PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X PADA KONSEP REDOKS
OLEH MUHIBUDDIN NIM: 103016227134
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH Skripsi berjudul: "Pengaruh Penggunaan Strategi Cooperative Learning Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X pada Konsep Redoks" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada, 1 Juli 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia. Jakarta, September 2008 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia
Tanggal
Ir. H. Mahmud M. Siregar, M.Si NIP. 150 222 933 Sekretaris
………………… Tanggal
Baiq Hana Susanti, M.Si NIP. 150 299 475
…………………
Penguji I
Tanggal
Dr. rer nat. Abu Amar, M.Sc NIP. 0320 125 802 Penguji II
………………… Tanggal
Tonih Feronika, M.Pd NIP. 150 368 738
…………………
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150 231 356
Tanda Tangan
………………... Tanda Tangan
………………... Tanda Tangan
………………... Tanda Tangan
………………...
ABSTRAK
Muhibuddin. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Redoks. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif pada penggunaan pendekatan cooperative learning teknik jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep redoks. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran aktif, dimana siswa dikelompokkan secara heterogen dan dituntut untuk saling bekerja sama dengan temannya, untuk memaksimalkan kemampuan belajarnya. Jenis pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah jigsaw, jigsaw adalah pembelajaran secara berkelompok yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli dimana setiap anggota kelompok asal akan bergabung dalam kelompok ahli sesuai dengan topik yang diberikan dari masingmasing anggota kelompok asal. Metode yang digunakan adalah eksperimen semu bertempat di MA Subono Mantofani Jl. Sumatera no. 75 Jombang, CiputatTangerang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X A sebagai kelas eksperimen dan kelas X B sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dengan tes hasil belajar secara tertulis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sebesar 66,89 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 46,75; sampel dalam penelitian ini berdistribusi normal dan homogen. Uji t dengan thitung sebesar 6,23 dan ttabel sebesar 2,0049 menunjukkan adanya pengaruh yang positif pada penggunaan pendekatan cooperative learning teknik jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep redoks. Kata kunci: cooperative learning, jigsaw, hasil belajar kimia.
ABSTRACT
Muhibuddin: The Effect of Using Cooperative Learning Jigsaw technique to The Student's Result of Learning against Redoks Concept. Thesis of Study Program of Chemistry Education, Education of Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher ship Science, State Islamic University "Syarif Hidayatullah" This research aims to know whether there is a positive effect of using cooperative learning Jigsaw technique to the student's result of learning chemistry against redoks concept of not. Cooperative learning is an active learning strategy, where students are heterogenic grouped and demanded to cooperate with each other to maximize their learning capability. Kind of learning cooperative use is jigsaw, jigsaw is grouping learning technique which is consists of "home group" and "expert group", where each member of "home group" will join with "expert group" according to the given topic which is given from each "home group". The method used is quasi experiment which is held in MA Subono Mantofani on Sumatera street number 75 Jombang, Ciputat-Tangerang. The sample of the research is the students of X A class as experiment class and X B class as control class. The used technique to collect data is by using written test. The result of the research shows that the average score for experiment class is 66,89 and for the control class is 46,75; sample in this research has a normal distribution and homogeny. t test with thitung 6,23 and ttable 2,0045 shows positive effect of using cooperative learning Jigsaw technique to the student's result of learning chemistry against redoks concept. Keyword: cooperative learning, jigsaw, the result of learning chemistry
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim, Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan rasa syukur dikembalikan. Tidak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi Muhammad saw, rasul yang mulia. Sudah kewajiban yang harus diselesaikan bagi mahasiswa (khususnya mahasiswa UIN) dalam rangka mengakhiri masa studinya, untuk membuat karya tulis ilmiah berupa skripsi. Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X pada Konsep Redoks”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program strata 1 (S1) di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mengingat jasa-jasa selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Ir. H. Mahmud M. Siregar, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Baiq Hana Susanti, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus selaku dosen pembimbing II yang
telah menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu kepada penulis. 6. Kepala Sekolah MA Subono Mantofani, beserta dewan guru yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian guna penyelesaian skripsi ini. 7. Siswa-siswi MA Subono Mantofani, khususnya kelas X yang telah menjadi sampel penelitian ini. 8. Ayahanda H. Abu Salim dan Ibunda Saenab tercinta yang telah merawat dan mendidik penulis dengan kasih sayang, memberikan pengorbanan baik materil maupun spiritual yang tidak terhitung nilainya, serta senantiasa mendorong dan mendoa’kan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kakak-kakak dan adik-adikku (Ismail, Ikhsan, Jalal, Salman, Mursalin, Badrul dan Samsul) yang selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman kost Yaman, Sulaiman, Raswin, Zukri, Zahruddin, Rahmat, Zamil yang selalu memotivasi penulis. 11. Abdi Rinaldi, Nu’man, Syarif, Turyanto, Amran, Darjo, Miralda, Yeyen, Lika, Puput dan Friesda yang selalu memberikan motivasi, semangat dan perjalanan seru yang menjadi kenangan yang tidak terlupakan bagi penulis. 12. Teman-teman mahasiswa seperjuangan Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2003. 13. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini merupakan karya kecil di tengahtengah khazanah ilmu pengetahuan yang sangat luas. Namun penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangsih pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan keguruaan UIN Syarif Hidayatullah khususnya dan masyarakat umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis persembahkan semuanya, semoga kebaikan dan bantuan baik moral maupun materil dari semua pihak diterima Allah SWT sebagai amal shaleh di sisi-Nya dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari-Nya, amin. Wassalamu alaikum wr. wb Jakarata, 12 Juni 2008 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6 D. Perumusan Masalah...................................................................... 6 E. Kegunaan Hasil Penelitian............................................................ 7 BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ........................................................... 8 A. Deskripsi Teoritik ....................................................................... 8 1. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning).................. 8 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)..................................................... 8 b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ..... 9 c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif .................................. 12 d. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif .............................. 14 e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif dan Manfaatnya ......... 15 2. Jigsaw.................................................................................... 17 a. Pengertian Jigsaw............................................................ 17 b. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ........... 22 3. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi (Redoks) .................. 23 4. Hasil Belajar Kimia .............................................................. 25 B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 27 C. Kerangka Pikir ........................................................................... 28
D. Pengajuan Hipotesis .................................................................... 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 31 A. Tujuan Penelitian ....................................................................... 31 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 31 C. Metode dan Desain Penelitian .................................................... 31 D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 32 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 32 F. Teknik Analisis Data................................................................... 35 G. Hipotesis Statistik ...................................................................... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 38 A. Deskripsi Data ............................................................................ 38 1. Deskripsi Data Hasil Belajar Kimia Kelas Experimen ........ 38 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol ............. 39 B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................. 41 1. Uji Normalitas ...................................................................... 41 2. Uji Homogenitas .................................................................. 41 C. Analisis dan Interpretasi Data .................................................... 42 D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 42 E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian .................................... 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 46 A. Kesimpulan ................................................................................. 46 B. Saran............................................................................................ 46 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47
DAFTAR TABEL Tabel 1
Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional ..................................................................................... 11
Tabel 2
Jenis-jenis Metode Pembelajaran Kooperatif ................................ 23
Tabel 3
Desain Penelitian............................................................................ 32
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen ....... 38
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol .............. 40
Tabel 6
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ................... 41
Tabel 7
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ......................... 41
Tabel 8
Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan uji t .................. 42
Tabel 9
Uji Validitas Item Butir Soal ........................................................ 84
Tabel 10 Taraf Kesukaran Soal .................................................................... 87 Tabel 11 Daya Pembeda Soal ....................................................................... 88 Tabel 12 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen ........................................... 89 Tabel 13 Data Hasil Belajar Kelas Kontrol .................................................. 90 Tabel 14 Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen .......................................................................... 94 Tabel 15 Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol ................................................................................. 99 Tabel 16 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ................................................. 102 Tabel 17 Uji Normalitas Kelas Kontrol ....................................................... 105
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ............................................................ 22 Gambar 2 Bagan Kerangka Pikir .................................................................... 29 Gambar 3 Histogram Kelas Eksperimen ........................................................ 39 Gambar 4 Histogram Kelas Kontrol ............................................................... 40 Gambar 5 Penerapan Cooperative Learning Teknik Jigsaw........................... 112
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Silabus ..................................................................................... 50
Lampiran 2
Rencana Program Pembelajaran ............................................. 53
Lampiran 3
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penelitian ........................................ 68
Lampiran 4
Soal Instrumen ........................................................................ 78
Lampiran 5
Kunci Jawaban Soal Instrumen ............................................... 82
Lampiran 6
Perhitungan Validitas Soal Instrumen Penelitian .................... 83
Lampiran 7
Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian ........................ 86
Lampiran 8
Perhitungan Taraf Kesukaran Soal .......................................... 88
Lampiran 9
Perhitungan Daya Pembeda Soal ............................................. 89
Lampiran 10 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen ..................................... 90 Lampiran 11 Data Hasil Belajar Kelas Kontrol ............................................ 91 Lampiran 12 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen .. 92 Lampiran 13 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ......... 97 Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...................... 102 Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ............................. 105 Lampiran 16 Perhitungan Uji Homogenitas ................................................. 108 Lampiran 17 Langkah-langkah Pengujian Hipotesis..................................... 110 Lampiran 18 Penerapan Cooperative Learning Teknik Jigsaw..................... 112
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Sebagaimana tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No. 20 tahun 2003. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Dari undang-undang sistem pendidikan nasional yang disebutkan di atas bahwa dunia pendidikan bertanggung jawab terhadap kemajuan peradaban dan kecerdasan bangsa. Muhibbin Syah dalam bukunya mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi atau kemampuan sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP), pendidikan menengah (SMA), dan pendidikan
1
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2006), h. 8
tinggi (perguruan tinggi).2 Dalam kegiatan pengajaran tersebut sangat dibutuhkan seorang guru yang berpengetahuan luas dan mempunyai keterampilan dalam mengajar. Keterampilan ini dapat berupa keterampilan dasar bertanya, keterampilan dasar memberikan reinforcement (penguatan), keterampilan variasi stimulus, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas3. Keterampilan dasar tersebut diperlukan agar guru dapat melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar. Adapun secara singkat peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat disebutkan sebagai berikut4: 1. Informator Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. 2. Organisator Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. 3. Motivator Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. 4. Pengarah/director Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. 5. Inisiator
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Strategi Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 1 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 32 – 43 4 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,…..h. 144-146
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. 6. Transmitter Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. 7. Fasilitator Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar. 8. Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. 9. Evaluator Ada kecenderungan bahwa peran guru sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya. Tetapi kalau diamati secara mendalam evaluasi-evaluasi yang dilakukan guru itu sering hanya merupakan evaluasi ekstrinsik dan sama sekali belum menyentuh evaluasi yang intrinsik. Untuk ini guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam melaksanakan peranannya para guru menggunakan berbagai macam metode mengajar. Saat ini strategi mengajar yang telah banyak digunakan oleh guru adalah pembelajaran aktif (active learning) seperti contekstual teaching and learning (CTL) dan cooperative learning (CL). Dimana guru hanya berperan sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran (student center). Namun, tidak bisa dipungkiri masih banyak juga guru yang belum menerapkan metode ini, mereka masih menggunakan metode mengajar klasik, yaitu metode pembelajaran dimana hanya guru yang menjadi sumber pembelajaran. Tradisi seperti ini harus diubah menjadi siswa aktif sedangkan guru hanya mengarahkan siswa untuk mengembangkan potensi siswanya. Dalam proses belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek maka proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran ini seorang guru harus menguasai teknik mengajar. Teknik adalah cara yang dilakukan seorang guru dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.5 Pelajaran kimia adalah salah satu mata pelajaran yang tergolong sulit serta kurang diminati oleh para siswa. Untuk menyiasati hal tersebut para guru menggunakan berbagai macam strategi mengajar untuk setiap materi pelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang paling dikenal untuk membantu
siswa
memahami,
berargumentasi,
dan
mengkonstruk
pengetahuannya sendiri. Metode ini biasanya disebut cooperative learning (pembelajaran kooperatif). Belajar kooperatif dan kolaboratif sangat dikenal pada tahun 1990-an (Duffy dan Curningham, 1996). Oxford dictionary mendefinisikan cooperative sebagai "bersedia untuk membantu (to be assistance or be willing to assist)"6 Mujibul Hasan dalam bukunya yang berjudul Technology In Higher Education mengatakan "when student work in groups of two to four, however, each group member can participate extensively, individual problems are more likely to become clear and to be remedied (sometimes with the teacher's assistance), and learning can accelerate"7 dari pendapat Mujibul tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pembelajaran dengan kooperatif (kerja kelompok 2 – 4 orang siswa) sangat baik untuk membantu para siswa meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, permasalahan individu siswa dapat diselesaikan bersama sehingga pembelajaran dapat dapat dipercepat."Belajar secara
kooperatif
dikembangkan
berdasarkan
teori
belajar
kognitif-
konstruktivis dan teori belajar sosial".8 Ada empat tipe strategi pembelajaran
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 125 6 Paulina Pannen, dkk., Konstruktivisme Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI-UT, 2001), h. 63 7 Mujibul Hasan Siddiqui, Technology in Higher Education, (New Delhi: A P H Publishing Corporation, 2004), h. 178 8 Soeparman Kardi, Mohamad Nur., Pangantar Pada Pengajaran dan Pengelolaan Kelas, (Surabaya: UNESA-University Press, 2000), h. 15
kooperatif yang telah dikembangkan diberbagai negara yaitu learning together, the social family, jigsaw, dan student team learning.9 Elliot Arronson mengemukakan definisi jigsaw sebagai berikut: The jigsaw classroom is a cooperative learning technique, just as in a jigsaw puzzle, each piece--each student's part--is essential for the completion and full understanding of the final product. If each student's part is essential, then each student is essential; and that is precisely what makes this strategy so effective.10 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana tiap siswa mendapat bagian atau tugas masing-masing dan saling berkaitan antara tugas yang satu dengan yang lain, jika tiap tugas siswa tersebut dianggap penting oleh tiap siswa maka metode ini akan berjalan dengan sangat efektif. Jigsaw terdiri dari lima langkah yaitu: siswa mambahas dan mengkaji bahan belajar, diskusi kelompok ahli (homogen), diskusi kelompok asal (heterogen), tes dan penguatan dari guru.11 Maka dari itu dalam jigsaw sangat dipentingkan kemampuan individual siswa untuk menjadi peer-tutor bagi teman kelompoknya. Jadi model pembelajaran jigsaw menuntut siswa untuk berperan aktif dalam kelompoknya. Dalam pelajaran kimia terdapat konsep tentang redoks, redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi oksidasi-reduksi berperan dalam banyak hal di dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi ini terlibat mulai dari pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai dengan kerja cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga.12 Dalam bab redoks ini para siswa mengalami berbagai kesulitan seperti kesulitan menyetarakan jumlah atom yang mengalami perubahan muatan, menentukan oksidator dan reduktor, dan
9
Sunismi, Implikasi Belajar Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika, (Malang: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran ., 2002), TH 15. no.1, h. 33 10 Elliot Arronson, Overview of the technique. (Web Site Copyright, Sosial Psychology Network 2007). diambil dari: http://www.jigsaw.org/steps.html. 11 Paulina Pannen, dkk., Konstruktivisme Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI-UT, 2001), h. 63 12 Raymond Chang, Kimia Dasar, Konsep-Konsep inti , edisi ketiga jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 100
mengidentifikasi biloks (bilangan oksidasi).13 Dengan melihat konsep redoks yang cukup kompleks dan kesulitan yang dialami siswa pada konsep ini maka dapat digunakan metode pembelajaran berkelompok yang menuntut siswa agar aktif dan bekerja sama dengan teman. Salah satu metode pembelajaran berkelompok yang aktif yaitu pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw.
