1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD Fransiskus Timu1
Melkior Wewe2
Maria I.K Meo Nau3
1,2,3
STKIP Citra Bakti, NTT
[email protected]
1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar dengan model Problem Based Learning dan siswa yang belajar dengan model Pembelajaran Langsung pada siswa kelas IV SDK Ngedukelu. Jenis penelitian ini ialah Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Group Design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian terdiri atas dua yaitu: pengambilan kelas penelitian dengan menggunakan teknik Random, sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Intac group. Populasi penelitian ini ialah seluruh siswa kelas IV SDK Ngedukelu yang terdiri dari dua kelas yang berjumlah 45 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA sebanyak 22 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas IVB yang berjumlah 23 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Uji hipotesis menggunakan uji-t. Sebelum menghitung uji-t, terlebih dahulu dicari nilai Gain Score dinormalisasi (GSn). Dari perhitungan tersebut diperoleh rata-rata hasil belajar matematika, yakni rata-rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata hasil belajar matematika kelompok kontrol (0,49 > 0,29). Hasil uji-t diperoleh thitung (37,037) dan ttabel (2,021) dengan derajat kebebasan (db) = n1 + n2 – 2 = 43 dan taraf signifikansi 5%, maka t hitung > ttabel. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya dimana terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Dengan demikian disimpulkan bahwa model problem based learning berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDK Ngedukelu tahun ajaran 2015/ 2016. Kata-kata Kunci: model problem based learning, hasil belajar matematika.
93
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING UPON MATHEMATIC LEARNING ACHIEVEMENT OF PRIMARY STUDENTS Fransiskus Timu1
Melkior Wewe2
Maria I.K Meo Nau3
1
[email protected] STKIP Citra Bakti, NTT
1,2,3
ABSTRACT This present study aimed at investigating the difference in students’ mathematic learning achievement between students who were taught by using problem based learning and those who were treated by direct learning method of the fourth grade students of Ngedukelu Catholic Primary School. This was a quasi experimental research with non equivalent control group design. The sample was selected through multistages sampling where the class was selected through random sampling and intac group was applied to select the members of the sample. The population was 45 students of ngedukelu catholic primary school. From the total population number, 22 students were selected as the experimental group, while 23 students were as the control group. The researcher administered achievement test to gather the data, while t-test was used to test the hypothesis. However, before administering the t-test, gained score normalisation (GSn) was calculated. It was to gather the mean score of students’ mathematic learning achievement. The result of the calculation showed that the mean score of the experimental group was higher than the control group (0,49 > 0,29). Further, the t-test revealed that tvalue (37,037) and ttable (2,021) with degree of freedom (df)= n1 + n2- 2= 43 and 5% of significant level made the tvalue > ttable. This means that H0 was rejected and H1 was accepted. Hence, this study showed that there was a significant difference between students who were treated by problem based learning compared to those who were treated by direct learning method. It can be concluded that problem based learning positively contributed to the mathematic learning achievement of the fourth grade students of Ngedukelu catholic primary school in academic year 2015/2016. Keywords: Problem Based Learning, Mathematic Learning Achievement PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Darmodiharjo (dalam Sadulloh, 2011 : 7), pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik merupakan usaha yang lebih ditujukan
94
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan lain-lainnya. Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Melatih ialah usaha untuk memperoleh keterampilan dengan berlatih secara berulang-ulang sehingga terjadi kebiaasaan. Pendidikan memiliki prinsipprinsip yang perlu dilaksanakan, yaitu : (1) pendidikan berlangsung seumur hidup sejak manusia lahir sampai pada tutup usianya, (2) tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia, (3) untuk manusia, pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Menurut Henderson (dalam Sadulloh, 2011:6), pendidikan pada dasarnya suatu hal yang tidak dapat dielakan oleh manusia, suatu perbuatan yang “tidak boleh” tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik. Pemerintah telah mengupayakan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal. Salah satu lembaga pendidikan formal yaitu pendididikan Sekolah Dasar. Menurut Buchori (dalam Trianto, 2007:1), pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga pendidikan sekolah dasar merupakan suatu lembaga yang diyakini sangat penting keberadaannya. Lembaga ini memiliki peranan sangat penting setelah pendidikan dalam keluarga. Dalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang bersifat mendasar untuk
melatih,
membimbing
dan
mengarahkan
peserta
didik
dalam
mengembangkan ilmu serta keterampilan sebagai bekal untuk mengenyam pendikan pada sekolah lanjutan serta interaksi dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Dari sekian banyak mata pelajaran yang dibelajarkan pada peserta didik, matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib dibelajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Menurut Kline (dalam Karso, 2006:40), matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Ilmu ini mempunyai peran
95
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
penting dalam berbagai disiplin ilmu yang pada akhirnya dapat memajukan daya pikir manusia. Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep-kosep selanjutnya. Pelajaran matematika sering dipandang sebagai mata pelajaran yang paling sulit, kurang diminati bahkan dihindari. Banyak orang yang tidak menyukai matematika, termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka menganggap bahwa matematika sulit dipelajari serta kebanyakan dari gurunya tidak menyenangkan,
membosankan,
menakutkan dan angker.
