i
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH
ANGELA A24070056
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
RINGKASAN
ANGELA. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh DARDA EFENDI). Kegiatan magang ini dilakukan untuk mengetahui, mempelajari, dan menganalisis pengelolaan pemangkasan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah yang dilaksanakan dari 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi aspek teknis budidaya dan aspek manajerial kebun. Metode magang yang dilaksanakan adalah memposisikan penulis sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten afdeling selama dua bulan. Selama menjadi KHL, pengamatan spesifik dilakukan penulis untuk pengambilan data primer tentang aspek pemangkasan tanaman kakao meliputi jenis pemangkasan, waktu pemangkasan, luas areal pemangkasan, prestasi kerja pemangkasan, keberhasilan pemangkasan yang terbagi berdasarkan alat pangkas, jenis kelamin, usia, hubungan antara jenis kelamin dan usia, serta perbandingan dengan pengamatan beberapa tahun sebelumnya. Selain itu dilakukan juga pengamatan antara tanaman yang dipangkas dan tidak dipangkas. Melalui data sekunder dianalisis pengaruh rotasi pemangkasan dan curah hujan terhadap produksi biji cokelat basah (BCB). Tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I seluruhnya telah menghasilkan, oleh karena itu pemangkasan yang dilakukan setiap tahunnya adalah pemangkasan pemeliharaan dan produksi. Jenis pemangkasan yang dilakukan selama Februari hingga Juni adalah pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan rotasi rata-rata tiga kali setahun dengan interval 2-5 bulan. Pemangkasan produksi yang dilakukan satu kali setahun sekitar bulan November atau Desember. Standar perusahaan untuk prestasi kerja pemangkasan pemeliharaan adalah 4 HK/ha dan untuk pemangkasan produksi adalah 6 HK/ha. Berdasarkan hasil kalibrasi, satu
iii orang pemangkas dapat memangkas 122 pohon/HK untuk kegiatan pemangkasan pemeliharaan. Keberhasilan pemangkasan dipengaruhi oleh jumlah cabang yang kulitnya tidak rusak. Pemangkasan yang dilakukan oleh tenaga kerja pria dan wanita, usia tenaga kerja 16-35 tahun dan > 36 tahun, dan alat pangkas cungkring atau gergaji pangkas, tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada uji t-student taraf 5%. Sedangkan pemangkasan yang dilakukan oleh wanita berusia > 36 tahun keberhasilan pemangkasannya terendah dan berpengaruh berbeda nyata pada uji tstudent taraf 5 %. Berdasarkan perbandingan dengan pengamatan beberapa tahun sebelumnya, keberhasilan pemangkasan oleh wanita semakin menurun dan pada uji t-student taraf 5 % memberikan pengaruh berbeda nyata.
ABSTRACT ANGELA. Pruning Management of Cacao (Theobroma cacao L.) in
Rumpun Sari Antan I Plantation, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Central Java. (Guided by DARDA EFENDI). The internship activity was held
to find out, learn, and analyze the
pruning management of cacao (Theobroma cacao L.) in Rumpun Sari Antan I Plantation, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Central Java started from 14 th February until 14th June 2011. Internship activity include the technical and managerial aspects that positioning the author as field worker for one month, as assistant foreman for one month, and as assistant field lead for two month. During as field worker, specific observations on the author to capture the primary data about pruning aspects of cacao trees include kinds of pruning, pruning time, the area under the pruning, pruning job performance, which is divided based on the success of pruning by tools, sex, age, relationship between the sexes and age, and comparison with observations of a few years earlier. In addition it also conducted observations between plants pruned and not pruned. Through secondary data, analyzed the influence of rotation of the pruning and rainfall toward the production of wet cocoa beans. Cacao plants in Rumpun Sari Antan I Plantation completely have produced, so pruning is done every year is the maintenance pruning and production pruning. Type of pruning is done during February to June is pruning maintenance. Maintenance pruning in Rumpun Sari Antan I Plantation do with the rotation on average three times a year at intervals of 2-5 months. Pruning production conducted once a year around November or December. Company standards for work performance of maintenance pruning is 4 HK / ha and for pruning production is 6 HK / ha. Based on the results of calibration, one pruner can prun 122 trees / HK for maintenance pruning activities. Success of pruning is influenced by a number of branch cuts where the skin is not damaged. Pruning is done by the labour of men and women, ages of labour 16-35 years and > 36 years, and cungkring tool or trim saws, do not give a
significantly different effect on the t-student test level of 5%. While success of pruning is done by women aged > 36 years has the lowest and significantly different effect on the t-student test level of 5%. Based on comparison with observations of a few years earlier, the success of pruning by women declined and the student t-test level of 5% gave significantly different effects. Effect of pruning on the production can be seen about two months after the maintenance pruning and approximately 5-6 months after the production pruning. Pruning is done during high rainfall provide higher production than the current pruning of low rainfall. The development of chupons and flowering cushions in pruned plants increases more than the plants that are not pruned.
Keywords: cacao, pruning management, success of pruning, rotation
i
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Angela A24070056
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
Judul
: PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH
Nama
: ANGELA
NRP
: A24070056
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si. NIP 19630616 198903 1 006
Mengetahui Ketua Departemen
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 17 Juli 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Surya Chandra dan Ibu Gina Kameria. Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Inpres Lolu I Kota Palu, Sulawesi Tengah, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 25 Kota Padang, Sumatera Barat. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kota Bogor, Jawa Barat. Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah”. Skripsi ini terselesaikan bukan hanya upaya penulis semata. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Papa, Mama, dan adik-adikku atas semangat serta dukungannya. 2. Dr. Ir. Darda Efendi M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Dr. Ir. Ade Wachjar M.S. dan Dr. Ir. Hariyadi M.S. selaku dosen penguji skripsi. 4. Dr. Ir. Adiwirman M.S. dan Maryati Sari, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. 5. Seluruh direksi, staf dan karyawan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. 6. Kekasih, sahabat-sahabatku, dan rekan-rekan AGH44. 7. Serta berbagai pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
ix
PENDAHULUAN ..................................................................................... Latar Belakang ............................................................................... Tujuan ............................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. Sistematika Kakao .......................................................................... Kakao Indonesia ............................................................................. Pemangkasan pada Kakao .............................................................. Alat Pangkas .................................................................................. Prinsip Pemangkasan ...................................................................... Kerusakan dan Keberhasilan Pemangkasan .................................... Hubungan Pemangkasan dengan Iklim Mikro dan Kesuburan Tanah ............................................................................................. Iklim Mikro dan Kesuburan Tanah yang Ideal bagi Tanaman Kakao .............................................................................................
3 3 5 7 11 11 12
METODE MAGANG ................................................................................ Tempat dan Waktu ......................................................................... Metode Pelaksanaan ....................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................... Analisis Data dan Informasi ...........................................................
14 14 14 14 16
KEADAAN UMUM .................................................................................. Letak Geografis .............................................................................. Keadaan Tanah dan Iklim ............................................................... Luas Areal dan Tataguna Lahan ..................................................... Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................
17 17 17 17 18 19
PELAKSANAAN MAGANG.................................................................... Aspek Teknis ................................................................................. Aspek Manajerial ...........................................................................
21 21 37
PEMBAHASAN ........................................................................................ Jenis dan Waktu Pemangkasan ....................................................... Luas Areal dan Prestasi Kerja Pemangkasan ................................... Keberhasilan Pemangkasan ............................................................ Pengaruh Rotasi Pemangkasan dan Curah Hujan terhadap Produksi ......................................................................................... Pengamatan Perlakuan Pemangkasan .............................................
47 47 48 49
12 13
53 56
vi Halaman KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. Kesimpulan .................................................................................... Saran ..............................................................................................
60 60 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
61
LAMPIRAN ..............................................................................................
63
vii
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Produksi dan Luas Areal Panen Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun 2000-2009............................
5
Produktivitas Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun 2000-2009 ...........................................................
6
Jumlah dan Nilai Ekspor Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun 1999-2008 .........................................
6
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2011 ....................................................................................
18
Jumlah Staf dan Karyawan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 ...............................................................................................
19
Prestasi Kerja KHL, Penulis, dan Standar Perusahaan untuk Aspek Teknis di Kebun Rumpun Sari Antan I ................................
23
7.
Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Basah (BCB) ....................
33
8.
Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Kering (BCK) ...................
37
9.
Kebutuhan Pupuk per Blok di Afdeling C Tahun 2011 ...................
44
10.
Jadwal Pemupukan di Afdeling A dan Afdeling C Tahun 2011 ......
45
11.
Prestasi Kerja KHL untuk Pemangkasan Pemeliharaan ...................
48
12.
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Keberhasilan Pemangkasan ........
50
13.
Pengaruh Usia terhadap Keberhasilan Pemangkasan .......................
50
14.
Pengaruh Alat Pangkas terhadap Keberhasilan Pemangkasan .........
51
15.
Keberhasilan Pemangkasan berdasarkan Hubungan Jenis Kelamin dan Usia ...........................................................................
51
Perbandingan Data Hasil Pengamatan untuk Keberhasilan Pemangkasan..................................................................................
52
2. 3. 4.
5.
6.
16.
viii
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman Pembentukan Tunas dan Sudut Cabang Primer Tanaman Kakao .............................................................................................
5
2.
Skema Pemangkasan Bentuk ..........................................................
9
3.
Cabang yang Dipangkas .................................................................
21
4.
Alat Pangkas yang Digunakan ........................................................
22
5.
Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia...................................
24
6.
Alat untuk Pengendalian Hama dan Penyakit ..................................
26
7.
Hama dan Penyakit Kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I ............
27
8.
Tunas Air yang Seharusnya Diwiwil...............................................
28
9.
Perubahan Warna Buah Kakao .......................................................
29
10.
Kegiatan Pemanenan ......................................................................
31
11.
Kotak Fermentasi Dua Tingkat .......................................................
34
12.
Tempat Pengeringan Biji Cokelat dengan Sinar Matahari ...............
35
13.
Pengeringan secara Mekanis menggunakan Samoan Drier .............
35
14.
Mesin Sortasi Biji Cokelat Kering (BCK) .......................................
37
15.
Kerusakan Kulit Cabang Akibat Pemangkasan ...............................
49
16.
Rotasi Pemangkasan dan Produksi Afdeling A Blok 6 di Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun 2007-2010 ..............................
55
Rotasi Pemangkasan dan Produksi Afdeling A Blok 8 di Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun 2007-2010 ..............................
55
Jumlah Tunas Air, Bantalan Berbunga, dan Pentil Buah pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas .............................
56
Jumlah Buah Ukuran 1-4 pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas ............................................................................
58
Total Buah Ukuran 1-4 pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas ............................................................................
58
17. 18. 19. 20.
ix
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Peta Wilayah Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 ............................
63
Data Curah Hujan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2001-2010 ........
64
Produksi Biji Cokelat Basah (BCB) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2004-2010 ...........................................................................
65
Produksi Biji Cokelat Kering (BCK) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2004-2010 ...........................................................................
66
Struktur Organisasi Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 .................
67
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 .................
68
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 ............................
69
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 ............................
70
9.
Contoh Blangko Surat Pengantar Buah ...........................................
72
10.
Contoh Blangko Buku Kerja Asisten Bagian Tanaman ...................
73
11.
Contoh Blangko Laporan Perincian Pekerjaan Harian PT Rumpun Sari Antan I ......................................................................
74
12.
Contoh Blangko Bukti Permintaan Barang .....................................
75
13.
Data Hasil Pengamatan Keberhasilan Pemangkasan di Afdeling C, Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 ............................
76
Data Tenaga Pemangkas dan Jumlah Pohon yang Dipangkas per Hari ..........................................................................................
77
15.
Pengaruh Rotasi Pemangkasan dan Produksi ..................................
78
16.
Data Pengamatan Tunas Air, Bantalan Berbunga, dan Pentil Buah antara Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas .........
79
Data Pengamatan Jumlah Buah Berdasarkan Ukuran antara Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas .............................
80
2. 3.
4.
5. 6.
7.
8.
14.
17.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan utama andalan nasional. Sejak awal tahun 1980-an, pertumbuhan dan perkembangan kakao semakin pesat di Indonesia dan berperan penting sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan petani, serta penyediaan lapangan pekerjaan. Kondisi iklim, kondisi lahan dan permintaan terhadap kakao mendorong meningkatnya pembangunan perkebunan kakao Indonesia (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Luas areal produksi kakao di Indonesia tahun 2009 sebesar 1 587 136 ha dengan 94 % luas areal adalah perkebunan rakyat. Total produksi biji kakao Indonesia untuk tahun 2009 sebesar 809 583 ton (Ditjenbun, 2011) dan pada tahun 2009, Indonesia berada di peringkat kedua setelah Pantai Gading (Cote d’Ivore) sebagai negara produsen kakao dunia (FAO, 2011). Kakao merupakan komoditas yang mampu memberikan penghasilan yang cukup baik dan terus menerus sepanjang tahun bagi masyarakat petani kakao. Penanaman kakao tidak harus monokultur dalam budidayanya, tetapi dapat ditanam bersama dengan tanaman lain sebagai tumpangsari ataupun dengan tanaman penaung sehingga petani memperoleh keuntungan ganda (Baon dan Abdoellah, 2004). Namun, saat ini produktivitas tanaman kakao rata-rata baru mencapai 591.18 kg/ha sedangkan potensi produktivitas dapat mencapai 1.5 – 3 ton/ha (Kardiyono, 2010). Untuk menjaga agar produktivitas kakao meningkat dapat dilakukan pemeliharaan tanaman yang salah satu aspeknya adalah pemangkasan. Pemangkasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan perkebunan kakao untuk mengoptimalkan nilai LAI (Leaf Area Indeks) dan mengutamakan ranting sebagai obyek pemangkasan (Soedarsono, 1996) sehingga tanaman kakao dapat berproduksi baik dan terus menerus. Pengaruh pemangkasan pada tanaman kakao berdampak besar, yaitu menurunkan kelembaban kebun, memperoleh iklim mikro yang sehat dan produksi tinggi, serta pemangkasan yang efektif dan tepat waktu dapat membantu pengontrolan penyakit tanaman kakao (Wood and Lass,
2 1985). Pemangkasan pada tanaman kakao antara lain pemangkasan bentuk untuk membentuk
kerangka
tanaman,
pemangkasan
pemeliharaan
untuk
mempertahankan kerangka dan membuang cabang sakit, serta pemangkasan produksi yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Kebun Rumpun Sari Antan I adalah salah satu perkebunan kakao yang terletak di Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Perkebunan kakao Rumpun Sari Antan I memiliki areal pertanaman kakao seluas 465.91 ha pada tahun 2011 dengan tipe kakao yang ditanam adalah Criollo dan Forastero. Salah satu upaya yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao adalah melalui pemangkasan. Pemangkasan yang masih dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi karena semua tanaman kakao telah berproduksi. Magang adalah salah satu bentuk tugas akhir dengan bobot akademik sebanyak enam satuan kredit semester dan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja mahasiswa dalam aspek teknis dan aspek manajerial. Melalui kegiatan magang juga dapat diperoleh solusi pemecahan masalah-masalah yang terdapat di lapangan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis maupun manajerial tentang pengelolaan tanaman kakao khususnya aspek pemangkasan dapat dilakukan dengan kegiatan magang di Kebun Rumpun Sari Antan I.
Tujuan Tujuan magang secara umum adalah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa tentang aspek teknis maupun manajerial sehingga dapat mengetahui, memahami, dan memecahkan permasalahan-permasalahan di lapangan. Tujuan secara khusus adalah mengetahui, mempelajari dan menganalisis pengelolaan pemangkasan tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah sehingga dapat memberikan manfaat timbal balik antara mahasiswa dan perusahaan.
3
TINJAUAN PUSTAKA Sistematika Kakao Kakao adalah tanaman yang berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara. Pengusahaan kakao sebagai makanan dan minuman dilakukan pertama kali oleh penduduk suku Indian Maya dan suku Aztec. Selanjutnya, bangsa Spanyol dan Belanda yang berperan dalam mengenalkan dan menyebarkan tanaman kakao hingga ke Asia termasuk Indonesia (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman kakao sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Malvales
Suku
: Sterculiaceae
Marga
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L. Kakao terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu Criollo, Forastero, dan
Trinitario. Criollo dalam tata niaga kakao termasuk kelompok kakao mulia (fineflavoured), Forastero termasuk kakao lindak (bulk), dan Trinitario merupakan hibrida Criollo dengan Forastero (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Menurut Susanto (1994) Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi dengan ciri-ciri memiliki tunas muda yang umumnya berbulu, kulit buah tipis dan mudah diiris, terdapat 10 alur yang letaknya berselang-seling (lima alur agak dalam dan lima alur dangkal), ujung buah umumnya tumpul dengan sedikit bengkok tanpa bottle neck, tiap buah berisi 30-40 biji yang bentuknya agak bulat hingga bulat dengan endosperm putih, fermentasi cepat, rasa tidak begitu pahit, warna buah muda umumnya merah dan setelah masak menjadi oranye. Namun
4 tipe Criollo memiliki pertumbuhan tanaman kurang kuat, produksi rendah, masa berbuah lambat, dan agak peka terhadap serangan hama dan penyakit. Kakao tipe Forastero termasuk kakao bermutu rendah dengan ciri-ciri pertumbuhan tanaman kuat dengan produksi lebih tinggi, masa berbuah lebih awal, relatif tahan terhadap serangan hama penyakit, kulit buah agak keras dengan alur agak dalam, buah ada yang memiliki bottle neck, endosperm warna ungu tua dan berbentuk gepeng, fermentasi lebih lama, rasa biji lebih pahit, dan kulit buah muda berwarna hijau saat masak menjadi kuning (Susanto, 1994). Tipe Trinitario yang merupakan hasil persilangan Criollo dan Forastero dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu Angoleta, Cundeamor, Amelonado, dan Calabacillo. Angoleta memiliki ciri bentuk luar buah mendekati Criollo, tanpa bottle neck, beralur dalam, dan berbiji bulat dengan endosperm ungu. Cundeamor dengan bentuk buah seperti Angoleta, memiliki bottle neck, alur tidak dalam, biji gepeng dan mutu superior. Amelonado dengan ciri bentuk buah bulat telur, biji gepeng, endosperm warna ungu. Calabacillo dengan bentuk buah pendek dan bulat, alur buah dangkal, biji gepeng, rasa pahit, endosperm ungu (Susanto, 1994). Tanaman kakao memiliki tinggi mencapai 1.8-3.0 meter pada umur tiga tahun dan mencapai 4.5-7.0 meter pada umur 12 tahun yang bergantung pada intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorfisme yaitu mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa tunas ortotrop memiliki arah pertumbuhan ke atas contohnya tunas air, dan tunas plagiotrop yang pertumbuhannya mengarah ke samping contohnya cabang kipas (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Tanaman kakao asal biji setelah mencapai tinggi 0.9-1.5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette) yaitu pergantian percabangan dari pola ortotrop ke plagiotrop. Pembentukan jorket akan membentuk 3-6 cabang primer yang
membentuk sudut 0-60° dengan arah horisontal (Gambar 1).
