PENGARUH MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP REAKSI REDOKS (Penelitian Kuasi Eksprimen di SMAN 87 Jakarta) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
ZULKIFLI NIM: 105016200567 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
ABSTRAK Zulkifli. “Pengaruh Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks”, Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN-87 Jakarta dimulai tanggal 8 Februari sampai tanggal 5 Maret 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Fisher, dan dilanjutkan dengan uji siknifikansi menggunakan uji “t” diperoleh t hitung = 4,6492. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,0000. Dengan kata lain thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bawa Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks diterima. Jadi pembelajaran dengan menggunakan media komik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci: Media Komik, Hasil Belajar, Reaksi Redoks.
i
ABSTRACT Zulkifli. The Influence of Comics toward the Result of Student’s Achievement on Redoks Reaction concept, skripsi, The Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. This research has purpose to know the existence of influence from comics media to toward the Result of Student’s Achievement on Redoks Reaction concept, this research is done in SMAN-87 Jakarta at February 8th to March 5th 2010. The method of research uses quasy expriment. The instrument which is used are tes. Before the research instrument are used, the instrument has validity. Through the validity account from 11 questons, taken 7 question which considered have validity. The technique of data analysis which is used is normality test through Lilliefors test and homogeneity test through Fischer test and continued with significance test through “t” test, with is resulted account: 4,6492, while table “t” at 5% significant level is 2,0000. So, we can conclude that Ha who said that there is student’s achievement on Redoks Reaction concept through comics media is accepted. Therefore teaching by using comics media significance effected toward student’s achievement in chemistry. Keyword : Comics, Student’s Achievement, Redoks Reaction.
ii
KATA PENGANTAR
O É Ïm§9$# Ç`»uHq ÷ § 9$# «!$# ÉOó¡Î0 Tiada kata yang paling indah dan pantas peneliti ucapkan selain kata Alhamdulillah, karena berkat Rahmat dan Hidayah dari Allah Yang Maha Luas Ilmu-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabat, semoga dengan bershalawat kepada Rosul-Nya, kita diajarkan dan ditambahkan oleh Allah SWT Ilmu Pengetahuan dan senantiasa mendapatkan syafaat dari Rasulullah di hari kiamat nanti, Amin. Dengan penuh kesadaran, peneliti menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan dapat dilaksanakan dan ditulis tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sehingga sudah sepantasnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan terhadap penyusunan skripsi ini. Maka peneliti mengaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA 4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai Pembimbing Akademik peneliti. 5. Bapak Munasprianto Ramli, M.A., Selaku dosen pembimbing II penilis yang selalu meluangkan waktu, memberikan saran dan arahan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.
iii
6. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd., Sebagai dosen pembimbing I peneliti yang selalu meluangkan waktu, memberikan saran dan arahan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini. 7. Segenap dosen Jurusan Pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Kimia yang telah mengajarkan ilmu kepada peneliti 8. Ayah Bunda tercinta yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan peneliti serta memeras keringat untuk membiayai studi peneliti. Semoga Allah SWT. selalu mencurahkan Rahmat dan Kasih Sayang kepada keduanya. 9. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan semangat kepada peneliti dalam melaksanakan studi. 10. Pak Cik Mois yang telah banyak memberikan dukungan kepada peneliti baik materil maupun moril, dan segenap paman, bibi yang selalu memberikan dukungan terhadap studi peneliti. 11. Keluarga di negeri jiran Malaysia yang juga banyak memberikan dukungan terhadap studi peneliti, baik materil maupun moril. 12. Teman-teman mahasiswa yang seperjuangan khususnya teman-teman kimia angkatan 2005 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 13. Terakhir kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan kepada peneliti baik langsung maupun tidak langsung. Peneliti berharap skripsi ini dapat memenuhi tugas yang telah ditentukan dan peneliti telah berusaha untuk menyusun skripsi ini seoptimal mungkin, maka penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun pengetahuan peneliti. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak.
Ciputat, 20 Maret 2010 M
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG MUNAQASYAH LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4 C. Pembatasan Malah...................................................................... 5 D. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ....................................................................... 7 1. Hakikat Media Pembelajaran ................................................. 7 a. Pengertian Media Pembelajaran ......................................... 7 b. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran .................................. 10 b. Manfaat Media Pembelajaran ............................................. 10 c. Klasifikasi dan Jenis-jenis Media Pembelajaran.................. 12 2. Hakikat Media Komik ............................................................ 14 a. Definisi Komik................................................................... 14 b. Sejarah Komik ................................................................... 15 c. Unsur-unsur Komik ............................................................ 16 d. Macam-Macam Komik ...................................................... 19 e. Komik Sebagai Media Pembelajaran .................................. 20 v
3. Hakikat Modul ....................................................................... 23 4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar .......................................... 26 a. Belajar............................................................................... 26 b. Teori-teori Belajar ............................................................. 28 c. Hasil Belajar...................................................................... 30 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............... 35 5. Hakikat Ilmu Kimia ............................................................... 38 6. Hakikat Konsep Reaksi Redoks ............................................. 41 B. Hasil Penelititian yang relevan ................................................... 43 C. Kerangka Pikir ........................................................................... 44 D. Perumusan Hipotesis .................................................................. 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 46 B. Metode Penelitian ....................................................................... 46 C. Desain Penelitian ........................................................................ 46 D. Populasi dan Sampel................................................................... 47 E. Variabel Penelitian ..................................................................... 47 F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 48 G. Instrumen Penelitian ................................................................... 48 H. Teknik Analisis Data .................................................................. 55 I. Hipotesis Statistik ....................................................................... 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................... 58 B. Pembahasan................................................................................ 61 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 64 B. Saran .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65 LAMPIRAN .................................................................................................. 68
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................... 69
Lampiran 2.
Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Instrumen Tes ............................... 95
Lampiran 3.
Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen....... 104
Lampiran 4.
Soal Instrumen Tes yang Digunakan ........................................ 106
Lampiran 5.
Distribusi Data Pretes dan Postes Siswa Kelas Eksprimen ........ 108
Lampiran 6.
Distribusi Data Pretes dan Postes Siswa Kelas Kontrol............. 109
Lampiran 7.
Penghitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksprimen .............. 110
Lampiran 8.
Penghitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksprimen ............. 111
Lampiran 9.
Penghitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol .................. 112
Lampiran 10. Penghitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol .................. 113 Lampiran 11. Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes .................................. 114 Lampiran 12. Uji Hipotesis Skor Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol . 115 Lampiran 13. Uji Hipotesis Skor Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol. 116 Lampiran 14. Media Komik Pada Konsep Reaksi Redoks .............................. 117 Lampiran 15. Media Modul Pada Konsep Reaksi Redoks .............................. 144 Lampiran 16. Surat Bimbingan Skripsi........................................................... 155 Lampiran 17. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 156 Lampiran 18. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 157 Lampiran 19. Uji Referensi ............................................................................ 158 Lampiran 20. Riwayat Hidup ......................................................................... 166
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Buku Teks Biasa Dengan Modul .................................. 24 Tabel 2.2. Perbedanaan dan Kelebihan Media Komik Dibandingkan Modul .. 26 Tabel 3.1. Desain Penelitian .......................................................................... 47 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ....................................................... 50 Tabel 3.3. Kriteria Taraf Kesukaran .............................................................. 54 Tabel 4.1. Deskripsi Data Mean Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol.. 58 Tabel 4.2. Deskripsi Data Mean Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol . 59 Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Liliefors pada kelas eksprimen dan kealas kontrol ......................................................................... 59 Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Fischer ................................... 60 Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotesis dengan Uji “t” Pretes dan Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol ....................................................... 61
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Klasifikasi dan Jenis Media Pemblajaran .................................... 13 Gambar 2.2. Contoh Sampul Depan Pada Komik ............................................ 17 Gambar 2.3. Contoh Sampul Belakang Pada Komik........................................ 17 Gambar 2.4. Contoh Halaman Isi Pada Komik ................................................ 19 Gambar 2.5. Penjenjangan Domain kognitif .................................................... 31 Gambar 2.6. Penjenjangan Domain Afektif ..................................................... 33
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan Bangsa dan Negara dimasa depan, sehingga kualitas pendidikan dapat menentukan kualitas suatu Bangsa dan Negara. Tugas dunia pendidikan, terutama pendidikan sains adalah melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan responsif terhadap berbagai kemajuan. Begitu juga halnya dengan tugas guru selain membantu siswa memahami konsep-konsep materi pelajaran yang diberikan dan mengaplikasikan konsepkonsep tersebut, tetapi juga harus mampu menumbuhkan minat siswa terutama terhadap pelajaran yang diberikan dan mengajak siswa melihat keterkaitan bidang yang dipelajari dengan kehidupan nyata sehari-hari. Guru harus menggunakan berbagai pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran supaya tugas di atas dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Efektif berarti dapat mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan efisien berarti hemat waktu, biaya, bahan dan energi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan harapan. Salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia adalah ilmu kimia. Ilmu kimia disebut juga “Central Science” karena peranannya yang sangat penting dalam ilmu sains lainnya. Tidak ada ilmu pengetahuan alam atau yang biasa kita kenal dengan istilah ilmu sains yang tidak bergantung pada ilmu kimia. Pengembangan dalam ilmu kedokteran, farmasi, geologi, pertanian, dan sebagainya dapat berjalan seiring dengan kemajuan yang dicapai dalam ilmu kimia.1 Sehingga ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan
1
Pustekkom, Karakteristik Ilmu Kimia Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan Alam, dalam http://118.98.163.244/materi/adaptip/kimia/1_PENGENALAN%20ILMU%20KIMIA/kbl_4.ht m diakses 16 Januari 2009.
1
2
yang penting untuk dipelajari dan dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh seluruh siswa SMA di Indonesia, khususnya siswa kelas X, sedangkan siswa kelas XI dan XII hanya yang memilih jurusan IPA saja yang mendapatkan mata pelajaran kimia. Sedangkan Konsep tentang Reaksi redoks merupakan salah satu konsep dalam mata pelajaran kimia SMA di Indonesia. Menurut kurikulum dan silabus mata pelajaran kimia KTSP 2006, konsep reaksi redoks dicantumkan dalam mata pelajaran kimia SMA kelas X semester 2,2 kemudian pembahasan reaksi redoks dengan penyetaraan reasi secara mendalam dilanjutkan di kelas XII. Meskipun ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat penting, tapi mata pelajaran kimia masih dianggap oleh sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit dan bahkan dianggap sebagai beban, bukan sebagai kebutuhan. Kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami ilmu kimia dapat bersumber pada beberapa hal berikut: 1. Kesulitan dalam memahami istilah Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah, tetapi tidak memahami dengan benar maksud dari istilah tersebut. 2. Kesulitan dalam memahami konsep kimia Kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu kimia merupakan konsep atau materi yang bersifat abstrak dan belum dirasakan maknanya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Kesulitan dalam menghitung angka Dalam pembelajaran kimia siswa dituntut untuk terampil dalam operasi rumus matematis. Namun sering ditemukan siswa yang kurang memahami rumusan matematis tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa kurang menguasai dasar-dasar matematika dengan baik, sehingga siswa kurang
2
Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006, h. 5.
3
terampil mengaplikasikan operasi-operasi dasar matematika dalam ilmu kimia.3 Jika siswa sudah menganggap mata pelajaran kimia sulit dan sebagai beban sehingga minat mereka untuk mempelajari kimia menjadi kurang, maka hasil belajar kimia mereka juga kurang optimal. Kesulitan siswa dalam mempelajari kimia dan kurang optimalnya hasil belajar kimia siswa merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh guru, kimia adalah mata pelajaran menakutkan dan membosankan, itulah keluhan yang sering terdengar dari para siswa. Hal tersebut disebabkan karena konsep kimia dipenuhi oleh rumus-rumus yang harus dihafal dan difahami serta teori-teori yang bersifat abstrak. Hasil survei di Philifina menunjukkan bahwa setiap minggu anakanak berusia lebih dari 14 tahun sekitar 16% membaca komik, usia 17-19 tahun sekitar 29,9%, usia 20-29 tahun sekitar 24,9%, usia 30-44 tahun sekitar 24,6%, dan diatas 45 tahun sekitar 4,6%. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, maka pembaca komik tersebut yang berpendidikan tingkat sekolah dasar sekitar 19,1%, sekolah lanjutan sekitar 43,7%, dan tinggat perguruan tinggi sekitar 37,2%.4 Berdasarkan hasil survei di atas, maka perlu dicari alternatif strategi pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia, sehingga mereka senang mempelajari kimia dan selalu diingat dalam memori jangka panjang mereka. Salah satu strateginya adalah dengan menggunakan media komik, sebab pada umumnya jika seorang siswa disuruh membaca sebuah komik, maka siswa tersebut mudah untuk memahami isi bacaannya. Berbeda halnya jika
disuruh membaca buku
pelajaran, siswa tersebut mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan tersebut, terlebih lagi jika yang dibaca adalah buku pelajaran kimia. 3
Sri Retno, dkk, “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tai (Team Assisted Individualization) dilengkapi Modul dan Penilaian Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penentuan dH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I”, Jurnal Varia Pendidikan, Vol 20, No. 1, Juni 2008, h. 60. 4 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55 -56.
4
Diharapkan melalui media komik tersebut siswa dapat termotivasi untuk belajar, mencari, dan mengembangkan pemahamannya sendiri, sehingga apa yang dibaca dan dipelajarinya tidak mudah dilupakan seperti halnya membaca komik pada umumnya, dan pada akhirnya akan memberikan hasil belajar yang optimal. Konsep reaksi redoks dipilih karena reaksi redoks merupakan suatu konsep dasar dan penting dalam ilmu kimia. Konsep reaksi redoks juga sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada perkaratan logam, pemutih pakaian, penyentruman akumulator, ekstraksi logam, dan daur ulang perak.5 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul skripsi, yaitu: “Pengaruh Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Ilmu kimia sangat penting tapi siswa menganggap materi pelajaran kimia sulit. 2. Mata pelajaran kimia dianggap sebagai beban oleh siswa. 3. Siswa tidak tertarik untuk membaca buku pelajaran kimia. 4. Siswa senang membaca komik daripada buku pelajaran kimia. 5. Media pembelajaran yang digunakan guru belum mampu untuk menumbuhkan minat baca dan menarik perhatian siswa terhadap mata pelajaran kimia. 6. Hasil belajar kimia siswa kurang optimal.
5
– 232.
Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007), h. 228
5
C. Pembatasan Masalah Dari beberapa identifikasi masalah di atas, maka peneliti sangat menyadari bahwa dalam melakukan penelitan ini, peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik tenaga, biaya, maupun waktu. Agar lebih terarah, maka peneliti membatasi permasalahan pada pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa, dengan rincian sebagai berikut: 1. Siswa yang diteliti hanya dua kelas yang berasal dari kelas X-4 dan X-6 SMA Negeri 87 Jakarta. 2. Penelitian hanya pada konsep reaksi redoks kelas X SMA. 3. Media yang digunakan yaitu media komik untuk kelas eksprimen dan media modul untuk kelas kontrol . 4. Hanya mengukur hasil belajar kognitif (C2 – C6).
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh media komik terhadap hasil belajar kimia siswa. 2. Manfaat Penelitian: a. Manfaat bagi guru Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menggunakan media komik dalam pembelajaran. b. Manfaat bagi peneliti Menambah wawasan peneliti dalam bidang penelitian pendidikan dan menumbuhkan kreatifitas peneliti dalam membuat media pembelajaran.
6
c. Manfaat bagi siswa Sebagai bahan acuan dan bacaan bagi siswa dalam pembelajaran khususnya pada konsep reaksi redoks.
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran. 1 Interaksi komunikasi
yang
aktif
melibatkan
beberapa
komponen
yaitu
komunikator, komunikan, dan pesan. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, yang berarti pemberi tahuan, pemberi bagian, dan pertukaran pembicaraan, pembicara mengharapkan pertimbangan dan tanggapan dari pendengarnya. Kata sifatnya communis artinya bersifat umum atau bersama-sama.
Kata
kerjanya
communicare
artinya
berdialog,
berunding atau bermusyawarah. 2 Ditinjau dari efek yang diharapkan, tujuan komunikasi bersifat umum, maka dalam proses komunikasi melahirkan istilah-istilah seperti penerangan, propaganda, indoktrinasi, pendidikan, pembelajaran dan lain sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran adalah bagian khususnya komunikasi, karena memiliki tujuan yang bersifat khusus. Komunikasi dalam pembelajaran terjadi karena ada rencana dan tujuan yang ingin dicapai. 3 Dalam lingkup pendidikan, khususnya pendidikan formal di Indonesia, komunikator dapat sebagai “guru” sedangkan komunikan sebagai “siswa”. Sedangkan pesan yang disampaikan oleh “guru” tiada lain berupa pengetahuan atau kemampuan baru yang harus dimiliki oleh
1
Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: JICA IMSTEP, 2000), h. 8. 2 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 2. 3 Ibid. h. 3.
7
8
siswa. Jadi tidak dapat disangkal bahwa proses yang menghantarkan siswa agar memiliki pengetahuan dan kemampuan baru yang digariskan oleh kurikulum memerlukan alat bantu.4 Alat bantu tersebut disebut media pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “pengantar” atau “perantara”. Dalam bahasa Arab media disebut “wasail” bentuk jamak dari “wasilah” yakni sinonim “al wasth” artinya juga “tengah”. Kata “tengah” itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai “perantara” atau yang mengantarai. Karena posisinya berada di tengah maka “perantara” disebut sebagai “pengantar” atau “penghubung”, yakni mengantarkan, menghubungkan, dan menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.5 Jadi media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung, dan pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Banyak batasan yang dikemukakan para ahli tentang media, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.6 Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.7 Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memberikan pengertian media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatan-peralatannya, media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca.8 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala bentuk yang dipergunakan orang untuk 4
Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 161. Yudhi Munadi, op.cit. h. 6. 6 Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6. 7 Ibid. 8 Ibid. h. 7. 5
9
proses informasi dalam pembelajaran baik dalam bentuk tercetak maupun audiovisual serta peralatan-peralatan yang mendukungnya guna memberikan motivasi dan inovasi pada pembelajaran, supaya terjadi proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam hal ini efektif berarti memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar. Sedangkan efisien artinya memiliki daya guna ditinjau dari cara penggunaannya, waktu, dan tempat. Media dikatakan efisien apabila penggunaannya mudah, dalam waktu yang singkat dapat mencapai isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Media juga harus bersifat komunikatif, artinya media tersebut mudah dimengerti maksudnya, dengan kata lain apa yang ditampilkan media tersebut mudah untuk difahami siswa. Menurut Ade Kosnandar, penggunaan media dalam pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk memahami apa yang dipelajarinya, menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi belajar, mengurangi kesalah pemahaman, dan informasi yang disampaikan menjadi lebih konsisten, sehingga apa yang dipelajari siswa dapat lebih melekat dalam struktur kognitif siswa dan dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan dibandingkan dengan tanpa menggunakan media.9 Peran media pembelajaran menurut Smaldino seperti dikutip oleh Dilaga, diantaranya sebagai berikut: 1) Diatur oleh Pengajar (instructor-directed) Media pembelajaran yang digunakan oleh pengajar dan menjadi bagian dari penyajian materi pembelajaran yang disajikan oleh pengajar tersebut. 2) Diatur oleh Peserta Didik (learner-directed) Media pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik itu sendiri, karena ia ingin terlibat lansung dalam kegiatan belajar tersebut.
9
Ade Kosnandar, “Guru dan Media Pembelajaran” Jurnal Teknodik No. 13 Tahun VII, Desember 2003, h. 77.
10
3) Belajar Jarak Jauh (distance education) Belajar jarak jauh adalah belajar dimana peserta didik tidak berhadapan lansung dengan pengajar, belajar jarak jauh memerlukan sarana telekomunikasi yang memadai, baik untuk interaksi yang bersifat searah maupun dua arah.10
b. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran Menurut Oemar Hamalik, ciri-ciri umum media pembelajaran adalah: 1) Media pembelajaran berupa benda yang dapat diamati dengan panca indra. 2) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis sehingga perbedaan persepsi antar siswa pada suatu informasi dapat diperkecil. 3) Media pembelajaran merupakan alat bantu belajar yang dapat digunakan baik di dalam maupun di luar kelas. 4) Media pembelajaran digunakan untuk memperlancar komunikasi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. 11
c. Manfaat Media Pembelajaran Menurut Mulyati Arifin, dkk. Media pembelajaran memiliki manfaat sebagai berikut: 1) Mengarahkan atau menjaga perhatian dan konsentrasi. 2) Membantu retensi dan daya ingat. 3) Mengurangi keraguan pengertian. 4) Memperjelas struktur dan sistematika. 5) Meningkatkan relevansi arah pembicaraan. 6) Memperpendek waktu dan usaha belajar. 7) Bahan kajian menjadi lebih utuh dan tuntas.12 10
Dewi Salma Prawira Dilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007), h. 64. 11 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11. 12 Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 165.
11
Selain beberapa manfaat di atas, terdapat beberapa fungsi media pembelajaran, sebagai berikut: 1) Siswa dapat menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau, contohnya dengan media gambar, film, video, dan lain-lain sehingga siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata. 2) Siswa dapat mengamati benda atau pristiwa yang sukar dikunjungi baik disebabkan oleh jarak yang jauh atau berbahaya, contohnya siswa dapat melihat kesibukan di pusat reaktor nuklir, kehidupan di bawah laut dan lain sebagainya. 3) Memperoleh
gambaran
yang
jelas
terhadap
benda-benda
mikroskopik atau makroskopik yang sukar diamati secara lansung. Contohnya dengan menggunakan slide, gambar, dan film siswa dapat melihat dengan jelas bentuk virus, bateri, dan benda-benda mikroskopik lainnya. Dengan menggunakan model, globe, dan miniatur. Dengan globe siswa dapat melihat dan mempelajari bentuk bumi, dengan miniatur siswa dapat mengamati pusat pembangkit listrik tanpa harus ke lokasinya. 4) Dapat mendengarkan suara yang sukar didengar telinga secara lansung. Misalnya suara detak jantung. 5) Dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak atau susah diawetkan. Contohnya dengan menggunakan model siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia dan lain sebagainya. 6) Mempermudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar misalnya, siswa dengan mudah dapat membandingkan dua atau lebih benda yang berbeda sifat, ukuran, warna, dan lainnya. 7) Dapat melihat secara jelas gerakan-gerakan yang berlansung sangat lambat dengan bantuan video, gambar, dan lain sebagainya. Contohnya pada proses mekarnya bunga, peroses evolusi ulat menjadi kupu-kupu.
12
8) Dapat melihat secara lambat gerakan yang berlansung cepat dengan bantuan film, video atau gambar. Contohnya siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, gerakan mesin yang berlansung cepat dan sebagainya. 9) Media pembelajaran dapat menjangkau audiens yang berjumlah besar dan siswa dapat mengamati objek secara serempak. 10) Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, hobi, dan temponya masing-masing. Misalnya dengan media komik siswa yang memang memiliki hobi membaca komik akan senang membaca media tersebut.13 11) Media mampu memberikan kesempatan belajar yang lebih merata. Dengan menggunakan berbagai media memungkinkan orang dapat belajar dimana saja dan kapan saja. 12) Pembelajaran
menjadi
lebih
berdasarkan
ilmu.
Dengan
menggunakan media, proses belajar mengajar menjadi lebih terencana dengan baik. Sebab media dianggap seabagai bagian yang
intgral dari sistem pembelajaran,
pelaksanaan
pembelajaran
guru
sehingga sebelum
terlebih
dahulu
harus
mengidentifikasi siswanya sehubugan dengan penggunaan media tersebut.14
d. Klasifikasi Dan Jenis-jenis Media Pembelajaran Klasifikasi media pembelajaran pada umumnya terbagi dua yaitu media non elektronik dan media elektronik. Namun klasifikasi berikut dapat memberikan gambaran lingkup media yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran.
13
I Wayan Santyasa, “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”, Makalah Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, (Fakutas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007) h. 5 – 6. 14 Cepi Riyana, “Peran Teknologi dalam Pembelajaran”, http://www.cepiriyana.com, diakses 27 Desember 2009, h. 8.
