PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH
Nuzlia, Rachmat Sahputra, A.Ifriany Harun Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email:
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan sikap ilmiah antara siswa yang diajar menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dan yang diajar menggunakan model konvensional, serta mengetahui besarnya pengaruh model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah siswa. Bentuk penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian nonequivalent control group design. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar dan sikap ilmiah antara siswa yang diajar menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dan yang menggunakan model konvensional. Model guided discovery learning memberikan pengaruh terhadap hasil belajar sebesar 28,32% dan sikap ilmiah sebesar 25,90%, yang keduanya berkategori sedang. Kata kunci: guided discovery learning, sikap ilmiah Abstract: This research aims to determine the differences on study achievement and scientific attitudes between students who are taught by using guided discovery learning models with scientific approach and who are taught by using conventional model and also determine the influence of guided discovery learning models with scientific approach towards study achievement and students’ scientific attitude. The research form used was quasi experimental and the research design used was nonequivalent control group design. A cluster random was used as sampling technique. The result shows that there are differences on study achievement and scientific attitude between students who are taught by using guided discovery learning models with scientific approach and who are taught by using the conventional model. The guided discovery learning models with scientific approach gave impact to study achievement amount of 28.32% and scientific attitude amount of 25.90%, which both of them are categorized as moderate. Keywords: guided discovery learning, scientific attitude
1
K
urikulum merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem pendidikan. Pendidikan bisa berjalan dengan baik jika kurikulum menjadi penyangga utama dalam proses pembelajaran. Kurikulum berfungsi sebagai acuan proses pembelajaran (Yamin, 2009). Dinamika kurikulum disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi. Kurikulum selalu dikembangkan untuk mencapai proses pembelajaran yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 yang dikembangkan masih berada dalam masa percobaan sehingga hanya beberapa sekolah saja yang menggunakan kurikulum ini. Sebagian besar sekolah masih menggunakan kurikulum 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Proses pembelajaran kimia di sekolah pada umumnya masih cenderung berpusat pada guru (teacher center). Konsep-konsep kimia yang seharusnya ditemukan secara langsung oleh siswa melalui pemberian pengalaman oleh guru, tidak banyak dialami oleh siswa. Sebagian dari mereka hanya mendapatkan konsep kimia bersifat informatif. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa, artinya bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Pembelajaran kimia sampai saat ini masih dianggap sulit oleh siswa yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar mereka. Hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 2 Pontianak pada tanggal 21 November 2014 pada beberapa materi kimia menunjukkan hasil belajar yang rendah, salah satunya adalah materi asam basa. Berdasarkan data hasil belajar yang diperoleh menunjukkan bahwa penguasaan siswa pada materi Asam Basa lebih rendah dibandingkan dengan materi lainnya. Siswa masih kesulitan saat penerapan konsep dalam mengionkan Asam Basa, penggunaan rumus dalam perhitungan pH Asam Kuat-Basa Kuat dan Asam Lemah-Basa Lemah serta dalam perhitungan pH Basa. Hasil observasi pembelajaran kimia di kelas XI MIA SMAN 2 Pontianak menunjukkan guru sudah berupaya menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), namun kegiatan yang dilakukan siswa belum menunjukkan bahwa siswa tersebut aktif selama proses pembelajaran. Dominannya proses pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru mengakibatkan kurangnya ketertarikan belajar dan rendahnya hasil belajar siswa (Trianto,2010). Model pembelajaran yang baik ialah model yang sesuai dengan kenyataan dan kondisi kelas, materi yang akan dipelajari serta tujuan pembelajaran yang diinginkan (Asep Jihad & Abdul Haris, 2009). Satu diantara model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkan sikap ilmiah siswa adalah model guided discovery learning. Guided discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan melatih siswa untuk menemukan konsep secara mandiri (Mayer, 2004). Pembelajaran yang menggunakan discovery learning, siswa dilatih untuk mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan melalui sintaksnya seperti pada langkah-langkah pendekatan
2
saintifik. Tahap stimulation siswa diajak untuk mengamati dan bertanya. Tahap problem statement siswa diajak untuk bertanya dan mengumpulkan informasi. Tahap data collection siswa diajak untuk mengamati dan mengumpulkan informasi. Tahap data processing siswa diajak untuk menalar. Tahap verification siswa diajak untuk menalar, dan tahap terakhir yaitu generalization siswa diajak untuk mengomunikasikan. Model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik diyakini dapat mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi pH Asam Basa sehingga memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mencakup ranah kognitif (pengetahuan atau wawasan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (keterampilan atau perilaku) (Nana Sudjana, 2012). Tiga tujuan pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang harus dikuasai oleh siswa disebut pula dengan hasil belajar (Bloom dalam Suyatno, 2009). Sikap yang tumbuh dalam pembelajaran sains disebut sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan yang bersifat objektif (Suprijono, 2009). Sikap ilmiah mengandung dua makna yaitu attitude toward science dan attitude of science. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains, sedangkan sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat dalam diri setelah mempelajari sains (Harlen dalam Harso, 2014) Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu: (1) sikap ingin tahu yang meliputi membaca sumber belajar dan mengajukan pertanyan, (2) sikap respek terhadap data yang meliputi jujur dalam mengerjakan soal latihan, (3) sikap berpikir kritis yang meliputi meragukan temuan teman, (4) sikap ketekunan yang meliputi mengulangi perhitungan dan mengerjakan soal dengan tekun, (5) sikap kreatif yang meliputi menguraikan kesimpulan baru hasil diskusi, (6) sikap bepikiran terbuka dan bekerjasamayang meliputi menghargai pendapat atau temuan teman dan berpartisipasi aktif dalam kelompok, dan (7) sikap peka terhadap lingkungan yang meliputi tertib saat melakukan diskusi. Berdasarkan permasalahan-permasalahan, fakta-fakta, dan teori-teori di atas, peneliti perlu melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Model Guided Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah pada Materi pH Asam Basa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Pontianak”. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. yang digambarkan pada Tabel 1. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 1, XI MIA 2, dan XI MIA 3 SMAN 2 Pontianak yang belum diberi materi pH asam basa dan diajarkan oleh guru yang sama. Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai sampel yaitu XI MIA 1 dan XI MIA 2. Nilai ulangan harian siswa kelas XI MIA dilakukan uji homogenitas dengan uji barlett, diperoleh data yang homogen
3
artinya kemampuan tiap kelas dianggap sama, maka sampel diambil dengan teknik cluster random sampling dengan cara pengundian. Kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol (K) dan kelas eksperimen (E) berturut-turut adalah kelas XI MIA 2 dan XI MIA 1. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pengukuran berupa soal (pretest dan posttest) berbentuk esai, teknik komunikasi langsung berupa pedoman wawancara dan teknik observasi langsung berupa lembar observasi. Validitas yang digunakan adalah validitas isi Gregory. Validitas tes dalam penelitian ini dilakukan oleh dua validator yaitu satu orang dosen program studi pendidikan kimia FKIP Untan dan satu orang guru kimia SMAN 2 Pontianak. Hasil validasi instrumen soal pretest dan posttest sebesar 1 yang termasuk kategori sangat tinggi. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap pelaksanaan; 3) tahap akhir. Tahap persiapan meliputi: (1) Pelaksanaan prariset di SMAN 2 Pontianak; (2) Membuat perumusan masalah; (3) Membuat perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS; (4) Membuat intrumen penelitian berupa tes hasil belajar, lembar observasi dan pedoman wawancara; (5) Melakukan validasi isi terhadap intrumen penelitian dan perangkat pembelajaran; (6) Merevisi instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran berdasarkan hasil validasi; (7) Melakukan uji coba instrumen penelitian berupa tes hasil belajar; (8) Menghitung reliabilitas intrumen yang telah diujikan. Tahap pelaksanaan meliputi: (1) Memberikan pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk melihat bagaimana kemampuan awal siswa; (2) Memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol di mana kelas eksperimen diberikan perlakuan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dan kelas kontrol diberikan perlakuan model konvensional; (3) Memberikan lembar observasi sikap ilmiah kepada observer di setiap kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol; (4) Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Tahap akhir dari penelitian ini meliputi: (1) Melakukan analisis dan pengolahan data hasil penelitian pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan uji statistik yang sesuai; (2) Mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menarik kesimpulan; (3) Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Penilaian pada hasil pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar. Data nilai tes hasil belajar yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program SPSS 17,0 for windows. Data nilai tersebut dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik parametrik menggunakan uji t. Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik non parametik menggunakan uji U-Mann Whitney. Perhitungan besar pengaruh penggunaan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah siswa kelas XI
4
MIA SMAN 2 Pontianak pada meteri pH asam basa digunakan rumus effect size. Nilai ES yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel luas di bawah lengkung normal standar O ke Z kemudian dikalikan 100%, sehingga diperoleh persentase pengaruh penggunaan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Pontianak melibatkan dua kelas penelitian yaitu kelas XI MIA 2 sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen. Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yaitu pembelajaran yang menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik, sedangkan perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol yaitu pembelajaran yang menggunakan model konvensional. Perbandingan nilai pretest dan posttest pada masing-masing kelas tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Eksperimen
Nilai Rata-rata Pretest 33,81 37,14
Posttest 67,11 76,29
% Jumlah Siswa Tuntas Pretest 0 0
Posttest 27,03 62,86
% Jumlah Siswa Tidak Tuntas Pretest 100 100
Posttest 72,97 37,14
Hasil belajar yang terlebih dahulu diolah adalah pretest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan awal siswa pada kedua kelas tersebut sebelum diberi perlakuan. Berdasarkan uji normalitas pretest dengan menggunakan program SPSS 21 for windows diperoleh nilai Sig. Shapiro-Wilk pada kelas kontrol 0,031 dan kelas eksperimen 0,044, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai pretest dari kedua kelas tersebut tidak terdistribusi normal. Karena kedua kelas tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis selanjutnya mengggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji U-Mann Whitney. Hasil uji U-Mann Whitney yang diperoleh yaitu Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,439, maka tidak terdapat perbedaan antara kemampuan awal siswa di kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Pengolahan nilai posttest yaitu untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan berbeda. Berdasarkan uji normalitas terhadap hasil posttest diperoleh nilai Sig.Shapiro-Wilk pada kelas kontrol 0,054 dan kelas eksperimen 0,006. Hasil uji normalitas menunjukkan salah satu data dari kedua kelas penelitian ada yang tidak terdistribusi normal, maka uji yang selanjutnya dilakukan adalah uji statistik non parametrik yaitu uji U-Mann Whitney. Hasil uji U-Mann Whitney terhadap nilai posttest diperoleh nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,000 yang artinya terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model konvensional dengan hasil belajar siswa yang
5
diajar menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik pada materi pH asam basa di SMA Negeri 2 Pontianak. Persentase rata-rata sikap ilmiah kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat disajikan dalam Grafik 1. 70
Persentase
80 60
55.21
40 20 0 Kontrol
Eksperimen Kelas
