PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP LAJU REAKSI (quasi eksperimen di SMAN 72 Jakarta Utara)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar S1 pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh : SITI MUTOHAROH NIM (106016200633)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua tercinta Bapak Sukari dan Ibu Mariah Kakak Muttaqin, S.Si Sahabat Eva, Evi, Dewi, isfy, Mba Emy, Teman-teman seperjuangan kimia angkatan 2006 Almamater UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
i
ABSTRAK
Siti Mutoharoh Pengaruh Model Guided Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar. Penelitian ini dilakukan di SMAN 72 Jakarta Utara pada bulan September hingga Oktober 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dari 69 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah control group pretes-posttest. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen (rata-rata=72,8 dan simpangan baku=9,53 ) lebih tinggi dari kelompok kontrol (rata-rata=54,86 dan simpangan baku=8,06 ) dan setelah dilakukan uji-t diperoleh nilai thitung sebesar 8,8 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2 atau thitung > ttabel . Maka dapat disimpulkan menolak Ho, dan Ha yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan model guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model guided discovery learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
Kata Kunci :Model guided discovery learning, Hasil Belajar Siswa, konsep Laju Reaksi
ii
ABSTRACT
Siti Mutoharoh Influence of Guided Discovery Learning Model to Students Learning Achievement on Rate of Reaction Concept.
This research aim to know influence of guided discovery learning model to students learning achievement. This research is done at SMAN 72 North Jakarta on September until October 2010. The research method is quasi experiment, with 69 students and divided into experiment and control groups. The research is used pretes-posttest design. The instrument in this research is used students achievement test. The result of students learning achievement of experiment group (mean= 72,8 and standard deviation= 9,53) is higgher than control group (mean= 54,86 and standard deviation= 8,06) and after was done to test-t acquired appreciative tcomputing as big as 8,8 meanwhile ttable on significant’s level 0,05 as big as 2 or tcomputing > ttable . It concluded refuses Ho, and Ha which declares for to exist influence of guided discovery learning model to students achievement on rate of reaction concept is accepted. It points out that guided discovery learning model purpose give influence that significant to students chemical achievement on rate of reaction concept.
Key word: guided discovery learning model, Students learning achievement, rate of reaction concept.
iii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam teriring kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang berjudul ” Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi” ini merupakan wujud tertulis dari penelitian yang penulis lakukan di SMAN 72 Jakarta Utara, tepatnya berada di Jl. Prihatin Komplek TNI-AL Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara. Adapun pelaksanaannya sejak September 2010 hingga Oktober 2010. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Orang tua saya yang telah mendukung saya dalam penelitian ini maupun dalam penyusunan skripsi ini dari segi moril maupun materil. 4. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd sekaligus Dosen Pembimbing I 5. Bapak Dedi Irwandi, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus Dosen Pembimbing II. 6. Ibu Dra. Tumiar Sihotang, M.Si selaku kepala SMAN 72 Jakarta Utara 7. Ibu Isnaeni C, S. Pd selaku Guru Kimia SMAN 72 Jakarta Utara
iv
8. Teman-teman seperjuangan Program Studi Kimia Angkatan 2006 Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Eva, Evi, Novi, Dede, Diyah, dll. Mohon maaf tidak dapat disebutkan satu persatu. 9. Ka Hesti yang membantu dalam media pembelajaran, Dewi atas informasi dan bantuannya, teman-teman di Primagama Plumpang atas pengertian dan dukungan kalian. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi peningkatan dan penyempurnaan skripsi ini, agar dapat memperbaiki dalam menyusun karya tulis selanjutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagai para pembaca baik sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan mengenai pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Wassalamu’alaikum wr. wb Jakarta, Februari 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. i ABSTRAK .................................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6 D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Belajar Sebagai Proses Kognitif ..................................................................... 8 B. Landasan Model Pembelajaran Discovery learning ...................................... 9 C. Discovery Learning ......................................................................................... 10 D. Guided Discovery Learning ............................................................................ 13 1. Penerapan Guided Discovery Learning ................................................... 16 2. Kelebihan Guided Discovery Learning ..................................................... 19 E. Belajar dan Hasil Belajar ................................................................................ 20 1. Pengertian Belajar ..................................................................................... 20 2. Pengertian Hasil Belajar............................................................................ 22 3. Fase-Fase dalam Proses Belajar ................................................................ 24 4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ..................................... 25 F. Pengertian Ilmu Kimia .................................................................................... 26
vi
G. Laju Reaksi...................................................................................................... 28 H. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 32 I. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................................ 34 J. Pengajuan Hipotesis ........................................................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 37 B. Metode dan Rancangan Penelitian .................................................................. 37 1. Metode Penelitian...................................................................................... 37 2. Rancangan Penelitian ................................................................................ 37 C. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 39 1. Populasi .................................................................................................... 39 2. Sampel ....................................................................................................... 39 D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 39 F. Variabel Penelitian ........................................................................................... 40 G. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 41 H. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 46 1. Uji Prasyarat Sampel Penelitian ................................................................ 46 2. Uji Prasyarat Analisis ................................................................................ 47 3. Analisis Data ............................................................................................. 48 a. normalized gain
........................................................................... 48 b. Uji-t ..................................................................................................... 48 I. Uji Hipotesesis ............................................................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil ................................................................................................... 50 1. Hasil Belajar Kimia Siswa di SMAN 72 Jakarta dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning (Kelompok Eksperimen) .......... 50 2. Hasil Belajar Kimia Siswa di SMAN 72 Jakarta dengan Model Pembelajaran Konvensional (Kelompok Kontrol) ....................................... 52 3. normalized gain .................................................................................... 54
vii
B. Pengujian Prasyarat Analisis .............................................................................. 56 1. Uji Prasyarat Sampel Penelitian ................................................................... 56 a.
Uji Normalitas Pretest........................................................................... 56
b.
Uji Homogenitas pretest ....................................................................... 57
2. Uji Prasyarat Analisis ................................................................................... 58 a. Uji Normalitas Posttest .......................................................................... 58 b. Uji Homogenitas Posttest....................................................................... 59 C. Pengujian Hipotesis ............................................................................................ 60 1. Uji-t Pretest .................................................................................................. 60 2. Uji-t Posttest ................................................................................................ 60 D. Interpretasi Data ................................................................................................. 61 E. Pembahasan ........................................................................................................ 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................................ 65 B. Saran ................................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 66 LAMPIRAN .................................................................................................................. 69
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery, Inquiry ............................................................................................................................ 15 Tabel 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ......................................... 26 Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design .............................. 38 Tabel 3.2 Variabel Penelitian ......................................................................................... 40 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen ........................................................................................ 42 Tabel 4.1 Sebaran Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ...................................... 51 Tabel 4.2 Sebaran Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ..................................... 52 Tabel 4.3 Sebaran Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol ............................................. 53 Tabel 4.4 Sebaran Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol ............................................ 54 Tabel 4.5 Deskripsi Jumlah Kelompok Eksperimen .............................................. 54 Tabel 4.6 Deskripsi Jumlah Kelompok Kontrol ..................................................... 55 Tabel 4.7 Rekap Nilai Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................................... 55 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ................................................................. 57 Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest .............................................................. 58 Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Posttest .............................................................. 58 Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest .......................................................... 59 Tabel 4.12 Hasil Uji-t Data Pretest ................................................................................ 60 Tabel 4.13 Hasil Uji-t Data Posttest .............................................................................. 61
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Dominasi Guru dengan Tingkatan Siswa ................................. 14 Gambar 2.2 Peranan Katalis dalam Menurunkan Energi Pengaktifan ........................... 32 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pikir ................................................................................ 34 Gambar 4.1 Sebaran Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ........................................... 50 Gambar 4.2 Sebaran Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen.............................. 51 Gambar 4.3 Sebaran Batang Hasil Pretest Kelompok Kontrol...................................... 52 Gambar 4.4 Sebaran Batang Hasil Posttest Kelompok Kontrol .................................... 53 Gambar 4.5 Sebaran Batang Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol .......... 56
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ............................................................................... 69 Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ..................................................................................... 87 Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (Kelas Eksperimen) .................................................. 99 Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (Kelas Kontrol) ......................................................... 105 Lampiran 5 Instrumen .................................................................................................... 110 Lampiran 6 Analisis Butir Soal (Anatest) ...................................................................... 118 Lampiran 7 Nilai Kelompok Eksperimen ...................................................................... 125 Lampiran 8 Nilai Kelompok Kontrol ............................................................................. 126 Lampiran 9 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest) ...................................... 127 Lampiran 10 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Posttest) ................................... 129 Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Pretest) ........................................... 131 Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Posttest) .......................................... 133 Lampiran 13 Perhitungan Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest) ............................... 135 Lampiran 14 Perhitungan Normalitas Kelas Eksperimen (Postest) ............................... 137 Lampiran 15 Perhitungan Normalitas Kelas Kontrol (Pretest)...................................... 139 Lampiran 16 Perhitungan Normalitas Kelas Kontrol (Posttest) .................................... 141 Lampiran 17 Perhitungan Homogenitas Data Pretest.................................................... 143 Lampiran 18 Perhitungan Homogenitas Data Postest ................................................... 144 Lampiran 19 Perhitungan Uji-t (Pretest) ....................................................................... 145 Lampiran 20 Perhitungan Uji-t (Posttest) ...................................................................... 146 Lampiran 21 Perhitungan Normal Gain Kelas Eksperimen ........................................... 147 Lampiran 22 Perhitungan Normal Gain Kelas Kontrol ................................................. 148 Lampiran 23 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian.......................................... 149 Lampiran 24 Uji Referensi ............................................................................................. 150
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan1. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Banyak sekali permasalahan pendidikan di negeri kita ini, salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan saat ini adalah masalah proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran saat ini siswa diarahkan untuk menghafal informasi, siswa dipaksa untuk mengingat serta menimbun informasi tersebut, jadi siswa hanya menampung apa yang guru sampaikan tanpa mengetahui kegunaan dari informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menghafal dan menimbun sejumlah materi pelajaran. Apabila hal ini diterapkan pada mata pelajaran science maka anak tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis dan sistematis, karena proses pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Lemahnya
proses
pembelajaran
yang
dikembangkan
guru
merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru tidak sesuai dengan rambu-rambu
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), Cet keempatbelas, h. 10.
1
2
yang ditentukan standar proses pendidikan yang diatur dalam peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6 yaitu2 “Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan”. Beberapa hal yang harus digaris bawahi dari peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6. Pertama, standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan, yang berarti standar proses pendidikan dimaksud berlaku untuk setiap lembaga formal pada jenjang pendidikan tertentu dimanapun lembaga pendidikan itu berada secara nasional. Seluruh sekolah seharusnya melaksanakan proses pembelajaran seperti yang dirumuskan dalam standar proses pendidikan ini. Kedua, standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang artinya standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Standar proses pendidikan dimaksud dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran. Ketiga, standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dengan demikian standar kompetensi lulusan merupakan sumber atau rujukan utama dalam menentukan standar proses pendidikan. Karena itu, sebenarnya standar proses pendidikan bisa dirumuskan dan diterapkan manakala telah tersusun standar kompetensi lulusan3. Standar proses pendidikan dalam sains sendiri adalah bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan sains di SMA/MA
diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
2
diakses dari www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/187.pdf Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 4 3
3
alam
sekitar,
serta
prospek
pengembangan
lebih
lanjut
dalam
4
penerapannya di kehidupan sehari-hari . Salah satu bidang studi yang ada pada sains adalah kimia. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu, bidang studi kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi tentang komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan penalaran dan keterampilan5. Ilmu kimia termasuk pelajaran yang dianggap sulit, karena beberapa materi yang dipelajari bersifat abstrak. Hal ini senada dengan riset yang dilakukan oleh Purwanti dan Arista Nisa dengan judul Pembelajaran Kimia Berbasis Literasi Sains dan Teknologi pada Materi Pokok Laju Reaksi yang menunjukkan bahwa permasalahan pembelajaran kimia sebagai bagian dari sains, yang sampai saat ini belum mendapat pemecahan secara tuntas adalah adanya anggapan pada diri siswa bahwa pelajaran ini sulit dipahami dan dimengerti. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran kimia. Pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara manusia dengan manusia ataupun antara manusia dengan lingkungan. Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam rangka inilah standar proses pendidikan dikembangkan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dapat mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan. Model-model pembelajaran yang berkembang dalam pendidikan formal (kelas) baik dasar maupun perguruan tinggi cenderung kurang 4
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 6 5 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 7
4
kondusif. Sistem penyampainnya lebih didominasi oleh guru yang gaya mengajarnya cenderung bersifat otoriter dan instruktif, dan proses komunikasinya satu arah. Guru yang memegang kendali, memainkan peran aktif sementara siswa menerima secara pasif informasi keterampilan dan pengetahuan. Situasi ini bertentangan dengan prinsip student centered yaitu siswa yang menjadi pusat pembelajaran atau siswa lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan. Guru-guru kurang atau tidak memberi peluang dan kebebasan kepada siswa yang mengungkapkan pendapatnya sehingga siswa
cenderung
menjadi
pasif.
Kreatifitas
dan
kemandiriannya
mengalami hambatan dan bahkan tidak berkembang6. Pemilihan model pembelajaran yang menyangkut metode dan pendekatan pembelajaran merupakan hal penting yang harus diterapkan oleh guru agar memperoleh hasil yang optimal. Pemilihan model yang mencakup metode dan pendekatan hendaknya dapat melibatkan siswa secara aktif, baik secara fisik, intelektual dan emosionalnya dalam belajar. Dalam pembelajaran sains perlu lebih menekankan proses berpikir dan aktivitas-aktivitas saintis, dengan metode pembelajaran yang mengarah untuk menggali proses-proses berpikir dalam sains. Pembelajaran sains dilakukan seperti bagaimana sains itu ditemukan, pembelajaran sains dilaksanakan melalui sebuah proses yang berbasis pada penyelidikan ilmiah. Siswa melakukan penyelidikan ilmiah yang artinya siswa banyak menggunakan indera mereka, maka konsep dan prinsip-prinsip yang ditemukan siswa akan bertahan lama di otak (long term memory). Seiring dengan perkembangan pada bidang pendidikan sains, diadakan usaha inovatif untuk semua jenjang yang senantiasa mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya bidang studi kimia yaitu dengan menerapkan model guided discovery learning.
6
Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta:FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 53
5
Guided discovery learning mengkombinasikan dari dua cara pengajaran yaitu teacher-centered dan student-centered, dalam Guided discovery learning guru sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid bersikap aktif. Guru sebagai instruktur memberikan suatu pernyataan atau permasalahan kemudian mengarahkan siswa berpikir tahap demi tahap sehingga dapat memecahkan permasalahan tersebut. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran, baik proses pembelajaran aktivitas siswa, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran maupun terhadap hasil belajarnya. Pelajaran kimia yang menarik untuk dibuat model guided discovery learning adalah laju reaksi. Karena pelajaran kimia khususnya pada konsep laju reaksi merupakan pelajaran yang memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi sehingga akan lebih baik dipelajari apabila menggunakan model pembelajaran guided discovery learning. Bertolak dari latar belakang diatas yaitu model guided discovery learning serta kaitannya dengan hasil belajar maka penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan berorientasi pendidikan kimia dengan judul “Pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan standar proses pendidikan. 2. Model-model pembelajaran yang berkembang dalam pendidikan formal cenderung bersifat otoriter, instruktif dan komunikasinya satu arah.
6
3. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat dengan konsep yang diajarkan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. 4. Materi laju reaksi dianggap sulit, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang rendah.
C. Pembatasan Masalah Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka masalah ini harus dibatasi, yaitu: 1. Penelitian dilakukan pada kelas XI dengan materi laju reaksi 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah guided discovery learning 3. Hasil belajar dilihat dari aspek kognitifnya.
D. Perumusan Masalah Agar tidak terjadi perbedaan interpretasi pada pembahasan ini, maka diperlukan suatu perumusan yang kongkrit, yaitu: ”Apakah terdapat pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
F. Manfaat Penelitian 1. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
sebagai
bahan
pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan terutama dalam menentukan model, metode, pendekatan pengajaran yang sesuai dengan konsep tertentu.
7
2. Untuk memberikan semangat kepada guru dan calon guru bidang studi kimia untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariatif pada saat mengajar. 3. Memperkaya hasil penelitian yang sudah ada di bidang pengajaran. 4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang penelitian pendidikan.
8
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Belajar Sebagai Proses Kognitif Menurut Chaplin, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan1. Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motorik dan sensoriknya. Belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan memupuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui berpikir. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral 2. Proses mental itulah yang sebenarnya aspek yang sangat penting dalam perilaku belajar. Asumsi yang mendasari belajar sebagai proses kognitif adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah belajar sebagai proses kognitif memandang bahwa mengajar itu bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Menurut para ahli, proses kognitif yaitu pengetahuan dan persepsi seseorang akan lingkungannya, mempunyai peranan yang amat besar. Dalam otak organisme khususnya manusia, sudah terdapat suatu struktur kognitif yang akan mengelola informasi yang diterima dari lingkungan. 1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), Cet keempatbelas, h. 66. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), Cet keempatbelas, h.111.
8 8
9
Struktur kognitif ini antara lain terdiri dari pengalaman-pengalaman organisme3. Teori kognitif menurut Piaget adalah ”Cognitive theorist believe that what children learn depends on their mental processes and what they perceive about the world around them. In other words, learning depends on how children think and how their perception and thought patterns interact4”. Yang artinya adalah para pakar teori kognitif meyakini bahwa apa yang siswa pelajari tergantung dari proses mental mereka dan apa yang mereka perhatikan tentang lingkungan disekitar mereka. Dengan kata lain, pembelajaran tergantung dari bagaimana siswa berpikir dan bagaimana pola pemikiran serta persepsi mereka saling mempengaruhi. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka5.
B. Landasan Model Pembelajaran Discovery Learning Belajar merupakan suatu proses dimana seorang pembelajar mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama. Model pembelajaran discovery learning berakar dari faham konstruktivis (konstruktivisme). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai6.
3
Irwanto dkk, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), h. 123. Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa, Teaching Children Science A Discovery Approach, (United States of America:Allyn and Bacon, 2010), Edisi ketujuh, h. 27 5 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. Pertama, h. 14. 6 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. Pertama, h. 13. 4
9
10
Konstruktivisme merupakan akar atau dasar dari psikologi kognitif, yang mengatakan bahwa anak-anak belajar dari hasil pengalamannya7. Menurut
teori
belajar
konstruktivisme
pengetahuan
tidak
dapat
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa, artinya siswa harus
aktif
secara
mental
membangun
struktur
pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Hal tersebut senada dengan Binner yang mengatakan siswa membina pengetahuan mereka dengan mengkaji konsep dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki kemudian mengaplikasikannya kepada situasi baru dan mengintegrasikan pengatahuan yang baru diperoleh berdasarkan kemampuan intelektual yang telah ada8. Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa mengatakan “Learning is an ongoing process, in which the learner integrates new knowledge with previous knowledge and discovers new ways of thinking, acting, and feeling9. Belajar merupakan proses yang berlangsung terus menerus, dimana siswa menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya. Serta menemukan cara baru dalam berpikir, bertingkah laku dan merasakan.
