PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN GERAK (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
OLEH: ADE YUSMAN 105016300569
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Penelitian di SMK Bakti Idhata Cilandak jakarta Selatan)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: Ade Yusman 105016300569
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
DR. Sujiyo Miranto, M.Pd NIP: 1050 299 933
Pembimbing II
Erina Hertanti, M.si NIP: 150 293 228
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, disusun oleh Ade Yusman, NIM: 105016300569, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 26 Juli 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Fisika. Jakarta , 26 Juli 2010
Panitia Ujian Munaqasyah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 197002092000032001
..............
.....................
.............
.....................
..............
.....................
..............
.....................
Sekertaris (Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA) Ningsih Juanengsih, M.Pd NIP. 197905102006042001 Penguji I Drs. Hasian Pohan, M.Si NIP.197603092005012002 Penguji II Kinkin Suartini, M.Pd NIP. 197910292006041001
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 195710051987031003
iv
ABSTRAK
Ade Yusman, Perogram Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Eksperimen di SMK Bakti Idhata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model inkuiri terhadap hasil belajar fisika. Metode yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan Pretest-posttest Equivalent Group design. Penelitian dilaksanakan di SMK Bakti Idhata dngan teknik pengambilan sampel secara cluster sampling dan pemilihan kelas dilakukan secara random, didapatkan siswa kelas X MM1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas X MM2 sebagai kelas kontrol. Instrumen hasil belajar berupa test berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan adalah hasil belajar fisika yang diajarkan dengan menggunakan model inkuiri lebih tinggi dari hasil belajar fisika yang diajarkan dengan metode konvensional. Analisis data menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 5% dan dk= 61, dengan hji prasyarat normalitas dan homogenitas. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, dari hasil perhitungan statistik didapatkan harga thitung sebesar 2,52 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan dk = 61 adalah 1,99. maka pada penelitian ini didapatkan hasil thitung > ttabel, hal ini menunjukan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis penelitian (Ha) diterima. Dari penelitian ini dapat disimpullan bahwa hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan model inkuiri lebih tinggi daripada hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Kata kunci: Model inkuiri, fisika, dan hasil belajar
ABSTRACT
Ade Yusman, Physic Study Program, Majoring of Natural Sciences Education (IPA), Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences State Islamic University (UIN), Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Influence of Model of Inquiry for the Result of Learning Physich Subject: This Eksperimen in the SMK Bakti Idhata. This research aims to know the influence of model of inquiry for the result of learning physich subject. Quasi eksperimen method are used in this resesrch with Preetest-posttest Equivalent Group Design, this research has been executed SMK Bakti Idhata with sample technic. The ways of sample technic are cluster sampling and choosing of the class with random way. And get the student of the class (X MMI) as the exsperiment class and of the class (X MM2) as control class. The multiple choise is the instrument of this theysis to get the result. The multiple choise have been tested with validation and reliabitation ways. Hipotesis in this research are used result learning of physich subject with inquiry model more higher than the result learning of physich subject with convensional method. Analist of data usung t-test. In the significant level 5% at dk = 61, with normalitas and homogenitas pre requirement test, with the calculate statistic result, it gets thit 2,52 value and ttab in the 5% significant level and dk = 61 is 1,99 value. So this research gets thit more bigger than ttab, its showed that 0 hypothesys (H0) are rejected and hypothesys of research (Ha) are accepted. The conclusion of this research are the result learning of physich subject for SMK Bakti Idhata student with inquiry model more higer than convensional method.
Key word : Inquiry Model, Physich,Result Learning.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, hidayah dan ridho-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa (Penelitian di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan)”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW karena tuntunan dan petunjuknya kita dapat memeluk indahnya Islam dan meneguhkan kesempurnaan agama yang penuh rahmat dan barokah. Skripsi ini tidak akan mampu penulis selesaikan tanpa bantuan dan dukungan yang berarti dari Allah SWT yang tercurah melalui pihak-pihak yang selalu memberikan bantuan, arahan, dan dorongan serta semangat kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Erina Hertanti, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya dan senantiasa memberikan arahan, motivasi dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini .
5.
Bapak DR. Sujiyo Miranto M.Pd., selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya dan senantiasa memberikan arahan, motivasi dan
ii
bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. 6.
Ibu Dra. Isnani Sumarni, selaku Kepala SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan beserta dewan guru dan staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7.
Bapak Sis Dharma W. S.Pd. selaku guru pengajar fisika kelas X di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan yang telah memberi kesempatan dan bersedia bekerja sama serta memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian ini.
8.
Teman-teman Mahasiswa PPKT angkatan 2009 di SMPN 66 Jakarta Selatan yang selalu memberikan semangat serta bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.
9.
Ayah dan Ibu tercinta, bapak Tatang Sopandi dan ibu Iis yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih dan sayangnya dikala sehat maupun sakit, dikala susah maupun senang, dikala mudah ataupun sulit, serta membantu penulis dengan segenap kemampuan dan doa-doanya dalam setiap sholatnya, serta tak henti-hentinya mengingatkan dan memberi semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
10.
Adik-adikku tersayang Topik Ismail, Nurmi Ulfah Sa’adah dan Siti Nur Azijah yang selalu menemani, memberi semangat, mendoakan serta membantuku selama penulisan skripsi ini.
11.
Seseorang yang selalu meluangkan waktunya, memberikan motivasi, dukungannya dan mendoakan serta membantuku selama penulisan skripsi ini.
12.
Samsul, Khaerul, Arif, Nurudin, Apik, Ferdi, Sule, Amar, Ato, dan sahabatsahabat terbaikku yang lain yang selalu memberikan semangat dan bantuan serta tempat berkeluh kesah.
13.
Teman-teman Fisika angkatan 2005 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang juga selalu memberikan semangat bantuan dan doanya.
14.
Teman-teman angkatan 2005 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang juga selalu memberikan semangat dan doanya.
iii
Semoga Allah akan membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari
bahwa
masih
banyak
kekurangan
dan
ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Jakarta, 26 Juli 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................
ii
ABSTRAKS ..............................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vi
DAFTAR ISI .............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ..................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................
4
C. Pembatasan Masalah .........................................................
5
D. Perumusan Masalah ...........................................................
6
E. Tujuan Penelitian ................................................................
6
F. Manfaat Penelitian .............................................................
6
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS ...........................................................................
7
A. Deskripsi Teoritis ..............................................................
7
1. Pengertian Model Pembelajaran ..................................
7
2. Model Pembelajaran Inkuiri ........................................
10
a. Pengertian Inkuiri .................................................
10
b. Pembagian Inkuiri ................................................
13
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Inkuiri ...................
14
d. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri ....................
18
3. Metode Pembelajaran konvensional ............................
19
a. Pengertian ............................................................
19
b. Langkah-langkah Penerapan Metode Ceramah ....
20
4. Hasil Belajar Fisika ......................................................
22
v
BAB III
a. Pengertian Belajar ................................................
22
b. Pengertian Hasil Belajar Fisika ............................
24
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar ..
30
5. Gerak Lurus ..................................................................
33
a. Gerak Lurus Beraturan .........................................
35
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan ..........................
35
c. Gerak Vertikal ......................................................
36
B. Penelitian yang Relevan .....................................................
38
C. Kerangka Pikir ...................................................................
39
D. Perumusan Hipotesis .........................................................
42
METODOLOGI PENELITIAN ..........................................
43
A. Metode Penelitian .............................................................
43
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................
43
C. Desain Penelitian ..............................................................
43
D. Populasi dan Sampel...........................................................
44
E. Variabel Penelitian ............................................................
44
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................
45
G. Instrumen Penelitian ...........................................................
46
1.
Instrumen Tes Hasil Belajar .........................................
46
a. Uji Validitas .........................................................
46
b. Perhitungan Reliabilitas .......................................
47
c. Taraf Kesukaran ...................................................
48
d. Daya Pembeda ......................................................
49
Instrumen Nontes ........................................................
50
H. Teknik Analisa Data ..........................................................
51
1. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar ........................
51
2.
a.
Uji Normalitas ......................................................
52
b.
Uji Homogenitas ..................................................
53
c.
Uji Analisis ...........................................................
54
2. Teknik Analisis Data Hasil Observasi .........................
55
vi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................
56
A. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol .........
56
B. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .........
57
C. Rekapitulasi ........................................................................
58
D. Pengujian Persaratan Analisis Data ....................................
59
1. Uji Normalitas ..............................................................
59
2. Uji Homogenitas ..........................................................
59
3. Uji Analisis ...................................................................
60
E. Hasil Observasi ..................................................................
61
F. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................
62
PENUTUP ..............................................................................
67
A. Kesimpulan ........................................................................
67
B. Saran ..................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
68
BAB V
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................
71
Lampiran 2 Instrumen Nontes ................................................................
75
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen...........................................................................
80
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol .................................................................................
93
Lampiran 5 Validitas Instrumen .............................................................. 105 Lampiran 6 Data Pretes Kelas Eksperimen ............................................ 122 Lampiran 7 Data Pretes Kelas Kontrol .................................................. 126 Lampiran 8 Data Postes Kelas Eksperimen ........................................... 130 Lampiran 9 Data Postes kelas Kontrol ................................................... 134 Lampiran 10 Perhitungan Uji Normalitas ................................................ 138 Lampiran 11 Perhitungan Uji Homogenitas ............................................ 143 Lampiran 12 Perhitungan Uji Hipotesis ................................................... 147 Lampiran 13 Data Hasil Observasi .......................................................... 150
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri ..............................
15
Tabel 3.1
Desain Penelitian ...................................................................
43
Tabel 3.2
Kategori Derajat Kesukaran ..................................................
49
Tabel 3.4
Kategori Daya Beda ..............................................................
50
Tabel 4.1
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ........................................
58
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat ...................
59
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas .....................................
60
Tabel 4.4
Ddata Hasil Observasi ..........................................................
61
Tabel 4.5
Ketercapaian Poses pembelajaran .......................................
62
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pikir .....................................................................
41
Gambar 4.1 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kontrol ......................................................
56
Gambar 4.2 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kontrol ......................................................
57
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan suatu wahana yang digunakan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik yang menyangkut berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitasnya. Dalam proses pendidikan di sekolah menengah atas, banyak mata pelajaran yang diajarkan, salah satunya adalah ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. 1 IPA juga merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan seperti penyempurnaan kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, serta meningkatkan kualitas pengajaran di kelas dengan berbagai pendekatan dan metode, sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan berkompeten dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Ilmu
1
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 132
1
2
pengetahuan alam itu sendiri memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya adalah ilmu fisika. Ilmu fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Ilmu fisika juga merupakan bagian ilmu pengetahuan yang bersinggungan dengan biologi dan kimia. Oleh karena itulah ilmu fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Akan tetapi sampai saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Salah satu konsep fisika yang dianggap sulit adalah konsep gerak. Pada konsep gerak ini, banyak sekali konsep yang diajarkan, salah satunya mereka agak kesulitan dalam menentukan gerak dan perpindahan, kecepatan dan percepatan. Hal ini umumnya terjadi karena metode pengajaran yang digunakan hanya metode ceramah, jarang sekali menggunakan metode yang bervariasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa, hal tersebut terlihat berdasarkan indikator hasil belajar selama limat tahun terakhir pada program studi IPA rata-rata siswa memperoleh nilai dibawah 4.00 (dalam skala 10) pada pelajaran fisika. Diantara faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa tersebut adalah proses pembelajaran fisika yang ditemui secara umum lebih menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum
dan
penyampaian
materi
semata
daripada
mengembangkan
kemampuan belajar dan membangun individu. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa adalah sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa terbebani dalam belajar fisika. Selain itu, siswa juga memiliki andil dalam menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika misalnya ketidakmampuan siswa dalam memahami dan menarik kesimpulan dari konsep yang disampaikan guru, sehingga siswa kurang mampu dalam meyelesaikan soal-soal. Fenomena yang terjadi adalah siswa menjadi enggan belajar fisika karena mereka menganggap bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit.
3
Berdasarkan permasalahan di atas, maka untuk mengatasinya diperlukan adanya suatu model yang dapat menarik minat siswa untuk mempelajari ilmu fisika. Model yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis materi yang diajarkan. Kurang tepatnya menggunakan model pembelajaran, dapat menimbulkan kebosanan, monoton, atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep fisika khususnya pada konsep gerak ini, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar siswa. Model pembelajaran tersebut mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiataan belajar mengajar. Saat ini banyak sekali model-model pembelajaran yang bermunculan. Model-model tersebut mengharuskan adanya suatu perubahan lingkungan belajar. Suatu variasi dimana siswa belajar, bekerja, dan berinteraksi di dalam kelompokkelompok kecil sehingga siswa dapat saling bekerja sama, saling membantu berdiskusi dalam memahami materi pelajaran maupun mengerjakan tugas kelompok. salah satunya adalah pembelajaran dengan model inkuiri. Model inkuiri adalah merupakan cara pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk menjadi kritis, analisis argumentatif dalam mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan yang ada dialam, melalui pengalaman-pengalaman dan sumber lainnya. Pada dasarnya inkuiri adalah suatu perluasan proses diskoveri (penemuan) dalam cara yang lebih dewasa, sebagai tambahan pada proses diskoveri, inkuiri mengandung proses-proes mental yang lebih tinggi tingkatannya. Dalam pelaksanaannya metode inkuiri itu menghadapkan siswa kepada situasi bertanyatanya. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam proses ilmiah dalam waktu yang singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil, menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan
4
pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh informasi. 2 Model pembelajaran dengan model inkuiri ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika. Hal ini karena metode inkuiri lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar, siswa terlebih dahulu mengadakan kegiatankegiatan di laboratorium yaitu proses mengamati, mencatat hasil pengamatan, menganalisis dan menyimpulkan kegiatan praktikum yang telah dirancang oleh guru. Hal itu akan lebih membuat belajar fisika menjadi menyenangkan dan lebih berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. fisika merupakan generalisasi dari gejala alam yang tidak perlu dihapal tetapi perlu dimengerti, dipahami dan diterapkan. Dengan cara ini, siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami konsepkonsep fisika, khususnya pada konsep gerak. Pada konsep tersebut apabila siswa hanya diberikan penjelasan mereka akan kebingungan untuk menentukan jarak dan perpindahan, kecepatan dan percepatan, gerak vertikal, dan sebagainya. Dengan model inkuiri diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep gerak tersebut dan dapat merangsang kemampuan berpikir siswa serta tercipta dialog antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran lebih bermakna. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Adanya anggapan bahwa materi fisika merupakan materi yang sulit untuk dipelajari.
2
Triatno, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik “Konsep, Landasn Teoritis-Praktis dan Implementasinya”,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 136
5
2. Model pengajaran yang digunakan guru umumnya hanya ceramah, jarang sekali menggunakan model yang bervariasi. 3. Guru sulit dalam memilih model mengajar yang tepat dan sesuai dengan tujuan, jenis dan sifat materi yang diajarkan. 4. Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian materi semata, sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa. 5. Sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa bosan dalam belajar fisika.
C. Pembatasan Masalah Mengacu pada masalah-masalah yang muncul diatas, maka demi terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yakni hanya pada masalah berikut: 1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gerak yang diajarkan pada semester genap kelas X, karena materi tentang gerak merupakan materi yang sering dialami siswa setiap hari. Sehingga siswa akan lebih mudah memahaminya. 2. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl. 3 Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah mulai C1 sampai dengan C4. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penerapan model inkuiri bebas yang dimodifikasi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar hanya dijadikan sebagai acuan pengambilan kesimpulan saja.
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121.
6
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersbut ditas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Gerak ”
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu; Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar menjadi dasar dalam proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan pihak sekolah menyarankan kepada para guru agar dapat menggunakan model dan metode yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Bagi guru, dapat memberikan masukan alternatif dalam mengajarkan pelajaran fisika melalui metode inkuiri. Dan para guru diharapkan dapat menyusun rencana pengajaran sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menunjang frestasinya. 3. Bagi siswa, dapat membantu dalam belajar fisika dan diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi fisika. Sehingga hasil belajar fisika siswa akan meningkat. 4. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi tentang pengaruh penerapan model inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis 1. Pengertian Model Pembelajaran Model adalah deskripsi atau representasi fisik yang meningkatkan pemahaman tentang sesuatu yang tidak dapat secara langsung diamati. 1 Atau penyerdehanaan dari sejumlah aspek dunia nyata. Model juga diartikan sebagai pola yang mewakili dunia nyata secara benar dan tepat. Suatu model dapat berbentuk tiruan mini dari dunia fisik yang nyata, atau juga hanya berbentuk suatu diagram, suatu konsep, ataupun suatu persamaan matematis atau rumus. Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai orang yang mengajar siswa mengenai bahan pelajaran. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar, meliputi mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa yang dapat mendorong siswa dalam melakukan kegiatan belajar.. Kunci proses mengajar
terletak
pada
penataan
dan
perancangan
lingkungan
yang
memungkinkan siswa dapat berinteraktif. Siswa dapat berinteraktif aktif apabila telah mencapai perkembangan dan kematangan psikologisnya yang merupakan hasil dari kesadaran yang mereka lakukan atas kontak mereka dengan lingkungan dunia fisik dan sosialnya. Berdasarkan pengertian model dan mengajar, maka model mengajar diartiakn sebagai suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, sehingg memudahkan siswa dalam memahami materi yang di ajarkan oleh guru. Menurut Weil Marsha, model pembelajaran adalah pedoman untuk membentuk aktivitas pembelajaran dan lingkungan. 2
sedangkan menurut Syah model pembelajaran dapat dinyatakan
sebagi blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai 1
Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning. (Alberta learning, Alberta, Canada. 2004) Chapter 2/7 2 Weil, Marsha. Personal Models of Teaching, (Prntice-Hall, inc., Englewood Cliffs, New Jersey) h. 2
7
8
tujuan- tujuan pengajaran dan dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar. 3 Trianto menyatakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 4 Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Joice dan Weil dalam Trianro menyatakan bahwa: ”Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn”. 5 Hal ini berarti bahwa model belajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku- buku, film, komputer, kurikulum, dan lain- lain. Selanjutnya mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian sehingga tujuan pembelajaran tercapai 6 . Model pembelajaran merupakan desain pembelajaran yang didalamnya terdapat proses perancangan metode pembelajaran yang paling optimal untuk menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan dalam menjalankan proses pembelajaran berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, materi yang disajikan, siswa yang belajar, dan situasi pembelajaran yang diciptakan
3
Muhaibin Syah, Psikologi Pendidikan , (Bandung:PT Remaja Rosdkarya, 1997) h.189 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.1 5 Trianto, Ibid, h.1 6 Bornok Sinaga.,Efektifitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) Pada Kelas 1 SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat, (Jurnal FMIPA UNIMED) , hal.124 4
9
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau suatu pola pendekatan yang digunakan untuk mendesain pembelajaran. Dalam model mengajar terkandung strategi mengajar, yaitu pola urutan kegiatan intruksional yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Didalam strategi mengajar guru menerapkan sejumlah teknik- teknik mengajar seperti bagaimana menata kelas, mengelompokan
siswa,
berinteraksi,
dan
menerapkan
beraneka
ragam
pendekatan. Adapun Soekamto, dkk dalam Trianto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar..7 Jadi model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut 8 : a) Sahih (valid).Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan (2) apakah terdapat konsintensi internal. b) Praktis. Aspek kepraktisan hanya dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. c) Efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas, Nieven memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. 7
Trianto, Model- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h..5 8 Trianto,Ibid. ,h.8
10
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola pendekatan yang mempunyai ciri- ciri khusus yang direkayasa sedemikian rupa dalam mendesain pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran
yang
isinya
mencangkup
perencanaan/perancangan,
pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian Inkuiri Inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang diambil dari konsep teori kontruktivisme. 9 Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003) 10 . Inkuiri adalah sebuah ide kompleks yang mengaitkan berbagai hal pada tiap orang dalam berbagai kondisi. 11 Inkuiri adalah istilah dalam bahasa inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas. Adapun pelaksanaannya, guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya didalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
9
Susilo, Inquiry in English For Young Learners Class: Enhancing Children’s Creativity and Critical Thinking. (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, ISSN 0215 9341, Februari 2004) h. 35 10 Herfis, ”Pembelajaran Inkuiri,” artikel diakses pada tanggal 22 Oktober 2009 dari http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html. 11 Alif Noor Hidayati, Upaya Meminimalkan Kesalahan Konsep dalam Pola Interaksi Organisme pada Siswa Kelas 1F MTsN 1 Semarang Melalui Metode Penemuan Bevisi sets (Widya Tama Vol.1 No 4. Desember 2004)
11
dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik 12 . Inkuiri adalah keyakinan dasar bahwa siswa harus belajar penuh dan aktif dalam proses penyelidikan, pemerosesan, mengumpulkan, memadukan, meyaring dan menyampaikan pengetahuan mereka pada sebuah topik. 13
Alberta
mendefinisikan inkuiri sebagai suatu proses dimana siswa terlibat dalam pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas dan kemudian membangun pemahaman baru, makna dan pengetahuan yang baru bagi siswa dan dapat digunakan untk menjawab pertanyaan, untuk mengembangkan solusi atau untuk mendukung suatu posisi atau sudut pandang. 14 National Science Education Standards menggunakan istilah inkuiri dalam dua hal berbeda. Pertama, inkuiri menunjukan pada kemampuan siswa mengembangkan kemampuan merancang dan melakukan investigasi ilmiah serta pemahaman siswa akan hakikat penemuan ilmiah. Kedua, inkuiri menunjukkan pada strategi belajar mengajar yang memungkinkan konsep ilmiah dikuasai melalui investigasi. 15 Inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasi data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif. Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembang keterampilan pemecahan 12
Dra. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 7,
h. 75 13
Jeni Wilson and kath Murdoch, artikel diakses dari http:// ss.uno.edu//SS/ TeachDevel/ Teachmethods/Inquirymethod. html 14 Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning. (Alberta learning, Alberta, Canada. 2004) Chapter 1/1 15 Diane Jass Ketelhut, Inquiry Learning in Multi-User Virtual Environments, (Harvard Graduate school of Education) h.1
12
masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat. Dengan kata lain inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan kemampuan berfikir logis dan kritis.. Inkuiri melibatkan komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hasil-hasil kerja mereka. Inkuiri memungkinkan guru belajar tentang siapakah siswa mereka, apa yang siswa ketahui, dan bagaimana pikiran siswa mereka bekerja, sehingga guru dapat menjadi fasilitator yang lebih efektif berkat adanya pemahaman guru mengenai siswa mereka. Kegiatan pembelajaran selama menggunakan model inkuiri ditentukan oleh keseluruhan aspek pengajaran di kelas, proses keterbukaan dan peran siswa aktif. Pada prinsipnya, keseluruhan proses pembelajaran membantu siswa menjadi mandiri, percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara aktif. Peran guru bukan hanya membagikan pengetahuan dan kebenaran, namun juga berperan sebagai penuntun dan pemandu Peran guru adalah menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Bukan memberikan informasi atau ceramah kepada siswa. Guru juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa. Setiap pertanyaan yang diajukan siswa sebaiknya tidak langsung dijawab oleh guru, namun siswa diarahkan untuk berpikir tentang jawaban dari pertanyaan tersebut. Trowbridge dan Bybee dalam I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi menyatakan bahwa, dalam inkuiri pembelajaran menjadi lebih berpusat pada anak, proses belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri pada diri
siswa,
tingkat
pengharapan
bertambah,
pendekatan
inkuiri
dapat
mengembangkan bakat pendekatan inkuiri, dapat menghindari siswa dari caracara belajar dengan menghafal, dan pendekatan inkuiri memberikan waktu pada
13
siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
16
pada perinsipnya
proses inkuiri ini adalah identifikasi dan pernyataan masalah, pengembangan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis dan perumusan keterampilan. 17 b. Pembagian Inkuiri Sunand dan Trownbridge (1973) dalam E. Mulyasa, mengemukakan bahwa Pelaksanaan model inkuiri ini mempunyai tiga macam cara, yaitu: 1) Inkuiri terpimpin (guide inquiry); yaitu peserta didik memperoleh pedoman sesuai yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru, peserta didik tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk mengenai cara penyusunan dan mencatat data dibuat oleh guru. 2) Inkuiri bebas (free inquiry); Dalam hal ini peserta didik melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang ilmuan, metodenya adalah setiap peserta didik dilibatkan dalam kelompok tertentu, setiap kelompok mempunyai tugas yang sesuai. Misalnya ada koordinator kelompok, pembimbing tekhnis, pencatat dan pengevaluasi data. 3) Inkuiri bebas yang dimodipikasi (modified free inquiry); pada inkuiry jenis ini guru hanya sebagai pemberi masalah atau peroblem, kemudian peserta didikdiminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. 18
16
I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model pembelajaran dan Penalaran Formal terhadap Penguasaan konsep Fisika dan Sikap Imiah siswa SMA Negeri 4 Singaraja (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan) h.19 17 Budi Eko Soetjipto, Penggunaan pengajaran Inkuiri di Sebuah Sekolah Dasar di Victoria, Australia, (Jurnal Pendidikan MIPA, Vol 6 No 2 th 2005) hal. 107 18 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005). Cet. 3, h 108
14
c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Inkuiri Menurut Gulo sebagai mana yang dikutip Trianto menyatakan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiry adalah sebagai berikut 19 . a) Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan. Kegiatan inkuiri dilaksanakan ketika pertanyaan atau permaslahan diajukan. Untuk meyakinkan pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. b) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahakan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. c) Mengumpulkan Data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. d) Analisis Data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya. e) Membuat Kesimpulan Langkah
penutup
dari
pembelajaran
inkuiry
adalah
kesimpulan sementara berdasarkan data yang dieroleh siswa.
19
Trianto, Op. Cit, h. 135
membuat
15
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan pada model inkuiri ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut ini. 20 Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Menyajikan pertanyaan atau masalah Tahap 2 Membuat hipotesis
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah, dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok
Guru memberikan kesempatan pada siswauntuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memperioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk Tahap 3 menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan Merancang percobaan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi Tahap 4 Melakukan percobaan melalui percobaan. untuk memperoleh informasi Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok Tahap 5 untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang Mengumpulkan dan terkumpul. menganalisis data Guru membimbing siswa dalam membuat Tahap 6 kesimpulan Membuat kesimpulan Agar penerapan strategi inkuiri dapat berhasil dengan baik, maka guru perlu memahami beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam merancang inkuiri seperti disarankan oleh Keffer (2000) sebagaimna yang dikutif herfis antara lain sebagai berikut: 21 1) Siswa harus dihadapkan dengan masalah-masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dan sumbernya bisa dari siswa sendiri maupun dari guru. Pada tahap awal, masalah yang akan dipecahkan sebaiknya terstruktur, tidak open-ended (ujung terbuka) dan jawabannya tidak bias.
20
Trianto Op. Cit, h. 141 Herfis, op. cit.
21
16
2) Siswa harus diberi keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan masalahnya. Dalam hal ini guru harus dapat menjadi fasilitator dan motivator bagi siswa. Siswa mungkin akan merasa kesulitan dan berputus asa pada saat mengalami hambatan jika tidak dibantu oleh guru. 3) Siswa harus memiliki informasi awal tentang masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, guru harus berperan dalam memberikan informasi pendukung baik dengan cara melibatkan siswa bekerja bersama guru atau diberikan saran tentang sumber-sumber dan wujud informasi yang dibutuhkan dan dapat dicari dan diperolehnya sendiri. 4) Siswa harus diberikan kesempatan melakukan sendiri dan mengevaluasi hasil kegiatannya. Guru memonitor kegiatan siswa dan memberi bantuan jika siswa betul-betul sudah tidak mampu memecahkan masalahnya. 5) Siswa diberikan waktu cukup untuk bekerja berdasarkan pendekatan baru secara individual maupun berkelompok dan perlu diberikan contoh yang tepat dan agar dapat membedakan contoh salah yang berkaitan dengan masalah. Untuk meningkatkan teknik inkuiri dapat ditimbulkan dengan kegiatankegiatan sebagai berikut 22 : 1) Membimbing kegiatan laboratorium. Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa, dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Dimana siswa melakukan kegiatan percobaan/ penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep atau perinsipprinsip yang telah ditetapkan guru. 2) Modifikasi inkuiri Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah, dan menyediakan bahan / alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan atau kelompok. Bantuan yang diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan, yang memungkinkan siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
22
Drs. Isjoni, M.Si, dkk. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 143-145
17
3) Kebebasan inkuiri Setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan suatu problema dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran tertentu; serta telah melakukan ”modifikasi inkuiri”, maka siswa telah siap untuk melakukan kegiatan kebebasan inkuiri. Dimana guru dapat mengundang siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan ”kebebasan inkuiri”, dan siswa dapat mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam masalah yang akan dipelajari. 4) Inkuiri pendekatan peranan Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para ”ilmiawan”. Suatu undangan memberikan suatu masalah kepada siswa, dan dengan pertanyaan yang telah direncanakan dengan teliti, mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan seperti: merancang eksperimen, merumuskan hipotesa, menetapkan pengawasan dan seterusnya. 5) Mengundang kedalam inkuiri Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masingmasing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda seperti: koordinator tim, penasehat teknis, mereka data, proses penilaian. Anggota tim menggambarkan peranan-peranan diatas, bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari. 6) Teka-teki bergambar Adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa didalam diskusi kelompok kecil/besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. 7) Synectics leson Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Misalnya science dan ilmu-ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa emosi, efektif, dan komponen-komponen arasional kreatif pada permulaannya adalah lebih
18
penting dibandingkan dengan pikiran-pikiran rasional. Pada dasarnya ”synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar supaya dapat membukainteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena ”kiasan” dapat membantu dalam melepaskan ”ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif. 8) Kejelasan nilai-nilai Perlu diadakan evaluasi lebih lanjur tentang keuntungan-keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan ”self-concept” siswa. Ternyata dengan teknik inkuiri siswa melakukan tugastugas kognitif lebih baik. d. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri Menurut Amin (1987) sebagaimana yang dikutip Herfis, inkuiri sebagai model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan seperti: 23 (a) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, (b) menciptakan suasana akademik yang mendukung berlang-sungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa, (c) membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif, (d) meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri, (e) mengembangkan bakat individual secara optimal, (f) menghindarikan siswa dari cara belajar menghafal. Model pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan sebagai berikut24 : a) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang seru. 23 24
h. 76-77
Herfis, op. cit. Dra. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 7,
19
c) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atau inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka. d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. f) Situasi proses belajar menjadi merangsang. g) Dapat mengembangakan bakat atau kecakapan individu. h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. i) Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. j) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Adapun kelemahan dari metode pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut a) Metode inkuiri memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku. b) Metode inkuiri tidak bisa digunakan pada semua bidang mata pelajaran. c) Siswa lebih suka dengan metode tradisional. d) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir.
3. Metode Pembelajaran Konvensional a. Pengertian Metode konvensional yang digunakan sebagai kontrol dalam penelitian ini adalah metode ceramah, yang diselingi tanya jawab antara guru dengan siswa atau sebaliknya. Metode ceramah merupakan salah satu metode yang konvensional yang
masihdipergunakan
dalam
strategi
belajar
mengajar.
Dan
untuk
menmgoptimalkan penggunaan metode ini sebagai kontrol perlu dipelajari karakteristik, kelebihan dan kelemahannya. Hasibun dan moejiono mengemukakan bahwa metode ceramah adalah cara penyampaian bahan dengan komunikasi lisan serta ekonomis dan efektif untuk keperluan penyempaian indormasi dan pengertian. 25 Armai Arief mengemukakan 25
Hasibuan dan Moejiono, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 13
20
bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. 26 Menurut Usman, metode ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. 27 metode ceramah merupakan teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh guru disekolah. Peran
murid
pada
metode
ceramah
adalah
sebagai
penerima
pesan,
mendengarkan, memperhatikan dan mencatat keterangan-keterangan guru bila diperlukan. Dari pendapat para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah yaitu suatu teknik mengajar atau cara penyampaian informasi yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materimateri pelajaran kepada siswa secara lisan. b. Langkah-langkah Penerapan Metode Ceramah langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: 28 1. Langkah Persiapan Persiapan yang dimaksud disini adalah menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pelajaran dan pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran tersebut. Disamping itu, guru memperbanyak bahan appersepsi untuk membantu mereka memahami pelajaran yang akan disajikan. 2. Langkah Penyajian Pada tahap ini guru menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok masalah. 3. Langkah Generalisasi Dalam hal ini unsur yang samadan berlainan dihimpun untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.
26
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 135 27 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h. 34 28 Dr. Armai Arief, M.A Op. Cit. h. 137-138
21
4. Langkah Aplikasi Penggunaan Pada langkah ini kesimpulan atau konklusi yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi sehingga nyata makna kesimpulan itu. Ceramah sebagai metode pengajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode ceramah antara lain: 29 1) Penggunaan waktu yang efisien. 2) Organisasi kelas lebih sederhana. 3) Dapat memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa dalam belajar; 4) Apabila penceramahan berhasil baik,dapat menimbulkan semangat, kreasi yang konstuktif, dan merangsang; 5) Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan Menurut Hisyam Zaini dkk, menyebutkan kelebihan dari metode ceramah sebagai berikut: 30 1) Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan 2) Efisien dari segi waktu dan biaya. 3) Dapat menyampaikan materi yang banyak. 4) Mendorong dosen menguasai materi. 5) Lebih mudah mengontrol kelas. Peserta didik tidak perlu persiapan. 6) Peserta didik dapat langsung menerima ilmu pengetahuan Kelemahan metode ceramah sebagai berikut: 31 1) membosankan 2) peserta didik tidak aktif. 3) Informasi hanya satu arah. 4) Feed back relatif rendah. 5) Menggurui dan melelahkan 6) Kurang melekat pada ingatan peserta didik. 7) Kurang terkendali, baik waktu maupun materi 8) Menonton. 29
Basyiruddin Usman, Op. Cit. h. 34-35 Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008) h. 91 31 Hisyam Zaini dkk, Ibid, h. 93-94 30
22
9) Tidak mengembangkan kreativitas peserta didik. 10) Menjadikan peserta didik hanya sebagai ojek didik. 11) Tidak merangsang peserta didik untuk membaca. Kelemahan metode ceramah menurut Basyirudin Usman adalah: 32 2) guru seringkali mengalami kesulitan dalam mengukur kemampuan siswa sampai sejauh mana pemahaman mereka tentang materi yang diceramahkan; 3) siswa cenderung pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan guru; 4) bilamana guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam tempo terbatas, menimbulkan kesan pemaksaan terhadap kemampuan siswa; 5) Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, karena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur.
4. Hasil Belajar Fisika a. Pengertian Belajar Belajar atau juga yang disebut dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalamanpengalaman. 33 Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap 34 . Jadi belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory seperti yang dikutif oleh Syah, berpendapat bahwa Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah
32
Basyiruddin Usman, Op. Cit, h. 35 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (jakarta: Kizi Brother’s, 2006) h. 76 34 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2005) h.97 33
23
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi menurut Hintzman perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut, baru dapat dikatakan belajar apabila dapat mempengaruhi organisme. 35 Menurut Syah, belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. 36 Belajar merupakan proses aktif pelajar untuk mengkonstruksikan arti teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannnya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut: 1) Belajar membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah dipunyai. 2) Konstruksi arti adalah proses secara terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah. 3) Belajar
bukanlah
kegiatan
mengumpulkan
fakta,
melainkan
suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang. 4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-9 h. 92 36 Muhibbin Syah, Ibid, h. 92
24
Belajar menurut Iskandarwassid bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. 37 . Disini terlihat bahwa orang yang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Slameto yang menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 38 Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan fisik, mental juga tingkah laku yang harus didukung oleh lingkungannya. Oleh karenanya belajar merupakan kegiatan manusia yang terpenting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib dan mencapai cita-cita yang didambakan. b. Pengertian Hasil Belajar Fisika Hasil belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar sisiwa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes hasil belajar yang 37
Iskandarwassid, Mpd. Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) h. 5 38 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1995),Cet. Ke-3, h. 2
25
dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun bagi siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagai mana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti pelajaran. Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi dalam diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada prilaku. Dan perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengethuan terhadap suatu yang dipelajari dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya memunculkan skor atau nilai belajar dalam bentuk riil. Dari berbagai pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa, etelah mengalami proses belajar mengajar dan ditandai dengan adanya perubahan kepandaian, kecakapan, dan tingkah laku pada siswa itu sendiri. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. 39 Ketiga ranah tersebut masing-masing memiliki beberapa tingkatan atau jenjangjenjang. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Kognitif Hasil belajar penguasaan materi (kognitif) bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. 40 Pada tahun 2001 Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl merevisi taksonomi Bloom menjadi (1) remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. 41
39
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. XI, hal. 22 40 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 14. 41 Ahmad Sofyan, dkk., Ibid, h. 14.
26
Akan tetapi saat ini taksonomi Bloom yang belum direvisi ini masih banyak digunakan oleh masyarakat pendidikan di negara kita. Kemampuan-kemampuan yang termasuk ke dalam domain kognitif oleh Bloom dkk yang belum direvisi ini, dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan, mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni: (1) pengetahuan/ingatan-knowledge, (2) pemahaman-comprehension, (3) penerapan-aplication, (4) analisis-analysis, (5) sintesis-synthesis, dan (6) evaluasievaluation. Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks, dan merupakan
peningkatan
dari
jenjang
kemampuan
yang
lebih
rendah,
penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Jenjang kemampuan ingatan/hafalan (recall)/C1 Jenjang ini didefinisikan sebagai proses mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, mencakup fakta, rumus, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Pada jenjang ini, siswa dapat menggunakan kata kerja khusus seperti mengemukakan arti atau definisi suatu konsep, menamakan sesuatu, membuat daftar, memberi nama, mencocokan, menentukan lokasi, mendeskripsikan suatu konsep, menceritakan apa yang terjadi, ataupun menguraikan apa yang terjadi. 2) Jenjang kemapuan pemahaman (comprehention)/C2. Pada jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajarinya, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi) menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri. 3) Jenjang kemampuan penerapan/aplikasi (application)/C3. Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi, prinsip, aturan, atau metode yang telah dipelajari dalam situasi konkrit yang baru, seperti melakukan percobaan, membuat peta, membuat model, menghitung kebutuhan, dan merancang strategi. Biasanya menggunakan kata
27
kerja
khusus
seperti
mengubah,
menghitung,
mendemonstrasikan,
memecahkan masalah, meramalkan dan sebagainya. 4) Jenjang kemampuan analisis (analysis)/C4. Jenjang ini didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan suatu materi ke dalam bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas. Misalnya siswa dapat menggunakan kata kerja khusus seperti menguraikan, menarik kesimpulan,
mengkaji
ulang,
mengidentifikasi,
membuat
diagram,
menghubungkan, dll. 5) Jenjang kemampuan sintesis (synthesis)/C5. Jenjang ini merupakan kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun karangan, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan informasi lainnya. Kata kerja khusus yang digunakan seperti menggolonggolongkan, menggabungkan, menyususun, mencipta (memikirkan suatu rencana), menceritakan dan sebagainya. 6) Jenjang kemampuan evaluasi (evaluation)/C6. Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi (pernyataan, uraian, pekerjaan) berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Pada jenjang ini, kata kerja khusus yang digunakan umumnya seperti memberi nilai, memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mempertentangkan, mempertimbangkan kebenaran dan sebagainya. Untuk menilai atau mengukur aspek penguasaan materi (kognitif) ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut. 42 b. Afektif Hasil belajar proses yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Tipe hasil belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian 42
Ahmad Sofyan, dkk., Ibid, hal. 15
28
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.43 Meurut Moh. Uzer Usman, hasil belajar afektif terbagi dalam lima kategori yaitu: 44 1)
Penerimaan Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2)
Pemberian respons Satu tingkat diatas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.
3)
Penilaian Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap dan apresiasi.
4)
Pengorganisasian Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkahlaku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
5)
Karakterisasi Mengacu lepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga tingkahlaku menjadi lebih konsisten dan lebimudadiperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa. Untuk menilai aspek atau mengukur hasil belajar ini dapat digunakan
instrumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.
43
Nana Sudjana, Op. Cit, h. 30 Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya).
44
Hal. 35-36
29
c. Psikomotor Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar. Simpson dalam Sofyan, menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan bertindak individu. 45 Terdapat enam tingkatan keterampilan (skill) yaitu: 1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain. 4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan. 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan yang sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. 6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. 46 Selain itu Dave dalam Uzer Usman, mengklasifikasikan domain psikomotor ke dalam lima kategori, yaitu: 47 1) Peniruan Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. 2) Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkahlaku saja.
45
Ahmad Sofyan, dkk., Op. Cit, h. 23 Nana Sudjana, Op. Cit, h. 30-31 47 Drs. Moh. Uzer Usman, Op. Cit. h. 35-36
46
30
3) Ketetapan Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. 4) Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepatdan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda. 5) Pengalamiahan Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi
fisik
maupun
psikis.
Gerakannya
dilakukan
secara
rutin.
Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud hasil belajar fisika siswa adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika setelah mengalami proses pengajaran disekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melewati proses belajar pada akhir materi. Asumsinya adalah pengetahuan yang diajarkan oleh guru pada mata pelajaran fisika dapat diserap secara optimal oleh siswa sehingga hasil belajar siswa dapat menggambarkan hasil pengajaran. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung wajar. Kadang-kadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat kadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian diantara kenyataan yang sering kita jumpa pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Zikri Neni dalam bukunya menjelaskan bahwa hasil
31
belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. 48 Hal tersebut
serupa
dengan
Ngalim Purwanto
pun
membagi
faktor
yang
mempengaruhi proses dan prestasi belajar menjadi dua, yaitu: 49 1) Fakor yang ada pada diri organizme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, dan 2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Jadi, secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan kedua faktor tersebut. 1) Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:50 a) Faktor Fisiologis Faktor ini ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing- pusing kepala misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas. Jadi orang yang sehat akan berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar dibandingkan dengan jasmani yang kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri atas kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya, terutama sekali indera penglihatan dan pendengaran. Apabila seseorang siswa memiliki kondisi fisiologi yang kurang baik seperti indera pendengaran dan penglihatannya kurang baik, maka hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagaimana telah disebutkan pada awal penulisan. Jika hal tersebut tidak segera di tindak
48
Zikri Neni Iska, Op. Cit, hal. 85 Nglim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bamdung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), Cet. 5, hal. 102 50 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1, hal.131-138 49
32
lanjuti maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh siswa tersebut. b) Faktor Psikologis Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar menyebutkan, yang termasuk ke dalam faktor psikologis diantaranya adalah: motivasi, minat, dan bakat. Apabila seseorang memiliki motivasi, minat, dan bakat maka ia akan terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memiliki semangat yang luar biasa untuk terus belajar. Akan tetapi sebaliknya apabila keadaan individunya seperti kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini terdiri dari faktor-faktor lingkungan dan faktor-faktor Intsrumental. 51 a) Faktor-Faktor Lingkungan Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 52 (1) Lingkungan Sosial Faktor linkingan sosial juga bisa berwujud manusia dan reprentasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa. Lingungan sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya juga yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan
51
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 59 52 Muhibbin Syah, op.cit, hal.138
33
teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat- alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimiliki. (2) Lingkungan Non Sosial Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung jumlahnya misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), gedung sekolah dan letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut.53 b) Faktor-Faktor Instrumental Faktor Instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 54 Banyak psikolog beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses yang asosiatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu.
5. Gerak Lurus a. Jarak Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dalam selang waktu tertentu. Jarak juga bisa menyatakan posisi suatu benda terhadap titik acuan tertentu. Jarak termasuk besaran skalar, di mana tidak bergantung pada arah dan nilainya selalu positif. Sebagai contoh. dari rumah, saya mengendarai sepeda motor menuju utara sejauh 100 meter, lalu kembali ke selatan sejauh 50 meter menuju rumah teman. Jika dihitung maka jarak tempuh saya = 150 meter. b. Perpindahan Berbeda dengan jarak, perpindahan termasuk besaran vektor sehingga arah juga berpengaruh. Contoh, dari rumah saya mengendarai sepeda motor menuju utara sejauh 100 meter, lalu kembali ke selatan sejauh 50 meter menuju rumah teman. Berapa perpindahan saya ? Jika dihitung maka perpindahan saya = 50 meter. alasannya karena kedudukan saya hanya sebesar 50 meter jika diukur dari 53
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002), Cet.
11, h.232 54
Alisuf Sabri, op.cit., h. 59
34
titik acuan (rumah). Kalau saya terus bergerak menuju ke rumah, maka perpindahan saya = 0, karena kedudukan saya tetap alias tidak berubah (kedudukan awal = kedudukan akhir) c. Kelajuan Kelajuan merupakan salah satu besaran turunan yang tidak bergantung pada arah, sehingga kelajuan termasuk skalar. Misalnya ketika saya mengatakan ”sepeda motor yang saya kendarai bergerak 60 km/jam”, maka yang saya maksudkan di sini adalah kelajuan. Saya tidak perlu arah untuk menyatakan kelajuan. Kelajuan merupakan besaran skalar, sehingga arah tidak berpengaruh. Karena arah tidak berpengaruh maka kelajuan selalu bernilai positif. d. Kecepatan Kecepatan merupakan besaran vektor, di mana arah turut mempengaruhi nilai kecepatan. Misalnya jika ditetapkan arah ke timur sebagai arah positif maka nilai kecepatan gerak benda ke arah timur ditambahkan tanda + di depannya. Apabila kearah barat, nilai kecepatan gerak benda ditambah tanda -. Sebagai contoh, sebuah mobil bergerak 60 km/jam ke timur, maka dalam penulisannya cukup ditulis 60 km/jam. Apabila mobil bergerak 60 km/jam ke arah barat, kecepatan mobil tersebut cukup ditulis -60 km/jam. e. Kecepatan Rata-rata Kecepatan rata-rata merupakan total perubahan kedudukan suatu benda selama selang waktu tertentu. Jika dinyatakan secara matematis, kecepatan ratarata suatu benda yang bergerak didefinisikan sebagai perpindahan yang ditempuh benda dibagi waktu tempuh. Secara matematis ditulis : kecepa tan rata − rata =
v=
perpindahan waktutempuh
Δs Δt
v = kecepatan, s = perpindahan dan t = waktu tempuh f. Percepatan Misalnya sebuah mobil sedang dalam keadaan diam. Ketika mobil yang pada mulanya diam mulai bergerak dengan kecepatan tertentu, maka mobil tadi
35
dikatakan mengalami percepatan. Percepatan = perubahan kecepatan. Ketika masih diam, kecepatan mobil = 0. Ketika bergerak, mobil memiliki kecepatan tertentu. Karena kecepatan mobil berubah dari diam (kecepatan = 0) menjadi bergerak (mobil memiliki kecepatan), maka mobil tersebut dikatakan mengalami percepatan. Apabila kecepatan mobil ditambah (kecepatan bertambah), maka mobil tersebut juga mengalami percepatan. Percepatan bernilai positif jika kecepatan mobil bertambah.
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB) Gerak lurus = gerakan pada lintasan lurus. Tapi jika ditambahkan kata “Beraturan”,
maka
maknanya
sudah
berbeda.
Kalian
mungkin
bisa
mengartikannya sebagai gerak pada lintasan lurus yang terjadi secara teratur. Ingat bahwa ketika sebuah benda bergerak, benda tersebut pasti memiliki kelajuan atau kecepatan. Ketika sebuah benda bergerak lurus dengan laju atau kecepatan tetap, maka benda tersebut dikatakan melakukan Gerak Lurus Beraturan. Jadi yang dimaksudkan oleh kata “beraturan” adalah kecepatan atau kelajuan gerak benda. Yang teratur adalah kecepatannya. Karena pada Gerak Lurus Beraturan (GLB) kecepatan gerak benda tetap, maka kecepatan rata-rata sama dengan kecepatan atau kelajuan sesaat. Pada GLB hanya ada rumus kecepatan.
kecepa tan =
perpindahan waktutempuh v=
s t
v = kecepatan, s = jarak dan t = waktu tempuh
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) Setiap benda yang bergerak pasti memiliki kecepatan. Apabila kecepatan sebuah benda berubah secara teratur ketika bergerak pada lintasan lurus, maka benda tersebut dikatakan melakukan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Jadi yang berubah secara teratur di sini adalah kecepatan benda tersebut. Contohnya sebuah mobil pada mulanya diam. Setelah satu menit, mobil tersebut
36
bergerak dengan kecepatan 10 km/jam. Setelah 2 menit, mobil bergerak dengan kecepatan 20 km/jam. Setelah 3 menit, mobil bergerak dengan kecepatan 30 km/jam. Kecepatan mobil menjadi 40 km/jam setelah 4 menit. Lalu 50 km/jam setelah 5 menit. Ingat bahwa setiap menit kecepatan mobil bertambah 10 km/jam. Jadi kecepatan mobil tersebut meningkat secara teratur. Dengan kata lain, mobil mengalami perubahan kecepatan secara teratur. Persamaan GLBB Persamaan 1 : Hubungan antara kecepatan awal (vt) dengan kecepatan awal (vo), percepatan (a) dan waktu (t). vt = vo + at Persamaan 2 : Hubungan antara jarak tempuh dengan kecepatan awal (vo), waktu (t) dan percepatan (a) s = vot + ½ at2 Persamaan 3 : Hubungan antara kecepatan akhir (vt) dengan kecepatan awal (vo), percepatan (a) dan jarak (t). vt2 = vo2 + 2as Keterangan : vt = kecepatan akhir, vo = kecepatan awal, a = percepatan, s = jarak
3. Gerak Vertikal a. Gerak Vertikal ke Atas Gerak Benda dilempar vertikal keatas (GVA) merupakan GLBB yang mengalami perlambatan dimana gesekan udara diabaikan dan percepatan benda a = -g, g = percepatan gravitasi bumi. Ketika benda mencapai titik puncak, kecepatan benda sama dengan nol atau Vt = 0 , waktu untuk mencapai titik puncak ( tp ) dapat ditentukan dengan persamaan kecepatan
37
S = vo t + ½ at2 h = vo t - ½ g t
2
vt = vo + at v t = vo - g t
waktu untuk mencapai titik puncak vt = vo - g t 0 = vo - g tp t p = vo / g vt2 = vo2 - 2gh b. Gerak Vertikal ke Bawah Gerak vertikal ke bawah (GVB) merupakan GLBB dimana benda dilempar ke bawah dengan kecepatan awal tertentu dan gesekan udara diabaikan atau ditiadakan sebagai berikut : S = vo t + 1/2 a t2
vt = vo + at
h = vo t + ½ g t2
vt = vo + g t
h = ½ g t2 v t = kecepatan akhir vt2 = vo2 + 2gh vt2 = vo2 + 2gh c. Gerak Jatuh Bebas Gerak Jatuh bebas merupakan gerak vertikal ke bawah tanpa kecepatan awal (v0 = 0 ) dan gesekan di udara diabaikan atau ditiadakan. Gerak jatuh bebas merupakan GLBB dipercepat dengan a = + g. Gerak Benda A jauh bebas dari ketinggian h dan jatuh di tanah pada titik B dapat dirumuskan sebagai berikut : S = vo t + ½ at2 h=0+½gt
2
vt = 0 + g t
v0= 0 h = ½ g t2
vt = vo + at
vt = gt
vt = kecepatan akhir vt2 = vo2 + 2gh vt2= 02 + 2gh = 2gh
38
B. Penelitian yang Relevan Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai inkuiri dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model inkuiri. Diantara penelitian yang pernah dilakukan adalah: 1. Ade Nofi Lastari, dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa, mengatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan inkuiri terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal tersebut terlihat dari hasil postes kelas eksperimen yang sangat meningkat dibandingkan dengan kelas kontrol. 55 2. widyawati, dalam penelitiannya yang berjudul Pengeruh Pembelajaran Kontekstual Berbasis Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa, mengatakan bahwa dengan adanya pemberian pembelajaran berbasis inkuiri memberikan pengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa berupa peningkatan nilai hasil belajar fisika siswa. 56
C. Kerangka Pikir Metode inkuiri merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dalam menyampaikan materi dengan cara mengajak siswa untuk mencari, menyelidiki jawaban relevan mengenai materi yang telah diajarkan. Dengan cara tersebut menjadikan siswa berpikir kritis analisis-argumentatif, dan mandiri. Karena siswa tidak selalu dijejali materi dar guru, melainkan siswa mencari kekurangan dari sumber lain maupun dari pengalaman-pengalaman yang didapatinya. Dalam melaksanakan metode belajar inkuiri, siswa disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam artian 55
Ade Nofi Lastari, Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2006. h.44 56 Widyawati, Pengeruh pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2005. h.40
39
mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Dan pengalaman mental dalam artian siswa diberikan kebebasan untuk menyusun dan merekonstruksi sendiri informasi-informasi yang telah diperoleh. Selain itu dalam pelaksanaannya metode inkuiri juga akan menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar, karena siswa akan mengalami banyak tahapan dalam pembelajaran inkuiri mulai tahap persiapan, melakukan percobaan, dan membuat kesimpulan dalam bentuk laporan atau penyajian. Dengan banyaknya aktivitas dan kegiatan siswa disekolah maupun diluar sekolah demikian akan didapatkan hasil belajar yang lebih baik karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah proses yang dijalani siswa maupun pihak lain yang secara sadar dan disengaja membrikan kemungkinan tercapainya perubahan diri, baik perubahan intelektual maupun perubahan mental.dalam peroses belajar mengajar fisika, harus mengacu pada hakekat fisika, yakni bersifat eksperimentasi. Penerapan suatu strategi, model atau metode dalam pembelajaran fisika, merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan mengarah kepada penguasaan materi, karena itu dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi dan metode pembelajaran yang tepat, efisien, efektif dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Salahsatunya dapat melibatkan siswa mengembangkan motivasi siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, mengembangkan motifasi siswa, sehingga tentunya dapat meningkatkan prestasi siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Metode inkuiri bertujuan untuk mengebangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis dan penemuan akademik. Penggunaan metode pembelajaran inkuiri berpusat pada siswa, sehingga diharapkan membuat para siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti segala kegiatan belajar, sehingga diharapkan siswa mendapatkan prestasi yang optimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan krangka pikir dibawah ini.
40
Bagan Kerangka Pikir
Masalah penelitian: 1. Adanya anggapan bahwa materi fisika merupakan materi yang sulit untuk dipelajari. 2. Guru sulit dalam memilih model mengajar yang tepat. 3. proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum. 4. guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
Penerapan model inkuiri
Terdapat kesesuaian antara kajian teori dan hasil penelitian Ya Tidak
Kesimpulan: 1. Hasil penelitian sesuai teori 2. Keputusan tentang model pembelajaran inkuiri sangat efektif
Selesai
Analisis lebih lanjut terhadap kemungkinan kesalahan prosedur penelitian atau kemungkinan lainnya
Kesimpulan: 1. Hasil tidak sesuai 2. hasil analisis lebih lanjut terhadap kemungkinan ketidaksesuaian
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
41
D. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini sampai terbukti kebenarannya melalui data yang telah terkumpul dan telah diuji. Terdapat 2 hipotesis yang akan diujikan kebenarannya pada penelitian ini, yaitu: a. Hipotesis Nihil (Ho) Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pokok gerak. Artinya bahwa hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan model inkuiri sama dengan yang diajar dengan metode konfensional b. Hipotesis Alternatif (Ha) Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pokok gerak. Artinya bahwa hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih besar dari pada yang diajar dengan metode konfensional.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen atau eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. 1 Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2009/2010. Tepatnya penelitian ini dimulai pada tanggal 27 Oktober sampai dengan 26 November 2009. Adapun tempat penelitiannya adalah di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan.
C. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian berupa pretest-posttest nonequivalent control group design dengan pola : Tabel . Desain Penelitian Group
Pretest
Treatment
Posttest
E
01
XE
01
K
02
XK
02
Keterangan: E
= Kelompok Eksperimen
K
= Kelompok Kontrol
01
= Pencapaian Kelompok Eksperimen
1
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165.
38
39
02
= Pencapaian Kelompok kontrol
XE
= Pemberian materi dengan model inkuiri.
XK
= Pemberian materi dengan model tradisional
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. 2 Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan dengan populasi sasarannya adalah seluruh siswa kelas X di sekolah yang sama . Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.3 Untuk pengambilan sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purpossive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian. 4 Berdasarkan teknik sampling tersebut, maka sampel penelitian ini adalah Kelas X MM 1 dan Kelas X MM 2 . Kelas X MM 1 ditetapkan sebagai kelompok eksperimen yang akan diajar dengan menggunakan model inkuiri sedangkan Kelas X MM 2
ditetapkan sebagai
kelompok kontrol yang akan diajar dengan menggunakan konvensional.
E. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan dua variabel untuk mencari pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa, yaitu: 1. Variabel Bebas (Independent Variable) adalah model pembelajaran inkuiri dan metode konvensional a. Definisi Konseptual Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu cara yang digunakan melalui pertanyaan atau pemeriksaan dan penyelidikan. Metode inkuiri juga merupakan cara belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara keritis, analisisargumentatif dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12 h 130 3 Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 131 4 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 22 – 23.
40
kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung data, fakta atau argumentasi yang cukup valid. b. Definisi Oprasional Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar yang membentuk siswa menjadi mandiri dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehingga siswa dituntut aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dan merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancng untuk membantu siswa dalam memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar peraktik-empirik. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah hasil belajar fisika a. Definisi Konseptual Hasil belajar adalah terjadinya perubahan perilaku, kepandaian, atau kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap. Hasil belajar fisika adalah terjadinya perubahan perilaku, kepandaian atau kemampuan seseorang pada mata pelajaran fisika. b. Definisi Oprasional Hasil belajar adalah sekor yang diperoleh oleh siswa melalui tes pilihan ganda setelah mengalami proses belajar mengajar. Sehingga hasil belajar fisika merupakan hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika setelah mengalami proses mengajar dan ditandai dengan adanya perubahan-perubahan.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data atau disebut juga metode pengumpulan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang terdiri dari pretest dan posttest. Metode tes yang terdiri dari pretest yaitu tes yang disusun atau dirancang untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah tes yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar atau indikator yang disampaikan pada program pembelajaran telah dikuasai oleh peserta didik. Posttest juga dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes yang dilakukan pada awal pembelajaran dengan tes yang dilakukan setelah
41
pembelajaran. Terdapat dua buah data pada penelitian ini. Data utama adalah hasil belajar fisika yang diperoleh dari pelaksanaan pretest dan posttest. Data penunjang penelitian adalah data hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar diperoleh dengan menggunakan instrumen tes berupa tes objektif sedangkan data hasil observasi diperoleh dengan menggunakan instrumen nontes berupa lembar observasi.
G. Instrumen Penelitian Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda. Disamping itu, untuk mendapatkan data penunjang kesimpulan yang diharapkan di akhir penelitian ini, digunakan instrumen nontes berupa lembar observasi sebagai panduan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 1. Instrumen Tes Hasil Belajar Instrumen tes ini harus memiliki empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui pengujian dan perhitungan sebagai berikut. a. Uji Validitas Uji validitas ini dilakukan untuk menunjukan keshahihan atau ketepatan suatu instrumen. Setiap instrumen penelitian harus valid atau sahih. Validitas ini berhubungan dengan isi dan kegunaan instrumen Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Oleh karena itu, validitas instrumen dalam penelitian ini adalah validitas setiap butir soal tes. Perhitungan validitas tiap butir soal dapat dihitung dengan menggunakan teknik analisis point biserial yang dinyatakan secara matematis sebagai berikut. 5
5
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 258.
