PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: RINA KHABIBAH 109016300021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK RINA KHABIBAH 109016300021, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Gerak Melingkar Beraturan”. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak melingkar beraturan. Penelitian ini dilakukan di SMAN 9 Tangerang Selatan pada bulan Agustus sampai dengan November 2013. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain Nonrandomized Control Group PretestPosttest Design dan teknik pengambilan sampel purpossive sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes berupa uraian dan non tes berupa lembar angket. Analisis data tes, menunjukkan terdapat pengaruh signifikan model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan. dengan sampel yang pertama yaitu siswa kelas X5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X3 sebagai kelas kontrol, masing-masing diberi pretest dan posttest. Uji hipotesis pretest didapat thitung < ttabel (1,580<2,002), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Uji hipotesis posttest thitung > ttabel (2.060>2,002), maka Ho ditolak Ha diterima. Terdapat pengaruh model pembelajaran guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak melingkar beraturan. Kata kunci: Model guided discovery learning, hasil belajar siswa SMA, konsep gerak melingkar beraturan.
iv
ABSTRACT Rina Khabibah, “The Effect Of Guided Discovery Learning Model on Learning to Student Senior High School Learning Outcomes in Circular Motion Concept”. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. The research aim to know are there any effect of guided discovery learning model to student senior high school learning outcomes in circular motion concept. This Research done in Senior High School 9 South Tangerang on august until November 2013. The method used in this research is Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design and the technique of sampling is purpossive sampling. Instrumen were used in this research are test instrument which is essay and nontest instrument which is quisioner. Based on data analysis, the result obtained that there is a significant effect of guided discovery learning model to student senior high school outcomes learning in circular motion concept . with the first class 30 students of X5 as experimental group and 30 students of X3 as control group both class are given the same pretest and posttest. The pretest result show tarithmetic < ttable (1,580<2,002), so Ho rejected Ha received. The Posttest result show tarithmetic > ttable (2.060>2,002), so Ha rejected Ho received. The research show be able effect of guided discovery learning model to student senior high school learning outcomes in circular motion concept. Key Words: Guided discovery learning model Jerome Brunner, student learning outcome, circular motion concept.
v
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa dikumandangkan untuk nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk umatnya dan menjadi suri teladan bagi umatnya. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan dan proses pengerjaannya selama 2 bulan. Penelitian dilakukan di SMA 9 Tangerang Selatan dengan populasi seluruh siswa kelas X dan sampel penelitian kelas X5 sebagai kelompok eksperimen dan X3 sebagai kelompok kontrol. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada penulis. 2. Kedua orang tua tercinta ayahanda Jahari dan Ibundaku Waginah, terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan. Engkau telah ajarkan penulis tentang kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan kau telah mendidik penulis dengan kasih sayang. Terima kasih ayah dan ibu atas semua kasih sayang mu. Semoga Allah mengampuni segala dosa ayah dan menempatkan ayah di surga-Nya yang paling mulia. Untuk adik terjahilku Qori Hadi Pranoto yang senantiasa membuatku tertawa dan sejenak lupa akan semua masalah-masalah. 3. Ibu Nurlena Rifa’I, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan dan Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd, dan Ibu Ai Nurlaela, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan II penulis yang telah banyak memberikan bimbingan,
vi
pengarahan, meluangkan waktu, motivasi, dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Iwan Permana S, M.Pd selku Penguji I dan Ibu Fathiah Alatas selaku Penguji II telah memberikan bimbingannya selama revisi skripsi. 7. Bapak Drs. Ahmad Nana Mahmur M, MPd selaku kepala sekolah SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan Bapak Rudinanto, S.Pd, selaku guru Fisika SMAN 9 Tangerang Selatan yang telah memberikan banyak bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian. 8. Untuk sahabat-sahabatku Asep Gumilar, R. Tetty, Ryani Fauziah, , Riah Elsa Fitri, Eva Afiatun, Citra Wahyudin, Arifin Budi S, dan M. Rifqi yang susah senang kita selalu bersama. 9. Untuk semua teman-teman Pendidikan IPA angkatan 2009 (Fi-nine) untuk Nuris dan Husni selaku adik kelas PPKT yang menjadi observer sewaktu penulis penelitian, terima kasih atas bantuan dan candaannya. 10. Untuk kawan-kawan KAHFI angkatan 14C yang dalam chargeran semangatnya membuatku “on” untuk tak kenal kata tidak mungkin, dan wali kelas 14C Kak ibnu dan Kak Ocha terima kasih atas arahan-arahannya. 11. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan bantuannya. Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Dengan segala kerendahan hati, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya serta civitas akademika dunia pada umumnya
Jakarta, Januari 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Pembimbing ............................................................... i Lembar Pengesahan Penguji ........................................................................ ii Surat Pernyataan Karya Sendiri ................................................................. iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv ABSTRACT ................................................................................................... v KATA PENGANTAR.................................................................................... vi DAFTAR ISI................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5 C. Batasan Masalah ................................................................................. 5 D. Rumusan Masalah .............................................................................. 6 E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................................................................. 7 A. Kajian Teori ........................................................................................ 7 1. Model Guided Discovery Learning................................................ 7 2. Model Guided Discovery Learning Jerome Bruner ....................... 10 3. Kelebihan dan Kelemahan Model Guided Discovery Learning .... 14 a. Kelebihan Model Guided Discovery Learning.......................... 14 b. Kelemahan Model Guided Discovery Learning ........................ 15 4. Belajar dan Hasil Belajar ............................................................... 15 a. Pengertian Belajar...................................................................... 15 vii
b. Pengertian Hasil Belajar ............................................................ 16 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ...................... 18 5. Konsep Gerak Melingkar Beraturan .............................................. 19 a. Karakteristik Konsep Gerak Melingkar Beraturan .................... 19 b. KI/KD Konsep Gerak Melingkar Beraturan.............................. 19 c. Peta Konsep ............................................................................... 21 d. Materi Gerak Melingkar Beraturan ........................................... 21 B. Penelitian Relevan .............................................................................. 27 C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 30 D. Pengajuan Hipotesis Penelitian .......................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33 A. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 33 B. Metode Penelitian ............................................................................... 33 C. Desain Penelitian ................................................................................ 33 D. Variabel Penelitian ............................................................................. 34 E. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 34 1. Populasi .......................................................................................... 34 2. Sampel............................................................................................ 35 F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 35 G. Instrumen Penelitian .......................................................................... 35 1. Instrumen tes .................................................................................. 36 2. Instrumen non tes ........................................................................... 36 H. Kalibrasi Instrumen ............................................................................ 36 1. Uji Validitas Instrumen .................................................................. 37 2. Uji Reliabilitas ............................................................................... 38 3. Taraf Kesukaran ............................................................................. 39 4. Daya Pembeda................................................................................ 40 I. Teknik Analisis Data .......................................................................... 41 1. Uji Prasyarat Analisis..................................................................... 41 a. Uji Normalitas ........................................................................... 41
viii
b. Uji Homogenitas........................................................................ 42 2. Uji Hipotesis .................................................................................. 43 a. Data Terdistribusi Normal dan Homogen ................................. 43 b. Data Terdistribusi Normal dan Tidak Homogen ....................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 46 A. Hasil Penelitian................................................................................... 46 1. Deskripsi Data................................................................................ 46 a. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen..... 48 b. Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 49 2. Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 50 3. Hasil Uji Homogenitas................................................................... 50 4. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 51 5. Hasil Angket .................................................................................. 52 B. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 60 A. Kesimpulan......................................................................................... 60 B. Saran ................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran Menurut Jerome Bruner .............. 12
Tabel 3.1
Desain Penelitian .................................................................... 34
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Tes .......................................................... 36
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Non Tes Angket Respon Siswa............ 36
Tabel 3.4
Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r.................................. 38
Tabel 3.5
Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ....................... 39
Tabel 3.6
Interpretasi Taraf Kesukaran ............................................... 40
Tabel 3.7
Interpretasi Daya Pembeda ................................................... 41
Tabel 4.1
Deskripsi Data Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ....................................................... 49
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ....................................................... 50
Tabel 4.3
Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ....................................................... 51
Tabel 4.4
Hasil Uji t Hasil Belajar Siswa Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol..................................... 51
Tabel 4.5
Hasil Angket Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ............................................................................. 52
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Siklus Hasil Belajar............................................. 17 Gambar 2.2 Peta Konsep Gerak Melingkar Beraturan ........................... 21 Gambar 2.3 Contoh Aplikasi GMB di Kehidupan Sehari-hari............... 22 Gambar 2.4 Vektor Kecepatan Gerak Melingkar Beraturan ................. 24 Gambar 2.5 Rantai Sepeda ......................................................................... 26 Gambar 4.1 Histogram Pretest Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol dan Eksperimen ....................................................... 47 Gambar 4.2 Histogram Posttest Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol dan Eksperimen ....................................................... 48
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Perangkat Pembelajaran ....................................................... 64 1. RPP Kelompok Kontrol .................................................................... 65 2. RPP Kelompok Eksperimen.............................................................. 105 Lampiran B: Instrumen Penelitian .............................................................. 144 1. Soal Pretest-Posttest ......................................................................... 145 2. Lembar Observasi ............................................................................. 147 3. Kuesioner ......................................................................................... 149 4. Lembar Uji Referensi........................................................................ 152 Lampiran C: Analisis Data Hasil Pengambilan Sampel ............................ 155 1. Skor Data Uji Validasi ..................................................................... 156 2. Reliabilitas Tes ................................................................................. 157 3. Kelompok Unggul dan Asor ............................................................ 158 4. Daya Pembeda................................................................................... 160 5. Tingkat Kesukaran ........................................................................... 161 6. Korelasi Skor Butir dengan Skor Total ............................................ 162 7. Rekap Analisis .................................................................................. 163 Lampiran D: Analisis Data Hasil Penelitian ............................................... 164 1. Skor Kelas Kontrol (Pretest-Posttest)............................................... 165 2. Skor Kelas Eksperimen (Pretest-Posttest) ........................................ 166 3. Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen........................ 167 4. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen ........... 170 5. Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen ...................... 171 6. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen .......... 174 7. Distribusi Fekuensi Pretest Kelompok Kontrol................................ 175 8. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol................... 178 9. Distribusi Fekuensi Posttest Kelompok Kontrol............................... 179 10. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol.................. 182 11. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest............................................... 183 12. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest ............................................. 184 xii
13. Perhitungan Uji Hipotesis Pretest..................................................... 185 14. Perhitungan Uji Hipotesis Posttest ................................................... 186 Lampiran E: Surat-surat Penelitian ............................................................ 187 1. Permohonan Izin Observasi ............................................................. 188 2. Keterangan Telah Melakukan Penelitian .......................................... 189 Lampiran F: Profil SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan..................... 190 Lampiran G: Biodata Penulis ....................................................................... 195 Lampiran H: Dokumentasi Penelitian ......................................................... 196
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses kehidupan dalam rangka mengoptimalkan potensi diri siswa agar berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sistem pendidikan di Indonesia, dikenal beberapa macam tujuan pembelajaran. Tujuan paling tinggi tingkatannya adalah tujuan pendidikan nasional yang kemudian dijabarkan lagi dalam tujuan institusional. Tujuan institusional dianggap masih sangat luas sehingga perlu dijabarkan lagi secara spesifik dalam tujuan kurikuler1. Dalam pengertian yang lebih luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan2. Aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran merupakan aspek di ranah kognitif3. Proses pembelajaran adalah ruang lingkup dari pendidikan, salah satunya adalah pembelajaran sains. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar pengalaman menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah4. Satu cabang dasar sains yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah mata pelajaran fisika. Cabang dasar sains Fisika merupakan faktor pendukung dalam laju perkembangan dan persaingan diberbagai bidang, dengan bantuan ilmu fisika banyak peristiwa atau kejadian alam semesta ini dapat dipelajari. Kebanyakan pembelajaran fisika di sekolah dilakukan hanya melalui proses penyampaian informasi bukan melalui pemrosesan informasi. Guru di 1
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: LP UIN), 2009, h.63. 2 Siti Mutoharoh, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h.21. 3 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,. Op.cit,. h.63 4 Ibid,. h.46.
1
2
samping berfungsi sebagai motivator dan fasilitator, diharapkan dapat menjadi seorang menajer (pengelola) selama kegiatan belajar berlangsung5. Oleh karena itu, sudah saatnya guru sains membuka paradigma baru dalam pola pengajaran sains di kelas. Selama ini pembelajaran masih banyak berpusat pada guru sementara siswa cenderung pasif. Akibatnya siswa tidak mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk memecahkan permasalahan yang ada sehingga hasil belajar siswa relatif rendah. Berdasarkan hasil observasi melalui PPKT (Praktek Profesi Keguruan Terpadu) selama 4 bulan dan wawancara guru fisika di SMAN 9 Tangerang selatan dapat dilihat dari hasil belajar berupa nilai raport para siswa, nilai rata-rata para siswa dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 68,1 dengan KKM sebesar 75, penyebab hal ini dapat diindikasikan karena kurangnya hasil belajar siswa dalam memahami persoalan pada mata pelajaran Fisika. Keberhasilan
proses
Kegiatan
Belajar
Mengajar
(KBM)
pada
pembelajaran fisika dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar. Hal ini dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta hasil belajar, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya 6. Menurut Mustamin bahwa hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan evaluasi, yaitu mengukur dan menilai dalam hal ini adalah menilai hasil kinerja siswa. Dengan mengukur hasil belajar, maka guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan dan dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum7. Hal lain yang menyebabkan sulitnya fisika bagi siswa yaitu karena pembelajaran fisika kurang bermakna, oleh karena itu diperlukan suatu model 5
Tri Wardanik, “Pembelajaran Fisika Dengan Metode Direct Instruction (DI) Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak Melingkar Beraturan Di SMA Tahun 2008/2009,” Skripsi pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, 2009, h.xvii, tidak dipublikasikan. 6 Anna Fauziah, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT, Forum Kependidikan, 1-13, 2010, h.1. 7 Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasl Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal. Palu, 2013. h.32.
3
pembelajaran yang mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan ide-ide dalam pembelajaran di kelas agar pembelajaran lebih bermakna. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk hal ini, seperti hasil penelitian Balim dan Yunginger, keduanya menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam hasil prestasi setelah diimplikasikan pembelajaran discovery.8 Jerome Bruner adalah salah satu ahli yang mengemukakan pendapat mengenai tahapan dalam model discovery learning. Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dalam buku klasiknya, Toward a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan”, yang mana hal ini dia sebut resiprositas (timbal balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulus kegiatan belajar9. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dari cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsipprinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain10. Kegiatan belajar yang distimulus oleh kegiatan sosial diharapkan hasil belajar siswa meningkat. Menurut Widdiharo lama pembelajaran di sekolah yang sudah ditentukan membuat siswa yang masih membutuhkan konsep dasar untuk menemukan 8
Khoirul, Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Mengguanakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, 2012, h.21. 9 Silberman, Melvin. Active Learning. (Bandung: Nusa Media, 2011), h.30. 10 Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 1996)cet. ke-2, h.80.
4
sesuatu sendiri, sehingga membutuhkanwaktu yang cukup lama. Oleh karena itu, metode penemuan yang dipilih adalah metode penemuan terbimbing. Menurut Hamalik, metode penemuan terbimbing adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkna studi individual, manupulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep. Siswa melakukan penemuan, sedangkan guru membimbing siswa, memberi petunjuk
siswa
yang
mengalami
kesulitan
untuk
menemukan
sesuatu
konsep/prinsip, dan waktu pembelajarna lebih efisien, bimbingan diberikan melalui serangkaian LKS dan materi yang sedang dipelajari 11. Salah satu cara merancang pembelajaran Fisika agar berlangsung efektif dengan memberdayakan potensi siswa adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Untuk itu dibutuhkan SDM guru yang mampu merancang pembelajaran yang dapat mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menunjang hasil belajar siswa. Konten-konten fisika berkarakteristik teori, pemahaman konsep, dan metematis analitis12. Salah satu konten fisika yang karakteristiknya berupa matematis analitis dan pemahaman konsep adalah Gerak melingkar. Gerak melingkar merupakan cabang pembahasan materi gerak, yang berdasarkan asumsi peneliti memerlukan tingkat hasil belajar yang cukup tinggi, KI/KD Kurikulum 2013 yaitu 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi13. Konsep gerak melingkar dirasa sulit oleh para siswa, hal ini dilihat dari hasil belajar siswa di SMAN 9 Tangerang Selatan yang dibawah KKM. Konsep gerak melingkar adalah materi fisika yang bersifat analitis matematis sehingga sangat penting bagi siswa memiliki kemampuan pemahaman secara kontruktivis sehingga meningkatkan aspek kognitifnya berupa hasil belajar, selain berguna untuk pembelajaran fisika kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan 11
Nurcholis,. Op.cit,. h.33. Tri Wardanik,. Op.cit,. h.xvii, tidak dipublikasikan. 13 Kurukulum 2013 12
5
masalah-masalah yang relevan pada kehidupan sehari-hari. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran, baik proses pembelajaran aktivitas siswa, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran maupun terhadap hasil belajarnya14. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengemukakan sebuah inovasi dengan menarik judul ”Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil belajar Siswa SMA Pada Konsep Gerak Melingkar Beraturan”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman tentang konsep Gerak Melingkar Beraturan. 2. Semangat belajar fisika siswa kurang/lemah. 3. Materi gerak melingkar beraturan dianggap sulit, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa masih di bawah KKM.
C. Batasan Masalah Agar tidak melebar dari masalah penelitian, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Peneliti mengambil materi Fisika kelas X semester I, yaitu konsep Gerak melingkar beraturan 2. Penilaian hasil belajar berdasarkan Taksonomi Bloom C3-C4 berdasarkan Kurikulum Inti (KI)/Kurikulum Dasar (KD) 2013 yaitu menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi.
14
Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h.5
6
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas penulis merumuskan masalah mengenai Apakah terdapat pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak melingkar beraturan?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengemukakan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa SMA kelas X pada konsep gerak.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, diantaranya : 1. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan terutama kebijakan pembelajaran. 2. Memberi pengalaman dalam melakukan penelitian dan wawasan pengetahuan peneliti tentang model guided discovery learning masalah Jerome Bruner. 3. Sebagai sumbangan pemikiran untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Model Guided Discovery Learning Model adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subjek pembelajar, lingkungan belajar dan kurikulum1. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.2 Model Pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut3: a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (2) Adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) Sistem sosial; dan (4) Sistem pendukung, keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran. e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, dampak tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya. 1
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,. Op.cit,. h.117. Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h.132. 3 Ibid, h.136 2
7
8
Pada
kurikulum
2013,
disarankan
untuk
menggunakan
model
pembelejaran yang dapat menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Model-model pembelajarn tersebeut antara lain: project based learning, problem based learning, dan discovery learning (pembelajaran penemuan), ada dua jenis pembelajarn penemuan yaitu pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery)4. Model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang bersifat student oriented dengan teknik trial and error, menerka, menggunakan intuisi, menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan bimbingan dan penunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang mereka miliki untuk menemukan pengetahuan yang baru5. Belajar
merupakan
mengintegrasikan
suatu
pengetahuan
baru
proses
dimana
dengan
seorang
pengetahuan
pembelajar
lama.
Model
pembelajaran discovery learning berakar dari faham kontruktivisme. Teori kontruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya6. Pembelajaran dengan menggunakan model guided discovery learning bertujuan untuk memperbaiki pola pengajaran yang selama ini hanya mengarah kepada menghafal fakta-fakta saja, tetapi tidak memberikan kepada siswa pengertian konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang terdapat dalam suatu materi pelajaran. Dalam model guided discovery learning ini siswa melakukan percobaan dengan mengamati dan menuliskan data yang dihasilkan ke dalam LKS serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dalam upaya menemukan
konsep-konsep
berdasarkan
data
yang
diperoleh
dan
membandingkannya dengan teori yang terdapat dalam modul atau buku 4
Fatih istiqomah dkk, “Penerapan Model Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal, Bandar lampung, 2014, h.6 5 Yoppy, Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning Pada Pembelajaran Matematika, Jurnal Kependidikan, 2011, h.146. 6 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. Pertama, h. 13.
9
pelajaran7. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menemukan sendiri konsep-konsep dari materi yang diajarkan dan pemahaman konsep siswa akan lebih bersifat permanen atau tidak akan mudah hilang dari ingatan. Menurut Bruner dalam Prince & Felder belajar dengan penemuan merupakan pendekatan yang berbasis pemeriksaan. Para siswa diberi suatu pertanyaan untuk menjawab suatu masalah untuk dipecahkan atau pengamatanpengamatan untuk dijelaskan, mengarahkan dirinya sendiri untuk melengkapi tugas-tugas, menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan temuannya, dan "menemukan" pengetahuan konseptual berdasarkan fakta yang diinginkan di dalam proses8. Marzano dan Markaban menyatakan bahwa metode penemuan terbimbing salah satunya memiliki kelebihan yaitu mendukung kemampuan problem solving siswa dan materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Herman memaparkan tentang kekuatan metode penemuan terbimbing diantaranya yaitu siswa benar-benar dapat memahami materi yang sedang dipelajari9. Abel dan Smith mengungkapkan bahwa guru memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam metode
penemuan
terbimbing,
guru
berperan
sebagai
fasilitator
yang
membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang sedang ia peroleh. Siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga
7
Qorri’ah, “Penggunaan Metode Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung” , Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h.23, tidak dipublikasikan. 8 Yoppy,.Op.cit,.h.39. 9 Risnita, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci Dengan Menerapkan Metode Penemuan Terbimbing, Jurnal Kependidikan, 2011, h.32
10
dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan guru.10
2. Model Guided Discovery Learning Jerome Bruner Teori belajar Bruner ialah belajar penemuan atau discovery learning. Belajar penemuan dari Jerome Bruner adalah model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa terlibat aktif dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui pemecahan masalah atau hasil abstraksi sebagai objek budaya. Guru mendorong dan memotivasi siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk mereka sendiri. Pembelajaran ini dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa11. Salah satu cara yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan penerapan teori belajar Bruner. Teori belajar Bruner lebih menekankan pada kemampuan siswa memecahkan masalah dengan menerapkan 4 prinsip tentang cara belajar dan mengajar matematika yang masing-masing
disebut
sebagai ‘teorema’. Teorema tersebut terdiri dari teorema konstruksi (construction theorem), teorema notasi (notation theorem), teorema kekontrasan dan variasi (contrast and variation theorem), dan teorema konektivitas (connectivity theorem). Sehingga dengan menerapkan 4 prinsip tersebut, siswa akan lebih mudah, cepat, dan mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapinya12. Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya 10
Leo, Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP, Jurnal Penelitian Pendidikan vol.13no.2, 2012, h.4. 11 Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan Trigonometri di Kelas X SMA Negeri 1 Kualuh Hulu Aek Kanopan T.A. 2009/2010. Jurnal Nasional ISSN 0853-0203. 117, 2009, h.434 12 Rajagukguk,.ibid,.h. 431.
