1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Melkior Wewe STKIP Citra Bakti, NTT
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti model Problema Based Learning dengan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen sejati (True desain eksperimen) dengan rancangan penelitian adalah Post Test Only Control Group Design. Sampel penelitian 120 orang siswa yang dipilih dari 4 sekolah yang ada di kecamatan Bajawa dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Data hasil belajar matematika dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tes hasil belajar bentuk objektif tes. Teknik analisis data digunakan adalah t –test sampel tidak berkorelasi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa rata– rata skor prestasi belajar matematika kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol = 60.90. Dari hasil analisis uji hipotesis dengan menggunakan rumus t-tes diperoleh, thitung = 6,571. Setelah dikonsultasi dengan t tabel dengan db= n1+ n2 – 2 = 118 dengan taraf signifikansi 5%, ( α = 0,05) = 0,067. Dari hasil analisis diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu 6,571> 0,067, sehngga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada perbedaan yang signifikansi skor prestasi belajar matematika antara siswa yang belajar menggunakan model Problema Based Learning dan model Konvensional. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV SeKecamatan Bajawa. Kata-kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Prestasi Belajar Matematika.
36
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TOWARD MATHEMATIC LEARNING ACHIEVEMENT OF PRIMARY STUDENTS by Melkior Wewe STKIP Citra Bakti– NTT
[email protected] ABSTRACT This present study aimed at investigating the difference in mathematic learning achievement between students who were treated by problem based learning and conventional teaching technique. This was a true experimental design with posttest only control group design. From four schools, 120 students were carefully selected as the sample of this study through simple random sampling. In gaining the data of students’ learning achievement, the researcher employed an objective test. The data were analysed by non-correlated t-test sample. The result of the calculation showed that the mean score of the experimental group was 75.00, while the mean score of the control group was 60.90. From the hypothesis testing, it was obtained that t value = 6,571. After being compared to the ttable with df= n1+n2 – 2= 118 and 5% of significant level (α = 0,05) = 2,000, it was clear that tvalue > ttable which is 6,571> 2,000. Therefore, the H0 was rejected and the Ha was accepted. The whole study showed that there was a significant difference in students’ mathematic learning achievement between students who were taught by problem based learning and conventional teaching technique. In conclusion, problem based learning positively affects to students’ learning achievement. Keywords: problem based learning, mathematic learning achievement
PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan pendiikan nasional diatas, peran pendidikan dirasakan sangat penting sebab melalui pendidikan dapat dipersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bernalar tinggi serta memiliki kemampuan untuk memproses informasi yang sangat dibutuhkan dalam persaingan global. Pendidikan
menjadi
salah
satu
wahana
dalam upaya
menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan untuk menghadapi serta
37
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar dapat menjalankan perannya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan global. Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003: 6) diuraikan secara jelas tujuan pembelajaran matematika, adalah sebagai berikut. 1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan persamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. 2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengko-munikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Dalam kurikulum 2013 sangat dituntut keaktifan siswa dalam belajar. Proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru tetapi siswa juga ikut aktif di dalamnya. Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis. Konstruktivisme menempatkan siswa pada peranan utama dalam proses belajar (student centered). Peranan guru lebih bersifat fasilitator dan memiliki kewajiban dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Inovasi guru tersebut misalnya dalam hal pemilihan
pendekatan
pembelajaran.
Salah
satu
strategi
pembelajaran
yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme ialah model Problem Bassed Learning. Hudojo,
(2003:78)
mengemukakan”
belajar
matematika
menurut
pandangan
kontruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep atau prinsipprinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga dengan konsep atau rinsip itu akan terbangun kembali transformasi, informasi yang diperoleh melalui konsep atau prinsip baru. Aliran kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan merupakan prestasi konstruksi melalui aktivitas seseorang. Menurut pendekatan kontruktivisme, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai
38
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
konstuksi
kognitif
seseorang
terhadap,
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
pengelaman,
maupun
lingkungannya.
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman baru. Prinsip-prinsip kontruktivisme banyak digunakan dalam pembelajaran sains dan matematika. Inovasi guru tersebut misalnya dalam hal pemilihan pendekatan pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme ialah model Problem Bassed Learning. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006). Problem Bassed Learning merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Riyanto (2008:288) Problem Bassed Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran kelompok. Dalam pembelajaran, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang mempunyai potensi yang beragam.
Dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha untuk menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif (Uno : 2009: 26). Agar peserta didik dapat mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya
secara
optimal
maka
dalam
proses
pembelajaran
guru
harus
mengembangkan suasana pembelajaran yang menarik, interaktif, merangsang kedua belahan otak peserta didik secara seimbang, memperhatikan keunikkan setiap peserta didik serta melibatkan partisipasi aktif setiap peserta didik sehingga akan membuat seluruh potensi peserta didik berkembang secara optimal (Uno : 2009: 27). Kunci keberprestasian belajar sebagian besar terletak pada dapat tidaknya siswa dirangsang dan dibantu untuk mengatasi kesukaran-kesukaran pada saat yang tepat dalam proses belajar. Menurut Sanjaya ( 2010:14) karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut. (1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam mengimplementasi ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, (2) aktivitas diarahkan untuk menyelesaikan suatu masalah, (3) memecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir ilmiah.
39
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
Menurut Wina Sanjaya sintaks dari pembelajaran berbasis masalah di bagi dalam 6 fase kegiatan sebagai berikut. (1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menetukan masalah yang akan dipecahkan, (2) menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah untuk dipecahkan dari berbagai sudut pandang, (3) merumuskan hipotesis, langkah siswa untuk merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah dengan pengetahuan yang di milikinya, (4) menumpulkan data, yaitu langkah siswa dalam mencari dan menggambarkan formasi yang diperlukan dalam pemecahan masalah, (5) mengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan, (6) merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yaitu langkah siswa dalam menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan pengajuan hipotesis. Menurut Cronbach yang dikutip oleh Suryabrata (2002:231) belajar yang sebaikbaiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya. Pendapat Gagne yang dikutip Mudjiono (2002:8) menyatakan “Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.” Slameto (2003) menyatakan, ”belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai
prestasi
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya” Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan oleh para ahli di atas, maka dalam penelitian ini, belajar dirumuskan sebagai suatu proses perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dengan menggunakan panca inderanya melalui latihan atau usaha mengolah informasi yang didapatkan menjadi kapabilitas baru. Beberapa pendapat para ahli mengenai prestasi belajar, adalah sebagai berikut: Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa ”prestasi atau prestasi belajar merupakan bukti keberprestasian yang telah dicapai oleh seseorang”. Selanjutnya Poerwanto (1996 : 28) memberikan pengertian prestasi atau prestasi belajar yaitu ”prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan oleh para ahli di atas, maka dalam penelitian ini prestasi belajar dirumuskan sebagai tingkat keberprestasian yang dicapai seseorang dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik melalui usaha-usaha belajar.
40
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
Bidang kajian matematika yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi kelas IV semester II tahun akademik 2015/2016. Standar Kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diukur prestasi belajarnya dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 01 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD Kelas IV Standar Kompetensi (Semester I) Bilangan 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah Bilangan 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
GEOMETRI DAN PENGUKURAN 3. Menggunakan pengukuran sudut, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah
GEOMETRI DAN PENGUKURAN 4. Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah Standar Kompetensi (Semester II) 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
Kompetensi Dasar (Semester I) 1.1. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung 1.2. Mengurutkan bilangan 1.3. Melakukan operasi perkalian dan pembagian 1.4. Melakukan operasi hitung campuran 1.5. Melakukan penaksiran dan pembulatan 1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan uang 2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan 2.2. Menentukan kelipatan dan faktor suatu bilangan. 2.3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) 2.4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KKP dan FPB 3.1 Menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan satuan derajat 3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat 3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat 3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas 4.1 Menentukan keliling dan luas jajar genjang dan segitiga 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajar genjang dan segitiga Kompetensi Dasar (Semester II) 5.1 Mengurutkan bilangan bulat. 5.2 Menjumlahkan bilangan bulat 5.3 Mengurangkan bilangan bulat. 5.4 Melakukan operasi hitung campuran.
