1
PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP LAJU REAKSI ( Penelitian Eksperimen Pada SMA Darunnajah Ulujami Jakarta-Selatan )
Diajukan oleh : SITI FATIMAH AZZAHRA 105016200556
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
2
ABSTRAK Siti Fatimah Azzahra, “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Laju Reaksi”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penelitian ini dilakukan di SMA Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan tahun ajaran 2008-2009. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 25 orang siswa kelas XI IPA C sebagai kelas eksperimen dan 25 orang siswa kelas XI IPA D sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 7,83 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 2,021. Ini berarti Ho ditolak pada taraf signifikansi α =0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci: Model Pembelajaran Konstruktivisme, Metode Eksperimen, Hasil Belajar Kimia Siswa.
3
ABSTRACS Siti Fatimah Azzahra, The Influence of Experimental method to Learn Out Comes of Students to the Concept of Reaction Rate. “skripsi”, Chemistry Programe, Natural Science Departement, Faculty of ‘Tarbiyah’ Teaching syarif Hidaytullah Islamic State University Jakarta. This research is aimed to know the influence of experimental method to learn the out comes of strudents for the concept of reaction rate. The research is done in SMA Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, on 2008-2009. The mothod of research that is used is quasi eksperimental, and take sampling technical is purposive sampling. The total number of sampling is 25 people grade XI IPA C as eksperimental group and 25 people grade XI IPA D as control group. The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result tested using t-test. From the calculation of test is 7,83, it’s bigger then t-table is 2,021. It’s means that Ho rejected in significant level α = 0,05. It can be concluded that is only stating the effect of the experimental method of chemistry students learning outcomes acceptable. This shows there is significant influence student learning outcomes chemical.
Key word: Construktivism Learning Model, Experimental Method, Student’s Achievement in Chemistry
4
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Laju Reaksi (Penelitian Eksperimen Pada SMA Darunnajah Ulujami Jakarta-Selatan).” Allahumma shalli ‘ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk nabi Muhammad SAW, sebaik-baik makhluk ciptaan Allah SWT. Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingannya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu membantu penulis dalam membimbing, memberikan saran dan nasehat yang berguna bagi penulis. 5. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Pendidikan Alam yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, semoga amal ibadah yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.
5
6. Kepala sekolah, dewan guru dan staf karyawan di SMA Darunnajah Ulujami Jakarta-Selatan khususnya untuk Ibu Ari Yusnida Pradani, S.Pd.Si selaku guru Kimia terima kasih atas bantuannya selama ini. 7. Ayahanda H. Achmad Yasin dan Ibunda Hj. Siti Fatimah Emi tersayang, yang selalu memberi kasih sayang, bimbingan, doa dan dukungan baik secara moril maupun materil, terima kasih untuk semuanya. 8. Kakakku tersayang Muzdalifah, Mirzan dan adikku Hasbi yang selalu memberikan dukungan dan menemaniku di saat senang maupun susah. 9. Teman-temanku Mae, Mamay, vivi, Nia, Icha, Misrah, Mahmudah, Obay, Acep, serta semua teman angkatan 2005 yang tidak dapat ditulis satu persatu oleh penulis, kalian adalah sahabatku. 10. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, terimakasih telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga tulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
keilmuan,
serta
dapat
berguna
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan dalam rangka mengkaji dan memahami lebih lanjut permasalahan yang diteliti pada masa yang akan datang.
Jakarta, Februari 2010 Penulis
6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah...................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah..................................................................... 6 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Deskripsi Teoretik ........................................................................ 7 1. Pembelajaran Konstruktivisme ............................................... 7 2. Metode Eksperimen ................................................................ 15 3. Hasil Belajar Kimia ................................................................ 18 4. Laju Reaksi ............................................................................. 28 B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 30 C. Kerangka Berfikir ........................................................................ 33 D. Pengajuan Hipotesis Penelitian .................................................... 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 37 B. Metode dan Desain Penelitian ...................................................... 37 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 38 D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 38 E. Analisis Data................................................................................. 45 F. Hipotesis Statistik ......................................................................... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................ 49 B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 57
7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... 62 B. Saran ............................................................................................ 62 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64 LAMPIRAN ...................................................................................................... 67
8
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen................................................................... 67 Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ......................................................................... 83 Lampiran 3 LKS ............................................................................................... 104 Lampiran 4 Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Instrumen Tes ................................... 118 Lampiran 5 Uji Reliabilitas ............................................................................... 142 Lampiran 6 Uji Tingkat Kesukaran .................................................................. 146 Lampiran 7 Uji Daya Beda ............................................................................... 148 Lampiran 8 Uji Korelasi ................................................................................... 150 Lampiran 9 Instrumen Tes (Pretest dan Posttest) Konsep Laju Reaksi ........... 152 Lampiran 10 Catatan Lapangan (field note) ..................................................... 157 Lampiran 11 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 161 Lampiran 12 Analisis Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol162 Lampiran 13 Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Eksperimen ......................... 166 Lampiran 14 Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Kontrol ................................ 167 Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ................ 168 Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ...................... 169 Lampiran 17 Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................................................................... 170 Lampiran 18 Uji Hipotesis Skor Pretes ............................................................ 171 Lampiran 19 Distribusi Data Postes Siswa Kelas Eksperimen ......................... 172 Lampiran 20 Distribusi Data Postes Siswa Kelas Kontrol ............................... 173 Lampiran 21 Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen ............... 174 Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ...................... 175 Lampiran 23 Uji Homogenitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas ....... 176 Kontrol ....................................................................................... 176 Lampiran 24 Uji Hipotesis Skor Postes ............................................................ 177 Lampiran 25 Surat Keterangan Izin Penelitian ................................................. 178 Lampiran 26 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 179
9
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 37 Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol............................................................................. 50 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol............................................................................. 51 Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol............................................................................. 52 Tabel 4.4 Hasil Pretest Uji “t” Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................................................. 53 Tabel 4.5 Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol............................................................................. 54 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol............................................................................. 55 Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol............................................................................. 56 Tabel 4.8 Hasil Posttest Uji “t” Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................................................. 57
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Perbandingan Pretest Rata-rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol........................................................................ 50 Gambar 4.2 Perbandingan Posttest Rata-rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol........................................................................ 54
11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengatahuan dalam era globalisasi saat ini terus mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan saat ini tidak terlepas dari munculnya sumber daya manusia yang kompeten dalam bidangnya. Manusia yang kompeten dalam bidangnya merupakan hasil dari sebuah bentuk pendidikan yang terprogram dan terencana. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional No. 20 tahun 2003, tentang Pendidikan Nasional ( Undang-Undang Sisdiknas), bahwa pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.1 Pendidikan
merupakan
kunci
masa
depan
setiap
individu.
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik yang menyangkut berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.2 Dengan arti 1
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Jakarta: Sinar Grafika 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), edisi ketiga, cetakan keempat, hal.263
12
lain, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan yang memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menguasai IPTEK yaitu pendidikan dalam bidang sains (IPA). Salah satu cabang dari pendidikan IPA adalah pendidikan kimia. Pendidikan kimia diharapkan mampu memberikan pengalaman secara langsung dan harus mampu mengembangkan daya nalar siswa untuk dapat membentuk (mengkonstruksi) sendiri pengetahuannya. Proses belajar dan mengajar merupakan suatu hal yang penting bagi siswa dan guru. Masalahnya adalah, sebagian besar pendidik kurang inovatif dan kreatif dalam mencari dan menemukan metode maupun pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang terlalu teoretis menyebabkan siswa sulit memahami bahan ajar kimia secara komprehensif. Oleh karena, siswa cenderung menghafal dan mengerjakan tugas kimia secara mekanistik, tanpa memahami materi dasarnya. Akibatnya, skema pemikiran siswa terpotongpotong dan tidak terjadi pemahaman secara utuh. Cara mengajar guru sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang pembelajaran. “Selama ini prinsip-prinsip teori belajar behaviorisme amat mendominasi pemahaman guru dan cara mengajar guru telah lama terpola dalam pemikiran behaviorisme”.3 Guru mendominasi di dalam kelas dan berfungsi sebagai sumber utama pengetahuan. Guru menyajikan pengetahuan kimia kepada siswa, siswa memperhatikan penjelasan dan contoh yang diberikan oleh guru. Kebanyakan guru beranggapan bahwa siswa memiliki
pengetahuan
awal.
Pembelajaran
semacam
ini
tidak kurang
memperhatikan aktivitas siswa, interaksi siswa, dan konstruksi pengetahuan. Sehingga siswa menjadi lekas bosan terhadap pelajaran kimia dan kurangnya 3
Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 35
13
motivasi terhadap pembelajaran kimia. Hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar kimia siswa. Mempelajari kimia tidak hanya dengan aktivitas menyelesaikan soalsoal rutin sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru, tetapi perlu pula melibatkan aktivitas aktif yang dapat merangsang kemampuan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.4 Pada
dasarnya
pendekatan
atau
pembelajaran
konstruktivis
menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.5 Apabila proses belajar mengajar masih mengunakan metode hafalan yang membosankan dan tidak menumbuhkan motivasis siswa ini terus menerus berlangsung dari tahun ketahun, maka kemungkinan besar banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran kimia. Guru harus mengembangkan potensi-potensi peserta didik, karena pengetahuan bukanlah hal yang statis dan deterministik tetapi suatu proses menjadi tahu.6 Pengetahuan yang siswa peroleh adalah hasil konstruksi siswa itu sendiri, siswa itu sendirilah yang mengolah informasi-informasi yang ia peroleh untuk selanjutnya menjadi pengetahuan yang ia bangun sendiri. Konstruktivis merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk 4
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2008) cetakan keenam, hal. 88 5 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) hal. 106 6 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009) cetakan kedua, hal.17
14
diambil dan diingat. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memcahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan sesuatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.7 Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangaun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Tugas guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran. Dalam
pandangan
konstruktivis,
strategi
memperoleh
lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.8 Konstruktivis memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta.9 Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa mempelajari kimia tidak cukup sekedar menghafal suatu konsep melalui buku pelajaran namun lebih dari itu belajar kimia pada hakikatnya merupakan suatu produk dan proses yang satu sama lain saling mendukung. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai kesatuan cara, misalnya pengamatan suatu objek atau gejala, menguji data, dan melakukan eksperimen. Dengan melibatkan peserta didik dalam
melakukan
eksperimen,
maka
mereka
akan
lebih
mudah
mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Laju reaksi merupakan salah satu topik yang diberikan pada siswa SMA/MA kelas XI semester ganjil. Laju reaksi mempelajari tentang 7
Trianto, Op, cit,. hal. 108 Ibid,. 9 Aunurrahman, Op, cit,. hal. 19 8
15
mempercepat suatu reaksi kimia maupun memperlambat reaksi kimia. Sebagai contoh ketika siswa melarutkan gula pasir dengan air panas dan dingin kemudian membandingkan kecepatan melarutnya. Kemampuan membandingkan mempunyai arti penting dalam mendukung kemampuan mengkonstruksi pengetahuan. Melalui kemampuan tersebut dapat menarik sifat-sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan. Karena konstruktivis mengakui bahwa pengetahuan
seseorang
terbentuk
karena
adanya
interaksi
dengan
pengalaman-pengalamnya.10 Materi laju reaksi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari maupun industri sehingga sangat relevan jika materi ini diterapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivis dimana siswa dibiasakan aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun skripsi dengan judul : “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Laju Reaksi”. B. Identifikasi Masalah 1. Stategi pembelajaran guru yang masih monoton. 2. Materi belajar yang tidak dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa sehingga siswa membutuhkan informasi yang tuntas dari guru. 3. Pembelajaran
masih
bersifat
menerima
pengetahuan
bukan
mengkonstruksi pengetahuan. 4. Proses belajar mengajar lebih diwarnai teacher centered daripada student centered. 5. Materi pelajaran kimia yang bersifat abstrak, sehingga sulit dipahami oleh siswa. 10
Ibid,. hal.18
16
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada metode eksperimen pada konsep laju reaksi di kelas XI IPA semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 dan hasil yang diukur adalah hasil belajar yang meliputi kognitif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi?”. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa. F. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi belajar siswa, melatih keterampilan siswa, mengembangkan kemampuan berfikir siswa, dan dapat meningkatkan hasil belajar kimia. 2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam proses belajar mengajar. 3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman serta membantu menyumbangkan dalam memecahkan masalah pembelajaran kimia. 4. Bagi pembaca, memberikan informasi tentang pengaruh penerapan model pembelajan konstruktivisme terhadap pemahaman konsep siswa kelas XI pada pokok bahasan laju reaksi.
17
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Deskripsi Teoretik 1. Pembelajan Konstruktivisme Pembelajaran konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top-down, yaitu siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipercayakan dan selajutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan.11 Dalam kelas konstruktivis, guru memotivasi peserta didik untuk menyampaikan pendapat mereka tentang fenomena sains. Peserta didik bisa menyanggah pendapat guru jika mereka berbeda pendapat dengan guru, karena apa yang disampaikan dan dipercaya “benar” oleh guru bisa saja “salah”.12 Arah dari pembelajaran konstruktivisme adalah sejauh mana pengajar dapat menjadikan pembelajar belajar, dan berada pada situasi belajar.13 Konstruktivisme dalam kajian ilmu pendidikan merupakan aliran yang berkembang dalam psikologi kognitif, secara teoritis menekankan siswa untuk dapat berperan aktif dalam menentukan ilmu baru. Konstruktivisme menganggap bahwa semua peserta didik mulai dari usia kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan.14 Oleh karena itu, proses belajar mengajar tidak hanya menekankan pada cara peserta didik membentuk pengetahuan, tetapi juga
1
Gusni Satriawati, Implementasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme terhadap KTSP di Sekolah Dasar,(UIN Jakarta, 2007), jurnal Matematika vol.2 hal. 135 2 Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode Konstruktivisme, UIN Jakarta, 2006, (jurnal Pendidikan IPA Vol.1 no.2) hal. 51 13 Retno Widyaningrum, Model Pembelajaran Konstruktivistik Pada Matematika, (Cendekia, 2008), Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan vol.6 no.2, hal.207 4 Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Hal.119
18
menekankan pada peranan lingkungan sosial dalam menjembatani tercapainya pemahaman.15 Ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan dan penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.16 Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori konstruktivis, bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.17 Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentrasformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.18 Tatang 15
Tatang Suratno, Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajarans, (prosiding seminar Internasional Pendidikan IPA, 2007), Hal.1 16 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) hal. 107 17 Ibid,. hal. 13 18 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2008) cetakan keenam hal. 88
19
mendefinisikan konstruktivisme sebagai suatu pandangan dan keyakinan terhadap suatu pengetahuan dengan asumsi keberadaan realita tidak dapat diketahui sebagai suatu keberadaan dikarenakan keterbatasan pengalaman manusia.19 Konstruktivisme menekankan pada tiga proses kunci membangun pengetahuan, yaitu akomodasi, asimilasi dan ekuilibrium. Asimilasi terjadi karena pengetahuan awal siswa sejalan atau berhubungan dengan fenomena
dan
belum
terjadi perubahan konseptual. Akomodasi
merupakan proses konflik kognitif karena skema dengan fenomenanya berbeda. Ekuilibrium merupakan fase kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi.20 Pembelajaran konstruktivisme menyatakan bahwa, siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Karena pembalajaran konstruktivisme merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif.21 Dengan demikian, pembelajaran dalam perspektif konstruktivisme harus relevan dengan fenomena sehari-hari yang familiar di mata siswa.22 Konstruktivisme
merupakan
landasan
berpikir
(filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih
menekankan
pada
hasil
pembelajaran.
Dalam
pandangan
konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:23 19
Tatang Suratno, Op, cit,. hal. 1 Ibid,. hal. 2 21 Etty Sofyaningrum, Terapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia di SMA/MA (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007), hal. 41 22 Tatang Suratno, Op, cit,. hal. 7 23 Trianto, Op, cit,. hal. 108-109 20
20
a.
Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b.
Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
c.
Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Aunurrahman menyatakan terdapat prinsip dasar pembelajaran
konstruktivisme, yaitu: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) penekanan lebih kepada proses bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, (6) guru adalah fasilitator.24 Dalam konteks pembelajaran di kelas, terdapat dua prinsip utama yaitu: (1) siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangun pengetahuan dan pemahannya berdasarkan kayakinan sendiri, (2) guru memiliki peran dan pengaruh yang sangat penting.25 Prinsip belajar menurut paradigma konstruktivisme, yaitu: (1) menghadapkan peserta didik kepada problem yang saling berkaitan, (2) membuat struktur pembelajaran lewat konsep pokok dan sekitar pikiran dasarnya, (3) mendorong dan menghargai munculnya pandangan dari dalam diri peserta didik, (4) kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan, (5) selalu menilai kemajuan peserta didik melalui konteks pembelajaran.26 Empat prinsip yang menjadi ciri ‘strong constructivism’, yaitu: hubungan antara pengetahuan awal dengan informasi yang tersedia, rekonstruksi maupun dekonstruksi struktur pengetahuan, aktivitas membandingkan dan membedakan, kemampuan berargumen, pencapaian metakognisi, dan konteks sosial pembelajaran.27 Beberapa strategi dalam pembelajaran konstruktivisme adalah (1) mencari ide-ide baru buku teks atau sumber-sumber lain, (2) 24
hal. 25
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009) cetakan kedua,
25
Tatang Suratno, Op, cit,. hal.5 Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (jurnal Pendidikan & Pembelajaran, vol.9, 2002), hal.116 27 Tatang Suratno, Op, cit,. hal. 3 26
21
menggalakkan siswa untuk saling membandingkan dan mendebat ide atau konsep, (3) pemberian waktu yang cukup untuk refleksi dan analisis, (4) menghargai semua ide yang dikemukakan siswa, (5) analisis pribadi, pengumpulan bukti-bukti nyata, perumusan kembali ide setelah pengalaman.28 Tahap-tahap pembelajaran konstruktivisme terdiri dari 5 tahap, 29
yaitu: 1.
pendahuluan : tahap penyiapan pembelajaran untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.
Eksplorasi : tahap pengidentifikasi dan pengaktifan pengetahuan awal pembelajaran.
3.
Restrukturisasi : tahap restrukturasi pengetahuan awal pembelajaran agar terbentuk konsep yang diharapkan.
4.
Aplikasi : tahap penerapan konsep yang telah dibangun pada konteks/kondisi yang berbeda ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Review dan Evaluasi : tahap peninjauan kembali apa yang telah terjadi pada diri pembelajar berkaitan dengan suatu konsep/ pembelajaran. Ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:30
1.
Memperhatikan dan mengapresasikan hasil kajian siswa terhadap suatu masalah.
2.
Memberikan peluang kapada siswa untuk menemukan pengetahuan baru melalui proses pelibatan dalam dunia riil.
3.
Mendorong terbentuknya pembelajaran secara koperatif.
4.
Memberikan kecendrungan sikap dan pembawaan siswa.
5.
Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama pentingnya dengan hasil pembelajaran.
28
Retno Widyaningrum, Op, cit,. hal. 209 Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, jurnal pendidikan kebudayaan, (Jakarta: Jurnal Pendidikan Kebudayaan, 2007), hal. 101 30 Zurinal dan Wahdi, Op, cit,. hal. 120 29
22
6.
Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog dengan sesama siswa.
7.
Menciptakan proses inquiri siswa melalui kajian dan eksperimen.
8.
Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan.
9.
Memperhatikan ide dan problem yang dimunculkan oleh siswa dan menggunakannya sebagai bagian dalam merancang pembelajaran. Dari ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran konstruktivisme terdapat empat unsur pokok yaitu: (1) siswa harus aktif selama proses pembelajaran dengan interpretasi, (2) Interpretasi dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya, (3) orientasi pembelajaran adalah pemecahan masalah, (4) guru berperan sebagai fasilitator.31 Dalam artikel pembelajaran matematika, Yager mengajukan tahapan pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu: tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Tahap kedua adalah siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan data dalam suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa. Tahap terakhir adalah guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasi pemahaman konseptualnya.32 Dalam mengaplikasikan pembelajaran konstruktivisme di dalam kelas, guru diharapkan mampu memahami dan melaksanakan tahapantahapan dalam pembelajaran konstruktivisme. Alters (2004) dalam Munasprianto memberikan ilustrasi tentang tahapan-tahapan tersebut, yaitu:33 31
Retno Widyaningrum, Op, cit,. hal. 209 Pembelajaran Matematika dengan Teori Belajar Konstruktivisme, dalam http://www.mathematic.transdigit.com/mathematic-article/pembelajaran-matematika-dengan-teoribelajar-konstruktivisme.html, diakses 11 februari 2009 33 Munasprianto Ramli, Op, cit,. hal 52-53 32
23
1.
Menarik perhatian, tahapan awal ini guru memberikan gambaran singkat tentang sebuah fenomena lalu menanyakan pengalaman siswa tentang fenomena tersebut.
2.
Prediksi pribadi, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk membuat prediksi tentang percobaan yang akan dilakukan.
3.
Prediksi kelompok, guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi di dalam kelompok untuk membuat prediksi kelompok.
Kemudian
masing-masing
kelompok
diharapkan
menyampaikan prediksi mereka. 4.
Percobaan, bagian terpenting dalam tahapan ini karena pada bagian ini siswa akan melakukan sendiri percobaan mereka untuk menguji hipotesis dan mengobservasi apakah prediksi mereka akurat atau tidak.
5.
Diskusi kelompok, setelah melakukan percobaan, siswa diajak untuk berdiskusi dalam kelompok mengenai hasil percobaan mereka. Mereka berdiskusi apakah prediksi mereka akurat atau tidak dan mengapa itu bisa terjadi.
6.
Laporan kelompok, masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kompok mereka dengan bermacam alasan yang mendukung hipotesa dan konsep mereka.
7.
Penjelasan, pada tahap ini guru menyampaikan penjelasan singkat tentang teori dan konsep yang mendasari percobaan serta mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman siswa.
8.
Aplikasi, guru mengajak siswa untuk berfikir tentang apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembangkan percobaan yang tadi dikerjakan atau menjelaskan fakta lain mengenai percobaan yang mereka lakukan. Dari tahapan-tahapan di atas siswa akan mengkonstruk
pemahaman mereka sendiri dan peran guru disini cukup sebagai mediator yang mengajak siswa untuk berfikir. Pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses pembelajaran yang aktif dimana siswa adalah
24
sebagai fokus dalam pembelajaran sementara guru membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam pendekatan konstruktivis, disamping
membantu
memperoleh
informasi,
ide,
dan
cara
mengekspresikan diri, juga maksud mengajari siswa bagaimana belajar yang menyenangkan. Proses pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus menjadi
pusat
perhatian
sehingga
siswa
aktif
mengembangkan
pengetahuan mereka dengan bantuan guru. Proses pembelajaran dengan penekanan siswa belajar aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan karena kreatif siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitifnya. Siswa juga akan terbantu menjadi orang yang kritis dalam menganalisa suatu hal karena mereka berfikir dan bukan meniru saja. Pembelajaran konstruktivisme, tujuan mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kesiswa, melainkan suatu kegiatan
yang
memungkinkan
siswa
membangun
sendiri
pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi guru dengan siswa falam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan dan bersikap kritis. Pembelajaran konstruktivisme, guru selalu berusaha agar seorang siswa mempunyai cara berfikir yang baik, dalam arti bahwa cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru dan dapat memecahkan persoalan yang lain. Sementara itu seorang siswa menemukan jawaban benar belum tentu dapat menyelesaikan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban itu. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membimbingnya. Maka
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran
konstruktivisme adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Belajar merupakan kerja secara aktif bukan menerima pengajaran dari pendidik (guru) secara pasif.
25
2. Metode Eksperimen a. Pengertian Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.34 Penggunaan metode eksperimen bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Dengan menggunakan metode eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya. Menurut Roestiyah metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.35 Hal ini berarti siswa melakukan sendiri suatu percobaan tentang materi yang di ajarkan, mengamati dan akhirnya hasil pengamatan disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. Metode pengetahuan
dan
eksperimen
adalah
keterampilan
suatu
dengan
cara
memperoleh
melakukan
kegiatan
mengamati, menyimpulkan data, menganalisis dan menyimpulkan. Metode eksperimen menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri oleh siswa, mencari sendiri dan menemukan sendiri.36 Menurut Armai Arif metode eksperimen adalah suatu metode dimana siswa melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menggunakan media laboratorium.37 Menurut Fat Hurrahman, metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru 34
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.84 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.80 36 Suparni, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas 9C Semester 2 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007, (Jurnal Widyatama, vol.4, no.3, September: 2007), hal.88 37 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 173 35
26
dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.38 Keuntungan penggunaan metode praktikum adalah: dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa, siswa dapat mengamati proses, siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri, siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.39 Agar penggunaan teknik eksperimen itu efesien dan efektif, perlu pelaksana memperhatikan hal-hal sebagi berikut: dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih, dalam melakukan eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, siswa perlu diberikan petunjuk yang jelas dalam melakukan percobaan, dan tidak semua masalah bisa dieksperimenkan.40 Persiapan dan kegiatan yang perlu dan harus dilakukan siswa ketika menggunakan metode eksperimen:41 1. Mempelajari tujuan dan prosedur percobaan 2. Menggunakan alat/bahan dalam percobaan 3. Mencari persamaan reaksi dari percobaan yang dilakukan 4. Mengamati percobaan 5. Mengambil, menyajikan dan menganalisis data, mengambil kesimpulan 6. Menyimpulkan hasil percobaan 7. Mengkomunikasikan hasil percobaan Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah kegiatan pembelajaran berupa praktik atau 38
Fat Hurrahman, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, pada http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen, diakses tanggal 22 juli 2009 39 Mulyati Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: IMSTEP JICA, 2002), hal. 122 40 Roestiyah, Op, Cit,. hal.81 41 Mulyati Arifin, Op, cit,. hal.123
27
melakukan suatu percobaan yang menggunakan alat-alat tertentu. Metode
eksperimen
dapat
melatih
kemampuan
keterampilan,
pengetahuan, dan sikap secara bersama-sama. Dengan melakukan eksperimen, siswa akan lebih yakin atas suatu hal, dapat mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan lebih lama dalam ingatan siswa. b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen Metode eksperimen kerap kali digunakan dalam proses pembelajaran karena memiliki keunggulan ialah:42 1. Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah. 2. Siswa lebih aktif berfikir dan bermuat. 3. Siswa menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan. 4. Dengan melakukan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori. Menurut Mulyati Arifin keuntungan penggunaan metode eksperimen adalah:43 1. Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa 2. Siswa dapat mengamati proses 3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah 5. Membantu guru mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Menurut
Dedy
Kurniawan
dalam
Suparni
beberapa
keuntungan metode eksperimen dalam proses pembelajaran di sekolah adalah: (1) siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan, (2) semua 42 43
Roestiyah, Op, cit,. hal.82 Mulyati Arifin, Op, cit,. hal.122-123
28
siswa mendapat kesempatan untuk melakukan pembuktian terhadap suatu teori maupun konsep, (3) siswa menjadi trampil menggunakan alat, (4) siswa terlatih untuk berfikir ilmiah, (5) hasil belajar siswa sifatnya tahan lama, (6) siswa semakin mempercai konsep yang telah dicobanya sendiri.44 Sedangkan kelibihan metode eksperimen menurut Armai Arief adalah (1) menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan metode ilmiah dengan baik dan, (2) dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik.45 Selain memiliki keuntungan, metode eksperimen tentu saja memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan metode ekaperimen antara lain: (1) memerlukan waktu secara khusus karena eksperimen membutuhkan waktu cukup lama, (2) biaya sangat mahal, (3) kegagalan dalam eksperimen.46 Sedangkan kelemahan metode eksperimen menurut Armai Arief adalah:47 1. tidak semua mata pelajaran menggunakan metode eksperimen 2. Siswa yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya. 3. Hasil Belajar Kimia a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.48 Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang 44
Suparni, lok, cit,. Armai Arief, lok. cit,. 46 Suparni, lok, cit,. 47 Armai Arief, lok, cit,. 48 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, cetakan kelima, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 84-85 45
29
bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).49 Pengertian belajar secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisisan atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (ditinjau mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pengalaman-pengalaman
serta
cara-cara
menafsirkan
dunia
50
disekeliling siswa.
Belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Definisi ini mencangkup tiga unsur, yaitu: belajar adalah perubahan tingkah laku, perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman, perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen atau tetap ada untuk waktu yang cukup lama.51 Beberapa pakar pendidikan mendefinsikan belajar yang dikutip oleh agus suprijono, menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alami. Belajar menurut Travel yang dikutip agus Suprijono adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.52 Menurut Syaiful Bahri, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.53 Oemar Hamalik menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya 49
Syaiful Syagala, Op, cit,. hal. 11 Muhibbin Syah, Op, cit,. hal. 89-92 51 Aunurrahman, Op, cit,. hal.48 52 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), hal.2 53 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, edisi dua, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 50
hal.13
30
mengingat, akan tetapi memahami.54 Menurut Muhibbin Syah, belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.55 Belajar dan berpikir merupakan 2 (dua) proses yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya merupakan prosesprose yang berbeda. Belajar adalah suatu proses terjadinya perubahan tingkah laku, tetapi berpikir tidak selalu menghasilkan perubahan perilaku.56 Belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologis sebagai proses yang dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.57 Komponen-komponen pembelajaran meliputi empat unsur, yaitu: 1. Tujuan pembelajaran, adalah suatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang positif, baik dari segi pengetahuan keterampilan dan sikap. 2. Isi pembelajaran, merupakan isi atau bahan yang akan dipelajari siswa. 3. Kegiatan pembelajaran. 4. Evaluasi.58 Ciri-ciri belajar adalah: (1) Perubahan yang terjadi secara sadar, (2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, (3) Perubahan 54
hal.27
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, Cetakan ke-7, 2008),
55
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hal. 93 56 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), hal. 77 57 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2007), hal.124 58 Ahmad Qurtubi, Perencanaan Sistem Pengajaran, (Ciputat: Bintang Harapan Sejahtera, 2008), hal. 3
31
dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.59 Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dari berbagai aspek seperti kecakapan, sikap, kebiasaan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sehingga dengan interaksi itu dapat terjadi perubahan-perubahan yang tertanam dalam sikap perilakunya. Definisi belajar ditinjau dari beberapa sudut pandang, diantaranya: 1. Secara kualitatif atau tinjauan dari sudut jumlah belajar, berarti kegiatan pengembangan pengetahuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. 2. Secara instutisional, belajar dipandang sebagai validasi atau pembahasan terhadap penguasaan siswa atas konsep yang telah dipelajari. 3. Secara kualitatif, adalah proses memperoleh arti-arti dan mengalaman-pengalaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling.60 William Burton dalam buku The Guidance of Learning Activities, memaparkan tentang prinsip-prinsip belajar, yaitu: 1. Proses
belajar
ialah
pengalaman,
berbuat,
mereaksi,
dan
melampaui (under going). 2. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu. 3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan siswa.
59 60
Syaiful Bahri Djamarah, Op, cit,. hal.15-16 Muhibin Syah, Op, cit,. hal.91-92
32
4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. 5. Proses belajar disyaratkan oleh hereditas dan lingkungan.61 Selain prinsip-prinsip belajar di atas, belajar juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Baik berupa faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut: 1. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. 2. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. 3. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. 4. Faktor yang tidak kalah penting adalah faktor intelegensi. Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran.62 b. Pengertian Hasil Belajar Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil proses belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.63 Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan individu. Perubahan itu adalah hasil belajar yang dicapai dari proses belajar.64 Hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir.65 61
Oemar Hamalik, Op, cit,. hal. 31 Ibid,. 63 Dimiyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) cetakan keempat, hal.20 64 Syaiful Bahri Djamarah, Op, cit,. hal. 175 65 Aunurrahman, Op, cit,. hal. 38 62
33
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.66 Hordward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.67 Gagne dalam Dahar mengemukakan lima macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan intelektual, yang merupakan penampilan yang ditunjukan oleh siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dilakukan seperti memecahkan masalah, menyusun eksperimen, dan memberikan nilai-nilai sains, (b) strategi kognitif, penampilan siswa yang ditunjukan secara kompleks dalam situasi baru, dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya, (c) sikap, sekumpulan sikap yang dapat ditunjukan oleh perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatankegiatan sains, (d) informasi verbal, (e) keterampilan motorik, tidak hanya kegiatan fisik melaikan kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrument musik atau instrumen dalam sains.68 Hasil
belajar
pengertian-pengertian,
adalah
pola-pola
sikap-sikap,
perbuatan,
apresiasi
dan
nilai-nilai,
keterampilan.
Merujuk pemikiran Gagne yang dikutip oleh Agus Suprijono, hasil belajart berupa: 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
66
Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosdakarya, 2005), cetakan kesepuluh, hal.22 67 Ibid,. 68 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), cetakan kedua, hal. 135-140
34
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. 4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.69 Menurut Bloom yang dikutip oleh Agus, hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.70 Ketiga ranah kejiwaan tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena muara ketiga kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).71Tiga ranah tersebut harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kopentensi. 1. Hasil Belajar Penguasaan Materi (Kognitif) Hasil belajar pada ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan
intelektual
lainnya.
Kemampuan-
kemampuan intelektual tersebut dikategorikan oleh Bloom dkk, menjadi enam jenjang kemampuan. Enam jenjang tersebut adalah:72 a. Hafalan (C1) Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.
69
Agus Suprijono, Op, cit,. hal.5-6 Ibid,. Hal.6 71 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), hal. 13 72 Ibid,. hal. 15-17 70
35
b. Pemahaman (C2) Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, seperti menafsirkan bagan, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis atau sebaliknya, serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. c. Penerapan (C3) Jenjang penerapan meliputi kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi konkrit. d. Analisis (C4) Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi
yang
dihadapi
menjadi
komponen-komponen
sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. e. Sintesis (C5) Jenjang sintesis meliputi kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang
terpadu.
Termasuk
ke
dalamnya
kemampuan
merencanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan informasi lainnya. f. Evaluasi (C6) Jenjang
evaluasi
meliputi
kemampuan
untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.
36
2. Hasil Belajar Proses (Afektif) Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Hasil belajar afektif juga termasuk watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap emosi, atau nilai. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: a. Perhatian/penerimaan (receiveing) b. Tanggapan (responding) c. Penilaian/penghargaan (valuing) d. Pengorganisasian (organizing) e. Karakterisasi
terhadap
suatu
atau
beberapa
nilai
(characterization by a value or vale compex).73 3. Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor) Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, hasil belajar ini akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari, klasifikasi hasil belajar psikomotor yang erat kaitannya dengan ilmu sains (kimia) dalam kegiatan laboratorium ialah klasifikasi menurut Trowbidge, diantaranya yaitu:
73
Ibid,. hal. 19
37
a. Moving (bergerak), kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah membawa, membersihkan, menempatkan atau menyimpan. b. Manipulating (memanipulasi), kategori ini merujuk pada aktivitas yang mencangkup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan
yang
melibatkan
bagian-bagian
tubuh,
misalnya tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah merangkai, menimbang, mengaduk, mencampurkan. c. Communicating (berkomunikasi), kategori ini merujuk pada pengertian aktivitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. d. Creating (menciptakan), kategori ini merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru.74 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah. Menurut Ngalim Purwanto berhasil atau tidaknya belajar tergantung pada beberapa faktor. Adapun faktor-faktor itu dapat kita bedakan menjadi dua golongan yaitu: 1) Faktor yang berada pada organisme itu sendiri atau faktor individual. 2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial yang termasuk kedalam faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta sosial.75 Prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan diyakini memberikan pengaruh bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah: prinsip perhatian dan 74 75
Ibid., hal.25 Ngalim Purwanto,. Op, cit,. hal.102
38
motivasi, prinsip transfer dan retensi, prinsip keaktifan, prinsip keterlibatan langsung, prinsip pengulangan, prinsip tantangan, prinsip balikan dan penguatan, prinsip perbedaan individual.76 Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: keefektifan (effectiveneess), efisiensi (efficiency), dan daya tarik pembelajaran.77 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan yang dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan. Hasil belajar tersebut dapat diketahui dari proses penilaian baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini, hasil belajar diambil dari aspek kognitif siswa. 4. Laju Reaksi 1. Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi dikatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi hasil reaksi tiap satuan waktu. Laju reaksi adalah persamaan yang menyatakan hubungan kuantitatif antara konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi. Persamaan laju reaksi selalu ditentukan berdasarkan data-data hasil eksperimen dan tidak dapat diramalkan berdasarkan koefiefisien reaksi dari persamaan reaksinya. Laju menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan waktu, satuan waktu dapat berupa detik, menit, hari atau tahun. A→B Laju pengurangan A VA = - Δ [A] / Δt Laju pengurangan B VB = Δ[B] / Δt
76 77
Aunurrahman, Op, cit,. hal.137 Ahmad Qurtubi,. Op, cit,. hal.20
39
[A] dan [B] dinyatakan dalam molaritas, tetapi untuk fase gas dapat dinyatakan dalam satuan tekanan, waktu (t) dinyatakan dalam detik. 2. Konsep Laju Reaksi Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju reaksi yang berbeda-beda. Ada reaksi yang cepat, misalnya pembakaran kertas. Adapula yang lambat, misalnya perkaratan logam. Dalam bidang industri kimia pengetahuan tentang laju reaksi sangat penting dalam penentuan kondisi yang diperlukan untuk membuat suatu produk secara cepat dan ekonomis. Agar suatu reaksi kimia berlangsung, partikel-partikel (atom atau molekul) dari zat yang bereaksi harus bertumbukan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, tidak semua tumbukan antar partikel itu efektif (membuahkan reaksi). Reaksi terjadi ditentukan oleh jumlah atau frekuensi tumbukan dan ketepatan arah atau orientasi tumbukan. Faktor peningkatan suhu dan konsentrasi akan mempengaruhi frekuensi atau jumlah tumbukan, sedangkan faktor luas permukaan bidang sentuh akan mempengaruhi orientasi atau kecepatan arah tumbukan. Untuk menghasilkan suatu reaksi diperlukan tumbukan efektif. Tumbukan efektif yaitu tumbukan antarpartikel pereaksi yang mampu mencapai energi minimum tertentu. Energi kinetik minimum yang harus dimiliki atau yang harus diberikan kepada partikel agar tumbukan mereka menghasilkan reaksi disebut energi pengaktifan (energi aktivasi), dengan lambang Ea. Makin kecil (rendah) harga Ea makin mudah suatu reaksi terjadi, sehingga makin cepat suatu reaksi itu berlangsung. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Cepat dan lambatnya laju reaksi kimia ditentukan oleh berbagai faktor. Hal itu disebabkan setiap jenis reaksi memiliki laju yang berbeda-beda tergantung dari jenis, fase, dan sifat-sifat zat yang
40
direaksikan. Jika jenis dan sifat zat-zat yang direaksikan berbeda maka laju reaksinya akan berbeda. a.
Luas Permukaan Semakin halus partikel dari suatu zat padat, maka total luas permukaannya akan semakin besar. Pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi adalah jika pereaksi bercampur atau bersentuhan, akan terjadi suatu reaksi. Pada pereaksi yang heterogen, luas permukaan bidang batas yang saling bersentuhan akan mempengaruhi laju reaksi, yaitu semakin luas permukaan yang bersentuhan maka semakin besar laju reaksi.
b.
Konsentrasi Pereaksi Bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi dan eksponen atau pengkat tertentu. Eksponen (pangkat) pada konsentrasi reaktan disebut orde reaksi atau tingkat reaksi.
c.
Tekanan Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelanjutan dari reaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan
tekanan
dengan
memperkecil
volum
akan
memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi. d.
Suhu Laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Dari pengalaman sehari-hari, kita ketahui bahwa reaksi akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.78
B. Hasil Penelitian yang Relevan Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Arita Marini dengan judul pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar dalam 78
Suyatno, dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Grasindo, 2007) hal. 75-100
41
pembelajaran matematika mahasiswa PGSD FIP UNJ bahwa pendekatan konstruktivisme lebih baik daripada pendekatan konvensional79. Ranty Aditya Anggriamurti dengan judul pembelajaran transformasi geometri dengan pendekatan konstruktivis untuk meningkatkan penalaran logis kelas XII SMA BPI 2 bandung menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar.80 Gusni
Satriawati
dengan
judul
implementasi
pembelajaran
matematika dengan pendekatan konstruktivisme terhadap KTSP di sekolah dasar, di peroleh hasil yang menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivis berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar.81 Desak Made Citrawathi dengan judul penerapan suplemen bahan ajar
berwawasan
sains
teknologi
masyarakat
dengan
menggunakan
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran biologi untuk meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa SMUN 1 Singaraja, di peroleh hasil yang menunjukkan bahwa penerapan suplemen bahan ajar (SBA) berwawasan sains
teknologi
masyarakat
dengan
menggunakan
pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan literasi sains dan teknologi.82 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarini dengan judul pembelajaran konstruktivisme melalui model cooperative learning tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia bahwa dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar
79
Arita Marini, Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajarn Matematika Mahasiswa UNJ (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2008) 80 Ranty Aditya Anggriamurti, Pembelajaran Transformasi Geometri dengan Pendekatan Konstruktivisme untuk meningkatkan Penalaran Logis, (Jurnal Mathematics UPI, 2008) 81 Gusni Satriawati, Implementasi Pembeljaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme terhadap KTSP di Sekolah Dasar, jurnal UIN Vol.2 no.2(Jakarta: 2007) 82 Desak Made Citrawathi, Penerapan Suplemen Bahan Ajar Berwawasan STM dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme, (jurnal pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, no.2, 2003)
42
kimia siswa pada konsep asam basa, dilihat dari meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, dan dari siklus II ke siklus III.83 Ketut
Darma
dengan
judul
pengaruh
model
pembelajaran
konstruktivisme terhadap prestasi belajar matematika terapan pada mahasiswa politeknik negeri bali, di peroleh hasil terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar matematika mahasiswa diajar menggunakan model pembelajaran konstruktivisme konvensional.
dengan Ada
diajar
pengaruh
menggunakan interaksi
antara
model
pembelajaran
model
pembelajaran
konstruktivisme dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar mahasiswa.84 Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir Tanrere dengan judul model pembelajaran konstruktivistik realistik dengan setting kooperatif serta dampaknya terhadap pemahaman konsep kimia, menyatakan bahwa model pembelajaran konstruktivistik realistik setting kooperatif mampu untuk meningkatkan aktivitas guru dan siswa dimana guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing dan pengarah dalam proses belajar siswa, sedangkan siswa lebih aktif untuk menentukan dan memecahkan permasalahan sendiri atau bersama anggota kelompoknya. Hal ini berarti penerapan model pembelajaran mengubah orientasi pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran berpusat pada siswa.85 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparni dengan judul meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam mata pelajaran fisika melalui metode eksperimen pada siswa kelas 9c semester 2 SMP Negeri 1 Sragen tahun pelajaran 2006/2007, menyatakan bahwa menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan aktivitas 83
Setyarini, Pembelajaran Konstruktivisme melalui Model Cooperative Learning Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa, http://www.scribd.com/doc/, diakses pada tanggal 24 januari 2009 84 Ketut Darma, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap Prestasi Belajar Matematika Terapan Pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, no.070, Tahun ke-14: 2008 85 Munir Tanrere, Model Pembelajaran Konstruktivistik Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol. 15, no.2 : 2009
43
siswa dan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Menjadikan guru lebih kreatif dan memanfaatkan alat-alat laboratorium serta meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.86 C. Kerangka Berpikir Belajar adalah suatu proses yang dilakukan manusia untuk menghasilkan perubahan tingkah laku, perubahan emosional, keterampilan, sosial dan interaksi sosial. Di dalam proses pembelajar, interaksi yang aktif yang terjadi di kelas melibatkan siswa yang beragam latar belakang dan sifat pembawaan individu masing-masing. Belajar dan pembelajaran adalah aktivitas guru dan siswa dapat saling berinteraksi. Di dalam proses interaksi yang terjadi di kelas melibatkan siswa yang beragam, dengan latar belakang dan sifat pembawaan individu yang berbeda-beda. Perbedaan keanekaragaman tersebut yang mengakibatkan adanya perbedaan kecepatan dari setiap siswa dalam menerima dan memahami suatu materi pelajaran. Dengan kondisi yang ada pada siswa yang telah diuraikan di atas dapat dijadikan pertimbangan dalam proses belajar mengajar. Dengan segala perbedaan gaya belajar yang ada pada siswa, maka mereka dapat saling membantu melengkapi pemahaman konsep mereka, dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya, saling bertukar informasi atau ilmu pengetahuan, dan bekerja sama untuk dapat menyelesaikan tugas. Adanya kenyataan perbedaan gaya belajar yang dimiliki siswa, menjadikan guru sebagai dasar dalam menentukan pendekatan, model, atau metode pembelajaran seperti apakah yang dapat diterapkan di dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep laju reaksi. Pada
model
pembelajaran
konstruktivisme
melalui
metode
eksperimen, siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya 86
Suparni, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas 9C Semester 2 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007, (Jurnal Widyatama, vol.4, no.3, September: 2007)
44
tentang konsep yang akan dibahas (apersepsi), guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran, kemudian siswa diberikan kesempatan untuk
menyelidiki
dan
menemukan
konsep
melalui
pengumpulan,
pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan (eksplorasi), siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari (diskusi dan penjelasan konsep), setelah itu siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptuanya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah yang bekaitan dengan isu-isu di lingkungannya. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kontruktivisme melalui metode esperimen diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI khususnya pada konsep laju reaksi.
45
Bagan Kerangka Berfikir:
PBM
Guru
Siswa
Pembelajaran Konstruktivisme • • • •
•
Guru menarik perhatian siswa dengan cara memberikan motivasi sebelum pembelajaran. Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas Siswa melakukan percobaan. Siswa membagun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari (diskusi kelompok dan penjelasan konsep) Guru memberikan penjelasan singkat tentang konsep yang telah dipelajari.
Meningkatkan pemahaman Konsep
Hasil Belajar siswa melalui model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen tinggi
Gambar 1: Bagan Kerangka Berpikir
46
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir rumusan masalah yang ada, maka hipotesis penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada konsep laju reaksi”.
47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian adalah SMA Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 November sampai 5 Desember 2009. B. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode quasi experimen (eksperimen semu) yaitu metode yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok penelitian, yaitu kelompok pertama adalah kelompok eksperimen dengan penerapan metode eksperimen dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yaitu yang diberikan tanpa menggunakan metode eksperimen. Sebagai variabel terikatnya adalah hasil belajar kimia siswa setelah mendapat perlakuan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah: two gruop, pretest posttest design. Rancangan tersebut berbentuk sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas
Pretest
Perlakuan
Posttest
E
T1
X
T2
C
T1
-
T2
Keterangan : E : kelas eksperimen C : kelas kontrol T1 : pemberian pretest
48
T2 : pemberian posttest X : perlakuan (penerapan pendekatan konstruktivis)
C. Populasi, sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.87 a. Populasi target: seluruh siswa kelas XI SMA Darunnajah Jakarta tahun ajaran 2008/2009. b. Populasi terjangkau: siswa kelas XI SMA Darunnajah Jakarta pada semester ganjil tahun ajaran 2008/2009 2. Sampel adalah bagian dari jumlah karekteristik yang dimiliki oleh populasi.88 Teknik Pengambilan Sampel yang dilakukan dengan cara purposive sampling, mengambil sampel pada kelas yang tersedia tanpa melakukan random sampling. Penelitian ini dipilih dua kelas, yaitu kelas XI IPA-D sebagai kelas kontrol, dan kelas XI IPA-C sebagai kelas eksperimen. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas : metode eksperimen. b. Variabel terikat : hasil belajar 2. Sumber Data Dari penelitian ini diperoleh data berupa skor hasil belajar kimia siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar kimia pada pembahasan laju reaksi
(pretest dan posttest). Adapun urutan pengumpulan data
dilakukan sebagai berikut: 87
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.130 88 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 118
49
1. Melakukan observasi untuk menentukan kelas-kelas yang akan dijadikan kelompok subjek penelitian serta menentukan kelas-kelas eksperimen yaitu yang diberi perlakuan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen. 2. Memberikan tes kemampuan awal (pretest) tentang konsep laju reaksi di kedua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan konstruktivis dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvesional. 3. Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelas yang dijadikan subjek penelitian pada pembahasan laju reaksi. 4. Memberikan tes kemampuan akhir (posttest) tentang laju reaksi di kedua kelas dengan soal-soal yang sama. 5. Menilai hasil tes yang diperoleh dari kedua kelompok perlakuan, yaitu: kelompok atau kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen dan kelompok yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajran
konstruktivisme
melalui
metode
eksperimen.
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dan dipersiapkan untuk membuat laporan penelitian. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan catatan lapangan (field note). Catatan lapangan mencatat delapan tahap dalam model pembelajaran konstruktivisme. Catatan lapangan ini dilakukan pada saat pembelajaran, catatan lapangan dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan tes hasil belajar adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda, yang terdiri dari 5 alternatif pilihan yaitu A, B, C, D, dan E pada konsep laju reaksi. Soal tes disusun berdasarkan ruang lingkup materi yang diajarkan yaitu konsep laju reaksi. Ranah kognitif yang
diukur
adalah
aspek
hapalan/recall
(C1),
aspek
pemahaman/comprehension (C2), aspek penerapan/application (C3),
50
aspek analisis (C4) dan aspek sintesis (C5) yang disesuaikan dengan indikator pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Pengolahan hasil tes baik yang pretest maupun posttest yaitu dengan nilai-nilai atau skor sebagai berikut: siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal diberi nilai 1 dan siswa yang menjawab salah diberi nilai 0. 4. Variabel Penelitian a. Variabel X (metode eksperimen) 1) Definisi Konseptual (metode eksperimen) Metode eksperimen adalah pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan, mengamati proses dan mencatat hasil percobaan. Model pembelajaran konstruktivisme adalah kegiatan belajar mengajar yang bersifat membangun pengetahuan atau pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Dalam model pembelajaran ini siswa lebih aktif, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep, pada akhirnya siswa memikirkan solusi yang didasarkan pada hasil observasi. Guru hanya menjelaskan secara singkat tentang konsep yang
di
pelajari
dan
mengajak
siswa
mengaplikasikan
pemahaman konsep yang didapat, baik melalui percobaan maupun isu-isu dalam lingkungan siswa. 2) Definisi Operasional (metode eksperimen) Metode eksperimen adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep, karena siswa dihadapkan langsung dengan objekobjek yang terkait dengan konsep tersebut. Dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme siswa dapat mengkonstruk atau membagun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Dalam
51
membangun pengetahuan, siswa dapat melakukan observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan cara eksperimen di mana siswa melakukan kegiatan percobaan sendiri. b. Variabel Y (hasil belajar) 1) Definisi Konseptual Hasil belajar siswa adalah tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang di tetapkan. 2) Definisi Operasional Hasil belajar adalah hasil belajar berupa angka yang dapat diperoleh siswa pada pelajaran kimia pada konsep laju reaksi. Hasil belajar kimia dapat diketahui dari skor tes yang telah dikerjakan siswa. c. Kisi-kisi Instrumen Tes tersebut terdiri dari soal-soal konsep laju reaksi. Adapun perinciannya sebagai berikut: Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Konsep Laju Reaksi Indikator
C1 2
1. Mendefinisikan laju reaksi. 2. Menganalisis yang
faktor-faktor 2
mempengaruhi
Aspek kognitif C2 C3 C4
C5
Jumlah 2 (10%) 3 (15%)
1
laju
reaksi. 3. Mengidentifikasi
pengaruh
1
2
2
5 (25%)
luas permukaan terhadap laju reaksi. 4. Mengidentifikasi konsentrasi
pengaruh
terhadap
1
laju
reaksi.
1 (5%)
52
5. Mengidentifikasi
pengaruh 1
3 (15%)
2
suhu terhadap laju reaksi. 6. Mengidentifikasi
pengaruh 1
2 (10%)
1
katalis terhadap laju reaksi. 7. Menentukan persamaan laju
2
2 (10%)
2
2 (10%)
reaksi. 8. Menentukan orde reaksi. Jumlah
30%
20%
35%
5%
10%
100%
5. Kontrol terhadap Validitas Internal Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, dalam hal ini diluar sampel yang sudah ditetapkan. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji validitas, realibilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda. a. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keshahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur.89 Artinya, bahwa valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Uji validitas dalam penelitian menggunakan rumus Korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor butir 0 atau 1). Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah90:
hal. 65
89
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007)
90
Ahmad Sofyan,dkk, Op, cit,. hal.109
53
Keterangan: rpbi : koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total Xi : rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal Xt : rata-rata skor total semua responden St : standar deviasi skor total semua respond pi : proporsi jawaban benar untuk butir nomor i qi : proposi jawaban salah untuk butir nomor i Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan (α) = 0,05. Jika rpbi > rtabel maka soal tersebut valid dan jika rpbi < rtabel maka soal tersebut tidak valid. Jadi, apabila valid berarti soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar. Untuk mengetahui validasi dari butir soal peneliti menggunakan program ANATES (lampiran 8). Dari 58 soal yang di uji cobakan, 39 soal yang dinyatakan valid. b. Uji Reliabilitas Realibilitas bisa diartikan sebagai kepercayaan, keterandalan, keajengan, kestabilan, atau konsisten. Dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten. Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus KR-20 (Kuder-Richardson 20) sebagai berikut91:
keterangan: r11
: koefisien reliabilitas tes
kii
: jumlah butir
piqi
: varians skor butir
pi
: proposi jawaban benar untuk butir nomor i
91
Ibid., hal.113
54
qi
: proposi jawaban salah untuk butir nomor i 2
St
: varians skor total Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas, maka
koefisien reliabilitas tesnya adalah 0,84 (lampiran 5). c. Uji Taraf Kesukaran Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu butir soal. Indeks kesukaran rentangannya dari 0,0 – 1,0. Semakin besar indeks menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapat dijawab dengan benar oleh sebagian besar siswa, dan sebaliknya.92 Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari butir soal peneliti menggunakan program ANATES (lampiran 6). Kriteria indeks kesukaran93: P = 0 – 0,25
: sukar
P = 0,26 – 0,75
: sedang
P = 0,76 – 1
: mudah
Dari hasil ANATES, dapat dilihat bahwa satu soal yang dinyatakan mudah, dua soal yang dinyatakan sangat mudah, dua puluh tujuh soal yang dinyatakan sedang. Sembilan belas soal uji coba yang dinyatakan sukar, dan sembilan soal yang dinyatakan sangat sukar. d. Uji Daya Pembeda Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (rendah prestasinya). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui daya pembeda dari butir soal peneliti menggunakan 92 93
Ibid., hal. 103 Ibid., hal.103
55
program ANATES (lampiran 7). Adapun klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut. Klasifikasi daya pembeda94 D : 0,00 – 0,20 : jelek D : 0,20 – 0,40 : cukup D : 0,40 – 0,70 : baik D : 0,70 – 1,00 : baik sekali E. Analisis Data Setelah data-data diperoleh maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, perhitungan dengan menggunakan rumus liliefors. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji variasi, uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
homogen
atau
tidak.
Uji
homogenitas
dihitung
dengan
menggunakan rumus fisher, setelah dilakukan perhitungan normalitas dan homogenitas maka dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kostruktivisme melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa. Adapun langkah-langkah untuk mengadakan uji Liliefor adalah sebagai berikut: 1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang terbesar. 2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus:
94
Suharsimi Arikunto, Op,. Cit, hal.218
56
Dengan: Zi = skor baku X = nilai rata-rata Xi = skor data S = simpangan baku 3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 1-(0,5 + nilai tabel) 4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ......, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka
5. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut, nilai ini kita namakan Lo. 7. Memberikan interpretesi Lo dengan membandingkannya dengan Lt. Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors. 8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdasarkan dari distribusi normal. a. Uji Kenormalan Distribusi Populasi Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berdistrbusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Liliefors. Hipotesis uji normalitas: Ho = sampel berdistribusi normal Ha = sampel berdistribusi tidak normal Kriteria uji normalitas: Jika Lo < Ltabel, maka sampel berdistribusi normal pada taraf signifikan (α) = 0,05.
57
b. Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Rumus yang digunakan yaitu:
F=
=
, dimana S2 =
Keterangan: F : himogenitas S12: Varians terbesar S22: Varians terkecil Adapun kriterian pengujian adalah: a. Teknik Ho jika harga Fhitung< Ftabel b. Tolak Ho jika harga Fhitung < Ftabel Untuk taraf signifikan (α) = 0,05 dan derajat kebebasan pembilang dk = nk – 1 serta penyebut dk = nk – 1, dengan nb merupakan ukuran sampel yang variansnya besar dan nk merupakan ukuran sampel yang variansnya kecil. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka menguji data yang diperoleh digunakan rumus “uji t” yaitu95:
keterangan: to
: angka atau koefisien derajat perbedaan mean kedua kelompok
95
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek, Op, cit,. hal.311
58
MX
: mean kelompok perlakuan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen (kelas eksperimen)
MY
: mean kelompok perlakuan pembelajaran konvesional (kelas kontrol)
x
: deviasi setiap x2 dari x1
y
: deviasi setiap y2 dari y1
NX
: jumlah siswa kelas eksperimen
NY
: jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria Hipotesis, jika: To > ttabel, berarti Ha diterima dan Ho ditolak To < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Dengan dk = (N1 + N2 – 2) dan taraf signifikasi α = 0,05 F. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2 Keterangan : µ1 = Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode eksperimen (kelompok eksperimen) µ2 = Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan metode eksperimen (kelompok kontrol) Ho = Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen sama dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol Ha = Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil tes. Tes yang diberikan berupa pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum melakukan proses belajar mengajar pada konsep laju reaksi. Sedangkan posttest
diberikan
setelah
menerapkan
pembelajaran
kimia
dengan
menggunakan metode eksperimen (kelompok eksperimen) dan pembelajaran kimia tanpa menggunakan metode eksperimen atau menggunakan metode demostrasi dan ceramah (kelompok kontrol). Data skor pretest dan skor posttest dari 50 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen sebanyak 25 siswa dan kelompok kontrol sebanyak 25 siswa. Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif dengan menggunakan instrumen tes berupa tes objektif pilihan ganda sebanyak 20 soal. Data hasil pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran. 1. Hasil Uji Data Pretest a. Deskripsi data Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Hasil pretest kelompok kontrol diperoleh nilai tertinggi 40 dan nilai terendah 10, rata-rata sebesar 21, dan standar deviasi 8,41 (lampiran 13). Sedangkan dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest kelompok eksperimen diperoleh nilai tertinggi 35 dan nilai terendah 10, rata-rata sebesar 22,6, dan standar deviasi 7,23 (lampiran 12).
60
Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen No.
Data
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
1.
N
25
25
2.
Rata-rata
21
22,6
3.
SD
8,41
7,23
Gambar 4.1 Perbandingan Pretest rata-rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan gambar 4.1. Di atas, pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 22,6. Pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata sebesar 21. Berdasarkan perbandingan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelompok eksperimen lebih unggul 1,6 poin dari hasil selisih rata-rata kelompok kontrol.
61
b. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu normalitas, setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang dipakai adalah uji liliefors yakni untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal apabila kriteria Ho ditolak jika Lo > Lt dan Ho diterima jika Lo < Lt diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan α = 0,05. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Statistik
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
N
25
25
Lo
0,1449
0,1707
Lt
0,173
0,173
Kesimpulan
Lo < Lt (kelompok berdistribusi normal)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lo 0,1449< Lt 0,173. c. Uji Homogenitas Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Setelah
kedua
sampel
penelitian
tersebut
dinyatakan
berdistribusi normal. Selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunkan uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan pada tingkat kepercayaan tertentu. Sampel dinyatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
62
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Statistik S2 Kontrol
8,41
S2 Eksperimen
7,23
Fhitung
1,35
Ftabel
1,98
Kesimpulan
Fhitung < Ftabel
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Dari tabel di atas disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen, karena Fhitung 1,35< Ftabel 1,98. d. Uji
Hipotesis
Pretest
Kelompok
Kontrol
dan
Kelompok
Eksperimen Pengolahan data selanjutnya yaitu pengujian hipotesis dan dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test), untuk menguji hipotesis nihil ( Ho) yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran Konstruktivisme melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa. Untuk menguji hipotesis digunakan uji “t” pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 48, adapun kriterianya adalah: Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji “t” untuk pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh harga thitung = 0,72 dari tabel distribusi “t” untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan 48, diperoleh ttabel = 2,021. Hasilnya dapat pada tabel 4.4 berikut:
63
Tabel 4.4 Hasil pretest Uji “t”, Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Variabel
Jumlah
t hitung
t tabel
Kesimpulan
Sampel
Data
Nekperimen=
Menerima
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas
25
0,72
Kontrol dan Nkontrol = 25
2,021
Ho dan menolak Ha
Kelas Eksperimen Berdasarkan tabel di atas, didapat maka thitung < ttabel ( 0,72 < 2,021 ) sehingga Ho diterima. Dengan demikian hasil pretest yang belum mendapat perlakuan pembelajaran menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sehingga dari uji hipotesis yang telah dilakukan pada kedua kelompok yang belum mendapat perlakuan, dapat disimpulkan bahwa terdapat kemampuan kognitif yang sama antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. 2. Hasil Uji Data Posttest a. Data Hasil Belajar Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 40, nilai rata-rata sebesar 54,2, dan standar deviasi 10,77 (lampiran 19).
64
Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari posttest kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60, nilai rata-rata sebesar 76,2, dan standar deviasi 9,05 (lampiran 18). Tabel 4.5. Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen No.
Data
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
1.
N
25
25
2.
Rata-rata
54,2
76,2
3.
SD
10,77
9,05
Gambar 4.2 Perbandingan Posttest rata-rata kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan grafik 4.2 Di atas, pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 76,20, pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata sebesar 54,2. Berdasarkan perbandingan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelompok eksperimen lebih unggul 22 poin dari hasil selisih rata-rata kelompok kontrol. b. Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol dan Kelomok Eksperimen
65
Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu normalitas, setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang dipakai adalah uji liliefors yakni untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal apabila kriteria Ho ditolak jika Lo > Lt dan Ho diterima jika Lo < Lt diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan α = 0,05. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Statistik
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
N
25
25
Lo
0,1346
0,1260
Lt
0,173
0,173
Kesimpulan
Lo < Lt (kelompok berdistribusi normal)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lo 0,1346< Lt 0,173. c. Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Setelah
kedua
sampel
penelitian
tersebut
dinyatakan
berdistribusi normal. Selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunkan uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan pada tingkat kepercayaan tertentu. Sampel dinyatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
66
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Statistik S2 Kontrol
10,77
S2 Eksperimen
9,05
Fhitung
1,42
Ftabel
1,98
Kesimpulan
Fhitung < Ftabel
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan α = 0,05. Dari tabel di atas disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen, karena Fhitung 1,42< Ftabel 1,98. d. Uji Hipotesis Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Pengolahan data selanjutnya yaitu pengujian hipotesis dan dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test), untuk menguji hipotesis nihil ( Ho) yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa. Untuk menguji hipotesis digunakan uji “t” pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 48, adapun kriterianya adalah: Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji “t” untuk posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh harga thitung = 7,83 dari tabel distribusi “t” untuk taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh ttabel = 2,021 atau taraf signifikan α = 0,1 diperoleh ttabel =
67
1,684 pada derajat kebebasan 48. Hasilnya dapat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Hasil pretest Uji “t”, Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Variabel
Jumlah
t hitung
t tabel
Sampel
Kesimpula n Data
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Kontrol dan Kelas
Menolak
Nekperimen= 25
7,83
Nkontrol= 25
α(0,05)=2,021
Ho dan
α(0,01)=1,684
menerima Ha
Eksperimen Berdasarkan tabel di atas, didapat maka thitung < ttabel ( 7,83 < 2,021 ) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hasil posttest dalam penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa, diterima. Sehingga penelitian ini dapat menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. B. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil perhitungan hipotesis menggunakan uji “t” untuk pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh harga thitung = 0,72 dari tabel distribusi “t” untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan 48, diperoleh ttabel = 2,021 maka thitung < ttabel ( 0,72 < 2,021 ) dan menerima Ho.
68
Dengan demikian hasil pretest yang belum mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Artinya kemampuan kognitif kedua kelompok sama. Ini terlihat dari rata-rata pretest yang didapatkan oleh kedua kelas tersebut rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan dalam pretest karena mereka belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang laju reaksi. Sedangkan pengujian posttest ternyata diperoleh nilai perbandingan antara variabel pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen (X) dan hasil belajar kimia siswa (Y), sebesar thitung =7,83. Sedangkan nilai ttabel untuk taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan 48, diperoleh harga ttabel = 2,021, jika dibandingkan thitung dengan ttabel lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel). Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi diterima. Sehingga penelitian ini dapat membuktikan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hasil belajar yang diperoleh dimungkinkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah oleh faktor guru, siswa, serta model maupun metode pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa terhadap konsep-konsep sains maka penyajian materi ajar sains oleh guru di sekolah hendaknya dapat mengkaitkan pengetahuan awal yang di miliki siswa dengan materi yang akan diajarkan. Model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran kimia adalah model pembelajaran konstruktivisme dengan mengunakan
metode
eksperimen.
Dimana
model
pembelajaran
konstruktivisme memiliki delapan tahap yaitu menarik perhatian, prediksi
69
pribadi, prediksi kelompok, percobaan, diskusi kelompok, laporan kelompok, penjelasan, aplikasi. Tahap pertama adalah manarik perhatian siswa dimana guru memberikan gambaran singkat tentang fenomena yang berkaitan dengan materi yang akan di ajarkan. Siswa akan mengaitkan pengetahuan awal yang dimilikinya yang didapat selama hidupnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa fokus terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Setelah anak didik fokus, maka anak didik termotivasi untuk mempelajari konsep yang akan diajarkan. Tahap ini juga dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk memberikan prediksi tentang percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa diminta untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya. Setelah melakukan diskusi kelompok, tiap-tiap kelompok diminta untuk mengemukakan prediksi kelompok. Tahap berikutnya adalah tahap percobaan dimana siswa melakukan sendiri percobaan mereka. Tahap ini menjadi penting karena siswa akan langsung mengetahui, prediksi yang dilakukan siswa pada tahap kedua dan tahap ketiga akan terjawab. Apakah yang mereka prediksikan di awal akurat atau tidak. Dalam tahap ini siswa dapat melakukan percobaannya sendiri, dan mengetahui prediksinya benar atau tidak. Selanjutnya adalah diskusi kelompok, dimana siswa diajak untuk berdiskusi bersama kelompoknya. Siswa mendiskusikan hasil percobaan yang telah dilakukan akurat atau tidak, serta mengemukakan alasan yang mendukung. Tahap ini bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir siswa untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. Guru melatih siswa untuk memecahkan masalah melalui diskusi kelompok. Hal ini bertujuan supaya siswa saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya. Kemudian siswa membuat laporan kelompok, tahap ini dimana masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya, mengemukan berbagai macam alasan yang mendukung hasil penelitian mereka. Tahap ini bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan
70
pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. Tahap penjelasan adalah dimana guru menyampaikan penjelasan singkat tentang teori dan konsep dan mengkoreksi jika terdapat kesalah pahaman siswa. Tahap aplikasi adalah dimana guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain yang mirip yang telah dilakukan ataupun mengemukakan ide yang sama dengan percobaan yang telah dilakukan. Dari tahap-tahap yang telah dilakukan siswa dilatih harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberikan makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Sedangkan guru hanya membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan siswa berjalan lancar. Guru di sini tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimiliki guru melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran konstruktivisme menekankan peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan sarana dalam proses pembelajaran seperti bahan, peralatan, media dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukkan pengetahuan siswa. Seperti yang diungkapkan suparno dalam retno widyaningrum bahwa belajar menurut konstruktivisme adalah proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang sedang dipelajari dengan pengalaman
yang
telah
dimiliki
seseorang
sehingga
pengertiannya
berkembang. Sedangkan mengajar menurut konstruktivis bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, namun merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Pada pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen, siswa harus aktif selama proses pembelajaran. Karena siswa terlibat secara penuh dan aktif dalam proses pembelajaran. Tahap awal siswa mengkaitkan pengetahuan yang telah dipunyai siswa dengan pengetahuan yang baru. Kemudian siswa memprediksi, setelah itu melakukan percobaan, diskusi kelompok, laporan kelompok, dan pada tahap akhir atau tahap aplikasi siswa diajak untuk befikir percobaan yang mirip
71
ataupun mengemukakan ide yang sama dengan percobaan yang telah dilakukan. Pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
konstruktivisme adalah pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat berfikir dan memahami materi pelajaran, bukan sekedar menerima, mendengar dan mengingat. Dalam kegiatan pembelajaran siswa harus aktif upaya menemukan pengetahuan, konsep dan kesimpulan tentang konsep yang sedang dipelajari. Pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen, siswa dituntut terlibat aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, karena siswa akan melakukan semua tahapan yang ada pada model pembelajaran konstruktivisme. Sedangkan peran guru dalam pembelajaran konstruktivisme hanya sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa dapat berjalan dengan baik. Di dalam kelas, guru menciptakan persoalan, membimbing siswa dalam melakukan percobaan, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya. Hal ini sesuai dengan Mulyasa dalam Retno Widyaningrum mengungkapkan bahwa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran konstruktivisme adalah diskusi, tanya jawab, eksperimen, problem solving, penemuan dan investigasi serta pemberian tugas. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakuan
oleh
Setyarini
bahwa
dengan
menerapkan
konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
pembelajaran
72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pangaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata hasil posttest kelas kontrol. Mempunyai selisih nilai rata-rata, yaitu 76,2 untuk kelas ekperimen dan 54,2 untuk kelas kontrol. Demikian juga berdasarkan hasil perhitungan uji “t” untuk data posttest diperoleh nilai thitung sebesar 7,83, sehingga nilai thitung tersebut lebih besar dari ttabel yaitu sebesar 2,201. Maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah: 1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran kimia. 2. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen sebagai salah satu model pembelajaran dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. 3. Guru bidang studi kimia hendaknya memilih dan menggunakan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, yang menjadikan siswa sebagai subjek belajar, sehingga pembelajaran dapat bermakna.
73
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah pembelajran dengan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik pada materi pelajaran kimia pada konsep yang berbeda.
74
DAFTAR PUSTAKA Anggriamurti, Ranty Aditya, 2008, Pembelajaran Transformasi Geometri dengan Pendekatan Konstruktivisme untuk meningkatkan Penalaran Logis, Jurnal Mathematics UPI Arief, Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press Arifin, Mulyati, 2002, Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: IMSTEP JICA Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi, 2007, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Aunurrahman, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Citrawathi, Desak Made, 2003 Penerapan Suplemen Bahan Ajar Berwawasan STM dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme, (jurnal pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, no.2) Dahar, Ratna Wilis, 1996, Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga Darma, Ketut, 2008, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap Prestasi Belajar Matematika Terapan Pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, no.070, Tahun ke-14 Dimyati, Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri, 2008, Psikologi Belajar, edisi dua, Jakarta: Rineka Cipta Ghazali, Syukur, 2002, Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, jurnal pendidikan dan pembelajaran Hamalik, Oemar, 2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara Hurrahman, Fat, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, pada http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-daneksperimen, diakses tanggal 22 juli 2009
75
Iska, Zikri Neni, 2006, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007, Jakarta: Balai Pustaka, edisi ketiga, cetakan keempat Marini, Arita, 2008, Pengaruh Pendekatan Kosntruktivisme Terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Matematika Mahasiswa UNJ (Juranal pendidikan dan kebudayaan) Purwanto, Ngalim, 2007, Psikologi Pendidikan, cetekan kelima, Bandung Qurtubi, Ahmad, 2008, Perencananaan Sistem Pengajaran, Ciputat: Bintang Harapan Sejahtera Ramli, Munasprianto, 2006, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode Konstruktivisme, UIN Jakarta, (jurnal Pendidikan IPA Vol.1 no.2) Roestiyah, 2008, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Sagala, Syaiful, 2008, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta Satriawati, Gusni, Implementasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme terhadap KTSP di Sekolah Dasar,UIN Jakarta, 2007, (jurnal Matematika vol.2 ) Setyarini, Pembelajaran Konstruktivisme melalui Model Cooperative Learning Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa, http://www.scribd.com/doc/, diakses pada tanggal 24 januari 2009 Sofyan, Ahmad dkk, 2006, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta Sofyaningrum, etty, 2007, Terapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia di SMA/MA, prosiding seminar Internasional Pendidikan IPA Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Sujana, Nana, 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Rosdakarya Suparni, 2007, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas 9C Semester 2 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007, (jurnal Wisyatama, vol.4, no.3)
76
Suprijono, Agus, 2009, Cooperative Learning, Pustaka Pelajar, Surabaya: Pustaka Pelajar Suratno, Tatang, 2007, Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran Sains, prosiding seminar Internasional Pendidikan IPA Suyatno dkk, 2007, kimia untuk SMA/MA kelas XI, Jakarta: Grasindo Syah, Muhibbin, 2007, Psikologi Pendidikan dengan Pendekan Baru, edisi revisi, Bandung Tanrere, Munir, 2009, Model Pembelajaran Konstruktivistik Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol. 15, no.2 Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Jakarta: Sinar Grafika Widodo, Ari, 2007, konstruktivisme dan Pembeljaran Sains, jurnal pendidikan kebudayaan, jurnal pendidikan kebudayaan, Jakarta Widyaningrum, Retno, 2008, Model Pembelajaran Konstruktivistik pada Matematika, jurnal kependidikan dan kemasyarakatan Zurinal dan Wahdi Sayuti, 2006, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press _______, Pembelajaran Matematika dengan Teori Belajar Konstruktivisme, dalam http://www.mathematic.transdigit.com/mathematic-article/pembelajaranmatematika-dengan-teori-belajar-konstruktivisme.html, diakses 11 februari 2009
1
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ................................................................... 3 Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol.......................................................................... 18 Lampiran 3 LKS ................................................................................................ 42 Lampiran 4 Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Instrumen Tes ................................... 59 Lampiran 5 Uji Reliabilitas ............................................................................... 116 Lampiran 6 Uji Tingkat Kesukaran ................................................................... 123 Lampiran 7 Uji Daya Beda ................................................................................ 126 Lampiran 8 Uji Korelasi .................................................................................... 129 Lampiran 9 Instrumen Tes (Pretest dan Posttest) Konsep Laju Reaksi ........... 133 Lampiran 10 Catatan Lapangan (field note) ...................................................... 141 Lampiran 11 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 150 Lampiran 12 Analisis Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol151 Lampiran 13 Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Eksperimen ......................... 159 Lampiran 14 Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Kontrol ................................ 161 Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ................ 163 Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ....................... 165 Lampiran 17 Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................................................................................... 167
2
Lampiran 18 Uji Hipotesis Skor Pretes ............................................................. 169 Lampiran 19 Distribusi Data Postes Siswa Kelas Eksperimen ......................... 171 Lampiran 20 Distribusi Data Postes Siswa Kelas Kontrol ................................ 173 Lampiran 21 Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen ................ 175 Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ...................... 177 Lampiran 23 Uji Homogenitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas ....... 179 Kontrol........................................................................................ 181 Lampiran 24 Uji Hipotesis Skor Postes ............................................................ 183
3
RPP (Rancangan Perencanaan Pembelajaran) Kelas Eksperimen Nama Sekolah
: SMA Darunnajah Jakarta
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/1
Alokasi Waktu
: 8 X 45 menit
Standar Kompetensi
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Pertemuan Pertama 1.
Indikator : • Siswa dapat mendefinisikan pengertian laju reaksi.
2.
Materi Ajar Pengertian laju reaksi
3.
Model pembelajaran konstruktivisme
4.
Metode/ Pendekatan • Metode Eksperimen • Diskusi
4
• Tanya jawab 5.
Langkah-langkah KBM Tahapan dan Alokasi
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu Menarik Perhatian ( 5 menit ) Prediksi Individu ( 5 menit )
Guru menggali pengetahuan siswa dengan bertanya Siswa
memperhatikan
dan
menjawab
istilah laju dan bagaimana menghitung laju reaksi pertanyaan guru. dalam fisika. • Guru menanyakan apa yang terjadi bila obat Siswa menjawab pertanyaan guru maag direaksikan dengan HCl. • Guru
menanyakan
pengertian
laju
reaksi
berdiskusi
untuk
berdasarkan percobaan. • Guru membagikan lembar kegiatan. Prediksi Kelompok ( 10 menit )
• Guru
mengajak
siswa
mendapatkan prediksi kelompok. • Guru
meminta
perwakilan
• Siswa
berdiskusi
untuk
mendapatkan
prediksi kelompok. masing-masing
kelompok menyampaikan prediksi mereka.
• Siswa
menyampaikan
kelompoknya masing-masing.
prediksi
5
Percobaan ( 25 menit ) Diskusi Kelompok ( 10 menit ) Laporan Kelompok (15 menit ) Penjelasan Singkat ( 5 menit ) Aplikasinya ( 5 menit )
6.
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak- Siswa melakukan percobaan anak melakukan percobaan. Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan dalam lembar kegiatan siswa. yang mendukung. Guru
meminta
perwakilan
masing-masing Siswa melaporkan hasil diskusi.
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka. Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan Siswa memperhatikan konsep/teori
sains
dibalik
percobaan
yang
dilakukan. Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang Siswa menjawab percobaan yang mirip atau mirip atau mempunyai ide yang sama dengan memberikan ide yang sama dengan percobaan percobaan yang telah dilakukan.
Sumber • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
yang telah dilakukan.
6
• Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit bumi aksara) • Buku kimia untuk SMA kelas XI (penerbit yudistira) • Buku-buku yang relevan 7.
Penilaian • Lembar kerja siswa • Pretes
Pertemuan Kedua 1.
Indikator : − Siswa dapat menganalisi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi • Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi. • Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
2.
Materi Ajar • Materi prasyarat
: laju reaksi
• Materi inti
: pengaruh luas permukaan dan konsentrasi terhadap laju reaksi.
Pengertian laju reaksi 3.
Model pembelajaran konstruktivisme
4.
Metode/ Pendekatan • Metode Eksperimen • Diskusi • Tanya jawab
7
5.
Langkah-langkah KBM (indikator pertama) Tahapan dan Alokasi
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu Menarik Perhatian ( 2 menit )
• Guru memotivasi siswa dengan memperlihatkan Siswa
memperhatikan
dan
menjawab
sebuah wortel yang telah dipotong dan wortel pertanyaan guru. yang belum dipotong. Kemudian menanyakan, manakah yang akan lebih cepat matang wortel yang dimasak setelah dipotong terlebih dahulu dibandingkan
dengan
wortel
yang
tidak
dipotong? Mengapa terjadi demikian? Prediksi Individu ( 3 menit )
• Guru menanyakan lebih cepat larut mana, obat Siswa menjawab pertanyaan guru maag yang telah di gerus atau yang masih dalam bentuk tablet jika direaksikan dengan HCl. • Guru membagikan lembar kegiatan.
Prediksi Kelompok ( 10 menit )
• Guru
mengajak
siswa
berdiskusi
untuk
mendapatkan prediksi kelompok. • Guru
meminta
perwakilan
• Siswa
berdiskusi
untuk
mendapatkan
prediksi kelompok. masing-masing
• Siswa
menyampaikan
prediksi
8
kelompok menyampaikan prediksi mereka. Percobaan ( 15 menit ) Diskusi Kelompok ( 5 menit ) Laporan Kelompok (10 menit )
kelompoknya masing-masing.
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak- Siswa melakukan percobaan anak melakukan percobaan. Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan dalam lembar kegiatan siswa. yang mendukung. Guru
meminta
perwakilan
masing-masing Siswa
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
melaporkan
hasil
diskusi.
Siswa
menemukan konsep atau prinsip berdasarkan data-data
yang
diperoleh
dari
hasil
pengamatan. Penjelasan Singkat ( 5 menit ) Aplikasinya ( 3 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan Siswa memperhatikan konsep/teori
sains
dibalik
percobaan
yang
dilakukan. Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang Siswa menjawab percobaan yang mirip atau mirip atau mempunyai ide yang sama dengan memberikan ide yang sama dengan percobaan percobaan yang telah dilakukan.
yang telah dilakukan.
9
Langkah-langkah KBM (pertemuan kedua, indikator ke-3) Tahapan dan Alokasi
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu Menarik Perhatian ( 2 menit ) Prediksi Individu ( 3 menit )
• Guru menanyakan, mengapa jika mencuci Siswa
memperhatikan
dan
menjawab
pakaian lebih cepat bersih jika menggunakan pertanyaan guru. diterjen lebih banyak. • Guru menanyakan kepada siswa, jika terdapat Siswa menjawab pertanyaan guru HCl yang konsentrasi 2 M, 1 M dan 0,5 M. HCl konsentrasi
berapakah
yang
lebih
cepat
melarutkan pualam (CaCO3). • Guru membagikan lembar kegiatan. Prediksi Kelompok ( 5 menit )
• Guru
mengajak
siswa
berdiskusi
untuk
mendapatkan prediksi kelompok. • Guru
meminta
perwakilan
• Siswa
berdiskusi
untuk
mendapatkan
prediksi kelompok. masing-masing
• Siswa
menyampaikan
prediksi
10
kelompok menyampaikan prediksi mereka. Percobaan ( 15 menit ) Diskusi Kelompok ( 5 menit ) Laporan Kelompok (10 menit )
kelompoknya masing-masing.
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak- Siswa melakukan percobaan anak melakukan percobaan. Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan dalam lembar kegiatan siswa. yang mendukung. Guru
meminta
perwakilan
masing-masing Siswa
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
melaporkan
hasil
diskusi.
Siswa
menemukan konsep atau prinsip berdasarkan data-data
yang
diperoleh
dari
hasil
pengamatan dan diskusi kelompok. Penjelasan Singkat ( 5 menit ) Aplikasinya ( 3 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan Siswa memperhatikan konsep/teori
sains
dibalik
percobaan
yang
dilakukan. Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang Siswa menjawab percobaan yang mirip atau mirip atau mempunyai ide yang sama dengan memberikan ide yang sama dengan percobaan percobaan yang telah dilakukan.
yang telah dilakukan.
11
6.
Sumber • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit bumi aksara) • Buku kimia untuk SMA kelas XI (penerbit yudistira) • Buku-buku yang relevan
7.
Penilaian • Lembar kerja siswa
Pertemuan Ketiga 1.
Indikator : • Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap laju reaksi. • Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
2.
Materi Ajar • Materi prasyarat
: laju reaksi
• Materi inti
: pengaruh suhu dan katalis terhadap laju reaksi.
Pengertian laju reaksi 3.
Model pembelajaran Konstruktivisme
4.
Metode/ Pendekatan • Metode Eksperimen • Diskusi
12
• Tanya jawab 5.
Langkah-langkah KBM (pertemuan ke-3, indikator 1) Tahapan dan Alokasi
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu Menarik Perhatian ( 2 menit ) Prediksi Individu ( 3 menit )
• Guru memotivasi siswa dengan menanyakan, Siswa
memperhatikan
dan
menjawab
mengapa bahan makanan yang disimpan dalam pertanyaan guru. kulkas dapat bertahan lebih lama? • Guru menanyakan lebih cepat larut mana, gula Siswa menjawab pertanyaan guru pasir yang dilarutkan dengan air panas atau tidak. • Guru membagikan lembar kegiatan.
Prediksi Kelompok ( 10 menit )
• Guru
mengajak
siswa
berdiskusi
mendapatkan prediksi kelompok. • Guru
meminta
perwakilan
• Siswa
berdiskusi
untuk
mendapatkan
prediksi kelompok. masing-masing
kelompok menyampaikan prediksi mereka. Percobaan
untuk
• Siswa
menyampaikan
kelompoknya masing-masing.
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak- Siswa melakukan percobaan
prediksi
13
( 15 menit )
anak melakukan percobaan.
Diskusi Kelompok
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan
( 5 menit ) Laporan Kelompok (10 menit )
pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan dalam lembar kegiatan siswa. yang mendukung. Guru
meminta
perwakilan
masing-masing Siswa
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
melaporkan
hasil
diskusi.
Siswa
menemukan konsep atau prinsip berdasarkan data-data
yang
diperoleh
dari
hasil
pengamatan dan hasil diskusi. Penjelasan Singkat ( 5 menit ) Aplikasinya ( 3 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan Siswa memperhatikan konsep/teori
sains
dibalik
percobaan
yang
dilakukan. Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang Siswa menjawab percobaan yang mirip atau mirip atau mempunyai ide yang sama dengan memberikan ide yang sama dengan percobaan percobaan yang telah dilakukan.
yang telah dilakukan.
14
Langkah-langkah KBM (pertemuan ke-3, indikator 2) Tahapan dan Alokasi
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu Menarik Perhatian ( 2 menit )
• Guru
memberikan
ilustrasi
katalis
dalam Siswa
memperhatikan
dan
menjawab
kehidupan sehari-hari. Untuk menuju suatu pertanyaan guru. tempat akan lebih cepat jika menggunakan suatu kendaraan dibandingkan dengan berjalan kaki.
Prediksi Individu ( 3 menit )
• Guru menanyakan kepada siswa, apakah reaksi Siswa menjawab pertanyaan guru H2O2 3% akan semakin cepat jika larutan H2O2 3% ditambahkan katalis (FeCl3 0,5 M). • Guru membagikan lembar kegiatan.
Prediksi Kelompok ( 10 menit )
• Guru
mengajak
siswa
berdiskusi
mendapatkan prediksi kelompok. • Guru
meminta
perwakilan
• Siswa
berdiskusi
untuk
masing-masing
• Siswa
menyampaikan
kelompoknya masing-masing.
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak- Siswa melakukan percobaan anak melakukan percobaan.
mendapatkan
prediksi kelompok.
kelompok menyampaikan prediksi mereka. Percobaan
untuk
prediksi
15
( 25 menit ) Diskusi Kelompok ( 10 menit ) Laporan Kelompok (15 menit )
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan dalam lembar kegiatan siswa. yang mendukung. Guru
meminta
perwakilan
masing-masing Siswa
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
melaporkan
hasil
diskusi.
Siswa
menemukan konsep atau prinsip berdasarkan data-data
yang
diperoleh
dari
hasil
pengamatan dan hasil diskusi. Penjelasan Singkat ( 5 menit ) Aplikasinya ( 5 menit ) 6.
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan Siswa memperhatikan konsep/teori
sains
dibalik
percobaan
yang
dilakukan. Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang Siswa menjawab percobaan yang mirip atau mirip atau mempunyai ide yang sama dengan memberikan ide yang sama dengan percobaan percobaan yang telah dilakukan.
Sumber • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit bumi aksara)
yang telah dilakukan.
16
• Buku kimia untuk SMA kelas XI (penerbit yudistira) • Buku-buku yang relevan 7.
Penilaian • Lembar kerja siswa
Pertemuan Keempat 1.
Indikator : • Siswa dapat menentukan orde reaksi • Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dari hasil percobaan
2.
Materi Ajar • Materi prasyarat
: laju reaksi
• Materi inti
: orde reaksi
Pengertian laju reaksi 3.
Model pembelajaran konstruktivisme
4.
Metode/ Pendekatan • Metode Eksperimen • Diskusi • Tanya jawab
17
5.
Langkah-langkah KBM Tahapan dan Alokasi
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu Menarik Perhatian ( 5 menit ) Prediksi Individu ( 5 menit )
• Guru memotivasi siswa dengan mereview Siswa
memperhatikan
dan
menjawab
praktikum-praktikum yang telah dilakukan pada pertanyaan guru. pertemuan-pertemuan sebelumnya. • Guru
menanyakan
apa
yang
terjadi
jika Siswa menjawab pertanyaan guru
perubahan konsentrasi dan laju reaksi HCl pada saat
konsentrasi
Na2S2O3
konstan,
dan
sebaliknya. • Guru membagikan lembar kegiatan. Prediksi Kelompok ( 10 menit )
• Guru
mengajak
siswa
berdiskusi
mendapatkan prediksi kelompok. • Guru
meminta
perwakilan
• Siswa
berdiskusi
untuk
masing-masing
• Siswa
menyampaikan
kelompoknya masing-masing.
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak- Siswa melakukan percobaan anak melakukan percobaan.
mendapatkan
prediksi kelompok.
kelompok menyampaikan prediksi mereka. Percobaan
untuk
prediksi
18
( 25 menit ) Diskusi Kelompok ( 10 menit ) Laporan Kelompok (15 menit ) Penjelasan Singkat ( 5 menit ) Aplikasinya ( 5 menit )
6.
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan dalam lembar kegiatan siswa. yang mendukung. Guru
meminta
perwakilan
masing-masing Siswa melaporkan hasil diskusi.
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka. Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan Siswa memperhatikan konsep/teori
sains
dibalik
percobaan
yang
dilakukan. Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang Siswa menjawab percobaan yang mirip atau mirip atau mempunyai ide yang sama dengan memberikan ide yang sama dengan percobaan percobaan yang telah dilakukan.
Sumber • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit bumi aksara)
yang telah dilakukan.
19
• Buku kimia untuk SMA kelas XI (penerbit yudistira) • Buku-buku yang relevan 7.
Penilaian • Lembar kerja siswa • posttest
20
RPP (Rancangan Perencanaan Pembelajaran) Kelas kontrol
Nama Sekolah
: SMA Darunnajah Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 4 x 45 jam Standar Kompetensi
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dam faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Pertemuan pertama (pertemuan 1): 1. Siswa dapat mendefinisikan pengertian laju reaksi.
1. Materi Ajar Pengertian laju reaksi.
21
2. Metode/pendekatan •
Konstruktivisme
•
Diskusi
•
Tanya Jawab
•
Ceramah bermakna
3. Langkah-langkah KBM (Pertemuan Pertama) No
1
Tahapan Definisi Konsep Pembelajaran dan Alokasi Waktu a. Tahapan Apersepsi (10 menit)
Indikator Konsep
Laju reaksi didefinisikan Setelah sebagai
ukuran
Pemahaman Deskripsi Pembelajaran Aktivitas Guru
pembelajaran • Guru menggali pengetahuan • Siswa memperhatikan dan
yang siswa diharapkan dapat
menyatakan berkurangnya menggambarkan
grafik
siswa dengan bertanya istilah
menjawab
laju dan bagaiman rumus
guru.
jumlah zat-zat pereaksi laju reaksi, selain itu juga
menghitung
atau bertambahnya zat-zat diharapkan siswa dapat
fisika.
hasil reaksi tiap satuan menentukan waktu.
Aktivitas Siswa
laju
laju
pertanyaan
dalam
suatu
reaksi berdasarkan data percobaan.
2
b. Tahapan
• Guru mengajak siswa untuk • Secara berkelompok siswa
22 Eksplorasi (35 menit)
membentuk
8
kelompok.
berusaha
Kemudian guru membagikan lembar kerja yang sebagai bahan diskusi. • Guru
menjawab
lembar kerja. • Siswa berperan aktif dalam diskusi.
meminta
kelompok
untuk mengadakan diskusi kelompok untuk memjawab lembar kerja siswa. 3
c. Tahapan diskusi
• Guru
meminta
perwakilan • Siswa mendengarkan dan
dan penjelasan
salah satu kelompok untuk
memahami pembahasan
konsep
membacakan hasil diskusi.
hasil diskusi
(25 menit)
Kelompok memberikan
lainnya pendapat/
•
komentar/ saran. 4
d. Tahapan
• Guru
membantu
siswa • Siswa
pengembangan
menyimpulkan hasil diskusi
dan aplikasi
dengan menanyakan:
(10 menit)
Bagaimana konsep laju reaksi?
pertanyaan.
menjawab
23 • Guru meminta siswa mencari penerapan konsep laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari.
• Siswa mencari penerapan konsep laju reaksi dari berbagai sumber.
4. Sumber • Buku Kimia kelas XI/1 • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo) 5. Penilaian • Lembar Kerja Siswa • pretes
Pertemuan kedua Indikator (pertemuan ke-2): 1. Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi 2. siswa dapat menjelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
1. Materi Ajar Materi Prasyarat : Laju reaksi Materi Inti
: Pengaruh konsentrasi dan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
24
2. Metode/pendekatan •
Konstruktivisme
•
Diskusi
•
Demonstrasi
3. Langkah-langkah KBM (Pertemuan ke-1, indikator 1) No
1
Tahapan Definisi Konsep Pembelajaran dan Alokasi Waktu a. Tahapan Apersepsi (5 menit)
Indikator Pemahaman Deskripsi Pembelajaran Konsep
Aktivitas Guru
Laju reaksi adalah laju Setelah
melakukan • Guru
memperlihatkan
berkurangnya pereaksi percobaan,
siswa
media
atau laju terbentuknya diharapkan
dapat
memberikan
produk. Laju reaksi ini menyebtkan
faktor-
dipengaruhi faktor,
beberapa faktor
yaitu
suhu, mempengaruhi
konsentrasi, permukaan,
yang laju
luas reaksi dan siswa dapat katalis. menjelaskan
pengaruh
Laju reaksi makin cepat gaktor-faktor
tersebut
jika
konsentrasi
reaktan
zat terhadap
diperbesar. reaksi.
laju
suatu
Aktivitas Siswa
flash
dan
penjelasan
• Siswa memperhatikan flash
yang
bahwa di jalan raya yang
diperlihatkan
guru
ramai
dan penjelasan guru.
kemungkinan
terjadi tabrakan akan lebih besar
dibandingkan
jalan yang sepi.
di
medis
25
Luas permukaan sentuh makin besar, laju reaksi akan semakin cepat. 2
b. Tahapan Eksplorasi (20 menit)
• Guru untuk
mengajak
siswa • Secara
membentuk
8
berkelompok
sisiwa
melakukan
kelompok. Kemudian guru
pengamatan
menunjuk
percobaan
salah
kelompok melakukan
satu
hasil yang
di
untuk
lakukan di depan kelas
demostrasi
oleh perwakilan salah
didepan kelas.
satu
• Guru meminta perwakilan
kelompok
dan
mendiskusikannya.
salah satu kelompok untuk membacakan
hasil
pengamatan
dan
mendiskusikannya. Kelompok memberikan komentar/ saran.
lainnya pendapat/
• Menemukan atau
konsep prinsip
berdasarkan data-data yang
diperoleh
dari
hasil pengamatan serta mendiskusikannya.
26
• Satu
anggota
kelompok memberikan penjelasan konsep atau prinsip
berdasarkan
data-data diperoleh
yang dari
hasil
pengamatan. • Siswa berperan aktif dalam diskusi. 3
c. Tahapan diskusi
• Guru
hasil • Siswa
mendengarkan
diskusi dan menjelaskan
dan
penjelasan
kembali konsep pengaruh
pembahasan
konsep
konsentrasi terhadap laju
diskusi tentang konsep
reaksi.
pengaruh
(10 menit)
dan
membahas
memahami hasil
konsentrasi
terhadap laju reaksi. • Siswa bertanya sesuai dengan konsep yang dijelaskan.
27
4
d. Tahapan
• Guru
memberikan • Siswa
pengembanga
pertanyaan
n dan aplikasi
memotivasi siswa untuk
(10 menit)
yang
mengaplikasikan
menjawab
pertanyaan.
konsep
yang telah dimiliki: 1. Sebutkan manfaat konsep
konsentrasi
terhadap laju reaksi. • Guru
meminta
siswa
mencari percobaan lain untuk mencari percobaan lain yang sesuai untuk mengetahui pengaruh
konsep konsentrasi
terhadap laju reaksi.
• Siswa percobaan berbagai sumber.
mencari dari macam
28
• Langkah-langkah KBM (Pertemuan Ke-2, indikator 2) No
1
Tahapan Pembelajaran dan Alokasi Waktu a. Tahapan Apersepsi (5 menit)
Definisi Konsep
Indikator Pemahaman
Deskripsi Pembelajaran
Konsep
Laju reaksi adalah laju Setelah berkurangnya
Aktivitas Guru
melakukan • Guru
memotivasi
Aktivitas Siswa siswa • Siswa
memperhatikan
pereaksi percobaan,
siswa
dengan
memperlihatkan
benda yang diperlihatkan
terbentuknya diharapkan
dapat
sebuah wortel yang telah
oleh guru dan menjawab
produk. Laju reaksi ini menyebtkan faktor-faktor
dipotong dan wortel yang
pertanyaan guru.
dipengaruhi
beberapa yang mempengaruhi laju
belum dipotong. Kemudian
suhu, reaksi dan siswa dapat
menanyakan “Manakah yang
atau
laju
faktor,
yaitu
konsentrasi,
luas menjelaskan
pengaruh
akan lebih cepat matang
permukaan, katalis. Laju gaktor-faktor
tersebut
wortel yang dimasak setelah
reaksi makin cepat jika terhadap laju suatu reaksi.
dipotong terlebih dahulu di
konsentrasi zat reaktan
bandingkan dengan wortel
diperbesar.
yang
Luas
permukaan sentuh makin besar, laju reaksi akan semakin cepat.
tidak
dipotong?
Mengapa terjadi demikian?
29
2
b. Tahapan Eksplorasi (20 menit)
• guru
menunjuk
salah
satu • Secara berkelompok siswa
kelompok untuk melakukan
melakukan pengamatan
demostrasi di depan kelas
hasil
serta
mendiskusikannya.
kerja
membagikan lembar kepada
percobaan
dan
seluruh
kelompok. • Guru
meminta
perwakilan
salah satu kelompok untuk membacakan
hasil
pengamatan
dan
mendiskusikannya. Kelompok memberikan komentar/ saran.
• Menemukan konsep atau prinsip berdasarkan datadata yang diperoleh dari hasil pengamatan serta mendiskusikannya.
lainnya • Satu pendapat/
anggota
kelompok
memberikan penjelasan konsep
atau
berdasarkan
prinsip data-data
yang diperoleh dari hasil pengamatan. • Siswa berperan aktif dalam
30 diskusi. 3
c. Tahapan diskusi
• Guru membahas hasil diskusi • Siswa mendengarkan dan
dan penjelasan
dan
konsep
konsep
(10 menit)
menjelaskan
kembali
pengaruh
permukaan
terhadap
memahami pembahasan
luas
hasil
laju
konsep
reaksi.
diskusi
tentang
pengaruh
luas
permukaan terhadap laju reaksi. • Siswa dengan
bertanya konsep
sesuai yang
dijelaskan. 4
d. Tahapan
• Guru memberikan pertanyaan • Siswa
pengembangan
yang
dan aplikasi
untuk
(10 menit)
memotivasi
siswa
mengaplikasikan
konsep yang telah dimiliki: 1. Sebutkan manfaat konsep luas permukaan terhadap laju reaksi. • Guru meminta siswa mencari percobaan
lain
untuk
pertanyaan.
menjawab
31 mencari percobaan lain yang sesuai
untuk
konsep permukaan reaksi.
5. Sumber • Buku Kimia kelas XI/1 • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo) • Seperangkat alat percobaan 6. Penilaian • Lembar Kerja Siswa • Pretes Pertemuan ke-3 Indikator (pertemuan ke-3): 1. Siswa dapat menjelaskan pengaruh suhu terhadap laju reaksi 2. siswa dapat menjelaskan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
1. Materi Ajar Materi Prasyarat : Laju reaksi
mengetahui
pengaruh terhadap
luas laju
• Siswa mencari percobaan dari
berbagai
sumber.
macam
32
Materi Inti
: Pengaruh suhu dan katalis terhadap laju reaksi.
2. Metode/pendekatan •
Konstruktivisme
•
Diskusi
•
Praktikum
3. Langkah-langkah KBM (Pertemuan ke-2, indikator 1) No
1
Tahapan Pembelajaran dan Alokasi Waktu a. Tahapan
Definisi Konsep
Salah
satu
faktor
yang Setelah
melakukan
Deskripsi Pembelajaran Aktivitas Guru
•
mempengaruhi
reaksi percobaan,
siswa
dengan
(5 menit)
adalah suhu. Jika suhu reaksi diharapkan
dapat
“Mengapa
maka
akan menyebtkan faktor-faktor
Aktivitas Siswa
Guru memotivasi siswa
Apersepsi
dinaikkan,
laju
Indikator Pemahaman Konsep
menanyakan bahan
makanan yang disimpan
membuat laju reaksi makin yang mempengaruhi laju
dalam
cepat. Katalis adalah zat yang reaksi dan siswa dapat
bertahan lebih lama?
dapat
mempercepat
reaksi menjelaskan
atau memperlambat reaksi.
faktor-faktor
pengaruh tersebut
terhadap laju suatu reaksi.
kulkas
dapat
•
Siswa
menjawab
pertanyaan guru.
33
2
b. Tahapan
• Guru mengajak siswa untuk • Secara
Eksplorasi
membentuk
8
(20 menit)
(kelompok
yang
dibentuk
pada
pertama).
kelompok telah
sisiwa
berkelompok melakukan
pengamatan
pertemuan
percobaan
Kemudian
mendiskusikannya.
hasil dan
melakukan demostrasi serta membagikan lembar kerja siswa. • Guru
meminta
perwakilan
salah satu kelompok untuk membacakan
hasil
pengamatan
dan
mendiskusikannya. Kelompok memberikan komentar/ saran.
lainnya pendapat/
• Menemukan konsep atau prinsip berdasarkan datadata yang diperoleh dari hasil pengamatan serta mendiskusikannya.
34 • Satu
anggota
kelompok
memberikan penjelasan konsep
atau
prinsip
berdasarkan
data-data
yang diperoleh dari hasil pengamatan. • Siswa berperan aktif dalam diskusi. 3
c. Tahapan
• Guru membahas hasil diskusi • Siswa mendengarkan dan
diskusi dan
dan
menjelaskan
penjelasan
konsep
konsep
terhadap laju reaksi.
pengaruh
kembali suhu
memahami pembahasan hasil
diskusi
tentang
konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
(10 menit)
• Siswa dengan
bertanya konsep
sesuai yang
dijelaskan. 4
d. Tahapan
• Guru memberikan pertanyaan • Siswa
pengemban
yang
gan
untuk
aplikasi
dan
memotivasi
siswa
mengaplikasikan
pertanyaan.
menjawab
35 (10 menit)
konsep yang telah dimiliki: 1. Sebutkan manfaat konsep suhu terhadap laju reaksi. • Guru meminta siswa mencari percobaan
lain
untuk
mencari percobaan lain yang sesuai
untuk
konsep
mengetahui
pengaruh
suhu
• Siswa mencari percobaan dari
terhadap laju reaksi.
berbagai
macam
sumber.
1. Langkah-langkah KBM (Pertemuan ke-3, indikator 2) No
1
Tahapan Pembelajaran dan Alokasi Waktu a. Tahapan
Definisi Konsep
Salah
satu
faktor
yang Setelah
melakukan
Deskripsi Pembelajaran Aktivitas Guru
•
Guru
mempengaruhi
reaksi percobaan,
siswa
ilustrasi
(5 menit)
adalah suhu. Jika suhu reaksi diharapkan
dapat
kehidupan
maka
akan menyebtkan faktor-faktor
Untuk
Aktivitas Siswa
memberikan
Apersepsi
dinaikkan,
laju
Indikator Pemahaman Konsep
katalis
dalam
sehari-hari.
menuju
suatu
•
Siswa memperhatikan ilustrasi diberikan guru.
yang
36 membuat laju reaksi makin yang mempengaruhi laju
tempat akan lebih cepat
cepat. Katalis adalah zat yang reaksi dan siswa dapat
jika menggunakan suatu
dapat
kendaran
mempercepat
reaksi menjelaskan
atau memperlambat reaksi.
faktor-faktor
pengaruh tersebut
dibandingkan
dengan berjalan kaki.
terhadap laju suatu reaksi.
2
b. Tahapan
• Guru mengajak siswa untuk • Secara
Eksplorasi
membentuk
8
(20 menit)
(kelompok
yang
dibentuk
pada
kelompok telah
pertemuan
pertama). Kemudian guru menunjuk
salah
sisiwa
berkelompok melakukan
pengamatan percobaan
hasil dan
mendiskusikannya.
satu
kelompok untuk melakukan demostrasi
serta
membagikan lembar kerja siswa. • Guru
meminta
perwakilan
salah satu kelompok untuk
• Menemukan konsep atau prinsip berdasarkan datadata yang diperoleh dari
37 membacakan
hasil
pengamatan
dan
hasil pengamatan serta mendiskusikannya.
mendiskusikannya. Kelompok memberikan
lainnya pendapat/
komentar/ saran.
• Satu
anggota
kelompok
memberikan penjelasan konsep
atau
berdasarkan
prinsip data-data
yang diperoleh dari hasil pengamatan. • Siswa berperan aktif dalam diskusi. 3
c. Tahapan
• Guru membahas hasil diskusi • Siswa
diskusi dan
dan
penjelasan
konsep
konsep
terhadap laju reaksi.
(10 menit)
menjelaskan pengaruh
kembali katalis
mendengarkan
dan
memahami
pembahasan
hasil
diskusi tentang konsep pengaruh
katalis
38
terhadap laju reaksi. • Siswa bertanya sesuai dengan konsep yang dijelaskan. 4
d. Tahapan
• Guru
memberikan • Siswa
pengemban
pertanyaan
gan
memotivasi siswa untuk
dan
aplikasi (10 menit)
yang
mengaplikasikan
menjawab
pertanyaan.
konsep
yang telah dimiliki: 2. Sebutkan
manfaat
konsep katalis terhadap laju reaksi. • Guru
meminta
siswa
mencari percobaan lain untuk mencari percobaan lain yang sesuai untuk mengetahui
konsep • Siswa
pengaruh katalis terhadap
percobaan
mencari dari
39
laju reaksi.
berbagai sumber.
5. Sumber • Buku Kimia kelas XI/1 • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo) • Seperangkat alat percobaan 6. Penilaian • Lembar Kerja Siswa Pertemuan ke-4 Indikator (pertemuan ke-4) : 1. Siswa dapat menentukan orde reaksi. 2. Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi berdasarkan hasil percobaan.
1. Materi Ajar Materi Prasyarat : Pengertian Laju reaksi Materi Inti : Persamaan Laju Reaksi dan orde reaksi 2. Metode/pendekatan •
Konstruktivisme
•
Tanya Jawab
macam
40
•
Diskusi
•
Ceramah bermakna
3. Langkah-langkah KBM (Pertemuan ke-4) No
1
Tahapan Definisi Konsep Pembelajaran dan Alokasi Waktu a. Tahapan Apersepsi (10 menit)
Laju
reaksi
Indikator
Pemahaman Deskripsi Pembelajaran
Konsep
dapat Setelah
Aktivitas Guru
pembelajaran • Guru mengadakan tanya jawab • Siswa
dinyatakan dalam bentuk siswa diharapkan dapat
untuk
persamaan
reaksi menentukan orde reaksi
sebelumnya.
konsentrasi dan persamaan laju suatu
menanyakan
berdasarkan zat-zat
laju
pereaksi.
umumnya,
laju
bergantung
Pada reaksi.
Aktivitas Siswa
review
materi
menjawab
pertanyaan guru.
Guru konsep
laju
reaksi.
reaksi pada
konsentrasi awal zat-zat pereaksi ditentukan
yang
dapat melalui
percobaan. 2
b. Tahapan Eksplorasi
• Guru memberikan contoh soal. • Secara berkelompok siswa • Guru
membagikan
lembar
kerja untuk dikerjakan secara
berusaha lembar kerja.
menjawab
41 (35 menit)
berkelompok. • Meminta
siswa
• Siswa berperan aktif dalam berdiskusi
diskusi.
untuk mengerjakan lembar kerja. 3
c. Tahapan diskusi
• Guru memberikan latihan soal • Siswa mengerjakan latihan
dan penjelasan
untuk
konsep
masing.
dikerjakan
masing-
soal.
(25 menit) 4
d. Tahapan pengembangan dan aplikasi (10 menit)
4. Sumber • Buku Kimia kelas XI/1 • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga) • Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo) 5. Penilaian
• Lembar Kerja Siswa • posttest
• Guru memberi tugas kepada • Siswa mengerjakan tugas. siswa untuk dikerjakan di rumah.
42
LEMBAR KERJA SISWA Pertemuan Pertama Nama : Kelas :
Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: 1. Siswa dapat mendefinisikan pengertian laju reaksi.
Tujuan
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi
Alat dan bahan
: 1. Tabung reaksi 2. Obat maag (setengah tablet) 3. HCl 1 M
Cara kerja : 1. siapkan obat maag (tablet) dan HCl 0,5 M 2. Masukkan 5 mL larutan HCl ke dalam tabung reaksi.
43
3. Masukkan obat maag ke dalam tabung reaksi dan secara bersamaan dinyalakan stopwatch 4. Lakukan pengamatan terhadap obat maag pada detik ke 10, 20 dan 30.
Lembar pengamatan Waktu (detik)
Obat maag
0 10 20 30 Gambarkan grafik sisa obat maag terhadap waktu Obat maag
waktu
Pengamatan
44
Pertanyaan; 1. pengertian laju reaksi adalah .............................…………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… 2. Rumusan laju reaksi adalah ………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………..........................................................................................
45
LEMBAR KERJA SISWA Pertemuan Kedua Nama : Kelas :
Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: 1. Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
Tujuan
: Menyelidiki pengaruh luas permukaan bidang sentuh dan konsentrasi larutan terhadap laju reaksi heterogen dan homogen.
Alat dan bahan
: 1. Tabung reaksi 2. Obat maag (setengah tablet dan setengah yang telah di gerus) 3. HCl 0,5 M
Cara kerja
46
1.
Siapkan masing-masing obat maag dalam bentuk tablet maupun yang telah di gerus.
2.
masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi HCl 1 M, 10 mL yang berbeda. Aduk hingga larut. Catat waktu yang dibutuhkan hingga semua obat maag larut. Lembar pengamatan Tabung reaksi
Obat maag
1
tablet
2
Yang telah di gerus
Waktu reaksi
Pertanyaan: 1. Dari kedua tabung tersebut, dalam betuk yang bagaimanakah obat maag paling cepat untuk larut? Jawab : …………………………………………………………………...... ………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………… 2. Jelaskan mengapa bila dihubungkan dengan teori luas permukaan? Jawab : ……………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………… 3. Bagaimana pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi? Jawab : ……………………………………………………………………... …………………………………………………………………………………………………………………………………………
47
LEMBAR KERJA SISWA Pertemuan Kedua Nama : Kelas :
Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
Tujuan
: Menyelidiki pengaruh luas permukaan bidang sentuh dan konsentrasi larutan terhadap laju reaksi heterogen dan homogen.
Alat dan bahan
: 1. Larutan HCl 2 M, 1 M, dan 0,5 M 2. Pualam ( CaCO3) 3. Air 4. Gelas kimia
48
Cara kerja : percobaan B 1. Masukkan 10 mL larutan HCl 2 M kedalam gelas kimia, tambahkan 0,5 gram pualam serbuk (CaCO3) dan catat waktu sejak penambahan itu sampai pualam habis beraksi. 2. Ulangi langkah di atas dengan larutan HCl 1 M dan 0,5 M. Lembar Pengamatan tabung
Serbuk pualam
10 mL HCL
1
0,5 gram
2M
2
0,5 gram
1M
3
0,5 gram
0,5 M
Waktu reaksi
Gambarkan grafik hubungan konsentrasi HCl terhadap waktu reaksi Konsentrasi HCl waktu Pertanyaan: 1. Dari ketiga tabung tersebut, pada tabung manakah serbuk pualam paling cepat untuk habis bereaksi? Jawab : …………………………………………………………………......
49
………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………… 2. Jelaskan mengapa bila dihubungkan dengan teori konsentrasi? Jawab : ……………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………… 3. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? Jawab : ……………………………………………………………………... …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………
50
LEMBAR KERJA SISWA Pertemuan Ketiga Nama : Kelas :
Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Tujuan
: Untuk memahami pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Alat dan bahan: 1. Korek api 2. Pembakar sepirtus 3. Gelas kimia 250 mL
51
4. Kaki tiga 5. Pengaduk 6. temometer 7. Kasa asbes 8. Stopwatch 9. Gula pasir 10. Air Cara kerja 1. Masukkan 50 mL air dingin ( ukur suhu air terlebih dahulu) ke dalam gelas kimia. Ukur suhu dengan thermometer. 2. Tambahkan 10 gram gula pasir kedalam gelas kimia. 3. Aduk hingga gula larut. Catat waktu yang dibutuhkan sampai semua gula larut. 4. Lakukan hal diatas, tetapi panaskan air terlebih dahulu, hingga suhu mencapai 450C dan 900C. Lembar pengamatan gelas
Suhu
1
gula 10 gram
2
450C
10 gram
3
700C
10 gram
Waktu reaksi
52
Gambarkan grafik hubungan suhu air terhadap waktu reaksi suhu
waktu Pertanyaan: 1. Dari ketiga tabung tersebut, pada tabung mana gula paling cepat untuk larut? Jawab…………………………………………………………………......…………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… 2. Jelaskan mengapa bila dihubungkan dengan teori suhu? Jawab : ……………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………… 3. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi? Jawab : ……………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………
53
LEMBAR KERJA SISWA Pertemuan Ketiga Nama : Kelas :
Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
Tujuan
: Untuk memahami pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
Alat dan bahan: 1. Larutan H2O2 3% 2. FeCl3 0,5 M 3. Tabung reaksi Cara kerja:
54
1.
Masukkan masing-masing 5 mL larutan H2O2 3% ke dalam tabung reaksi. Nyalakan stopwatch dan amati apa yang terjadi pada larutan itu. Catat waktu sampai tidak terbentuk lagi gas O2.
2.
Masukkan 5 mL H2O2 3% ke dalam tabung kedua, tambahkan 1mL larutan FeCl3 0,5M. Nyalakan stopwatch dan amati apa yang terjadi pada larutan itu. Catat sejak penambahan FeCl3 sampai reaksi berhenti yang ditandai dengan tidak ada lagi gelembunggelembung O2 yang terbentuk.
Lembar pengamatan tabung
Percobaan
1
Tanpa katalis (FeCl3)
2
Dengan katalis (FeCl3)
Waktu (detik)
pengamatan
Pertanyaan 1. Dari kedua tabung tersebut, apakah penggunaan katalis berpengaruh pada reaksi tersebut? Jawab : …………………………………………………………………...... ………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………
55
LEMBAR KERJA SISWA Pertemuan Keempat Nama : Kelas :
Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: 1. Siswa dapat menentukan orde reaksi 2. Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi
Tujuan
: Untuk menentukan orde reaksi.
Alat dan bahan
:
1. Gelas kimia 50 mL 2. Gelas ukur 25 mL
56
3. Stopwatch 4. Neraca 5. Kertas 6. Spidol 7. Larutan HCl 3 M 8. Larutan Na2S2O3 0,15 M Cara kerja
:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + H2O + SO2 (g) + S (s) 1. Buatlah tanda silang dengan tinta spidol hitam pada sehelai kertas. 2. Masukkan 5 mL larutan HCl 3M ke dalam gelas kimia dan letakkan gelas itu di atas tanda silang. Tambahkan 25 mL larutan Na2S2O3 0,15 M. (dari reaksi diatas akan dihasilkan endapan belerang yang dapat menutup penglihatan pada tanda silang di bawah gelas) 3. Amati waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan sampai tanda silang tidak terlihat lagi dari atas. 4. Ulangi percobaan yang serupa dengan menggunakan konsentrasi larutan yang berbeda. a. 5 mL larutan HCl 3 M dan larutan Na2S2O3 yang lebih encer (5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL larutan Na2S2O3 0,15 M yang diencerkan dengan air sampai volumnya menjadi 25 mL) b. 25 mL larutan Na2S2O3 0,15 M dan larutan HCl yang lebih encer (masing-masing dengan 1 mL dan 3 mL larutan HCl 3 M yang diencerkan dengan air sampai volumnya 5 mL)
57
Hasil pengamatan Pengaruh kosentrasi larutan Na2S2O3, konsentrasi HCl tetap No.
Volume HCl 3 M (mL)
Volum larutan Na2S2O3 (mL) Na2S2O3 0,15 M
Air
1.
5
25
0
2.
5
20
5
3.
5
15
10
4.
5
10
15
5.
5
5
20
[Na2S2O3]
Waktu
M
(detik)
Hasil pengamatan Pengaruh kosentrasi larutan HCl, konsentrasi Na2S2O3 tetap No.
Volume Na2S2O3 0,15 M (mL)
1.
25
Volum larutan HCl (mL) HCl 3 M
Air
5
0
[HCl] M
Waktu (detik)
58
2.
25
3
2
3.
25
1
4
59
Kisi-kisi Instrumen Standar Kompetensi Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dam faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan seharihari dan industri. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Aspek kognitif dan nomor butir soal Indikator
1. Mendefinisikan laju reaksi. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju
Ingatan (C1)
Pemahaman (C2)
1*,2*
3,4,5,6,7
8*, 9*, 12
10, 11, 13*, 15
Penerapan (C3)
Jumlah
Analisis (C4)
Sintesis (C5) 7
14
8
reaksi. 3. Mengidentifikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi. 4. Mengidentifikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
16*, 17, 18, 19*,
55*
57*, 58*
8
20 21, 22
23*, 24, 25
54
6
60
5. Mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap laju
33*
reaksi. 6. Mengidentifikasi pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
37, 39, 40,
26, 30, 31, 34,
27, 28*, 29*,
35, 36
32
38*
11
53
6
41*
7. Menentukan persamaan laju reaksi.
43
42*, 44*, 45,
6
46, 47 8. Menentukan orde reaksi.
48, 49*, 50,
56
6
51, 52* Jumlah
10
24
Tanda (*) menunjukkan nomor soal yang digunakan sebagai tes pretest dan posttest
18
4
2
58
61
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran
: SMA/MA : Kimia
Jumlah Soal
: 58 Soal
Bentuk Soal
: Pilihan Ganda
Standar Kompetensi
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Konsep / sub-konsep
Laju Reaksi a. Pengertian laju reaksi
Indikator
Mendefinisikan 1. pengertian laju reaksi
Butir Soal
Pengertian laju reaksi adalah .... a. b. c. d. e.
penambahan mol pereaksi tiap satuan waktu penambahan mol pereaksi tiap liter tiap satuan waktu pengurangan mol hasil reaksi tiap satuan waktu pengurangan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu penambahan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
Aspek kognitif
Jawaban
C1
E
62 Menyatakan notasi 2. laju reaksi berdasarkan reaksi
Diketahui reaksi A + B → C + D + E
C1
C
C2
C
C2
C
Pernyataan berikut yang benar tentang laju reaksi di atas adalah .... a. vA = + [ A ] Δt b. vB = + [ B ] Δt c. vC = + [ C ] Δt d. vD = - [ D ] Δt e. vE = - [ E ] Δt
Mendefinisikan 3. laju reaksi berdasarkan reaksi
reaksi: A(g) + B(g) → C(g) + D(g) + E(g) Pernyataan di bawah ini tentang laju reaksi di atas, kecuali .... a. berkurangnya konsentrasi A per satuan waktu b. berkurangnya konsentrasi B per satuan waktu c. berkurangnya konsentrasi C per satuan waktu d. bertambahnya konsentrasi D per satuan waktu e. bertambahnya konsentrasi E per satuan waktu laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
Menentukan reaksi 4. dengan melihat v = - Δ[A] ; notasi laju reaksi
v = - Δ[B] ;
v = + Δ[C] ;
v = + Δ[D]
63
Δt
Δt
Δt
Δt
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah ....
Menyatakan 5. pengertian laju reaksi berdasarkan reaksi
Mendefinisikan 6. laju reaksi dengan melihat konsentrasi suatu zat Mendefinisikan 7. laju reaksi berdasarkan konsentrasi pada reaksi
a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g) d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) Laju reaksi 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g) dapat dinyatakan C2 sebagai .... a. laju bertambahnya konsentrasi NH3 dalam satu satuan waktu b. laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu satuan waktu c. laju bertambahnya konsentrasi O2 dalam satu satuan wakt d. laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu e. laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu Laju reaksi A + B → AB dapat dinyatakan sebagai ....
C2
a. penambahan konsentrasi A tiap satuan waktu b. penambahan konsentrasi B tiap satuan waktu c. penambahan konsentrasi AB tiap satuan waktu d. penambahan konsentrasi A dan B tiap satuan waktu e. penambahan konsentrasi A, B dan AB tiap satuan waktu Laju reaksi: 2A + 2B → 3C + D pada setiap saat dapat dinyatakan C2 sebagai bertambahnya konsentrasi.... a. A setiap satuan waktu b. B setiap satuan waktu c. C setiap satuan waktu
E
C
C
64
b. Faktor-faktor laju reaksi
Menyebutkan 8. faktor yang mempengaruhi laju reaksi
d. A dan B setiap satuan waktu e. B dan C setiap satuan waktu Dari beberapa faktor berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
C1
E
C1
D
C2
E
Ukuran partikel Warna partikel Jumlah partikel Temperatur partikel Katalis Bantuk partikel
Faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah ....
Menjelaskan 9. faktor laju reaksi yang dapat memperbesar laju reaksi
a. 1, 2, 4 dan 5 b. 2, 3, 4 dan 6 c. 1, 2, 3 dan 5 d. 1, 3, 4 dan 5 e. 1, 4, 5 dan 6 Faktor-faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali ....
a. pada suhu tetap ditambahkan katalisator b. suhu dinaikan c. pada suhu tetap volume diperbesar d. pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak e. memperkecil ukuran partikel peraksi Menentukan faktor 10. Data percobaan dari reaksi: laju reaksi berdasarkan hasil percobaan
CaCO3 + 2HCl → CaCl + H2O + CO2 No.
Massa 1g CaCO3
Konsentrasi HCl (volume
suhu
Waktu untuk memperoleh 5 cm3
65
5 cm3)
CO2
1
Serbuk
1M
29 0C
10 detik
2.
Butiran
0,5 M
29 0C
30 detik
3.
serbuk
0,1 M
29 0C
20 detik
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ....
Mengidentifikasi perubahan yang mempengaruhi laju reaksi
a. massa CaCO3 dsn konsentrasi HCl b. bentuk CaCO3 dan suhu c. bentuk CaCO3 dan konsentrasi HCl d. suhu dan laju reaksi e. massa CaCO3 dan volume HCl 11. Diketahui lima perubahan: 1. Perubahan warna 2. Perubahan suhu 3. Perubahan volum 4. Perubahan bau 5. Perubahan konsentrasi Dari perubahan di atas yang tidak dapat digunakan untuk mengamati berlangsungnya suatu reaksi adalah .... a. b. c. d. e.
1 2 3 4 5
C2
C
66 Menyebutkan 12. Faktor-faktor di bawah ini mempengaruhi laju reaksi, kecuali .... faktor yang a. suhu mempengaruhi b. luas permukaan laju reaksi
C1
E
Menganalisis faktor-faktor laju reaksi yang dapat mempercepat reaksi
C2
A
20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M pada suhu 40 0C 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M + 20 mL air pada suhu 40 0C 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M pada suhu 30 0C 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M pada suhu 30 0C 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M + 10 mL air pada suhu 30 0C antara faktor berikut yang tidak dapat meningkatkan laju dari reaksi C3
E
c. katalisator d. konsentrasi pereaksi e. konsentrasi hasil reaksi 13. Dari data berikut ini, reaksi yang paling cepat berlangsung adalah .... a. b. c. d. e.
Menganalisis 14. Di faktor-faktor laju .... reaksi yang tidak a. menggunakan magnesium dalam bentuk serbuk dapat b. melakukan reaksi pada suhu 30 0C meningkatkan laju c. menggunakan 0,2 g pita magnesium suatu reaksi
d. menggunakan 40 mL HCl 2M e. semua benar Menentukan 15. Logam natrium jika terkena udara langsung terbakar. Faktor utama C2 faktok yang yang terjadinya pembakaran logam natrium adalah .... mempengaruhi logam Natrium mudah terbakar
a. b. c.
tekanan udara massa natrium temperatur udara
A
67
d. temperatur udara, massa natrium e. temperatur udara, massa natrium, dan konsentrasi oksigen Menentukan faktor 16. Dari percobaan reaksi: laju reaksi berdasarkan luas permukaan
C2
E
C2
C
CaCO3 (s) + 2HCl (aq) → CaCl2 (aq) + CO2(g) + H2O (g) Diperoleh data sebagai berikut. Percobaan
Bentuk CaCO3
Konsentrasi 25 mL HCl (M)
Waktu(s)
temperatur
1
10g serbuk
0,2
4
25
2
10g butiran
0,2
6
25
3
10g bongkahan
0,2
10
25
4
10g butiran
0,4
3
25
5
10g butiran
0,2
3
25
Pada percobaan 1 dan 3 laju reaksi dipengaruhi oleh ....
Mengidentifikasi bentuk logam
a. temperatur b. katalis c. sifat-sifat d. konsentrasi e. luas permukaan 17. Suatu reaksi adalah sebagai berikut:
68 magnesium yang dapat mempercepat reaksi
Menyimpulakan reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan
Mg(s) + HCl(l) → MgCl2(aq) + H2(g) Gas H2 semakin cepat terbentuk jika logam magnesium dalam bentuk .... a. bongkahan b. lempengan c. serbuk halus d. butiran sebesar pasir e. butiran sebesar kerikil 18. Dari persamaan reaksi:
C
C2
B
CaCO3(s) + HCl(aq) → CaCl2(s) + H2O(l) + CO2(g) Dari pengamatan, gas CO2 yang terjadi lebih cepat jika CaCO3 dalam bentuk tepung. Kesimpulan laju reaksi di atas dipengaruhi oleh ....
a. penambahan HCl yang terus menerus b. penambahan HCl sebagai katalis c. luas permukaan dari CaCO3 d. kondisi tekanan percobaan e. kondisi suhu percobaan luas 19. Zink dapat bereaksi dengan larutan asam klorida menurut persamaan:
Menentukan permukan yang dapat mempercepat pembentukan gas H2
C2
Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g) Untuk mempercepat pembentukan gas H2, salah satu langkah yang ditempuh adalah .... a. b.
zink berbentuk lempeng zink berbentuk serbuk
69
c. konsentrasi larutan HCl diperkecil d. suhunya diusahakan tetap e. ditambah gas oksigen Mengidentifikasi 20. Sejumlah magnesium dengan massa sama bereaksi dengan asam sulfat C2 reaksi yang dengan jumlah yang sama pula. Manakah kondisi di bawah ini yang berlangsung paling menghasilkan reaksi tercepat .... cepat
No.
Bentuk magnesium
Konsentrasi asam (M)
Suhu (0C)
a.
Pita
1
80
b.
Serbuk
0,5
20
c.
Pita
0,5
80
d.
Serbuk
1
20
e.
Serbuk
1
80
Mengidentifikasi 21. Data percobaan reaksi antara larutan Na2S2O3 dan larutan HCl pada C2 pengaruh berbagai temperatur dan konsentrasi berbeda .... konsentrasi yang Percobaan [Na2S2O3]M [HCl]M Temperatur reaksi dapat mempercepat laju 1 0,2 3 30 reaksi
2
0,2
3
40
3
0,1
2
50
E
E
70
4
0,1
2
50
5
0,2
3
50
Reaksi paling cepat terdapat pada percobaan no .... a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5 Menentukan reaksi 22. Larutan asama klorida manakah yang menghasilkan laju reaksi paling C2 paling cepat jika cepat bila direaksikan dengan magnesium .... direaksikan dengan magnesium
a. 40g HCl dalam 1000 mL air b. 20g HCl dalam 1000 mL air c. 15g HCl dalam 500 mL air d. 10g HCl dalam 100 mL air e. 4g HCl dalam 50 mL air 23. Suatu reaksi mempunyai persamaan v = k[P]2[Q]. Jika konsentrasi C3 laju masing-masing pereaksi diperbesar 3 kali, laju reaksinya meningkat ....
Menghitung peningkatan reaksi jika diperbesar 3 kali
a. 3 kali b. 6 kali c. 9 kali d. 18 kali e. 27 kali Membandingakn 24. Reaksi antara NO(g) dan O2(g) adalah reaksi berorde kedua terhadap C3 laju reaksi awal NO(g) dan berorde pertama untuk O2(g). Jika konsentrasi kedua pereaksi dengan laju reaksi dijadikan 2 kali konsentrasi semula maka laju reaksinya dibandingkan
D
E
D
71 akhir jika laju reaksi keduanya diperbesar 2 kali
dengan laju semula menjadi ....
a. 2 kali b. 4 kali c. 6 kali d. 8 kali e. 10 kali Menghitung orde 25. Pada reaksi: Cl2(g) + 2NO(g) → 2NOCl(g), jika konsentrasi kedua C3 reaksi NO jika pereaksi diperbesar 2 kali maka laju reaksi menjadi 8 kali semula. konsentrasi Cl Apabila hanya konsentrasi Cl2 yang diperbesar 2 kali, laju reaksi yang diperbesar 2 menjadi 2 kali semula. Orde reaksi NO adalah ....
D
kali
Menyebutkan mengapa temperatur dapat mempercepat suatu reaksi
a. 0 b. ½ c. 1 d. 2 e. 3 26. Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi, karena ....
C2
kenaikan temperatur akan manaikan energi pangaktifan zat yang bereaksi b. kenaikan temperatur akan memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi c. kenaikan temperatur akan memperbesar energi kinetik molekul zat yang bereaksi d. kenaikan temperatur akan memperbesar tekanan e. kenaikan temperatur akan memperbesar luas permukaan Menghitung 27. Setiap kenaikan temperatur 10 0C kecepatan reaksi menjadi 2 kali lebih C3 kecepatan reaksi cepat dari semula. Jika pada temperatur 20 0C kecepatan reaksi pada temperatur berlangsung selama 16 menit maka kecepatan reaksi pada temperatur
C
a.
A
72 80 0C
80 0C adalah ....
a. ¼ menit b. ½ menit c. 1 menit d. 2 menit e. 4 menit Menghitung 28. Laju reaksi dari susatu reaksi tertentu menjadi 2 kali lipat setiap C3 berapa kali kenaikan temperatur 10 0C. Berapa kali lebih cepatan reaksi tersebut kecepatan reaksi berlangsung pada temperatur 100 0C dibanding dengan 30 0C .... pada temperatur 0 100 C dibandingkan 30 0 C
Menghitung kecepatan reaksi
a. 4 kali b. 10 kali c. 64 kali d. 128 kali e. 256 kali 29. Pada temperatur 25 0C reaksi berlangsung selama 9 menit. Setiap C3 kenaikan temperatur 20 0C laju reaksi bertambah 3 kali. Maka pada temperatur 65 0C reaksi akan berlangsung selama ....
a. 4 menit b. 2 menit c. 1 menit d. 40 menit e. 20 menit Mengidentifikasi 30. Reaksi-reaksi berikut ini dimulai pada waktu yang bersamaan dan C2 reaksi yang temperatur yang sama. Reaksi yang akan menghasilkan gas H2 menhasilkan gas terbanyak pada 10 detik pertama adalah .... H2 terbanyak pada
a.
1g Mg (berbentuk pita) dengan 10 mL HCl 0,5 M
D
C
C
73 waktu 10 detik
Menentukan penyebab suhu dapat mempercepat laju reaksi
b. 1g Mg (berbentuk pita) dengan 40 mL HCl 0,5 M c. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 30 mL HCl 0,5 M d. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 40 mL HCl 0,3 M e. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 50 mL HCl 0,2 M 31. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena ....
C2
a. kenaikan suhu akan menaikan energi pengaktifan zat yang bereaksi b. kenaikan suhu akan memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi c. kenaikan suhu akan memperbesar energi kinetik molekul pereaksi d. kenaikan suhu akan memperbesar tekanan e. kenaikan suhu akan memperbesar luas permukaan Menghitung 32. Jika suhu dinaikkan 10 0C laju reaksi akan menjadikan dua kali lipat. C3 berapa lama reaksi Jika suhu t0C berlangsung 12 menit, pada suhu (t + 30)0C reaksinya berlangsung jika berlangsung ....
C
D
suhu di naikan
a. 4 menit b. 3 menit c. 2 menit d. 1,5 menit e. 1 menit Mengidentifikasi 33. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu C1 penyebab suhu akan mempercepat .... dapat mempercepat laju reaksi
Menghubungkan pengaruh suhu
a. energi kinetik molekul pereaksi b. tekanan molekul pereaksi c. energi pengaktifan zat yang bereaksi d. konsentrasi zat yang bereaksi e. luas permukaan zat pereaksi 34. Makanan lebih tahan lama jika disimpan dalam udara dingin, hal itu C2
A
B
74 terhadap laju reaksi dalam kehidupan seharihari
disebabkan .... a. b. c.
laju pertumbuhan bakteri dapat dihambat berhentinya proses tumbukan dalam bahan makanan menurunkan laju pertumbuhan energi kinetik dalam bahan makanan d. bakteri membeku e. energi pengaktifan bahan makanan turun dengan drastis hal 35. Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi, hal ini berlaku .... C2
B
a. hanya pada reaksi eksoterm b. hanya pada reaksi endoterm c. hanya pada gas saja d. pada semua reaksi kimia e. hanya pada reaksi yang partikelnya sama hal 36. Pada kenaikan suhu suatu reaksi kimia, hal yang pasti terjadi adalah ....