13
Media
Audio 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Phonograph Open reel tapes Casette tapes Compact disc Radio Laboratorium bahasa
Multimedia 1. Berbasis computer a. Multimedia presentasi b. Multimedia interaktif c. Mulitimedia simulasi d. Internet-learning 2. Pengalaman lansung a. Pengalaman berbuat b. Pengalaman terlibat ü Permainan dan simulasi ü Bermain peran ü Forum teater
Visual 1. Pesan visual a. Gambar b. Grafik c. Diagram d. Bagan e. Peta 2. Penyalur pesan visual verbal-nonverbal a. Buku dan modul b. Komik c. Majalah dan jurnal d. Poster e. Papan visual ü papan tulis ü papan magnetik ü papan lembar balik ü papan flannel ü papan buletin ü papan peragaan 3. Model
Audiovisual 1. Film gerak bersuara 2. Video 3. Televisi
Proyeksi 1. Overhead projector (OHP) 2. Slide (film bingkai) 3. Film strip (film rangkai 4. Opaque projector (proyektor tak tembus pandang) 5. Digital projector (infokus)
Gambar 2.1. Klasifikasi dan jenis-jenis media pembelajaran. 15
15
Yudhi Munadi, op.cit. h. 58 – 184.
14
2. Hakikat Media Komik a. Definisi Komik Komik memiliki banyak arti dan sebutan yang disesuaikan dimana tempat masing-masing komik terebut berada. Secara umum komik berarti cerita bergambar atau disingkat dengan cargam. Scoud McCloud seperti dikutip oleh Waluyanto, berpendapat bahwa komik memiliki arti gambar-gambar serta lambang atau simbol lain yang terjukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.16 Sedangkan menurut menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, komik adalah cerita serial bergambar yang merupakan perpaduan seni gambar dan seni sastra, gambar-gambar pada komik umumnya dilengkapi dengan balon-balon kata dan terkadang disertai narasi sebagai penjelasan.17 Sementara itu I Wayan Santyasa menyatakan bahwa komik adalah suatu bentuk sajian cerita yang dilengkapi dengan gambar.18 Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri. Dari beberapa pengertian komik di atas maka dapat disimpulkan bahwa komik merupakan sajian cerita yang dilengkapi dengan gambargambar, simbol-simbol, dan balon kata yang berdekatan dalam urutan tertentu untuk menyampaikan informasi. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk seperti Koran, majalah, dan berbentuk buku tersendiri. Komik merupakan bentuk media komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan informasi secara populer dan mudah dimengerti, hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita 16
Heru Dwi Waluyanto, “Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran”, Jurnal Nirmala Vol. 7, No. 1, Januari 2005, h. 51. 17 Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 54. 18 I Wayan Santyasa, op.cit. h. 14.
15
yang membuat informasi menjadi lebih mudah diserap. Teks dan gambar membuat komik menjadi lebih mudah dimengerti, sedangkan alur membuatnya menjadi lebih mudah untuk diikuti dan diingat.19 Sehingga pesan yang disampaikan melalui komik tersimpan dalam memori jangka panjang yang tidak mudah dilupakan meskipun telah lama
dibaca,
dan
sewaktu-sewaktu
dengan
mudah
dapat
diceritakan/recall kembali.
b. Sejarah Komik Budaya komik dimulai sejak zaman prasejarah, pada waktu itu orang prasejarah membuat gambar di gua-gua, termasuk juga huruf mesir kuno. Adapun komik dengan bentuk yang dikenal sekarang mulamula berkembang di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 897, komik Amerika lebih banyak menceritakan tentang super hero, pahlawan antariksa, dan tema sains fiksi, seperti superman, batman, dan spiderman. Sedangkan komik Eropa lebih berbentuk petualangan dan humor, seperti Tintin, Aterix, Lucy Luke, dan Mobieus. Saat ini yang sedang populer adalah komik Jepang atau komik manga. Bentuk bukunya kecil, tidak berwarna, dan tokoh-tokohnya bermata bulat besar. Komik jepang lebih banyak menceritakan tematema keseharian. Di Jepang komik tidak hanya diterbitkan sebagai bahan hiburan semata tetapi juga dikembangkan komik untuk membantu pengajararan baik dikalangan masyarakat umum maupun di sekolah. Temanya lumayan berat tetapi dapat dibaca dengan santai, diantaranya mengenai masalah sosial, politik, ekonomi, sains, etika, dan falsafah konfusaisme. Sedangkan di Indonesia cerita gambar dijumpai di Candi Prambanan dan candi Brobudur. Pada dinding lima diantara sepuluh tingkat Borobudur terdapat rangkaian ukiran gambar timbul 1300 panel berisi kisah manusia sejak kelahiran sampai kematian. Sedangkan di 19
Heru Dwi Waluyanto, loc.cit.
16
Prambanan, pada dinding tiga di antara candi-candi terukir rangkaian gambar timbul tentang kisah Ramayana dan Kresnayana. Pada akhir tahun 1960-an, eksistensi komik semakin mendapat perhatian seperti ditunjukkan dengan pembuatan film berdasarkan komik, Si Buta dari Gua Hantu adalah komik pertama di Indonesia yang di filmkan. Tahun 1970-an dan berlanjut ke tahun 980-an merupakan masa
subur
bagi
pemasaran
komik-komik
luar
negeri
yang
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Komik-komik tersebut umunya berasal dari Amerika Serikat, beberapa negara Eropa, serta dari Jepang.20
c. Unsur-unsur Komik Secara sepintas komik dipandang hanya sebagai media visual yang terdiri dari kumpulan gambar dan tulisan yang terjadin menjadi sebuah cerita. Namun bagi para komikus, komik memiliki unsur-unsur yang terdiri dari sampul depan, sampul belakang, dan halaman isi. Pada halaman sampul depan sebuah komik biasanya terdapat komponen-komponen sebagai berikut: 1). Judul cerita atau judul serial Judul biasanya diambil dari tema cerita yang diangkat. Ukuran huruf pada judul dibuat huruf kapital dengan ukuran besar dan mencolok sehingga menarik perhatian dan mudah ditanggkap oleh pembaca. 2). Credits Yaitu keterangan tentang pengarang komik tersebut, seperti penulis skenario, penggambar, dan sebagainya. 3). Indicia Yaitu keterangan tentang penerbit maupun percetakan lengkap dengan waktu terbit dan pemegang hak cipta.21 20 21
Ensiklopedi Nasional Indonesia, loc.cit. h. 55 – 56. Toni Masdiono, 14 Jurus Membuat Komik, (Jakarta: Kreatif Media, 2007), h. 12.
17
Berikut contoh gambar sampul depan pada sebuah komik.
Gambar 2.2. Contoh Sampul Depan Pada Komik. 22 Sedangkan pada halaman sampul belakang biasanya tertera ringkasan cerita yang terdapat dalam komik tersebut untuk memberikan gambaran umum tentang isi komik kepada pembaca. Berikut contoh gambar sampul belakang pada sebuah komik:
Gambar 2.3. Contoh Sampul Belakang Pada Komik.23
22
M. Tatalovic, “Science comics as tools for science education and communication: a brief, exploratory study”, Journal of Science Communication, International School for Advanced Studies, 2009, h. 9. 23 Drajat dan Janu, Matematika Punya Cerita, (Bandung: Dar! Mizan, 2010).
18
Sementara itu halaman isi komik terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
1). Panel Panel berfungsi sebagai ruang tempat diletakkannya gambargambar sehingga akan tercipta suatu alur cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca. Agar komik dapat tampil menarik dan sesuai alur, maka peralihan antara satu panel dengan panel lainnya harus mampu menuntun alur cerita yang dibawa. 2). Gang Gang adalah ruang atau jarak yang menjembatani antara satu panel dengan panel lainnya. 3). Narasi Narasi berfungsi menerangkan dialog, waktu, tempat, kejadian, dan situasi yang digambarkan dalam komik tersebut. 4). Balon kata Adalah suatu bulatan dengan garis penunjuk yang di dalamnya terdapat tulisan yang berisi ucapan yang disampaikan oleh tokoh dalam komik tersebut. Balon kata dengan garis penunjuk lansung menunjukkan tokok berbicara, sedangkan garis penunjuk dengan bulatan putus-putus menunjukkan tokoh bergumam atau berbicara dalam hati. 5). Efek suara Adalah menunjukkan suara-suara yang terjadi dalam certia tersebut, misalnya suara angin, suara ranting patah, suara bel dan sebagainya. 24
24
Toni Masdiono, op.cit. h. 13.
19
Berikut contoh gambar halaman isi pada sebuah komik:
Gambar 2.4. Contoh Halaman Isi Pada Komik.25
d. Macam-macam Komik Komik hadir dengan berbagai jenis dan materi sesuai dengan kebutuhan pembaca. Dalam hal ini Marcel Bonnef membagi komik Indonesia kedalam beberapa jenis, yaitu: 1). Komik Wayang Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis komik asli indonesia. Lakon pokok (karakter utama) komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber hindu, kemudian diolah dan diperkaya dengan unsur lokal, beberapa diantaranya berasal dari kesusteraan jawa kuno seperti Mahabrata dan Ramayana. 2). Komik silat Komik silat atau pencak berarti teknik beladiri, sebagaimana halnya Judo dari jepang, atau Kun Tao dari cina. Komik silat ini banyak diilhami dari seni beladiri dan juga legenda-legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat bercerita tentang 25
M. Tatalovic, loc.cit.
20
pertualangan para pendekar dalam membela kebenaran dan memerangi kejahatan, dan kebenaranlah yang akan menang. 3). Komik humor Komik humor dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang lucu dan membuat pembacanya tertawa. Karakter tokoh biasanya diggambarkan dengan fisik yang lucu dan jenaka, begitu juga tema yang diangkat, memanfaatkan banyak segi anekdotis. 4). Komik roman remaja Dalam bahasa Indonesia, kata “roman” jika digunakan sendiri selalu berarti kisah cinta, dan kata “remaja” adalah menunjukkan anak muda. Sehingga komik roman remaja menunjukkan bahwa komik ini ditujukan untuk kaum muda, cerita komik tersebut harus romantis. Tema yang diambil berkisar tentang kehidupan cinta kaum muda dan lika likunya.26 5). Komik didaktis Komik didaktis merujuk pada komik yang bermaterikan idiologi, ajaran-ajaran agama, kisah-kisah perjuangan tokoh dan materimateri
lainnya
yang
memiliki
nilai-nilai
pendidikan
bagi
pembacanya. Komik ini memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk tujuan edukatif/pendidikan. 27 Komik didaktis inilah yang digunakan dalam penelitian ini.
e. Komik Sebagai Media Pembelajaran Sebagai media komunikasi visual, komik dapat digunakan sebagai media (alat bantu) pembelajaran yang mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien, 28 Komik dapat menjadi pilihan sebagai media pembelajaran karena adanya kecenderungan banyak siswa lebih menyenangi bacaan media hiburan seperti komik dibandingkan dengan 26
Marcell Bonneff, Komik Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 104 – 130. Ibid. h. 65 – 67. 28 Heru Dwi Waluyanto, loc.cit. 27
21
membaca buku pelajaran dan menggunakan waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah (PR).29 Jika pelajaran disajikan dalam bentuk komik maka siswa diharapkan dapat tertarik untuk membaca pelajaran tersebut. Berikut
beberapa
kelebihan
penggunaan
media
komik
dalam
pembelajaran, yaitu: a) Komik memiliki sifat yang sederhana dalam penyajiannya. b) Memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna. c) Dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis. d) Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal, dapat mempercepat pembaca memahami isi pesan yang dibacanya, karena pembaca terbantu utuk tetap fokus dan tetap pada jalurnya. 30 e) Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional, mengakibatkan pembaca ingin terus membacanya hingga selesai. f) Selain sebagai media pembelajaran, komik juga dapat berfungsi sebagai sumber belajar.
Selain beberapa kelebihan dan keunggulan di atas, Gane Yang dalam artikelnya menyebutkan bahwa komik memiliki lima kekuatan atau keunggulan, yaitu dapat memberikan motivasi, visualisasi /gambaran yang jelas, bersifat konsisten/tetap maksudnya isi bacaannya lebih menetap dalam pikiran pembaca, sebagai perentara atau media, dan lebih populer dan dikenal oleh siswa, sehingga dapat digunakan secara praktis disemua subjek dan semua jenjang pendidikan. 31
29
Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 6. dalam http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009. 30 Yudhi Munadi, op.cit. h. 100. 31 Gane Yang, Strengths of Comics in Education, h. 1 – 4, dalam http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 5 Desember 2009.
22
Sedangkan Charles Thacker dalam artikelnya menyatakan bahwa penggunaan media komik memiliki beberapa keunggulan besar, mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, untuk pelajaran bahasa Inggris, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan matematika. Komik dapat membantu para siswa meneliti, menyatukan, dan menyerap isi materi pelajaran yang sulit. 32 Selain itu media komik mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan belajar para siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.33 Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran tersebut, dalam hal ini pembelajaran merujuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran atau penulis komik tersebut). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik.34 Sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan siswa tersebut termotivasi untuk belajar. Meskipun banyak keunggulan dari pemanfaatan media komik sebagai
media
pembelajaran,
guru
harus
berhati-hati
dalam
penggunaannya sebab seringkali komik tersebut lebih bersifat komersil tanpa mempertimbangkan isi dan akibat yang ditimbulkannya. 35 Untuk menghindari hal tersebut, guru tidak hanya menganjurkan siswa membeli komik pembelajaran yang dijual dipasaran, namun sebaiknya guru membuat sendiri media pembelajaran komik tesebut, mulai dari alur cerita dan tokoh komik yang akan diambil, topik-topik apa saja yang akan dijadikan komik, sehingga sesuai dengan materi yang akan diajarkan di kelas.
32
Charles Thacker, How to Use Comic Life in the Classroom, h. 7. dalam http://www.macinstruct.com/node/69, diakses 8 april 2010. 33 Ibid. 34 Heru Dwi Waluyanto, op.cit. h. 51 – 52. 35 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55.
23
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman membuat komik pembelajaran pada konsep reaksi redoks dan membagikannya kepada siswa yang dijadikan sebagai kelompok eksprimen. Jadi media komik yang dimaksud adalah komik yang telah disusun dan dibuat oleh peneliti.
3. Hakikat Modul Menurut Yunus modul adalah sarana atau media pembelajaran tertulis yang berisi suatu yunit konsep materi pelajaran yang disusun secara sistematis sehingga siswa dapat menyerap sendiri materi pelajaran tersebut.36 Sedangkan Mulyasa mendefinisikan modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan atau materi pelajaran tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh siswa.37 Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka jelaslah bahwa modul adalah sarana atau media pembelajaran secara tertulis yang disusun secara sistematis dan memuat suatu unit konsep bahan pelajaran agar peserta didik dapat lebih mudah bahkan dapat memahami sendiri materi pelajaran yang disajikan oleh modul tersebut. Modul berbeda dengan buku teks biasa, karena cakupan bahan dalam modul lebih fokus dan terukur, serta lebih memikirkan aktifitas belajar
pembacanya,
sajiannya
disampaikan
dalam
bahasa
yang
komunikatif, dengan sifat penyajiannya tersebut maka diharapkan terjadi komunikasi dua arah. Untuk memudahkan pembedaan antara buku dengan modul berikut tabel perbedaan antara buku teks biasa dengan modul: 38
36
Falah Yunus, Belajar Tuntas di SMK dengan Modul, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, 2004, h. 5. 37 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-9, h. 43. 38 Yudhi Munadi, op.cit. h. 98.
24
Tabel 2.1. Perbedaan buku teks biasa dengan modul. No.
Buku Teks Biasa
Modul
1
Untuk keperluan umum/tatap muka
Untuk sistem pembelajaran mandiri
2
Tidak terlalu terprogram
Program pembelajaran yang utuh dan sistematis
3
Lebih menekankan sajian materi ajar
Mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi
4
Cendrung informatif atau searah
Disajikan secara komunikatif atau dua arah
5
Menekankan fungsi penyajian materi/informasi
Cakupan bahasan terfokus dan terukur
6
Pembaca cendrung pasif
Mementingkan aktifitas belajar pengguna
Dalam sistem pembelajaran dengan modul peserta didik mendapat kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca materi, dan mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam modul tersebut, sehingga setiap siswa dalam batas-batas tertentu dapat maju sesuai dengan kecepatan dan kemampuan belajar mereka masing-masing. Pada umumnya sebuah modul mencakup semua kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh siswa, sehingga guru bukan lagi sebagai sumber utama dalam pemelajaran.39 Pada pembelajaran dengan sistem modul tugas guru adalah sebagai fasuilitator. Guru membagi materi pembelajaran dalam bentuk tertulis yang dibagikan kepada siswa, selanjutnya siswa membaca modul tersebut dan berusaha memahaminya sendiri, guru hanya menjelaskan materi pelajaran jika tidak ada siswa yang dapat menjelaskannya dengan baik. 40 Berikut beberapa tugas utama guru dalam pembelajaran dengan sistem modul: 39 40
E. Mulyasa, op.cit. h. 45. Falah Yunus, loc.cit.
25
a. Menyiapkan situasi belajar yang kondusif dan mengarahkan siswa dengan baik. b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul. c. Melakukan pengamatan terhadap siswa.41 Menurut Mulyasa penggunaan modul dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: a. Berfokus pada kemampuan idividual siswa, karena pada hakekatnya siswa memiliki kemampuan untuk belajar sendiri. b. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. c. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara penyampaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara pelajaran yang dipelajari dan hasil yang akan diperolehnya. 42 Disamping kelebihan-kelebihan di atas modul junga memiliki kelemahan, antara lain: a. Penyusunan modul membutuhkan keahlian tertentu. b. Membutuhkan manajemen pendidikan yang baik, karena setiap peserta didik memiliki kecepatan yang berbeda-beda dalam memahami isi modul tersebut.43 c. Modul hanya berbentuk tulisan yang membuat siswa cepat bosan untuk membaca dan mempelajarinya. Modul berbeda dengan komik, modul hanya berbentuk tulisan, sedangkan komik terdapat gambar-gambar dan bahasa yang dialogis serta adanya alur cerita, sehingga media komik menjadi lebih unggul dari pada media modul. Tabel berikut menunjukkan perbedaan dan kelebihan media komik dibandingkan dengan media modul.
41
E. Mulyasa, loc.cit. h. 45. Ibid. h. 46. 43 Ibid. h. 47. 42
26
Tabel 2.2. perbedaan dan kelebihan media komik dibandingkan modul No 1
2
3 4 4
5
Media Komik Adanya gambar-gambar yang disiusun secara runut membentuk cerita Adanya alur cerita yang membuat siswa terus ingin membacanya Bahasa yang dialogis Perpaduan bahasa verbal dan non verbal Ekspresi yang divisualisasikan membuat siswa terlibat secara emosional Sebagai bacaan kegemaran/hobi siswa sehingga mereka lebih tertarik
Media Modul Hanya tulisan
Hanya uraian tentang materi pembelajaran Bahasa bersifat penjelasan dan uraian Hanya bahasa verbal Tidak ada ekspresi yang divisualisasikan hanya tulisan Cendrung membosankan siswa, sebab tidak jauh berbeda dengan buku-buku lainnya
4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Belajar Manusia
adalah
makhluk
yang
selalu
merindukan
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala potensi yang dimilikinya, ia berusaha maju dan berkembang untuk mencapai kesempurnaan baik secara jasmani maupun rohani. Demi mencapai kesempurnaan tersebut manusia dituntut untuk menjaga hubungan dengan orang lain dan alam semesta yang senantiasa berubah-ubah sehingga
dapat
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan
dan
mempertahankan kehidupannya. Menurut Mulyati Arifin, dkk. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran.44 Belajar adalah peroses perubahan dari belum bisa menjadi bisa yang terjadi dalam jangka
44
Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 8.
27
waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus permanen dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini kelihatan, tetapi juga pada prilaku yang mungkin terjadi pada masa mendatang. Sehingga perubahanperubahan terebut dapat juga terjadi karena pengalaman. 45 Belajar merupakan suatu proses usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan secara keseluruhan dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, 46 dan bahkan peningkatan keimanan. Dalam Islam belajar merupakan kegitan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Dengan belajar seseorang
akan
memperoleh
ilmu
pengetahuan,
Islam
sangat
menghargai ilmu pengetahuan yang dibuktikan dengan janji Allah SWT. bahwa Ia akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:
(#qßs|¡øù$$sù ħÎ=»yfyJø9$# Îû (#qßs¡¡xÿs? öNä3s9 @Ï% #sÎ) (#þqãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pkr'¯»t öNä3ZÏB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª!$# Æìsùöt (#râà±S$$sù (#râà±S$# @Ï% #sÎ)ur ( öNä3s9 ª!$# Ëx|¡øÿt ÇÊÊÈ ×Î7yz tbqè=yJ÷ès? $yJÎ/ ª!$#ur 4 ;M»y_uy zOù=Ïèø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur Artinya: “Wahai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (Q:S. Al-Mujadilah: 11).47
45
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 76. 46 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 2. 47 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1 – 30, (Surabaya: Mekar, 2002), h. 793.
28
Menurut ayat di atas untuk mencapai derajat yang tinggi tidak cukup hanya dengan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan luas, namun terdapat suatu persyaratan yang paling penting yaitu orang tersebut harus beriman. Jadi hasil dari proses belajar diharapkan terjadi perubahan dalam diri seseorang yang meliputi tingkah laku, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan meningkatnya keimanan kepada Allah SWT. Proses pembelajaran di kelas tujuannya diketahui dengan jelas oleh guru dan murid. Berbagai usaha dikerahkan semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, dengan menggunakan berbagai strategi, pendekatan, model, metode, dan penggunaan berbagai media. Proses pembelajaran tesebut dapat dikatakan berhasil apabila siswa telah memahami dan menerapkan makna dari apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, dan bertambah tingkat keimanannya kepada Sang Pencipta, sebagai akibat dari pengetahuan yang telah ia peroleh. Salah satu indikator hasil pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar siswa.
b. Teori-teori Belajar Proses perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar yang terjadi pada diri individu merupakan proses internal psikologis yang tidak diketahui secara nyata. Oleh karena itu, terjadinya proses belajar tersebut tidak dapat diketahui secara jelas, maka timbullah pendapat dikalangan ahli psikologi, sehingga timbul bermacam-macam teori belajar, antara lain: 1) Teori Conditioning Pelopor teori conditioning ini adalah Palvov, seorang ahli psikologi-refleksologi dari rusia. Menurut teori ini, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi akibat adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan reaksi atau respon. Hal yang paling penting
29
dalam teori ini adalah harus adanya latihan yang kontinu. Para penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah conditioning, yakni hasil daripada latihanlatihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap peransangperansang tertentu yang dialaminya dalam kehidupan. 48 2) Teori Operant Conditioning Pelopor teori ini adalah Skinner, seperti halnya Palvov Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara peransang dan respons. Perbedaannya adalah Skinner membuat perincian yang lebih jauh. Ia menyarankan suatu kelas lain dari prilaku, yang disebutnya prilaku-prilaku operant. Studi Skinner terpusat pada hubungan antara prilaku dan konsekuensi-konsekuensinya.49 Sebagai contoh, jika prilaku seseorang segera diikuti oleh kosekuensikonsekuensi berupa reinforcement yaitu suatu stimulus yang dapat memberikan penguatan yang menyenangkan (misalnya hadiah atau pujian), maka orang tersebut akan sering melakukan prilaku tersebut. 3) Teori connectionisme Menurut teori ini belajar adalah penguatan hubungan stimulus dengan respons. Menurut Thorndike, belajar melalui proses sebagai berikut: a) Trial and error (coba-coba dan gagal) Menurut teori ini setiap organisme jika dihadapkan pada situasi baru, maka ia akan melakukan tidakan mencoba-coba. Jika dalam perbuatan mencoba-coba tersebut ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan tersebut akan dipegangnya. Karena adanya latihan yang terus menerus maka waktu yang diperguanakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai tersebut semakin lama semakin efesien.
48 49
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91. Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 24.
30
b) Law of Effect Segala perbuatan yang berakibat pada suatu keadaan yang memuaskan atau menyenangkan akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.50 Hubungan stimulus respon bertambah kuat jika disertai dengan perasaan senang atau puas. Oleh karena itu
membangkitkan
rasa
senang
dengan
memuji
atau
membesarkan hati siswa bahkan dengan menggunakan media pembelajaran yang membuat siswa senang akan lebih baik dalam pembelajaran.
c. Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang/siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 51 Sedangkan menurut Muhibbin Syah hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 52 Jadi hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang melibatkan proses kognitif dan siswa tersebut mengalami perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar, yang menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik pada diri seseorang tersebut, baik dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, maupun sikap yang bersifat menetap dan konsisten.