Anggapan ini membuat mereka semakin takut untuk belajar matematika yang mengakibatkan hasil belajar matematika menjadi rendah. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari para guru serta calon guru sekolah dasar untuk melakukan suatu upaya agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Dari kenyataan tersebut dapat diduga penyebab hasil belajar siswa rendah pada setiap tes dalam pembelajaran matematika, yaitu: siswa kurang memahami serta tidak menyukai pembelajaran matematika, pembelajaran matematika yang kurang menyenangkan, tidak terdapat motivasi belajar dari diri sendiri, orang tua, guru dan masyarakat, minat belajar terhadap mata pelajaran matematika rendah, siswa kurang berani bertanya akan hal-hal yang tidak diketahui dalam pembelajaran matematika serta cara mengajar guru yang sering menggunakan metode konvensional dan model yang itu-itu saja. Dari sejumlah permasalahan diatas terdapat salah satu yang menjadi permasalahan utama dalam pembelajaran yaitu berkaitan dengan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar akan meningkat jika penerapan model sejalan dengan materi yang diajarkan, namun jika model yang diajarkan tidak sesuai dengan materi ajar, karakteristik serta tingkat perkembangan siswa maka hasil belajar tidak akan bisa dicapai. Dalam pembelajaran matematika sekolah dasar hampir sebagian besar siswa kurang berminat dalam pembelajaran matematika disebabkan guru yang masih menggunakan model pembelajaran langsung sehingga materi yang dibelajarkan menjadi verbal/ hafalan semata. Kita mengetahui bahwa dengan terus menerus menerapkan model konvensional akan menimbulkan proses belajar yang jenuh dan membosankan karena disini tidak sepenuhnya siswa dibelajarkan secara aktif namun guru yang lebih aktif atau
96
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
teacher center. Hal ini akan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh. Berdasarkan hasil wawancara serta pengamatan di SDK Ngedukelu khususnya di kelas IV, proses pembelajaran yang dijalankan adalah pembelajaran yang lebih banyak menggunakan model pembelajaran langsung. Kegiatan belajar cenderung berpusat pada guru atau teacher center. Makna dari cara belajar siswa aktif (CBSA) telah hilang dari pandangan para guru. Siswa sering bersifat pasif dalam menerima pembelajaran. Peran guru lebih mendominasi dibandingkan siswanya. Kegiatan siswa lebih kepada mencatat dan menyimak penjelasan guru saja. Siswa jarang bertanya, tidak berani mengemukakan pendapatnya, serta tidak mampu menyelesaikan masalah atau menemukan jawaban dari soal yang diajukan gurunya. Sebagian siswa kelas IV SDK Ngedukelu sulit untuk menggali pemahaman sendiri serta sulit pula untuk memecahkan sebuah masalah dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa belum dibiasakan untuk menemukan masalah sendiri dan berani untuk memecahkan masalah yang dihadapi sebagai bagian dari penyelesaian masalah tersebut. Dampak dari kegiatan tersebut, menyebabkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDK Ngedukelu masih relatif rendah. Guru yang kreatif adalah guru yang memilih model sesuai dengan materi ajar, karakteristik serta tingkat perkembangan siswa sehingga siswa merasa tertarik dengan mata pelajaran yang dibelajarkan. Menurut Trianto (2007:67), model problem based learning atau
pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata. Menurut Bruner (dalam Trianto, 2007:67), berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan
pula
untuk
memecahkan
masalah-masalah
serupa,
karena
pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. Model Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
97
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran. Menurut Panen (dalam Rusmono, 2012: 74), dalam strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan untuk terlibat aktif dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Menurut Duch (dalam Riyanto, 2012:284), pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan “belajar untuk belajar”. Siswa aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan ini sebagai acuan bagi peserta didik untuk merumuskan, menganalisis dan memecahkannya. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa model ini dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis, analitis dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning adalah salah satu model pembelajaran yang lebih menekankan pada proses pemecahan masalah yang diawali dengan penemuan masalah serta proses menganalisis demi pemerolehan hasil sebagai bagian dari penemuan solusi. Menurut Nur (dalam Rusmono, 2012 : 81), tahapan pembelajaran berbasis masalah
atau
Problem
Based
Learning
adalah
sebagai
berikut:
(1)
mengorganisasikan siswa kepada masalah, guru menginformasikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang mereka pilih, (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut, (3) membimbing penyelidikan individual dan kelompok, Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, (4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai serta membantu mereka berbagi tugas dengan teman mereka, (5) menganalisis dan mengevalusi proses pemecahan masalah, guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses-proses yang mereka gunakan. Menurut Arends (dalam Trianto, 2007: 29), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan
98
