PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP TERMOKIMIA (Eksperimen di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan)
Oleh: SONY HIDAYAT 105016200559
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
ABSTRAK
Sony Hidayat. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Termokimia. Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa berperan dan bertanggung jawab lebih banyak dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut tidak hanya mengembangkan pengetahuannya sendiri tetapi juga mampu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Pada konsep Termokimia diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Model PBL menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, diantaranya adalah masalah yang diberikan mengenai situasi nyata akan memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan melatih kemapuan memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Problem Based Learning terhadap hasil belajar kimia siswa. penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Metode penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Instrumen penelitian menggunakan tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Teknik analisis data melalui uji normalitas dengan menggunakan Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunanakan Fischer. Analisis data tersebut dilanjutkan dengan uji t, diperoleh thitung sebesar 2,228 dan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,048. karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci: model Problem Based Learning, Hasil belajar siswa
ABSTRACT
Sony Hidayat. Effect the model of Problem Based Learning toward student’s achievement of chemistry that is thermochemistry concept. Program study of chemistry, education of natural sciences department, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, State of Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. In learning process when student-centered, students be responsibility and more play a part in learning. Students be not just develop their knowledge but solving of problem skill. On thermochemistry concept applied Problem Based Learning (PBL) model’s. PBL model’s have excess more than conventional learning, that is: on process of learning gives the problem in real situation so will motivated them and trained the problem solving skill. This research have purpose to know the model of Problem Based Learning effect toward student’s achievement of chemistry. This research has implemented at state 3 of senior high school South Tangerang. This research method used quasy experiment. Instrument of research is test of multiple choice that is 20 items. Analysis technique of data through normality had used Lilliefors test and homogeneity with Fischer. This analysis continued with t test, resulting of t count is 2,228 and t table at 0,05 of significant level that is 2,048. because that tcount > ttable, so has conclusion that implementing model of Problem Based Learning give significant effect toward student’s achievement of chemistry. Keyword : Problem Based Learning, student’s achievement
KATA PENGANTAR
ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0 Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan yang Maha pengasih yang kasihNya tidak pernah memilih dan Maha penyayang yang sayangnya tidak pernah berbilang. Atas kasih dan sayangNya pula yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul, " Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Termokimia". Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul pembawa rahmat bagi semesta alam. Rasul yang akan memberikan kita syafaat di hari akhir nanti amin. Penulisan skripsi ini merupakan manifestasi dari sebuah proses yang cukup panjang dan melelahkan bagi penulis, namun hal tersebut sungguh membawa harapan baru bagi penulis agar menjadi yang lebih baik dimasa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil yang mungkin penulis tidak mampu membalasnya. Sudah sepantasnya pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 3. Bapak Dedi Irwandi M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA. 4. Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed selaku selaku dosen pembimbing I dan Bapak Tonih Feronika, M.Pd selaku pembimbing II, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta saran selama penulisan skripsi. 5. Bapak Drs. H. Sudjana, M.Pd sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.
iii
6. Ibu Dra. Wara Gawatiningsiah dan Ibu Dewi Marheli, S.Pd sebagai guru mata pelajaran kimia kelas XI dan XII di SMA Negeri 3 kota Tangerang Selatan, yang telah memberikan bantuan dan kerja samanya. 7. Keluarga tercinta khususnya Ayahanda Djanuri dan Ibunda Sakisoh, Kakanda Khunaini dan Imam Mubarok Serta Adinda yang cantik Isnaeni Syah yang selalu mencurahkan kasih sayang, doa serta dukungannya yang tidak ternilai baik moril maupun materil. 8. Sahabat-sahabat angkatan 2005 khususnya Obay, Acep, Tasrifin, Iksan Ana, Arik dan sahabat yang lainnya tidak bisa penulis sebutkan saya ucapkan terima kasih yang selalu memberikan dukungan dan doa. 9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas do’a dan bantuanya. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukn penelitian yang berkaitan dengan permasalahan karya tulis ini pada masa yang akan datang. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Ciputat, Februari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK .........................................................................................................i KATA PENGANTAR .......................................................................................iii DAFTAR ISI ......................................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................viii DAFTAR TABEL .............................................................................................ix DAFTAR GAMBAR .........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................1 B. Identifikasi Masalah .........................................................................7 C. Pembatasan Masalah ........................................................................8 D. Rumusan Masalah ............................................................................8 E. Tujuan Penelitian ..............................................................................8 F. Manfaat Penelitian ............................................................................8
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis .............................................................................10 1. Model Problem Based Learning (PBL) a. Definisi PBL ...........................................................................10 b. Ciri-ciri PBL ...........................................................................12 c. Kelebihan PBL........................................................................13 d. Langkah-langkah PBL ............................................................14 2. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar ...................................................................18 b. Hakikat Hasil Belajar ..............................................................20 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................23 3. Hakikat Pembelajaran Kimia .......................................................24 4. Termokimia .................................................................................25 v
5. Hasil Penelitian Relevan..............................................................34 B. Kerangka Pikir ...............................................................................36 C. Pengajuan Hipotesis .......................................................................39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................40 B. Metode Penelitian ..........................................................................40 C. Populasi dan Sampel ......................................................................41 D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................42 1. Variabel Penelitian..................................................................42 2. Sumber Data ...........................................................................42 3. Instrumen Penelitian ...............................................................42 4. Uji Validitas ............................................................................43 5. Uji Reliabilitas ........................................................................44 6. Tingkat Kesukaran ..................................................................45 7. Daya Pembeda ........................................................................45 E. Teknik Analisis Data .....................................................................46 1. Pengujian Prasyarat Analisis ...................................................46 2. Pengujian Hipotesis .................................................................47 F. Hipotesis Statistik ..........................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Hasil Belajar a. Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................49 b. Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..........................50 2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas .................................................................51 b. Uji Homogenitas ..............................................................53 3. Pengujian Hipotesis ................................................................56 B. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................................57
vi
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................60 B. Saran ..............................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................62
LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol Lampiran 3 Perhitungan Uji Validitas Lampiran 4 Perhitungan Tingkat Kesukaran Lampiran 5 Perhitungan Daya Pembeda Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Instrumen Lampiran 7 Uji Validitas Instrumen Lampiran 8 Instrumen Penelitian Lampiran 9 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Kontrol Lampiran 10 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen Lampiran 11 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Data Pretest dan Postets Kelas Kontrol Lampiran 13 Distribusi Frekuensi Data Pretest dan Postets Kelas Eksperimen Lampiran 14 Perhitungan Uji “t” Lampiran 15 Surat Izin Penelitian Lampiran 16 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 17 Uji Referensi
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap-tahap Problem Based Learning (PBL) ...................................14 Tabel 2.2 Sintaksis PBL ......................................................................................15 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ..........................................................................40 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen ..............................................................................43 Tabel 4.1 Deskripsi Data Mean Skor Pretest ......................................................49 Tabel 4.2 Deskripsi Data Mean Skor Postest ......................................................50 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest ..............................................52 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Skor Postest ..............................................53 Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest ...................................................54 Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest ..................................................55 Tabel 4.7 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Pretest ................................................56 Tabel 4.8 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Posttest ...............................................56
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Hasil pembelajaran PBL ......................................................12 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir .....................................................................38
x
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan tidak mudah dipecahkan kecuali dengan penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM). Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang sangat penting. Pendidikan secara umum dapat dimengerti sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan
spiritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini senada dengan undang-undang sistem pendidikan nasional no.20 tahun 2003 tentang fungsi pendidikan nasional yang menyatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab1. Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan berpikir, kecerdasan emosional, berwatak dan keterampilan untuk siap hidup di tengah masyarakat. Proses dalam pendidikan adalah kejadian berubahnya peserta didik dari belum terdidik menjadi peserta terdidik.
1
Inherent Dikti, UUD RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat diakses di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 24/01/2010 Pukul 09.23 WIB
1
2
Pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia tertuang dalam Alquran surat Al-Mujadalah ayat 11:
×Î7yz tβθè=yϑ÷ès?.$yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# Æìsùötƒ “… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Bahkan dalam Hadits Rasulullah SAW memberikan motivasi kepada umatnya
ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﻋﻠﻰ آﻞ ﻣﺴﻠﻢ artinya Menuntut Ilmu itu diwajiban bagi setiap orang Islam (Riwayat Ibnu Majah, Albaihaqi, Ibnu Abdil Barr dan Ibnu Adi, dari Anas Bin Malik). Peningkatan kualitas pendidikan
merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas SDM, maka pemerintah bersama kalangan swasta berusaha membangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Belajar merupakan salah satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya. Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam jangka waktu tertentu dan secara relatif bersifat permanen dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini tampak tetapi perilaku yang mungkin terjadi dimasa mendatang.2 Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup karena kehidupan yang selalu berubah. 2
Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers, 2006), h. 76
3
Bahkan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan dunia yang sangat cepat, UNESCO merumuskan empat pilar belajar, yaitu pertama, belajar mengetahui (Learning to know) berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Belajar untuk mengetahui diartikan sebagai cara bagaimana mengembangkan kemampuan berkonsentrasi, mengingat dan berpikir . Kedua, belajar berkarya (Learning to do) yakni masa depan ekonomi bergantung pada kemampuan mereka untuk mengubah pengetahuan menjadi sebuah inovasi yang akan menghasilkan usaha baru dan pekerjaan-pekerjaan baru. Ketiga, belajar hidup bersama (Learning to live together) merupakan tuntutan agar kita mampu berinteraksi, berkomunikasi dan bekerja sama dan hidup bersama dalam berbagai kelompok etnis, daerah, budaya, ras dan agama. Keempat, belajar berkembang utuh (Learning to be), pendidikan harus memberikan kontribusi kepada setiap individu untuk mengembangkan pikiran dan tubuh, kecerdasan, kepekaan menghargai estetis dan spiritualitas. Belajar berkembang diartikan bahwa manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya3. Keberhasilan sebuah proses kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari peran seorang guru sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia telah dijelaskan No.20 Pasal 40 ayat 2 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi: Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban: (1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. (2) Mempunyai komitmen yang profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan, (3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.4 3
UNESCO, The Four Pillars of Education, dapat diakses di http://www.unesco.org/delors/fourpil.htm, 21/1/2011, 1:10 AM 4 Inherent Dikti, UUD RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat diakses di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 24/01/2010 Pukul 09.23 WIB
4
Dari undang undang tersebut jelas bahwa peran seorang guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Guru harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan sehingga mereka dapat menangkap informasi yang diberikan guru dengan baik. Guru kini tidak lagi hanya sekedar “transfer of knowledge” (mengajarkan pengetahuan yang dimilikinya saja) tetapi juga harus mampu sebagai pendidik sekaligus pembimbing dengan memberikan pengarahan (transfer of value) sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegitan pembelajaran. Sebagaimana menurut Bobby Deporter bahwa Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks segala sesuatunya berarti. Setiap kata, pikiran tindakan dan asosiasi serta sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran5. Oleh karena itu, guru harus memiliki dan mampu merancang kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kegiatan pembelajaran ini diramu berdasarkan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan informasi yang akan disampaikan. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai mata pelajaran yang memberikan pengalaman belajar cara berpikir dari struktur pengetahuan yang utuh. Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan fenomena alam. Prinsip Ilmu Pengetahuan Alam adalah mencari fakta-fakta, sehingga siswa dapat merespon informasi baru dan dapat melakukan eksperimen dalam menguji suatu hipotesis. Prinsip itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa tidak hanya kemampuan pemahaman saja tetapi juga kemampuan menganalisa dan mengevaluasi serta sikap ilmiah. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata pelajaran Kimia yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas membahas tentang sifat, struktur materi, komposisi materi, perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi dan diperoleh melalui hasil-hasil penelitian dan penalaran. Belajar kimia adalah belajar tentang segala perubahan yang terjadi 5
h. 3
Bobbi Deporter, dkk, Quantum Teaching (Terjemah:Ary Nilandari), (Bandung: Raifa, 2007),
5
di alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang semuanya menyebabkan manusia dapat mengambil segala manfaat dari perubahan tersebut. Selain itu dengan belajar kimia siswa dapat menanamkan metode ilmiah, mampu mengembangkan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan dan ketelitian kerja. Di dalamnya terdapat berbagai pokok bahasan yang memiliki kekhasan masing-masing serta konsep-konsep yang harus dipahami. Pembelajaran kimia dibangun melalui penekanan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Siswa diharapkan menemukan faktafakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah. Meskipun begitu, bagi sebagian siswa kimia dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit karena didalamnya terdapat konsep-konsep yang abstrak sehingga siswa kurang mampu untuk memahaminya. Untuk dapat mengkonstruk pengetahuan siswa dengan baik, maka tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi dikelas saja, akan tetapi seorang guru haruslah dapat merancang pembelajaran yang efektif, mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, serta membuat instrument pembelajaran yang diperlukan. Pengalaman belajar dan keterampilan proses dapat diperoleh oleh siswa dengan menyajikan suatu masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada hakekatnya segala sesuatu yang ada di lingkungan selalu berhubungan dengan kimia. Ilmu kimia merupakan ilmu yang abstrak sehingga jika diajarkan hanya dengan menyampaikan informasi saja akan menyulitkan siswa untuk memahaminya. Jika kegiatan pembelajaran kimia dilakukan hanya dengan metode ceramah saja (teacher centered), maka menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran tersebut sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalahnya. Pada akhirnya ketika siswa dihadapkan pada suatu masalah siswa tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Keadaan tersebut harus segera diantisipasi dengan tidak lagi pembelajaran yang berpusat pada guru namun harus berpusat pada siswa (student Centered). Dalam hal ini model pembelajaran
6
yang mengintegrasikan dengan masalah salah satunya adalah model Problem Based Learning(PBL). Prinsip dasar yang mendukung konsep PBL adalah lebih tua dari pada pendidikan formal itu sendiri, pembelajaran dimulai dengan mengajukan masalah, pertanyaan atau teka-teki kepada siswa untuk diselesaikan6. Pembelajaran dengan model PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya melalui penyelidikan suatu masalah yang ada disekitar lingkungannya. Menurut John Dewey, menyebutkan bahwa Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan7. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Termokimia merupakan salah satu bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan energi serta reaksi kimia yang menyertainya. Materi didalamnya merupakan materi yang abstrak sehingga pembelajaran didalamnya tidak hanya sekedar menyampaikan konsep saja tetapi lebih dari itu guru harus mampu merubah dari sesuatu yang abstrak menjadi konkrit sehingga mudah dipahami oleh siswa. Agar materi dapat dipahami oleh siswa maka guru dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan mengemukakan sesuatu masalah atau fenomena yang ada dan dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya mengapa mulut terasa dingin ketika makan es krim? Memakan es krim akan menyebabkan mulut terasa dingin karena mulut yang sehat secara normal dewasa ini suhunya sekitar 37oC sedangkan es krim maksimal suhunya sampai 0oC. bahkan bisa berkisar 5 sampai -10 jika baru dikeluarkan dari lemari es. Adanya perbedaan suhu yang sangat jauh, sehingga terjadi perpindahan energi dari mulut ke es krim, 6
Barbara J. Duch, dkk., The Power of problem-Based learning, (Virginia: Stylus Publishing,2001), h.6 7 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h.67
7
perpindahan itu juga yang menyebabkan es meleleh. Contoh tersebut merupakan fenomena yang sering siswa alami sehari-hari. Pemberian masalah terhadap siswa dalam kegiatan belajar, maka siswa akan lebih tertarik sehingga dapat merangsang siswa lebih aktif. Karena didalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan melakukan investigasi dan penyelidikan. Diterapkannya metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah, dapat melatih siswa berpikir kritis,
menganalisis dan memecahkan masalah
komplek, dapat bekerja secara kooperatif di dalam tim kecil, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan efektif baik verbal maupun tertulis8. Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul “Pengaruh model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep Termokimia”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
tersebut,
maka
penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Adanya konsep-konsep yang abstrak menjadikan kimia sebagai mata pelajaran yang sulit bagi siswa 2. Lemahnya peran guru dalam mengaplikasikan model, metode atau strategi pembelajaran untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran 3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dan monoton (pembelajaran konvensional) menyebabkan siswa kurang dapat menguasai informasi yang diberikan oleh guru sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa 4. Pemahaman siswa terhadap materi tidak dibarengi dengan kemampuan untuk menginvestigasi dan memecahkan suatu masalah.