42
r pbi =
Mp − Mt SD t
p q
Keterangan simbol yang terdapat pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut. rpbi
= Indeks point biserial
Mp
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Mt
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
SDt
= Deviasi standar skor total.
p
= Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.
q
= Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.
b. Perhitungan Reliabilitas Perhitungan reliabilitas ini dilakukan untuk menunjukan apakah instrumen tes yang akan diujikan reliabel atau tidak, suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan hasil-hasil yang mantap. Suatu instrumen tes dapat dikatakan mantap apabila instrumen tes tersebut digunakan berulangkali, dengan syarat saat pengukuran tidak berubah, instrumen tes tersebut memberikan hasil yang sama. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menunjukkan reliabilitas suatu instrumen tes adalah rumus KR-20 yang ditunjukkan dengan rumus berikut ini.6 2 ⎛ k ⎞⎛⎜ St − ∑ pq ⎞⎟ r11 = ⎜ ⎟ ⎟ St 2 ⎝ k − 1 ⎠⎜⎝ ⎠
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 186
43
dimana: r11
: nilai koefisien reliabilitas instrumen KR-20
k
: jumlah testee
p
: proporsi jumlah testee yang menjawab betul
q
: proporsi jumlah testee yang menjawab salah
SD
: nilai deviasi standar
c. Taraf Kesukaran Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang, atau mudah. Soal dikatakan mudah jika untuk menyelesaikannya hanya langsung menggunakan data yang ada. Soal dikatakan sedang, jika untuk menyelesaikannya tidak langsung menggunakan data yang ada dan untuk mencarinya cukup menggunakan satu konsep saja. Soal dikatakan sulit/sukar, jika untuk menyelesaikannya tidak menggunakan data/informasi yang ada, tetapi untuk mencarinya dengan beberapa konsep. Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu, sesuai dengan karakteristik peserta tes. Taraf kesukaran suatu tes dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 7 DK =
W L + WH × 100 % nL + nH
Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut. DK
= derajat kesukaran (degrees of difficulty)
WL
= jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH
= jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
7
nL
= jumlah kelompok bawah
nH
= jumlah kelompok atas
Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 189
44
Berikut ini adalah cara yang dapat digunakan dalam penentuan kelompok atas dan kelompok bawah a. Menyusun lembar jawaban tes sesuai dengan urutan nilai dari yang terbesar (disimpan paling atas) sampai yang terkecil (disimpan paling bawah). b. Mengambil 27 % dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok atas. c. Mengambil 27 % dari bawah susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok bawah. d. Sisanya yakni bagian yang 46 % disisihkan, karena tidak perlu diikutkan dalam analisis. Menurut
ketentuan
yang
sering
diikuti,
taraf
kesukaran
sering
diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.2 Kategori Derajat Kesukaran Rentang Nilai DK
Kategori
0,00 ≤ DB < 0,30
Sukar
0,30 ≤ DB < 0,70
Sedang
0,70 ≤ DB ≤ 1,00
Mudah
d. Daya Pembeda Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (rendah prestasinya). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus: 8 DB =
WL − WH n
dimana: DB
8
= Daya Beda (discriminating power, DP)
Ign. Masidjo, Ibid, h. 198
45
WL
= jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH
= jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
n
= jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Berikut ini adalah cara yang dapat digunakan dalam penentuan kelompok atas (WH) dan kelompok bawah (WL). e. Menyusun lembar jawaban tes sesuai dengan urutan nilai dari yang terbesar (disimpan paling atas) sampai yang terkecil (disimpan paling bawah). f. Mengambil 27 % dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok atas. g. Mengambil 27 % dari bawah susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok bawah. h. Sisanya yakni bagian yang 46 % disisihkan, karena tidak perlu diikutkan dalam analisis. Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada ketentuan berikut ini. Tabel 3.3 Kategori Daya Beda Rentang Nilai DB < 0,00
Kategori drop
0,00 ≤ DB < 0,20
Buruk
0,20 ≤ DB < 0,40
Cukup
0,40 ≤ DB < 0,70
Baik
0,70 ≤ DB ≤ 1,00
baik sekali
2. Instrumen Nontes Penggunaan instrumen nontes ini bertujuan agar kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini lebih valid dibandingkan jika hanya menggunakan satu instrumen tes saja. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Sebagaimana instrumen tes, instrumen nontes juga harus
46
memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen nontes berbeda dengan instrumen tes. Berbeda dengan instrumen tes yang pengujiannya menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, instrumen nontes lembar observasi ini pengujian kelayakannya cukup dengan pertimbangan ahli saja. 9 Pertimbangan para ahli ini berhubungan dengan validitas isi yang berkaitan dengan butir-butir pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. Uji kelayakan ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan pertimbangan kajian teoretis yang dilakukan penulis. Setelah diajukan kepada dosen pembimbing dan beberapa perbaikan, akhirnya instrumen nontes lembar observasi ini dianggap layak untuk digunakan. Pengembangan indikator observasi ini terdapat pada Lampiran 2D bersama dengan pengembangan indikator instrumen tes.
H. Teknik Analisis Data Karena terdapat dua buah data yang berbeda yaitu data yang diperoleh dari instrumen tes dan data dari instrumen nontes, maka terdapat pula dua buah teknik analisis data. Data yang dihasilkan dari instrumen tes akan dianalisis untuk mengukur peningkatan hasil belajar dan menguji hipotesis. Data yang dihasilkan dari hasil observasi akan dianalisis untuk mengukur kualitas pembelajaran selama diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran inkuiri pada kelompok eksperimen. 1. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar Sebelum melakukan teknik analisis statistik yang akan digunakan, terlebih dahulu memeriksa keabsahan sampel yaitu dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Taraf signifikansi yang digunakan dalam statistik uji “t” adalah α = 0,05.
9
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 123.
47
a. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mencari skor terbesar dan terkecil b) Mencari nilai rentangan (R) R = skor terbesar – skor terkecil c) Mencari banyaknya kelas (BK) BK = 1 + 3,3 log N (Rumus Sturgess) d) Mencari nilai panjang kelas (i) i=
R BK
e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No
Nilai
Kelas
f
Interval
Tengah
X12
(X1)
∑f=
Jumlah
-
-
∑f X
f) Mencari nilai rata-rata (mean) −
X =
∑f X
1
n
g) Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)
∑ S =
f X12
f X1
⎛ ∑ fX 1 fX 1 − ⎜⎜ ⎝ n (n − 1) 2
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
2
h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1
=
∑ fX
2 1
=
48
1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor – skor kanan kelas interval ditambah 0,5. 2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus: −
Batas Kelas − X Z= S
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas. 4) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0 – Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi angka baris ketiga dan begitu pula seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan angka pada baris berikutnya. 5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas setiap interval dengan jumlah responden. i) Mencari Chi – Kuadrat hitung (χ2)
X =∑ 2
j) Membandingkan χ2
(Oi − E1 )2 Ei hitung
dengan χ2
tabel
untuk α = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 1, dengan kriteria: Jika χ2 hitung ≥ χ2 tabel, artinya distribusi data tidak normal dan Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, artinya data distribusi normal 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Hipotesis b) Bagi data menjadi dua kelompok c) Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya d) Tentukan F hitung dengan rumus:
49
F=
S1 S2
2
=
2
n∑ X 1 − 2
Dimana S
2
var ians terbesar var ians terkecil
=
(∑ X )
2
n (n − 1 )
1
e) Tentukan kriteria pengujian: Jika F
≤ F
hitung
tabel
maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen. Jika F
hitung
≥ F
tabel
maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi
tidak homogen. b. Uji Analisis Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus “t” test. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut: a) Rumusan hipotesis
Ho : μ 1 = μ 2 Ha : μ 1 > μ 2 b) Tentukan uji statistik −
−
X1− X 2
t=
S dg
1 1 + n1 n 2
Dengan: S dg =
(n1 − 1)S1 2 + (n2 − 1)S 2 2 n1 + n 2 − 2
Keterangan: −
X1 −
= rata-rata skor kelompok eksperimen
X2
= rata-rata skor kelompok kontrol
Sg
= varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
50
S12 S2
2
= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol
n1
= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2
= jumlah anggota sampel kelompok kontrol
c) Tentukan kriteria pengujian Untuk menentukan kriteria pengujian pada pengolahan data dilakukan dengan operasi perhitungan, pengujiannya dengan melihat perbandingan anatara t hitung dengan t tabel d) Melakukan pengambilan kesimpulan Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya ternyata: 1) t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak 2) t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima 2. Teknik Analisis Data Hasil Observasi Data hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas selama diberi perlakukan berupa penerapan model pembelajaran inkuiri.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan hasil analisis data pretest diperoleh histogram seperti gambar 4.1. 12
Jumlah Siswa
10 8 Kelas Eksperimen
6
Kelas Kontrol
4 2 0 15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
Interval Nilai Siswa
Gambar 4.1 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai pada interval 15-19, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 3 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 20-24, pada kelas kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 9 orang mendapat nilai pada interval 25-29 pada kelas kontrol sebanyak 7 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 30-34, pada kelas kontrol sebanyak 10 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 35-39, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval 40-44, pada kelas
51
52
kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 20, sedangkan pada kelas kontrol 15. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 40. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 42,6, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 55%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 45%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 42,7, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 47,5%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.
B. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan hasil analisis data posttest diperoleh histogram seperti gambar 4.2. 18 16 Jumlah Siswa
14 12 Kelas Eksperimen
10
Kelas Kontrol
8 6 4 2 0 35-41
42-48
49-55
56-62
63-69
70-76
Interval Nilai Siswa
Gambar 4.2 Histogram Tes Hasil Belajar (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen sebanyak 2 orang yang mendapatkan nilai pada interval 35-41, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 1 orang yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas eksperimen sebanyak 1 orang mendapatkan nilai pada interval 42-48, pada kelas kontrol sebanyak 4 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 13 orang mendapat nilai pada interval 49-55, pada kelas kontrol sebanyak 17 orang. Pada kelas
53
eksperimen sebanyak 5 orang mendapatkan nilai pada interval 56-62, pada kelas kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 63-69, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 7 orang mendapatkan nilai pada interval 70-75, pada kelas kontrol sebanyak 2 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 40, sedangkan pada kelas kontrol 35. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen 75 dan pada kelas kontrol 70. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 59, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 50%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 50%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 53,7, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 45,16%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 54,84%. Gambar 4.1 dan 4.2 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kedua kelas mengalami peningkatan. Tetapi kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
C. Rekapitulasi Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian. Tabel 4. 1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Data Skor Max Skor Min Rata-rata Median Modus SD
Pretest Eksperimen Kontrol 40 40 20 15 29,53 28,93 30 29,25 25 30,75 5,56 7,27
Posttest Eksperimen Kontrol 75 70 40 35 59 53,37 57,5 51,75 54,83 49,7 9,76 7,83
54
D. Pengujian Persyaratan Analisis Data Sebelum dilakukan uji analisis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai posttest Kelas X MM1 sebagai kelompok eksperimen dan data nilai posttest Kelas X MM 2 sebagai kelompok kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus Uji Kai Kuadrat (chi square test). Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada Lampiran 10. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat No 1
Data
2
X
hitung
Nilai X2tabel
Keputusan
Nilai Posttest Kelas X 7,8187 11,34 Data berdistribusi MM 1 (Kelompok A)
2
Nilai
normal
Nilai Posttest Kelas X 4,1231 11,34 Data berdistribusi MM 2 (Kelompok B)
normal
Nilai X2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi 95%. Kolom keputusan dibuat berdasarkan pengujian hipotesis normalitas yaitu jika X2hitung ≤ X2tabel maka dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika X2hitung > X2tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai X2hitung kedua data lebih kecil dari nilai X2tabel. Sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, uji homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasarat analisis statistik terhapada kedua data nilai posttest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji F. Kriteria pengujian yang digunaka yaitu: kedua kelompok dinyatakan homogen apabila
55
Fhitung ≤ Ftabel di ukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Perhitungan Uji F ini disajikan pada Lampiran 11. Berikut ini adalah hasilnya. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas No 1
Data Nilai
Nilai
Nilai
Nilai
Varians
Fhitung
Ftabel
Posttest
Kelas X MM 1
95,2576
(Kelompok A) 2
Nilai
Keputusan
1,5537 1,8004
Posttest
Kelas X MM 2
Kedua data homogen
61,3089
(Kelompok B) Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95 % (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok penelitian. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai Fhitung kedua data lebih kecil dari nilai Ftabel. Sehingga dinyatakan bahwa kedua data homogen. 3. Uji Analisis Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian analisis atau pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. Perhitungan untuk menentukan nilai thitung disajikan pada Lampiran X. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai thitung adalah 2,5213. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 95% (α =0,05) nilai ttabel adalah 1,99986. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung berada di daerah penerimaan Ha, yaitu thitung > ttabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
56
E. Hasil Observasi Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi untuk mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran. Oleh karena itu, semua indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap tahap pembelajaran, dan terdapat lima tahap pembelajaran. Berdasarkan lima tahap pembelajaran ini dikembangkanlah menjadi 16 indikator yang akan diobservasi. Pengembangan indikator ini terdapat pada Lampiran 2 sedangkan data hasil obsevasinya terdapat pada Lampiran 13. Pengembangan indikator dari setiap pembelajaran tidak selalu sama jumlahnya, melainkan bergantung pada peranan tahap pembelajaran terhadap keseluruhan proses pembelajaran. Tabel 4.4 Data Hasil Observasi
No
1 2 3 4 5
Tahap Pembelajaran Inkuiri Orientasi siswa pada masalah Mengorganisasikan siswa untuk belajar Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Jumlah
Jumlah Indikator yang Tercapai
Jumlah Indikator yang Tidak Tercapai
9 6
3 2
14
6
7
5
9
3
45 (70,31%)
19 (29,69%)
Jika disajikan dalam setiap pertemuan, maka data hasil observasi tentang ketercapaian proses pembelajaran berdasarkan ketercapaian setiap indikatornya ditampilkan pada Tabel 4.5 berikut ini. Nilai persentase diperoleh dari perbandingan jumlah indikator yang tercapai dengan jumlah indikator seluruhnya.
57
Tabel 4.5 Ketercapaian Proses Pembelajaran pada Setiap Pertemuan Pertemuan Ke-
Model Pembelajaran
Inkuiri
Jumlah 2
3
4
5
9
10
13
13
56,25 %
62,5 %
81,25 % 81,25 %
45 70,31 %
F. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata pretest diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua kelompok menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki pengetahuan yang sama tentang materi pokok gerak. Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata posttest diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua kelompok menunjukkan ada perbedaan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 59 dan kelas kontrol sebesar 53. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung > ttabel, yaitu nilai thitung adalah 2,52. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 95% (α =0,05) adalah 1,98. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa. Keadaan ini menggambarkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep gerak lebih baik dengan menerapkan pembelajaran ikuiri, karena menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan yang tidak menerapkan pembelajaran ikuiri (konvensional). Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh I Kade Suardana, dalam penelitiannya yang berjudul penilaian portopolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquairi terbimbing di smp negeri 2 singaraja, diketahui model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gerak dan gaya. 1 1
I Kade suardana, Penilaian Portopolio dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Inquairi Terbimbing di SMP Negeri 2 Singaraja. (Jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan, desember 2007)
58
Temuan yang diperoleh selama penelitian, bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dinyatakan kurang berhasil, walaupun hasil uji hipotesis menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa. Indikasi ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai posttest yang tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 59. Hal ini memberikan informasi bahwa inkuiri sebagai model pembelajaran memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Diduga hal ini menjadi salah satu penyebab hasil belajar siswa kurang berhasil. Faktor tersebut disebabkan oleh keterbatasan waktu sehingga pembelajaran kurang maksimal, karakter siswa yang cenderung terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran sederhana dan sebagainya. Model inkuiri menuntut siswa untuk melibatkan dirinya secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum diberikan perlakuan, pada kelas yang akan diterapkan inkuiri, dibiasakan menggunakan inkuiri selama beberapa waktu sebelum dilakukan penelitian sampai mereka terbiasa dengan karakter inkuiri. Perlunya pembiasaan ini dapat dianalogikan dengan hukum latihan (The Law of Exercise) yang dikemukkaan oleh Edward Lee Thorndike, salah satu konsep yang mendasari teori belajar behaviorisme. Menurutnya, semakin sering sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan, maka asosiasi-asosiasi yang mendasari tingkah laku tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin jarang digunakan, maka asosiasi tersebut semakin lemah. Berdasarkan analogi ini, maka dapat dikatakan jika sebuah model pembelajaran baru terus dibiasakan maka siswa juga pada akhirnya terbiasa dan merasa nyaman dengan model tersebut.2 Karena pembiasaan ini akan memperkuat asosiasi-asosiasi yang mendasari perilaku siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, dari model yang baru tersebut dengan cara memberikan respons yang sesuai dengan yang diharapkan. Inkuiri merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar kontruktivisme, yang pada prinsipnya siswa akan membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Inkuiri merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta 2
Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari http://wangmuba.com/2009/02/21/teoripsikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/
59
didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa dihadapkan pada satu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses belajar mengajar. Awalnya guru memberikan sebuah konsep permasalahan yang nantinya akan ditemukan penyelesaiannya oleh siswa melalui model
pembelajaran
tersebut,
setiap
kelompok
merumuskan
masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Perlu diperhatikan juga bahwa model pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa indikator keberhasilan, diantaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa melihat perkiraan, proses berpikir dalam memecahkan masalah sebuah permasalahan, mengemukakan pendapat, melontarkan pertanyaan, memberikan kesempatan kepada anggota lainnya untuk berargumen, dan kerjasama siswa dalam proses belajar. Jika peneliti melihat bahwa siswa telah memenuhi indikator tersebut, dengan demikian dapat dikategorikan metode pembelajaran tersebut berhasil diterapkan. Model pembelajaran inkuiri juga memiliki beberapa kelebihan buat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar diantaranya yakni mendorong adanya komunikasi dan hubungan antara guru dan siswa, meningkatkan dan mengembangkan wawasan siswa mengenai masalah-masalah kemasyarakatan atau
lingkungannya,
mendidik
siswa
memiliki
kemampuan
merepleksi
pengalaman belajarnya sehingga pengalaman belajar yang tersimpan dalam memorinya akan tertahan lebih lama karena telah melakukan serangkaian proses belajar dari mengetahui, memahami diri sendiri, melakukan dan belajar bekerjasama dengan teman-temannya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini akan membuat siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik setelah siswa mengalami proses pembelajaran dengan model inkuiri. Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri dapat dilihat juga dari hasil observasi. Nilai observasi adalah nilai keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan apakah terlaksana dengan baik atau tidak . Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan model inkuiri berlangsung
60
baik, hal tersebut dapat dilihat dari persentase pencapaian indikator pada setiap pertemuan. Pencapaian indikator pada pertemuan kedua yaitu sebesar 56,25%. Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan kedua yaitu sebanyak 9 indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 7. Pada pertemuan kedua ini dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan kurang begitu baik karena pencapaian indikator baru mencapai 56,25%. Hal tersebut diduga karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan, sehingga kegiatan pembelajaran kurang begitu baik. Pada pertemuan ketiga, persentase pencapaian yaitu sebesar 62,25%. Pada pertemuan ini mengalami peningkatan sekitar 6% dari pertemuan sebelumnya. Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan ketiga yaitu sebanyak 10 indikator, indikator yang tidak tercapai sebanyak 6. Pada pertemuan kedua ini dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai 62,25%. Hal ini dikarenakan siswa sudah sedikit terbiasa dengan model pmbelajaran yang diterapkan. Pada pertemuan keempat, persentase pencapaian yaitu sebesar 81,25%. Pada pertemuan ini mengalami kenaikan lagi dari pada pertemuan sebelunya sebanyak 19%. Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan keempat yaitu sebanyak 13 indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 3 indikator. Pada pertemuan keempat ini dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai 81,25%. Hal ini dikarenakan siswa sudah benar-benar terbiasa dan sudah memahami kegiatankegiatan apa yang harus mereka lakukan selama pembelajaran. Pada pertemuan kelima, Persentase pencapaian yaitu sebesar 81,25%. Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan kelima sama seperti pada pertemuan keempat yaitu sebanyak 13 indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 3 indikator. Pada pertemuan kelima ini dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai 81,25%. Hal ini dikarenakan siswa sudah menikmati dan tidak lagi kaku dengan model pembelajaran yang diterapkan.
61
Dari kelima pertemuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pencapaian indikator berlangsung stabil dan meningkat. Hal itu dapat terlihat dari persentase ketercapaian indikator dari angka 56,25% pada pertemuan kedua meningkat menjadi 81,25% pada pertemuan kelima. Walaupun demikian ada beberapa hal yang menjadi evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran inkuiri tersebut, yaitu: alokasi
waktu
jam
pelajaran
yang
sangat
singkat
menyebabkan
kekurangoptimalan dalam melakukan penelitian dan belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran inkuiri, dan walaupun metode yang digunakan sebagian besar adalah eksperimen namun tetap saja peran guru sebagai pemberi informasi masih dominan. Berdasarkan data di atas, dapat disimplkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran ikuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep gerak di SMK Bakti Idhata Cilandak, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan antara kelas kontrol yang diberi perlakuan metode
konvensional
dengan
kelas
eksperimen
yang
diberi
perlakuan
pembelajaran inkuiri, dan juga dari hasil observasi yang dilakukan peneliti.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran inkuiri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut dilihat dari hasil posttest pada kelas eksperimen yang meningkat dan hasil uji analisis yang menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil observasi juga menun jukan pelaksanaan pembelajaran dikelas yang menggunakan inkuiri berlangsung baik, karena persentase pencapaian indikator dari keseluruhan total pertemuan sebesar 70,31%.
B. Saran Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan dimasa mendatang. 1. penerapan model inkuiri dapat digunakn sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Untuk itu, untuk penelitian selanjutnya, disaranka untuk mencoba menerapkan model inkuiri pada pokok bahasan lain, misalnya pada pokok bahasan listrik dan optik. 2. untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan model inkuiri dilakukan pembiasaan penerapan inkuiri terlebih dahulu. Misalnya, dalam beberapa pertemuan sebelum penelitian, pada kelas tersebut diterapkan inkuiri sehingga pada waktu penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan mengikuti proses pembelajaran.
62
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 14. Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning. (Alberta learning, Alberta, Canada. 2004) Alif
Noor Hidayati, Upaya Meminimalkan Kesalahan Konsep dalam Pola Interaksi Organisme pada Siswa Kelas 1F MTsN 1 Semarang Melalui Metode Penemuan Bevisi sets (Widya Tama Vol.1 No 4. Desember 2004)
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 59 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 258. Artikel
diakses pada tanggal 2 Desember dari http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-psikologi-belajar-dan-aplikasinyadalam-pendidikan/
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h. 34 Bornok Sinaga.,Efektifitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) Pada Kelas 1 SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat, (Jurnal FMIPA UNIMED) , hal.124 Budi Eko Soetjipto, Penggunaan pengajaran Inkuiri di Sebuah Sekolah Dasar di Victoria, Australia, (Jurnal Pendidikan MIPA, Vol 6 No 2 th 2005) hal. 107 Diane Jass Ketelhut, Inquiry Learning in Multi-User Virtual Environments, (Harvard Graduate school of Education) h.1 Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 135 Dra. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 7, h. 75 Drs. Isjoni, M.Si, dkk. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 143-145
63
64
Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya). Hal. 35-36 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 132 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005). Cet. 3, h 108 Hasibuan dan Moejiono, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 13 Herfis, ”Pembelajaran Inkuiri,” artikel diakses pada tanggal 22 Oktober 2009 dari http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html. Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008) h. 91 I Kade suardana, Penilaian Portopolio dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Inquairi Terbimbing di SMP Negeri 2 Singaraja. (Jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan, desember 2007) I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model pembelajaran dan Penalaran Formal terhadap Penguasaan konsep Fisika dan Sikap Imiah siswa SMA Negeri 4 Singaraja (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan) h.19 Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 189 Iskandarwassid, Mpd. Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) h. 5 Jeni Wilson and kath Murdoch, artikel diakses dari http:// ss.uno.edu//SS/ TeachDevel/ Teachmethods/Inquirymethod. Html Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2005) h.97 Muhaibin Syah, Psikologi Pendidikan , (Bandung:PT Remaja Rosdkarya, 1997) h.189 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1, hal.131-138
65
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-9 h. 92 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. XI, hal. 22 Nglim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bamdung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), Cet. 5, hal. 102 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Rineka Cipta, 1995),Cet. Ke-3
Mempengaruhinya, (Jakarta : PT.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 186 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12 h 130 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 123. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002), Cet. 11, h.232 Susilo, Inquiry in English For Young Learners Class: Enhancing Children’s Creativity and Critical Thinking. (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, ISSN 0215 9341, Februari 2004) h. 35 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) Triatno, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik “Konsep, Landasn Teoritis-Praktis dan Implementasinya”,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 136 Weil, Marsha. Personal Models of Teaching, (Prntice-Hall, inc., Englewood Cliffs, New Jersey) h. 2 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 22 – 23. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (jakarta: Kizi Brother’s, 2006) h. 76
66 Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Tes
Pokok bahasan Gerak Lurus Beraturan
Gerak Lurus Berubah Beraturan Gerak Bebas
Jatuh
Kompetensi dasar
Indikator 1.
mendeskipsikan hubungan kelajuan dan kecepatan
antara
Menganalisis 2. mendeskripsikan hubungan antara percepatan dan perlajuan besaran fisika pada gerak 1. menganalisis hubungan antara dengan perpindahan, kecepatan dan waktu kecepatan dan percepatan 2. menganalisis hubungan antara perpindahan percepatan dan waktu konstan 1.
menunjukan gerak vertikal keatas
2.
menunjukan gerak vertikal kebawah
Jumlah soal
C1 1
Aspek yang diukur C2 C3 2,3 4,5
C4 6
Jumlah soal 6
7
8
9,10
11,12
6
13,14
15, 16
17
18,19
7
20,21
22
23,24
25,26
6
27,28
29
30,31
32,33
7
34
35,36
37,38
39, 40
7
9
9
11
11
40
67 Sekolah : SMK Bakti Idhata Mata Pelajaran : Fisika Jumlah Soal : 40 Butir Bentuk Soal : Pilihan Ganda Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik Sub Konsep GLB
Indikator
Butir Soal
Menjelaskan pengertian 1. Sebuah mobil bergerak dengan lintasan menurut garis gerak lurus beraturann lurus dengan kecepatan konstan gerak yang dilakukan mobil itu adalah…. a. Vertical c. lurus dipercepat e. lurus beraturan b. jatuh bebas d. melingkar Menjelaskan pengertian 2. Jika suatu benda yang kecepatannya bertambah atau berkurang, atau arahnya berubah maka benda tersebut percepatan dikatakan mengalami .... a. perlajuan c. Kecepatan e. perpindahan b. percepatan d. kelajuan Menjelaskan persamaan 3. Persamaan yang menghubungkan antara jarak, yang menghubungkan kecepatan dan waktu adalah…. antara jarak kecepatan a. v = ½ (vo + v) c. s = vot + ½ at2 dan waktu. b. s = ½ (vo + v) t d. v = vo + at e. v2 = vo2 + 2 s Menjelaskan persamaan 4. Jika kecepatan awal benda vo dan berubah menjadi v percepatan dalam bentuk selama interval waktu t, maka percepatannya ... matematis. v v a. s = vt c. a = − 0 e. v = v 0 + at t1 t 0 v − v0 s −s d. a = b. v = 2 1 t 2 − t1 t Menjelaskan gerak lurus 5. Jika benda bergerak lurus beraturan, maka …. beraturan a. Kecepatan dan percepatan berubah b. Kecepatannya tetap, tetapi percepatannya berubah
Jawaban
Aspek yang diukur
E
(C1)
B
(C1)
B
(C2)
D
(C2)
D
(C2)
68 c. Kecepatannya nol dan percepatannya tetap d. Kecepatannya tetap dan percepatannya nol e. Tidak punya kecepatan Menentukan jarak 6. Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan tetap sebesar dengan kelajuan tetap. 80 km/jam. Jarak yang ditempuh mobil dalam waktu 5 menit adalah…. a. 34 km c. 2,4 km e. 1,4 km b. 6,67 km d. 24 km Menentukan kelajuan 7. kelajuan rata-rata sebuah sepeda yang menempuh jarak rata-rata sebuah benda. 12 km dalam waktu 40 menit adalah .... a. 0,3 km/jam c. 10 km/jam e. 48 km/jam b. 8 km/jam d. 18 km/jam Menentukan percepatan 8. Tentukanlah percepatan yang dialami kreta api bila sebuah benda. kecepatannya berubah sebesar 108 km/jam dalam selang waktu 2 menit … a. 0,5 m/s c. 0,25 m/s e. 0,1 m/s b. 0,35 m/s d. 0,2 m/s Menentukan jarak yang 9. sebuah mobil mengalami gerak dengan percepatan 6 ditempuh benda dengan m/s2 dari keadaan diam. Jarak yang ditempuh dalam 1 percepatan tertentu. s pertama adalah .... a. 3 m c. 18 m e. 72 m b. 6 m d. 36 m Menganalisis besar 10. Sebuah mobil bergerak sepanjang lintasan lurus, mulakelajuan rata-rata mula dengan kelajuan 4 m/s selama 10 s lalu berubah sebuah benda yang menjadi 8 m/s selama 5 s dan berubah lagi menjadi 10 bergerak berubh-ubah m/s selama 5 s pula. Berapakah kelajuan rata-rata mobil itu selama 20 s pertama? a. 6,0 ms-1 c. 7,3 ms-1 e. 22 ms-1 b. 6,5 ms-1 d. 5,5 ms-1 Menganalisis waktu 11. sebuah balok meluncur dari keadaan diam menuruni yang dibutuhkan benda bidang miring licin yang panjangnya 24,5 m dengan yang bergerak dengan percepatan konstan 4 m/s2. berapa lama balok itu akan sampai didasar bidang miring? percepatan konstan
B
(C3)
D
(C3)
Belum
(C3)
A
(C3)
B
(C4)
C
(C4)
69
Menganalisis grafik hubungan antara kecepatan dan waktu
GLBB
Menjelaskan definisi gerak lurus berubah beraturan
Menjelaskan grafik antara kecepatan dan waktu
Menjelaskan grafik antara jarak dan waktu
a. 2 s c. 3,5 s e. 9 s b. 3 s d. 4,5 s 12. Pada grafik di bawah berapakah besar kecepatan rata- A rata benda-benda?
a. 5 ms-1 c. 15 ms-1 e. 2 ms-1 d. 20 ms-1 b. 10 ms-1 13. gerak suatu benda pada lintasan garis lurus dengan percepatan tetap adalah definisi dari .... a. gerak lurus beraturan b. gerak lurus berubah beraturan c. gerak vertikal keatas d. gerak vertikal kebawah e. gerak jatuh bebas 14. pada grafik antara kecepatan dan waktu, gerak suatu mobil yang bergerak dengan percepatan konstan sebesar 2 m/s2 akan tampak sebagai .... a. garis lurus horizontal b. garis lurus miring ke kanan atas c. garis lurus miring ke kanan bawah d. garis lengkung e. garis vertikal. 15. pada grafik antara jarak dan waktu, suatu garis lurus horizontal berkaitan dengan gerak pada.... a. kelajuan nol c. kelajuan naik e. kelajuan berubah b. kelajuan konstan d. kelajuan turun
(C4)
B
(C1)
B
(C1)
A
(C1)
70 Menjelaskan definisi perpindahan
Merumuskan hubungan antara perpindahan, percepatan dan waktu . Merumuskan hubungan antara perpindahan, kecepatan dan waktu. Memahami perbedaan jarak dan perpindahan benda.
16. Perpindahan didefinisikan sebagai … a. panjang lintasan yang ditempuh benda pada waktu tertentu b. perubahan posisi dengan adanya perubahan waktu c. jarak antara dua benda d. perubahan letak benda e. hasil kali laju dengan waktu 17. Rumus yang melibatkan hubungan antara perpindahan, percepatan dan waktu adalah …. a. s = ½ (vo + v) t c. v = vo + at e. v = vo - gt 2 b. s = vot + ½ at d. a = (v – vo)/ t 18. Rumus yang melibatkan perpindahan, kecepatan dan waktu adalah … a. s = ½ (vo + v) t c. v = vo + at e. v = vo - gt 2 b. s = vot + ½ at d. a = (v – vo)/ t 19. Sebuah benda mula-mula diam di titik P, lalu bergerak ke titik R melalui Q seperti pada gambar di bawah. Setelah sampai di R benda kembali ke Q dan berhenti di sana.
C
(C1)
D
(C2)
E
(C2)
E
(C2)
Tentukan yang manakah yang merupakan jarak tempuh benda dan yang mana pula yang merupakan perpindahan benda! a. PR dan PQR c. PRQ dan PQ e. PQ dan RQ b. PQR dan PQ d. PR dan PRQ Menentukan percepatan 20. Seorang bersepeda di jalan raya dengan kecepatan 8 C sbeuah benda yang m/s, orang tersebut kemudian berhenti mengayuh diperlambat. sepedanya 24 detik kemudian sepeda berhenti, tentukanlah percepatan orang tersebut! a. -0,33 m/s c. -0,25 m/s e. 0,66 m/s b. 0,33 m/s d. 0,50 m/s Menentukan waktu 21. waktu yang diperlukan oleh sebuah mobil yang C untuk merubah bergerak dengan percepatan 2 m/s2 untuk mengubah
(C3)
(C3)
71 kecepatan
kecepatannya dari 10 m/s menjadi 30 m/s adalah .... a. 10 s c. 40 s e. 600 s b. 20 s d. 400 s Menentukan jarak 22. Speda motor bergerak dengan percepatan konstan B sebuah benda dengan sebesar 4 m/s. berapa jarak tempuh setelah bergerak 6 percepatn konstan. sekon bila kecepatan awal sepeda motor tersebut adalah 4 m/s a. 60 m c. 80 m e. 96 m b. 72 m d. 90 m Menganalisis kecpatan 23. Bis berangkat darti kota A pada jam 19.00 dan sampai C rata-rata sebuah benda. di kota B jam 04.00 keesokan harinya. Dalam perjalanan bis tersebut istirahat selama 1 jam. Berapakah kecepatan rata-rata mobil tersebut bila jarak kota A dan B adalah 360 km? a. 30 km/jam c. 40 km/jam e. 50 km/jam b. 35 km/jam d. 45 km/jam Menganalisis kecepatan 24. Pada sebuah garis lurus, sebuah benda mula-mula A rata-rata sbuah benda berada di A lalu bergerak ke kanan menuju C seperti dalam waktu yang pada gambar di bawah ditentukan. Bila setelah sampai di C benda kembali ke B dan berhenti di sana, serta waktu yang diperlukan benda untuk menjalani keseluruhan proses tersebut selama 20 s. Hitung besar kecepatan rata-rata benda itu! c. 2 ms-1 e. 0,25 ms-1 a. 1 ms-1 b. 1,5 ms-1 d. 0,75 ms-1 Menganalisis besar jarak 25. sebuah mobil bergerak dengan kecepatan awal 50 m/s A tempuh benda yang dan percepatan 4 m/s2. dalam 10 detik pertama, mobil mengalami percepatan menempuh jarak .... pada selang waktu a. 200 m c. 700 m e. 1200 m tertentu. b. 500 m d. 900 m
(C3)
(C4)
(C4)
(C4)
72 Menganalisis besar percepatan rata-rata benda pada selang waktu tertentu
Gerak Jatuh Bebas
26. seorang pengendara sepeda melajukan sepedanya kearah timur dengan kecepatan 24 m/s selama 8 s, dan kemudian belok ke selatan dengan kecepatan 10 m/s selama 5 s. Percepatan rata-rata pengendara sepeda selama perjalanannya adalah .... c. 4,7 m/s2 e. 8,7 m/s2 a. 1 m/s2 2 2 d. 6,3 m/s b. 2 m/s Menjelaskan percepatan 27. percepatan sebuah batu yang dilempar keatas adalah ... sebuah batu yang a. lebih besar dibandingkan bila dilempar ke bawah bergerak ke atas b. sama dengan bila dilempar kebawah c. lebih kecil dibandingkan bila dilempar kebawah d. nol hingga mencapai titik trtinggi e. berubah-ubah Menjelaskan contoh 28. Diantara gerak benda berikut, manakah yang dianggap gerak vertikal keatas. sebagai gerak lurus diperlambat? a. batu dilempar ke atas b. menuruni lereng yang miring c. terjun bebas d. batu dilempr ke bawah e. meteor jatuh ke bumi Menjelaskan gerak 29. Benda dijatuhkan dari atas sebuah menara, maka vertikal kebawah. benda tersebut akan melakukan …. a. gerak lurus beraturan b. gerak dipercepat c. gerak diperlambat d. gerak dengan kecepatan tetap e. gerak parabola Membandingkan gerak 30. sebuah batu dilempar kebawah dengan kecepatan awal jatuh dua buah benda v dari suatu atap. Pada waktu yang sama batu lain dengan kecepatan yang identik dijatuhkan dari tempat yang sama. Maka tertentu . kedua batu tersebut ... a. mencapai bumi pada waktu yang sama b. mempunyai kecepatan yang sama ketika mencapai
E
(C4)
A
(C1)
B
(C1)
D
(C1)
E
(C2)
73 bumi c. mempunyai percepatan yang sama ketika mencapai bumi d. mempunyai percepatan yang berbeda ketika mencapai bumi e. tidak ada jawaban yang benar Menjelaskan gerak 31. dibawah ini rumus yang berlaku untuk gerak vertikal vertikal keatas dalam keatas adalah .... bentuk matematis a. h = ½ gt2 c. h = vot + ½ gt2 e. h = vot – gt2 d. v = vo + gt b. v2 = 2gh Memahami gerak 32. dibawah ini adalah rumus yang berlaku untuk gerak vertikal kebawah dalam vertikal kebawah, kecuali ... bentuk matematis a. h = vot + ½ gt2 c. v = vo + gt e. v2 = vo2 + 2gh b. h = ½ (vo + v) t d. v = vo – gt Menentukan waktu yang 33. suatu roda jatuh dari pesawat terbang yang sedang dibutuhkan benda saat terbang horizontal pada ketinggian 490 m. Roda menyentuh tanah pada mencapai bumi dalam waktu .... (g = 9,8 m/s2) a. 10 s c. 60 s e. 100 s gerak jatuh bebas b. 50 s d. 80 s Menentukan waktu pada 34. sebuah bola yang dilempar vertikal ke atas dengan gerak vertikal keatas. kecepatan awal 80 m/s akan mengalami gerak naik sekitar .... (g = 9,8 m/s2) a. 2,5 s c. 6 s e. 10 s b. 5 s d. 7,5 s Menentukan ketinggian 35. Sebuah benda dijatuhkan dari ujung sebuah menara sebuah tempat dengan tanpa kecepatan awal, setelah 2 detik benda sampai di mengetahui kecepatan tanah (g = 10 ms) tinggi menara tersebut adalah …. awal dan waktunya. a. 40 m c. 20 m e. 10 m b. 25 m d. 15 m Menentukan ketinggian 36. Sebuah batu dilempar vertical keatas dengan kecepatan maksimum pada gerak 10 m/s. ketinggian maksimum yang dicapai batu vertikal keatas. adalah … a. 1 m c. 10 m e. 100 m
C
(C2)
D
(C2)
D
(C3)
D
(C3)
D
(C3)
A
(C3)
74 b. 5 m d. 20 m Menganalisis waktu dan 37. sebuah batu dijatuhkan dari menara setinggi 30 m, kecepatan sebuah benda berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai bumi pada gerak jatuh bebas dan pada kecepatan berapa .... (g = 9,8 m/s2) a. 5,3 s dan 51,9 m/s b. 6,1 s dan 59,8 m/s c. 7,5 s dan 73,5 m/s d. 8 s dan 78,4 m/s e. 9,6 s dan 94 m/s .Menganalisis kecepatan 38. Sebuah benda bermassa 4 kg jatuh bebas dari benda ketika mencapai ketinggian 62,5 m. jika percepatan gravitasi bumi g = tanah pada gerak jatuh 9,8 m/s. ketika menumbuk tanah, kecepatan benda bebas. sama dengan …. a. 14 m/s c. 25 m/s e. 55 m/s b. 20 m/s d. 35 m/s Menganalisis 39. dua bola dilempar vertikal ke atas, bola pertama perbandingan kecepatan dengan kecepatan awal dua kali kecepatan awal bola dua buah benda yang kedua. Bola yang kecepatan awalnya lebih besar akan bergerak vertikal keatas. mencapai ketinggian ..... kali ketinggian bola yang lain. a. √2 kali c. 3 kali e. 8 kali b. 2 kali d. 4 kali Menganalisis besar laju 40. Seorang anak melempar sebuah bola vertikal keatas sebuah benda yang dari atas gedung yang tingginya 12 m dengan kelajuan dilempar vertikal keatas. awal 6 m/s. Untuk gerak mulai dari tangan hingga ketanah, tentukan kelajuan bola saat akan menyentuh tanah. (g = 9,8 m/s2) a. 12,5 m/s c. 14,5 m/s e. 16,5 m/s b. 13,5 m/s d. 15,5 m/s
A
(C4)
D
(C4)
D
(C4)
C
(C4)
75
Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Nontes Lembar Observasi Inkuiri No 1
Tahap-tahap pembelajaran Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah
2
Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3
Indikator
Tahap 3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
1. Siswa memahami tujuan pembelajaran 2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap masalah yang disajikan. 3. Siswa memahami masalah yang disajikan 1. Mendefinisikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah-masalah yang disajikan. 2. Mulai merencacakan pemecahan masalah secara bersama-sama dalam kelompoknya. 1. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai persiapan pemecahan masalah. 2. Melakukan penyelidikan dalam upaya pemecahan masalah. 3. Saling bertukar informasi dengan teman dalam kelompoknya. 4. Tidak merasa bosan dengan pelatihan yang diberikan 5. Mengumpulkan tugas (laporan penyelidikan) dengan baik dan tepat waktu
Skor < 50 %
≥ 50%
76
4
Tahap 4 Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan
1. Menunjukkan pemahaman terhadap materi pelajaran dengan merespons pertanyaan guru dengan benar 2. Menerima umpan balik yang diberikan guru. 3. Lebih memusatkan perhatiannya pada proses bukan pada hasil.
umpan balik
5
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
1. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil kerja kelompoknya dalam pemecahan masalah. 2. Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan masalah yang dilakukan kelompok lain. 3. Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil penyelidikan yang dilakukan oleh semua kelompok.
Keterangan: < 50 % = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah dari jumlah yang diharapkan. > 50 % = jumlah siswa melakukannya lebih dari atau sama dengan setengah dari jumlah yang diharapkan.
77
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen) Nama Sekolah
: SMK BAKTI IDHATA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/1
Materi Pokok
: Kinematika Gerak Lurus
A. Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik B. Kompetensi Dasar : Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan C. Materi / Konsep : Besaran-besaran Pada Gerak Lurus D. Indikator : •
Mampu mendefinisikan pengertian gerak
•
mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
•
mendeskripsikan hubungan antara percepatan dan perlajuan
E. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu: Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian gerak. 2. Memformulasikan perumusan persamaan gerak. 3. Siswa dapat merumuskan persamaan gerak yang dilakukan oleh suatu benda. 4. Menerapkan prinsip GLB pada masalah fisika sehari- hari. 5. Menjelaskan dan memformulasikan GLB. 6. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan. 7. Menjelaskan hubungan antara perpindahan kecepatan dan waktu serta memformulasikan persamaannya.
78
8. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus beraturan melalui percobaan dan pengukuran besaran-besaran terkait. 9. Menentukan gerak pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari. F. Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (12 × 45 menit) 6 pertemuan G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran Inkuiri H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-1 Pengantar pembelajaran Pretest Pertemuan Ke-2 No 1
2
Tahap Pendahuluan
Mengajukan pertanyaan atau masalah
3
Membuat hipotesis
4
Merancang percobaan
5
Melakukan percobaan untuk memperolah informasi Mengumpul
6
Kegiatan Guru Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa. Bertanya tentang Gerak secara singkat dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya dengan mengatakan “apa yang dimaksud dengan gerak?” Menjelaskan peta konsep. Menjelaskan materi tentang pengertian gerak dan kedudukan. Memimpin pembagian siswa dalam kelompok Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan bahan pengamatan selama pembelajaran yaitu tentang Gerak Lurus Beraturan. Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok Memberikan kesempatan kepada siswa untuk brtukar pendapat dalam membentuk hipotesis. Membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang releven dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkahlangkah percobaan.
Kegiatan Siswa Menjawab salam dan absensi. Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi yang ditanyakan yaitu tentang gerak. Menyimak dan mencatat. Menyimak dan mencatat. Berkumpul bersama dan memilih ketua kelompoknya Menyimak dan mencatat. Memahami kerja LKS. Berdiskusi hipotesis.
langkah-langkah untuk
membuat
Membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
Menyimak penjelasan guru tentang cara pemecahan masalah yang disarankan dan membandingkannya dengan pemecahan masalah yang dilakukan kelompoknya. Melakukan percobaan untuk memecahkan masalah.
Memberikan
Mempresentasikan
kesempatan
pada
setiap
hasil
79
7 8
kan dan menganalisis data
kelompok untuk menyampaikan pengolahan data yang terkumpul.
Membuat kesimpulan Penutupan
Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan stimulus kepada siswa untuk mengerjakan tugas penyelidikannya. Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi berikutnya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
hasil
pemecahan masalah yang dilakukan kelompoknya di depan kelas. Menyimpulkan hasil percobaan Menyimak dan mencatat yang diperlukan.
Mencatat dan merencanakan pengerjaan PR tersebut. Menjawab salam.
I. Sumber Pembelajaran Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama, 2006. J. Alat Pembelajaran Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa K. Penilaian Tes uraian. 1. Sebuah mobil bergerak 60 km ke arah timur, kemudian berbalik menempuh jarak 20 km ke arah barat. Tentukan: a. Jarak total yang ditempuh mobil, b. Perpindahan mobil dari kedudukan semula. Penyelesaian: O
B 40
A 20
a. Jarak total yang ditempuh mobil adalah keseluruhan lintasan baik dari O ke A maupun dari A ke B. SOB
= SOA + SAB = 60 km + 20 km = 80 km
b. Perpindahan lebih menitikberatkan pada kedudukan awal dan akhir dari suatu gerakan. Dalam hal ini kedudukan awal mobil ada di titik O dan kedudukan akhir berada di titik B. maka perpindahan mobil adalah panjang ruas garis OB arah ke kanan. SOB
= SOA – SAB = 60 km + (-20 km) = 40 km ke arah timur
80
2. Apabila batas kelajuan maksimum jalan raya ditingkatkan dari 80 km/jam menjadi 100 km/jam, berapa perbedaan waktu yang diperlukan utuk menempuh jarak 100 km? Penyelesaian: Pada v1 = 80 km/jam, waktu yang diperlukan adalah t1 = x/v1 pada v2 = 100 km/jam, waktu yang diperlukan adalah t2 = x/v2 Δt = t1 – t2 = x/v1 – x/v2 = 100 km/jam / 80km/jam – 100 km/jam / 100 km/jam = 0,25 jam Jadi perbedaan waktu yang diperlukan dalam stuan menit adalah Δt = (0,25 jam)(60 menit) = 15 menit
81
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen) Nama Sekolah
: SMK BAKTI IDHATA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/1
Materi Pokok
: Kinematika Gerak Lurus
A. Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik B. Kompetensi Dasar : Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan C. Materi / Konsep : Besaran-besaran Pada Gerak Lurus D. Indikator : •
menganalisis hubungan antara perpindahan, kecepatan dan waktu
•
menganalisis hubungan antara perpindahan percepatan dan waktu
E. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu: Peserta didik dapat: 1. Memformulasikan persamaan GLBB. 2. Menentukan GLBB pada masalah fisika sehari- hari. 3. menganalisis grafik gerak lurus dengan percepatan konstan. 4. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus berubah beraturan melalui percobaan dan pengukuran besaran-besaran terkait. F. Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (12 × 45 menit) 6 pertemuan G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran Inkuiri
82
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-3 No 1
2
Tahap Pendahuluan
Mengajukan pertanyaan atau masalah
Kegiatan Guru Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa. Bertanya tentang materi sebelumnya yaitu Gerak Lurus secara singkat dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya dengan menanyakan “apa yang dimaksud dengan gerak lurus beraturan?” Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Memeriksa perkembangan penyelidikan masalah yang diberikan pada per-temuan pertama
Memimpin pembagian siswa dalam kelompok Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan bahan pengamatan selama pembelajaran yaitu tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan. Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok Memberikan kesempatan kepada siswa untuk brtukar pendapat dalam membentuk hipotesis. Membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang releven dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkahlangkah percobaan.
Kegiatan Siswa Menjawab salam dan absensi. Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi yang ditanyakan yaitu tentang gerak lurus beraturan. Mengumpulkan pe-kerjaan rumahnya dan menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan hal itu. Melaporkan perkembangan penyelidikannya dan menanyakan kesulitan yang ditemukan. Berkumpul bersama dan memilih ketua kelompoknya Menyimak dan mencatat. Memahami langkah-langkah kerja LKS. Berdiskusi untuk membuat hipotesis.
3
Membuat hipotesis
4
Merancang percobaan
5
Melakukan percobaan untuk memperolah informasi Mengumpul kan dan menganalisis data
Membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
Memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
Mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang dilakukan kelompoknya di depan kelas.
Membuat kesimpulan Penutupan
Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Menyimpulkan hasil percobaan Menyimak dan mencatat yang diperlukan.
6
7 8
Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan stimulus kepada siswa untuk mengerjakan tugas penyelidikannya. Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi berikutnya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan
Menyimak penjelasan guru tentang cara pemecahan masalah yang disarankan dan membandingkannya dengan pemecahan masalah yang dilakukan kelompoknya. Melakukan percobaan untuk memecahkan masalah.
Mencatat dan merencanakan pengerjaan PR tersebut.
83
salam. Menjawab salam.
I. Sumber Pembelajaran Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama, 2006. J. Alat Pembelajaran Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa K. Penilaian Tes uraian 1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal 20 m/s dan mengalami percepatan -1 m/s. tentukan kecepatan mobil setelah 10 s dan 50 s. Penyelesaian: V (t = 10) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(10 s) = 20 m/s – 10 m/s = 10 m/s V (t = 50) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(50 s) = 20 m/s – 50 m/s = - 30 m/s 2. Pada saat kereta api bergerak dengan kelajuan 30 m/s, masinisnya melakukan pengereman karena menerima sinyal informasi. Dalam waktu 75 s kemudian, masinis menerima sinyal kedua. Jarak tempuh ketika masinis menerima sinyal pertama dan kedua adalah 1,5 km. tentukan kelajuan kereta pada saat menerima sinyal kedua. Penyelesaian: Kelajuan awal, vo = 30 m/s Jarak tempuh, s = 1,5 km = 1500 m Waktu tempuh, t = 75 s Jawab S = (vo + v /2) t 2S = (vo + v) t 2s/t = vo + v Maka kelajuan akhir, V = 2s/t – vo = 2(1500 m)/ 75 s – 30 m/s = 40 m/s – 30 m/s = 10 m/s
84
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen) Nama Sekolah
: SMK BAKTI IDHATA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/1
Materi Pokok
: Kinematika Gerak Lurus
A. Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik B. Kompetensi Dasar : Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan C. Materi / Konsep : Besaran-besaran Pada Gerak Lurus D. Indikator : •
Mampu mendefinisikan pengertian gerak vertikal
•
menunjukan gerak vertikal keatas
•
menunjukan gerak vertikal kebawah
E. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu: Peserta didik dapat: 1. Memformulasikan persamaan gerak vertikal. 2. Mengetahui gerak apa saja yang termasuk gerak vertikal pada kehidupan seharihari. 3. Menentukan gerak vertikal dan aplikasinya pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari. F. Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (12 × 45 menit) 6 pertemuan G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
85
Inkuiri H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-4 No 1
2
Tahap Pendahuluan
Mengajukan pertanyaan atau masalah
Kegiatan Guru Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa. Bertanya tentang materi sebelumnya tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan secara singkat dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya dengan mengatakan “apa yang dimaksud dengan gerak lurus berubah beraturan?” Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Memeriksa perkembangan penyelidikan masalah yang diberikan pada pertemuan pertama.
Memimpin pembagian siswa dalam kelompok Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan bahan pengamatan selama pembelajaran yaitu tentang Gerak Vertikal. Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok Memberikan kesempatan kepada siswa untuk brtukar pendapat dalam membentuk hipotesis. Membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang releven dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkahlangkah percobaan.
Kegiatan Siswa Menjawab salam dan absensi. Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi yang ditanyakan yaitu tentang gerak lurus berubah beraturan.
Mengumpulkan pe-kerjaan rumahnya dan menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan hal itu. Melaporkan perkembangan penyelidikannya dan menanyakan kesulitan yang ditemukan. Berkumpul bersama dan memilih ketua kelompoknya Menyimak dan mencatat. Memahami langkah-langkah kerja LKS. Berdiskusi untuk membuat hipotesis.
3
Membuat hipotesis
4
Merancang percobaan
5
Melakukan percobaan untuk memperolah informasi Mengumpulk an dan menganalisis data
Membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
setiap hasil
Mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang dilakukan kelompoknya di depan kelas.
Membuat kesimpulan Penutupan
Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan stimulus kepada siswa untuk mengerjakan tugas penyelidikannya.
Menyimpulkan hasil percobaan Menyimak dan mencatat yang diperlukan.
6
7 8
Memberikan kesempatan pada kelompok untuk menyampaikan pengolahan data yang terkumpul.
Menyimak penjelasan guru tentang cara pemecahan masalah yang disarankan dan membandingkannya dengan pemecahan masalah yang dilakukan kelompoknya. Melakukan percobaan untuk memecahkan masalah.
86
Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi berikutnya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Mencatat dan merencanakan pengerjaan PR tersebut. Menjawab salam.
Pertemuan Ke-5 Diskusi kelas dengan presentasi setiap kelompok tentang hasil percobaan dan pemecahan masalah yang telah dilakukan. Review secara keseluruhan tentang Gerak Lurus. Pertemuan Ke-6 Posttest. I. Sumber Pembelajaran Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama, 2006. J. Alat Pembelajaran Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa K. Penilaian Tes uraian 1. Sebuah batu dijatuhkan dari puncak gedung setinggi 20 m. Berapa waktu yang diperlukan untuk mencapa tanah dan pada kecepatan berapa? (g = 10 m/s2) Penyelesaian: Ketinggian gedung, h = 20 m. Percepatan gravitasi, g = 10 m/s2 h = ½ gt2 t = akar 2h/g = akar 2 (20 m)/ 10 m/s2 = 2s kecepatan akhir, v = gt = (10 m/s2)(2s) = 20 m/s 2. Seorang atlet peloncat indah akan melakukan loncatan setinggi 8 m dari permukaan air kolam renang. Jika pada saat ia lepas dari papan tumpuan kelajuan ke bawahnya sebesar 6 m/s, tentukan kelajuan saat akan menyentuh air. (g = 10 m/s2) Penyelesaian Kelajuan awal, vo = 6 m/s Ketinggian, h = 8 m Kelajuan saat akan menyentuh air, = vo2 + 2gh V2 = (6 m/s)2 + 2 (10 m/s2)(8 m) = 36 m2/s2 + 160 m2/s2 = 196 m2/s2 V = akar 196 m2/s2 = 14 m/s
87
LEMBAR KERJA SISWA (Inkuiri 01) Tujuan
mengetahui pengertian gerak pada benda Permasalahan
PENGERTIAN GERAK Alat dan bahan : tiga buah benda yang diberi nama A, B, dan C. Cara kerja : 4. letakan ketiga benda A, B, dan C pada jarak yang sama, yaitu = 20 cm. 5. hubungkan benda A dan B dengan tali, ukur jarak A-B, B-C, dan A-C. Jarak A-B = . . . . . . . cm, Jarak B-C = . . . . . . . cm, Jarak A-C = . . . . . . . cm. 6. tariklah benda A ke kanan, kemudian ukur kembali jarak A-B, B-C, dan A-C. Jarak A-B = . . . . . . . cm, Jarak B-C = . . . . . . . cm, Jarak A-C = . . . . . . . cm. 7. berubahkah kedudukan A terhadap B, kedudukan B terhadap C, dan kedudukan A terhadap C? 8. kedudukan A terhadap B : . . . . . . . . . . . kedudukan B terhadap C : . . . . . . . . . . . kedudukan A terhadap C : . . . . . . . . . . . A
B
C
9. berdasarkan definisi gerak, manakah benda yang dikatakan bergerak? Mengapa demikian? Tugas Kesimpulan apa yang dapat kamu ambil dari kegiatan di atas?
88
LEMBAR KERJA SISWA (Inkuiri 02) Tujuan
Menentukan kelajuan rata-rata Permasalahan
Menentukan kelajuan rata-rata Alat dan Bahan : meteran dan stopwatch Cara Kerja : 1. ukurlah lebar kelasmu dengan meteran. 2. berjalanlah menyusuri lebar kelas yang telah kamu ukur. Kemudian, ukurlah lama perjalananmu dengan stopwatch. 3. ulangilah langkah 2, tapi sekarang kamu berlari. Dengan menggunakan stopwtch, ukurlah lama perjalananmu dengan berlari. 4. catat hasil pengamatanmu dalam tabel! Kemudian hitung kelajuan rata-rata ketika kamu berjalan dengan ketika kamu berlari. 5. bandingkan kelajuan rata-rata kamu berjalan dengan berlari.
Tugas Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut.
88
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol)
Sekolah
: SMK Bakti Idhata
Kelas/ Semester : X (Sepuluh) / Semester I Mata Pelajaran : FISIKA Alokasi Waktu
: 3 X 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. B. Kompetensi Dasar Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan energi mekanik. C. Materi Pembelajaran. Besaran-besaran Pada Gerak Lurus D. Indikator •
Mampu mendefinisikan pengertian gerak
•
mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
E. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian gerak. 2. Memformulasikan perumusan persamaan gerak. 3. Siswa dapat merumuskan persamaan gerak yang dilakukan oleh suatu benda. 4. Menentukan gerak pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari. F. Metode Pembelajaran Konvensional
89
G. Langkah- langkah Kegiatan PERTEMUAN PERTAMA Pengantar pembelajaran Preetest PERTEMUAN KEDUA a. Kegiatan Pendahuluan •
Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan tanya jawab tentang gerak.
b. Kegiatan inti •
Guru memberikan ceramah disertai dengan tanya jawab untuk mengungkap kembali pengetahuan tentang gerak.
•
Salah satu siswa diminta untuk melakukan peragaan yang disertai dengan tanya jawab untuk menjelaskan pengertian gerak.
•
Siswa merumuskan gerak yang dilakukan oleh suatu benda yang dipandu oleh guru.
•
Siswa membentuk kelompok belajar untuk melakukan diskusi kelompok memecahkan persoalan yang berkaitan dengan gerak.
c. Kegiatan Penutup •
Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi penekanan pada materi gerak yang diteruskan dengan pemberian tugas mandiri.
H. Sumber Pembelajaran Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama, 2006. I. Alat Pembelajaran Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa J. Penilaian Tes uraian. 1. Sebuah mobil bergerak 60 km ke arah timur, kemudian berbalik menempuh jarak 20 km ke arah barat. Tentukan: a. Jarak total yang ditempuh mobil,
90
b. Perpindahan mobil dari kedudukan semula. Penyelesaian: O
B
A
a. Jarak total yang ditempuh mobil adalah keseluruhan lintasan baik dari O ke A maupun dari A ke B. SOB
= SOA + SAB = 60 km + 20 km = 80 km
b. Perpindahan lebih menitikberatkan pada kedudukan awal dan akhir dari suatu gerakan. Dalam hal ini kedudukan awal mobil ada di titik O dan kedudukan akhir berada di titik B. maka perpindahan mobil adalah panjang ruas garis OB arah ke kanan. SOB
= SOA – SAB = 60 km + (-20 km) = 40 km ke arah timur
91
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol) Nama Sekolah
: SMK BAKTI IDHATA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/1
Materi Pokok
: Kinematika Gerak Lurus
B. Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik C. Kompetensi Dasar : Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan D. Materi / Konsep : Besaran-besaran Pada Gerak Lurus E. Indikator : •
Mampu mendefinisikan pengertian gerak lurus beraturan
•
mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
•
mendeskripsikan hubungan antara percepatan dan perlajuan
F. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu: Peserta didik dapat: 1. Menerapkan prinsip GLB pada masalah kehidupan sehari- hari. 2. Menjelaskan dan memformulasikan GLB. 3. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan. 4. Menjelaskan hubungan antara perpindahan kecepatan dan waktu serta memformulasikan persamaannya. 5. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus beraturan melalui percobaan dan pengukuran besaran-besaran terkait.
92
G. Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (12 × 45 menit) 6 pertemuan H. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran Konvensional
I. Langkah-langkah Pembelajaran PERTEMUAN KETIGA a. Kegiatan Pendahuluan •
Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan tanya jawab tentang GLB.
b. Kegiatan inti •
Guru menjelaskan pengertian mengenai GLB.
•
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan persamaan GLB.
•
Guru menjelaskan mengenai penerapan GLB dalam kehidupan sehari- hari.
•
Guru memberikan contoh soal mengenai GLB.
•
Guru memberikan soal mengenai GLB untuk dikerjakan oleh peserta didik.
•
Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama.
c. Kegiatan Penutup (10 menit) •
Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi penekanan pada materi GLB yang diteruskan dengan pemberian tugas mandiri.
J. Sumber Pembelajaran Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama, 2006. K. Alat Pembelajaran Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa L. Penilaian Tes uraian
93
1. Apabila batas kelajuan maksimum jalan raya ditingkatkan dari 80 km/jam menjadi 100 km/jam, berapa perbedaan waktu yang diperlukan utuk menempuh jarak 100 km? Penyelesaian: Pada v1 = 80 km/jam, waktu yang diperlukan adalah t1 = x/v1 pada v2 = 100 km/jam, waktu yang diperlukan adalah t2 = x/v2 Δt = t1 – t2 = x/v1 – x/v2 = 100 km/jam / 80km/jam – 100 km/jam / 100 km/jam = 0,25 jam Jadi perbedaan waktu yang diperlukan dalam stuan menit adalah Δt = (0,25 jam)(60 menit) = 15 menit
94
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas kontrol) Nama Sekolah
: SMK BAKTI IDHATA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/1
Materi Pokok
: Kinematika Gerak Lurus
A. Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik B. Kompetensi Dasar : Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan C. Materi / Konsep : Besaran-besaran Pada Gerak Lurus D. Indikator : •
terkait. menganalisis hubungan antara perpindahan, kecepatan dan waktu
•
menganalisis hubungan antara perpindahan percepatan dan waktu
E. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu: Peserta didik dapat: 1. Memformulasikan persamaan GLBB. 2. Menentukan GLBB pada masalah fisika sehari- hari. 3. menganalisis grafik gerak lurus dengan percepatan konstan. 4. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus berubah beraturan melalui percobaan dan pengukuran besaran-besaran terkait F. Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (12 × 45 menit) 6 pertemuan
95
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran Konvensional H. Langkah-langkah Pembelajaran PERTEMUAN KEEMPAT a. Kegiatan Pendahuluan •
Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan tanya jawab tentang GLBB.
b. Kegiatan inti •
Guru menjelaskan pengertian mengenai GLBB.
•
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan persamaan yang berkaitan GLBB.
•
Guru menjelaskan mengenai penerapan GLBB dalam kehidupan sehari- hari.
•
Guru memberikan contoh soal mengenai GLBB
•
Guru memberikan soal mengenai GLBB untuk dikerjakan oleh peserta didik.
•
Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama.
c. Kegiatan Penutup (10 menit) •
Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi penekanan pada materi GLBB yang diteruskan dengan pemberian tugas mandiri.
I. Sumber Pembelajaran Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama, 2006. J. Alat Pembelajaran Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa K. Penilaian Tes uraian 1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal 20 m/s dan mengalami percepatan -1 m/s. tentukan kecepatan mobil setelah 10 s dan 50 s. Penyelesaian:
96
V (t = 10) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(10 s) = 20 m/s – 10 m/s = 10 m/s V (t = 50) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(50 s) = 20 m/s – 50 m/s = - 30 m/s 2. Pada saat kereta api bergerak dengan kelajuan 30 m/s, masinisnya melakukan pengereman karena menerima sinyal informasi. Dalam waktu 75 s kemudian, masinis menerima sinyal kedua. Jarak tempuh ketika masinis menerima sinyal pertama dan kedua adalah 1,5 km. tentukan kelajuan kereta pada saat menerima sinyal kedua. Penyelesaian: Kelajuan awal, vo = 30 m/s Jarak tempuh, s = 1,5 km = 1500 m Waktu tempuh, t = 75 s Jawab S = (vo + v /2) t 2S = (vo + v) t 2s/t = vo + v Maka kelajuan akhir, V = 2s/t – vo = 2(1500 m)/ 75 s – 30 m/s = 40 m/s – 30 m/s = 10 m/s
97
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas kontrol) Nama Sekolah
: SMK BAKTI IDHATA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/1
Materi Pokok
: Kinematika Gerak Lurus
A. Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik B. Kompetensi Dasar : Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan C. Materi / Konsep : Besaran-besaran Pada Gerak Lurus D. Indikator : •
Mampu mendefinisikan pengertian gerak vertikal
•
menunjukan gerak vertikal keatas
•
menunjukan gerak vertikal kebawah
E. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu: 1. Memformulasikan persamaan gerak vertikal. 2. Mengetahui gerak apa saja yang termasuk gerak vertikal pada kehidupan sehari- hari. 3. Menentukan gerak vertikal dan aplikasinya pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari. F. Alokasi Waktu : 12 jam pelajaran (12 × 45 menit) 6 pertemuan
98
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran Konvensional H. Langkah-langkah Pembelajaran PERTEMUAN KELIMA a. Kegiatan Pendahuluan a. Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan tanya jawab tentang gerak vertikal. b. Kegiatan inti a. Guru menjelaskan pengertian mengenai gerak vertikal. b. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan persamaan gerak vertikal. c. Guru menjelaskan mengenai penerapan gerak vertikal dalam kehidupan sehari- hari. d. Guru memberikan contoh soal mengenai gerak vertikal keatas dan gerak vertikal kebawah. e. Guru memberikan soal mengenai gerak vertikal untuk dikerjakan oleh peserta didik. f. Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama. c. Kegiatan Penutup a. Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi penekanan pada materi gerak vertikal yang diteruskan dengan pemberian tugas mandiri. PERTEMUAN KEENAM Posttest I. Sumber Pembelajaran Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama, 2006. J. Alat Pembelajaran Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa K. Penilaian Tes uraian
99
1. Sebuah batu dijatuhkan dari puncak gedung setinggi 20 m. Berapa waktu yang diperlukan untuk mencapa tanah dan pada kecepatan berapa? (g = 10 m/s2) Penyelesaian: Ketinggian gedung, h = 20 m. Percepatan gravitasi, g = 10 m/s2 h = ½ gt2 t = akar 2h/g = akar 2 (20 m)/ 10 m/s2 = 2s kecepatan akhir, v = gt = (10 m/s2)(2s) = 20 m/s 2. Seorang atlet peloncat indah akan melakukan loncatan setinggi 8 m dari permukaan air kolam renang. Jika pada saat ia lepas dari papan tumpuan kelajuan ke bawahnya sebesar 6 m/s, tentukan kelajuan saat akan menyentuh air. (g = 10 m/s2) Penyelesaian Kelajuan awal, vo = 6 m/s Ketinggian, h = 8 m Kelajuan saat akan menyentuh air, V2 = vo2 + 2gh = (6 m/s)2 + 2 (10 m/s2)(8 m) = 36 m2/s2 + 160 m2/s2 = 196 m2/s2 V = akar 196 m2/s2 = 14 m/s
96
Lampiran 5 Uji Validitas Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point biserial berdasarkan rumus berikut ini. r pbi =
Mp − Mt SD t
p q
Dimana: rpbi
= indeks point biserial
Mp
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Mt
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
SDt
= Deviasi standar skor total.
p
= proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.
q
= proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan untuk menguji validitas instrumen.
97
Tabel Perhitungan Uji Validitas Skor untuk item no
No Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1
0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1
0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
Mp 19.83 19.89 20.35 17.75 17.55 19.45 20.83 21.10 20.07 17.67 19.96 20.90 20.22 20.00 20.38 19.88 21.35 20.48 20.48 20.45 19.86 20.30
rpbi 0.71 0.93 0.66 0.13 0.10 0.51 0.85 0.79 0.45 0.10 0.87 0.71 0.73 0.35 0.82 0.28 0.74 0.97 0.79 0.68 0.26 0.95
Uji Hipotesis Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Mt SD rtabel 16.5 7.84 0.34 0.82
1 0 0 0 1 1 0 0 9
0.18
0.26
0 0 1 1 0 0 0 0 22
0.74
0.65
0 0 1 1 0 1 1 0 24
0.35
0.71
1 1 1 1 0 1 0 0 28
0.29
0.82
0 0 1 1 0 0 0 0 20
0.18
0.59
0 1 0 1 1 1 1 0 10
0.41
0.29
0 1 1 1 0 1 1 1 25
0.71
0.74
1 1 0 0 1 1 1 0 13
0.26
0.38
0 0 1 1 0 1 0 1 24
0.62
0.71
0 0 1 1 0 0 1 0 21
0.29
0.62
1 1 1 1 0 0 0 0 27
0.38
0.79
0 0 0 0 0 1 1 0 10
0.21
0.29
1 0 1 0 1 1 0 0 17
0.71
0.50
0 0 1 1 1 0 1 0 22
0.50
0.65
0 0 1 1 1 0 1 0 24
0.35
0.71
1 1 1 1 0 0 0 1 22
0.29
0.65
1 1 0 0 1 1 0 1 13
0.35
0.38
1 0 1 0 1 0 1 1 13
0.62
0.38
0 0 0 1 1 1 1 0 22
0.62
1 1 1 1 0 0 0 1 28
0.65
0.82
0 0 0 1 1 1 1 1 25
0.35
p 0.74
AB AC AD AE AF AG AH AI Σ
0.18
q 0.26
98
0 1 1 1 0 1 0 1 28
99
Tabel Perhitungan Uji Validitas (lanjutan) Skor untuk item no
No Subjek
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Skor total (Xt)
(Xt)2
23
A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0
0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0
0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1
19 19 19 12 11 18 26 23 15 23 18 21 17 19 19 21 15 25 23 27 22 15 22 16 22 21
361 361 361 144 121 324 676 529 225 529 324 441 289 361 361 441 225 625 529 729 484 225 484 256 484 441
Mp 18.00 20.78 20.35 19.57 18.50 22.00 21.20 20.56 20.71 20.52 19.30 20.08 19.90 19.50 21.56 18.56 21.39 21.19
rpbi 0.10 0.35 0.71 0.23 0.15 0.36 0.28 0.33 0.30 0.85 0.25 0.38 0.30 0.19 0.45 0.17 0.70 0.56
Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Uji Hipotesis Mt SD rtabel 16.5 7.84 0.34 0.47
0 0 1 1 0 1 0 0 19
0.53
0.56
1 1 0 0 0 1 0 0 10
0.44
0.29
0 0 1 0 1 1 1 0 11
0.71
0.32
1 0 1 0 1 0 1 0 7
0.68
0.21
1 1 0 0 0 1 1 0 11
0.79
0.32
1 1 1 0 1 0 0 0 14
0.68
0.41
1 1 0 1 0 1 0 1 11
0.59
0.32
1 0 1 1 0 0 0 0 25
0.68
0.74
1 0 1 0 0 1 0 0 8
0.26
0.24
0 1 1 0 1 0 0 0 10
0.76
0.29
0 1 0 0 0 1 1 0 6
0.71
0.18
0 0 0 0 1 1 0 0 7
0.82
0.21
0 1 0 0 1 0 0 1 9
0.79
0.26
0 0 0 0 1 1 0 1 9
0.74
0.26
0 1 1 1 0 0 1 1 23
0.74
1 1 1 0 0 1 0 0 10
0.68
0.29
0 1 1 0 1 0 0 0 7
0.32
p 0.21
AB AC AD AE AF AG AH AI Σ
0.71
q 0.79
100
0 0 1 1 0 0 0 0 16 17 19 26 21 18 23 16 12 660 289 361 676 441 324 529 256 144 13350
101
Perhitungan Realibitas Untuk keperluan perhitungan realibitas instrumen tes ini, digunakan rumus Spearman-Brown berikut ini. N ⋅ r 12 rn= 1 + (N − 1) ⋅ r 12 Simbol-simbol yang terdapat pada persamaan tersebut dijelaskan pada keterangan berikut ini. rn = koefisien korelasi seluruh tes N = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang dikorelasikan r½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnya Tabel berikut ini adalah ringkasan perhitungan realibilitas ini. Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-Genap 35
37
39
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1
0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0
0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0
1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0
10 10 10 7 4 11 13 11 7 13 10 11 8 10 10 7 7 14 11 14 11 8 12 5 11 12 7 9 12 11 9 14 9 7
19
335
11
33
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0
11
31
0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0
11
29
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1
8
27
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
6
25
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
9
23
0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
23
21
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0
7
19
1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
9
17
1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
24
15
1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1
20
13
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
25
11
0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
24
9
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0
27
7
0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
17
5
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0
24
3
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
13
1
Jumla h
22
Σ
Skor untuk item no Ganjil
25
No subje k A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI
102
Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-Genap (lanjutan 38 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0
40 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 16
36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
10
34 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0
7
32 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0
14
30 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
25
28 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
10
26 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1
7
24 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0
9
22 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
10
20 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
28
18 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
22
16 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0
28
14 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0
10
12 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0
13
10 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
21
8 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0
10
6 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
22
4 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
22
2 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
13
Σ
Skor untuk item no Genap
28
No subj ek A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI
jumla h 9 9 9 5 7 7 13 12 8 10 8 10 9 9 9 14 8 11 12 13 11 7 10 11 11 9 10 10 14 10 9 9 7 5 325
103
Perhitungan Reliabilitas Metode Ganjil-Genap (lanjutan) Subjek A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI Σ r1/2 1/2 rn
X 10 10 10 7 4 11 13 11 7 13 10 11 8 10 10 7 7 14 11 14 11 8 12 5 11 12 7 9 12 11 9 14 9 7 335
Y 9 9 9 5 7 7 13 12 8 10 8 10 9 9 9 14 8 11 12 13 11 7 10 11 11 9 10 10 14 10 9 9 7 5 325
0.45 0.61885229
XY 90 90 90 35 28 77 169 132 56 130 80 110 72 90 90 98 56 154 132 182 121 56 120 55 121 108 70 90 168 110 81 126 63 35 3285
X2 100 100 100 49 16 121 169 121 49 169 100 121 64 100 100 49 49 196 121 196 121 64 144 25 121 144 49 81 144 121 81 196 81 49 3511
Y2 81 81 81 25 49 49 169 144 64 100 64 100 81 81 81 196 64 121 144 169 121 49 100 121 121 81 100 100 196 100 81 81 49 25 3269
Dimana: X : skor total subjek pada item bernomor ganjil Y : skor total subjek pada item bernomor genap Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen ini adalah 0,6188. Nilai ini termasuk kategori cukup.
104
Perhitungan Derajat Kesukaran Untuk menghitung derajat kesukaran digunakan rumus berikut ini. W + WH × 100 % DK = L nL + nH Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut. DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty) WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu nL = jumlah kelompok bawah nH = jumlah kelompok atas Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran
No Subjek A B C D E F G H I J K
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
2 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
3 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
4 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1
5 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
6 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0
7 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
8 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
9 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1
Skor untuk item no 10 11 12 13 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1
14 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0
15 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1
16 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
17 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1
18 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
20 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
21 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0
22 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
105
L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI Σ
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 25
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 28
1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 22
0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 13
1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 13
0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 22
1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 24
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 22
1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 17
0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 10
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 27
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 21
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 24
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 13
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 25
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 10
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 20
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 28
0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 24
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 22
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 28
TK 0.74 0.82 0.65 0.38 0.38 0.65 0.71 0.65 0.50 0.29 0.79 0.62 0.71 0.38 0.74 0.29 0.59 0.82 0.71 0.65 0.26 0.82 Keputus Mdh Mdh Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Mdh Sdg Sdg Sdg Mdh Skr Sdg Mdh Sdg Sdg Skr Mdh an
106
Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran (lanjutan) No Subjek A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z
23 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
24 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0
25 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1
26 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1
27 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
28 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Skor untuk item no 30 31 32 33 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0
34 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
35 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1
36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0
37 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
38 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
39 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
40 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1
(Xt) 19 19 19 12 11 18 26 23 15 23 18 21 17 19 19 21 15 25 23 27 22 15 22 16 22
107
AA AB AC AD AE AF AG AH AI Σ
0 0 1 1 0 1 0 0 0 7
0 1 1 1 0 0 1 0 0 10
1 0 1 1 1 0 0 1 1 23
0 0 0 0 0 1 1 0 1 9
0 0 1 0 0 1 0 0 1 9
0 0 0 0 0 1 1 0 0 7
0 0 1 0 0 0 1 1 0 6
0 0 1 1 0 1 0 0 0 10
0 1 0 1 0 0 1 0 0 8
1 1 0 1 1 0 0 0 0 25
0 1 1 0 1 0 1 0 1 11
0 1 1 1 0 1 0 0 0 14
0 1 1 0 0 0 1 1 0 11
0 1 0 1 0 1 0 1 0 7
1 0 0 1 0 1 1 1 0 11
0 1 1 0 0 0 1 0 0 10
1 0 0 1 1 0 1 0 0 19
1 0 0 1 1 0 0 0 0 16
TK 0.21 0.29 0.68 0.26 0.26 0.21 0.18 0.29 0.24 0.74 0.32 0.41 0.32 0.21 0.32 0.29 0.56 0.47 Keputusan Skr Skr Sdg Skr Skr Skr Skr Skr Skr Mdh Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Skr Sdg Sdg
Kategorisasi derajat kesukaran tersebut berdasarkan ketentuan berikut ini. Mudah
: DK ≥ 0,70
Sedang
: 0,30 < DK < 0,70
Sukar
: DK ≤ 0,30
21 17 19 26 21 18 23 16 12 660
108
Daya Beda Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini. W − WH DB = L n Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut. DB = Daya Beda (discriminating power, DP) WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah Tabel Perhitungan Daya Beda
Kelompok Atas
ubjek 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tidak dimasukkan dalam perhitungan
1 2 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1
2 3 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1
3 4 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
4 5 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
5 6 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0
6 7 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
7 8 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1
8 9 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1
9 10 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1
10 11 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
11 12 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
12 13 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1
13 14 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
14 15 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0
15 16 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
16 17 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
17 18 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
18 19 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
19 20 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1
20 21 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1
109
Kelompok Bawah
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Daya Beda
0.33 cukup
5 8
0.44
5 9
baik
4 9 0.56
2 7
baik
2 3
0.56
5 8
baik
2 3
0.11
5 8
buruk
4 7
0.33
5 7
cukup
4 2
0.11
4 5
buruk
4 8
0.33
4 8
cukup
5 7
0.33
4 2
cukup
6 2
0.22
4 7
cukup
6 8
-0.22
6 8
drop
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0.11
1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
buruk
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.44
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
baik
0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0
0.44
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
baik
0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0
0.22
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
cukup
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
-0.22
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
drop
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
-0.44
1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
drop
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0.33
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
cukup
0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
0.22
0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
cukup
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
0.22
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
cukup
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
Keputusan
WH WL
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
110
Tabel Perhitungan Daya Pembeda (lanjutan) No Subjek
Kelompok Atas Tidak dimasukkan dalam perhitungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Skor untuk item no 21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0
0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1
Σ 11 12 12 15 16 15 15 18 17 17 16 19 19 18 19 18 19 21 21 19 19 22 23 21 26
111
Kelompok Bawah
26 27 28 29 30 31 32 33 34
Daya Beda
0.56 baik
1 6
0.56
3 8
baik
2 2 0.00
1 6
buruk
2 2
0.56
2 5
baik
2 4
0.00
2 3
buruk
4 8
0.33
1 4
cukup
3 4
0.22
1 2
cukup
0 2
0.11
3 2
buruk
2 2
0.44
5 8
baik
1 5
0.33
3 1
cukup
5 9
0.11
2 3
buruk
1 1 0 1 1 0 0 1 1
0.11
1 1 0 1 1 1 1 1 1
buruk
0 0 0 0 0 1 1 0 0
0.22
1 1 1 1 0 1 0 1 0
cukup
0 0 0 1 0 0 0 1 0
-0.11
0 0 1 0 1 1 1 0 1
drop
0 0 1 0 0 0 1 1 1
0.00
0 0 0 0 0 1 1 0 1
buruk
1 1 1 1 1 0 1 1 1
0.33
0 0 0 0 0 1 1 1 1
cukup
0 0 1 0 1 0 1 1 0
0.44
0 0 1 0 0 1 0 0 0
baik
0 1 0 0 0 1 0 0 0
-0.22
0 0 1 0 0 0 1 0 0
drop
0 0 0 0 1 1 0 0 0
0.44
1 1 1 1 1 0 1 1 1
baik
0 0 1 0 0 1 1 1 1
0.11
0 0 0 0 0 0 0 1 0
buruk
1 1 1 1 1 1 1 1 1
Keputusan
WH WL
0 0 1 0 0 1 0 0 1
Kategorisasi untuk menentukan daya beda didasarkan ketentuan berikut ini. Drop
: TK < 0
Buruk
: 0 ≤ TK < 0,20
Cukup
: 0,20 ≤ TK < 0,40
Baik
: 0,40 ≤ TK < 0,70
Baik Sekali
: 0,70 ≤ TK < 1,00
21 23 23 22 22 23 27 26 25
112
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Item No
Validitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Taraf Kesukaran Mdh Mdh Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Mdh Sdg Sdg Sdg Mdh Skr Sdg Mdh Sdg Sdg Skr Mdh Skr Skr Sdg Skr Skr Skr Skr Skr Skr Mdh Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Skr Sdg Sdg
Daya Pembeda cukup cukup cukup drop drop cukup baik baik buruk drop cukup cukup cukup buruk cukup buruk baik baik baik cukup buruk baik drop baik cukup buruk drop cukup buruk buruk cukup baik buruk cukup cukup buruk baik buruk baik baik
Keputusan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan
Penetapan keputusan disamping didasarkan pada kriteria-kriteria tersebut juga didasarkan pada keterpenuhan indikator. Artinya, setiap indikator diwakili oleh satu atau lebih soal.
113
.Lampiran 6 Hasil Pretest Kelas X MM 1 Hasil pretest dari kelas X MM 1 adalah sebagai berikut. 30 40 20 35 20
35 25 25 40 25
30 30 25 35 35
25 35 30 25 20
30 25 30 35 35
25 30 30 40 35
25 20
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 50 dan nilai minimum (Xmin) adalah 30. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R) R
= X mx − X min = 40 − 20 = 20
b. Banyaknya Kelas (K) K
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 32 = 1 + 3,3 × 1,50 = 1 + 4,97 = 5,97 ≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6 c. Panjang Kelas (P) P
R K 20 = 6 = 3,33 =
≈4
Sehingga panjang kelasnya adalah 4.
114
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut. Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
20 - 23 24 - 27 28 - 31 32 - 35 36 - 39 40 - 43 Jumlah (∑)
19.5 23.5 27.5 31.5 35.5 39.5 177
21.5 25.5 29.5 33.5 37.5 41.5 189
4 9 8 8 0 3 32
86 229.5 236 268 0 124.5 944
1849 5852.25 6962 8978 0 5166.75 28808
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X )
X
=
∑ f ⋅x ∑f i
i
i
944 32 = 29,5 =
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
⎛1 ⎞ ⎜ n−F ⎟ ⎟ = b + P⎜ 2 ⎜ ⎟ f ⎜ ⎟ ⎝ ⎠
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 23,5
P = panjang kelas
= 4
n = banyaknya data
= 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 f = nilai frekuensi kelas median
= 9
115
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
⎞ ⎛1 ⎜ .32 − 4 ⎟ ⎟ = 23,5 + 4⎜ 2 9 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎠ ⎝ = 23,5 + (4 × 1,33) = 23,5 + 5,33 = 28,83
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo
⎛ b1 = b + P⎜⎜ ⎝ b1 + b2
⎞ ⎟⎟ ⎠
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 23,5
P = panjang kelas
= 4
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 9–8=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
⎛ 5 ⎞ = 23,5 + 4⎜ ⎟ ⎝ 5 +1⎠ = 23,5 + (4 × 0,83) = 23,5 + 3,33 = 26,83
116
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
( f .x ) ∑ f .x − ∑ f ∑ ∑ f −1
2
2 ii
i
S
=
i
i
i
=
=
i
28808 −
(944)2
32 − 1
32
891136 32 31
28808 −
=
28808 − 27848 31
=
960 31
= 30,97 = 5,56
117
Lampiran 7 Hasil Pretest Kelas X MM 2
Hasil pretest dari kelas X MM 2 adalah sebagai berikut. 30 25 25 20 20
40 20 35 25 30
25 30 30 25 30
20 25 30 40 40
40 25 30 15 20
15 20 15 30 30
30
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 40 dan nilai minimum (Xmin) adalah 15. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R) R
= X mx − X min = 40 − 15 = 25
b. Banyaknya Kelas (K) K
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 31 = 1 + 3,3 × 1,49 = 1 + 4,92 = 5,92 ≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6 c. Panjang Kelas (P) P
R K 25 = 6 = 4,16 =
≈5
Sehingga panjang kelasnya adalah 5.
118
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut. Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 Jumlah (∑)
14.5 19.5 24.5 29.5 34.5 39.5 162
17 22 27 32 37 42 177
3 6 7 10 1 4 31
51 132 189 320 37 168 897
867 2904 5103 10240 1369 7056 27539
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
=
∑ f ⋅x ∑f i
i
i
897 31 = 28,93 =
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
⎛1 ⎞ ⎜ n−F ⎟ ⎟ = b + P⎜ 2 ⎜ ⎟ f ⎜ ⎟ ⎝ ⎠
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 29,5
P = panjang kelas
= 5
n = banyaknya data
= 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 3 + 6 + 7 = 16 f = nilai frekuensi kelas median
= 10
119
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
⎞ ⎛1 ⎜ .31 − 16 ⎟ ⎟ = 29,5 + 5⎜ 2 ⎟ ⎜ 10 ⎟ ⎜ ⎠ ⎝ = 29,5 + (5 × (−0,05) ) = 29,5 − 0,25 = 29,25
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo
⎛ b1 = b + P⎜⎜ ⎝ b1 + b2
⎞ ⎟⎟ ⎠
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 29,5
P = panjang kelas
= 5
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 10 – 7 = 3
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 10 – 1 = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
⎛ 3 ⎞ = 29,5 + 5⎜ ⎟ ⎝3+9⎠ = 29,5 + (5 × 0,25) = 29,5 + 1,25 = 30,75
120
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
( f .x ) ∑ f .x − ∑ f ∑ ∑ f −1
2
2 ii
i
S
=
i
i
i
i
=
=
27539 −
(897 )2
31 − 1
31
804609 31 30
27539 −
=
27539 − 25955,13 30
=
1583,87 30
= 52,79 = 7,27
121
Lampiran 8 Hasil Posttest Kelas X MM 1
Hasil posttest dari kelas X MM 1 adalah sebagai berikut. 45 70 40 70 55
50 55 55 70 55
60 55 70 65 50
55 55 50 55 65
40 60 60 60 55
65 50 70 75 65
70 60
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 75 dan nilai minimum (Xmin) adalah 40. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R) R
= X mx − X min = 75 − 40 = 35
b. Banyaknya Kelas (K) K
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 32 = 1 + 3,3 × 1,50 = 1 + 4,97 = 5,97 ≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6 c. Panjang Kelas (P) P
R K 35 = 6 = 5,83 =
≈6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6.
122
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut. Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
40 - 45 46 - 51 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75 Jumlah (∑)
39.5 45.5 51.5 57.5 63.5 69.5 327
42.5 48.5 54.5 60.5 66.5 72.5 345
3 4 9 5 4 7 32
127.5 194 490.5 302.5 266 507.5 1888
5418.75 9409 26732.3 18301.3 17689 36793.8 114344
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
=
∑ f ⋅x ∑f i
i
i
1888 32 = 59 =
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
⎛1 ⎞ ⎜ n−F ⎟ ⎟ = b + P⎜ 2 ⎜ ⎟ f ⎜ ⎟ ⎝ ⎠
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 51,5
P = panjang kelas
= 6
n = banyaknya data
= 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 = 7 f = nilai frekuensi kelas median
= 9
123
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut.
Me
⎞ ⎛1 ⎜ .32 − 7 ⎟ ⎟ = 51,5 + 6⎜ 2 9 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎠ ⎝ = 51,5 + (6 × 1) = 51,5 + 6 = 57,5
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo
⎛ b1 = b + P⎜⎜ ⎝ b1 + b2
⎞ ⎟⎟ ⎠
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 51,5
P = panjang kelas
= 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya
= 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya
= 9–5=4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. Mo
⎛ 5 ⎞ = 51,5 + 6⎜ ⎟ ⎝5+ 4⎠ = 51,5 + (6 × 0,56) = 51,5 + 3,33 = 54,83
124
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
( f .x ) ∑ f .x − ∑ f ∑ ∑ f −1
2
i
S
=
2 ii
i
i
i
i
=
=
114344 −
(1888)2
32 − 1
32
3564544 32 31
114344 −
=
114344 − 111392 31
=
2952 31
= 95,22 =`9,76
125
Lampiran 9 Hasil Posttest Kelas X MM 2
Hasil posttest dari kelas X MM 2 adalah sebagai berikut. 55 50 35 55 50
45 50 60 50 50
70 60 50 55 55
55 60 60 70 50
50 45 45 45 50
50 60 60 65 50
50
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 70 dan nilai minimum (Xmin) adalah 35. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R) R
= X mx − X min = 70 − 35 = 35
b. Banyaknya Kelas (K) K
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 31 = 1 + 3,3 × 1,49 = 1 + 4,92 = 5,92 ≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6 c. Panjang Kelas (P) P
R K 35 = 6 = 5,83 =
≈6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6.
126
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut. Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
35 - 40 41 - 46 47 - 52 53 - 58 59 - 64 65 - 70 Jumlah (∑)
34.5 40.5 46.5 52.5 58.5 64.5 297
37.5 43.5 49.5 55.5 61.5 67.5 315
1 4 12 5 6 3 31
37.50 174.00 594.00 277.50 369.00 202.50 1654.50
1406.25 7569.00 29403.00 15401.25 22693.50 13668.75 90141.75
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
=
∑ f ⋅x ∑f i
i
i
1654,50 31 53 , 37 = =
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
⎛1 ⎞ ⎜ n−F ⎟ ⎟ = b + P⎜ 2 ⎜ ⎟ f ⎜ ⎟ ⎝ ⎠
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 46.5
P = panjang kelas
= 6
n = banyaknya data
= 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 4 = 5 f = nilai frekuensi kelas median
= 12
127
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut.
Me
⎞ ⎛1 ⎜ .31 − 5 ⎟ ⎟ = 46,5 + 6⎜ 2 ⎜ 12 ⎟ ⎟ ⎜ ⎠ ⎝ = 46,5 + (6 × 0,87 ) = 46,5 + 5,25 = 51,75
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo
⎛ b1 = b + P⎜⎜ ⎝ b1 + b2
⎞ ⎟⎟ ⎠
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 46,5
P = panjang kelas
= 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya
= 12 – 4 = 8
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya
= 12 – 5 = 7
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. Mo
⎛ 8 ⎞ = 46,5 + 6⎜ ⎟ ⎝8+ 7⎠ = 46,5 + (6 × 0,53) = 46,5 + 3,2 = 49,7
128
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
( f .x ) ∑ f .x − ∑ f ∑ ∑ f −1
2
i
S
=
2 ii
i
i
i
i
=
=
90141,75 −
(1654,50)2
31 − 1
31
2737370,25 31 30
90141,75 −
=
90141,75 − 88302,27 30
=
1839,48 30
= 61,32 =`7,83
129
Lampiran 10 Uji Normalitas Data yang diperoleh dari posttest kedua kelas Kelas X MM1 45 70 40 70 55
50 55 55 70 55
60 55 70 65 50
55 55 50 55 65
40 60 60 60 55
65 50 70 75 65
70 60
50 60 60 65 50
50
Kelas X MM 2 55 50 35 55 50
45 50 60 50 50
70 60 50 55 55
55 60 60 70 50
50 45 45 45 50
Uji normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (chi square), yaitu:
X2 =∑ keterangan: Oi Ei
(Oi − E1 )2 Ei
= frekuensi observasi = frekuensi ekspektasi (harapan)
Kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah: -
jika X2hitung < X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (Data berdistribusi normal)
-
jika X2hitung > X2tabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data tidak berdistribusi normal)
130
Berdasarkan data yang diperoleh dari posttest maka dapat dibuat tabel bantu untuk menentukan nilai kai kuadrat seperti pada tabel berikut ini. Kelas X MM 1 Kelas
40 46 52 58
-
45 51 57 63
fi.xi
xi
fi. xi2
127.5
42.5
5418.75
194 490.5 302.5
48.5 54.5 60.5
51.5
-0.77
57.5
-0.15
63.5
0.46
18301.25
69
266
66.5
17689
70
-
75
507.5
72.5
36793.75
345
-1.38
26732.25
-
1888
45.5 9409
64
Jumlah
39.5
Z batas kelas -2.00
batas kelas
69.5
1.08
75.5
1.69
luas Z tabel
Ei
Oi
(Oi – Ei)^2/Ei
0.061
1.9520
3
0.5627
0.1368
4.3776
4
0.0326
0.2198
7.0336
9
0.5498
0.2368
7.5776
5
0.8768
0.1827
5.8464
4
0.5831
0.0946
3.0272
7
5.2138
X2
114344
7.8187
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut. 1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran IV, V, VI, dan VII. 2. Menentukan z batas kelas dengan rumus berikut ini.
z=
Batas Kelas - X S
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah deviasi standar. 3. Menentukan luas z tabel. z batas kelas Luas z tabel
2,00
1,38
0,77
0,15
0,46
1,08
0,4772 0,4162 0,2794 0,0596 0,1772 0,3599
1,69 0,4545
Masing-masing luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut. a. Kelas 40 – 45
z = 0,4772 − 0,4162 = 0,061 b. Kelas 46 – 51
z = 0,4162 – 0,2794 = 0,1368 c. Kelas 52 – 57
131
z = 0,2794 – 0,0596 = 0,2198 d. Kelas 58 – 63
z = 0,0596 + 0,1772 = 0,2368 e. Kelas 64 – 69
z = 0,3599 – 0,1772 = 0,1827 f. Kelas 70 – 75
z = 0,4545 – 0,3599 = 0,0946 4. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus berikut ini. E i = ∑ f i × luas z tabel
5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini.
X = 2
(Oi − Ei )2 Ei
6. Menentukan jumlah kai kuadrat dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiaptiap kelas. Nilai ini adalah nilai kai kuadrat hitung (X2hitung) yang selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai X2tabel. 7. Menguji hipotesis normalitas. Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung <
X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
132
Kelas X MM 2 Kelas
fi.xI
fi. xi2
xi
batas kelas 34.5
35
-
40
37.5
37.5
1406.25 40.5
41
-
46
174
43.5
-
52
594
49.5
53
-
58
277.5
55.5
59
-
64
369
61.5
65
-
70
202.5
67.5
Jumlah
1654.5
315
0.0425
1.3175
1
0.0765
0.1389
4.3059
4
0.0217
0.2668
8.2708
12
1.6814
0.2892
8.9652
5
1.7538
0.1768
5.4808
6
0.0492
0.0635
1.9685
3
0.5405
1.42
13668.75 70.5
(Oi – Ei)^2/Ei
0.66
22693.5 64.5
Oi
-0.11
15401.25 58.5
Ei
-0.88
29403 52.5
luas Z tabel
-1.64
7569 46.5
47
Z batas kelas -2.41
2.19 X2
90141.75
4.1231
1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran IV, V, VI, dan VII. 2. Menentukan z batas kelas dengan rumus berikut ini.
z=
Batas Kelas - X S
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah deviasi standar. 3. Menentukan luas z tabel. z batas kelas Luas z tabel
2,41
1,64
0,88
0,11
0,66
1,42
0,4920 0,4495 0,3106 0,0438 0,2454 0,4222
2,19 0,4857
Masing-masing luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut. a. Kelas 35 – 40
z = 0,4920 – 0,4495 = 0,0425 b. Kelas 41 – 46
z = 0,4495 – 0,3106 = 0,1389 c. Kelas 47 – 52
z = 0,3106 – 0,0438 = 0,2668
133
d. Kelas 53 – 58
z = 0,0438 + 0,2454 = 0,2892 e. Kelas 70 – 79
z = 0,4222 – 0,2454 = 0,1768 f. Kelas 80 – 89
z = 0,4857 – 0,4222 = 0,0635 4. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus berikut ini. E i = ∑ f i × luas z tabel
5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini.
X = 2
(Oi − Ei )2 Ei
6. Menentukan jumlah kai kuadrat dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiaptiap kelas. Nilai ini adalah nilai kai kuadrat hitung (X2hitung) yang selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai X2tabel. 7. Menguji hipotesis normalitas. Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung <
X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
134
Lampiran 11 Uji Homogenitas Untuk menguji homogenitas varians kedua data hasil posttest digunakan uji F berdasarkan rumus berikut ini. F=
V1 V2
keterangan: V1
= varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang mempunyai deviasi standar terbesar.
V2
= varians kecil
atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempuyai deviasi standar terkecil.
Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut: -
jika Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians yang homogen)
-
jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians yang tidak homogen).
Untuk menentukan varians kedua data, maka dibuat tabel bantu berikut ini. Kelompok A (Kelas X MM 1) Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
40 - 45 46 - 51 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75 Jumlah (∑)
39.5 45.5 51.5 57.5 63.5 69.5 327
42.5 48.5 54.5 60.5 66.5 72.5 345
3 4 9 5 4 7 32
127.5 194 490.5 302.5 266 507.5 1888
5418.75 9409 26732.3 18301.3 17689 36793.8 114344
135
( f .x ) ∑ f .x − ∑ f ∑ ∑ f −1
2
i
S
=
2 ii
i
i
i
i
=
=
2 ( 1888) 114344 −
32 − 1
32
3564544 32 31
114344 −
=
114344 − 111392 31
=
2952 31
= 95,22 =`9,76
136
Kelompok B ( X MM 2) Kelas
Batas Kelas
Nilai Tengah (xi)
Frekuensi (fi)
fi . xi
fi . xi2
35 - 40 41 - 46 47 - 52 53 - 58 59 - 64 65 - 70 Jumlah (∑)
34.5 40.5 46.5 52.5 58.5 64.5 297
37.5 43.5 49.5 55.5 61.5 67.5 315
1 4 12 5 6 3 31
37.50 174.00 594.00 277.50 369.00 202.50 1654.50
1406.25 7569.00 29403.00 15401.25 22693.50 13668.75 90141.75
Deviasi standar kelompok B ini ditentukan dengan rumus berikut ini.
( f .x ) ∑ f .x − ∑ f ∑ ∑ f −1
2
i
S
=
2 ii
i
i
i
i
=
=
2 ( 1654,50) 90141,75 −
31 − 1
31
2737370,25 31 30
90141,75 −
=
90141,75 − 88302,27 30
=
1839,48 30
= 61,32 =`7,83
137
Sehingga didapat nilai Fhitung
(S ) V = 1 = 1 2 V 2 (S 2 ) 2
Fhitung
9,76 2 7,83 2 95,2576 = 61,3089 = 1,5537 =
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (30;31), sehingga nilai Ftabel = 1,835. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (kedua data memiliki varians yang homogen).
138
Lampiran 12 Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat statistik berupa uji normalitas dan uji homogentias, maka untuk keperluan uji hipotesis digunakan uji t untuk data normal. Hal ini sesuai dengan hasil kedua uji prasyarat tersebut yang menyatakan bahwa kedua data yang akan dicari perbedaanya bersifat normal dan homogen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t yang ditentukan dengan rumus berikut ini. X1 − X 2
t=
dsg
1 1 + n1 n 2
keterangan: X1
= rata-rata data kelompok A
X 2 = rata-rata data kelompok B
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B n1
= jumlah data kelompok A
n2
= jumlah data kelompok B
Kriteria pengujian uji t adalah: -
jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak
-
jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut. 1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui. Dari nilai posttest diperoleh:
X 1 = 59 X 2 = 53,37 V1 = SD12 = (9,76)2 = 95,257 V2 = SD22 = (7,83)2 = 61,308
139
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
dsg
= =
(n1 − 1)V1 + (n 2 − 1)V2 n1 + n 2 − 2
(32 − 1)95,257 + (31 − 1)61,308 32 + 31 − 2
=
2953,06 + 1839,3 61
=
4792,36 61
= 78,56 = 8,86 3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh. t hitung
=
X1 −X 2 dsg
=
59 − 53,37 8,86
=
1 1 + n1 n 2 1 1 + 32 31 5,63
8,86 0,03125 + 0,03226
5,63 8,86 × 0,252 5,63 = 2,233 = 2,5213 =
4. Menentukan nilai ttabel Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah: dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 31 – 2 = 61 pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi. t(0,95)(60)
= 2,000
t(0,95)(120)
= 1,980
dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=61 sebagai berikut.
140
1 (2,00 − 1,980) 60 = 2,000 − 0,00032
t (0,95 )(61) = 2,000 −
= 1,99968 Dengan cara interpolasi yang sama, maka nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah: t(0,99)(60)
= 2,660
t(0,99)(120)
= 2,617
jadi nilai ttabel dengan dk = 61 diperoleh
1 (2,660 − 2,617) 60 = 2,660 − 0,0007
t (0,95 )(61) = 2,660 − = 2,659
5. Menguji Hipotesis Pada taraf signifikansi 1% nilai thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak. Namun pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak 6. Memberikan interpretasi Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model Inkuiri dengan yang menggunakan metode konvensional. Namun pada taraf kepercayaan 99%, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model Inkuiri dengan yang menggunakan Konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa model Inkuiri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa hanya pada taraf kepercayaan 95% saja, tidak pada taraf kepercayan 99%.
141
Lampiran 13 DATA HASILOBSERVASI INKUIRI PADA KELAS X MM 1 (KELOMPOK EKSPERIMEN)
No
Tahapan Pembelajaran
1 2
Siswa memahami tujuan pembelajaran Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap masalah yang disajikan.
3 4
Siswa memahami masalah yang disajikan Mendefinisikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah-masalah yang disajikan. Mulai merencanakan pemecahan masalah secara bersama-sama dalam kelompoknya.
5 6
Mengumpulkan informasi dari persiapan pemecahan masalah.
7 8
Melakukan penyelidikan dalam upaya pemecahan masalah. Saling bertukar informasi dengan teman dalam kelompoknya.
9 10
Tidak merasa bosan dengan pelatihan yang diberikan Mengumpulkan tugas (laporan penyelidikan) dengan baik dan tepat waktu Menunjukkan pemahaman terhadap materi pelajaran dengan merespons pertanyaan guru dengan benar
11 12 13 14
berbagai
sumber
sebagai
Menerima umpan balik yang diberikan guru. Lebih memusatkan perhatiannya pada proses bukan pada hasil. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil kerja
Skor Pertemuan ke2 3 4 5 1 1 1 1
Jumlah Persentse 4
100 %
0
1
1
1
3
75 %
0
0
1
1
2
50 %
0
1
1
1
3
75 %
1
0
1
1
3
75 %
1
1
0
1
3
75 %
1 0 0
1 1 1
1 0 1
1 1 0
4 2 2
100 % 50 % 50 %
1
0
1
1
3
75 %
0
1
1
0
2
50 %
1 1 0
0 1 0
0 1 1
1 0 1
2 3 2
50 % 75 % 50 %
142
kelompoknya dalam pemecahan masalah. 15
16
Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan 1 masalah yang dilakukan kelompok lain. Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil 1 penyelidikan yang dilakukan oleh semua kelompok. Jumlah 9 Persentase (%) 56,25
Penskoran dilakukan berdasarkan ketentuan berikut ini. 1. Frekuensi kurang dari 50% dari frekuensi yang diharapkan diberi skor 0 2. Frekuensi lebih dari atau sama dengan 50% frekuensi yang diharapkan diberik skor 1
4. Skor total setiap indikator 4. 5. Skor total keseluruhan adalah, 16 indikator dikali 4 pertemuan, adalah 64.
1
1
4
100 %
0
1
1
3
75 %
10 62,5
Keterangan:
3. Skor total setiap pertemuan adalah 16.
1
13 13 81,25 81,25
45 70,31
70,31 %
143
REKAPITULASI DATA HASIL OBSERVASI Pertemuan KeModel Pembelajaran
Jumlah 2
3
4
5
12
13
12
11
48
75 %
81,25 %
75 %
68,75 %
75 %
Inkuiri