Kemudian dari cabang primer tersebut tumbuh cabang-cabang lateral sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
5
a) b) Gambar 1. Pembentukan Tunas dan Sudut Cabang Primer Tanaman Kakao. (a) Tunas Ortotrop dan Tunas Plagiotrop pada Tanaman Kakao. (b) Cabang Primer. Cabang primer ditunjukkan oleh huruf ”a” dan jorket ditunjukkan oleh huruf ”j” (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004)
Kakao Indonesia Indonesia pada tahun 2009 merupakan produsen biji kakao peringkat kedua di dunia setelah Pantai Gading dengan jumlah produksi dan luas areal panen sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 dan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Produksi dan Luas Areal Panen Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun 2000-2009 Pantai Gading Tahun
Produksi (ton)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 401 101 1 212 428 1 264 708 1 351 546 1 407 213 1 360 000 1 372 000 1 384 000 1 382 000 1 221 600
Sumber: FAO (2011)
Ghana
Luas Areal Produksi Panen (ha) (ton) 2 000 000 1 777 550 1 880 000 2 000 000 2 050 000 2 193 548 2 281 290 2 372 542 2 300 000 2 000 000
436 600 389 591 340 562 497 000 737 000 740 000 734 000 615 000 729 000 662 400
Luas Areal Panen (ha) 1 500 000 1 350 000 1 195 000 1 500 000 2 000 000 1 850 000 1 835 000 1 450 000 1 822 500 1 656 000
Indonesia Luas Produksi Areal (ton) Panen (ha) 421 142 749 917 428 263 765 405 571 155 776 901 572 640 998 910 641 700 1 114 200 642 900 1 235 213 769 386 905 730 740 006 923 968 792 761 990 052 800 000 1 000 000
6 Tabel 2. Produktivitas Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun 2000-2009 Tahun
Pantai Gading 701 682 673 676 686 620 601 583 601 611
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Ghana Produktivitas (kg/ha) 291 289 285 331 369 400 400 424 400 400
Indonesia 562 560 735 573 576 520 849 801 801 800
Sumber: FAO (2011)
Sedangkan, sebagai negara pengekspor biji kakao, pada tahun 2008 Indonesia menempati peringkat ketiga setelah Pantai Gading, dan Ghana dengan jumlah dan nilai ekspor sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah dan Nilai Ekspor Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun 1999-2008 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pantai Gading Jumlah Nilai (ton) (1000 $) 1 113 180 1 284 820 1 113 480 844 830 1 025 950 1 006 450 1 004 280 1 766 580 947 858 1 733 080 1 060 640 1 611 310 990 956 1 477 260 925 129 1 419 780 803 886 1 436 920 782 868 1 767 960
Ghana Jumlah Nilai (ton) (1000 $) 280 914 410 652 360 250 404 200 335 500 396 000 310 738 480 964 346 890 676 090 640 328 850 000 535 298 792 151 589 172 1 060 000 506 358 895 703 474 706 979 098
Indonesia Jumlah Nilai (ton) (1000 $) 333 695 296 484 333 619 233 052 302 670 272 368 365 650 520 672 265 838 410 278 275 485 369 863 367 426 467 827 490 778 619 017 379 829 622 600 380 513 854 585
Sumber : FAO (2010)
Perbandingan Indonesia dengan Pantai Gading terutama terletak pada kondisi pertanaman kakao. Pantai Gading melakukan peremajaan yang cukup cepat dan sebagian besar tanaman kakao masih muda (Prawoto, 1993). Sedangkan, mayoritas kakao yang saat ini masih berproduksi di Indonesia ditanam
7 pada tahun 1980-an dengan demikian sekarang sudah berumur antara 20-30 tahun, sehingga potensi produksi sudah menurun. Indonesia juga masih menghadapi kendala yaitu rendahnya mutu biji kakao karena serangan hama penggerek buah kakao (Wahyudi dan Abdoellah, 2009). Permasalahan
tersebut
dapat
dihadapi
salah
satunya
dengan
mengintensifkan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas-Pro-Kakao) yang salah satunya meliputi kegiatan pemangkasan (Wahyudi dan Abdoellah, 2009). Pemangkasan yang dilakukan dikenal dengan Sistem Pangkasan Eradikasi (SPE) yang merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan serangan penggerek buah kakao (PBK). Pemangkasan ini dilaksanakan serentak dan tuntas pada musim hujan dan dilakukan dengan cara memotong cabang tersier atau sekunder (Sulistyowati, 2006), diikuti dengan rampasan buah pada akhir panen, yaitu semua sisa buah kakao dipetik dan dimusnahkan (Widodo, 2010). Cara ini dilakukan untuk memutus siklus makanan hama sehingga pemusnahan terjadi secara alami (Prawoto, 1993).
Pemangkasan pada Kakao Produk primer semua jenis komoditas tanaman adalah asimilat atau hasil fotosintesis yang selanjutnya akan dikonversi menjadi senyawa-senyawa sekunder berupa hasil yang dipanen. Pemangkasan kakao merupakan salah satu upaya agar laju fotosintesis berlangsung optimal, hasil bersih fotosintesis maksimal, dan distribusinya ke organ-organ yang membutuhkan berlangsung lancar. Proses tersebut dan faktor-faktor yang berpengaruh perlu dipahami sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemangkasan yang benar. Agar memperoleh hasil buah yang banyak, tanaman harus mampu menghasilkan asimilat yang banyak pula. Pada kenyataannya, tidak semua daun di tajuk tanaman mampu melakukan fotosintesis secara optimal. Adanya flush juga mempengaruhi kanopi dan praktek pemangkasan (Winarsih dan Zaenudin, 1996). Daun-daun yang ternaungi juga dapat menjadi pemakai (sink) asimilat. Parameter yang erat kaitannya dengan fotosintesis ini adalah indeks luas daun (ILD), yaitu angka yang menunjukkan nisbah antara total luas seluruh daun yang ada di tajuk tanaman dan luas bidang tanah yang dinaungi tajuk tanaman tersebut. Pada
8 dasarnya, pemangkasan kakao dimaksudkan untuk memperoleh angka ILD optimal agar hasil bersih fotosintesis maksimal. Nilai ILD optimal pada tanaman kakao adalah 3-5 yang setara dengan hasil fotosintesis 3.5 – 5.0 mg bahan kering/dm2/hari atau 12.8 – 18.2 ton/ha/tahun (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Kegiatan pemangkasan tanaman kakao dimaksudkan agar tunas-tunas liar yang tumbuh dihilangkan, sehingga dapat membantu pembentukan buah. Tujuan lain dari pemangkasan adalah membentuk pohon yang sedang berkembang, memudahkan akses saat penyemprotan atau pemanenan, membantu pengontrolan hama dan penyakit, memastikan pohon memberikan hasil tinggi dan optimum (Wood, 1975), membuang bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki, memacu tanaman membentuk daun baru yang potensial untuk sumber asimilat (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004), serta mengurangi sebagian daun, ranting, dan cabang yang bersifat parasit atau merugikan tanaman (Winarsih dan Zaenudin, 1996).
Pemangkasan Bentuk Pemangkasan
bentuk
dilakukan
agar
tanaman
kakao
memiliki
bentuk/kerangka yang baik agar pertumbuhan seimbang dan terkena sinar matahari secara merata. Waktu pemangkasan adalah saat tanaman kakao muda telah membentuk jorket dan cabang primer (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004) agar tujuan optimal maka pemangkasan dilakukan saat tanaman berumur 8-12 bulan (tanaman muda) dan 18-24 bulan (tanaman remaja) pada tanaman yang sama (Prawoto, 2008). Objek pemangkasan bentuk untuk tanaman asal semaian atau okulasi dari tunas ortotrop adalah cabang utama (primer). Cabang utama untuk tanaman kakao di Indonesia umumnya dari 4-6 cabang primer hanya disisakan sebanyak tiga cabang. Sedangkan untuk tanaman asal stek atau okulasi dari cabang plagiotrop, pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengarahkan cabang kipas agar pertumbuhan cabang mengarah ke atas (Soedarsono, 1996). Saat ini, pemangkasan bentuk sering dilakukan pada tanaman kakao yang berasal dari bahan tanam plagiotrop. Tanaman kakao asal cabang plagiotrop
9 cenderung menghasilkan tajuk yang pendek, tanaman cepat berbuah, dan produksinya tinggi. Habitus yang pendek memudahkan dalam pengelolaannya (Prawoto, 2008). Pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara sebagai berikut cabang primer (lazimnya 4-6 cabang) dipotong hingga tersisa hanya tiga cabang yang tumbuh sehat dan arahnya simetris (Gambar 2), cabang-cabang sekunder yang tumbuh terlalu dekat dengan jorket (berjarak 40-60 cm) dibuang, cabang-cabang sekunder berikutnya diatur agar jaraknya tidak terlalu rapat satu sama lain dengan membuang sebagian cabangnya, dan cabang-cabang yang tumbuh meninggi dipotong untuk membatasi tinggi tajuk kakao, sehingga tinggi tanaman kakao hanya 4-5 m (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Gambar 2. Skema Pemangkasan Bentuk. Cabang primer a, b, d disisakan karena pertumbuhannya sehat dan arahnya simetris sedangkan cabang primer c, e, f dipotong (Soedarsono, 1996) Pemangkasan Pemeliharaan Pemangkasan ini bertujuan untuk memelihara tanaman kakao sehingga pertumbuhannya tidak terganggu dan terpacu untuk membentuk organ-organ tanaman seperti daun, bunga, dan buah (Prawoto, 2008). Pemangkasan pemeliharaan berlangsung sampai saatnya tanaman kakao menghasilkan. Objek pemangkasan pemeliharaan adalah cabang sekunder (Soedarsono, 1996). Kegiatan dalam pemangkasan pemeliharaan yang sering dikenal dengan istilah wiwilan, yaitu kegiatan membuang tunas air. Wiwilan bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan (Prawoto, 2008). Pemangkasan pemeliharaan dilakukan sebagai berikut sebagian daun yang rimbun di tajuk tanaman dikurangi dengan cara memotong ranting-ranting yang
10 terlindung dan yang menaungi, cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameter kurang dari 2.5 cm sebaiknya dipotong, mengurangi daun yang menggantung dan menghalangi aliran udara di dalam kebun, pemangkasan dilakukan secara ringan di sela-sela pemangkasan produksi dengan frekuensi 2-3 bulan sekali per pohon menurut kegigasan (kecepatan tumbuh) varietas/klon dan jarak tanam (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Setelah pemangkasan, intensitas cahaya yang diterima sebagian besar daun meningkat dari 50 % menjadi 70–80 % dengan cahaya yang mencapai permukaan tanah meningkat dari 0-1 % menjadi 1-3 %. Pemangkasan juga dilakukan untuk mengurangi tinggi tanaman dari 5 m menjadi 3 - 4 m (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004) Pemangkasan Produksi Pemangkasan
produksi
bertujuan
untuk
mengatur
keseimbangan
percabangan muda masing-masing cabang primer hingga distribusi daun tetap merata, aerasi baik dan mendapatkan produksi tinggi. Pemangkasan jenis ini diterapkan pada tanaman kakao produktif yang telah mengalami pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan (Roesmanto, 1991). Pemangkasan produksi dilakukan secara periodik
pada tanaman
menghasilkan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah yang tumbuh sekitar enam bulan setelah pemotongan cabang yang tumbuh meninggi (lebih dari 3-4 m), serta ranting dan daun dipangkas hingga 25 – 50 %. Pemangkasan produksi dilakukan dua kali setahun, yaitu pada akhir musim kemarau-awal musim hujan serta pada akhir musim hujan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Selain itu, untuk mengurangi bagian tanaman yang rimbun, cabang yang sakit, overlapping, dan menggantung untuk mencapai efisiensi pemanfaatan sinar matahari sebanyak-banyaknya pada pertanaman agar indeks luas daun (ILD) optimum dan produktivitas tinggi (Winarsih dan Zaenudin, 1996) karena tidak semua daun yang tumbuh produktif (Abdoellah dan Soedarsono, 1996).
11 Alat Pangkas Penggunaan alat pangkas yang tepat berpengaruh terhadap kondisi tanaman setelah pemangkasan dan keberhasilan pemangkasan. Alat pangkas harus dalam keadaan tajam agar luka merata dan teratur serta tidak merusak kulit cabang atau ranting. Alat pangkas yang digunakan berbeda sesuai dengan besar kecilnya cabang seperti pada cabang yang berukuran kecil (ranting) pemotongan menggunakan gunting pangkas atau pisau pangkas. Cabang lebih besar dapat dipotong dengan gergaji pangkas dan ranting yang tinggi letaknya dapat dipotong dengan sabit bergalah (Soedarsono, 1996). Penggunaan alat pangkas bergantung pada jenis pemangkasan yang akan dilakukan. Pemangkasan pemeliharaan menggunakan galah pangkas, gunting pangkas bergalah,
dan golok sedangkan untuk pemangkasan produksi
menggunakan galah pangkas, gergaji pangkas, gunting pangkas, gunting pangkas bergalah dan golok (Arifin, 2007). Berdasarkan hasil pengamatan Ermayasari pada tahun 2010, pemangkasan dengan menggunakan gergaji pangkas dan golok memiliki keberhasilan pemangkasan lebih besar 8.13
% dibandingkan
menggunakan cungkring dan golok.
Prinsip Pemangkasan Prinsip dasar pemangkasan kakao adalah memangkas secara ringan tetapi sering. Selain itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemangkasan antara lain: 1) menghindari pemotongan cabang yang terlalu besar (diameter lebih dari 2.5 cm) karena berisiko cabang menjadi mati, lapuk, dan menjalar ke arah pangkal tanaman (Prawoto, 2008). Jika terpaksa, luka bekas potongan harus ditutup dengan obat penutup luka, 2) pemotongan ranting dan cabang kecil yang letaknya rapat (kira-kira 0.5 cm) dengan cabang induknya, pemotongan cabang besar meninggalkan sisa sekitar 5 cm, 3) menghindari tajuk kakao yang terlalu terbuka, 4) tidak melakukan pemangkasan saat tanaman sedang berbunga banyak atau sebagian besar ukuran buah masih kecil, 5) jangan memotong cabang atau ranting tanpa mempertimbangkannya secara bijaksana (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
12 Kerusakan dan Keberhasilan Pemangkasan Pemangkasan pada kakao bertujuan untuk membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki, antara lain tunas air, cabang sakit atau patah, dan cabang atau ranting yang kurang kuat pertumbuhannya (cabang cacing). Tunas air sangat banyak menyerap makanan (asimilat), sehingga merupakan parasit bagi tanaman kakao. Cabang sakit juga harus dibuang dengan pemangkasan sanitasi yang teratur dan konsekuen sehingga tidak menjadi sumber penularan ke bagian tanaman yang masih sehat (Soedarsono, 1996). Pemangkasan yang salah atau penggunaan alat pangkas yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman kakao. Kerusakan yang terjadi salah satunya adalah banyaknya cabang-cabang besar (diameter lebih dari 2.5 cm) yang terpotong. Cabang besar yang terpotong mengakibatkan rusaknya kerangka tanaman, dan memerlukan waktu lama serta energi yang banyak untuk pembentukannya kembali. Selain itu, pemotongan cabang besar juga mendorong pertumbuhan tunas air lebih banyak (Soedarsono, 1996). Oleh karena itu, kriteria keberhasilan pemangkasan dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain, pada siang hari di lantai kebun terdapat bercakbercak cahaya matahari, tetapi gulma tidak tumbuh lebat. Proporsi cahaya langsung maksimum yang sampai pada lantai kebun 25 % dari luas areal sehingga suasana dalam kebun tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang. Pertumbuhan diameter batang kakao sama antara yang di tengah dan di pinggir kebun. Bunga dan buah merata di batang pokok dan cabang-cabangnya, serta merata di semua penjuru kebun (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).
Hubungan Pemangkasan dengan Iklim Mikro dan Kesuburan Tanah Pemangkasan yang optimum dapat dilakukan dengan pendekatan aspek iklim mikro dan kesuburan tanah, karena dua aspek tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Peran yang diharapkan dari pemangkasan terhadap iklim mikro adalah fungsinya untuk mengatur intensitas dan lama penyinaran matahari, suhu, kelembaban udara, dan gerakan udara di sekitar pohon kakao.
13 Pengaruh pemangkasan terhadap intensitas dan lama penyinaran matahari adalah agar sebagian besar daun menerima sinar matahari sampai titik jenuhnya dan dalam waktu yang sama sehingga produksi asimilat oleh setiap daun mencapai maksimum. Hubungan dengan suhu udara, pemangkasan dapat mengurangi perbedaan suhu udara di dalam dan di luar tajuk pohon kakao. Pemangkasan juga dapat mengurangi kelembaban udara di dalam tajuk tanaman karena kelembaban yang tinggi dapat memacu perkembangan jamur-jamur parasit. Selain itu, gerakan udara di dalam tajuk juga menjadi lebih leluasa akibat pemangkasan. Pemangkasan juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Brangkasan hasil pemangkasan dapat berguna sebagai mulsa atau cadangan hara bagi tanaman. Adanya mulsa melindungi permukaan tanah, menjadikan struktur tanah dan konsistensi tanah menjadi lebih baik, menekan erosi, meningkatkan kemampuan tanah mengikat air, serta menjaga agar perbedaan suhu tanah tidak terlalu besar. Serasah hasil pemangkasan juga merupakan tempat yang disukai serangga penyerbuk bunga kakao Forcipomyia sp. untuk bersarang dan berbiak (Abdoellah dan Soedarsono, 1996).
Iklim Mikro dan Kesuburan Tanah yang Ideal bagi Tanaman Kakao Menurut Abdoellah dan Soedarsono (1996), iklim mikro dan kesuburan tanah yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kakao adalah pada intensitas sinar matahari sebesar 30 sampai 60 % sinar matahari penuh. Selain itu, curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dengan jumlah bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm/tahun tidak lebih dari tiga bulan. Suhu maksimum 30-32°C dan suhu minimum 18-21°C. Kecepatan angin kurang dari 4 m/detik dan tidak berlangsung terus menerus. Sedangkan kondisi tanah yang baik adalah dengan kedalaman solum lebih dari 1.5 m agar tidak menghambat pertumbuhan akar, mengandung pasir 50 %, debu 10 – 20 %, lempung 30 – 40 %, dan bahan organik 3.5 %, pH netral, nisbah C/N > 9, kapasitas tukar kation >12 me/100 g, kejenuhan basa > 35 %, kejenuhan Al kurang dari 30 %, dan tidak mengandung unsur racun.
14
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah mulai 14 Februari sampai 14 Juni 2011.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi aspek teknis budidaya dan aspek manajerial kebun. Metode magang yang dilaksanakan adalah dengan memposisikan penulis sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten afdeling selama dua bulan. Kegiatan selama menjadi KHL adalah meliputi berbagai kegiatan teknis budidaya tanaman kakao di lapangan yang sudah ditetapkan oleh kebun seperti pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pengolahan hasil. Selama menjadi KHL, pengamatan spesifik dilakukan penulis untuk pengambilan data primer tentang aspek pemangkasan tanaman kakao. Sebagai
pendamping
mandor,
penulis
bertugas
merencanakan,
mengorganisir, mengendalikan, dan mengawasi kegiatan di lapangan. Kegiatan selama menjadi pendamping asisten afdeling adalah membantu menyusun rencana kerja dan anggaran bulanan, mengelola dan mengawasi tenaga kerja serta mempelajari kegiatan manajerial di tingkat afdeling. Membuat jurnal kegiatan dilakukan penulis selama kegiatan magang.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer yang berkaitan dengan kegiatan pemangkasan selama magang antara lain: 1. Jenis pemangkasan, mengamati jenis pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I selama bulan Februari hingga Juni 2011.
15 2. Alat pangkas, mengamati alat pangkas yang digunakan oleh pemangkas dan yang paling efisien untuk pemangkasan. Pengambilan sampel 7 orang pemangkas yang menggunakan cungkring dan golok, serta 3 orang pemangkas yang menggunakan gergaji pangkas dan golok. 3. Waktu pemangkasan, berkaitan dengan rotasi pemangkasan dan kesesuaian waktu pemangkasan dengan perencanaan kegiatan. 4. Luas areal pemangkasan, menghitung luas areal pemangkasan yang dikerjakan oleh satu orang pemangkas dalam satu hari. 5. Prestasi kerja pemangkasan dengan menghitung jumlah tanaman yang dapat dipangkas oleh satu orang pemangkas dalam sehari. 6. Keberhasilan pemangkasan dengan mengambil sampel 10 orang pemangkas dengan pengelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Jumlah pohon sebagai ulangan untuk keberhasilan pemangkasan.