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut Kardi (dalam Trianto, 2007: 30), pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi dan pelatihan. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Menurut Burowes (dalam Suryani, 2012: 18), model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang menekankan penyampaian materi dari guru ke siswa. Pembelajaran ini lebih didominasi oleh guru dan siswa bersifat pasif selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran langsung dalam penerapannya guru menstransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik dengan teknik ceramah. Model pembelajaran langsung atau model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang cendrung menekankan guru sebagai pusat informasi (teacher centered). Model pembelajaran tersebut masih didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindah secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dari defenisi-defenisi di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran dimana guru lebih bersifat aktif dalam pembelajaran dibandingkan siswanya. Pengetahuan yang diperoleh dengan pembelajaran yang menggunakan model ini sebatas dari guru saja dengan tidak memperhatikan sumber atau media-media pembelajaran lainnya. Menurut Riyanto (2012: 281), adapun sintaks
model pembelajaran
langsung adalah sebagai berikut: (1) menyampaikan kompetensi, tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa, guru menjelaskan kompetensi dan tujuan
pembelajaran,
informasi
latar
belakang,
pentingnya
pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar, (2) mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, guru mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap, (3) membimbing pelatihan, guru merencanakan dan memberikan pelatihan awal, (4) mengecek pemahaman dan memberi umpan balik, mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik, (5) guru mempersiapkan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah ”apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
99
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung pada siswa kelas IV SDK Ngedukelu Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada tahun ajaran 2015/ 2016”? Dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung pada siswa kelas IV SDK Ngedukelu Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada tahun ajaran 2015/ 2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDK Ngedukelu pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini merupakan Quasi Eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Group Pretest-Posttes Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDK Ngedukelu yang berjumlah 45 siswa. Pengambilan kelas menggunakan teknik random sampling yakni dengan pengundian kelas sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik intac group karena semua subjek kelas dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengundian dari kedua kelas maka diperoleh kelas IVA sebagai kelas atau kelompok eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas atau kelompok kontrol. Siswa kelompok eksperimen berjumlah 22 siswa dan siswa kelompok kontrol berjumlah 23. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning dan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran langsung. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model problem based learning dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes yakni pre-test dan post-test. Data hasil belajar matematika siswa diperoleh dari tes objektif (pilihan ganda) dengan penskoran benar mendapat nilai 1 dan salah mendapatkan nilai 0. Teknik penskoran akhir menggunakan skala 0-100. Instrumen yang digunakan dalam tes dibuat sendiri oleh peneliti. Sebelum melaksanakan penelitian di SDK Ngedukelu, peneliti melakukan te uji coba di SDN Watutura. Hasil tes uji coba dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tes.
100
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
Tes uji coba diujikan kepada siswa kelas IV SDN Watutura dengan jumlah responden sebanyak 36 orang. Pemilihan siswa di kelas IV SDN Watutura dikarenakan mereka juga mempelajari materi yang sama pada tes tersebut. Setelah dilaksanakan uji validitas dengan menggunakan rumus Point Biserial diperoleh perhitungan dari 20 butir tes yang diuji cobakan, terdapat 15 butir tes dinyatakan valid dan 5 butir soal dinyatakan gugur. Uji reliabilitas terhadap butir soal yang valid dengan menggunakan rumus KR-20. Uji reliabilitas yang diperoleh adalah r20 = 0,80 (0,60≤ 0,80), dengan demikian tes hasil belajar matematika dinyatakan memiliki realibilitas tinggi dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian.
Perhitungan
uji
normalitas
data
dan
homogenitas
varians
menggunakan aplikasi SPSS 16.00 from windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji t dengan menggunakan rumus Polled Varians, hal ini dikarenakan data penelitian ini homogen dan n1≠n2, maka untuk menghitung t-test kita gunakan rumus polled varians dengan db (n1+ n2) - 2. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu
menguji
persyaratan
analisis
dan
mencari
nilai
Gain
score
dinormalisasikan. Uji persyaratan analisis terdiri dari dua yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varian. Pengujian persyaratan analisis menggunakan aplikasi SPSS 16.00 from windows untuk mengetahui normalitas dan homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogrov-Smirnov. Berdasarkan uji normalitas data pada kelompok eksperimen diperoleh angka statistik = 0,173 dengan df = 22, nilai signifikan 0.086 lebih besar dari taraf signifikansi 5% (α= 0,05) dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, uji normalitas data pada kelompok kontrol diperoleh angka statistik = 0,118 dengan df = 23, nilai signifikan 0.200 lebih besar dari taraf signifikansi 5% (α= 0,05) dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal. Rangkuman hasil belajar matematika dengan analisis uji persyaratan normalitas dan homogenitas serta uji hipotesis disajikan pada tabel 1.
