PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA Berti Yolida*, Chintia Monalia, Herlinda Oktarina, Karyanti Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Lampung *
Corresponding author, HP: 08561989495, email:
[email protected]
Abstract: The Influence of Problem Based Learning (PBL) Model Toward Students’ Learning Outcomes. The purpose of this study was to obtain students written communication skills profile through PBL model. The research used pretest and posttest equivalent method. The population were students of VII grade in three private junior high school in Bandar Lampung that were selected using purposive sampling technique. Data were quantitative that were obtained from pretest, posttest, and N-gain. Data were analysed statistic with SPSS 17. The results were student on experiment class had an average of 16,82 with a standard deviation of ± 2.37 toward control class had an average of 11,67 with a standard deviation of ± 1.68. The conclusion of this study was PBL model affected the student's learning outcomes. Keywords: communication skills, learning outcomes, PBL Abstrak: Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Siswa. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh model PBL terhadap hasil belajar siswa. Metode penelitian menggunakan metode pretest and posttest equivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di tiga SMP swasta di Bandar Lampung. Pemilihan sampelnya berupa purposive sampling. Data yang dijaring berupa data kuantitatif berupa data pretes, postes, dan N-gain. Teknik Pengumpulan data melalui tes diawal dan akhir pembelajaran. Data dianalisis secara statistic melalui SPSS 17. Hasil dalam penelitian ini berupa Ngain penguasaan materi siswa kelas eksperimen memiliki rata-rata 16,82 dengan standar deviasi ± 2,37 berbeda signifikan terhadap kelas kontrol memiliki ratarata 11,69 dengan standar deviasi ± 1,68. Kesimpulan penelitian ini adalah model PBL berpengaruh signifikan terhadap penguasaan materi siswa. Kata kunci: hasil belajar, kemampuan komunikasi, PBL
PENDAHULUAN Siswa selayaknya menjadi problem solver dalam kehidupannya. Oleh karenanya, pembelajaran yang bermakna jika melibatkan mereka dalam proses pemecahan masalah. Peran serta siswa sebagai subyek dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Mata pelajaran Biologi yang termasuk dalam rumpun IPA menitikberatkan pada proses pencarian. Menurut BSNP (2006: 167) pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Proses belajar terdiri atas tiga ranah yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Siswa dalam memahami konsep menurut Slameto (1991: 131) bahwa aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah informasi non verbal, informasi fakta dan pengetahuan verbal, konsep dan prinsip, dan pemecahan masalah dan kreatifitas. Jadi, siswa dalam menguasai konsep sebaiknya diasah untuk memecahkan suguhan permasalahan pada materi yang diajarkan. Hasil observasi di beberapa sekolah SMP swasta di Bandar Lampung menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat dikatakan masih rendah, hal ini dibuktikan dengan lemahnya siswa dalam menuangkan ide, menuliskan gagasan, pendapat,
atau jawaban atas tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang belum optimal, guru masih menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode tersebut membuat siswa pasif dalam proses pembelajaran. Siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru sehingga penguasaan materinya tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah tersebut. Selain itu, guru lebih senang memberikan latihan-latihan soal kepada siswa dengan alasan agar siswa dapat lebih memahami materi, namun pada kenyataanya siswa dalam menjawab soal hanya memindahkan jawaban dari buku cetak saja dan juga jawaban tidak sepenuhnya hasil pekerjaan sendiri melainkan melihat pekerjaan teman bahkan mencontek secara keseluruhan. Kemungkinan ini terjadi karena latihan yang diberikan tidak membuat siswa tertantang dalam menyelesaikannya disebabkan kontruksi soal yang kurang memacu siswa dalam memecahkan masalah. Pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan khususnya, selama ini guru juga belum menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif mengembangkan pengetahuannya secara mandiri, siswa kurang dilatih dalam pemecahan masalah terkait pengelolaan pencemaran lingkungan. Karena siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep melalui permasalah pencemaran yang terjadi di sekitar lingkungan, sehingga siswa tidak terbiasa belajar dengan diawali permasalahan-
permasalahan, menyebabkan siswa kesulitan dalam menyampaikan gagasan atau ide untuk pemecahan masalahnya, hal ini akan berdampak pada rendahnya penguasaan materi siswa. Permasalahan rendahnya penguasaan materi seharusnya tidak terjadi pada materi pencemaran dan perusakan lingkungan. Siswa hendaknya bersemangat karena pembelajaran pada materi ini sangat erat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu, materi yang bersifat ill-structure (materi yang membutuhkan banyak alternatif jawaban) harusnya siswa tidak kesulitan dalam belajar. Rangkaian akibat ini merupakan dampak dari proses pembelajaran yang monoton sehingga perlu solusi dalam mengatasinya. Penggunaan model Problem Based Learning (PBL) menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan belajar di SMP swasta di Bandar Lampung. Alasan terpilihnya model pembelajaran ini dikarenakan PBL memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan model PBL menurut Sutirman (2013: 39) adalah pembelajarannya diawali dengan pemahaman siswa tentang suatu masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut. Kelebihan lain dari model model PBL menurut Dasna dan Sutrisno (2007: 79) karena model PBL akan membantu siswa belajar memecahkan masalah sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna; siswa dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan sehingga siswa dapat melakukan penyelesaian sesuai
dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis; dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, menumbuhkan inisiatif dalam bekerja, motivasi diri untuk belajar, dan mengembangkan kerjasama dalam kelompok. Siswa dalam PBL menurut Selcuk (2010: 712) menyarankan untuk mengikuti pola eksplorasi tertentu yang dimulai dengan mempertimbangkan masalah yang terdiri dari kejadian yang membutuhkan penjelasan. Selama diskusi dengan anggota kelompoknya, siswa mencoba mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar atau proses. Di sini, siswa dirangsang untuk menemukan suatu akar masalah yang perlu dilakukan penyelesaian lebih lanjut. Sebagai akibat dari hal ini, siswa meneliti hal-hal yang diperlukan dan kemudian mendiskusikan temuannya dan kesulitan dalam kelompok mereka. Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini antara lain Putera (2012: 10) yakni model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan Purnamaningrum (2012) bahwa penerapan PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Biologi. Refleksi dari kebutuhan akan pembelajaran berbasis masalah guna melihat gambaran penguasaan materi siswa maka peneliti mendeskripsikan penguasaan materi Biologi siswa SMP menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahu pengaruh model PBL terhadap hasil belajar siswa SMP.
METODE Penelitian menggunakan desain pretest dan postest kelompok equivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang homogen dalam hal jenjang pendidikannya yaitu kelas VII. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan belajar menggunakan model PBL, sedangkan kelas kontrol belajar menggunakan model pembelajaran langsung. Penelitian ini ditujukan untuk mengambil informasi langsung yang ada dilapangan mengenai gambaran atau profil penguasaan materi Biologi siswa SMP. Data yang dijaring berupa data kuantitatif berupa data penguasaan materi sebelum dan sesudah pembelajaran. Nilai pretes, postes, dan N-Gain pada kelas eksperimen dan kontrol, Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes tertulis diawal dan akhir pembelajaran. Data dianalisis secara statistic uji t menggunakan SPSS 17. Data kuantitatif selanjutnya dideskripsikan dan dibandingkan untuk mengetahui pengaruh model PBL dan kelas VII A sebagai kelas kontrol masing-masing 21 siswa,
terhadap penguasaan materi Biologi siswa SMP masing-masing sekolah. Populasi dalam penelitian ini terdiri seluruh siswa kelas VII SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung (Sekolah I), SMP Nusantara Bandar Lampung (Sekolah II), dan SMP Kartika II-2-2 Bandar Lampung (Sekolah III). Sampel penelitian terdiri dari Sekolah I antara lain kelas VII C sebagai kelas eksperimen Sekolah II antara lain kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol masingmasing berjumlah 34 siswa. Sekolah III antara lain kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol masing masing 44 siswa. Jadi, sampel untuk kelas eksperimen dan kontrol masingmasing 99 siswa pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar siswa yang diperoleh dari pretest dan posttest untuk kelas kontrol dan eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis uji SPSS pretes, postes, N-gain kelas eksperimen dan control Data siswa Pretes Postes
N-gain
Kls
X
± Sd
Uji Normalitas
Uji U
Ket
P (0,028< 0,05)
BS
P (0,000< 0,05)
BS
P (0,000< 0,05)
BS
K
14,58 ± 1,92 13,03 ± 1,03
Lh (0,099) > Lt (0,089) Lh (0,120) > Lt (0,089)
E
29,48 ± 2,18
Lh (0,123) > Lt (0,089)
K
23,67 ±1,64
Lh (0,155) > Lt (0,089)
E
16,82 ± 2,37
Lh (0,116) > Lt (0,089)
E
K 11,69 ± 1,68 Lh (0,124) > Lt (0,089) Keterangan: E= Eksperimen, K= Kontrol, =Rata-rata; Sd= Standar deviasi;; BS= Berbeda Signifikan.
Nilai rata-rata pretest, posttest, dan N-Gain hasil belajar siswa untuk kedua kelas tidak berdistribusi normal sehingga untuk pengolahan data pretest, posttest, dan N-Gain dilanjutkan dengan uji MannWhitney U (Tabel 1). Berdasarkan hasil Uji U untuk pretest didapatkan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol berbeda signifikan, artinya kedua kelas memiliki kemampuan awal yang berbeda, dan hasil Uji U untuk posttest didapatkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan yang terlihat pada rata-rata nilai posttest siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Serta hasil Uji U untuk nilai rata-rata N-gain hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol didapatkan rata-rata nilai N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan dan N-Gain siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hasil analisis rata-rata N-gain untuk setiap indikator hasil belajar kognitif oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan menggunakan
uji U pada Tabel 1, diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Pretest, postest dan N-gain menunjukkan hasil yang berbeda signifikan, yang artinya hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (Tabel 1). Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Dasna dan Sutrisno (2007: 79) bahwa salah satu kelebihan PBL adalah membantu siswa belajar memecahkan masalah sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna. Pembelajaran dalam PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh langkahlangkah dalam pembelajarannya yang merangsang siswa untuk belajar memecahkan masalah. Langkahlangkah tersebut antara lain mengemukakan ide/pendapat, bekerjasama dalam kelompok, mencari informasi, mengajukan pertanyaan/pendapat, menjawab pertanyaan, dan mengkomunikasikan hasil diskusi.
Tabel 2. Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator hasil belajar siswa. Indikator
Kelas
X
± Sd
E
14,48 ± 7,42
Lh (0,172) > Lt (0,089)
K
9,01 ± 8,70
Lh (0,135) > Lt (0,089)
E
25,61 ± 11,52
Lh (0,111) > Lt (0,089)
K
18,76 ± 10,76
Lh (0,137) > Lt (0,089)
E
10,38 ± 7,40
Lh (0,156) > Lt (0,089)
K
7,31 ± 7,43
Lh (0,184) > Lt (0,089)
C2
C3
C4
Uji Normalitas
Uji U
Ket.
p (0,000 < 0,05)
BS
p (0,000 < 0,05)
BS
p (0,009 < 0,05)
BS
Keterangan: E= Eksperimen, K= Kontrol, 𝑋 =Rata-rata; Sd= Standar deviasi.
Ditinjau dari setiap indikator taksonomi Bloom, semua indikator yang diteliti yaitu C2, C3, dan C4 diperoleh hasil yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas control (Tabel 2). Indikator C2 diperoleh hasil yang signifikan karena latihan-latihan yang berikan menggunakan LKS yang mendorong siswa untuk mengerti dalam menelaah permasalahan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Torp dan Sage (2002) dalam Sahin dan Yorek (2009: 754) bahwa dalam PBL, siswa difokuskan dalam pengalaman belajar terorganisir dalam penyelidikan dan penyelesaian masalah sehingga pemahaman ini akan berdampak pada penemuan solusi pada permasalahan di dunia nyatanya kelak. Berikut disajikan gambar jawaban siswa pada LKS. Hasil pemahaman yang dilatihkan berdampak pada hasil belajar yang meningkat. Keberhasilan ini diutarakan oleh Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002:
10) bahwa berakhirnya suatu proses pembelajaran maka siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Indikator C3 juga diperoleh Ngain yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada C3 ratarata N-gain pada kelas eksperimen yaitu sebesar 25,61 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh 18,76 (Tabel 2). Peningkatan indikator kognitif penerapan (C3) dengan kriteria NGain yang tinggi didukung dengan hasil analisis butir soal pada soal tingkat C3 memiliki rerata paling tinggi. Peningkatan yang tinggi pada indikator C3 ini didukung karena siswa dilatih mengerjakan pertanyaan pada LKS yang mengacu pada pengaplikasian siswa untuk mengatasi suatu permasalahan lingkungan. Berikut disajikan gambar jawaban siswa pada LKS untuk indikator C3 pada Gambar 2.
