PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA KONSEP KALOR (Quasi Eksperiment di SMP Aulia Bogor)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh : LISNA NAFIKAH
105016300601
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
ABSTRAK
Lisna Nafikah (105016300601). “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Perpindahan Kalor.” Skripsi, Program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar fisika pada konsep perpindahan kalor. Penelitian ini dilakukan di SMP Aulia Bogor tahun pelajaran 2010-2011, metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment desain nonrandomized pretest-posttest control group design, dengan 80 orang siswa sebagai sampel yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dengan model pembelajaran generatif dan siswa kelas VII-2 sebagai kelompok kontrol dengan metode ceramah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif tipe pilihan ganda dengan empat pilihan yang digunakan model pembelajaran generatif untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada konsep perpindahan kalor. Dalam penelitian ini, diperoleh skor pretest untuk kelompok eksperimen adalah 40,3 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 37,33. Sedangkan hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor ratarata 67 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 56,7. Berdasarkan perhitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh harga t tabel = 2,00 t hitung = 1,11 dari hasil pengujian diperoleh t hitung < t tabel , dengan demikian Ho diterima Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar siswa signifikan. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran generatif, metode ceramah.
iii
ABSTRAC
Lisna Nafikah (105016300601), “INFLUENCE LEARNING MODEL toward the result of physics transfer”. Skripsi physics education study programme, Tarbiyah and education, State Islamic University of Syarif 2010.
OF GENERATIF study about calor major sains faculty Hidayatullah Jakarta,
The purpose of this research is to determine the influence of generatif learning model toward the result of physics study about calor transfer. This research has been conducted in SMP Aulia Bogor. The method of research, is used quasi experimental method, nonrandomized pretest-postest control group design with 80 students as the sample. This sample divided into two group which is student at class VII-3 as the experimental group with generatif learning model and student at VII-2 class as the control group with lecture method. According to the instrument in this research such as object test multiple choice with a four choice that influence the student result in study physic about moving callor concept. The pretest score of experimental group is 40,3 and the average score of control group is 37,33. The postest result of experiment group get average score 67 and the average score of control group is 56,7. By the t-test postest calculation, the level of certainty is 95%, value t table = 2,00 and t calculate = 1,11. Those test result show that the value of t calculate < t table. It means that Ho accept Ha reject to belief level 95% in this case show that significantly different betwen average postest score experimental group with average postest score control group. Can be concluded from these result that the learning generatif model give significant influence to the result of student learning.
Keyword: Result of physics study, generative learning model.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Salawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia kejalan yang terang benderang, beserta keluarga dan para sahabatnya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan fisika. Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Sehingga penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A, selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku Seketaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 4. Bapak Iwan Permana, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.. 5. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta nasehat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
v
6. Ibu Erina Hertanti, M. Si, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan 7. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah Khususnya di Jurusan IPA (Pendidikan fisika) yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. 8. Bapak Drs, Ahmad Sanusi selaku Kepala Sekolah SMP Aulia Bogor atas izinnya kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Aulia Bogor. 9. Bapak Encep, S.Pd, selaku guru pembimbing mata pelajaran fisika yang telah banyak memberikan ilmunya, arahan, dan bimbingannya selama pelaksanaan penelitian. 10. Seluruh dewan Guru dan Staff SMP Aulia Bogor yang selalu membantu penulis. 11. Teruntuk Ibunda Ikah, Ayahanda Said Ali, Suamiku tercinta Decki Faizal, dan anakku tersayang Alya Rizkia. Mama Dede Suhartati dan papa Dedi Sutardi yang selalu memberikan dorongan dan motivasi baik moril maupun materil serta doanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Teruntuk saudara-saudaraku dan semua sahabat anak fisika 2005 yang telah memberikan motivasi, semangat, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca. Alhamdulillahirobbil’Alamin Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh Jakarta, Februari 2011 Penulis
vi
iv
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH..................................
ii
ABSTRAK ......................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................
1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………...
5
C. Pembatasan Masalah......................................................................
5
D. Rumusan Masalah........................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian............................................................................ 5 F. Mamfaat Penelitian ...................................................................... .
BAB II
6
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis .........................................................................
7
1. Pandangan Konstruktivisme......................................................
7
2. Model Pembelajaran Generatif................................................. 13 3. Hakikat Proses Belajar Mengajar.............................................. 20 4. Fisika dan Hasil Belajar Fisika.................................................. 24 B. Hasil Penelitian Yang Relevan...................................................... 26 C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 29 D. Pengajuan Hipotesis....................................................................... 31
v
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 32 B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian.................................... 32 C. Populasi dan Sampel.................................................................... 33 D. Teknik Pengambilan Sampel....................................................... 33 E. Prosedur Penelitian...................................................................... 34 F. Instrumen Penelitian.................................................................... 36 G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 37 H. Variabel Penelitian...................................................................... 37 I. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................... 38 1) Uji Validitas .......................................................................... 38 2) Uji Reliabilitas ...................................................................... 39 3) Uji Tingkat Kesukaran .......................................................... 40 4) Daya Pembeda ....................................................................... 41 J. Teknik Analisis Data Hasil Belajar ........................................... 42 1. Uji Normalitas ........................................................................ 42 2. Uji Homogenitas ..................................................................... 44 3. Uji Hipotesis ........................................................................... 45 4. Uji Normal Gain ..................................................................... 47 K. Hipotesis Statistik ...................................................................... 48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian............................................................................ 49 1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.. 49 2. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.. 50 3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ........................................ 52 B. Hasil Analisis............................................................................... 52 1. Uji Prasyarat Analisis ............................................................ 52 a. Uji Normalitas Pretest-Posttest ......................................... 53 b. Uji Homogenitas Pretest-Posttest...................................... 53
vi
2. Uji Hipotesis .......................................................................... 54 a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pretest ................................. 54 b. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Posttest ................................ 55 c. Uji Normal Gain ................................................................ 57 C. InterPretasi Data ........................................................................ 58 D. Pembahasan ............................................................................... 59
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................
61
B. Saran...........................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme ...........................................
7
Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Generatif ......................................... 17 Tabel 3.1 Desain Penelitian............................................................................... 32 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ............................................... 36 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r .............................................. 39 Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ..................................................................... 40 Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat kesukaran .......................................................... 41 Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................ 42 Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ........................................................................................ 50 Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol ............................................................................................... 51 Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ........................................................................................ 52 Tabel 4.4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol ............................................................................................... 53 Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian .................................................... 54 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............................................................................................... 55 Tabel 4.7 Hasil Uji homogenitas Pretest-Posttest ............................................ 56 Tabel 4.8 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ....................................... 57 Tabel 4.10 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Normal Gain..................................... 58
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................... 30 Gambar 3.2 Bagan Tahap-tahap Prosedur Penelitian ....................................... 35 Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ................. 50 Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Kontrol ....................... 51 Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ............... 52 Gambar 4.4 Diagram batang hasil Posttest Kelompok Kontrol ........................ 53
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ........................................... 67 Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar.................. 80 Lampiran 3 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ........................................................................... 86 Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar .......................................................................... 87 Lampiran 5 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ........................................................................... 89 Lampiran 6 Distribusi Daya pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ........................................................................... 90 Lampiran 7 Proporsi Peserta Kelompok Atas dan Kelompok Bawah yang Menjawab Benar ...................................................... 91 Lampiran 8 Klasifikasi Kelompok Siswa ........................................................ 93 Lampiran 9 Soal Penelitian Tes Hasil Belajar ................................................. 94 Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran Generatif ....................................................................................... 98 Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa .................................................................... 104 Lampiran 12 Analisis Data ............................................................................... 108
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi secara keseluruhan telah memberikan dampak dalam berbagai segi kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan yang merupakan salah satu bagian dari pembangunan bangsa. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan potensi dasar yang dimilikinya baik itu potensi fisik, intelektual, emosional, mental, sosial, dan etika sehingga pendidikan merupakan hal penting yang harus didapatkan setiap manusia menuju terbentuknya manusia yang berkualitas. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan tertentu. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.1Secara
formal,
pendidikan
diselenggarakan
di
sekolah,
penyelenggaraan pendidikan di sekolah lebih di kenal dengan istilah pengajaran, yaitu proses belajar mengajar yang melibatkan banyak faktor, baik pengajar, pelajar, dan bahan atau materi, serta fasilitas maupun lingkungan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan tempat berlangsungnya proses belajar haruslah diselenggarakan secara sistematis dan terarah dalam rangka mencapai fungsi dan tujuan pendidikan seperti tertera dalam undangundang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 yang berbunyi: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yanng beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
1
Nana Syaodiah Sukmadinata, Landasan Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003) hal, 3-4
1
2
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.2 Pendidik sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar memiliki tugas yang tidak mudah karena ia merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pendidik dituntut untuk memiliki sejumlah kemampuan, keterampilan di dalam bidangnya, serta memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Banyak sekali jenis kemampuan, keterampilan dan keahlian yang harus dimiliki oleh pendidik yang profesional, karena pendidik merupakan fasilitator maupun motivator bagi peserta didik. Pendidik sebagai fasilitator, harus menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam diri peserta didik, baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Seperti di ungkapkan oleh W.S Winkel tentang belajar yaitu ”suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, sikap, pemahaman, serta keterampilan dan perubahan itu bersikap relatif konstan dan berbekas.3 Pembelajaran, harapan yang tidak pernah sirna dan selalu pendidik tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan pendidik dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh pendidik. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal ini pula yang menjadi tugas yang cukup berat bagi pendidik dalam mengelola kelas dengan baik.
2
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. Tamina Utama, 2004) hal 7 3 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996) hal 53
3
Dalam mengajar hendaknya pendidik berupaya menciptakan kondisi belajar dimana peserta didik terlibat secara aktif mengkonstruksi pengetahuan untuk memahami konsep-konsep yang dipelajari dalam fisika. Kemampuan peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dapat terwujud jika peserta didik diberi kesempatan untuk aktif berperan dalam proses pembelajaran. Pendidik belum secara intensif menerapkan rancangan program pembelajaran yang mampu mengembangkan pengetahuan yang dibangun sendiri oleh peserta didik, pendidik selalu menggunakan metode ceramah yang dianggap paling mudah dalam menyampaikan bahan pelajaran. Kebanyakan pendidik memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan kedalam pikiran peserta didiknya, sehingga mungkin saja pendidik telah merasa mengajar dengan baik namun peserta didik tidak merasa belajar, dalam arti tidak terjadi penambahan pengetahuan atau perubahan pada diri peserta didik. Banyak pendidik yang hanya memikirkan bagaimana mengajar IPA dengan baik, tetapi jarang memikirkan agar peserta didik belajar dengan baik, akibatnya prestasi belajar peserta didik yang merupakan kategori hasil belajar peserta didik masih rendah. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit dan menjadi momok bagi peserta didik. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan seharihari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika, disamping pengajar fisika yang mengajar secara monoton, metode pembelajaran yang kurang bervariasi, dan hanya berpegang teguh pada buku paket saja. Tidak adanya praktikum pada pembelajaran fisika, mengakibatkan kesulitan peserta didik yang berakibat rendahnya pemahaman konsep-konsep fisika dan rendahnya hasil belajar fisika. Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama pendidik adalah merancang , mengelola dan mengevaluasi pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika di SMP/MTs, sebagian besar pendidik kurang inovatif dan kreatif dalam mencari dan menemukan metode pembelajaran
4
yang dapat merangsang motivasi belajar peserta didik. Disamping itu dalam pembelajaran fisika guru kurang menyajikan demonstrasi, sehingga tidak menantang siswa berhipotesis, akibatnya jika melihat dugaan maka timbul perasaan kacau yang membuat siswa tidak termotivasi. Guru kurang menantang kemampuan berpikir siswa dalam hal kegiatan berupa eksperimen/percobaan, sehingga siswa tidak aktif dalam proses belajar. Guru kurang memberikan soalsoal terbuka yang dikerjakan secara berkelompok. Kemudian sebagian besar pendidik dalam mengajar fisika lebih banyak mengajar konsep-konsep, prinsipprinsip, hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada peserta didik, dan pembelajaran fisika banyak dilakukan dengan memberi konsep fisika tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa maupun yang ada disekitarnya. Siswa belajar menghafal konsep dan bukan menguasai konsep, sehingga belajar fisika kurang bermakna dengan tidak terbentuk konstruk konsep fisika yang benar. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ratna Willis Dahar bahwa salah satu keluhan dalam dunia pendidikan adalah bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan maka informasi baru dipelajari secara hafalan.4 Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan peserta didik tidak berperan aktif, sehingga di dalam pikiran peserta didik tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Oleh karena itu, metode yang diterapkan pendidik sering membosankan dan kurang merangsang peserta didik untuk berpikir sehingga hasil belajar fisika siswa masih rendah. Belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seseorang peserta didik membangun pengetahuan dalam pikirannya seperti membangun ide atau membangun arti suatu istilah dan juga membangun suatu strategi untuk sampai pada penjelasan tentang pertanyaan bagaimana, dan mengapa. Model belajar generatif pada pembelajaran sains akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dalam hal ini peserta didik mendapat kebebasan dalam mengejukan ide-ide dan masalah serta
4
Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Bandung: Erlangga, 1996), hal 114.
5
mendiskusikan konsep fisika tanpa dibebani rasa takut, serta peserta didik dapat berargumentasi sampai pada penguasaan konsep. Model pembelajaran generatif dirasa tepat menjadi salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan di atas dalam pembelajaran fisika, karena dalam model pembelajaran ini siswa tidak hanya dituntun untuk membangun pengetahuan sendiri, tetapi guru diharapkan dapat memberikan suasana emosional yang positif kepada siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat tercapai yang ditunjukkan dengan adanya pengaruh hasil belajar siswa. Penulis mengambil konsep perpindahan kalor, karena dalam konsep ini siswa dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar dalam kegiatan eksperimen/percobaan, menjawab soal-soal terbuka yang diberikan oleh guru, dan siswa dituntut untuk aktif membangun pengetahuannya sampai siswa bertanya bagaimana dan mengapa. Untuk itu, konsep ini dirasa tepat pada model pembelajaran generatif. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul ”PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA KONSEP PERPINDAHAN KALOR”. B. Identifikasi Masalah Dengan melihat masalah yang telah diuraikan sebelumnya dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari menjadi penyebab siswa cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika 2. Siswa kesulitan memahami konsep-konsep fisika yang di ajarkan oleh guru 3. Hasil belajar fisika siswa yang masih rendah 4. Metode belajar yang digunakan oleh guru didominasi ceramah 5. Tidak ada praktikum pada pembelajaran fisika
6
C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes kognitif saja. Adapun ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dkk mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4).
2.
Konsep dalam penelitian ini Perpindahan Kalor.
3.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran generatif
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka permasalahan ini adalah: ”Apakah model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap hasil belajar fisika pada konsep Perpindahan Kalor”? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep Perpindahan Kalor. F. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran generatif diharapkan dapat membangun pengetahuan siswa dalam proses belajar, dan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran konsep fisika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Penggunaan model pembelajaran generatif dapat dijadikan model alternatif yang dapat membantu siswa untuk memahami konsep fisika, dan proses belajar mengajar yang menyenangkan.
7
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis 1. Pandangan Konstruktivisme Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses aktif seseorang dalam membangun pengetahuan yang bermakna dalam dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya dengan cara membangun keterkaitan antara pengetahuan yang dimilikinya dan yang sedang dipelajarinya. Konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dikontruksi secara aktif oleh siswa. Dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seseorang yang mahatahu, dan siswa bukanlah yang belum tahu dan karena itu harus diberi tahu. Dalam proses belajar, siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal guru dan siswa bersama-sama membangun pengetahuan. Dengan demikian, hubungan guru dan siswa lebih sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan.5 Tugas guru adalah membantu siswa agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasi yang konkret. Adapun langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme menurut Driver dan Oldham dalam Matthews sebagai berikut, yaitu :6
Tabel 2.1 Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme No.
Langkah-langkah
Keterangan
Konstruktivisme 1.
Orientasi
Siswa
diberi
mengembangkan
5
kesempatan
untuk
motivasi
dalam
Paulina Pannen, dkk. Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka (PAUPPAI-UT), 2001)., h. 31 6 Didi Sutardi & Encep Sudirjo, Pembaharuan dalam PBM di SD (Bandung : UPI PRESS, 2008), hal 136
7
8
mempelajari suatu topik. Siswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari. 2.
Elicitasi
Siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Siswa
diberi
kesempatan
untuk
mendiskusikan apa yang diobservasikan dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster. 3.
Restrukturisasi Ide
Klarifikasi
ide
yang
dikontraskan
dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi ataupun pengumpulan ide. Berhadapan seseporang
dengan dapat
ide-ide
lain,
terangsang
untuk
merekontruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasnnya cocok. Membangun ide yang baru, yang dapat terjadi
bila
dalam
diskusi
idenya
bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak
dapat
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan teman-teman. Mengevaluasi
ide
barunya
dengan
eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru. 4.
Penggunaan ide dalam
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk
banyak situasi
oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi, sehingga menjadi lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam
9
kondisinya 5.
Review, bagaimana ide
Dapat terjadi bahwa dalam mengaplikasi
berubah
pengetahuannya seseorang perlu merevisi gagasannya, dengan menambahkan suatu keterangan ataupun dengan mengubah menjadi lebih lengkap.
Menurut Widodo lingkungan pembelajaran yang konstruktivis pada dasarnya mencakup lima unsur penting, yaitu:7 1) Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa. Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu pembelajaran
harus
memperhatikan
pengetahuan
awal
siswa
dan
memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa. 2) Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna. Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran. 3) Adanya lingkungan sosial yang kondusif. Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. 4) Adanya dorongan agar pembelajar bisa mandiri. Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajar. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya. 5) Adanya unsur untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah. Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan
7
Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13, 2007), hal. 99-100
10
sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang kehidupan ilmuwan. Prinsip konstruktivisme, seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik, yaitu dengan: a) Menyediakan
pengalaman
belajar
yang
dapat
memungkinkan
siswa
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. b) Menyediakan
atau
memberikan
kegiatan-kegiatan
yang
merangsang
keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekpresikan gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. c) Memotivator, mengevaluasi, dan menunjukkan hasil apakah pemikiran siswa dapat didorong secara aktif atau tidak.8
a. Konstruktivisme Jean Piaget Dalam konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masingmasing mempunyai makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia (Nurhadi, 2004). Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi. Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang berisi 8
dua
kegiatan.
Pertama,
menggabungkan
atau
mengintegrasikan
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius, 1997), h.66
11
pengetahuan yang diterima oleh manusia atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi keseimbangan (equilibrium). Dalam proses adaptasi ini, Piaget mengemukakan empat konsep dasar yaitu, skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Piaget (1990) menjelaskan pentingnya berbagai faktor internal seseorang seperti tingkat kematangan berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, konsep diri, dan keyakinan dalam proses belajar. Berbagai faktor internal tersebut mengindikasikan
kehidupan
psikologis
seseorang,
serta
bagaimana
dia
mengembangkan struktur dan strategi kognitif, dan emosinya. Sebagai contoh, piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif manusia sesuai urutan atau sequence tertentu. Kemampuan berpikir pada satu tahapan yang lebih tinggi merupakan perkembangan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Pada tahapan yang lebih tinggi seseorang lebih mampu berpikir terorganissasi dan abstrak. Piaget menyebutnya sebagai kemampuan untuk mengembangkan skema berpikir (schemas, berarti building blocks of thinking).9 Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun system makna dan pemahaman realitas melalui pengalamanpengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi baru dilahirkan sampai menginjak dewasa mengalami
empat
tingkat
perkembangan
kognitif
yaitu,
sensorimotor,
praoperasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Menurut Piaget (dalam Slavin, 1994), perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.10
9
Udin S. Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h 6.8 10 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Preatasi Pustaka, 2007), hal.14-16
12
b. Konstruktivisme Vygotsky Vygotsky berpendapat
seperti
Piaget,
bahwa
siswa
membentuk
pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulusrespon. Faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk perkembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugastugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut. Ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, dan realistic dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut.11
11
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Preatasi Pustaka, 2007), hal. 26-27
13
2. Model Pembelajaran Generatif Model pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran sains yang intinya bahwa belajar mengkonstruksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar konstruktivistis.12 Menurut Osborne dan wittrock bahwa esensi pembelajaran generatif adalah pikiran atau otak manusia bukanlah penerima informasi secara pasif tetapi aktif mengkonstruksi dan menafsirkan informasi dan selanjutnya menarik kesimpulan berdasarkan informasi itu. Pembelajaran generatif melibatkan aktivitas mental berpikir. Mental berpikir seseorang yang telah melakukan pembelajaran akan berkembang sejalan dengan proses belajarnya. Aktivitas mental oleh Piaget menggunakan istilah ”skema” yang diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang dapat berulang kembali. Hal ini merupakan struktur
kognitif
individu
yang
disesuaikan
dengan
lingkungan
dan
mengorganisasikannya. Sejalan dengan hal ini Skemp (1982) menjelaskan bahwa skema merupakan struktur kognitif, yaitu rangkaian konsep-konsep yang saling berhubungan yang ada dalam pikiran pelajar. Dalam rangka mengembangkan struktur kognitif, menurut Piaget terjadi dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali pikiran karena adanya informasi baru sehingga informasi itu punya tempat. 13 Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran khususnya pembelajaran fisika diperlukan adanya keaktifan pelajar untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan fisika dalam pikirannya agar skema yang dimilikinya menjadi berkembang. Dalam melaksanakan pembelajaran generatif, guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah guru mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi 12
IB. Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ISSN 02158250 No. 2 TH. XXXIV April 2001), hal. 50 13 Fahinu, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Matematika Pada Mahasiswa Melalui Pembelajaran Generatif, (Bandung: Tesis Pascasarjana, UPI, 2002), hal 4041.
14
yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. b. Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi atau
simulasi,
pelatihan
menggunakan
tampilan
jamak
(multiple
representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan. c. Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok.14 Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seseorang siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena alam atau membangun arti suatu istilah dan juga membangun suatu strategi untuk sampai pada penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa. Teori pembelajaran generatif dikemukakan oleh Wittrock (dalam Grabowski, 1996) dengan asumsi bahwa siswa bukan penerima informasi yang pasif, melainkan siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam mengkonstruksikan makna dari informasi yang ada disekitarnya, adalah sangat penting bagi guru untuk meminta siswa to generate ’menghasilkan’ sendiri makna dari informasi yang diperoleh, sebagaimana dikemukakan Wittrock (dalam Grabowski, 1996): ” although a student may not understand sentences spoken to
14
Model Pembelajaran Generatif (MPG), http://anwarholil.blogspot.com/2010/08/pembelajarangeneratif-mpg.html. 29 Agustus 2010, 13:24.
15
him by his teacher, it is highly likely that a student understands sentences that he generates himself”.15 Model pembelajaran generatif memiliki empat komponen, yaitu proses motivasi (the motivational processes), proses belajar (the learning processes), proses penciptaan pengetahuan (the knowledge creation processes), dan proses generasi (the processes of generation).16 a) Proses Motivasi Proses motivasi amat ditentukan oleh minat (interest) dan atribusi (attribution). Menurut Wittrock, persepsi siswa terhadap dirinya yang berhasil atau gagal sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa, sedangkan minat sangat bersifat pribadi dan berasal dari diri siswa sendiri. b) Proses Belajar Proses belajar seseorang dipengaruhi oleh rangsangan dan niat. Faktor penting dalam proses belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian, proses belajar tidak akan pernah terjadi. Perhatian dirangsang oleh stimulus eksternal, kemudian siswa secara aktif dan dinamik menyeleksi rangsangan tersebut. c) Proses Penciptaan Pengetahuan Proses penciptaan pengetahuan dilandasi pada beberapa komponen ingatan, yaitu hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya, kepercayaan atau sistem nilai, konsep, keterampilan strategi kognitif, dan pengalaman. Ingtan berfungsi untuk menerima, mengkode, dan menyimpan informasi. Sementara itu, diantara lima komponen ingatan tersebut, maka hubungan antar konsep diformulasikan, dan kebermaknan dapat terbentuk sebagai pengetahuan seseorang. Dalam hal ini, hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya oleh seseorang sangat berpengaruh terhadap proses belajarnya. d) Proses Generasi Pada dasarnya, pada saat proses konstruksi pengetahuan, siswa menggenerasikan hubungan antara berbagai bagian informasi yang mereka
15
Paulina Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka,2001), hal.79 16 Ibid, hal. 79-82
16
peroleh dari pengalaman mereka. Siswa kemudian mereorganisasi, mengelaborasi, dan merekonseptualisasi informasi untuk membentuk pengetahuan. Dalam model pembelajaran generatif, guru memiliki tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengajarkan kepada siswa bahwa belajar dengan pemahaman adalah ’generatif learning’. 2. Mengajarkan kepada siswa bahwa kesuksesan di sekolah bermula dari percaya diri pada kemampuan diri sendiri dan menghargai usaha. 3. Mengajarkan kepada siswa untuk mengikuti proses membangun pemahaman diri instruksi guru. 4. Mengajarkan kepada siswa untuk menggenerasi maksud mengapa mereka harus belajar.17 Dari penjelasan di atas seseorang guru dapat melakukan hal-hal di bawah ini sebagai bekal awal untuk lebih memahami tentang model pembelajaran generatif ini: a)
Pelajari apa itu model, prakonsepsi strategi pembelajaran, sikap, dan percaya bahwa kemampuan siswa relevan dengan apa yang diajarkan guru,
b) Mendesain struktur yang akan mengetahui, kemampuan siswa dalam menghubungkan antara konsep materi dengan model pengetahuan. c)
Menghubungkan self control strategi agar siswa dapat diketahui kemampuan kognitif dan efektif18 Ada beberapa hal yang mendapat perhatian khusus dalam model belajar
generatif, yaitu motivasi, perhatian, konsepsi awal dan pengalaman belajar. Menurut Osborne dan Wittrock dalam Maria (1999), motivasi serta perhatian siswa merupakan hal penting dalam menentukan keberhasilan belajarnya. Penelitian sebelumnya oleh Rasker (dalam Maria, 1999) menemukan beberapa hal yang menyebabkan beberapa hasil belajar IPA masih belum seperti yang
17
Nina Husna, Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 23 18 Nina Husna, Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 23-24
17
diharapkan. Diantaranya karena siswa sering menunjukkan minat dan perhatian yang rendah dalam pembelajaran serta menganggap pelajarannya sebagai sesuatu kejadian yang terisolisir dari pengalaman hidupnya. Model pembelajaran generatif terdiri atas empat fase (langkah) pembelajaran yaitu: Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Generatif No.
1.
Fase Eksplorasi Pendahuluan
Keterangan Pada fase ini guru mengeksplorasi dan mengklasifikasi
gagasan-gagasan
siswa
tentang konsep-konsep yang akan dipelajari. Prakonsepsi siswa yang tereksplorasi pada fase ini digunakan sebagai titik awal program pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa
prakonsepsi
siswa
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Prakonsepsi siswa yang pada umumnya bersifat miskonsepsi secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah (matematis).
2.
Pemusatan
Pada fase kedua guru melakukan pemusatan yang
terarah
pada
konsep
yang
akan
dipelajari siswa. Guru memberi motivasi kepada siswa dan mengajukan pertanyaanpertanyaan terbuka kepada siswa. Respon dan
gagasan
siswa
diinterpretasi
dan
diklarifikasi. Pada pihak lain, para siswa melakukan kegiatan-kegiatan untuk lebih mengenal material-material yang digunakan untuk mengeksplorasi konsep. Di samping itu, para siswa juga mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari, melakukan refleksi, dan mengklarifikasi konsepsinya. Lebih lanjut,
18
para
siswa
mempresentasikan
mengkomunikasikan
konsepsinya
atau kepada
teman sejawatnya melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas 3.
Tantangan (challenge)
Pada
fase
ini
guru
berfungsi
sebagai
fasilitator dan motivator pembelajaran untuk mengubah
miskonsepsi
konsepsi
siswa
menuju
matematis,
guru
mempertimbangkan dan menghargai semua gagasan siswa, serta tetap mempertahankan suasana diskusi. Pada pihak lain, para siswa mempertimbangkan serta menguji gagasan teman sejawatnya dengan jalan mencari bukri-bukti matematis. 4.
Aplikasi
Kegiatan guru dalam fase keempat adalah mulai dengan menyajikan soal-soal yang sederhana yang dapat dipecahkan siswa dengan
menggunakan
konsep-konsep
matematis. Lebih lanjut, guru membimbing siswa
untuk
matematis,
mengklarifikasi dan
pandangan
menunjukkan
bahwa
pandangan matematis itu dapat diaplikasikan dalam suatu rentang situasi. Pada akhirnya, guru
membantu
para
siswa
dalam
memecahkan masalah-masalah yang sulit.19
Dengan fase-fase pembelajaran diatas, siswa diharapkan memiliki pengetahuan,
kemampuan
serta
keterampilan
untuk
mengkonstruksikan/
membangun pengetahuan secara mandiri. Dengan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki sebelumnya dan menghubungkannya dengan konsep yang dipelajari, akhirnya siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. 19
Novi Faizaty, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Generatif Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009, hal 29-30.
19
3. Hakikat Proses Belajar Mengajar Setiap manusia dalam kehidupannya pasti belajar, baik itu secara formal maupun belajar non formal. Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak , tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman20. Menurut kaum kontruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikempangkan.21 Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku, serta perubahan-perubahan aspek lain yang dialami individu dalam belajar. Belajar juga merupakan proses pengumpulan atau penghafalan suatu fakta dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang menafsirkan arti belajar.22 Belajar sering dianggap sama dengan menghafal. Kalau orang tua menyuruh anaknya belajar, maka pada dasarnta ia menyuruh anaknya untuk menghafal, yaitu menghafal berbagai materi pelajaran yang akan diujikan Dalam konteks ini belajar adalah mengingat sejumlah fakta atau konsep. Siswa hampir tidak pernah melihat hubungan antara materi pelajaran yang dihafalkannya dengan mamfaat atau kebutuhannya. Pandangan bahwa belajar sama dengan menghafal ada beberapa karakteristik yang melekat yaitu: a. Belajar berarti menambah sejumlah pengetahuan b. Belajar berarti mengembangkan kemampuan intelektual
20
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), hal. 76 21 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Penelitian, (Yogyakarta:Kanisius, 1997),h.61 22 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.64
20
c. Belajar adalah hasil bukan proses23 Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.24 Kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu. b) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. c) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik d) Adanya aktifitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. e) Aktor guru yang cermat dan tepat f) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masingmasing. g) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran h) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.25 Hilgrad dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulangulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.26
23
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2005), hal 87-88 24 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2002),h.38 25 Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.11 26 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h.84
21
Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Lameto (1987) meliputi: (1) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa
pengetahuannya
bertambah,
sikapnya
berubah,
kecakapannya
berkembang, dan lain-lain. (2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan proses yang statis karena terus berkembang secara grandual dan setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis. (3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik. (4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain. (5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar. (6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial.27 James O. Whittaker (dalam Djamarah), merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman.28 Menurut Gagne yang dikutip Nurdin Ibrahim, memaparkan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Sementara Witting seperti dikutip oleh Muhibbin Syah mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
27
Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.10 28 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002) cet ke-1. h.12
22
pengalaman.29 Pada definisi yang dikemukakan oleh Witting menekankan pada perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko fisik organisme yang didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobservasi langsung.30 Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan. ia menerima.31. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dan seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, dan proses belajar telah terjadi di dalam diri anak setelah terjadi perubahan. Perubahan dalam diri anak yang dikatakan sebagai hasil proses belajar, jika perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi belajar ditandai oleh dua faktor yaitu adanya pengalaman dan perubahan. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang melalui proses latihan atau pengalaman sehingga terjadi perubahan yang lebih baik sebelumnya. Perubahan itu meliputi pengetahuan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku. Dari sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar menjadi tiga ranah yakni: Kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini, penulis hanya mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja dalam pengaruh model pembelajaran generatif. Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti mengaplikasikan mengevaluasi. 29 30 31
prinsip
atau
konsep,
Kemampuan-kemampuan
menganalisis, yang
termasuk
mensintesis, domain
dan
kognitif
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.89 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, loc. Cit., h. 89 Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta : UIN Press, 2006) cet ke-1, h.14
23
berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dkk, dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni: (a) Mengingat (C1), jenjang mengingat meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya. (b) Memahami (C2), jenjang memahami meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. (c) Menerapkan (C3), yang termasuk jenjang menerapkan ialah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit. (d) Menganalisis (C4), jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. (e) Mensinresis (C5), yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan
bagian-bagian
yang
terpisah-pisah
menjadi
suatu
keseluruhan yang terpadu. (f) Menghasilkan karya (C6), kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.
4. Hasil Belajar Fisika Pendidikan sains atau lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), seperti pendidikan pada umumnya, memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual anak. Dengan berbagai upaya dilakukan, pendidikan sains senantiasa mengalami pengkajian ulang dan pembaruan untuk mencari bentuknya yang paling sesuai.
24
Menurut hardy dan Fleer pengertian sains dalam perspektif yang lebih luas adalah sebagai berikut: a. Sains sebagai kumpulan pengetahuan, mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam. b. Sains sebagai suatu proses penelusuran (investigation), umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. c. Sains sebagai kumpulan nilai, berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai proses. d. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia, proses sains dipengaruhi oleh cara dimana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. e. Sains sebagai institusi sosial, sains seharusnya dipandang dalam pengertian sebagai kumpulan profesional, di mana malalui sains para ilmuan dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya yang telah dihasilkan, didanai, dan diatur dalam masyarakat, dikaitkan dengan unsur pemerintah bahkan dipengaruhi oleh politik. f. Sains sebagai hasil konstruksi manusia, pandangan ini menunjuk pada pengartian bahwa sains sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. g. Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh sains.32 Secara sederhana pengertian fisika ialah ilmu pengetahuan atau sains tentang energi, transformasi energi, dan kaitannya dengan zat. Sebagaimana sains yang lain, fisika juga mengalami perkembangan yang pesat terutama sejak abad ke-19. Oleh karena itu orang membagi fisika dalam fisika klasik dan fisika modern. Fisika klasik merupakan akumulasi dari pengatahuan, teori-teori, hukum32
Sumaji, Pendidikan Sains yang Hunanistis, (Yogyakarta:Kanisius, 1998), h 144-115
25
hukum tentang sifat zat dan energi yang sebelum tahun 1900 mengalami penyempurnaan. Fiska modern mempelajari struktur dasar suatu zat, yakni molekul, atom, inti serta partikel dasar.33 Fisika adalah ilmu tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat diamati oleh manusia. Jadi, jelas bahwa teknik-teknik pengamatan (observasi) merupakan bagian yang amat penting dalam pengajaran fisika. Manusia memiliki lima indera, tetapi khususnya ilmu fisika yang terutama menggarap benda mati, penglihatan dan pendengaran merupakan dua indera yang paling banyak dipakai.34 Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Fiska adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian alam serta interaksi antara benda-benda, atau materi-materi di alam ini. Banyak faktor yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang lebih tinggi. Namun, satu faktor terpenting untuk hal itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkret sebagai bagian dari pelajaran. Ilmu fisika tidak hanya menggarap gejala dan perilaku alam secara kualitatif, tetapi juga secara kuntitatif. Untuk itu, diperlukan juga unsur kecermatan dan ketelitian, yang menjadi salah satu andalan dari kemahiran pengamatan. Yang dimaksud dengan “pengamatan” di sini bukan hanya pengamatan secara langsung, tetapi juga pengamatan tidak langsung.35
33
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h 31 Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PekertiMIPA, 2001), h.6 35 Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PekertiMIPA, 2001), h.7 34
26
5. Perpindakan Kalor a. Konduksi Proses perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa diikuti perpindahan bagian-bagian zat itu disebut konduksi atau hantaran. Misalnya, salah satu ujung batang besi kita panaskan. Akibatnya, ujung besi yang lain akan terasa panas, lihat pada gambar.
Gambar 2.1 Konduksi kalor pada logam
Pada batang besi yang dipanaskan, kalor berpindah dari bagian yang panas ke bagian yang dingin. Pada peristiwa konduksi kalor berpindah dari satu molekul ke molekul lain dalam batang besi. Molekul-molekul pada ujung besi yang dipanaskan akan bergetar lebih cepat karena menerima kalor. Getaran ini mengakibatkan molekul di sampingnya ikut bergetar. Getaran ini juga mengakibatkan molekul disampingnya lagi ikut bergetar. Demikian seterusnya, sampai molekul-molekul pada ujung besi yang lain juga ikut bergetar. Akibatnya, ujung besi itu yang semula dingin berubah menjadi panas. Berdasarkan kemampuan manghantarkan kalor, zat dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Benda-benda yang dapat dilewati kalor dengan baik disebut penghantar kalor atau konduktor. Sebaliknya, benda-benda yang sangat sulit dilewati kalor disebut penghambat kalor atau isolator.
Tabel 2.3 Beberapa Zat yang Bersifat Konduktor dan Isolator Konduktor
Isolator
Tembaga
Kayu
Aluminium
Kapas
Besi
Plastik
Emas
Wol
27
Seng
Gabus
Raksa
Kertas
Silikon
Karet
Daya hantar kalor adalah kemampuan benda untuk menghantarkan kalor. Zat yang daya hantar kalornya besar sangat mudah dilewati kalor. Sebaliknya, zat yang daya hantar kalornya kecil sangat sulit dilewati kalor. Dengan demikian, perbedaan antara isolator dan konduktor sebenarnya terletak pada daya hantar kalornya. Pada umumnya logam merupakan konduktor yang baik. Sifat udara sebagai isolator banyak dimanfaatkan pada pembuatan pakaian di negara-negara yang mengalami empat musim. Pada musim dingin orang memakai pakaian yang bahannya terbuat dari wol. Pada serat kain wol banyak terdapat celah yang berisi udara. Dengan demikian, ketika dikenakan pakaian wol tersebut terasa hangat karena udara dingin di luar tertahan oleh udara yang ada di bahan pakaian. Baik konduktor maupun isolator sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Peralatan seperti panci, ceret, dan setrika biasanya terbuat dari bahan logam karena logam merupakan penghantar kalor yang baik Gagang panci, ceret, dan setrika biasanya terbuat dari bahan kayu atau plastik karena kedua bahan tersebut merupakan isolator yang baik.
b. Konveksi Proses perpindahan kalor melalui suatu zat yang disertai dengan bagian perpindahan bagian-bagian yang dilaluinya disebut konveksi atau aliran. Konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas. Perpindahan kalor secara konveksi pada air contohnya memasak air. Karena mendapatkan kalor, bagian-bagian air yang dipanaskan memuai sehingga massa jenisnya lebih kecil daripada massa jenis air yang masih dingin di atasnya. Oleh karena itu, air yang panas ini naik, sedangkan air yang dingin turun menggantikan tempat yang kosong di bawahnya. Sesampainya di bawah, air dingin ini akan mendapatkan pemanasan.
28
Air akan kembali naik ketika massa jenisnya telah menjadi lebih kecil. Demikian seterusnya, hingga terjadi perputaran air yang disebabkan oleh perbedaan massa jenis. Air yang berputar ini menyerap kalor saat mendapat pemanasan. Jadi, kalor berpindah dengan mengikuti aliran air. Konveksi pada gas, misalnya udara. Beberapa peristiwa yang terjadi akibat adanya konveksi udara adalah sebagai berikut: 1) Adanya angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari, pada siang hari daratan lebih cepat menjadi panas daripada lautan, sehingga udara di daratan naik dan digantikan oleh udara dari lautan. 2) Adanya angin darat. Angin darat terjadi pada malam hari, pada malam hari daratan lebih cepat menjadi dingin daripada lautan. Dengan demikian, udara di atas lautan naik dan digantikan oleh udara dari daratan. 3) Adanya sirkulasi udara pada ruang kamar di rumah 4) Adanya cerobong asap pabrik.
c. Radiasi Pada siang hari kita merasakan panasnya sinar matahari, berarti, kita merasakan kalor yang dipancarkan matahari. Apakah kalor dari matahari berpindah secara konduksi ataukah secara konveksi? Telah dibuktikan secara ilmiah bahwa ruang hampa antara matahari dan bumi kebanyakan berupa ruang hampa udara. Hampir tidak ada zat yang mengisi ruang tersebut. Dengan demikian, perpindahan kalor dari matahari ke bumi tidak melalui zat atau dibawa oleh zat. Oleh karena itu, perpindahan kalor tersebut bukan merupakan konduksi atau konveksi. Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara disebut radiasi. Kita merasakan panas saat terkena cahaya matahari atau terkena cahaya dari api unggun. Bila kita menghalangi cahaya matahari dengan memakai payung, maka kita tidak lagi merasakan panasnya cahaya matahari tersebut. Hal yang sama terjadi kalau kita menghalangi tubuh kita terhadap cahaya yang dipancarkan api unggun dengan menggunakan tabir. Makin panas suatu benda berarti makin banyak kalor yang dipancarkannya. Permukaan yang hitam dan kusam adalah
29
penyerap atau pemancar radiasi kalor yang baik. Permukaan yang putih dan mengkilap adalah penyerap atau pemancar radiasi yang buruk. Mengamati daya serap radiasi kalor, lihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2 Mengamati Daya Serap Radiasi Kalor Ketika mendapat radiasi, bohlam bercat hitam menyerap kalor lebih banyak. Akibatnya, suhu ruang di dalam bohlam bercat hitam naik lebih cepat daripada suhu ruang di dalam bohlam bercat putih. Karena suhunya naik maka tekanan menjadi lebih besar. Akibatnya, permukaan air di bawah bohlam hitam turun. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa permukaan benda hitam turun. Merupakan penyerap kalor yang baik. Sebaliknya, permukaan benda putih merupakan penyerap kalor yang buruk. Selain menyerap kalor, benda juga memancarkan kalor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli, jika suatu benda merupakan penyerap kalor yang baik, benda itu juga merupakan pemancar kalor yang baik. Sebaliknya, benda yang merupakan penyerap kalor yang buruk juga merupakan pemancar kalor yang buruk. Oleh karena itu, pada malam hari yang dingin kita akan merasa lebih dingin jika memakai pakaian hitam, karena kalor yang ada di tubuh kita diserap oleh pakaian dan kemudian dipancarkan keluar. Sebaliknya, jika memakai baju putih mengkilap, kita akan merasa nyaman karena baju tersebut hanya sedikit menyerap dan memancarkan kalor dari tubuh kita.
d. Mencegah Perpindahan Energi kalor Energi kalor dapat dicegah untuk berpindah dengan mengisolasi ruang tersebut. Misalnya, pada penerapan beberapa peralatan rumah tangga, seperti termos dan setrika listrik. 1) Termos
30
Mengapa permukaan di dalam botol termos mengkilap? Dindingnya berlapis dua dan ruang di antara kedua dinding itu dihampakan. Dengan demikian, zat cair yang ada di dalamnya tetap panas untuk waktu yang relatif lama. Termos dapat mencegah perpindahan kalor, baik secara konduksi, konveksi, maupun radiasi. 2) Setrika Listrik Mengapa pakaian yang disetrika menjadi halus dan tidak kusut? Didalam setrika listrik terdapat filamen dari bahan nikelin yang berbentuk kumparan. Kumparan nikelin ini ditempatkan pada dudukan besi. Ketika listrik mengalir, filamen setrika listrik menjadi panas. Panas ini dikonduksikan pada dudukan besi dan akhirnya dikonduksikan pada pakaian yang disetrika. Dengan demikian, setrika mengkonduksi kalor pada pakaian yang disetrika.
B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. I wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana (2001/2002). Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, IKIP Negeri Singaraja. Dengan judul ” Pembelajaran Generatif dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia dasar II”. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada mata kuliah kimia dasar II mahasiswa TPB jurusan pendidikan kimia, terdiri dari 23 orang mahasiswa. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi tindakan. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa aktifitas dan hasil belajar mahasiswa tergolong baik. 2. Abdi Rinaldi (2006). Dengan judul ” Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme Dengan Strategi Generative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Senyawa Hidrokarbon”. Studi kasus di SMA Setia Budi Sungailiat Bangka, mahasiswa jurusan IPA pendidikan kimia. Temuan penelitian ini menunukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol.
31
3.
Nina Husna (2007/2008) dengan Judul ” Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga”. Sebuah penelitian tindakan kelas di Mas As-syafi’iyah 01 Tebet Jakarta Selatan, yang terdiri dari 30 orang siswa. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang pentingnya penerapan konstruktivisme berbasis generatif untuk meningkatkan pemahaman
siswa pada konsep larutan penyangga demi
tercapainya tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran kimia. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi tindakan. Penelitian ini dapat menarik kesimpulan bahwa berdasarkan siklus-siklus dan metode-metode yang telah dilalui dapat terlihat meningkatnya pemahaman siswa melalui proses pembelajaran generatif. 4. IB. Putu Mardana. Program Studi Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja. Dengan judul “ Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif.” Sebuah penelitian tindakan kelas di SMUN 3 Singaraja, yang terdiri dari 49 orang siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi/evaluasi dan tahap refleksi. Berdasarkan temuan ini, disarankan agar guru dapat menerapkan Model Pembelajaran Generatif secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 5. Suryani Lily (2004/2005). Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang, dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa” Kelas XI IA-2 SMAN 7 Malang. Sebuah penelitian tindakan kelas (PTK), penelitiannya terdiri dari dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 7 Malang kelas XI IA-2 dengan jumlah siswa 33 orang. Berdasarkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas XI IA-2 SMAN 7 Malang.
32
6. Sutarman dan Suwasono (2003), sebuah penelitian di SLTP Negeri 17 Malang menyimpulkan bahwa strstegi pembelajaran generatif dapat (1) meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar fisika pada pokok bahasan energi dan kemagnetan di SLTP Negeri 17 Malang, dan (2) penerapan model generatif dapat meningkatkan keterampilan proses fisika siswa. 7. Yuslina.(2008/2009). Jurusan Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Generative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Yang Bernuansa Nilai”. Sebuah penelitian quasi eksperimen di MTs Negeri Rajeg Tangerang. Berdasarkan temuan ini, disarankan agar guru dapat menerapkan pembelajaran generative learning atau model-model pembelajaran yang berorientasi konstruktivisme pada materi-materi yang dianggap sesuai untuk menggunakan model tersebut karena dapat meningkatkan aktivitas minat, dan hasil belajar siswa. 8. Made Sumadi (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 SLTP Negeri I Singaraja. Menyimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran generative
yang
dilaksanakan
dengan
pengembangan
LKS,
dapat
meningkatkan aktivitas siswa, khususnya aktivitas bertanya/mengajukan masalah, meningkatkan hasil belajar siswa dan tanggapan guru maupun siswa terlibat langsung dalam pembelajaran ini tergolong positif.
C. Kerangka Berpikir Menjadi guru merupakan profesi yang mulia, karena itu adalah keniscayaan bagi seorang guru untuk memfungsikan dirinya pada tataran kemuliaan profesinya, yaitu dengan menjadikan guru sebagai washilah pembentukan karakter murid, dimana pondasi paradigmanya tidak sekedar mengajar tetapi belajar. Menjadi guru yang mampu mengajar dengan baik dikelas, selalu kaya dengan ide-ide, kaya dengan kreatifitas adalah dambaan setiap orang. Sedangkan
kompetensi
profesi
seorang
kecakapan/keterampilannya sebagai guru.
guru
sangat
ditentukan
oleh
33
Penguasaan fisika sejak dini sangat diperlukan, karena mempunyai banyak manfaat. Selain untuk pemakaian praktis dalam kehidupan sehari-hari, fisika berguna sebagai sarana pembentuk pola pikir, maupun sebagai landasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam belajar fisika, siswa akan menjumpai ide-ide atau konsep-konsep yang tersusun secara hirarkis dan saling berhubungan. Namun demikian, konsep-konsep fisika tersebut bukanlah tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Artinya konsep-konsep fisika yang abstrak tersebut dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa kita temukan dalam model pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme telah dapat perhatian yang besar dikalangan peneliti pendidikan sains pada masa akhirakhir ini. Model ini memiliki masa depan yang menjanjikan dalam bidang pendidikan sains. Model ini merupakan pengembangan dari teori perkembangan kognitif piaget. Beberapa
alasan
menggunakan
Model
Pembelajaran
Generatif
diantaranya: peserta didik cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika, karena ketidaktahuan mereka mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan seharihari, tidak adanya praktikum dalam pembelajaran fisika, sehingga peserta didik sulit memahami konsep fisika dan mengakibatkan hasil belajar fisika yang masih rendah, guru kurang menantang kemampuan berpikir siswa dalam proses belajar, dan guru kurang memberikan soal-soal terbuka yang dikerjakan secara berkelompok. Model pembelajaran generatif memperlihatkan bahwa peserta didik bukan penerima informasi yang pasif, melainkan aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, pembelajaran ini merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Karena itu, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus memperoleh atau sampai pada persamaan pemahaman dengan murid. Model pembelajaran generatif pada pembelajaran sains akan memberi keuntungan, selain pembelajaran fisika menjadi lebih bermakna dan tuntas, juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang generatif dan menyenangkan, peserta didik mendapat kebebasan dalam mengajukan ide-ide dan masalah-
34
masalah serta mendiskusikan perihal konsep yang terkait dengan pembelajaran fisika tanpa dibebani rasa takut serta berargumentasi menuju pada penguasaan konsep yang ilmiah. Singkatnya dengan menggunakan model pembelajaran generatif, hasil belajar peserta didik akan meningkat.
Hasil belajar fisika yang masih rendah Sulitnya siswa memahami konsep fisika Tidak adanya praktikum Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari Guru kurang menantang kemampuan berpikir siswa dalam proses belajar Guru kurang memberikan soal-soal terbuka yang dikerjakan secara berkelompok
Hasil Belajar
Penerapan model pembelajaran generatif
Konsep Perpindahan Kalor
Evaluasi Belajar
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir
D.
Pengajuan Hipotesis Hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran
generatif terhadap hasil belajar fisika.
35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dapat dilakukan di SMP Aulia Bogor. Pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 bertepatan dengan konsep Perpindahan Kalor.
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment. Metode quasi eksperimen berbeda dengan eksperimen sejati, penempatan subjek dalam kelompok yang dibandingkan dalam desain quasi experiment (eksperimen semu) menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan, bukan menggunakan sujek yang diambil secara acak.36 Desain penelitian yang digunakan yaitu Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design, dimana dalam rancangan ini dilibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan untuk jangka waktu tertentu.37
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok
Tes Awal
Perlakuan (X)
Tes Akhir
Eksperimen
O1
X1
O2
Kontrol
O1
X2
O2
Keterangan: O1 : Kelompok eksperimen. O2 : Kelompok kontrol X1
: Perlakuan yang dilakukan pada kelompok eksperimen
X2 : Perlakuan yang dilakukan pada kelompok kontrol
36
http://Pakguruku.blogspot.com/2009/10/metode-penelitian-experimen-semu-quasi.html Dimiter M. Dimitrov and Philip D. Rumrill, Jr. Pretest-Posttest design and Measurement Of Change. Hal. 160
37
35
36
O1 : Pretest O2 : Posttest Dari tabel 3.1 pelaksanaan penelitian dimulai dengan memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol dengan soal yang sama, kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada setiap kelompok, kelompok eksperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran generatif, sedangkan kelompok kontrol diajarkan dengan menggunakan metode ceramah.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sampel adalah sebagaian dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan populasi dan sampel sebagai berikut : 1. Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah SMP Aulia Bogor yang terdaftar dalam semester ganjil tahun pelajaran 2010-2011. 2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu siswa SMP Aulia Bogor kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2010-2011, yang terdiri dari empat kelas yaitu kelas VIII.1 –VIII.4. 3. Sampel Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu VIII.3 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol.
D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu proses pemilihan sampel oleh peneliti yang memberi hak kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.38 38
Yanti Herlanti, Tanya jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains (Makalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.23
37
E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan : a. Pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian. c. Membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing., Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang diujikan. Kemudian mempersiapkan alat percobaan, LKS, desain alat evaluasi serta segala hal yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran di kelas eksperimen. d. Menguji coba instrumen, menganalisis hasil uji coba instrumen, dan memperbaiki instumen. 2. Tahap Pelaksanaan: a. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. b. Memberikan tes awal (pre-tes) pada kelas eksperimen dan kelas control untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan. c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Generatif. d. Melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
di
kelas
kontrol
dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). e. Memberikan tes akhir (post-tes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui hasil belajar siswa. f. Membandingkan antara hasil pretest dengan posttest untuk menentukan apakah ada perbedaan yang muncul. Jika sekiranya perbedaan itu ada, maka hal itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. 3. Tahap Akhir : a. Analisis data
38
b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah:
39
Tahap Persiapan
Mengurus surat izin penelitian
Survei tempat uji coba instrumen
Membuat instrumen penelitian, RPP, LKS
Uji coba instrumen, analisis hasil uji coba instrumen, dan perbaikan instrumen
Tahap Pelaksanaan
Pretest
Pelaksanaan pembelajaran
Posttest
Tahap Akhir
Kelas eksperimen : Menggunakan model pembelajaran Generatif
Kelas kontrol : Menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah)
Analisis data
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Gambar 3.1 Bagan Tahap-tahap Prosedur Penelitian
40
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar, tes yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang meliputi mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Tes hasil belajar yang digunakan yaitu tes tertulis berupa tes objektif (short answer test). Pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Tes disususn berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Skor yang digunakan pada pilihan ganda adalah bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan bernilai nol (0) untuk jawaban yang salah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian tes hasil belajar adalah sebagai berikut: 1. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan GBPP SMP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian 3. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi 4. Instrumen yang telah dibuat kemudian di konsultasikan ke dosen pembimbing 5. Melaksanakan uji coba instrumen. Adapun kisi-kisi instrumen tes hasil belajar model pembelajaran generatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini (lihat struktur kisi-kisi instrumen).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Kompet ensi Dasar
Materi Pembelajaran
2.3
Perpindahan Kalor
Men deskr ipsik an cara
Konduksi, faktor-faktor yang
Indikator
Mendeskripsik an cara perpindahan kalor secara konduksi
Aspek yang diukur C1
C2
C3
C4
1,2*, 9,17*
3,4,2 3
5,6,2 2*
7,8, 24,3 2*
Σ soal
14
% Soal
35%
41
perpi ndah an kalor dala m kehid upan sehar i-hari
mempengar uhi perpindahan kalor secara konduksi, peristiwa konduksi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Mendeskripsik an cara perpindahan kalor secara konveksi
10,18 ,25*
11,12 *,28
13,14 *,19, 21,
15*, 16,3 1
13
32,5 %
26,33 ,34*
20,27 ,35*, 36,
29,30 *,38, 37
39,4 0*
13
32,5 %
10
10
11
9
40
100%
Mendeskripsik an cara perpindahan kalor secara radiasi
Konveksi, faktor-faktor yang mempengar uhi konveksi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari Radiasi, dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari Jumlah
G. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan posttest. Pretest adalah hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran generatif. Sedangkan posttest adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif untuk melihat ketuntasan hasil belajar dan apakah terdapat pengaruh hasil belajar akibat adanya perlakuan.
H. Variabel Penelitian Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dan variabel terikat itu sebagai berikut: 1. Variabel bebas / independent (X) yaitu model pembelajaran Generatif pada sub konsep Perpindahan Kalor.
42
2. Variabel terikatnya / dependent (Y) yaitu hasil belajar siswa pada sub konsep Perpindahan Kalor.
I. Uji Coba Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika adalah tes obyektif ( pretest dan posttest) berupa tes pilihan ganda ( multiple choice) dengan empat pilihan. Soal-soal yang diajukan berupa materi yang akan dibahas pada pelaksanaan pembelajaran. Bentuk penilaian adalah dengan memberikan nilai 1 apabila siswa menjawab dengan benar dan nilai 0 apabila siswa menjawab salah. Sebelum diberikan kepada sampel, soal tersebut terlebih dahulu diujicobakan pada siswa kelas VIII SMP Al-Aulia Bogor. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan seperti uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda.
1. Uji Validitas Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar berupa tes obyektif, maka untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, yaitu39:
rxy
N XY ( X )( Y )
N X
2
.......... .......... .......... .......... .......... ..( 3.1) ( X ) 2 N Y 2 ( Y ) 2
Dengan: rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. X : skor tiap butir soal Y : skor total butir soal N : jumlah siswa
39
Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) , hal. 206
43
Setelah nilai koefisien korelasi diperoleh, maka dilakukan uji signifikansi untuk mengukur keberartian korelasi berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus:
t hitung
rxy n 2 1 rxy
................................................................................(3.2)
2
Keterangan: t hitung = nilai hitung koefisien validitas r xy
= koefisien korelasi tiap butir soal
n
= jumlah responden Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t-tabel pada
signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n-2. Kaidah keputusannya: jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya; jika t hitung < t tabel berarti tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment dari 40 butir soal yang dibuat diperoleh 27 soal yang valid dan 13 soal yang tidak valid, lihat lampiran. Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks korelasinya (r) pada tabel 3.2 sebagai berikut:40
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
40
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,8 < r ≤
Sangat tinggi
0,6 < r ≤ 0,8
Tinggi
0,4 < r ≤ 0,6
Cukup
0,2 < r ≤ 0,4
Rendah
0,0 < r ≤ 0,2
Sangat rendah
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 75
44
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus K – R. 20, yaitu41: 2 n S pq r11 .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......( 3.3) S2 n 1
Keterangan: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n
= banyaknya item
S
= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah skor varians) Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes, nilai yang didapat dari 27 butir soal yang valid, reliabilitasnya yaitu sebesar 0,78, lihat lampiran. Interpretasi mengenai derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.3.
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi 0,9 < r ≤ 0,7 < r ≤ 0,9 0,4 < r ≤ 0,7 0,2 < r ≤ 0,4 0,0 < r ≤ 0,2
Kriteria Reliabilitas Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kecil
3. Uji Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Bilangan yang menunjukkan mudah atau sulitnya suatu soal disebut indeks
41
Ibid, h. 100-101
45
kesukaran (difficulty indekx). Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus:42 P
B ........................................................................................................(3.4) JS
Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, terdapat 2 butir soal termasuk kategori sukar, 34 butir soal termasuk kategori sedang, dan 4 butir soal termasuk kategori mudah, lihat pada lampiran. Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh digunakan Tabel 3.4 sebagai berikut:43
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran
0,0 < r ≤ 0,3
Sukar
0,3 < r ≤ 0,7
Sedang
0,7 < r ≤ 1,0
Mudah
4. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Angka yang menunjukkan daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui indeks diskriminasi, digunakan rumus:44
D
42
B A BB PA PB .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .........( 3.5) JA JB
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 208. Ibid., h. 210 44 Ibid, h. 213. 43
46
Keterangan: D = daya pembeda (indeks diskriminasi) Ba = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar Ja = banyak peserta kelompok atas JB = banyak peserta kelompok bawah Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (P sebagai taraf kesukaran). Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal diperoleh, tidak terdapat soal dengan kategori baik sekali, kategori baik sebanyak 3 butir soal, kategori cukup sebanyak 23 butir soal, kategori jelek 12 butir soal, dan kategori sangat jelek (drop) sebanyak 2 butir soal. Lihat pada lampiran. Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut :45
Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda
Negatif
Sangat buruk, harus dibuang
0,0 < r ≤ 0,2
Jelek (poor)
0,2 < r ≤ 0,4
Cukup (satisfactory)
0,4 < r ≤ 0,7
Baik (good)
0,70 – 1,00
Baik sekali (excellent)
J. Teknik Analisi Data Hasil Belajar 1.
Prasyarat Analisis
a) Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
45
Ibid., h. 218
47
penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:46 1) Mencari skor terbesar dan terkecil 2) Mencari nilai Rentangan (R)
R skor terbesar skor terkecil 3) Mencari Banyaknya Kelas ( BK ) BK 1 3,3 Log N (Rumus Sturgess)
4) Mencari nilai panjang kelas ( i ) i
R BK
5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong No.
Kelas Interval Jumlah
f
Nilai Tengah ( x i )
xi
Σf=
-
-
2
2
f .xi
f .xi
Σ f .x i =
Σ f .xi =
2
6) Mencari rata-rata (mean) x
fx
i
n
7) Mencari simpangan baku (standard deviasi) n. f xi f xi 2
s
2
nn 1
8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: a). Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5. b). Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus: 46
Devi Solehat, Implementasi Model Pembelajaran Novick Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMP, (Skripsi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: t. d., 2008), h. 51-52.
48
Batas Kelas x s
Z
c). Mencari luas 0–Z dari tabel kurva normal dari 0–Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas. d). Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya. e). Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden. 9) Mencari chi-kuadrat hitung (χ2hitung) k
2 i 1
fo fe2 ..............................................(3.6) fe
10) Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria: Jika χ2hitung ≥ χ2tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan Jika χ2hitung ≤ χ2tabel, artinya Data Berdistribusi Normal.
b) Uji Homogenitas Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji kehomogenitasannya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah dengan uji Bartlett. Adapun langkahlangkah uji homogenitas dengan Bartlet menurut Riduwan dalam skripsi Ahmad Sandy, yaitu:47 1) Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel penolong 47
Devi Solehat, op.cit., h. 52-53.
49
Kelompok
dk (n-1)
Si
Log S i
dk.Log S i
Σ=
Σ (n-1) =
-
-
Σ dk.Log S i =
Si = varians (kuadrat standar deviasi ) 2) Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada
S gabungan
n 1S n 1 i
i
i
3) Menghitung Log S 4) Menghitung nilai B, yaitu:
B log S ni 1 5) Menghitung nilai χ2hitung
2 hitung ln 10 B ni 1log Si Dengan:
n
i
1log Si dk.LogSi
Sehingga:
hitung 2 ln 10 B dk.Log Si 6) Membandingkan χ2hitung dengan nilai χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n - 1, dengan kriteria sebagai berikut: Jika χ2hiung ≥ χ2tabel, berarti Tidak Homogen, dan Jika χ2hiung ≤ χ2tabel, berarti Homogen.
2. Analisis /Hipotesis Metode statistika untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan kehomogenan varians. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang seharusnya digunakan:
50
1) Untuk Data Berdistribusi Normal dan Homogen Untuk data berdistribusi normal dan homogen, untuk menguji hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu uji-t sesuai persamaan berikut:48 t
x1 x2 1 1 Sg n1 n2
.......... ........................................(3.7)
Dengan:
Sg
n1 1S12 n2 1S 2 2
............. ............................(3.8)
n1 n2 2
Dimana: x1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
x 2 = rata-rata skor kelompok kontrol S g = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol) 2
S1 = varians kelompok eksperimen 2
S 2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a)
Mengajukan hipotesis, yaitu: 1) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X ≠Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
48
Subana et.al., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 171.
51
2) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X = Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. b) Menghitung nilai thitung dengan rumus uji-t c)
Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus: dk = (n1 – 1) + (n2 – 1)
d) Menentukan nilai t-tabel dengan α = 0,05 e)
Menguji hipotesis Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
2) Untuk Data Berdistribusi Normal dan Tidak Homogen Menurut Sudjana dalam Ratih Komala, maka untuk menguji hipotesis digunakan statistik t’ sebagai berikut:49
t'
X1 X 2 s12 s 22 n1 n 2
.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .....( 3.9)
Dengan: X1
: rata-rata skor kelompok eksperimen
X2
: rata-rata skor kelompok kontrol
s12
: standar deviasi kelompok eksperimen
s 22
: standar deviasi kelompok kontrol
n1
: jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
49
Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 174-175
52
n2
: jumlah anggota sampel kelompok control Kriteria pengujian adalah, terima hipotesis H 0 jika: –NKt’< t’< NKt’ atau
w1t1 w2 t 2 w t w2 t 2 t' 1 1 w1 w2 w1 w2
w1 s12 / n1 ; w2 s 22 / n2
t1 t 1 1 n1 1 2 Dengan: t 2 t 1 1 n2 1 2
Untuk harga t’ lainnya, H 0 ditolak.
3. Uji Normal Gain “Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru”. Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah berbeda, digunakan uji normal gain. Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu:
N gain
skor posttest skor pretest .......... .......... .......... .......... .......... .(3.10 ) skor ideal skor pretest
Menurut Richard R. Hake, dengan kategorisasi perolehan,:50 g-tinggi : nilai (
) > 0,7 g-sedang : nilai 0,7 e”()e” 0,3 g-rendah : nilai () < 0,3 “Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara dua kelompok dilakukan statistik parametrik, yaitu uji-t.
50
Richard R. Hake, Interactive-engangement vs traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses, (Department of Physics, Indiana University, Bloomington, Indiana 47405) http://www.Physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChangeGain.Pdf.hal 3
53
K. Hipotesis Statistik Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Ho : X = Y Ha : X > Y Keterangan: Ho : Hipotesis nihil Ha : Hipotesis alternatif X : Nilai rata-rata hasil belajar siswa sesudah diajar dengan model pembelajaran generatif (postest). Y : Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum diajar dengan model pembelajaran generatif (pretest).
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1) Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian, hasil belajar pretest pada kelompok eksperimen dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor terendah 20 dan skor tertinggi 65, skor rata-rata sebesar 40,3, varians (11,43) 2 dan simpangan baku 11,43. Untuk kelompok kontrol dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor terendah 15 dan skor tertinggi 65, skor rata-rata sebesar 37,33, varians (13,13) 2 dan simpangan baku 13,13.
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Statistik Eksperimen Kontrol Pretest
Pretest
N
40
40
Skor max
65
65
Skor min
20
15
Rata-rata (Mean, x )
40,3
37,33
Simpangan Baku
11,43
13,13
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat dibuat sebuah diagram batang yang disajikan pada gambar 4.1 berikut ini.
54
55
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Dari diagram batang di atas terlihat bahwa pada kelompok eksperimen terdapat tiga orang siswa atau sebesar 7,5% yang mendapat nilai terendah pada interval 15-23. Skor terbanyak berada pada interval 33-41 yaitu tiga belas orang siswa atau sebesar 32,5%., dan skor tertinggi berada pada interval 60-68 sebanyak empat siswa atau sebesar 8%. Untuk kelompok kontrol, terdapat dua orang siswa atau sebesar 5% yang mendapat nilai terendah yaitu pada interval 51-59. Skor terbanyak berada pada interval 24-32 yaitu tiga belas siswa atau sebesar 32,5%, dan skor tertinggi berada pada interval 60-68 sebanyak tiga orang siswa atau sebanyak 7,5%.
2) Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang diperoleh dari hasil posttest pada kelompok eksperimen, dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor terendah 45 dan skor tertinggi 95, skor rata-rata sebesar 67, varians (10,39) 2 dan simpangan baku 10,39. Sedangkan untuk kelompok kontrol dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor terendah 30 dan skor tertinggi 80, skor rata-rata sebesar 56,7, varians (12,2) 2 dan simpangan baku 12,2
56
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Statistik Eksperimen Kontrol Posttest
Posttest
N
40
40
Skor max
95
80
Skor min
45
30
Rata-rata (Mean, x )
67
56,7
Simpangan Baku
10,39
12,2
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat dibuat sebuah diagram batang yang disajikan pada gambar 4.3. berikut ini.
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan diagram batang di atas, terlihat bahwa hasil posttest pada kelompok eksperimen terdapat lima orang siswa atau sebesar 8,5% yang mendapat nilai terendah pada interval 39-47 Skor terbanyak berada pada interval 48-56 yaitu sebanyak dua belas orang siswa atau sebesar 30%, dan skor tertinggi berada pada interval 75-83 sebanyak lima orang siswa atau sebesar 8,5%. Untuk
57
kelompok kontrol nilai terendah terdapat pada interval 30-38 sebanyak tiga orang siswa atau sebesar 7,5%. Skor terbanyak berada pada interval 48-56 yaitu empat belas orang siswa atau sebesar 35%, dan skor tertinggi berada pada interval 75-83 sebanyak tiga orang siswa atau sebesar 7,5%. 3) Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Statistik
Eksperimen
Kontrol
Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
N
40
40
40
40
x
40,3
67
37,33
56,7
s
11,43
10,39
13,13
12,2
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan pretest kelompok kontrol, untuk nilai rata-rata posttest juga sama kelompok eksperimen nilai rata-ratanya lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan untuk nilai simpangan baku (standar deviasi) pada pretest kelompok eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan pretest kelompok kontrol, begitu juga dengan posttest kelompok eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan posttest kelompok kontrol.
B. Hasil Analisis a) Uji Prasyarat Analisis Sebelum dianalisis menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas. (i) Uji Normalitas Pretest-Posttest Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
58
menggunakan rumus Kai Kuadrat (Chi Square) pada taraf signifikan (α) = 0,05, kriterianya
adalah
jika
x 2 hitung ≤
x 2 tabel
maka
Ho
diterima,
jika
x 2 hitung > x 2 tabel maka Ho ditolak.
Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran D.1
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Statistik
Eksperimen
Kontrol
Ptetest
Posttest
Ptetest
Posttest
x
40,3
67
37,33
56,7
s
11,43
10,39
13,13
12,2
x 2 hitung
5,96
0,95
5,1
2,81
x 2 tabel
11,07
11,07
11,07
11,07
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 95% ( = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal karena memenuhi x 2 hitung x 2 tabel . (ii) Uji Homogenitas Pretest-Posttest Setelah kedua kelompok sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini homogenitas didapat dengan menggunakan uji Bartlet, kriteria pengujian yang digunakan, yaitu: kedua kelompok sampel dinyatakan homogen apabila x 2 hitung x 2 tabel diukur pada taraf signifikan dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji homogenitas kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4.5
59
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest Statistik Skor
Pretest
Posttest
s 2 gabungan
151,48
128,75
x 2 hitung
0,75348
1,0764
x 2 tabel
3,841
3,841
Kesimpulan
Homogen
Homogen
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05 ) dengan derajat kebebasan (dk) = 1. Untuk pretest dan posttest kedua kelompok sampel berasal
dari
populasi
yang
homogen
karena
memenuhi
kriteria x 2 hitung x 2 tabel .
b) Uji Hipotesis 1. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor tes awal (pretest) kelompok eksperimen dengan skor tes awal (pretest) kelompok kontrol. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata- rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria sebagai berikut: Jika – ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Jika thitung <
– ttabel atau
kepercayaan 0,95.
ttabel < thitung maka Ha diterima pada tingkat
60
Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Statistik
Kelompok
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
N
40
40
x
40,3
37,33
s2
130,645
172,397
thitung
1,11
ttabel
2,00
Kesimpulan
Tidak Berbeda
Dari perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 1,11 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu thitung < ttabel atau 1,11 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelompok kontrol. Perhitungan lengkap uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor tes akhir (posttest) kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran generatif dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diajarkan dengan metode ceramah. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata- rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
61
Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria sebagai berikut: Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Jika thitung < -ttabel atau ttabel < thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Statistik
Kelompok
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
N
40
40
x
67
56,7
s2
107,952
14884
thitung
4,12
ttabel
2,00
Kesimpulan
Berbeda
Dari pengujian diperoleh nilai thitung sebesar 4,12 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung berada di daerah penolakan H0, yaitu ttabel < thitung atau 2,00 < 4,12. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Perhitungan lengkap uji kesamaan dua rata-rata hasil posttest dapat dilihat pada lampiran D.3.
3. Uji Normal Gain Pengumpulan data hasil penelitian dilakukan menggunakan alat pengumpul data berupa tes objektif pilihan ganda. Data yang disajikan untuk kedua kelompok sampel tersebut digolongkan menjadi data hasil pretest dan posttest. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan, maka perlu diadakan perbandingan hasil pretest dengan posttest dari kedua kelompok, serta
62
membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Dari hasil perhitungan untuk normal gain diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain Keterangan
Kelompok
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Jumlah Sampel
40
40
x
0,463
0,317
s2
0,029
0,038
thitung
3,88
ttabel
2,00
Kesimpulan
Berbeda
Peningkatan hasil belajar fisika siswa diperoleh dari nilai normal gain. Adapun nilai rata-rata normal gain dari hasil belajar fisika siswa kelompok eksperimen sebesar 0,463 dan kelompok kontrol sebesar 0,317. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), diperoleh normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol (thitung = 3,88 dan ttabel = 2,00). Perhitungan lengkap uji kesamaan dua rata-rata normal gain dapat dilihat pada lampiran. Kategori peningkatan hasil belajar fisika siswa diperoleh dari perhitungan normal gain. Peningkatan hasil belajar fisika siswa pada kelompok eksperimen secara umum termasuk kategori sedang (0,463), sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan hasil belajar fisika siswa termasuk kategori rendah (0,317)
63
C. Interpretasi Data Berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 40,3 dan kelompok kontrol sebesar 37,33. Untuk hasil posttest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 67 dan kelompok kontrol sebesar 56,7. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran generatif memiliki kenaikan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan metode ceramah. Kelompok eksperimen dan kontrol berada pada distribusi normal, baik uji pretest maupun posttest. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian persyaratan analisis pada kelas eksperimen dan kontrol, yang menyatakan bahwa thitung < ttabel dengan nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95% sebesar 11,07. Selain itu, hasil pretest dan posttest menunjukkan bahwa kedua kelompok homogen, yang menyatakan bahwa thitung < ttabel dengan nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95% sebesar 3,841. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk uji kesamaan rata-rata pretest dan uji-t untuk uji kesamaan rata-rata posttest, pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan rata-rata pretest, dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dan skor pretest kelompok kontrol, diperoleh nilai thitung sebesar 1,11 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu thitung < ttabel atau 1,11 < 2,00. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ratarata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelompok kontrol. Hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest, dilakukan untuk mengetahui apakah skor posttest kelas eksperimen dengan model pembelajaran generatif lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan skor posttest kelompok kontrol dengan metode ceramah. Diperoleh thitung sebesar 4,12 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung ada di daerah penerimaan Ha, yaitu ttabel < thitung atau 2,00 < 4,12. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
64
diterima pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui nilai rata-rata normal gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,43 dan kelas kontrol sebesar 0,28. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan uji-t 95% diperoleh nilai thitung 3,41 dan nilai ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.
D. Pembahasan Berdasarkan hasil posttest nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 67 dan kelompok kontrol sebesar 56,7 yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata posttest diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua kelompok penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Dengan rata-,rata kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan pengetahuan yang mereka peroleh adalah hasil konstruk mereka sendiri. Sehingga pembelajaran lebih bermakna dan tidak mudah terlupakan oleh siswa. Hasil penerapan model pembelajaran generatif yang telah dilakukan di SMP Aulia Bogor diperoleh nilai rata-rata hasil belajar posttest kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran generatif lebih besar dari nilai rata-rata hasil belajar posttest kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah. Penerapan model pembelajaran generatif dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dibandingkan siswa yang belajar dengan menggunakan metode ceramah, hal ini dapat ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen sebesar 40,3 dan nilai rata-rata posttest 67. Hal ini menunjukkan perbedaan hasil belajar fisika siswa pada konsep perpindahan kalor antara kelompok yang menggunakan model pembelajaran generatif dan kelompok yang menggunakan metode ceramah.
65
Selain itu, nilai rata-rata normal gain kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji-t pada normal gain yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, pada taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai yang menunjukkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol. Keadaan ini menggambarkan bahwa meningkatkan skor siswa pada konsep perpindahan kalor lebih baik dengan menerapkan Model Pembelajaran Generatif. Model pembelajaran Generatif lebih baik karena dalam model pembelajaran ini, siswa dituntut secara aktif untuk mengemukakan konsepsi awal mereka. Sehingga kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Dengan adanya konflik konseptual, siswa menjadi lebih termotivasi untuk menemukan jawaban dari konflik konseptual tersebut, sehingga siswa melakukan percobaan dengan antusias yang sangat tinggi. Trianto mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif proses belajar mengajar.51 Penekanan belajar siswa secara aktif perlu dikembangkan, kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Menurut Paulina Pannen, pembelajaran generatif didefinisikan sebagai suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan.52 Pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya, karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan. Pembelajaran generatif ini mengedepankan aktivitas siswa dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan Model Pembelajaran Generatif menjadi suatu pertimbangan sebagai alternatif variasi model pembelajaran. Hal ini sesuai 52
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Prestasi Pustaka, 2007) h.106 53 Paulina Pannen dkk, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, (PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001) h.79
66
dengan penelitian yang dilakukan oleh IB. Putu Mardana dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa menerapkan model pembelajaran generatif secara berkesinambungan dapat meningkatkan hasil belajar siswa53. Selain itu penelitian lain yang relevan yaitu penelitian Sutarman dan Suwasono (2003) menyimpulkan bahwa strategi pembnelajaran generatif dapat (1) meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar fisika pada pokok bahasan energi listrik dan kemagnetan di SLTP Negeri 17 Malang, dan (2) penerapan model generatif dapat meningkatkan keterampilan proses fisika siswa. Berdasarkan perhitungan statistika yang dilakukan telah terbukti yaitu dengan adanya peningkatan skor yang lebih baik pada kelas eksperimen dan perbedaan nilai skor pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap skor siswa.
54
IB. Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (IKIP Negeri Singaraja, 2001). Hal 48
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, model pembelajaran generatif berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika pada konsep perpindahan kalor. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest dalam pembelajaran generatif adalah 40,3 dan setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran generatif nilai rata-rata posttes menjadi 67. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar fisika pada konsep perpindahan kalor.
B. Saran Dengan adanya pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar fisika siswa, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif dapat memberi pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa, untuk itu guru bidang studi khususnya fisika dapat menerapkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran generatif. 2. Bagi peneliti selanjutnya, agar mendapat hasil belajar yang lebih baik maka perlu memberikan motivasi dan konseptual awal mengenai bahan pelajaran serta mengarahkan dan merangsang siswa agar konsentrasinya terarah pada bahan pelajaran.
67
62
DAFTAR PUSTAKA
Anwarholil. 2010. Pembelajaran Generatif – Mpg.html. Terakses http://anwarholil.blogspot.com. Tgl 04/23/2010 Arifin, Anwar. 2005. Memahami Paradigma baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang SISDIKNAS Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Brotosiswoyo, Suprapto. 2001. Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pekerti-MIPA Dimitter M. Dimitrov and Philip D. Rumrill. 2010. Pretest-Posttest design and Measurement Of Change. http://cehd.gmu.edu/assets/docs/facultypublication/dimitrov/files.pdf. Tgl 24/01/2010. Fahinu. (2001). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Matematika Pada Mahasiswa Melalui Pembelajaran Generatif. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung. Faizaty, Novi. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran Generatif Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fathurrahman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Bandung: Refika Aditama.
Strategi Belajar Mengajar,
Hari Suderajat. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika. Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar penelitian Pendidikan Sains, Jakarta: Universitas Islam Negeri. Husna, Nina. 2008. Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
62
63
Mardana, Putu. IB. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, ISSN 0215-8250 No. 2 TH. XXXIV. Metode Penelitian, 2009. Metode Penelitian Experiment. Terakses http:// pakguruku.blogspot.com. 24/01/2009. Neni, Zikri, Iska. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s Pannen, Paulina, dkk. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT) Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Rosdakarya. Richard R. Hake. 2010. Interactive-engangement vs traditional methods: A sixthousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses, (Department of Physics, Indiana University, Bloomington, Indiana 47405) http://www.Physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChangeGain. 24/11/2010. Sambasalim, 2009. Populasi dan Sampel Penelitian. Terakses http://sambasalim.com/statistika/populasi dan- sampel- penelitian. 03/10/2009 Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi KBK. Jakarta : Kencana. Sofyan, Ahmad, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : UIN Press. Solehat, Devi. 2008 Implementasi Model Pembelajaran Novick Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMP, Jakarta: Skripsi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Subana. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sumaji. 1998. Pendidikan Sains yang Hunanistis, Yogyakarta:Kanisius.
64
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Penelitian. Yogyakarta: Kanisius. Sutardi, Didi dan Encep Sudirjo. 2007. Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syaodih, Nana Sukmadinata. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka. Widodo, Ari. 2007. Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan dan kebudayaan No. 064 Tahun ke-13. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lampiran 1 Kisi – kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Standar Kompetensi : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud suhu suatu benda dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi dasar : Mendeskripsikan cara perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari Alokasi waktu KD
: 2 x 40 menit
Konsep/sub Indikator Soal konsep Mendeskripsikan Perpindahan Menyebutkan cara perpindahan Kalor pengertian kalor dalam konduksi kehidupan sehari-hari Menyebutkan faktor-faktor perpindahan kalor secara konduksi Memperkirakan laju konduksi
Pertanyaan
Kunci
1. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut… a. konduksi c. radiasi b. konveksi d. polarisasi
C
Jenis kognitif C1
2. Perpindahan kalor secara konduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut, kecuali… a. konduktivitas termal c. massa jenis b. luas penampang d. perubahan suhu 3. Perpindahan kalor secara konduksi terjadi… a. hanya dalam zat padat b. hanya dalam zat cair c. hanya dalam gas d. hanya dalam zat padat, cair, dan gas
C
C1
A
C2
65
4. Pernyataan berikut ini benar, kecuali… a. laju konduksi sebanding dengan luas penampang benda b. laju konduksi sebanding dengan konduktivitas termal benda c. laju konduksi sebanding dengan panjang benda d. laju konduksi sebanding dengan perbedaan suhu
C
C2
Menentukan contoh konduktor yang baik dalam kehidupan sehari-hari
5. Kelompok benda berikut yang merupakan konduktor yang baik adalah… a. emas, raksa, alumunium b. besi, baja, tembaga c. gabus, emas, perak d. kayu, gabus, kaca 6. Jika pakaian putih dan hitam dijemur bersama, kain hitam akan lebih cepat kering dari pada kain putih, karena warna hitam… a. sedikit menyerap kalor b. banyak memencarkan kalor c. sedikit memancarkan kalor d. banyak menyerap kalor 7. Dinding termos memiliki ruang hampa dengan maksud untuk… a. menghindari dinding dari kemungkinan pecah b. mengurangi perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi c. mengurangi perpindahan kalor secara radiasi
B
C3
D
C3
B
C4
Mengemukakan alas an pada proses perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari
Mengaitkan perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi
66
Menjelaskan terjadinya perpindahan kalor secara konduksi
d. memperkecil koefisien muai dinding
Menyimpulkan dari percobaan perpindahan kalor secara konduksi
8. Perhatikan gambar!
C4
B
C1
A
C1
D
C2
D
C2 67
Apabila salah satu ujung besi dipanaskan seperti pada gambar di atas, maka ujung yang lain akan menjadi panas, perpindahan kalor terjadi secara… a. konduksi c. radiasi b. konveksi d. induksi Menyebutkan 9. Zat yang dapat menghantarkan kalor dengan baik pengertian disebut… konduktor a. isolator c. penghasil kalor b. konduktor d. pemancar kalor Menyebutkan proses 10. Konveksi terjadi karena perpindahan… terjadinya konveksi a. massa jenis c. volum b. massa d. ukuran partikel Menjelaskan 11. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi… terjadinya a. hanya dalam zat padat perpindahan kalor b. hanya dalam zat cair secara konveksi c. hanya dalam gas d. dalam zat cair atau gas Memperkirakan 12. Bagian atas setrika sebaiknya terbuat dari bahan… bahan alas setrika a. pemancar kalor yang baik
A
yang baik
B
C3
D
C3
A
C4
C
C4
68
b. penyerap kalor yang baik c. penghambat kalor yang baik d. penghantar kalor yang baik Menentukan 13. Angin darat dan angin laut terjadi karena peristiwa… terjadinya peristiwa a. konduksi c. radiasi konveksi b. konveksi d. rotasi bumi Menentukan contoh 14. Salah satu aplikasi dari perpindahan kalor secara perpindahan kalor konveksi adalah… secara konveksi a. efek rumah kaca b. memasak air dengan panci c. pemanasan logam d. pendingin mobil Menganalisis contoh 15. Pada malam hari, tanah lebih cepat menjadi dingin konveksi dalam daripada air laut. Hal ini disebabkan… kehidupan seharia. massa jenis udara diatas daratan lebih kecil hari daripada massa jenis udara diatas lautan b. massa jenis udara diatas daratan lebih besar daripada massa jenis udara diatas lautan c. massa jenis udara dibawah daratan lebih kecil daripada massa jenis udara dibawah lautan d. massa jenis udara dibawah daratan lebih besar daripada massa jenis udara dibawah lautan 16. Baju wol efektif menjaga badan kita tetap hangat Menyimpulkan selama hari yang dingin, sebab… contoh dalam a. wol dapat mempertahankan suhu tinggi kehidupan seharib. wol adalah penyerap kalor yang baik hari c. udara yang diperangkap dalam wol bertindak d. sebagai isolator menjaga kalor hilang akibat
konveksi dan radiasi
C
C1
B
C1
D
C2
C
C2
C
C2 69
17. Penyerap kalor yang baik adalah… a. cermin c. benda hitam b. benda putih d. benda mengkilap 18. Perambatan kalor melalui ruang hampa disebut… a. radiasi c. polarisasi b. konveksi d. infeksi Memperkirakan ciri- 19. Salah satu cara mempercepat konveksi adalah… ciri mempercepat a. memperbanyak jumlah zat konveksi b. menggunakan zat alir yang lebih kental c. menggunakan zat alir yang memiliki partikel besar d. melakukan pengadukan Memperkirakan 20. Data: perpindahan kalor 1. Mendidihkan air diatas api secara radiasi 2. Berjalan disiang hari yang panas 3. Memanaskan ujung logam diatas bara api 4. Berdiam di dekat api unggun Yang merupakan perpindahan kalor secara radiasi adalah nomor… a. 4 b. 3 c. 2 d. 1 Menjelaskan contoh 21. Pembeku dalam sebuah lemari es dipasang dibagian konveksi dalam atas agar… kehidupan seharia. jauh dari kompresor panas yang ada di dasar Menyebutkan contoh kalor yang baik Menyebutkan pengertian konveksi
hari
Menentukan konduksi dan konveksi dalam Menentukan contoh zat-zat yang dapat memindahkan kalor secara konveksi Menyimpulkan dari percobaan kalor
Menyebutkan perambatan kalor Menyebutkan contoh isolator yang baik
23. Zat-zat berikut yang dapat memindahkan kalor secara konveksi adalah… a. udara, besi, tanah c. emas, perak, tembaga b. air, oli, udara d. kayu, gabus, plastik 24. Sebongkoh es ditahan pada dasar tabung berisi air, ketika air dipanaskan pada mulut tabung, air tempat itu mendidih. Sementara es di dasarnya tidak mencair, peristiwa ini menunjukan bahwa… a. air tidak mendapat kalor yang baik b. air merupakan konduktor yang baik c. air merupakan konduktor yang buruk d. massa jenis air tidak berubah 25. Perambatan kalor yang terjadi dalam fluida disebut… a. radiasi c. polarisasi b. konveksi d. konduksi 26. Gagang setrika sebaiknya berupa… a. pemancar kalor yang baik b. penyerap kalor yang baik c. penghambat kalor yang baik d. penghantar kalor yang baik 27. Termos mencegah perpindahan kalor secara:
D
C3
B
C3
A
C4
B
C1
C
C1
D
C2
70
Memperkirakan
b. menyenangkan c. pembeku dapat mendinginkan seluruh bagian dalam dengan membangkitkan arus konveksi d. semua pernyataan diatas adalah benar 22. Sinar matahari tidak akan sampai kebumi karena… a. konduksi c. konveksi b. radiasi d. konduksi dan konveksi
contoh perpindahan kalor
Mencontohkan peristiwa perpindahan kalor secara konveksi Menentukan perpindahan kalor secara radiasi
Menentukan faktorfaktor penyebab terjadinya konveksi dan radiasi
Menganalisis peristiwa terjadinya konveksi di udara
1. konduksi 2. konveksi 3. radiasi Pernyataan yang benar adalah… a. 1 dan 2 c. 2 dan 3 b. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3 28. Peristiwa perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada… a. pengelasan besi c. memasak air b. api unggun d. terik matahari 29. Angin laut terjadi pada siang hari karena pada siang hari… a. tekanan udara di darat lebih besar b. suhu udara di laut lebih tinggi c. tekanan udara di laut lebih besar d. suhu udara di laut lebih rendah 30. Dalam suatu ruangan yang berlampu, badan kita terasa hangat, karena mendapat kalor dari lampu dengan cara konveksi dan radiasi. Berikut ini faktorfaktor penyebabnya, kecuali… a. kalor dipancarkan lampu kesegala arah b. terjadi aliran udara dalam ruangan c. udara cukup baik untuk merambatkan kalor d. kalor dapat berpindah tanpa zat perantara 31. Konveksi di udara menyebabkan terjadinya angin laut. Dari gambar di bawah ini yang menjelaskan terjadinya angin laut adalah…
C
C2
C
C3
C
C3
C
C4
71
72
Menganalisis perpindahan kalor secara konduksi
Menyebutkan perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara Menyebutkan contoh peristiwa perpindahan kalor secara radiasi Memperkirakan contoh akibat radiasi
32.
C A 90˚
20˚
B
C4
C
C1
B
C1
C
C2
B
Pada gambar proses konduksi di atas kalor berpindah dari… a. B ke A c. A ke C b. A ke B d. B ke c 33. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut… a. konduksi c. radiasi b. konveksi d. infeksi
73
34. Peristiwa perpindahan kalor secara radiasi adalah… a. terjadi angin darat dan angin laut b. cahaya matahari sampai ke bumi c. memasak air sampai mendidih d. pemanasan sampai ujung logam 35. Perhatikan pernyataan dibawah ini: 1. Air di dalam panci mendidih karena dipanaskan 2. Pada siang hari terasa panas dibandingkan malam hari 3. Alat memasak umumnya diberi pegangan dari kayu atau plastik 4. Lilin yang sedang menyala akan meleleh sampai
Menjelaskan maksud dari sifat dinding termos
Menentukan gerakan molekul air
Menentukan perpindahan kalor yang benar
habis Dari pernyataan tersebut yang menyatakan akibat radiasi adalah nomor… a. 1 dan 3 c. 2 dan 4 b. 1 dan 4 d. 2 dan 3 36. Dinding termos bersifat sebagai cermin dengan maksud untuk… a. mengurangi perpindahan kalor secara konduksi b. mengurangi perpindahan kalor secara konveksi c. mengurangi perpindahan kalor secara radiasi d. memperlancar pertukaran kalor dengan udara di luar termos 37. Gerakan molekul air pada gambar dibawah ini yang benar adalah…
C2
B
C3
D
C3
74
38. Pernyataan-pernyataan di bawah ini benar, kecuali… a. perpindahan kalor pada ujung batang kuningan yang dipanasi, secara konduksi b. perpindahan air yang dipanasi pada suatu bejana aluminium, secara konveksi c. sinar matahari sampai ke bumi melalui radiasi d. aliran udara pada cerobong asap merupakan perpindahan kalor secara radiasi
C
Menyimpulkan dari percobaan
39. Jika air kopi panas di aduk dengan sendok logam, D sendok itu akan terasa lebih panas dari pada air kopi itu di aduk dengan sendok yang terbuat dari plastik. Hal ini menunjukkan bahwa… a. perpindahan kalor secara konveksi b. perpindahan kalor secara radiasi c. logam menghantar kalor lebih jelek dari pada plastik d. logam menghantar kalor lebih baik dari pada plastik Menganalisis contoh 40. Pada malam hari yang dingin ketika menyentuh A dalam kehidupan permukaan logam dalam suatu ruangan, maka… sehari-hari a. permukaan logam terasa lebih dingin dari pada permukaan kayu b. permukaan kayu terasa lebih dingin dari pada permukaan logam c. kedua permukaan sama dinginnya d. permukaan logam bisa terasa lebih dingin atau lebih hangat tergantung pada jenis logamnya.
C4
C4
75
STRUKTUR KISI-KISI INSTRUMEN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kurikulum Kelas Standar kompetensi 2.1
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud suhu suatu benda dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 2.2 Mendeskripsikan
Kompetensi Dasar
2.3 Mendeskripsi kan cara perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pembelajaran
Perpindahan Kalor Konduksi, faktor-faktor yang mempengaruh i perpindahan kalor secara konduksi, peristiwa konduksi dan
: SMP : IPA FISIKA : KTSP : VII Semester Ganjil
Indikator
Mendeskripsikan cara perpindahan kalor secara konduksi
Aspek yang diukur
Σ soal
C1
C2
C3
C4
1,2*,9,1 7*
3,4,23
5,6,22*
7,8,24,3 2*
14
11,12*,28
13,14*,19 ,21,
15*,16,3 1
13
Mendeskripsikan cara perpindahan 10,18,25 kalor secara * konveksi
76
berbagai cara perpindahan kalor
contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Konveksi, faktor-faktor yang mempengaruh i konveksi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
Mendeskripsikan cara perpindahan kalor secara radiasi
26,33,34 *
20,27,35* ,36,
29,30*,38 ,37
39,40*
13
10
10
11
9
40
Radiasi, dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari Jumlah
Keterangan : * soal yang tidak digunakan 77
78
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Σ
Nomor Butir Soal
Skor
Rsp 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
28
70
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
26
65
3
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
27
67,5
4
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
27
67,5 65
5
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
26
6
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
26
65
7
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
25
62,5
8
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
24
60
9
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
23
57,5
10
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
25
62,5
11
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
22
55
12
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
23
57,5
13
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
23
57,5 55
14
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
22
15
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
22
55
16
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
21
52,5 50
17
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
20
18
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
18
45
19
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
18
45 45
20
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
18
21
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
16
40
22
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
15
37,5 37,5
23
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
15
24
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
16
40
25
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
13
32,5
26
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
12
30
27
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
12
30
28
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
9
22,5
29
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
8
20
30
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
6
18
586
Jumlah
24
10
16
6
22
20
20
14
15
13
10
22
17
16
11
20
18
12
16
17
18
16
10
12
12
24
16
17
12
9
14
10
9
14
10
11
16
11
11
16
rhitung
0,4
0,08
0,3
0,38
0,5
0,45
0,33
0,39
0,37
0,34
0,47
0,05
0,41
0,14
0,16
0,51
0,08
0,41
0,36
0,34
0,36
0,01
0,39
0,38
0,09
0,42
0,49
0,47
0,33
0,21
0,38
0,24
0,45
0,13
0,15
0,45
0,39
0,39
0,4
0,21
thitung
2,32
0,41
1,68
2,19
3,06
2,65
1,85
2,25
2,13
1,94
2,85
0,28
2,38
0,73
0,87
3,1
0,44
2,39
2,03
1,93
2,07
0,03
2,26
2,16
0,45
2,42
2,98
2,78
1,86
1,12
2,18
1,31
2,64
0,68
0,79
2,64
2,25
2,24
2,32
1,16
ttabel
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
vldts
V
I
V
V
V
V
V
V
V
V
V
I
V
I
I
V
I
V
V
V
V
I
V
V
I
I
V
V
V
I
V
I
V
I
I
V
V
V
V
I
p
0,8
0,33
0,53
0,2
0,73
0,67
0,67
0,47
0,5
0,43
0,33
0,73
0,57
0,53
0,37
0,67
0,6
0,4
0,53
0,57
0,6
0,53
0,33
0,4
0,4
0,8
0,53
0,57
0,4
0,3
0,47
0,33
0,3
0,47
0,33
0,37
0,53
0,37
0,37
0,53
1,7
q
0,2
0,67
0,47
0,8
0,27
0,33
0,33
0,53
0,5
0,57
0,67
0,27
0,43
0,47
0,63
0,33
0,4
0,6
0,47
0,43
0,4
0,47
0,67
0,6
0,6
0,2
0,47
0,43
0,6
0,7
0,53
0,67
0,7
0,53
0,67
0,63
0,47
0,63
0,63
0,47
Σpq
0,16
0,22
0,25
0,16
0,2
0,22
0,22
0,25
0,25
0,25
0,22
0,2
0,25
0,25
0,23
0,22
0,24
0,24
0,25
0,25
0,24
0,25
0,22
0,24
0,24
0,16
0,25
0,25
0,24
0,21
0,25
0,22
0,21
0,25
0,22
0,23
0,25
0,23
0,23
0,25 9,15888889
s2
38
r11
0,78
thitung
6,56
ttabel
1.7
rlblts
Reliabel
Tinggi
89
Lampiran 6 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
Item 1
PA 0,87
PB 0,73
D 0,14
Kategori Jelek
Item 21
2
0,33
0,33
0
Jelek
22
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
0,6 0,4 0,9 0,8 0,8 0,6 0,7 0,5 0,5 0,8 0,7
0,47 0 0,6 0,53 0,53 0,33 0,33 0,27 0,13 0,67 0,4
0,5
0,53
34
0,6
0,33 0,27
Cukup
15 16 17 18 19 20
0,6 0,9 0,6 0,5 0,7 0,7
0.2 0,4 0,6 0,27 0,4 0,4
Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup Sangat Buruk Cukup Baik Jelek Cukup Cukup Cukup
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
14
0,13 0,4 0,3 0,27 0,27 0,27 0,37 0,23 0,37 0,13 0,3 0,03 0,4 0,5 0 0,23 0,3 0,3
PA PB D 0,73 0,47 0,26 0,5 0,53 0,03 0,5 0,2 0,3 0,6 0,2 0,4 0,5 0.33 0,17 0,7 0,66 0,04 0,7 0,33 0,37 0,6 0,2 0,4 0,6 0,2 0,4 0,47 0,2 0,27 0,6 0,33 0,27 0,4 0,27 0,13 0,5 0,07 0,43
35 36 37 38 39 40
0,4 0,6 0,6 0,5 0,47 0,6
0,27 0,13 0,47 0,2 0,27 0,47
Jelek Baik Jelek Cukup Jelek Jelek
Distribusi Daya Pembeda Klasifikasi Sangat Buruk Jelek Cukup Baik Baik Sekali
Σ
%
2 12 23 3 0
32.5% 45% 15% 0%
0,13 0,47 0,13 0,3 0,2 0,13
Kategori Cukup Sangat Buruk Cukup Cukup Jelek Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek Baik
88
Lampiran 5 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian tes Hasil Belajar
Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
B 24 10 16 6 22 22 20 14 15 11 10 26 19 16 12 20 15 12 16 16
Js 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P 0.8 0.33 0.53 0.2 0.73 0.73 0.67 0.47 0.5 0.37 0.33 0.87 0.63 0.53 0.4 0.67 0.5 0.4 0.53 0.53
Kategori Mudah Sedang Sedang Sukar Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Item 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Persentase Tingkat Kesukaran Klasifikasi Sukar Sedang Mudah
Σ
%
15 13 12
37.50% 32.50% 30%
B 18 16 10 12 12 21 16 12 12 10 14 10 9 14 10 11 16 11 11 16
Js 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P 0.6 0.53 0.33 0.4 0.4 0.7 0.53 0.4 0.4 0.33 0.47 0.33 0.3 0.47 0.33 0.37 0.53 0.37 0.37 0.53
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
79
Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes hasil Belajar Nama
:
No. Absen : Kelas
Hari/tanggal : waktu
:
:
Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang paling benar ! 1. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut... a. konduksi c. radiasi b. konveksi d. Polarisasi 2. Perpindahan kalor secara konduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut, kecuali... a. konduktivitas termal c. massa jenis b. luas penampang d. perubahan suhu 3. Perpindahan kalor secara konduksi terjadi... a. hanya dalam zat padat c. hanya dalam gas b. hanya dalam zat cair d. hanya dalam zat padat, cair, dan gas 4. Pernyataan berikut ini benar, kecuali... a. laju konduksi sebanding dengan luas penampang benda b. laju konduksi sebanding dengan konduktivitas termal benda c. laju konduksi sebanding dengan panjang benda d. laju konduksi sebanding dengan perbedaan suhu 5. Kelompok benda berikut yang merupakan konduktor yang baik adalah… a. emas, raksa, alumunium c. gabus, emas, perak b. besi, baja, tembaga d. kayu, gabus, kaca 6. Jika pakaian putih dan hitam dijemur bersama, kain hitam akan lebih cepat kering dari pada kain putih, karena warna hitam… a. sedikit menyerap kalor c. sedikit memancarkan kalor b. banyak memencarkan kalor d. banyak menyerap kalor 7. Dinding termos memiliki ruang hampa dengan maksud untuk... a. menghindari dinding dari kemungkinan pecah b. mengurangi perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi c. mengurangi perpindahan kalor secara radiasi d. memperkecil koefisien muai dinding 8. Perhatikan gambar!
80
Apabila salah satu ujung besi dipanaskan seperti pada gambar di atas, maka ujung yang lain akan menjadi panas, perpindahan kalor terjadi secara… a. konduksi c. radiasi b. konveksi d. induksi 9. Zat yang dapat menghantarkan kalor dengan baik disebut... a. Isolator c. penghasil kalor b. Konduktor d. pemancar kalor 10. Konveksi terjadi karena perpindahan... a. Massa jenis c. volum b. Massa d. ukuran partikel 11. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi... a. hanya dalam zat padat c. hanya dalam gas b. hanya dalam zat cair d. dalam zat cair atau gas 12. Bagian atas setrika sebaiknya terbuat dari bahan… a. Pemancar kalor yang baik c. penghambat kalor yang baik b. Penyerap kalor yang baik d. penghantar kalor yang baik 13. Angin darat dan angin laut terjadi karena peristiwa… a. Konduksi c. radiasi b. Konveksi d. rotasi bumi 14. Salah satu aplikasi dari perpindahan kalor secara konveksi adalah... a. Efek rumah kaca c. pemanasan logam b. Memasak air dengan panci d. pendingin mobil 15. Pada malam hari, tanah lebih cepat menjadi dingin daripada air laut. Hal ini disebabkan... a. Massa jenis udara diatas daratan lebih besar daripada massa jenis udara diatas lautan b. Massa jenis udara diatas daratan lebih kecil daripada massa jenis udara diatas lautan c. Massa jenis udara dibawah daratan lebih kecil daripada massa jenis udara dibawah lautan d. Massa jenis udara dibawah daratan lebih besar daripada massa jenis udara dibawah lautan 16. Baju wol efektif menjaga badan kita tetap hangat selama hari yang dingin, sebab... a. Wol dapat mempertahankan suhu tinggi b. Wol adalah penyerap kalor yang baik c. Udara yang diperangkap dalam wol bertindak d. Sebagai isolator menjaga kalor hilang akibat konveksi dan radiasi 17. Penyerap kalor yang baik adalah... a. Cermin c. benda hitam b. Benda putih d. benda mengkilap 18. Perambatan kalor melalui ruang hampa disebut... a. Radiasi c. polarisasi b. Konveksi d. infeksi
81
19. Salah satu cara mempercepat konveksi adalah... a. Memperbanyak jumlah zat b. Menggunakan zat alir yang lebih kental c. Menggunakan zat alir yang memiliki partikel besar d. Melakukan pengadukan 20. Data : 1. Mendidihkan air diatas api 2. Berjalan disiang hari yang panas 3. Memanaskan ujung logam diatas bara api 4. Berdiam di dekat api unggun Yang merupakan perpindahan kalor secara radiasi adalah nomor... a. 4 c. 2 b. 3 d.1 21. Pembeku dalam sebuah lemari es dipasang dibagian atas agar... a. Jauh dari kompresor panas yang ada di dasar b. Menyenangkan c. Pembeku dapat mendinginkan seluruh bagian dalam dengan membangkitkan arus konveksi d. Semua pernyataan benar 22. Sinar matahari tidak akan sampai kebumi karena... a. Konduksi c. konvekssi b. Radiasi d. konduksi dan konveksi 23. Zat-zat berikut yang dapat memindahkan kalor secara konveksi adalah… a. Udara, besi, tanah c. emas, perak, tembaga b. Air, oli, udara d. kayu, gabus, plastik 24. Sebongkoh es ditahan pada dasar tabung berisi air, ketika air dipanaskan pada mulut tabung, air tempat itu mendidih. Sementara es di dasarnya tidak mencair, peristiwa ini menunjukan bahwa… a. air tidak mendapat kalor yang baik b. air merupakan konduktor yang baik c. air merupakan konduktor yang buruk d. massa jenis air tidak berubah 25. perambatan kalor yang terjadi dalam fluida disebut... a. radiasi c. polarisasi b. konveksi d. konduksi 26. Termos mencegah perpindahan kalor secara: 1. Konduksi 2. Konveksi 3. Radiasi Pernyataan yang benar adalah… a. 1 dan 2 c. 2 dan 3 b. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3 27. Gagang setrika sebaiknya berupa… a. Pemancar kalor yang baik b. Penyerap kalor yang baik c. Penghambat kalor yang baik
82
d. Penghantar kalor yang baik 28. Peristiwa perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada… a. Pengelasan besi c. memasak air b. Api unggun d. terik matahari 29. Angin laut terjadi pada siang hari karena pada siang hari… a. Tekanan udara di darat lebih kecil b. Suhu udara di laut lebih tinggi c. Tekanan udara di laut lebih besar d. Suhu udara di laut lebih rendah 30. Dalam sebuah ruangan yang berlampu, badan kita terasa hangat, karena mendapat kalor dari lampu dengan cara konveksi dan radiasi. Berikut ini faktor-faktor penyebabnya, kecuali... a. Kalor dipancarkan lampu kesegala arah b. Terjadi aliran udara dalam ruangan c. Udara cukup baik untuk merambatkan kalor d. Kalor dapat berpindah tanpa zat perantara 31. Konveksi di udara menyebabkan terjadinya angin laut. Dari gambar di bawah ini yang menjelaskan terjadinya angin laut adalah...
32. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut... a. Konduksi c. radiasi b. Konveksi d. infeksi 33. Peristiwa perpindahan kalor secara radiasi adalah... a. Terjadi angin darat dan angin laut b. Cahaya matahari sampai ke bumi c. Memasak air sampai mendidih
83
d. Pemanasan sampai ujung logam 34. Perhatikan pernyataan dibawah ini: 1. Air di dalam panci mendidih karena dipanaskan 2. Pada siang hari terasa panas dibandingkan malam hari 3. Alat memasak umumnya diberi pegangan dari kayu atau plastik 4. Lilin yang sedang menyala akan meleleh sampai habis. Dari pernyataan tersebut yang menyatakan akibat radiasi adalah nomor... a. 1 dan 3 c. 2 dan 4 b. 1 dan 4 d. 2 dan 3 35. Dinding termos bersifat sebagai cermin dengan maksud untuk... a. Mengurangi perpindahan kalor secara konduksi b. Mengurangi perpindahan kalor secara konveksi c. Mengurangi perpindahan kalor secara radiasi d. Memperlancar pertukaran kalor dengan udara di luar termos C 36. A 90˚ 20˚ B Pada gambar proses konduksi di atas kalor berpindah dari... a. B ke A c. A ke C b. A ke B d. B ke C 37. Gerakan molekul air pada gambar dibawah ini yang benar adalah…
38. Pernyataan-pernyataan di bawah ini benar, kecuali... a. Perpindahan kalor pada ujung batang kuningan yang dipanasi, secara konduksi b. Perpindahan air yang dipanasi pada suatu bejana aluminium, secara konveksi c. Sinar matahari sampai ke bumi melalui radiasi d. Aliran udara pada cerobong asap merupakan perpindahan kalor secara radiasi 39. Jika air kopi panas di aduk dengan sendok logam, sendok itu terasa lebih panas dari pada air kopi itu di aduk dengan sendok yang terbuat dari plastik. Hal ini menunjukan bahwa... a. Perpindahan kalor secara konveksi b. Perpindahan kalor secara radiasi c. Logam menghantar kalor lebih jelek dari pada plastik
84
d. Logam menghantar kalor lebih baik dari pada plastik 40. Pada malam hari yang dingin ketika menyentuh permukaan logam dalam suatu ruangan, maka... a. Permukaan logam terasa lebih dingin dari pada permukaan kayu b. Permukaan kayu terasa lebih dingin dari pada permukaan logam c. Kedua permukaan sama dinginnya d. Permukaan logam bisa terasa lebih dingin atau lebih hangat tergantung pada jenis logamnya.
85
Lampiran 3
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
a c a c b d b a b a
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
d d b d a c c b d c
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
c d b a b c d c c c
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
c b c b c c b d d a
86
93
Lampiran 9 Soal Instrumen Penelitian Tes hasil Belajar Nama
:
No. Absen : Kelas
Hari/tanggal : waktu
:
:
Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang paling benar ! 1. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut… a. konduksi c. radiasi b. konveksi d. polarisasi 2. Kelompok benda berikut yang merupakan konduktor yang baik adalah… a. emas, raksa, alumunium b. besi, baja, tembaga c. gabus, emas, perak d. kayu, gabus, kaca 3. Jika pakaian putih dan hitam dijemur bersama, kain hitam akan lebih cepat kering dari pada kain putih, karena warna hitam… a. sedikit menyerap kalor b. banyak memencarkan kalor c. sedikit memancarkan kalor d. banyak menyerap kalor 4. Dinding termos memiliki ruang hampa dengan maksud untuk… a. menghindari dinding dari kemungkinan pecah b. mengurangi perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi c. mengurangi perpindahan kalor secara radiasi d. memperkecil koefisien muai dinding 5. Perhatikan gambar!
Apabila salah satu ujung besi dipanaskan seperti pada gambar di atas, maka ujung yang lain akan menjadi panas, perpindahan kalor terjadi secara… a. konduksi c. radiasi b. konveksi d. induksi 6. konveksi terjadi karena perpindahan… a. massa jenis c. volum b. massa d. ukuran partikel 7. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi… a. hanya dalam zat padat b. hanya dalam zat cair
94
c. hanya dalam gas d. dalam zat cair atau gas 8. Angin darat dan angin laut terjadi karena peristiwa… a. Konduksi c. radiasi b. Konveksi d. rotasi bumi 9. Baju wol efektif menjaga badan kita tetap hangat selama hari yang dingin, sebab… a. Wol dapat mempertahankan suhu tinggi b. Wol adalah penyerap kalor yang baik c. Udara yang diperangkap dalam wol bertindak d. Sebagai isolator menjaga kalor hilang akibat konveksi dan radiasi 10. Perambatan kalor melalui ruang hampa disebut… a. Radiasi c. polarisasi b. Konveksi d. infeksi 11. Salah satu cara mempercepat konveksi adalah… a. memperbanyak jumlah zat b. menggunakan zat alir yang lebih kental c. menggunakan zat alir yang memiliki partikel besar d. melakukan pengadukan 12. Gerakan molekul air pada gambar dibawah ini yang benar adalah…
13. Bagian atas setrika sebaiknya terbuat dari bahan… a. Pemancar kalor yang baik b. Penyerap kalor yang baik c. Penghambat kalor yang baik d. Penghantar kalor yang baik 14. Data: 1. mendidihkan air diatas api 2. berjalan disiang hari yang panas 3. memanaskan ujung logam di atas bara api 4. berdiam di dekat api unggun Yang merupakan perpindahan kalor secara radiasi adalah nomor… a. 4 c. 2 b. 3 d. 1 15. Pembeku dalam sebuah lemari es dipasang dibagian atas agar… a. Jauh dari kompresor panas yang ada di dasar b. Menyenangkan c. Pembeku dapat mendinginkan seluruh bagian dalam dengan membangkitkan arus konveksi d. Semua pernyataan diatas adalah benar 16. Zat-zat berikut yang dapat memindahkan kalor secara konveksi adalah…
95
a. Udara, besi, tanah c. emas, perak, tembaga b. Air, oli, udara d. kayu, gabus, plastik 17. Sebongkoh es ditahan pada dasar tabung berisi air, ketika air dipanaskan pada mulut tabung, air tempat itu mendidih. Sementara es di dasarnya tidak mencair, peristiwa ini menunjukan bahwa… a. air tidak mendapat kalor yang baik b. air merupakan konduktor yang baik c. air merupakan konduktor yang buruk d. massa jenis air tidak berubah 18. Gagang setrika sebaiknya berupa… a. Pemancar kalor yang baik b. Penyerap kalor yang baik c. Penghambat kalor yang baik d. Penghantar kalor yang baik 19. Termos mencegah perpindahan kalor secara: 1. Konduksi 2. Konveksi 3. Radiasi Pernyataan yang benar adalah… a. 1 dan 2 c. 2 dan 3 b. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3 20. Peristiwa perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada… a. Pengelasan besi c. memasak air b. Api unggun d. terik matahari 21. Angin laut terjadi pada siang hari karena pada siang hari… a. Tekanan udara di darat lebih kecil b. Suhu udara di laut lebih tinggi c. Tekanan udara di laut lebih besar d. Suhu udara di laut lebih rendah 22. Perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara disebut… a. Konduksi c. radiasi b. Konveksi d. infeksi 23. Dinding termos bersifat sebagai cermin dengan maksud untuk… a. Mengurangi perpindahan kalor secara konduksi b. Mengurangi perpindahan kalor secara konveksi c. Mengurangi perpindahan kalor secara radiasi d. Memperlancar pertukaran kalor dengan udara di luar termos 24. Jika air kopi panas di aduk dengan sendok logam, sendok itu akan terasa lebih panas dari pada air kopi itu di aduk dengan sendok yang terbuat dari plastik. Hal ini menunjukan bahwa… a. Perpindahan kalor secara konveksi b. Perpindahan kalor secara radiasi c. Logam menghantar kalor lebih jelek dari pada plastik d. Logam menghantar kalor lebih baik dari pada plastik 25. Konveksi di udara menyebabkan terjadinya angin laut. Dari gambar di bawah ini yang menjelaskan terjadinya angin laut adalah…
96
26. Pernyataan-pernyataan di bawah ini benar, kecuali... a. Perpindahan kalor pada ujung batang kuningan yang dipanasi, secara konduksi b. Perpindahan air yang dipanasi pada suatu bejana aluminium, secara konveksi c. Sinar matahari sampai ke bumi melalui radiasi d. Aliran udara pada cerobong asap merupakan perpindahan kalor secara radiasi 27. Peristiwa perpindahan kalor secara radiasi adalah... a. Terjadi angin darat dan angin laut b. Cahaya matahari sampai ke bumi c. Memasak air sampai mendidih d. Pemanasan sampai ujung logam
103
Lampiran 11
LEMBAR KERJA SISWA KEGIATAN PERCOBAAN PERPINDAHAN KALOR SMP AULIA BOGOR
Hari / Tanggal
:
……………
Kelompok
:
…………….
Nama Anggota
: 1. ……………
3. ……………….
2. ……………
4. ……………….
5. ……………….
Pada pagi yang cerah hasan pergi kesekolah pukul 07.00 Wib, dengan menggunakan sepeda miliknya, hasan mengayunkan sepeda dengan cepat sekali agar tidak terlambat sekolah. Dengan hangatnya sinar matahari yang menyinari bumi, sehingga sampai sekolah hasan mengeluarkan keringat dari tubuhnya, ini artinya hasan memiliki energi kalor mengeluarkan energi kalor berupa keringat karena terkena sinar matahari.
Konsep
: Kalor
Sub Konsep
: Perpindahan Kalor (Konduksi)
Percobaan Alat dan Bahan 1. Logam tembaga ± 10 cm 2. Logam baja ± 7 cm 3. Pembakar (Lilin/Bunsen) 4. Arloji / Stopwatch Langkah Kerja
104
1. Buatlah percobaan seperti pada gambar 2. Panaskan salah satu ujung logam tembaga yang memiliki panjang ± 10 cm 3. Apa yang akan kamu rasakan pada ujung logam yang kamu pegang 4. Catatlah berapa lama waktu yang diperlukan untuk perpindahan kalor ke ujung logam yang kamu pegang 5. Sekarang lakukan pada logam baja yang memiliki panjang ± 7 cm 6. Apa yang terjadi? Hasil Pengamatan Tuliskan hasil percobaanmu dalam tabel di bawah ini! No. Peristiwa
Panjang Logam
waktu
1.
Logam dipanaskan
…………
………….
2.
Logam dipanaskan
………….
………….
Isilah pertanyaan dibawah ini ! 1. Jika logam pertama adalah tembaga dan logam kedua adalah baja, logam manakah yang lebih cepat menghantarkan panas? Jelaskan! …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
2. Setelah melakukan kegiatan di atas, apa yang dapat kamu simpulkan. …………………………………………………………………………... …………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………..
Selamat Bekerja
105
LEMBAR KERJA SISWA KEGIATAN PERCOBAAN PERPINDAHAN KALOR SMP AULIA BOGOR
Hari / Tanggal
:
……………
Kelompok
:
…………….
Nama Anggota
: 1. ……………
3. ……………….
2. ……………
4. ……………….
5. ……………….
Kelompokkan sifat beberapa zat di bawah ini, baik sebagai isolator maupun konduktor!
1. Gelas 2. Besi 3. Silikon 4. Wol 5. Plastik 6. Seng 7. Tembaga 8. Karet 9. Aluminium 10. Kertas 11. kayu
Selamat Bekerja
106
LEMBAR KERJA SISWA KEGIATAN PERCOBAAN PERPINDAHAN KALOR SMP AULIA BOGOR
Hari / Tanggal
:
……………
Kelompok
:
…………….
Nama Anggota
: 1. ……………
3. ……………….
2. ……………
4. ……………….
5. ……………….
Coba kamu masak air dalam panci dengan menggunakan kompor di rumahmu. Pemanasan sebenarnya hanya terjadi pada bagian air yang bersentuhan dengan dinding panci, sedangkan bagian air di tengah panci tidak kamu panaskan. Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata air dibagian tengah panci juga ikut panas, ini terjadi karena adanya perpindahan kalor dari bagian yang dipanaskan ke bagian tengah panci
Konsep
: Kalor
Sub Konsep
: Perpindahan Kalor (Konveksi)
Percobaan Alat dan Bahan 1. Lilin 2. Pembakar / Korek api Langkah Kerja 1. Sediakan lilin dan korek api 2. Nyalakan lilin dengan korek api 3. Dekatkan korek api di sekitar lilin 4. Amatilah korek api yang ada disekitar lilin
107
5. Apa yang terjadi? Isilah pertanyaan dibawah ini ! 1. Batang korek api disebelah mana yang dahulu cepat terbakar, ketika didekatkan disekitar lilin yang sedang menyala? …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
2. Setelah melakukan kegiatan di atas, apa yang dapat kamu simpulkan. …………………………………………………………………………... …………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………..
Selamat Bekerja
108
LEMBAR KERJA SISWA KEGIATAN PERCOBAAN PERPINDAHAN KALOR SMP AULIA BOGOR
Hari / Tanggal
:
……………
Kelompok
:
…………….
Nama Anggota
: 1. ……………
3. ……………….
2. ……………
4. ……………….
5. ……………….
Apabila kita berdiam di dekat api unggun, kita merasa hangat. Kemudian, jika kita memasang selembar tirai di antara api dan kita, radiasi kalor akan terhalang oleh tirai itu. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa: kalor dari api unggun atau matahari dapat dihalangi oleh tabir sehingga kalor tidak dapat merambat. Konsep
: Kalor
Sub Konsep
: Perpindahan Kalor (Radiasi)
Mengamati Daya serap Radiasi Kalor 1. Perhatikan gambar di bawah ini. Pada gambar terdapat bohlam yang dicat hitam dan bohlam yang dicat putih. Bagian dalam kedua bohlam telah dikosongkan. Bagian bawah kedua bohlam dihubungkan oleh pipa-U yang berisi alkohol. Alkohol dalam pipa-U tidak penuh mencapai bohlam. 2. Mengapa alkohol pada bohlam yang dicat putih tetap, sedangkan alkohol pada bohlam yang dicat hitam berkurang? 3. Apa yang dapat kamu simpulkan?
Selamat Bekerja
97
Lampiran 10 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Model Pembelajaran Generatif Sekolah
: SMP Negeri Pamijahan Bogor
Mata Pelajaran
: IPA-Fisika
Pokok Bahasan
: Kalor
Kelas/ Semester
: VII/II
Alokasi waktu
: 2 x 40 menit
Standar Kompetensi :
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud suhu suatu benda dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
:
Mendeskripsikan cara perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari Indikator : 1. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor secara konduksi 2. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor secara konveksi 3. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor secara radiasi A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menyebutkan pengertian dari jenis-jenis perpindahan kalor 2. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis perpindahan kalor 3. Siswa dapat menjelaskan contoh-contoh perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari B. Materi Pembelajaran Perpindahan Kalor dibagi
Konduksi
Konveksi
Radiasi
98
Konduksi contoh: besi dibakar Konveksi contoh: batang korek api yang diletakkan di atas lilin yang menyala Radiasi contoh : api unggun C. Model dan Metode Pembelajaran Model : Model Pembelajaran generatif Metode : Eksperimen, dan Tanya jawab D. Alat dan Sumber Belajar Alat
: Terlampir di LKS
Sumber : buku-buku yang relevan, perpustakaan, laboratorium IPA. E. Kegiatan Pembelajaran (Pertemuan ke I) Pretest (Pertemuan ke 2) Model Pembelajaran Generatif
Kegiatan Guru
A. Pendahuluan
Guru memasuki kelas dan memulai aktivitas pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa
B. Kegiatan Inti
• Guru memberikan apersepsi konsep tentang konduksi
Fase I: Eksplorasi Pendahuluan
“Jika pakaian putih dan hitam dijemur bersama, kain hitam akan lebih cepat kering dari pada kain putih, mengapa?” Guru meminta beberapa orang siswa mengemukakan jawaban mereka dari
Kegiatan Siswa
Alokasi Waktu
7’
99
pertanyaan di atas. Guru menuliskan jawaban siswa di papan tulis Guru menyimpulkan jawaban-jawaban yang ada di papan tulis Fase II: Pemusatan
Guru memberi motivasi kepada siswa dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, dengan pertanyaan sebagai berikut:
Siswa menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 5’
“Logam mana yang lebih cepat panas, logam panjang atau logam pendek ketika di panaskan?” Fase III: Tantangan
Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Guru membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok. Guru membimbing dan menjelaskan prosedur percobaan konduksi yang harus dilakukan oleh siswa sesuai dengan LKS yang dibagikan.
Tiap-tiap kelompok ditugaskan melakukan percobaan sesuai dengan LKS Siswa memecahkan masalah-masalah yang ada di LKS dengan dibantu guru Siswa melakukan percobaan konduksi Siswa mencatat dan melaporkan
15’
100
hasil penelitian Fase IV: Aplikasi
Guru menyajikan soalsoal yang sederhana yang dapat dipecahkan siswa dengan menggunakan konsepkonsep matematis, dengan soal sebagai berikut:
Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
10’
- Sebutkan bendabenda yang dapat dilewati kalor? - Jika logam pertama adalah tembaga dan logam kedua adalah baja, logam manakah yang lebih cepat menghantarkan panas? C. Kegiatan Penutup
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman tentang hal yang telah dipelajari.
3’
(Pertemuan ke 3) Model Pembelajaran Generatif
Kegiatan Guru
A. Pendahuluan
Guru memasuki kelas dan memulai aktivitas pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa
Kegiatan Siswa
Alokasi Waktu
101
B. Kegiatan Inti Fase I: Eksplorasi Pendahuluan
Guru memberikan apersepsi konsep tentang konveksi dan radiasi “ Mengapa angin laut terjadi pada siang hari? “Mengapa orang arab senang memakai jubah gombrang warna hitam? Guru meminta beberapa orang siswa mengemukakan jawaban mereka dari pertanyaan di atas. Guru menuliskan jawaban siswa di papan tulis Guru menyimpulkan jawaban-jawaban yang ada di papan tulis
Fase II: Pemusatan
Guru memberi motivasi kepada siswa dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, dengan pertanyaan sebagai berikut: “Batang korek api didekatkan disekitar lilin yang menyala dengan membentuk lingkaran, batang korek api yang sebelah mana terlebih dahulu terbakar?”
7’
Siswa menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 5’
102
Fase III: Tantangan
Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Guru membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok.
Guru membimbing dan menjelaskan prosedur percobaan konveksi yang harus dilakukan oleh siswa sesuai dengan LKS yang dibagikan
Tiap-tiap kelompok ditugaskan melakukan percobaan sesuai dengan LKS Siswa memecahkan masalah-masalah yang ada di LKS dengan dibantu guru
15’
Siswa melakukan percobaan Siswa melakukan penelitian dan melaporkan hasil penelitian Salah satu kelompok mempresentasika n hasil percobaan yang dilakukan
Fase IV: Aplikasi
Guru menyajikan soalsoal yang sederhana yang dapat dipecahkan siswa dengan menggunakan konsepkonsep matematis, dengan soal sebagai berikut: 10’ - Apa yang dimaksud dengan konveksi, faktor-faktor yang mempengaruhi konveksi dan berikan contohnya? - Apa yang dimaksud dengan radiasi dan
103
berikan contohnya? C. Kegiatan Penutup
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman tentang hal yang telah dipelajari.
. 3’
(Pertemuan ke 4) Postest F. Penilaian 1. Penilaian Kelompok : Hasil Eksperimen (Laporan Kelompok) 2. Penilaian Tertulis
: Hasil Rangkuman siswa (tugas individu)
Bogor, Agustus 2010 Peneliti
Lisna Nafikah
109
Lampiran 12 UJI NORMALITAS
A. Uji Normalitas Data Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen No
X
No
X
No
X
1.
44,4
11. 44,4
21. 44,4
31. 51,8
2.
51,8
12. 48,1
22. 25,9
32. 44,4
3.
55,5
13. 51,8
23. 29,6
33. 25,9
4.
29,6
14. 48,1
24. 48,1
34. 66,6
5.
25,9
15. 48,1
25. 51,8
35. 59,2
6.
29,6
16. 51,8
26.
36. 51,8
7.
37
17. 55,5
27. 62,9
37. 48,1
8.
62,9
18. 29,6
28. 48,1
38. 55,5
9.
51,8
19. 29,6
29. 48,1
39. 51,8
10. 62,9
20. 25,9
30. 51,8
40. 66,6
37
Skor terbesar = 66,6 Skor terkecil = 25,9 Rentang (R) = Skor terbesar – Skor terkecil = 66,6 – 25,9 = 40,7 Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 (1,6) = 1 + 5,28 = 6,28 Panjang Kelas (i) =
R 40,7 6,8 BK 6 7
No
X
110
Tabel Distribusi Frekuensi No
Kelas Interval
F
1. 2. 3. 4. 5. 6.
25,9 – 32,9 33,9 – 40,9 41,9 – 48,9 49,9 – 56,9 57,9 – 64,9 65,9 – 72,9 Jumlah
6 9 8 12 2 3 40
Nilai tengah (xi) 28,9 36,9 44,9 52,9 60,9 68,9
xi2
f.xi
f.xi2
835,21 1361,61 2016,01 2798,41 3708,81 4747,21
173,4 332,1 359,2 634,8 121,8 206,7 1612
5011,26 12254,49 16128,08 33580,92 7417,62 14241,63 70058
Rata-rata (X)
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
Membuat daftar frekuensi yang di harapkan dengan cara : a. Menentukan batas kelas, yaitu : 25,9 32,9
40,9
b. Mencari nilai Z – score
48,9
56,9
64,9
72,9
111
25,9 40,3 1,82 11,43 32,9 40,3 1,12 11,43 40,9 40,3 0,42 11,43 48,9 40,3 0,28 11,43 56,9 40,3 0,98 11,43 64,9 40,3 1,68 11,43 72,9 40,3 2,38 11,43
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7
c. Mencari luas 0 – Z dari table kurva normal dari 0 – Z di dapat 0,4656
0,3686
0,1628
0,1103
0,3365
0,3365
0,4913
d. Mencari luas tiap kelas interval 0,4656 – 0,3686 = 0,097 0,3686 – 0,1628 = 0,2058 0,1628 + 0,1103 = 0,2731 0,1103 - 0,3365 = 0,2262 0,3365 – 0,4535 = 0,117 0,4535 – 0,4913 = 0,0378 e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0,097 x 40 = 3,88 0,2058 x 40 = 8,232 0,2731 x 40 = 10,924 0,2262 x 40 = 9,048 0,117 x 40 = 4,68 0,0378 x 40 = 1,512 No
Batas Kelas
Z
1. 2. 3.
25,9 32,9 40,9
-1,82 -1,12 -0,42
Luas 0 Z 0,4656 0,3686 0,1628
Luas tiap kelas interval 0,097 0,2058 0,2731
fe
Fo
3,88 8,232 10,924
6 9 8
112
4. 5. 6.
48,9 56,9 64,9 72,9
0,28 0,98 1,68 2,38
0,1103 0,3365 0,3365 0,4913
0,2262 0,117 0,0378
9,048 4,68 1,512
12 2 3 ∑fo = 40
Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung)
+ = 1,16 + 0,07 + 0,78+ 0,96 + 1,53+1,46 = 5,96 Nilai x2 tabel untul α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6 – 1 = 5 pada tabel chi-kuadrat didapat, x2 tabel = 11,07 Dengan criteria pengujian sebagai berikut: Jika x2 hitung ≥ x2 tabel, artinya Distribusi data tidak normal Jika x2 hitung ≤ x2 tabel, artinya Data berdistribusi normal Dari perhitungan di dapat x2hitung = 5,96 x2tabel = 11,07 jadi, x2hitung ≤ x2tabel, artinya Data berdistribusi normal. B. Uji Normalitas data Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen
No
X
No
X
No
X
No
X
1.
66,6
11.
74
21. 70,3
31. 70,3
2.
70,3
12.
74
22. 66,6
32. 62,9
3.
81,4
13. 81,4
23. 66,6
33. 62,9
4.
77,7
14. 81,4
24. 70,3
34. 85,1
5.
51,8
15. 85,1
25. 70,3
35. 77,7
6.
55,5
16. 62,9
26. 62,9
36. 66,6
7.
62,9
17. 70,3
27. 88,8
37. 77,7
113
8.
70,3
18. 70,3
28. 66,6
38. 70,3
9.
77,7
19. 77,7
29. 59,2
39. 70,3
20.
30. 66,6
40. 88,8
10. 70,3
74
Rentang (R) = Skor terbesar – skor terkecil = 88,8 – 51,8 = 37 Banyak kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 (1,6) = 1 + 5,28 = 6,28 ≈ 6 R 37 Panjang Kelas (i) = 6,2 6 BK 6 Table distribusi frekuensi No Kelas F Interval 1. 51,8 – 57,8 3 2. 58,8 – 64,8 11 3. 65,8 – 71,8 14 4. 72,8 – 78,8 8 5. 79,8 – 85,8 3 6. 86,8 – 92,8 1 Jumlah 40
Nilai tengah (xi) 54,8 61,8 68,8 75,8 82,8 89,8
xi2
f.xi
f.xi2
3003,04 3819,24 4733,44 5745,64 6855,84 8064,04
164,4 679,8 963,2 606,4 248,4 89,8 2752
9009,12 42011,64 66268,16 45965,12 20567,52 8064,04 191885,6
Rata-rata (X) fni 2752 68,8 X n 40 Simpangan Baku (Standar Deviasi)
n fxi2 ( fxi) 2 n(n 1)
40 x191885,6 (2752) 2 7675424 7573504 40(40 1) 1560
101920 71,58 8,46 1560 Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara a. Menentukan batas kelas, yaitu :
51,8 57,8 64,8 b. Mencari nilai Z – score
71,8
78,8
85,8
92,8
114
Z
Batas Kelas x S
Z1
51,8 68 2,17 8,46
Z5
78,8 68 1,29 8,46
Z2
57 ,8 68 1,29 8,46
Z6
85,8 68 2,17 8,46
Z3
64 ,8 68 0,43 8,46
Z7
92 ,8 68 3,03 8,46
Z4
71,8 68 0,43 8,46
c. Mencari luas 0 – Z dari table kurva normal dari 0 – Z, didapat 0,4850 0,4015 0,1664 0,1664 0,4015 0,4850
0,4988
d. Mencari luas tiap kelas interval 0,4850 – 0,4015 = 0,0835 0,4015 – 0,1664 = 0,2351 0,1664 + 0,1664 = 0,3328 0,1664 – 0,4015 = 0,2351 0,4015 – 0,4850 = 0,0835 0,4850 – 0,4988 = 0,0138 e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0,0835 x 40 = 3,37 0,2351 x 40 = 9,404 0,3328 x 40 = 13,312 0,2351 x 40 = 9,404 0,0835 x 40 = 3,37 0,0138 x 40 = 0,552 No
Batas Kelas
Z
1. 2. 3. 4. 5. 6.
51,8 57,8 64,8 71,8 78,8 85,8 92,8
-2,17 -1,29 -0,43 0,43 1,29 2,17 3,03
Luas 0 Z 0,4850 0,4015 0,1664 0,1664 0,4015 0,4850 0,4988
Luas tiap kelas interval 0,0835 0,2351 0,3328 0,2351 0,0835 0,0138
fe
Fo
3,37 9,404 13,312 9,404 3,37 0,552
3 11 14 18 3 1
115
∑fo = 40 Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung)
x2 hitung =
3 3,372 11 9,4042 14 13,3122 8 9,4042 3 3,372 1 0,5522 3,37
9,404
13,312
9,404
3,37
= 0,04 + 0,27 + 0,03 + 0,21 + 0,04 + 0,36 = 0,95 Nilai x2 tabel untul α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6 – 1 = 5 pada tabel chi-kuadrat didapat, x2 tabel = 11,07 Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: hitung ≥ x2 tabel, artinya Distribusi data tidak normal Jika x2 hitung ≤ x2 tabel, artinya Data berdistribusi normal Dari perhitungan Jika x2 di dapat x2hitung = 0,95 x2tabel = 11,07 jadi, x2hitung ≤ x2tabel, artinya Data berdistribusi normal. C. Uji Normalitas Data Skor Pretest Siswa Kelas kontrol No
X
No
X
No
X
1.
29,6
11. 29,6
21. 55,5
31. 51,8
2.
29,6
12. 62,9
22. 25,9
32. 29,6
3.
25,6
13. 14,8
23. 29,6
33. 29,6
4.
14,8
14. 44,4
24.
34. 55,5
5.
51,8
15. 29,6
25. 55,5
35.
6.
14,8
16.
37
26. 14,8
36. 29,6
7.
29,6
17.
37
27. 29,6
37. 51,8
48
No
X
37
0,552
116
8.
44,4
18. 29,6
28. 48,1
38. 44,4
9.
48,1
19. 51,8
29. 55,5
39. 29,6
10. 25,9
20. 48,1
30. 66,6
40. 55,5
Skor terbesar = 62,9 Skor terkecil = 14,8 Rentang (R) = Skor terbesar – skor terkecil = 62,9 – 14,8 = 48,1 Banyak kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 (1,6) = 1 + 5,28 = 6,28 ≈ 6 R 48,1 Panjang Kelas (i) = 8 BK 6 Tabel Distribusi Frekuensi No.
Kelas Interval
F
Nilai tengah (xi)
xi2
f.xi
f.xi2
1.
14,8 – 22,8
5
18,8
353,44
94
1767,2
2.
23,8 – 31,8
13
27,8
772,84
361,4
10046,92
3.
32,8 – 40,8
8
36,8
1354,24
294,4
10833,92
4.
41,8 – 49,8
7
45,8
2097,64
320,6
14683,48
5.
50,8 – 58,8
4
54,8
3003,04
219,2
12012,16
6
59,8 – 67,8
3
63,8
4070,44
191,4
12211,32
Jumlah
40
1489
62149
Rata-rata (X) fxi 1489 37 ,33 X n 40 Simpangan Baku (Standar Deviasi) n fxi 2 fxi
2
S
nn 1
40 x 62149 1489 40 40 1
2
2485960 2217121 1560
117
268839 172 ,33 13,13 1560 Membuat daftar frekuensi yang di harapkan dengan cara: a. Menentukan batas kelas, yaitu:
=
14,8
22,8
31,8
40,8
49,8 58,8 67,8
b. Mencari nilai Z- Score Batas kelas X Z S 14 ,8 37 ,33 Z1 1,73 13,13 Z2
22 ,8 37 ,33 1,05 13,13
Z3
31,8 37 ,33 0,36 13,13
Z4
40 ,8 37 ,33 0,33 13,13
49,8 37,33 1,01 13,13 58,8 37,33 Z6 1,69 13,13 67,8 37,33 Z7 2,4 13,13 c. Mencari luas 0 – Z dari table kurva normal dari 0 – Z didapat: 0,4582 0,3531 0,1406 0,1293 0,3438 0,4545 0,4918 Z5
d. Mencari luas tiap kelas interval 0,4582 – 0,3531 = 0,1051 0,3531 – 0,1406 = 0,2125 0,1406 + 0,1293 = 0,2699 0,1293 – 0,3438 = 0,2145 0,3438 – 0,4545 = 0,1107 0,4545 – 0,4918 = 0,0373 e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0,1051 x 40 = 4,204
118
0,2125 x 40 = 8,5 0,2699 x 40 = 10,798 0,2145 x 40 = 8,58 0,1107 x 40 = 4,428 0,0373 x 40 = 1,492 No
Batas Kelas
Z
1. 2. 3. 4. 5. 6.
14,8 22,8 31,8 40,8 49,8 58,8 67,8
-1,73 -1,05 -0,36 0,33 1,01 1,69 2,4
Luas 0 Z 0,4582 0,3531 0,1406 0,1293 0,3438 0,4545 0,4918
Luas tiap kelas interval 0,1051 0,2125 0,2699 0,2145 0,1107 0,0373
fe
Fo
4,204 8,5 10,796 8,58 4,428 1,492
5 13 8 7 4 3 ∑fo = 40
Mencari chi- kuadrat hitung ( x 2 hitung) fo fe x hitung = fe i 1 x 2 hitung = k
2
2
2
2
2
2
5 4,204 13 8,5 8 10,796 7 8,58 4 4,428 4,204 8,5 10,796 8,58 4,428
2
2
3 1,492 0,15 2,38 0,72 0,29 0,04 1,52 5,1 1,492 Nilai x2 tabel untul α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6 – 1 = 5 pada tabel chi-kuadrat didapat, x2 tabel = 11,07 Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika x2 hitung ≥ x2 tabel, artinya Distribusi data tidak normal Jika x2 hitung ≤ x2 tabel, artinya Data berdistribusi normal Dari perhitungan di dapat x2hitung = 5,1 x2tabel = 11,07 jadi, x2hitung ≤ x2tabel, artinya Data berdistribusi normal.
119
D. Uji Normalitas Data Skor Postest Siswa Kelas Kontrol No
X
No
X
1.
55,5
11. 55,5
21. 55,5
31. 62.9
2.
62,9
12. 70,3
22. 29,6
32. 55,5
3.
29,6
13.
23. 70,3
33. 66,6
4.
44,4
14. 70,3
24. 48,1
34. 55,5
5.
55,5
15. 51,8
25. 70,3
35. 70,3
6.
62,9
16. 48,1
26.
36. 51,8
7.
44,4
17. 44,4
27. 62,9
37. 81,4
8.
51,8
18. 66,6
28. 55,5
38. 55,5
9.
66,6
19. 70,3
29. 51,8
39. 70,3
10. 70,3
20. 77,7
30. 70,3
40. 81,4
37
No
X
37
Skor terbesar = 81,4 Skor terkecil = 29,6 Rentang (R) = Skor terbesar – skor terkecil = 81,4 – 29,6 = 51,8 Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 (1,6) = 1 + 5,28 = 6,28 6 Panjang kelas (i) =
R 51,8 8,5 8 BK 6
No
X
120
Tabel disrtibusi frekuensi No
Kelas Interval
F
Nilai Tengah (xi)
xi 2
fxi
f xi 2
1.
29,6 – 37,6
3
33,6
1128,96
100,8
3386,88
2.
38,6– 46,6
5
42,6
1814,76
213
9073,8
3.
47,6 – 55,6
14
51,6
2662,56
722,4
37275,84
4.
56,6 – 64,6
7
60,6
3672,36
424,2
25706,52
5.
65,6 – 73,6
8
69,6
4844,16
556,8
38753,28
6.
74,6 – 82,6
3
78,6
6177,96
235,8
18533,88
2253
132730,2
40
Rata – rata ( x ) x
fxi 2269 n
56 ,7
40
Simpangan Baku (standar deviasi)
S
n fxi2 fxi nn 1
2
40 x134539 2269 4040 1
2
5381560 5148361 1560
233199 12,2 1560
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: a. Menentukan batas kelas, yaitu: 29,6
37,6
46,6
55,6
64,6
b. Mencari nilai Z – score Z
Batas kelas x S
73,6
82,6
121
29,6 56,7 2,2 12,2 37,6 56,7 1,49 12,2 46,6 56,7 0,75 12,2 55,6 56,7 0,02 12,2 64,6 56,7 0,72 12,2 73,6 56,7 1,45 12,2 82,6 56,7 2,2 12,2
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7
c. Mencari luas 0 - Z dari table kurva normal dari 0 – Z, didapat: 0,4861
0,4319
0,2734
0,0080
d. Mencari luas tiap kelas interval 0,4861 – 0,4319 = 0,0542 0,4319 – 0,2734 = 0,1585 0,2734 + 0,0080 = 0,2814 0,0080 – 0,2642 = 0,2562 0,2642 – 0,4265 = 0,1623 0,4265 – 0,4861 = 0,0596 e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0,0542 x 40 = 2,168 0,1585 x 40 = 6,34 0,2814 x 40 = 11,256 0,2562 x 40 = 10,248
0,2642
0,4265
0,4861
122
0,1623 x 40 = 6,492 0,0596 x 40 = 2,384 No
Batas Kelas 29,6 37,6 46,6 55,6 64,6 73,6 82,6
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Z -2,2 -1,49 -0,75 0,02 0,72 1,45 2,2
Luas 0 Z 0,4861 0,4319 0,2734 0,0080 0,2642 0,4265 0,4861
Luas tiap kelas interval 0,0542 0,1585 0,2814 0,2562 0,1623 0,0596
fe
Fo
2,168 6,34 11,256 10,248 6,492 2,384
5 5 14 7 8 3 ∑fo = 40
Mencari chi- kuadrat hitung ( x 2 hitung) fo fe x hitung fe i 1 k
2
2
x 2 hitung = 2
2
2
2
3 2,168 5 6,34 14 11,256 7 10,248 8 6,492 2,168 6,34 11,256 10,248 6,492 2
3 2,384 + 0,32 0,28 0,67 1,03 0,35 0,16 2,81 2,384 Nilai x2 tabel untul α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6 – 1 = 5 pada tabel chi-kuadrat didapat, x2 tabel = 11,07 Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika x2 hitung ≥ x2 tabel, artinya Distribusi data tidak normal Jika x2 hitung ≤ x2 tabel, artinya Data berdistribusi normal Dari perhitungan di dapat x2hitung = 2,81 x2tabel = 11,07 jadi, x2hitung ≤ x2tabel, artinya Data berdistribusi normal.
2
123
B. Uji Homogenitas 1. Uji Homogenitas Pretest Sampel
dk = n- 1
Si
Log S i
(dk) log S i
VII (eksperimen)
39
130, 63
2,1160
82,524
VII (kontrol)
39
172, 33
2,2364
87,2196
Jumlah = 2
∑(n-1) = 78
169,7436
Varians Gabungan
S
n1 1S1 n2 1S 2 n 1 =
39x130,63 39x172,33 5094,57 6720,87 78
11815,44 151,48 78
Log S = log 151,48 = 2, 1804
B log s xn 1 2,1804x78 170,0712 x 2 hitung ln 10xB dk log si = (2,3) x (170,0712 – 169,7436) = (2,3) x (0,3276) = 0,75348 x 2 tabel untuk (dk) = k – 1 = 2 – 1 = 1 dengan = 0,05 didapat: x 2 tabel = 3,841
Dengan kriteria pengujian: Jika x 2 hitung x 2 tabel, berarti tidak homogen Jika x 2 hitung x 2 tabel, berarti homogen
78
124
Dari perhitungan didapat: x 2 hitung 0,75348 dan x 2 tabel 3,841
Ternyata, x 2 hitung x 2 tabel atau 0,75348 3,841, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berawal dari populasi yang homogen. 2. Uji Homogenitas Posttest Sampel
dk = n - 1
Si
Log S i
(dk) log S i
VII(eksperimen)
39
108
2,0334
79,3026
VII(kontrol)
39
149,5
2,1746
84,8094
Jumlah = 2
∑ (n – 1 ) = 78
164,112
Varians Gabungan S
n1 S1 n2 S 2 39 x 108 39 x 149 ,5 4212 5830 ,5 n1 n 2
=
39 39
78
10042,5 128,75 78
Log S = log 128,75 = 2,11
B log S x n 1 2,11 x 78 164,58 x 2 hitung ln 10 x B dk log S i 2,3 x 164,58 164,112 2,3 x 0,468 1,0764 x 2 tabel untuk (dk) = k – 1 = 2 – 1 = 1 dengan = 0,05 didapat:
x 2 tabel = 3,841
Dengan kriteria pengujian: Jika x 2 hitung x 2 tabel, berarti tidak homogen
125
Jika x 2 hitung x 2 tabel, berarti homogen Dari perhitungan didapat: x 2 hitung 1,0764 dan x 2 tabel 3,841
Ternyata, x 2 hitung x 2 tabel atau 1,0764 3,841, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berawal dari populasi yang homogen.
C. UJI HIPOTESIS 1. Uji kesamaan dua rata – rata hasil pretest Hipotesis yang diajukan: Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok control. Ha : X Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kriteria pengujian sebagai berikut: Jika –t table ≤ t hitung ≤ t table maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95 Jika t hitung < - t table atau t table < t hitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Uji – t
x1 x 2
t Sg
1 1 n1 n 2
Dimana: Sg
n1 1S1 2 n2 1S 2 2 n1 n2 2
126
Sg
40 1 x 130 ,63 40 1x172 ,33 40 40 2
11815 ,44 151,48 12 ,31 78
Sehingga
t
40,3 37,33 1 1 12,13 40 40
2,97 2,97 1,11 12,13 x 0,22 2,6686
t tabel untuk dk n1 1 n2 1 78 dengan α = 0,05 didapat t tabel = 2,00
Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t hitung sebesar 1,11 dan t tabel = 2,00. Ternyata t hitung ≤ t tabel , dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata- rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata – rata skor pretest kelompok kontrol. 2. Uji kesamaan dua rata – rata hasil posttest Hipotesis yang diajukan: Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok control. Ha : X Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kriteria pengujian sebagai berikut: Jika –t table ≤ t hitung ≤ t table maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95 Jika t hitung < - t table atau t table < t hitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Uji – t
x1 x 2
t Sg
1 1 n1 n 2
127
Dimana: Sg
n1 n2 2
40 1 x 108 40 1 x 149 ,5
Sg
t
n1 1S1 2 n2 1S 2 2
40 40 2
68,8 56,7 1 1 11,35 40 40
10042 ,5 128 ,75 11,35 78
12,1 12,1 4,84 11,35x 0,22 2,497
t tabel untuk dk n1 1 n2 1 78 dengan α = 0,05 didapat t tabel = 2,00
Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t hitung sebesar 4,84 dan t tabel = 2,00. Ternyata memenuhi kriteria t tabel < t hitung atau 2,00 < 4,84. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata – rata skor pretest kelompok dengan rata – rata skor posttest kelompok kontrol.
D. Uji Normal gain Kelas Kontrol Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pretest 29,6 29,6 25,9 14,8 51,8 55,5 29,6 44,4 48,1 25,9 29,6 62,9 14,8 44,4
Posttest 55,5 62,9 29,6 44,4 55,5 62,9 44,4 51,8 66,6 70,3 55,5 70,3 37 70,3
N-Gain 0,371 0,471 0,054 0,341 0,083 0,159 0,2 0,143 0,365 0,595 0,371 0,189 0,235 0,464
Item 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Pretest 55,5 14,8 29,6 48,1 44,4 29,6 29,6 62,9 55,5 66,6 51,8 29,6 29,6 55,5
Posttest 55,5 51,8 70,3 48,1 70,3 37 62,9 70,3 55,5 70,3 66,6 55,5 62,9 59,2
N-Gain 0 0,435 0,571 0 0,464 0,1 0,471 0,189 0 0,091 0,313 0,371 0,471 0,068
128
15 16 17 18 19 20
29,6 37 37 29,6 51,8 48,1
51,8 48,1 44,4 66,6 70,3 77,7
0,314 0,175 0,111 0,529 0,375 0,577
35 36 37 38 39 40
37 29,6 51,8 44,4 29,6 55,5
70,3 51,8 81,4 55,5 70,3 81,4
0,524 0,314 0,604 0,214 0,571 0,604
Skor terbesar = 0,604 Skor terkecil = 0 Rentang (R) = Skor terbesar – Skor terkecil = 0,604 - 0 = 0,604 Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 (1,6) = 1 + 5,28 = 6,28 Panjang Kelas (i) =
R 0,604 0,101 BK 6
Tabel frekuensi No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelas Interval 0-0,10 0,11-0,21 0,22-0,32 0,33-0,43 0,44-0,54 0,55-0,65 Jumlah
F 8 7 5 6 8 6 40
Nilai tengah (xi) 0,05 0,16 0,27 0,38 0,49 0,60
xi2
f.xi
f.xi2
0,0025 0,0256 0,0729 0,1444 0,2401 0,36
0,4 1,12 1,35 2,28 3,92 3,6 12,54
0,02 0,1792 0,3645 0,8664 1,9208 2,16 5,5109
Rata-rata (X) fxi 12,67 0,317 X n 40 Simpangan Baku (Standar Deviasi) n fxi 2 fxi
2
S
=
nn 1
0,038 =0,19
40 x 5,5109 12 ,67 40 40 1
2
220 ,436 160 ,529 1560
129
Kelas eksperimen Item Pretest 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Posttest
NGain
Item
66,6 70,3 81,4 77,7 51,8 55,5 62,9 70,5 77,7 70,3 74 74 81,4 81,4 85,1 62,9 70,3 70,3 77,7 74
0,411 0,375 0,568 0,686 0,351 0,371 0,413 0,189 0,536 0,5 0,604 0,635 0,712 0,229 0,318 0,571 0,333 0,571 0,667 0,649
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
44,4 51,8 55,5 29,6 25,9 29,6 37 62,9 51,8 62,9 44,4 48,1 51,8 48,1 48,1 51,8 55,5 29,6 29,6 25,9
Pretest Posttest 44,4 25,9 29,6 48,1 51,8 37 62,9 48,1 48,1 51,8 51,8 44,4 25,9 66,6 59,2 51,8 48,1 48,1 51,8 66,6
70,3 66,6 66,6 70,3 70,3 62,9 88,8 66,6 59,2 66,6 70,3 62,9 62,9 85,1 77,7 66,6 77,7 70,3 70,3 88,8
Skor terbesar = 0,667 Skor terkecil = 0,189 Rentang (R) = Skor terbesar – Skor terkecil = 0,667– 0,189 = 0,478 Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 (1,6) = 1 + 5,28 = 6,28 Panjang Kelas (i) =
R 0,478 0,08 BK 6
Tabel frekuensi No
Kelas Interval
F
Nilai tengah (xi)
xi2
f.xi
f.xi2
NGain 0,464 0,554 0,529 0,423 0,375 0,413 0,633 0,365 0,212 0,313 0,375 0,339 0,5 0,545 0,463 0,313 0,577 0,318 0,375 0,667
130
1. 2. 3. 4. 5. 6.
0,18-0,26 0,270-0,35 0,36-0,44 0,45-0,53 0,54-0,62 0,63-0,71 Jumlah
4 6 10 5 8 7 40
0,22 0,31 0,40 0,49 0,58 0,67
0,0484 0,0961 0,16 0,2401 0,3364 0,4489
0,88 1,86 4 2,45 4,64 4,69 18,52
0,1936 0,5766 1,6 1,2005 2,6912 3,1423 9,4042
Rata-rata (X) fxi 18,52 0,463 X n 40 Simpangan Baku (Standar Deviasi) n fxi 2 fxi
2
S
=
nn 1
40 x9,4042 18,52 376 ,168 342 ,9904 40 40 1 1560 2
0,021 =0,15
Uji-t
x1 x2
t Sg
1 1 n1 n2
Dimana: Sg
Sg
n1 1S1 2 n2 1S 2 2 n1 n2 2
40 1 x 0,192 40 1 x 0,152 40 40 2
1,4079 0,8775 0,0293 0,171 78
Sehingga
t
0,463 0,317 1 1 0,171 40 40
0,146 0,146 3,88 0,171 x 0,22 0,03762