PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP KIMIA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 1 KEDIRI Oleh: I Made Mandra
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep kimia dan sikap ilmiah antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan siswa yang belajar dengan model konvensional pada siswa SMA Negeri 1 Kediri, (2) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep kimia antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dengan siswa yang belajar dengan model konvensional pada siswa SMA Negeri 1 Kediri, dan (3) untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dengan siswa yang belajar dengan model konvensional pada siswa SMA Negeri 1 Kediri. Penelitian ini menggunakan rancangan post-test only non-equivalent control group design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara simple random sampling dengan jumlah sampel 160 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran sains teknologi masyarakat, yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Sedangkan pemahaman konsep kimia dan sikap ilmiah siswa dalam penelitian ini berperan sebagai variabel terikat. Data yang telah dikumpulkan dianalisa menggunakan analisis dan Uji MANOVA. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan pemahaman konsep Kimia dan sikap ilmiah antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STM dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (F = 25,734; p < 0,05) (2) terdapat perbedaan pemahaman konsep kimia antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STM dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Pemahaman konsep kimia kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran STM dengan nilai rata-rata 81,03 lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman konsep kimia kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan rata-rata 72,34, dan (3) terdapat perbedaan sikap ilmiah antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STM dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Sikap ilmiah kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran STM dengan nilai rata-rata 183,25 lebih tinggi dibandingkan dengan sikap ilmiah kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan rata-rata 177,32. . Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep kimia dan sikap ilmiah siswa SMAN 1 Kediri. Kata-kata kunci: model pembelaran sains teknologi masyarakat (STM), pemahaman konsep kimia, dan sikap ilmiah siswa
1
THE EFFECT OF SCIENCE THECNOLOGY SOCIETY MODEL (STS) TOWARDS COMPREHENSION OF CHEMISTRY CONCEPT AND SCIENTIFIC ATTITUDE STUDENT OF LEVEL X SMA NEGERI 1 KEDIRI By: I Made Mandra ABSTRACT This study aimed at 1) analyzing the differentce of comprehension concept of chemistry and scientific attitude between student who follow science thecnology society learning model and those who learn with conventional model. 2) analyzing the difference of comprehension concept of chemistry between student who follow science thecnology society learning model and those who learn with conventional model. 3) analyzing the differentce of scientific attitude between student who follow science thecnology society learning model and those who learn with conventional model. This study used posttest-only control group design by involving sample of 160 students of SMA Negeri 1 Kediri. The independent variables were STS Model for experimental group and conventional model for control group. Where as the dependent variables were comprehension of chemistry concept and scientific attitude. The study used chemistry achievement test and scientific attitude questionnaire as the instruments for data collection. The chemistry achievement test was used to collect student’s comprehension concept of cehmistry data and the scientific attitude questionnaire was used to collect student’s scientific attitude data. The data were analyzed with description and inferential statistic. The hypothesis was tested with MANOVA (Multivariate Analysis of Variance). The result of data analysis showed research finding as follows: first, there is a difference of comprehension concept of chemistry and scientific attitude between student who follow STS model and those who learn with conventional model (F = 25.734; p < 0,05). Second, there is a difference of comprehension concept of chemistry between student who follow STS learning model with mean is 81.03 and those who learn with conventional model with mean is 72.34. Its mean comprehension of chemistry concept STS better than conventional model, Third, there is a difference of scientific attitude between student who follow STS learning model with mean 183.25 and students learning by conventional model with mean 177.25. Its mean scientific attitude STS better than conventional model. Based on the finding, the conclution of this research is learning model has effect to increase the comprehension of chemistry concept and scientific attitude student of SMA Negeri 1 Kediri. Keywords: Science Thecnology Society Model, Comprehension Concept of Chemistry, and Scientific Attitude I. PENDAHULUAN
permasalahan hanya dapat dipecahkan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
telah
dengan
upaya
penguasaan
dan
membawa
peningkatan ilmu pengetahuan dan
perubahan hampir di semua aspek
teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan
kehidupan manusia, di mana berbagai
dan teknologi ditandai dengan adanya
2
persaingan antarbangsa yang makin
kreatif, mandiri dan menjadi warga
meningkat.
mengantisipasi
Negara demokratis serta bertanggung
keadaan tersebut, diperlukan sumber
jawab. Selanjutnya dalam Peraturan
daya manusia (SDM) yang berkualitas
Menteri Pendidikan Nasional Republik
yang
ilmu
Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang
pengetahuan dan teknologi yang terus
Standar Proses disebutkan bahwa dalam
berkembang. Bangsa Indonesia perlu
rangka pembaharuan sistem pendidikan
terus
nasional telah ditetapkan visi, misi, dan
Untuk
mampu
menguasai
mengembangkan
dan
meningkatkan kualitas sumber daya
strategi
manusianya agar mampu berperan aktif
sebagai pranata sosial yang kuat dan
dalam persaingan global. Peningkatan
berwibawa
dan pengembangan kualitas sumber
semua
daya manusia harus dilakukan secara
berkembang menjadi manusia yang
terencana, terarah, intensif, efektif, dan
berkualitas
efisien
proaktif menjawab tantangan zaman
oleh
Sehubungan
semua dengan
komponen. hal
tersebut,
menciptakan
sumber
daya
memberdayakan
Negara
sehingga
Indonesia
mampu
dan
ini
mengandung
pengertian bahwa hakikat pendidikan adalah
Nomor
Warga
Pemikiran
manusia yang berkualitas. Undang-Undang
untuk
pendidikan
yang selalu berubah.
pendidikan formal merupakan wahana untuk
pembangunan
20
untuk
mengejar
pencapaian
kualitas hidup yang tinggi bagi peserta
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
didik.
Nasional
membongkar
dan
pendidikan nasional berfungsi untuk
keseluruhan
potensi
mengembangkan
seorang peserta didik sehingga
menyebutkan,
membentuk
bahwa
kemampuan
watak
serta
dan
peradaban
Pendidikan
harus
mampu
mengembangkan kemanusiaan ia
memiliki kesanggupan untuk hidup di
bangsa yang bermartabat dalam rangka
masa
mencerdaskan
bangsa,
kompleksitas permasalahan yang jauh
mengembangkan
lebih rumit dari yang ada saat ini.
bertujuan
kehidupan
untuk
datang
yang
potensi peserta didik agar menjadi
Pendidikan
juga
manusia
yang
sedemikian
rupa
kepada
Tuhan
beriman, Yang
bertakwa
Maha
Esa,
membebaskan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
memiliki
harus
didesain
agar
mampu
peserta
didik
untuk
berkreasi menemukan ketrampilannya
3
sendiri. Dengan kata lain, pendidikan
pendidikan
diselenggarakan
khususnya
untuk
dapat
dan di
pembelajaran,
lembaga
pendidikan
memastikan bahwa para peserta didik
formal (persekolahan). Prinsip kegiatan
memiliki life skills, sehingga yang
belajar mengajar menurut KTSP adalah
bersangkutan mampu menghadapi dan
sebagai berikut: (1) berpusat pada
memecahkan problem kehidupan yang
siswa, (2) belajar dengan melakukan,
dihadapinya.
(3) mengembangkan kemampuan sosial,
Pendidikan
sains
khususnya
(4)
mengembangkan
keingintahuan,
bidang kimia, semestinya dengan segala
imajinasi dan fitrah ber-Tuhan, (5)
isi
mengembangkan
dan
karakteristiknya
mampu
keterampilan
memberikan sumbangan pengetahuan
memecahkan
dan keterampilan sains yang lebih nyata
mengembangkan kreativitas siswa, (7)
terhadap peserta didik agar mereka
mengembangkan
memiliki bekal yang memadai sehingga
menggunakan ilmu dan teknologi, (8)
dapat bertahan hidup di masyarakat. Hal
menumbuhkan
ini karena pendidikan sains seyogyanya
warga negara
senantiasa berdekatan dengan realitas
sepanjang hayat, dan (10) perpaduan
alam yang menjadi tempat hidup peserta
kompetisi, kerjasama dan solidaritas.
didik.
masalah,
(6)
kemampuan kesadaran
sebagai
yang baik, (9) belajar
Dengan demikian, pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan
sains akan mengajak peserta didik untuk
Nasional (Permendiknas) Nomor 41
semakin dekat dengan alam tempat ia
Tahun 2007 tentang Standar Proses
berpijak.
memuat Standar Nasional Pendidikan
Inovasi-inovasi
bidang
yang berkaitan dengan pelaksanaan
pendidikan telah dilakukan pemerintah
pembelajaran pada satuan pendidikan
sebagai usaha untuk meningkatkan
untuk mencapai kompetensi lulusan.
mutu pendidikan. Salah satunya adalah
Standar proses berisi kriteria minimal
perubahan
kurikulum.
Berlakunya
proses
Kurikulum
2004
Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah di
Berbasis
di
yaitu
Kompetensi
(KBK)
yang
seluruh
pembelajaran wilayah
pada
hukum
satuan Negara
menjadi roh berlakunya Kurikulum
Kesatuan Republik Indonesia. Standar
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
proses
menuntut perubahan paradigma dalam
pendidikan dasar dan menengah pada
4
ini
berlaku
untuk
jenjang
jalur formal, baik pada sistem paket
pendidikan masih belum meningkat
maupun pada sistem kredit semester.
secara signifikan. Rendahnya kualitas
Sesuai standar ini diharapkan proses
pendididkan di sekolah dipengaruhi
pembelajaran
satuan
oleh berbagai faktor. Salah satu faktor
pendidikan dasar dan menengah harus
dominan adalah proses pembelajaran.
interaktif,
Pendidikan saat ini masih diwarnai
pada
setiap
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta
praktik-praktik
didik untuk berpartisipasi aktif, serta
proses pembongkaran potensi peserta
memberikan ruang yang cukup bagi
didik
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
Kebanyakan
sesuai
dan
menerjemahkan
perkembangan fisik serta psikologis
sebagai sekadar
peserta didik.
yang dimiliki guru kepada peserta didik
dengan
bakat,
Standar
minat,
proses
meliputi
yang
secara
sungguh-sungguh.
sekolah
sains
dengan hafalan-hafalan teori maupun
pembelajaran,
rumus-rumus,
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
menjawab
soal-soal
seringkali
tidak
pembelajaran,
ini
transfer pengetahuan
proses
hasil
selama
pendidikan
perencanaan penilaian
menghambat
dan
sekadar
untuk
bisa
ujian,
tetapi
sanggup
untuk
pengawasan proses pembelajaran untuk
menterjemahkannya ke dalam realitas
terlaksananya proses pembelajaran yang
yang ada di sekelilingnya. Pendidikan
efektif
Pelaksanaan
dengan demikian tidak cukup memberi
standar proses
bekal kecakapan hidup kepada peserta
dan
efisien.
pembelajaran menurut
merupakan implementasi dari RPP.
didik
Pelaksanaan
permasalahan yang dihadapi.
pembelajaran
meliputi
kegiatan pendahuluan, Kegiatan inti dan kegiatan
penutup.
Kegiatan
untuk
dapat
Mutu
inti
menyelesaikan
pendidikan
masih
memprihatinkan, karena selama ini
menggunakan metode yang disesuaikan
pemerintah
dengan karakteristik peserta didik dan
instrument
mata pelajaran, yang dapat meliputi
memperhatikan
proses
yang dirancang guru. Pembelajaran
eksplorasi,
elaborasi,
dan
konfirmasi (eek) Namun
mementingkan dan
tidak proses
atau
masukan kurang
pembelajaran
merupakan suatu aktivitas yang bernilai demikian,
berbagai
edukatif di mana di dalam kegiatan
indikator menunjukkan bahwa mutu
pembelajaran terdapat interaksi antara
5
guru dengan siswa yang melibatkan
guru dalam menyajikan materi pelajaran
komponen: tujuan, materi, proses, serta
yang dapat dimengerti, dipahami dan
evaluasi belajar.
Komponen proses
dikuasai oleh peserta didik merupakan
pembelajaran perlu mendapat perhatian
komponen penting dan utama dalam
lebih seksama mengingat melalui proses
proses
inilah siswa mengalami perubahan,
peserta didik terhadap esensi materi
yaitu dari tidak tahu menjadi tahu dari
pelajaran
tidak bisa menjadi bisa.
menciptakan penguasaan kompetensi
Keberhasilan pembelajaran pada
pembelajaran. pada
Pemahaman
hakikatnya
akan
dasar dalam diri siswa atas esensi dari
hakikatnya mengindikasikan pencapaian
materi pelajaran.
tujuan pembelajaran dan keberhasilan
Proses pembelajaran Kimia di
pemberian materi ajar serta penguasaan
SMA selama ini lebih ditekankan pada
kompetensi dasar dalam diri peserta
penguasaan materi sebanyak mungkin
didik. Pada tingkat dasar dan menengah
sehingga pembelajaran terasa kaku,
keberhasilan
monoton, dan terpusat pada satu arah,
pencapaian
tujan
pembelajaran masih didomonasi oleh
yaitu
peran guru dalam proses pembelajaran.
memberikan kesempatan pada peserta
Diperlukan
guru.
didik untuk belajar lebih aktif dengan
Semakin kreatif guru dalam proses
melakukan eksplorasi terhadap materi
pembelajaran
besar
yang diajarkan. Kegiatan pembelajaran
tujuan
lebih ditandai dengan budaya menghafal
penguasaan
daripada berpikir kritis atau melakukan
kompetensi dasar dalam diri peserta
analisis terhadap materi yang akan
didik.
diajarkan. Kenyataan ini menyebabkan
peluang
kreativitas akan
untuk
pembelajaran
Berkaitan
dari
semakin
mencapai dan
dengan
guru.
Pembelajaran
tidak
proses
peserta didik tidak mampu menerapkan
pembelajaran, yang perlu mendapat
konsep dasar dari materi kimia dalam
perhatian adalah
kondisi
bagaimana
materi
kehidupan
mereka.
pelajaran yang disampaikan guru dapat
Pembelajaran kimia di sekolah lebih
dimengerti dan dipahami secara tuntas
banyak dipengaruhi oleh kebutuhan
oleh peserta didik sehingga tercipta
untuk
penguasaan kompetensi dasar tertentu
memuaskan. Kimia diajarkan sebatas
dalam diri peserta didik. Keberhasilan
produk, padahal kimia memiliki sisi
6
memperoleh
hasil tes
yang
lain, yaitu proses sains. Sebagaimana
Symington (1996) seperti dikutip oleh
disampaiakan
Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna
Sadia
(1998)
bahwa
pengajaran sains di sekolah memberi
(2001)
tekanan jauh lebih besar pada sains
dapat dengan mudah mempelajari mata
sebagai produk daripada sains sebagai
pelajaran
proses bahkan sering terjadi dalam
kesulitan dalam memahami konsep-
suatu proses pembelajaran proses sains
konsep
tidak mendapat sentuhan. Hal ini dapat
Peserta didik lekas bosan dan tidak
dilihat
kurangnya
tertarik pada pelajaran kimia. Hal ini
implementasi pendekatan keterampilan
disebabkan oleh ketidaktahuan peserta
proses
sains.
didik mengenai kegunaan kimia dalam
Sementara itu, Hu Wen Chiang, pakar
praktek sehari-hari dan metode yang
pendidikan
dari dalam
masih
pembelajaran
dari
International
menunjukkan lain, dan
banyak siswa
tetapi
mengalami
prinsip-prinsip
kimia.
Taiwan,
dalam
digunakan guru kurang bervariasi dan
Conference
and
hanya berpegang teguh pada diktat-
Education Exhibition 2010 di Jakarta
diktat atau buku-buku paket saja.
mengungkapkan bahwa di Indonesia
Model pembelajaran di sekolah
belum banyak guru yang bisa menjadi
secara umum masih menekankan pada
inspirasi bagi muridnya untuk maju.
aspek penerimaan informasi secara
Guru hanya sekadar mengajar atau
penuh dari informasi yang disampaikan
sekadar memindahkan informasi dari
guru. Walaupun sudah ditetapkannya
buku
untuk
Permendiknas RI Nomor 41 Tahun
disampaikan kepada peserta didik di
2007 tentang kegiatan inti pembelajaran
depan kelas. Akibatnya peserta didik
meliputi proses eksplorasi, elaborasi,
tidak punya kemampuan menganalisis.
dan konfirmasi, tetapi pelaksanaannya
(Bali Post, 16 Februari 2010).
kurang
yang
dibacanya
Fakta di lapangan menunjukkan,
berperan
optimal. lebih
Guru
cenderung
sebagai
bahwa pelajaran kimia masih dianggap
pengetahuan.
pelajaran
menjadi
langsung (direct instruction) merupakan
momok bagi sebagian besar peserta
salah satu model pembelajaran yang
didik. Hasil penelitian yang dilakukan
menekankan pada aspek penerimaan
oleh para ahli, di antaranya Wiseman
informasi secara penuh dari informasi
(1981), Nakhleh (1992), Kirkwood dan
yang disampaikan guru. Sadia et al.
yang
sulit
dan
7
Model
sumber
pembelajaran
(2008) mengungkapkan bahwa metode
ini siswa sudah membawa makna
pembelajaran yang dominan digunakan
tertentu dari pengalaman yang telah
guru pada saat ini adalah metode
mereka temui, sehingga tercipta suatu
ceramah (70%), metode diskusi (10%),
anomali saat mereka harus melakukan
metode demonstrasi (10%), dan metode
asimilasi ataupun akomodasi konsep
eksperimen (10%). Penelitian hibah
(Suparno:1997).
bersaing yang dilakukan Sadia et al.
Penanaman konsep yang benar
(2003) terhadap siswa SMA di Bali
dalam
ditemukan bahwa sebagian besar (90%)
menghasilkan mutu pendidikan yang
tujuan pembelajaran diarahkan pada
berkualitas. Selama ini dengan adanya
transfer
kurang
UAN (Ujian Akhir Nasional), SPMB
diarahkan pada keterampilan proses
(Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru)
sains.
dan
pengetahuan Hasil
mengisyaratkan
dan
penelitian bahwa
tersebut
guru
lebih
proses
tes-tes
pembelajaran
sejenis
penanaman
konsep
akan
menyebabkan tidak
begitu
banyak berperan sebagai pengendali dan
diperhatikan,
maka
aktif mentransfer pengetahuan, sehingga
konsep
yang
membatasi ruang gerak siswa dalam
penting. Hal ini mengakibatkan guru
mengembangkan potensi diri untuk
hanya menitikberatkan pada pencapaian
memecahkan masalah.
nilai UAN yang tinggi dengan latihan
kimia
penyampaian benar
kurang
Menurut Ratna Wilis Dahar
berbagai cara untuk menyelesaikan soal
(1989) hasil utama pendidikan yang
lebih membantu siswa menyelesaikan
harus kita capai yaitu belajar konsep.
tes-tes tersebut. Target menyelesaikan
Belajar konsep ini menurut
materi
kaum
secara
kuantitatif
dan
konstruktivisme merupakan proses aktif
menyiapkan siswa menghadapi ujian
pelajar mengkonstruksi arti entah teks,
membelenggu
dialog, pengalaman fisis dan lain–lain.
menjadi kurang kreatif dan inovatif
Dalam mengkonstruksi konsep, siswa
dalam
mengasimilasi
pembelajaran.
dalam
dan
mengakomodasi
menghubungkan
guru
sehingga
meningkatkan
guru mutu
pengalaman
Hasil belajar yang rendah dalam
atau materi yang dipelajari dengan
mata pelajaran kimia mengindikasikan
pengertian yang sudah terdapat dalam
bahwa pengelolaan pembelajaran kimia
struktur kognitif siswa. Dalam proses
belum optimal. Proses pembelajaran
8
yang
dilaksanakan
lebih
banyak
kebijakan yang mengharuskan semua
ditekankan pada pencapaian kurikulum
jenjang pendidikan untuk memasukkan
yang digariskan dan bahkan ditekankan
pendidikan
pada bagaimana siswa dapat menerima
kurikulumnya. Sikap ilmiah sebagai
pengetahuan yang ditanamkan dalam
domain keempat dalam literasi sains
tataran
memiliki kaitan yang erat dengan
kognitifnya
saja,
tidak
karakter
ditekankan pada bagaimana siswa dapat
pendidikan
belajar
konsep-
digalakkan pemerintah, untuk itu sangat
konsep kimia yang dipelajari melalui
tepat dan perlu untuk lebih memberikan
proses
porsi dalam pembelajaran.
untuk
menemukan
pembelajaran
dikembangkan.
yang
Rendahnya kualitas
karakter
pada
yang
sedang
Berdasarkan pengalaman selama
pembelajaran kimia tidak terlepas dari
melaksanakan
peran guru dalam proses pembelajaran.
kepedulian atau tanggung jawab siswa
Guru dalam mengajar kimia masih
SMA
menganut
lingkungan masih belum optimal untuk
berpusat
model pada
yang
guru.
cenderung
Guru
tugas
Negeri
1
mengajar,
Kediri
terhadap
masih
mendukung budaya ilmiah di sekolah.
memiliki asumsi bahwa pengetahuan
Hal ini ditunjukkan oleh perilaku
dapat dipindahkan secara utuh dari
beberapa
pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan
membuang sampah pada tempat yang
asumsi ini guru memfokuskan diri pada
telah disediakan, sebagian besar siswa
upaya penuangan pengetahuan ke dalam
belum bisa memelihara sarana sekolah.
kepala para siswanya (Sadia, 2006).
Selain itu, hasil pengamatan terhadap
siswa
belum
terbiasa
Dewasa ini media massa banyak
sikap ilmiah siswa dapat dipaparkan
menyuguhkan berita tentang korupsi,
sebagai berikut: (1) rasa ingin tahunya
kerusuhan, perkelahian antar pelajar dan
cenderung rendah hal ini dapat dilihat
antar
dari
kelompok
massa,
pencurian,
jarangnya
siswa
mengajukan
pembunuhan, dan pencurian. Berita-
pertanyaan walaupun konsepnya belum
berita tersebut mengindikasikan ada
mereka
sesatu yang salah dalam sendi-sendi
memberikan tanggapan terhadap hasil
kehidupan. Pemerintah telah menyadari
percobaan dan data empirik, (3) kurang
hal tersebut dan sudah mengambil
berani mengungkapkan gagasan, (4)
tindakan
banyak siswa
dengan
mengeluarkan
9
pahami,
(2)
kurang
bisa
tidak membawa buku
sumber pada saat belajar, (5) tidak kritis
diri bersikap peduli akan masalah-
terhadap suatu gagasan, (6) beberapa
masalah sosial dan lingkungan yang
siswa
bertanggungjawab
berkaiatan dengan ilmu pengetahuan
terhadap tugasnya, (7) jarang ada siswa
dan teknologi. model ini menekankan
mengajukan
pada
kurang
pertanyaan
saat
pemecahan
masalah
pembelajaran, (8) sangat antusias bila
menggunakan
diajak melakukan percobaan, (9) kurang
tingkat
kritis
berpikir dasar siswa.
mencermati
gejala-gejala
kemampuan
dengan berpikir
tinggi maupun kemampuan
percobaan maupun data empirik, (10)
Melihat
menurunnya kemauan siswa belajar atas
pengembangan
inisiatifnya
tersebut, maka tidak berlebihan kiranya
sendiri,
dan
(11)
dasar
pijakan
pendekatan
pendekatan
STM
STM
menurunnya ketekunan dan kerja keras
jika
dalam
siswa dalam berkompetisi.
pembelajaran kimia layak dimunculkan
Melihat kondisi yang cukup
sebagai upaya peningkatan life skills
memprihatinkan tersebut, guru dituntut
peserta didik. Selain itu, aspek sikap
untuk
ilmiah sebagai domain keempat dalam
segera
melakukan
upaya
perbaikan dalam pelaksanaan proses
literasi
pembelajaran.. Oleh karena itu perlu
memiliki keterkaitan dengan model
adanya pendekatan dalam pembelajaran
pembelajaran
yang dapat mmemperbaiki kondisi ini.
dijelaskan sebagai berikut.
Dalam
hal
mengangkat pembelajaran
ini,
penulis
salah
satu
dengan
teknologi
STM
Pertama,
pendekatan
yang
pembelajaran
menggunakan
model
juga dapat kimia STM
dapat mengeksplorasi rasa ingin tahu
pendekatan
Sains-Teknologi-
siswa terhadap isu sains dan teknologi
Masyarakat
(STM). Pendekatan ini
yang ada di lingkungan melalui tahap
untuk
kimia
dan
yaitu
dimaksudkan
dalam
mencoba
sains
menjembatani
penggalian isu-isu sains dan teknologi.
kesenjangan antara pembelajaran kimia di
dalam
teknologi
kelas dan
dengan
Kedua, pada tahap eksperimen
kemajuan
siswa juga diarahkan untuk melaporkan
perkembangan
apa
yang
terjadi
secara
aktual,
masyarakat yang ada di sekitar peserta
menyangsikan dan mengecek bagian-
didik. Melalui pendekatan ini peserta
bagian fakta yang tidak cocok dengan
didik juga dilatih untuk membiasakan
penemuan
10
lain,
serta
meragukan
kesimpulan
atau
interpretasi
Irhasyuarna (2001) menunjukkan bahwa
berdasarkan bukti-bukti yang belum
implementasi pendekatan STM dalam
cukup, dimana semua itu merupakan
pembelajaran kimia di SMU 1, SMU 6,
indikator respek terhadap fakta atau
dan SMU 12 Banjarmasin memberikan
bukti pada aspek sikap ilmiah.
memberikan hasil yang lebih baik
Ketiga, siswa juga diarahkan
dibandingkan dengan pendekatan yang
untuk siap mengubah pandangan ketika ada
bukti-bukti
meyakinkan
biasa dilakukan oleh guru
yang
Berdasarkan deskripsi mengenai
bertentangan dengan pandangan semula
karakteristik
sekaligus lebih kritis untuk menentang
keunggulan model pembelajaran STM,
cara-cara
hasil
maka implementasi model STM dalam
interpretasi yang menyimpang pada saat
pembelajaran kimia dapat menjadi salah
tahap analisis, sintesis, evaluasi, dan
satu solusi yang tepat untuk mengatasi
mengkreasikan data pada pelaksanaan
masalah-masalah yang teridentifikasi di
model pembelajaran STM.
kelas X SMA Negeri 1 Kediri tahun
investigasi
atau
Hasil penelitian Yager
dalam
Harms
Iskandar
dan
dan
keunggulan-
pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hal
(1996)
tersebut,
peneliti termotivasi untuk
menunjukkan bahwa pembelajaran sains
melakukan penelitian eksperimen yang
dengan
secara
pendekatan
STM
dapat
umum
bertujuan
memenuhi kebutuhan pribadi siswa,
memperbaiki
dapat
kimia di kelas X SMA Negeri 1 Kediri
dipakai
untuk
memecahkan
proses
untuk
masalah dalam masyarakat, dan dapat
dan
meningkatkan wawasan siswa tentang
meningkatkan
karir.
kecakapan
Diharapkan
dengan
adanya
penggunaan Pendekatan STM yang
diarahkan
pembelajaran untuk
lebih
upaya
pengajaran
pemahaman
konsep dan
sikap ilmiah siswa di kelas tersebut.
diimplementasikan pada pembelajaran
Berdasarkan
latar
belakang
kimia, peserta didik akan memiliki
masalah, maka rumusan masalah yang
persiapan
dalam
diajukan dalam penelitian ini adalah: (1)
menghadapi tantangan di masa depan
Apakah terdapat perbedaan pemahaman
yang
konsep kimia dan sikap ilmiah antara
sedini
secara
meningkat. penelitian
mungkin
kualitatif Demikian
Rusmansyah
cenderung juga dan
hasil
siswa yang belajar dengan model
Yudha
pembelajaran
11
sains
teknologi
masyarakat dan siswa yang belajar
mengetahui dan menganalisis perbedaan
dengan model konvensional di SMA
sikap ilmiah antara siswa yang belajar
Negeri 1 Kediri?, (2) Apakah terdapat
dengan
perbedaan pemahaman konsep kimia
teknologi masyarakat dengan siswa
antara siswa belajar dengan model
yang
pembelajaran
konvensional di SMA Negeri 1 Kediri.
sains
teknologi
model
pembelajaran
belajar
dengan
sains model
masyarakat dengan siswa yang belajar dengan model konvensional di SMA
II. METODE PENELITIAN
Negeri 1 Kediri?, dan (3) Apakah ada
Penelitian
ini
merupakan
perbedaan sikap ilmiah antara siswa
penelitian eksperimen. Mengingat tidak
belajar dengan model pembelajaran
semua variabel atau gejala yang muncul
sains teknologi masyarakat
dengan
dan kondisi eksperimen dapat diatur dan
siswa yang belajar dengan model
dikontrol secara ketat, maka penelitian
konvensional di SMA Negeri 1 Kediri?
ini dikategorikan sebagai penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di
eksperimen semu (quasi experiment)
atas, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai
Untuk
berikut:
mengetahui
menganalisis
perbedaan
(Sukardi, 2004).
(1)
Desain penelitian yang digunakan
dan
adalah post-test only control group
pemahaman
design.
Rancangan
penelitian
ini
konsep kimia dan sikap ilmiah antara
mengikuti rancangan kuasi eksperimen
siswa yang belajar dengan model
(eksperimen
pembelajaran
teknologi
dipilih karena dalam eksperimen tidak
masyarakat dan siswa yang belajar
memungkinkan mengubah kelas yang
dengan model konvensional di SMA
telah ada (Wiersma, 1990; Marczyk et
Negeri 1
al., 2005). Pada penelitian ini, peneliti
sains
Kediri,
(2)
Untuk
semu).
Rancangan
ini
mengetahui dan menganalisis perbedaan
menganalisis
pemahaman konsep kimia antara siswa
konsep dan sikap ilmiah antar kelompok
yang
model
siswa yang belajar dengan model
teknologi
pembelajaran STM dengan kelompok
masyarakat dengan siswa yang belajar
siswa yang belajar dengan model
dengan model konvensional di SMA
pembelajaran konvensional.
belajar
pembelajaran
Negeri 1
dengan sains
Kediri,
dan
(3)
Untuk
12
perbedaan pemahaman
Penelitian ini akan dilaksanakan
yang
diteliti,
namun
hasilnya
di SMA Negeri 1 Kediri pada semester
digeneralisasi pada seluruh individu
genap tahun ajaran 2011/2012. Populasi
dalam penelitian.
merupakan perkumpulan dari seluruh
Pemilihan
dalam
dilakukan
tanpa
obyek yang akan kita teliti (Arikunto,
penelitian
2005).
Menurut Sugiyono (2001:57),
pengacakan individu. Cara ini dipilih
populasi adalah wilayah generalisasi
karena sulit merubah kelas yang sudah
yang terdiri dari obyek atau subyek
terbentuk. Kelas dipilih sebagaimana
yang
telah terbentuk tanpa campur tangan
menjadi
kuantitas
dan
ini
sampel
karakteristik tertentu yang ditetapkan
peneliti.
oleh peneliti untuk dipelajari dan
pengaruh
kemudian
mengetahui dirinya dilibatkan dalam
ditarik
Sementara
itu,
kesimpulannya.
Somantri
(2006:62)
Kemungkinan dari
penelitian
sekumpulan
dengan
menggambarkan
menjadi
yang diberikan.
karakteristik perhatian
khas
dalam
yang suatu
keadaan
subjek
eksperimen dapat dikurangi sehingga
menyimpulkan bahwa populasi adalah individu
pengaruh-
penelitian/
ini
benar-benar
pengaruh perlakuan
Berdasarkan
karakteristik
pengamatan. Banyaknya kelas X di
populasi dan tidak bisa dilakukannya
SMA Negeri 1 Kediri tahun ajaran
pengacakan
2011/2012 adalah 7
pengambilan sampel pada penelitian ini
kelas dengan
jumlah siswa 280 siswa.
individu,
maka
dilakukan dengan teknik group random
Sampel adalah anggota dari
sampling.
Teknik
dengan
sampling
merupakan
tertentu
pengambilan sampel secara acak, di
sehingga diharapkan dapat mewakili
mana sampel diambil berdasarkan kelas
populasinya
2).
bukan individu (Arikunto, 2006:142).
Somantri (2006: 63) mengatakan bahwa
Setiap kelas yang menjadi anggota
sampel adalah bagian kecil dari anggota
populasi atau bagian dari populasi
populasi
yang
menurut
tersebut mempunyai kesempatan yang
prosedur
tertentu
dapat
sama untuk dipilih sebagai sampel
populasi
yang
menggunakan
dipilih prosedur
(Sugiarta,
2001:
diambil sehingga
mewakili populasinya. Pada metode
(Soewarno,
sampling, hanya sebagian dari populasi
13
1987).
group suatu
Adapun
random cara
jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 160
observasi
terstruktur
orang.
dirancang
secara
Prosedur penelitian ini melalui beberapa
tahapan
dipaparkan
sebagai
yaitu berikut:
menggunakan
yang
telah
sistematis,
instrumen
dan
penelitian
dapat
yang sudah di uji validitas, daya beda,
(1)
tingkat kesukaran, dan konsistensinya
Menentukan tempat penelitian, dan
(Sugiyono,
melakukan observasi mengenai kegiatan
dikumpulkan adalah data sebelum dan
belajar mengajar sebelum diberikan
setelah diberikan perlakuan.
perlakuan, (2) Merancang perangkat pembelajaran
seperti
2008).
Data
yang
Penelitian ini menggunakan dua
rencana
teknik
analisis
data
deskriptif
lembar
(MANOVA)
satu
menunjang proses pembelajaran. RPP
deskriptif
digunakan
dan LKS dibuat untuk kelompok MPK
menganalisis data pemahaman konsep
dan kelompok MPSTM, (3)
dan
Menyusun tes pemahaman konsep dan
MANOVA satu jalur digunakan untuk
kuisener sikap ilmiah, (4) Meminta
menguji hipotesis. Data yang digunakan
pertimbangan ahli isi dan ahli design
dalam analisis MANOVA adalah skor
serta melaksanakan uji coba instrumen,
pemahaman konsep siswa dan skor
(5)
sikap ilmiah siswa
siswa
Melakukan
(LKS)
revisi
yang
dan
penyempurnaan instrumen yang telah
sikap
Analisis
analisis
analisis
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kerja
dan
yaitu
ilmiah
multivarian
jalur.
siswa.
deskriptif
Analisis untuk Analisis
digunakan
diujikan, melalui konsultasi dengan
untuk menganalisis dan menjabarkan
dosen pembimbing, (6) Implementasi
tingkat
model
kemampuan berpikir kreatif. Teknik ini
pembelajaran
masing
kelompok
pada
masing-
belajar,
pemahaman
konsep
dan
(7)
digunakan untuk mendeskripsikan skor
Mengadakan tes akhir (post-test) pada
rata-rata dan simpangan baku. Skor
masing-masing kelompok belajar, dan
rata-rata dan simpangan baku yang
(8) Menganalisis data untuk menguji
dideskripsikan adalah skor rata-rata dan
hipotesis
simpangan baku yang diperoleh dari
Metode pengumpulan data yang
hasil post-test pemahaman konsep dan
digunakan dalam penelitian ini adalah
kemampuan berpikir kreatif.
berupa observasi non partisipan atau
14
Sebelum melakukan analisis, data
yang
belajar
dengan
model
yang diperoleh harus memenuhi asumsi
pembelajaran STM dengan kelompok
dasar atau dilakukan uji persyaratan. Uji
siswa yang belajar dengan model
persyaratan yang dilakukan adalah uji
pembelajaran
normalitas
sebaran
homogenitas
konvensional,
data,
uji
Dengan
dan
uji
pemahaman konsep dan sikap ilmiah
varians,
kolinieritas.
demikian,
ada
ditolak. perbedaan
antara kelompok siswa yang belajar
Uji hipotesis digunakan untuk menguji tiga
hipotesis
dengan
yang telah
model
pembelajaran
STM
dengan kelompok siswa yang belajar
dikemukakan pada penelitian.
dengan
model
pembelajaran
konvensional. III. HASIL
PENELITIAN
DAN
Hipotesis
PEMBAHASAN Hipotesis
nihil
nihil
yang
kedua
berbunyi “tidak terdapat perbedaan yang
pertama
pemahaman
konsep
kimia
antara
berbunyi “tidak terdapat perbedaan
kelompok siswa yang belajar dengan
pemahaman konsep dan sikap ilmiah
model pembelajaran sains teknologi
antara kelompok siswa yang belajar
masyarakat dengan kelompok siswa
dengan
yang
model
pembelajaran
sains
teknologi masyarakat dengan kelompok
Berdasarkan
pembelajaran konvensional”. hasil
dengan
model
pembelajaran konvensional”.
siswa yang belajar dengan model Berdasarkan
belajar
hasil
analisis
multivariat dengan bantuan program analisis
SPSS 15.00 for windows diperoleh nilai
MANOVA menunjukkan bahwa harga
F = 43,909 dan Sig = 0,000. Ini berarti
Fhitung untuk Pillai's Trace,
Wilks'
bahwa nilai sig F lebih kecil dari 0,05.
Lambda, Hotelling's Trace, dan Roy's
Itu berarti pula bahwa hipotesis H0 yang
Largest Root lebih kecil dari 0,05.
menyatakan
tidak
Artinya semua nilai Pillai's Trace,
pemahaman
konsep
Wilks' Lambda, Hotelling's Trace, dan
kelompok siswa yang belajar dengan
Roy's Largest Root signifikan. Jadi,
model pembelajaran sains teknologi
hipotesis nol yang berbunyi tidak ada
masyarakat dengan kelompok siswa
perbedaan pemahaman konsep dan
yang
sikap ilmiah antara kelompok siswa
pembelajaran
15
belajar
ada
perbedaan
kimia
dengan
konvensional,
antara
model ditolak.
Dengan
demikian
dapat
kesimpulan
bahwa
ada
pemahaman
konsep
ditarik
kelompok siswa yang belajar dengan
perbedaan
kimia
model pembelajaran konvensional.
antara
Pembahasan
hasil
penelitian
kelompok siswa yang belajar dengan
yang dipaparkan pada bagian ini adalah
model pembelajaran sains teknologi
hasil-hasil
masyarakat dengan kelompok siswa
analisis statistik yang meliputi variabel-
yang
variabel
belajar
dengan
model
pembelajaran konvensional.
analisis
deskriptif
bebas
yaitu
dan model
pembelajaran yang merupakan variabel
Hipotesis yang ketiga berbunyi
perlakuan dan pemahaman konsep serta
“terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa
sikap ilmiah sebagai variabel terikat.
antara kelompok siswa yang belajar
Pembahasan untuk analisis statistik
dengan
terfokus pada pengaruh variabel bebas
model
pembelajaran
sains
teknologi masyarakat dengan kelompok
terhadap variabel terikat.
siswa yang belajar dengan model
Hasil
pembelajaran konvensional”. Berdasarkan
hasil
di
atas
menunjukkan
secara keseluruhan bahwa pemahaman analisis
konsep maupun sikap ilmiah kelompok
multivariat dengan bantuan program
siswa yang mengikuti pembelajaran
SPSS 15.00 for windows diperoleh nilai
STM lebih tinggi dari kelompok siswa
F = 6,213 dan Sig = 0,014 Ini berarti
yang
nilai sig F lebih kecil dari 0,05.
Itu
konvensional.
berarti pula bahwa hipotesis H0 yang
membuktikan
menyatakan tidak ada perbedaan sikap
pembelajaran STM dalam pembelajaran
ilmiah antara kelompok siswa yang
Kimia dapat meningkatkan pemahaman
belajar dengan model pembelajaran
konsep dan sikap ilmiah siswa kelas X
sains teknologi masyarakat
SMAN 1 Kediri
dengan
kelompok siswa yang belajar dengan model
pembelajaran
mengikuti
pembelajaran
Temuan bahwa
ini
juga model
tahun pelajaran
2011/2012.
konvensional,
Pendekatan STM dapat juga
ditolak. Dengan demikian dapat ditarik
dikatakan sebagai upaya mendekatkan
kesimpulan bahwa ada perbedaan sikap
siswa kepada obyek yang dibahas.
ilmiah antara kelompok siswa yang
Pengajaran yang menjadikan benda
belajar dengan model pembelajaran
yang
sains teknologi masyarakat
dihadapkan kepada siswa atau siswa
dengan
16
dibahas
secara
langsung
dibawa langsung ke alam sekitarnya,
jelas serta sesuai dengan pengalaman
disebut sebagai onstention (Barnes,
anak-anak sehari-hari.
1982: 23). Dalam belajar semacam ini
Pembelajaran
dengan
siswa mencari hubungan kesamaan
menggunakan model Sains Teknologi
(similarity
relation)
sehingga
Masyarakat menyajikan isu yang terkait
kelompok
berdasarkan
dengan berbagai konsep dan prinsip
konsep dan teori yang telah dimiliki dan
ilmiah yang sedang dipelajari oleh
memperoleh
berdasarkan
siswa, dengan demikian, siswa belajar
pengamatan. Hal ini sesuai dengan apa
kimia seolah-olah belajar dekat dengan
yang dikatakan Gagne (1985: 67)
lingkungan sosial. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk terjadi belajar pada diri
bahwa
siswa diperlukan kondisi belajar, baik
merupakan hapalan saja melainkan
kondisi
kelihatan manfaatnya dalam kehidupan
memperoleh
pola-pola
internal
Kondisi
maupun
internal
eksternal. merupakan
belajar
sehari-hari.
kimia
tidak
Kenyataan
ini
hanya
akan
peningkatan (arising) memori siswa
mendorong siswa untuk memecahkan
sebagai hasil belajar terdahulu. Memori
masalah-masalah kimia yang terkait
siswa
dengan
yang
terdahulu
merupakan
permasalahan
sehari-hari.
komponen kemampuan yang baru, dan
Dengan adanya keterkaiatan antara apa
ditempatkannya bersama-sama. Kondisi
yang dipelajari dengan kehidupan sosial
eksternal meliputi aspek atau benda
akan memotivasi siswa untuk terus
yang dirancang atau ditata dalam suatu
belajar sehingga hasil belajar akan
pembelajaran
meningkat.
yang
termasuk
di
dalamnya adalah lingkungan.
Bila
Suatu proses belajar mengajar
menekankan
belajar pada
Kimia
lebih
hapalan,
seperti
dikatakan dapat berjalan efektif bila
dalam
seluruh komponen yang berpengaruh
menggunakan pendekatan ekspositori,
dalam proses belajar mengajar saling
maka siswa akan belajar jauh dari
mendukung dalam rangka mencapai
pengalaman
tujuan.
materi
demikian, belajar Kimia seolah-seolah
menarik, adanya sarana belajar yang
belajar konsep-konsep atau prinsip-
memadai, dan memiliki tujuan yang
prinsip kimia yang tidak ada kaitannya
Misalnya
penyajian
pembelajaran
sehari-hari.
dengan
Dengan
dengan kehidupan anak. Oleh karena
17
itu, pengetahuan anak tentang kimia
minat
sebatas pengetahuan yang ada pada
biologi. Demikian pula hasil penelitian
buku serta apa yang diberikan oleh
Alit
guru.
melemahkan
penelitiannya yang berjudul: Implikasi
semangat siswa untuk belajar, sehingga
pendekatan STS Terhadap Efek Iringan,
prestasi belajar mereka tidak tercapai
Keterampilan
secara optimal.
Penguasaan
Hal
ini
akan
Keberhasilan menolak hipotesis
siswa
dalam
Mariana
pembelajaran
(1994)
Proses
dalam
Sains,
dan
Konsep
Pembelajaran
dalam
Biologi
SMU,
efek
yang
nol dalam penelitian ini didukung oleh
menemukan
hasil penelitian Sadia (2001) dalam
ditimbulkan pada siswa yang mengikuti
penelitiannya
pembelajaran Sains dengan pendekatan
Pengembangan
yang Buku
berjudul: Ajar
bahwa,
di
IPA
STS, yaitu efek iringan, keterampilan
Pendidikan Dasar Berwawasan STM
proses sains dan penguasaan konsep
menemukan bahwa, secara signifikan
sains. Efek yang ditimbulkannya ini
hasil belajar siswa yang belajar IPA
signifikan berbeda antara pretest dan
dengan menggunakan buku ajar IPA
postest.
berwawasan STM lebih baik daripada
menggunakan pendekatan biasa, hanya
siswa yang menggunakan buku ajar IPA
menimbulkan efek pada penguasaan
yang konvensional. Hasil penelitian
konsep saja.
Setiawan, Nyoman dan Sukra Warpala (2000)
dalam
penelitiannnya
Pembelajaran
Berdasarkan
yang
tampaknya
hasil
uraian
yang
di
penelitian
atas, yang
berudul: Usaha Peningkatan Kualitas
diperoleh telah sesuai dengan teori yang
Pembelajaran Biologi pada siswa kelas
ada
I SMU Laboratorium STKIP Singaraja
penelitian
melalui Aplikasi Lembar Kerja Siswa
demikian
Berwawasan STM dengan pendekatan
diperoleh melengkapi penemuan bahwa
Konstruktivisme
pendekatan STM lebih efektif dalam
menemukan
bahwa
dan
didukung
oleh
sebelumnya. hasil
penelitian
model pembelajaran biologi dengan
meningkatkan
menggunakan LKS berwawasan STM
kimia dan sikap ilmiah siswa.
dengan
pendekatan
kontruktivisme
beberapa
pemahaman
Berdasarkan
hasil
Dengan yang
konsep analisis
cukup efektif dalam meningkatkan hasil
deskritif ditemukan bahwa pemahaman
belajar siswa, dan dapat meningkatkan
konsep kimia siswa yang belajar dengan
18
model pembelajaran STM termasuk
yang diperolehnya dimana sebelumnya
kategori baik sedangkan sikap ilmiah
sikap mandiri tersebut belum atau
siswa mencapai kategori sedang hal ini
kurang dimiliki oleh siswa, disamping
dapat dijelaskan bahwa secara umum
itu
pembelajaran STM lebih menekankan
dipengaruhi oleh pengetahuan siswa
pada konteks sosial dari pembelajaran.
sebelumnya.
penguasaan
konsep
sangat
Selama siswa terlibat dalam model pembelajaran STM siswa dibiasakan
IV. PENUTUP
untuk
masalah,
Berdasarkan temuan-temuan penelitian
mencari teori pendukung, melakukan
yang telah dipaparkan sebelumnya,
percobaan, mengumpulkan data dengan
maka simpulan pertama yang dapat
mengobservasi atau pengamatan lain,
ditarik adalah:
menganalisis data, menarik simpulan,
1.
mengidentifikasi
selanjutnya
Terdapat
perbedaan pemahaman
mengkomunikasikan
konsep kimia dan sikap ilmiah
hasilnya dalam forum diskusi kelas,
antara kelompok siswa yang belajar
seluruh rangkaian kegiatan tersebut
dengan model pembelajaran STM
merupakan perwujudan metode ilmiah
dengan
yang akhirnya tertanam pada diri siswa
belajar dengan model pembelajaran
dan
tingkah
konvensional,
lakunya sehari hari, proses tumbuh dan
pembelajaran
berkembangnya
hasil yang lebih baik
menjadi
bagian
dari
sikap
ilmiah
tidak
terlepas dari pengalaman belajar yang
2.
dialami siswa. Fakta kualifikasi
kelompok
Terdapat
siswa
dimana STM
yang model
memberikan
perbedaan pemahaman
konsep kimia antara kelompok menunjukkan
pencapaian
bahwa
siswa yang belajar dengan model
pemahaman
pembelajaran
STM
konsep kimia, tidak sama dengan
kelompok
pencapaian sikap ilmiahnya. Proses
dengan
yang telah dialami siswa dalam model
konvensional. Pemahaman konsep
pembelajaran STM secara bersamaan
kimia
berdampak
mengikuti
terhadap
pelatihan
dan
siswa model
kelompok model
yang
dengan belajar
pembelajaran siswa
yang
pembelajaran
pembentukan sikap mandiri siswa untuk
STM dengan nilai rata-rata 81,03
mengakses dan mengelola informasi
lebih tinggi dibandingkan dengan
19
pemahaman
3.
konsep
kimia
sebagai model alternatif, sehingga
kelompok siswa yang mengikuti
ketika mereka telah menjadi guru
model pembelajaran konvensional
sudah terbiasa menerapkan model
dengan rata-rata 72,34.
pembelajaran STM.
Terdapat perbedaan sikap ilmiah
3.
Bagi para pemegang kebijakan di
antara kelompok siswa yang belajar
bidang pendidikan disarankan agar
dengan model pembelajaran STM
menambah porsi pelatihan model
dengan
pembelajaran agar guru-guru dapat
kelompok
siswa
yang
belajar dengan model pembelajaran
lebih
konvensional.
menerapkan model pembelajaran
Sikap
ilmiah
kelompok siswa yang mengikuti
memahami
serta
mampu
STM.
model pembelajaran STM dengan DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
nilai rata-rata 183,25 lebih tinggi dibandingkan dengan sikap ilmiah kelompok siswa yang mengikuti
Marczyk, G., DeMatteo,G., & Festinger, D. 2005. Essentials of Research Design and Methodology. New Jersew: John Wilew & Sons.
pembelajaran konvensional dengan rata-rata 177,33. Berdasarkan beberapa temuan yang diperoleh pada penelitian ini,
Rusmansyah, I, Y. (2001). Implementasi Pendekatan SainsTeknologi-Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU N Banjarmasin. Jurnal. http://www.depdiknas.go.id/Jurna l/40/editorial40.htm - 34k -
maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan. 1.
Kepada seluruh guru mata pelajaran Kimia khususnya di SMA 1 Kediri disarankan
agar
menggunakan
model pembelajaran STM sebagai model
alternatif,
Sadia, I W. 1998. “Reformasi Pendidikan Sains (IPA) Menuju Masyarakat Literasi Sains dan Teknologi”. Makalah. Disajikan dalam Sidang Terbuka Senat Orasi Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam pada Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja.
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. 2.
Bagi para pemegang kebijakan di Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), disarankan membekali calon guru binaannya dengan model pembelajaran STM
20
STKIP Singaraja, Singaraja 14 Oktober 1998. Sadia, I W. 2006. Pendekatan SainsTeknologi-Masyarakat. Makalah. Disajikan pada Pelatihan Strategi Pembelajaran Inovatif bagi para Guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung, 1-12 September 2006 di Klungkung. Sadia, I W. 2008. Model Pembelajaran yang Efektif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (Suatu Persepsi Guru). Jurnal Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ISSN 02158250. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Yager, R.E. (1992). The STS Aproach Parallels Constructivist Practice. Science Education International. Vol.3, No. 2 Yager, Robert E. 1996. Science/Technology/Society, As Reform In Science Education. New York: State University of New York Press.
21
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP KIMIA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 1 KEDIRI
ARTIKEL
Oleh : I MADE MANDRA NIM : 1029061005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012
22
23