8
Barbara, dkk., The Power of Problem Based Learning..., h.6
8
C. Pembatasan Masalah Dari beberapa pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah maka penelitian dibatasi pada: 1. Penelitian ditekankan pada kemampuan kognitif terhadap hasil belajar kimia siswa 2. Penyajian masalah dalam pembelajaran kimia menggunaan Model Problem Based Learning (PBL) 3. Penelitian dilakukan pada konsep pembahasan Termokimia
D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa?”.
E. Tujuan Penelitian Tujuan operasional pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model Problem based Learning (PBL) memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pada pembelajaran konvensional dalam pembelajaran kimia.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa, untuk menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan bekerjasama dan berkomunikas sehingga melatih dan merangsang kreativitas siswa. 2. Untuk memberikan alternatif kepada guru dalam mengajarkan pelajaran kimia dan mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran serta terciptanya proses belajar yang efektif dan bermakna.
9
3. Bagi peneliti, untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat memotivasi para peneliti melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian ini.
10
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) a. Definisi Model Problem Based Learning Sebelum menjelaskan tentang PBL perlu diketahui dahulu pengertian tentang model pembelajaran. Menurut soekamto, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar1. Sedangkan
menurut
Arends
menyatakan
istilah
model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaks, lingkungan dan sistem pengelolaannya2. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang disajikan oleh guru dari awal sampai akhir secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model Problem Based Learning (PBL) Menurut John Dewey dalam trianto merupakan interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan3. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman 1
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovtif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 5 2 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovtif… , h. 6 3 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovtif… , h. 67
10
11
siswa yang diproleh dari lingkungan akan dijadikan sebagai materi dalam pembelajaran di kelas, sehingga mempermudah mereka memperoleh pengertian dan tujuan belajarnya. Meminjam pendapat Bruner bahwa pendekatan terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi, pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif,
Setiap
lingkungannya
orang
secara
yang
aktif.
belajar
Asumsi
berinteraksi kedua
bahwa
dengan orang
mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya (model alam)4. Pembelajaran berdasarkan Masalah merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa belajar tentang subjek dalam konteks yang kompleks, beragam, masalah yang nyata. Bekerja dalam kelompok, siswa mengidentifikasi apa yang mereka telah ketahui, apa yang perlu diketahui dan bagaiman untuk mengakses informasi baru yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah5.
Peran
guru
sebagai
fasilitator
yang
memberikan rancangan proses pembelajaran, misalnya mengajukan pertanyaan, menyediakan sumber yang sesuai, memimpin dikelas serta merncang penilaian siswa. Menurut Arends, pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
pendekatan
pembelajaran
dimana
siswa
mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri6. Esensi Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan penyuguhan berbagai situasi bermasalah yang autentik
dan bermakna kepada
siswa yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi
4
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 98 Wikipedia, Problem-Based Learning dapat diakses di http://en.wikipedia.org/wiki/Problem‐based_learning 6 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif..., h.68 5
12
dan
penyelidikan.7
Problem
based
learning
dirancang
dan
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonom.8 Seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut:
Keterampilan penyelidikan dan mengatasi masalah
Problem Based Learning
Keterampilan untuk belajar secara mandiri
Perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran orang
Gambar 2.1 Bagan Hasil pembelajaran PBL Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada pengalaman belajar agar siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui penyajian masalah yang nyata sehingga mampu belajar secara mandiri. b. Ciri-ciri Model Problem Based Learning Ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi: 1) pengajuan pertanyaan- pertanyaan atau masalah, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
7 Arends, Learning to teach (belajar untuk mangajar), terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini (Yogyakarta: Pustaka pelajar . 2008), h. 41 8 Arends, Learning to teach..., h.43
13
2) memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, meskipun PBL berpusat
pada
mata
pelajaran
tertentu
(seperti
IPA,
Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. 3) penyelidikan autentik, PBL mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. 4) Kolaborasi, PBL dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, baik berpasangan atau berkelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas yang kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berpikir. 5) menghasilkan produk dan memamerkannya, PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. 9 c. Kelebihan Model Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk mernbantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBL dikembangkan
untuk
membantu
siswa
mengembangkan
kemampuannya. Kelebihan penerapan PBL antara lain melatih ketrampilan berpikir dan ketrampilan mengatasi masalah, meniru peran orang dewasa dalam menghadapai situasi kehidupan nyata, dan melatih belajar secara mandiri10. 1) Ketrampilan Berpikir dan mengatasi masalah
9
Trianto, Model-model Pembelajaran…., h.69 Arends, Learning to teach..., h.43-45
10
14
Menurut Arends Berpikir merupakan sebuah representasi secara simbolis (melalui bahasa) berbagai objek dan kejadian riil dan menggunakan representasi simbolis itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial objek
dan kejadian tersebut. Berpikir
memiliki sifat yang kompleks sehingga tidak dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang mengajarkan ide-ide dan ketrampilan yang lebih konkret karena proses untuk memikirkan ide-ide abstrak berbeda dengan yang digunakan untuk memikirkan situasi kehidupn nyata. 2) Meniru peran orang dewasa PBL mendorong siswa untuk observasi dan dialog dengan pihak lain agar siswa secara gradual mampu melaksanakan peran yang diobservasi (ilmuwan, guru, dokter seniman dan lin-lain). 3) Belajar secara mandiri PBL berusaha membatu siswa untuk menjadi pembelajar yang independen. Dengan bimbingan guru siswa mengajukan masalah dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah riil, kelak siswa belajr untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri. d. Langkah-langkah Model Problem Based Lerning Menurut Ibrahim dalam Trianto, pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama, meliputi: Tabel 2.1 Tahap-tahap Problem Based Learning Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Guru
Orientasi siswa pada masalah
pembelajaran, menjelaskan logistik yang
menjelaskan dibutuhkan,
tujuan memotivasi
siswa terlibat dalam pemecahan
15
masalah yang dipilihnya Tahap 2
Guru
membantu
siswa
Mengorganisasi siswa untuk mendefinisikan belajar
dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3
Guru
Membimbing
mendorong
penyelidikan mengumpulkan
individu maupun kelompok
siswa
untuk
informasi
yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4
Guru
membantu
Mengembangkan dan
merencanakan
menyajikan hasil karya
karya yang sesuai seperti laporan, video,
model
siswa
dan
dalam
menyiapkan
dan
membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Tahap 5
Guru
membantu
siswa
untuk
Menganalisa dan
melakukan refleksi atau evaluasi
mengevaluasi proses
terhadap penyelidikan mereka dan
pemecahan masalah
proses yang mereka gunakan. 11
Senada dengan Ibrahim, menurut Arends terdapat 5 sintak PBL seperti yang dijekaskan pada tabel berikut12: Tabel 2.2 Sintaksis PBL Fase 1 Memberikan
Perilaku guru orientasi Membahas tujuan pembelajaran,
tentang permasalahannya mendeskripsikan kepada siswa
kebutuhan logistik penting dan
11 12
berbagai
Trianto, Model-model Pembelajaran...., h.71 Arends, Learning to teach..., h.57
16
memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah 2 Mengorganisasikan siswa Membantu untuk meneliti
siswa
untuk
mendefinisikan
dan
mengorganisasikan belajar
yang
tugas-tugas
terkait
dengan
permasalahan 3 Membantu
investigasi Mendorong
mandiri dan kelompok
siswa
untuk
mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan
eksperimen
dan
mencari penjelasan dan solusi 4 Mengembangkan dan
Membantu
siswa
dalam
mempresentasikan artefak
merencanakan
dan
dan exhibit
artefak-artefak yang tepat, seperti
menyiapkan
laporan, rekaman video dan modelmodel
dan
membantu
mereka
untuk menyampaikannya kepada orang lain 5 Menganalisis dan
Membantu siswa untuk melakukan
mengevaluasi proses
refleksi
terhadap
investigasinya
mengatasi masalah
dan proses-proses yang mereka gunakan.
Dari dua tahap pembelajaran PBL diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan PBL terdapat lima tahap yaitu sebagai berikut: 1) Mengorientasikan siswa pada masalah yaitu pada awal pelajaran guru
mengkomunikasikan
ketrampilan
penyelidikan
tujuan dan
pembelajaran
membantu
siswa
seperti menjadi
pembelajaran yang mandiri, memunculkan fenomena yang ada dilingkungan siswa (masalah sebaiknya yang autentik dan
17
mengandung teka-teki yang memungkinkan siswa untuk bekerja sama), serta mendorongnya untuk melontarkan pertanyaan dan mencari informasi. 2) Mengorganisasi siswa untuk meneliti yaitu guru membantu siswa mendefinisikan masalah yang dipilih, membentuk kelompok kecil untuk
membangun
kerja
sama
di
antara
siswa
dalam
menginvestigasi masalah dan menjelaskan prosedur penyelidikan harus siswa lakukan. 3) membantu penyelidikan secara individu maupun kelompok yaitu guru membantu siswa mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut dari berbagai sumber misal di perpustakaan maupun laboratorium selama mendukung masalah tersebut, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah, siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan menggunkan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapi serta memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengemukakan ide-ide dan memberikan bantuan yang dibutuhkannya. 4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya yaitu guru membantu siswa dalam membuat hasil karyanya seperti laporan, video atau model yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu guru membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka dan ketrampilan
penyelidikan
yang
digunakan,
membantu
mengevaluasi karya siswa dengan melakukan presentasi untuk didiskusikan antar siswa maupun kelompok untuk memberikan penjelasan tentang ketepatan solusi yang siswa dapatkan kemudian disimpulkan bersama-sama.
18
2. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Secara kodrati manusia terlahir sebagai pembelajar. Rasa keingintahuannya mendorong
manusia
mengeksplorasi
berbagai
pengetahuan. Belajar berasal dari kata ajar yang berarti mencoba (trial) yaitu kegiatan mencoba sesuatu yang belum atau tidak diketahui13. Suatu hal penting dalam kegiatan belajar adalah berubah. Berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil. Belajar atau yang disebut juga dengan Learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar pada manusia merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan dan sikap14. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga mampu bertahan hidup. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya15. Namun tidak semua perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaran mempunyai cirri-ciri yaitu perubahan yang disadari (pembelajar sadar bahwa pengetahuannya & ketrampilannya telah bertambah sehingga lebih percaya diri), perubahan yang bersifat kontinu (suatu perubahan yang telah terjadi, menyebabkan perubahan perlaku yang lain), perubahan yang bersifat fungsional (memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan), perubahan yang bersifat positif 13
Idris Shaffat, Optimized Learning Strategy, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009), h. 1 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Grasindo, 1999), cet.5, h. 53 15 Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 7 14
19
(perubahan
yang
diperoleh
senantiasa
bertambah
dari
keadaan
sebelumnya), perubahan yang bersifat aktif (perubahan terjadi dari aktifitas dan kematangan individu), perubahan yang bersifat permanen (perubahan tersebut akan kekal didalam diri individu) dan perubahan yang bertujuan dan terarah (semua aktivitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu)16. Pendapat lain dipertegas oleh Cronbach yang dikutip Sumadi bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya17. Gagne menyatakan untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran18. Gagne juga dalam bukunya The conditions of Learning mengemukakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Sedangkan menurut Hilgard dan Bower, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang19. Sedangkan menurut James O. Wittaker, belajar dapat
16
Mohamad Surya…, h. 8 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada,2005), h.231 18 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif…, h. 12 19 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet.
17
23.h. 84
20
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman20. Mulyati Arifin mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan21. Dalam proses kegiatan belajar mengajar terdapat kegiatan belajar yang dilakukan siswa dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru. Kegiatan ini tidak berlangsung sendiri, melainkan berlangsung secara bersama-sama pada waktu yang sama sehingga terjadi adanya interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu akibat dari interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan ketrampilan sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. b. Hakekat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal dibidang pendidikan. Kehadiran hasil belajar dalam kehidupan manusia yang berada di sekolah ditingkat dan jenis tertentu. Dalam hasil belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri. Pelaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi atau lembaga baik di dalam maupun di luar negeri.22 20
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. 5, h. 104 Mulyati Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: UPI, 2000), h.8 22 Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,( Jakarta: Gaung Persada Press,2007), h.13 21
21
Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Oleh karena itu perubahan perilaku menunjukan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik23. Secara eksplisit ketiga domain ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Penilaian Aspek Kognitif Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir termasuk
didalamnya
kemampuan
memahami,
menghafal,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan evaluasi. Menurut Benyamin S. Bloom, taksonomi untuk domain kognitif adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari kegiatan mental yang terdiri dari pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan untuk menghafal, mengingat atau mengulangi informasi
yang
pernah
diberikan.
Kedua,
pemahaman
(comprehension) ialah kemampun untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Ketiga, aplikasi (application) yaitu kemampun menggunakan informasi, teori dan aturan pada situasi baru. Keempat, analisis (analysis) ialah kemampuan menguraikan pemikiran yang kompleks dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya. Kelima, sintesis (synthesis) merupakan kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuka pola pemikiran yang baru. Dan keenam, evaluasi (evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.24 Tujuan dari aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang 23
Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal Teknodik, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pendidikan), dapat diakses di http://www.pustekkom.go.id, h. 158 24 H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2007), h. 77
22
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. 2) Penilaian Aspek Psikomotor Ryan dalam Mimin Haryati mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, pertama melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar(praktek berlangsung). Kedua, setelah proses belajar berlangsung yaitu dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Ketiga, beberapa waktu setelah belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sedangkan menurut
Leighbody, dalam
melakukan penilaian hasil belajar ketrampilan sebaiknya mencakup: pertama, kemampuan siswa dalam menggunakan alat dan sikap kerja. Kedua, kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urutan pekerjaan. Ketiga, kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Keempat, kemampuan siswa dalam membaca gambar atau simbol. Kelima, keserasian bentuk yang diharapkan atau ukuran yang telah ditentukan. 3) Penilaian Aspek Afektif Life skills merupakan bagian dari kompetensi lulusan sebagai hasil proses pembelajaran. Menurut Krathwohl, bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Peringkat ranah afektif menurut Krathwohl ada lima, yaitu receiving (menerima), responding (tanggapan), valuing (menilai), organization (organisasi) dan characterization (karakterisasi). Penilain pada aspek afektif dapat
23
dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner, inventori dan pengamatan atau observasi.25 Sedangkan menurut Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu26. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Jika pada umumnya bahwa hasil belajar merupakan sebagai perubahan tingkah laku, maka besar kecilnya perubahan tersebut akan dipengaruhi berbagai hal. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dikemukakan oleh Purwanto terdapat dua faktor27, yaitu: 1) Faktor dari dalam, pada bagian ini terdiri dari: a) Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan panca indera Kondisi fisik dan panca indera siswa memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Keadaan jasmani yang sehat dan panca indera yang berfungsi dengan baik memegang peranan penting dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh pun optimal. b) Faktor psikologi yang meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif Selain kondisi fisik dan panca indera, faktor psikologi berupa minat, bakat, motivasi dan kecerdasan akan memberikan dorongan terhadap siswa untuk ingin lebih mengetahui dan tertarik dengan apa
yang
sedang
dipelajarinya,
sehingga
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
25
Haryati, Model & Teknik Penilaian..., h. 22-38 Haryati, Model & Teknik Penilaian..., h. 38 27 Purwanto, Psikologi............., h.103-107 26
hal
ini
dapat
24
2) Faktor dari luar, bagian ini terdiri dari: a) Faktor lingkungan meliputi alam dan sosial Keadaan alam dan sosial dilingkungan belajar, misalnya sekolah berada jauh dari pusat keramaian, waktu belajar (siang atau malam), cuaca dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. b) Faktor instrumental meliputi kurikulum atau bahan pelajaran, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas, metode pembelajaran, administrasi atau manajemen. Dari pengaruh faktor-faktor tersebut, maka muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka. 3. Hakekat Pembelajaran kimia Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang objek kajiannya jelas dan kasat mata, yang menjelaskan misteri alam yang besar. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsi-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Proses
pembelajarannya
menekankan
pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa
pampu
menjelajahi
dan
memahami
alam
secara
ilmiah.
