Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella Mot.) Bagian yang diserang adalah buah kakao. Gejala: daging buah busuk. Pengendalian: membuang dan mengubur buah sisa panen dengan serempak, menutupi buah dengan kantung plastik dengan lubang di bagian bawah.
d) Kutu putih (Planococcus citri.) Bagian yang diserang adalah tunas, bunga, calon buah. Gejala: timbul tunas tumbuh tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan bunga dan calon buah tidak normal. Pengendalian: gunakan insektisida berbahan aktif monokrotofas, fosfamidon, karbaril. e) Ulat kantong (Clania sp., Mahasena sp.) Bagian yang diserang adalah daun dan tunas. Gejala: tanaman gundul dan kematian pucuk. Pengendalian: dengan parasit Exoresta uadrimaculata, Tricholyga psychidarum . Selain itu gunakan insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide. f) Kutu jengkal (Hyposidra talaca.) Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua). Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang daun saja. Pengendalian: gunakan insektisida Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC (0,15-0,2%).
4.5.2. Penyakit a) Busuk buah hitam Penyebab: Phytopthora palmivora . Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: bercak kakao di titik pertemuan tangkai buah dan buah atau ujung buah. Gejala pada serangan berat adalah buah diliputi miselium abu-abu keputihan. Pengendalian: 1) dengan cara buah yang sakit diambil, 2) kurangi kelembaban kebun dengan cara pemangkasan, 3) gunakan insektisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3% atau insektisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu. b) Kanker batang Penyebab: Phytopthora palmivora. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala: bercak basah berwarna tua pada kulit batang atau cabang, keluarnya cairan dari batang atau cabang yang akan mengering dan mengeras. Pengendalian: buah yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun dengan cara pemangkasan. Selain itu gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3%. atau ungisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu. Bagian yang sakit dikerok dan diolesi dengan ter/ fungisida. c) Busuk buah diplodia Penyebab: Botrydiplodia theobramae (jamur). Bagian yang diserang buah. Gejala: bercak kekakaoan pada buah, lalu buah menghitam menyeluruh . Pengendalian: cegah timbulnya luka, buah yang sakit dibuang. Kemudian gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Vitigran Blue, Trimiltox Forte, Cupravit OB pada konsentrasi 0,3%.
d) Vascular Steak Dieback (VSD) Penyebab: Oncobasidium theobromae (jamur). Bagian yang diserang adalah daun, ranting/cabang. Gejala: bintik-bintik kecil hijau pada daun terinfeksi dan terbentuk tiga bintik kekakaoan, kulit ranting/cabang kasar, pucuk mati (dieback). Pengendalian: gunakan bibit bebas VSD, perhatikan anitasi tanaman, kurangi kelembaban, tingkatkan intensitas cahaya matahari dan perbaiki drainase dan pemupukan. e) Bercak daun, mati ranting dan busuk buah Penyebab: Colletorichum sp. (jamur). Bagian yang diserang adalah daun, ranting, buah. Gejala: bercak nekrotik pada daun, daun gugur, pucuk mati, buah muda keriput kering (busuk kering). Pengendalian: peningkatan sanitasi, memotong ranting dan buah yang terserang, pemupukan berimbang dan perbaikan drainase. Kemudian gunakan fungisida sistemik Karbendazim 0,5% dengan interval 10 hari.
f) Busuk buah monilia Penyebab: Monilia roreri (jamur). Bagian yang diserang buah muda. Gejala: benjolan dan warna belang pada buah berukuran 8-10 cm, penumpukan lendir di dalam rongga buah, dinding buah mengeras. Pengendalian: menurunkan kelembaban udara dan tanah, membuang buah rusak. Kemudian gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cobox 0,3%, Cupravit 0,3 % selama 3-4 minggu. g) Penyakit akar Penyebab: Rosellinia arcuata R bumnodes, Rigidoporus liginosus, Ganoderma pseudoerrum, Fomes lamaoensis (jamur). Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: daun menguning dan layu, pada leher akar/pangkal batang terdapat miselium. Pengendalian: pembuatan parit isolasi di sekitar tanaman terserang, pemusnahan tanaman sakit. Kemudian oleskan fungisida pada permukaan akar yang lapisan miseliumnya telah dibuang. Fungisida dengan bahan aktif PNCB: Fomac 2, Ingro Pasta, Shell Collar Protectant, Calixin Cp.
4.6. Panen 4.6.1. Ciri dan Umur Panen Buah kakao bisa dipenen apabila perubahan warna kulit dan setelah fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang usia 5 bulan. Ciriciri buah akan dipanen adalah warna kuning pada alur buah; warna kuning pada alur buah dan punggung alur buah; warna kuning pada seluruh permukaan buah dan warna kuning tua pada punggung permukaan buah. Kakao masak pohon dicirikan dengan perubahan warna buah: a) Warna buah sebelum masak hijau, setelah masak alur buah menjadi kuning. b) Warna buah sebelum masak merah tua, warna buah setelah masak merah muda, jingga, kuning. Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan (di dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran tinggi) setelah penyerbukan. Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Kadar gula buah kurang masak rendah sehingga hasil fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang terlalu masak, biji seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma berkurang.
4.6.2. Cara Panen Digunakan pisau tajam, bila letak buah tinggi, pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya, jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan kakao hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat dibatang/cabang yang ditumbuhi buah. Hal tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada periode berikutnya. Pemetikan berada di bawah pengawasan mandor yang mengawasi 20 orang per hari. Seorang pemetik dapat memetik kakao sebanyak 1.500 buah per hari. Buah matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya buah di areal tersebut dipetik enam hari dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang rendah, dipanen dengan sistem 7/14. 4.6.3. Periode Panen Panen dilakukan 7-14 hari sekali. Selama panen jangan melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat tumbuh lagi di tempat tersebut pada periode berbunga selanjutnya. 4.6.4. Prakiraan Produksi Tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada umur 5-13 tahun. Produksi per hektar dalam satu tahun adalah 1.000 kg biji kakao kering.
4.7 Pascapanen 4.7.1 Pengumpulan Buah yang telah dipanen dikumpulkan dan dikelompokkan menurut kelas kematangan. Pemecahan kulit dengan menggunakan kayu bulat yang keras. 4.7.2 Penyortiran/pengelompokkan Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya: a) Mutu A: 100 gram biji terdapat 90-100 butir biji b) Mutu B: 100 gram biji terdapat 100-110 butir biji c) Mutu C: 100 gram biji terdapat 110-120 butir biji.
4.7.3 Penyimpanan Biji kakao basah diperam (difermentasi) selama 6 hari di dalam kotak kayu tebal yang dilapisi aluminium dan bagian bawahnya diberi lubang-lubang kecil dengan cara sebagai berikut: a) Tumpukkan biji di dalam kotak dengan tinggi tumpukan tidak lebih dari 75 cm. b) Tutup dengan karung goni atau daun pisang. c) Aduk-aduk biji secara periodik (1 x 24 jam) agar suhu naik sampai 50 C.
4.7.4 Pengemasan dan Pengangkutan Biji-biji kakao yang kering dimasukan dalam karung goni (60 kilogram) disimpan dalam gudang yang bersih, kering dan berfentilasi yang baik (<= 6 bln) diperiksa 3 bln sekali jamur atau hama biji kakao. Segera bisa dijual dan diangkut menggunakan truk dan sebagainya. 4.7.5 Penanganan Lain Setelah diperam, biji dicuci agar mengkilap (biji kakao jenis Bulk tidak dicuci) setelah itu dikeringkan sampai kadar airnya 6-7%. Pengeringan bisa dengan sinar matahari atau alat pengering.
Tugas : 1. Mengumpulkan hasil penelitian tentang budidaya dan pasca panen kakao dengan diberi ulasan. 2. Selamat belajar sukses selalu Terima kasih
TEKNIS BUDIDAYA 4.1. Pembibitan Generatif > vegetatif 4.1.1. Persyaratan Benih Buah bentuk normal, sehat dan masak di pohon warna kuning, jika diguncang timbul suara dan jika diketuk dengan tangan timbul gema. Bibit yang baik harus memenuhi persyaratan: a) Pertumbuhan bibit normal, yaitu tidak kerdil dan tidak terlalu jagur. b) Bebas hama dan penyakit serta kerusakan lainnya. c) Berumur 4–6 bulan.
4.1.2 Penyiapan Benih Buah dipotong membujur benih bagian tengah diambil 20-25. Bersihkan lendir buah direndam dengan fungisida. Benih dijemur di bawah sinar matahari. Benih yang baik memiliki daya kecambah sedikitnya 80%. 4.1.3 Teknik Penyemaian Benih a. Medium pasir Lokasi bedengan persemaian dibersihkan Ukuran bedengan 1,2 x 1,5 m panjang 1015 m dan tinggi 10 cm arah utara-selatan. Tanah bedengan dicangkul 30 cm dirapikan lapisan pasir 5-10 cm, tepi bedengan diberi dinding penahan dari kayu/batu bata. Bedengan diberi naungan ( daun alang-alang, kelapa/tebu) tinggi atap di sisi Timur 1,5 m dan di sisi Barat 1,2 m. Benih dicelup ke dalam formalin 2,5% selama 10 menit dibenamkan (mata benih diletakkan di bagian bawah) ke dalam lapisan pasir sedalam 1/3 bagian dengan jarak tanam 2,5 x 5 cm. Benih disiram setiap hari selanjutnya dua kali sehari, disemprot insektisida jika perlu.
b. Medium karung goni Tanah+batu bata (1 lapis)+ kr goni rangkap + kr goni tipis (tutup) Kr goni dicelup fungisida Dithane M 45 0,2% Jarak 2 x 3 cm 1200 benih/ kr goni Ditutup kr goni tipis dan siram setiap hari
4.1.4. Pemeliharaan pembibitan Camp.tanah subur, pupuk kandang dan pasir ( 2:1:1) diayak masukkan ke polybag 20 x 30 cm sampai 1-2 cm dr tepi atas polybag. Satu kecambah kakao (4-5 hr akar lurus) dimasukkan ke dalam lubang sedalam telunjuk, lalu lubang ditutup dengan media. Polybag ditempatkan di lokasi pembibitan dengan jarak 60 cm dalam pola segitiga sama sisi. Pembibitan dinaungi oleh pohon pelindung atau dibuat atap dari anyaman bambu Pembibitan disiram dua kali sehari kecuali jika hujan. Bibit dipupuk setiap 14 hari sampai berumur 3 bulan dengan ZA (2 gram/bibit) atau urea (1 gram/bibit) atau NPK (2 gram/bibit). Pupuk diberikan pada jarak 5 cm melingkari batang kecuali untuk urea yang diberikan dalam bentuk larutan. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida setiap 8 hari.
4.1.5 Pemindahan Bibit Umur 3 bulan, bibit dalam polybag dipindahkan ke lapangan dan naungan dikurangi secara bertahap. Bibit yang baik untuk ditanam di lapangan umur 4-5 bulan, tinggi 50-60 cm, daun 20-45 helai sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm dan sehat. Dengan jarak tanam 3 x 3 m, kebutuhan bibit untuk satu hektar adalah 1250 batang termasuk untuk penyulaman.
4.2. Pengolahan Media Tanam 4.2.1. Persiapan Lahan perkebunan kakao dapat berasal dari : hutan asli, hutan sekunder, tegalan, bekas tanaman perkebunan atau pekarangan. Lahan yang miring harus dibuat teras-teras agar tidak terjadi erosi. Areal dengan kemiringan 25-60% harus dibuat teras individu. 4.2.2. Pembukaan Lahan Cara penyiapan lahan : cara pembersihan selektif dan pembersihan total. Alang-alang di tanah tegalan harus dibersihkan /dimusnahkan supaya tanaman kakao dan pohon naungan dapat tumbuh baik. Untuk memperlancar pembuangan air, saluran drainase yang secara alami telah ada harus dipertahankan dan berfungsi sebagai saluran primer. Saluran sekunder dan tersier dibangun sesuai keadaan lapangan. 4.2.3. Pengapuran Tanah-tanah dengan pH < 5 diberi kapur berupa batu kapur sebanyak 2 ton/ha atau kapur tembok sebanyak 1.500 kg/ha.
4.2.4 Pemupukan Pemupukan sebelum bibit ditanam dapat dilakukan guna untuk merangsang pertumbuhan bibit kakao. Lubang-lubang tersebut perlu diberi pupuk dengan pupuk Agrophos sebanyak 300 gram/ lubang atau pupuk urea sebanyak 200 gram/lubang, pupuk TSP sebanyak 100 gram/lubang. Pupuk-pupuk tersebut diberikan 2 (dua) minggu sebelum penanaman bibit cokelat, kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah atas yang dicampur dengan pupuk kandang/ kompos.
4.3 Teknik Penanaman 4.3.1. Penentuan Pola Tanaman Tanaman kakao mutlak memerlukan pohon pelindung yang ditanam sebagai tanaman lorong diantara tanaman-tanaman kakao. a) Pohon pelindung sementara. Pohon ini diperlukan untuk melindungi tanaman kakao muda (belum berproduksi) dari tiupan angin dan sinar matahari. Jenis pohon yang dapat ditanam adalah pisang (Musa paradisiaca), turi (Sesbania sp.), Flemingia congesta atau Clotaralia sp.
b) Pohon pelindung tetap Pohon ini harus dipertahankan sepanjang hidup tanaman kakao dan berfungsi sebagai melindungi tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan sinar matahari dan menghambat kecepatan angin. Jenis pohon yang cocok adalah Lamtoro (Leucena sp.), Sengon Jawa (Albizia stipula), Dadap (Erythrina sp.) dan Kelapa (Cocos nucifera) atau pinang ditanam dengan jarak tanam 6 x 3 m. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 3 X 3 m2 dengan kerapatan pohon 1.100 batang pohon/hektar. Jarak ini sangat ideal karena nantinya pohon akan membentuk tajuk yang seimbang sehingga tanaman tidak akan mudah tumbang.
4.3.2. Pembuatan Lubang Tanam Dibuat 2-3 bulan sebelum tanam dengan ukuran: a) 40 x 40 x 40 cm untuk tanah bertekstur sedang b) 60 x 60 x 60 cm atau 80 x 80 x 80 cm untuk tanah bertekstur berat c) 30 x 30 x 30 cm untuk tanah bertekstur ringan Lubang dipupuk dengan Agrophos 300 gram/lubang atau campuran urea 200 gram/lubang dan SP36 100 gram/lubang. Tutup kembali lubang tanam.
4.3.3. Cara Penanaman a) Polybag disayat pada bagian sisi dan bawah, keluarkan bibit dan media dalam keadaan utuh. b) Lubangi lubang tanam yang telah ditutup lagi tersebut selebar diameter polybag. Letakkan bibit sehingga permukaan media sejajar dengan tanah. c) Masukkan kembali tanah galian dan padatkan tanah di sekeliling bibit. d) Topang batang bibit dengan dua potong kayu/bambu. e) Untuk mencegah gangguan hewan, tanaman kakao diberi pagar pengaman dari bambu
4.4 Pemeliharaan Tanaman 4.4.1 Penjarangan dan Penyulaman Penyulaman dilakukan sampai tanaman umur 10 tahun. 3.4.2 Penyiangan Pengendalian gulma membabat tanaman pengganggu 50 cm dari pangkal batang atau dengan herbisida sebanyak 1,5-2,0 liter/ha yang dicampur dengan 500-600 liter air. Penyiangan yang paling aman mencabut tanaman pengganggu.
4.4.3. Pemangkasan Untuk menjaga/ pencegahan serangan hama atau penyakit, membentuk pohon, memelihara tanaman dan untuk memacu produksi. a) Pemangkasan bentuk 1) Fase muda. Dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan dengan membuang cabang yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang letaknya merata ke segala arah untuk membentuk jorquette (percabangan) 2) Fase remaja. Dilakukan pada saat tanaman berumur 18-24 bulan dengan membuang cabang primer sejauh 30-60 cm dari jorquette (percabangan)
b) Pemangkasan pemeliharaan. Membuang tunas yang tidak diinginkan, cabang kering, cabang melintang dan ranting yang menyebabkan tanaman terlalu rimbun. c) Pemangkasan produksi. Bertujuan untuk mendorong tanaman agar memiliki kemampuan berproduksi secara maksimal. Pemangkasan ini dilakukan untuk mengurangi kelebatan daun, dilakukan pada musim hujan
Pemupukan TBM Umur (bulan)
ZA (g/pohon)
TSP (g/pohon)
KCl Kieserit (g/pohon) (g/pohon)
2
50
-
-
-
6
75
50
30
25
12
100
-
-
-
18
150
100
70
50
24
200
-
-
-
Pemupukan TM
Umur (tahun)
ZA (g/pohon)
Urea (g/pohon)
TSP (g/pohon)
KCl (g/pohon)
3
2 x 100
2 x 50
2 x 50
2 x 50
4
2 x 100
2 x 100
2 x 100
2 x 100
5
2 x 250
2 x 125
2 x 125
2 x 125
4.4.5. Penyiraman Penyiraman pohon cokelat dilakukan pada tanaman muda terutama tanaman yang tak diberi pohon pelindung. 4.4.6. Penyemprotan Pestisida Dilakukan dengan dua tahapan, pertama untuk pencegahan sebelum diketahui ada hama yang benar-benar menyerang. Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Tahap kedua adalah usaha pemberantasan hama, selain jenis juga kadarnya ditingkatkan. Misal untuk pemberantasan digunakan insektisida berbahan aktif seperti Dekametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Sipermetrin (Cymbush 5 EC), Metomil Nudrin 24 WSC/Lannate 20 L) dan Fenitron (Karbation 50 EC). 4.4.7. Penyerbukan Buatan Dari bunga yang muncul hanya 5% yang akan menjadi buah, peningkatan persentase pembuahan dapat dilakukan dengan penyerbukan buatan. Bagian bunga yang mekar digosok dengan bunga jantan yang telah dipetik sebelumnya, kemudian bunga ditutup dengan sungkup. Penggosokan dilakukan dengan jari tangan.