101
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
Tabel 1. Hasil Analisis Data No
Uji Analisis
1
Normalitas Data Homogenitas Hipotesis
2 3
Kelompok Eksperimen Kontrol 0,086 0,200
Taraf Signifikansi 5%
0,310 37,037
0,05 2,021
0,05
Menguji homogenitas varians dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa varians hasil belajar pada sampel kelompok yang belajar menggunakan model Problem Based Learning dan sampel kelompok dengan model Pembelajaran Langsung berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama dari segi statistik. Untuk menguji homogenitas varian dapat menggunakan teknik analisis program SPSS 16.00 from Windows. Kriteria agar varians dikatakan homogen jika angka signifikan yang dihasilkan lebih besar dari 0,05. Dari uji homogenitas yang dilakukan diperoleh hasil uji homogenitas pada Levene statistic menunjukkan angka 1,054 dengan taraf signifikan 0,310 lebih besar dari taraf signifikansi 5% (α= 0,05) dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data homogen. Berdasarkan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varians dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, uji hipotesis dengan t-test dapat dilakukan. Dari perhitungan Gain score dinormalisasikan, rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata kelompok kontrol, yakni 0,49 > 0,29. Diperoleh thitung = 37,037 dan ttabel = 2,021 untuk db = n1 + n2 – 2 = 43 dengan taraf signifikansi 5 % (α = 0,05). Ternyata thitung = 37,037 > t-tabel = 2,021. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran langsung. Dengan demikian disimpulkan bahwa model problem based learning berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDK Ngedukelu tahun ajaran 2015/ 2016. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa adalah pada saat melaksanakan pembelajaran di dalam maupun luar kelas. Guru hendaklah menggunakan model pembelajaran yang mampu merangsang daya pikir dimana siswa dapat menemukan masalah serta mampu untuk mencari solusi atau jalan keluar demi memecahakan sebuah permasalahan yang berkaiatan
102
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
dengan materi yang diajarkan. Model Problem Based Learning yang digunakan dalam proses pembelajaran membantu siswa baik secara individu atau kelompok mengenal dan memahami soal matematika yang dijadikan sebagai permasalahan. Dengan adanya model ini, siswa dapat menemukan sendiri jalan atau cara memecahkan masalah yang diberikan. Dalam menerangkan materi kepada siswa guru memberikan contoh soal yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Soal latihan yang diberikan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mana dapat melatih siswa untuk menerjemahkan soal tersebut sehinggga mampu untuk memahami konsep matematika yang diberikan. Model yang digunakan dapat berjalan efisien dikarenakan guru mampu menguasai langkah dari model tersebut secara baik. Konsep yang diberikan dapat dipahami secara tuntas meskipun prosedur dalam pembelajaran dilaksanakan secara perlahan. Berdasarkan hasil analisis data, membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Langsung.
Karena ada perbedaan tersebut maka disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDK Ngedukelu Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada tahun ajaran 2015/2016.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata hasil belajar kelompok kontrol yaitu 0,49 > 0,29. Hasil thitung = 37,037 > ttabel = 2,021, dengan derajat kebebasan (db)= n1+ n2 – 2 = 43 dan taraf signifikansi 5% (α=0,05). Hal ini berarti H 0 ditolak dan H1 diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya dimana terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa model Problem Based Learning berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SDK Ngedukelu Kecamatan Bajawa Tahun Ajaran 2015/ 2016. Berdasarkan beberapa temuan yang diperoleh dari penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut: (1) untuk
103
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dan acuan bagi siswa untuk selalu meningkatkan kemampuan belajar dalam hal berpikir untuk dapat memecahkan masalah matematika yang dihadapi demi pemahaman yang sesungguhnya, (2) untuk guru, diharapkan agar mampu menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran serta selalu memperhatikan karakter dari masingmasing siswa demi meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika, (3) untuk penggiat pendidikan, disarankan menggunakan hasil penelitian ini sebagai landasan dalam penelitian lebih lanjut dengan materi dan ruang lingkup yang lebih luas, (4) untuk para peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan dalam pembelajaran matematika atau mata pelajaran lain, diharapkan agar mampu menggunakan penelitian ini sebagai landasan dan acuan untuk penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Karso. 2006. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka. Koyan, I Wayan. 2007. Assesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Unit Penerbit Universitas Pendidikan Genesha. ............, 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning. Bogor: Ghalia Indonesia. Suryani, Ni Wayan Uci Risma. 2012. Pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV semester I tahun pelajaran 2012/2013 di sekolah dasar Kelurahan Gilimanuk Kecamatan Malaya Kabupaten Jembrana. Skripsi (tidak diterbitkan). Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Sadulloh, Uyoh dkk. 2011. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Depdiknas
104