Pendidikannya diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
25
Ilmu kimia sebagai bagian dari IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, sifat, susunan serta perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia. Ilmu kimia menjadi sarana hasrat dan kerinduan terdalam manusia untuk menyelidiki dan mengetahui materi alam semesta ini. Namun kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Beberapa siswa merasa tidak mampu dalam mempelajari kimia. Pelajaran kimia menjadi momok yang menakutkan karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini para siswa menganggap konsep-konsep yang ada dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep abstrak yang sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan yang nyata. Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu
membekali
siswa
pengetahuan
pemahaman
dan
sejumlah
kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman
belajar
secara
langsung
melalui
penggunaan
dan
pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. 4. Termokimia Termokimia dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia yang mempelajari dinamika atau perubahan reaksi kimia dengan mengamati panas/termal nya saja. Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari ialah reaksi kimia dalam tubuh kita dimana produksi dari energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan. Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan
26
yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh agar berfungsi. Hampir semua reaksi kimia selalu ada energi yang diambil atau dikeluarkan. Mari kita periksa terjadinya hal ini dan bagaimana kita mengetahui adanya perubahan energi.28 Pernahkah kamu melarutkan deterjen bubuk sewaktu mencuci pakaian? Apa yang kamu rasakan pada deterjen? Apakah terasa dingin atau hangat? Coba bandingkan ketika kamu membuat larutan oralit (campuran garam dan gula dengan perbandingan tertentu)? Apa yang kamu rasakan pada bagian luar gelas tempat membuat larutan itu? Apakah terasa dingin atau hangat? Nah dua fenomena tersebut merupakan salah satu bentuk perubahan energi.29 a. Perubahan Energi suatu Reaksi Kimia Energi merupakan konsep yang abstrak sehingga lebih sulit dipahami daripada zat, karena energi hanya dapat kita rasakan namun tidak dapat dilihat. Kita hanya dapat mempelajari pengaruh energi pada suatu objek. Misalnya, mengapa mulut terasa dingin ketika makan es krim? Memakan es krim akan menyebabkan mulut terasa dingin karena mulut yang sehat secara normal dewasa ini suhunya sekitar 37oC sedangkan es krim maksimal suhunya sampai 0oC. bahkan bisa berkisar -5 sampai -10 jika baru dikeluarkan dari lemari es. Adanya perbedaan suhu yang sangat jauh, sehingga terjadi perpindahan energi dari mulut ke es krim, perpindahan itu juga yang menyebabkan es meleleh.30 Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam termokimia yang menyangkut perpindahan energi yaitu sistem dan lingkungan. Peristiwa reaksi kimia yang sedang diamati atau dipelajari disebut 28
Ratna Ediati dkk., Kimia Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid I, (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK, 2008), h. 141 29 Das Salirawati, dkk., Belajar Kimia Secara Menarik Untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 68 30 Paul Monk, Physical Chemistry: Understanding Our Chemical World, (Manchester Metropolitan University: John Wiley&Son, 2004). h.77
27
sistem. Segala sesuatu diluar sistem disebut lingkungan. Berdasarkan interaksi dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga macam yaitu sistem terbuka, sistem tertutup dan sistem terisolasi. Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dan materi (zat) antara lingkungan dan sistem. Sistem tertutup adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan. Sedangkan sistem terisolasi adalah sistem yang tidak memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan. b. Entalpi dan perubahan Entalpi suatu reaksi Umumnya reaksi kimia dilangsungkan pada wadah yang terbuka pada tekanan atmosfer atau pada tekanan tetap. Perubahan kalor pada tekanan semacam ini disebut perubahan entalpi. Entalpi dilambangkan dengan H, merupakan jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap. Seperti halnya pada energi, entalpi juga termasuk fungsi keadaan. Entalpi tidak dapat diukur, hanya perubahannya saja yang dapat diukur. ∆H = Hakhir – Hawal 1.
Reaksi Eksoterm dan Endoterm Kenapa kita berkeringat? Kita sering kali berkeringat misalnya setelah berlari dengan cepat, tinggal di daerah yang beriklim panas atau mungkin selama kita sakit yang menyebabkan suhu menjadi naik (kita sering mengatakan, kami kepanasan). Berkeringat
adalah
salah
satu
cara
yang
alami
untuk
mendinginkan tubuh. Keringat merupakan larutan garam dan minyak alami yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah permukaan kulit. Kelenjar akan menghasilkan campuran tersebut ketikan tubuh merasa kepanasan. Kadang-kadang lengan yang berkeringat jika terkena angin dari kipas atau angin alami maka
28
kulit terasa dingin itu karena adanya penguapan air dari keringat.31 Reaksi dimana sistem menyerap kalor dari lingkungan disebut reaksi endoterm. Karena sistem menyerap kalor maka kalor yang ada dalam sistem akan bertambah. Tanda reaksi endoterm adalah ∆H = + (positif).
Lingkungan
Sistem
Lingkungan
Sedangkan reaksi kimia dimana sistem melepaskan kalor ke lingkungan disebut reaksi eksoterm32. Karena sistem melepaskan kalor kelingkungan, maka kalor dalam sistem akan berkurang. Tanda reaksi eksoterm adalah ∆H = - (negatif).
Lingkungan
Sistem
Lingkungan
2. Persamaan Termokimia Karena entalpi adalah suatu fungsi keadaan, maka besaran ∆H dari reaksi kimia tidak tergantung dari lintasan yang dijalani pereaksi untuk membentuk hasil reaksi. Untuk melihat pentingnya pelajaran mengenai panas reaksi ini, kita dapat melihat perubahan yang sudah dikenal, yaitu penguapan air pada titik didihnya.
31 32
Paul Monk, Physical Chemistry…,h. 81 Robert G. Mortimer, Physical Chemistry: Third Edition, (Kanada: Elsevier, 2008), h. 86
29
Kita perhatikan perubahan 1 mol cairan air H2O(l) menjadi 1 mol air berupa gas, H2O(g) pada suhu 100OC dan tekanan 1 atm. Proses ini akan menyerap kalor sebanyak 41 kJ, maka ∆H = + 41 kJ. Perubahan keseluruhan dapat ditulis dengan persamaan: H2O(l) → H2O (l)
∆H = + 41 Kj
3. Perubahan Entalpi Molar Standar (∆H) Harga perubahan entalpi (∆H) selalu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, misalnya suhu dan tekanan. Sangatlah tidak efisien apabila dalam setiap pengukuran harus selalu mencantumkan suhu dan tekanan reaksi. Biasanya entalpi dihitung pada kondisi suhu 25oC (298 K) dan tekanan 1 atmosfer. Keadaan inilah yang ditetapkan sebagai keadaan standar. Jadi, entalpi yang diukur pada kondisi standar
dinamakan dengan
entalpi standar. Pada umumnya, suatu reaksi kimia mengikut sertakan jumlah reaktan dan produk reaksi yang biasanya dinyatakan dengan satuan molar. Oleh karena itu, dikenal pula entalpi molar standar yaitu perubahan entalpi 1 mol zat yang diukur pada keadaan standar. Perubahan entalpi suatu reaksi kimia dapat dihitung dari perubahan entalpi pembentukan reaktan dan produk.33 a. Entalpi Pembentukan Standar (∆H0f, f = formation) Entalpi pembentukan standar (∆H0f ) adalah kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. ∆H0f = - 285,85 kJ Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) b. Entalpi Penguraian Standar (∆H0d, d = dissociation) Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar. 33
Robert G. Mortimer, Physical Chemistry…, h. 39
30
Contoh: H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g)
∆H0d = + 285, 85 kJ
c. Entalpi Pembakaran Standar (∆H0c, c = combustion) Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Pembakaran dikatakan sempurna jika: 1. Karbon C terbakar menjadi CO2 2. Hidrogen H terbakar menjadi H2O 3. Belerang S terbakar menjadi SO2 Contoh : C2H5OH (l)+3O2(g)→2CO2(g)+3H2O(l) ∆H0c = -948, 86 kJ d. Entalpi yang lain 1) Entalpi Netralisasi Standar Entalpi Netralisasi Standar adalah kalor yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan 1 mol H3O+ (asam) dengan basa pada kondisi standar. Contoh: NaOH (aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H0 = -890,4 kJ/mol 2) Entalpi Peleburan Standar Entalpi Peleburan Standar adalah kalor yang dibutuhkan untuk meleburkan 1 mol zat padat menjadi zat cair pada titik leburnya dan tekanan standar. Contoh: H2O(s) → H2O(l) ∆H0 = +6,01 kJ 3) Entalpi Penguapan Standar Entalpi Penguapan Standar adalah kalor yang digunakan untuk menguapkan 1 mol zat cair menjadi 1 mol gas pada titik didihnya dan tekanan standar. Contoh: H2O(l) → H2O(g) ∆H0 = +44,05 kJ 4) Entalpi Pengatoman Standar Entalpi Pengatoman Standar adalah kalor yang digunakan untuk pembentukan 1 mol atom-atom unsur dalam fase gas pada kondisi standar.34 Contoh: ½ H2(g) → H(g) ∆H0 = +218 kJ
34
Das Salirawati, dkk., Belajar Kimia Secara Menarik…, h. 83-84
31
c. Penentuan ∆H Reaksi Harga ∆H reaksi dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Menghitung ∆H reaksi dengan kalorimeter Kalorimeter merupakan alat untuk mengukur panas reaksi, sedangkan metode atau proses pengukuran kalornya disebut kalorimetri. Adapun rumus untuk menentukan besarnya kalor reaksi adalah: q = m . c . ∆t q = kalor yang diserap atau dikeluarkan (joule) m = massa zat pereaksi (gram) c = kalor jenis (J g-1K-1) ∆t = perubahan suhu 2. Menghitung ∆H Reaksi Menggunakan data Entalpi Pembentukan Standar Penyelesaian perhitungan termokimia untuk menentukan ∆H reaksi lebih singkat dikerjakan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut: Besarnya perubahan entalpi reaksi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan zat hasil reaksi dikurangi jumlah perubahan entalpi pembentukan zat pereaksi, masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam persamaan reaksi. ∆Ho = ∑ ∆Hof (hasil reaksi) - ∑ ∆Hof (pereaksi) 3. Menghitung ∆H Reaksi menggunakan Hukum Hess Germain Henri Hess dari Rusia melalui hasil-hasil percobaannya tetang kalor reaksi menyatakan bahwa apabila suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai penjumlahan aljabar dari dua atau lebih reaksi, maka kalor reaksi juga merupakan penjumlahan aljabar dari kalor yang menyertai reaksi-reaksi itu. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga ∆H reaksi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi dan tidak tergantung jalannya reaksi. Pernyataan inilah yang terkenal sebagai bunyi hukum Hess atau Hukum Penjumlahan Kalor. Misalnya pengubahan zat A menjadi zat B dapat terjadi secara langsung dan tak langsung.
32
•
Cara langsung A→B ∆H1 = x kJ • Cara tak langsung a. Melewati C ∆H2 = c kJ A→C C→B ∆H3 = b kJ b. Melewati P lalu Q ∆H4 = a kJ A→P P→Q ∆H5 = p kJ Q→B ∆H6 = q kJ Sehingga berlaku hubungan: x=c+b= a+p+q atau ∆H1 = ∆H2 + ∆H3 = ∆H4 + ∆H5 + ∆H6 jika digambarkan dalam skema: ∆H2 A
B
∆H3 B
∆H1
∆H4
∆H6 ∆H5
Contoh penerapan hukum Hess: Pada reaksi S menjadi SO3 dapat terjadi secara langsung atau tak langsung melewati SO2, diperoleh data-data sebagai berikut: Cara langsung: S(s) + 3/2 O2(g) → SO3(g) ∆H = x kJ Cara tak langsung: S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,897 kJ ∆H = -98,282 kJ SO2(g) + ½ O2(g) → SO3(g) Berapa harga x? Jawab Jika persamaan reaksi yang diketahui dijumlahkan, maka akan diperoleh persamaan yang ditanyakan. Pada penjumlahan ∆H reaksi yang diketahui ikut dijumlahkan. S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,897 kJ SO2(g) + ½ O2(g) → SO3(g) ∆H = -98,282 kJ + S(g) + 3/2 O2(g) → SO3(g) ∆H = -395,179 kJ
33
4. Menghitung ∆H Reaksi Menggunakan Data Energi Ikatan a. Pengertian Energi Ikatan Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. Contoh: 1 mol gas hidrogen terurai menjadi 2 atom hidrogen H2(g) + → H(g) + H(g) ∆H = 436 kJ Didalam 1 mol gas H2, terdapat suatu ikatan kovalen antara H – H. Pada proses penguraian H2 menjadi 2 atom H dalam fase gas, ikatan itu akan terputus. Molekul tersebut akan terurai menjadi atom-atomnya. Untuk memutuskan ikatan antara H – H dalam H2 diperlukan energi. Energi itulah yang dinamakan dengan energi ikatan. Energi Atomisasi adalah energi yang diperlukan untuk memecahkan molekul kompleks dalam 1 mol senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. b. Energi Ikatan untuk Menghitung ∆H Reaksi Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini selalui disertai perubahan energi. Energi ikatan rata-rata suatu senyawa dapat ditentukan dengan pertolongan perubahan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Adapun rumus perhitungan dengan cara ini adalah: ∆Hreaksi = ∑ E Ikatan di kiri - ∑ E Ikatan di kanan Contoh: Reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen klorida digambarkan sebagai berikut: Cl2
H2 Pemutusan ikatan
Pembentukan ikatan
2HCl
34
Berdasarkan uraian diatas, ∆H pembentukan HCl dari unsurunsurnya dapat dihitung: H2(g) + Cl2(g) → 2 HCl(g) H – H + Cl – Cl → 2 H – Cl ∆Hreaksi
= ∑ E pemutusan Ikt - ∑ E pembentukan Ikt = {(H – H) + (Cl – Cl)} – {2 x (H – Cl)} = (436 kJ + 242 kJ) – (2 x 431 kJ) = (678 kJ – 862 kJ) = -184 kJ
Ternyata ∆H bertanda (-), berarti ikatan dalam produk lebih kuat dari pada ikatan dalam pereaksi.35 5. Hasil Penelitian Relevan Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah memberikan hasil positif bagi kemungkinan penggunaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning). Seperti yang dilakukan oleh Nabila Syafi’I dengan judul “ pengaruh metode Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (79,87) lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol (67,77). Hal ini diperkuat dengan pada saat uji t dimana diperoleh thitung (4,573) lebih besar dari pada ttabel (2,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PBL memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia36. Penelitian lain yang dilakukan oleh Muchamad Afcariono dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi” menunjukkan hal positif. Bahwa penerapan Model Pembelajaran Berbasiswa Masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa X-A SMA Negeri 1 35
Das Salirawati, Belajar Kimia Secara Menarik…, h. 85-100 Nabila Syafii, Pengaruh Metode Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Kimia pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai (Ciputat: FITK/IPA UIN Jakarta, 2009), h. 71 36
35
Ngantang. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan pada pola pikir siswa berdasarkan tingkatan kognitif. Kemampuan bertanya dan menjawab siswa meningkat dari kemampuan berpikir tingkat rendah (pengetahuan, pemahaman dan aplikasi) menjadi berpikir tingkat tinggi (analisis sintesis dan evaluasi) 37. Begitu juga yang dilakukan oleh Heni Purwati penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Pokok Aljabar Dan Aritmatika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP 7 Semarang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama
pembelajaran dengan menggunakan
model
pembelajaran
berdasarkan masalah terus mengalami peningkatan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus meningkat dan perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran juga terus meningkat. Selain itu juga mampu menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam bekerja sama dan memecahkan masalah.38 Adapun penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Eko Purwantoro dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas IIC SMP Negeri 22 Semarang”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa rata-rata skor kreativitas siswa pada siklus satu adalah 2,67 dan pada siklus kedua adalah 2,76. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
model
pembelajaran
berdasarkan
masalah
mampu
39
meningkatkan kreativitas siswa
37 Mochamad Afcariono, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif Vol. 3 2008, dapat diakses di http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamadafcariono.pdf 38 Heni Purwati, Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada siswa SMP Kleas VII Semarang, ( Semarang: FMIPA UNES. 2006), h. 8-11 39 Eko Purwantoro, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa II-C SMP Negeri 22 Semarang, (Semarang: FMIPA, 2005), h. 38
36
B. Kerangka Pikir Belajar merupakan proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup.
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dari belajar itu disebut hasil belajar. Salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran ada pada cara guru menyampaikan materi. Karena itu guru dituntut kreatifitasnya untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran di kelas yang menyenangkan, meningkatkan aktivitas siswa dan bermakna agar siswa dapat lebih termotivasi dalam memahami materinya dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kimia merupakan mata pelajaran yang sarat akan konsep dan bersifat abstrak, berjenjang serta berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks. Sehingga dikalangan sebagian siswa, kimia adalah mata pelajaran yang sulit dan menjadi momok bagi mereka. Menyertakan sesuatu permasalahan kepada siswa dalam mengajarkan mata pelajaran kimia akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaning Learning) karena mengetahui pelajaran yang didapat dikelas bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran tersebut dapat membantu siswa dalam mencerna informasi-informasi yang abstrak yang disampaikan guru. Belajar kimia bukan hanya dihadapkan pada teori dan konsep saja, melainkan harus melakukan sesuatu, mengetahui dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran kimia. Hal ini dapat diperoleh melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa nyata, mengumpulkan informasi untuk mengambil suatu keputusan pemecahan masalahnya. Problem Based Learning
mampu
meningkatkan
memecahkan masalah yang kompleks.
berpikir
kritis,
menganalisis
dan
37
Dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) ini dapat melatih kemampuan berpikir dan akan membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Selain itu dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah tersebut melatih siswa bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian diharapkan terdapat pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar kimia siswa.
38
Masalah
Orientasi siswa pada masalah
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Belajar
inputs
PBL
Membimbing penyelidikan
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir
outputs
Hasil belajar meningkat
39
C. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Ho : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan Model Problem Based Learning sama dengan rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan metode konvensional Ha
: Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan Model Problem Based Learning lebih baik dengan rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan metode konvensional
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 s.d 27 Agustus semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Sedangkan tempat penelitian dilakukan di SMAN 3 kota Tangerang Selatan yang beralamat di jalan Benda Timur XI, Komp. Pamulang Permai 2 Tangerang Selatan 15416.
B. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Dengan rancangan penelitian menggunakan Nonequivalent Control Group Design atau Pretest-Postest Control Group Design dengan kelas eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random1. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua kelas dengan kemampuan yang sama, yaitu kelas pertama diberi perlakuan (kelompok eksperimen) sedangkan kelas kedua tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol). Kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu diberi pretest untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa. Kedua kelas dilakukan postest setelah diberi perlakuan dengan naskah tes yang sama. Adapun rancangan penelitian terebut dinyatakan sebagai berikut: Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Kelas
Pretest
Perlakuan
postest
Eksperimen
E1
X
E2
Kontrol
K1
K2
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007) hal 116
40
41
Keterangan : E
: Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen
K
:Hasil pretest dan posttest kelas kontrol
X
: Perlakuan yang diberikan kepada siswa Berdasarkan tabel di atas, sebelum diberi perlakuan maka kedua kelas
tersebut (eksperimen dan kontrol) dilakukan tes awal (pretest). Fungsi pretest tersebut untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Kemudian pada kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning. Sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional (diskusi dan Tanya jawab). Tahap terakhir adalah dengan melakukan posttest, hal ini untuk mengetahui kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.
C. Populasi dan Sampel Penggunaan teknik sampling dalam penelitian diperlukan untuk memperoleh sampel yang representatif, sehingga hasil penelitian dapat digunakan dalam memprediksi pada situasi lain. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan teknik sampling sebagai berikut: 1. Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 3 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011. 2. Populasi Terjangkau Pupulasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 3 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011. 3. Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non-probability sampling. Pengambilan sampel tersebut dengan tidak memberi peluang
42
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel2. Teknik yang digunakan dengan cara purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu3. Adapun yang menjadi sampel adalah kelas XI-6 Sebagai kelas
eksperimen
yaitu kelas yang dalam pelajarannya
diterapkan model Problem Based Learning (PBL) dan kelas XI-7 sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (Independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Variabel Bebas (X) : model Problem based Learning (PBL) Variabel terikat (Y) : hasil belajar kimia siswa 2. Sumber Data Data yang di peroleh pada penelitian ini berasal dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol itu yang digunakan sebagai data. 3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah tes. Tes tersebut berbentuk pilihan ganda dengan jumlah 20 soal yang terdiri dari 5 alternatif pilihan. Siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal diberi nilai 1 sedangkan siswa yang menjawab salah diberi nilai 0.
2
3
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 66 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian..., h. 68
43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Konsep Macam-macam perubahan entalpi
Indikator
- Menjelaskan entalpi pembentukan standar - Menjelaskan entalpi penguraian standar - Menjelaskan entalpi pembakaran standar Penerapan Menentukan nilai ∆H perhitungan reaksi berdasarkan data kalor reaksi eksperimen sederhana Hukum Hess Menentukan nilai ∆H dan data entalpi reaksi dengan pembentukan menggunakan hukum standar Hess Menentukan Menghitung ∆H reaksi nilai ∆H reaksi berdasarkan Data dengan entalpi pembentukan menggunakan standar data perubahan entalpi pembentukan standar Menentukan ∆H Menghitung nilai ∆H reaksi reaksi dengan menggunakan menggunakan data data energi energi ikatan ikatan Dampak Menjelaskan pembakaran pembakaran bahan bahan bakar bakar tidak sempurna Jumlah
No. item C1 C2 C3 7, 15, 30, 40
16
Jumlah 4
24, 6, 18
3
4, 3, 9
,23
5
28
33
2
11, 8 37
3
27, 22
35,
7
7
3 6
20
4. Uji Validitas Validitas adalah suatu konsep untuk mengetahui kemampuan instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yang berarti tes tersebut dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Untuk itu instrumen tes harus diujikan untuk mendapatkan
44
validditas butir soal s atau vaaliditas item m, untuk menngetahui vaalidits butir soall, dilakukan perhitungann dengan meenggunakan rumus prod duk momen pearrson4: ∑ ∑
∑
∑
2
2
∑
2
2
Keteerangan:
R 5. Uji Reliabilitas Reliabilittas menunjuukan pada pengertian baahwa suatu instrument cuku up dapat diipercaya unttuk digunakkan sebagai alat penguumpul data kareena instrumeen tersebut ssudah baik. Untuk uji rreliabilitas inni dihitung deng gan menggu unakan KR-220, Rumusnyya yaitu:
1
1
∑ 2
Keteerangan: rii
: koefisieen reliabilitass tes
k
: jumlah butir b
p i qi
: varians skor butir
pi
: proporsi jawaban beenar untuk butir b nomor i : proporsi jawaban saalah untuk bu utir nomor i
qi St
2
: varians skor total5
4
Sugiyon no, Statistika unntuk Penelitiann..., h. 228 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi E Pembbelajaran IPA Berbasis B Komppetensi, (Jakartta: UIN J Jakarta Press, 2006), 2 h. 113 5
45
6. Tinggkat kesukarran (Difficultty Index) Untuuk menghituung tingkat kesukaran k digunakan rum mus:
Keteerangan: P
: Proporsi (indeks Keesukaran)
B
: jumlah siswa s yang m menjawab beenar
N
: Jumlah peserta tes
Keteentuan: P = 0 – 0,25
: sukarr
P = 0,26 – 0,75
: sedanng
P = 0,76 – 1
: mudaah6
7. Dayya Pembeda (Discrimina ( ting power) Dayya pembeda digunakan untuk menngetahui kem mampuan butir b dalam mem mbedakan keelompok sisw wa yang panndai dengann kelompok siswa s yang kuraang pandai. Daya D pembeeda ini di hituung mengguunakan rumuus:
Keteerangan: : jumlah yang Ba y menjaw wab benar paada kelompook atas Bb : Jumlah yang menjaw wab benar pada p kelompook bawah N : Jumlah peserta tes Dayaa beda yang baik adalah D > 0,37 Untuk ujji validitas, reliabilitas,, taraf kesuukaran dan daya beda terseebut ditentukkan dengann menggunaakan perhituungan kompputer yang terseedia dalam sooftware ANA ATES V4.8
6
Ahmad Sofyan,dkk., Evaluasi E pembeelajaran IPA Berbasis B Komppetensi…,hal.1003 Ahmad Sofyan,dkk.,… …, h.104 8 Karno To, M.Pd daan Yudi Wibiisono, ST. (N No. Reg. Hak Cipta di Dirrjen HAKI : C C002004291-3 388. 7
46
E. Teknik Analisis Data 1. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji normalitas data Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Kelebihan uji Liliefors adalah perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat (power full) sekalipun dengan ukuran sampel kecil (n = 4). 9 Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Liliefors (taraf signifikansi 0,05) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengamatan x1, x2,…., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . . ., zndengan menggunakan rumus
(
dan s masing-masing
merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel) 2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z≤zi) 3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . ., zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi) maka ,
….,
4) Hitung selisih │F(zi) – S(zi) │ dengan harga mutlaknya 5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga yang paling besar tersebut. Sebutkanlah harga terbesar Lo.10 b. Uji Homogenitas Persyaratan uji parametrik yang kedua adalah homogenitas data. Populasi-populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasi dengan varians yang homogen.11 Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
9 Ating Somantri, dkk., Aplikasi Statistika dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 289 10 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), h.466 11 Sudjana, Metoda Statistika…, h. 249
47
1) Tentukan hipotesis: Ho : data memiliki varians homogen Ha : data tidak memiliki varians homogen 2) Bagi data menjadi dua kelompok 3) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok 4) Tentukan F hitung dengan rumus:12
5) Tentukan taraf nyata yang digunakan 6) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) 7) Tentukan kriteria pengujian: a) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima yang berarti varians kedua populasi homogen b) Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen 2. Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis menggunakan uji-t pada taraf siginfikan α = 0,05 dengan rumus sebagai berikut:13 1
1 dengan 2
1
1
1 1
2
1
2 2
2
2
2
Keterangan: 1
= rata-rata data kelompok eksperimen
1
= rata-rata data kelompok kontrol = nilai deviasi standar gabungan
12 13
Sudjana, Metoda Statistika…, h. 250 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, h. 273
48
n1
= banyaknya data kelompok eksperimen
n2
= banyaknya data kelompok kontrol
S1
= varians data kelompok eksperimen
S2
= varians data kelompok kontrol
F. Hipotesis Statistik Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah HO
: µ1 = µ2
Ha
: µ1 > µ2
Keterangan: Ho
: Hipotesis nol, jika nilai rata-rata kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol maka tidak terdapat pengaruh penerapan Model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa.
Ha
: Hipotesis alternatif, jika nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol maka terdapat pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa.
µ1
: Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
µ2
: Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Berdasarkan tes hasil belajar kimia siswa yang terdiri dari 20 soal dengan 5 alternatif jawaban diperoleh data pretest dan posttest dari kelas eksperimen yang menerapkan model PBL dan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional (ceramah dan Tanya jawab). Jumlah keseluruhan 60 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen 30 siswa dan kelompok kontrol 30 siswa diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Data Hasil Belajar a. Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sebelum mengalami perlakuan terhadap masing-masing kelas dilakukan tes awal (pretest), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Adapun data awal penelitian terlihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Deskripsi Data Mean Skor Pretest No
Data
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1
N
30
30
2
Nilai terendah
10
10
3
Nilai tertinggi
45
45
4
Rata-rata
24,17
21,00
5
SD
11,82
9,14
Berdasarkan hasil tes awal (pretest) pada tabel 4.1 hasil belajar siswa pada konsep Termokimia untuk kelas eksperimen
(n = 30)
diperoleh nilai rata-rata siswa 24,17 sedangkan untuk kelas kontrol (n
49
50
= 30) diperoleh nilai rata-rata siswa 21,00 (lampiran 12). Hal ini nilai rata-rata kelas eksperimen sedikit lebih besar dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol. Dari data tersebut menunjukan bahwa pengetahuan siswa terhadap materi Termokimia di kedua kelas (eksperimen dan kontrol) masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai rata-rata kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kontrol. Rendahnya hasil pretest siswa dianggap wajar karena belum dilakukan kegiatan pembelajaran.
b. Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah mengalami perlakuan terhadap masing-masing kelas, dilakukan tes akhir (posttest), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Adapun data tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Deskripsi Data Mean Skor Postest No
Data
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1
N
30
30
2
Nilai terendah
45
40
3
Nilai tertinggi
90
85
4
Rata-rata
70,17
63,33
5
SD
10,95
12,27
Berdasarkan hasil tes akhir (posttest) mengenai hasil belajar siswa pada konsep Termokimia untuk kelas eksperimen (n = 30) diperoleh nilai rata-rata siswa 70,17. Sedangkan untuk kelas kontrol (n = 30) diperoleh nilai rata-rata siswa 63,33 (lampiran 12). Dalam tes akhir (posttest) perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen juga lebih besar (6,84) dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol. Tingginya nilai rata-rata kelas eksperimen karena penerapan model PBL yang memberikan suasana yang berbeda. Penerapan model
51
PBL mampu meningkatkan motivasi belajar, ketrampilan memecahkan masalah dan belajar mandiri. Sehingga ketika siswa diberikan pertanyaan dalam bentuk kuis mereka dapat bekerja sendiri. Jika siswa mengalami kesulitan dan malu bertanya kepada guru maka dapat bertanya kepada siswa lain. Berbeda
dengan
kelas
eksperimen,
kelas
kontrol
yang
menerapkan ceramah dan tanya jawab tidak banyak memberikan pengaruh terhadap siswa. ini terlihat dari siswa kurang aktif pada proses pembelajaran.
2. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t untuk melihat adanya pengaruh dari perilaku yang diberikan, maka diperlukan pengujian prasyarat analisis dengan menggunakan analisis parametrik sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak dalam penelitian ini, maka uji normalitas yang digunakan adalah menggunakan uji Liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut: Jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal Jika Lhitung > Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal Hasil uji normalitas skor pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
1) Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
52
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest No
Statistik
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1
N
30
30
2
ഥ ܺ
24,17
21,00
3
SD
11,82
9,14
4
Lhitung
0,152
0,152
5
Ltabel
0,161
0,161
Distribusi Normal
Distribusi Normal
Kesimpulan
Berdasarkan data tabel 4.3 didapat Lhitung skor pretest siswa kelas eksperimen adalah sebesar 0,152 dan Ltabel (n = 30) adalah sebesar 0,161; yang menunjukan bahwa data kelas eksperimen berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,152 < 0,161). Sedangkan untuk kelas kontrol didapatkan L
hitung
sebesar 0,152 dengan Ltabel (n = 30) sebesar 0,161; yang menunjukan bahwa data kelas kontrol juga berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,152 < 0,161). Dengan demikian, kedua sampel penelitian pada skor pretest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol memenuhi kriteria, hipotesis nol diterima dan berarti data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam lampiran 9 .
2) Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas postest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
53
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Skor Postest No
Statistik
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1
N
30
30
2
ഥ ܺ
70,17
63,33
3
SD
10,95
12,27
4
Lhitung
0,114
0,118
5
Ltabel
0,161
0,161
Kesimpulan
Distribusi Normal Distribusi Normal
Berdasarkan data tabel 4.4 didapat Lhitung skor posttest siswa kelas eksperimen adalah sebesar 0,114 dan Ltabel (n = 30) adalah sebesar 0,161; yang menunjukan bahwa data kelas eksperimen berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,110 < 0,161). Sedangkan untuk kelas kontrol didapatkan Lhitung sebesar 0,118 dengan Ltabel (n = 30) sebesar 0,161; yang menunjukan data kelas kontrol juga berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria
Lhitung < Ltabel (0,118 < 0,161). Dengan
demikian, kedua sampel penelitian pada skor posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol memenuhi kriteria hipotesis nol diterima yang artinya data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam lampiran 9 .
b. Uji Homogenitas Setelah kedua kelas sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, maka selanjutnya adalah mencari nilai homogenitas dari kedua kelas penelitian. Hasil uji homogenitas kedua sampel penelitian dapat disajikan berikut ini:
54
1) Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak homogen. Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Data statistik N eksperimen
30
N Kontrol
30
Sbesar2
(11,82)2
Skecil2
(9,14)2
Fhitung
1,67
Ftabel
1,85
Kesimpulan
Varians kedua kelas homogen
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan Fhitung sebesar 1,67 dengan n = 60 pada taraf kepercayaan 5% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,85. maka kedua kelas penelitian dinyatakan bersifat homogen karena memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,67 < 1,85). Hasil perhitungan uji homogenitas skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam lampiran 10 .