B.
Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul, yaitu: 1. Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa pada konsep redoks dengan menggunakan strategi cooperative learning tipe jigsaw. 2. Bagaimana cara menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif melalui strategi cooperative learning tipe jigsaw. 3. Apakah terdapat pengaruh yang positif pada hasil belajar kimia siswa antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi cooperative learning tipe jigsaw dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran tradisional.
C. Pembatasan Masalah Dalam melakukan penelitian ini peneliti menyadari bahwa, peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik secara tenaga, biaya, dan waktu. Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka peneliti membatasi permasalahan dengan mengadakan penelitian pada siswa kelas X MA Subono Mantofani tahun ajaran 2007/2008 pada konsep redoks, strategi pembelajaran menggunakan cooperative learning tipe jigsaw, pengaruh pembelajaran mengacu pada hasil belajar kimia siswa pada konsep redoks. 13
Bahruddin, Analisis Kesulitan siswa kelas 1 MAN dalam mempelajari reaksi redoks melalui skema pemecahan masalah: Studi Kasus di MAN Babakan Ciwaringin Cirebon, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006), diambil pada bulan Januari 2008 dari http:/digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1122106-101142.
D.
Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapatlah dirumuskan suatu masalah yaitu “Apakah terdapat pengaruh yang positif pada penggunaan strategi cooperative learning tipe jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep redoks?”.
E.
Kegunaan Hasil Penelitian Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah: 1. Secara praktis, sebagai bahan perbandingan guru pada umumnya dan guru kimia pada khususnya, sehingga dapat menggunakan berbagai metodemetode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Secara teoritis, dapat memperkaya penelitian dibidang pendidikan, khususnya pendidikan ilmu pengetahuan alam.
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar kognitif konstruktivis dan teori belajar sosial.14 Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.15 Dalam buku Bilingual and ESL Classrooms disebutkan "cooperative learning, also referred to as collaborative learning in secondary and higher eduction contexts, is one element in an active learning classroom that is crucial to management of interactive class".16 Maksud dari pendapat di atas bahwa pembelajaran kooperatif masih berkaitan dengan pembelajaran kolaboratif yaitu sebagai suatu unsur dalam pembelajaran aktif dalam kelas yang sangat penting untuk pengelolaan kelas interaktif. Solomon mendefinisikan pembelajaran kooperatif seperti ini, cooperative learning is defined as students working together to "attain group goals that cannot be obtained by working alone or competitively".17 Pendapat Solomon ini dapat diartikan bahwa pembelajaran kooperatif didefiniksikan sebagai kerja sama siswa untuk 14
Soeparman Kardi dan Mohamad Nur, Pengantar Pada Pengajaran dan Pengelolaan Kelas, (Surabaya: UNESA, 2001), h. 15 15 Yusuf, Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw), (Surabaya: Univerasitas Negeri Surabaya, 2003). Diambil dari: http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. 16 Carlos J. Ovando dkk, Bilingual and ESL Classrooms, (McGraw Hill, 2003), h. 92. 17 Angie Furney, Allyson Richardson, and Hilary Ritt, Cooperative Learning From Emerging Perspective On Learning Teaching And Technology, (Department of Educational Psychology and Instructional Technology, University of Georgia, 2006) diambil dari http://projects.coe.uga.edu/epltt/index.php?title=Cooperative_Learning.
mencapai tujuan kelompok, yang tujuannya tersebut tidak dapat dicapai dengan bekerja sendiri atau secara kompetisi. Menurut Killen, "cooperative learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya, serta memimpin dirinya".18 Dari beberapa pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu strategi pembelajaran aktif yang di dalamnya siswa dikelompokkan secara heterogen dan dituntut untuk saling bekerja sama dengan temannya, untuk memaksimalkan kemampuan belajarnya. b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Arronson menyebutkan kelebihan dari pembelajaran kooperatif bahwa "In the cooperative classroom, the students achieved success as a consequence of paying attention to their peers, asking good questions, helping each other, teaching each other, and helping each other teach".19 Jadi dalam kelas kooperatif para siswa mencapai sukses dari hasil kerja sama teman sejawat, membuat pertanyaan yang bagus, saling membantu satu sama lain, mengajarkan satu sama lain, dan membantu mengajarkan yang lain. Kelebihan lain dalam pembelajaran kooperatif yaitu20: 1) Terjadinya hubungan saling menguntungkan di antara anggota kelompok yang melahirkan motivasi. 2) mengembangkan
semangat
kerja
kelompok
dan
semangat
kebersamaan serta 18
Yurni Suasti, dkk, Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Coopertaive Learning Model Jigsaw, (Padang: Buletin Pembelajaran Universitas Negeri Padang, 2003), h. 326 19 Elliot Arronson, Jigsaw, (Web Site: Copyright Sosial Psychology Network, 2007) diambil dari: http://www.jigsaw.org/steps.html. 20 Amali Putra, Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions dalam Pembelajaran Fisika, (Padang: Buletin Pembelajaran Universitas Negeri Padang, 2003), h. 313
3) menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi di antara anggota kelompok. Kagan menyebutkan bahwa keuntungan dalam menggunakan cooperative learning (CL) yaitu21: 1) Promote
student
learning
and
academic
achievement
(mengembangkan pembelajaran siswa dan keberhasilan akademik) 2) Increase student retention (meningkatkan daya ingat siswa) 3) Enhance student satisfaction with their learning experience (meningkatkan kepuasan siswa dengan belajar dari pengalaman) 4) Help students develop skills in oral communication ( membantu siswa untuk pengembangan kemampuan komunikasi siswa) 5) Develop students' social skills (mengembangkan kemampua sosial siswa) 6) Promote student self-esteem (mengembangkan rasa menghargai diri sendiri) 7) Help to promote positive race relations (membantu meningkatkan hubungan positif antar ras). Keunggulan pembelajaran kooperatif lainnya disebutkan dalam buku Wina Sanjaya seperti berikut22: 1) Siswa tidak terlalu tergantung pada guru, menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain. 2) Dapat mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) dapat membantu memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial , mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan memanage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
21
Kagan, Cooperative Learning, (www. KaganOnline. com) Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Kompetensi Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 247 – 248 22
6) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menreima umpan balik. Siswa dapat berparktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab. 7) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan infomasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). 8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untukberpikir. Adapun perbedaan pembelajaran kooperatif dibanding dengan pembelajaran tradisional dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran Tradisional23 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Tradisional
•
Kepemimpinan bersama
•
Satu pimpinan
•
Saling ketergantungan positif
•
Tidak ada saling ketergantungan
•
Keanggotaan yang heterogen
•
Keanggotaan homogen
•
Memepelajari
•
Asumsi
keterampilan-
keterampilan kooperatif •
seluruh
keterampilan
sosial
Tanggung jawab terhadap hasil belajar
adanya
•
anggota
Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri
kelompok
•
Hanya menekankan pada tugas
Menekankan pada tugas dan
•
Diarahkan oleh guru
hubungan kooperatif
•
Beberapa hasil individual
•
Ditunjang oleh guru
•
Evaluasi individual
•
Satu hasil kelompok
•
Evaluasi kelompok
•
23
Koestantoniah, dkk. Penerapan Model Pembelajaran Terpadu IPA dan Matematika Dalam Kelompok Kooperatif Tipe STAD: Alternatif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA dan Matematika Sekolah Dasar, (Semarang: Fakultas Ilmu Pendidkan Universitas Negeri Semarang, 2003), h. 13
Selain kelebihan pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu sebagai berikut24: 1) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak belajar jika mereka di tempatkan dalam grup. 2) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. 3) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. 4) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Arends menyatakan pembelajaran kooperatif dicirikan sebagai berikut: struktur tugas, tujuan, dan penghaargaan kooperatif.25 Selanjutnya Carrin mengemukakan beberapa ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut26: 1) Setiap anggota memiliki peran 2) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa 3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya 4) Guru membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok 5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu 24
Wahyu Widaningsih, dkk., Kel.3 Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika, diambil dari http://tpcommunity05.blogspot.com/2008/03/kel-3-cooperativelearning-sebagai_05.html, 2008 25 Darwin dan Suhermi, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Proses Pembelajaran IPA-FISIKA SLTP di Kecamatan Bangkinang Kab. Kampar Riau, (Riau: Lembaga Penelitian Universitas Riau, 2000), h. 15 26 Yusuf, Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw), (Surabaya: Univerasitas Negeri Surabaya, 2003). Diambil dari: http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf.
penghargaan
kelompok,
pertanggung
kesempatan yang sama untuk berhasil.
jawaban
individu,
dan
27
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur menurut Bennet yaitu28: 1) Ketergantungan yang positif, artinya kelompok siswa saling tergantung satu sama lain. 2) Akuntabilitas individual, artinya siswa selain bertanggung jawab secara
bersama
juga
bertanggung
jawab
secara
individu,
mengembang potensi ide-ide yang pada dirinya. 3) Interaksi tatap muka, artinya karena pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil interaksi dapat terjadi secara langsung satu sama lain. 4) Menggunakan keterampilan sosial, yang merupakan bagian dari berfikir kritis untuk menilai, menginterpertasikan informasi yang diperolehnya, artinya siswa dituntut untuk memiliki kemampuan interaksi seperti mengajukan pendapat, mendengarkan opini teman, menampilkan
kepemimpinan,
kompromi,
klarifikasi
untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dan kelompok. 5) Prosessing,
yang
terjadi
pada
saat
anggota
kelompok
mendiskusikan tingkat keberhasilan, dan efektivitas kerja sama yang telah yang telah dilakukan dalam hal tingkat pencapaian tujuan kelompok, bagaimana mereka bekerja sama, bagaimana mereka berlaku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan.