50
Ngalim Purwanto, op.cit. h. 98 – 100. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22. 52 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 92. 51
31
Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.53
1. Ranah Kognitif Ranah kognitif atau penguasaan materi meliputi, kemampuan menyatakan kembali konsep-konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan intelektual. Sebagian besar tujuan-tujuan instuktisional berada dalam ranah kognitif tersebut. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan otak, pada ranah kognitif terdapat enam jenjang, yaitu: (C1) hafalan/ingatan, (C2) pemahaman, (C3) penerapan, (C4) analisis, (C5) sintesis, dan (C6) evaluasi.54 Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks dan merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah, seperti terlihat pada gambar berikut:
C6 = evaluasi C5 = sintesis C4 = analisis C3 = penerapan C2 = pemahaman C1 = hafalan
Gambar 2.5. Penjenjangan Domain Kognitif. 55 53
Nana Sudjana, loc.cit. Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14 – 15. 55 Ibid. h. 15 – 17. 54
32
a) Jenjang ingatan/hafalan(C1) Adalah poses mengingat materi yang telah dipelajari, mencakup fakta, rumus, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. b) Jenjang pemahaman (C2) Adalah kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajari, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal kedalam rumusan matematis, meramalkan berdasarkan kecendrungan tertentu, menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri. c) Janjang penerapan (C3) Adalah kemampuan untuk menggunakan materi, prinsip, aturan, atau metode yang telah dipelajari dalam situasi baru atau situasi konkrit. d) Jenjang analisis (C4) Adalah kemampuan untuk menguraikan suatu materi kedalam bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya, sehingga struktur informasi serta hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas. e) Jenjang sintesis (C5) Adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk didalamnya kemampuan merencanakan eksprimen, menyusun karangan, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objekobjek, peristiwa, dan informasi lainnya. f) Jenjang evaluasi (C6) Adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi (pernyataan, uraian, pekerjaan) berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Untuk menilai hasil belajar pada ranah kognitif (penguasaan materi) ini digunakan bentuk instumen evaluasi tes yang dapat
33
mengukur keenam tingkatan tersebut.56 Tes tersebut bisa berbetuk tes essay, pilihan ganda, benar salah, melengkapi, dan lain sebagainya.
2. Ranah Afektif Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, hormat pada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci menjadi lima jenjang, yaitu perhatian/penerimaan, tanggapan, penilaian/penghargaan, pengorganisasian, dan karakterisasi terhadap sesuatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar aspek ranah afektif ini dapat digunakan instumen evaluasi yang bersifat non tes, seperti kuesioner dan observasi. 57 Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif ini diklasifikasikan oleh David Kratwohl, dkk. Kedalam lima jenjang secara herearkis seperti skema berikut ini:
Taksonomi Kratwohl 5.0 = caracterization
Internalisasi
4.0= organization 3.0 = valuing 2.0= responding
1.0 = receiving
Gambar 2.6. Penjenjangan Domain Afektif. 58
56
Ibid. h. 15. Ibid. h. 19 – 20. 58 Ibid. h. 20. 57
34
3. Ranah Psikomotor Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilan
(skill)
kemampuan
bertindak
individu.59
Ranah
psikomotor mencakup kemampuan yang berupa keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pelajaran tertentu. Pada ranah psikomotor ini terdapat tujuh tingkatan, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas. Untuk menilai hasil belajar psikomotor ini dapat digunakan instrument tes kinerja atau non tes dengan pedoman observasi. 60 Domain psikomotor tersebut dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu: a) Bergerak (moving) Yaitu sejumlah gerak tubuh yang melibatkan koordinasi gerakangerakan fisik. b) Memanipulasi (manipulating) Yaitu aktifitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagain tubuh. c) Mengkomunikasikan (communicating) Yaitu aktifitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. d) Menciptakan (creating) Yaitu proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan yang baru.61 Diantara ketiga ranah tersebut di atas (kognitif, afektif, dan psikomotor), maka ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru dalam pembelajaran disekolah, karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai isi bahan pelajaran. 59
Nana Sudjana, op.cit. h. 30. Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 23 – 24. 61 Ibid. h. 24 – 25. 60
35
Selain untuk
mengidentifikasi tingkat
penguasaan dan
pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran, hasil belajar juga bermanfaat untuk keperluan penelitian terhadap proses pembelajaran, sehingga apabila hasil belajar siswa tidak sesuai seperti dengan yang diharapkan, maka dapat dilakukan perbaikan terhadap metode atau unsur-unsur lain yang berperan dalam proses pembelajaran tersebut. Hasil belajar siswa juaga dapat untuk mengetahui sifat-sifat siswa, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik mereka.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar Seperti telah dikemukakan, bahwa belajar merupakan suatu proses. Artinya hasil dan proses belajar tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil dan proses belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam/faktor internal dan dari luar/faktor eksternal, dengan rincian sebagai berikut: a). Faktor dari dalam terdiri dari 1). Faktor fisiologis yang meliputi kondisi fisik dan panca indra. Kondisi fisik misalnya kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah, dan kondisi panca indra yang tidak cacat, seperti dapat melihat dengan jelas, mendengar dengan jelas, dan sebagainya akan membantu dalam proses pembelajaran. 62 2). Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, kemampuan kognitif dan daya nalar.63 a) Intelegensi Menurut Zikri Neni Iska, intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Intelegensi tidak dapat diamati secara langsung tetapi harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang 62 63
Yudi Munadi, op.cit. h. 24 – 25. Ibid. h. 27 – 29.
36
merupakan perwujudan dari proses berfikir rasional tersebut.64 Sedangkan Cp. Chaplin seperti dikutip Munadi mengartikan intelegensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, kemampuan memahami pertalian-pertalian dan mampu belajar dengan cepat.65 b) Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang sangat tinggi, jiwa semata-mata
tertuju
kepada
suatu
objek
ataupun
sekumpulan objek tertentu.66 Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada objek-objek belajar yang dapat menarik perhatiannya, misalnya dengan menggunakan media komik dalam pembelajaran, sehingga perhatian siswa akan terarah atau fokus pada objek yang sedang dipelajarinya. c) Minat dan bakat Minat merupakan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan
dan
mengingat
beberapa
kegiatan. 67
Sedangkan bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan ini baru akan terwujud menjadi suatu kecakapan yang nyata setelah melalui proses belajar dan berlatih.68 d) Motif dan motivasi Motif digunakan untuk menunjukkan keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan.
64
Zikri Neni Iska, op.cit. h. 89. Yudi Munadi, op.cit. h. 26. 66 Slameto, op.cit. h. 56. 67 Ibid. h. 57. 68 Yudi Munadi, op.cit. h. 27. 65
37
Sedangkan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong prilaku individu tersebut kearah tujuannya. 69 e) Kognitif dan daya nalar Terdapat tiga hal berkenaan dengan kognitif, yaitu persepsi,
mengingat,
dan
berfikir.
Persepsi
adalah
pengindraan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya. Pengindraan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman,
kebiasaan,
dan
kebutuhan. 70
Sedangkan
berfikir dibagi menjadi dua macam, yaitu berfikir autistik dan berfikir realistik. 71 Dalam
kebanyakan
usaha
pemanfaatan
media
pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya pada pemahaman yang realistis. Sehingga pemanfaatan media dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa. Istilah penalaran menurut kamus The Random Hause dalam Munadi berarti the act or process of a person who reasons (proses nalar yang dilakukan oleh seseorang). Sedangkan reasons berarti the mental power concerned with forming conclutions, judgements, or inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan
dan
penilaian. 72
Jadi
salah
satu
yang
membedakan seseorang dengan orang lainnya adalah berdasarkan daya nalarnya.
69
Zikri Neni Iska, op.cit. h. 39. Yudi Munadi, op.cit. h. 29. 71 Ibid. h. 30 – 31. 72 Ibid. h. 31. 70
38
b). Faktor dari luar terdiri dari 1) Faktor lingkungan yang meliputi alam dan sosial (a) Lingkungan alam, seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara,
beredebu,
dan sebagainya dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. (b)Lingkungan sosial, baik manusia maupun makhluk lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.73 2) Faktor instrumental Faktor instrumental adalah faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan untuk mencapai hasil belajar yang
diinginkan.
Faktor
instrumental
ini
meliputi
kurikulum/bahan pelajaran, guru, sarana dan fasilitas termasuk media pembelajaran, administrasi/manajemen. 74 Media komik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini masuk pada faktor eksternal instrumental ini. Sebab media tersebut merupakan instrumen yang sengaja peneliti rancang untuk menumbuhkan faktor internal siswa, sehingga pada akhirnya siswa menjadi lebih senang dan mudah dalam mempelajari pelajaran khususnya pelajaran kimia.
5. Hakikat Ilmu Kimia Kimia merupakan ilmu yang masuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga ilmu kimia memiliki karakteristik yang mirip dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merpakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori.75 73
Ibid. h. 31 – 32. Ngalim Purwanto, op.cit. h. 107. 75 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 132. 74
39
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamikan, dan energetika zat. Ada dua hal dalam kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuan, dan kimia sebagai proses kerja ilmiah. 76 Menurut Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, kimia adalah ilmu yang mempelajari bahan, yaitu penggolongan bahan kedalam baberapa kategori seperti zat, unsur, senyawa, campuran homogen atau campuran hererogen.77 Sedangkan menurut keenan, Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari bangun/struktur materi dan perubahanperubahannya baik terjadi secara alamiah di alam maupun dalam eksprimen yang direncanakan di laboratorium. 78 Ilmu kimia sangat bergantung pada pengukuran, contohnya seorang ahli kimia menggunakan pengukuran untuk membandingkan sifat dari berbagai zat dan untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada zat tersebut dalam sebuah pecobaan. Suatu hasil pengukuran biasanya menggunakan bilangan yang disertai dengan satuan untuk bilangan tersebut, tanpa adanya satuan bilangan maka hasil pengukuran tersebut tidak ada artinya. Dalam sains termasuk kimia, satuan sangat diperlukan supaya dapat menyatakan hasil pengukuran tersebut secara benar.79 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, sifat, dan struktur materi serta perubahan-perubahan materi tersebut baik yang terjadi secara alamiah di alam, maupun yang sengaja dirancang di laboratorium. Kimia tidak bisa dipisahkan antara kimia sebagai produk dan kimia sebagai keterampilan proses ilmiah. Ilmu kimia sangat bergantung pada 76
Ibid. h. 132 – 133. Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, Kimia Dasar I, (Bogor: IPB, 1997), h. I-19. 78 Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Edisi keenam, (Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 1984), h. 2. 79 Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 10. 77
40
pengukuran, hasil pengukuran tersebut harus memiliki satuan. Tanpa adanya satuan maka hasil pengukuran tersebut tidak memiliki arti. Bahan kimia atau materi bukan hanya merupakan bahan abstrak beracun yang mematikan dan perlu ditakuti, bahan kimia adalah semua bahan-bahan yang ada di sekeliling manusia seperti buku, udara, bahan bakar, makanan dan lain sebagainya, bahkan tubuh manusia sendiri merupakan bahan kimia. 80 Ilmu kimia di SMA dipelajari mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Adapun materi atau Konsep yang diajarkan di SMA meliputi, aspek-aspek dasar tentang struktur, dinamika, transformasi, dan energitika mengenai zat. Sedangkan pengajaran kimia kelas X semester 2 di SMA terdiri dari Konsep larutan non elektrolit dan larutan elektrolit, konsep oksidasi dan reduksi, hidrokarbon, dan minyak bumi. 81 Adapun tujuan kurikulum mata pelajaran kimia di SMA/MA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam, serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Membentuk sikap ilmiah, yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat menjalin kerjasama denga sesama. c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksprimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta melaporkan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang bermanfaat dan yang merugikan individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan demi kesejahteraan masyarakat. 80
James E. Brady, Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 1 edisi ke-5, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 2. 81 Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006, h. 5 – 8.
41
e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.82
6. Hakikat Konsep Reaksi Redoks Reaksi redoks merupakan suatu konsep dalam ilmu kimia, di SMA pengenalan reaksi redoks dipelajari di kelas X semester 2 tanpa penyetaraan reaksi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan penyetaraan reaksi secara mendalam di kelas XII semester 1. Reaksi oksidasi reduksi merupakan gabungan dari dua reaksi yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Pada awalnya istilah oksidasi diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan oksigen, sedangkan istilah reduksi digunakan untuk menggambarkan reaksi bahwa oksigen diambil dari suatu senyawa atau dengan kata lain peristiwa pelepasan oksigen. 83 Setelah ilmu kimia terus berkembang maka dapat diketahui banyak reaksi yang terjadi tanpa melibatkan oksigen, misalnya tembaga (Cu) tidak hanya dapat bereaksi dengan oksigen (O2), tetapi juga dapat bereaksi dengan Cl2 namun memiliki persamaan dengan reaksi antara Cu dan O2 yaitu molekul O2 atau Cl2 menerima elektron dari Cu, sehingga fakta tersebut menjadi dasar pengembangan konsep redoks, jadi berdasarkan konsep tersebut reduksi adalah reaksi penerimaan elektron sedangkan oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron.84 Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, maka redoks adalah suatu senyawa yang bereaksi dengan oksigen. Reaksi pembakaran karbon merupakan reaksi oksidasi (C + O2 → CO2), namun menurut teori ikatan kimia, senyawa CO2 bukan senyawa ionik melainkan senyawa
82
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, op.cit. h. 133 – 134. Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke Empat-Jilid 3, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 1 – 2. 84 Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007), h. 215. 83
42
kovalen, sehingga jika mengacu pada konsep reaksi redoks berdasar pada konsep perpindahan elektron, reaksi pembakaran karbon bukan reaksi redoks karena tidak terjadi penerimaan maupun pelepasan elektron.85 Untuk
menjelaskan
masalah
di
atas
para
ahli
kimia
mengemukakan konsep redoks berdasarkan bilangan oksidasi (biloks). Setiap atom mempuyai muatan yang disebut bilangan oksidasi, yaitu angka yang menyatakan banyaknya elektron yang telah dilepaskan atau diterima oleh suatu atom dalam suatu senyawa. Biloks diberi tanda positif (+) jika atom tersebut melepaskan elektron, dan diberi tanda negatif (-) jika atom tersebut menerima elektron.86 Pada reaksi redoks ada unsur yang bertindak sebagai reduktor, dan ada unsur yang bertindak sebagai oksidator. Reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi, sedangkan oksidator adalah zat yang mengalami reduksi. Pada reaksi redoks ada juga istilah reaksi autoredoks, yaitu reaksi redoks dengan satu jenis unsur yang bilangan oksidasinya berubah mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus.87 Reaksi redoks merupakan reaksi penting dalam kimia, biokimia, dan industri. Pembakaran batu bara, gas alam, bensin, pengolahan logam besi dan alumunium dari bijih oksidanya, produksi bahan kimia seperti asam sulfat dari sulfur, udara, air, bahkan tubuh manusia memetabolisme gula melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi.88 Dengan semakin berkembangnya ilmu kimia dewasa ini, konsep reaksi redoks juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah lingkungan, seperti pada daur ulang perak dan pada energi alternatif tenaga fuel cell yang tidak berpolusi.
85
Ibid. h. 217. Ibid. 87 Ibid. h. 222 – 223. 88 David W. Oxtobi, dkk., Prinsip-peinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid , (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 163 – 164. 86
43
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah penelitian Gladis Rota dan Juan Izquierdo dalam Electronic Journal of Biotechnology, yang berjudul “Comics as a tool for teaching biotechnology in primary schools”, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media komik dapat menimbulkan rasa penasaran yang besar dikalangan para siswa terhadap topik pelajaran, khususnya agribioteknologi. Sehingga membuat para siswa banyak bertanya, dan termotivasi untuk mencari informasi dari berbagai sumber lainnya seperti majalah, koran, internet dan lain sebagainya.89 Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof dalam dalam artikelnya yang berjudul “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, menyimpulkan bahwa penggunaan media komik mampu membantu membuka potensi-potensi yang tersembunyi serta berkontribusi terhadap minat baca siswa disetiap jenjang pendidikan.90 Sofowora Olaniyi Alaba dalam Journal of Applied Sciences Research, yang berjudul “The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria” menyatakan bahwa penggunaan media komik dan film kartun dapat menambah kreatifitas siswa. 91 Syaiful Hadi dalam laporan penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik”, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media komik dalam pembelajaran matematika
89
Gladis Rota dan Juan Izquierdo, “Comics as a tool for teaching biotechnology in primary schools”, Electronic Journal of Biotechnology Vol.6 No.2, Issue of August 15, 2003, Universidad Católica de Valparaíso Chile, h. 88. 90 Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/11Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010. 91 Sofowora Olaniyi Alaba, “The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria”, Journal of Applied Sciences Research, 2007. h. 913.
44
pada konsep pecahan mendapatkan respon yang positif baik dari guru maupun siswa.92 Maifalinda Fatra dalam Jurnal ALGORITMA vol.3 no.1 Juni 2008 yang berjudul “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, diperoleh kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat efektif dalam membangkitkan minat belajar matematika siswa sekolah dasar.93
C. Kerangka Pikir Pada kenyataannya bahan-bahan kimia sangat dekat dengan kehidupan manusia bahkan tubuh manusia sendiri sebenarnya terdiri dari bahan kimia. Namun mata pelajaran kimia masih dianggap sulit oleh sebagian besar siswa karena banyak konsep kimia yang bersifat abstrak, sehingga sebagian besar siswa tidak tertarik untuk membaca buku pelajaran kimia, dan mengakibatkan rendahnya penguasaan konsep kimia pada siswa. Tanpa disadari terkadang guru turut memberikan kesan kepada siswa bahwa mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang sulit, hal tersebut terlihat dari penyampaian materi yang masih menggunakan cara konvensional dan kurang kontekstual, guru hanya menggunakan media seperti papan tulis dan buku paket serta menekankan pada hitunganhitungannya saja tanpa mengaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, guru juga tidak melihat tren apa yang digemari oleh siswa-siswinya seperti komik misalnya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu strategi yang baik dan tepat dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai. Salah satunya adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Media yang peneliti sajikan dalam penelitian ini berupa media komik pembelajaran kimia pada konsep reaksi redoks, komik memang bacaan tren anak-anak sekarang.
92
Syaiful Hadi, op. cit. h. 30. Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70. 93
45
Jadi dengan penggunaan media komik tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat baca dan motivasi siswa dalam belajar kimia, sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Artinya penggunaan media komik tersebut diduga dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan berkaitan dengan penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif yang signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Februari – 5 Maret 2010 terhadap kelas X semester 2 tahun ajaran 2009/2010 yang bertempat di SMA Negeri-87 Jakarta.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelititan ini adalah QuasiEksperimental Design yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel kondisi Eksperimen. 1 Peneliti menganalisis pengaruh yang terjadi antara variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media komik sebagai kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang menggunakan media modul. Eksperimen merupakan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan buktibukti yang berhubungan dengan hipotesis yang diajukan, meneliti adanya akibat setelah subjek dikenai perlakuan pada variabel bebasnya. Subjek diambil dari kelompok tertentu yang terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan dari metode ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh suatu variabel dengan variabel lain yang menjadi objek penelitian melalui pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data serta pengambilan kesimpulan.
C. Desain Penelitian Adapun desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini tertera dalam table 3.1. berikut:
1
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2006), h. 62.
44
47
Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelompok Eksperimen Kontrol
Pre Tes T1 T1
Perlakuan X Y
Post Tes T2 T2
Keterangan: X = Pembelajaran pada kelas Eksperimen dengan menggunakan media komik. Y = Pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan modul. T1 = Hasil pre tes kelas eksperimen dan kelas kontrol. T2 = Hasil post tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 87Jakarta tahun ajaran 2009/2010. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri-87 Jakarta semester 2 tahun ajaran 2009/2010. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau dengan tekinik Purpossive Sample, yakni pengambilan atas dasar tujuan dan pertimbangan tertentu.2 Dengan teknik Porpossive Sample tersebut dipilih dua kelas sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas X-4 Sebagai kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol.
E. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) adalah penggunaan media komik dalam pembelajaran kimia, dan Variabel terikat (Y) adalah hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. 2
Ibid. h. 70.
48
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan oleh penulis dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan tes hasil belajar siswa sebagai insrtumen penelitian yang dilakukan setelah penulis menyelasaikan pengajaran pada konsep reaksi redoks pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jenis tes yang digunakan adalah tes formatif yang bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk atau telah menguasai materi pelajaran setelah mengikuti perogram pembelajaran tertentu. Tes formatif dapat juga berfungsi sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.3 Sebelum melalukan kegiatan pembelajaran penulis terlebih dahulu melakukan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
G. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah tes formatif yang berbentuk uraian, terdiri dari tujuh butir soal yang mewakili jengang kognitif dari C2 – C6. setiap jawaban diberi nilai skor tertentu, dengan skor ideal empat. Materi tes yang diberikan kepada siswa mencakup konsep reaksi redoks.
1. Variabel X (Penggunaan media komik) a. Definisi Konsep Media
pembelajaran
merupakan
segala
bentuk
benda
yang
dipergunakan orang untuk proses informasi dalam pembelajaran baik dalam bentuk cetak maupun audiovisual serta peralatan-peralatan yang mendukungnya, guna memberikan motivasi dan inofasi pada proses pembelajaran. Komik merupakan bentuk media komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan informasi secara populer dan mudah dimengerti, hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita yang membuat informasi menjadi lebih mudah diserap. 3
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 36.
49
b. Definisi Operasional Komik sebagai media pembelajaran adalah komik yang berisikan materi pembelajaran dan digunakan untuk kepentingan pembelajaran sekaligus sebagai hiburan bagi pembacanya. Komik menjadi pilihan sebagai media pembelajaran karena adanya kecendrungan siswa lebih menyenangi media hiburan seperti komik dibandingkan dengan menggunakan waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
2. Variabel Y (Hasil Belajar Kimia Siswa) a.
Definisi Konsep Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang (siswa) yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan), sehingga penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari ketiga aspek di atas.
b.
Definisi Operasional Hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran kimia pada konsep reaksi redoks. Hasil belajar kimia aspek kognitif dapat diketahui dari hasil tes formatif yang telah dikerjakan oleh siswa. Dalam penelitian ini yang diukur adalah aspek kognitif yaitu aspek pengetahuan atau penguasaan materi. Hasil belajar aspek kognitif dapat diketahui dari hasil tes formatif mata pelajaran tersebut.
c.
Kisi-kisi Instrumen Sebelum instrumen yang berbentuk soal tersebut dipergunakan, instrumen tersebut diuji coba terlebih dahulu. Dari hasil uji coba instrumen tes yang berjumlah 11 soal. Diperoleh 9 butir soal yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Dari hasil uji coba terlihat banyak siswa yang kekurangan
50
waktu dalam mengisi jawaban, maka peneliti hanya mengambil 7 butir soal sebagai instrumen dalam penelitian ini. Berikut kisi-kisi kalibrasi instrumen dalam penelitian ini.
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kompetisi Dasar Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasireduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Indikator Soal Siswa mampu menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi atom/unsur dalam senyawa atau ion. Siswa mampu membedakan reaksi redoks, autoredoks, dan bukan redoks, serta mampu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. Siswa mampu menuliskan reaksi pada pencemar udara dengan air, menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, atau bukan. Serta dapat menentukan oksidator dan reduktornya. Siswa mampu menuliskan rumus kimia dari nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi. Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan. Jumlah
Jumlah Butir 1
Nomor Soal 1
Jenjang Kognitif C2
1
3
C3
1
5
C3
1
7
C5
1
9
C3
1
10
C4
1
11
C6
7
7
7
51
d.
Kalibrasi Instrumen Untuk menghitung kalibrasi instrumen dalam penelitian ini penulis menggunakan program anates yang dikembangkan oleh Karno TO dan Wibisono. Berikut langkah-langkan penggunaan anates:
(a) Buka program anates (b) Pilih jalankan anates uraian (c) Pilih buat file baru (d) Tentukan jumlah subjek/siswa (e) Tentukan jumlah butir soal (f) Masukkan skor ideal/skor tertinggi pada kolom yang telah disediakan (g) Masukkan nama/kode subjek pada kolom yang telah disediakan (h) Masukkan skor perbutir soal pada kolom yang telah disediakan (i) Kembali ke menu utama (j) Pilih penyekoran (k) Olah automatis (l) Simpan data
Berikut penjelasan dan hasil dari kalibrasi instrumen tersebut: 1. Perhitungan Validitas Salah satu ciri tes yang baik adalah tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur yaitu tes tersebut valid. Pengujian validitas butir soal atau butir instrumen dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total tes. Soal dianggap valid jika skor soal tersebut memiliki koefisien korelasi signifikan dengan skor total tes. Berikut rumus validitas untuk soal uraian: 4
rit = 4
∑
∑
∑
Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 106.
52
Keterangan: rit
= Koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total
∑
= Jumlah devesiasi skor dari skor butir soal dikali dengan
∑
= Jumlah kuadrat devisiasi skor dari kuadrat butir skor tes
jumlah skor total tes
∑
= Jumlah kuadrat devisiasi skor dari kuadrat skor total tes.
Dalam penelitian ini perhitungan validitas menggunakan program ANATES.5 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program anates tersebut terdapat dua butir soal yang tidak valid. Yaitu soal nomor 2 dan 8. Sehingga kedua soal ini tidak penulis masukkan dalam instrumen penelitian. 6
2. Perhitungan Reliabilitas Instrument tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Reliabilitas tes bermakna tes tersebut memiliki keterpercayaan, keandalan, keajegan, kesetabilan dan konsisten. Berikut rumus reabilitas:7
rii =
1−
∑
Keterangan: rii
= Koefisien reliabilitas tes
k
= Jumlah butir tes = Varians skor butir tes = Varians skor total tes.
5
Karno TO, dan Wibisono. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. 7 Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 108. 6
53
Untuk mengetahui reliabilitas tes dalam penelitian ini peneliti menggunakan program ANATES.8 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program anates tersebut diperoleh nilai reliabilitas tes sebesar 0,80.9
3. Perhitungan Taraf Kesukaran Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu butir soal, indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 – 1,0, semakin besar indeks kesukaran menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapat dijawab dengan benar oleh sebagian besar siswa. 10 Berikut rumus taraf kesukaran:
P=
∑ ∑ . (
(
.
)
)
Keterangan: P
= Indeks kesukaran
∑A
= Jumlah skor kelompok atas
∑B
= Jumlah skor kelompok bawah
N
= 25% peserta tes
Skor maks
= Skor maksimal setiap butir tes
Skor min
= Skor minimal setiap butir tes
Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal instrumen dalam penelitian ini penulis menggunakan program ANATES.11 Dari pengujian dengan menggunakan progaram anates ini maka diperoleh hasil sebagai berikut:12
8
Karno TO, dan Wibisono. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. 10 Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 103. 11 Karno TO, dan Wibisono. 12 Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. 9
54
Tabel 3.3. Kriteria Taraf Kesukaran Taraf Kesukaran Mudah Sedang Sukar Sangat Sukar
Jumlah Butir Soal 1 6 2 2
4. Perhitungan Daya Beda Pengujian daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. 13 Berikut rumus daya beda:
D=
. (
∑
∑
)
Keterangan: D
= Daya beda
∑A = Jumlah skor kelompok atas ∑B = Jumlah skor kelompok bawah N
= 25% peserta tes.
Berikut klasifikasi daya pembeda: D = 0,00 – 0,20 = jelek D = 0,21 – 0,40 = cukup D = 0,41 – 0,70 = baik D = 0,71 – 1,00 = baik sekali Untuk mengetahui daya beda pada soal instrumen dalam penelitian ini penulis menggunakan program ANATES. 14 Dari perhitungan dengan menggunakan progaram anates ini maka diperoleh hasil semua butir soal masuk dalam kategori baik dan baik sekali. 15 13
Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 104. Karno TO, dan Wibisono. 15 Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. 14
55
H. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu peneliti berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitian tersebut. Dalam analisis data dilakukan beberapa tahapan yang meliputi: uji perasyarat analisis (uji normalitas dan uji homogenitas) kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Namun sebelum data tersebut dianalisis, skor yang diperoleh dari jawaban siswa dikonversikan menjadi skala 100. Setiap butir jawaban yang benar dari siswa diberikan skor 4, oleh karena jumlah soal adalah 7 butir maka skor tertinggi adalah 28. Untuk mengkonversi skor tersebut menjadi 100 maka menggunakan rumus
28 28
x 100 = 100. Jadi data yang dianalisis
adalah data hasil pengkonversian tersebut.
1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini sangat penting sebab teknik yang akan digunakan selanjutnya akan ditentukan normal atau tidaknya distribusi populasi dimana sampel penelitian itu berasal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors.16 Dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Untuk (Xi) urutkan data sampel dari kecil ke besar. b. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data, dengan rumus Z = Keterangan: = Data tunggal = Rata-rata data tunggal = Simpangan baku. c. Untuk kolom F(Zi), Jika Zi bernilai pisitif maka F(Zi) = 0,5 + Zt, jika Zi bernilai negatif maka F(Zi) = 0,5 – Zt. 16
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466.
56
d. Untuk kolom S(Zi) S(Zi) = e. Kolom |F(Zi) – S(Zi)| merupakan harga mutlak dari selisih tersebut. f. Menentukan harga terbesar dari harga mutlak tersebut sebagai L0. g. Jika Lo ≤ Lt , maka sampel berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Setelah melakukan uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas yang berfungsi untuk mengetahui apakah kedua kelompok populasi tersebut (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) homogen atau heterogen. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji homogenitas dua varians atau uji Fischer, Sebagai berikut:17
F= Keterangan : F
= Homogenitas
2 1
2 2
= Varians yang besar = Varians yang kecil.
Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas ini adalah: H0 diterima jika Fhit ≤ Ftab; H0 : data memiliki varians homogen H0 ditolak jiak Fhit > Ftab; Ha : data tidak memiliki varian homogen. 2. Pengujian Hipotesis Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka untuk pengujian hipotesis digunakan uji non-parametrik yaitu uji Wilcoxon. Jika data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk
17
Ibid. h. 249.
57
menguji hipotesis dari penelitian ini digunakan rumus uji-t, sebagai berikut: 18
t= Dengan
S=
(
(
)
(
)
)
Keterangan: 1
= Rata-rata hasil belajar kelas Eksperimen
X2 = Rata-rata hasil belajar kelas kontrol
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol S21 = Varians kelas eksperimen S22 = Varians kelas kontrol.
Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut: H0 : diterima jika thit < ttab
H0 : ditolak jika thit > ttab.
I.
Hipotesis Statistik Adapun hipotesis statistik penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 19 H0 : µx = µy Ha : µx > µy Keterangan: H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar kelas ekseperimen dengan kelas kontrol. Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar kelas eksprimen dengan kelas kontrol. µx : Rata-rata
hasil
belajar
kimia
siswa
yang
diajarkan dengan
siswa
yang
diajarkan dengan
menggunakan media komik. µy : Rata-rata
hasil
belajar
menggunakan modul. 18 19
Ibid. h. 239. Ibid. h. 243.
kimia
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Data Pretes dan Postes a. Deskripsi Rata-rata Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan hasil penghitungan data pretes pada kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 32,14 dan nilai terendah 3,57. 1 Sedangkan hasil penghitungan data pretes kelas kontrol deperoleh nilai tertinggi 32,14 dan nilai terendah 3,57.2 Sedangkan data rata-rata dan standar deviasi pretes dapat dilihat pada tabel 4.1. brikut: Tabel 4.1. Deskripsi Data Mean Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No 1 2 3
Data n (jumlah siswa) Rata-rata (mean) Standar deviasi (SD)
Kelas Eksperimen 38 16,26 7,99
Kelas Kontrol 38 15,13 7,16
b. Deskripsi Rata-rata Postes Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol Berdasarkan hasil penghitungan data postes pada kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 92,86, dan nilai terendah 53,57. 3 Sedangkan hasil penghitungan data postes pada kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 78,56, sedangkan nilai terendah 39,29.4 Sedangkan rata-rata dan standar deviasi pos tes dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut:
1
Lampiran 5. Lampiran 6. 3 Lampiran 5. 4 Lampiran 6. 2
58
59
Tabel 4.2. Deskripsi Data Mean Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No 1 2 3
Data n (jumlah siswa) Rata-rata (mean) Standar deviasi (SD)
Kelas Eksperimen 38 73,68 13,06
Kelas Kontrol 38 62,31 10,59
2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Lilliefors. Hasil uji normalitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Liliefors Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lhiutng α
Kelas Eksperimen
0,05
Kelas Kontrol
Pretes
Postes
Pretes
Postes
0,1049
0,1284
0,1271
0,1089
Ltabel
Kesimpulan
0,1437
H0 diterima
Berdasarkan data pada tabel 4.4. di atas, untuk pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat Lhitung > Ltabel. Sehingga diperoleh kesimpulan H0 diterima. Artinya semua data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Setelah kedua kelas sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya pada kelas sampel tesebut dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas kedua kelas dalam penelitian ini menggunakan uji Fischer,
60
hasil yang diperoleh dari penghitungan uji homogenitas adalah sebagai berikut:5 Fhitung pretes kelas eksprimen dan kontrol
= 1,2452
Fhitung postes kelas eksprimen dan kontrol
= 1,5208
Ftab
= 1,7800 Dari data di atas terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis
nol (H0) diterima. Artinya kedua sampel bersifat homogen. Untuk lebih jelas dapat digambarkan dalam tabel 4.5. berikut. Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Fischer α
Nilai Pretes Postes
0,05
Fhitung 1,2452 1,5208
Ftabel
Kesimpulan
1,7800
H0 diterima
c. Pengujian Hipotesis Setelah melakukan pengujian prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas sampel tersebut berdistribusi normal dan bersifat homogen. Karena kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji “t” untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. Dari hasil penghitungan untuk membandingkan pretes kelas eksprimen dan kelas kontrol diperoleh t hitung sebesar 0,6492, sedangkan ttabel sebesar 2,0000.6 (untuk dk = 74 pada taraf signifikansi 0,05). t hitung yang didapatkan tersebut berada pada daerah penerimaan H0. Maka hipotesis nol (H0) diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai pretes/pengetahuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian hipotesis selanjutnya adalah membandingkan nilai postes antara kelas eksperimen dengan postes kelas kontrol. Dari hasil 5 6
Lampiran 11. Lampiran 12.
61
penghitungan diperoleh t hitung sebesar 4,1685, sedangkan ttabel untuk dk = 74 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 2,0000.7 thitung yang diperoleh tersebut berada pada daerah penolakan H0, maka H0 ditolak sehingga Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai postes kelas eksperimen dengan nilai postes kelas kontrol. Hasil uji hipotesis dengan uji “t” pretes dan postes kedua kelas eksprimen dan kelas kontrol tesebut dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotsis dengan Uji “t” Pretes dan Postes Kelas Eksprimen dan Kelas kontrol α 0,05
Tes Pretes Postes
thitung 0,6492 4,1685
ttabel 2,0000 2,0000
Kesimpulan H0 diterima H0 ditolak
B. Pembahasan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengetahuan awal siswa tentang reaksi redoks dari kedua kelas tersebut dilihat dari hasil pretes tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Nilai rata-rata pretes pada kelas eksperimen sebesar 16,26, sedangkan nilai rata-rata pretes kelas kontrol sebesar 15,32. Sementara itu nilai rata-rata hasil belajar konsep reaksi redoks kelas eksperimen lebih baik dari nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksprimen sebesar 73,68, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 62,31. Kesamaan rata-rata pengetahuan awal (pretes) kedua kelas eksperimen dan kontrol tersebut dibuktikan dengan hasil penghitungan uji “t” yang telah dilakukan, yaitu thitung < ttabel (0,6492 < 2,0000), berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pengetahuan awal tentang konsep reaksi redoks siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
7
Lampiran 13.
62
Sedangkan perbedaan rata-rata hasil belajar (postes) kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut dibuktikan juga dengan hasil penghitungan uji hipotesis (uji “t”) yang telah dilakukan, yaitu thitung > ttabel (4,6492 > 2,0000), yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, (rata-rata hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan media komik lebih besar dari rata-rata hasil belajar kimia siswa dengan menggukan media modul). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. Perbedaan hasil belajar yang tejadi antara kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol bukanlah suatu kebetulan, tetapi perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan perlakuan guru dalam mengajar selama proses pembelajaran berlansung. Konsep reaksi redoks yang diajarkan pada kelas eksprimen dan kelas kontrol adalah suatu konsep yang sama, namun pada kelas eksperimen menggunakan media komik sedangkan pada kelas kontrol menggunakan media modul. Pembelajaran dengan menggunakan media komik dan media modul sebenarnya memiliki persamaan yaitu sama-sama media bacaan, sehingga metode pembelajaran yang digunakan juga sama, yaitu pada awalnya siswa diajak membaca komik untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontol siswa diajak membaca modul, kemudian guru/peneliti meminta siswa yang bersedia untuk menjelaskan hasil bacaan mereka didepan kelas, setelah tidak ada lagi siswa yang bersedia menjelaskannya maka guru memberikan penjelasan dan tambahan-tambahan dari penjelasan yang telah diuraikan oleh siswa yang maju ke depan kelas. Selanjutnya setelah guru memberikan penjelasan-penjelasan guru mempersilahkan para siswa untuk mengajukan pertanyaan, jika ada yang bertanya guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawabnya dan kemudian menambahkan. Selanjutnya pada tahap akhir guru mempersilahkan siswa utuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Dengan menggunakan media bacaan seperti media komik dan media modul dalam pembelajaran dapat membuat siswa menjadi aktif, terutama
63
dalam membaca dan memahami pelajaran, namun media bacaan mereka tersebut harus menarik perhatian, sehingga ketika guru mengajak para siswanya membaca materi pembelajaran terlabih dahulu, kemudian baru menyuruh siswanya untuk menjelaskan hasil bacaan mereka, para siswa benarbenar membaca dan banyak yang bersedia menjelaskannya dengan benar di depan kelas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Hadi, menyatakan penggunaan media komik dalam pembelajaran mendapatkan respon yang positif baik dari guru maupun siswa.8 Demikian juga dengan hasil penelitian Maifalinda yang diperoleh kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat efektif dalam membangkitkan minat belajar matematika siswa sekolah dasar.9 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian, pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat menarik perhatian siswa, sehingga ketika guru mengajak para siswa untuk membaca komik tersebut sebagian besar siswa membacanya. Artinya media komik dapat lebih meningkatkan minat baca siswa, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, menyimpulkan bahwa penggunaan media komik mampu membantu membuka potensi-potensi yang tersembunyi serta berkontribusi terhadap minat baca siswa. 10 Jika siswa membaca materi pelajaran maka pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tersebut juga lebih tinggi, artinya kesulitan siswa dalam mempelajari kimia menjadi berkurang. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksprimen yang lebih baik dari pada hasil belajar siswa kelas kontrol. 8
Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 30. dalam http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009. 9 Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70. 10 Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/11Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks. Hal ini terlihat dari perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksprimen dengan hasil belajar siswa kelas kontrol, dibuktikan dengan hasil penghitungan uji “t” yang telah dilakukan yaitu thitung > ttabel (4,1685 > 2,0000).
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan di atas, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru diharapkan menggunakan media komik sebagai salah satu media dalam pembelajaran, sebab media komik dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar kimia pada konsep reaksi redoks. 2. Guru hendaknya lebih kreatif dalam menentukan dan mengunakan media pembelajaran, seperti melihat secara cermat hobi dan kegemaran para siswanya dan mengusahakan menggunakan media yang sesuai dengan hobi dan kegemaran para siswanya tersebut. 3. Dengan adanya berbagai keterbatasan pada penelitian ini, maka hendaknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat diterapkan dan memberikan hasil yang lebih baik pada semua mata pelajaran dengan materi yang berbeda, serta pada setiap jenjang pendidikan.
64
DAFTAR PUSTAKA
Alaba, Sofowora Olaniyi, “The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria”, Journal of Applied Sciences Research, 2007 Arifin, Mulyati, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: JICA IMSTEP, 2000. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Bonneff, Marcell, Komik Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2008. Brady, James E., Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 1 edisi ke-5, Jakarta: Bumi Aksara, 1999. Chang, Raymond, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2005. Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1989. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1 – 30, Surabaya: Mekar, 2002. Dilaga, Dewi Salma Prawira, Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007 Drajat dan Janu, Matematika Punya Cerita, Bandung: Dar! Mizan, 2010. Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997. Fatra,
Maifalinda, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008.
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Jakarta: Ciputat Press, 2006. Hadi, Syaiful, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa Sd Kelas IV Semen Gresik, dalamhttp://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/57_Syaif ul%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009. Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994.
65
66
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006. Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jiid 1, Edisi keenam, Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 1984. Kosnandar, Ade, “Guru dan Media Pembelajaran”, Jurnal Teknodik No.13 Tahun. VII, Desember 2003. Masdiono, Toni, 14 Jurus Membuat Komik, Jakarta: Kreatif Media, 2007. Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, Bandung: Quadra, 2007. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Muniran, Faezal dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, dalam http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/11Faezal&Ridzal_my _JS.pdf diakses 8 april 2010. Oxtobi, David W. dkk., Prinsip-peinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid , Jakarta: Erlangga, 2001. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Pustekkom, Karakteristik Ilmu Kimia Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan Alam, dalamhttp://118.98.163.244/materi/adaptip/kimia/1_PENGENALAN%20IL MU%20KIMIA/kbl_4.htm diakses 5 Januari 2010. Retno, Sri, dkk, “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tai (Team Assisted Individualization) dilengkapi Modul dan Penilaian Portofolio Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Penentuan dH Reaksi Siswa SMA Kelas XI Semester I”, Jurnal Varia Pendidikan, Vol 20, No. 1, Juni 2008. Rota, Gladis dan Juan Izquierdo, “Comics as a tool for teaching biotechnology in primary schools”, Electronic Journal of Biotechnology Vol.6 No.2, Issue of August 15, 2003, Universidad Católica de Valparaíso Chile. Sadiman, Arief S. dkk., Media Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
67
Santyasa, I Wayan, “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”, Makalah Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, Fakutas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007. Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Sofyan, Ahmad, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, Kimia Dasar I, Bogor: IPB, 1997. Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2001, cet. 6. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Tatalovic, M., “Science comics as tools for science education and communication: a brief, exploratory study”, Journal of Science Communication, International School for Advanced Studies, 2009. Thacker, Charles, How to Use Comic Life in the Classroom, dalam http://www.macinstruct.com/node/69, diakses 8 april 2010. Waluyanto, Heru Dwi, “Komik Sebagai Media Komunikasi Pembelajaran”, Jurnal Nirmala Vol. 7, No. 1, Januari 2005.
Visual
Wikipidia Indonesia, Karakteristik Ilmu Kimia, http://aliciacomputer.wordpress.com/ diakses 5 Januari 2010.
dalam
Yang, Gane, Strengths of Comics in Education, dalam http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 5 Desember 2009. Yunus, Falah, Belajar Tuntas di SMK dengan Modul, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, 2004.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPRIMEN
Nama Sekolah
: SMA Negeri – 87 Jakarta
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/2
Alokasi Waktu
: 8 jam pelajaran (5 kali pertemuan, 1 kali pertemuan untuk ulangan harian/posttest)
Pertemuan Ke
: 1, 2, 3, 4 dan 5
SK.3.
: Memahami sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi.
KD.3.2.
: Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
1. Materi ajar Konsep oksidasi dan reduksi, bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion, tata nama menurut IUPAC, aplikasi redoks dalam dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan. 2. Pendekatan, metode, media a. Pendekatan
: Konsep.
b. Metode
: Ceramah dan tanya jawab.
c. Media
: Komik
3. Langkah-langkah KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Pertemuan Pertama (2 x 45 menit) Indikator a.
Siswa mampu menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
b.
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi atom/unsur dalam senyawa atau ion.
1
Kegiatan
Guru
Siswa
Awal/
1.
Memberi Salam.
1. Menjawab salam guru.
Pembuka
2.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa pembuka (acak).
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a.
3.
Mengabsen siswa.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4.
Memotivasi siswa dengan memberikan contoh dan manfaat dari
4. Menjawab pertanyaan guru.
mempelajari materi tentang reaksi redoks. Diantaranya: a. bagaimana warna daging buah apel sesaat setelah diiris?
a. putih.
b. bagaimana warna daging buah apel yang telah diiris tersebut jika
b. warnanya berubah menjadi kecoklatan.
dibiarkan di udara terbuka? c. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang
c. Perubahan warna daging buah apel yang diiris dan dibiarkan beberapa
diberikan oleh guru.
lama di udara terbuka tersebut merupakan gejala adanya reaksi kimia yaitu reaksi redoks. Jadi reaksi redoks sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. 5.
Melakukan pretes, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang
5. Mengerjakan soal pretes yang diberikan oleh guru.
reaksi redoks. 6.
Menghubungkan pengetahuan awal siswa tentang reaksi redoks dengan
6.-
materi yang akan diajarkan. Inti
1.
Membagikan komik reaksi redoks.
1. Menerima komik reaksi redoks yang diberikan oleh guru.
2.
Mengajak para siswa membaca komik reaksi redoks yang telah dibagikan.
2. Membaca komik reaksi redoks yang diberikan oleh guru.
(Diberikan watu ±15 menit). 3.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas.
3. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas. a. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep pengikatan dan pelepasan oksigen .
2
Oksidasi adalah pengikatan atom oksigen sedangkan reduksi adalah pelepasan atom oksigen. b. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep perpindahan elektron. Oksidasi adalah pelepasan elektron sedangkan reduksi adalah penerimaan elektron. c. Menjelaskan bilangan oksidasi (biloks). Biloks adalah bilangan yang diberikan (+) atau (-) pada atom dalam senyawa, ion, atau unsur berdasarkan aturan tertentu. d. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep perubahan bilangan oksidasi. Oksidasi adalah naiknya biloks sedangkan reduksi adalah turunnya biloks. 4.
Menambahkan atau meluruskan penjelasan yang diberikan oleh siswa
4. Mendengar dengan baik penjelasan guru.
(seperti menjelaskan kembali pengertian biloks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, aturan menentukan biloks, dan penentuan biloks berdasarkan perubahan biloks dengan memberikan beberapa contoh reaksinya). 5.
Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
5. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
6.
Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
6. Siswa yang besedia ditunjuk menjawab pertanyaan temannya.
ada yang bersedia). 7.
Menambahkan, menjelaskan kembali dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.
3
7. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
8.
8. Memperhatikan dan mencatat contoh soal yang diberikan
Memberikan contoh soal penentuan bilangan oksidasi.
oleh guru 9.
9. Mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.
Memberikan latihan soal penentuan bilangan oksidasi.
10. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan di papan
10. Beberapa orang siswa yang bersedia atau ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal.
tulis. 11. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah dikerjakan oleh
11. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
siswa Akhir/ Penutup
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi tentang reaksi
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan materi tentang reaksi redoks yang telah dipelajari dan
redoksyang telah dipelajari dan didiskusikan.
didiskusikan. Contohnya: Reaksi redoks dapat ditinjau dari beberapa konsep sesuai dengan perkembangannya, yaitu berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi ditentukan dengan beberapa aturan. 2. Menegaskan kembali kesimpulan materi tentang reaksi redoksyang telah
2. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
dipelajari. 3. Memberikan PR kepada siswa.
3. Mencatat PR yang diberikan guru.
4. Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
4. Mendengarkan instruksi guru.
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 5. Menunjuk seorang siswa memimpin do’a penutup (acak).
5. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a.
6. Memberi salam penutup.
6. Menjawab salam guru.
4
Pertemuan ke-dua (1 x 45 menit) Indikator a.
Siswa mampu membedakan reaksi redoks dan bukan redoks serta mampu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
b.
Siswa mampu menuliskan reaksi kimia dari gejala pencemaran dan mampu menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, atau bukan serta dapat menentukan oksidator dan reduktornya.
Kegiatan
Guru
Siswa
Awal/
1.
Memberi Salam Pembuka.
1. Menjawab salam guru.
Pembuka
2.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3.
Mengabsen siswa.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4.
mengingatkan kembali materi pelajaran yang terlah dipelajari sebelumnya,
4. beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru atau meluruskan jawaban temannya yang kurang tepat.
dengan mengajukan bebepa pertanyaan. Diantaranya: a. jelaskan reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen. b. jelaskan reaksi redoks berdasarkan perpindahan elektron. c. jelaskan biloks, dan bagaimana aturan penentuannya. d. jelaskan reaksi redoks berdasarkan perpindahan biloks. Inti
1.
Mengajak para siswa membaca komik reaksi redoks dimulai dari topik
1. Membaca komik reaksi redoks.
menentukan suatu reaksi redoks atau bukan redoks. Yaitu dimulai dari halaman 12. (Diberikan watu ±10 menit). 2.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas.
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas. Contohnya: Dalam suatu reaksi kimia kita dapat membedakan apakah reaksi tersebut termasuk reaksi redoks atau bukan dengan cara mengecek biloks atom dalam reaksi tesebut satu
5
persatu, jika terdapat atom yang mengalami kenaikan biloks maka disebut oksidasi, dan jika terdapat unsur yang mengami penurunan biloks maka disebut reduksi. Atom yang mengalami oksidasi bertindak sebagai reduktor dan atom yang mengalami reduksi bertindak sebagai oksidator. (dengan menuliskan contoh reaksinya di papan tulis). 3.
