Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281
EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA Rofiqoh Hasan Harahap dan Mara Bangun Harahap Program Magister Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa di antara model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. (2) Mengetahui hasil belajar Fisika antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar rendah. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Sunggal Semester I T.P 2012/2013. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas dengan jumlah sampel 74 orang yang ditentukan dengan cluster random sampling, yaitu X-1 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep sebanyak 38 orang dan X-2 sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep sebanyak 36 orang. Uji persyaratan telah dilakukan berupa uji normalitas dan homogenitas dan diperoleh hasil bahwa data normal dan homogen. Hipotesis dianalisis menggunakan GLM pada taraf signifikan 0,05 dengan bantuan SPSS 17.0 for windows. Hasil analisis data dan uji hipotesis yang dilakukan diperoleh bahwa (1) Model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa daripada model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. (2) Hasil belajar Fisika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Berdasarkan analisis ini terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar Fisika. Kata kunci: model pembelajaran, advance organizer, peta konsep, aktivitas belajar, hasil belajar
nya kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah Fisika. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Sunggal kabupaten Deli Serdang dengan cara penyebaran angket kepada siswa, wawancara langsung dengan guru Fisika dan melihat daftar nilai hasil ulangan harian siswa, diperoleh data sebagai berikut: Data hasil penyebaran angket kepada 67 siswa kelas X SMAN 1 Sunggal, Fisika termasuk mata pelajaran yang kurang disenangi siswa. Hanya
Pendahuluan Proses pembelajaran di kelas sebagian besar bersifat transfer pengetahuan dari guru ke siswa saja, sehingga pembelajaran pun hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa memaknai informasi yang didapatkannya. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka tidak mengetahui makna dari teori yang didapatkannya. Hal ini mengakibatkan rendahVol. 4 (2) Desember 2012
32
Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara
Harahap, R.H. dan Harahap, M.B.: Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
20,29% dari siswa yang menyenangi Fisika, selebihnya 52,17% menjawab tidak suka dan 26,09% menjawab biasa saja. 49,28% siswa menganggap Fisika sebagai pelajaran yang sulit, 24,64% siswa yang menganggap Fisika sebagai pelajaran yang biasa dan 26,09% yang lainnya menganggap Fisika pelajaran yang mudah tapi susah, sedikit sulit, dan lain-lain. Beberapa alasan mereka yang menganggap Fisika itu sulit adalah karena Fisika banyak hitungan, banyak hapalan, membosankan, dan banyak rumusnya. Hasil wawancara dengan salah satu guru Fisika kelas X di SMA Negeri 1 Sunggal menyatakan bahwa hasil belajar Fisika siswa kelas X dapat dikategorikan cenderung masih rendah. Secara umum pada semester 1 tahun pembelajaran 2011/2012, hanya sekitar 45% siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan KKM yang ditargetkan oleh sekolah pada mata pelajaran Fisika yaitu 71, sehingga untuk menuntaskannya harus diadakan remedial kepada siswa tersebut. Dalam proses pembelajaran guru menyatakan kebanyakan masih menggunakan metode ceramah dari pada metode diskusi, tanya jawab dan demonstrasi. Dari fakta tersebut terlihat bahwa masalah utama yag dihadapi oleh siswa adalah hasil belajar yang masih rendah, ditunjukkan dengan masih sedikitnya siswa yang mencapai nilai KKM yang ditargetkan oleh sekolah pada mata pelajaran Fisika. Diduga sumber masalahnya adalah proses belajar siswa yang hanya menghapal informasi. Dalam menerima informasi, ada kemungkinan siswa lebih cenderung menghapalkan informasi yang didapatkan tanpa mencoba mengaitkan dengan konsep yang pernah dimiliki sebelumnya (Dahar, 2011). Hasil belajar yang masih kurang dapat terjadi karena hakikat belajar yang belum terpenuhi. Komalasari (2010) mengungkapkan tentang hakikat belajar yaitu perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Hal ini dapat dimaknai bahwa hasil belajar sangat terkait dengan prosesnya. Jika proses pembelajaran hanya mengarahkan siswa untuk menghapal tanpa melalui pengolahan potensi yang Vol. 4 (2) Desember 2012
Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281
ada pada diri siswa, maka pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Untuk dapat mengaitkan konsep baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, supaya pembelajaran menjadi bermakna, maka siswa membutuhkan semacam pertolongan mental berupa pengatur awal (advance organizer) yang mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari, sehingga terjadi belajar bermakna. Suatu alat yang memegang peranan penting dalam belajar bermakna adalah peta konsep, karena peta konsep dapat menunjukkan urgensi dan posisi hubungan konsep-konsep yang diajarkan sebelumnya dengan konsep-konsep yang akan diajarkan. Hudojo (Nurhayati, 2006) menyatakan bahwa peta konsep merupakan skema yang menggambarkan suatu himpunan konsep-konsep dengan maksud mengaitkan/ menanamkan dalam suatu kerangka kerja dengan menggunakan proposisi-proposisi agar menjadi jelas baik bagi siswa maupun guru untuk memahami ide-ide kunci yang harus terfokus kepada tugas belajar. Oleh sebab itu, dalam hal ini alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat belajar menjadi lebih bermakna adalah model pembelajaran Advance Organizer yang dalam implikasinya menggunakan peta konsep. Selain model pembelajaran faktor lain yang juga diperkirakan mempengaruhi hasil belajar adalah faktor karakteristik siswa. Kondisi pembelajaran yang harus dijadikan dasar dalam mengembangkan atau menetapkan model pembelajaran adalah karakteristik siswa. Agar hasil belajar dapat mendekati atau sesuai dengan tujuan pembelajaran, model pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi tetapi merupakan salah satu kondisi pembelajaran yang harus dijadikan pijakan dalam memilih dan mengembangkan proses pembelajaran agar lebih sesuai dan memudahkan siswa untuk belajar (Dick dan Raiser, 1996). Karakteristik siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar Fisika yang dilakukan oleh siswa itu sendiri untuk berprestasi. 33
Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara
Harahap, R.H. dan Harahap, M.B.: Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
Aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pada aktivitas guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Aktivitas belajar adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran (Sardiman, 2010). Dalam hal ini keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar Fisika. Hal ini sesuai dengan Hakim (2005) yang mengemukakan bahwa aktivitas belajar yang dilakukan secara kontinu menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalahnya adalah apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep? Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah dan aktivitas belajar tinggi? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep dan mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah dan aktivitas belajar tinggi. Peta konsep merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit yang semantik (Dahar, 2011). Untuk dapat menghubungkan antar konsep yang ada, diperlukan aktivitas belajar yang berfokus pada siswa. Aktivitas meliputi semua kegiatan yang dilakukan siswa yang berhubungan dengan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung (Sardiman, 2010). Dalam hal ini aktivitas yang diamati meliputi menyimak dan memperhatikan, mengajukan Vol. 4 (2) Desember 2012
Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281
pertanyaan, melakukan diskusi dan percobaan serta memberikan jawaban. Aktivitas belajar ini akan mendukung pencapaian hasil belajar. Hasil belajar adalah penguasaan produk Fisika yang mengacu pada perubahan kemampuan bidang kognitif yang mencakup dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif yang dicapai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran Fisika yang ditempuh selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Anderson dan Krathwohl, 2001). Model pembelajaran advance organizer menurut Joyce, et al. (2009) terdiri dari tiga fase sebagai sintaks pembelajarannya, yaitu (1) Presentasi advance organizer, pada tahap ini aktivitas yang dikembangkan adalah mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, mempresentasikan advance organizer yang dalam penelitian ini berbasis peta konsep, dan menumbuhkan kesadaran pengetahuan yang relevan; (2) Presentasi tugas atau materi pembelajaran, dan (3) Penguatan struktur kognitif, tahap ini bertujuan untuk mengaitkan materi belajar yang baru dengan struktur kognitif siswa. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat quasi experimen, melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester 1 SMAN 1 Sunggal T.P 2012/2013 yang terdiri dari delapan kelas. Selanjutnya sampel dibagi menjadi kelas eksperimen berjumlah 38 siswa dan kelas kontrol berjumlah 36 siswa. Kelas eksperimen dengan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan kelas kontrol dengan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. Rancangan penelitian ini secara ringkas dengan desain control group pretest-postest design yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Control Group Pretest-Posttest Design Kelas Eksperimen Kontrol
Pretes Y1 Y1
Perlakuan X1 X2
Postes Y2 Y2
Sumber: Sukardi, 2008. 34
Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara
Harahap, R.H. dan Harahap, M.B.: Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
Rancangan penelitian dengan desain faktorial 2 x 2 dapat ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Desain Faktorial Para meter AR (B1) AT (B2) Rata-rata
Akt ivit as
Model Pembelajaran (A) AO berbasis AO Tanpa PK (A1) PK (A2)
bahwa rata-rata gain-N hasil belajar Fisika pada siswa kelas eksperimen sebesar 0,55 dan kelas kontrol sebesar 0,43. Nilai rata-rata gain-N jika berdasarkan kategori interpretasi indeks gain–N yang dikemukakan oleh Hake, maka kategori indeks gain-N hasil belajar Fisika kelas eksperimen dan kelas kontrol dua-duanya sedang.
Ratarata
A1B1
A2B1
μ B1
A1B2
A2B2
μ B2
µ A1
μ A2
Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji anova dengan bantuan SPSS 17.0 for windows. Dari data tes hasil belajar diperoleh total skor dan rata-rata skor tiap kelompok untuk anova 2 jalur yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rangkuman Hasil Data Penelitian
Keterangan: AO = Advance Organizer; PK = Peta Konsep AR = Aktivitas Rendah; AT = Aktivitas Tinggi Hasil dan Pembahasan Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t) Kemampuan Awal Uji kesamaan dua rerata dengan uji-t dua pihak melalui bantuan program SPSS 17.0 for Windows menggunakan Independent Sample TTest dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak) sebagai berikut. HO : µ 1 = µ 2 Ha : µ 1 ≠ µ2 Keterangan: HO : Hasil belajar Fisika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes awal tidak berbeda secara signifikan. Ha : Hasil belajar Fisika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes awal berbeda secara signifikan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai signifikansi (sig.2-tailed) dengan uji-t adalah 0,938. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka HO diterima atau hasil belajar Fisika siswa pada tes awal (pretes) kedua kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan. Sehingga dengan tidak adanya perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas ekperimen dan kelas kontrol maka dapat dilakukan uji hipotesis.
Para meter
Akt AR (B1) ivit AT (B2) as Rata-rata
Model Pembelajaran (A) AO AO berbasis Tanpa PK (A1) PK (A2) 0,42 0,44 0,63
0,43
0,55
0,43
Rata-rata
0,43 0,55
Dengan adanya tabel penolong maka dihitung anava faktorial 2 x 2. Adapun hasil perhitungan anova faktorial 2 x 2 menggunakan bantuan SPSS 17.0 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Anova Jumlah Variasi Sig. Model_Pembelajaran .005 Aktivitas .001 Model_Pembelajaran * Aktivitas .001 Inter Berdasarkan Tabel 4 dapat diuraikan kesimpulan berdasarkan masing-masing hipotesis sebagai berikut. Hipotesis Pertama Pada hasil perhitungan SPSS 17.0 diperoleh output uji statistik data hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep dapat dilihat pada Tabel 4.
Analisis Data Indeks Gain-N Berdasarkan hasil perhitungan didapat ringkasan gain-N kelompok sampel terlihat Vol. 4 (2) Desember 2012
Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281
35
Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara
Harahap, R.H. dan Harahap, M.B.: Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh nilai Sig. sebesar 0,005. Oleh karena, nilai Sig. 0,005 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa hasil pengujian menolak Ho atau menerima Ha dalam taraf alpha 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang diberi model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. Dengan kata lain, hasil belajar Fisika siswa yang diberi model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep lebih baik daripada model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar postes Fisika siswa dan rata-rata gain hasil belajar yang dibelajarkan dengan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep yaitu ( 78,84; 55,08) lebih tinggi dari hasil belajar postes Fisika siswa dan rata-rata gain hasil belajar yang dibelajarkan dengan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep yaitu ( 73,19; 43,36).
dapat dinyatakan hipotesis statistik yang timbul. Berdasarkan hasil uji anava pada kolom model pembelajaran aktivitas diperoleh nilai Sig.sebesar 0,001. Oleh karena, nilai Sig. 0,001 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa hasil pengujian menolak Ho dan atau menerima Ha dalam taraf alpha 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Pembahasan Temuan hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan awal siswa kedua kelompok sampel tidak berbeda secara signifikan (cenderung sama) sebelum materi diajarkan. Setelah materi diajarkan yaitu untuk siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan untuk siswa kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep cenderung lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan aktivitas terhadap hasil belajar. Hasil penelitian ini sejalan denga penelitian yang dilakukan oleh Budianto (2006) yang memberi kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan siswa yang diajar dengan model konvensional. Kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran advance organizer memperoleh hasil belajar lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran yang konvensional.
Hipotesis Kedua Pada hasil perhitungan SPSS 17.0 diperoleh output uji statistik data hasil aktivitas Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 hasil uji anava pada kolom aktivitas diperoleh nilai Sig. sebesar 0,001. Oleh karena, nilai Sig. 0,001 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa hasil pengujian menolak Ho atau menerima Ha dalam taraf alpha 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang memiliki akitivitas belajar tinggi lebih baik daripada hasil belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis Tabel 4 menunjukkan adanya interaksi, sehingga Vol. 4 (2) Desember 2012
Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281
36
Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara
Harahap, R.H. dan Harahap, M.B.: Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari pada model pembelajaran advance organizer tanpa peta konsep. Hal ini disebabkan siswa pada model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep diharuskan membuat kesimpulan menggunakan peta konsep sehingga siswa menjadi lebih aktif. Hasil-hasil penelitian yang diperoleh juga sejalan dengan teori dari Ausubel (1960) tentang advance organizer. Model advance organizer ini didesain sebagai cara untuk memperkuat struktur kognitif. Maksud dari struktur kognitif oleh Ausubel adalah pengetahuan seseorang mengenai materi pelajaran tertentu pada waktu yang telah ditentukan dan bagaimana baik dan jelasnya diorganisasikan. Dengan kata lain, struktur kognitif memerlukan pengetahuan bidang tertentu yang ada dalam pikiran, berapa banyak dimiliki dan bagaimana terorganisasinya.
tinggi yang ditunjukkan dangan hasil gain yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang diberi model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. 2. Hasil belajar Fisika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Berdasarkan analisis ini juga terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar Fisika siswa. Daftar Pustaka Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R.. 2001. A taxonomy for Learning, teaching, and assessing: Arevision of Bloom’s Taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman. Ausubel. 1960. The use of advance organizers in learning and retention of Meaningful Material. Journal of Educational Psychology, 51, 262-272. Budianto. 2006. Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer dan Sikap Siswa dalam Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Medan Area. Tesis. Medan: PPs Unimed. Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Dick, W. dan Raiser, A.R. 1996. Instructional Planning. Masaschussetts: Asimon & Schuter Company Needem Heights. Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models th of Teaching (8 ed.). Model-Model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Grafindo.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dari pada model pembelajaran advance organizer tanpa berbasis peta konsep. Hal ini berdasarkan hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas ekperimen dan kelas kontrol, yaitu terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen mengalami peningkatan gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,55 dengan kategori sedang dan kelas kontrol mengalami peningkatan gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,43 dengan kategori sedang. Walaupun masing-masing kelas berada pada kategori yang sama, tetapi kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep menunjukkan peningkatan hasil belajar lebih
Vol. 4 (2) Desember 2012
Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281
37
Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara