PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATANKONSTRUKTIVISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI Rusli Segar Susanto STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini di dasarkan pada studi pendahuluan berupa observasi di lokasi penelitian yang menunjukan timbulnya permasalahan, diantaranya kurang efektifnya proses pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar dalam proses pembelajaran matematika berkurang. Salah satu faktor penyebabnya antara lain karena penggunaan teknik, metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan kurang efektif. Salah satu alternatif untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme. Pendekatan Konstruktivisme menekankan bahwa konsep yang didapat siswa merupakan konstruk (bentukan) siswa sendiri melalui pengalaman yang didapatnya. Dalam pendekatan ini guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. Tahap yang dilalui dalam pendekatan ini adalah orientasi, elicitasi, restrukturisasi ide, penggunaan ide dalam banyak situasi dan review bagaimana ide itu berubah. Penelian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada pokok bahasan fungsi yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme lebih baik dari pada pembelajaran biasa. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretest-postest control group design. Adapun populasinya adalah seluruh siswa SMP di Kecamatan Takokak dan sampelnya adalah dua kelas dari kelas VIII yang diambil secara acak kelas. Berdasarkan pengujian hipotesis diketahui bahwahasil belajar siswa pada pokok bahasan fungsi yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme lebih baik dari pada pembelajaran biasa. Kata Kunci: Pendekatan Konstruktivisme, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN Salah satu usaha agar tujuan pendidikan tercapaiyaitu dalam pemahaman konsep fungsi adalah memilih metode dan pendekatan pengajaran yangtepat dan dapat membangkitkan motivasi pada diri siswa untuk memahami konsep β konsep yang diajarkan oleh gurunya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (1998), "Bahwa mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong, menumbuhkan motivasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajarβ. Memberi penguatan dalam pembelajaran kelihatannya sederhana saja, yaitu persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa, yang antara lain dinyatakan dalam bentuk verbal ataupun nonverbal. Walaupun demikan, banyak guru tidak melaksanakannya. Tak jarang guru hanya memberikan penguatan verbal saja, padahal keterampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaanya oleh guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
Hasil belajar ditentukan oleh proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas dan tidak terlepas dari adanya interaksi atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Proses pembelajaran seperti ini menghendaki siswa berperan sebagai subyek belajar artinya keaktifan siswa dalam belajar merupakan hal yang sangat penting agar memperoleh hasil yang memuaskan. Dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang optimal, para praktisi pendidikan telah memperkenalkan dan menerapkan berbagai pendekatan dan metode mengajar yang diramu dalam suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika. Berdasarkan adanya pandangan-pandangan mengenai belajar yang berbeda dengan pandangan baru yang dikenal dengan nama belajar konstruktivisme (Von Glasersfeld dalam Suparno, 1997). Konstruktivismeadalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri (Von dalam Suparno, 1997). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas) dan bukan pula gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan suatu konstruksi kognitif
kenyataan melalui kegiatan seseorang, bukan merupakan suatu barang yang ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Pengajaran yang merujuk pada pembelajaran "student center", yang menekankan bahwa dalam pembelajaran siswa sendirilah yang aktif membangun atau mengontruksi pengalaman dan pengetahuan dari lingkungannya yang lebih dikenal dengan sebutan pendekatan belajar konstruktivisme. Konstruktivisme juga memandang bahwa ketika siswa memasuki kelas, siswa telah memiliki konsepsi awal tentang konsep yang akan atau sedang dipelajarinya.Pembelajaran dengan pendekatan kontrutivisme merupakan pem- belajaran yang berdasarkan partisipasi aktif siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis. Siswa membangun pegetahuannya dengan menguji ide-ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Brook (Wasliman dan Ridwan,2001). Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu adanya suatu upaya dari guru matematika untuk mencari jalan keluarnya sehingga siswa tidak takut lagi terhadap pelajaran matematika. Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, maka penulis memandang perlu mengadakan penelitian mengenai pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa. KAJIAN TEORI DAN METODE A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Belajar menurut Winkel (1996) adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuanpengetahuan,keterampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas. Sedangkan Basri (1996) berpendapat belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang ada. Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan serta nilai dan sikap yang diperoleh siswa setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar siswa harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional) sebab tujuan diatas akan dicapai dalam proses pembelajaran. Howard Kingsley (Sudjana, 1998) membagi tiga macam hasil belajar yaitu:
a. b. c.
Keterampilan dan kebiasaan Pengetahuan dan pengertian Sikap dan cita-cita
Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar yaitu : (1) Informasi verbal, (2) Keterampilan intelektual, (3) Srategi kognitif, (4) Sikap dan (5) keterampilan motoris (Sudjana, 1998). Berdasarkan tujuan hasil belajar diatas,Hamalik(2003) mengemukakan bahwa hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu, yaitu: a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan. b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan- kegiatan belajar siswa lebih lanjut. c. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa; memberikan informasi sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan. Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakat.Hasil belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, Sudjana (1998) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar berupa kemampuan, minat, perhatian, sikap kebiasaan berpikir, ketekunan, social ekonomi,fisik dan faktor luar berupa lingkungan. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Purwanto (1990) dapat dilihat pada gambar berikut: Instrumen Input
Raw Input
Teaching Learning Proses
Out Put
Environmental Input
Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Gambar di atas menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah : a. Faktor Raw Input (faktor siswa itu sendiri) dimana setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam psikologis dan fisiologinya.
b.
c.
Faktor Environmental Input (faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial. Faktor istrumenlal Input, didalamnya terdiri dari kurikulum, program / bahan pengajaran, sarana, prasarana dan pendidik (guru).
Keberhasilan dalam bidang studi matematika akan tercapai apabila pengajar menguasai konsep matematika yang akan diajarkan dan juga dapat juga memilih metode pembelajaran yang tepat. Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri (Von dalam Suparno, 1997). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas) dan bukan pula gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang, bukan merupakan suatu barang yang ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Oleh karena itu dalam proses konstruksi menurut Von Glasersfeld diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: a. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman b. Kemampuan membandingkan,mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan c. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang satu dari yang lain (Suparno,1997:20)
a.
b.
c.
2.
Sejalan dengan pendapat Von Glasersfeld, Piaget (Dahar, 1996:160) mengungkapkan bahwa pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti , yaitu : a. Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior knowledge) b. Mengundang pengalaman nyata (Experience) c. Adanya interaksi sosial (Social Interaction) d. Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense Making) Pendapat Piaget tersebut mengandung arti bahwa setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Suparno (1997 : 61) mengungkapkan bahwa belajar yang bercirikan proses konstruktivisme adalah sebagai berikut:
d.
e. f.
Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat,dengar,rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah ia punyai. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru diadakan rekonstruksi baik secara kuat maupun lemah. Belajar bukanlah kegiatan menyimpulkan fakta melainkan lebih sebagai sebagai perkembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukan hasil perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengertian kembali pemikiran seseorang. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang berada dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidak seimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. Hasil belajar dipengaruhi pengalaman dengan dunia fisik dan lingkungan nya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang diketahui si pelajar, konsep-konsep ,tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Lebih jauh Suparno (1997) mengatakan prinsipprinsip konstruktivisme, antara lain a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; b. Tekanan pada proses belajar terletak pada siswa; c. Mengajar adalah membantu siswa belajar d. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses belajar bukan pada hasil belajar e. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; f. Guru adalah fasilitator, Pelaksanaan pembelajaran konstruktivismeterdiri atas: (1) tahap eksplorasi awal gagasan siswa; (2) melakukan diskusi kelompok besar; (3) tahap pelaporan hasil kajian dan diskusi kelas; (4) tahap pemberian informasi kepada siswa (5) tahap kulminasi pengalaman; (6) tahap penyimpulan pembelajaran. Pembelajaran konstruktivisme masih tergolong relatif baru, berbagai kendala mungkin saja terjadi sebagai penghambat dalam penerapannya di sekolah β sekolah. B. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.Adapaun desain penelitian yang digunakan digambarkan sebagai berikut:
A A
: :
O O
π
O O
Keterangan: A : Pengambilan Sampel secara acak kelas O : PreTest/PostTest π : Perlakuan menggunakan pendekatan Konstrutivisme Populasi dalam penelitian ini adalah salah satu SMP di Takokak. Sampel merupakan subjek yang mewakili sebuah penelitian. Sampel penelitian ini di ambil secara acak dari seluruh kelas VIII di salah satu SMP di Kecamatan Takokak. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Data Pretes Soal pre-test diberikan untuk melihat kemampuan awal siswa pada masing-masing kelas yang diteliti. Adapun langkah-langkah pengujian tersebut sebagai berikut: a. Uji Normalitas Dari analisa data pretes kelompk kontrol didapat 2 2 2 πβππ‘π’ππ = 10,23 dan ππ‘ππππ = π0,99 (3) = 11,3 dari hasil analisa data tersebut kita dapat simpulkan data tersebut berdistribusi normal karena 2 2 πβππ‘π’ππ <π0,99,(3) , yaitu 10,23 < 11,3. Dari analisa 2 data pretes kelompok eksperimen didapat πβππ‘π’ππ = 2 2 9,28 dan ππ‘ππππ = π0,99 = 11,3 dari hasil (3) analisa data tersebut kita dapat simpulkan data terssebut berdistribusi normal karena 2 2 πβππ‘π’ππ <π0,99,(3) , yaitu 9,28 < 11,3. Karena kedua kelas berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel memiliki varians yang sama. b. Uji Homogenitas Dari analisa data pretes didapat πΉβππ‘π’ππ =1,06 dan πΉπ‘ππππ =2,2015 dari data tersebut kita dapat simpulkan bahwa πΉβππ‘π’ππ <πΉπ‘ππππ , maka data tersebut homogen.Karena varians data kedua kelas homogen, maka akan dilanjutkan dengan uji perbedaan rerata dengan uji statistik Uji-t. c. Uji Perbedaan Dua Rata - rata Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : π1 = π2 (Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) HA : π1 β π2 (Terdapat perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) Pengajuan hipotesis menggunakan Uji-t, dari analisis didapat π‘βππ‘π’ππ = 5,06 dan π‘π‘ππππ = 2,648. Dari data yang didapatmaka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaanyang signifikan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis Data Tes Akhir a. Uji Normalitas Dari analisa data postes kelompok kontrol didapat 2 2 2 πβππ‘π’ππ = 8,6 dan ππ‘ππππ = π0,99 (3) = 9,21 dari hasil analisa data tersebut kita dapat simpulkan bahwa data terssebut berdistribusi normal karena 2 2 πβππ‘π’ππ <π0,99,(3) , yaitu 8,6 < 9,21. Dari analisa 2 data postes kelompok eksperimen didapat πβππ‘π’ππ = 2 2 7,09 dan ππ‘ππ ππ = π0,99 (3) = 11,3 dari hasil analisa data tersebut kita dapat simpulkan data terssebut berdistribusi normal karena 2 2 πβππ‘π’ππ <π0,99,(3) , yaitu 7,09 < 11,3. Karena data kedua kelas berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. b. Uji Homogenitas Dari analisa data postes didapat πΉβππ‘π’ππ = 1,19 dan πΉπ‘ππππ = 2,2015 dari data tersebut kita dapat simpulkan bahwa πΉβππ‘π’ππ <πΉπ‘ππππ , maka data tersebut homogen. Karena data kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji perbedaan rerata dengan uji statistik Uji-t. c. Uji Perbedaan Dua Rata - rata Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : Ho : π1 = π2 (Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada pokok bahasan fungsi yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme dengan yang diberikan pembelajaran cara biasa) HA : π1 > π2 (hasil belajar siswa pada pokok bahasan fungsi yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme lebih baik dari pada pembelajaran biasa) Pengajuan Hipotesis menggunakan rumus t, dari analisis didapat π‘βππ‘π’ππ = 7,37 dan π‘π‘ππππ =
2,648. Maka berdasarkan kriteriaHo ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan fungsi yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme lebih baik secara signifikan dari pada pembelajaran biasa. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik diketahui bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan fungsi yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik secara signifikan dari pada pembelajaran biasa. Temuan selama proses pembelajaran diketahui ada beberapa kelebihan dari pendekatan konstruktivisme yang tidak diberikan pada pembelajaran biasa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Beberapa diantaranya yaitu penekanan dari pendekatan konstruktivismekepada pembentukan pengetahuan siswa. Selama proses pembelajaran dibiasakan adanya suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang, bukan merupakan suatu barang yang ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme siswa terbiasa membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut, guru berusaha mencari pandangan atau pendapat siswa dan membuatnya sebagai titik tolak untuk memulai pembelajaran, proses pembelajaran diarahkan untuk menantang apa yang menjadi keyakinan siswa, siswa juga diberi kesempatan untuk dapat menemukan (membentuk) relasi matematis sendiri, jangan selalu dihadapkan pada pemikiran orang dewasa yang sudah jadi, dan dalam sajian proses pembelajarannyasering memunculkan masalah-masalah yang relevan dengan siswa. Akibatnya kelebihan-kelebihan tersebut memberikan dampak positif terhadaphasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisi data maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan fungsi yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme lebih baik dari pada pembelajaran biasa.
DAFTAR PUSTAKA Basri, A. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya. Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara. Purwanto, N. (1990). Psikologi Bandung. Remaja Rosdakarya.
Pendidikan.
Sudjana, N. (1998). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Algensindo. Suparno, P. (1997). Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta. Kanisius.