Berdasarkan usia yaitu 4 orang pemangkas berusia 16-35 tahun dan 6 orang pemangkas berusia > 36 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin yaitu 5 orang pemangkas laki-laki dan 5 orang pemangkas perempuan. Pembagian kriteria untuk alat pangkas, usia, dan jenis kelamin pemangkas
mengikuti kriteria pengamatan Arifin (2007) dan Ermayasari (2010) sehingga dapat diperbandingkan. Pengambilan sampel jumlah orang yang berbeda berdasarkan jumlah tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria yang terdapat di lapang. Pemangkasan pada kakao berkaitan erat dengan produksi yang dihasilkan, maka dilakukan pengambilan data dari perusahaan mengenai rotasi pemangkasan yang dilakukan dan produksi yang dihasilkan pada Blok A6 dan A8 dari tahun 2007 hingga 2010. Selain itu, dilakukan pula pengamatan antara tanaman yang dipangkas dan tanaman yang tidak dipangkas masing-masing sebanyak 15 tanaman untuk diamati jumlah tunas air, bantalan yang berbunga, pentil buah (cherelle), dan perkembangan buah dari ukuran 1 sampai ukuran 4 yang dihasilkan setelah dilakukan pemangkasan. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali selama 6 minggu.
16 Data sekunder lainnya adalah peta lokasi, data curah hujan dan kondisi umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, keadaan tanaman, data produksi serta data lain yang menunjang.
Analisis Data dan Informasi Analisis data untuk aspek pemangkasan dapat dilihat dari keberhasilan pemangkasan yang meliputi pengamatan jumlah cabang yang dipangkas dan jumlah cabang yang kulitnya rusak karena pemangkasan. Perhitungan keberhasilan pemangkasan menggunakan rumus berikut. Keberhasilan pemangkasan (%) =
( a b c d) - e
a b c d
100%
Keterangan : Σa
: jumlah cabang berdiameter kurang dari 2.5 cm yang dipangkas
Σb
: jumlah cabang sakit yang dipangkas
Σc
: jumlah cabang kering yang dipangkas
Σd
: jumlah cabang berdiameter lebih dari 2.5 cm yang dipangkas
Σe
: jumlah cabang yang kulitnya rusak akibat pemangkasan (Arifin, 2007). Selanjutnya data dihitung dengan menggunakan analisis stastistik
sederhana yaitu rata-rata dari keberhasilan pemangkasan berdasarkan perbedaan usia, jenis kelamin pemangkas, serta alat pangkas yang digunakan. Kemudian dibandingkan dengan nilai keberhasilan pemangkasan beberapa tahun sebelumnya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya peningkatan atau penurunan dengan menggunakan software statistik SAS untuk uji t-student. Kemudian dari data rotasi pemangkasan dan curah hujan serta produksi antara tanaman yang dipangkas dan tidak dipangkas akan dianalisis secara deskriptif pengaruh dilakukannya pemangkasan terhadap produksi kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah.
17
KEADAAN UMUM Letak Geografis Kebun PT Rumpun Sari Antan I terletak di Desa Kutasari, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Jarak kebun 45 km dari Kecamatan Cipari dan 80 km dari kota Kabupaten Cilacap. Kebun PT Rumpun Sari Antan I sebelah utara berbatasan dengan PTPN IX Kawung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Mekarsari, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cidadap, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sidasari. Peta wilayah Kebun PT Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keadaan Tanah dan Iklim Kebun PT Rumpun Sari Antan I terletak pada ketinggian 20-90 m diatas permukaan laut dengan jenis tanah podzolik merah kuning, topografi berombak sampai bergelombang, lereng 0-10 %, dengan pH tanah berkisar antara 5.0 hingga 6.2. Data curah hujan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 2001-2010 dapat dilihat pada Lampiran 2. Rata-rata curah hujan Kebun Rumpun Sari Antan I tahun 2000-2010 sebesar 2 550 mm/thn dengan rata-rata bulan basah 7.9 bulan dan bulan kering 3 bulan dan memiliki tipe iklim C berdasarkan klasifikasi Schmidth-Fergusson.
Luas Areal dan Tataguna Lahan Luas areal Kebun Rumpun Sari Antan I adalah
1 050.3 ha dengan
komoditas yang diusahakan adalah kakao (TM) seluas 465.91 ha, dan karet (TBM 1-5) seluas 374.41 ha.yang terbagi atas 3 afdeling yaitu Afdeling A, B, dan C. Awalnya Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki lima afdeling yaitu Afdeling A, B, C, D, dan E. Namun, produksi dan nilai kakao yang berfluktuasi menyebabkan perusahaan mengambil tindakan efisiensi yaitu dengan melakukan penggabungan
18 afdeling. Afdeling A dan B menjadi Afdeling A, Afdeling C dan D menjadi Afdeling B, dan Afdeling E menjadi Afdeling C. Areal lainnya merupakan areal cadangan yang terdiri dari areal kering dan sorjan / genangan serta areal non produktif yang terdiri dari emplasment, jalan, sungai, dan mata air. Luas areal dan tataguna lahan Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2011 Afd.
A B C Total
Areal Produktif Areal Non Produktif Luas Cadangan Mata Areal Kakao Karet Emplasment Jalan Sungai Sorjan / Air Genangan Kering …………………………...……………...(ha)………………………………………… 127.48 23.93 78.07 46.40 5.84 6.81 0.90 0 289.43 224.18 180.91 5.15 13.02 7.36 14.45 0 4.70 449.77 114.25 169.57 7.79 11.25 1.20 7.01 0 0 311.07 465.91 374.41 91.01 70.67 14.40 28.27 0.90 4.70 1050.27
Sumber : Arsip Kantor Induk Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun 2011
Keadaan Tanaman dan Produksi Tipe kakao yang ditanam di Kebun PT Rumpun Sari Antan I adalah tipe Criollo dan Forastero. Bahan tanam berupa benih hibrida dari PT. London Sumatra yang ditanam mulai dari tahun 1990 sampai 1994. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 2.5 m. Populasi tanaman secara keseluruhan pada tahun 2011 hanya 271 523 yaitu 43.72 % dari populasi normal yang seharusnya 621 200 tanaman. Penurunan jumlah populasi tanaman kakao disebabkan oleh banyaknya tanaman yang telah tidak produktif, kering, atau mati sehingga dilakukan penebangan. Awalnya tanaman naungan yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Albizzia sp., kelapa, lamtoro, dan gamal. Namun, saat ini sebagian besar telah ditebang terutama Albizzia sp. sehingga saat ini areal pertanaman kakao tidak memiliki tanaman naungan. Rata-rata produksi biji kakao kering dari tahun 2004-2010 adalah 423 188 kg dengan produktivitas 610.92 kg/ha. Produksi dan produktivitas tertinggi terdapat pada tahun 2005 sebesar 724 180 kg dan 820.33
19 kg/ha. Produksi terendah pada tahun 2010 sebesar 267 400 kg dan produktivitas terendah terdapat pada tahun 2006 sebesar 519.29 kg/ha. Produksi dan produktivitas biji cokelat basah dan kering di Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Rumpun Sari Antan I dipimpin oleh seorang administratur yang dibantu oleh tiga orang asisten afdeling. Asisten afdeling dibantu oleh beberapa mandor yaitu mandor rawat, mandor hama dan penyakit, mandor panen. Struktur organisasi Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Lampiran 5. Tenaga kerja di Kebun PT Rumpun Sari Antan I terbagi menjadi empat bagian yaitu staf, non staf, pekerja harian tetap (PHT), dan karyawan harian lepas (KHL) dengan 6 jabatan yaitu tanaman, administrasi, teknik, pabrik, staf administratur, dan non job. Jumlah staf dan karyawan di Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Staf dan Karyawan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 Jabatan
Staf
Non Staf
PHT
KHL
Total
1.
Tanaman
4
4
23
175
206
2. 3. 4. 5. 6.
Administrasi Teknik Pabrik Staf Administratur Non job
1 1 1
4 5 3 1 -
1 1 5 8 -
10 8 -
6 17 8 17 1
7
17
38
193
255
Total
Sumber : Arsip kantor induk Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun 2011 Karyawan staf terdiri atas administratur, asisten afdeling, kepala tata usaha, kepala teknik, dan eks-administratur. Karyawan non staf meliputi mandor tanaman, mandor teknik, mandor pabrik, kerani I, tata usaha/kerani administrasi, driver, helper teknik, dan Community Development Officer (CDO). Pekerja harian tetap (PHT) meliputi mandor, karyawan rawat, karyawan administrasi, tata usaha/kerani teknik, karyawan pabrik, dan satpam. Sedangkan karyawan harian
20 lepas (KHL) terdiri dari karyawan rawat, karyawan panen, karyawan teknik, dan satpam. Fasilitas umum yang diberikan oleh Kebun Rumpun Sari Antan I meliputi jaminan sosial, tempat ibadah, perumahan, dan keamanan. Selain itu, karyawan juga telah bergabung dalam asuransi tenaga kerja (ASTEK) yang meliputi asuransi kecelakaan, kematian, dan santunan hari tua bagi karyawan bulanan tetap.
21
PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Aspek kegiatan teknis yang dilakukan penulis selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) antara lain pemangkasan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, wiwil, pemanenan, dan pengolahan hasil. Jurnal harian kegiatan penulis selama menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 6.
Pemangkasan Pemangkasan tanaman kakao merupakan kegiatan membuang dan memotong cabang sakit, cabang kering, dan cabang yang tidak produktif yang dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan intensitas cahaya matahari sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman kakao. Cabang yang dibuang adalah cabang kering, cabang sakit, cabang cacing, cabang kipas, dan cabang yang tidak produktif. Cabang kering dapat disebabkan oleh serangan hama Helopeltis antonii sebab tidak adanya buah pada tanaman kakao sehingga hama beralih menyerap nutrisi pada bagian pucuk tanaman hingga mengering. Cabang sakit merupakan cabang yang terserang hama dan penyakit seperti serangan jamur upas (Corticium salmonicolor) serta dililit oleh benalu. Cabang yang dipangkas dapat dilihat pada Gambar 3.
a) b) Gambar 3. Cabang yang Dipangkas, (a) Cabang Sakit dan (b) Cabang Kering Alat pangkas yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah cungkring, gergaji pangkas, dan golok (Gambar 4). Cungkring merupakan alat panen tetapi dapat juga digunakan sebagai alat pangkas yaitu untuk memotong
22 cabang yang berdiameter < 2.5 cm. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm. Cungkring dan gergaji pangkas disambungkan dengan galah dan digunakan untuk memangkas cabang yang letaknya tinggi. Sedangkan golok digunakan untuk memotong cabang overlapping atau cabang menggantung yang letaknya rendah ataupun untuk menebas gulma yang menghalangi jalan pekerja. Pekerja yang menggunakan gergaji pangkas cukup sedikit, dari satu kelompok yang berjumlah 20 orang, pekerja yang menggunakan gergaji pangkas hanya 4 orang. Jika pekerja yang menggunakan cungkring hendak memangkas cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm, maka perlu memanggil pekerja yang menggunakan gergaji pangkas, sehingga waktu pemangkasan menjadi tidak efisien. Penggunaan gergaji pangkas diutamakan saat pemangkasan produksi, karena banyak cabang-cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm yang harus dipangkas.
Gambar 4. Alat Pangkas yang Digunakan, Golok, Gergaji Pangkas, dan Cungkring Ketajaman alat pangkas berpengaruh terhadap kualitas pemangkasan, kurang tajamnya alat pangkas akan menyebabkan kulit cabang rusak atau terkelupas. Terkadang pekerja juga memangkas cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm yang tidak produktif dengan cungkring karena terlalu tinggi untuk dipangkas menggunakan golok sehingga mengakibatkan rusaknya kulit cabang. Kulit cabang yang rusak dan terkelupas akan memerlukan waktu lama dan menyerap nutrisi yang banyak untuk pemulihan, sehingga produksi buah menjadi terhambat. Selain itu kulit cabang yang terkelupas juga dapat disebabkan kurangnya keterampilan pemangkas dalam menggunakan alat.
23 Penulis melakukan kegiatan pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I selama 5 hari dengan 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Prestasi Kerja KHL, Penulis, dan Standar Perusahaan untuk Aspek Teknis di Kebun Rumpun Sari Antan I
Kegiatan
Afdeling
Pemangkasan Pengendalian Gulma Pengendalian HPT Wiwil
C C C B C B C
Pemanenan
Rata-rata Prestasi Kerja Ha/HK Standar Karyawan Penulis Perusahaan 0.25 0.27 0.20 0.67 0.50 0.25 1.00 3.94 2.26 2.50 2.53 0.96 2.50 1.76 0.45 25.00 35.05 10.25 25.00 39.00 5.00
Pengendalian Gulma Gulma
pada
perkebunan
menimbulkan
berbagai
masalah,
yaitu
berkompetisi dengan tanaman yang dibudidayakan terhadap penyerapan sumber daya, mempersulit pemeliharaan tanaman, sebagai inang hama dan penyakit tumbuhan,
menurunkan
kualitas
dan
kuantitas
hasil
tanaman,
hingga
mengakibatkan kerugian finansial. Pengendalian gulma dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah jalan pekerja saat pemeliharaan tanaman dan panen serta sebagai tindakan sanitasi karena gulma dapat menjadi inang perantara bagi hama dan penyakit tanaman kakao. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah pengendalian gulma secara manual dan kimiawi. Pekerja menggunakan golok dan sabit sebagai alat dalam pengendalian gulma manual dengan metode babad
dumpes
yang
bertujuan untuk
mempermudah jalan.
Sedangkan
pengendalian gulma kimia menggunakan herbisida dan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan September. Gulma yang ditemui di areal pertanaman kakao Kebun Rumpun Sari Antan I antara lain dari golongan rumput, daun lebar dan teki-tekian. Chromolaena odorata (kirinyuh), Ageratum conyzoides (babadotan), Mikania
24 micranta, alang-alang, Setaria plicata, Keladi-keladian, dan Mimosa pudica (putri malu) adalah beberapa jenis gulma yang terdapat di Kebun Rumpun Sari Antan I. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 liter berisi herbisida dengan bahan aktif Isopropilamina Glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 360 g/l. Herbisida tersebut merupakan herbisida sistemik purna tumbuh, berwarna cokelat kekuningan, berbentuk larutan dalam air, berfungsi untuk mengendalikan gulma alang-alang, gulma berdaun lebar, dan gulma berdaun sempit. Dosis herbisida yang digunakan adalah 1.5 l/ha, dengan konsentrasi 0.6 % dan volume semprot 250 l/ha. Nozzle yang digunakan adalah VLV 200 yang terbuat dari plastik dan tembaga berwarna kuning keemasan. Sebelum digunakan untuk penyemprotan, herbisida terlebih dahulu dicampur detergen dengan takaran 1 gram detergen/liter herbisida. Tujuan dari pencampuran detergen ini adalah sebagai perekat agar herbisida tetap menempel pada permukaan daun hingga diserap oleh gulma. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia Penyemprotan dilakukan di antara barisan tanaman kakao oleh satu orang sehingga tenaga kerja berbaris pada tiap antar barisan tanaman dan penyemprotan dilakukan bersamaan agar gulma yang disemprot tepat sasaran dan tidak ada yang tertinggal. Hasil semprotan dapat terlihat setelah 3-6 hari setelah penyemprotan. Gulma yang telah disemprot akan berwarna kecokelatan, tapi bila masih terdapat belang-belang hijau berarti penyemprotan tidak dilakukan secara merata.
25 Banyaknya jenis gulma dan penggunaan herbisida yang hanya satu jenis menyebabkan tidak keseluruhan gulma dapat dikendalikan. Selain itu, kondisi gulma yang telah berbunga karena keterlambatan pengendalian gulma secara kimia dan tingginya curah hujan saat pengendalian mengakibatkan herbisida yang digunakan juga tidak efektif, walaupun dosis penggunaan telah ditingkatkan. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimia selama satu hari dengan 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pengendalian gulma dapat dilihat pada Tabel 6.
Pengendalian Hama dan Penyakit Hama utama yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Helopeltis antonii, dan penyakit utama adalah busuk buah kakao yang disebabkan Phytopthora palmivora. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan rotasi minimal dua kali dalam satu bulan. Pengendalian hama dan penyakit di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida dan fungisida. Aplikasi penyemprotan insektisida menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 liter, tetapi untuk penyemprotan hanya diisi sebanyak 10 liter. Stick yang digunakan pada knapsack sprayer adalah stick panjang dengan tujuan agar mudah menjangkau buah terserang yang letaknya tinggi. Sedangkan alat untuk penyemprotan fungisida adalah mist blower berkapasitas 12 liter yang hanya diisi 10 liter untuk penyemprotan. Aplikasi mist blower menggunakan bahan bakar bensin sebanyak 1.5 liter dengan campuran oli. Perbandingan penggunaan bensin dan oli adalah 1 liter oli untuk 20 liter bensin. Insektisida yang digunakan untuk pengendalian Helopeltis antonii adalah bahan aktif Sipermetrin 30 g/l yang merupakan insektisida kontak. Insektisida dengan bahan aktif Sipermetrin 30 g/l merupakan insektisida berbentuk cairan berwarna jernih dengan dosis 0.4 l/ha, konsentrasi 0.1 % dengan volume semprot 400 l/ha. Selain Sipermetrin 30 g/l, juga digunakan bahan aktif Altaimetrin 15 g/l untuk pengendalian Helopeltis antonii. Insektisida berbahan aktif Altaimetrin 15 g/l adalah insektisida racun kontak, racun lambung berbentuk pekatan yang dapat
26 diemulsikan berwarna jernih kekuningan. Dosis yang digunakan 0.4 l/ha, konsentrasi 0.1 % dan volume semprot 400 l/ha. Beberapa tahun sebelumnya, insektisida bahan aktif Altaimetrin 15 g/l juga digunakan untuk pengendalian hama Zeuzera coffeae yang menggerek batang kakao dan banyak menimbulkan kematian cabang sekunder. Aplikasi penyemprotan tidak dilakukan ke seluruh bagian tanaman tetapi bersifat selektif yaitu hanya dilakukan pada buah yang telah ataupun baru terserang hama., sehingga insektisida lebih efisien dalam penggunaan dan tepat sasaran. Alat yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 6. Fungisida yang digunakan untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao memiliki kandungan bahan aktif Mankozeb 80 yang merupakan fungisida protektif
berbentuk
tepung
berwarna
kuning
keabu-abuan
yang
dapat
disuspensikan. Dosis fungisida 0.4 kg/ha, konsentrasi 0.2 %, dan volume semprot 200 l/ha.
a)
b)
Gambar 6. Alat untuk Pengendalian Hama dan Penyakit. (a) Mist Blower (b) Knapsack Sprayer Penyemprotan hama dan penyakit dengan menggunakan mist blower mencampurkan bahan aktif Altaimetrin 15 g/l dengan Mankozeb 80 atau mencampurkan Sipermetrin 30 g/l dengan Mankozeb 80. Pencampuran bahan ini dilakukan karena banyaknya serangan Helopeltis antonii pada pucuk tanaman yang tidak dapat dijangkau jika penyemprotan dengan knapsack sprayer. Pengendalian hama penggerek buah kakao/PBK (Canopomorpha cramerella
27 Snell.) juga dilakukan dengan menggunakan Petrogenol 800 L sebagai atraktan. Petrogenol 800 L merupakan cairan dengan kandungan bahan aktif Metil eugenol 800 g/l. Atraktan diteteskan pada kapas sebanyak 0.125-0.25 ml tetapi tidak menetes kemudian dimasukkan ke dalam tabung perangkap yang digantung pada dahan setinggi 2-3 m dari permukaan tanah. Selain pengendalian secara kimia, kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara membuang buah-buah busuk yang terserang Phytopthora palmivora, jamur, maupun buah yang telah dimakan oleh tupai atau tikus (cumplung). Kegiatan pengambilan buah busuk ini juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemangkasan dan panen. Gambar 7 adalah gambar gejala serangan hama dan penyakit pada kakao.
a)
b)
c)
d)
e)
Gambar 7. Hama dan Penyakit Kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I. (a) Gejala Helopeltis antonii (b) Cumplung (c) Zeuzera sp. (d) Gejala Phytophtora palmivora (e) Penggerek Buah Kakao. Aplikasi penyemprotan dilakukan per baris agar tidak ada tanaman yang terlewat dan belum disemprot. Barisan tanaman yang telah disemprot dengan mist blower berisi campuran fungisida dan insektisida tidak disemprot lagi dengan knapsack sprayer berisi insektisida, agar penggunaan bahan lebih efisien. Pengendalian hama dan penyakit juga harus sejalan dengan tim Early Warning System (EWS) yaitu tim yang melakukan pendeteksian perkembangan hama dan penyakit sejak dini di masing-masing afdeling. Tim EWS berada di bawah koordinator HPT dan harus dapat berkoordinasi dengan mandor HPT. Tim EWS menyarankan kepada mandor HPT tentang blok yang harus didahulukan untuk dilakukan pengendalian hama dan penyakit berdasarkan intensitas dan luas serangan hama dan penyakit di setiap blok dengan rumus berikut: Intensitas Serangan =
jumlah tanaman sampel yang terserang × 100 % total tanaman sampel
28 Luas Serangan = Intensitas Serangan × Luas total blok yang diamati Jumlah tanaman sampel yang diambil adalah 5 % dari total tanaman dalam setiap blok yang diamati. Kegiatan EWS pun dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan dengan rotasi pertama untuk pengendalian HPT rotasi kedua bulan tersebut. Rotasi kedua EWS dilakukan untuk pengendalian HPT rotasi pertama bulan berikutnya. Penulis melakukan pengendalian hama dan penyakit selama satu hari di afdeling C selama 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 6.