4.4.8 Rehabilitasi Tanaman Dewasa Tanaman dewasa yang produktivitas mulai menurun tidak ditebang untuk diganti tanaman baru, tetapi direhabilitasi dengan cara : 1) okulasi tanaman dewasa dan 2) sambung samping tanaman dewasa. Cara yang kedua lebih unggul karena peremajaan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, murah dan lebih cepat berproduksi. Entres (bahan sambungan) diambil dari kebun entres atau produksi yang telah diseleksi, berupa cabang berwarna hijau, hijau kecoklatan, diameter 0,75-1,50 cm dan panjang 40-50 cm. dibuka setelah 3-4 minggu.
4.5. Hama dan Penyakit 4.5.1. Hama a) Penggerek cabang (Zeuzera coffeae) Bagian yang diserang adalah cabang berdiameter 3-5 cm. Gejala: cabang mati atau mudah patah. Pengendalian: membuang cabang yang terserang, kemudian dengan predator alami: jamur Beauveria bassiana.
b) Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp., Pseudodoniella typica, Amblypelta theobromae) Bagian yang diserang buah dan daun muda, kuncup bunga. Gejala: bercak kakao kehitaman berbentuk cekung berukuran 3-4 mm. Mekanis : membuang bagian yang terserang. Biologis : belalang sembah, kepik predator, semut hitam. Kimiawi : insektisida Baytroid 50EC, Lannate 25 WP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75 SP.
c) Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella Mot.) Bagian yang diserang adalah buah kakao. Gejala: daging buah busuk. Pengendalian: membuang dan mengubur buah sisa panen dengan serempak, menutupi buah dengan kantung plastik dengan lubang di bagian bawah.
• • • • • • • • •
Glenea spp. Larva menggerek btg pd kambium Horizontal bentuk cincin Mekanis : Potong btg/cbg terserang 10 cm dibawah lubang gerek bakar Kimiawi : Injeksikan racun nafas ke dlm lbg gerekan Biologis : Semprotkan konidia jamur Beauveria bassiana ke dlm lbg gerek 1,18 x 107 konidia/ml air
d) Kutu putih (Planococcus citri.) Bagian yang diserang adalah tunas, bunga, calon buah. Gejala: timbul tunas tumbuh tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan bunga dan calon buah tidak normal. Pengendalian: gunakan insektisida berbahan aktif monokrotofas, fosfamidon, karbaril. e) Ulat kantong (Clania sp., Mahasena sp.) Bagian yang diserang adalah daun dan tunas. Gejala: tanaman gundul dan kematian pucuk. Pengendalian: dengan parasit Exoresta uadrimaculata, Tricholyga psychidarum . Selain itu gunakan insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide.
f) Kutu jengkal (Hyposidra talaca.) Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua). Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang daun saja. Pengendalian: insektisida Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC (0,15-0,2%).
• Hama tikus (Rattus-rattus spp.)
4.5.2. Penyakit a) Busuk buah hitam Penyebab: Phytopthora palmivora . Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: bercak kakao di titik pertemuan tangkai buah dan buah atau ujung buah. Gejala pada serangan berat adalah buah diliputi miselium abuabu keputihan. Pengendalian: 1) dengan cara buah yang sakit diambil, 2) kurangi kelembaban kebun dengan cara pemangkasan, 3) gunakan insektisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3% atau insektisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu.
b) Kanker batang Penyebab: Phytopthora palmivora. Gejala: bercak basah berwarna tua pada kulit batang atau cabang, keluarnya cairan dari batang atau cabang yang akan mengering dan mengeras. Pengendalian: buah sakit diambil, kurangi kelembaban kebun pemangkasan. Gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3%. atau ungisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu. Bagian yang sakit dikerok dan diolesi dengan ter/ fungisida.
• Penyakit jamur upas • • • • • • •
Corticium salmonicolor B. et Br Upasium salmonicolor (B.et Br) Tjokr Gejala : Lihat gambar! Penyebaran : Basidiospora angin Tan inang karet, kopi, teh, kina, dan tan keras lain. Tephrosia candida Gejala awal, miselium tipis • RH tinggi Pengendalian : • Potong cbg/rtg yg skt bakar/pendam • Bersihkan miselium olesi tridemorf, tembaga 10% (Copper sandoz, Cupravit) • Hilang sumber infeksi di dlm/ luar kebun Gejala lanjut, miselium tebal, kayu
membusuk