PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Studi Quasi Eksperimen di SMPN 48 Jakarta)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
DINI RAHMAWATI 105016300581
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRACT Dini Rahmawati, "The influence of Project-Based Learning Model to the Student Physics Achievement.", Physics education Studies Program, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya’ and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. The aims of this research was to determine the influence of project-based learning model to the student physic achievement. This research has been done at SMPN 48 Jakarta, on March-April 2010. The method in the this research is quasiexperiment. We used sample divided into experiment and control classes. Experiment class used multiple choice test instrument (0-1 score), with 20 question and 4 alternative answers.The results of this research are tasted through a statistical tes of “t”. Based on calculations obtained for t count value was 2.79 greater than 2.00 at ttable level L = 0.05 of significance. It can be concluded that Ha stating that there is influence between project based-learning to the student physic achievement. It means that alternative hypothesis (Ha).
Keyword : Project Based-Learning Model, Student’s Physics Achievement
ABSTRAK
Dini Rahmawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret – April 2010 di SMPN 48 Jakarta. Metode Penelitian yang digunakan adalah Kuasi-Eksperimen. Sampel diambil dua kelas, menggunakan cluster sampling dan dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dengan skor 0-1 sebanyak 20 soal dan 4 pilihan jawaban. Hasil penelitian ini diuji dengan melalui statistik uji “t”. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 2,79 ternyata lebih besar dari t tabel sebesar 2.00 pada taraf signifikasi L= 0,05. Sehingga Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa diterima. Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Hasil Belajar Fisika Siswa.
KATA PENGANTAR Tiada kata yang pantas terucap selain syukur hanyalah untuk Allah SWT yang telah banyak mengaruniai penulis dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Tak lupa shalawat beserta salam tercurah kepada Rasulullah SAW, sang pembuka gerbang gelap jahiliahan menuju jalan yang penuh cahaya dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof Dr. Dede Rosyada, M.A., Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, pembimbing I dan Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini. 4. Seluruh dosen Jurusan IPA yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT. 5. Kepala Sekolah, Guru, dan Staf di SMP Negeri 48 Jakarta yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian. 6. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Lukman Hadi Purnomo dan Tutun Hasanah yang telah memberikan segalanya kepada penulis baik moril maupun materil serta curahan kasih sayang yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.
i
7. Saudara-saudaraku, aa dan ade yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. 8. Teman-teman VDA (Vian,Dian,Ari, Arum, Ana, Ela) dan teman-temanku di kelas IPA Fisika angkatan 2005, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas persahabatan dan dukungannya, semoga kita kompak selalu 9. Yang jauh disana, Mas Lilik Hernawan, terimakasih dukungannya selama ini. 10. Teman seperjuangan, Dian, Sunarto, Sulaeman, terimakasih dukungannya. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya
tiada
untaian
kata
yang
berharga
kecuali
ucapan
Alhamdulillahirabbil’alamin atas rahmat, karunia, dan ridha-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.
Jakarta, Mei 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………..........................
i
Daftar Isi ………………………………………………………………………
iii
Daftar Tabel …………………………………………………………………...
vi
Daftar Gambar ………………………………………………………………...
vii
Daftar Lampiran ………………………………………………………………
viii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….
1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………...
3
C. Pembatasan Masalah…………………………………………..
4
D. Perumusan Masalah……………………………………………
4
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………...
4
F. Manfaat Penelitian …………………………………………….
4
BAB II
DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGUJIAN HIPOTESIS ……………………………………...
6
A. Deskripsi Teoretik ...…………………………………………..
6
1. Konstruktivisme…………. ………………………………...
6
2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ……………………..
9
a. Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek ………………...
9
b. Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Proyek …………
12
c. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek ……………
13
d. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek …………….
15
e. Peranan Pengajar dalam Pembelajaran Berbasis Proyek ..
21
f. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ……….
20
g. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek …………….
22
h. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Pembelajaran Konvensional ……………………………...
24
3. Hakikat Hasil Belajar Fisika ………………………………..
24
a. Hakikat Belajar ………………………………………….
26
b. Definisi Hasil Belajar …………………………………...
27
iii
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar……………..
28
d. Pengertian Hasil Belajar Fisika…………………………..
31
4. Hakikat Bunyi……………………………………………….
31
a. Pengertian Bunyi………………………………………...
31
b. Sifat-sifat Bunyi …………………………………...........
32
c. Cepat Rambat Bunyi……… ……………………………
32
d. Pengaruh Suhu Terhadap Cepat Rambat Bunyi………….
32
e. Perambatan Bunyi Pada Berbagai Zat……………………
33
f. Jenis-jenis Bunyi………………………………………….
33
g. Resonansi Bunyi…………………………………………
34
h. Manfaat Pemantulan Bunyi………………………………
35
B. Penelitian yang Relevan……………………………………...
35
C. Kerangka Pikir…………………………………………………
38
D. Pengajuan Hipotesis …………………………………………..
40
METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….
41
A. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………...
41
B. Metode Penelitian ……………………………………………..
41
C. Populasi dan Sampel ………………………………………….
42
D. Variabel Penelitian ……………………………………………
42
E. Prosedur Penelitian ……………………………………………
43
F. Instrumen Penelitian …………………………………………..
44
G. Teknik Analis Data ……………………………………………
49
H. Hipotesis Statistik ……………………………………………..
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….
53
A. Deskripsi Data ………………………………………………...
53
B. Teknik Analis Data ……………………………………………
58
C. Pembahasan …………………………………………………...
61
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………….
63
BAB V PENUTUP ………….…………………………………………….
64
A. Kesimpulan ………. …………………………………………..
64
B. Saran ……………… ………………………………………….
64
BAB III
iv
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
66
LAMPIRAN ………………………………………………………………...
67
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian…………………………………………………..
41
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Kesukaran…………………………………….
45
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Beda…………………………………………….
48
Tabel 3.4 Klasifikasi N-Gain………………………………………………..
52
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest…………….
53
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest…………...
55
Tabel 4.3 Data Mean N-Gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen…………...
56
Tabel 4.4 Kategori Nilai N-Gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen………..
57
Tabel 4.5 Uji Normalitas Hasil Pretest………………………………………..
58
Tabel 4.6 Uji Normalitas Hasil Posttest……………………………………….
58
Tabel 4.7 Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Pretest………………………..
59
Tabel 4.8 Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Posttest……………………….
59
Tabel 4.9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest dan Posttest……………
60
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian……………………………...
44
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest……………..
54
Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Posttest…………….
55
Gambar 4.3 Diagram Batang Perbandingan Presentase Normal Gain………...
57
vii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen penelitian A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar………………………………….
68
A.2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar………………..
83
A.3 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar.
92
A.4 Validitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar……………………...
93
A.5 Realibilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar…………………...
94
A.6 Tingkat Kesukaran Instrumen penelitian Tes Hasil Belajar…………...
97
A.7 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar…….
98
A.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar….
99
A.9 Soal instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar yang Dipakai dalam Penelitian………………………………………………………………
100
A.10 Kunci Jawaban Soal Penelitian Tes Hasil Belajar…………………....
105
B. Perangkat Pembelajaran B.1 RPP Kelompok Eksperimen……………………………………………
106
a. RPP Pertemuan Pertama…………………………………………….
106
b. RPP Pertemuan Kedua……………………………………………...
109
c. RPP Pertemuan Ketiga……………………………………………...
112
d. RPP Pertemuan Keempat…………………………………………...
115
B.2 RPP Kelompok Kontrol………………………………………………..
118
a. RPP Pertemuan Pertama…………………………………………….
118
b. RPP Pertemuan Kedua……………………………………………...
121
c. RPP Pertemuan Ketiga……………………………………………...
123
d. RPP Pertemuan Keempat…………………………………………...
125
B.3 Lembar Kerja Siswa a. LKS Pertemuan Pertama…………………………………………………
126
a. LKS Pertemuan Kedua…………………………………………………..
127
b. LKS Pertemuan ketiga…………………………………………………...
129
c. LKS Pertemuan Keempat………………………………………………..
131
viii
C. Uji Analisis Data C.1 Hasil Penelitian Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen………….
133
a. Data Hasil Penelitian Skor Pretest Kelompok Kontrol……………..
133
b. Tahapan pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol………………………………………………………….......
134
c. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Pretest Kelompok Kontrol……………………………………………………………...
135
d. Tabel Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol……..
136
e. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Pretest Kelompok Kontrol……………………………………………………………...
137
f. Data Hasil Penelitian Skor Pretest Kelompok Eksperimen…………
138
g. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen…………………………………………………………
139
h. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen…………………………………………………………
140
i. Tabel Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen…
141
j. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Pretest Kelompok Eksperimen…………………………………………………………
142
k. Uji Homogenitas Pretest……………………………………………
143
l. Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t Pretest………………….
144
C.2 Hasil Penelitian Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen a. Data Hasil Penelitian Skor Posttest kelompok Kontrol……………….
145
b. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol………………………………………………………………….
146
c. Persiapan Uji Normalitas dan UJi Homogenitas Posttest Kelompok Kontrol………………………………………………………….............
147
d. Tabel Perhitungan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Posttest Kelompok Kontrol……………………………………………………...
148
e. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Posttest Kelompok Kontrol………………………………………………………………….
149
f. Data Hasil Penelitian Skor Posttest Kelompok Eksperimen…………...
150
ix
g. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen……………………………………………………………..
152
h. Persiapan Uji Normalitas dan UJi Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen……………………………………………………………..
153
i. Tabel Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen…...
154
j. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Posttest Kelompok Eksperimen……………………………………………………………..
155
k. Uji Homogenitas Posttest……………………………………………...
157
l. Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t Posttest……………………
158
C.3 Hasil Penelitian N-Gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen a. Data Hasil Penelitian Skor N-Gain Kelompok Kontrol………………..
159
b. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelompok Kontrol………………………………………………………………….
160
c. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-Gain Kelompok Kontrol………………………………………………………………….
161
d. Tabel Perhitungan Uji Normalitas N-Gain Kelompok Kontrol………..
162
e. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors N-Gain Kelompok Kontrol………………………………………………………………….
163
f. Data Hasil Penelitian Skor N-Gain Kelompok Eksperimen……………
164
g. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelompok Eksperimen……………………………………………………………..
165
h. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-Gain Kelompok Eksperimen……………………………………………………………..
166
i. Tabel Perhitungan Uji Normalitas N-Gain Kelompok Eksperimen……
167
j. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors N-Gain Kelompok Eksperimen……………………………………………………………..
168
k. Uji Homogenitas N-Gain………………………………………………
169
l. Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t N-Gain…………………….
170
D. Daftar Tabel D.1 Tabel Harga Kritik dari r Product Moment…………………………...
171
D.2 Tabel Luas di bawah Lengkungan Kurva Normal dari O ke Z……….
173
x
D.3 Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors………………………………...
174
D.4 Tabel Distribusi F……………………………………………………..
175
D.5 Tabel Nilai “t”………………………………………………………...
177
E. Surat Keterangan E.1 Surat Bimbingan Skripsi……………………………………………….
178
E.2 Surat Permohonan Izin Penelitian……………………………………...
179
E.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………………………...
180
E.4 Surat Pernyataan Karya Sendiri………………………………………...
181
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan merupakan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung terus menerus. Kegiatan mengajar tersebut diselenggarakan pada semua jenis dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan. Oleh sebab itu sudah sepantasnya pembangunan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang dilakukan oleh pemerintah agar dapat melahirkan generasi bangsa yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi. Salah satu bentuk evaluasi yang dipakai untuk mengukur tercapainya tujuan belajar adalah melalui Ujian Akhir Nasional (UAN) yang berganti nama menjadi Ujian Nasional (UN). Sejak diberlakukannya sistem ini pada tahun 2003, standar nilai kelulusan terus meningkat. Tahun 2007 standar kelulusan UN sebesar 5,0 menjadi 5,5 pada tahun 2009. Dalam konferensi pers pada Mei 2010 lalu, Mendiknas
menyebutkan bahwa angka kelulusan UN di Sekolah Menengah
(SMP) tahun 2010 menurun cukup signifikan dibanding UN 2009. DKI Jakarta yang selama ini menjadi barometer pendidikan nasional pun mencatat hasil UN tidak menggembirakan dan masuk dalam salah satu propinsi yang memiliki angka ketidaklulusan yang tertinggi (28,97%). Kecenderungan penurunan angka kelulusan salah satunya adalah karena adanya proses belajar yang tidak efektif yang diakibatkan oleh ketidakmampuan guru dalam menjelaskan materi pelajaran, fasilitas pendidikan minim, juga ketidakmampuan siswa dalam menyerap pelajaran.1 Hingga kini ilmu fisika masih dinilai sebagai pelajaran yang sulit untuk dikuasai dan membosankan. Oleh karena itu, perlu ada suatu strategi yang dapat 1
Suryana, Hasil UN Tingkat SMP Juga Jeblok, http://suryana77.wordpress.com/2010/05/06/hasilun-tingkat-smp-juga-jeblok/, 6 Mei 2010.
menimbulkan
minat
para
siswa
untuk
mempelajari
ilmu
fisika
serta
menumbuhkan satu kesadaran bahwa fisika merupakan pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Hakikat belajar sains tentu saja tidak cukup sekadar mengingat dan memahami konsep seperti yang ditemukan atau dilakukan oleh para ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Proses penemuan konsep yang melibatkan keterampilan-keterampilan yang mendasar melalui percobaan ilmiah dapat dilaksanakan dan ditingkatkan melalui kegiatan laboratorium. Pembelajaran fisika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah selama ini ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru dibandingkan aktivitas siswa (teacher centered). Pembelajaran yang terjadi hanya melakukan perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa dan terkadang guru lebih terfokus pada penghapalan rumus-rumus saja. Akibatnya, siswa menjadi terbebani dan tidak mampu mengaplikasikan rumus tersebut untuk memecahkan persoalan. Selama ini guru hanya mengenal metode ceramah saja yang bisa dilakukan untuk semua tipe atau karakteristik materi pelajaran. Padahal tidaklah demikian, materi fisika berbeda-beda, untuk mengatasi permasalahan tersebut guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik.2 Menurut the buck institute yang dikutip dalam Project-Based Learning for health careers pathway, the san mateo county office of education dalam challenge 2000 multimedia project website, memberikan beberapa alasan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran proyek: 2
Waras Khamdi, Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran, http//lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/23/pembelajran-berbasis-proyek-modelpotensial-yntuk-peningkatan-mutu-pembelajaran/,h4
1. Project based learning, mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka, 2. Project based learning, memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara interdisiplinaritas dimana siswa menerapkan dan mengintegrasikan isi dari setiap disiplin dan segala spek dalam dunia nyata 3. Project based learning, memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk mengembankan hubungan mereka, dimana guru berperan sebagai fasilitator. 4. Project based learning Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun hubungan satu sama lain.3 Salah satu materi yang dibahas dalam fisika adalah ’Bunyi’ yang membahas mengenai pengertian bunyi. Proses pembelajaran materi tersebut dapat menggunakan model pembelajaran berbasis proyek karena dalam proses pembelajaran siswa dapat berinteraksi langsung dengan objek pembelajaran, yang selama ini hanya diajarkan teori-teori saja tetapi praktek langsung. Dari uraian di atas, penulis dapat melihat keunggulan pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek memegang peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran fisika. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik membahas model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika terutama mengenai materi pelajaran yang terkait dengan ’Bunyi’, Maka dari latar belakang masalah tersebut, skripsi ini diberikan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Masih banyak siswa menilai bahwa ilmu fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk diketahui dan dipahami. 2. Pembelajaran fisika masih ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru dibandingkan aktivitas siswa (teacher centered).
3
http://www.health-careers.org/resources/project handbook.pdf, 3 Juni 2010
3. Pembelajaran fisika hanya menekankan pada perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa tidak sesuai dengan prinsip dan hakikat fisika itu sendiri (transfer of knowledge).
C. Pembatasan Masalah Hasil belajar ada tiga aspek yaitu aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek psikomotorik. Dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif yang meliputi jenjang ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4).
D. Rumusan Masalah Mengacu pada identifikasi masalah maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi.
F.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya
sebagai berikut: 1. Bagi guru, agar dapat membuka wawasan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam pencapaian hasil belajar siswa. 2. Bagi siswa, diharapkan dapat mengalami perubahan paradigma tentang belajar sehingga memunculkan semangat dalam dirinya yang berakibat pada pencapaian hasil belajar yang optimal. 3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dalam melakukan perbaikan-perbaikan pendekatan pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran karena keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran serta guru.
4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah.
BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teorotik 1. Pengertian Konstruktivisme Konstruktivisme
muncul
sebagai
alternatif
terhadap
pendekatan
objektivitas yang kurang melibatkan, mengikutsertakan dan membimbing peserta didik untuk aktif belajar. Dasar dari pandangan konstruktivisme adalah anggapan bahwa dalam proses belajar (a) murid-murid tidak menerima begitu saja pengetahuan yang didapatkan mereka dan menyimpannya di kepala, melainkan mereka menerima informasi dari dunia sekelilingnya, kemudian membangun pandangan mereka sendiri tentang pengetahuan yang mereka dapatkan, dan (b) semua pengetahuan disimpan dan digunakan oleh setiap orang melalui pengalaman
yang
berhubungan
dengan
ranah
pengetahuan
tertentu.
Konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah dalam menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.4 Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa
pengetahuan
dibangun
sendiri
oleh
siswa
dengan
menggunakan pengalaman dan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Konsep dasar dari konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan itu tidak dapat dialihkan dari pikiran guru ke pikiran siswa secara utuh tetapi dibangun sendiri oleh peserta didik di dalam kepalanya lebih tepatnya dalam struktur kognitifnya. Konstruktivisme menganggap bahwa peserta didik mulai dari usia kanak-kanak
4
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistis. (Jakarta: Tim Prestasi Pustaka, 2007), h 13
sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan danperistiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya.5 Model konstruktivisme menjelaskan bahwa, pengetahuan tidak pernah dapat diamati secara leluasa. Kenyataannya pengetahuan mestilah diperoleh dari kesadaran seseorang; pengetahuan tidak dapat ditransfer (dipindahkan) dari seseorang kepada orang lain seperti ketika orang mengisi sebuah tong kosong. Pengetahuan tidak seperti kegiatan psikologis lainnya yang dapat digambarkan secara kimia. Selain itu pengetahuan membutuhkan satu kepercayaan (comitment) seseorang dalam mempertanyakan, menjelaskan, dan uji penjelasan sebagai pengabsahannya.6 Menurut
konsep konstruktivisme, pengetahuan seseorang bersifat
temporer, terus berkembang dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan itu tidak pernah berhenti berkembang. Pengetahuan dalam diri seseorang terbentuk ketika mengalami berbagai macam konflik. Melalui perspektif ini belajar dapat dipahami sebagai proses terbentuknya konflik kognitif yang bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan memperoleh pengalaman konkrit, wacana kolaborasi dan kegiatan melakukan refleksi. Salah satu teori belajar konstruktivisme yang terkenal adalah teori perkembangan Piaget. Teori ini biasa disebut dengan teori perkembangan kognitif. Menurut Piaget, tingkat perkembangan intelektual atau kognitif anak meliputi empat tingkatan, yaitu: a) tingkat sensorik motoris (0-2 tahun), b) tingkat praoperasional (2-7 tahun), c) tingkat operasional konkret (7-11 tahun), dan d) tingkat operasi formal (11 tahun – ke atas).7 Berdasarkan kategori di atas siswa pada jenjang pendidikan SMP berada pada tingkat operasi formal, yang memiliki sifat antara lain: pola berpikirnya sudah sistematis, mampu memecahkan masalah dengan berpikir secara hipotesis, deduktif, rasional, abstrak, dan reflektif mengevaluasi informasi. Dari pandangan
5
Paulina Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001), h.3 6 Marja Sinurat, Jurnal Teknologi Pendidikan, vol.5, no.3, Desember 2005 , Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, h.86 7 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 152
Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak, dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun perkembangan anak mengkonstruksi ilmu berbedabeda berdasarkan kematangan intelektual anak.8 Konstruktivisme merupakan teori yang paling mendasar tentang bagaimana
siswa
mempelajarinya.
Siswa
membangun
pemahaman
dan
pengetahuan mereka melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ketika siswa mengalami pengalaman yang baru, siswa harus menerima itu dengan ide sebelumnya dan pengalaman yang mereka dapat. Untuk itu, siswa harus membangun pikiran mereka dan menilai tentang apa yang mereka ketahui. Menurut
konstruktivisme
belajar
merupakan
proses
aktif
siswa
mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuannya berkembang. Proses tersebut bercirikan: a. Belajar berarti membentuk makna. b. Konstruksi berarti merupakan proses terus menerus. c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih merupakan suatu proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya. f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.9 Dengan demikian belajar menurut konstruktivisme bukanlah kegiatan memindahkan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang berasal dari pemahaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan guru.
8
Muhammad Bani Sukron, Jurnal Widyatama, vol.2, no.4, Desember 2005Pengembangan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains,h.21 9 Paulina Pannen, Op.Cit, h. 19
2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek a. Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project-Based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan berdasarkan pengalaman siswa dalam beraktifitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Berikut pengertian Project-Based Learning menurut beberapa ahli adalah : 1) PBL adalah model pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupan siswa. 2) PBL adalah model komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar siswa melakukan riset terhadap permasalahan nyata. 3) PBL adalah model yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktifitas siswa. 4) PBL adalaha model pembelajaran yang berpusat pada aktifitas siswa, mengajak siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik.10 Model pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai salah satu model penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal. Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide-ide orang lain, dan mereflesikan ide sendiri pada ide-ide orang lain, adalah suatu bentuk pengalaman pemberdayaan pengetahuan (meaning making process). Selain itu siswa juga untuk mengalami tahap pembelajaran yang disebut sebagai “Interactive Research Cycle” yang
10
Michael M. Grant, Getting A Grip on Project Based-Learning: Theory, cases and recomandations, (North Carolina: Meredian A middle School Computer Technologies Journal, vol 5, 2002), h. 1-3.
terdiri dari tahap pertanyaan, perencanaan, pengumpulan data, mensintesis pengetahuan, dan evaluasi.11 Jadi, dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa untuk dapat memahami
suatu konsep dan prinsip dengan
melakukan investigasi yang mendalam tentang suatu masalah dan mencari suatu solusi yang relevan serta diimplementasikan dalam pengerjaan proyek, sehingga siswa mengalami proses pembelajarn yang bermakna dengan membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran berbasis proyek juga dikatakan sebagai model pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada pembelajaran kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Dalam pembelajaran berbasis proyek ini berfokus pada pembelajaran yang terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi dalam pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas yang bermakna lainnya, dan memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan puncaknya untuk menghasilkan produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Model Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran fisika atau sains dimana siswa dalam kelompok diminta membuat atau melakukan suatu proyek bersama, dan mempresentasikan hasil dari proyek itu. Dan proyek ini sendiri diharapkan lebih bersifat membuat sesuatu yang berguna bagi masyarakat dengan prinsip fisika. Biasanya proyeknya lebih baik bersifat interdisipliner; bukan hanya konsep fisika, tetapi juga sains yang lain yang terkait dan nilai kemanusiaan yang lain.12 Model proyek ini adalah gabungan dari berbagai model pembelajaran seperti belajar bersama, dan lain-lain. Pembelajaran model proyek ini bersifat 11
Agus Sampurno, Penerapan Metode Belajar Aktif dan Pembelajaran Berbasis Proyek,( Jakarta : PT.Rineka Cipta),h.52 12 Agus Sampurno, http:guru kreatif.wordpress.com 2007/09/18/penerapan-metode-belajar-aktifdalam-pembelajaran-berbasis-proyek/#more-22,h.1
kontruktivis, yaitu siswa, juga bersifat multiple intelligence, karena siswa menggunakan berbagai intelegensi dalam melakukan proyek yang dilakukan seperti intelegensi matematis-logis, ruang-visual, kinestetik, interpersonal, linguistik, lingkungan, dan lain-lain.13 Model ini biasanya menarik untuk siswa karena biasanyan dilakukan diluar kelas bahkan di luar sekolah, dan berlaku untuk beberapa waktu; bukan terbatas pada satu jam sekolah. Banyak hal dapat didapat dari proyek ini antara lain : 1) Mengerti prinsip fisika lebih mendalam karena melakukan sesuatu 2) Kerjasama dengan teman lebih baik karena melakukan bersama 3) Ada keuntungan yaitu memperoleh hasil dari proyek sendiri.14 Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang didukung oleh atau berpijak pada teori belajar konstruktivistik. Strategi pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik antara lain adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas siswa daripada aktivitas guru, mengenai kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi kasus, pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi, brainstorming, dan simulasi. Model Pendekatan proyek merupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang membantu siswa menggali informasi, ide-ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan cara-cara menepresikan diri sendiri dengan melihat proyek-proyek yang telah disediakan oleh guru. Selain itu guru juga mengajari bagaimana cara menemukan ide-ide yang berkaitan dengan proyek yang tersedia. Salah satu strategi mengajar yang menekankan keaktifan siswa adalah metode pendekatan proyek. Menurut teori belajar ini, siswa di dalam proses belajar membangun pengetahuaanya sendiri melalui interaksi atas apa yang sudah dimiliki dengan lingkungannya pada situasi baru. Model pembelajaran pendekatan proyek memberi kesempatan kepada siswa untuk menguji gagasannya,
13
Martins yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. (Pamulang : Gaung Persada Pers),2004, h.76 14 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika. (Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma), h.126-127
mengemukakan pendapat berdasarkan pengetahuan awal yang sudah dimiliki sebelumnya dan pengetahuan yang di dapat selama proses belajar berlangsung. Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori-teori belajar konstruktivistik. Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.15
b. Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek dilandaskan pada teori yang dipaparkan oleh beberapa ahli, yaitu : 1) John Dewey dan kelas demokratis Metode proyek berasal dari gagasan John Dewwey tentang konsep “Learning by doing” yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu tujuan. Pada John Dewwey menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan di mana sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Dewwey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan soaial. Dewwey dan kill Patrick mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat daripada dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri.16
15 16
http://waraskamdi.com/content/view/52/16,3 Juni 2010 Michael M. Grant, loc.cit
2) Peaget, Vygotsky dan Kontuktrivisme Jean Piaget dan Lev Vygotsky adalah tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme. Pada konsep inilah dasar pijak pembelajaran berbasis proyek diletakkan. Piaget mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Vygotsky, seperti halnya Piaget percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang, ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman tersebut. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu mengaitkan pengetahuan baru. Namun berbeda dengan Piaget tentang perkembangan intelektual setiap individu yang tanpa memandang latar konteks social. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.17
c. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek memiliki lima karakteristik yang merupakan ciri yang dapat membedakan pembelajaran berbasis proyek dengan model pembelajaran lain, yaitu : 1) Centrality, proyek sebagai pusat atau sentral. 2) Driving Question, Project-Based Learning difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai. 3) Conscrutive Investigations, proyek harus disesuaikan dengan kemampuan siswa dan proyek yang dijalankan harus memberikan keterampilan dan pengetahuan baru bagi siswa. 17
H.S. Wrigley, Knowledge in Action :The Promise of Project-Based Learning, Focus and Basic, vol.2,Th.2003, h.3
4) Autonomy, aktifitas siswa sangat penting, siswa sebagai pemberi keputusan dan berperan sebagai pencari solusi ( Problem solver ). 5) Realisme, kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya atau dunia nyata. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap professional.18 Lima karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek yaitu Centrality, Driving Questions, Constructive Investigations, Autonomy, dan Realisme adalah karakter yang harus
ada dalam model pembelajaran ini. Karakter ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek mengutamakan aktivitas siswa dalam menghimpun konsep dan pengetahuannya. Lima karakter ini membedakan pembelajaran berbasis proyek dengan model pembelajaran lainnya. Model pembelajaran berbasis proyek sering disamakan dengan model lain, seperti model pembelajaran berbasis masalah. Antara dua model tersebut memang memiliki tahap pembelajaran yang hampir sama. Namun, yang membedakan adalah dalam Project Based-learning harus ada proses pembuatan atau pelaksanaan proyek yang sifatnya autentik, konstruktif, dan siswa harus mempelajari keterampilan dasar yang baru dan mengalami peningkatan pengetahuan.19 Proyek merupakan pusat atau sentral dari model pembelajaran ini, oleh karena itu pengerjaan proyek harus terlebih dahulu direncanakan dengan matang. Selain itu, proyek juga harus memiliki karakteristik seperti dibawah ini : 1) Authenticity, proyek harus sesuai dengan permasalahan dan realistik. 2) Academy rigor, proyek harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan dan mengaplikasikan penegtahuan dan keterampilannya, siswa menggunakan metode penelitian ilmiah untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan menyelesaikan masalah.
18
John W. Thomas, A Review of Research on Project-Based Learning, (California : The Autodesk Foundation,2000),h.3-9 19 Regie Stites, Evaluation of Project Based Learning, (Illnois : Mathematics and Science Academy, 2009), h.3
3) Applied Learning, proyek dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada peningktan keterampilan menyelesaikan masalah. 4) Adult Relationship, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertemu dan mengobservasi dari ahli yang sesuai dengan bidang masalah. 5) Assesment, penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan hasil atau produk pembelajaran. Hasil akhir dapat berupa presentasi, pameran, portofolio atau laporan.20 Menurut The Buck Institutu yang dikutip dalam Project Based-Learning for Health Carees Pathway pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik : 1) Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerjas. 2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. 3) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil 4) Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. 5) Siswa yang mwlakukan evaluasi secara kontinu. 6) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan. 7) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.21
d. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, dijalankan dengan melalui beberapa tahap pembelajaran atau langkah-langkah kerja. Belum ada ketetapan baku untuk menjalankan tahap-tahap pembelajaran berbasis proyek, namun pada umumnya didasarkan dan mencontoh pada tahap pembelajaran konstruktivisme. Langkah-langkah pembelajaran dalam Project-Based Learning atau pembelajaran Berbasis Proyek sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri dari :
21
Kabba E. Cooley, http://www.radicalpedagogy.content/html,h.2. 5 Juni 2010
1)
Start With the Essential Question Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan essensial, yaitu pertanyaan yang
dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa serta memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. 2) Design a Plan for the Project Perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa, dalam menentukan aturan main pengerjaan proyek. Pada tahap ini guru membantu siswa untuk menentukan judul proyek yang sesuai dengan materi dan permasalahannya. 3) Create a Schedule Tahap ketika guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam meneyelesaikan proyek. 4)
Monitor the Students and the Progress of the Project Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
siswa selama menyelesaikan proyek. 5) Assess the Outcome Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standard an tujuan belajar. 6) Evaluasi the Experince Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil akhir proyek yang sudah dijalankan.22 Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan proses evaluasi baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
22
The George Lucas Educational Foun dation, Instructional Module Project-Based Learning,htpp//www.edutopia.org.modules/PBL/whatpbl.php.2005
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pembelajaran. Tahapan pembelajaran yang dikemukakan di atas menunjukan kerja sama antara guru dan siswa, yang saling memberikan kontribusi dalam proses pembelajaran. Tahapan dalam model pembelajaran berbasis proyek memang belum ada bentuk bakunya. Tahapan pembelajaran berbasis proyek juga didasarkan pada tahap pembelajaran berbasis masalah, yang terdiri dari tujuh fase, yaitu : 1) Good Description, fase dalam menampilkan masalah untuk dipecahkan dan menetapkan tujuan. 2) Specify Criteria, fase dalam menentukan kriteria memecahkan masalah solusi, dan menetukan fokus yang akan dicapai, dan kemampuan apa yang akan dicapai. 3) Background Knowledge, fase untuk menentukan pengetahuan atau konsep yang dibutuhkan, dan mencari informasi kepada ahlinya. 4) Generate ideas, generalisasi konsep dan menyusun hipotesis. 5) Implement Solution, fase dalam mencari dan mengimplementasikan solusi serta membandingkannya dengan solusi lain. 6) Reflect, mengevaluasi seluruh proses pembelajaran mulai dari proses, solusi, dan produk. 7) Generalize, fase untuk menyusun konsep, mengeeralisasi fakta dan pengetahuan menjadi teori.23 Tahap pembelajaran berbasis masalah di atas merupakan salah satu teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun tahapan pembelajaran berbasis proyek. Dalam tahapan pembelajaran berbasis masalah, siswa lebih difokuskan untuk merumuskan solusi dan mengimplementasikannya terhadap konsep lain. Tahapan yang digunakan oleh peneliti adalah tahapan secara umum, yang digunakan dan dicontohkan juga oleh Mike Carbonaro dalam proses pembelajaran proyek lingkungan, yaitu : 23
Frank Kurzel and Michelle Rath, Project Based Learning and Learning Enviroments, (University of South Australia: Informing Science Institute, 2003), h. 505
1) Engage, tahap awal untuk menstimulus siswa dalam mengetahui konsep yang sudah dipahami dan tahap ketika guru memberikan pertanyaan essensial yang memacu siswa untuk berfikir. 2) Explore, kegiatan untuk mencari materi dan sumber informasi sebagai referensi dalam menyelesaikan masalah dan membuat jadwal kerja. 3) Investigate, membandingkan dan memfokuskan solusi yang akan digunakan dalam memecahkan masalah. 4) Create, tahap pembuatan atau pengimplementasian solusi dan tahap dalam menghasilkan suatu produk atau karya. 5) Share, tahap presentasi produk atau karya. 6) Evaluation, tahap evaluasi atau penilaian proses dan hasil belajar.24 Tahap pembelajaran yang terdiri dari engage, explore, investigate, create, share, dan evaluation menekankan proses belajar pada aktivitas siswa. Dalam tiap tahap pelaksanaannya siswa harus lebih aktif dalam proses belajar. Siswa merumuskan informasi dan solusi serta harus dapat menyelesaikan hasil akhir, bisa dalam bentuk produk, presentasi, dan lainnya.
e.
Peranan Pengajar dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Selama berlangsungnya proses pembelajaran berbasis proyek siswa akan
mendapat bimbingan dari guru ataupun narasumber lain, yang peranannya adalah sebagai berikut : 1) Mengajar kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman. 2) Memastikan bahwa sebelum mulai setiap kelompok telah memiliki seorang anggota yang bertugas membaca materi, sementara temantemannya mendengarkan, dan seseorang anggota yang bertugas mencatat informasi yang penting sepanjang jalannya diskusi. 3) Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan kelompok. 4) Memastikan bahwa sesi diskusi kelompok diakhiri dengan selfevaluation. 5) Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan. 6) Memonitor jalannya diskusi dan membuat catatan tentang berbagai masalah yang munculdalam proses belajar, serta mengajar agar proses 24
Mike Carbonaro, Using LEGO Robotics in Project-Based Learning Enviroment,2005,h.1-2
belajar terus berlangsung, agar tidak ada tahapan dalam proses belajar yang dilewati atau diabaikan dan agar tiap tahapan dilakukan dalam urutan yang tepat. 7) Menjaga motivasi siswa dengan mempertahankan unsure tantangan dalam penyelesaian tugas dan juga mempertahankan untuk mendorong siswa keluar dari kesulitannya.25 Peranan pengajar dalam proses pembelajaran berbasis proyek dari penjelasan yang dijabarkan diatas menunjukkan bahwa pengajar lebih diutamakan berperan sebagai pendamping dan fasilitator. Pengajar harus dapat menjaga proses pembelajaran tetap berlangsung aktif dan terkontrol, walaupun pengajar tidak memiliki otoritas penuh terhadap pengerjaan proyek. Pengajar harus memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan dan saran yang membangunserta membuat proses evaluasi yang baik dan autentik.26
f.
Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Penggunaan model pemebelajaran berbasis proyek dapat memberikan
keuntungan bagi siswa, guru, dan perkembangan kualitas sekolah, seperti yang disebutkan dibawah ini : 1) Mempersiapkan siswa menghadapi dan berkembang sesuai dengan dunia nyata. 2) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, dan mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting. 3) Menghubungkan pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata. Dengan melaksanakan
proyek
siswa
tidak
hanya
menghafal
fakta,
namun
menghubungkan dan berpikir bagaimana mengaplikasikan ilmu yang dimiliki ke dalam dunia nyata. 4) Membentuk sikap kerja siswa. Dalam mengerjakan proyek siswa diajak untuk saling mendengarkan pendapat dan bernegosiasi untuk mencari solusi. 5) Meningkatkan kemampuan kemampuan komunikasi dan social. 6) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 25
Jennifer Railsback, Project Based-Instruction : Creating Excitement for Learning, (Oregon : Northwest Regional educational Laboratory, 2002), h.23-24 26 Ibid, h.25
7) Meningkatkan keterampilan siswa untuk menggunakan informasi dengan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki. 8) Meningkatkan kepercayaan diri siswa. 9) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan teknologi dalam belajar.27 Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran berbasi proyek. Guru di Whasington State menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam kelas matematika dan sains melaporkan bahwa muridnya lebih memiliki semangat belajar ketika mengerjakan proyek. Namun, masih ada kelemahan dan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek, seperti wauktu dan biaya yang lebih banyak
dibutuhkan. Bahkan untuk mencapai proses pembelajaran yang maksimal dalam mengimplementasikan Project-Based Learning, diperlukan desain khusus untuk kelas atau sekolah yang menggunakannya. Tahap pembelajaran dalam model pembelajaran proyek ini selalu mengikutsertakan presentasi atau performance, maka dibutuhkan disain sekolah dan kelas yang lebih efektif dan dinamis.28 Penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada pada kelas atau sekolah. Desain khusus untuk sekolah dapat diwujudkan jika keadaan memang ideal. Namun, jika sekolah belum bisa mewujudkan desain kelas atau sekolah yang sesuai dengan karakter pembelajaran berbasis proyek, maka guru atau staf sekolah yang lain dapat memaksimalkan fasilitas yang ada ataupun menyesuaikan dengan kemampuan sekolah dan kemampuan murid. Peran guru sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, walaupun keadaan terbatas, guru dapat memotivasi siswa dan bermotivasi agar pembelajaran yang bermakna dapat terwujud.29
27
Ibid, h.26-27 Mike Carbonaro, Op Cit,h.5 29 Frank Kurzel and Michelle Rath, Op Cit,h.503 28
g. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Foundation for the road ahead, keuntungan menggunakan pembelajaran proyek adalah : 1) Meningkatkan motivasi. Sebelum menggunakan pembelajaran proyek kebanyakan sisa menolak menggunakan banyak waktu dan sulit untuk dimintai partisipasinya untuk melakukan proyek. 2) Meningkatkan
kemampuan
pemecahan
masalah.
Penelitian
untuk
meningkatkan keterampilan kognitif siswa amat dibutuhkan dalam tugas-tugas yang memerlukan pemecahan masalah dan instruksional yang spesifik tentang bagaimana memecahkan masalah. 3) Meningkatkan keterampilan penelitian kepustakaan. Kebanyakn proyek yang dikerjakan siswa membutuhkan sejumlah sumber informasi seperti buku-buku teks, dan kamus-kamus. Informasi teknologi termasuk sumber informasi utama yaitu komputer, cd rom, dan internet. 4) Meningkatkan kemampuan kolaborasi. Yang dibutuhkan bekerja dalam sebuah kelompok bagi siswa adalah keterampilan dan berkomunikasi. 5) Meningkatkan sumber keterampilam manajemen. Bagian yang menjadikan pembelajaran bebas adalah dalam mengambil tanggung jawab untuk melengkapi tugas-tugas yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran proyek yang baik memberikan kegiatan instruksi siswa dalam mengatur proyek mereka, dan mengalokasi waktu dan sumber-sumber lainnya seperti perlengkapan untuk melengkapi tugas-tugas yang sudah terjadwal.30 Agar proyek sungguh menarik siswa untuk melakukan dan dapat menambah kedalaman dari pengetahuan mereka, maka beberapa sifat proyek perlu diperhatikan dalam memilih. 1) Proyek harus menantang siswa untuk melakukan dan menyelesaikan. 2) Hasilnya memang sungguh ada gunanya baik untuk masyarakat dan untuk siswa sendiri.
30
Anonim, Fondation for the road ahead : Project Based-Learning and information technology. h.5
3) Proyek itu tidak terlalu mudah sehingga menantang; tetapi tidak terlalu sulit sehingga dapat diselesaikan. 4) Proyek itu ada unsurnya membuat sesuat atau meneliti sesuatu yang belum biasa dilakukan. 5) Dalam proyek sendiri dimungkinkan beberapa siswa bekerja sama secara intensif. 6) Tentu proyek mengandung prinsip atau nilai fisika, diutamakan membutuhkan beberapa ata banyak pendekatan. 7) Sebaiknya proyeknya bersifat multidisiplin, interdisipliner, sehingga lebih kaya dan siswa dapat mengerti persoalannya secara menyeluruh.31
h. Perbedaan
Pembelajaran
Berbasis
Proyek
dengan
Pembelajaran
Konvensional Pembelajaran berbasis proyek memiliki perbedaan yang nyata dengan pembelajaran bersifat konvensional, antra lain : Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan Pembelajaran Konvensional ASPEK
PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
BERBASIS PROYEK
KONVENSIONAL
Fokus kurikulum
Kedalaman pemahaman
Cakupan isi
Pemahaman konsep-konsep Pengetahuan dan prinsip-prinsip
fakta-fakta
Pengembangan
Belajar
keterampilan
Lingkup dan
keterampilan
pemecahan “building-block”
masalah kompleks
isolasi
Mengikuti minat siswa
Mengikuti
Urutan
tentang
dalam
urutan
kurikulum secara ketat Unit-unit besar terbentuk Berjalan dari blok ke blok dari problem dan isu yang atau unit ke unit
31
Paul Suparno, Op Cit, h.128-129
kompleks Meluas,
fokus Memuat, fokus berbasis
interdisipliner Peranan guru
disiplin
Penyedia sumber belajar Penceramah dan direktur dan partisipan di dalam pembelajaran kegiatan belajar Pembimbing/partner
Ahli
Fokus pengukuran Proses dan produk
Produk
Pencapaian yang nyata
Skor tes
Unjuk kerja standard dan Membandingkan
dengan
kemauan dari waktu ke yang lain waktu Demonstrasi pemahaman
Reproduksi informasi
Bahan-Bahan
Langsung sumber-sumber Teks,
ceramah,
Pembelajaran
asli : bahan-bahan tercetak, presentasi
dan
interview, dokumen, dll Data
dan
bahan Kegiatan
dikembangkan oleh siswa
latihan
dan
lembar
dikembangkan
guru Penggunaan
Utama integral
Penyokong, periferal
teknologi
Diarahkan siswa
Dijalankan guru
Kegunaan
untuk Kegunaan
untuk
memperluas
persentasi perluasaan persentasi guru
siswa
penguatan
atau
kemampuan siswa Konteks kelas
Siswa
bekerja
dalam Siswa bekerja sendiri
kelompok Siswa
kolaboratif
dengan yang lainnya Siswa
satu Siswa berkompetisi satu dengan yang lainnya
mengkonstruksi, Siswa menerima informasi
berkonstribusi, melakukan
dan dan guru sintesis
informasi Peranan siswa
Melakukan kegiatan belajar Menjalankan
perintah
yang diarahkan oelh diri guru sendiri Pepenyaji, integrator, dan Pengingat dan pengulang penyaji ide
fakta
Siswa menentukan tugas Siswa
menerima
mereka sendiri dan bekerja menyelesaikan
dan tugas-
secara independen dalam tugas laporan pendek waktu yang besar Tujuan pendek
jangka Pemahaman dan aplikasi Pengetahuan ide
dan
proses
tentang
yang fakta, istilah, dan isi
kompleks Tujuan panjang
jangka Dalam pengetahuan
Luas pengetahuan
Lulusan yang berwatak dan Lulusan yang memiliki terampil m engembangkan pengertahuan
yang
diri, mandiri, dan belajar berhasil pada tes standard sepanjang hayat.
pencapaian belajar
Perbedaan model pembelajaran berbasis proyek dengan pendeketan pembelajaran yang bersifat tradsional terlihat dalam beberapa aspek, antara lain dari aspek peranan guru dan siswa, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa dan guru bekerja sama dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai partner bagi siswa. Kemudian dalam pembelajaran berbasis proyek proses pembelajaran ditekankan pada aktifitas siswa untuk berhasil menyelesaikan tes atau ujian, tetapi menyiapkan siswa kepada dunia nyata, dan memberikan kesempetan siswa untuk mengembangkan diri dan pengetahuannya32
32
Waras Khamdi, Op.cit, h.12-14
3. Hakikat Hasil Belajar Fisika a. Hakikat Belajar Belajar adalah “perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat”.33. Belajar adalah “hasil perubahan mental yang terus menerus sebagaimana kita membuat makna dari pengalaman kita”34. Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak, tetapi perilaku yang mungkin terjadi dimasa mendatang.35 belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Dalam psikologi proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu.36 Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut Slameto belajar adalah “peoses memanusiakan manusia, dimana hanya belajarlah manusia menemukan dirinya dalam relasinya dengan sesame, lingkungan dan juga dengan sang pencipta”. 37
33
Tata Sudjana, Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, di akses pada 22 Januari 2010, Di http: // Belajar.htm 34 Depdiknas , Strategi Pembelajaran MIPA.( Direktorat tenaga kependidikan Direktorat jenderal Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Departemen pendidikan nasional, 2008.), h. 24. 35 Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet. 1, h.76 36 Muhibbin Syah, Op.Cit., h.111 37 Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semeste, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991, h. 5
M. Dalyono mendefinisikan belajar adalah “suatu usaha perbuatan yang dilakukan sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental, dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya”.38 Belajar adalah “kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”. 39 Dengan demikian berhasil atau tidaknya tujuan dari belajar tesebut sangat tergantung terhadap proses dalam pembelajaran yang dilaksanakn oleh guru. Dalam bukunya berjudul Psikologi Pengajaran, W. S. Winkel menyebutkan bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai serta sikap”. Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa
belajar
merupakan
suatu
usaha
seseorang
dengan
menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan fisik, mental juga tingkah laku yang harus didukung oleh lingkungannya. Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai mahluk sosial dan berbudaya
memerlukan
perkembangan
yang
baik
antara
dirinya
dan
lingkungannya, sehingga dengan belajar manusia bisa mengembangkan dirinya. Sebelum menguraikan definisi belajar, maka dijelaskan dahulu konsep belajar. Dalam kamus bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan belajar adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian. Menurut Zikri Neni Iska ”belajar adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.40 Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini akan membentuk sifat dan juga
38
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta 1997), Cet. 1, h. 49. Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004). Cet 1, h. 59 40 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkunga, (Kizi Brother’s: Jakarta, 2006), h. 76 39
sikap siswa yang nantinya akan di aplikasikan oleh siswa kedalam masyarakat tempat dimana siswa tinggal dan menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Belajar dapat juga diartikan sebagai proses membangun makna dan pemahaman terhadap informasi atau pengalaman, di mana proses tersebut disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Selain itu, sesorang yang semula tidak tahu menjadi tahu dan akan mengalami perkembangan dalam arah kognitif dalam proses belajar. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, Ini berarti berhsil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan hanya bergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan proses pengumpulan atau suatu fakta dan bentuk informasi atau materi pelajaran, belajar merupakan latihan seperti membaca dan menulis.41 Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar mengharuskan perubahan pada diri seseorang tersbut, karena belajar merupakan kegiatan yang kompleks dengan melalui proses, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep, sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang tersebut kearah yang lebih baik yang meliputi pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan tingkah laku.
b. Definisi Hasil Belajar Setelah siswa melaksanakan kegiatan atau proses belajar, maka dilaksanakanlah suatu evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar ini dilaksanakan untuk melihat apakah terdapat perubahan atau tidak pada diri siswa, atau pembelajaran yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Bloom yang dikutip oleh Daryanto, Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.42 Sedangkan menurut Muhibin Syah
41 42
Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Ed ke 3 h. 64. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), h. 1
evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.43 Adapun tujuan diadakanya evaluasi hasil belajar yaitu: 1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu. 2) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. 3) Untuk mengetahui tigkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. 4) Untuk mngetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya untuk keperluan belajar. 5) Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses mengajar-belajar.44 Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.45 Hasil belajar adalah pola-pola perubahan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom, hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,melainkan komprehensif. Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil yang dicapai siswa, tentunya mengharapkan bahwa semua hasil yang diperoleh itu membentuk suatu sistem nilai (value sistem) yang dapat membentuk kepribadian siswa, sehingga memberi warna dan arah dalam semua perbuatannya. Prosedur hasil belajar membantu guru dalam beberapa hal : 1) Menolong siswa dalam memberikan pengetahuan tentang enter behavior siswa. 2) Menolong dalam menetapkan, memperbaiki dan memperjelas tujuan yang realistis bagi tiap siswa. 43
Muhibin Syah, Op.Cit., h. 175 Ibid, h. 176-177 45 Trimo dan Rusatiningsih. Artikel Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing. 22 Januari 2010. http://ArtikelPendidikanNetworking.htm 44
3) Menolong dalam mengevaluasi tingkat pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 4) Menolong dalam menentukan, mengevaluasi dan memperbaiki teknik-teknik mengajarnya. 5) Membantu memperbaiki informasi tentang kesulitan-kesulitan belajar siswa, kemudian dapat dijadikan petunjuk untuk memperbaikinya.46
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Dalam belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: 1) Faktor Intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa ssendiri. 2)
Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa. Dari berbagai penjelasan di atas motivasi belajar dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang menjadi pendorong proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan kedua faktor tersebut.47 1) Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: a) Faktor Fisiologis Faktor ini ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran 46
Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), h.3 46Muhibin Syah. Op. 47 Muhibbin Syah. Op Cit, h.165
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing- pusing kepala misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas. Jadi orang yang sehat akan berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar dibandingkan dengan jasmani yang kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri atas kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya, terutama sekali indera penglihatan dan pendengaran. Apabila seseorang siswa memiliki kondisi fisiologi yang kurang baik seperti indera pendengaran dan penglihatannya kurang baik, maka hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagaimana telah disebutkan pada awal penulisan. Jika hal tersebut tidak segera di tindak lanjuti maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh siswa tersebut. b) Faktor Psikologis Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar menyebutkan, yang termasuk ke dalam faktor psikologis diantaranya adalah: motivasi, minat, dan bakat. Apabila seseorang memiliki motivasi, minat, dan bakat maka ia akan terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memiliki semangat yang luar biasa untuk terus belajar. Akan tetapi sebaliknya apabila keadaan individunya seperti kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.48 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini terdiri dari faktor-faktor lingkungan. a) Faktor-Faktor Lingkungan Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu49: 48 49
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1, h.131-138 Muhibbin Syah, Op.Cit., h.138
(1) Lingkungan Sosial Faktor linkingan sosial juga bisa berwujud manusia dan reprentasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa. Lingungan sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya juga yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat- alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimiliki. (2) Lingkungan Non Sosial Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung jumlahnya misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), gedung sekolah dan letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut. 3) Faktor-Faktor Instrumental Faktor Instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Banyak psikolog beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses yang asosiatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu.
d. Pengertian Hasil Belajar Fisika. Fisika/IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. 50 Mengingat hal tersebut, fisika bukanlah ilmu pengetahuan statis, akan tetapi sebagai ilmu pengetahuan dinamis. Fisika merupakan pengetahuan fisik yang tidak dapat secara utuh dipindahkan dari pikiran guru kepikiran siswa, dengan kata lain tidak dapat diteruskan dalam bentuk jadi. Setiap siswa harus membangun sendiri pengetahuan-pengetahuan itu dan mengalaminya secara langsung. Pada pelajaran fisika harus dikembangkan keterampilan proses IPA, sehingga proses belajar harus fokus pada keterampilan intelektual. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitin ini yang dimaksud hasil belajar fisika siswa adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika setelah melalui proses pengajaran disekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melalui proses belajar pada akhir materi. Asumsinya adalah pengetahuan yang diajar oleh guru pada mata pelajaran fisika dapat diserap secara optimal oleh siswa sehingga hasil belajar siswa dapat menggambarkan hasil pengajaran.
4. Bunyi a. Pengertian Bunyi Bunyi yang dapat didengar senantiasa datang dari suatu sumber bunyi yang melakukan getaran dan merambat berupa gelombang bunyi sampai ke telinga kita. Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal, karena terdiri atas rapatan dan regangan. Bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergetar atau bunyi merupakan hasil getaran.
50
Depdiknas. Ibid., h. 21
b. Sifat-Sifat Bunyi Bunyi memiliki beberpa sifat diantaranya : 1) Bunyi merupakan hasil getaran 2) Bunyi memerlukan zat perantara untuk merambat 3) Bunyi dapat merambat dalam zat padat, zat cair, dan gas 4) Bunyi dapat dipantulkan51
c. Cepat Rambat Bunyi Cepat rambat bunyi diartikan sebagai hasil bagi antara jarak sumber bunyi ke pendengar dan selang waktu yang dibutuhkan bunyi untuk merambat sampai ke pendengar. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : v= Keterangan : v = cepat rambat bunyi (m/s) s = jarak sumber bunyi ke pendengar (m) t = selang waktu yang diperlukan bunyi untuk merambat sampai ke pendengar Seperti halnya berlaku untuk gelombang lain, pada gelombang bunyi juga berlaku rumus:
d. Pengaruh Suhu pada Cepat Rambat Bunyi Cepat rambat bunyi bergantung pada suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, semakin besar cepat rambat bunyi, sebaliknya semakin rendah suhu udara semakin kecil cepat rambat bunyi. Berlaku rumus :
e. Perambatan Bunyi pada Berbagai Zat 51
Nunung Nurhayati, Ringkasan dan Bank Soal Sains Fisika Untuk SMP,(Bandung :Yrama Widya),h.101-102
Bunyi dapat merambat pada zat padat, zat cair, dan gas. Bunyi merambat paling baik dalam zat padat dan yang paling buruk dalam gas.
f. Jenis-Jenis Bunyi Antara frekuensi dan amplitudo terhadap bunyi mempunyai hubungan yang erat, karena : 1)
Frekuensi yang besar akan menghasilkan bunyi
yang tinggi, sedangkan
frekuensi yang kecil akan menghasilkan bunyi yang rendah. 2)
Amplitudo yang bear akan menghasilkan bunyi yang keras, sedangkan amplitudo yang kecil akan menghasilkan bunyi lemah. Berdasarkan frekuensinya, bunyi dapat digolongkan atas :
(1) Bunyi Infrasonik Bunyi Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya kurang ari 20 Hz (kurang dari 20 getaran tiap detik). Bunyi infrasonik tidak dapat didengar oleh telinga manusia, melainkan hanya dapat didengar oleh beberapa jenis hewan, misalnya : anjing dan jangkrik. (2) Bunyi Ultrasonik Bunyi ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya lebih besar dari 20.000 Hz. Bunyi ini tidak dapat didengarkan oleh telinga manusia. Jenis hewan tertentu misalnya kelelawar, ikan lumba-lumba dapat menimbulkan dan menerima bunyi ultrasonik. Ultrasonik bayak dimanfaatkan manusia, antara lain untuk : (1) Mertakan campuran logam, pada industri logam (2) Memusnahkan bakteri pada makanan yang akan diawetkan (3) Meratakan campuran susu agar homogen, pabrik susu (4) Alat kontrol jarak jauh (remote control) pada televisi b) Bunyi Audiosonik Bunyi audiosonik adalah bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia, yaitu yang frekuensinya antara 20-20.000 Hz.
c)
Desah (bunyi tak beraturan)
Desah adalah bunyi yang jumlah getaran tiap detiknya (frekuensinya) tidak sama. Contoh: suara daun yang ditiup angin, suara air terjun, suara ombak, suara angin d) Dentum (bunyi keras) Dentum adalah buyi yang frekuensinya tinggi tetapi masih dapet didengar oleh telinga manusia. Contoh : meriam, bunyi bom, dan bunyi senapan. e)
Nada ( bunyi beraturan) Nada adalah bunyi yang frekuensinya selalu sama dan tetap. Nada pada umunya dihasilkan oleh alat-alat musik, Menurut Marsenne faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi alamiah sebuah senar, dawai, atau kawat adalah : (1) Panjang senar, semakin panjang senarnya semakin rendah frekuensinya (2) Luas penampang, senar, semakin tebal senarnya, semakin rendah frekuensinya (3) Tegangan senar, semakiun tegang(kencang) senarnya, semakin tinggi frekuensinya (4) Massa jenis senar, semakin kecil massa jenis senar semakin tinggi frekuensinya.
f)
Resonansi Bunyi Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya sesuatu benda karena
pengaruh benda lain. Syarat-syarat terjadinya bunyi adalah frekuensinya sama dengan frekuensi sumber getar, terdiri dari selaput lapis. Jika suatu sumber bunyi melakukan getaran, kemudian diikuti oleh bendabenda lain yang beresonansi maka akibatnya bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi itu kedengaran lebih keras. Oelh karena itu supaya suatu alat dapat menghasilkan bunyi yang keras biasanya ditambahkan bahan yang mudah beresonansi, misalnya : kentongan, alat-alat musik petik, gamelan atau alat musik pukul lainnya.
g) Pemantulan Bunyi
Pemantulan bunyi akan mengikuti hukum pemantulan bunyi, yang berbunyi : (1) Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang datar. (2) Sudut datang sama dengan sudut pantul Berdasarkan letak sumber bunyi dan dinding pemantulannya, maka bunyi pantul dapat berupa : bunyi pantul yang bersamaan dengan bunyi aslai, gaung atau kerdam, gema. h) Manfaat Pemantulan Bunyi Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan antara lain untuk : (1) Buyi pantul yang bersamaan dengan bunyi asli, dapat memperkeras bunyi asli. (2) Gema dapat dimanfaatkan untuk mengukur dalamnya laut. Sebuah kapal yang akan digunakan untuk mengukur kedalamannya laut dilengkapi dengan sumber getaran(osilator) dan hidrofon sebagai penerima pantulan bunyi yang keduanya diapsang pada bagian bawah kapal. (3) Menentukan cepat rambat bunyi di udara. (4) Melakukan survei geofisika untuk mendeteksi lapisan-lapisan batuan yang mengandung minyak bumi. (5) Mendeteksi cacat dan retak pada logam. (6) Mengukur kedalaman pelat logam52
B. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penggunaan model pembelajaran berbasis proyek, antara lain sebagai berikut : 1. Menurut Putri Rahmawati pada skripsinya berjudul ”pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based-Learning) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa peningkatan penguasaan
52
konsep
siswa
setelah
pembelajaran,
pada
Joko Untoro, Buku Pintar Fisika SMP, (Jakarta :Wahyu Media), h.155-156
kelas
yang
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek lebih baik dari kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.53 2. Menurut Noer Azizah dalam skripsinya berjudul”Pengaruh Metode Proyek Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Pada Konsep Pencemaran Lingkungan”,
menyimpulkan
bahwa
terdapat
perbedaan
peningkatan
penguasaan konsep yang signifikan baik pada siswa yang belajar dengan metode ceramah maupun siswa yang belajar dengan metode proyek (Proyek Method) sebelum dan sesudah pembelajaran.54 3. Pada penelitian ini Dwi Yuliaanti menunjukkan metode proyek yang dapat mengembangkan tanggung jawab, etos kerja, kreativitas, serta dapat mengembangkan kemampuan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam kelompok yang dapat menimbulkan kecenderungan berpikir.55 Menurutnya metode proyek merupakan keterampilan dalam memecahkan masalah. Dalam pemecahan masalah diperlukan aktivitas daya pikir atau keterampilan berpikir dan bernalar. 4. Menurut Tri Susanto pada skripsi yang berjudul ”Perbandingan Metode Proyek dengan Metode CTL terhadap hasil belajar biologi siswa” menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode proyek lebih baik dari pembelajaran dengan menggunakan CTL.56 5. Menurut Sabar nurohman pada skripsinya yang berjudul ”Pendekatan ProjectBased Learning Sebagai Upaya Internalisasi Scientific Method Bagi Siswa Calon Guru Fisika”. Menyatakan bahwa pendekatan Project-Based Learning memiliki tahap-tahap pembelajaran yang selaras dengan proses Scientific
53
Rahmawati, Putri Maesaroh “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project BasedLearning) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”, Skripsi, (Jakarta:UIN Syahid,2009), h.43 54 Azizah, Noer, “Pengaruh Metode Proyek Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Pada Konsep Pencemaran Lingkungan”, Skripsi, (Jakarta :UIN Syahid,2008) 55 Yulianti, Dwi, “Penerapan Metode Proyek Pada Pembelajaran Siswa Taman Kanak-kanak : Untuk Pengembangan Kemampuan Berpikir”, Jurnal Ilmu Kependidikan Universitas Negeri Semarang, No.3,Th.2002 56 Tri Susanto, “Pengaruh Metode Proyek dengan Metode CTL terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”, Skripsi (Jakarta :UNJ,2008),h.49
Method. Oleh karena itu, pendekatan Project-Based Learning secara teoritis dapat digunakan sebagai sarana internalisasi.57 6. Menurut Elly Ika Susanti pada skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) terhadap Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Karang Binangun, Lamongan”. Menyatakan bahwa metode pembelajaran berbasis proyek memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.58 7. Nancy Sussiana dalam jurnal ini pembelajarn IPA yang bertolak dari konsep pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi yang diterima individu. Model ini menjelaskan bagaimana cara individu member respon yang datang dari lingkungannya : yakni dengan cara mengorganisaikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan maslah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal.59 Dari kutipan ini bila kita hubungkan dengan metode proyek, dari kriteria yang disebutkan tepat bila kita terapkan metode proyek karena didalam pembelajarn proyek siswa dilibtkan dalam kegiatan investigasi dan penrapan konsep-konsep antar mata pelajaran untuk menemukan konsep baru serta pemecahan masalah. 8. Menurut Staroula Kaldi pada penelitian yang berjudul “The Effectiveness of Project-Based Learning in Primary School Mainstream Classes”. Membahas tentang pengaruh project-based learning terhadap hasil akademik, sikap
57
Sabar Nurohman, “Pendekatan Project-Based Learning Sebagai Upaya Internalisasi Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika”, Skripsi, (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta,2007) 58 Elly Ika Susanti, “Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Terhadap Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Karang Binangun Lamongan”,Skripsi, (Surabaya :IAIN Sunan Ampel, 2008) 59 Nancy Sussiana, “Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan Siswa SLTP”, seminar nasional pendidikan matematika dan IPA, (juli, 2004),h.4
kerjasama, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran, baik siswa yang dimiliki kesulitan belajar ataupun tidak.60 9. Menurut Stevani Indah Purworini pada penelitian yang berjudul “Pembelajaran Berbasis Proyek Sebagai Upaya Mengembangkan Habbit of Mind Studi Kasus di SMP Nasional KPS Balikpapan”. Memberikan hasil penelitian yaitu data kuantitatif yang diperoleh rata-rata 76,94 jika dibandingkan dengan siswa tahun ajaran sebelumnya dimiliki kemampuan setara, diperoleh rata-rata yang cukup signifikan.61 10. Menuru Waras Khamdi pada penelitian ini menyatakan bahwa “pembelajaran berbasis proyek dibandingkan dengan metode pembelajaran lain, memiliki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa”. Kesimpulan tersebut diperoleh dengan memberikan karakteristik pembelajaran berbasis proyek dan dukungan teoritik.62
C. Kerangka Pikir Keberhasilan pembelajaran fisika tidak hanya tergantung pada satu faktor saja. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal seluruh faktor yang mendukung proses
pembelajaran
harus
dilaksanakan
dengan
maksimal.
Pendekatan
keterampilan proses sains tidak akan berhasil bila penunjang yang lain misalkan, perencanaan belajar, pengelolaan dan pemilihan metode yang tepat tidak dilakukan dengan maksimal Pelaksanaan pembelajaran yang merupakan peristiwa interaksi antara siswa dengan guru dalam suasana dalam yang telah dirancang dan didukung dengan model pembelajaran berbasis proyek, dapat menghasilkan perubahan hasil belajar pada siswa. Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa diajak untuk
8. Stavroula Kaldi, “The Effectiveness of Project-Based Learning in Primary School Mainstream Class”, (European Educational Research Association, 2008) 61 Stevani Indah Purworini, “Pembelajaran Berbasis Proyek Sebagai Upaya Mengembangkan Habit of Mind Studi Kasus di SMP Nasional KPS Balikpapan”, Jurnal Pendidikan Inovatif, vol.2,2002 62 Waras Khamdi,”Pembelajaran Berbasis Proyek Model Potensial Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran”, http//lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/23/pembelajaran-berbasis-proyekmodel-potensial-untuk-peningkatan-mutu-pembelajaran/
merancang sebuah proyek dan sensitif terhadap isu-isu yang sedang berkembang yang dapat diaplikasikan dalam proyek tersebut Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa melakukan kegiatan belajar mengajar yang bermakna, siswa merancang proses dan kerangka kerja untuk mencapai hasil. Siswa diharapkan dapat mengelola informasi yang dikumpulkan dan menyusun proyek yang realistis. Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat mempengaruhi hasil belajar fisika siswa, pemahaman terhadap materi fisika diharapkan semakin meningkat, dan proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif. Ilmu fisika merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam yang meliputi peristiwa-peristiwa yang menyebabkan perubahan-perubahan serta mekanismenya, akan lebih mudah dipahami bila diberikan melalui model dan metode pengajaran yang sesuai, dimana akan lebih tertanam dalam ingatan siswa, apabila siswa diikutsertakan dalam membuktikan kebenaran dari konsep-konsep fisika. Pembuktian kebenaran konsep fisika dapat dilakukan melalui eksperimen, disini siswa dapat dilatih melakukan percobaan-percobaan sampai diperoleh kesimpulan dari konsep fisika tersebut. Di dalam pemilihan strategi pengajaran harus diperhatikan karakteristik bidang studi dan kendalanya. Karakteristik bidang studi perlu menjadi pertimbangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan digunakan menyampaikan pengajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat kecermatan suatu media dalam penyampaian pengajaran, kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media serta pengaruh motivasi yang ditimbulkan. Dalam pembelajaran proyek, guru berperan penting dalam kegiatan perencanaan dan penilaian secara meneyeluruh, maksudnya guru sebagai fasilitatir dan salah satu sumber informasi mengatur bagaimana berjalannya pembelajaran agar efektif. Oleh sebab itu, dibutuhkan kecakapan dan keterampilan dalam menjalankan model pembelajaran ini. Sedangkan siswa berperan sebagai pelaksana dalam kegiatan proyek yang dituntut harus mampu berkolaborasi antar siswa dalam kelompok .
Dalam pembelajaran proyek, siswa diprogramkan agar selalu aktif, secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru, bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa. Siswa diusahakan sedemikian rupa hingga memperoleh pengalaman dalam rangka menemukan dan menerapkan sendiri konsep-konsep tersebut sehingga terdapat pengaruh atau tidaknya hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir di atas dapatlah diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, bulan Maret – April tahun ajaran 2009-2010. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SMPN 48 Jakarta, Kebayoran Lama. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi experiment, yaitu metode eksperimen yang pengontrolannya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.63 Dalam quasi eksperimen, kontrol atau pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara penuh. Desain yang digunakan dalam eksperimen semu ini yaitu Control Group PrestestPosttest. Adapun desain dan rancangan penelitiaanya adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Desain Penelitian64 Kelompok
Pretest
Variabel Bebas
Posttest
Eksperimen
Y1
XE
Y2
Kontrol
Y1
XK
Y2
Keterangan : XE
: Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek
XK : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional
63
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). H. 59 64 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2002), Cet. Ke-12, h.86
Y1 : Tes awal (pretest) yang sama pada kedua kelompok Y2 : Tes akhir (posttest) yang sama pada kedua kelompok C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.65 Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMPN 48 Jakarta. Untuk lebih rinci mengenai populasi dapat diuraikan sebagai berikut : Populasi target
: Seluruh siswa SMPN 48 Jakarta
Populasi terjangkau
: Siswa kelas VIII SMPN 48 Jakarta
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.66 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 48 Jakarta sebanyak dua kelas. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah cluster sampling atau disebut juga dengan sampel kelompok. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh siswa di kelas tertentu sebagai sampel penelitian.67 Untuk
menentukan
kelas
mana yang diajarkan
dengan
strategi
pembelajaran berbasis proyek, dilakukan secara random dengan teknik undian karena semua kelas dianggap memiliki kemampuan yang sama sehingga memiliki kesempatan yang sama pula untuk menjadi kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dan didapat kelas VIIIA sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIIIB sebagai kelompok kontrol. D. Variabel Penelitian
65
Ibid, h. 130. Ibid, h. 131 67 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2008). 66
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran berbasis proyek. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa. E. Prosedur Penelitian Langkah-langkah prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Tahap persiapan sebelum penelitian Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah pengurusan surat ijin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, langkah selanjutnya meliputi: a. Menetapkan materi dan alokasi waktu b. Menyusun RPP sesuai dengan pokok materi yang telah ditentukan c. Menyusun instrumen penelitian d. Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan diteliti e. Menentukan sampel penelitian. 2. Tahap pelaksanaan penelitian Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap yang kedua setelah tahap persiapan, tahap pelaksanaan meliputi: a. Menguji coba instrumen penelitian b. Mengolah dan menganalisis data uji coba instrumen c. Memberi pretest pada kelas yang telah ditentukan sampelnya, yaitu sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol d. Menyampaikan pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis proyek pada kelas eksperimen e. Memberikan posttest untuk kedua kelompok. 3. Tahap penyelesaian penelitian Tahap penyelesaian penelitian merupakan tahap terakhir, tahap ini meliputi:
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian b. Menguji hipotesis penelitian.
Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut ini: Tahap Persiapan Sebelum Penelitian
Survei tempat penelitian dan uji coba instrumen
Penyusunan instrumen penelitian dan RPP
Uji coba instumen
Tahap Persiapan Sebelum Penelitian
Tes awal (pretest)
Kegiatan belajar mengajar
Tes akhir (posttest)
Tahap akhir penelitian
Analisis data hasil uji coba instrumen
Kelompok eksperimen (pembelajaran dengan model berbasis proyek) Kelompok kontrol (pembelajaran dengan pendekatan konvensional/metode ceramah ) Analisis data hasil penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian F. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika siswa yang berupa tes pencapaian (achievement test) terdiri dari tes obyektif bentuk pilihan ganda sebanyak 40 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen sama dengan tes yang diberikan kepada kelompok kontrol. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi atau penerapan (C3), dan analisis (C4). Tabel 3.2 kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Fisika Standar kompetensi
Tingkat Kognitif
Kompetensi Dasar
(SK)
C1
6. Memahami
6.2
konsep dan
mendeskripsikan
getaran,
konsep
gelombang dan
dalam kehidupan
bunyi
C2
C3
Jumla C4
1*
2*
7*
4*
5*
26*
11*
28*
h
20
optika dalam
sehari-hari
9*
produk teknologi sehari-hari
27*
12*
13*
19*
17*
20*
21*
23*
37*
24* 32*
7
Jumlah
3
8
2
20
Keterangan : *soal valid Sebelum digunakan untuk penelitian instrumen, instrumen terdiri dari 40 soal terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa di kelas lain yang tidak termasuk kelompok kontrol ataupun kelompok eksperimen guna mengukur validitas dan reabilitas.
1. Pegujian Validitas Instrumen Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi tersebut. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang sebenarnya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian digunakan rumus ”point biserial”. yaitu :68
rpbi
M p Mt
P
SDt
q
Keterangan : 68
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h.79.
rpbi
: Koefisien korelasi poin biserial
Mp
: Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar
Mt
: Mean skor total
Sdt
: Standar deviasi dari skor total
pi
: Proporsi peserta tes yang menjawab benar
qi
: Proporsi peserta tes yang menjawab salah, q = 1 – p Berdasarkan uji tes dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, maka harga
koefisien korelasi untuk n=30 dan α=5% adalah 0.349. Soal dikatakan valid jika rhitung ≥ rtabel yaitu jika rhitung ≥ 0.349. Dari uji coba tes sebanyak 40 soal dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, diperoleh soal yang valid sebanyak 20 soal. 69
2. Pengujian Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman-brown, yaitu :70 2 r1 1 r11 2 2 1 r1 1 2 2
Keterangan : r11
: Koefisien realibilitas instrument
r1/21/2 : rxy yang disebutkan indeks korelasi antara dua belahan instrumen. Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:71
69 70
Lihat Lampiran, h.93-95 Ibid., h.93
a. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari 0.70 berarti tes yang sedang diuji telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable) b. Apabila r11 lebih kecil dari 0.70 berarti bahwa tes yang sedang diuji belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable) Hasil analisis instrumen diperoleh reliabilitas tes sebesar 0.72. Hal ini berarti bahwa tes memiliki reliabilitas yang tinggi sebab r11 lebih kecil dari 0.70.72 3. Taraf Kesukaran Tingkat kesukaran dari suatu tes digunakan untuk mengetahui apakah tiap butir soal termasuk dalam kategori mudah, sedang atau sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal.73 Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran yaitu :
P
B N
Keterangan : P
: Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B
: Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N
: Jumlah peserta tes Klasifikasi tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Rentang
Keterangan
71
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 209
72
Lihat Lampiran,h.96 Suharsimi Arikunto., Op cit, h.208
73
> 0.75
Mudah
0.25 – 0.75
Cukup/sedang
<0.25
Sukar/sulit
Dari uji coba tes sebanyak 20 soal, diperoleh 16 soal bersifat sedang/cukup, 1 soal bersifat mudah dan 3 soal bersifat sulit. 74
4. Daya Pembeda Soal Analisis daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dan membedakan siswa yang pandai (tinggi prestasinya) dengan siswa yang kurang pandai (rendah prestasinya).75 Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal yaitu : D
B A BB 0 .5 N
Keterangan : D
: Daya pembeda
BA
: Jumlah skor benar dari kelompok atas
BB
: Jumlah skor benar dari kelompok bawah
N : Jumlah responden (jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah) Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.3. Klasifikasi Daya Beda76
74
Lihat lampiran, h.97 Suharsimi Arikunto., Op cit, h.213 76 Suharsimi Arikunto, Op Cit., h. 218 75
Rentang
Keterangan
0.00 < DP ≤ 0.20
Jelek (poor)
0.20 < DP ≤0.40
Cukup (satisfactory)
0.41 < DP ≤ 0.70
Baik (good)
0.71 < DP ≤ 1.00
Baik sekali (excellent)
-(negatif)
Semuanya tidak baik
Dari uji coba tes sebanyak 20 soal diperoleh 4 soal bersifat baik sekali, 7 soal bersifat baik, 8 soal bersifat cukup, 1 soal bersifat jelek.77 G. Teknik Analisis Data Setelah melakukan uji coba instrumen, maka dilakukan penelitian. Data penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan tujuan supaya hasilnya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis. Pengolahan dan penganalisasian data penelitian menggunakan statistik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh antara lain: 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel yang sedang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors78 dengan rumus:
L0 F ( Zi ) S ( Zi ) Keterangan : L0 77 78
= Harga mutlak terbesar
Lihat Lampiran, h.98 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2001), hal. 466
F(Zi) = Peluang angka baku S(Zi) = Proporsi angka baku Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar b. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan menggunakan rumus: Zi
Xi X SD
Keterangan : Zi = skor baku Xi = data yang diperoleh X = nilai rata-rata SD = standar deviasi c. Tentukan nilai Ztabel berdasarkan nilai Zi. d. Tentukan nilai F(Zi) berdasarkan Ztabel. Jika Zi negatif (-), maka 0,5 – Ztabel Jika Zi positif (+), maka 0,5 + Ztabel e. Tentukan nilai S(Zi) dengan rumus :
S ( Zi )
BanyaknyaZ1, Z 2, Z 3...Zn n
f. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. g. Ambil data terbesar diantara harga-harga mutlak tersebut ini kita namakan L0 h. Memberikan interpretasi L0, dengan membantingkan dengan Lt. Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis Uji Liliefors.
i. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga L0 dan Lt yang telah didapat. apabila Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima atau data berdistribusi normal. Dan apabila Lhitung > Ltabel, maka H0 ditolak atau data tidak berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher79, dengan rumus:
F
S1
2
S2
2
Dimana : F
= Uji Fisher
S1
= Varian terbesar
S2
= Varian terkecil Apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, berarti data berasal dari data
yang homogen. Dan apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 diterima, berarti data tidak berasal dari data yang homogenya . 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh strategi pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa. Uji hipotesis ini dilakukan untuk melihat perbedaan hasil tes siswa dari kelompok eksperimen dan kontrol. Karena data homogen dan berdistribusi normal maka uji yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus ”t” test. ”t” test adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis
79
Sudjana, Op cit, h. 249
nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean sampel yang diambil tidak terdapat perbedaan yang signifikan.80 Adapun rumus dari ”t” test adalah: X1 X 2
t
dsg
1 1 n1 n 2
(n1 1) S1 (n 2 1) S 2 n1 n 2 2 2
,
dengan dsg
2
Keterangan: X1
: Rata-rata kelompok eksperimen
X2
: Rata-rata kelompok kontrol
n1
: Jumlah sampel pada kelompok eksperimen
n2
: Jumlah sampel pada kelompok kontrol
S12
: Varians kelompok eksperimen S22 : Varians kelompok Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% ( =
0,05), dengan derajat kebebasan sebesar n1 + n2 – 2. Apabila harga t hasil perhitungan lebih kecil dari harga ttabel, maka H0 diterima. Sebaliknya jika harga perhitungan lebih besar atau sama dengan harga ttabel, berarti H0 ditolak.
4. Uji N-Gain Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest. Gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru81. N Gain
skorPostte st Skor Pr etest Skorideal Skor Pr etest
Dengan kategori perolehan sebagai berikut: 80 81
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007), h.278. Yanti Herlanti, “Science education Research”. 2006 all right reserved, h.70.
Tabel 3.7. Kategori N-Gain Nilai N-Gain
Kategori
g > 0.7
Tinggi
0.3 ≤ g ≤ 0.7
Sedang
g < 0.3
Rendah
H. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik penelitian ini adalah sebagai berikut: H0
: µ1 = µ2
Ha
: µ1 > µ2
Keterangan : H0
= Hipotesis nihil atau hipotesis nol
Ha
= Hipotesis alternatif
µ1
= Hasil belajar siswa kelompok eksperimen
µ2
=Hasil belajar siswa kelompok kontrol
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan disajikan deskripsi data, analisis data, interpretasi data dan pembahasan dari hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini ialah data yang terkumpul dari tes yang diberikan kepada siswa-siswi SMPN 48 Jakarta berupa pretest dan posttest yang diberikan pada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. A. Deskripsi Data 1. Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil pretest kelompok kontrol dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai terendah 28, nilai rata-rata (mean) sebesar 44.10, dan standar deviasi (SD) sebesar 10.02. Sedangkan hasil pretest kelompok eksperimen dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 28, nilai rata-rata (mean) sebesar 42.40, dan standar deviasi (SD) sebesar 9.81. Dan data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pemusatan dan Penyebaran
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Data Nilai Terendah
28
28
Nilai Tertinggi
64
68
Rata-rata (Mean)
44.10
42.40
Standar Deviasi (SD)
10.02
9.81
Adapun hasil pretest kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada diagram batang berikut:
Gambar 4.1. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Dari diagram batang di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa pada kelompok kontrol memperoleh nilai antara 42-48 sebanyak 8 siswa atau sebesar 26.67%, sedangkan yang terletak pada interval antara 56-62 yakni nilai yang paling sedikit diperoleh siswa sebanyak 1 siswa atau sebesar 3.33%. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 13 siswa atau 43.33%. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 17 siswa atau sebesar 56.67%. Pada kelompok eksperimen sebagian besar siswa memperoleh nilai antara 42-48 sebanyak 9 siswa atau sebesar 30%, sedangkan yang terletak pada interval antara 63-69 yakni nilai yang paling sedikit diperoleh siswa sebanyak 1 siswa atau sebesar 3.33%. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 14 siswa atau
46.67%. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 16 siswa atau sebesar 53.33%.
2. Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil posttest kelompok kontrol dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 82 dan nilai terendah 46, nilai rata-rata (mean) sebesar 66.70, dan standar deviasi (SD) sebesar 11.29. Sedangkan hasil posttest kelompok eksperimen dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 50, nilai rata-rata (mean) sebesar 75.40, dan standar deviasi (SD) sebesar 12.59. Dan data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pemusatan dan Penyebaran
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Data Nilai Terendah
46
50
Nilai Tertinggi
82
93
Rata-rata (Mean)
66.70
75.40
Standar Deviasi (SD)
11.29
12.59
Adapun hasil posttest kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada diagram batang berikut:
Gambar 4.2. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Dari diagram batang di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa pada kelompok kontrol memperoleh nilai antara 67-73 sebanyak 7 siswa atau sebesar 23.33%, dan tidak ada satupun siswa kelompok kontrol yang mendapat nilai pada interval antara 88-94. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 16 siswa atau 53.33%. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 14 siswa atau sebesar 46.67%. Pada kelompok eksperimen sebagian besar siswa memperoleh nilai antara 74-80 sebanyak 8 siswa atau sebesar 26.67%, sedangkan yang terletak pada interval antara 60-66 yakni nilai yang paling sedikit diperoleh siswa sebanyak 1 siswa atau sebesar 3.33%. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 16 siswa atau 53.33%. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 14 siswa atau sebesar 46.67%. 3.
Hasil N-gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan, maka perlu diadakan
perbandingan hasil pretest
dan posttest dari kedua kelompok serta
membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Adapun hasil perhitungan mean normal gain dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Data Mean N-gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen Jumlah
Mean
Kriteria
Siswa (n)
N-gain
N-gain
Kontrol
30
0.39
Sedang
Eksperimen
30
0.58
Sedang
Kelompok
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada kelompok kontrol diperoleh mean Ngain sebesar 0.39 yang tergolong sedang. Sedangkan pada kelompok eksperimen diperoleh mean N-gain sebesar 0.58 yang juga tergolong sedang. Adapun perbandingan hasil belajar antara kelompok kontrol dan eksperimen yang tergolong rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4. Kategori Nilai N-gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen Normalitas Gain Kelompok Kontrol Kriteria
Jumlah Persentase
Kelompok Eksperimen Kriteria Jumlah
Persentase
Rendah
13
43.33%
Rendah
2
6.67%
Sedang
16
53.33%
Sedang
19
63.33%
Tinggi
1
3.33%
Tinggi
9
30%
Untuk lebih jelasnya perbandingan prosentase nilai normal gain dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini:
Gambar 4.3. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Normal Gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Dari diagram di atas terlihat bahwa siswa pada kelompok eksperimen yang memperoleh kategori N-gain rendah lebih sedikit dibandingkan dengan siswa pada kelompok kontrol, pada kategori N-gain sedang siswa pada kelompok eksperimen lebih banyak dibandingan dengan siswa pada kelompok kontrol dan pada kategori N-gain tinggi siswa pada kelompok eksperimen lebih banyak dibandingkan dengan siswa pada kelompok kontrol. B. Analisis Data 1. Uji Persyaratan Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji Liliefors. Kriteria uji normalitas adalah H0 ditolak jika L0 lebih besar dari Ltabel, dan H0 diterima jika L0 lebih kecil dari Ltabel. Dengan diterimanya H0 berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan jika H0 ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. 1) Uji Normalitas Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, dan hasilnya tampak pada tabel berikut: Tabel 4.5. Uji Normalitas Hasil Pretest L0 N
30
Kontrol
Eksperimen
0.13
0.14
Ltabel
Kesimpulan
0.16
Normal
Dari tabel 4.3 diperoleh L0 Kontrol = 0.13 dan L0 Eksperimen = 0.14, sedangkan Ltabel = 0.16 dengan n = 30. karena L0 Ltabel maka H0 yang menyatakan bahwa populasi berdistribusi normal diterima.
2) Uji Normalitas Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, dan hasilnya tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Uji Normalitas Hasil Posttest L0 N Kontrol
Eksperimen
0.14
0.11
30
Ltabel
Kesimpulan
0.16
Normal
Dari tabel 4.4 diperoleh L0 Kontrol = 0.14 dan L0 Eksperimen = 0.11, sedangkan Ltabel = 0.16 dengan n = 30. karena L0 Ltabel maka H0 yang menyatakan bahwa populasi berdistribusi normal diterima. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F (Fisher). Kriteria uji homogenitas adalah H0 ditolak jika Fhitung lebih besar dari Ftabel
dan H0
diterima jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Dengan diterimanya H0 berarti sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen. 1) Uji Homogenitas Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil pengujian homogenitas hasil pretest tampak pada tabel berikut: Tabel 4.7. Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Pretest Kelompok
Jumlah
Eksperimen
30
Kontrol
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1.04
1.85
Homogen
30
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1.04, sedangkan Ftabel = 1.85 pada taraf signifikansi 5% untuk derajat kebebasan penyebut 29 dan derajat kebebasan
pembilang 29. Karena Fhitung Ftabel, maka H0 diterima yang berarti sampel hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.
2) Uji Homogenitas Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil pengujian homogenitas hasil posttest tampak pada tabel berikut: Tabel 4.8. Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Posttest Kelompok
Jumlah
Eksperimen
30
Kontrol
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1.24
1.85
Homogen
30
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1.24, sedangkan Ftabel = 1.85 pada taraf signifikansi 5% untuk derajat kebebasan penyebut 29 dan derajat kebebasan pembilang 29. Karena Fhitung Ftabel, maka H0 diterima yang berarti sampel hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen. 2. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan persyaratan analisis, ternyata data yang diperoleh memenuhi persyaratan, yaitu datanya berdistribusi normal baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen, kemudian homogenitasnya juga terpenuhi karena kedua sampel tersebut berdasarkan perhitungan ternyata termasuk pada kriteria sampel homogen. Dengan demikian maka pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus yang ditetapkan yaitu uji-t disa dilanjutkan. Dengan kriteria: H0 ditolak jika thitung ttabel H0 diterima jika thitung ttabel
Adapun hasil perhitungan tampak pada tabel berikut: Tabel 4.9. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest dan Posttest Keterangan
Pretest
Posttest
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
Kontrol
X
42.4
44.1
75.4
66.7
S2
96.25
100.48
158.6
127.5
thitung
-0.65 2.00
ttabel Kesimpulan
2.79
Tidak Berbeda
Berbeda
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung pada hasil pretest sebesar -0.65 dan ttabel 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil thitung ttabel atau -0.65 2.00. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada tingkat kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan uji kesamaan dua rata-rata hasil posttest. Dari perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2.79 dan ttabel 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil thitung ttabel atau 2.79 2.00. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
C. Pembahasan Berdasarkan hasil pretest dan posttest yang diberikan pada kelompok kontrol dan eksperimen diketahui selisih skor pretest dan posttest pada kelompok
kontrol sebesar 27.02 dan selisih skor pretest dan
posttest
pada kelompok
eksperimen sebesar 62.35. Dengan demikian, kelompok eksperimen yang dalam pembelajaran menggunakan model berbasis proyek (project based-learning) memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol yang dalam pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Dari hasil analisis tampak pengaruh model pembelajaran berbasis proyek (project based-learning) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ini keduanya berada pada distribusi normal, baik hasil uji pretest dan posttestnya, hal tersebut terbukti pada hasil uji persyaratan analisis yang menyatakan bahwa L0 Ltabel dimana Ltabel pada taraf kepercayaan 95% dengan n=30 sebesar 0.1610. Selain itu kedua kelompok ini juga bersifat homogen, terbukti berdasarkan hasil uji pretest dan posttestnya yang menyatakan bahwa Fhitung Ftabel dimana Ftabel pada taraf kepercayaan 95% sebesar 1.85. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pretest
dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok eksperimen, diperoleh nilai thitung = -0.65 dan nilai ttabel = 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung tidak berbeda di daerah penerimaan H0, yaitu thitung ttabel atau -0.65 2.00. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ratarata skor pretest kelompok kontrol dengan rata-rata skor pretest kelompok eksperimen. Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest dilakukan untuk mengetahui apakah skor posttest kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (project based-learning) lebih besar dibandingkan dengan skor posttest yang menggunakan pembelajaran konvensional, diperoleh thitung = 2.79 dan nilai ttabel= 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung ttabel atau 2.79 2.00. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji normal gain diketahui bahwa nilai rata-rata normal gain dari hasil belajar fisika siswa kelompok eksperimen sebesar 0.58 dan kelompok kontrol sebesar 0.39. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri Rahmawati, bahwa peningkatan penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran, pada kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek lebih baik dari kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional82 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yulianti, penggunaan metode proyek merupakan keterampilan dalam memecahkan masalah. Dalam pemecahan masalah diperlukan aktivitas daya piker atau kemampuan berpikir dan bernalar.83 Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman siswa dalam beraktifitas secara nyata. Model
pembelajaran
berbasis
proyek
adalah
pembelajaran
yang
menitikberatkan pada aktivitas siswa untuk dapat memahami suatu konsep dan prinsip dengan melakukan investigasi yang mendalam tentang suatu masalah dan mencari suatu solusi yang relevan serta diimplementasikan dalam pengerjaan proyek, sehingga siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna dengan pengetahuannya sendiri. Hasil penelitian model berbasis proyek pada kelompok eksperimen ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dalam konsep bunyi pada kelompok eksperimen pada taraf kepercayaan 95% (α= 0.05) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dalam pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.
82
Rahmawati, Putri Maesaroh “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project BasedLearning) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”, Skripsi, (Jakarta:UIN Syahid,2009), h.43 83 Yulianti, Dwi, “Penerapan Metode Proyek Pada Pembelajaran Siswa Taman Kanak-kanak : Untuk Pengembangan Kemampuan Berpikir”, Jurnal Ilmu Kependidikan Universitas Negeri Semarang, No.3,Th.2002
Model Pembelajaran Berbasis Proyek adalah penggerak yang unggul untuk membatu siswa belajar melakukan tugas-tugas otentik dan multidisipliner, mengelola bujet, menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efektif, dan bekerja dengan orang lain. Ada bukti langsung maupun tidak langsung, baik dari guru maupun siswa, bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek menguntungkan dan efektif sebagai metode pembelajaran. Yang lebih penting, ada beberapa bukti bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain, memiliki nilai tinggi dalam peningkata kualitas belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek mengajak siswa untuk bekerjasama dalam kelompok, seperti yang diungkapkan oleh Stavroula Kaldi dalam penelitiannya yang berjudul ”The Effectiveness of Project-Based Learningin Primary School Mainstream Classes” menyatakan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta kemampuan bekerja sama siswa, karena siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide dan belajar unyuk mencari solusi dari masalah nyata.84
D. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama satu bulan, peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya ditujukan untuk mata pelajaran fisika pada konsep bunyi saja sehingga tidak digeneralisasikan untuk konsep yang lain pada mata pelajaran yang sama, ataupun pada mata pelajaran lainnya dan tingkat pendidikan lainya.
84
Stavroula Kaldi, The Effectiveness of Project-Based Learning in Primary School Mainstream Classes, European Educational Research Association,2008.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa, menunjukkan pencapaian yang baik. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan penguasaan hasil belajar siswa setelah pembelajaran, pada kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek lebih baik dari kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2. Pembelajaran berbasis proyek memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar fisika siswa, yaitu peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. B. Saran Berdasarkan temuan pada penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Model pembelajaran berbasis proyek dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fisika. 2. Manajemen waktu yang baik dalam penerapan setiap model, khususnya pembelajaran berbasis proyek akan memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar yang ingin dicapai. 3. Perumusan masalah dan langkah kerja proyek harus diinformasikan kepada siswa secara jelas dan terarah, agar siswa dapat menjalani proses pembelajaran dengan baik. 4. Untuk guru fisika hendaknya selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya, dengan menerapkan pendekatan, metode ataupun model yang bervariasi dalam proses belajar mengajar sehingga siswa pun menjadi senang untuk mengikuti pelajaran.
66
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarata : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Azizah, Noer. 2008. Pengaruh Metode Proyek Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Jakarta :UIN Syahid Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Grant, Michael.M. 2002. Getting A Grip on Project Based-Learning : Theory, Cases and Recomandations. North Carolina : Meredian A middle School Computer Technologies. Journal vol.5. Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah. http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu pengetahuan alam (3 juni 2010) http://id.wikipedia.org/wiki/fisika (3 juni 2010) http://goeroendeso.wordpress.com/2009/11/09/belajar-dan-hasil-belajar/(3juni 2010) http://model-pembelajaran.blogspot.com/2008/08/model-pembelajaran-berbasisproyek.html. http://waras khamdi.com/contect/view/52/16 http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatPBL.php.2005 Kurzel, Frank and Michelle Rath. 2003. Project Based-Learning and Learning Enviroments. University of South Australia : Informing Science Institute. Panen, Paulina. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Purwanto, Ngalim. 2004. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Rahmawati, Putri. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based-Learning) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi. Jakarta : UIN Syahid.
67
Sinurat, Marja. Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.5, No.3, Desember 2003. Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Sudijono, Anas . 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Grafindo Persada. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sukron, Muhammad Bani. Pengembangan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Widyatama, Vol.2, No.4, Desember 2005. Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta :Universitas Sanata Dharma. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta : Tim Prestasi Pustaka Yulianti, Dwi. Penerapan Metode Proyek Pada Pengemabangan Pembelajaran Siswa Taman Kanak-kanak: Untuk Pengembangan Kemampuan Berpikir. Jurnal Ilmu Kependidikan Universitas Negeri Semarang, No.3,Th.2002
68
Lampiran A.1 INSTRUMEN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari Kompetensi Dasar
: 6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari
Materi
Indikator
Soal
Jawaban
Aspek Kognitif
Bunyi
Menyebutkan jenis gelombang bunyi di udara
1. Gelombang
bunyi
di
udara
merupakan
jenis
B
C1
A
C2
gelombang….. a. Transversal b. Longitudinal c. Elektromagnetik d. Sebagian longitudinal dan sebagian transversal
Menjelaskan pengaruh frekuensi getaran
2. Frekuensi getaran mempengaruhi… a. Tinggi rendah bunyi b. Kuat lemah bunyi c. Waktu bunyi
69
d. Cepat rambat bunyi Menerapkan perambatan bunyi
3. Bunyi kereta api sudah terdengar
jika telinga di
A
C2
D
C4
A
C1
dekatkan pada rel sekalipun kereta masih jauh. Hal ini membuktikan bahwa… a. Bunyi dapat merambat melalui besi b. Udara tidak dapat merambatkan bunyi kereta api c. Bunyi kereta sangat nyaring d. Rel kereta terbuat dari besi Menganalisis data untuk mendapatkan sifat bunyi
4. Perhatikan tabel dibawah ini ! Suhu (ºC)
0
Cepat Rambat 332
15
25
340
347
bunyi Dari data di atas menerangkan bahwa sifat bunyi di pengaruhi oleh… a. Keadaan b. Derajat Celcius c. Lamanya Merambat d. Suhu Mengidentifikasi sifat bunyi
5. Di bawah ini yang termasuk sifat bunyi adalah…
70
a. Bunyi merambat memerlukan medium b. Bunyi merupakan gelombang longitudinal c. Bunyi dikatakan keras jika frekuensi tinggi d. Cepat rambat bunyi diudara bergantung pada suhu udara Mendeskripsikan pernyataan yang benar tentang bunyi
6. Dibawah ini yang termasuk pernyataan yang benar
A
C2
B
C3
adalah… a. bunyi merambat memerlukan waktu b. bunyi merambat tidak baik pada zat padat c. sambil menyelam memukul-mukul batu, maka bunyi tidak dapat terdengar d. persamaan dengan adanya kuat terjadi guntur
Mengaplikasikan rumus cepat rambat bunyi
7. Seekor kelelawar yang sedang terbang dalam sebuah gua
memancarkan
suatu
bunyi
dan
menerima
pantulannya 1,5 sekon kemudian. Jika cepat rambat bunyi 340 m/s. Maka jarak dinding ke gua dari kelelawar saat itu adalah… a. 225 m b. 255m c. 240 m
71
d. 280 m Menganalisis panjang gelombang
8. Bunyi yang dihasilkan RRI Jakarta memiiliki frekuensi
A
C3
D
C1
B
C1
B
C3
2 Hz, jika cepat rambat bunyi di udara 300 m/s, maka panjang gelombang RII Jakarta adalah… a. 600m/s b. 606 m/s c. 100 m/s d. 500 m/s
Mengidentifikasi frekuensi bunyi 9. Bunyi diatas frekuensi 20000 Hz disebut… supersonik
a. Bunyi supersonik b. Bunyi infrasonik c. Bunyi hipersonik d. Bunyi ultrasonik
Menjelaskan contoh dari bunyi ultrasonik
10.Hewan yang dapat menimbulkan dan mendengar ultrasonik di antaranya … a. Manusia dan kelelawar b. Kelelawar dan ikan lumba-lumba c. Anjing dan ikan d. Ikan dan jangkrik
Mengaplikasikan rumus untuk
11. Seorang peneliti sedang mengukur kedalaman laut
72
mencari kedalaman laut
menembakkan bunyi ultrasonik ke dasar laut. Jika cepat rambat bunyi 340 m/s dan selang waktu pantulan bunyi yang diterima adalah 0,2 s, maka kedalaman laut adalah... a. 1630 m b. 1360 m c. 1330 m d. 1660 m
Menganalisis soal untuk mencari kedalaman laut
12. Sebuah alat mengirimkan pulsa ultrasonik ke dasar
A
C3
B
C1
laut. Bila gema diterima setelah 2 sekon dan cepat rambat rata-rata dalm air laut 1.400 m/s maka kedalaman lautan… a. 700 b. 1400 c. 2.800 d. 3.500
Menyebutkan bentuk rambatan bunyi di udara
13. Gelombang bunyi merambat di udara dalam bentuk… a. Bukit dan lembah gunung b. Rapatan dan renggangan c. Gelombang transversal
73
d. Bukit dan renggangan Mendeskripsikan syarat terjadinya bunyi
14. Dibawah ini adalah syarat agar terjadi bunyi di dengar
C
C2
A
C2
A
C4
kecuali.. a. Ada sumber bunyi b. Ada pembicaraan yang perlu di sampaikan c. Ada zat pewarna d. Ada telinga yang normal
Mengurutkan kecepatan medium rambatan bunyi
15. Medium perambatan bunyi dari yang paling cepat sampai yang paling rambat berbentuk… a. Padat, cair dan gas b. Gas, cair dan padat c. Cair, padat dan gas d. Padat, gas dan cair
Menganalisis kejadian seharihari pada peristiwa bunyi
16. Pada siang hari, bunyi dapat didengar lebih nyaring daripada malam hari karena… a. Suhu udara dipermukaan bumi lebih dingin di bandingkan suhu udara diatasnya. b. Pada malam hari tidak terdapat sinar matahari c. Suhu udara dipermukaan bumi lebih panas di bandingkan suhu udara diatasnya
74
d. Pada malam hari sumber bunyi yang lebih sedikit Mengidentifikasi pengaruh cepat rambat bunyi
17. Kecepatan rambat bunyi di udara di pengaruhi oleh…
C
C1
D
C2
C
C3
a. Suhu udara b. Ketinggian Udara c. Tekanan udara d. Sumber bunyi
Menjelaskan pengaruh kuat bunyi
18. Hal yang dapat mempengaruhi kuat bunyi adalah sebagai berikut, kecuali... a. Jarak b. Dinding pemantul c. Zat perantara d. Resonansi
Mengaplikasikan rumus kecepatan bunyi
19. Tono berteriak didepan tebing yang jaraknya dari tempat dia berdiri adalah 75 m. Jika bunyi pantulan terdengar
0,5 sekon setelah bunyi aslinya, berapa
kecepatan bunyi di udara pada saat itu adalah… a. 300 m/s b. 340 m/s c. 320 m/s d. 360 m/s
75
Menganalisis soal untuk mencari kedalaman laut
20. Getaran osilator pada kapal diterima kembali oleh
A
C3
D
C1
D
C4
hidrofon 0,4 detuk setelah dipancarkan. Apabila cepat rambat bunyi didalam laut 1.400 m/detik, Maka kedalaman laut yang dapat diukur… a. 140 m b. 280 m c. 560 m d. 1.120 m
Menyebutkan frekuensi bunyi supersonik
21. Bunyi yang frekuensinya antara 20 Hz-20 KHz disebut… a. Infrasonik b. Supersonik c. Sonik d. Audiosonik
Menjelaskan perbedaan sumber bunyi
22. Dua sumber bunyi di bunyikan bersamaan sumber bunyi pertama frekuensi 640 Hz dan sumber bunyi kedua berfrekuensi 1.280 Hz. Pernyataan yang benar adalah… a. Kecepatan bunyi pertama lebih besar daripada kecepatan bunyi pertama
76
b. Kecepatan bunyi pertama lebih kecil daripada kecepatan bunyi pertama c. Kecepatan bunyi pertama dan kedua sama besar d. Gelombang bunyi keduanya sama Mengaplikasikan rumus untuk mencari kedalaman laut
23. Suatu alat yang disebut fathometer mengirimkan pulsa
C
C3
A
C3
ultrasonik ke dasar laut. Bila gema di terima setelah 1 sekon dan kecepatan rambat bunyi dalam air laut 1400 m/s. kedalaman laut adalah… a. 700 m b. 1000 m c. 1400 m d. 2000 m
Menganalisis soal untuk mengetahui kedalaman laut
24. Kedalaman laut akan diukur dengan teknik pantulan ultrasonic. Getaran pulsa ultrasonik yang dipancarkan dari kapal, diterima kembali oleh penerima di kapal 4 detik kemudian. Jika cepat rambat bunyi dalam air laut 1.400 m/s, maka kedalaman laut adalah… a. 350 m b. 700 m c. 2.800 m
77
d. 5.600 m Mengidentifikasi sifat bunyi
25. Sifat bunyi memiliki beberapa sifat salah satunya
A
C1
B
C2
B
C2
C
C4
adalah… a. Bunyi dapat merambat dalam ruang hampa udara b. Bunyi dapat merambat tanpa medium c. Bunyi merupakan gelombang longitudinal d. Bunyi merupakan gelombang transversal Menjelaskan perambatan gelombang bunyi
26. Gelombang bunyi tidak dapat merambat melalui… a. Air dingin b. Ruang hampa c. Besi panas d. Udara di pegunungan
Menerapkan konsep bunyi pada garpu tala
27.Garpu tala dipukul, maka daunnya itu bergetar dan bunyi terdengar. Maka kesimpulannya … a. Bunyi ditimbulkan oleh benda bergetar b. Bunyi ditimbulkan oleh benda yang dipukuli c. Bunyi ditimbulkan dari garpu tala yang dipukuli d. Bunyi ditimbulkan dari semua benda
Menghubungkan konsep bunyi
28. Bunyi petir dapat kita dengar setelah beberapa saat kita
78
dalam kehidupan sehari-hari
melihat cahaya petir. hal ini disebabkan… a. Bunyi dan cahaya tidak terjadi secara bersamaan b. Bunyi
merupakan
gelombang
longitudinal
sedangkan cahaya merupakan gelombang tranversal c. Cahaya merambat lebih cepat dari bunyi d. Cahaya mengikuti aliran udara Menyebutkan contoh sumber bunyi
29. Garpu tala, gitar, angklung, dan gong merupakan …
B
C1
C
C1
C
C3
a. Alat pembantu bunyi b. Sumber bunyi c. Pemantul bunyi d. Perambat bunyi
Menghubungkan suhu dengan kecepatan bunyi
30. Pada suhu yang lebih tinggi kecepatan bunyi menjadi… a. Sama saja b. Semakin kecil c. Semakin besar d. Tidak menentu
Mengaplikasikan soal untuk
31. Sejenis garpu tala dapat mengeluarkan frekuensi
mencari panjang gelombang
sebesar 200 Hz. Kalau kecepatan rambat bunyi di udara = 340 m/detik,maka besarnya panjang gelombang….
79
a. 1,7 m b. 140 m c. 10 m d. 540 m Menganalisis soal untuk mencari
32. Seorang pengamat melihat sebuah roket terbakar di
jarak antara roket dengan
angkasa dalam 5 detik kemudian terdengar bunyi
pengamat
dentuman. Jika cepat rambat bunyi diudara kemudian
A
C3
C
C1
320 m/s, jarak roket yang meledak dari pengamat adalah… a. 64 m b. 325 m c. 1.600 m d. 3.200 m
Menyebutkan faktor yang
33. Faktor yang membedakan desah, dentum dan nada
membedakan desah, dentum dan
adalah…
nada
a. Frekuensi b. Amplitudo c. Periode d. Panjang gelombang
80
Menjelaskan contoh dari ultrasonik
34. Pesawat yang kecepatannya melebihi cepat rambat
B
C2
A
C2
D
C4
suara diudara dinamakan… a. Infrasonik b. Ultrasonik c. Supersonik d. Suprasonik
Menghubungkan amplitudo dengan frekuensi bunyi
35. Apabila amplitudo dari suatu sumber bunyi diperbesar maka… a. Frekuensinya akan lebih tinggi b. Nadanya akan lebih lemah c. Frekuensinya akan lebih rendah d. Nadanya akan lebih keras
Menganalisis frekuensi dasar pada dawai
36. Sebuah senar yang terikat ujung-ujungnya dipetik sehingga menghasilkan frekuensi nada dasar. Jika senar dasar diperpanjang dua kali semula maka frekuensi dasarnya menjadi…. a. 4 semula b. 2 kali semula c. ½ kali semula d. ¼ kali semula
81
Mengidentifikasikan gelombang bunyi
37. Gelombang bunyi termasuk gelombang…
B
C1
B
C2
a. Teransversal b. Longitudinal c. Elektromagnetik d. Longitudinal dan transversal
Mendeskripsikan tentang gema
38. Pernyataan dibawah ini yang salah berkitan dengan gema adalah… a. bunyi pantul dating setelah bunyi asli b. terjadi di tempat terbuka c. bunyi asli terdengar jelas d. bunyi asli mengikut bunyi pantul
Menerapkan konsep bunyi dalam 39. Bila kita memukul gong terjadilah perapatan dan kehidupan sehari-hari
peregangan
udara
di
sekelilingnya,
akhirnya
gelombang sampai ketelinga kita, gelombang yang terjadi di atas ini dinamakan gelombang… a. Transversal b. Longitudinal
C4 A
82
c. Elektromagnetik d. Radiasi
Menganalisis suatu peristiwa yang terjadi pada garpu tala
40. Sebuah benda yang sedang bergetar didekatkan pada sebuah garputala, tetapi garputala tidak pernah ikut bergetar. Hal ini menunjukkan bahwa antara benda dan garputala tidak memiliki… a. Jenis yang sama b. Amplitudo yang sama c. Panjang gelombang yang sama d. Frekuensi yang sama
D
C4
83
Lampiran A.2 SOAL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN TES HASIL BELAJAR Nama : Kelas :
1. Gelombang bunyi di udara merupakan jenis gelombang.... a. transversal b. longitudinal c. ektromagnetik d. sebagian longitudinal dan sebagian transversal 2. Frekuensi getaran mempengaruhi…. a. tinggi rendah bunyi b. kuat lemah bunyi c. waktu bunyi d. cepat rambat bunyi 3. Bunyi kereta api sudah terdengar jika telinga di dekatkan pada rel sekalipun kereta masih jauh. Hal ini membuktikan bahwa…. a. bunyi dapat merambat melalui besi b. udara tidak dapat merambatkan bunyi kereta api c. bunyi kereta sangat nyaring d. rel kereta terbuat dari besi 4. Perhatikan tabel dibawah ini ! Suhu (ºC) Cepat
0
Rambat 332
15
25
340
347
bunyi Dari data di atas menerangkan bahwa sifat bunyi di pengaruhi oleh…. a. keadaan b. derajat Celcius c. lamanya Merambat d. suhu
5. Di bawah ini yang termasuk sifat bunyi adalah…. a. bunyi merambat memerlukan medium b. bunyi merupakan gelombang longitudinal c. bunyi dikatakan keras jika frekuensi tinggi d. cepat rambat bunyi diudara bergantung pada suhu udara 6. Dibawah ini yang termasuk pernyataan yang benar adalah…. a. bunyi merambat memerlukan waktu b. bunyi merambat tidak baik pada zat padat c. sambil menyelam memukul-mukul batu, maka bunyi tidak dapat terdengar d. persamaan dengan adanya kuat terjadi guntur 7. Seekor kelelawar yang sedang terbang dalam sebuah gua memancarkan suatu bunyi dan menerima pantulannya 1,5 sekon kemudian. Jika cepat rambat bunyi 340 m/s. Maka jarak dinding ke gua dari kelelawar saat itu adalah…. a. 225 b. 255 c. 240 d. 280 8. Bunyi yang dihasilkan RRI Jakarta memiiliki frekuensi 2x10 Hz, jika cepat rambat bunyi di udara 3x10 m/s, maka panjang gelombang RII Jakarta adalah…. a. 440 m/s b. 200 m/s c. 100 m/s d. 50 m/s 9. Bunyi diatas frekuensi 20000 Hz disebut…. a. bunyi supersonik b. bunyi infrasonik c. bunyi hipersonik d. bunyi ultrasonik 10.Hewan yang dapat menimbulkan dan mendengar ultrasonik di antaranya ….
a. manusia dan kelelawar b. kelelawar dan ikan lumba-lumba c. anjing dan ikan d. ikan dan jangkrik 11. Seorang peneliti sedang mengukur kedalaman laut
menembakkan bunyi
ultrasonik ke dasar laut. Jika cepat rambat bunyi 340 m/s dan selang waktu pantulan bunyi yang diterima adalah 0,8 s, maka kedalaman laut adalah.... a. 1630 m b. 1360 m c. 1330 m d. 1660 m 12. Sebuah alat mengirimkan pulsa ultrasonik ke dasar laut. Bila gema diterima setelah 2 sekon dan cepat rambat rata-rata dalm air laut 1.400 m/s maka kedalaman lautan…. a. 700 b. 1400 c. 2.800 d. 3.500 13. Gelombang bunyi merambat di udara dalam bentuk…. a. bukit dan lembah gunung b. rapatan dan renggangan c. gelombang transversal d. bukit dan renggangan 14. Dibawah ini adalah syarat agar terjadi bunyi di dengar kecuali.... a. ada sumber bunyi b. ada pembicaraan yang perlu di sampaikan c. ada zat pewarna d. ada telinga yang normal 15. Medium perambatan bunyi dari yang paling cepat sampai yang paling rambat berbentuk…. a. padat, cair dan gas
b. gas, cair dan padat c. cair, padat dan gas d. padat, gas dan cair 16. Pada siang hari, bunyi dapat didengar lebih nyaring daripada malam hari karena…. a. suhu udara dipermukaan bumi lebih dingin di bandingkan suhu udara diatasnya. b. pada malam hari tidak terdapat sinar matahari c. suhu udara dipermukaan bumi lebih panas di bandingkan suhu udara diatasnya d. pada malam hari sumber bunyi yang lebih sedikit 17. Kecepatan rambat bunyi di udara di pengaruhi oleh…. a. suhu udara b. ketinggian Udara c. tekanan udara d. sumber bunyi 18. Hal yang dapat mempengaruhi kuat bunyi adalah sebagai berikut, kecuali.... a. jarak b. dinding pemantul c. zat perantara d. resonansi 19.Tono berteriak didepan tebing yang jaraknya dari tempat dia berdiri adalah 75 m. Jika bunyi pantulan terdengar 0,5 sekon setelah bunyi aslinya, berapa kecepatan bunyi di udara pada saat itu adalah…. a. 300 m/s b. 340 m/s c. 320 m/s d. 360 m/s 20.Getaran osilator pada kapal diterima kembali oleh hidrofon 0,4 detuk setelah dipancarkan. Apabila cepat rambat bunyi didalam laut 1.400 m/detik, Maka kedalaman laut yang dapat diukur….
a. 140 m b. 280 m c. 560 m d. 1.120 m 21.Bunyi yang frekuensinya antara 20 Hz-20 KHz disebut…. a. infrasonik b. supersonik c. sonik d. audiosonik 22. Dua sumber bunyi di bunyikan bersamaan sumber bunyi pertama frekuensi 640 Hz dan sumber bunyi kedua berfrekuensi 1.280 Hz. Pernyataan yang benar adalah…. a. kecepatan bunyi pertama lebih besar daripada kecepatan bunyi pertama b. kecepatan bunyi pertama lebih kecil daripada kecepatan bunyi pertama c. kecepatan bunyi pertama dan kedua sama besar d. gelombang bunyi keduanya sama 23. Suatu alat yang disebut fathometer mengirimkan pulsa ultrasonik ke dasar laut. Bila gema di terima setelah 1 sekon dan kecepatan rambat bunyi dalam air laut 1400 m/s. kedalaman laut adalah…. a. 700 m b. 1000 m c. 1400 m d. 2000 m 24. Kedalaman laut akan diukur dengan teknik pantulan ultrasonic. Getaran pulsa ultrasonik yang dipancarkan dari kapal, diterima kembali oleh penerima di kapal 4 detik kemudian. Jika cepat rambat bunyi dalam air laut 1.400 m/s, maka kedalaman laut adalah…. a. 350 m b. 700 m c. 2.800 m d. 5.600 m
25. Sifat bunyi memiliki beberapa sifat salah satunya adalah…. a. bunyi dapat merambat dalam ruang hampa udara b. bunyi dapat merambat tanpa medium c. bunyi merupakan gelombang longitudinal d. bunyi merupakan gelombang transversal 26.Gelombang bunyi tidak dapat merambat melalui…. a. air dingin b. ruang hampa c. besi panas d. udara di pegunungan 27.Garpu tala dipukul, maka daunnya itu bergetar dan bunyi terdengar. Maka kesimpulannya …. a. bunyi ditimbulkan oleh benda bergetar b. bunyi ditimbulkan oleh benda yang dipukuli c. bunyi ditimbulkan dari garpu tala yang dipukuli d. bunyi ditimbulkan dari semua benda 28.Bunyi petir dapat kita dengar setelah beberapa saat kita melihat cahaya petir. hal ini disebabkan…. a. bunyi dan cahaya tidak terjadi secara bersamaan b. bunyi merupakan gelombang longitudinal sedangkan cahaya merupakan gelombang tranversal c. cahaya merambat lebih cepat dari bunyi d. cahaya mengikuti aliran udara 29.Garpu tala, gitar, angklung, dan gong merupakan …. a. alat pembantu bunyi b. sumber bunyi c. pemantul bunyi d. perambat bunyi 30.Pada suhu yang lebih tinggi kecepatan bunyi menjadi…. a. sama saja b. semakin kecil
c. semakin besar d. tidak menentu 31. Sejenis garpu tala dapat mengeluarkan frekuensi sebesar 200 Hz. Kalau kecepatan rambat bunyi di udara = 340 m/detik,maka besarnya panjang gelombang…. a. 1,7 m b. 140 m c. 10 m d. 540 m 32.Seorang pengamat melihat sebuah roket terbakar di angkasa dalam 5 detik kemudian terdengar bunyi dentuman. Jika cepat rambat bunyi diudara kemudian 320 m/s, jarak roket yang meledak dari pengamat adalah…. a. 64 m b. 325 m c. 1.600 m d. 3.200 m 33. Faktor yang membedakan desah, dentum dan nada adalah…. a. frekuensi b. amplitudo c. periode d. panjang gelombang 34. Pesawat yang kecepatannya melebihi cepat rambat suara diudara dinamakan…. a. infrasonik b. ultrasonik c. supersonik d. suprasonik 35. Apabila amplitudo dari suatu sumber bunyi diperbesar maka…. a. frekuensinya akan lebih tinggi b. nadanya akan lebih lemah c. frekuensinya akan lebih rendah
d. nadanya akan lebih keras 36. Sebuah senar yang terikat ujung-ujungnya dipetik sehingga menghasilkan frekuensi nada dasar. Jika senar dasar diperpanjang dua kali semula maka frekuensi dasarnya menjadi…. a. 4 semula b. 2 kali semula c. ½ kali semula d. ¼ kali semula 37. Gelombang bunyi termasuk gelombang…. a. transversal b. longitudinal c. elektromagnetik d. longitudinal dan transversal
38. Pernyataan dibawah ini yang salah berkitan dengan gema adalah…. a. bunyi pantul dating setelah bunyi asli b. terjadi di tempat terbuka c. bunyi asli terdengar jelas d. bunyi asli mengikut bunyi pantul
39. Bila kita memukul gong terjadilah perapatan dan peregangan
udara di
sekelilingnya, akhirnya gelombang sampai ketelinga kita. Gelombang yang terjadi diatas dinamakan gelombang.... a. transversal b. longitudinal c. elektromagnetik d. radiasi
40. Sebuah benda yang sedang bergetar didekatkan pada sebuah garputala, tetapi garputala tidak pernah ikut bergetar. benda dan garputala tidak memiliki….
Hal ini menunjukkan bahwa antara
a. jenis yang sama b. amplitudo yang sama c. panjang gelombang yang sama d. frekuensi yang sama
92
Lampiran A.3 Kunci Jawaban soal uji coba instrumen penelitian tes hasil belajar 1. B
11. B
21. D
31. C
2. A
12. A
22. D
32. A
3. A
13. B
23. C
33. C
4. D
14. C
24. A
34. B
5. A
15. A
25. A
35. A
6. A
16. A
26. B
36. D
7. B
17. C
27. B
37. B
8. A
18. D
28. C
38. B
9. D
19. C
29. B
39. A
10. B
20. A
30. C
40. D
NO SUBJEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 16
3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
5 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 16
ANALISIS BUTIR SOAL INSTRUMEN TES
ANALISIS BUTIR SOAL INSTRUMEN TES
ANALISIS BUTIR SOAL INSTRUMEN TES
Perhitungan Reliabilitas
Perhitungan Reliabilitas
Perhitungan Reliabilitas
7 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 16
Nomor Butir Soal Ganjil 9 11 13 15 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 28 12 12 2
17 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 10
19 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 16
21 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2
23 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 10
25 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 11
27 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17
Nomor Butir Soal Ganjil 29 31 33 35 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 17 3 9 2
37 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 12
39 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 16
Jumlah (X) 14 8 7 8 9 8 9 5 9 8 7 5 10 4 5 5 7 9 9 10 8 7 8 5 6 10 13 13 13 9 7 255
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 8
4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 25
6 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 13
8 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8
10 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
Nomor Butir Soal Genap 12 14 16 18 20 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 13 23 14 8 10
Korelasi Product Moment
22 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 19
24 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 13
26 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 12
28 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16
30 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 14
Nomor Butir Soal Genap 32 34 36 38 40 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 13 8 4 7 16
Jumlah (Y) 10 12 4 11 11 6 5 4 10 11 8 6 10 8 8 6 8 8 10 9 6 9 13 8 6 9 10 12 15 8 10 271
NO SUBJEK
X
Y
XY
X2
Y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
14 8 7 8 9 8 9 5 9 8 7 5 10 4 5 5 7 9 9 10 8 7 8 5 6 10 13 13 13 9 7 255
10 12 4 11 11 6 5 4 10 11 8 6 10 8 8 6 8 8 10 9 6 9 13 8 6 9 10 12 15 8 10 271
140 96 28 88 99 48 45 20 90 88 56 30 100 32 40 30 56 72 90 90 48 63 104 40 36 90 130 156 195 72 70 2342
196 64 49 64 81 64 81 25 81 64 49 25 100 16 25 25 49 81 81 100 64 49 64 25 36 100 169 169 169 81 49 2295
100 144 16 121 121 36 25 16 100 121 64 36 100 64 64 36 64 64 100 81 36 81 169 64 36 81 100 144 225 64 100 2573
r1/21/2
0.562202
r11
0.719756
Reliabilitas : 0.72
Lampiran A.8 REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN No Soal
Validitas
Realibilitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Invalid Valid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Valid Valid Invalid Invalid Invalid Invalid Valid Invalid Valid Valid Valid Invalid Valid Valid Invalid Valid Valid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Invalid Valid Invalid Invalid Invalid
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tingkat Kesukaran Sedang Sukar Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang
Daya Pembeda Cukup Baik Buruk Cukup Cukup Buruk Baik Cukup Cukup Buruk Cukup Baik sekali Cukup Buruk Buruk Buruk Baik Cukup Baik Baik sekali Buruk Buruk Cukup Cukup Buruk Baik sekali Baik Cukup Cukup Cukup Buruk Baik Buruk Drop Buruk Drop Baik sekali Buruk Cukup Buruk
Keputusan Digunakan Digunakan Dibuang Digunakan Digunakan Dibuang Digunakan Dibuang Digunakan Dibuang Digunakan Digunakan Digunakan Dibuang Dibuang Dibuang Digunakan Dibuang Digunakan Digunakan Digunakan Dibuang Digunakan Digunakan Dibuang Digunakan Digunakan Digunakan Dibuang Dibuang Dibuang Digunakan Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Digunakan Dibuang Dibuang Dibuang
Lampiran A.9 Nama : Kelas : Pretest Posttest 1. Frekuensi getaran mempengaruhi… a. Tinggi rendah bunyi b. Kuat lemah bunyi c. Waktu bunyi d. Cepat rambat bunyi 2. Di bawah ini yang termasuk sifat bunyi adalah… a. Bunyi merambat memerlukan medium b. Bunyi merupakan gelombang longitudinal c. Bunyi dikatakan keras jika frekuensi tinggi d. Cepat rambat bunyi diudara bergantung pada suhu udara 3. Bunyi yang dihasilkan RRI Jakarta memiiliki frekuensi 2x10 Hz, jika cepat rambat bunyi di udara 3x10 m/s, maka panjang gelombang RII Jakarta adalah… a. 440 m/s b. 200 m/s c. 100 m/s d. 50 m/s 4. Seorang peneliti sedang mengukur kedalaman laut
menembakkan bunyi
ultrasonik ke dasar laut. Jika cepat rambat bunyi 340 m/s dan selang waktu pantulan bunyi yang diterima adalah 0,2 s, maka kedalaman laut adalah... a. 1630 m b. 1360 m c. 1330 m d. 1660 m
5. Sebuah alat mengirimkan pulsa ultrasonik ke dasar laut. Bila gema diterima setelah 2 sekon dan cepat rambat rata-rata dalm air laut 1.400 m/s maka kedalaman lautan… a. 700 b. 1400 c. 2.800 d. 3.500 6.
Bunyi diatas frekuensi 20000 Hz disebut… a. Bunyi supersonik b. Bunyi infrasonik c. Bunyi hipersonik d. Bunyi ultrasonik
7. Seorang peneliti sedang mengukur kedalaman laut
menembakkan bunyi
ultrasonik ke dasar laut. Jika cepat rambat bunyi 340 m/s dan selang waktu pantulan bunyi yang diterima adalah 0,2 s, maka kedalaman laut adalah... a. 1630 m b. 1360 m c. 1330 m d. 1660 m 8. Sebuah alat mengirimkan pulsa ultrasonik ke dasar laut. Bila gema diterima setelah 2 sekon dan cepat rambat rata-rata dalm air laut 1.400 m/s maka kedalaman lautan… a. 700 b. 1400 c. 2.800 d. 3.500 9. Gelombang bunyi merambat di udara dalam bentuk… a. Bukit dan lembah gunung b. Rapatan dan renggangan c. Gelombang transversal d. Bukit dan renggangan
10. Kecepatan rambat bunyi di udara di pengaruhi oleh… a. Suhu udara b. Ketinggian Udara c. Tekanan udara d. Sumber bunyi 11. Tono berteriak didepan tebing yang jaraknya dari tempat dia berdiri adalah 75 m. Jika bunyi pantulan terdengar 0,5 sekon setelah bunyi aslinya, berapa kecepatan bunyi di udara pada saat itu adalah… a. 300 m/s b. 340 m/s c. 320 m/s d. 360 m/s 12. Getaran osilator pada kapal diterima kembali oleh hidrofon 0,4 detuk setelah dipancarkan. Apabila cepat rambat bunyi didalam laut 1.400 m/detik, Maka kedalaman laut yang dapat diukur… a. 140 m b. 280 m c. 560 m d. 1.120 m 13. Bunyi yang frekuensinya antara 20 Hz-20 KHz disebut… a. Infrasonik b. Supersonik c. Sonik d. Audiosonik 14. Suatu alat yang disebut fathometer mengirimkan pulsa ultrasonik ke dasar laut. Bila gema di terima setelah 1 sekon dan kecepatan rambat bunyi dalam air laut 1400 m/s. kedalaman laut adalah… a. 700 m b. 1000 m c. 1400 m d. 2000 m
15. Kedalaman laut akan diukur dengan teknik pantulan ultrasonic. Getaran pulsa ultrasonik yang dipancarkan dari kapal, diterima kembali oleh penerima di kapal 4 detik kemudian. Jika cepat rambat bunyi dalam air laut 1.400 m/s, maka kedalaman laut adalah… a. 350 m b. 700 m c. 2.800 m d. 5.600 m. 16. Gelombang bunyi tidak dapat merambat melalui… a. Air dingin b. Ruang hampa c. Besi panas d. Udara di pegunungan 17. Garpu tala dipukul, maka daunnya itu bergetar dan bunyi terdengar. Maka kesimpulannya … a. Bunyi ditimbulkan oleh benda bergetar b. Bunyi ditimbulkan oleh benda yang dipukuli c. Bunyi ditimbulkan dari garpu tala yang dipukuli d. Bunyi ditimbulkan dari semua benda 18. Bunyi petir dapat kita dengar setelah beberapa saat kita melihat cahaya petir. hal ini disebabkan… a. Bunyi dan cahaya tidak terjadi secara bersamaan b. Bunyi merupakan gelombang longitudinal sedangkan cahaya merupakan gelombang tranversal c. Cahaya merambat lebih cepat dari bunyi d. Cahaya mengikuti aliran udara 19. Seorang pengamat melihat sebuah roket terbakar di angkasa dalam 5 detik kemudian terdengar bunyi dentuman. Jika cepat rambat bunyi diudara kemudian 320 m/s, jarak roket yang meledak dari pengamat adalah… a. 64 m b. 325 m
c. 1.600 m d. 3.200 m 20. Gelombang bunyi termasuk gelombang… a. Teransversal b. Longitudinal c. Elektromagnetik d. Longitudinal dan transversal
Lampiran A.10 Kunci Jawaban Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar 1. A
11. C
2.B
12. A
3.D
13. B
4.C
14. C
5.A
15. A
6.A
16. C
7.B
17. B
8.A
18. C
9.B
19. A
10.C
20. C
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK EKSPERIMEN
Nama Sekolah
: SMPN 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas
: VIII
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
1. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bunyi dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi Bunyi 4. Indikator -
Menjelaskan pengertian bunyi
-
Menyelidiki timbulnya bunyi
-
Menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi
-
Menentukan cepat rambat bunyi pada beberapa medium
5. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : -
Menjelaskan pengertian bunyi
-
Menyelidiki timbulnya bunyi
-
Menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi
-
Menentukan cepat rambat bunyi pada beberapa medium
-
Menunjukan percobaan tentang perambatan gelombang melalui zat padat
6. Metode/Pendekatan/Model Model proyek dengan metode eksperimen dan diskusi
7. Skenario Pembelajaran -
Pertemuan pertama : pre-test
-
Pertemuan kedua
:
a. Kegiatan Awal (15 menit) -
Guru mengabsen dan membuka pelajaran (5 menit)
-
Guru menjelaskan pendekatan pembelajaran yang digunakan dan memberikan gambaran proyek serta pembagian kelompok dan menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan tiap kelompok dan proses penilaian serta membagikan lembar rancangan kegiatan kelompok. (5 menit)
-
Memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang bunyi dan perambatan bunyi. (5 menit)
b. Kegiatan Inti (55 menit) -
Siswa secara berkelompok mengumpulkan alat dan bahan yang telah diberitahu pada pertemuan sebelumnya (5 menit)
-
Guru memberikan tugas proyek berupa LKS tentang “pembuatan telepon untuk mengamati perambatan bunyi pada zat padat” kepada setiap kelompok dan setiap kelompok diberi waktu untuk mengerjakan proyek tersebut. (25 menit)
-
Selama pengerjaan proyek, guru memantau perkembangan pengerjaan proyek siswa.
-
Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan tugasnya yang dipilih secara random (kocokan). (10 menit)
-
Siswa dalam kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang presentasi. (5 menit)
-
Guru memberikan soal latihan kepada siswa. (5 menit)
-
Guru dan siswa membahas soal latihan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya (5 menit)
c. Kegiatan Akhir (10 menit) -
Guru memberitahukan materi dan proyek yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajarinya di rumah. (5 menit)
-
Di bawah bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. (5 menit)
8. Sumber/alat/bahan a.
Sumber
: Lingkungan sekitar sekolah/masyarakat, buku paket sekolah, teknologi informasi (TV, Internet, dll).
b.
Alat dan bahan
: 2 buah kaleng minuman, paku, benang sepanjang 10 m dan Media presentasi
9. Penilaian dan Bentuk instrumen a. Penilaian
: Proyek dan tes tertulis
b. Bentuk instrumen
: Tes essay dan tes objektif posttest (terlampir)
Soal instrumen: 1. Apa yang dimaksud dengan bunyi? 2. Berdasarkan arahnya, bunyi merupakan gelombang? 3. Apa buktinya bahwa bunyi merambat memerlukan medium? 4. Urutkan medium perantara bunyi yang dilalui bunyi dari yang tercepat sampai yang terlambat! 5. Apakah faktor yang mempengaruhi kecepatan perambatan gelombang bunyi?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK EKSPERIMEN
Nama Sekolah
: SMPN 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas
: VIII
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
1. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bunyi dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi Bunyi 4. Indikator -
Merencanakan percobaan untuk mengetahui tinggi rendahnya bunyi
5. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : -
Menjelaskan pengertian frekuensi bunyi
-
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi
-
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya bunyi
6. Metode/Pendekatan/Model Model proyek dengan metode eksperimen dan diskusi 7. Skenario Pembelajaran -
Pertemuan ketiga
:
a. Kegiatan Awal (15 menit) -
Guru mengabsen dan membuka pelajaran (5 menit)
-
Siswa secara berkelompok mengumpulkan alat dan bahan yang telah diberitahu pada pertemuan sebelumnya (5 menit)
-
Memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang frekuensi bunyi (5 menit)
b. Kegiatan Inti (55 menit) -
Guru memberikan tugas proyek berupa LKS tentang “pembuatan seruling untuk mengetahui tinggi dan rendahnya frekuensi” kepada setiap kelompok dan setiap kelompok diberi waktu untuk mengerjakan proyek tersebut. (30 menit)
-
Selama pengerjaan proyek, guru memantau perkembangan pengerjaan proyek siswa.
-
Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan tugasnya berdasarkan random (kocokan). (10 menit)
-
Siswa dalam kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang presentasi. (5 menit)
-
Guru memberikan soal latihan kepada siswa. (5 menit)
-
Guru dan siswa membahas soal latihan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya (5 menit)
c. Kegiatan Akhir (10 menit) -
Guru memberitahukan materi dan proyek yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajarinya di rumah. (5 menit)
-
Di bawah bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. (5 menit)
8. Sumber/alat/bahan a. Sumber
: Lingkungan sekitar sekolah/masyarakat, buku paket sekolah, teknologi informasi (TV, Internet, dll).
b. Alat dan bahan
: 1 buah sedotan, cutter dan media presentasi
9. Penilaian dan Bentuk instrumen a. Penilaian
: Proyek dan tes tertulis
b. Bentuk instrumen
: Tes essay dan tes objektif posttest (terlampir)
Soal instrumen: 1. Apa yang dimaksud dengan frekuensi bunyi? 2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi? 3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya bunyi? 4. Sebutkan beberapa macam frekuensi bunyi beserta contohnya? 5. Sebutkan frekuensi bunyi yang tidak dapat didengar oleh alat pendengaran manusia?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK EKSPERIMEN
1.
Nama Sekolah
: SMPN 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas
: VIII
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bunyi dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi Bunyi 4. Indikator -
Merencanakan percobaan untuk mengetahui resonansi bunyi dalam kehidupan seharihari.
-
Memberikan contoh pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : -
Menjelaskan pengertian resonansi
-
Menjelaskan masalah yang ditimbulkan resonansi
-
Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan bunyi
-
Menjelaskan manfaat pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
6. Metode/Pendekatan/Model Model proyek dengan metode eksperimen dan diskusi
7. Skenario Pembelajaran -
Pertemuan keempat :
a. Kegiatan Awal (15 menit) -
Guru mengabsen dan membuka pelajaran (5 menit)
-
Siswa secara berkelompok mengumpulkan alat dan bahan yang telah diberitahu pada pertemuan sebelumnya (5 menit)
-
Memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang resonansi bunyi (5 menit)
b. Kegiatan Inti (55 menit) -
Guru memberikan tugas proyek berupa LKS tentang untuk mengetahui ada tidaknya resonansi kepada setiap kelompok dan setiap kelompok diberi waktu untuk mengerjakan proyek tersebut. (30 menit)
-
Selama pengerjaan proyek, guru memantau perkembangan pengerjaan proyek siswa.
-
Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan tugasnya berdasarkan random (kocokan). (10 menit)
-
Siswa dalam kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang presentasi. (5 menit)
-
Guru memberikan soal latihan kepada siswa. (5 menit)
-
Guru dan siswa membahas soal latihan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya (5 menit)
c. Kegiatan Akhir (10 menit) -
Guru memberitahukan materi dan proyek yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajarinya di rumah. (5 menit)
-
Di bawah bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. (5 menit)
8. Sumber/alat/bahan a. Sumber
: Lingkungan sekitar sekolah/masyarakat, buku paket sekolah, teknologi informasi (TV, Internet, dll).
b. Alat dan bahan
: 7 buah cincin (ring), benang, statif.
9. Penilaian dan Bentuk instrumen a. Penilaian
: Proyek dan tes tertulis
b. Bentuk instrumen
: Tes essay dan tes objektif posttest (terlampir)
Soal instrumen: 1. Apa yang dimaksud dengan resonansi? 2. Sebutkan syarat terjadinya resonansi pada kedua benda? 3. Sebutkan 5 manfaat pemantulan bunyi? 4. Jelaskan bagaimana terjadinya resonansi? 5. Sebutkan macam-macam bunyi pantul?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK EKSPERIMEN
Nama Sekolah
: SMPN 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas
: VIII
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
1. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bunyi dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi Bunyi 4. Indikator -
Memaparkan karakteristik gelombang bunyi
-
Membedakan infrasonik, ultrasonik, audiosonik
5. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : -
Memaparkan karakteristik gelombang bunyi.
-
Menjelaskan pengertian infrasonik dan contohnya.
-
Menjelaskan pengertian ultrasonik dan contohnya.
-
Menjelaskan pengertian audiosonik dan contohnya.
-
Membedakan infrasonik, ultrasonik, dan audiosonik.
6. Metode/Pendekatan/Model Model proyek dengan metode diskusi
7. Skenario Pembelajaran -
Pertemuan kelima
a. Kegiatan Awal (15 menit) -
Guru mengabsen dan membuka pelajaran (5 menit)
-
Memberitahukan tujuan pembelajaran (5 menit)
-
Memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang karakteristik bunyi (5 menit)
b. Kegiatan Inti (55 menit) -
Guru meminta setiap kelompok mengumpulkan tugas proyek yang telah dikerjakan di rumah. (5 menit)
-
Guru memberikan kesempatan kepada siswa secara berkelompok memahami tugas mereka dan langkah selanjutnya. (10 menit)
-
Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan tugasnya berdasarkan random (kocokan). (25 menit)
-
Siswa dalam kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang presentasi. (5 menit)
-
Guru memberikan soal latihan kepada siswa. (5 menit)
-
Guru dan siswa membahas soal latihan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya (5 menit)
c. Kegiatan Akhir (10 menit) -
Guru memberitahukan materi dan proyek yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajarinya di rumah. (5 menit)
-
Di bawah bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. (5 menit)
8. Sumber/alat/bahan a.
Sumber
: Lingkungan sekitar sekolah/masyarakat, buku paket sekolah, teknologi informasi (TV, Internet, dll).
b.
Alat dan bahan
: Media presentasi
9. Penilaian dan Bentuk instrumen
a. Penilaian
: Proyek dan tes tertulis
b. Bentuk instrumen
: Tes essay dan tes objektif posttest (terlampir)
Soal instrumen: 1. Sebutkan karakteristik dari gelombang bunyi? 2. Apakah yang dimaksud dengan gelombang infrasonik? Berikan contohnya! 3. Apakah yang dimaksud dengan gelombang ultrasonik? Berikan contohnya! 4. Apakah yang dimaksud dengan gelombang audiosonik? Berikan contohnya!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL
Nama Sekolah
: SMPN 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas
: VIII
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
1. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bunyi dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi Bunyi 4. Indikator -
Menjelaskan pengertian bunyi
-
Menyelidiki timbulnya bunyi
-
Menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi
-
Menentukan cepat rambat bunyi pada beberapa medium
5. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : -
Menjelaskan pengertian bunyi
-
Menyelidiki timbulnya bunyi
-
Menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi
-
Menentukan cepat rambat bunyi pada beberapa medium
-
Menunjukan percobaan tentang perambatan gelombang melalui zat padat
6. Metode/Pendekatan/Model Ceramah
7. Skenario Pembelajaran -
Pertemuan pertama : pre-test
-
Pertemuan kedua
:
a. Kegiatan Awal (15 menit) -
Guru mengabsen dan membuka pelajaran (5 menit)
-
Guru memberitahukan tujuan pembelajaran (5 menit)
-
Memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang bunyi (5 menit)
b. Kegiatan Inti (55 menit) -
Guru menjelaskan pengertian bunyi, cepat rambat bunyi dan perambatan bunyi. (30 menit)
-
Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya. (10 menit)
-
Guru memberikan soal latihan kepada siswa. (10 menit)
-
Guru dan siswa membahas soal latihan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya (5 menit)
c. Kegiatan Akhir (10 menit) -
Siswa dibantu guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (5 menit)
-
Guru menutup pelajaran (5 menit)
8. Sumber/alat/bahan a. Sumber
: Lingkungan sekitar sekolah/masyarakat, buku paket sekolah, teknologi informasi (TV, Internet, dll).
9. Penilaian dan Bentuk instrumen a. Penilaian
: Tes tertulis
b. Bentuk instrumen
: Tes essay dan tes objektif posttest (terlampir)
Soal instrumen: 1. Apa yang dimaksud dengan bunyi?
2. Berdasarkan arahnya, bunyi merupakan gelombang? 3. Apa buktinya bahwa bunyi merambat memerlukan medium? 4. Urutkan medium perantara bunyi yang dilalui bunyi dari yang tercepat sampai yang terlambat! 5. Apakah faktor yang mempengaruhi kecepatan perambatan gelombang bunyi?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL
Nama Sekolah
: SMPN 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas
: VIII
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
1. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bunyi dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi Bunyi 4. Indikator -
Merencanakan percobaan untuk mengetahui tinggi rendahnya bunyi
5. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : -
Menjelaskan pengertian frekuensi bunyi
-
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi
-
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya bunyi
6. Metode/Pendekatan/Model Ceramah. 7. Skenario Pembelajaran -
Pertemuan ketiga
:
a. Kegiatan Awal (15 menit) -
Guru mengabsen dan membuka pelajaran (5 menit)
-
Siswa secara berkelompok mengumpulkan alat dan bahan yang telah diberitahu pada pertemuan sebelumnya (5 menit)
-
Memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang frekuensi bunyi (5 menit)
b. Kegiatan Inti (55 menit) -
Guru menjelaskan pengertian frekuensi bunyi, faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi, dan kuat lemahnya bunyi. (30 menit)
-
Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya. (10 menit)
-
Guru memberikan soal latihan kepada siswa. (10 menit)
-
Guru dan siswa membahas soal latihan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya (5 menit)
c. Kegiatan Akhir (10 menit) -
Siswa dibantu guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (5 menit)
-
Guru menutup pelajaran (5 menit).
8. Sumber/alat/bahan a. Sumber
: Lingkungan sekitar sekolah/masyarakat, buku paket sekolah, teknologi informasi (TV, Internet, dll).
9. Penilaian dan Bentuk instrumen c. Penilaian
: Tes tertulis
d. Bentuk instrumen
: Tes essay dan tes objektif posttest (terlampir)
Soal instrumen: 1. Apa yang dimaksud dengan frekuensi bunyi? 2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi? 3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya bunyi? 4. Sebutkan beberapa macam frekuensi bunyi beserta contohnya? 5. Sebutkan frekuensi bunyi yang tidak dapat didengar oleh alat pendengaran manusia?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL
1.
Nama Sekolah
: SMPN 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas
: VIII
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bunyi dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi Bunyi 4. Indikator -
Merencanakan percobaan untuk mengetahui resonansi bunyi dalam kehidupan seharihari.
-
Memberikan contoh pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : -
Menjelaskan pengertian resonansi
-
Menjelaskan masalah yang ditimbulkan resonansi
-
Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan bunyi
-
Menjelaskan manfaat pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
6. Metode/Pendekatan/Model Ceramah.
7. Skenario Pembelajaran -
Pertemuan keempat :
a. Kegiatan Awal (15 menit) -
Guru mengabsen dan membuka pelajaran (5 menit)
-
Siswa secara berkelompok mengumpulkan alat dan bahan yang telah diberitahu pada pertemuan sebelumnya (5 menit)
-
Memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang resonansi bunyi (5 menit)
b. Kegiatan Inti (55 menit) -
Guru menjelaskan tentang resonansi, masalah yang ditimbulkan, pemantulan bunyi dan manfaatnya (30 menit)
-
Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya. (10 menit)
-
Guru memberikan soal latihan kepada siswa. (10 menit)
-
Guru dan siswa membahas soal latihan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya (5 menit)
c. Kegiatan Akhir (10 menit) -
Siswa dibantu guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (5 menit)
-
Guru menutup pelajaran (5 menit).
8. Sumber/alat/bahan a. Sumber
: Lingkungan sekitar sekolah/masyarakat, buku paket sekolah, teknologi informasi (TV, Internet, dll).
b. Penilaian dan Bentuk instrumen c. Penilaian
: Tes tertulis
d. Bentuk instrumen
: Tes essay dan tes objektif posttest (terlampir)
Soal instrumen: 1. Apa yang dimaksud dengan resonansi?
2. Sebutkan syarat terjadinya resonansi pada kedua benda? 3. Sebutkan 5 manfaat pemantulan bunyi? 4. Jelaskan bagaimana terjadinya resonansi? 5. Sebutkan macam-macam bunyi pantul?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL
Nama Sekolah
: SMPN 48 Jakarta
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas
: VIII
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
1. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bunyi dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi Bunyi 4. Indikator -
Memaparkan karakteristik gelombang bunyi
-
Membedakan infrasonik, ultrasonik, audiosonik
5. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : -
Memaparkan karakteristik gelombang bunyi.
-
Menjelaskan pengertian infrasonik dan contohnya.
-
Menjelaskan pengertian ultrasonik dan contohnya.
-
Menjelaskan pengertian audiosonik dan contohnya.
-
Membedakan infrasonik, ultrasonik, dan audiosonik.
6. Metode/Pendekatan/Model Ceramah. 7. Skenario Pembelajaran -
Pertemuan kelima
a. Kegiatan Awal (15 menit) -
Guru mengabsen dan membuka pelajaran (5 menit)
-
Memberitahukan tujuan pembelajaran (5 menit)
-
Memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang karakteristik bunyi (5 menit)
b. Kegiatan Inti (55 menit) -
Guru menjelaskan tentang karakteristik gelombang bunyi, infrasonik, ultrasonik, dan audiosonik. (30 menit)
-
Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya. (10 menit)
-
Guru memberikan soal latihan kepada siswa. (10 menit)
-
Guru dan siswa membahas soal latihan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya (5 menit)
c. Kegiatan Akhir (10 menit) -
Siswa dibantu guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (5 menit)
-
Guru menutup pelajaran (5 mwnit).
8. Sumber/alat/bahan a. Sumber
: Lingkungan sekitar sekolah/masyarakat, buku paket sekolah, teknologi informasi (TV, Internet, dll).
9. Penilaian dan Bentuk instrumen a. Penilaian
: Tes tertulis
b. Bentuk instrumen
: Tes essay dan tes objektif posttest (terlampir)
Soal instrumen: 1. Sebutkan karakteristik dari gelombang bunyi? 2. Apakah yang dimaksud dengan gelombang infrasonik? Berikan contohnya! 3. Apakah yang dimaksud dengan gelombang ultrasonik? Berikan contohnya!
4. Apakah yang dimaksud dengan gelombang audiosonik? Berikan contohnya!
LEMBAR KEGIATAN SISWA Nama Sekolah
:
Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester
:
Kelmpok ( )
:1 2. 3. 4. 5.
A. Tujuan
: Mengetahui ada tidaknya resonansi
B. Alat dan Bahan
:
7 buah cincin (ring) Benang Statif C. Langkah Kerja : 1. Ikat 7 cincin dengan benang dengan panjang seperti berikut : Cincin 1 = 20 cm Cincin 2 = 15 cm Cincin 3 = 20 cm Cincin 4 = 15 cm Cincin 5 = 5 cm Cincin 6 = 10 cm Cincin = 15 cm
2. Ayunlah cincin no 7. Apa yang terjadi dengan cincin yang lain? 3. Apa yang terjadi dengan cincin 2 dan cincin 4? 4. Apa yang terjadi dengan cincin 1, cincin 3, cincin 5 dan cicin 6? 5. Cincin manakah yang ikut bergetar, jika cincin 1 digetarkan? Mengapa hal tersebut terjadi?
D. Kesimpulan Apa yang dapat kamu simpulkan dari percobaan diatas?
LEMBAR KEGIATAN SISWA Nama Sekolah
:
Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester
:
Kelmpok ( )
: 1. 2. 3. 4. 5.
A. Tujuan
: Mengetahui tinggi rendahnya frekuensi
B. Alat dan Bahan
:
1 buah sedotan
Cutter
C. Langkah Kerja
:
1. Buatlah 7 lubang pada sedotan dengan menggunakan cutter
2. Lalu potonglah dan ratakanlah ujung sedotan seperti tampak pada gambar
3. Tutup semua lubang yang ada pada sedotan dengan jari tangan
4. Lalu tiuplah suling sedotan tersebut 5. Perhatikanlah nada yang dihasilkan
6. Kemudian, buka beberapa lubang secara berurutan 7. Perhatikanlah perbedaan nada yang dihasilkan 8. Lalu, tutuplah beberapa lubang secara berurutan dan amati nada yang dihasilkan
9. Manakah lubang yang memiliki bunyi yang terdengar paling keras? 10. Manakah lubang yang memiliki bunyi yang terdengar paling rendah?
D. Kesimpulan Apa yang dapat kamu simpulkan dalam percobaan diatas?
LEMBAR KEGIATAN SISWA Nama Sekolah
:
Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester
:
Kelmpok ( )
: 1. 2. 3. 4. 5.
A. Tujuan
: Mengamati perambatan gelombang bunyi pada zat padat
B. Alat dan Bahan
:
2 buah kaleng bekas minuman
Paku
Palu
Benang
C. Langkah kerja
:
1. Siapkan 2 buah kaleng minuman yang tutupnya telah dibuang sehingga merupakan silinder tanpa tutup
2. Lubangi alas kedua kaleng bekas dengan paku.
3. Siapkan benang sepanjang 10 m.
4. Dengan bantuan temanmu, aturlah posisi benang sedemikian rupa sehingga benang tidak kendor.
5. Gunakan kaleng sebagai corong untuk berbicara dan kaleng yang lain yang dipegang temanmu digunakan untuk mendengarkan ucapanmu.
6. Apakah temanmu dapat mendengar suaramu? 7. Mengapa suara bisa terdengar ketika kita bicara lewat lubang ini? 8. Lakukan kegiatan tersebut secara bergiliran sehingga alat ini berfungsi seperti telepon.
C. Kesimpiulan Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan ini?
Lembar Kerja Siswa 1. Waktu : 90 menit 2. Pembelajaran Siswa
:
Selama kegiatan ini berlangsung, siswa akan mampu : Membedakan infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik Memberikan contoh bunyi infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik 3. Konsep Bunyi 4. Jenis Kegiatan Mengetahui perbedaan bunyi infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik 5. Materi Per-kelas
Per-siswa
Per-kelompok
Mengajukan rancangan
format kegiatan
proyek
Mengakses internet
Melaporkan
hasil
kegiatan proyek
Mempresentasikan hasil kegiatan proyek
Data Hasil Penelitian Skor Pretest Kelompok Kontrol
No Responden X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
Skor 46 39 32 42 42 46 46 64 28 39 36 57 29 61 36 61 46 39 57 32 32 42 54 28 43 50 36 50 54 36
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1. Urutkan data terkecil sampai data terbesar 28
28
29
32
32
32
36
36
36
36
39
39
39
42
42
42
43
46
46
46
46
50
50
54
54
57
57
61
61
64
2. Banyaknya data (n) n
= 30
3. Menentukan rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 64 - 28 R = 36 4. Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 5. Menentukan panjang kelas interval (P) P =
R K
P =
36 =6 6
6. Tabel distribusi frekuensi Interval 28 – 34 35 – 41 42 – 48 49 – 55 56 – 62 63 – 69
Nilai Tengah 31 38 45 52 59 66
Batas Nyata 27.5 – 34.5 34.5 – 41.5 41.5 – 48.5 48.5 – 55.5 55.5 – 62.5 62.5 – 69.5
fabs
fka
fkb
Frel(%)
6 7 8 4 4 1 30
30 24 17 9 5 1
6 13 21 25 29 30
20 23.3 26.7 13.3 13.3 3.3 100
Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Pretest Kelompok Kontrol
Nilai Tengah (xi) 31 38 45 52 59 66
Interval 28 – 34 35 – 41 42 – 48 49 – 55 56 – 62 63 – 69
Frekuensi (fi) 6 7 8 4 4 1 30
Fixi 186 266 360 208 236 66 1322
1. Mean/rata-rata (X) X =
fixi fi
X =
1322 = 44.1 30
2. Median (me)
1 nF 1 30 13 = 41.5 6 2 = 43 Me = b p 2 f 8 3. Modus (mo)
b 87 Mo = b p 1 = 41.5 6 = 42.7 (8 7) (8 4) b1 b2 4. Varians St2 =
n fixi 2 ( fixi ) 2 30.61170 (1322) 2 = n(n 1) 30(30 1)
St2 =
87416 = 100.48 870
5. Simpangan Baku (SD) St =
n fixi 2 ( fixi ) 2 = 100.48 = 10.02 n(n 1)
Xi2 961 1444 2025 2704 3481 4356
Fixi2 5766 10108 16200 10816 13924 4356 61170
Tabel Perhitungan Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
No.
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
28 28 29 32 32 32 36 36 36 36 39 39 39 42 42 42 43 46 46 46 46 50 50 54 54 57 57 61 61 64 1303
Zi -1.6068 -1.6068 -1.507 -1.2076 -1.2076 -1.2076 -0.8084 -0.8084 -0.8084 -0.8084 -0.509 -0.509 -0.509 -0.2096 -0.2096 -0.2096 -0.1098 0.18962 0.18962 0.18962 0.18962 0.58882 0.58882 0.98802 0.98802 1.28743 1.28743 1.68663 1.68663 1.98603
Zt 0.4505 0.4505 0.4394 0.3944 0.3944 0.3944 0.3023 0.3023 0.3023 0.3023 0.2088 0.2088 0.2088 0.0987 0.0987 0.0987 0.0596 0.0987 0.0987 0.0987 0.0987 0.2422 0.2422 0.3749 0.3749 0.4115 0.4115 0.4599 0.4599 0.4798
F(Zi) 0.0495 0.0495 0.0606 0.1056 0.1056 0.1056 0.1977 0.1977 0.1977 0.1977 0.2912 0.2912 0.2912 0.4013 0.4013 0.4013 0.4404 0.5987 0.5987 0.5987 0.5987 0.7422 0.7422 0.8749 0.8749 0.9115 0.9115 0.9599 0.9599 0.9798
S(Zi) 0.03 0.07 0.10 0.13 0.17 0.20 0.23 0.27 0.30 0.33 0.37 0.40 0.43 0.47 0.50 0.53 0.57 0.60 0.63 0.67 0.70 0.73 0.77 0.80 0.83 0.87 0.90 0.93 0.97 1.00
F ( Zi ) S ( Zi ) 0.0195 0.0205 0.0394 0.0244 0.0644 0.0944 0.0323 0.0723 0.1023 0.1323 0.0788 0.1088 0.1388 0.0687 0.0987 0.1287 0.1296 0.0013 0.0313 0.0713 0.1013 0.0122 0.0278 0.0749 0.0449 0.0415 0.0115 0.0299 0.0101 0.0202
Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Pretest Kelompok Kontrol
H0
= Populasi berdistribusi normal
H1
= Populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria Hipotesis :
Tolak H0 jika L0 Lt , Terima H0 jika L0 Lt
1. Kolom Xi Data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar Contoh : Xi = 28 2. Kolom Zi Zi
Xi X 28 44.1 = = -1.6068 S 10.02
3. Kolom Zt Nilai Zi dikonsultasikan pada Ftab, misalnya : cari -1.61 diperoleh Zt = 0.4505 4. Kolom F(Zi) Jika Zi negatif, maka F(Zi) = 0.5 - Zt Jika Zi positif, maka F(Zi) = 0.5 + Zt Karena nilai Zi = -1,61 maka F(Zi) = 0.5 – 0.4505 = 0.0495 5. Kolom S(Zi) S(Zi) =
1 Nomor Re sponden = =0.03 30 Jumlah Re sponden
6. Kolom F ( Zi ) S ( Zi ) Merupakan selisih harga mutlak dan selisih F(Zi) dan S(Zi)
F ( Zi ) S ( Zi ) = (0.0495 0.03) = 0.0195 7. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisih tersebut untuk mendapatkan L0 Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.1388. Kemudian bandingkan L0 dengan Lt yang diambil dari tabel harga kritis liliefors. Dari tabel dapat harga Lt untuk n=30 pada taraf signifikansi = 0.05 adalah 0.1610. Dengan demikian H0 diterima karena L0 kurang dari Lt (0.1388 0.1610). Hal ini berarti data nilai pretest kelompok eksperimen berasal dari populasi berdistribusi normal).
Data Hasil Penelitian Skor Pretest Kelompok Eksperimen
No Responden X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
Skor 68 29 43 36 57 39 54 28 32 46 39 42 50 39 28 46 39 54 32 32 68 43 29 43 39 39 43 46 43 39
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1. Urutkan data terkecil sampai data terbesar 28
28
29
29
32
32
32
36
39
39
39
39
39
39
39
42
43
43
43
43
43
46
46
46
50
54
54
57
68
68
2. Banyaknya data (n) n
= 30
3. Menentukan rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 68 - 28 R = 40 4. Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 5. Menentukan panjang kelas interval (P) P =
R K
P =
40 = 6.7 ≈ 7 6
6. Tabel distribusi frekuensi Interval 28 – 34 35 – 41 42 – 48 49 – 55 56 – 62 63 – 69
Nilai Tengah 31 38 45 52 59 66
Batas Nyata 27.5 – 34.5 34.5 – 41.5 41.5 – 48.5 48.5 – 55.5 55.5 – 62.5 62.5 – 69.5
fabs
fka
fkb
Frel(%)
7 8 9 3 1 2 30
30 23 15 6 3 2
7 15 24 27 28 30
23.3 26.7 30 10 3.3 6.7 100
Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen
Nilai Tengah (xi) 31 38 45 52 59 66
Interval 28 – 34 35 – 41 42 – 48 49 – 55 56 – 62 63 – 69
Frekuensi (fi) 7 8 9 3 1 2 30
Fixi 217 304 405 156 59 132 1273
1. Mean/rata-rata (X) X =
fixi fi
X =
1273 = 42,4 30
2. Median (me)
1 nF 1 30 7 = 34.5 6 2 = 40.5 Me = b p 2 f 8 3. Modus (mo)
b 87 Mo = b p 1 = 34.5 6 = 40.5 (8 7) (8 9 b1 b2 4. Varians St2 =
n fixi 2 ( fixi ) 2 30.56809 (1273) 2 = n(n 1) 30(30 1)
St2 =
83741 = 96.25 870
5. Simpangan Baku (SD) St =
n fixi 2 ( fixi ) 2 = n(n 1)
96.25 = 9.81
Xi2 961 1444 2025 2704 3481 4356
Fixi2 6727 11552 18225 8112 3481 8712 56809
Tabel Perhitungan Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
No.
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
28 28 29 29 32 32 32 36 39 39 39 39 39 39 39 42 43 43 43 43 43 46 46 46 50 54 54 57 68 68 1265
Zi -1.4694 -1.4694 -1.3673 -1.3673 -1.0612 -1.0612 -1.0612 -0.6531 -0.3469 -0.3469 -0.3469 -0.3469 -0.3469 -0.3469 -0.3469 -0.0408 0.06122 0.06122 0.06122 0.06122 0.06122 0.36735 0.36735 0.36735 0.77551 1.18367 1.18367 1.4898 2.61224 2.61224
Zt
F(Zi)
0.4394 0.4394 0.4265 0.4265 0.3749 0.3749 0.3749 0.2734 0.1368 0.1368 0.1368 0.1368 0.1368 0.1368 0.1368 0.0199 0.0596 0.0596 0.0596 0.0596 0.0596 0.1736 0.1736 0.1736 0.3023 0.3944 0.3944 0.4394 0.496 0.496
0.0606 0.0606 0.0735 0.0735 0.1251 0.1251 0.1251 0.2266 0.3632 0.3632 0.3632 0.3632 0.3632 0.3632 0.3632 0.4801 0.5596 0.5596 0.5596 0.5596 0.5596 0.6736 0.6736 0.6736 0.8023 0.8944 0.8944 0.9394 0.996 0.996
S(Zi) 0.03 0.07 0.10 0.13 0.17 0.20 0.23 0.27 0.30 0.33 0.37 0.40 0.43 0.47 0.50 0.53 0.57 0.60 0.63 0.67 0.70 0.73 0.77 0.80 0.83 0.87 0.90 0.93 0.97 1.00
F ( Zi ) S ( Zi ) 0.0306 0.0094 0.0265 0.0565 0.0449 0.0749 0.1049 0.0434 0.0632 0.0332 0.0068 0.0368 0.0668 0.1068 0.1368 0.0499 0.0104 0.0404 0.0704 0.1104 0.1404 0.0564 0.0964 0.1264 0.0277 0.0244 0.0056 0.0094 0.026 0.004
Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Pretest Kelompok Eksperimen
H0
= Populasi berdistribusi normal
H1
= Populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria Hipotesis :
Tolak H0 jika L0 Lt , Terima H0 jika L0 Lt
1. Kolom Xi Data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar Contoh : Xi = 28 2. Kolom Zi Zi
Xi X 28 42.4 = = -1.4694 S 9.81
3. Kolom Zt Nilai Zi dikonsultasikan pada Ftab, misalnya : cari -1.47 diperoleh Zt = 0.4394 4. Kolom F(Zi) Jika Zi negatif, maka F(Zi) = 0.5 - Zt Jika Zi positif, maka F(Zi) = 0.5 + Zt Karena nilai Zi = -1,47 maka F(Zi) = 0.5 – 0.4394 = 0.0606 5. Kolom S(Zi) S(Zi) =
1 Nomor Re sponden = =0.03 30 Jumlah Re sponden
6. Kolom F ( Zi ) S ( Zi ) Merupakan selisih harga mutlak dan selisih F(Zi) dan S(Zi)
F ( Zi ) S ( Zi ) = (0.0606 0.03) = 0.0306 7. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisih tersebut untuk mendapatkan L0 Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.1404. Kemudian bandingkan L0 dengan Lt yang diambil dari tabel harga kritis liliefors. Dari tabel dapat harga Lt untuk n=30 pada taraf signifikansi = 0.05 adalah 0.1610. Dengan demikian H0 diterima karena L0 kurang dari Lt (0.1404 0.1610). Hal ini berarti data nilai pretest kelompok eksperimen berasal dari populasi berdistribusi normal).
Uji Homogenitas Pretest
Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan Hipotesis H0 = Varians populasi kedua variabel yang homogen Ha = Varians populasi kedua variabel yang tidak homogen 2. Bagi data menjadi dua kelompok 3. Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya 4. Tentukan Fhitung dengan rumus : Keterangan :
F
Vb Vk
F
: Homogenitas
Vb
: Varians terbesar
Vk
: Varians terkecil
5. Tentukan kriteria pengujiannya : a. Jika Fhitung Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians populasi dari kedua variabel homogen. b. Jika Fhitung Ftebel maka Ha diterima, yang berarti varians populasi dari kedua variabel tidak homogen.
Dari langkah-langkah diatas diperoleh : 1. Mencari db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil), diperoleh : Db1 (pembilang) = n-1 = 30-1 = 29 Db2 (penyebut) = n-1 = 30-1 = 29 2. Menentukan nilai Fhitung : Berdasarkan tabel persiapan homogenitas diperoleh varians terbesar adalah varians dari kelompok kontrol dan varians terkecil dari kelompok eksperimen, maka Vb =100.48 dan Vk = 96.25 V 100.48 F b = = 1.043 Vk 96.25 3. Menentukan nilai Ftabel : Dengan menggunakan tabel distribusi F dengan signifikansi 5% didapat Ftabel = 1.85. Dengan demikian 1.043 1.85, maka data homogen.
Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t Pretest
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkahlangkah perhitungan : 1. Merumuskan hipotesis H0 : 1 : 2 Ha : 1 2 Keterangan : 1 = Rata-rata pretest siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis proyek (kelompok eksperimen) 1 = Rata-rata pretest siswa yang diajar dengan konvensional (kelompok kontrol) 2. Menentukan kriteria penguji Thitung Ttabel H0 ditolak dan H0 diterima jika Thitung Ttabel 3. Menentukan uji statistik
x1 x 2
t
dsg
dsg
dengan
1 1 n1 n2
(n1 1)V1 (n2 1)V2 n1 n2 2
Keterangan : x1 = rata-rata kelompok eksperimen x2 = rata-rata kelompok kontrol dsg = nilai standar deviasi gabungan n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
dsg t
(n1 1)V1 (n2 1)V2 = n1 n2 2 x1 x 2
1 1 dsg n1 n2
=
42.4 44.1 1 1 9.92 30 30
(30 1)96.25 (30 1)100.48 = 9.917 30 30 2 = -0.65
4. Menentukan Ttabel Dengan menggunakan tabel distribusi t didapat Ttabel = 2.00 pada derajat kebebasan (dk) = (n1+n2)-2 = (30+30)-2 = 58 Dengan demikian thitung ttabel (-0.65 2.00) maka H0 diterima berarti rata-rata pretest siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sama dengan rata-rata siswa yang menggunakan konvensional.
Data Hasil Penelitian Skor Posttest Kelompok Kontrol
No. Responden
Skor
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
61 64 46 54 78 68 50 82 64 54 71 68 68 64 82 71 64 46 68 50 78 75 82 75 54 54 57 75 82 71
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1. Urutkan data terkecil sampai data terbesar 46
46
50
50
54
54
54
54
57
64
61
64
64
64
68
68
68
68
71
71
71
75
75
75
78
78
82
82
82
82
2. Banyaknya data (n) n
= 30
3. Menentukan rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 82 - 46 R = 36 4. Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 5. Menentukan panjang kelas interval (P) P =
R K
P =
36 =6 6
6. Tabel distribusi frekuensi Interval 46 – 52 53 – 59 60 – 66 67 – 73 74 – 80 81 – 87
Nilai Tengah 49 56 63 70 77 84
Batas Nyata 45.5 – 52.5 52.5 – 59.5 59.5 – 66.5 66.5 – 73.5 73.5 – 80.5 80.5 – 87.5
fabs
fka
fkb
Frel(%)
4 5 5 7 5 4 30
30 26 21 16 9 4
4 9 14 21 26 30
13.3 16.7 16.7 23.3 15.7 13.3 100
Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol
Nilai Tengah (xi) 49 56 63 70 77 84
Interval 46 – 52 53 – 59 60 – 66 67 – 73 74 – 80 81 – 87
Frekuensi (fi) 4 5 5 7 5 4 30
Fixi 196 280 315 490 385 336 2002
1. Mean/rata-rata (X) X =
fixi fi
X =
2002 = 66.7 30
2. Median (me)
1 nF 1 30 14 = 66.5 6 2 = 67.4 Me = b p 2 f 7 3. Modus (mo)
b 75 Mo = b p 1 = 66.5 6 = 69.5 (7 5) (7 5) b1 b2 4. Varians St2 =
n fixi 2 ( fixi ) 2 30.137298 (2002) 2 = n(n 1) 30(30 1)
St2 =
110936 = 127.5 870
5. Simpangan Baku (SD) St =
n fixi 2 ( fixi ) 2 = 127.5 = 11.29 n(n 1)
Xi2 2401 3136 3969 4900 5929 7056
Fixi2 9604 15680 19845 34300 29645 28224 137298
Tabel Perhitungan Normalitas Posttest Kelompok Kontrol
No.
Xi
Zi
Zt
F(Zi)
S(Zi)
F ( Zi) S ( Zi)
1 2 3 4 5 6 7
46 46 50 50 54 54 54
-1.8335 -1.8335 -1.4792 -1.4792 -1.1249 -1.1249 -1.1249
0.4678 0.4678 0.4394 0.4394 0.3749 0.3749 0.3749
0.0322 0.0322 0.0606 0.0606 0.1251 0.1251 0.1251
0.03 0.07 0.10 0.13 0.17 0.20 0.23
0.0022 0.0378 0.0394 0.0694 0.0449 0.0749 0.1049
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
54 57 61 64 64 64 64 68 68 68 68 71 71 71 75 75 75 78 78 82 82 82 82
-1.1249 -0.8592 -0.5049 -0.2391 -0.2391 -0.2391 -0.2391 0.11515 0.11515 0.11515 0.11515 0.38087 0.38087 0.38087 0.73516 0.73516 0.73516 1.00089 1.00089 1.35518 1.35518 1.35518 1.35518
0.3749 0.3289 0.2088 0.0987 0.0987 0.0987 0.0987 0.0596 0.0596 0.0596 0.0596 0.1736 0.1736 0.1736 0.2734 0.2734 0.2734 0.3531 0.3531 0.4265 0.4265 0.4265 0.4265
0.1251 0.1711 0.2912 0.4013 0.4013 0.4013 0.4013 0.5596 0.5596 0.5596 0.5596 0.6736 0.6736 0.6736 0.7734 0.7734 0.7734 0.8531 0.8531 0.9265 0.9265 0.9265 0.9265
0.27 0.30 0.33 0.37 0.40 0.43 0.47 0.50 0.53 0.57 0.60 0.63 0.67 0.70 0.73 0.77 0.80 0.83 0.87 0.90 0.93 0.97 1.00
0.1449 0.1289 0.0388 0.0313 0.0013 0.0287 0.0687 0.0596 0.0296 0.0104 0.0404 0.0436 0.0036 0.0264 0.0434 0.0034 0.0266 0.0231 0.0169 0.0265 0.0035 0.0435 0.0735
1973
Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Posttest Kelompok Kontrol
H0
= Populasi berdistribusi normal
H1
= Populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria Hipotesis :
Tolak H0 jika L0 Lt , Terima H0 jika L0 Lt
1. Kolom Xi Data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar Contoh : Xi = 46 2. Kolom Zi Zi
Xi X 46 66.7 = = -1.8335 S 11.29
3. Kolom Zt Nilai Zi dikonsultasikan pada Ftab, misalnya : cari -1.8 diperoleh Zt = 0.4768 4. Kolom F(Zi) Jika Zi negatif, maka F(Zi) = 0.5 - Zt Jika Zi positif, maka F(Zi) = 0.5 + Zt Karena nilai Zi = -1,8 maka F(Zi) = 0.5 – 0.4768 = 0.0322 5. Kolom S(Zi) S(Zi) =
1 Nomor Re sponden = =0.03 30 Jumlah Re sponden
6. Kolom F ( Zi ) S ( Zi ) Merupakan selisih harga mutlak dan selisih F(Zi) dan S(Zi)
F ( Zi ) S ( Zi ) = (0.0322 0.03) = 0.0022 7. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisih tersebut untuk mendapatkan L0 Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.1449. Kemudian bandingkan L0 dengan Lt yang diambil dari tabel harga kritis liliefors. Dari tabel dapat harga Lt untuk n=30 pada taraf signifikansi = 0.05 adalah 0.1610. Dengan demikian H0 diterima karena L0 kurang dari Lt (0.1449 0.1610). Hal ini berarti data nilai posttest kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal).
Data Hasil Penelitian Skor Posttest Kelompok Eksperimen
No. Responden
Skor
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
93 50 86 50 78 68 89 57 71 89 75 68 75 78 54 82 78 82 61 57 93 68 68 86 75 82 86 93 78 78
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1. Urutkan data terkecil sampai data terbesar 50
50
54
57
57
61
68
68
68
68
71
75
75
75
78
78
78
78
78
82
82
82
86
86
86
89
89
93
93
93
2. Banyaknya data (n) n
= 30
3. Menentukan rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 93 - 50 R = 43 4. Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 5. Menentukan panjang kelas interval (P) P =
R K
P =
43 = 7.2 ≈ 7 atau 8, diambil 8 6
6. Tabel distribusi frekuensi Interval 50 – 57 58 – 65 66 – 73 74 – 81 82 – 89 90 – 97
Nilai Tengah 53.5 61.5 69.5 77.5 85.5 93.5
Batas Nyata 49.5 – 57.5 57.5 – 65.5 65.5 – 73.5 73.5 – 81.5 81.5 – 89.5 89.5 – 97.5
fabs
fka
fkb
Frel(%)
5 1 5 8 8 3 30
30 25 24 19 11 3
5 6 11 19 27 30
16.7 3.3 16.7 26.7 26.6 10 100
Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen
Nilai Tengah (xi) 53.5 61.5 69.5 77.5 85.5 93.5
Interval 50 – 57 58 – 65 66 – 73 74 – 81 82 – 89 90 – 97
Frekuensi (fi) 5 1 5 8 8 3 30
Fixi 267.5 61.5 347.5 620 684 280.5 2261
1. Mean/rata-rata (X) X =
fixi fi
X =
2261 = 75.4 30
2. Median (me)
1 nF 1 30 11 = 73.5 6 2 = 76.5 Me = b p 2 f 8 3. Modus (mo)
b 85 Mo = b p 1 = 73.5 6 = 79.5 (8 5) (8 8) b1 b2 4. Varians St2 =
n fixi 2 ( fixi ) 2 30.175003.5 (2261) 2 = n(n 1) 30(30 1)
St2 =
137984 = 158.6 870
5. Simpangan Baku (SD) St =
n fixi 2 ( fixi ) 2 = 158.6 = 12.59 n(n 1)
Xi2 2862.25 3782.25 4830.25 6006.25 7310.25 8742.25
Fixi2 14311.25 3782.25 24151.25 48050 58482 26226.75 175003.5
Tabel Perhitungan Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen
No.
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
50 50 54 57 57 61 68 68 68 68 71 75 75 75 78 78 78 78 78 82 82 82 86 86 86 89 89 93 93 93 2248
Zi -2.0175 -2.0175 -1.6998 -1.4615 -1.4615 -1.1438 -0.5878 -0.5878 -0.5878 -0.5878 -0.3495 -0.0318 -0.0318 -0.0318 0.20651 0.20651 0.20651 0.20651 0.20651 0.52423 0.52423 0.52423 0.84194 0.84194 0.84194 1.08022 1.08022 1.39793 1.39793 1.39793
Zt 0.4798 0.4798 0.4599 0.4394 0.4394 0.3749 0.2422 0.2422 0.2422 0.2422 0.1368 0.0199 0.0199 0.0199 0.0987 0.0987 0.0987 0.0987 0.0987 0.2088 0.2088 0.2088 0.3023 0.3023 0.3023 0.3749 0.3749 0.4265 0.4265 0.4265
F(Zi) 0.0202 0.0202 0.0401 0.0606 0.0606 0.1251 0.2578 0.2578 0.2578 0.2578 0.3632 0.4801 0.4801 0.4801 0.5987 0.5987 0.5987 0.5987 0.5987 0.7088 0.7088 0.7088 0.8023 0.8023 0.8023 0.8749 0.8749 0.9265 0.9265 0.9265
S(Zi) 0.03 0.07 0.10 0.13 0.17 0.20 0.23 0.27 0.30 0.33 0.37 0.40 0.43 0.47 0.50 0.53 0.57 0.60 0.63 0.67 0.70 0.73 0.77 0.80 0.83 0.87 0.90 0.93 0.97 1.00
F ( Zi ) S ( Zi ) 0.0098 0.0498 0.0599 0.0694 0.1094 0.0749 0.0278 0.0122 0.0422 0.0722 0.0068 0.0801 0.0501 0.0101 0.0987 0.0687 0.0287 0.0013 0.0313 0.0388 0.0088 0.0212 0.0323 0.0023 0.0277 0.0049 0.0251 0.0035 0.0435 0.0735
Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Posttest Kelompok Eksperimen
H0
= Populasi berdistribusi normal
H1
= Populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria Hipotesis :
Tolak H0 jika L0 Lt , Terima H0 jika L0 Lt
1. Kolom Xi Data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar Contoh : Xi = 50 2. Kolom Zi Zi
Xi X 50 75.4 = = -2.0174 S 12.59
3. Kolom Zt Nilai Zi dikonsultasikan pada Ftab, misalnya : cari -2.02 diperoleh Zt = 0.4798 4. Kolom F(Zi) Jika Zi negatif, maka F(Zi) = 0.5 - Zt Jika Zi positif, maka F(Zi) = 0.5 + Zt Karena nilai Zi = -2.02 maka F(Zi) = 0.5 – 0.4798 = 0.0202 5. Kolom S(Zi) S(Zi) =
1 Nomor Re sponden = =0.03 30 Jumlah Re sponden
6. Kolom F ( Zi ) S ( Zi ) Merupakan selisih harga mutlak dan selisih F(Zi) dan S(Zi)
F ( Zi ) S ( Zi ) = (0.0202 0.03) = 0.0098 7. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisih tersebut untuk mendapatkan L0 Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.1094. Kemudian bandingkan L0 dengan Lt yang diambil dari tabel harga kritis liliefors. Dari tabel dapat harga Lt untuk n=30 pada taraf signifikansi = 0.05 adalah 0.1610. Dengan demikian H0 diterima karena L0 kurang dari Lt (0.1094 0.1610). Hal ini berarti data nilai posttest kelompok eksperimen berasal dari populasi berdistribusi normal).
Uji Homogenitas Posttest
Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan Hipotesis H0 = Varians populasi kedua variabel yang homogen Ha = Varians populasi kedua variabel yang tidak homogen 2. Bagi data menjadi dua kelompok 3. Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya 4. Tentukan Fhitung dengan rumus : Keterangan :
F
Vb Vk
F
: Homogenitas
Vb
: Varians terbesar
Vk
: Varians terkecil
5. Tentukan kriteria pengujiannya : a. Jika Fhitung Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians populasi dari kedua variabel homogen. b. Jika Fhitung Ftebel maka Ha diterima, yang berarti varians populasi dari kedua variabel tidak homogen.
Dari langkah-langkah diatas diperoleh : 1. Mencari db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil), diperoleh : Db1 (pembilang) = n-1 = 30-1 = 29 Db2 (penyebut) = n-1 = 30-1 = 29 2. Menentukan nilai Fhitung : Berdasarkan tabel persiapan homogenitas diperoleh varians terbesar adalah varians dari kelompok kontrol dan varians terkecil dari kelompok eksperimen, maka Vb =158.6 dan Vk = 127.5 V 158.6 F b = = 1.24 Vk 127.5 3. Menentukan nilai Ftabel : Dengan menggunakan tabel distribusi F dengan signifikansi 5% didapat Ftabel = 1.85. Dengan demikian 1.24 1.85, maka data homogen.
Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t Posttest
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkahlangkah perhitungan : 1. Merumuskan hipotesis H0 : 1 : 2 Ha : 1 2 Keterangan : 1 = Rata-rata posttest siswa yang diajar demgan model pembelajaran berbasis proyek (kelompok eksperimen) 1 = Rata-rata posttest siswa yang diajar dengan konvensional (kelompok kontrol) 2. Menentukan criteria penguji Thitung Ttabel H0 ditolak dan H0 diterima jika Thitung Ttabel 3. Menentukan uji statistik
x1 x 2
t
dsg
dsg
dengan
1 1 n1 n2
(n1 1)V1 (n2 1)V2 n1 n2 2
Keterangan : x1 = rata-rata kelompok eksperimen x2 = rata-rata kelompok kontrol dsg = nilai standar deviasi gabungan n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
dsg t
(n1 1)V1 (n2 1)V2 = n1 n2 2 x1 x 2
1 1 dsg n1 n2
=
75.4 66.7 1 1 11.96 30 30
(30 1)158.6 (30 1)127.5 = 11.96 30 30 2 = 2.79
4. Menentukan Ttabel Dengan menggunakan tabel distribusi t didapat Ttabel = 2.00 pada derajat kebebasan (dk) = (n1+n2)-2 = (30+30)-2 = 58 Dengan demikian thitung ttabel (2.79 2.00) maka H0 ditolak berarti rata-rata posttest siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek lebih besar daripada rata-rata siswa yang menggunakan konvensional.
Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
No.
Pretest
Postes
N-gain
Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
68 29 43 36 57 39 54 28 32 46 39 42 50 39 28 46 39 54 32 32 68 43 29 43 39 39 43 46 43 39
93 50 86 50 78 68 89 57 71 89 75 68 75 78 54 82 78 82 61 57 93 68 68 86 75 82 86 93 78 78
0.78 0.29 0.75 0.22 0.49 0.48 0.76 0.40 0.57 0.80 0.59 0.45 0.50 0.64 0.36 0.67 0.64 0.61 0.43 0.37 0.78 0.44 0.55 0.75 0.59 0.70 0.75 0.87 0.61 0.64
Tinggi Rendah Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi N-gain Kelompok Eksperimen
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1. Urutkan data terkecil sampai data terbesar 0.22
0.29 0.36 0.37
0.40
0.43
0.44
0.45
0.48
0.49
0.50
0.55 0.57 0.59
0.59
0.61
0.61
0.64
0.64
0.64
0.67
0.70 0.75 0.75
0.75
0.76
0.78
0.78
0.80
0.87
2. Banyaknya data (n) n
= 30
3. Menentukan rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 0.87 – 0.22 R = 0.65 4. Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 5. Menentukan panjang kelas interval (P) P =
R K
P =
0.65 = 0.108 ≈ 0.11 6
6. Tabel distribusi frekuensi Interval 0.22 - 0.32 0.33 – 0.43 0.44 – 0.54 0.55 - 0.65 0.66 - 0.76 0.77 - 0.87
Nilai Tengah 0.27 0.38 0.49 0.60 0.71 0.82
fabs
fka
fkb
Frel(%)
2 4 5 9 6 4 30
30 28 24 19 10 4
2 6 11 20 26 30
6.7 13.3 16.7 30 20 13.3 100
Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-gain Kelompok Eksperimen
Interval 0.22 - 0.32 0.33 – 0.43 0.44 – 0.54 0.55 - 0.65 0.66 - 0.76 0.77 - 0.87
Nilai Tengah (xi) 0.27 0.38 0.49 0.60 0.71 0.82
Frekuensi (fi) 2 4 5 9 6 4 30
Fixi 0.54 1.52 2.45 5.40 4.26 3.28 17.45
1. Mean/rata-rata (X) X =
fixi fi
X =
17.45 = 0.58 30
2. Varians
3.
St2 =
n fixi 2 ( fixi ) 2 30.10,8781 (17.45) 2 = n(n 1) 30(30 1)
St2 =
21.8405 = 0.025 870
Simpangan Baku (SD) St =
n fixi 2 ( fixi ) 2 = n(n 1)
0.025 = 0.16
Xi2
Fixi2
0.0729 0.1444 0.2401 0.3600 0.5041 0.6724
0.1458 0.5776 1.2005 3.2400 3.0246 2.6896 10.8781
Tabel Perhitungan Normalitas N-gain Kelompok Eksperimen
No.
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0.22 0.29 0.36 0.37 0.4 0.43 0.44 0.45 0.48 0.49 0.5 0.55 0.57 0.59 0.59 0.61 0.61 0.64 0.64 0.64 0.67 0.7 0.75 0.75 0.75 0.76 0.78 0.78 0.8 0.87 17.48
Zi -2.25 -1.8125 -1.375 -1.3125 -1.125 -0.9375 -0.875 -0.8125 -0.625 -0.5625 -0.5 -0.1875 -0.0625 0.0625 0.0625 0.1875 0.1875 0.375 0.375 0.375 0.5625 0.75 1.0625 1.0625 1.0625 1.125 1.25 1.25 1.375 1.8125
Zt 0.4906 0.4678 0.4265 0.4115 0.3749 0.3289 0.3289 0.3023 0.2422 0.2422 0.2088 0.0987 0.0596 0.0596 0.0596 0.0987 0.0987 0.1736 0.1736 0.1736 0.2422 0.3023 0.3749 0.3749 0.3749 0.3749 0.4115 0.4115 0.4265 0.4678
F(Zi) 0.0094 0.0322 0.0735 0.0885 0.1251 0.1711 0.1711 0.1977 0.2578 0.2578 0.2912 0.4013 0.4404 0.5596 0.5596 0.5987 0.5987 0.6736 0.6736 0.6736 0.7422 0.8023 0.8749 0.8749 0.8749 0.8749 0.9115 0.9115 0.9265 0.9678
S(Zi) 0.03 0.07 0.10 0.13 0.17 0.20 0.23 0.27 0.30 0.33 0.37 0.40 0.43 0.47 0.50 0.53 0.57 0.60 0.63 0.67 0.70 0.73 0.77 0.80 0.83 0.87 0.90 0.93 0.97 1.00
F ( Zi ) S ( Zi ) 0.0206 0.0378 0.0265 0.0415 0.0449 0.0289 0.0589 0.0723 0.0422 0.0722 0.0788 0.0013 0.0104 0.0896 0.0596 0.0687 0.0287 0.0736 0.0436 0.0036 0.0422 0.0723 0.1049 0.0749 0.0449 0.0049 0.0115 0.0185 0.0435 0.0322
Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors N-gain Kelompok Eksperimen
H0
= Populasi berdistribusi normal
H1
= Populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria Hipotesis :
Tolak H0 jika L0 Lt , Terima H0 jika L0 Lt
1. Kolom Xi Data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar Contoh : Xi = 0.22 2. Kolom Zi Zi
Xi X 0.22 0.58 = = -2.25 S 0.16
3. Kolom Zt Nilai Zi dikonsultasikan pada Ftab, misalnya : cari -2.25 diperoleh Zt = 0.4906 4. Kolom F(Zi) Jika Zi negatif, maka F(Zi) = 0.5 - Zt Jika Zi positif, maka F(Zi) = 0.5 + Zt Karena nilai Zi = -2.25 maka F(Zi) = 0.5 – 0.4906 = 0.0094 5. Kolom S(Zi) S(Zi) =
1 Nomor Re sponden = =0.03 30 Jumlah Re sponden
6. Kolom F ( Zi ) S ( Zi ) Merupakan selisih harga mutlak dan selisih F(Zi) dan S(Zi)
F ( Zi ) S ( Zi ) = (0.0094 0.03) = 0.0206 7. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisih tersebut untuk mendapatkan L0 Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.1049 Kemudian bandingkan L0 dengan Lt yang diambil dari tabel harga kritis liliefors. Dari tabel dapat harga Lt untuk n=30 pada taraf signifikansi = 0.05 adalah 0.1610. Dengan demikian H0 diterima karena L0 kurang dari Lt (0.1049 0.1610). Hal ini berarti data nilai N-gain kelompok eksperimen berasal dari populasi berdistribusi normal.
Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol
No.
Pretest
Postes
N-gain
Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
46 39 32 42 42 46 46 64 28 39 36 57 29 61 36 61 46 39 57 32 32 42 54 28 43 50 36 50 54 36
61 64 46 54 78 68 50 82 64 54 71 68 68 64 82 71 64 46 68 50 78 75 82 75 54 54 57 75 82 71
0.28 0.41 0.21 0.21 0.62 0.41 0.07 0.50 0.50 0.25 0.55 0.26 0.55 0.08 0.78 0.23 0.33 0.11 0.25 0.26 0.68 0.57 0.61 0.65 0.19 0.08 0.33 0.50 0.61 0.55
Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi N-gain Kelompok Kontrol
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1. Urutkan data terkecil sampai data terbesar 0.07 0.08 0.08 0.11
0.19
0.21
0.21
0.23
0.25
0.25
0.26
0.26
0.28 0.33
0.33
0.41
0.41
0.50
0.50
0.50
0.55
0.55
0.55 0.57
0.61
0.61
0.62
0.65
0.68
0.78
2. Banyaknya data (n) n
= 30
3. Menentukan rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 0.78 – 0.07 R = 0.71 4. Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 5. Menentukan panjang kelas interval (P) P =
R K
P =
0.71 = 0.118 ≈ 0.12 6
6. Tabel distribusi frekuensi Interval 0.07-0.18 0.19-0.30 0.31-0.42 0.43-0.54 0.55-0.66 0.67-0.78
Nilai Tengah 0.125 0.245 0.365 0.485 0.605 0.725
fabs
fka
fkb
Frel(%)
4 9 4 3 8 2 30
30 26 17 13 10 2
4 13 17 20 28 30
13.3 33.3 10 10 26.7 6.6 100
Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-gain Kelompok Kontrol
Interval 0.07-0.18 0.19-0.30 0.31-0.42 0.43-0.54 0.55-0.66 0.67-0.78
Nilai Tengah (xi) 0.125 0.245 0.365 0.485 0.605 0.725
Frekuensi (fi) 4 9 4 3 8 2 30
Fixi 0.5 2.205 1.46 1.455 4.84 1.45 11.91
1. Mean/rata-rata (X) X =
fixi fi
X =
11.91 = 0.39 30
2. Varians St2 =
n fixi 2 ( fixi ) 2 30.5,82075 (11.91) 2 = n(n 1) 30(30 1)
St2 =
32.7744 = 0.038 870
3. Simpangan Baku (SD) St =
n fixi 2 ( fixi ) 2 = n(n 1)
0.038 = 0.194
Xi2 0.015625 0.060025 0.133225 0.235225 0.366025 0.525625
Fixi2 0.0625 0.540225 0.5329 0.705675 2.9282 1.05125 5.82075
Tabel Perhitungan Normalitas N-gain Kelompok Kontrol
No.
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0.07 0.08 0.08 0.11 0.19 0.21 0.21 0.23 0.25 0.25 0.26 0.26 0.28 0.33 0.33 0.41 0.41 0.50 0.50 0.50 0.55 0.55 0.55 0.57 0.61 0.61 0.62 0.65 0.68 0.78
11.63
Zi -1.6495 -1.5979 -1.5979 -1.4433 -1.0309 -0.9278 -0.9278 -0.8247 -0.7216 -0.7216 -0.6701 -0.6701 -0.567 -0.3093 -0.3093 0.10309 0.10309 0.56701 0.56701 0.56701 0.82474 0.82474 0.82474 0.92784 1.13402 1.13402 1.18557 1.34021 1.49485 2.01031
Zt 0.4505 0.4505 0.4505 0.4265 0.3531 0.3531 0.3531 0.3023 0.2734 0.2734 0.2422 0.2422 0.2088 0.1368 0.1368 0.0596 0.0596 0.2088 0.2088 0.2088 0.3023 0.3023 0.3023 0.3289 0.3749 0.3749 0.3944 0.4115 0.4394 0.4798
F(Zi) 0.0495 0.0495 0.0495 0.0735 0.1469 0.1469 0.1469 0.1977 0.2266 0.2266 0.2578 0.2578 0.2912 0.3632 0.3632 0.5596 0.5596 0.7088 0.7088 0.7088 0.8023 0.8023 0.8023 0.8289 0.8749 0.8749 0.8944 0.9115 0.9394 0.9798
S(Zi) 0.03 0.07 0.10 0.13 0.17 0.20 0.23 0.27 0.30 0.33 0.37 0.40 0.43 0.47 0.50 0.53 0.57 0.60 0.63 0.67 0.70 0.73 0.77 0.80 0.83 0.87 0.90 0.93 0.97 1.00
F ( Zi) S ( Zi) 0.0195 0.0205 0.0505 0.0565 0.0231 0.0531 0.0831 0.0723 0.0734 0.1034 0.1122 0.1422 0.1388 0.1068 0.1368 0.0296 0.0104 0.1088 0.0788 0.0388 0.1023 0.0723 0.0323 0.0289 0.0449 0.0049 0.0056 0.0185 0.0306 0.0202
Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors N-gain Kelompok Kontrol
H0
= Populasi berdistribusi normal
H1
= Populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria Hipotesis :
Tolak H0 jika L0 Lt , Terima H0 jika L0 Lt
1. Kolom Xi Data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar Contoh : Xi = 0.07 2. Kolom Zi Zi
Xi X 0.07 0.39 = = -1.6495 S 0.194
3. Kolom Zt Nilai Zi dikonsultasikan pada Ftab, misalnya : cari -1.64 diperoleh Zt = 0.4505 4. Kolom F(Zi) Jika Zi negatif, maka F(Zi) = 0.5 - Zt Jika Zi positif, maka F(Zi) = 0.5 + Zt Karena nilai Zi = -1.64 maka F(Zi) = 0.5 – 0.4505 = 0.0495 5. Kolom S(Zi) S(Zi) =
1 Nomor Re sponden = =0.03 30 Jumlah Re sponden
6. Kolom F ( Zi ) S ( Zi ) Merupakan selisih harga mutlak dan selisih F(Zi) dan S(Zi)
F ( Zi ) S ( Zi ) = (0.0495 0.03) = 0.0195 7. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisih tersebut untuk mendapatkan L0 Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.1368 Kemudian bandingkan L0 dengan Lt yang diambil dari tabel harga kritis liliefors. Dari tabel dapat harga Lt untuk n=30 pada taraf signifikansi = 0.05 adalah 0.1610. Dengan demikian H0 diterima karena L0 kurang dari Lt (0.1368 0.1610). Hal ini berarti data nilai N-gain kelompok kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal.
Uji Homogenitas N-gain
Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan Hipotesis H0 = Varians populasi kedua variabel yang homogen Ha = Varians populasi kedua variabel yang tidak homogen 2. Bagi data menjadi dua kelompok 3. Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya 4. Tentukan Fhitung dengan rumus : Keterangan :
F
Vb Vk
F
: Homogenitas
Vb
: Varians terbesar
Vk
: Varians terkecil
5. Tentukan kriteria pengujiannya : a. Jika Fhitung Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians populasi dari kedua variabel homogen. b. Jika Fhitung Ftebel maka Ha diterima, yang berarti varians populasi dari kedua variabel tidak homogen.
Dari langkah-langkah diatas diperoleh : 1. Mencari db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil), diperoleh : Db1 (pembilang) = n-1 = 30-1 = 29 Db2 (penyebut) = n-1 = 30-1 = 29 2. Menentukan nilai Fhitung : Berdasarkan tabel persiapan homogenitas diperoleh varians terbesar adalah varians dari kelompok kontrol dan varians terkecil dari kelompok eksperimen, maka Vb =0.040 dan Vk = 0.038 V 0.040 F b = = 1.05 Vk 0.038 3. Menentukan nilai Ftabel : Dengan menggunakan tabel distribusi F dengan signifikansi 5% didapat Ftabel = 1.85. Dengan demikian 1.05 1.85, maka data homogen.
Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t N-gain
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkahlangkah perhitungan : 1. Merumuskan hipotesis H0 : 1 : 2 Ha : 1 2 Keterangan : 1 = Rata-rata N-gain siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis proyek (kelompok eksperimen) 1 = Rata-rata N-gain siswa yang diajar dengan konvensional (kelompok kontrol) 2. Menentukan kriteria penguji Thitung Ttabel H0 ditolak dan H0 diterima jika Thitung Ttabel 3. Menentukan uji statistik
x1 x 2
t
dsg
dsg
dengan
1 1 n1 n2
(n1 1)V1 (n2 1)V2 n1 n2 2
Keterangan : x1 = rata-rata kelompok eksperimen x2 = rata-rata kelompok kontrol dsg = nilai standar deviasi gabungan n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
dsg t
(n1 1)V1 (n2 1)V2 = n1 n2 2 x1 x 2
1 1 dsg n1 n2
=
0.58 0.39 1 1 0.19 30 30
(30 1)0.040 (30 1)0.038 = 0.19 30 30 2 = 3.877
4. Menentukan Ttabel Dengan menggunakan tabel distribusi t didapat Ttabel = 2.00 pada derajat kebebasan (dk) = (n1+n2)-2 = (30+30)-2 = 58 Dengan demikian thitung ttabel (3.877 2.00) maka H0 diterima berarti rata-rata N-gain
siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sama
dengan rata-rata siswa yang menggunakan konvensional.