41
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya. 6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan 6.3. Menjumlahkan pecahan. 6.4. Mengurangkan pecahan. 6.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
7. Menggunakan lambang bilangan Romawi
7.1 Mengenal lambang bilangan Romawi . 7.2. Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan Romawi dan sebaliknya
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar
8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. 8.2. Menentukan jaring-jaring balok dan kubus. 8.3. Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris. 8.4. Menentukan hasil pen-cerminan suatu bangun datar. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh yang
dibuat dalam suatu kegiatan penelitian dengan mengangkat judul Pengaruh Model Problem Bassed Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Se-Kecamatan Bajawa”. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran konvensional. Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi semua pihak sebagai berikut. (1) Memberikan informasi mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah
sebagai uapaya meningkatkan prestasi
belajar
matematika, (2) untuk menganalisis pemberian model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada dengan waktu pelaksanaan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Untuk menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sejati yang meneliti hubungan sebab akibat
dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok
42
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
eksperimental. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group Design (Sugiyono, 2008). Masing – masing kelompok dipilih secara random. Dari hasil pengambilan sampel diperoleh siswa yang terpilih sebanyak 120 orang yang ditentukan secara acak dari 4 sekolah dasar yang ada di kecamatan Bajawa. Kelompok pertama
di beri perlakuaan yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok yang lain diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Insrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah Tes objektif . Tes hasil belajar disusun berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam silabus mata pelajaran matematika yangsudah ditentukan dlam kurikullum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sebelum digunakan tes terlebih dahulu akan dilakukan validasi dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji Validitas butir soal dengan menggunakan rumus korelasi Point Biserial ( Koyan, 2012) sedangkan untuk menguji menguji Reabilitas tes digunakan rumus formula Kuder Richadson 20 (KR-20) ( Koyan, 2012). Dari hasil uji validitas dan reabilitas di peroleh dari 20 soal yang diujicoba diperoleh 15 soal yang valid dan layak digunakan dan nilai reabilitas tes 0,803 dan berada pada ketegori sangat tinggi, sehingga soal tes untuk mengukur prestasi belajar matematika siswa layak untuk digunakan. Rancangan penelitian Post Test Only Control Group desaign. Variabel terikat adalah hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Hasil belajar siswa adalah skor tes yang diperoleh dari posttes. Sedangkan variabel bebasnya adalah Model Problema Basic Learning. Data yang diperoleh melalui hasil penelitian, yakni data tentang prestasi belajar matematika melalui pembelajaran berbasis masalah dianalisis secara statistik deskriptif kuantitatif, yakni mencari harga rerata, modus, median, standar deviasi, dan simpangan baku dari setiap variabel yang diteliti, mencari varians, mencari uji persyaratan analisis, dan menguji hipotesis dengan menggunakan t- test untuk sampel tidak berkorelasi.
43
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis uji coba intrumen tes hasil belajar dari 20 soal tes yang diuji cobakan diperoleh 15 soal yang valid dan intstrumen soal memiliki reliabilitas yang sedang yaitu 0,58. Dengan demikian, instrumen tes hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa SD Se-Kecamatan Bajawa. Hasil analisis tes hasil belajar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 02. Rangkuman Skor Hasil Belajar Matematika PBL ( Eksperimen) KONVENSIONAL (Kontrol) N Valid 60 60 Mean 75.0000 60.9000 Median 80.0000 60.0000 Mode 80.00 53.00 10.37272 12.98722 Std. Deviation Variance 107.593 168.668 Range 34.00 53.00 Minimum 53.00 27.00 Maximum 87.00 80.00 Sum 4500.00 3654.00 Dari rata-rata yang diperoleh dikonversikan ke skala lima teoretik diperoleh skor hasil belajar matematika untuk kelompok kontrol berada pada kategori baik, sedangkan skor hasil belajar matematika untuk kelompok eksperimen berada pada kategori baik. Sebelum menguji hipotesis, maka skor hasil belajar terlebih dahulu diuji normalitas data. Hasil uji normalitas ditunjukkan pada tebel berikut ini. Tabel 03: Tests of Normalityb Kolmogorov-Smirnova Model Pembelajaran HB
PBL
Statistic
df
.268
Sig. 60
.07800
Shapiro-Wilk Statistic .873
df
Sig. 60
.000
Konvensional .162 60 .0680 .919 60 .001 Dari ringkasan hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai signifikan hasil belajar matematika > 0,05. Kelompok eksperimen (PBL) = 0,286 sedangkan kelompok kontrol (konvensional) = 0,162, sehingga data yang diperoleh dalam penelitian ini berdistribusi normal.
44
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
Tabel 04. Hasil Uji Homogenitas Varians Test of Homogeneity of Variancea Levene Statistic df1 HB Based on Mean 1.879 Based on Median 2.475 Based on Median and with adjusted 2.475 df Based on trimmed mean 2.291
df2 118 118
Sig. .173 .118
1 117.696
.118
1
.133
1 1
118
Berdasarkan tabel 04 di atas menunjukkan bahwa Levene Statistic pada Besed on Mean 1,879 dengan angka signifikan 0,173 ternyata lebih besar dari angka signifikan 5% (α= 0,05). Maka keputusan menerima H0 dan menolak H1, artinya data berasal dari populasi yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, diperoleh bahwa sebaran data hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dberdistribusi normal dan memiliki varian populasi yang homogen. Uji hipotesis dengan menggunakan uji t-test untuk sampel tidak berkorelasi. Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah:
t
X2
X1
s12 s22 n1 n2
Dengan kriteria pengujian adalah Ho di tolak jika t hitung ≥ t tabel, dengan taraf signifikasi 5%. Ho diterima jika thitung ≤ tabel.
t
X2
X1 2 1
s s22 n1 n2
Namun dalam penelitian pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS From Windows 16.0 yang dipaparkan pada tabel berikut ini.
45
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
Tabel 05. Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F HB Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.8 79
Sig. .173
t-test for Equality of Means
t
df
Std. Sig. Mean Error (2- Differe Differen tailed) nce ce
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
6.57 14.10 2.1457 118 0,067 9.85078 18.34922 1 000 7
6.57 112. 14.10 2.1457 0.067 9.84863 18.35137 1 502 000 7
Dari hasil analisis diatas diperoleh thitung = dan t tabel dengan db= n1+ n2 – 2, dengan taraf signifikan 5%, ( α = 0,05) = 0,677, maka thitung > t tabel atau 6,571> 0,6777, sehingga Ho di tolak dan Ha diterima. Berdasarkan skor rata – rata kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol = 60.90 dan perhitungan uji – t dapat di intreprestasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model Problema Based Learning dan prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model konvensional.Ternyata skor rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Problema Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Lebih tingginya prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah tidak terlepas dari keaktifan siswa pada pembelajaran, siswa mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan baru dan menarik kesimpulan. Siswa terlibat secara aktif dan sungguh sungguh dalam memecahkan masalah. Dalam menjawab pertanyaan siswa menggunakan sumbersumber yang mereka miliki seperti buku paket
46
atau referensi yang lain, sehingga terjadi
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
kegiatan ekspolrasi dan elaborasi dalam pembelajaran. Problema Based Learning dalam seting kooperatif menyebabkan terjadi interaksi dalam kelompok dimana siswa yang kurang mampu bertanya pada siswa yang lebih mampu. Guru berperan sebagai fasilitator yaitu membimbing dan monitoring pada tiaptiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa sampai seberapa mereka telah bekerja. Selama proses pembelajaran dilakukan penilaian dengan menggunakan ceklist dan rubrik penilaian yang sudah disiapkan. Dengan pembelajaran berbasis masalah menyebabkan motivasi belajar siswa akan meningkat karena aktivitas siswa merasa dihargai. Dari pembahasan tersbut disimpulkan bahwa penggunaan model Problema Based Learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV Se-Kecamatan Bajawa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya,
disimpulkan prestasi belajar matematika
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti Problema Based Learning dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan skor rata– rata kelompok eksperimen =75.00 dan kelompok kontrol = 60.90 ( skor-rata-rata kelompok eksperimen > skor-rata-rata kelompok kontrol). Dari hasil analisis uji hipotesis dengan menggunakan rumus t-tes diperoleh, thitung = 6,571. Setelah dikonsultasi dengan t tabel dengan db= n1+ n2 – 2 = 118 dengan taraf signifikansi 5%, ( α = 0,05) = 0,067. Dari hasil analisis diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu 6,571> 0,067, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada perbedaan yang signifikansi skor prestasi belajar matematika antara siswa yang belajar menggunakan model Problema Based Learning dan model Konvensional. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV SeKecamatan Bajawa. Berarti ada perbedaan yang signifikansi skor prestasi belajar matematika antara siswa yang belajar menggunakan model Problema Based Learning dan model Konvensional. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model Problema Based Learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV Se-Kecamatan Bajawa.
47
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
Beberapa saran yang dikemukakan terkait dengan p res tas i penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kepada guru matematika disarankan supaya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut; (1) materi yang cocok untuk model ini, sehingga diperlukan secara matang kajian terhadap topik seperti kedalaman atau kompleksitas materi,
(2) memperhitungkan waktu dalam proses pembelajaran, karena model
ini
memerlukan waktu yang cukup lama, (3) menumbuhkan sikap sabar dan sikap maumengerti serta memahami akan jawaban siswa yang tidak sesuai dengan kehendak guru, (4) memperhatikan faktor psikologis siswa, karena tidak semua siswa bisa mengikuti model ini, (5) menumbuhkan sikap percaya dari guru bahwa siswa pada awal pembelajaran bukan tidak mengetahui apa-apa tentang materi yang akan dijelaskan, tetapi sebenarnya siswa sudah memiliki konsepnya, tugas
guru
untuk mengingatkan siswa
materi prasyarat. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta: Puskur. Dit. PTKSD Hudoyo, Herman. 2003., Metode Mengajar Matematika, Malang: IKIP Malang. Koyan, I Wayan, 2012 . Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif) . Universitas Pendidikan Ganesha Press Mudjiono, Dimyati. 2002. Dasar-dasar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Purwanto, Ngalim.1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rianto, Yatim 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Jakarta: Pradana Media Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Metode R&D) Cetakan Ke-6. Bandung : Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. .............,2003.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Nasional.
48
tentang Sistem Pendidikan
1st Annual Proceeding, Juni 2016 (ISSN: 2355-5106)
STKIP Citra Bakti, Bajawa, NTT
Uno, Hamzah.B. 2009. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi Aksara Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Jakarta: Prana Media. ................, 2010 . Strategi Pembelajaran Berorientas KTSP. Jakarta: Prana Media
49