ANALISIS HASIL BELAJAR AFEKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT (SALINGTEMAS) PADA KONSEP JAMUR (Penelitian Deskriptif di SMA Negeri 1 Pasawahan - Kuningan)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh MUHAMMAD NURUZZAMAN SHIDDIQI NIM 109016100045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi
berjudul
Pembelajaran
Analisis
Sains,
(SALINGTEMAS)
pada
Hasil
Belajar
Lingkungan, Konsep
Afektif
Teknologi,
Jamur
disusun
Melalui
Model
dan
Masyarakat
oleh
Muhammad
Nuruzzaman Shiddiqi, Nomor Induk Mahasiswa 109016100045, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
berjudul
Pembelajaran
Analisis
Sains,
(SALINGTEMAS)
Hasil
Belajar
Lingkungan,
pada
Konsep
Afektif
Teknologi,
Jamur
disusun
Melalui
Model
dan
Masyarakat
oleh
Muhammad
Nuruzzaman Shiddiqi, Nomor Induk Mahasiswa 109016100045, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 03 April 2014 di hadapan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi. Jakarta, 03 April 2014 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 19700209 200003 2 001
....................
.........................
....................
.........................
....................
.........................
Penguji I Dr. Zulfiani, M.Pd NIP. 19760309 200501 2 002 Penguji II Meiry Fadilah Noor, M.Si NIP. 19800516 200710 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Nurlena Rifa’I, MA., Ph.D NIP. 19591020 198603 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi
NIM
: 109016100045
Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi Alamat
: Blok Karang Anyar No. 120 Rt/Rw. 08/04 Desa Wanayasa Kec. Beber Kab. Cirebon. MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran
Sains,
Lingkungan,
Teknologi,
dan
Masyarakat
(SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing I
: Baiq Hana Susanti, M.Sc
NIP
: 19700209 200003 2 001
Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi Nama Pembimbing II : Eny S Rosyidatun, MA NIP
: 19750924 200604 2 001
Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
ABSTRAK Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi ( NIM 109016100045 ): Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur. (Penelitian Deskriptif di SMA Negeri 1 Pasawahan - Kuningan). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar afektif pada ranah sikap dan minat melalui model pembelajaran Salingtemas pada konsep Jamur. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan kelas X yang berjumlah 65 siswa terdiri dari 31 siswa kelas X-1 dan 34 siswa kelas X-2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa- siswi kelas X SMA Negeri 1 Pasawahan mempunyai hasil belajar afektif yang Amat Baik pada ranah sikap dan minat siswa melalui model pembelajaran salingtemas. Hal ini dikarenakan siswa mampu mempunyai perhatian yang besar, aktif dalam belajar, kreatif, memiliki ketelitian yang baik, selalu menjaga kebersihan, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki inisiatif yang baik selama pembelajaran biologi berlangsung. siswa juga memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih dan sistematis. Selain itu siswa memiliki antusias atau minat yang baik dalam kegiatan pembelajaran, tertarik dengan materi pembelajaran ang diberikan yaitu tentang jamur, tertarik terhadap media dan model pembelajaran yang digunakan yaitu berupa praktikum, diskusi kelompok dan tugas lapangan dengan model pembelajaran Salingtemas. Kata Kunci: Hasil Belajar Afektif, Sikap, Minat, SALINGTEMAS.
ii
ABSTRACT
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi (NIM 109016100045): Analysis of Affective Learning Outcomes Through the Learning Model Science, Environment, Technology, and Society (SETS) on the Consept of Fungi. (Descriptive Research at SMAN 1 Pasawahan – Kuningan). BA Thesis, Biology Education Study Program, Departement of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. This study aims to analyze the affective learning outcomes in the realm of attitudes and interests through SETS learning model on the concept of Fungi. The subjects were students of SMA Negeri 1 Pasawahan - Kuningan class X totaling 65 students consisted of 31 students of class X - 1 and 34 students of class X - 2. The method used in this study is a descriptive analysis method. The research instrument used was a questionnaire and observation sheet. The results showed that the students of class X SMA Negeri 1 Pasawahan have a very good affective learning outcomes in the realm of attitudes and interests of students through the SETS learning model. This is because the students can have a great concern, active learning, creative, has good accuracy, always keep cleaning, care for the environment, and have a good initiative for learning biology. students also have good scientific attitude, good discipline, neat and systematic. In addition students have either enthusiasm or interest in learning activities, interested in the subject matter given that about fungi, attracted to the media and learning model that used the form of experiment, group discussions and field work with a SETS learning model. Key: Affective Learning Outcomes, Attitudes, Interests, SETS.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umat islam, yang telah memberikan qudwah hasanah untuk ummatnya guna mencapai insan kamil. Semoga kita senantiasa mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir. Aamiin. Penyelesaian penulisan skripsi ini tak semudah membalikan telapak tangan, penulis membutuhkan perjuangan serta pengorbanan baik moril maupun materil. Butuh tekad serta kemauan yang kuat dalam menghadapi segala halangan dan rintangan. Namun atas bantuan, motivasi, serta bimbingan dari semua pihak. Pada akhirnya penulisan skipsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penilis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya: 1.
Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang selalu memotivasi serta mengajarkan banyak hal bagi penulis baik dari segi akademis maupun aktivis.
3.
Eny S Rosyidatun, MA selaku Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran serta keikhlasan telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta motivasi dalam membimbing penulis selama ini.
iv
4.
Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Akademik jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Dr. Zulfiani, M.Pd sebagai Ketua Prodi Biologi dan seluruh civitas akademik jurusan pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6.
Teristimewa dan yang paling utama untuk orang tua tercinta, ayahanda Jabidi, S.Pd.I., M.M dan ibunda Siti Sapa’ah yang selalu sabar mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Kepala SMA Negeri 1 Pasawahan, Drs. H. Maman Herman Iskandar yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut. Bapak Dadan Rudiana S.Pd selaku guru Biologi kelas X – 1 dan X - 2 yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. Seluruh siswa kelas X - 1 dan X - 2 yang membuat penulis termotivasi agar memberikan pembelajaran yang terbaik untuk mereka, dan membantu peneliti dalam penelitian ini.
8.
Nita Asrya, S.Pd yang selalu setia memotivasi, mendampingi, dan membantu penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, sehingga penulis selalu bersemangat dalam penyelesaian skripsi.
9.
Kawan-kawan angkatan 2009 Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Muhamad Pahrudin dan Ahmad Syahri Syarifudin sebagai rekan seperjuangan.
10. Adik-adik tercinta Muhammad Afif Syahrul Mubarok, Siti Nurfaizzatul Azza, dan Gita Nur Habibatul Azizah yang membuat penulis semangat dan termotivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 11. Dr. H. Jaenal Aripin, MA dan Siti Elviah sebagai paman dan bibi yang selalu memberikan bantuan materi dan moril kepada penulis agar tetap semangat dalam meneruskan kuliah.
v
12. PKBM Negeri 26 Bintaro, terutama Ibu Ir. Yusriyati dan Bapak Wawan Gunawan, SE yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi pendidik meskipun masih berstatus mahasiswa. 13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Ungkapan rasa syukur dan ikhlas rasanya tepat untuk penulis ucapkan atas terselesaikannya skripsi ini. Penulis hanya bisa berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang sepadan kepada semua pihak atas jasa dan bantuan yang telah mereka berikan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca skripsi ini. Perjalanan hidup sering membawa kita pada persimpangan jalan yang belum pernah kita duga sebelumnya, namun satu hal yang harus selalu kita yakini bahwa Allah tidak akan membawa kita sejauh ini hanya untuk meninggalkan kita sendiri. Sebuah usaha tanpa doa akan melahirkan pribadi yang sombong, selalu yakinkan diri kita dengan doa, maksimalkan karya dengan usaha, pastikan sampai pada citacita, Yakin Usaha Sampai. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan, khususnya bidang studi biologi.
Jakarta, 03 April 2014 Penulis,
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi
vi
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ............................................................................................................. ii ABSTRACT ........................................................................................................... iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1 B. Identifikasi Masalah ..........................................................................6 C. Pembatasan Masalah..........................................................................6 D. Perumusan Masalah ...........................................................................7 E. Tujuan Penelitian ...............................................................................7 F. Manfaat Penelitian .............................................................................7
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR A. Deskripsi Teoritis ..............................................................................8 1. Teori Belajar Humanistik ............................................................8 2. Model Pembelajaran Salingtemas .............................................10 3. Hasil Belajar Afektif ..................................................................19 B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................31 C. Kerangka Pikir .................................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................35 B. Metode dan Desain Penelitian .........................................................35 C. Populasi dan Sampel ........................................................................35 D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................37
vii
E. Instrumen .........................................................................................40 F. Teknik Analisis Data .......................................................................42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................45 B. Pembahasan .....................................................................................52 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................56 B. Saran ................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................57 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................61
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
Kata kerja ranah Afektif sesuai dengan Taksonomi Bloom .........................21
2.2
Kisi-kisi Instrumen .......................................................................................26
3.1
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pra Penelitian .............................................38
3.2
Kisi-kisi Penilaian Proses Praktikum ...........................................................39
3.3
Kisi-kisi Penilaian LKS Praktikum ..............................................................39
3.4
Kisi-kisi Penilaian Laporan Praktikum Siswa ..............................................40
3.5
Kriteria Penskoran Lembar Penilaian Proses Praktikum ..............................43
3.6
Kriteria Penskoran Lembar Penilaian LKS Praktikum .................................43
3.7
Kriteria Penskoran Lembar Penilaian Laporan Praktikum ...........................44
4.1
Hasil Penilaian Proses Praktikum .................................................................46
4.2
Hasil Penilaian LKS Praktikum ....................................................................48
4.3
Hasil Penilaian Laproran Praktikum Siswa ..................................................50
4.4
Frekuensi Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa ..........................................52
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Hubungan timbal balik unsur-unsur pendidikan Salingtemas ......................13
2.2
Bagan Kerangka Berfikir ..............................................................................34
4.1
Persentase indikator penilaian proses praktikum..........................................47
4.2
Persentase indikator penilaian LKS praktikum ............................................49
4.3
Persentase indikator penilaian laporan praktikum ........................................51
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
RPP Jamur .......................................................................................................61
2
Pedoman Wawancara Pra Penelitian...............................................................80
3
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pra Penelitian ...............................................82
4
Hasil Wawancara Pra Penelitian .....................................................................84
5
Lembar LKS Praktikum Pengamatan .............................................................86
6
Lembar Penilaian Proses Praktikum ...............................................................89
7
Lembar Penilaian LKS Praktikum ..................................................................93
8
Lembar Penilaian Laporan Praktikum Siswa ..................................................97
9
Rublik Penilaian Laporan Praktikum Siswa .................................................101
10 Hasil Penilaian Proses Praktikum .................................................................102 11 Hasil Penilaian LKS Praktikum ....................................................................105 12 Hasil Penilaian Laporan Praktikum Siswa ....................................................108 13 Daftar Nilai Hasil Ulangan Siswa .................................................................111 14 Lembar LKS Hasil Kerja Siswa ....................................................................113 15 Laporan Praktikum Siswa .............................................................................119 16 Lembar Pengesahan Proposal .......................................................................159 17 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi ..........................................................160 18 Surat Permohonan Izin Penelitian .................................................................161 19 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Sekolah .............................................162 20 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian........................................163 21 Lembar Uji Referensi ....................................................................................164 22 Riwayat Penulis ............................................................................................170
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke setiap aspek kehidupan. Hal ini memberikan kemudahan kepada setiap manusia yang memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun adakalanya pemanfaatan teknologi ini menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan apabila penggunaannya tidak didasari oleh pengetahuan dan kemampuan untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan tersebut. Upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga dapat mengimbangi perkembangan kemajuan sains dan teknologi. Keterkaitan yang erat antara lingkungan, teknologi dan masyarakat dengan sains sangat dibutuhkan dalam konteks pendidikan masa kini. Sesuai dengan Undang–undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional BAB I Pasal 1 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan usaha belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Biologi sebagai cabang sains merupakan ilmu yang mengkaji makhluk hidup. Dalam pembelajaran biologi tidak hanya konsep yang harus dikuasai, tetapi juga rasa ingin tahu sisa terhadap bilogi secara mendalam pada konsep-konsep tertentu pembelajaran juga mengalami perubahan dan kemajuan sesuai dengan perubahan
1
Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar : Beserta Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 220.
1
2
zaman, khususnya pada konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Menurut Miftakhul Anwar, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar2. Pendidikan biologi di Sekolah Menengah Atas (SMA) mengandung bahan kajian yang mempelajari makhluk hidup dan aspek kehidupan baik di masa lampau maupun masa sekarang. Disamping itu pendidikan biologi mempelajari penerapan konsep-konsep biologi dalam mengembangkan teknologi untuk kehidupan sehari-hari dan bertujuan meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan alam sekitarnya. Kegiatan pembelajaran biologi lebih diarahkan kepada kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif. Belajar aktif siswa berhubungan dengan sikap dan minat siswa dalam pembelajaran biologi. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Seorang pendidik harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.
2
Miftakhul Anwar, Penerapan Pendekatan SETS (Science Environment Technology And Social) Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA, h. 1-2, (http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PendekatanSETS.pdf, Pada 10/12/2012)
3
Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai3. Kesiapan peserta didik dalam suatu pembelajaran merupakan faktor yang ikut berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Kesiapan peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran dapat berupa ketersediaan alat-alat pelajaran dan dapat juga berupa bekal pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. peserta didik dengan pengetahuan awal yang baik akan dapat mengikuti pelajaran secara lancar, karena secara mental lebih siap dan dapat langsung merespon hal yang sedang dibicarakan. Menurut Agus Wasisto, keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh kondisi internal siswa maupun faktor eksternal siswa. Salah satu faktor eksternal yang ikut berpengaruh atas keberhasilan siswa dalam memahami suatu topik pembelajaran yang berasal dari guru adalah kemampuan guru dalam memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran tersebut4. Kenyataan di lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan, diketahui bahwa guru masih menggunakan metode ceramah yang terkadang diselingi oleh diskusi kelompok, siswa belum dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, siswa belum dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat serta sikap dan minat siswa terhadap mata pembelajaran biologi yang sudah cukup baik namun masih kurang baik apabila berhubungan atau dikaitkan dengan salingtemas5. Berdasarkan permasalahan di atas, maka untuk melakukan penilaian ranah afektif serta menganalisisnya dalam sebuah proses pembelajaran yang mengembangkan konsep sains, dengan memperhatikan penggunaannya pada 3
Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), h.1, (http://sarwanto.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/05/penilaian_afektif.pdf, pada 30/01/2013). 4 Agus Wasisto Dwi, Pembelajaran Biologi yang Berbasis Imtaq dengan Pendekatan Integratif (Science, Environment, Society, Technology and Religion), Jurnal: PROSPECT, Februari 2009, Tahun 5, Nomor 8, h. 55, (http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=61900&idc=32.Pada 12/02/2013). 5 Lampiran : Hasil Wawancara Pra Penelitian di SMA Negeri 1 Pasawahan.
4
teknologi, dan dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat diperlukan adanya suatu metode, pendekatan ataupun model yang sesuai, yaitu model pembelajaran SALINGTEMAS.
Penggunaan
model
pembelajaran
SALINGTEMAS
memperhatikan isu-isu yang berkembang dimasyarakat menjadi fokus utama untuk mengaitkan konsep yang akan diberikan dalam pembelajaran dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sains dan teknologi serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat, hal ini dapat memudahkan dalam melakukan penilaian afektif terhadap siswa. Model pembelajaran SALINGTEMAS adalah salah satu model yang dapat diterapkan pada masa kini. Titik penekanannya yakni mengembangkan hubungan antara pengetahuan ilmiah siswa dengan pengalaman keseharian mereka. Model pembelajaran SALINGTEMAS memberikan wadah lebih luas, oleh karena itu hendaknya dapat dimanfaatkan sejak siswa duduk di SD terutama menekankan pada masalah berpikir kreatif, perasaan, dan penilaian serta pemanfaatan dan penerapan. Melalui ranah afektif, siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan biologi yang dimiliki untuk mengklasifikasikan dan mengutamakan nilai-nilai mereka dan kemudian menerapkannya dalam tindakan sehari-hari sebagai warga negara yang bertangung jawab terhadap apa yang diperbuatnya. Perbedaan model pembelajaran SALINGTEMAS dengan model pembelajaran yang lain yakni, model pembelajaran SALINGTEMAS mengambil konsep dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah sosial, menggunakan kegiatan laboratorium yang berasal dari sumber lokal untuk memecahkan masalah, siswa aktif mencari info yang diperlukan, menekankan ketrampilan proses yang dapat digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak dimasa yang akan datang, serta siswa dapat bersikap lebih baik dan menerapkan pembelajaran yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Menurut Mitri Irianti, model pembelajaran SALINGTEMAS ini memadukan pemikiran SETS (Science, Environment, Technology and Society) dan EE (Environment Education) dengan memberi filosofi baru di dalamnya. Model pembelajaran Salingtemas merupakan cara pembelajaran bersifat terpadu yang
5
melibatkan unsur sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui model pembelajaran salingtemas, diharapkan siswa akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur salingtemas, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilikinya 6. Untuk itu digunakan model pembelajaran SALINGTEMAS sebagai model pembelajaran, karena
model
pembelajaran
pembelajaran
tersebut
diharapkan
dapat
meningkatkan ranah afektif siswa. Hal ini didukung juga dari hasil penelitian pendekatan pembelajaran biologi dengan model pembelajaran Salingtemas yang dilakukan oleh Lestari di SMA Negeri 12 Jakarta tahun 2006 dihasilkan peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.7 Begitu pula penelitian pembelajaran biologi dengan Salingtemas pada konsep Sumber Daya Alam Hayati yang dilakukan oleh Zahra di SMA Negeri 7 Tangerang tahun 2006, pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran Salingtemas memberikan pengaruh positif terhadap sikap sisa pada konsep Sumber Daya Alam Hayati. 8 Prasetyo dengan penelitiannya yang berjudul model pembelajaran sains lingkungan teknologi dan masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar biologi sisa kelas II SLTP Negeri 1 Driyorejo Gresik menyimpulkan bahwa pendekatan salingtemas menjadikan siswa aktif terlibat dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak didomonasi guru; model pembelajaran salingtemas memberikan suasana yang menyenangkan, dan ini merupakan salah satu bentuk motivator sehingga siswa lebih antusian dalam mengikuti pembelajaran; dengan aktifnya siswa dan suasana
6
Mitri Irianti., Zulirfan., Arifah Zaini, Pembelajaran Sains Fisika Melalui Pendekatan SETS (Science Environment Technology Society) pada Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek, Jurnal Geliga Sains 1 (2), 1-7, 2007, ISSN 1978-502X, h. 2, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106522&val=2276, pada 07/03/2014). 7 Ira Rahayu Lestari, Pengaruh Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Sains, Lingkungan Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas) terhadap Hasil Belajar Siswa SMA, (Skripsi FMIPA Universitas Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan, 2006) 8 Juhaeriyah Zahra, Pengaruh Pendekatan Salingtemas dalam Pembelajaran Biologi terhadap Sikap Siswa SMA pada konsep Sumber Daya Alam Hayati, (Skripsi FMIPA Universitas Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan, 2006)
6
yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa terhadap konsep biologi meningkat sehingga hasil belajar biologi siswa lebih meningkat. 9 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul penelitian : “Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, timbul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Metode, pendekatan, atau model pembelajaran yang digunakan guru kurang sesuai dengan kondisi siswa. 2. Siswa belum dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. 3. Siswa belum dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Sikap dan minat siswa terhadap mata pembelajaran biologi masih kurang baik apabila berhubungan atau dikaitkan dengan salingtemas. C. Pembatasan Masalah Terjadinya penyimpangan dan penafsiran yang berbeda–beda dapat terjadi, maka untuk menghindarinya penulis membatasi masalah pada: 1. Penelitian ini difokuskan pada model pembelajaran SALINGTEMAS pada konsep Jamur. 2. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar berupa ranah Afektif yang dinilai menurut petunjuk teknis dari Direktorat Pembinaan SMA, adapun ranah afektif yang diukur dibatasi pada sikap dan minat siswa10.
9
Anang Prasetyo, Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Driyorejo Gresik, (Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan, 2009). 10 Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA, (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2010), (http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Menteri/Petunjuk%20Tek nis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan%20Pedoman%20Penilaian%20_ISIRevisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013).
7
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka dapat peneliti kemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah hasil belajar afektif melalui model pembelajaran Salingtemas pada konsep Jamur?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah “untuk menganalisis hasil belajar afektif melalui model pembelajaran Salingtemas pada konsep Jamur”.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam memilih metode pembelajaran yang paling tepat sesuai dengan materi yang diajarkan. 2. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam rangka memperbaiki kurikulum sekolah. 3. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengalaman serta membantu menyumbangkan dalam memecahkan masalah pembelajaran.
BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR
A. Deskripsi Teoritis 1. Teori Belajar Humanistik Menurut Baharuddin dan Wahyuni dalam Prayito menyatakan, aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekadar pengembangan kualitas kognitif saja, selain itu pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki setiap peserta didik. Pendidikan humanistik memandang proses belajar bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu, proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan1. Teori belajar humanisme memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan kemampuan positif siswa. Teori ini membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak didik dalam Pembelajaran2. Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap individu siswa/i
memahami
materi
pembelajaran
untuk
memperoleh
informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran. Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator. Peserta Didik Dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat (central) dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai 1
Prayito, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Humanistik Berbasis Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi Segitiga Kelas VII, Jurnal AKSIOMA, Vol. 2, No.2/September (2011), h. 5-6, (http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id, pada 08/03/2014). 2 M. Amir, ”Aplikasi Teori Humanisme dalam Kegiatan Pembelajaran”, h.1, (http://filsafat.kompasiana.com/2013/10/28/aplikasi-teori-humanisme-dalam-kegiatanpembelajaran--604568.html, pada 1/29/2014).
8
9 pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian, peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara memaksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-cara belajarnya sendiri. Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang disampaikan oleh guru. Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan materinya pembelajaran yang sistematis. Aktifitas selama proses pembelajaran siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar3. Dalam dunia pendidikan seorang guru harus bisa membantu muridnya dalam proses belajar, karena siswa yang satu memiliki pribadi yang berbeda. Jika hal ini tidak dapat di atasi maka siswa akan sulit dalam melakukan atau terlibat dalam proses belajar. Pengaplikasian teori ini dalam dunia pendidikan sangatlah membantu. Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak didik dalam belajar. Seperti yang kita ketahui siswa terkadang sangat sulit terlibat dalam pembelajaran di kelas dengan berbagai alasan misalnya, karena belum sarapan, kepanasan, masalah keluarga dan sebagainya. Hal inilah yang perlu diketahui oleh seorang guru. Dan juga dalam aplikasinya teori humanisme ini lebih mengutamakan siswa dalam belajar mandiri atau menentukan belajar mandiri serta adanya kebebasan bergerak atau siswa aktif, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, dan memberi motivasi serta arahan dalam belajar, berfungsi juga sebagai pengawas dalam kegiatan belajar mengajar.
3
Ibid.
10 2. Model Pembelajaran Salingtemas a. Pengertian Salingtemas Menurut Miftakhul Anwar, Pendekatan Sains, Teknologi lingkungan dan masyarakat (Salingtemas) adalah pengindonesiaan dari Science-TechnologySociety (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia. National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka model pembelajaran SETS dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena, model pembelajaran ini mencakup interdisipliner konten dan benar-benar melibatkan anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak. Model pembelajaran ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari -hari4. Menurut Sutarno dalam Mitri, urutan singkatan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S) terbentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Dengan model pembelajaran ini, siswa dikondisikan agar mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi (sederhana atau yang lebih rumit tergantung jenjang pendidikan) disertai dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang timbul dari munculnya produk teknologi ini terhadap lingkungan dan masyarakat5.
4
Miftakhul Anwar, Penerapan Pendekatan SETS (Science Environment Technology And Social) Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA, h.3, (http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PendekatanSETS.pdf, Pada 10/12/2012). 5 Mitri Irianti., Zulirfan., Arifah Zaini, Pembelajaran Sains Fisika Melalui Pendekatan SETS (Science Environment Technology Society) pada Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek, Jurnal Geliga Sains 1 (2), 1-7, 2007, ISSN 1978-502X, h. 2, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106522&val=2276, pada 07/03/2014).
11 Sedangkan menurut Binadja dalam Juniati, model pembelajaran Salingtemas merupakan pembelajaran yang mengkaitkan keempat unsurnya yakni Sains, Lingkungan,
Teknologi,
dan
masyarakat
dalam
pembelajaran.
Materi
pelajaran dikaitkan dengan contoh-contoh nyata yang berhubungan dengan masyarakat di sekitar peserta didik yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mudah memahami materi tersebut6. Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi. Model pembelajaran Salingtemas dapat menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses model pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah, mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu7. b. Hakekat Salingtemas Hakekat Salingtemas dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan Salingtemas. Pendidikan
Salingtemas
harus
mampu
membuat
peserta
didik
yang
mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam Salingtemas. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap 6 Juniati, Peningkatan Aktivitas, Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi dan Daya Listrik, Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Juli 2009, h. 16, (http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/275/110. Pada 13/02/2013). 7 Miftakhul Anwar, op cit., h. 4.
12 problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi8. Sains (Biologi) dimulai dengan menganggap aneh atau mempertanyakan suatu penomena, dilanjutkan dengan penciptaan kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang dimaksud, kemudian mengguji jawaban mana yang memiliki alasan kuat dan dapat diterima; technology secara sederhana belajar memanipulasi alam untuk manfaat, sesuatu yang manusia sudah melakukannya dengan terampil sejak awal keberadaannya, dan kehidupan (society) dimulai dengan pandangan bahwa tidak ada seorang sosok pribadi pun yang terpisah dari lingkungan (environmental), dan hubungan dengan orang lain adalah dasar keberadaanya.
c. Tujuan Salingtemas Menurut Darwiyanto, Tujuan pendekatan Salingtemas adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Tujuan utama pendidikan dengan Model pembelajaran Salingtemas adalah mempersiapkan peserta didik menjadi wagra negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan dan kesadaran untuk: 1) menyelidiki,
menganalisis,
memahami
dan
menerapkan
konsep-
konsep/prinsip-prinsip dan proses sain dan teknologi pada situasi nyata. 2) melakukan perubahan. 3) membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu/masalahmasalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sain dan teknologi. 4) merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalahmasalah yang sedang dihadapi. 5) bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya. 6) mempersiapkan peserta didik untuk menggunakan sains bagi pengembangan hidup dan mengikuti perkembangan dunia teknologi.
8
Ibid., h. 6-7.
13 7) mengajar para peserta didik untuk mengambil tanggung jawab dengan isu-isu lingkungan, teknologi, atau masyarakat. 8) mengidentifikasi pengetahuan fundamental sehingga peserta didik secara tuntas memperoleh kepandaian dengan isu-isu Salingtemas9. Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena ilmu pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang konsep. Sedangkan teknologi merupakan suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari konsep yang telah dipelajari dan diipahami. Dengan kata lain untuk memahami sains dan teknologi berarti
harus
memiliki
kemampuan
untuk
mengatasi
masalah
dengan
menggunakan konsep-konsep ilmu, mengenal teknologi yang ada di masyarakat serta dampaknya, mampu menggunakan dan memelihara hasil teknologi, kreatif membuat hasil teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.
Gambar 2.1. Hubungan timbal balik unsur-unsur pendidikan Salingtemas10.
9 Darwiyanto, Pembelajaran IPA Berwawasan Science Environment Technology and Society (SETS), h.3, (http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=read&id=170#sthash.DKON6SM4.dpbs, Pada 17/01/2012). 10 Miftakhul Anwar, op cit., h. 10.
14 d. Salingtemas dalam Pendidikan Hakekat Salingtemas dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan Salingtemas. Pendidikan
Salingtemas
harus
mampu
membuat
peserta
didik
yang
mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam Salingtemas. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi. Pembelajaran IPA berwawasan Salingtemas adalah suatu model pembelajaran pembelajaran ipa yang menghubung-kaitkan antara konsep yang sedang dipelajari dengan
elemen-elemen
lingkungan,
teknologi
dan
masyarakat.
Model
pembelajaran ini memiliki landasan filosofis untuk membawa siswa memiliki wawasan terbuka dan memandang sains atau IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena pada dasarnya dalam kehidupan manusia, elemen-elemen tersebut sebenarnya saling terkait. Urutan akronim SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S) perlu dipikirkan berbagai implikasinya pada lingkungan (E) baik lingkungan fisik maupun mental. Belajar IPA (Science) hakikatnya belajar tentang fenomenafenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Dimulai menganggap aneh atau mempertanyakan
suatu
fenomena
yang
ada
dilingkungan
sekitar
kita
(evironmental), dilanjutkan dengan penciptaan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk pertanyaan yang dimaksud dan menguji jawaban-jawaban mana yang memiliki alasan kuat dan dapat diterima. Selanjutnya, teknologi (Technology) secara sederhana diartikan sebabagi belajar memanipulasi alam untuk manfaat atau keuntungan pribadi, dimana manusia sebenarnya telah melakukannya sejak awal keberadaannya. Sedangkan kehidupan manusia dalam masyarakat (Society) dimulai dengan pandangan bahwa tidak seorang pun yang
15 dapat memisahkan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, adalah aneh bila dalam pembelajaran IPA, kita hanya memberikan penekanan pada konsep tanpa menghubung-kaitkan dengan elemen-elemen lain selain Salingtemas 11.
e. Langkah-langkah model pembelajaran Salingtemas Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Salingtemas meliputi beberapa langkah, Dass mengemukakan empat langkah kegiatan kelas yang secara komprehensif merupakan upaya mengembangkan pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek SETS yang berhubungan preservice guru12. Keempat langkah pembelajaran tersebut adalah fase invitasi atau undangan atau inisiasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan dan solusi, dan mengambil tindakan13. 1) Fase Invitasi, Pada Preservice teachers (PSTs) tahap ini, guru melakukan brainstorming dan menghasilkan beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat global atau lokal, tetapi harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang cukup untuk penyelidikan bagi siswa. Menurut Aisyah dalam Darwiyanto, Apersepsi dalam kehidupan juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas. Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya dan ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari14. 2) Eksplorasi, pada tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-data dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaanpertanyaan atau wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat pula diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan dan
11
Darwiyanto, op cit., h. 5-6. Pradeep M Dass, Using a Science/Technology/Society Approach To Prepare ReformOriented Science Teachers: The Case of a Secondary Science Methods Course, Journal Issues in Teacher Education, Volume 14, Number 1, Spring 2005, h. 99, (http://www1.chapman.edu/ITE/15dass.pdf, pada 17/01/2013). 13 Miftakhul Anwar, op cit., h. 13. 14 Darwiyanto, op cit., h.7. 12
16 sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan dengan masalah ini. Pemahaman tentang hujan asam, misalnya, dilakukan dalam laboratorium untuk menyelidiki sifatsifat asam dan basa. Penyelidikan ini memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan mengusulkan tindakan15. Menurut Aisyah dalam Miftakhul, tahap kedua ini merupakan proses pembentukan konsep yang dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di labolatorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada akhir tahap kedua, diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan16. 3) Fase Mengusulkan Penjelasan dan Solusi, Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan kepada rekan-rekan kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang diusulkan17. Menurut Aisyah dalam Darwiyanto, apabila selama proses pembentukan konsep dalam tahap ini tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama 15
Pradeep M Dass, op cit., h. 99. Miftakhul Anwar, op cit., h. 14. 17 Pradeep M Dass, op cit., h. 99. 16
17 dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran18. 4) Fase Mengambil Tindakan, Berdasarkan temuan yang dilaporkan dalam fase ketiga (mengajukan penjelasan dan solusi), siswa menerapkan temuan-temuan mereka dalam beberapa bentuk aksi sosial. Jika tindakan ini melibatkan masyarakat sebagai pelaksana, misalnya membersihkan daerah berbahaya anak dapat menghubungi pejabat publik yang dapat mendukung pikiran dan temuan mereka. Anak menyajikan informasi ini kepada rekan-rekan kelas mereka. Proposal ini akan dimasukkan sebagai tindakan follow up19.
Alternatif lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran Salingtemas adalah dengan menggunakan metode siklus. Siklus pembelajaran bervisi Salingtemas dapat dilakukan melalui kegiatan yang terdiri atas lima tahap kegiatan untuk setiap pokok bahasan atau kompetensi dasar, sebagai berikut: 1) Tantangan (Challenge) Tahapan
tantangan
merupakan
proses
untuk
melihat
permasalahan
lingkungan yang terkait dengan materi yang dibahas dan tujuan pencapaian kompetensi dasar sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Pada bagian ini peserta didik diminta untuk membaca sinopsis yang membawa mereka pada tujuan dari siklus kegiatan tersebut. Diakhir sinopsis ini ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab peserta pada lembar kegiatan pemikiran awal (Initial Thoughts) 2) Jawaban awal (Initial thoughts) Tahap ini merupakan jawaban atas permasalahan yang diberikan dalam tahap tantangan (Challenge). Jawaban merupakan hasil pemikiran individual peserta didik dari pengetahuannya sendiri, yang tergantung pada keluasan dan kedalaman pengetahuan dan pengalaman peserta dalam kegiatannya sehari-hari dan pandangan peserta didik ke depan.
18 19
Darwiyanto, op cit., h. 6. Pradeep M Dass, op cit., h. 99.
18
3) Sumber (Resources) Pada tahap ini peserta didik diuji berpikir kritisnya dan ketrampilan membacanya, dengan membaca sumber-sumber yang diberikan yang terkait langsung dengan masalah yang diberikan pada tahap tantangan (Challenge) atau hanya sebagai pendukung yang dapat membawa peserta didik pada pemikiranpemikiran baru untuk Sumber Informasi Revisi Jawaban Kerja Kelompok Jawaban Awal Tantangan menjawab masalah-masalah pada tahap pertama. Pada kegiatan ini peserta diberikan dua macam sumber. Pertama berupa bahan bacaan yang diperoleh dari berbagai sumber, baik melalui CD SPM, maupun dari internet. Kedua berupa dialog langsung dengan guru sebagai fasilitator. 4) Revisi jawaban (Revised thinking) Tahap ini masih merupakan kerja individual peserta didik yang merupakan respon atas sumber-sumber yang diperoleh dari tahap ketiga, baik dari sumber tertulis maupun dialog interaktif dengan guru atau fasilitator. Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil pemikiran awalnya pada tahap kedua. Pada tahap ini peserta didik diuji tingkat keterbukaan berpikirnya dengan mempertimbangkan masukan informasi tertulis, guru atau fasilitator pada tahap ketiga. 5) Kerja kelompok (Group work) Setelah melakukan kegiatan individual, peserta didik diminta dalam kelompoknya untuk membandingkan hasil-hasil pemikirannya, dengan pemikiran kelompok. Dan diharapkan terdapat kesepakatan yang diwujudkan dalam hasil pemikiran kelompok untuk menjawab permasalah dalam tahap tantangan (Challenge). Hasil pemikiran kelompok ini selain dituliskan pada lembar kegiatan sendiri, juga diminta untuk dituliskan dalam kertas untuk ditempel pada bidang tempel
yang telah disediakan. Kemudian setiap kelompok melakukan
perbandingan antar pemikiran kelompok (Gallery Walk) dengan membaca hasil pemikiran kelompok lain. Fasilitator akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk menuliskan dan menyampaikanhasil pemikiran seluruh kelompok jika dapat
19 dilakukan, atau membuat membuat daftar keragaman berpikir kelompok sebagai hasil dari siklus kegiatan hari itu.
3. Hasil Belajar Afektif a. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya 20. Kemampuan tersebut meliputi keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku yang berada di dalam dirinya dan tergantung pada tingkah laku yang dapat diterima atau dicapai oleh siswa secara sempurna. Hasil belajar menurut Bloom mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan21. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi tersebut, yakni penilaan terhadap: 1) Kognitif Hasil belajar penguasaan kognitif bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. 2) Afektif Hasil belajar proses yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi penguasaan dan pemilihan kecakapan prose atau metode.
20 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22. 21 Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), h.2, (http://sarwanto.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/05/penilaian_afektif.pdf, pada 30/01/2013).
20 3) Psikomotor Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seorang menerima pengalaman belajar22.
b. Penilaian Ranah Afektif Pengertian afektif menurut Kamus Besar
Bahasa
Indonesia adalah
“berkenaan dengan perasaan”23. Menurut Popham dalam Sudatha, “ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang”24. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal. Peserta didik yang memiliki
minat
belajar
dan
sikap
positif
terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran
bagi peserta didik, pendidik harus
memperhatikan karakteristik afektif peserta didik25. Tujuan dilaksanakannya evaluasi hasil belajar afektif adalah untuk mengetahui capaian hasil belajar dalam hal penguasaan domain afektif dari kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh setiap peserta didik setelah kegiatan pembelajaran berlangsung26.
22
Ahmad Sofyan., Tonih Feronika., Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14-24. 23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.14. 24 I Gde Wawan Sudatha, Penilaian Ranah Afektif, h.1, (http://www.undiksha.ac.id/elearning/staff/images/img_info/4/lt_10-548.pdf , pada 31/01/2013, 2011). 25 Pengembangan…, op cit., h. 3. 26 Umi Chotimah, Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif pada Mata Pelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama, h.8,
21 Hasil belajar afektif diklasifikasikan oleh Bloom. Ke dalam lima jenjang secara hirarkis yaitu: Tabel 2.1. Kata kerja ranah Afektif sesuai dengan Taksonomi Bloom 27 Menerima (A1) Memilih Mempertanyakan Mengikuti Memberi Menganut Mematuhi Meminati
Menanggapi (A2) Menjawab Membantu Mengajukan Mengompromikan Menyenangi Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih Mengatakan Memilah 1) Receiving/attending
Menilai (A3) Mengasumsikan Meyakini Melengkapi Meyakinkan Memperjelas Memprakarsai Mengimani Mengundang Menggabungkan Mengusulkan Menekankan Menyumbang
Mengelola (A4) Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasikan Mengombinasikan Mempertahankan Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Menegosiasi Merembuk
Menghayati (A5) Mengubah perilaku Berakhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi Melayani Menunjukkan Membuktikan Memecahkan
Receiving/attending yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. 2) Responding Responding/Jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 3) Valuing Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan untuk menerima nilai tersebut.
(http://eprints.unsri.ac.id/1076/1/4._Laporan_Penelitian_(Pengembangan_instrumen_dst)_UC.pdf, pada 22/01/2013). 27 Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA, (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2010), h. 51, (http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Menteri/Petunjuk%20Tek nis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan%20Pedoman%20Penilaian%20_ISIRevisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013).
22 4) Organization Organization (organisasi) yaitu perkembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. 5) Characterization Characterization merupakan ranah afektif yang tertinggi yaitu karakterisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya 28.
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadangkadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes29.
28 29
Nana Sudjana, op cit., h. 30. Pengembangan…, op cit, h. 3-4.
23 Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral; 1) Sikap Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 2) Minat Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. 3) Konsep diri Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. 4) Nilai Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. 5) Moral Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
24 Ranah afektif lain yang penting adalah:
Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran
dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang. 30
Komponen penilaian afektif seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan meliputi: 31 1) memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, 2) menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya, 3) menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan, 4) menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi, 5) mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sikap cermat dan menghargai hak atas kekayaan intelektual, 6) menunjukkan sikap toleran dan empati terhadap keberagaman budaya yang ada di masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional, 7) menunjukkan sikap peduli terhadap bahasa dan dialek, dan 8) menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang iptek.
30 31
Petunjuk…, op cit, h. 46. Ibid., h. 46-47.
25 c. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif Dalam skala nasional (dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional) domain atau ranah afektif memiliki cakupan lebih banyak dibandingkan dengan domain atau ranah kognitif dan psikomotor. Penjabaran tujuan pendidikan nasional
ke dalam tujuan jenjang dan satuan pendidikan, kelompok mata
pelajaran hingga tujuan mata pelajaran, tidak terlepas dengan tujuan pendidikan nasional, hanya proporsi dari masing-masing domain tersebut tidak sama untuk masing-masing mata pelajaran32. Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi konseptual. Menurut Andersen dalam Direktorat Pembinaan SMA ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin dalam buku petunjuk teknis penilaian afektif yang disusun oleh Direktorat Pembinaan SMA, perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan. 33
32 Rohmad Qomari, Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif, Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, INSANIA, Vol. 13, No. 1, Jan-Apr 2008, h.7, (http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/7-pengembangan-instrumen-evaluasi-domainafektif-rohmad-qomari.pdf. Pada 13/12/2012. 33 Petunjuk…, op cit., h. 7.
26 Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu: 1) menentukan spesifikasi instrumen Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif, yaitu instrumen (1) sikap, (2) minat, (3) konsep diri, (4) nilai, dan (5) moral. Dalam menyusun spesifikasi instrumen perlu memperhatikan empat hal yaitu (1) tujuan pengukuran, (2) kisi-kisi instrumen, (3) bentuk dan format instrumen, dan (4) panjang instrumen. Setelah menetapkan tujuan pengukuran afektif, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi (blueprint) , merupakan matrik yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Langkah pertama dalam menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang berasal dari teori-teori yang diambil dari buku teks. Selanjutnya mengembangkan definisi operasional berdasarkan kompetensi dasar, yaitu kompetensi yang dapat diukur. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Indikator merupakan pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator bisa dikembangkan dua atau lebih instrumen.
2) menulis instrumen Tabel 2.2. Kisi-kisi Instrumen
Penilaian ranah afektif peserta didik dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian afektif sebagai berikut: a) Instrumen Sikap Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering
27 digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini. b) Instrumen Minat Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap suatu mata pe lajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut. c) Instrumen Konsep Diri Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh peserta didik. d) Instrumen Nilai Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi peserta didik. Kegiatan yang disenangi peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh nilai (value) peserta didik terhadap kegiatan tersebut. Misalnya, ada peserta didik yang menyukai pelajaran keterampilan dan ada yang tidak, ada yang menyukai pelajaran seni tari dan ada yang tidak. Semua ini dipengaruhi oleh nilai peserta didik, yaitu yang berkaitan dengan penilaian baik dan buruk. Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagaimana ia berbuat atau keinginan berbuat. Nilai berkaitan dengan keyakinan, sikap dan aktivitas atau tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap sesuatu merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya. Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan
yang
negatif. Hal-hal yang positif ditingkatkan sedang yang negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan. e) Instrumen Moral Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik.
28 3) menentukan skala instrument Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
4) menentukan pedoman penskoran Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor terendah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1. Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada katergori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk menghindari hal tersebut skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden. Skor perolehan perlu dianalisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat kelas, yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui minat masing-masing peserta didik dan minat kelas terhadap suatu mata pelajaran.
5) menelaah instrumen Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/ pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir peranyaaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen
jelas,
dan
pertanyaan/pernyataan
f) sudah
jumlah tepat
butir
sehingga
dan/atau tidak
panjang
menjemukan
kalimat untuk
dibaca/dijawab. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu kuesioner, yaitu: a) Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan responden b) Pertanyaannya jangan samar-samar
29 c) Hindari pertanyaan yang bias. d) Hindari pertanyaan hipotetikal atau pengandaian. Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen. Perbaikan dilakukan terhadap konstruksi instrumen, yaitu kalimat yang digunakan, waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen, cara pengisian atau cara menjawab instrumen, dan pengetikan.
6) merakit instrumen Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/ pernyataan. Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Setiap sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang. Urutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.
7) melakukan ujicoba Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan tujuan penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau orang tua peserta didik. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin dinilai adalah peserta didik SMA, maka sampelnya juga peserta didik SMA. Sampel yang diperlukan minimal 30 peserta didik, bisa berasal dari satu sekolah atau lebih.
8) menganalisis hasil ujicoba Analisis
hasil
ujicoba
meliputi
variasi
jawaban
tiap
butir
pertanyaan/pernyataan. Jika menggunakan skala instrumen 1 sampai 7, dan jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 7, maka butir pertanyaan/pernyataan pada instrumen ini dapat dikatakan baik. Namun apabila jawabannya hanya pada satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrumen
30 ini tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda. Bila daya beda butir instrumen lebih dari 0,30, butir instrumen tergolong baik. Indikator lain yang diperhatikan adalah indeks keandalan yang dikenal dengan indeks reliabilitas. Batas indeks reliabilitas minimal 0,70. Bila indeks ini lebih kecil dari 0,70, kesalahan pengukuran akan melebihi batas. Oleh karena itu diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimal 0,70.
9) memperbaiki instrumen Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/ pernyataan yang tidak baik, berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Untuk itu butir pertanyaan/pernyataan instrumen harus diperbaiki. Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden ujicoba. Instrumen sebaiknya dilengkapi dengan pertanyaan terbuka.
10) melaksanakan pengukuran Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan yang digunakan. Waktu pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah lelah. Ruang untuk mengisi instrumen harus memiliki cahaya (penerangan) yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. Tempat duduk juga diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling bertanya pada responden yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama atau homogen. Pengisian instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan pengisian, manfaat bagi responden, dan pedoman pengisian instrumen.
11) menafsirkan hasil pengukuran Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan.
31 d. Observasi Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner juga bisa dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama, yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi konseptual kemudian diturunkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini menjadi isi pedoman observasi. Misalnya indikator peserta didik berminat pada mata pelajaran matematika adalah kehadiran di kelas, kerajinan dalam mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapihan dan kelengkapan catatan. Hasil observasi akan melengkapi informasi dari hasil kuesioner. Dengan demikian informasi yang diperoleh akan lebih akurat, sehingga kebijakan yang ditempuh akan lebih tepat.34 Penelitian ini membatasi penilaian ranah afektif yang diukur pada sikap dan minat siswa, hal ini dikarenakan banyaknya instrument yang harus dibuat dan diukur, serta waktu yang diperlukan untuk melakukan pengukuran, ditambah keterbatasan peneliti dalam menyusun, mengukur dan menganalisis intrumen tersebut.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan teori, dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SALINGTEMAS, siswa lebih antusias dan senang belajar sains dan lebih mudah memahami konsep-konsep sehingga dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa. Teori ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian berikut ini. Penelitian yang dilakukan oleh Ajib Setyo dengan judul “Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS Pada Pelajaran Biologi Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan”, Kesimpulan dari penelitian ini adalah, perangkat pembelajaran berpendekatan SETS pada materi fotosintesis yang dikembangkan, dikategorikan sangat bermakna untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan 35.
Ibid, h. 8 – 17. Ajib Setyo, Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap ingkungan, Jurnal Bioma, Vol. 1, No. 2, Oktober 2011, h. 34 35
32 Begitu pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Juniarti dengan judul “Peningkatan Aktivitas, Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode SETS Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi Dan Daya Listrik” menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik belajar fisika meningkat dan penggunaan model pembelajaran SETS pada konsep Energi dan Daya Listrik dapat meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2009/201036. Penelitian yang dilakukan oleh Nuray Yörük dkk. dengan judul “The effects of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry” dengan hasil penelitian, adanya peningkatan yang signifikan secara statistik yang diamati pada kelompok eksperimen yang menerima instruksi menggunakan hubungan STSE. Sedangkan perubahan yang diamati pada kelompok kontrol secara statistik tidak signifikan. Perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam posttests adalah kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.37 Penelitian yang dilakukan oleh Kerry Shephard dengan judul “Higher education for sustainability: seeking affective learning outcomes” dengan hasil penelitian, menunjukkan bahwa hal yang penting dalam pendidikan untuk keberlanjutan adalah kebutuhan hasil belajar afektif berupa nilai, sikap, dan tingkah laku. Hal ini menggambarkan dasar-dasar teoritis dari bentuk pendidikan dan menafsirkan berbagai upaya pendidikan.38 Penelitian yang dilakukan oleh Karen Neuman Allen dengan judul “Affective learning: A taxonomy for teaching social work values” dengan hasil penelitian, bahwa pembelajaran afektif konsisten dengan prinsip-prinsip pekerjaan sosial, dari penggunaan hati nurani, pengakuan seni dan ilmu praktek pekerjaan sosial,
161-170, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=88259&val=532, pada 12/03/2013). 36 Juniarti, op cit. 37 Nuray Yörük., Inci Morgil., Nilgun Secken, The effects of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry, Journal Natural Science, Vol.2, No.12, 1417-1424, 2010, (http://www.scirp.org/journal/NS/. Pada 15/05/2013). 38 Kerry Shephard, Higher education for sustainability: seeking affective learning outcomes, International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 9 No. 1, 2008 pp. 87-98, Emerald Group Publishing Limite, 2008, (www.emeraldinsight.com/reprints. Pada 14/02/2013).
33 kepentingan memperbaiki hubungan, dan integrasi nilai-nilai keprofesian. Pembelajaran afektif sepenuhnya lebih menghargai dan membantu untuk memahami prinsip kerja kognitif sosial dan mungkin dapat menunjukkan beberapa keterampilan, tetapi kurang ketika menunjukkan pembelajaran afektif secara keseluruhan.39
C. Kerangka Pikir Proses belajar mengajar dalam sebuah pembelajaran dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang relevan. Adanya keterlibatan siswa yang aktif dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan, sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami konsep-konsep biologi secara utuh, hal tersebut merupakan upaya dalam mengembangkan pembelajaran Biologi. Model pembelajaran Salingtemas dalam pembelajaran diawali dengan memunculkan masalah/isu pada awal pertemuan. Hal ini bertujuan untuk melatih peserta didik agar berfikir kritis, memotivasi belajar dan meningkatkan kemampuan megaplikasikan konsep ke dalam kehidupan nyata sehingga siswa menjadi lebih memahami konsep yang dipelajari.
39
Karen Neuman Allen., Bruce D. Friedman, Affective learning: A taxonomy for teaching social work values, Journal of Social Work Values and Ethics, Volume 7, Number 2, White Hat Communications, 2010, (http://www.socialworker.com/jswve, Pada 20/03/2013).
34 Bagan kerangka berfikir:
Proses Belajar Mengajar
Siswa
Guru
Pendekatan Salingtemas Menemukan isu yang ada di masyarakat dan keterkaitannya dengan konsep yang sedang dipelajari. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap isu yang dikemukakan. Siswa mengintegrasikan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Siswa berinteraksi langsung dengan sumber belajar yang ada di masyarakat dan lingkungan mengenai konsep yang sedang dipelajari
Meningkatkan Pemahaman Konsep
Analisis Hasil Belajar Afektif Siswa melalui model pembelajaran Salingtemas. Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pasawahan : Jl. Raya Pasawahan Kec. Pasawahan Kab. Kuningan 45559. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester ganjil, tahun ajaran 2013/2014 pada konsep Jamur pada bulan November 2013. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, analisis deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau keyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.1 Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki dengan tujuan mendapatkan kesimpulan yang diharapkan. Penelitian dilakukan dengan cara meneliti langsung objek penelitian yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1 Pasawahan dan difokuskan pada ranah afektif dalam proses pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran SALINGTEMAS. Setelah itu, menganalisis dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Sedarmayati dalam Mahmud adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Populasi juga merupakan keseluruhan atau
1
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Ed.1., Cet, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 20.
35
36 totalitas objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu. 2 Penelitian dapat disebut sebagai penelitian populasi apabila peneliti ingin meneliti semua yang ada dalam cakupan penelitian dan melihat semua yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas X Semester I SMA Negeri 1 Pasawahan Tahun Ajaran 2013/2014. jika subyek penelitian lebih dari 100, maka hanya di ambil 10% dari jumlah populasi yang ada untuk dijadikan sampel. Dalam penelitian ini terdapat batasan atau target populasi subjek penelitian yaitu siswa Kelas X Semester I SMA Negeri 1 Pasawahan Tahun Ajaran 2013/2014. Subjek penelitian diambil dari Kelas X Semester I SMA Negeri 1 Pasawahan Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki.3 Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil sampel sebanyak dua kelas. Diharapkan sampel yang nantinya terpilih merupakan sampel yang dapat mewakili dari keseluruhan populasi yang ada SMA Negeri 1 Pasawahan. a. Teknik Sampling Jenis teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Sampling. Teknik ini dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Misalnya orang yang mempunyai tingkat pendidikan tertentu, jabatan tertentu, usia tertentu yang pernah aktif dalam kegiatan tertentu.4 Ciri-ciri spesifik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X-1 dan X-2 SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan. b. Ukuran Sampel Ukuran sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hal ini diterapkan apabila peneliti hanya akan meneliti sebagian dari populasi dan kemudian bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Penelitian 2
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h.154. Lili Surayya Eka Putri, Metodologi Penelitian untuk Bidang Sains, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.21. 4 S Nasution, Metode Research, (Bandung: Jemmars, 1991), h. 132. 3
37 sampel dilakukan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan kesimpulan sampel sekaligus kesimpulan populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan dengan menganalisis hasil belajar afektif pada ranah
sikap
dan
minat
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
SALINGTEMAS. Teknik pengumpulan data domain afektif dalam penelitian ini menggunakan teknik non testing. Menurut Umi Chotimah, Teknik non testing adalah teknik evaluasi yang menggunakan instrument bukan tes sebagai alat ukurnya.5 Teknik non testing yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa pedoman wawancara, lembar penilaian proses praktikum, bahan ajar LKS, dan laporan praktikum siswa. Variabel yang diteliti adalah variable X yaitu hasil belajar afektif berupa ranah
sikap
dan
minat
serta
variable
Y
yaitu
model
pembelajaran
SALINGTEMAS. Data diperoleh dari hasil pengamatan berupa lembar penilaian proses praktikum, bahan ajar LKS, dan laporan praktikum siswa. Kisi-kisi instrumen pedoman wawancara, penilaian proses praktikum, penilaian LKS praktikum, dan penilaian laporan praktikum siswa disajikan pada tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3, dan tabel 3.4 berikut;
5 Umi Chotimah, Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif pada Mata Pelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama, h. 8, (http://eprints.unsri.ac.id/1076/1/4._Laporan_Penelitian_(Pengembangan_instrumen_dst)_UC.pdf, pada 22/01/2013).
38 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pra Penelitian No 1
2
3
Variabel Model, metode, dan pendekatan yang digunakan.
Pertanyaan Wawancara
1. Model, metode, atau pendekatan apa saja yang sering Bapak gunakan dalam pembelajaran biologi? 2. Apakah Siswa dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari? Keterkaitan materi dengan 3. Apakah siswa dapat mengaitkan materi Salingtemas pembelajaran dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat? Contohnya pada materi virus yang bisa dikaitkan dengan sains dan teknologi untuk menciptakan sebuah antivirus, dan juga dikaitkan dengan lingkungan masyarakat untuk mencegah penularan dan usaha pengobatan dari penyakit yang diakibatkan oleh virus. Hubungan salingtemas 4. Bagaimana dengan hasil belajar afektif dengan hasil belajar afektif siswa, terutama pada aspek sikap dan minat pada mata pelajaran bilogi jika dihubungkan dengan salingtemas? Contohnya siswa menunjukkan sikap kritis dan berpedoman pada data dan fakta, siswa juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. 5. Bagaimana cara Bapak dalam meningkatkan hasil belajar afektif siswa? 6. Apa yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran biologi? 7. Bagaimana solusi Bapak untuk mengatasi kendala siswa dalam pembelajaran biologi?
39 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penilaian Proses Praktikum Persiapan No
Nama Siswa
INDIKATOR Pelaksanaan
Hasil Praktik
Ketepatan Kelengkapan Kelengkapan Sesuai Rasa Ingin Ketelitian Kreatif Kerapihan Kebersihan LKS Waktu Alat Bahan Prosedur Tahu
Jumlah Nilai Keterangan Skor Akhir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keterangan : Rentang Skor 1-5 41 - 50 : Amat Baik 31 - 40 : Baik 21 - 30 : Cukup 10 - 20 : Kurang
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Penilaian LKS Praktikum INDIKATOR No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keterangan : Rentang Skor 1-5 20 - 25 : Amat Baik 15 - 19 : Baik 10 - 14 : Cukup 05 - 09 : Kurang
Hasil Analisis Jawaban Kesimpulan Kerapihan Pengamatan Data Pertanyaan
Jumlah Skor
Nilai Akhir
Keterangan
40 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Penilaian Laporan Praktikum Siswa INDIKATOR No
Nama Siswa
Ketepatan Jadwal Pengumpulan
Kelengkapan & Ketepatan Sistematika Prosedur Isi Kerja Laporan
Kerapihan
Jumlah Skor
Nilai Akhir
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keterangan : Rentang Skor 1-5 41 - 50 : Amat Baik 31 - 40 : Baik 21 - 30 : Cukup 10 - 20 : Kurang
E. Instrumen Instrumen yang digunakan untuk melihat hasil belajar afektif dalam penelitian ini adalah wawancara, lembar penilaian proses praktikum, bahan ajar LKS praktikum, dan laporan praktikum siswa.. Dimana ranah yang diukur diantaranya sikap dan minat, 1. Pedoman wawancara Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.6 Wawancara dilakukan terhadap guru biologi sebelum dilakukan penelitian, bertujuan untuk melakukan pengkajian data secara mendalam sebelum melaksanakan penelitian.
6
Rochiati, Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 9. h. 117. _
41 2. Lembar Penilaian Proses Praktikum Lembar penilaian proses praktikum atau observasi yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang diselidiki. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan bahan keterangan mengenai kenyataan yang hendak dipelajari dan diteliti di lokasi penelitian7. Lembar penilaian proses praktikum ini berupa penilaian kegiatan atau aktifitas siswa ketika melakukan praktikum di laboratorium. Di dalamnya meliputi penilaian pada tahap persiapan sebelum praktikum, penilaian pada tahap pelaksanaan praktikum, dan penilaian pada tahap hasil akhir dari praktikum. Setelah itu data yang telah didapat dianalisis sebagai penilaian hasil belajar afektif siswa. Lembar penilaian proses praktikum ini digunakan ketika proses praktikum berkaitan dengan aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran melalui model pembelajaran Salingtemas. Selain itu, lembar ini digunakan pula untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran Salingtemas pada aktivitas siswa selama proses praktikum berlangsung maupun terhadap guru yang sedang menerapkan model pembelajaran Salingtemas dalam pembelajaran tersebut.8
3. Bahan Ajar (LKS) Bahan ajar sekaligus LKS ini memuat pedoman untuk melakukan pengamatan siswa, serta menuliskan hasilnya di LKS tersebut. penyajian materi dalam LKS diawali dengan judul, kompetensi dasar, tujuan, pedoman pengamatan, kemudian siswa harus mengisikan hasil pengamatan, menganalisis dan mnyimpulkan hasil pengamatan, dan dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep biologi sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan menuntut jawaban dalam bentuk komunikasi.
7 8
Sanapiah Faisal, op cit., h.123. Lampiran 2 dan 3 Instrumen Lembar Observasi Sikap dan Minat Peserta Didik, h. 89-92.
42 4. Laporan Praktikum Siswa Laporan praktikum siswa ini merupakan laporan hasil praktikum, dimana pada awalnya siswa diberi tugas percobaan membuat tape dan tempe untuk dikerjakan secara berkelompok, kegiatan ini dilakukan diluar jam pelajaran sekolah dan siswa diberikan kebabasan untuk memilih tempatnya. Hasil dari percobaan ini harus disajikan dalam bentuk sebuah laporan praktikum yang nantinya akan dipresentasikan oleh masing-masing kelompok ketika pembelajaran berlangsung. Non test pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar afektif siswa. Instrumen penilaian afektif terlampir. Lampiran instrumen pada petunjuk teknis penyusunan perangkat penilaian afektif di SMA dari direktorat pembinaan SMA 9 dan pengembangan perangkat penilaian afektif dari direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah 10.
F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah cara untuk membandingkan 2 (dua) atau lebih variabel untuk menjawab atau memecahkan masalah yang diteliti menjadi bagian-bagian yang lebih rinci serta memprediksi data yang sudah terkumpul melalui bantuan dan metode untuk mengolah data tersebut dan memberikan makna hasil penelitian sehingga lebih mudah dipahami dan memperoleh hasil yang dapat dipercaya setra kesimpulan yang dibuat menjadi lebih baik.11 Penelitian ini menggunakan analisis data dengan bentuk analisis kualitatif, dimana dalam analisis ini tidak menggunakan model matematika, terbatas hanya pada menginterpretasikan data dalam table atau grafik dalam suatu uraian. Namun data kualitatif ini dapat diubah menjadi data kuantitatif melalui penggunaan skala pengukuran berupa skala Likert. Penggunaan skala pengukuran ini untuk 9
Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA, (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2010), (http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Menteri/Petunjuk%20Tek nis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan%20Pedoman%20Penilaian%20_ISIRevisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013). 10 Pengembangan…, op cit., 11 Lili Surayya Eka Putri, op cit., h. 60.
43 memberikan skala pada hasil penelitian kualitatif sehingga data akan berupa angka-angka. Selanjutnya data dapat diolah menggunakan metode statistik. 1. Wawancara Data hasil wawancara dideskripsikan dalam kalimat kemudian disusun dalam bentuk rangkuman hasil wawancara. Data ini dapat memperkuat hasil temuan dari instrument lain. 2. Lembar Penilaian Proses Praktikum Pedoman penilaian lembar penilaian proses praktikum menggunakan model skala Likert dengan 4 kriteria, kriteriannya dapat dirumuskan dalam table 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian Proses Praktikum Rentang Skor
Kriteria
41 – 50 31 – 40 21 – 30 10 – 20
Amat Baik Baik Cukup Kurang
3. Lembar Penilaian LKS Praktikum Lembar penilaian LKS praktikum menggunakan model skala Likert dengan 4 kriteria, kriteriannya dapat dirumuskan dalam table 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian LKS Praktikum Rentang Skor
Kriteria
20 – 55 15 – 19 10 – 14 05 – 09
Amat Baik Baik Cukup Kurang
4. Lembar Penilaian Laporan Praktikum Siswa
44 Lembar penilaian laporan hasil percobaan menggunakan model skala Likert dengan 4 kriteria, kriteriannya dapat dirumuskan dalam table 3.3 sebagai berikut: Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian Laporan Praktikum Rentang Skor
Kriteria
41 – 50 31 – 40 21 – 30 10 – 20
Amat Baik Baik Cukup Kurang
Data dari hasil semua di atas disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis menggunakan nilai persentase. Rumus persentase yang digunakan adalah:12
𝑝=
𝑓 𝑥 100% 𝑁
Keterangan: 𝑝 = Angka persentase 𝑓 = Frekuensi yang akan dicari persentasenya 𝑁 = Number of Cases (Jumlah frekuensi/Banyaknya individu)
12
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 40.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu di SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa wawancara, lembar penilaian proses praktikum, bahan ajar LKS, dan laporan praktikum siswa, untuk menganalisis hasil belajar afektif siswa dengan menggunakan model pembelajaran Salingtemas. Wawancara dilakukan sebelum melakukan penelitian untuk memperoleh data awal sebelum penelitian. Lembar penilaian proses praktikum digunakan untuk menganalisis sikap siswa ketika praktikum dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas. Bahan ajar LKS digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi praktikum yang dipelajari dengan baik. Dan laporan praktikum siswa digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat membuat sebuah laporan praktikum sesuai dengan keterampilan proses sains. Data dari bahan ajar LKS dan laporan hasil percobaan kemudian dianalisis untuk melihat hasil belajar afektif siswa pada ranah sikap dan minat siswa melalui model pembelajaran salingtemas pada konsep jamur. Setelah dilaksanakan penelitian terhadap siswa kelas X sebanyak 65 siswa pada mata pelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas pada konsep jamur, maka diperoleh data sebagai berikut; 1. Lembar Penilaian Proses Praktikum Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berupa praktikum pengamatan jamur, diskusi kelompok, tugas kelompok membuat tape dan tempe, serta persentasi hasil tugas kelompok. Model pembelajaran yang digunakan yaitu salingtemas. Hasil belajar afektif siswa dapat dilihat dari proses pembelajaran siswa terutama pada saat praktikum, pada saat praktikum dapat terlihat siswa mana yang memiliki afektif yang bagus dan mana yang tidak. Setelah dilakukan pengolahan data berdasarkan hasil penilaian proses praktikum, maka diperoleh data yang disajikan pada tabel 4.1 berikut ini; 45
46 Tabel 4.1. Hasil Penilaian Proses Praktikum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indikator
Skor Total
Ketepatan Waktu 287 Kelengkapan Alat 265 Kelengkapan Bahan 265 Ketelitian 267 Sesuai Prosedur 286 Kreatif 249 Rasa Ingin Tahu 248 Kerapihan 267 Kebersihan 253 LKS 285 Jumlah 2.672 Rata-rata 267,20
Rata-Rata Butir Nilai
Persentase
4,42 4,08 4,08 4,11 4,40 3,83 3,82 4,11 3,89 4,38 41,11 4,11
88,3% 81,5% 81,5% 82,2% 88,0% 76,6% 76,3% 82,2% 77,8% 87,7% 822,2% 82,2%
Tabel 4.1 di atas menunjukkan hasil penilaian proses praktikum pada saat dilakukan praktikum pengamatan struktur jamur pada pertemuan pertama. Data pada tabel 4.1 meliputi skot total, rata-rata butir nilai, dan persentase skor yang diperoleh siswa pada masing-masing indikator. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai terbesar ada pada indikator ke-1 dan 5 yang menyatakan bahwa “ketepatan waktu” dan “sesuai prosedur” dengan nilai persentase sebesar 88,3%. Hal ini terlihat dari tidak adanya siswa yang datang terlambat dalam mengikuti kegiatan praktikum, siswa rata-rata dating tepat waktu dan banyak juga yang dating sebelum kegiatan praktikum dimulai. Kemudian pada saat kegiatan praktikum, siswa juga terlihat hati-hati dan memahami semua prosedur yang telah diberikan dan mengikutinya dengan baik. Dari sini terlihat bahwa siswa memiliki disiplin yang bagus. Hasil penilaian proses praktikum dengan nilai terkecil ada apa indikator no-7 yaitu “rasa ingin tahu” dengan nilai persentase sebesar 76,3%. Nilai ini masih diketegorikan baik. Hal ini terlihat pada saat kegiatan praktikum siswa masih banyak yang terlalu fokus pada apa yang mereka kerjakan, beberapa siswa juga masih terlihat malu untuk bertanya tentang hal-hal yang ingin mereka tanyakan. Hal ini juga terlihat ketika pertemuan kedua dimana siswa kurang bertanya mengenai materi pembelajaran tentang klasifikasi jamur, siswa lebih tertarik dan
47 aktif bertanya ketika materi tersebut dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari seperti pada pertemuan pertama ketika pengamatan jamur dimana siswa membawa jamur dari rumah, siswa terlihat antusias dan aktif dalam pembelajaran tersebut. Dan ketika pada pertemuan ketiga dimana masing-masing kelompok mempersentasekan hasil tugas pembuatan tape dan tempe siswa terlihat aktif, saling menghargai pendapat kelompok lain, dan saling bekerja sama dengan kelompoknya. Berikut ini disajikan data penelitian hasil penilaian proses praktikum dalam bentuk diagram batang pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Persentase indikator hasil penilaian proses praktikum.
Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator pada penilaian proses praktikum memiliki persentase lebih dari 76% dengan rata-rata pada tabel 4.1 sebesar 82,2%. Hal ini dapat dikategorikan sangat baik mulai dari indikator ketepatan waktu/disiplin, kelengkapan alat dan bahan, ketelitian, sesuai prosedur, kreatif, kerapihan, kebersihan, dan LKS yang dikerjakan. Namun pada indikator rasa ingin tahu, siswa hanya mendapat persentase 76,3%, hal ini dikarenakan siswa yang pemalu tidak memiliki kesempatan untuk bertanya, siswa yang ingin bertanyapun kadang tidak mendapat kesempatan untuk bertanya dikarenakan keterbatasan waktu pembelajaran yang hanya dua jam pelajaran (2x45 menit).
48 2. Bahan Ajar LKS Praktikum LKS praktikum ini diberikan kepada siswa ketika kegiatan praktikum pengamatan struktur jamur sebagai pedoman praktikum dan untuk diisi dan didiskusikan bersama kelompoknya. Tujuannya untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi praktikum yang dipelajari dengan baik. Setelah dilakukan pengolahan data berdasarkan hasil penilaian LKS praktikum, maka diperoleh data yang disajikan pada tabel 4.2 berikut ini;
Tabel 4.2. Hasil Penilaian LKS Praktikum No 1 2 3 4 5
Indikator
Hasil Pengamatan Analisis Data Kesimpulan Kerapihan Jawaban Pertanyaan Jumlah Rata-rata
Skor Total
Rata-Rata Butir Nilai
Persentase
246 265 273 280 249 1313 262,6
3,8 4,1 4,2 4,3 3,8 20,2 4,0
75,7% 81,5% 84,0% 86,2% 76,6% 404% 80,8%
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa indikator hasil pengamatan mendapat nilai persentase sebesar 75,7% yang merupakan nilai terkecil dibandingkan dengan indikator yang lainnya, namun masih dalam kategori baik. Hal ini terlihat dari jawaban siswa pada LKS praktikum, pada hasil pengamatan siswa masih belum bisa menggambar jamur yang mereka amati dengan baik dan juga masih ada yang bingung dalam memberi nama bagian-bainnya serta ciri-ciri dari jamur yang mereka amati. Namun selebihnya pada analisis data, kesimpulan, kerapihan, sampai pada jawaban pertanyaan siswa mampu menjawabnya dengan baik karena mereka juga ditunjang dengan referensi buku dan internet. Berikut ini disajikan data penelitian hasil penilaian LKS praktikum dalam bentuk diagram batang pada gambar 4.2 berikut;
49
Gambar 4.2. Persentase Indikator Hasil Penilaian LKS Praktikum. Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator pada penilaian proses praktikum memiliki persentase lebih dari 75% dengan rata-rata persentase pada tabel 4.2 sebesar 80,8%. Hal ini dapat dikategorikan baik dalam hal menggambarkan hasil pengamatan, mendeskripsikan ciri-ciri jamur yang siswa amati, memberikan analisis dan kesimpulan, kerapihan, serta menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan konsep jamur yang sedang mereka pelajari. Semuanya dikerjakan dengan baik. Hal ini menunjukkan siswa antusias atau minat yang
baik
dalam
kegiatan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran salingtemas ini.
3. Laporan Praktikum Siswa Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini menugaskan siswa untuk praktikum membuat tape dan tempe secara berkelompok dan dibebaskan untuk tempat pembuatannya. Kemudian siswa ditugaskan untuk membuat karya ilmiah berupa laporan praktikum sesuai dengan percobaan yang mereka lakukan untuk nantinya dipresentasikan pada saat pembelajaran. Pembuatan laporan praktikum ini bertujuan untuk melihat sikap ilmiah siswa dalam pembuatan laporan, selain itu bertujuan untuk melihat disiplin siswa dalam pengumpulan laporan, ketepatan
50 prosedur kerja, dan kerapihan dalam membuat laporan praktikum. Setelah dilakukan penilaian pada laporan praktikum siswa kemudian data tersebut diolah dan dapat ditampilkan pada tabel 4.3 berukut; Tabel 4.3. Hasil Penilaian Laporan Praktikum Siswa. No
Indikator
Skor Total
Rata-Rata Butir Nilai
Persentase
1
Ketepatan Jadwal Pengumpulan
273
4,2
84,0%
2
Kelengkapan & Sistematika Isi Laporan
255
3,9
78,5%
3
Ketepatan Prosedur Kerja
260
4,0
80,0%
4
Kerapihan
260
4,0
80,0%
1048 262,0
16,1 4,0
322% 81%
Jumlah Rata-rata
Hasil penilaian laporan praktikum siswa pada tabel 4.3 menunjukan pada indikator kelengkapan dan sistematika isi laporan mendapat nilai presentase sebesar 78,5%, ini lebih kecil jika di bandingkan dengan indikator ketepatan jadwal pengumpulan dengan nilai persentase sebesar 84%. Hal ini terjadi karena dalam hal ketepatan waktu pengumpulan, siswa sebagian besar menyerahkan tugas mereka sesuai dengan kesepakatan jadwal pengumpulan adapun yang terlambat hanya 1 atau dua kelompok saja, ini berarti siswa memiliki disiplin yang bagus. Namun ketika tugas atau laporan praktikum tersebut diperiksa, ternyata masih ada beberapa siswa yang mengerjakan laporan praktikum mereka dilihat dari sistematika isi laporan kurang terstruktur, isi yang disajikan kurang lengkap sesuai dengan sistematika penulisan dan ada juga yang menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan laporan. Mungkin siswa tersebut masih belum memahami bagaimana sistematika penulisan dan bahasa yang baik dan benar yang dapat digunakan dalam penulisan laporan praktikum.
51 Pada tabel 4.3, selain indikator kelengkapan dan sistematika isi laporan, indikator yang lain mendapatkan nilai persentase lebih dari 80% pada indikator kerapihan, ketepatan prosedur kerja, bahkan pada indikator ketepatan jadwal pengumpulan mendapat nilai persentase sebesar 84%. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengumpulkan laporan tepat waktu meskipun ada juga beberapa orang yang terlambat dalam mengumpulkan laporan praktikumnya. Untuk ketepatan prosedur kerja, rata-rata siswa sudah bisa memahami apa yang ditugaskan oleh guru dan membuat laporan sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru. Dilihat dari sisi kerapihan pun laporan penelitian siswa terlihat rapih. Berikut ini disajikan data hasil penilaian laporan praktikum siswa pada gambar 4.3 berikut;
Gambar 4.3 Persentase Indikator Penilaian Laporan Praktikum Siswa. Gambar 4.3 di atas menunjukkan seluruh indikator mendapatkan nilai persentase lebih dari 80%, hal ini dapat dikategorikan sangat baik. Meskipun ada satu indikator yang mendapat nilai persentase 78,5%, namun jika melihat tabel 4.3 yang menunjukkan rata-rata persentase sebesar 81%, maka hasil penilaian laporan
52 praktikum siswa dapat dikategorikan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih dan sistematis. Tabel 4.4 : Frekuensi Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa Instrumen Penilaian Proses Praktikum Penilaian LKS Praktikum Penilaian Laporan Praktikum Jumlah Rata-rata
Persentase 82,8% 80,8% 81,0% 244,6% 81,5%
B. Pembahasan Frekuensi rata- rata hasil belajar afektif siswa SMA Negeri 1 Pasawahan yang diperoleh berdasarkan analisis data pada tabel 4.5 menunjukkan nilai persentase pada kelas X sebesar 82,8% pada penilaian proses praktikum, 80,8% pada penilaian LKS Praktikum, dan 81% pada penilaian laporan praktikum. Ini berarti hasil belajar afektif melalui model pembelajaran Salingtemas pada konsep jamur kelas X tergolong Amat Baik dengan rata-rata penilaian afektif sebesar 81,5%. Nilai ini didapat karena siswa mampu mempunyai perhatian yang besar, aktif dalam belajar, kreatif, memiliki ketelitian yang baik, selalu menjaga kebersihan, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki inisiatif yang baik selama pembelajaran biologi berlangsung. Selain itu siswa memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih dan sistematis. Melihat hasil penilaian dari LKS praktikum dan laporan penelitian siswa, siswa memiliki antusias atau minat yang baik dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas, tertarik terhadap media dan model pembelajaran yang digunakan yaitu berupa praktikum, diskusi kelompok dan tugas lapangan dengan model pembelajaran Salingtemas yang mengambil konsep jamur. Ini terlihat dari nilai persentase yang didapat dati hasil penilaian LKS dan Laporan praktikum yang sangat baik. Hal ini didapat karena
53 penggunaan model pembelajaran salingtemas, dengan model pembelajaran salingtemas siswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah sosial, menggunakan kegiatan laboratorium yang berasal dari sumber lokal untuk memecahkan masalah, siswa aktif mencari informasi yang diperlukan, menekankan ketrampilan proses yang dapat digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak dimasa yang akan datang, serta siswa dapat bersikap lebih baik dan menerapkan pembelajaran yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahawa pembelajaran afektif dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas dapat meningkatkan hubungan sosial yang baik selama pembelajaran. Hal senada diungkapkan oleh Karen Neuman Allen bahwa pembelajaran afektif konsisten dengan prinsip-prinsip pekerjaan sosial, dari penggunaan hati nurani, pengakuan seni dan ilmu praktek pekerjaan sosial, kepentingan memperbaiki hubungan, dan integrasi berharga untuk yang memiliki profesi. Lebih sepenuhnya menghargai pembelajaran afektif membantu untuk memahami prinsip kerja kognitif social dan mungkin dapat menunjukan beberapa keterampilan1. Hasil penilaian proses praktikum pada penilaian afektif dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas menunjukkan bahwa aktifitas siswa dalam pembelajaran sangat baik, hal ini dapat dilihat dari nilai persentase rata-rata sebesar 82,8% (Tabel 4.4). Hal senada diungkapkan oleh Ajib Setyo yang menyatakan bahwa perangkat pembelajaran berpendekatan SETS pada materi fotosintesis
yang
dikembangkan,
dikategorikan
sangat
bermakna
untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan2. Hal senada juga diungkapkan oleh juniarti yang menyatakan bahwa aktivitas
1
peserta didik belajar fisika meningkat dan penggunaan
model
Karen Neuman Allen., Bruce D. Friedman, Affective learning: A taxonomy for teaching social work values, Journal of Social Work Values and Ethics, Volume 7, Number 2, White Hat Communications, 2010, (http://www.socialworker.com/jswve, Pada 20/03/2013). 2 Ajib Setyo, Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap ingkungan, Jurnal Bioma, Vol. 1, No. 2, Oktober 2011, h. 161-170, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=88259&val=532, pada 12/03/2013).
54 pembelajaran SETS pada konsep Energi dan Daya Listrik dapat meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2009/20103. Tabel 4.4 menunjukkan nilai afektif siswa tersebut didapat tidak hanya karena model pembelajaran yang digunakan, tetapi ada juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap dan minat siswa dalam pembelajaran. Faktor psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan, dan kepatuhan. Berdasarkan hasil penelitian, siswa terlihat sangat antusias dan patuh dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan materi yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan dan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang lebih dan siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terlihat lebih menonjol dalam pembelajaran. Faktor cultural atau kebudayaan seperti status social, lingkungan, keluarga, dan pendidikan. Ketika penelitian berlangsung, siswa bersikap lebih sopan dan ramah terhadap guru, memiliki hubungan sosial yang baik antar teman, dan partisipasi kelompok yang baik. Hal ini karena karakteristik masyarakat desa Pasawahan yang memang ramah dan sopan terhadap sesama. Dengan demikian variable psikologis dan cultural selalu saling mempengaruhi dalam rangka menimbulkan, memelihara, atau mengubah sikap siswa. Selain faktor yang mempengaruhi pada ranah sikap diatas, ada juga faktorfaktor yang mempengaruhi ranah minat dari pembelajaran siswa. Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran biologi sangat berpengaruh terhadap minat dan aktivitas belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi kesehatan siswa yang sehat dan prima lebih fokus dan perhatian dalam pembelajaran, sedangkan siswa yang kurang sehat atau sakit
tidak dapat maksimal bisa
mengikuti pembelajaran. Pengalaman belajar biologi di jenjang pendidikan sebelumnya, Siswa yang dijadikan sebagai sempel pada penelitian ini adalah siswa kelas X, selama proses 3 Juniati, Peningkatan Aktivitas, Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi Dan Daya Listrik, Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Juli 2009, (http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/275/110. Pada 13/02/2013).
55 pembelajaran dalam penelitian ini siswa terlihat memiliki cara dan minat belajar yang beragam, ada siswa terlihat antusias, fokus, dan rajin. Namun ada pula siswa ang sedikit malas dan kurang perhatian, hal ini dikarenakan siswa masih terbawa oleh pengalaman belajar siswa pada jenjang SMP. Metode dan gaya mengajar guru juga memberi pengaruh terhadap minat siswa dalam pembelajar biologi. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Salingtemas yang dapat menumbuhkan minat dan sikap siswa. Cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa kurang berminat dan kurang bersemangat untuk mengikutinya. Namun sebaliknya, jika pelajaran disampaikan dengan cara dan gaya yang menarik perhatian, maka akan menjadikan siswa tertarik dan bersemangat untuk selalu mengikutinya dan kemudian mendorongnya untuk terus mempelajarinya. Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran penting dalam memotivasi minat siswa pada suatu pelajaran. Tempat yang menjadi penelitian yaitu SMA Negeri 1 Pasawahan telah memiliki fasilitas dan alat penunjang biologi yang memadai, seperti tersedianya laboratrium yang lengkap dengan peralatannya. Situasi dan kondisi lingkungan turut memberi pengaruh terhadap minat belajar siswa dalam pelajaran. Minat siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentase rata-rata sebesar 85,95%, hal ini dipengaruhi juga oleh faktor situasi dan kondisi lingkungan tempat mereka belajar, dimana SMA Negeri 1 Pasawahan terletak di lembah atau kaki gunung ciremai dengan suasana pedesaan yang tentram, keadaan udara yang segar, dan nyaman untuk mendukung proses pembelajaran siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa- siswi kelas X SMA Negeri 1 Pasawahan mempunyai hasil belajar afektif yang Amat Baik pada ranah sikap dan minat siswa melalui model pembelajaran salingtemas. Hal ini dikarenakan siswa mampu mempunyai perhatian yang besar, aktif dalam belajar, kreatif, memiliki ketelitian yang baik, selalu menjaga kebersihan, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki inisiatif yang baik selama pembelajaran biologi berlangsung. Siswa juga memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih dan sistematis. Selain itu siswa memiliki antusias atau minat yang baik dalam kegiatan pembelajaran, tertarik dengan materi pembelajaran ang diberikan yaitu tentang jamur, tertarik terhadap media dan model pembelajaran yang digunakan yaitu berupa praktikum, diskusi kelompok dan tugas lapangan dengan model pembelajaran Salingtemas.
B. Saran Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Pihak sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa) harus bekerja sama dalam meningkatkan hasil belajar afektif siswa dengan meningkatkan fasilitas, kualitas penampilan mengajar dan mengikuti pembelajaran secara serius. 2. Aspek afektif pada diri siswa besar peranannya dalam pendidikan, karenanya tidak dapat kita abaikan begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini amat berguna dan lebih dari itu kita harus memanfaatkan pengetahuan kita mengenai karakteristik-karakteristik afektif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. 3. Sebagai guru kelas hendaknya menguasai beberapa metode mengajar, agar tidak terlalu monoton agar siswa tertarik untuk mempelajari biologi.
56
DAFTAR PUSTAKA Allen, Karen Neuman, and Bruce D Friedman. Affective learning: A taxonomy for teaching social work values. Journal of Social Work Values and Ethics, Volume 7, Number 2, White Hat Communications. 2010. (http://www.socialworker.com/jswve. Pada 20/03/2013). Amir, M. ”Aplikasi Teori Humanisme dalam Kegiatan Pembelajaran”. 2013. (http://filsafat.kompasiana.com/2013/10/28/aplikasi-teori-humanisme-dalamkegiatan-pembelajaran--604568.html., pada 1/29/2014). Anwar, Miftakhul. Penerapan Pendekatan SETS Science Environment Technology And Social Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA. 2012. (http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PendekatanSETS.pdf. Pada 10/12/2013). Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Chotimah, Umi. Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif pada Mata Pelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama. 2012. (http://eprints.unsri.ac.id/1076/1/4._Laporan_Penelitian_(Pengembangan_instr umen_dst)_UC.pdf,, pada 22/01/2013). Darwiyanto. Pembelajaran IPA Berwawasan Science Environment Technology and Society SETS. 2012. (http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=read&id=170#sthash.DKON6SM4.dp bs. Pada 17/01/2012). Dass, Pradeep M. 2005. Using a Science/Technology/Society Approach To Prepare Reform-Oriented Science Teachers: The Case of a Secondary Science Methods Course. Journal Issues in Teacher Education. Volume 14. Number 1. 2005, (http://www1.chapman.edu/ITE/15dass.pdf, pada 17/01/2013). Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Pustaka Al-Fatih. 2009. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008.
57
58 Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2008. (http://sarwanto.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/05/penilaian_afektif.pdf, pada 30/01/2013). Direktorat Pembinaan SMA. Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA. Direktorat Pembinaan SMA. 2010. (http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Ment eri/Petunjuk%20Teknis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan %20Pedoman%20Penilaian%20_ISI-Revisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013). Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2004. Pedoman Khusus Pengembangn Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. (http://id.scribd.com/doc/56149251/Ped-PenilaianAfektif-1-12Jan04. Pada 14/01/2013). Dwi, Agus Wasisto. Pembelajaran Biologi yang Berbasis Imtaq dengan Pendekatan Integratif Science. Environment. Society. Technology and Religion. Jurnal: PROSPECT. Februari 2009. Tahun 5. Nomor 8. 2009. (http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=61900&idc=3 2. Pada 12/02/2013). Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Ed.1., Cet. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2001. Irianti, Mitri, Zulirfan, dan Arifah Zaini. Pembelajaran Sains Fisika Melalui Pendekatan SETS (Science Environment Technology Society) pada Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek. Jurnal Geliga Sains 1 (2). 1-7. ISSN:1978-502X. 2007.. . . . (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106522&val=2276, pada 07/03/2014). Juniati. Peningkatan Aktivitas. Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo. Jawa Tengah Pada Konsep Energi Dan Daya Listrik. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. Volume 2. Nomor 1. 2009.. . . . (http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/275/110. Pada 13/02/2013). Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011. Nasution, S. Metode Research. Bandung: Jemmars. 1991.
59 Prayito. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Humanistik Berbasis Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi Segitiga Kelas VII. 2011. Jurnal AKSIOMA. Vol. 2. No. 2/September (2011). (http://ejurnal.ikippgrismg.ac.id, pada 08/03/2014). Pusat Kurikulum. 2007. Kurikulum Visi SETS Model Kurikulum Pendidikan Yang Menerapkan Visi SETS (Science, Environment, Technology, And Society) . Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. (http://scmariani-unnes.blogspot.com/2008/11/kurikulum-visi-sets.html. Pada 14/03/2013)Putri, Lili Surayya Eka. Metodologi Penelitian untuk Bidang Sains. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007. Qomari, Rohmad. Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, INSANIA, Vol. 13, No. 1, Jan-Apr 2008, 87109. 2008. (http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/7-pengembanganinstrumen-evaluasi-domain-afektif-rohmad-qomari.pdf. Pada 13/12/2012). Setyo, Ajib. Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap ingkungan. Jurnal Bioma. Vol. 1. No. 2. 2011.. . . . (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=88259&val=532, pada 12/03/2013). Shephard, Kerry. Higher education for sustainability: seeking affective learning outcomes. International Journal of Sustainability in Higher Education. Vol. 9 No. 1. Emerald Group Publishing Limite. 2008.. . . . (www.emeraldinsight.com/reprints. Pada 14/02/2013). Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. Sofyan, Ahmad, dan Tonih Feronika, Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Sudatha, I Gde Wawan. Penilaian Ranah Afektif. 2011. (http://www.undiksha.ac.id/e-learning/staff/images/img_info/4/lt_10-548.pdf, pada 31/01/2013).
60 Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009. Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008. Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar : Beserta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara. 2008. Yörük, Nuray, Inci Morgil, and Nilgun Secken. The effects of science. technology. society. environment STSE interactions on teaching chemistry. Journal Natural Science Vol.2. No.12. 1417-1424. 2010. (http://www.scirp.org/journal/NS/. Pada 15/05/2013).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 61
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMA Negeri 1 Pasawahan
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/ Semester
: X (Sepuluh) / I
Pertemuan
: 09, 10, 11
Alokasi Waktu
: 6 Jam Pelajaran
Standar Kompetensi : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Kompetensi Dasar
: 2.4 Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan.
Tujuan
: Siswa
mampu
mendeskripsikan
ciri-ciri
jamur,
mengklasifikasikan jamur, dan peranan jamur bagi manusia. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Kerja keras, Toleransi, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Menghargai prestasi, Tanggung Jawab, Peduli lingkungan); Karakter siswa yang diharapkan : Jujur,
Kerja
keras,
Toleransi,
Rasa
ingin
tahu,
Komunikatif, Menghargai prestasi, Tanggung Jawab, Peduli lingkungan. Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif : Percaya diri, Berorientasi tugas dan hasil. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mendeskripsikan ciri-ciri jamur 2. Mendeskripsikan cara jamur memperoleh makanan 3. Membedakan spora aseksual dan seksual 4. Memberikan alasan pemisahan jamur dari tumbuhan dalam klasifikasinya 5. Membuat produk makanan yang menggunakan jamur
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 62
Lampiran 1 Materi Pembelajaran 1. Ciri-ciri jamur meliputi: a. Ciri struktur b. Cara hidup
2. Macam-macam spora yang dihasilkan jamur meliputi: a. Spora aseksual b. Spora seksual 3. Klasifikasi jamur 4. Peranan jamur bagi manusia 5. Proses produksi yang memanfaatkan jamur Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran SALINGTEMAS Metode Pembelajaran Pembelajaran kooperatif, Studi membaca, Pengamatan, Diskusi, Penugasan
Strategi Pembelajaran Tatap Muka
Terstruktur
Mengamati struktur jamur
Praktikum pengamatan jamur
Menggambar struktur tubuh jamur
Menggambar struktur jamur berdasarkan hasil pengamatan
Mengelompokkan jamur Mendeskripsikan ciriciri jamur Membuat produk makanan menggunakan jamur
Diskusi sturktur tubuh jamur berdasarkan hasil pengamatan Surevi/kunjungan ke lokasi produksi jamur misalnya pabrik tempe, oncom, dll
Mandiri Siswa dapat Mendeskripsikan ciriciri jamur Siswa dapat Mendeskripsikan cara jamur memperoleh makanan Siswa dapat Membedakan spora aseksual dan seksual Siswa dapat Memberikan alassan pemisahan jamur dari tumbuhan dalam kalsifikasinya
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 63
Lampiran 1 Tatap Muka
Terstruktur
Mandiri Siswa dapat Melaporkan proses pembuatan suatu produk yang menggunakn jamur
Langkah Langkah Pembelajaran Pertemuan 9 (2 Jam Pelajaran) A. Kegiatan awal (10 menit) Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru Mengucapkan
Kegiatan Siswa
salam Menjawab salam dan Religius
dan bedo’a bersama Menanyakan
Nilai Karakter
berdo’a
kabar Menjawab pertanyaan Perhatian
siswa
guru
Mengabsen kehadiran Memperhatikan guru
Perhatian
siswa Fase Invitasi / Apersepsi
Melakukan apersepsi : Siswa Guru
menanyakan
menjawab Perhatian,
pertanyaan guru.
teliti,
beberapa jenis jamur yang
sudah
rasa
ingin tahu.
dikenal
siswa. Guru bersama siswa Siswa bersama guru Konsentrasi, mendiskusikan jamur contoh
ciri
berdasarkan jamur
yang
dikenal siswa.
mendiskusikan jamur contoh
ciri
teliti
berdasarkan jamur
yang
dikenal siswa.
Menuliskan topik yang Menulis akan dipelajari yaitu
topik
yang
akan dipelajari
Konsentrasi, teliti
Jamur Menyebutkan pembelajaran
tujuan Menulis yang
pembelajaran
tujuan
Perhatian, teliti
harus dicapai dalam pembelajaran
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 64
Lampiran 1 B. Kegiatan inti (70 menit) Eksplorasi Tahapan Salingtemas Fase Eksplorasi
Kegiatan Guru
meminta
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter
siswa menyiapkan alat dan Rasa
menyiapkan
alat
bahan
untuk
tahu,
bahan untuk mengamati
mengamati
jamur
saling
jamur
dibawa
yang dibawa siswa
dengan
dengan
yang
siswa memerintahkan untuk
dan
siswa
mengikuti
langkah-langkah
ingin Teliti,
menghargai
mengikuti
langkah-langkah kegiatan pengamatan.
kegiatan pengamatan.
Elaborasi Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru
Meminta
siswa
mengamati bagian
Kegiatan Siswa
untuk bagian-
mengamati bagian
Nilai Karakter
bagian- Konsentrasi,
jamur
dan
Teliti, Saling
jamur
dan
menggambarkan
menghargai,
menggambarkan
hasil
hasil pengamatan
komunikatif.
pengamatan Meminta siswa membuat laporan pengamatan
hasil
membuat
laporan Konsentrasi,
hasil pengamatan
Teliti, Saling menghargai, Sportif, Komunikatif, Berani, Percaya diri
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 65
Lampiran 1 Konfirmasi Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru
Memberikan kepada
Kegiatan Siswa
reward
siswa
yang
berhasil menjawab atau
Siswa
yang
Nilai Karakter
aktif Saling
mendapatkan
menghargai,
reward.
Sportif
mengemukakan pendapat dalam diskusi dengan guru. Fase Mengusulkan Penjelasan
dan
solusi
Memberikan konfirmasi terkait
materi
yang
dipelajari
Memperhatikan konfirmasi
Perhatian, yang
diberikan oleh guru
Memfasilitasi
peserta
Merefleksi pengalaman
untuk
memperoleh
yang telah dilakukan
belajar
dengan mengaitkan
pengalaman telah
dengan
dilakukan mengaitkan
pada
ingin
tahu Rasa
didik melakukan refleksi
yang
Rasa
belajar
ingin
tahu, Perhatian
kehidupan
sehari-hari
pada kehidupan seharihari
C. Kegiatan akhir (10 menit) Kegiatan Guru
Bersama-sama
Kegiatan Siswa
klasikal
Nilai Karakter
menyimpulkan
Secara
ciri-ciri jamur berdasarkan hasil
dapat
pengamatan
memahami materi yang
mengerti
siswa Perhatian, dan
Komunikatif
telah diajarkan Meminta siswa mengumpulkan laporan hasil pengamatan Mengakhiri
proses
pembelajaran dengan berdo’a
Mengumpulkan hasil pengamatan
laporan Teliti,
tanggung
jawab
Bersama guru berdo’a dan Religius menjawab salam
dan mengucapkan salam.
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 66
Lampiran 1 Pertemuan 10 (2 Jam Pelajaran) A. Kegiatan awal (10 menit) Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru Mengucapkan
Kegiatan Siswa
salam Menjawab salam dan Religius
dan bedo’a bersama Menanyakan
Nilai Karakter
berdo’a
kabar Menjawab pertanyaan Perhatian
siswa
guru
Mengabsen kehadiran Memperhatikan guru
Perhatian
siswa Fase Invitasi / Apersepsi
Melakukan apersepsi : Siswa Guru
menanyakan
menjawab Perhatian,
pertanyaan guru.
teliti,
kembali ciri-ciri jamur.
rasa
ingin tahu.
B. Kegiatan inti (70 menit) Eksplorasi Tahapan Salingtemas Fase Eksplorasi
Kegiatan Guru
bersama
Kegiatan Siswa
siswa bersama
Nilai Karakter
guru Rasa
ingin Teliti,
mendiskusikan struktur
mendiskusikan
tahu,
tubuh jamur.
struktur
Saling
tubuh
jamur. bersama mendiskusikan
siswa Bersama cara
hidup jamur
menghargai, guru Rasa
mendiskusikan cara
tahu,
hidup jamur
Saling
ingin Teliti,
menghargai,
Elaborasi Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru
bersama mendiskusikan
Kegiatan Siswa
siswa bersama cara
mendiskusikan
Nilai Karakter
guru Rasa cara
tahu,
ingin Teliti,
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 67
Lampiran 1 reproduksi jamur
reproduksi jamur
Saling menghargai,
bersama
siswa bersama
mendiskusikan klasifikasi contoh
jamur
guru Rasa
ingin
dasar
mendiskusikan dasar
tahu,
dan
klasifikasi jamur dan
Saling
contoh
menghargai,
masing-masing
divisi
masing-
Teliti,
masing divisi
Konfirmasi Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru
Memberikan kepada
Kegiatan Siswa
reward
siswa
yang
berhasil menjawab atau
Siswa
yang
Nilai Karakter
aktif Saling
mendapatkan
menghargai,
reward.
Sportif
mengemukakan pendapat dalam diskusi dengan guru. Fase Mengusulkan Penjelasan solusi
dan
Memberikan konfirmasi terkait
materi
yang
dipelajari
Memperhatikan konfirmasi
Perhatian, yang
diberikan oleh guru
Memfasilitasi
peserta
Merefleksi pengalaman
untuk
memperoleh
yang telah dilakukan
belajar
dengan mengaitkan
yang dengan
telah
dilakukan mengaitkan
pada
belajar
ingin
tahu Rasa
didik melakukan refleksi
pengalaman
Rasa
ingin
tahu, Perhatian
kehidupan
sehari-hari
pada kehidupan seharihari
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 68
Lampiran 1 C. Kegiatan akhir (10 menit) Kegiatan Guru Bersama-sama ciri-ciri,
Kegiatan Siswa
menyimpulkan
cara
hidup,
dan
klasifikasi jamur.
Secara dapat
klasikal mengerti
Nilai Karakter siswa Perhatian, dan
Komunikatif
memahami materi yang telah diajarkan
menugaskan membuat yang
siswa
produk
untuk makanan
menggunakan
jamur,
Mengerjakan tugas yang Teliti, diberikan
guru
secara
tanggung
jawab
kelompok.
misalnya tempe dan tape. Mengakhiri
proses
pembelajaran dengan berdo’a
Bersama guru berdo’a dan Religius menjawab salam
dan mengucapkan salam.
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 69
Lampiran 1 Pertemuan 11 (2 Jam Pelajaran) A. Kegiatan awal (10 menit) Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru Mengucapkan
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter
salam Menjawab salam dan Religius
dan bedo’a bersama Menanyakan
berdo’a
kabar Menjawab pertanyaan Perhatian
siswa
guru
Mengabsen kehadiran Memperhatikan guru
Perhatian
siswa Fase Invitasi / Apersepsi
Melakukan apersepsi : Siswa Guru
menanyakan
menjawab Perhatian,
pertanyaan guru.
teliti,
kembali ciri-ciri, cara
rasa
ingin tahu.
hidup dan klasifikasi jamur.
B. Kegiatan inti (70 menit) Eksplorasi Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Meminta siswa untuk Masing-masing Fase Eksplorasi
Nilai Karakter Rasa
ingin Teliti,
melakukan diskusi kelas
kelompok
tahu,
(menjadi
mempresentasikan
Saling
dengan
tugas
menghargai,
mempresentasikan hasil
diberikan.
fasilitator)
yang
telah
pembuatan tempe dan tape
yang
telah
ditugaskan. Memberikan penguatan Mencatat penguatan Rasa pada
hasil
(penguatan
diskusi berupa
konsep-konsep penting, dapat
dilihat
yang diberikan guru.
tahu,
ingin Teliti,
Saling menghargai,
pada
materi esensial)
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 70
Lampiran 1 Elaborasi Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru
Memfasilitasi
Kegiatan Siswa
siswa Berkompetisi
secara Rasa
berkompetisi secara sehat
sehat
untuk
kelompok lain.
meningkatkat
Nilai Karakter
dengan
tahu,
ingin Teliti,
Saling
hasil belajar
menghargai,
Memfasilitasi siswa untuk Mempresentasikan mempresentasikan hasil
hasil kerja kelompok
kerja kelompok
Rasa
ingin
tahu,
Teliti,
Saling menghargai,
Bersama siswa berdiskusi Bersama
guru Rasa tentang
tentang peranan jamur
berdiskusi
bagi kehidupan manusia.
peranan jamur bagi
Saling
kehidupan manusia.
menghargai,
Bersama siswa berdiskusi Bersama untuk materi
menghubungkan jamur
sains,
dengan
tahu,
ingin Teliti,
guru Rasa
berdiskusi
untuk
tahu,
ingin Teliti,
menghubungkan
Saling
lingkungan,
materi tentang jamur
menghargai,
dan
yang telah dipelajari
teknologi, masyarakat.
dengan
sains,
lingkungan, teknologi,
dan
masyarakat
Konfirmasi Tahapan Salingtemas
Kegiatan Guru
Memberikan kepada
siswa
Kegiatan Siswa
reward yang
berhasil menjawab atau
Siswa
yang
Nilai Karakter
aktif Saling
mendapatkan
menghargai,
reward.
Sportif
mengemukakan pendapat dalam diskusi
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 71
Lampiran 1 dengan guru. Fase Mengusulkan Penjelasan
dan
solusi
Memberikan konfirmasi terkait
materi
yang
dipelajari
Memperhatikan konfirmasi
Perhatian, yang
diberikan oleh guru
Memfasilitasi
peserta
Merefleksi pengalaman
untuk
memperoleh
yang telah dilakukan
belajar
dengan mengaitkan
pengalaman telah
dengan
dilakukan mengaitkan
pada
ingin
tahu Rasa
didik melakukan refleksi
yang
Rasa
belajar
ingin
tahu, Perhatian
kehidupan
sehari-hari
pada kehidupan seharihari
C. Kegiatan akhir (10 menit) Kegiatan Guru
Bersama-sama
Kegiatan Siswa
klasikal
Nilai Karakter
menyimpulkan
Secara
peranan jamur bagi kehidupan
dapat
manusia
memahami materi yang
mengerti
siswa Perhatian, dan
Komunikatif
telah diajarkan Mengakhiri
proses
pembelajaran dengan berdo’a
Bersama guru berdo’a dan Religius menjawab salam
dan mengucapkan salam.
Sumber Aryulina D., dkk. 2007. BIOLOGI 1 : SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta: ESIS. Buku Biologi SMA Kelas XI Campbell. Reece. Mitchell. 2003. Biologi jilid II, Edisi Kelima. Terjemahan Wasmen Manalu. Erlangga. Jakarta. Pedoman pembuatan tempe dan tape http://www.youtube.com http://biologipedia.co.cc http://kambium.web.id
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 72
Lampiran 1 Media Pembelajaran laptop, LCD+Projector, Alat tulis
Berbagai jamur yang bisa dijumpai di sekitar siswa Bahan-bahan pembuat tempe atau tape Lembar kegiatan pengamatan jamur Lembar tugas pembutan temped an tape
Penilaian
Penilaian proses belajar
Penugasan
Penilaian afektif pada ranah sikap dan minat
Kuningan, 10 November 2013 Mengetahui, Kepala SMA N 1 Pasawahan,
Guru Biologi,
Drs. H. Maman Herman Iskandar NIP. 19560920 197703 1 001
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi NIM. 109016100045
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 73
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 74
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 75
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 76
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 77
Lampiran 1 Lembar Kegiatan
MENGAMATI JAMUR A. Tujuan Mengetahui ciri-ciri umum jamur B. Alat dan Bahan 1. Berbagai jenis jamur di lingkungan sekitar. 2. Kaca pembesar dan pinset C. Cara Kerja 1. Kumpulkan semua jenis jamur yang dapat kamu temukan di lingkungan sekitarmu. 2. Ketika kamu mengambil dari habitatnya, amatilah di mana jamur itu hidup dan catatlah keadaan lingkungan tempat hidupnya. 3. Amatilah jamur yang kamu ambil. Jika perlu kamu dapat menggunakan bantuan kaca pembesar. Buatlah skema jamur yang kamu amati dan berilah keterangan beserta uraian/ciri-ciri dari masing-masing jamur. 4. Kelompokkan dan cobalah untuk mengidentifikasi jamur yang berhasil kamu temukan. Mana yang aman dimakan? Bagaimana mengidentifikasi jamurjamur yang beracun? D. Pertanyaan Untuk Diskusi 1. Ciri khas apa yang membedakan jamur dengan kelompok organisme lain? 2. Bagaimanakah keadaan lingkungan yang sesuai untuk tempat tumbuhnya jamur? 3. Kemukakan ada berapa kelompok jamur yang kamu temukan dan jangan lupa untuk menyampaikan dasar pengelompokan itu.
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 78
Lampiran 1 Lembar Tugas
MEMBUAT TEMPE A. Tujuan Mengetahui cara membuat tempe B. Alat dan Bahan 1. Kedelai 2. Ragi tempe 3. Air 4. Daun pisang atau plastic 5. Panci, baskom, kompor, penyaring C. Cara Kerja 1. Siapkan kedelai, cucilah terlebih dahulu kemudian rebuslah sampai matang dengan menggunakan panci. 2. Setelah matang, cucilah kembali sampai bersih dan kulit kedelai itu mengelupas, lakukan pencucian secara berulang-ulang. 3. Rendamlah kedelai dalam air bersih selama semalam dengan menggunakan baskom atau ember. 4. Setelah direndam, rebuslah kembali sampai mendidih. 5. Setelah bersih, tiriskan dengan penyaring, biarkan dalam keadaan dingin terlebih dahulu. 6. Setelah dingin, campurkan ragi tempe secukupnya. 7. Bungkus kedelai itu secukupnya menggunakan plastik atau daun pisang, kemudian letakkan di tempat yang hangat selama 1-2 hari agar terjadi fermentasi. 8. Selanjutnya, bukalah bungkusan tersebut. Apabila sudah terjadi fermentasi akan terbentuk tempe.
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 79
Lampiran 1 Lembar Tugas
MEMBUAT TAPE A. Tujuan Mengetahui cara membuat tape B. Alat dan Bahan Singkong atau beras ketan, ragi tape C. Cara Kerja 1. Kupaslah singkong, kemudian potonglah umbi tersebut sesuai dengan selera Anda. Untuk beras ketan cucilah sampai bersih kemudian rendamlah selama 12 jam. 2. Kukuslah singkong tersebut sampai matang, untuk beras ketan tanaklah sampai menjadi seperti nasi ketan. 3. Setelah matang, dinginkanlah, taburkan ragi tape secara merata pada singkong atau nasi ketan tersebut. 4. Masukkan pada tempat yang telah disediakan, misalnya pada keranjang yang diberi alas daun pisang. Untuk nasi ketan dapat dibungkus dengan daun jambu biji, kemudian tutuplah dengan rapat. 5. Biarkan selama 2-3 hari, amati tape yang sudah terbentuk
Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan
Lampiran 2
80 PEDOMAN WAWANCARA PRA PENELITIAN
1. Model, metode, atau pendekatan apa saja yang sering Bapak gunakan dalam pembelajaran biologi? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 2. Apakah Siswa dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 3. Apakah siswa dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat? Contohnya pada materi virus yang bisa dikaitkan dengan sains dan teknologi untuk menciptakan sebuah antivirus, dan juga dikaitkan dengan lingkungan masyarakat untuk mencegah penularan dan usaha pengobatan dari penyakit yang diakibatkan oleh virus. _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 4. Bagaimana dengan hasil belajar afektif siswa, terutama pada aspek sikap dan minat pada mata pelajaran bilogi jika dihubungkan dengan salingtemas? Contohnya siswa menunjukkan sikap kritis dan berpedoman pada data dan fakta, siswa juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________
Lampiran 2
81
5. Bagaimana cara Bapak dalam meningkatkan hasil belajar afektif siswa? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________
6. Apa yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran biologi? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 7. Bagaimana solusi Bapak untuk mengatasi kendala siswa dalam pembelajaran biologi? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________
Kuningan, 01 November 2013 Guru Biologi,
____________________
Lampiran 3
82
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA PRA PENELITIAN Dalam upaya memperoleh data awal sebelum penelitian, penelitian ini menggunakan wawancara sebagai metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam sebelum melaksanakan penelitian. Berikut ini merupakan pedoman wawancara yang disifatkan general karena adanya keterkaitan di antara variabel.
No 1
Variabel Model,
metode,
pendekatan digunakan.
Pertanyaan Wawancara dan 1. Model, metode, atau pendekatan apa saja yang
yang sering
Bapak
gunakan
dalam
pembelajaran biologi? 2. Apakah Siswa dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari?
2
Keterkaitan materi dengan 3. Apakah siswa dapat mengaitkan materi Salingtemas
pembelajaran
dengan
aspek
sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat? Contohnya pada materi virus yang bisa dikaitkan dengan sains dan teknologi untuk menciptakan sebuah antivirus, dan juga
dikaitkan
dengan
lingkungan
masyarakat untuk mencegah penularan dan usaha pengobatan dari penyakit yang diakibatkan oleh virus.
Lampiran 3
No 3
83
Variabel Hubungan
Pertanyaan Wawancara
salingtemas 4. Bagaimana dengan hasil belajar afektif
dengan hasil belajar afektif
siswa, terutama pada aspek sikap dan minat pada mata pelajaran bilogi jika dihubungkan
dengan
salingtemas?
Contohnya siswa menunjukkan sikap kritis dan berpedoman pada data dan fakta,
siswa
kepedulian
juga
menunjukkan
terhadap lingkungan
dan
masyarakat. 5. Bagaimana
cara
Bapak
dalam
meningkatkan hasil belajar afektif siswa? 6. Apa yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran biologi? 7. Bagaimana solusi Bapak untuk mengatasi kendala biologi?
siswa
dalam
pembelajaran
Lampiran 4
84 HASIL WAWANCARA PRA PENELITIAN
1. Model, metode, atau pendekatan apa saja yang sering Bapak gunakan dalam pembelajaran biologi? Metode ceramah, jadi langsung memberikan materi saja pada siswa. Kadangkadang membuat kelompok dan siswa berdiskusi disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari saja. 2. Apakah Siswa dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari? Ya, namun hanya beberapa siswa saja yang dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Sebagian besar siswa yang lain belum dapat mengaplikasikannya karena mereka hanya berfokus pada mendapatkan nilai saja. 3. Apakah siswa dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat? Contohnya pada materi virus yang bisa dikaitkan dengan sains dan teknologi untuk menciptakan sebuah antivirus, dan juga dikaitkan dengan lingkungan masyarakat untuk mencegah penularan dan usaha pengobatan dari penyakit yang diakibatkan oleh virus. Saya rasa untuk salingtemas belum, namun dalam hal sains dan teknologi sebagian besar siswa sudah dapat mengaitkannya. Sedangkan untuk mengaitkan materi pada aspek lingkungan dan masyarakat siswa belum dapat mengaitkannya. 4. Bagaimana dengan hasil belajar afektif siswa, terutama pada aspek sikap dan minat pada mata pelajaran bilogi jika dihubungkan dengan salingtemas? Contohnya siswa menunjukkan sikap kritis dan berpedoman pada data dan fakta, siswa juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. Hasil belajar afektif siswa terutama pada sikap dan minat di Sekolah ini sudah cukup baik. Namun jika penilaiannya dihubungkan dengan aspek salingtemas, sikap dan minat siswa masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa masih belum dapat mengaplikasin materi biologi yang mereka dapatkan
Lampiran 4
85
5. Bagaimana cara Bapak dalam menilai hasil belajar afektif siswa? Dilihat dari sikap dan disiplin siswa selama pembelajaran biologi, selain itu dilihat pula sopan santun dan hubungan siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Setelah itu dianalisis dan didapatlah hasil belajar afektif siswa tersebut.
6. Apa yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran biologi? Yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran biologi yaitu siswa masih terbawa pada sikapnya sewaktu di sekolah sebelumna dan masih belum bisa beradaptasi penuh dalam lingkungan suasana di SMA, sehingga dalam pembelajaran biologipun siswa cenderung kurang memperhatikan ketika diberikan konsep materi biologi yang pada akhirnya siswa kurang bisa memahami materi tersebut. 7. Bagaimana solusi Bapak untuk mengatasi kendala siswa dalam pembelajaran biologi? Buat suasana kelas senyaman mungkin bagi siswa, sehingga siswa senang didalam kelas dan mau belajar dengan baik.
Kuningan, 01 November 2013 Guru Biologi,
DADAN RUDIANA, S.Pd
Lampiran 5
86
LEMBAR KERJA SISWA PENGAMATAN STRUKTUR JAMUR MAKROSKOPIK Kelompok ___ : _______________________________________
Kelas : X- ____
_______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________
A. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya bagi kehidupan. B. Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menggambarkan struktur tubuh jamur dari beberapa jenis jamur yang bermanfaat berdasarkan pengamatan makroskopis secara langsung. Siswa dapat membedakan beberapa jenis jamur yang bermanfaat berdasarkan ciri-ciri morfologinya melalui pengamatan langsung. C. Alat dan Bahan:
Alat: Alat Tulis, Lup, Pinset
Bahan: Berbagai jenis jamur di lingkungan sekitar.
D. Cara Kerja: 1. Kumpulkan semua jenis jamur yang dapat kamu temukan di lingkungan sekitarmu. 2. Ketika kamu mengambil dari habitatnya, amatilah di mana jamur itu hidup dan catatlah keadaan lingkungan tempat hidupnya. 3. Amatilah jamur yang kamu ambil. Jika perlu kamu dapat menggunakan bantuan kaca pembesar. Buatlah skema jamur yang kamu amati dan berilah keterangan beserta uraian/ciri-ciri dari masing-masing jamur. 4. Kelompokkan dan cobalah untuk mengidentifikasi jamur yang berhasil kamu temukan. Mana yang aman dimakan? Bagaimana mengidentifikasi jamur-jamur yang beracun?
Lampiran 5
87
E. Tabel Hasil Pengamatan
Gambar:
Ciri-ciri a. Nama jamur: b. Ukuran: c. Bentuk:
d. Warna: e. Tekstur: f. Lain-lain:
Gambar:
Ciri-ciri a. Nama jamur: b. Ukuran: c. Bentuk:
d. Warna: e. Tekstur: f. Lain-lain:
F. Analisa Data ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. G. Kesimpulan ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................
Lampiran 5
88
H. Daftar Pustaka ................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................
Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Ciri khas apa yang membedakan jamur dengan kelompok organisme lain? 2. Bagaimanakah keadaan lingkungan yang sesuai untuk tempat tumbuhnya jamur? 3. Kemukakan ada berapa kelompok jamur yang kamu temukan dan jangan lupa untuk menyampaikan dasar pengelompokan itu!
Jawaban:
.................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................
Lampiran 6
89
Lampiran 6
90
Lampiran 6
91
Lampiran 6
92
Lampiran 7
93
Lampiran 7
94
Lampiran 7
95
Lampiran 7
96
Lampiran 8
97
Lampiran 8
98
Lampiran 8
99
Lampiran 8
100
Lampiran 9
101
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM
No 1
2
3
4
Aspek Ketepatan jadwal pengumpulan
Kelengkapan dan sistematika isi laporan
Ketepatan prosedur kerja
Kerapihan
Indikator
Skor
Pengumpulan tepat waktu Pengumpulan terlambat 1 hari Pengumpulan terlambat 2 hari Pengumpulan terlambat 3 hari Pengumpulan terlambat lebih dari 3 hari Jika pekerjaan siswa terstruktur dan menggunakan bahasa yang baik Jika pekerjaan siswa terstruktur dan menggunakan bahasa yang kurang baik Jika pekerjaan siswa kurang terstruktur dan menggunakan bahasa yang kurang baik Jika pekerjaan siswa tidak terstruktur dan menggunakan bahasa yang tidak baik Jika hasil pekerjaan siswa sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru Jika hasil pekerjaan siswa kurang sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru Jika hasil pekerjaan siswa tidak sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru Jika hasil pekerjaan siswa rapih Jika hasil pekerjaan siswa kurang rapih Jika hasil pekerjaan siswa tidak rapih
5 4 3 2
Skor Maks
5
1 5
4 5 3
2
5
4
5
2 5 4 2
5
Lampiran 10
102
Lampiran 10
103
Lampiran 10
104
Lampiran 11
105
Lampiran 11
106
Lampiran 11
107
Lampiran 12
108
Lampiran 12
109
Lampiran 12
110
Lampiran 11
111
DAFTAR NILAI ULANGAN SISWA Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Tahun Ajaran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
: SMA Negeri 1 Pasawahan : X-1 / I (Ganjil) : Biologi : Jamur : 2013/2014 Nama
Ade Ermawati Aditia Permana Aleksandra Anita Widiyanthi Bayu Prenandy Bella Nugraha Chika Chintya Dewi Ela Karmila Fitri Yuliawati Gita Sugesti Harsudhio Kalbuadi Hary Rusdiana P Idayanti Ikah Rahmawati Jamaludin Jaya Winata Neng Euis N Nina Yusnia Nopa Rukmayanti Novitasari Anggraeni Ovi Diana Riki Agustina Rino Purnama S Ruki Murdani Sidik Firmansyah Siti Maria Agustina Siti Saroh Soraya Oktapiani Tia Kris Maulana William Austin Siti Rohmah
L/P KKM P L L P L L P P P P L L P P L L P P P P P L L L L P P P P L P
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Jumlah Rata-rata
Nilai 80 80 75 80 80 80 80 76 80 88 76 76 80 80 80 76 76 76 76 76 76 76 76 75 75 80 80 80 76 76 80 2421 78,1
Keterangan
Lampiran 11
112
DAFTAR NILAI ULANGAN SISWA Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Tahun Ajaran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
: SMA Negeri 1 Pasawahan : X-2 / I (Ganjil) : Biologi : Jamur : 2013/2014 Nama
Asep Jalaludin Azie Saka Valwaguna Dede Kurniasih Dede Melawati Desy Ratna Purnamasari Devi Dizsa Nanda Carina W Epi Dianti Etik Trisna Asih Indriani Irma Rahmawati Iyel Shelviana Lastri Sulastri Lia Lianty Maman Sutiman Memet Selamet Riyadi Mohamad Wahyudin Muhamad Fauzy Azhar Muhamad Sidik Permana Muhammad Faisal Riyadi Nana Sukarna Ratnawati Resky Adi Putra Reza Saputra Reza Zulkipli Sisca Ardianto Sofyan Hadikusuma Suderi Sunarta Supriyatna Sutrisna Titin Yustini Vranliska Wiwin Muspikawati Zulaicho
L/P KKM L L P P P P P P P P P P P P L L L L L L L P L L L P L L L L L P P P P
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Jumlah Rata-rata
Nilai
Keterangan
76 76 76 80 80 80 80 76 76 76 76 76 80 80 76 76 76 76 76 75 75 76 76 Keluar 75 80 76 76 80 80 76 76 76 80 80 2625 77,2
Lampiran 16
159
Lampiran 17
160
Lampiran 18
161
Lampiran 19
162
PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 PASAWAHAN Alamat : Jalan Raya Pasawahan Kec. Pasawahan,
Nomor : 045.4/ 204 / SMA.24/ 2013 Lamp. : (1) Lembar Hal : Izin Penelitian
Kode Pos : 45559
Pasawahan, 06 November 2013
Kepada Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jln. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Assalamu’alaikum wr.wb. Sehubungan dengan surat saudara nomor Un.01/F.1/KM.01.3/1501/2013 perihal tersebut di atas, dengan ini diberitahukan bahwa kami dapat menerima mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Nama NIM Semester Jurusan
: : : :
MUHAMMAD NURUZZAMAN SHIDDIQI 109016100045 IX (Sembilan) Pendidikan IPA – Biologi
untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan, dengan judul ”Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingungan, Teknologi, dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur”.
Demikian surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Kepala SMA Negeri 1 Pasawahan
Drs. H. Maman Herman Iskandar NIP. 19560920 197703 1 001
Lampiran 20
163
PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 PASAWAHAN Alamat : Jalan Raya Pasawahan Kec. Pasawahan,
Kode Pos : 45559
SURAT KETERANGAN Nomor : 045.4/ 205 / SMA.24/ 2013
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan menerangkan bahwa :
Nama
: MUHAMMAD NURUZZAMAN SHIDDIQI
NIM
: 109016100045
Jurusan
: Pendidikan IPA - Biologi
Judul Skripsi
: “ Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur”
Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah melakukan Penelitian yang dimaksud di SMAN I Pasawahan, untuk memenuhi salah satu tugas penyusunan Skripsi/ Tugas akhir.
Demikian Surat keterangan ini Kami buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pasawahan, 29 November 2013 Kepala SMA Negeri 1 Pasawahan
Drs. H. Maman Herman Iskandar NIP. 19560920 197703 1 001
Lampiran 21
164
Lampiran 21
165
Lampiran 21
166
Lampiran 21
167
Lampiran 21
168
Lampiran 21
169
Lampiran 22
170
RIWAYAT PENULIS Muhammad
Nuruzzaman
Shiddiqi,
lahir
di
Wanayasa, 17 Januari 1991, Anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Jabidi, S.Pd.I dan Ibu Siti Sapaah. Memiliki tiga orang adik bernama Muhammad Afif Syahrul Mubarok, Siti Nurfaizzatul Azza, dan Gita Nur Habibatul Azizah. Pada umurnya yang ke lima tahun, Pria yang biasa disapa “Diqi” ini disekolahkan di TK Beringin Bakti Desa Sindangkasih Beber-Cirebon. Di umurnya yang keenam tahun, bersekolah di SDN Wanayasa Desa Wanayasa Beber-Cirebon. Saat duduk di bangku Sekolah Dasar, pria ini adalah seorang yang ceria dan pandai, Tamat dari SD tahun 2003 melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Sindangkasih Desa Sindangkasih Beber-Cirebon, selama tiga tahun di MTs aktif di ekstra kulikuler Pramuka dan juga sebagai ketua OSIS. Kemudian Lulus dari Tsanawiyah tahun 2006, melanjutkan ke SMA Negeri 3 Kota Cirebon Jawa Barat, selama masa SMA, aktif sebagai Juru Adat di ekstra kulikuler Pramuka dan Waki Ketua DKM SMA. Lulus dari SMA pada tahun 2009,
melanjutkan
pendidikannya
di
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta, mengemban ilmu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengambil Program Studi Pendidikan Biologi, selama masa kuliah beliau aktif juga sebagai anggota BEM-FITK periode 2010-2012, dan aktif juga sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Distrik IPA Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat. Demi menggapai gelar sarjana, mahasiswa ini gigih dalam menuntut ilmu selama masa perkuliahan dan saat melakukan penelitian tak mengenal lelah dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur. Perjalanan hidup sering membawa kita pada persimpangan jalan yang belum pernah kita duga sebelumnya, namun satu hal yang harus selalu kita yakini bahwa Allah tidak akan membawa kita sejauh ini hanya untuk meninggalkan kita sendiri. Yakin Usaha Sampai.