Wiwil Wiwil merupakan kegiatan pembuangan tunas-tunas air (chupon) yang berada di sekitar cabang tanaman kakao. Wiwil dilakukan dengan menggunakan tangan karena tunas air mudah untuk dilepaskan dari cabang. Namun, terkadang untuk mencapai target maka karyawan menggunakan golok untuk memangkas tunas air, hal ini yang sering menyebabkan kulit cabang terkelupas. Tunas air yang seharusnya diwiwil dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Tunas Air yang Seharusnya Diwiwil Tunas air dapat terbentuk lebih banyak akibat pemangkasan, sehingga Kebun Rumpun Sari Antan I menerapkan rotasi wiwil minimal dua kali dalam satu bulan. Apabila di lapangan terdapat tunas air dengan kondisi daun yang sudah berwarna hijau atau lentur ke bawah menandakan terlambatnya rotasi wiwilan. Terkadang tunas air yang berjarak 50 cm dari pangkal batang dibiarkan tidak
29 diwiwil dan dipelihara dengan tujuan untuk menggantikan cabang yang sudah tidak produktif lagi. Standar perusahaan untuk prestasi kerja wiwil adalah 2.5 ha/HK. Prestasi kerja kegiatan wiwil dapat dilihat pada Tabel 6.
Pemanenan Proses budidaya pada tanaman kakao dilakukan dengan tujuan utama adalah memperoleh produksi buah dan biji kakao basah yang tinggi, berkualitas, dan berkelanjutan yang disebut kegiatan pemanenan. Buah kakao umumnya dapat dipanen sekitar 5-6 bulan dari masa pembungaan. Mengetahui periode kemasakan buah kakao dapat menggunakan rumus berikut N = 2 500 / (T-9) Keterangan: N
= Periode kemasakan buah kakao setelah penyerbukan (hari)
T
= Suhu harian rata-rata (°C) Pemanenan dilakukan dengan cara pemetikan buah kakao yang sudah
matang dan dicirikan dengan perubahan warna pada kulit buah. Buah kakao tipe Criollo pada waktu muda berwarna merah dan ketika matang berwarna kuning jingga sedangkan buah kakao tipe Forastero yang berwarna hijau pada saat muda akan berubah warna menjadi kuning saat tua. Perubahan warna dapat dilihat pada Gambar 9.
(a) (b) Gambar 9. Perubahan Warna Buah Kakao (a) Buah Tipe Forastero Saat Muda (Kiri) dan Tua (Kanan), (b) Buah Tipe Criollo Saat Muda (Kiri) dan Tua (Kanan) Pemanenan buah kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan sepanjang tahun dengan rotasi panen per blok rata-rata 5-8 hari sekali. Beberapa
30 tahun sebelumnya, terdapat panen raya yaitu pada bulan April hingga Mei yang ditandai dengan peningkatan produksi secara besar-besaran. Namun, disebabkan sepanjang tahun 2010 terjadi hujan terus menerus tanpa musim kemarau maka pada bulan April dan Mei 2011 tidak terjadi panen raya. Sebelum panen, mandor panen telah melakukan persiapan dengan cara pembagian hanca panen. Pembagian luas hanca berbeda setiap harinya bergantung pada kerapatan panen buah kakao. Apabila kerapatan buah panen tinggi maka hanca panen dipersempit, dan sebaliknya bila kerapatan panen rendah maka hanca diperluas. Penentuan blok yang dipanen juga berdasarkan kerapatan panen tiap blok. Blok dengan kerapatan panen tinggi akan didahulukan untuk dipanen karena buah yang terlambat dipanen akan menurunkan kualitas biji dan rentan terserang hama tikus atau tupai. Contoh perhitungan kerapatan panen di Afdeling B adalah sebagai berikut: Blok B9 Luas
: 17.70 ha
Populasi
: 8 877 tanaman
Sampel
: 887 tanaman
Indeks biji
: 15 pod/kg BCB
Jumlah buah pada tanaman sampel : 252 buah (pod) Standar panen/HK
: 25 kg
Kerapatan Panen (KP) = =
jumlah buah sampel 100 % jumlah tan aman sampel
252 pod 100 % 28.41 % 887 tanaman
Biji Cokelat Basah (BCB) yang dipanen =
=
KP jumlah populasi total indeks biji
28.41 % 8877 tanaman 168 kg 15
Biji Cokelat Kering (BCK) yang diperoleh = BCB × Rendemen = 168 kg × 38 % = 63.8 kg
31 Kebutuhan tenaga pemanen =
=
Luas Hanca =
BCB yang dipanen standar panen/HK 168 kg 6.72 orang 7 orang 25 kg/orang
Luas blok yang akan dipanen Kebutuhan tenaga pemanen
=
17.70 ha 7 orang
= 2.5 ha/orang
Pemanenan buah kakao dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja per hanca panen dalam satu blok dengan menggunakan alat panen yaitu cungkring, golok, dan karung. Buah dipanen dengan menggunakan cungkring yang tajam. Saat pemetikan buah diusahakan tidak ada tangkai buah bahkan pangkal buah yang tertinggal di batang pohon kakao ataupun batang yang rusak dan terluka karena dapat menyebabkan bunga tidak dapat tumbuh kembali di tempat tersebut. Buah yang dipetik kemudian dimasukkan ke dalam karung dan ditumpuk di suatu tempat. Selesai
pemetikan,
kemudian
dimulai
pemecahan
buah
dengan
menggunakan golok. Pemecahan dilakukan dengan hati-hati agar biji tidak terbelah. Setelah pemecahan, biji beserta pulpnya dilepaskan dari plasenta dan dimasukkan ke dalam karung. Pemisahan karung dilakukan untuk biji yang sehat dan biji yang terserang hama dan penyakit yaitu penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit busuk buah. Karung berisi biji kakao basah diletakkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) pada blok lokasi panen untuk kemudian ditimbang dan diangkut ke pabrik untuk dilakukan pengolahan hasil. Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 10.
a) b) c) Gambar 10. Kegiatan Pemanenan. (a) Pengambilan Buah, (b) Pemecahan Buah, (c) Penimbangan BCB oleh Mandor Panen
32 Kulit buah sisa pemecahan ditumpuk di suatu tempat agar menjadi sumber bahan organik. Kulit buah sisa pemecahan seharusnya dikubur agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit, tetapi tenaga kerja panen hanya menumpuk kulit buah di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Saat pemanenan banyak buah yang tidak bisa dipanen akibat telah terkena serangan tikus dan menjadi cumplung. Buah yang terserang harus dibuang agar tidak menjadi sumber penyakit dan tidak dianggap sebagai buah tertinggal. Apabila masih terdapat biji sehat di dalam cumplung maka buah tetap dipanen dan dimasukkan ke dalam karung untuk dikumpulkan bijinya agar tidak menjadi losses. BCB yang dikumpulkan di TPH kemudian ditimbang oleh mandor panen dan dicatat hasil per orang pemanen. Standar panen Kebun Rumpun Sari Antan I adalah minimal 25 kg BCB per orang pemanen. Di Afdeling C diterapkan sistem borongan yaitu menetapkan harga per kg BCB, sehingga bila pemanen telah mencapai dan menyelesaikan hanca panen, maka pemanen dapat pulang terlebih dahulu walaupun belum mencapai satu hari kerja dan mendapatkan upah sesuai dengan jumlah kg BCB yang diperoleh. Mandor panen juga membuat Surat Pengantar Buah yang berisi keterangan jumlah pemanen, blok yang dipanen, jumlah karung panen, bobot BCB dari kebun, dan rencana panen esok hari. Surat pengantar buah diantarkan bersama dengan BCB ke pabrik untuk penghitungan BCB di pabrik. Penulis melakukan kegiatan panen selama 3 hari dengan 5 jam kerja/hari di dua afdeling yaitu Afdeling B dan C. Prestasi kerja untuk kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Tabel 6.
Pengolahan Hasil Pengolahan hasil Biji Cokelat Basah (BCB) di pabrik dimulai dari BCB yang diterima pabrik, setelah ditimbang bobotnya kemudian diambil sampel per afdeling minimal 5 kg untuk analisis BCB. Beberapa kriteria analisis BCB antara lain seperti pada Tabel 7.
33 Tabel 7. Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Basah (BCB)
Afdeling
A1 A2 B1 B2 C Rata-rata
Kriteria Analisis Biji Cokelat Basah (BCB) Biji Biji Biji Biji Plasenta Mentah Phytopthora Berkecambah Terpotong Standar Maksimal Perusahaan (%) 0.40 0.30 0.35 0.10 0.20 1.06 1.30 36.72 0.44 0.34 0.98 0.55 22.35 0.05 0.40 2.23 0.15 12.60 0.00 0.30 2.33 0.10 17.17 0.15 0.25 1.85 0.05 15.88 0.09 0.24 1.69 0.43 20.94 0.15 0.31
Sumber : Hasil analisis BCB pabrik Rumpun Sari Antan I tanggal 31 Mei 2011
Hasil analisis BCB per afdeling dicatat di surat pengantar buah yang dikirimkan bersama dengan pengangkutan BCB dari kebun ke pabrik. Biji cokelat basah kemudian dimasukkan ke dalam kotak fermentasi tingkat pertama dan dicatat pada papan monitor mulai dari bobot, nomor kotak fermentasi, tanggal pemasukkan, pembalikan, hingga penghentian fermentasi dalam kotak. Biji cokelat basah dalam pengolahannya diperlukan proses fermentasi yang merupakan tahapan untuk menjamin dihasilkannya cita rasa cokelat yang baik serta pengurangan rasa sepat dan pahit. Proses fermentasi di Kebun Rumpun Sari Antan I menggunakan kotak dangkal dua tingkat yang terbuat dari kayu (Gambar 11). Tujuan penggunaan kotak kayu adalah agar tidak terjadi oksidasi antara pulp biji kakao basah dengan logam karena dapat menimbulkan warna kebirubiruan pada pulp. Kotak fermentasi memiliki dua tingkat dengan tiap tingkat berukuran 2 m x 1.25 m x 0.4 m dan berkapasitas 900 kg. Sekeliling tiap kotak memiliki lubang-lubang kecil dengan jarak 10 cm dan berdiameter 1 cm yang bertujuan untuk mengeluarkan cairan dan sirkulasi udara.
34
Gambar 11. Kotak Fermentasi Dua Tingkat Lama waktu fermentasi yang dilakukan di Rumpun Sari Antan I adalah empat hari. Pembalikan atau pengadukkan dilakukan dua hari setelah pemasukkan BCB ke dalam kotak fermentasi. Cara pembalikan adalah dengan membuka sekat antara kotak pertama (atas) dan kedua (bawah) kemudian pemindahan BCB dari kotak tingkat pertama ke kotak tingkat dua. Tujuan dari pembalikan atau pengadukkan saat fermentasi adalah untuk menyeragamkan aerasi udara antara biji cokelat dalam kotak fermentasi dan agar tidak terjadi penggumpalan beberapa biji cokelat yang berada di bagian bawah tumpukan dalam kotak. Setelah fermentasi selama empat hari, biji cokelat telah terfermentasi dengan tanda-tanda biji kakao sudah tampak kering lembab, berwarna cokelat, berbau asam cuka, dan lendir yang melekat pada biji sudah mudah dikupas. Biji cokelat fermentasi pada kotak tingkat kedua dikeluarkan dan dipindahkan dengan menggunakan gerobak kayu ke lantai jemur. Lantai jemur berukuran 30 m x 3 m dan berkapasitas 2 000 kg dan terbuat dari semen. Selain lantai jemur, terdapat juga anjang-anjang yaitu meja pengeringan yang terbuat dari bambu berukuran panjang 35 m, lebar 0.8 m, dan kapasitas 600 kg. Lantai jemur dan anjang-anjang merupakan tempat untuk pengeringan biji cokelat hasil fermentasi dengan bantuan panas sinar matahari. Namun, dikarenakan produksi biji cokelat masih sedikit maka untuk proses pengeringan matahari hanya lantai jemur yang digunakan. Gambar 12 adalah tempat pengeringan biji cokelat dengan sinar matahari.
35
a) b) Gambar 12. Tempat Pengeringan Biji Cokelat dengan Sinar Matahari, (a) Pengeringan di Lantai Jemur, (b) Anjang-anjang Pengeringan di lantai jemur dilakukan selama 2-3 hari bergantung pada cuaca dan produksi. Cuaca panas atau produksi tinggi maka pengeringan hanya selama dua hari, dan saat cuaca mendung atau produksi rendah maka waktu pengeringan di lantai jemur lebih lama maksimal tiga hari. Biji cokelat fermentasi dihamparkan di lantai jemur dengan ketebalan tumpukan maksimal tiga biji atau 10 kg/m2. Selama pengeringan, dilakukan pemisahan biji yang menggumpal (kempel) juga dilakukan pembalikan biji di lantai jemur dengan sekop kayu setiap dua jam. Pengeringan di lantai jemur selama dua hari dilakukan untuk menurunkan kadar air biji cokelat hingga 20 %. Kemudian, untuk menurunkan kadar air biji cokelat hingga 7 %, biji kakao di lantai jemur dipindahkan ke Samoan drier untuk pengeringan secara mekanis menggunakan panas api (Gambar 13).
Gambar 13. Pengeringan secara Mekanis menggunakan Samoan Drier Samoan drier merupakan sebuah bak yang terbuat dari tembok dengan alas plat aluminium yang diberi lubang-lubang dan dibawah plat tersebut terdapat
36 drum besi memanjang yang dipanasi dengan dapur api di bagian luar salah satu sisinya. Samoan drier berukuran panjang 7-8 m, lebar 3 m, tinggi dari plat aluminium 0.4 m, dan berkapasitas 5-6 ton. Saat cuaca baik, pengeringan biji cokelat fermentasi dilakukan di lantai jemur selama dua hari dan dilanjutkan selama tiga hari di Samoan drier. Saat musim hujan, proses pengeringan biji cokelat fermentasi tidak melalui lantai jemur melainkan langsung dimasukkan ke dalam Samoan drier. Pengeringan awal dengan Samoan drier dilakukan dengan suhu pemanasan 40° C untuk mencapai kadar air 20 %. Selama proses pengeringan awal dilakukan monitoring kadar air dan pertumbuhan jamur.Pembalikan biji cokelat yang dikeringkan di Samoan drier dilakukan setiap dua jam. Pengecekan Samoan drier juga dilakukan sebelum dan setelah digunakan agar tidak terjadi kebocoran api pada drum yang dapat menyebabkan kebakaran. Setelah kadar air mencapai 20 %, suhu pemanasan dinaikkan hingga 60° C untuk mencapai kadar air maksimal 7 %. Hasil monitoring awal dan akhir dicatat dalam papan monitor dan form monitoring proses pengeringan. Setelah proses pengeringan selesai maka dilakukan analisis biji cokelat kering dan selanjutnya dilakukan proses sortasi, pengemasan, hingga penyimpanan. Analisis biji cokelat kering dilakukan dengan mengambil sampel biji hasil pengeringan dengan Samoan drier sebanyak 1 kg. Kemudian dihitung jumlah biji per 100 gram, selanjutnya dipisahkan antara kotoran, dan biji pipih untuk dihitung bobotnya. Biji cokelat lalu dipisahkan sebanyak 100 biji untuk di uji dengan membelah keping biji menjadi dua bagian dengan menggunakan gunting (cut-test) dan dihitung dengan kriteria biji mouldy yaitu biji berjamur, biji slaty yaitu biji tidak terfermentasi, biji purple yaitu biji yang terfermentasi sebagian, dan biji berserangga dengan standar maksimum perusahaan seperti pada Tabel 8. Selanjutnya dicatat dan dikemas menjadi BCK sampel hasil analisis.
37 Tabel 8. Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Kering (BCK) Kriteria Analisis Biji Cokelat Kering (BCK) Mouldy Slaty Purple Biji Berserangga
Standar Maksimal Perusahaan (%) 2.0 3.0 8.0 1.0
Hasil Analisis BCK Pabrik Tanggal 17 April 2011 (%) 1.0 2.0 6.0 0.0
Sortasi yang dilakukan setelah dari Samoan drier adalah sortasi mekanis dan manual. Sortasi mekanis menggunakan mesin ayakan silinder berputar (Gambar 14) kapasitas 500 kg/jam untuk memisahkan antara grade IA, IC, dan UG. Grade IA memiliki jumlah biji kurang dari 85 biji per 100 gram. Grade IC memiliki jumlah biji 111 sampai 120 biji per 100 gram dan bila jumlah biji per 100 gram lebih dari 120 maka termasuk grade UG. Biji kempel dan pipih juga termasuk ke dalam grade UG. Sortasi manual dilakukan untuk memisahkan biji pipih dan kotoran pada grade IC agar dapat memperoleh grade IA.
Gambar 14. Mesin Sortasi Biji Cokelat Kering (BCK) Setelah sortasi maka dilakukan pengemasan dengan bobot satu karung BCK adalah 62.5 kg dan diberikan label dengan rincian nomor karung dan nama perusahaan yang memproduksi BCK tersebut. Karung yang telah diisi dan dijahit rapat disimpan dalam gudang yang selalu dijaga kebersihan dan aerasi udaranya maksimal lima karung pada satu tumpukan agar tidak merusak BCK.