55
2) Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya
dicari
nilai
homogenitasnya
dengan
menggunakan uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak homogen. Setelah
dilakukan
pengolahan
data
diperoleh
uji
homogenitas posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest Data statistik N eksperimen
30
N Kontrol
30
Sbesar2
(12,27)2
Skecil2
(10,95)2
Fhitung
1,26
Ftabel
1,85
Kesimpulan
Varians kedua kelas homogen
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan Fhitung sebesar 1,26 dengan n = 60 pada taraf kepercayaan 5% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,85 . maka kedua kelompok penelitian dinyatakan bersifat homogen karena memenuhi kriteria
Fhitung < Ftabel (1,26 < 1,85). Hasil
perhitungan uji homogenitas skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam lampiran 10 .
56
3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t ( “t” test), untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa. Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah sebagai berikut: thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak thitung > ttabel mka Ho ditolak dan Ha diterima Tabel 4.7 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Pretest Variabel
Jumlah sampel
Hasil belajar n1 = 30 dan siswa
n2 = 30
thitung
ttabel
0,29
2,048
Kesimpulan data Menerima H0 dan Menolak Ha
Berdasarkan data tabel 4.7 diperoleh hasil perhitungan dari thitung sebesar 0,29 dengan ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 30+30-2 = 58) adalah sebesar 2,048. Maka dapat disimpulkan bahwa thitung < ttabel (0,29 < 2,048) sehingga hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pretest dari kelas eksperimen dengan pretest dari kelas kontrol.
Tabel 4.8 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Posttest Variabel
Jumlah sampel
Hasil belajar n1 = 30 dan siswa
n2 = 30
thitung
ttabel
2,228
2,048
Kesimpulan data Menolak H0 dan menerima Ha
57
Berdasarkan data tabel 4.8 diperoleh hasil perhitungan thitung sebesar 2,228 dengan ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 30+30-2 = 58) adalah sebesar 2,048. maka dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel (2,228 > 2,048) sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian, ini dapat menguji kebenaran hipotesis, yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Hasil perhitungan uji hipotesis data skor posttest disajikan pada lampiran 11 . B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMANa 3 Tangerang Selatan dan yang menjadi sampel adalah kelas XI-6 dan XI-7. Dengan ketentuan kelas XI-6 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI-7 sebagai kelas kontrol. Materi yang digunakan adalah konsep Termokimia, dimana pada kelas eksperimen diterapkan model Problem Based Learning dan pada kelas kontrol menerapkan pembelajaran konvensional dalam hal ini ceramah dan Tanya jawab. Pada pelaksanaanya, sebelum dilakukan perlakuan peneliti terlebih dahulu memberikan pretest dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap konsep Termokimia. Dari data tabel pretest diatas setelah dilakukan perhitungan menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen dan kontrol hampir sama besar. Setelah diberikan pretest dilanjutkan dengan pemberian materi baik pada eksperimen maupun kontrol. Pada pemberian materi, kelas eksperimen menerapkan model PBL dan pada kelas kontrol menerapkan ceramah dan Tanya jawab pada proses pembelajarannya. Diakhir pertemuan setelah pembelajaran materi selesai dilanjutkan dengan uji posttest di kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar penguasaan pengetahuan siswa setelah pembelajaran dilakukan. Berdasarkan data hasil belajar posttest siswa setelah dilakukan perhitungan tampak ada perubahan hasil dan pemahaman konsep. Hal ini
58
terlihat dari rata-rata posttest hasil belajar kimia siswa dengan penerapan model PBL sebesar 70,17 dan rata-rata posttest dengan metode konvensional sebesar 63,33. hal ini menunjukan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran PBL lebih baik dalam memberikan pemahaman konsep siswa daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
secara
statistik
dengan
menggunakan uji “t”. dalam pengujian tersebut diperoleh thitung = 2,228 , sedangkan nilai ttabel = 2,048 sehingga dapat disimpulkan thitung > ttabel, maka dengan ini Ho ditolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep termokima. Pembelajaran yang berpusat pada siswa ini menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata kelas yang tinggi. Tingginya hasil belajar siswa disebabkan adanya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Dengan diberikannya kesempatan ini siswa menjadi lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. Model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran kimia salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Berdasarkan kutipan Trianto terdapat lima tahap proses pembelajaran didalam PBL yaitu mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah1. Tahap pertama dalam pembelajaran ini adalah mengorientasikan siswa pada masalah. Siswa diberikan masalah yang kemudian dicari pemecahannya, siswa dituntut sistematis dalam penyelesaian masalah, mengklasifikasikan komponen-komponen pendukung (diketahui) dan masalah yang akan 1
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 71-72
59
dipecahkan (ditanyakan) ke dalam bagian tersendiri serta mengemukakan konsep atau teori yang dibutuhkan dalam penyelesaiannya. Tahap kedua, mengorganisasikan siswa untuk belajar, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan masing-masing kelompok mendapatkan satu masalah untuk dicari penyelesaiannya dengan melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, dimana setiap kelompok mendiskusikan masalah yang telah diberikan oleh guru tersebut dengan melakukan penyelidikan, mengelompokkan data pendukung, mencari konsep atau teori pendukung data dari berbagai sumber baik dari buku pelajaran, perpustakaan maupun internet kemudian mencari jawaban dari masalah tersebut. Tahap keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dimana setiap kelompok membuat laporan dan mempresentasikan hasil penyelidikan yang telah mereka lakukan didepan kelas dan diadakan tanya jawab dengan bimbingan guru. Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru memberikan evaluasi dan kesimpulan dari hasil penyelidikan dan
diskusi
kelompok.
Didalam
diskusi
ini
setiap
kelompok
mempresentasikan hasil temuannya dan disimpulkan bersama-sama . Dengan diajukannya masalah, siswa dituntut untuk belajar aktif baik didalam maupun diluar kelas. Pembelajaran diluar kelas dilakukan dengan belajar mandiri. Belajar mandiri yang dimaksud adalah secara aktif siswa mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku bacaan di perpustakaan atau internet yang berkaitan dengan masalah yang diberikan. Salah satu keberhasilan pembelajaran ini karena tersedianya fasilitas yang lengkap di sekolah tersebut. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) didalam pembelajaran kelas mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa khususnya pada konsep termokimia.
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tes hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh skor mean posttest 70,17 dan pada kelas kontrol skor mean skor posttest 63,33 . Dari hasil tersebut membuktikan bahwa skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan hipotesis posttest dengan melalui uji-t pada taraf signifikansi 0,05 yaitu didapat hasil thitung > ttabel yaitu 2,228 > 2,048. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa uji hipotesis menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Dan hasil perhitungan ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
B. Saran Dari kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diajukan saran-saran agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada para guru khususnya bidang studi kimia dapat menerapkan pembelajaran yang mengikutsertakan keaktifan siswa, dalam hal ini model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan alternatif dari berbagai model pembelajaran yang ada. 2. Penguasaan kelas oleh guru pada saat membimbing diskusi sangat diperlukan untuk memotivasi kemampuan komunikasi antar siswa, sehingga pertanyaan dan jawaban siswa akan lebih berkembang. 60
61
3. Bagi peneliti lain, jika akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan model pembelajaran yang sama dapat digunakan pada konsep yang berbeda.
62
DAFTAR PUSTAKA
Dikti, UUD RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat diakses di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 24/01/2010 Iska, Zikri Neni, 2006. Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brothers UNESCO, The Four Pillars of Education, unesco.org/delors/fourpil. htm, 21/1/2011
dapat
diakses
www.
Deporter, Bobbi, dkk., 2007. Quantum Teaching (Terjemah:Ary Nilandari), Bandung: Raifa, Depdiknas, 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Direktorat PSLB, Duch, Barbara J., dkk., 2001. The Power of problem-Based learning, Virginia: Stylus Publishing, Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, Arends, Richard I., 2008. Learning to teach (belajar untuk mangajar), terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini, Yogyakarta: Pustaka pelajar, Shaffat, Idris, 2009. Optimized Learning Strategy, Jakarta: Prestasi Pustaka, Winkel, W.S., 1999. Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grasindo, Surya, Mohamad, 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy Suryabrata, Sumadi, 2005. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada, Purwanto, Ngalim, 2007. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Soemanto, Wasty, 2006. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
63
Arifin, Mulyati, 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: UPI, Haryati, Mimin, 2007. Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press Djaali, H., 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Syah, Muhibbin, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosyda karya, Ratna Wilis Dahar,. 1996. Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung: Alfabeta , 2008. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumadi, 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sudjana, Nana dan Ibrahim, 1989. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Subana dan sudrajat, 2005. Dasar-dasar Penelitia Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia Sofyan, Ahmad, dkk., 2006. Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta:UIN Jakarta Press Ediati, Ratna, dkk., 2008. Kimia Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid I, Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK Salirawati, Das, dkk., 2007. Belajar Kimia Secara Menarik Untuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta: Grasindo Somantri, Ating dkk., 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia Karno To, M.Pd dan Yudi Wibisono, ST., AnaTest, (No. Reg. Hak Cipta di Dirjen HAKI : C002004291-388. Sudjana, 2002. Metoda Statistika, Bandung: Tarsito
64
Mortimer, Robert G., 2008. Physical Chemistry: Third Edition, Kanada: Elsevier Monk, Paul, 2004. Physical Chemistry: Understanding Our Chemical World, Manchester Metropolitan University: John Wiley&Son Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal Teknodik, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pendidikan), dapat diakses di http://www.pustekkom.go.id Afcariono, Mochamad, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif Vol. 3 2008, dapat diakses di http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamadafcariono.pdf Purwati, Heni, 2006. Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada siswa SMP Kleas VII Semarang, Semarang: FMIPA UNES Purwantoro, Eko, 2005. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa II-C SMP Negeri 22 Semarang, Semarang: FMIPA Syafii, Nabila, 2009. Pengaruh Metode Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Kimia pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai, Ciputat: FITK/IPA UIN Jakarta
65
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : Kimia : XI/I : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan Indikator 1. Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi 2. Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess 3. Menentukan nila ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar 4. Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan 5. Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan
66
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: • Menjelaskan entalpi pembentukan standar (∆Hof) • Menjelaskan entalpi penguraian standar (∆Hod) • Menjelaskan entalpi pembakaran standar (∆Hoc) • Menentukan ∆H reaksi dengan rumus kalor reaksi • Menentukan ∆H reaksi menggunakan hukum Hess • Menentukan ∆H reaksi menggunakan energi ikatan • Menyebutkan dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna terhadap lingkungan B. Materi Pembelajaran • Termokimia C. Model Pembelajaran 1. Model : Problem Based Learning (PBL) 2. Metode : Diskusi Kelompok, Ceramah dan Tanya jawab
67
D. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan pertama
Tahap Pendahuluan
• • • •
Kegiatan Inti
•
JENIS KEGIATAN Guru Siswa Indikator Memulai pertemuan dengan mengucapkan salam • Menjawab salam Menjelaskan Tujuan Pembelajaran materi yang • Mendengarkan penjelasan guru dengan antusias diajarkan Uji Pretest • Mengerjakan pretes Apersepsi • Mendengarkan penjelasan dan menjawab “Pernahkah kamu melarutkan deterjen bubuk sewaktu pertanyaan yang diberikan guru mencuci pakaian? Apa yang kamu rasakan pada larutan deterjen? Coba bandingkan ketika kamu membuat larutan oralit, apa yang kamu rasakan pada bagian luar gelas tempat larutan itu? 1 Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi dan • Memperhartikan penjelaskan guru dengan kalor reaksi antusias dan mencatat hal-hal yang penting Entalpi pembentukan standar (∆H0f ) adalah kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) ∆H0f = - 285,85 kJ Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan
68
• • Tahap 1 (Mengorientasikan Siswa pada masalah)
• •
standar. Contoh: H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) ∆H0d = + 285, 85 kJ Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Pembakaran dikatakan sempurna jika: 1. Karbon C terbakar menjadi CO2 2. Hidrogen H terbakar menjadi H2O 3. Belerang S terbakar menjadi SO2 Contoh : C2H5OH (l) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 3H2O(l) ∆H0c = -948, 86 kJ Menentukan ∆H reaksi menggunakan rumus: q = m.c. ∆T Menjelaskan tentang cara menentukan ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan rata-rata Menentukan ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess Tanya jawab tentang dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan Mengajukan masalah kepada siswa: Kelompok 1 : “ Jika sebanyak 50 gram larutan HCl 1 M bersuhu 27oC dicampur dengan 50 gram larutan NaOH 1 M yang bersuhu 27oC dalam suatu kalorimeter cangkir kopi. Ternyata suhu larutan naik sampai 33,5oC. Jika kalor jenis dianggap sama dengan kalor jenis air, 4,18
4 2 • •
Menjawab dan bertanya tentang dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna Mencatat dan mencermati masalah yang diberikan oleh guru
5
69
J/gK. Maka tentukanlah perubahan entalpi reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)” Kelompok 2: Diketahui entalpi pembentukan H2O (l) = -285 kJ mol1, CO2(g) = -393 kJ mol-1 , dan C2H2(g) = +227 kJ mol-1. Berapa Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 0,52 gram gas C2H2 (Mr = 26)? Kelompok 3: Perhatikan diagram reaksi dari pembentukan gas CO2 dari unsur-unsurnya: C(g) + O2(g) -96,1 kkal
-26,4 kkal
E CO(g) + ½ O2(g)
∆H = ? CO2 (g)
Perubahan entalpi (∆H) pada pembentukan 1 mol CO2 dari CO adalah…. Kelompok 4: Diketahui entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g) berturut-turut adalah -286 kJ/mol dan 242 kJ/mol, maka pada penguapan 4,5 gram air akan.... Kelompok 5:
70
Tahap 2 (mengorganisasi siswa untuk belajar) Tahap 3 (membimbing penyelidikan
Jika diketahui ∆H pembentukan CH4(g) = -75 kJ/mol, energi ikatan H – H = 435 kJ/mol dan ∆H sublimasi C(s) = 715 kJ/mol. Maka besarnya energi ikatan C – H dalam CH4 adalah.... Kelompok 6: Diketahui energi ikatan sebagai berikut C–H = 414 kJ/mol C=O = 803 kJ/mol O–H = 464 kJ/mol O=O = 498 kJ/mol Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1,26 x 10-3 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah.... • Menjelaskan cara menyelesaikan masalah yaitu: ¾ Penyelesaian dengan cara sistematis ¾ Mengklasifikasikan komponen pendukung (diketahui) dan masalah yang akan dipecahkan (ditanyakan) ke dalam bagian tersendiri ¾ Menyebutkan konsep atau teori komponen pendukung • Membagi kelas menjadi 6 kelompok ( tiap kelompok 45 siswa) masing-masing kelompok satu masalah untuk di selesaikan • Membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan dan memberikan kesempatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber yang
•
Duduk sesuai dengan kelompoknya. Mencatat mengidentifikasi satu masalah yang diberikan guru
•
Mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan sesuai masalah
71
individual maupun kelompok) Penutup
relevan
yang diajukan kepada masing-masing kelompok dari berbagai sumber yang relevan (buku, internet dll)
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Mengingatkan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok pada pertemuan selanjutnya dengan menggunakan MS power point. • Menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah • Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan Salam
• •
Bertanya jika ada yang belum dimengerti Mendengarkan penjelasan dan saran guru
•
Mengucapkan Alhamdulillah
•
Menjawab Salam
Pertemuan kedua
Tahap Pendahuluan
• • •
Kegiatan Inti Tahap 4 (mengembang
•
JENIS KEGIATAN Guru Siswa Indikator Memulai pertemuan dengan mengucapkan salam • Menjawab salam Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok masing- • Duduk sesuai dengan kelompoknya masing Apersepsi • Mengingat kembali materi yang telah dijelaskan Mengingatkan kembali materi pada pertemuan guru dengan cara menjawab beberapa pertanyaan sebelumnya (Tanya jawab) • Setiap kelompok mempresentasi hasil diskusi Meminta masing-masing kelompok untuk kelompok masing-masing mempresentasikan hasil diskusi dari permasalahan yang diberikan tiap kelompok • Peserta mendengarkan presenter menjelaskan
72
kan dan menyajikan hasil karya) Tahap 5 (menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) Penutup
• Membimbing jalannya presentasi • • Meminta siswa dari lain kelompok untuk bertanya kepada presenter terhadap masalah yang sedang dijelaskan • • Membantu menjawab pertanyaan siswa jika presenter • tidak dapat menjelaskan pertanyaan dari siswa • Membantu siswa melakukan evaluasi terhadap hasil penyelidikan siswa di tiap kelompok serta proses- proses penyelidikan yang telah dilakukannya.