Gambar 1. Jawaban siswa pada soal indikator C2 (LKS pertemuan 1 Kelas Eksperimen).
Gambar 2. Jawaban siswa pada soal indikator C3 (LKS pertemuan 2 Kelas Eksperimen).
Gambar 3. Jawaban siswa pada soal indikator C4 (LKS pertemuan 1 Kelas Eksperimen).
Peningkatan yang signifikan ini disebabkan karena materi pengelolaan lingkungan bersifat illstuctured (banyak alternative jawaban yang benar) dan terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini memudahkan siswa dalam menuliskan aplikasi pengetahuan sehingga hasil belajarpun meningkat. Dukungan diberikan oleh Trianto (2009: 91) pengajaran berdasarkan masalah akan memberikan pengalaman bagi siswa yang diperoleh dari lingkungan akan dijadikan bahan dan materi untuk memperoleh pengertian serta dijadikan pedoman dan tujuan dalam belajar. Pannen dan Sekarwinahayu (2005: 99) juga mengungkapkan bahwa kekuatan PBL adalah pembelajaran berdasarkan masalah memberikan makna yang lebih, contoh nyata penerapan, dan manfaat yang jelas dari materi pembelajaran (fakta, konsep, prinsip, prosedur).
SIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan model PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Tidak jauh berbeda dengan tingkatan taksonomi Bloom sebelumnya. Pada indicator C4 juga berbeda siginifan hasilnya dengan rata-rata 10,38 (Tabel 2). Indikator C4 ini merupakan kemampuan siswa menganalisis permasalahan atau materi pembelajaran. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menganalisis tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mampu menguasai materi pelajaran yang disampaikan. Meningkatnya C4 karena selama proses pembelajaran siswa dilatih untuk menganalisis melalui LKS pada Gambar 3. Peningkatan pada indikator kognitif C4 dengan nilai N-Gain memiliki rata-rata sedang, hal ini dikarenakan siswa telah dilatih untuk menyelesaikan masalah dengan tingkatan yang lebih tinggi yakni tingkat C4. Hal ini diduga soal sulit dipahami oleh siswa. Sehingga siswa kurang mengerti ketika mengerjakan soal dengan indikator C4.
DAFTAR RUJUKAN BSNP.
2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dasna, I. W. dan Sutrisno. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Pannen, P., D. dan Sekarwinahayu. 2005. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Purnamaningrum, A. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif melalui Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. (Online), (http://eprints.uns. ac. id/12498/pdf, diakses 27 November 2014; 11.20 WIB). Putera, I. B. S. 2012. Implementasi Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Biologi SMA Ditinjau
dari Intelligence Quotien (IQ) Tesis. (Online). (http://pasca. undiksha. ac.id/e journal/ index.php/jurnal_ipa/article/d ownload/479/271, diakses 19 November 2014; 15.20 WIB). Sahin, M and N, Yorek. 2009. A Comparison of ProblemBased Learning and Traditional Lecture Students Expectations And Course Grades In An Introductory Physics Classroom. Journal of Scientific Research and Essay. Vol. 4 (8): 753-762. Selcuk, Gamze, Sezgin. 2010. The Effects of Problem-Based Learning on Pre-Service Teachers Achievement, Approaches and Attitudes Towards Learning Physics. Journal of The Physical Sciences. Vol. 5 (6): 711-723. Slameto, 1991. Proses Mengajar dalam Kredit Semester. Bumi Aksara.
Belajar Sistem Jakarta:
Sutirman. 2013. Media dan ModelModel Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Trianto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.