C. Discovery Learning Bayangkan bila belajar mengemudi tanpa menggunakan mobil, bayangkan membuat kue coklat tanpa terigu, telur, gula dan lain-lain. Hal tersebut akan sangat sulit, sekarang bayangkan mengajar siswa tanpa mengizinkan siswa secara langsung menggunakan pengalaman mereka
7
Joseph Abruscato, Teaching Children Science, (United States of America: Allyn and Bacon, 2001), h. 30 8 Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta:FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 55 9 Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa, Teaching Children Science A Discovery Approach, (United States of America: Allyn and Bacon, 2010), Edisi ketujuh, h. 26
10
11
untuk memperoleh pengetahuan. Pengalaman sampai sekarang merupakan guru yang terbaik10. Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome S. Bruner yang dikenal dengan nama discovery learning. Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. J. Bruner telah mengembangkan discovery learning yang berdasarkan kepada pandangan belajar kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Berikut adalah teori Bruner tentang discovery learning:
Teachers need to provide children with experiences to help them discover underlying ideas, concepts, and patterns. Bruner is proponent of inductive thinking, or going from the specific to the general. You are using inductive thinking when you get an idea from one experience that you use in another situation. Bruner believes that children are able to grasp any concept, provided it is approached a manner appropiate for their particular grade level. Therefore, teachers should encourage children to handle increasingly complex challenge11. Guru harus memberikan siswa berbagai pengalaman untuk membantunya menemukan ide, konsep dan pola. Teori Bruner merupakan pendukung teori berpikir secara induktif, atau dimana cara berpikirnya dari spesifik menuju umum. Ketika kamu mendapatkan ide dari suatu eksperimen disitulah kamu menggunakan berpikir secara induktif dan kamu dapat menggunakannya pada situasi yang lain. Bruner percaya bahwa siswa dapat memahami konsep dengan pendekatan yang sesuai dengan tingkatan mereka. Oleh karena itu, guru-guru sebaiknya memotivasi siswanya untuk mengatasi tantangan yang semakin rumit. Discovery learning
merupakan dasar dari inkuiri dengan
konstruktivis sebagai landasan dalam memecahkan masalah, dimana siswa 10
Joseph Abruscato, Teaching Children Science, (United States of America: Allyn and Bacon, 2001), h. 38 11 Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa, Teaching Children Science A Discovery Approach, (United States of America: Allyn and Bacon, 2010), Edisi ketujuh, h. 29.
11
12
menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk menarik fakta dan menghubungkannya dengan informasi baru. Di dalam ilmu sains siswa belajar menemukan sesuatu atau siswa tidak mengetahui ilmu tersebut12. Siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan melalui penyelidikan, memanipulasi objek, dan melakukan eksperimen. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen serta mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Discovery terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses
mental
itu
melibatkan
perumusan
masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Di samping itu juga diperlukan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka (inilah yang dimaksud dengan sikap ilmiah). Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding). Berbagai kategori-kategori saling berkaitan sedemikian rupa, sehingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam13. Leonard dan Irving memberikan pendapatnya bahwa dalam mengajar dengan discovery learning guru sebagai petunjuk atau fasilitator bukan diktator. Sebagai fasilitator guru harus mencoba mengangkat masalah yang akan membuat siswa tertarik untuk memecahkannya, serta membantu mereka menjelaskan masalah, mencari fakta, dan memberikan kesimpulan14.
12
Margot Kaplan dan Sanoff, Exploring Early Childhood, (United States of America:Macmillan Publishing, 1981), h. 43 13 Ratna wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), Cet kedua, h. 100. 14 Leonard dan Irving, Secondary and Middle School Teaching Methods, (United States of America: Macmillan Publishing, 1981), Edisi keempat, h. 207
12
13
J. Richard mengemukakan bahwa discovery learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, membaca sendiri, mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri15. Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa mengatakan “Discovery simply means coming to know something you didn’t know before”16. Discovery adalah kamu mengetahui sesuatu hal baru yang sebelumnya kamu belum mengetahuinya, discovery learning terjadi ketika siswa mendapat informasi baru tentang bagaimana memecahkan masalah yang mereka hadapi dan ini merupakan pengalaman yang bersifat pribadi. Colburn mengatakan “Discovery places a value on students' contacts with the world around them and how they interact with it, It relies on students' natural curiosity about the world and utilizes their ability to make sense of the things they touch, taste, or smell”17. Nilai discovery pada siswa adalah ketika siswa berhubungan dengan dunia di sekitar mereka dan bagaimana mereka berinteraksi dengannya, Ini didasarkan pada keingintahuan mereka tentang dunia atau lingkungan sekitarnya, dengan menggunakan kemampuan mereka untuk memahami sesuatu yang mereka rasakan, yang mereka sentuh atau yang mereka cium. Dapat ditarik kesimpulan bahwa discovery learning adalah belajar menemukan konsep dan
prinsip
secara
mandiri
dengan
melakukan
kegiatan
yang
memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip.
D. Guided Discovery Learning Guided discovery learning mengkombinasikan dari dua cara pengajaran yaitu teacher-centered dan student-centered, dalam guided discovery learning guru sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing
15
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar: salah satu unsur pelaksanaan strategi belajar mengajar: teknik penyajian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), Cet. Ketujuh, h. 20. 16 Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa, Teaching Children Science A Discovery Approach, (United States of America: Allyn and Bacon, 2010), Edisi ketujuh, h. 42 17 Artikel ini diakses dari http://www.justsciencenow.com/inquiry/index.htm
13
14
siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid bersikap aktif. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini18. High
100% Teacher dominance
50%
Low
0%
Early childhood
Middle grades
Adolescence
Gambar 2.1 Hubungan Dominasi Guru dengan Tingkatan Siswa
Siswa dengan tingkatan (umur) yang paling rendah atau di bangku sekolah dasar, guru lebih mendominasi dalam proses belajar mengajar (teacher centered). Sedangkan siswa pada tingkatan menengah atau pada tingkatan SMP dan SMA, dominasi guru 50% dan siswa 50% (studentcentered dan teacher centered) dimana siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran dengan bimbingan dari guru. Dan siswa pada tingkatan tinggi, siswa lebih mendominasi dalam proses pembelajaran (student-centered). Terdapat tiga macam cara pengajaran sains yaitu: konvensional, guided discovery learning, dan inquiry. Perbedaan yang mendasar dari ketiga cara pengajaran tersebut adalah penempatan guru dan murid. Pada pengajaran konvensional guru lebih mendominasi sedangkan murid bersikap pasif, lebih ekstrem lagi pada pengajaran inquiry dimana siswa bersikap aktif dan guru hanya sebagai fasilitator. Sedangkan pada guided discovery learning mengkombinasikan dari dua cara pengajaran tersebut, yaitu guru sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa
18
Arthur A. Carin dan Robert B. Sund, Teaching Modern Science, (Colombus: Charles E. Merril Publishing, 1985), Edisi keempat, h. 103
14
15
memperoleh pengetahuan
dan menempatkan murid bersikap aktif.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini19:
Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery, Inquiry Cara pengajaran Guru Murid
Konvensional
Guided Discovery
Aktif atau lebih
Aktif dan juga
mendominasi
sebagai fasilitator
Pasif
Aktif
Inquiry
Fasilitator Aktif
Guided discovery learning mencoba untuk membantu siswa dalam belajar penemuan yaitu membantu mereka mendapatkan pengetahuan yang dibangun oleh mereka sendiri. Guided discovery learning melibatkan menemukan makna, organisasi, dan struktur ide. Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa mengatakan “You must also be firm in your conviction that discovery learning does not happen by accident. It must be clearly guided by you (guided discovery)”20. Kamu harus meyakini bahwa discovery learning tidak terjadi secara sengaja tetapi harus dibimbing oleh kamu (penemuan terbimbing). Mereka juga mengatakan “You will guide children to develops habits of mind necessary to be active and curious observers, to seek explanation based on evidence, and to systematically test explanation through experimentation21. Yang artinya kamu harus mengarahkan anak-anak untuk mengembangkan kebiasaan berpikir aktif dan menjadi pengamat, mencari fakta berdasarkan bukti-bukti, yaitu berdasarkan percobaan atau eksperimen.
19
Arthur A. Carin dan Robert B. Sund, Teaching Modern Science, (Colombus: Charles E. Merril Publishing, 1985), Edisi keempat, h. 100 20 Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa, Teaching Children Science A Discovery Approach, (United States of America: Allyn and Bacon, 2010), Edisi ketujuh, h. 43 21 Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa, Teaching Children Science A Discovery Approach, (United States of America: Allyn and Bacon, 2010), Edisi ketujuh, h. 21
15
16
Model guided discovery learning menghadapkan siswa kepada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak
sebagai
penunjuk
jalan,
ia
membantu
siswa
agar
mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Guru sebagai instruktur memberikan suatu pernyataan atau permasalahan kemudian mengarahkan siswa berpikir tahap demi tahap sehingga dapat memecahkan permasalahan tersebut. Model guided discovery learning dapat disimpulkan sebagai pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator dan instruktur guna mengarahkan siswa untuk dapat menemukan konsep dan prinsip sendiri dengan permasalahan yang diajukan guru dan cara pemecahan juga ditentukan oleh guru seperti dengan melakukan eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Berikut ini merupakan penerapan dan keuntungan dari model guided discovery learning. 1. Penerapan Guided Discovery Learning Mengajar dengan menggunakan model guided discovery learning guru harus memberikan pengarahan pembelajaran yang mengaktifkan sisi kognitif serta kemampuan psikomotor siswa tetapi dalam penelitian ini hasil belajar yang diambil hanya dari segi kognitif saja atau dengan menggunakan test. Seperti yang dikatakan oleh Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa “When we teach science with the focus on discovery, we prepare children to make their personal discoveries with our strong guidance. We give them their very own tool packs22”. Ketika kita mengajar sains berdasarkan diskoveri, guru mempersiapkan siswa agar dapat terjadi discovery learning dalam kegiatan belajar mengajar dengan pengarahan guru, kita harus mempersiapkan siswa dengan peralatan yang mereka butuhkan. Itulah 22
Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa, Teaching Children Science A Discovery Approach, (United States of America: Allyn and Bacon, 2010), Edisi ketujuh, h. 42
16
17
tugas guru dalam model ini bagaimana membuat siswa dapat menemukan sendiri konsep dan prinsip sains dengan permasalahan yang diajukan guru dan cara pemecahan juga ditentukan oleh guru. Penerapan
guided discovery learning pada siswa terdapat
sepuluh langkah. Langkah-langkah tersebut adalah23: a. Introduction (Pendahuluan) Menetapkan fokus pada tujuan awal pelajaran, konten, atau kegiatan. b. Review (Pengulangan) Membahas
pelajaran
yang
terkait
sebelumnya,
yang
berhubungan dengan materi atau konsep yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini konsep yang akan di bahas adalah laju reaksi sehingga
materi
yang
sesuai
untuk
pengulangan
adalah
stoikiometri. c. Overview (Gambaran) Memberikan menjabarkan
gambaran
ide-ide
siswa,
informasi bertukar
baru
atau
pikiran,
masalah, berdiskusi,
memberikan pemahaman tentang masalah yang akan diselidiki atau diteliti. d. Investigation (Penyelidikan) Kegiatan siswa memanipulasi bahan untuk menguji ide-ide yang didapatkan mereka atau kegiatan eksperimen di laboratorium, demonstrasi guru yang melibatkan para siswa juga tepat. Tahap ini mencakup tahap eksplorasi dari siklus pembelajaran, beberapa pedoman guru tepat digunakan yaitu dalam bentuk saran, petunjuk, pertanyaan, dan informasi.
23
Arthur A. Carin, Teaching Modern Science, (Columbus: Macmillan Publishing, 1993), Edisi ketujuh, h. 181
17
18
e. Representation (Representasi) Merupakan hasil kegiatan penelitian siswa yang dapat di representasikan
melalui
tindakan,
gambar,
grafik,
tabel,
pengukuran, kata-kata dan peta konsep. f. Discussion (Diskusi) Hasil kegiatan dari penelitian atau eksperimen siswa disajikan dan didiskusikan. Guru dapat menggunakan pertanyaan strategi di sini, yaitu pertanyaan yang dapat membuat konflik kognitif pada siswa. Seperti pertanyaan dengan miskonsepsi, atau konsep yang bertolak belakang. g. Invention (Penemuan) Dari hasil penelitian dan diskusi maka siswa akan mendapatkan konsep baru dan prinsip. Siswa bukan hanya mengingat pengetahuan yang di dapat tetapi membangun pengetahuan baru yang bermakna yang dapat digunakan siswa untuk pemecahan masalah. h. Application (Aplikasi) Pengetahuan baru yang dibangun dapat digunakan siswa untuk pemecahan masalah selanjutnya, yaitu dengan mengulang tahap investigation (penyelidikan) sampai tahap invention (hasil). i. Summary (Kesimpulan) Ringkasan, temuan, konseptualisasi, penjelasan, dan penutup dirangkum dan terkait dengan pelajaran lain. j. Assesment (Penilaian) Dengan mengadakan tes guru dapat mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai tujuan dan indikator yang telah tecapai.
18
19
2. Kelebihan Guided Discovery Learning Guided discovery learning mempunyai empat kelebihan yaitu24: potensi intelektual, motivasi intrinstik, heuristic discovery, memori. a. Potensi Intelektual Menurut Bruner bahwa seorang individu belajar dengan menggunakan pikirannya. Melalui guided discovery learning, seorang siswa perlahan-lahan belajar bagaimana mengatur dan melaksanakan investigasi atau penelitian secara mandiri. Keuntungan terbesar dari guided discovery learning adalah membantu memori siswa agar tidak cepat lupa atau bertahan lama dan mudah diterapkan pada situasi yang baru. Pengetahuan yang dibangun oleh siswa secara mandiri akan mudah untuk diingat, sementara jika siswa hanya mengetahui konsep saja maka akan cepat lupa. b. Motivasi Intrinstik Guided discovery learning membantu siswa menjadi lebih mandiri, dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Siswa akan mempunyai motivasi di dalam dirinya ketika mereka belajar dengan menemukan sesuatu sendiri, bukan dengan mendengar tentang hal sesuatu. Dengan guided discovery learning, guru lebih mungkin untuk memberikan suasana belajar yang menyenangkan dimana siswa terlibat dalam pembelajaran karena menyenangkan, menarik, dan bermanfaat bagi mereka sendiri. Tugas guru kemudian adalah bertindak sebagai fasilitator, mengarahkan siswa dan memberikan para siswa sesuai dengan kebutuhan mereka.
24
Arthur A. Carin, Teaching Modern Science, (Columbus: Macmillan Publishing, 1993), Edisi ketujuh, h. 76
19
20
c. Heuristic Discovery (Pembelajaran menyeluruh) John Dewey berkata, “kita belajar dengan melakukan dan merenungkan apa yang kita lakukan”. Banyak bukti menunjukkan bahwa belajar bukan merupakan proses pasif. Jerome Bruner juga berkata, “ bahwa siswa adalah bukan pendengar, tetapi harus secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran”. Siswa dapat secara aktif terlibat dengan mendengarkan, berbicara, membaca, melihat, dan berpikir. Piaget mengatakan bahwa belajar tidak terjadi tanpa tindakan. Tugas guru adalah menemukan cara agar peserta didik secara aktif terlibat dalam kegiatan apapun yang disajikan. Serta membantu siswa dalam belajar untuk membimbing mereka dalam memproses informasi baru. d. Memori Pikiran (otak) manusia sering dibandingkan dengan komputer yang sangat rumit, masalah terbesar dari komputer manusia ini tidak penyimpanan tetapi pengambilan data atau mengingat kembali. Hasil penelitian dari Psikologi percaya bahwa kunci untuk pengambilan informasi kembali adalah organisasi, bagaimana cara menemukan dan mendapatkan informasi tersebut. Materi yang terorganisir dengan baik memiliki kesempatan untuk diakses dalam memori.
E. Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapain tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun di keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar
20
21
mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, diantaranya25: a. Hintzman Dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. a. Wittig Dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. b. Skinner Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. c. Chaplin Belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. d. Reber Pertama belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan kognitif yang mengakibatkan perubahan pada suatu organisme yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. 25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), Cet keempatbelas, h. 90.
21
22
2. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil (product) menuju kepada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input proses hasil dapat dengan jelas bahwa hasil merupakan akibat perubahan oleh proses. Begitu juga dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Hubungan ini digambarkan sebagai berikut26 : Tujuan Instruksional
Pengalaman Belajar
Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya27. Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni28: a. Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
26
Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2008), cet. Ke-14, h.2 27 Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2008), cet. Ke-14, h.34. 28 Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2008), cet. Ke-14, h.22.
22
23
b. Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotorik Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Pembelajaran sains pada prinsipnya mengembangkan tiga ranah kompetensi, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berupa konsep, prinsip, hukum dan teori. Ranah afektif berupa sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkapi rahasia alam. Sedangkan ranah psikomotor merupakan proses ilmiah, baik fisik maupun mental, dalam mencermati fenomena alam. Ranah psikologis siswa yang terpenting ialah ranah kognitif. Ranah yang berkedudukan di otak ini, dalam perspektif psiklogi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotorik (karsa). Tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Kedua fungsi psikologis yang lain yaitu afektif dan psikomotor siswa ini juga penting tetapi cukup dipandang sebagai buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan aktivitas fungsi kognitif. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki oleh seseorang siswa berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai perubahan setelah mengalami proses belajar.
23
24
3. Fase-Fase dalam Proses Belajar Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Jerome S. Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase yaitu29: a.
Fase informasi Seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
b.
Fase transformasi Informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada giliranya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
c.
Fase evaluasi Seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan
untuk
memahami
gejala-gejala
lain
atau
memecahkan masalah yang dihadapi.
Sedangkan menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu30:
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), Cet keempatbelas, h. 113. 30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), Cet keempatbelas, h. 114.
24
25
a. Aquisition (penerimaan informasi) Seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. b. Storage (tahap penyimpanan informasi) Siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses aquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan short term dan long term memory. c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu31: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa c. Faktor pendekatan belajar
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), Cet keempatbelas, h. 132.
25
26
Tabel 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Ragam Faktor dan Elemennya Internal Siswa
Eksternal Siswa
Pendekatan Belajar Siswa
1. Aspek Fisiologis
1.
Lingkungan Sosial
1.
Pendekatan Tinggi
-
tonus jasmani
-
keluarga
-
speculative
-
mata dan telinga
-
guru dan staf
-
achieving
2. Aspek Psikologis
-
masyarakat
-
inteligensi
-
teman
-
sikap
2. Lingkungan
-
analitical
-
minat
Nonsosial
-
deep
-
bakat
-
rumah
-
motivasi
-
sekolah
-
peralatan
-
Reproductive
-
alam
-
surface
2.
Pendekatan Sedang
3.
Pendekatan Rendah
Guided discovery learning membantu siswa menjadi lebih otonom, mandiri, dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Siswa akan mempunyai motivasi di dalam dirinya (motivasi instrinstik) ketika mereka belajar dengan menemukan sesuatu sendiri, bukan hanya dengan mendengar tentang hal sesuatu.
F. Pengertian Ilmu Kimia Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains di SMA/MA diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
26
27
alam
sekitar,
serta
prospek
pengembangan
lebih
lanjut
dalam
32
penerapannya di kehidupan sehari-hari . Ilmu kimia adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana, gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, dinamika, transformasi dan energetika zat. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Oleh karena itu dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses33. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan tingkat SMA atau MA. Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran kimia di SMA dan MA adalah sebagai berikut34 : 1. Menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan kebesaran Tuhan YME. 2. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup: a. sikap jujur dan objektif terhadap data b. sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar. c. Ulet
dan
tidak
cepat
putus
asa
Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris. d. Dapat bekerja sama dengan orang lain 3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui eksperimen atau percobaan, dimana siswa melakukan pengujian
32
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, (Jakarta:Depdiknas, 2003) 33 Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h 7 34 Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 7
27
28
hipotesis
dengan
merancang
eksperimen
melalui
pemasangan
instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis. 4. meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. 5. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan seharihari. 6. Membentuk sikap yang positif terhadap kimia, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam, serta kemampuan kimia dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapannya dalam tekhnologi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia merupakan kemampuan yang dimiliki oleh anak didik yang dapat berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor sebagai suatu perubahan yang
dialaminya
setelah
menerima
pengalaman
belajar
dalam
pembelajaran kimia. Pada penelitian ini hasil belajar kimia yang diukur dibatasi hanya pada aspek kognitif.
G. Laju Reaksi Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Misalnya jika kita menyalakan korek api maka pentul korek api akan habis terbakar lebih cepat dibandingkan dengan batang kayunya. Kecepatan dalam suatu reaksi kimia sering disebut laju reaksi. 1. Konsep Laju Reaksi Laju Reaksi adalah besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Perubahan ini biasa dinyatakan sebagai
28
29
perubahan konsentrasi molar (molaritas) sehingga laju reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi akhir (hasil reaksi) terhadap konsentrasi awal (pereaksi) per satuan waktu. Satuan laju reaksi kimia dinyatakan dengan molaritas per detik (M/detik). Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan, diketahui reaksi : mA + nB
pC + qD
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, laju reaksi dapat diartikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi molar A atau B, laju pertambahan konsentrasi molar C atau D. Dengan demikian laju reaksi dapat dinyatakan35: Laju reaksi =
[A] [ B] atau t t
Atau Laju reaksi =
[C] [ D ] atau t t
Koefisien reaksi sangat mempengaruhi laju reaksi, yang dapat dituliskan: Laju pengurangan B =
n x laju berkurangnya A m
Laju pertambahan C =
p x laju berkurangnya A m
2. Stoikiometri Laju Reaksi Sebelum belajar lebih jauh lagi tentang laju reaksi kita harus memahami terlebih dahulu cara menghitung molaritas larutan. Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat yang terlarut dalam 1 liter larutan. Larutan adalah campuran homogen antara dua komponen zat atau lebih. Komponen yang jumlahnya banyak disebut pelarut, sedangkan komponen yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut.
35
Unggul Sudarmo, Kimia SMA 2 untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 62
29
30
Rumus untuk mencari molaritas adalah : M=
n V
Keterangan : n = mol atau jumlah zat terlarut V= volume larutan dalam satuan liter 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi36 a. Teori tumbukan Suatu reaksi kimia dapat berlangsung apabila terjadi interaksi antara molekul-molekul pereaksi atau terjadi tumbukan antara molekul-molekul pereaksi. Namun,
tidak semua tumbukan antar
molekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam istilah kimia dikenal dengan energi aktivasi (energi pengaktifan), yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul
pereaksi
agar
tumbukan
antar
molekul
menghasilkan zat hasil reaksi. b. Konsentrasi Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan oleh teori tumbukan. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setipa satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul dapat sering terjadi. Contohnya, kapur tulis baru dapat bereaksi dengan HCl jika kedua zat tersebut saling bersentuhan (bertumbukan). Semakin pekat (konsentrasi semakin besar) suatu asam, jumlah partikelnya akan semakin banyak. Artinya peluang tumbukan antara asam dan kapur tulis akan
36
Sandri Justiana dan Muchtaridi, Chemistry For Senior High School 2 Year XI,(Jakarta: Yudhistira, 2009), h. 114.
30
31
semakin besar. Semakin banyak tumbukan yang terjadi, laju reaksi akan semakin cepat. c. Luas Permukaan Sentuhan Laju reaksi dipengaruhi luas permukaan bidang sentuh antara zat-zat yang bereaksi. Suatu zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaannya diperluas dengan cara mengubah bentuk kepingan menjadi serbuk. Menurut teori tumbukan, semakin banyak permukaan zat yang bersentuhan dengan partikel larutan, peluang terjadinya reaksi semakin banyak sehingga reaksi antara zat dengan larutan semakin cepat. Contohnya, saat paku dicampurkan dengan asam klorida, permukaan paku akan bersentuhan dengan partikel asam klorida. Semakin banyak permukaan logam yang bersentuhan dengan partikel asam klorida, paku tersebut akan mudah larut. Dengan demikian, serbuk besi akan lebih cepat bereaksi dengan asam klorida dibandingkan paku batangan. d. Suhu Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya berubah. Kenaikan sekitar 10oC akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi menjadi dua kali. Dengan naiknya harga tetapan laju reaksi (k), mak reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi, kenaikan suhu akan mengakibatkan laju reaksi akan berlangsung semakin cepat. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul-molekul yang bereaksi akan bergerak lebih cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi. e. Katalis Katalis adalah zat yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa mengakibatkan perubahan kimia yang kekal bagi zat itu sendiri. Setelah reaksi kimia berlangsung katalis terdapat kembali dalam keadaan dan jumlah yang sama dengan sebelum reaksi. Agar terjadi
31
32
reaksi partikel-partikel zat harus memiliki energi minimum tertentu yang disebut energi pengaktifan. Dalam hal ini, katalis berfungsi untuk menurunkan sejumlah energi pengaktifan agar reaksi dapat berlangsung. Dapat dilihat gambar dibawah ini yang menunjukkan peranan katalis dalam menurunkan energi aktivasi37. A+B
C Ea
A+B
E’a C
Gambar 2.2 Peranan Katalis dalam Menurunkan Energi Pengaktifan
H. Kerangka Berpikir Konsep-konsep kimia tidak terlepas dari model pembelajaran atau cara pengajaran yang dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk dapat membangkitkan minat belajar siswa sehingga siswa dapat dengan mudah memahami konsep kimia. Terdapat tiga macam cara pengajaran sains yaitu38: konvensional, guided discovery learning, dan inquiry. Perbedaan yang mendasar dari ketiga cara pengajaran tersebut adalah penempatan guru dan murid. Pada pengajaran konvensional guru lebih mendominasi sedangkan murid bersikap pasif, lebih ekstrem lagi pada pengajaran inquiry dimana siswa bersikap aktif dan guru hanya sebagai fasilitator. Sedangkan pada guided discovery learning mengkombinasikan dari dua cara pengajaran tersebut,
37
Ari Harnanto dan Ruminten, Kimia SMA 2 untuk SMA Kelas XI ,(Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 101. 38 Arthur A. Carin dan Robert B. Sund, Teaching Modern Science, (Colombus: Charles E. Merril Publishing, 1985), Edisi keempat, h. 100
32
33
yaitu guru sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid bersikap aktif. Salah satu model pembelajaran yang lebih efisien dalam meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran kimia adalah dengan menggunakan model guided discovery learning. Dengan model guided discovery learning siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam model guided discovery learning siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran dikelas harus optimal supaya siswa mampu mengembangkan dan memanfaatkan ilmu kimia dalam kehidupan seharihari. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu, bidang studi kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi tentang komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan penalaran dan keterampilan. Rendahnya penguasaan untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa. Hal ini bisa teratasi dengan dengan penerapan model pembelajaran guided discovery learning diharapkan akan mempertinggi pencapaian hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi yang ada di kelas XI (sebelas) semester 1.
33
34
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Internal
Eksternal
Lingkungan non sosial
Faktor fisiologis Faktor psikologis
Rumah
Sekolah
Lingkungan sosial
Peralatan
Model pembelajaran Hasil belajar Guided discovery learning Aspek kognitif, psikomotorik, afektif
Potensi intelektual, motivasi intrinstik, heuristic discovery, memori Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pikir
I. Hasil Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang pernah dilakukan diantaranya: 1. Chanifah,
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Perbandingan
Penguasaan Konsep Siswa yang Menggunakan Metode Praktikum Penemuan (Discovery) dan Verifikasi, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa metode praktikum penemuan (discovery) yang diterapkan di kelas eksperimen 1 memberikan hasil yang lebih baik, terbukti dengan rata-rata sebesar 78,75 dibanding dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan metode praktikum verifikasi dengan rata-rata sebesar 78,08. 2. Zulfa Amrina, dalam penelitiannya yang berjudul Studi tentang Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan Metode Penemuan dan
34
35
Metode Ekspositori dalam Kaitannya dengan Taraf Inteligensi Siswa, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa terdapat interaksi antara metode penemuan dan metode ekspositori dengan taraf inteligensi siswa yang belajar. Berdasarkan analisis regresi diperoleh informasi bahwa siswa yang mempunyai taraf inteligensi diatas 99 lebih efektif diajar dengan menggunakan metode penemuan daripada dengan metode ekspositori. Sedangkan siswa yang mempunyai taraf inteligensi dibawah 99 lebih efektif diajar dengan menggunakan metode ekspositori daripada dengan metode penemuan. 3. Nur Rahmania, dalam penelitiannya yang berjudul Menumbuhkan Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Sains (Nilai Religius dan Nilai Praktis) melalui Pendekatan Penemuan (Discovery) Terbimbing pada Konsep Sistem Sirkulasi, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar biologi konsep sistem sirkulasi setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan diskoveri terbimbing. 4. Bradford W. Mott, Scott W. McQuiggan, Sunyoung Lee, Seung Y. Lee, and James C. Lester, dalam penelitiannya yang berjudul NarrativeCentered Environments for Guided Exploratory Learning, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa Narrative-centered exploratory learning also raises fundamental education questions that call for empirical evaluation. 5. Heti Nurhayati, dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran dengan Metode Diskoveri Terbimbing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Asam Basa, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang diajarkan dengan metode diskoveri terbimbing lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan metode ceramah.
35
36
J. Pengajuan Hipotesis Sebagai upaya untuk menemukan jawaban dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara dari masalah yang telah dirumuskan. Ho = Tidak terdapat pengaruh dalam penerapan model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional Ha = Terdapat pengaruh dalam penerapan model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
36
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 72, jalan Prihatin No.1 komplek TNI-AL Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara. Pada kelas XI (sebelas) semester 1 tahun ajaran 2010-2011 yang dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Oktober 2010
B. Metode dan Rancangan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experiment, yaitu studi kelas tempat mengkondisikan perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat seperti eksperimen sejati. Eksperimen ini disebut kuasi karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah murni1. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas ini adalah model pembelajaran guided discovery learning. Sedangkan variabel terikatnya dalam penelitian ini adalah hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. 2. Rancangan penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model nonequivalent control group design yang dapat digambarkan sebagai berikut2:
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. kedelapan, h. 207 2 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), Cet. Kelimabelas, h. 89
37
38
Tabel 3.1 Desain Penelitian nonequivalent control group design Kelompok
Pretest
Posttest
E
X1
X2
K
Y1
Y2
Keterangan : E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok Kontrol X1 : Hasil tes kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan X2 : Hasil tes kelas eksperimen sesudah perlakuan dengan model pembelajaran guided discovery learning Y1 : Hasil tes kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan Y2 : Hasil tes kelas kontrol dengan model konvensional Prosedur : a. Menggolongkan sampel menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol b. Mempertahankan semua kondisi untuk kedua kelompok agar tetap sama c. Melaksanakan pretest untuk mengetahui pemahaman awal siswa d. Melaksanakan posttest untuk mengukur hasil belajar kimia siswa setelah pembelajaran selesai e. Menghitung perbedaan hasil posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji-t f. Membandingkan perbedaan-perbedaan tersebut untuk menentukan apakah model pembelajaran guided discovery learning dengan pembelajaran model konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
39
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, XII SMAN 72 Jakarta Utara yang berjumlah 735 siswa, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas XI yang berjumlah 245 siswa. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti3, Sampel adalah seluruh siswa kelas XI-1 terdiri dari 34 siswa dan XI-2 terdiri dari 35 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sample atau sampel bertujuan. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu4. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Tahap persiapan Persiapan dilakukan yaitu berupa penyesuain waktu belajar di sekolah sesuai dengan satuan pelajaran atau alokasi waktu yang telah ditetapkan, juga berupa penyusunan materi yang akan diajarkan, setelah itu dilakukan pembuatan dan pengujian instrumen penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Sepetember 2010 sampai Oktober 2010. Penelitian dilaksanakan oleh peneliti langsung untuk menguji hasil belajar kimia siswa dengan diberi perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kontrol.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ketigabelas, h. 131. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.139.
40
3. Tahap evaluasi hasil belajar Setelah pokok bahasan selesai diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery learning pada kelas eksperimen dan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, maka diuji hasil belajar dari kedua kelas tersebut dengan menggunakan tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda.
E. Variabel penelitian Tabel 3.2 Variabel Penelitian Variabel Penelitian Variabel X model guided learning
Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Pada guided discovery Proses-proses
pembelajaran learning siswa didorong atau discovery untuk
belajar
kegiatan
mental yang
secara dilakukan
itu
mandiri. Siswa belajar melibatkan perumusan melalui keterlibatan aktif masalah, dengan
merumuskan
konsep-konsep hipotesis,
merancang
dan prinsip-prinsip dan eksperimen, guru mendorong siswa melaksanakan untuk
mendapatkan eksprimen,
pengalaman
dengan mengumpulkan
melakukan yang mereka konsep prinsip
dan
kegiatan menganalisis data, serta
memungkinkan menarik kesimpulan. menemukan dan
prinsip-
41
Variabel Y
Hasil
belajar
hasil belajar
kemampuankemampuan
adalah Untuk
melihat
peningkatan yang belajar
hasil
siswa
dimiliki siswa setelah dilakukan
maka
penilaian
menerima pengalaman berupa tes pemahaman belajarnya
siswa (kognitif) pada konsep laju reaksi
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia siswa yang berupa tes pencapaian (achievement test) terdiri dari tes obyektif bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi atau penerapan (C3), analisis (C4). Sebelum instrumen tes dibuat, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan oleh suatu tes atau ujian5.
5
Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 93.
42
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kompetensi Dasar
Indikator
Jenjang Kognitif
Ket
C1 C2 C3 C4 Mendefinisikan 1,2,3* molaritas Membuat larutan dengan 4*,5, satuan 6,7 molaritas Menjelaskan 9,10,11 pengertian laju 8 ,12 reaksi Menghitung 13*,14 laju reaksi 15,16 *,17,18 sederhana Menyebutkan faktor-faktor 19,21, 25,20, yang 23,24 22 mempengaruhi laju reaksi Menganalisis percobaan berdasarkan 26,27*, faktor-faktor 28*,29, yang 30* mempengaruhi laju reaksi Keterangan: *) validasi konstruk
3.1 Mendeskrip sikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktorfaktor yang mempengar uhi laju reaksi
Kisi-kisi disusun bertujuan untuk menjamin bahwa soal yang diberikan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur. Untuk itu sebelum uji coba instrumen, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitasnya. 1. Validitas instrumen penelitian Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan sesuai instrumen6. Dengan kata lain validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat penilaian mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. 6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ketigabelas, h. 168.
3
4
5
6
7
5
43
Untuk mengukur validitas item, digunakan teknik analisis korelasi Point Biserial, dimana skor hasil tes untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi Point Biserial (rpbi) adalah7:
rpbi =
Mp Mt St
p q
Keterangan : rpbi : Koefisien korelasi point biserial Mp : Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar Mt : Mean skor total St : Standar deviasi dari skor total P : Proporsi peserta tes yang menjawab benar q
: Proporsi peserta tes yang menjawab salah Kemudian dikonsultasikan dengan tabel product momen,
apabila valid kemudian dicari reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20 dan dikonsultasikan dengan tabel product momen. Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitunagn rpbi dibandingkan dengan rtabel jika perhitungan rpbi ≥ rtabel product momen maka soal valid dan reliable. Jika hasil perhitungan rpbi ≤ rtabel maka soal tersebut dinyatakan tidak valid (Drop) dan tidak reliabel.
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ketigabelas, h. 283.
44
2.
Reliabilitas instrumen penelitian Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran8. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus Kuder-Richardson atau KR-20 yaitu9:
k Vt pq rii = Vt k 1
Keterangan : rii : Koefisien reliabilitas instrumen k
: Banyaknya butir pertanyaan
p
: Proporsi subjek yang menjawab betul (proporsi subjek yang
mendapat skor 1) p
banyaknya subjek yang skornya 1 N
q
banyaknya subjek yang skkornya 0 (q 1 - p)
Vt : Varians total ∑pq: Jumlah hasil perkalian p dan q
3. Taraf Kesukaran Untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah, sedang, atau sukar, digunakan rumus10: I=
8
B N
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. kedelapan, h. 229. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ketigabelas, h. 188. 10 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 137.
45
Keterangan: I = Indeks kesukaran untuk setipa butir soal B= Banyaknya siswa yag menjawab benar N=Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud. Dengan ketentuan11: Antara 0,00 – 0,30 = Sukar Antara 0,31 – 0,70 = Sedang Antara 0,71 – 1,00 = Mudah
4. Daya Pembeda Soal Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang (lemah prestasinya). Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus12: D = (Ba - Bb)/ 0,5N Keterangan : D = Daya Pembeda Ba= Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas Bb= Jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah N= Jumlah peserta tes
Adapun kriteria daya pembeda sebagai berikut: 0,00 – 0,20 = Buruk 0,21 – 0,40 = Cukup 0,41 – 0,70 = Baik 11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 137. 12 Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 104.
46
0,71 – 1,00 = Baik sekali. Namun seiring perkembangan teknologi, untuk menganalisis hasil uji coba tiap butir soal instrumen tes dapat menggunakan bantuan program Anates.(Lampiran 7)
G. Teknik Analisis Data Untuk penganalisaan data dalam penelitian ini digunakan uji statistik dengan menggunakan uji-t. tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data. 1. Uji Prasyarat Sampel Penelitian (Pretest) a. Uji normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus13: χ2 =
( fo fe) 2 fe
Keterangan : fe
= frekuensi yang diharapkan
fo
= frekuensi observasi
Langkah-langkah untuk mengadakan uji chi-kuadrat adalah: 1) Menentukan batas kelas 2) Mencari nilai Z-score dengan rumus Z=
Bataskelas mean S
3) Mencari luas 0 – Z tabel kurva normal 0 – Z 4) Mencari luas tiap kelas interval 5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 13
Haryono Subiyakto, Statistika 2, (Jakarta: Gunadarma, 1994), h. 92.
47
6) Mencari Chi kuadrat 7) Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel b. Uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data homogen
(sama)
atau
tidak.
Uji
homogenitas
dilakukan
menggunakan uji Fisher dengan rumus14:
Keterangan: F
= uji Fisher
S1
2
= varians terbesar
S22
= varians terkecil
Dimana,
n X1 X i
2
2
S 2
n(n 1)
Adapun kriteria pengujiannya adalah: 1. Jika F
hitung
≤ F
tabel,
maka kedua data memiliki varians yang
homogen. 2. Tolak Ho, jika harga F hitung ≤ F tabel 3. Terima Ho, jika harga F hitung > F tabel Untuk taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan penyebut dk1 = n1 – 1, dan derajat kebebasan pembilang dk2 = n2 – 1. 2. Uji Prasyarat Analisis (posttest) Setelah sampel diketahui memenuhi persyaratan berdistribusi normal dan homogen, maka sampel tersebut layak dijadikan sampel dalam penelitian. Selanjutnya yaitu memberikan treatment kemudian memberikan tes sebagai data posttest. Pengujian prasyarat analisis 14
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), Cet. Kelimabelas, h. 232
48
menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data.
3. Analisis Data a. normalized gain Menganalisis data pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang memperhatikan ketuntasan hasil belajar setelah pembelajaran menggunakan model guided discovery learning. Dalam hal ini digunakan rumus normalized gain sebagai berikut15: g
(nilai posttest nilai pretest) (100 nilai pretest)
Dengan kategori penilaian sebagai berikut: g-tinggi = nilainya >0,7 g-sedang = nilainya 0,7 ≤ g ≥0,3 g-rendah = nilainya < 0,3
b. Uji-t Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji-t dengan taraf signifikan α 0,05. Rumus yang digunakan yaitu16:
X1 X 2
t-hit = s
15
1 1 n1 n2
(n1 1) S1 (n2 1) S 2 n1 n2 2 2
dimana
S=
David E. Meltzer, The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains in Physics: a Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest scores, (Departement of Physics And Astronomy University Ames, 2002), h. 3 16 Ronald E Walpole, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT Gramedia, 1995), Edisi ketiga, h. 307
2
49
Keterangan: t-hit : hasil hitung distribusi t X1 : Nilai rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen X2 : Nilai rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol. S : Simpangan baku gabungan kelompok eksperimen dan kontrol n1 : Jumlah siswa pada kelompok eksperimen n2 : Jumlah siswa pada kelompok kontrol S12 : Varians kelompok eksperimen S22 : Varians kelompok kontrol.
H. Uji Hipotesis Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran guided discovery learning, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : μ1 = μ2 Ha : μ1 > μ2
Keterangan : μ1 adalah rata-rata hasil belajar kimia siswa melalui model pembelajaran guided discovery learning μ2 adalah rata-rata hasil belajar kimia siswa melalui pembelajaran konvensional.
50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Data yang digunakan dalam peneitian ini diambil dari hasil tes. Tes yang diberikan merupakan aspek kognitif dengan menggunakan instrumen berupa tes pilihan ganda sebanyak 20 soal yang diberikan setelah pembelajaran. Data yang diperoleh meliputi data skor hasil belajar dari 69 siswa yang terdiri dari 34 siswa kelas eksperimen dan 35 siswa kelas kontrol. 1. Hasil Belajar Kimia Siswa di SMAN 72 Jakarta dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning (Kelompok Eksperimen) a. Nilai Pretest Hasil Belajar Kimia Kelompok Eksperimen Dari hasil penelitian ini didapatkan data hasil belajar kimia siswa pada kelompok eksperimen ini berada diantara nilai 10 sampai 40 dan hasil pretest pada kelompok eksperimen dari penelitian ini dapat divisualisasikan dalam diagram batang yang disajikan pada gambar 4.1 berikut:(nilai pretest siswa pada lampiran 7)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Kelas Interval
14-10 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
Gambar 4.1 Sebaran Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Berdasarkan penghitungan-penghitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest
50
51
(perhitungan lengkap lihat lampiran 9). Dan data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel 4.1 Sebaran Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen No Pemusatan dan Penyebaran data Nilai 1 Rata-rata 25,23 2 Median 23,38 3 Modus 19,5 4 Simpangan Baku 8,3
b. Nilai Posttest Hasil Belajar Kimia Kelompok Eksperimen Dari hasil penelitian ini didapatkan data hasil belajar kimia siswa pada kelompok eksperimen ini berada diantara nilai 50 sampai 85 dan hasil posttest pada kelompok eksperimen dari penelitian ini dapat divisualisasikan dalam diagram batang yang disajikan pada gambar 4.2 berikut:(nilai posttest siswa pada lampiran 7)
12 10 8 6
Kelas Interval
4 2 0 50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85
Gambar 4.2 Sebaran Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Berdasarkan penghitungan-penghitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest (perhitungan lengkap lihat lampiran 10). Dan data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah:
52
Tabel 4.2 Sebaran Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen No Pemusatan dan Penyebaran data Nilai 1 Rata-rata 72,8 Median 75 2 Modus 85,5 3 Simpangan Baku 9,53 4 Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata nilai pretest dan posttest pada kelompok eksperimen yang menggunakan model guided discovery learning sebesar 25,23 untuk nilai pretest dan 72,8 untuk nilai posttes. (Data disajikan pada lampiran ) 2. Hasil Belajar Kimia Siswa di SMAN 72 Jakarta dengan Model Pembelajaran Konvensional (Kelompok Kontrol) a. Nilai Pretest Hasil Belajar Kimia Kelompok Kontrol Dari hasil penelitian ini didapatkan data hasil belajar kimia siswa pada kelompok kontrol ini berada diantara nilai 10 sampai 40 dan hasil pretest pada kelompok eksperimen dari penelitian ini dapat divisualisasikan dalam diagram batang yang disajikan pada gambar 4.3 berikut:(nilai pretest siswa pada lampiran 8)
10 8 6 Kelas Interval
4 2 0 14-10 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
Gambar 4.3 Sebaran Hasil Pretest Kelompok Kontrol Berdasarkan penghitungan-penghitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest
53
(perhitungan lengkap lihat lampiran 11). Dan data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel 4.3 Sebaran Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol No Pemusatan dan Penyebaran data Nilai 1 Rata-rata 24,86 2 Median 23,25 3 Modus 21,17 4 Simpangan Baku 8,04
b. Nilai Posttest Hasil Belajar Kimia Kelompok Kontrol Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa pada kelompok kontrol ini berada diantara nilai 40 sampai 70 dan hasil posttest pada kelompok kontrol dari penelitian ini dapat divisualisasikan dalam diagram batang yang disajikan pada gambar 4.4 berikut:(nilai posttest siswa pada lampiran 8)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Kelas Interval
40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74
Gambar 4.4 Sebaran Hasil Posttest Kelompok Kontrol Berdasarkan penghitungan-penghitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest (perhitungan lengkap lihat lampiran 12). Dan data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah:
54
Tabel 4.4 Sebaran Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol No Pemusatan dan Penyebaran data Nilai 1 Rata-rata 54,86 2 Median 54,2 3 Modus 53,5 4 Simpangan Baku 8,06 Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata nilai pretest dan posttest pada kelompok kontrol yang menggunakan model konvensional sebesar 24,86 untuk nilai pretest dan 54,86 untuk nilai posttest.
3. Normalized Gain a. Normalized Gain Hasil Belajar Kimia Siswa (Kelompok Eksperimen) dengan model Guided Discovery Learning pada kelompok eksperimen yang memiliki tinggi sebanyak 9 siswa, sedang 25 siswa dan tidak ada satupun dalam kelompok ini memiliki rendah, perhitungan dapat disajikan dalam lampiran 21. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jumlah sesuai kategori nilai tersebut: Tabel 4.5 Deskripsi Jumlah Kelompok Eksperimen Katagori Jumlah Siswa Persentase Tinggi 9 26,47% Sedang 25 73,53% Rendah 0 0% Jumlah 34 100%
b. Normalized Gain Hasil Belajar Kimia Siswa (Kelompok Kontrol) dengan Model Konvensional pada kelompok kontrol yang memiliki nilai sedang sebanyak 30, rendah 5 siswa dan tidak ada satupun dalam kelompok kontrol ini memiliki nilai tinggi, perhitungan dapat dilihat dalam lampiran 22. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jumlah sesuai katagori nilai tersebut:
55
Tabel 4.6 Deskripsi Jumlah Kelompok Kontrol Katagori Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Jumlah Siswa 0 30 5 35
Persentase 0% 85,71% 14,29% 100%
Berdasarkan data yang dijabarkan di atas bahwa hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu nilai kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan nilai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memiliki kategori sedang dan kelompok kontrol memiliki kategori kelompok sedang. Maka dapat dilihat rekapnya pada tabel dibawah:
Tabel 4.7 Rekap Nilai Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Banyak Siswa
Rata-
Rata-
rata
rata
Pretest
Posttest
Katagor i
Eksperimen
34
25,23
72,8
0,64
Sedang
Kontrol
35
24,86
54,86
0,39
Sedang
Data pada tabel tersebut diatas dapat divisualisasikan dalam diagram batang berikut:
56
te st
Eksperimen Kontrol
Po s
Pr et es t
75 65 55 45 35 25 15 5 -5
Gambar 4.5 Sebaran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data variabel penelitian yang dianalisis dengan menggunakan statistik uji-t harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya adalah: 1. Uji Prasyarat Sampel Penelitian (pretest) Uji prasyarat sampel ini untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan layak atau tidak untuk menjadi sampel penelitian, dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Pretest Pengujian normalitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan statistik Chi-kuadrat χ2. Berdasarkan hasil pengujian normalitas pretest dari kelompok eksperimen didapatkan χ2hitung adalah 9,235 dan χ2tabel adalah 11,1 (perhitungan lengkap pada lampiran 13 dan 15). Begitu juga pada kelas kontrol didapatkan χ2hitung adalah 5,867 dan χ2tabel adalah 12,6. Berikut ini adalah hasil dari penghitungan tersebut:
57
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pretest No.
Kelompok
χ2hitung
χ2tabel
1
Eksperimen
9,235
11,1
2
Kontrol
5,867
12,6
Keterangan Data terdistribusi normal Data terdistribusi normal
Dari hasil penghitungan pretest uji normalitas untuk kelas eksperimen didapat χ2hitung ≤ χ2tabel yaitu 9,235 ≤ 11,1 dan untuk kelas kontrol χ2hitung ≤ χ2tabel yaitu 5,867 ≤ 12,6. Dalam hal ini derajat kebebasan (db) = k – 1 = 7 – 1 = 6 dan taraf kesalahan 0,05. Dengan ketentuan: jika χ2hitung ≥ χ2tabel artinya distribusi data tidak normal jika χ2hitung ≤ χ2tabel artinya distribusi data normal Berdasarkan data diatas didapatkan χ2hitung ≤ χ2tabel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas memiliki data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas (pretest) Pengujian
homogenitas
dilakukan
dengan
maksud
untuk
mengetahui apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji perbedaan varians dengan menggunakan statistik F atau uji-F. Pengujian homogenitas data pretest kelompok eksperimen dan data pretest kelompok kontrol menghasilkan harga Fhitung sebesar 1,06 sedangkan Ftabel sebesar 1,69. Pengujian homogen disajikan pada lampiran 17. Berikut ini adalah hasilnya:
58
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest No
Kelompok
Varians Fhitung Ftabel
1
Eksperimen
68,94
2
Kontrol
64,7
1,06
Sama
halnya
dengan
Keterangan Kedua kelas berasal dari populasi yang homogen
1,69
pengambilan
keputusan
pada
uji
normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai F
hitung
≤F
tabel
maka
data memiliki varians homogen. Sebaliknya jika F hitung > F tabel maka data memiliki varians tidak homogen. Dari hasil penghitungan uji homogenitas data pretest kelompok eksperimen dan data pretest kelompok kontrol di dapat harga Fhitung ≤ Ftabel yaitu 1,06 ≤ 1,69 dengan taraf kesalahan 0,05. Berdasarkan data diatas didapatkan Fhitung ≤ Ftabel, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas memiliki data yang homogen
2. Uji Prasyarat Analisis (posttest) a. Uji Normalitas (posttest) Berdasarkan hasil pengujian normalitas posttest dari kelompok eksperimen didapatkan χ2hitung adalah 6,97 dan χ2tabel adalah 11,1 (perhitungan lengkap pada lampiran 14 dan 16). Begitu juga pada kelas kontrol didapatkan χ2hitung adalah 5,867 dan χ2tabel adalah 12,6. Berikut ini adalah hasil dari penghitungan tersebut: Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Posttest No.
Kelompok
χ2hitung
χ2tabel
1
Eksperimen
5,867
11,1
2
Kontrol
5,867
12,6
Keterangan Data terdistribusi normal Data terdistribusi normal
59
Dari hasil penghitungan posttest uji normalitas untuk kelas eksperimen didapat χ2hitung ≤ χ2tabel yaitu 5,867 ≤ 11,1 dan untuk kelas kontrol χ2hitung ≤ χ2tabel yaitu 5,867 ≤ 12,6. Dalam hal ini derajat kebebasan (db) = k – 1 = 7 – 1 = 6 dan taraf kesalahan 0,05. Dengan ketentuan: jika χ2hitung ≥ χ2tabel artinya distribusi data tidak normal jika χ2hitung ≤ χ2tabel artinya distribusi data normal Berdasarkan data diatas didapatkan χ2hitung ≤ χ2tabel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas memiliki data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas (posttest) Pengujian homogenitas data posttest kelompok eksperimen dan data posttest kelompok kontrol menghasilkan harga Fhitung sebesar 1,4 sedangkan Ftabel sebesar 1,69. Pengujian homogen disajikan pada lampiran 18. Berikut ini adalah hasilnya: Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest No Kelompok Varians Fhitung Ftabel Keterangan Kedua kelas 1 Eksperimen 91 berasal dari 1,4 1,69 populasi yang 2 Kontrol 65 homogen Sama halnya dengan pengambilan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai F
hitung
≤F
tabel
maka
data memiliki varians homogen. Sebaliknya jika F hitung > F tabel maka data memiliki varians tidak homogen. Dari hasil penghitungan uji homogenitas data posttest kelompok eksperimen dan data posttest kelompok kontrol di dapat harga Fhitung ≤ Ftabel yaitu 1,4 ≤ 1,69 dengan taraf kesalahan 0,05. Berdasarkan data diatas didapatkan Fhitung ≤ Ftabel, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas memiliki data yang homogen
60
Berdasarkan hasil pengujian prasyaratan analisis terhadap data dari kedua kelompok diatas, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan.
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji-t Pretest Setelah diketahui dan dinyatakan bahwa data hasil pretest berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian uji-t dengan dk = n1 + n2 – 2 = 34 + 35 – 2 = 67 dan taraf kesalahan 5% didapatkan t-hitung lebih kecil dibandingkan dengan t-tabel yaitu 0,2 < 2 (perhitungan lengkap lihat lampiran 20). Maka dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa tidak jauh berbeda sebelum diberikan perlakuan. Berikut ini adalah rekapan hasilnya:
Tabel 4.12 Hasil Uji-t Data Pretest RataKelompok n thit ttab kesimpulan rata Eksperimen
34
25,23
Kontrol
35
24,86
0,2
2
Ha ditolak Ho diterima
2. Uji-t Posttest Setelah diketahui dan dinyatakan bahwa data hasil posttest berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian uji-t dengan dk = n1 + n2 – 2 = 34 + 35 – 2 = 67 dan taraf kesalahan 5% didapatkan t-hitung lebih besar dibandingkan dengan t-tabel yaitu 8,8 > 2 (perhitungan lengkap lihat lampiran 21). Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila t-hit ≤ t-tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, sedangkan bila t-hit ≥ t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar yang cukup signifikan antara kelas yang
61
menggunakan guided discovery learning dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Berikut ini adalah rekapan hasilnya:
Tabel 4.13 Hasil Uji-t Data Posttest RataKelompok n thit ttab kesimpulan rata Eksperimen
34
72,8
Kontrol
35
54,86
8,8
2
Ha diterima dan Ho ditolak
Adapun kriterianya adalah: Ho
= Tidak terdapat pengaruh hasil belajar antara kelas yang
menggunakan model pembelajaran guided discovery learning dengan model pembelajaran konvensional. Ha
= Terdapat pengaruh hasil belajar antara kelas yang menggunakan
model
pembelajaran
guided
discovery
learning
dengan
model
pembelajaran konvensional.
D. Interpretasi Data 1. Hasil Pretest Perolehan nilai pretest pada kedua kelompok, walaupun terdapat perbedaaan namun tidak terlalu besar. Dalam hal ini kelompok eksperimen memperoleh nilai rata-rata pretest kontrol yang sedikit lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu 25,23 untuk kelompok eksperimen dan 24,86 untuk kelompok kontrol. Karena perbedaan ratarata kedua kelompok tidak terlalu besar maka dapat disimpulkan kedua kelas memiliki kemampuan yang sama. Hal ini diperkuat dengan uji kehomogenannya dengan cara membandingkan nilai pretest kedua kelompok
tersebut
dengan
menggunakan
analisis
statistik
perbandingan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh bahwa ternyata hasil pretest kedua kelas tersebut tidak berbeda secara
62
signifikan sehingga pengambilan kedua kelas ini sebagai sampel penelitian adalah layak. (Perhitungan statistik pada lampiran) 2. Hasil Posttest Berbeda dengan hasil perolehan pretest justru hasil perolehan posttest pada kelas eksperimen mencapai rata-rata lebih tinggi daripada rata-rat kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan guided discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional. 3. Nilai Normalized Gain Pengamatan berdasarkan perbedaan peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada setiap kelompok menunjukkan kelompok eksperimen lebih tinggi, diperjelas dengan memperhatikan nilai yang diperoleh kedua kelompok. Dari hasil perhitungan tampak nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol. Yaitu untuk kelas eksperimen sebesar 0,64 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,39. 4. Hasil Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang dignifikan pada guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
E. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 72 Jakarta Utara, diperoleh perhitungan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA 1 (kelas eksperimen) dengan penerapan model pembelajaran guided discovery learning sebesar 72,8 dan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA 2 (kelas kontrol) dengan penerapan model pembelajaran konvensional sebesar 54,86. Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik yaitu dengan melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji
63
homogenitas. Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dan diperoleh hasil thit sebesar 8,8 ternyata lebih besar dari ttab sebesar 2. Terbukti bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara model guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penerapan guided discovery learning menggunakan metode yang variatif, interaktif, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar dan aktif dalam
proses
pembelajaran
dibandingkan
dengan
pembelajaran
konvensional dimana guru hanya menggunakan metode pembelajaran yang cenderung monoton, interaksinya satu arah dan instruktif. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan menerapkan model guided discovery learning siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil, melakukan praktikum, demonstrasi, diskusi dan pemanfaatan LKS. Dengan kata lain, proses pembelajaran model guided discovery learning mengarahkan siswa untuk membangun sendiri konsep atau prinsip dari materi laju reaksi sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar akan meningkat. Pada tahap awal guru mengemukakan tujuan serta gambaran mengenai materi laju reaksi, kemudian memberikan LKS kepada siswa. LKS ini disusun secara sistematik agar dapat membantu siswa memahami prinsip atau konsep secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir siswa terhadap materi laju reaksi. Pada tahap selanjutnya siswa melakukan praktikum kemudian mendiskusikan hasil praktikum serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS kemudian siswa mengemukakan prinsip atau konsep baru. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah dan praktikum. Pada tahap awal guru memberikan LKS kepada siswa, dalam LKS tersebut tidak hanya berisi latihan soal melainkan terdapat beberapa tahapan praktikum mengenai materi laju reaksi yang
64
harus dilakukan oleh siswa. Siswa melaksanakan praktikum sesuai dengan tahapan yang telah diberikan. Sebagai
model
pembelajaran
dari
sekian
banyak
model
pembelajaran yang ada, guided discovery learning menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini siswa didorong untuk berpikir sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru. Guided discovery learning mengkombinasikan dari dua cara pengajaran yaitu teacher-centered dan student-centered menempatkan guru sebagai fasilitator dan aktif dalam membimbing siswa. Guru memberikan instruktur berupa suatu pernyataan atau permasalahan kemudian mengarahkan siswa berpikir tahap demi tahap sehingga dapat memecahkan permasalahan tersebut1. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, materi laju reaksi merupakan materi yang menuntut siswa mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Maka model yang sesuai untuk mencapai hasil belajar yang baik yaitu model guided discovery learning. Model guided discovery learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam membangun konsep atau prinsip mereka secara mandiri dengan menggunakan berbagai metode yang variatif dan interaktif dan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. .
