Skripsi
PENGARUH PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI (Kuasi Eksperimen di MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh)
Oleh: JULIANI HIDAYAH 105 016 300 595
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRACT Juliani Hidayah, Influence of Generative Learning Model’s to Control the Students Concept (case of study in MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh). Program Thesis Education of Physics Major Education Knowladge Science Faculty of Education and Theacher University Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. This research means for deployment generative learning model to control the students concept. This research hold at MTs Jamiatus Sholihin during July until August two thousand and ten. Here by this research use method Quasi eksperiment that consist two clasess are class eksperimen and class control, and take of sample use technical probability sampling. Account of sample research are 30 person in eight grade of first as class control and 30 in eight grade of second as class eksperiment. And take for data make use of instrument Consept control of stadying physic toward pretest and posttest but in the other hand for knowing students motivation toward generative learning that do it with spread of question naire. Before test analysis data are normalitas and test homogenitas. Hypothesis that purpose is hypothesis zero (H0) that is no influence in purpose of generative learning model’s to control the students concept and hypothesis alternative (Ha) that is signifinance influence toward generative learning model’s to control the students concept. In this research get score pretest for class eksperiment is about 62.6 (sixty two point six) and score level class control is about 62.97 (sixty two point ninety seven) but the other hand result of posttest 71.2 (seventy one point two) and score quite even of posttest in class control is 61.1 (sixty one point one). In the account of test with standard 95% (α = 0,05) get of price ttabel = 2.00 tacount for score pretest category eksperiment and category control get of tacount 4.34 because tacount is 4.34 and score ttabel = 2.00. Result of research showed that tacount > ttabel so Ho rejegted and Ha accepted to standard 0.95%. It case show that there is difference between category score level posttest eksperiment with category score level class control. And means there is significiant influence in generative learnings model toward result stedents concept. key world : generative learning model, concept student
i
ABSTRAK Juliani Hidayah. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Usaha dan Energi (Kuasi Ekperimen di Jamiatus Sholihin Cipondoh). Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh pada bulan juli sampai agustus 2010. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel mengguanakan tehnik Probability Samplling dengan teknik simple random sampling, sampel penelitian ini berjumlah 30 orang kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol dan 30 siswa kelas VIII.2 sebagai kelas eksperimen. Pengambilan data menggunakan instrumen penguasaan konsep fisika terhadap pretes dan postes sedangkan untuk mengetahui motivasi siswa terhadap pembelajaran generatif dilakukan dengan menyebarkan angket. Uji persyaratan sebelum menganalisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hipotesis yang diajukan adalah hipotesis nihil (Ho) yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaaan konsep siswa dan hipotesis alternatife (Ha) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa. Dalam penelitian ini diperoleh skor rata – rata pretes untuk kelas eksperimen adalah 62,6 dan skor rata-rata kelas kontrol adalah 61,1 sedangkan hasil postes untuk kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata 71,2 dan rata-rata kelas kontrol adalah 62,97. Berdasarkan perhitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh dengan harga ttabel = 2,00 thitung untuk skor pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 0,71 dari hasil pengujian diperoleh thitung < ttabel dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan hasil uji kesamaan dua rata-rata postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga thitung sebesar 4,34. Karena thitung sebesar 4,34 dan nilai ttabel 2,00 Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan demikian Ho ditolah dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor postes kelompok eksperimen denga rata-rata skor postes kelompok kontrol. Dan dapat diartikan bahwa terdapat pengarah yang signifikan penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa. Kata kunci : model pembelajaran generatif, penguasaan konsep
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Usaha Dan Energi” . Sholawat serta salam ini selalu tercurah kepada Nabi kiat Muhammad SAW, para sahabat dan para pengikutnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, di antaranya: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Bapak Drs. Ahmad Sofyan M.Pd selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi. 4.
Ibu Kinkin Suartini M.Pd selaku dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi.
5. Kepala Perpustakaan Ilmu Tarbiyah & Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh staf, yang telah menyediakan tempat serta buku-buku sebagai bahan referensi. 6. Kepala MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas kesediaannya menyediakan tempat, sarana dan prasarana dalam rangka penelitian skripsi serta atas doa dan motivasinya
iii
7. Guru bidang studi fisika MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas bimbingan, arahan serta doanya.Seluruh guru-guru dan siswa/i MTs Jamiatus Sholihin, terimakasih atas bantuan, doa dan kerjasamanya. 8. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu dan setiap saat mendoakan serta mencururahkan segala kasih sayang dengan tulus, untuk adik tersayang dan seluruh keluarga atas doa dan bantuan baik moril maupun materil. 9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPA Prodi Fisika (2005) atas doa dan motivasi, kebersamaan merupakan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Serta teman-teman tercinta: Resa, Indri, Leni, Yunita dan Yayan. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan. Terima kasih atas doa dan motivasi semoga menjadi amal saleh di sisi Allah SWT, Amin.
Jakarta,
Februari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Abstrak ............................................................................................................
i
Kata Pengantar ................................................................................................
iii
Daftar Isi .........................................................................................................
v
Daftar Tabel .....................................................................................................
vii
Daftar Gambar .................................................................................................
viii
Daftar Lampiran ..............................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
5
D. Perumusan Masalah ...................................................................
5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................
5
F. Manfaat Penelitian .....................................................................
6
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis 1. Model Pembelajaran Konstruktivisme .................................
6
2. Model Pembelajaran Generatif ............................................
10
3. Hasil Belajar ........................................................................
17
B. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................
27
C. Kerangka Berpikir ......................................................................
29
D. Pengajuan Hipotesis ...................................................................
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
31
B. Metode Penelitian ......................................................................
31
C. Desain Penelitian .......................................................................
31
D. Populasidan Sampel ...................................................................
32
E. Tehnik Pengambilan Sampel .....................................................
32
F. Prosedur Penelitian ....................................................................
33
v
G. Variabel Penelitian .....................................................................
34
H. Tehnik Pengumpulan Data .........................................................
35
I.
Instrumen Penelitian ..................................................................
35
J.
Tehnik Analisis Data .................................................................
39
K. Hipotesis Statistik ......................................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ............................................................................
44
B. Pengujian Prasyarat Analisis .....................................................
46
C. Analisis Data dan Pembahasan ..................................................
47
D. Pembahasan dan Hasil Penelitian ..............................................
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................
60
B. Saran .........................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
61
LAMPIRAN
vi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA adalah suatu proses yang kompleks. Dewasa ini, pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan model pembelajaran konvensional dimana kegiatannya lebih berpusat pada guru. Aktifitas peserta didik dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Hal ini, salah satunya disebabkan oleh padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah suatu bidang ilmu dari usaha manusia dalam mencari penjelasan yang rasional berkaitan dengan kejadiankejadian yang terjadi di alam ini.1 Proses belajar adalah suatu kegiatan yang berlangsung terus-menerus yang menghasilkan perubahan. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tapi juga menyangkut segala aspek yang ada pada diri seseorang dan tingkah laku pribadi seseorang. Untuk dapat menghasilkan perubahan pada peserta didik, maka diperlukan model pelajaran yang baik. Sekolah sebagai lembaga formal harus dapat melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang peran aktif siswa dalam pembelajaran. Namun dalam proses pembelajaran sekarang ini masih terpusat pada guru, dan tidak pada peserta didik. Seharusnya guru menjadi fasilititator bagi peserta didik. IPA seharusnya merupakan mata pelajaran yang menarik karena objek yang dipelajari berkaitan dengan alam dan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi, dalam kenyataannya fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang menarik ternyata menjadi mata pelajaran yang banyak tidak disukai siswa dengan berbagai alasan seperti sulit, hanya menghapal rumus, tidak memberi kesan dan membosankan. Pendidikan IPA mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era 1
Zurida Ismail, Kaedah Mengajar Sains, (Bukit Tinggi: PTS Profesional Publishing, 2005) h. 1
2
industrialisasi dan globalisasi. Globalisasi yang termanifestasikan dalam strukturnya melibatkan semua jaringan dengan tatanan global seragam dalam pola hubungan yang bersifat penetratik, kompetitif, rasional dan pragmatis. Konsekuensinya adalah bahwa didalam berbagai penyiapan sumber daya manusia, harus bersifat realistis karena globalisasi menjadi tantangan yang terkait dengan daya saing dan prakarsa, yaitu kemampuan yang belum sepenuhya menjadi ciri dan budaya kita dan harus disertai kemampuan berpikir rasional, kritis dan kreatif.2 Aktifitas peserta didik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga peserta didiklah yang harus banyak aktif. Namun pada kenyataannya di sekolah-sekolah seringkali guru yang memegang peran utama. Peserta didik tidak diberi kesempatan untuk aktif, dimana pelajaran fisika harus menggunakan kemampuan berfikir untuk menelaahnya, sehingga sebagian peserta didik menganggap fisika terkesan pelajaran yang menakutkan, membosankan. Dengan deretan rumus-rumus yang seringkali membutuhkan daya fikir yang cukup tinggi. Anggapan ini mengakibatkan peserta didik merasa sulit untuk memahami konsepkonsep fisika. Hasil belajar fisika yang diperoleh pada semua jenjang pendidikan termasuk tingkat SLTP sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan hasil ujian fisika masih tergolong rendah. Kegagalan ini bisa terjadi mungkin sebagai akibat dan kekeliruan cara memandang proses pembelajaran sebagian besar dilakukan melalui informasi, bukan melalui pemrosesan informasi yang mengacu kepada pembentuka skemata atau jaringan konsep siswa. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, khususnya di SLTP, namun mutu pendidikan MIPA (khusunya fisika) masih merupakan isu yang sangat hangat dibicarakan akibat masih rendahnya hasil belajar siswa. Masalah rendahnya daya serap dan ketuntasan belajar fisika siswa juga terjadi di MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh. 2
Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2002), h. 102-103
3
Selain itu juga, pola pembelajaran fisika di kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh berlangsung secara konvensional, dimana guru hanya memberikan konsep-konsep dan rumus-rumus fisika yang penting dan ilmiah sesuai dengan yang digariskan kurikulum. Fenomena ini disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang tepat, dan proses pembelajaran masih terpusat pada guru dengan keadaan ini tentu saja mengakibatkan pembentukan konsep yang tidak benar pada siswa. Selain itu guru kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin tidak pernah menggali dan memberi perhatian pada konsepsi awal siswa terhadap suatu konsep awal fisika. Dunia pendidikan Barat sedang diramaikan oleh isu konstruktivisme, yaitu suatu pandangan baru tentang proses belajar dan mengajar yang muncul sekitar pertengahan 1980-an. Gerakan dalam praktik pendidikan dengan berdasar pada pandangan ini makin banyak dilakukan di berbagai negara pada awal 1990-an hingga sekarang. Konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Aliran kosrtuktivisme ini, dalam kajian ilmu pendidikan merupakan aliran yang berkembang dalam psikologi kognitif yang secara teoritik menekankan peserta didik untuk berperan aktif dalam menemukan pengetahuan baru. Pembelajaran konstruktivisme memugkinkan terjadinya ruang yang lebih baik bagi keterlibatan peserta didik di kelas, melakukan eksplorasi serta menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi dan sikap perilaku yang terbuka. Salah satu strategi dari model pembelajaran
konstruktivime adalah pembelajaran
generatif. Implementasi pembelajaran generatif dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik tentang pelajaran (terutama fisika) dan persoalan-persoalan fisika yang terkadang membuka peluang bagi peserta didik memberikan pemikiran yang di luar dugaan. Dengan penerapan pembelajaran generatif beberapa konsep yang dirasakan sulit bagi peserta didik menjadi lebih mudah dipahami karena pembelajaran terfokus pada ide-ide awal peserta didik menuju
4
konsep ilmiah. Hal ini tentunya memberikan peluang yang besar untuk siswa meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar. Penerapan pembelajaran generatif dalam pembelajaran fisika dapat mencapai hasil maksimal dengan adanya kegiatan pengalaman yang mendukung terlaksananya
pembelajaran
generatif
yaitu
pengamatan
langsung
atau
eksperimen. Kegiatan eksperimen sangat diperlukan dalam pelajaran fisika untuk membantu siswa lebih memahami konsep-konsep fisika, sehingga siswa mampu menerapkan pada konsep nyata bukan hanya teori. Konsep usaha dan energi cocok untuk penerapan model pembelajaran generatif karena konsep ini dapat dikembangkan dengan cara melibatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran serta membantu peserta didik dalam mempelajari mempelajari konsep serta menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Konsep usaha dan energi diajarkan di kelas VIII semester 2. Berdasarkan latar belakang yang terjadi seperti yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah berdasarkan penelitian terhadap efektifitas model pembelajaran konstruktivisme dengan pembelajaran generatif dan peranannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga dengan demikian penulis memilih judul: ”Pengaruh Pembelajaran Generatif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Usaha dan Energi.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Mata pelajaran fisika banyak tidak disukai oleh siswa dengan alasan sulit, hanya menghapal rumus, tidak memberi kesan dan membosankan. 2. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, dimana siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. 3. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada belum melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. 4. Rendahnya hasil belajar siswa.
5
5. Model pembelajaran yang ada tidak efektif dan belum dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 6. Pembelajaran generatif belum diterapkan dalam proses pembelajaran fisika.
C. Pembatasan Masalah Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian ini, maka masalah yang diteliti dibatasi pada penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa. Adapun lingkup masalah akan dibatasi pada: 1. Model pembelajaran generatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran generatif menurut Lingbiao yang terdiri dari empat unsur (orientasi, aktivasi, penilaian dan perluasan). 2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang berupa aspek kognitif menurut Taksonomi Bloom yang direvisi; C1 (mengetahui), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis).
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?”
E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknnya pengaruh model pembelajaran generatif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hasil belajar siswa sebelum pembelajaran generatif. 2. Hasil belajar siswa sesudah pembelajaran generatif.
6
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitin ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, pesera didik, guru dan sekolah. Adapun manfaat dari penelitian yang diperoleh ini diharapkan dapat: 1. Mengatasi kesulitan peserta didik terutama mengenai penguasan konsep dengan menerapkan model pembelajaran generatif. 2. Dijadikan alternatif metode pembelajaran untuk mencapai yang lebih baik lagi. 3. Memberikan sumbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian pendidikan khususnya dalam penelitian pembelajaran yaitu model pembelajaran generatif.
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis 1. Model Pembelajaran Konstruktivisme Paulina Pannen mengungkapkan, konstruktivisme merupakan “salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri”.1 Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang (peserta didik). Konstruktivsme menjadi sumber terhadap berbagai seruan dan kecenderungan yang muncul dalam dunia pendidikan. Konstruktivisme menjadi kata kunci dalam hampir setiap pembicaraan mengenai pembelajaran di berbagai kalangan. Donald mengartikan konstruktivisme sebagai “Constructivism is a way of teaching and learning that intends to maximize student understanding.”2 Konstruktivisme adalah cara dari mengajar dan belajar yang bermaksud untuk memaksimalkan pemahaman siswa. Setiap individu mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, tidak hanya mengimitasi dan membentuk bayangan dari sesuatu yang diamati atau yang diajarkan oleh guru melainkan individu tersebut menyeleksi, menyaring, memberi arah dan menguji kebenaran atas informasi yang diterima sehingga dalam bidang pendidikan perlu dioptimalkan upaya pengembangan model pembelajaran konstruktivisme. Jadi, pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses pembelajaran yang aktif dimana siswa adalah sebagai fokus dalam pembelajaran sementara guru membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam pendekatan 1
Paulina Pannen, dkk, Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Draft Bahan Ajar PEKERTI/AA, (Jakarta:PAU-PPAI-UT, 2001), hal. 3 2 Donald. R. Cruickshank, The Art Of Teaching, (United State: Mc Graw Hill, 2006), h. 255
7
konstruktivisme, di samping
membantu memperoleh informasi, ide, dan cara
mengekspresikan diri, juga maksud mengajari peserta didik bagaimana belajar yang menyenangkan. Konstruktivisme menurut Louis “Constructivism is a theory which regards learning as an active process in which learners construct and internalise new concepts, ideas and knowledge based on their own present and past knowledge and experiences.”3 Konstruktivisme adalah teori mengenai pengetahuan sebagai proses aktif pada gagasan siswa dan konsep internal, ide dan pengetahuan dasar pada pengetahuan awal dan akhir serta pengalaman yang dimiliki. Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada hasil perolehan sebelumnya yang tersimpan dalam memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru.Konstruktivisme merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan atas keyakinan bahwa pemahaman pengetahuan tidak diperoleh secara langsung utuh, melainkan hasil interaksi peserta didik dengan lingkungannya. Seperti yang dikutip Subarinah, Brien dan Brandt (1997) mendefinisikan konstruktivisme sebagai ”suatu pendekatan pengajaran berdasarkan kepada penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar, yaitu setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain”. 4 Jadi belajar itu merupakan kerja mental siswa yang aktif bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif, yaitu setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi 3
Louis Cohen, A Guide To Teaching Practice, (New York: Routledgefalmer, 2006) h. 167 Sri Subarinah, Pengembangan Rancangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme pada Program Studi Pendidikan Matemetika FKIP Universitas Mataram, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun ke-11. Maret 2005), hal. 255
4
8
lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti: 1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. 2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka. 3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. 4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada. 5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah. 6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar. Menurut Zurida Ismail, pembelajaran konstruktivisme adalah ”proses membina hubungan pengetahuan yang telah ada secara aktif ”.5 Pengetahuan bukanlah hal-hal yang terlepas dari siswa, tetapi ciptaan siswa itu sendiri yang dikonstrusikan dari pengalaman. Jadi, konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran seseorang. Berdasarkan paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan tidak dapat dipindahkan (transfer) dari seorang guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna, melainkan bertahap sesuai dengan pengalaman masing-masing siswa. Konstruktivisme menyatakan dalam proses pembelajaran sebagai proses dimana siswa berperan aktif dalam membentuk struktur kognitif berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Jadi pengetahuan dibentuk oleh siswa secara aktif dan tidak hanya diterima dari guru secara pasif. Pengetahuan riil bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, tetapi siswa harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal 5
Zurida Ismail, Op Cit, h. 6
9
ini siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri dan bergulat dengan ide-ide kemudian mampu mengonstruksikannya. Peran guru dalam pembelajaran dengan konstrutivisme adalah sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar pesesrta didik berjalan dengan baik. Peran ini dapat dijabarkan dalam beberapa tugas berikut: 1) Menyediakan kondisi atau pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, mendukung proses belajar siswa, memberi semangat dan berpartisipasi aktif pada setiapo kegiatan siswa. 2) Menyiapkan konflik kognitif dalam upaya mengubah miskonseosi yang dibawa siswa menuju konsep yang benar. 3) Menyediakan saran yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya, merangsang siswa berpikir secara produktif atau membantu siswa dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan gagasannya. 4) Memonitor, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kepada siswa apakah siswa berhasil atau tidak.6 Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi guru dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, berpikir kritis dan mengadakan justifikasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru selalu berusaha agar seorang siswa mempunyai cara berpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru dan dapat memecahkan persoalan yang lain. Sementara itu seorang siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum tentu dapat menyelasaikan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban itu. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membimbingnya. Daniel mendefinisikan konstruktivisme sebagai, “contructivism is a broad movement that is as much a philosophical position as an education statergi”.7
6
Paulina Pannen, dkk. Op.Cit. h. 23
10
Konstruktivisme adalah pergerakan sebagai filosofi pada stategi pendidikan. Dalam proses pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus menjadi pusat perhatian sehingga siswa aktif mengembangkan pengetahuan dengan bantuan guru. Proses pembelajaran dengan penekanan siswa belajar secara aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan karena kreatif siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitifnya. Mereka juga akan terbantu menjadi orang yang kritis dalam menganalisa suatu hal karena mereka berpikir bukan meniru saja. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis, diantaranya adalah : a. Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.b. Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.c. Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri. Mulyasa berpendapat strategi model pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut: 1) Pusat kegiatan pembelajaran adalah peserta didik yang aktif. 2) Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik. 3) Bangkitkan motivasi belajar peserta didik yang membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan peserta didik.
7
Louis Cohen dkk, Efffective Teaching, (London: Sage Publication, 2005) h. 61
11
4) Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan model pembelajaran yang membuat peserta didik bosan.8 Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model konstruktivisme ini, guru tidak dapat mendoktrinasi gagasan ilmiah supaya siswa mau mengganti dan memodifikasi gagasan yang non ilmiah menjadi ilmiah. Dengan demikian arsitek pengubah gagasan siswa adalah siswa itu sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan penyedia kondisi belajar supaya pembelajaran bisa berlangsung dengan kondusif dan memberikan kemudahan belajar bagi siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Karena dengan lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar dan dapat menunjang keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Jadi, belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses aktif, sehingga dalam pembelajaran siswa perlu diupayakan agar dapat mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh dengan memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Jika pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiah (miskonsepsi) maka perlu dilakukan klarifikasi melalui kegiatan observasi, eksperimen, atau dengan memberikan masalah yang menimbulkan konflik kognitif.
2. Model Pembelajaran Generatif a. Pengertian Pembelajaran Generatif Pembelajaran generatif atau generative learning terdiri dari dua kata yaitu generative dan learning. Generative is having the power of producing,9 generatif berarti kekuatan untuk menghasilkan sedangkan learning is gaining of knowledge or skill10, pembelajaran adalah peningkatan pengetahuan atau kemampuan Jadi generative learning adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan 8
E. Mulyasa, Kurikilum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-1, hal. 242 9 Thorndike Barnhart, Advanced Junior Dictionary, (New York), Second Edition, h. 339 10 Ibid., h. 465
12
melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan. Dengan demikian pengetahuan mutlak diperoleh dengan belajar yaitu dari hasil kontruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang diterima lewat panca inderanya. Singkatnya, generatif learning menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran itu ditunjukan untuk menggali pengetahuan dari pengetahuan seseorang. Parulina Hutapea dan Nuriana Thoha menjelaskan bahwa pembelajaran generatif adalah pembelajaran yang mengarah pada perubahan transformasi, yang dapat mencakup perubahan norma atau strategi serta asumsi-asumsi yang berkenaan dengan norma organisasi.11 Teori generative learning dikemukakan oleh Wittrock seperti dikutip Paulina Pannen, berasumsi bahwa ”siswa bukan penerima informasi yang pasif, melainkan siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam mengkontruksikan makna informasi yang ada disekitarnya”.12 Sangat penting bagi guru untuk meminta siswa to generate ”menghasilkan” sendiri makna dari informasi yang diperolehnya. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajarinya. Belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membentuk makna mentah itu dari bacaan, berinteraksi dengan lingkungan ataupun pengalaman fisik. Sesuai prinsip tersebut, maka proses pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa memperoleh sendiri pengetahuannya.
11
Parulina Hutapea dkk, Kompetensi Plus Teori, Desain,Kasus, dan Penerapan Untuk HR dan Organisasi yang Dinamis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 110 12 Paulina Pannen, dkk, Op. Cit hal. 79
13
Seperti yang dikutip Kathleen Chamberlain, Wittrock (1974) “Find the meanings and concepts that the learner has generated already from his or her background, attitudes, abilities, and experiences and determine ways so that the learner will generate new meanings and concepts that will be useful to him or her”. 13 Menjelaskan pengertian generatif (Generatif berarti) searti dengan konstruksi (pengertian konstruktivisme) dan dimana guru harus: “ Menemukan pengertian dan konsep siswa yang siap untuk dihasilkan dari latar belakangnya, sikap, bakat dan pengalaman dan menentukan jalan yang siswa pengertian baru akan hasilkan dan konsep yang akan dipergunakannya.” Pembelajaran generatif sama dengan konstruktivisme dimana siswalah yang mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Dalam generative learning, siswa lebih diberi tempat dari pada guru. Artinya, dalam proses pembelajaran siswa merupakan pusat pembelajaran (student center). Generative learning mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Di dalam kelas yang menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah/mengendalikan seluruh kegiatan di kelas. Menurut George Mason, ”generative learning is a theory that involves the active integration of new ideas with learner’s existing schemata”.14 Menyatakan bahwa dalam strategi generative lerning siswa terlibat secara aktif selama proses pembelajaran dalam menghubungkan ide-ide baru dengan struktur kognitif (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa. Menurut George Mason, pembelajaran generatif dibagi menjadi 4 unsur yaitu: 1) Ingatan; siswa menggali informasi dari pengetahuan sebelumnya dengan cara pengulangan, latihan, meninjau ulang dan dengan alat bantu mengingat. 2) Penggabungan; siswa menggabungkan/menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dengan cara penguraian (uraian dalam bentuk cerita), ringkasan (menjelaskan dengan singkat), memecahkan persoalan, mengajukan pertanyaan/contoh dan mengajukan persamaan dan kiasan.
13
Curiculum in Primary Practice, Science 7-11 developing Primary Teaching Skills, (USA dan Canada: Clive Carre dan Carrie Ovens, 1994), h. 39 14 George Mason, Strategi Generative Learning http://nasaui.ited.uidaho.edu/nasaspark/ datashar .htm. 2009/ Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
14
3) Pengorganisasian; siswa mengaitkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya berupa ide dan konsep-konsep baru ke dalam metode yang berarti dengan menganalisis ide-ide pokok, penguraian, mengkatagorikan, pengelompokkan dan peta konsep. 4) Perluasan; siswa mengembangkan materi baru kepada informasi/ide-ide yang telah ada dalam ingatan siswa, dengan cara manggeneralisir gambaran jiwa/fisik, prosa, perluasan kalimat, mempertajam penglihatan, film dan papan buletin.15 Secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian di dalam pembelajaran akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti didalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan
pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun
pengetahuan baru. Sedangkan menurut Grouws, “generative learning is learners actively participate in the learning process and generate knowledge by forming mental connections between concepts”.16 Grouws berpandangan bahwa dalam pembelajaran siswa berpartisipasi aktif dalam membangun konsep-konsep dengan kemampuannya sendiri melalui proses pembentukan mental sehingga konsep itu terbangun menjadi konsep baru.
15
Ibid. Grouws, Generative, http//121.ed.psu.edu/success/lessons/lesson3/ISCa3 L.HTM, 2009 /Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
16
15
Menurut Grouws, ada 2 jenis aktivitas generative: 1)
Aktivias itu menghasilkan hubungan yang dinamis (judul, rubrik, pertanyaan, tujuan, ringkasan, grafik, tabel dan ide pokok)
2) Aktivitas itu menghasilkan penggabungan hubungan antara apa yang siswa lihat, dengar atau baca dan ingatan (demonstrasi, kiasan, persamaan, contoh, gambar, aplikasi, penafsiran penguraian dan kesimpulan)17 Siswa pada semua usia memiliki konsep tentang berbagai fenomena yang dibawanya ke dalam kelas. Konsep awal ini dapat bersumber antara lain dari latar belakang kebudayaan, keluarga dan media maupun hal-hal lain dimana siswa secara langsung mendengar, melihat dan sekaligus menggunakannya. Konsep ini sangat membantu dalam konteks keseharian siswa. Sementara itu, konsep baru yang dipelajarisiswa di dalam kelas akan lebih mudah diterima jika dikaitkan dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga terjadi proses asimilasi/asosiasi. Wittrock menyimpulkan bahwa “the essence of the generative learning model is that the mind or the brain, is not a passive consumer of information. Instead, it actively construct its own interpretations of information and draws inferences from them”.18 Ini berarti bahwa pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh kerja otak siswa itu sendiri dan bukan diterima secara pasif dari lingkungannya. Dengan demikian pembelajaran merupakan hasil dari usaha siswa itu sendiri dan bukan dipindahkan dari guru kepada siswa. Dalam melaksanakan pembeljaran generatif, guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :a. Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah dosen mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis 17
Ibid. Wittrock, Stategi Pembelajaran Generatif, http:/ /www. stemnetnf.ca/dfurey/metacog/generate .html 2000/Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011. 18
16
membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. b. Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan menyajikan
berbagai
kemungkinan
kegiatan
siswa
antara
lain
berupa
eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan. c. Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok. Menurut Sanerya Hendrawan, generative learning adalah “pembelajaran yang mencakup perluasan kapasitas mencipta hasil-hasil yang diinginkan.”19 Pada prinsipnya guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Guru berperan dalam membantu proses pembelajaran dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi lebih bermakna bagi siswa. Tugas guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan/ menerapkan sendiri ideide dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar.
b. Tahapan Pembelajaran Generatif Menurut Lingbiao, ada 4 tahapan pokok dalam pembelajaran generatif yang secara fungsional memiliki fungsi yang berbeda: 1) Tahapan orientasi dan elisitasi, dimana guru memberikan orientasi umum dan rasionalisasi konsep yang akan ditanamkan. 2) Tahapan aktivitas dan interkasi, dimana guru mengarahkan perhatian siswa kepada konsep-konsep yang penting. 19
Sanerya Hendrawan, Spiritual Managemen, (Bandung, Mizan Pustaka: 2009), 68.
17
3) Tahapan assesment (penilaian) dan umpan balik, merupakan tahapan evaluasi belajar siswa untuk melihat tingkat penguasaan siswa. 4) Tahapan sistematisasi dan extention, yaitu guru membantu siswa membangun jalinan konsep dari konsep-konsep yang sudah dipelajari sehingga hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya menjadi jelas.20 Dalam
pembelajaran
generatif,
siswa
diharapkan
dapat
membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu (asimilasi). Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna
(akomodasi).
Siswa
diarapkan
mampu
mempraktekkan
pengalaman/pengetahuan yang telah diperolehnya dalam konteks kehidupan nyata. Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajarinya. Seperti dikutip Made Wena, Cosgrove menyatakan bahwa pembelajaran generatif terdiri atas empat tahap, yaitu: a. pendahuluan atau tahap eksplorasi, b. pemfokusan, c. tantangan atau tahap pengenalan konsep, d. penerapan konsep.21 Russell Tytler juga menyatakan bahwa model pembelajaran generatif terdiri dari empat fase pembelajaran: a. fase prmilinari/eksplorasi pendahuluan, b. fase focusing/pemusatan, c. fase challenge/tantangan, dan d. fase application/aplikasi.22 Hal tersebut senada dengan fase pengajaran dan pembelajaran strategi generatif menurut Osborne yaitu: 1) Awalan yaitu, menentukan pandangan siswa; menjelaskan pandangan tersebut; memahami pandangan saintifik; mengenal pasti pandangan ilmu lama; mempertimbangkan bukti-bukti yang menyebabkan perubahan pandangan lama pelajar.
20
IB. Putu Mardan, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya IKIP Negri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001), h. 51 21 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 177 22 Made Sumadi, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumen dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri I Singaraja, (Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001), hal. 3
18
2) Fokus yaitu, menetapkan konteks; membekalkan pengalaman yang memberikan motivasi; menyertai dan mengemukakan soalan berbentuk terbuka dan berorientasikan individu; menafsirkan respon siswa; menafsirkan dan menerangkan pandangan siswa. 3) Cabaran yaitu, memudahkan pertukaran pandangan di kalangan pelajar; memastikan semua pandangan dipertimbangkan; meneruskan perbincangan secara terbuka; mencadangkan prosedur yang cukup jelas jika perlu; mengemukakan bukti untuk mendukung pandangan ahli sain/ilmuan. 4) Aplikasi yaitu, membentuk masalah yang boleh diselesaikan secara mudah dengan menggunakan padangan saintifik; membantu siswa menjelaskan padangan baru dengan meminta mereka menggunakan pandangan tersebut dalam semua penyelesaian; murid dapat menyatakan secara lisan cara penyelesaian masalah; guru mengambil bagian, memberi rangsangan dan menyumbangkan idea dalam perbincangan penyelesaian masalah; membantu menyelesaikan masalah yang lebih rumit.23 Ketiga pandangan di atas tentang tahapan pembelajaran generatif menunjukan bahwa tugas guru adalah hanya membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, yakni guru lebih banyak berurusan dengan strategi dan memposisikan sebagai fasilitator daripada memberi informasi dan mengajari. Dalam pandangan pembelajaran generatif, kebebasan berinisiatif dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri. Tujuan pembelajaran generatif menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks-konteks nyata. Secara umum, model pembelajaran generatif memiliki empat komponen: a) proses motivasi; ditentukan oleh minat (interest) dan atribut (atributin), b) proses belajar; dapat dipengaruhi oleh rangsangan (arousal) dan niat (intention), c) proses penciptaan pengetahuan; dilandasi pada beberapa komponen ingatan yaitu pengetahuan awal, kepercayaan/sistem nilai, konsep, keterampilan srategi kognitif dan pengalaman, d) proses generasi; menggerasikan hubungan
antara berbagai
bagian informasi yang mereka peroleh dari pengalaman.24
23
Kathleen Chamberlain, reading, Writing & Inquiry in the Science Classroom Grades 6-12, (California: Corwin Press, 2009), h. 10 24 Paulina Pannen, op.cit., h. 79
19
Hal penting yang harus diingat dalam pembelajaran generatif adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran generatif, sehingga identifikasi pengetahuan awal siswa merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, tergantung tujuan pembelajaran, ada beragam aktivitas yang dapat dipilih oleh guru untuk dapat melibatkan siswa secara aktif dalam konstruksi
pengetahuan berdasarkan
pengetahuan awalnya. Jadi, pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan.
3. Hasil Belajar a. Konsep Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar adalah “kata kunci (key term) yang vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan”.25 Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan. Seperti dikutip Ngalim, Morgan menyatakan bahwa “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”26 Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah 25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-9, hal. 94 26 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya CV. Bandung, 1984), hal. 80-81
20
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne seperti dikutip Ngalim, “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami sesuatu itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.27 Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahanperubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Aktivitas dan prestasi menusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Manusia terlahir sebagai makhluk yang lemah tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengatahui apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa mengetahui berbagai skill (keterampilan) maupun pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan baik fisik, mental dan juga tingkah laku yang harus didukung oleh lingkungannya. 2) Ciri-ciri Belajar Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu. Secara implisit, dapat diidentifikasi beberapa ciri perubahan yang merupakan prilaku belajar, diantaranya: a) Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan. b) Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan (normative) atau kriteria keberhasilan (criteria of success). c) Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksi dan dipergunakan.28
27
Ibid, h. 80 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 158 28
21
Belajar mencakup semua aspek mental psikologis manusia. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. 3) Tujuan Belajar Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu. Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan belajar kognitif
memperoleh
pengetahuan
fakta/ingatan,
pemahaman,
aplikasi
dan
kemampuan berpikir analisis, sistesis, dan evaluasi. Tujuan belajar afektif mencakup pemilihan minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan dalam proses belajar mengajar. Tujuan belajar psikomotor untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal. 4)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa
dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal siawa. Faktor internal siswa meliputi psikologis dan psikis siswa itu sendiri sedangkan faktor eksternal siswa meliputi lingkungan di luar diri siswa. Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku siswa, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
22
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learn). Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk malakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.29 b. Konsep hasil belajar Hasil belajar atau achievement merupakan “realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial
atau
kapasitas
yang
dimiliki
seseorang”.30
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berisi sebagai berikut: 1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. 2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 3) Hasil belajar yang dicapai berguna bagi dirinya. 4) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif). 5) Kemampuan siswa untuk mengontrol/menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.31 Adapun hasil belajar yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang diketahui, diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar, baik karena ada guru yang mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan lingkungannya untuk belajar. Hasil belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor endogen) maupun dari luar diri (faktor eksogen) individu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa hasil belajar berupa perolehan perubahan tingkah laku yang meliputi; pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat dan bakat. Dalam dunia pendidikan hasil 29
Muhubbin Syah, Op.Cit, hal. 132 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 102 31 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Preoses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 56-57 30
23
belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada hasil belajar dimana peningkatan hasil belajar hanya pada ranah kognitif yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis.
6. Energi dan Usaha a. Peta konsep
Hukum Kekekalan Energi
Energi Kinetik Energi Mekanik
terdiri dari
Energi Potensial
Energi Kimia
perubahannya Energi Kalor
memenuhi
Energi Cahaya Energi
dapat berupa
Energi Bunyi Energi Listrik
perubahannya memberikan
Energi Nuklir Energi Surya
Usaha
Gambar 1. Peta Konsep Usaha dan Energi
b. Pengertian Energi Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (usaha). Energi adalah suatu besaran turunan yang mempunyai satuian dalam SI Joule. Satuan energi selain satuan dalam SI adalah erg, kalori (kal). Kesetaraan satuan kalori dengan satuan joule dikemukakan oleh J.P Joule yaitu 1 kal = 4,2 joule. 24
c. Bentuk-Bentuk Energi Untuk
memperoleh
energi
manusia
harus
makan
karena
makanan
mengandung energi kimia. Selain energi kimia yang tersimpan dalam makanan masih banyak bentuk-bentuk energi yang kita jumpai dialam ini, antara lain: a) Energi mekanik, yaitu energi yang terdiri dari energi potensial dan energi kinetik. b) Energi potensial, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya. Misalnya energi potensial gravitasi dan energi potensial pegas. c) Energi kinetik, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena bergerak. d) Energi bunyi, yaitu energi yang dihasilkan oleh benda-benda yang bergetar. e) Energi listrik, yaitu energi yang terdapat dalam arus listrik. f) Energi panas (kalor), yaitu energi yang timbul dari energi kinetik suatu benda.
d. Perubahan Bentuk Energi Untuk memperoleh bentuk energi sesuai dengan kebutuhan, kita dapat merubah bentuk energi satu ke bentuk lainnya. Selama terjadi perubahan bentuk energi tidak ada energi yang hilang. Sifat tersebut dikenal dengan hukum kekekalan energi yang berbunyi: ”Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat berubah bentuk yang satu kebentuk yang lain”. Berikut ini beberapa contoh perubahan bentuk energi, antara lain: a) Energi gerak menjadi energi kalor, misalnya dua buah batu yang digesekgesekkan. b) Energi kimia menjadi energi listrik, misalnya aki, batu baterai. c) Energi listrik menjadi energi gerak, misalnya kipas angin. d) Energi listrik menjadi energi kalor, misalnya setrika listrik, kompor listrik. e) Energi listrik menjadi energi cahaya, misalnya bolam ( lampu listrik).
25
e. Sumber Energi Matahari adalah merupakan sumber energi utama yang dapat kita pakai terus menerus dan hampir jumlahnya tidak berkurang. Selain matahari kita mengenal sumber energi lain yang dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: a) Sumber energi yang dapat diperbaharui yaitu sumber energi yang tidak akan habis jika dikelola dengan baik. Contoh: air, tanah, hutan dan sumber energi hewani. b) Sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yaitu sumber energi yang bisa habis jika dieksploitasi secara terus menerus. Contohnya gas bumi, minyak bumi, panas bumi dan batu bara.
f. Energi Kinetik Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Semakin cepat benda bergerak, energi kinetiknya semakin besar. Disamping itu semakin besar massa benda yang bergerak, semakin besar pula energi kinetiknya. Sehingga dapat disimpulkan besar energi kinetik suatu benda sebanding dengan massa benda dan kuadrat kecepatannnya. Untuk menghitung energi kinetik suatu benda dirumuskan sebagai berikut: Ek = ½ x m x v2 Keterangan: m = massa benda (kg) v = kecepatan benda (m/s) Ek= energi kinetik (J)
g. Energi Potensial Energi potensial adalah energi yang tersimpan pada suatu benda karena kedudukan atau keadaannya. Energi potensial bisa berupa energi potensial gravitasi maupun energi potensial pegas. energi potensial gravitasi adalah energi potensial yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya terhadap bumi. Sedangkan energi potensial pegas adalah energi yang dimiliki sebuah pegas yang direnggangkan atau ditekan. Besar energi potensial gravitasi berbanding lurus dengan 26
massa benda, percepatan gravitasi dan ketinggian benda dari permukaan bumi. Secara matematis, energi potensial dirumuskan sebagai berikut: Ep = m x g x h Keterangan : m = massa benda (kg)
Ep = Energi potensial (J)
g = percepatan gravitasi (ms-2) h = tinggi benda (m)
h. Energi Mekanik Energi mekanik merupakan gabungan dari energi kinetik dan energi potensial, maka secara matematis dapat dirumuskan: Em = Ek + Ep Apabila sebuah benda berada diam pada ketinggian tertentu, energi kinetik benda tersebut nol (Ek = 0), tetapi benda memiliki energi potensial gravitasi. Sehingga energi mekaniknya sama dengan energi potensial. Misalnya buah-buahan yang berada ditangkainya. Buah-buahan tersebut diam tetapi berada pada pada ketinggian tertentu, maka memiliki energi potensial tetapi energi kinetiknya nol. Apabila benda bergerak dipermukaan bumi (h = 0), energi potensial benda tersebut nol (Ep = 0), maka energi mekaniknya sama dengan energi kinetiknya. Misalkan sebuah mobil yang melaju dijalan. Dengan menggunakan hukum kekekalan energi mekanik, kita dapat menghitung kecepatan benda saat menyentuh tanah apabila jatuh dari ketinggian tertentu yaitu dengan persamaan sebagai berikut: Saat benda diam pada ketinggian tertentu, energi mekaniknya dirumuskan: Em = Ep Em = m x g x h
27
Apabila benda jatuh saat menyentuh tanah energi potensial berubah menjadi energi kinetik, sehingga energi mekaniknya sama dengan energi kinetik dirumuskan sebagi berikut:
Em = Ek Em = ½ x m x v 2 Dari dua persamaan diatas dapat diturunkan sebagai berikut: Ket: g = percepatan gravitasi (m/s2) ½ x m x v2 = m x g x h v = √2 x g x h
h = tinggi benda saat mulai jatuh (m) v = kecepatan benda jatuh bebas saat menyentuh tanah (m/s)
Dari rumus terakhir terlihat bahwa besar kecepatan benda yang jatuh bebas tidak tergantung pada massa benda, tetapi besarnya bergantung pada tinggi benda saat mulai jatuh. Dengan hukum kekekalan energi tersebut dapat disimpulkan, jika ada dua buah benda massanya tidak sama jatuh dari ketinggian yang sama kecepatan benda adalah sama atau kedua benda menyentuh tanah dalam waktu yang bersamaan.
i. Pengertian Usaha Usaha adalah hasil kerja suatu gaya yang mengakibatkan benda berpindah tempat. Dalam melakukan usaha selalu membutuhkan energi sehingga usaha sangat erat dengan energi. Maka dari itu satuan usaha selalu satuan energi yaitu Joule (J). Besar usaha berbanding lurus dengan besar perpindahan dan besar gaya yang bekerja. Usaha 1 Joule dilakukan bila gaya sebesar 1 Newton memindahkan benda sejauh 1 meter. Usaha merupakan besaran vektor, maka usaha dapat bernilai positif, negatif maupun nol.
28
j. Usaha yang Dihasilkan Satu Gaya Bila sebuah gaya bekerja pada benda sehingga berpindah searah dengan gaya, maka usaha yang dilakukan dinyatakan sebagai:
W=Fxs
Bila sebuah benda bekerja pada benda sehingga berpindah berlawanan arah gaya, maka usaha yang dilakukan dimyatakan sebagai: W = F x s Ket: W = usaha (J) F = gaya yang bekerja (N) s = perpindahan (m)
k. Usaha oleh Beberapa Gaya Apabila beberapa gaya bekerja pada sebuah benda, maka usaha yang dihasilkan adalah hasil kali antara resultan gaya dengan jarak perpindahan. Apabila arah gaya-gaya yang bekerja searah maka resultannya adalah R = F1 + F2 + F3 + .... maka W = (F1 + F2 + F3 + ....) x s Apabila arah gaya-gaya yang bekerja berlawanan arah, maka resultannya: R = F1 – F2 apabila F1 > F2 maka W = (F1 - F2 ) x s ket : W = usaha (J) F = gaya yang bekerja (N) s = perpindahan (m)
B. Kajian Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bayyati, jurusan Pendidikan Kimia , Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah. Dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi”. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen one group pretest-postest. Penelitian ini
29
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan penerapan model
pembelajaran konstruktivisme dengan strategi generative learning.32 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana, jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, IKIP Negeri Singaraja. Dengan judul ”Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II”. Penelitian tindakan kelas ini dilakuka pada mata kuliah Kimia Dasar II mahasiswa TPB Jurusan Pendidikan Kimia Tahun Akademik 2001/2002, terdiri dari 23 orang mahasiswa. Penelitian ini dirancang dua sisklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi tindakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas dan hasil belajar mahasiswa tergolong baik (7,11, skala 11).33 Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh
I Ketut Tika, Program Studi
Pendidikan Fisika, IKIP Singaraja. Dengan judul ” Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja”. Penelitian tindakan ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas model belajar generatif dalam memperbaiki kesalahan konsepsi mahasiswa dalam mata kuliah Fisika Dasar. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, kuesioner dan pedoman observasi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsep awal mahasiswa tentang konsep-konsp fisika cukup bervariasi dan sebagian besar (70,6%) berlabel miskonsepsi, dan pada siklus I terjadi penurunan prestasi mahasiswa yang masih mengalami miskonsepsi sebesar 50,8 %, yaitu dari 68,4 % menjadi 17,2 % dan berubah menjadi miskonsepsi ilmiah.34
32
Bayyati, Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi, (Jakarta: 2007) 33 Redhana I Wayan dan I Dewa Ketut Sastrawidana, Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001) 34 Tika. I Ketut, Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001)
30
Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh Mahayukti, yang berjudul ” Pengembangan model Pembelajaran Generatif Dengan Metode PQ4R Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja”. Subjek penelitian ini adalah 1 orang guru dan 36 siswa kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran
generatif dengan
metode PQ4R
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran metematika siswa kelas II SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja.35 Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh IB Putu Mardana, yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif”. Penelitian ini dilaksanankan di kelas II3 SMUN 3 Singaraja dengan melibatkan seorang guru untuk melaksanakan tindakan. Denngan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif diperoleh temuan bahwa 1) penerapan model pembelajaran generatif dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi kopnsep ilmiah, 2) penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika, dan 3) persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran generatif dalam pembelajaran fisika menunjukkan persepsi yang positif.36 Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh Made Sumadi, yang berjudul “Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri 1 Singaraja.” Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD sebanyak 40
35
Mahayukti. Ayu, Pengembangan model Pembelajaran Generatif Dengan Metode PQ4R Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, , (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001). 36 Mardana, IB Putu, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001).
31
orang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran generatif tergolong berhasil.37 Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Ketut Tika, yang berjudul “Efektivitas Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa SMU Nergeri Di Singaraja”. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model belajar generatif sebagai model alternatif dalam mengubah miskonsepsi siswa tentang gerak rotasi dan gerak harmonik. Pengujian efektivitas model belajar generatif dilakukan melalui studi ekperimental dengan rancangan pretest-postest control group design. Penelitian ini dilakukan di kelas III SMU Negeri 1 Singaraja tahun ajaran 1998/1999 dengan melibatkan 40 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan 37 orang sebagai kelas kontrol.38
C. Kerangka Berpikir Peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan adalah salah satu sasaran yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kualitas guru yang bertugas melaksanakan pendidikan dan memberikan bimbingan. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk selalu memperluas wawasan dan menambah bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki agar tidak tertinggal dari kemajuan yang semakin cepat. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mencakup aspek pengetahuan yang tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi konsep dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir. Pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya
37
Sumadi. Made, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri 1 Singaraja, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001). 38 Ketut Tika, Efektivitas Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa SMU Negeri Di Singaraja, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001).