Aspek Manajerial Aspek manajerial yang dilakukan penulis selama magang adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling. Jurnal harian kegiatan
38 penulis selama menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
Pendamping Mandor Kegiatan di lapangan selain didukung oleh aspek teknis juga ditentukan oleh aspek manajerial. Salah satunya adalah peran mandor untuk pengawasan kegiatan di lapang agar tidak terjadi penyimpangan. Setiap afdeling di Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki mandor rawat, mandor HPT, dan mandor panen. Tugas utama mandor adalah mengawasi kegiatan di kebun sesuai dengan tanggung jawabnya. Pekerjaan pengawasan mandor dimulai dari sebelum hingga setelah bekerja. Sebelum bekerja, mandor memimpin apel pagi dari pukul 05.3006.00 WIB dengan kegiatan absensi karyawan, evaluasi kegiatan hari kemarin, pengarahan kegiatan yang akan dilakukan hari ini, pembagian hanca, pemeriksaan alat dan material, motivasi, dan berdoa. Apel pagi dihadiri oleh karyawan harian lepas (KHL), pekerja harian tetap (PHT), mandor, dan asisten afdeling. Mandor di Kebun Rumpun Sari Antan I bekerja mulai pukul 06.00-12.00 WIB dengan satu jam istirahat. Mandor melakukan pengawasan pekerjaan dengan tujuan untuk mencapai standar dan target perusahaan. Selama pengawasan, mandor mengamati kinerja pekerja, dan menegur serta memberikan pengarahan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Mandor juga melakukan pengawasan waktu karena kedisiplinan dan ketepatan waktu merupakan hal yang ditekankan di Kebun Rumpun Sari Antan I. Waktu yang terbuang percuma akan menurunkan prestasi kerja serta terhambatnya pencapaian target. Selama menjadi pendamping mandor, penulis diajari untuk mengenali karakteristik karyawan yang berbeda, mengatur karyawan, menegur dan memberikan instruksi yang baik dan benar saat terjadi kesalahan di kebun kemudian dianalisis untuk didiskusikan bersama mandor dan asisten afdeling. Penulis juga diberikan kepercayaan untuk mengawasi kegiatan di lapang seperti pemangkasan, pengendalian HPT, serta panen. Penulis bekerja sebagai pendamping mandor HPT selama 11 hari, rata-rata jumlah karyawan yang diawasi 3 orang/hari dengan luas areal yang diawasi 9.99 ha/hari. Sebagai pendamping mandor rawat selama 7 hari, rata-rata jumlah
39 karyawan yang diawasi 8 orang/hari dengan luas areal yang diawasi 1.10 ha/hari. Sebagai pendamping mandor panen selama 9 hari dengan rata-rata jumlah karyawan yang diawasi 6 orang/hari dan luas areal yang diawasi 9.29 ha/hari. Panen. Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen dimulai dari sebelum panen dilakukan yaitu diajari menghitung kerapatan panen blok yang akan dipanen hari ini. Kemudian menentukan jumlah hanca dan tenaga panen, membantu mengecek peralatan panen dan belajar cara memberitahu tenaga panen tentang hanca mereka masing-masing berdasarkan batas-batas umum yang ada di kebun (aliran air, jalan, dan pohon penaung) serta lokasi tempat pengumpulan hasil biji cokelat basah (BCB) untuk siap diangkut ke pabrik. Sebelum mengawasi, mandor panen melaporkan pada asisten afdeling jumlah tenaga panen hari ini dan blok lokasi pemanenan dan kesesuaiannya pada rotasi dan target di rencana kerja. Selain mengawasi kegiatan panen, mandor panen juga melakukan tinjauan blok yang akan dipanen esok hari untuk mengetahui kerapatan panennya. Penulis juga membantu mandor panen untuk mengecek jika ada buah yang tertinggal dan menegur tenaga panen di hanca tersebut. Mandor panen juga berkoordinasi dengan asisten afdeling dan supir mobil pengangkut hasil mengenai lokasi pengumpulan BCB hari ini. Setelah BCB dikumpulkan, mandor panen mengecek kondisi BCB dan menegur tenaga panen jika terdapat plasenta yang masih belum terbuang atau BCB sehat yang tercampur dengan BCB yang terserang penyakit dalam satu karung karena hal ini akan menurunkan kualitas BCB dari kebun. Kemudian penulis membantu mandor panen menimbang BCB dan mencatat hasil yang diperoleh setiap tenaga panen. Hasil total BCB, jumlah tenaga panen (HK), jumlah karung, dan estimasi panen untuk esok hari dicatat oleh mandor panen pada Surat Pengantar Buah (Lampiran 9) dan dititipkan pada supir untuk diserahkan kepada mandor pabrik. Siang hari, penulis dan mandor panen mengawasi penimbangan BCB di pabrik agar tidak terjadi kesalahpahaman serta menghitung susut bobot BCB dari kebun sampai ke pabrik dengan standar maksimum perusahaan adalah 10 %. Rumus menghitung susut bobot sebagai berikut:
40 Susut Bobot Biji Cokelat Basah =
BCB dari kebun −BCB dari pabrik BCB dari kebun
× 100%
Hasil penimbangan BCB dari pabrik adalah hasil yang diperoleh tenaga panen saat pembayaran upah nantinya. Setelah penimbangan, mandor panen melaporkan kepada asisten afdeling secara rinci jumlah BCB dari kebun, BCB dari pabrik, susut bobot hari ini, estimasi panen esok hari, dan masalah yang terjadi di lapang agar dapat diselesaikan. Pengendalian Hama dan Penyakit. Selama menjadi pendamping mandor hama dan penyakit, penulis dan mandor bekerja sama dengan tim Early Warning System (EWS) untuk mengetahui blok yang harus dikendalikan terlebih dahulu hari ini, serta kesesuaiannya dengan rotasi atau kebutuhan tenaga yang terdapat pada rencana kerja. Sebelum kegiatan dimulai, penulis membantu mandor HPT untuk mengecek kondisi dan jumlah alat serta material insektisida dan fungisida yang akan digunakan. Kemudian penulis belajar caranya membagi tenaga kerja berdasarkan alat. Umumnya, tenaga kerja HPT tiap harinya adalah satu orang menggunakan mist blower, satu orang menggunakan knapsack sprayer, dan satu orang pengangkut air karena aliran air ataupun sumur terletak cukup jauh sehingga jika pengguna alat juga mengambil air maka waktu bekerja menjadi tidak efisien. Jumlah insektisida atau fungisida yang akan digunakan, juga telah diperhitungkan sebelumnya sesuai dengan rencana. Contoh perhitungan jumlah insektisida dan fungisida yang dibutuhkan: Mist blower (kapasitas 10 l) Kebutuhan insektisida Sipermetrin 30 g/l =
10 cc 10 L
× 20 kali penggunaan per hari
= 200 cc/hari Kebutuhan fungisida Mankozeb 80
20 g
= 10 L × 20 kali per hari = 400 g/hari
Kebutuhan bensin dan oli masing-masing 2 l/hari dan 0.1 l/hari Knapsack Sprayer (kapasitas 10 l) Kebutuhan insektisida Sipermetrin 30 g/l =
10 cc 10 L
× 15 kali penggunaan per hari
= 150 cc/hari
41 Kemudian memberitahu tenaga kerja HPT blok/lokasi yang dituju dan arah dari mulai bekerja sampai selesai. Selama kegiatan, penulis membantu mandor mengawasi dan memberitahu atau menegur jika terjadi kekurangan ataupun kesalahan. Saat kegiatan selesai, peralatan dibersihkan dan disimpan kembali di gudang. Penulis membantu mandor untuk mengecek sisa material dan melaporkan pada asisten afdeling jumlah material yang digunakan hari ini serta keperluan untuk esok hari. Permasalahan yang terjadi di lapang seperti kondisi alat, keefektifan material, tingkat serangan hama dan penyakit juga disampaikan pada asisten afdeling agar diperoleh solusinya. Berikut adalah perhitungan realisasi kebutuhan material insektisida dan fungisida Mist blower (kapasitas 10 l) Kemampuan menyemprot satu kali
= 115 tanaman
Satuan pokok per ha (SPH)
=
total tanaman kakao luas total areal produktif kakao
=
271 523 tanaman 465.91 ha
= 583 tanaman/ha Realisasi luas per hari = =
kemampuan menyemprot × penggunaan 𝑚𝑖𝑠𝑡 𝑏𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 per hari SPH 115 tanaman × 20 kali/hari 583 tanaman/ha
= 3.9 ha/hari ≈ 4 ha/hari Realisasi dosis Sipermetrin 30 g/l per ha
=
=
10 cc /10 l ×15−20 kali penggunaan realisasi luas per hari 150−200 cc /hari 4 ha /hari
= 37.5-50 cc/ha Realisasi dosis Mankozeb 80 per ha
=
=
20 g/10 l ×15−20 kali penggunaan realisasi luas per hari 300−400 g/hari 4 ha /hari
= 75-100 g/ha Kebutuhan bensin dan oli masing-masing 1.5-2 l/hari dan 0.075-0.1 l/hari Knapsack Sprayer (kapasitas 10 l) Kemampuan menyemprot satu kali
= 150 tanaman
42 Realisasi luas per hari = =
kemampuan
meny emprot × penggunaan 𝑘𝑛𝑎𝑝𝑠𝑎𝑐𝑘 𝑠𝑝𝑟𝑎𝑦𝑒𝑟 per hari SPH
150 tanaman × 15 kali/hari 583 tanaman/ha
= 3.8 ha/hari ≈ 4 ha/hari Realisasi dosis Sipermetrin 30 g/l per ha
=
=
10 cc /10 l ×10−15 kali penggunaan realisasi luas per hari 100−150 cc /hari 4 ha /hari
= 25-37.5 cc/ha Pemangkasan. Tersedianya tenaga pemangkas bergantung pada tenaga yang digunakan untuk panen dan pengendalian hama dan penyakit pada hari ini. Misal : Jumlah tenaga kerja yang tersedia di lapang = 30 orang Jumlah tenaga panen
= 12 orang
Jumlah tenaga HPT
= 6 orang
Jumlah tenaga pemangkas
= 30-12-6 = 12 orang
Kemudian dilakukan pengecekan jumlah alat dan ketajaman alat pangkas. Selanjutnya memberitahu tenaga pemangkas lokasi yang perlu dipangkas dan batas awal serta target akhir minimal untuk pemangkasan hari ini. Blok yang akan dipangkas adalah blok yang memiliki kondisi tajuk yang rimbun. Hari berikutnya, pemangkas akan melanjutkan blok tersebut jika hari kemarin belum terselesaikan. Jumlah 12 orang tenaga pemangkas dengan standar perusahaan 4 HK/ha maka minimal target yang dipangkas adalah 3 ha walaupun belum tentu sesuai dengan rencana kerja. Realisasi yang tidak mencapai target dikarenakan terbatasnya jumlah tenaga kerja pemangkasan yang tersedia di lapangan serta kondisi lahan yang menyulitkan tenaga kerja. Saat mengawasi, mandor mengajari penulis untuk memperkirakan luas areal yang dipangkas dengan cara menghitung jumlah tanaman ataupun dengan batas-batas areal. Penulis membantu mandor menegur atau memberi pengarahan untuk cabang-cabang yang seharusnya dipangkas dan memperbaiki cara pemangkasan yang salah. Selesai kegiatan, luas areal yang dipangkas, jumlah tenaga pemangkas, dan permasalahan yang terjadi dilaporkan pada asisten afdeling untuk dianalisis dan diselesaikan.
43 Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling memiliki peran utama dan tertinggi di tingkat afdeling. Asisten afdeling bertugas untuk mengkoordinasikan setiap kegiatan di afdeling dengan para mandor, melakukan pengecekan kebutuhan alat dan material untuk kebun yang diperlukan oleh afdelingnya, serta menguasai kondisi dan mengelola afdeling yang menjadi tanggung jawabnya agar dapat mencapai target perusahaan. Setiap afdeling memiliki tiga aset utama yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan dana. Sumber daya alam berhubungan dengan kondisi tanaman, dan iklim. Sumber daya manusia yaitu penggunaan tenaga kerja, sedangkan dana adalah modal penunjang dalam pengadaan material serta upah. Ketiga sumber daya tersebut diharapkan mampu dikelola oleh asisten afdeling dengan baik sehingga dapat memberikan hasil sesuai target yang ingin dicapai. Selama menjadi pendamping asisten afdeling, penulis diajari caranya membuat pengajuan rencana kerja dengan rincian pekerjaan yang akan dilakukan dan target, jumlah tenaga kerja per kegiatan, jumlah material, dan upah tenaga kerja untuk bulan depan. Setelah pengajuan disetujui, maka penulis membantu membuat rincian rencana kerja dan target per hari seperti pada Lampiran 10 dan menyampaikannya kepada mandor. Setiap hari, penulis membantu mengawasi kebun dengan berbagai jenis kegiatan antara lain kegiatan rawat, HPT, dan panen. Saat mandor melaporkan hasil kegiatan maka penulis diajari dan membantu mengisi laporan harian seperti pada Lampiran 11. Selain itu, juga dilakukan pengecekan kebutuhan alat dan material untuk afdeling dan diajukan dengan mengisi bukti permintaan barang (Lampiran 12). Kegiatan di lapang setiap harinya juga dibahas, dianalisis dan diselesaikan bersama dengan mandor dan asisten afdeling. Kegiatan pemupukan dilakukan saat penulis menjadi asisten afdeling. Jenis pupuk untuk tanaman kakao yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Urea, MOP, dan RP. Urea adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen dan mempengaruhi pertumbuhan akar, batang, dan daun. MOP (Muriate Of Potash) adalah pupuk yang mengandung unsur K yang berperan untuk memperkuat tubuh tanaman. Jenis pupuk RP (Rock Phosphate) mengandung
44 unsur P yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan bunga, pematangan biji dan buah. Penulis mempelajari dan menghitung kebutuhan pupuk tiap jenis untuk setiap blok sesuai dengan dosis pupuk per jenis. Dosis pupuk yang digunakan tiap afdeling pun berbeda karena bergantung pada hasil analisis tanah. Afdeling A memiliki dosis pupuk 45 g Urea/tanaman, 30 g MOP/tanaman, dan 29 g RP/tanaman. Afdeling B memiliki dosis pupuk 51 g Urea/tanaman, 38 g MOP/tanaman, dan 30 g RP/tanaman. Afdeling C memiliki dosis pupuk 45 g Urea/tanaman, 39 g MOP/tanaman, dan 38 g RP/tanaman. Tabel 9 adalah kebutuhan pupuk per blok di Afdeling C. Tabel 9. Kebutuhan Pupuk per Blok di Afdeling C Tahun 2011 Blok 3 4 5 6 7 8 9 Total g/tanaman
Luas (ha) 14.01 12.98 18.24 11.37 24.66 14.68 18.30 114.25
Populasi (tanaman) 9 029 5 970 11 013 12 774 12 362 9 754 15 552 76 454
Urea (kg) 406 268 496 574 556 450 700 3 450 45
MOP (kg) 352 232 439 498 482 380 617 3 000 39
RP (kg) 344 226 418 485 468 370 589 2 900 38
Total (kg) 1 102 726 1 353 1 557 1 506 1 200 1 906 9 350 122
Sumber : Arsip kantor Afdeling C
Ketiga jenis pupuk dicampurkan di dalam gudang pada pagi hari sebelum dilakukan kegiatan pemupukan di lapangan. Sesuai dengan kapasitas gudang tempat pencampur pupuk yaitu maksimum tiga ton campuran pupuk per hari maka jadwal pemupukan yang bersamaan antara Afdeling A dan Afdeling C membagi jumlah pupuk yang dibutuhkan per hari seperti yang terlihat pada Tabel 10. Pupuk yang telah dicampurkan kemudian ditempatkan ke dalam beberapa karung sesuai kebutuhan tiap afdeling dan dinaikkan ke mobil pengangkut pupuk untuk diantar ke afdeling. Selanjutnya pupuk ditempatkan di lokasi terdekat dengan blok yang akan dipupuk untuk memudahkan pelangsiran pupuk. Realisasi pemupukan sesuai dengan target karena tenaga kerja telah dibekali takaran hasil kalibrasi jumlah ketiga jenis pupuk per tanaman sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan dosis pupuk per pohon. Pupuk ditaburkan ke dalam lubang
45 pupuk di tanah yang telah dibuat sebelumnya dengan jarak sekitar 30 cm dari pangkal batang tanaman kakao kemudian ditutup lagi. Tabel 10. Jadwal Pemupukan di Afdeling A dan Afdeling C Tahun 2011 Tanggal 15 April 2011
Afdeling Urea (kg) A 500 C 300 16 April 2011 A 450 C 400 18 April 2011 A 450 C 500 19 April 2011 A 350 C 500 20 April 2011 A 450 C 450 21 April 2011 A 350 C 450 22 April 2011 A 500 C 350 25 April 2011 A C 500 A 3 050 Total (kg) C 3 450 Sumber : Arsip kantor Afdeling A dan Afdeling C
MOP (kg) 250 300 300 300 300 400 200 400 250 400 400 400 400 400 400 2 100 3 000
RP (kg) 300 300 300 300 300 400 250 400 300 400 250 400 300 400 300 2 000 2 900
Total (kg) 1 050 900 1 050 1 000 1 050 1 300 800 1 300 1 000 1 250 1 000 1 250 1 200 1 150 1 200 7 150 9 350
Penulis bekerja sebagai pendamping asisten afdeling dengan rata-rata 5 jam kerja/hari. Sebagai pendamping asisten afdeling B penulis bekerja selama 16 hari dengan jumlah mandor yang diawasi rata-rata 2 orang/hari dan luas areal yang diawasi 28.10 ha/hari. Sebagai pendamping asisten afdeling C penulis bekerja selama 27 hari, jumlah mandor yang diawasi rata-rata 1 orang/hari serta luas areal yang diawasi 24.20 ha/hari.
Sistem Manajemen Kebun Tingkat Afdeling Perencanaan merupakan fungsi fundamental proses pertama manajemen dan harus dilakukan terlebih dahulu dalam setiap kegiatan. Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki beberapa perencanaan berdasarkan periodisasi waktu yaitu rencana tahunan, rencana semester, rencana triwulan, rencana bulanan, dan rencana harian. Rincian perencanaan pekerjaan antara lain berisi jenis pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan material, serta target produksi. Perencanaan tahunan dibuat berdasarkan sensus produksi, laporan kegiatan tahun sebelumnya, dan standar kerja di perusahaan. Perencanaan semester dibuat lebih mendetail dibanding rencana tahunan dan juga tidak berbeda untuk rencana
46 triwulan, bulanan, dan harian yang semakin terinci untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan. Selama di PT Rumpun Sari Antan I, penulis dibimbing untuk membuat rencana harian, bulanan, triwulan, dan semesteran. Laporan harian adalah laporan yang dibuat afdeling tentang perincian pekerjaan yang telah dilakukan setiap harinya dan berisi jenis pekerjaan, jumlah tenaga kerja, hasil pekerjaan, jumlah bahan, dan biaya yang dikeluarkan. Hasil laporan kemudian dievaluasi, dianalisis, dan didiskusikan tentang pencapaian target, masalah yang terjadi, dan pemecahan masalah.
47
PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang sakit, cabang kering, dan cabang overlapping terutama dalam hal mengatur iklim mikro yang tepat bagi pertumbuhan bunga dan buah atau untuk mengatur jumlah dan sebaran daun (Prawoto, 2008) sehingga tanaman kakao dapat memiliki kondisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Jenis dan Waktu Pemangkasan Jenis pemangkasan untuk tanaman kakao terbagi menjadi tiga yaitu pemangkasan bentuk, pemeliharaan, dan produksi. Pemangkasan bentuk dilakukan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik. Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk memelihara tanaman kakao agar pertumbuhannya dapat bertahan dengan baik dan sehat, sedangkan pemangkasan produksi untuk memaksimalkan produktivitas tanaman. Tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah tanaman yang telah menghasilkan sehingga kegiatan pemangkasan yang masih dilakukan setiap tahunnya adalah pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan untuk membuang cabang cacing, cabang yang terkena penyakit, dan cabang menggantung. Pemangkasan pemeliharaan sebaiknya merupakan pemangkasan yang ringan tetapi sering karena cabang yang dibuang adalah cabang yang berdiameter kurang dari 2.5 cm. Frekuensi pemangkasan pemeliharaan sebaiknya dilakukan setiap 2-3 bulan sedangkan di Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki rotasi rata-rata tiga kali dalam satu tahun dengan interval 2-5 bulan. Pemangkasan pemeliharaan sebaiknya menghindari pemotongan cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm. Apabila terpaksa dilakukan pemotongan cabang besar maka perlu meninggalkan sisa cabang sepanjang 5 cm (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Namun, terdapat beberapa cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm yang dipangkas saat pemangkasan
48 pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I karena adanya pertimbangan tertentu seperti cabang terserang penyakit, cabang kering, atau cabang yang overlapping sehingga pemangkasan yang dilakukan seolah terlihat sebagai pemangkasan produksi. Setelah pemotongan cabang berdiameter lebih dari 2.5 cm seharusnya luka potongan diolesi dengan obat penutup luka tapi Kebun Rumpun Sari Antan I belum melakukannya. Sedangkan pemangkasan produksi merupakan pemangkasan berat karena untuk merangsang pertumbuhan bunga dan buah. Pemangkasan produksi di Kebun Rumpun Sari Antan I hanya dilakukan satu kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan sekitar bulan November atau Desember. Berdasarkan
perencanaan,
kegiatan
pemangkasan
pemeliharaan
mengalami keterlambatan disebabkan kurangnya jumlah tenaga kerja yang ada sehingga target pemangkasan untuk beberapa blok tidak tercapai secara maksimal. Terbatasnya jumlah tenaga kerja disebabkan adanya musim panen padi yang memberikan penghasilan lebih tinggi bagi karyawan dibandingkan dengan bekerja di kebun.
Luas Areal dan Prestasi Kerja Pemangkasan Standar perusahaan untuk pemangkasan pemeliharaan adalah 4 HK per ha sedangkan untuk pemangkasan produksi adalah 6 HK per ha. Berdasarkan hasil kalibrasi untuk kegiatan pemangkasan pemeliharaan, rata-rata satu orang tenaga kerja dapat memangkas 122 pohon dalam satu hari kerja. Tabel 11. Prestasi Kerja KHL untuk Pemangkasan Pemeliharaan Blok
Standar Perusahaan
C5 C9
0.25 0.25
Prestasi Kerja (ha/HK)
Sumber
0.31 0.14
: Hasil Pengamatan
Prestasi kerja pemangkasan tersebut dipengaruhi oleh kondisi tenaga kerja, lahan, dan keadaan tanaman. Seperti pada Tabel 11, Afdeling C Blok 9 merupakan blok terjauh dan memiliki kondisi lahan yang lebih miring dibanding blok 5 sehingga prestasi kerja pemangkas menjadi lebih rendah.
49 Keberhasilan Pemangkasan Kegiatan pemangkasan tidak terlepas dari keterampilan pemangkas dan peralatan
yang
digunakan.
Kurangnya
keterampilan
pemangkas
dapat
menyebabkan menurunnya prestasi kerja karena pemangkas kurang mengetahui cabang mana yang harus dipangkas dan tidak dipangkas dan menyebabkan waktu yang digunakan untuk pemangkasan tidak optimal. Selanjutnya, alat pangkas yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah cungkring dan gergaji pangkas yang keduanya disambungkan dengan bambu panjang (galah) sehingga dapat menjangkau cabang yang tinggi. Namun, banyak tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I yang tingginya melebihi 3-4 m dan menyebabkan pemangkas sulit menjangkau cabang sakit atau cabang kering yang terdapat di pucuk tanaman karena keterbatasan tinggi pemangkas dan panjang alat pangkas. Akhirnya pemangkas harus memanjat tanaman kakao terlebih dahulu untuk memangkas cabang sakit atau cabang kering di bagian pucuk. Sebelum pemangkasan, memeriksa ketajaman alat merupakan hal penting yang harus dilakukan karena alat yang kurang tajam dapat menyebabkan kerusakan kulit pada batang. Rusaknya kulit cabang akibat pemangkasan berpengaruh terhadap keberhasilan pemangkasan. Kulit cabang yang terkelupas dan luka akan memerlukan waktu lama dalam pemulihannya bahkan dapat menimbulkan resiko masuknya jamur patogen melalui luka potongan dan sebaiknya luka tersebut diolesi dengan obat penutup luka (Soedarsono, 1996). Semakin besar jumlah kulit cabang rusak maka persentase keberhasilan pemangkasan semakin kecil. Kerusakan kulit cabang akibat pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Kerusakan Kulit Cabang Akibat Pemangkasan
50 Data hasil pengamatan untuk keberhasilan pemangkasan dapat dilihat pada Lampiran 13. Rata-rata keberhasilan pemangkasan oleh pria memiliki nilai 92 %, dan lebih besar 6.7 % dibandingkan dengan pemangkasan oleh wanita. Setelah dilakukan uji t-student pada Tabel 12, diperoleh bahwa jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % sehingga sama saja dalam penggunaan tenaga pemangkas antara pria atau wanita. Tabel 12. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Keberhasilan Pemangkasan Jumlah Pemangkas
Jenis Kelamin
5 5
Pria Wanita
Jumlah tanaman sampel 25 25
Rata-rata Keberhasilan Pemangkasan (%) 92.0a 85.3a
Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %.
Hasil yang diperoleh dari Tabel 13 memperlihatkan bahwa pemangkas dengan usia 16-35 tahun memiliki rata-rata keberhasilan pemangkasan sebesar 91.4 % dan lebih besar dibanding pemangkas usia > 36 tahun dengan rata-rata keberhasilan pemangkasan 86.8 %. Namun, melalui uji t-student, perbedaan usia tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % yang berarti usia tidak mempengaruhi keberhasilan pemangkasan. Tabel 13. Pengaruh Usia terhadap Keberhasilan Pemangkasan Jumlah Pemangkas
Usia (tahun)
4 6
16-35 > 36
Jumlah tanaman sampel 20 30
Rata-rata Keberhasilan Pemangkasan (%) 91.4a 86.8a
Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %.
Tabel 14 membedakan keberhasilan pemangkasan berdasarkan alat pangkas yang digunakan yaitu antara penggunaan cungkring dan golok serta gergaji pangkas dan golok. Dapat dilihat bahwa penggunaan gergaji pangkas lebih baik 5.7 % dibanding dengan penggunaan cungkring dan golok, tetapi penggunaan alat pangkas yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda
51 nyata pada uji t-student taraf 5 %. Berarti penggunaan alat pangkas yang berbeda tidak mempengaruhi keberhasilan pemangkasan. Tabel 14. Pengaruh Alat Pangkas terhadap Keberhasilan Pemangkasan
Jumlah Pemangkas 7 3
Jumlah tanaman contoh
Alat pangkas Cungkring dan golok Gergaji pangkas dan golok
35 15
Rata-rata Keberhasilan Pemangkasan (%) 86.9a 92.6a
Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %.
Secara keseluruhan hubungan antara jenis kelamin dan usia pemangkas seperti pada Tabel 15 dapat dilihat keberhasilan pemangkasan oleh pria dan wanita dengan usia 16-35 tahun dan > 36 tahun. Pemangkasan oleh pria dengan usia > 36 tahun memberikan nilai rata-rata keberhasilan pemangkasan yang tertinggi yaitu sebesar 92.6 % dan pemangkasan oleh wanita dengan usia > 36 tahun dengan nilai rata-rata keberhasilan pemangkasan 80.9 % merupakan yang terendah dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata berdasarkan hasil uji tstudent pada taraf 5 %. Berdasarkan uji t-student berarti kriteria pemangkas berjenis kelamin wanita dengan usia > 36 tahun sebaiknya tidak digunakan sebagai tenaga pemangkas karena rendahnya keberhasilan pemangkasan yang dimiliki. Tabel 15. Keberhasilan Pemangkasan berdasarkan Hubungan Jenis Kelamin dan Usia Jumlah Pemangkas
Jenis kelamin
Usia (tahun)
Jumlah tanaman sampel
2 3 2 3
Pria Pria Wanita Wanita
16-35 > 36 16-35 > 36
10 15 10 15
Rata-rata Keberhasilan Pemangkasan (%) 90.9a 92.6a 91.8a 80.9b
Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %.
52 Selain pengamatan secara langsung, keberhasilan pemangkasan yang diamati penulis juga dibandingkan dengan pengamatan beberapa tahun sebelumnya yaitu berdasarkan pengamatan Arifin (2007) dan pengamatan Ermayasari (2010). Berikut adalah tabel perbandingan hasil pengamatan keberhasilan pemangkasan. Hasil pengamatan pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa perbandingan pengamatan keberhasilan pemangkasan untuk kriteria pemangkas berjenis kelamin pria, usia 16-35 tahun dan > 36 tahun, serta penggunaan alat pangkas, memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada uji t-student taraf 5 %. Sedangkan, pada pengamatan Ermayasari (2010) dan penulis terjadi penurunan keberhasilan pemangkasan oleh wanita yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pengamatan Arifin (2007) dengan uji t-student pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa wanita sebaiknya perlu diberikan pengarahan lebih bila digunakan sebagai tenaga pemangkas. Tabel 16. Perbandingan Data Hasil Pengamatan untuk Keberhasilan Pemangkasan Keberhasilan Pemangkasan (%) Jenis Kelamin Usia (tahun) Alat Pengamat
Arifin (2007) Ermayasari (2010) Penulis (2011)
Pria
Wanita
16-35
> 36
Cungkring dan golok
89.7a 89.0a
100.0a 85.6b
89.6a -
96.6a -
79.7a
Gergaji pangkas dan Golok 87.9a
92.0a
85.3b
91.4a
86.8a
86.9a
92.6a
Sumber : Hasil Pengamatan, Data Pengamatan Arifin (2007) dan Ermayasari (2010) Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %.
Penggunaan tenaga pemangkasan oleh wanita di Kebun Rumpun Sari Antan I disebabkan kurangnya jumlah tenaga kerja sehingga jumlah tenaga pemangkas berjenis kelamin wanita lebih banyak digunakan dibandingkan dengan jumlah tenaga pemangkas berjenis kelamin pria seperti pada Lampiran 14.
53 Pengaruh Rotasi Pemangkasan dan Curah Hujan terhadap Produksi Pemangkasan juga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan kakao untuk memperoleh produksi yang tinggi dan optimum. Produksi Biji Cokelat Basah (BCB) dan kegiatan pemangkasan yang dilakukan dari tahun 2007 sampai 2010 dapat dilihat pada Lampiran 15. Pengaruh rotasi pemangkasan terhadap produksi kakao juga dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Rotasi pangkas A6 pada tahun 2007 adalah tiga kali setahun yaitu dua pemangkasan pemeliharaan pada bulan Februari dan Juni serta satu pemangkasan produksi pada bulan Desember. Produksi pada tahun 2008 untuk A6 seperti pada Gambar 16 terdapat dua kali kenaikan yaitu pada bulan Maret hingga Mei dan bulan Agustus. Pemangkasan di tahun 2008 untuk A6 memiliki tiga kali pemangkasan pemeliharaan pada bulan Februari, April, dan Juni serta
satu pemangkasan
produksi di bulan Desember. Produksi di tahun 2009 pada Gambar 16 menunjukkan grafik yang tidak stabil dan terdapat penurunan yang signifikan dari bulan Mei ke Juni. Pemangkasan di tahun 2009 di A6 dilakukan tiga kali pemangkasan pemeliharaan di bulan Januari, Maret, dan Mei serta satu pemangkasan produksi di bulan November. Hasil biji cokelat basah di tahun 2010 untuk A6 mengalami dua kali kenaikan yaitu di bulan Mei dan Juli kemudian menurun hingga akhir tahun. Sedangkan A8 (Gambar 17) pada tahun 2007 memiliki rotasi pemangkasan empat kali setahun yaitu pemangkasan pemeliharaan pada bulan Januari, Mei, dan Juli serta pemangkasan produksi pada bulan Desember. Produksi A8 pada tahun 2008 memperlihatkan kenaikan pada bulan April kemudian stabil hingga bulan September dan tidak menunjukkan peningkatan atau penurunan yang drastis walau produksi masih lebih rendah daripada tahun 2007. Tahun 2008, terdapat satu pemangkasan pemeliharaan di bulan Februari dan pemangkasan produksi di bulan Desember yang dilakukan di A8 dan produksi di tahun 2009 terjadi kenaikan di bulan Maret hingga Mei dan Oktober.
54 Bulan Februari dan Mei tahun 2009 di A8 dilakukan pemangkasan pemeliharaan dan di bulan November dilakukan pemangkasan produksi. Produksi di A8 hanya mengalami kenaikan di bulan Mei. Penurunan produksi walau terlihat stabil tetapi lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Pengaruh peningkatan produksi dapat terlihat rata-rata dua bulan setelah dilakukannya pemangkasan pemeliharaan dan sekitar 5-6 bulan setelah dilakukan pemangkasan produksi. Hal ini sesuai pada perkembangan bunga kakao hingga menjadi buah masak yang memerlukan waktu sekitar 5-6 bulan (Prawoto, 2008). Pemangkasan pemeliharaan dan produksi seperti yang terlihat pada Gambar 16 dan Gambar 17 biasanya dilakukan pada saat curah hujan tinggi atau pun di akhir musim hujan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekeringan atau kematian tanaman kakao apabila pemangkasan dilakukan saat curah hujan rendah ataupun musim kemarau. Secara deskriptif, produksi yang terlihat beberapa bulan setelah pemangkasan yang dilakukan saat curah hujan tinggi memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksi dari pemangkasan yang dilakukan saat akhir musim hujan atau curah hujan rendah. Hal ini karena pemangkasan saat curah hujan tinggi dapat menyebabkan flush pada tanaman dan dengan adanya kegiatan wiwilan maka pertumbuhan tunas dapat dikendalikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah. Namun, curah hujan yang tinggi juga dapat meningkatkan kelembapan kebun walaupun sudah dilakukan pemangkasan sehingga perlu disertai pengendalian hama dan penyakit yang lebih intensif .
Produksi BCB Kg)
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Curah Hujan (mm/bulan)
8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan ke-
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010 = Pemangkasan Pemeliharaan = Pemangkasan Produksi = Produksi setelah Pemangkasan = Curah hujan
Sumber : Arsip Kantor Induk Rumpun Sari Antan I untuk Rotasi Pemangkasan dan Produksi (2011)
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
Bulan ke-
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Curah Hujan (mm/bulan)
Produksi BCB (Kg)
Gambar 16. Rotasi Pemangkasan dan Produksi Afdeling A Blok 6 di Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun 2007-2010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010 = Pemangkasan Pemeliharaan = Pemangkasan Produksi = Produksi setelah Pemangkasan = Curah hujan
Sumber : Arsip Kantor Induk Rumpun Sari Antan I untuk Rotasi Pemangkasan dan Produksi (2011)
55
Gambar 17. Rotasi Pemangkasan dan Produksi Afdeling A Blok 8 di Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun 2007-2010
56 Pengamatan Perlakuan Pemangkasan Pengaruh pemangkasan juga dapat dilihat dari jumlah tunas air, bantalan yang berbunga, pentil buah, dan perkembangan buah antara pohon yang dipangkas dan tidak dipangkas dengan data selengkapnya pada Lampiran 16. Tunas air pada tanaman yang dipangkas pada minggu pertama memiliki jumlah lebih rendah dibanding tanaman yang tidak dipangkas tetapi pada minggu terakhir pengamatan, tunas air tanaman yang dipangkas lebih banyak daripada tanaman yang tidak dipangkas seperti pada Gambar 18. Hal ini karena banyaknya pemotongan cabang besar akan mendorong tanaman kakao membentuk lebih banyak tunas air (Soedarsono, 1996). Oleh karena itu, adanya kegiatan wiwilan untuk membuang tunas air agar dapat mengurangi persaingan dalam penyerapan unsur hara antara tunas air dan pertumbuhan bunga serta buah. Bantalan bunga pada tanaman kakao tidak semua yang menghasilkan bunga pada saat yang sama dan diharapkan setelah pemangkasan dapat merangsang pertumbuhan bunga. Oleh karena itu, pengamatan bantalan yang berbunga hanya dilakukan sebatas cabang primer. Seperti pada Gambar 18, bantalan berbunga pada tanaman yang tidak dipangkas lebih banyak pada minggu pertama dibanding tanaman yang dipangkas namun mengalami penurunan hingga minggu terakhir sedangkan bantalan yang
Jumlah
berbunga pada tanaman yang dipangkas mengalami peningkatan yang perlahan. 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
= Tunas Air = Bantalan Berbunga = Pentil Buah = Tanaman Dipangkas = Tanaman Tidak Dipangkas
6 Mei Sumber
13 Mei 20 Mei 27 Mei 3 Juni 10 Juni Minggu Pengamatan
: Hasil Pengamatan
Gambar 18. Jumlah Tunas Air, Bantalan Berbunga, dan Pentil Buah pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas.
57 Pemangkasan yang benar sebaiknya melindungi cabang primer dari penyinaran matahari langsung karena dapat menyebabkan bantalan bunga menjadi mati. Hal ini yang mungkin terjadi pada minggu keempat sehingga jumlah bantalan berbunga pada tanaman yang dipangkas mengalami penurunan namun minggu berikutnya mengalami kenaikan karena adanya pertumbuhan bantalan berbunga yang baru. Menurunnya bantalan bunga pada tanaman yang tidak dipangkas dapat disebabkan persaingan dalam penyerapan unsur hara dengan daun-daun muda yang terbentuk. Selain itu, bantalan bunga pada batang dan cabang tanaman kakao banyak yang tertutupi oleh lumut sehingga bunga sulit untuk tumbuh. Pertumbuhan lumut dapat disebabkan kondisi tanaman kakao yang basah dan lembap. Adanya pemangkasan dapat menambah intensitas cahaya yang masuk ke dalam tajuk dan menurunkan kelembapan di sekitar tanaman kakao dan lumut dapat mengering sehingga bantalan bunga dapat ditumbuhi kembali oleh bunga kakao. Pengamatan untuk jumlah pentil buah pada tanaman yang dipangkas ataupun tidak dipangkas keduanya mengalami peningkatan pada minggu terakhir. Minggu kedua hingga keempat pada tanaman yang tidak dipangkas pentil buah mengalami penurunan jumlah dari 156 pentil buah pada minggu kedua menjadi 122 pentil buah pada minggu keempat dan mulai naik hingga minggu terakhir. Berkurangnya jumlah pentil buah dapat disebabkan terjadinya layu pentil (cherelle wilt) akibat persaingan dalam penyerapan hasil fotosintesis atau terjadi peralihan menjadi buah ukuran 1. Pengamatan buah didasarkan pada ukuran atau ukuran panjang perkembangan buah yang terbagi menjadi ukuran 1 (<10 cm), ukuran 2 (10-15 cm), ukuran 3 (>16 cm), dan ukuran 4 dengan ukuran panjang sama dengan ukuran 3 tetapi terdapat perubahan warna pada alur buah atau warna menjadi lebih kusam. Bahan tanam kakao yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah hibrida sehingga ukuran dan bentuk buah berbeda antar pohon maka menentukan ukuran buah menggunakan perbandingan dengan ukuran buah terkecil dan pembentukan biji dalam buah pada pohon yang diamati. Data dapat dilihat pada Gambar 19. Ukuran 1 dan ukuran 4 pada tanaman yang dipangkas atau pun tidak dipangkas keduanya mengalami penurunan pada
58 minggu terakhir. Ukuran 2 dan ukuran 3 pada tanaman yang dipangkas mengalami peningkatan pada minggu terakhir dan pada tanaman yang tidak dipangkas mengalami penurunan. Jumlah buah pada awal pengamatan pada tanaman yang tidak dipangkas lebih banyak dibanding tanaman yang dipangkas. Peningkatan atau penurunan jumlah buah disebabkan peralihan ukuran buah, serangan hama dan penyakit, atau pemanenan pada buah ukuran 4. 80 70 60
Jumlah
50 = ukuran 1 = ukuran 2 = ukuran 3 = ukuran 4 = Tanaman Dipangkas = Tanaman Tidak Dipangkas
40 30 20 10 0 6 Mei
Sumber
13 Mei
20 Mei 27 Mei 3 Juni Minggu Pengamatan
10 Juni
: Hasil Pengamatan
Gambar 19. Jumlah Buah Ukuran 1-4 pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas Perkembangan buah dari bunga hingga siap panen memerlukan waktu 5-6 bulan yang berarti rata-rata peralihan ukuran buah terjadi sekitar 1 bulan. Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 20 dan Lampiran 17 memperlihatkan perkembangan buah terjadi lebih cepat pada tanaman yang dipangkas dibanding tanaman yang tidak dipangkas. 250
Total Buah
200
= Tanaman Dipangkas = Tanaman Tidak Dipangkas
150 100 50 0 6 Mei
13 Mei
20 Mei
27 Mei
3 Juni
10 Juni
Gambar 20. Total Buah Ukuran 1-4 pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas
59 Gambar 20 menunjukkan saat minggu pertama sampai minggu terakhir pengamatan, jumlah buah ukuran 1-4 pada tanaman yang tidak dipangkas lebih banyak dibandingkan tanaman yang dipangkas. Namun, pada tanaman yang tidak dipangkas jumlah buah semakin menurun dari 209 buah menjadi 187 buah pada pengamatan minggu keenam. Sedangkan, pada tanaman yang dipangkas jumlah buah meningkat dari 116 buah pada minggu pertama pengamatan menjadi 127 buah pada minggu keenam. Hal ini berarti pemangkasan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan buah.
60
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Jenis pemangkasan yang dilakukan selama Februari hingga Juni adalah pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan rotasi rata-rata tiga kali setahun dengan interval 2-5 bulan. Pemangkasan produksi yang dilakukan satu kali setahun sekitar bulan November atau Desember. Keberhasilan pemangkasan tidak berbeda nyata berdasarkan usia antara pemangkas berusia 16-35 tahun dan pemangkas berusia > 36 tahun, jenis kelamin antara pria dan wanita, serta alat pangkas antara cungkring dan gergaji pangkas. Sedangkan pemangkasan yang dilakukan oleh wanita berusia > 36 tahun keberhasilan pemangkasannya terendah dan berpengaruh berbeda nyata pada uji tstudent taraf 5 %.
Saran 1. Perlu dilakukannya topping atau pemangkasan tinggi tanaman kakao sebatas 3-4 m dari permukaan tanah untuk memudahkan pemangkas saat menggunakan alat pangkas. 2. Apabila dilakukan pemangkasan untuk cabang berdiameter lebih dari 2.5 cm, sebaiknya luka potongan ditutup dengan obat penutup luka. 3. Tenaga pemangkas sebaiknya telah terlatih dan tidak diganti-ganti serta perlu adanya pengarahan khusus dari mandor rawat untuk mengawasi kegiatan pemangkasan terutama pemangkasan oleh wanita berusia > 36 tahun.
61
DAFTAR PUSTAKA Abdoellah, S., dan Soedarsono. 1996. Penaung dan pemangkasan kakao, suatu tinjauan dari aspek iklim mikro dan kesuburan tanah. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 12(3):153-160. Arifin. 2007. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun PT Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). Baon, J. B., dan S. Abdoellah. 2004. Potensi lahan untuk pengembangan kakao rakyat Sumatera. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 20(3):104-116. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. http://ditjenbun.deptan.go.id/. [4 Juli 2011]. Ermayasari, I. W. 2010. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun PT Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). FAO.
2010. Exports Countries by Commodity http://faostat.fao.org [5 Desember 2010].
:
Cocoa
Beans.
FAO. 2011. Crops Production : Cocoa Beans. http://faostat.fao.org [30 Juli 2011]. Kardiyono. 2010. Tingkatkan produktivitas kakao dengan teknologi sambung samping. Surat Kabar Berkah Edisi 257. Prawoto, A. A. 1993. Prospek Indonesia sebagai produsen kakao dunia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 14:1-8. . 2008. Pemangkasan, hal. 123-127. Dalam T. Wahyudi, T.R. Panggabean, dan Pujiyanto (Eds.). Kakao: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 364 hal. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 328 hal. Roesmanto, J. 1991. Kakao : Kajian Sosial – Ekonomi. Aditya medika. Yogyakarta. 210 hal. Soedarsono. 1996. Cara pemangkasan pada tanaman kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 12(3):178-186.
62 Sulistyowati, E. 2006. Hasil identifikasi dan klarifikasi serangan hama penggerek buah kakao di Papua New Guinea. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 22 (1):28-36. Susanto, F. X. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius. Yogyakarta. 185 hal. Wahyudi, T., dan S. Abdoellah. 2009. Indonesian Cocoa in 2008; Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats. justaden.blog.friendster.com. [25 November 2010]. Widodo, D. 2010. Hama penggerek buah kakao (PBK). www.deptan.go.id. [24 Januari 2011]. Winarsih, S., dan Zaenudin. 1996. Dasar-dasar fisiologi pemangkasan tanaman kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 12(3):148-152. Wood, G.A.R, and R.A. Lass. 1985. Cocoa. 4th Edition. Longman Group Ltd. London. 620 p. Wood, G.A.R. 1975. Cocoa. 3rd Edition. Longman. New York. 304 p.
63
Lampiran 1. Peta Wilayah Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011
AFDELING A
AFDELING B
Keterangan : : : : : : :
Kakao TM Karet TBM 5 (Intercrop) Karet TBM 5 (Murni) Karet TBM 4 Karet TBM 3 Karet TBM 2
:
Karet TBM 1
: tt 90-94 : tt Des '06 : tt Des '06 : tt Des '07 : tt Des '08 : tt Des '09/ : tt Peb '10 : tt Jun '10 : tt Des '10
AFDELING C
63
64
Lampiran 2. Data Curah Hujan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2001-2010 Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total BB BK
HH 16 16 14 13 4 11 4 0 4 18 18 9 127
2001 CH 263.1 203.1 478.0 407.0 74.5 169.5 18.0 0.0 68.5 500.5 610.0 95.5 2,887.7 7 2
2002 HH 19 10 15 13 6 2 2 0 1 2 22 23 115
CH 497.5 176.0 421.5 192.5 85.5 29.0 45.0 0.0 1.0 23.5 369.5 416.0 2,257.0 6 5
2003 HH 11 17 17 12 10 4 0 0 4 11 21 19 126
CH 278.0 368.0 390.0 133.0 141.0 16.0 0.0 0.0 118.0 133.0 287.0 352.5 2,216.5 9 3
2004 HH 18 12 17 8 9 3 9 0.0 5 6 23 26 136
CH 307.0 327.5 274.0 143.5 158.0 27.5 82.0 0.0 36.0 87.5 641.0 775.0 2,859.0 7 3
2005 HH 12 11 15 12 10 11 6 3 5 14 14 22 135
CH 313.0 250.0 275.0 239.0 171.0 84.5 112.0 21.5 170.5 345.0 314.0 497.5 2,793.0 10 1
2006 HH 22 19 17 19 12 5 1 0.0 0.0 2 10 24 131
CH 413.0 294.0 372.5 213.8 86.5 31.0 3.0 0.0 0.0 14.5 66.0 469.0 1,963.3 5 5
2007 HH 9 19 20 20 14 8 1 1 0.0 6 12 17 127
CH 144.5 438.5 184.5 224.5 375.5 73.5 2.0 1.0 0.0 360.5 241.0 385.0 2,430.5 8 3
2008 HH 13 19 19 14 2 2 0.0 2 4 21 26 21 143
CH 201.0 280.0 422.0 213.0 16.0 10.5 0.0 6.0 14.5 274.0 781.0 163.5 2,381.5 7 5
2009 HH 24 16 17 17 12 10 2 0.0 0.0 12 22 13 145
CH 424.0 393.0 227.5 175.5 136.0 99.5 31.0 0.0 0.0 256.0 214.5 209.0 2,166.0 8 3
2010 HH 26 18 21 16 25 17 21 11 24 21 18 23 241
CH 528.0 336.0 356.5 152.5 320.0 149.0 146.0 245.0 278.0 303.0 308.0 424.0 3,546.0 12 0
Rata-rata HH CH 17.0 336.91 15.7 306.61 17.2 340.15 14.4 209.43 10.4 156.40 7.3 69.00 4.6 43.90 1.7 27.35 4.7 68.65 11.3 229.75 18.6 383.20 19.7 378.70 142.6 2550.05 7.90 3.00
Keterangan: HH
: Hari Hujan
CH
: Curah Hujan
BB
: Bulan Basah (CH > 100 mm)
BK
: Bulan Kering (CH < 60 mm)
Perhitungan Tipe Iklim (Q) Menurut Schmidth-Fergusson Q=
Rata - rata BK 3 100 % Q 100 % 38 % Rata - rata BB 7.9
Berdasarkan data curah hujan sepuluh tahun terakhir PT Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah termasuk tipe iklim C. 64
65
Lampiran 3. Produksi Biji Cokelat Basah (BCB) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2004-2010 Thn
Luas (Ha)
Jumlah Pokok
2004
882.79
435 488
2005
2006
2007
2008
2009
2010
882.79
882.79
626.60
626.60
463.27
465.91
Keterangan
Produksi BCB per Bulan (kg) Jan
Peb
Mar
Apr
Mey
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Bi
9 251
13 411
84 462
96 297
170 401
150 422
146 755
119 718
128 645
93 386
100 041
162 255
Sbi
9 251
22 662
107 124
203 421
373 822
524 244
670 999
790 717
919 362
1 012 748
1 112 789
1 275 044
Bi
39 978
13 131
40 530
167 732
282 154
322 203
164 170
150 517
150 069
204 454
153 236
267 940
Sbi
39 978
53 109
93 639
261 371
543 525
865 728
1 029 898
1 180 415
1 330 484
1 534 938
1 688 174
1 956 114
Bi
5 345
6 177
44 902
149 598
136 606
152 676
154 221
101 028
107 216
115 389
96 866
55 082
Sbi
5 345
11 522
56 424
206 022
342 628
495 304
649 525
750 553
857 769
973 158
1 070 024
1 125 106
Bi
15 064
5 556
4 144
17 391
163 012
270 154
166 463
150 520
35 024
76 039
81 982
34 392
Sbi
15 064
20 620
24 764
42 155
205 167
475 321
641 784
792 304
827 328
903 367
985 349
1 019 741
Bi
13 400
9 166
25 328
113 460
144 494
177 157
110 247
92 775
82 083
58 178
28 549
21 550
Sbi
13 400
22 566
47 894
161 354
305 848
483 005
593 252
686 027
768 110
826 288
854 837
876 387
Bi
6 977
5 835
27 376
146 330
225 445
62 592
49 258
30 727
37 772
95 713
97 240
39 407
Sbi
6 977
12 812
40 188
186 518
411 963
474 555
523 813
554 540
592 312
688 025
785 265
824 672
Bi
20 549
14 422
53 094
150 146
226 065
72 452
54 293
41 808
41 839
50 193
30 758
20 324
Sbi
20 549
34 971
88 065
238 211
464 276
536 728
591 021
632 829
674 668
724 861
755 619
775 943
BCB / Ha (kg/ha) 1 444
415 985
2 216
361 175
1 274
343 895
1 627
343 895
1 399
288 999
1 780
288 129
1 665
: Bi = Bulan Ini : Sbi = Sampai Bulan Ini
65
66
Lampiran 4. Produksi Biji Cokelat Kering (BCK) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2004-2010
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Luas (Ha)
Jumlah Pokok
882.789
435 488
882.789
882.789
626.603
626.603
463.271
465.911
Keterangan
Bi
Produksi BCK per Bulan (kg)
Sbi
Jan
Peb
Mar
Bi
5 769
9 452
18 070
Sbi
5 769
15 221
Bi
31 142
Sbi
Apr
Mey
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
39 697
54 523
64 067
57 625
49 475
52 103
45 703
28 566
59 998
33 291
72 988
127 511
191 578
249 203
298 678
350 781
396 484
425 050
485 048
5 355
7 960
44 358
97 538
109 191
91 931
61 257
48 589
75 615
66 627
84 617
31 142
36 497
44 457
88 815
186 353
295 544
387 475
448 732
497 321
572 936
639 563
724 180
Bi
40 173
1 107
11 377
45 931
50 490
54 835
62 485
39 378
38 909
48 788
38 847
26 105
Sbi
40 173
41 280
52 657
98 588
149 078
203 913
266 398
305 776
344 685
393 473
432 320
458 425
Bi
9 139
2 741
1 910
3 304
30 819
103 081
69 500
65 961
24 949
20 807
35 483
16 169
Sbi
9 139
11 880
13 790
17 094
47 913
150 994
220 494
286 455
311 404
332 211
367 694
383 863
Bi
7 747
3 272
5 149
33 078
46 527
72 277
48 336
37 561
39 558
22 327
10 960
7 300
Sbi
7 747
11 019
16 168
49 246
95 773
168 050
216 386
253 947
293 505
315 832
326 792
334 092
Bi
3 360
1 405
6 040
35 800
86 790
40 715
18 790
13 650
10 360
33 460
38 460
20 480
Sbi
3 360
4 765
10 805
46 605
133 395
174 110
192 900
206 550
216 910
250 370
288 830
309 310
Bi
7 370
3 690
10 350
38 120
86 150
35 545
18 280
15 950
14 940
17 900
11 855
7 250
Sbi
7 370
11 060
21 410
59 530
145 680
181 225
199 505
215 455
230 395
248 295
260 150
267 400
415 985
361 175
343 895
343 895
288 999
288 129
BCK per Pokok (Kg)
485 048
1.11
724 180
1.74
458 425
1.27
383 863
1.12
334 092
0.97
309 310
1.07
267 400
0.93
66
: Bi = Bulan Ini : Sbi = Sampai Bulan Ini
Total BCK (kg)
67
Lampiran 5. Struktur Organisasi Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2011 ADMINISTRATUR MUKARI
Koord. HPT SOETISNO
Ka. Afdeling A WAHID HASYIM
Ka. Afdeling B RAHAYU
Ka. Afdeling C SASTRA SANTOSO
Ka. Teknik / Pabrik JATMIKO HADI PRACOYO
Mandor HPT
Mandor HPT
Mandor HPT
Mandor Civil
Mandor 1 Pabrik
Kr. I Keuangan
Dankam
-
Suyanto
-
Heri Suprapto
Samiyono
Pujo Harsono
Mandor Rawat Kasim Dedi Sofyan Hadi
Mandor Rawat Hendrik Irawan Karseno
Mandor Rawat Sugimo
Kr. Teknik/Tanaman Nurhidayah
Mandor Pabrik Sutrisno Muhsinun
Mandor Karet -
Mandor Karet Bambang Supriyanto Roy Mustofa Tursino
Mandor Karet Agus Santoso
Mandor Panen Kiswoyo Wawan Kurniawan
Mandor Panen Hermanto Suratno
Mandor Panen Samino
Sri Wahyuadi H. Kr. I Gudang Sri Purwoko Kr. Database Sugiyato Kr.Umum/ Office Boy Aris Supriyanto Driver Administratur Agus Sartono Kr. Polibun -
Mandor Transport Prayitno
Driver Ratum Hadi P. Kasimin Hadi S. Soewarto
Pekerja PHT Usmanto Marwoto Rudin Muhidin Suripto
Pekerja PHT Tursiman Wagiyah Carmin
Pekerja PHT Bejo Hanapi Sutardi Subini Nasiroh Sunarti
Pekerja PHT Bedi Slamet Kuntoro HS. Satirman
Ka. Tata Usaha DARYONO
Krani 1 CDO SUPRAPTO
Satpam PHT Warsun Posko Induk Suro Posko Induk Saiun A. Afd. A Saring W. Afd. B Siswanto Afd. B Sunarja Afd. B Sartiman Afd. C Wibowo Afd. C Satpam KHL Lasudi Amad Rasito Sunarjo Rohendi Salamun Purwanto
Posko Induk Afd. A Afd. A Afd. A Afd. B Afd. C Afd. C
67
68 Lampiran 6. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 Tanggal
Kegiatan
14-Feb Perkenalan dan orientasi 16-Feb Melapor ke administrator 17-Feb Pemangkasan 18-Feb Pemangkasan 19-Feb Pemangkasan 21-Feb Pemangkasan 22-Feb Pemangkasan 23-Feb Pengendalian Gulma secara Kimiawi 24-Feb Pengendalian Gulma secara Kimiawi 25-Feb Pengendalian Gulma secara Kimiawi 26-Feb Pengendalian HPT 28-Feb Pengendalian HPT 1-Mar Pengendalian HPT 2-Mar Wiwil 3-Mar Wiwil 4-Mar Wiwil 7-Mar Panen 8-Mar Panen 9-Mar Panen 10-Mar Pengolahan hasil 11-Mar Pengolahan hasil 12-Mar Pengolahan hasil 14-Mar Pengolahan hasil
Prestasi Kerja Lokasi Penulis Karyawan Standar (satuan/HK) - kantor -
-
- kantor
0.11 ha 0.12 ha 0.25 ha 0.27 ha 0.24 ha 0.25 ha
0.20 ha 0.24 ha 0.33 ha 0.33 ha 0.27 ha 0.50 ha
0.25 ha 0.25 ha 0.25 ha 0.25 ha 0.25 ha 0.67 ha
-
0.32 ha
0.67 ha C.9
-
0.67 ha
0.67 ha C.9
2.26 ha 0.45 ha 0.93 ha 1.00 ha 5 kg 5 kg 15.5 kg -
3.94 ha 2.40 ha 1.98 ha 1.76 ha 2.89 ha 2.18 ha 39.00 kg 24.60 kg 45.50 kg -
1.00 ha 1.00 ha 1.00 ha 2.50 ha 2.50 ha 2.50 ha 25.00 kg 25.00 kg 25.00 kg -
C.4 C.4 C.5 C.5 C.5 C.9
C.8 B2.12 B2.11 C.9 B2.12 B2.11 C.7 B2.11 B2.7 pabrik pabrik pabrik pabrik
69 Lampiran 7. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011
Tanggal
15-Mar 16-Mar 17-Mar 18-Mar 19-Mar 21-Mar 22-Mar 23-Mar
Kegiatan
24-Mar 25-Mar 26-Mar 28-Mar 29-Mar 30-Mar 31-Mar 1-Apr
Pengawasan HPT Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan HPT Pengawasan HPT Mengikuti kalibrasi sorjan karet Pengawasan HPT Orientasi Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT Pengawasan HPT
2-Apr 4-Apr 5-Apr 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 11-Apr 12-Apr 13-Apr 14-Apr
Pengawasan HPT Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan pangkas Pengawasan panen Kunjungan Pengawasan panen
15-Apr Pengawasan panen 16-Apr Pengawasan panen 18-Apr Pengawasan panen
Jumlah KHL yang diawasi (orang) 3 2 2 2 2 4 4 -
Prestasi Kerja Luas areal Lama yang kegiatan diawasi (jam) (ha)
Lokasi
3.57 5.20 5.20 5.20 5.89 11.41 21.87 -
5 5 5 5 5 5 5 -
C.8 B2.8 B2.8 B2.8 B2.9 A2.5 A2.6 A2.8
2 4 2 3 2 2 5
13.51 21.87 13.51 8.55 4.36 3.71 5.68
5 5 5 5 5 5 5
2 3 6 6 11 9 9 11 4 10
1.83 0.38 1.25 0.86 1.22 1.21 1.22 1.57 5.40 12.20
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
9 10 10
14.06 16.93 13.51
5 5 5
A2.8 A1 A2.6 A2.8 B2.7 B2.8 B2.8 B2.7 & B2.8 B2.9 C.9 C.9 C.9 C.9 C.9 C.9 C.9 A2.8 A1 A2.5 & A2.6 A2.6 A2.7 A2.8
70 Lampiran 8. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011
Tanggal
Kegiatan
19-Apr Pengawasan rawat dan HPT 20-Apr Pengawasan rawat dan panen 21-Apr Pengawasan rawat 22-Apr Pengawasan rawat dan panen 25-Apr Pengawasan rawat dan panen 26-Apr Pengawasan rawat 27-Apr Pengawasan rawat dan HPT 28-Apr Pengawasan rawat dan panen 29-Apr Pengawasan rawat dan panen 30-Apr Pengawasan rawat dan panen 2-Mei Pengawasan rawat dan HPT 3-Mei Pengawasan rawat, HPT, dan panen 4-Mei Pengawasan HPT dan panen 5-Mei Membuat BKA dan rencana kerja mingguan 6-Mei Pengawasan rawat dan HPT 7-Mei Pengawasan rawat dan HPT 9-Mei Pengawasan rawat dan panen 10-Mei Pengawasan rawat dan panen 11-Mei Pengawasan rawat 12-Mei Pengawasan rawat dan HPT 13-Mei Pengawasan rawat 14-Mei Pengawasan panen dan HPT 16-Mei Pengawasan rawat dan panen
Jumlah mandor yang diawasi (orang) 1
Prestasi Kerja Luas Lama areal kegiatan yang (jam) diawasi (ha) 17.54 5
Lokasi
C6 & C7
2
10.06
5
C6 & C3
1
12.00
5
C9
2
13.70
5
C7, C9
2
23.77
5
C3, C4, C5
1 1
21.45 24.66
5 5
C5 & C7 C7
2
33.81
5
C7 & C9
2
33.81
5
C7 & C9
2
33.78
5
C5 & C7
1
37.94
5
C5, C7, C8, C9
2
33.81
5
C7 & C9
2
28.45
5
C3, C5, C7
-
-
5
1
18.24
5
Kantor afdeling C C5
1
32.92
5
C5 & C8
1
45.25
5
C5, C7, C8
2
31.22
5
C4 & C5
1 1
39.44 29.44
5 5
C4, C5, C8, C9 C4, C5, C8
1 2
9.12 31.25
5 5
C5 C4, C5, C9
2
28.32
5
B7 & B8
71 Lampiran 8. (Lanjutan)
Tanggal
Kegiatan
12-Mei Pengawasan rawat dan HPT 13-Mei Pengawasan rawat 14-Mei Pengawasan panen dan HPT 16-Mei Pengawasan rawat dan panen 18-Mei Pengawasan rawat dan panen 19-Mei Pengawasan rawat dan panen 20-Mei Pengawasan rawat dan panen 21-Mei Pengawasan panen 23-Mei Pengawasan rawat dan panen 24-Mei Pengawasan rawat dan panen 25-Mei Pengawasan rawat dan panen 26-Mei Pengawasan rawat dan panen 27-Mei Pengawasan HPT 28-Mei Pengawasan rawat dan panen 30-Mei Pengawasan rawat 31-Mei Pengawasan panen 1-Juni Pengawasan panen 3-Juni Pengawasan panen 4-Juni Pengawasan rawat dan HPT 6-Juni Pengawasan rawat dan panen 7-Juni Pengawasan HPT dan panen 8-Juni Pengawasan rawat, panen dan HPT 9-Juni Pengawasan rawat dan panen 10-Juni Pengawasan HPT 11-Juni Pengawasan HPT 13-Juni Persiapan laporan 14-Juni Presentasi hasil
Jumlah mandor yang diawasi (orang) 1
Prestasi Kerja Luas Lama areal kegiatan yang (jam) diawasi (ha) 29.44 5
Lokasi
C4, C5, C8
1 2
9.12 31.25
5 5
C5 C4, C5, C9
2
28.32
5
B7 & B8
2
41.32
5
B7 & B8
2
11.80
5
B9
2
14.81
5
C5 & C6
2 2
31.05 29.64
5 5
B4, B6, B12 B7, B8, B9
3
39.22
5
B5 & B8
2
36.76
5
B2 & B5
2
28.80
5
B10 & B11
1 2
7.34 16.59
5 5
C8 B6
1 1 1 1 1
12.45 12.23 26.81 11.38 32.92
5 5 5 5 5
B12 B3 B10 & B11 C6 C5 & C8
2
21.89
5
B8
2
43.70
5
B8 & B9
2
35.66
5
B9, B10, B11
2
33.38
5
B1 & B2
1 1 -
14.01 11.38 -
5 5 -
C3 C6 Kantor Kantor
72
Lampiran 9. Contoh Blangko Surat Pengantar Buah PT RUMPUN SARI ANTAN - 1
SURAT PENGANTAR BUAH No.
AFD
BLOK
AFD
i
TGL. : ______
JUMLAH KARUNG
HK
AFD
KG
PABRIK
AFD
KETERANGAN PABRIK
ANALISIS KUALITAS BCB PLASENTA
BJ. MENTAH
BJ. PHYTOPTORA
TRANSPORT
DITERIMA
SOPIR/OPERATOR KETERANGAN:
Lbr. 1 Kantor Induk Lbr. 2 Pabrik Lbr. 3 Afdeling
BJ. BERKECAMBAH
KA. PABRIK
MDR. PROSES
BJ. POTONG
KETERANGAN
DISERAHKAN
ASS.AFD
MDR. PANEN
(Putih) (Kuning) (Merah)
72
73
Lampiran 10. Contoh Blangko Buku Kerja Asisten Bagian Tanaman BUKU KERJA ASISTEN PT RUMPUN SARI ANTAN 1 BULAN AFDELING
: :
N O
HK
JENIS PEKERJAAN
NORMA
T P/A
MAT
P 1 A
P 2 A
P 3 A
P A
TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A 11
12
N 13
14
G 15
16
G 17
18
A 19
20
L 21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
TOTAL
BLOK HA HK MAT BLOK HA HK MAT BLOK HA HK MAT BLOK HA HK MAT BLOK HA HK MAT BLOK HA HK MAT HK Carui,
Disetujui oleh,
Diperiksa oleh,
2011
Dibuat oleh,
_____________________
_____________________
Administratur
KTU
Ka Tanaman
__________________ Ka. Afdeling
73
___________________ __
74
Lampiran 11. Contoh Blangko Laporan Perincian Pekerjaan Harian PT Rumpun Sari Antan I PT. RUMPUN SARI ANTAN -1 L P P H PERAWATAN TM/TBM Afdeling Periode
No.
Item Kerja
HK
Blk Hi
Shi
Hasil kerja Hi
Shi
Disetujui
Diperiksa
Dibuat
Manager
KTU
Ka. Afdeling
Cost/Ha
Total Cost PK + PO
Material Hk/Ha
Cost PK
Cost/Ha
Vol
Jenis Hi
Shi
Hi
Shi
Hi
Shi
Hi
Shi
Dosis/Ha
Cost/PO
Hi
Hi
Shi
Shi
Hi
Shi
Hi
Shi
Total Cost/Ha PK + PO Hi Shi
74
75
Lampiran 12. Contoh Blangko Bukti Permintaan Barang PT. RUMPUN SARI ANTAN I Nomor : Tanggal :
BUKTI PERMINTAAN BARANG (BPB) BLOK STATION/ALAT
KODE BARANG
NAMA BARANG
SAT
QTY
KODE MAIN
KODE COST
KODE ASSET
Diminta
Diperiksa
Disetujui
Mengetahui
Pemohon
Kabag gudang
KTU
Administratur
75
76
Lampiran 13. Data Hasil Pengamatan Keberhasilan Pemangkasan di Afdeling C, Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 Rata-rata jumlah cabang yang dipangkas
Pemangkas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
rata-rata jumlah Jumlah Keberhasilan Alat Jenis Usia cabang yang Nama tanaman diameter Pemangkasan diameter Pangkas Kelamin (tahun) kulitnya cabang cabang sampel (%) < 2.5 > 2.5 rusak akibat sakit kering cm cm pemangkasan Yuyun Cungkring Wanita 16-35 5 10 1 0 0 1 92.98 Imah Cungkring Wanita 16-35 5 9 1 0 1 1 90.74 Mariman Cungkring Pria 16-35 5 5 0 1 0 1 89.29 Turyadi Cungkring Pria 16-35 5 7 0 1 1 1 92.68 Rawen Cungkring Wanita > 36 5 7 1 0 0 1 81.58 Musinem Cungkring Wanita > 36 5 11 1 1 0 2 84.13 Paria Cungkring Wanita > 36 5 11 1 0 1 3 77.05 Barto Gergaji Pria > 36 5 7 2 1 1 1 92.59 Yamin Gergaji Pria > 36 5 7 0 0 1 0 95.24 Narto Gergaji Pria > 36 5 7 0 0 1 1 90.24
76
77
Lampiran 14. Data Tenaga Pemangkas dan Jumlah Pohon yang Dipangkas per Hari Pemangkas
Nama
Jenis Kelamin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Barto Musinem Turyadi Atim Imah Yuyun Parmi Sutirah Tarto Nardi Rawen Tukirah Janem Atun
Pria Wanita Pria Wanita Wanita Wanita Wanita Wanita Pria Pria Wanita Wanita Wanita Wanita
Total Rata-rata/hari Rata-rata/orang/hari
4-Apr 99 115 109 323 108
5-Apr 162 185 180 180 175 180 1062 177
Jumlah pohon yang dipangkas 6-Apr 7-Apr 8-Apr 135 91 114 130 105 120 120 130 90 120 105 85 110 95 100 120 90 115 85 115 110 130 90 100 87 107 730 1038 1031 122 94 115 122
9-Apr 109 117 125 110 110 120 120 113 115 1039 115
11-Apr 131 125 120 115 115 120 120 120 130 120 117 1333 121
77
78
Lampiran 15. Pengaruh Rotasi Pemangkasan dan Produksi Blok A6
Tahun
2007 Jadwal Pemangkasan 2008 Jadwal Pemangkasan 2009 Jadwal Pemangkasan 2010 Jadwal Pemangkasan Blok A8
Tahun
2007 Jadwal Pemangkasan 2008 Jadwal Pemangkasan 2009 Jadwal Pemangkasan 2010 Jadwal Pemangkasan
LUAS PANEN ( HA ) 18.41
TOTAL POKOK
Produksi Biji Cokelat Basah (Kg) JAN
FEB
MAR
APR
MAY
JUN
JUL
AUG
SEP
OCT
NOV
DEC
TOTAL
11244
549
94
62
200
1740
5461
6932
6828
1996
3196
4277
1799
33134
21.87
13086
829
798
1175
3297
5608
5357
3982
6489
5729
3504
1461
724
38953
21.87
12820
256
346
1012
3650
7519
2164
3942
2879
2639
4607
4253
1364
34631
21.87
12343
433
502
1715
3319
4670
1779
2808
2264
1881
1887
1895
1945
25098
LUAS PANEN ( HA ) 13.51
Produksi Biji Cokelat Basah (Kg)
TOTAL POKOK
JAN
FEB
MAR
APR
MAY
JUN
JUL
AUG
SEP
OCT
NOV
DEC
10307
558
307
382
533
4217
5623
3777
6112
1400
3683
2654
1336
30582
13.51
10307
856
670
1351
4201
3971
3780
3603
4500
3810
2208
1086
591
30627
13.51
9302
219
401
924
4160
6180
1528
1446
949
830
2234
2189
774
21834
13.51
9469
252
450
1304
3045
4188
2772
1828
1815
1539
1334
1362
851
20740
TOTAL
Keterangan: : Pemangkasan Pemeliharaan : Pemangkasan Produksi 78
79
Lampiran 16. Data Pengamatan Tunas Air, Bantalan Berbunga, dan Pentil Buah antara Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas Kriteria Tanggal
Tanaman
Dipangkas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Total Rata-rata
Tidak dipangkas Total Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
13 Mei 0 0 2 2 3 0 2 0 6 1 0 3 1 2 0 22 1.47 5 0 0 1 1 6 0 12 1 0 3 1 0 0 0 30 2.00
20 Mei 1 0 2 5 5 0 2 5 6 1 0 4 1 4 0 36 2.40 6 0 0 1 1 7 0 14 1 0 0 1 2 0 0 33 2.20
Tunas Air 27 Mei 2 0 1 5 7 0 4 6 6 3 0 4 3 1 0 42 2.80 6 0 0 1 1 7 0 14 1 0 0 1 2 0 0 33 2.20
3 Juni 4 0 1 6 7 0 4 6 6 4 0 5 5 1 0 49 3.27 7 0 0 1 0 7 0 15 1 0 0 3 2 0 0 36 2.40
10 Juni 6 0 1 8 7 0 4 6 6 5 0 5 5 1 0 54 3.60 8 0 0 1 0 7 0 15 3 0 0 5 2 0 0 41 2.73
6 Mei 0 0 0 1 3 5 0 0 3 1 1 1 3 1 6 25 1.67 5 14 7 1 15 3 0 0 5 3 0 8 17 18 0 96 6.40
13 Mei 4 1 0 21 6 5 3 3 3 0 1 4 21 0 6 78 5.20 7 22 2 2 22 0 6 1 4 2 8 3 11 28 11 129 8.60
Bantalan Bunga 20 Mei 27 Mei 0 0 2 0 0 0 17 11 13 12 8 7 4 3 4 6 5 2 4 1 1 0 9 10 22 13 3 5 7 6 99 76 6.60 5.07 8 5 23 32 10 8 2 2 15 17 0 0 4 3 3 4 5 1 2 2 4 2 3 5 17 14 30 28 11 9 137 132 9.13 8.80
3 Juni 0 0 0 11 9 10 6 4 3 0 0 13 17 6 4 83 5.53 5 22 8 1 18 0 2 2 7 1 6 3 14 22 7 118 7.87
10 Juni 0 0 0 11 13 3 5 3 8 3 0 11 20 3 3 83 5.53 4 15 7 1 22 1 5 5 4 0 8 2 11 17 10 112 7.47
6 Mei 2 8 11 3 9 3 0 0 1 9 0 0 11 3 4 64 4.27 3 50 14 12 8 2 7 3 6 3 5 0 20 6 5 144 9.60
13 Mei 3 12 11 6 10 3 3 1 5 9 1 3 12 2 6 87 5.80 7 46 16 7 10 2 7 3 14 3 12 0 12 8 9 156 10.40
Pentil buah 20 Mei 27 Mei 3 4 9 9 11 7 7 7 6 6 3 4 2 2 1 0 6 9 5 5 1 0 5 4 15 13 1 1 3 7 78 78 5.20 5.20 6 6 41 26 16 12 4 4 11 13 2 2 7 9 2 4 14 14 1 1 11 5 0 1 13 13 8 4 9 8 145 122 9.67 8.13
3 Juni 4 9 7 5 6 4 2 0 9 2 1 4 13 1 11 78 5.20 6 24 13 4 19 2 9 5 14 1 7 1 12 5 9 131 8.73
10 Juni 4 9 4 7 6 5 5 0 6 3 0 6 9 2 14 80 5.33 4 24 14 2 18 2 9 4 12 1 10 2 17 5 9 133 8.87
79
80
Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Buah Berdasarkan Ukuran antara Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas Kriteria Tanggal
Tanaman 6 Mei
Dipangkas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Total Rata-rata
Tidak dipangkas Total Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
4 3 3 5 2 2 2 1 2 4 0 1 1 3 3 36 2.40 1 11 2 5 3 2 2 1 4 2 4 1 7 7 2 54 3.60
13 Mei 4 3 3 5 4 2 2 1 2 4 0 1 1 3 2 37 2.47 1 13 4 6 2 1 5 3 3 1 5 1 8 7 4 64 4.27
Ukuran 1 27 Mei 4 6 3 2 3 5 5 4 4 5 2 1 3 3 1 2 1 1 7 7 0 0 2 2 2 2 3 3 2 2 42 45 2.80 3.00 2 2 13 15 6 6 6 4 2 2 1 1 4 6 3 2 3 3 1 1 4 3 1 0 8 5 4 4 4 4 62 58 4.13 3.87
20 Mei
3 Juni 6 2 5 4 5 0 3 2 1 7 0 2 2 3 2 44 2.93 1 15 6 4 2 1 6 2 3 2 3 0 5 4 4 58 3.87
10 Juni 6 2 5 4 5 0 2 1 1 7 0 2 2 1 2 40 2.67 1 15 6 2 2 0 6 2 3 2 3 0 5 4 4 55 3.67
6 Mei 5 3 1 1 9 1 0 0 0 4 0 0 0 2 1 27 1.80 1 8 3 3 7 0 5 0 5 2 5 1 3 5 5 53 3.53
13 Mei 4 1 1 1 5 1 0 1 1 4 0 0 0 3 2 24 1.60 2 8 5 3 7 1 6 2 4 2 5 1 3 5 5 59 3.93
Ukuran 2 27 Mei 4 3 1 1 1 2 1 2 5 3 1 2 1 1 1 1 2 2 4 6 0 0 0 0 0 0 3 3 2 2 26 28 1.73 1.87 2 2 10 10 6 6 3 5 7 7 1 1 7 8 2 3 4 3 2 3 4 5 1 2 3 6 5 4 5 5 62 70 4.13 4.67
20 Mei
3 Juni 3 1 2 2 3 2 1 1 2 6 0 0 0 3 2 28 1.87 2 10 6 5 7 1 8 3 3 3 5 2 6 3 5 69 4.60
10 Juni 3 1 2 1 3 1 1 2 1 7 0 2 1 5 2 32 2.13 2 13 2 4 6 1 8 3 3 2 5 1 6 3 4 63 4.20
80
81
Lampiran 17. (Lanjutan) Kriteria Tanggal
Tanaman 6 Mei
Dipangkas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Total Rata-rata
Tidak dipangkas Total Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3 3 0 0 13 0 0 0 3 3 1 0 0 3 5 34 2.27 2 8 5 2 3 1 14 2 4 4 7 3 9 3 7 74 4.93
13 Mei 3 3 0 0 16 0 0 1 3 3 1 0 0 3 5 38 2.53 1 8 5 2 4 1 14 2 3 4 8 3 9 3 6 73 4.87
Ukuran 3 27 Mei 3 2 3 3 0 0 0 0 16 17 1 1 0 0 1 1 3 3 3 5 0 0 0 0 0 0 3 4 5 4 38 40 2.53 2.67 1 1 8 7 5 5 2 2 4 4 1 1 11 10 2 2 3 3 3 2 8 8 2 0 7 5 3 3 5 4 65 57 4.33 3.80
20 Mei
3 Juni 2 3 0 0 17 1 0 1 3 5 0 0 0 4 4 40 2.67 1 7 5 2 4 1 10 2 3 2 8 0 5 3 4 57 3.80
10 Juni 2 3 0 1 17 1 1 1 4 5 0 1 0 4 4 44 2.93 1 6 6 3 4 1 10 1 2 2 8 1 5 2 2 54 3.60
6 Mei 0 1 1 0 8 2 0 3 0 2 0 0 0 1 1 19 1.27 2 4 2 1 0 0 3 1 3 0 3 3 4 0 2 28 1.87
13 Mei 0 1 1 0 8 1 0 2 0 1 0 0 0 1 1 16 1.07 2 4 2 1 0 0 3 1 1 0 3 2 4 1 2 26 1.73
Ukuran 4 27 Mei 0 1 1 0 1 1 0 0 7 5 1 1 0 0 2 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 17 15 1.13 1.00 1 1 4 3 2 2 0 0 0 0 0 0 5 6 0 0 0 0 1 1 3 3 2 1 5 5 1 1 2 2 26 25 1.73 1.67
20 Mei
3 Juni 1 0 1 0 5 1 0 2 1 1 1 0 0 1 1 15 1.00 0 2 1 0 0 0 6 0 0 1 3 1 4 1 2 21 1.40
10 Juni 1 0 1 0 5 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 11 0.73 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 3 1 3 1 1 15 1.00
81