Gambar 1. Grafik Persentase Rata-Rata Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan perolehan persentase rata-rata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat diketahui bahwa persentase rata-rata sikap ilmiah pada kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran guided discovery learning dengan pendekatan saintifik lebih besar dari persentase rata-rata sikap ilmiah pada kelas kontrol yang diajar menggunakan model konvensional. Berdasarkan analisis uji normalitas sikap ilmiah dengan menggunakan program SPSS 21 for windows diperoleh nilai Sig.Shapiro-Wilk pada kelas kontrol 0,037 dan kelas eksperimen 0,009, sehingga data dari kelas kontrol terdistribusi normal dan uji hipotesis selanjutnya menggunakan uji statistik non parametrik. Hasil uji U-Mann Whitney diperoleh nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,003 yang artinya terdapat perbedaan antara sikap ilmiah siswa yang diajarkan menggunakan model konvensional dengan sikap ilmiah siswa yang diajar menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik pada materi pH asam basa di SMA Negeri 2 Pontianak. Pembahasan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Siswa yang mengikuti pretest dan posttest pada kelas kontrol berjumlah 37 dari 38 siswa, persentase hasil belajar siswa kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Nilai Jumlah Siswa Presentase (%) Rata-Rata Nilai
Tuntas 0 0%
Pretest Tidak Tuntas 37 100% 33,81
Tuntas 9 24,32%
Posttest Tidak Tuntas 27 75,68% 67,11
Hasil pretest menunjukkan bahwa semua siswa belum mencapai ketuntasan karena mendapat nilai kurang dari kriteria ketuntasan yaitu 75. Hasil
6
posttest menunjukkan bahwa terdapat 9 siswa yang mencapai ketuntasan dengan nilai lebih besar dari 75 dan 28 siswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan tersebut. Siswa yang mengikuti pretest dan posttest pada kelas eksperimen berjumlah 35 dari 38 siswa, ada 3 orang siswa yang tidak hadir mengikuti pretest dan posttest. persentase hasil belajar siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Nilai Jumlah Siswa Presentase (%) Rata-Rata Nilai
Tuntas 0 0%
Pretest Tidak Tuntas 35 100% 37,14
Tuntas 22 62,86%
Posttest Tidak Tuntas 13 37,14% 76,29
Hasil pretest menunjukkan bahwa semua siswa belum mencapai ketuntasan karena mendapat nilai kurang dari kriteria ketuntasan yaitu 75. Hasil posttest menunjukkan bahwa terdapat 22 orang (62,86%) siswa yang mencapai ketuntasan dan 13 orang (37,14%) siswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal tersebut. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 2. 50
Nilai
40
39.15
33.33
30 20 10 0 Kontrol
Eksperimen Kelas
Gambar 2. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Perbedaan hasil belajar pada kedua kelas tersebut disebabkan karena perlakuan yang diberikan guru berbeda dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran pada siswa kelas kontrol menggunakan model konvensional, sedangkan proses pembelajaran siswa kelas eksperimen menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran siswa kelas kontrol menggunakan model konvensional di mana siswa diberikan materi melalui metode ceramah tanpa diberi kesempatan siswa untuk menemukannya sendiri. Setelah itu, siswa diberikan kesempatan berdiskusi dengan kelompok yang sudah ditentukan, namun siswa terlihat kurang tertarik dan masih tampak pasif selama proses pembelajaran.
7
Hal ini sejalan dengan Bermawy Munthe (2009) yang mengungkapkan bahwa strategi ceramah yang mengandalkan indera pendengaran sebagai alat belajar mempunyai kelemahan yakni mudah terganggu oleh hal-hal visual dan rentan terhadap kebisingan sehingga sulit menjaga konsentrasi yang menyebabkan siswa tidak tertarik, cepat bosan dan menjadi pasif. Proses pembelajaran siswa kelas eksperimen yang menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung karena siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi bersama kelompoknya dan menemukan sendiri pengetahuan dengan bimbingan guru. Siswa pada kelas eksperimen dibimbing dalam membangun pengetahuan dan menemukan konsep sendiri, sehingga siswa tersebut dapat memahami materi dengan baik yang akan mempengaruhi hasil belajar. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan kognitif siswa dan membangkitkan semangat belajar dalam penemuan serta dari isi LKS yang diberikan dapat menuntun siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep. Menurut Mayer (2004) model pembelajaran guided discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan melatih siswa untuk menemukan konsep secara mandiri.
Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Persentase rata-rata sikap ilmiah kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat disajikan dalam Tabel 4.. Tabel 4. Sikap Ilmiah Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7
Sikap ilmiah Ingin tahu Respek terhadap data Berpikir kritis Ketekunan Kreatif dan penemuan Berpikiran terbuka dan kerjasama Peduli terhadap lingkungan Rata-Rata
Kelas Kontrol 40,54% 78,38% 60,81% 50,68% 51,35% 54,73% 50% 55,21%
Persentase Kelas Eksperimen 70% 78,57% 71,43% 68,57% 80% 66,43% 64,28% 70%
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa persentase tertinggi yaitu pada sikap respek terhadap data siswa kelas kontrol sebesar 78,38%. Menurut Riduwan (2004) persentase skor berkisar antara 61%-80% termasuk dalam kategori kuat. Sikap respek terhadap data dilihat dari aspek jujur dalam mengerjakan soal latihan. Berdasarkan Tabel 4, persentase tertinggi dari sikap ilmiah siswa kelas eksperimen adalah sikap kreatif dan penemuan. Menurut Riduwan (2004) persentase skor berkisar antara 61%-80% termasuk dalam kategori kuat, hal ini berarti 80% siswa kelas eksperimen (XI MIA 1) mampu menarik kesimpulan dari suatu konsep yang ditemukan berdasarkan tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik, maka dari itu penggunaan model discovery learning dengan
8
pendekatan saintifik menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen tersebut sudah dapat menemukan konsep sendiri dengan bimbingan guru melalui diskusi kelompok dan kemudian menarik kesimpulan. Menurut Riduwan (2004), persentase skor berkisar antara 40%-60% termasuk dalam kategori cukup. Persentase rata-rata sikap ilmiah siswa pada kelas kontrol diperoleh sebesar 55,21%, hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran konvensional belum memberikan hasil peningkatan sikap ilmiah yang kuat. Proses pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional, siswa sudah terbiasa menerima informasi melalui metode ceramah dan tidak melatih siswa untuk mengembangkan sikap ilmiah. Menurut Riduwan (2004), persentase skor berkisar antara 61%-80% termasuk dalam kategori kuat, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dapat mendukung siswa untuk memiliki sikap ilmiah karena siswa diberi kesempatan untuk bersikap ilmiah dalam setiap fase pelaksanaan pembelajaran seperti mengembangkan sikap rasa ingin tahu, respek terhadap data, berpikir kritis, ketekunan, penemuan, berpikiran terbuka dan kerjasama, dan peduli terhadap lingkungan. Pengaruh Penggunaan Model Guided Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa Besarnya pengaruh penggunaan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran kimia terhadap hasil belajar dilihat menggunakan effect size. Hasil perhitungan effect size sebesar 0,79 yang termasuk ke dalam kategori sedang, sehingga penggunaan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik memberikan pengaruh sebesar 28,32% terhadap hasil belajar siswa kelas XI MIA SMAN 2 Pontianak. Besarnya pengaruh penggunaan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran kimia terhadap sikap ilmiah dilihat dengan menggunakan effect size. Hasil perhitungan effect size sebesar 0,70 yang termasuk ke dalam kategori sedang, sehingga penggunaan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik memberikan pengaruh sebesar 25,80% terhadap sikap ilmiah siswa kelas XI MIA SMAN 2 Pontianak. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar dan sikap ilmiah antara siswa yang diajar menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang diajar menggunakan model konvensional pada kelas XI MIA SMA Negeri 2 Pontianak. Pembelajaran yang menggunakan model guided discovery learning dengan pendekaatn saintifik memberikan pengaruh sebesar 28,32% terhadap hasil belajar dan 25,80% terhadap sikap ilmiah siswa pada materi pH asam basa. Saran Peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) penelitian lanjutan sebaiknya benar-benar memperhitungkan alokasi waktu untuk setiap
9
tahap pembelajaran secara tepat, (2) melakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa data sikap ilmiah yang diperoleh memang ada di dalam diri siswa tersebut, dan (3) melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan model guided discovery learning dengan pendekatan saintifik dalam kegiatan praktikum. DAFTAR RUJUKAN Harso, A. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Heuristik Vee Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganescha Program Studi IPA, IV, 33-34. Jihad, Asep & Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Mayer, R. E. (2004). Should There Be a Three-Strikes Rule Against Pure. The American Psychological Association. (online). (http://apps.fischlerschool. nova.edu/toolbox/instructionalproducts/8001/EDD8001/SUM12/2004Mayer.pdf, diakses tanggal 5 Maret 2015). Munthe, Bermawy. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani. Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Suyatno. (2009). Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Erlangga. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group. Yamin, M. (2009). Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta: DIVA Press.
10