Menambahkan penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan
3. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari guru.
menambahkan beberapa contoh. 4.
Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5.
Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
ada yang bersedia). 6.
Menambahkan, meluruskan, dan menjelaskan kembali jawaban siswa yang 6. Mendengarkan dengan baik tambahan dan penjelasan dari guru.
kurang tepat. 7.
Memberikan contoh soal membedakan suatu reaksi apakah redoks atau bukan, dan menentukan oksidasi reduksi serta oksidator dan reduktornya.
8.
Memberikan latihan soal membedakan suatu reaksi redoks atau bukan,
7. Memperhatikan dan mencatat contoh soal yang diberikan oleh guru. 8. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
dan menentukan oksidasi dan reduksi serta oksidator dan reduktornya. 9.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan di papan
9. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal.
tulis. 10. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang dikerjakan oleh siswa.
10. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
11. Mengajukan pertanyaan tentang reaksi autoredoks.
11. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru. Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks dengan hanya
Apakah yang dimaksud dengan reaksi autoredoks?
satu jenis atom yang biloksnya berubah. 12. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
12. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa. Contohnya:
6
Dengan kata lain hanya satu jenis atom mengalami reaksi oksidasi dan reduksi sekaligus. 13. Memberikan latihan soal reaksi autoredoks.
13. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
14. Mempersilahkan atau menunjuk siswa yang bersedia mengerjakan latihan
14. Beberapa orang siswa yang bersedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal.
soal di papan tulis
Akhir/
15. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang dikerjakan oleh siswa.
15. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
1.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
Penutup
Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
dan didiskusikan. 2.
Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
2. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
3.
Memberikan PR kepada siswa.
3. Mencatat PR yang diberikan oleh guru.
4.
Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
4. Mendengarkan instruksi guru.
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 5.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
5. Siswa yang ditunujuk memimpin do’a penutup.
6.
Memberi salam penutup.
6. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-tiga (2 x 45 menit) Indikator a.
Siswa mampu memberi nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
b.
Siswa mampu menuliskan rumus kimia dari nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
Kegiatan
Guru
Siswa
Awal/
1. Memberi Salam Pembuka.
1. Menjawab salam guru.
Pembuka
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3. Mengabsen siswa.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
7
4. Mengingatkan kembali materi sebelumnya dengan mengajukan
4. Beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru atau meluruskan jawaban temannya yang kurang tepat.
pertanyaan: a. bagaimana cara menentukan suatu raksi apakah reaksi redoks atau bukan? b. bagaimana menentukan oksidasi dan reduksi serta oksidator dan reduktor? c. jelaskan reaksi autoredoks? 5. Memotivasi siswa dengan menyebutkan pentingnya mengetahui nama suatu senyawa. Contohnya: nama sangat penting, dengan nama kita dapat
5. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang diberikan oleh guru.
membedakan antara seorang dengan orang lain, nama berfungsi sebagai identitas. Begitu juga halnya dengan senyawa kimia kita dapat membedakan dari namanya, selain itu nama-nama senyawa juga sangat diperlukan untuk arsip dan data ilmiah. Inti
1. Mengajak para siswa membaca komik reaksi redoks. Dimulai dari cara
1. Membaca komik reaksi redoks.
memberi nama senyawa berdasarkan biloks pada halaman 15. (diberikan waktu ±10 menit). 2. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas: contohnya:
di depan kelas.
Penamaan senyawa yang mengandung atom yang berbiloks lebih dari satu berdasarkan sistem stock, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. memasukkan angka Romawi sesuai dengan biloks logam dalam tanda kurung dibelakang nama logam. b. masukkan nama atom non logam.
8
c. tambahkan akhiran Ida. 3.
3. Mendengarkan tambahan penjelasan dari guru dengan
Menambahkan penjelasan siswa.
baik. 4.
Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5.
Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya. (jika
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
ada yang bersedia). 6.
Menambahkan, meluruskan, dan menjelaskan kembali jawaban siswa yang 6. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari guru.
kurang tepat. 7.
Memberikan contoh soal penamaan senyawa ion biner berbiloks lebih dari
guru.
satu. 8.
7. Memperhatikan dan mencatat contoh yang diberikan oleh
Memberikan latihan soal penamaan senyawa ion biner berbiloks lebih dari
8. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
satu. 9.
Mempersilahkan atau menunjuk beberapa orang siswa untuk mengerjakan
9. Beberapa orang siswa yang besedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal yang
latihan soal di papan tulis.
diberikan oleh guru. 10. Mengecek dan meluruskan jawaban siswa.
10. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
11. Mengajukan pertanyaan bagaimana jika senyawa tersebut ion poliatomik?
11. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru. contohnya: juga dengan menggunakan sistem stock.
12. Meluruskan, menambahkan atau menjelaskan kembali jawaban siswa.
12. Mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan oleh guru.
13. Memberikan latihan soal penamaan senyawa ion poliatomik berdasarkan
13. Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
sistem stock. 14. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan soal di
14. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
papan tulis.
9
15. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
15. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
16. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
16. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk menjawab pertanyaan temannya.
ada yang bersedia).
Akhir/
17. Menjelaskan dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.
17. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
Penutup
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
dan didiskusikan. 2.
Menanyakan kembali materi yang telah dipelajari.
2. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
3.
Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
3. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
4.
Memberikan PR.
4. Mencatat PR yang dibrikan guru.
5.
Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
5. Mendengarkan instruksi dari guru.
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 6.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
6. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a penutup.
7.
Memberi salam penutup.
7. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-empat (1 x 45 menit) Indikator a.
Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
Kegiatan
Guru
Siswa
Awal/
1.
Memberi Salam Pembuka.
1. Menjawab salam guru.
Pembuka
2.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3.
Mengabsen siswa.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4.
Memotivasi siswa dengan menyebutkan contoh dan manfaat reaksi redoks
4. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang diberikan
10
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan.
oleh guru.
Reaksi redoks dalam kehidupan seri-hari sangat banyak, bahkan proses metabolisme dalam tubuh manusia sendiri melibatkan reaksi redoks. Untuk memecahkan masalah lingkungan dapat dengan menemukan energi altern atif yang ramah lingkungan. 5.
5. Beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru tentang
Melakukan tes terhadap materi sebelumnya.
penamaan senyawa berdasarkan biloks. Inti
1. Mengajak siswa membaca komik reaksi redoks dimulai dari pembahasan
1. Membaca komik reaksi redoks.
tentang redoks dalam kehidupan sehari-hari pada halaman 19. (diberikan waktu ±10 menit). 2.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan reaksi redoks
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan tentang reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari.
dalam kehidupan sehari-hari beserta contoh reaksinya.
Contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari pada perkaratan besi, pemutih pakaian, penyentruman akumulator, ekstraksi logam. (dengan menuliskan reaksinya). 3.
Menambahkan penjelasan siswa.
3. Mendengar dengan baik penjelasan guru.
4.
Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5.
Mempersilahkan siswa untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
yang bersedia). 6.
Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa.
6. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
7.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan bagaimana
7. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk menjelaskan
konsep reaksi redoks dapat memecahkan masalah lingkungan.
konsep redoks dapat memecahkan masalah lingkungan. Reaksi redoks untuk memecahkan masalah lingkungan
11
pada daur ulang perak dan pada fuel cell. (dengan menuliskan reaksinya). 8.
Menambahkan penjelasan siswa.
8. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
9.
Mempersilahkan para siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada)
9. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
10. Mepersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada
10. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
yang bersedia). 11. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari
11. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa.
guru. Akhir/
1. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menyimpulkan materi yang
Penutup
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
telah dipelajari dan didiskusikan. 2. Menanyakan kembali materi yang telah dipelajari.
2. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
3.
Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
3. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
4.
Mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan ulangan
4. Mendengarkan dan menyatakan siap untuk ulangan harian/posttest.
harian/posttest. 5.
Menyuruh seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
5. Siswa yang disuruh memimpin do’a penutup.
6.
Memberi salam penutup.
6. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-lima Ulangan harian/Post tes 4. Sumber Belajar Buku kimia kelas X SMA dan sumber-sumber lainnya yang relevan. 5. Penilaian a. Jenis tagihan
: soal posttest
b. Bentuk instrumen
: tes tertulis berbentuk essay.
12
skor 0 – 4, dengan kreteria sebagai berikut: No.
Skor
Kreteria
1.
0
Jika siswa tidak menjawab/menyimpang
2.
1
Jika siswa sedikit menjawab pertanyaan
3.
2
Jika siswa hanya menjawab sebagian dan tidak lengkap
4.
3
Jika siswa menjawab dengan benar, tetapi masih kurang lengkap
5.
4
Jika siswa menjawab dengan benar dan lengkap
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
(Dra. Hj. Ratih)
(Zulkifli)
NIP. 130799206
NIM. 105016200567
13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
Nama Sekolah
: SMA Negeri – 87 Jakarta
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/2
Alokasi Waktu
: 8 jam pelajaran (5 kali pertemuan, 1 kali pertemuan untuk ulangan harian/posttest)
Pertemuan Ke
: 1, 2, 3, 4 dan 5
SK.3.
: Memahami sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi.
KD.3.2.
: Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
1. Materi ajar Konsep oksidasi dan reduksi, bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion, tata nama menurut IUPAC, aplikasi redoks dalam dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan. 2. Pendekatan, metode, media a. Pendekatan
: Konsep.
b. Metode
: Ceramah dan tanya jawab.
c. Media
: Modul
3. Langkah-langkah KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Pertemuan Pertama (2 x 45 menit) Indikator a.
Siswa mampu menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
b.
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi atom/unsur dalam senyawa atau ion.
14
Kegiatan
Guru
Siswa
Awal/
1.
Memberi Salam.
1. Menjawab salam guru.
Pembuka
2.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa pembuka (acak).
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a.
3.
Mengabsen siswa.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4.
Memotivasi siswa dengan memberikan contoh dan manfaat dari
4. Menjawab pertanyaan guru.
mempelajari materi tentang reaksi redoks. Diantaranya: a. bagaimana warna daging buah apel sesaat setelah diiris?
a. putih.
b. bagaimana warna daging buah apel yang telah diiris tersebut jika
b. warnanya berubah menjadi kecoklatan.
dibiarkan di udara terbuka? c. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang
c. perubahan warna daging buah apel yang diiris dan dibiarkan beberapa
diberikan oleh guru.
lama di udara terbuka tersebut merupakan gejala adanya reaksi kimia yaitu reaksi redoks. Jadi reaksi redoks sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. 5.
Melakukan pretes, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang
5. Mengerjakan soal pretes yang diberikan oleh guru.
reaksi redoks. 6.
Menghubungkan pengetahuan awal siswa tentang reaksi redoks dengan
6.-
materi yang akan diajarkan. Inti
1.
Membagikan modul reaksi redoks.
1. Menerima modul reaksi redoks yang diberikan oleh guru.
2.
Mengajak para siswa membaca modul reaksi redoks yang telah dibagikan.
2. Membaca modul reaksi redoks yang diberikan oleh guru.
(Diberikan watu ±15 menit). 3.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas.
3. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas. a. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep pengikatan dan pelepasan oksigen .
15
Oksidasi adalah pengikatan atom oksigen sedangkan reduksi adalah pelepasan atom oksigen. b. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep perpindahan elektron. Oksidasi adalah pelepasan elektron sedangkan reduksi adalah penerimaan elektron. c. Menjelaskan bilangan oksidasi (biloks). Biloks adalah bilangan yang diberikan (+) atau (-) pada atom dalam senyawa, ion, atau unsur berdasarkan aturan tertentu. d. Menjelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep perubahan bilangan oksidasi. Oksidasi adalah naiknya biloks sedangkan reduksi adalah turunnya biloks. 4.
Menambahkan atau meluruskan penjelasan yang diberikan oleh siswa
4. Mendengar dengan baik penjelasan guru.
(seperti menjelaskan kembali pengertian biloks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, aturan menentukan biloks, dan penentuan biloks berdasarkan perubahan biloks dengan memberikan beberapa contoh reaksinya). 5.
Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
5. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
6.
Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
6. Siswa yang besedia ditunjuk menjawab pertanyaan temannya.
ada yang bersedia). 7.
Menambahkan, menjelaskan kembali dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.
16
7. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
8.
8. Memperhatikan dan mencatat contoh soal yang diberikan
Memberikan contoh soal penentuan bilangan oksidasi.
oleh guru 9.
9. Mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.
Memberikan latihan soal penentuan bilangan oksidasi.
10. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan di papan
10. Beberapa orang siswa yang bersedia atau ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal.
tulis. 11. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah dikerjakan oleh
11. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
siswa Akhir/ Penutup
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi tentang reaksi
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan materi tentang reaksi redoks yang telah dipelajari dan
redoksyang telah dipelajari dan didiskusikan.
didiskusikan. Contohnya: Reaksi redoks dapat ditinjau dari beberapa konsep sesuai dengan perkembangannya, yaitu berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi ditentukan dengan beberapa aturan. 2. Menegaskan kembali kesimpulan materi tentang reaksi redoksyang telah
2. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
dipelajari. 3. Memberikan PR kepada siswa.
3. Mencatat PR yang diberikan guru.
4. Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
4. Mendengarkan instruksi guru.
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 5. Menunjuk seorang siswa memimpin do’a penutup (acak).
5. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a.
6. Memberi salam penutup.
6. Menjawab salam guru.
17
Pertemuan ke-dua (1 x 45 menit) Indikator a.
Siswa mampu membedakan reaksi redoks dan bukan redoks serta mampu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
b.
Siswa mampu menuliskan reaksi kimia dari gejala pencemaran dan mampu menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, atau bukan serta dapat menentukan oksidator dan reduktornya.
Kegiatan
Guru
Siswa
Awal/
1.
Memberi Salam Pembuka.
1. Menjawab salam guru.
Pembuka
2.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3.
Mengabsen siswa.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4.
mengingatkan kembali materi pelajaran yang terlah dipelajari sebelumnya,
4. beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru atau meluruskan jawaban temannya yang kurang tepat.
dengan mengajukan bebepa pertanyaan. Diantaranya: a. jelaskan reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen. b. jelaskan reaksi redoks berdasarkan perpindahan elektron. c. jelaskan biloks, dan bagaimana aturan penentuannya. d. jelaskan reaksi redoks berdasarkan perpindahan biloks. Inti
1.
Mengajak para siswa membaca modul reaksi redoks dimulai dari topik
1. Membaca modul reaksi redoks.
menentukan suatu reaksi redoks atau bukan redoks. Yaitu dimulai dari halaman 4. (Diberikan watu ±10 menit). 2.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas.
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas. Contohnya: Dalam suatu reaksi kimia kita dapat membedakan apakah reaksi tersebut termasuk reaksi redoks atau bukan dengan cara mengecek biloks atom dalam reaksi tesebut satu
18
persatu, jika terdapat atom yang mengalami kenaikan biloks maka disebut oksidasi, dan jika terdapat unsur yang mengami penurunan biloks maka disebut reduksi. Atom yang mengalami oksidasi bertindak sebagai reduktor dan atom yang mengalami reduksi bertindak sebagai oksidator. (dengan menuliskan contoh reaksinya di papan tulis). 3.
Menambahkan penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan
3. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari guru.
menambahkan beberapa contoh. 4.
Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5.
Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
ada yang bersedia). 6.
Menambahkan, meluruskan, dan menjelaskan kembali jawaban siswa yang 6. Mendengarkan dengan baik tambahan dan penjelasan dari guru.
kurang tepat. 7.
Memberikan contoh soal membedakan suatu reaksi apakah redoks atau bukan, dan menentukan oksidasi reduksi serta oksidator dan reduktornya.
8.
Memberikan latihan soal membedakan suatu reaksi redoks atau bukan,
7. Memperhatikan dan mencatat contoh soal yang diberikan oleh guru. 8. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
dan menentukan oksidasi dan reduksi serta oksidator dan reduktornya. 9.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan di papan
9. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal.
tulis. 10. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang dikerjakan oleh siswa.
10. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
11. Mengajukan pertanyaan tentang reaksi autoredoks.
11. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru. Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks dengan hanya
Apakah yang dimaksud dengan reaksi autoredoks?
satu jenis atom yang biloksnya berubah. 12. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa. Contohnya:
19
12. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
Dengan kata lain hanya satu jenis atom mengalami reaksi oksidasi dan reduksi sekaligus. 13. Memberikan latihan soal reaksi autoredoks.
13. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
14. Mempersilahkan atau menunjuk siswa yang bersedia mengerjakan latihan
14. Beberapa orang siswa yang bersedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal.
soal di papan tulis
Akhir/
15. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang dikerjakan oleh siswa.
15. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
1.
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
Penutup
Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
dan didiskusikan. 2.
Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
2. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
3.
Memberikan PR kepada siswa.
3. Mencatat PR yang diberikan oleh guru.
4.
Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
4. Mendengarkan instruksi guru.
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 5.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
5. Siswa yang ditunujuk memimpin do’a penutup.
6.
Memberi salam penutup.
6. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-tiga (2 x 45 menit) Indikator a.
Siswa mampu memberi nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
b.
Siswa mampu menuliskan rumus kimia dari nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
Kegiatan
Guru
Siswa
Awal/
1. Memberi Salam Pembuka.
1. Menjawab salam guru.
Pembuka
2. Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3. Mengabsen siswa.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
20
4. Mengingatkan kembali materi sebelumnya dengan mengajukan
4. Beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru atau meluruskan jawaban temannya yang kurang tepat.
pertanyaan: a. bagaimana cara menentukan suatu raksi apakah reaksi redoks atau bukan? b. bagaimana menentukan oksidasi dan reduksi serta oksidator dan reduktor? c. jelaskan reaksi autoredoks? 5. Memotivasi siswa dengan menyebutkan pentingnya mengetahui nama suatu senyawa. Contohnya: nama sangat penting, dengan nama kita dapat
5. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang diberikan oleh guru.
membedakan antara seorang dengan orang lain, nama berfungsi sebagai identitas. Begitu juga halnya dengan senyawa kimia kita dapat membedakan dari namanya, selain itu nama-nama senyawa juga sangat diperlukan untuk arsip dan data ilmiah. Inti
1. Mengajak para siswa membaca modul reaksi redoks. Dimulai dari cara
1. Membaca modul reaksi redoks.
memberi nama senyawa berdasarkan biloks pada halaman 6. (diberikan waktu ±10 menit). 2. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan hasil bacaannya
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan hasil bacaannya di depan kelas: contohnya:
di depan kelas.
Penamaan senyawa yang mengandung atom yang berbiloks lebih dari satu berdasarkan sistem stock, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. memasukkan angka Romawi sesuai dengan biloks logam dalam tanda kurung dibelakang nama logam. b. masukkan nama atom non logam.
21
c. tambahkan akhiran Ida. 3.
3. Mendengarkan tambahan penjelasan dari guru dengan
Menambahkan penjelasan siswa.
baik. 4.
Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5.
Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya. (jika
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
ada yang bersedia). 6.
Menambahkan, meluruskan, dan menjelaskan kembali jawaban siswa yang 6. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari guru.
kurang tepat. 7.
Memberikan contoh soal penamaan senyawa ion biner berbiloks lebih dari
guru.
satu. 8.
7. Memperhatikan dan mencatat contoh yang diberikan oleh
Memberikan latihan soal penamaan senyawa ion biner berbiloks lebih dari
8. Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
satu. 9.
Mempersilahkan atau menunjuk beberapa orang siswa untuk mengerjakan
9. Beberapa orang siswa yang besedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal yang
latihan soal di papan tulis.
diberikan oleh guru. 10. Mengecek dan meluruskan jawaban siswa.
10. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
11. Mengajukan pertanyaan bagaimana jika senyawa tersebut ion poliatomik?
11. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru. contohnya: juga dengan menggunakan sistem stock.
12. Meluruskan, menambahkan atau menjelaskan kembali jawaban siswa.
12. Mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan oleh guru.
13. Memberikan latihan soal penamaan senyawa ion poliatomik berdasarkan
13. Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
sistem stock. 14. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk mengerjakan latihan soal di
14. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk maju ke papan tulis mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
papan tulis.
22
15. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
15. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
16. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika
16. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk menjawab pertanyaan temannya.
ada yang bersedia).
Akhir/
17. Menjelaskan dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.
17. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
1. Mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan
Penutup
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
dan didiskusikan. 2.
Menanyakan kembali materi yang telah dipelajari.
2. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
3.
Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
3. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
4.
Memberikan PR.
4. Mencatat PR yang dibrikan guru.
5.
Menginstruksikan para siswa untuk membaca materi pelajaran yang akan
5. Mendengarkan instruksi dari guru.
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 6.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
6. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a penutup.
7.
Memberi salam penutup.
7. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-empat (1 x 45 menit) Indikator a.
Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
Kegiatan
Guru
Siswa
Awal/
1.
Memberi Salam Pembuka.
1. Menjawab salam guru.
Pembuka
2.
Menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa (acak).
2. Siswa yang ditunjuk memimpin do’a..
3.
Mengabsen siswa.
3. Siswa yang dipanggil menjawab absen guru.
4.
Memotivasi siswa dengan menyebutkan contoh dan manfaat reaksi redoks
4. Mendengarkan dengan antusias motivasi yang diberikan
23
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan.
oleh guru.
Reaksi redoks dalam kehidupan seri-hari sangat banyak, bahkan proses metabolisme dalam tubuh manusia sendiri melibatkan reaksi redoks. Untuk memecahkan masalah lingkungan dapat dengan menemukan energi altern atif yang ramah lingkungan. 5.
5. Beberapa orang siswa menjawab pertanyaan guru tentang
Melakukan tes terhadap materi sebelumnya.
penamaan senyawa berdasarkan biloks. Inti
1. Mengajak siswa membaca modul reaksi redoks dimulai dari pembahasan
1. Membaca modul reaksi redoks.
tentang redoks dalam kehidupan sehari-hari pada halaman 19. (diberikan waktu ±10 menit). 2.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan reaksi redoks
2. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menjelaskan tentang reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari.
dalam kehidupan sehari-hari beserta contoh reaksinya.
Contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari pada perkaratan besi, pemutih pakaian, penyentruman akumulator, ekstraksi logam. (dengan menuliskan reaksinya). 3.
Menambahkan penjelasan siswa.
3. Mendengar dengan baik penjelasan guru.
4.
Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada).
4. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
5.
Mempersilahkan siswa untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada
5. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
yang bersedia). 6.
Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa.
6. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
7.
Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menjelaskan bagaimana
7. Siswa yang besedia atau yang ditunjuk menjelaskan
konsep reaksi redoks dapat memecahkan masalah lingkungan.
konsep redoks dapat memecahkan masalah lingkungan. Reaksi redoks untuk memecahkan masalah lingkungan
24
pada daur ulang perak dan pada fuel cell. (dengan menuliskan reaksinya). 8.
Menambahkan penjelasan siswa.
8. Mendengarkan dengan baik penjelasan guru.
9.
Mempersilahkan para siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada)
9. Siswa yang ingin bertanya mengajukan pertanyaan.
10. Mepersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada
10. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan temannya.
yang bersedia). 11. Mendengarkan dengan baik tambahan penjelasan dari
11. Menambahkan atau meluruskan jawaban siswa.
guru. Akhir/
1. Mempersilahkan atau menunjuk siswa untuk menyimpulkan materi yang
Penutup
1. Siswa yang bersedia atau yang ditunjuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan didiskusikan.
telah dipelajari dan didiskusikan. 2. Menanyakan kembali materi yang telah dipelajari.
2. Siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru.
3.
Menegaskan kembali kesimpulan dan jawab dari siswa.
3. Medengarkan dengan baik penjelasan guru.
4.
Mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan ulangan
4. Mendengarkan dan menyatakan siap untuk ulangan harian/posttest.
harian/posttest. 5.
Menyuruh seorang siswa untuk memimpin do’a penutup (acak).
5. Siswa yang disuruh memimpin do’a penutup.
6.
Memberi salam penutup.
6. Menjawab salam guru.
Pertemuan ke-lima Ulangan harian/Post tes 4. Sumber Belajar Buku kimia kelas X SMA dan sumber-sumber lainnya yang relevan. 5. Penilaian a. Jenis tagihan
: soal posttest
b. Bentuk instrumen
: tes tertulis berbentuk essay.
25
skor 0 – 4, dengan kreteria sebagai berikut: No.
Skor
Kreteria
1.
0
Jika siswa tidak menjawab/menyimpang
2.
1
Jika siswa sedikit menjawab pertanyaan
3.
2
Jika siswa hanya menjawab sebagian dan tidak lengkap
4.
3
Jika siswa menjawab dengan benar, tetapi masih kurang lengkap
5.
4
Jika siswa menjawab dengan benar dan lengkap
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
(Dra. Hj. Ratih)
(Zulkifli)
NIP. 130799206
NIM. 105016200567
26
95
Lampiran 2.
KISI-KISI INSTRUMEN UJI COBA TES Nama Sekolah Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester Standar Kompetensi. 3.
: SMA – Negeri 87 Jakarta : Kimia : Reaksi Redoks : X/2 : Memahami sifat larutan non elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi reduksi. Kompetensi Dasar. 3.2. : Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. No
Indikator Soal
1.
Siswa mampu menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks. Siswa mampu menuliskan contoh reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen dan berdasarkan perpindahan electron. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi atom/unsur dalam senyawa atau ion. Siswa mampu menjelaskan beberapa senyawa yang tidak dapat dioksidasi. Siswa mampu membedakan reaksi redoks, autoredosk, dan bukan redoks, serta mampu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. Siswa mampu menuliskan reaksi pada gas klor dengan air, menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, serta dapat menentukan oksidator dan reduktornya. Siswa mampu menuliskan reaksi pada pencemar udara dengan air, menentukan reaksi tersebut redoks, autoredoks, serta dapat menentukan oksidator dan reduktornya. Siswa mampu menuliskan nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidasi. Siswa mampu menuliskan rumus kimia dari nama senyawa (IUPAC) berdasarkan bilangan oksidasi.
2
3 4 5
6
7
8.
9
Jumlah Butir 1
Nomor Soal 1
Jenjang Kognitif C2
1
2*
C2
1
3
C3
1
4*
C6
1
5
C3
1
6*
C5
1
7
C5
1
8*
C3
1
9
C3
96
10. 11
Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mampu mendeskripsikan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan. Jumlah
1
10
C4
1
11
C6
11
11
11
Keterangan : Tanda bintang (*) menyatakan soal tersebut tidak dipakai pada instrumen penelitian.
Instrumen 1.
Jelaskan pengertian redoks berdasarkan konsep pelepasan dan pengikatan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan bilangan oksidasi!
2.
Buatlah contoh reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen dan berdasarkan perpindahan elektron, masing-masing satu contoh berikan penjelasan!
3.
Tentukanlah bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawa berikut: a. NaCl b. PO43c. Cl2O5 d. Cr2O72-
4.
Mengapa S dalam SO42- dan N dalam ion NO3 - tidak dapat dioksidasi lagi? Berikan alasannya!
5.
Tentukanlah apakah reaksi berikut termasuk reaksi redoks, autoredoks atau bukan redoks, jika reaksi redoks/autoredoks tentukan reduktor dan oksidatornya! a. SnCl2 + Cl2 → SnCl4 b. 2Ag + Cl2 → 2AgCl c. CaCO3 → CaO + CO2 d. 2H2O2 → 2H2O + O2
6.
Gas klor (Cl2) dapat digunakan sebagai pembasmi bakteri dalam air, ketika gas klor ditambahkan ke dalam air terjadi reaksi kimia yang menghasilkan ion H+, ion Cl-, dan HOCl. Buatlah persamaan reaksi yang terjadi, Apakah reaksi
97
tersebut merupakan reaksi redoks/autoredoks? Jika reaksi redoks/autoredoks tentukan oksidator dan reduktornya! 7.
Pencemar udara “smog”, diketahui mengandung gas nitrogen dioksida (NO2). Adanya NO2 di udara dapat menyebabkan hujan asam karena NO2 dapat bereaksi dengan air membentuk gas nitrogen monoksida (NO), dan asam nitrat HNO3, buatlah persamaan reaksi yang terjadi, apakah reaksi tersebut merupakan reaksi redoks/autoredoks? Jika reaksi redoks/autoredoks tentukan reduktor dan oksidatornya!
8.
Tentukanlah nama dari senyawa berikut: a. MnO2 b. CuCl2 c. NaNO2 d. K2CrO4
9.
Tentukanlah rumus kimia pada senyawa berikut: a. Mangan (II) oksida b. Besi (III) sulfat c. Timbal (IV) oksida d. Kromium (III) oksida
10. Mengapa pada saat akan menggunakan pemutih pakaian terlebih dahulu harus dipisahkan pakaian putih dan pakaian berwarna, dengan kata lain pemutih hanya digunakan untuk pakaian putih! berikan alasan Anda berdasarkan cara kerja pemutih tersebut. 11. Dewasa ini telah ditemukan berbagai energi alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar sekaligus mengurangi pencemaran terhadap lingkungan, energi alternatif tersebut antara lain fuel cell dan sel surya yang keduanya merupakan aplikasi dari konsep reaksi redoks. Bandingkan manakah yang lebih efektif dan lebih efesien dari penggunaan kedua energi alternatif tersebut? berikan alasannya!
98
Kunci Jawaban: Nomor Soal 1.
2.
Kemungkinan Jawaban Siswa
Skor
1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika Siswa menjawab reaksi redoks secara umum, contohnya: Reaksi redoks adalah penambahan dan pengurangan atom aksigen 3. Jika Siswa menjawab salah satu pengertian dengan benar, contohnya: Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen oksidasi adalah penambahan atom oksigen. Reduksi adalah pengurangan atom oksigen.... 4. Jika Siswa menjawan dua pengertian dengan benar, contohnya: Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen oksidasi adalah proses penambahan atom oksigen, reduksi adalah proses pengurangan atom oksigen. Berdasarkan perpindahan elektron oksidasi adalah proses pelepasan elektron, reduksi adalah proses penerimaan elektron.... 5. Jika Siswa menjawab semua pengertian dengan benar dan lengkap, contohnya: Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen oksidasi adalah proses penambahan atom oksigen, reduksi adalah proses pengurangan atom oksigen. Berdasarkan perpindahan elektron oksidasi adalah proses pelepasan elektron, reduksi adalah proses penerimaan elektron. Berdasarkan peubahan bilangan oksidasi, oksidasi adalah terjadinya kenaikan bilangan oksidasi, reduksi adalah terjadinya penurunan bilangan oksidasi.
0 1
1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika siswa menjawab satu contoh yang tidak legkap, contohnya: 4FeS2 + 11O2 → 2Fe2O3 + 8SO4
0 1
3. Jika Siswa menjawab satu contoh okidasi dan reduksi dengan benar, namun tanpa penjelasan, contohnya: Contoh oksidasi 4FeS2 + 11O2 → 2Fe2O3 + 8SO4 Contoh reduksi HgO, 2HgO → 2H + O2 4. Jika Siswa menjawab dua contoh oksidasi dan reduksi reduksi dengan benar, namun hanya satu penjelasannya, contohnya: Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, contoh reaksi oksidasi terjadi pada oksida senyawa sulfida menghasilkan oksida unsur logam penyusunnya 4FeS2 + 11O2 → 2Fe2O3 + 8SO4 Contoh reasksi reduksi oksida logam melepaskan oksigen jika
2
2
3
4
3
99
dipanaskan misalnya pemanasan HgO, 2HgO → 2H + O2 Berdasarkan perpindahan elektron, redoks cotohnya pada reaksi berikut: 2Na + Cl2 → 2NaCl 5. Jika Siswa menjawab kedua contoh tersebut dengan benar dan lengkap, contohnya: Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen contoh oksidasi, oksida senyawa sulfida menghasilkan oksida unsur logam penyusunnya 4FeS2 + 11O2 → 2Fe2O3 + 8SO4 Reduksi oksida logam melepaskan oksigen jika dipanaskan misalnya pemanasan HgO, 2HgO → 2H + O2 Berdasarkan perpindahan elektron, redoks cotohnya pada reaksi berikut: 2Na + Cl2 → 2NaCl Pada beberapa reaksi diatas terlihat bahwa Cl2 mengalami reduksi menjadi 2Cl- dengan memperoleh 2 elektron yang berasal dari atom Na. Sedangkan atom Na mengalami oksidasi karena melepaskan elektron. 3.
1. Jika Siswa tidak menjawab. 2. Jika Siswa menjawab salah satu poin dengan benar 3. Jika Siswa menjawab dua poin dengan benar 4. Jika Siswa menjawab tiga poin dengan benar 5. Jika Siswa menjawab empat poin dengan benar Jabawan: a. NaCl. biloks Na = +1, biloks Cl = -1 b. PO43-. (1 x bl P) + (4 x bl O) = -3 bl P + (4 x (-2)) = -3 bl P + -8 = -3 bl P = 8 – 3 = +5
4
0 1 2 3 4 -
c. Cl2O5. (2 x bl Cl) (2 x bl Cl) + (5 x (-2)) = 0 (2 x bl Cl) + (-10) = 0 (2 x bl Cl) = +10 → bl Cl = +5
d. Cr2O7-2 (2 x bl Cr) + (7 x (-2)) = -2 (2 x bl Cr) + (-14) = -2 (2 x bl Cr) = 14 – 2 = 12 → bl Cr = +6 4
1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: Karena biloksnya sudah maksimum
0 1
100
3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: SO42-; (bl S) + (4 x bl O) = -2 (bl S) + (-8) = -2 (bl S) = 8 – 2 = +6 Biloks S = +6, sudah maksimum sehingga tidak dapat di oksidasi lagi 4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengklap, contohnya: SO42-; (bl S) + (4 x bl O) = -2 (bl S) + (-8) = -2 (bl S) = 8 – 2 = +6 NO3- ; (bl N) + (3 x bl O) = -1 (bl N) + (-6) = -1 (bl N) = 6 – 1 = +5 Biloks S = +6, sedangkan biloks N = +5, biloks S maksimum +6 sedangkan biloks N maksimum +5, sehingga tidak dapat dioksidasi lagi. 5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: SO42-; (bl S) + (4 x bl O) = -2 (bl S) + (-8) = -2 (bl S) = 8 – 2 = +6 NO3- ; (bl N) + (3 x bl O) = -1 (bl N) + (-6) = -1 (bl N) = 6 – 1 = +5 Biloks S dalam SO42- adalah +6, sedangkan biloks N dalam NO3 adalah +5. Konfigurasi elektron 16S adalah 2, 8, 6. jadi memiliki elektronvalensi = 6, sedangkan konfugurasi 7N adalah 2, 5. Jadi N memiliki elektronvalensi = 5. Sehingga S dalam SO42- dan N dalam NO3- sudah tidak dapat dioksidasi lagi, sebab jika dioksidasi berarti biloksnya dinaikkan, maka akan melebihi jumlah elektron terluarnya. 5
2
3
4
1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika Siswa menjawab salah satu poin dengan benar 3. Jika Siswa menjawab dua poin dengan benar 3. Jika Siswa menjawab tiga poin dengan benar 4. Jika Siswa menjawab empat poin dengan benar
0 1 2 3 4
Jawaban: a. SnCl2 + Cl2 → SnCl4
-
+2 -1
oksidasi
0
+4 -1
Reduksi
Reaksi redoks Oksidatornya = Cl2 Reduktornya = SnCl2
101
b. 2Ag + Cl2 → 2AgCl +1 -1
0
0
Reduksi
oksidasi
Reaksi redoks Reduktornya = Cl2 Oksidatornya = Ag c. CaCO3 → CaO +CO2 +2 +4 -2
+4 -2 +4 -2
Bukan redoks, sebab tidak ada unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi. d. 2H2O2 → 2H2O + O2 +1 -1
+1 -2
0 oksidasi
Reduksi
Reaksi autoredoks sebab O2 mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus. 6
1. Jika siswa tidak menjwab/menyimpang 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: Cl2 + H2O ↔ ...... 3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: Cl2 + H2O ↔ H+ + Cl- + HOCl 4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengkap, contohnya: Cl2 + H2O ↔ H+ + Cl- + HOCl 0
+1
0
0 1 2 3
+1 oksidasi
Reduksi
Reaksi tersebut reaksi redoks
5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: Cl2 + H2O ↔ H+ + Cl- + HOCl 0
+1 Reduksi
0
+1 oksidasi
Reaksi tersebut reaksi redoks, tetapi bukan autoredoks. Oksidatornya = H2O; Reduktornya = Cl2
4
102
7
1. Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: NO2 + H2O ...... 3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: NO2 + H2O ↔ HNO3 + NO 4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengkap, contohnya: NO2 + H2O ↔ HNO3 + NO +5
+4 Oksidasi
3
Reduksi
+5 Oksidasi
2
+2
Reaksi tersebut reaksi redoks. 5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: NO2 + H2O ↔ HNO3 + NO +4
0 1
4
+2 Reduksi
Reaksi tersebut reaksi autoredoks. Sebab oksidatornya dan reduktornya NO2. 8
1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika Siswa menjawab salah satu poin dengan benar 3. Jika Siswa menjawab dua poin dengan benar 4. Jika Siswa menjawab tiga poin dengan benar 5. Jika Siswa menjawab empat poin dengan benar Jawaban: a. Biloks Mn = +2 → Mangan (II) oksida b. Biloks Cu = +2 → Tembaga (II) klorida c. Biloks Na = +1 → Natrium (I) nitrit d. Biloks Cr = + 6 → Kalium kromat (VI)
0 1 2 3 4 -
9
1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika Siswa menjawab salah satu poin dengan benar 3. Jika Siswa menjawab dua poin dengan benar 4. Jika Siswa menjawab tiga poin dengan benar 5. Jika Siswa menjawab empat poin dengan benar Jawaban: a. Mangan (II) oksida = MnO2 b. Besi (III) sulfat = Fe2(SO4)3 c. Timbal (IV) oksida = PbO2 d. Kromium (III) oksida = Cr2O3
0 1 2 3 4 -
10
1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: Jika pada pakaian berwarna akan luntur
0 1
103
11
3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: Jika pada pakaian berwarna, maka warna pakaian tersebut akan dioksidasi oleh NaOCl 4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengkap, contohnya: Jika pada pakaian berwarna maka pakaian tersebut akan luntur, disebabkan NaOCl dalam air akan akan terurai menjadi Na+ dan OCl-, ion OCl- akan terduksi menjadi ion Cl dan ion OH, Cl mengalami reaksi reduksi, berarti warna tersebut akan dioksidasi oleh NaOCl. 5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: Jika pada pakaian berwarna maka pakaian tersebut akan luntur, karena di dalam air NaOCl teruarai menjadi Na+ dan OCl-. Kemudian ion OCl- akan teruduksi menjadi ion klorin (Cl-) dan ion hidroksida (OH-) menurut reaksi OCl- + 2ě + H2O → Cl- + 2OH-, dari reaksi tersebut terlihat Cl mengalami penurunan bilangan oksidasi sehingga Cl bertindak sebagai oksidator, sifat oksidator inilah yang menyebabkan NaOCl dapat mengoksidasi noda pada pakaian bahkan warna pakaian sekalipun hingga larut dalam air. 1. Jika Siswa tidak menjawab/menyimpang 2. Jika Siswa sedikit menjawab pertanyaan, contohnya: Lebih efektif dan efesien sel surya 3. Jika Siswa menjawab hanya sebagian dan tidak lengkap, contohnya: Sel surya lebih efektif dan lebih efesien sebab menggunakan tenaga matahari 4. Jika Siswa menjawab dengan benar tapi masih kurang kengkap, contohnya: Jika keduanya dibandingkan maka sel surya lebih efektif dan lebih efesien, sebab sel surya menggunakan sinar matahari yang diperoleh gratis tanpa biaya, sedangkan fuel cell menggunakan bahan bakar hidrogen, hidrogen tersebut diperoleh dari serangkaian proses yang menggunakan biaya 5. Jika Siswa menjawab dengan benar dan lengkap: Kedua energi alternatif tersebut merupakan aplikasi dari reaksi redoks, fuel cell berdasarkan reaksi redoks antara H2 dan O2, sedangkan pada sel surya berdasarkan reaksi redoks dari dua semikonduktor. Jika dilihat dari sumber energi yang dibutuhkan maka sel surya lebih efisien, sebab sel surya memperoleh energi lansung free dari sinar matahari, sedangkan fuel cell dari H2 yang memerlukan biaya untuk memperolehnya. Sel surya tidak efektif jika musim hujan, sedangkan fuel cell selain menghasilkan energi listrik juka dapat menghasilkan air bersih sehingga sangat efektif untuk daerah yang kekurangan air bersih. Jadi jika tinjau dari segi efesiensi untuk menghasilkan listrik maka sel surya lebih efesien, namun jika ditinjau dari efektifitasnya maka fuel cell lebih efektif terutama untuk daerah yang sulit air bersih.
2
3
4
0 1 2
3
4
104
Skor ideal adalah 4, sehingga skor total diperoleh dari penjumlahan seluruh skor tiap butir soal, (4 x jumlah butir soal) dengan skor terendah adalah 0. Jakarta, 25 Nopember 2009 Peneliti/guru mata pelajaran
Zulkifli
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt DATA MENTAH =========== Jumlah Subyek= 40 Jumlah Butir Soal= 11 Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR Nomor Urut
Nomor Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nomor Urut
Nomor Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No. Butir Baru -----> No. Butir Asli ---> Nama|Skor Ideal -> A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO
1 1 4 1 4 1 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 2 4 2 2 2 4 3 2 3 1 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 3 3 4 4 4 4 2
2 2 4 2 4 3 4 3 3 2 4 4 4 3 2 2 2 4 2 2 3 2 1 3 3 3 4 2 3 2 4 2 2 2 4 4 2 3 4 4 3 3 4
No. Butir Baru -----> No. Butir Asli ---> Nama|Skor Ideal -> A B C D E F G H I J K L M
10 10 4 0 1 0 2 1 1 0 1 1 2 1 2 2 Page 1
11 11 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1
3 3 4 1 3 2 3 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 4 2 1 2 3 3 1 1 1 2 1 2 1 3 3 2 1 2 1 2 2 3 3 4 2 2
4 4 4 0 1 0 1 2 1 0 0 2 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 2 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 3 2 1 1 3
5 5 4 1 0 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 1 3 3 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 0 2 1 3 3 4 1 3 1 1
6 6 4 0 0 0 0 0 0 1 2 0 2 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 2 1 0 1 1 1 1 2 1 1 1 1
7 7 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 1 1 1 0
8 8 4 2 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 1 3 3 2 2 2 3
9 9 4 1 1 3 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
N O P Q R S T U V W X Y Z AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt 2 2 2 0 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 0 2 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 2 1 0 0 1 1 2 1 3 2 1 1 2 1 1 1 0 1
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 17,25 Simpang Baku= 4,54 KorelasiXY= 0,66 Reliabilitas Tes= 0,80 Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
No. Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kode/Nama Subyek Skor Ganjil A 4 B 8 C 9 D 11 E 9 F 8 G 9 H 10 I 11 J 9 K 8 L 8 M 10 N 12 O 11 P 11 Q 10 R 10 S 14 T 13 U 7 V 8 W 4 X 10 Y 8 Z 6 AB 4 AC 7 Page 2
Skor Genap 4 8 6 9 7 7 6 10 9 10 7 7 8 6 9 8 6 8 8 9 7 7 7 9 7 7 4 8
Skor Total 8 16 15 20 16 15 15 20 20 19 15 15 18 18 20 19 16 18 22 22 14 15 11 19 15 13 8 15
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt 10 9 6 10 6 11 12 18 12 15 12 8
7 6 5 11 6 6 10 15 10 9 8 11
17 15 11 21 12 17 22 33 22 24 20 19
KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Subyek 36 38 19 20 35 37 32 4 8 9 15 Rata2 Skor Simpang Baku
Kode/Nama Subyek AK AM S T AJ AL AG D H I O
Skor 33 24 22 22 22 22 21 20 20 20 20
1 1 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3,45 0,69
2 2 4 3 2 1 3 4 4 4 4 4 4 3,36 1,03
3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 4 2,91 0,70
4 4 3 1 1 2 1 2 1 1 0 2 0 1,27 0,90
5 5 4 3 2 2 3 1 2 2 2 2 1 2,18 0,87
No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Subyek 36 38 19 20 35 37 32 4 8 9 15 Rata2 Skor Simpang Baku
Kode/Nama Subyek AK AM S T AJ AL AG D H I O
Skor 33 24 22 22 22 22 21 20 20 20 20
6 6 2 1 1 1 1 1 1 0 2 0 0 0,91 0,70
7 7 2 1 1 2 1 1 1 0 0 0 0 0,82 0,75
8 8 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2,64 0,50
9 9 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2,27 0,47
10 10 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1,73 0,65
No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Subyek 36 38 19 20 35 37 32 4 8 9 15
Kode/Nama Subyek Skor AK 33 AM 24 S 22 T 22 AJ 22 AL 22 AG 21 D 20 H 20 I 20 O 20 Page 3
11 11 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
Rata2 Skor Simpang Baku
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt 0,82 0,60
Kelompok Asor Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Subyek 22 25 28 30 21 26 33 23 31 1 27 Rata2 Skor Simpang Baku
Kode/Nama Subyek V Y AC AE U Z AH W AF A AB
Skor 15 15 15 15 14 13 12 11 11 8 8
No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Subyek 22 25 28 30 21 26 33 23 31 1 27 Rata2 Skor Simpang Baku
Kode/Nama Subyek V Y AC AE U Z AH W AF A AB
Skor 15 15 15 15 14 13 12 11 11 8 8
No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Subyek 22 25 28 30 21 26 33 23 31 1 27 Rata2 Skor Simpang Baku
Kode/Nama Subyek V Y AC AE U Z AH W AF A AB
Skor 15 15 15 15 14 13 12 11 11 8 8
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 40 Klp atas/bawah(n)= 11 Butir Soal= 11 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR Page 4
1 1 3 2 1 2 2 1 2 1 3 1 1 1,73 0,79
2 2 3 2 4 2 3 3 4 3 2 2 2 2,73 0,79
3 3 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1,36 0,67
4 4 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0,36 0,50
5 5 1 1 2 2 1 1 1 1 0 1 1 1,09 0,54
6 6 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0,36 0,50
7 7 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0,18 0,40
8 8 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1,91 0,54
9 9 2 2 1 1 3 2 2 1 2 1 1 1,64 0,67
10 10 2 1 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0,82 0,75
11 11 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0,27 0,47
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Rata2Un 3,45 3,36 2,91 1,27 2,18 0,91 0,82 2,64 2,27 1,73 0,82
Rata2As 1,73 2,73 1,36 0,36 1,09 0,36 0,18 1,91 1,64 0,82 0,27
Beda 1,73 0,64 1,55 0,91 1,09 0,55 0,64 0,73 0,64 0,91 0,55
SB Un 0,69 1,03 0,70 0,90 0,87 0,70 0,75 0,50 0,47 0,65 0,60
SB As 0,79 0,79 0,67 0,50 0,54 0,50 0,40 0,54 0,67 0,75 0,47
SB Gab 0,31 0,39 0,29 0,31 0,31 0,26 0,26 0,22 0,25 0,30 0,23
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 40 Butir Soal= 11 Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tkt. Kesukaran(%) 64,77 76,14 53,41 20,45 40,91 15,91 12,50 56,82 48,86 31,82 13,64
Tafsiran Sedang Mudah Sedang Sukar Sedang Sukar Sangat Sukar Sedang Sedang Sedang Sangat Sukar
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 40 Butir Soal= 11 Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Korelasi 0,633 0,316 0,624 0,592 0,545 0,515 0,653 0,331 0,488 0,623 0,582
Signifikansi Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) 10 15 20 25
P=0,05 0,576 0,482 0,423 0,381
P=0,01 0,708 0,606 0,549 0,496
df (N-2) 60 70 80 90 Page 5
P=0,05 0,250 0,233 0,217 0,205
P=0,01 0,325 0,302 0,283 0,267
t 5,48 1,63 5,27 2,91 3,52 2,10 2,47 3,27 2,57 3,04 2,37
DP(%) 43,18 15,91 38,64 22,73 27,27 13,64 15,91 18,18 15,91 22,73 13,64
30 40 50
0,349 0,304 0,273
HASIL UJI COBA INSTRUMEN.txt 0,449 100 0,195 0,393 125 0,174 0,354 >150 0,159
Bila koefisien = 0,000
0,254 0,228 0,208
berarti tidak dapat dihitung.
REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 17,25 Simpang Baku= 4,54 KorelasiXY= 0,66 Reliabilitas Tes= 0,80 Butir Soal= 11 Jumlah Subyek= 40 Nama berkas: D:\MYSKRI~1\PENGOL~1\TAMBAH~1.AUR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
No Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
T 5,48 1,63 5,27 2,91 3,52 2,10 2,47 3,27 2,57 3,04 2,37
DP(%) 43,18 15,91 38,64 22,73 27,27 13,64 15,91 18,18 15,91 22,73 13,64
T. Kesukaran Sedang Mudah Sedang Sukar Sedang Sukar Sangat Sukar Sedang Sedang Sedang Sangat Sukar
Page 6
Korelasi 0,633 0,316 0,624 0,592 0,545 0,515 0,653 0,331 0,488 0,623 0,582
Sign. Korelasi Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan
93
Lampiran 4.
SOAL INSTRUMEN TES REAKSI REDOKS KELAS X SMA Petunjuk Pengisian a)
Sebelum menjawab sebaiknya berdo’a terlebih dahulu.
b) Tulislah nama dan kelas di pojok kanan lembar soal dan lembar jawaban. c)
Baca dan pahami tiap butir soal dengan teliti sebelum menjwabnya.
d) Isilah jawaban dan penjelasan Anda pada lembar jawaban yang telah disediakan. e)
Jawablah soal yang mudah terlebih dahulu dan gunakanlah waktu Anda dengan baik.
f)
Jika telah selesai menjawab semua butir soal, sebaiknya periksa kembali jawaban Anda (jika masih ada waktu).
g) Kumpulkan jawaban Anda tepat pada waktunya. Selamat Mengerjakan! Semoga Sukses.... Soal 1.
Jelaskan pengertian reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan pengikatan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan bilangan oksidasi!
2.
Tentukanlah bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawa berikut: a. NaCl b. PO43c. Cl2O5 d. Cr2O72-
3.
Tentukanlah apakah reaksi berikut termasuk reaksi redoks, autoredoks atau bukan redoks,
jika reaksi redoks/autoredoks tentukan reduktor dan
oksidatornya! a. SnCl2 + Cl2 → SnCl4 b. 2Ag + Cl2 → 2AgCl c. CaCO3 → CaO + CO2 d. 2H2O2 → 2H2O + O2
[email protected]
94
4.
Pencemar udara “smog”, diketahui mengandung gas nitrogen dioksida (NO2). Adanya NO2 di udara dapat menyebabkan hujan asam karena NO2 dapat bereaksi dengan air membentuk gas nitrogen monoksida (NO), dan asam nitrat HNO3, buatlah persamaan reaksi yang terjadi, apakah reaksi tersebut merupakan reaksi redoks/autoredoks? Jika reaksi redoks/autoredoks tentukan reduktor dan oksidatornya!
5.
Tentukanlah rumus kimia pada senyawa berikut: a. Mangan (II) oksida b. Besi (III) sulfat c. Timbal (IV) oksida d. Kromium (III) oksida
6.
Mengapa pada saat akan menggunakan pemutih pakaian terlebih dahulu harus dipisahkan pakaian putih dan pakaian berwarna, dengan kata lain pemutih hanya digunakan untuk pakaian putih! berikan alasan Anda berdasarkan cara kerja pemutih tersebut.
7.
Dewasa ini telah ditemukan berbagai energi alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar sekaligus mengurangi pencemaran terhadap lingkungan, energi alternatif tersebut antara lain fuel cell dan sel surya yang keduanya merupakan aplikasi dari konsep reaksi redoks. Bandingkan manakah yang lebih efektif dan lebih efesien dari penggunaan kedua energi alternatif tersebut? berikan alasannya!
Semoga Sukses
[email protected]
108
Lampiran 5.
DISTRIBUSI DATA PRETES DAN POSTES SISWA KELAS EKSPRIMEN NO KODE SISWA 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W 24 X 25 Y 26 Z 27 AB 28 AC 29 AD 30 AE 31 AF 32 AG 33 AH 34 AI 35 AJ 36 AK 37 AL 38 AM Mean (Rata-rata) Standar Deviasi (S) Nilai Tertinggi Nilai Terendah
NILAI PRETES 17,86 14,29 10,71 21,43 21,43 21,43 3,57 17,86 10,71 17,86 17,86 17,86 10,71 21,43 10,71 32,14 14,29 25,00 3,57 10,71 17,86 17,86 3,57 10,71 17,86 21,43 32,14 25,00 10,71 3,57 21,43 32,14 3,57 17,86 3,57 14,29 25,00 17,86 16,26 7,99 32,14 3,57
NO KODE SISWA 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W 24 X 25 Y 26 Z 27 AB 28 AC 29 AD 30 AE 31 AF 32 AG 33 AH 34 AI 35 AJ 36 AK 37 AL 38 AM Mean (Rata-rata) Standar Deviasi (S) Nilai Tertinggi Nilai Terendah
NILAI POSTES 82,14 71,42 71,42 78,56 92,86 64,28 57,14 82,14 71,42 71,42 75,00 92,86 71,42 71,42 60,71 71,42 89,28 89,28 60,71 60,71 92,86 92,86 53,57 64,28 78,56 89,28 78,56 60,71 71,42 57,14 89,28 57,14 57,14 92,86 57,14 82,14 53,57 85,71 73,68 13,06 92,86 53,57
109
Lampiran 6.
DISTRIBUSI DATA PRETES DAN POSTES SISWA KELAS KONTROL NO KODE SISWA 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W 24 X 25 Y 26 Z 27 AB 28 AC 29 AD 30 AE 31 AF 32 AG 33 AH 34 AI 35 AJ 36 AK 37 AL 38 AM Mean (Rata-rata) Standar Deviasi (S) Nilai Tertinggi Nilai Terendah
NILAI PRETEST 14,29 25,00 10,71 10,71 17,86 21,43 21,43 17,86 25,00 21,43 21,43 21,43 32,14 17,86 7,14 10,71 14,29 10,71 17,86 10,71 7,14 14,29 10,71 3,57 14,29 17,86 21,43 32,14 17,86 10,71 3,57 3,57 3,57 14,29 10,71 14,29 10,71 14,29 15,13 7,16 32,14 3,57
NO KODE SISWA 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W 24 X 25 Y 26 Z 27 AB 28 AC 29 AD 30 AE 31 AF 32 AG 33 AH 34 AI 35 AJ 36 AK 37 AL 38 AM Mean (Rata-rata) Standar Deviasi (S) Nilai Tertinggi Nilai Terendah
NILAI POSTES 53,57 78,56 57,14 57,14 60,71 78,56 75,00 67,85 64,28 57,14 75,00 60,71 78,56 64,28 39,29 64,28 67,85 57,14 67,85 60,71 60,71 53,57 60,71 39,29 53,57 78,56 39,29 60,71 50,00 53,57 60,71 64,28 57,14 75,00 64,28 78,56 64,28 67,85 62,31 10,59 78,56 39,29
110
110
Lampiran 7.
Tabel Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksprimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Mean SD
Xi 3,57 3,57 3,57 3,57 3,57 3,57 10,71 10,71 10,71 10,71 10,71 10,71 10,71 14,29 14,29 14,29 17,86 17,86 17,86 17,86 17,86 17,86 17,86 17,86 17,86 17,86 21,43 21,43 21,43 21,43 21,43 21,43 25,00 25,00 25,00 32,14 32,14 32,14 16,26 7,99
Zi -1,59 -1,59 -1,59 -1,59 -1,59 -1,59 -0,69 -0,69 -0,69 -0,69 -0,69 -0,69 -0,69 -0,25 -0,25 -0,25 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 1,09 1,09 1,09 1,99 1,99 1,99
F(Zi) 0,0559 0,0559 0,0559 0,0559 0,0559 0,0559 0,2451 0,2451 0,2451 0,2451 0,2451 0,2451 0,2451 0,4013 0,4013 0,4013 0,5793 0,5793 0,5793 0,5793 0,5793 0,5793 0,5793 0,5793 0,5793 0,5793 0,7422 0,7422 0,7422 0,7422 0,7422 0,7422 0,8621 0,8621 0,8621 0,9767 0,9767 0,9767
S(Zi) 0,1579 0,1579 0,1579 0,1579 0,1579 0,1579 0,3421 0,3421 0,3421 0,3421 0,3421 0,3421 0,3421 0,4211 0,4211 0,4211 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,8421 0,8421 0,8421 0,8421 0,8421 0,8421 0,9211 0,9211 0,9211 1,0000 1,0000 1,0000
|F(Zi) - S(Zi)| 0,1020 0,1020 0,1020 0,1020 0,1020 0,1020 0,0970 0,0970 0,0970 0,0970 0,0970 0,0970 0,0970 0,0198 0,0198 0,0198 0,1049 0,1049 0,1049 0,1049 0,1049 0,1049 0,1049 0,1049 0,1049 0,1049 0,0999 0,0999 0,0999 0,0999 0,0999 0,0999 0,0590 0,0590 0,0590 0,0233 0,0233 0,0233
Lhitung
= 0,1049
Lhitung < Ltabel (0,1049 < 0,1437)
α
= 0,05
Kesimpulannya
Ltabel
=
,
√
= 0,1437
Data berdistribusi normal
111
Lampiran 8.
Tabel Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksprimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Mean SD
Xi 53,57 53,57 57,14 57,14 57,14 57,14 57,14 60,71 60,71 60,71 60,71 64,28 64,28 71,42 71,42 71,42 71,42 71,42 71,42 71,42 71,42 75,00 78,56 78,56 78,56 82,14 82,14 82,14 85,71 89,28 89,28 89,28 89,28 92,86 92,86 92,86 92,86 92,86 73,68 13,06
Zi -1,54 -1,54 -1,27 -1,27 -1,27 -1,27 -1,27 -0,99 -0,99 -0,99 -0,99 -0,72 -0,72 -0,17 -0,17 -0,17 -0,17 -0,17 -0,17 -0,17 -0,17 0,10 0,37 0,37 0,37 0,65 0,65 0,65 0,92 1,19 1,19 1,19 1,19 1,47 1,47 1,47 1,47 1,47
F(Zi) 0,0618 0,0618 0,1020 0,1020 0,1020 0,1020 0,1020 0,1611 0,1611 0,1611 0,1611 0,2358 0,2358 0,4325 0,4325 0,4325 0,4325 0,4325 0,4325 0,4325 0,4325 0,5398 0,6443 0,6443 0,6443 0,7422 0,7422 0,7422 0,8112 0,8830 0,8830 0,8830 0,8830 0,9292 0,9292 0,9292 0,9292 0,9292
S(Zi) 0,0526 0,0526 0,1842 0,1842 0,1842 0,1842 0,1842 0,2895 0,2895 0,2895 0,2895 0,3421 0,3421 0,5526 0,5526 0,5526 0,5526 0,5526 0,5526 0,5526 0,5526 0,5789 0,6579 0,6579 0,6579 0,7368 0,7368 0,7368 0,7632 0,8684 0,8684 0,8684 0,8684 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
|F(Zi) - S(Zi)| 0,0092 0,0092 0,0822 0,0822 0,0822 0,0822 0,0822 0,1284 0,1284 0,1284 0,1284 0,1063 0,1063 0,1201 0,1201 0,1201 0,1201 0,1201 0,1201 0,1201 0,1201 0,0391 0,0136 0,0136 0,0136 0,0054 0,0054 0,0054 0,0480 0,0146 0,0146 0,0146 0,0146 0,0708 0,0708 0,0708 0,0708 0,0708
Lhitung
= 0,1284
Lhitung < Ltabel (0,1284 < 0,1437)
α
= 0,05
Kesimpulannya
Ltabel
=
,
√
= 0,1437
Data berdistribusi normal
112
Lampiran 9.
Tabel Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Mean SD
Xi 3,57 3,57 3,57 3,57 7,14 7,14 10,71 10,71 10,71 10,71 10,71 10,71 10,71 10,71 10,71 14,29 14,29 14,29 14,29 14,29 14,29 14,29 17,86 17,86 17,86 17,86 17,86 17,86 21,43 21,43 21,43 21,43 21,43 21,43 25,00 25,00 32,14 32,14 15,13 7,16
Zi -1,61 -1,61 -1,61 -1,61 -1,12 -1,12 -0,62 -0,62 -0,62 -0,62 -0,62 -0,62 -0,62 -0,62 -0,62 -0,12 -0,12 -0,12 -0,12 -0,12 -0,12 -0,12 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 1,38 1,38 2,38 2,38
F(Zi) 0,0537 0,0537 0,0537 0,0537 0,1314 0,1314 0,2676 0,2676 0,2676 0,2676 0,2676 0,2676 0,2676 0,2676 0,2676 0,4522 0,4522 0,4522 0,4522 0,4522 0,4522 0,4522 0,6480 0,6480 0,6480 0,6480 0,6480 0,6480 0,8106 0,8106 0,8106 0,8106 0,8106 0,8106 0,9162 0,9162 0,9913 0,9913
S(Zi) 0,1053 0,1053 0,1053 0,1053 0,1579 0,1579 0,3947 0,3947 0,3947 0,3947 0,3947 0,3947 0,3947 0,3947 0,3947 0,5789 0,5789 0,5789 0,5789 0,5789 0,5789 0,5789 0,7368 0,7368 0,7368 0,7368 0,7368 0,7368 0,8947 0,8947 0,8947 0,8947 0,8947 0,8947 0,9474 0,9474 1,0000 1,0000
|F(Zi) - S(Zi)| 0,0516 0,0516 0,0516 0,0516 0,0265 0,0265 0,1271 0,1271 0,1271 0,1271 0,1271 0,1271 0,1271 0,1271 0,1271 0,1267 0,1267 0,1267 0,1267 0,1267 0,1267 0,1267 0,0888 0,0888 0,0888 0,0888 0,0888 0,0888 0,0841 0,0841 0,0841 0,0841 0,0841 0,0841 0,0312 0,0312 0,0087 0,0087
Lhitung
= 0,1271
Lhitung < Ltabel (0,1271 < 0,1437)
α
= 0,05
Kesimpulannya
Ltabel
=
,
√
= 0,1437
Data berdistribusi normal
113
Lampiran 10.
Tabel Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Mean SD
Xi 39,29 39,29 39,29 50,00 53,57 53,57 53,57 53,57 57,14 57,14 57,14 57,14 57,14 60,71 60,71 60,71 60,71 60,71 60,71 60,71 64,28 64,28 64,28 64,28 64,28 64,28 67,85 67,85 67,85 67,85 75,00 75,00 75,00 78,56 78,56 78,56 78,56 78,56 62,31 10,59
Zi -2,17 -2,17 -2,17 -1,16 -0,83 -0,83 -0,83 -0,83 -0,49 -0,49 -0,49 -0,49 -0,49 -0,15 -0,15 -0,15 -0,15 -0,15 -0,15 -0,15 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,52 0,52 0,52 0,52 1,20 1,20 1,20 1,53 1,53 1,53 1,53 1,53
F(Zi) 0,0150 0,0150 0,0150 0,1230 0,2033 0,2033 0,2033 0,2033 0,3121 0,3121 0,3121 0,3121 0,3121 0,4404 0,4404 0,4404 0,4404 0,4404 0,4404 0,4404 0,5753 0,5753 0,5753 0,5753 0,5753 0,5753 0,6985 0,6985 0,6985 0,6985 0,8849 0,8849 0,8849 0,9370 0,9370 0,9370 0,9370 0,9370
S(Zi) 0,0789 0,0789 0,0789 0,1053 0,2105 0,2105 0,2105 0,2105 0,3421 0,3421 0,3421 0,3421 0,3421 0,5263 0,5263 0,5263 0,5263 0,5263 0,5263 0,5263 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,6842 0,7895 0,7895 0,7895 0,7895 0,8684 0,8684 0,8684 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
|F(Zi) - S(Zi)| 0,0639 0,0639 0,0639 0,0177 0,0072 0,0072 0,0072 0,0072 0,0300 0,0300 0,0300 0,0300 0,0300 0,0859 0,0859 0,0859 0,0859 0,0859 0,0859 0,0859 0,1089 0,1089 0,1089 0,1089 0,1089 0,1089 0,0910 0,0910 0,0910 0,0910 0,0165 0,0165 0,0165 0,0630 0,0630 0,0630 0,0630 0,0630
Lhitung
= 0,1089
Lhitung < Ltabel (0,1089 < 0,1437)
α
= 0,05
Kesimpulannya
Ltabel
=
0,886 √38
= 0,1437
Data berdistribusi normal
Lampiran 16.
105
0
Komik reaksi redoks ini berisi topik-topik sebagai berikut: 1.
Konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan atom oksigen, perpindahan elektron, dan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
2. Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion. 3. Tata nama menurut IUPAC. 4. Aplikasi
redoks
dalam
kehidupan
sehari-hari
dan
dalam
memecahkan masalah lingkungan. Setelah mempelajari komik ini diharapkan Anda dapat: 1.
Menjelaskan konsep oksidsi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
2. Menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion. 3. Membedakan reaksi redoks dan bukan redoks serta menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. 4. Meberi nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidsasi. 5. Mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan.
1
2
3
4
5
6
7
8
Aturan Penentuan Bilangan Oksidasi (Biloks)
Aturan 1. Biloks unsur bebas adalah 0.
2. Biloks ion monoatom sama dengan muatan ionnya 3. Jumlah biloks untuk semua atom adalah 0 4. Jumlah biloks atom-atom pembentuk ion poliatom sama dengan muatan ion poliatom tersebut 5. Biloks unsur-unsur golongan IA dalam senyawa adalah +1, sedangkan biloks unsur-unsur golongan IIA dalam senyawa adalah +2 6. Biloks unsur-unsur golongan VIIA dalam senyawa biner logam adalah -1 7. Biloks hidrogen dalam senyawanya adalah +1, kecuali dalam hidrida logam hidrogen mempunyai biloks -1 8. Biloks oksigen dalam senyawanya adalah -2, kecuali dalam peroksida (biloks oksigen = -1) dan dalam senyawa biner dengan flour (biloks oksigen = +2)
9
Contoh Biloks atom-atom Ne, H2, O2, Cl2, P4, S8, C, Cu, Fe, dan Na adalah 0. Biloks Na+ = +1, Mg2+ = +2, S-2 = -2 Cu dan O dalam CuO = 0 Jumlah biloks atom O dan atom H dalam OH- = -1 Biloks K dalam KCl, KNO3, dan K2SO4 = +1. Mg dalam MgSO4 dan Ca dalam CaSO4 = +2 Biloks Cl dalam NaCl, MgCl2, FeCl3 = -1 Biloks H dalam H2O, NH3 dan HCl = +1. Biloks H dalam NaH dan CaH2 = -1 Biloks O dalam H2O = -2. Biloks O dalam OF2 = +2 Bilok O dalam peroksida, contoh H2O2 dan BaO2 = -1
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
EDUKOMIK REAKSI REDOKS
Setelah pulang sekolah Andre mengamati perkaratan pada pagar rumahnya, Ia pun lansung teringat pada pelajaran kimia yang baru saja Ia pelajari, yaitu reaksi redoks. Ternyata reaksi perkaratan pada logam besi yang terjadi pada pagar rumahnya adalah reaksi redoks. Sedangkan Nina pada saat mencuci pakaiannya, seperti biasa untuk pakaian
putih
Ia
menggunakan
zat
pemutih
pakaian,
sebelum
menuangkan zat pemutih tersebut Ia sempat membaca tulisan yang tertera pada botol zat pemutih tersebut, mengandung NaClO, ternyata reaksi antara NaClO dengan air merupakan reaksi redoks, sehingga dapat melarutkan noda pada pakaian, bahkan warna pakaian. Sementara itu Sarah, ketika pulang sekolah melihat ayahnya sedang memperbaiki mobilnya, ternyata akumulator mobil tersebut sudah kurang sentrum, sehingga perlu dilakukan penyentruman. Ternyata reaksi pada penyentruman dan listrik yang dihasilkan oleh akumulator juga merupakan reaksi redoks. Dari penelusuran ketiga sahabat tersebut, ternyata reaksi redoks sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, jadi mempelajari reaksi redoks sangat penting dan mengasyikkan.
26
Lampiran 17.
132
MODUL REAKSI REDOKS UNTUK SMA KELAS X
DITULIS OLEH ZULKIFLI 0
Modul reaksi redoks berisi topik-topik sebagai berikut: 1.
Konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan atom oksigen, perpindahan elektron, dan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
2.
Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion.
3.
Tata nama menurut IUPAC.
4.
Aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan.
Setelah mempelajari konsep ini diharapkan Anda dapat: 1.
Menjelaskan konsep oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, perpindahan elektron, dan perubahan biloks.
2.
Menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion.
3.
Membedakan reaksi redoks dan bukan redoks serta menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
4.
Meberi nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidsasi.
5.
Mendeskripsikan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari dan dalam memecahkan masalah lingkungan. Selamat Belajar Anda tentu pernah membelah atau mengiris buah apel, sesaat setelah diiris daging
buah apel tersebut berwarna putih bersih, namun setelah dibiarkan beberapa saat daging buah apel tersebut warnanya berubah menjadi kecoklatan, perubahan tersebut menunjukkan adanya reaksi kimia yang terjadi, reaksi tersebut adalah reaksi oksidasi dan reduksi atau biasa disebut reaksi redoks.Umumnya energi yang diperoleh oleh makhluk hidup di dunia ini bersal hasil reaksi redoks. Untuk itu mempelari reaksi redoks sangat penting! Mari kita bahas satu persatu: 1. Pengertian Reaksi Redoks Berdasarkan Konsep Pengikatan Dan Pelepasan Oksigen Dari asal katanya oksidasi berasal dari gas oksigen, salah satu sifat oksigen adalah memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan berbagai unsur membentuk oksida. Pada awalnya osidasi diartikan sebagai peristiwa bereaksinya suatu zat dengan oksigen. Menurut konsep tersebut, suatu zat dikatakan mengalami oksidasi jika bereaksi dengan oksigen. Berikut contoh reaksi oksidasi berdasarkan konsep ini: 1
4Fe + 3O2 → 2Fe2O3 dan 2Mn + O2 → 2MnO. Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa oksidasi adalah penambahan atom oksigen, sedangkan reduksi adalah pengurangan atom oksigen, contohnya pada oksida logam jika dipanaskan akan melepaskan oksigen menurut reaksi: 2HgO → 2Hg + O2. 2. Pengertian Reaksi Redioks Berdasarkan Konsep Perpindahan Elektron Perkembangan ilmu kimia memperlihatkan banyak reaksi yang terjadi tampa memlibatkan oksigen. Misalnya tembaga (Cu) tidak hanya dapat bereaksi dengan O2 tetapi juga dapat bereaksi dengan Cl2 seperti reaksi berikut: 2Cu + O2 → 2CuO Cu + Cl2 → CuCl2 Dari kedua reaksi tersebut di atas terlihat bahwa reaksi antara Cu dengan O2 serta reaksi antara Cu dengan Cl2 memiliki persamaan, yaitu molekul O2 atau Cl2 menerima elektron yang berasal dari Cu, atau dengan kata lain Cu melepaskan elektronnya pada O2 dan Cl2. Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa oksidasi adalah pelepasan elektron sedangkan reduksi adalah penerimaan elektron, berikut beberapa contoh reaksinya: 2Cu → 2Cu2+ + 4e (oksidasi) O2 + 4e → 2O2-
(resuksi)
2Cu + O2 → 2CuO (redoks) Cu → Cu2+ + 2e (oksidasi) Cl2 + 2e → 2Cl- (reduksi) Cu + Cl2 → CuCl2 (redoks) 3. Pengertian Reaksi Redoks Berdasarkan Konsep Perubahan Bilangan Oksidasi Pengertian redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi yaitu reaksi oksidasi adalah unsur yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi andalah unusur yang mengalami penurunan bilangan oksidasi. a. Pengertian Bilangan Oksidasi Seperti telah disebutkan, pada awalnya oksidasi diartikan sebagai reaksi antara suatu zat dengan oksigen (O2). Berdasarkan hal tersebut, reaksi pembakaran karbon
2
berikut merupakan reaksi oksidasi: C + O2 → CO2, namun menurut teori ikatan kimai, senyawa CO2 bukanlah senyawa ionik melainkan senyawa kovalen, sehingga tidak cocok pada konsep reaksi redoks berdasarkan perpindahan elektron. Untuk menjelaskan masalah tersebut, ahli kimia mengemukakan konsep redoks berdasarkan bilangan oksidasi (biloks), setiap atom memiliki muatan yang disebut biloks, yaitu angka yang menyatakan banyaknya elektron yang telah dilepaskan atau diterima oleh suatu atom dalam suatu senyawa. Biloks diberi tanda positif jika atom melepaskan elekttron dan bermuatan negatif jika menerima elektron. b. Cara Menentukan Bialangan Oksidasi Bilangan oksidasi unsur bebas maupun dalam senyawanya dapat ditentukan dengan beberapa aturan berikut: Aturan 1. Biloks unsur bebas adalah 0. 2. 3. 4.
5.
6. 7.
8.
Contoh Biloks atom-atom Ne, H2, O2, Cl2, P4, S8, C, Cu, Fe, dan Na adalah 0. Biloks ion monoatom sama dengan muatan Biloks Na+ = +1, Mg2+ = +2, S-2 = -2 ionnya Jumlah biloks untuk semua atom adalah 0 Cu dan O dalam CuO = 0 Jumlah biloks atom O dan atom H dalam Jumlah biloks atom-atom pembentuk ion OH- = -1 poliatom sama dengan muatan ion poliatom tersebut Biloks K dalam KCl, KNO3, dan K2SO4 Biloks unsur-unsur golongan IA dalam = +1. Mg dalam MgSO4 dan Ca dalam senyawa adalah +1, sedangkan biloks CaSO4 = +2 unsur-unsur golongan IIA dalam senyawa adalah +2 Biloks unsur-unsur golongan VIIA dalam Biloks Cl dalam NaCl, MgCl2, FeCl3 = -1 senyawa biner logam adalah -1 Biloks hidrogen dalam senyawanya adalah Biloks H dalam H2O, NH3 dan HCl = +1. Biloks H dalam NaH dan CaH2 = -1 +1, kecuali dalam hidrida logam hidrogen mempunyai biloks -1 Biloks oksigen dalam senyawanya adalah - Biloks O dalam H2O = -2. 2, kecuali dalam peroksida (biloks oksigen Biloks O dalam OF2 = +2 Bilok O dalam peroksida, contoh H2O2 = -1) dan dalam senyawa biner dengan dan BaO2 = -1 flour (biloks oksigen = +2)
3
Contoh Soal Penentuan Bilangan Oksidasi Tentukanlah biloks masing-masing unsur dalam senyawa berikut: 1) NaCl 2) HNO3 3) KClO4 Jawaban: a) NaCl ; bl Na = +1 bl Cl = -1 b) HNO3 ; (bl H) + (bl N) + (3 x bl O) = 0 +1 + (bl N) + (3 x (-2)) = 0 bl N = +6 – 1 = +5 c) KClO4 ; (bl K) + (bl Cl) + (4 x bl O) = 0 +1 + (bl Cl) + (4 x (-2)) = 0 bl Cl = +8 – 1 = +7 Latihan Soal 1. Tentukanlah biloks tiap unsur dalam senyawa Cr2O7-2 2. Tentukan reaksi-reaksi berikut, termasuk oksidasi atau reduksi: a) KNO2 → KNO3 b) KMnO4 → Mn2+ c. Cara Menentukan Reaksi Redoks atau bukan, Redutor dan Oksidator, serta reaksi autoredoks 1. Reaksi Redoks atau Bukan Redoks Suatu reaksi disebut redoks, jika pada reaksi tersebut terdapat zat yang mengalami reduksi dan zat yang mengalami oksidasi. Jadi jika dalam suatu raksi terdapat unsur yang mengalami kenaikan biloks dan penurunan biloks maka reaksi tersebut termasuk reaksi redoks. 2. Reduktor dan Oksidator Dalam sauatu reaksi redoks ada yang disebut dengan reduktor dan oksidator. Zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi dan zat itu sendiri mengalami reduksi disebut oksidator, sedangkan zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi sedangkan zat itu sendiri mengalami oksidasi disebut reduktor. Jadi 4
oksidator akan menerima elektron dan bilangan oksidasinya berkurang, sedangkan reduktor akan melepaskan elektron dan bilangan oksidasinya bertambah. 3. Reaksi autoredoks Pada beberapa reaksi redoks kadang terdapat zat-zat yang bertindak sebagai oksidator dan reduktor merupakan zat yang sama, reaksi redoks tersebut disebut reaksi autoredoks. Perhatikan contoh berikut: oksidasi
+1
Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O 0
-1 reduksi
Pada reaksi tersebut terlihat Cl2 merupakan oksidator sekaligus reduktor. Untuk lebih mamahami ketiga penjelasan di atas perhatikan contoh soal dan kerjakan latihan soal berikut: Contoh Soal Tentukanlah reaksi berikut redoks, autoredoks atau bukan, jika redoks/autoredoks tentukanlah oksidator dan reduktornya: a. 2Ag + Cl2 → 2AgCl b. SnCl2 + I2 → SnCl4 + 2HI c. CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O d. 2TiCl3 → TiCl4 + TiCl2 Jawaban: a) 2Ag + Cl2 → 2AgCl 0
0
+1 -1
oksidasi
reduksi
reaksi tersebut reaksi redoks oksidatornya Cl2 ; reduktornya Ag b) SnCl2 + I2 → SnCl4 + 2HI +2
0
+4
-1
oksidasi reduksi
reaksi tersebut reaksi redoks → oksidatornya I2; reduktornya SnCl2 5
c) CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O +2
+2
Bukan redoks
reaksi tersebut bukan reaksi redoks d) 2TiCl3 → TiCl4 + TiCl2 +3
+4
+2
oksidasi
Reduksi
Reaksi tersebut reaksi autoredoks, dengan Ti sebagai oksidator sekaligus reduktornya. Latihan Soal Periksalah apakah reaksi berikut tergolong reaksi redoks, autoredoks atau bukan? Jika redoks/autoredoks, tentukan oksidator dan reduktornya: a) CaCO3 + 2HCl → CaCl2 + CO2 + H2O b) H2S + 2H2O + 3Cl2 → SO2 + 6HCl c) CuO2 + 2HCl → Cu + CuCl2 + H2O 4. Menentukan Nama Senyawa Berdasarkan Biloks Pada bab tata nama telah dibahas cara pemberian nama berdasarkan muatannya. Muatan suatu unsur disebut juga biloks. Beberapa atom memiliki biloks lebih dari satu, perhatikan tabel berikut: Unsur Fe Pb Cu Cr Mn Sn
Biloks +2, +3 +2, +4 +1, +2 +3, +6 +2, +4, +6, +7 +2, +4
Bagaimana cara pemberian nama senyawa yang mengandung unsur unsur tersebut? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menggunakan konsep reaksi redoks.
6
a) Penamaan Senyawa Ion Biner Unsur Logamnya Berbiloks Lebih Dari Satu Penamaan senyawa yang mengandung unsur logam berbiloks lebih dari satu didasarkan pada sistem stock. Berikut langkah-langkahnya: 1) Masukkan angka romawi sesuai dengan biloks logam dalam tanda kurung dibelakang nama logam 2) Kemudian masukkan nama unsur nonlogam 3) Ditambah akhiran ida... Perhatikan contoh pada tabel berikut: Unsur Fe Pb Cu
Jenis Kation Fe2+ Fe3+ Pb2+ Pb4+ Cu+ Cu2+
Jenis Anion
Biloks +2 +3 +2 +4 +1 +2
ClO2SO42-
Biloks -1 -1 -2 -2 -2 -2
Rumus Kimia FeCl2 FeCl3 PbO PbO2 Cu2SO4 CuSO4
Nama Senyawa Besi (II) klorida Besi (III) klorida Timbel (II) oksida Timbel (IV) oksida Tembaga (I) sulfat Tembaga (II) sulfat
b) Penamaan Senyawa Ion Poliatomik Berdasarkan Sistem Stock Umumnya senyawa ion poliatom terseusun atas logam yang berbiloks satu dan ion poliatom yang salah satu unsurnya lebih dari satu, penamaan senyawa seperti tersebut juga didasarkan pada sistem stock dengan cara memasukkan angka Romawi yang sesuai dengan biloks unsur dalam tanda kurung dibelakang nama ianion poliatom. Perhatikan contoh pada tabel berikut: Senyawa
Jenis ion +
KClO KClO3
K ClOK+ ClO3 -
Nama
Biloks
Nama biasa
+1 +1 (Cl) +1 +5 (Cl)
Contoh Soal Tentukan nama senyawa berikut: 1. K2CrO4 2. K2CrO7
7
Nama sistem stock
Kalium hipoklorit
Kalium klorat (I)
Kalium klorat
Kalium klorat (V)
Jawaban: 1. K2CrO4 : Biloks Cr = +6 nama senyawanya kalium kromat (VI) 2. K2Cr2O7 : Biloks Cr = +6 Nama senyawanya kalium dikromat (VI) Latihan Soal: 1. Tentukanlah nama dari senyawa berikut: a. Cu2O b. SnO2 c. MnBr3 2. Tentukanlah rumus kimia dari senyawa berikut: a. Tembaga (II) sulfida b. Kobal (II) florida 4. Reaksi Redoks di Sekitar Kita Sangat banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan reaksi redoks, misalnya besi berkarat, noda pakaian yang dibersihkan dengan menggunakan zat pemutih, dan penyetruman akumulator. Selain itu reaksi redoks juga dimanfaatkan dalam beberapa kegiatan industry, seperti ekstraksi dan pemurnian logam serta daur ulang perak. a. Reaksi Redoks Pada Perkaratan Logam Besi Anda tentu pernah melihat benda-benda yang terbuat dari besi berkarat, contohnya pagar ramah anda, pipa besi, dan badan mobil. Apakah yang menyebabkan bendabenda tersebut berkarat? Kebanyakan logam bersifat mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara. Peristiwa tersebut disebut korosi atau pengaratan. Pengaratan tersebut dapat terjadi jika ada air dan oksigen. Ketika air yang mengandung sedikit oksigen bercampur dengan logam besi, besi akan mengalami oksidasi. Elektron pada besi berpindah ke molekul oksigen, kemudian ion oksigen yang bermuatan negatif akan masuk ke permukaan besi. Reaksi besi dengan oksigen akan menghasilkan besi oksida sehingga besi menjadi keropos. Berikut reaksinya: 4Fe + 3O2 + 6H2 O → 2Fe2O3. 3H2O. Pada reaksi tersebut, biloks Fe sebagai pereaksi adalah 0, sedangkan biloks Fe pada Fe2O3.3H2O 8
adalah +3. Berarti, Fe mengalami oksidasi karena biloksnya bertambah. Adapun biloks O pada O2 adalah 0, sedangkan biloks O pada Fe2O3 adalah -2, berarti otom O mengalami reduksi. b. Reaksi Redoks Pada Pemutih Pakaian Pemutih pakaian sudah tentu menggunakan zat pemutih. Jenis zat pemutih yang banyak digunakan dalam produk-produk pemutih pakaian adalah natrium hipoklorit (NaOCl). Noda pada pakian putih akan hilang setelah direndam dalam air yang mengandung NaOCl. Jika dilarutkan dalam air, NaOCl akan terurai menjadi Na + dan OCl-. Ion OCl- akan tereduksi menjadi ion klorin dan ion hidroksida. Berikut reaksinya: OCl- + 2e + HOH → Cl- + 2OHBiloks Cl dalam OCl- adalah +1, sedangkan biloks Cl- adalah -1. Berarti Cl mengalami reduksi atau bertindak sebagai oksidator. Sifat oksidator inilah yang menyebabkan NaOCl dapat mengoksidasi noda pada kain. c. Reaksi Redoks Pada Penyetruman Akumulator Suatu akumulator mengandung larutan elektrolit asam sulfat (H2SO4). Akumulator tersusun atas kutub negatif dan kutub positif, kutub negatif terbuat dari logam timbel (Pb), sedangkan kutub positifnya terbuat dari timbel (IV) oksida (PbO2). Di kutub negatif terjadi reaksi oksidasi sedangkan di kutub positif terjadi reaksi reduksi, perhatikan tabel berikut: Kutub Negatif Positif Reaksi keseluruhan
Reaksi Pb + SO4 → PbSO4 + 2ě PbO2 + 4H+ + SO42- + 2ě → PbSO4 + 2H2O Pb + SO42- + PbO2 + 4H+ → 2PbSO4 + 2H2O 2-
Reaksi keseluruhan pada tabel di atas merupakan reaksi akumulator menghasilkan listrik, sedangkan untuk reaksi penyentruman akumulator adalah kebalikannya, yaitu sebagai berikut: 2PbSO4 + 2H2O → Pb + SO42- + PbO2 + 4H+ d. Reaksi Redoks Pada Ekstraksi Logam Proses peleburan logam disebut juga ekstraksi karena pada proses tersebut logam dari diekstraksi dari bijihnya. Logam dapat diekstraksi dari bijihnya dengan cara
9
mereduksi bijih logam dengan menggunakan reduktor. Berikut contoh reaksi peleburan bijih besi menjadi logam besi yang dikenal dengan nama reaksi termit: Fe2O3 + 2Al → 2Fe + Al2 O3 Pada reaksi tersebut, biloks Fe berkurang (dari +2 menjadi 0) sehingga Fe2O3 bertindak sebagai oksidator atau mengalami reduksi. Adapun biloks Al bertambah (dari 0 menjadi +3) sehingga Al bertindak sebagai sebagai reduktor atau mengalami oksidasi. e. Reaksi Redoks Pada Daur Ulang Perak Logam perak banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti perkakas, kerajinan, dan perhiasan. Perak juga merupakan salah satu bahan kimia yang sering digunakan dalam laboratorium kimia. Untuk alasan ekonomi dan lingkungan, banyak industri dan laboratorium kimia yang melakukan daur ulang perak. Dengan mendaur ulang perak, maka biaya dapat dihemat sekaligus menjaga lingkungan dari limbah perak. Proses daur ulang perak melibatkan reaksi redok sebagai berikut: Cu + 2Ag+ → Cu2+ + 2Ag, perak didaur ulang dengan cara menambahkan logam Cu sebagai oksidator sehingga Ag+ akan tereduksi menjadi logam Ag. f. Reaksi Redoks Pada Fuel Cell Fuel cell bekerja berdasarkan prinsip reaksi redoks antara H2 dan O2, pereaksi yang berlebih dapat di daur ulang sehingga memperoduksi air bersih. Berikut reaksi redoks pada fuel cell: 2H2 + 4H+ → 4e 4H+ + 4e + O2 → 2H2O 2H2 + O2 → 2H2O Latihan Soal: Buatlah reaksi redoks pada pengaratan logam besi, pemutih pakaian, penyentruman akumulator, ekstraksi logam, daur ulang perak, dan pada fuel cell, tentukan unsur yang mengalami oksidasi dan reduksi, serta oksidator dan reduktornya!
10
Lampiran 14.
114
Uji Homogenitas Data Pretes Dan Postes Uji homogenitas menggunakan rumus Fisher, sebagai berikut: F
=
F
= homogenitas
S2
= Varian
1. Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol S dari kelas eksprimen = 7,99, sehingga Varian (S2) kelas eksprimen = 63,8401 S dari kelas kontrol = 7,16, sehingga Varian (S2) kelas kontrol = 51,2656 63,8401
F
= 51,2656 = 1,2452
db
=n–1
db1
= 38 – 1 = 37
db2
= 38 – 1 = 37
Ftab = 1,78 Karena Fhit < Ftab (1,2452 < 1,78) maka H0 diterima dengan kata lain kedua data tersebut bersifat homogen 2. Uji Homogenitas Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol S dari kelas eksprimen = 13,06, sehingga Varian (S2) kelas eksprimen = 170,5636 S dari kelas kontrol = 10,59, sehingga Varian (S2) kelas kontrol = 112,1481 170,5636
F
= 112,1481 = 1,5208
db
=n–1
db1
= 38 – 1 = 37
db2
= 38 – 1 = 37
Ftab = 1,78 Karena Fhit < Ftab (1,5208 < 1,78) maka H0 diterima dengan kata lain kedua data Tersebut bersifat homogen.
115
Lampiran 15.
Uji Hipotesis Pretes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol
t=
dengan
S=
(
(
)
(
)
)
Keterangan: X
=
Rata-rata hasil pretes kelas eksprimen = 16,26
X2 =
Rata-rata hasil pretes kelas kontrol = 15,13
n1 =
Jumlah siswa kelas eksprimen = 38
n2 =
Jumlah siswa kelas kontrol = 38
S21 =
Varians pretes kelas eksprimen = 63,8401
S22 =
Varians pretes kelas kontrol = 51,2656
S
(38 1).(63,8401)
=
=
(38 1).(51,2656)
(38 38) 2
4258,9109 74
= √57, 55285 = 7,5863
t
=
16,26 15,13 7,5863
1 38
1 38
1,13
= 1,7404 = 0,6492 dk = (n1 + n2) – 2 = (38 + 38) – 2 = 67 ttab = 2,0000 thit < ttab (0,6492 < 2,0000), maka H0 diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan.
116
Lampiran 16.
Uji Hipotesis Postes Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol
t=
dengan
S=
(
(
)
(
)
Keterangan: X
=
Rata-rata hasil postes kelas eksprimen = 73,68
X2 =
Rata-rata hasil postes kelas kontrol = 62,31
n1 =
Jumlah siswa kelas eksprimen = 38
n2 =
Jumlah siswa kelas kontrol = 38
S21 =
Varians postes kelas eksprimen = 170,5636
S22 =
Varians postes kelas kontrol = 112,1481
S
(38 1).(170,5636)
=
=
(38 1).(112,1481)
(38 38) 2
10460,3329 74
= √141,35585 = 11,8893
t
=
73,68 – 62,31
11,8893
1 38
1 38
11,37
= 2,7276 = 4,1685 dk = (n1 + n2) – 2 = (38 + 38) – 2 = 67 ttab = 2,0000 thit > ttab (4,6492 > 2,0000), maka H0 ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan.
)
UJI REFERENSI
Nama
: Zulkifli
NIM
: 105016200567
Judul Skripsi
: “Pengaruh Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks”.
Pembimbing I
: Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd.
Pembimbing II
: Munasprianto Ramli, M.A.
No
Referensi
Paraf Pembimbing I
II
BAB I PENDAHULUAN 1
Pustekkom, Karakteristik Ilmu Kimia Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan Alam, dalam http://118.98.163.244/materi/adaptip/kimia/1_PENGEN ALAN%20ILMU%20KIMIA/kbl_4.htm diakses 16 Januari 2009.
2
Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006, h. 7.
3
Wikipidia Indonesia, Karakteristik Ilmu Kimia, dalam http://aliciacomputer.wordpress.com/ diakses 16 Januari 2009.
4
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55-56.
5
Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007), h. 228 – 232. BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
1
Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: JICA IMSTEP, 2000), h. 8.
2
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah 1
Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 2. 3
Ibid. h. 3.
4
Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 161.
5
Yudhi Munadi, op.cit. h. 6.
6
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6.
7
Ibid.
8
Ibid. h. 7.
9
Ade Kosnandar, “Guru dan Media Pembelajaran” Jurnal Teknodik No. 13 Tahun VII, Desember 2003, h. 77.
10
Dewi Salma Prawira Dilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007), h. 64.
11
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 12.
12
Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 165.
13
I Wayan Santyasa, “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”, Makalah Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, (Fakutas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007) h. 5 – 6.
14
Cepi Riyana, “Peran Teknologi dalam Pembelajaran”, http://www.cepiriyana.com, diakses 27 Desember 2009, h. 8.
15
Yudhi Munadi, op.cit. h. 58 – 184.
16
Heru Dwi Waluyanto, “Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran”, Jurnal Nirmala Vol. 7, No. 1, Januari 2005, h. 51.
17
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 54. 2
18
I Wayan Santyasa, op.cit. h. 14.
19
Heru Dwi Waluyanto, loc.cit.
20
Ensiklopedi Nasional Indonesia, op.cit. h. 55 – 56.
21
Toni Masdiono, 14 Jurus Membuat Komik, (Jakarta: Kreatif Media, 2007), h. 12.
22
M. Tatalovic, “Science comics as tools for science education and communication: a brief, exploratory study”, Journal of Science Communication, International School for Advanced Studies, 2009, h. 9.
23
Drajat dan Janu, Matematika Punya Cerita, (Bandung: Dar! Mizan, 2010).
24
Toni Masdiono, op.cit. h. 13.
25
M. Tatalovic, loc.cit.
26
Marcell Bonneff, Komik Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 104 – 130.
27
Ibid. h. 65 – 67.
28
Heru Dwi Waluyanto, loc.cit.
29
Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 6. dalam http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_pe serta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.
30
Yudhi Munadi, op.cit. h. 100.
31
Gane Yang, Strengths of Comics in Education, dalam http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 5 Desember 2009.
32
Charles Thacker, How to Use Comic Life in the Classroom, h. 7. Dalam http://www.macinstruct.com/node/69, diakses 8 april 2010.
33
Ibid. 3
34
Heru Dwi Waluyanto, op.cit. h. 51 – 52.
35
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 55.
36
Falah Yunus, Belajar Tuntas di SMK dengan Modul, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, 2004, h. 5.
37
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-9, h. 43.
38
Yudhi Munadi, op.cit. h. 98.
39
E. Mulyasa, op.cit. h. 46.
40
Mulyati Arifin, dkk., op.cit. h. 8.
41
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 76.
42
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 2.
43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz 1 – 30, (Surabaya: Mekar, 2002), h. 793.
44
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 91.
45
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 24.
46
Ngalim Purwanto, op.cit. h. 98 – 100.
47
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22.
48
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 92.
49
Nana Sudjana, loc.cit.
4
50
Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14 – 15.
51
Ibid. h. 15 – 17.
52
Ibid. h. 15.
53
Ibid. h. 19 – 20.
54
Ibid. h. 20.
55
Nana Sudjana, op.cit. h. 30.
56
Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 23 – 24.
57
Ibid. h. 24 – 25.
58
Yudi Munadi, op.cit. h. 24 – 25.
59
Ibid. h. 27 – 29.
60
Zikri Neni Iska, op.cit. h. 89.
61
Yudi Munadi, op.cit. h. 26.
62
Slameto, op.cit. h. 56.
63
Ibid. h. 57.
64
Yudi Munadi, op.cit. h. 27.
65
Zikri Neni Iska, op.cit. h. 39.
66
Yudi Munadi, op.cit. h. 29.
67
Ibid. h. 30 – 31.
68
Ibid. h. 31.
69
Ibid. h. 31 – 32.
70
Ngalim Purwanto, op.cit. h. 107.
71
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 132.
72
Ibid. h. 32 – 33.
73
Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA IPB, Kimia Dasar I, (Bogor: IPB, 1997), h. I-19.
74
Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Edisi keenam, (Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 1984), h. 2.
5
75
Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 10.
76
James E. Brady, Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 1 edisi ke-5, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 2.
77
Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri-5 Kota Tangerang, 2006, h. 5 – 8.
78
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, op.cit. h. 133 – 134.
79
Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke Empat-Jilid 3, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 1 – 2.
80
Muchtaridi dan Sandri Justiana, Kimia SMA Kelas X, (Bandung: Quadra, 2007), h. 215.
81
Ibid. h. 217.
82
Ibid.
83
Ibid. h. 222 – 223.
84
David W. Oxtobi, dkk., Prinsip-peinsip Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid , (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 163 – 164.
85
Gladis Rota dan Juan Izquierdo, “Comics as a tool for teaching biotechnology in primary schools”, Electronic Journal of Biotechnology Vol.6 No.2, Issue of August 15, 2003, Universidad Católica de Valparaíso Chile, h. 88.
86
Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/1 1Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.
87
Sofowora Olaniyi Alaba, “The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria”, 6
Journal of Applied Sciences Research, 2007. h. 913. 88
Syaiful Hadi, op. cit. h. 30.
89
Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2006), h. 62.
2
Ibid. h. 70.
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 36.
4
Ahmad Sofyan, ddk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 106.
5
Ahmad Sofyan, ddk., op.cit. h. 105.
6
Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 103.
7
Ahmad Sofyan, dkk., op.cit. h. 104.
8
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466.
9
Ibid. h. 249.
10
Ibid. h. 239.
11
Ibid. h. 243. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1
Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 30. dalam http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_pe serta/57_Syaiful%20Hadi.pdf, diakses 16 Januari 2009.
7
2
Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI”, Jurnal ALGORITMA Vol.3 no.1 – Juni 2008, h. 70.
3
Faezal Muniran dan Md. Rizal Md. Yusof, “Using comics and graphic novels in school and libraries to promote literacies”, h. 127. dalam http://dspace.fsktm.um.edu.my/bitstream/1812/298/1/1 1Faezal&Ridzal_my_JS.pdf diakses 8 april 2010.
Yang Mengesahkan
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd.
Munasprianto Ramli, M.A.
NIP: 19650115 198703 1020
NIP: 19791029 200604 1001
8
RIWAYAT HIDUP
Zulkifli. Anak ke empat dari tujuh bersaudara, anak dari pasangan Ismail Mahmuddin dan Hasrah Mukti. Lahir di desa Bente pada tangga 5 Februari 1986. Memulai pendidikan di MI Tarbiyah Islamiyah Bente Berkat Kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, lulus tahun 1998. Melanjutkan sekolah di MTs Annahdatul Muhibbah Bente Berkat, masih di desa yang sama, lulus tahun 2001. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan di Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung, Sumbar. Tetapi tidak tamat. Pada tahun 2002 melanjutkan kembali di Madrasah Aliah Negeri (MAN) 1 Pekanbaru Riau, lulus tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan di Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Email:
[email protected] dan
[email protected]