C2
C
a. laju reaksi meningkat, tetapi nilai tetapan laju tidak berubah b. laju reaksi dan nilai tetapan laju meningkat c. laju reaksi manurun, tetapi nilai tetapan laju tidak berubah d. laju reaksi dan nilai tetapan laju menurun e. laju reaksi dan tetapan laju reaksi meningkat 37. Berikut ini merupakan penjelasan yang benar mengenai katalis, yaitu .... C1
C
Menetukan yang berlaku pada kenaikan suhu
Menentukan yang pasti terjadi jika suhu suatu reaksi dinaikan
Menjelaskan pengertian katalis
a. b. c. d. e.
tidak ikut bereaksi dapat memperbanyak produk yang dihasilkan dapat dihasilkan kembali setelah reaksi selesai tanpa mengalami perubahan kimiawi dapat menurunkan energi reaktan semua katalis berupa logam atau senyawa logam
75 Menjelaskan 38. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi, hal itu C2 penyebab katalis disebabkan oleh .... dapat a. konsentrasi zat bertambah mempercepat laju b. energi pengaktifan berkurang eaksi
c. energi pengaktifan bertambah d. energi kinetik pereaksi berkurang e. energi kinetik pereaksi bertambah Menjelaskan 39. Energi minimun di bawah ini, yang akan mengubah energi pengaktifan C1 energi pengaktifan adalah ....
Menjelaskan bahwa katalis tidak mengubah jumlah zat dan struktur zat
a. memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. menambah konsentrasi zat pereaksi c. menambah katalis d. menurunkan suhu e. menurunkan tekanan 40. Pernyataan mengenai katalis di bawah ini benar, kecuali ....
C1
katalis menyebabkan reaksi berlangsung melalui mekanisme yang baru b. katalis dapat menyebabkan perubahan mekanisme suatu reaksi c. katalis dapat mengubah jumlah tahap reaksi d. katalis tidak merubah jumlah zat dan struktur zat yang terjadi e. katalis tidak mengambil bagian di dalam satu tahap atau lebih tahap reaksi Menentukan 41. Manakah di antara proses indrustri berikut yang tidak menggunakan C1 proses industri katalis .... yang tidak menggunakan
B
C
D
a.
a. b.
oksidasi sulfur dioksida oksidasi amonia
E
76 katalis
c. persamaan laju Menentukan persamaan laju reaksi dan reaksi menurut orde reaksi persamaan reaksi
Menentukan rumus laju reaksi
c. sintesis amonia d. elektrolisi NaCl e. fermentasi gula 42. Zat X dapat bereaksi dengan zat Y menurut persamaan:
C3
A
C2
C
2X(g) + Y(g) → Z(g) Konsentrasi awal zat Y = 0,5 mol/L dan setelah bereaksi dengan zat X selama 1 menit, konsentrasinya tinggal 0,2 mol/L. Ungkapan laju reaksi di bawah ini yang benar adalah ....
a.
vY = 0,5 – 0,2 mol/L sekon 60
b.
vY = 0,5 + 0,2 mol/L sekon 60
c.
vX = 2(0,5 – 0,2) mol/L sekon 60
d.
vY = 2 X 0,5 mol/L sekon 60
e.
vY = 0,5 mol/L sekon 60
43. Diketahui reaksi: P(g) + 2Q(g) → 2R(g) + S(g) Jika orde reaksi sebanding dengan koefisien reaksi, rumus laju
77
reaksinya adalah .... a. v = k[R]2[S] b. v = k[R][S]2 c. v = k[P][Q]2 d. v = k[P]2[Q] e. v = k[Q]2[R]2 Menetukan rumus 44. Dari reaksi: laju reaksi dilihat dari data eksperiemen
C3
D
C3
E
H2(g) + I2(g) → 2HI(g) Diperoleh data dari eksperimen sebagai berikut. [H2] (M)
[I2] (M)
Laju reaksi (M S-1)
0,1
0,1
5
0,2
0,1
20
0,2
0,4
20
Rumus laju reaksi adalah ....
Menyimpulkan persamaan laju reaksi dilihat dari
a. v = k[H2][I2] b. v = k[H2]2[I2] c. v = k[H2][I2]2 d. v = k[H2]2 e. v = k[I2] 45. Data eksperimen untuk reaksi: 2A(g) + B(g) → 2AB(g)
78 data eksperimen
Terdapat dalam tabel berikut: Percobaan
[A] awal
[B] awal
Laju reaksi
mol/L
mol/L
mol.L-1 detik-1
1
0,1
0,1
6
2
0,1
0,2
12
3
0,1
0,3
18
4
0,2
0,1
24
5
0,3
0,1
54
Dari data tersebut dapat disimpulakn bahwa persamaan laju reaksinya adalah ....
Menetukan persamaan reaksi
a. v = k [A]2 b. v = k [B] c. v = k [A][B] d. v = k [A][B]2 e. v = k [A]2[B] 46. Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut: laju
C3
[BrO3-] awal mol.dm-3
[Br-] awal mol.dm-3
[H+] awal mol.dm-3
Waktu reaksi detik
0,4
0,24
0,01
152 ± 6
C
79
0,8
0,24
0,01
73 ± 4
0,4
0,48
0,01
75 ± 3
0,8
0,24
0,02
19 ± 4
Laju reaksi untuk BrO3- + 5Br- + 6H+ → 3Br2 + 3H2O adalah ....
Mengitung persamaan laju reaksi pada suhu tetap
a. v = k[BrO3-][H+]2 b. v = k[Br-][H+]2 c. v = k[BrO3-][Br-][H+]2 d. v = k[BrO3-][Br-][H+] e. v = k[BrO3-][Br-]2[H+] 47. Dari reaksi:
C3
2Fe3+(aq) + 3S2-(aq) → S(s) + 2FeS(s) Pada suhu tetap diperoleh data sebagai berikut: No
[Fe3+] mol/L
[S2-] mol/L
Laju reaksi (mol.L-1.s-1)
1
0,1
0,1
2
2
0,2
0,1
8
3
0,2
0,2
16
C
80
4
0,3
0,3
54
Rumus laju reaksi dari data di atas adalah .... a. v = k[Fe3+]2[S2-]2 b. v = k[Fe3+]2[S2-]3 c. v = k[Fe3+]2[S2-] d. v = k[Fe3+][S2-]2 e. v = k[Fe3+][S2-] Menghitung orde 48. Diketahui persamaan reaksi reaksi A, B, dan C pada data percobaan
C3
A(g) + B(g) + C(g) → D(g) + E(g) Data percobaan diperoleh sebagai berikut: No.
[A] M
[B] M
[C] M
Waktu (s)
1.
0,2
0,3
0,02
48
2.
0,2
0,3
0,08
12
3.
0,2
0,6
0,08
3
4.
0,4
0,2
0,06
36
5.
0,8
0,2
0,06
35
Orde reaksi terhadap A, B dan C berturut-turut adalah ... a. b. c.
2, 2 dan1 2, 1 dan 1 1, 2 dan 1
D
81
d. 0, 2 dan 1 e. 0, 1 dan 2 Menghitung orde 49. Dari reaksi: total
C3
B
C3
B
CHCl3(g) + Cl2(g) → CCl4(g) + HCl(g) Diketahui data sebgai berikut. [CHCl3] (M)
[Cl2] (M)
Laju reaksi (M S-1)
0,4
0,2
10
0,8
0,2
20
0,8
0,8
40
Orde total adalah .... a. b. c. d. e. Menghitung orde reaksi keseluruhan reaksi
1 3/2 2 5/2 3 [A] (M)
[B] (M)
Laju reaksi (M S-1)
0,50
0,50
1,6 X 10-4
0,50
1,00
3,2 X 10-4
1,00
1,00
3,2 X 10-4
50. Data percobaan suatu reaksi 2A + B2 → 2AB tercantum di atas. Orde
82
keseluruhan reaksi tersebut adalah .... a. 0 b. 1 c. 2 d. 3 e. 4 Menghitung orde 51. Diketahui data eksperimen dari reaksi: reaksi NO
C3
E
C3
C
2H2(g) + 2NO(g) → 2H2O(l) + N2(g) Adalah sebagai berikut. [H2] (M)
[NO] (M)
Waktu (s)
0,1
0,2
20
0,5
0,2
100
0,1
0,4
80
Orde terhadap NO adalah .... a. 0 b. ½ c. 1 d. 3/2 e. 2 Menghitung orde 52. Percobaan terhadap reaksi: reaksi total
CH3Cl + H2O → CH3OH + HCl
83
Menghasilkan data sebagai berikut: Percobaan
[CH3Cl] M
[H2O] M
Laju reaksi awal M/s
1
0,100
0,100
0,181
2
0,200
0,200
1,45
3
0,200
0,400
5,81
Orde reaksi totalnya adalah ....
Faktor-faktor laju reaksi
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5 Menyimpulkan 53. Seorang siswa mengamati percobaan penguraian H2O2 menjadi H2O C4 reaksi setelah dan O2 yang berlangsung lambat. Setelah H2O2 ditetesi larutan FeCl3 ditambahkan pekat yang berwarna kuning coklat, ternyata munculnya gelembung gas katalis yang sangat cepat disertai perubahan warna larutan menjadi hijau. Pada saat reaksi telah berhenti, warna larutan berubah menjadi seperti air teh. Berdasarkan pengamatan maka dapat disimpulkan .... a. b. c. d. e.
pelarutan FeCl3 menimbulkan panas yang mempercepat reaksi FeCl3 sebagai katalis yang mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi FeCl3 sebagai katalis yang ikut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi diperoleh kembali FeCl3 habis bereaksi penggunaan FeCl3 yang lebih banyak dapat mempredeksi reaksi
C
84
berlangsung lebih cepat Membandingkan 54. Bubuk deterjen yang digunakan untuk mencuci pakaian mengandung C4 konsentrasi yang zat-zat penghilang noda pada pakaian. Zat-zat ini akan bereaksi dengan lebih besar noda-noda tersebut. Dua pakaian seragam dengan noda yang sangat
D
kotor dicuci dengan bubuk deterjen yang sama. Pakaian pertama dicuci dengan 1 takaran deterjen, sedangkan pakaian kedua dicuci dengan 2 takaran deterjen. Takaran manakah yang dapat membersihkan pakaian lebih cepat?mengapa .... a.
pakaian dengan 1 takaran deterjen, karena dengan deterjen yang sedikit sudah dapat membersihkan noda b. pakaian dengan 1 takaran deterjen, karena setelah di cuci pakaian menjadi bersih c. pakaian dengan 2 takaran deterjen, karena dapat menghilangkan noda lebih baik d. pakaian dengan 2 takaran deterjen, karena jumlah partikel deterjen lebih banyak e. pakaian dengan 1 takaran dan pakaian dengan 2 takaran deterjen sama-sama lebih cepat membersihkan pakaian, karena konsentrasi deterjen sama Membandingkan 55. Pada saat mengisi bensi di pom bensi, terdapat tulisan tidak boleh C4 luas permukaan merokok. Hal ini disebabkan karena bensin mudah terbakar. Manakah yang lebih besar yang lebih mudah terbakar uap bensin atau bensin cair .... a. b. c. d.
bensin cair, karena berbentuk cair sehingga mudah terbakar bensin cair karena konsentrasi bensin cair lebih tinggi uap bensin karena luas permukan uap bensin lebih besar dibandingan dengan bensin cair uap bensin karena berbentuk gas
C
85
e. Orde reaksi
bensin cair dan uap bensin sama-sama mudah terbakar
Membuat grafik 56. Pada reaksi 2A + B → A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol C4 orde reaksi terhadap B. hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh
grafik …. a. v
↑
→[B]
b. v ↑
→[B]
c. v ↑
→[B]
E
86
d. v ↑
→[B]
e. v ↑
→[B]
Faktor-faktor laju reaksi
Menyusun prosedur percobaan
57. Diketahui tahap untuk melakukan percobaan: 1) Siapkan alat dan bahan 2) Masukkan larutan 0,5 M HCl kedalam tabung reaksi 3) Masukkan obat maag berbentuk tablet 4) Masukkan obat maag berbentuk serbuk 5) Masukkan larutan 1 M HCl kedalam tabung reaksi 6) Amati Dari tahapan percobaan diatas, manakan susunan tahap yang
C5
D
87
menghasilkan reaksi berlangsung paling cepat ....
Merancang percobaan pengaruh permukaan terhadap reaksi
a. 1, 2, 3, dan 6 b. 1, 2, 4, dan 6 c. 1, 2, 5, dan 6 d. 1, 5, 4, dan 6 e. 1, 5, 3, dan 6 58. Dibawah ini diketahui bahan-bahan untuk melakukan percobaan: luas laju
1) Gelas kimia 2) Serbuk CaCO3 3) Kristal CaCO3 4) HCl 0,5 M Berdasarkan bahan diatas, buatlah rancangan percobaan. Manakah reaksi yang paling cepat berlangsung pada gelas kimia di bawah ini ....
a.
Serbuk CaCO3
25 ˚C HCl 0,5M
C5
E
88
b.
Kristal CaCO3
25 ˚C HCl 0,5M
c.
Serbuk CaCO3
40 ˚C HCl 0,5M
d.
Kristal CaCO3
40 ˚C HCl 0,5M
89
e.
Serbuk CaCO3
60 ˚C HCl 0,5M
90
Uji Instrumen Penelitian Nama Kelas
: :
Mata Pelajaran Kimia Konsep : Laju Reaksi Waktu : 2 jam pelajaran (90 menit) Petunjuk Pengerjaan Soal: 1. kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling tepat. 2. berikah tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 3. jika anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda (=) pada jawaban yang telah anda beri tanda (X) kemudian berilah tanda silang kembali pada jawaban anda yang baru. 11.
2.
Pengertian laju reaksi adalah .... a.
penambahan mol pereaksi tiap satuan waktu
b.
penambahan mol pereaksi tiap liter tiap satuan waktu
c.
pengurangan mol hasil reaksi tiap satuan waktu
d.
pengurangan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
e.
penambahan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
Diketahui reaksi A + B → C + D + E Pernyataan berikut yang benar tentang laju reaksi di atas adalah ....
91
a.
vA = + [ A ] Δt
b.
vB = + [ B ] Δt
c.
vC = + [ C ] Δt
d.
vD = - [ D ] Δt
e.
vE = - [ E ] Δt
3.
reaksi: A(g) + B(g) → C(g) + D(g) + E(g) Pernyataan di bawah ini tentang laju reaksi di atas, kecuali .... a.
berkurangnya konsentrasi A per satuan waktu
b.
berkurangnya konsentrasi B per satuan waktu
c.
berkurangnya konsentrasi C per satuan waktu
d.
bertambahnya konsentrasi D per satuan waktu
92
e. 4.
bertambahnya konsentrasi E per satuan waktu
laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut. v = - Δ[A] ; Δt
v = - Δ[B] ; Δt
v = + Δ[C] ; Δt
v = + Δ[D] Δt
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah ....
5.
a.
C(g) + D(g) → A(g) + B(g)
b.
A(g) + C(g) → B(g) + D(g)
c.
A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
d.
C(g) + B(g) → A(g) + D(g)
e.
B(g) + D(g) → A(g) + C(g)
Laju reaksi 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g) dapat dinyatakan sebagai .... a.
laju bertambahnya konsentrasi NH3 dalam satu satuan waktu
b.
laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu satuan waktu
c.
laju bertambahnya konsentrasi O2 dalam satu satuan wakt
d.
laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu
e.
laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu
93
6.
7.
8.
Laju reaksi A + B → AB dapat dinyatakan sebagai .... a.
penambahan konsentrasi A tiap satuan waktu
b.
penambahan konsentrasi B tiap satuan waktu
c.
penambahan konsentrasi AB tiap satuan waktu
d.
penambahan konsentrasi A dan B tiap satuan waktu
e.
penambahan konsentrasi A, B dan AB tiap satuan waktu
Laju reaksi: 2A + 2B → 3C + D pada setiap saat dapat dinyatakan sebagai bertambahnya konsentrasi.... a.
A setiap satuan waktu
b.
B setiap satuan waktu
c.
C setiap satuan waktu
d.
A dan B setiap satuan waktu
e.
B dan C setiap satuan waktu
Dari beberapa faktor berikut: 7) Ukuran partikel 8) Warna partikel
94
9) Jumlah partikel 10)
Temperatur partikel
11)
Katalis
12)
Bantuk partikel
Faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah ....
9.
a.
1, 2, 4 dan 5
b.
2, 3, 4 dan 6
c.
1, 2, 3 dan 5
d.
1, 3, 4 dan 5
e.
1, 4, 5 dan 6
Faktor-faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali .... a.
pada suhu tetap ditambahkan katalisator
b.
suhu dinaikan
c.
pada suhu tetap volume diperbesar
d.
pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
e.
memperkecil ukuran partikel peraksi
95
10.
Data percobaan dari reaksi: CaCO3 + 2HCl → CaCl + H2O + CO2 No.
Massa 1g CaCO3
Konsentrasi HCl (volume 5 cm3)
suhu
Waktu untuk memperoleh 5cm3 CO2
1
Serbuk
1M
29 0C
10 detik
2.
Butiran
0,5 M
29 0C
30 detik
3.
serbuk
0,1 M
29 0C
20 detik
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ....
11.
a.
massa CaCO3 dsn konsentrasi HCl
b.
bentuk CaCO3 dan suhu
c.
bentuk CaCO3 dan konsentrasi HCl
d.
suhu dan laju reaksi
e.
massa CaCO3 dan volume HCl
Diketahui lima perubahan: 6.
Perubahan warna
7.
Perubahan suhu
96
8.
Perubahan volum
9.
Perubahan bau
10. Perubahan konsentrasi Dari perubahan di atas yang tidak dapat digunakan untuk mengamati berlangsungnya suatu reaksi adalah ....
12.
f.
1
g.
2
h.
3
i.
4
j.
5
Faktor-faktor di bawah ini mempengaruhi laju reaksi, kecuali .... f.
suhu
g.
luas permukaan
h.
katalisator
i.
konsentrasi pereaksi
j.
konsentrasi hasil reaksi
97
13.
14.
15.
Dari data berikut ini, reaksi yang paling cepat berlangsung adalah .... f.
20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M pada suhu 40 0C
g.
20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M + 20 mL air pada suhu 40 0C
h.
20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M pada suhu 30 0C
i.
20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M pada suhu 30 0C
j.
20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M + 10 mL air pada suhu 30 0C
Di antara faktor berikut yang tidak dapat meningkatkan laju dari reaksi .... f.
menggunakan magnesium dalam bentuk serbuk
g.
melakukan reaksi pada suhu 30 0C
h.
menggunakan 0,2 g pita magnesium
i.
menggunakan 40 mL HCl 2M
j.
semua benar
Logam natrium jika terkena udara langsung terbakar. Faktor utama yang terjadinya pembakaran logam natrium adalah .... f.
tekanan udara
g.
massa natrium
98
16.
h.
temperatur udara
i.
temperatur udara, massa natrium
j.
temperatur udara, massa natrium, dan konsentrasi oksigen
Dari percobaan reaksi: CaCO3 (s) + 2HCl (aq) → CaCl2 (aq) + CO2(g) + H2O (g) Diperoleh data sebagai berikut. Percobaan
Bentuk CaCO3
Konsentrasi 25 mL HCl (M)
Waktu(s)
temperatur
1
10g serbuk
0,2
4
25
2
10g butiran
0,2
6
25
3
10g bongkahan
0,2
10
25
4
10g butiran
0,4
3
25
5
10g butiran
0,2
3
25
Pada percobaan 1 dan 3 laju reaksi dipengaruhi oleh .... f.
temperatur
g.
katalis
h.
sifat-sifat
99
17.
i.
konsentrasi
j.
luas permukaan
Suatu reaksi adalah sebagai berikut: Mg(s) + HCl(l) → MgCl2(aq) + H2(g) Gas H2 semakin cepat terbentuk jika logam magnesium dalam bentuk ....
18.
f.
bongkahan
g.
lempengan
h.
serbuk halus
i.
butiran sebesar pasir
j.
butiran sebesar kerikil
Dari persamaan reaksi: CaCO3(s) + HCl(aq) → CaCl2(s) + H2O(l) + CO2(g) Dari pengamatan, gas CO2 yang terjadi lebih cepat jika CaCO3 dalam bentuk tepung. Kesimpulan laju reaksi di atas dipengaruhi oleh .... f.
penambahan HCl yang terus menerus
g.
penambahan HCl sebagai katalis
100
19.
h.
luas permukaan dari CaCO3
i.
kondisi tekanan percobaan
j.
kondisi suhu percobaan
Zink dapat bereaksi dengan larutan asam klorida menurut persamaan: Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g) Untuk mempercepat pembentukan gas H2, salah satu langkah yang ditempuh adalah ....
20.
f.
zink berbentuk lempeng
g.
zink berbentuk serbuk
h.
konsentrasi larutan HCl diperkecil
i.
suhunya diusahakan tetap
j.
ditambah gas oksigen
Sejumlah magnesium dengan massa sama bereaksi dengan asam sulfat dengan jumlah yang sama pula. Manakah kondisi di bawah ini yang menghasilkan reaksi tercepat .... No.
Bentuk magnesium
Konsentrasi asam (M)
Suhu (0C)
a.
Pita
1
80
b.
Serbuk
0,5
20
101
21.
c.
Pita
0,5
80
d.
Serbuk
1
20
e.
Serbuk
1
80
Data percobaan reaksi antara larutan Na2S2O3 dan larutan HCl pada berbagai temperatur dan konsentrasi berbeda .... Percobaan
[Na2S2O3]M
[HCl]M
Temperatur reaksi
1
0,2
3
30
2
0,2
3
40
3
0,1
2
50
4
0,1
2
50
5
0,2
3
50
Reaksi paling cepat terdapat pada percobaan no .... f.
1
g.
2
h.
3
i.
4
j.
5
102
22.
23.
24.
Larutan asama klorida manakah yang menghasilkan laju reaksi paling cepat bila direaksikan dengan magnesium .... f.
40g HCl dalam 1000 mL air
g.
20g HCl dalam 1000 mL air
h.
15g HCl dalam 500 mL air
i.
10g HCl dalam 100 mL air
j.
4g HCl dalam 50 mL air
Suatu reaksi mempunyai persamaan v = k[P]2[Q]. Jika konsentrasi masing-masing pereaksi diperbesar 3 kali, laju reaksinya meningkat .... f.
3 kali
g.
6 kali
h.
9 kali
i.
18 kali
j.
27 kali
Reaksi antara NO(g) dan O2(g) adalah reaksi berorde kedua terhadap NO(g) dan berorde pertama untuk O2(g). Jika konsentrasi kedua pereaksi dijadikan 2 kali konsentrasi semula maka laju reaksinya dibandingkan dengan laju semula menjadi ....
103
25.
26.
f.
2 kali
g.
4 kali
h.
6 kali
i.
8 kali
j.
10 kali
Pada reaksi: Cl2(g) + 2NO(g) → 2NOCl(g), jika konsentrasi kedua pereaksi diperbesar 2 kali maka laju reaksi menjadi 8 kali semula. Apabila hanya konsentrasi Cl2 yang diperbesar 2 kali, laju reaksi menjadi 2 kali semula. Orde reaksi NO adalah .... f.
0
g.
½
h.
1
i.
2
j.
3
Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi, karena .... f.
kenaikan temperatur akan manaikan energi pangaktifan zat yang bereaksi
g.
kenaikan temperatur akan memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
104
27.
28.
h.
kenaikan temperatur akan memperbesar energi kinetik molekul zat yang bereaksi
i.
kenaikan temperatur akan memperbesar tekanan
j.
kenaikan temperatur akan memperbesar luas permukaan
Setiap kenaikan temperatur 10 0C kecepatan reaksi menjadi 2 kali lebih cepat dari semula. Jika pada temperatur 20 0C kecepatan reaksi berlangsung selama 16 menit maka kecepatan reaksi pada temperatur 80 0C adalah .... f.
¼ menit
g.
½ menit
h.
1 menit
i.
2 menit
j.
4 menit
Laju reaksi dari susatu reaksi tertentu menjadi 2 kali lipat setiap kenaikan temperatur 10 0C. Berapa kali lebih cepatan reaksi tersebut berlangsung pada temperatur 100 0C dibanding dengan 30 0C .... f.
4 kali
g.
10 kali
h.
64 kali
105
29.
30.
i.
128 kali
j.
256 kali
Pada temperatur 25 0C reaksi berlangsung selama 9 menit. Setiap kenaikan temperatur 20 0C laju reaksi bertambah 3 kali. Maka pada temperatur 65 0C reaksi akan berlangsung selama .... f.
4 menit
g.
2 menit
h.
1 menit
i.
40 menit
j.
20 menit
Reaksi-reaksi berikut ini dimulai pada waktu yang bersamaan dan temperatur yang sama. Reaksi yang akan menghasilkan gas H2 terbanyak pada 10 detik pertama adalah .... f.
1g Mg (berbentuk pita) dengan 10 mL HCl 0,5 M
g.
1g Mg (berbentuk pita) dengan 40 mL HCl 0,5 M
h.
1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 30 mL HCl 0,5 M
i.
1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 40 mL HCl 0,3 M
106
j. 31.
32.
33.
1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 50 mL HCl 0,2 M
Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena .... f.
kenaikan suhu akan menaikan energi pengaktifan zat yang bereaksi
g.
kenaikan suhu akan memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
h.
kenaikan suhu akan memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
i.
kenaikan suhu akan memperbesar tekanan
j.
kenaikan suhu akan memperbesar luas permukaan
Jika suhu dinaikkan 10 0C laju reaksi akan menjadikan dua kali lipat. Jika suhu t0C berlangsung 12 menit, pada suhu (t + 30)0C reaksinya berlangsung .... f.
4 menit
g.
3 menit
h.
2 menit
i.
1,5 menit
j.
1 menit
Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan mempercepat .... f.
energi kinetik molekul pereaksi
107
34.
35.
g.
tekanan molekul pereaksi
h.
energi pengaktifan zat yang bereaksi
i.
konsentrasi zat yang bereaksi
j.
luas permukaan zat pereaksi
Makanan lebih tahan lama jika disimpan dalam udara dingin, hal itu disebabkan .... f.
laju pertumbuhan bakteri dapat dihambat
g.
berhentinya proses tumbukan dalam bahan makanan
h.
menurunkan laju pertumbuhan energi kinetik dalam bahan makanan
i.
bakteri membeku
j.
energi pengaktifan bahan makanan turun dengan drastis
Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi, hal ini berlaku .... f.
hanya pada reaksi eksoterm
g.
hanya pada reaksi endoterm
h.
hanya pada gas saja
i.
pada semua reaksi kimia
j.
hanya pada reaksi yang partikelnya sama
108
36.
37.
38.