1
Arthur A. Carin dan Robert B. Sund, Teaching Modern Science, (Colombus: Charles E. Merril Publishing, 1985), Edisi keempat, h. 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terbukti bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia pada konsep laju reaksi, yang ditunjukkan thit sebesar 8,8 ternyata lebih besar dari ttab yaitu 2 dengan taraf kesalahan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2 = 67.
B. Saran Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian ini, sarannya adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep materi yang lainnya, sehingga bisa mengukur secara lebih luas sejauh mana guided
discovery
learning
efektif
pembelajaran kimia.
65
dikembangkan
dalam
proses
66
DAFTAR PUSTAKA Abruscato, Joseph. 2001. Teaching Children Science. United States of America: Allyn and Bacon Abruscato, Joseph dan Donald DeRosa. 2010. Teaching Children Science A Discovery Approach. United States of America:Allyn and Bacon Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Carin, Arthur. 1993. Teaching Modern Science. Colombus: Charles E. Merril Publishing Carin, Arthur dan Robert Sund. 1985. Teaching Modern Science. Colombus: Charles E. Merril Publishing Dahar, Ratna W. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas. Feronika, Tonih. 2008. Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: UIN Jakarta Press. http://www.justsciencenow.com/inquiry/index.htm, diakses tanggal 2 Agustus 2010 Irwanto dkk. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo. Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School 2 Year XI. Jakarta: Yudhistira
66
67
Kaplan, Margot dkk. 1981. Exploring Early Childhood. United States of America:Macmillan Publishing Leonard dkk. 1981. Secondary and Middle School Teaching Methods. United States of America: Macmillan Publishing Meltzer, David E. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains in Physics: a Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest scores. Departement of Physics And Astronomy University Ames. Mott, Bradford W dkk. Narrative-Centered Environments for Guided Exploratory Learning. Department of Computer Science North Carolina State University. Roestiyah N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar: salah satu unsur pelaksanaan strategi belajar mengajar: teknik penyajian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Subiyakto, Haryono. 1994. Statistika 2. Jakarta: Gunadarma Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta Sukmadinata, Nana S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
68
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Walpole, Ronald E . 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia. www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/187.pdf diakses tanggal 2 November 2010
Lampiran 1 RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen) Membuat larutan dengan satuan molaritas (stoikiometri sederhana)
Disusun oleh: Siti Mutoharoh 106016200633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
67
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu
: SMAN 72 : Kimia : XI/ I : 90 Menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Indikator : 1. Mendefinisikan molaritas 2. Membuat larutan dengan satuan molaritas (stoikiometri sederhana) A. Tujuan Pembelajaran 1. Mendefinisikan molaritas 2. Membuat larutan dengan satuan molaritas (stoikiometri sederhana) B. Materi Pembelajaran 1. Materi prasyarat 2. Materi inti
: Hukum-hukum dasar kimia : Stoikiometri
C. Model Pembelajaran
: Guided discovery learning
D. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen E. Media Pembelajaran
68
1. Papan tulis 2. Spidol 3. Bahan dan alat percobaan (lembar kerja praktikum) F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Tahapan pembelajaran dan alokasi waktu A. Tahapan awal (10 menit)
B. Kegiatan inti (70 menit)
Deskripsi Pembelajaran Aktivitas Guru Motivasi Guru menyapa murid dan memberikan motivasi kepada siswa tentang salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu katalisator pada bidang industri Apersepsi Guru menanyakan tentang kemolaran (stoikiometri) Orientasi Guru memberikan pengarahan apa saja yang akan dilakukan selama proses pembelajaran Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya tentang larutan dan cara membuat larutan (stoikiometri) Guru menyuruh siswa membuat larutan dengan konsentrasi tertentu Guru membagikan lembar kerja praktikum Guru menanyakan pengertian dari larutan
Aktivitas Murid Siswa menjawab pertanyaan guru dan mendengarkan penjelasan guru Siswa menjawab pertanyaan guru Siswa mendengarkan dan mengikuti perintah guru Observasi Siswa telah mengerjakan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya tentang larutan dan cara membuat larutan (stoikiometri) Klasifikasi Siswa mendengarkan perintah yang disampaikan oleh guru Siswa menerima lembar kerja praktikum yang diberikan oleh guru Eksplorasi Siswa menjawab pengertian larutan
69
Guru memberikan penjelasan atau pengarahan tentang praktikum Guru memantau dan mengarahkan siswa yang sedang praktikum Guru bertanya kepada siswa mengenai hasil praktikum Guru menjawab pertanyaan siswa Guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan lembar kerja praktikum C. Kegiatan akhir (10 menit)
Guru menanyakan kepada siswa kesimpulan hasil praktikum, diskusi serta memberikan tanggapan Guru memberikan tugas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan cara kerja faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi untuk praktikum Guru berd’oa dan memberikan salam
Siswa memperhatikan dan mendengarkan Eksperimentasi Siswa melakukan praktikum Siswa menjawab pertanyaan guru Siswa bertanya kepada guru Siswa mengumpulkan lembar kerja praktikum Klarifikasi Siswa memberikan kesimpulan Siswa mendengarkan perintah guru Siswa berd’oa dan mengucap salam
G. Sumber 1. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 2 untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2. Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School 2 Year XI. Jakarta: Yudhistira 3. Harnanto, Ari dan Ruminten.2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional H. Penilaian 1. Lembar kerja praktikum Mengetahui, Guru mata pelajaran kimia SMAN 72
Jakarta, September 2010 Peneliti
_________________
___________________
70
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen) Melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Disusun oleh: Siti Mutoharoh 106016200633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
71
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu
: SMAN 72 : Kimia : XI/ I : 90 Menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Indikator : 1. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 2. Menganalisis percobaan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 2. Menganalisis percobaan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi B. Materi Pembelajaran 1. Materi prasyarat 2. Materi inti
: Stoikiometri : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
C. Model Pembelajaran
: Guided discovery learning
D. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen E. Media Pembelajaran
72
1. Papan tulis 2. Spidol 3. Bahan dan alat percobaan (lembar kerja praktikum) F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Deskripsi Pembelajaran Tahapan pembelajaran dan alokasi waktu Aktivitas Guru Aktivitas Murid A. Tahapan awal Motivasi (10 menit) Guru menyapa murid dan memberikan motivasi kepada siswa Siswa menjawab pertanyaan guru dan tentang salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi laju mendengarkan penjelasan guru reaksi yaitu katalisator pada motor Apersepsi Guru menanyakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Siswa menjawab pertanyaan guru laju reaksi Orientasi Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan Siswa mendengarkan dan mengikuti perintah memberikan pengarahan apa saja yang akan dilakukan selama guru proses pembelajaran B. Kegiatan inti (70 menit)
Guru mengoreksi tugas siswa yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan cara kerja faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Guru mengemukakan masalah yang akan dikerjakan siswa
Observasi Siswa telah mengerjakan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi dan cara kerja faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Klasifikasi Siswa mendengarkan masalah yang disampaikan oleh guru
73
Guru membagikan lembar kerja praktikum Guru menanyakan kembali faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi? Guru memberikan penjelasan atau pengarahan tentang praktikum Guru memantau dan mengarahkan siswa yang sedang praktikum Guru bertanya kepada siswa mengenai hasil praktikum Guru menjawab pertanyaan siswa Guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan lembar kerja praktikum C. Kegiatan akhir (10 menit)
Guru menanyakan kepada siswa kesimpulan hasil praktikum dan diskusi serta memberikan tanggapan Guru memberikan tugas untuk membuat laporan praktikum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Guru berd’oa dan memberikan salam
Siswa menerima lembar kerja praktikum yang diberikan guru Eksplorasi Siswa menjawab faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi Siswa memperhatikan dan mendengarkan Eksperimentasi Siswa melakukan praktikum Siswa menjawab pertanyaan guru Siswa bertanya kepada guru Siswa mengumpulkan lembar kerja praktikum Klarifikasi Siswa memberikan kesimpulan Siswa mendengarkan perintah guru Siswa berd’oa dan mengucap salam
G. Sumber 1. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 2 untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2. Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School 2 Year XI. Jakarta: Yudhistira 3. Harnanto, Ari dan Ruminten.2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional H. Penilaian 1. Lembar kerja praktikum
74
Mengetahui, Guru mata pelajaran kimia SMAN 72
Jakarta, September 2010 Peneliti
__________________________
_______________________
75
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen) Mendeskripsikan pengertian laju reaksi
Disusun oleh: Siti Mutoharoh 106016200633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
76
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu
: SMAN 72 : Kimia : XI/ I : 90 Menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Indikator : 1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi A. Tujuan Pembelajaran 1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi B. Materi Pembelajaran 1. Materi prasyarat 2. Materi inti
: Stoikiometri : Laju reaksi
C. Model Pembelajaran
: Guided discovery learning
D. Metode Pembelajaran 1. Demonstrasi E. Media Pembelajaran 1. Papan tulis 2. Spidol
77
3. Media flash 4. komputer 5. Proyektor F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Deskripsi Pembelajaran Tahapan pembelajaran dan alokasi waktu Aktivitas Guru Aktivitas Murid A. Tahapan awal Motivasi (10 menit) Guru menyapa murid dan memberikan motivasi kepada siswa Siswa menjawab pertanyaan guru dan tentang salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi mendengarkan penjelasan guru yaitu katalis dalam tubuh Apersepsi Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai Siswa menjawab pertanyaan guru pengertian kecepatan dalam fisika Orientasi Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan Siswa mendengarkan dan mengikuti perintah memberikan pengarahan apa saja yang akan dilakukan selama guru proses pembelajaran B. Kegiatan inti (70 menit)
Guru memeriksa tugas yang diberikan sebelumnya dan membahas bersama dikelas Guru membagikan lembar kerja demonstrasi Guru mendemonstrasikan hukum laju reaksi
Guru bertanya kepada siswa
Siswa membahas tugas Siswa menerima lembar kerja yang diberikan Siswa mengamati demonstrasi yang ditunjukkan oleh guru Siswa mengisi lembar kerja demonstrasi dan berdiskusi Siswa menjawab pertanyaan guru
78
C. Kegiatan akhir (10 menit)
Guru menjawab pertanyaan siswa
Siswa bertanya kepada guru
Guru menanyakan kepada siswa kesimpulan hasil pembelajaran dan memberikan tanggapan Guru berd’oa dan memberikan salam
Siswa memberikan kesimpulan Siswa berd’oa dan mengucap salam
G. Sumber 1. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 2 untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2. Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School 2 Year XI. Jakarta: Yudhistira 3. Harnanto, Ari dan Ruminten.2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional H. Penilaian 1. Lembar kerja demonstrasi Mengetahui, Guru mata pelajaran kimia SMAN 72
___________________________
Jakarta, September 2010 Peneliti
_________________________
79
Lampiran 2 RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Kontrol) Membuat larutan dengan satuan molaritas (stoikiometri sederhana)
Disusun oleh: Siti Mutoharoh 106016200633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
80
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu
: SMAN 72 : Kimia : XI/ I : 90 Menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Indikator : 1. Mendefinisikan molaritas 2. Menghitung kemolaran suatu larutan A. Tujuan Pembelajaran 1. Mendefinisikan molaritas 2. Menghitung kemolaran suatu larutan B. Materi Pembelajaran 1. Materi prasyarat 2. Materi inti
: Hukum-hukum dasar kimia : Stoikiometri
C. Model Pembelajaran
: Konvensional
D. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Latihan F. Media Pembelajaran 1. Papan tulis
81
2. Spidol G. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Tahapan pembelajaran dan alokasi waktu A. Tahapan awal (10 menit)
B. Kegiatan inti (70 menit)
C. Kegiatan akhir (10 menit)
Deskripsi Pembelajaran Aktivitas Guru
Motivasi Guru menyapa murid dan memberikan motivasi kepada siswa Apersepsi Guru menanyakan tentang kemolaran (stoikiometri) Orientasi Guru memberikan pengarahan apa saja yang akan dilakukan selama proses pembelajaran Guru memberikan penjelasan tentang larutan dan satuannya, serta cara membuat larutan. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya Guru memberikan latihan di buku paket untuk dikerjakan Guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan latihan tersebut Guru menanyakan kembali kepada siswa tentang kemolaran dan memberikan tanggapan Guru berd’oa dan memberikan salam
Aktivitas Murid Siswa mendengarkan penjelasan guru Siswa menjawab pertanyaan guru Siswa mendengarkan dan mengikuti perintah guru Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru Siswa bertanya kepada guru Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru Siswa mengumpulkan latihan Siswa memberikan kesimpulan Siswa berd’oa dan mengucap salam
H. Sumber 1. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 2 untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2. Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School 2 Year XI. Jakarta: Yudhistira 3. Harnanto, Ari dan Ruminten.2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
82
I. Penilaian 1. Latihan Siswa
Mengetahui, Guru mata pelajaran kimia SMAN 72
Jakarta, September 2010 Peneliti
___________________________
_______________________
83
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Kontrol) Melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Disusun oleh: Siti Mutoharoh 106016200633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
84
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu
: SMAN 72 : Kimia : XI/ I : 90 Menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Indikator : 1. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 2. Menganalisis percobaan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 2. Menganalisis percobaan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi B. Materi Pembelajaran 1. Materi prasyarat 2. Materi inti
: Stoikiometri : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
C. Model Pembelajaran
: Konvensional
D. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen E. Media Pembelajaran 1. Papan tulis 2. Spidol
85
3. Bahan dan alat percobaan (lembar kerja praktikum) F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Deskripsi Pembelajaran Tahapan pembelajaran dan alokasi waktu Aktivitas Guru Aktivitas Murid A. Tahapan awal Motivasi (10 menit) Guru menyapa murid dan memberikan motivasi kepada siswa Siswa menjawab pertanyaan guru dan mendengarkan tentang salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi laju penjelasan guru reaksi yaitu katalisator pada motor Apersepsi Guru menanyakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Siswa menjawab pertanyaan guru laju reaksi Orientasi Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan Siswa mendengarkan dan mengikuti perintah guru memberikan pengarahan apa saja yang akan dilakukan selama proses pembelajaran B. Kegiatan inti (70 menit)
Guru mengemukakan masalah yang akan dikerjakan siswa Guru membagikan lembar kerja praktikum Guru menanyakan kembali faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi? Guru memberikan penjelasan atau pengarahan tentang praktikum Guru memantau dan mengarahkan siswa yang sedang
Klasifikasi Siswa mendengarkan masalah yang disampaikan oleh guru Siswa menerima lembar kerja praktikum yang diberikan guru Eksplorasi Siswa menjawab faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi Siswa memperhatikan dan mendengarkan Eksperimentasi Siswa melakukan praktikum
86
praktikum Guru bertanya kepada siswa mengenai hasil praktikum Guru menjawab pertanyaan siswa Guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan lembar kerja praktikum C. Kegiatan akhir (10 menit)
Guru menanyakan kepada siswa kesimpulan hasil praktikum dan memberikan tanggapan Guru memberikan tugas untuk membuat laporan praktikum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Guru berd’oa dan memberikan salam
Siswa menjawab pertanyaan guru Siswa bertanya kepada guru Siswa mengumpulkan lembar kerja praktikum Klarifikasi Siswa memberikan kesimpulan Siswa mendengarkan perintah guru Siswa berd’oa dan mengucap salam
G. Sumber 1. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 2 untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2. Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School 2 Year XI. Jakarta: Yudhistira 3. Harnanto, Ari dan Ruminten.2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional H. Penilaian 1. Lembar kerja praktikum Mengetahui, Guru mata pelajaran kimia SMAN 72
Jakarta, September 2010 Peneliti
__________________________
_______________________
87
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Kontrol) Mendeskripsikan pengertian laju reaksi
Disusun oleh: Siti Mutoharoh 106016200633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
88
RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu
: SMAN 72 : Kimia : XI/ I : 90 Menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Indikator : 1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi A. Tujuan Pembelajaran 1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi B. Materi Pembelajaran 1. Materi prasyarat 2. Materi inti
: Stoikiometri : Laju reaksi
C. Model Pembelajaran
: Konvensional
D. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Latihan E. Media Pembelajaran 1. Papan tulis 2. Spidol
89
F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Deskripsi Pembelajaran Tahapan pembelajaran dan alokasi waktu Aktivitas Guru Aktivitas Murid A. Tahapan awal Motivasi (10 menit) Guru menyapa murid dan memberikan motivasi kepada siswa Siswa menjawab pertanyaan guru dan mendengarkan tentang salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi penjelasan guru yaitu katalis dalam tubuh Apersepsi Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai Siswa menjawab pertanyaan guru pengertian kecepatan dalam fisika Orientasi Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan Siswa mendengarkan dan mengikuti perintah guru memberikan pengarahan apa saja yang akan dilakukan selama proses pembelajaran B. Kegiatan inti Guru memberikan penjelasan tentang pengertian laju reaksi, Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan (70 menit) hukum laju reaksi, persamaan laju reaksi oleh guru Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya Siswa bertanya kepada guru Guru memberikan latihan di buku paket untuk dikerjakan Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru Guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan latihan Siswa mengumpulkan latihan tersebut Guru memeriksa tugas yang diberikan sebelumnya dan Siswa membahas tugas membahas bersama dikelas C. Kegiatan akhir (10 menit)
Guru menanyakan kembali kepada siswa tentang pengertian laju reaksi, hukum laju reaksi, persamaan laju reaksi dan memberikan tanggapan Guru berd’oa dan memberikan salam
Siswa memberikan kesimpulan Siswa berd’oa dan mengucap salam
90
G. Sumber 1. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 2 untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2. Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School 2 Year XI. Jakarta: Yudhistira 3. Harnanto, Ari dan Ruminten.2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional H. Penilaian 1. Latihan Siswa Mengetahui, Guru mata pelajaran kimia SMAN 72
Jakarta, September 2010 Peneliti
___________________________
_________________________
91
Lampiran 3 Lembar Kerja Praktikum FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI A. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Tujuan : Menyelidiki Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Alat dan Bahan : 1. 3 buah tabung reaksi 2. 3 buah pita magnesium (Mg) yang panjangnya 5 cm 3. 10 mL larutan HCl dengan konsentrasi masing-masing 0,5 M, 1 M, 2 M 4. Stopwatch 5. Pipet Tuliskan Cara Kerjanya:
Tabung reaksi
Tabel pengamatan Pita logam 10 mL HCl Mg
1
5 cm
0,5 M
2
5 cm
1M
3
5 cm
2M
Waktu Reaksi (s)
Analisis : Bagaimanakah pengaruh konsentrasi HCl yang berbeda terhadap laju reaksi Mg? Gambarkan dalam bentuk grafik!
Kesimpulan :
Lembar Kerja Praktikum FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI B. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi Tujuan : Menyelidiki Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi Alat dan Bahan : 1. 3 buah tabung reaksi 2. 3 macam batu pualam (CaCO3) atau kapur dengan bentuk serbuk, butiran, dan kepingan masing-masing dengan berat 1 gram 3. 30 mL larutan HCl 2 M 4. Stopwatch 5. Pipet Tuliskan Cara Kerjanya :
Tabung reaksi
Tabel pengamatan CaCO3 1 Larutan gram HCl
1
Serbuk
2M
2
Butiran
2M
3
Kepingan
2M
Waktu Reaksi (s)
Analisis : Bagaimanakah pengaruh bentuk CaCO3 atau luas permukaan yang berbeda terhadap laju reaksi? Gambarkan dalam bentuk grafik!
Kesimpulan
Lembar Kerja Praktikum FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI C. Pengaruh Temperatur terhadap laju reaksi Tujuan : Menyelidiki Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi Alat dan Bahan : 1. Pemanas listrik 2. Termometer 3. 3 buah gelas kimia 4. Kertas yang diberi tanda silang 5. Larutan Natrium Thiosulfate (Na2S2O3) 0,2 M 6. Larutan HCl 2 M 7. Stopwatch Tuliskan Cara Kerjanya :
Tabel pengamatan Temperatur 10 mL 20 mL Percobaan 0 ( C) HCl Na2S2O3 1
27
2M
0,2 M
2
37
2M
0,2 M
3
47
2M
0,2 M
Waktu Reaksi (s)
Analisis : Bagaimanakah pengaruh temperatur yang berbeda terhadap laju reaksi? Gambarkan dalam bentuk grafik!
Kesimpulan
Lembar Kerja Praktikum FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Tujuan : Menyelidiki Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Alat dan Bahan : 1. 3 Gelas kimia 2. Larutan hidrogen peroksida (H2O2) 5% 3. Larutan Natrium klorida (NaCl) 0,1 M 4. Larutan Besi klorida (FeCl3) 0,1 M 5. Pipet tetes Tuliskan Cara Kerjanya :
Tabel pengamatan Percobaan
Waktu Reaksi (s)
1. Larutan H2O2 5% 2. H2O2 5% + 20 tetes larutan NaCl 3. H2O2 5% + 20 tetes FeCl3 Analisis : Bagaimanakah pengaruh penambahan larutan NaCl atau larutan FeCl3 terhadap laju reaksi H2O2?
Kesimpulan :
Jawablah pertanyaan dibawah ini! Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi 1. Pita Magnesium (Mg) dalam gelas manakah yang lebih cepat larut? 2. Bagaimana hubungan konsentrasi dengan laju reaks?i Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi 3. Manakah yang luas permukaannya lebih besar, serbuk, butiran atau kepingan? 4. Manakah yang lebih cepat larut dalam larutan HCl, serbuk, butiran atau kepingan? Pengaruh suhu terhadap laju reaksi 5. Pada temperatur berapakah tanda silang pada kertas hilang karena tertutupi endapan belerang? 6. Bagaimana hubungan suhu dengan laju reaksi? Pengaruh katalis terhadap laju reaksi 7. Bagaimana kecepatan timbulnya gelembung gas pada ketiga gelas kimia tersebut? 8. Zat apakah yang bertindak sebagai katalisator?
Lembar Kerja Praktikum Membuat larutan dengan satuan molaritas (stoikiometri sederhana) Tujuan : Membuat larutan dengan satuan molaritas (stoikiometri sederhana) Alat dan Bahan : 1. 1 Gelas kimia 2. Silinder ukur 3. Larutan HCl 7 M 4. Padatan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 5. Timbangan 6. Air suling 7. Pipet 8. 1 tabung erlenmeyer 9. corong A. Membuat larutan HCl dengan konsentrasi 0,5 M, 1 M, 2 M masing-masing larutan sebanyak 40 mL dari larutan HCl 7 M (pengenceran) Tuliskan Cara kerjanya:
Pengamatan Tabel I Banyaknya larutan HCl 7 M yang diperlukan (mL) Larutan HCl 0,5 M Larutan HCl 1 M Larutan HCl 2 M
Banyaknya air suling yang diperlukan (mL)
B. Membuat larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan konsentrasi 0,2 M sebanyak 70 mL Tuliskan Cara Kerjanya :
Pengamatan Tabel II Banyaknya natrium tiosulfat (Na2S2O3) yang diperlukan (gram) larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan konsentrasi 0,2 M
Banyaknya air suling yang diperlukan (mL)
Lembar Kerja Demonstrasi Pengertian laju reaksi, hukum laju reaksi, persamaan laju reaksi Setelah melihat presentasi yang telah disajikan, Jawablah pertanyaanpertanyaan dibawah ini: 1. Apakah pengertian laju menurut kamu?
2. Pengertian laju reaksi menurut kamu?
3. Contoh laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari?
4. Bagaimanakah perubahan gas H2 yang merupakan hasil reaksi antara magnesium dan asam klorida setelah bertambahnya waktu?
5. Tuliskan persamaan reaksinya! Zat manakah yang bertindak sebagai reaktan dan produk?
Lampiran 4 Lembar Kerja Praktikum FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI A. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Tujuan : Menyelidiki Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Alat dan Bahan : 1. 3 buah tabung reaksi 2. 3 buah pita magnesium (Mg) yang panjangnya 5 cm 3. 10 mL larutan HCl dengan konsentrasi masing-masing 0,5 M, 1 M, 2 M 4. Stopwatch 5. pipet Cara Kerja : 1. Masukkan masing-masing 10 mL larutan HCl ke dalam tabung reaksi! 2. Masukkan pita Mg ke dalam masing-masing tabung reaksi san catat waktunya! 3. Catat waktu reaksi mulai dari memasukkan pita Mg sampai pita Mg habis bereaksi dengan HCl!
Tabung reaksi
Kesimpulan :
Tabel pengamatan Pita logam 10 mL HCl Mg
1
5 cm
0,5 M
2
5 cm
1M
3
5 cm
2M
Waktu Reaksi (s)
Lembar Kerja Praktikum FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI B. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi Tujuan : Menyelidiki Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi Alat dan Bahan : 1. 3 buah tabung reaksi 2. 3 macam batu pualam (CaCO3) atau kapur dengan bentuk serbuk, butiran, dan kepingan masing-masing dengan berat 1gram 3. 30 mL larutan HCl 2 M 4. Stopwatch 5. pipet Cara Kerja : 1. Percobaan dilakukan pada temperatur kamar! 2. Masukkan batu pualam ke dalam masing-masing tabung reaksi 3. Masukkan 10 mL HCl ke dalam tiap tabung reaksi dan catat waktu saat memasukkan 4. Catat waktu reaksi mulai HCl dimasukkan sampai CaCO3 habis bereaksi dengan HCl!
Tabung reaksi
Kesimpulan :
Tabel pengamatan CaCO3 1 Larutan gram HCl
1
Serbuk
2M
2
Butiran
2M
3
Kepingan
2M
Waktu Reaksi (s)
Lembar Kerja Praktikum FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI C. Pengaruh Temperatur terhadap laju reaksi Tujuan : Menyelidiki Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi Alat dan Bahan : 1. Pemanas listrik 2. Termometer 3. 3 buah gelas kimia 4. Kertas yang diberi tanda silang 5. Larutan Natrium Thiosulfate (Na2S2O3) 0,2 M 6. Larutan HCl 2 M 7. Pipet 8. Stopwatch Cara Kerja : 1. Masukkan masing-masing 20 mL larutan Na2S2O3 HCl ke dalam gelas kimia! 2. Panaskan larutan Na2S2O3 untuk tiap gelas kimia pada temperatur 270C, 370C, dan 470C. 3. Letakkan diatas kertas yang telah diberi tanda silang! 4. Masukkan 10 mL larutan HCl ke dalam gelas kimia yang telah berisi Na2S2O3 yang telah dipanaskan pada temperatur tertentu! 5. Catat waktu reaksi mulai saat HCl dimasukkan ke dalam gelas kimia sampai tanda silang pada kertas tidak terlihat karena tertutupi oleh endapan belerang pada dasar gelas kimia! Tabel pengamatan Temperatur Percobaan (0C)
10 mL HCl
20 mL Na2S2O3
1
27
2M
0,2 M
2
37
2M
0,2 M
3
47
2M
0,2 M
Kesimpulan :
Waktu Reaksi (s)
Lembar Kerja Praktikum FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Tujuan : Menyelidiki Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Alat dan Bahan : 1. 3 Gelas kimia 2. Larutan hidrogen peroksida (H2O2) 5% 3. Larutan Natrium klorida (NaCl) 0,1 M 4. Larutan Besi klorida (FeCl3) 0,1 M 5. Pipet tetes 6. Stopwatch Cara Kerja : 1. Masukkan masing-masing 50 mL larutan H2O2 5% kedalam 3 gelas kimia! 2. Pada gelas kimia pertama hanya berisi 50 mL H2O2 5%, pada gelas kimia kedua tambahkan 20 tetes larutan NaCl, dan pada gelas ketiga tambahkan 20 tetes FeCl3 3. Perhatikan reaksi yang terjadi pada masing-masing gelas kimia dan catat! Tabel pengamatan Percobaan 1. Larutan H2O2 5% 2. H2O2 5% + 20 tetes larutan NaCl 3. H2O2 5% + 20 tetes FeCl3
Kesimpulan :
Waktu Reaksi (s)
Jawablah pertanyaan dibawah ini! Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi 1. Pita Magnesium (Mg) dalam gelas manakah yang lebih cepat larut? 2. Bagaimana hubungan konsentrasi dengan laju reaks?i Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi 3. Manakah yang luas permukaannya lebih besar, serbuk, butiran atau kepingan? 4. Manakah yang lebih cepat larut dalam larutan HCl, serbuk, butiran atau kepingan? Pengaruh suhu terhadap laju reaksi 5. Pada temperatur berapakah tanda silang pada kertas hilang karena tertutupi endapan belerang? 6. Bagaimana hubungan suhu dengan laju reaksi? Pengaruh katalis terhadap laju reaksi 7. Bagaimana kecepatan timbulnya gelembung gas pada ketiga gelas kimia tersebut? 8. Zat apakah yang bertindak sebagai katalisator?
Lampiran 5 Instrumen Penelitian Jenis Pendidikan : SMAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/ Semester : XI/ I Pokok Pembahasan : Laju Reaksi Jumlah Soal : 25 Bentuk Soal : Pilihan Ganda Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi Dasar 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Indikator Soal Mendefinisikan 1. Definisi dari molaritas adalah... molaritas a. Jumlah mol zat yang terlarut dalam 1 L larutan b. Jumlah mol zat pelarut dalam 1 L larutan c. Campuran homogen antara dua komponen zat atau lebih d. Besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per satuan waktu e. Perubahan jarak awal dan jarak akhir per satuan waktu Mendefinisikan 2. Rumus untuk mencari molaritas adalah... molaritas a. molaritas = massa/ massa molekul relatif b. molaritas = mol/ liter larutan c. molaritas = mol/ massa larutan d. molaritas = massa molekul relatif/ mol e. molaritas = mol/ 22,4 Mendefinisikan 3. Jumlah mol zat yang terlarut dalam 1 Kg pelarut disebut dengan... molaritas a. Molalitas d. Normalitas
Jawaban Jenjang A C1
B
C1
A
C1
b. Molaritas c. Mol Membuat larutan dengan satuan molaritas Membuat larutan dengan satuan molaritas Membuat larutan dengan satuan molaritas Membuat larutan dengan satuan molaritas c. Menjelaskan pengertian laju reaksi
Menjelaskan
e. Molar
4. Jika 84 g larutan KOH (Mr= 56 g/mol) dilarutkan dalam 750 g air, konsentrasi larutan adalah... a. 2 molar d. 2 molal b. 1,5 molar e. 1,5 molal c. 1 molar 5. Larutan yang mengandung 585 mg NaCl (Mr= 58,5 g/mol) tiap 100 ml mempunyai konsentrasi... a. 0,1 molar d. 0,01 molar b. 0,1 molal e. 0,01 molal c. 5,85 %
A
C3
D
C3
6. Kemolaran asam nitrat pekat 63% dengan massa jenis 1,3 kg L-1 adalah... a. 6,3 mol/L d. 13 mol/L b. 6,5 mol/L e. 63 mol/L c. 10 mol/L
D
C3
7. Untuk mengubah 10 ml larutan H2SO4 10 M menjadi larutan H2SO4 8 M diperlukan air sebanyak.... a. 2,5 ml d. 12,5 ml b. 10,5 ml e. 13,5 ml c. 11,5 ml 8. Pernyataan yang benar tentang laju reaksi adalah... a. Berubahnya jumlah zat pereaksi b. Berubahnya jumlah zat hasil reaksi c. Bertambahnya zat reaktan tiap satuan waktu d. Berkurangnya zat hasil tiap satuan waktu e. Berkurangnya zat reaktan atau bertambahnya zat hasil tiap satuan waktu 9. Laju reaksi 2P + 3Q2 2PQ3 dapat dinyatakan sebagai...
D
C3
E
C1
C
C2
pengertian laju reaksi
Menjelaskan pengertian laju reaksi
Menjelaskan pengertian laju reaksi
a. Penambahan konsentrasi P tiap satuan waktu b. Penambahan konsentrasi Q tiap satuan waktu c. Penambahan konsentrasi PQ3 tiap satuan waktu d. Penambahan konsentrasi P dan Q2 tiap satuan waktu e. Penambahan konsentrasi P, Q2, dan PQ3 tiap satuan waktu 10. Laju reaksi mA + nB pC + qD dapat dinyatakan sebagai… a. Laju pengurangan B= m/n x laju berkurangnya A b. Laju pertambahan D= q/m x laju berkurangnya B c. Laju pertambahan C= p/m x laju berkurangnya A d. Laju pengurangan A= n/m x laju berkurangnya A e. Laju pertambahan C= laju pengurangan A 11. Laju reaksi 2A + 2B 3C + D Pada setiap saat dapat dinyatakan sebagai... a. Bertambahnya konsentrasi A setiap satuan waktu b. Bertambahnya konsentrasi B setiap satuan waktu c. Bertambahnya konsentrasi C setiap satuan waktu d. Bertambahnya konsentrasi A dan B setiap satuan waktu e. Bertambahnya konsentrasi B dan C setiap satuan waktu
C
C2
C
C2
Menjelaskan pengertian laju reaksi
12. Laju reaksi 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g) dapat dinyatakan sebagai .... a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 dalam satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 dalam satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu e. Laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu
E
C2
Menghitung laju reaksi sederhana
13. Pada reaksi A menjadi B diketahui bahwa konsentrasi A mula-mula 10 M C setelah 2 detik menjadi 2 M. Tentukan laju reaksinya... a. 2 M/s d. 5 M/s b. 3 M/s e. 6 M/s c. 4 M/s 14. Pada reaksi A menjadi B diketahui bahwa konsentrasi A mula-mula 8 M A
C3
Menghitung
C3
laju reaksi sederhana
Menghitung laju reaksi sederhana
Menghitung laju reaksi sederhana Menghitung laju reaksi sederhana
setelah 4 detik menjadi 4 M. Tentukan laju reaksinya... a. 1 M/s d. 4 M/s b. 2 M/s e. 5 M/s c. 3 M/s Untuk soal no 15 dan 16 lihat pernyataan dibawah ini. Pada percobaan serbuk besi yang dibubuhkan pada larutan HCl terjadi reaksi sebagai berikut... Fe + 2 HCl FeCl2 + H2 Perubahan diamati selama 10 menit ditinjau dari pengukuran banyaknya sisa Fe dan hasil gas H2 yang diperoleh, diperoleh sebagai berikut... Zat Permulaan Selang waktu Akhir Perubahan Reaktan Fe 10 gram 10 menit 4,4 gram Telah bereaksi sebanyak 5,6 gram Produk H2 0 10 menit 2,24 Terbentuk 2,24 liter liter H2 15. Berapakah laju reaksi penguraian dari Fe... a. 0,000165 d. 0,00168 b. 0,000166 e. 0,00169 c. 0,000167 16. Berapakah laju terbentuknya gas H2... a. 0,000165 d. 0,00168 b. 0,000166 e. 0,00169 c. 0,000167 17. Jika pada reaksi ½ N2 + 3/2 H2 NH3 kecepatan reaksi berdasarkan N2 dinyatakan sebagai rN dan berdasarkan H2 dinyatakan sebagai rH, maka persamaan yang tepat adalah... a. rN=rH d. rN=3/2 rH b. rN=1/2 rH e. rN=3rH
C
C4
C
C4
C
C3
Menghitung laju reaksi sederhana
Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
c. rN=1/3 rH 18. Jika pada reaksi 3C + 3O2 3 CO2 kecepatan reaksi berdasarkan C dinyatakan sebagai rC dan berdasarkan O2 dinyatakan sebagai rO, maka persamaan yang tepat adalah... a. rC=1/2 rO d. rC=3/2 rO b. rC= rO e. rC=3rO c. rC=1/3 rO 19. Diantara pernyataan berikut yang tidak benar adalah... a. Katalisator memperbesar laju reaksi b. Makin besar energi pengaktifan makin cepat reaksi berlangsung c. Laju reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat d. Katalisator tidak mengubah entalpi reaksi e. Makin besar konsentrasi pereaksi makin besar frekuensi tumbukan 20. Faktor berikut akan mempengaruhi laju reaksi, kecuali... a. Pada suhu tetap ditambahkan suatu katalisator b. Suhu dinaikan c. Pada suhu tetap tekanan diperbesar d. Pada suhu tetap volume diperbesar e. Pada volume tetap ditambahkan zat pereaksi lebih banyak 21. Suatu reaksi pada umumnya akan menjadi lebih cepat berlangsung apabila konsentrasi pereaksinya semakin besar. Penjelasan yang paling tepat dari fakta tersebut adalah... a. Semakin besar konsentrasi pereaksi semakin besar pula energi aktivasinya b. Tumbukan antar partikel akan menghasilkan energi yang besar bila konsentrasi pereaksi meningkat c. Bertambahnya konsentrasi pereaksi akan menyebabkan orde reaksi bertambah d. Semakin besar konsentrasi peluang terjadinya tumbukan yang menghasilkan reaksi juga semakin besar
B
C3
B
C1
E
C2
D
C1
Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
e. Semakin besar konsentrasi akan menyebabkan suhu reaksi juga semakin tinggi. 22. Natrium bereaksi hebat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa laju reaksi bergantung pada... a. Suhu d. Katalisator b. Jenis pereaksi e. Luas permukaan sentuh c. Keadaan pereaksi 23. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena... a. Kenaikan suhu akan menaikan energi pengaktifan zat yang bereaksi b. Kenaikan suhu akan memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi c. Kenaikan suhu akan memperbesar energi kinetik molekul pereaksi d. Kenaikan suhu akan memperbesar tekanan e. Kenaikan suhu akan memperbesar luas permukaan 24. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh faktor berikut, kecuali… a. Ukuran partikel d. Konsentrasi b. Suhu e. Warna c. Katalis 25. Berikut adalah grafik tingkat energi dari reaksi: A+B 2C
Yang menunjukan energi aktivasi reaksi dengan katalisator adalah...
B
C2
C
C1
E
C1
B
C2
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan percobaan
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan percobaan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan
a. 1 d. 4 b. 2 e. 5 c. 3 26. Reaksi A + B
hasil reaksi
Data Zat A Zat B (M) t (detik) Suhu (0C) 1 2 g serbuk 0,1 2 25 2 2 g larutan 0,1 3 25 3 2 g batangan 0,1 5 25 4 2 g larutan 0.2 1,5 25 5 2 g larutan 0,1 1,5 35 Data 2 dan 5 memperlihatkan laju reaksi dipengaruhi... a. Konsentrasi d. Katalis b. Sifat zat yang bereaksi e. Luas permukaan c. Suhu 27. Logam Zn bereaksi dengan larutan HCl membebaskan gas hidrogen. Percobaan dilakukan 5 kali digunakan seng yang sama ukuran serta jumlah/ beratnya. Jika HCl yang dilakukan selalu sama volumenya tetapi berbeda kemolarannya, ternyata kecepatan reaksi yang paling besar diketemukan pada percobaan dengan kemolaran HCl... a. 0,1 M d. 1,5 M b. 0,2 M e. 2,0 M c. 1,0 M 28. Berbagai pernyataan mengenai peran katalis dalam proses reaksi adalah sebagai berikut: 1) mengubah mekanisme dan hasil reaksi 2) tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi 3) ikut bereaksi tetapi dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi 4) ikut bereaksi dan tidak dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi 5) menurunkan energi pengaktifan
C
C4
E
C4
B
C4
percobaan
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan percobaan
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan percobaan
Pernyataan yang benar adalah…. A. 1, 3, dan 4 D. 2 dan 5 B. 1, 3, dan 5 E. 3 dan 5 c. 1, 4, dan 5
29. Data percobaan reaksi besi dan larutan asam klorida. No. Fe (0,2 gram) [HCl] M 1 Serbuk 3 2 Serbuk 2 3 Serbuk 3 4 Keping 2 5 Keping 1 Dari data diatas, reaksi yang berlangsung paling cepat adalah percobaan nomor... a.1 d. 4 b.2 e. 5 c.3 30. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 250 C sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai cair dan mendidih. Tetapi bila di campur dengan sedikit serbuk MnO2 penguaraian berlangsung lebih cepat, hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi... a. Konsentrasi d. Katalis b. Sifat zat yang bereaksi e. Luas permukaan c. Suhu
A
C4
A
C4
ntoh anates SKOR DATA DIBOBOT ================= Jumlah Subyek = 25 Butir soal = 30 Bobot utk jwban benar = 1 Bobot utk jwban salah = 0 Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
No Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kode/Nama Choiru... Riyana... Widya ... Rasman... Suci M... Novi W... Gea Abdura... Richo O Dina R... Aulia ... M. Rez... Dzulfi... Putri ... Dio Da... Ika Su... Siti M... Anisa ... Rosdia... Haryat... Devi A... Aditya W M Haek... Havara... Kukuh L W
Benar 21 28 18 23 17 21 26 16 24 21 26 19 21 17 19 23 18 14 25 26 16 17 18 19 20
Salah 8 0 7 5 11 6 3 13 6 7 2 4 4 8 11 6 7 8 3 3 10 12 10 9 7
Kosong 1 2 5 2 2 3 1 1 0 2 2 7 5 5 0 1 5 8 2 1 4 1 2 2 3
Skr Asli 21 28 18 23 17 21 26 16 24 21 26 19 21 17 19 23 18 14 25 26 16 17 18 19 20
Skr Bobot 21 28 18 23 17 21 26 16 24 21 26 19 21 17 19 23 18 14 25 26 16 17 18 19 20
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 20,52 Simpang Baku= 3,75 KorelasiXY= 0,57 Reliabilitas Tes= 0,73 Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
No. Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Choirunnisa 11 Riyana Sari 14 Widya Harumsari 9 Rasmana Patu 12 Suci Murni 8 Novi Wirakusumah 11 Gea 13 Abdurahman Arief 8 Richo O 10 Dina Rizky A 9 Aulia Annisa K 14 M. Reza Hermawan 9 Dzulfinoor Ha... 10 Putri Rizki 9 Dio Darmawan 8 Ika Susilanin... 10 Siti Maesyaroh 9 Anisa Oliviany 9 Rosdiana Yuli... 13 Haryati Suchinda 15 Page 1
Skor Genap 10 14 9 11 9 10 13 8 14 12 12 10 11 8 11 13 9 5 12 11
Skor Total 21 28 18 23 17 21 26 16 24 21 26 19 21 17 19 23 18 14 25 26
21 22 23 24 25
ntoh anates Devi Angela Aditya W M Haekal Seto n Havara Kausar A Kukuh L W
21 22 23 24 25
8 8 10 10 10
8 9 8 9 10
16 17 18 19 20
KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 2 7 11 20 19 9 4 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek Riyana Sari Gea Aulia Annisa K Haryati Suchinda Rosdiana Yuli... Richo O Rasmana Patu
Skor 28 26 26 26 25 24 23
1 1 1 1 1 1 1 1 1 7
2 2 1 1 1 1 1 1 1 7
3 3 1 1 1 1 1 1 1 7
4 4 1 1 1 1 1 1 1 7
5 5 1 1 1 1 * 1 1 6
6 6 1 * 1 * * 1 * 3
7 7 1 1 1 1 1 1 6
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 2 7 11 20 19 9 4 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek Riyana Sari Gea Aulia Annisa K Haryati Suchinda Rosdiana Yuli... Richo O Rasmana Patu
Skor 28 26 26 26 25 24 23
8 8 1 1 1 1 1 1 6
9 9 1 1 1 1 1 1 1 7
10 10 1 1 1 1 1 1 6
11 11 1 1 1 1 1 1 1 7
12 12 1 1 1 1 1 1 6
13 13 1 1 1 1 1 1 1 7
14 14 1 1 1 1 1 1 1 7
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 2 7 11 20 19 9 4 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek Riyana Sari Gea Aulia Annisa K Haryati Suchinda Rosdiana Yuli... Richo O Rasmana Patu
Skor 28 26 26 26 25 24 23
15 15 * 1 1 1 1 1 5
16 16 * 1 1 1 1 1 5
17 17 1 1 1 1 4
18 18 1 1 1 1 1 1 6
19 19 1 1 1 1 1 1 1 7
20 20 1 1 1 1 1 1 6
21 21 1 1 1 1 1 1 6
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 2 7 11 20 19 9 4 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek Riyana Sari Gea Aulia Annisa K Haryati Suchinda Rosdiana Yuli... Richo O Rasmana Patu
Skor 28 26 26 26 25 24 23
22 22 1 1 1 1 1 5
23 23 1 1 * 1 1 1 * 5
24 24 1 1 * 1 1 1 1 6
25 25 1 1 1 1 1 1 1 7
26 26 1 1 1 1 1 5
27 27 1 1 1 1 1 5
28 28 1 1 1 1 1 5
No.Urut 1 2 3 4
No Subyek 2 7 11 20
29 29 1 1 1 1
30 30 1 1 1 1
Kode/Nama Subyek Skor Riyana Sari 28 Gea 26 Aulia Annisa K 26 Haryati Suchinda 26 Page 2
5 6 7
19 9 4 Jml Jwb Benar
ntoh anates Rosdiana Yuli... 25 Richo O 24 Rasmana Patu 23
1 5
1 1 1 7
Kelompok Asor Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 23 5 14 22 8 21 18 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek M Haekal Seto n Suci Murni Putri Rizki Aditya W Abdurahman Arief Devi Angela Anisa Oliviany
Skor 18 17 17 17 16 16 14
1 1 1 1 1 1 1 1 1 7
2 2 * 1 1 1 1 4
3 3 1 1 1 1 1 1 6
4 4 1 1 1 1 1 1 1 7
5 5 1 1 1 1 1 1 1 7
6 6 * * * * * * 1 1
7 7 1 * 1 1 1 * 4
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 23 5 14 22 8 21 18 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek M Haekal Seto n Suci Murni Putri Rizki Aditya W Abdurahman Arief Devi Angela Anisa Oliviany
Skor 18 17 17 17 16 16 14
8 8 1 1 1 3
9 9 1 1 1 1 4
10 10 1 * 1
11 11 1 1 1 * 3
12 12 1 1 1 1 1 * 5
13 13 1 1 1 1 1 1 6
14 14 1 1 1 1 1 1 * 6
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 23 5 14 22 8 21 18 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek M Haekal Seto n Suci Murni Putri Rizki Aditya W Abdurahman Arief Devi Angela Anisa Oliviany
Skor 18 17 17 17 16 16 14
15 15 1 1 * 2
16 16 1 1 * 2
17 17 1 1 1 1 1 5
18 18 1 1 1 1 4
19 19 1 1
20 20 1 * 1
21 21 1 1 1 1 * * 4
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 23 5 14 22 8 21 18 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek M Haekal Seto n Suci Murni Putri Rizki Aditya W Abdurahman Arief Devi Angela Anisa Oliviany
Skor 18 17 17 17 16 16 14
22 22 1 1 1 1 4
23 23 * 1 1 1 3
24 24 1 1 1 1 1 1 6
25 25 * 1 1
26 26 1 1 * 1 1 1 5
27 27 1 1 * 1 1 4
28 28 1 1 2
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 23 5 14 22 8 21 18 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek M Haekal Seto n Suci Murni Putri Rizki Aditya W Abdurahman Arief Devi Angela Anisa Oliviany
Skor 18 17 17 17 16 16 14
29 29 1 1 1 3
30 30 1 1 1 1 * 4
Page 3
ntoh anates
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 25 Klp atas/bawah(n)= 7 Butir Soal= 30 Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kel. Atas 7 7 7 7 6 3 6 6 7 6 7 6 7 7 5 5 4 6 7 6 6 5 5 6 7 5 5 5 5 7
Kel. Bawah 7 4 6 7 7 1 4 3 4 1 3 5 6 6 2 2 5 4 1 1 4 4 3 6 1 5 4 2 3 4
Beda 0 3 1 0 -1 2 2 3 3 5 4 1 1 1 3 3 -1 2 6 5 2 1 2 0 6 0 1 3 2 3
Indeks DP (%) 0,00 42,86 14,29 0,00 -14,29 28,57 28,57 42,86 42,86 71,43 57,14 14,29 14,29 14,29 42,86 42,86 -14,29 28,57 85,71 71,43 28,57 14,29 28,57 0,00 85,71 0,00 14,29 42,86 28,57 42,86
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 25 Butir Soal= 30 Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) 21 84,00 21 84,00 24 96,00 25 100,00 23 92,00 7 28,00 19 76,00 18 72,00 20 80,00 16 64,00 19 76,00 19 76,00 22 88,00 23 92,00 8 32,00 Page 4
Tafsiran Mudah Mudah Sangat Mudah Sangat Mudah Sangat Mudah Sukar Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Sangat Mudah Sangat Mudah Sedang
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
ntoh anates 9 14 17 14 14 17 15 14 19 12 18 14 15 16 20
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
36,00 56,00 68,00 56,00 56,00 68,00 60,00 56,00 76,00 48,00 72,00 56,00 60,00 64,00 80,00
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 25 Butir Soal= 30 Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Korelasi 0,032 0,388 0,251 NAN -0,119 0,130 0,309 0,427 0,424 0,469 0,487 0,130 0,286 0,242 0,369 0,279 0,016 0,377 0,629 0,651 0,377 0,293 0,125 0,054 0,604 0,016 0,103 0,293 0,197 0,451
Signifikansi Signifikan NAN Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) 10 15 20 25 30
P=0,05 0,576 0,482 0,423 0,381 0,349
P=0,01 0,708 0,606 0,549 0,496 0,449
df (N-2) 60 70 80 90 100 Page 5
P=0,05 0,250 0,233 0,217 0,205 0,195
P=0,01 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254
40 50
0,304 0,273
0,393 0,354
Bila koefisien = 0,000
ntoh anates 125 >150
0,174 0,159
0,228 0,208
berarti tidak dapat dihitung.
KUALITAS PENGECOH ================= Jumlah Subyek= 25 Butir Soal= 30 Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
a 21** 2-24** 0 23** 0-0-0-1++ 3+ 2+ 3-0-23** 1-0-0-14+ 5-4-7--4+ 3-2+ 34+ 0-16** 4---
b 4--21** 1--0 0-0-0-1+ 3--4-0-0-3--1-13--12--117** 14** 0-0-15** 4+ 0-12** 1+ 2+ 15** 6--0--
c 0-0-0-0 0-0-0-320** 16** 19** 0-22** 0-8** 9** 7--2++ 4+ 3++ 0-0-14** 0-3++ 18** 2+ 0-10--
d 0-0-0-25** 0-7** 19** 2++ 0-13-0-0-0-0-0-0-0-10-17** 0-0-0-4++ 0-17--120**
e 0-1++ 0-0 0-0-3-18** 0-0-0-19** 0-0-0-1-14** 2++ 114** 0-2++ 0-19** 12++ 14** 3++ 0-0--
* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan: ** : Kunci Jawaban ++ : Sangat Baik + : Baik - : Kurang Baik -- : Buruk ---: Sangat Buruk REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 20,52 Simpang Baku= 3,75 KorelasiXY= 0,57 Reliabilitas Tes= 0,73 Butir Soal= 30 Jumlah Subyek= 25 Nama berkas: C:\USERS\DEE\DOCUMENTS\NTOH.ANA Btr Baru 1 2
Btr Asli 1 2
D.Pembeda(%) 0,00 42,86
T. Kesukaran Mudah Mudah Page 6
Korelasi 0,032 0,388
Sign. Korelasi Signifikan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
14,29 0,00 -14,29 28,57 28,57 42,86 42,86 71,43 57,14 14,29 14,29 14,29 42,86 42,86 -14,29 28,57 85,71 71,43 28,57 14,29 28,57 0,00 85,71 0,00 14,29 42,86 28,57 42,86
ntoh anates Sangat Mudah Sangat Mudah Sangat Mudah Sukar Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Sangat Mudah Sangat Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah
Page 7
0,251 NAN -0,119 0,130 0,309 0,427 0,424 0,469 0,487 0,130 0,286 0,242 0,369 0,279 0,016 0,377 0,629 0,651 0,377 0,293 0,125 0,054 0,604 0,016 0,103 0,293 0,197 0,451
NAN Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan
125
Lampiran 7 NILAI KELOMPOK EKSPERIMEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Jennifer Padma Weni Effrilia Dewi Nur Mutia M. Rizky Pratama Heliana Nurina Vina Novianti Nani Yulianti Izmi Nur Aliyah David Achmad Junaidi T. R Indriani Indra Putri Wildan Nur Insani Anggoro Dwi K M. Fikry Fathur Rahman Lukman Kahfi Nanda Tiara Nur Indah Utami R Ditha A. A Adilah Nur Shadrina Lintang Hapsari Adriana Febiola Afriyanto D. P Amalina Husna Ajeng Salsabila Nadia Ayu. S Hendro Gilang R. K Rian Atmadja Rovliene. K Faisal Akbar Sinta Primanita Amanah Ozan Bagus Ahmad P.H Ayu Jumlah
Nilai Pretest Nilai Posttest 15 50 10 55 15 55 15 60 20 60 20 65 15 65 25 65 15 65 20 70 15 70 15 70 15 70 20 70 20 70 20 75 25 75 25 75 25 75 25 75 15 75 20 75 20 75 20 80 25 80 40 80 30 80 30 80 40 80 35 80 30 80 30 85 40 85 40 85 790 2455
126 Lampiran 8 NILAI KELOMPOK KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Siswa Anita Bella Dina Teguh P Debby Cynthia Anggraini Ali Zaenal Abidin Achmad Zainuddin Rizka Ziah Sabrina Ghaissani Ilham Wahyu Anugerah Listya Nurmalasari Hikmah Sari Hermawati M. Rizky Dwi Ringga Edwin Dian Agni Tristiani Ruby Rama Putra Nurul Anggraini Alam Tanzillah Kartika Apriyani Putri Ayu Salsabila Veronica Amelia Rahmawati Uswatun Hasanah Deny Gunawan T Ramdhan F Suwarman Yessica Suwandi Sri Nurmaningsih Aiz Nurotul Faizah M. Azwar Fitria Choirunnisa Malahayati Adryan Maulana S Maya Beauty A M. Rohman Nur Hakim Putri Hemalia Wiwin Widiyani Jumlah
Nilai Pretest Nilai Posttest 20 40 15 40 20 40 10 40 20 45 25 45 15 45 15 45 20 45 15 50 20 50 25 50 20 50 20 50 15 50 30 50 25 50 20 50 10 55 30 55 15 55 25 55 35 55 15 55 20 55 25 55 15 60 35 60 25 60 35 65 20 65 30 65 40 65 35 65 40 70 800 1850
127
Lampiran 9 DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN (PRETEST) A. Banyak Data 10 15 20 25
15 15 20 30
40
40
15 20 20 30
15 20 25 30
15 20 25 30
15 20 25 35
15 20 25 40
15 20 25 40
B. Nilai terbesar : 40 Nilai terkecil : 10 Rentang kelas (R) : 30 C. Banyak Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (34) = 6,049 D. Panjang Kelas R 30 4,96 ~ 5 k 6,049 E. Tabel Distribusi Frekuensi No. Kelas Interval fi 1 10 – 14 1 2 15 – 19 9 3 20 – 24 9 4 25 – 29 6 5 30 – 34 4 6 35 – 39 1 7 40 – 44 4 Jumlah 34
fi.xi f 858 = 34
Mean =
= 25,23
0,5n f 2 ) f 0,5(34 ) 10 = 19,5 + 5 ( ) 9 = 23,38
Median= L + C (
Nilai tengah (xi) 12 17 22 27 32 37 42
xi2 144 289 484 729 1024 1369 1764
fi.xi 12 153 198 162 128 37 168 858
fi. xi2 144 2601 4356 4374 4096 1369 7056 23996
128 d1 ) d1 d 2 8 ) = 14,5 + 5 ( 80 = 19,5
Modus = L + C (
fi.xi 2 fi.xi 2 -( ) n n 23996 858 2 = -( ) 34 34 = 68,94
Varians = S2 =
Simpangan baku = S = S 2 = 68,94 = 8,3
129
Lampiran 10 DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN (POSTTEST) A. Banyak Data 50 65 75 80
55 70 75 80
85
85
55 70 75 80
60 70 75 80
60 70 75 80
65 70 75 80
65 70 75 80
65 75 80 85
B. Nilai terbesar : 85 Nilai terkecil : 50 Rentang kelas (R) : 35 C. Banyak Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (34) = 6,049 D. Panjang Kelas R 35 5,78 ~ 6 k 6,049 E. Tabel Distribusi Frekuensi No. Kelas Interval fi 1 50 – 55 3 2 56 – 61 2 3 62 – 67 4 4 68 – 73 6 5 74 – 79 8 6 80 – 85 11 Jumlah 34
fi.xi f 2475 = 34
Mean =
= 72,8
0,5n f 2 ) f 0,5(34 ) 15 = 73,5 + 6 ( ) 8 = 75
Median= L + C (
Nilai tengah (xi) 52,5 58,5 64,5 70,5 76,5 82,5
xi2 2756,25 3422,25 4160,25 4970,25 5852,25 6806,25
fi.xi 157,5 117 258 423 612 907,5 2475
fi. xi2 8268,75 6844,5 16641 29821,5 46818 74868,75 183262,5
130
d1 ) d1 d 2 3 ) = 79,5 + 6 ( 30 = 85,5
Modus = L + C (
fi.xi 2 fi.xi 2 Varians = S = -( ) n n 183262 ,5 2475 2 -( ) = 34 34 = 91 2
Simpangan baku = S = S 2 = 91 = 9,53
131
Lampiran 11 DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL (PRETEST) A. Banyak Data 10 15 20 25
10 15 20 25
15 20 20 30
35
40
40
15 20 20 30
15 20 25 30
15 20 25 35
15 20 25 35
15 20 25 35
B. Nilai terbesar : 40 Nilai terkecil : 10 Rentang kelas (R) : 30 C. Banyak Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (35) = 6,082 D. Panjang Kelas R 30 4,93 ~ 5 k 6,082 E. Tabel Distribusi Frekuensi No. Kelas Interval fi 1 10 - 14 2 2 15 – 19 8 3 20 – 24 10 4 25 – 29 6 5 30 – 34 3 6 35 – 39 4 7 40 - 44 2 Jumlah 35
fi.xi f 870 = 35
Mean =
= 24,86
0,5n f 2 ) f 0,5(35 ) 10 = 19,5 + 5 ( ) 10 = 23,25
Median= L + C (
Nilai tengah (xi) 12 17 22 27 32 37 42
xi2 144 289 484 729 1024 1369 1764
fi.xi 24 136 220 162 96 148 84 870
fi. xi2 288 2312 4840 4374 3072 5476 3528 23890
132
d1 ) d1 d 2 2 ) = 19,5 + 5 ( 24 = 21,17
Modus = L + C (
fi.xi 2 fi.xi 2 -( ) n n 23890 870 2 -( ) = 35 35 = 64,7
Varians = S2 =
Simpangan baku = S = S 2 = 64,7 = 8,04
133 Lampiran 12 DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL (POSTTEST) A. Banyak Data 40 45 50 55
40 50 50 55
40 50 55 60
65
65
70
40 50 55 60
45 50 55 60
45 50 55 65
45 50 55 65
45 50 55 65
B. Nilai terbesar : 70 Nilai terkecil : 40 Rentang kelas (R) : 30 C. Banyak Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (35) = 6,082 D. Panjang Kelas R 30 4,93 ~ 5 k 6,082 E. Tabel Distribusi Frekuensi No. Kelas Interval fi 1 40 – 44 4 2 45 – 49 5 3 50 – 54 9 4 55 – 59 8 5 60 – 64 3 6 65 – 69 5 7 70 – 74 1 Jumlah 35
fi.xi f 1920 = 35
Mean =
= 54,86
Nilai tengah (xi) 42 47 52 57 62 67 72
xi2 1764 2209 2704 3249 3844 4489 5184
fi.xi 168 235 468 456 186 335 72 1920
fi. xi2 7056 11045 24336 25992 11532 22445 5184 107590
134
0,5n f 2 ) f 0,5(35) 9 = 49,5 + 5 ( ) 9 = 54,2 d1 ) Modus = L + C ( d1 d 2 4 = 49,5 + 5 ( ) 4 1 = 53,5 Median= L + C (
fi.xi 2 fi.xi 2 -( ) n n 107590 1920 2 = -( ) 35 35 = 65
Varians = S2 =
Simpangan baku = S =
S2
= 65 = 8,06
135
Lampiran 13 PERHITUNGAN NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN (PRETEST) A. Menentukan batas kelas 9,5 14,5 19,5
24,5
29,5
34,5
39,5
44,5
Z6 1,12 0,3686
Z7 1,72 0,4573
B. Mencari nilai Z-score dengan rumus Bataskelas mean Z= S Z1= -1,895 Z2= -1,29 Z3= -0,69
Z4= -0,088 Z5= 0,51 Z6= 1,12
Z7= 1,72 Z8= 2,32
C. Mencari luas 0 – Z tabel kurva normal 0 – Z Z1 Z2 Z3 Z4 Z -1,895 -1,29 -0,69 -0,088 0-Z 0,4706 0,4015 0,2549 0,0319 D. Mencari luas tiap kelas interval 0,4706 – 0,4015 = 0,0691 0,4015 – 0,2549 = 0,1466 0,2549 – 0,0319 = 0,223 0,0319 + 0,1950 = 0,2269
Z5 0,51 0,1950
Z8 2,32 0,4898
0,1950 – 0,3686 = 0,1736 0,3686 – 0,4573 = 0,0877 0,4573 – 0,4898 = 0,0325
E. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0,0691 x 34 = 2,3494 0,1736 x 34 = 5,9024 0,1466 x 34 = 4,9844 0,0877 x 34 = 3,0158 0,223 x 34 = 7,5822 0,0325 x 34 = 1,105 0,2269 x 34 = 7,7146 No
Batas Kelas
Z
0-Z
1 2 3 4 5 6 7
9,5 14,5 19,5 24,5 29,5 34,5 39,5 44,5
-1,895 -1,29 -0,69 -0,088 0,51 1,12 1,72 2,32
0,4706 0,4015 0,2549 0,0319 0,1950 0,3686 0,4573 0,4898 Jumlah
Luas Kelas Interval 0,0691 0,1466 0,223 0,2269 0,1736 0,0887 0,0325
F. Mencari Chi kuadrat ( fo fe) 2 χ2 = fe = 0,775+3,23+0,27+0,38+0,61+1,35+2,62 = 9,235
fe
fo
2,3494 4,9844 7,582 7,7146 5,9024 3,0158 1,105
1 9 9 6 4 1 4 34
136 G. Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel db = k -1 = 7 – 1 = 6 dan taraf kesalahan 0,05 jika χ2hitung ≥ χ2tabel artinya distribusi data tidak normal jika χ2hitung ≤ χ2tabel artinya distribusi data normal Berdasarkan data diatas didapatkan χ2hitung ≤ χ2tabel yaitu 9,235 ≤ 12,6 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal
137
Lampiran 14 PERHITUNGAN NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN (POSTTEST) A. Menentukan batas kelas 49,5 55,5 61,5
67,5
73,5
79,5
85,5
B. Mencari nilai Z-score dengan rumus Bataskelas mean Z= S Z1= -2,44 Z2= -1,81 Z3= -1,19
Z4= -0,56 Z5= 0,073 Z6= 0,7
Z7= 1,33
C. Mencari luas 0 – Z tabel kurva normal 0 – Z Z1 Z2 Z3 Z4 Z -2,44 -1,81 -1,19 -0,56 0-Z 0,4927 0,4649 0,383 0,2123 D. Mencari luas tiap kelas interval 0,4927 – 0,4649 = 0,0278 0,4649 – 0,383 = 0,0819 0,383 – 0,2123 = 0,1707
Z5 0,073 0,0279
Z6 0,7 0,258
Z7 1,33 0,4082
0,2123 + 0,0279 = 0,2402 0,0279 – 0,258 = 0,2301 0,258 – 0,4082 = 0,1502
E. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0,0278 x 34 = 0,9452 0,2402 x 34 = 8,1668 0,0819 x 34 = 2,7846 0,2301 x 34 = 7,8234 0,1707 x 34 = 5,8038 0,1502 x 34 = 5,1068 No
Batas Kelas
Z
0-Z
1 2 3 4 5 6
49,5 55,5 61,5 67,5 73,5 79,5 85,5
-2,44 -1,81 -1,19 -0,56 0,073 0,7 1,33
0,4927 0,4649 0,383 0,2123 0,0279 0,258 0,4082 Jumlah
Luas Kelas Interval 0,0278 0,0819 0,1707 0,2402 0,2301 0,1502
F. Mencari Chi kuadrat ( fo fe) 2 χ2 = fe = 4,47+0,22+0,56+0,57+0,00398+1,15 = 6,97
fe
fo
0,9452 2,7846 5,8038 8,1668 7,8234 5,1068
3 2 4 6 8 11 34
138 G. Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel db = k -1 = 6 – 1 = 5 dan taraf kesalahan 0,05 jika χ2hitung ≥ χ2tabel artinya distribusi data tidak normal jika χ2hitung ≤ χ2tabel artinya distribusi data normal Berdasarkan data diatas didapatkan χ2hitung ≤ χ2tabel yaitu 6,97 ≤ 11,1 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal
139
Lampiran 15 PERHITUNGAN NORMALITAS KELAS KONTROL (PRETEST) A. Menentukan batas kelas 9,5 14,5 19,5
24,5
29,5
34,5
39,5
44,5
Z6 1,2 0,3849
Z7 1,82 0,4656
B. Mencari nilai Z-score dengan rumus Bataskelas mean Z= S Z1= -1,91 Z2= -1,29 Z3= -0,67
Z4= -0,045 Z5= 0,58 Z6= 1,2
Z7= 1,82 Z8= 2,44
C. Mencari luas 0 – Z tabel kurva normal 0 – Z Z1 Z2 Z3 Z4 Z -1,91 -1,29 -0,67 -0,045 0-Z 0,4719 0,4015 0,2486 0,016 D. Mencari luas tiap kelas interval 0,4719 – 0,4015 = 0,0704 0,4015 – 0,2486 = 0,1529 0,2486 – 0,016 = 0,2326
Z5 0,58 0,219
Z8 2,44 0,4927
0,016 + 0,219 = 0,235 0,219 – 0,3849 = 0,1659 0,3849 – 0,4656 = 0,0807 0,4656 – 0,4927 = 0,0271
E. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0,0704 x 35 = 2,464 0,235 x 35 = 8,225 0,1529 x 35 = 5,3515 0,1659 x 35 = 5,8065 0,2326 x 35 = 8,141 0,0807 x 35 = 2,8245 0,0271 x 35 = 0,9485 No
Batas Kelas
Z
0-Z
1 2 3 4 5 6 7
9,5 14,5 19,5 24,5 29,5 34,5 39,5 44,5
-1,91 -1,29 -0,67 -0,045 0,58 1,2 1,82 2,44
0,4719 0,4015 0,2486 0,016 0,219 0,3849 0,4656 0,4927 Jumlah
Luas Kelas Interval 0,0704 0,1529 0,2326 0,235 0,1659 0,0807 0,0271
F. Mencari Chi kuadrat ( fo fe) 2 2 χ = fe = 0,087+1,31+0,42+0,6+1,36+0,49+1,6 = 5,867
fe
fo
2,464 5,3515 8,141 8,225 5,8065 2,8245 0,9485
2 8 10 6 3 4 2 35
140 G. Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel db = k -1 = 7 – 1 = 6 dan derajat kebebasan 0,05 jika χ2hitung ≥ χ2tabel artinya distribusi data tidak normal jika χ2hitung ≤ χ2tabel artinya distribusi data normal Berdasarkan data diatas didapatkan χ2hitung ≤ χ2tabel disimpulkan bahwa data berdistribusi normal
yaitu 5,867 ≤ 12,6 maka dapat
141
Lampiran 16 PERHITUNGAN NORMALITAS KELAS KONTROL (POSTTEST) A. Menentukan batas kelas 39,5 44,5 49,5
54,5
59,5
64,5
69,5
74,5
Z6 1,2 0,3849
Z7 1,82 0,4656
B. Mencari nilai Z-score dengan rumus Bataskelas mean Z= S Z1= -1,9 Z2= -1,29 Z3= -0,67
Z4= -0,045 Z5= 0,58 Z6= 1,2
Z7= 1,82 Z8= 2,44
C. Mencari luas 0 – Z tabel kurva normal 0 – Z Z1 Z2 Z3 Z4 Z -1,91 -1,29 -0,67 -0,045 0–Z 0,4713 0,4015 0,2486 0,016 D. Mencari luas tiap kelas interval 0,4713 – 0,4015 = 0,0698 0,4015 – 0,2486 = 0,1529 0,2486 – 0,016 = 0,2326
Z5 0,58 0,219
Z8 2,44 0,4927
0,016 + 0,219 = 0,235 0,219 – 0,3849 = 0,1659 0,3849 – 0,4656 = 0,0807 0,4656 – 0,4927 = 0,0271
E. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0,0698 x 35 = 2,443 0,235 x 35 = 8,225 0,1529 x 35 = 5,3515 0,1659 x 35 = 5,8065 0,2326 x 35 = 8,141 0,0807 x 35 = 2,8245 0,0271 x 35 = 0,9485 No
Batas Kelas
Z
0-Z
1 2 3 4 5 6 7
39,5 44,5 49,5 54,5 59,5 64,5 69,5 74,5
-1,9 -1,29 -0,67 -0,045 0,58 1,2 1,82 2,44
0,4713 0,4015 0,2486 0,016 0,219 0,3849 0,4656 0,4927 Jumlah
Luas Kelas Interval 0,0698 0,1529 0,2326 0,235 0,1659 0,0807 0,0271
F. Mencari Chi kuadrat ( fo fe) 2 2 χ = fe = 0,99+0,023+0,09+0,006+1,356+0,81+0,0028 = 3,2778 G. Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel
fe
fo
2,443 5,3515 8,141 8,225 5,8065 2,8245 0,9485
4 5 9 8 3 5 1 35
142 db = k -1 = 7 – 1 = 6 dan derajat kebebasan 0,05 jika χ2hitung ≥ χ2tabel artinya distribusi data tidak normal jika χ2hitung ≤ χ2tabel artinya distribusi data normal Berdasarkan data diatas didapatkan χ2hitung ≤ χ2tabel disimpulkan bahwa data berdistribusi normal
yaitu 5,867 ≤ 12,6 maka dapat
143
Lampiran 17 PERHITUNGAN HOMOGENITAS DATA PRETEST Eksperimen 68,94 34
2
S n
Kontrol 64,7 35
Pengujian homogenitas yaitu :
S12 S 22 68,94 = 64 ,7 = 1,06
F=
db = 35 – 1= 34 pembilang db = 34 – 1= 33 penyebut Berdasarkan rumus diatas didapatkan hasil F hitung ≤ F tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 yaitu 1,06 ≤ 1,69 maka dapat disimpulkan bahwa data homogen
144
Lampiran 18 PERHITUNGAN HOMOGENITAS DATA POSTTEST 2
S n
Eksperimen 91 34
Kontrol 65 35
Pengujian homogenitas yaitu :
S12 S 22 91 = 65 = 1,4
F=
db = 35 – 1= 34 pembilang db = 34 – 1= 33 penyebut Berdasarkan rumus diatas didapatkan hasil F hitung ≤ F tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 yaitu 1,4 ≤ 1,69 maka dapat disimpulkan bahwa data homogen
145
Lampiran 19 PERHITUNGAN UJI-t (PRETEST)
t =
=
=
=
1 2 (n1 1) S12 (n2 1) S 22 1 1 ( ) n1 n2 2 n1 n2 25,23 24,86 (34 1)68,94 (35 1)64,7 1 1 ( ) 67 34 35 0,37
2275 2199 ,8 (0,058 ) 67 0,37
66,79 (0,058 ) 0,37 = 1,85 = 0,2 Dengan dk= n1 + n2 – 2 = 34 + 35 – 2= 67 dan taraf kesalahan 5% didapatkan thitung lebih kecil dibandingkan dengan t-tabel yaitu 0,2 < 2. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila t-hit ≤ t-tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, sedangkan bila t-hit ≥ t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
146 Lampiran 20 PERHITUNGAN UJI-t (POSTTEST)
t =
=
=
=
1 2 (n1 1) S12 (n2 1) S 22 1 1 ( ) n1 n2 2 n1 n2 72,8 54,86 (34 1)91 (35 1)65 1 1 ( ) 67 34 35 17 ,94
3003 2210 (0,058 ) 67 17,94
77,8 (0,058 ) 17 ,94 = 2,037 = 8,8 Dengan dk= n1 + n2 – 2 = 34 + 35 – 2 = 67 dan taraf kesalahan 5% didapatkan thitung lebih besar dibandingkan dengan t-tabel yaitu 8,8 > 2. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila t-hit ≤ t-tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, sedangkan bila t-hit ≥ t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
147 Lampiran 21 PERHITUNGAN NORMALIZED GAIN KELAS EKSPERIMEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Jennifer Padma Weni Effrilia Dewi Nur Mutia M. Rizky Pratama Heliana Nurina Vina Novianti Nani Yulianti Izmi Nur Aliyah David Achmad Junaidi T. R Indriani Indra Putri Wildan Nur Insani Anggoro Dwi K M. Fikry Fathur Rahman Lukman Kahfi Nanda Tiara Nur Indah Utami R Ditha A. A Adilah Nur Shadrina Lintang Hapsari Adriana Febiola Afriyanto D. P Amalina Husna Ajeng Salsabila Nadia Ayu. S Hendro Gilang R. K Rian Atmadja Rovliene. K Faisal Akbar Sinta Primanita Amanah Ozan Bagus Ahmad P.H Ayu Jumlah Rata-rata
Pretest 15 10 15 15 20 20 15 25 15 20 15 15 15 20 20 20 25 25 25 25 15 20 20 20 25 40 30 30 40 35 30 30 40 40 790 23,23
Posttest 50 55 55 60 60 65 65 65 65 70 70 70 70 70 70 75 75 75 75 75 75 75 75 80 80 80 80 80 80 80 80 85 85 85 2455 72,2
g 35 45 40 45 40 45 50 40 50 50 55 55 55 50 50 55 50 50 50 50 60 55 55 60 55 40 50 50 40 45 50 55 45 45 1665 48,97
N-gain 0,41 0,5 0,47 0,53 0,5 0,56 0,58 0,53 0,58 0,625 0,65 0,65 0,65 0,625 0,625 0,6875 0,66 0,66 0,66 0,66 0,71 0,6875 0,6875 0,75 0,73 0,66 0,71 0,71 0,66 0,69 0,71 0,78 0,73 0,75
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
148 Lampiran 22 PERHITUNGAN NORMALIZED GAIN KELAS KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Siswa Anita Bella Dina Teguh P Debby Cynthia Anggraini Ali Zaenal Abidin Achmad Zainuddin Rizka Ziah Sabrina Ghaissani Ilham Wahyu Anugerah Listya Nurmalasari Hikmah Sari Hermawati M. Rizky Dwi Ringga Edwin Dian Agni Tristiani Ruby Rama Putra Nurul Anggraini Alam Tanzillah Kartika Apriyani Putri Ayu Salsabila Veronica Amelia Rahmawati Uswatun Hasanah Deny Gunawan T Ramdhan F Suwarman Yessica Suwandi Sri Nurmaningsih Aiz Nurotul Faizah M. Azwar Fitria Choirunnisa Malahayati Adryan Maulana S Maya Beauty A M. Rohman Nur Hakim Putri Hemalia Wiwin Widiyani Jumlah Rata-rata
Pretest 20 15 20 10 20 25 15 15 20 15 20 25 20 20 15 30 25 20 10 30 15 25 35 15 20 25 15 35 25 35 20 30 40 35 40 800 22,86
Posttest 40 40 40 40 45 45 45 45 45 50 50 50 50 50 50 50 50 50 55 55 55 55 55 55 55 55 60 60 60 65 65 65 65 65 70 1850 52,86
g 20 25 20 30 25 20 30 30 25 35 30 25 30 30 35 20 25 30 45 25 40 30 20 40 35 30 45 25 35 30 45 35 25 30 30 1050 30
N-gain 0,25 0,29 0,25 0,33 0,31 0,26 0,35 0,35 0,31 0,41 0,375 0,33 0,375 0,375 0,41 0,28 0,33 0,375 0,5 0,36 0,47 0,4 0,31 0,47 0,44 0,4 0,53 0,38 0,46 0,46 0,56 0,5 0,42 0,46 0,5
Kategori Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
149 Lampiran 23
150 Lampiran 24
151
152
153