32
dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan. Model pembelajaran generatif terdiri dari empat unsur (orientasi, aktivasi, penilaian dan perluasan). Dari tahap-tahap tersebut, siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena siswa mengemukakan gagasan/pendapat. Penguasaan konsep siswa merupakan suatu hasil pemikiran siswa yang dapat menjadikan siswa tersebut untuk mengetahui dan memahami mengenai suatu objek dan dapat membantu siswa untuk
memecahkan
segala
masalah
dalam
kehidupan
sehari-hari
dengan
menggunakan hasil pemikirannya tersebut. Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme dapat meningkatkan penguasaan konsep para siswa, serta
mengembangkan
kemampuan
struktur
kognitif
untuk
menghasilkan
pengetahuan sendiri. Model pembelajaran generatif diduga dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep siswa secara signifikan.
D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian adalah penerapan model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
33
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dipilih sebagai tempat
penelitian adalah Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Jamiatus Sholihin Cipondoh, Tangerang. Penelitian dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010.
B. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen yaitu metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabel. Dalam kontrol atau pengendalian variabel tidak biasa dilakukan secara ketat atau secara penuh. Sehingga perlu dicari atau dilakukan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Dimana peneliti harus dapat memilih dan menentukan variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak dilakukan sepenuhnya. Peneliti melakukan analisis dan evaluasi hasil belajar siswa terhadap pretes dan postes yang kemudian diolah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah pada tiap indikator serta mengetahui apakah kenaikan ini signifikan atau tidak setelah diterapkan model pembelajaran generatif.
C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu two group pretest-posttest design, dimana dalam desain ini digunakan dua kelas subjek. Desain ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol (tidak diberikan perlakukan, menggunakan model konvensional) dan kelas eksperimen (diberikan perlakuan model konstruktivisme dengan model generative learning). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
35
Tabel 1 Desain Penelitian Pretest Treatment
Kelas
Posttest
E
T1
X1
T2
C
T1
X2
T2
Keterangan: E
:
Kelas eksperimen
C
:
Kelas kontrol
T1
:
Nilai pretest
T2
:
Nilai posttest
X1
:
Perlakuan (penerapan model pembelajaran konstruktivisme dengan
strategi generative learning). X2
:
Perlakuan
(penerapan
model
pembelajaran
dengan
metode
konvensional).
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam penelitin ini adalah seluruh siswa MTs Jamiatus Sholihin. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin. Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti.2 Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII.1 dan siswa kelas VIII.2 MTs Jamiatus Sholihin.
E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Samplling dengan teknik simple random sampling. Dikatakan sampel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simpel random sampling
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 115 2 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, h. 117
36
adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.3
F. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Melakukan pretest (T1) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa sebelum diajar menggunakan model pembelajran konstruktivisme dengan model generative learning pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol.
2. Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan model generative learning (X1). 3. Melakukan posttest (T2) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah diajar menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan model generative learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol. 4. Menganalisis T1 dan T2 untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka. 5. Menganalisis T2 untuk mengetahui penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan model generative learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol. 6. Menganalisis T2 untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa
setelah
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
konstruktivisme dengan model generative learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol. 7. Membandingkan T2 pada kelas eksperimen dengan T2 pada kelas kontrol untuk mengatahui pengaruh penerapan pembelajaran konstruktivisme dengan smodel generative learning.
3
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 200), h. 126
37
8. Menerapkan uji staristik yang cocok untuk menentukan apakah pengaruh penerapan pembalajaran konstruktivisme dengan model generative learning itu signifikan atau tidak.
G. Variabel Penelitian Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam, dalam metodologi pelitian, variabel yang dimaksudkan adalah “segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.4 Dalam penelitian ini dikenal dengan istilah bivariate variabel (hubungan antara dua variabel), yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat). Variabel independent yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel variabel dependent (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel oleh variabel independent. Oleh karena itu variabel ini sering disebut dengan terpengaruh. Penelitian ini memiliki diua variabel. Pertama pengaruh model pembelajaran generatif sebagai variabel bebas (Variabel X). penguasaan konsep siswa sebagai variabel terikat(variabel Y). 1. Variabel Bebas a. Definisi Konseptual Pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan. b. Definisi Operasional Pembelajaran generatif adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran generatif, sehingga identifikasi pengetahuan awal siswa merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Dimana pembelajaran generatif ini terdiri dari orientasi, aktivasi, penilaian dan perluasan. 4
Suharsimi Arikunto, Op. Cit, h. 99.
38
2. Variabel Terikat a. Definisi Konseptual Penguasaan konsep adalah berpikir secara tajam untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu pernyataan atau informasi yang diperoleh, sehingga informasi tersebut dapat dinilai kebenarannya dan masuk akal sehingga dapat dipercaya. b. Definisi Operasional Penguasaan konsep adalah suatu ide atau gagasan yang terbentuk dari pengelompokan dua atau lebih objek yang terdapat pada pemikiran manusia meliputi aspek kognitif yang terdiri dari C1 (mengetahui), C2 (memahami), C3 (mengaplikasi), C4 (menganalisis).
H. Tehnik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes. Data tes berupa pretes dan postes. Pretes adalah test hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran generatif. Sedangkan postes adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif untuk melihat ketuntasan hasil belajar dan apakah terdapat peningkatan hasil belajar akibat adanya perlakuan.
I. Instrumen Penelitian 1. Kisi-Kisi Hasil Belajar Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal pilihan ganda. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa dengan 4 pilihan. Tes ini meliputi pokok bahasan Fisika. Kisi-kisi instrumren dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
39
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Usaha dan Energi Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Standar Kompetensi: Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
1. Menunjukkan bentukbentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengaplikasikan Kompetensi Dasar: konsep energi dan Menjelaskan hubungan energi perubahannya dalam dan perubahannya, prinsip kehidupan sehari-hari. usaha dan energi serta 3. Membedakan konsep penerapannya dalam energi kinetik dan energi kehidupan sehari-hari. potensial pada suatu benda. 4. Mengenal hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari. 5. Menjelaskan kaitan antara usaha dan energi. Jumlah Soal
C1
Aspek Kognitif C2 C3 C4
Jumlah Soal
1
2,3, 4
5, 6
7
8
9
10
11
12, 13
5
14
15
16
17
4
19
20
3
4
4
20
18 6
6
4
4
2. Kalibrasi Sebelum diberikan kepada sampel, soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa kelas IX Mts Jamiatus Sholihin. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda.
a. Uji Validitas Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur atau istilahnya valid. Dalam penelitian ini digunakan validitas isi (content validity) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi dan indikator yang dijudgment oleh praktisi pendidikan (dosen atau guru). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk skor dikotomi (skor butir 0 atau 1). Untuk memberikan interpretasi terhadap angka rpbi dipergunakan tabel nilai “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df = N – nr). Adapun rumus rpbi yaitu:
40
rpbi
M p Mt SDt
p q
Keterangan: rpbi = angka indeks korelasi point biserial Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar Mt = mean dari skor total SDt = standar deviasi total p = proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir item q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item5 Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi dibandingkan dengan rtabel dengan α = 0,05 dengan rtabel sebesar 0,304. Jika rpbi ≥ rtabel maka soal tersebut valid dan jika rpbi < rtabel maka soal tersebut tidak valid. Dari 35 butir soal yang diujicobakan terdapat 20 butir soal yang valit, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 9, 10, 12, 13, 15, 17, 20, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30, 32, 35. 6
b. Reliabilitas Reliabilitas adalah alat penilaian ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.7 Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20) karena skor butir soal berbentukskor dikotomi.
X
X n s pq 2 r11 S , dengan s2 n n 1 2
2
2
n
Keterangan: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item S = standar deviasi dari tes8 Kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 – 1,00 sangat tinggi 5
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke14, h. 258 6 Lampiran 3 7 Nana Sudjana, op.cit., h. 16 8 Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet. Ke-3 h. 100-101
41
0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0.40 < 0,20
tinggi cukup rendah sangat rendah
Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 = 0,67 sehingga dapat disimpulkan bahwa soal tersebut reliabel dengan kategori cukup.9 c. Uji Taraf Kesukaran Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah maka soalsoal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus: P
B JS
Keterangan: P B JS
= indeks kesukaran = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria indeks kesukaran: IK = 0,00 0,00
: terlalu sukar : sukar : sedang : mudah : terlalu mudah10
d. Daya Pembeda Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (lemah prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
D PA PB , dimana PA
9
BA B dan PB B JA JB
Lampiran 5 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 133
10
42
Keterangan: D PA PB BA BB JA JB
= daya pembeda = proporsi kelas atas = proporsi kelas bawah = banyak siswa kelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal = banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir soal = jumlah siswa kelas atas = jumlah siswa kelas bawah
Klasifikasi Daya Pembeda Soal D=D < 0,20 D = 0,20-0,40 D = 0,40-0,70 D = 0,70-1
: jelek sekali : jelek (poor) : cukup (satisfactory) : baik (good) : sangat baik (excellent)11
J. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul dilakukan langkah langkah sebagai berikut: 1. Uji Persyaratan Analisis Data Untuk menganallisis data, dipakai kesamaan dua rata-rata dan uji statistik yang digunakan adalah uji-t. Namun sebelum menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilakukannya analisis data.
a. Pemberian skor Sebelum menskor jawaban siswa, terlebih dahulu ditentukan standar penskoran untuk tiap tahap sehingga dalam pelaksanaannya unsur subjektivitas dapat diminimalisir.
b. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji liliefors. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: a) Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang terbesar. 11
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), cet. Ke-5, h. 389
43
b) Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus: c) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z dan sebut dengan F(Z) = 0,5 ± Z d) Hitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan sebut dengan S(Z) e) Tentukan nilai Lo dengan rumus Lo = F(Z) – S(Z) f) Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai Lo g) Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt (nilai yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors) dengan aturan: a. Hipotesis Ho : Sampel berdistribusi normal Ha : Sampel berdistribusi tidak normal b. Jika Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal c. Jika Lo > Lt maka sampel berdistribusi tidak normal
c. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua populasi. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Fisher. Adapun rumus yang digunakan:
dengan Adapun kriteria pengujiannya adalah Jika Fhitung ≤ Ftabel artinya kedua sampel homogen Jika Fhitung > Ftabel artinya kedua sampel tidah homogen Untuk taraf signifikasi ( α ) = 0,05 dan derajat kebebasan pembilang dk = nb – 1, dengan nb merupakan ukuran sampel yang variasinya besar dan nk merupakan ukuran sampel yang variasinya kecil.
44
2. Uji Analisis Data a. Uji Hipotesis Menganalisis data pretes dan postes secara statistik untuk mengetahui apakah kenaikan penguasaan konsep tersebut signifikan atau tidak. Dalam hal ini digunakan uji-t karena data tersebut berdistribusi normal dengan taraf signifikasi α = 0,05. Untuk itu menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: N1 N2 V1 V2 S X1 X2
: Jumlah sampel kelompok eksperimen : Jumlah sampel kelompok kontrol : Varians data kelompok eksperimen (sd1)2 : Varians data kelompok kontrol (sd2)2 : Standar deviasi gabungan : Nilai rata-rata kelompok eksperimen : Nilai rata-rata kelompok kontrol
Adapun kriteria ttabel, jika: thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima
K. Hipotesis Statistik Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Ho : µX = µY Ha : µX > µY Keterangan: Ho = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatif µX = nilai rata-rata hasil belajar siswa sesudah diajar dengan model pembelajaran generatif (posttest). µY = nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum diajar dengan model pembelajaran generatif (pretest).
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil pengolahan data pretes siswa pada kelas eksperimen dengan sampel 30 siswa diperoleh data sebagai berikut,skor terendah adalah 45, siswa yang mendapat skor terendah pada interval 45 sampai 52 adalah 16,67% , skor tertinggi 90, siswa yang mendapat skor tertinggi pada interval 85 samapi 92 sebanyak 6,67%. Skor terbanyak berada pada interval 53 sampai 60 dengan persentase 36,67%, skor rata-rata sebesar 62,6 yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 46,67% dan siswa yang mendapat skor di bawah rata- rata sebanyak 53.33% dan simpangan bakunya sebesar 11,25. Hasil pengolahan data pretes siswa pada kelas kontrol dengan sampel 30 siswa diperoleh informasi sebagai berikut skor terendah 40, siswa yang mendapat skor terendah pada interval 40 sampai 47 adalah 10%, skor tertinggi 85, siswa yang mendapat skor tertinggi pada interval 80 sampai 87 sebanyak 10%. Skor terbanyak berada pada interval 64 sampai 71 dengan persentase 30%. Skor ratarata sebesar 62,97 siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 50% dan siswa yang mendapat skor di bawah rata sebanyak 50%. Simpangan bakunya 11,25. Deskripsi data hasil pretes kelas kontrol dapat dilihat lebih jelas pada gambar 4.1. 12 10 8 kelas eksperimen
6 kelas kontrol
4 2 0
Gambar 3 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
45
2. Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil pengolahan data postes siswa pada kelas eksperimen dengan sampel 30 siswa diperoleh informasi sebagai berikut skor terendah 40, siswa yang mendapat skor terendah pada interval 45 sampai 53 adalah 6,67%. Skor tertinggi 95, siswa yang mendapat skor tertinggi pada interval 90 sampai 98 sebanyak 20%. Skor terbanyak berada pada interval 50 sampai 62 dengan persentase 26,67%. Skor rata-rata sebesar 71,2. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 43,33% dan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 56,67%. Simpangan bakunya sebesar 13,98. Hasil pengolahan data postes siswa pada kelas kontrol dengan sampel 30 siswa diperoleh informasi sebagai berikut skor terendah 40, siswa yang mendapat skor terendah pada interval 40 sampai 47 adalah 13,33%. Skor tertinggi 85, siswa yang mendapat skor tertinggi pada interval 80 sampai 87 dengan persentase 10%. Skor terbanyak berada pada interval 48 samapi 55 dengan persentase 26,67%. Skor rata-rata sebesar 61,1. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 43,33% dan siswa yang mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 56,67%. Simpangan bakunya sebesar 12,11. Deskripsi hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat lebih jelas pada gambar 4.2 8 7 6 5 4 3
kelas eksperimen kelas kontrol
2 1 0
Gambar 4 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
46
Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretes dan Postes Kelompok Ekperimen dan Kelompok Kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretes dan Postes Kelompok Ekperimen dan Kelompok Kontrol Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Data Pretes
Postes
Pretes
Postes
Nilai tertinggi
90
95
85
85
Nilai terendah
45
50
40
40
Mean
62,6
71,2
61,1
62,9
Median
53,2
65,1
52,3
55,5
Modus
56,5
62,5
51,1
69,1
Standar Deviasi
11,3
13,9
11,2
12,1
Hasil pengolahan data pada kelompok eksperimen diperoleh nilai postes dengan nilai tertinggi sebesar 90, nilai terendah sebesar 45, mean sebesar 62,5, median sebesar 56,5 dan standar deviasi sebesar 11,3. Nilai pretes diperoleh nilai tertinggi sebesar 95, nilai terendah sebesar 50, mean sebesar 71,2, median sebesar 65,1, modus sebesar 62,5 dan standar deviasi sebesar 13,9. Hasil pengolahan data pada kelompok kontrol diperoleh nilai postes dengan nilai tertinggi sebesar 85, nilai terendah 40, mean sebesar 61,1, median sebesar 52,3, modus sebesar 51,1, dan standar deviasi sebesar 11,2. Nilai postes diperoleh nilai tertinggi sebesar 85, nilai terendah 40, mean sebesar 62,9, median sebesar 55,5, modus sebesar 69,1 dan standar deviasi sebesar 12,1.
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas
47
Berdasarkan uji persyaratan analisis data, maka sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian. Uji persyratan analisis yang perlu dipenuhi adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas yang dipakai adalah uji liliefors. Dari hasil pengujian pretes kelas kontrol (tidak diberikan perlakuan model pembelajaran generatif) diperoleh harga Lhitung atau Lo = 0,1207. Dari tabel harga kritis uji liliefors dengan taraf signifikasi (α ) = 0,05 maka didapat harga Lt = 0,1610. Karena Lo < Lt maka dapat disimpulkan bahwa data populasi hasil pretes kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil postes kelas kontrol diperoleh harga Lo = 0,1183 dengan Lt = 0,1610. Karena Lo < Lt maka dapat disimpulkan bahwa data populasi hasil postes berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen (diberikan perlakuan model pembelajaran generatif) hasil pretes diperoleh harga Lo = 0,1550 dengan harga Lt = 0,1610 karena Lo < Lt maka didapat data populasi kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil postes diperoleh dengan harga Lo = 0,1591 dengan harga Lt = 0,1610 karena didapat Lo < Lt maka didapat data postes kelas eksperimen berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Dari hasil pengujian untuk kelas kontrol diperoleh harga Fhitung = 1,34. Dari tabel harga distribusi F dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 maka didapat harga Ftabel = 1,85. Karena harga Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kelas kontrol bersifat homogen. Sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh Fhitung = 1,10 dengan Ftabel = 1,85 maka Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi pada kelas eksperimen bersifat homogen.
C. Analisis Data dan Pembahasan 1. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
48
Penguasaan konsep kelas eksperimen yang diberikan perlakuan mengalami peningkatan yang lebih baik dari pada nilai pada kelas kontrol. Data penelitian ini dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pretest N o 1 2 3 4 5 6
242,5 621,5 322,5 435 80,5 177
Bts bwh 44,5 52,5 60,5 68,5 76,5 84,5
Bts atas 52,5 60,5 68,5 76,5 84,5 92,5
1879
-
-
Interval
f
X
fX
45 – 52 53 – 60 61 – 68 69 – 76 77 – 84 85 - 92
5 11 5 6 1 2
48,5 56,5 64,5 72,5 80,5 88,5
30
-
Jumlah
fka
X2
fX2
5 16 21 27 28 30
2352,52 3203,56 4160,25 5256,25 6480,25 7832,25
-
-
11761,25 35239,16 20801,25 31537,5 6480,25 15664,5 121483,9 1
Data pretes pada kelas eksperimen diperoleh rentangan nilai antara 45 – 90 dengan rata-rata sebesar 62,6, standar deviasi sebesar 11,25 dengan jumlah sampel sebanyak 30 peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 52,23 dan 56,5. Tabel 8 Distribusi Frekuensi Postest N o 1 2 3 4 5 6
Interval 45 – 53 54 – 62 63 – 71 72 – 80 81 – 89 90 – 98 Jumlah
f
X
fX
2 8 7 6 1 6 30
49 58 67 76 85 84 -
98 464 469 456 85 564 2136
Bts bwh 44,5 53,5 62,5 71,5 80,5 89,5 -
Bts atas 53,5 62,5 71,5 80,5 89,5 98,5 -
fka
X2
fX2
2 10 17 23 24 30 -
2401 3364 4489 5776 7225 8836 -
4802 26912 31423 34656 7225 53016 157943
Data hasil postes diperoleh rentangan nilai antara 40 – 95 dengan rata-rata sebesar 69,8 standar deviasi sebesar 13,7 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 75,5 dan 62,5. Penyajian data pretes dan postes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9 Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes
49
Pretes
Postes
N
X̅
Mdn
Mo
SD
N
X̅
Mdn
Mo
SD
30
62,2
53,23
56,5
11,25
30
69,8
75,5
62,5
13,7
Berdasarkan data-data di atas, terdapat perbedaan mean, median dan standar deviasi penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran generatif. Rata-rata median, modus dan standar deviasi mengalami peningkatan, hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa.
2. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Kontrol Kelas kontrol merupakan kelas yang tidak diberi perlakuan dengan model pembelajaran generatif. Kelas ini hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Data penelitian kelas kontrol dapat dilihat pada tabel distribusi berikut: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pretes No
Interval
1 40 – 47 2 48 – 55 3 56 – 63 4 64 – 71 5 72 – 79 6 80 – 87 Jumlah
f
X
fX
4 8 5 7 3 3 30
43,5 51,5 59,5 67,5 75,5 83,5 -
174 412 297,5 472,5 226,5 250,5 1833
Bts bwh 39,5 47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 -
Bts atas 47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 87,5 -
fka
X2
fX2
4 12 17 24 27 30 -
1892,25 2652,25 3540,25 4556,25 5700,25 6972,25 -
7569 21218 17701,25 31893,75 17100,25 20916,75 116399
Data pretes pada kelas kontrol diperoleh rentangan nilai antara 40 – 85 dengan rata-rata sebesar 61 standar deviasi sebesar 12,11 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 52,3 dan 51,1. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Postes N o 1 2 3 4
Interval
f
40 – 47 48 – 55 56 – 63 64 – 71
5 7 9
3
X
fX
43,5 51,5 59,5 67,5
130,5 257,5 416,5 607,5
Bts bwh 39,5 47,5 55,5 63,5
Bts atas 47,5 55,5 63,5 71,5
fka
X2
fX2
3 8 15 24
1892,25 2652,25 3540,25 4556,25
5676,75 13261,25 24781,75 41006,25
50
5 72 – 79 6 80 – 87 Jumlah
3 3 30
75,5 83,5 -
226,5 250,5 1889
71,5 79,5 -
79,5 87,5 -
27 30 -
5700,25 6972,25 -
17100,25 20916,75 122743
Data hasil postes diperoleh rentangan nilai antara 40 – 85 dengan rata-rata sebesar 62,83, standar deviasi sebesar 11,25 dengan jumlah sampel sebanyak 30 peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 55,5 dan 69,1. Penyajian data pretes dan postes dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6 Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Pretes
Postes
N
X̅
Mdn
Mo
SD
N
X̅
Mdn
Mo
SD
30
61
52,3
51,1
11,25
30
62,83
55,5
69,1
12,11
Berdasarkan data-data di atas, terdapat perbedaan mean, median dan standar deviasi penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol sesudah dan sebelum pembelajaran tanpa dikenakan perlakuan, dimana median dan modus mengalami penurunan dan standard deviasi mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi pretes dan postes kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat perbedaan skor pretes dan postes yaitu pada tabel di bawah ini: Tabel 10 Perbedaan Skor Pretes – Postes Pada Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen Test Kelas K E Selisih
Pretes
Postes
Perbedaan Skor
61 62,2 1,2
62,83 69,8 6,97
1,83 7,6 5,77
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil pretes dan postes kelas kontrol 61 dan postes kelas kontrol 62,83 sehingga menghasilkan perbedaan skor pretes – postes kelas kontrol 1,83 sedangkan pada kelas eksperimen nilai pretes 62,2 dengan postes 69,8 dan memperoleh selisih perbedaan skor 7,6 dengan selisih kenaikan nilai rata-rata tersebut diperoleh perbedaan skor 5,77. Jadi perbedaan skor pretes dan postes kelas eksperimen lebih besar dari pada pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan nilai rata-rata yang
51
dipengaruhi adanya penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa.
3. Pembahasan Model Pembelajaran Generatif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan. Pengaruh model pembelajaran generatif juga dapat dilihat dari aktivitas siswa pada kegiatan yang diberikan guru untuk siswa begitu termotivasi dalam bereksperimen dan demontrasi. Berdasarkan perhitungan data statistik, data pretes pada kelas kontrol diperoleh rentangan nilai antara 40 – 85 dengan rata-rata sebesar 62,83, standar deviasi sebesar 11,25 dengan jumlah sampel sebanyak 30 peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 55,5 dan 69,1. Data hasil postes diperoleh rentangan nilai antara 40 – 85 dengan rata-rata sebesar 61 standar deviasi sebesar 12,11 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 52,3 dan 51,1. Berdasarkan data-data di atas, terdapat perbedaan mean, median dan standar deviasi penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol sesudah dan sebelum pembelajaran tanpa dikenakan perlakuan, dimana median dan modus mengalami penurunan dan standard deviasi mengalami peningkatan. Data pretes pada kelas eksperimen diperoleh rentangan nilai antara 45 – 90 dengan rata-rata sebesar 62,6, standar deviasi sebesar 11,25 dengan jumlah sampel sebanyak 30 peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 52,23 dan 56,5. Data hasil postes diperoleh rentangan nilai antara 40 – 95 dengan rata-rata sebesar 69,8 standar deviasi sebesar 13,7 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 75,5 dan 62,5.
52
Berdasarkan data-data di atas, terdapat perbedaan mean, median dan standar deviasi penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran generatif. Dimana rata-rata median, modus dan standar deviasi mengalami peningkatan, hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa. Penyajian data pretes dan postes kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Hasil Belajar Pretes dan Postes Kelas Kontrol Dan Kelas Ekperimen Test
Pretes
Kelas
N
Postes X
Me
Mo
SD
N
X
Me
Mo
SD
K
30
61
52,3
51,1
12,11
30
62,83
55,5
69,1
11,25
E
30
62,2
53,23
56,5
11,25
30
69,8
75,5
62,5
13,7
Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi di atas, terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika sebelum dan setelah diberi perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerpan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa. Pengaruh model pembelajaran juga dapat dilihat pada aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang begitu penasaran dalam bereksperimen, demonstrasi
dan
menyelesaikan
masalah
secara
berkelompok
sehingga
pemahaman konsep dapat dibangun atau di konstruk. Dari hasil penelitian nilai rata-rata pada kelas kontrol 62,83 dengan jumlah sampel masing-masing kelas 30 siswa. Dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung postes 4,34 taraf signifikasi (α) = 0,05 diperoleh dengan harga tabel 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel terdapat perbedaan hasil belajar postes kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, yakni nilai rata-rata postes kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol artinya terdapat pengaruh positif antara penggunaan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa.
53
70
Kelas kontrol Kelas eksperimen
68 66 64 62 60 58 56 Pretes
postes
Gambar 6 Rata-Rata Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan data-data hasil analisis pretes dan postes peserta didik serta peningkatan hasil penguasaan konsep siswa menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model pembelajaran generatif dengan penguasaan konsep siswa.
4. Hasil Analisis Data dengan Uji-t Setelah uji persyaratan dilakukan, didapat bahwa data hasil pretes dan poster kelas kontrol dan kelas ekperimen merupakan data yang berdistribusi normal, dengan demikian pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan perhitungan dengan uji-t dimana thitung < ttabel (0,71 < 2,00) maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya rata-rata pretes kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen sama (homogen), sehingga kedua kelompok layak untuk dijadikan sampel penelitian. Dari hasil postes didapat thitung > ttabel (4,34 > 2,00) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar postes kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, yakni nilai rata-
54
rata postes kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol artinya terdapat pengaruh positif antara penggunaan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh model pembelajaran generatif terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Penerapam model pembelajaran yang dilakukan di MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh adalah model pembelajaran generatif. Penerapan model ini dilakukan karena model pembelajaran generatif merupakan merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Dan pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan batu itu akan disimpan dalam memori jangka panjang. Aplikasi
penggunaan
model
pembelajaran
generatif
ini,
yaitu
menggunakan kelompok kecil supaya siswa bekerja sama dan dapat bertanggung jawab pada tugas yang siswa pegang. Dalam kelompok pembelajaran generatif, siswa diberikan berbagai persoalan dan mereka harus menjawab dan memecahkan masalah yang diberikan guru kemudian siswa mendiskusikannya dengan kelompok masing-masing dan saling memberikan ide, gagasan dan pendapatnya, lalu siswa mendiskusikan untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah siswa pelajari. Hal ini sejalan dengan pengertian model pembelajaran generatif menurut Grouws yang berpandangan bahwa dalam pembelajaran siswa berpartisipasi aktif dalam membangun konsep-konsep dengan kemampuannya sendiri melalui proses pembentukan mental sehingga konsep itu terbangun menjadi konsep baru.1
1
Grouws, Generative, http//121.ed.psu.edu/success/lessons/lesson3/ISCa3 L.HTM, 2009 /Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
55
Berikut ini adalah hasil temuan dalam penerapan pembelajaran generatif di MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, yaitu siswa memahami apa yang ditugaskan guru, siswa mampu menyelesaikan tugas belajar, siswa mampu memanfaatkan sumber belajar. Dalam penerapan pembelajaran generatif pada tahap awal hampir seluruh siswa belum mengetahui dan memahami penerapannya, sehingga menyebabkan siswa kurang mampu memahami pelajaran dengan baik dan rendahnya tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan. Hal tersebut terjadi karena minat dan perhatian serta konsentrasi siswa dalam belajar masih kurang. Akan tetapi dalam pertemuan berikutnya sebagian siswa telah mampu menguasai dan memahami tahapan proses model pembelajaran generatif, sehingga dirasakan suasana pembelajaran yang baik dan efektif. Dan dari hasil temuan dalam pembelajaran generatif didapatkan rasa saling menghormati dan menghargai antar satu sama lain lebih tinggi serta rasa tanggung jawab siswa jauh lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan data berupa hasil belajar fisika dengan menggunaklan model pembelajaran generatif dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa. Sebelum dilakukan model pembelajaran generatif kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan dari guru sehingga siswa kurang mampu mengemukakan dan mengaplikasikan ide pada bermacam situasi serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam kerja ilmiah. Pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan. Pembelajaran generatif ini mengedepankan aktivitas siswa dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorisasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Dimana tersedianya ruang yang lebih baik bagi keterlibatan siswa di dalam kelas, melakukan eksplorisasi serta menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi, dan
sikap
perilaku
yang
terbuka.
Pembelajaran
generatif
juga
dapat
56
membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang dunia fisika dan persoalanpersoalan fisika yang terkadang membuka peluang bagi siswa memberikan pemikiran yang diluar dugaan guru. Dengan pembelajaran generatif, beberapa konsep yang dirasakan sulit bagi siswa menjadi lebih mudah dipahami karena pembelajaran terfokus pada ide-ide awal siswa menuju konsep ilmiah. Hal ini sejalan dengan pengertian pembelajaran generatif menurut George Masson yang menyatakan bahwa siswa terlibat secara aktif selama proses pembelajaran dalam menghubungkan ide-ide baru dengan struktur kognitif (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa.2 Berdasarkan tes tertulis di awal pembelajaran, yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata pretes diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua kelompok penelitian pada konsep usaha dan energi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki pengetahuan yang sama tentang konsep usaha dan energi. Karena pada proses pembelajaran pertama kali banyak siswa yang belum memahami arti belajar yang sesungguhnya. Pada pertemuan kedua dan ketiga selama penyelidikan siswa terlihat lebih serius dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran misalnya jujur dalam bekerja sama, saling menghargai, sangat antusias dan bersemangat dalam menyampaikan ide dan gagasannya dalam pembelajaran. Ide gagasan tersebut harus dihargai dan siswa diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan ide dan kreatifitasnya. Dengan penggunaan pembelajaran generatif pada kelompok eksperimen dan tanpa penggunaan model pembelajaran generatif pada kelompok kontrol telah dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada konsep usaha dan energi. Akan tetapi, peningkatan hasil belajar siswa lebih baik pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai-nilai rata-rata postes yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan
2
George Mason, Strategi Generative Learning http://nasaui.ited.uidaho.edu/nasaspark/ datashar .htm. 2009/ Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
57
kelompok kontrol dan hasil uji kesamaan dua rata-rata postes yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor postes kelompok kontrol. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang diakibatkan adanya perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen. Dimana sebelum penerapan model pembelajaran generatif nilai pretes siswa lebih kecil dibandingkan nilai postes siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayyati yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran generatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perubahan materi,3 selain itu penelitian lain juga dilakukan oleh IB Putu Mardana, menunjukkan bahwa model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di SMUN 3 Singaraja.4 Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada BAB II bahwa pengaruh model pembelajaran generatif dapat dilihat dari peningkatan penguasaan konsep siswa. setelah dilakukan perhitungan penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dan juga dapat dilihat dari perhitungan peningkatan niali rata-rata postes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata postes kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa MTs Jamiatus Solihin Cipondoh.
3
Bayyati, Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi, (Jakarta: 2007) 4 IB Putu, Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran generatif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran generatif. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji t pada taraf signifikasi 0,05 didapat thitung >ttabel yaitu 4,34 > 2,00 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
B. Saran 1. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif dapat berjalan dengan baik dan efektif seperti apa yang diharapkan. Namun, perlu kiranya pembelajaran generatif sebaiknya diterapkan pada awal siswa masuk sekolah, agar siswa terbiasa dengan kegiatan yang dirancang pada pembelajaran generatif tersebut. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pembelajaran generatif pada konsep getaran dan gelombang karena pada konsep ini siswa lebih banyak melakukan pengamatan langsung atau eksperimen sehingga dapat tercipta kegiatan pengalaman yang mendukung terlaksananya pembelajaran generatif.
60
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Arikunto, Suharsini, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, cet. Ke-3. Barnhart, Thorndike, Advanced Junior Dictionary, New York, Second Edition. Bayyati, Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi, Jakarta: 2007 Chamberlain, Kathleen, reading, Writing & Inquiry in the Science Classroom Grades 6-12, California: Corwin Press, 2009. Cohen, Louis dkk, Efffective Teaching, London: Sage Publication, 2005. Cohen, Louis, A Guide To Teaching Practice, New York: Routledgefalmer, 2006. Cruickshank, Donald. R. The Art Of Teaching, United State: Mc Graw Hill, 2006. Curiculum in Primary Practice, Science 7-11 developing Primary Teaching Skills, USA dan Canada: Clive Carre dan Carrie Ovens, 1994. E. Mulyasa, Kurikilum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002. Grouws, Generative, http//121.ed.psu.edu/success/lessons/lesson3/ISCa3 L.HTM, 2009 /Strategi Pembelajaran Generatif.htm. Hendrawan,Sanerya, Spiritual Managemen, Bandung, Mizan Pustaka: 2009. Hutapea, Parulina dkk, Kompetensi Plus Teori, Desain,Kasus, dan Penerapan Untuk HR dan Organisasi yang Dinamis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. IB. Putu Mardan, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, Aneka Widya IKIP Negri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001. Ismail, Zurida, Kaedah Mengajar Sains, Bukit Tinggi: PTS Profesional Publishing, 2005. M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Mahayukti. Ayu, Pengembangan model Pembelajaran Generatif Dengan Metode PQ4R Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001. Makmun, Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan; Perangkat Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Sistem
Mardana, IB Putu, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Mason, George, Strategi Generative Learning Error! Hyperlink reference not valid.. 2009/ Strategi Pembelajaran Generatif.htm. Pannen, Paulina dkk, Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Draft Bahan Ajar PEKERTI/AA, Jakarta:PAU-PPAI-UT, 2001. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya CV. Bandung, 1984. Redhana I Wayan dan I Dewa Ketut Sastrawidana, Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001. Semiawan, Conny, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2002. Subarinah, Sri, Pengembangan Rancangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme pada Program Studi Pendidikan Matemetika FKIP Universitas Mataram, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun ke-11. Maret 2005. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, cet. Ke-5. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-14. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Preoses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Sumadi, Made, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumen dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri I Singaraja, Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001. Sumadi. Made, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri 1 Singaraja, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-9. Tika, Ketut, Efektivitas Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa SMU Negeri Di Singaraja, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001. Tika. I Ketut, Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001. Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Wittrock, Stategi Pembelajaran Generatif, http:/ /www. stemnetnf.ca/ dfurey/metacog/generate .html 2000/Strategi Pembelajaran Generatif.htm.
Perhitungan Daya Pembeda soal Uji Coba Untuk menghitung daya pembeda soal menggunakan rumus: D=PA − PB , dimana PA =
BA JA
dan PB =
7
BB JB
4
Untuk soal no. 1 ; PA = 9 =0,77 dan PB = 9 =0,44 maka D=0,77 - 0,44=0,33 Taraf Kesukaran Soal Uji Coba No soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
BA
JA
BB
JB
PA
PB
D
Keterangan
7 8 7 8 9 2 8 7 6 7 5 6 7 7 8 6 7 8 8 6 5 7 6 5 7 8 5 8 8 7 6 7 4 2 8
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
4 9 0 5 4 2 8 0 3 4 3 3 3 6 2 6 2 8 6 2 2 0 3 5 0 2 5 3 2 2 3 0 2 3 2
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
0,78 0,89 0,78 0,89 1 0,22 0,89 0,78 0,67 0,78 0,56 0,67 0,78 0,78 0,89 0,67 0,78 0,89 0,89 0,67 0,56 0,78 0,67 0,56 0,78 0,89 0,56 0,89 0,89 0,78 0,67 0,78 0,44 0,22 0,89
0,44 1 0 0,56 0,44 0,22 0,89 0 0,33 0,44 0,33 0,33 0,33 0,67 0,22 0,67 0,22 0,89 0,66 0,22 0,22 0 0,33 0,56 0 0,22 0,56 0,33 0,22 0,22 0,33 0 0,22 0,33 0,22
0,34 -0,11 0,78 0,33 0,56 0,00 0,00 0,78 0,34 0,34 0,23 0,34 0,45 0,11 0,67 0,00 0,56 0,00 0,23 0,45 0,34 0,78 0,34 0,00 0,78 0,67 0,00 0,56 0,67 0,56 0,34 0,78 0,22 0,11 0,67
Cukup Drop Baik Sekali Cukup Baik Buruk Buruk Baik sekali Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Cukup Baik Cukup Baik sekali Cukup Buruk Baik sekali Baik Buruk Baik Baik Baik Cukup Baik sekali Cukup Drop Baik
Perhitungan Distribusi Frekuensi, Rata-Rata (Avarage) dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen A. Pretest 1. Distrbusi Frekuensi Diketahui data skor hasil belajar peserta didik sebagai berikut: 45
45
50
50
50
55
55
55
60
60
60
60
60
60
60
60
65
65
65
65
65
70
70
70
75
75
75
80
90
90
Langkah-langkah dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: = skor terbesar – skor terkecil
a. Rentang kelas (R)
= 90 – 45 = 45 = l – 3,3 log n
b. Banyak kelas interval (K)
= 1 – 3,3 log 30 = 1 + 4,875 = 5,875 dibulatkan menjadi 6 𝑅
=𝐾=
c. Panjang kelas interval (i)
45 6
= 7,5 dibulatkan menjadi 8
d. Distribusi frekuensi pretest No 1 2 3 4 5 6
Interval 45 – 52 53 – 60 61 – 68 69 – 76 77 – 84 85 - 92 Jumlah
f
X
fX
5 11 5 6 1 2 30
48,5 56,5 64,5 72,5 80,5 88,5 -
242,5 621,5 322,5 435 80,5 177 1879
Bts bwh 44,5 52,5 60,5 68,5 76,5 84,5 -
Bts atas 52,5 60,5 68,5 76,5 84,5 92,5 -
fka
X2
fX2
5 16 21 27 28 30 -
2352,52 3203,56 4160,25 5256,25 6480,25 7832,25 -
11761,25 35239,16 20801,25 31537,5 6480,25 15664,5 121483,91
Keterangan: f
= frekuensi
Bts atas
= skor terakhir ditambah 0,5
X
= nilai tengah dari interval
Bts bwh
= skor pertama dikurangi 0,5
2. Rata-rata (average) a. Mean ( X ) =
1879 30
=
fX N
= 62,6
b. Median (Mdn) = l+
l N-fkb 2 fi
× i, dengan
l
: batas bawah dari interval yang mengandung median (1/2 N)
N
: jumlah frekuensi
fkb
: frekuensi kumulatif yang terletak dibawah interval yang mengandung median
fi
: frekuensi dari interval yang mengandung median 1
maka, Mdn = 52,5 + c. Modus (Mo) = u-
fb
2 30 −14 11
× 8 = 52,5 − 0,73 = 53,23
×i , dengan
fa+fb
u
: batas atas dari interval yang mengandung modus
fa
: frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb
: frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
maka, Mo =60,5 −
5 5 +5
× 8 = 60,5 − 4 = 56,5
3. Standar deviasi/simpangan baku (SD) =
=
fX 2 N
-
121483 ,91 30
fX 2 N
−
1879 2 30
= 4049,46 − 3922,93 = 11,25 B. Postest 1. Distribusi frekuensi Diketahui data skor hasil belajar peserta didik sebagai berikut: 40
50
55
55
55
55
60
60
60
60
65
65
65
65
65
70
70
75
75
80
80
80
80
85
95
95
95
95
95
95
Langkah-langkah dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: = skor terbesar – skor terkecil
a. Rentang kelas (R)
= 95 – 40 = 55 b. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,875 = 5,875 dibulatklan menjadi 6 R
55 =9,2 6
c. Panjang kelas interval (i) = K =
dibulatkan menjadi 9
d. Tabel distribusi frekuensi postest No
Interval
1 45 – 53 2 54 – 62 3 63 – 71 4 72 – 80 5 81 – 89 6 90 – 98 Jumlah
f
X
fX
2 8 7 6 1 6 30
49 58 67 76 85 84 -
98 464 469 456 85 564 2136
Bts bwh 44,5 53,5 62,5 71,5 80,5 89,5 -
Bts atas 53,5 62,5 71,5 80,5 89,5 98,5 -
fka
X2
fX2
2 10 17 23 24 30 -
2401 3364 4489 5776 7225 8836 -
4802 26912 31423 34656 7225 53016 157943
2. Rata-rata (avarage) a. Mean (X) = =
fX N 2136 30
= 71,2 1
b. Median (Mdn)
= l+
2 N-fkb fi
= 62,5 + c. Modus (Mo)
=u-
fb fa+fb
= 62,5 −
1
×i
2 30−13 7
× 9 = 62,5 + 2,57 = 65,07
×i 7 7+2
× 9 = 62,5 − 7 = 55,5
3. Standar deviasi/simpangan baku (SD) =
=
fX 2 N
-
157943 30
fX 2 N
−
2136 2 30
= 5264,77 − 5069,44 = 13,98
Perhitungan Distribusi frekuensi, rata-rata (average) dan standar deviasi (Kelas Kontrol) A. Pretest 1. Distribusi frekuensi Diketahui data skor hasil belajar peserta didik sebagai berikut: 40
45
45
50
50
55
55
55
60
60
60
60
60
60
60
65
65
65
65
65
65
70
70
70
75
75
75
80
80
85
Langkah-langkah dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: a. Rentang kelas (R)
= skor terbesar – skor terkecil = 85 – 40 = 45
b. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,875 = 5,875 dibulatklan menjadi 6 c. Panjang kelas interval (i) =
dibulatkan menjadi 8
d. Tabel distribusi frekuensi postest No
Interval
1
40 – 47
2 3 4 5 6
48 – 55 56 – 63 64 – 71 72 – 79 80 – 87 Jumlah
f 3 5 7 9 3 3 30
X
fX
Bts bwh
Bts atas
fka
X2
fX2
43,5
130,5
39,5
47,5
3
1892,25
5676,75
51,5 59,5 67,5 75,5 83,5 -
257,5 416,5 607,5 226,5 250,5 1889
47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 -
55,5 63,5 71,5 79,5 87,5 -
8 15 24 27 30 -
2652,25 3540,25 4556,25 5700,25 6972,25 -
13261,25 24781,75 41006,25 17100,25 20916,75 122743
Keterangan: f = frekuensi
Bts atas = skor terakhir ditambah 0,5
X = nilai tengah dari interval
Bts bwh= skor pertama dikurangi 0,5
2. Rata-rata (avarage)
a. Mean (X)
= =
b. Median (Mdn)
= 62,97
=l =
c. Modus (Mo)
= =
3. Standar deviasi/simpangan baku (SD) =
= = = 11,25
B. Postest 1. Distribusi frekuensi
Diketahui data skor hasil belajar peserta didik kelas kontrol sebagai berikut: 40
40
45
45
50
50
50
50
50
55
55
55
60
60
60
60
60
65
65
65
70
70
70
70
75
75
75
80
80
85
Langkah-langkah dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: = skor terbesar – skor terkecil
a. Rentang kelas (R)
= 85 – 40 =45
b.
Banyak kelas interval (K)
= l – 3,3 log n = 1 – 3,3 log 30 = 1 + 4,875 = 5,875 dibulatkan menjadi 6
c. Panjang kelas interval (i)
=
dibulatkan menjadi 8
d. Distribusi frekuensi pretest No 1 2 3 4 5 6
Interval 40 – 47 48 – 55 56 – 63 64 – 71 72 – 79 80 - 87 Jumlah
f
X
fX
4 8 5 7 3 3 30
43,5 51,5 59,5 67,5 75,5 83,5 -
174 412 297,5 472,5 226,5 250,5 1833
Bts bwh 39,5 47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 -
Bts atas 47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 87,5 -
fka
X2
fX2
4 12 17 24 27 30 -
1892,25 2652,25 3540,25 4556,25 5700,25 6972,25 -
7569 21218 17701,25 31893,75 17100,25 20916,75 116399
Keterangan: f = frekuensi
Bts atas = skor terakhir ditambah 0,5
X = nilai tengah dari interval
Bts bwh= skor pertama dikurangi 0,5
2. Rata-rata (avarage) a. Mean ( X )
=
= , dengan
b. Median (Mdn) = l l
: batas bawah dari interval yang mengandung median (1/2 N)
N
: jumlah frekuensi
fkb
: frekuensi kumulatif yang terletak dibawah interval yang mengandung median
fi maka,
: frekuensi dari interval yang mengandung median Mdn =
c. Modus (Mo) =
, dengan
u
: batas atas dari interval yang mengandung median
fa
: frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb
: frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
maka,
Mo = 55,5
3. Standar deviasi/simpangan baku (SD) =
= =
= 12,11
Siswa
Pretest
Postest
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 N = 30 S2 F Ft
45 45 50 50 50 55 55 55 60 60 60 60 60 60 60 60 65 65 65 65 65 70 70 70 75 75 75 80 90 90 1905 129,5689 1,10 1,85
40 50 55 55 55 55 60 60 60 60 65 65 65 65 65 70 70 75 75 80 80 80 80 85 95 95 95 95 95 95 2140 117,4713
Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Uji Homogenitas menggunakan rumus:
dengan
Dari perhitungan di atas diperoleh harga Fhitung sebesar 1,10, sedangkan harga Ftabel dengan n = 30 dan taraf keyakinan 0,05 sebesar 1,85 karena Fhitung < Ftabel yaitu 1,10 < 1,85 maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelas eksperimen bersifat homogen.
Uji Homogenitas Kelas Kontrol Uji homogenitas menggunakan rumus: F= dengan S2 = Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 N = 30 S2 F Ft
Pretest 40 45 45 50 50 55 55 55 60 60 60 60 60 60 60 65 65 65 65 65 65 70 70 70 75 75 75 80 80 85 1885 68,7644 1,34 1,85
Postest 40 40 45 45 50 50 50 50 50 55 55 55 60 60 60 60 60 65 65 65 70 70 70 70 75 75 75 80 80 85 1830 51,3793
Dari perhitungan di atas diperoleh harga Fhitung sebesar 1,34, sedangkan harga Ftabel dengan n= 30 dan taraf keyakinan 0,05 sebesar 1,85, karena Fhitung < Ftabel yaitu 1,34 < yaitu 1,34 < 1,85, maka dapat disimpulkan bahwa sampel bahwa sampel kelas kontrol bersifat homogen.
Kisi-Kisi Instrumen Sekolah
: MTs Jamiatus Solihin Cipondoh
Kelas
: VIII (Delapan)
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Alokasi Waktu
: 1 x 2 Jam Pelajaran
Standar Kompetensi
: Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator
Menjelaskan hubungan
Energi dan
Menunjukkan
1. Alat berikut yang menghasilkan energi listrik adalah ….
bentuk
Perubahannya
bentuk-bentuk
a. solder
energi
b. baterai
energi
dan
perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya
dalam
kehidupan sehari-hari.
Soal
Jaw
c. setrika listrik d. bahan
*
makanan Memahami
2. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena
pengertian energi
….
kinetik
a. geraknya
c.
A
panasnya b. kedudukannya
d. kecepatannya
Mengaplikasikan
3. Kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar seperti
konsep energi
bensin, solar dan lain-lain. Energi
yang dibutuhkan
kendaraan bermotor tersebut adalah energi …. a. kinetik
c. mekanik
b. kimia
*
d.
bunyi Mengaplikasikan
4. Benda yang digesek-gesekkan memiliki energi ….
contoh energi
a. potensial dan energi kalor b. listrik dan energi mekanik
c. mekanik dan potensial d. kalor dan energi kinetic
Mengaplikasikan
5. Sebuah benda yang dilempar mengenai dinding memiliki
contoh energi
energi …. a. kinetik dan potensial b. kinetik dan mekanik
*
c. listrik dan kalor
*
d. mekanik dan potensial
Mengaplikasikan
6. Perubahan energi potensial dan energi kinetik pada roller
perubahan energi
coaster terjadi pada saat …. a. energi potensial pada saat roller coaster bergerak menurun
A
dan energi kinetik terjadi pada saat roller coaster bergerak naik b. energi potensial pada saat roller coaster bergerak naik dan energi kinetik terjadi pada saat roller coaster bergerak menurun c. energi potensial pada saat roller coaster bergerak menurun dan energi kinetik terjadi pada saat roller coaster diam. d. energi potensial pada saat roller coaster diam dan energi kinetik terjadi pada saat roller coaster bergerak naik Memahami proses
7. Urutan proses terjadinya listrik pada kincir angin yang
terjadinya energi
benar adalah …. a. energi angin yang memutar kincir angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator di bagian belakang kincir angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik b. energi angin memutar rotor pada belakang generator yang
A
akan memutar kincir sehingga terjadilah energi listrik c. energi angin akan memutar kincir sehingga akan menghasilkan energi listrik pada generator d. energi angin akan memutar rotor sehingga akan menghasilakan energi listrik pada generator Memahami
8. Perubahan energi yang terjadi pada kipas angin listrik
perubahan energi
adalah energi …. a. gerak menjadi energi listrik
B
b. listrik menjadi energi gerak c. kinetik menjadi energi panas d. panas menjadi energi kinetic Memahami
9. Benda yang mengubah energi listrik menjadi energi gerak
perubanhan energi
adalah …. a. bohlam b. kipas angin listrik
c. kompor d. biola
Memahami
10. Perubahan energi yang terjadi pada batu baterai dan aki
perubahan energi
adalah energi …. a. panas menjadi energi kimia b. gerak menjadi energi kimia c. kimia menjadi energi listrik d. panas menjadi energi listrik
*
*
Memahami perubahan energi
11.
C
Perubahan energi yang terjadi adalah…. a. kinetik menjadi energi panas b. potensial menjadi energi gerak c. kinetik menjadi energi potensial d. kinetik menjadi energi gerak Mengaplikasikan
12. Pada saat benda bergerak jatuh, besaran yang berkurang
perubahan energi
adalah …. a. energi kinetik
*
c. energi mekanik
b. energi potensial
d. kecepatan jatuh
Mengaplikasikan
13. Jika sebuah benda yang bergerak memiliki massa 4 kg dan
perubahan energi
energi yang dimilikinya 200 J, maka kecepatan benda tersebut adalah …. a. 10 m/s
b.20 m/s c. 30 m/s
d. 40 m/s
Mengaplikasikan
14. Sebuah benda pada ketinggian 10 m memiliki energi 400
perubahan energi
J. Jika percepatan gravitasi 10 m/s, maka massa benda tersebut adalah …. a. 2 kg
*
B b. 4 kg
c.6 kg
d. 8 kg
Energi
Memahami
15. Benda yang bergerak memiliki energi ….
Potensial dan
konsep energi
a. mekanik
Energi Kinetik
kinetik
b. panas c. potensial
d. kinetic
Memahami
16. Energi potensial gravitasi adalah ….
konsep energi
a.energi yang dimiliki sebuah benda karena ketinggiannya
potensial
terhadap titik acuan b. energi yang dimiliki sebuah benda karena geraknya
*
A
c.energi yang dimiliki sebuah benda karena kecepatannya d. energi yang dimiliki sebuah benda karena massanya Mengaplikasikan konsep energi
A 17.
potensial
B
C
*
D
Pada gambar diatas keempat bola identik dan diletakkan pada tempat seperti gambar. Energi potensial terbesar dimiliki oleh bola…. a. A
Mengaplikasikan konsep energi
b. B
c. C
d. D
18. Buah kelapa tergantung pada tangkainya pada ketinggain 10 m. Jika massa buah kelapa 800 gram dan percepatan 2
Mengaplikasikan
gravitasi ditempat itu 10 m/s , maka energi potensialnya adalah…. a. 80 J b. 85 J c. 95 J d. 105 J 19. Sebuah benda bermassa 1 kg dilempar vertikal keatas
konsep energi
dengan kecepatan 20 m/s. Jika percepatan gravitasi 10 m/s2
potensial
maka ketinggian benda saat Ek = 4/3 Ep adalah…
potensial
a. 1,5 m
b. 10,0 m
c. 15,0 m
A
C d.
20,0
m Mengaplikasikan
20. Sebuah benda dengan Ep = 2 Ek, massa yang dimiliki
konsep energi
benda 5 kg. Jika benda jatuh dari ketinggian 10 m, maka
potensial
kecepatannya adalah …. a. 5 m/s b. 10 m/s
Mengaplikasikan
c. 15 m/s
*
d. 20 m/s
21. Dua buah benda p dan q dengan kecepatan masing-masing
A
konsep energi
72 km/jam dan 36 km/ jam, jika masing-masing benda
kinetik
memilki massa 15 kg dan 20 kg maka perbandingan besar energi benda p dan q adalah …. a. EkP > Ek q
c. EkP = Ek q
b. EkP < Ek q
d. EkP = Ek q = 0
Menganalisis
22. Dua buah benda p dan q tergantung di pohon dengan
konsep energi
ketinggian masing-masing 5 m dan 8 m, massa benda p = 4
potensial
kg, jika energi potensial total = 400 J, maka massa benda q adalah …. a. kg
b. 1,5 kg c. 2 kg
d. 2,5 kg
Menganalisis
23. Benda A dan B masing-masing memiliki massa 5 kg dan 2
konsep energi
kg, jika kecepatan benda B = 10 m/s dan energi kinetik total =
kinetik
2350 J, berapakah kecepatan benda A …. a. 10 m/s
b. 20 m/s
*
*
c. 30 m/s
d. 40
m/s Energi
Mengetahui
24. Bunyi hukum kekekalan energi adalah ….
Mekanik
hukum kekekalan
a. energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan
energi mekanik
b. energi dapat dimusnahkan dan diciptakan c. energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi tidak
D
dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lainnya d. energi tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya Memahami
25. Hubungan antara Em , Ek dan Ep yang benar adalah ….
hukum kekekalan
a. Em = Ek + Ep
energi mekanik
b. Em = Ek/Ep
Memahami
26. Untuk memperoleh bentuk energi sesuai dengan
hukum kekekalan
kebutuhan kita dapat mengubah bentuk energi satu kebentuk
energi mekanik
lainnya. Selama terjadi perubahan bentuk energy tidak ada energi
yang
c. Em = Ek – Ep
*
d. Em = Ep/Ek
hilang.
Dari
pernyataan
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa…. a. energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan b. energi dapat dimusnahkan dan diciptakan c. energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi tidak dapat diubah dari satu
bentuk kebentuk lainnya
d. energi tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya
*
Mengaplikasi
27. Perhatikan tabel dibawah ini!
hukum kekekalan energi mekanik
Ek
Ep
1
80
60
20
2
60
50
20
3
40
20
20
4
20
20
20
D
Yang menyatakan hubungan Em, Ek dan Ep adalah …. a. 1 dan 2
b.2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 1
dan 3 Mengaplikasi
28. Sebuah benda memiliki energi mekanik 100 J, jika energi
hukum kekekalan
kinetiknya 75 J, maka energi potensial benda tersebut adalah
energi mekanik
…. a. 25 J
b. 50 J
c. 75 J
d. 100 J
Menganalisis
29. Dua buah benda A dan B masing-masing bermassa 2 kg
hukum kekekalan
dan 4 kg memiliki kecepatan 4 m/s dan 5 m/s. Jika benda A
energi mekanik
berada pada ketinggian 10 m dan energi mekanik total yang dimiliki kedua benda 586 J, maka ketinggian benda tersebut adalah …. a. 6 m
Usaha
b. 8 m
c. 10 m
*
d. 12 m
Mengetahui
30. Hasil kerja suatu gaya yang mengakibatkan suatu benda
pengertian usaha
berpindah tempat disebut …. a. energi b. usaha c. gaya
*
*
d. daya
Memamai aplikasi
31. Sebuah benda dengan gaya 40 N berpindah sejauh 10 m.
usaha
Berapa usaha benda tersebut ….
A
a. 400 J b. 200 J c. 100 J d. 50 J Mengaplikasi
32. Buah pepaya (m= 1 kg) jatuh dari tangkainya setinggi 4 m.
pengertian usaha
Jika percepatan gravitasi di tempat itu 10 m/s2, maka usaha yang bekerja pada pepaya sebesar…. a. 20 J
b. 40 J
c. 50 J
d. 60 J
Mengaplikasi
33. Nur dan Ani mendorong sebuah peti masing-masing
pengertian usaha
dengan gaya 60 N dan 75 N. akibat dorongan mereka maka peti berpindah sejauh 2m. Usaha bersama yang mereka
*
D
lakukan adalah…. a. 15 J
b. 30 J
c. 135 J d. 270 J
Menganalisis
34. Nuri dan Mari masing-masing mendorong sebuah balok,
aplikasi usaha
usaha total yang mereka lakukan sebesar 900 N. Nuri mendorong dengan gaya 200 N dan benda tersebut sama-sama berpindah sejauh 2 m, maka massa benda yang didorong
D
2
Mari adalah ….(gaya gravitasi 10 m/s ) a. 10 kg
b. 15 kg
c. 20 kg
d
25
kg Menganlisis
35. Ani dan Ina mendorong sebuah peti dengan usaha 900 J,
aplikasi usaha
jika Ina mendorong dengan gaya 250 N dan benda berpindah sejauh 2 m, maka gaya yang dilakukan Ani adalah …. a. 200 N
b. 400 N d. 800 N
* soal yang valid yang digunakan untuk pretes dan postes C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Aplikasi C4 : Analisis
c.
600
N
*
Lembar Kerja Siswa(LKS) Nama Sekolah
: Mts Jamiatul Gulami
Kelas / semester : VIII / 2 Mata Pelajaran : fisika Materi pokok
: Energi Potensial
Nama Kelompok : A. Judul
: Energi Potensial
B. Tujuan
: Menguji energi potensial
C. Alat dan Bahan
: Dua buah buku dengan perbedaan yang cukup besar.
D. Prosedur percobaan 1. Kita misalkan buku yang ringan sebagai buku A dan yang lebih berat sebagai buku B. Jatuhkan buku A terlebih dahulu dari ketinggian 1 , kemudian jatuhkan buku B dari ketinggian yang sama. 2. Jatuhkan buku B dari ketinggian 20 m. Kemudian sekali lagi jatuhkan buku dari ketinggian 100 m. Diskusi: 1. Dari percobaan yang telah kamu lakukan tulis perubahan energi yang terjadi.
2. Pada ketinggian yang sama yaitu langkah 1, buku mana yang lebih memilki energi potensial paling besar? Jelaskan jawabanmu.
3. Berdasarkan langkah 2, tentukan posisi dimana energi potensial buku B paling besar dan paling kecil.
Kesimpulan:
Lembar Penugasan Siswa Nama
:
Kelas
:
Materi Pokok :
Lengkapilah pernyataan di bawah ini: 1. Energi potensial adalah …. 2. . Energi potensial (EP) berbanding …. Dengan berat benda (w). Makin besar berat benda, makin …. energi potensialnya. Makin kecil berat benda, makin …. energi potensialnya. Kita dapat menuliskan hubungan EP dan w sebagai: EP ~ ….
3.
Energi Potensial (EP) berbanding …. Dengan ketinggian benda (h). Makin tinggi posisi benda, makin …. energi potensialnya. Makin rendah posis benda, makin …. energi potensialnya. kita dapat menuliskan hubungan EP dan h sebagai: EP ~ ….
4.
Berat (w) adalah hasil perkalian massa benda (m) dan percepatan gravitasi (g), sehingga energi potensial (EP) dapat dirumuskan : EP = ….
Lembar Kerja Siswa (LKS) Nama Sekolah
: Mts Jamiatus Sholihin
Kelas / semester : VIII / 2 Mata Pelajaran : fisika Materi pokok
: Usaha dan Energi
Nama Kelompok
:
A. Judul
: Perubahan energi
B. Tujuan
: Untuk mengetahui dan memahami terjadinya perubahan energi cahaya.
C. Alat dan Bahan : 1. Mobil mainan berlampu 2. Baterai 3. Lampu 4. Kawat penghantar D. Prosedur Percobaan 1. Hubungkan kawat penghantar pada kedua kutub baterai, kemudian sentuhlah kawat-kawat tersebut pada kulit! Apa yang kamu rasakan? 2. Pasangkan sebuah baterai pada mobil maianan yang memiliki lampu, kemudian nyalakan saklar mobil mainan tersebut! Amati perubahan yang terjadi! 3. Hubungkan kedua kutub baterai dengan kawat penghantar! Kemudian masing-masing ujung kawat dihubungkan dengan lampu (gambar di bawah ini). Apakah yang terjadi? BATERAI
Gambar. Susunan Listrik Sederhana 4. Buatlah kesimpulan dari kegiatan di atas!
Perhitungan Uji-t Postes Kelas Kontrol 40 40 45 45 50 50 50 50 50 55 55 55 60 60 60 60 60 65 65 65 70 70 70 70 75 75 75 80 80 85 1830
Postes Kelas Eksperimen 40 50 55 55 55 55 60 60 60 60 65 65 65 65 65 70 70 75 75 80 80 80 80 85 95 95 95 95 95 95 2140
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis, kemudian untuk pengujian hipotesis data dianalisis dengan uji-t dengan rumus:
dengan S =
S=
=
sehingga thitung =
=
= 11,11
=
=
Adapun kriteria pengujiannya adalah: Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak Berdasarkan data diatas diperoleh harga thitung sebesar 2,73 sedangkan harga ttabel pada taraf signifikasi 5 % sebesar 2.00. Karena thitung > ttabel yaitu 2,73 > 2,00 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternative (H1) diterima.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok
: MTs. JAMI’ATUS SHOLIHIN CIPONDOH : IPA FISIKA : VIII / 2 : ENERGI DAN USAHA
A. Standar Kompetensi
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Materi Konsep Energi D. Indikator 1. Menjelaskan konsep energi. 2. Menunjukkan bentuk-bentuk energi. 3. Menunjukkan contoh energi dalam kehidupan sehari-hari. 4. Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-
hari. E. Alokasi Waktu 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran) F. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. Menjelaskan konsep energi. 2. Menunjukkan bentuk-bentuk energi. 3. Menunjukkan contoh energi dalam kehidupan sehari-hari. 4. Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-
hari. G. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen 2. Diskusi kelompok
H. Langkah-Langkah Kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar Guru Peserta didik Pendahuluan Guru memberikan apersepsi: Kenapa kita dapat melakukan aktifitas? Tahapan
Waktu 10’ 5’
Guru menyampaikan tujuan pelajaran. 5’ Guru memberikan motivasi: Apa yang dimaksud dengan energi? Kegiatan inti Fase Orientasi Peserta didik bersiap-siap mencari jawaban.
5’
Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
Peserta didik berkelompok sesuai dengan yang ditentukan.
5’
Guru membimbing peserta didik dalam melakukan eksperimen.
Peserta didik melakukan eksperimen tentang energi.
15’
Guru membagikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama.
Peserta didik berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang tugas yang telah diberikan.
10’
Setiap kelompok mempersiapkan hasil persentasinya.
15’
Peserta didik berinisiatif menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
10’
Guru memberikan sedikit pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Fase Aktivasi
Fase Penilaian Guru membimbing persentasi oleh masing-masing kelompok. Penutup
Fase Perluasan Guru memberikan kesimpulan dari meteri energi.
I. Sumber Belajar 1. Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII. Surakarta: Inprosa. 2. Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1. Jakarta: Erlangga. J. Media Pembelajarn 1. Lembar Penugasan Siswa 2. Lembar Kerja Siswa
K. Penilaian Tes essay: 1. 2. 3. 4.
Apakah yang dimaksud dengan energi ? Sebutkan minimal 5 bentuk-bentuk energi ? Sebutkan contoh perubahan energi gerak menjadi energi bunyi! Sebutkan minimal tiga sumber energi!
Jawaban : 1. energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. 2. energi kimia, energi cahaya, energi bunyi, energi panas dan energi kinetik. 3. gitar yang dipetik dan biola yang digesek. 4. matahari, minyak bumi dan makanan.
Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
(M. Syakir S. Ag)
(Juliani Hidayah)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok
: MTs. JAMI’ATUS SHOLIHIN CIPONDOH : IPA FISIKA : VIII / 2 : ENERGI DAN USAHA
A. Standar Kompetensi
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Materi Konsep Energi kinetik dan energi potensial D. Indikator 1. Menjelaskan mengenai konsep energi kinetik dan energi potensial. 2. Menunjukkan contoh energi kinetik dan potensial dalam kehidupan sehari-hari. 3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda. 4. Mengaplikasikan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda. 5. Memformulasikan rumus energi kinetik dan energi potensial. E. Alokasi Waktu 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran) F. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. Menjelaskan mengenai konsep energi kinetik dan energi potensial. 2. Menunjukkan contoh energi kinetik dan potensial dalam kehidupan sehari-hari. 3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda. 4. Mengaplikasikan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda. 5. Memformulasikan rumus energi kinetik dan energi potensial. G. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen 2. Diskusi kelompok
H. Langkah-Langkah Kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar Peserta didik
Tahapan
Guru Pendahuluan Guru memberikan apersepsi:Apakah batu yang jatuh dari ketinggian tertentu memiliki energi? Mana yang lebih berbahaya tabrakan antar mobil dengan kecepatan rendah dengan kecepatan tinggi?
Waktu 10’
Guru menyampaikan tujuan pelajaran.
5’
Guru memberikan motivasi: Apa yang dimaksud dengan energi potensial? Apa yang dimaksud dengan energi kinetik?
5’
Kegiatan inti Fase Orientasi Peserta didik bersiap-siap mencari jawaban.
5’
Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
Peserta didik berkelompok sesuai dengan yang ditentukan.
5’
Guru membimbing peserta didik dalam melakukan eksperimen.
Peserta didik melakukan eksperimen tentang energi.
15’
Guru membagikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama.
Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing tentang tugas yang telah diberikan.
10’
Guru memberikan sedikit pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Fase Aktivasi
Fase Penilaian Guru membimbing persentasi oleh masing-masing kelompok.
Penutup
Setiap kelompok mempersiapkan hasil persentasinya.
15’
Peserta didik berinisiatif menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
10’
Fase Perluasan Guru memberikan kesimpulan dari meteri energi.
I. Sumber Belajar 1. Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII. Surakarta: Inprosa. 2. Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1. Jakarta: Erlangga. J. Media Pembelajarn 1. Lembar Penugasan Siswa 2. Lembar Kerja Siswa K. Penilaian Tes essay:
1. Apakah yang dimaksud dengan energi kinetik dan energi potensial ? 2. Sebutkan contoh-contoh energi kinetik dan energi potensial dalam kehidupan sehari-hari! 3. Jika sebuah benda yang bergerak memiliki massa 4 kg dan energi yang dimilikinya 200 J, maka kecepatan benda tersebut adalah …. 4. Sebuah benda pada ketinggian 10 m memiliki energi 400 J. Jika percepatan gravitasi 10 m/s, maka massa benda tersebut adalah …. Jawaban : 1. energi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena benda bergerak.
Energi potensial adalah energi yang tersimpan pada suatu benda karena ketinggiannya terhadap titik acuan dan keadaannya. 2. energi kinetik : mobil yang melaju dan bola yang menggelinding. energi potensial : buku yang diletakkan diatas meja dan pegas yang ditekan. 3. dik : m = 4 kg Ek = 200 J jawab : Ek = ½ mv2 200 = ½. 4 kg. v2
4. dik :
200 = 2 . v2 v2 = 100 v = 10 m/s h = 10 m E = 400 J g = 10 m/s2
jawab: Ep
= m . g .h
400 = m . 10 m/s2 . 10 m m
= 400/100
m
= 10 kg
Mengetahui, Kepala Sekolah
(M. Syakir S. Ag)
Guru Mata Pelajaran
(Juliani Hidayah)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok
: MTS JAMIATUS SHOLIHIN CIPONDOH : IPA FISIKA : VIII / 2 : ENERGI DAN USAHA
A. Standar Kompetensi Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Materi Konsep Usaha D. Indikator 1. Menjelaskan konsep usaha. 2. Menunjukkan usaha yang dihasilkan oleh sebuah gaya. 3. Memformulasikan konsep usaha. E. Alokasi Waktu 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran) F. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. Menjelaskan konsep usaha. 2. Menunjukkan usaha yang dihasilkan oleh sebuah gaya. 3. Memformulasikan konsep usaha. G. Metode Pembelajaran 1. Eksperimen 2. Diskusi kelompok
H. Langkah-Langkah Kegiatan Tahapan Pendahuluan
Kegiatan inti
Kegiatan Belajar Mengajar Guru Peserta didik Guru memberikan apersepsi: Jika kamu mendorong tembok, apakah dalam fisika dikatakan melakukan usaha?
Waktu 10’
Guru menyampaikan tujuan pelajaran.
5’
Guru memberikan motivasi: Apa yang dimaksud dengan usaha?
5’
Fase Orientasi Peserta didik bersiap-siap mencari jawaban.
5’
Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
Peserta didik berkelompok sesuai dengan yang ditentukan.
5’
Guru membimbing peserta didik dalam melakukan eksperimen.
Peserta didik melakukan eksperimen tentang usaha.
15’
Guru membagikan tugas pada Siswa berdiskusi dengan setiap kelompok untuk kelompok masing-masing didiskusikan bersama. tentang tugas yang telah diberikan. Fase Penilaian
10’
Guru membimbing persentasi Setiap kelompok oleh masing-masing mempersiapkan hasil kelompok. persentasinya.
15
Guru memberikan sedikit pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Fase Aktivasi
Fase Perluasan Penutup Guru memberikan kesimpulan Peserta didik berinisiatif dari meteri usaha. menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
10’
I. Sumber Belajar 1.Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII. Surakarta: Inprosa. 2.Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1. Jakarta: Erlangga. J. Media Pembelajarn 1.Lembar Penugasan Siswa 2.Lembar Kerja Siswa K. Penilaian Tes essay: 1.Apa yang dimaksud dengan usaha? 2.Bila sebuah gaya bekerja pada benda sehingga berpindah berlawanan arah maka usaha yang dihasilkan adalah...(gambarkan) 3.Seseorang mengangkat karung ke punggung, karung berpindah sejauh 50 cm keatas. Berapa usahanya jika F = 500 N… Jawaban : 1. Usaha adalah hasil kerja suatu gaya yang mengakibatkan benda berpindah tempat. 2. W = -F . s s F
3. karena arahnya tegak lurus sehingga sudutnya 0 maka usahanya juga 0.
Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
(M. Syakir S. Ag)
(Juliani Hidayah)
ANALISIS BUTIR SOAL INSTRUMEN TES Daya Pembeda No Skor untuk item no Subjek 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7
7 8
Σ 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 42
Kelompok Atas Tidak dimasukkan dalam perhitungan
10
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
20
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
27
27
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
27
32
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
26
15
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
25
25
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
25
28
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
23
16
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
22
29
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
22
7
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
21
13
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
21
18
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
21
23
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
21
26
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
21
33
Kelompok Bawah
8
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
20
21
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
20
9
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
19
12
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
19
14
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
19
22
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
19
24
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
19
31
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
19
34
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
19
6
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
18
11
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
18
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
17
17
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
17
30
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
17
2
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
16
33
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
12
5
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
11
19
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
11
4
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
8
3
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
5
Keputusan drop : TK < 0 Buruk : 0,00 ≤TK <0,20 Cukup : 0,20 ≤TK <0,40 Baik : 0,40 ≤TK <0,70 Baik Sekali : 0,70 ≤TK <1,00
8 5 9 4 0,00 0,00 0,78 0,33 0,33 0,22 0,33 0,44 0,11 0,67 0,00 0,56 0,00 0,22 0,44 0,33 0,78 0,33 0,00 0,78 0,67 0,00
buruk baik sekali cukup cukup cukup cukup baik buruk baik buruk baik buruk cukup baik cukup baik sekali cukup buruk baik sekali baik buruk
cukup
7 0 0,56
0,33
baik sekali
8 9
baik
0,78
drop
7 4
buruk
0,33 -0,11
cukup
Keputusan Daya Beda
WH WL 2 2 8 8 7 0 6 3 7 4 5 3 6 3 7 3 7 6 8 2 6 6 7 2 8 8 8 6 6 2 5 2 7 0 6 3 5 5 7 0 8 2 8 2 7 2
0,56 0,67 0,56 0,33 0,78 0,22 -0,11 0,67
baik baik baik cukup baik sekali cukup drop baik
5 5 8 3 6 3 7 0 4 2 2 3 8 2
Perhitungan Taraf kesukaran Soal Uji Coba
B JS Untuk menghitung taraf kesukaran suatu soal, menggunakan rumus : Untuk soal no. 1 didapat B = 20 dan JS = 35, maka dapat didistribusikan kedalam rumus sebagai berikut: B 20 P 0,57 JS 35 Taraf Kesukaran Soal Uji Coba P
No soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
B 20 31 14 27 22 8 27 15 19 20 16 19 17 22 16 21 19 30 30 19 14 15 17 21 15 18 19 21 21 16 16 15 12 8 18
P 0.57 0.89 0.40 0.77 0.63 0.23 0.77 0.43 0.54 0.57 0.46 0.54 0.49 0.63 0.46 0.60 0.54 0.86 0.86 0.54 0.40 0.43 0.49 0.60 0.43 0.51 0.54 0.60 0.60 0.46 0.46 0.43 0.34 0.23 0.51
Keterangan Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Sukar Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang
Perhitungan Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang terbesar. 2. Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus: 3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z dan sebut dengan F(Z) = 0,5 ± Z 4. Hitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan sebut dengan S(Z) 5. Tentukan nilai Lo = F(Z) – S(Z) 6. Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai Lo 7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt (nilai yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors) dengan aturan: a. Hipotesis Ho : Sampel berdistribusi normal Ha : Sampel berdistribusi tidak normal b. Jika Lo < Lt maka Ho diterima Jika Lo > Lt maka Ho ditolak Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen X
f
fX
x
x2
fx2
Z
Zt
F(Z)
45 50 55 60 65 70 75 80 90 Jml
2 3 3 8 5 3 3 1 2 30
90 150 165 480 325 210 225 80 180 190 5
-18,5 -13,5 -8,5 -3,5 +1,5 +6,5 +11,5 +16,5 +26,5 -
342,25 182,25 72,25 12,25 2,25 42,25 132,25 272,25 702,25 -
684,5 546,75 216,75 98 11,25 126,75 396,75 272,25 1404,5 3757,5
-16,5 -1,21 -0,76 -0,31 0,13 0,58 1,03 1,47 2,37 -
0,4505 0,3869 0,2764 0,1717 0,0517 0,2190 0,3485 0,4292 0,4911 -
0,0495 0,1131 0,2236 0,3783 0,5517 0,7190 0,8485 0,9292 0,9911 -
Berdasarkan tabel diatas:
SD =
fk a 2 5 8 16 21 24 27 28 30 -
S(Z)
Lo
0,0667 0,1667 0,2667 0,5333 0,7000 0,8000 0,9000 0,9333 1,0000 -
0,0172 0,0536 0,0431 0,1550 0,1483 0,0810 0,0515 0,0041 0,0089 -
=
=
Dari perhitungan di atas diperoleh harga Lo sebesar 0,1550 sedangkan harga Lt dengan n = 30 dan pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,161. Karena Lo < Lt (0,1550 < 0,161) dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen X 40 50 55 60 65 70 75 80 85 95 Jml
f 1 1 4 4 5 2 2 4 1 6 30
fX 40 50 220 240 325 140 150 320 85 570 2140
x -31,3 -21,3 -16,3 -11,3 -6,3 -1,3 3,7 8,7 13,7 23,7 -
x2 979,69 453,69 265,69 127,69 39,69 1,69 13,69 75,69 187,69 561,69 -
fX2 979,69 453,69 1062,76 510,76 198,45 3,38 27,38 302,76 187,69 3370,14 7096,7
Z -2,04 -1,38 -1,06 -0,73 -0,41 -0,08 0,24 0,57 0,89 1,54 -
Zt 0,4793 0,4162 0,3554 0,2673 0,1591 0,0319 0,0948 0,2157 0,3133 0,4382 -
F(Z) 0,0207 0,0838 0,1446 0,2327 0,3409 0,4681 0,5948 0,7157 0,8133 0,9382 -
fka 1 2 6 10 15 17 19 23 24 30 -
S(Z) 0,0333 0,0667 0,2000 0,3333 0,5000 0,5667 0,6333 0,7667 0,8000 1,0000 -
Lo 0,0126 0,0171 0,0554 0,1006 0,1591 0,0986 0,0385 0,0510 0,0133 0,0618 -
Berdasarkan tabel diatas:
SD = =
=
Dari perhitungan di atas diperoleh harga Lo sebesar 0, 1591 sedangkan harga Lt dengan N = 30 dan pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,161. Karena Lo < Lt (0,1591 < 0,161) dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal.
Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba A. Perhitungan Validitas Pengujian validitas ini menggunakan rumus krelasi Point Biserial (rpbi). Untuk memberi interpretasi terhadap angka indeks rpbi dipergunakan tabel nilai “r” product moment dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df = N – nr). Adapun nilai rpbi dicari dengan rumus:
Mp Mt
p SD q Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mencari Mp setiap butir soal (no.1) rpbi
jumlah total skorsiswayangmenjawabdenganbenar tiapbutirsoal banyaknyasiswayangmenjawabdenganbenar tiapbutirsoal 421 20 21,05 2. Mencari Mt
Mp
Mt
X N
658 34 19,4 3. Mencari SD
SD
X
2
N
X N
2
13748 658 34 34
2
404,35 374,42 5,46
4. Mencari p setiap butir soal (no.1)
banyaknyasiswayang menjawabdenganbenar soal no.1 jumlah siswa 20 0,59 34 5. Mencari q setiap butir soal (no.1) p
q=1–p = 1- 0,59 = 0,41
B. Perhitungan Reliabilitas Untuk menghitung reliabilitas soal menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20):
X
2
2 X n S (p.q) 2 n r11 , denganS 2 n 1 n S Berdasarkan data dari uji validitas didapat: n 34 X 658 X2 13478 (p.q) 7,47 Dengan demikian data-data diatas dapat didistribusikan kedalam rumus. Langkah pertama yaitu mencari nilai S2: 2
X X n
2
2
S2
n 13478
6582
34 34 13478 12734,24 34 21,88
Kemudian nilai tersebut didistribusikan ke rumus K-R 20: 34 21,88 77,47 r11 21,88 34 1
1,03 0,59 0,607 Dengan interpretasi koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 – 1,00 : sangat tinggi 0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup 0,21 – 0,40 : rendah < 0,20 : sangat rendah Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 = 0,607 sehingga dapat disimpulkan bahwa soal tersebut soal yang reliabel termasuk kedalam kategori cukup.