27
Yusuf, Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw),…………………., Diambil dari: http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. 28 Yurni Suasti, dkk, Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative Learning Model Jigsaw, (Padang: Buletin Pembelajaran Universitas Negeri Padang, 2003), h. 327
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif yaitu29: 1) Provide Objectives and Set Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan kerangka pembelajaran 2) Present Information Guru menyampaikan informasi kepada siswa. 3) Organize student in learning teams Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana kelompok dan membantu setiap kelompok melakukan perubahan yang efisien. 4) Assist team work and study Guru membantu kelompok dalam usaha penanaman konsep. 5) Test Guru mengevaluasi pengetahuan tentang materi yang diajarkan, baik berupa hasil presentasi kerja kelompok. 6) Recognize achievement Guru medeteksi keberhasilan, baik keberhasilan individu maupun keberhasilan kelompok d. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif Ada
banyak
jenis
cooperative
learning
yang
telah
dikembangkan, namun yang secara garis besarnya terdiri dari empat jenis. Empat metode tersebut adalah sebagai berikut30: 1) Learning
Together,
atau
belajar
bersama
adalah
metode
pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat atau lima siswa heterogen dalam menangani tugas-tugas tertentu. 2) The Sosial Family, adalah metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari enam jenis yaitu investigasi kelompok, bermain peran, 29
Amali Putra, Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions dalam Pembelajaran Fisika, (Padang: Jurnal Pembelajaran No.04, 2003), h. 315 30 Sunismi, Implikasi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika, (Malang: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran ., 2002), TH 15. no.1, h. 33 – 34
penelitian yurispundensi, latihan laboratories, simulasi sosial dan penelitian sosial. 3) Jigsaw, model jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam tim yang beranggotakan enam siswa, dalam mempelajari materi akademik terbagi menjadi sub-bab. Kemudian, anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari sub-bab mereka. Kemudian siswa itu kembali ke tim asal mereka dan bergantian mengajar teman satu tim tentang sub-bab mereka. 4) Student Team Learning (STL), metode pembelajaran yang dilakukan dengan menekankan penggunaan tujuan tim dan kesuksesan tim yang hanya bisa dicapai jika semua anggota dari tim terlibat. Ada empat model metode STL, yaitu Team Games Tournament (TGT), Team Assisted Individualitation (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Student Team Achievement Divisions (STAD). e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif dan Manfaatnya Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).31 Ibrahim
dkk
mengatakan
bahwa
model
pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan yaitu32:
31
Yusuf, Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw), (Surabaya: Univerasitas Negeri Surabaya, 2003). Diambil dari: http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. 32 Musilimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA, 2001), h. 7–9
1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik. Pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Maksud
dari
penerimaan
perbedaan
individu
yaitu
penerimaan luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Jadi, dengan metode ini diharapkan siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain yang berbeda dengannya. 3) Pengembangan keterampilan sosial Dalam tujuan ini mengajarkan siswa untuk terampil dalam bekerja sama dan berkolaborasi. Keterampilan ini amat penting dimiliki dalam masyarakat dimana banyak orang kerja dan saling bergantungan satu sama lain. Thompson mengemukakan manfaat cooperative learning antara lain33: 1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok; 2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil 3) Mengurangi sikap apatis 4) Meningkatkan motivasi 5) interaksi siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif yang nonkooperatif akan menjadi konservatif.
33
Elya Nusantari, Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Bernalar Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif dengan Pola Pertanyaan Kritis, (Gorontalo: Jurnal Penelitian dan Pendidikan, 2003), tahun 12. edisi 8, h. 136
Hasil penelitian Linda Lungren dan Nur menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut34: 1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 3) Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah 4) Memperbaiki kehadiran 5) Angka putus sekolah menjadi rendah 6) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar 7) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil 8) Konflik antar pribadi berkurang 9) Sikap apatis berkurang 10) Pemahaman yang lebih mendalam 11) Motivasi lebih besar 12) Hasil belajar lebih tinggi 13) Retensi lebih lama 14) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. 2. JIGSAW a. Pengertian Jigsaw Jigsaw, bermula dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman sejawatnya, merupakan contoh strategi yang bagus untuk eksplorasi bahan-bahan bacaan dengan banyak variasi dan menggunakan kelas yang heterogen.35 Dalam instructional strategies online jigsaw didefinisikan sebagai berikut: Jigsaw is a cooperative learning strategy that enables each student of a “home” group to specialize in one aspect of a learning unit. Students meet with members from other groups who are assigned the same aspect, and after mastering the material, return to the “home” group and teach the material to their group members.36 Dari kutipan di atas jigsaw didefinisikan sebagai strategi pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan siswa yang dalam kelompok tersebut masing-masing siswa mendapat satu topik khusus, yang kemudian siswa tersebut berdiskusi dengan siswa dari kelompok
34
18 -19
35
Musilimin Ibrahim. dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA, 2001), h.
Carlos J. Ovando dkk, Bilingual and ESL Classrooms, (McGraw Hill, 2003), h. 98 Instructional Strategies Online , (Saskatoon Public School, 2008), diambil dari http://olc.spsd.sk.ca/DE/PD/instr/strats/jigsaw/index.html 36
lain yang mempunyai topik yang sama sampai mereka memahami topik tersebut. Setelah itu mereka kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan topiknya kepada teman kelompoknya. Dalam bukunya Slavin mengemukakan, "Jigsaw is the one of the most flexible of the cooperative learning methods".37 Pendapat Slavin ini dapat diartikan bahwa jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah disesuaikan. Sunismi mendefinisikan jigsaw adalah "strategi pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa dalam tim yang beranggotakan enam siswa, dalam mempelajari materi akademik terbagi menjadi sub-bab".38 Dalam instructional strategies online dijelaskan langkahlangkah penerapan jigsaw sebagai berikut39: 1) Each student receives a portion of the materials to be introduced; (tiap siswa menerima bagian materi yang akan di perkenalkannya atau dibahas) 2) Students leave their "home" groups and meet in "expert" groups (siswa meninggalkan kelompok asal dan bergabung dalam kelompok ahli) 3) Expert groups discuss the material and brainstorm ways in which to present their understandings to the other members of their “home”group, (kelompok ahli mendiskusikan materi menemukan
gagasan
untuk
menjelaskannya
pada
dan teman
kelompoknya di kelompok asal) 4) The experts return to their “home” groups to teach their portion of the materials and to learn from the other members of their “home” group, (anggota kelompok ahli kembali pada kelompok asal dan 37
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Theory, Research, and Practice, (Massachussetts: A Simon & Schuster Company, 1995), Second Edition, h. 126 38 Sunismi, Implikasi Belajar Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika, (Malang: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran ., 2002), TH 15. no.1, h. 33 39 Instructional Strategies Online , (Saskatoon Public School, 2008), diambil dari http://olc.spsd.sk.ca/DE/PD/instr/strats/jigsaw/index.html.
mengajarkan bagian materi mereka dan mempelajari materi dari teman yang lain). Dalam kelompok jigsaw setiap anggota mempunyai peranan penting dan bertanggung jawab atas satu bagian bahan yang harus dikuasainya untuk diajarkan kembali kepada kelompok asalnya. Untuk memudahkan dalam melaksanakan strategi ini terdapat sepuluh langkah yang mudah diikuti yaitu40: 1) Divide students into 5 or 6 person jigsaw groups. The groups should be diverse in terms of gender, ethnicity, race, and ability (tentukan para siswa sekitar 5 atau 6 orang siswa ke dalam kelompok jigsaw. Setiap kelompok harus bermacam-macam yang berkenaan dengan jenis kelamin, suku, ras, dan kemampuan) 2) Appoint one student from each group as the leader. Initially, this person should be the most mature student in the group. (tunjuk satu siswa dari tiap kelompok sebagai ketua (leader) dengan syarat siswa tersebut harus berpandangan dewasa dalam kelompok). 3) Divide the day's lesson into 5-6 segments (tentukan bahan pelajaran ke dalam 5 atau 6 bagian). 4) Assign each student to learn one segment, making sure students have direct access only to their own segment (berikan tiap siswa dalam kelompok tersebut satu bagian, dan yakinkan para siswa bahwa mereka berhubungan langsung dengan bagian yang lain dari mereka). 5) Give students time to read over their segment at least twice and become familiar with it. There is no need for them to memorize it (berikan waktu kepada para siswa untuk mambaca bagian mereka dua kali yang menjadikan mereka terbiasa dengan hal tersebut. Mereka tidak perlu mengingat semuanya).
40
Elliot Arronson, Jigsaw in 10 Easy Steps, (Web Site: Copyright Sosial Psychology Network, 2007), diambil dari: http://www.jigsaw.org/steps.html.
6) Form temporary "expert groups" by having one student from each jigsaw group join other students assigned to the same segment. Give students in these expert groups time to discuss the main points of their segment and to rehearse the presentations they will make to their jigsaw group (membentuk kelompok ahli sementara dengan menunjuk satu orang siswa dari masing-masing kelompok jigsaw dengan bagian (bahasan) yang sama. Berikan waktu kepada kelompok ahli tersebut untuk mendiskusikan pokok utama dari pembahasan mereka dan berlatih untuk mempresentasikan kepada kelompok jigsaw mereka masing-masing). 7) Bring the students back into their jigsaw groups (kembalikan para siswa kepada kelompok jigsaw mereka (kelompok asal)) 8) Ask each student to present her or his segment to the group. Encourage others in the group to ask questions for clarification (Mintalah kepada tiap siswa untuk menerangkan bagiannya kepada kelompok jigsaw mereka. Anjurkan kepada siswa lain pada kelompok jigsaw tersebut untuk bertanya dan meminta penjelasan). 9) Float from group to group, observing the process. If any group is having trouble (e.g., a member is dominating or disruptive), make an appropriate intervention. Eventually, it's best for the group leader to handle this task. Leaders can be trained by whispering an instruction on how to intervene, until the leader gets the hang of it (Mengamati setiap kelompok, jika terdapat masalah dalam kelompok (seperti dominasi kelompok oleh satu orang), dekatilah pada saat yang tepat. Yang pada akhirnya kelompok tersebut akan ditangani oleh ketuanya. Ketua dapat dilatih dengan membisikkan instruksi bagaimana cara mencampuri masalah tersebut, sampai ketua tersebut dapat mengatasinya). 10) At the end of the session, give a quiz on the material so that students quickly come to realize that these sessions are not just fun and games but really count (diakhir pembahasan, berikan kuis
kepada siswa tentang materi tersebut, jadi para siswa dengan cepat menyadari pembahasan, jadi pembahasan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga berharga). Kesepuluh langkah tersebut di atas dapat di kecilkan lagi menjadi tiga tahap yaitu41: 1) Tahap awal Setiap siswa ditempatkan dalam suatu kelompok kecil beranggotakan 3 – 5 orang (kelompok asal atau home group) dan siswa diberi kode nomor urut. Kemudian masing-masing siswa diberi bahan berupa topik umum. 2) Tahap ahli Setelah kelompok asal terbentuk, siswa diroling untuk membentuk
kelompok
baru
sesuai
dengan
topik
yang
dipertanggungjawabkan. Kelompok ini disebut kelompok ahli, selanjutnya dalam kelompok ahli ini mereka secara bersama-sama mendiskusikan topik yang diberikan sehingga menjadi ahli dalam topik tersebut. 3) Tahap Serangkai Pada tahap ini peserta kelompok yang telah memiliki keahlian sesuai dengan topik yang mereka bahas di kelompok ahli, kembali ke kelompok semula (home group). Mereka bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi yang telah mereka dapatkan kepada teman-temannya di kelompok asal.
41
Yurni Suasti, dkk, Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Coopertaive Learning Model Jigsaw, (Padang: Buletin Pembelajaran Universitas Negeri Padang, 2003), h. 329
Ilustrasi atau gambaran teknik jigsaw ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini42: Kelompok Asal +
=
+
=
+
=
+
=
#
*
#
*
#
*
#
*
+
+
=
=
#
#
*
*
+
+
=
=
#
#
*
*
Kelompok Ahli Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw Jadi, teknik jigsaw dapat di definisikan sebagai metode pembelajaran berkelompok yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli dimana setiap anggota kelompok asal akan bergabung dalam kelompok-kelompok ahli seusai dengan topik yang diberikan dari masing-masing anggota dari kelompok asal. Sehingga setiap anggota kelompok akan berperan aktif dalam kelompoknya. b. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Elliot Aronson mengatakan keunggulan jigsaw sebagai berikut: what is the benefit of the jigsaw classroom? first and foremost, it is a remarkably efficient way to learn the material. But even more important, the jigsaw process encourages listening, engagement, and empathy by giving each member of the group an essential part to play in the academic activity.43 42
Yusuf, Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw), (Surabaya: Univerasitas Negeri Surabaya, 2003). Diambil dari: http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. 43 Elliot Arronson, Jigsaw, (Web Site: Copyright Sosial Psychology Network, 2007) diambil dari: http://www.jigsaw.org/steps.html
Dari pernyataan di atas dapat dimaknai bahwa keuntungan dalam penerapan cooperative learning tipe jigsaw yaitu sangat efisien dalam mempelajari suatu materi, dan lebih penting lagi dalam prosesnya dapat mendorong siswa untuk mendengar, memakai waktu dan menumbuhkan rasa empati terhadap pemberian tiap anggota kelompok yang bagiannya juga penting dalam mencapai tujuan. Untuk dapat membedakan metode jigsaw dengan metode lain dalam cooperative learning dapat dilihat pada tabel di bawah ini44: Tabel 2.2 Jenis-jenis Metode Pembelajaran Kooperatif Metode
Tujuan Kelompok
Tanggung Jawab Individu
Persamaan Kesempatan untuk Sukses
Kompetisi Tim
Tugas Khusus
Penyesuaian Individu
Ya
Kadang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Kadang
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Learning Together Student team learning Jigsaw The social family
3. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi (Redoks) Konsep reaksi oksidasi reduksi atau disingkat redoks adalah salah satu pokok bahasan pada mata pelajaran kimia. Reaksi oksidasi-reduksi berperan dalam banyak hal di dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi ini terlibat mulai dari pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai dengan kerja cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga.45 Standar kompetensi pada pokok bahasan ini adalah "memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi44
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Theory, Research, and Practice, (Massachussetts: A Simon & Schuster Company, 1995), Second Edition, h. 120 45 Raymond Chang, Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti , edisi ketiga jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 100
reduksi"46. Untuk kompetensi dasarnya yaitu "menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya".47 Indikator yang ingin dicapai diantaranya yaitu: a. Siswa mampu membedakan konsep reaksi oksidasi-reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. b. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion. c. Siswa dapat menentukan jenis suatu reaksi termasuk redoks atau bukan redoks jika redoks dapat menentukan oksidator dan reduktornya. d. Siswa dapat memberi nama menurut IUPAC. e. Siswa mampu menjelaskan konsep larutan elektrolit dan konsep redoks yang berhubungan dengan lingkungan (lumpur aktif). Pada konsep redoks ini kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Kesulitan yang dialami siswa yaitu kesulitan menyetarakan jumlah atom yang mengalami perubahan muatan, menentukan oksidator dan reduktor, mengidentifikasi biloks (bilangan oksidasi).48 Hal ini diperkuat lagi dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Eva
Hakimah
mahasiswa
UIN
Syarif
Hidayatullah,
yang
menyimpulkan bahwa kesulitan yang dialami siswa yaitu49: a. Kesulitan siswa pada konsep oksidasi-reduksi Kesulitan yang dialami oleh hampir separuh siswa adalah dalam menyelesaikan konsep oksidasi reduksi yang didasarkan pada serah terima elektron. Kesulitan ini disebabkan
46
Unggul Sudarmo, Kimia untuk SMA kelas X, (Jakarta: PT. PHIBETA ANEKA GAMA, 2007), h. vi. 47 Unggul Sudarmo, Kimia untuk SMA kelas X……………… 48 Bahruddin, Analisis Kesulitan siswa kelas 1 MAN dalam mempelajari reaksi redoks melalui skema pemecahan masalah: Studi Kasus di MAN Babakan Ciwaringin Cirebon, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006), diambil pada bulan Januari 2008 dari http:/digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1122106-101142. 49 Eva Hakimah, Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-soal Kimia Mengenai Reaksi Reduksi Oksidasi, Skripsi sarjana UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perupustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 66 – 69
karena siswa tidak dapat menentukan unsur mana yang melepaskan dan menangkap elektron. b. Kesulitan siswa pada konsep bilangan oksidasi Kesulitan siswa dalam menentukan bilangan oksidasi disebabkan siswa tidak memahami aturan bilangan oksidasi, apalagi yang berhubungan dengan senyawa ion. c. Kesulitan siswa pada konsep oksidator dan reduktor Penyebabnya adalah siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan mana yang mengalami oksidasi dan mana yang mengalami reduksi. d. Kesulitan siswa dalam menentukan nama senyawa. Penyebabnya adalah siswa tidak dapat menentukan bagaimana simbol dari suatu unsur dan apa nama unsur tersebut. Dengan melihat adanya kesulitan belajar tersebut di atas maka dapat digunakan suatu metode yang efektif yang dapat mengatasi kesulitan belajar tersebut. Salah satu metode yang mungkin dapat mengatasi hal tersebut yaitu metode cooperative learning teknik jigsaw. 4. Hasil Belajar Kimia Gagne, dalam bukunya The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.50 Witherington mendefinisikan belajar sebagai "perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan."51 Dalam bukunya, Muhibbin mendefinisikan “belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.52 Dari beberapa pendapat di atas dapat 50
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 84 51 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 155 52 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 92
disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan
tingkah
laku
berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap akibat adanya interaksi dengan lingkungannya. Benjamin Bloom dkk, mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga kategori besar. Pertama domain kognitif, ranah ini meliputi kegiatan mental otak. Kedua domain afektif mencakup sikap dan nilai. Ketiga domain psikomotor mencakup keteramapilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (motorik).53 Nana Syaodih Sukmadinata mendefinisikan hasil belajar sebagai realisasi dari kecakapan atau kemampuan atau potensial yang dimiliki seseorang54. Untuk dapat mendefinisikan hasil belajar kimia maka perlu diketahui pengertian dari kimia itu sendiri. Kimia merupakan bagian pendidikan umum dan dewasa ini ilmu kimia telah memegang peranan penting dalam kehidupan. Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi ini dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Pada pelajaran kimia diperoleh pengetahuan tentang susunan (komposisi) zat dan penggunaan bahan tak bernyawa, baik alamiah maupun buatan, dan mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.55 Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar kimia dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang mempelajari tentang materi kimia yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil pengujian (tes) mengenai sejumlah pokok bahasan dari mata pelajaran kimia.
53
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 49 – 57 54 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 102 55 Keenan, Kleinfelter, Wood., Kimia Untuk Universitas, (Jakarta: Erlangga, 1992), h. 2
Dalam mencapai hasil belajar terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni56: a. Faktor internal siswa (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. b. Faktor eksternal siswa (faktor dari luar), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Masturoh dalam skripsinya yang berjudul "Efektivitas Pendekatan Cooperative Learning dengan Teknik Jigsaw terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa" telah memberikan kesimpulan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Adapun Zuhriyah dalam skripsinya yang berjudul "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Teknik Jigsaw terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa" menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Yurni Suasti dkk. dalam penelitiannya yang berjudul "Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative Learning Model Jigsaw" memberikan kesimpulan dalam penelitiannnya bahwa dengan metode cooperative learning model jigsaw ini
56
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 132
kemampuan siswa dalam menjelaskan, bertanya, membagi tugas, kerja sama dan kepemimpinan terjadi peningkatan yang luar biasa.57
C. Kerangka Pikir Bidang studi kimia merupakan kelompok mata pelajaran yang ilmu pengetahuan alam. Kebanyakan para siswa agak sulit mempelajarinya karena disetiap konsep dibutuhkan penalaran tinggi, ketelitian dan kemampuan menerapkannya di alam. Untuk itu dalam proses belajar mengajar, metode dan strategi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dilakukan dalam proses belajar karena dengan adanya strategi dan metode dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Redoks (reduksi dan oksidasi) adalah salah satu konsep dalam pelajaran kimia yang termasuk sulit dipahami oleh siswa karena diperlukan ketelitian dalam penentuan jenis reaksi (oksidasi atau reduksi), bilangan oksidasi, tata nama serta diperlukan juga kemampuan dalam penerapannya di lingkungan sekitar (alam sekitar). Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut salah satu caranya adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif, yang menuntut siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam pemecahan suatu masalah. Salah satu strategi yang menuntut siswa aktif dan bekerja sama adalah metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Metode ini dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, meningkatkan keaktifan dan keterampilan serta sikap siswa. Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa-siswi dalam mengikuti pelajaran kimia akan meningkatkan keaktifan siswa serta dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan.
57
Yurni Suasti, dkk, Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Coopertaive Learning Model Jigsaw, (Padang: Buletin Pembelajaran Universitas Negeri Padang, 2003), h. 337
Konsep Kimia
Konsep Redoks
Kesulitan Belajar
Berbagai Model Pembelajaran
Pembelajaran Konvensional
Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Siswa bekerja sendiri, siswa pasif, dan guru sebagai pusat pembelajaran
Siswa bekerja sama, siswa aktif, siswa dan guru menjadi sumber pembelajaran
Hasil Belajar
Hasil Belajar Tinggi
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir
D. Pengajuan Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan dibuat berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya dalam sebuah penelitian. Maka dugaan sementara penelitian berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis nol (H0) Tidak terdapat pengaruh positif penggunaan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa 2. Hipotesis alternatif (Ha) Terdapat pengaruh positif penggunaan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa.
B.
Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Madrasah Aliyah Subono Mantofani yang beralamat di jalan Sumatera no. 75 Jombang, Ciputat-Tangerang. Waktu penelitian berlangsung pada tanggal 7 Februari sampai dengan 6 Maret 2008.
C.
Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Penelitian quasi eksperimen bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.58 Metode ini digunakan karena mengingat tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemungkinan pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa dengan cara mengenakan kepada satu kelompok dengan perlakuan di atas (kelompok eksperimen) dan membandingkannya dengan kelompok lain (kelompok kontrol). 58
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 54
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain quasi eksperimen yaitu desain statis dua kelompok yang dapat digambarkan sebagai berikut59: Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Eksperimen Kontrol
Perlakuan (Variabel bebas) X ─
Pascates (Variabel terikat) Y Y
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MA Subono Mantofani. Untuk populasi terjangkaunya seluruh siswa kelas X MA Subono Mantofani tahun ajaran 2007/2008. Sedangkan populasi targetnya adalah seluruh siswa MA Subono Mantofani. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini berupa subjek penelitian karena populasi terjangkaunya hanya terdiri dari dua kelas. Maka kelas X-A sebagai kelas eksperimen dan kelas X-B sebagai kelas kontrol. E. Teknik Pengumpulan Data Alat pengumpul data berupa tes tertulis, yaitu jenis tes dimana peneliti dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan responden memberikan jawabannya juga secara tertulis60. Tes tertulisnya berjenis tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice items). Butir-butir soal dikategorikan dalam 3 jenjang yaitu hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep (kemampuan kognitif) siswa dalam memahami materi. Tes diberikan dalam bentuk pilihan ganda yang 59
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 37 60 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 75
memiliki lima pilihan jawaban (A, B, C, D, dan E). Jumlah butir soal adalah 19 item. Soal-soal yang diberikan diambil dari beberapa sumber dan diadaptasikan untuk tujuan penelitian ini. Sebelum soal-soal diujikan terlebih dahulu peneliti mengadakan uji validitas dan reliabilitas item soal. Untuk uji validitas item tes peneliti menggunakan rumus teknik korelasi point biserial (rpbi) sebagai berikut61:
rpbi =
Mp − Mt SD t
p q
Keterangan: rpbi = Koefisien korelasi point biserial. Mp = Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh responden. Mt = Skor rata-rata dari skor total.
SDt ........................................................................................= Deviasi standar d p =
Proporsi
responden
yang
menjawab
betul
terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya. q =
Proporsi
responden
yang
menjawab
salah
terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya Untuk uji reliabilitas item tes peneliti menggunakan rumus Kr -20. rumusnya sebagai berikut62: 2 ⎡ n ⎤ ⎡St − ∑ pi q i ⎤ r11 = ⎢ ⎢ ⎥ S 2t ⎣ n − 1⎥⎦ ⎣ ⎦
Keterangan:
r11 .................................................................................................= Koefisien reliabil 61
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 185 62 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,…….., h. 252-253
n .................................................................................................= Banyaknya Butir pi
=
Proporsi responden yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan.
qi
=
Proporsi responden yang jawabannya salah, atau qi = 1- pi ................................................................
St2 .................................................................................................= Varian total
∑piqi ..............................................................................................= Jumlah dari hasi Setelah tes diuji reliabilitasnya data kembali diuji taraf kesukarannya. Pengujian taraf kesukaran tes ini bertujuan untuk mengetahui bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil balajar. Rumus yang digunakan dalam pengujian ini sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Dubois, yaitu63:
P=
B JS
Keterangan: P
=
Angka indeks kesukaran
B
=
Banyaknya responden yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan.
JS
=
Jumlah responden yang mengikuti tes hasil belajar
Butir item juga diuji daya pembedanya. Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item hasil belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara responden yang berkemampuan tinggi dengan responden yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan untuk daya pembeda item adalah sebagai berikut64: DP =
BA BB − JA JB
Keterangan: 63
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 372 64 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 134
DP
=
daya pembeda
BA
=
banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
=
banyaknya
peserta
kelompok
bawah
yang
menjawab soal dengan benar JA
=
banyaknya peserta kelompok atas
JB
=
banyaknya peserta kelompok bawah
F. Teknik Analisis Data
Data-data yang masih dalam bentuk data mentah terlebih dahulu disusun dalam tabel distribusi frekuensi untuk memperoleh gambaran yang sederhana, jelas, dan sistematis mengenai hasil yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka, kemudian dari data tersebut dihitung pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas, uji homogenitas, kemudian dilakukan pengujian hipotesis terhadap data tersebut. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan berupa uji lilliefors.65 Uji lilliefors mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: a) Pengamatan X1, X2,…..Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …..Zn dengan menggunakan rumus Zi = Dengan:
Xi − X S
Zi = Skor baku Xi = Skor data
X = nilai rata-rata S = Simpangan baku
65
Sudjana, Metode Statistika (Bandung: Tarsib, 2002), h. 466
b) Untuk setiap bilangan baku tersebut dan dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung peluang F(Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel) c) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,….Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika populasi ini dinyatakan dengan S(Zi), maka S(Zi) =
Banyaknya Z1 , Z 2 , Z 3 ........, Z n yang ≤ Z i n
d) Hitung selisih ⎢F(Zi)─S(Zi)⎪. e) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut dan harga tersebut dinamakan dengan LO. f) Tentukan kriteria pengujian berikut: a) Jika LO ≤ Lt, HO diterima (data berdistribusi normal). b) Jika LO ≥ Lt, HO ditolak (data tidak berdistribusi normal) 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan penulis berupa uji fischer Langkah-langkah uji fischer sebagai berikut66: Fh =
S12 Varians terbesar = 2 Varians terkecil S2
S2 =
n ∑ X 2 − (∑ X ) 2 n (n − 1)
Dengan: Fh
= homogenitas
S12
= Varians terbesar
S 22
= Varians terkecil
Adapun kriteria pengujiannya adalah: 66
Sudjana, Metode Statistika (Bandung: Tarsib, 2002), h. 24
1)
Terima Ho jika harga Fhitung < Ftabel
2)
Tolak Ho jika harga Fhitung > Ftabel
3. Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji t sebagai berikut67: to =
M1 − M 2 SE M1 − M 2
Keterangan: to
= t hitung
M1
= Mean dari kelompok eksperimen
M2
= Mean dari kelompok kontrol
SE M1 − M 2
= Besarnya kesesatan mean sampel (standard error of the mean)
Untuk mencari SE M1 − M 2 digunakan rumus sebagai berikut68:
SE M =
SD N −1
Keterangan: SEM
= Besarnya kesesatan mean sampel
SD
= Deviasi standar dari sampel
N
= Banyaknya sampel
1
= Bilangan konstan
Adapun kriteria pengujiannya yaitu: a. Terima Ho jika harga ttabel > thitung b. Tolak Ho jika harga ttabel < thitung
67
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h. 314 68 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h. 282
G. Hipotesis Statistik H0 ditolak apabila thitung > ttabel, maka Ha diterima H0 diterima apabila thitung < ttabel, maka Ha ditolak
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan hasil tes yang telah diberikan kepada siswa, maka diperoleh dua kelompok nilai, yaitu kelompok eksperimen (A) (lihat lampiran 10) dan kelompok kontrol (B) (lihat lampiran 11). Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajar dengan menggunakan metode konvensional yaitu belajar kelompok. 1. Deskripsi Data Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen Deskripsi data hasil belajar kimia berupa distribusi frekuensi ditunjukkan dalam tabel 3.4 dan histogram di bawah ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen Interval
Nilai tengah
Batas Nyata
Frekuensi
Frekuensi
Absolut (f)
Relatif (%)
87 – 95
91
86,5 – 95,5
2
7,14
78 – 86
82
77,5 – 86,5
6
21,43
69 – 77
73
68,5 – 77,5
4
14,29
60 – 68
64
59,5 – 68,5
6
21,43
51 – 59
55
50,5 – 59,5
7
25,00
42 – 50
46
41,5 – 50,5
3
10,71
∑
−
−
28
41,5 - 50,5 11%
86,5 - 95,5 7% 77,5 - 86,5 21%
50,5 - 59,5 26%
68,5 - 77,5 14% 59,5 - 68,5 21%
Gambar 4.1 Histogram Kelas Eksperimen
Berdasarkan data hasil tes dapat diketahui nilai tertinggi 95, terendah 42, dengan rata-rata 66,89; median 67,21; modus 53,50 dan simpangan baku 13,39 (lihat lampiran 12). Dari tabel 4 di atas terdapat 10,71% sampel yang mendapatkan nilai terendah pada interval antara 42 – 50, sedangkan nilai tertinggi sebanyak 7,14 % pada interval antara 87 95. Nilai terbanyak berada pada interval antara 51 95 dengan presentase 25%. 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol
Deskripsi data hasil belajar kimia ditunjukkan dalam tabel 4.4 dan histogram di bawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol Nilai tengah
Batas Nyata
Frekuensi
Frekuensi
Interval
Absolut ( f )
Relatif (%)
62 – 68
65
61,5 – 68,5
4
14,29
55 – 61
58
54,5 – 61,5
1
3,57
48 – 54
51
47,5 – 54,5
7
25,00
41 – 47
44 (M')
40,5 – 47,5
9
32,14
34 – 40
37
33,5 – 40,5
4
14,29
27 – 33
30
26,5 – 33,5
3
10,71
∑
−
−
28
26,5 - 33,5 11% 33,5 - 40,5 14%
61,5 - 68,5 14% 54,5 - 61,5 4%
47,5 - 54,5 25% 40,5 - 47,5 32%
Gambar 4.2 Histogram Kelas Kontrol
Berdasarkan data hasil tes tersebut di atas dapat diketahui nilai tertinggi 68, terendah 26, dengan rata-rata 46,75; median 45,94; modus 44,95 dan simpangan baku 10,15 (lihat lampiran 13). Dari tabel 5 di atas terdapat 10,71 % sampel yang mendapatkan nilai terendah pada interval antara 27 – 33, sedangkan nilai tertinggi sebanyak 14,29 % pada interval antara 62 68. Nilai terbanyak berada pada interval antara 41 47 dengan presentase 32,14%.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen Uji normalitas yang digunakan yaitu uji liliefors pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Variabel
Sampel
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan Data
X
28
0,121
0,166
Normal
Berdasarkan tabel di atas diketahui Lhitung 0,121, sedangkan Ltabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan jumlah sampel sebanyak 28 siswa sebesar 0,166. Karena Lhitung < Ltabel, maka dapat dikatakan bahwa HO diterima artinya data hasil belajar kimia kelas eksperimen berdistribusi normal (lihat lampiran 14). b. Uji Normalitas Kelas Kontrol Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol
Variabel
Sampel
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan Data
Y
28
0,122
0,166
Normal
Berdasarkan tabel di atas diketahui Lhitung sebesar 0,122, sedangkan Ltabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan
jumlah sampel sebanyak 28 siswa sebesar 0,166. Karena Lhitung < Ltabel, maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima artinya data hasil belajar kimia kelas kontrol berdistribusi normal (lihat lampiran 15).
2. Uji Homogenitas Dari hasil pengujian diketahui Fhitung sebesar 1,749 dan Ftabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 27 dan derajat penyebut 27 diperoleh nilai 1,905; karena Fhitung < Ftabel, maka dapat dikatakan bahwa HO diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa varian kedua kelas sama atau homogen (lihat lampiran 16).
C. Analisis dan Interpretasi Data
Setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis ternyata diperoleh kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 66,89 dan kelas kontrol 46,75. Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t. dengan hasil sebagai berikut: (lampiran 17) Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Uji t
Variabel
Sampel
thitung
ttabel
Hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kesimpulan Menolak Ho
56
6,23
2,0049
dan menerima Ha
Berdasarkan tabel di atas, diketahui thitung 6,23 (lampiran 17), dan dengan merujuk pada ttabel dengan taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dan df = (n1+ n2) 2 diperoleh ttabel sebesar 2,0049. Apabila dibandingkan thitung dengan ttabel, maka thitung lebih besar dari pada ttabel. Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil belajar kimia
siswa pada konsep redoks antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yaitu 66,89 dan nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol yaitu 46,75. Dari hasil tersebut dapat dilihat perbedaan nilai rata-rata yang sangat besar, yang berarti siswa yang diajar dengan metode cooperative learning teknik jigsaw memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibanding dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional. Kedua kelas tersebut berada pada distribusi normal, hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian persyaratan analisis pada kelas eksperimen yang menyatakan bahwa Lhitung < Ltabel dengan Lhitung 0,121 dengan Ltabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 sebesar 0,166; sedangkan pada kelas kontrol diperoleh Lhitung 0,122 dengan Ltabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 sebesar 0,166. Selain itu, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol bersifat homogen dengan homogenitas sebesar 1,749; hal ini dapat dilihat dari harga Fhitung < Ftabel dengan Ftabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 sebesar 1,905.. Adapun hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t pada taraf signifikansi 95% dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa nilai to > ttabel yaitu 6,23 > 2,0049. Dengan nilai to tersebut menunjukkan tingginya pengaruh metode cooperative learning teknik jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Jadi, dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw kesulitankesulitan belajar siswa pada konsep redoks seperti kesulitan menyetarakan jumlah atom yang mengalami perubahan muatan, menentukan oksidator dan reduktor, mengidentifikasi biloks (bilangan oksidasi), serta melihat contohcontoh redoks di lingkungan sekitar dapat diatasi. Kesulitan-kesulitan belajar pada materi redoks ini dapat teratasi disebabkan siswa berkumpul dan bekerja sama menyelesaikan tugas bersama, dalam kerja sama tersebut tiap siswa
merasa dirinya sangat dibutuhkan oleh teman dari kelompoknya untuk menjelaskan materi yang telah dikuasainya. Sehingga siswa saling membantu untuk menyelesaikan kesulitan tersebut. Hal ini seusai dengan keunggulan pembelajaran kooperatif yang dikemukakan Arronson bahwa cooperative learning tipe jigsaw sangat efisien dalam mempelajari suatu materi, dan lebih
penting lagi dalam prosesnya dapat mendorong siswa untuk mendengar, memakai waktu dan menumbuhkan rasa empati terhadap pemberian tiap anggota kelompok yang bagiannya juga penting dalam mencapai tujuan.69 Namun, yang mempengaruhi hasil belajar tersebut bukan hanya metode pembelajaran tetapi kemampuan siswa itu sendiri (kognitif, afektif, psikomotor) serta lingkungan yang mendukung situasi belajar juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan siswa berupa ingatan, pemahaman, analisis dan sintesis. Jika siswa ditunjang dengan kemampuan kognitif yang baik maka akan sangat membantu dalam proses pembelajaran. Kemampuan afektif merupakan kemampuan siswa berupa sikap, jika siswa memiliki sikap penuh tanggung jawab terhadap bagian materi yang diambilnya maka proses pembelajaran akan efektif sehingga tiap siswa akan mengaktifkan diri. Kemampuan psikomotor siswa berupa terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan juga akan sangat membantu dalam proses pembelajaran dan yang terakhir yaitu lingkungan, jika lingkungan tempat belajar tidak ada gangguan maka suasana pembelajaran akan kondusif sehingga para siswa dapat berkonsentrasi. Selain itu, dibutuhkan kemampuan guru dalam mengontrol keadaan kelas agar proses pembelajaran kooperatif teknik jigsaw berjalan dengan dengan efektif. Kemampuan guru yang dibutuhkan dalam menerapkan metode yaitu guru harus bisa menjadi informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. Jadi, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini akan efektif jika semua unsur yang dijelaskan di atas telah terpenuhi. 69
Elliot Arronson, Jigsaw, (Web Site: Copyright Sosial Psychology Network, 2007) diambil dari: http://www.jigsaw.org/steps.html
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan penelitian yang telah penulis lakukan, sampel penelitian relatif kecil yaitu 28 siswa pada kelas eksperimen dan 28 siswa pada kelas kontrol.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar, untuk kelas eksperimen yang diajar dengan pendekatan cooperative learning teknik jigsaw rata-ratanya sebesar 66,89 dan untuk kelas kontrol yang diajar dengan metode konvensional rata-ratanya sebesar 46,75. Jadi rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol. 2. Dengan melakukan uji t diperoleh thitung sebesar 6,23 dan untuk ttabel sebesar 2,0049 yang berarti thitung > ttabel yaitu 6,23 > 2,0049. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh yang positif pada penggunaan pendekatan cooperative learning teknik jigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas X pada pokok bahasan redoks. 3. Berdasarkan hasil uji t maka dapat disimpulkan bahwa strategi cooperative learning tipe jigsaw memiliki keunggulan dibanding strategi pembelajaran
yang konvensional.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan saransaran sebagai berikut: 1. Bertolak dari temuan penelitian ini. Maka disarankan kepada guru kimia agar menerapkan pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran kimia. 2. Kepada para teoritisi pendidikan, khususnya yang berkecimpung dalam pendidikan MIPA, metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw perlu dikembangkan sebagai suatu inovasi dalam proses pembelajaran.
Lampiran 1 SILABUS
Nama Sekolah : MA Subono Mantofani Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/II Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi.
Kompetensi Dasar Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
1. 2. 3.
4. 5.
Materi Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Pengertian 1. Tahap cooperative reaksi oksidasiSiswa berkumpul reduksi ke dalam Bilangan kelompok kecil Oksidasi yang telah Penentuan jenis dibentuk, setelah reaksi redoks, itu guru oksidator dan memberikan soal reduktor kepada siswa Pemberian tata disertai ringkasan nama senyawa materi. Guru Proses mengawasi dan pengolahan air mengarahkan agar limbah dengan jalannya kerja lumpur aktif. kooperatif berlangsung baik.
2. Tahap expert Siswa yang menerima informasi/tugas yang sama dalam kelompok kooperatif masingmasing berkumpul dan bekerja sama menyelesaikan tugas bersama siswa dari kelompok kooperatif lain. Kelompok disebut kelompok expert.
Indikator
1. Siswa mampu membedakan konsep reaksi oksidasireduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. 2. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion. 3. Siswa dapat menentukan jenis suatu reaksi termasuk redoks atau bukan redoks jika redoks dapat menentukan oksidator dan reduktornya. 4. Siswa dapat memberi nama menurut IUPAC. 5. Siswa mampu menjelaskan konsep larutan elektrolit dan konsep redoks yang berhubungan dengan lingkungan (lumpur
Jeni tuga dan
Ben inst tertu ben gan
Guru bertugas mengawasi dan mengarahkan kepada siswa untuk aktif dalam tahap expert 3. Tahap lima serangkai a. Siswa kembali ke kelompok kooperatif dan setiap anggota menginformasi kan/mengajark an informasi berupa soal atau tugas yang telah dikuasai. b. Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok .
aktif)
raian Materi gertaian ksi idasi
uksi
gertaian ksi idasi
uksi
gertaian ksi idasi
Lampiran 3 KISI-KISI SOAL INSTRUMEN PENELITIAN Jenjang Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/II Pokok Bahasan/Subpokok bahasan : Larutan/Reduksi dan Oksidasi Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi. Kompetensi Dasar
Indikator
Soal
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu membedakan konsep reaksi oksidasi reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
1. Perhatikan rekasi dibawah ini: 1) K+ + e− → K 2) Cl2 + 2e− → 2Cl3) S + 2e− → S2− 4) Fe2+ → Fe3+ + e− Berdasarkan serah terima elektron dari data di atas yang merupakan reaksi oksidasi adalah…….. a. (1) , (2) dan (3) b. (1) dan (3) c. (2) dan (4) d. (1), (2), (3) dan (4) e. (4) saja.
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu membedakan konsep reaksi oksidasi reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
2. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut. 1) SiO2 → Si + O2 2) 4Al + 3O2 → 2Al2O3 3) 2MgO → 2Mg + O2 4) S + O2 → SO2 Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen yang merupakan reaksi reduksi adalah……… a. (1), (2), (3) dan (4) b. (1), (2) dan (3) c. (1) dan (3) d. (2) dan (4) e. (4) saja
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan
Siswa mampu membedakan konsep reaksi oksidasi reduksi ditinjau dari
3. Diketahui reaksi: 2FeCl3 + H2S → 2FeCl2 + 2HCl + S Berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi, unsur yang mengalami
Jenjang
C2
C2
C2
uksi
hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
ngan idasi oks)
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
ngan idasi oks)
ngan idasi oks)
ngan idasi oks)
ngan idasi oks)
pengikatan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
oksidasi dari reaksi di atas adalah…….. a. Fe d. S b. Cl e. Fe dan S c. H
4. Bilangan oksidasi unsur I dalam ion IO3− adalah…. a. +5 d. – 1 b. +3 e. – 5 c. +1
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
5. Bilangan oksidasi atom mangan (Mn) yang paling rendah terdapat pada senyawa…… a. Mn2O3 b. MnSO4 c. MnO2 d. K2MnO4 e. KMnO4
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
6. Bilangan oksidasi S terkecil terdapat dalam senyawa …. a. Na2S b. K2SO4 c. (NH4)2SO4 d. Al2(SO4)3 e. Na2SO3 7. Bilangan oksidasi atom Cr yang sama dengan bilangan oksidasi Mn yang terdapat pada senyawa MnO42− adalah….. a. CrO b. CrCl3 c. Cr2O72− d. Cr2(SO4)3 e. Cr(NO3)2
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
8. Dalam reaksi: I2(aq)+ 6OH−(aq)→ I− (aq)+ IO3− (aq) + 3H2O(l) Bilangan oksidasi I berubah dari……. a. 0 menjadi +5 dan – 1 b. 0 menjadi +4 dan – 1 c. 0 menjadi +3 dan –1 d. +1 menjadi +5 dan –1
C2
C2
C2
C3
C3
ngan idasi oks)
ngan idasi oks)
amaan si ks
amaan si ks
idator, uktor
redoks
idator,
e. −1 menjadi +5 dan +1 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
9. Diantara senyawa berikut yang atom hidrogennya mempunyai bilangan oksidasi = −1 adalah….. a. H2O d. H2S b. Fe(OH)3 e. H2SO4 c. AlH3
Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
10. Bilangan oksidasi oksigen = +2 terdapat pada senyawa……….. a. F2O b. H2O c. Na2O2 d. H2O2 e. Ba(OH)2
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu menentukan unsur yang mengalami oksidasi atau reduksi dalam reaksi redoks.
11. Pada persamaan KClO3 terjadi reaksi: 2KClO3(s) → 2KCl(s) + 3O2(g) Peristiwa oksidasi terjadi pada….. a. atom Cl pada KClO3 menjadi KCl b. atom K pada KClO3 menjadi KCl c. atom O pada KClO3 menjadi KCl d. atom O pada KClO3 menjadi O2 e. atom Cl pada KCl menjadi KClO3
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu menentukan unsur yang mengalami oksidasi atau reduksi dalam reaksi redoks.
12. Reaksi yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada……. a. 2S(s) + 3O2(g) → 2SO3(g) b. H2S(s) + 3/2O2(g) → SO2(g) + H2O(l) c. SO32−(aq) + NO3−(g) → SO42−(g)+NO(g)+ H2O(l) d. 2S2O32− (aq) + I2(aq)→ S4O62−(aq)+ 2I-(aq) e. SO2(s) + 2H2(g) → S(s) + 2H2O(l)
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks
Menjelaskan
Siswa
13. Pada reaksi: 2Ag+(aq) + Zn(s) → 2Ag(s) + Zn2+(aq) Pernyataan yang benar untuk reaksi di atas adalah…. a. Zn sebagai oksidator dan Ag reduktor b. Zn sebagai oksidator dan Ag+ reduktor c. Zn sebagai reduktor dan Ag oksidator d. Zn sebagai reduktor dan Ag+ oksidator e. Zn2+ sebagai reduktor dan Ag+ oksidator dapat 14. Dalam reaksi:
C2
C2
C3
C3
C3
C3
uktor
redoks
perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks
KClO3(s) + S(s) + H+ (aq) → KCl(s) +SO2(g) +H2O(l) Yang bertindak sebagai reduktor adalah….. a. KClO3 d. KCl b. S e. SO2 c. H+
a nama Menjelaskan yawa perkembangan ks konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat memberi 15. Nama dari senyawa SnO2 yang paling tepat nama menurut IUPAC adalah…. a. zink (IV) oksida b. zink (II) oksida c. timah (IV) oksida d. timah (II) oksida e. timbel (IV) oksida
a nama Menjelaskan yawa perkembangan ks konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat memberi 16.Rumus kimia nama menurut IUPAC adalah… a. F2O b. P2O5 c. P2O3 d. F2O2 e. PO4
a nama Menjelaskan yawa perkembangan ks konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat memberi 17. Senyawa Hg2Cl2 dan HgCl2 masing-masing nama menurut IUPAC namanya……. a. raksa (II) klorida dan raksa klorida b. raksa (III) klorida dan raksa klorida c. raksa (II) klorida dan raksa (I) klorida d. raksa (I) klorida dan raksa (II) klorida e. diraksa klorida dan raksa diklorida
idator, uktor
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat 18. Diantara reaksi-reaksi berikut yang tergolong menggolongkan atau reaksi redoks adalah…….. menentukan suatu a. CuO + 2HNO3 → Cu(NO3)2 + H2O reaksi, reaksi redoks, b. Cr2O72− + 2H+ → CrO42− + H2O autoredoks atau bukan c. NH4+ + OH− → NH3 + H2O redoks d. Ba2+ + SO42− → BaSO4 e. 2Na2S2O3 + I2 → Na2S4O6 + 2NaI
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan
Siswa dapat 19. Diantara spesi yang dicetak tebal di bawah ini menentukan oksidator yang merupakan oksidator adalah…… dan reduktor dalam a. 2Ag+ (aq) + Cu (s) → 2Ag (s) + Cu2+ (aq) reaksi redoks b. 2I− (aq) + Cl2 (g) → I2 (aq) + 2Cl− (aq)
redoks
idator, uktor
redoks
dari
difosforus
C1
pentaoksida
C1
C1
C3
C3
idator, uktor
redoks
idator, uktor
redoks
idator, uktor
redoks
ngan idasi oks)
hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
c. Sn2+ (aq) + 2Fe3+ (aq) → Sn4+ (aq) + 2Fe2+ (aq) d. 5I−(aq) + IO3−(aq) + 6H+ (aq) → 3I2 (aq) + 3H2O (l) e. Fe(s) + 2H+ (aq) → Fe2+ (aq) + H2 (g)
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat 20. Diantara reaksi-reaksi berikut yang tergolong menggolongkan atau reaksi autoredoks (reaksi disproporsionasi) menentukan suatu adalah………. reaksi, reaksi redoks, a. 2S(s) + 3O2(g) → 2SO3(g) autoredoks atau bukan b. 2FeCl3(aq) + H2S(g) → 2FeCl2(aq) + redoks 2HCl (aq) + S (s) c. 3I2(s) + 6KOH(aq) → 5KI(aq) + KIO3(aq) + 3H2O(l) d. SO2(s) + 2H2(g) → S(s) + 2H2O(l) e. 2CuSO4(aq) + 4KI(aq) → 2CuI(aq) + I2(s) + 2K2SO4(aq)
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat 21. Diantara zat-zat yang digaris bawahi berikut ini menggolongkan atau yang mengalami reduksi adalah…… menentukan suatu a. SnCl2 + 2HgCl2 → SnCl4 + Hg2Cl2 reaksi, reaksi redoks, b. MnO2 + 4HCl → MnCl2 + Cl2 + H2O autoredoks atau bukan c. CuSO4 + 4KI → 2K2SO4 + I2 + 2CuI redoks d. H2S + 2FeCl3 → 2FeCl2 + S + 2HCl e. 2Al + Fe2O3 → Al2O3 + 2Fe
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat 22. Hidrogen bersifat sebagai oksidator terdapat menentukan oksidator pada reaksi….. dan reduktor dalam a. N2 + 3H2 → 2NH3 reaksi redoks b. C2H2 + S → H2S + 2C c. 2H2S + 3O2 → 2H2O + 2SO2 d. 2K + H2 → 2KH e. 2H2 + O2 → 2H2O
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu 23. Pada reaksi : menentukan bilangan 2AgClO3 → 2AgCl + 3O2 oksidasi unsur dalam Atom Cl mengalami……….. senyawa atau ion a. penurunan bilangan oksidasi sebanyak 6 b. penurunan bilangan oksidasi sebanyak 4 c. penambahan bilangan oksidasi sebanyak 6 d. penambahan bilangan oksidasi sebanyak 4 e. tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi.
a nama Menjelaskan
Siswa dapat memberi 24. Rumus kimia timbal (II) oksida adalah……
C3
C3
C3
C2
C1
yawa ks
perkembangan nama menurut IUPAC konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
idator, uktor
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat 25. Diantara reaksi berikut ini yang tidak tergolong menggolongkan atau reaksi redoks adalah……. menentukan suatu a. S + O2 → SO2 reaksi, reaksi redoks, b. MnO2− + 4H+ + 2Cl− → Mn2+ + Cl2 + H2O autoredoks atau bukan c. Al2O3 + 6H+ → 2Al3+ + 3H2O redoks d. 2S2O32− + I2 → S4O62− + 2I− e. Cr2O72− + 14H+ + 6Fe2+ → 2Cr3+ + 6Fe3+ +7H2O
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat 26. Diketahui Reaksi: menentukan oksidator 6Br2 + 12KOH → 10KBr + 2KBrO3 + 6H2O dan reduktor dalam Berdasarkan reaksi di atas yang merupakan reaksi redoks oksidator sekaligus reduktor adalah………. a. H2O d. KOH b. KBrO3 e. Br2 c. KBr
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu 27. Perhatikan proses berikut ini: menerapkan konsep 1) karbon organik → metana larutan elektrolit dan 2) fosforus organik → fosfat konsep redoks dalam 3) nitrogen organik → nitrat memecahkan masalah 4) belerang organik → sulfat lingkungan (lumpur Perubahan yang terjadi dalam pengolahan air aktif) kotor dengan Lumpur aktif…….. a. semua b. (1) dan (3) c. (2) dan (4) d. (1), (2) dan (3) e. (2), (3) dan (4)
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu 28. Pernyataan yang benar tentang proses menerapkan konsep pengolahan air limbah dengan "lumpur aktif", larutan elektrolit dan kecuali…….. konsep redoks dalam a. proses penambahan oksigen memecahkan masalah b. proses pertumbuhan bakteri lingkungan (lumpur c. meningkatkan jumlah BOD aktif) d. membutuhkan proses fotosintesis e. menurunkan jumlah BOD
redoks
idator, uktor
redoks
mpur f dan es golahan imbah.
mpur f dan es golahan imbah.
a. PbSO4 b. PbI2 c. PbO
d. PbO2 e. PbCl2
C3
C3
C1
C2
mpur f dan es golahan imbah.
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa dapat 29. Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk menjelaskan istilahmengoksidasi limbah organik adalah pengertian istilah dalam proses dari……… pengolahan air a. Chemical Oxygen Demand (COD) limbah. b. Biochemical Oxygen Demand (BOD) c. Dissolved oxygen (DO) d. Oksidasi aerob e. Oksidasi anaerob
mpur f dan es golahan imbah.
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Siswa mampu 30. Diketahui: menyebutkan gas-gas 1) CO2 yang terdapat dalam 2) CH4 proses pengolahan air 3) NH3 limbah. 4) SO4 Dari keempat senyawa gas di atas yang umumnya dihasilkan dalam proses oksidasi anaerob adalah……… a. (1) dan (2) b. (1) dan (3) c. (2) dan (4) d. (2) dan (3) e. semua
C1
C2
Lampiran 4 SOAL INSTRUMEN NAMA
:
KELAS
:
Pilihlah satu jawaban yang tepat (disilang) dari soal pilihan ganda di bawah ini!
9. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut. 1) SiO2 → Si + O2 2) 4Al + 3O2 → 2Al2O3 3) 2MgO → 2Mg + O2 4) S + O2 → SO2 Berdasarkan konsep pengikatan dan pelepasan oksigen yang merupakan reaksi reduksi adalah……… a. (1), (2), (3) dan (4) b. (1), (2) dan (3) c. (1) dan (3) d. (2) dan (4) e. (4) saja 10. Bilangan oksidasi unsur I dalam ion IO3− adalah…. a. +5 c. + 1 e. – 5 b. +3 d. – 1 11. Dalam reaksi: I2(aq)+ 6OH−(aq)→ I− (aq)+ IO3− (aq) + 3H2O(l) Bilangan oksidasi I berubah dari……. f. 0 menjadi +5 dan – 1 g. 0 menjadi +4 dan – 1 h. 0 menjadi +3 dan –1 i. +1 menjadi +5 dan –1 j. −1 menjadi +5 dan +1 12. Diantara senyawa berikut yang atom hidrogennya mempunyai bilangan oksidasi = −1 adalah….. d. H2O c. AlH3 e. H2SO4 e. Fe(OH)3 d. H2S 13. Bilangan oksidasi oksigen = +2 terdapat pada senyawa……….. f. F2O c. Na2O2 e. Ba(OH)2 g. H2O d. H2O2
14. Pada persamaan KClO3 terjadi reaksi: 2KClO3(s) → 2KCl(s) + 3O2(g) Peristiwa oksidasi terjadi pada….. f. atom Cl pada KClO3 menjadi KCl g. atom K pada KClO3 menjadi KCl h. atom O pada KClO3 menjadi KCl i. atom O pada KClO3 menjadi O2 j. atom Cl pada KCl menjadi KClO3 15. Reaksi yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada……. f. 2S(s) + 3O2(g) → 2SO3(g) g. H2S(s) + 3/2O2(g) → SO2(g) + H2O(l) h. SO32−(aq) + NO3−(g) → SO42−(g)+NO(g)+ H2O(l) i. 2S2O32− (aq) + I2(aq)→ S4O62−(aq)+ 2I-(aq) j. SO2(s) + 2H2(g) → S(s) + 2H2O(l) 16. Dalam reaksi: KClO3(s) + S(s) + H+ (aq) → KCl(s) +SO2(g) +H2O(l) Yang bertindak sebagai reduktor adalah….. d. KClO3 c. H+ e. SO2 e. S d. KCl 17. Nama dari senyawa SnO2 yang paling tepat adalah…. a. zink (IV) oksida d. timah (II) oksida b. zink (II) oksida e. timbel (IV) oksida c. timah (IV) oksida 18. Rumus kimia dari difosforus pentaoksida adalah… f. F2O c. P2O3 e. PO4 g. P2O5 d. F2O2 19. Senyawa Hg2Cl2 dan HgCl2 masing-masing namanya……. a. raksa (II) klorida dan raksa klorida b. raksa (III) klorida dan raksa klorida c. raksa (II) klorida dan raksa (I) klorida d. raksa (I) klorida dan raksa (II) klorida e. diraksa klorida dan raksa diklorida 20. Diantara spesi yang dicetak tebal dan digaris bawahi di bawah ini yang merupakan oksidator adalah…… f. 2Ag+ (aq) + Cu (s) → 2Ag (s) + Cu2+ (aq) g. 2I− (aq) + Cl2 (g) → I2 (aq) + 2Cl− (aq) h. Sn2+ (aq) + 2Fe3+ (aq) → Sn4+ (aq) + 2Fe2+ (aq)
i. 5I−(aq) + IO3−(aq) + 6H+ (aq) → 3I2 (aq) + 3H2O (l) j. Fe(s) + 2H+ (aq) → Fe2+ (aq) + H2 (g) 21. Diantara reaksi-reaksi berikut yang tergolong reaksi autoredoks (reaksi disproporsionasi) adalah………. f. 2S(s) + 3O2(g) → 2SO3(g) g. 2FeCl3(aq) + H2S(g) → 2FeCl2(aq) + 2HCl (aq) + S (s) h. 3I2(s) + 6KOH(aq) → 5KI(aq) + KIO3(aq) + 3H2O(l) i. SO2(s) + 2H2(g) → S(s) + 2H2O(l) j. 2CuSO4(aq) + 4KI(aq) → 2CuI(aq) + I2(s) + 2K2SO4(aq) 22. Diantara zat-zat yang dicetak tebal dan digaris bawahi berikut ini yang mengalami reduksi adalah…… f. SnCl2 + 2HgCl2 → SnCl4 + Hg2Cl2 g. MnO2 + 4HCl → MnCl2 + Cl2 + H2O h. CuSO4 + 4KI → 2K2SO4 + I2 + 2CuI i. H2S + 2FeCl3 → 2FeCl2 + S + 2HCl j. 2Al + Fe2O3 → Al2O3 + 2Fe 23. Hidrogen bersifat sebagai oksidator terdapat pada reaksi….. f. N2 + 3H2 → 2NH3 g. C2H2 + S → H2S + 2C h. 2H2S + 3O2 → 2H2O + 2SO2 i. 2K + H2 → 2KH j. 2H2 + O2 → 2H2O 24. Rumus kimia timbal (II) oksida adalah…… d. PbSO4 c. PbO e. PbCl2 e. PbI2 d. PbO2 25. Diantara reaksi berikut ini yang tidak tergolong reaksi redoks adalah……. f. S + O2 → SO2 g. MnO2− + 4H+ + 2Cl− → Mn2+ + Cl2 + H2O h. Al2O3 + 6H+ → 2Al3+ + 3H2O i. 2S2O32− + I2 → S4O62− + 2I− j. Cr2O72− + 14H+ + 6Fe2+ → 2Cr3+ + 6Fe3+ +7H2O 31. Diketahui Reaksi: 6Br2 + 12KOH → 10KBr + 2KBrO3 + 6H2O Berdasarkan reaksi di atas yang merupakan oksidator sekaligus reduktor adalah………. d. H2O c. KBr e. Br2 e. KBrO3 d. KOH
32. Perhatikan proses berikut ini: 1) karbon organik → metana 2) fosforus organik → fosfat 3) nitrogen organik → nitrat 4) belerang organik → sulfat Perubahan yang terjadi dalam pengolahan air kotor dengan Lumpur aktif…….. a. semua b. (1) dan (3) c. (2) dan (4) d. (1), (2) dan (3) e. (2), (3) dan (4)
Lampiran 5 KUNCI JAWABAN SOAL INSTRUMEN
1. C
11. D
2. A
12. A
3. A
13. C
4. C
14. C
5. A
15. D
6. D
16. C
7. E
17. C
8. B
18. E
9. C
19. E
10. B
Lampiran 6 Perhitungan Validitas Soal Instrumen Penelitian
Untuk menghitung validitas suatu soal digunakan rumus korelasi poin biserial sebagai berikut: rhitung =
Mp − Mt SD t
×
p dengan SDt = q
∑X
2 t
n
⎛ ∑ Xt −⎜ ⎜ n ⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
2
Dan untuk keperluan interpretasi korelasi biserial dipergunakan tabel r product momen yaitu 0,294 untuk df = (n1 + n2) 2 dengan taraf signifikan 5 %.
Jika rhitung > r table, maka soal dinyatakan valid. Langkah-langkah perhitungan validitas dengan rumus korelasi poin biserial sebagai berikut: 1. Mencari proporsi teste yang menjawab soal dengan benar ( p ) untuk setiap butir soal. Contoh pada butir soal nomor 2: p =
∑X n
=
20 = 0,44 45
2. Mencari q setiap butir soal. Contoh pada butir soal nomor 1: q=1p q = 1 0,44 = 0,56
3. Mencari skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh teste. Contoh butir soal nomor 1: Mp = =
∑ skor total siswa yang menjawab benar ∑ siswa yang menjawab benar 164 20
= 8,2
4. Mencari mean skor total (Mt). Contoh butir soal nomor 2: Mt =
∑X n
t
=
283 = 6,288 45
5. Mencari standar deviasi (SDt) skor total. Contoh SDt pada butir soal nomor 2 :
∑X
2 t
⎛ ∑ Xt −⎜ ⎜ n ⎝
SDt
=
SDt
=
2855 ⎛ 283 ⎞ −⎜ ⎟ 45 ⎝ 45 ⎠
=
63,44 − (6,288)
=
63,44 − 39,538
=
23,90
n
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
2
2
2
= 4,88 dibulatkan menjadi ≈ 4,9 Contoh Perhitungan Menguji Validitas Soal Nomor 1
Diketahui: Mt = 27,9 ; SDt = 4,58 ; p = 0,50 ; q = 0,50 dan Mp = 30,07, sehingga: rhitung
=
=
Mp − Mt SD t
×
p q
8,200 − 6,288 × 4,9
0,44 0,56
= 0,346
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh rhitung sebesar 0,346, sedangkan dari tabel r product momen diperoleh r sebesar 0,294. Karena rhitung > rtabel, maka butir soal nomor 1 dapat dinyatakan valid.
UJI VALIDITAS ITEM BUTIR SOAL Tabel Uji Validitas Item Butir Soal No
Item
Mp
Mt
SDt
p
q
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
2 4 8 9 10 11 12 14 15 16 17 19 20 21 22 24 25 26 27
8,20 9,15 11,47 11,44 10,21 10,67 9,18 10,06 11,83 8,60 13,14 8,45 11,71 13,43 10,07 13,11 10,83 10,72 10,43
6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288 6,288
4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94 4,94
0,44 0,44 0,33 0,20 0,42 0,33 0,49 0,38 0,27 0,67 0,16 0,64 0,16 0,16 0,31 0,20 0,13 0,40 0,16
0,56 0,56 0,67 0,80 0,58 0,67 0,51 0,62 0,73 0,33 0,84 0,36 0,84 0,84 0,69 0,80 0,87 0,60 0,84
rpbi = Mp − Mt p SD t q 0,346 0,519 0,742 0,522 0,680 0,627 0,574 0,595 0,676 0,664 0,594 0,590 0,471 0,619 0,481 0,691 0,361 0,733 0,359
Ket
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Lampiran 7 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Untuk menghitung reliabilitas soal digunakan rumus KR-20 sebagai berikut: 2 n ⎛⎜ S t − ∑ pq ⎞⎟ dengan St2 = 2 ⎜ ⎟ n −1 ⎝ St ⎠
r11 =
dimana
∑ xt
2
=
∑X
2 t
⎛ ∑Xt2 −⎜ ⎜ n ⎝
∑ xt
2
n
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
Berdasarkan data dari tabel analisis validitas instrumen penelitian diperoleh
∑X
2 t
= 2855 ; Xt = 283; n = 45. Dengan demikian kita dapat
mensubstitusikan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus reliabilitas dengan langkah sebagai berikut: 2
1. ∑ x t = ∑ X 2t − = ∑
(∑ X t ) 2 n
2 ( 283) 2855 −
45
= 2855 1779,76 = 1075,24 2. St2
2
=
∑xt n
=
1075,24 45
= 23,89 3. r11
⎛ S t 2 − ∑ pq ⎞ n ⎟ = ×⎜ 2 ⎜ ⎟ n −1 ⎝ St ⎠ =
45 ⎛ 23,89 − 3,73 ⎞ ⎜ ⎟ 45 − 1 ⎝ 23,89 ⎠
= 1,023 × 0,844 = 0,863
Dari perhitungan di atas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,863 Berdasarkan kriteria reliabilitas instrumen, maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas soal instrumen penelitian termasuk ke dalam kategori tinggi.
Lampiran 8 Perhitungan Taraf Kesukaran Soal
Untuk menghitung taraf kesukaran suatu soal, menggunakan rumus: P=
B JS
Untuk soal nomor 2 diperoleh B = 20 dan JS = 45, maka dapat disubtitusikan ke dalam rumus sebagai berikut: P=
B = 0,44 JS Tabel Taraf Kesukaran Soal
Item 2 4 8 9 10 11 12 14 15 16 17 19 20 21 22 24 25 26 27
B 20 20 15 9 19 15 22 17 12 30 7 29 7 7 14 9 6 18 7
JS 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
P 0,44 0,44 0,33 0,20 0,42 0,33 0,49 0,38 0,27 0,67 0,16 0,64 0,16 0,16 0,31 0,20 0,13 0,40 0,16
Keterangan sedang sedang sedang sukar sedang sedang sedang sedang sukar sedang sukar sedang sukar sukar sedang sukar sukar sedang sukar
Lampiran 9 Perhitungan Daya Pembeda Soal
Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus: DP =
BA BB − , contoh JA JB
Untuk item soal no,2 , BA = 13, BB = 7 untuk JA = 22, JB = 22 responden maka DP =
13 7 − = 0,27 22 22 Tabel 11. Daya Pembeda Soal
Item soal 2 4 8 9 10 11 12 14 15 16 17 19 20 21 22 24 25 26 27
BA 13 15 15 9 16 13 18 13 11 21 6 18 6 7 11 9 4 15 5
BB 7 5 0 0 3 2 4 4 1 9 1 11 1 0 3 0 2 3 2
DP 0,27 0,45 0,68 0,41 0,59 0,50 0,64 0,41 0,45 0,55 0,23 0,32 0,23 0,32 0,36 0,41 0,09 0,55 0,14
Ket sedang baik baik baik baik baik baik baik baik baik sedang sedang sedang sedang sedang baik jelek baik jelek
Lampiran 10
Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nilai 42 47 47 53 53 53 58 58 58 58 63 68 68 68 68 68 74 74 74 74 79 79 84 84 84 84 89 95
Lampiran 11
Data Hasil Belajar Kelas Kontrol Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
kontrol 27 27 27 37 37 37 37 42 42 42 47 47 47 47 47 47 53 53 53 53 53 53 53 58 63 63 63 68
Lampiran 12 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
1. Urutan data terkecil ke data terbesar 42, 47, 47, 53, 53, 53, 58, 58, 58, 58, 63, 68, 68, 68, 68, 68, 74, 74, 74, 74, 79, 79, 84, 84, 84, 84, 89, 95 2. Rentang (r) r = data terbesar − data terkecil = 95 − 42 = 53
3. Banyaknya kelas (K) dengan banyaknya data (n) = 28 K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 28 = 1 + 4,75 = 5,75 =6
4. Panjang kelas interval (i) i =
r K
=
53 6
= 8,83 = 9 (dibulatkan ke atas) 5. Frekuensi relatif frelatif =
F absolut × 100% N
Langkah Perhitungan Mean, Median, Modus Dan Simpangan Baku
1. Mean ( Mx) ⎛ ∑ fx' ⎞ ⎟ ×i MX = M’ + ⎜ ⎜ n ⎟ ⎝ ⎠ Keterangan M’
= rata-rata (mean)
M’
= mean taksiran
∑ fx' = jumlah hasil perkalian antara titik tengah buatan sendiri dengan frekuensi dari masing-masing interval n
= banyaknya data
2. Median ⎞ ⎛1 ⎜ n − fkb ⎟ ⎟ ×i Me = L + ⎜ 2 f ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎠ ⎝
Keterangan Me = median L
= batas bawah nyata dari interval yang mengandung median
f
= frekuensi kelas median
i
= panjang kelas interval
n
= banyaknya data
fkb = frekuensi komulatif yang terletak di bawah interval yang mengandung median 3. Modus
⎛ fa ⎞ Mo = L + ⎜ ⎟ ×i ⎝ fa + fb ⎠ Keterangan Mo = modus
L
= batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus
fa = frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus fb = frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus i
= panjang kelas interval
4. Simpangan baku SD = i ×
∑ fx' n
2
⎛ ∑ fx' ⎞ ⎟ −⎜ ⎜ n ⎟ ⎠ ⎝
2
Keterangan SD
= simpangan baku
i
= panjang kelas interval
n
= banyaknya data
∑ fx'
2
= jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval dengan x’2
∑ fx'
= jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval dengan x’ (mean taksiran di titik nol)
Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku Kelas Eksperimen
Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen Interval
Nilai tengah
Batas Nyata
F Absolut
fka
fkb
x’
f.x’
(fx’)(x')
87 – 95
91
86,5 – 95,5
2
2
28
+4
+8
32
78 – 86
82
77,5 – 86,5
6
8
26
+3
+18
54
69 – 77
73
68,5 – 77,5
4
12
20
+2
+8
16
60 – 68
64
59,5 – 68,5
6
18
11
+1
+6
6
51 – 59
55 (M')
50,5 – 59,5
7
25
6
0
0
0
42 – 50
46
41,5 – 50,5
3
28
1
−1
−3
3
∑
−
−
28
−
−
37
111
1. Mean (M’) ⎛ ∑ fx' ⎞ ⎟ ×i M’ = M’+ ⎜ ⎜ n ⎟ ⎠ ⎝ ⎛ 33 ⎞ M’ = 55 + ⎜ ⎟ × 9 ⎝ 28 ⎠ = 55 + 11,89 = 66,89
2. Median ⎞ ⎛1 ⎜ n − fkb ⎟ ⎟ ×i Me = L + ⎜ 2 f ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎠ ⎝ ⎞ ⎛1 ⎜ 28 − 1 ⎟ ⎟ ×9 = 50,5 + ⎜ 2 ⎜ 7 ⎟ ⎟ ⎜ ⎠ ⎝
= 50,5 + 16,71 = 67,21
3. Modus ⎛ fa ⎞ Mo = L + ⎜ ⎟ ×i ⎝ fa + fb ⎠ ⎛ 3 ⎞ = 50,5 + ⎜ ⎟ ×9 ⎝3+6⎠ = 50,5 + 3 = 53,5
4. Standar Deviasi SD = i ×
∑ fx'
2
n
⎛ ∑ fx' ⎞ ⎟ −⎜ ⎜ n ⎟ ⎝ ⎠
=i×
111 ⎛ 37 ⎞ −⎜ ⎟ 28 ⎝ 28 ⎠
=9×
2,214
= 9 × 1,488 = 13,39
2
2
Lampiran 13 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol
5. Urutan data terkecil ke data terbesar 26, 26, 26, 37, 37, 37, 37, 42, 42, 42, 47, 47, 47, 47, 47, 47, 53, 53, 53, 53, 53, 53, 53, 58, 63, 63, 63, 68 6. Rentang (r) r = data terbesar − data terkecil = 68 − 26 = 42
7. Banyaknya kelas (K) dengan banyaknya data (n) = 28 K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 28 = 1 + 4,75 = 5,75 =6
8. Panjang kelas interval (i) i =
r K
=
42 6
=7 5. Frekuensi relatif frelatif =
F absolut × 100% N
Langkah Perhitungan Mean, Median, Modus Dan Simpangan Baku
5. Mean ( Mx) ⎛ ∑ fx' ⎞ ⎟ ×i MX = M’ + ⎜ ⎜ n ⎟ ⎝ ⎠ Keterangan M’
= rata-rata (mean)
M’
= mean taksiran
∑ fx' = jumlah hasil perkalian antara titik tengah buatan sendiri dengan frekuensi dari masing-masing interval n
= banyaknya data
6. Median Me = L +
⎛ 1 ⎞ ⎜ n − fkb ⎟ 2 ⎜ ⎟ f ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠
×i
Keterangan Me = median L
= batas bawah nyata dari interval yang mengandung median
f
= frekuensi kelas median
i
= panjang kelas interval
n
= banyaknya data
fkb = frekuensi komulatif yang terletak di bawah interval yang mengandung median 7. Modus ⎛ fa ⎞ Mo = L + ⎜ ⎟ ×i ⎝ fa + fb ⎠ Keterangan Mo = modus L
= batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus
fa = frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus fb = frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus i
= panjang kelas interval
8. Simpangan baku SD = i ×
∑ fx' n
2
⎛ ∑ fx' ⎞ ⎟ −⎜ ⎜ n ⎟ ⎝ ⎠
2
Keterangan SD
= simpangan baku
i
= panjang kelas interval
n
= banyaknya data
∑ fx'
2
= jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval dengan x’2
∑ fx'
= jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval dengan x’ (mean taksiran di titik nol)
Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku Kelas Kontrol
Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kimia Kelas Kontrol Interval
Nilai tengah
Batas Nyata
F Absolut
fka
fkb
x’
f.x’
(fx’)(x')
62 – 68
65
61,5 – 68,5
4
4
28
+3
+12
36
55 – 61
58
54,5 – 61,5
1
5
24
+2
+2
4
48 – 54
51
47,5 – 54,5
7
12
23
+1
+7
7
41 – 47
44 (M')
40,5 – 47,5
9
21
16
0
0
0
34 – 40
37
33,5 – 40,5
4
25
7
−1
−4
4
27 – 33
30
26,5 – 33,5
3
28
3
−2
−6
12
∑
−
−
28
−
−
11
63
5. Mean (M’) ⎛ ∑ fx' ⎞ ⎟ ×i M’ = M’+ ⎜ ⎜ n ⎟ ⎝ ⎠ ⎛ 11 ⎞ M’ = 44 + ⎜ ⎟ × 7 ⎝ 28 ⎠ = 44 + 2,75 = 46,75
6. Median ⎛1 ⎞ ⎜ n − fkb ⎟ ⎟ ×i Me = L + ⎜ 2 f ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎛1 ⎞ ⎜ 28 − 7 ⎟ ⎟ ×7 = 40,5 + ⎜ 2 9 ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠
= 40,5 + 5,44 = 45,94
7. Modus ⎛ fa ⎞ Mo = L + ⎜ ⎟ ×i ⎝ fa + fb ⎠ ⎛ 7 ⎞ = 40,5 + ⎜ ⎟ ×7 ⎝7+ 4⎠ = 40,5 + 4,45 = 44,95
8. Standar Deviasi SD = i ×
∑ fx'
2
n
⎛ ∑ fx' ⎞ ⎟ −⎜ ⎜ n ⎟ ⎝ ⎠
=i×
63 ⎛ 11 ⎞ −⎜ ⎟ 28 ⎝ 28 ⎠
=7×
2,095
= 7 × 1,45 = 10,15
2
2
Lampiran 14
Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen
1. X 1
=
∑ fXi N
=
1904 28
= 68,00 2. s
=
n ∑ fXi 2 − (∑ fXi) 2 n (n − 1)
=
(28 × 134710) − (1904) 2 28(28 − 1)
=
3771880 − 3625216 756
= 194,00 = 13,928 dibulatkan menjadi ≈ 13,93
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Lo sebesar 0,121 dan Ltabel pada taraf signifikan 5% untuk N = 28 tidak ditemukan maka digunakan interpolasi sebagai berikut: 25
28 3
Dari tabel L diperoleh L(0,05; 28)
25) =
30 2
0,173 dan L(0,05;
30) =
0,161 maka L(0,05;
adalah =
(3 × 0,161) + (2 × 0,173) 3+ 2
= 0,1658 dibulatkan menjadi ≈ 0,166 Karena Lo < Lt maka Ho diterima sehingga didapat kesimpulan bahwa sampel berdistribusi normal
Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol
1. X 1 =
∑ fXi N
=
1323 28
= 47,25 2. s
=
n ∑ fXi 2 − (∑ fXi) 2 n (n − 1)
=
(28 × 65767) − (1323) 2 28(28 − 1)
=
1841476 − 1750329 756
= 120,56 = 10,98
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Lo sebesar 0,122 dan Ltabel pada taraf signifikan 5% untuk N = 28 tidak ditemukan maka digunakan interpolasi sebagai berikut: 25
28 3
Dari tabel L diperoleh L(0,05; 28)
25) =
30 2
0,173 dan L(0,05;
30) =
0,161 maka L(0,05;
adalah =
(3 × 0,161) + (2 × 0,173) 3+ 2
= 0,1658 dibulatkan menjadi ≈ 0,166 Karena Lo < Lt maka Ho diterima sehingga didapat kesimpulan bahwa sampel berdistribusi normal