1
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBASIS IMTAQ PADA KONSEP EKOSISTEM (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Daya Utama) Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
SKRIPSI
FERI WAHYUNI NIM : 104016100403
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBASIS IMTAQ PADA KONSEP EKOSISTEM (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Daya Utama Bekasi) Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I
(Dr. Zulfiani, S.Si, M.Pd) NIP : 150368741
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009
3
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Feri Wahyuni
NIM
: 104016100403
Jurusan/Semester
: Pendidikan IPA (Biologi)/X
Angkata Tahun
: 2004
Alamat
: Jl.Tenggilis Rt 02/Rw 09 Kel. Mustika Jaya Bekasi Timur
Menyatakan dengan sesungguhnya
Bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq pada Konsep Ekosistem”, adalah benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan: Nama
: Dr. Zulfiani, S.Si, M.Pd
NIP
: 150368741
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri.
Jakarta, 6 Juli 2009 yang menyatakan,
Feri Wahyuni
4
ABSTRACT
Feri Wahyuni, Improving Value the study in The Biodiversity of Concept Ecosystem on Religious Value with Science, Technology, and Society Approachment (Class Action Research in Daya Utama Senior High School). Biological Department. Faculty of Tarbiyah and Teachers Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. He purpose of this class room action research is to improve value the study in the biodiversity of concept base on Imtaq Value with science, technology, and society approachment. The subject of research is the students of X-1 Grade Daya Utama Senior High School Bekasi. The treatment of the research is given science learning by using science technology an society approachment. The learning achievement data colleted by using cognitif test method and through science learning by using observation and questionnaire method. By using quantitative and qualitative analysis. The writer found some results: 1) The data analysis by using N-Gain at the first siclus is 0,50, it is a medium category. In the other hand, at second siclus N-Gain Score better than the first siclus. It is 0,6 include medium category. The t-test data obtained thitung point is 3,3 and ttabel point is 2,014 at the significance level. It mean that 3,3 thitung is more higher than 2,014 ttabel, or thitung > ttabel. Based on the explanation above, the writer concluded that Ha is accepted and Ho is refused. The fact showed that there is a students significance difference in improving value the study at the first siclus and second siclus. 2) The science learning by using sains technology and society approachment can improve value the study of students. 3) Student response about biodiversity concept base on religious value is positive action. Keywords: value the study, science, technology and society approachment
5
ABSTRAK
Feri Wahyuni, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq mela pada Konsep Ekosistem), (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Daya Utama), Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep Ekosistem melalui model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Daya Utama Bekasi. Intervensi tindakan (perlakuan) berupa pembelajaran IPA dengan pendekatan STM (sains, teknologi dan masyarakat). Data yang diambil berupa data hasil belajar dikumpulkan menggunakan metode tes objektif dan respon siswa tentang penyisipan nilai imtak dengan metode kuesioner. Dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif, ditemukan: 1) analisis data menggunakan N-Gain diperoleh skor N Gain untuk siklus I sebesar 0,50 berada pada kategori sedang. Sedangkan pada siklus II skor N Gain lebih baik dari siklus I yaitu 0,60 berada pada kategori sedang. Uji t data hasil perhitungan rata-rata N Gain Siklus I dan II diperoleh nilai thitung sebesar 3,3 dan nilai ttabel sebesar 2,014 pada taraf signifikansi 0,05 (5%), jadi thitung 3,3 lebih besar dari ttabel 2,014 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan hasil belajar biologi siswa di siklus I dan siklus II. 2) Proses pembelajaran IPA dengan pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. 3) Respon siswa mengenai konsep ekosistem yang bernuansa nilai imtak bersikap positif. Kata kunci : hasil belajar, pendekatan sains, teknologi dan masyarakat
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa mengharapkan keikhlasan, pengampunan, rahmat, dan cinta-Nya, terucap oleh lisan dan berupaya terimplementasi dalam perbuatan
sebagai
perwujudan
atas
beragam
nikmat-Nya
yang
masih
dipercayakan pada hamba-hamba-Nya. Salawat teriring salam kepada Baginda Rosulullah SAW pembawa dari peradapan dari kegelapan menuju cahaya yang terang salam pun kami curahkan kepada keluarga, sahabat-sahabat-Nya. Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq pada Konsep Ekosistem” ini dapat diselesaikan oleh penulis. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terim kasih, penghargaan serta rasa hormat kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M. Pd selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA. 4. Ibu Dr. Zulfiani, S.Si, M.Pd selaku Pembimbing yang telah memberikan masukan serta bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Mama terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, serta kasih sayangnya yang telah diberikan selama ini serta adikku Mela dan Adi yang selalu memberikan semangat dan perhatiannya selama ini. 6. Suamiku yang selalu memberikan motivasi, doa serta kasih sayangnya. 7. Kepala Sekolah, guru dan staf di SMA Daya Utama khususnya untuk Ibu Sri selaku guru biologi terima kasih atas bantuannya selama ini. 8. Segenap pimpinan dan karyawan/karyawati perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
9. Teman-teman sekaligus saudaraku dalam kelompok Adnin Azzahra, mba Eva serta teman-teman angkatan 2003, 2004, 2005 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. 10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena adanya keterbatasan kemampuan penulis sehingga diperlukan proses belajar yang lebih baik lagi, namun penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait.
Jakarta, 6 Juli 2009
(Penulis)
8
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK …………………………………………………………………….. i KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iii DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. v DAFTAR TABEL …………………………………………………………… viii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… ix DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. x BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………. 4 C. Pembatasan Masalah …………………………………………………… 4 D. Perumusan Masalah …………………………………………………….. 5 E. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 5 F. Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 5
BAB II KAJIAN TEORITIS ………………………………………………… 6 A. Kajian Teori …………………………………………………………….. 6 1. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar ………………………………….. 6 2. Nilai-nilai Imtaq …………………………………………………….. 7 3. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ………………… 11 4. Penelitian Tindakan Kelas ………………………………………….. 14 a. Pengertian Penelitian Tindakan ………………………………… 14 b. Karakteristik Penelitian Tindakan ……………………………… 15
9
c. Empat Langkah Penting dalam Penelitian Tindakan …………... 16 d. Beberapa Model Penelitian Tindakan …………………………. 16 B. Kerangka Berpikir ……………………………………………………... 18 C. Hipotesis Penelitian Tindakan …………………………………………. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 20 A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………….… 20 B. Tujuan Penelitian ………………………………………………….….. 20 C. Metode Penelitian ………………………………………………….….. 20 D. Populasi dan Sampel ………………………………………………..…. 20 E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….….… 20 F. Instrumen Penelitian …………………………………………………… 21 1. Validitas dan Reliabilitas …………………………………………. 22 2. Uji Taraf Kesukaran ………………………………………………. 22 3. Daya Pembeda Soal ……………………………………………….. 23 G. Teknik Analisis Data ………………………………………………….. 24 H. Indikator Keberhasilan ………………………………………………… 25 I. Prosedur Penelitian …………………………………………………….. 25 1. Setting Penelitian …………………………………………………... 25 2. Persiapan Penelitian ……………………………………………….. 26 3. Siklus I ……………………………………………………………... 26 4. Siklus II …………………………………………………………….. 28
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….. 30 A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/ Hasil Intervensi Tindakan ………… 30 B. Pemeriksaan Keabsahan Data ………………………………………….. 32 C. Analisis Data …………………………………………………………… 33 D. Interpretasi Hasil Analisis ……………………………………………… 49 E. Pembahasan Temuan Penelitian ……………………………………….. 59 F. Keterbatasan dalam Penelitian …………………………………………. 60
BAB V PENUTUP …………………………………………………………… 61 A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 61 B. Saran …………………………………………………………………… 62
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 63 LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
1. Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II .......................................................... 31 2. Siswa yang Mencapai KKM ..................................................................................... 35 3. Siklus I ...................................................................................................................... 36 4. Siklus II .................................................................................................................... 37 5. Rekapitulasi Skor Rata-rata Pretes, Postes, dan N Gain ........................................... 37 6. Hasil Perhitungan Normalitas dengan Uji Liliefors.................................................. 39 7. Pengujian Hipotesis Uji t N-Gain ............................................................................. 39 8. Lembar Observasi Guru pada Siklus I ...................................................................... 40 9. Lembar Observasi Guru pada Siklus II..................................................................... 43 10. Persentase Respon Siswa Terhadap Pembelajaran STM ......................................... 45 11. Persentase Nilai Religius yang Terkandung pada materi ekosistem......................... 47 12. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus I ................................................................... 50 13. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus II .................................................................. 56
12
DAFTAR GAMBAR
1. Bagan Penelitian Tindakan Model Ebbut ....................................................... 17 2. Bagan Penelitian Tindakan Model Elliot........................................................ 17 3. Bagan Penelitian Tindakan Model Mckernan................................................. 17 4. Bagan Kerangka Berpikir................................................................................ 19
13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Bagan Siklus I dan Siklus II pada Model Pembelajaran STM ……………. 66 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ……………………………………... 67 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II …………………………………….. 70 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III …………………………………… 77 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV……………………………………. 84 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran V ……………………………………. 87 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran VI …………………………………… 91 8. Instrumen Tes Ekosistem Siklus I ………………………………………… 94 9. Kunci Jawaban Tes Ekosistem Siklus I …………………………………... 100 10. Lembar Kerja siswa (LKS) Tentang Ekosistem ………………………….. 101 11. Instrumen Tes Ekosistem Siklus II ……………………………………….. 103 12. Kunci Jawaban Tes Ekosistem Siklus II ………………………………….. 104 13. Lembar Observasi Guru …………….…………………………………….. 105 14. Lampiran Format Observasi Siswa ………………………………………. 107 15. Persepsi Siswa Tentang Nilai-nilai yang Terkandung dalam Konsep Ekosistem ……………………………………………………………………………. 109 16. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran STM ……………………………. 111 17. Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) Siklus I ……………………… 112 18. Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) Siklus II …………………….. 114 19. Pengujian Hipotesis Uji t N-Gain …………………………………………116 20. Kisi-kisi Soal Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Belajar Biologi Siklus I ……………………………………………………………………………. 117 21. Reliabilitas Tes Instrumen Siklus I ……………………………………… 122 22. Daya Pembeda Instrumen Siklus I ………………………………………. 128 23. Tingkat Kesukaran Instrumen Siklus I …………………………………... 130 24. Kualitas Pengecoh Instrumen Siklus I …………………………………… 132 25. Validitas Instrumen Siklus I ……………………………………………… 26. Reliabilitas Instrumen Siklus II ………………………………………….. 27. Daya Pembeda Instrumen Siklus II ………………………………………
14
28. Tingkat Kesukaran Instrumen Siklus II …………………………………. 29. Kualitas Pengecoh Instrumen Siklus II …………………………………. 30. Validitas Instrumen Siklus II ……………………………………………. 31. Lembar Uji Referensi ……………………………………………………. 32. Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ………………………………. 33. Surat Bimbingan Skripsi …………………………………………………
15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Jika mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut jelas sekali bahwa peran nilai-nilai agama menjadi sangat penting dalam setiap proses pendidikan yang terjadi di sekolah. Karena terbentuknya manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia tidak mungkin terbentuk tanpa peran dari agama.2 Peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional tersebut bisa dilakukan oleh guru dengan cara mengkaitkan nilai-nilai imtaq dan iptek ke dalam materi pembelajaran tanpa mengubah kurikulum yang telah ada. Metode ceramah dan diskusi adalah metode yang sering digunakan oleh guru biologi SMA Daya Utama dalam mengajar. Pada metode ceramah, sumber informasi dan pengetahuan terfokus pada guru, kurangnya model pembelajaran yang sesuai terhadap materi yang disampaikan menyebabkan kurangnya informasi yang diterima siswa. Jika model pembelajaran ini terus dibiarkan maka akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa yang merupakan hasil dari tahapan pembelajaran kognitif, kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh siswa yang merupakan hasil dari tahapan pembelajaran motorik dan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah yang merupakan cakupan tahapan pembelajaran emosional. Selain itu, tanpa disadari siswa akan terbiasa
1
Agus Wasisto Dwi DDW, Pembelajaran Biologi yang Berbasis IMTAQ dengan pendekatan Integratif (Science, Enviorenment, Society, Technology and Religion). (Jakarta:2007) 2 Ibid, hal. 1
16
dengan pola pikir yang konvergen artinya dalam menyelesaikan suatu masalah siswa hanya berpedoman pada apa yang telah diberikan oleh gurunya. Hasil observasi yang penulis temukan juga bahwa meskipun SMA Daya Utama memiliki predikat sebagai sekolah Islam terpadu namun pada kenyataannya pembinaan imtaq siswa belum dapat dikatakan optimal. Pembinaan imtaq hanya diandalkan pada bidang studi agama islam dan belum diterapkan atau diintegrasikan pada semua bidang studi contohnya biologi. Kurangnya pembinaan terhadap Imtaq siswa pada bidang sains biologi terutama lingkungan menyebabkan kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan (membuang sampah sembarangan) yang merupakan salah satu bukti sikap ketidakpedulian siswa terhadap pelestarian lingkungan sekolah yang perlu dijaga sebagai bukti keimanan dan ketakwaan terhadap salah satu ciptaan Allah SWT yang perlu dijaga kelestarian-Nya. Berdasarkan
kenyataan
tersebut
maka
diperlukan
suatu
model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mencakup kognitif, motorik, emosional dan Imtaq. Pada pendekatan pembelajaran integratif yang penulis gunakan dalam pembelajaran ekosistem disini merupakan modifikasi dari model pembelajaran STM yang ditambah dengan sudut pandang agama (Religion), yang penulis gunakan dalam pembelajaran ini adalah sudut pandangan dari agama Islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah Rosul. Model pembelajaran (STM) berbasis Imtaq ini merupakan usaha untuk menjadikan lulusan pendidikan setidaknya tahu tentang atau bahkan menyukai Science dan Technology, perkembangan serta implikasinya terhadap lingkungan, masyarakat, peningkatan keimanan dan ketaqwaan. Pada dasarnya pemikiran STM berbasis Imtaq adalah pemikiran yang mendalam tentang keberadaan satu bumi untuk semua, sehingga perhatian utama ditumpukan pada penjagaan pelestarian alam untuk menjamin kestabilan hidup serta keanekaragaman makhluk yang berada di bumi sebagai karunia Allah SWT yang perlu dijaga dan disyukuri bagai umat manusia. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran STM berbasis Imtaq pada pembelajaran biologi dapat diawali dengan mengangkat isu-isu yang
17
sedang berkembang di masyarakat atau kejadian yang terjadi di lingkungan sebagai dampak kemajuan di bidang teknologi, selanjutnya dihubungkan dengan sains sebagai materi yang akan diajarkan. Siswa akan dilibatkan secara langsung dan bahkan siswa yang akan mencari masalah yang timbul dari lingkungan maupun masyarakat, kemudian menganalisis sebab dan akibatnya dari sudut pandang sains dan religi, serta menyimpulkannya sendiri masalah tersebut. Peran guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran STM berbasis Imtaq ini diharapkan tidak lagi sebagai sumber informasi, tetapi dapat sebagai fasilitator ataupun motivator bagi para siswa. Guru juga berusaha untuk menyisipkan nilai Imtaq pada materi yang disampaikan sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang ilmu sains semata namun suatu pengetahuan ilmu sains yang dilandasi dengan nilai-nilai religi di dalamnya, selain itu siswa diharapkan dapat memiliki sikap positif terhadap lingkungan yang merupakan
anugerah Allah
SWT
yang
perlu
dijaga
dan
dilestarikan
keberadaannya. Model pembelajaran STM berbasis Imtaq ini memungkinkan siswa berbagi pengetahuan untuk saling bertukar informasi. Informasi dan buah pikiran dari hasil diskusi tersebut akhirnya akan terbangun menjadi sebuah konsep. Konsep tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan biologi dan religi. Secara umum dapat dikatakan bahwa model pembelajaran STM berbasis Imtaq memiliki makna pengajaran sains yang dikaitkan dengan unsur lain dalam STM berbasis Imtaq, yaitu Teknologi, masyarakat dan nilai-nilai yang ada pada agama, yang masing-masing unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan saling berkaitan. Dari permasalahan tersebut peneliti memilih judul penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq pada Konsep Ekosistem”
18
B. Identifikasi Masalah Dalam latar belakang telah dikemukakan bahwa peranan nuansa imtaq sangat penting dalam setiap proses pendidikan yang terjadi di sekolah dimana hal tersebut akan kita lihat dalam penelitian upaya meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq pada konsep ekosistem. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Strategi apakah yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa? 2. Bagaimanakah merancang proses belajar mengajar biologi dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq pada konsep ekosistem? 3. Bagaimana memperbaiki proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq? 4. Bagaimana meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq?
C. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi pada masalah : 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq pada materi ekosistem. 2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA semester II tahun ajaran 20092010. 3. Pengusaan konsep yang diajarkan adalah ekosistem, pada kelas X IPA semester II. 4. Model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Mc Kernan.
19
D. Perumusan Masalah Berbagai masalah yang ditemukan di lapangan dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa?”
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peranan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Bagi siswa dapat lebih termotivasi untuk lebih menyenangi pembelajaran biologi, selain itu diharapkan agar siswa menjadi warga masyarakat yang mempunyai literasi sains yang memadai sehingga mereka mampu memecahkan masalah-masalah yang dialami sehari-hari. 2. Bagi guru dapat dijadikan sebagai perbaikan metode belajar dan pada akhirnya khususnya guru bidang studi biologi sebagai bahan informasi dalam menentukan pendekatan yang digunakan pada proses belajar mengajar pada konsep lingkungan demi terwujudnya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan acuan untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang baik.
20
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teori 1. Hakekat belajar dan Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya dan berlangsung seumur hidup, sejak kita masih bayi hingga ke liang lahat nanti, seperti sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
Artinya : “ Belajarlah (carilah ilmu) dari buaian hingga ke liang lahat. Berdasarkan hadist tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dimulai dari bayi, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Salah satu bukti bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Sedangkan menurut Ahmad Sabri, belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.3 Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), atau yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).4 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakkan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d)
3
Ahmad Sabri. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. (Jakarta: Quantum Teaching, 2005). 4 Eva Kurniawati. Perbandingan Pemanfaatan Media Spesimen dan Media Gambar Terhadap Penguasaan Konsep Struktur Tubuh Pada Jamur. (Jakarta:Skripsi, 2007).
21
keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.5 Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Kemudian belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disengaja pada diri seseorang yang disebabkan oleh adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Belajar yang berhasil adalah jika terjadi suatu perubahan yang optimal dari tingkah laku dalam bentuk prestasi belajar yang meliputi penguasaan, penggunaan, penilaian, dan keterampilan seseorang akan belajar jika tingkah lakunya telah berubah, sebagai akibat dari pengalamannya. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat relatif tetap dan bukan secara kebetulan atau karena pengaruh keadaan sekitarnya. Belajar biologi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengungkap rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang disengaja, berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam mengungkap rahasia-rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Hasil belajar tersebut dapat digunakan untuk membuat suatu kesimpulan tentang aspek-aspek tertentu dari suatu kepribadian seperti sikap, bakat, prestasi akademik dan sebagainya.6
2. Nilai-nilai Imtaq Pendidikan bersifat futuristik. Orientasi pendidikan adalah kehidupan pada masa yang akan datang. Tidak ada orang yang sekarang demi untuk masa yang sudah lewat. Melalui pendidikan formal (sekolah) dengan berbagai disiplin ilmunya yang sebagai pelaksananya adalah guru, diharapkan dapat mewujudkan 5 6
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung :Remaja Rosdakarya, 1989). Eva Kurniawati, loc. cit
22
tujuan pendidikan nasional tersebut. Guru sebagai pendidik dituntut untuk menanamkan sikap dan nilai yang bersumber dari ajaran-ajaran agama melalui kegiatan belajar mengajar pada setiap pokok bahasan yang diajarkannya. Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki wawasan yang luas baik terhadap materi mata pelajaran yang diasuhnya maupun materi keagamaannya. Sedangkan guru sebagai pelatih dituntut mampu memberikan keterampilan kepada siswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya (Depdikbud, 1991).7 Banyak pakar telah mengembangkan berbagai pendekatan pendidikan nilai. Berbagai pendekatan di antaranya pendekatan penanaman nilai yang di dalamnya terdapat pelaksanaan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Pendekatan penanaman nilai mungkin tidak sesuai dengan alam pendidikan barat yang sangat menjunjung tinggi kebebasan individu. Namun demikian, seperti dijelaskan oleh Superka (1976) disadari atau tidak pendekatan ini digunakan secara meluas dalam berbagai masyarakat, teruatamanya dalam penanaman nilai-nilai agama dan nilainilai budaya. Bagi penganut-penganutnya, agama merupakan ajaran yang memuat nilai-nilai ideal yang bersifat global dan kebenarannya bersifat mutlak. Oleh karena itu, proses pendidikannya harus bertitik tolak dari ajaran atau nilai-nilai tersebut. Seperti dipahami bahwa dalam banyak hal batas-batas kebenaran dalam ajaran agama sudah jelas, pasti, dan harus diimani. Keimanan merupakan dasar penting dalam pendidikan agama. 8 Kata nilai yang berasal dari kata value, berasal dari bahasa valere atau bahasa perancis kuno valoir (Encyclopedia of Real Estate Terms, 2002). Sebatas arti denotifnya, nilai dapat dimaknai sebagai harga. Menurut Mulyana, Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Rujukan itu dapat
7
Ida Bagus Putu Arnyana. Upaya Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) Melalui Pengajaran Biologi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan Pada Siswa Sekolah Menengah. (Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXIII September 2000). 8 Teuku Ramli Zakaria. Pendekatan-pendekatan Nilai dan Implementasi dalam PendidikanBudi Pekerti. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 026, Tahun Ke-6, Oktober 2000).
23
berupa norma, etika, peraturan undang-undang, adat istiadat, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang.9 Nilai menurut Manan adalah serangkaian sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat untuk menghasilkan suatu standar atau serangkaian prinsip dan aktivitas yang dapat diukur.10 Kemudian keimanan dan ketaqwaan (selanjutnya disebut Imtaq) merupakan salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya yang hendak dicapai melalui sistem pendidikan nasional sebagaimana dinyatakan dalam GBHN dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.11 Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan amanat UUD 1945 (amandemen) Pasal 31 ayat (3) yaitu ”Tujuan Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” dan secara tegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa peningkatan Imtaq merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu ”mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan warga warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dimensi Imtaq merupakan bagian yang terpadu dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembinaan Imtaq bukan hanya tugas dari bidang kegiatan atau bidang kajian tertentu secara terpisah, melainkan tugas pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya, sistem pendidikan nasional dan seluruh upaya pendidikan sebagai suatu sistem yang terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manusia yang utuh, yang salah satu cirinya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.12 9
Indra Yenita. Kontruktivisme dalam PembelajaranBahasa Inggris dengan Pengintegrasian Bahasa Inggris dengan Pengintegrasian Nilai Imtaq pada SMP Negeri 1x Koto kelas II. (Jurnal Guru, No. 2 Vol. 2 Desember 2005). 10 Mega Iswari. Pendidikan Nilai untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era-Globalisasi. (Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 1-5 (2, 1-2) 2001-2004). 11 Dedi Supriadi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. (Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2005) 12 Ibid, hal. 122
24
Selanjutnya dalam Visi Depdiknas yang tertuang dalam Rencana Strategis Depdiknas 2005–2009 disebutkan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna)”. Untuk mencapai visi tersebut Depdiknas telah merumuskan misi ”mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif dengan melaksanakan misi pendidikan nasional”. Dalam pengertian ini yang menjadi core (inti) tujuan pendidikan nasional adalah manusia yang beriman dan bertaqwa. Pembelajaran sains bernuansa Imtaq dapat diberikan secara eksplisit ataupun implisit. Pembelajaran sains bernuansa Imtaq secara eksplisit adalah mempelajari sains dengan sistem nilai dan moralnya dikaitkan dengan dalil-dalil ajaran agama, seperti dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang relevan untuk melegitimasinya. Pemberian nuansa Imtaq secara eksplisit dilakukan di sekolah-sekolah yang bersifat homogen, seperti madrasah-madrasah, sehingga dapat menambah keyakinan dan keimanan terhadap ajaran agamanya, serta lebih meyakini kebenaran ilmu yang dipelajarinya. Bertambahnya pemahaman dan penghayatan seseorang terhadap sistem nilai dan moral dari materi pelajaran sains, serta akhirnya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang senantiasa ingat adanya Allah, dalam kehidupannya akan terjaga dari perbuatan nista atau terhindar dari perbuatan yang dimurkai oleh Allah, karena ia meyakini bahwa siksa Allah adalah sangat pedih. Dengan demikian pembelajaran sains bernuansa Imtaq diharapkan dapat menghasilkan generasi yang memiliki wawasan Iptek dan menghayati akan nilainilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya.
13
Keberhasilan siswa yang meningkat sangat dipengaruhi oleh kondisi internal siswa maupun faktor eksternal siswa. Salah satu faktor eksternal yang ikut berpengaruh atas keberhasilan siswa dalam memahami suatu topik pembelajaran yang berasal dari guru adalah kemampuan guru dalam memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga nilai-nilai imtaq bisa mewarnai pembelajaran tersebut. 13
Suroso Adi Yudianto. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. (Bandung : Mughni Sejahtera, 2005).
25
Upaya peningkatan Imtaq siswa tidak hanya merupakan tugas guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) semata-mata, melainkan juga menjadi tugas guru lain serta seluruh warga sekolah lainnya. Bahkan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq ke dalam materi pelajaran yang akan diajarkan oleh pendidik. Kandungan nilai-nilai Imtaq dalam semua mata pelajaran juga harus diajarkan kepada para siswa, bukan hanya sampai kepada aspek pengetahuan dan keterampilannya.14 Untuk ini diperlukan upaya peningkatan kompetensi guru, bukan saja dalam hal penguasaan materi pelajaran, tetapi juga penerapan Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq yang terdapat dalam mata pelajaran Biologi.
3. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. UNESCO memberikan batasan antara sains dan teknologi, bahwa sains tidak identik dengan teknologi, antara satu dengan yang lainnya saling bergantung, tetapi mempunyai aktivitas yang sangat berbeda. Peran sains ialah memberikan pencerahan (enlighten) kepada manusia sedangkan peran teknologi ialah penerapan ilmu pengetahuan untuk membantu manusia. Sains dikatakan sebagai power of investigation dan teknologi merupakan kecakapan kreatif yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.15 Hakekat sains telah dirumuskan dengan berbagai cara. Menurut Conant (1971) mendefinisikan sains sebagai: “Sekumpulan konsep-konsep dan skema konsep yang saling berhubungan yang dikembangkan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi dan bermanfaat untuk eksperimen dan observasi selanjutnya”. Definisi tersebut mengandung dua elemen, yang oleh Kuslan dan Stones (1968) disebut produk dan proses. Produk adalah pengetahuan yang diperoleh sedangkan proses adalah cara memperoleh pengetahuan itu. Sedangkan 14 15
Agus Wasisto Dwi DDW, Loc. cit Made Alit Mariana. Suatu Tinjauan Tentang Hakekat Pendekatan “ Science, Technology, and Society” dalam Pembelajaran Sains. (Buletin Pelangi Pendidikan, Volume 2 No. 1 tahun 1999/2000)
26
Campbell (1953) menyebut produk sebagai a body of knowledge dan proses sebagai metode mendapatkan pengetahuan. Produk di dalam sains meliputi tiga komponen utama: konsep, prinsip, dan teori. Konsep adalah suatu rumusan atau gagasan umum atas suatu fenomena. Contohnya kutub magnet, arus listrik, tanaman, sel, dan bunyi. Prinsip-prinsip ilmiah adalah adalah generalisasi dari beberapa konsep yang saling berhubungan. Contohnya: logam, panas dan memuai. Teori dapat menjelaskan, menghubungkan, dan meramalkan berbagai penemuan percobaan dan pengamatan. Contoh-contoh dari teori adalah: teori evolusi, teori struktur sel, dan teori atom (Carin & Sund, 1989).16 Teknologi merupakan unsur yang ada di dalam STM. Secara etimologi, kata teknologi berasal dari dua kata dari bahasa yunani, yaitu kata techne dan logos. Techne artinya kiat (art) atau kerajinan (craft). Logos artinya kata-kata yang terorganisasi atau wacana ilmiah yang mempunyai makna.17 Sains dan teknologi adalah dua bidang yang saling berkaitan. Pengetahuan ilmiah baru yang ditemukan oleh para ilmuwan seringkali mendorong terciptanya teknologi baru atau modifikasi teknologi lama dengan teori baru ini. Dengan teknologi baru maka terdapat pula kemungkinan mengembangkan alat-alat penelitian yang semakin baik, yang pada gilirannya menjadi alat penemuan pengetahuan ilmiah baru. Dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa dan terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains, serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, maka penyajian materi ajar sains di sekolah hendaknya selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu-isu sosial dan teknologi yang terdapat di masyarakat lokal, regional, dan nasional.18 Sepanjang sejarah, sains dan teknologi telah mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat di berbagai tempat. Interaksi langsung di antara sains-teknologi dan masyarakat yang paling kentara adalah dalam hubungan antara teknologi dengan masyarakat. Gaya hidup setiap kelompok masyarakat sangat dipengaruhi 16
T. Sarkim. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pengajaran Sains. (Widya Dharma:1998) 17 Made Alit Mariana, loc. cit 18 I Wayan Sadia. Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Berwawasan Sains Teknologi Masyarakat. (Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXII September 1999).
27
oleh teknologi yang dipakainya. Penemuan komputer adalah contoh yang sangat jelas untuk mengilustrasikan hubungan itu. Penemuan komputer telah mendorong dikembangkannya sistem manajemen yang berstandar pada penggunaan alat itu. Pengembangan manajemen demikian pada akhirnya juga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak orang-orang yang terlibat di dalamnya.19 Program atau pendekatan STM adalah belajar dan mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman dan kehidupan manusia sehari-hari, dengan fokus isu-isu atau masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat, baik bersifat lokal, regional, nasional, maupun global yang memiliki komponen sains dan teknologi.20 Ciri khusus dari pendekatan STM antara lain : (1) difokuskan dengan isu-isu sosial di masyarakat yang terkait dengan sains dan teknologi; (2) diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi ilmiah; (3) tanggap terhadap karier masa depan dengan mengingat bahwa kita hidup dalam masyarakat yang tergantung pada sains dan teknologi; (4) evalusi belajar ditekankan pada kemampuan siswa dalam memperoleh dan menggunakan informasi ilmiah dalam memecahkan masalah (Hidayat, 1992).21 Adapun tahapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM, diantaranya :22 1. Tahap apersepsi (Inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan diamati oleh siswa. 2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengonstruksi pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimentasi dan diskusi. 3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu menganalisis isu atau masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya. 19
T. Sarkim, loc. cit La Maronta Galib. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 034, Tahun Ke-8, Januari 2002). 21 Ni Ketut Rapi. Pengembangan Literasi Sains dan teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat di SLTP. (Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 1 TH. XXXII Januari 1999). 22 Prayekti. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di kelas 5 SD. (Jakarta : Balitbang Depdiknas, 2002, jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 039 Thn ke-8). 20
28
4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa. 5. Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep. Melalui pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini guru dianggap sebagai fasilitator, dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Menurut Poedjiadi (2000), menghubungkan STM dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :23 1. Sebagai pendekatan dengan mengkaitkan antara sains, teknologi, dengan masyarakat. 2. Sebagai pendekatan dengan menggunakan isu atau masalah pada awal pembelajaran. 3. Membuat program STM dengan skenario tertentu, digunakan sebagai suplemen. Sebagai contoh : ketika seorang guru akan mengajarkan tentang pencemaran lingkungan misalnya tentang pencemaran perairan yang ada di lingkungan sekolah. Dengan menggunakan metode bermain peran, pada akhir pembelajaran siswa dapat mengkaitkan sains, teknologi, dan masyarakat.
4. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) a. Pengertian Penelitian Tindakan Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ialah penelitian yang merupakan paduan antara tindakan (action) dan penelitian (research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Secara umum kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelola oleh guru. Guru sebagai manager kelas dituntut untuk peduli terhadap kualitas pembelajaran di kelasnya. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan standar mengajar di samping mempunyai kualifikasi akademik.24
23
Nuryani. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang :UM Press, 2005) Tatang Suhery. Penelitian tindakan kelas. (Buletin Pelangi Pendidikan, volume 1 No. 2 Tahun 1998/1999) 24
29
Ada beberapa keunggulan, ketika seorang guru melakukan penelitian dengan menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut.25 1. Mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya. 2. Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan. 3. Bila treatment (perlakuan) dilakukan pada responden maka responden dapat merasakan hasil treatment (perlakuan) dari penelitian tindakan tersebut. Tiga keunggulan dari penelitian tindakan ini, tidak dimiliki oleh penelitian dengan metode lainnya.
b. Karakteristik Penelitian Tindakan Penelitian tindakan mempunyai beberapa karakteristik yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya. Beberapa karakteristik penting tersebut diantaranya, seperti:26 1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi penelitian dalam kehidupan profesi sehari-hari. 2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. 3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif. 4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Reflective thinking ini penting untuk melakukan retrospeksi (kaji ulang) terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikasinya yang muncul pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.
25 26
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 210 Ibid, hal. 211
30
c. Empat Langkah Penting dalam Penelitian Tindakan Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya mengenal adanya empat langkah penting, yaitu :27 1. Langkah perencanaan yang biasanya berorientasi ke depan, bertujuan untuk meningkatkan apa yang telah terjadi pada saat itu. 2. Langkah tindakan yang terkontrol secara seksama yang didasarkan pada rencana yang rasional dan terukur. 3. Langkah observasi yang intensif untuk dapat mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. 4. Langkah reflektif,
yang merupakan
sarana untuk
melakukan
pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi.
d. Beberapa Model Penelitian Tindakan Dalam perkembangannya, penelitian tindakan berkembang sesuai dengan sasaran dan keadaan tempat yang menjadi objek penelitian. Ada sedikitnya empat model penelitian tindakan. Keempat model tersebut sesuai dengan nama pengembangannya, yaitu model Kemmis dan Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model McKernan.28 1. Model Kemmis Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988. Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu sistem spiral yang saling terkait. 2. Model Ebbut Model ini terdiri dari tiga tingkatan atau daur.
27 28
Ibid, hal. 213 Ibid, hal. 214-218
31
Tingkat 1
Tingkat 2
Ide awal, identifikasi
Tingkat 3
Revisi rencana umum
Revisi ide umum
permasalahan, tujuan
Langkah tindakan
Rencana diperbaiki
dan manfaat
Monitor efek tindakan
Langkah tindakan
Langkah tindakan
sebagai bahan untuk
Monitoring efek
masuk ke tingkatan
tindakan sebagai
ketiga
bahan evaluasi tujuan
tindakan
Monitor efek
penelitian
Gambar. 2.1 Bagan Penelitian Tindakan Model Ebbut 3. Model Elliot Ide Utama
Tindakan 2
Peninjauan
Perencanaan
Monitor
Tindakan 1
Gambar. 2.2 Bagan Penelitian tindakan Model Elliot
4. Model McKernan Daur 1
Identifikasi Permasalahan
Hasil
Daur 2
Penetapan hasil 2
Evaluasi tindakan 1
Penilaian Kebutuhan
Reevaluasi tindakan 2
Implikasi tindakan 1
Hipotesis ide
Implikasi tindakan 2
Tindakan 1
Daur 3
Redifinasi permasalahan
Penilaian Kebutuhan Hipotesis ide
Tindakan 1
Gambar. 2.3 Bagan Penelitian Tindakan Model Mckernan
32
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran sains di sekolah, pada umumnya memiliki sebagian masalah kritis diantaranya: sebagian siswa tidak mampu menggunakan sains yang mereka pelajari; hal ini menyebabkan kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan (membuang sampah sembarangan) yang merupakan salah satu bukti sikap ketidakpedulian siswa terhadap pelestarian lingkungan sekolah yang perlu dijaga. Pembelajaran sains tradisional menyebabkan siswa kurang memiliki rasa ingin tahu, kurang mampu memberikan penjelasan, kurang mampu melaksanakan pengujian hipotesis, dan kurang mampu meramalkan peristiwa yang akan terjadi apabila diberikan suatu perlakuan tertentu (Yager, 1993). Sistem pengajaran Biologi pada dasarnya bertujuan agar siswa mampu memahami konsep-konsep pengetahuan
alam,
memiliki
keterampilan
dalam
mengembangkan
pengetahuannya, mempunyai rasa ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, dan mampu menggunakan teknologi dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan tanpa merusak alam sekitar yang merupakan tanda kebesaran Allah SWT. Pada pembelajaran lingkungan yang menggunakan model pembelajaran STM ini dirasakan memiliki tanggapan terhadap tantangan dalam pendidikan sains. Pembelajaran STM ini dapat membantu siswa dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk membantu
siswa memenuhi kebutuhan
pelaksanaan perannanya sebagai masyarakat. STM berbasis Imtaq ini merupakan modifikasi dari pendekatan STM yang ditambah dengan sudut pandang agama, yang penulis gunakan dalam pembelajaran ini adalah sudut pandangan dari agama Islam yang bersumber pada Alquran dan sunnah rasul. Model pembelajaran STM berbasis Imtaq ini merupakan usaha untuk menjadikan lulusan pendidikan setidaknya tahu tentang atau bahkan menyukai Sains Teknologi perkembangan serta implikasinya terhadap lingkungan masyarakat serta peningkatan iman dan ketakwaannya.
33
Biologi
Ekosistem Bernuansa Imtaq
Pengetahuan awal
Strategi belajar mengajar
Pembelajaran dengan pendekatan Sains Teknologi Masayarakat
Hasil belajar biologi
Kognitif
Afektif
Psikomotor
Gambar. 2.4 Bagan Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian Tindakan Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Terdapat peningkatan hasil belajar biologi siswa dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbasis imtaq pada konsep ekosistem.”
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah SMA Daya Utama Bekasi di Jl. Raya Kota Legenda Kec. Mustika Jaya. Penelitian ini dilakukan pada semester genap mulai bulan Januari hingga Februari 2009.
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan model pembelajaran Sains teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq pada konsep lingkungan.
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah collaboration classroom action research, yaitu bekerjasama dengan guru mata pelajaran biologi di sekolah.
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti.29 Populasi target adalah seluruh siswa SMA Daya Utama. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA SMA Daya Utama.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis data yang dikumpulkan untuk dianalisis. Jenis data, teknik pengumpulan data dan instrument dapat dilihat pada tabel. 29
Ronny Kountur. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. (Jakarta: PPM, 2005)
35
Sumber
Jenis Data
Teknik
Data
Instrumen
Pengumpulan Data Penguasaan
konsep
peserta didik sebelum terlibat dalam model pembelajaran
STM
Melaksanakan Tes awal
berbasis Imtaq pada konsep lingkungan Penguasaan Peserta didik
Butir soal pilihan ganda
konsep
peserta didik setelah terlibat dalam model pembelajaran
STM
Melaksanakan Tes akhir
berbasis Imtaq pada konsep lingkungan Sikap
peserta
setelah
didik
Butir pernyataan
model
Mengisi
STM
kuesioner
pembelajaran berbasis Imtaq Proses KBM
Observasi
Lembar Observasi
F. Instrumen Penelitian Data yang menunjukkan bahwa nilai imtaq telah berhasil tersampaikan kepada siswa dan respons siswa terhadap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah angket. Angket yang digunakan bersifat tertutup artinya jawaban telah disediakan dan responden hanya memilih salah satu jawaban yang telah disediakan dengan menggunakan skala likert yang telah dimodifikasi terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS). Sedangkan untuk mengetahui proses pembelajaran adalah melalui lembar observasi (catatan lapangan) dan
36
untuk mengetahui penguasaan konsep (domain kognitif) adalah melalui pre-tes dan post-tes. 1. Validitas dan Reliabilitas Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk dan validitas butir soal. Suatu tes dikatakan memiliki validitas konstruk apabila mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam dalam indikator pembelajaran. Validitas butir soal diuji dengan menggunakan rumus point biserial30 : −
=
√
Keterangaan : rpbi = koefisien korelasi point biserial yang dianggap koefisisen validitas item. Mp = Skor rata-rata hitung yang dijawab benar oleh peserta tes Mt = Skor rata-rata total yang dicapai oleh seluruh peserta tes. SDt = Standar deviasi P = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item. q
= proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item.
Reliabilitas instrumen penelitian dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20 sebagai berikut:31 rxx =
K K 1
S
2 x
pq
S
2 x
Keterangan : rxx K 2
= reliabilitas untuk keseluruhan tes = jumlah item dalam tes
S
= varians semua tes
X
= rerata skor
2. Uji Taraf Kesukaran Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
30
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), cet. 1. h. 67 31 Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Yogyakarta : Bumi Akasara, 2003)
37
tidak terlalu sukar. Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus : P = B/JS
P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria tingkat kesukaran soal : P = …< 0,3 adalah soal sukar P = 0,3 sampai dengan 0,7 adalah soal sedang P = 0,7 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah 3. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal menurut Arikunto (1996), adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Berikut ini cara mencari daya pembeda soal :32 D = Ba/Ja-Bb/Jb = P(atas)- P (bawah) D = Daya Pembeda Soal Ba = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas Bb = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah Ja = jumlah peserta tes kelompok atas P(atas)
= Tingkat kesukaran kelompok atas
P(bawah)
= Tingkat kesukaran kelompok bawah
Adapun Kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,00 – 0,20 = buruk 0,21 – 0,40 = cukup 0,41 – 0,70 = baik 0,71 – 1,00 = baik sekali 32
Ibid, hal. 213
38
G. Teknik Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif dari tes penguasaan konsep dan hasil pengamatan yang didapat dari setiap siklus. Peningkatan penguasaan konsep siswa diambil dari melalui kenaikan selisih pre-tes dan post-tes pada siklus pertama yang dibandingkan dengan kenaikan selisih pre-tes dan post-tes pada siklus kedua dengan menggunakan Normal Gain. Gain menunjukkan peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru.33 Dapat dihitung dengan rumus :34 −
=
−
Tiga kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi, yaitu : N-g tinggi
: nilai (
) > 0,7
N-g sedang
: nilai 0,7 > () > 0,3
N-g rendah
: nilai () < 0,3
Setelah mengetahui Ngain masing-masing siswa pada setiap siklus maka dilakukan uji t. Pengujian uji t digunakan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi antara siklus I dan siklus II. Adapun rumus dengan menggunakan uji t sebagai berikut : =
1
−
−
1
Dimana
2
X1 33
=
1
− 1
12 + ( 2 − 2) 22 1 + ( 2 − 1)
= rata-rata hasil belajar siswa dari pretes
Yanti Herlanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. (Bogor : 2 Juni 2006) David E. Meltzer. “The Realitionship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: A Possible “Hidden Variable” in Diagnotic Pretes Scores”, dari http://physics.ia.state.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf. 34
39
X2
= rata-rata hasil belajar siswa dari postes
n1
= jumlah sampel pretes
n2
= jumlah sampel pada postes 2
= varians pretes
S22
= varians postes
t
= hasil hitung distribusi
S2
= nilai deviasi gabungan
S1
Selain itu data penguasaan konsep siswa dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang diambil dari jumlah siswa yang memiliki nilai post tes yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada setiap indikator pembelajaran. Angket digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui penerimaan siswa terhadap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.
H. Indikator Keberhasilan Penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi beberapa indikator, yaitu : 1. Peningkatan penguasaan konsep siswa pada setiap siklus, berdasarkan hasil pre-tes dan post-tes. 2. Sekurang-kurangnya 65% siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan untuk setiap indikator pembelajaran.
I. Prosedur Penelitian 1. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu pada semester genap bulan pertengahan Januari hingga pertengahan Februari 2009 di SMA Daya Utama. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran biologi untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I terdiri dari 4 kali dan 4 tahapan kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan. Permasalahan
40
yang belum dapat dipecahkan pada siklus pertama, direfleksikan pada siklus kedua yang terdiri dari 2 siklus dan 4 tahapan kegiatan, untuk mencari penyebabnya dan penyelesaiannya atau sebagai langkah perbaikan pada siklus yang kedua. Hal itu dilakukan dari satu siklus ke siklus selanjutnya sampai masalah yang dihadapi dapat diselesaikan sampai tuntas.
2. Persiapan Penelitian Hal-hal yang dibahas dan dikerjakan selama persiapan penelitian ini adalah: a) Menghubungi kepala sekolah SMA Daya Utama. b) Melakukan observasi dan asistensi pada proses belajar mengajar yang dilakukan guru biologi di kelas, sekaligus melakukan wawancara kepada guru biologi dan beberapa siswa mengenai proses pembelajaran biologi. c) Memberikan informasi kepada guru biologi mengenai penelitian, khususnya mengenai nilai-nilai dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq. d) Menentukan kelas subjek penelitian bersama guru. e) Menentukan fokus observasi dan aspek-aspek yang akan diamati. f) Menentukan indikator kebehasilan. g) Membuat instrumen berupa lembar observasi, wawancara, dan kuisioner untuk proses pengumpulan data. h) Pada pertemuan pertama sebelum siklus dimulai dilakukan pemberian tes awal kepada seluruh subjek penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selain itu guru juga memberikan penjelasan kepada siswa mengenai langkah-langkah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq.
3. Siklus I Pada siklus I dibahas materi mengenai peran komponen ekosistem dalam aliran energi, daur biogeokimia, keterkaitan antara kegiatan
41
manusia dengan masalah pencemaran dan pelestarian lingkungan. Pelaksanaan siklus I memiliki tahapan sebagai berikut: 1) Perencanaan tindakan a. Membuat
skenario
pembelajaran
dan
rencana
program
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan model pembelajaran STM berbasis Imtaq. b. Menyiapkan sumber belajar. c. Membuat lembar kerja siswa dan lembar kerja kelompok atau menyusun format evaluasi. d. Mengembangkan format observasi pembelajaran. 2) Pelaksanaan tindakan Guru melakukan proses pembelajaran dengan pendekatan STM dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menjelaskan tujuan pembelajaran. b. Menggali pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan disampaikan dan memotivasi siswa. c. Guru
mengadakan
kegiatan
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). 1. Tahap apersepsi (Inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan diamati oleh siswa. 2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengonstruksi pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimentasi dan diskusi. 3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu menganalisis isu atau masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya. 4. Tahap
pemantapan
konsep,
dimana
guru
memberikan
pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
42
5. Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep. d. Guru mengobservasi kegiatan belajar siswa. 3) Observasi Tindakan a. Melakukan observasi dengan mencatat kegiatan belajar dan mengajar siswa dan guru yang melakukan model pembelajaran STM berbasis Imtaq pada lembar observasi serta catatan lapangan. b. Evaluasi siklus I dilakukan dengan memberikan post tes kepada siswa di setiap akhir siklus, melakukan diskusi dengan guru biologi, dan memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui nilai Imtaq dan tanggapan siswa tentang proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran STM berbasis Imtaq. 4) Refleksi a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada siklus I b. Merefleksikan kekurangan yang ada pada pembelajaran di siklus I sebagai perbaikan dan acuan untuk merencanakan siklus II. c. Menarik kesimpulan dari pelaksanaan siklus I.
4. Siklus II Pada siklus II dibahas materi mengenai jenis-jenis limbah, daur ulang limbah, dan pengenalan produk daur ulang limbah. Pelaksanaan siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I dan merupakan perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus I. Siklus II dilaksanakan sebagai berikut : 1) Perencanaan tindakan Perencanaan ini dilakukan berdasarkan refleksi dari siklus I dan merupakan perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus I. 2) Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan perencanaan yang disusun seperti pada siklus I. 3) Observasi tindakan
43
a. Melakukan observasi dengan mencatat kegiatan belajar dan mengajar siswa dan guru yang melakukan model pembelajaran STM berbasis Imtaq pada lembar observasi serta catatan lapangan seperti yang dilakukan pada siklus I b. Evaluasi siklus II dilakukan dengan memberikan post tes kepada siswa di setiap akhir siklus, melakukan diskusi dengan guru biologi, dan memberikan angket kepada siswa untuk mengetahuai tanggapan siswa tentang proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran STM berbasis Imtaq. 4) Refleksi a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada siklus II. b. Merefleksi kekurangan pada siklus II. c. Menarik kesimpulan dari pelaksanaan siklus II.
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan Model
pembelajaran
STM
merupakan
suatu
model
yang
memungkinkan siswa berlatih memadukan antara konsep sains yang diperoleh dari bacaan, dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diberi kesempatan membuat suatu keputusan sederhana yang berkaitan dengan konsep-konsep sains, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat setempat, merumuskan langkah yang akan dilakukan baik individu maupun masyarakat lingkungannya, untuk menanggulangi dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik bahasan. Seperti halnya penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada tanggal 19 januari 2009 – 18 Februari 2009 di SMA Daya Utama Bekasi yang mencoba menerapkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Secara garis besar penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan pembelajaran pada siklus pertama tentang komponen ekosistem dalam aliran energi, daur biogeokimia, keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah pencemaran dan pelestarian lingkungan. Sedangkan tindakan pembelajaran pada siklus kedua tentang jenis-jenis limbah, daur ulang limbah dan pengenalan terhadap produk daur ulang limbah. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan desain intervensi tindakan yang telah disusun pada bab III. Pada siklus pertama kegiatan belajar mengajar menggunakan metode eksperimen, diskusi, ceramah dan penugasan. Sedangkan pada siklus kedua kegiatan belajar mengajar menggunakan metode diskusi, Tanya jawab, ceramah, dan penugasan. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Daya Utama dapat diketahui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran STM siswa menjadi lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep dari materi yang diajarkan yaitu ekosistem. Aktivitas ini ditunjukan dengan dilakukannya eksperimen dan diskusi yang
45
membuat siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang sudah siswa ketahui maupun yang belum siswa ketahui. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran STM nilai tes akhir (post-test) setiap siswa mengalami peningkatan dari nilai tes awal (pre-tes). Siswa lebih mudah memahami dan mengingat konsep yang diajarkan dengan model pembelajaran STM karena siswa diberi kesempatan melakukan kegiatan sendiri untuk memperoleh pengetahuan sehingga terbentuklah konsep-konsep yang telah mereka temukan. Berdasarkan hasil observasi dan penilaian selama diterapkannya model pembelajaran STM pada konsep ekosistem diperoleh data seperti yang tercantum pada tabel 4.1. Tabel 4. 1 Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II Skor hasil
Rata-rata
Belajar
Pretes
Postes
Siklus I
42,8
70,08
Siklus II
44,7
76,96
Tabel 4. 1 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep ekosistem meningkat setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran STM. Hal ini terlihat dari rata-rata kelas skor postes yang meningkat dari rata-rata kelas skor pretes pada siklus I dan siklus II. Kenaikan rata-rata kelas skor pretes dan postes pada siklus I yaitu 42,8 menjadi 70,8 sedangkan kenaikan rata-rata kelas skor pretes dan postes pada siklus II yaitu 44,7 menjadi 76,96. Setelah melakukan refleksi pada siklus I dan berdasarkan peningkatan hasil belajar pada siklus I, peneliti merasa perlu untuk melanjutkan penelitian ke siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dan untuk menguji keabsahan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I. Setelah dilakukan siklus II, peneliti memperoleh data yang menujukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini
46
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran STM. Selain hasil belajar siswa berupa penguasaan konsep ekosistem, peneliti juga memperoleh data tentang pengetahuan siswa terhadap nilai-nilai religius yang terkandung dalam konsep ekosistem setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran STM. Adapun data tentang pengetahuan siswa terhadap nilai-nilai religius yang terkandung dalam konsep ekosistem akan disajikan dalam tabel 4.9.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Langkah pertama yang dilakukan peneliti agar data yang diperoleh teruji keabsahannya adalah melakukan observasi lapangan di SMA Daya Utama Bekasi, yaitu : 1. Bertemu kepala sekolah, meminta izin untuk melakukan penelitian. 2. Mewawancarai guru biologi. 3. Mengamati kondisi sekolah seperti fasilitas sekolah dan kegiatan belajar mengajar khususnya di kelas X IPA dimana peneliti akan melakukan penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1. Soal objektif untuk mengukur hasil belajar siswa. Sebelum tes objektif digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Soal yang diuji terdiri dari tes objektif siklus I dan siklus II. Tes objektif siklus I dengan subkonsep komponen ekosistem dalam aliran energy, daur biogeokimia, serta keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah pencemaran dan pelestarian lingkungan yang terdiri dari 40 butir soal dengan jumlah soal yang valid sebanyak 13 soal dengan tingkat reliabilitas 0,70. Sedangkan untuk tes objektif siklus II dengan subkonsep jenis-jenis limbah, daur ulang limbah dan pengenalan produk daur ulang limbah yang terdiri dari 40 butir soal yang valid sebanyak 12 butir soal dengan tingkat reliabilitas 0,58. Setelah dilakukan analisis butir
47
soal dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan guru sekolah (diantaranya
perbaikan
redaksi
soal)
maka
peneliti
menetapkan
menggunkan 60 butir soal sebagai instrument penelitian, 30 butir soal pada siklus I dan 30 butir soal pada siklus II. 2. Lembar observasi siswa dan guru untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas. 3. Kuesioner untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran STM dan nilai religious yang terkandung pada konsep ekosistem. Data yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Data berupa tes hasil belajar setelah terkumpul dikoreksi oleh peneliti dan guru bidang studi. Tes hasil belajar pada konsep ekosistem terdiri terdiri dari 30 butir soal tiap siklus dan untuk setiap butir soal dengan jawaban benar diberi skor 1. Sedangkan data berupa respon siswa terhadap model pembelajaran STM dan pengetahuan siswa terhadap nilai religius yang terkandung pada konsep ekosistem diperoleh dengan mencari jumlah frekuensi relative terhadap pernyataan.
C. Analisis Data 1. Hasil Belajar Siswa pada Konsep Ekosistem Tahap analisis dimulai dengan membaca semua data yang diperoleh setelah penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Pada siklus I jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebesar 87,5% dan pada siklus II jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebesar 100%. Dalam model pembelajaran STM, guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan sains pada siswa, tetapi juga mendorong siswa mengembangkan keterampilan proses, sikap, nilai-nilai sains dan teknologi, dan menyadari keterkaitan antara sains dan bidang studi lain. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, usulan jawaban, pencarian data tambahan, dan menguji ide-ide atau gagasan lebih jauh dari ruang kelas ke komunitas lokal mereka, sehingga proses belajar mengajar sains tidak hanya berlangsung di dalam ruang kelas, tetapi juga berlangsung dalam konteks kehidupan masyarakat dan lingkungan alam
48
sekitar sekolah. Dengan kata lain, lingkungan sekitar, isu atau masalah yang dihadapi oleh masyaakat, dan pengalamana siswa dalam kehidupan sehari-hari perlu menjadi bagian dari pembelajaran sains dengan model pembelajaran STM. Hasil observasi selama berlangsungnya pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut. Pada siklus I, kendala yang dialami guru diantaranya : pertama adalah masalah waktu. Dalam penerapan model pembelajaran STM ini waktu yang digunakan lebih banyak karena selain melibatkan kegiatan di kelas juga melibatkan kegiatan di luar kelas. Kegiatan di dalam kelas diantaranya adalah diskusi kelompok, sedangkan kegiatan di luar kelas adalah pelibatan diri siswa dalam mencari isu-isu sosial yang ada di lingkungan anak berkaitan dengan materi yang diajarkan. Dengan waktu yang cukup, diharapkan kualitas PBM dapat ditingkatkan. Sehingga hal ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pada siklus II, guru membuat rancangan pembelajaran yang lebih efektif dan memerlukan waktu yang lebih efisien diantaranya dengan sistem penugasan kelompok terhadap materi yang lebih kompleks. Dengan mengetahui isu-isu sosial yang terjadi di lingkungan sekitar khususnya yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, siswa diharuskan terlebih dahulu mencari lebih banyak bahan atau data baik melalui buku, Koran maupun internet yang menunjang terhadap materi yang akan dibahas. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membahasnya dalam diskusi kelompok. Sehingga dalam diskusi, siswa menjadi lebih siap, aktif dan merasa senang. Oleh karena itu, dengan perbaikan yang dilakukan oleh guru, skor hasil belajar siswa pada siklus II meningkat dari siklus I. jumlah siswa yang telah mencapai KKM (65%) pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4. 2.
49
Tabel 4. 2 Siswa yang Mencapai KKM No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Postes 1 L1 70 P1 63 L2 63 L3 70 L4 63 L5 70 P2 77 L6 73 P3 83 L7 77 L8 70 P4 73 P5 73 L9 77 L10 73 P6 80 P7 57 (belum tuntas) P8 70 P9 80 L11 70 P10 73 P11 57 (belum tuntas) L12 70 P12 50 (belum tuntas) 21 87,5% % Keterangan : Pn = perempuan ke-n
Postes 2 80 73 80 70 80 77 80 77 70 73 70 77 80 80 73 80 80 80 77 80 70 70 80 80 24 100%
Ln = laki-laki ke-n Sesuai dengan tabel 4.2 di atas, skor hasil belajar pada nilai postes telah diintegrasikan sesuai dengan KKM IPA yang berlaku di SMA Daya Utama yaitu ≥ 65. Pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 orang (87,5%) sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM sudah mencapai keseluruhan siswa yang mencapai 24 orang (100%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem.
50
Untuk data peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus, data dianalisis dengan menggunakan N Gain. Skor rata-rata pretes, postes, dan nilai N Gain pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 4. 3. Tabel 4.3. Siklus I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Pretes L1 43 P1 47 L2 40 L3 47 L4 40 L5 30 P2 47 L6 57 P3 53 L7 50 L8 33 P4 47 P5 30 L9 60 L10 40 P6 43 P7 47 P8 50 P9 47 L11 40 P10 40 P11 30 L12 37 P12 30 Jumlah 1028 Rata-rata 42,8 Keterangan : Pn = perempuan ke-n Ln = laki-laki ke-n
Postes 70 63 63 70 63 70 77 73 83 77 70 73 73 77 73 80 57 70 80 70 73 57 70 50 1682 70,08
N Gain 0,5 0,3 0,4 0,4 0,4 0,6 0,6 0,4 0,6 0,5 0,5 0,5 0,6 0,4 0,6 0,6 0,2 0,4 0,6 0,5 0,6 0,4 0,5 0,3 11,4 0,5
51
Tabel 4.4. Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama L1 P1 L2 L3 L4 L5 P2 L6 P3 L7 L8 P4 P5 L9 L10 P6 P7 P8 P9 L11 P10 P11 L12 P12 Jumlah Rata-rata
Pretes 47 50 43 40 60 43 53 57 40 47 40 37 47 60 40 30 30 40 43 33 30 60 40 50 1060 44,2
Postes 80 73 80 70 80 77 80 77 70 73 77 73 80 80 73 80 80 80 77 80 77 70 80 80 1729 72,04
N Gain 0,6 0,5 0,6 0,5 0,5 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,6 0,7 0,7 0,3 0,7 0,6 14,1 0,6
Tabel 4.5. Rekapitulasi Skor Rata-rata Pretes, Postes, dan N Gain Data
Maks Min X SD
Siklus I
Pretes 60 30 42,8 8,25
Postes 83 50 70,08 7,76
Siklus II
NGain 0,6 0,2 0,5 0,29
Pretes 60 30 44,17 9,07
Postes 80 70 72,04 7,02
NGain 0,7 0,3 0,6 0,2
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, hasil pengamatan pada siklus I data hasil belajar biologi diperoleh melalui tes objektif sebanyak 30 butir soal yang diberikan sebelum pembelajaran (pretes) dan setelah pembelajaran (postes). Skor
52
pretes yang diberikan sebelum pembelajaran diperoleh nilai N Gain pada setiap siklusnya. Nilai rerata N Gain pada siklus I adalah sebesar 0,5, berdasarkan kategori perolehan skor gain ternormalisasi maka nilai N Gain berada dalam kategori tinggi (0,7 ≥ g ≥ 0,3). Sedangkan pada siklus II nilai rerata N Gain meningkat menjadi 0,6 yakni skor gain ternormalisasi berada pada kategori sedang. Setelah didapatkan nilai rata-rata N Gain siklus I dan II kemudian dilakukan uji normalitas yang dikenal dengan nama uji Liliefors.
a. Uji Normalitas (Uji Liliefors) Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji liliefors. Kriteria uji normalitas adalah H0 diterima jika Lhitung ≤ Ltabel dan jika Lhitung ≥ Ltabel maka H0 ditolak. Dengan diterimanya H0 berarti data berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika H0 ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari data N-Gain siklus I diperoleh L0 = 0,16 dan Lt = 0,176 dengan taraf signifikan 0,05 dan n = 24. Karena L0 ≤ Lt maka H0 diterima, yaitu data penguasaan konsep pada siklus I berdistribusi normal. Perhitungan normalitas siklus I dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan untuk siklus II diperoleh L0 = 0,1983 0,2 dan Lt = 0,176 0,2 dengan taraf signifikan 0,05 dan n = 24. Karena L0 ≤ Lt maka H0 diterima, yaitu data penguasaan konsep pada siklus II tersebut berdistribusi normal. Perhitungan normalitas Siklus II dapat dilihat pada lampiran. Untuk lebih jelas, hasil uji normalitas siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 4.6 di bawah ini :
53
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Normalitas dengan Uji Liliefors Lhitung
0.05
b.
Ltabel
Siklus I
Siklus II
0,16
0,19 0,2
Keputusan
0.176 0,2
Ho diterima (Berdistrubusi Normal)
Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji persyaratan analisis data berupa uji normalitas , diperoleh kesimpulan bahwa kedua siklus berdistribusi normal. Sehingga pengujian dapat diteruskan pada analisis berikutnya yaitu uji “t” untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar siswa. Kriteria pengujian hipotesis : H0 diterima, jika thitung ttabel H0 ditolak, jika thitung ttabel Dari hasil perhitungan didapat nilai thitung sebesar 3,3. Sedang nilai ttabel pada taraf signifikan 0,05 dan dk = (N1 + N2)-2, maka dk = 46 diperoleh nilai ttabel 2,014. Seperti yang terlihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis Uji t N-Gain Nilai
Dk
thitung
ttabel
Kesimpulan
N-Gain
46
3,3
2,014
H0 ditolak
Dari tabel 4.7, nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan dengan rumus uji-t dan diperoleh thitung sebesar 3,3 sedangkan tabel dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan 46 sebesar 2,014. Hal ini berarti thitung ttabel, sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan melalui penerapan model pembelajaran STM berbasis Imtaq pada konsep ekosistem.
54
2. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Selain soal tes objektif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, peneliti juga menggunakan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui kegiatan pembelajaran STM setiap pertemuan. Tabel 4.8 Lembar Observasi Guru pada Siklus I Faktor-faktor yang diobservasi
1. 2. 3. 4. 5. 1.
2.
3. 4. 5. 6.
1.
2.
3.
4. 5.
1. 2.
Menuliskan topik yang akan dibahas Mengajukan pertanyaan yang relevan Bertanya secara klasikal Bertanya secara individual Menanggapi jawaban siswa
Pertemuan Pertemuan I II Ya Tidak Ya Tidak TAHAP 1 : APERSEPSI √ √ √
√
√ √ √ √ √ √ TAHAP II : EKSPLORASI √ √
Pertemuan III Ya Tidak
Pertemuan IV Ya Tidak
√
√
√
√
√ √ √
√ √ √
Membimbing siswa √ memecahkan masalah yang disajikan Membimbing siswa √ √ melakukan pengamatan dengan panduan LKS Membimbing siswa mencatat √ √ data percobaan/pengamatan Mendorong siswa berdiskusi √ √ √ dalam kelompok Membimbing siswa dalam √ √ √ diskusi kelompok Menanggapi pertanyaan siswa √ √ √ selama diskusi kelompok TAHAP III : PEMANTAPAN KONSEP Memberi kesempatan kepada √ √ siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Memberi kesempatan √ √ siswa/kelompok lain menanggapi Member i kesempatan siswa √ √ bertanya atau mengemukakan pendapat Mengembangkan materi √ √ Membimbing siswa membuat √ √ kesimpulan TAHAP IV : REFLEKSI DAN EVALUASI Mengungkap nilai bahan ajar √ √ (nilai religius) Mengajukan pertanyaan √ √ terhadap materi yang sudah dipelajari
√
√
√
√
√ √ √ √
55
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, pada pertemuan pertama kegiatan hanya dilakukan di dalam kelas. Berhubung waktu yang sangat terbatas maka pertemuan pertama difokuskan hanya untuk mengambil hasil pretes. Guru melakukan semua tahapan apersepsi seperti menuliskan topik yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan yang relevan, bertanya secara klasikal, bertanya secara individual, dan menanggapi jawaban siswa. Pada tahap eksplorasi, karena kegiatan hanya berupa pengisian pretes sehingga tahapan eksplorasi hanya menndorong siswa berdiskusi dalam kelompok, membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan menanggapi pertanyaan siswa selama diskusi kelompok. Secara keseluruhan aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama berlangsung baik. Siswa terlihat antusias dan bersemangat untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas. Guru melakukan praktikum di luar kelas tentang pola aliran energi pada beberapa jenis makhluk hidup dalam suatu ekosistem dan guru bersama siswa mendiskusikan hasilnya di dalam kelas. Guru melakukan semua tahapan apersepsi
seperti menuliskan topik yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan yang relevan, bertanya secara klasikal, bertanya secara individual, dam menanggapi jawaban siswa. Pada tahap eksplorasi, guru membimbing siswa memecahkan masalah yang disajikan, membimbing siswa melakukan pengamatan dengan panduan LKS, membimbing siswa mencatat data percobaan/pengamatan, mendorong siswa berdiskusi dalam kelompok, membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan menanggapi pertanyaan siswa selama diskusi kelompok. Pada tahap pemantapan konsep, guru melakukan semua kegiatan pemantapan konsep seperti
memberikan
kesempatan
pada
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menaggapi hasil diskusi kelompok lain, menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada saat diskusi, serta mengembangkan materi pelajaran. Di akhir pembelajaran, guru melakukan refleksi yaitu guru dan siswa bersama-sama mengungkap nilai religius yang terkandung dalam materi yang telah dipelajari. Guru juga mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. Secara keseluruhan aktivitas guru dan siswa pada pertemuan
56
kedua berlangsung baik. Siswa terlihat antusias dan konsentrasi baik dalam melakukan praktikum maupun diskusi di dalam kelas. Pada pertemuan ketiga, kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas. Guru melakukan praktikum di luar kelas tentang pencemaran lingkungan yang terdapat di lingkungan sekolah dan guru bersama siswa mendiskusikan hasilnya di dalam kelas. Guru melakukan semua tahapan apersepsi
seperti menuliskan topik yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan yang relevan, bertanya secara klasikal, bertanya secara individual, dam menanggapi jawaban siswa. Pada tahap eksplorasi, guru membimbing siswa memecahkan masalah yang disajikan, membimbing siswa melakukan pengamatan dengan panduan LKS, membimbing siswa mencatat data percobaan/pengamatan, mendorong siswa berdiskusi dalam kelompok, membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan menanggapi pertanyaan siswa selama diskusi kelompok. Pada tahap pemantapan konsep, guru melakukan semua kegiatan pemantapan konsep seperti
memberikan
kesempatan
pada
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menaggapi hasil diskusi kelompok lain, menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada saat diskusi, serta mengembangkan materi pelajaran. Di akhir pembelajaran, guru melakukan refleksi yaitu guru dan siswa bersama-sama mengungkap nilai religius yang terkandung dalam materi yang telah dipelajari. Guru juga mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. Secara keseluruhan aktivitas guru dan siswa pada pertemuan ketiga berlangsung baik. Pada pertemuan keempat kegiatan hanya dilakukan di dalam kelas. Berhubung waktu yang sangat terbatas maka pertemuan keempat difokuskan hanya untuk mengambil hasil postes. Guru melakukan semua tahapan apersepsi seperti menuliskan topik yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan yang relevan, bertanya secara klasikal, bertanya secara individual, dan menanggapi jawaban siswa. Pada tahap eksplorasi, kegiatan hanya berupa pengisian postes. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam
57
kesimbangan ekosistem. Selain itu, kegiatan yang dilakukan adalah pengisian angket respon siswa terhadap pembelajaran STM dan nilai reigius dalam materi tersebut.
Tabel 4.9 Lembar Observasi Guru pada siklus II Faktor-faktor yang diobservasi 1. 2. 3. 4. 5. 1.
2.
3. 4. 5. 6.
1.
2.
3.
4. 5.
1. 2.
Menuliskan topik yang akan dibahas Mengajukan pertanyaan yang relevan Bertanya secara klasikal Bertanya secara individual Menanggapi jawaban siswa
Pertemuan I Pertemuan II Ya Tidak Ya Tidak TAHAP 1 : APERSEPSI √ √ √
Pertemuan III Ya tidak √
√
√
√ √ √ √ √ √ TAHAP II : EKSPLORASI √ √
√ √ √
Membimbing siswa memecahkan masalah yang disajikan Membimbing siswa √ √ melakukan pengamatan dengan panduan LKS Membimbing siswa mencatat √ √ data percobaan/pengamatan Mendorong siswa berdiskusi √ √ dalam kelompok Membimbing siswa dalam √ √ diskusi kelompok Menanggapi pertanyaan siswa √ √ selama diskusi kelompok TAHAP III : PEMANTAPAN KONSEP Memberi kesempatan kepada √ √ siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Memberi kesempatan √ √ siswa/kelompok lain menanggapi Member i kesempatan siswa √ √ bertanya atau mengemukakan pendapat Mengembangkan materi √ √ Membimbing siswa membuat √ √ kesimpulan TAHAP IV : REFLEKSI DAN EVALUASI Mengungkap nilai bahan ajar √ √ (nilai religius) Mengajukan pertanyaan √ √ terhadap materi yang sudah dipelajari
√
√
√ √ √ √
√
√
√
√ √
√ √
58
Sesuai dengan tabel 4.9 di atas, semua kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan dengan kegiatan diskusi. Dari pertemuan pertama sampai ketiga guru melakukan semua tahapan apersepsi, eksplorasi, pemantapan konsep, evaluasi, dan refleksi. Guru melakukan semua tahapan apersepsi seperti menuliskan topik yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan yang relevan, bertanya secara klasikal, bertanya secara individual, dam menanggapi jawaban siswa. Pada tahap eksplorasi, guru membimbing siswa memecahkan masalah yang disajikan, mendorong siswa berdiskusi dalam kelompok, membimbing siswa dalam diskusi kelompok dan menanggapi pertanyaan siswa selama diskusi kelompok. Karena kegiatan pembelajaran pada siklus II tidak ada kegiatan praktikum, maka pada tahap eksplorasi guru tidak membimbing siswa melakukan percobaan sesuai dengan LKS dan tidak membimbing siswa mencatat hasil percobaan. Pada tahap pemantapan konsep, guru melakukan semua kegiatan pemantapan konsep seperti memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menaggapi hasil diskusi kelompok lain, menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada saat diskusi, serta mengembangkan materi pelajaran. Di akhir pembelajaran, guru melakukan refleksi yaitu guru dan siswa bersama-sama mengungkap nilai religius yang terkandung dalam materi yang telah dipelajari. Guru juga mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran di siklus II berlangsung dengan baik. Berdasarkan observasi yang dilakukan selama siklus II aktivitas siswa dalam berdiskusi kelompok lebih baik dari siklus I. siswa lebih antusias, bersemangat dan selalu berkonsentrasi pada setiap diskusi dalam pertemuan.
3. Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran STM Berdasarkan kuesioner yang disebar kepada siswa setelah akhir pembelajaran, yaitu siklus II maka didapatkan data mengenai respon siswa terhadap pembelajaran STM pada konsep ekosistem.
59
Tabel 4.10 Persentase Respon Siswa Terhadap Pembelajaran STM No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan Saya menyukai pelajaran biologi Saya merasa mudah memahami materi pelajaran dengan cara yang diberikan guru Saya senang karena dapat menemukan konsep-konsep dalam ekosistem melalui percobaan/eksperimen Saya merasa kesulitan dengan cara belajar yang diterapkan guru Saya senang diskusi kelompok karena saya dapat bertukar pikiran dengan teman Suasana belajar yang dikembangkan guru menarik dan membuat saya termotivasi belajar biologi Cara mengajar guru pada materi ekosistem perlu dipertahankan Bimbingan guru membantu saya mencapai tujuan belajar LKS yang disajikan guru membantu saya berpikir dan aktif melakukan kegiatan untuk menemukan konsep sendiri Model pembelajaran STM membuat saya dapat merasakan manfaat belajar materi ekosistem
Ya 91,6% 87,5%
Tidak 8,4% 12,5%
91,6%
8,4%
20,8%
79,2%
95,8%
4,2%
83,3%
16,7%
95,8%
4,2%
91,6% 83,3%
8,4% 16,7%
100%
0%
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran STM. Pada pernyataan nomor satu, 91,6% saya menyukai pelajaran biologi, hanya 8,4% yang tidak menyukai pelajaran biologi. Model pembelajaran STM dapat merubah sikap siswa terhadap pelajaran biologi menjadi sikap yang positif. Pada pernyataan nomor dua, saya merasa mudah memahami materi pelajaran dengan cara yang diberikan guru, sebanyak 87,5% siswa merasa mudah memahami materi ekosistem dengan pembelajaran STM, hanya 12,5% siswa yang merasa tidak terbantu dalam memahami materi ekosistem. Pada pernyatan nomor tiga, saya merasa senang karena dapat menemukan materi dalam ekosistem melalui percobaan/eksperimen, 91,6% siswa merasa senang melakukan percobaan/eksperimen materi ekosistem karena siswa dapat melihat secara langsung tentang pembuktian kebenaran suatu konsep. Pada pernyataan nomor empat, Saya merasa kesulitan dengan cara belajar yang diterapkan guru, sebanyak 20,8% siswa merasa kesulitan belajar dengan pembelajaran STM dan 79,2% siswa tidak merasa kesulitan belajar dengan pembelajaran STM. Pembelajaran STM membutuhkan keaktifan dan antusias dari siswa. Sehingga
60
siswa yang terbiasa pasif membuat sedikit siswa mengalami kesulitan belajar dengan pembelajaran STM. Pada pernyataan nomor lima, Saya senang diskusi kelompok karena saya dapat bertukar pikiran dengan teman, sebanyak 95,8% siswa merasa senang dan merasakan manfaat berdiskusi kelompok karena dapat bertukar informasi sedangkan 4,2% siswa merasa tidak senang melakukan kegiatan diskusi kelompok. Pada pernyataan nomor enam, Suasana belajar yang dikembangkan guru menarik dan membuat saya termotivasi belajar biologi, 83,3% siswa merasa senang dan termotivasi belajar biologi dengan pembelajaran STM. Jika dalam kegiatan PBM siswa hanya mendengarkan ceramah namun dalam pembelajaran STM siswa tidak hanya melakukan diskusi tetapi siswa juga melakukan suatu pengamatan dan percobaan. Itulah yang membuat siswa terlihat termotivasi dan bersemangat, sehingga antusias siswa bertambah dalam menjalani suatu PBM. Sedangkan 16,7% siswa merasa kurang menarik untuk belajar biologi dengan model pembelajaran STM. Pada pernyataan nomor tujuh, cara mengajar guru pada materi ekosistem perlu dipertahankan, sebanyak 95,8% siswa setuju model pembelajaran STM digunakan dalam penyampaian materi-materi biologi yang lainnya dan sebanyak 4,2% siswa yang tidak setuju guru mempertahankan KBM dengan pembelajaran STM. Pada pernyataan nomor delapan, bimbingan guru membantu saya mencapai tujuan belajar, sebanyak 91,6% siswa merasa terbantu dengan bimbingan guru untuk mencapai tujuan belajar dalam materi ekosistem sedangakan sebanyak 8,4% siswa merasa tidak terbantu dengan bimbingan guru untuk mencapai tujuan belajar dalam materi ekosistem. Pada pernyataan nomor Sembilan, LKS yang disajikan guru membantu saya berpikir dan aktif melakukan kegiatan untuk menemukan materi sendiri, sebanyak 83,3% siswa merasa bahwa LKS yang diberikan guru membantu siswa berpikir dan aktif dalam menemukan materi ekosistem sedangkan 16,7% siswa merasa bahwa LKS yang diberikan guru tidak membantu siswa berpikir dan aktif dalam menemukan materi ekosistem. Pada pernyataan nomor sepuluh, model pembelajaran STM membuat saya dapat merasakan manfaat belajar materi ekosistem, sebanyak 100% siswa atau semua siswa merasa dengan model pembelajaran STM siswa dapat merasakan manfaat belajar materi ekosistem.
61
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran STM. Model pembelajaran STM dapat merubah respon siswa terhadap pelajaran biologi menjadi posistif sebesar 91,6%, siswa merasa lebih mudah memahami materi ekosistem dengan pembelajaran STM sebesar 87,5%, siswa merasa senang dapat langsun g membuktikan kebenaran suatu konsep melalui pembelajaran STM sebesar 91,6%, siswa merasa lebih mudah mempelajari suatu materi dengan pembelajaran STM sebesar 79,2%, siswa merasakan manfaat berdiskusi kelompok melalui pembelajaran STM sehingga mereka dapat saling bertukar informasi sebesar 95,8%, model pembelajaran STM dapat memotivasi siswa dalam belajar biologi sebesar 83,3%, siswa merasa terbantu dalam mencapai tujuan belajar dalam materi ekosistem sebesar 91,6%, LKS dalam model pembelajaran STM dapat membantu siswa berpikir dan aktif dalam materi ekosistem sebesar 83,3%, dan yang terakhir sebuah pernyataan bahwa model pembelajaran STM membuat siswa dapat merasakan manfaat belajar materi ekosistem sebesar 100%, sehingga secara langsung materi dan keterkaitannya dengan Sains Teknologi yang telah disampaikan otomatis dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga siswa dapat memahami nilai praktis dari materi ekosistem.
4. Nilai Religius yang Terkandung pada Konsep Ekosistem Dari kuesioner nilai religius pada materi ekosistem, diperoleh persentase sebagai berikut :
Tabel 4.11 Persentase Nilai Religius yang Terkandung pada Materi Ekosistem.
No
1
2
Pernyataan
Perhatikan di sekitar anda, tumbuhan yang kekurangan air pertumbuhannya kurang baik bahkan mati. Gejala ini merupakan bukti akan kebesaran Tuhan dalam mengatur alam ini. Meskipun air ini terus digunakan oleh organisme, air tidak habis. Demikian juga oksigen tidak habis karena diatur melalui siklus materi. Adanya siklus oksigen-karbondioksida dan penyusunan materi dari komponen abiotik pada biotik melalui proses fotosintesis ini merupakan bukti kemurahan Allah bagi makhluk terutama manusia.
Sangat setuju/ setuju (%)
Kurang setuju/ tidak setuju (%)
83,3%
16,7%
100%
0%
62
3
4
5 6
7
8 9 10
Saling ketergantungan faktor abiotik yang diwakili oleh air terhadap biotik yang diwakili tumbuhan di ekosistem hutan, bagaimanapun derasnya hujan tidak menyebabkan banjir dan longsor menunjukkan bahwa ekosistem diciptakan Allah dalam keadaan seimbang. Saling ketergantungan antar komponen ekosistem dapat menimbulkan keyakinan bahwa Allah menciptakan alam ini dalam keadaan rapih, teratur, unik, dan indah. Kita perlu bersyukur kepada Allah karena telah menciptakan cacing, sehinga tanah menjadi subur. Adanya siklus materi atau perpindahan energi dalam ekosistem tidak dapat mendorong timbulnya kesadaran akan kekuasaan Allah dalam mengendalikan fenomena alam ini. Meskipun banyak daun yang berguguran, hewan yang mati, namun lingkungan kita tidak penuh sampah-sampah tumbuhan dan bangkai hewan. Semua ini karena adanya bakteri dan jamur saprofit yang dapat menguraikan menjadi mineral. Keadaan ini merupakan kejadian alam yang biasa tanpa campur tangan Allah. Keanekaragaman makhluk dalam ekosistem bukan tanda-tanda kebesaran Tuhan sebab terjadi sesuai keadaan lingkungannya. Dalam penangkapan ikan untuk menghasilkan ikan dalam jumlah besar, kita dapat menggunakan pukat harimau. Kita dapat mengeksploitasi hutan secara berlebihan demi kemakmuran masyarakat. Hal ini sebagai tanda syukur terciptanya hutan dari Allah.
79,2%
20,8%
100%
0%
95,8%
4,2%
12,5%
87,5%
25%
75%
0%
100%
0%
100%
20,8%
79,2%
Nilai religius dari suatu bahan ajar adalah kandungan nilai yang dapat membangkitkan rasa percaya atau keyakinan bahwa sesuatu yang ada pasti ada yang menciptakan dan mengaturnya, yang pada akhirnya timbul kesadaran adanya Allah. Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa seluruh siswa menunjukkan tingkat religius yang positif. Dalam kuesioner yang disebar diakhir siklus 2, pada pernyataan-pernyataan positif rata-rata persentase siswa yang menjawaba sangat setuju dan setuju jumlahnya 91,7% dan 8,3% siswa yang menjawab tidak setuju dan kurang setuju. Sedangkan untuk pernyataan-pernyataan negative rata-rata persentase siswa yang menjawab tidak setuju dan kurang setuju jumlahnya 88,3% dan 11,7% siswa yang menjawab tidak setuju dan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa menunjukkan tingkat religius yang positive. Dengan model pembelajaran STM, siswa tidak hanya memahami materi ekosistem serta kaitanya dengan teknologi, namun siswa juga dapat langsung memahami dan menyadari kebesaran Allah swt yang berkaitan dengan
63
materi ekosistem. Karena pada dasarnya penguasaan materi pelajaran dan teknologi hanyalah suatu alat dan bentuk peribadatan manusia untuk mencapai target yang lebih tinggi derajatnya, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah swt. Hal ini mengisyaratkan bahwa model pembelajaran dalam system pendidikan seharusnya berorientasi kepada pengembangan IPTEK dan Imtaq kepada peserta didiknya sehingga menghasilkan generasi yang takwa kepada Allah dan tata kehidupan yang mendapat ridho Allah dalam mencapai kebahagaian hidup dunia dan akhirat.
D. Interpretasi Hasil Analisis 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Ada beberapa tahapan perencanaan yang dilakukan peneliti pada siklus I, yaitu : 1) Membuat instrument penelitian, seperti soal pretes dan postes siklus I sebanyak 30 butir soal objektif, dan lembar observasi pembelajaran untuk guru dan siswa. 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembelajaran dilakukan di kelas dan di lingkungan sekitar sekolah, materi yang diajarkan tentang komponen ekosistem dalam aliran energi, daur biogeokimia, dan keterkaitan kegiatan manusia dengan masalah pencemaran serta pelestarian lingkungan. Pembelajaran dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, pada pertemuan pertama hanya berlangsung 1 x 45 menit. Sedangkan pertemuan kedua dan ketiga berlangsung selama 2 x 45 menit. Rencana pembelajaran siklus I dapat dilihat di dalam lampiran. 3) Menyiapakan materi ajar, media pembelajaran, LKS praktikum.
64
b. Tindakan I ( Komponen Ekosistem dalam Aliran Energi, Daur Biogeokimia, dan Keterkaitan Kegiatan Manusia dengan Masalah Pencemaran serta Pelestarian Lingkungan). Tindakan yang dilakukan pada siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan, pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Selain itu pembelajaran juga dilakukan di sekitar lingkungan sekolah dengan metode praktikum. Deskripsi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.12. di bawah ini.
Tabel 4.12 Akitivitas Guru dan Siswa pada Siklus I No. 1
2
3 4
5
1 2
3
4
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa Pertemuan Pertama Sebelum dimulai pembelajaran, guru Mengerjakan soal yang diberikan guru memberikan pretes pilihan ganda sebanyak 30 soal selama 30 menit. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang subkonsep komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Menginformasikan mengenai sistem Memperhatikan penjelasan guru pembelajaran STM yang akan dilakukan, serta materi yang akan dipelajari. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok Membentuk kelompok Membagikan LKS berupa beberapa Menerima LKS berupa data percobaan percobaan yang akan dilakukan setiap untuk masing-masing pertemuan pertemuan Tiap-tiap kelompok diberi tugas untuk Memperhatikan intruksi guru mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan pada percobaan I Pertemuan kedua Guru meminta siswa untuk bergabung sesuai Siswa duduk dalam kelompoknya masingkelompoknya masing-masing. masing. Guru menarik perhatian siswa dengan Masing-masing kelompok merespon memperlihatkan suatu gambar keadaan di dengan memberi pertanyaan dan tanggapan hutan dan di dalam kolam. lain. Guru memberikan pertanyaan pendahuluan. Masing-masing kelompok merespon Setelah diamati, komponen apa sajakah yang dengan memberi pertanyaan dan tanggapan terdapat di dalam kolam dan di hutan? lain. Dapatkah kamu menyebutkan satu persatu peranan dari setiap komponen? Dapatkah kamu menerangkan suatu siklus dari gambar yang disajikan? Guru meminta siswa untuk melakukan suatu Bekerjasama melakukan percobaan dengan pengamatan tentang pola aliran energi pada kelompoknya masing-masing.
65
5
6
7
8
9
1 2
3
4
5 6
7
8
1
beberapa jenis makhluk hidup dalam suatu ekosistem dilingkungan sekolah. Guru memberikan pertanyaan. Mendiskusikan dengan kelompoknya Organisme manakah yang termasuk masing-masing produsen, konsumen pertama, kedua dan ketiga? Dapatkan kalian menemukan organisme yang bersaing mendapatkan makanan yang sama? Bagaimanakah kalian menguraikan jarringjaring makanan menjadi beberapa rantai makanan? Guru dan peserta didik membuat rangkuman Masing-masing kelompok mengajukan atau kesimpulan dari materi yang pendapatnya masing-masing. disampaikan serta kaitannya dengan nilai Imtaq yang terdapat di Alquran. Guru memberikan test secara tertulis tentang Mengerjakan tes secara individu komponen ekosistem, aliran energi dan daur biogeokimia. Guru menugaskan siswa untuk membawa Memperhatikan dan merespon instruksi peralatan percobaan pada pertemuan guru berikutnya. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk Memperhatikan dan merespon instruksi membuat peta konsep dari komponen guru ekosistem, transfer energi, serta daur biogeokimia. Petemuan ketiga Guru menyajikan sebuah gambar tentang Siswa memperhatikan gambar yang lingkungan tercemar. diberikan guru Guru memberikan pertanyaan pendahuluan : Siswa memperhatikan penjelasan dan Apa yang menyebabkan kondisi menanggapi pertanyaan guru lingkungan tersebut rusak? Apakah ada dampaknya bagi kehidupan kita? Apa yang harus segera kita lakukan? Guru menugaskan siswa bersama-sama Siswa duduk bersama anggota kelompok melakukan metode diskusi kelompok masing-masing dan memulai untuk mengenai model pembelajaran STM dengan melakukan diskusi kelompok. judul pencemaran TPA Bantar Gebang. Guru mengarahkan dengan memberi Siswa memperhatikan penjelasan guru penjelasan langkah kerja yang harus dilakukan beserta LKS. Setiap kelompok mendiskusikan tugas yang Siswa berdiskusi dengan kelompoknya telah diberikan guru. masing-masing Guru meminta perwakilan masing-masing Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok untuk mempresentasikan hasil kelompok diskusi kelompok siswa. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan Bersama guru, peserta didik membuat dari materi yang disampaikan serta kaitannya kesimpulan dari materi yang telah dengan nilai Imtaq yang terdapat di Alquran. disajikan. Guru memberikan test secara tertulis tentang Siswa mengerjakan test tertulis secara perusakan lingkungan dan cara individu dan tanpa kerja kelompok. penanggulangannya. Pertemuan keempat Memberikan postes untuk mengetahui Mengerjakan soal yang diberikan guru
66
2
kemampuan siswa yaitu soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal. Guru meminta siswa mengisi angket respon siswa terhadap pembelajaran STM dan nilai religius dalam materi ekosistem.
Mengisi lembar angket
Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan metode pengamatan dan percobaan. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dan observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi siswa. Sedangkan aktivitas mengajar guru diobservasi oleh observer dengan menggunakan lembar observasi guru. Dengan menggunakan lembar observasi, peneliti dan observer mengamati aktivitas siswa. Aktivitas guru dan peneliti berikutnya adalah melakukan perhitungan hasil belajar berupa pretes dan postes. Setelah itu, guru dan peneliti melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus I.
c. Tahap Observasi I 1) Rata-rata skor pretes adalah 42,8 dan rerata skor postes adalah 70,08 dengan nilai N gain sebesar 0,6. Dilihat dari skor pretes dan postes yang diperoleh menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa, dengan rata-rata postes 70,08. Menurut system penilaian yang ada di SMA Daya Utama rata-rata postes 70,08 berada dalam kategori sedang. Nilai N gain 0,6 berada dalam kategori sedang. 2) Pada pertemuan pertama, siswa melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan. Hampir semua siswa terlihat antusias dan bersemangat dan melakukan langkah kerja sesuai dengan LKS praktikum I yang diberikan guru. Namun terlihat beberapa siswa menganggap bahwa pengamatan yang dilakukan adalah sebuah permainan sehingga siswa tersebut terkesan kurang serius. 3) Siswa masih kesulitan menyesuaikan diri dengan metode yang diterapkan yakni memadukan antara metode melalui pengamatan dan diskusi. Mereka dapat menemukan suatu konsep dengan cepat melalui
67
metode pengamatan ataupun percobaan dengan sangat baik, namun sangat disayangkan mereka kurang dapat menemukan konsep tersebut dalam diskusi kelompok. Hal ini dapat terbukti saat pemberian tes yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar siswa memahami konsep, ternyata dari 6 kelompok hanya 4 kelompok yang berhasil menjawab dan menguraikan konsep dengan benar. Dalam hal ini, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan siswa sudah mampu membangun suatu konsep dalam pikiran siswa berdasarkan hasil temuan siswa baik melalui buku panduan, literatur lain maupun pengamatan yang dilakukan di lingkungan sekolah. 4) Kerjasama antar kelompok kurang terjalin karena siswa masih mengandalkan teman sekelompoknya untuk melakukan pengamatan. 5) Kerjasama siswa dalam diskusi kurang terjalin karena hanya beberapa siswa yang mendominasi saat diskusi. 6) Hasil postes siswa dari 30 soal pilihan ganda diperoleh siswa yang mencapai KKM sebesar 87,5%. Dari 24 siswa, 3 siswa belum mencapai ketuntasan dalam pembelajaran biologi.
d. Tahap Refleksi I 1) Dari 2 kali kegiatan pengamatan dan diskusi yang dilakukan, secara keseluruhan siswa sudah bisa menemukan konsep berdasarkan hasil temuan mereka, baik melalui buku panduan biologi, literatur lain maupun pengamatan di lingkungan sekolah. 2) Kegiatan pengamatan di lingkungan sekolah secara garis besar membuat siswa terlihat antusias dan termotivasi untuk belajar, siswa terlihat aktif dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan belajar mengajar. 3) Beberapa
siswa
masih
terlihat
main-main
dalam
melakukan
pengamatan dan diskusi. 4) Kekeliruan dan kesalahan beberapa siswa dalam menjawab dan menguraikan tes pemahaman konsep, disebabkan karena siswa
68
menyimpulkan hasil kegiatan pengamatan hanya berdasarkan hasil temuan siswa, tanpa menggunakan buku panduan, literatur lain dan diskusi kelompok. Sehingga masih banyak siswa yang belum memahami materi pada siklus I. 5) Kegiatan diskusi siswa masih belum maksimal, sehingga peneliti perlu menindaklanjuti kegiatan diskusi pada siklus II. 6) Persentase siswa yang belum mencapai kriteria KKM belum maksimal dan belum sesuai target (100%). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dan hasil belajar siswa perlu ditingkatkan.
e. Keputusan Berdasarkan hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam materi ekosistem belum sesuai dengan kriteria yang peneliti harapkan. Perlu dilakukan tindak lanjut proses pembelajaran sebagai perbaikan hasil belajar siswa, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke siklus II. Adapun perbaikan-perbaikan pada siklus II yang dianggap perlu oleh peneliti antara lain : 1) Kegiatan pembelajaran pada siklus I lebih difokuskan pada kegiatan praktikum berupa pengamatan di lingkungan sekolah dan diskusi. secara keseluruhan kegiatan praktikum sudah memenuhi kriteria yang diharapkan peneliti. Sedangkan pada kegiatan diskusi, peneliti merasa masih banyak yang perlu diperbaiki. Peneliti melihat tidak seluruhya siswa berperan aktif dalam diskusi, hanya beberapa siswa yang mendominasi kegiatan diskusi. oleh karena itu, pada siklus II peneliti memfokuskan pembelajaran pada kegiatan Tanya jawab dan diskusi. 2) Peneliti lebih memperbaharui kegiatan diskusi agar siswa dapat lebih termotivasi dan berkonsentrasi dalam diskusi. 3) Peneliti memberikan instruksi terlebih dahulu kepada siswa untuk mencari tahu informasi yang akan dibahas dalam diskusi kelompok
69
baik melalui buku panduan maupun literatur lain yang lebih relevan agar dalam diskusi siswa lebih dapat memahami konsep yang dipelajari.
2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan siklus II merupakan refleksi dan perbaikan pada siklus I, tahapan perencanaan pada siklus II yaitu : 1) Membuat soal pretes dan postes sebanyak 30 soal tes objektif 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembelajaran dilakukan hanya di dalam kelas dengan metode diskusi, Tanya jawab, ceramah, dan penugasan. Berdasarkan perbaikan dari siklus I, peneliti ingin melakukan diskusi dengan cara yang berbeda dari diskusi pada siklus I. 3) Menyiapkan materi ajar, media pembelajaran, LKS diskusi, dan keperluan pembelajaran lainnya. Materi yang diberikan pada siklus II adalah jenisjenis limbah, daur ulang limbah dan pengenalan produk daur ulang limbah. Pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam 2 kali pertemuan, setiap kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Rencana pembelajaran siklus II dapat dilihat pada lampiran.
b. Tindakan II (Jenis-Jenis Limbah, Daur Ulang Limbah dan Pengenalan Produk Daur Ulang Limbah) Tindakan yang dilakukan pada siklus II dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa serta memperbaiki kekurangankekurangan pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam 2 kali pertemuan, pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan metode diskusi, Tanya jawab, ceramah dan penugasan. Deskripsi aktivitas guru dan siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.13. di bawah ini.
70
Tabel 4.13 Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus II No. 1
2
3
4
5
6
7
8
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa Pertemuan Pertama Sebelum dimulai pembelajaran, guru Siswa mengerjakan pretes secara individu. memberikan pretes pilihan ganda sebayak 30 soal selama 20 menit. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang subkonsep jenis-jenis limbah, daur ulang limbah dan pengenalan produk daur ulang limbah). Memotivasi siswa dengan menunjukkan Siswa terlihat antusias dengan gambargambar jenis-jenis limbah baik limbah gambar yang diperlihatkan organik maupun anorganik serta memperlihatkan salah satu bentuk daur ulang limbah. Guru memotivasi siswa kembali dengan Seluruh siswa terpaku terhadap gambar mengajukan pertanyaan dari gambar produk daur ulang limbah yang produk daur ulang limbah yang telah diperlihatkan. Beberapa siswa menjawab diperlihatkan. Pertanyaan ini bertujuan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. untuk mengarahkan pikiran siswa tentang bagaimana cara membuat produk daur ulang tersebut. “Baguskan produk daur limbah ini?”, “Bergunakah produk daur ulang limbah ini dalam kehidupan sehari-hari?”, “Bagaimanakah cara pembuatan produk daur ulang limbah tersebut?” Guru menganalisis jawaban siswa, lalu Siswa mendengarkan informasi yang memberikan penjelasan atas jawabandisampaikan guru jawaban yang disampaikan siswa Memberikan informasi kepada siswa Siswa mendengarkan informasi dan mengenai materi yang akan dipelajari intruksi dari guru, kemudian duduk dalam dan kegiatan pembelajaran yang kelompoknya masing-masing. dilakukan. Guru juga membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta membagikan LKS diskusi I(mendata jenis-jenis limbah, mengklasifikasikan jenis limbah, memilih jenis limbah yang dapat didaur ulang, mencari informasi tentang cara mendaur ulang limbah). Guru meminta perwakilan masingSiswa mempresentasikan hasil diskusi masing kelompok untuk kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru memberikan pemantapan konsep Siswa menyimak informasi yang dengan menjelaskan materi tentang jenis- disampaikan guru jenis limbah, daur ulang limbah dan pengenalan produk daur ulang limbah. Guru menugaskan para siswa untuk Siswa menyimak intruksi yang diberikan mencari tahu informasi sebanyakguru banyaknya tentang cara mendaur ulang limbah dari beberapa produk daur ulang. Pertemuan kedua
71
1
2
3
4
5
6
Guru meminta siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing karena akan dilakukan diskusi kelompok Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil dari tugas yang diintruksikan kepada setiap kelompok satu minggu yang lalu. Guru menampilkan salah satu produk daur ulang limbah kemudian menginformasikan kepada seluruh siswa tentang cara pembuatannya. Guru mempersilahkan para siswa untuk duduk dalam bangkunya masing-masing, karena akan dilakukan postes siklus II. Guru memberikan postes dengan soal yang sama dengan pretes untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang subkonsep limbah. Guru meminta siswa mengisi angket respon siswa terhadap pembelajaran STM dan nilai religius dalam subkonsep limbah.
Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing Perwakilan siswa dari setiap kelompok mempresentasikan hasil tugas yang diintruksikan minggu lalu. Para siswa menyimak penjelasan dari guru
Siswa duduk dalam bangkunya masingmasing Para siswa mengerjakan postes secara individu
Siswa mengisi angket respon terhadap pembelajaran STM dan nilai religius subkonsep limbah
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan selalu ada kegiatan diskusi yang merupakan refleksi dari siklus I. pada siklus II, peneliti menerapkan diskusi yang berbeda dari siklus I. peneliti mengharapkan agar semua siswa dapat termotivasi dan terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Pada siklus II, peneliti menerapkan sistem diskusi dengan sistem rolling tunjuk. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat berpartisipasi aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, bagi setiap siswa yang telah menjawab pertanyaan maka tidak berhak untuk menjawab lagi. Bagi kelompok yang perwakilannya banyak menjawab pertanyaan maka akan diberi poin ataupun reward yang telah disediakan. Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan siswa menjadi termotivasi dan lebih berkonsentrasi terhadap materi yang sedang dipelajari. Selain itu tidak ada lagi siswa yang mendominasi dalam diskusi kelompok. Satu minggu sebelum diskusi ini dimulai, peneliti memberikan intruksi kepada para siswa untuk mencari sumber informasi sebanyakbanyaknya baik melalui buku maupun internet tentang bahasan yang akan
72
dipelajari, sehingga para siswa telah mengetahui sedikit banyak tentang bahasan yang akan dipelajari saat diskusi. Oleh karena itu siswa lebih dapat berkonsentrasi dan lebih termotivasi dalam diskusi. setelah itu, kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pembahasan materi yang telah didiskusikan dan pemantapan konsep oleh guru. Aktivitas guru dan peneliti selanjutnya adalah melakukan perhitungan skor hasil belajar siswa yaitu berupa postes.
c.
Tahap Observasi
1) Rata-rata skor pretes adalah 44,17 dan rerata skor postes adalah 72,08 dengan nilai N gain sebesar 0,6. Dilihat dari skor pretes dan postes yang diperoleh menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa, dengan rata-rata postes 72,08 yang berada dalam kategori sedang (menurut kriteria penilaian di SMA Daya Utama) dan nilai N gain 0,6 berada dalam kategori sedang. 2) Secara keseluruhan siswa sudah dapat menjawab pertanyaanpertanyaan yang tercantum dalam LKS diskusi dengan tepat. 3) Diskusi dengan rolling tunjuk terbukti cukup efektif untuk membuat seluruh
siswa
lebih
berkonsentrasi
dan
termotivasi
dalam
mengemukakan jawaban ataupun pendapat dalam diskusi, sehingga dominasi beberapa siswapun dapat dihilangkan saat diskusi. 4) Hasil postes pilihan ganda sebanyak 30 soal diperoleh persentase 100% siswa sudah memenuhi KKM yang ditentukan. Dapat disimpulkan semua siswa sudah mencapai ketuntasan dalam pembelajaran IPA.
d. Tahap Refleksi 1) Hasil belajar siswa pada konsep ekosistem pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Nilai N gain pada siklus I sebesar 0,5 sedangkan pada siklus II meningkat menajdi 0,6.
73
2) Pada siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM. Hal ini dapat dilihat dari rerata skor postes siswa yang sudah mencapai KKM dalam pembelajaran IPA. Pada siklus I sebanyak 87,5% siswa yang mencapai KKM sedangkan pada siklus II jumlahnya meningkat menjadi 100%. 3) Guru melakukan kegiatan diskusi yang lebih variatif agar siswa lebih termotivasi dan lebih aktif dalam berdiskusi.
e. Keputusan 1) Hasil belajar siswa pada konsep ekosistem pada siklus I dan II mengalami peningkatan dan memiliki perbedaan yang signifikan. 2) Kegiatan diskusi yang lebih variatif membuat siswa termotivasi dan lebih aktif dalam berdiskusi. 3) Diskusi menggunakan rolling tunjuk cukup efektif untuk membuat siswa
lebih
aktif
dalam
mengemukakan
pertanyaan
dan
menghilangkan dominasi dari beberapa siswa.
E. Pembahasan Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa temuan penelitian yang diperoleh antara lain : 1. Peningkatan hasil belajar melalui model pembelajaran STM Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar. Peningkatan terlihat setelah pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran STM berdasarkan kenaikan skor rerata pretes dan postes siswa pada siklus I dan siklus II, bahkan pada siklus I dan siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM melebihi target yang diharapkan (65%) yaitu 87,5% pada siklus I dan 100% pada siklus II. Pembelajaran dengan STM memberikan pengalaman baru bagi siswa yang terbiasa dengan “teacher centred”. Peneliti mencoba mengalihkan kegiatan belajar mengajar dari situasi yang didominasi oleh guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam
74
proses pengalaman melalui pengamatan disekitar sekolah dan psoses mental melalui tukar pendapat yaitu diskusi. 2. Persepsi siswa terhadap model pembelajaran STM Berdasarkan kuesioner yang telah disebar di akhir siklus II, secara keseluruhan siswa merespon dengan baik pembelajaran dengan pembelajaran STM. Pembelajaran lebih variatif karena memadukan antara metode diskusi, ceramah serta metode pengalaman melalui percobaan dan pengamatan. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, hal ini memberikan dampak yang lebih positif terhadap pemikiran dan pemahaman siswa terhadap kebenaran suatu konsep. Hal ini terlihat dari ratarata persentase siswa yang merespon positif lebih besar daripada siswa yang merespon negative terhadap pembelajaran STM. 3. Nilai religius pada konsep ekosistem Nilai religius siswa yang dilihat melalui kuesioner yang disebar di akhir siklus II menunjukkan perkembangan yang positif dilihat dari jumlah persentase siswa yang menjawab sangat setuju dan setuju pada pertanyaan positif sangat besar. Diharapkan dengan pembelajaran seperti ini dapat menambah rasa keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
F. Keterbatasan dalam Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan dalm penelitian seperti: 1. Dalam penerapan model pembelajaran STM berbasis Imtaq ini masih ditemukan adanya kendala seperti kurangnya waktu dalam memburu isu sosial dan teknologi oleh siswa. 2. Keterbatasan
waktu
peneliti
pembelajaran secara terperinci.
dalam
melakukan
observasi
kegiatan
75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1. Diperoleh hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata pretes sebesar 42,8 dan rata-rata nilai postes sebesar 70,08. Sedangkan pada siklus II rata-rata nilai pretes sebesar 44,17 dan rata-rata nilai postes sebesar 72,08. 2. Diperoleh rata-rata Ngain siklus I sebesar 0,5 dan siklus II sebesar 0,6. Berdasarkan kategori perolehan skor gain ternormalisasi meningkat dari siklus I ke siklus II maka nilai gain termasuk dalam kategori sedang. 3. Terdapat peningkatan hasil belajar secara signifikan pada siklus II, dengan uji t pada taraf signifikan 0,05 diperoleh t
hitung
= 3,3 dan ttabel = 2,014 hal
ini berarti thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran dengan model pembelajaran STM efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Pada siklus II terjadi peningkatan KKM dari siklus I yakni dari semula 87,5% menjadi 100%. 5. Diperoleh persentase tentang respon siswa terhadap nilai religius yang terkandung dalam materi ekosistem yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Persentase nilai religus adalah 91,7%. 6. Repon positif siswa terhadap model pembelajaran STM, diperoleh sebanyak 89,97% siswa menyatakan bahwa proses belajar mengajar dengan model pembelajaran STM dirasakan dapat meningkatkan hasil belajar pada materi ekosistem.
76
B. Saran 1. Bagi sekolah dan pihak guru pada khususnya, penulis sarankan hendaknya menggunakan model pembelajaran STM sebagai alternative dalam proses pembelajaran khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Dalam pelaksanaan model pembelajaran STM, seorang guru harus benarbenar dapat mempersiapkan waktunya dalam isu-isu sosial yang ada di masyarakat berkaitan dengan Sains dan Teknologi dalam setiap konsep yang sedang diajarkan.
77
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 2006. Arnyana, Ida Bagus Putu. Upaya Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) Melalui Pengajaran Biologi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan Pada Siswa Sekolah Menengah. Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXIII September 2000. Assegaf, Abd. Rahman. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005. Bain, Eric. Journal of Religion & Society. Volume 5 (2003) ISSN 1522-5658 Dahl, Arthur. Science and Religion In The Climate Change. Padova, 2008. dahla@bluewin. ch Galib, La Maronta. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 034, Tahun Ke8, Januari 2002. Hadhiri, Choiruddin. Klasifikasi kandungan Al-quran. Jakarta : Gema Insani Press, 1994. Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Bogor : Science Education Research, 2 juni 2006. Iswari, Mega. Pendidikan Nilai untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi EraGlobalisasi. Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 1-5 (2, 1-2) 2001-2004. Jenkins, Willis. REL 866: Religion, Science, and Technology: Issues in Encounter YDS Spring 2007 Kagiarti, Nia M. Ekosistem dan Keanekaragaman Makhluk Hidup. Jakarta : HT Transvisi, Januari 1990. Kountur, Ronny. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : PPM, 2005. Kurniawati, Eva. Perbandingan Pemanfaatan Media Spesimen dan Media Gambar Terhadap Penguasaan Konsep Struktur Tubuh Pada Jamur. Jakarta : Skripsi, 2007.
78
Mariana, Made Alit. Suatu Tinjauan Tentang Hakekat Pendekatan “Science, Technology, and Society” dalam Pembelajaran Sains. Buletin Pelangi Pendidikan, Volume 2 No. 1 tahun 1999/2000.
Meltzer, David E. “The Realitionship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: A Possible “Hidden Variable” in Diagnotic Pretes Scores”. Http://physics.ia.state.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf.
Naik, Zakir. The Qur’aan and Modern Science. Jakarta : Ahya Multimedia, 2000. http://www.ahya.org
Nuryani. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press, 2005 Paul, Gregory. Journal of Religion & Society.Volume 7 (2005) ISSN 1522-5658 Platt, John R. Science. 16 October 1964, Volume 146, Number 3642 Prayekti. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di kelas 5 SD. Jakarta : Balitbang Depdiknas, 2002. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 039 Thn ke-8. Rapi, Ni Ketut. Pengembangan Literasi Sains dan teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat di SLTP. Aneka Widya STKIP Singaraja, No.1 TH. XXXII Januari 1999. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching, 2005 Sadia, I Wayan. Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Berwawasan Sains Teknologi Masyarakat. Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXII September 1999. Sarkim, T. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pengajaran Sains. Universitas Sanata Dharma : Widya Dharma, 1998. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1989. Suhery, Tatang. Buletin Pelangi Pendidikan. Jurnal, Volume 1 No. 2 Tahun 1998/1999. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara, 2003.
79
Supriadi, Dedi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Wasisto Dwi DDW, Agus, Pembelajaran Biologi yang Berbasis IMTAQ dengan Pendekatan Integratif (Science, Environment ,Society, Technology, and Religion). Jurnal : Jakarta, 2007. Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta : Kelopak Magna Script, 2004. Yahya, Ismail. Integration of Religion and Science in the Indonesian State Islamic Universities. Philadelphia, 2005. www.metanexus.net Yenita, Indra. Kontruktivisme dalam PembelajaranBahasa Inggris dengan Pengintegrasian Bahasa Inggris dengan Pengintegrasian Nilai Imtaq pada SMP Negeri 1x Koto kelas II. Jurnal Guru, No. 2 Vol. 2 Desember 2005. Yudianto, Suroso Adi. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung : Mughni Sejahtera, 2005 Zakaria, Teuku Ramli. Pendekatan-pendekatan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 026, Tahun Ke-6, Oktober 2000.
80
Instrumen Kemampuan Memahami Konsep-Konsep Ekosistem Petunjuk : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap paling benar 1. Kelompok tumbuhan padi yang hidup di sebidang tanah berdasarkan konsep ekologi merupakan suatu : a. spesies b. individu
c. populasi d. komunitas
2. Dalam suatu ekosistem kolam terdapat : 1. ikan karnivora ; 2. bakteri pengurai; 3. fitoplankton; 4. ikan herbivor;
5. zat-
zat organik Dari komponen tersebut dapat disusun suatu mata rantai makanan yang susunannya: a. 3-4-5-1-2
c. 5-3-4-1-2
b. 2-5-3-4-1
d. 3-4-1-5-2
3. Bakteri dan jamur yang dapat memecahkan senyawa-senyawa organik merupakan : a. Produsen
c. pengurai
b. Konsumen
d. pemanis
4. Ada daerah yang gelap sepanjang hari dan tidak sampai air hujan pada lapis ini karena daerah ini merupakan : a. daerah tengah
c. daerah lapis bawah
b. gurun
d. daerah tudung
5. Iklim merupakan dasar yang baik untuk menggambarkan ekosistem darat dalam skala besar, karena : a. iklim mencakup faktor lingkungan biotik yang penting bagi kehidupan b. iklim mencakup faktor lingkungan abiotik yang penting bagi kehidupan c. iklim sangat diperlukan dalam kehidupan d. iklim dapat berubah-ubah 6. Di daerah gurun, suhu pada siang hari sangat tinggi dan sebaliknya suhu pada malam hari sangat rendah, karena : a. tingginya kelembaban b. tingginya evaporasi
81
c. rendahnya kelembaban d. kadar air yang kurang 7. Akibat keadaan gurun yang sangat tandus dan kering, maka : a. hanya sedikit spesies yang hidup disana b. curah hujan sangat tinggi c. tumbuhnya semusimnya besar-besar d. banyak spesies tumbuhan yang hidup di sana 8. Daerah gurun perlu dihijaukan, oleh karena itu perlu diisi oleh bibit tanaman berupa tanaman : a. Mangrove
c. mangga, kaktus, anggur
b. anggur,padi, jagung
d. kaktus, korma, anggur
9. Di dalam pola kehidupan laut, terdapat bermacam-macam ikan hewan berongga, hewan berpori, hewan berkulit duri, plankton dan sebagainya. Manakah di antara pernyataan di bawah ini yang tepat ? a. ikan kecil menguntungkan plankton b. ikan besar menguntungkan ikan kecil c. ikan kecil menguntungkan ikan besar d. air menguntungkan binatang laut 10. Pembasmian burung-burung pengganggu hasil pertanian ternyata menimbulkan masalah baru bagi petani itu, yaitu : a. hilangnya kicauan burung-burung merdu b. hilangnya pupuk kandang yang berasal dari kotoran burung c. naiknya populasi ulat d. berkurangnya sumber protein dari daging burung 11. Memasukkan hewan dari luar akan mengakibatkan : a. menguntungkan, karena jenis yang datang lebih baik dari yang sudah ada b. menguntungkan, karena dapat menambah hewan yang sudah ada c. menguntungkan, karena jenis yang datang lebih sesuai dengan lingkungan d. merugikan, karena dapat merusak ekosistem di daerah itu 12. Meskipun ular berbisa merupakan hewan yang menakutkan, kelestariannya perlu dijaga. Kemusnahan populasi ular akan menyebabkan organisme/populasi hewan tertentu mengalami perkembangan yang pesat pada daerah pertanian, yaitu :
82
a. tikus
c. harimau
b. buaya
d. kera
13. Komunitas berbeda dengan ekosistem, karena : a. komunitas merupakan tempat ekosistem, sedangkan ekosistem organisme yang menempati b. komunitas merupakan kumpulan berbagai spesies, sedangkan ekosistem merupakan kumpulan satu spesies c. komunitas terdiri atas kumpulan spesies yang sama sedang ekosistem terdiri atas berbagai spesies d. komunitas merupakan lingkungan biotiknya sedangkan ekosistem adalah komunitas dengan lingkungan abiotiknya 14. Pengertian dari habitat adalah : a. tempat hidup suatu organisme b. fungsi makhluk hidup dalam suatu ekosistem c. kedudukan organisme dalam suatu lingkungan d. peranan organisme dalam suatu lingkungan 15. Dalam suatu ekosistem terdapat populasi : plankton, ikan kecil, ikan besar pemakan kecil, parasit pada ikan besar. Bila terjadi penurunan populasi parasit pada ikan besar, maka : a. plankton menurun, ikan kecil naik, ikan besar turun b. ikan besar naik, ikan kecil naik, plankton turun c. ikan besar naik, ikan kecil turun, plankton naik d. ikan besar naik, ikan kecil naik, plankton turun 16. Interaksi antar populasi yang bersifat kompetisi di antara organisme berikut, yang paling besar interaksinya adalah antara: a. kupu-kupu siang dan kupu-kupu malam b. katak pohon dan katak sawah c. lembu denagn serigala d. padi dengan padi dalam satu petak 17. Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu ekosistem terdiri dari : senyawa anorganik, plankton, ikan, burung pemakan ikan, dan guano (tumbuhan kotoran burung). Bila terjadi pengambilan ikan secara berlebihan, akan menimbulkan :
83
a. penurunan populasi burung, penaikan populasi plankton b. penaikan populasi burung, penaikan populasi plankton c. penaikan populasi burung, penurunan guano, penurunan populasi plankton d. penaikan populasi plankton, penaikan kadar senyawa organik 18. Seorang siswa melakukan pengamatan terhadap ciri berbagai bioma. Data yang ia peroleh adalah : 1. curah hujan tinggi; 2. curah hujan sangat rendah; 3. jenis tumbuan sangat heterogen; 4. matahari bersinar sepanjang tahun; 5. ditemukan tumbuhan khas yang berupa epifit dan lilianan; 6. porositas dan drainase tanah kurang baik. Yang merupakan ciri-ciri hutan tropis : a. 1,2 3,4
c. 3,4,5,6
b. 2,3,4,5
d. 1,3,4,5
19. Kalau terjadi pencemaran insektisida di ekosistem air tawar, maka beberapa tahun kemudian kadar bahan itu yang paling tinggi didapatkan dalam : a. air tawar
c. tubuh serangga air
b. tumbuhan air
d. tubuh hewan-hewan herbivor
20. Mengingat banyaknya polusi udara khususnya CO2 oleh kendaraan, maka pemerintah : a. mengadakan razia kendaraan b. membuat saringan CO2 c. mengadakan penghijauan di kota-kota d. membatasi jumlah kendaraan 21. Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu, maka usaha-usaha untuk mengurangi pencemaran dalam kota adalah dengan : a. pembatasan dari jumlah penduduk kota yang berhak memiliki kendaraan pribadi b. mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi di dalam kota c. pelarangan mendirikan pabrik/industri di dalam kota d. yang menimbulkan bahaya polusi a dan b benar 22. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah menggunakan pestisida untuk memberantas hama. Penggunaan pestisida itu pengaruhnya : a. baik karena semua hama terberantas
84
b. baik karena hewan tertentu saja yang akan punah c. buruk karena bila memasuki rantai makanan susah keluar lagi d. buruk karena semua organisme akan ikut mati 23. Menaikkan produksi pangan yang akan memberikan akibat sampingan buruk : a. menggunakan bibit hasil radiasi b. memberantas hama tanaman pengganggu dengan herbisida c. mengadakan persilangan dan seleksi d. pemupukan dengan pupuk buatan 24. Pemberantasan hama lebih baik dilakukan secara biologis daripada dengan alat kimia, sebab : a. pemberantasan secara biologis lebih murah b. zat kimia merusak peralatan c. pestisida dapat membunuh organisme yang bermanfaat d. pemberantasan secara biologis lebih berhasil 25. Tanpa disadari manusia dapat merusak lingkungannya sendiri, tetapi karena kepintarannya dan kemajuan dalam bidang teknologi manusia dapat mengenal bahaya yang akan terjadi dan mengambil langkah-langkah untuk menanggulanginya. Penghijauan di kota-kota besar merupakan salah satu cara untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang bertujuan : a. mempertinggi kadar CO2 di udara b. mempertinggi kadar O2 di udara c. mempertinggi penghasilan penduduk d. mempertinggi suhu udara 26. Kebakaran hutan sangat merugikan, karena hutan yang terbakar memakan waktu lama untuk menjadi komunitas hutan lagi, sebab : a. suhu yang tinggi saat kebakaran merusak susunan tanah b. suksesi ekologi diawali bukan oleh pohon berkayu c. punahnya benih-benih dan pohon yang asalnya tumbuh di situ d. mengeringnya sumber mata liar di hutan tersebut 27. Bila berjalan di dataran tinggi yang gundul akibat kebakaran hutan nafas menjadi sesak, tidak seperti kalau mendaki gunung yang memiliki vegetasi yang hijau dan
85
rapat. Hal ini disebabkan karena gunung yang bervegetasi hijau dan rapat menyebabkan : a. kadar O2 di udara berkurang b. pencemaran di gunung lebih banyak c. curah hujan akan bertambah d. kadar CO2 di udara berkurang 28. Dua bidang perladangan, yang satu bekas ditumbuhi golongan kacang-kacangan (leguminoseae) sedang yang satu lagi bekas ditumbuhi alang-alang (Imperata cylindrical). Ternayta setelah dipergunakan sebagai perladangan, pada perladangan I (bekas ditumbuhi kacang-kacangan) tanaman tumbuh subur dan pada perladangan II (bekas ditumbuhi alang-alang) tanaman tumbuh kerdil. Setelah diteliti penyebabnya adalah : a. ladang pertama sudah agak lama ditinggalkan b. ladang kedua sudah agak lama ditinggalkan c. ladang kedua banyak mengandung nitrat d. ladang pertama banyak mengandung nitrat 29. Dari suatu hasil penelitian, ternyata penanaman pohon yang lebih banyak diperuntukan sebagai penurunana suhu. Manakah dari grafik-grafik dibawah ini yang sesuai dengan kenyataan di atas? a.
b. Suhu
Suhu
Luas daerah penghijauan c.
Luas daerah penghijauan d.
Suhu
Luas daerah penghijauan
Suhu
Luas daerah penghijauan
86
30. Jika kita naik ke daerah yang lebih tinggi atau dipuncak gunung, maka kita akan merasakan udara yang lebih dingin. Hal ini terjadi karena : a.
semakin tinggi berarti semakin jauh dari pusat bumi, sehingga jauh dari cairan magma yang panas
b. semakin tinggi akan semakin banyak mengandung uap air, sehingga akan terasa lebih dingin c. semakin tinggi udara akan semakin renggang, sehingga permukaan bumi yang udaranya rapat akan menyerap pantulan energi dari permukaan bumi dan akan mengalami energi lepas ke udara d. semakin rendah pengaruh gravitasi maka daya tariknya semakin tinggi, sehingga akan terasa lebih dingin.
87
Kisi-kisi Penguasaan Konsep Ekosistem Konsep/sub konsep Konsep Ekosistem
Indikator
Nomor soal C2 C3
Jumlah
Presentase
6
15%
2
1
2,5%
9 16 18
3
7,5%
C1 1 3 4 14 36 37
C4
Menyebutkan istilah yang berkaitan dengan ekosistem
Menyusun daftar mata rantai makanan dalam suatu ekosistem kolam
Memilih data yang sesuai dengan konsep yang telah ada
Membedakan istilah komunitas dengan ekosistem
13
1
2,5%
Memperkirakan akibat yang akan terjadi dari penurunan populasi parasit pada ikan besar
15
1
2,5%
Menghubungkan akibat yang akan terjadi dari pengambilan ikan secara berlebihan
1
2,5%
1
2,5%
Menganalisis suatu permasalahan berdasarkan konsep evolusi
17
38
88
Manusia dan lingkungan
Menerapkan konsep keseimbangan ekosistem pada situasi baru
Menggambarkan salah satu komponen abiotik dengan ekosistem darat
Memperkirakan sebab dan akibat yang terjadi di daerah gurun berdasarkan konsep ekosistem
Memperkirakan akibat yang terjadi dari pemusnahan salah satu komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem Memperkirakan sebab dan akibat yang terjadi dari penambahan salah satu komponen biotik ke dalam lingkungan Mengaplikasikan cara untuk menanggulangi kerusakan lingkungan Menganalisis penyebab
27
1
2,5%
5
1
2,5%
6 7 8
3
7,5%
10 12 26 40
4
10%
11 32 33
3
7,5%
25
1
2,5%
28
1
2,5%
89
suburnya tanaman berkaitan dengan unsur hara yang terkandung di dalam tanah
Limbah
2
5%
30 31
2
5%
34 39
2
5%
1
2,5%
2
5%
22
1
2,5%
23 24
2
5%
Memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan lingkungan Memperkirakan dampak negatif dari kegiatan manusia terhadap komponen biotik
Memecahkan masalah tentang cara penanggulangan pencemaran
Memperkiraka akibat dari penggunaan pestisida terhadap lingkungan
29 35
Menganalisis data dari suatu hasil penelitian Mengaplikasikan pengaruh suatu komponen abiotik terhadap lingkungan
Memperkirakan akibat dari kegiatan manusia terhadap lingkungan
19
20 21
90
Tabel 4.6 Persentase Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran STM
No
Pernyataan
Ya
Tidak
1
Saya menyukai pelajaran biologi
91,6%
8,4%
2
Saya merasa mudah memahami materi pelajaran dengan cara yang diberikan guru
87,5%
12,5%
3
Saya senang karena dapat menemukan konsep-konsep dalam ekosistem melalui percobaan/eksperimen
91,6%
8,4%
4
Saya merasa kesulitan dengan cara belajar yang diterapkan guru
20,8%
79,2%
5
Saya senang diskusi kelompok karena saya dapat bertukar pikiran dengan teman
95,8%
4,2%
6
Suasana belajar yang dikembangkan guru menarik dan membuat saya termotivasi belajar biologi
83,3%
16,7%
7
Cara mengajar guru pada materi ekosistem perlu dipertahankan
95,8%
4,2%
8
Bimbingan guru membantu saya mencapai tujuan belajar
91,6%
8,4%
9
LKS yang disajikan guru membantu saya berpikir dan aktif melakukan kegiatan untuk menemukan konsep sendiri
83,3%
16,7%
10
Model pembelajaran STM membuat saya dapat merasakan manfaat belajar materi ekosistem
100%
0%
91
Lembar Observasi Guru pada Siklus I
Pertemuan I Faktor-faktor yang diobservasi
Ya
Tidak
Pertemuan II Ya
TAHAP 1 : APERSEPSI 6. Menuliskan topik yang akan dibahas 7. Mengajukan pertanyaan yang relevan 8. Bertanya secara klasikal 9. Bertanya secara individual 10. Menanggapi jawaban siswa TAHAP II : EKSPLORASI 7. Membimbing siswa memecahkan masalah yang disajikan 8. Membimbing siswa melakukan pengamatan dengan panduan LKS 9. Membimbing siswa mencatat data percobaan/pengamatan 10. Mendorong siswa berdiskusi dalam kelompok 11. Membimbing siswa dalam diskusi kelompok 12. Menanggapi pertanyaan siswa selama diskusi kelompok TAHAP III : PEMANTAPAN KONSEP 6. Memberi kesempatan kepada siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok 7. Memberi kesempatan siswa/kelompok lain menanggapi
Tidak
Pertemuan III Ya
tidak
92
8. Member i kesempatan siswa bertanya atau mengemukakan pendapat 9. Mengembangkan materi 10. Membimbing siswa membuat kesimpulan TAHAP IV : REFLEKSI DAN EVALUASI 3. Mengungkap nilai bahan ajar (nilai religius) 4. Mengajukan pertanyaan terhadap materi yang sudah dipelajari
Lembar Observasi Guru pada siklus II
Pertemuan I Faktor-faktor yang diobservasi
Ya
Tidak
Pertemuan II Ya
TAHAP 1 : APERSEPSI 6.
8.
Menuliskan topik yang akan dibahas Mengajukan pertanyaan yang relevan Bertanya secara klasikal
9.
Bertanya secara individual
7.
10. Menanggapi jawaban siswa TAHAP II : EKSPLORASI 7.
Membimbing siswa memecahkan masalah yang disajikan 8. Membimbing siswa melakukan pengamatan dengan panduan LKS 9. Membimbing siswa mencatat data percobaan/pengamatan 10. Mendorong siswa berdiskusi dalam kelompok
Tidak
Pertemuan III Ya
tidak
93
11. Membimbing siswa dalam diskusi kelompok 12. Menanggapi pertanyaan siswa selama diskusi kelompok TAHAP III : PEMANTAPAN KONSEP 6.
7.
8.
9.
Memberi kesempatan kepada siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Memberi kesempatan siswa/kelompok lain menanggapi Member i kesempatan siswa bertanya atau mengemukakan pendapat Mengembangkan materi
10. Membimbing siswa membuat kesimpulan TAHAP IV : REFLEKSI DAN EVALUASI 3. 4.
Mengungkap nilai bahan ajar (nilai religius) Mengajukan pertanyaan terhadap materi yang sudah dipelajari
94
Instrumen Kemampuan Memahami Konsep-Konsep Ekosistem Petunjuk : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap paling benar! (SIKLUS II) 1. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah menggunakan pestisida untuk memberantas hama. Penggunaan pestisida itu pengaruhnya : a. baik karena semua hama terberantas b. baik karena hewan tertentu saja yang akan punah c. buruk karena bila memasuki rantai makanan susah keluar lagi d. buruk karena semua organisme akan ikut mati 2. Pengelolaan limbah adalah… a. Pengendalian pencemaran
d. pengumpulan limbah
b. Pembungan limbah
e. semua jawaban benar
c. Pengolahan limbah 3. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Pengendalian pencemaran 2. Remedisi 3. Pencegahan pencemaran Urutan prioritas yang benar adalah… e. 1-2-3
d. 3-1-2
f. 2-1-3
e. 2-3-1
g. 1-3-2 4. Menaikkan produksi pangan yang akan memberikan akibat sampingan buruk : a. menggunakan bibit hasil radiasi b. memberantas hama tanaman pengganggu dengan herbisida c. mengadakan persilangan dan seleksi d. pemupukan dengan pupuk buatan 5. Teknologi bersih/clean technology bertujuan untuk… a. Pengolahan limbah
c. peraturan pembungan limbah
b. Pembuangan limbah
d. pendaurulangan limbah
c. Minimalisasi limbah
95
6. Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu, maka usaha-usaha untuk mengurangi pencemaran dalam kota adalah dengan : a. pembatasan dari jumlah penduduk kota yang berhak memiliki kendaraan pribadi b. mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi di dalam kota c. pelarangan mendirikan pabrik/industri di dalam kota d. yang menimbulkan bahaya polusi a dan b benar 7. Berikut ini merupakan menimalisasi limbah, kecuali… a. Pengolahan limbah
d. reduksi limbah
b. Pemanfaatan limbah
e. semua jawaban benar
c. Recycling
8. Berikut ini yang merupakan keuntungan ekonomis dari usaha minimalisasi limbah adalah… a. Meningkatkan efisiensi produksi b. Segregasi limbah c. Substitusi bahan dengan bahan yang kurang daya toksiknya d. Mengurangi volume produksi e. Mengubah cara produksi 9. Berikut ini yang merupakan limbah organic adalah… a. Sisa makanan dari plastic
c. pupuk tanaman dan DDT
b. Sisa makanan dan sampah tumbuhan d. sampah tumbuhan dan deterjen c. Deterjen dan DDT 10. Tindakan Recycling atau daur ulang plastic merupakan tindakan yang sangat tepat untuk mengatasi pencemaran… a. Udara dan suara
d. tanah dan limbah industri
b. Udara dan tanah
e. air dan tanah
c. Suara dan air 11. Berikut ini merupakan unit pengolahan fisika 1. Pemisahan gravitasi
4. Flotasi
2. Klasifikasi
5. Filtrasi
96
3. Flokulasi
6. Absorpsi
Urutan yang benar adalah…… a. 1-2-3-4-5-6
d. 4-1-2-5-6-3
b. 2-3-4-1-5-6
e. 6-5-4-3-2-1
c. 3-4-1-2-5-6 12. Tindakan yang merupakan unit pengolahan biologi dalam pengolahan limbah adalah… a. Pengendapan gravitasi
d. fitoremidiasi
b. Pengendapan hunavi
e. absorpsi
c. Filtrasi 13. Tanpa disadari manusia dapat merusak lingkungannya sendiri, tetapi karena kepintarannya dan kemajuan dalam bidang teknologi manusia dapat mengenal bahaya
yang
akan
terjadi
dan
mengambil
langkah-langkah
untuk
menanggulanginya. Penghijauan di kota-kota besar merupakan salah satu cara untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang bertujuan : a. mempertinggi kadar CO2 di udara b. mempertinggi kadar O2 di udara c. mempertinggi penghasilan penduduk d. mempertinggi suhu udara 14. Jenis-jenis zat kimia yang biasa digunakan dalam pengendapan pencemar, baik terlarut maupun tersuspensi adalah… a. Fero dan feri sulfat
d. klorin
b. NaCl
e. H2O2
c. Nitrogen 15. Desinfeksi adalah pembunuhan mikroba penyebab penyakit yang terdapat dalam limbah. Dalam desinfeksi secara kimia biasa digunakan … a. Enzim
d. ozon
b. Tanaman
e. nitrogen
c. Mikroorganisme 16. Jenis tumbuhan yang biasa dogunaka dalam bioremidiasi lingkungan tercemar adalah…
97
a. Chlorella
d. jamur
b. Eceng gondok
e. angsana
c. Teratai 17. Jenis mikroorganisme yang mampu mendegradasi trikloro etilen pada limbah minyak bumi adalah… a. Pseudomonas capacea
d. Alkaligenes faecalis
b. Seuratia morcescent
e. Eschericia colli
c. Proteus vulgaris 18. Cara bioremidiasi in situ, yaitu… a. Mengolah limbah dalam reactor b. Menyuntik nutrient bagi mikroba di tempat tercemar c. Memberi zat kimia di tempat tercemar d. Memanaskan lingkungan e. Menyinari dengan sinar UV 19. Bioremediasi adalah pengolahan limbah dengan menggunakan makhluk hidup. Aktivitas makhluk hidup dalam proses tersebut adalah… a. Menanam limbah
d. menggumpalkan limbah
b. Memindahkan limbah
e. mengendapkan limbah
c. Menghasilkan enzim degradator 20. Mikroorganisne berikut mampu mendegradasi detergen, kecuali… a. Pseudomonas aeruginosa b. Proteus vulgaris c. Alkaligenes sp. d. Eschericia colli e. Phanerochaeta chrysosporium 21. Berikut ini merupakan minimalisasi limbah menurut Bapedal, kecuali… a. Mengurangi volume
d. mengurangi produksi
b. Mengurangi konsentrasi
e. mengurangi tingkat bahaya
c. Mengurangi toksisitas 22. Upaya pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisika atau kimiawi untuk menghasilkan produk yang sama atau produk lain disebut…
98
a. Recycle
d. waste material ex change
b. Recovery
e. reboisasi
c. Reause 23. Berikut ini yang merupakan usaha daur ulang limbah adalah… a. Pemanfaatan botol sirup bekas untuk botol sirop kembali b. Sisa dari industry besar dipakai industry kecil c. Sisa batok kelapa dari pabrik kopra digunakan untuk bahan karbon aktif d. Botol air mineral bekas diolah kembali menjadi botola ir mineral e. Karung beras bekas digunkan kembali untuk karung beras 24. Proses pengapungan untuk mengambil bahan padat atau suspense yang terapung karena sifat gravitasinya lebih rendah terhadap air disebut… a. Klorinasi
d. filtrasi
b. Flokulasi
e. absorbsi
c. Flotasi 25. Osis suatu SMA dalam rangka ultah sekolahnya mengadakan lomba kreativitas siswa. Siswa kelas X-1 dari sekolah tersebut membuat hiasan dinding dari kertas-kertas Koran bekas menjadi suatu lukisan mesjid yang indah. Yang dilakukan oleh kelompok siswa X-1 tersebut disebut… a. Reause
d. reduksi
b. Recycling
e. teknologi produk
c. Recovery 26. Kebakaran hutan sangat merugikan, karena hutan yang terbakar memakan waktu lama untuk menjadi komunitas hutan lagi, sebab : a. Hutan gundul akibat kebakaran hutan menyebabkan erosi b. suksesi ekologi diawali bukan oleh pohon berkayu c. punahnya benih-benih dan pohon yang asalnya tumbuh di situ d. mengeringnya sumber mata air di hutan tersebut e. tidak ada tempat berlindung bagi hewan 27. Bila berjalan di dataran tinggi yang gundul akibat kebakaran hutan nafas menjadi sesak, tidak seperti kalau mendaki gunung yang memiliki vegetasi
99
yang hijau dan rapat. Hal ini disebabkan karena gunung yang bervegetasi hijau dan rapat menyebabkan : a. kadar O2 di udara berkurang b. pencemaran di gunung lebih banyak c. curah hujan akan bertambah d. kadar CO2 di udara berkurang e. kadar CO2 di udara bertambah 28. Sungai yang telah tercemar bahan organic dapat mengalami pembersihan sendiri yang disebut ….. a. Eutrofikasi
d. waterbone disease
b. Suksesi
e. self purification
c. Polusi 29. Di bawah ini termasuk limbah gas, kecuali… a. CO
d. DDT
b. SO3
e. NO2
c.NH3 30. Organisme yang dapat mengubah ammonia atau nitrat menjadi asam amino dianggap sebagai….. a. Pengurai
d. produsen
b. Dentrivor primer
e. konsumen primer
c. Dentrivor sekunder
100
Kunci Jawaban Tes Ekosistem Siklus I
1. C 2. C 3. C 4. C 5. B 6. C 7. A 8. D 9. D 10. D
11. A 12. C 13. A 14. B 15. D 16. C 17. A 18. C 19. D 20. D
21. B 22. D 23. A 24. A 25. A 26. D 27. C 28. D 29. C 30. B
Kunci Jawaban Tes Ekosistem Siklus II
1. C 2. C 3. D 4. B 5. C 6. C 7. E 8. E 9. B 10. E
11. B 12. D 13. B 14. A 15. D 16. B 17. A 18. B 19. C 20. E
21. A 22. A 23. C 24. C 25. B 26. C 27. D 28. E 29. D 30. A
101
Kunci Jawaban Tes Ekosistem Siklus I
11. C 12. C 13. C 14. C 15. B 16. C 17. A 18. D 19. D 20. D
11. A 12. C 13. A 14. B 15. D 16. C 17. A 18. C 19. D 20. D
21. B 22. D 23. A 24. A 25. A 26. D 27. C 28. D 29. C 30. B
Kunci Jawaban Tes Ekosistem Siklus II
11. C 12. C 13. D 14. B 15. C 16. C 17. E 18. E 19. B 20. E
11. B 12. D 13. B 14. A 15. D 16. B 17. A 18. B 19. C 20. E
21. A 22. A 23. C 24. C 25. B 26. C 27. D 28. E 29. D 30. A
102
LKS Percobaan 1. Pola Aliran Energi Makhluk Hidup pada Sebatang Pohon Tujuan
: Untuk mengetahui pola aliran energi pada beberapa jenis makhluk hidup dalam suatu ekosistem
Alat dan Bahan
: Sebatang pohon Spidol Kaca pembesar Kertas manila Kantong plastik Selembar kain putih berukuran (1x1) m2
Cara Kerja 1. Pilihlah sebatang pohon. Yakinkan bahwa pohon tersebut merupakan sebuah ekosistem. 2. Bentangkan selembar kain putih di bawah batang pohon (jangan terlalu jauh) yang diperkirakan banyak terdapat makhluk hidup. Goyanglah batang pohon tersebut sehingga makhluk hidup yang mendiami pohon tersebut jatuh di atas lembaran kain putih. 3. Catat semua nama makhluk hidup yang kalian temukan. Jika belum tahu namanya masukkan ke kantong palstik, kemudian tanyakan kepada guru. Jika makhluk hidup yang kalian temukan berukuran terlalu kecil, gunakanlah kaca pembesar untuk melihatnya. 4. Perhatikan dengan seksama, mana makhluk hidup yang memakan dan yang dimakan. Buatlah suatu rantai makanan dan jaring-jaring makanan berdasarkan hasil temuan kalian tersebut, kemudian presentasikan di depan kelas secara bergantian dengan teman kalian dari kelompok lain.
103
Instrumen Kemampuan Memahami Konsep-Konsep Ekosistem Petunjuk : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap paling benar! (SIKLUS I) 31. Kelompok tumbuhan padi yang hidup di sebidang tanah berdasarkan konsep ekologi merupakan suatu : a. komunitas b. individu
c. populasi d. ekosistem
32. Dalam suatu ekosistem kolam terdapat : 1. ikan karnivora ; 2. bakteri pengurai; 3. fitoplankton; 4. ikan herbivor; 5. zat-zat organik Dari komponen tersebut dapat disusun suatu mata rantai makanan yang susunannya: a. 3-4-5-1-2
c. 5-3-4-1-2
b. 3-4-1-5-2
d. 5-2-3-4-1
33. Bakteri dan jamur yang dapat memecahkan senyawa-senyawa organik merupakan : a. Produsen
c. pengurai
b. Konsumen I
d. konsumen II
34. Terdapat daerah yang gelap sepanjang hari dan tidak sampai air hujan pada lapis ini karena daerah ini merupakan : a. daerah tengah
c. daerah lapis bawah
b. gurun
d. daerah lapis atas
35. Iklim merupakan dasar yang baik untuk menggambarkan ekosistem darat dalam skala besar, karena : a. iklim mencakup faktor lingkungan biotik yang penting bagi kehidupan b. iklim mencakup faktor lingkungan abiotik yang penting bagi kehidupan c. iklim merupakan salah satu faktor yang sangat diperlukan kehidupan d. iklim bukanlah salah satu faktor yang diperlukan dalam kehidupan 36. Di daerah gurun, suhu pada siang hari sangat tinggi dan sebaliknya suhu pada malam hari sangat rendah, karena :
104
a. tingginya kelembaban b. tingginya evaporasi c. rendahnya kelembaban d. tanah yang tandus 37. Akibat keadaan gurun yang sangat tandus dan kering, maka : a. hanya sedikit spesies yang hidup disana b. curah hujan sangat tinggi c. tumbuhnya semusimnya besar-besar d. banyak spesies tumbuhan yang hidup di sana 38. Daerah gurun perlu dihijaukan, oleh karena itu perlu diisi oleh bibit tanaman berupa tanaman : a. Mangrove, kaktus, korma
c. mangga, kaktus, anggur
b. anggur,padi, jagung
d. kaktus, korma, anggur
39. Interaksi antar populasi yang bersifat kompetisi di antara organisme berikut, yang paling besar interaksinya adalah antara: a. kupu-kupu siang dan kupu-kupu malam b. katak pohon dan katak sawah c. lembu dengan serigala d. padi dengan padi dalam satu petak 40. Seorang siswa melakukan pengamatan terhadap ciri berbagai bioma. Data yang ia peroleh adalah : 1. curah hujan tinggi; 2. curah hujan sangat rendah; 3. jenis tumbuhan sangat heterogen; 4. matahari bersinar sepanjang tahun; 5. ditemukan tumbuhan khas yang berupa epifit dan lilianan; 6. porositas dan drainase tanah kurang baik. Yang merupakan ciri-ciri hutan tropis : a. 1,2 3,4
c. 3,4,5,6
b. 2,3,4,5
d. 1,3,4,5
41. Usaha untuk menghindari gangguan musuh, makhluk hidup berusaha untuk mengubah warna tubuhnya yang sesuai dengan keadaan lingkungannya. Perubahan warna tubuh tersebut terjadi dalam waktu yang relatif lama dan kejadian ini termasuk :
105
a. Evolusi
c. mimikri
b. Mutasi
d. isolasi
42. Dalam suatu ekosistem terdapat populasi : plankton, ikan kecil, ikan besar pemakan kecil, parasit pada ikan besar. Bila terjadi penurunan populasi parasit pada ikan besar, maka : a. ikan kecil naik, ikan besar naik, plankton menurun b. ikan besar naik, ikan kecil naik, plankton turun c. ikan besar naik, ikan kecil turun, plankton naik d. ikan besar naik, ikan kecil naik, plankton turun
43. Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu ekosistem terdiri dari : senyawa anorganik, plankton, ikan, burung pemakan ikan, dan guano (tumbuhan kotoran burung). Bila terjadi pengambilan ikan secara berlebihan, akan menimbulkan : a. penurunan populasi burung, penaikan populasi plankton b. penaikan populasi burung, penaikan populasi plankton c. penaikan populasi burung, penurunan guano, penurunan populasi plankton d. penaikan populasi plankton, penaikan kadar senyawa organik 44. Dari tahun ke tahun para petani selalu melakukan pemilihan bibit unggul yang tujuannya untuk mengharapkan hasil secara ekonomis. Pemilihan yang dilakukan terus menerus sepanjang tahun itu ternyata menghasilkan individu-individu baru yang memperlihatkan sifat-sifat yang jauh berbeda dari moyangnya. Atas dasar tersebut di atas, prinsip Darwin manakah di bawah ini yang paling tepat untuk menunjukkan evolusi? a. Adanya persamaan menunjukkan adanya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya spesies baru b. Adanya variasi merupakan petunjuk adanya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya spesies baru c. Adanya pengaruh tangan petani sehingga genotip dari bibit dapat berubah menjadi bibit unggul d. Sifat-sifat yang jauh berbeda dari moyangnya dikarenakan sentuhan tangan manusia waktu memilihnya
106
45. Bila berjalan di dataran tinggi yang gundul akibat kebakaran hutan nafas menjadi sesak, tidak seperti kalau mendaki gunung yang memiliki vegetasi yang hijau dan rapat. Hal ini disebabkan karena gunung yang bervegetasi hijau dan rapat menyebabkan : f.
kadar O2 di udara berkurang
g. pencemaran di gunung lebih banyak h. curah hujan akan bertambah i.
kadar CO2 di udara berkurang
46. Pembasmian burung-burung pengganggu hasil pertanian ternyata menimbulkan masalah baru bagi petani itu, yaitu : a. hilangnya kicauan burung-burung merdu b. Menurunnya hasil pertanian karena kurangnya penyerbukan c. naiknya populasi ulat d. berkurangnya sumber protein dari daging burung 47. Meskipun ular berbisa merupakan hewan yang menakutkan, kelestariannya perlu dijaga. Kemusnahan populasi ular akan menyebabkan organisme/populasi hewan tertentu mengalami perkembangan yang pesat pada daerah pertanian, yaitu : a. tikus
c. harimau
b. buaya
d. kera
48. Kebakaran hutan sangat merugikan, karena hutan yang terbakar memakan waktu lama untuk menjadi komunitas hutan lagi, sebab : a. Hutan gundul akibat kebakaran hutan menyebabkan erosi b. suksesi ekologi diawali bukan oleh pohon berkayu c. punahnya benih-benih dan pohon yang asalnya tumbuh di situ d. mengeringnya sumber mata air di hutan tersebut 49. Memasukkan hewan dari luar akan mengakibatkan : a. menguntungkan, karena jenis yang datang lebih baik dari yang sudah ada b. menguntungkan, karena dapat menambah hewan yang sudah ada c. merugikan, karena jenis yang datang tidak sesuai dengan lingkungan d. merugikan, karena dapat merusak ekosistem di daerah itu
107
50. Seorang petani menginginkan produksi tanamannya meningkat, maka ia menanam jenis tanaman hasil hibridisasi, dalam hal ini kemajuan ilmu dan teknologi mendukung di bidang : a. Pemupukan
c. irigasi
b. Pengolahan tanah
d. pembibitan
51. Tanpa disadari manusia dapat merusak lingkungannya sendiri, tetapi karena kepintarannya dan kemajuan dalam bidang teknologi manusia dapat mengenal bahaya yang akan terjadi dan mengambil langkah-langkah untuk menanggulanginya. Penghijauan di kota-kota besar merupakan salah satu cara untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang bertujuan : e. mempertinggi kadar CO2 di udara f.
mempertinggi kadar O2 di udara
g. mempertinggi penghasilan penduduk h. mempertinggi suhu udara 52. Dua bidang perladangan, yang satu bekas ditumbuhi golongan kacang-kacangan (leguminoseae) sedang yang satu lagi bekas ditumbuhi alang-alang (Imperata cylindrical). Ternayta setelah dipergunakan sebagai perladangan, pada perladangan I (bekas ditumbuhi kacang-kacangan) tanaman tumbuh subur dan pada perladangan II (bekas ditumbuhi alang-alang) tanaman tumbuh kerdil. Setelah diteliti penyebabnya adalah : a. ladang pertama sudah agak lama ditinggalkan b. ladang kedua sudah lama ditinggalkan c. ladang kedua kurang mengandung nitrat d. ladang pertama banyak mengandung nitrat 53. Dari suatu hasil penelitian, ternyata penanaman pohon yang lebih banyak diperuntukan sebagai penurunana suhu. Manakah dari grafik-grafik dibawah ini yang sesuai dengan kenyataan di atas? a.
b. Suhu
Suhu
108
Luas daerah penghijauan c.
Luas daerah penghijauan d.
Suhu
Luas daerah penghijauan
Suhu
Luas daerah penghijauan
54. Tidur di daerah hutan pada waktu malam akan terasa udara malam tidak sesegar udara siang hari. Pada pagi hari ditemukan salah seorang rekan dalam keadaan lemas. Kejadian ini disebabkan pada malam hari : a. Kadar CO2 bertambah, kadar O2 berkurang b. Kadar O2 dan CO2 bertambah c. Kadar CO2 berkurang, kadar O2 bertambah d. Kadar O2 dan CO2 berkurang 55. Hutan gundul erosi lahan pertanian tandus tidak produktif. Kalau kita lihat diagram di atas, tindakan apa yang kita lakukan ? a. Menanami gunung dengan tumbuhan baru b. Membiarkan begitu saja c. Membuat hutan arena rekreasi d. Membuat penyuluhan pada penduduk setempat 56. Kalau terjadi pencemaran insektisida di ekosistem air tawar, maka beberapa tahun kemudian kadar bahan itu yang paling tinggi didapatkan dalam : a. air tawar
c. tubuh serangga air
b. tumbuhan air
d. tubuh hewan-hewan karnivor
57. Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu, maka usaha-usaha untuk mengurangi pencemaran dalam kota adalah dengan : a. pembatasan dari jumlah penduduk kota yang berhak memiliki kendaraan pribadi b. mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi di dalam kota c. pelarangan mendirikan pabrik/industri di dalam kota d. yang menimbulkan bahaya polusi a dan b benar 58. Komunitas berbeda dengan ekosistem, karena :
109
a. komunitas merupakan tempat ekosistem, sedangkan ekosistem organisme yang menempati b. komunitas merupakan kumpulan berbagai spesies, sedangkan ekosistem merupakan kumpulan satu spesies c. komunitas terdiri atas kumpulan spesies yang sama sedang ekosistem terdiri atas berbagai spesies d. komunitas merupakan lingkungan biotiknya sedangkan ekosistem adalah komunitas dengan lingkungan abiotiknya 59. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah menggunakan pestisida untuk memberantas hama. Penggunaan pestisida itu pengaruhnya : a. baik karena semua hama terberantas b. baik karena hewan tertentu saja yang akan punah c. buruk karena bila memasuki rantai makanan susah keluar lagi d. buruk karena semua organisme akan ikut mati 60. Menaikkan produksi pangan yang akan memberikan akibat sampingan buruk : a. menggunakan bibit hasil radiasi b. memberantas hama tanaman pengganggu dengan herbisida c. mengadakan persilangan dan seleksi d. pemupukan dengan pupuk buatan
110
KISI-KISI SOAL INSTRUMEN TES KEMAMPUAN KOGNITIF BELAJAR BIOLOGI (SIKLUS I) Konsep/sub konsep Konsep Ekosistem
Indikator Menyebutkan istilah yang berkaitan dengan ekosistem
Menyusun daftar mata rantai makanan dalam suatu ekosistem kolam
Memilih data yang sesuai dengan konsep yang telah ada
Membedakan istilah komunitas dengan ekosistem
Memperkirakan akibat yang akan terjadi dari penurunan populasi parasit pada ikan besar
Menghubungkan akibat yang akan terjadi dari pengambilan ikan secara berlebihan
Menganalisis suatu permasalahan berdasarkan konsep evolusi Menerapkan konsep keseimbangan ekosistem pada situasi baru
Manusia dan lingkungan
Menggambarkan
Nomor Soal C2 C3
Jumlah
Presentase
4
13,3%
2
1
3,3%
9 10
2
6,7%
28
1
3,3%
12
1
3,3%
1
3,3%
1
3,3%
1
3,3%
C1 1 3 4 11
C4
13
14
15
111
salah satu komponen abiotik dengan ekosistem darat
Memperkirakan sebab dan akibat yang terjadi di daerah gurun berdasarkan konsep ekosistem
Memperkirakan akibat yang terjadi dari pemusnahan salah satu komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem
Memperkirakan sebab dan akibat yang terjadi dari penambahan salah satu komponen biotik ke dalam lingkungan
Menganalisis penyebab suburnya tanaman berkaitan dengan unsur hara yang terkandung di dalam tanah
Menganalisis data dari suatu hasil penelitian
1
3,3%
6 7 8
3
10%
16 17 18
3
10%
19 20
2
6,7%
21
1
3,3%
22
1
3,3%
23
1
3,3%
24
1
3,3%
25
1
3,3%
Memecahkan masalah untuk menanggulangi kerusakan lingkungan
5
Mengaplikasikan pengaruh suatu komponen abiotik terhadap lingkungan Memecahkan suatu masalah yang
112
Limbah
berkaitan dengan lingkungan Memperkirakan dampak negatif dari kegiatan manusia terhadap komponen biotik
Memecahkan masalah tentang cara penanggulangan pencemaran
Memperkirakan akibat dari penggunaan pestisida terhadap lingkungan
Memperkirakan akibat dari kegiatan manusia terhadap lingkungan
Jumlah Presentase
26
27
1
3,3%
1
3,3%
1
3,3%
1
3,3%
29
30
7 23,3%
13 43,3%
5 16,7%
5 16,7%
30 ±100%
113
Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) Siklus I
xi 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 Jumlah
fi 1 2 7 6 8 24
xi2 0,04 0,09 0,16 0,25 0,36 0,9
fixi 0,2 0,6 2,8 3 4,8 11,4
fixi2 0,04 0,18 1,12 1,5 2,88 5,72
a. Rerata b. Varians c. Simpangan Baku xi 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
fi Zn Zi 1 1 -2,39 2 3 -1,52 7 10 -0,65 6 16 0,217 8 24 1,09 L0 terbesar = 0,16 Zi F(Z) F(Z) S(Z)
Zt 0,49 0,44 0,24 0,09 0,36
F(Z) 0,01 0,06 0,26 0,59 0,86
S(Z) 0,04 0,13 0,42 0,67 1,00
F(Z)-S(Z) 0,03 0,07 0,16 0,08 0,14