11
memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna13. Bruner juga menggunakan konsep scaffolding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau oang lain yang memiliki kemampuan lebih14. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Menurut Jerome Bruner belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu:15 a) Memperoleh informasi baru. Informasi baru merupakan perluasan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Atau informasi tersebut dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. b) Transformasi informasi. Transformasi informasi/pengetahuan menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan. Informasi yang diperoleh, kemudian dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. c) Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada. Juga sejauh manakah pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk memahami gejala-gejala lainnya. Penulis mencoba membuat bagan tahapan Jerome Bruner terhadap tingkah laku guru, dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
13
Rajagukguk,.Op.cit,.h. 434. Rusman., Op.cit., h. 244. 15 Rajagukguk,. Op.cit,. h. 434. 14
12
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Menurut Jerome Bruner Tahap Tahap 1 Memperoleh Informasi Baru
Tingkah Laku Guru 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Guru mengajukan fenomena atau demonstrasi secara
virtual,
atau
fenomena
untuk
memunculkan masalah 3. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam informasi konsep yang baru 4. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam permasalahan masalah yang ada. Tahap 2 Transformasi
1. Guru membantu atau sebagai fasilitator siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan
pemahaman
konsep
yang
telah
dilakukan pada tahap 1. 2. Guru membimbing siswa mentransformasikan pengetahuan baru dan lamanya kedalam bentuk matematis dan kefisikaan untuk mendapat penyelesaian permasalahan. Tahap 3
1. Guru melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
Evaluasi
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 2. Guru
memberikan
pengetahuan
baru
penguatan yang
didasari
tentang dengan
pengetahuan lama yang dimiliki siswa.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan ketiga sistem keterampilan tersebut untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu ialah yang disebut tiga cara penyajian
13
(models of presentation) oleh Bruner. Bruner membagi perkembangan kognitif anak menjadi 3 tahap, yaitu16: a) Enakrif (Enactive). Tahap ini merupakan tahap representasi pengetahuan dalam melakukan tindakan. Pada tahap ini siswa dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung. Dengan cara ini siswa mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. b) Ikonik (Iconic). Tahap ini merupakan tahap perangkuman bayangan secara visual. Pada tahap ini anak melihat dunia melalui gambar-gambar atau visulisasi. Dalam belajarnya, siswa tidak memanipulasi obyek-obyek secara langsung, tetapi sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran atau obyek. Pengetahuan yang dipelajari siswa disajikan dalam bentuk gambargambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan konsep itu sepenuhnya. c) Simbolik (Symbolic). Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak lagi menggunakan obyek-obyek atau gambaran obyek. Pada tahap ini siswa memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika. Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dalam buku klasiknya, Toward a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan”, yang mana hal ini dia sebut resiprositas (timbal balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulus kegiatan belajar17. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dari cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsipprinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada 16 17
Ratna Willis Dahar,.Op.cit,.h.78. Silberman, Melvin. Active Learning. (Bandung: Nusa Media, 2011), h.30.
14
situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain18. Kegiatan belajar yang distimulus oleh kegiatan sosial diharapkan hasil belajar siswa meningkat.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Guided Discovery Learning a. Kelebihan Model Guided Discovery Learning Berikut ini beberapa kelebihan model guided discovery learning, antara lain19: 1) Mendorong siswa untuk lebih mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. 2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. 4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing – masing. 5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat. 6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7) Lebih berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
18
Ratna Willis Dahar,. Op.cit,. h.80. Faiz,”Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Inquiry Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Di SMA Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Fisika Siswa,” Skripsi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2010, h.37. 19
15
b. Kelemahan Model Discovery Learning Disamping keunggulan, model discovery learning juga memiliki kelemahan diantaranya:20 1) Pada diri siswa harus sudah ada kesiapan dan kematangan mental untuk belajar. 2) Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar. 3) Proses mental yang terjadi terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. 4) Kurang memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
4. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dalam keluarganya sendiri. Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru21. Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar diantaranya yaitu22: 1) Skinner Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. 2) Chaplin Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
20
Faiz,. Ibid ,.h.37. Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h.21. 22 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013), Cet ke-18, h.21 21
16
3) Hintzman Dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. 4) Wittig Dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. 5) Reber Pertama belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
b. Pengertian Hasil Belajar Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya 23. Menurut Mustamin bahwa hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan evaluasi, yaitu mengukur dan menilai dalam hal ini adalah menilai hasil kinerja siswa. Dengan mengukur hasil belajar, maka guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan dan dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum24. Hasil belajar dapat diijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menuju kepada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input proses hasil belajar dapat dengan jelas bahwa hasil merupakan akibat perubahan oleh proses. Begitu juga dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah
23
Anna Fauziah, Op.cit,. h.1. Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasl Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal. Palu, 2013. h.32. 24
17
perilakunya dibanding sebelumnya. Hubungan ini digambarkan pada Gambar 2.1 berikut25: Tujuan Intruksional
Pengalaman Belajar
Hasil Belajar
Gambar 2.1 Hubungan Siklus Hasil Belajar Sistem Pendidikan Nasional merumuskan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu26: 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evalauasi. 2) Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah Psikomotorik Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif27. Ranah psikologis siswa yang terpenting ialah ranah kognitif. Ranah yang berkedudukan di otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif ialah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah lainnya, yaitu ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotorik (karsa). Bruner menyebut pandangan tentang belajar atau 25
Nana Sudjana, Peningkatan Hasil dan Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008). cet. ke-14, h.2 26 Ibid., h.22 27 Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h. 23.
18
pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model tentang kenyataan yang dibangunnya, dan kedua model-model pembelajaran semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian
model-model
itu
diadaptasikan
pada
kegunaan
bagi
orang
bersangkutan28. Persepsi seseorang tentang suatu peristiwa merupakan suatu proses konstruktif. Dalam proses ini orang itu menyusun suatu hipotesis dengan mengubungkan data inderanya pada model yang telah disusunnya tentang alam, lalu menguji hipotesisnya terhadap sifat-sifat tambahan dari peristiwa itu29
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu30: 1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar. Menurut Gagne belajar dapat didiefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman, Gagne membagi tiga perilaku yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu31: 1) Perubahan Perilaku Untuk mengukur belajar, kita dapat membandingkan cara organisme itu berperilaku pada waktu 1 dengan waktu 2 dalam suasana yang serupa. Bila perilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk kedua waktu itu, maka kita dapat berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar.
28
Ratna Willis Dahar,.Op.cit,.h.101. Ibid 30 Muhibbin Syah., opcit., h.129 31 Ratna Willis Dahar,. Op.cit,. h. 11 29
19
2) Perilaku Terbuka 3) Belajar dan Pengalaman Dengan menerapkan Model guided discovery learning diasumsikan dapat membantu siswa menjadi lebih otonom, dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Siswa akan mempunyai motivasi didalam dirinya (motivasi intrinsic) ketika mereka belajar dengan menemukan sesuatu sendiri, bukan hanya dengan mendengar tentang sesuatu hal32.
5. Konsep Gerak Melingkar Beraturan a. Karakteristik Konsep Gerak Melingkar Beraturan Karakteristik dari konsep gerak melingkar beraturan ini berupa pemahaman, aplikasi dan perhitungan dari soal-soal cerita yang membutuhkan pemahaman konsep dan kemampuan mengkonstruk pengetahuan lama dan pengetahuan baru sehingga hasil belajar para siswa meningkat.
b. KI/KD Konsep Gerak Melingkar Beraturan KI1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
32
Siti Mutoharoh., opcit., h.26
20
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan 1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya 1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak, fluida, kalor dan optik 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi 4.5 Menyajikan ide/gagasan terkait gerak melingkar (misalnya pada hubungan roda-roda)
21
c. Peta Konsep GERAK MELINGKAR
Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB)
Tetap Periode dan frekuensi Kecepatan Sudut danKelajuan Linear Percepatan Sentripetal
Berubah
Hubungan Roda-roda: Seporos (ωa = ωb) Dihubungankan rantai (Va = Vb) Bersinggungan (Va = Vb) Analogi Gerak
GMB dan GLB
GMBB dan GLBB
Gambar 2.2 Peta Konsep Gerak Melingkar Beraturan Gambar 2.2 di atas adalah peta konsep yang bertujuan sebagai acuan pembelajaran gerak melingkar beraturan.
d. Materi Gerak Melingkar Beraturan 1) Besaran pada Gerak Melingkar Pada Gambar 2.3 di bawah ini merupakan salah satu aplikasi gerak melingkar beraturan dalam kehidupan sehari-hari:
22
Gambar 2.3 Contoh Aplikasi GMB di Kehidupan Sehari-hari
Seperti halnya pada gerak lurus, pada gerak melingkar juga terdapat beberapa besaran yang menjadi fokus pembahasan. Beberapa besaran tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Frekuensi dan Periode Frekuensi (f) suatu benda yang bergerak melingkar beraturan dapat didefinisikan sebagai banyaknya putaran yang dilakukan oleh suatu benda per satuan waktu. Secara umum, jika dalam waktu t sekon sebuah benda berputar sebanyak n kali, frekuensi putaran benda dituliskan seperti berikut33:
keterangan:
= ……………..………..…………(2.1)
f = frekuensi putaran benda (Hz) n = banyaknya putaran yang dilakukan benda dalam satuan waktu t t = lamanya benda berputar (s) Periode (T) putaran suatu benda didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan benda untuk menempuh satu putaran. Dapat dikatakan bahwa periode kebalikan dari frekuensi sehingga hubungan keduanya dapat dituliskan sebagai berikut34:
Keterangan: 33
= = ………………………………..(2.2)
I Made Astra, Hilman Setiawan, FISIKA untuk SMA dan MA kelas X Kurikulum 2013, (Jakarta: Piranti,2013), h.70 34 I Made Astra,. Ibid,. h.70
23
T = periode putaran benda (s) f = Frekuensi benda berputar (s) n = banyaknya putaran yang dilakukan dalam selang waktu t b) Kecepatan Sudut dan Kelajuan Linier Kecepatan Sudut didefinisikan sebagai perubahan posisi sudut benda yang bergerak melingkar tiap satuan waktu. Kecepatan sudut disebut juga dengan kecepatan anguler dan disimbolkan ω. Dari definisi di atas dapat diperoleh perumusan berikut:
=
Keterangan:
...............................................(2.3)
ω = kecepatan sudut (rad/s) Δθ = perubahan sudut (rad) Δt = selang waktu (s) Kecepatan sudut sering disebut juga frekuensi sudut. Nama ini diambil karena ω memiliki kaitan dengan f. Kaitan itu dapat ditentukan dengan melihat gerak satu lingkaran penuh. Perubahan posisi sudut pada gerak satu lingkaran penuh adalah Δθ = 2π dan waktunya satu periode T sehingga kecepatan sudutnya memenuhi persamaan berikut35:
=
..................................................(2.4)
=
..............................................(2.5)
Kecepatan sudut dapat juga memiliki satuan putaran/sekon dan rpm. rpm = rotasi per menit. Dalam persoalan gerak melingkar, kita lebih lazim menggunakan satuan radian (rad)
untuk sudut dibandingkan derajat (o). Hubungan antara
keduanya, yaitu sudut satu putaran36: 1 putaran = 2π rad, 1 rad = 1 rpm =
35 36
ibid,. h.72 ibid
≅
,
/ , 1 putar/sekon = 2π rad/s
24
Kecepatan linier (v) didefinisikan sebagai panjang lintasan yang ditempuh per satuan waktu37.
= ……………………..……………(2.6)
Untuk satu putaran penuh, jarak yang ditempuh benda merupakan keliling lingkaran, sedangkan waktu yang diperlukan merupakan periode putaran sehingga untuk satu putaran38: s = 2π, maka
=
………………..………………..(2.7)
v = ω.r ……...………..………………..(2.8) c) Percepatan Sentripetal Benda yang bergerak dengan kelajuan konstan mendapat percepatan yang besarnya konstan dan arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan benda, maka benda akan bergerak melingkar beraturan. Percepatan yang arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan inilah yang disebut dengan percepatan sentripetal 39. Percepatan sentripetal mengubah arah kecepatan, tetapi tidak mengubah besar kecepatan benda, untuk mencari besarnya percepatan sentripetal maka perhatikan Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Vektor Kecepatan Gerak Melingkar Beraturan Dari Gambar 2.4 di atas dapat kita simpulkan bahwa kecepatan linear selalu berubah karena arahnya yang berubah, tetapi besarnya kecepatan selalu sama. Jika suatu benda bergerak melingkar dengan kelajuan v membentuk
37
Ari Damari, Sri Handayani. Fisika kelas X. BSE Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta:2009. h.102. 38 Ibid. 39 Ari Damari,. Ibid,. h.106.
25
lingkaran berjari-jari r maka besar percepatan sentripetal yang dialami benda adalah40:
=
Keterangan:
…………………………..…….(2.9)
asp = besar percepatan sentripetal (m/s2) v = kelajuan linier (m/s) r = jari-jari lingkaran (m) 2) Pengertian Gerak Melingkar Beraturan Suatu benda mengalami gerak melingkar beraturan apabila kelajuan liniernya konstan (tetap). Jadi, dalam hal ini besar kecepatannya selalu konstan, sedangkan arah kecepatannya selalu berubah41. Sifat Gerak Melingkar Beraturan (GMB) Sifat pertama GMB adalah bentuk lintasannya yang melingkar kedua dapat dilihat kecepatannya. Disebut beraturan karena kecepatan sudutnya yang teratur atau tetap. Berarti percepatan sudutnya nol (α=0). Dari penjelasan di atas dapat dituliskan sifat-sifat gerak melingkar beraturan sebagai berikut42: a) Lintasannya berbentuk lingkaran b) Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap) c) Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah) d) Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana
arah percepatan sentripetalnya selalu menuju pusat lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran. Hubungan Roda-roda Gambar 2.5 di bawah ini merupakan contoh aplikasi roda berhubungan43:
α = 0 dan ω = tetap
40
ibid,. h.72. Ari Damari,. Ibid,. h.106. 42 I Made,. Op.cit,. h.75 43 Ibid,.h.78 41
26
Gambar 2.5 Rantai Sepeda Bagaimanakah hubungan roda-roda yang ada pada gambar di atas. Gir belakang dan roda memiliki pusat yang sama (ω sama) hubungan seperti ini disebut roda sepusat. Hubungan kedua adalah gir belakang dan gir depan. Kedua gir itu terhalang dengan tali (rantai) sehingga berputar bersama dengan kecepatan linier titik yang bersinggungan sama (v sama). Hubungan seperti ini disebut roda bersinggungan44. Dari penjelasan di atas dapat dipertegas bahwa pada dasarnya hubungan roda-roda ada dua jenis dan memenuhi hubungan berikut45: a) Hubungan Roda-Roda yang Seporos
.
44 45
Ari Damari,. Op.cit,. h.106. I Made Setiawan,.ibid,.h.78
27
b) Hubungan Roda-Roda yang Bersinggungan
c) Hubungan Roda-Roda yang Dihubungkan dengan Rantai
B. Penelitian Relevan Banyak penelitian dilakukan terkait dengan model guided discovery learning dalam pembelajaran, penelitian tersebut diantaranya: 1. Louis dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Does Discovery-Based Insruction Enhance Learning?” meneliti bagaimana pengaruh model pembelajaran discovery terbimbing dengan tidak tebimbing. Berdasarkan penelitian,
model
pembelajaran
tanpa
bimbingan
dari
guru
tidak
menguntungkan bagi pembelajaran.46 2. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Sutiadi (2008) yang berjudul “Pembelajaran Jerome Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa“. Jurnal Geliga Sains 2 Prodi Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa aspek kognitif para siswa
46
Alfieri, Louis., etc,. Does Discovery-Based Instruction Enhance Learning?.Journal of Educational Psychology, 103, 2011, h.1.
28
meningkat dibandingkan sebelum diberikannya pendekatan pembelajaran Jerome Bruner47. 3. Khoirul Amri Hasibuan dan Nurdin Bukit dalam penelitiannya berjudul “Analisis
Pembelajaran
Guided
Discovery
Dengan
Menggunakan
Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam” pada tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan siswa yang menggunakan model pembelajaran guided discovery memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi48. 4. Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si Prodi Fisika Universitas Pendidikan Ganesha dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA dengan Pemberdayaan
Model
Perubahan
Konseptual
Berseting
Investigasi
Kelompok” pada tahun 2008/2009. Penelitian ini menghasilkan beberapa hasil diantaranya
adalah
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
pendekatan
konvensional dengan pendekatan group investigation dan STAD49. 5. Siti Mutoharoh, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini menghasilkan uji hipotesis alternatif adanya pengaruh model guided discovery learning secara signifikan dapat diterima.50 6. Fatih istiqomah dkk, “Penerapan Model Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal, Bandar lampung, 2014. Penelitian ini menunjukkan dengan diterapkannya model guided discovery learning pada pembelajarn tematik dapat meningkatkan motivasi 47
Asep Sutiadi, Pembelajaran Jerome Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Geliga Sains, 1-6, 2008, h.1. 48 Khoirul, Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, 2012, h.20. 49 I Wayan Santyasa, Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA Dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok, Ganesha, 1-26, 2009, h.1. 50 Siti Mutoharoh,opcit,.abstrak.
29
dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dan motivasi belajar siswa.51 7. Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal. Palu, 2010. Penelitian ini dilakukan di SMAN 9 Palu, hasil penelitian atas implementasi metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X A SMA Negeri 9 Palu52. 8. Barokah Widuroyekti, Pramonoadi, Implementasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar PLH Mahasiswa S-1 PGSD Bojonegoro, Jurnal, Surabaya 2012. Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan pembelajaran kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar Mahasiswa, dan respon Mahasiswa terhadap pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual adalah positif53. 9. Akanmu dkk, Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of Education and Practice ISSN 2222-1735 Vol.4, No 12, 2013. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pemberian perlakuan terhadap siswa dengan menggunakan model guided discovery learning dan non guided discovery learning. Hasil belajar dari kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol54. 10. Asep Sutiadi, Pembelajaran Jerome Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Jurnal Geliga Sains 2 (1), 1-6, 2008 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X. Penelitian ini dilakukan oleh Asep Sutiadi dengan tujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil 39
Fatih istiqomah dkk,.opcit,.abstrak Nurcholis, Op.cit,. h.41. 53 Barokah Widuroyekti, Pramonoadi, Implementasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar PLH Mahasiswa S-1 PGSD Bojonegoro, Jurnal, Surabaya, 2012. h.8. 54 Akanmu dkk, Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of Education and Practice ISSN 22221735 Vol.4, No 12, 2013.abstrak. 52
30
belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran Bruner. Berdasarkan hasil dengan menerapkan pembelajaran Bruner dapat diketahui bahwa efektivitas semua seri pembelajaran (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) berada pada kategori sangat efektif dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan 55. Beberapa poin di atas menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan model guided discovery learning menurut teori belajar Jerome Bruner lebih memberikan dampak yang positif terhadap pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Model guided discovery learning juga menggunakan metode kooperatif agar dapat meningkatkan sikap, motivasi, dan prestasi siswa.
C. Kerangka Berpikir Banyak kritik yang ditunjukkan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi atau konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air kedalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, tetapi bukan terletak pada konsep itu sendiri, melainkan terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik56. Berdasarkan hasil observasi penulis saat melakukan PPKT (Praktek Profesi Keguruan Terpadu) di sekolah SMAN 9 Tangerang Selatan. Hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan cenderung dibawah KKM yaitu 68,1 dengan nilai KKM 75, serta kegairahan siswa pada pembelajaran fisika yang kurang. Hal ini bisa disebabkan penyampaian pembelajaran fisika cenderung 55
Asep Sutiadi, Pembelajaran Jerome Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Jurnal Geliga Sains 2 (1), 1-6, Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X, Riau:2008, h. 5. 56 Atiqoh, “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya Terhadap Kemampuan Analisis Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h.30.
31
monoton dan konsep gerak melingkar yang sulit membutuhkan pemahaman secara konstruktif dan berdasarkan KI/KD konsep gerak melingkar bersifat analitis matematis. Proses belajar akan terjadi bila siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungan
belajarnya.
Artinya
proses
pembelajaran
direncanakan
dan
dilaksanakan sebagai suatu sistem, proses belajar akan terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan yang dirancang dan dipersiapkan oleh guru, dan lebih efektif bila menggunakan metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang tepat dan berdaya guna, pembelajaran memberi penekanan pada proses dan produk secara proporsional dan inti dari pembelajaran adalah adanya aktivitas belajar siswa secara aktif57. Pentingnya mengkonstruk pemahaman menjadi aspek yang diperlukan dalam ranah kognitif, teori konstruktivisme merupakan akar atau dasar dari psikologi kognitif, yang mangatakan bahwa para siswa belajar dari hasil pengalamannya58. Konsep gerak melingkar beraturan merupakan subbab dari materi kinematika gerak yang diajarkan di kelas X semester ganjil dan merupakan konsep yang relatif sulit untuk siswa SMA. Sekarang ini begitu banyak inovasi yang dikembangkan para ahli pendidikan atau peneliti tentang perbaikan pendidikan di Indonesia, salah satunya inovasi mengenai pembahasan model guided discovery learning dengan berbagai kombinasi antara pendekatan dan metode yang dimaksudkan agar tujuan penelitian dan pendidikan tercapai. Banyak ahli psikologi kognitif yang mempelajari bagaimana terjadinya belajar mengambil pula langkah berikutnya dan menyarankan bagaimana belajar dilakukan59. Penulis memilih model guided discovery learning Jerome Bruner, penulis menganggap bahwa inovasi ini dapat lebih mengembangkan hasil belajar siswa tanpa membebani mental sehingga berpengaruhi hasil belajar.
57
Rusman,. Op.cit., h. 392. Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h.10. 59 Ratna Willis Dahar,.opcit,.h.73 58
32
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model Guided Learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan. 2. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model Guided Learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan pada kelas X semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, dan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2013.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen atau eksperimen semu yaitu metode yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi eksperimen. Variabel luar semaksimal mungkin dikontrol dengan mengobservasi sampel sebelum diteliti oleh peneliti. Penelitian kuasi eksperimen, tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek kedalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya.1
C. Desain Penelitian Desain penelitian menggunakan nonrandomized control group pretest-posttest design. Desain ini, subjek kelompok tidak dilakukan secara random2. Dalam desain ini, kedua kelompok akan di beri perlakuan dengan pembelajaran yang berbeda. Sebelum pembelajaran, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dan setelah pembelajaran berakhir diberi tes akhir (posttest). Adapun desain penelitian tersebut dinyatakan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D, (Bandung; Alfabeta, 2006), h.114. 2 Ibid., h. 116.
33
34
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok A B
Pre tes T1 T1
Perlakuan Xe Xc
Post tes T2 T2
Keterangan: A : Kelas eksperimen B : Kelas kontrol Xe : Perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen menggunakan model guided discovery learning Xc : Perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional T1 : Tes awal (pretest) sebelum perlakuan T2 : Tes akhir (posttest) setelah perlakuan D. Variabel Penelitian Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. 3 Variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah model guided discovery learning menurut teori belajar Jerome Bruner. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas 4. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak melingkar.
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah tertentu dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah atau objek penelitian5.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), ed. Revisi VI, cet. 13. h. 130. 4 Sugiyono.,op.cit., h.61. 5 Supardi, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta: Change Publication, 2013), h. 25.
35
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 9 Tangerang Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas X di sekolah tersebut yang terdaftar pada semester ganjil pada tahun ajaran 2013/2014. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau melalui teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.6 Pada penelitian ini kelas yang diambil sebagi sampel adalah kelas X3 sebagai kelompok kontrol dan X5 sebagai kelompok eksperimen.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan sebelum penelitian adalah berupa observasi di sekolah SMAN 9 Tangerang Selatan dan pengumpulan data pada saat penelitian yaitu melalui pretest dan posttest. Pretest adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum menggunakan model guided discovery learning. Posttest adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, juga terdapat angket untuk mengetahui respon siswa setelah pemberian perlakuan model guided discovery learning.
G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian.7 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan nontes.
6 7
Sugiyono,. op. cit,.h. 124. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian,(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 148.
36
1. Instrumen tes Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian untuk mengukur hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan KI. 3 dan KI 4. Kisi-kisi intrumen tes bisa dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini: Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes No
Jenjang Kogntitif
1
C4
2 3
C3 C4
4
C4
5
C3
Indikator Pencapaian Menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah sehari-hari Menerapkan besarna kecepatan sudut pada kehidupan sehari-hari Menerapkan besarna perepatan sudut pada kehidupan sehari-hari Menganalisis sifat gerak melingkar beraturan pada masalah sehari-hari Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda
2. Instrumen nontes Instrumen nontes yang digunakan berupa lembar angket untuk mengetahui bagaimana respon siswa setelah proses pembelajaran fisika dengan model guided discovery learning. Instrumen non tes disajikan oleh peneliti berupa angket berupa 20, dimana terdiri dari 10 pernyataan negatif dan 10 pernyataan positif mengenai pembelajaran fisika. Kisi-kisi instrumen non tes dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini: Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Non Tes Angket Respon Siswa Nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, 16, 17, 18, 19 1, 2, 4, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 20
Pernyataan Pernyataan negatif mengenai pembelajaran Fisika Pernyataan positif mengenai pembelajaran Fisika
H. Kalibrasi Instrumen Untuk instrumen tes, kalibrasi dilakukan untuk melihat kualitas soal yang digunakan. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini, harus memiliki empat
37
kriteria kelayakan, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Adapun penjelasan mengenai kalibrasi instrumen tes diantaranya sebagai berikut:
1. Uji Validitas Instrumen Validitas adalah ketetapan alat penilaian sehingga betul-betul dapat menilai apa yang seharusnya dinilai.8 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Product Moment dengan angka kasar, yaitu:9 =
( ∑
∑
– (∑ )(∑ )
− (∑ ) )( ∑
− (∑ ) )
Keterangan: rxy = koefisien korelasi anatara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan X = skor tiap butir soal Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai r-tabel pada signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n-2. Kaidah keputusannya : Jika rhitung > rtabel berarti valid, sebaliknya; Jika rhitung < rtabel berarti tidak valid Jika
instrumen
itu
valid,
maka
dilihat
kriteria
penafsiran
indeks
korelasinya (r) pada Tabel 3.4 sebagai berikut:10 8
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.12 9 Suharsmi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 9, h. 72.
38
Tabel 3.4 Interpretasi Koefesien Korelasi nilai r Interval Koefesien 0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20
Tingkat Hubungan Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Validitas yang terukur dari 6 soal tipe A dan tipe B diperoleh hasil 5 soal valid dengan nilai korelasi kategori tingi sebesar 0,803.
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.11 Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang berbentuk uraian maka
digunakan
rumus Alpha, berikut
=
1−
rumus
yang
dimaksud:12
Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas tes n = banyaknya butir soal ∑ = Jumlah varians butir = varian total Jika r
hitung
> r
tabel
−1
∑
maka instrumen dikatakan reliabel. Jika instrumen itu
reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya pada Tabel 3.5 sebagai berikut13:
10
Ibid., h. 75. Sudjana, op. cit., h. 16. 12 Arikunto, op. cit., h. 109. 13 Ibid.
11
39
Tabel 3.5 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi 0,00 ≤ r ≤ 0,20 0,21 ≤ r ≤ 0,40 0,41 ≤ r ≤ 0,70 0,71 ≤ r ≤ 0,90 0,91 ≤ r ≤ 1,00
Kriteria Reliabilitas Kecil Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen uraian didapat nilai interpretasi soal tipe A sebesar 0,71 dengan kriteria reliabilitas tinggi, dan soal tipe B sebesar 0,59 dengan kriteria reliabilitas sedang.
3. Taraf Kesukaran Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal dalam suatu instrumen, apakah soal tergolong mudah, sedang, atau sukar. Jika sebuah instrumen didominasi dengan soal mudah, maka peserta tes tidak terangsang untuk berpikir lebih tinggi. Sebaliknya, jika instrumen didominasi soal sukar akan membuat peserta tes malas mengerjakannya. Oleh karena itu, instrumen yang baik adalah instrumen dengan komposisi soal yang merata. Taraf kesukaran dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 14 =
Keterangan : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh digunakan Tabel 3.6 berikut:15
14
Arikunto, op. cit., h. 208. Arikunto, op. cit., h. 210.
15
40
Tabel 3.6 Interpretasi Taraf Kesukaran Indeks Taraf Kesukaran 0,00 – 0,30 0,31 – 0,70 0,71 – 1,00
Kriteria Taraf Kesukaran Sukar Sedang Mudah
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen didapat 0,61 dengan kriteria sedang.
4.
Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. 16 Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu:17 =
−
Keterangan: D = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar JA = banyaknya peserta kelas atas JB = banyakya peserta kelompok bawah Setelah
indeks
daya
pembeda
diketahui,
maka
harga
tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda pada Tabel 3.7 sebagai berikut:18
16
Arikunto, op. cit., h. 211. Arikunto, op. cit., h. 213. 18 Arikunto, op. cit., h. 218. 17
41
Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda Negatif 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0, 70 0,71 – 1,00
Kriteria Daya Pembeda Sangat buruk, sebaiknya dibuang saja Jelek (poor) Cukup (satisfactory) Baik (good) Baik sekali (excelent)
Dari hasil perhitungan daya pembeda didapat nilai rata-rata kriteria daya pembeda cukup dengan nilai 0,37.
I. Teknik Analisis Data Analisis data diawali dengan pengujian prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan homogenitas kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini berpedoman pada data yang terkumpul. Analisis data bertujuan untuk memperoleh makna dari data yang telah terkumpul. Analisis statistik yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat Analisis Uji persyaratan analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Beberapa teknik analisis data menuntut uji persyaratan analisis. Analisis varian mempersyaratkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang dibandingkan homogen. Oleh karena itu analisis varian mempersyaratkan uji normalitas dan homogenitas data.19 a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji Lilliefors.20 Langkah-langkah perhitungan uji Liliefors sebagai berikut: 19 20
http://belalangtue.wordpress.com/2010/08/05/uji-persyaratan-analisis/24 Nov 2013 Sudjana.Metoda Statistik Cet. Ke-6. (Bandung : Tarsito, 2001), h.466-467
42
1) Data diurutkan dari terkecil hingga terbesar 2) Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus: Zi =
Xi X SD
3) Nilai Zi dikonsultasikan dengan daftar F (Kolom Ztabel) 4) Untuk kolom F (Zi) : Jika Zi negatif maka F (Zi) = 0,5 – Zt dan jika Zi positif, maka F (Zi) = 0,5 + Zt 5) Untuk kolom S(Zi):
S(Zi) =
Zn F Zi S Zi
6) Jumlah responden 7) Kolom merupakan harga mutlak dari selisih antara F (Zi) – S (Zi) 8) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak tersebut untuk membentuk Lo. Apabila Lo hitung < Lo tabel maka sampel berasal dari distribusi normal.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher (Uji-F). Langkah-langkah melakukan pengujian homogenitas dengan uji F sebagai berikut:21 a. Tentukan taraf signifikasi (α) untuk menguji hipotesis: H0 :
=
(varian 1 sama dengan varian 2 atau homogen)
H1 :
≠
(varian 1 tidak sama dengan varian 2 atau tidak homogen)
Dengan kriteria pengujian homogenitas mengacu hipotesis di atas: -
Terima H0 jika Fhitung< Ftabel ; dan
-
Tolak H0 jika Fhitung> Ftabel
b. Menghitung varian tiap kelompok data. c. Tentukan nilai Fhitung, yaitu 21
Supardi,. op. cit,. h. 142.
=
43
d. Tentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi α, dk1=dkpembilang = na – 1, dan dk2 = dkpenyebut = nb – 1. Dalam hal ini na = banyaknya data kelompok varian terbesar (pembilang) dan nb = banyaknya data kelompok varian terkecil (penyebut). e. Lakukan pengujian dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.
2. Uji Hipotesis a. Data Terdistribusi Normal dan Homogen Jika hasil analisis datanya berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji statistik parametrik yaitu uji-t. Uji t harus diawali dengan serangkaian pengujian yang lain seperti 22: 1) Merumuskan hipotesis nol (terarah atau tidak terarah) 2) Menentukan sampel representatif (termasuk ukuran sampelnya) 3) Menguji normalitas sebaran data setiap kelompok penelitian 4) Jika kedua kelompok sebaran datanya normal, dilanjutkan dengan pengetesan homogenitas varians. 5) Jika kedua varians kelompok data itu homogen, baru dilanjutkan dengan uji t. 6) Jika salah satu atau kedua kelompok penelitian memiliki data yang tidak normal, maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis tes statistik nonparametrik. 7) Jika ternyata sebaran datanya normal, tetapi varians datanya tidak homogen, maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis uji t. Untuk data yang berdistribusi normal, pengujian hipotesis yang digunakan yaitu uji-t. Secara matematis, uji-t tersebut dirumuskan dalam persamaan berikut ini:
t
X1 X 2 dsg
22
Supardi, op. cit., h. 328.
1 1 n1 n 2
44
Keterangan:
X1 X2 dsg n1 n2
= = = = =
rata-rata data kelompok A rata-rata data kelompok B nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B jumlah data kelompok A jumlah data kelompok B
Nilai t pada uji hipotesis kemudian disesuaikan pada tabel distribusi t pada taraf signifikansi tertentu. Taraf signifikansi yang diambil dalam penelitian ini dengan derajat keyakinan 95% , α = 5% dan dk = (n1 +n2 – 2) dengan kriteria penerimaan sebagai berikut: ≤
i) Jika
maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh model pembelajaran model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan. ≥
ii) Jika
maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti dapat dikatakan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan.
b. Data Terdistribusi Normal dan Tidak Homogen Jika data hasil posttest tidak berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik yaitu uji-U. Uji statistik nonparametrik yang digunakan adalah uji U, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini.23
U 1 n1 n 2
n1 n1 1 R1 dan 2
U 2 n1 n 2
n 2 n 2 1 R2 2
n1 = jumlah sampel 1 n2 = jumlah sampel 2 23
Sugiyono,. op. cit,. h. 153-156.
45
U1 U2 R1 R2
= = = =
jumlah peringkat 1 jumlah peringkat 2 jumlah rangking pada sampel n1 jumlah rangking pada sampel n2 Kriteria penentuan keputusan uji U adalah:
i) Jika nilai Uhitung≤ nilai Ucr,makaH0 ditolak dan Ha diterima. ii) Jika nilai Uhitung≥ nilai Ucr, maka H0 diterima dan Ha ditolak.24
24
Sugiyono,. op. cit,. h.156.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan dengan mengambil sampel sebanyak 60 siswa, 30 siswa dari kelas X.5 (kelompok eksperimen) dan 30 dari kelas X.3 (kelompok kontrol). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest pada konsep gerak melingkar. Pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh setelah kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Selain menggunakan instrumen tes pada kelompok eksperimen juga diberikan angket yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa setelah diberikan perlakuan model guided discovery learning Jerome Bruner. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan model guided discovery learning menurut Jerome Bruner dengan metode diskusi kelompok, pada kelompok kontrol diberikan metode diskusi tanpa pendekatan model guided discovery learning menurut Jerome Bruner. Data diambil dengan cara memberikan instrumen tes individu yang sama pada kedua kelompok berupa tes uraian sehingga siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawab tes dengan benar, waktu yang tersedia adalah 2 jam pelajaran (2x40 menit). Sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan kalibrasi instrumen dengan mengujicobakan instrumen sebanyak 6 soal, tipe A dan tipe B. Uji coba dilakukan pada kelompok di luar kelompok sampel. Setelah dilakukan kalibrasi instrumen terdapat 1 soal masing-masing tipe yang tidak memenuhi syarat kalibrasi, sehingga jumlah soal yang digunakan dalam instrumen tes sebanyak 5 soal. Instrumen tes yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembedanya diberikan kepada kelompok sampel. Setelah mendapat hasil tes
46
47
dan memberikan penilaian, peneliti mencatat keseluruhan nilainya dan mengkalibrasi instrumen tes.
a. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Berdasarkan hasil penelitian pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen didapatkan data dan dituangkan dalam bentuk histogram yaitu pada Gambar 4.1 sebagai berikut: 14 12 10
Jumlah Siswa
8
kelas kontrol
6 4
kelas eksperimen
2 0 10-17
18-25
26-33
34-41
42-49
50-57
Frekuensi Rentang nilai Pretest
Gambar 4.1 Histogram Pretest Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol dan Eksperimen Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa nilai pretest hasil belajar siswa mengalami perbedaan tetapi tidak signifikan, jumlah siswa pada rentang nilai 10-17 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama. Jumlah siswa pada rentang nilai 18-25 terdapat perbedaan yang tidak signifikan, kelompok kontrol unggul 3 siswa dibanding kelompok eksperimen, kurang lebih terdapat perbedaan 14%. Jumlah siswa pada rentang nilai 26-33 kelompok eksperimen lebih unggul dari kelompok kontrol, kurang lebih terdapat perbedaan sebesar 30%. Jumlah siswa pada rentang nilai 34-41 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama, sedangkan untuk siswa pada rentang nilai 42-49 dan 50-
48
57 mengalami perbedaan sekitar 20% tetapi pada rentang nilai 42-49 kelompok eksperimen lebih unggul sedangkan pada rentang nilai 50-57 jumlah siswa kelompok kontrol lebih banyak. Demikian dapat terlihat perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
b. Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Berdasarkan hasil penelitian posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen didapatkan data dan dituangkan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.2 sebagai berikut: 10 9 8
Jumlah Siswa
7 6 5 4
Kelas Kontrol
3 2
Kelas Eksperimen
1 0 25-32 33-39 40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88 89-95
Frekuensi rentang nilai posttest
Gambar 4.2 Histogram Posttest Hasil belajar Siswa Kelompok Kontrol dan Eksperimen Dari Gambar 4.2 di atas secara sekilas perbedaan sangat terlihat antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, pada interval nilai minimum 2532 ada 1 siswa dari kelompok kontrol sedangkan tidak ada siswa kelompok eksperimen yang berada pada interval tersebut. Pada rentang nilai 47-53, 1 siswa masing-masing dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, pada rentang nilai 54-60 terdapat 7 siswa dari kelompok kontrol dan 6 siswa dari kelompok eksperimen. Rentang nilai 68-74 jumlah siswa kelompok kontrol ada 8 siswa dan
49
jumlah siswa dari kelompok eksperimen ada 3 siswa, kemudian pada interval 7581 yang merupakan rentang nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) jumlah siswa kelompok eksperimen adalah 8 siswa sedangkan kelompok kontrol berjumlah 6 siswa. Pada rentang nilai 82-88 kelompok kontrol berjumlah 3 siswa sedangkan kelompok eksperimen berjumlah 0 siswa. Pada interval nilai 89-95 jumlah siswa kelompok eksperimen adalah 9 siswa sedangkan pada kelompok kontrol hanya ada 1 siswa. Hal ini menunjukkan hasil nilai posttest pada masing-masing kelompok mengalami perbedaan yang signifikan. Dari data keseluruhan data pretest dan posttest dari tiap-tiap kelompok sampel yang berjumlah masing-masing 30 siswa didapat nilai rata-rata dan standar deviasi yang ditunjukkan oleh Tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Eksprimen dan Kontrol No
Data
1 2 3
N Rata-rata SD
Kelompok Eksperimen Pretest Posttest 30 30 30,7 75,9 11,4 13,5
Kelompok Kontrol Pretest Posttest 30 30 29,5 68,8 11,5 14,8
Berdasarkan hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) pengolahan data penelitian mengenai hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar untuk kelompok eksperimen (n=30) didapatkan perolehan nilai rata-rata pretest dan posttest siswa adalah 30,7 dan 75,9 dengan standar deviasi 11,4 dan 13,5. Sedangkan untuk kelompok kontrol (n=30) diperoleh nilai rata-rata 29,5 dan 68,8 dengan standar deviasi 11,5 dan 14,8. Dalam tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) ini didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t untuk melihat adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan, maka diperlukan pengujian persyaratan analisis dengan menggunakan analisis parametrik.
50
2. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan yaitu: Jika Lhitung < Ltabel: berarti data berdistribusi normal Lhitung > Ltabel: berarti data tidak berdistribusi normal1 Hasil uji skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksprimen dan Kontrol Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol No Data Pretest Posttest Pretest Posttest 1 N 30 30 30 30 2 Rata-rata 30,7 75,9 29,5 68,8 3 SD 11,4 13,5 11,5 14,8 4 Lhitung 0,1413 0,1127 0,1517 0,0816 5 Ltabel 0,1610 0,1610 0,1610 0,1610 Kesimpulan Lhitung < Ltabel Lhitung < Ltabel (Distribusi Normal) (Distribusi Normal) Pengujian dilakukan dengan uji Lilliefors pada taraf signifikansi 95% (α=0,05) untuk n=30. Dari Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel.
3. Hasil Uji Homogenitas Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher. Kriteria pengujian digunakan sebagai berikut. Jika Fhitung
Ftabel, maka kedua data tersebut tidak homogen Berdasarkan Tabel 4.3 di bawah ini didapatkan Fhitung pretest sebesar 1,019 dengan n=60 pada taraf signifikan 95% (α=0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,796 dan Fhitung posttest sebesar 1,198. Kedua kelompok memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel 1
Sudjana.Metoda Statistik Cet. Ke-6. (Bandung : Tarsito, 2001), h.466-467
51
maka kedua kelompok tersebut bersifat homogen. Tabel 4.3 berikut ini adalah tabel hasil uji homogenitas pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kontrol: Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksprimen dan Kontrol Data Statistik Pretest Posttest 2 2 S1 eksperimen 129,8 S1 eksperimen S12 kontrol 132,3 S12 kontrol Fhitung 1,019 Fhitung Ftabel 1,796 Ftabel Kesimpulan Kesimpulan Fhitung < Ftabel Fhitung < Ftabel
182,8 219,04 1,198 1,796
4. Hasil Uji Hipotesis Setelah data berdistribusi normal dan bersifat homogen selanjutnya adalah penggunaan uji-t, yaitu pengujian hipotesis untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh hasil belajar pada konsep gerak melingkar beraturan dalam menggunakan model guided discovery learning Jerome Bruner. Kriteria hasil uji-t adalah: Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak Jika thitung > ttabel maka Ha diterima Tabel 4.4 Hasil Uji t Hasil belajar Siswa Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Variabel
Hasil belajar siswa
Jumlah Sampel Pretest Posttest
NE=30 Nk=30 NE=30 Nk=30
thitung
ttabel
Kesimpulan Data
1,580
2,002
Ho ditolak
2,060
2,002
Ha diterima
Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh uji t pretest thitung = 1,580 dan posttest thitung = 2,060 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk=30 + 30 -2 = 58), maka diperoleh ttabel sebesar 2,002. Uji t pretest thitung < ttabel (1,580 < 2,002) adalah menerima Ho dan menolak Ha dan uji posttest thitung > ttabel (2,060 > 2,002) adalah menerima Ha dan menolak Ho. Kesimpulan dari data yang
52
diperoleh menyatakan bahwa model guided discovery learning Jerome Bruner yang diterapkan pada konsep gerak melingkar beraturan mempengaruhi hasil belajar siswa.
5. Hasil Angket Pada Tabel 4.5 adalah perolehan hasil kuesioner kelompok kontrol dan eksperimen yang disajikan dalam bentuk persentase (%) dengan nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, 16, 17, 18, dan 19 adalah pernyataan negatif dan nomor 1, 2, 4, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 20 adalah penyataan positif: Tabel 4.5 Hasil Angket Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Dalam bentuk % No Pernyataan Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen Saya sekarang paham tentang gerak melingkar 63 70 1 dan contoh aplikasinya Hal-hal yang saya pelajari dalam pelajaran fisika 78 87 2 akan bermanfaat bagi saya. 33 33 3 Pelajaran fisika kurang menarik bagi saya. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Saya sekarang paham hubungan besaran gerak linier dan gerak melingkar Saya perlu keberuntungan agar mendapat nilai yang baik dalam pelajaran fisika. Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil dalam pelajaran fisika. Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi pelajaran fisika dengan sesuatu yang telah saya ketahui. Guru membuat suasana menjadi tegang saat menjelaskan materi fisika. Materi pelajaran fisika terlalu sulit bagi saya.
58
67
41
37
71
65
40
37
27
20
40
29
Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalam pelajaran fisika, hal itu tergantung pada saya. Saya puas dengan penilaian yang diberikan oleh guru. Saya merasa puas dengan apa yang saya peroleh dari pelajaran fisika. Saya merasa mampu dalam memecahkan soal gerak melingkar beraturan.
91
91
64
75
63
78
55
74
53
No 14 15 16 17 18 19
20
Dalam bentuk % Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen Untuk mencapai cita-cita saya, penting bagi saya 71 86 untuk berhasil dalam pelajaran fisika. Guru menggunakan bermacam-macam teknik 72 91 mengajar yang menarik. Saya berpendapat bahwa saya tidak akan 31 11 memperoleh banyak keuntungan dari pelajaran fisika. Saya sering melamun di dalam kelas saat 28 24 pelajaran fisika. Saya merasa mengalami kesulitan menjawab 57 34 soal pada bagian pemilihan penggunaan rumus yang digunakan Saya merasa agak kecewa dengan pelajaran 39 18 fisika. Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil belajar saya dalam pelajaran 65 83 fisika, baik dalam bentuk nilai, komentar atau masukan lain. Pernyataan
Berikut ini adalah penjelasan dari hasil kuesioner pada Tabel 4.5 di atas: 1) Pernyataan nomor 1 adalah pernyataan yang menyatakan konsep pemahaman dan merupakan hasil belajar yaitu mengetahui informasi. 70% siswa pada kelompok eksperimen menyatakan paham mengenai konsep gerak melingkar setelah mendapat perlakuan guided discovery learning Jerome Bruner, sedangkan untuk kelompok kontrol hanya berjumlah 63%. 2) Pernyataan nomor 2 adalah pernyataan untuk mengetahui pendapat siswa tentang motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia untuk merangsang motivasi. 87% siswa pada kelompok eksperimen menyatakan pembelajaran fisika akan bermanfaat baginya, sedangkan untuk kelompok kontrol hanya berjumlah 78%. 3) Pernyataan nomor 3 adalah pernyataan untuk mengetahui pendapat siswa tentang ketertarikan mengenai pelajaran fisika. 33% siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol menyatakan pelajaran fisika kurang menarik bagi mereka.
54
4) Pernyataan nomor 4 adalah pernyataan yang menyatakan pemahaman mengenai hubungan besaran-besaran dalam konsep gerak melingkar. Kelompok eksperimen menjawab 67% paham, sedangkan kelompok kontrol hanya menjawab 58%. 5) Pernyataan nomor 5 adalah pernyataan untuk mengetahui bagaimana siswa mengandalkan keberuntungan daripada usahanya, bagian ini mrupakaan aspek psikologi yang ingin dilihat oleh peneliti. Kelompok eksperimen menjawab 37%, sedangkan kelompok kontrol 41%. 6) Pernyataan nomor 6 adalah pernyataan yang menunjukkan tingkat usaha siswa dalam belajar dengan bagaimana pemberian perlakuan oleh guru, dengan menggunakan model dan metode yang berbeda. pada kelompok eksperimen jumlah siswa yang menyatakan harus berusaha sangat keras sebesar 65%, sedangkan kelos kontrol 71%. 7) Pernyataan nomor 7 adalah pernyataan yang berhubungan dengan ciri tahapan pendekatan dalam proses belajar Jerome Bruner, yaitu tahap iconik yang menghubungkan materi dengan kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pada kelompok eksperimen jumlah siswa yang menyatakan tidak melihat hubungan antara isi pelajaran dengan yang telah diketahui sebanyak 37%, sedangkan kelompok kontrol sebanyak 40%. 8) Pernyataan nomor 8 adalah pernyataan untuk mengetahui kondisi kesiapan belajar siswa. 20% siswa pada kelompok eksperimen menyatakan mengalami ketegangan dalam belajar fisika, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 27% siswa. 9) Pernyataan nomor 9 adalah pernyataan setelah pembelajaran konsep gerak melingkar beraturan. Sebanyak 29% jumlah siswa kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan model guided discovery learning Jerome Bruner menyatakan materi fisika terlalu sulit, sedangkan jumlah siswa pada kelompok kontrol mencapai 40%. 10) Pernyataan nomor 10 adalah pernyataan yang menyatakan pengetahuan tentang kemampuan atas diri sendiri. Jumlah persentasi baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama yaitu 91%
55
11) Pernyataan nomor 11 adalah pernyataan yang menyatakan kepuasan penilaian pada proses pembelajaran. Sebanyak 75% siswa pada kelompok eksperimen menyatakan puas, sedangkan kelompok kontrol hanya 64%. 12) Pernyataan nomor 12 menyatakan kepuasan mengenai apa yang siswa bisa dapatkan dari pembelajaran fisika. Sebanyak 78% siswa pada kelompok eksperimen menyatakan kepuasan dari pelajaran fisika sedangkan kelompok kontrol hanya 63%. 13) Pernyataan nomor 13 adalah pernyataan untuk mengetahui kepercayaan diri siswa dalam memecahkan masalah dalam soal gerak melingkar beraturan. Siswa pada kelompok eksperimen menyatakan 74% sedangkan kelompok kontrol hanya 55%. 14) Pernyataan nomor 14 adalah pernyataan bersifat motivasi dalam pembelajaran fisika. Siswa kelompok eksperimen 86% menyatakan pembelajaran fisika penting untuk mencapai cita-cita para siswa, sedangkan jumlah siswa pada kelompok kontrol sebanyak 71%. 15) Pernyataan
nomor
adalah
pernyataan
yang
menunjukkan
perbedaan
menggunakan model guided discovery learning. Penggunaan model guided discovery learning terhadap kelompok eksperimen mendapat pernyataan positif sebesar 91% , sedangkan untuk kelompok kontrol hanya 72%. 16) Pernyataan nomor 16 adalah salah satu pernyataan negatif mengenai pembelajaran fisika. Sebanyak 31%
kelompok kontrol menyatakan bahwa
siswa tidak akan memperoleh banyak keuntungan dari pelajaran fisika, sedangkan siswa dari kelompok eksperimen hanya 11%. 17) Pernyataan nomor 17 adalah pernyataan yang menyatakan kefokusan para siswa dalam pembelajaran. Jumlah siswa pada kelompok eksperimen yang menyatakan sering melamun di dalam kelompok saat pelajaran fisika adalah 24%, dan pada kelompok kontrol ada 28%. 18) Pernyataan nomor 18 adalah pernyataan yang menunjukkan tahapan indikator kedua hasil belajar yaitu transformasi. pada kelompok eksperimen hanya 34% siswa mengalami kesulitan menjawab soal pada bagian pemilihan penggunaan rumus yang digunakan, dan pada kelompok kontrol mencapai 57%.
56
19) Pernyataan nomor 19 adalah pernyataan pendapat siswa mengenai kekecewaan pada pelajaran fisika. Kelompok eksperimen menyatakan jumlah skripsi 18% dan kelompok kontrol 39%. 20) Pernyataan nomor 20 adalah pernyataan mengenai cukup tidaknya penghargaan untuk keseluruhan penilaian, komentar dan masukan dari guru untuk siswa. Pada kelompok eksperimen jumlah siswa yang menyatakan cukup penghargaan sebanyk 83%, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 65%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Konsep gerak melingkar beraturan merupakan konsep yang bersifat matematis berdasarkan alasan itu peneliti mengadakan studi pustaka untuk menemukan solusi metode yang cocok untuk masalah tersebut, dalam bab 1 pendahuluan peneliti berhipotesa bahwa model guided discovery learning dapat mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada konsep gerak melingkar beraturan. Model guided discovery learning menurut teori belajar Jeromme Bruner merupakan metode esensial untuk mengkonstruksi siswa dalam meningkatkan hasil belajar2. Oleh karena itu, sebelum pemberian perlakuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dahulu diberikan pretest sehingga dapat kita ketahui perubahan hasil belajar siswa. Setelah melakukan penelitian di SMAN 9 Tangerang Selatan dengan menerapkan model guided discovery learning Jerome Bruner yang bertujuan mengetahui adanya perubahan hasil belajar pada konsep gerak melingkar beraturan diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol pretest 29,5 dan posttest 68,8, sedangkan nilai rata-rata kelompok eksperimen pretest 30,7 dan posttest 75,9. Hal ini menjelaskan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen yang diberi penerapan model guided discovery learning Jerome Bruner lebih besar, artinya hasil belajar
2
Siti Mutoharoh, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h.64.
57
siswa meningkat cukup signifikan pada konsep gerak melingkar beraturan menggunakan penerapan model guided discovery learning Jerome Bruner. Data dalam penelitian ini diolah menggunakan uji-t, sehingga diperoleh hasil pretest thitung = 1,580 dan posttest thitung = 2,060 dengan ttabel = 2,002 maka uji t pretest thitung < ttabel (1,580<2,002), maka Ho diterima, Ha ditolak. Sedangkan uji t posttest thitung > ttabel (2,060>2,002), maka Ho ditolak, Ha diterima. Hal ini menjelaskan bahwa penerapan model guided discovery learning menurut Bruner pada konsep gerak melingkar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Penerapan guided discovery learning menggunakan metode yang variatif, interaktif, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar dan aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dimana guru hanya menggunakan metode pembelajaran yang cenderung monoton, interaksinya satu arah dan instruktif. Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, guided discovery learning menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswanya bila diperlukan. Model ini mendorong siswa untuk berpikir mandiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan ataudata yang telah disediakan guru. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan menerapkan model guided discovery learning siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil, melakukan praktikum, demonstrasi, diskusi dan pemanfaatan LKS. Dengan kata lain, proses pembelajaran model guided discovery learning mengarahkansiswa untuk membangun sendiri konsep atua prinsip dari materi laju reaksi sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran danhasil belajar akan meningkat. Pada tahap awal guru mengemukakan tujuan serta gambaran mengenai materi laju reaksi, kemudian memberikan LKS kepada siswa. LKS ini disusun secara sistematik agar dapat membantu siswa memahami prinsip atau konsep secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir siswa terhadap materi gerak melingkar beraturan. Pada tahap selanjutnya siswa mendapat LKS yang terdiri
58
dari panduan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disedikan dalam LKS kemudian siswa mengemukakan prinsip atau konsep baru. Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, guided discovery learning menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini siswa didorong untuk berpikir sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru. Berdasarkan angket mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika yang dilaksanakan dapat menunjukkan aspek-aspek psikologis para siswa. Guided discovery learning menurut Bruner bukan hanya ditekankan pada hasil belajar siswa tetapi juga melihat kesiapan kondisi siswa, bagaimana membuat siswa untuk fokus terlebih dahulu dalam pembelajaran dan membuat siswa paham dengan konsep yang disajikan melalui tahapan model guided discovery learning menurut Bruner. Berdasarkan penelitian Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal. Palu, 2010. Penelitian ini dilakukan di SMAN 9 Palu, hasil penelitian atas implementasi metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X A SMA Negeri 9 Palu3. Menurut Hernawan belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan hasil penelitain yang telah dijabarkan di atas, dapat diketahui bahwa penerapan model guided discovery learning dengan menggunakan langkahlangkah yang tepat dan dengan kinerja guru yang baik dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa baik afektif, psikomotorik, maupun kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Eggen selain mendorong pemahaman materi secara 3
Nurcholis, Op.cit,. h.41.
59
mendalam dan mengembangkan pemikiran siswa, model temuan terbimbing atau guided discovery learning bisa efektif untuk meningkatkan motivasi siswa. Dengan demikian terbukti bahwa model guided discovery learning menurut teori belajar Jerome Bruner merupakan model esensial untuk mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada konsep yang bersifat aplikatif dan analitis matematis dan dapat memotivasi siswa pada pembelajaran fisika.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian di BAB IV dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar, setelah diterapkan model guided discovery learning. Hal ini terlihat dari perbandingan hasil rata-rata pretest dan posttest hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak terlalu signifikan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, t
hitung
> t
tabel
(2,060>2,002) terbukti bahwa hipotesis alternatif (Ha)
yang diajukan secara signifikan dapat diterima. t hitung > t tabel (2,060>2,002). Siswa memberikan tanggapan yang positif
ketika diterapkan model guided
discovery learning Jerome Bruner, sebagian besar siswa dalam pembelajaran fisika merasa tidak tegang walaupun sedang mengerjakan posttest pada persoalan gerak melingkar beraturan.
B. Saran Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka dapat disarankan: 1. Soal-soal tes hasil belajar diharapkan dapat lebih dikembangkan, mencapai jenjang kognitif C5 dan C 6. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh model guided discovery learning pada materi lainnya, sehingga bisa mengukur sejauh mana keefektifan model guided discovery learning. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan memberikan waktu yang lebih lama untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh dari model guided discovery learning terhadap motivasi belajar siswa.
60
DAFTAR PUSTAKA
Akanmu dkk, Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of Education and Practice ISSN 2222-1735 Vol.4, No 12, 2013.abstrak. Anna Fauziah, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT, Forum Kependidikan, 1-13, 2010. Atiqoh, “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya Terhadap Kemampuan Analisis Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Barokah Widuroyekti, Pramonoadi, Implementasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar PLH Mahasiswa S-1 PGSD Bojonegoro. Jurnal, Surabaya, 2012. Faiz,”Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Inquiry Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Di SMA Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Fisika Siswa,” Skripsi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2010. Fatih istiqomah dkk, “Penerapan Model Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”. Jurnal, Bandar lampung, 2014. Khoirul, Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Mengguanakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, 2012. Leo, Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan vol.13 no.2, 2012. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013.
61
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Nana Sudjana, Peningkatan Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008. Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasl Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika. Jurnal. Palu, 2013. Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasl Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika. Jurnal. Palu, 2013. h.32. Qorri’ah, “Penggunaan Metode Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung,” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h.23, tidak dipublikasikan. Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan Trigonometri di Kelas X SMA Negeri 1 Kualuh Hulu Aek Kanopan T.A. Jurnal Nasional ISSN 0853-0203. 2009/2010. Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 1996. Risnita, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci Dengan Menerapkan Metode Penemuan Terbimbing, Jurnal Kependidikan, 2011. Rusman, Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012. Silberman, Melvin. Active Learning. Bandung: Nusa Media, 2011. Siti Mutoharoh, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Sudjana, Metoda Statistik Cet. Ke-6. Bandung : Tarsito, 2001. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D. Bandung; Alfabeta, 2006.
62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Supardi, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Jakarta: Change Publication, 2013. Tri Wardanik, “Pembelajaran Fisika Dengan Metode Direct Instruction (DI) Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak Melingkar Beraturan Di SMA Tahun 2008/2009,” Skripsi pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, tidak dipublikasikan, 2009,. Yoppy, Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning Pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Kependidikan, 2011. Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: LP UIN. 2009. Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/penyelesaian_masalah, yang diakses pada tanggal 13 Januari 2013. http://belalangtue.wordpress.com/2010/08/05/uji-persyaratan-analisis/24Nov2013.
63
Lampiran A: Perangkat Pembelajaran 1. RPP Kelompok Kontrol 2. RPP Kelompok Eksperimen
64
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester
: X/I
Mata Pelajaran
: Fisika
Konsep
: Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan
: M-IPA
Alokasi Waktu
: 1 x 40’
Kompetensi Inti KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2
: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
65
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Melalui tanya jawab peserta didik dapat menjelaskan besaran-besaran pada gerak melingkar 2. Melalui contoh soal siswa dapat menghitung dan menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah dikehidupan sehari-hari
Materi Ajar Gerak Melingkar Beraturan Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak yang menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan kecepatan linear (v) yang tetap.
66
Periode adalah waktu yang diperlukan oleh benda untuk berputar satu kali putaran sempurna, dinyatakan dengan lambang T. Satuan periode dalam sistem SI adalah sekon (s) =
Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu, diberi lambang f. Satuan frekuensi dalam sistem SI adalah s-1 atau hertz (Hz). =
Hubungan antara periode dan frekuensi adalah
KET: T = Periode (s)
=
1
=
f = frekuensi (Hz) N = banyaknya putaran
67
1
t = waktu putaran (s)
Alat/Media/Bahan Media
: Power point
Bahan ajar
: LKS, Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
Model Pembelajaran Model Konvensional
Langkah- langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama Aktifitas
Tahapan Pokok PENDAHULUAN
Guru
Siswa
1. Guru membuka pelajaran dengan 1. Siswa menjawab salam dari guru
mengucapkan kehadiran siswa KD
dan
indikator 2. Memperhatikan serta ikut membaca KD
materi gerak melingkar beraturan
dan
pada setiap pertemuan (di slide)
pertemuan pertama
68
Indikator
gerak
melingkar
Media
Waktu
Pembelajaran
5 menit
mengucapkan salam kemudian guru
2. Membacakan
Alokasi
pada
Power Point
KEGIATAN INTI:
3. Guru
menjelaskan
materi
yaitu 3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
pengertian periode, frekuensi, satu
8 menit
mengenai materi gerak melingkar beraturan
putaran penuh yang ditampilkan pada slide 4. Guru membimbing siswa membentuk 4. Siswa membentuk kelompok kelompok 5. Guru
menjelaskan
untuk
proses 5. Siswa memperhatikan penjelasan
diskusi
guru
mengenai proses diskusi
6. Guru membimbing jalannya diskusi 6. Siswa melakukan diskusi dengan panduan siswa dengan mengerjakan LKS
yang ada dilks
7. Guru memberikan penilaian terhadap 7. Para siswa melakukan diskusi sebaikjalannya
diskusi
untuk
masing-
masing kelompok
baiknya dengan mengerjakan LKS
10 menit
8. Siswa mengumpulkan lembar jawaban
8. Guru meminta siswa mengumpulkan lembar jawaban hasil diskusi
hasil diskusi Bersama-sama membahas jawaban LKS dengan guru
9. Guru membahas latihan soal tersebut a. Gerak yang dilakukan bianglala adalah dengan
pedoman
indikator
gerak
pemecahan masalah
melingkar
beraturan,
karena
kecepatan linier yang dilakukan bianglala tetap atau berubah beraturan.
69
7 menit
power point
b. Gerak matahari menurut pengamat di bumi
merupakan
beraturan
karena
gerak
melingkar
gerakan
matahari
mempunyai kecepatan linear yang tetap terhadap waktu dan terjadi berulang pada posisinya. c. Gerak
kipas
angin,
gerak
roda
menggelinding, gerak baling-baling d. Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran,dan frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu. e. Dik: n = 20 kali t = 15 sekon Dit: t ? Penyelesaian: =
=
=
=
= 0,8
= 1,25 Hz
9. Jadi, periode batu yang berputar sebanyak
70
20 kali adalah 0,8 sekon dan rekuensinya adalah 1,25 Hz. PENUTUP
13. Guru memberikan penguatan tentang 13. Memperhatikan apa saja yang dipelajari hari ini,
pertanyaan
mengenai
dimengerti
definisi
dari
periode,
apabila
dan ada
mengajukan yang
tidak
frekuensi serta perumusannya. 14. Guru
memberikan
penghargaan 14. Kelompok
kepada kelompok yang terbaik.
yang
terbaik
menerima
penghargaan yang diberikan guru, dan kelompok lain menyelamatinya dengan tepuk tangan
15. Guru memberikan soal untuk hasil 15. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir evaluasi (soal evaluasi di lampirkan) pembelajaran
71
10 menit
Lembar soal
Penilaian 1. Mekanisme dan prosedur Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok, dan laporan tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis (evaluasi). 2. Aspek dan Instrumen penilaian Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, kedisiplinan, dan kerjasama. Instrumen laporan praktik menggunakan rubrik penilaian dengan fokus utama pada kualitas visual, sistematika sajian data, kejujuran, dan jawaban pertanyaan. Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian 3. Instrumen (Terlampir) Sumber/Referensi Buku Pegangan Kurikulum 2013 Fisika Jilid 1 Buku Fisika Penunjang Aktivitas siswa http://forumguru.com http://e-dukasi.net http://psb-psma.go.org.id 72
Lembar Evaluasi 1 1. Sebutkan besaran-besaran yang kamu ketahui dalam materi gerak melingkar beraturan!(nilai 5) 2. Sebuah bola kecil diikat tali sepanjang 40 cm kemudian diputar horizontal. Dalam pengukurannya diketahui bola kecil itu dalam 8 sekon dapat berputar 40 kali. Berapakah frekuensi dan periode gerak bola tersebut?(nilai 10) Kunci Jawaban Evaluasi 1 1. Periode, Frekuensi, Posisi sudut, Kecepatan sudut, Percepatan sudut, Percepatan tangensial.(skor 5) 2. Dik: R = 40 cm t = 8 sekon n = 40 kali Dit: frekuensi? (SKOR 1, Nilai 2) Penyelesaian: Frekuensi = (SKOR 2, Nilai 1) =
= 5 Hz (SKOR 3 rumus benar perhitungan salah)
T = 1/f =1/5 Sekon (SKOR 4 Nilai 5) Kunci Jawaban Lembar LKS 1 1. Gerak yang dilakukan bianglala adalah gerak melingkar beraturan, karena kelajuan linier yang dilakukan bianglala tetap atau berubah beraturan. (skor 3)
2. Gerak matahari menurut pengamat di bumi merupakan gerak melingkar beraturan karena gerakan matahari mempunyai kelajuan 73
linear yang tetap terhadap waktu dan terjadi berulang pada posisinya. (skor 3) 3. Gerak kipas angin, gerak roda menggelinding, gerak baling-baling (skor 3) 4. Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran,dan frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu. (skor 3) 5. Dik: n = 20 kali t = 15 sekon Dit: t ? Penyelesaian: =
=
=
=
= 0,8
= 1,25 Hz
Jadi, periode batu yang berputar sebanyak 20 kali adalah 0,8 sekon dan rekuensinya adalah 1,25 Hz. (skor 8)
74
75
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) (Pertemuan pertama)
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi Indikator 1. Mengidentifikasi besaran-besaran pada gerak melingkar 2. Menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah sehari-hari
Materi Gerak Melingkar Beraturan Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak yang menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan kelajuan linear (v) yang tetap.
Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran. =
Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu. =
Hubungan antara periode dan frekuensi adalah
KET: T = Periode (s) f = frekuensi (Hz) N = banyaknya putaran t = waktu putaran (s)
=
1
=
1
76
Nama Kelompok:…………………..
Kelas: …………………….
Anggota: 1. …………………………………….
5. …………………………………….
2. …………………………………….
6. …………………………………….
3. …………………………………….
7. …………………………………….
4. …………………………………….
SILAHKAN ANDA MEMBENTUK KELOMPOK YANG TERDIRI DARI 6-7 ORANG, DAN JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI! 1. Silahkan kamu lihat slide yang ditunjukkan oleh gurumu. Apa yang bisa kamu simpulkan mengenai gerak bianglala? ……………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 2. Pada saat siang hari amatilah gerakan matahari. Menurut pendapatmu apakah jenis gerakan matahari tersebut, sertakan alasanmu? …………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 3. Berikan 3 contoh lain mengenai gerak melingkar beraturan dalam kehidupan seharihari!…………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 4. Apa yang dimaksud dengan periode dan frekuensi? ……………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………... 5. Hitunglah berapa periode dan frekuensi yang dilakukan koboi bila bola yang diputarnya sebanyak 20 kali dan panjang tali koboi 40 cm (ditampilkan di slide)? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………...
Setelah selesai mengerjakan, silahkan kumpulkan lembar jawaban anda kepada guru. SELAMAT MENGERJAKAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester
: X/I
Mata Pelajaran
: Fisika
Konsep
: Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan
: M-IPA
Alokasi Waktu
: 1 x 40’
Kompetensi Inti KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2
: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
77
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Melalui contoh soal siswa dapat menganalisis dan
menerapkan kecepatan sudut dan percepatan sudut dalam
dikehidupan sehari-hari 2. Menganalisis hubungan antara besaran sudut dengan besaran linier 3. Menerapkan besaran sudut dan besaran linier
Alat/Media/Bahan Media
: Power point
Bahan ajar
: Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
78
masalah
Model Pembelajaran Model Konvensional
Materi Ajar Posisi sudut di definisikan perubahan posisi awal partikel ke posisi selanjutnya, dalam lintasan melingkar dan membentuk sudut. Kecepatan Sudut dan Percepatan Sudut
Kecepatan Sudut didefinisikan sebagai perubahan posisi sudut benda yang bergerak melingkar tiap satuan waktu. Kecepatan sudut disebut juga dengan kecepatan anguler dan disimbolkan ω. Dari definisi di atas dapat diperoleh perumusan berikut:
Keterangan: ω = kecepatan sudut (rad/s) Δθ = perubahan sudut (rad) Δt = selang waktu (s) Kecepatan sudut sering disebut juga frekuensi sudut. Nama ini diambil karena ω memiliki kaitan dengan f. Kaitan itu dapat ditentukan dengan melihat gerak satu lingkaran penuh. Perubahan posisi sudut pada gerak satu lingkaran penuh adalah Δθ = 2π dan waktunya satu periode T sehingga kecepatan sudutnya memenuhi persamaan berikut: =
2
=2 79
Kecepatan sudut dapat juga memiliki satuan putaran/sekon dan rpm. rpm = rotasi per menit. Dalam persoalan gerak melingkar, kita lebih lazim menggunakan satuan radian (rad)
untuk sudut dibandingkan derajat (o).
Hubungan antara keduanya, yaitu sudut satu putaran: 1putaran = 2π rad, 1 rad = 1 rpm =
≅ 57,3
/ , 1 putar/sekon = 2π rad/s
Percepatan Sudut adalah perubahan kecepatan sudut tiap satu satuan waktu. Dari definisi ini dapat diturunkan rumus percepatan
sudut seperti berikut: dengan: α = percepatan sudut (rad/s2) Δω = perubahan kecepatan sudut (rad/s) Δt = selang waktu (s) sesuai dengan kecepatannya, percepatan sudut juga dapat disebut sebagai percepatan anguler. Hubungan Besaran linier dan Besaran Sudut Setiap benda yang bergerak melingkar akan memiliki besaran linier dan besaran sudut dengan hubungan memenuhi persamaan berikut: S = θ.R V = ω.R
80
a = α.R Keterangan: S = jarak tempuh (m) θ = perubahan sudut (rad) v = kecepatan linier (m/s) ω = kecepatan sudut (rad/s) a = percepatan linier (m/s2) α = percepatan sudut (rad/s2) R = jari-jari lintasannya (m)
Percepatan Sentripetal Benda yang bergerak dengan kelajuan konstan mendapat percepatan yang besarnya konstan dan arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan benda, maka benda akan bergerak melingkar beraturan. Percepatan yang arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan inilah yang disebut dengan percepatan sentripetal. Jika suatu benda bergerak melingkar dengan kelajuan v membentuk lingkaran berjari-jari r maka besar percepatan sentripetal yang dialami benda adalah:
dengan: asp = besar percepatan sentripetal (m/s2)
=
v = kelajuan linier (m/s)
81
r = jari-jari lingkaran (m) Sifat Gerak Melingkar Beraturan (GMB) Sifat pertama GMB adalah bentuk lintasannya yang melingkar kedua dapat dilihat kecepatannya. Disebut beraturan karena kecepatan sudutnya yang teratur atau tetap. Berarti percepatan sudutnya nol (α=0). Dari penjelasan di atas dapat dituliskan sifat-sifat gerak melingkar beraturan sebagai berikut : a. Lintasannya berbentuk lingkaran b. Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap) c. Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah) d. Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana arah percepatan sentripetalnya selalu menuju pusat lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran. α = 0 dan ω = tetap
Langkah- langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama Tahapan Pokok PENDAHULUAN
Aktifitas Guru
Siswa
1. Guru membuka pelajaran dengan 1. Siswa menjawab salam dari guru mengucapkan salam kemudian guru
82
Alokasi
Media
Waktu
Pembelajaran
5 menit
Power Point
mengucapkan kehadiran siswa 2. Membacakan
KEGIATAN INTI:
KD
dan
indikator 2. Memperhatikan serta ikut membaca KD
materi gerak melingkar beraturan
dan
Indikator
pada setiap pertemuan (di slide)
pertemuan kedua
gerak
melingkar
pada
3. Guru menjelaskan materi apa saja 3. Semua siswa memperhatikan penjelasan yang akan di pelajari hari ini yaitu
dari guru mengenai materi gerak melingkar
besaran-besaran
beraturan
melingkar
dalam
(kecepatan
gerak
8 menit
sudut,
kecepatan linier, percepatan sudut, dan percepatan sentripetal), hubungan besaran linier dan anguler, dan sifatsifat
gerak
melingkar.Guru
menjelaskan materi yaitu pengertian periode,
frekuensi,
satu
putaran
penuh yang ditampilkan pada slide 4. Guru membimbing siswa membentuk 4. Siswa membentuk kelompok
10 menit
kelompok 5. Guru diskusi
menjelaskan
untuk
proses 5. Siswa memperhatikan penjelasan mengenai proses diskusi
83
guru
Power Point
6. Guru membimbing jalannya diskusi 6. Siswa melakukan diskusi dengan panduan siswa dengan mengerjakan LKS
yang ada dilks
7 menit
7. Guru memberikan penilaian terhadap 7. Para siswa melakukan diskusi sebaikjalannya
diskusi
untuk
masing-
baiknya dengan mengerjakan LKS
masing kelompok 8. Guru meminta siswa mengumpulkan 8. Siswa mengumpulkan lembar jawaban lembar jawaban hasil diskusi
hasil diskusi Bersama-sama membahas jawaban LKS dengan guru 1. Gerak Perubahan posisi adalah perubahan gerak benda dilihat dari keberadaan atau posisi awal menjadi posisi akhir. (SKOR 3) 2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar (SKOR 9)
84
Linear
Angular
Hubungan
s satuan
θ satuan
s = θ.R
(m)
(rad)
V satuan
ω satuan
(m/s)
(rad/s)
V=ω.R
a satuan
α satuan
(m/s2)
(rad/s2)
3. Dik: ω = 30 rpm = 30 x
a = α.R
= π rad/s
asp = 2 m/s2 Dit: R = ? Penyelesaian: =
(SKOR 8)
=
=
=
4. Dik: aθ = 0,2 m/s2 R = 50 cm = 0,5m VO = 4 m/s t = 4 sekon Dit: Vt=4 s ? Penyelesaian: = 85
−
(
2
)
=2
=
=(
)+
= (0,2 4) + 4 = 4,8 m/s
Jadi, Kecepatan linier balok itu adalah, 4,8 m/s (SKOR 5) 5. Dik: ω1 = 30π rad/s ω2 = 45π rad/s t = 30 sekon Dit: α ? Penyelesaian: α= =
∆
π
=
π
/
Jadi, percepatan sudut tongkat tersebut dalam selang waktu 30 detik adalah (SKOR 5)
PENUTUP
13. Guru memberikan penguatan tentang 13. Memperhatikan materi yang telah disampaikan
pertanyaan
86
apabila
dan ada
/ mengajukan yang
tidak
10 menit
Lembar soal
dimengerti 14. Guru
memberikan
penghargaan 14. Kelompok
kepada kelompok yang terbaik.
yang
terbaik
menerima
penghargaan yang diberikan guru, dan kelompok lain menyelamatinya dengan
tepuk tangan 15. Guru memberikan soal untuk hasil 15. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir evaluasi (soal evaluasi di lampirkan) pembelajaran
87
Penilaian 1. Mekanisme dan prosedur Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok, dan laporan tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis (evaluasi). 2. Aspek dan Instrumen penilaian Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, kedisiplinan, dan kerjasama. Instrumen laporan praktik menggunakan rubrik penilaian dengan fokus utama pada kualitas visual, sistematika sajian data, kejujuran, dan jawaban pertanyaan. Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian 3. Instrumen (Terlampir) Sumber/Referensi Buku Pegangan Kurikulum 2013 Fisika Jilid 1 Buku Fisika Penunjang Aktivitas siswa http://forumguru.com http://e-dukasi.net http://psb-psma.go.org.id 88
Lembar Evaluasi 2 1. Sebutkan sifat-sifat dari gerak melingkar beraturan (minimal 3)! (SKOR 5) 2. Sebuah roda yang berjari-jari 25 cm berputar dengan frekuesi 4 Hz. Berapakah kelajuan linier sebuah titik pada tepi roda itu? (SKOR 5) Kunci Jawaban Evaluasi 2 1. Sifat-sifat gerak melingkar: a. Lintasannya berbentuk lingkaran b. Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap) c. Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah) d. Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana arah percepatan sentripetalnya selalu menuju pusat lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran. 2. Dik: R= 25 cm = 25 x 10-2m f = 4 Hz Dit: v = ? Penyelesaian: V=ωxR = 2πf x R = 2π x 4 x 25 x 10-2= 2π m/s
89
Kunci Jawaban Lembar LKS 2 1. Perubahan posisi adalah perubahan gerak benda dilihat dari keberadaan atau posisi awal menjadi posisi akhir. (SKOR 2) 2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar (SKOR 10) Linear
Angular
Hubungan
s satuan (m)
θ satuan (rad)
s = θ.R
V satuan (m/s)
ω satuan (rad/s)
V=ω.R
a satuan (m/s2)
α satuan (rad/s2)
a = α .R
3. Dik: ω = 30 rpm = 30 x
= π rad/s
asp = 2 m/s2 Dit: R = ? Penyelesaian:
(SKOR 6)
=
=
=
=
(
2
)
=2
=
4. Dik: aθ = 0,2 m/s2 R = 50 cm = 0,5m VO = 4 m/s 90
t = 4 sekon Dit: Vt=4 s ? Penyelesaian: =
=(
−
)+
= (0,2 4) + 4 = 4,8 m/s
Jadi, Kecepatan linier balok itu adalah, 4,8 m/s (SKOR 6) 5. Dik: ω1 = 30π rad/s ω2 = 45π rad/s t = 30 sekon Dit: α ? Penyelesaian: α= = =
∆
π
π
/
Jadi, percepatan sudut tongkat tersebut dalam selang waktu 30 detik adalah
91
/
(SKOR 6)
92
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) (Pertemuan kedua)
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi Indikator 1. Menerapkan besaran kecepatan sudut dan percepatan sudut dalam masalah sehari-hari 2. Mendefinisikan hubungan besaran sudut dengan besaran linier 3. Memformulasikan besaran sudut dan besaran linier
Nama Kelompok: …………………………… Kelas: ……………………….. Anggota: 1. …………………………………..
5. ………………………………..
2. …………………………………..
6. ………………………………..
3. …………………………………..
7. ……………………………….
4. …………………………………..
Berdiskusilah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan teman 1 kelompokmu! 1. Apa yang kamu ketahui tentang perubahan posisi, setelah kamu mempelajari tentang gerak? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar Linear
Angular
Hubungan
…. satuan (m)
θ satuan (…..)
……..
V satuan (…..)
… satuan (.….)
……..
… satuan (…..)
… satuan (…..)
a = θ.R
93
3. Seekor lalat hinggap pada sebuah piringan hitam yang berputar pada 30 rpm. Percepatan sentripetal yang dialami lalat tersebut besarnya 2 m/s2. Berapakah jarak lalat ke pusat piringan hitam tersebut? (catatan: 1 rpm = 1 putaran per menit) Dik: ……………………………………………………………………………... Dit: ……………………………………………………………………………… Penyelesaian:…………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………...… …………………………………………………………………………………..
4. Perhatikan gambar di samping Jika balok kecil tersebut mengalami percepatan 0,2 m/s2, R= 50 cm dan bergerak dengan kecepatan awal VO. kecepatan linier balok pada saat 4 sekon adalah 4,8m/s. Berapakah kecepatan awal balok tersebut? ………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Pada saat tongkat diputar dari salah satu ujungnya ternyata kecepatan anguler tongkat dapat berubah dari 30π rad/s menjadi 45π rad/s dalam selang waktu 30 detik. Berapakah percepatan sudut tongkat tersebut? …………………….. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………........... ..............................................................................................................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester
: X/I
Mata Pelajaran
: Fisika
Konsep
: Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan
: M-IPA
Alokasi Waktu
: 1 x 40’
Kompetensi Inti KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2
: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
94
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menganalisis hubungan roda-roda pada masalah sehari-hari melalui diskusi 2. Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda melalui latihan soal
Alat/Media/Bahan Media
: Power point
Bahan ajar
: Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
Model Pembelajaran Model Konvensional
95
Materi Ajar Hubungan Roda-roda
\ Bagaimanakah hubungan roda-roda yang ada pada gambar di atas? Gir belakang dan roda memiliki pusat yang sama (ω sama) hubungan seperti ini disebut roda sepusat. Hubungan kedua adalah gir belakang dan gir depan. Kedua gir itu terhalang dengan tali (rantai) sehingga berputar bersama dengan kecepatan linier titik yang bersinggungan sama (v sama). Hubungan seperti ini disebut roda bersinggungan. Dari penjelasan di atas dapat dipertegas bahwa pada dasarnya hubungan roda-roda ada dua jenis dan memenuhi hubungan berikut : Roda Sepusat
Roda bersinggungan
96
Langkah- langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama Aktifitas
Tahapan Pokok PENDAHULUAN
Guru
Siswa
1. Guru membuka pelajaran dengan 1. Siswa menjawab salam dari guru
Alokasi
Media
Waktu
Pembelajaran
5 menit
Power Point
mengucapkan salam kemudian guru mengucapkan kehadiran siswa 2. Membacakan
KEGIATAN INTI:
KD
dan
indikator 2. Memperhatikan serta ikut membaca KD
materi gerak melingkar beraturan
dan
pada setiap pertemuan (di slide)
pertemuan pertama
3. Guru
menjelaskan
hubungan
roda-roda
materi yang
Indikator
gerak
melingkar
pada
yaitu 3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru saling
mengenai materi hubungan roda-roda
97
8 menit
Power Point
bersinggungan 4. Guru membimbing siswa membentuk 4. Siswa membentuk kelompok kelompok 5. Guru
menjelaskan
untuk
proses 5. Siswa memperhatikan penjelasan
guru
mengenai proses diskusi
diskusi
6. Guru membimbing jalannya diskusi 6. Siswa melakukan diskusi dengan panduan yang ada dilks
siswa dengan mengerjakan LKS
7. Guru memberikan penilaian terhadap 7. Para siswa melakukan diskusi sebaikjalannya
diskusi
untuk
baiknya dengan mengerjakan LKS
masing-
masing kelompok
10 menit
8. Guru meminta siswa mengumpulkan 8. Siswa mengumpulkan lembar jawaban hasil diskusi Bersama-sama membahas
lembar jawaban hasil diskusi
jawaban LKS dengan guru 9. Guru membahas latihan soal tersebut 9. dengan
pedoman
Membahas bersama guru
indikator 1. Memasang gir depan lebih besar dari gir belakang agar kayuhan lebih sedikit, dan
pemecahan masalah
jarak yang ditembuh lebih panjang. hal ini
dikarenakan
bersinggungan
98
pemasanagn
dengan
roda
menggunakan
7 menit
rantai akan menghasilkan kecepatan yang sama, dengan gir depan yang lebih besar kita
mengkayuh
sedikit
tapi
posisi
sudutnya banyak sehingga gir belakang yang lebih kecil akan bergerak cepat dan mencapai jarak yang lebih jauh karena gir belakang sepusat dengan roda yang jarijarinya lebih besar, sehingga kecepatan sudut roda lebih besar pula. 2. Dik: Da=2 x Db R A = 2 x RB Roda saling bersinggungan dihubungkan dengan tali, maka VA=VB Dit: Hubungan ωA dengan ωB ?\ Jawab: VA=VB ωA x R A = ωB x R B ωA x 2RB = ωB x RB ωA = ωB
99
PENUTUP
10. Guru memberikan penguatan tentang 10. Memperhatikan apa saja yang dipelajari hari ini,
pertanyaan
mengenai
dimengerti
definisi
dari
periode,
apabila
dan ada
mengajukan yang
tidak
frekuensi serta perumusannya. 11. Guru
memberikan
penghargaan 11. Kelompok
kepada kelompok yang terbaik.
yang
terbaik
menerima
penghargaan yang diberikan guru, dan kelompok lain menyelamatinya dengan tepuk tangan
12. Guru memberikan soal untuk hasil 12. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir evaluasi (soal evaluasi di lampirkan) pembelajaran
100
10 menit
Lembar soal
Penilaian 1. Mekanisme dan prosedur Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok, dan laporan tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis (evaluasi). 2. Aspek dan Instrumen penilaian Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, kedisiplinan, dan kerjasama. Instrumen laporan praktik menggunakan rubrik penilaian dengan fokus utama pada kualitas visual, sistematika sajian data, kejujuran, dan jawaban pertanyaan. Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian dan/atau pilihan ganda 3. Instrumen (Terlampir) Sumber/Referensi Buku Pegangan Kurikulum 2013 Fisika Jilid 1 Buku Fisika Penunjang Aktivitas siswa http://forumguru.com http://e-dukasi.net http://psb-psma.go.org.id 101
Lembar Evaluasi 3 1. Apa hubungan perumusan roda sepusat dan roda yang saling berhubungan? (SKOR 6) 2. Seekor belalang hinggap di tepi piringan hitam berdiameter 24 cm, yang sedang berputar. Ternyata kelajuan linier belalang tersebut 40 cm/s. Jika belalang tersebut hinggap pada jarak 8 cm dari tepi piringan hitam, berapakah kelajuan linier yang dialaminya? (SKOR 6)
Kunci Jawaban Evaluasi 3
1. 2. Dik: d = 24 cm, R1 = 12 cm V1 = 40 cm/s R2 = 4 cm Dit: V2 = ? Penyelesaian: =
102
4
= 12
/
=
4
V2 = 13,3 cm/s Kunci Jawaban LKS 3 1. Memasang gir depan lebih besar dari gir belakang agar kayuhan lebih sedikit, dan jarak yang ditembuh lebih panjang. hal ini dikarenakan pemasanagn roda bersinggungan dengan menggunakan rantai akan menghasilkan kecepatan yang sama, dengan gir depan yang lebih besar kita mengkayuh sedikit tapi posisi sudutnya banyak sehingga gir belakang yang lebih kecil akan bergerak cepat dan mencapai jarak yang lebih jauh karena gir belakang sepusat dengna roda yang jari-jarinya lebih besar, sehingga kecepatan sudut roda lebih besar pula. 2. Dik: Da=2 x Db R A = 2 x RB Roda saling bersinggungan dihubungkan dengan tali, maka VA=VB Dit: Hubungan ωA dengan ωB ?\ Jawab: VA=VB ωA x R A = ωB x R B ωA x 2RB = ωB x RB ωA = ωB
103
104 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) (Pertemuan ketiga)
Kompetensi Dasar 4.5 Menyajikan ide/gagasan terkait gerak melingkar (misalnya pada hubungan roda-roda) Indikator 1. Menganalisis hubungan roda-roda pada masalah sehari-hari melalui diskusi 2. Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda
Nama Kelompok: …………………………… Kelas: ……………………….. Anggota:
Waktu: 15 menit
1. …………………………………..
5. ………………………………..
2. …………………………………..
6. ………………………………..
3. …………………………………..
7. ……………………………….
4. ………………………………….. Berdiskusilah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan teman 1 kelompokmu! 1. Bagaimana menurut pendapat kamu untuk membuat sepeda olahraga agar kayuhan yang dihasilkan sedikit tetapi jarak yang ditempuh banyak, dengan mengaitkan hubungan roda dalam konsep fisika (bagaimana gir depan dan gir belakangnya) ? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ..................................................................................................................... 2. Dua buah roda A dan B dihubungkan dengan tali, apabila diameter roda A dua kali dari diameter roda B. Tentukanlah hubungan kecepatan sudut kedua roda tersebut! ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... .....................................................................................................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester
: X/I
Mata Pelajaran
: Fisika
Konsep
: Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan
: M-IPA
Alokasi Waktu
: 1 x 40’
Kompetensi Inti KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2
: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
105
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Melalui tanya jawab peserta didik dapat menjelaskan besaran-besaran pada gerak melingkar 2. Melalui contoh soal siswa dapat menghitung dan menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah dikehidupan sehari-hari
Materi Ajar Gerak Melingkar Beraturan Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak yang menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan keclajuan linear (v) yang tetap.
106
Periode adalah waktu yang diperlukan oleh benda untuk berputar satu kali putaran sempurna, dinyatakan dengan lambang T. Satuan periode dalam sistem SI adalah sekon (s) =
Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu, diberi lambang f. Satuan frekuensi dalam sistem SI adalah s-1 atau hertz (Hz). =
Hubungan antara periode dan frekuensi adalah
KET: T = Periode (s)
=
1
=
f = frekuensi (Hz) N = banyaknya putaran
107
1
t = waktu putaran (s)
Alat/Media/Bahan Media
: Power point dan animasi flash
Bahan ajar
: Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
Model Pembelajaran Model Guided Discovery Learning Jerome Brunner
Langkah- langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama Tahapan Pokok
Aktifitas
108
Alokasi
Media
Guru PENDAHULUAN
Siswa
Waktu
1. Guru membuka pelajaran dengan 1. Siswa menjawab salam dari guru
2 menit
Pembelajaran Power Point
mengucapkan salam kemudian guru mengucapkan kehadiran siswa 2. Membacakan
KEGIATAN INTI:
KD
dan
indikator 2. Memperhatikan serta ikut membaca KD
materi gerak melingkar beraturan
dan
Indikator
gerak
pada setiap pertemuan (di slide)
pertemuan pertama
melingkar
pada
3. Sebagai apersepsi, guru mengajak 3. Melakukan ice breaker tepuk tangan untuk siswa bertepuk tangan sebagai ice
5 menit
Power Point
memfokuskan diri
breaker untuk mengambil fokus para siswa Memperoleh informasi baru
4. Guru menunjukkan animasi flash 4. Semua siswa memperhatikan animasi flash gerak melingkar beraturan berupa
Animasi flash
berupa bianglala yang berputar
bianglala yang berputar 5. Guru bertanya kepada siswa ”ada 5. Siswa yang tahu kita akan belajar apa hari
menjawab
apa
yang
guru
pertanyakan
ini?” Transformasi informasi
6. Guru membimbing siswa membentuk 6. Siswa membentuk kelompok kelompok
109
15 menit
7. Guru
menjelaskan
untuk
proses 7. Siswa memperhatikan penjelasan
diskusi
guru
mengenai proses diskusi
8. Guru membimbing jalannya diskusi 8. Siswa melakukan diskusi dengan panduan siswa dengan mengerjakan LKS
yang ada dilks
9. Guru memberikan penilaian terhadap 9. Para siswa melakukan diskusi sebaikjalannya
diskusi
untuk
masing-
baiknya dengan mengerjakan LKS
masing kelompok 10. Guru meminta siswa mengumpulkan 10. Siswa mengumpulkan lembar jawaban lembar jawaban hasil diskusi Evaluasi
hasil diskusi
11. Guru membahas lembar kerja siswa 11. Bersama-sama dengan guru membahas satu persatu dan membantu siswa
hasil jawaban lembar kerja siswa
untuk memahami besaran periode, dan frekuensi =
=
=
1
=
1
12. Guru membahas latihan soal tersebut
12. Bersama-sama membahas jawaban LKS
110
10 menit
animasi flash
dengan
pedoman
pemecahan masalah
indikator
dengan guru a. Gerak yang dilakukan bianglala adalah gerak
melingkar
beraturan,
karena
kelajuan linier yang dilakukan bianglala tetap atau berubah beraturan. b. Gerak matahari menurut pengamat di bumi
merupakan
beraturan
karena
gerak
melingkar
gerakan
matahari
mempunyai kelajuan linear yang tetap terhadap waktu dan terjadi berulang pada posisinya. c. Gerak
kipas
angin,
gerak
roda
menggelinding, gerak baling-baling d. Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran,dan frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu. e. Dik: n = 20 kali t = 15 sekon Dit: t ?
111
Penyelesaian: =
=
=
=
= 0,8
= 1,25 Hz
Jadi, periode batu yang berputar sebanyak 20 kali adalah 0,8 sekon dan rekuensinya adalah 1,25 Hz.
PENUTUP
13. Guru memberikan penguatan tentang 13. Memperhatikan apa saja yang dipelajari hari ini,
pertanyaan
mengenai
dimengerti
definisi
dari
periode,
apabila
dan ada
mengajukan yang
tidak
frekuensi serta perumusannya. 14. Guru
memberikan
penghargaan 14. Kelompok
kepada kelompok yang terbaik.
yang
terbaik
menerima
penghargaan yang diberikan guru, dan kelompok lain menyelamatinya dengan tepuk tangan
15. Guru memberikan soal untuk hasil 15. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir evaluasi (soal evaluasi di lampirkan) pembelajaran
112
8 menit
Lembar soal
Penilaian 1. Mekanisme dan prosedur Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok, dan laporan tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis (evaluasi). 2. Aspek dan Instrumen penilaian Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, kedisiplinan, dan kerjasama. Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian 3. Instrumen (Terlampir) Sumber/Referensi Buku Pegangan Kurikulum 2013 Fisika Jilid 1 Buku Fisika Penunjang Aktivitas siswa http://forumguru.com http://e-dukasi.net http://psb-psma.go.org.id
113
Lembar Evaluasi 1 1. Sebutkan besaran-besaran yang kamu ketahui dalam materi gerak melingkar beraturan!(nilai 5) 2. Sebuah bola kecil diikat tali sepanjang 40 cm kemudian diputar horizontal. Dalam pengukurannya diketahui bola kecil itu dalam 8 sekon dapat berputar 40 kali. Berapakah frekuensi dan periode gerak bola tersebut?(nilai 10) Kunci Jawaban Evaluasi 1 1. Periode, Frekuensi, Posisi sudut, Kecepatan sudut, Percepatan sudut, Percepatan tangensial.(skor 5) 2. Dik: R = 40 cm t = 8 sekon n = 40 kali Dit: frekuensi? (SKOR 1, Nilai 2) Penyelesaian: Frekuensi = (SKOR 2, Nilai 1) =
= 5 Hz (SKOR 3 rumus benar perhitungan salah)
T = 1/f =1/5 Sekon (SKOR 4 Nilai 5) Kunci Jawaban Lembar LKS 1 1. Gerak yang dilakukan bianglala adalah gerak melingkar beraturan, karena kelajuan linier yang dilakukan bianglala tetap atau berubah beraturan. (skor 3)
2. Gerak matahari menurut pengamat di bumi merupakan gerak melingkar beraturan karena gerakan matahari mempunyai kelajuan 114
linear yang tetap terhadap waktu dan terjadi berulang pada posisinya. (skor 3) 3. Gerak kipas angin, gerak roda menggelinding, gerak baling-baling (skor 3) 4. Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran,dan frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu. (skor 3) 5. Dik: n = 20 kali t = 15 sekon Dit: t ? Penyelesaian: =
=
=
=
= 0,8
= 1,25 Hz
Jadi, periode batu yang berputar sebanyak 20 kali adalah 0,8 sekon dan rekuensinya adalah 1,25 Hz. (skor 8)
115
116
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) (Pertemuan pertama)
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi Indikator 1. Mengidentifikasi besaran-besaran pada gerak melingkar 2. Menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah sehari-hari
Materi Gerak Melingkar Beraturan Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak yang menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan kelajuan linear (v) yang tetap.
Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran. =
Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu. =
Hubungan antara periode dan frekuensi adalah =
=
KET: T = Periode (s) f = frekuensi (Hz) N = banyaknya putaran t = waktu putaran (s)
117
Nama Kelompok:…………………..
Kelas: …………………….
Anggota: 1. …………………………………….
5. …………………………………….
2. …………………………………….
6. …………………………………….
3. …………………………………….
7. …………………………………….
4. …………………………………….
SILAHKAN ANDA MEMBENTUK KELOMPOK YANG TERDIRI DARI 6-7 ORANG, DAN JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI! 1. Silahkan kamu lihat slide yang ditunjukkan oleh gurumu. Apa yang bisa kamu simpulkan mengenai gerak bianglala? ……………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 2. Pada saat siang hari amatilah gerakan matahari. Menurut pendapatmu apakah jenis gerakan matahari tersebut, sertakan alasanmu? …………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 3. Berikan 3 contoh lain mengenai gerak melingkar beraturan dalam kehidupan seharihari!…………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 4. Apa yang dimaksud dengan periode dan frekuensi? ……………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………... 5. Hitunglah berapa periode dan frekuensi yang dilakukan koboi bila bola yang diputarnya sebanyak 20 kali dan panjang tali koboi 40 cm (ditampilkan di slide)? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………...
Setelah selesai mengerjakan, silahkan kumpulkan lembar jawaban anda kepada guru. SELAMAT MENGERJAKAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester
: X/I
Mata Pelajaran
: Fisika
Konsep
: Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan
: M-IPA
Alokasi Waktu
: 2 x 40’
Kompetensi Inti KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2
: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
118
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Melalui contoh soal siswa dapat menganalisis dan
menerapkan kecepatan sudut dan percepatan sudut dalam
dikehidupan sehari-hari 2. Menganalisis hubungan antara besaran sudut dengan besaran linier 3. Menerapkan besaran sudut dan besaran linier
Alat/Media/Bahan Media
: Power point dan animasi flash
Bahan ajar
: LKS, Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
119
masalah
Model Pembelajaran Model Guided Discovery Learning Jerome Brunner Materi Posisi sudut di definisikan perubahan posisi awal partikel ke posisi selanjutnya, dalam lintasan melingkar dan membentuk sudut. Kecepatan Sudut dan Percepatan Sudut
Kecepatan Sudut didefinisikan sebagai perubahan posisi sudut benda yang bergerak melingkar tiap satuan waktu. Kecepatan sudut disebut juga dengan kecepatan anguler dan disimbolkan ω. Dari definisi di atas dapat diperoleh perumusan berikut:
Keterangan: ω = kecepatan sudut (rad/s) Δθ = perubahan sudut (rad) Δt = selang waktu (s) Kecepatan sudut sering disebut juga frekuensi sudut. Nama ini diambil karena ω memiliki kaitan dengan f. Kaitan itu dapat ditentukan dengan melihat gerak satu lingkaran penuh. Perubahan posisi sudut pada gerak satu lingkaran penuh adalah Δθ = 2π dan waktunya satu periode T sehingga kecepatan sudutnya memenuhi persamaan berikut: =
2
=2 120
Kecepatan sudut dapat juga memiliki satuan putaran/sekon dan rpm. rpm = rotasi per menit. Dalam persoalan gerak melingkar, kita lebih lazim menggunakan satuan radian (rad)
untuk sudut dibandingkan derajat (o).
Hubungan antara keduanya, yaitu sudut satu putaran: 1putaran = 2π rad, 1 rad = 1 rpm =
≅ 57,3
/ , 1 putar/sekon = 2π rad/s
Percepatan Sudut adalah perubahan kecepatan sudut tiap satu satuan waktu. Dari definisi ini dapat diturunkan rumus percepatan
sudut seperti berikut: dengan: α = percepatan sudut (rad/s2) Δω = perubahan kecepatan sudut (rad/s) Δt = selang waktu (s) sesuai dengan kecepatannya, percepatan sudut juga dapat disebut sebagai percepatan anguler. Hubungan Besaran linier dan Besaran Sudut Setiap benda yang bergerak melingkar akan memiliki besaran linier dan besaran sudut dengan hubungan memenuhi persamaan berikut: S = θ.R V = ω.R
121
a = α.R Keterangan: S = jarak tempuh (m) θ = perubahan sudut (rad) v = kecepatan linier (m/s) ω = kecepatan sudut (rad/s) a = percepatan linier (m/s2) α = percepatan sudut (rad/s2) R = jari-jari lintasannya (m)
Percepatan Sentripetal Benda yang bergerak dengan kelajuan konstan mendapat percepatan yang besarnya konstan dan arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan benda, maka benda akan bergerak melingkar beraturan. Percepatan yang arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan inilah yang disebut dengan percepatan sentripetal. Jika suatu benda bergerak melingkar dengan kelajuan v membentuk lingkaran berjari-jari r maka besar percepatan sentripetal yang dialami benda adalah:
dengan: asp = besar percepatan sentripetal (m/s2)
=
v = kelajuan linier (m/s)
122
r = jari-jari lingkaran (m)
Sifat Gerak Melingkar Beraturan (GMB) Sifat pertama GMB adalah bentuk lintasannya yang melingkar kedua dapat dilihat kecepatannya. Disebut beraturan karena kecepatan sudutnya yang teratur atau tetap. Berarti percepatan sudutnya nol (α=0). Dari penjelasan di atas dapat dituliskan sifat-sifat gerak melingkar beraturan sebagai berikut : a. Lintasannya berbentuk lingkaran b. Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap) c. Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah) d. Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana arah percepatan sentripetalnya selalu menuju pusat lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran. α = 0 dan ω = tetap
Pertemuan kedua Aktifitas Tahapan Pokok
PENDAHULUAN
Guru 1. Guru
membuka
Alokasi Siswa
pelajaran 1. Siswa menjawab salam dari guru
123
Waktu 5 menit
Media Pembelaja ran Power
dengan mengucapkan salam
Point
kemudian guru mengucapkan kehadiran siswa 2. Membacakan
2. Memperhatikan serta ikut membaca KD dan Indikator KD
dan
indikator
materi
gerak
melingkar
beraturan
pada
gerak melingkar pada pertemuan pertama
setiap pertemuan (di slide) KEGIATAN INTI:
3. Sebagai
apersepsi,
guru 3. Melakukan
memberikan tebak hitungan
ice
breaker
tebak
hitungan
untuk 15 menit
memfokuskan diri
sebagai ice breaker untuk mengambil fokus para siswa Memperoleh informasi baru
4. Guru menjelaskan materi apa 4. Siswa menyimak penjelasan dari guru
Power
saja yang akan di pelajari
Point
hari ini yaitu besaran-besaran
dan
dalam
animasi
gerak
melingkar
(kecepatan sudut, kecepatan
flash
linier, percepatan sudut, dan percepatan
sentripetal),
hubungan besaran linier dan
124
anguler, dan sifat-sifat gerak melingkar. Transformasi informasi
5. Guru membimbing siswa 5. Siswa membentuk kelompok
25 menit
membentuk kelompok 6. Guru membimbing jalannya 6. Siswa melakukan diskusi dengan panduan yang ada diskusi
siswa
dengan
mengerjakan LKS
dilks 7. Para siswa melakukan diskusi sebaik-baiknya dengan
7. Guru memberikan penilaian
mengerjakan LKS
terhadap jalannya diskusi untuk
masing-masing 8. Siswa mengumpulkan lembar jawaban hasil diskusi
kelompok 8. Guru
meminta
mengumpulkan
siswa lembar
jawaban hasil diskusi Evaluasi
9. Bersama-sama
membahas 11. Bersama-sama dengan guru membahas hasil jawaban 20 menit
lembar kerja siswa satu
lembar kerja siswa
persatu dan membantu siswa 10. Guru membahas latihan soal 12. Bersama-sama membahas jawaban LKS dengan guru tersebut dengan pedoman 1. Gerak Perubahan posisi adalah perubahan gerak benda
125
indikator masalah
pemecahan
dilihat dari keberadaan atau posisi awal menjadi posisi akhir. (SKOR 3) 2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar (SKOR 9) Linear
Angular
Hubungan
s satuan (m)
θ satuan (rad)
s = θ.R
V satuan (m/s)
ω satuan (rad/s)
V=ω.R
a satuan (m/s2)
α satuan (rad/s2)
a = α.R
3. Dik: ω = 30 rpm = 30 x
= π rad/s
asp = 2 m/s2 Dit: R = ? Penyelesaian:
(SKOR 8)
=
=
=
=
4. Dik: aθ = 0,2 m/s2 R = 50 cm = 0,5m VO = 4 m/s
126
(
2
)
=2
=
t = 4 sekon Dit: Vt=4 s ? Penyelesaian: =
=(
−
)+
= (0,2 4) + 4 = 4,8 m/s
Jadi, Kecepatan linier balok itu adalah, 4,8 m/s (SKOR 5) 5. Dik: ω1 = 30π rad/s ω2 = 45π rad/s t = 30 sekon Dit: α ? Penyelesaian: α= =
∆
π
=
π
/ 127
Jadi, percepatan sudut tongkat tersebut dalam selang waktu 30 detik adalah PENUTUP
13. Guru
/
(SKOR 5)
memberikan 13. Memperhatikan dan mengajukan pertanyaan apabila 15 menit Lembar
penguatan tentang materi
ada yang tidak dimengerti
soal
yang telah disampaikan 14. Guru
memberikan 14. Kelompok yang terbaik menerima penghargaan yang
penghargaan
kepada
kelompok yang terbaik. 15. Guru
memberikan
diberikan guru, dan kelompok lain menyelamatinya dengan tepuk tangan
soal 15. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir pembelajaran
untuk hasil evaluasi (soal evaluasi di lampirkan)
Lembar Evaluasi 1 1. Sebutkan sifat-sifat dari gerak melingkar beraturan (minimal 3)! (SKOR 5) 2. Sebuah roda yang berjari-jari 25 cm berputar dengan frekuesi 4 Hz. Berapakah kelajuan linier sebuah titik pada tepi roda itu? (SKOR 5) Kunci Jawaban Evaluasi 2 128
1. Sifat-sifat gerak melingkar: a. Lintasannya berbentuk lingkaran b. Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap) c. Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah) d. Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana arah percepatan sentripetalnya selalu menuju pusat lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran. 2. Dik: R= 25 cm = 25 x 10-2m f = 4 Hz Dit: v = ? Penyelesaian: V=ωxR = 2πf x R = 2π x 4 x 25 x 10-2= 2π m/s
Kunci Jawaban Lembar LKS 2 1. Perubahan posisi adalah perubahan gerak benda dilihat dari keberadaan atau posisi awal menjadi posisi akhir. (SKOR 2) 2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar (SKOR 10) Linear
Angular
Hubungan
s satuan (m)
θ satuan (rad)
s = θ.R
129
V satuan (m/s)
ω satuan (rad/s)
V=ω.R
a satuan (m/s2)
α satuan (rad/s2)
a = α .R
3. Dik: ω = 30 rpm = 30 x
= π rad/s
asp = 2 m/s2 Dit: R = ? Penyelesaian: =
(SKOR 6)
=
=
=
(
2
)
=2
=
4. Dik: aθ = 0,2 m/s2 R = 50 cm = 0,5m VO = 4 m/s t = 4 sekon Dit: Vt=4 s ? Penyelesaian: =
=(
−
)+ 130
= (0,2 4) + 4 = 4,8 m/s
Jadi, Kecepatan linier balok itu adalah, 4,8 m/s (SKOR 6) 5. Dik: ω1 = 30π rad/s ω2 = 45π rad/s t = 30 sekon Dit: α ? Penyelesaian: α= = =
∆
π
π
/
Jadi, percepatan sudut tongkat tersebut dalam selang waktu 30 detik adalah
131
/
(SKOR 6)
132
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) (Pertemuan kedua)
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi Indikator 1. Menerapkan besaran kecepatan sudut dan percepatan sudut dalam masalah sehari-hari 2. Mendefinisikan hubungan besaran sudut dengan besaran linier 3. Memformulasikan besaran sudut dan besaran linier
Nama Kelompok: …………………………… Kelas: ……………………….. Anggota: 1. …………………………………..
5. ………………………………..
2. …………………………………..
6. ………………………………..
3. …………………………………..
7. ……………………………….
4. …………………………………..
Berdiskusilah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan teman 1 kelompokmu! 1. Apa yang kamu ketahui tentang perubahan posisi, setelah kamu mempelajari tentang gerak? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar Linear
Angular
Hubungan
…. satuan (m)
θ satuan (…..)
……..
V satuan (…..)
… satuan (.….)
……..
… satuan (…..)
… satuan (…..)
a = θ.R
133
3. Seekor lalat hinggap pada sebuah piringan hitam yang berputar pada 30 rpm. Percepatan sentripetal yang dialami lalat tersebut besarnya 2 m/s2. Berapakah jarak lalat ke pusat piringan hitam tersebut? (catatan: 1 rpm = 1 putaran per menit) Dik: ……………………………………………………………………………... Dit: ……………………………………………………………………………… Penyelesaian:…………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………...… …………………………………………………………………………………..
4. Perhatikan gambar di samping Jika balok kecil tersebut mengalami percepatan 0,2 m/s2, R= 50 cm dan bergerak dengan kecepatan awal VO. kecepatan linier balok pada saat 4 sekon adalah 4,8m/s. Berapakah kecepatan awal balok tersebut? ………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Pada saat tongkat diputar dari salah satu ujungnya ternyata kecepatan anguler tongkat dapat berubah dari 30π rad/s menjadi 45π rad/s dalam selang waktu 30 detik. Berapakah percepatan sudut tongkat tersebut? …………………….. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………........... ..............................................................................................................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester
: X/I
Mata Pelajaran
: Fisika
Konsep
: Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan
: M-IPA
Alokasi Waktu
: 1 x 40’
Kompetensi Inti KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2
: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
134
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menganalisis hubungan roda-roda pada masalah sehari-hari melalui diskusi 2. Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda melalui latihan soal
Alat/Media/Bahan Media
: Power point dan animasi flash
Bahan ajar
: Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
Model Pembelajaran Model Guided Discovery Learning Jerome Brunner
135
Hubungan Roda-roda
\ Bagaimanakah hubungan roda-roda yang ada pada gambar di atas? Gir belakang dan roda memiliki pusat yang sama (ω sama) hubungan seperti ini disebut roda sepusat. Hubungan kedua adalah gir belakang dan gir depan. Kedua gir itu terhalang dengan tali (rantai) sehingga berputar bersama dengan kecepatan linier titik yang bersinggungan sama (v sama). Hubungan seperti ini disebut roda bersinggungan. Dari penjelasan di atas dapat dipertegas bahwa pada dasarnya hubungan roda-roda ada dua jenis dan memenuhi hubungan berikut : Roda Sepusat
Roda bersinggungan
136
Pertemuan Ketiga Aktivitas
Tahapan Pokok PENDAHULUAN
Guru
Siswa
1. Guru membuka pelajaran dengan 1. Siswa menjawab salam dari guru.
Alokasi
Media
Waktu
Pembelajaran
2 menit
Absensi
mengucapkan salam kemudian guru mengecek kehadiran siswa. KEGIATAN INTI:
Memperoleh informasi baru
2. Sebagai apersepsi, guru memberikan 2. Siswa menerima ice breaking untuk 5 menit ice breaker untuk mengambil fokus
memfokuskan
para siswa.
pembelajaran.
diri
sebelum
3. Guru mengajukan pertanyaan yang 3. Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan roda-roda
diberikan guru mengenai hubungan
”Siapa yang suka bermain sepeda di
roda-roda.
137
Power Point
sini? hmm apakah ada yang pernah memerhatikan gir sepeda dengan bannya?”,” Baik hari ini kita akan belajar mengenai hubungan roda-roda dalam kehidupan sehari-hari”. 4. Guru meminta salah satu siswa 4. Salah satu siswa membacakan KD
Transformasi informasi
membacakan KD dan Indikator pada
dan Indikator yang ditampilkan di
pertemuan ketiga (di slide).
slide.
5. Guru memberikan penjelasan singkat 5. Siswa menyimak penjelasan yang 15 menit Power point, mengenai hubungan roda-roda yang
diberikan
ditransformasikan
melakukan diskusi kelompok.
menjadi
rumus-
guru
sebagai
bekal
rumus dalam fisika. 6. Guru membimbing siswa kembali 6. Siswa duduk dengan kelompoknya membentuk
kelompok
untuk
masing-masing.
melakukan diskusi. 7. Guru
memberikan
LKS
sebagai 7. Siswa menerima LKS dari guru
bahan diskusi untuk siswa.
untuk proses diskusi.
8. Guru melakukan penilaian aktifitas 8. Siswa melakukan diskusi dengan diskusi siswa.
kelompoknnya.
138
Animasi flash
Evaluasi
9. Guru
dan
membahas
siswa LKS
bersama-sama 9. Siswa
yang dikerjakan
dan
guru
bersama-sama 10 menit Lembar Soal
membahas hasil diskusi.
siswa sebagai evaluasi dari poses transformasi. 10. Guru
memberikan
kesempatan 10. Siswa bertanya kepada guru jika
kepada siswa untuk bertanya. PENUTUP
ada yang kurang dimengerti.
11. Guru memberikan penguatan kepada 11. Siswa
menyimak
guru
yang 8 menit
siswa untuk materi pembelajaran
memberikan penguatan mengenai
pada hari ini.
pembelajaran hari ini.
12. Guru memberikan apersiasi pada 12. Kelompok yang mendapat nilai kelompok
yang
mendapat
nilai
tertinggi mendapat apersiasi dari
tertinggi pada pelaksanaan diskusi.
guru dan kelompok lain.
13. Guru memberikan lembar Evaluasi.
13. Siswa
mengerjakan
lembar
evaluasi yang diberikan guru. 14. Guru
dan
siswa
bersama-sama 14. Siswa dan guru bersama-sama
menutup pertemuan pada hari ini.
menutup pertemuan pada hari ini.
139
Lembar Evaluasi 3 1. Apa hubungan perumusan roda sepusat dan roda yang saling berhubungan? (SKOR 6) 2. Seekor belalang hinggap di tepi piringan hitam berdiameter 24 cm, yang sedang berputar. Ternyata kelajuan linier belalang tersebut 40 cm/s. Jika belalang tersebut hinggap pada jarak 8 cm dari tepi piringan hitam, berapakah kelajuan linier yang dialaminya? (SKOR 6)
Kunci Jawaban Evaluasi 3
1.
140
2. Dik: d = 24 cm, R1 = 12 cm V1 = 40 cm/s R2 = 4 cm Dit: V2 = ? Penyelesaian: =
4
= 12
/
=
4
V2 = 13,33 cm/s
141
Kunci Jawaban LKS 3 1. Memasang gir depan lebih besar dari gir belakang agar kayuhan lebih sedikit, dan jarak yang ditembuh lebih panjang. hal ini dikarenakan pemasanagn roda bersinggungan dengan menggunakan rantai akan menghasilkan kecepatan yang sama, dengan gir depan yang lebih besar kita mengkayuh sedikit tapi posisi sudutnya banyak sehingga gir belakang yang lebih kecil akan bergerak cepat dan mencapai jarak yang lebih jauh karena gir belakang sepusat dengna roda yang jari-jarinya lebih besar, sehingga kecepatan sudut roda lebih besar pula. 2. Dik: Da=2 x Db R A = 2 x RB Roda saling bersinggungan dihubungkan dengan tali, maka VA=VB Dit: Hubungan ωA dengan ωB ?\ Jawab: VA=VB ωA x R A = ωB x R B ωA x 2RB = ωB x RB ωA = ωB
142
143 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) (Pertemuan ketiga)
Kompetensi Dasar 4.5 Menyajikan ide/gagasan terkait gerak melingkar (misalnya pada hubungan roda-roda) Indikator 1. Menganalisis hubungan roda-roda pada masalah sehari-hari melalui diskusi 2. Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda
Nama Kelompok: …………………………… Kelas: ……………………….. Anggota:
Waktu: 15 menit
1. …………………………………..
5. ………………………………..
2. …………………………………..
6. ………………………………..
3. …………………………………..
7. ……………………………….
4. ………………………………….. Berdiskusilah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan teman 1 kelompokmu! 1. Bagaimana menurut pendapat kamu untuk membuat sepeda olahraga agar kayuhan yang dihasilkan sedikit tetapi jarak yang ditempuh banyak, dengan mengaitkan hubungan roda dalam konsep fisika (bagaimana gir depan dan gir belakangnya) ? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ..................................................................................................................... 2. Dua buah roda A dan B dihubungkan dengan tali, apabila diameter roda A dua kali dari diameter roda B. Tentukanlah hubungan kecepatan sudut kedua roda tersebut!................................................................................................................. ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... .....................................................................................................................
Lampiran B: Instrumen Penelitian 1. Soal Pretest-Posttest 2. Lembar Observasi 3. Kuesioner 4. Lembar Uji Referensi
144
145
Soal Pretest 1. Sebuah batu diikat dengan benang yang panjangnya 40 cm dan diputar secara horizontal. batu memiliki frekuensi 20 Hz. Batu tersebut mengalami putaran sebanyak 100 kali, Berapakah waktu yang diperlukan batu tersebut? 2. Sebuah benda yang bergerak pada lintasan pada lintasan melingkar memiliki jari-jari 0,5 m. Partikel itu mampu menempuh sudut 60π rad dalam 15 sekon. Berapakah kecepatan sudut benda? 3. Pada saat tongkat diputar dari salah satu ujungnya ternyata kecepatan anguler tongkat dapat berubah dari 30π rad/s menjadi 45π rad/s dalam selang waktu 30 detik. Berapakah percepatan sudut tongkat tersebut? 4. Perhatikan gambar berikut
Jika balok kecil tersebut mengalami percepatan 0,2 m/s2, R= 50 cm dan bergerak dengan kecepatan awal VO. kecepatan linier balok pada saat 4 sekon adalah 4,8m/s. Berapakah kecepatan awal balok tersebut? 5. Perhatikan sistem roda yang terlihat pada gambar di samping ini:
rA=15 cm, rB = 30 cm dan r C = 5 cm. Jika untuk memutar titik-titik di tepi roda B sebesar 15 m/s maka diperlukan gerak roda A. Berapakah kecepatan linier titik-titik di tepi roda C?
146
Soal Posttest 1.Sebuah batu diikat dengan benang yang panjangnya 40 cm dan diputar secara horizontal. batu memiliki frekuensi 20 Hz. Batu tersebut mengalami putaran sebanyak 100 kali, Berapakah waktu yang diperlukan batu tersebut? 2.Sebuah benda yang bergerak pada lintasan pada lintasan melingkar memiliki jari-jari 0,5 m. Partikel itu mampu menempuh sudut 60π rad dalam 15 sekon. Berapakah kecepatan sudut benda? 3.Pada saat tongkat diputar dari salah satu ujungnya ternyata kecepatan anguler tongkat dapat berubah dari 30π rad/s menjadi 45π rad/s dalam selang waktu 30 detik. Berapakah percepatan sudut tongkat tersebut? 4.Perhatikan gambar berikut
Jika balok kecil tersebut mengalami percepatan 0,2 m/s2, R= 50 cm dan bergerak dengan kecepatan awal VO. kecepatan linier balok pada saat 4 sekon adalah 4,8m/s. Berapakah kecepatan awal balok tersebut? 5.Perhatikan sistem roda yang terlihat pada gambar di samping ini:
rA=15 cm, rB = 30 cm dan r C = 5 cm. Jika untuk memutar titik-titik di tepi roda B sebesar 15 m/s maka diperlukan gerak roda A. Berapakah kecepatan linier titik-titik di tepi roda C?
147
Lembar Observasi untuk siswa
LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI (Pertemuan ke- ) Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Program
: X- /M-IPA
Kompetensi
: KD 3.5 dan 4.5
No Klmpk 1. 2. 3. 4.
1
5. 6. 7. 8. 9. 10.
2
11. 12. 13. 14. 15. 16.
3
17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
4
Nama Siswa
Observasi Aktfts
Krjasama
Kdisplinan
Ranah
Total
Kognitif
Skor
Nilai
148
24. 25. 26. 27. 28. 29.
5
30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
6
37. 38. 39.
Keterangan pengisian skor Sangat tinggi : 4 Tinggi
:3
Cukup tinggi : 2 Kurang
:1
149
KUESIONER KETERTARIKAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA
Nama
: …………………………………….
Kelas/Jurusan : ……………………………………. Asal Sekolah
: …………………………………….
Jenis Kelamin : L / P
Petunjuk: 1. Pada angket ini terdapat 20 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran FISIKA. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.. 2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jangan terpengaruh oleh jawaban dari pernyataan lain. 3. Beri tanda centang () pada pilihan jawabanmu di kuesioner ini. Terimakasih.
Keterangan Pilihan Jawaban: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
R
= Ragu-Ragu
TS
= Tidak Setuju
STS
= Sangat Tidak Setuju
No. 1.
Respon
Pernyataan Saya
sekarang
paham
SS tentang
gerak
melingkar dan contoh aplikasinya 2.
Hal-hal yang saya pelajari dalam pelajaran fisika akan bermanfaat bagi saya.
3.
Pelajaran fisika kurang menarik bagi saya.
S
R
TS
STS
150
4.
Saya sekarang paham hubungan besaran gerak linier dan gerak melingkar
5.
Saya perlu keberuntungan agar mendapat nilai yang baik dalam pelajaran fisika.
6.
Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil dalam pelajaran fisika.
7.
Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi pelajaran fisika dengan sesuatu yang telah saya ketahui.
8.
Guru membuat suasana menjadi tegang saat menjelaskan materi fisika.
9.
Materi pelajaran fisika terlalu sulit bagi saya.
10.
Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalam pelajaran fisika, hal itu tergantung pada saya.
11.
Saya puas dengan penilaian yang diberikan oleh guru.
12.
Saya merasa puas dengan apa yang saya peroleh dari pelajaran fisika.
13.
Saya merasa mampu dalam memecahkan soal gerak melingkar beraturan.
14.
Untuk mencapai cita-cita saya, penting bagi saya untuk berhasil dalam pelajaran fisika.
15.
Guru
menggunakan
bermacam-macam
teknik mengajar yang menarik. 16.
Saya berpendapat bahwa saya tidak akan memperoleh
banyak
keuntungan
dari
pelajaran fisika. 17.
Saya sering melamun di dalam kelas saat pelajaran fisika.
151
18.
Saya merasa mengalami kesulitan menjawab soal pada bagian pemilihan penggunaan rumus yang digunakan
19.
Saya merasa agak kecewa dengan pelajaran fisika.
20.
Saya
merasa
memperoleh
cukup
penghargaan terhadap hasil belajar saya dalam pelajaran fisika, baik dalam bentuk nilai, komentar atau masukan lain.
pernyataan positif: 1, 2, 4,10,11,12,13,14,15,20 Pernyataan negatif: 3, 5, 6,7,8,9,16,17,18,19 Kuesioner ini akan dianalisis dengan skala Likert.
152
Dalam bentuk % No
Pernyataan
Kelas
Kelas
Kontrol Eksperimen 1
2 3 4
5
6
7
8 9 10 11 12
13
14 15
Saya sekarang paham tentang gerak melingkar dan contoh
63
70
78
87
33
33
58
67
41
37
71
65
40
37
27
20
40
29
91
91
64
75
63
78
55
74
71
86
72
91
aplikasinya Hal-hal yang saya pelajari dalam pelajaran fisika akan bermanfaat bagi saya. Pelajaran fisika kurang menarik bagi saya. Saya sekarang paham hubungan besaran gerak linier dan gerak melingkar Saya perlu keberuntungan agar mendapat nilai yang baik dalam pelajaran fisika. Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil dalam pelajaran fisika. Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi pelajaran fisika dengan sesuatu yang telah saya ketahui. Guru membuat suasana menjadi tegang saat menjelaskan materi fisika. Materi pelajaran fisika terlalu sulit bagi saya. Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalam pelajaran fisika, hal itu tergantung pada saya. Saya puas dengan penilaian yang diberikan oleh guru. Saya merasa puas dengan apa yang saya peroleh dari pelajaran fisika. Saya merasa mampu dalam memecahkan soal gerak melingkar beraturan. Untuk mencapai cita-cita saya, penting bagi saya untuk berhasil dalam pelajaran fisika. Guru menggunakan bermacam-macam teknik mengajar yang
153
menarik. 16 17 18 19
Saya berpendapat bahwa saya tidak akan memperoleh banyak
31
11
28
24
57
34
39
18
65
83
keuntungan dari pelajaran fisika. Saya sering melamun di dalam kelas saat pelajaran fisika. Saya merasa mengalami kesulitan menjawab soal pada bagian pemilihan penggunaan rumus yang digunakan Saya merasa agak kecewa dengan pelajaran fisika. Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil
20
belajar saya dalam pelajaran fisika, baik dalam bentuk nilai, komentar atau masukan lain.
Lampiran C: Analisis Data Hasil Pengambilan Sampel 1. Skor Data Uji Validasi 2. Reliabilitas Tes 3. Kelompok Unggul dan Asor 4. Daya Pembeda 5. Tingkat Kesukaran 6. Korelasi Skor Butir dengan Skor Total 7. Rekap Analisis
155
Lampiran D: Analisis Data Hasil Penelitian 1. Skor Kelas Kontrol (Pretest-Posttest) 2. Skor Kelas Eksperimen (Pretest-Posttest) 3. Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen 4. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen 5. Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen 6. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen 7. Distribusi Fekuensi Pretest Kelompok Kontrol 8. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol 9. Distribusi Fekuensi Posttest Kelompok Kontrol 10.Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol 11.Perhitungan Uji Homogenitas Pretest 12.Perhitungan Uji Homogenitas Posttest 13.Perhitungan Uji Hipotesis Pretest 14.Perhitungan Uji Hipotesis Posttest
164
1. Skor Kelas Kontrol (Pretest-Posttest) No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
SISWA 1 SISWA 2 SISWA 3 SISWA 4 SISWA 5 SISWA 6 SISWA 7 SISWA 8 SISWA 9 SISWA 10 SISWA 11 SISWA 12 SISWA 13 SISWA 14 SISWA 15 SISWA 16 SISWA 17 SISWA 18 SISWA 19 SISWA 20 SISWA 21 SISWA 22 SISWA 23 SISWA 24 SISWA 25 SISWA 26 SISWA 27 SISWA 28 SISWA 29 SISWA 30
Kelompok Kontrol Pretest Postetst 25 80 45 75 10 25 30 70 25 70 35 50 20 50 25 65 55 70 35 85 25 90 35 80 30 50 25 75 30 80 10 65 25 55 45 60 25 55 30 90 50 65 55 75 30 90 25 60 40 60 15 60 25 70 40 90 20 60 25 70
165
2. Skor Kelas Eksperimen (Pretest-Posttest) NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
SISWA 1 SISWA 2 SISWA 3 SISWA 4 SISWA 5 SISWA 6 SISWA 7 SISWA 8 SISWA 9 SISWA 10 SISWA 11 SISWA 12 SISWA 13 SISWA 14 SISWA 15 SISWA 16 SISWA 17 SISWA 18 SISWA 19 SISWA 20 SISWA 21 SISWA 22 SISWA 23 SISWA 24 SISWA 25 SISWA 26 SISWA 27 SISWA 28 SISWA 29 SISWA 30
Kelompok Eksperimen PRETEST POSTTEST 25 90 20 95 40 75 35 60 40 75 40 60 15 95 45 75 40 70 35 90 20 65 30 80 30 80 30 60 30 60 25 60 20 75 20 65 30 90 30 95 50 90 20 80 20 75 25 70 40 90 45 50 45 95 50 70 15 60 15 60
166
3. Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen a. Sebaran Data Nilai Pretest 15 20 25 30 40 45
15 20 25 30 40 45
15 20 30 30 40 45
20 20 30 35 40 50
20 25 30 35 40 50
b. Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat diterapkan langkah-langkah berikut: 1) Menentukan jangkauan data/range (R) Nilai maksimum = 50 Nilai Minimum = 15 R = nilai maksimum – nilai minimum = 50 – 15 = 35 2) Menentukan banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 Log n …. n= banyaknya data = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,47) = 5,81 ≈ 6 Jadi banyaknya kelas adalah 6 3) Menentukan panjang kelas/interval (i) i=
=
= 5,83 ≈ 6
4) Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya. Sehingga diperoleh:
167
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Nilai f Xi Xi2 fi.Xi fi.Xi2 15-20 9 17,5 306,25 157,5 2756,25 21-26 3 23,5 552,25 70,5 1656,75 27-32 6 29,5 870,25 177 5221,50 33-38 2 35,5 1260,25 71 2520,50 39-44 5 41,5 1722,25 207,5 8611,25 45-50 5 47,5 225625 237,5 11281,25 Jumlah 30 195 6967,5 921 32047,5 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest kelompok eksperimen ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilainilai tersebut c. Perhitungan rata-rata/Mean (X) =
∑ ∑
=
921 = 30,7 30
d. Perhitungan Median (Me) =
+
1 2 −
Keterangan: b = batas bawah median p = panjang batas median n = banyaknya data F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median f = frekuensi kelas median
=
+
1 2 −
1 30 − 12 = 26,5 + 6 2 6
Me = 29,5
168
e. Perhitungan Modus (Mo) =
+
=
+
+
Keterangan: b = batas bawah kelas modus p = panjang kelas modus b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
= 38,5 + 6
Mo = 44,5
+
3 3+0
f. Perhitungan Varians (s)
= =
∑
−
(∑
−1
32037,5 −
s = 11,4
29
)
(921) 30
169
4. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen Perhitungan uji normalitas menggunakan uji Liliefors, karena data yang digunakan dapat dijadikan data tunggal atau data frekuensi tunggal. Tabel 2 Distribusi Pengolahan Data No 1 2 3 4 5 6 7 8 Σ
Xi 15 20 25 30 35 40 45 50
fi 3 6 3 6 2 5 3 2 30
fi.Xi 45 120 75 180 70 200 135 100 925
(Xi- ) -15,8 -10,8 -5,8 -0,8 4,2 9,2 14,2 19,2 13,6
(yi- )2 249,64 116,64 33,64 0,64 17,64 84,64 201,64 368,64 1073,12
f.(yi- )2 748,92 699,84 100,92 3,84 35,28 423,2 604,92 737,28 3354,2
Tabel 3 Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen No
Xi
fi
1 15 3 2 20 6 3 25 3 4 30 6 5 35 2 6 40 5 7 45 3 8 50 2 Σ 30 Keterangan:
fkum ≤ 3 9 12 18 20 25 28 30
Zi
Z tabel
F(Zi)
S(Zi)
I F(Zi)-S(Zi) I
-1,46 -1,00 -0,54 -0,07 0,39 0,85 1,31 1.78
0,4279 0,3413 0,2054 0,0279 0,1517 0,3023 0,4049 0,4625
0,0721 0,1587 0,2964 0,4721 0,6517 0,8023 0,9049 0,9625
0,100 0,300 0,400 0,600 0,667 0,833 0,933 1
0,0279 0,1413 0,1036 0,1279 0,0153 0,0307 0,0284 0,0375
(rata-rata) = 30,7 s
= 11,4 Dari uji normalitas dengan uji Lilliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel,
(0,1413 < 0,161) dengan derajat signifikansi 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
170
5. Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen Sebaran Data Nilai Posttest 50 60 70 75 80 90
60 60 70 75 90 95
60 65 70 75 90 95
60 65 75 80 90 95
60 65 75 80 90 95
a. Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat diterapkan langkah-langkah berikut: 1) Menentukan jangkauan data/range (R) Nilai maksimum = 95 Nilai Minimum = 50 R = nilai maksimum – nilai minimum = 95 - 50 = 45 2) Menentukan banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 Log n …. n= banyaknya data = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,47) = 5,81 ≈ 6 Jadi banyaknya kelas adalah 6 3) Menentukan panjang kelas/interval (i) i=
=
= 7,5 ≈ 8
4) Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya. Sehingga diperoleh:
171
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Nilai 50-57 58-65 66-73 74-81 82-89 90-97 Jumlah
f 1 9 3 8 0 9 30
xi 53,5 61,5 69,5 77,5 85,5 93,5 441
xi2 2862,25 3782,25 4830,25 6006,25 7310,25 8742,25 33533,5
fi.xi 53,5 553,5 208,5 620,0 0 841,5 2277
fi.xi2 2862,25 3404,25 14490,75 48050 0 78680,25 178123,5
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai posttest kelompok eksperimen ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilainilai tersebut. b. Perhitungan rata-rata/Mean (X) =
∑ ∑
=
2277 = 75,9 30
c. Perhitungan Median (Me) =
+
1 2 −
+
1 2 −
Keterangan: b = batas bawah median p = panjang batas median n = banyaknya data F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median f = frekuensi kelas median
=
1 30 − 13 = 73,5 + 6 2 8
Me = 75
172
d. Perhitungan Modus (Mo) =
+
+
Keterangan: b = batas bawah kelas modus p = panjang kelas modus b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
( ( ( (
=
+
+
) = 57,5 + 6 ) = 60,9
) = 89,5 + 6 ) = 95,5
8 8+6 9 9
e. Perhitungan Varians (s)
= =
∑
−
(∑
−1
178123,5 −
s = 13,52
29
)
(2277) 30
173
6. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen Tabel 5 Distribusi Pengolahan Data No 1 2 3 4 5 6 7 8 Σ
Xi 50 60 65 70 75 80 90 95
fi 1 6 3 3 5 3 5 4 30
fi.Xi 50 360 195 210 375 240 450 380 2260
(Xi- ) -25,3 -15,3 -10,3 -5,3 -0,3 4,7 14,7 197
(Xi- )2 640,09 234,09 106,09 28,09 0,09 22,09 216,09 388,09 1634,72
f.(Xi- )2 640,09 1404,54 318,27 84,27 0,45 66,27 1080,45 1552,36 5146,7
Tabel 6 Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen No
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 Σ
50 60 65 70 75 80 90 95
fi
1 6 3 3 5 3 5 4 30 Keterangan:
fkum ≤ 1 7 10 13 18 21 26 30
Zi
Ztabel
F(Zi)
S(Zi)
I F(Zi)-S(Zi) I
-1,90 -1,15 -0,77 -0,40 -0,02 0,35 1,11 1,48
0,4713 0,3749 0,2794 0,1554 0,0080 0,1368 0,3665 0,4306
0,0287 0,1251 0,2206 0,3446 0,4920 0,6368 0,8665 0,9306
0,0033 0,2333 0,3333 0,4333 0,6000 0,7000 0,8666 1,0000
0,0254 0,1082 0,1127 0,0887 0,1080 0,0632 0,0001 0,0694
(rata-rata) = 75,9 s
= 13,52 Dari uji normalitas dengan uji Lilliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel,
(0,1127 < 0,161) dengan derajat signifikansi 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
174
7. Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol a. Sebaran Data Nilai Pretest 10 25 25 30 35 45
10 25 25 30 35 45
15 25 25 30 35 50
20 25 25 30 40 55
20 25 25 30 40 55
b. Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat diterapkan langkah-langkah berikut: 1) Menentukan jangkauan data/range (R) Nilai maksimum = 55 Nilai Minimum = 10 R = nilai maksimum – nilai minimum = 55 - 10 = 45 2) Menentukan banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 Log n …. n= banyaknya data = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,47) = 5,81 ≈ 6 Jadi banyaknya kelas adalah 6 3) Menentukan panjang kelas/interval (i) i=
=
= 7.5 ≈ 8
4) Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya. Sehingga diperoleh:
175
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Nilai 10-17 18-25 26-33 34-41 42-49 50-57 Jumlah
f 3 12 5 5 2 3 30
xi 13,5 21,5 29,5 37,5 45,5 53,5 201
xi2 182,25 462,25 870,25 1406,25 2070,25 2862,25 7853,5
fi.xi 40,5 258 147,5 187,5 91 160,5 885
fi.xi2 546,75 5547 4351,25 7031,25 4140,50 8586,75 30203,5
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest kelompok kontrol ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. c. Perhitungan rata-rata/Mean (X) =
∑ ∑
=
885 = 29,5 30
d. Perhitungan Median (Me) =
+
1 2 −
Keterangan: b = batas bawah median p = panjang batas median n = banyaknya data F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median f = frekuensi kelas median 1 2 − = + 1 30 − 3 = 17,5 + 6 2 12
Me = 23,5
176
e. Perhitungan Modus (Mo) =
+
=
+
+
Keterangan: b = batas bawah kelas modus p = panjang kelas modus b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
(
+
) = 25,5 + 6
(
) = 31,5
7 7
f. Perhitungan Varians (s)
= =
∑
−
(∑
−1
30203,5 −
s = 11,5
29
)
(885) 30
177
8. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol Tabel 8 Distribusi Pengolahan Data No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Σ
Xi 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
fi 2 1 2 10 5 3 2 2 1 2 30
fi.Xi 20 15 40 250 150 105 80 90 50 110 910
(Xi- ) -19,5 -14,5 -9,5 -4,5 0,5 5,5 10,5 15,5 20,5 25,5
(Xi- )2 380,25 210,25 90,25 20,25 0,25 30,25 110,25 240,25 420,25 650,25 2152,5
f.(Xi- )2 760,50 210,25 180,50 202,50 1,25 90,75 220,5 480,5 420,25 1300,5 3867,5
Tabel 9 Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol No
Xi
1 10 2 15 3 20 4 25 5 30 6 35 7 40 8 45 9 50 10 55 Σ Keterangan:
fi 2 1 2 10 5 3 2 2 1 2 30
fkum ≤ 2 3 5 15 20 23 25 27 28 30
Zi
Ztabel
F(Zi)
S(Zi)
I F(Zi)-S(Zi) I
-1,69 -1,26 -0,83 -0,39 0,04 0,48 0,91 1,35 1,78 2,22
0,4545 0,3962 0,2967 0,1517 0,0160 0,1844 0,3186 0,4115 0,4625 0,4878
0,0455 0,1032 0,2033 0,3483 0,5160 0,6844 0,8186 0,9115 0,9625 0,9878
0,0666 0,1000 0,1666 0,5000 0,6666 0,7666 0,8333 0,9000 0,9333 1,0000
0,0211 0,0032 0,0367 0,1517 0,1506 0,0822 0,0147 0,0115 0,0292 0,0122
(rata-rata) = 29,5 s
= 11,5 Dari uji normalitas dengan uji Lilliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel,
(0,1517 < 0,161) dengan derajat signifikansi 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
178
9. Distribusi Fekuensi Posttest Kelompok Kontrol a. Sebaran Data Nilai Posttest 25 55 60 70 75 85
50 60 65 70 75 90
50 60 65 70 80 90
50 60 65 70 80 90
55 60 70 75 80 90
b. Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat diterapkan langkah-langkah berikut: 1) Menentukan jangkauan data/range (R) Nilai maksimum = 90 Nilai Minimum = 25 R = nilai maksimum – nilai minimum = 90 - 25 = 65 2) Menentukan banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 Log n …. n= banyaknya data = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,47) = 5,81 ≈ 6 Jadi banyaknya kelas adalah 6 3) Menentukan panjang kelas/interval (i) i=
=
= 10,8 ≈ 11
4) Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya. Sehingga diperoleh:
179
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Nilai 25-35 36-46 47-57 58-68 69-79 80-90 Jumlah
f 1 0 5 8 8 8 30
xi2 900 1681 2704 3969 5476 7225 21955
xi 30 41 52 63 74 85 345
fi.xi 30 0 260 504 592 680 2066
fi.xi2 900 0 13520 31752 43808 57800 147780
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. c. Perhitungan rata-rata/Mean (X) =
∑ ∑
=
2066 = 68,8 30
d. Perhitungan Median (Me) =
+
1 2 −
+
1 2 −
Keterangan: b = batas bawah median p = panjang batas median n = banyaknya data F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median f = frekuensi kelas median
=
1 30 − 14 = 68,5 + 11 2 8
Me = 69,875
180
e. Perhitungan Modus (Mo) =
+
+
Keterangan:
b = batas bawah kelas modus p = panjang kelas modus b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya =
+
+
= 57,5 + 11
Mo = 68,5
3 3
f. Perhitungan Varians (s)
= =
∑
−
(∑
−1
)
(2066) 30 29
147780 −
s = 14,8
181
10. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol Tabel 11 Distribusi Pengolahan Data No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Σ
yi 25 50 55 60 65 70 75 80 85 90
fi 1 3 2 5 3 5 3 3 1 4 30
fi.yi 25 150 110 300 195 350 225 240 85 360 2040
(yi-Y) -43 -18 -13 -8 -3 2 7 12 17 22
(yi-Y)2 1849 324 169 64 9 4 49 144 289 484 3385
f.(yi-Y)2 1849 972 338 320 27 20 147 432 289 1936 6330
Tabel 12 Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol No
yi
fi
1 25 1 2 50 3 3 55 2 4 60 5 5 65 3 6 70 5 7 75 3 8 80 3 9 85 1 10 90 4 Σ 30 Keterangan:
fkum ≤ 1 4 6 11 14 19 22 25 26 30
Zi
Ztabel
F(Zi)
S(Zi)
I F(Zi)-S(Zi) I
-2.9 -1.22 -0.88 -0.54 -0.2 0.13 0.47 0.81 1.15 1.49
0.4981 0.3888 0.3106 0.2054 0.0793 0.0517 0.1808 0.291 0.3749 0.4319
0.0019 0.1112 0.1892 0.2946 0.4207 0.5517 0.6808 0.791 0.8749 0.9319
0.0333 0.1333 0.2 0.3666 0.4666 0.6333 0.7333 0.8333 0.8666 1
0.0314 0.0221 0.0108 0.072 0.0459 0.0816 0.0525 0.0423 0.0008 0.0681
(rata-rata) = 68,8 s
= 18,8 Dari uji normalitas dengan uji Lilliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel,
(0,0816 < 0,161) dengan derajat signifikansi 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
182
11. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest =
Keterangan: F: nilai uji F S12 : Varian terbesar S22 : Varian terkecil Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah: Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho ditolak jika Fh > Ft dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen. = =
∑ ∑
Dengan:
− −1
− −1
=
= 129,8
= 132,3
=
132,3 = , 129,8
: Varian kelompok eksperimen : Varian kelompok kontrol
Perhitungan Ftabel df pembilang = 30-1 = 29 df penyebut = 30-1 = 29 F(24,30) = 1,890 F(30,40) = 1,740 F(
,
)
=
6(1,890) + 10(1,740) = 1,796 16
Didapat Ftabel dengan pembilang df = 30-1=29 dan penyebut df = 30-1 = 29
didapat Ftabel = 1,796 (dengan taraf signifikansi α = 0,05). Fhitung < Ftabel (1,019 < 1,796). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
183
12. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest =
Keterangan: F: nilai uji F S12 : Varian terbesar S22 : Varian terkecil Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah: Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho ditolak jika Fh > Ft dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen. = =
∑
=182,8
∑
=
Dengan:
= 219,04
=
,
,
= 1,198
: Varian kelompok eksperimen : Varian kelompok kontrol
Perhitungan Ftabel df pembilang = 30-1 = 29 df penyebut = 30-1 = 29 F(24,30) = 1,890 F(30,40) = 1,740 F(
,
)
=
6(1,890) + 10(1,740) = , 16
Didapat Ftabel dengan pembilang df = 30-1=29 dan penyebut df = 30-1=29
didapat Ftabel = 1,796 (dengan taraf signifikansi α = 0,05). Fhitung < Ftabel (1,198<1,796). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
184
13. Perhitungan Uji Hipotesis Pretest
thitung =
Sgab = thitung =
dimana Sgab = (
) ,
(
, ,
)
,
,
(
)
(
)
=11,45
= 1,58
Dari tabel distribusi t untuk α = 0,05 dan dk = nk + nE – 2 = 58 akan didapat nilai ttabel. Bila nilai ttabel tidak ada, hanya ada nilai ttabel dk = 40 dan dk = 60, penentuan nilai ttabel untuk dk = 58 dilakukan dengan cara interpolasi. Penentuan nilai ttabel dengan interpolasi dilakukan dengan menggunakan rumus interpolasi sebagai berikut: C=
(
+(
= 2,021 +
) ( ,
)
( −
= 2,021 – 0,0189
,
)
)
(58 − 40)
= 2,002 2,002 > 1,58 atau ttabel > thitung
185
14. Perhitungan Uji Hipotesis Posttest
thitung =
Sgab = thitung =
dimana Sgab = (
) ,
(
, ,
)
,
,
(
)
(
)
=14,17
= 2,060
Dari tabel distribusi t untuk α = 0,05 dan dk = nk + nE – 2 = 58 akan didapat nilai ttabel. Bila nilai ttabel tidak ada, hanya ada nilai ttabel dk = 40 dan dk = 60, penentuan nilai ttabel untuk dk = 58 dilakukan dengan cara interpolasi. Penentuan nilai ttabel dengan interpolasi dilakukan dengan menggunakan rumus interpolasi sebagai berikut: C=
(
+(
= 2,021 +
) ( ,
)
( − ,
= 2,021 – 0,0189
)
)
(58 − 40)
= 2,002 Karena 2,060 > 2,002 atau thitung > ttabel maka Ho ditolak yang artinya pada tingkat kepercayaan 95%
terdapat pengaruh model pembelajaran guided discovery
learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada konsep Gerak.
186
Lampiran E: Surat-surat Penelitian 1. Permohonan Izin Observasi 2. Keterangan Telah Melakukan Penelitian
187
Lampiran F: Profil SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
190
PROFIL SEKOLAH/MADRASAH A. Sejarah Singkat Sekolah/Madrasah SMA Negeri 9 Tangerang Selatan adalah SMA negeri yang terletak di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Saat ini, SMA Negeri 9 Tangerang Selatan berstatus Sekolah Model SKM-PBKL-PSB. Sebelum wilayah kecamatan Ciputat masuk ke dalam wilayah kota Tangerang Selatan, SMAN 9 Tangerang Selatan masih bernama SMA Negeri 4 Ciputat. Berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang, No.421/Kep.134-HUK/2006 tertanggal 26 April 2006, SMAN 4 Ciputat berdiri. Tidak ada gedung sekolah sebagai tempat melaksanakan pendidikan, SMAN 4 Ciputat menumpang di sebuah SMP swasta (SMP Tirta Buaran) yang beralamat di Jl. Serua Raya Bukit Indah No.12, Ciputat-Tangerang dengan biaya sewa yang sangat tinggi. Sangat dikhawatirkan jika sampai tahun yang akan datang (tahun pelajaran 2007-2008) belum memiliki gedung sedangkan jumlah siswa akan bertambah, hal ini akan menyebabkan kemungkinan besar sekolah tidak sanggup melaksanakan proses belajar mengajar karena biaya sewa akan semakin tinggi. Disamping itu, jumlah lokal ruang di SMP Tirta Buaran yang saat dijadikan tempat PBM hanya memiliki ruang belajar 8 (delapan) ruang, yang tentunya akan menjadi beban kepada para orang tua siswa yang membutuhkan jasa pendidikan sekolah bagi putra-putrinya. Hingga di penghujung tahun pelajaran 2006-2007 didapatlah lokasi yaitu di Jl. Hidup Baru Serua Raya No.31, Ciputat – Tangerang. 1 Tantangan kembali menghadang karena lokasi tempat akan dibangun gedung penuh dengan tebing. Proses pembangunan tidak ada jalan lain adalah dengan meratakan lokasi lahan yang penuh tebing dan menyiapkan akses jalan masuk ke lokasi karena memang lokasi lahan berada jauh dari jalan raya dan cukup terpencil. Setahap demi setahap mulailah berdiri SMAN 4 Ciputat, bahkan rapat calon siswa baru tahun pelajaran 2007-2008 antara orang tua murid dengan komite sekolah dilaksanakan dalam suasana sangat memprihatinkan. Tetapi dengan semangat kebersamaan, pendidikan sebagai bekal hidup siswa-siswi harus 1
http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_9_Tangerang_Selatan
190
berjalan terus. Saat itu (awal tahun pelajaran 2007-2008) pelaksanaan proses belajar mengajar hanya dengan 5 lokal ruang kelas permanen. Kepala sekolah, Tatausaha dan Guru ikhlas berpanas-panasan dan berdesakan karena menempati bedeng. Kini SMAN 4 Ciputat dengan nama SMAN 9 Tangerang Selatan telah berdiri megah.
B. Visi, Misi, dan Tujuan 1. Visi “Mewujudkan insan yang berkarakter positif, kreatif, inovatif, dan menguasai IPTEK yang berbudaya lingkungan, serta bangga sebagai Bangsa Indonesia”.
2. Misi 1) Menumbuh kembangkan kultur positif berlandaskan IMTAK 2) Membudayakan sikap kreatif, inovatif, menguasai IPTEK, dan peduli lingkungan 3) Mewujudkan Life-Skill peserta didik dengan memberdayakan Multipleintelegence 4) Memanfaatkan lingkungan dan Information Communication Technology (ICT) sebagai Media Pembelajaran 5) Menjadikan peserta didik sebagai bagian dari komunitas global yang mampu bekerjasama secara individu maupun kelompok
3. Tujuan 1) Menghasilkan insan cerdas, insan kamil dan paripurna serta meningkatkan kuantitaslulusan yang diterima di PTN setiap tahun 2) Menjadikan sekolah sebagai tempat pembentukan karakter dan penyadaran berbudaya lingkungan hidup 3) Memiliki kurikulum diversifikasi yang mengedepankan nilai-nilai budaya karakter dan lingkungan serta berbasis ICT
191
4) Mewujudkan life skill peserta didik dengan memberdayakan Multipleintelegence melalui proses pembelajaran yang bersifat kontekstual 5) Memiliki pemahaman tentang pendidikan sebagai profesi dalam melaksanakan kerangka moral, legal dan etika bekerja yang berkaitan dengan profesi pendidik 6) Warga sekolah memiliki kemampuan ICT, dan berkomunikasi bahasa inggris secara aktif
C. Guru dan Tenaga Kependidikan Di SMAN 9 Tangerang Selatan mempunyai total 81 orang pegawai sekolah. Berikut ini adalah data jumlah per-stafnya: Tabel 1.1 Pegawai Sekolah Pegawai Sekolah Kepala Sekolah Guru Tetap Guru Tidak Tetap Guru Bantu Tata Usaha Tetap Tata Usaha Tidak Tetap Pesuruh Satpam
Jumlah 1 38 16 1 10 11 4
D. Siswa Keadaan siswa di SMAN 9 Tangerang Selatan ini, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.2 Keadaan Siswa Kelas X XI XII
Jumlah Rombel 9 10 10
Siswa L 175 209 166
192
P 198 203 147
Jumlah 373 412 313
E. Identitas Sekolah Tabel 1.3 Identitas Sekolah Nama Sekolah Mulai Berdiri Surat Keputusan/SK.No/Tgl NSS/NO.DIK Status Sekolah Jenjang Akreditasi Alamat Kode Pos/Kode Area, Telepon Kelurahan Kecamatan Otonomi Daerah (Kota/Kab) Propinsi
SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan 2006 421/Kep.134.Muk/2006, 26 April 2006 301300410012/20613400 Negeri A (95, 26) Jl. Hidup Baru No. 31, Serua Raya 15414/021-74638445 Serua Ciputat Tangerang Selatan Banten
F. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di sekolah ini meliputi: Tabel 1.4 Sarana dan Prasarana Uraian 1. Ruang Kepala Sekolah 2. Ruang Guru 3. Ruang Belajar 4. Laboratorium Bahasa 5. Laboratorium Komputer 6. Laboratorium Fisika, Kimia, Biologi 7. Meeting Room 8. Perpustakaan 9. Ruang BK 10. Teacher Room Riset Center (TRCC) 11. Broadband (WiFi Zone) 12. Musholla 13. Green House 14. Toilet wanita 15. Toilet pria 16. Wastafel 17. Kantin 18. Pos Keamanan
193
Jumlah 1 1 30 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 10 1 2
G. Kegiatan Ekstrakurikuler SMA Negeri 9 memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya: 1. English Club
12. Pramuka
2. Sains Club
13. Sispala
3. Karya Ilmiah Remaja
14. Modern Dance
4. Futsal
15. Traditional Dance
5. Basket
16. Band
6. Badminton
17. Paduan Suara
7. Voli
18. Teater
8. Beladiri
19. Green Community
9. Rohis (Kerohanian Islam)
20. IT
10. Paskibra
21. Cinematography
11. Palang Merah Remaja
H. Keadaan Geografis SMAN 9 Tangerang Selatan Status Tanah/Status Bangunan Luas Bangunan Luas Pekarangan Luas Kebun Sekolah Jumlah Luas Seluruhnya
Milik 4.445 m2 3.855 m2 5.100 m2 13.400 m2
194
Lampiran G: Biodata Penulis
195
BIODATA PENULIS
Nama
: Rina Khabibah
NIM
: 109016300021
Tmpt/Tgl Lahir
: Cirebon, 26 Maret 1992
Jurusan
: Pendidikan Fisika (UIN Jakarta) dan Komunikasi (D3 Kahfi BBC)
Hobi
: Menulis, Menyanyi & Editing photograph
Aktivitas
: Kuliah KAHFI, Mengajar di Super Private Class Bintaro
Contact
: [email protected]
Motto
: Mungkin akan ada banyak keterpurukkan dalam hidup, tinggal langkahmu memilih jatuh atau bangkit dari keterpurukkan itu ^_^
Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku, guru-guruku, teman-temanku, dan dunia pendidikan di Indonesia. Tetap semangat untuk kawan kawan yang sedang beritikad baik menyelesaikan studinya, semoga tulisan ini bermanfaat. Selesai sidang skripsi merupakan gerbang awal menuju finish kita selanjutnya. “FIGHTING!!!”
195
Lampiran H: Dokumentasi Penelitian
196
Lampiran Foto-foto Penelitian Pretest-Posttest
Treatmen
Posttest
196