Pada kenaikan suhu suatu reaksi kimia, hal yang pasti terjadi adalah .... f.
laju reaksi meningkat, tetapi nilai tetapan laju tidak berubah
g.
laju reaksi dan nilai tetapan laju meningkat
h.
laju reaksi manurun, tetapi nilai tetapan laju tidak berubah
i.
laju reaksi dan nilai tetapan laju menurun
j.
laju reaksi dan tetapan laju reaksi meningkat
Berikut ini merupakan penjelasan yang benar mengenai katalis, yaitu .... f.
tidak ikut bereaksi
g.
dapat memperbanyak produk yang dihasilkan
h.
dapat dihasilkan kembali setelah reaksi selesai tanpa mengalami perubahan kimiawi
i.
dapat menurunkan energi reaktan
j.
semua katalis berupa logam atau senyawa logam
Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi, hal itu disebabkan oleh .... f.
konsentrasi zat bertambah
g.
energi pengaktifan berkurang
109
39.
40.
41.
h.
energi pengaktifan bertambah
i.
energi kinetik pereaksi berkurang
j.
energi kinetik pereaksi bertambah
Energi minimun di bawah ini, yang akan mengubah energi pengaktifan adalah .... f.
memperbesar luas permukaan zat pereaksi
g.
menambah konsentrasi zat pereaksi
h.
menambah katalis
i.
menurunkan suhu
j.
menurunkan tekanan
Pernyataan mengenai katalis di bawah ini benar, kecuali .... f.
katalis menyebabkan reaksi berlangsung melalui mekanisme yang baru
g.
katalis dapat menyebabkan perubahan mekanisme suatu reaksi
h.
katalis dapat mengubah jumlah tahap reaksi
i.
katalis tidak merubah jumlah zat dan struktur zat yang terjadi
j.
katalis tidak mengambil bagian di dalam satu tahap atau lebih tahap reaksi
Manakah di antara proses indrustri berikut yang tidak menggunakan katalis ....
110
42.
f.
oksidasi sulfur dioksida
g.
oksidasi amonia
h.
sintesis amonia
i.
elektrolisi NaCl
j.
fermentasi gula
Zat X dapat bereaksi dengan zat Y menurut persamaan: 2X(g) + Y(g) → Z(g) Konsentrasi awal zat Y = 0,5 mol/L dan setelah bereaksi dengan zat X selama 1 menit, konsentrasinya tinggal 0,2 mol/L. Ungkapan laju reaksi di bawah ini yang benar adalah .... f.
vY = 0,5 – 0,2 mol/L sekon 60
g.
vY = 0,5 + 0,2 mol/L sekon 60
h.
vX = 2(0,5 – 0,2) mol/L sekon 60
111
i.
vY = 2 X 0,5 mol/L sekon 60
j.
vY = 0,5 mol/L sekon 60
43.
Diketahui reaksi: P(g) + 2Q(g) → 2R(g) + S(g) Jika orde reaksi sebanding dengan koefisien reaksi, rumus laju reaksinya adalah ....
44.
f.
v = k[R]2[S]
g.
v = k[R][S]2
h.
v = k[P][Q]2
i.
v = k[P]2[Q]
j.
v = k[Q]2[R]2
Dari reaksi: H2(g) + I2(g) → 2HI(g) Diperoleh data dari eksperimen sebagai berikut. [H2] (M)
[I2] (M)
Laju reaksi (M S-1)
112
0,1
0,1
5
0,2
0,1
20
0,2
0,4
20
Rumus laju reaksi adalah ....
45.
f.
v = k[H2][I2]
g.
v = k[H2]2[I2]
h.
v = k[H2][I2]2
i.
v = k[H2]2
j.
v = k[I2]
Data eksperimen untuk reaksi: 2A(g) + B(g) → 2AB(g) Terdapat dalam tabel berikut: Percobaan
[A] awal mol/L
[B] awal mol/L
Laju reaksi mol.L-1 detik-1
1
0,1
0,1
6
2
0,1
0,2
12
3
0,1
0,3
18
113
4
0,2
0,1
24
5
0,3
0,1
54
Dari data tersebut dapat disimpulakn bahwa persamaan laju reaksinya adalah ....
46.
f.
v = k [A]2
g.
v = k [B]
h.
v = k [A][B]
i.
v = k [A][B]2
j.
v = k [A]2[B]
Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut: [BrO3-] awal mol.dm-3
[Br-] awal mol.dm-3
[H+] awal mol.dm-3
Waktu reaksi detik
0,4
0,24
0,01
152 ± 6
0,8
0,24
0,01
73 ± 4
0,4
0,48
0,01
75 ± 3
0,8
0,24
0,02
19 ± 4
Laju reaksi untuk BrO3- + 5Br- + 6H+ → 3Br2 + 3H2O
114
adalah ....
47.
f.
v = k[BrO3-][H+]2
g.
v = k[Br-][H+]2
h.
v = k[BrO3-][Br-][H+]2
i.
v = k[BrO3-][Br-][H+]
j.
v = k[BrO3-][Br-]2[H+]
Dari reaksi: 2Fe3+(aq) + 3S2-(aq) → S(s) + 2FeS(s) Pada suhu tetap diperoleh data sebagai berikut: No
[Fe3+] mol/L
[S2-] mol/L
Laju reaksi (mol.L-1.s-1)
1
0,1
0,1
2
2
0,2
0,1
8
3
0,2
0,2
16
4
0,3
0,3
54
Rumus laju reaksi dari data di atas adalah .... f.
v = k[Fe3+]2[S2-]2
115
48.
g.
v = k[Fe3+]2[S2-]3
h.
v = k[Fe3+]2[S2-]
i.
v = k[Fe3+][S2-]2
j.
v = k[Fe3+][S2-]
Diketahui persamaan reaksi A(g) + B(g) + C(g) → D(g) + E(g) Data percobaan diperoleh sebagai berikut: No.
[A] M
[B] M
[C] M
Waktu (s)
1.
0,2
0,3
0,02
48
2.
0,2
0,3
0,08
12
3.
0,2
0,6
0,08
3
4.
0,4
0,2
0,06
36
5.
0,8
0,2
0,06
35
Orde reaksi terhadap A, B dan C berturut-turut adalah ... f.
2, 2 dan1
g.
2, 1 dan 1
116
49.
h.
1, 2 dan 1
i.
0, 2 dan 1
j.
0, 1 dan 2
Dari reaksi: CHCl3(g) + Cl2(g) → CCl4(g) + HCl(g) Diketahui data sebgai berikut. [CHCl3] (M)
[Cl2] (M)
Laju reaksi (M S-1)
0,4
0,2
10
0,8
0,2
20
0,8
0,8
40
Orde total adalah .... f.
1
g.
3/2
h.
2
i.
5/2
j.
3
117
50.
[A] (M)
[B] (M)
Laju reaksi (M S-1)
0,50
0,50
1,6 X 10-4
0,50
1,00
3,2 X 10-4
1,00
1,00
3,2 X 10-4
Data percobaan suatu reaksi 2A + B2 → 2AB tercantum di atas. Orde keseluruhan reaksi tersebut adalah ....
51.
f.
0
g.
1
h.
2
i.
3
j.
4
Diketahui data eksperimen dari reaksi: 2H2(g) + 2NO(g) → 2H2O(l) + N2(g) Adalah sebagai berikut. [H2] (M)
[NO] (M)
Waktu (s)
0,1
0,2
20
118
0,5
0,2
100
0,1
0,4
80
Orde terhadap NO adalah ....
52.
f.
0
g.
½
h.
1
i.
3/2
j.
2
Percobaan terhadap reaksi: CH3Cl + H2O → CH3OH + HCl Menghasilkan data sebagai berikut: Percob aan
[CH3Cl] M
[H2O] M
Laju reaksi awal M/s
1
0,100
0,100
0,181
2
0,200
0,200
1,45
3
0,200
0,400
5,81
Orde reaksi totalnya adalah ....
119
53.
54.
f.
1
g.
2
h.
3
i.
4
j.
5
Seorang siswa mengamati percobaan penguraian H2O2 menjadi H2O dan O2 yang berlangsung lambat. Setelah H2O2 ditetesi larutan FeCl3 pekat yang berwarna kuning coklat, ternyata munculnya gelembung gas yang sangat cepat disertai perubahan warna larutan menjadi hijau. Pada saat reaksi telah berhenti, warna larutan berubah menjadi seperti air teh. Berdasarkan pengamatan maka dapat disimpulkan .... f.
pelarutan FeCl3 menimbulkan panas yang mempercepat reaksi
g.
FeCl3 sebagai katalis yang mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi
h.
FeCl3 sebagai katalis yang ikut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi diperoleh kembali
i.
FeCl3 habis bereaksi
j.
penggunaan FeCl3 yang lebih banyak dapat mempredeksi reaksi berlangsung lebih cepat
Bubuk deterjen yang digunakan untuk mencuci pakaian mengandung zat-zat penghilang noda pada pakaian. Zat-zat ini akan bereaksi dengan noda-noda tersebut.
120
Dua pakaian seragam dengan noda yang sangat kotor dicuci dengan bubuk deterjen yang sama. Pakaian pertama dicuci dengan 1 takaran deterjen, sedangkan pakaian kedua dicuci dengan 2 takaran deterjen. Takaran manakah yang dapat membersihkan pakaian lebih cepat?mengapa ....
55.
f.
pakaian dengan 1 takaran deterjen, karena dengan deterjen yang sedikit sudah dapat membersihkan noda
g.
pakaian dengan 1 takaran deterjen, karena setelah di cuci pakaian menjadi bersih
h.
pakaian dengan 2 takaran deterjen, karena dapat menghilangkan noda lebih baik
i.
pakaian dengan 2 takaran deterjen, karena jumlah partikel deterjen lebih banyak
j.
pakaian dengan 1 takaran dan pakaian dengan 2 takaran deterjen sama-sama lebih cepat membersihkan pakaian, karena konsentrasi deterjen sama
Pada saat mengisi bensi di pom bensi, terdapat tulisan tidak boleh merokok. Hal ini disebabkan karena bensin mudah terbakar. Manakah yang lebih mudah terbakar uap bensin atau bensin cair .... f.
bensin cair, karena berbentuk cair sehingga mudah terbakar
g.
bensin cair karena konsentrasi bensin cair lebih tinggi
h.
uap bensin karena luas permukan uap bensin lebih besar dibandingan dengan bensin cair
i.
uap bensin karena berbentuk gas
121
j. 56.
bensin cair dan uap bensin sama-sama mudah terbakar
Pada reaksi 2A + B → A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol terhadap B. hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik ….
f. v ↑ →[B] g. v ↑ →[B] h. v ↑ →[B]
122
i. v ↑
→[B] j. v ↑ →[B] 57.
Diketahui tahap untuk melakukan percobaan: 7) Siapkan alat dan bahan 8) Masukkan larutan 0,5 M HCl kedalam tabung reaksi 9) Masukkan obat maag berbentuk tablet 10) Masukkan obat maag berbentuk serbuk 11) Masukkan larutan 1 M HCl kedalam tabung reaksi 12) Amati
123
Dari tahapan percobaan diatas, manakan susunan tahap yang menghasilkan reaksi berlangsung paling cepat ....
58.
f.
1, 2, 3, dan 6
g.
1, 2, 4, dan 6
h.
1, 2, 5, dan 6
i.
1, 5, 4, dan 6
j.
1, 5, 3, dan 6
Dibawah ini diketahui bahan-bahan untuk melakukan percobaan: 5) Gelas kimia 6) Serbuk CaCO3 7) Kristal CaCO3 8) HCl 0,5 M Berdasarkan bahan diatas, buatlah rancangan percobaan. Manakah reaksi yang paling cepat berlangsung pada gelas kimia di bawah ini ....
124
a. Serbuk CaCO3
25 ˚C HCl 0,5M
b. Kristal CaCO3
25 ˚C HCl 0,5M c. Serbuk CaCO3
40 ˚C HCl 0,5M
125
d. Kristal CaCO3
40 ˚C HCl 0,5M
e. Serbuk CaCO3
60 ˚C HCl 0,5M
126 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama A b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z
1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
8 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
13 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
23 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0
29 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
33 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1
38 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
42 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
44 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
49 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
52 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
55 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
57 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
58 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
4 10 6 6 9 17 17 5 6 3 4 2 1 3 3 6 3 3 1 4 4 4 4 3 3 1
127 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 17 17
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 5
1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 12
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 8
0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14
0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 14
0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 14
1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 13
1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 15
0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 17
0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 12
0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 10
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 7
0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 9
0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 16
0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 17
0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 11
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 15
4 3 4 8 12 4 6 6 14 4 3 11 16 14 9 15
128
Menghitung Realibilitas Nomor butir 1 2 8 9 13 16 19 23 28 29 33 38 41 42 44 49 50 55 57 58
pq = 4,10
p 0,40 0,40 0,12 0,28 0,19 0,33 0,33 0,33 0,30 0,35 0,40 0,28 0,23 0,16 0,21 0,38 0,57 0,40 0,26 0,35 Jumlah
q
p.q 0,60 0,60 0,88 0,72 0,81 0,67 0,67 0,67 0,70 0,65 0,60 0,72 0,77 0,84 0,79 0,62 0,43 0,60 0,74 0,65
0,24 0,24 0,11 0,20 0,15 0,22 0,22 0,22 0,21 0,23 0,24 0,20 0,18 0,13 0,17 0,24 0,25 0,24 0,19 0,23 4,10
129
st2 = 20,9 rii = rii = rii = 0,84
130
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 17,98 Simpangan Baku= 9,22 KorelasiXY= 0,81 Reliabilitas Tes= 0,90 Nama berkas: D:\ANATES.ANA No. Kode/Nama Subjek No.Urut Sunyek 1 39 Nurfitriani 2 7 Nurmala 3 6 Nur Azizah 4 35 Amud Yus Tasya 5 42 Shafa 6 5 Rahmat Adam 7 38 Nurbadriah 8 40 Nur Afifah Muhammad 9 31 Zaky... Muhammad 10 30 Fahm... Deden 11 33 Nurcholis Acep Saiful 12 16 M... 13 41 Nurrussa'adah Vidi 14 2 Andriansyah
Skor Ganjil
Skor Genap
Skor Total 38 37 36 34
19 17 15 16
19 20 21 18
17 15 14 13
17 17 17 18
34 32 31 31
18
12
30
11
14
25
10
13
23
11 11
9 9
20 20
9
9
18
131
15 16
4 9
17
29
18
18
19 20 21 22 23 24
22 27 8 21 28 32
25
34
26
36
27 28
37 3
29 30
23 14
31
17
32 33 34 35 36 37
20 24 11 12 13 19
38
25
Rangga Aditya Ria Aslika Lutfianto Agasta Alfian Nurdaf... Febriana Astuti Zuhri Fauzi Nurul Amalia Dini Akmalia Lastri Mutia Sari Muhammad Juli... Neneng Khaeru... Novia Dwi Kus... Sari Fartilah Ety Chaerunnisah Tria Paramita Agef Rahmatul... devi Shela N... Holipah Ricky Saputra Tri Astuti Siti Masitoh Anita Hikmah Pujiati
11 8
6 9
17 17
9
8
17
7
9
16
5 6 5 7 5 7
10 9 9 7 9 7
15 15 14 14 14 14
7
7
14
5
9
14
7 8
7 5
14 13
5 7
8 5
13 12
3
9
12
6 3 3 4 1 4
6 8 7 5 8 5
12 11 10 9 9 9
2
7
9
132
39 40 41 42
1 10 15 26
Reza Palevi Ridayanti Abdul Fatah Ika Herdilah
5 4 6 4
3 4 6 4
8 8 8 8
133
TINGKAT KESUKARAN ================== Jumlah Subjek= 42 Butir Soal= 58 Nama berkas: D:\ANATES.ANA No Butir No Butir Baru Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jml Betul 17 17 14 14 7 15 32 5 12 27 9 19 8 6 9 14 16
Tkt. Kesukaran(%) 40,48 40,48 33,33 33,33 16,67 35,71 76,19 11,90 28,57 64,29 21,43 45,24 19,05 14,29 21,43 33,33 38,10
Tafsiran Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Mudah Sangat Sukar Sukar Sedang Sukar Sangat Sukar Sukar Sedang Sedang Sukar Sangat Mudah
134
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
10 13 22 15 27 13 14 6 14 2 14 15 5 14 18 9 23 9 12 8 12 12 6 11 7 4 9 11
23,81 30,95 52,38 35,71 64,29 30,95 33,33 14,29 33,33 4,76 33,33 35,71 11,90 33,33 42,86 21,43 54,76 21,43 28,57 19,05 28,57 28,57 14,29 26,19 16,67 9,52 21,43 26,19
Sedang Sedang Sedang Sangat Sedang Sangat Sedang Sangat Sedang Sangat Sedang Sedang Sangat Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar Sangat Sukar Sukar Sangat Sukar Sukar
Mudah Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar
135
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
11 16 8 16 19 5 23 14 15 17 7 12 16
26,19 38,10 19,05 38,10 45,24 11,90 54,76 33,33 35,71 40,48 16,67 28,57 38,10
Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang
136
Jumlah Subjek= 42 klp atas/bawah(n)= 11 Butir soal= 58 Nama berkas: D:\ANATES.ANA No Butir No Butir Asli Baru 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 DAYA PEMBEDA ============
Kel. Atas 8 8 7 7 3 10 10 4 6 9 4 10 5 6 4 9 9 6
Kel. Bawah
3 3 1 1 0 2 8 0 1 7 2 2 0 0 1 1 4 2
Indeks DP (%) 45,45 45,45 54,55 54,55 27,27 72,73 18,18 36,36 45,45 18,18 18,18 72,73 45,45 54,55 27,27 72,73 45,45 36,36
Beda 5 5 6 6 3 8 2 4 5 2 2 8 5 6 3 8 5 4
137 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
8 5 4 5 7 6 3 9 1 6 9 2 8 7 3 8 4 9 7 7 4 3 9 5 1 7 5 9 7
1 4 2 8 1 4 1 0 1 2 1 0 0 7 0 6 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3
7 1 2 -3 6 2 2 9 0 4 8 2 8 0 3 2 4 9 7 6 4 3 9 5 0 7 5 9 4
63,64 9,09 18,18 -27,27 54,55 18,18 18,18 81,82 0,00 36,36 72,73 18,18 72,73 0,00 27,27 18,18 36,36 81,82 63,64 54,55 36,36 27,27 81,82 45,45 0,00 63,64 45,45 81,82 36,36
138 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
1 9 8 3 10 5 2 7 2 5 6
1 1 1 0 3 3 6 2 0 1 2
0 8 7 3 7 2 -4 5 2 4 4
0,00 72,73 63,64 27,27 63,64 18,18 -36,36 45,45 18,18 36,36 36,36
139
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 42 Butir Soal= 58 Nama berkas: D:\ANATES.ANA No Butir Baru
No Butir Asli
Korelasi
1
1
0,423
2
2
0,401
3
3
0,490
4 5
4 5
0,467 0,239
6 7
6 7
0,656 0,170
8
8
0,606
9 10 11
9 10 11
0,412 0,140 0,122
12
12
0,595
13
13
0,553
14
14
0,748
Signifikansi Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan
140
15
15
0,148
16
16
0,700
17 18
17 18
0,422 0,302
19 20 21 22
19 20 21 22
0,572 -0,070 0,013 -0,296
23
23
0,510
24 25
24 25
0,329 0,210
26 27
26 27
0,606 0,136
28
28
0,412
29 30
29 30
0,645 0,146
31 32 33 34 35
31 32 33 34 35
0,650 0,203 0,256 0,234 0,288
36
36
0,759
37
37
0,740
Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan
141
38 39 40
38 39 40
0,378 0,123 0,158
41
41
0,774
42 43
42 43
0,534 -0,053
44
44
0,549
45
45
0,412
46 47 48
46 47 48
0,697 0,255 -0,045
49 50
49 50
0,556 0,312
51
51
0,340
52 53 54
52 53 54
0,418 0,212 -0,189
55 56
55 56
0,417 0,190
57
57
0,349
58
58
0,352
Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan
142 Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagai berikut: p=0,05 p=0,01 df (N-2) P=0,05 p=0,01 df (N-2) 0,25 0,576 0,325 10 0,708 60 0,233 0,482 0,302 15 0,606 70 0,217 0,423 0,283 20 0,549 80 0,205 0,381 0,267 25 0,496 90 0,195 0,349 0,254 30 0,449 100 0,174 0,304 0,228 40 0,393 125 0,159 0,273 0,208 50 0,354 >150 Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
143
CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN Nama sekolah
: SMA Darunnajah Jakarta
Kelas/semester
: XI/1
Pokok bahasan
: Laju Reaksi
Pertemuan pertama No. Pernyataan 1.
Guru menarik pertahatian siswa dengan mengkaitkan
Ya √
pengetahuan awal siswa. 2.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan prediksi individu tentang percobaan yang akan dilakukan.
√
Tidak
144
3.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
kelompok
dan
memberikan
√
prediksi
kelompok. 4.
Siswa melakukan percobaan.
√
5.
Siswa mendiskusikan hasil percobaan.
√
6.
Siswa membuat laporan kelompok.
√
7.
Guru menyampaikan penjelasan singkat.
√
8.
Guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain
√
yang sama atau mirip dengan percobaan yang telah dilakukan.
145
CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN Nama sekolah
: SMA Darunnajah Jakarta
Kelas/semester
: XI/1
Pokok bahasan
: Laju Reaksi
Pertemuan kedua No. Pernyataan 1.
Guru menarik pertahatian siswa dengan mengkaitkan
Ya √
pengetahuan awal siswa. 2.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan prediksi individu tentang percobaan yang akan dilakukan.
√
Tidak
146
3.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
kelompok
dan
memberikan
√
prediksi
kelompok. 4.
Siswa melakukan percobaan.
√
5.
Siswa mendiskusikan hasil percobaan.
√
6.
Siswa membuat laporan kelompok.
√
7.
Guru menyampaikan penjelasan singkat.
√
8.
Guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain
√
yang sama atau mirip dengan percobaan yang telah dilakukan.
147
CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN Nama sekolah
: SMA Darunnajah Jakarta
Kelas/semester
: XI/1
Pokok bahasan
: Laju Reaksi
Pertemuan ketiga No. Pernyataan 1.
Guru menarik pertahatian siswa dengan mengkaitkan
Ya √
pengetahuan awal siswa. 2.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan prediksi individu tentang percobaan yang akan dilakukan.
√
Tidak
148
3.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
kelompok
dan
memberikan
√
prediksi
kelompok. 4.
Siswa melakukan percobaan.
√
5.
Siswa mendiskusikan hasil percobaan.
√
6.
Siswa membuat laporan kelompok.
√
7.
Guru menyampaikan penjelasan singkat.
√
8.
Guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain
√
yang sama atau mirip dengan percobaan yang telah dilakukan.
149
CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN Nama sekolah
: SMA Darunnajah Jakarta
Kelas/semester
: XI/1
Pokok bahasan
: Laju Reaksi
Pertemuan keempat No. Pernyataan 1.
Guru menarik pertahatian siswa dengan mengkaitkan
Ya √
pengetahuan awal siswa. 2.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan prediksi individu tentang percobaan yang akan dilakukan.
√
Tidak
150
3.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
kelompok
dan
memberikan
√
prediksi
kelompok. 4.
Siswa melakukan percobaan.
√
5.
Siswa mendiskusikan hasil percobaan.
√
6.
Siswa membuat laporan kelompok.
√
7.
Guru menyampaikan penjelasan singkat.
√
8.
Guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain
√
yang sama atau mirip dengan percobaan yang telah dilakukan.
151
Instrumen Penelitian (Pretest dan Posttest) Nama Kelas
: :
Mata Pelajaran Kimia Konsep : Laju Reaksi Waktu : 1 jam pelajaran (45 menit) Petunjuk Pengerjaan Soal: 4. kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling tepat. 5. berikah tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 6. jika anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda (=) pada jawaban yang telah anda beri tanda (X) kemudian berilah tanda silang kembali pada jawaban anda yang baru. 1.
2.
Pengertian laju reaksi adalah .... f. penambahan mol pereaksi tiap satuan waktu g. penambahan mol pereaksi tiap liter tiap satuan waktu h. pengurangan mol hasil reaksi tiap satuan waktu i. pengurangan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu j. penambahan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu Diketahui reaksi A + B → C + D + E Pernyataan berikut yang benar tentang laju reaksi di atas adalah ....
152
f.vA = + [ A ]
3.
4.
5.
Δt g. vB = + [ B ] Δt h. vC = + [ C ] Δt i. vD = - [ D ] Δt j. vE = - [ E ] Δt Dari beberapa faktor berikut: 13) Ukuran partikel 14) Warna partikel 15) Jumlah partikel 16) Temperatur partikel 17) Katalis 18) Bantuk partikel Faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah ... f. 1, 2, 4 dan 5 g. 2, 3, 4 dan 6 h. 1, 2, 3 dan 5 i. 1, 3, 4 dan 5 j. 1, 4, 5 dan 6 Faktor-faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali .... f. pada suhu tetap ditambahkan katalisator g. suhu dinaikan h. pada suhu tetap volume diperbesar i. pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak j. memperkecil ukuran partikel peraksi. Dari data berikut ini, reaksi yang paling cepat berlangsung adalah ....
153
6.
7.
k. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M pada suhu 40 0C l. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M + 20 mL air pada suhu 40 0C m. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,2 M pada suhu 30 0C n. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M pada suhu 30 0C o. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M + 10 mL air pada suhu 30 0C Dari percobaan reaksi: CaCO3 (s) + 2HCl (aq) → CaCl2 (aq) + CO2(g) + H2O (g) Diperoleh data sebagai berikut. percobaan Bentuk CaCO3 Konsentrasi 25 mL Waktu (s) temperatur HCl (M) 1 10g serbuk 0,2 4 25 2 10g butiran 0,2 6 25 3 10g bongkahan 0,2 10 25 4 10g butiran 0,4 3 25 5 10g butiran 0,2 3 25 Pada percobaan 1 dan 3 laju reaksi dipengaruhi oleh .... k. temperatur l. katalis m. sifat-sifat n. konsentrasi o. luas permukaan Zink dapat bereaksi dengan larutan asam klorida menurut persamaan: Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g) Untuk mempercepat pembentukan gas H2, salah satu langkah yang ditempuh adalah .... k. zink berbentuk lempeng l. zink berbentuk serbuk m. konsentrasi larutan HCl diperkecil n. suhunya diusahakan tetap o. ditambah gas oksigen
154
8.
9.
10.
11.
Suatu reaksi mempunyai persamaan v = k[P]2[Q]. Jika konsentrasi masing-masing pereaksi diperbesar 3 kali, laju reaksinya meningkat .... k. 3 kali l. 6 kali m. 9 kali n. 18 kali o. 27 kali Laju reaksi dari susatu reaksi tertentu menjadi 2 kali lipat setiap kenaikan temperatur 10 0C. Berapa kali lebih cepatan reaksi tersebut berlangsung pada temperatur 100 0C dibanding dengan 30 0C .... k. 4 kali l. 10 kali m. 64 kali n. 128 kali o. 256 kali Pada temperatur 25 0C reaksi berlangsung selama 9 menit. Setiap kenaikan temperatur 20 0C laju reaksi bertambah 3 kali. Maka pada temperatur 65 0C reaksi akan berlangsung selama .... k. 4 menit l. 2 menit m. 1 menit n. 40 menit o. 20 menit Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan mempercepat .... k. energi kinetik molekul pereaksi l. tekanan molekul pereaksi m. energi pengaktifan zat yang bereaksi n. konsentrasi zat yang bereaksi o. luas permukaan zat pereaksi
155
12.
13.
14.
15.
Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi, hal itu disebabkan oleh .... k. konsentrasi zat bertambah l. energi pengaktifan berkurang m. energi pengaktifan bertambah n. energi kinetik pereaksi berkurang o. energi kinetik pereaksi bertambah Manakah di antara proses indrustri berikut yang tidak menggunakan katalis .... k. oksidasi sulfur dioksida l. oksidasi amonia m. sintesis amonia n. elektrolisi NaCl o. fermentasi gula Zat X dapat bereaksi dengan zat Y menurut persamaan: 2X(g) + Y(g) → Z(g) Konsentrasi awal zat Y = 0,5 mol/L dan setelah bereaksi dengan zat X selama 1 menit, konsentrasinya tinggal 0,2 mol/L. Ungkapan laju reaksi di bawah ini yang benar adalah .... k. vY = 0,5 – 0,2 mol/L sekon 60 l. vY = 0,5 + 0,2 mol/L sekon 60 m. vX = 2(0,5 – 0,2) mol/L sekon 60 n. vY = 2 X 0,5 mol/L sekon 60 o. vY = 0,5 mol/L sekon 60 Dari reaksi: H2(g) + I2(g) → 2HI(g) Diperoleh data dari eksperimen sebagai berikut.
156
16.
17.
[H2] (M) [I2] (M) Laju reaksi (M S-1) 0,1 0,1 5 0,2 0,1 20 0,2 0,4 20 Rumus laju reaksi adalah .... k. v = k[H2][I2] l. v = k[H2]2[I2] m. v = k[H2][I2]2 n. v = k[H2]2 o. v = k[I2] Dari reaksi: CHCl3(g) + Cl2(g) → CCl4(g) + HCl(g) Diketahui data sebgai berikut. [CHCl3] (M) [Cl2] (M) Laju reaksi (M S-1) 0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40 Orde total adalah .... k. 1 l. 3/2 m. 2 n. 5/2 o. 3 Percobaan terhadap reaksi: CH3Cl + H2O → CH3OH + HCl Menghasilkan data sebagai berikut: Percobaan [CH3Cl] M [H2O] M Laju reaksi awal M/s 1 0,100 0,100 0,181 2 0,200 0,200 1,45 3 0,200 0,400 5,81
157
18.
19.
20.
Orde reaksi totalnya adalah .... k. 1 l. 2 m. 3 n. 4 o. 5 Pada saat mengisi bensi di pom bensi, terdapat tulisan tidak boleh merokok. Hal ini disebabkan karena bensin mudah terbakar. Manakah yang lebih mudah terbakar uap bensin atau bensin cair .... k. bensin cair, karena berbentuk cair sehingga mudah terbakar l. bensin cair karena konsentrasi bensin cair lebih tinggi m. uap bensin karena luas permukan uap bensin lebih besar dibandingan dengan bensin cair n. uap bensin karena berbentuk gas o. bensin cair dan uap bensin sama-sama mudah terbakar Dibawah ini adalah tahapan untuk melakukan percobaan: 13) Siapkan alat dan bahan 14) Masukkan larutan 0,5 M HCl kedalam tabung reaksi 15) Masukkan obat maag berbentuk tablet 16) Masukkan obat maag berbentuk serbuk 17) Masukkan larutan 1 M HCl kedalam tabung reaksi 18) Amati Dari tahapan percobaan diatas, manakan susunan tahap yang menghasilkan reaksi berlangsung paling cepat .... k. 1, 2, 3, dan 6 l. 1, 2, 4, dan 6 m. 1, 2, 5, dan 6 n. 1, 5, 4, dan 6 o. 1, 5, 3, dan 6 Dibawah ini diketahui bahan-bahan untuk melakukan percobaan:
158
9) Gelas kimia 10) Serbuk CaCO3 11) Kristal CaCO3 12) HCl 0,5 M Berdasarkan bahan diatas, manakah rancangan percobaan yang menunjukkan reaksi berlangsung cepat .... f. serbuk CaCO3 25 ˚C HCl 0,5M g.
kristal CaCO3 25 ˚C HCl 0,5
h.
serbuk CaCO3 40 ˚C HCl 0,5M
159
i.
kristal CaCO3 40 ˚C HCl 0,5M
j.
serbuk CaCO3 60 ˚C HCl 0,5M
160
Nilai Pretest dan Posttes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Ekperimen pretest posttes 20 70 10 75 20 75 20 80 15 75 30 85 35 80 25 85 20 65 15 60 10 75 20 60 20 80 25 60 25 80 25 85 20 85 35 85
Kontrol Pretest 15 40 25 25 20 10 10 10 20 30 10 30 15 30 25 20 15 30
posttes 60 70 60 55 45 40 40 45 60 50 45 50 75 60 45 70 75 55
161
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
25 35 30 25 25 25 10
85 70 85 80 70 90 65
10 25 20 10 25 25 30
40 50 60 55 50 40 60
162
NILAI PRETES KELAS EKSPERIMENT No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Amalia Rachmadanty Asti Nadya Putri Azizah Fajar Priarti Fadilah Ramadhani Farhani Nadlira Febriani Vira Setyowati Gita Putri Dryastuti Imanurul Aisha Rahardjo Istiqomah Khairunnisa Rafrin Lita Amelia Mafida Ria Kartika Masmuhah Maula Husna Novia Puspita Maharani Novita Kusuma Maharani Nur Faida Sholihat Qadrina Sufy Qaulan Yanda
1 0 0 1 0 0
2 1 0 0 1 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 1 0 0
5 1 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0
7 0 0 0 1 0
8 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0
No Butir Soal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0
Jumlah
Skor
4 2 4 4 3
20 10 20 20 15
0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0
0 0 1 1 0 0
0 0
0 0
0 0
1 1
1 0
0 0
1 0
1 1
0 1
0 0
0 0
6 7
30 35
1 0 0 1 0 0 1
1 0 0 0 0 1 0
0 1 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0
5 4 3 2 4 4 5
25 20 15 10 20 20 25
0 1 0 0 0 0
0 0 0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
5
25
1 1 1 1
0 0 1 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
1 0 0 1
0 0 0 1
0 0 0 0
1 0 1 0
1 0 1 1
0 0 0 0
1 0 0 0
0 0 1 0
5 4 7 5
25 20 35 25
1 0 0 0 0 1 0
0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0
0 1 1 0 0 1 1
0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 0
0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0
0 1 0 0
163
Liyundzira 20 21 22 23 24 25
Rifdah Rifia Selvia Yolanda Putri Shinta Fitri Handayani Shintya Andini Sidi Siti Nur Azizah Yunita Fajri Pertiwi ket: skor = jumlah X 5
1 0 0 1 0 0
1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 0
1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0
1 1 1 1 0 0
0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 0 0
0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0
7 6 5 5 5 2
35 30 25 25 25 10
164
NILAI POSTTEST KELAS EKSPERIMENT
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Amalia Rachmadanty Asti Nadya Putri Azizah Fajar Priarti Fadilah Ramadhani Farhani Nadlira Febriani Vira Setyowati Gita Putri Dryastuti Imanurul Aisha Rahardjo Istiqomah Khairunnisa Rafrin Lita Amelia Mafida Ria Kartika Masmuhah Maula Husna Novia Puspita Maharani Novita Kusuma Maharani Nur Faida Sholihat Qadrina Sufy Qaulan Yanda Liyundzira
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
8 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
No Butir Soal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 14 15 15 16 15 17 16 17 13 12 15 12 16 12 16 17 17 17 17
Skor 70 75 75 80 75 85 80 85 65 60 75 60 80 60 80 85 85 85 85
165
20 21 22 23 24 25
Rifdah Rifia Selvia Yolanda Putri Shinta Fitri Handayani Shintya Andini Sidi Siti Nur Azizah Yunita Fajri Pertiwi
0 1 0 0 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 1
1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1
ket: skor = jumlah X 5
1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1
1 1 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0
1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
14 17 16 14 18 13
70 85 80 70 90 65
166
Nilai Pretest Kelas Kontrol
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Amelia Fitrianis Andini Ayu Alfitriyanti Atiqa Umaima Aushona Mahyidien Diah Ayu Aisyah Iryanto Edna Efrida Farida Suryani Herweningtyas Rakhmadani Iffa Karima Lita Lufita Marchella Sprintestya Nadiya Zurnafany Sakina. T Navida Febrina Syafaaty Nazila Nurul Rizkia Nihayatunnisa Nila Apriani Rafika Attamy Rahayu Lestari Rika Noor Seha
1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0
3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
4 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0
6 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
8 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
No Butir Soal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
Jumlah 3 8 5 5 4 2 2 2 4 6 2 6 2 6 5 4 3 6 2
Skor 15 40 25 25 20 10 10 10 20 30 10 30 10 30 25 20 15 30 10
167
20 21 22 23 24 25
Rizka Arfeinia Rizky Yulandari Sendu Batama Siti arah Siti Jihan Maraty Yulya Fazyanda
0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1
ket: Skor = Jumlah X 5
1 0 0 1 0 1
0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 1 1
0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 1
0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0
0 1 0 1 1 1
5 4 2 5 5 6
25 20 10 25 25 30
168
Nilai Posttest kelas Kontrol No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Amelia Fitrianis Andini Ayu Alfitriyanti Atiqa Umaima Aushona Mahyidien Diah Ayu Aisyah Iryanto Edna Efrida Farida Suryani Herweningtyas Rakhmadani Iffa Karima Lita Lufita Marchella Sprintestya Nadiya Zurnafany Sakina. T Navida Febrina Syafaaty Nazila Nurul Rizkia Nihayatunnisa Nila Apriani Rafika Attamy Rahayu Lestari Rika Noor Seha
1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
4 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
6 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0
7 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0
9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
No Butir Soal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1
Jumlah
Skor
12 14 12 11 9 8 8 9 12 10 9 10 15 12 9 14 15 11 8
60 70 60 55 45 40 40 45 60 50 45 50 75 60 45 70 75 55 40
169
20 21 22 23 24 25
Rizka Arfeinia Rizky Yulandari Sendu Batama Siti arah Siti Jihan Maraty Yulya Fazyanda ket: skor = jumlah X 5
1 0 1 1 1 0
1 1 1 1 0 0
1 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 0 0
1 1 0 0 1 0
1 1 0 0 0 1
0 1 1 1 0 0
1 1 1 0 1 1
1 1 1 0 0 1
0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0
0 1 1 1 0 1
1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 1 0
0 0 1 1 0 1
0 1 0 0 0 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1
10 12 11 10 8 12
50 60 55 50 40 60
170
Distribusi Data Pretest Siswa Kelas Eksperimen 1.
2.
3.
Data skor pretes siswa kelas eksperimen 10 10 10 15 15 20 20 20 25 25 25 25 30 30 35 35 35
20 25
20 25
20 25
Skor terbesar = 35 Skor terkecil = 10 Sebaran = skor terbesar – skor terkecil = 35 – 10 = 25 Banyak kelas = 1 + 3,3 log 25 = 5,61 ~ 6 4,16 (dibulatkan menjadi 5)
4.
Panjang kelas (P) =
5.
Tabel distribusi frekuensi pretes siswa kelas eksperimen No. interval F Titik Tengah 1. 10 – 14 3 61,5 2. 15 – 19 2 66,5 3. 20 – 24 7 71,5 4. 25 – 29 8 76,5 5. 30 – 34 2 81,5
P 12% 8% 28% 32% 8%
20 25
171
6.
35 – 39
3 n=25
Mean/ rata-rata ( ) = 22,6 Standar Deviasi (SD) = 7,23 Median
= Bb + P = 24,5 + 5 = 24,8
Modus
= Bb + P = 24,5 + 5 = 25,2
86,5
12%
172
Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Kontrol 1.
2.
3.
Data skor pretes siswa kelas eksperimen 10 10 10 10 10 10 20 20 20 25 25 25 30 30 30 30 40
15 25
15 25
15 25
Skor terbesar = 40 Skor terkecil = 10 Sebaran = skor terbesar – skor terkecil = 40 – 10 = 30 Banyak kelas = 1 + 3,3 log 25 = 5,61 ~ 6 5
4.
Panjang kelas (P) =
5.
Tabel distribusi frekuensi pretes siswa kelas eksperimen No. interval F Titik Tengah 1. 10 – 14 6 11,5 2. 15 – 19 3 16,5 3. 20 – 24 4 21,5 4. 25 – 29 6 26,5
P 24% 12% 16% 24%
20 30
173
5. 6. 7.
30 – 34 35 – 39 40 – 44
5 0 1 n=25
Mean/ rata-rata ( ) = 21 Standar Deviasi (SD) = 8,41 Median
= Bb + P = 19,5 + 5 = 23,9
Modus
= Bb + P = 24,5 + 5 = 23,13
31,5 36,5 41,5
20% 0% 40%
174
Perhitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen Perhitungan uji normalitas adalah dengan mengunakan uji liliefors, taraf nyata (α) adalah 5% (0,05), nilai L tabel (Lt) dengan n=25 adalah 0,173. 1. 2.
Kriteria pengujian a. Ho diterima (Ha ditolak) apabila Lo < Lt b. Ho ditolak (Ha diterima) apabila Lo > Lt Nilai uji statistik (L hitung (Lo)) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Xi 10 10 10 15 15 20 20 20 20 20
Zi -1,74 -1,74 -1,74 -1,05 -1,05 -0,36 -0,36 -0,36 -0,36 -0,36
F(Zi) 0,0409 0,0409 0,0409 0,1469 0,1469 0,3594 0,3594 0,3594 0,3594 0,3594
S(Zi) F(Zi) - S(Zi) 0,12 0,0791 0,12 0,0791 0,12 0,0791 0,20 0,0531 0,20 0,0531 0,48 0,1206 0,48 0,1206 0,48 0,1206 0,48 0,1206 0,48 0,1206
175
3.
11 20 -0,36 0,3594 12 20 -0,36 0,3594 13 25 0,33 0,6293 14 25 0,33 0,6293 15 25 0,33 0,6293 16 25 0,33 0,6293 17 25 0,33 0,6293 18 25 0,33 0,6293 19 25 0,33 0,6293 20 25 0,33 0,6293 21 30 1,02 0,8461 22 30 1,02 0,8461 23 35 1,72 0,9573 24 35 1,72 0,9573 25 35 1,72 0,9573 Keterangan: Lo = 0,1707 Kesimpulan Lo < Lt (0,1707 < 0,173) Artinya, data berdistribusi normal
0,48 0,48 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,88 0,88 1,00 1,00 1,00
0,1206 0,1206 0,1707 0,1707 0,1707 0,1707 0,1707 0,1707 0,1707 0,1707 0,0339 0,0339 0,0427 0,0427 0,0427
176
Perhitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol Perhitungan uji normalitas adalah dengan mengunakan uji liliefors, taraf nyata (α) adalah 5% (0,05), nilai L tabel (Lt) dengan n=25 adalah 0,173. 4. 5.
Kriteria pengujian c. Ho diterima (Ha ditolak) apabila Lo < Lt d. Ho ditolak (Ha diterima) apabila Lo > Lt Nilai uji statistik (L hitung (Lo)) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Xi 10 10 10 10 10 10 15 15 15 20
Zi -1,31 -1,31 -1,31 -1,31 -1,31 -1,31 -0,71 -0,71 -0,71 -0,12
F(Zi) 0,0951 0,0951 0,0951 0,0951 0,0951 0,0951 0,2388 0,2388 0,2388 0,4522
S(Zi) 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,36 0,36 0,36 0,52
F(Zi) - S(Zi) 0,1449 0,1449 0,1449 0,1449 0,1449 0,1449 0,1212 0,1212 0,1212 0,0678
177
6.
11 20 -0,12 0,4522 12 20 -0,12 0,4522 13 20 -0,12 0,4522 14 25 0,48 0,6844 15 25 0,48 0,6844 16 25 0,48 0,6844 17 25 0,48 0,6844 18 25 0,48 0,6844 19 25 0,48 0,6844 20 30 1,07 0,8577 21 30 1,07 0,8577 22 30 1,07 0,8577 23 30 1,07 0,8577 24 30 1,07 0,8577 25 40 2,26 0,9881 Keterangan: Lo = 0,1449 Kesimpulan Lo < Lt (0,1449 < 0,173) Artinya, data berdistribusi normal
0,52 0,52 0,52 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 1,00
0,0678 0,0678 0,0678 0,0756 0,0756 0,0756 0,0756 0,0756 0,0756 0,1023 0,1023 0,1023 0,1023 0,1023 0,0119
178
Perhitungan Uji Homogenitas Skor Pretest
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji fisher. Rumus yang digunakan adalah: F= Dimana: S adalah standar deviasi dilihat dari data skor pretes kelas ekperimen dan kelas kontrol. 1.
Hipotesis Ho : Data memiliki varians homogen Ha : data tidak memiliki varians homogen
2.
Kriteria pengujian a. Apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen. b. Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen.
3.
Tentukan dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians terkecil) dk1 = n-1 = 24 dk2 = n-1 = 24
179
4.
Tentukan F hitung F= S dari kelas eksperimen = 7,23 S dari kelas kontrol = 8,41 F=
5.
=
= 1,35
Tentukan nilai F tabel Untuk dk penyebut 24 dan dk pembilang 24 (0,05:24,24), adapun F tabel dengan dk penyebut 24 dan dk pembilang 24 pada taraf signifikan 5% adalah 1,98. Karena F hitung < F tabel (1,35 < 1,98 ) ini artinya Ho diterima, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa kedua data yang dimiliki varians homogen.
180
Perhitungan Pengujian Hipotesis Pretest Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan “t” test, berikut langkah-langkah perhitungan: 1.
Menentukan hipotesisi Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2
2.
Menentukan kriteria pengujian a. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima b. Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak
3.
Menentukan uji statistik t=
dimana
181
Rata-rata kelas eksperimen adalah 22,6 Rata-rata kelas kontrol adalah 21 S dari kelas eksperimen adalah 7,23 S dari kelas kontrol adalah 8,41 = S2x(nx-1) = 7,232(25-1) = 1254,5496 = S2x(nx-1) = 8,412(25-1) = 1697,4744 = t=
= 61,50
= 0,72
Untuk α=0,05 dan dk 48 ttabel= 2,021, α=0,1 ttabel=1,684. Sedangkan thitung= 0,72. Karena didapat thitung < ttabel ( 0,72 < 2,069 ). Maka thitung berada pada daerah penerimaan. Maka hipotesis nol diterima. Rata-rata pretest kedua kelas sama.
182
Distribusi Data Posttest Siswa Kelas Eksperimen 1.
2.
3.
Data skor pretes siswa kelas eksperimen 60 60 60 65 65 70 75 75 80 80 80 80 85 85 85 85 90
70 80
70 85
75 85
75 85
Skor terbesar = 90 Skor terkecil = 60 Sebaran = skor terbesar – skor terkecil = 90 – 60 = 30 Banyak kelas = 1 + 3,3 log 25 = 5,61 ~ 6 5
4.
Panjang kelas (P) =
5.
Tabel distribusi frekuensi pretes siswa kelas eksperimen No. interval F Titik Tengah
P
183
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 – 94
3 2 3 4 5 7 1 n=25
Mean/ rata-rata ( ) = 76,2 Standar Deviasi (SD) = 9,05 Median
= Bb + P = 79,5 + 5 = 80
Modus
= Bb + P = 84,5 + 5 = 85,75
61,5 66,5 71,5 76,5 81,5 86,5 91,5
12% 8% 12% 16% 20% 28% 4%
184
Distribusi Data Posttest Siswa Kelas Kontrol 1.
2.
3.
Data skor pretes siswa kelas eksperimen 40 40 40 40 45 45 50 50 55 55 55 60 60 70 70 75 75
45 60
45 60
50 60
50 60
Skor terbesar = 75 Skor terkecil = 40 Sebaran = skor terbesar – skor terkecil = 75 – 40 = 35 Banyak kelas = 1 + 3,3 log 25 = 5,61 ~ 6 5,83 (dibulatkan menjadi 6)
4.
Panjang kelas (P) =
5.
Tabel distribusi frekuensi pretes siswa kelas eksperimen No. interval F Titik Tengah
P
185
1. 2. 3. 4. 5. 6.
40 – 45 46 – 51 52 – 57 58 – 63 64 – 69 70 – 75
8 4 3 6 0 4 n=25
Mean/ rata-rata ( ) = 54,2 Standar Deviasi (SD) = 10,77 Median
= Bb + P = 51,5 + 5 = 52,33
Modus
= Bb + P = 39,5 + 5 = 42,8
41,5 47,5 53,5 59,5 65,5 71,5
32% 16% 12% 24% 0% 16%
186
Perhitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen Perhitungan uji normalitas adalah dengan mengunakan uji liliefors, taraf nyata (α) adalah 5% (0,05), nilai L tabel (Lt) dengan n=25 adalah 0,173. 7. 8.
Kriteria pengujian e. Ho diterima (Ha ditolak) apabila Lo < Lt f. Ho ditolak (Ha diterima) apabila Lo > Lt Nilai uji statistik (L hitung (Lo)) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Xi 60 60 60 65 65 70 70 70 75
Zi -1,79 -1,79 -1,79 -1,24 -1,24 -0,69 -0,69 -0,69 -0,13
F(Zi) 0,0367 0,0367 0,0367 0,1075 0,1075 0,2451 0,2451 0,2451 0,4483
S(Zi) F(Zi) - S(Zi) 0,12 0,0833 0,12 0,0833 0,12 0,0833 0,20 0,0925 0,20 0,0925 0,32 0,0749 0,32 0,0749 0,32 0,0749 0,48 0,0317
187
9.
10 75 -0,13 0,4483 11 75 -0,13 0,4483 12 75 -0,13 0,4483 13 80 0,42 0,6628 14 80 0,42 0,6628 15 80 0,42 0,6628 16 80 0,42 0,6628 17 80 0,42 0,6628 18 85 0,97 0,8340 19 85 0,97 0,8340 20 85 0,97 0,8340 21 85 0,97 0,8340 22 85 0,97 0,8340 23 85 0,97 0,8340 24 85 0,97 0,8340 25 90 1,53 0,9370 Keterangan: Lo = 0,1260 Kesimpulan Lo < Lt (0,1260 < 0,173) Artinya, data berdistribusi normal
0,48 0,48 0,48 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 1,00
0,0317 0,0317 0,0317 0,0172 0,0172 0,0172 0,0172 0,0172 0,1260 0,1260 0,1260 0,1260 0,1260 0,1260 0,1260 0,0630
188
Perhitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen Perhitungan uji normalitas adalah dengan mengunakan uji liliefors, taraf nyata (α) adalah 5% (0,05), nilai L tabel (Lt) dengan n=25 adalah 0,173. 10. Kriteria pengujian g. Ho diterima (Ha ditolak) apabila Lo < Lt h. Ho ditolak (Ha diterima) apabila Lo > Lt 11. Nilai uji statistik (L hitung (Lo)) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Xi 60 60 60 65 65 70 70 70 75
Zi -1,79 -1,79 -1,79 -1,24 -1,24 -0,69 -0,69 -0,69 -0,13
F(Zi) 0,0367 0,0367 0,0367 0,1075 0,1075 0,2451 0,2451 0,2451 0,4483
S(Zi) F(Zi) - S(Zi) 0,12 0,0833 0,12 0,0833 0,12 0,0833 0,20 0,0925 0,20 0,0925 0,32 0,0749 0,32 0,0749 0,32 0,0749 0,48 0,0317
189
10 75 -0,13 0,4483 11 75 -0,13 0,4483 12 75 -0,13 0,4483 13 80 0,42 0,6628 14 80 0,42 0,6628 15 80 0,42 0,6628 16 80 0,42 0,6628 17 80 0,42 0,6628 18 85 0,97 0,8340 19 85 0,97 0,8340 20 85 0,97 0,8340 21 85 0,97 0,8340 22 85 0,97 0,8340 23 85 0,97 0,8340 24 85 0,97 0,8340 25 90 1,53 0,9370 Keterangan: Lo = 0,1260 12. Kesimpulan Lo < Lt (0,1260 < 0,173) Artinya, data berdistribusi normal
0,48 0,48 0,48 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 1,00
0,0317 0,0317 0,0317 0,0172 0,0172 0,0172 0,0172 0,0172 0,1260 0,1260 0,1260 0,1260 0,1260 0,1260 0,1260 0,0630
190
Perhitungan Uji Homogenitas Skor Posttest
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji fisher. Rumus yang digunakan adalah: F= Dimana: S adalah standar deviasi dilihat dari data skor posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol. 1.
Hipotesis Ho : Data memiliki varians homogen Ha : data tidak memiliki varians homogen
2.
Kriteria pengujian a. Apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen. b. Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen.
3.
Tentukan dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians terkecil) dk1 = n-1 = 24
191
dk2 = n-1 = 24 4.
Tentukan F hitung F= S dari kelas eksperimen = 9,05 S dari kelas kontrol = 10,77 F=
5.
=
= 1,42
Tentukan nilai F tabel Untuk dk penyebut 24 dan dk pembilang 24 (0,05:24,24), adapun F tabel dengan dk penyebut 24 dan dk pembilang 24 pada taraf signifikan 5% adalah 1,98. Karena F hitung < F tabel (1,42 < 1,98 ) ini artinya Ho diterima, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa kedua data yang dimiliki varians homogen.
192
Perhitungan Pengujian Hipotesis Posttest 1.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan “t” test, berikut langkah-langkah perhitungan: Menentukan hipotesisi Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2
2.
Menentukan kriteria pengujian a. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima b. Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak
3.
Menentukan uji statistik t=
dimana
Rata-rata kelas eksperimen adalah 76,2 Rata-rata kelas kontrol adalah 54,2
193
S dari kelas eksperimen adalah 9,04 S dari kelas kontrol adalah 10,77 = S2x(nx-1) = 9,042(25-1) = 1961,3184 = S2x(nx-1) = 10,772(25-1) = 2783,8296
= t=
= 98,86
= 7,83
Untuk α=0,05 dan dk 48, tkritis= 2,021 dan α=0,1 ttabel=1,684. Sedangkan thitung= 7,83. Karena didapat thitung > ttabel ( 7,83 > 2,069). Maka thitung berada pada daerah penolakan. Maka hipotesis nol ditolak. Rata-rata posttest kedua kelas berbeda. Dapat disimpulakan bahwa terdapat berbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode ekperimen.