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Membimbing siswa dalam menyimpulkan berdasarkan hasil diskusi • Mengingatkan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok pada pertemuan selanjutnya. • Menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah • Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan Salam E. Sumber dan Alat Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
Beberapa peserta bertanya kepada presenter terhadap masalah tersebut meminta bantuan kepada guru jika presenter tidak dapat menjawab pertanyaan dari siswa mendengarkan dan mencatat hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru di setiap kelompok
• •
Bertanya jika ada yang belum dimengerti Menyimpulkan berdasarkan hasil diskusi
•
Mengucapkan Alhamdulillah
•
Menjawab Salam
73
d. Laptop dan LCD F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Entalpi pembentukan standar CaCO3(s) = 1207 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Jika kalor pembentukan standar (∆Hof) CaCO3 = -1,207 kJ/mol, tentukan kalor penguraian standar CaCO3 serta tulis persamaan termokimianya! 3. Jika kalor pembakaran standar C2H5OH(l) sebesar -1371 kJ/mol, tentukanlah: a. Persamaan termokimia pembakaran standar C2H5OH(l)! b. ∆H reaksi untuk membakar 23 gram C2H5OH(l) (Ar C = 12, H = 1, O = 16)!
Kepala Sekolah
Tangerang, …………….. 2010 Guru Mata Pelajaran,
Drs. H. Sujana, M.Pd NIP 19580601 198101 1 006
Sony Hidayat NIM 105016200559
74
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Alokasi Waktu
: Kimia : XI/I : Ke-1 (pertama) : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan Indikator • Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi • Menentukan nilai ∆H reaksi berdasarkan data eksperimen sederhana A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: • Menjelaskan entalpi pembentukan standar (∆Hof) • Menyebutkan contoh reaksi pembentukan standar (∆Hof) • Menjelaskan entalpi penguraian standar (∆Hod) • Menyebutkan contoh reaksi penguraian standar (∆Hod)
75
• • •
Menjelaskan entalpi pembakaran standar (∆Hoc) Menyebutkan contoh reaksi pembakaran standar (∆Hoc) Menentukan ∆H reaksi dengan rumus kalor reaksi
B. Materi Pembelajaran • Menentukan ∆H reaksi C. Metode Pembelajaran Metode : ceramah, diskusi dan Tanya jawab D.
Kegiatan Pembelajaran JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “Assalamualaikum wr wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Memberi Pretest • Menjelaskan perubahan kalor yang terjadi di lingkungan siswa
Siswa Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam wr wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Mengerjakan Pretest
Indikator
76
Kegiatan Inti
•
Menjelaskan secara perubahan entalpi:
singkat
macam-macam
•
Memperhartikan penjelaskan guru dengan antusias
•
Mengerjakan contoh latihan tersebut
¾ Entalpi pembentukan standar (∆H0f ) adalah kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) ∆H0f = -285,85 kJ ¾ Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar. Contoh: H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) ∆Hod = + 285, 85 kJ ¾ Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. C2H5OH(l) + 3O2(g) →2CO2(g)+3H2O(l) ∆Hoc = -948,86 kJ
Penutup
• Penentuan ∆H reaksi dengan rumus q = m . c . ∆t • Memberikan contoh latihan (terlampir) • Menarik kesimpulan bersama-sama • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam: “Wassalamu’alaikum wr wb”
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan :
• Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan • Bertanya kepada guru tentang materi yang tekah dijelaskan • Menjawab salam “Wa’alaikum salam wr wb”
77
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Entalpi pembentukan standar CaCO3(s) = 1207 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Jika kalor pembentukan standar (∆Hof) CaCO3 = -1,207 kJ/mol, tentukan kalor penguraian standar CaCO3 serta tulis persamaan termokimianya! 3. Jika kalor pembakaran standar C2H5OH(l) sebesar -1371 kJ/mol, tentukanlah: a. Persamaan termokimia pembakaran standar C2H5OH(l)! b. ∆H reaksi untuk membakar 23 gram C2H5OH(l) (Ar C = 12, H = 1, O = 16)!
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Alokasi Waktu
: Kimia : XI/I : Ke-2 (kedua) : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan Indikator • Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess • Menentukan nila ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar • Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan • Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : • Menjelaskan hukum Hess • Menentukan ∆H reaksi menggunakan hukum Hess • Menjelaskan data perubahan entalpi pembentukan standar
79
• • •
Menentukan ∆H reaksi menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan Menyebutkan persamaan reaksi yang terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna
C. Materi Pembelajaran • Menentukan ∆H reaksi E. Metode Pembelajaran Metode : ceramah, diskusi dan Tanya jawab F. Kegiatan Pembelajaran JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “Assalamualaikum Wr Wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi: • Mengingatkan kembali materi sebelumnya
Siswa Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr Wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Menyimak dengan antusias
Indikator
80
Kegiatan Inti
•
Menjelaskan hukum Hess
•
Memperhartikan penjelaskan guru dengan antusias
•
Mendengarkan dengan antusia sambil mencatat penjelasan guru
•
Mengerjakan contoh latihan yang diberikan guru
apabila suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai penjumlahan aljabar dari dua atau lebih reaksi, maka kalor reaksi juga merupakan penjumlahan aljabar dari kalor yang menyertai reaksi-reaksi itu.
•
•
•
Menghitung ∆H reaksi dengan pembentukan standar:
dat
entalpi
Besarnya perubahan entalpi reaksi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan zat hasil reaksi dikurangi jumlah perubahan entalpi pembentukan zat pereaksi, masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam persamaan reaksi. ∆Ho = ∑ ∆Hof (hasil reaksi) - ∑ ∆Hof (pereaksi)
Menjelaskan dan Menghitung ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. ∆Hreaksi = ∑ Energi Pemutusan Ikatan - ∑ Energi Pembentukan Ikatan
Menjelskan pembakaran bensin yang sempurna, Reaksi yang terjadi adalah:
tidak
C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) Reaksi yang seharusnya: C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) Pembakaran yang berlebih dan tidak sempurna akan mengakibatkan polusi udara, pemanasan global. Salah satu peristiwa terbaru adalah meningkatnya suhu udara di rusia yang menyebabkan kebakaran hutan
• Penutup
•
Memberikan contoh latihan (terlampir)
Menarik kesimpulan bersama-sama
• Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan
81
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam: “Wassalamu’alaikum wr wb” •
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Menjawab salam “Wa’alaikum salam wr wb”
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Dengan melihat data entalpi pembentukan standar, tentukan besarnya ∆H reaksi berikut ini: a. 2C2H2(g) + 5O2(g) → 4CO2(g) + 2H2O(l) b. 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(l) 2. Dari data: 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l) ∆H = -1571 kJ 2Ca(g) + O2(g) → 2CaO(s) ∆H = -1269 kJ CaO(g) + H2O(l) → Ca(OH)2(s) ∆H = -64 kJ Tentukan perubahan entalpi pembentukan Ca(OH)2(s)!
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Alokasi Waktu
: Kimia : XI/I : Ke-3 (ketiga) : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan Indikator • Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan • Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: • Menjelaskan energi ikatan • Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan • Menyebutkan dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna terhadap lingkungan • Menyebutkan persamaan reaksi yang terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna
83
B. Materi Pembelajaran • Kalor pembakaran C. Metode Pembelajaran Metode
: ceramah, diskusi dan Tanya jawab
C. Kegiatan Pembelajaran JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “Assalamualaikum Wr Wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi: • Mengingatkan kembali materi sebelumnya
Siswa Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr Wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Menyimak dengan antusias
Indikator
84
Kegiatan Inti
•
Menjelaskan dan Menghitung ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan
• Menyimak dengan antusias dan sambil mencatat
Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. ∆Hreaksi = ∑ Energi Pemutusan Ikatan - ∑ Energi Pembentukan Ikatan
•
Menjelskan pembakaran bensin yang sempurna, Reaksi yang terjadi adalah:
tidak
• Mendengarkan dan menyimak penjelasan guru dengan antusias
C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) Reaksi yang seharusnya: C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) Pembakaran yang berlebih dan tidak sempurna akan mengakibatkan polusi udara, pemanasan global. Salah satu peristiwa terbaru adalah meningkatnya suhu udara di rusia yang menyebabkan kebakaran hutan
•
Penutup
Meminta menyebutkan peristiwa lainnya akibat polusi udara maupun pemanasan global • Memberikan latihan (terlampir) • Menarik kesimpulan bersama-sama • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Melakukan evaluasi dengan memberi Postest • Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam: “Wassalamu’alaikum Wr Wb”
• menyebutkan peristiwa lain yang berkaitan dengan materi yang dipelajari • Mengerjakan latihan yang diberikan guru • Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Mengerjakan soal Postest • Menjawab salam “Wa’alaikum salam Wr Wb”
85
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Diketahui energi ikatan C – H = 413 kJ O = O = 495 kJ C = O = 799 kJ O – H = 463 kJ Tentukan Energi yang dibebaskan pada pembakaran gas metana CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) ! 2. Sebutkan senyawa yang dihasilkan akibat pembakaran yang tidak sempurna serta dampaknya bagi lingkungan!
Kepala Sekolah
Tangerang, …………….. 2010 Guru Mata Pelajaran,
Drs. H. Sujana, M.Pd NIP 19580601 198101 1 006
Sony Hidayat NIM 105016200559
100
KISI – KISI SOAL INSTRUMEN HASIL BELAJAR SISWA Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Kimia Kurikulum : KTSP Standar Kompetensi : 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar : 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan No 1
Indikator Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi
Materi Pembelajaran Macam-macam perubahan entalpi
Indikator Soal
Bentuk Soal Alokasi Waktu Jumlah Soal
: Pilihan Ganda : 120 Menit : 40 Butir
Soal
Siswa dapat menjelaskan perubahan entalpi molar standar
1. Jumlah kalor yang dilepaskan atau diserap oleh suatu reaksi kimia menyatakan besarnya.... a. Energi dalam b. Kapasitas kalor c. Massa jenis d. Entalpi e. Perubahan entalpi
Siswa dapat menjelaskan kalor pembentukan standar
2. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembentukan standar adalah.... a. Kalor yang dilepas atau diserap pada pembentukan satu mol unsur pada keadaan standar b. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsurunsurnya pada keadaan standar c. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar d. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar e. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar
Jenjang Kognitif C1
C1
101
Siswa dapat menyebutkan contoh perubahan entalpi pembentukan
3. Persamaan termokimia yang menunjukan perubahan entalpi pembentukan adalah.... a. 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3 (g) ∆H = -196,6 kJ b. NH3 (g) + HCl(g) → NH4Cl ∆H = -175,9 kJ c. Ca2+ 2NO3- → Ca(NO3)2 ∆H = -1.207 kJ + ∆H = -788 kJ d. Na + Cl → NaCl e. 2C + 3H2 + ½ O2 → C2H5OH ∆H = -278 kJ
C2
Siswa dapat menjelaskan kalor pembakaran standar
4. Berikut pernyataan tentang kalor pembakaran standar adalah.... a. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar b. Kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsurunsurnya pada keadaan standar. c. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya d. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan 1 atm e. Kalor yang dihasilkan pada reaksi penetralan
C1
Siswa dapat menjelaskan entalpi penetralan
5. Pernyataan yang tepat tentang entalpi penetralan adalah.... a. perubahan entalpi pada penetralan asam oleh basa membentuk 1 mol air b. perubahan entalpi pada 1 mol zat c. perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat d. kebalikan dari reaksi pembentukan e. menghasilkan CO2 dan H2O
C1
Disajikan reaksi kimia, siswa dapat menentukan
6. Reaksi: CO(g) + ½ O2(g) ↔ CO2(g) memiliki ∆H = -283 kJ. Nilai ∆H tersebut merupakan....
C2
102
entalpi pembakaran standar
2
Menentukan nilai ∆H reaksi berdasarkan data eksperimen sederhana
Penerapan perhitungan kalor reaksi
a. b. c. d. e.
Entalpi pembakaran CO2 Entalpi penguraian CO Entalpi penguraian CO2 Entalpi pembakaran CO Entalpi pembentukan CO2
Disajikan reaksi kimia, siswa dapat menentukan entalpi penguapan standar
7. Diketahui persamaan reaksi: H2O(l) → H2O(g) ∆H = +43 kJ Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan…. a. Untuk menguapkan 36 gram air dilepas kalor sebesar 43 kJ b. Untuk membekukan 18 gram air dilepaskan kalor sebesar 43 kJ c. Untuk menguapkan 18 gram air diserap kalor sebesar 43 kJ d. Untuk mengembunkan air 36 gram diserap kalor sebesar 43 kJ e. Untuk mengembunkan 36 gram air dilepas kalor sebesar 21,5 kJ
C2
Disajikan campuran larutan dalam suatu kalorimeter, siswa dapat menentukan perubahan entalpi suatu reaksi
8. Sebanyak 50 gram larutan HCl 1 M bersuhu 27oC dicampur dengan 50 gram larutan NaOH 1 M yang bersuhu 27oC dalam suatu kalorimeter cangkir kopi. Ternyata suhu larutan naik sampai 33,5oC. Jika kalor jenis dianggap sama dengan kalor jenis air, 4,18 J/gK. Tentukan perubahan entalpi reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) a. -2717 J b. -5434 J c. +2717 J d. +5434 J e. -1040 J
C3
Disajikan data reaksi
9. HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
C3
∆H = -56 kJ
103
larutan, siswa dapat menentukan perubahan entalpi pada reaksi tersebut
Jika 100 cm3larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan 200 cm3 larutan NaOH 0,15 M. Tentukan perubahan entalpi dalam reaksi diatas! a. +1400 J b. -1400 J c. +2400 J d. -400 J e. -5600 J
Disajikan data netralisasi reaksi suatu larutan, siswa dapat menentukan panas netralisasi pada reaksi tersebut
10. Jika panas netralisasi adalah 120 kkal/mol, maka panas netralisasi 100 mL HCl 0,1 M dengan 150 mL NaOH 0,1 M adalah.... a. 12 kal b. 120 kal c. 2400 kal d. 1200 kal e. 2400 kal
C3
Disajikan data entalpi suatu 11. Jika diketahui entalpi C8H18 = -5460 kJ/mol dan senyawa, siswa dapat massa jenis C8H18 = 0,7 kg/L, maka jumlah kalor yang menentukan kalor dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin (C8H18) pembakaran senyawa adalah.... tersebut a. +3352,9 kJ b. -3352,5 kJ c. -5460,3 kJ d. +33524,4 kJ e. -33524,4 kJ
C3
Siswa dapat menentukan 12. Reaksi 3 gram magnesium (Ar = 24) dengan nilai entalpi pembentukan nitrogen (Ar = 14) berlebih menghasilkan Mg3N2. Pada standar berdasarkan jumlah keadaan standar, proses tersebut melepaskan kalor mol sebesar 28 kJ. Entalpi pembentukan standar Mg3N2 adalah.... a. -75 kJ mol-1
C3
104
b. c. d. e.
