Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBANTUAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA Kd. Winda Pratiwi1, I Wyn. Rinda Suardika2, I Md. Suara3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail : {
[email protected]¹,
[email protected],
[email protected]} Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional berbantuan media visual pada kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 490 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPA dengan menggunakan tes objektif berbentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji-t.Berdasarkan hasil ujit didapat thitung = 3,74 dan ttabel dengan dk = 78 pada taraf signifikansi 5% = 1,99. Dari kriteria pengujian thitung > ttabel = 3,74 > 1,99 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional berbantuan media visual. Rerata hasil belajar IPA kelas eksperimen lebih besar dari siswa kelas kontrol = 76,71 > 70,97. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci: Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), pembelajaran konvensional, media visual, hasil belajar IPA Abstract The aimed of this study was to determine whether there was a significant differences in sains learning outcomes between students who followed Sains Teknologi Masyarakat (STM) model assisted visual media with students who took conventional learning assisted visual media in fifth grade of Sekolah Dasar Gugus I Dalung North Kuta academic year 2013/2014. This study was a quasi experimental research with Nonequivalent Control Group Design. The population of this study were the fifth grade students of Sekolah Dasar Gugus I Dalung North Kuta academic year 2013/2014 which consisted of 490 students. The samples of this study were determined by means of random sampling technique.The data taken from the result of the sains learning process were collected by multiple choice. The data were analyzed by using t-test. Based on the result of the t-test was found tobs = 3,74 and ttab with degrees of freedom 78 with significance level of 5% = 1,99. From the criteria of examination was tobs > ttab = 3,74 >
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 1,99 so that Ho was rejected and Ha was accepted.The result of study showed that the significant differences in sains learning outcomes between students who followed Sains Teknologi Masyarakat (STM) model assisted visual media with students who took conventional learning assisted visual media.The average scores of sains learning in experiment class more than control class = 76,71 > 70,97. Based on these results it can be concluded that the Sains Teknologi Masyarakat (STM) model assisted visual media influenced the sains learning outcomes of the fifth grade students of Sekolah Dasar Gugus I Dalung North Kuta Academic Year 2013/2014. Keywords : Sains Teknologi Masyarakat Model, Contextual teaching and learning, visual media, sains learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia. Pentingnya pendidikan telah disadari sepenuhnya oleh pemerintah sehingga pemerintah mengeluarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai Sistem Pendidikan Nasional. UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa , dan negara (Iru, 2012: 2). Berdasarkan bunyi UndangUndang tersebut berarti proses pendidikan disekolah bukanlah proses yang dilaksanakan asal-asalan tetapi proses yang memiliki tujuan dan dalam pelaksanaanya mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Pendidikan dasar memiliki peran sangat penting untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Proses pembelajaran di sekolah dasar tidak hanya mengajarkan anak untuk menerima informasi melainkan juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi masyarakat. Pendidikan IPA merupakan salah satu pelajaran yang memiliki banyak nilai. Nilai yang dimaksud disini adalah sesuatu yang diaggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Nilai-nilai yang terdapat
dalam IPA di antaranya yaitu nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-budayaekonomi-politik, nilai kependidikan, dan nilai keagamaan. Menurut H.W Fowler (dalam Trianto, 2011:136) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sementara itu , menurut Laksmi Prihantoro IPA merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan, sekumpulan konsep , dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahiran teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan (Trianto, 2011: 137). Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah sekumpulan pengetahuan mengenai gejala-gejala alam yang berkembang melalui pengamatan yang nantinya dapat menciptakan suatu teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pembelajaran di SD sehingga siswa diharapkan mampu memiliki pemahaman yang baik mengenai materi-materi IPA yang telah diajarkan. Namun sangat disayangkan banyak siswa yang menganggap pelajaran IPA sulit untuk dipahami. Hal ini terjadi karena karakteristik siswa yang beragam seperti gaya belajar dan minat siswa yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) berbeda dan juga dari faktor guru yang mengajar. Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas V SD Gugus I Dalung khususnya pada mata pelajaran IPA ditemukan bahwa hasil belajar siswa rendah karena guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru lebih dominan memberikan informasi dan pemberian tugas sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Selama ini guru kurang inovatif dalam mengemas pembelajaran IPA. Alangkah baiknya jika guru membuat suatu inovasi baru dengan cara menggunakan berbagai metode-metode seperti diskusi dan eksperimen serta dikombinasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dalam kegiatan pembelajaran IPA. Agar proses pembelajaran IPA dapat menarik minat siswa dan dapat menciptakan suasana baru dalam pembelajaran tidak ada salahnya diperlukan penerapan suatu model pembelajaran lain salah satunya adalah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang nantinya akan memperkenalkan siswa dengan masalahmasalah yang ada dilingkungan masyarakat sehingga proses pembelajaran dapat menjadi bermakna. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan suatu model pembelajaran yang mengaitkan antara sains dan teknologi serta pemanfaatannya bagi masyarakat luas. Adapun tujuan dari model pembelajaran ini yaitu untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Teori belajar yang mendasari model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah teori belajar konstruktivisme. Filosofi konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan seseorang tidak dapat dipindahkan begitu saja, melainkan perlu dibangun sendiri oleh siswa dengan cara mengaitkan dengan pengetahuan awal yang sudah mereka miliki dalam struktur kognitifnya (Muslichach, 2006:27). Menerapkan konstruktivisme dalam
pembelajaran berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam keseluruhan program pembelajaran. Pertanyaanpertanyaan yang muncul digunakan sebagai dasar diskusi, investigasi, dan kegiatan kelas/laboratorium (Putra, 2013:148). Adapun empat tahap strategi dalam pembelajaran dengan memperhatikan konstruktivisme yaitu (a) invitasi yang meliputi hal yang menarik disekitar dan mengajukan pertanyaan, (b) eksplorasi yang meliputi saran alternatif yang sesuai dengan informasi yang akan dicari, mengobservasi fenomena khusus, mengumpulkan data, pemecahan masalah, dan analisis data, (c) pengajuan penjelasan dan solusi yang meliputi penyampaian gagasan, menyusun model, membuat penjelasan baru, membuat solusi, sekaligus memadukan solusi dengan teori dan pengalaman, (d) menentukan langkah yang meliputi membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagi informasi dan gagasan, sekaligus mengajukan pertanyaan lanjutan yaitu membuat saran kegiatan positif baik individu maupun masyarakat (Putra, 2013:149). Dengan penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan kognitif, keterampilan afektif dan keterampilan psikomotor. Selain itu dengan menerapkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) siswa dapat mengaitkan kegunaan sains dalam kehidupan seharihari melalui berbagai produk teknologi sehingga siswa akan merasa bahwa konsep-konsep sains bermanfaat untuk dipelajari, dan tidak hanya hafalan belaka (Poedjiadi, 2005: 123). Adapun beberapa keunggulan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu siswa memiliki kreativitas yang lebih tinggi, kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan lebih besar, lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari untuk kebutuhan masyarakat, dan memiliki kecenderungan untuk mau
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) berpartisipasi dalam kegiatan menyelesaikan masalah di lingkungannya (Poedjiadi, 2005:137). Selain pemilihan model pembelajaran yang sesuai, penggunaan media pembelajaran yang tepat sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran juga memiliki peranan penting. Media yang digunakan harus mampu menggambarkan dan membantu siswa memahami materi yang disampaikan guru. Menurut Hamidjojo media adalah “semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan sampai kepada penerima yang dituju”. Pendapat lain menyatakan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Arsyad, 2011:3). Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang dapat menyampaikan atau menghantarkan tujuan-tujuan pembelajaran. Media dikatagorikan ke dalam banyak jenis, salah satunya adalah media visual. Media visual memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Media visual cocok untuk diaplikasikan dalam pembelajaran IPA karena dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Media visual yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media gambar dan power point. Media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat mengaitkan hubungan antara isi materi pelajaran sesuai dengan dunia nyata (Arsyad, 2011:91). Pengaplikasian model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dalam pembelajaran IPA dapat memotivasi siswa sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual memberikan pengaruh positif pada siswa dan menjadikan siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran sehingga hasil belajar IPA dapat menjadi lebih baik. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasista Dewi (2012) pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Batununggul, Nusa Penida. Hasil analisis data menunjukkan respon siswa terhadap implementasi model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran IPA berkategori positif. Berdasarkan paparan yang dikemukakan maka dilakukanlah penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbantuan Media Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung KutaUtara Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.” Adapun beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran konvensional berbantuan media visual di SD Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. (2) untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual di SD Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. (3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berbantuan media visual di SD Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimen Semu). Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku objek penelitian sangat terbatas terutama ketika siswa berada di luar sekolah (rumah), peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi obyek penelitian terhadap
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) perlakuan secara pasti atau dapat dikatakan bahwa peneliti tidak bermaksud dan tidak memiliki kemampuan untuk mengubah kelas dan kondisi yang sudah ada. Desain eksperimen semu yang digunakan adalah noneqivalent control group design atau sering dikenal dengan intac group (Emzir, 2007:102). Dalam noneqivalent control group design terdapat dua kelompok yang dipilih, salah satu sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal kedua kelompok tersebut. Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan pelaksanaan yaitu tahap persiapan eksperimen, tahap pelaksanaan eksperrimen, dan tahap akhir eksperimen. Pada tahap awal kegiatan yang dilakukan yaitu; (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum, silabus, dan model pembelajaran yang akan digunakan, (2) menyusun instrumen penilaian berupat tes pilihan ganda pada ranah kognitif untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa yang akan diberikan di awal penelitian (pre-test) dan di akhir penelitian (post-test), (3) Mengadakan validitas instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPA. Pada saat pelaksanaan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan yaitu: (1) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia dengan cara memberikan pre-test terhadap sampel yang ada (2) untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan cara mengundi (3) melaksanakan penelitian yaitu memberikan treatment (perlakuan) pada kelas eksperimen berupa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional berbantuan media visual. Treatment (perlakuan) akan dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan. Pada tahap akhir eksperimen langkah-langkah yang dilakukan adalah memberikan post-test
pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupuan kelompok kontrol. Secara umum populasi adalah seluruh individu atau unit atau peristiwa yang ditetapkan sebagai objek penelitian. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 13 kelas. Setelah menentukan populasi langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau sifat yang sama dengan populasinya. Darmadi (2011:14) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian Pada pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelum dilakukan penelitian. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti. Hal ini untuk menghindari kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Dalam penelitian ini, setiap kelas memperoleh hak yang sama untuk dapat dipilih menjadi sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling dengan cara mengundi. Pengundian yang dilakukan adalah mengundi kelas bukan individu. Siswa kelas VB SD 1 Dalung dan siswa kelas VA SD 2 Dalung merupakan dua kelompok yang terpilih menjadi sampel. Fokus objek pada penelitian ini adalah variabel. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:60). Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas sering disebut sebagai variabel independen. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2012:61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual. Variabel terikat disebut sebagai variabel dependen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar IPA. Instrumen penelitian merupakan alatalat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Suatu instrumen dikatakan memiliki kualitas yang baik jika memenuhi dua hal yaitu ketepatan dan ketetapan. Dalam penelitian ini data yang diperlukan yaitu data hasil belajar IPA siswa kelas V melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual. Perangkat yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tes yang digunakan untuk mengumpulkan hasil belajar IPA yaitu tes objektif dengan jenis pilihan ganda. Penskoran yang benar mendapat nilai 1 dan yang salah mendapat nilai 0. Dengan menggunakan tes objektif dengan jenis pilihan ganda dapat mencakup materi pembelajaran yang lebih luas dan dapat mendeteksi para siswa apakah sudah menguasai materi pembelajaran yang telah diberikan selama ini ( Sukardi, 2008:119). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda. Sudjana (1989: 48) menyatakan bahwa bentuk soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas: steam (pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan), option (sejumlah pilihan
atau alternatif jawaban), kunci (jawaban yang benar atau paling tepat), distractor atau pengecoh (jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban). Tes ini diberikan setelah dilakukan treatment pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir perlakuan yang digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Instrumen penelitian kemudian di uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Uji prasyarat yang digunakan yaitu uji normalitas dengan rumus Chi Kuadrat dan uji homogenitas dengan uji F (Fisher). Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu hipotesis nol (HO) yang berbunyi ” tidak terdapat perbedaan signifikan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berbantuan media visual”. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian treatment dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan baik di kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Di akhir penelitian, seluruh siswa pada kelompok kontrol diberikan post-test (tes akhir) untuk memperoleh data hasil belajar IPA. Dari hasil post-test diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 70,97 dengan perolehan nilai minimum sebesar 60 dan nilai maksimum sebesar 83,3. Berdasarkan hasil analisis bahwa terdapat 11 siswa atau 27,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 29 siswa atau 72,5 % siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori baik. Dari hasil post-test diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 76,71 dengan perolehan nilai minimum sebesar 66,6 dan nilai maksimum sebesar 90. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 26 siswa atau 65% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 14 siswa atau 35%
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik. Dari perolehan hasil belajar pada kedua kelompok dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang awalnya memiliki kemampuan setara setelah diberikan treatment yang berbeda perolehan hasil belajar mengalami perbedaan. Hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelompok kontrol.
Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPA yang meliputi data kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dan kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional berbantuan media visual. Jumlah kelompok eksperimen adalah 40 orang dan kelompok kontrol berjumlah 40 orang. Uji homogenitas untuk kedua kelas dalam penelitian ini menggunakan uji F (Fisher). Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan Sebelum dilakukan uji hipotesis untuk pembilang n1 – 1 (40 – 1) dan derajat dengan menggunakan analisis uji-t, terlebih kebebasan untuk penyebut n2 – 2 (40 – 2). dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf uji normalitas data dan uji homogenitas signifikansi 5% dengan dk (39,39) diperoleh varians. Untuk pengujian normalitas hasil Ftabel = 2,22, sedangkan dari hasil dilakukan dengan menggunakan analisis perhitungan diperoleh Fhitung = 1,32. Ini Chi-Square dengan taraf signifikansi 5 % menunjukkan Fhitung < Ftabel sehingga varians dan derajat kebebasan (dk) = k-1. Dari hasil data hasil belajar IPA antara kelas analisis data terlihat bahwa harga eksperimen dan kelas kontrol adalah sama x2hitungyang diperoleh dari kelompok atau homogen. eksperimen adalah 2,83. Harga tersebut Hipotesis yang diuji dalam penelitian kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel ini adalah hipotesis nol (Ho) yang berbunyi: dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% ““tidak terdapat perbedaan signifikan hasil sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, belajar IPA siswa yang mengikuti karena x2hitung<x2tabel (2,83 < 11,07) maka Ho pembelajaran dengan model Sains diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan data hasil belajar IPA kelompok eksperimen media visual dengan siswa yang mengikuti berdistribusi normal. Dari hasil analisis data pembelajaran konvensional berbantuan pada kelompok kontrol diperoleh harga media visual”. Adapun kriteria pengujiannya x2hitung adalah 4,77. Harga tersebut adalah apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf karena x2hitung<x2tabel (4,77 < 11.07) maka Ho signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran kepercayaan 95%. Hasil analisis uji data hasil belajar IPA kelompok kontrol hipotesis hasil belajar IPA dapat dilihat pada berdistribusi normal. tabel 1. Tabel 1 Hasil Analisis Uji Hipotesis No
Sampel
N
1
Kelompok eksperimen
40
Dk 76,71
Kelompok kontrol
40
70,97
ttabel
3,74
1,99
54,26
78 2
thitung
40,99
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 3,74. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel. Harga ttabel diperoleh dari tabel nilai-nilai dalam distribusi t dengan dk = 40 + 40– 2 = 78 dan taraf signifikansi 5% . Bersadarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi t diperoleh harga ttabel sebesar 1,99 karena thitung>ttabel (3,74 > 1,99) maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berbantuan media visual. Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel, berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berbantuan media visual di Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 pada taraf signifikansi 5% diterima. Hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelompok kontrol. Perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan oleh adanya perbedaan treatment yang diberikan pada kedua kelompok saat pembelajaran IPA berlangsung. Model pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen memiliki banyak keunggulan. Poedjiadi (2005:137) mengemukakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual memiliki beberapa keunggulan yaitu siswa memiliki kreativitas yang lebih tinggi, minat belajar yang meningkat karena disajikan media gambar yang menarik, kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan lebih besar, lebih mudah mengaplikasikan konsepkonsep yang dipelajari untuk kebutuhan masyarakat, dan memiliki kecenderungan
untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan menyelesaikan masalah di lingkungannya. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang terjadi selama pembelajaran IPA yang berlangsung di kelompok kontrol. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah materi kepada siswa yang diselingi dengan sedikit tanya jawab kemudian diikuti dengan pemberian tugas. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, kesempatan untuk bekerjasama dengan teman sebaya, serta memecahkan masalah yang ditemui. Pembelajaran seperti ini, membuat siswa merasa bosan dan jenuh sehingga sulit untuk memahami materi pelajaran sehingga mempengaruhi hasil belajar. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Herawati (2013) yang menyatakan bahwa “respon siswa kelas V SD N 2 Lalanglinggah, Tabanan terhadap implementasi model pembelajaran STM dalam pembelajaran IPA berkategori positif dan siswa menyatakan senang belajar IPA dengan model pembelajaran STM.” SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut. Hasil belajar IPA siswa kelas VA SD 2 Dalung yang merupakan kelompok kontrol, diketahui bahwa terdapat 11 siswa atau 27,5% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 29 siswa atau 72,5 % siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensioal berbantuan media visual memperoleh hasil belajar dengan kategori baik. Hasil Belajar IPA siswa kelas VB SD 1 Dalung yang merupakan kelompok eksperimen, diketahui bahwa terdapat 26 siswa atau 65% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 14 siswa atau 35% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik. Hal ini
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) menunjukkan bahwa kecenderungan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar IPA menunjukkan bahwa rata-rata siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol (76,71 > 70,97). Berdasarkan analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 3,74 dan ttabel dengan dk 40 + 40 – 2 = 78 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,99 karena thitung > ttabel (3,74 > 1,99), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berbantuan media visual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Dalung Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu: bagi guru, melihat hasil penelitian yang positif pada pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual ini, hendaknya model pembelajaran ini menjadi suatu inovasi yang dapat dikembangkan dalam membelajarkan siswa pada mata pelajaran IPA sehingga menciptakan pelajaran IPA yang aktif,,kreaktif, dan menyenangkan bagi siswa. Bagi sekolah, sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal untuk menunjang pembelajaran agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa
sehingga mutu sekolah menjadi semakin meningkat. Bagi peneliti lain, dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media visual, pada materi pembelajaran yang berbeda pada sumber data/sampel yang berbeda khususnya pada pelajaran IPA sehingga hasil penelitian benar-benar dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A Gede. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. _______________. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas. Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Iru,
La. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Munawar, Indra. 2009. “Definisi Hasil Belajar”. Tersedia pada http://indramunawar.blogspot.com/200 9/06/hasil-belajar-penegrtian-dan definisi.html (diakses tanggal 13 Desember 2013). Muslichach, Asy’ari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Jakarta: Depdiknas.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrtuktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka. _____. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana.
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Remaja Rosdakarya.
_____. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenagan Kependidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
_____. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Putra, Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press.
Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Santyasa, I Wayan. 2007. “Model-Model Pembelajaran Inovatif”. Makalah disajikan dalam Pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas Bagi GuruGuru SMP dan SMA di Nusa Penida, Fakultas Pendidikan MIPA Undiksha, Nusa Penida 29 Juni-1 Juli 2007.
Widyanto, Putu. 2011. “Pembelajaran Konvensional”. Tersedia pada http://putuwidyanto.wordpress.com/20 11/01/14/pembelajaran-konvensional/ (diakses tanggal 14 Desember 2013).
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA. ________. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Winarsunu, Tulus. 2006. Statistik dalam Penelitian Psikolagi dan Pendidikan. Malang:Universitas Muhamadiyah Malang. Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.