PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMP NEGERI 48 Jakarta Selatan)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
OLEH: FERDY NOVRIZAL 105016300587
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ABSTRAK Ferdy Novrizal, Perogram Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa pada Topik Usaha dan Energi. Eksperimen di SMPN 48 Jakarta Selatan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model STM untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Metode yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan Pretest-posttest Control Group design. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 48 Jakarta Selatan dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dan pemilihan kelas dilakukan secara random, didapatkan siswa kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas VIII-3 sebagai kelas kontrol. Instrumen penguasaan konsep berupa test berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan adalah penguasaan konsep fisika yang diajarkan dengan menggunakan model STM lebih tinggi dari penguasan konsep fisika yang diajarkan dengan metode konvensional. Analisis data menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 5% dan dk= 61, dengan hji prasyarat normalitas dan homogenitas. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, dari hasil perhitungan statistik didapatkan harga thitung sebesar 2,22 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan dk = 61 adalah 1,99. maka pada penelitian ini didapatkan hasil thitung > ttabel, hal ini menunjukan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis penelitian (Ha) diterima. Dari penelitian ini dapat disimpullan bahwa penguasaan konsep fisika siswa yang diajarkan dengan model STM lebih tinggi daripada penguasan konsep fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.
Kata kunci: Model Sains Teknologi Masyarakat, Fisika, dan Penguasan Konsep
ABSTRACT Ferdy Novrizal, Physic Study Program, Majoring of Natural Sciences Education (IPA), Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences State Islamic University (UIN), Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Application of Model of Science Technology Society for Increase Procurement of Concept Physich Student on the Topic of Business and Energy. This Eksperimen in the SMPN 48 South Jakarta. This research aims to know the application of model of science technology society for increase procurement of concept physich student. Eksperimen method are used in this resesrch with Preetest-posttest Control Group Design, this research has been executed SMPN 48 with sample technic. The ways of sample technic are purposive sampling and choosing of the class with random way. And get the student of the class (VIII-1) as the exsperiment class and of the class (VIII3) as control class. The multiple choise is the instrument of this theysis to get the result. The multiple choise have been tested with validation and reliabitation ways. Hipotesis in this research are used result learning of physich subject with science technology society model more higher than the result learning of physich subject with convensional method. Analist of data usung t-test. In the significant level 5% at dk = 61, with normalitas and homogenitas pre requirement test, with the calculate statistic result, it gets thit 2,22 value and ttab in the 5% significant level and dk = 61 is 1,99 value. So this research gets thit more bigger than ttab, its showed that 0 hypothesys (H0) are rejected and hypothesys of research (Ha) are accepted. The conclusion of this research are the result learning of physich subject for SMPN 48 student with science technology society model more higer than convensional method.
Key word : Science Technology Society Model, Physich,Procurement of Concept
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Tinggi dan syukur kepada Allah SWT Yang Maha Ghafur, atas karunia yang tak terdefinisikan nilainya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, teladan terbaik yang menjadi sumber inspirasi umat manusia di seluruh dunia. Terucap kata syukur atas terselesaikannya skripsi ini dari penulis, yang menjadi sebuah karya sederhana bagai tetes kecil di lautan ilmu pengetahuan. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidatullah Jakarta. Dalam skripsi ini penulis mengambil judul “Pengaru Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Pada Konsep Usaha dan Energi”. Dengan skripsi ini penulis berharap dapat memberikan kontribusi positif untuk menambah kajian ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan. Untuk itu penulis mengharapkan agar para pembaca yang budiman berkenan memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, penulis dengan tulus ingin megucapkan terima kasih yang mendalam kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
3.
Ibu Erina Hartanti, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.
4.
Bapak Ir Mahmud Siregar, M.Si., Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
i
6.
Bapak Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Fisika
7.
Ayahanda Syafrizal dan Ibunda Mulyani, yang sepanjang masa memberikan cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menjadi pribadi seperti saat ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan cinta dan kasih sayang-Nya untuk mereka berdua.
8.
Adikku tercinta Delvi Andrizal. Terima kasih telah menghadirkan semangat dan dukungan bagi penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia bagi kita semua.
9.
Darmawati S.Ked, terimakasih atas kesabaran, doa, motivasi, dan bantuannya yang telah diberikan kepada penulis.
10. Keluarga Besar SMP Negeri 48 Jakarta, khususnya Ibu Mami S.Pd. dan Ibu Tuti alawiyah S.Pd., Guru IPA (fisika) yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan juga siswa siswi kelas VIII-1 dan VIII-3 angkatan 2009/2010 yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data. 11. Teman-teman terbaikku (Samsul, Apik, Ade, Arif, Khaerul, Sulaeman) Terima kasih atas segala kebaikan yang telah kalian berikan. Teman-teman seperjuangan di kampus UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2005 khususnya pendidikan fisika yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, penulis sampaikan terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan pembaca.
Jakarta,
Oktober 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Identifikasi Masalah
4
C. Pembatasan Masalah
4
D. Perumusan Masalah
5
E. Tujuan Penelitian
5
F. Manfaat Penelitian
5
BAB II KAJIAN TEOERITIS, KERANGKA PIKIR, dan PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoeritis
7
1. Model STM dalam Pembelajaran Fisika
7
a. Pengertian STM
7
b. Model STM pada Pendekatan Konstruktivisme
9
c. Tujuan Model STM
10
d. Karakteristik Model STM
12
e. Tahap Pembelajaran STM
15
2. Konsep
19
a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran
19
b. Faktor yang Mempengaruhi Konsep
22
3. Sifat Konsep Energi
23
iii
a. Usaha............................................................................. .. 23 b. Energi
25
4. Motivasi Belajar...................................................................... 29 5. Hasil Penelitian yang Relevan
32
B. Kerangka Pikir
34
C. Perumusan Hipotesis
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodoe Penelitian
36
B. Waktu dan Tempet Penelitian
36
C. Desain Penelitian
36
D. Populasi dan Sampel
37
E. Teknik Pengumpulan Sampel
37
F. Variabel Penelitian
38
G. Alur Penelitian
39
H. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 40 I. Instrumen Penelitian 1.
2.
40
Instrumen Tes
41
a.
Uji Validitas
42
b.
Uji Reliabilitas
43
c.
Taraf Kesukan………………………………………… 43
d.
Daya Pembeda Soal
44
Instrumen Non Tes………………………………………... 45
J. Teknik Analisis Data
45
1. Uji Normalitas
46
2. Uji Homogenitas
46
3. Uji Hipotesis
46
4. Pengujian Hipotesis………………………………………... 47 BAB IV
HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 47 B. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol................. 48 C. Hasil Instrumen Nontest ......................................................... 50
iv
D. Analisis Data ........................................................................... 54 1. Uji Normalitas ................................................................. 54 2. Uji Homogenitas ............................................................... 55 3. Uji Hipotesis ................................................................... 55 E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 57 F. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 59 BAB V
PENUTUP ................................................................................. 61 A. Kesimpulan ........................................................................... 61 B. Saran ..................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 66
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Interaksi Sains Teknologi Masyarakat ..................................... 13 Gambar 2.2 Model Pembelajaran STM........................................................ 18 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ......................................................... 35 Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian........................................................... 39 Gambar 4.1 Histogram Tes Penguasaan Konsep (pretest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................... 47 Gambar 4.2 Histogram Tes Penguasaan Konsep (posttest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................... 48 Gambar 4.3 Diagram Batang Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................... 50 Gambar 4.4 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 1.......................... 50 Gambar 4.5 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 2.......................... 51 Gambar 4.6 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 3.......................... 51 Gambar 4.7 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 4.......................... 52 Gambar 4.8 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 5.......................... 52 Gambar 4.9 Persentase Angket Motivasi Siswa Soal No 6.......................... 53
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran STM dengan Model Pembe;ajaran Tradisional ..............................................
18
Tabel 3.1 Desain Penelitian......................................................................
37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep..................................
40
Tabel 3.3 Kategori Drajat Kesukaran.......................................................
42
Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda...........................................................
43
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian...........................................
49
Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Kelompok Eksperimen dan Kontrol...........
50
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Non Tes .............................
53
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest ..........................................
54
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest........................................
55
Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji-t...................................................................
56
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek) di Era Globalisasi saat ini berkembang sangat pesat. Perkembangan iptek mendorong terjadinya perubahan pola pikir manusia. Dalam hal ini ada beberapa manusia yang mengambil nilai postif dan nilai negatif akan kemajuan iptek. Kemajuan teknologi itu sendiri tak lepas dari perkembangan akan pengetahuan manusia mengenai apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan iptek dalam kehidupan seharihari terutama dunia pendidikan khususnya pembelajaran IPA (fisika) sangat berkaitan sekali. Sebagai contoh banyak sekali alat-alat yang diciptakan karena kemajuan iptek (televise, radio, hp, dll). Banyaknya alat-alat yang ada dalam kehidupan sehari-hari karena adanya kemajuan iptek perlu diimbangi dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) sehingga siswa dapat memahami akan fungsi teknologi. Pada saat ini banyak sekali penyalahgunaan kemajuan iptek yang dilakukan oleh siswa, karena itu diperlukan pengetahuan awal siswa mengenai sains. Tidak hanya itu, dalam proses pembelajaran biasanya guru hanya menjelaskan IPA sebatas produk (yang sudah ada) dan sedikit proses tanpa pembuktian. Salah satu alasan yang menyebabkan adalah banyaknya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal, dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Oleh karena itu, metode, pendekatan dan alat peraga/praktikum sebagai alat media pendidikan untuk menjelaskan IPA sangat diperlukan. Tujuan pembelajaran IPA di SMP secara umum adalah agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan
1
2
mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan sains dan teknologi serta perubahan kondisi masyarakat yang sangat pesat ini mengharuskan para guru meningkatkan kemampuan dan mengembangkan keahliannya. Kini tugas guru semakin kompleks dan menantang, sehingga selalu dituntut untuk mengembangkan kemampuannya, baik secara individu maupun kelompok. Tugas utama seorang guru adalah membantu siswa dalam belajar, yakni berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Paradigma baru dalam pembelajaran sains adalah pembelajaran dimana siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan secara verbal, namun hendaknya dalam pembelajaran sains, guru lebih banyak memberikan pengalaman kepada siswa untuk lebih memotivasi siswa agar dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Namun pada kenyataannya masih banyak guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga siswa tidak paham tentang kosep yang dipelajari. Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, agaknya para pemerhati maupun praktisi dunia pendidikan di Indonesia dituntut untuk segera melakukan upaya perbaikan. Dalam hal ini, penulis mencoba mengangkat salah satu pendekatan pembelajaran dalam IPA yaitu Model Sains-TeknologiMasyarakat (STM). Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan suatu gerakan reformasi dalam pembelajaran sains di sekolah, sebagai upaya membuat warga negara melek sains dan teknologi (science and technological literacy) yang telah dimulai sejak dua decade yang lalu di negara-negara yang telah maju. Di Amerika Serikat misalnya, pendekatan STM muncul sebagai upaya nyata reformasi dalam pengajaran sains di sekolah (Yager, 1993b-c; 1992b; 1991).1
1
La Maronta Golib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 034 Tahun ke-8, Januari 2002, h. 39.
3
Untuk itu pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM dapat mengantisipasi beberapa hal pokok dalam membekali peserta didik, diantaranya :2 a)menghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan tanpa tahu masalah-masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupun internasional, b) mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik untuk menyongsong era globalisasi, c) peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengan kelestarian bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya masalah pencemaran, pengangguran, kerusuhan sosial, dampak hasil teknologi dan lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi, dan d) Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah-masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi, sosial secara integral, baik di dalam maupun di luar kelas. Model STM dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan IPTEK, membanjirinya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai IPTEK itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan model STM ini diharapkan siswa memilki landasan untuk menilai pemanfaatan teknologi baru dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya ditengah derasnya arus pembanguan pada era globalisasi. Siswa dibiasakan untuk bersikap peduli akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan IPTEK.3 Pembelajaran STM dalam pembelajaran sains merupakan perekat yang mempersatukan sains, teknologi dan masyarakat . Isu-isu sosial dan teknologi di masyarakat merupakan karakteristik kunci dari STM.4 Isu-isu tersebut dipakai sebagai titik acuan oleh guru untuk merancang dan mengimplementasikan program pembelajaran. Melihat dasar pijakan pengembangan model STM tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika model STM dalam pembelajaran IPA layak dimunculkan sebagai upaya penguasaan konsep peserta didik. Hal ini bisa 2
http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/ Diakses, tanggal 01 Maret 2010 3 Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 Januari 2003, h. 114. 4 Rai Sujanem, Penerapan Bahan Ajar yang Berwawasan Pendekatan STM Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktikum Fisika Dasar, Sikap Ilmiah, Literasi Sains dan Teknologi Mahasiswa Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja No. 1 Th. XXXV Januari 2002, h. 124.
4
dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang guru dan murid dimana menurut guru ketika mengajar fisika lebih dari 50% murid tersebut tidak paham mengenai pelajaran tersebut, tetapi ketika guru tersebut menggunakan model sains teknologi masyarakat dalam proses pembelajaran murid lebih termotifasi lagi untuk mendalami fisika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan murid, ketika guru tersebut menerapkan pendekatan sains teknologi masyarakat murid jadi mengerti apa fungsi pembelajaran tersebut dan aplikasi apa saja yang ada di masyarakat ketika belajar fisika. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul skripsi yaitu: “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa pada Topik Usaha dan Energi.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) sehingga siswa kurang memahami akan fungsi teknologi. 2. Sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa bosan dalam belajar fisika. 3. Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian materi semata, sehingga menyebabkan rendahnya penguasaan konsep fisika siswa.
C. Pembatasan Masalah Untuk memokuskan masalah dari penelitian ini, dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut.
5
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam eksperimen ini adalah model sains teknologi masyarakat (STM) 2. Penguasaan konsep yang dimaksud disini adalah dilihat dari hasil belajar pada ranah aspek kognitif pada tingkatan C1 sampai C5. Pada konsep Usaha dan Energi. 3. Motivasi siswa yang diukur meliputi kesenangan belajar, rasa ingin tahu, dan berusaha untuk berprestasi.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa setelah penerapan model STM pada pembelajaran konsep energi dan usaha?” Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1 Bagaimana penguasaan konsep siswa pada topik Usaha dan Energi sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran STM? 2 Bagaimana motivasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran STM pada topik Usaha dan Energi?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan penguasaan konsep siswa setelah diterapkan model STM dalam topik Usaha dan Energi.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi peneliti; dapat mengembangkan wawasan tentang model pembelajaran fisika khususnya model STM serta memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian. 2. Bagi peserta didik; dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep pada topik Usaha dan Energi melalui pembelajaran dengan model STM.
6
3. Bagi guru; dapat memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat mengaitkan antara fenomena atau isu di masyarakat tentang masalah teknologi dan sosial yang relevan dengan konsep-konsep fisika.
7
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis 1. Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Fisika a. Pengertian STM Model sains teknologi masyarakat sebagai suatu program pendidikan untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahu 1985. pada tahun 1986, model STM mulai diperkenalkan di Program Pasca Sarjana IKIP Bandung, sebagai salah satu mata kuliah. Sedangkan penelitian di kelas baru dilaksanakan pada tahun 1994.1 Sains teknologi masyarakat sebagai suatu perubahan yang utama di dalam pendidikan ilmu pengetahuan.2 Jadi, dalam pendidikan ilmu pengetahuan sains teknologi masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat mengubah cara berpikir siswa. Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris “Science Techology Society (STS)”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Lerning about Science and Society. Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.3 jadi, dalam pembelajaran menggunakan sains teknologi masyarakat bahwa teknologi dapat digunakan sebagai penghubung/penerapan antara sains dan masyarakat sehingga siswa dapat memahami apa yang telah dipelajari.
1
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005).
h. 111. 2
Elif Bakar, dkk, Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And Their Impilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, Volume 2, Number 3, December 2006. h. 19. 3 Anna Poedjiadi, Op.Cit., h. 99.
7
8
Menurut James E. Hollenbeck, STS means teaching and learning in the context of human experience.4 STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam model ini siswa diajak untuk meningkatkan kreatifitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep, dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.5 Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam Sabar Nurohman bahwa STM merupakan “an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that in order to meet the increasing demands of a technical society, education
must
integrate
across
disciplines”.
6
Dengan
demikian,
pembelajaran dengan model STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubunganhubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. Menurut Robert E. Yeger ada 5 bidang dalam model pembelajaran, yaitu: 1) konsep, 2) proses, 3) aplikasi, 4) kreativitas, dan 5) sikap.7 Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model STM adalah suatu pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui, dimana ilmu (sains) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan teknologi mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan. 4 James Edward Hollenbeck,(1998) Scince, Technology and Society:an American Approach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools, (Europe: A Plenary Presentation to the Foundation for Environmental), h. 6. 5 Glen S. Aikenhead, Research Into STS Science Education, (Canada : University of Sasakatchewan 2005),. 385. 6 Sabar Nurohman, Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, (Pendidikan Fisika FMIPA UNY). 7 Robert E. Yeger, Assessment Results with the Science/Technology/Society Approach, Oktober 1999,. h. 35
9
b. Model STM pada Pendekatan Konstruktivisme Model STM merupakan sebuah model pembelajaran yang merujuk pada pendekatan konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan cara belajar yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa tersebut dalam membentuk pengetahuannya.8 Teori yang dikenal dengan constructivist theories of leraning menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan itu apabila tidak lagi sesuai. 9 Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan (dissequilibrium). Selain itu, Jean Piaget dan Vygotsky juga menekankan pada pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dan dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kelompok akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Pengetahuan tidak dapat begitu saja dipindahkan dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman disini tidak harus pengalaman fisik, tetapi bisa diartikan juga pengalaman kognitif dan mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya (misconseptions), menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja 8
Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//Ilmuan Muda.Wordpress.com. Diakses tanggal 24 Februari 2010. 9 Muhammad Faiq Dzaki, Teori Konstruktivisme, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-konstruktivisme_06.html.
10
dipindahkan,
melainkan
harus
dikonstruksikan
atau
paling
sedikit
diinterpretasikan sendiri oleh siswa. Selama dua puluh tahun terakhir ini, konstruktivisme telah banyak diterapkan di Amerika, Eropa dan Australia. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut, yaitu a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial, b) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c) siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap sesuai dengan konsep ilmiah, dan d) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.10 Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menurut konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa
dalam
mengkoordinasikan
pengalaman
mereka
dengan
cara
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungannya. Tujuan pendidikan konstruktivisme adalah menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan tiap persoalan yang dihadapi Berdasarkan masalah atau isu di masyarakat yang ditemukan oleh siswa, guru mengarahkan dengan suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri, misalnya dengan eksperimen atau diskusi. Dengan cara ini guru telah menerapkan paham konstruktivisme dalam pembelajaran, yang dewasa ini sedang diminati para pendidik dan dijadikan dasar pembelajaran melalui model STM.
c. Tujuan Model STM Berdasarkan pengertian STM sebagaimana diungkapkan di bagian sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan model STM adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah10
Pristiadi Utomo, Op.Cit. h. 12.
11
masalah dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya (NSTA, 1991).11 Menurut Zudan K. Prasetyo, salah satu tujuan dari model STM adalah agar sekolah mengacu pada kurikulum yang dikaitkan dengan masalah-masalah sehari-hari yang ada di masyarakat sebagai dampak dari penerapan teknologi.12 Menempatkan pembelajaran sains dalam suatu konteks lingkungan dan kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan teknologi akan membuat sains dan teknologi lebih dekat dan relevan dengan kehidupan nyata semua siswa. Tujuan utama pendidikan sains dengan model STM adalah Mempersiapkan siswa menjadi warga negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan dan kesadaran untuk: 1) Menyelidiki,
menganalisa,
memahami,
dan
menerapkan
konsep-
konsep/prinsip-prinsip dan proses sains dan teknologi pada situasi nyata. Dalam hakikatnya pembelajarn model STM terutama dalam fisika adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara isu/masalah yang ada dalam keterkaitannya antara sains, teknologi dan masyarakat. Untuk itu dalam model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menelidiki, menganalisi dan memahami isu/masalah tersebut. 2) Melakukan perubahan. Pembelajaran model STM merupakan model pembelajaran yang menjembatani anata sains, teknologi, dan masyarakat sehingga dengan adanya model pembelajaran ini siswa mampu melakukan perubahan dalam pembelajaran sehari-hari terutama pmata pelajaran fisika. 3) Membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sains dan teknologi.
11
Purwanto,(2008) Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Inelligences) Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Fisika, (Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), h. 6. 12 Zhudan k. Prasetyo,(2006) Kapita Selekta Pembelajaran Fisika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 4.32.
12
Dalam pembelarannya siswa diusahakan mampu mengambil keputusan mengenai isu/masalah-masalah yang ada dalam kaitannya dengan sain teknologi masayarakat. 4) Merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalahmasalah yang sedang dihadapi. Perencanaan kegiatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok sehingga nantinya siswa dapat memahami mata pelajaran tersebut dan dapat menerapkannya di lingkungan kehidupan sehari-hari. 5) Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.13 Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan bahwa model STM dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, 2) peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/prespektis untuk menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.
d. Karakteristik Model STM Berdasarkan dengan tujuan model STM, Heath seperti yang di kutip oleh La Maronta Golib menyatakan bahwa secara operasional pembelajaran dengan model STM memiliki karakteristik, yaitu: 1) Diawali dengan isu-isu/masalah-masalah yang sedang beredar serta relevan dengan ruang lingkup isi/materi pelajaran dan perhatian, minat, atau kepentingan siswa. 2) Mengikutsertakan siswa dalam pengembangan sikap dan keterampilan dalam
pengambilan
keputusan
serta
mendorong
mereka
untuk
mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sains dan teknologi. 13
La Maronta G, (2002) Pendekatan STM dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, h. 47.
13
3) Mengintegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup kurikulum 4) Memperkembangkan literasi sains, teknologi , dan sosial.14 Menurut Yager dalam Hidayat seperti yang dikutip oleh Arnie Fajar program STM pada umumnya memiliki karakteristik/ciriciri sebagai berikut: 1) identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak, 2) penggunaan sumber daya setempat untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, 3) keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan seharihari, 4) Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa, 5) suatu pandangan bahwa isis daripada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasi siswa dalam tes, 6) penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi, 7) kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi, dan 8) identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak dimasa depan.15 Model STM dalam pembelajaran IPA merupakan perekat yang mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat. Isu-isu sosial dan teknologi yang terdapat di masyarakat merupakan karakteristik kunci dari model STM.16 Melalui model STM, para siswa belajar IPA dalam konteks pengalaman nyata, yang mencakup penerapan sains dan teknologi.Bentuk korelasi hubungan timbal balik antar unsur-unsur sains-teknologi-masyarakat dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Interaksi sains-teknologi-masyarakat17 14
Ibid., h. 51. Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2004). h. 25-26 16 I Wayan Sadia, Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, (Singaraja: Aneka Widya, 1999) h. 26. 17 La Maronta G, Loc.Citt., 15
14
Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat sangat erat hubungannya. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial (masyarakat), lingkungan alam (dipelajari dengan sains), dan lingkungan buatan (teknologi). Teknologi ini diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Teknologi dan sains saling melengkapi, sebab sains merupakan pengetahuan yang sistematis tentang alam dimana manusia hidup sedangkan teknologi merupakan metode sistematis yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari beberapa karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama model STM adalah pengungkapan masalah atau isu sosial teknologi diawal pembelajaran. Pembelajaran mengutamakan keaktifan siswa sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilisator saja. Pengungkapan permasalahan di awal pembelajaran dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan serta mengenalkan peranan sains dalam kehidupan kepada siswa. Dengan menganalisis permasalahan yang dihadirkan, diharapkan siswa dapat membuat suatu keputusan. Belajar dari suatu yang nyata akan membentuk siswa memahami materi pelajaran. Robert E Yager dan Rustaman Roy mengemukakan 4 perbandingan kontras antara STM yang dikemukakan oleh NSTA terhadap pengajaran tradisional seperti terlihat pada tebel 2.118 Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran STM dengan Model Pembelajaran Tradisional No 1
2 3 4
Model Pembelajaran STM Identifikasi masalah dengan minat/pengaruh yang kuat terhadap pembelajaran Menggunakan sumber daya lokal untuk mengatasi masalah Siswa dengan aktif mencari informasi Pusat pembelajaran siswa ada pada diri pribadi serta keingintahuan yang kuat
18
Model Pembelajaran Tradisional Pembelajaran menggunakan buku teks Menggunakan buku teks dalam mengatasi masalah Siswa bersikap pasif dalam pembelajaran Pusat pembelajaran siswa hanya pada informasi yang diberikan
Robert E. Yager and Rustam Roy, STS: Most Pervasive and Most Radical of Reform Appoarches to “Science” Education, The University of Lowa and Pennsylvania State University, 2000. h. 9.
15
Rumansyah
dan
Irhasyuarna
merangkum
perbedaan
antara
pembelajaran sains dengan pendekatan STM dan pembelajaran sains lainnya seperti terlihat pada tabel 2.2. 19 Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Model STM dengan Pembelajaran Sains Lainnya No.
1.
Pembelajaran sains
Pembelajaran pendekatan STM
lainnya
Sesuai dengan kurikulum dan berkaitan
Konsep berasal dari teks
dengan permasalahan yang dihadapi
sesuai kurikulum
masyarakat serta berusaha menjawab permasalahan tersebut. 2.
3.
Multidisipliner, melibatkan berbagai aspek
Monodisipliner dan
dan keilmuan dalam pembelajarannya
diajarkan secara terpisah
Topik /arah /fokus ditentukan siswa atau oleh
Topik /arah /fokus
isu /masalah yang ada di lingkungan sekitar 4.
ditentukan oleh guru
Pembelajaran dimulai dengan aplikasi sains
Pembelajaran dimulai dari
(teknologi) dalam masyarakat
konsep, prinsip, kemudian contoh
5.
Guru berperan sebagai fasilisator
Guru sebagai pemberi informasi
6.
7.
Menggunakan sumber daya yang ada di
Menggunakan sumber daya
lingkungan
yang ada di sekolah
Tugas utama siswa adalah mencari,
Tugas utama siswa adalah
mengolah dan menyimpulkan
memahami isi buku teks
e. Tahap Pembelajaran STM Model
STM
terdiri
dari
serangkaian
tahap
pembelajaran.
Keterlaksanaan setiap tahap sangat mendukung dan menentukan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Pembelajaran STM banyak menggunakan 19
Rumansyah dan irhasyuarna, Prospek Penerapan Pendekatan Sains-TeknologiMasyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di Kalimantan Selatan , Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7,, h. 195.
16
sumber belajar yang ada dimasyarakat yang berhubungan dengan materi dan permasalahan teknologi yang akan dikaji. Pembelajaran bersifat fleksibel karena guru leluasa untuk menerapkan berbagai strategi dan metode belajar. Hal ini memungkinkan pendekatan STM melatih pola pikir yang divergen, kerja kelompok diskusi kelas yang berpusat pada siswa, pemecahan masalah, simulasi, pengambilan keputusan, dan debat dengan menggunakan sumber belajar yang ada di masyarakat. Tahapan pembelajaran STM pada model STM terdiri dari: 1. Pendahuluan Tahap ini membedakan STM dengan pendekatan pembelajaran yang lainnya. Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat. Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri, namun apabila guru tidak mendapatkan tanggapan dari siswa, maka masalah dapat saja dikemukakan oleh guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan. Dalam tahap ini guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan eksplorasi melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan diluar kelas secara berkelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran memungkinkan
siswa
mengkonstruksi
pengetahuannya
sejak
awal.
Selanjutnya kostruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan pada tahap pembentukan dan pemantapan konsep.
2. Pembentukan konsep Pada tahap pembentukan konsep guru dapat melakukan berbagai metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, bermain peran, dan sebagainya. Pendekatan STM juga memungkinkan diterapkannya berbagai pendekatan seperti pendekatan ketrampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep siswa diharapkan mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap
17
pembentukan konsep, siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap masalah yang disampaikan pada awal pembelajaran telah sesuai dengan konsep para ilmuwan. 3. Aplikasi konsep Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat menganalisis isu dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsepkonsep yang telah dipahami siswa dapat menggunakan produk teknologi listrik dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain, misalnya bahaya akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain siswa menjadi hemat dalam menggunakan beraneka sumber energy. Dalam kehidupan seharihari setelah mengetahui terbatasnya energy saat ini. 4. Pemantapan Konsep Pada tahap ini, guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa yang keliru. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat sangat besar kemungkinan guru tidak menyadari adanya kesalahan konsepsi pada tahap pembelajaran sebelumnya.
Pemantapan konsep penting sebab
mempengaruhi retensi materi siswa. 5. Evaluasi Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Berbagai kegiatan penilaian dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan STM.
18
Alur pembelajaran STM dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.20 Pendahuluan: Inisiasi/invitasi/apersepsi/ eksplorasi thd siswa
Tahap 1
Isu/masalah
Tahap 2
Pembentukan/ pengembangan konsep
Pemantapan konsep
Pemantapan konsep
Tahap 3
Aplikasi konsep dalam kehidupan: penyelesaian masalah atau analisis isu
Tahap 4
Pemantapan konsep
Tahap 5
Penilaian
Gambar 2.2. Model Pembelajaran STM (Poedjiadi, A. 2006)
Jadi, tujuan yang ingin dicapai dari model STM dalam pembelajaran adalah model interdisiplin ilmu dalam pembelajaran sains, memberikan siswa pengetahuan
tentang
keadaan
dunia
yang
sebenarnya,
memberikan
kesempatan siswa untuk membentuk pemahaman yang kritis tentang hubungan sains, teknologi dan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas dan kepercayaan diri siswa untuk mengaplikasikan sains dalam kehidupan sehari-harinya.
20
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005). h. 126.
19
2. Konsep a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran Mempelajari fisika pada dasarnya menguasai kumpulan hukum, teori, prinsip dan tau rumus yang terbangun oleh konsep sesuai kajiannya. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak.21 Jadi, konsep disini merupakan sesuatu yang nyata sehingga nantina siswa dapat memahami pembelajaran tersebut. Dua tujuan utama dari pendidikan adalah meningkatkan ingatan dan transfer.
Ingatan
didefinisikan
sebagai
kacakapan
untuk
menerima,
menyimpan dan menerima kesan-kesan.22 Sedangkan transfer dalam belajar atau yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya (Reber 1998).23 Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lain.24 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ingatan merupakan suatu kemampuan untuk mengingat atau memanggil kembali materi yang telah diperoleh dengan cara yang hampir sama seperti saat belajar, sedangkan transfer adalah kemampuan menggunakan materi yang telah diperoleh untuk memecahkan masalah baru, menjawab pertanyaan baru atau untuk mempermudah mempelajari materi baru. Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan masalah. Menurut Sutarto, konsep secara sederhana dapat dimengerti sebagai katagaori suatu rangsangan (stimulus) berdasarkan atribut-atribut yang 21
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 71. Ibid, h. 128. 23 Muhibbin Syah, PsikologiBelajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 159. 24 Ibid. 22
20
dimilikinya.25 Dengan terkonsepnya rangsangan oleh siswa dengan baik diharapkan siswa dengan mudah menemui dan memunculkan kembali dalam bentuk konsep pada situasi dan kondisi yang lain. Jadi, konsep dapat diartikan menurut penulis sebagai sesuatu fakta, peristiwa dan pengalaman melalui generalisasi yang merupakan sesuatu gagasan atau ide. Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimilki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan.26 Kemampuan individu dalam mengkonsep rangsangan baru memiliki tingkatan yang berbeda-beda, yang disebut tingkatan pencapaian konsep. Klausimer mengkategorikan tingkat pencapaian konsep menjadi 4 (empat) yaitu : tingkat konkrit, tingkat identitas, tingkat klasifikatoris dan tingkat formal.27 1) Tingkat konktir, yaitu tingkat menghafal hingga diskriminasi, pada tingkat ini individu akan merespon rangsangan bila rangsangan telah dikenal sebelumnya. 2) Tingkat identitas, pada tingkat ini individu telah dapat merespon rangsangan baru berdasarkan konsep-konsep rangsangan sejenis yang telah dikenal sebelumnya. 3) Tingkat klasifikatoris, pada tingkat ini individu akan nampak telah dapat mengenal kesetaraan dua atau lebih rangsangan yang berbeda dari kelas yang sama, walaupun pada saat itu mereka belum dapat menentukan criteria atribut atau menentukan nama konsep rangsangan tersebut. 4) Tingkat formal, pada tingkat ini individu sudah memiliki kemampuan untuk menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep suatu rangsangan, dengan demikian pada tingkat ini mereka mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi nama atribut-atribut, dan mengevaluasi rangsangan.
25
Sutarto, Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11 (054), 2005, h. 327 26 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisi Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 14. 27 Sutarto, Op.Cit.,h. 332.
21
Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep dalam ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang merupakan penguasaan bahan pelajaran yang berkenaan dengan kemampuan berfikir setelah pembelajaran. Bloom dan kawan-kawannya seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto menyusun konsep taraf kompetensi kognitif ke dalam enam jenjang atau tingkatan yang kompelksitasnya bertingkat.28 1. Mengingat berupa kemampuan untuk mempelajari fakta serta mengingat kembali materi-ide-prinsip yang sudah dipelajari, 2.Pemahaman berupa kemampuan untuk menjelaskan ide dan konsep, 3.Penerapan yaitu kemampuan menggunakan materi yang sudah dipelajari dalam situasi baru dan dunia nyata, 4.Menganalisa berupa kemampuan untuk menguraikan materi kedalam bagian-bagian dan melihat hubungannya termasuk klasifikasi analisa dan membedakan bagian-bagian, 5.Sintesis
berupa
kemampuan
untuk
menyesuaikan
keputusan
atau
serangkaian tindakan, 6.Evaluasi adalah kemampuan untuk membangkitkan produk baru, ide atau cara pandang terhadap sesuatu. Cara paling objektif untuk memperoleh kebenaran suatu konsep adalah dengan menggunakan metode ilmiah. Suatu konsep dikatakan objektif jika dapat dikonfirmasikan dengan kenyatannya, artinya symbol yang ada dalam konsep tersebut dapat dileusuri keberadaanya di alam nyata.29 Dari beberapa pengertian di atas, penguasaan konsep dapat diartikan kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan menilai ide atau buah piker seseorang atau sekelompok orang tentang alam nyata yang diperolehnya dari fakta peristiwa, dan pengalaman.
28
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara 2006),. h. 117-120 29 http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/discovery-inquiry-sts-fisika/ Di akses tanggal 20 April 2009
22
Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam mengajarkan konsep, yaitu sebagai berikut . 1. Tetapkan perilaku yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah mempelajari konsep. 2. Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang kompleks dan menjadi atribut-atribut dominant. 3. Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa. 4. Memberikan contoh-contoh yang positif dan negative mengenai konsep. 5. Menyajikan contoh-contoh. 6. Sambutan siswa dan penguatan ( reinforcement). 7. Menilai belajar konsep.30
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Konsep Banyak faktor yang mempengaruhi penguasan konsep terhadap suatu konsep pembelajaran, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam memperbaiki penguasaan konsep siswa tidak akan terlepas dari faktor intern siswa itu sendiri. Guru yang merupakan faktor ekstern dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena guru dianggap sebagai salah satu sumber belajar dan sumber informasi serta dapat diajak untuk berkomunikasi secara langsung tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Motivasi dan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga sangat mempengaruhi proses pembelajarn. Siswa yang memilki motifasi dan minat yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran, akan lebih mudah menerima pelajaran yang akan mempengaruhinya terhadap penguasaan konsep tertentu. Siswa akan bekerja lebih keras jika mereka mempunyai minat dan perhatian pada pembelajanya. Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Misalnya memberikan tugas yang jelas dan dapat 30
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : PT. Bumi Aksara). h. 165 - 169
23
dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi siswa, dan hukuman secara efektif dan tepat guna. Selain itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus menggunakan media yang tepat dan variasi metode pembelajaran agar konsep yang dipelajari siswa mudah dimengerti. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat mempermudah proses belajar siswa. Selain itu, penggunaan media pembelajaran bertujuan agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien untuk tercapainya tujuan. Dengan media yang tepat, mempermudah guru menyampaikan suatu konsep tertentu dan siswa lebih mudah menerima dan mendapatkan suatu konsep tertentu.
3. Sifat Konsep Energi a. Usaha Usaha alias Kerja yang dilambangkan dengan huruf W (Work-bahasa inggris), digambarkan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh Gaya (F) ketika Gaya bekerja pada benda hingga benda bergerak dalam jarak tertentu. Hal yang paling sederhana adalah apabila Gaya (F) bernilai konstan (baik besar maupun arahnya) dan benda yang dikenai Gaya bergerak pada lintasan lurus dan searah dengan arah Gaya tersebut.31 Secara matematis, usaha yang dilakukan oleh gaya yang konstan didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya yang searah dengan perpindahan.
Persamaan
matematisnya adalah :
W = Fs cos 0 = Fs (1) = Fs
31
Mikrajudin, IPA Terpadu SMP dan MTS, (Jakarta: Erlangga 2007). h. 33.
24
W adalah usaha alias kerja, F adalah besar gaya yang searah dengan perpindahan dan s adalah besar perpindahan. Apabila gaya konstan tidak searah dengan perpindahan, sebagaimana tampak pada gambar di bawah, maka usaha yang dilakukan oleh gaya pada benda didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan dengan komponen gaya yang searah dengan perpindahan. Komponen gaya yang searah dengan perpindahan adalah F cos
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Hasil perkalian antara besar gaya (F) dan besar perpindahan (s) di atas merupakan bentuk perkalian titik atau perkalian skalar. Karenanya usaha masuk dalam kategori besaran skalar. Pelajari lagi perkalian vektor dan skalar kalau dirimu bingun… Persamaan di atas bisa ditulis dalam bentuk seperti ini:32
BESARAN Usaha (W) Gaya (F)
Perpindahan ( x )
32
SATUAN MKS joule newton meter
SATUAN CGS erg dyne cm
Dedi Hidayat, Prinsip-prinsip Fisika, (Jakarta: Yudistira, 2000). h. 243.
25
Perlu anda pahami dengan baik bahwa sebuah gaya melakukan usaha apabila benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Jika benda tidak berpindah tempat maka gaya tidak melakukan usaha. Agar memudahkan pemahaman anda, bayangkanlah anda sedang menenteng buku sambil diam di tempat. Walaupun anda memberikan gaya pada buku tersebut, sebenarnya anda tidak melakukan usaha karena buku tidak melakukan perpindahan. Ketika anda menenteng atau menjinjing buku sambil berjalan lurus ke depan, ke belakang atau ke samping, anda juga tidak melakukan usaha pada buku. Pada saat menenteng buku atau menjinjing tas, arah gaya yang diberikan ke atas, tegak lurus dengan arah perpindahan. Karena tegak lurus maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Cos 90o = 0, karenanya berdasarkan persamaan di atas, nilai usaha sama dengan nol. Contoh lain adalah ketika dirimu mendorong tembok sampai puyeng… jika tembok tidak berpindah tempat maka walaupun anda mendorong sampai banjir keringat, anda tidak melakukan usaha. Kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah gaya tidak melakukan usaha apabila gaya tidak menghasilkan perpindahan dan arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan. b. Energi Segala
sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari
membutuhkan energi. Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk bergerak dan energi itu diperoleh dari bahan bakar. Hewan juga membutuhkan energi untuk hidup, sebagaimana manusia dan tumbuhan. Energi merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam fisika. Konsep yang sangat erat kaitannya dengan usaha adalah konsep energi. Secara sederhana, energi merupakan kemampuan melakukan usaha. Definisi yang sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau kurang valid untuk beberapa jenis energi (misalnya energi panas atau energi cahaya tidak dapat melakukan kerja). Definisi tersebut hanya bersifat umum. Secara umum, tanpa energi kita tidak dapat melakukan kerja. Sebagai contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang mogok, usaha alias kerja yang kita lakukan menggerakan sepeda motor tersebut.
26
Pada saat yang sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena sebagian energi kimia dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor. Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap. Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis energi. Energi kimia pada bahan bakar membantu kita menggerakan kendaraan, demikian juga energi kimia pada makanan membantu makhluk hidup bertahan hidup dan melakukan kerja. Dengan adanya energi listrik, kita bisa menonton TV atau menyalakan komputer sehingga bisa bermain game sepuasnya. Ini hanya beberapa contoh dari sekian banyak jenis energi dalam kehidupan kita. Misalnya ketika kita menyalakan lampu neon, energi listrik berubah menjadi energi cahaya. Energi listrik juga bisa berubah menjadi energi panas (setrika listrik), energi gerak (kipas angin) dan sebagainya. Banyak sekali contoh dalam kehidupan kita, dirimu bisa memikirkan contoh lainnya. Secara umum, energi bermanfaat bagi kita ketika energi mengalami perubahan bentuk, misalnya energi listrik berubah menjadi energi gerak (kipas angin), atau energi kimia berubah menjadi energi gerak (mesin kendaraan). Pada kesempatan ini kita akan mempelajari dua jenis energi yang sebenarnya selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni energi potensial dan energi kinetik translasi. Energi potensial dapat berubah bentuk menjadi energi kinetik ketika benda bergerak lurus dan sebaliknya energi kinetik juga bisa berubah bentuk menjadi energi potensial. Total kedua energi ini disebut energi mekanik, yang besarnya tetap alias kekal.
27
Energi Kinetik. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya berbanding lurus dengan massa benda dan kuadrat kecepatannya.33 Ek = ½ m v2 Ek = Energi kinetik ; m = massa benda ; v = kecepatan benda
SATUAN BESARAN
SATUAN MKS
SATUAN CGS
Energi kinetik (Ek)
joule
erg
Massa (m)
Kg
gr
Kecepatan (v)
m/det
cm/det
Usaha = perubahan energi kinetik. W = Ek = Ek2 – Ek1
ENERGI POTENSIAL GRAFITASI Energi potensial grafitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini juga disebut energi diam, karena benda yang diam-pun dapat memiliki tenaga potensial. Sebuah benda bermassa m digantung seperti di bawah ini.
m g
h
33
Ibid, h. 250.
28
Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh. Maka benda melakukan usaha, karena adanya gaya berat (w) yang menempuh jarak h. Besarnya Energi potensial benda sama dengan usaha yang sanggup dilakukan gaya beratnya selama jatuh menempuh jarak h. Ep = w . h = m . g . h Ep = Energi potensial , w = berat benda , m = massa benda ; g = percepatan grafitasi ; h = tinggi benda SATUAN BESARAN
SATUAN MKS
SATUAN CGS
Energi Potensial (Ep)
joule
erg
Berat benda (w)
newton
dyne
Massa benda (m)
Kg
gr 2
Percepatan grafitasi (g)
m/det
cm/det2
Tinggi benda (h)
m
cm
Energi potensial grafitasi tergantung dari : percepatan grafitasi bumi kedudukan benda massa benda ENERGI POTENSIAL PEGAS. Energi potensial yang dimiliki benda karena elastik pegas. Gaya pegas (F) = k . x Ep Pegas
(Ep) = ½ k. x2
k = konstanta gaya pegas ; x = regangan Hubungan usaha dengan Energi Potensial : W = Ep = Ep1 – Ep2 ENERGI MEKANIK Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan energi potensial suatu benda. Em = Ek + Ep
29
HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Jadi energi itu adalah KEKAL. Em1 =
Em2
Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2
ENERGI
Bentuk Energi
EK, EP, EM
Perubahan Energi
Hukum Kekekalan Energi
4. Motivasi Belajar Woodwort seperti dikutip oleh Wina Sanjaya mengatakan: “motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals”. Suatu motif adalah suatu set yang bisa membuat individumelakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.34 Dengan demikian, perilaku atau tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujian tertentu sangat trergantung dari motivasi yang dimiliknya. Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujian tertentu. Menurut Mc. Donald seperi dikutip oleh Sardiman dalam bukunya interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
34
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), h.27.
30
dengan tangggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian ini terlihat bahwa dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu:35 a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi rel;evan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong makhluk untuk bertingkah laku atau bertindak ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Menurut Hudoyo, motivasi belajar adalah dorongan untuk mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh sehingga memiliki pengertian
yang
lebih
mendalam
mengerahmendapatkan kepandaian.
36
dalam
bidang
tersebut
untuk
Dari pengertian motivasi belajar yang
dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau kehendak untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pembahasan macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berawal dari luar diri seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik”. 1) Motivasi intrinsik
35
Sardiman A. M, interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 73. 36 ”Motivasi Belajar” artikel diakses pada 19 Desember 2007 dari http://www.damandiri.or.id/file/naniktunpabsbab2.pdf, h. 28.
31
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.37 Motivasi intrinsik juga dapat diartikan sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar. Misalnya: keinginan untuk memahami suatu konsep; keinginan untuk memperoleh pengetahuan, keinginan untuk memperoleh keterampilan, dan sebagainya. Apabila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dari dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajajari akan dibutuhkan dan sangat berguna di masa mendatang. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yan gterdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai yaitu belajar, karena tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan dan menjadi seorang ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial. 2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar atau motivasi yang datangnya dari luar individu. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak
37
h.149
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.1,
32
mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, dan sebagainya.38 Perlu ditegaskan bahwa motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Hal ini disebabkan karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen komponen lain dalam proses pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi intrinsik. Berdasarkan penjelasan macam-macam motivasi belajar di atas, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya merupakan pendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Namun, tentunya agar aktifitas dalam belajar tersebut memberikan kepuasan atau ganjaran di akhir kegiatan belajar, maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi intrinsik.
5. Hasil Penelitian Relevan Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model sains teknologi dan masyarakat antara lain adalah sebagai berikut: I Made Wirata dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan Bantuan DiagnosisPreskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadina peningkatan hasil belajar siswa dan siswa sudah cukup memahami, dan mengenal berbagai perkembangan isu-isu sains, teknologi dan sosial, terutama yang terkait erat dengan keadaan lingkungan di sekitar siswa.39 Ida Bagus Putu Arnyana dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III 38
Ibid., h.151 I Made Wirata, Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000. 39
33
Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999”. Fokus masalah yang terdapat dalam penelitian ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa mengenai pembelajaran biologi karena dirasakan mata pelajaran biologi sebagai beban yang harus diingat, dihafal, dipahami, dan tidak dirasakan maknanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga minat dan motivasi belajar siswa masih sangat rendah. Untuk itu peneliti menggunakan model STM dalam pembelajaran biologi. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang tinggi.40 I Made Rideng dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar Siswa SLTP”. Hasil penelitiannya adalah kualitas proses belajar mengajar untuk kelompok yang diajar dengan model pembelajaran IPA dengan pendekatan sains teknologi dan masyarakat lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang diajar dengan pendekatan konvensional. skor rata-rata masingmasing hasil pengamatan 2,96 dan 1,84 untuk skala 1-4. 41 Ni Ketut Rapi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP”. Temuan-temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat penguasaan siswa kelas eksperimen terhadap konsep-konsep IPA adalah cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang sekali. (2) literasi sains dan teknologi siswa kelas eksperimen berkualitas lebih dari cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang. (3) pendekatan STM lebih efektif daripada pendekatan konvensional dalam pembelajaran konsep suhu dan kalor. 42
40
Ida Bagus Putu Arnyana, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000. 41 I Made Rideng,(2000) Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar SIswa SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 4 TH. XXIII Januari. h.56 42 Ni Ketut Rapi, Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 1 TH. XXII Januari 1999. h.175
34
B. Kerangka Pikir Konsep-konsep fisika merupakan konsep yang cukup sulit untuk dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, oleh karena itu diperlukan metode yang menarik minat para siswa agar konsep fisika mudah diserap dan dipahami oleh setiap siswa. Rendahnya penguasaan atau pemahaman tidak terlepas dari penggunaan metode, model, atau pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik. Salah satu model pengajaran yang tepat untuk membuat siswa memahami terhadap konsep-konsep atau prinsip-prinsip fisika, dan juga menanamkan pemahaman siswa terhadap teknologi yang berkaitan dengan konsep tersebut, dan kemungkinan penggunaanya di dalam masyarakat atau dalam kehidupan sehari-sehari yaitu melalui model STM. Dalam model STM peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan untuk mensikapi berbagai situasi yang berkembang di dalam masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah dan peseta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial. Dengan demikian dapat diduga bahwa model STM akan dapat mempertinggi pencapaian penguasaan konsep fisika siswa.
35
Masalah: D 1. Kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) 2. Pembelajaran Usaha dan energy masih belum bersifat kontekstual 3. Penguasaan konsep peserta didik pada topic Usaha dan Energi masih rendah 3
Siswa kurang termotivasi belajar fisika
Model pembelajaran yang mengaitkan antara sains, teknologi, dan masayarakat
1. Menjembatani antara sains teknologi masyarakat 2. Memecahkan isu/masalah yang ada dalam masyarakat 3. Siswa lebih cepat menguasai konsep pembelajaran
Motivasi siswa meningkat
Penguasaan konsep siswa meningkat
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh penerapan model STM terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen atau eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.1 Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N 48 Jakarta. Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penulisan skripsi ini adalah pada Juli 2009 sampai Mei 2010. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2010.
C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah “pretest – posttest control group design”.2
Sebelum proses pembelajaran dimulai dilakukan tes awal (pretest)
untuk kedua kelompok, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa. Kemudian setelah akhir penelitian (selesai pertemuan pokok bahasan) diadakan tes akhir (posttest) dengan butir yang sama pada kedua kelompok. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah model sains teknologi msayarakat. Setelah mendapatkan data, kemudian dianalisa untuk mengetahui apakah penggunaan model sains teknologi masyarakat dalam pengajaran fisika berpengaruh untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Skema disain digambarkan sebagai berikut:
1
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165. 2 Ibid., h. 222.
36
37
Tabel 3.1 Desain Penelitian Subjek
Pre-test
Perlakuan
Pos-test
Kelompok eksperimen
X1
XA
X2
Kelompok kontrol
X1
XB
X2
Pada Tabel 1 tersebut, XA adalah perlakuan (treatment) berupa penerapan pendekatan STM pada kelompok A sedangkan XB adalah perlakuan (treatment) berupa penerapan model konvensional.
D. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Menurut Suharsimi Arikunto,
populasi adalah keseluruahn subjek
penelitian.3 Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 48 Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu : Populasi target
: Seluruh siswa SMP N 48 Jakarta Selatan.
Populasi terjangkau
: Seluruh kelas VIII SMP N 48 Jakrta Selatan yang berjumlah 7 kelas.
2.
Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.4 Artinya
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang dipelajari sampel kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu kelas VIII-1 dan VIII-3 SMP Negeri 48 Jakarta.
E. Teknik Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau melalui teknik “purposive sampling”, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.5 3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), edisis revisi IV Cet. Ke-13, h. 1130 4 Ibid., h. 131. 5 Ibid., h. 139-140.
38
F. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono, “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”6 Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel x atau variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel y atau variabel terikat (Dependent Variabel). 1. Variable bebas (Independent Variabel) yaitu model sains teknologi masyarakat (STM) a) Definisi konseptual model STM adalah pendekatan pengajaran yang mengacu pada konsep yang terdapat di dalam kurikulum dan yang ada masalah yang terdapat pada masyarakat sebagai dampak dari penerapan teknologi. b) Definisi operasional model STM adalah pengajaran yang diawali dengan masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat yang terkait dengan proses pembelajaran. 2. Variable terikat (Dependent Variable) yaitu penguasaan konsep fisika a) Definisi konseptual yaitu penguasaan konsep adalah terjadinya perubahan kepandaian, atau kemampuan seseorang dimana proses tersebut berubah tahap demi tahap pada mata pelajaran fisika. b) Definisi operasional yaitu penguasaan konsep adalah skor atau nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran fisika.
6
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2008), cet.13, h. 3.
39
G. Alur Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan berbagai tahapan sehingga peneliti dapat mengetahui dengan pasti permasalahan apa yang ada dalam sekolah tersebut. Survei Pendahuluan
Masalah Pembelajaran Pendahuluan Penyusunan Instrumen
Membuat Perangkat Pembelajaran
Uji Coba + Analisis
Pretest
Alur Penelitian
Pelaksanaan
Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat
Posttest
Analisis Data
Hasil Penelitian Akhir Penarikan Kesimpulan
Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian
40
Alur penelitian yang dibuat peneliti memiliki 3 tahapan, yaitu : 1. Pendahuluan Dalam pendahuluan terdapat 5 tahapan yang dilakukan peneliti, yaitu a) peneliti melakukan survei ke sekolah, b) megidentifikasi masalah pembelajaran, c) melakukan penyusunan instrumen, d) membuat perangkat pembelajaran, dan e) melakukan uji coba. 2. Pelaksanaan Pada tahapan ini hasil dari uji coba instrumen diberikan kepada siswa sebelum diterapkan model STM untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah itu, diberikan model STM dalam pembelajaran dan terakhir kembali diberikan tes untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan model STM dalam pembelajaran. 3. Akhir Pada tahapan akhir peneliti membuat analisis data serta hasil penelitian yang telah dilakukan dah terakhir memberikan kesimpulan terhadap penelitian.
H. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang valid dan aktual, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan dua buah data. Data utama adalah penguasaan konsep fisika yang diperoleh dari penyelenggaraan pretest dan posttest. Data penunjang penelitian adalah data hasil angket berupa motivasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
I.
Instrumen Penelitian Jenis tes yang digunakan yaitu tes objektif penguasaan konsep fisika dalam
bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban, yaitu a, b, c, dan d. Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur sejauh mana efektifitas model STM untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa pada materi usaha dan
41
energi diperlukan data tentang kemampuan penguasaan konsep fisika siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Atas dasar ini, teknik pengambilan data dilakukan dua kali dengan instrumen pengukuran berupa soal pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal, dengan pensekoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Tes yang diberikan sebelum perlakuan disebut tes awal (pretest), dan tes yang diberikan setelah perlakuan disebut tes akhir (posttest). 1. Instrumen Tes Berikut ini tabel penyusunan kisi-kisi instrumen tes untuk mengukur hasil belajar fisika berdasarkan indikator yang akan dicapai Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep No 1
2 3 4 5
6
7 8 9
Indikator Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Mendeskripsika perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari Membedakan energi kinetik dan energi potensial. Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial Menjelaskan hukum kekekalan energi Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang tidak dapat diperbaharui. Menjelaskan pengertian usaha Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik Menganalisis hubungan antara usaha dan daya
C1
Aspek Kognitif C2 C3
C4
Jumlah
1*
2*
2
3*
4*
2
7*
1
8*
10*
2
12*, 13*
15*
3
16*
18*
19*
20*, 22*
2
23*
4
25*
26*
2
28*
30*
2
Ket. Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba instrument yang dilakukan.
42
2. Kalibrasi Instrumen Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk penelitian terlebih dulu harus dilakukan uji kelayakan yaitu: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk mengetahui bahwa tes yang akan dipakai memenuhi keempat kriteria tersebut.
a. Uji Validitas Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang di evaluasi tersebut. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang sebenarnya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item denmgan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus ”point biserial” :7 rpbi
M p Mt SDt
p q
Keterangan: rpbi
= Koefisien Korelasi Pont Biserial
Mp
= Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar
Mt
= Mean skor total
SDt
= Standar deviasi dari skor total
P
= Proporsi peserta tes yang menjawab benar
Q
= Proporsi peserta tes yang menjawab salah, q = 1 – p Perhitungan uji validitas bisa dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 21 soal yang dinyatakan valid. Diantara 21 soal yang valid ini selanjutnya akan dipilih kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian ini. Adapun butir soal yang valid terdapat pada tabel 3.2. 7
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), cet. 1, h. 187.
43
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu :8
r11
2(r1
1 2 2
1 r1
)
1 2 2
Keterangan: r11
: koefisien reliabilitas instrument
r1
: rxy yang disebutkan indeks korelasi antara dua belahan instrumen
1 2 2
Perhitungan uji reabilitis dapat dilihat pada lampiran 9. Metode yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas ini adalah metode ganjil-genap. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0,91. Nilai ini termasuk kategori tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini. c. Taraf Kesukaran Untuk mengetahui apakah soal-soal yang diberikan termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau sukar, maka digunakna perhitungan taraf kesukaran dengan rumus :9
Js
Keterangan P
: Indeks kesukaran untuk setiap butir soal
B
: Banyak Peserta didikyang menjawab benar
Js
: Jumlah seluruh Peserta didikyang mengikuti tes
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed. Revisi, cet. 8, h. 100-101. 9 Ibid, h 208
44
Penentuan kriteria indeks kesulitan soal sebagai berikut Tabel 3.3 Katagori Derajat Kesukaran Rentang Nilai
Katagori
0,00 ≤ I < 0,30
Sukar
0,31 ≤ I < 0, 70
Sedang
0,71 ≤ I ≤ 1,00
Mudah
Perhitungan taraf kesukaran bias dilihat pada lampiran 10. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 24 soal dinyatakan sedang, dan 6 soal dinyatakan sukar. Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah. Dengan demikian, instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini. d. Daya Pembeda Soal Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswayang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (lemah prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:10 D = PA – PB, dimana PA =
BA B dan PB = B JA JB
Keterangan: D
= daya pembeda
PA = proporsi kelas atas PB = proporsi kelas bawah BA = banyak siswakelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal BB = banyak siswakelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir soal JA
= jumlah siswakelas atas
JB
= jumlah siswakelas bawah 10
Ibid, h. 213
45
Tabel 3.4 Katagori Daya Pembeda Rentang Nilai D < 0,20
Katagori jelek (poor)
D = 0,20 – 0,40
cukup (satisfactory)
D = 0,40 – 0,70
Baik (good)
D = 0,7 – 1
Sangat baik (excellent)
Perhitungan daya pembeda bisi dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 4 soal yang dinyatakan drop, 6 soal dinyatakan cukup, 12 dinyatakan baik, dan 8 soal dinyatakan baik sekali. Soal-soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya beda yang baik sekali, baik, atau cukup
3. Instrumen Non Tes Instrumen non tes dalam penelitian ini yaitu lembar angket motivasi belajar. Dalam penelitian kuantitatif, lembar angket lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrumen lain. Angket pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui motivasi siswa pada pembelajaran model STM.
J.
Teknik Analisis Data Setelah melakukan uji instrumen, maka dilakukan penelitian. Data yang
diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis supaya hasilnya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis. Dalam pengolahan dan penganalisaan data tersebut digunakan statistik. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan statistik untuk pengolahan data tersebut adalah:
46
1.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat, dengan rumus ;11 X2
oi Ei 2 Ei
Simbol Oi pada persamaan tersebut menunjukan frekuensi obserfasi sedangkan simbol Ei
menunjukan frekuensi ekspektasi (harapan). Kriteria
pengujian nilai chi-kuadrat adalah sebagai berikut: a. Jika X2hitung ≤ X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data terdistribusi normal) b. Jika X2hitung > X2tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima ( data tidak terdistribusi normal) 2.
Uji Homogenitas Sedangkan uju homogenitas varians yang digunakan adalah uji F, yaitu:12
F
Variansi besar Variansi kecil
Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut : a. Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (homogen) b. Fhitung > Ftabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima (tidak homogen)
3.
Uji Hipotesis Setelah prasyarat analisis data dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t ini digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen dan biasa digunakan untuk membandingkan akibat dua treatment yang dilakukan pada suatu penelitian. Uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Menentukan Uji Statistik13
11 12
M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 149-150. Ibid., h. 161.
47
t=
X1 X 2 dsg
dengan dsg
1 1 n1 n2
n1 1V1 n2 1V2 n1 n2 2
Keterangan: N1 = Jumlah sampel kelompok 1 N2 = Jumlah sampel kelompok 2 V1 = Varians data kelompok eksperimen 1 (sd1)2 V2 = Varians data kelompok kontrol 1 (sd2)2 dsg = nilai deviasi standar gabungan X 1 = rata-rata data kelompok 1 X 2 = rata-rata data kelompok 2
4.
Pengujian Hipotesis Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Ho : µ 1 = µ 2 H1 : µ 1 > µ 2
Keterangan: Ho = Hipotesis nihil H1 = Hipotesis alternatif µ 1 = Penguasaan konsep peserta didik sesudah diberi pembelajaran dengan model sains teknologi masyarakat µ 2 = Penguasaan kosep peserta didik sesudah diberi pembelajaran dengan model konvensional
13
Ibid., h. 161-162.
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil analisis data pretest diperoleh histogram seperti gambar 4.1 12
Jumlah Siswa
10 8 Kelas Eksperimen
6
Kelas Kontrol
4 2 0 15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
Jarak Antar Kelas
Gambar 4.1 Histogram Tes Penguasaan Konsep (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai pada interval 15-19, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 3 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 20-24, pada kelas kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 9 orang mendapat nilai pada interval 25-29 pada kelas kontrol sebanyak 7 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 30-34, pada kelas kontrol sebanyak 10 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 35-39, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval 40-44, pada kelas kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 20, sedangkan pada kelas kontrol 15. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 40. Nilai rata-rata 47
48
yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 42,6, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 55%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 45%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 42,7, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 47,5%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.
B. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil analisis data posttest diperoleh histogram seperti gambar 4.2 16 14 Jumlah Siswa
12 10 Kelas Eksperimen
8
Kelas Kontrol
6 4 2 0 40-46
47-53
54-60
61-67
68-74
75-81
Jarak Antar Kelas
Gambar 4.2 Histogram Tes Penguasaan Konsep (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen terdapat 2 siswa yang mendapatkan nilai pada interval 40-46, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 2 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas eksperimen sebanyak 1 orang mendapatkan nilai pada interval 47-53, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 3 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang mendapat nilai pada interval 54-60 sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 8 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval 61-67, pada kelas kontrol sebanyak 9 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 68-74, pada kelas kontrol sebanyak 5 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 14 orang mendapatkan nilai pada interval
49
75-81, pada kelas kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 40, sedangkan pada kelas kontrol juga 40. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 81. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 68,34, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 50%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 50%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 62,42, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 47,5%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian. Tabel 4. 1 Rekapitulasi Data Hasil Instrumen Tes Data Skor Max Skor Min Rata-rata Median Modus SD
Pretest Eksperimen Kontrol 40 40 20 15 29,53 28,93 30 29,25 25 30,75 5,56 7,27
Posttest Eksperimen Kontrol 85 80 45 40 68,34 62,42 69,7 62,46 69,7 61,9 11,29 9,68
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata nilai posttest pada kelompomk eksperimen dengan menggunakan model sains teknologi masyarakat sebesar 68,34 dan kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional sebesar 62,42. Jadi, dapat didapatkan bahwa dengan menggunakan model STM dalam pembelajaran dapat meningkatkan nilai belajar siswa.
1. Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas VIII Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berikuti ini adalah tabel rekapitulasi uji Nilai Normal Gain (N-Gain). Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelompok Eksperimen Kontrol
Banyak Siswa 32 31
Rata-rata Pretest 39,5 28,93
Rata-rata Posttest 67,9 62,42
N-Gain
Katagori
0,47 0,40
Sedang Sedang
50
Data pada tabel tersebut di atas dapat divisualisasikan dalam histogram berikut:
Gambar 4.3 Diagram Batang Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen dan Kontrol
C. Hasil Instrumen Nontes Berdasarkan angket motivasi belajar yang telah disebarkan pada akhir pertemuan, didapatkan bahwa pada saat penerapan model pembelajaran STM siswa termotivasi sehingga penguasaan konsep siswa meningkat. Hal ini bisa dilihat pada hasil penyebaran angket motivasi belajar berikut.
Gambar 4.4 Persentase Angket Motivasi Siswa pada Penerapan Model STM Soal No 1 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju jika waktu pelajaran fisika tiba, yaitu sebanyak 20 orang (62,5%), sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan tidak setuju 6 orang (18,75%), sangat setuju 4 orang (12,5%), dan sangat tidak setuju 2 orang (6,25%). Hal ini
51
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model STM siswa dapat termotivasi dalam belajar fisika, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika.
Gambar 4.5 Persentase Angket Motivasi Siswa pada Penerapan Model STM Soal No 2 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju jika waktu pelajaran fisika tiba mereka bercanda, yaitu sebanyak 19 orang (59,375%), sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat tidak setuju 5 orang (15,625%), sangat setuju 3 orang (9,375%), dan setuju 5 orang (15,625%). Hal ini menunjukkan bahwa ketika pelajaran berlangsung dengan menggunakan model STM siswa antusias dalam belajar fisika.
Gambar 4.6 Persentase Angket Motivasi Siswa pada Penerapan Model STM Soal No 3 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan sangat antusias bertanya ketika pelajaran fisika, yaitu sebanyak 18 orang (56,25%), sedangkan sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju 6 orang (18,75%), tidak setuju 4 orang (12,5%), dan sangat tidak setuju 4 orang (12,5%).
52
Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model STM pada saat pembelajaran siswa lebih aktif dalam bertanya.
Gambar 4.7 Persentase Angket Motivasi Siswa pada Penerapan Model STM Soal No 4 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian siswa menyatakan tidak setuju, jika waktu pelajaran fisika tiba mereka malu untuk bertanya, yaitu sebanyak 16 orang (50%), sedangkan sebagian siswa yang menyatakan sangat tidak setuju 8 orang (25%), sangat setuju 3 orang (9,375%), dan setuju 5 orang (15,625%). Hal ini menunjukkan bahwa ketika pelajaran berlangsung dengan menggunakan model STM siswa selalu ingin bertanya ketika ada yang belum dimengerti.
Gambar 4.8 Persentase Angket Motivasi Siswa pada Penerapan Model STM Soal No 5 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju sebelum pelajaran fisika dimulai siswa belajar lebih dahulu di rumah, yaitu sebanyak 15 orang (46,875%), sedangkan sebagian siswa yang menyatakan sangat setuju 5 orang (15,625%), tidak setuju 8 orang (25%), dan sangat tidak setuju 4
53
orang (12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebelum dimulainya pelajaran fisika siswa telah lebih dahulu membaca materi yang akan diajarkan.
Gambar 4.9 Persentase Angket Motivasi Siswa pada Penerapan Model STM Soal No 6 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian siswa menyatakan tidak setuju, jika siswa belajar pada saat ada ulangan saja , yaitu sebanyak 17 orang (53.125%), sedangkan sebagian siswa yang menyatakan sangat tidak setuju 8 orang (25%), sangat setuju 3 orang (9,375%), dan setuju 4 orang (12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan model STM siswa lebih termotivasi lagi untuk belajar di rumah walaupun tidak ada tugas. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data instrumen nontes yang diperoleh selama penelitian. Tabel 4. 3 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Non Tes Indikator
Indikator
Indikator
Indikator
Indikator
Indikator
1
2
3
4
5
6
Sangat setuju
12,5%
9,375%
18,75%
9,375%
15,625%
9,375%
Setuju
62,5%
15,635%
56,25%
15,625%
46,875%
12,5%
Tidak Setuju
18,75%
59,375%
12,5%
50%
25%
53,125%
15,625%
12,5%
25%
12,5%
25%
Sangat Tidak Setuju
6,25%
54
D. Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Data variabel penelitian yang dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial melalui uji perbedaan rata-rata dengan analisis varians faktorial satu jalur harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya adalah: a. Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan statistik kai kuadrat χ. Berdasarkan hasil pengujian normalitas posttest dari kelompok eksperimen didapatkan X2 2
4,0505 dan X
tabel
hitung
adalah
adalah 7,81 (perhitungan lengkap lihat lampiran 26).
Begitu juga pada kelas kontrol didapatkan X2
hitung
adalah 2,0848 dan X2tabel
adalah 7,81 Penghitungan uji normalitas untuk data posttest ini disajikan pada lampiran 24 dan Lampiran 25. Berikut adalah hasinya: Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest No.
Kelompok
Χ2hitung
Χ2tabel
Keputusan
1
Eksperimen 4,0505
7,81
Data terdisrtibusi normal
2
Kontrol
7,81
Data terdisrtibusi normal
2,0848
Nilai χ2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi 5% kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas yaitu jika X2
hitung
X2tabel 2
dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika X
hitung
maka data
> X2tabel maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel 4.11 tersebut terlihat bahwa semua nilai X2
hitung
data lebih kecil dari nilai X2tabel maka dinyatakan
semua data berdisrtibusi normal.
55
b. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi homogen. Pengujian homogenitas dilakukan uji perbedaan varians δ2 dengan menggunakan statistik F atau uji-F. Pengujian homogenitas data posttest penguasaan konsep fisika kelompok eksperimen dan data posttest penguasaan konsep fisika kelompok kontrol menghasilkan harga Fhtung sebesar 1,3603 sedangkan Ftabel sebesar 1,84. Pengujian homogen disajikan pada lampiran 26. Berikut ini adalah hasinya: Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest No 1 2
Kelompok
Varians
Fhitung
Ftabel
Keputusan
1,3603
1,84
Kedua data homogen
Eksperimen 127,4641 Kontrol
937024
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai Fhitung Ftabel maka semua data memiliki varians homogen. Sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka semua data memiliki varians tidah homogen. Tampak bahwa hasil penghitungan tersebut nilai Fhitung Ftabel sehingga dinyatakan semua data memiliki varians homogen. Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis terhadap data dari kedua kelompok di atas, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan menggunakan uji t dapat dilakukan.
2. Uji Hipotesis Setelah diketahui dan dinyatakan bahwa data hasil posttest berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t. Adapun kriterianya adalah: Ho
: µX1 < µX2
H1
: µX1 > µX2
56
Ho
: Tidak terdapat pengaruh model sains teknologi masyarakat pada
pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep siswa. H1
: Terdapat pengaruh model sains teknologi masyarakat pada pembelajaran
fisika terhadap penguasaan konsep siswa. µX1
:Nilai rata-rata kelas eksperimen
µX2
:Nilai rata-rata kelas kontrol Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar
2,22 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1,996 ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf signifikansi 0,05 . Dengan demikian penelitian ini bisa menguji kebenaran hipotesis yaitu “terdapat pengaruh penerapan model sains teknologi masyarakat untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada topik usaha dan energy”. Penghitungan uji hipotesis disajikan dilampiran 27. Hasil rekap analisis anava satu jalur pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji t Kelompok
N
mean
Eksperimen
32
68,34
Kontrol
31
62,42
Dsg
t hitung
T tabel
Kesimpulan
10,61
2,22
1,996
Ho ditolak
Hasil perolehan posttest pada kelas eksperimen mencapai rata-rata yang lebih tinggi dari pada rata-rata kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa model sains teknologi masyarakat lebih tinggi dari pada peningkatan penguasaan konsep siswa kelas kontrol yang diberi perlakuan berupa metode konvensional. Ternyata perolehan nilai rata-rata yang lebih tinggi oleh kelas eksperimen diikuti dengan peningkatan nilai deviasi standar. Sehingga nilai deviasi standarnya justru lebih besar dari pada nilai standar deviasi kontrol. Fakta ini menunjukkan bahwa keragaman kemampuan siswa kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan model sains teknologi masyarakat lebih tidak merata dari pada kelas kontrol setelah diberi perlakuan berupa penerapan konvensional. Berbeda dengan
57
itu, kelas kontrol walaupun keragaman kemampuannya lebih merata dari pada kelas
eksperimen
setelah
diberikan
perlakuan,
namun
peningkatan
kemampuannya lebih kecil dari pada kelas eksperimen.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Temuan yang diperoleh selama penelitian adalah bahwa kelompok eksperimen yang menggunakan model STM dalam pembelajaran fisika lebih baik dari pada kelompok kontrol yang menggunakan model konvensional. Pernyataan ini didasarkan pada perolehan rata-rata nilai posttest yaitu, untuk kelompok eksperimen nilai rata-rata sebesar 68,34 dan untuk kelompok kontrol sebesar 62,42. Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis dengan uji-t, terbukti bahwa hipotesis alternatif (h1) yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis meyimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran STM terhadap peningkatan penguasaan konsep fisika siswa pada konsep usaha dan energi, yang ditunjukan dengan perolehan thitung sebesar 2,22 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1,996 dengan taraf signifikasi 5 %. Hasil penelitian ini memberikan informasi khususnya kepada guru fisika bahwa model pembelajaran STM berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep fisika siswa.. Hal ini terbukti dengan terlihatnya peningkatan penguasaan konsep siswa dengan menggunakan model STM, yang diperoleh dari nilai normal gain. Nilai rata-rata masing kelompok yaitu, untuk kelompok eksperimen dengan gain 0,47 dan kelompok kontrol 0,40, walaupun pada pengkategorian kedua kelas dikategorikan sedang, tetap saja terlihat nilai rata-rata N-Gain kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontro. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi Nur Widayanti1 Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) peningkatan penguasaan konsep siswa 1
Dewi Nur Widayanti, Pengaruh Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)
Pada Proses Pembelajaran IPA Biologi Materi Ekosistem Terhadap Penguasaan Konsep dan Sikap Positif Siswa Kelas VII SMP N 5 Wates, http://one.indoskripsi.com
58
materi ekosistem menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) lebih tinggi dibandingkan kelas yang tidak menggunakan pendekatan STM, dan (2) jumlah siswa yang memunculkan sikap positif melalui pendekatan STM materi ekosistem lebih tinggi dibandingkan kelas yang tidak menggunakan pendekatan STM. Selain itu sejalan juga dengan penelitian Ita Pahitah2, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa dalam mempelajari konsep reaksi oksidasi reduksi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan konvensional. Dari deskripsi data, dapat dilihat bahwa penguasaan konsep siswa yang diajarkan dengan model sains teknologi masyarakat lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hal ini disebabkan karena siswa yang diajar dengan model sains teknologi masyarakat mempunyai kesempatan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Model sains teknologi masyarakat juga melatih siswa untuk memadukan antara konsep yang telah diperoleh dari penjelasan guru di kelas dengan konsep yang didapat oleh mereka sendiri baik dari buku-buku maupun internet. Dalam hal ini siswa diajarkan untuk dapat bekerja sama secara berkelompok dalam memecahkan masalah dan membuat alternatif untuk mengatasi permasalahan atau topik yang sedang dikaji. Data angket menunjukkan bahwa siswa bisa diajak mereformasi strategi pembelajaran menuju pada pembelajaran yang lebih menekankan pada bagaimana menggali pengetahuan tidak semata-mata menerima pengetahuan. Artinya dalam pembelajaran STM siswa berperan aktif dalam menentukan proses pembelajaran. Dari hasil analisis terhadap butir pernyataan angket menunjukkan bahwa siswa merasa lebih tertarik belajar fisika dengan model STM karena pembelajaran fisika dirasakan lebih bermanfaat untuk mempelajari fenomena alam dan teknologi yang 2
Ita Pahitah, (2008) Pengaruh Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM) terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi, Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
59
ditemukan sehari-hari. Misalkan dari analisis angket soal nomer 1 didapatkan bahwa ternyata siswa tertarik dengan adanya model pembelajaran STM dalam kegiatan belajar mengajar dikarenakan dalam model tersebut dikaitkan antara pembelajaran yg diajarkan di sekolah dengan teknologi yang ada di sekitar lingkungan. Model sains teknologi masyarakat merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar kontruktivisme, yang pada prinsipnya siswa akan membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Model pembelajaran STM merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik serta dapat mengaplikasikannya kedalam teknologi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari penguasaan konsep dan motivasi siswa, disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara penguasaan konsep dengan motivasi siswa. Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis, terbukti bahwa hipotesis alternatif (h1) yang diajukan secara signifikan dapat diterima, dengan perolehan nilai t
hitung
>t
tabel.
Hasil pengujian hipotesis
meyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara penguasaan konsep dengan motivasi siswa. Dengan demikian diketahui bahwa siswa yang memiliki penguasaan konsep yang tinggi atau peningkatan belajar yang tinggi memiliki motivasi terhadap pembelajaran STM yang tinggi pula. Sebaliknya jika siswa memiliki penguasaan konsep yang rendah atau tidak terdapat peningkatan penguasaan konsep maka, motivasi siswa terhadap pembelajaran STM juga rendah.
F. Keterbatasan Penelitian Pada akhir penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disampaikan yang terkait selama proses penelitian, antara lain: 1. Waktu yang relatif singkat yakni selama kurang lebih satu bulan, sehingga tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan secara utuh kemampuan siswa secara keseluruhan
60
2. Sarana dan prasarana (alat-alat laboratorium) di sekolah yang kurang mendukung. 3. Siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang berpusat pada mereka, maka perlu usaha dari guru untuk memfariasikan model atau strategi pembelajaran agar siswa paham dengan materi yang ada sehingga penguasaan konsep siswa menjadi lebih baik.
61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Penguasaan konsep fisika peserta didik pada topik Usaha dan Energi mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari skor pretest yang diperoleh peserta didik sebesar 39,5 dan setelah diberika tindakan berupa model STM rerata skor posttest menjadi 68,34. Dilihat dari rerata hasil posttest peserta didik sudah mencapai standar ketuntasan minimum dalam pembelajaran fisika ( 65). Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada topik Usaha dan Energi dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran STM. 2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terbukti bahwa hipotesis alternatif (H1) yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep fisika dengan menggunakan penerapan model pembelajaran STM, yang ditunjukkan thitung sebesar 2,22 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1,996 pada pengujian satu arah dengan 0,05 . Dan hasilnya thitung = 2,22 > ttabel = 1,996. 3. Model STM ternyata cukup efektif diterapkan pada mata pelajaran fisika khusunya pada konsep Usaha dan Energi. Hal ini dapat dilihat dari motivasi yang baik yang dilakukan oleh peserta didik.
B. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1. Model Pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat.
61
62
2. Setiap guru harus pandai dalam memilih dan menentukan model pembelajaran, metode, pendekatan, strategi dalam kegiatan belajar mengajar agar peserta didik tidak selalu menerima informasi hanya dari guru saja. 3. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menerapkan model STM, maka disarankan untuk meninjau pembelajaran pada ranah afektif atau ranah psikomotorik.
63
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. A. M, Sadirman. (2007). interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bagus Putu Arnyana, Ida. (2000). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Djamarah, S Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bakar, E, dkk. (2006). Preservice Science Teachers Belifes About ScienceTechnology And Their Impilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, Volume 2, Number 3. Edward Hollenbeck, J. (1998). Scince, Technology and Society:an American Approach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools, Europe: A Plenary Presentation to the Foundation for Environmental E. Yeger, R. (1999). Assessment Results with the Science/Technology/Society Approach. E. Yager, R and Rustam Roy. (2000). STS: Most Pervasive and Most Radical of Reform Appoarches to “Science” Education, The University of Lowa and Pennsylvania State University. Faiq Dzaki, M. TeoriKonstruktivisme http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teorikonstruktivisme _06 Fajar, Arnie. (2004). Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hamalik, O. (2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : PT. Bumi Aksara Kasiram, Moh. (2008). Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang
64
Ketut Rapi, Ni. (1999). Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 1 TH. XXII K. Prasetyo, Z. (2006). Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional Maronta Golib, La. (2002). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 034 Tahun ke-8. Nurohman, S. (2007). Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, Pendidikan Fisika FMIPA UNY Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Purwanto. (2008). Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Inelligences) Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Fisika, Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Rideng, I Made. (2000). Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar SIswa SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 4 TH. XXIII Rumansyah dan Irhasyuarna. (2001). Prospek Penerapan Pendekatan SainsTeknologi-Masyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di Kalimantan Selatan , Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7. Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna. (2003). Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 S. Aikenhead, G. (2005). Research Into STS Science Education, (Canada : University of Sasakatchewan. Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Sadia, I Wayan. 1999. Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, Aneka Widya STKIP Singaraja.
65
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:Kencana Prenada Media. Sujanem, R. (2002). Penerapan Bahan Ajar yang Berwawasan Pendekatan STM Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktikum Fisika Dasar, Sikap Ilmiah, Literasi Sains dan Teknologi Mahasiswa Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja No. 1 Th. XXXV. Sofyan, A. dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisi Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press. Subana, M dan Sudrajat. (2001). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sutarto. (2005). Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11. Syah, M. (2008). PsikologiBelajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Utomo, P. Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//Ilmuan Muda.Wordpress.com. diakses tanggal 15 Januari 2010. Wirata, I Made. (2000). Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII
66
Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian 1. Materi dalam instrumen ini adalah materi pelajaran fisika yang dibatasi hanya pada konsep zat kelas VIII semester genap tingkat SLTP. 2. Instrumen ini berbentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat alternative jawaban a, b, c dan d. 3. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat a, b, c atau d dengan memberi tanda silang (X) pada lembar pertanyaan dibawah ini. 4. Waktu dalam mengisi instrument ini adalah 90 menit. 5. Instrumen penelitian ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak mempengaruhi nilai siswa. 6. Sebelum menjawab pertanyaan terlebih dahulu tulis nama, kelas dan nama sekolah dengan lengkap pada kolom dibawah ini. 7. Atas partisipasi dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih. 8. Awali pengisian jawaban ini dengan mengucap basmalah.
Nama
: ……………………………………
Kelas
: ……………………………………
Sekolah
: ……………………………………
Jakarta, 26 April 2010
Penulis
67
1. Apabila akan menyalakan kompor diperlukan energi, begitu pula ketika akan mengayuh sepeda maka kita memerlukan energi agar sepeda itu bergerak. Jadi, energi adalah . . . (C1) a. kemampuan benda melakukan gaya b. kemampuan benda melakukan kerja c. kemampuan benda melakukan kecepatan d. kemampuan benda melakukan percepata 2. Ketika kita mendengar nama Negara Belanda maka yang ada dibayangan kita adalah kicir angin. Jika angin bertiup maka kicir angin akan berputar. Pada peristiwa ini energi yang terjadi ketika kicir itu berputar adalah. . . . (C2) a. angin
c. listrik
b. air
d. matahari
3. Konversi energi adalah . . . . (C1) a. kemempuan untuk melakukan usaha b. energi yang dihasilakn oleh gerakan partikel penyusunnya c. perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain d. perubahan energi yang dimiliki benda karena ke adaannya 4. Gambar disamping merupakan kereta api tercepat dunia dengan kecepatan resmi, 581 km/jam . Kereta super cepat ini telah menggunakan teknologi Magnetic Levitation (Maglev), sehingga dapat melayang di atas rel dengan magnet berkekuatan tinggi. Perubahan energi yang terjadi pada kereta tersebut adalah.. (C2) a. energi magnet – energi gerak b. energi magnet – energi bunyi c. energi listrik – energi magnet d. energi listrik – energi panas
68
5. Berikut adalah empat dasar pemikiran menyangkut konsversi energi atau penghematan energi, yaitu . . . . (1) laju konsumsi energi dewasa ini cenderung meningkat (2) keterbatasan jumlah energi yang dapat diperbaharui (3) penggunaan energi yang menurun (4) ketergantungan masyarakat terhadap energi yang tidak dapat diperbaharui sangat besar Pernyataan yang benar adalah . . . . (C2) a. (1) saja
c. (3) saja
b. (2) saja
d. (4) saja
6. Gambar disamping merupakan air terjun Victoria
yang
terletak
di
sungai
Zimbabwe. Air terjun ini memiliki lebar kira-kira
1
mil
(1,6
km),
dengan
ketinggian 128m (420 kaki). Air terjun memiliki energi . . . (C1)
7.
a. Kinetik
c. Listrik
b. Potensial √
d. Gravitasi Perhatikan gambar disamping. Sebuah kelereng dalam keadaan diam diletakan di atas. Ketika kita sentuh dengan menggunakan jari maka kelereng tersebut akan jatuh ke lantai. Peristiwa jatuhnya kelereng ke lantai
menunjukan bahwa kelereng tersebut memiliki
energi . . . .. (C1) a. potensial
c. kinetik
b. gravitasi
d. bunyi
8. Energi potensial adalah . . . . (C1) a. energi yang timbul karena letak suatu benda b. energi yang dipunyai oleh suatu benda yang bergerak
69
c. energi yang dihasilkan oleh gerakan partikel penyusun benda d. energi yang dihasikan oleh arus listrik 9. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . . (C2) a. 4.000 joule
c. 40.000 joule
b. 16.000 joule
d. 1.600 joule
10. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah (g = 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut 350 joule, maka massa benda tersebut adalah . . . . (C3) a. 50 kg
c. 5 kg
b. 500 kg
d. 5000 kg
11. Sebuah benda dijatuhkan dari keringgian 5 m di atas tanah. Pada saat mengenai taanh, benda tersebut memperoleh energi kinetik sebesar 450 joule, maka massa benda itu adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C3) a. 90 kg
c. 100 kg
b. 9 kg
d. 10 kg
12. Bunyi hukum kekekalan energi adalah. . . . (C1) a. energi dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan energi. b. energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain. c. energi dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain. d. energi tidak dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan jumlah energi. 13. Hubungan antara energi mekanik, potensial dan kinetik secara matematis ditulis dengan... (C1)
70
a. E M E p E k
c. E m Ep Ek
b. E M E p E k
d. Em
Ep Ek
14. Sebuah benda dengan massa 1 kg didorong dari permukaan meja hingga kecepatan pada saat lepas dari bibir meja adalah 2 m/s. Energi mekanik benda pada saat ketinggian dari tanah 1 m adalah . . . .(g=10m/s 2 ) (C2) a. 2 joule
c. 12 joule
b. 10 joule
d. 22 joule
15. Suatu mesin mempunyai energi mekanik sebesar 750 joule pada saat mesin mempunyai energi potesnsial sebesar 100 joule, maka besar energi kinetik mesin tersebut adalah . . . . (C3) a. 850 J
c. 650 J
b. 800 J
d. 600 J
16. Perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui adalah . . . . (C1) a. sumber energi yang dapat diperbaharui terbatas di alam sedangkan yang tidak dapat diperbaharui tidak terbatas b. sumber energi yang dapat diperbaharui tidak terbatas di alam sedangkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui terbatas c. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui tidak d. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui sering dimanfaatkan 17. Contoh penggunaan energi matahari secara langsung oleh manusia adalah. . . . (C1) a. setrika listrik
c. terjadinya air terjun
71
b. kalkulator
d. menjemur pakaian
18. Berikut merupakan beberapa sumber energi.
1
2
3
4
Yang termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui adalah. . . . (C2) a. 1 dan 2
c. 1, 2, dan 4
b. 3 dan 4
d. 2, 3, dan 4
19. Usaha merupakan. . . . (C1) a. hasil kali antara gaya dengan perpindahan. b. hasil kali antara gaya dengan kecepatan. c. hasil kali antara gaya dengan waktu. a. hasil kali antara gaya dengan percepatan 20. Seekor sapi menarik pedati sejau 2 km pada jalan yang lurus. Jika gaya tarik sapi kira-kira 5 N, maka usaha yang dilakukan sapi adalah . . . . (C2) a. 10 J
c. 1000 J
b. 10000 J √
d. 100 J
21. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule. Jika massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah 250 N, maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . . (C3) a. 2 m
c. 4 m
b. 3 m
d. 5 m
22. Seorang anak mendorong meja sejauh 2 m dengan gaya 50 N, maka usaha yang dilakukan anak tersebut untuk mendorong meja adalah . . . . (C2) a. 100 joule
c. 25 joule
72
b. 50 joule
d. 75 joule
23. Sebuah bus mogok di tengah jalan. Beberapa orang turun untuk mendorong bus tersebut. Masing-masing orang mengeluarkan gaya 200 N, 300 N, 400 N, dan sisanya p N. Jika usaha yang digunakan untuk mengeser bus ke pinggir jalan sejauh 4 m adalah 4,6 kj, maka harga p adalah . . . . (C4) a. 200 N
c. 300 N
b. 250 N
d. 350 N
24. Seorang anak menarik mobil mainan menggunakan tali dengan gaya sebesar 20 N. Tali tersebut membentuk sudut 30o terhadap permukaan tanah. Jika mobil mainan berpindah sejauh 10 meter dan usaha total yang dilakukan anak tersebut adalah 153 joule, maka gaya gesekan tanah dengan roda mobil mainan adalah . . . . (C4) a. 2 N √
c. 6 N
b. 4 N
d. 8 N
25. Energi potensial yang dimiliki pohon kelapa pada ketinggian 8 m di atas permukaan tanah adalah 320 joule, maka massa kelapa pada pohon tersebut adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C3) a. 4 N
c. 2 N
b. 40 N
d. 20 N
26. Usaha total yang dilakukan Ronaldo untuk menendang bola dari keadaan diam sehingga bergerak lurus menuju gawang dengan kelajuan 30 m/s adalah 67,5 joule, maka massa bola yang ditendang oleh Ronaldo adalah . . . . (C4) a. 150 meter
c. 1,5 meter
b. 15 meter
d. 0,15 meter
27. Hubungan dari besarnya usaha dan daya secara matematis dirumuskan dengan. . . . (C1) a.
p
w t
c. t p w
73
b.
p
t w
d. t
p w
28. Sebuah pesawat sederhana mempunyai daya 100 watt. Apabila pesawat melakukan usaha selama 20 s, maka usaha pesawat tersebut adalah . . . (C3) a. 5 joule
c. 120 joule
b. 100 joule
d. 2.000 joule
29. Andi yang bermassa 60 kg menaiki tangga selama 4 sekon. Apabila ketinggian vertikal tangga tersebut adalah 4 meter, maka daya Andi menaiki tangga tersebut adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C2) a. 400 watt
c. 600 watt
b. 500 watt
d. 700 watt
30. Seorang anak mampu mendorong meja sejauh 5 meter dengan daya sebesar 5 watt. Jika waktu yang diperlukan anak mendorong meja 30 detik, maka gaya anak tersebut adalah . . . . (C4) a. 10 N
c. 30 N
b. 20 N
d. 40 N
74
Lampiran 2
KUNCI JAWABAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B A C A A B C A C C
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
B D A C D B D B A B
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
C A B A A D A D C C
75
Lampiran 3 SOAL PRETEST DAN POSTES
Nama
: ...............................................
Kelas
: ...............................................
Sekolah
: ...............................................
Petunjuk Pengisian : 1. Bacalah soal dengan teliti sebelum menjawab. 2. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap paling mudah 3. jawaban dikerjakan dengan memberikan tanda silang (X) sesuai dengan jawaban yang dianggap paling benar. 4. Periksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan. 5. Awali pengisian jawaban ini dengan mengucap basmalah.
1. Apabila akan menyalakan kompor diperlukan energi, begitu pula ketika akan mengayuh sepeda maka kita memerlukan energi agar sepeda itu bergerak. Jadi, energi adalah . . . a. kemampuan benda melakukan gaya b. kemampuan benda melakukan kerja c. kemampuan benda melakukan kecepatan d. kemampuan benda melakukan percepata 2. Ketika kita mendengar nama Negara Belanda maka yang ada dibayangan kita adalah kicir angin. Jika angin bertiup maka kicir angin akan berputar. Pada peristiwa ini energi yang terjadi ketika kicir itu berputar adalah. . . . a. angin
c. listrik
b. air
d. matahari
3. Konversi energi adalah . . . . a. kemempuan untuk melakukan usaha
76
b. energi yang dihasilakn oleh gerakan partikel penyusunnya c. perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain d. perubahan energi yang dimiliki benda karena ke adaannya 4. Gambar disamping merupakan kereta api tercepat dunia dengan kecepatan resmi, 581 km/jam . Kereta super cepat ini telah menggunakan teknologi Magnetic Levitation (Maglev), sehingga dapat melayang di atas rel dengan magnet berkekuatan tinggi. Perubahan energi yang terjadi pada kereta tersebut adalah . . . a. energi magnet – energi gerak b. energi magnet – energi bunyi c. energi listrik – energi magnet d. energi listrik – energi panas
5.
Perhatikan gambar disamping. Sebuah kelereng dalam keadaan diam diletakan di atas. Ketika kita sentuh dengan menggunakan jari maka kelereng tersebut jatuh ke lantai. Peristiwa jatuhnya kelereng ke lantai
menunjukan bahwa kelereng tersebut memiliki
energi . . . .. a. potensial
c. kinetik
b. gravitasi
d. bunyi
6. Energi potensial adalah . . . . a. energi yang timbul karena letak suatu benda b. energi yang dipunyai oleh suatu benda yang bergerak c. energi yang dihasilkan oleh gerakan partikel penyusun benda d. energi yang dihasikan oleh arus listrik 7. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah (g = 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut 350 joule, maka massa benda tersebut adalah . . . . a. 50 kg
c. 5 kg
77
b. 500 kg
d. 5000 kg
8. Bunyi hukum kekekalan energi adalah. . . . a. energi dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan energi. b. energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain. c. energi dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain. d. energi tidak dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan jumlah energi. 9. Hubungan antara energi mekanik, potensial dan kinetik secara matematis ditulis dengan... a. E M E p E k
c. E m Ep Ek
b. E M E p E k
d. Em
Ep Ek
10. Suatu mesin mempunyai energi mekanik sebesar 750 joule pada saat mesin mempunyai energi potesnsial sebesar 100 joule, maka besar energi kinetik mesin tersebut adalah . . . a. 850 J
c. 650 J
b. 800 J
d. 600 J
11. Perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui adalah . . . . a. sumber energi yang dapat diperbaharui terbatas di alam sedangkan yang tidak dapat diperbaharui tidak terbatas b. sumber energi yang dapat diperbaharui tidak terbatas di alam sedangkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui terbatas c. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui tidak
78
d. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui sering dimanfaatkan 12. Berikut merupakan beberapa sumber energi.
1
2
3
4
Yang termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui adalah. . . . a. 1 dan 2
c. 1, 2, dan 4
b. 3 dan 4
d. 2, 3, dan 4
13. Usaha merupakan. . . . a. hasil kali antara gaya dengan perpindahan. b. hasil kali antara gaya dengan kecepatan. c. hasil kali antara gaya dengan waktu. d. hasil kali antara gaya dengan percepatan 14. Seekor sapi menarik pedati sejau 2 km pada jalan yang lurus. Jika gaya tarik sapi kira-kira 5 N, maka usaha yang dilakukan sapi adalah . . . . a. 10 J
c. 1000 J
b. 10000 J
d. 100 J
15. Seorang anak mendorong meja sejauh 2 m dengan gaya 50 N, maka usaha yang dilakukan anak tersebut untuk mendorong meja adalah . . . . a. 100 joule
c. 25 joule
b. 50 joule
d. 75 joule
16. Sebuah bus mogok di tengah jalan. Beberapa orang turun untuk mendorong bus tersebut. Masing-masing orang mengeluarkan gaya 200 N, 300 N, 400 N, dan sisanya p N. Jika usaha yang digunakan untuk mengeser bus ke pinggir jalan sejauh 4 m adalah 4,6 kj, maka harga p adalah . . . . a. 200 N
c. 300 N
79
b. 250 N
d. 350 N
17. Energi potensial yang dimiliki pohon kelapa pada ketinggian 8 m di atas permukaan tanah adalah 320 joule, maka massa kelapa pada pohon tersebut adalah . . . . (g = 10 m/s2) a. 4 N
c. 2 N
b. 40 N
d. 20 N
18. Usaha total yang dilakukan Ronaldo untuk menendang bola dari keadaan diam sehingga bergerak lurus menuju gawang dengan kelajuan 30 m/s adalah 67,5 joule, maka massa bola yang ditendang oleh Ronaldo adalah . . . . a. 150 meter
c. 1,5 meter
b. 15 meter
d. 0,15 meter
19. Sebuah pesawat sederhana mempunyai daya 100 watt. Apabila pesawat melakukan usaha selama 20 s, maka usaha pesawat tersebut adalah . . . a. 5 joule
c. 120 joule
b. 100 joule
d. 2.000 joule
20. Seorang anak mampu mendorong meja sejauh 5 meter dengan daya sebesar 5 watt. Jika waktu yang diperlukan anak mendorong meja 30 detik, maka gaya anak tersebut adalah . . . . a. 10 N
c. 30 N
b. 20 N
d. 40 N
80
KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST DAN POSTES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A D B D A C B C C B
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
D B B C A C D C D A
81
Lampiran 4 ANGKET MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII IPA SMP N 48 JAKARTA Petunjuk Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan apa yang anda alami dalam belajar fisika dengan memilih salah satu kolom yang telah disediakan. SS = Sangat Setuju
TS
S
STS = Sangat Tidak Setuju
= Setuju
No
= Tidak Setuju
Pernyataan
Jawaban pernyataan SS
Saya sangat antusias dalam belajar fisika karena 1.
dikaitkan langsung dengan penerapannya dalam bentuk tekonolgi yang ada di sekitar saya. Saya bercanda dengan teman ketika guru
2.
menyampaikan materi pelajaran fisika karena penyamapian materi pembelajaran oleh guru membosankan. Dalam proses pembelajaran fisika, apabila ada
3.
kesulitan saya selalu bertanya hingga saya mengerti. Dalam proses pembelajaran fisika, apabila saya
4.
tidak mengerti maka saya akan diam saja karena saya malu untuk bertanya. Saya membaca terlebih dahulu materi atau bahan
5.
yang akan diajarkan oleh guru karena guru selalu bertanya sebelum proses pembelajaran dimulai. Saya malas untuk belajar di rumah jika tidak ada
6.
ulangan karena salami ini guru jarang memberikan tugas.
S
TS
STS
82
Lampiran 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) Sekolah
: SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas / Semester
: VIII / 2
Tahun Pelajaran
: 2009/2010
Pertemuan ke
: Satu
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari C. Materi Pelajaran Usaha dan Energi D. Indikator 1. Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan seharihari. 2. Mendeskripsikan perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari 3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial E. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian energi. 2. Menyebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Menyebutkan aplikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Membedakan konsep energi kinetik dan enrgi potensial
83
F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit (2JP) G. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat H. Metode Pembelajaran 1. Multimedia 2. Diskusi 3. Eksperimen I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan 1) A. Kegiatan Awal Tahap 1 Seandainya BBM di bumi telah habis, bagaimanakah keadaan bumi? Dapatkah manusia menciptakan energi? B. Kegiatan Inti Tahap 2 1. Guru menjelaskan mengenai energi 2. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Apabila ada yang belum dipahami peserta didik dibolehkan untuk bertanya. 3. Guru memberikan pertanyaan kepada murid mengenai energi untuk mengetahui pemahaman murid. Tahap 3 4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kelompok 5. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai isu yang telah diberikan serta mencari solusi atau isu tersebut. 6. Peserta didik mendiskusikan hasil kelompoknya secara klasikal 7. Guru memberikan kesimpulan mengenai hasil diskusi Tahap 4 8. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusika perubahan energi 9. Perwakilan tiap kelompok mengembil alat dan bahan yang sudah disipakan
84
10. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengamati perubahan energi 11. Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru 12. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. C. Kegiatan Akhir Tahap 5 1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. 2. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman 3. Guru memberikan tugas berupa latihan soal. J.
Sumber Belajar 1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 26-35 2. Buku referensi yang relevan 3. LKS
K. Penilaian Hasil Belajar Dalam penilaian hasil belajar, guru memberikan soal berupa tes essay untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami mengenai pelajaran yang telah diberikan. Contoh tes esay yang dibrikan sebagai berikut : 1. Jelaskanlah pengertian konsversi energi! Serta berikan 2 contoh perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari! Jawab : Konsversi energi adalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain Contohnya : Lampu bohlam : energi listrik – energi cahaya Radio
: energi listrik – energi bunyi
85
Mengetahui Kepala SMP Pelajaran
Jakarta, 01 Maret 2010 Guru Mata
Ferdy Novrizal
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) Sekolah
: SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas / Semester
: VIII / 2
Tahun Pelajaran
: 2009/2010
Pertemuan ke
:Dua
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari C. Materi Pelajaran Usaha dan Energi D. Indikator 1. Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial 2. Menjelaskan hokum kekekalan energy 3. Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang tidak dapat diperbaharui E. Tujuan Pembelajaran 1. Membedakan konsep energi kinetik dengan energi potensial 2. Menyebutkan bunyi hukum kekekalan energi mekanik 3. Membedakan antara energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang tidak dapat diperbaharui F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit (2JP) G. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
87
H. Metode Pembelajaran 1. Multimedia 2. Diskusi 3. Latihan 4. Pengamatan I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan 2) A. Kegiatan Awal Tahap 1 Pemanasan global yang diyakini sedang terjadi dan akan memasuki tahap yang mengkhawatirkan juga merupakan dampak penggunaan energi minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini B. Kegiatan Inti Tahap 2 1. Guru menjelaskan mengenai energi kinetik dan energi potensial 2. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Apabila ada yang belum dipahami peserta didik dibolehkan untuk bertanya. 3. Guru memberikan pertanyaan kepada murid mengenai energi untuk mengetahui pemahaman murid. Tahap 3 4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kelompok 5. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai isu yang telah diberikan serta mencari solusi atau isu tersebut. 6. Peserta didik mendiskusikan hasil kelompoknya secara klasikal 7. Guru memberikan kesimpulan mengenai hasil diskusi Tahap 4 8. Guru meminta kepada salah seorang peserta didik untuk menjatuhkan kelereng yang diletakan diatas meja dengan menggunakan salah satu jari 9. Peserta didik mengemati apa yang terjadi 10. Guru menjelaskan proses kelereng tersebut ketika jatuh
88
11. Guru menjelaskan mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi mekanik serta memberikan aplikasi contohnya dalah kehidupan seharihari 12. Guru memberikan soal kepada peserta didik mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi mekanik C. Kegiatan Akhir Tahap 5 13. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman 14. Guru memberikan tugas berupa latihan soal. J.
Sumber Belajar 1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 34-41 2. Buku referensi yang relevan
K. Penilaian Hasil Belajar Tes Essay 1. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . . Diketahui : m = 800 kg v = 10 m/s Ditanya : Ek 1 2 mv 2 1 2 E k 800 10 : 2 1 E k 800 100 2 E k 40.000 joule Ek
Jawab
2. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah (g = 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut 350 joule, maka massa benda tersebut adalah . . . . Diketahui : Ep = 350 Joule h=7m
89
g = 10 m/s2 Ditanya : m E p mgh m
Jawab
:
Ep
gh 350 m 10 7 m 5 kg
Mengetahui Kepala SMP Pelajaran
Jakarta, 01 Maret 2010 Guru Mata
Ferdy Novrizal
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) Sekolah
: SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas / Semester
: VIII / 2
Tahun Pelajaran
: 2009/2010
Pertemuan ke
: Tiga
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari C. Materi Pelajaran Usaha dan Energi D. Indikator 1. Menjelaskan pengertian usaha 2. Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik 3. Menganalisis hubungan antara usaha dan daya E. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian usaha. 2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha. 3. Membedakan usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif. 4. Menghitung usaha oleh beberapa buah gaya. 5. Menentukan besarnya daya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit (2JP) G. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
91
H. Metode Pembelajaran 1. Multimedia 2. Diskusi 3. Latihan 4. Pengamatan I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-3) A. Kegiatan Awal Tahap 1
Apakah lifter yang mengangkat beban tergolong melakukan usaha?
B. Kegiatan Inti Tahap 2 1. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian usaha. 2. Peserta didik memperhatikan cara menentukan rumusan usaha yang dilakukan suatu benda yang disampaikan oleh guru. 3. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan usaha yang disampaikan oleh guru. 4. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai kaitan usaha dan energi. Tahap 3 5. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan antara usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif. 6. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. 7. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. 8. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan usaha yang dilakukan oleh beberapa gaya yang disampaikan oleh guru. 9. Guru memberikan beberapa soal menentukan usaha yang dilakukan oleh beberapa gaya untuk dikerjakan oleh peserta didik. 10. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
92
11. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian daya. 12. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan daya yang dilakukan suatu benda yang disampaikan oleh guru. Tahap 4 13. Perwakilan tiap kelompok mengembil alat dan bahan yang sudah disipakan 14. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen menyelidiki besarnya usaha yang dilakukan oleh suatu gaya 15. Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru 16. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan C. Kegiatan Akhir Tahap 5 1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. 2. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. 3. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. J. Sumber Belajar 1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 41 - 44 2. Buku referensi yang relevan 3. LKS K. Penilaian Hasil Belajar Tes Essay 1. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule. Jika massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah 250 N, maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . . Diketahui : w = 1000 Joule
93
m = 100 kg F = 250 N Ditanya
:s
Jawab
W Fs 1000 250 s : 1000 s 250 s 4m
Mengetahui Kepala SMP Pelajaran
Jakarta, 01 Maret 2010 Guru Mata
Ferdy Novrizal
94
Lampiran 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Sekolah
: SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas / Semester
: VIII / 2
Tahun Pelajaran
: 2009/2010
Pertemuan ke
: Satu
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari C. Materi Pelajaran Usaha dan Energi D. Indikator 1. Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan seharihari. 2. Mendeskripsikan perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari 3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial E. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian energi. 2. Menyebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Menyebutkan aplikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Membedakan konsep energi kinetik dan enrgi potensial
95
F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit (2JP) G. Model Pembelajaran Konvensional H. Metode Pembelajaran 1. Multimedia 2. Latihan I. Langkah-langkah Pembelajaran (pertemuan ke-1) 1. Kegiatan Awal Motivasi Kenapa benda yang dilempar ke atas akan selalu jatuh ke bawah? 2. Kegiatan Inti a. Guru Menjelaskan pengertian energy b. Guru menjelaskan bentuk-bentuk energy yang ada dalam kehidupan sehari-hari c. Jika ada yang tidak dimengerti peserta didik dipersilakan bertanya oleh guru d. Guru bertanya kepada pesrta didik aplikasi konsep energy apa saja yang ada dalam kehidupan sehari-hari e. Guru kembali menerangkan apliaksi konsep energy apa saja yang ada dalam kehidupan sehari-hari f. Guru menjelaskan kembali mengenai energy kinetic dan energy potensial g. Guru memberikan soal kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah didapat oleh peserta didik 3. Kegiatan Akhir a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini b. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah
96
J. Sumber Belajar 1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 26-35 2. Buku referensi yang relevan K. Penilaian Hasil Belajar Dalam penilaian hasil belajar, guru memberikan soal berupa tes essay untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami mengenai pelajaran yang telah diberikan. Contoh tes esay yang dibrikan sebagai berikut : 1. Jelaskanlah pengertian konsversi energi! Serta berikan 2 contoh perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari! Jawab : Konsversi energi adalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain Contohnya : Lampu bohlam : energi listrik – energi cahaya Radio
Mengetahui Kepala SMP Pelajaran
: energi listrik – energi bunyi
Jakarta, 01 Maret 2010 Guru Mata
Ferdy Novrizal
97
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Sekolah
: SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas / Semester
: VIII / 2
Tahun Pelajaran
: 2009/2010
Pertemuan ke
:Dua
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi 5.Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari C. Materi Pelajaran Usaha dan Energi D. Indikator 1 Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial 2 Menjelaskan hukum kekekalan energy 3. Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang tidak dapat diperbaharui E. Tujuan Pembelajaran 1. Membedakan konsep energi kinetik dengan energi potensial 2. Menyebutkan bunyi hukum kekekalan energi mekanik 3. Membedakan antara energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang tidak dapat diperbaharui F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit (2JP) G. Model Pembelajaran Konvensional
98
H. Metode Pembelajaran 1. Multimedia 2. Diskusi 3. Latihan 4. Pengamatan I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-2) 1. Kegiatan Awal
2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan mengenai energi kinetik dan energi potensial serta cara pengitungannya b. Guru memberi contoh untuk menghitung energi kinetik dan energi potensial c. Guru memberikan latihan kepada peserta didik tentang cara menghitung energi kinetik dan energi potensial d. Jika ada peserta didik yang belum paham guru membantu peserta didik untuk menyelesaikan soal tersebut e. Guru menjelaskan bunyi hukum kekekalan energi f. Guru menjelaskan perbedaan energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang tidak dapat diperbaharui g. Peserta didik dibimbing guru untuk menyebutkan apa saja energi yang dapat diperbaharui dan energi yang tidak dapat diperbaharui h. Guru memberikan beberapa soal kepada peserta didik 3. Kegiatan Akhir a. Jika ada peserta didik yang belum paham guru memberikan kesempatan untuk bertanya b. Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini J. Sumber Belajar 1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 34-41 2. Buku referensi yang relevan
99
K. Penilaian Hasil Belajar Tes Essay 1. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . . Diketahui : m = 800 kg v = 10 m/s Ditanya : Ek 1 2 mv 2 1 2 E 800 10 : k 2 1 E k 800 100 2 E k 40.000 joule Ek
Jawab
Mengetahui Kepala SMP
Jakarta, 01 Maret 2010 Guru Mata Pelajaran
Ferdy Novrizal
100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Sekolah
: SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas / Semester
: VIII / 2
Tahun Pelajaran
: 2009/2010
Pertemuan ke
: Tiga
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari C. Materi Pelajaran Usaha dan Energi D. Indikator 1. Menjelaskan pengertian usaha 2. Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik 3. Menganalisis hubungan antara usaha dan daya E. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian usaha. 2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha. 3. Membedakan usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif. 4. Menghitung usaha oleh beberapa buah gaya. 5. Menentukan besarnya daya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit (2JP) G. Model Pembelajaran Konvensional
101
H. Metode Pembelajaran 1. Multimedia 2. Tanya Jawab 3. Latihan I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-3) 1. Kegiatan awal Apersepsi Guru sedikit bercerita mengenai usaha dalm kehidupan sehari-hari 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan definisi usaha dalam kehidupan sehari-hari dan usaha dalam fisika dengan memberikan contoh yang ada kaitanya dalam kehidupan sehari-hari. b. Guru menjelaskan kaitan antara usaha dengan energi c. Jika ada yang kurang dimengerti guru mempersilakan peserta didik untuk bertanya d. Guru bertanya kepada salah satu peserta didik mengenai usaha e. Guru menjelaskan cara untuk menghitung besarnya usaha dan daya, serta memberikan contoh kepada peserta didik f. Guru memberikan latihan soal kepada peserta didik untuk mengetahui tingkat pemahamannya g. Jika masih ada peserta didik yang belum mengerti guru membantu peserta didik untuk menyelesaikan latihan soal 3. Kegiatan Akhir a. Guru dan peserta didik bersama-sama memberikan kesimpulan mengenai pelajaran hari ini J. Sumber Belajar 1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 41 – 44 2. Buku referensi yang relevan L. Penilaian Hasil Belajar Tes Essay
102
1. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule. Jika massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah 250 N, maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . . Diketahui : w = 1000 Joule m = 100 kg F = 250 N Ditanya
:s
Jawab
W Fs 1000 250 s : 1000 s 250 s 4m
Mengetahui Kepala SMP Pelajaran
Jakarta, 01 Maret 2010 Guru Mata
Ferdy Novrizal
103
Lampiran 7
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Sekolah
: SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : Fisika
A.
Kelas
: VIII
Semester
: 2
Materi Pokok
: Usaha dan Energi
Tujuan 1. Menyelidiki perubahan energi
B.
Alat dan bahan 1. lampu 1 buah 2. baterai 2 buah 3. kabel secukupnya
C.
Langkah-langkah kegiatan 1. Tiap-tiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah disediakan 2. Sambungkan kabel dengan batubaterai 3. Ujung kabel yang telah disambungkan dengan baterai disambungkan juga dengan lampu. Seperti gambar di bawah ini
D.
Pertanyaan 1. Apang yang terjadi pada lampu setelah dirangkai? 2. Apakah ada perubahan energi?. Jika ada perubahan energi apa yang terjadi!
E.
Kesimpulan
104
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Sekolah
: SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : Fisika Kelas
: VIII
Semester
: 2
Materi Pokok
: Usaha dan Energi
Fenomena/Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata usaha dan energi. Berkaitan dengan kata usaha dan energi ini, sering muncul pertanyaan seperti: apakah orang yang mendorong tembok kokoh dapat dikatakan melakukan usaha? Seorang pramusaji yang sedang berjalan mengantarkan makanan ke meja pelanggannya. Apakah pramusaji ini dikatakan melakukan usaha? Apakah seorang anak yang berjalan sambil menjunjung tas di atas kepalanya dapat dikatakan melakukan usaha? Demikian pula seorang atlet angkat besi mengangkat barbel dari lantai. Pada angkatan pertama, atlet sudah mengerahkan seluruh tenaganya tetapi barbel tidak terangkat dari lantai. Apakah atlet ini telah melakukan usaha? Pada kasus yang lain, orang sering menanyakan apakah buah kelapa yang berada di pohon memiliki energi? B. Tujuan 1. Menyelidiki besarnya usaha yang dilakukan oleh suatu gaya. C. Alat dan bahan 1. Balok 1 buah 2. Pegas 1 buah 3. Mistar (100 cm) D. Langkah-langkah kegiatan 1. Angkatlah sebuah benda perlahan-lahan dengan menggunakan neraca pegas, dari lantai sampai ke atas meja, amati dan baca besar gaya yang diperlukan untuk mengangkat itu.
105
2. Lakukan seperti kegiatan 1, tetapi sekarang diangkat sampai dua kali, tingginya semula. Amati juga gaya yang diperlukan untuk mengangkat itu. Berbedakah besar gaya yang diperlukan pada kegiatan 1 dengan gaya yang diperlukan pada kegiatan 2. berbedakah besar energi yang diperlukan pada kegiatan 1 dan kegiatan 2. E. Pertanyaan 1. Bagaimanakah besar gaya dalam kedua hal di atas? 2. Apakah besarnya sama? 3. Bagaimana dengan energi yang digunakan, apakah sama? F. Kesimpulan
106
Lampiran 8 Uji Validitas Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point biserial berdasarkan rumus berikut ini.
r pbi
Mp Mt SD t
p q
Dimana: rpbi
= indeks point biserial
Mp
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Mt
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
SDt
= Deviasi standar skor total.
p
= proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.
q
= proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan untuk menguji validitas instrumen.
107
Tabel Perhitungan Uji Validitas Skor untuk item no
No Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA
1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0
0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1
1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1
1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0
0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0
1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mp 15.46 15.21 16.77 15.76 12.29 12.95 16.57 16.38 14.56 16.46 14.73 16.42 15.50 14.40 16.08 14.79 15.40 16.38 15.50 16.20 13.70 16.56
rpbi 0.38 0.36 0.59 0.56 0.18 0.05 0.59 0.53 0.32 0.54 0.22 0.50 0.54 0.23 0.48 0.40 0.19 0.53 0.54 0.40 0.07 0.41
Uji Hipotesis Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Mt SD rtabel 13.1 5.41 0.35 0.30
0 1 1 1 10
0.70
0.33
0 0 0 0 10
0.67
0.33
0 0 0 0 18
0.67
0.60
0 0 0 0 13
0.40
0.43
0 0 0 0 5
0.57
0.17
1 0 0 0 19
0.83
0.63
1 0 0 0 13
0.37
0.43
0 1 0 0 15
0.57
0.50
0 0 0 0 18
0.50
0.60
0 1 0 0 12
0.40
0.40
0 1 0 0 11
0.60
0.37
0 0 0 0 13
0.63
0.43
0 0 1 0 18
0.57
0.60
0 0 0 0 13
0.40
0.43
0 0 0 0 14
0.57
0.47
0 1 1 1 20
0.53
0.67
1 0 1 0 17
0.33
0.57
0 0 0 0 17
0.43
0.57
1 0 0 0 13
0.43
0 0 0 0 14
0.43
0.47
0 1 0 1 13
0.57
p 0.43
AB AC AD AE Σ
0.53
q 0.57
108
0 0 0 1 9
109
Tabel Perhitungan Uji Validitas (lanjutan) No Subjek A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z
Skor total (Xt)
Skor untuk item no 23
24
25
26
27
28
29
30
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 23 23 20 19 18 18 17 16 16 15 15 14 14 13 13 13 10 10 10 9 9 9 8 8
(Xt)2
576 529 529 400 361 324 324 289 256 356 225 225 196 196 169 169 169 100 100 100 81 81 81 64 64
Mp 14.58 16.08 15.82 15.83 16.83 16.08 15.18 18.75
rpbi 0.35 0.48 0.38 0.41 0.34 0.48 0.29 0.41
Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid
Uji Hipotesis Mt SD rtabel 13.1 5.41 0.35
0.13
0 1 0 0 0 11
0.87
0.37
0 1 0 0 0 13
0.63
0.43
0 0 1 0 0 6
0.57
0.20
1 0 0 0 0 12
0.80
0.40
1 0 0 0 0 11
0.60
0 1 0 0 0 13 0.37
0.43
1 0 0 1 0 19
0.63
p 0.63
AA AB AC AD AE Σ
0.57
q 0.37
110
0 0 0 0 0 4 7 7 7 5 4 394 49 49 49 25 16 6052
111
Lampiran 9 Perhitungan Realibitas Untuk keperluan perhitungan realibitas instrumen tes ini, digunakan rumus Spearman-Brown berikut ini. N r 12 rn 1 N 1 r 12 Simbol-simbol yang terdapat pada persamaan tersebut dijelaskan pada keterangan berikut ini. rn = koefisien korelasi seluruh tes N = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang dikorelasikan r½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnya Tabel berikut ini adalah ringkasan perhitungan realibilitas ini. Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-Genap No subjek
Skor untuk item no Ganjil
Jumlah
A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE
1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
5 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0
7 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
9 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
11 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
15 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
17 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
21 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1
23 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0
25 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
27 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
29 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
12 11 12 10 7 9 9 7 9 8 9 8 7 8 6 5 5 4 3 5 4 4 6 6 5 4 4 4 4 2
Σ
13
13
17
14
18
11
18
13
5
18
10
19
11
6
11
197
112
Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-Genap (lanjutan) No subjek
Skor untuk item no Genap
jumlah
A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE
2 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
6 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1
8 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
12 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
14 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
16 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
18 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
22 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
26 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
28 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
30 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 12 11 10 12 9 9 10 7 8 6 7 7 6 7 8 8 6 7 5 5 5 3 2 3 3 3 3 1 2
Σ
14
17
20
13
13
12
15
19
13
10
9
13
12
13
4
197
113
Perhitungan Reliabilitas Metode Ganjil-Genap (lanjutan) Subjek
X
Y
XY
X2
Y2
A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE Σ
12 11 12 10 7 9 9 7 9 8 9 8 7 8 6 5 5 4 3 5 4 4 6 6 5 4 4 4 4 2 197
12 12 11 10 12 9 9 10 7 8 6 7 7 6 7 8 8 6 7 5 5 5 3 2 3 3 3 3 1 2 197
144 132 132 100 84 81 81 70 63 64 54 56 49 48 42 40 40 24 21 25 20 20 18 12 15 12 12 12 4 4 1479
144 121 144 100 49 81 81 49 81 64 81 64 49 64 36 25 25 16 9 25 16 16 36 36 25 16 16 16 16 4 1505
144 144 121 100 144 81 81 100 49 64 36 49 49 36 49 64 64 36 49 25 25 25 9 4 9 9 9 9 1 4 1589
r1/2 1/2 rn
0.84 0.911
Dimana: X : skor total subjek pada item bernomor ganjil Y : skor total subjek pada item bernomor genap Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen ini adalah 0,911. Nilai ini termasuk kategori cukup.
114
Lampiran 10 Perhitungan Derajat Kesukaran Untuk menghitung derajat kesukaran digunakan rumus berikut ini. W WH DK L 100 % nL nH Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut. DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty) WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu nL = jumlah kelompok bawah nH = jumlah kelompok atas Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran
No Subjek A B C D E F G H I J
1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
2 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1
6 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
7 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
8 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
9 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
Skor untuk item no 10 11 12 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0
14 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
15 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
16 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
17 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
18 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
20 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0
21 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1
22 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0
115
K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE Σ
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 13
0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 13
0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 17
1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 17
0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 20
1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 14
1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 18
1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 13
0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 11
1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 12
1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 18
1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 15
0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 13
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 19
0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 18
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 10
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 10
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9
TK 0.38 0.41 0.38 0.50 0.50 0.59 0.41 0.38 0.53 0.38 0.32 0.35 0.53 0.44 0.38 0.56 0.15 0.38 0.53 0.29 0.29 0.26 Keputus Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr Skr Skr an
116
Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran (lanjutan) No Subjek A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y
23 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1
24 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Skor untuk item no 25 26 27 28 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
29 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
30 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(Xt) 24 23 23 20 19 18 18 17 16 16 15 15 14 14 13 13 13 10 10 10 9 9 9 8
117
Z AA AB AC AD AE Σ
0 1 0 0 1 0 19
1 0 1 0 0 0 13
0 1 0 0 0 0 11
0 1 0 0 0 0 12
0 0 0 1 0 0 6
1 0 1 0 0 0 13
0 0 1 0 0 0 11
0 0 0 0 0 0 4
TK 0.56 0.38 0.32 0.35 0.18 0.38 0.32 0.12 Keputusan Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr
Kategorisasi derajat kesukaran tersebut berdasarkan ketentuan berikut ini. Mudah
: DK ≥ 0,70
Sedang
: 0,30 < DK < 0,70
Sukar
: DK ≤ 0,30
8 7 7 7 5 4 394
118
Lampiran 11 Daya Beda Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini. W WH DB L n Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut. DB = Daya Beda (discriminating power, DP) WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah Tabel Perhitungan Daya Beda Subjek
Kelompok Atas
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1
2 3 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0
3 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
5 6 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0
6 7 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
7 8 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0
8 9 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
9 10 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
10 11 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1
11 12 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
12 13 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1
13 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
14 15 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0
15 16 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1
16 17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
17 18 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
18 19 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
19 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
20 21 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0
15 16 17 18 19 20 21 22 23
0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 1 1 0 1 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 0 1 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 0 0
1 0 0 1 1 0 1 0 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 1 1 1 0 1 0 0
1 0 0 0 0 1 0 1 1
1 0 1 0 0 0 1 0 0
24
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
25
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
26 27 28 29 30
0 0 1 0 1
0 0 0 0 0
0 1 0 0 0
0 0 0 0 0
1 1 0 1 0
0 0 1 1 1
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 1 0
1 0 0 0 0
1 0 1 0 0
0 0 1 0 0
0 0 0 0 0
0 0 1 0 0
0 1 0 0 0
0 1 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 1 0 1
WH WL
9 4
8 6
11 2
11 6
7 10
9 11
11 3
9 4
12 6
10 3
6 5
9 3
13 5
9 6
10 3
11 8
3 2
9 4
13 5
8 2
Daya Beda
0.56
0.22
1.00
0.56
-0.33
-0.22
0.89
0.56
0.67
0.78
0.11
0.67
0.89
0.33
0.78
0.33
0.11
0.56
0.89
0.67
119
Tabel Perhitungan Daya Pembeda (lanjutan) No Subjek
Kelompok Atas 1-15 Kelompok Bawah 16-20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Skor untuk item no
Σ
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0
1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 23 23 20 19 18 18 17 16 16 15 15 14 14 13 13 13 10 10 10 9
baik
baik sekali
baik
buruk
cukup
baik sekali
cukup
baik sekali
baik
buruk
baik sekali
baik
baik
baik sekali
drop
drop
baik
baik sekali
cukup
baik
Keputusan
120
121
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Daya Beda
0.44 baik
4 0
0.33
7 4
cukup
10 3 0.78
5 1
baik sekali
9 3
0.44
8 3
baik
10 3
0.67
11 8
baik
7 2
0.56
6 4
baik
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.78
0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
baik sekali
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
0.33
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
cukup
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0.56
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
baik
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
0.22
1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
cukup
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Keputusan
WH WL
0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0
9 9 8 8 7 7 7 5 4 9 9 8 8
Kategorisasi untuk menentukan daya beda didasarkan ketentuan berikut ini. Drop
: TK < 0
Buruk
: 0 ≤ TK < 0,20
122
Cukup
: 0,20 ≤ TK < 0,40
Baik
: 0,40 ≤ TK < 0,70
Baik Sekali
: 0,70 ≤ TK < 1,00
123
Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Item No
Validitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid
Taraf Kesukaran Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr Skr Skr Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr
Daya Pembeda baik cukup baik sekali baik drop drop baik sekali baik baik baik sekali buruk baik baik sekali cukup baik sekali cukup buruk baik baik sekali baik cukup baik cukup baik sekali baik baik baik baik sekali cukup baik
Penetapan keputusan disamping didasarkan pada kriteria-kriteria tersebut juga didasarkan pada keterpenuhan indikator. Artinya, setiap indikator diwakili oleh satu atau lebih soal.
124 Lampiran 13 DATA HASIL PENELITIAN
Kelompok Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Adi Joyo Negoro Agrishinta Dewi A Anas Surya Permana Anggreina David Hamonangan Dea Aprilia Desy Murdiah Erlando Bandawesa Febri Apriansyah Feri Alfa Prasetia Gusnaelly Fitriyati A Ilham Sampurna Innez Nadia. D Intan Ratna K Laras Otaviani M. Ahya Rosada M. Iqbal Wiguna M. Rahma M. Rifaldi Septian M. Suprada H Neneng Soleka Nissa Rachmani Pracikal Giya P Rasmanah Regita Ardia G Resy Anissa Reza Pratama Rosma Allyka Salman Farish Septiani Rachmawati Utami Insani Yukie Nugraha Jumlah
Nilai Pretes 40 50 30 45 30 45 35 35 50 35 40 40 35 45 45 35 45 40 35 30 40 35 40 45 45 35 40 40 50 45 35 30 1265
Postes 45 70 65 75 75 50 55 55 75 85 75 70 55 65 50 55 80 75 55 60 45 60 60 75 80 75 80 70 75 75 70 80 2135
125 Kelompok Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Aditya Permana Ahmad Firtiadi Agi Septiani Ajeng Ayu Sandra Aji Susanto Alek Mardiana Arif Sanjaya Debi Darma MN Dodi Haripin Fia Oktapiani Fikri Ari Fitria Gema Ramadhan Irma Rosita Irnanda Ismayanti Makhdoh Maulana Cahyadi Maya S M. Rizal M. Daru Neneng Yulianti Neng Febriyanti Oki Aditian Regiana Rolita Riska Manasari Riyan Firdana Rizal Gunawan Toni Ratir Via kursita Yudhi Mulya Jumlah
Nilai Pretes 30 25 25 20 20 40 20 35 25 30 25 30 30 25 30 20 25 30 40 40 40 25 30 15 20 15 20 15 30 30 30 835
Postes 40 65 40 65 70 55 65 65 70 65 70 55 70 55 40 55 60 65 70 80 50 75 75 65 65 50 60 60 65 75 50 1910
126 Lampiran 14 PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN
Hasil Pretest Kelas VIII-1 Hasil pretest dari kelas VIII-1 adalah sebagai berikut. 40 50 30 45 30
45 35 35 50 35
40 40 35 45 45
35 45 40 35 30
40 35 40 45 45
35 40 40 50 45
35 30
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 50 dan nilai minimum (Xmin) adalah 30. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R) R
X mx X min 50 30 20
b. Banyaknya Kelas (K)
K
1 3,3 log n 1 3,3 log 32 1 3,3 1,50 1 4,97 5,97 6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6 c. Panjang Kelas (P)
127
P
R K 20 6 3,33 4
Sehingga panjang kelasnya adalah 4. d. Frekuensi Relatif Kelas 30 - 33 34 - 37 38 - 41 42 - 45 46 - 49 50 - 53 Jumlah (∑)
Frekuensi Absolut 4 9 8 8 0 3 32
Frekuensi Relatif 12.50 28.13 25.00 25.00 0.00 9.38 100
% % % % % %
128 Lampiran 15 ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA PRETES (kelompok eksperimen) Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
30 - 33 34 - 37 38 - 41 42 - 45 46 - 49 50 - 53 Jumlah (∑)
29.5 33.5 37.5 41.5 45.5 49.5 237
31.5 35.5 39.5 43.5 47.5 51.5 249
4 9 8 8 0 3 32
126 319.5 316 348 0 154.5 1264
3969 11342.3 12482 15138 0 7956.75 50888
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
1264 32 39,5
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 33,5
P = panjang kelas
= 4
n = banyaknya data
= 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 f = nilai frekuensi kelas median
= 9
129
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .32 4 33,5 4 2 9 33,5 4 1,33 33,5 5,33 38,83
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo
b1 b P b1 b2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 33,5
P = panjang kelas
= 4
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 9–8=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
5 33,5 4 5 1 33,5 4 0,83 33,5 3,33 36,83
130 d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 1264 50888
32 32 1
1597696 32 31
50888
50888 49928 31
960 31
30,97 5,56
131 Lampiran 16 PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI PRETES KELOMPOK KONTROL
Hasil pretest dari kelas VIII-3 adalah sebagai berikut. 30 25 25 20 20
40 20 35 25 30
25 30 30 25 30
20 25 30 40 40
40 25 30 15 20
15 20 15 30 30
30
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 40 dan nilai minimum (Xmin) adalah 15. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R) R
X mx X min 40 15 25
b. Banyaknya Kelas (K)
K
1 3,3 log n 1 3,3 log 31 1 3,3 1,49 1 4,92 5,92 6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6 c. Panjang Kelas (P)
P
R K 25 6 4,16 5
132 Sehingga panjang kelasnya adalah 5. d. Frekuensi relatif Kelas 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 Jumlah (∑)
Frekuensi Absolut 3 6 7 10 1 4 31
Frekuensi Relatif 9.68 19.35 22.58 32.26 3.23 12.90 100
% % % % % %
133 Lampiran 17 ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA PRETES (kelompok kontrol) Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 Jumlah (∑)
14.5 19.5 24.5 29.5 34.5 39.5 162
17 22 27 32 37 42 177
3 6 7 10 1 4 31
51 132 189 320 37 168 897
867 2904 5103 10240 1369 7056 27539
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
897 31 28,93
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 29,5
P = panjang kelas
= 5
n = banyaknya data
= 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 3 + 6 + 7 = 16 f = nilai frekuensi kelas median
= 10
134
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .31 16 29,5 5 2 10 29,5 5 (0,05) 29,5 0,25 29,25
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo
b1 b P b1 b2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 29,5
P = panjang kelas
= 5
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 10 – 7 = 3
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 10 – 1 = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
3 29,5 5 39 29,5 5 0,25 29,5 1,25 30,75
135 d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 897 27539
31 1
31
804609 31 30
27539
27539 25955,13 30
1583,87 30
52,79 7,27
136 Lampiran 18 PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI POSTTES KELOMPOK EKSPERIMEN
Hasil posttest dari kelas VIII-1 adalah sebagai berikut. 45 70 65 75 75
50 55 55 75 85
75 70 55 65 70
55 85 75 60 60
45 60 60 75 80
85 80 70 75 75
70 80
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 85 dan nilai minimum (Xmin) adalah 45. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R) R
X mx X min 85 45 40
b. Banyaknya Kelas (K)
K
1 3,3 log n 1 3,3 log 32 1 3,3 1,50 1 4,97 5,97 6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6 c. Panjang Kelas (P) P
R K 40 6 6,67 7
137 Sehingga panjang kelasnya adalah 7. d. Frekuensi relatif Kelas 45 - 51 52 - 58 59 - 65 66 - 72 73 - 79 80 - 86 Jumlah (∑)
Frekuensi Absolut 3 4 6 5 8 6 32
Frekuensi Relatif 9.38 12.50 18.75 15.63 25.00 18.75 100
% % % % % %
138 Lampiran 19 ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA POSTTEST (kelompok eksperimen) Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
45 - 51 52 - 58 59 - 65 66 - 72 73 - 79 80 - 86 Jumlah (∑)
44.5 51.5 58.5 65.5 72.5 79.5 372
48.00 55.00 62.00 69.00 76.00 83.00 393.00
3 4 6 5 8 6 32
144.00 220.00 372.00 345.00 608.00 498.00 2187.00
6912.00 12100.00 23064.00 23805.00 46208.00 41334.00 153423
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
2187 32 68,34
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 65,5
P = panjang kelas
= 7
n = banyaknya data
= 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 + 7 = 13
139 f = nilai frekuensi kelas median
= 5
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .32 13 65,5 7 2 5 65,5 7 0,6 65,5 4,2 69,7
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo
b1 b P b1 b2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 65,5
P = panjang kelas
= 7
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 8–5=3
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 8–6=2
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. Mo
3 65,5 7 3 2 65,5 7 0,6 65,5 4,2 69,7
140 d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 2187 153423
32 1
32
4782969 32 31
153423
153423 149467,78 31
3955,22 31
127,59 11,29
141 Lampiran 20 PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI POSTTEST KELOMPOK KONTROL
Hasil posttest dari kelas VIII-3 adalah sebagai berikut. 55 65 40 65 70
40 65 65 70 65
70 60 70 55 55
55 60 65 70 65
50 75 75 75 65
50 60 60 65 80
50
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 80 dan nilai minimum (Xmin) adalah 40. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R) R
X mx X min 80 40 40
b. Banyaknya Kelas (K)
K
1 3,3 log n 1 3,3 log 31 1 3,3 1,49 1 4,92 5,92 6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6 c. Panjang Kelas (P) P
R K 40 6 6,67 7
142 Sehingga panjang kelasnya adalah 7. d. Frekuensi relatif Kelas 40 - 46 47 - 53 54 - 60 61 - 67 68 - 74 75 - 81 Jumlah (∑)
Frekuensi Absolut 2 3 8 9 5 4 31
Frekuensi Relatif 6.45 9.68 25.81 29.03 16.13 12.90 100
% % % % % %
143 Lampiran 21 ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA POSTTEST (kelompok kontrol) Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
40 - 46 47 - 53 54 - 60 61 - 67 68 - 74 75 - 81 Jumlah (∑)
39.5 46.5 53.5 60.5 67.5 74.5 342
43.00 50.00 57.00 64.00 71.00 78.00 363.00
2 3 8 9 5 4 31
86.00 150.00 456.00 576.00 355.00 312.00 1935.00
3698.00 7500.00 25992.00 36864.00 25205.00 24336.00 123595
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
1935 31 62,42
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 60,5
P = panjang kelas
= 7
n = banyaknya data
= 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 8 + 3 + 2 = 13 f = nilai frekuensi kelas median
= 9
144
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .31 13 60,5 7 2 9 60,5 7 0,28 60,5 1,96 62,46
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo
b1 b P b1 b2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 60,5
P = panjang kelas
= 7
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 9–8=1
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 9–5=4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. Mo
1 70,5 7 1 4 60,5 7 0,2 60,5 1,4 61,9
145
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
123595
19352
31 1
31
3744225 31 30
123595
123595 120781,45 30
2813,55 30
93,785 9,68
146 Lampiran 24 PENGHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMEN
Uji Normalitas Posttest Eksperimen Kelas
fi.xi
xi
fi. Xi2
batas kelas 44.5
45
-
51
144
48
6912
-
58
220
55
-
65
372
62
0.1241
66
-
72
345
69
0.2091
73
-
79
608
76
0.243
80
-
86
498
83
0.1946
92 Jumlah
3
0.6326
3.9712
4
0.0002
6.6912
6
0.0796
7.7760
5
1.5412
6.2272
8
0.3929
3.0976
6
1.4040
0.99
41334
0.0968 85.5
1.6224
0.37
46208 79.5
(Oi Ei)^2/Ei
-0.25
23805 72.5
Oi
-0.87
23064 65.5
Ei
-1.49
12100 58.5
59
luas Z tabel
0.0507 51.5
52
Z batas kelas -2.11
1.52
86
2187
393
153423
X2
4.0505
Karena Xhitung < Xtabel = 4,0505 < 7.81 pada taraf signifikansi α 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal
147 Lampiran 25 PENGHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL
Uji Normalitas Posttest Kontrol Kelas
40
-
fi.xi
46
86
xi
43
fi. Xi2
batas kelas
Z batas kelas
39.5
-2.37
3698
0.0416 46.5
47
-
53
150
50
-
60
456
57
0.1283
61
-
67
576
64
0.2419
68
-
74
355
71
0.2778
75
-
81
312
78
0.1959
81
2
0.3913
3.9773
3
0.2401
7.4989
8
0.0335
8.6118
9
0.0175
6.0729
5
0.1895
2.3219
4
1.2128
1.25
24336
0.0749 80.5
1.2896
0.52
25205 74.5
(Oi Ei)^2/Ei
-0.20
36864 67.5
Oi
-0.92
25992 60.5
Ei
-1.64
7500 53.5
54
luas Z tabel
1.87
-
Jumlah
1935
363
123595
X2
2.0848
Karena Xhitung < Xtabel = 2,0848 < 7.81 pada taraf signifikansi α 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal
148 Lampiran 26 PENGHITUNGAN HOMOGENITAS DATA POSTTEST
Eksperimen
Kontrol
S2
127,59
93,785
N
32
31
Pengujian homogenitas yaitu: V1 S12 V2 S 22 127,59 F 1,360 93,785 F
Fhitung Ftabel
1.360 1.84
Fhitung < Ftabel 1.30 < 1.84
Db=31-1=30 pembilang Db=32-1=31 penyebut
Data Homogen
149 Lampiran 27 PENGHITUNGAN UJI HIPOTESIS A. Posttest Untuk pengujian hipotesis penelitian ini langkah-langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut 1. Hipotesis Ho
:
Tidak ada pengaruh yang signifikan model
H1
:
Ada pengaruh yang signifikan model
Ho
:
µX1 < µX2
H1
:
µX1 > µX2
2. Menentukan harga thitung digunakan persamaan : t
X1 X 2 dsg
1 1 n1 n 2
dimana dsg
n1 1V1 n2 1V2 n1 n2 2
Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut. 1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui. Dari nilai posttest diperoleh: X1 =
68,34
X2 =
62,42
V1 = SD12 = (11,3)2 = 127,69 V2 = SD22 = (9,68)2 = 93,70 2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
150
dsg
n1 1V1 n 2 1V2 n1 n 2 2
32 1127,69 31 193,70 32 31 2
3958,39 2904,7 61
6863,09 61
112,51 10,61
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.
t hitung
X1 X 2 dsg
1 1 n1 n 2
68,34 62,42 10,61
1 1 32 31 5,92
10,61 0,03125 0,03226
5,92 10,61 0,252 5,92 2,67 2,22
4. Menentukan nilai ttabel Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah: dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 31 – 2 = 61 pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi. t(0,95)(60)
= 2,000
t(0,95)(120)
= 1,980
dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=61 sebagai berikut.
151 1 (2,00 1,980) 60 2,000 0,00032 1,99968
t 0,95 61 2,000
Dengan cara interpolasi yang sama, maka nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah: t(0,99)(60)
= 2,660
t(0,99)(120)
= 2,617
jadi nilai ttabel dengan dk = 61 diperoleh 1 (2,660 2,617) 60 2,660 0,0007 2,659
t 0,99 61 2,660
5. Menguji Hipotesis Pada taraf signifikansi 1% nilai thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak. Namun pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak 6. Memberikan interpretasi Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang menggunakan model sains teknologi masyarakat dengan yang menggunakan metode konvensional. Namun pada taraf kepercayaan 99%, tidak terdapat perbedaan penguasan konsep fisika siswa yang menggunakan model sains teknologi masyarakat dengan yang menggunakan metode konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa model sains teknologi masyarakat dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa hanya pada taraf kepercayaan 95% saja, tidak pada taraf kepercayan 99%.