3
Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
Hukum Hess
-177 kJ mol-1 -224 kJ mol-1 -350 kJ mol-1 -672 kJ mol-1
Disajikan persamaan reaksi, 13. Pembakaran gas metana ditunjukan oleh persamaan siswa dapat menentukan reaksi berikut: volume senyawa yang CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, ∆H = -840 kJ mempunyai massa dan suhu Jika seluruh kalor yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air yang mula-mula bersuhu 250C maka tertentu volume air yang bisa dididihkan menggunakan 24 gram metana adalah.... (C = 12, H =1, c = 4,2 j/g0C) a. 2,7 L b. 4,0 L c. 5,0 L d. 8,0 L e. 12,0 L
C3
Disajikan data entalpi reaksi 14. Diketahui : , siswa dapat menentukan C(s) + O2(g) → CO2 (g), ∆H = -393,5 kJ besar perubahan entalpi H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g), ∆H = -242 kJ suatu reaksi 3C(s) + 4H2(g) → C3H8(g), ∆H = -104 kJ Maka besarnya perubahan entalpi dari reaksi: C3H8(g) + 5O2 (g) → 3CO2 (g) + 4H2O(g) adalah.... a. -2440,5 kJ b. -2148,5 kJ c. -2044,5 kJ d. -1080,5 kJ e. -968,0 kJ
C2
15. Diketahui: C(s) + 2H2(g) → CH4(g) ∆H = -74,9 kJ C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -393,7 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l) ∆H = -285,9 kJ
C2
105
Perubahan entalpi untuk reaksi: CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l) adalah.... a. -604,7 kJ b. -890,6 kJ c. -998,4 kJ d. -1040,3 kJ e. -1284,3 kJ 16. Berdasarkan data 2Fe(s) + 3/2 O2(g) → Fe2O3(s) ∆H = - 840 kJ 2Al(s) + 3/2 O2(g) → Al2O3(s) ∆H = - 1680 kJ Perubahan entalpi untuk reaksi: 2Al(s) + Fe2O3(g) → 2Fe(s) + Al2O3(s) adalah.... a. +840 kJ b. – 840 kJ c. +2520 kJ d. -2520 kJ e. 0 kJ
C2
17. Diketahui: C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O, ∆H = -2820 kJ C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O, ∆H = -1380 kJ Perubahan entalpi bagi reaksi fermentasi glukosa: C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 adalah.... a. +60 kJ b. -60 kJ c. +1440 kJ d. -1440 kJ e. +2880 kJ
C2
18. Reaksi kimia sebagai berikut: C(s) + O2(g) → CO2(g) H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) 2C(s) + H2(g) → C2H2(g)
C2
∆Ho = -393,5 kJ ∆Ho = -283,8 kJ ∆Ho = +226,7 kJ
106
Atas dasar reaksi diatas, maka kalor reaksi: C2H2(g) + 5/2 O2(g) → H2O(g) + 2 CO2(g) adalah.... a. -1297,5 kJ b. +1297,5 kJ c. -906,0 kJ d. -727,9 kJ e. +274,5 kJ Disajikan data reaksi 19. Dalam stratosfer, kloroflourometana (freon) menyerap penyerapan ozon oleh kloro radiasi berenergi tinggi dan menghasilkan atom Cl flourometana yang mempercepat tersingkirnya ozon di udara. Reaksi yang mungkin terjadi adalah.... 1. O3 + Cl → O2 + ClO, ∆H = -120 kJ 2. ClO + O → O2 + Cl, ∆H = -270 kJ 3. O3 + O → 2O2 Nilai ∆H reaksi yang terakhir adalah.... a. -390 kJ b. -50 kJ c. 150 kJ d. 390 kJ e. 200 kJ
C2
Disajikan diagram siklus 20. Perhatikan diagram siklus berikut: reaksi, siswa dapat ∆H = -790 kJ menentukan harga ∆H suatu 2S(s) + 3O2(g) reaksi
C2
∆H = -593 kJ
2SO3(g) ∆H = x
2SO3(g) + O2(g) Dari diagram tersebut diatas, harga x adalah.... a. -197 kJ b. +197 kJ
107
c. -1383 kJ d. +1383 kJ e. 1970 kJ 4
Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar
data entalpi pembentukan standar
21. Perhatikan reaksi: Disajikan data entalpi pembentukan, siswa dapat C(S) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -394 kJ/mol ∆H = -569 kJ/mol menentukan ∆H suatu reaksi 2CO(g) + O2(g) → 2 CO2(g) yang mempunyai massa Reaksi pembentukan 140 gram karbon monoksida (Mr = 28) disertai dengan ∆H sebesar.... tertentu a. -547,5 kJ b. -219 kJ c. -175 kJ d. +175 kJ e. +219 kJ
C3
22. Diketahui entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g) berturut-turut adalah -286 kJ/mol dan 242 kJ/mol, maka pada penguapan 4,5 gram air akan.... a. Diserap kalor 11 kJ b. diserap kalor 14 kJ c. dilepaskan kalor 44 kJ d. dilepaskan kalor 132 kJ e. diserap kalor 198 kJ
C3
Disajikan entalpi 23. Diketahui entalpi pembentukan H2O (l) = -285 kJ mol1 pembentukan beberapa , CO2(g) = -393 kJ mol-1 , dan C2H2(g) = +227 kJ mol1 senyawa, siswa dapat . Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran menentukan kalor 0,52 gram gas C2H2 (Mr = 26) adalah.... pembakaran senyawa dalam a. 25,96 kJ jumlah massa tertentu b. 47,06 kJ c. 67,49 kJ d. 90,50 kJ e. 129,80 kJ
C3
Disajikan data entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g), siswa dapat menentukan kalor penguapan air
108
Disajikan entalpi pembakaran suatu senyawa, siswa menentukan perubahan entalpi pembakaran tersebut pada jumlah massa tertentu
24. Perubahan entalpi pembakaran gas CH4 (Ar C = 12 dan H = 1) = -80 kJ/mol. Berapa kJ perubahan entalpi pembakaran 4 g gas tersebut? a. -10 kJ b. -20 kJ c. -50 kJ d. -70 kJ e. -80 kJ
C3
Disajikan data entalpi pembentukan, siswa dapat menentukan entalpi suatu reaksi
25. Dari data: ∆H = -571 kJ 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l) ∆H = -1269 kJ 2Ca(s) + O2(g) → 2CaO(s) CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(s) ∆H = -64 kJ Dapat dihitung entalpi pembentukan Ca(OH)2(s) sebesar.... a. -984 kJ/mol b. -1161 kJ/mol c. -856 kJ/mol d. -1904 kJ/mol e. -1966 kJ/mol
C2
26. Pernyataan yang benar untuk reaksi: 2CO(g) + O2(g) → 2CO2(g), ∆H = x kJ adalah.... a. Kalor pembentukan CO = 2x kJ mol-1 b. Kalor penguraian CO = x kJ mol-1 c. Kalor pembakaran CO = 2x kJ mol-1 d. Kalor pembakaran CO = ½ x kJ mol-1 e. Kalor pembentukan CO2 = ½ x kJ mol-1
C2
27. Perhatikan diagram reaksi dari pembentukan gas CO2 dari unsur-unsurnya C(g) + O2(g)
C2
Disajikan diagram reaksi pembentukan, siswa dapat menentukan perubahan entalpi suatu reaksi
-96,1 kkal
-26,4 kkal
E
CO(g) + ½ O2(g) ∆H = ? CO2 (g)
109
Perubahan entalpi (∆H) pada pembentukan 1 mol CO2 dari CO adalah…. a. -26,4 kkal b. 26,4 kkal c. -69,7 kkal d. 67,7 kkal e. -94,1 kkal 5
Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan
Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan
Disajikan ∆H suatu reaksi, 28. Persamaan reaksi CH4(g) → C(g) + 4H(g), ∆H = +1662 kJ/mol siswa dapat menentukan energi ikatan rata-rata suatu Maka besarnya energi ikatan rata-rata C – H sebesar.... reaksi a. -1662 kJ/mol b. -830 kJ/mol c. -415,5 kJ/mol d. +415,5 kJ/mol e. +1662 kJ/mol 29. Jika diketahui: ∆H pembentukan CH4(g) = -75 kJ/mol Energi ikatan H – H = 435 kJ/mol ∆H sublimasi C(s) = 715 kJ/mol Maka besarnya energi ikatan C – H dalam CH4 adalah.... a. 207,5 kJ/mol b. 333,3 kJ/mol c. 415,0 kJ/mol d. 515,0 kJ/mol e. 1669,0 kJ/mol
C2
C3
110
30. Diketahui energi ikatan sebagai berikut C – H = 414 kJ/mol C = O = 803 kJ/mol O – H = 464 kJ/mol O = O = 498 kJ/mol Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1,26 x 10-3 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah.... a. 841 kJ b. 807 kJ c. 309 kJ d. 1260 kJ e. 540 kJ Disajikan data energi ikatan 31. Diketahui energi ikatan rata-rata sebagai berikut: rata-rata, siswa dapat C – C = 343 kJ menentukan besarnya ∆H C – H = 410 kJ suatu reaksi H – O = 460 kJ C = O = 732 kJ O = O = 489 kJ
C3
C2
Maka ∆H reaksi: H H H – C – C – H + 3 ½ O=O → 2 O=C=O + 3 H – O – H H H Adalah sebesar.... a. -1070,5 kJ b. -1123,5 kJ c. -1173,5 kJ d. -4514,5 kJ e. -687,5 kJ 32. Diketahui energi ikatan C – H = 413 kJ
C2
111
O = O = 495 kJ C = O = 799 kJ O – H = 463 kJ Energi yang dibebaskan pada pembakaran gas metana CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) adalah.... a. -2642 kJ b. -808 kJ c. +3450 kJ d. +808 kJ e. -990 kJ 33. Dengan menggunakan energi ikatan dalam tabel, tentukan ∆H pembentukan hidrazin N2H4, menurut reaksi: N2(g) + 2H2(g) → N2H4(g)
Energi ikatan N – N 159 kJ/mol N = N 418 kJ/mol N ≡ N 941 kJ/mol H – H 436 kJ/mol H – N 389 kJ/mol a. b. c. d. e.
∆H = -711 kJ ∆H = -98 kJ ∆H = +98 kJ ∆H = +711 kJ ∆H = 911 kJ
C2
112
34. Diketahui energi ikatan C–F = 439 kJ/mol C – Cl = 330 kJ/mol F–F = 159 kJ/mol Cl – Cl = 243 kJ/mol Panas reaksi untuk reaksi: Cl
C2
F
Cl – C – F(g) + F – F(g) → F – C – F(g) + Cl – Cl(g) F adalah.... a. +136 kJ b. +302 kJ c. -302 kJ d. +622 kJ e. -622 kJ 6
Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna
Pembakaran bahan bakar
Siswa dapat menyebutkan hasil suatu reaksi pembakaran yang tidak sempurna
F
35. Pembakaran yang tidak sempurna pada senyawa hidrokarbon akan menimbulkan pencemaran udara. Zat yang dihasilkan dari pembakaran tersebut adalah.... a. CO2 dan energi b. CO2 dan H2O c. CO dan H2O d. SO2 dan H2O e. Tidak ada sisa pembakaran
C1
36. Berikut ini merupakan hasil dari pembakaran yang sempurna kecuali.... a. Karbon (C) terbakar menjadi CO2 b. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O c. Hidrogen (H) terbakar menjadi air d. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2 e. Belerang (S) terbakar menjadi SO2
C2
113
37. Reaksi yang terjadi akibat pembakaran senyawa hidrokarbon yang tidak sempurna adalah.... a. NH3 + HCl → NH4Cl b. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) c. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) d. CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g) e. CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
C1
38. Perhatikan reaksi berikut: Disajikan reaksi II. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) pembakaran senyawa, siswa dapat menyebutkan reaksi III. C8H18(l) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) IV. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) pembakaran yang sempurna Reaksi sempurna dari pembakaran bensin adalah.... a. l b. II c. I dan III d. II dan III e. I dan II
C1
Disajikan tabel bahan bakar, 39. Berikut ini rumus kimia dari senyawa yang terkandung siswa dapat menyebutkan dalam bahan bakar bahan bakar yang No Bahan bakar Rumus senyawa menghasilkan kalor paling 1 LPG CH4 besar 2 Alkohol C2H5OH 3 Bensin C8H18 4 Minyak tanah C14H30 5 Solar C16H36 Jika 1 mol bahan tersebut masing-masing dibakar sempurna maka yang paling besar menghasilkan kalor adalah.... a. 1 b. 2 c. 3
C1
114
d. 4 e. 5 Siswa dapat menyebutkan kerugian yang ditimbulkan pada pembakaran bahan bakar
40. Berikut merupakan bukan kerugian yang di timbulkan akibat pembakaran tak sempurna bahan bakar dalam mesin kendaraan bermotor adalah.... a. Pencemaran udara b. Boros bahan bakar c. Mengurangi pemanasan global d. menyebabkan hujan asam e. menyebabkan sesak nafas
C1
110
Lampiran 8 INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian: 1. Berdoa atau baca Basmallah terlebih dahulu sebelum memulai pengisian. 2. Tulislah nama dan kelas pada tempat yang telah di sediakan. 3. Jawaban ditulis langsung pada lembar jawaban dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap paling benar! 1. Diketahui: C(s) + 2H2(g) → CH4(g) ∆H = -74,9 kJ C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -393,7 kJ ∆H = -285,9 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l) Perubahan entalpi untuk reaksi: CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l) adalah.... a. -604,7 kJ d. -1040,3 kJ b. -890,6 kJ
e. -1284,3 kJ
c. -998,4 kJ 2. Dalam stratosfer, kloroflourometana (freon) menyerap radiasi berenergi tinggi dan maenghasilkan atom Cl yang mempercepat tersingkirnya ozon di udara. Reaksi yang mungkin terjadi adalah.... 1. O3 + Cl → O2 + ClO,
∆H = -120 kJ
2. ClO + O → O2 + Cl,
∆H = -270 kJ
3. O3 + O → 2O2 Nilai ∆H reaksi yang terakhir adalah.... a. -390 kJ
d. 200 kJ
b. -50 kJ
e. 150 kJ
c. 390 kJ 3. Pembakaran gas metana ditunjukan oleh persamaan reaksi berikut: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, ∆H = -840 kJ Jika seluruh kalor yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air yang mula-mula bersuhu 250C maka volume air yang bisa dididihkan menggunakan 24 gram metana adalah.... (C = 12, H =1, c = 4,2 j/g0C) a. 2,7 L d. 8,0 L
111
b. 4,0 L
e. 12,0 L
c. 5,0 L 4. Persamaan termokimia yang menunjukan perubahan entalpi pembentukan adalah.... a. 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3 (g)
∆H = -196,6 kJ
b. NH3 (g) + HCl(g) → NH4Cl
∆H = -175,9 kJ
c. Ca2+ 2NO3- → Ca(NO3)2
∆H = -1.207 kJ
d. Na+ + Cl- → NaCl
∆H = -788 kJ
e. 2C + 3H2 + ½ O2 → C2H5OH
∆H = -278 kJ
5. Persamaan reaksi: CH4(g) → C(g) + 4H(g), ∆H = +1662 kJ/mol, Maka besarnya energi ikatan rata-rata C – H sebesar.... a. -1662 kJ/mol
d. +415,5 kJ/mol
b. -830 kJ/mol
e. +1662 kJ/mol
c. -415,5 kJ/mol 6. Berdasarkan data: 2Fe(s) + 3/2 O2(g) → Fe2O3(s) ∆H = - 840 kJ 2Al(s) + 3/2 O2(g) → Al2O3(s) ∆H = - 1680 kJ Perubahan entalpi untuk reaksi: 2Al(s) + Fe2O3(g) → 2Fe(s) + Al2O3(s) adalah.... a. +840 kJ d. -2520 kJ b. – 840 kJ
e. 0 kJ
c. +2520 kJ 7. Diketahui energi ikatan rata-rata sebagai berikut: C–C = 343 kJ H H C–H = 410 kJ H – C – C – H + 3 ½ O=O → 2 O=C=O + 3 H – O – H H–O = 460 kJ C=O = 732 kJ H H O=O = 489 kJ Maka ∆H reaksi diatas adalah sebesar.... a. -1070,5 kJ d. -4514,5 kJ b. -1123,5 kJ c. -1173,5 kJ
e. -687,5 kJ
112
8. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembakaran standar adalah.... a. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar b. Kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar. c. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya d. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan 1 atm e. Kalor yang dihasilkan pada reaksi penetralan 9. Reaksi 3 gram magnesium (Ar = 24) dengan nitrogen (Ar = 14) berlebih menghasilkan Mg3N2. Pada keadaan standar, proses tersebut melepaskan kalor sebesar 28 kJ. Entalpi pembentukan standar Mg3N2 adalah.... a. -75 kJ mol-1
d. -350 kJ mol-1
b. -177 kJ mol-1
e. -672 kJ mol-1
c. -224 kJ mol-1 10. Reaksi yang terjadi akibat pembakaran senyawa hidrokarbon yang tidak sempurna adalah.... a. NH3 + HCl → NH4Cl b. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) c. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) d. CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g) e. CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) 11. Perhatikan diagram siklus berikut: ∆H = -790 kJ 2S(s) + 3O2(g) ∆H = -593 kJ
2SO3(g) ∆H = x
2SO2(g) + O2(g) Dari diagram tersebut diatas, harga x adalah.... a. -197 kJ d. +1383 kJ
113
b. +197 kJ
e. 1970 kJ
c. -1383 kJ 12. HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
∆H = -56 kJ
Jika 100 cm3larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan 200 cm3 larutan NaOH 0,15 M. Tentukan perubahan entalpi dalam reaksi diatas! a. +1400 J d. -400 J b. -1400 J
e. -5600 J
c. +2400 J 13. Reaksi kimia sebagai berikut: C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆Ho = -393,5 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) ∆Ho = -283,8 kJ 2C(s) + H2(g) → C2H2(g) ∆Ho = +226,7 kJ Atas dasar reaksi diatas, maka kalor reaksi: C2H2(g) + 5/2 O2(g) → H2O(g) + 2 CO2(g) adalah.... a. -1297,5 kJ d. -727,9 kJ b. +1297,5 kJ
e. +274,5 kJ
c. -906,0 kJ 14. Berikut ini rumus kimia dari senyawa yang terkandung dalam bahan bakar No Bahan bakar Rumus senyawa 1 LPG CH4 2 Alkohol C2H5OH 3 Bensin C8H18 4 Minyak tanah C14H30 5 Solar C16H36 Jika 1 mol bahan tersebut masing-masing dibakar sempurna maka yang paling besar menghasilkan kalor adalah.... a. 1 d. 4 b. 2
e. 5
c. 3 15. Diketahui entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g) berturut-turut adalah -286 kJ/mol dan 242 kJ/mol, maka pada penguapan 4,5 gram air akan.... a. Diserap kalor 11 kJ
d. dilepaskan kalor 132 kJ
b. diserap kalor 14 kJ
e. diserap kalor 198 kJ
114
c. dilepaskan kalor 44 kJ 16. Diketahui: C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O, ∆H = -2820 kJ C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O, ∆H = -1380 kJ Perubahan entalpi bagi reaksi fermentasi glukosa: C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 adalah.... a. +60 kJ d. -1440 kJ b. -60 kJ
e. +2880 kJ
c. +1440 kJ 17. Perubahan entalpi pembakaran gas CH4 (Ar C = 12 dan H = 1) = -80 kJ/mol. Berapa kJ perubahan entalpi pembakaran 4 g gas tersebut? a. -10 kJ
d. -70 kJ
b. -20 kJ
e. -80 kJ
c. -50 kJ 18. Berikut ini merupakan hasil dari pembakaran yang sempurna kecuali.... a. Karbon (C) terbakar menjadi CO2 d. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2 b. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O e. Belerang (S) terbakar menjadi SO2 c. Hidrogen (H) terbakar menjadi air 19. Diketahui energi ikatan sebagai berikut C–H
= 414 kJ/mol
C=O
= 803 kJ/mol
O–H
= 464 kJ/mol
O=O
= 498 kJ/mol
Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1260 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah.... a. 841 kJ d. 2065 kJ b. 807 kJ e. 540 kJ c. 309 kJ 20. Pernyataan yang tepat tentang entalpi penetralan adalah.... a. perubahan entalpi pada penetralan d. kebalikan dari reaksi pembentukan asam oleh basa membentuk 1 mol air e. menghasilkan CO2 dan H2O b. perubahan entalpi pada 1 mol zat c. perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat
119 Lampiran 12
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pretest Kelompok Kontrol Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut: 10
10
10
10
10
10
10
10
15
15
15
20
20
20
20
20
20
25
25
25
25
25
30
30
30
30
30
30
35
45
1. Rentang Kelas (R)
= nilai terbesar – nilai terkecil = 45 – 10 = 35
2. Jumlah Kelas Interval (K)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,87 = 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P)
= rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K) = 35/6 = 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas No. Kelas Interval
Frekuensi
Frekuensi Kumulatif (%)
1.
10 – 15
11
36,67%
2.
16 – 21
6
20%
3.
22 – 27
5
16,67%
4.
28 – 33
6
20%
5.
34 – 39
1
3,33%
6.
40 - 45
1
3,33%
30
100%
Jumlah
120 5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok kontrol Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol Xi
Fi
Fk
Xi2
Fi.Xi
Fi.Xi2
10
8
8
100
80
800
15
3
11
225
45
675
20
6
17
400
120
2400
25
5
22
625
125
3125
30
6
28
900
180
5400
35
1
29
1225
35
1225
45
1
30
2025
45
2025
∑
30
5500
630
15650
21,00 Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test eksperimen ini adalah :
Me = (20+20)/2 = 20
Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada data pre-test ekperimen ini adalah:
Mo = 10
121 Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Postest Kelompok Kontrol Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut: 40
45
45
50
50
50
55
55
55
55
55
60
60
60
65
65
65
65
65
70
70
70
75
75
75
75
75
85
85
85
1. Rentang Kelas (R)
= nilai terbesar – nilai terkecil = 85 – 40 = 45
2. Jumlah Kelas Interval (K)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,87 = 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P)
= rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K) = 45/6 = 7,5 ← 8 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas No. Kelas Interval
Frekuensi
Frekuensi Kumulatif (%)
1.
40 – 47
3
10%
2.
48 – 55
8
26,67%
3.
56 – 63
3
10%
4.
64 – 71
8
26,67%
5.
72 – 79
5
16,67%
6.
80 - 87
3
10%
30
100%
Jumlah
122 5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2) kelompok kontrol Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol Xi
Fi
Fkb
Xi2
Fi.Xi
Fi.Xi2
40
1
1
1600
40
1600
45
2
3
2025
90
4050
50
3
6
2500
150
7500
55
5
11
3025
275
15125
60
3
14
3600
180
10800
65
5
19
4225
325
21125
70
3
22
4900
210
14700
75
5
27
5625
375
28125
85
3
30
7225
255
21675
∑
30
1900
124700
63,33 Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test eksperimen ini adalah :
Me = (65+65)/2 = 65
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada data pre-test ekperimen ini adalah 55 dan 75
123 Lampiran 13 Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pretest Kelompok Eksperimen Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut: 10
10
10
10
10
10
10
10
15
15
20
20
20
20
20
25
25
25
30
30
30
35
35
35
35
40
40
40
45
45
1. Rentang Kelas (R)
= nilai terbesar – nilai terkecil = 45 – 10 = 35
2. Jumlah Kelas Interval (K)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,87 = 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P)
= rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K) = 35/6 = 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas No. Kelas Interval
Frekuensi
Frekuensi Kumulatif (%)
1.
10 – 15
10
33,33%
2.
16 – 21
5
16,67%
3.
22 – 27
3
10%
4.
28 – 33
3
10%
5.
34 – 39
4
13,33%
6.
40 – 45
5
16,67%
30
100%
Jumlah
124
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok eksperimen Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen Xi
Fi
Fk
Xi2
Fi.Xi
Fi.Xi2
10
8
8
100
80
800
15
2
10
225
30
450
20
5
15
400
100
2000
25
3
18
625
75
1875
30
3
21
900
90
2700
35
4
25
1225
140
4900
40
3
28
1600
120
4800
45
2
30
2025
90
4050
∑
30
7100
725
21575
24,17 Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test eksperimen ini adalah :
Me = (20+25)/2 = 22,5
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada data pre-test ekperimen ini adalah 10
125
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Postest Kelompok Eksperimen Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut: 45
55
55
55
60
60
60
65
65
65
65
65
65
70
70
70
70
75
75
75
75
75
80
80
80
85
85
85
85
90
1. Rentang Kelas (R)
= nilai terbesar – nilai terkecil = 90 – 45 = 45
2. Jumlah Kelas Interval (K)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,87 = 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P)
= rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K) = 45/6 = 7,5 → 8 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas No. Kelas Interval
Frekuensi
Frekuensi Kumulatif (%)
1.
45 – 52
1
3,33%
2.
53 – 60
6
20%
3.
61 – 68
6
20%
4.
69 – 76
9
30%
5.
77 – 84
3
10%
6.
85 - 92
5
16,67%
30
100%
Jumlah
126
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok eksperimen Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen Xi
Fi
Fk
Xi2
Fi.Xi
Fi.Xi2
45
1
1
2025
45
2025
55
3
4
3025
165
9075
60
3
7
3600
180
10800
65
6
13
4225
390
25350
70
4
17
4900
280
19600
75
5
22
5625
375
28125
80
3
25
6400
240
19200
85
4
29
7225
340
28900
90
1
30
8100
90
8100
∑
30
45125
2105
151175
70,17 Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test eksperimen ini adalah :
Me = (70+70)/2 = 70
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada data pre-test ekperimen ini adalah 65
118
Lampiran 11
Perhitungan Uji Homogenitas 1.
Pretest F= S dari kelas eksperimen = 11,82 S dari kelas kontrol = 9,14 F=
,
=
,
=
,
= 1,67
,
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,67 lebih kecil dari Ftabel=1,85, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian sampel bersifat homogen. 2.
Posttest F= S dari kelas eksperimen = 10,95 S dari kelas kontrol = 12,27 F=
=
, ,
=
, ,
1,26
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,26 lebih kecil dari Ftabel=1,85, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varians sampel bersifat homogen.
114
Lampiran 9
Uji Normalitas Pretest kelas kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Xi 10 10 10 10 10 10 10 10 15 15 15 20 20 20 20 20 20 25 25 25 25 25 30 30 30 30 30 30 35 45
Zi -1.20 -1.20 -1.20 -1.20 -1.20 -1.20 -1.20 -1.20 -0.66 -0.66 -0.66 -0.11 -0.11 -0.11 -0.11 -0.11 -0.11 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 1.53 2.63
F(Zi) 0.115 0.115 0.115 0.115 0.115 0.115 0.115 0.115 0.255 0.255 0.255 0.456 0.456 0.456 0.456 0.456 0.456 0.670 0.670 0.670 0.670 0.670 0.837 0.837 0.837 0.837 0.837 0.837 0.937 0.996
S(Zi) 0.267 0.267 0.267 0.267 0.267 0.267 0.267 0.267 0.367 0.367 0.367 0.567 0.567 0.567 0.567 0.567 0.567 0.733 0.733 0.733 0.733 0.733 0.933 0.933 0.933 0.933 0.933 0.933 0.967 1.000
│F(Zi) - S(Zi)│ 0.152 0.152 0.152 0.152 0.152 0.152 0.152 0.152 0.112 0.112 0.112 0.110 0.110 0.110 0.110 0.110 0.110 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.097 0.097 0.097 0.097 0.097 0.097 0.030 0.004
Jumlah : 630 Rata-rata : 21,00 SD : 9,14 Ltabel : 0,161 Lhitung : 0,152 Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
115
Uji Normalitas Posttest kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Xi 40 45 45 50 50 50 55 55 55 55 55 60 60 60 65 65 65 65 65 70 70 70 75 75 75 75 75 85 85 85
Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│ -1.90 0.029 0.033 0.005 -1.49 0.068 0.100 0.032 -1.49 0.068 0.100 0.032 -1.09 0.138 0.200 0.062 -1.09 0.138 0.200 0.062 -1.09 0.138 0.200 0.062 -0.68 0.248 0.367 0.118 -0.68 0.248 0.367 0.118 -0.68 0.248 0.367 0.118 -0.68 0.248 0.367 0.118 -0.68 0.248 0.367 0.118 -0.27 0.394 0.467 0.073 -0.27 0.394 0.467 0.073 -0.27 0.394 0.467 0.073 0.14 0.556 0.633 0.078 0.14 0.556 0.633 0.078 0.14 0.556 0.633 0.078 0.14 0.556 0.633 0.078 0.14 0.556 0.633 0.078 0.54 0.705 0.733 0.028 0.54 0.705 0.733 0.028 0.54 0.705 0.733 0.028 0.95 0.829 0.900 0.071 0.95 0.829 0.900 0.071 0.95 0.829 0.900 0.071 0.95 0.829 0.900 0.071 0.95 0.829 0.900 0.071 1.77 0.962 1.000 0.038 1.77 0.962 1.000 0.038 1.77 0.962 1.000 0.038
Jumlah : 1900 Rata-rata : 63,33 SD : 12,27 Ltabel : 0,161 Lhitung : 0,118 Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
116
Lampiran 10
Uji Normalitas Pretest kelas Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Xi 10 10 10 10 10 10 10 10 15 15 20 20 20 20 20 25 25 25 30 30 30 35 35 35 35 40 40 40 45 45
Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│ -1.20 0.115 0.267 0.152 -1.20 0.115 0.267 0.152 -1.20 0.115 0.267 0.152 -1.20 0.115 0.267 0.152 -1.20 0.115 0.267 0.152 -1.20 0.115 0.267 0.152 -1.20 0.115 0.267 0.152 -1.20 0.115 0.267 0.152 -0.78 0.218 0.333 0.116 -0.78 0.218 0.333 0.116 -0.35 0.363 0.500 0.137 -0.35 0.363 0.500 0.137 -0.35 0.363 0.500 0.137 -0.35 0.363 0.500 0.137 -0.35 0.363 0.500 0.137 0.07 0.528 0.600 0.072 0.07 0.528 0.600 0.072 0.07 0.528 0.600 0.072 0.49 0.688 0.700 0.012 0.49 0.688 0.700 0.012 0.49 0.688 0.700 0.012 0.92 0.821 0.833 0.012 0.92 0.821 0.833 0.012 0.92 0.821 0.833 0.012 0.92 0.821 0.833 0.012 1.34 0.910 0.933 0.023 1.34 0.910 0.933 0.023 1.34 0.910 0.933 0.023 1.76 0.961 1.000 0.039 1.76 0.961 1.000 0.039
Jumlah : 725 Rata-rata : 24,17 SD : 11,82 : 0,161 Ltabel Lhitung : 0,152 Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
117
Uji Normalitas Posttest kelas Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Xi 45 55 55 55 60 60 60 65 65 65 65 65 65 70 70 70 70 75 75 75 75 75 80 80 80 85 85 85 85 90
Zi -2.30 -1.39 -1.39 -1.39 -0.93 -0.93 -0.93 -0.47 -0.47 -0.47 -0.47 -0.47 -0.47 -0.02 -0.02 -0.02 -0.02 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.90 0.90 0.90 1.35 1.35 1.35 1.35 1.81
F(Zi) 0.011 0.082 0.082 0.082 0.176 0.176 0.176 0.319 0.319 0.319 0.319 0.319 0.319 0.492 0.492 0.492 0.492 0.670 0.670 0.670 0.670 0.670 0.816 0.816 0.816 0.912 0.912 0.912 0.912 0.965
S(Zi)
│F(Zi) - S(Zi)│
0.033 0.133 0.133 0.133 0.233 0.233 0.233 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.567 0.567 0.567 0.567 0.733 0.733 0.733 0.733 0.733 0.833 0.833 0.833 0.967 0.967 0.967 0.967 1.000
Jumlah : 2105 Rata-rata : 70,17 SD : 10,95 : 0,161 Ltabel Lhitung : 0,114 Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
0.023 0.051 0.051 0.051 0.057 0.057 0.057 0.114 0.114 0.114 0.114 0.114 0.114 0.075 0.075 0.075 0.075 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.017 0.017 0.017 0.055 0.055 0.055 0.055 0.035
127
Lampiran 14 PERHITUNGAN UJI - t Uji-t Nilai Pre-test Kelas Eksperimen dan Kontrol Eksperimen Kontrol SD
11,82
9,14
Rata-rata
24,17
21,00
S2
139,71
83,54
N
30
30
Rumus uji-t adalah 1
1
Dengan, 2
1 12
1
1
30
2
1 22
2 2
2
1 139,71 30 1 83,54 30 30 2
4051,59
2422,66 58
111,63 111,63 224,87 10,57 Maka, 24,17
21,0
1 1 30 30 3,17 10,57 0,26
10,57
3,17 10,83
0,29
128
Kriteria pengujian hipotesis adalah : Ho diterima, Jika thitung < ttabel Ha diterima, Jika thitung > ttabel ttabel = dengan taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) dan db = 28 Jadi, ttabel = 2,048 Maka, diperoleh thitung 0,29 < ttabel (2,048) Hal ini berarti thitung lebih kecil daripada ttabel, sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pre-test dari kelas eksperimen dengan pre-test dari kelas kontrol.
129
Uji-t Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol Eksperimen Kontrol SD
10,95
12,27
Rata-rata
70,17
63,33
2
119,90
150,55
N
30
30
S
Rumus uji-t adalah 1
1
Dengan, 2
1
1 12 1
30
2
1 22
2 2
2
,
1 119,90 30 1 150,55 30 30 2
3719,54
4365,95 58
139,41
139,40 11,81 Maka, 70,17
63,33
1 1 30 30 4,84 11,81 0,26
11,81
6,84 3,07 2,228
130
Kriteria pengujian hipotesis adalah : Ho diterima, Jika thitung < ttabel Ha diterima, Jika thitung > ttabel ttabel = dengan taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) dan db = 28 Jadi, ttabel = 2,048 Maka, diperoleh thitung 2,228 > ttabel 2,048 Hal ini berarti thitung lebih besar daripada ttabel, sehingga Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa.